3 minute read
Mengenal Perkembangan Berbagai Kereta Api yang Ada di Indonesia
LAPORAN UTAMA Mengenal Perkembangan Berbagai Mengenal Perkembangan Berbagai
Kereta Api yang Ada di Indonesia Kereta Api yang Ada di Indonesia
Advertisement
Oleh: Mayang, Alif, Taufiq, Rafli, Hadna | Ilustrator: Ranira Salma | Desainer: Aufa
Moda tranportasi di Indonesia sudah mengalami banyak perubahan jika kita lihat kembali ke zaman dahulu, salah satunya kereta api. Dulu tidak semua orang dapat menggunakan kereta api, karena saat itu Indonesia masih dalam penguasaan Bangsa Eropa. Sebaliknya, saat ini semua orang dapat menaiki kereta api sebagai transportasi ke segala tempat. Seiring perkembangan zaman dan teknologi, modernisasi pun sudah dilakukan pada kereta api secara pesat. Yang dulunya kereta api difungsikan untuk menunjang kegiatan sehari-hari, seperti memindahkan barang atau hasil panen dari satu daerah ke daerah lain, kini oleh sebagian masyarakat kereta api dipilih dengan alasan dapat mempersingkat waktu ditengah mobilitas masyarakat yang semakin pesat. Transportasi darat seperti kereta, lebih diminati masyarakat karena lebih mudah ditemui serta memiliki jangkauan tempat yang lebih banyak dibandingkan transportasi laut dan udara.
Dikutip dari laman Kompas.com tentang sejarah singkat kereta api di Indonesia yang ditulis oleh Arum Sutrisni Putri, disebutkan bahwa pembangunan jalur kereta api pertama yakni jurusan Solo - Yogyakarta dilakukan oleh Gubernur Jendral Belanda Mr. LAJ Baron Sloet van de Beele pada tahun 1864. Lambat laun, pembangunan tersebar hingga keluar Pulau Jawa, yaitu Sumatera pada tahun 18761914 dan Sulawesi pada tahun 1922. Hingga pada tahun 1942, perkeretapiaan Indonesia diambilalih oleh Jepang dan berubah nama menjadi Rikuyu Sokyuku yang artinya Dinas Kereta Api. Selama penguasaan Jepang, pengoperasian kereta api hanya digunakan untuk kepentingan perang, seperti untuk mengangkut batu bara guna menjalankan mesin-mesin perang Jepang. Setelah Indonesia memproklamirkan kemerdekaan yakni pada 28 September 1945, Kantor Kantor Pusat Kereta Api di Bandung diambil alih dari penguasaan
Jepang. Hal itu yang menandai berdirinya Djawatan Kereta Api Republik Indonesia (DKARI) dan kemudian diperingati sebagai Hari Kereta Api Indonesia. Pada akhirnya ditetapkan nama PT. Kereta Api Indonesia (PT. KAI) di tahun 1998 hingga saat ini.
Mulanya, jenis kereta yang pertama kali digunakan adalah kereta api uap. Kereta uap menggunakan bahan bakar sederhana yaitu air. Air yang dimasukkan kedalam ketel uap dipanaskan menggunakan api yang diberi bahan bakar kayu, arang, atau gas hingga kemudian menghasilkan uap air untuk menjalankan kereta. Sugeng Winarto, seorang masinis PT. KAI menjelaskan bahwa proses pemanasan dan pembakaran bahan bakar membutuhkan waktu yang cukup lama. “Memang lama, menunggu kereta uap siap dijalankan butuh waktu sekitar satu sampai dua jam,” ucapnya. Belum lagi, hasil dari pembakaran ini menciptakan residu berupa asap serta suara berisik yang sekaligus menimbulkan dampak lain seperti polusi udara dan polusi suara.
Setelah kereta uap ditinggalkan, dikembangkanlah kereta api bermesin diesel. Hal ini sekaligus menjadi solusi atas kelemahan yang ada pada kereta uap. Hanya membutuhkan waktu lima menit dengan bantuan tekanan angin, sudah dapat memutar compressor untuk kereta siap dijalankan. “Cukup membutuhkan satu tombol untuk memulai kerja mesin kereta apinya,” tambah Sugeng Winarto. Contoh kereta api tersebut adalah BP-200, CC-201, dan yang terbaru CC-206 sudah menggunakan program. Kereta api diesel menggunakan bahan bakar solar, tentunya bahan ini lebih mudah di dapatkan ketimbang harus menggunakan kayu atau arang.
Seiring berkembangnya teknologi, dibuatlah kereta listrik atau biasa disebut dengan commuter line. Dikutip dari ruangguru. com, kereta listrik ini lebih efisien bahan bakar karena menggunakan tenaga listrik. Pantograf yang menempel di atas badan kereta dihubungkan dengan kabel listrik yang berada di atas rel, untuk mengaliri arus listrik. Kecepatan berbagai kereta ini pun berbeda-beda seperti kereta listrik yang memiliki kecepatan hingga 120 km/jam, kereta uap rata-rata 50 km/jam, dan diesel yang kecepatannya 100 km/jam.
Dibandingkan dengan kereta api tradisional yang masih menggunakan bahan bakar berresidu, kereta modern lebih ramah lingkungan dan mudah digunakan dalam hal mobilitas. Kereta modern telah menggunakan teknologi permesinan canggih yang mengurangi polusi polusi suara dan bebas polusi asap. Tak hanya itu, dengan mobilitas masyarakat yang tinggi, menjadi alasan dikembangkannya fasilitas dan keamanan dalam kereta api. Hal tersebut yang menjadi salah satu perubahan besar dalam perkembangan kereta api sesuai dengan yang dikutip dari tribuntravel.com
Meisya Azhrini, selaku salah satu penumpang kereta api juga mengatakan bahwa perkembangan kereta api saat ini sangat memberikan kemudahan dan kenyamanan. “Naik kereta merupakan rutinitas saya untuk transportasi menuju kampung halaman sejak beberapa tahun yang lalu. Saya banyak merasakan perubahan yang bikin tambah nyaman,” tambahnya.