E-TABLOID
2
Edisi Juni 2018 | www.lpmdinamika.co
E-TABLOID
SALAM REDAKSI
SALAM REDAKSI Lembaga Pers Mahasiswa (LPM) Dinamika Penerbit: Lembaga Pers Mahasiswa Dinamika UIN SU Pelindung: Rektor UIN SU Pembina: Wakil Rektor III UIN SU, Dekan FITK, Dekan FSH, Dekan FDK, Dekan FUSI, Dekan FEBI, Dekan FIS, Dekan FKM, Dekan Fakultas SAINTEK, Kabag Akademik dan Kemahasiswaan Biro AAKK UIN SU, Kasubbag Kemahasiswaan Bagian Akademik dan Kemahasiswaan Biro AAKK UIN SU, Drs. Syahruddin Siregar M.A, Dr. M. Syukri Albani Nasution, M.A, Dr. H. Ali Murthado, M.Hum, Sugiatmo. M.A. Pemimpin Umum: M. Ifroh Hasyim Sekretaris Umum: Nova Riani Bendahara Umum: Regi Amelia Pemimpin Redaksi: Firda Adinda Syukri Pemimpin Desain Grafis: Enggar Tyas Untari Pemimpin Litbang: Dzulanda Sari Batubara Pemimpin Perusahaan: Khairul Azmi Sekretaris Redaksi: Isma Hidayati Redaktur Pelaksana: Rahmanuddin Redaktur Online: Muhammad Ibrahim Reporter Senior: Tiurmaida Silaen, Syafrita Reporter Junior: Anisa Rizwani, Audry Uyuni, Ayu Wulandari Hsb, Devi Junita Sari, Rizki Ananda, Siti Aisa, Siska Ramayani D, Widia Astuti Redaktur Foto: Fakhrurrazi Anggota: Silvia Marissa, Hafiz Hasan Noor, Jihan Fikriyah, Istiqomah Kaloko, Putri Chairunnisa, Taufik Syahputra Redaktur Bahasa: Aminata Zahriata Anggota: Maya Riski, Ridha Amalia, Putri Syakbania, Rizki Audina, Nanda Septian, Iin Prasetyo Sekretaris Desain Grafis: Miranda Lianti Redaktur Artistik: Muhammad Fathoni Layouter: Hasni Indah Sari, Shofiatul Husna Lbs, Nurhalimah Syafira, Adinda Nur Khaidar, Cindy Yulfika, Alfi Syahrin Ilustrator: Fatimah Nurazizah, Nada Fitria Nst, Afifah Lania, Nanda Ariesta, Ditanty Chicha Novri Web Designer: Muamar Sidik Utomo, Mahmudi Sekretaris Litbang: M. Taufiqurahman Kasubdiv PSDA: Kurniawan Anggota: Wahyu Nizam, Dina Purnama Kasubdiv Penelitian dan Humas: Suci Ayu Pratiwi Anggota: Nabila Firuzia, Ayu Lika Ramadhani, Rafika Putri, Annisa Kinasih Kasubdiv Rumah Tangga: Maulidya Harahap Anggota: Tengku Nurul Hikmah, Rina Wahyuni, Fatimah Lubis Sekretaris Perusahaan: Tia Rahmadhani Nasution Manajer Periklanan: Siti Aulia Rahma Anggota: Rizqi Ramadhan, Deni Gusti Kurniawan, Agung Prasetya, Diana Aliya Manajer Percetakan: Muslim Hidayat Anggota: Muhammad Teguh Nur El Hakim S, Arifin, Nur Hotma Tambak, Nur Afifa, Febrianto Lubis, Kiki Meisya Manajer Pemasaran: Dina Maulina Anggota: Cindy Syahfrina, Asri Alviana Alamat: Gedung UKK/UKM UIN SU Lantai 1 No.4 Jl. Williem Iskandar, Pasar V Medan Estate (20371) Kontak: 08224707-7271 E-mail: lpmdinamikaiainsu93@gmail.com/ redaksi@lpmdinamika.co Web: www.lpmdinamika.co Facebook: LPM Dinamika UIN SU Twitter: @LPM_Dinamika Instagram: @lpmdinamika
lah kita dapat beribadah secara terang-terangan dan merasakan nikmatnya cahaya terlepas dari redupnya jaman kegelapan. Sobat kampus yang berbahagia, tak terasa bulan suci Ramadhan telah datang menghampiri. Kami segenap pengurus beserta anggota LPM Dinamika UIN SU mengucapkan “Marhaban Yaa Ramadan�. Selamat datang bulan penuh kemuliaan, bulan yang kehadirannya dinantikan oleh seluruh umat.
Pemimpin Redaksi (Firda Adinda Syukri) Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
A
lhamdulillah, segala puji bagi Allah Swt atas segala nikmat yang tidak pernah berhenti diberikan-Nya kepada kita. Selawat bertangkaikan salam terangkai indah untuk manusia mulia, nabi Muhammad Saw. Karena berkat jerih payahnya (Rasul)
Di sela aktivitas perkuliahan pada bulan Ramadhan ini, Tabloid LPM Dinamika edisi Juni siap menemani. Tabloid kali ini kami sajikan sedikit berbeda dari yang sebelumnya, karena khusus pada edisi ini, tabloid yang disajikan berupa E-tabloid dan bisa dinikmati secara gratis. Meski demikian, dalam penyajiannya kami tetap menyajikan berbagai informasi-informasi terbaru dengan ragam sajian dari berbagai ulasan. Berawal dari rubrik Reportase Utama, kami mengangkat kembali isu akreditasi UIN SU yang sempat
ditargetkan mendapat akreditasi A pada tahun 2020 mendatang. Seperti apakah persiapannya? Disamping reportase utama, rubrik Dinamika Kampus dengan tema Alih Fungsi Kampus III UIN SU dan Persiapan KKN 2018 siap memperkaya informasi sobat kampus. Pada bulan ramadan ini, rubrik Historia dengan tema Asal Usul Bubur Pedas khas Melayu yang biasanya disantap saat berbuka pun turut kami ulas dalam tabloid ini. Tidak kalah pentingnya, tips menjaga pola makan di bulan Ramadhan juga kami sajikan di rubrik kesehatan. Akhirnya, selamat membaca dan menikmati Tabloid LPM Dinamika edisi Juni ini. Tidak lupa, berbagai kritik dan saran kami harapkan sebagai bahan evaluasi dan tentunya agar ke depannya kami dapat menyajikan karya yang lebih lagi. Salam Pers Mahasiswa!
EDITORIAL AKREDITASI "A" Jangan Sekedar Rapor
S
edikit gambaran. Nilai "B" yang kudapat di rapor SMA beberapa tahun lalu bukanlah hasil yang memuaskan. Usaha tidak menonton serial di layar kaca demi mendalami Seni Budaya, tak keluyuran setelah Isha demi memahami algaritma, bergadang hingga larut malam semua itu mestinya terbalaskan dengan nilai "A" agar lebih istimewa. Sebab, salah satu yang paling diperhatikan pelajar setelah ujian berakhir adalah warna rapor dan nilai yang didapatnya. Berbeda dengan salah seorang teman di kelas yang sangat mudahnya menggenggam nilai A. Padahal usahanya mendapatkan nilai tersebut tak berbeda denganku. Nilai A di rapor SMA diartikan sangat baik dan B berarti baik. Karenanya, untuk mengetahui cara mendapatkan nilai A, wajar jika aku meminta bocoran kepada teman yang sangat baik itu. Secara umum, pemaknaan nilai rapor dengan nilai akreditasi perguruan tinggi tidak jauh berbeda. Jika
www.lpmdinamika.co | Edisi Juni 2018
nilai B di rapor diartikan baik dan nilai A berarti sangat baik, maka begitu pula penilaian terhadap akreditasi di perguruan tinggi. Aku berpikir, mudah sekali sebuah perguruan tinggi mendapatkan akreditasi A, kampus temanku memiliki dosen tetap yang mumpuni sebagaimana di kampusku, jadwal akademik mereka juga tertata rapi sebagaimana di kampusku, masing-masing kampus memiliki event seminar nasional dan internasional, serta sama-sama memiliki mahasiswa berprestasi yang andal. Hampir tidak ada perbedaan antara kampusku dengan perguruan tinggi teman-temanku. Karenanya untuk mengetahui cara mendapatkan akreditasi A, wajar jika kita bersilaturahmi meminta bocoran kepada perguruan tinggi yang mendapat akreditasi sangat baik itu. Akankah kita mengambil pelajaran dari mereka, bahwa akreditasi A tidak dilihat dari kemampuan dosen dalam mendidik saja, melainkan
Redaktur Online (Muhammad Ibrahim) juga berdasarkan kesopanan tampilan sehari-hari, seperti memenuhi kebutuhan fasilitas lainnya. Jika kampus UIN SU memperhatikan kesopanan tampilannya, ditambah kemegahan sarana baru yang tengah digenjot saat ini, maka nilai A bukan sekedar rapor yang dikejar-kejar tanpa kualitas. UIN SU mesti mendapatkan rapor A dengan beranda kampus yang ramah lingkungan, jangan sekedar target yang dibidik hingga 2020. Pastikan akreditasi A UIN SU diartikan sangat baik sesuai makna dalam rapor.
3
E-TABLOID
kata Mereka Wahyu Adetya/Fakultas Sains dan Teknologi/Biologi
M
enurut saya impian UIN Sumatera Utara untuk mendapat akreditasi “A” masih sangat jauh dari harapan. Dilihat dari sarana dan prasarana yang masih sangat kurang, seperti: listrik, proyektor, sistem administrasi, dan lagi-lagi menurut saya pembinaan untuk melakukan penilitian karya ilmiah juga masih sangat kurang. Hasan Basri Harahap/Fakultas Syariah dan Hukum/Ahwal as Syaksiyah
U
IN Sumatera Utara merupakan sebuah kampus yang sangat istimewa, sebab hingga saat ini UIN SU mampu
4
KATA MEREKA Kata Mereka adalah salah satu rubrik yang disediakan di Tabloid LPM Dinamika yang memuat komentar-komentar mahasiswa UIN SU seputar kampus UIN SU. Untuk rubrik Kata Mereka kali ini, LPM Dinamika mengambil tema “Akreditasi A”. ewat rubrik Kata Mereka mahasiswa dapat mengutarakkan pendapat mengenai Akreditasi A. Penyuluhan Islam mendidik mahasiswanya dalam segala bidang, tidak hanya berorientasi pada bidang keagamaan, akan tetapi UIN SU juga memiliki potensi yang sangat luar biasa untuk mampu melahirkan generasi yang handal dalam bidang kepemimipinan, ideologi, dan teknologi yang dijunjung tinggi di UIN SU . Semua itu memiliki dampak yang sangat positif bagi perkembngan kampus selanjutnya. UIN SU sendiri merupakan kampus yang sangat bermanfaat bagi masyarakat, artinya setiap kader yang dilahirkan mampu memberikan kontribusi penting serta pandangan yang baru bagi masyarakat. Mukhliza Rizwany/Fakultas Kesehatan Masyarakat/Ilmu Kesehatan Masyarakat
U
ntuk Fakultas Kesehatan Masyarakat sendiri prasarana yang kurang itu air, penyediaan tempat sampah yang masih sangat sedikit dan pengolahannya yang kurang baik, seperti membakar sampah di sekita kampus, dan asap yang dihasilkan sangat mengganggu proses pem-
belajaran, dan pemisahan sampah organik dan anorganik sebaiknya diberlakukan. Wahyu Purdani / Fakultas Ilmu Sosial/ Ilmu Komunikasi
M
enurut saya, Akreditasi “A” itu adalah Suatu target yang sangat luar biasa apalagi untuk UIN SU sendiri. AKREDITASI “A” sendiri merupakan suatu target yang terbaik untuk suatu kampus baik itu di Indonesia maupun di Luar negeri. Namun, untuk mencapai target akreditasi A tersebut tidak mudah untuk menggapainya, masih banyak lagi yang perlu diperbaiki oleh UIN SU. Baik itu dari segi kelas, karakter mahasiswa, kegiatan-kegiatan dan masih banyak lagi yang perlu diperbaiki. Mawaddah Warahmah/ Fakultas Dakwah dan Komunikasi/Bimbingan
T
arget “A” untuk kampus kita itu adalah sesuatu yang sangat bagus. Mengingat perkembangan dan jaringan kampus yang cukup pesat kita yakin kita bisa mencapai target itu. Tapi disisi lain kita harus pertimbangkan kesiapan masyarakat kampusnya. Siap tidak mereka dalam mencapai target akreditas A tersebut untuk tahun 2020. Ahmad Sabili/ Fakultas Usuluddin dan Studi Islam/ Ilmu A-Qur'an dan Tafsir
K
alau menurut saya baik untuk mewujudkan hal tersebut, namun karena melihat kondisi sekarang saya tidak terlalu optimis hal itu akan terwujud. masih banyak kebijakan yang tidak tanggap terhadap keadaan serta adanya ketidak siapan SDM dalam mewujudkannya pada waktu yang singkat ini. harapan saya perlu adanya evaluasi di segala bidang, dan jika mengeluarkan sesuatu kebijakan harusnya memprioritaskan hal yang memang paling penting.
Edisi Juni 2018 | www.lpmdinamika.co
E-TABLOID
REPORTASE UTAMA
merancang rupa akreditasi A Ilustrator Fatimah Nurazizah
(LPM), Rektor UIN SU Prof. Dr. Saidurrahman, M.Ag menawar untuk target itu di tahun 2020.
mu dengan dosen pasca sarjana UIN SU, Dr. H. Nispul Khoiri, M.Ag di ruangan Wakil Dekan I pada (16/5).
“Rektor menawar untuk target itu di tahun 2020 karena tidak fleksibel untuk dilakukan di tahun 2019,” ucapnya. Setelah ditelaah lebih lanjut, ternyata target tersebutlah yang memacu UIN SU agar mendapatkan peringkat akreditasi A di 2020 mendatang.
“Dalam mendukung UIN SU akreditasi A, harus ada dorongan oleh fakultas-fakultas dan prodi-prodi. Salah satu dorongan dari UIN SU untuk meningkatkan mutu dosen itu adalah tidak terlepas dari memperkuat tri dharma perguruan itu sendiri,” jawabnya dengan santai.
Membidik Kesiapan Akademik
Dengan intonasi suara yang agak pelan, Nispul melanjutkan bicaranya. “Pendidikan ini dimulai dari adanya dorongan UIN SU bahwa dalam setiap tahun dosen-dosen itu harus berpendidikan S3, dosen yang S1 didorong ke S2 dan S2 didorong ke S3. Jadi dosen harus memperkuat diri dengan pendidikan S3. Itu salah satu unsur penilaian,” ucapnya yang ketika itu mengenakan kemeja kotak-kotak.
Pada pagi yang menggairahkan semangat para insan, WR I Prof. Dr. Syafaruddin, M.Pd menjelaskan beberapa tahapan yang harus dilalui untuk mencapai target akademisi yang baik di 2020 mendatang. “Pertama melengkapi kebutuhan dosen. Karena standar minimal dosen itu enam sudah kita penuhi yang sesuai keahliannya bahkan lebih dari itu,” ungkapnya dengan suara yang pelan.
M
engingat peristiwa pada 18 November lalu tepatnya saat perayaan Dies Natalis ke-44 UIN Sumatera Utara di Lapangan Biro yang sempat mengusung tema, “Mantapkan Tekad 2020 UIN SU Akreditasi Terbaik” Inilah yang menjadi titik mula tercetusnya wacana, “UIN SU akreditas A pada 2020” mendatang. Kini UIN SU telah berhasil mengantongi status akreditasi “B” hal tersebut tertera dalam sertifikat akreditasi oleh BAN-PT (Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi) yang ditandatangani oleh Direktur Dewan Eksekutif, Prof. T. Basaruddin. Sertifikat yang dapat dilihat langsung melalui laman www.uinsu.ac.id ini secara jelas menerangkan bahwa UIN SU terakreditasi B sejak tanggal 31 Oktober 2017 sampai 5 tahun mendatang yakni 31 Oktober 2022. Saat melakukan wawancara dengan Wakil Rektor I Bidang Akademik dan Kelembagaan, Prof. Dr. Syafaruddin, M.Pd (13/2) di ruangannya menegaskan bahwa ada tiga kebijakan yang tengah ditargetkan oleh UIN SU. “Kita memiliki 3 target yang harus dicapai ke depannya yaitu: Internasionalisasi, Digitalisasi, dan Akreditasi,” tegasnya dengan nada suara yang sayup-sayup di telinga.
Dikutip dari laman www.kemenag.go.id dengan judul berita “Kemenag Targetkan Tahun 2019 Semua UIN Terakreditasi A” yang tersebar pada Januari 2017 lalu. Pada beberapa kutipan yang tertera menyatakan bahwa Kemeterian Agama membina 11 Universitas Islam Negeri (merupakan hasil transformasi) dari Institut Agama Islam Negeri yang tersebar di beberapa Provinsi (29/1). Sejalan dengan hal itu, menilik tiga tahun silam tepatnya pada tahun 2015. UIN SU baru saja bertransformasi dari Institut menjadi Universitas. Maka sepakat dengan itu, Dirjen Diktis (Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Islam) Kamaruddin Amin meminta jajarannya untuk menyiapkan treatment secara sistematis dari sekarang. Guru Besar UIN Alauddin Makassar menegaskan, target akreditasi A UIN harus terrefleksi pada program dan kegiatan tahun 2017 dengan target pencapaian per tahun yang jelas hingga 2019. Dengan adanya tuntutan dari Kementerian Agama dan Direktorat Dirjen DIKTIS agar seluruh APT (Akreditasi Perguruan Tinggi) dari Universitas Islam Negeri berakreditasi A di tahun 2019. Menurut Dr. Muhammad Syahnan, MA selaku ketua Lembaga Penjamin Mutu
www.lpmdinamika.co | Edisi Juni 2018
Syafaruddin sedikit menyinggung soal kurikulum yang diadopsi oleh UIN SU sejak setahun lalu. “Kurikulum kita itu berbasis KKNI (Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia) yang melengkapi syarat-syaratnya misalnya dosen membuat RPS (Rancangan Program Semester), menentukan SKL (Standar Kompetensi Lulusan), menentukan mata kuliah universitas, fakultas serta prodi,” ucap Syafaruddin. Selain menetapkan SKL Universitas, pelbagai tata kelola akademik pun ditata apik. “Misalnya lulusan itu untuk tahun 2017 keatas harus hafal 2 Juz setelah itu kita jadwalkan untuk melaporkan (menyetor), nanti kita evaluasi secara bertahap tentang peningkatan kualitasnya, standar bahasa inggris dan bahasa arab juga sesuai toefl 400 sampai 450,” lanjut Syafaruddin. Birokrat telah berupaya dan gencar dalam menaikkan akreditasi prodi, “alhamdulillah baru-baru ini kita mendapatkan akreditas A dijurusan Aqidah dan Filsafat Islam. Ada 4 yang sudah A, mudah-mudah tahun ini dan 2019 bisa kita kejar 60% itu bisa jadi A. Ada sekitar 22 prodi yang telah berakreditas B. Kita ingin memperkuat prodi yang masih berakreditas B itu untuk mendapatkan akreditasi A.” ucap Syafaruddin. Selanjutnya tim reportase berte-
Bukan mendikte pergerakan akademik, kedisiplinan dosen pun menjadi fokus mahasiswa saat tim reportase berusaha mewawancarai seorang mahasiswa FEBI Semester 8, Muspay namanya. Menurut Muspay tindakan dosen harus diperhatikan misalkan dalam hal kedisiplinan. “Kedisiplinan dosen masih harus dilurusi, jika dosen itu bagus dan tegas maka mahasiswa itu akan menumbuhkan rasa segan pada dosen tersebut. Dosen merupakan panutan utama bagi mahasiswa,” ucapnya. Perbincangan singkat berlangsung di ruang Kepala Bagian Kerjasama, Kelembagaan dan Humas UIN SU, Drs. Abdullah Syaha pada Jumat, (18/5). Menurut Abdullah ada target Rektor di tahun 2019 menyangkut penggunaan bahasa di lingkungan UIN SU. “Jadi program rektor nantinya setiap pegawai, dosen, dan mahasiswa itu di 2019 targetnya menggunakan bahasa Arab atau Inggris,” tuturnya diakhir perbicaraan. Kesadaran Mutu Prodi Program Studi merupakan unit terkecil dari penilaian suatu kelembagaan agar membantu peningkatan akreditas fakultas kemudian pada tahap yang lebih tinggi yaitu universitas. “Penilaian akreditasi itu misalnya untuk Kaprodi (Kepala Program Studi) itu yang ditanya ialah kepemimpinannya, bagaimana dia menjalankan prodi, bagaimana dia berhubungan dengan unit-unit
5
E-TABLOID yang ada di universitas, kemudian bagaimana dia membangun komunikasi dengan pihak luar untuk bekerjasama atau dalam kegiatan asosiasi perguruan sesuai kaprodi nya,” ucap sekretaris LPM (Lembaga Penjamin Mutu) UIN SU, Dr. Isnaini Harahap, M.A. Sedikit menggelitik, kesiapan tenaga pendidik khususnya dosen menjadi salah satu komponen yang diperhitungan guna menjemput kenaikan akreditasi. Pasalnya ada sejumlah penilaian untuk para dosen. “Setiap dosen itu memiliki tri dharma perguruan tinggi . Misalnya dia harus mengajar minimal 12 SKS maksimal 16 SKS, selanjutnya dosen harus memiliki penelitian, karya pengabdian sejauh ini kalau kita lihat dari BKD (Bobot Kerja Dosen) aspek itu terpenuhi persoalan kita sekarang adalah bagaimana cara agar karya-karya itu mudah untuk kita akses jadi selama ini dosen kalau punya karya disimpan,” tutur Isnaini. Menurut Syahnan, tahun ini program studi baru yang ada harus maju. “Prodi-prodi baru harus maju tahun ini, tidak ada pilihan lain. Masih banyak prodi yang masih kita upayakan sekitar 18 prodi maka kita akan mengadakan pelatihan-pelatihan yang terkait SPMI (Sistem Penjamin Mutu Internal) sudah kita mulai dari tahun 2017 dan terakhir itu sebulan yang lalu,” tuturnya. Syahnan melanjutkan bila SPMI itu dilakukan untuk sekretaris prodi yang ada di UIN SU yaitu berjumlah 54 prodi. “Kita melakukan SPMI untuk sekretaris-sekretaris prodi, tapi kita hanya bisa mengakomodasi hanya sebagian dari 54 itu tidak seluruhnya bisa kita akomodasi, karena itu kita prioritaskan untuk program-program studi yang mau dikaji borangnya,” ujarnya. Disamping adanya standarisasi yang perlu dipenuhi dan beberapa kriteria yang masih dibenahi, Syahnan juga menyenggol soal 4 prodi yang baru terakreditasi A di kawasan UIN SU. “Sekarang ini ada sesuatu yang berat dijalankan bahwa kita dari 54 prodi yang ada baru 4 yang A, tentu minimal dari berapa persen, 60 sampai 40% untuk mendapatkan atau diupayakan A. Banyak komponen ynag harus dibenahi,” kata Syahnan. Memaksimalkan Fasilitas Dari hasil jajak pendapat yang dilakukan oleh Tim Litbang (Penelitian dan Pengembangan) LPM Dinamika di kawasan UIN SU
6
REPORTASE UTAMA dengan sebanyak 200 responden yang merupakan mahasiswa UIN Sumatera Utara. Terdapat sebanyak 65% dari total 200 responden menyatakan bahwa kurang memadainya pelayanan serta sarana dan prasarana yang disediakan oleh UIN SU. Sementara hanya sebesar 19% saja yang menyatakan memadai. Sisanya sebesar 16% menyatakan bahwa pelayanan serta sarana dan prasarana yang disediakan kampus tidak memadai. Sebagai bagian dari penilaian 7 standarisasi peningkatan APT, sarana dan prasarana merupakan salah satu pemicunya. Sarana dan prasarana menjadi sorotan tajam bagi sebagian mahasiswa. Pasalnya, masih ditemukanny kekurangan dalam pemenuhan kebutuhan untuk hal yang satu itu. Mahasiswa pun kerap kali mengeluhkan ketersediaan sarana dan prasarana yang ada di UIN SU. Seperti ungkapan Muhammad Syahrial Harahap, mahasiswa FDK Semester II. “Masalah yang dari dulu dihadapi UIN SU itu sebenarnya masalah fasilitas sih, yang lebih parahnya itu ialah masalah lokal, banyak yang minjam kelas lah,” ucap Syahrial. Serangkaian upaya pun dikerahkan. Pemenuhan fasilitas berupa gedung perkuliahan ditambah seiring dengan total mahasiswa UIN SU mencapai 20.000 menuju 30.000 orang. Dikutip dari laman lpmdinamika.co pada pertengahan April lalu, Moraluddin Harahap selaku Kasubbag BMN (Bangunan Milik Negera) Biro UIN SU sempat menggambarkan serangkaian konsep gedung 6 lantai yang kini sedang dalam proses pengerjaan. Gedung yang nantinya menjadi ikon baru di UIN Sumatera Utara. Tak hanya sekadar wacana, Pembangunan itupun dimulai pada pertengahan Mei lalu tepat di lahan depan Kantor Administrasi FITK. (15/5). “Di lantai 1 akan kita bangun Pustipada (Pusat Teknologi Informasi dan Pangkalan Data), Lab computer untuk pelatihan IT. Pada lantai 2, 3, 4 akan diperuntukkan menjadi gedung kuliah bersama. Di lantai 5 akan dibuat small auditorium sedangkan di lantai 6 akan dibangun ruang konferensi, RTH (Ruang Terbuka Hijau) dan kafetaria,” jelasnya. Menyadari keterbatasan fasilitas UIN SU saat ini, Rektor berujar kepada awak media bila Kampus UIN SU tidak muat lagi. “Kalau inikan gak layak lagi, kalau ditengok macam cacing kepanasan. Gak muat lagi kampus kita ini,” ujarnya di ruangan AUPK (Administrasi Umum
Perencanaan dan Keuangan) pada 22 Mei lalu sekitar pukul 8.20 WIB. Menanggapi hal tersebut lewat percakapan dari konferensi pers saat pelaksanaan UM-PTKIN (Ujian Masuk Perguruan Tinggi Keagamaan Islam Negeri) pada 22 Mei lalu, secara gamblang kepada awak media Rektor UIN Sumatera Utara, Prof. Dr. Saidurrahman, M.Ag menuturkan bila fasilitas yang ada di UIN SU masih terus diperbarui. “Karena fasilitas kita masih sedang proses. Kita sekarang sedang membangun gedung 6 lantai itu dari SBSN (Suku Bunga Syariah Nasional) senilai 50 M, lalu di Sutomo kita sedang dapat bantuan dari Pemprov untuk Wisma Syariah dan juga dari Ketua Dewan Pembina Haji Anif berupa gedung, dan yang paling besar itu ada di Tuntungan dapat bantuan dari IDB (Islamic Development Bank) sebesar 300 M,” jelasnya satu persatu. Peralihan IAIN SU menjadi UIN SU tentu menambah sejumlah tugas untuk terus memaksimalkan fasilitas. Tak hanya di bidang sarana, prasarana pun menjadi PR besar yang harus segera dipenuhi. Seirama dengan keluhan yang disampaikan oleh Tila Suraya, mahasiswi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam (FEBI) Semester VI mengatakan bila UIN SU masih belum layak menaikkan akreditasi karena fasilitas yang ada tidak setimpal dengan UKT yang ditetapkan. “Fasilitas yang ada tidak cocok dengan besaran UKT yang ditetapkan, apalagi mahasiswi FEBI dengan UKT yang cukup tinggi. UIN SU belum pantas menurut saya menaikkan akreditasi. Fasilitas-fasilitas yang ada masih belum ditingkatkan sumber daya nya misal proyektor, lantai masih banyak yang rusak, AC juga” ucapnya.
ujar Saidurrahman yang ketika itu mengenakan peci hitam lengkap dengan kemeja putih. Membangun Relasi ke Berbagai Pihak Langkah selanjutnya yang ditempuh oleh UIN Sumatera Utara untuk menaikkan akreditasinya adalah dengan menjalin kerjasama ke beberapa Universitas. Kabag Kerjasama Kelembagaan dan Humas, Drs. Abdullah Syaha menyinggung perihal kerjasama yang telah dijalin oleh UIN SU ke beberapa pihak baik dalam negeri maupun luar negeri. Tercatat dari data yang tim reportase peroleh lewat Bagian Kerjasama, Kelembagaan dan Humas Birokrasi UIN SU. Sebanyak 34 kerjasama yang termasuk kepada MoU (Memorandum of Understanding) juga MoA (Memorandum of Agreement) dalam negeri yang dijalin oleh pihak UIN SU. Beberapa kerjasama dalam negeri guna membangun UIN SU menjadi lebih baik bisa dilihat. Seperti pemberian beasiswa, pendayagunaan kompetensi dosen dalam kegiatan akademik, tri dharma perguruan tinggi, pengembangan institut dan peningkatan program kerja serta penggunaan jaa perbankan di lingkungan UIN SU. Dengan serangkaian kerjasama yang rata-rata memiliki masa kerjasama selama 5 tahun. Selain kerjasama dalam negeri, UIN SU juga gencar menjalin kerjasama luar negeri. Terlihat di beberapa negara seperti Malaysia, India, Arab Saudi, Iran, USA (United State
Rektor tak menampik keluhan demi keluhan yang disampaikan oleh mahasiswa, Saidurrahman justru mengakui adanya keterbatasan fasilitas tersebut sehingga beliau sedang berjuang untuk menyokong segala macam fasilitas. “Fasilitas kita masih terbatas, itu harus kita akui. Karena kita baru berubah. Dan setelah ini kita sedang berjuang termasuk gedung, proyektor dan segala macam,”
Edisi Juni 2018 | www.lpmdinamika.co
E-TABLOID
REPORTASE UTAMA of America), Azerbaijan, Francais, dan Australia. Tak hanya itu, tujuan lain seperti penguatan jaringan akademik internasional pun saling ditautkan guna memenuhi target Rektor UIN SU menyoal world class university. “Kita tidak hanya lokal dan nasional, kita menuju world class university, Insya Allah dengan kerjasama yang baik. Dan mudah-mudahan upaya kita ini diridhai Allah Swt,” harapnya di akhir pembicaraan usai memantau pelaksanaan UM-PTKIN di gedung ICT (Information Communication and Technology). Dengan santai Abdullah Syaha sedikit bercerita pada tim reportase mengenai kerjasama yang tempo hari baru dijalin. “Tempo hari, ada juga dengan Universitas Gadjah Mada (UGM), Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), kemudian Universitas Negeri Padang (UNP) dan masih banyak lagi. Kemudian kerjasama dengan
BUMN (Badan Usaha Milik Negara), BUMD (Badan Usaha Milik Daerah) juga ada. Itu sebagai syarat untuk akreditasi,” ucapnya singkat direkaman berdurasi 3.15 menit itu. Peran Mahasiswa Menjemput Akreditasi A Pentingkah peran mahasiswa dalam mendukung kenaikan akreditasi kampus? Jawabannya adalah penting. Sesuai dengan hasil jajak pendapat yang dilakukan oleh tim Litbang LPM Dinamika sebesar 90,5 % mahasiswa menyatakan bila peran mahasiswa penting dalam menaikkan akreditas. Diketahui adanya dominasi hasil jajak pendapat kali ini, dimana yang menyatakan tidak penting hanya sebesar 9,5 % mahasiswa. Artinya, peran mahasiswa memanglah penting. Tak bisa dipungkiri, setiap komponen yang berada di lingkungan UIN SU dibutuhkan untuk menaikkan akreditasi. Mahasiswa sebagai agent of change pun perlu diberi penguatan guna mendukung kebijakan demi kebijakan yang telah direncanakan.
Apakah anda tahu mengenai kriteria sebuah universitas mendapat akreditasi A ?
Bagaimana menurut anda pembelajaran didalam kelas? Baik
Biasa Saja
Kurang Baik
Kurang Baik
Tidak Tahu
Metode Jajak Pendapat : Pengumpulan pendapat melalui penyebaran angket divisi litbang LPM Dinamika UIN SU pada 04-05 Juni 2018, sebanyak 200 responden yang dipilih secara acak di 8 fakultas
“Mahasiswa juga harus mendukung setiap kebijakan dari kampus. Jadi seluruh komponen yang ada di civitas akademika juga harus bergerak secara serentak. Jadi sebagai mahasiswa juga harus begitu, visi nya harus membangun UIN SU lebih baik,” kata Dr. H. Nispul Khoiri, M.Ag dengan nada bicara yang serius. Cukup menohok bagi tim reportase yang notabenwwnya juga mahasiswa UIN SU saat mendengar kelanjutan dari penjelasan Syahnan. “Sebenarnya mahasiswa itu dituntut untuk aktif, tidak ada waktu untuk berdemo-demo karena terkadang konteksnya yang tidak relevan. Tapi lebih kepada peningkatan aktivitas. Jadi mahasiswa harus meningkatkan prestasinya dan dosenpun begitu juga harus memiliki karya,” tegasnya. Dilapangan, tim reportase pun mendapatkan beberapa tanggapan dari mahasiswa UIN SU mengenai peranan penting yang sedang dijalankan sebagai mahasiswa. Peran menaikkan akreditasi kampus tidak hanya bertumpu pada birokrasi, akan tetapi peran mahasiswa/i dalam menunjang kenaikkan akreditasi juga dibutuhkan. Menurut Muspay mahasiswa FEBI Semester 8 menyadari perlunya peran mahasiswa dalam menaikkan akreditasi. “Peran mahasiswa dalam menaikkan akreditasi jelas sangat perlu. Mahasiswa harus meningkatkan jiwa kreatif, kalau sudah tercipta maka akan tumbuhlah mahasiswa yang berprestasi," ucapnya. Sembari menganalogikan, ibarat sebuah rumah. UIN SU adalah rumah kita. Jadi setiap elemen yang ada didalamnya pun harus ikut terlibat. “Karena UIN ini rumah kita, kita harus bangun bersama, besar-
www.lpmdinamika.co | Edisi Juni 2018
Baik
Biasa Saja
Seberapa penting peran mahasiswa dalam mendukung akreditasi kampus?
Tahu
Bagaimana menurut anda kinerja dosen dalam mengajar di kelas?
sistem
Menyesuaikan dengan target akreditasi "A" pada 2020, sudah memadaikah pelayanan serta sarana & prasarana kampus ?
Penting
Memadai Kurang Memadai
Kurang Penting
Tidak Memadai
kan bersama, akreditasi A itu tidak mungkin tanpa dukungan mahasiswa. Jadi kalau mahasiswa ada yang berprestasi itu jangan diam-diam saja,” pungkasnya. Diakhir pembicaraan Isnaini mengharapkan adanya partisipasi mahasiswa guna membesarkan UIN SU. “Kita berharap mahasiswa ini lebih berpartisipasi, karena UIN ini rumah kita. Kita sama-sama untuk membesarkannya. Karena jikareditasinya baik semua aspek itu diuntungkan terutama mahasiswa karena jika ingin bekerja dan melanjutkan studi maka akreditasi itu harus bagus,” tutupnya. Petuah singkat lagi-lagi dilontarkan oleh Nispul Khairi selaku dosen pasca sarjana UIN SU. “Saya selalu katakan kepada mahasiswa, persaingan ke depan itu sulit. Jadi kalau mahasiswa lamban dan tidak cekatan maka akan kalah saing dengan arus globalisasi,” kata Nispul. Layakkah UIN SU Akreditasi A? Dari hasil perhitungan jajak pendapat, didapatkan sejumlah 57,5% mahasiswa telah mengetahui kriteria sebuah universitas mendapatkan akreditasi A, artinya bisa dipastikan sebagian besar mahasiswa telah tahu dan sisanya sejumlah 42,5 % sama sekali belum mengetahui mengenai hal tersebut. Meski demikian rencana menuju akreditasi A tahun 2020 ternyata disambut baik oleh Yoga Aditama mahasiswa FSH semester VI, pasalnya Yoga menilai bahwa rencana tersebut bagus. “Pencanangan tersebut bagus, kalau bisa tahun depan. Namun hal yang harus ditingkatkan dulu kualitas fakultas, intelektual personal di fakultas dan termasuk komponennya seperti mahasiswa, termasuk juga penyediaan fasilitasnya,” ujarnya
Yoga Aditama dengan tersenyum. Jauh sebelum rencana meraih akreditasi A tahun 2020 ini terendus, baru saja 2017 lalu kampus UIN SU mendapatkan akreditasi B. Dengan adanya rencana melakukan re-akreditasi pada tingkatan yang lebih tinggi yakni A pada tahun 2020 dalam kurun waktu ±2 tahun. Menurut M. Syahrial, mahasiswa FDK semester II, UIN SU bisa saja memanfaatkan waktu tersebut untuk berbenah dan memantaskan diri mencapai akreditas A. “Jadi UIN SU bisa saja sih melaksanakan itu dalam 2 tahun, apabila UIN SU bergerak cepat dalam memperbaiki fasilitas maupun yang lainnya, misalkan fasilitas buku di perpustakaan atau masalah pembelajaran, dosen dan sebagainya. Bila UIN SU bisa memperbaiki itu atau bisa memantaskan diri, waktu 2 tahun itu bisa layak dikasih akreditasi A,” ucapnya sambil mengangguk. Satu persatu usaha pun sedang dicicil oleh Rektorat. Usaha tersebut demi mewujudkan rupa sebenarnya dari cita-cita yang telah dititahkan UIN SU sejak mendapatkan akreditas B tahun lalu. Dengan suara yang lantang Abdullah Syaha selaku Kabag Kerjasama Kelembagaan dan Humas mengatakan bila UIN SU akreditasi A tahun 2020 merupakan harga mati. “Kalau akreditasi A sudah mampu lah itu di tahun 2020. Gak ada cerita. Harus. Wajib. Maka target kita itu di tahun 2020 InsyaAllah Akreditasi A,” tegasnya.
Koordinator Liputan Syafrita Reporter
Ayu Wulandari Hasibuan, Nada Fitria Nasution, Putri Chairunnisa, Rizki Ramadhan, Shofiatul Husna Lubis
7
E-TABLOID
WAWANCARA KHUSUS
9 KRITERIA UNTUK UIN SU LEBIH BAIK
Dr. Muhammad Syahnan M.A Kepala Lembaga Penjaminan Mutu (LPM) UIN SU 1. Bagaimana tanggapan Bapak mengenai target rektor tentang penaikan akreditas tahun 2020, yang tidak sesuai dengan yang tertera di sertifikat? Masalah yang ada di sertifikat cukup banyak dan itu mengacu pada UIN itu sendiri, tapi itu juga tidak menutup kemungkinan bahwa jika itu terjadi, masalah akreditasi itu tidak ter-upgrade. BAN PT (Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi) mengadakan kegiatan, pemantauan, jika masih sesuai maka akan terus dilanjutkan, akan tetapi bisa saja Perguruan Tinggi itu mengeluarkan masa akreditasinya dan bisa saja dicabut. 2. Secara hitungan waktu, sewajarnya berapa lama proses penyusunan borang untuk akreditas? Penyusunan borang tergantung pada kesiapan dan record yang sudah dimiliki oleh sebuah program studi atau jurusan. Jika recordnya sudah ada , sebenarnya kalau hanya mengisi borang sebentar saja, 2 bulan mungkin tak sampai dalam hal mengisi borang. Tapi yang sulit itu sebenarnya bukan itunya, tapi proses bagaimana supaya apa yang diisikan didalam borang tersebut. Jika quality inprovtment continuous itu sudah melekat di ketua prodi maka ini semua akan cepat. Menulis borangnya sebentar yang menjadi kendala adalah bagaimana proses yang akan diisikan didalam borang tersebut. Kadangkala prodi harus bekerja betul-betul, macam-
8
-macam hal yang harus dipenuhi. 3. Kenapa kita perlu melakukan reformasi di akreditasi? Akreditasi merupakan akhir hasil daripada proses yang disebut quality inprovtment continuous (perbaikan kualitas yang berkesinambungan). Tujuannya adalah yang terkait dengan pelayanan, termasuk pelayanan terhadap mahasiswa dan semua perangkat yang ada di UIN itu sendiri. Perguruan Tinggi, dan juga Pemimpin Perguruan Tingginya dan juga program studi-nya dan dari tahun ke tahun persyaratan itu semakin ditingkatkan. Berbeda dalam arti banyak hal-hal yang baru yang sesungguhnya harus dicapai, seperti misalnya kalau yang saat ini ada tujuh standart seperti karya ilmiah dosen, karya ilmiah cukup dengan menunjukkan bukti fisik dari karya ilmiahnya seperti artikel, buku atau yang lainnya. Tetapi untuk di 9 kriteria tidak cukup sampai disitu, harus ada luaran (output) karya ilmiah dosen itu harus online atau ada orang yang harus merujuk atau mengutip pada karya-karya dari dosen tersebut. Jika di bidang kerjasama tidak cukup dengan hanya melakukan MoU, karena misalnya MoU bekerjasama dengan instansi tersebut harus ada hasil daripada kerjasamanya dan lebih kepada manfaat yang didapat oleh Institusi UIN dengan apa saja manfaat yang bisa di dapat dari intitusi mitra kerjasamanya, jadi kedua-
nya itu dilihat. Jika tidak, ini masih dianggap nilainya masih dibawah dari standart. 4. Apa yang menjual dari nama UINSU “JUARA� sehingga dapat mempermudah proses penaikan akreditasi tahun 2020? Tentu untuk menggerakkan yang akan dibenahi ini semua pasti ada penggeraknya , salah satunya adalah memberi semangat itu. Tagline itu semacam penyemangat yang sudah motto , dengan demikian mental dari orang-orang yang ada di UIN ini baik pegawainya, dosennya, mahasiswanya itu mentalnya harus luar biasa. Karena jika mentalnya biasa-biasa saja ini tidak akan bisa dilakukan , karena berat sekali. 5. Apa penghambat terbesar UIN SU dalam proses menuju Akreditasi A pada tahun 2020? Saya lebih kepada positive thingking. Timbang melihat penghambat mungkin di sisi perangkat-perangkat, mungkin di pembenah-pembenahan dan fokus kepada apa yang dibutuhkan didalam hal Universitas yang good quality , jadi tahap pola Perguruan Tinggi yang baik memiliki syarat. Dan kita sekarang dalam menuju hal itu. Masih membangun infrastruktur dan Pak Rektor juga sudah menyampaikan perencanaan kegiatan berdasarkan akreditasi dan perencanaan keuangan berdasarkan akreditasi. Semuanya harus singkron. 6.Sistem akademik yang bagaimana yang ditargetkan dalam
rangka mendukung akreditas A ditahun 2020? Akademik tergantung rasio dosen mahasiswa, kualifikasi dosen dan itu dari sisi SDM nya sendiri, harus memiliki rasio dosen yang sesuai dengan mahasiswa. Dari sisi kurikulum secara umum dari 8 fakultas dan 24 pascasarjana , baru sebahagian yang menerapkan KKNI, sebagian masih sosial dan sebagian lagi masih belajar. Ini tidak ada pilihan lain kecuali mendapatkan aturan perundangan 2017 itu harus sudah khatam, semuanya kita harus berbenah 7. Apa sumbangsih yang bisa diberikan mahasiswa dalam hal peningkatan akreditasi? Banyak hal yang harus diberikan mahasiswa untuk menunjang peningkatan akreditasi , salah satunya adalah prestasi. Prestasi lokal, nasional, prestasi IPK yang bagus. Untuk memiliki IPK bagus harus belajar dengan giat dan memiliki strategi. Jalinan kerjasama dengan yang lain , dengan kegiatan-kegiatan oganisasi-organisasi ekstra. Banyak hal yang harus diperankan oleh mahasiswa, baik itu akademik maupun non akademik. 8. Mengenai penerapan KKNI, apakah begitu besar kaitannya terhadap proses penaikan akreditasi? Itu wajib. Artinya sesuai dengan peraturan UU itu wajib diterapkan, sekarang kita dalam proses dan banyak hal yang harus dipersiapkan. Jadi tidak lagi oneway dan banyak model pembelajaran seperti tidak lagi mengajarkan apa yang dijarkannya tahun lalu. Tetapi harus mengacu pada metode pembelajaran yang baru. 9. Untuk dosen sendiri apa yang harus dibenahi dalam peningkatan akreditasi? Banyak yang harus dibenahi untuk dosen dalam memenuhi peningkatan akreditasi misalnya dari segi kepangkatan, kualifikasi, bidang yang diperkuat, kalau asisten tidak masuk ke dosen, kreatifitas dan kerjasama. Reporter Fatimah Nurazizah dan M.Taufiqurrahman
Edisi Juni 2018 | www.lpmdinamika.co
E-TABLOID
www.lpmdinamika.co | Edisi Juni 2018
9
E-TABLOID
DINAMIKA KAMPUS I atau rumah kasa serta alat-alatnya. BI akan memberi perintah untuk membangunnya dan setelah lebaran sudah dapat digunakan dan pupuk yang digunakan pada awal ini digunakan untuk praktik dan ke depannya pupuk-pupuk itu akan kita jual belikan. Untuk sementara bantuan itu jika dinyatakan dalam bentuk uang sebesar 350 juta beserta pajaknya," kata Kajur yang tahun depan akan selesaikan amanahnya tersebut.
Ilustrasi Ditanty Chicha Novri
MENGADU PRAKTIK DI KAMPUS UJI NYALI
S
etelah memasuki pertengahan semester genap, kini kampus III kembali difungsikan sebagai pusat kewirausahaan bagi Mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam (FEBI) khususnya bagi D3 Perbankan. Lokasi kampus III yang jaraknya lumayan jauh dari kampus II UIN SU membuat mahasiswa jadi kewalahan. Tak hanya itu mahasiswa juga banyak mengeluh akibat pengutipan dana untuk kewirausahaan, padahal mereka sudah membayar UKT. Pengutipan dana tersebuh menimbulkan tanda tanya besar bagi mahasiswa yang menggunakan kampus III tersebut.
rapikan hingga sudah enak dipandang oleh mata walaupun belum tuntas, kita menjalankan ini tanpa bantuan biaya, saya juga menggunakan ongkos sendiri tidak usah kita keluhkan, semua rezeki datangnya dari Allah,” terangnya .
“Kebanyakan mahasiswa kurang mahir dalam memanage keuangannya. Hal ini bisa menjadi investasi bagi mereka di masa depannya,” Zuhrinal N Nawawi, MA, selaku penanggung jawab kewirasahaan yang ada di kampus III UniIN Sumatera Utara.
Zuhrinal N Nawawi, MA mengatakan, “Kegiatan kewirausahanaan ini terbuka untuk seluruh Mahasiswa UIN SU dikarenakan saya sebagai penggagasnya maka saya berinisiatif membawa mahasiswa saya,” ujarnya.
Sebenarnya kegiatan wirausaha ini tidak mendapatkan biaya dari pihak kampus. "Awalnya gedung itu sudah tidak layak dipakai lalu kami bersihkan dan
10
Praktik kewirausahaan untuk Mahasiswa UIN SU Mata kuliah kewirausahaan sudah tidak lazim lagi untuk dipejalari oleh mahasiswa pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam sekaligus praktiknya, beberapa kejadian di lapangan terkait praktik pada mata kuliah ini hanya diperuntukkan bagu mahasiswa tingkatan D3 perbankan saja.
Birokrat bersama Dekanat akan melakukan pengadaan rumah kasa. “Selama 3 bulan pergerakan kegiatan ini alhamdulillah dalam bulan ini BI mempercayai kita memberikan kita gedung gompos
Lebih lanjut ia mengatakan, “Tidak ada pembayaran ini-itu semua tanggung jawab UIN seperti tangihan listriknya 2 juta satu bulan dan itu sekalian dengan gardunya, gedung yang kami gunakan dalam praktik ini hanya gedung kantin sedang gedung utamanya tidak kami gunakan dan di sana tidak ada listrik. Kami berpusat di gedung kantin tidak di gedung utamanya dan dalam proses peraktik kami hanya duduk lesehan karena di sana tidak ada kursi, sekali lagi kami hanyalah menggunakan apa yang dada disitu tanpa meminta kepada Rektor” ungkap Zuhrinal N. Namawi, MA. Penanggungjawab pelaksanaan kewirausahaan Strukturan penanggung jawab bagi pelaksanaan gedung ini belum ada struktur tersendiri dan hanya izin lisan kepada pihak kampus serta tidak memiliki SK. “Secara lisan ya, secara lisan saya tidak menerima SK tapi sekarang hanya izin lisan dan memang belum ada struktur tersendiri untuk pengelolaan kampus 3 ini,” sebut Zuhrinal N. Nawawi, MA. Pengelolaan dana yang sudah di kutip dari mahasiswa Pengutipan dana kepada mahasiwa sebesar 15 ribu digunakan sebagai dana instruktur dan juga perawatan peralatan yang digunakan saat praktik kewirausahaan. “Awalnya pengutipan dana sebesar 50 ribu namun kebanyaakan dari mahasiswa yang keberatan maka kita rubah menjadi 15 ribu sekali pertemuan dan belum semuanya membayar dan dana yang dikutip dari mahasiswa itu digunakan sebagaI instruktur dan perawatan-perawatan alat kewirausahaan,” ungkap pak Zuhrinal N. Namawi, MA. Mahasiswa FEBI jurusan D3 Perbankan Syari’ah merasa keberatan dalam pemungutan biaya yang dipakai untuk praktik kewirausahaan.
"Saya merasa keberatan karena dipungutan banyak, mana lagi untuk biaya struktur, praktek pembuatan kue dan memasak untuk makan siang. Sebenarnya, fasilitas yang digunakan kampus 3 Universitas Islam Negeri Sumatera Utara (UIN SU) hanya alah kadarnya. Kami belajar bukan hanya di dalam gedung kampus III tersebut, melainkan kami juga belajar di dalam suatu ruangan yang terbuka. Hal ini fasilitas yang digunakan untuk Mahasiswa D3 Perbankan Syari’ah seperti barang-barang dan alat-alat untuk pembuatan kue," paparnya. Saya belajar praktik kewirausaan di kampus III UIN SU. ”Saya sangat menyukai dalam berwirausaha karena dari praktek tersebut bisa dapat mengaplkasikan dan praktekannya di kehidupan saya bisa membuat kue dari dulu saya tidak bisa membuatnya. Sistem kuliah di kampus III UIN SU di Helvetia, ”Kami ada teori tentang apa yang perlakukan hari ini misalnya praktek membuat kue, setelah itu kami baru menikmati hasil dari pembuatan tersubut,” imbuhnya. Kegiatan praktek yang dijelaskan di atas juga mengutip iuran dana untuk bulanan sebesar Rp.25.000 dan uang pangkal sebesar Rp.5.000. Syarif Nur Hanif Dlt salah satu mahasiswa D3 Perbankan Syari’ah mengatakan bahwa, ”Saya merasa keberatan sekali, karena biayanya sangat besar sekali praktik membuat kue. Kami mengeluarkan biaya sebanyak Rp50.000, fasilitas di kampus III UIN SU jauh yang dinamakan layak, dikarenakan gedung disana sangat cocok untuk uji nyali bukan untuk dinamakan kampus," ungkapnya. Disana kegiatan berlangsung mulai pukul 07.00 WIB hingga pukul 13.00 WIB, mereka melakukan kegiatan seperti mengangkat ranting dan pohon yang telah ditebang, menanam pohon di tengah teriknya matahari, dilanjutkan pukul 13.00-16.00 untuk makan dan membuat kegiatan atau bahan praktik.
Koordinator Liputan Nur Aisyah Sihombing Reporter Devi Junita Sari dan Hafiz Hasan Noor
Edisi Juni 2018 | www.lpmdinamika.co
E-TABLOID
DINAMIKA KAMPUS II
SISTEM KKN BARU, PERBAIKAN MULAI BERLAKU
Ilustrasi Nada Fitria
K
uliah Kerja Nyata (KKN) merupakan mekanisme dalam pendidikan tinggi yang harus diikuti mahasiwa dalam rangka penyelesaian studi Strata Satu. Kegiatan ini merupakan bagian dari tri darma perguruan tinggi, yaitu kesempatan untuk melakukan pengabdian di tengah masyarakat. Pada dasarnya Kuliah Kerja Nyata merupakan bentuk pengabdian nyata mahasiswa kepada masyarakat, yang bukan hanya berisi rangkaian kegiatan civitas akademika untuk masyarakat, tetapi berisi rangkaian kegiatan integratif interdisipliner yang dikemas secara strategis untuk menyelesaikan setiap permasalahan yang diselesaikan bersama masyarakat dengan memerankan masyarakat sebagai pelaku utama. Prof. Dr. Saidurrahman, MA. menyampaikan sistem KKN yang akan digunakan UIN SU. “Sistem KKN UIN SU mulai tahun 2017 dilaksanakan secara integratif, sehingga dapat memberikan manfaat lebih kepada masyarakat, sekaligus melatih para mahasiswa untuk memiliki kesiapan dalam persaingan global,” kata Rektor UIN SU dilansir dari website UINSU, (15/06/2017). Wakil Rekor II UIN SU mengungkapkan alasan dan tujuan KKN Integratif diterapkan UIN SU sejak tahun 2017. “KKN Integritas dilakukan secara bersamaan, tidak lagi perfakultas, namun digabung dengan fakultas lainnya, dengan tujuan membangun
kebersamaan di anatar mahasiswa UIN SU, mengasah jiwa kepemimpinan mahasiswa, membentuk karakter dan mampu bekerja keras, tuntas, tangkas, dan ikhlas. Mahasiswa juga diminta untuk mampu menyusun program kerja KKN dengan baik,” kata Dr. Amroeni Drajat, M. Ag, dilansir dari Harian Analisa, Senin (3/7/2017). Kepala Pusat Pengabdian kepada Masyarakat Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (Kapus PPM LP2M) Dr. Hj. Dahlia, M.Ag, Senin (28/5/2018) menuturkan, Sistem Kuliah Kerja Nyata terintegriras di UIN SU akan diikuti keseluruhan fakultas yang ada di UIN SU. “Sistem KKN 2018 terintegrasi dari 8 fakultas, berbeda dari tahun semalam yang hanya diikuti 5 fakultas, jadi tahun ini satu kelompok berasal dari setiap fakultas yang ada di UIN SU,” ungkapnya.
Pembekalan yang akan dilakukan yang secara khusus Pada tahun 2017 sebanyak 2.591 mahasiswa UIN SU dari lima fakultas melakukan pembekalan Kuliah Kerja Nyata terintegritas yang diturunkan di lima kabupaten, yaitu Langkat, Deli Serdang, Simalungun, Serdang Bedagai, dan Mandailing Natal di Gedung Serbaguna secara bersamaan akan mengalami perubahan pada tahun 2018. “Tahun ini kami tidak akan memberikan pembekalan secara keseluruhan, namun secara khusus, yaitu pembekalan dilakukan
www.lpmdinamika.co | Edisi Juni 2018
sesuai dengan lokasi peserta KKN akan ditempatkan,” kata Kapus PPM LP2M.
telah dibuat oleh Pusat Teknologi Informasi dan Pangkalan Data (Pustipada).
KKN Tahun ini Bervariasi
Sheila Nabila Tanjung, mahasiswa Fakultas Syariah dan Hukum, jurusan Hukum Ekonomi Islam semester VI menyampaikan bahwa data portal UIN SU bermasalah menyebabkan pengisian KKN online terkendala. “Data di portal UIN SU itu sempat bermasalah, akibatnya pengisian KKN online jadi terkendala, tapi sekarang sudah bagus,” katanya.
Jenis KKN integratif pada tahun 2018 terdiri dari empat, yaitu: KKN Mandiri, Internasional yang telah terlaksana pada bulan Februari-Maret 2018, KKN Tematik Ramadan, yang dilaksanakan pada tanggal 13 Mei-12 Juni 2018, KKN Reguler yang akan dilaksanakan pada 23 Juli-23 Agustus mendatang, dan yang terakhir adalah KKN Kebangsaan dan KKN Bersama Nusantara, yang akan dilaksanakan pada 27 Juli-27 Agustus 2018. Lokasi KKN Internasional, yaitu Penang, Malaysia. KKN Tematik berlokasi di Kabupaten Samosir dengan jumlah 50 peserta KKN, yang dibagi menjadi 7 kelompok. KKN Reguler akan dilaksanakan di lima lokasi yang telah ditentukan, yaitu: Binjai, Medan, Deli Serdang, Tebing Tinggi, dan Simalungun, satu kelompok KKN Reguler terdiri dari 25 orang. Dan penempatan KKN Kebangsaan dan KKN Bersama Nusantara akan bertempat di Lampung, yang akan diikuti oleh 10 pesera KKN, terdiri dari 5 peserta KKN Kebangsaan dan 5 peserta untuk KKN Bersama Nusantara, yang nantinya akan digabung bersama dengan 73 peserta perguruan tinggi yang ada di Indonesia. Peserta KKN Internasional bukan hanya berasal dari mahasiswa luar negeri. “KKN Internasional juga bisa diikuti mahasiswa yang berasal dari Indonesia, namun untuk saat ini mahasiswa Indonesia belum tersosialisasi dengan baik, jadi untuk sekarang, mahasiswa KKN Internasional, masih mahasiswa yang berasal dari Malaysia, namun tidak semua mahasiswa dari luar negeri ikut KKN Mandiri Internasional, mereka juga boleh mengikuti jenis KKN yang lain, seperti Tematik dan Reguler,” imbuhnya. Karena dua jenis KKN sudah dilaksanakan, pihak LP2M sedang mempersiapkan KKN Reguler yang akan dilaksanakan pada 23 Juli-23 Agustus masih tahap pendaftaran online, dan akan berakhir pada tanggal 31 Mei 2018. Sistem pembagian kelompok tidak akan dilakukan oleh pihak LP2M, namun sistem akan langsung membagi kelompok berdasarkan data mahasiswa yang telah mendaftarkan diri melalui aplikasi yang
Untuk Penentuan Lokasi Penentuan lokasi secara umum akan dilakukan oleh pihak LP2M, namun untuk izin lokasi KKN secara khusus diperoleh dari bupati, yang ditentukan oleh kepala desa setempat, kemudian dosen dan pegawai yang telah ditentukan akan datang ke desa tersebut untuk mencari lokasi. Bagi mahasiswa peserta KKN pada tahun 2018, masing-masing kelompok akan diberikan surat KKN untuk memperlancar proses jalannya KKN, sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan oleh pihak LP2M. KKN dan PPL Dipisah Wakil Rektor III UIN SU, Amroeni Drajat, M.Ag menyampaikan pada Reportase Khusus (Majalah Edisi 45 LPM Dinamika) bahwa KKN integratif jika disandingkan dengan PPL UIN SU belum siap. “KKN integratif itu bagus, namun jika disandingkan dengan PPL pengaturan menegemennya kita belum siap, dan ini masih percobaan,” katanya. Jika tahun 2017 KKN dan PPL yang dilaksanakan Fakultas Tarbiyah dan keguruan dilakukan secara bersamaan, maka tahun ini KKN dan PPL akan dipisahkan. “Tarbiyah biasanya KKN dengan PPL digabung, dan tahun semalam PPL Tarbiyah juga berada di bawah naungan LP2M, jadi mereka menghabiskan waktu selama dua bulan di lokasi KKN. Namun tahun ini Fakultas Tarbiyah, PPL dengan KKN-nya akan dipisah. KKN akan tetap berada di bawah kontro LP2M, dan PPL di bawah naungan fakultas,” jelas Dr. Dahlia, M.Ag.
Koordinator Liputan Maya Riski Reporter Isma Hidayati dan Rizki Ananda
11
E-TABLOID
SISI LAIN
Kepedulian Terasa Hambar, Jika Tidak Diwujudkan
N
arkoba masih menjadi masalah yang cukup serius di Indonesia. Jumlah penderita narkoba semakin tinggi, tidak hanya berasal dari kalangan orang dewasa, anak-anakpun juga dilibatkan untuk mengkonsumsi barang haram tersebut. Keadaan ini seharusnya membuka mata dunia, terkhusus Indonesia, harus turut peduli terhadap mereka penderita narkoba. Dengan berbekal google maps menghabiskan waktu perjalanan sekitar hampir satu setengah jam dari pusat Kota Medan menuju Komunitas Medan Plus tepatnya di jalan Jamin Ginting pasar VIII No. 45, Padang Bulan, Medan. Sesampai di Komunitas Medan Plus, kami disambut hangat oleh penjaga komunitas tersebut, memberi kami rasa percaya diri untuk masuk ke dalamnya. Beberapa detik kami melangkah masuk ke sebuah ruang tamu. Layaknya sedang berada di dalam penjara, karena penjaga pintu langsung mengunci kembali pintu tersebut dengan gembok yang berada di tangannya. Dinding berwarna cream itu memantulkan cahaya yang masuk menerobos lubang-lubang kecil di pintu dan beberapa jendela, membentuk cahaya remang-remang. enam pasang bola matapun mulai liar memandang sekeliling berusaha mencari sisi inspiratif dari rumah ini. Hingga kami menemukan sejumlah deretan piala dan penghargaan yang tertera di berbagai tempat. Setelah menunggu hampir satu jam di ruang tamu, seorang lelaki paruh baya datang menghampiri kami dan mengajak kami memasuki salah satu ruang yang ada disana. Eban Totonta Kaban, nama lengkapnya. Lelaki kelahiran Madiun, 20 September 1971 ini menjabat sebagai Ketua Ikatan Konseler Adiksi Indonesia (IKAI) wilayah Sumatera Utara. Bukan hanya itu,
12
ia juga pendiri sekaligus pembina Komunitas Medan Plus yang sudah memiliki beberapa cabang sejak tahun 2003 hingga sekarang. Melihat latar belakang pendidikan Eban, ia adalah salah satu lulusan Sarjana Ekonomi di Universitas Nomensen Medan. Sekarang, Ia sedang menyusun tesis di pendidikan S2-nya dengan jurusan Psikologi di Universitas Medan Area (UMA). Pada awalnya, ia menggunakan narkoba ringan sejak duduk di Sekolah Menengah Pertama (SMP). “Awal mula saya menggunakan dengan narkoba, akibat pengaruh lingkungan dan kurangnya pengawasan orang tua kala itu. Saya mulai menggunakan narkoba ringan sejak SMP sampai kuliah di perguruan tinggi di Jawa. Lalu saya menjalani rehabilitasi untuk pertama kalinya di dekat kediaman rumah pada saat saya duduk di bangku kuliah,” ungkapnya. Setelah itu ia akhirnya menempuh jalan untuk melakukan rehabilitasi. “Rehabilitasi yang pernah saya jalani berlangsung kurang dari satu tahun lamanya, hingga mengharuskan untuk mengambil cuti kuliah di pertengahan semester,” imbuhnya. Namun sayang tidak semudah membalikkan tepak tangan. Rehabilitasi yang dilakukan juga tidak selamanya berhasil. “Saya mengalami kegagalan. Setelah habis masa rehabilitasi saya pun kembali ke rumah. Selang beberapa waktu, saya kembali mengkonsumsi barang haram itu, karena faktor lingkungan kurang baik. Akhirnya saya kembali memutuskan untuk menjalani rehabilitasi kedua, hingga membuat saya harus melanjutkan kuliah di Medan,” jelasnya dengan wajah menyesal. Saat ia sudah menjadi lebih baik selama menjalani masa rehabilitasi, ia berpikir ingin mengajak orang lain untuk membuat perubahan menjadi lebih baik. “Kita sudah lebih baik dari sebelumnya, bagaimana jika kita meng-
ajak orang untuk menjadi lebih baik juga. Khususnya para penderita narkoba dan HIV AIDS. Karena penderita kedua hal tersebut sangat membutuhkan kepedulian dan dorongan yang kuat untuk tetap dapat menjalani hidup,” sarannya. Pengalaman pahit tentu saja telah dialami oleh mantan pencandu narkoba ini. Mulai dari kegagalan dalam menjalani masa rehabilitasi hingga berpikir membentuk suatu komunitas. “Masa rehab saya ada membentuk kelompok kecil yang terdiri dari empat orang laki-laki. Kami memiliki rasa nyaman dan percaya, sebagian pencandu atau pun penderita HIV AIDS sangat membutuhkan dukungan,” paparnya.
• Alumni S1 Ekonomi Manajemen Unika Santo Thomas Medan
Selama masa rehabilitasi, ia tidak hanya menjadi peserta di rehabilitasi, ia memutuskan untuk menjadi relawan hingga ia diangkat menjadi salah satu staf bagian pecandu narkoba yang sedang dirawat.
• Direktur program Yayasan Medan Plus (2004-2009)
Di dalam sebuah komunitas diperlukan adanya peran profesional. Pengalaman belum cukup tanpa adanya pengetahuan. Eban mengatakan ia masih harus belajar lebih banyak lagi. “Pengalaman tidak cukup tanpa adanya pengetahuan dan kepedulian. Ketika kepedulian yang disertai niat sudah tertanam di dalam hati, maka langkah selanjutnya adalah diwujudkan sehingga membuat orang lain membutuhkan kita. Hal tersebut membuat saya dan teman-teman saya menjadi serius untuk berorganisasi, menuliskan visi dan misi, mencari tau apa itu narkoba, bagaimana cara mencegahnya, kenapa narkoba itu dapat merusak tubuh, menjalin kerja sama dengan lembaga negara, Badan Narkotika Nasional (BNN), lembaga sosial, kesehatan, dan lain sebagainya. Itulah yang menyebabkan kita harus lebih banyak belajar lagi, karena kita dituntut harus lebih tahu dari pada masyarakat,” ungkapnya.
Eban Totonta Kaban
Madiun 20 September 1976
• Manager program panti rehabilitasi Narkoba Yayasan Kolam Bethesda Medan (2002-2003) • Koordinator Lapangan Yayasan Galatea Medan (2003-2004)
• Pembina Yayasan Medan Plus (2009-Sekarang) Masa jenuh kerap kali menghampiri dirinya, namun rasa peduli dapat menahannya. “Masa di mana saya jenuh, rasa peduli tetap bisa menahan. Melihat mereka yang membutuhkan kepedulian sehingga seperti ada rasa tanggung jawab untuk menolongnya. Ketika berhasil membuatnya menjadi lebih baik, ada kebanggaan tersendiri yang kita rasakan, namun itu semua tidak terlepas dari pertolongan Allah,” ungkapnya. Di akhir perbincangan kami dengan pak Eban, ia berpesan jadilah orang yang peduli dengan lingkungan sekitar dan mau merubah diri orang lain menjadi lebih baik. Kita akan semakin baik ketika berhasil membuat orang menjadi baik, janganlah menjadi orang yang sombong dalam pengajaran,” tutupnya. Reporter : Fatimah Lubis, Ridha Amalia, dan Wahyu Nizam
Edisi Juni 2018 | www.lpmdinamika.co
E-TABLOID
10.000
www.lpmdinamika.co | Edisi Juni 2018 Muslim Hidayat (0812 6919 4750)
Siti Aulia Rahma (0821 6695 6339) Khairul Azmi (0813 7533 4969)
Khairul Azmi (0813 7533 4969)
13
E-TABLOID
ANEKDOT
Uji Kesabaran di Perjalanan PULANG
brol di telepon. Ternyata ponselnya saja yang smartphone, tapi orangnya tidak smart. Kenapa tidak sejak tadi ia siapkan uang pas di sakunya untuk membayar. Antrian ini menguji kesabaranku. “Teng Nong Neng... Perhatian, kereta api menuju Binjai akan segera tiba. Silahkan periksa kembali barang bawaan anda. Kalau yang dibawa uang rakyat, tolong kembalikan” suara mbak stasiun terdengar dari speaker. Seluruh penumpang berdiri berjejer melewati garis batas aman walau kereta api belum berhenti sempurna. Dugaanku, mereka takut tidak kebagian tempat duduk. Padahal di tiket tertulis “Tanpa Tempat Duduk”. Pintu terbuka, dengan wajah buas dan haus darah, mereka berdesakan mencoba berlarian ke dalam gerbong mencari kursi. Hmm, ternyata bukan cuma kursi jabatan, kursi penumpang pun jadi rebutan. Padahal di pintu kereta tertulis jelas “Dahulukan Penumpang yang Turun”. Disini saya mulai berfikir, sepertinya bukan minat baca rakyat Indonesia yang rendah. Tapi memang rakyatnya masih banyak yang buta huruf. Ilustrasi Mahmudi
D
i sebuah pagi yang cerah, ya, memang karena mataharinya sangat terang, aku terbangun setelah semalaman tadarus di salah satu masjid sekitar kos. Entah aku memang benar-benar tadarusan atau itu hanya mimpi, aku juga masih ragu. Entahlah, yang kuingat saat itu aku sedang menghabiskan seluruh sisa takjil di masjid sambil tadarusan. Begitulah kebiasaanku. Setelah menyantap hidangan sahur dan salat Subuh, aku kembali tidur. Tidak seperti teman-teman lain yang mengikuti asrama Subuh atau berolahraga. Walaupun jarang, ternyata bangun di pagi hari sangat menyegarkan. Udara yang dingin seperti tatapan pengawas ujian dan burung-burung hinggap di jendela menyambutku dengan nyanyian indah bak cerita Rapunzel. Hari itu aku memutuskan pulang ke rumah karena Mama sudah sangat merindukan anaknya yang paling tampan ini. Selesai
14
berkemas dan mempercayakan keamanan kepada Justin, kucing garong penjaga kos, aku langsung menuju Jl. Pancing menunggu mobil jemputan. Angkot 103 yang setia mengantarku ke Stasiun Kereta Api Medan akhirnya tiba. Wajah si abang supir terlihat kusut. Sepanjang jalan, si abang mengomel pendapatannya yang menurun dan jalanan kota Medan yang semakin macet semua itu gara-gara angkutan online. Dia terus mengeluhkan kalau pemerintah tidak adil dengan orang kecil sepertinya. Mereka pekerja kantoran yang sudah mapan dan memiliki mobil bisa dengan mudah menambah penghasilannya dengan menjadi supir taksi online. Tiba-tiba si abang supir berteriak memaki-maki karena mobil di depan kami bergerak lambat menyebabkan angkot tidak sempat mengejar lampu hijau. Tapi tetap saja angkot menerobos melalui trotoar dan menurunkan penumpang di tengah persimpangan jalan. Sebenarnya siapa sih penyebab kema-
cetan di jalan? Akhirnya aku tiba di stasiun. Terlihat kerumunan manusia memenuhi pintu masuk. Ada apa ramai-ramai di pintu? Apakah ada perkelahian? Atraksi sulap? Bagi-bagi makanan gratis? Chelsea Islan bagi-bagi makanan gratis sambil bermain sulap? Ternyata itu adalah lautan manusia yang memperebutkan tiket kereta. Sial, ini adalah akhir pekan. Mau tidak mau aku harus mengantri setengah jam untuk mendapatkan tiket. Tersisa 6 orang lagi di depanku, tiba-tiba seorang ibu dengan wajah tanpa dosa memotong antrian. Seolah tidak melihat papan besar bertuliskan “Harap Antri”, dia terus saja berbicara di telepon dan tidak menghiraukan orang yang menegurnya. Beberapa saat kemudian, giliran si ibu pemotong tadi membeli tiket. Seperti gerakan lambat di film-film, si ibu dengan santai merogoh dompetnya mencari uang kecil sambil mengo-
Suasana di dalam gerbong penuh sesak, aku tidak kebagian tempat duduk. Terpaksa, aku harus berdiri berhimpitan. Ada penumpang yang memilih duduk di bawah dan meletakkan barang bawaannya di tempat duduk. Satu keluarga duduk di bawah sambil melahap bekal makanan mereka, sudah seperti piknik. Piknik di lorong gerbong. Mereka seenaknya membuang sampah makanan, apa susahnya berdiri dan berjalan empat langkah ke tempat sampah? Cukuplah negara ini dipenuhi sampah masyarakat, jangan kotori angkutan ini. Posisiku tepat berhadapan dengan seorang bapak. Aku hanya bisa memasang wajah datar sambil sesekali tersenyum absurd menghindari tatapan langsung yang membuatku risih. Rasa lapar, haus, lelah, dan mual bercampur jadi satu. Sepertinya lelaki disampingku sudah tiga kali puasa tiga kali lebaran tidak mandi. Ini benar-benar perjalanan yang menguji kesabaranku di bulan Ramadhan. Naskah Mahmudi
Edisi Juni 2018 | www.lpmdinamika.co
E-TABLOID
SOROT
Cahaya Hijrah dari Belawan nya Rihlah, yaitu kegiatan untuk lebih mempererat silaturahmi antar anggota dengan menginap di salah satu daerah Sumatera Utara. Kegiatan yang mereka lakukan disana antara lain, tahajud, muhasabah, dan games.
T
epat pada 27 Agustus 2015 Rifki Fadhil dengan lima sahabatnya yang berasal dari Komunitas One Day One Juz (ODOJ) yakni, Marissa Maisuri, Sabrida Yunika, Elis, Mira, dan Siti menggagas sebuah komunitas dengan nama Komunitas Anak Belawan Hijrah (Kabel Hijrah). Kabel Hijrah adalah komunitas yang mengupayakan untuk menghubungkan atau mewadahi anak-anak Belawan yang ingin hijrah, mendekatkan dirinya kepada Allah Swt. “Bahagia itu sederhana, bermanfaat di dunia dan masuk surga bersama-sama,” merupakan motto andalan yang akan selalu menjadi penyemangat setiap kegiatan Kabel Hijrah. Tercatat ada sebanyak 100 orang dengan latar belakang profesi yang berbeda-beda mulai dari anak sekolah, ibu rumah tangga, guru, bahkan dosen pun ikut bertaut dalam satu komunitas yang sekretariatnya berdomisili di Jalan Lorong Stasiun No. 78, Kecamatan Medan Belawan. Beragam Aktivitas Saat ini Kabel Hijrah sudah menjajaki tiga tahun mereka menuntaskan rentetan agenda kebaikan. Sebut saja istilahnya Sebar Sarapan (SS) yang dilakukan setiap ahad dengan membagikan seratus bungkus nasi kepada pengendara becak dayung, tukang sapu jalan, bahkan orang yang tidak waras, di beberapa titik sebar yakni, Kelurahan Belawan I, Belawan II, Belawan Bagan, Belawan Secanang, dan sekitarnya. Rifki mengatakan sedekah itu boleh te-
rang-terangan. “Sebar sarapan ini difoto, ya. Karena sedekah boleh terang-terangan untuk memotivasi orang. Walau pun sedikit tapi kita berkelanjutan,” ungkapnya dengan penuh rasa percaya diri. Selain kegiatan SS, ada juga kegiatan Bubar Sekam, yaitu Buka bersama Senin Kamis. Kegiatan ini merupakan kegiatan rutin setiap Senin dan Kamis. Tujuannya, untuk merangkul anggota agar lebih rajin melaksanakan puasa sunah Senin Kamis serta meningkatkan ukhuwah antar anggota. Kabel Hijrah juga memiliki agenda seperti sedekah beras yang dilakukan setiap Jumat. Sedekah ini berupa pemberian 40 karung beras kepada beberapa warga sekitar. Untuk pemberian beras ini, Kabel Hijrah memiliki donatur tetap yang bersedia memberikan donasinya berupa beras, dan Kabel Hijrah dipercaya sebagai penyalurnya. Belum lagi setiap bulannya, mereka memiliki agenda MSS (Membantu Masyarakat Sekitar) dengan memberi paket sembako kepada tiga kepala rumah tangga. Selain itu, ada juga kegiatan yang namanya Kalbu (Kajian Anak Belawan) yang dilakukan di Masjid Al Jami’ dan terbuka untuk umum. Kegiatan kebajikan lainnya ada Halaqah yang penyelenggaraannya terpisah antara ikhwan setiap Rabu, sedangkan akhwat setiap Minggu. Kabel Hijrah juga mengagendakan kegiatan setiap enam bulan sekali, komunitas ini menamakan-
www.lpmdinamika.co | Edisi Juni 2018
Agenda lainnya ada namanya Kabel Hijrah Goes To School (KHGTS) yaitu jaringan yang mencari anak-anak muda. Ada pula One Day One Thousand (ODOT) yaitu iuran dari anggota ke anggota yang nantinya uang tersebut akan dimanifestasikan untuk anggota yang tertimpa musibah atau kemalangan, anggota yang menikah, serta anggota yang sakit. Kembali Rifki mengatakan tujuan ODOT tersebut untuk pembelajaran tentang amanah. “Biar ada amanah mereka disini, makanya kita buat itu. Tapi disini kita bedakan setiap bulannya kita mengutip untuk kalangan dewasa sebesar Rp. 30 ribu rupiah, sementara untuk anak sekolah hanya 50%-nya,” lontarnya. Sebagai founder, Rifki hanya membeberkan empat syarat perekrutan yaitu, yang pertama mau berbagi, kedua ikhlas, ketiga istikamah, dan yang terakhir niat utuh karena Allah. Sumber Donasi Berbicara segala jenis biaya dari setiap kegiatan yang mereka selenggarakan, komunitas yang di dalamnya adalah orang-orang hijrah tersebut menyebutkan ada dari pembina seperti tokoh masyarakat dan anggota tetap. Semua keuangan diatur dengan sistem manajemen yang baik, tertata, dan transparan. Kabel Hijrah, ketika dihubungkan dengan pesta demokrasi yang sebentar lagi akan diselenggarakan, mereka terang-terangan bersikap independen. Artinya, Komunitas Anak Belawan Hijrah ini bukan bagian dari kegiatan pemerintah. “Kita tidak mau berurusan dengan pemerintah karena itu ribet, kita tetap independen. Kita berbuat saja dan mendukung pemerintahan selagi itu baik,” tegas lelaki 32 tahun itu. Rifki, selain sebagai founder Kabel Hijrah, ia juga sebagai seorang pengajar di MTs Al Washliyah Be-
lawan dengan mata ajar Bahasa Inggris dan Komputer. Dulu juga sempat berprofesi sebagai seorang penulis, namun kini sudah berhenti. Beliau merasa hidupnya sudah terbilang cukup. “Hidup itu cuma menunggu, seperti menunggu kematian. Hidup tanpa dakwah itu hanyalah kesia-siaan belaka,” tuturnya. Tampaknya misi Kabel Hijrah sebagai cahaya untuk Belawan semakin dirasakan pancaran kebaikannya oleh masyarakat daerah tersebut. Bahkan, orang sekitar hapal nama kegiatan-kegiatan yang diselenggarakan dan ikut membantu kegiatan yang dilakukan. Gigih salah satu warga sekitar mengatakan Kabel Hijrah telah melakukan sumbangsihnya untuk lingkungan sosial yang ditinggali oleh orang-orang yang dikenal memiliki image kurang baik. “Kegitan mereka bagus telah memperhatikan lingkungan sekitar. Setiap Jumat ada pembagian beras untuk orang-orang fakir, janda-janda, anak yatim. Kalau tak salah nanti tanggal 9 ini (Juni) ada pembagian sedekah untuk anak yatim dan duafa di rumah makan yang juga diisi pengajian. Kabel Hijrah mainnya (melakukan kegiatan) di pasar keliling-keliling membagikan sedekah kepada tukang becak, tukang sapu,” jelas Gigih. “Mereka bagusnya gini, Belawan itu dikenal orang Medan suka dengan keributan, tahulah orang-orang itu kek mana (seperti apa) sifat orang-orang Belawan ini. Mungkin mereka (Kabel Hijrah) berpikir untuk ngerubah image supaya Belawan lebih baik. Semoga ke depannya lebih bagus lagi,” harap Gigih. "Anda tidak harus hebat untuk memulai, tapi Anda harus memulai untuk menjadi orang hebat". Nampaknya petuah dari Zig-Ziglarini tepat ditujukan kepada insan Kabel Hijrah utamanya Rifki sebagai penggagas. Kabel Hijrah mengajarkan kita untuk menjadi cahaya yang memberi penerangan bagi kehidupan orang lain. Reporter Audry Uyuni, Iin Prasetyo, dan Suci Ayu Pratiwi
15
KALEIDOSKOP
www.lpmdinamika.co | Edisi Juni 2018
E-TABLOID
17
E-TABLOID
ARTIKEL DOSEN
KAPITALISASI PUASA RAMADAN
D
i sela lalu lalangnya ucapan selamat menyambut bulan suci Ramadan 1439 Hijriah yang membanjiri lini massa media sosial, jaringan pribadi dengan berbagai gambar, pantun yang memuat permohonan maaf, serta ajakan dengan nilai-nilai kebaikan. Tanpa kita sadari ada satu fenomena menarik yang tidak banyak disadari bahwa gejala itu menjadi pertanda bahwa nuansa Ramadan telah terkapitalisasi. Gejala kapitalisasi Ramadan terlihat saat banyaknya orang yang mulai mengagendakan jadwal buka puasa bersama. Walau Ramadan baru berjalan beberapa hari, sudah banyak orang-orang yang memiliki agenda buka puasa bersama sampai 10 hari ke depan, khususnya kalangan kelas menengah. Mulai dari buka puasa dengan keluarga di luar rumah, dengan rekan kerja di pusat kuliner, ajakan dari alumni angkatan SD hingga perguruan tinggi, sampai permintaan buka puasa bersama dengan keluarga calon suami atau istri. Hadirnya pusat pasar Ramadan dengan bungkus hiburan bernuansa religius turut serta menyemarakkan kapitalisasi Ramadan. Kenapa penulis menggunakan perspektif kapitalisasi dalam membaca fenomena tersebut? Tulisan ini mencoba mengurai argumentasi yang mendasari mengapa nuansa Ramadan sudah bergeser dari proses spiritualisme ke arah matrealisme. Kapitalisme Religius Diskursus kajian sosial-ekonomi belakangan memuncukan satu terminologi baru, yakni kapitalisme religius merupakan suatu pemahaman bahwa konsep kapitalisme yang menekankan pada aspek kepemilikan individu dengan hak privatisasinya dan kebebasannya dalam melakukan tindakan ekonomi dapat bersandingan dengan nilai-nilai keagamaan. (bandingkan Sosialisme Religius: Muhidin: 2002) Kapitalisme religius sebagaimana didengungkan oleh para teoritikus ilmu sosial yang
18
menganggap bahwa kapitalisme lanjut sebagai fase ketiga dari perubahan dasar bentuk kapitalisme telah melahirkan satu bentuk baru relasi ekonomi, sosial,
dan budaya yang di dalamnya termaktub agama, yang menjadi bagian dari spirit kapital. Bahkan Giddens melalui ‘The Third Way’ menguraikan bahwa kapitalisme dan sosialisme sebagai sebuah konsepideologi politik ekonomi dapat bertemu dalam bentuk satu wajah yang ia istilahkan dengan center-left (Giddens: 1999), sekalipun Giddens tidak menyebutkan istilah kapitalisme religius, setidaknya upayanya menunjukkan bahwa apa yang tidak bisa dipadukan dengan kapitalisme. Lantas bagaimana mengkaitkan antara kapitalisme religius dengan puasa Ramadan? Pertama, kita harus melihat bagaimana secara sederhana kapitalisme itu bekerja. Kedua, kita perlu melihat kembali sepirit puasa Ramadan dan membandingkannya dengan tujuan-tujuan dari kapitalisme. Bulan suci Ramadan secara substansial tidak identik dengan semarak hiburan religius, baik ditelevisi maupun di pusat-pusat kota, pun tidak identik dengan serba-serbi kuliner ‘khas Ramadan’ apalagi dengan tren fashion religius yang menawarkan kegemerlapan yang serbah wah, melainkan bulan yang dikhususkan
bagi umat Islam untuk reintropeksi diri, muhasabah, dan merefleksikan ketaqwaan di hadapan Allah Swt. Pada titik ini, kapitalisme masuk melalui cara
pandang yang sederhana, yakni mengeksploitasi sifat kegemerlapan manusia melalui berbagai seremonial dan aksesoris simbolik yang artifisial. Coba perhatikan apakah pusat pasar sejenis ramadhan fair itu memperhatikan makna pesan terdalam dari puasa, jika pun ada nuansa ke arah itu, ia hanya sebatas seremonial belaka. Karena sejatinya bukan itu motif dari kerja kapitalisme, melainkan akumulasi modal yang terus bergerak, dan selama ia bisa menghasilkan keuntungan mengekspansi simbol-simbol agama adalah hal yang lumrah dalam logika kapitalisme.
relijius ini bekerja adalah, inflasi bahan pangan terjadi, pengeluaran rumah tangga naik secara drastis padahal dalam logika sederhana, seharusnya konsumsi makan semakin berkurang karena mayoritas umat Islam Indonesia berpuasa, artinya siklus makan dari yang awalnya tiga kali sehari menjadi dua kali. Pertanyaanya yang menggelitik kemudian adalah, seberapa banyak orang yang berpuasa mampu menghabiskan makanan yang tersedia? Saya menduga di bulan ramadhan food waste (makanan sisa) ikut serta melonjak. Dan hebatnya karena atas nama puasa, rata-rata keluarga Indonesia mengalami kenaikan hingga 20% hanya untuk konsumsi makanan. pemahaman yang mendalam tentang hal-hal yang bersifat eskatologis atau ukhrawi, terlebih budaya konsumerisme sebagai jalan langgengnya kapitalisme, melainkan tugas agama melalui ibadah puasa adalah untuk menjawab masalah masyarakat kelas bawah. Mereka tidak bisa bergerak dan bangkit dengan sendirinya, mereka membutuhkan pemerintah yang bekerja sama dengan kelas menengah yang mapan secara ekonomi dan pemilik modal swasta untuk menterjemahkan pemerataan kesejahteraan dan mengaktualisasikan tugas sebagai khalifah.
Bukti lainnya bagaimana kapitalism e
Edisi Juni 2018 | www.lpmdinamika.co
E-TABLOID
ARTIKEL MAHASISWA
Omong Kosong Belaka D
ari Abu Hurairah ra., dari Nabi SAW., beliau bersabda : “Ada tujuh golongan yang akan mendapat naungan Allah pada hari yang tiada naungan kecuali naungan-Nya, yaitu : pemimpin yang adil, pemuda yang senantiasa digantungkan (dipertautkan) dengan masjid, dan orang yang saling mencintai karena Allah yang keduanya berkumpul dan berpisah karena-Nya. Seorang laki-laki yang ketika diajak (dirayu) oleh seorang wanita bangsawan yang cantik, lalu ia menjawab : “Sesungguhnya saya takut kepada Allah. Seorang yang mengeluarkan sedekah sedang ia merahasiakannya, sampai-sampai tangan kirinya tidak mengetahui apa yang diberikan oleh tangan kanannya. Dan seorang yang mengingat Allah di tempat yang sepi sampai meneteskan air mata.” ( H.R. Bukhari dan Muslim) Semua negara pasti memiliki pemimpin, karena apabila negara tidak memiliki pemimpin maka negara tersebut akan hancur. Negara yang memiliki pemimpin yang tidak adil juga menjadi faktor negara itu hancur. Indonesia adalah negara yang menganut sistem politik presidensial, dan sistem pemerintahan demokrasi. “Katanya negara demokrasi tapi kalau ada yang menyampaikan pendapat malah di musuhi.Saling mencari kesalahan orang lain untuk menjadi bahan hinaan.Bagaimana negara ini mau maju?belum lagi pemimpin yang ingkar janji,hanya omong kosong berjanji untuk menarik simpati masyarakat dan tanpa membuktikannya.” kata mahasiswi UNIMED. Sekarang kata demokrasi hanyalah tinggal kata. Slogan dari rakyat, untuk rakyat, dan oleh rakyat tak lagi memiliki makna. Kenyataannya kondisi rakyat kini semakin melarat. Rakyat semakin diresahkan dengan naiknya harga kebutuhan primer,
seperti BBM dan bahan pangan, dengan dalih ingin menjaga stabilitas keuangan negara. Ini bukan hal baru, sudah sejak lama masyarakat mengeluhkan hal ini. Seharusnya pemerintah sudah paham bagaimana cara mengatasinya.. Dari sisi keagamaan kita dapat melihat dalam hadis yang diriwayatkan dari Ma’qil bin Yasar ra., dari Hasan ra., dia telah berkata: “Aku pernah mendengar Rasulullah Saw bersabda: Barangsiapa dipilih oleh Allah untuk memimpin rakyat kemudian dia meninggal dalam keadaan menipu rakyatnya, niscaya Allah mengharamkan baginya surga.” Rakyat telah menyerahkan kepercayaannya kepada pemerintah , maka sudah menjadi kewajiban pemerintah untuk melaksanakan amanah mensejahterakan rakyat dan memberikan hak-haknya. Dalam negara demokrasi pemerintah harus mengutamakan kepentingan rakyat bukan malah berpikir bagaimana uangku bertambah banyak walau dengan korupsi. Diriwayatkan dari Hudzaifah ra., dia telah berkata: “Rasulullah SAW pernah menceritakan kepada kami dua buah hadis. Aku telah mengetahui salah satu dari dua hadis itu, dan aku masih menunggu hadis yang kedua. Lalu Rasulullah menceritakan kepada kami: “Bahwa sesungguhnya amanah itu awalnya ditempatkan pada pangkal hati seorang lelaki. Setelah Alquran diturunkan mereka mulai mempelajarinya, demikian pula mereka mulai mengetahui sunah Rasul. Selanjutnya Rasulullah menceritakan kepada kami tentang tercabutnya amanah, seraya berkata: “Ada seorang lelaki sedang tidur, lalu amanah diambil dari hatinya sehingga tinggal bekasnya seperti bintik yang hampir hilang. Kemudian dia tidur lagi, lalu diambil pula amanah dari hatinya sehingga tinggal bekasnya seperti kulit yang tebal bekas kerja yang
www.lpmdinamika.co | Edisi Juni 2018
Penulis Mellyza Astari Butar-butar
berada di telapak kaki yang digunakan untuk menginjak bara api sehingga membengkak, yang kelihatan membesar tetapi di dalamnya tidak ada apa-apanya. Selanjutnya Rasulullah mengambil sebuah batu kecil, lalu menjatuhkannya ke atas kaki Rasulullah. Pada keesokan harinya orang-orang kembali mengurus perniagaan masing-masing, sehingga hampir saja tidak ada seorangpun yang menunaikan amanah. Lalu Rasulullah Saw bersabda: “Dikalangan Bani Fulan ada seorang lelaki yang sangat amanah, sehingga Rasulullah berkata kepada seorang lelaki: “Alangkah tabahnya, alangkah jujurnya, alangkah pintarnya. Padahal di hatinya tidak ada iman sekalipun hanya sebesar biji sawi. Benar-benar telah datang kepadaku suatu zaman yang aku tidak peduli kepada seseorang di antara kalian yang melakukan jual beli. Jika dia orang Islam, maka agamanya akan mencegah dirinnya untuk mengkhianati aku. Sekiranya dia seorang Nasrani atau Yahudi, maka rasa takutnya kepada penguasa akan mencegah dirinya dari mengkhianati aku. Adapun hari ini aku hanya berjual-beli dengan si Fulan dan si Fulan.” Dari hadis diatas dapat dipahami bahwa amanah memiliki nilai yang tinggi. Dan orang yang mendapat amanah haruslah jujur. Jadi negara ini bisa maju jika pemimpinnya orang yang amanah dengan orang yang menepati janjinya. Bukan
orang yang banyak berbicara tetapi tidak ada isinya. Saya akan tambahkan lagi dengan contoh sederhana bagaimana kapitalisme itu bekerja secara masif di saat bulan puasa, yakni buka puasa bersama. Dalam bahasa seorang teman konsultan dan ahli dalam bidang kebijakan publik dan smart city, “Berapa duit yang sudah dihabiskan untuk itu semua? Untuk membayar makanan, biaya transportasi, dan satu lagi biaya nge-posting di sosial media”. Loh, bukannya itu bagus bagi siklus perekonomian? Iya, logika itulah yang membuat kapitalisme itu betah bersemayam dalam alam berpikir keagamaan kita. Bukan kah salah satu pesan dari ramadhan adalah menahan diri, termasuk di dalamnya soal nafsu konsumsi dan kemubajiran lainnya. Ramadan Sebagai Kritik Sosial Masyarakat kelas bawah adalah kelompok yang kerap termarjinalkan dalam proses pendistribusian keadilan. Fakta bahwa angka kemiskinan yang tidak mengecil adalah jawaban dari proses itu. Dalam Islam mereka dikenal dengan kelompok mustadha’afi,, yaitu kelompok masyarakat yang tidak memiliki sumber daya untuk mengkakses pendidikan, tidak mampu survival di tengah geliat kehidupan yang terus bergerak kearah modernisasi.
19
E-TABLOID
POTRET
Bubur Sup di Masjid Raya Al-Mashun Masjid Raya Al-Mashun Medan Sumatera Utara menyediakan bubur sup untuk berbuka puasa. Makanan ini menjadi menu utama dan selalu dinanti warga. Sebanyak 400 porsi bubur dibagikan kepada warga secara gratis untuk berbuka puasa. Kegiatan ini berlangsung selama puluhan tahun disaat bulan Ramadhan. Fotografer : Jihan Fikriyah
20
Edisi Juni 2018 | www.lpmdinamika.co
E-TABLOID
INOVASI I
Fotografer: Putri Chairunnisa
Lab BKI, Inovasi Lama yang Kembali Dilanjutkan
L
aboratorium Bimbingan Konseling Islam (BKI) dioperasikan kembali setelah vakum selama tiga bulan menjadi cara yang sedang dilakukan FITK. Pergantian Kepala Laboratorium yang terjadi tiga bulan silam mengakibatkan kurang maksimalnya sistem pengelolaan dan berujung pada vakumnya laboratorium BKI. Ahmad Syarqawi,M.Pd. selaku kepala laboratorium BKI mengaku diunjuk kembali oleh Dekan FITK untuk meneruskan pengelolaan lab. “Waktu itu saya diganti karena saya ada kegiatan lain, dan ternyata pengelolaan lab ini kurang maksimal hingga vakum,, sehingga saat saya kembali ke sini saya dipercayakan kembali untuk mengelola lab ini,” katanya.
Laboratorium ini seutuhnya adalah milik kampus UIN SU, maka dari itu penggunanya juga seluruh masyarakat UIN SU, tidak ada penentuan khusus siapa yang boleh maupun tidak boleh menggunakannya. Selama ada masyarakat UIN SU, mahasiswa terkhususnya yang merasa memiliki masalah dan harus melakukan bimbingan maka laboratorium BKI adalah sarana yang tepat untuk menampungnya. Untuk mahasiswa prodi BKI, laboratorium ini tidak hanya dijadikan sebagai tempat bimbingan tetapi juga digunakan sebagai tempat praktik pembelajaran karena ada mata kuliah khusus yang mengharuskan mereka menggunakan lab tersebut.
Sama halnya seperti laboratorium pada umumnya, sejatinya fasilitas menjadi fokus utama untuk diperhatikan mengingat lab BKI ini juga merupakan sarana penunjang keahlian bagi jurusan BKI. Menimbang hal ini, Ahmad menjawab, fasilitas lab BKI sudah memenuhi kebutuhan mahasiswa yang menggunakan lab.
Sejak laboratorium ini digunakan kembali, mahasiswa yang telah menggunakan fasilitas lab masih sedikit. Ahmad mengatakan hal ini terjadi karena penggunaan lab sampai saat ini masih lebih terfokus pada mahasiswa BKI. “Untuk penggunaan lab yang tercatat itu masih sedikit, kemungkinan besar karena sampai saat ini penggunaanya lebih fokus kepada mahasiswa BKI saja, tapi walau saya berkata demikian tidak berarti mahasiswa prodi lain tidak bisa menggunakan lab. Tetap saja mahasiswa lain juga boleh menggunakannya karena pada hakikatnya
“Fasilitas yang ada di dalam ruangan sudah sesuai dengan kebutuhan mahasiwa, sudah ada alat dan data konseling, alat ungkap masalah serta buku-buku lainnya,” tambahnya yang antusias menjelaskan isi ruang lab.
www.lpmdinamika.co | Edisi Juni 2018
lab ini dioperasikan kembali untuk masyarakat UIN SU bukan hanya untuk mahasiswa prodi BKI,” jelasnya penuh semangat. Pernyataan tersebut semakin jelas karena masih ada mahasiswa UIN SU bahkan mahasiswa prodi BKI yang belum tahu bahwa lab tersebut sudah dioperasikan kembali. “Saya belum tahu kalau lab itu sudah bisa dioperasikan lagi, mungkin karena saya juga masih mahsiswa baru atau mungkin yang memanfaatkan lab tersebut adalah mahasiswa semester atas sehingga saya tidak tahu kalau lab nya sudah bisa dioperasikan, karena untuk kelas kami sendiri belum pernah masuk untuk melakukan praktik di dalam lab,” ujar Mela selaku mahasiswa prodi BKI semester II Berbeda dengan Mela, Rizki Ramadhani selaku komisaris mahasiswa prodi BKI semester IV mengaku bahwa sudah mengetahui bahwa lab tersebut sudah dioperasikan kembali. “Saya tahu kalau lab nya sudah bisa dioperasikan, saya pernah masuk kedalam tapi tidak untuk praktik. Untuk praktiknya, kelas kami belum pernah masuk kedalam. Di dalam lab nya itu sudah terfasilitasi dan sudah sesuai dengan kebutuhan mahasiswa BKI yang melakukan praktik maupun bimbingan. Saya selaku mahasiswa BKI turut ap-
resiasi karena lab ini sudah dioperasikan kembali, saya berharap dengan adanya lab ini maka mahasiswa BKI lebih mudah melakukan aktivitas pembelajaran dan untuk kedepannya semoga BKI selalu memberikan fasilitas-fasiliats lainnya yang mendorong kemajuan BKI,” pungkas Rizky yang begitu antusias menjawab pertanyaan. Menanggapi belum ratanya informasi mengenai lab tersebut, Ahmad kembali angkat bicara, “Sebenarnya kami sudah punya strategi untuk mempublish informasi tentang lab ini, namun belum terealisasi tapi kami akan segera melakukan tindakan lain agar informasi tentang lab ini dapat diketahui oleh seluruh masyarakat kampus, karena target kami untuk kedepannya adalah penggunaan lab ini tidak hanya oleh masyarakat UIN SU tetapi juga masyarakat lain, siswa MAL UIN SU misalnya, dan kami juga akan membuat web untuk memudahkan masyarakat luar memperoleh informasi seputar lab BKI ini,” tutupnya dengan senyum semangat.
Reporter Cindy Yulvika dan Siska Ramayani Damanik
21
E-TABLOID
INOVASI II
Seni Robotik Berkreativitas Tanpa Batas
Dok. Pribadi
Dok. Pribadi
M
emilih menjadi mahasiswa dan meninggalkan gelar siswa mempunyai perubahan tersendiri dalam hal tersebut. Mahasiswa lebih dituntut agar menjadi seorang yang lebih produktif, kreatif dan inovatif. Kreativitas merupakan bagian tak terpisahkan bagi sivitas kampus terutama mahasiswa, dimana kreativitas merupakan kegiatan menciptakan hal-hal baru yang sebelumnya tak pernah ada. Kita lihat di zaman modrenisasi saat ini, banyak tercipta benda- benda baru nan canggih, dimana bendabenda tersebut dapat memudahkan pekerjaan manusia dalam kegiatan sehari-hari, seperti robot. Robot, saat ini menjadi hal yang tak asing lagi bagi kalangan manusia. Karena telah banyak kita jumpai robot- robot canggih yang mengikuti zamannya. Dipetik dari situs kompasiana, sejarah teknologi robot diawali ketika terjadinya Revolusi Industri Eropa. Sebelum abad ke-18 sistem perekonomian masyarakat Eropa sangat bergantung pada sistem ekonomi agrasis. Akan tetapi setelah memasuki abad ke18 terjadi perubahan besar dalam pola hidup masyarakat Eropa. Perubahan tersebut ditunjukkan dengan mulai digunakannya tenaga mesin sebagai alat produksi. Nah, dari hal tersebutlah mulai berkembang alat-alat canggih yang menyerupai robot.
22
Napak Tilas Klub Robotik Setelah IAIN SU bertransisi menjadi UIN SU dan ditambahnya banyak fakultas baru, salah satunya yaitu Fakultas Saintek dan Teknologi (FST). Tak tanggungtanggung, fakultas tersebut membuka prodi umum seperti Fisika, Sistem Informasi, Ilmu Komputer, Matematika, dan Biologi. Salah satu prodi yaitu Ilmu komputer yang berkonstrasinya adalah sistem cerdas, dimana konstrasi tersebut memuat beberapa matakuliah terkait robotik dan beberapa matakuliah pendukung. Dari hal itulah muncul sebuah ide dari salah satu dosen prodi Ilmu komputer untuk membuat satu klub dimana klub tersebut berkonstrasi pada pembuatan robot. “Ide munculnya klub robotik ya itu karena banyak mahasiswa yang ingin lebih mengetahui ilmu robotik,” jelas Muhammad Ikhsan selaku Dosen Prodi Ilmu Komputer dan sekaligus pendiri Klub Robotik. Dekanat Berikan Dukungan Demi menjadi kampus yang dapat dikenal dengan kreafitasnya dukungan UIN SU sendiri sangat luar biasa. ”Alhamduluillah untuk dukungan awal sudah luar biasa khususnya saintek. Cuma untuk lebih juara dan bisa bersaing dengan PTN lain (terutama bersaing dikompetisi skala nasional) maka kita juga perlu didukung dana, kakas dan sumber daya yang cukup banyak. Dan karena kita ketahui
kakas dan komponen di robotik mahal semua,” ungkap nya saat di wawancarai via WhatsApp. Salah satu anggota klub robotik Syahrul Ardiansyah Nasution mahasiswa jurusan Fisika semester VI, mengungkapkan sangat antuasias akan adanya klub ini. “Jurusan saya kan fisika, konsentrasi instrumentasi jadi berhubungan dengan dunia robotika,” cetusnya dengan nada semangat. Karya Terbaik Klub yang didukung penuh oleh kampus UIN SU telah berhasil menyuguhkan karya yang tak kala hebatnya dengan klub klub lain, karya tersebut berupa Spiderbot, yaitu robot Hexapod yang mampu melakukan maze solver dan memadamkan api. LPG Leakage Detector : yaitu perangkat yang mampu menjadi early warning bagi para ibu rumah tangga seandaiknya terjadi kebocoran gas, dan Running Text Berbasis Smartphone. Kotak infak cerdas, yaitu kotak infak yang secara mandiri mampu berjalan secara autonomous sepanjang saff, dengan menggunakan teknologi obstacle avoider (sedang pengembangan dan hampir rampung Led Cube 4x4 : display ledmatrix dalam bentuk array 3 Dimensi (sedang dalam pengembangan dan hampir rampung). Dari karya-karya yang telah dihasilkan tersebut, tak menutup ke-
mungkinan terdapat kendal-kendala yang dapat terjadi. Kendala tersebut dapat berasal dari alat untuk pembuatan robot. Dikarenakan harganya yang fantastis dan jarang dijumpai maka tak khayal jika para anggota mengeluhkan hal tersebut. Namun, kendala itu dapat ditutupi oleh dukungan pimpinan. “Terkait komponen dan bahan tersedia, maka mahasiswa bisa mengeksplorasi ide apa saja dalam pembuatan sistem cerdas mengingat alat dan bahan untuk pembuatan robotik mahal” jelas dosen dan sekaligus pencetus klub robotik. Berharap Lebih Baik Klub robotik yang telah diciptakan dengan semaksimal mungki mempunyai motivasi yang sangat luar biasa, yaitu nantinya robot-robot yang telah diciptakan dari tang-tangan kreatif mampu mengharupkan nama UIN SU khususnya dan dapat bermafaat bagi masyarakat umumnya. “Harapannya jelas bisa mengharumkan nama UIN SU secara umum dan mampu menghasilkan produk teknologi tepatnya guna yang dapat di pakai masyarakat dan bermanfaat tinggi (murah namun bermanfaat tinggi) dan kita akan jadikan UIN SU kampus digital,” tutup Muhammad Ikhsan yang kini menjadi System Analyst Pustipada UIN SU. Reporter : Miranda Lianti dan Rizki Audina
Edisi Juni 2018 | www.lpmdinamika.co
E-TABLOID
LIFE STYLE
Milenial:
Televisi Versus Gawai Ilustrator Ditanty Chicha Novri
ton video dari perangkat internet ketimbang Tv. Penelitian juga dilakukan yang dilakukan We Are Social, perusahaan media asal Inggris yang bekerja sama dengan Hootsuite yang dilansir Kompas Tekno, Kamis (1/3/2018), rata-rata orang Indonesia menghabiskan 3 jam 23 menit sehari untuk mengakses media sosial. Pergeseran Penikmat Media Sebuah data hasil dari Nielsen Company yang dirilis pada tahun 2017 dengan judul “The New Trend Among Indonesian’s Netizen” menunjukkan tren dalam industri digital dan media. Total sampel yang diikutsertakan dalam riset ini sebanyak 1.107, yang didominasi responden berusia 16-34 tahun dari 11 kota besar di Indonesia, mewakili sekurangnya 54,8 juta penduduk.
G
awai dan internet telah menjadi kebutuhan pokok bagi generasi milenial yang harus selalu ada dalam kondisi apapun. Kini, eksistensi seseorang dalam media sosial seperti Instagram, Facebook, atau Twitter seolah ditentukan berdasarkan jumlah followers (pengikut), likes (suka), atau subscribers (berlangganan). Generasi milenial cenderung cuek pada keadaan sosial, dan lebih memilih berinteraksi melalui ponsel pintarnya dengan berbagai macam konten, salah satu yang paling terkenal yaitu Youtube. Belakangan ini, Youtube berhasil mengalahkan televisi (Tv) yang notabenenya adalah sama-sama menghasilkan video-video berisi berbagai macam informasi maupun hiburan. Generasi milenial lebih banyak menghabiskan waktunya mengakses video dengan Youtube ketimbang menggunakan Tv. Secara global, pengguna internet menembus angka 4 miliar
pengguna sedangkan YouTube mengumumkan para penggunanya di seluruh dunia menghabiskan waktu 1 miliar jam tiap hari untuk menonton video. Namun hal ini masih terpaut jauh jika dibandingkan dengan Tv yang disaksikan selama 1,25 miliar jam di wilayah Amerika Serikat, dan hal ini menunjukkan peningkatan hingga sepuluh kali lipat dibandingkan lima tahun sebelumnya pada 2012. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa sudah terjadi pergeseran di kalangan muda. Sebuah survei oleh Comsore pada 2016 misalnya, menunjukkan bahwa kaum milenial lebih menyukai YouTube ketimbang Tv sebagai media konten video yang dilansir pada Kompas Tekno, Kamis (5/10/2017). Hal serupa juga terjadi di Indonesia sejak 2015, sebuah studi Millward Brown menunjukkan bahwa 30 % para penggemar ponsel pintar tanah air lebih banyak menon-
Setiap orang bebas memilih media yang diinginkan sebagai sumber informasi. Pada saat ini, masyarakat cenderung memilih media yang mempermudahkan mereka memperoleh informasi tanpa terikat dengan waktu. “Perubahan pola ini disebabkan kemajuan teknologi dan kemudahan yang ditawarkan YouTube. Contohnya, tayangan yang ada di Tv, kita bisa melihatnya di YouTube. Kapan saja kita mau, dan ini merupakan kemudahan yang ditawarkan YouTube kepada konsumen,” ujar dosen Psikologi UIN SU, Azizah Batubara, M.Psi. Lanjutnya, kemudahan yang ditawarkan YouTube membuat seseorang menjadi cenderung inBiasa Saja 57,5 %
Menarik 26 %
Biasa saja 57,5 %
Telivisi 42,5 %
Hasil survei menunjukkan bahwa Tv masih berada di peringkat pertama dengan 96 % responden masih menikmatinya, disusul oleh media berjenis static outdoor 53 %, kemudian internet 44 %, setara dengan 24,2 juta, radio sebanyak 37 %, koran 7 %, dan majalah 3 %.
Menarik 67,5 % Youtube 57,5 % Media mana yang sering kamu gunakan untuk menikmati tontonan ?
Tidak Menarik 57,5 % 0,5%
Tidak Menarik 16,5 % Menurut kamu, semenarik apa konten televisi saat ini ?
Menurut kamu, semenarik apa konten Youtube saat ini ?
Metode Jajak Pendapat : Pengumpulan pendapat melalui penyebaran angket divisi litbang LPM Dinamika UIN SU pada 04-05 Juni 2018, sebanyak 200 responden yang dipilih secara acak di 8 fakultas.
www.lpmdinamika.co | Edisi Juni 2018
dividualis. “Biasanya ketika kita menonton tv, kita akan berkumpul bersama keluarga di rumah. Berbeda ketika kita melihat YouTube yang aksesnya sangat mudah, kapan dan di mana saja, hal ini menyebabkan seseorang kurang berinteraksi dengan individu lainnya,” jelas Azizah. YouTube Mendominasi Melihat media hiburan yang bergeser, kendati Tv memiliki porsi tertinggi, ada peningkatan yang cukup signifikan untuk konten video internet. Konten yang diakses cukup beragam dan sampai kini YouTube masih mendominasi di pasar karena kemudahan penggunaanya. Laili Komariah, mahasiswi Fakultas Kesehatan Masyarakat, UIN SU lebih memilih Youtube, karena video apa aja yang diinginkannya dapat diakses di YouTube. ”Karena apa yang kita mau ada di YouTube,” ujarnya. Di sisi lain, konten Tv yang ditujukan untuk orang dewasa sering kali juga dikonsumsi oleh anak-anak, salah satunya dengan melihat adegan percintaan sinetron yang sering kali ditayangkan. Namun, tampilan di YouTube sering kali tidak terkendali, dan sering muncul konten atau video yang berbau pornografi. “Konten Tv lebih terkontrol dibanding dengan YouTube, walaupun ada banyak sekali konten yang tidak mendidik,” komentar Dea Milientari, mahasiswi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam. Nielsen dalam risetnya menemukan, selain responden berusia 50 tahun ke atas, kebanyakan dari responden mengaku selalu mencari tahu lebih lanjut produk yang ia lihat di media daring, sampai kepada mencari brand (merek) atau produk yang cocok untu mereka. Hal ini tentunya berpengaruh pada digital adversiting yang kian maju, mampu menargetkan secara spesifik kepada pengguna yang diincarnya, hal ini didorong dengan banyaknya pengguna YouTube yang dapat dijadikan sebagai target pasar. Oleh karena itu para pengiklan sekarang lebih memilih untuk mengiklankan produknya melalui media sosial, salah satunya adalah YouTube karena akan menghemat biaya periklanan. Reporter Maya Riski, Afifah Lania dan Kurniawan
23
E-TABLOID
KESEHATAN
jalani puasa, pola makan sehat diterapkan
Ilustrator Afifah Lania
M
enjalani Ibadah Puasa pada bulan Ramadan sambil mengikuti proses belajar-mengajar bukanlah alasan yang tepat untuk terlihat lemas. Pola makan yang tidak sehat merupakan salah satu penyebab seseorang merasa lemas, kuyu, dan terlihat lesu ketika menjalani puasa. Terutama bagi anak perantauan yang identik mengkonsumsi makanan cepat saji, seperti mie instan sebagai menu sahur. Pemilihan makanan cepat saji ketika sahur merupakan kebiasaan buruk, sebab dalam makanan cepat saji mengandung bahan pengawet yang tidak baik bagi tubuh.
Dosen Fakultas Kesehatan Masyarakat, Zuhrina Aidha, S.Kep, M.Kes akan mengulas tentang pola makan yang baik saat berpuasa, berikut dengan tips-tipsnya, "Hal yang terpenting yakni menjaga asupan pola makan pada saat sahur dan berbuka. Kita memiliki rentang waktu yang panjang untuk tidak makan dan minum. Jadi, pada saat sahur dan berbuka penting untuk menjaga asupan makanan, bukan hanya banyak atau sedikitnya makanan yang dikonsumsi, tetapi kesimbangan nutrisi yang kita konsumsi pada saat sahur dan berbuka merupakan hal yang paling penting," ungkapnya.
Pola makan yang berubah selama bulan puasa harus disiasati dengan benar agar tubuh tetap sehat dan bugar dalam menjalankan aktifitas di siang hari. Dengan mengonsumsi bahan pangan yang segar dan bebas dari pengawet, atau bisa juga dengan mengkonsumsi buah-buahan yang kaya akan vitamin, serat, dan mineral, dapat memenuhi cairan yang kurang disaat menjalankan ibadah puasa. Selain menjaga pola makan, kita juga senantiasa menjaga kebersihan mulut dan gigi dengan cara yang baik dan benar.
Wanita kelahiran Sei Semayang ini mengajarkan bahwa saat puasa sangat penting menjaga keseimbangan tubuh. "Agar badan tidak merasa cepat lemas, ketika sahur lebih dianjurkan mengkonsumsi makanan yang sumber karbohidratnya kompleks, seperti gandum atau beras merah. Memang kalau dikaji secara rasa nasi putih jauh lebih enak dibanding gandum," ujarnya.
24
lebih lanjut Zuhrina menyampaikan, “Ketika kita lebih memilih beras gandum sebagai asupan,
maka kita tidak akan cepat merasa kenyang, namun tidak cepat merasa lapar. Pilihlah asupan nutrisi yang bersumber dari karbohidrat kompleks dan penting juga untuk mengurangi makanan yang terlalu manis, karena biasanya makanan yang terlalu manis dapat membuat kita jadi cepat haus". ia juga memaparkan mengapa kita merasakan haus pada siang hari Puasa. "Sebenarnya rasa haus itu normal, namun pada rentang waktu tertentu, manusia pasti merasakan haus, pada saat siang hari karena metabolisme aktif, keringat banyak keluar, kekentalan di dalam darah pun meningkat. Akhirnya tubuh menginformasikan kepada otak bahwasannya perlu minum, maka timbullah rasa haus," imbuhnya. Hal ini menjadi tambahan pengetahuan tersendiri bagi kita. melihat saat berbuka atau sahur kita justru lebih memilih makanan atau minuman yang manis. "Tapi, ketika kita mengkonsumsi gula terlalu banyak, kadar gula bisa membuat darah kita mengalami pengentalan lebih cepat dari kondisi normal, sehingga membuat kita merasa lebih cepat haus. Jadi
sangat dianjurkan untuk mengkonsumsi dua gelas air putih saat sahur, dua gelas pada saat berbuka, dan dua gelas pada saat malam sebelum tidur (1/2 jam sebelum tidur) agar tubuh kita tetap merasa segar,� jelasnya. Selain mengulas pola makan sehat, kami juga akan memberi tips makanan atau minuman sehat untuk anak indekost saat bulan Ramadan yaitu Air Nabis, minuman yang dikonsumsi Rasulullah semasa hidupnya ini tergolong enak dan mudah dibuat, cukup dengan mencampurkan kurma dan susu, dengan membuang biji kurma terlebih dahulu, lalu direndam dengan susu cair, dan disimpan di dalam lemari es selama 6 jam, kalau kita ingin meminumnya saat sahur maka buatlah pada malam hari sebelum tidur. Dan untuk memenuhi kebutuhan vitamin C dan serat, maka kita cukup mengkonsumsi buah jeruk dan pisang.
Reporter Nabila Firuziah dan Nur Halimah Syafira
Edisi Juni 2018 | www.lpmdinamika.co
E-TABLOID
MODE
Mengintip Tren Fashion Lebaran Dari Designer Muda
jab, semakin banyak juga yang melahirkan mode hijab yang trendy. Dari yang monochrome (dua warna, hitam-putih) sampai colourfull (banyak warna). Hijab fashion beragam banget variasi stylenya. Apalagi di Instagram juga banyak selebgram yang istilahnya ikut ‘campaign’ (mengkampanyekan) hijab fashion,” jelasnya. Prediksi Tren dan Tips Fashion Lebaran Tahun Ini
Dok. Pribadi “Setelah sebulan penuh berpuasa di bulan Ramadhan, hari raya Idul Fitri menjadi moment yang dinanti oleh setiap muslim. Segala sesuatunya pun dipersiapkan dengan matang, untuk menyambut datangnya hari kemenangan, termasuk menyiapkan penampilan. Nah, tren fashion apa yang kira-kira bakal booming edisi lebaran tahun ini? Yuk chek it out tim Dinamika punya ulasannya”. Kenalan Dengan Fashion Designer Muda Sebelum kita membahas tren fashion seperti apa yang bakal menjadi trensetter fashion di lebaran tahun ini, penulis akan mengajak Anda berkenalan dengan seorang fashion designer yang akan memberi pandangan fashionnya, terhadap fashion hijab yang akan menjadi tren di Rubrik Mode kali ini. Adalah Adhindha Firdausa Ratnasari nama aslinya, kita mungkin lebih mengenalnya dengan Dinda Firdausa. Yap, beliau adalah designer muda yang penuh bakat dan talenta. Di usianya yang masih 22 tahun, Dinda telah banyak melahirkan karya-karya fashion yang meramaikan acara-acara fashion show dan telah menjuarai berbagai kontes fashion designer. Gadis kelahiran Ambon, 9 Juli 1996 ini tamatan sekolah mode ESMOD Fashion Design and
Business School Jakarta. Beberapa hal yang paling ramai diketahui khalayak di antaranya seperti; juara pertama kontes design yang diadakan oleh International Islamic Fashion Products (IIFP) 2015, juara Favorite Young Fashion Designer Competition dalam IFW (Indonesi Fashion Week ) 2017, juara pertama program televisi Hijab Look 2017, dan lain sebagainya. Kecintaan Dinda pada dunia fashion bermula dari kesukaannya pada dunia art (seni). Hal ini jugalah yang akhirnya menariknya masuk ke dunia fashion designer. “Yang membuat aku jatuh cinta dengan dunia fashion ada beberapa alasan, di antaranya karena memang dari kecil aku sudah suka art dan design. Sering juga mix and match baju dari kecil, kebetulan dulu ibu aku punya bisnis kecil-kecilan jualan kerudung, jadi memang dari dulu uda berkutat banget sama itu. Dan menurut aku, yang paling menarik di fashion itu aku bisa bikin suatu art yang akhirnya wearable (dapat dipakai),” paparnya. Meski kini begitu mencintai profesinya, Dinda mengaku awal menggeluti profesi ini ia merasa tidak yakin dengan pilihannya. Bahkan dia sempat ragu ketika memilih kuliah di jurusan fashion pada tahun 2014 silam. Yang mem-
www.lpmdinamika.co | Edisi Juni 2018
buatnya menjadi lebih yakin, yaitu saat ia mengikuti lomba fashion di tahun pertama kuliah. “Pertama masuk kuliah fashion tahun 2014, aku masih gak begitu yakin dengan jurusanku. Tapi saat tahun pertama aku mulai ikut lomba fashion dan alhamduillah mendapat beberapa kali juara, aku makin optimis dan yakin untuk menggeluti industri ini,” ungkapnya. Perkembangan Tren Hijab Awalnya istilah hijab belum begitu dikenal, kebanyakan kita masih menyebutnya dengan jilbab atau kerudung. Perkembangan Fashion Hijab di Indonesia sendiri lebih dipopulerkan oleh perkembangan model dan gaya berbusana yang dipublikasikan di internet, melalui tutorial dan media lainnya. Dulu hijab dianggap kuno karena tidak memiliki beragam model. Namun, hari ini hijab merupakan fashion yang semakin hari kian menjamur. Beragam model, mulai dari bahan, warna, gaya, dan motif mewarnai dunia fashion hijabers masa kini. Kekreatifitasan para designer muslimah menjadi tolok ukur berkembang pesatnya hijab dalam dunia fashion. Seperti yang diakui Dinda, “Tren hijab lagi berkembang sejak tahun 2012 hingga saat ini. Semakin banyak yang berhi-
Karena sebentar lagi kita bakal menyambut hari istimewa lebaran, Dinda pun memprediksi tren fashion yang akan booming khususnya buat kamu para hijabers. Menurutnya di lebaran tahun ini, dunia fashion tetap akan diramaikan dengan mode gamis atau dreess tunik. Dress tunik sendiri merupakan jenis dress untuk perempuan yang panjangnya tanggung, seperti di bawah lutut atau setengah betis. “Untuk moment lebaran memang baiknya kita pakai gamis atau tunik yang simple tapi mewah. Dari pemilihan bahan seperti sifon, organza, tule (read. tile), dan sebagainya yang bisa dipadukan dengan kets untuk penampilan yang lebih sporty. Atau bisa juga memakai wedges biar fashionable dan elegan,” saran Dinda. Untuk pemilihan warna sendiri, Dinda menyarankan supaya memilih warna-warna pastel (cerah) dan warna netral. “Untuk lebaran, warna-warnanya lebih ke pastel atau netral. Begitupun dengan make-upnya, cukup yang simple. Contohnya untuk eyeshadow dan blush on pilih yang pink atau peach, dan ditambah sama efek glitter sedikit juga,” imbuhnya. Terakhir Dinda menyarankan agar pembaca memilih fashion yang bisa masuk ke semua mode. “Karena moment lebaran bakal panjang, kita bisa pilih fashion yang masuk ke semua mode baju. Contohnya kerudung, sepatu, tas, pilih yang modenya klasik dan fleksibel. Jadi kalau ganti acara, tinggal ganti bajunya aja,” tutupnya.
Reporter Anisa Rizwani dan Annisa Kinasih
25
E-TABLOID
RESENSI
Rentang Kisah : Ada Cinta yang Tak Bisa Diungkapkan Judul buku : Rentang Kisah Penulis : Gita Savitri Devi Penerbit : Gagasmedia Tahun terbit : 2017 Tebal : 208 halaman
C
ara seseorang menunjukkan kasih sayangnya memang berbeda-beda. Ada orang yang menunjukkan kasih sayangnya melalui bentuk-bentuk perhatian. Ada orang yang menunjukkan kasih sayangnya melalui sebuah bentuk pengekangan. Seperti halnya Ibu Gita, ia memperlakukan Gita dengan berbagai keputusan yang ia anggap benar, hingga keputusannya untuk melanjutkan perkuliahan di Jerman. Dibuku ini, Gita sempat ingin berontak dengan keputusan ibunya karena ia telah lulus di universitas favoritnya, Institut Teknologi Bandung. Tapi karena ketegasan ibunya dan sebenarnya ia juga pernah bercita-cita kuliah di luar negeri, Gita perlahan menerima keputusan ibunya. Ia percaya keputusan ibunya pastilah keputusan
yang terbaik untuk masa depannya. Ia juga percaya bahwa rida Allah terletak pada rida orang tua. Banyak kisah inspiratif dari buku ini. Kisahnya, Gita menceritakan pengalaman luar biasanya di Jerman. Bagaimana usaha Gita membuat Paul, kekasih sekaligus partner belajarnya, seorang pria yang dahulunya taat pada agama yang dianutnya, kini menjadi mualaf. Gita juga menceritakan bagaimana usahanya bisa masuk ke universitas ternama di Jerman, yang sebelumnya ia hanya gadis awam ilmu pengetahuan, dan harus giat belajar mengingat ketatnya peraturan pendidikan di Jerman. Presensi : Istiqomah Kaloko
meraih nilai plus dibulan ramadan Judul buku: Jamuan Ramadhan Penulis: Dr. H. Ali Murthado M. Hum dan Dr. Muhammad Iqbal M.Ag Penerbit: Wal Ashari Publishing Tahun terbit: 2018 Tebal: 263 halaman
B
ulan Ramadan adalah bulan yang penuh berkah dan dinanti-nanti umat Islam sedunia. Dalam menyambut Ramadan pada tahun ini penulis buku memberikan informasi seputar kisah dan motivasi pencerahan hidup demi menyempurnakan puasa dengan amalan saleh lainnya. Menjalankan ibadah puasa, tidak hanya menahan lapar dan da-
26
haga. Namun, ada nilai plus yang harus kita dapatkan. Saat berpuasa selama 14 jam lebih kita diajarkan bagaimana takwa, ikhlas, jujur, itsar (berbagi rasa) kebahagiaan kepada orang lain, dan ikut merasakan kesedihan orang lain. Sangat jelas di dalam Alquran bahwa tujuan dari puasa adalah menjadi orang yang bertakwa. “Hai orang-orang yang beriman,
diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang yang sebelum kamu agar kamu bertakwa.” (QS. Al Baqarah: 183). “Dengan berpuasa, kita bisa meredam nafsu atau keinginan untuk berbuat maksiat. Saat berpuasa, kita merasakan lesu dan lapar, tidak ada pikiran untuk melakukan maksiat, setan dibelenggu dan hawa nafsu lemah. Bertakwa sendiri adalah takut dan taat kepada Allah swt., selalu mengerjakan setiap perintah-Nya dan menjauhi setiap larangan-Nya” (hlm. 29). Biasanya saat Ramadan makanan yang terhidang lebih banyak dari hari biasa. Namun, hakikat Ramadan tidak saja melaparkan diri lantas hilang setelah terhidangnya makanan saat berbuka puasa. Jamuan Ramadan dari Allah SWT pada intinya melebihi hidangan yang kita makan. Sejauh mana pemahaman itu, tergantung bagaimana kita memaknai Ramadan tersebut. Dalam Alquran Allah sangat tegas menyatakan bahwa manusia tidak dilarang makan dan minum, asalkan tidak melampaui batas. Dalam QS. Al A`raf :31 Allah berfirman, ”…..Makan dan minum-
lah kamu, namun jangan berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak suka orang yang berlebih-lebihan.” Selain itu, dalam ayat lain Allah pun menyatakan bahwa orang yang bertindak berlebih-lebihan dan melakukan pemborosan sebagai saudara-saudara setan, sebagaimana tertuang dalam QS. Al Isra` :26-27, “….Dan janganlah kamu menghambur-hamburkan (hartamu) secara boros. Sesungguhnya pemboros-pemboros itu adalah saudara-saudara setan dan setan itu adalah sangat ingkar kepada Tuhannya.” (hlm. 178). Buku 263 halaman ini menjadi tampak elegan dengan sampul berwarna hijau yang melambangkan Islam. Cocok sekali menjadi bahan bacaan untuk semua kalangan dan usia, khususnya untuk umat Islam yang menginginkan Ramadan mendapatkan nilai plus atau keberkahan serta memotivasi siapa yang membacanya.
Presensi : Siti Aisya
Edisi Juni 2018 | www.lpmdinamika.co
E-TABLOID
PUISI
Singkat Yang Berbekas
Oleh: Sri Astika Yogi Pratiwi
Berawal dari sebuah masalah Yang berakhir dengan suatu kisah Membuat gerak pikiran menjadi resah Keinginan untuk mendapatkan kasih Perhatian setiap gerak gerikmu Seakan menjadi rute penglihatanku Tak akan lepas karena sudah menjadi sumbu Menjadi tujuan dari panahku Ilustrator Afifah Lania
Namun panahku melesat Tak berarah ke tempat yang tepat Karena rasa tak terlalu kuat Dan semua itu terlalu cepat Panah yang terlempar seakan kembali Menusuk sakitnya hati ini Seakan anak panah mengetahui isi hati Arahan yang tepat disini Dalam hari selanjutnya Hanya aku dan dia dalam bingkai kayu
Cahaya Ramadan Oleh: Amalia Afsari
Bulan yang selalu kurindukan
Hari Penuh Berkah kini telah tiba
Telah bersinar indah bersama bintang
Bak mentari pagi dengan cahayanya yang menyilaukan mata
Kunanti datangnya dengan penuh juang
Sesejuk semillir angin yang menggerogoti asa Ramadan, ya Ramadan Hadirmu hilangkan dahaga
Mampukah aku berjalan tanpamu?
Dahaga akan pahala yang berlipat ganda Kau begitu istimewa
Tidak, kau pergi untuk selamanya
Hari-harimu tak luput dari buliran ibadah
Saat senja menyapa
Berharap setiap diri berada di
Kurasa ada sesuatu yang telah tiada
dekat-Nya
Senyummu masih tersirat Dan juga bayangmu masih ku ingat
Ramadan, ya Ramadan
Karena biasmu terlalu cepat
Cahayamu menghadirkan berkah
Tahukah waktu dengan apa yang kurasa?
Bagi setiap insan yang mulia
Tidak, karena waktu hanya berjalan
Ikhlas dengan kata
Dipihakmu
Ikhlas dalam langkah
Fakultas Ilmu Sosial (FIS)/ Ilmu Komunikasi/ Semester II
Fakultas Dakwah dan Komunikasi (FDK)/ Pengembangan Masyarakat Islam/Semester II
www.lpmdinamika.co | Edisi Juni 2018
Oleh : Masliannur
Ramadhan, ya Ramadan
Hanya senyumanmu dalam bingkaiku Membuat tanganku ingin bersendu
Bulan Yang Kurindukan
Kusambut dengan rindu yang tak pernah hilang Ku dekap erat jemari indahnya, berjalan bersama di dalamnya Menuju istana yang penuh dengan ampunannya Marhaban ya Ramadan Engkau yang selalu kuimpikan Engkau yang selama ini kunantikan Kini hadir membawa rahmat dan ampunan Serta dengan sejuta keberkahan Betapa senangnya hatiku Bila aku ikut besama-Mu Berjalan bersama menuju rahmat-Mu Memohon bersama menuju ampunan-Mu Hingga menuju keberkahan-Mu Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam (FEBI)/ Jurusan Akuntansi Syariah
27
E-TABLOID
CERPEN
Punggahan Yang Dirindukan
Penulis :Nuryachman
Mas minta maaf kalau lama tak memberi kabar, nanti Mas jelaskan semuanya.” Ucap lelaki itu coba menenangkan istrinya sembari memberi pelukan hangat pada wanita yang dicintainya itu. “Ayo Mas, masuk dulu,” ajak sang istri sembari melepas pelukannya. Lelaki itu melangkah masuk. Tak banyak yang berubah di dalam rumah. Paling hanya beberapa benda yang sedikit bergeser dari tempat semula berada. “Mas!, Saya ambilkan minum di dapur dulu ya,” ucapnya. “Mas! ini minumnya, di minum dulu,” ucapnya. “Terima kasih Bu, Ikrom kemana ya? Dari tadi Mas kok nggak kelihatan?" Tanyanya. “Oh, Ikrom lagi ke surau, ada punggahan malam ini, rencananya tadi Ibu mau nyusul ke sana, Mas.”
Ilustrator Nada Fitria
S
enja hilang ditelan malam.Sayup-sayup terdengar suara azan berkumandang. Mendayu merdu memanggil tiap hati yang suci tuk menghadap Ilahi, tak terkecuali hati seorang pemuda yang tinggal di sudut desa. “Bu, Ikrom berangkat ke surau dulu ya, assalamualaikum.” ucap Ikrom “Waalaikum salam, hati-hati di jalan.” Jawab Ibu tanpa melepas senyum dengan pandangan kosong “Bu!” tegur Ikrom mengagetkannya. “Ibu kenapa melamun?” tanyanya menyelidik. Wanita itu tersenyum lalu menjawab, “Nggak papa kok, Ibu cuman teringat ayahmu saja nak.” Wanita itu pun beranjak menuju dapur untuk mengambil bingkisan yang sudah ia siapkan. Ia terlupa kalau malam ini malam punggahan. Sudah menjadi kebiasaan di desa melakukan kegiatan punggahan di surau menyambut datangnya bulan Ramadan. “Ini bingkisannya, yasudah buruan berangkat,” “Baik, Bu. Tapi Ikrom mau tanya sebelum pergi, Ibu kok tiba-tiba kepikiran ayah?” tanya
28
“Loh udah punggahan, subhaanallah, nggak nyangka sebentar lagi Ramadan. Hmmmm, kalok gitu kita ke Surau aja Buk, Mas udah kangen betul sama Ikrom, sekalian tegur sapa sama warga,” ajaknya. “Ya sudah, kalau begitu sekarang Mas mandi dulu, Ibu ambilkan baju di kamar,”
Ikrom. Wanita itu hanya diam membisu, segurat harap tampak di wajahnya. “Sudah sana berangkat, nanti kamu telat,” perintah Ibu mengalihkan pembicaraan. *** Lelaki itu berjalan perlahan, matanya menatap jalanan yang mulai gelap ditelan malam. Perlahan namun pasti kakinya menapaki rerumputan menuju rumah yang ada di sudut desa. “Assalamualaikum….” “Assalamualaikum, Bu!” ‘Waalaikum salam, sebentar saya buka dulu pintunya" Kreeeek… Wanita itu tertegun, melihat sosok yang kini ada di hadapannya, “Mas! ini kamu? Ini bukan mimpi?" ucapnya seolah tak percaya. “Iya, ini Mas, Mas pulang Bu, Mas kangen Ibu, kangen Ikrom,” ucapnya. Wanita itu hanya bisa membisu, tak menyangka harapannya menjadi kenyataan. Malam itu rindu yang berkelana kini kembali, air matanya pun jatuh perlahan membasahi pipi. “Ibu nangis? Jangan nangis Bu,
Sebenarnya ada banyak hal yang ingin ia tanyakan pada lelaki yang ada di hadapannya. Namun sebagai istri, ia harus menghormati niat baik suaminya. *** “Assalamualaikum,” “Waalaikum salam,” jawab jamaah serentak. “Badrun! Subhanallah, sudah pulang kamu Drun?” Tanya seorang jamaah sembari berdiri menjabat tangannya. Belum sempat lagi ia menjawab, jamaah yang lain juga berdiri menjabat tangannya. Dari sudut masjid, seorang pemuda terkejut melihat sosok lelaki yang baru saja hadir di hadapannya. Lelaki yang amat sangat ia kenal dan sangat ia rindukan. “Ayah.” Kata itupun keluar dari bibirnya bersama dengan rasa haru. “Sudah-sudah, jangan menangis malu dilihatin orang banyak,” ucap Ayahnya menenangkan Ikrom. “Ikrom kangen Ayah, Ayah kemana aja?” tanyanya sambil terisak. “Nanti Ayah ceritakan semua
di rumah, sekarang kita duduk dan makan bareng sama yang lain ya, Nak,” pintanya. Sambil mengangguk pemuda itu pun duduk. Malam itu, acara punggahan berjalan dengan lancar. Seusai makan serluruh warga kembali ke rumah masing-masing dengan hati yang diselimuti kebahagiaan menyambut Ramadan. *** Beberapa saat ruangan itu hening, tanpa sepatah kata pun. Ayah, Ibu, dan Ikrom hanya saling beradu pandang. “Ayah mohon maaf sama Ibu dan Ikrom, telah meninggalkan kalian. Ayah merantau ke Tanjung Balai, berharap pulang membawa uang. Namun beberapa minggu di sana Ayah kecelakaan di tambak, kepala Ayah membentur pinggiran kapal, Ayah lupa ingatan, beruntung ada teman Ayah yang merawat, beliau juga mencarikan informasi soal keluarga kita dan alamat rumah ini. Perlahan ingatan Ayah kembali, sampai akhirnya Ayah dinyatakan sembuh dan diizinkan pulang”. “Mas…, kami juga minta maaf, alhamdulilah doaku selama ini di ijabah Allah Swt, aku dan anakmu selalu menunggu dengan kesabaran. Banyak hal sulit yang kami rasakan di sini, membesarkan Ikrom tanpamu di sisiku adalah hal yang tidak mudah. Namun perjuanganmu untuk kami juga luar biasa, maafkan kami juga suamiku, karena kami kau harus mengalami hal itu,” ucapnya. “Alhamdulillah, Ikrom baru aja tamat Madrasah Aliyah, Yah. Rencananya mau kuliah, alhamdulillah Ikrom lulus jalur SPAN-PTKIN di UIN SU, Jurusan Pendidikan Agama Islam. Tapi belum tau dilanjuti atau enggak, ini masih cari info beasiswa, Ikrom mau coba tes,” jelasnya. “Alhamdulillah, Ayah doakan semoga semua lancar ya, Nak, nanti Ayah juga bantu, yang penting Ikrom jangan putus semangat,” ucapnya. “Iya, Yah. Ikrom akan terus berdoa dan berusaha,” jawabnya. Percakapan berakhir, malam itu menjadi malam yang indah bagi keluarga kecil yang ada di ujung desa. Keluarga mereka kembali lengkap seperti 3 tahun lalu.
Penulis Mahasiswa Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan/ Pendidikan Agama Islam/ Semester IV
Edisi Juni 2018 | www.lpmdinamika.co
E-TABLOID
POJOK
Oleh : M. Ifroh Hasyim
Ketika AkreditasI tak mampu menjamin Kualitas
Pemimpin Umum LPM Dinamika Periode 2018-2019
Oleh : Muhammad Ifroh Hasyim (Pemimpin Umum LPM Dinamika)
“Ihdinash shiroothol mustaqiim. (Tujukilah kami jalan yang lurus).� (Al-Fatihah : 6)
S
ebuah kebahagiaan bagi kita bersama para civitas akademika, ketika UIN Sumatera Utara berhasil meraih Akreditasi B pada 2017 yang lalu. Pencapaian ini adalah sebuah penantian dari kegelisahan saat UIN Sumatera Utara masih berstatus Akreditasi C. Tentu saja kegelisahan itu lahir karena beberapa kali mahasiswa UIN Sumatera Utara maupun alumninya mengalami kendala saat hendak melamar pekerjaan maupun mendaftar beasiswa disebabkan persyaratan Kampus haruslah berakreditasi B. Maka persyaratan tersebut sudah tidak menjadi penghalang lagi hari ini. Sebagaimana yang disampaikan oleh Wakil Rektor III UIN Sumatera Utara pada penyelenggaraan AKDK (Apa Kabar Dinamika Kampus) ke XII pada April lalu. Beliau mengungkapkan bahwa untuk akreditasi B adalah titik yang sudah cukup aman bagi sebuah Perguruan Tinggi baik negeri maupun swasta apabila dilihat dari sisi Akreditasi. Namun, karena dorongan dari Menteri Agama sebagaimana yang telah tersaji pada reportase Utama E-Tabloid ini, UIN Sumatera Utara bertekad meraih Akreditasi A pada tahun 2020. Lalu pertanyaannya, apakah UIN Sumatera Utara mampu mengejar target yang dicanangkan akan terwujud pada 2020 mendatang? Tentu saja kita harus optimis dengan target tersebut. Sembari terus memper-
siapkan poin-poin yang harus dicapai agar layak menerima predikat Kampus berakreditasi A, sebagaimana yang telah diperoleh dua kampus negeri lain yakni UNIMED dan USU. Tetapi, ada hal yang sebenarnya lebih substansial untuk dicapai. Yaitu peningkatan kualitas sumber daya yang ada di dalam. Sebab, apabila akreditasi A telah dicapai sementara SDM yang ada tidak menunjukkan kualitas yang baik, maka ini bak cangkang telur yang telah dihias akan tetapi kosong isi dan minim manfaat. Barangkali akan ada yang menyangkal, bukankah salah satu persyaratan akreditasi yang baik adalah adanya SDM yang berkualitas. Tentu saja ini tidak menjamin, karena yang selama ini ditampilkan hanya yang baik-baik/berprestasi saja. Hanya segelintir mahasiswa yang mampu memberi sokongan prestasi untuk mendongkrak akreditasi. Fenomena gunung es layaknya penggambaran untuk kondisi semacam ini, yang baiknya tampil dipermukaan sementara yang kurang berprestasi berada di bawah. Hal ini sudah penulis jumpai pada kampus-kampus yang berakreditasi A untuk wilayah Sumatera. Tidak ada perbedaan yang terlalu mencolok antara kampus yang sudah meraih predikat akreditasi terbaik atau belum. Perbedaan yang paling mencolok hanya terdapat pada sarana dan prasarana. Padahal kualitas SDM secara keseluruhan amat substansial sifatnya. Hal ini bukan pula karena sarana dan prasarana sifatnya konkret sementara kualitas SDM adalah sesuatu yang tidak senyata benda. Pengalaman empiris lah yang
www.lpmdinamika.co | Edisi Juni 2018
membuat penulis berani menulis tulisan seperti ini. Kualitas SDM meliputi seluruh elemen penting yang berperan dalam kemajuan sebuah Perguruan Tinggi. Mulai dari Dosen yang mendukung dan berkompeten, Mahasiswa yang ideal dengan kecerdasan dan prestasi akademik maupun non-akademik, Pimpinan yang tidak anti kritik guna menunjang perkembangan, serta pegawai yang profesional dan bekerja sepenuh hati. Serta peran seluruh sendi yang memiliki keterkaitan dengan Kampus. Tidak bisa kita pungkiri, hari ini negeri kita amat membutuhkan kualitas SDM yang mampu mendorong kemajuan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Pendidikan saat ini seolah tidak mampu menjawab tantangan yang ada. Jutaan sarjana telah ditetaskan dari Universitas-Universitas ternama dengan akreditasi terbaik. Namun, negeri ini seolah stagnan jalan di tempat. Sementara permasalahan semakin kompleks seiring berjalannya waktu. Dimana hasil penelitian para mahasiswa yang telah menyelesaikan persyaratan akhir perkulihannya? Apa langkah konkret dari hasil penelitian tersebut? Apa hanya bertumpuk di 'gudang' penyimpanan tugas akhir kuliah milik kampus? Lalu di jual karena sudah banyak dan menyemak? Atau jangan-jangan tugas tersebut dikerjakan hanya agar mahasiswa memiliki gelar pendidikan di belakang nama. Agar selanjutnya dapat bekerja di perusahaan atau instansi yang mau atau harus menerimanya?
Banyaknya mahasiswa yang bekerja tidak sesuai dengan bidang perkuliahannya adalah salah satu bukti kegagalan dari pendidikan kita. Penulis berulang kali bertemu dengan pengemudi ojek daring yang telah sarjana tetapi memilih untuk bekerja sebagai driver ojek daring. Tanpa maksud untuk mengatakan bahwa hal tersebut adalah suatu kekeliruan. Hanya saja penulis hendak mengutarakan bila kampus dan mahasiswa yang dididik telah gagal mewujudkan tujuan dari proses pendidikannya. Sebab apabila ingin menjadi pengemudi transportasi daring tidak harus memiliki Ijazah S1. Walaupun di sisi lain, Belajar adalah sebuah proses penghargaan terhadap diri. Artinya tidak ada batasan bagi siapapun untuk ingin terus belajar. Tetapi disini, penulis hendak mengajak kita bersama untuk melihat lewat sisi korelasi pekerjaan dan gelar akademik yang diperoleh. Maka mari kita telaah kembali apa tujuan pendidikan yang sesungguhnya sedang kita jalani? Mari perbaiki niat awal apabila masih melenceng pada tujuan luhur sebuah pendidikan. Pun demikian bagi mereka para pemangku kebijakan khususnya pada bidang pendidikan di Negeri ini, jangan sampai pendidikan hanya menjadi ajang unjuk gigi demi meraih kepentingan segelintir orang. Nilai keluhuran dari hasil implementasi ajaran agama harus dibarengi pada bermacam proses pendidikan yang diselenggarakan. `
29
E-TABLOID
30
Edisi Juni 2018 | www.lpmdinamika.co