Tabloid Edisi Khusus September 2018

Page 1


TABLOID Edisi September 2018

2

www.lpmdinamika.co


SALAM REDAKSI menuntun kita menuju jalan kebaikan. Maka, berselawatlah kita kepadanya beserta para sahabat dan keluarganya. Semoga kita mendapat syafaat di yaumil akhir kelak, amin ya Rabbal ‘alamin.

Lembaga Pers Mahasiswa (LPM) Dinamika Penerbit: Lembaga Pers Mahasiswa Dinamika UIN SU Pelindung: Rektor UIN SU Pembina: Wakil Rektor III UIN SU, Dekan FITK, Dekan FSH, Dekan FDK, Dekan FUSI, Dekan FEBI, Dekan FIS, Dekan FKM, Dekan Fakultas SAINTEK, Kabag Akademik dan Kemahasiswaan Biro AAKK UIN SU, Kasubbag Kemahasiswaan Bagian Akademik dan Kemahasiswaan Biro AAKK UIN SU, Drs. Syahruddin Siregar M.A, Dr. M. Syukri Albani Nasution, M.A, Dr. H. Ali Murthado, M.Hum, Sugiatmo. M.A. Pemimpin Umum: M. Ifroh Hasyim Sekretaris Umum: Nova Riani Bendahara Umum: Regi Amelia Pemimpin Redaksi: Firda Adinda Syukri Pemimpin Desain Grafis: Enggar Tyas Untari Pemimpin Litbang: Dzulanda Shari Batubara Pemimpin Perusahaan: Khairul Azmi Sekretaris Redaksi: Isma Hidayati Redaktur Pelaksana: Rahmanuddin Redaktur Online: Muhammad Ibrahim Reporter Senior: Tiurmaida Silaen, Syafrita Reporter Junior: Anisa Rizwani, Audry Uyuni, Ayu Wulandari Hsb, Devi Junita Sari, Siti Aisa, Siska Ramayani D Redaktur Foto: Fakhrurrazi Anggota: Silvia Marissa, Hafiz Hasan Noor, Jihan Fikriyah, Istiqomah Kaloko, Putri Chairunnisa, Taufik Syahputra, Rizky Ananda Redaktur Bahasa: Aminata Zahriata Anggota: Maya Riski, Shofiatul Husna, Ridha Amalia, Putri Syakbania, Rizki Audina, Iin Prasetyo Sekretaris Desain Grafis: Miranda Lianti Gultom Redaktur Artistik: Muhammad Fathoni Layouter: Hasni Indah Sari, Nurhalimah Syafira,Cindy Yulfika, Alfi Syahrin Ilustrator: Fatimah Nurazizah, Nada Fitria Nst, Afifah Lania,Ditanty Chicha Novri Web Designer: Muamar Sidik Utomo, Mahmudi Sekretaris Litbang: M. Taufiqurahman Kasubdiv PSDA: Kurniawan Anggota: Wahyu Nizam, Dina Purnama Kasubdiv Penelitian dan Humas: Suci Ayu Pratiwi Anggota: Nabila Firuzia,Rafika Putri. Kasubdiv Rumah Tangga: Maulidya Harahap Anggota: Tengku Nurul Hikmah, Rina Wahyuni, Fatimah Lubis Sekretaris Perusahaan: Tia Rahmadhani Nasution Manajer Periklanan: Siti Aulia Rahma Anggota: Rizqi Ramadhan, Deni Gusti Kurniawan, Agung Prasetya, Diana Aliya Manajer Percetakan: Muslim Hidayat Anggota: Muhammad Teguh Nur El Hakim S, Arifin, Nur Hotma Tambak, Nur Afifa, Febrianto Lubis, Kiki Meisya Manajer Pemasaran: Dina Maulina Anggota: Cindy Syahfrina, Asri Alviana Alamat: Gedung UKK/UKM UIN SU Lantai 1 No.4 Jl. Williem Iskandar, Pasar V Medan Estate (20371) Kontak: 08224707-7271 E-mail: lpmdinamikaiainsu93@gmail.com/ redaksi@lpmdinamika.co Web: www.lpmdinamika.co Facebook: LPM Dinamika UIN SU Twitter: @LPM_Dinamika Instagram : @lpmdinamika

Pemimpin Redaksi (Firda Adinda Syukri) Assalamu’alaikum wa rahmatullahi wa barakatuh

A

lhamdulillah, segala puja dan puji ke hadirat Ilahi Rabbi, yang telah melimpahkan rahmat, nikmat, dan karunia-Nya yang sudah pasti tak terhitung lagi nilainya. Selawat beserta salam juga tak lupa kita hadiahkan kepada baginda Rasul, kekasih Allah, Nabi Muhammad Saw yang telah memperjuangkan seluruh jiwa dan raganya untuk

Sobat Kampus yang berbahagia, tidak terasa perkuliahan semester genap telah kita lalui. Pada September ini saatnya kita memasuki semester ganjil yang sekaligus tahun ajaran baru untuk mahasiswa baru (Maba). Kami segenap keluarga besar LPM Dinamika mengucapkan selamat datang di kampus UIN Sumatra Utara. Kedatangan mahasiswa baru kami sambut baik dengan menyajikan reportase utama dengan mengangkat tema seminar abal-abal yang biasa menjamur di kalangan Maba. Biasanya, Maba menjadi sasaran empuk bagi para penyelenggara seminar tersebut. Pada reportase utama ini, kami berhasil menerima pengakuan dari beberapa korban dan mengungkap kesaksian pelaku.

Berangkat dari reportase utama, tak ketinggalan kami juga menyajikan berita seputar kampus dalam Rubrik Dinamika Kampus I yang mengangkat tema telusur ulang uang kuliah tunggal (UKT) dan Dinamika Kampus II dengan tema sarana dan prasarana kampus yang tidak habisnya diperbincangkan. Selain sajian berita kampus, kami juga mengajak untuk mengulik sejarah Kampung Madras atau yang lebih dikenal dengan Kampung Keling yang berada tepat di pusat Kota Medan, dan kita juga dapat mengenal lebih dekat sosok gadis remaja bernama Salsa yang telah menerbitkan banyak buku sejak duduk di bangku sekolah turut kami sajikan pada Rubrik Sisi Lain untuk menambah inspirasi bagi kita semua. Terakhir, selamat membaca dan menikmati tabloid LPM Dinamika Edisi September. Kami tentunya sangat terbuka untuk menerima berbagai kritik dan saran dari Sobat Kampus guna perbaikan karya kami di kemudian hari.

EDITORIAL GAWAI: CIPTAKAN gENERASI TUNDUK BUKAN TAWADUK

P

eringatan hari Kemerdekaan Republik Indonesia ke73 telah kita lalui. Perayaan kemerdekaan dewasa ini acap kali dirayakan semeriah mungkin, namun tidak diiringi dengan perubahan menuju "merdeka". Kemerdekaan itu seolah ‘sengaja’ dilakukan untuk sekadar merayakan, tetap saja kita masih terkungkung di bawah perkembangan zaman, dan tunduk pada sesuatu yang disebut gawai. Seiring bertambahnya usia dan tingginya pendidikan, mahasiswa benar-benar diharapkan mampu menjadi agen of change yang dapat membawa perubahan dan perkembangan bagi negara. Tidak hanya mampu memberikan sumbangsih pemikiran, namun juga bisa menjadi teladan untuk masyarakat. Namun, lihatlah kini mahasiswa mulai terjebak dalam perkembangan internet melalui gawai. Sehingga efek samping dari perkembangan tersebut menciptakan sebuah generasi baru, disebut 'Generasi Tunduk'. Gawai dengan segala perangkatnya seperti media sosial dan

handsfree ternyata telah menaklukan jiwa sosial mahasiswa, terbukti dengan semakin tingginya penggunaan gawai yang bersifat kurang bermanfaat diiringi dengan rendahnya tingkat pengetahuan dan tertutupnya sikap masyarakat di kalangan sosial. Bahkan, mahasiswa kini justru dijuluki sebagai sarjana asal caplok, dikarenakan hampir semua literasi dan referensi yang digunakan mahasiswa sebagian besar berasal dari blog yang ada di internet. Mahasiswa lebih memilih tunduk menatap gawai yang kini berada dalam genggamannya dari pada membaca buku-buku literasi di pustaka. Menurut Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) pada tahun 2012 dilansir dari pakarkomunikasi.com, tercatat sekitar 63 juta masyarakat Indonesia terhubung dengan internet, serta 95 persen aktivitas yang mereka lakukan adalah membuka media sosial. Setelah kemerdekaan yang diupayakan dengan susah payah dan penuh pengorbanan jiwa, raga, keluarga, dan negara selam 3,5

Redaktur Bahasa (Aminata Zahriata) abad. Nyatanya, kita justru memalingkan wajah dari sejarah kelam penjajahan, dan tanpa sadar kita justru masuk ke dalam ruang lingkup penjajahan yang lebih nyata dan halus, yaitu penjajahan kebudayaan dan moral. Inilah mahasiswa 'zaman now'. Generasi milenial yang tunduk bukan malah bersikap semakin tawadhu'. Kata “Kemerdekaan” hanya wacana, sekali lagi kita masih mengalami penjajahan budaya. Identiknya, semakin bertambahnya ilmu pengetahuan seorang mahasiswa, maka akan semakin tawaduk pula sikapnya.


kata mereka

TABLOID

KATA MEREKA Edisi September 2018

Adalah salah satu rubrik yang ada di Tabloid LPM Dinamika yang memuat komentar-komentar mahasiswa UIN SU seputar kampus UIN SU. Untuk rubrik kata mereka kali ini, LPM Dinamika mengambil tema "Seminar Hoax" lewat rubrik kata mereka mahasiswa dapat mengutarakan pendapatnya disini.

O

knum yang terlibat harus ditindak dengan tegas agar memberikan efek jera bagi si pelaku, dan jangan mudah percaya dengan seseorang yang menawarkan seminar, karena sebagai mahasiswa kita harus bersikap teliti.

Nisa Idriani Lubis Akidah Filsafat Islam

M

enurut saya, mengikuti seminar merupakan tindakan belajar yang diperoleh di luar kelas melalui materi yang diberikan narasumber, namun sayangnya pada saat ini mahasiswa lebih cenderung memikirkan sertifikat yang akan diterima dari seminar tersebut dibanding manfaat yang akan mereka peroleh. May Andriani Ilmu Komunikasi

S

eharusnya seminar yang beredar di lingkungan kampus mendapat pengawasan atau izin dari pihak kampus itu sendiri, seperti dari kosma atau senioran, dan sebagai mahasiswa kita juga harus pintar memilih seminar mana yang kita butuhkan atau tidak. Nurhidayah Nasution Biologi

M

enimbulkan sikap waspada merupakan hal yang penting, mengingat banyak sekali mahasiswa yang tertipu seminar palsu dengan iming-iming sertifikat, atau lainnya. Memilih sumber penyelenggara acara seminar terpercaya dapat menghindari hal tersebut. Taufiq Zendranto Ekonomi Islam

M

ahasiswa harus lebih teliti dan berhati-hati dalam memilih seminar yang akan diikuti, karena biasanya seminar palsu akan menawarkan beberapa kelebihan yang terkadang sebenarnya tidak rasional dengan jumlah uang kontribusi yang kita keluarkan, dan mencari kebenaran seminar tersebut dapat meminimalisir korban. Nurlaili Wisfa Ilmu Kesehatan Masyarakat

M

engenai beredarya seminar palsu di kawasan kampus UIN SU, menurut saya pihak kampus harus lebih ketat dalam pengawasan dan perizinan, terutama bagi seminar yang diadakan oleh pihak luar, namun lokasi seminarnya di kampus UIN SU dan mencari peserta di kampus UIN SU. Fadhillatul Mubarokah Hukum Pidana Islam

M

enurut saya sebagai pencegahan, mahasiswa harus lebih bersikap hati-hati untuk mengikuti sebuah seminar, terutama untuk mahasiswa baru, karena ditakutkan akan menimbulkan trauma, sehingga mereka tidak mau untuk mengikuti seminar lainnya. Sebaiknya, sebagai Maba kita harus banyak bertanya kepada senioran yang lebih paham mengenai seminar tersebut. Annisa Sabrina Pendidikan Matematika

4

P

emahaman yang mendalam mengenai seminar yang beredar di UIN SU, menurut saya sangat diperlukan, terutama untuk mahasiswa baru, dan jika hal itu terjadi maka harus ada tindakan tegas dari pihak kampus. Muhammad Sujai Rambe Manajemen Dakwah

www.lpmdinamika.co


Reportase Utama

TABLOID

Edisi September 2018

WASPADA! JAMPI-JAMPI SEMINAR

Ilustrasi Afifah Lania

M

ereka (beberapa orang yang ditemui oleh tim reportase selama pencarian data) mengaku telah menjadi korban sejumlah pihak yang mengambil keuntungan di balik kegiatan berkedok sertifikat dan ilmu yang bermanfaat. Fenomena segelintir orang yang mempromosikan seminar telah ada sejak dahulu, gelagat ini akan terus muncul di antara terbuka dan mumpuninya area kampus dan fasilitas Aula di berbagai titik yang membuat para pelaku seminar semakin enjoy memasarkan agendanya. Selain ruang kelas, event yang menjadikan mahasiswa sebagai target pasar itu juga dipromosikan lewat selebaran brosur dan kecepatan media sosial. Tema yang ditawarkan pun cukup menarik, mulai dari cara meraih IPK 4,00, cara menjalankan Kartu Rencana Studi (KRS), cara menyusun makalah dengan baik dan benar, hingga trik suk-

www.lpmdinamika.co

ses sebelum wisuda, biasanya lebih sering terdengar. Tujuannya pun masuk akal, untuk memberi ilmu baru kepada mahasiswa di luar jadwal akademik. Sekilas jika ditinjau dari tema dan tujuannya, hampir tidak ada seminar yang perlu diragukan. Namun, pengakuan dari sejumlah orang yang merasa dirugikan akibat event-event tersebut membuat Tim Reportase tertarik mengangkatnya sebagai sorotan penting, Tim telah menemukan beragam korban dan pelaku seminar yang pernah terlibat dalam propaganda tersebut. Mahasiswa Pendidikan Bahasa Inggris berinisial MN adalah salah satu di antaranya.

MN saat diwawancarai mengaku telah menjadi korban seminar tersebut. Berdasarkan pengakuannya, empat sampai lima orang awalnya masuk ke ruang kelas lalu mempromosikan jadwal seminar dengan bahasa yang tertata dan menarik. Pembicara yang diundang pun dari kalangan artis menjadi daya tarik mereka untuk menjaring mahasiswa dengan harga tiket Reguler, VIP, dan VVIP, mulai dari Rp50-150 ribu. “Mereka sekitar empat sampai lima orang, tidak cuma sekali saja masuk ke kelas kami, bahkan berkali-kali dengan orang yang berbeda, semua perempuan di kelas kami mengikuti seminarnya,� ungkap mahasiswa asal Aceh itu. MN dan teman-temannya baru merasa tertipu setelah seminar yang dijanjikan ternyata tidak pernah dilaksanakan. Namun, mereka tak berani memperpanjang masalah tersebut,

sebab orang yang mempromosikan seminar adalah senior mereka, uang tiket pun tak dikembalikan. “Tidak ada komunikasi lagi setelah itu. Kami pun segan menanyakannya, karena pembuat seminar itu adalah senior kami, uang kami pun tidak dikembalikan,� keluh MN. Mahasiswa sejurusan dengan MN berinisial DRH pun membenarkan peristiwa memalukan itu, DRH bersama lebih dari 10 temannya juga menjadi korban seminar yang disebut-sebut mengundang artis ternama. Tak seperti MN, DRH justru menghubungi panitia seminar untuk menanyakan kejelasan uang mereka. Namun, panitia penyelenggara hanya meminta bukti tiket, tanpa mengembalikan uang mereka. DRH saat ditanyai oleh Tim Reportase tak ingin memperpanjang kasus yang pernah menimpanya ter-

5


Reportase Utama

TABLOID

Edisi September 2018 sebut. “Kami mau mengadu sama siapa? Dari kelas kami saja lebih dari sepuluh orang yang sudah ikut, rupanya gak dikasi uang kami, padahal kami sudah semangat,” ucap DRH tampak kesal. Walau pun begitu, DRH rupanya tidak merasa trauma atas kejadian tersebut. Ia kembali mengikuti seminar Public Speaking yang ditawarkan pada mereka beberapa bulan lalu, dengan kontribusi sebesar Rp100 ribu. Namun, berbeda dengan seminar yang mengundang artis ternama, seminar Public Speaking justru digelar sesuai jadwal, hanya saja hasil yang DRH peroleh dari kegiatan yang dilaksanakan di salah satu hotel di kota Medan itu tak sesuai dengan apa yang dijanjikan sebelumnya. Selain tak dapat sertifikat, pembicara pada seminar pun bukanlah pembicara yang ditawarkan sebelumnya. “Janjinya kan dapat sertifikat, tapi kami tidak diberi sertifikat, selain itu pembicaranya bukan orang yang kami harapkan, tapi orang lain,” keluhnya di balik pengalaman. Beranjak dari pengakuan DRH, problema serupa juga dialami oleh mahasiswa dari Prodi Pendidikan Matematika. Mahasiswa berinisial LM telah mengeluarkan uang sebesar Rp 30 ribu untuk sekadar mengikuti seminar yang terakhir diketahui telah membohonginya. LM juga tidak mendapatkan sertifikat.

Ilustrasi Afifah Lania

6

“Saya pernah mengikuti seminar di UIN SU, panitia seminarnya pun anak UIN SU, tapi saya tidak mendapatkan sertifikat, padahal ketika mempromosikan ke kelas, ia katakan bahwa ada sertifikatnya, itu hal yang saya kesalkan,” keluh mahasiswa semester V itu usai pulang dari kegiatan perkuliahan. Problema yang tidak jauh beda juga dialami oleh mahasiswa berinisial AK. Mahasiswa Jurusan Pendidikan Agama Islam itu juga mengaku kesal atas ulah panitia seminar. Ia pernah membayar Rp50 ribu untuk menjadi peserta dalam seminar dengan pembicara yang tak sesuai. “Saya telah berkontribusi dalam seminar itu, tapi isi seminarnya kurang jelas, tidak sesuai harapan, snack-nya juga tidak ada padahal sudah membayar segitu, hanya tempatnya saja yang mewah,” keluhnya. Pembicara Mahasiswa UIN SU Jika MN, DRH, LM, dan AK adalah mahasiswa Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, maka korban selanjutnya merenggut kepolosan mahasiswa dari Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam ketika masih semester I yang berinisial T. Menurut T, selain iming-iming mendapat sertifikat, mereka juga mendapat ilmu dari pembicara andal dan terkemuka yang diundang dari dalam dan luar negeri. Namun nyatanya pembicara yang dijanjikan adalah mahasiswa UIN SU.

“Mereka bilang pembicaranya dari Malaysia dan Indonesia. Tapi setelah kami mengikuti seminar itu, kami mengetahui bahwa kedua-duanya adalah mahasiswa UIN SU, padahal sebelumya mereka menyebut pembicaranya adalah orang terkenal dan bukan dari mahasiswa UIN SU,” tegas T. Seminar Tak Dilaksanakan Berangkat dari semua keluhan di atas, Tim Reportase akhirnya berhasil mewawancari penyelenggara seminar berinisial A. Dalam pengakuannya, ia pernah menyosialisasikan seminar ke kelas-kelas di UIN SU, namun akhirnya membatalkan event tersebut saat mahasiswa telah membeli tiket. Selain meminta maaf dan dan mengaku salah, pria yang baru saja wisuda pada 19 Juli lalu itu memberikan alasannya. Saat itu, A bersama rekan se-Event Organizer menyosialisasikan program seminar ke kelas-kelas di UIN SU. Nama-nama mahasiswa yang membeli tiket kemudian dicatat ke dalam satu buku rekapan agar mudah menghitung jumlah peserta keseluruhan. Ironisnya, pada saat penghitungan, jumlah pembeli tiket dengan data yang dimuat dalam rekapan justru tak sesuai, masih banyak peserta yang sudah membeli tiket namun tak tercantum dalam buku rekapan, A menilai ada sejumlah uang tiket yang belum diberikan anggota-

nya. Akibatnya, tarif uang untuk membayar pemateri pun tak mencukupi. “Kesalahan kami adalah tim yang tak bertanggungjawab ketika mempromosikan tiket, data nama yang membeli tiket tak sampai kepada kami. Jadi antara data yang kami rekap dengan data pembeli tiket tak sesuai, hasil penjualan yang dilakukan tim tak diketahui sehingga uang untuk pembicara pun tak mencukupi," jelasnya. Akibat problema internal tersebut, A kemudian membatalkan seminar rancangannya di tengah keingintahuan mahasiswa yang mengikuti seminar. Mereka berjanji akan mengembalikan uang peserta dalam jangka waktu tertentu. Namun, ketika ditanya oleh Tim Reportase, alumni UIN SU stambuk 2014 itu mengaku belum memulangkan uang seluruhnya. “Setahu saya belum semua nya dikembalikan, yang sudah dikembalikan 90 persen, sisanya belum, karena data sudah tidak di tangan kami lagi, kemudian kami tidak dapat berkomunikasi dengan peserta, kami sudah jelaskan apa kendalanya dan meminta maaf,” jelasnya. “Data (peserta seluruhnya) itu tidak sampai pada kami, kami memberi sertifikat sesuai data yang ada pada kami, misal, ada satu kelompok menjual tiket dan laku sekitar 40 atau 30 tiket, nah data yang diberikan pada kami itu 10 atau 5 tiket saja, sedangkan yang terjual itu sekitar 30 atau 40-an, kami baru mengetahuinya ketika ada peserta menelepon kami, dan kami cari data namanya tapi tidak ada,” ungkap A. Di sisi lain, Dekan Fakultas Syariah dan Hukum, Dr. Zulham, S.H.I., M.Hum. menjadi geram ketika ditanyakan beberapa hal terkait seminar yang tidak terlaksana, Zulham mengaku pernah mendengar informasi itu, namun ia belum menerima pengakuan langsung dari korban. Zulham tak mendustakan adanya fenomena sejumlah pihak yang mengajak mahasiswa baru mengikuti seminar, ia bahkan menyadari bahwa iming-iming setifikat dan ilmu yang bermanfaat biasanya sering dipatok dengan harga tertentu. “Informasi dari informant yang saya terima memang ada orang yang mengatasnamakan mahasiswa lalu membuka semi-

www.lpmdinamika.co


Reportase Utama

TABLOID

Edisi September 2018 nar dengan biaya sekian, karena ketika tamat kita membutuhkan sertifikat, lalu mereka kutip uangnya, tapi seminarnya tidak terselenggara itu cara-cara yang tak beradab,” geramnya. Kendati demikian, Zulham juga mengakui tidak semua seminar yang ditawarkan ke kelas-kelas menimbulkan kerugian, sehingga FSH tidak bisa leluasa melarang mahasiswanya mengikuti event-event tersebut. Ia hanya mengimbau mahasiswa agar berani melaporkan panitia seminar yang menimbulkan kerugian kepada pihak berwajib. Di raut wajah geramnya, Dekan FSH itu menekankan kepada mahasiswa agar tidak mudah tertarik dengan magnet-magnet penyampaian seminar, nada tegas keluar dari suara yang ia tekankan. “Jangan! Tidak ada pembukaan seminar! Baik dari intrakampus maupun dari Fakultas Syariah untuk mahasiswa baru, kecuali kalian telah duduk dan tahu di mana kelas masing-masing!," tegas Zulham. Larangan Seminar Tanpa Izin Dr. Watni Marpaung, M.A. saat ditemui oleh Tim Reportase. Mengaku belum pernah mendapat laporan langsung dari mahasiswa yang tertipu. Namun, Wakil Dekan III Fakultas Kesehatan Masyarakat ini tetap meminta mahasiswa untuk berhati-hati. Dari pihak Fakultas melarang seluruh lembaga intra mau pun ekstrakampus mempro-

www.lpmdinamika.co

mosikan event ke kelas-kelas di FKM tanpa ada izin dari pihak fakultas. FKM bahkan mengharamkan dan menganggap semua kegiatan yang dipromosikan tanpa izin adalah ilegal. Peraturan ketat itu tidak hanya diterapkan untuk lembaga yang berada di ranah FKM, melainkan juga untuk komunitas dan organisasi yang berasal dari luar fakultas mau pun luar universitas. FKM akan menindak tegas dan menginterogasi setiap pelaku yang terbukti melakukan pelanggaran. Watni berharap mahasiswanya berani melapor kepada pihak fakultas. “Bagi saya pribadi, seluruh kegiatan yang sifatnya membuat mahasiswa menjadi lebih kreatif, membuka wawasan dan jaringan itu tidak masalah, selama itu legal, dengan ketentuan lembaga yang melakukan itu jelas dan diketahui,” ucap Watni. Di balik isu-isu yang terdengar, ternyata sejumlah petinggi di Birokrat dan Dekanat justru tidak mengetahui seminar yang pernah merugikan mahasiswa, Wakil Rektor I dan Wakil Dekan I FEBI mengaku tidak pernah mendengar problema tersebut, padahal di sisi lain Wakil Dekan III Fakultas Sains dan Teknologi menyebut bahwa fenomena seminar yang merugikan mahasiswa pernah terjadi dan mengusik ketenangan

area kampus I. Wakil Dekan III Fakultas Saintek, Nurul Huda Prasetya, M.A. belum melupakan peristiwa lalu yang mempromosikan seminar tak jelas kepada mahasiswanya. Menurutnya, peristiwa yang terjadi tahun lalu itu sengaja dimanfaatkan oleh sejumlah pihak untuk menjaring mahasiswa baru. Nurul Huda, saat ditanyai oleh Tim Reportase tidak menyebutkan siapa penyelenggara seminar. Ia hanya memberi tindak tegas kepada penyelenggara yang disebutnya ilegal. “Jadi yang lalu itu memang ilegal, cara masuknya pun mereka ilegal, sejak saat itu kita beritahu kepada kosma, bahwa semua kegiatan di fakultas harus ada surat resmi yang distempel, dan yang terjadi tahun lalu itu sudah kita beri tindakan,” tegas nya dengan optimis. Tak mau ambil pusing, Dr. H. Muhammad Yafiz, M.Ag. justru membolehkan siapa pun yang ingin menyosialisasikan seminar atau diskusi di semua ruangan FEBI. Wakil Dekan I fakultas tersebut tidak ingin melarang mahasiswa membuat seminar selagi tidak melanggar aturan. Yafiz juga mengaku belum pernah mendengar informasi seminar yang telah merugikan mahasiswa, ia hanya menyarankan kepada siapa pun yang mengalami agar segera mengejar pelaku. Selain Wakil Dekan I FEBI, problema serupa juga tidak pernah diketahui oleh Wakil Rekor I, Prof. Dr. Syafaruddin, M.Pd. saat Tim Reportase meminta keterangan darinya. Ia mengaku belum mempunyai data terkait beberapa seminar yang merugikan mahasiswa. Kesalahan fatal dari penyelenggara seminar menurut Syafaruddin hanya sebatas jadwal diundur bukan tidak dilaksanakan. Sama seperti Yafiz, Syafaruddin juga menyarankan kepada seluruh korban yang merasa dirugikan agar melaporkan kasusnya kepada pihak

berwenang. “Sampai sekarang tidak ada datanya, kalau memang ada seminar seperti itu sejauh ini belum tahu saya, kalau ada berarti itu kebohongan, itu bisa dilaporkan,” Syafaruddin juga tak ingin mengambil pusing. Data lanjutan terkait jumlah seminar yang merugikan mahasiswa memang sukar ditemukan. Hanya saja keluhan dari berbagai korban dan pengakuan salah seorang pelaku membuktikan bahwa pengawasan kampus terhadap kegiatan seminar di UIN SU belum merata. Bagian Humas UIN SU pun telah mengakuinya, Humas bahkan tidak mempunyai data akurat terkait jumlah keseluruhan seminar yang pernah digelar. Sebagai Kepala Subbagian Humas, Yuni Salma, S.Ag. saat ditemui oleh Tim Reportase menyayangkan munculnya kegiatan seminar tanpa ada laporan terlebih dahulu ke pihak fakultas ataupun universitas. Yuni Salma mengkhawatirkan ada dampak buruk yang dihasilkan dari kegiatan tersebut. “Tidak ada data yang masuk ke Humas, harusnya mereka yang membuat seminar itu tetap berkoordinasi dengan kami, sehingga kalau ada laporan, kami bisa konfirmasi kebenarannya, bahkan mungkin dekannya juga gak tahu,” Yuni Salma menyayangkan ketidakteraturan sistem kegiatan seminar di UIN SU. Wakil Rektor III Prof. Dr. Amroeni Drajat, M.Ag. mengimbau seluruh mahasiswa ikut jeli dan lebih teliti ketika dihadapkan pada gejolak seminar, meski pun di sisi lain masih ada event-event serupa yang digelar secara budiman dan tidak merugikan mahasiswa. “Kami menginginkan perkara buruk tidak ada di kampus ini, harusnya mahasiswa tahu siapa penyelenggara seminar. Kalau mereka sudah tahu, mereka pasti bisa memilih ikut atau tidak, kecerdasan mahasiswa lah yang dapat melihat benar atau tidaknya (seminar) itu,” tanggap Amroeni.

Koordinator Liputan : Muhammad Ibrahim Reporter : Shofiatul Husna Lubis, Syafrita, Kurniawan, Siska Ramayani Damanik, dan Devi Junita Sari.

7


Wawancara khusus

TABLOID

Edisi September 2018

TAK ADA ADUAN, TAK ADA TINDAKAN Profil

Nama : Prof. Dr. Syafaruddin, M.Pd.

A

Tempat, Tanggal Lahir : Asahan, Sumut.

pakah pihak Biro pernah menerima aduan mengenai beredarnya seminar palsu di UIN SU? Sejauh ini kami tidak pernah menerima aduan mengenai beredarnya seminar palsu di kampus, karena pihak Humas sendiri tidak pernah memberi laporan mengenai hal itu.

16 Juli 1962 Jabatan : Wakil Rektor I UIN SU Motto : Keterbatasan, Motivasi untuk Maju Pendidikan : - SD Padang Pulau Asahan - MTs Swasta Pulau Rakyat (19791982) - IAIN SU Pendidikan Agama Islam (1982)

Bagaimana pengawasan yang diberlakukan pihak Biro mengenai materi seminar yang berasal dari internal kampus? Tergantung siapa yang melaksanakan, jika pihak fakultas yang mengadakan, maka yang harus melakukan pengawasan adalah dekan atau kajur fakultas tersebut. Jika seminar diselenggarakan oleh fakultas, apakah pihak fakultas perlu meminta izin kepada Biro? Tidak, karena sistem kampus di sini adalah kebebasan mimbar akademik, apa pun bisa dibicarakan dalam rangka keilmuan. Jadi, ketika dosen berbicara di mimbar, tidak ada masalah, karena berbicara soal akademik. Jadi, tidak diperlukan izin pihak Biro, namun untuk pemberitahuan mungkin ada dan itu sesuai dengan konteksnya. Misalnya, FITK mengadakan seminar, namun ingin dibuka oleh rektor atau rektor sebagai narasumber, maka akan ada pemberitahuan kepada pihak Biro mengenai hal itu. Lalu, bagaimana pengawasan yang diberlakukan pihak Biro untuk seminar yang berasal dari luar kampus, namun diadakan di kampus UIN SU? Kalau pihak luar yang mengadakan seminar di kampus UIN SU, maka pengawasan yang kita lakukan hanya sebatas standar penyewaan tempat atau penggunaan fasilitas saja, namun lebih dari itu kembali ke pihak penyelenggara seminarnya.

8

- Universitas Negeri Padang, Program Magister Pendidikan (1997-2000) - Universitas Negeri Padang, Program S3 (2008) Prestasi : -Penerima Beasiswa Yayasan Superse mar (selama 2 tahun) -Penerima Beasiswa BPPS dari Ditjen Dikti Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Nasional Jabatan : - Dosen Mata Kuliah Ilmu Pendidikan (1993) - Ketua Prodi DII, Pendididikan Agama Islam FITK IAIN SU - PD I Fakultas Tarbiyah dan Keguruan IAIN SU (2008 - 2011) - Dekan FITK IAIN SU (2011-2015) - Guru Besar Ilmu Pendidikan, FITK IAIN SU ( 2009)

Jika ada pihak luar yang mengatakan akan mengadakan seminar di UIN SU, namun ternyata seminar tersebut palsu dan pihak Biro mendapat aduan dari mahasiswa, bagaimana pihak biro menindaklanjutinya? Kalau pun ada seperti itu, karena seminarnya berasal dari eksternal kampus, maka yang berhubungan dengan itu adalah pihak Pusat Pengembangan Bisnis (Pusbangnis), artinya penipuan yang bisa ditindak lanjut hanya sebatas mengenai fasilitas saja. Dan jika seminar palsu menggunakan UIN SU sebagai lokasi, dan ternyata seminar itu palsu, maka itu di luar dari kewenangan kita, dan bisa dilaporkan kepada pihak yang berwajib.

Bagaimana tanggapan Anda mengenai seminar palsu yang beredar di kampus UIN SU? Kalau namanya seminar palsu, berarti itu penipuan, dan saya tidak memiliki datanya, dan tidak tahu mengenai hal itu. Saya baru dengar ada seminar yang sudah bayar, namun seminarnya tidak terselenggara dan ada sekian orang (mahasiswa) yang mengalami hal ini. Karena biasanya jika seminar internal, tidak pernah ada masalah, selalu sesuai dengan perencanaan. Jika ada sesuatu yang tidak diinginkan, itu hanya sebatas penundaan jadwal, karena kita berbasis Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA), kecuali HMJ, mereka tidak memakai

DIPA, melainkan anggarannya mandiri. Dan kalau pun HMJ mengadakan seminar, selalu terlaksana. Menurut Anda, apa tip atau hal utama agar tidak tertipu dengan seminar palsu? Saya rasa jika penyelenggaranya lembaga internal, bisa ditanyakan kepada pihak Humas. Jika pun ada dari luar, kita kurang tahu, karena kita hanya penyedia tempat saja.

Reporter Arifin dan Maya Riski

www.lpmdinamika.co


historia

TABLOID

Edisi September 2018

Asal-usul Kampung Madras, The Little India of Medan

Foto Taufik Syahputra

M

eski sudah tak asing di telinga, tapi ini kali pertama bagi kami menjelajahi sudut demi sudut kampung yang punya sebutan The Little India, yakni Kampung Madras. Rasa penasaran menuntun kami untuk segera menelusuri kampung yang menjadi salah satu landmark (ikon pop) Kota Medan itu. Kampung Madras berlokasi di pusat kota Jalan Zainul Arifin Kecamatan Medan Polonia dan Medan Petisah. Sambil bercerita dan memerhatikan jalanan yang kami lalui dari balik kaca taksi online, kami pun menjelaskan pada sopir bahwa objek bersejarah pertama yang kami cari adalah Masjid Ghaudiyah yang merupakan masjid tertua di Madras. Sampailah kami di Masjid Ghaudiyah, sopir pun segera menepi dan berhenti. Ghaudiyah, sebuah masjid sederhana berlapis warna hijau muda di suatu lorong yang merupakan pintu masuk utama. Masjid ini terhimpit di antara jajaran pertokoan Jalan Zainul Arifin sehingga membuat kami harus jeli menemukannya. Masjid yang tadinya hanya kami lihat dari foto di internet, ternyata jauh berbeda dengan ekspektasi yang kami bayangkan, aku sempat berpikir bahwa ini adalah masjid yang

www.lpmdinamika.co

megah dengan ornamen klasik khas India. Walau sederhana dan tidak semegah kuil yang berada di kampung ini, Ghaudiyah menjadi bukti sejarah jejak India Muslim di Medan. Sejarah Kampung Madras Kami menemui Raji Gobalo seorang lelaki renta 89 tahun. Ia keturunan asli suku Tamil India yang masih hidup sampai saat ini bersama istrinya yang juga keturunan India. Ia menceritakan pada kami asal-usul Kampung Madras. Ternyata, suku Tamil sudah menetap di Sumatra Utara (Sumut) jauh sebelum kemerdekaan dengan bekerja di perekebunan Belanda. “Awalnya suku Tamil sudah menetap di sini. Sebelum kemerdekaan, kebanyakan dari mereka bekerja di perkebunan Belanda di Sumut. Setelah kemerdekaan, terjadi bentrokan pada waktu itu dan membuat suku Tamil ketakutan sehingga lari ke Medan. Di sini (Kampung Madras) ada penampungan yang dibuat oleh Inggris berupa pondok-pondok yang beratap terpal. Mereka yang dari perkebunan-perkebunan tadi ditampung di sini. Karena Inggris beranggapan bahwa orang yang datang dari luar ke Medan untuk ditampung sehingga diberi tempat tinggal,” jelas Raji Goba-

lo yang akrab disapa Pak Gobal. Rupanya, Madras itu nama salah satu suku di India. Mungkin sampai sekarang Kampung Madras lebih dikenal dengan nama Kampung Keling, namun karena konotasi “Keling” yang berarti kulit gelap dan mengarah pada ras mereka, sehingga banyak warga setempat merasa keberatan. Gubernur Sumut ke-16 H. Syamsul Arifin, S.E pun protes, sejak saat itu pemerintah Kota Medan resmi mengubah nama kampung ini menjadi Kampung Madras. “Ia (Syamsul Arifin) mengatakan ini bukan lagi Kampung Keling tapi Madras. Ia menamainya dengan Madras, sebab ia keturunan Madras,” terang Pak Gobal dengan suara paraunya. Meski pendatang pertama di kampung ini adalah suku Tamil, tak menjadikan kampung ini hanya diisi oleh suku Tamil. ”Saya lahir di sini, saat itu terdapat sekitar 50 kepala rumah tangga, ada yang Islam, Kristen, Hindu, Buddha. Mayoritas orang Tamil beragama Buddha dan Hindu. Berbagai macam suku juga ada, semuanya hidup rukun dan saling bertoleransi,” tambah Pak Gobal. Tradisi dan Budaya Warga Berbagai tradisi India tetap

dilestarikan warga Madras, seperti perayaan hari besar, cara berpakaian, dan sebagainya. Kawasan Madras selain menyimpan berbagai kebudayaan India juga menjadi bukti sejarah peradaban dan perkembangan Kota Medan pada masanya. Di sepanjang jalan kerap kami temukan wanita-wanita mengenakan sari dengan aneka warna dan corak yang sangat eye catching. Tak hanya itu, kami juga mendapati Toko Bombay yang menjual aneka sari India. “Memang kita tinggal di Indonesia, tapi kita juga harus menjalankan tradisi kepercayaan kita. Ada banyak perayaan tradisi, dan ada perayaan khusus bagi kami suku Tamil yaitu Diva Wali, Hari raya Holi, dan banyak tradisi serta perayaan lainnya Walaupun hari raya suku Tamil tidak berwarna merah, namun kita boleh cuti dari perusahaan,” ujar Puja salah satu warga setempat. Objek Wisata Selain Ghaudiyah, kami juga mengunjungi beberapa kuil yang ada dan yang paling ramai adalah Kuil Shri Mariaman yang dijaga oleh pendeta Hindu. Kuil ini berada tepat di seberang salah satu pusat perbelanjaan Kota Medan sehingga ramai lalu lalang kendaraan. Kuil berciri khas menara berwarna keemasan bertingkat ini merupakan kuil pertama yang dibangun oleh warga keturunan India di Medan. Selain itu kuil ini juga dikelilingi oleh tembok setinggi 2,5 meter yang dihiasi relief, ornamen serta patung khas India. Selain aktif digunakan oleh masyarakat Tamil Hindu untuk beribadah, bagi masyarakat yang bukan Hindu dan wisatawan juga diperbolehkan berkunjung. Untuk bisa masuk ke dalam kuil ini ada jadwal tertentu, kuil ini buka pukul 06.00-12.00 WIB, dilanjutkan pukul 16.00-21.00. Ada yang tak lengkap dalam perjalanan kali ini, sedikit kecewa karena keterbatasan waktu, kami tak sempat berwisata kuliner padahal banyak restoran yang menawarkan masakan khas India di kampung ini, kami pun berharap di lain waktu dapat mencicipi makanan-makanan khas India di kampung ini. Oleh: Asri Alviana, Isma Hidayati, dan Taufik Syahputra

9


DINAMIKA KAMPUS I

TABLOID

Edisi September 2018

CERITA BARU UKT MENJULANG Ilustrasi Ditanty Chica Novri

K

eluhan berdatangan dari Calon Mahasiswa Baru (Camaba) UIN Sumatera Utara yang terdaftar pada tahun akedemik 2018/2019. Pasalnya, saat memasuki tahap pengisian borang penetapan Uang Kuliah Tunggal (UKT) sebagian Camaba mengeluhkan adanya pengelompokan nominal UKT yang tidak sesuai. Proses penetapan UKT selalu menjadi tanda tanya besar bagi Camaba, karena besaran penghasilan orang tua mahasiswa turut menjadi penentu besaran UKT yang dikenakan. Namun faktanya ada saja mahasiswa yang merasa nominal UKT yang dibayarnya tidak sesuai dengan pendapatan orang tua yang telah diisi. Seperti yang dirasakan Citra Raselia, Camaba yang lulus di Fakultas Sains dan Teknologi prodi Biologi ini sempat mendatangi Biro UIN SU untuk menyampaikan keluhannya. “Saya ke sini untuk mengajukan banding, UKT saya kelompok III, nominalnya Rp. 4.638.000, sementara slip gaji orang tua saya buat dari Rp1-Rp1.9 juta, jadi enggak sesuai,” ucap Citra yang keluhannya dimuat pada portal berita www.lpmdinamika.co (18/5). Keluhan Citra pun ditanggapi langsung oleh Wakil Rektor I Bidang Akedemik dan Kelembagaan Prof. Dr. Syafaruddin, M. Pd yang saat itu mengharapkan Camaba menunggu kebijak-

10

an rektor. “Kami akan menampung seluruh keluhan, dan nanti diputuskan berdasarkan kebijakan rektor, tim UKT, dan tim keuangan,” kata WR I. Tak berselang lama, sejalan dengan pernyataan WR I, giliran Subbag Informasi Akedemik dan Kemahasiswaan membenarkan bahwa Rektor akhirnya mengkaji ulang nominal UKT bagi mahasiswa di tahun akedemik 2018/2019. “Kemarin banyak sekali calon mahasiswa yang mengeluh tingginya UKT. Akhirnya keluhan tersebut disahuti rektor, dan itulah yang menyebabkan UKT turun,” tutur Kidam Siregar M. Ag. Penurunan tersebut tentu disambut baik Camaba. “Saya dan keluarga sempat bingung mau cari uang kemana. UKT saya saat pertama kali di cek tanggal 17 Mei, jumlahnya itu Rp. 4. 019.000. Untungnya pada 25 Mei saya cek lagi, turun menjadi Rp. 400.000,” jelas Puspita camaba yang lulus lewat jalur SNMPTN. Sistem UKT di UIN SU Sejak tahun 2013 UIN SU telah mengganti sistem pembayaran uang kuliah dari SPP (Sumbangan Pembinaan Pendidikan) ke UKT (Uang Kuliah Tunggal). Perubahan ini berdasarkan Keputusan Mentri Agama (KMA) Republik Indonesia Nomor 157 tahun 2017 yang menetapkan pemberlakuan UKT pada PTKN (Perguruan Tinggi Keagamaan Negeri). Namun sebagaimana

yang dimuat dalam KMA bagian putusan kelima, pembagian mahasiswa kedalam besaran kelompok UKT pada masing-masing PTKN ditetapkan langsung oleh rektor. “Penetapan mahasiswa berdasarkan kelompok UKT sebagaimana dimaksud dalam diktum ketiga dtetapkan oleh rektor/ ketua perguruan tinggi keagamaan negeri”. Saat tim reportase mengkonfirmasi perumusan UKT mahasiswa kepada kepala bagian perencanaan dan keuangan biro UIN SU, beliau menyatakan besaran UKT mahasiswa dihitung berdasarkan Beban Kuliah Tunggal (BKT) yang diakumulasikan dengan UKT ideal. “Kami bagian perencanaan dan keuangan menghitung BKT mahasiswa persemester dan hasilnya itu sekitar Rp. 12-19 juta. Dan tidak dibebankan semuanya ke mahasiswa, kita kurangi dari batuan pemerintah yaitu bantuan operasional perguruan tinggi negeri, sehingga UKT-nya menjadi 25% dari UKT ideal,” jelas Sardinan Batubara, S. Ag. Ketika dimintai keterangan terkait transparansi pengalokasian UKT, Sardinan meminta stafnya untuk menjelaskan secara detail mengenai persoalan UKT tersebut. Amin Al Jawi, S.E.I., M.A staf Bagian Pelaporan Program dan Anggaran menyebutkan besaran UKT ideal digunakan untuk berbagai layanan yang dibutuhkan mahasiswa baik layanan secara langsung maupun tidak langsung. “Layanan langsung seperti biaya Pengenalan Budaya Akedemik dan Kemahasiswaan (PBAK), gaji dosen, biaya KKN, biaya saat sidang, UAS, dan UTS. Biaya layanan tidak langsung seperti listrik, air, tunjangan pegawai dan dosen, wifi, dan semacamnya. Setelah dihitung dapatlah diterapkan UKT persemester sebesar 25% dari 100% UKT ideal,” jelas Amin.

yang dirasakan oleh Citra dan Camaba lainnya bukan kali pertama terjadi. Pasalnya kejadian serupa juga pernah dirasakan Azlia Fahira, mahasiwa tahun akedemik 2017/2018 yang kini duduk di semester III jurusan Perbankan Syariah, Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam mengaku saat masih semester awal, ia menerima golongan UKT yang tidak sesuai. “UKT saya itu sampai Rp. 6,3 juta biasanya yang segitu itu UKT jalur UM-Mandiri, padahal saya jalur UM-PTKIN. Saat pengisian borang, saya menuliskan jumlah penghasilan orang tua itu dibawah Rp. 3 juta, tapi UKT yang saya dapat sebesar Rp. 6,3 juta itu terlalu besar bagi saya,” ucapnya ketika dimintai tanggapan. Walaupun begitu, UIN SU sendiri selalu terbuka terhadap keluhan mahasiswa yang ingin melakukan banding UKT. “Kita menerima mahasiswa yang ingin banding, bahkan Camaba 2018 memiliki grup whatsApp khusus untuk menangani masalah UKT. Tapi setau saya, untuk banding UKT sekarang itu ditangani langsung oleh fakultas yang bersangkutan, tidak lagi langsung ke biro dan tidak semua bisa melakukan banding, ada pertimbangan misalnya dia anak yatim, memang benar kurang mampu, atau pun memang salah mengisi data di borang. Untuk penurunan UKT setelah banding, biasanya hanya turun satu kelompok,” jelas Kidam lebih lanjut. Diakhir wawancara Kidam mengakui sistem UKT diterapkan memiliki tujuan untuk lebih meringankan biaya pendidikan mahasiswa, bukan malah memberatkan. “Sistem UKT ini kan subsidi silang, dengan tujuan meringankan beban mahasiswa. Jadi sama-sama kita berbenah untuk perbaikan ke depan. Sehingga tidak ada yang merasa dirugikan,” tutupnya.

Permasalahan UKT Selalu Ada Meski telah berjalan 5 tahun, penerapan sistem UKT di UIN SU belum berjalan maksimal. Nyatanya kekecewaan

Koordinator Liputan: Anisa Rizwani Reporter Ayu Wulandari Hasibuan dan Nova Riani

www.lpmdinamika.co


DINAMIKA KAMPUS II

TABLOID

Edisi September 2018

TILIK SARANA & PRASARANA JELANG CAPAIAN PRESTISIUS 2020 lau total anggaran itu di atas 200 juta, maka harus dilelang, tidak bisa langsung tunjuk ‘kerjakan itu!’, tapi kalau di bawah 200 juta kita bisa minta kepada rekanan untuk mengerjakan A dan B, contohnya tadi masalah daya listrik itu dananya miliaran dan orientasi perencanaanya bukan untuk keperluan sesaat, tapi untuk dua puluh tahun ke depan,” jelasnya. Sardinan juga menambahkan bahwa dari 100% anggaran yang ada seperduanya untuk pembangunan sarana prasarana. “Apa saja yang mau dikerjakan di 2019 sudah di usulkan di 2018 dan semua sudah kita lakukan, dan harapan adik-adik mahasiswa juga sudah kita sanggupi, tapi semua itu kembali kepada kondisi keuangan negara, ada evaluasi serta penilaian dari mereka, layaknya UIN SU itu dapat anggaran berapa,” jelasnya di akhir pembicaraan. Tak hanya berangkat dari keluhan mahasiswa, kampus yang dikenal dengan jargon Juara, yaitu Maju, Unggul, Jaya, Raya, dan Sejahtera ini akan kedatangan Mahasiswa baru (Maba) dari berbagai jalur seleksi yang penerimaannya mencapai enam ribu lebih, tentu jumlah kelas yang tersedia berbanding jauh dengan jumlah Maba. Lalu bagaimana solusi yang diberikan oleh para awak birokrat UIN SU? Kasubbag Badan Milik Negara Moraluddin Harahap menjawab hal tersebut dengan kemungkinan bahwa penambahan jam kuliah akan dipadatkan di Kampus I Sutomo atau menyewa tempat di sekitar kampus II. “Kita sudah persiapkan beberapa alternatif untuk menghadapi lonjakan jumlah Maba dan masih dalam diskusi. Salah satunya yaitu penambahan jam kuliah di Sutomo. Namun masih banyak alternatif lain, seperti menyewa tempat di sekitar lingkungan kampus II untuk ruang kelas seperti UMA atau

Ilustrasi Fatimah Nurazizah

T

untutan dari Kementerian Agama dan Direktorat Jenderal (Dirjen) Pendidikan Tinggi Islam (DIKTIS) agar seluruh APT (Akreditas Perguruan Tinggi) dari Universitas Islam Negeri berakreditasi A di tahun 2019 membuat UIN SU menargetkan diri mencapai akreditas tersebut di tahun 2020, namun sarana dan prasarana sebagai salah satu bahan dari penilaian standarisasi peningkatan APT, membuat target capaian prestisius tersebut masih mendapat kritik warga kampus. Kurangnya ketersediaan sarana prasana yang mencukupi sering kali dikeluhkan oleh mahasiswa UIN SU, salah satunya Suci Syahputri, mahasiswi jurusan Ilmu Komputer, Fakultas Saintek yang mengeluhkan kurangnya daya listrik di UIN SU. “Kita punya dua lab, satu lab itu ada empat puluh lebih komputer, tapi arusnya kurang, jadi sering mati, akhirnya kita enggak bisa gunakan semua komputer,” keluhnya. Seirama dengan keluhan yang disampaikan oleh Suci, “Udah ada lab tapi kecil, sebelum ada lab kita numpang praktik ke kampus lain. Kalau untuk kenyamanan belajar, kipas angin terkadang tidak berfungsi, jadi ruangan terasa pe-

ngap dan air di toilet juga sering nggak ada,” ungkap Wulan Rilam Sari, mahasiswa jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat semester VI. Dari hasil jajak pendapat yang dilakukan oleh Tim Litbang (Penelitian dan Pengembangan) LPM Dinamika di kawasan UIN SU dengan 200 responden mahasiswa UIN SU, terdata hanya sebanyak 35,5% mahasiswa yang kelasnya memiliki proyektor, serta 64,5% kelas yang belum mencicipi fasilitas tersebut dan terdapat 44,5% kelas yang sudah menggunakan pendingin ruangan, sementara 55,5% lainnya belum. Menyoroti hasil angket tersebut, tim reportase kembali mendapat keluhan yang datang dari mahasiswa pascasarjana jurusan Pendidikan Agama Islam. “Kita sudah punya perpustakaan untuk S-2 dan S-3, namun referensi dan tenaga kebersihannya harus diperbanyak,” ungkap Handoko. Menjawab keluhan tersebut, Kabag Perencanaan dan Keuangan UIN SU Sardinan, S.Ag mengatakan bahwa seluruh keluhan sudah dianggarkan, namun ada mekanisme yang harus dijalankan sesuai prosedur. “Semua perencanaan dan pelaksanaan itu bertahap, tidak bisa langsung jadi. Ka-

35,5 %

Baik Biasa

76,5 %

44,5 %

55,5 %

18,5 %

69,5 %

www.lpmdinamika.co

Biasa Tidak Nyaman

Tidak

Ada

Bagaimana menurut anda kenyamanan di dalam kelas ?

12 %

Ya

Audry Uyuni Reporter Iin Prasetyo dan Ditanty Chica Novri

Tidak

64,5 %

Apakah dikelas anda tersedia pendingin ruangan ?

Koordinator Liputan:

Apakah dikelas anda tersedia proyektor ?

Bagaimana menurut anda fasilitas kampus UIN SU saat ini ?

23,5 %

Nyaman

Amir Hamzah, namun semuanya tengah dikonsepkan dan akan diputuskan yang terbaik untuk antisipasi kekurangan sarana prasarana,” jelas Moraluddin dengan tegas. Bentuk realisasi jargon UIN SU Juara yang selalu terdengar dalam setiap selingan pidato rektor dan jajarannya salah satunya adalah melalui percepatan pembangunan sarana prasarana melalui pembangunan gedung enam lantai dan percepatan pelaksanaan proyek Kampus IV di Tuntungan. “Percepatan proyek Kampus IV Tuntungan ini bisa menampung sekitar 20.000 mahasiswa. Kita sedang mengupayakan negosiasi waktu kepada IDB (Islamic Development Bank) secepatnya karena prosedurnya panjang. Kita mengharapkan Kementerian Agama, Bappenas (Badan Perencanaan Pembangunan Nasional), dan Kementerian Keuangan cepat mengatasi masalah - masalah yang terkait dengan percepatan pembangunan ini,” jelas Kasubbag BMN. Dengan kepemilikan lima area kampus yang terpisah, tentu setiap kampus yang dimiliki UIN SU memiliki permasalahan yang berbeda. “Ada lima kampus, Kampus I, Kampus II, Kampus III di Helvetia, Kampus IV Tuntungan, dan Kampus V di Kuala Namu. Masing-masing area kampus memiliki permasalahan, di Kampus I saat ini rektor sedang mengupayakan percepatan pengalihan status lahan dari Pemko Medan ke Kemenag atas nama UIN SU yang ditargetkan tahun ini, setelahnya akan dilakukan penambahan pembangunan sarana dan prasarana, Kampus III masih dikhususkan sebagai Pusat Agroedubis (Agronomi Edukasi Bisnis), dan 2 fakultas di Kampus II saat ini sedang proses pengecatan, bulan Oktober akan selesai,” jelas Moraluddin.

Apakah anda yakin jika fasilitas kampus diperbaiki, mahasiswa dapat menjaga fasilitas tersebut? 37,5 % 62,5 %

Yakin Tidak

11


artikel dosen

TABLOID

Edisi September 2018

Apakah Kita Orang yang Beruntung ? Apakah benar bahwa keberuntungan atau factor luck itu adalah sebuah misteri atau tanpa sebab-sebab atau tidak bisa diusahakan? Atau kita percaya begitu saja bahwa keberuntungan itu terjadi dengan sendirinya atau tanpa sebab ?

G

uys, pernah dengar nggak ungkapan “Orang pintar akan dikalahkan dengan orang rajin. Orang rajin akan dikalahkan oleh orang yang beruntung”. Kita pasti pernah mendengarnya. Namun pernahkah kita merenungkannya? "Wah kamu lagi beruntung. Aku lagi sial nih.” Atau "Itu semua factor luck. Sebenarnya dia nggak bisa apa-apa tuh,” Pastilah kita sering mendengar ungkapan seperti itu. Dari ungkapan di atas orang yang beruntung seolah-olah tidak dapat dikalahkan. Tentu di benak kita sering timbul pertanyaan-pertanyaan, apakah keberuntungan itu seperti mukjizat hanya orang-orang tertentu saja yang memperolehnya? Atau beruntung itu sesuatu yang misteri. Atau keberuntungan adalah sesuatu yang dianggap dia tidak berhak namun dia mendapatkannya. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, ‘untung’ (luck: Inggris) diartikan sebagai sesuatu (keadaan) yang telah digariskan oleh Tuhan Yang Mahakuasa bagi perjalanan hidup seseorang atau diartikan nasib. Makna lain yang ditawarkan yaitu kemujuran dan kebahagiaan. Jadi guys, keberuntungan sering menjadi sesuatu yang istimewa tetapi terkadang menjadi sesuatu yang tidak dimengerti oleh logika karena hal tersebut seolah berada di luar dugaan. Sepertinya keberuntungan ses-

12

uatu yang kita tidak punya kuasa sama sekali untuk mendapatkannya itu kecuali kita menjadi orang yang beruntung. Apakah benar bahwa keberuntungan atau factor luck itu adalah sebuah misteri atau tanpa sebab-sebab atau tidak bisa diusahakan? Atau kita percaya begitu saja bahwa keberuntungan itu terjadi dengan sendirinya atau tanpa sebab. Tentu tidak, dong! Kalau kita membuat inventaris kemungkinan sebab-sebab ‘factor luck’, yang menjadi sebab keberuntungan seseorang, pertama nasib yang datang dari yang Mahakuasa, bahwa memang semua itu datang dari Tuhan. Bukan karena kemampuan atau keahlian seseorang. Factor luck ini kalau dalam bahasa kita mungkin lebih tepatnya disebut sebagai ‘takdir’ dan merupakan kehendak Tuhan. Bagaiman takdir bekerja? Ya, terserah Tuhan. Apa hikmah di baliknya juga hanya Tuhan yang mengetahuinya. Kedua, kalau kita rajin berdoa, doa kita akan dikabulkan atau tidak dikabulkan tapi disimpan dalam bentuk ‘keberuntungan-keberuntungan’ atau ‘kebaikan-kebaikan.’ Kebaikan atau keberuntungan dari doa yang tertunda ini dapat datang kapan saja. Ketiga, faktor doa-doa orang lain yang tersembunyi buat kita. Baik itu doa orang tua, nenek kakek kita, guru-guru kita, kawankawan kita, orang-orang yang

sayang pada kita karena kita baik kepada mereka, atau doa orang-orang yang tidak kenal dengan kita tetapi ia membisikkan doa tersebut di dalam hati mereka untuk kebaikan kita. Orang yang beruntung yaitu orang yang bertakwa kepada Allah, sumbernya ada pada Alquran yakni, QS. Al-Baqarah: 1-5 tentang orang yang amar makruf nahi munkar, QS. Ali Imran: 104 tentang orang yang meneladani Rasul, QS. Al-A’raf: 157 tentang orang yang berteguh hati dan banyak menyebut Allah, QS. Al-Anfal: 45 tentang orang yang berjihad dengan harta dan jiwa, QS. At-Taubah: 88 tentang orang yang beriman QS. Al-Mukminun: 1-11 tentang orang yang beriman dan beramal saleh, QS. Al-Qoshos: 67 tentang orang yang berinfak, QS. ArRum: 38 tentang orang yang mengingat Allah saat ibadah dan bekerja, QS. Al Jumuah: 10 tentang orang yang tidak pelit QS. At Thaghabun: 16 tentang orang yang membersihkan diri. Dari gambaran sebelumnya dan dari

Alquran, apakah faktor-faktor luck tersebut ada di dalam diri kita? Namun, yang pasti bahwa faktor-faktor tersebut dapat kita penuhi dan dapat kita usahakan. Kalau sudah begini apakah kita masih percaya bahwa ‘keberuntungan’ atau luck adalah suatu peristiwa kebetulan tanpa sebab akibat, atau keberuntungan adalah sesuatu yang misteri yang hanya dapat dimiliki oleh orang tertentu? Kita harus meyakini bahwa keberuntungan adalah sesuatu yang bisa diraih dan diusahakan. Kita juga mengetahui bahwa keberuntungan bukan sebuah kebetulan. Keberuntungan bukan sesuatu yang misteri dan tidak diketahui sebab akibatnya. Oleh karena itu kita harus semangat melakukan kebaikan-kebaikan sehingga kita bisa menjadi bagian dari mereka orang-orang yang beruntung. Oleh Sukiati Sugiono

www.lpmdinamika.co


Artikel mahasiswa

TABLOID

Edisi September 2018

Pemicu Prasangka Terhadap Wanita

Bercadar

B

elakangan ini wanita bercadar menjadi objek perbincangan dari berbagai media karena penampilannya dianggap sebagai teroris dan meresahkan banyak masyarakat. Masyarakat tidak seharusnya memberikan perlakuan deskriminatif terhadap wanita bercadar, mereka layak dihormati. Wanita bercadar memperoleh stigma menyusul teror bom bunuh diri yang terjadi di Surabaya. “Kita semua perlu menghormati mereka yang bercadar. Sebagaimana kita juga hormat kepada orang-orang lain yang menggunakan berbagai macam atribut keagamaan,” ujar Menteri Agama Hakim Saifuddin (20/5/2018). Insiden peledakan bom di tiga gereja di Surabaya pada dua bulan lalu dengan melibatkan perempuan bercadar, akhirnya membuat sejumlah pihak menyimpan curiga para pengguna cadar. Dugaan tersebut, kata Lukman perlu dihilangkan karena alasan pemakaian cadar sesungguhnya diyakini sesuai dengan pemahaman serta pengalaman ajaran agama yang dianut penggunanya, sehingga tidak tepat bila mereka disama-

www.lpmdinamika.co

ratakan dengan kelompok radikal. Menyebarnya isu mengenai wanita bercadar dianggap teroris sudah ada sejak lama. Bahkan umat yang beragama muslim juga merupakan teroris menyangkut perihal kejadian WTC (World Trade Center) 11 September 2001 di New York dan Washington, D.C 17 tahun yang lalu yang berhasil diungkap meruntuhkan gedung 47 lantai ke tanah. Namun, dilihat lewat fakta ilmiah yang terjadi dibalik tragedi WTC di Amerika bahwa peristiwa yang dilakukan oleh Osama bin Laden atau kaum teroris dalam hal ini umat islam adalah merupakan permainan informasi. Konspirasi Yahudi dibalik peristiwa tersebut terungkapkan oleh ahli-ahli fisika dan intelijen Amerika sendiri. Pertama, Prof Dr Morgan Reymonds merupakan seorang guru besar pada Texas University, USA menyatakan “Belum ada bangunan baja ambruk hanya karena kobaran api” sementara dari pendapat kedua yaitu Michael Meacher salah seorang mantan menteri Lingkungan Inggris, 1997-2003 berpendapat “...

perang perlawanan terorisme dijadikan takbir kebohongan guna mencapai tujuan-tujuan strategis geopolitik AS,” dan dalam pernyataan lain yaitu surat kabar yang dipublikasikan pada pertengahan November 2011 oleh situs harian Desert Morning News yang terbit di Salt Lake City, Prof Jones satu persatu mencoba memberi keyakinan bahwa tidak mungkin api yang memprokporanda gedung berkonstruksi tersebut, karena dalam teorinya, simentrikal dan cepatnya keruntuhan gedung-gedung tersebut membuktikan bahwa penjelasan resmi FEMA, NIST dan 9-11 commission yang kini menjadi pegangan publik adalah salah. Fakta sebenarnya tampak ada bahan peledak yang sudah ditempatkan sebelumnya pada tiga gedung Ground Zero tersebut. Ungkap salah seorang ilmuan yang mengambil spesialis metal-catalysed fussion, archaeometeri dan solar nergy. Sebelum dan sesudah peristiwa WTC belum pernah ada gedung berkerangka baja dan hancur total karena kebakaran. Namun bahan peledak dapat dengan efektif memotong tiangtiang baja. Dimana faktor kelambatan yang harus terjadi karena kekekalan gaya gerak, yang merupakan hukum dasar fisika. Hingga peristiwa Black September menjadi pemicu umat muslim sebagai teroris terlebih terhadap kaum wanita bercadar. Sehingga suatu komunitas Islam yang dibentuk pada 20 Desember 2013 yang beranggotakan 5.000 di seluruh Indonesia melakukan upaya kegiatan komunitas bercorak agama dan sosial seperti pengajian, menyantuni anak yatim, janda dan kaum duafa ketika “Aksi bela Islam,” terjadi, tujuannya untuk membantu para wanita bercadar agar merasa aman dengan pakaian serta cadar yang mereka

kenakan dan mengenalkan cadar ke masyarakat luas tentang arti cadar sesunguhnya. Tidak hanya itu, aksi “Peluk saya” yang digerakkan sejumlah wanita bercadar dan diikuti sejumlah laki-laki dari komunitas Punk Muslim Indonesia bertujuan untuk meminimalkan islamofibia di berbagai daerah serta ingin membangun dialog dengan kelompok yang telah terjebak dalam stigma terhadap perempuan bercadar. Dan aksi “Peluk saya” seolah bersuara bahwa seolah-olah ada dari kalangan wanita bercadar yang berbuat salah namun bukan berarti mereka semua demikian. Menurut Dr. Firman Kurniawan yang merupakan Pemerhati komunikasi digital mengatakan stigma terhadap wanita bercadar merupakan salah satu efek samping perkembangan dunia digital, yang ruang komunikasinya ada di media sosial. Para pelaku komunikasi, termasuk di dunia digital, sering hanya berpatokan pada kriteria dan indikator tertentu, yang biasanya berupa simbol, untuk membuat klasifikasi suatu keragaman. Ketika seseorang membawa suatu simbol berbuat salah atau bertentangan dengan suatu pihak, seolah semua orang yang mengenakan simbol juga salah. Para komunitas Islam bercadar mengutuk keras teror bom tersebut dan menegaskan Islam tidak pernah membenarkan aksi teror.

Oleh Nur Luthfiatun Niswah Mahasiswa UIN Sumatera Utara Fakultas Ilmu Sosial Jurusan Ilmu Komunikasi/Stambuk 2017

13


Sugi Hartini, S.H

Syaiful

Kirim tulisan mu ke Batas Pengiriman Pengumuman

: lombanulisdinamika@gmail.com : 12 September 2018 : 20 September 2018


Life style

TABLOID

Edisi September 2018

Kebelet Ngetren? Hati-hati, Ada Mata Pisaunya

kai positif viral. Semua kembali pada orangnya. Hanya saja, kalau kalian belajar jurnalistik, berita negatif itu akan lebih viral dibanding berita positif, dan sepertinya masyarakat Indonesia menggunakan aspek itu, mereka memakai pasal itu untuk ngetren,” tutur seorang magister psikologi Universitas Sumatera Utara (USU) itu. Menjadi penting untuk pegiat medsos, mari kita sama-sama menjadi mesin penggerak memviralkan kebaikan. Pertama, kita sebagai model untuk para warganet bahwa ketika kita mem-posting sesuatu harus ada nilai kebaikan. Kedua, coba pengaruhi warganet dengan bagaimana cara bermedia sosial yang sehat nan bijak melalui konten-konten positif.

Ilustrasi Muhammad Fathoni

U

dik, sebutan sarkasme (sindiran/ejekan) bagi orang yang tak bermedia sosial di era milenial ini. Media sosial (Medsos) kini menjadi ajang mengaktualisasikan, mengiklankan, serta mem-branding-kan diri secara mudah dan murah. Sampai-sampai para makhluk Tuhan bernama manusia itu berduyun-duyun memamerkan dirinya untuk sekadar mendapat takhta “famous” di mata pegiat Medsos lainnya. Output paling mencolok dari medsos ini adalah mendadak booming alias ngetren namun sadar atau tidak, di balik itu semua ada mata pisau yang siap menjadi senjata makan tuan. Soal ngetren, baik itu instan ataupun berproses, tidak ada bedanya. Esensinya adalah pengaruh apa yang dihasilkan, negatif atau positif. ”Jangan sampai menuhankan Medsos, dalam artian jangan sampai menjadi pencandunya,” ungkapan petuah dari seorang Desmawati, S.Psi, alumnus Universitas Medan Area (UMA) yang kini tengah berkiprah sebagai Kepala Cabang PYQ Mafaza Bogor sekaligus CO-Founder @ Kopanasbung_ rasanya patut diberi dua jempol. Senada dengan Desma, seorang psychopreneur Rizky Nasution yang juga pegi-

www.lpmdinamika.co

at Medsos menuturkan bahwa amat disayangkan jika ngetren tapi tak mengedukasi. “Amat disayangkan ketika ngetren tapi nggak membawa edukasi. Karena menggunakan smartphone itu untuk pintar, ponselnya aja cerdas masa penggunanya jadi bego,” serunya ketika ditemui di rumahnya Jalan Kutilang No. 23 Sei Kambing B Medan akhir Juni lalu. @retnohening, sebuah akun Medsos milik seorang ibu dua anak dengan followers (pengikut) sebanyak 1,1 juta, terhitung cukup menggarap waktu satu tahun saja bisa terkenal. Instan, bukan? Beliau menunjukkan pada warganet bahwa ada peran ibu sebagai parent, berarti ada ilmu parenting dari caption yang dibangunnya. Begitupun Muhammad Ali Muzaki mahasiswa UIN SU semester II Prodi Ilmu Komputer, ia pemilik akun mutlak @portaldakwah.id yang sampai sekarang ini sudah mencapai pengikut sebanyak 12,2 ribu. ”Berapa pun jumlah pengikut yang kita punya mau itu puluhan, ratusan, atau ribuan kenapa kita nggak mengunggah sesuatu yang baik dan bermanfaat terkhusus konten dakwah, dengan begitu konten-konten buruk akan tertutup dengan unggahan yang baik-baik saja,

sesuatu yang baik, insyaallah bermanfaat untuk dirinya dan juga orang lain,” tuturnya semangat. Tidakkah kita bisa berkaca dari mereka? Fenomena ngetren di Medsos baik dari konten positif atau negatif itu terlepas dari pendidikan formal yang ada di Indonesia. Karena, sekolah tidak ada pembekalan edukasi teknologi semacam medsos. Sadarkah kita bahwa untuk mengenal teknologi semacam itu mungkin hanya kita dapatkan dari orang luar, karena tidak diajarkan di sekolah. Benar-benar pendidikan di Indonesia sangat baku dengan kurikulum yang itu-itu saja, kalaupun berubah hanya penambahan beban tugasnya tetapi tidak mengukur perkembangan zaman. Beda dengan di luar negeri, mereka langsung menerapkan seperti sistem belajar daring. Dan juga peranan media Indonesia yang terlalu banyak diisi dengan sinetron, media yang kurang edukatif pada akhirnya memengaruhi perilaku manusianya. Rizky kembali berkomentar, ada dua aspek berkaitan dengan ngetren yang terjadi di Indonesia yakni negatatif viral dan positif viral. “Ada orang yang negatif viral, ada yang mau pa-

Sebagai contoh, Instagram (Ig) kini hadir dengan fitur-fitur menarik sperti ask me question, survey, gif, jajak pendapat, igtv, caption, foto, video, dan lainnya. Coba kita evaluasi, jika kita termasuk orang yang kreatif, berarti kita orang yang punya karya. “Aku hobi nulis. Aku bisa pakai semua fitur yang ditawarkan. Seperti aku mau buat buku, aku gunain ask me question, ‘Kalian pengin konten apa aja di bukuku?’ Otomatis karena mereka aku bisa bikin outline, lalu setelah udah jadi outline-nya aku bikin jajak pendapat, ‘Nah, menurut kalian kalau bukunya islami kalian pengin cover-nya animasi setuju, nggak?’ Oke sudah dapat. Dan ketika kita mau promosi buku, kan saat ini penulis itu paling mentok selalu di penerbit, kenapa tidak kita terbitkan sendiri kemudian kita jual lewat igtv, bisa dari insta story, bisa juga dari caption. Itulah yang dikatakan bijak bermedia sosial,” begitulah nasihat Rizky yang juga CEO @kelasinspiratormuda. Dan yang terakhir, jadikan medsos itu seperti cermin. Karena, kita akan berhati-hati untuk bertindak. Ketika kita memberi hal negatif, maka orang akan melihat diri kita seperti yang kita cerminkan, begitu pula sebaliknya. Cerdas bersosial media dengan wawas diri kawan, sebab ia bagaikan dua mata pisau, bisa membunuh bisa juga tidak. Oleh Audry Uyuni, Dina Maulina, dan Siti Aulia Rahma

15


TABLOID

Cerita panjang Edisi September 2018

16

www.lpmdinamika.co


g persma uin su

TABLOID

Edisi September 2018

www.lpmdinamika.co

17


sorot

TABLOID

Edisi September 2018

Foto : Dok. Pribadi

S

ejatinya, anak muda memang harus terus bergerak dan menciptakan sebuah perubahan inovatif. Begitulah yang dilakukan oleh para kakak asuh sebuah komunitas yang dinamakan Coint a Chance (CAC). Terbentuknya CAC untuk membantu anak-anak kurang mampu secara finansial namun berprestasi dan dijadikan adik-adik asuh. Sekilas CAC terlihat biasa dengan komunitas lain namun yang menjadikan beda ialah komunitas ini mengumpulkan koin sebagai donasi untuk adik-adik asuhnya. CAC cepat menyebar di beberapa wilayah Indonesia, salah satunya adalah di Kota Medan. Berawal dari pertemuan pendiri CAC Pusat dengan pendiri CAC Cabang Medan pada saat berkunjung ke Jakarta, Gunawan seorang dosen dan juga pengajar di beberapa sekolah Kota Medan, ingin membentuk sebuah komunitas yang sama agar CAC juga dapat terus meluaskan jangkauannya dan bersama menyebar kebaikan. Tepatnya 22 Oktober 2015 terbentuklah Komunitas CAC Medan. Saat ini mempunyai sekitar 49 orang sebagai anggota aktif. “Jadi, sekarang CAC Medan sudah berjalan hampir 3 tahun dari masa awal pembentukan dengan pendiri bernama Bang Gunawan,” tutur Rizky Franchitika dengan nada yang semangat. Drop, collect and send those kids back to school menjadi slogan menarik dari CAC, mengubah persepsi banyak orang

18

yang selama ini menganggap receh tidak berguna, namun ketika dikumpulkan akan menjadi sebuah amal dengan membantu anak-anak kurang mampu. Begitulah visi dan misi CAC, memberikan beasiswa dan upaya membangun negeri dengan mencerdaskan anak-anak kurang mampu namun memiliki segudang prestasi. “Kami, memilih koin sebagai simbol sebenarnya untuk mengubah persepsi yang salah dari banyak orang karena selama ini koin mudah saja dibuang. Kami juga membantu adik-adik untuk terus semangat karena jika mereka berjuang maka akan ada banyak jalan untuk tetap bisa meraih mimpinya,” lanjut Rizky yang sekarang diamanahkan sebagai coach dan juga koordinator CAC Medan. Ragam Kegiatan Fokus utama adalah memiliki banyak adik asuh yang akan dibimbing sampai tamat SMA sederajat. Saat ini mereka sudah memiliki enam orang adik asuh dan akhir tahun ini akan bertambah. “Target adik asuh sampai 15 orang, namun kita tidak bisa terlalu cepat untuk mencari lagi karena kita harus fokus dengan beberapa adik yang sudah ada karena kebutuhan mereka juga banyak,” terang Rizky. Selain itu CAC juga memiliki beberapa agenda aktif salah satunya ialah Coint Collecting Day (CCD) yaitu kegiatan menghitung koin dan donasi yang terkumpul per bulannya. Ya, CAC juga memiliki bebe-

COINT A CHANCE, RECEH TAK BERARTI REMEH

rapa donatur yang ikut serta membantu adik-adik agar dapat terus bersekolah. Selain CCD, ada juga kegiatan Coint Melalak yang rutin dilakukan per tahun, kegia tan ini mengajak adik-adik bermain sambil belajar contohnya seperti mengunjungi museum dan monumen. Kegiatan pembimbingan juga aktif dilakukan, satu adik asuh akan dibimbing oleh tiga kakak asuh yang wajib memantau keadaan adik asuh dan bagaimana pembelajaran di sekolah, serta keadaan keluarganya. Kegiatan lainnya adalah Makrab yang biasa dikenal dengan malam keakraban, dibuat agar semua anggota CAC dan juga adik asuh bisa semakin erat persaudaraanya. CAC ingin menjadikan adik asuh mereka layaknya keluarga bukan hanya sebagai pemberi bantuan atau donatur kepada mereka. CAC juga memiliki kegiatan Roadshow untuk mengenalkan tentang komunitas ini dan beragam kegiatannya kepada khalayak ramai, biasanya roadshow diadakan di beberapa kampus dan sekolah di Kota Medan. Donasi dan Adik Asuh Donasi pastinya dibutuhkan oleh semua komunitas apapun, terlebih komunitas yang bergerak di bidang sosial. CAC sendiri mengumpulkan donasi dari para donatur dan beberapa celengan yang ditempatkan di universitas dan beberapa tempat makan. Namun, yang paling inti adalah donasi dari receh atau koin yang mereka kumpul-

kan melalui media daring yang kemudian mereka akumulasikan pada kegiatan CCD berlangsung. Media daring juga menjadi wadah ampuh untuk mengumpulkan donasi, sebab efisiennya waktu dan tempat. “Dulu mungkin iya, kita turun ke jalan untuk mengumpulkan koin, namun sekarang sudah ada media online (daring) yang semua orang juga memakainya dari kalangan manapun, ketika ingin berdonasi nanti akan dijemput oleh anggota CAC,” tutur Kiki. Adik asuh yang sekarang sudah mencapai enam orang menjadikan semua anggota CAC terus bersemangat, siapapun pasti senang jika bisa membantu orang lain. Proses pencarian adik asuh pun terbilang sederhana karena CAC akan melihat dan memantau sendiri adik-adik yang telah direkomendasikan untuk dijadikan adik asuh. Dan sampai saat ini semua adik asuh selalu mendapatkan juara di kelasnya dan juga banyak prestasi di luar sekolah, contohnya adalah adik asuh yang menjadi hafiz Alquran. “Koin atau receh yang selama ini dianggap remeh oleh banyak orang siapa sangka bisa membantu banyak orang, bersedakah tidaklah sulit dengan receh juga bisa asalkan ada niat di hati dan karena Allah,” pungkas Coach CAC Medan itu. Reporter Agung Prasetya, Dina Purnama, dan Rizki Audina

www.lpmdinamika.co


Potret

TABLOID

Edisi September 2018

Kopi, Secangkir Minuman yang Nikmat

"

Kopi merupakan salah satu minuman yang digemari masyarakat Indonesia karena cita rasa dan aromanya. Dalam membuat kopi, ada beberapa hal yang harus diperhatikan untuk menambah kenikmatan nya yaitu dengan memilih biji kopi berkualitas dan cara menyedu yang benar.

Foto : Jihan Fikriyah & Putri Chairunnisa

www.lpmdinamika.co

19


SISI LAIN

TABLOID

Edisi September 2018

Salsa: Belajar dan Terus Belajar Karena Kita Belum Ahli “Selagi saya masih mau terus belajar, saya bakal perbaiki kesalahan-kesalahan. Belajar dan terus belajar karena kita belum ahli,” Foto : Dok. Pribadi

S

alsa Putri Sadzwana Sihombing gadis belia berkacamata dan berpostur tubuh tinggi, kelahiran Medan, 5 Agustus 2000, adalah seorang remaja yang baru saja menyelesaikan pendidikannya di salah satu sekolah menengah atas di Kota Medan. Di usianya yang masih terbilang sangat muda, ia mampu melakukan banyak hal yang tidak biasa dilakukan banyak orang seusianya. Bahkan segudang prestasi sudah diraih oleh gadis yang akrab dipanggil Salsa ini. Salsa mempunyai seorang ibu yang suka menulis dan didukung dengan hobinya yang suka membaca, menghantarkannya menjadi seorang penulis muda berprestasi dan membanggakan. Hingga di usianya yang sekarang tercatat sudah ada sembilan jenis buku bergenre fiksi bertajuk budaya yang dikemas sedemikian rupa olehnya untuk dibaca oleh anakanak. Tidak hanya itu, terdapat juga buku untuk remaja, bahkan ia juga seorang penulis buku komik. Ia mengaku memulai aktivitas tulis-menulisnya sejak masih menempuh pendidikan di jenjang sekolah dasar dengan menulis diary setiap harinya. “Kalau nulis sudah sejak kelas II SD, sering nulis di diary dan gabung di reporter cilik Media Indonesia,” katanya saat kami temui di taman bacaan yang didirikannya.

20

Melihat anaknya yang potensial di bidang tulisan, Ibunya memberikan sebuah laptop kepadanya, meskipun terbilang bekas Salsa sangat senang dan bersyukur mendapatkan hadiah tak terduga itu. Semangat menulisnya pun jadi bertambah, dan ia langsung memanfaatkan pemberian ibunya itu untuk membulatkan tekad memulai karya yang lebih luas. Namun sayang, buku yang pertama kali ia tulis tidak diterima oleh penerbit, hal ini membuatnya patah semangat dan membuatnya enggan untuk kembali menulis. Kami kembali dibuatnya penasaran, ia mengaku telah vakum selama dua tahun menulis sejak saat itu, tapi mengapa sekarang telah menerbitkan banyak karya berbentuk tulisan? Lalu ia mengatakan bahwa semangatnya kembali mencuat ketika ia telah menjajaki kursi kelas VI SD, dan mendapat saran dari gurunya untuk mengikuti lomba menulis tingkat nasional yang diadakan oleh Tupperware dengan tema “Tupperware Helping Children”. Ternyata ia menjuarai ajang perlombaan ini dan berhasil menduduki peringkat 50 besar dan diundang oleh pihak Tupperware ke Jakarta. Di acara ini ia bertemu dengan penulis-penulis ternama di Indonesia, sehingga membuat semangat menulisnya kembali membara. “Saya termotivasi kembali waktu kelas VI SD ikut lomba

Tupperware Helping Children, kemudian masuk lima puluh besar dan di undang ke Jakarta, di sanalah saya bertemu penulis-penulis terkenal seperti Asma Nadia, dan saya termotivasi untuk kembali menulis,” jelasnya pada kami di depan murid didiknya yang sedang aktif bermain. Sudah setahun ia mengajar di kelas menulis di Gulintang (Gubuk Literasi Bintang) yang didirikan olehnya sendiri. Sepanjang dirinya yang sibuk berkelebat dengan dunia pena dan karya-karyanya yang dinikmati masyarakat luas, seperti kata pepatah semakin tinggi suatu pohon maka semakin kencang pula angin yang berembus kepadanya. Tidak jarang komentar-komentar miring berhembus ke telinganya, baik dari candaan maupun dari komentar-komentar di blog pribadinya. Namun, hal itu tidak membuat semangatnya luntur, ia mengartikan komentar-komentar itu sebagai penyemangatnya untuk terus belajar. “Ada juga komentar negatif, yang mengkritik alurnya tapi selagi saya masih mau terus belajar saya bakal perbaiki kesalahan-kesalahan itu, belajar dan terus belajar karena kita belum benar-benar ahli”. Tentu saja tidak banyak orang yang merasakan hal seperti Salsa, ketika ia harus menari dalam imajinasi melukis sebuah karya. Banyak anak-anak seumuran Salsa yang malah menghabiskan waktu dengan berse-

nang-senang dengan gaya hidup yang berfoya-foya. Lagi-lagi ia menanggapinya dengan positif. “Sepanjang enggak berdampak negatif yang besar, fine-fine saja, karenakan remaja itu masa yang paling menyenangkan,” ucapnya. Selain prestasinya di bidang tulis-menulis, Salsa juga sangat berprestasi di bidang akademik. Setelah lulus dari SMA Sultan Iskandar Muda Medan ia berusaha keras untuk mengejar cita-cita utamanya yaitu menjadi seorang diplomat. Dengan tekad yang kuat dan giat dalam belajar, ia berhasil terpilih sebagai salah satu dari sepuluh orang yang mendapatkan beasiswa penuh di luar negeri dengan jurusan Global Politik di Columbia University di USA. Di akhir percakapan dengan kami, Salsa mengatakan akan terus menulis walau sesibuk apa pun nanti dalam menempuh pendidikannya di sana, dan terakhir ia berpesan, “Kalau kamu nulis, maka kamu akan ada, dengan tulisan kita bisa membagikan cerita yang eng gak bisa dibicarakan ke orang lain, bisa menyindir, menasihati dan berbagi cerita,” tutupnya, kemudian kami bergegas untuk foto bersama.

Reporter Tia Rahmadhani Nasution, Wahyu Nizam, Devi Junita Sari

www.lpmdinamika.co


CATATAN PERJALANAN

TABLOID

Edisi September 2018 2018 yang berasal dari berbagai daerah, seperti Medan, Padang, Jambi, Palembang, Lampung, Riau, Bandung, Semarang, Surabaya, Kendari, Makassar, dan Papua. Pagi, mentari menyinari dataran Bulukumba dengan khasnya. Kami kembali dibawa pada satu tempat indah bernama Pantai Bira. Lautan berwarna biru muda yang dihiasi pasir putih di bawah langit biru cerah sukses memanjakan mata. Pantai Bira juga menawarkan berbagai permainan air. Mencoba banana boat adalah hal yang kurekomendasikan saat berwisata di Pantai Bira. Belum puas menikmati suguhan indah Pantai Bira kalau belum berlabuh ke salah satu pulau terdekat dari pantai ini yaitu Pulau Liukang, dan hal itulah yang kami lakukan. Di pulau tak berpenghuni ini kita dapat snorkling untuk menikmati indahnya pemandangan bawah laut yang sungguh luar biasa. Karang-karang yang masih tersusun dengan indah, berbagai macam ikan hilir mudik di depan mata, nemo contohnya.

Berkisah dari Negeri Seribu Pinisi

P

erjalanan yang cukup panjang dan lelah telah terbayar dengan pijakan kakiku di Negeri Seribu Pinisi, Kota Makassar. Kedatanganku di negeri ini untuk ikut serta dalam kegiatan Pelatihan Jurnalistik Tingkat Lanjut Nasional (PJTLN) PINISI 2018 yang diadakan oleh Lembaga Pers Mahasiswa (LPM) Profesi Universitas Negeri Makassar. Perbedaan yang mencolok dari kota ini adalah zona waktu yang berbeda 1 jam dari kota asalku, Medan. Kesan budaya yang kental sudah terlihat pada proses pembukaan PJTLN, seluruh panitia memakai pakaian adat Bugis, tarian khas Makassar juga ditampilkan serta lantunan musik daerah yang kental akan pesan moral juga dipertunjukan. Gelaran PINISI 2018 kali ini mengangkat tema “Pers dan Tahun Politik�. Proses penyampaian materi bisa dibilang cukup unik, karena para peserta dibawa ke tempat-tempat wisata yang luar biasa. Di antaranya, Benteng Fort Rotterdam, Pantai Losari, juga Menara Pinisi Universitas Negeri Makassar. Pemateri yang

www.lpmdinamika.co

didatangkan juga andal di bidangnya seperti, Effendi Gazali (Pakar Komunikasi Politik Nasional), Dahlan Dahi (Pemimpin Redaksi Tribunnews.com), Firdaus Muhammad (Dosen Komunikasi Politik UIN Alauddin Makassar), Qodriansyah Agam Sofyan (Ketua AJI Makassar), dan Jumardin Akas (Redaktur Rakyatku.com). Selain menikmati materi pelatihan dari orang-orang luar biasa tersebut, kami juga dibawa berwisata kuliner. Banyak makanan khas Sulawesi Selatan yang cocok dengan lidah kami. Seperti, soto Makassar, pisang ijo, jalangkote, dan masih banyak lagi pastinya. Menurut pandanganku makanan Makassar cocok dengan lidah orang Medan, gurih dengan perpaduan asin dan manis yang pas. Setelah mendapatkan materi dan pergi ke beberapa tempat di Makassar, kami peserta dibawa panitia ke suatu daerah yang belum pernah kami dengar sebelumnya, Bulukumba namanya. Perjalanan kali ini memakan waktu kurang lebih 8 jam melalui jalur darat. Untuk sampai di Kabupaten Bulukumba, harus-

lah melalui beberapa kabupaten yang tak kalah indah. Seperti Kabupaten Gowa dengan wisata sejarahnya. Juga Kabupaten Jeneponto yang khas dengan peternakan kudanya. Ada juga Kabupaten Bantaeng yang dinobatkan sebagai kabupaten terbersih di Indonesia. Setelah melewati tiga kabupaten tersebut barulah sampai di kabupaten indah, Bulukumba. Destinasi pertama yang kami kunjungi di Bulukumba adalah tempat pembuatan kapal pinisi. Di tempat tersebut terbentang beberapa kapal pinisi yang memasuki proses akhir penyelesaian. Salah seorang pekerja mengatakan bahwa di tempat ini sudah banyak memproduksi kapal pinisi, ratusan bahkan ribuan. Di depan tempat pembuatannya terbentang pula lautan indah yang juga bertepatan dengan kedatangan kami pada petang hari. Malam yang panjang diisi dengan perkenalan pers se-Indonesia dan ditutup penampilan budaya di pinggiran pantai membuat suasana bertambah khidmat. Banyak daerah yang menampilkan budaya khasnya kepada peserta PINISI

Kegiatan kami di kota Makassar dan Bulukumba kurang lebih selama 8 hari. Di hari terakhir kami memilih untuk menikmati keindahan Pantai Losari, bisa dibilang Pantai Losari adalah ikonnya Makassar. Jangan lupa juga untuk menikmati pisang ape kalau sedang berada di sini. Dan satu lagi, sekitaran Pantai Losari adalah sentralnya oleh-oleh, tampak para peniaga berjejer di sepanjang jalan pantai. Terbayar sudah perjalanan PJTLN penuh makna bagiku. Ibarat kata sambil menyelam minum air, belajar dan menuntut ilmu juga menikmati pariwisata dan kuliner khas yang menjadi bahan pengingat di dua kota indah Sulawesi Selatan, Makassar dan Bulukumba. Mengenal panitia yang sangat ramah dan 27 orang peserta PINISI menjadi hal yang tak akan dapat dilupakan. Semoga suatu hari nanti dapat kembali, insyaAllah.

Reporter Muhammad Taufiqurahman

*Peserta Pelatihan Jurnalistik Tingkat Lanjut Nasional di Makassar, Sulawesi Selatan April 2018

21


INOVAS I

TABLOID

Edisi September 2018

Mahasiswa Patani Unjuk Karya Untuk IndonesiA

Ketiga majalah tersebut ditulis, diproduksi, dan didistribusikan oleh mahasiswa Islam Patani yang ada di Medan. Keunikan majalah-majalah ini ialah tulisannya menggunakan bahasa Indonesia akan tetapi sedikit banyaknya masih mengadopsi Bahasa Melayu Thailand. Walau pun mereka di Patani belajar dengan Bahasa Melayu, namun untuk mencari padanan kata Bahasa Indonesia agak sulit, sehingga maksud dan tujuannya jadi sedikit berbeda jika diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia.

Foto : Putri Chairunnisa

M

erantau ke negeri orang untuk mencari ilmu pendidikan sangat dianjurkan. Sebagaimana Imam Syafi’i dalam sebuah syair yang isinya memerintahkan para pemuda merantau untuk mencari ilmu dan pengalaman. Sangat membanggakan ketika menimba ilmu di negeri orang dapat menghasilkan karya-karya positif. Terlebih jika karya itu bertujuan mengenalkan kampung halamannya kepada warga setempat.

P

atani, Yala, Narathiwat merupakan tiga kota di Thailand Selatan yang berpenduduk mayoritas Muslim. Mereka lebih suka menyebut dirinya sebagai rakyat Patani. Patani juga merupakan sebutan untuk para pelajar Thailand yang menuntut ilmu di Indonesia, baik di Medan maupun daerah lain yang tersebar di Indonesia. Pelajar Islam Thailand yang saat ini menuntut ilmu di Medan ada 80 mahasiswa dan 20 siswa. Mahasiswa yang berkuliah di beberapa universitas di Medan, seperti UIN SU, UISU, UNIVA dan

22

PMIPTI, kini sudah edisi ke-6. Berbeda dengan majalah sebelumnya, Bicara PMIPTI berisi tulisan yang membahas kegiatan PMIPTI per tiga bulannya sebab majalah ini juga terbit dalam tiga bulan sekali. Dan terakhir, majalah yang saat ini sedang dalam proses pengerjaan ialah Bicara Muslimah. Majalah ini dicanangkan akan berisi tulisan-tulisan mengenai kehidupan muslimah Thailand baik di Patani mau pun di Indonesia. Mereka akan memberikan gambaran bagaimana seorang muslimah Thailand dalam kehidupannya sehari-hari.

lainnya. Sedangkan untuk siswa ada yang di pesantren mau pun sekolah agama lainnya. Di Medan, mahasiswa Thailand ini memiliki sebuah organisasi yang didirikan oleh tujuh orang putra dan berdiri sejak tahun 1992, yaitu PMIPTI (Persatuan Mahasiswa Islam Patani Thailand Indonesia). PMIPTI dijadikan sebagai wadah bagi seluruh mahasiswa dan siswa Islam Patani yang berkuliah di Medan. Saat ini PMIPTI diketuai oleh M. Kamil bin Alm. Ismael serta enam pengurus inti lainnya. Di usia yang sudah 26 tahun, PMIPTI telah menghasilkan tiga jenis produk majalah. Ketiga majalah tersebut diproduksi dalam kurun waktu tiga bulan sekali. Setelah pengerjaannya selesai, maka majalah akan didistribusikan secara cuma-cuma (gratis). Biaya produksi majalah berasal dari iuran seluruh anggota PMIPTI. Iuran ini sudah menjadi kegiatan rutin, agar mereka bisa terus menghasilkan majalah

untuk bisa disebarkan ke mana saja yang bisa mereka jangkau. Majalah pertama bernama Pustaka Tunas, yang saat ini sudah mencapai edisi ke-29. Pustaka Tunas merupakan majalah yang berisi tulisan-tulisan tentang kehidupan rakyat Patani di Thailand. Mereka memaparkan secara gamblang mengenai kajadian-kejadian yang dialami masyarakat Islam di Patani, mulai dari konflik hingga prestasi-prestasi yang mereka ukir. Namun, majalah ini disebarluaskan di Indonesia saja, tidak di Thailand. Jika majalah yang mereka produksi ini sampai ke tangan pemerintah Thailand, maka hidup mereka akan dalam bahaya. Karena selama ini tidak ada yang bisa mengungkapkan mengenai konflik rakyat Patani dengan pemerintah Thailand, selain mereka sendiri. Pembantaian umat Muslim di Thailand tidak diizinkan oleh pemerintahnya untuk diliput oleh awak media, karena mereka takut hal itu akan merusak citra Thailand di mata dunia.

Mahasiswa Islam Patani yang menuntut ilmu di Indonesia sama sekali tidak mendapatkan biaya sedikit pun dari pemerintah Thailand. Biaya kehidupan mereka di Indonesia secara keseluruhan berasal dari orang tua yang rutin mengirimkan uang, serta usaha-usaha yang mereka lakukan saat tinggal di Indonesia. Namun, mereka tidak pernah mengeluh dengan hal itu, meskipun terkadang ada juga beberapa orang yang tak berkemampuan, mereka tetap saling membantu. Keberanian, kegigihan, serta ketekunan mereka patut diacungi jempol. Meskipun mereka orang asing bagi Indonesia, tapi mereka bertekad untuk bisa tetap menghasilkan karya-karya berbau literasi bagi Indonesia, agar Indonesia mengenal lebih dekat mengenai kehidupan umat Islam Patani, Yala, dan Narathiwat.

Reporter: Suci Ayu Pratiwi dan Diana Aliya

Majalah kedua, yaitu Bicara

www.lpmdinamika.co


INOVASI II

TABLOID

Edisi September 2018

TERBARU, UIN SU IKUTI KKN KEBANGSAAN

Foto : Putri Chairunnisa

K

uliah Kerja Nyata (KKN) adalah suatu kegiatan yang memadukan unsur pendidikan, penelitian dan pengabdian kepada masyarakat dan merupakan bagian integral dari kurikulum pendidikan tinggi Strata Satu (S1) yang menekankan pada aspek pengalaman belajar dan menghubungkan konsep-konsep akademis dengan realita kehidupan masyarakat. Memasuki tahun 2018, UIN SU melakukan perubahan baru yaitu membuat KKN bervariasi antara lain yaitu KKN Mandiri, KKN Tematik, KKN reguler, dan KKN Kebangsaan. Bulan Juli ini akan dilaksanakan KKN Kebangsaan di mana program ini akan diadakan di Lampung yang diikuti sebanyak 10 peserta dari UIN SU. UIN Sumatera Utara secara kelembagaan mengikuti KKN Nusantara untuk pertama kalinya, sehingga KKN ini terdengar sedikit asing bagi beberapa kalangan mahasiswa. Tahun ini KKN Kebangsaan diikuti 55 perguruan tinggi se-Indonesia dan diadakan di Provinsi Lampung. Awal Tergabung Dalam programnya, UIN SU sendiri mendaftarkan diri agar ikut andil menjadi bagian dalam KKN Kebangsaan yang telah ada sejak tujuh tahun silam. Diantara 55 universitas yang tergabung, yang bernotabene UIN baru hanya ada 5 universitas. UIN Sumatera Utara tahun ini baru mendaftarkan diri dalam

www.lpmdinamika.co

mengikuti KKN Kebangsaan ini. Informasi ini sendiri harus dicari bukan ditawarkan. Kebijakan ini juga atas persetujuan rektor yang sangat semangat demi mencapai UIN SU juara. “Terdapat 55 Universitas yang sudah tergabung di dalam KKN Kebangsaan. UIN SU mendaftar untuk diikutkan menjadi bagian dalam KKN kebangsaan ini, dan usulan kita diterima. Sehingga tahun ini universitas kita bisa mengikuti KKN Kebangsaan di Lampung,” jelas Kepala Pusat Pengabdian kepada Masyarakat Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (KAPUS PPM LP2M) Dr. Dahlia, M.Ag. Dahlia menambahkan bahwa pada KKN Kebangsaan tahun ini hanya Tarbiyah yang tidak mengirimkan delegasi. “Mahasiswa yang akan mengikuti KKN Kebangsaan ini melalui beberapa perekrutan. Pertama umumkan melalui dekan, dari dekan kepada Wakil Dekan III, lanjut melalui prodi untuk mencari mahasiswa terbaik dalam fakultas. Dari 8 fakultas yang ada mereka mengirimkan satu sampai dua delegasinya dalam mengikuti KKN ini. Untuk tahun ini hanya fakultas Tarbiyah yang belum ikut serta dalam KKN ini,” tambah Dahlia. KKN Kebangsaan akan berlangsung selama satu bulan. Mulai dari tanggal 26 Juli sampai 26 Agustus. Namun mahasiswa mulai berangkat tanggal 22 Juli untuk melaksanakan acara perkenalan, pembukaan, dan

pembekalan di TNI Angkatan Laut. Rencana Tahun Depan Rencana pada tahun 2019 akan diadakan perekrutan disertai seleksi yang lebih banyak, mulai dari diadakannya ujian, sampai ke tahap wawancara. Kuota sebenarnya bukanlah 10 orang, karena dilihat dari kemampuan mahasiswanya. Untuk menjadi tuan rumah dalam penyelenggaraan KKN kebangsaan ini mempunyai kriteria tertentu. Pemilihan Universitas untuk menjadi tuan rumah berdasarkan barat dan timur. Seperti tahun kemarin KKN Kebangsaan ini berlangsung di wilayah timur, tepatnya di Gorontalo, dan tahun ini akan dilaksanakan di daerah bagian barat, yakni Lampung. Kesiapan yang cukup tentulah menjadi modal awal dalam menjadi tuan rumah. Beberapa Universitas yang mengajukan diri akan diuji dan mereka diminta untuk mempresentasikan kesiapannya ketika rapat seluruh anggota perguruan tinggi. UIN SU sendiri masih belum memastikan tahun depan dapat menjadi tuan rumah dalam penyelenggara KKN Kebangsaan ini, mengingat perlunya bantuan dari Pemda, kesiapan Bupati dalam menyambut sekitar 600 peserta yang mengikuti KKN kebangsaan dan kurangnya pengalaman yang UIN SU ketika nantinya mengajukan diri jika ingin menjadi tuan rumah di periode selanjutnya. Salah satu delegasi mahasi-

wa dari Fakultas Ushuluddin, Aminata Zahriata mengungkapkan bahwasannya ia sangat senang bisa terpilih untuk mengikuti KKN Kebangsaan perdana dari UIN SU. “Saya mendaftar KKN untuk tahun ini, untuk seleksinya tidak begitu ketat, karena banyak yang belum tahu, jadi fakultas yang mengirimkan delegasinya yang pantas untuk itu. Mereka minta syaratnya bisa berenang, pendalaman ilmu, dan harus tahu pariwisata,” ucapnya penuh semangat. Prof. Dr. Amroeni Drajat, M.Ag, selaku Wakil Rektor III menyampaikan manfaat dari mengikuti KKN Kebangsaan. “Manfaat KKN Kebangsaan ini adalah memberikan wawasan yang lebih luas kepada mahasiswa, kedua untuk mensosialisasikan perguruan tinggi kita, dan untuk lebih banyak mengambil pembelajaran dari perguruan tinggi lain. Harapannya semoga mereka bisa membawa nama baik UIN SU di tingkat nasional,” katanya. Dahlia juga menyampaikan harapannya untuk peserta KKN yang terpilih. “Mahasiswa yang mengikuti KKN dicetak untuk menjadi pemimpin, terutama masalah kedisiplinan. Selain menambah silaturahmi kebangsaan dari Sabang sampai Merauke, diharapkan dapat menambah relasi dan memudahkan komunikasi ke depannya,” ucapnya. Reporter Miranda Lianti dan Ridha Amalia

23


*Iklan layanan masyarakat ini dipersembahkan oleh LPM Dinamika UIN SU

UIN SUMATERA UTARA


khazanah

TABLOID

Edisi September 2018

Hikayat Kemegahan Singgasana Kebesaran Allah “Dan, Malaikat-Malaikat berada di penjuru-penjuru langit. Dan pada hari itu, delapan Malaikat menjunjung Arsy Tuhanmu di atas (kepala) mereka.” (QS. Al-Haqqah: 17)

Ilustrasi Mahmudi

A

langkah indahnya dunia ini bila semua terorganisir sesuai dengan ketentuan Ilahi yang termaktub dalam lembaran-lembaran informasi mengenai kisah penciptaan alam semesta, kisah suri tauladan Nabiyullah hingga berupa petuah-petuah untuk zaman ini dan ilustrasi di masa depan. Rangkaian kisah-kisah dalam kitab suci Alquran itu bagaikan sajak-sajak yang tersusun indah dalam setiap baitnya. Hal ini mengingatkan kita pada sebuah pertanyaan yang dilontarkan teman saya sewaktu menduduki bangku di Madrasah Tsanawiyah Negeri (MTsN), “Jika Allah Maha Akbar, yang menjalankan pemerintahannya, di manakah Allah menjalankan pemerintahannya tersebut?” Yang membuat otak saya mencerna jawaban dengan mengatakan “Di dalam Alquran dan Tafsir (Maulana Muhammad Ali: 2007) memberikan pengertian sederhana tentang Arsy, yakni sesuatu yang dibangun untuk berteduh, atau sesuatu yang diberi atap. Arsy juga digunakan untuk menunjukkan arti kekuasaan, kekuatan, dan pemerintahan. Dengan demikian Arsy merupakan tempat berlangsungnya pemerintahan Allah Swt atas seluruh makhluk-Nya. Keagungan Allah Swt sangat pantas untuk dipuji melebihi kesanggupan kita memuji maha-

www.lpmdinamika.co

karya manusia, kepada-Nya kita panjatkan pujian-pujian berupa pelafalan asma-asma Allah yang maha Agung. Lantas, sudahkah manusia melakukannya, mungkin sebagian sudah dan sebagian lainnya belum. Seiring berjalannya waktu, timbul banyak sekali kezaliman atau perilaku menyimpang yang melampaui batas, namun Allah selalu memberi balasan yang sesuai dengan tindakan yang dilakukan. Lantas, meski demikian masih banyak yang tidak percaya dan seolah menganggap anjuran kehidupan itu sebelah mata. Seperti yang dikutip dari sebuah kisah Abu Jahal ketika melecehkan Rasulullah Saw di depan khalayak dengan hinaan, cercaan, dan kutukan yang angkara, maka Hamzah yang selama ini masih ragu membiarkan perjuangan keponakannya berjalan alami saja dilanda murka. Menunggang kuda dan bertawaf tanpa menurunkan busur serta buruannya. Dia lalu menghantam kepala Abu Jahl hingga berdarah dengan ujung gandewa, dan dengan kata-kata menyala mengumumkan keislamannya. Lantas, apa hakekatnya terhadap s inggasana kebesaran Allah Swt? Hakikat sebenarnya bagaikan susunan antologi cerita tempat Allah menjalankan ke-

rajaan Alam Semesta-Nya bersama para Malaikat yang tetap setia dan bertakwa kepada-Nya sepanjang masa hingga detik-detik peluit sangkakala dihembuskan dan berakhirnya seluruh kehidupan di jagat raya. Tahapan selanjutnya adalah kehidupan kedua bagi umat manusia di alam Barzakh. Dapat diketahui bahwa Arsy Allah itu merupakan makhluk ciptaan Allah Swt yang paling hebat. adapun sifat ke-Mahaan Allah tersebut biasa dikenal sebagai sifat istiwa. Sifat Kebesaran Allah Swt termaktub dalam kajian-kajian tentang sifatul wajib Allah Swt khususnya pada sifat istimewa-Nya, salah satu sifat Allah yang telah Allah Swt tetapkan untuk diri-Nya dalam tujuh ayat Alquran, yaitu Surat Al-A’raf: 54, Yunus: 3, Ar-Ra’d: 2, Al-Furqan: 59, As-Sajdah: 4 dan Al-Hadid: 4. Dimanakah letak pusat pemerintahan Allah? Adapun Arsy, secara bahasa artinya Singgasana kekuasaan. Arsy adalah makhluk tertinggi, Rasulullah shollallahu’alaihiwasallam bersabda: “Maka jika kalian meminta kepada Allah, mintalah Al-Firdaus, karena sungguh ia adalah surga yang paling tengah dan paling tinggi. Di atasnya singgasana Sang Maha Pengasih, dan darinya sungai-sungai surga mengalir” (HR. Al-Bukhari).

Pada hadis lain juga dijelaskan yang berbunyi: “Dari Mu’awiyah bin al-Hakam bahwasanya dia mendatangi Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dengan membawa seorang budak wanita hitam. Kemudian Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam bertanya pada budak wanita tersebut: ’Dimana Allah?’ Budak itu menjawab, ’Di atas langit’. Rasul bertanya lagi, ’Siapakah aku?’ Budak itu menjawab, ’Engkau adalah utusan Allah’. Maka Rasul berkata: ’Merdekakanlah ia karena ia adalah mukminah (wanita beriman)” (H.R Bukhari). Perhatikan perintah Nabi kepada Mu’awiyah bin Al-Hakam agar memerdekakan budak tersebut, karena budak tersebut beriman dan tanda keimanannya adalah dengan tepat menjawab pertanyaan “Dimanakah Allah?” dan jawabannya tepat yaitu “Di atas langit”. Urutan dalil, baik Alquran mau pun Hadis yang disajikan penulis di atas bagaikan rangkaian hikayat yang saling terhubung dan menyampaikan masing-masing pesan yang tersirat maupun tersurat di dalamnya, khususnya tentang di mana Allah Subhanahu wa taala bertahta. Penulis Rahmanuddin

25


teknologi

TABLOID

Edisi September 2018

Kenalkan, Molina UI-EV Bus Listrik Ramah Lingkungan

K

emajuan teknologi kian berkembang salah satunya di bidang transportasi, berbagai inovasi pun bermunculan guna mempermudah kehidupan di masa depan. Beberapa bulan lalu, Tim Mobil Listrik Nasional UI resmi meluncurkan brand terbarunya yaitu Molina UI-EV, yakni bus yang merupakan sebuah bus listrik hasil riset yang telah dikomersialisasi seperti yang dilansir dari Tekno Liputan6.com, Jum’at (29/6). Selain bersifat ramah lingkungan dan hemat energi, hebatnya, bus ini merupakan karya anak Indonesia yang patut dibanggakan, dan telah siap dipasarkan untuk meramaikan industri otomotif Indonesia. Dengan pengembangan bus listrik ini, UI turut serta dalam program pemerintah yaitu menurunkan emisi sebesar 29 persen pada tahun 2030. “Pengembangan bus listrik ini sejalan dengan tren kendaraan masa depan, yaitu kendaraan dengan konsep hemat energi dan ramah lingkungan,” kata Anis, republika.co.id Mobil listrik karya Indra Putranto (21) serta Tim Molina UI diuji coba dan diluncurkan dalam kegiatan Mobil Nasional (Molina) Universitas Indonesia di Taman Engineering FT UI, Depok. Proses perancangan hingga perakitan mobil dimulai

26

sejak tahun 2015 hingga berakhir 2016. Menurut Indra, mobil listrik rancangan bersama dengan mahasiswa dan dosen UI tersebut sebelumnya telah diuji coba berkali-kali dengan cara mengelilingi lingkungan kampus (HarianBernas.com). Dengan hadirnya bus Molina UI-EV yang nantinya dapat menggantikan bus kampus Universitas Indonesia yang selama ini menggunakan bahan bakar solar. Bus yang dirancang oleh Tim Mobil Listrik Nasional UI (Molina UI) memiliki kelebihan diantaranya, berkapasitas 60 penumpang dengan daya motor 120kW dan 300Ah. Terlepas dari adanya sejumlah kekurangan, oleh karena itu bus masih dalam pengembangan riset dan masih banyak hal yang perlu disetting lagi. Tim Molina optimis mobil listrik karya UI ini akan memberikan kontribusi besar bagi masyarakat. Interior bus listrik UI Molina dirancang menyerupai bus Transjakarta dengan tempat duduk menyamping. Pada sisi samping bus listrik UI Molina terdapat kaca di bagian bawah pintu depan dengan paduan cat warna hitam di bawah kaca membetuk garis desain yang seolah-olah kaca terlihat lebar. Disisi lain Tim Molina sedang memikirkan sistem peng-

isian daya listrik bagi bus dan pengembangan stasiun pengisian kendaraan listrik dengan cara menggunakan energi dari PLN dan sel surya. Tak hanya itu, tim juga sedang menyusun kajian aspek ekonomi, hukum dan sosial budaya terkait teknologi kendaraan listrik. Kajian dilakukan untuk dapat mengetahui penerimaan masyarakat dan merancang rekayasa sosialnya. Pada tahun 2018, bus Molina siap komersil guna meramaikan industri otomotif di Indonesia dan sudah siap dipasarkan. Universitas Indonesia bersama dengan dua Badan Usaha Milik Negara yaitu Perum DAMRI dan PT Pengembangan Pariwisata Indonesia (Persero) melakukan kesepakatan dalam pengembangan operasi bus listrik nasional produksi UI. Jum’at (29/6). Selain perihal pengembangan, dua BUMN tersebut juga berkomitmen untuk memesan beberapa unit kendaraan bus listrik karya tim Molina Fakultas Teknik UI. Penandatanganan Nota Kesepakatan Bersama dilakukan di Ruang Apung Kampus UI Depok, Jawa Barat. Kesepakatan tersebut ditandatangani Muhammad Anis dari UI, Setia N. Milatia Moemin dari Perum Damri, dan Abdulbar M. Mansoer dari Persero. Menteri Usaha Milik Negara (BUMN), Rini So-

emarno juga turut menyaksikan proses penandatanganan ini. Kerja sama tersebut juga sebagai bentuk dukungan industri dan pemerintah terhadap riset yang dilakukan perguruan tinggi. Dengan adanya kesepakatan ini, diharapkan semakin banyak industri atau perusahaan yang akan memesan kendaraan listrik buatan UI. Kedepannya UI akan terus melakukan inovasi dan pengembangan bus listrik ini. Tidak hanya dari segi kendaraan tapi juga beberapa hal yang mendukung operasionalisasi bus listrik seperti pabrikasi, charging station, dan after sales service. Mengingat polusi udara dari waktu ke waktu semakin meningkat dan sudah terlalu parah yang dihasilkan oleh mobil konvensional, besar harapan untuk Tim Molina UI untuk mendukung ketahanan energi di tanah air dengan karya-karyanya. Kendati demikian, agar ke depannya bermanfaat bagi masyarakat dan tidak lagi bergantung pada industri mobil besar yang hanya menjadikan bangsa Indonesia sebagai konsumen semata.

Pereview Nurhalimah Syafira dan Muhammad Fathoni

www.lpmdinamika.co


resensi

TABLOID

Edisi September 2018

Mau Sukses Butuh Perjuangan berderetnya gelar. Sukses adalah proses yang hanya berakhir ketika ajal menjemput. Tolok ukurnya adalah memberikan manfaat seluas-luasnya kepada orang lain. Kesuksesan dapat kita raih dimulai dengan bermimpi setinggi langit. Setelah itu berusahalah untuk mewujudkanya dan jangan lupa untuk berdoa dan menyerahkan segala usaha yang telah kita lakukan.

Judul : JourneytoSucsess Penulis : Syaiful Ansor Penerbit : Tiga Serangkai Tahun terbit : 2017 Tebal buku : 216 halaman ISBN : 978-602-0894-78-2

S

ukses adalah perjalanan panjang (long journey) yang tidak bisa dibatasi oleh

sesuatu yang bersifat duniawi semata. Seperti harta yang melimpah, tingginya jabatan, dan

Itulah sekelumit cerita yang ada di dalam buku yang di tulis oleh Syaiful Ansor ini. Seorang anak yang tinggal di pelosok Sumatera yang merasakan long journey dalam meraih kesuksesan. Melalui karyanya kita diajarkan untuk selalu optimis dalam mengejar mimpi. Presiden Soekarno pernah berkata, “Gan-

tungkan cita-citamu setinggi langit. Jika kau jatuh, kau akan jatuh di antara bintang-bintang�. Buku ini sangat cocok dibaca oleh generasi muda yang haus akan kesuksesan. Karena saat muda kita akan mengalami masa-masa labil dalam proses pencarian jati diri. Buku ini akan mengajak kamu berpetualang untuk meraih kesuksesan di dunia dan akhirat. Semoga melalui buku ini kita akan menjadi pribadi yang lebih baik dalam menentukan arah kehidupan agar tidak menyesal di kemudian hari. Peresensi Rizqi Ramadhan

CUKUP 22 MENIT RINGKUS TERORIS Judul

: 22 Menit

Sutradara : Eugene Panji dan Myrna Paramita

F

ilm 22 menit adalah salah satu dari deretan film drama action Indonesia yang disutradarai oleh Eugene Panji dan Myrna Paramita Pohan. Film ini menceritakan kilas balik dari kisah nyata aksi teror di Jalan MH. Thamrin Jakarta yang dikemas seakurat dan sedetail mungkin dengan peristiwa 'Bom

www.lpmdinamika.co

Genre

: Laga

Tayang

: 19 Juli 2018

Pemain

: Ario Bayu, Ade Firman Hakim,

Matias Muchus, Hana Malasan,

Ence Bagus, Ajeng Kartika,

Taskya Namya, Fanny Fadillah,

dan Ardina Rasti

Sarinah (Thamrin)' yang kemudian mengubah hidup banyak orang untuk selamanya. Awalnya 22 Menit mengisahkan rutinitas warga ibu kota dengan alur maju mundur dan setting yang berbeda dalam menunjukan tidak adanya kekhawatiran. Namun, siapa sangka bahaya ada di mana-mana. Se-

kumpulan teroris begitu sempurna menyusun rencana menyerang manusia tak berdosa. Ledakan beruntun dan baku tembak pun terjadi antara teroris dan anggota kepolisian di jantung kota Jakarta. Pengemasan adegan terbilang apik, satu persatu karakter pemain diperkenalkan. Hanya

saja Ardi sebagai pemeran utama yang memimpin pasukan pengamanan menjadi karakter yang paling ditekankan oleh sutradara sehingga tokoh lainnya hanya sebagai penghias layar kaca. Ario Bayu yang ditunjuk sebagai polisi anggota unit antiterorisme tak gentar bersama rekan-rekannya untuk bertaruh nyawa demi mengamankan situasi. Aksi baku tembak pun terjadi antara Ardi dan rekan melawan teroris saat pengamanan di pelataran dan dalam gedung perusahaan yang tak disebutkan namanya. Dengan waktu yang terbilang singkat yakni 22 menit, Ardi dan teman-teman berhasil meringkus tersangka yang kemudian sutradara memberi judul film ini “22 Menit�.

Peresensi Wahyu Nizam

27


cerpen

TABLOID

Edisi September 2018

Zuma

rai mobil tak ada sepatah kata yang terucap, hening, dan aku pun tak berani untuk memulai pembicaraan. Hari semakin gelap, tapi kami belum juga tiba di tempat tujuan, aku gelisah, rasa khawatir kembali menghantuiku. Namun tiba-tiba pemuda yang sedang menyetir itu memecah kesunyian dengan berkata, “Kakak peserta yang akan mengikuti program SM3T itu, kan?” ujarnya. “Iya Bang,” jawabku. “Maaf ya Bang apakah lokasi saya tinggal sejauh ini ya? Padahal senior saya bilang tempatnya tidak terlalu jauh,” ucapku.

Oleh : Aulia Rafiqah

“Iya memang Kak, kakak belum pernah ke Simelu ya? Wih tempatnya kalau saya bilang sih tempat jin buang anak, bahkan jin saja tidak mau ke sini karena sangkin jauhnya,” ucap lelaki itu sembari menyetir mobil. “Ah, masa sih Bang, saya juga sudah cari tahu di google tapi tidak sejauh ini, hehe maklum ya Bang, saya perdana ke sini,” Jawabku sambil tersenyum.

Ilustrasi Afifah Lania

P

etir mulai menampakkan kilatannya yang semakin pekat, disertai hujan dan angin kencang, perlahan mengguncang kapal yang kutumpangi, namun dua anak kecil sibuk bermain bersama rintik hujan yang menempel di sela-sela jendela, tanpa peduli dengan guncangan yang mulai terasa hingga ke dalam kapal. Ibu kedua anak itu datang dan menyuruh keduanya agar lekas naik ke tempat tidur, dan aku tersenyum melihat mereka menangis, seolah tak ingin meninggalkan rintik hujan. Sedangkan Bapak-Bapak masih duduk di balkon kapal sambil menikmati rokok dan segelas kopi tak peduli angin kencang yang menghantam permukaan kapal, dan aku sibuk menyebut nama Allah sambil memegang erat telepon genggam berharap jaringan dapat menyambungkan aku dengan Ibu di Medan, dan jikalau bukan karena Ibu aku tak akan memaksakan diri mengambil SM3T di Simelu, Aceh Tengah. Kutarik tanganku, mencoba

28

membuatnya melingkar dengan erat di daerah pinggang, karena aku merasa angin menusuk tulang rusukku, aku pun memutuskan bergegas memasuki kamar. Sesampainya di kamar aku menatap kosong langit kamar sepetak itu dan tiba-tiba aku mendengar hinaan dalam lamunan kosong yang membuat butiran bening berjatuhan. “Kau tidak akan berhasil hanya dengan satu orang tua yang banting tulang menyekolahkanmu hingga sarjana Zuma!” Kalimat itu bagaikan tamparan keras yang menjadi cambuk semangat untuk membalas setiap orang yang meremehkanku. Sudah tiga hari dua malam aku mengarungi laut menuju lokasi mengajar. Kurang lebih delapan jam lagi aku sampai di Pelabuhan Simelu, akhirnya mimpi buruk akan segera kulalui, aku akan merasakan sulitnya sinyal ponsel juga udara segar sekitar pantai. Setibanya aku di Pelabuhan Simelu, hatiku mulai tersenyum

karena aku dapat segera menghubungi ibuku dan mencari warung untuk mengisi perutku yang sangat lapar. Sesampainya di warung aku mengisi baterai ponselku dan tiba-tiba saja dua orang pemuda yang tidak kukenal datang mendekatiku. “Kamu Zuma? Guru Bahasa Inggris yang akan mengajar di SMA R.A. Kartini?” Tanya salah seorang pemuda padaku. “Iya bang, kenapa?” Jawabku. “Kami yang akan mengantarkan Kakak ke desa yang akan Kakak tempati.” Jelasnya. “Oh iya, tapi saya sudah pesan nasi, sebentar ya Bang atau enggak kita makan bersama saja sambil menunggu telepon saya penuh.” Tawarku pada mereka. “Iya kak enggak usah biar kami tunggu.” Setelah selesai makan, aku pun menghidupkan ponselku, dan melihat dua pemuda tadi masih sabar menungguku. Dengan langkah yang ringan aku pun masuk ke dalam mobil dengan membawa barang-barangku. Sekitar satu jam mengenda-

“Iya kak enggak apa-apa, dan setiap kami jemput peserta memang sama jawaban dan pertanyaannya seperti Kakak,” katanya lagi. “Kita berhenti dulu ya, Bang, saya mau salat,” ucap lelaki yang duduk di sampingnya. Selesai mereka salat kami pun melanjutkan perjalanan. Sejauh mata memandang aku hanya merasakan keinginan untuk kembali ke kampung halamanku dan kembali lagi ke tempat indah ini bersama orangtuaku tercinta. “Nah, kita sudah sampai Kak, ini tempat yang akan Kakak tempati,” ucap lelaki yang menyetir mobil. “Terimakasih ya Bang, sungguh ini jauh dari apa yang aku khayalkan, tempat ini sangat indah,” jawabku sembari menghirup udara sejuk. Simelu, tempat yang sangat indah untuk aku menuangkan segala ilmu yang kumiliki, untuk masa depan yang telah aku idamkan, jauh dari tempat orang yang selalu mengucilkan keluargaku, jauh dari perkataan yang tak pantas untuk didengarkan. *Penulis adalah mahasiswi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam, Jurusan Perbankan Syari'ah, Semester 5

www.lpmdinamika.co


puisi

TABLOID

Edisi September 2018

Ilustrasi Muamar Sidik Utomo

Rindu

Oleh: Nur Luthfiatun Niswah

Ku ukir pilu di atas senja Kabut jingga mulai pudar diantara masa Seruling bambu mengalunkan irama Awan hitam mulai tiba Matahari bersembunyi dibalik peruduannya

Senja dan Duka Oleh : Rizki Isnani Fadhila Saragih

Sudahlah, biarkan ia tenggelam bersama senja . Kau tak perlu menyimpannya. Segala duka dan lelah, cukupkan sampai di sini. Masih ada esok untuk menghampiri. Kau harus bersiap

Saat malam pun ara

Hari ini

Semua bak alam dicekam asa

Melupalah

Mengulur jiwa pada dewa sang kejora

Dalam tidur, keburukan tak akan menyapamu

Asmara tak berkalut menyatu rua Saat sembilu memperjebak segala historinya Oh rindu.. Berbekas, namun tanpa jejak Sirna, habis ditelan ombak yang menerpa Saat tapak tak melukis ara Maka usai hampir hampa

Semangat

Oleh : Ira Yona Ramadhani

Saat berada di titik jenuh Seakan lelah dan bosan bersatu padu Namun tinta harus tetap berlabu Walau pun kian hari kian berdebu Di atas balok buatan ayah Awal cerita penuh syahdu melintir asa Namun melupa hingga tua Kemana asa pergi? Layaknya halusinasi Seolah angan terbawa angin

Duka selalu bertahta, namun tak mengapa.

Namun asa tak akan berakhir

Bahagialah

Membawa cita dalam merana

Berdiri, dan lihat jauh Tak perlu tatap sendu bersama kelabu di persimpangan redup Ada Allah yang melipurmu Biarlah arakan mega membawa segala lupa dan lara

Baca tulis harus terus terukir Berdiri tegak merenggut asa Mahasiswa Jurusan Akuntansi Syariah, Semester II, Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam

Mahasiswa UIN Sumatera Utara Fakultas Ilmu Sosial Jurusan Ilmu Komunikasi/ Stambuk 2017

www.lpmdinamika.co

29


pojok

TABLOID

Edisi September 2018

Mahasiswa, Buat Pergerakan Beri Perubahan Muhammad Ifroh Hasyim | Pemimpin Umum LPM Dinamika

agama ada perintah untuk bisa memberi manfaat kepada orang lain. Artinya kita diperintahkan untuk memikirkan dan mempertimbangkan kepentingan orang lain juga.

S

tatus sebagai seorang mahasiswa kerap kali dikaitkan dengan berbagai macam tanggung jawab. Mulai dari tanggung jawab pribadi atau pun tanggung jawab terhadap lingkungan. Hal ini tidak terlepas dari usia yang tergolong muda, dengan semangat yang menggelora, dan kesempatan yang besar. Ditambah dengan keharusan mahasiswa untuk menjalankan Tri Dharma perguruan tinggi. Pantang seorang mahasiswa hanya memikirkan diri sendiri. Menutup mata pada kompleksnya permasalahan yang terjadi di lingkungan masyarakat yang membutuhkan perhatian serius. Mahasiswa harus mampu membuat perubahan yang dimulai melalui diri sendiri, merubah pola pikir, mental, dan menyelaraskan keduanya. Seperti membiasakan diri membuang sampah pada tempatnya, tidak melanggar lampu merah, atau hal kecil lainnya. Menanamkan mental bersih dan tertib merupakan fokus utama dalam meningkatkan sumber daya setiap individu.

30

Selanjutnya, setiap individu harus mampu membuat perubahan atas lingkungannya, di mana perubahan tersebut harus berdasarkan kepentingan masyarakat, karena mahasiswa adalah perpanjangan tangan antara rakyat dengan pemerintah. Hal ini dibuktikan dengan besarnya peran mahasiswa atas perubahan negeri ini pada tahun 1998, serta sebelum dan sesudah tahun bersejarah itu. Ketika mahasiswa sudah mulai tidak memiliki rasa peduli, dan memilih untuk ‘tidur’, dengan tidak adanya pergerakan maupun perlawanan, maka kesengsaraan akan melanda masyarakat. Di mana ketidakpedulian mahasiswa tersebut, salah satu faktor penyebabnya adalah sikap terlena mahasiswa dengan segala tugas kuliah yang menumpuk. Sebagaimana yang telah penulis sampaikan, problematika yang kompleks, dipenuhi oleh hal-hal yang berkaitan satu sama lain. Cara pandang kita tidak boleh hanya fokus pada bagaimana caranya agar diri sendiri bisa selamat. Sebab di dalam

Mahasiswa harus mampu membuka matanya. Memanfaatkan tubuh yang sehat dan kuat untuk melakukan pergerakan, yang dapat merubah sesuatu yang buruk, menjadi baik. Karena pada hari ini masih banyak orang yang hanya mementingkan urusan pribadi atau golongan, dengan acuh tak acuh pada permasalahan yang ada. Terkhusus di Universitas Islam Negeri Sumatera Utara, kita dapat melihat, diskusi yang dilakukan mahasiswa di Lapangan Biro pada siang sampai sore hari, memberikan akibat buruk, diskusi yang dilakukan ‘seolah’ tidak memperhatikan aspek kebersihan, dengan sampah yang berserakan hampir di setiap sudut mata memandang, dan hal ini sebenarnya dalah hal remeh yang memerlukan perhatian dan perbaikan. Bagaimana kita hendak berbicara banyak, berbuat untuk kemajuan, sementara hal yang sederhana untuk dilakukan saja kita abai. Belum berbicara tentang bagaimana merawat barang-barang yang ada di ruangan kelas, penghematan daya listrik yang acap kali tetap terpakai meski tidak dipergunakan, termasuk kertas makalah yang hanya menggunakan salah satu sisi. Sementara hari ini kondisi hutan kita sangat menghawatirkan. Kertas yang kita gunakan dalam pembuatan makalah se-

harusnya bisa diminimalisir dengan menggunakan kedua sisi kertas. Kita tidak akan bisa berbicara banyak, berbicara tentang hal-hal besar kalau hal kecil saja masih menjadi kendala yang dirasa besar dan berlarut-larut. Pembangunan fasilitas penunjang serta gedung yang baik, tentu akan memberi dampak positif. Tapi kalau SDM tidak siap, maka tidak akan memberikan pengaruh yang signifikan. Seminar dan pelatihan yang berulang kali diadakan untuk merubah SDM, yang dibuktikan dengan sertifikat, tak lebih dari sia-sia, hal ini terlihat ketika audience hanya mendengar, namun tak ada tindakan nyata. Menganggukkan kepala, tapi tak dibarengi oleh gerak tubuh. Seminar dan pelatihan adalah pemantik, dan bahan bakarnya adalah kemauan kita untuk berbuat aksi nyata. Mari berbenah, bersinergi untuk perubahan. Mahasiswa, kita adalah harapan bangsa. Jangan hanya diam. Jadilah penggerak atau paling tidak pengikut dari sebuah gerakan perubahan. Perubahan yang akan membawa kita pada kebaikan yang mudah-mudahan Allah restui. Menjadi saksi kelak di hari persaksian. Mari terus berkarya, terus berkontribusi. Memberikan pengaruh positif pada lingkungan sekitar kita, dengan semangat kerja keras dan kerja ikhlas. Untuk perubahan masyarakat yang lebih baik. Hidup Mahasiswa!

www.lpmdinamika.co



Kopi Kocok


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.