Majalah 49

Page 1

Maret 2019

MAJALAH DINAMIKA | Edisi 49 | Maret 2019

1


2

MAJALAH DINAMIKA | Edisi 49 | Maret 2019


Cover Story :

D

ata Komnas Perempuan membuka mata kita bahwa dalam dua jam terjadi tiga kasus pelecehan seksual. Kebanyakan korbannya merupakan perempuan. Berangkat dari kasus ini, LPM Dinamika mengangkat kasus ini untuk diinvestigasi lebih dalam. Lewat kover yang menggambarkan tangan seorang lelaki menggenggam tangan perempuan yang menggunakan baju warna merah muda mencoba mengilustrasikan berita kekerasan seksual yang terjadi.

Lembaga Pers Mahasiswa

(LPM) Dinamika UIN Sumatera Utara

Penerbit: Lembaga Pers Mahasiswa Dinamika UIN SU Pelindung: Rektor UIN SU Pembina: Wakil Rektor III UIN SU, Dekan FITK, Dekan FSH, Dekan FDK, Dekan FUSI, Dekan FEBI, Dekan FIS, Dekan FKM, Dekan Fakultas SAINTEK, Kabag Akademik dan Kemahasiswaan Biro AAKK UIN SU, Kasubbag Kemahasiswaan Bagian Akademik dan Kemahasiswaan Biro AAKK UIN SU, Drs. Syahruddin Siregar M.A, Dr. M. Syukri Albani Nasution, M.A, Dr. H. Ali Murthado, M.Hum, Sugiatmo. M.A. Pemimpin Umum: M. Ifroh Hasyim Sekretaris Umum: Nova Riani Bendahara Umum: Regi Amelia Pemimpin Redaksi: Firda Adinda Syukri Pemimpin Desain Grafis: Enggar Tyas Untari Pemimpin Litbang: Dzulanda Shari Batubara Pemimpin Perusahaan: Khairul Azmi Sekretaris Redaksi: Isma Hidayati Redaktur Pelaksana: Rahmanuddin Redaktur Online: Muhammad Ibrahim Reporter Senior: Syafrita Reporter Junior: Anisa Rizwani, Audry Uyuni, Ayu Wulandari Hsb, Devi Junita Sari, Siti Aisa, Siska Ramayani Damanik Redaktur Foto: Fakhrurrazi Anggota: Hafiz Hasan Noor, Jihan Fikriyah, Istiqomah Kaloko, Putri Chairunnisa, Taufik Syahputra, Rizki Ananda Redaktur Bahasa: Aminata Zahriata Anggota: Rizki Audina, Iin Prasetyo, Shofiatul Husna Lbs, Maya Riski Sekretaris Desain Grafis: Miranda Lianti Redaktur Artistik: Muhammad Fathoni Layouter: Nurhalimah Syafira, Cindy Yulfika, Alfi Syahri Ilustrator: Afifah Lania, Ditanty Chicha Novri Web Designer: Muamar Sidik Utomo, Mahmudi Sekretaris Litbang: M. Taufiqurahman Kasubdiv PSDA: Kurniawan Anggota: Wahyu Nizam, Dina Purnama Kasubdiv Penelitian dan Humas: Suci Ayu Pratiwi Anggota: Nabila Firuzia, Fatimah Lubis Kasubdiv Rumah Tangga: Maulidya Harahap Anggota: Tengku Nurul Hikmah Sekretaris Perusahaan: Tia Ramadhani Nasution Manajer Periklanan: Siti Aulia Rahma Anggota: Rizqi Ramadhan, Deni Gusti Kurniawan, Agung Prasetya, Diana Aliya Manajer Percetakan: Muslim Hidayat Anggota: Arifin, Nur Hotma Tambak Manajer Pemasaran: Dina Maulina Anggota: Cindy Syahfrina, Asri Alviana Alamat: Gedung UKK/UKM UIN SU Lantai 1 No.4 Jl. Williem Iskandar, Pasar V Medan Estate (20371) Kontak: 0822-4707-7271 E-mail: lpmdinamikaiainsu93@gmail.com/ redaksi@lpmdinamika.co Web: www.lpmdinamika.co Facebook: LPM Dinamika UIN SU Twitter: @LPM_Dinamika Instagram: @lpmdinamika

Desain Cover: Muhammad Fathoni

KONTEN

catatan perjalanan 22

Reportase Utama 6

PERJALANAN MENJAJAKI NEGEERI

Kenyataan pahit kasus pelecehan seksual menjadi momok menakutkan bagi kaum perempuan. Banyaknya laporan yang diterima oleh Komisi Nasional (Komnas) Perempuan membuat perempuan merasa ruang amannya semakin tergerus.

Spontan kami para peserta saling memandang satu sama lain, seketika semuanya tersenyum, dalam hati cemas dan ragu. Tanpa diundang, bayangan kedua orang tua di kampung tiba-tiba hadir saat itu.

SEJARAH 14

wawancara khusus 9

serampang dua belas buah karya termasyhur guru sauti

sederet kekerasan seksual di indonesia

Kekerasan seksual merupakan perilaku pendekatan-pendekatan terkait dengan seks yang diinginkan, termasuk permintaan untuk melakukan seks secara fisik.

Tersebutlah Guru Sauti, seorang seniman yang menciptakan tarian Serampang Dua Belas (SDB). Sampai kini Tari SDB tetap eksis dipertunjukkan pada tiap acara hiburan kebudayaan baik formal maupun nonformal di pesisir Sumatra Utara (Sumut), tanah kebesaran Melayu Deli.

kampusiana 11

lezat 18

absensi online, tak sepenuhnya diterapkan

menikmati lezatnya sajian kepiting tulang lunak

Tiga harga mati yang digalakkan oleh rektor UIN SU meliputi "Internasionalisasi, Digitalisasi, dan Akreditasi A" perlahan berproses menuju target pencapaian.

Sobat Kampus, kuliner menjadi salah satu daya tarik di kota terbesar ke-3 Indonesia ini. Di era milenial ini masyarakat sangatlah candu dengan makanan luar negeri. Terbukti dengan ramainya warung jajanan yang menyajikan cita rasa khas internasional.

artikel dosen keterampilan abad 21 12

landskap refleksi 14 tahun tsunami aceh 20

SOSOK IKHTISAR SEORANG TERORIS 29

Puisi dua pintu surga, segelintir coretan usia senjamu, & kelabu panjang di penghujung tahun 35

opini mahasiswa polemik wanita bercadar dan pria bergamis 13

refleksi pesan perdamaian bagi kemaslahatan umat 25

DINAMIS 30

pojok FOKUS PADA PENCEGAHAN, PERTEGAS HUKUMAN 38

ekspresi kebaikan kecil lewat sebuah desain 16 budaya rumah batik az zahra, batiknya medan 17

inspirasi mengulik kesuksesan wirausahawan 27 let’s talk digitalization us employment 28

Redaksi LPM Dinamika Menerima Tulisan Berupa :

CERPEN PUISI ARTIKEL OPINI

cerpen AZZAM 32 RESENSI bayangan keterbelakangan siswa berkebutuhan khusus & pelajaran dari tanah sumba 34

Kirimkan tulisan sobat Dinamika ke : lpmdinamikaiainsu93@gmail.com Konfirmasi ke WA 0822-8741-9608 (Pemimpin Redaksi)


salam redaksi

puan�. Dalam Reportase Utama ini kami mencoba memaparkan data kasus kekerasan seksual yang telah terjadi selama beberapa tahun terakhir.

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakaatuh

siasi kalian, kami tidak dapat berada sampai sejauh ini.

Tak terasa tahun 2018 telah berakhir. Selama satu tahun itu pula kami pengurus LPM Dinamika UIN SU periode 2018-2019 terus berupaya menghasilkan karya terbaik berupa Majalah, Tabloid, dan Berita Online. Kami ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Sobat Kampus karena masih tetap menjadi pembaca setia kami. Tanpa dukungan dan apre-

Di sela-sela kesibukan menyelesaikan laporan pertanggungjawaban, majalah edisi 49 yang juga sekaligus majalah terakhir pada periode ini berhasil kami rampungkan. Seperti biasanya, beragam rubrik kami sajikan untuk Sobat Kampus mulai dari Reportase Utama yang mengangkat tema “Kekerasan Seksual Pada Perem-

Sajian Reportase Utama tak lengkap rasanya tanpa sajian berita seputar kampus. Untuk itu, kami sajikan berita Absen Online yang masih tersendat di beberapa fakultas dalam rubrik Kampusiana. Beranjak dari sajian berita, kami mengajak Sobat Kampus untuk menikmati Kepiting Lunak yang memanjakan lidah. Tidak hanya itu, untuk menambah wawasan sejarah, kami mengajak kalian untuk mengulas Tari Serampang Dua Belas di daerah Perbaungan sebagai identitas lokal. Akhirnya, selamat membaca dan menikmati majalah edisi 49. Berbagai kritik dan saran dari Sobat Kampus kami tunggu untuk menjadi bahan perbaikan di kemudian hari. Sekali lagi selamat membaca. Salam Pers! Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakaatuh Dewan Pimpinan LPM Dinamika UIN SU Periode 2018-2019

editorial bermacam akses mengundang seksualitas syarakat Indonesia turut mengubah pola interaksi sosial di negeri kita. Modernisasi pun telah mengganti kekolotan negeri kita terhadap teknologi. Selain mempengaruhi interaksi sosial, masuk pula dorongan seksualitas yang dapat diakses bebas melalui situs terlarang atau berupa unggahan di media sosial.

(Redaktur Pelaksana)

Perkembangan zaman yang dibarengi dengan inovasi teknologi dengan jelas merubah wajah generasi muda. Apalagi milenialis dan generasi Z merupakan pelaku, penggiat, dan korban dari kemajuan teknologi itu.

ehadiran teknologi asing ke dalam negeri, dewasa ini telah mempengaruhi kehidupan masyarakat Indonesia. Likuefaksi penggunaan teknologi informasi ma-

Siapa pun yang lahir pada tahun 90-an atau awal 2000-an, mungkin saja pernah mengikuti permainan kanak-kanak yang menyenangkan. Permainan yang dapat menghabiskan waktu bermain, seperti bermain kele-

Oleh: Rahmanuddin

K

reng dan boneka. Namun, hadirnya teknologi justru mengusir keseruan itu. Banyak virus ketertarikan yang ditimbulkan oleh teknologi informasi yang setiap saatnya mengalami upgrade. Namun, bagaimana pun kita harus mampu menyesuaikan diri dengan memperhatikan situasi dan usia seperti yang ditetapkan oleh Kementrian Komunikasi dan Informatika (Kominfo). Pasalnya, tidak akan ada orang yang mengingatkan terkait batasan akses informasi melalui gawai. Berbagai polemik pun muncul karena pemanfaatan teknologi yang berlebihan dan melewati batas. Termasuk di dalamnya akses situs terlarang, baik situs 18+ maupun situs kekerasan dan terorisme.


#CATATANMAHASISWA Ainun Khofifah (Ekonomi Islam-2017) Wanita adalah makhluk paling perasa, apalagi saat pelecehan seksual dan tindak kekerasan itu terjadi padanya, dia akan mengingatnya dan terus-menerus menjadi halusinasi di pikirannya. Maka, sangat penting untuk kita para wanita menjaga diri dengan berpakaian yang layak, berperilaku baik, tidak mengundang hal-hal yang berujung pada pelecehan seksual dan tindak kekerasan seperti itu.

Dwi Habsyah (Pendidikan Matematika-2017) Di Indonesia, kasus pelecehan seksual masih seringkali terjadi. Apalagi dengan tingkat ketegasan hukum

yang masih lemah, kasus-kasus seperti ini kadang seperti tampak disepelekan. Contoh maraknya kasus pelecehan seksual ini notabenenya terjadi pada perempuan dan anak-anak. Paling banyak kasus yang terjadi belakangan adalah perempuan yang dilecehkan di dalam angkutan umum. Muhammad Ismail (Ilmu Komunikasi-2017)

Ayu Lestari (Pemikiran Politik Islam-2017) Pelecehan seksual terhadap perempuan dan anak-anak merupakan abmoral yang dapat merugikan fisik dan psikologis korban. Banyaknya human trafficking membuat kita harus lebih berantisipasi atas segala jenis penipuan yang terjadi secara langsung maupun tidak.

Penyebab maraknya fenomena tersebut ialah munculnya keinginan dari diri manusia itu sendiri. Dalam Islam, seorang akhwat tidak boleh keluar rumah sediri karena bisa menimbulkan kesempatan pelecehan, kekerasan, perampokan bahkan penculikan.

#SOBATDINAMIKA Fahzar Giovani (Ilmu Kesehatan Masyarakat-2016) LPM Dinamika merupakan wartawan kampus yang pemberitaannya tidak hanya seputar UIN SU, tetapi juga ada pemberitaan seputar luar kampus seperti acara atau kegiatan yang sedang berlangsung di Kota Medan. LPM Dinamika juga tanggap dalam hal menyebarkan informasi mengenai kampus, tidak hanya kegiatan umum kampus, melainkan juga kegiatan ekstrakampus seperti olahraga, perlombaan seperti seni, dan lainnya. M. Khalid Hidayatullah (Ilmu Komputer-2015) LPM Dinamika merupakan sumber informasi para mahasiswa UIN SU. Berita yang dihasilkan dan dimuat tidak hanya berita positif dari pihak kampus saja, tetapi semua keja-

dian yang sedang berlangsung segera diliput dan diberitakan kepada mahasiswa lewat web online-nya Dinamika. Produk karyanya merupakan tulisan mahasiswa UIN SU.

Reni Permata Sari (Akutansi Syariah-2017) Dinamika telah mengadakan berbagai kegiatan yang dapat menampung dan mengapresiasi kreativitas dan bakat mahasiswa, khususnya dalam hal karya tulis. Saya berharap untuk ke depannya LPM Dinamika semakin sukses dan lebih baik lagi dalam memberi informasi teraktual. Sukses selalu LPM Dinamika!

Nurluthfiatun Niswah (Ilmu Komunikasi-2017)

saya mengunjungi Sekretariat LPM Dinamika, hendaknya pihak birokrat memfasilitasi dengan lengkap lembaga ini agar terus menghasilkan karya yang spektakuler dan layak untuk menjadi lokasi studi banding pers kampus nantinya. LPM Dinamika itu merupakan lembaga pers mahasiswa yang beritanya konkret dan dapat dipercaya hasil pemberitaannya.

Bunga Azhari (Ilmu Alquran dan Tafsir-2018) LPM Dinamika merupakan organisasi jurnalistik. Tapi, saya lihat Dinamika sepertinya telah beralih fungsi menjadi organisasi wirausaha. Semoga Dinamika bisa lebih memberi informasi yang dibutuhkan mahasiswa.

Saya salut melihat kru Dinamika. Saran saya, setelah beberapa kali

MAJALAH DINAMIKA | Edisi 49 | Maret 2019

5


REPORTASE UTAMA

DARURAT KEKERASAN SEKSUAL dialaminya saat itu. “Dik, Pelita I di mana?,” tanya sang bapak saat itu.

Ilustrasi : Mahmudi

K

enyataan pahit kasus pelecehan seksual menjadi momok menakutkan bagi kaum perempuan. Banyaknya laporan yang diterima oleh Komisi Nasional (Komnas) Perempuan membuat perempuan merasa ruang amannya semakin tergerus. Komnas Perempuan melalui situs resminya mencatat sedikitnya ada 35 perempuan menjadi korban kekerasan seksual setiap hari. Pada tahun 2012, tercatat 4.336 kasus kekerasan seksual, dari data tersebut 2.920 kasus terjadi di ranah publik atau komunitas, dengan mayoritas bentuknya adalah pemerkosaan dan pencabulan. Dikatakan oleh Citra, founder komunitas Sirkulasi Kreasi Perempuan (Sirkam) di basecamp mereka Degil House Creative di Jalan Sei Silau, Medan Selayang. Bahwa pelecehan terus terjadi dalam hitungan jam. “Ada banyak perempuan yang pernah mengalami pelecehan seksual, bahkan dalam dua jam, terdapat tiga perempuan yang dilecehkan,” ungkapnya. Tindakan pelecehan seksual ini dialami oleh NS salah seorang korban empat tahun silam, saat ia menunggu jemputan setelah pulang les di Jalan Sutomo. Seorang lelaki paruh baya mendekatinya seraya bertanya alamat. Rasa ibanya saat itu mengalahkan rasa takutnya, apalagi bapak itu terlihat kebingungan mencari rumah anaknya di Medan, tepatnya di Jalan Pelita I. NS pun menceritakan rincian kejadian yang

6

MAJALAH DINAMIKA | Edisi 49 | Maret 2019

Kemudian NS merespon pertanyaan bapak tersebut, dengan mengatakan bahwa ia mengetahui lokasi yang dituju, namun tidak tahu bagaimana mengarahkan jalannya. “Bisa antarkan bapak ke sana? Nanti kalau sudah dapat rumahnya, bapak antarkan balik adik ke sini lagi,” ujarnya. Kemudian NS menuruti permintaan bapak itu, dan ikut naik motor bersamanya. Di tengah perjalanan, hati NS bertanya-tanya mengenai arah jalan yang sudah tidak sesuai, saat itu mereka ternyata sudah berada di jalan Gurilla (Jalan Pancing Williem Iskandar), padahal posisi awal NS berada tak jauh dari jalan Pelita I. Dan di sinilah NS mendapatkan perlakuan tidak senonoh dari sang bapak. Mulanya, NS diajak berbincang seputar seksual, namun anehnya sang bapak selalu mengulang perkataannya. “Bapak sudah tua, dan tidak punya niat jahat. Kalau mau memperkosa, kan sudah nggak mungkin lagi,” padahal NS sama sekali tak menyinggung apa pun. Beberapa meter perjalanan, tangan bapak itu mulai gatal, perlahan tangannya ke belakang dan menyentuh paha NS. NS merasa risih dan tak sabar ingin segera turun. Seakan tak sadar apa yang dirasakan NS, si tua keladi itu malah menawarkan air putih kepadanya, tapi dengan kasar NS menolaknya. Kemudian ia meronta seraya berkata dengan tegas, “Kalau Bapak nggak pulangkan

saya ke tempat tadi, saya teriak sekarang!”

NS menyelesaikan ceritanya dengan ekspresi geram, namun setelah itu ia tersenyum dan menjelaskan bahwa trauma yang ia rasakan dapat membawa ia hijrah dan istikamah dengan

penampilannya. Jika dulu ia sering mengenakan celana panjang, sekarang ia mengenakan rok dan memperbaiki penampilannya. 15 Bentuk Kekerasan Seksual Faktanya, banyak kalangan khususnya kaum hawa yang tidak mengetahui bentuk-bentuk kekerasan seksual. Padahal pelecehan seksual tak jarang dialami oleh kaum hawa. Ada 15 jenis kekerasan seksual yang dikemukakan oleh Komnas Perempuan dari hasil pantauan selama 15 tahun (1998–2013). Adapun 15 bentuk kekerasan seksual tersebut, yaitu: perkosaan, intimidasi seksual, pelecehan seksual, eksploitasi seksual, perdagangan perempuan untuk tujuan seksual, prostitusi paksa, perbudakan seksual, pemaksaan perkawinan, pemaksaan kehamilan, pemaksaan aborsi, pemaksaan kontrasepsi dan sterilisasi, penyiksaan seksual, penghukuman tidak manusiawi dan bernuansa seksual, praktik tradisi bernuansa seksual yang membahayakan atau mendiskriminasi perempuan, serta kontrol seksual. Selain dari penjabaran di atas, hal yang terjadi di masyarakat juga bisa dikategorikan sebagai pelecehan seksual. Seperti yang dialami Yola, mahasiswi Prodi Fisika di UIN SU. Ia menyadari bahwa sering digoda oleh teman lelaki. nya “Kalau digoda sering, misalnya disiulin, dipanggil-panggil. Tapi ya sudah biasa saja,” katanya. Padahal tanpa disadari, perilaku menggoda perempuan juga termasuk bentuk pelecehan seksual, dan merupakan salah satu tindakan seksual lewat sentuhan nonfisik. Hal itu juga diakui oleh Nurul Yunita mahasiswi Prodi Pendidikan Kewarganegaraan, Universitas Pendidikan Indonesia. “Bentuk pelecehan seksual itu banyak, jadi yang paling penting adalah dengan meningkatkan kesadaran terhadap sekitar. Misalnya chat calling atau bercandaan yang mengarah ke topik seksualitas,” ujarnya.


REPORTASE UTAMA Dalam perundang-undangan yang berlaku, Citra founder Sirkam mengatakan bahwa bentuk pemerkosaan ialah bertemunya antara dua kelamin. “Kita sudah mengusulkan bahwa pemerkosaan itu bukan cuma bertemunya antara kelamin pria dengan kelamin wanita,. Akan tetapi memasukkan alat-alat seperti jari, kayu, besi, ke dalam vagina juga termasuk bentuk dari pemerkosaan,” pungkasnya. Selain itu, Citra juga mendorong korban pelecehan seksual agar berani mengadukan tindak asusila yang dialami. “Selama ini banyak korban yang tidak berani mengadukan tindakan asusila yang dialaminya. Kita sempat mengusulkan agar korban diberi pemulihan untuk menghapus trauma akibat kekerasan seksual,” harapnya. Faktor Pendorong Pelecehan Seksual Hasil jajak pendapat yang berhasil diinput oleh Litbang LPM Dinamika dari 400 mahasiswa UIN SU, tercatat ada 69% yang memilih faktor lingkungan sebagai penyebab utama banyaknya kasus pelecehan seksual. Ungkapan kekesalan pada tindakan pelecehan seksual datang dari Retno Asih mahasiswi Prodi Pengembangan Masyarakat Islam, IAIN Purwokerto. "Orang yang melakukan pelecehan seksual tersebut memiliki gangguan mental. Karena seringnya menonton video porno sehingga mereka mengaplikasikan apa yang ditontonnya, tapi semua tergantung pada pergaulan di sekitarnya,” kesalnya. Berbeda dengan Sahara Apprianggi yang merupakan mahasiswi Prodi Hubungan Internasional, Universitas Sri-

wijaya, Palembang. Menurutnya, faktor utama pendorong banyaknya kasus kekerasan seksual ialah akibat patriarki di negeri ini. “Terjadinya karena budaya patriarki, posisi sosial kaum adam jauh di atas kaum hawa. Terkadang saya melihat seperti menjadi kewajaran jika terjadi kasus pelecehan. Bahkan yang disalahkan korban, ada saja alasan seperti baju, bentuk tubuh padahal sudah berpakain longgar. Akibatnya, kaum hawa hanya bisa pasrah dan diam. Belum ada hukum yang membuat pelaku benar-benar jera,” jelasnya. Sebagai lelaki, Yudha Prasetyo mahasiswa Prodi Ekonomi Islam di UIN SU mengherankan mengapa banyak kalangan lelaki sering melakukan pelecehan. “Saya heran mengapa oknum pelecehan kerap kali melecehkan wanita hanya karena tingginya hawa nafsu, sedangkan wanita yang dilecehkan seakan tidak bisa berbuat apa-apa,” kesalnya. Yudha mengatakan bahwa faktor terjadi kekerasan seksual bukan semata sebagai pemuas hawa nafsu, namun juga karena kekesalan terhadap kaum hawa yang menjadi korbannya. Dilansir dari laman Kumparan.com pada April 2018 terkait kasus penangkapan pelaku pelecehan seksual di Medan. Diketahui bahwa pelaku pelecehan seksual itu telah melakukan tujuh kali aksi bengisnya. Selanjutnya Kasat Reskrim Polrestabes Medan AKBP Yudha Putu menjelaskan bahwa pelaku sedikitnya sudah melakukan pelecehan seksual di tujuh tempat berbeda di Medan hingga sekarang belum diketahui motif di balik tindakannya. “Pelaku sedikitnya melakukan tujuh kali aksi pelecehan seksual di tempat yang berbeda, yaitu di Jalan Tapanuli Simpang Percut Medan, Jalan GB Jhosua Simpang Jalan Jambi, Jalan Talaud Medan, Jalan Talaud Simpang MT Haryono Medan, Jalan Bintang Medan, Jalan Veteran Medan, dan Jalan Thamrin Medan,” ungkapnya. “Kalau itu mah namanya nafsu,” geram Yola menanggapi kasus tersebut. Nasib Korban Pelecehan Seksual

Ilustrasi : Mahmudi

Berbeda nasib NS, berbeda pula dengan nasib S, salah satu siswi SMP di Deli Serdang yang mengakhiri hidupnya pada Juli 2016 akibat tidak dapat menanggung malu setelah diperkosa oleh tetangganya, MDP.

Catatan Tahunan (Catahu) 2018 Komnas Perempuan memberitakan bahwa dalam mencari pengakuan korban kekerasan seksual begitu sulit. Bahkan saat proses mencari keadilan korban memilih bungkam, karena secara psikis korban akan kembali mengalami trauma. Jumlah Kasus di Medan Berita yang dimuat oleh Harian Berita Sumut pada November 2011, menyebutkan bahwa jumlah kasus kekerasan seksual terhadap perempuan di Indonesia tinggi, termasuk di Sumatra Utara (Sumut). Persis yang Berita Sumut lansir dari situs Komnas Perempuan, dikumpulkan dari 34 lembaga di Sumut selama tahun 2011, ada 344 dari 8.277 kasus kekerasan seksual terhadap perempuan. “Ada 312 kasus pencabulan, 20 kasus pemerkosaan, satu kasus persetubuhan, dan satu kasus tindakan seksual lainnya,” papar Ketua Komnas Perempuan, Yuniyanti Chuzaifah. Yuniyanti juga menyebutkan, bahwa di Indonesia sendiri sejak 2000-2010, tercatat ada 295.836 kasus kekerasan terhadap perempuan. Dan dari jumlah itu, sebanyak 91.311 merupakan kasus kekerasan seksual. “Sumut masuk ke dalam kategori 10 besar, dengan kasus kekerasan tertinggi terhadap perempuan,” imbuhnya. Hasil persentase dari data Litbang LPM Dinamika juga menunjukkan angka yang tinggi, 400 responden mengakui bahwa Sumut memiliki angka kasus kekerasan pelecehan seksual tertinggi. Hanya ada 21,5% responden yang mengatakan bahwa tingkat kasus pelecehan di Sumut rendah, sisanya mengatakan kasus ini memang tinggi. Peranan Payung Hukum Kasus korban inisial S yang berakhir tragis, membuat Komnas Perempuan merasa perlu adanya pengkajian terkait peranan hukum terhadap kasus pelecehan seksual di Indonesia. Ketika ditelusuri, ternyata S merasa semakin putus asa setelah melaporkan kasus tersebut kepada pihak kepolisian. Karena, pihak kepolisian justru mengusulkan untuk berdamai dengan pelaku. Akibatnya, ia menenggak racun rumput untuk mengakhiri hidupnya. Bagaimana payung hukum berperan? Yuniyanti juga sepakat bahwa dengan adanya payung hukum sebagai bentuk perlindungan bagi kaum hawa yang menjadi korban tindak kekerasan

MAJALAH DINAMIKA | Edisi 49 | Maret 2019

7


REPORTASE UTAMA seksual. “Kasus ini akan terus terjadi, untuk itu dibutuhkan payung hukum sebagai bentuk perlindungan bagi perempuan yang menjadi korban,” jelas Yuniyanti dalam laman Berita Sumut pada November 2012 lalu. Dalam Catahu 2018 terdapat kasus yang diterima Komnas Perempuan, pada tahun 2017 kasus perkosaan kepada siswi SMP di Bengkulu dan anak sekolah di sebuah TK di Bogor, bahkan di wilayah institusi pendidikan yang seharusnya memberikan mereka perlindungan. Kasus-kasus pelecehan seksual di kendaraan umum, antara lain di angkutan umum (angkot) dan kereta api juga menunjukkan bahwa perempuan tidak mendapat jaminan keamanan di ruang publik. Situasi ini kembali menegaskan pentingnya pengesahan Rancangan Undang-Undang (RUU) Penghapusan Kekerasan Seksual (PKS) sesegera mungkin. Lambannya pengesahan RUU PKS ini mengakibatkan korban pelecehan banyak bungkam atas kasus yang dialaminya, juga membuat 61% mahasiswa UIN SU menganggap bahwa payung hukum belum menangani kasus pelecehan terhadap perempuan dengan tepat.

Kilas Pelecehan Seksual dalam Islam Berangkat dari temuan dan pendokumentasian data Catahu Komnas Perempuan tahun 2018 dan respons masyarakat atas kasus pelecehan, tim reportase juga merangkum dan mengaitkan kasus ini dalam kajian Islam. Sekretaris Komisi Informasi dan Komunikasi MUI Kota Medan ikut menyuarakan tanggapannya tentang kasus pelecehan seksual. “tidak akan pernah terjadi kasus pelecehan seksual, jika semua bergantung pada ajaran Rasulullah Shalallahhu Alaihi Wasallam,” terang H. Rahmad Hidayat Nasution. Baginya, pelecehan terjadi tidak hanya karena perempuan yang menggunakan pakaian yang tidak sopan, tapi juga kerap terjadi karena unsur perencanaan. H. Rahmat menuturkan, perempuan turut andil dalam memancing terjadinya pelecehan, seperti fenomena perempuan yang sering mempublikasikan foto pribadinya ke media sosial sehingga menarik perhatian lelaki yang melihatnya. “Kalau kita mempublikasikan foto pada media sosial dengan menutup aurat dengan baik, maka pelecehan juga tidak akan terjadi. Tapi, sebaliknya, jika yang dipublikasikan adalah foto yang kurang sopan tentu saja pelecehan akan terjadi,” tambahnya.

SURVEI LITBANG LPM DINAMIKA MENGENAI KASUS PELECEHAN SEKSUAL TERHADAP WANITA

Menurut H. Rahmat, faktor lain yang bisa mempengaruhi pelecehan adalah karena faktor obat terlarang, minuman keras, makanan, tontonan, dan juga lingkungan. “Bila seorang perempuan sudah berpakaian baik, namun tetap dilecehkan maka faktor penyebabnya bukan dari perempuan, tapi dari lelaki yang bisa jadi karena faktor yang saya sebutkan tadi,” tambahnya. Solusi Islam pun diberikan oleh H. Rahmat, nasihatnya pada perempuan agar jangan mempublikasikan foto pribadi yang menunjukkan aurat, kemudian tetaplah menunjukkan sikap pemalu baik itu lelaki maupun perempuan sebagaimana yang diajarkan agama Islam. Sebagai tokoh agama yang dikenal masyarakat, H. Rahmat menyampaikan harapannya. “harapan saya mari kita berperilaku sesuai anjuran Rasulullah mana yang bermanfaat untuk kita lakukan mana yang tidak bermanfaat kita tinggalkan seperti kata Rasulullah, tidak sempurna iman seseorang bila ia tidak cintai dirinya sendiri. maka bila ia tak ingin saudara perempuannya dilecehkan dia pun tak akan melecehkan orang lain,” tutupnya. Koodinator Liputan: Isma Hidayati Reporter: Syafrita, Siska Ramayani Damanik, Ayu Wulandari, dan Dina Purnama

Metode jajak pendapat LPM Dinamika : Pengumpulan pendapat melalui penyebaran angket Divisi Litbang LPM Dinamika UIN SU pada 07-08 Januari 2019, sebanyaK 400 responden yang dipilih secara acak di 8 fakultas UIN SU

8

MAJALAH DINAMIKA | Edisi 49 | Maret 2019


WAWANCARA KHUSUS

SEDERET KEKERASAN SOSIAL DI INDONESIA Narasumber: Dr. Nurasiah M.A Kepala Pusat Studi Gender dan Anak (Ka. PSGA) LP2M UIN SU

Dari segi peran individu, peran keluarga, peran masyarakat, dan peran negara. Saya kira kita mulai dengan menelusuri apa penyebabnya dan cara mencegahnya. Kekerasan pada wanita ini karena faktor permisif yaitu, kebolehan mulai longgar dalam nilai pergaulan antara laki-laki dan perempuan.

Dok. Pribadi Bagaimana pandangan Anda mengenai kekerasan seksual terhadap perempuan di Indonesia? Kekerasan seksual merupakan perilaku pendekatan-pendekatan terkait dengan seks yang diinginkan, termasuk permintaan untuk melakukan seks secara fisik. Kekerasan yang dialami perempuan sangat banyak bentuknya mulai dari psikologis, fisik, maupun seksual, hingga yang merupakan bagian dari sebuah pengorganisasian lintas negara yang sangat besar dan kuat. Tindakan ini termasuk dengan siulan, main mata, komentar atau ucapan bernuansa seksual, colekan, atau sentuhan di bagian tubuh, gerakan isyarat yang bersifat seksual, sehingga banyak terjadinya pelecehan ini yang dilakukan terhadap perempuan di Indonesia. Hal ini membuat seseorang dapat menyebabkan ketidaknyamanan, tersinggung, merasa direndahkan martabatnya, dan mungkin juga hingga menyebabkan masalah kesehatan dan keselamatan jiwa. Bagaimana peran masyarakat untuk menghindari kasus kekerasan terhadap perempuan di Indonesia?

Bahkan di kalangan remaja pun yang bukan muhrim saja, dengan kelonggaran nilai pergaulan ini seperti model, baik pergaulan hubungan pertemanan atau hubungan khusus di kalangan remaja. Untuk segi individu tentu setiap individu harus menjaga dalam membenteng dirinya masing-masing terutama untuk perempuan. Konsep diri kepribadian yaitu di kalangan remaja terhadap anak-anak maupun perempuan itu memang juga dipengaruhi oleh nilai pergaulannya kalau sudah ditanamkan yang benar, maka muncul konsep kepribadian diri. Lalu harus berperan kepada teman-temannya dengan memberitahu bahwa ia berperan sebagai sumber untuk mencegah. Maka itu, juga menjadi kilas balik bagi dirinya. Masalah kekerasan pada perempuan di Indonesia telah diakui sebagai permasalahan serius. Hal ini yang terjadi selama bertahun-tahun, mulai masa penjajahan hingga sekarang. Bagaimana Anda menghadapi tantangan besar soal kekerasan seksual pada perempuan di Indonesia? Ketika mengatasi masalah kasus kekerasan terhadap perempuan, Indonesia kini menghadapi tantangan dari dalam dengan menguatnya kelompok fundamentalis. Ada tiga orang perempuan yang menjadi korban kekerasan setiap dua jam, yaitu terjadi di dalam rumah tangga yang menjadikan istri sebagai korban.

Masalah yang kini dihadapi oleh Komnas Perempuan adalah dengan meningkatkan jumlah kelompok fundamentalis yang menolak untuk menyelesaikan masalah secara hukum. Bagaimana penanganan dan pencegahan kekerasan terhadap perempuan? Kekerasan terhadap perempuan di Indonesia telah diakui sebagai permasalahan yang serius. Kekerasan ini dapat ditemukan di mana-mana, baik di lingkungan keluarga, tempat kerja, institusi-institusi negara maupun masyarakat luas. Pelaku kekerasan terhadap perempuan sangat beragam, mulai dari perorangan sampai berkelompok-kelompok. Secara konstitusi, pemerintah sebenarnya sudah mengeluarkan UU No. 23 tahun 2004 tentang Keutuhan dan Kerukunan Rumah Tangga yang Bahagia, Aman, Tentram, dan Damai. Untuk mewujudkan keutuhan dan kerukunan tersebut, tentunya sangat bergantung pada setiap orang dalam lingkungan keluarga, terutama kadar kualitas pelaku dan pengadilan diri setiap orang yang ada di dalamnya. Oleh karena itu, ada beberapa prinsip yang terjadi dalam kasus kekerasan yaitu, pertama, kekerasan yang terjadi terhadap perempuan sebagai akibat kekuasaan yang tidak seimbang antara laki-laki dan perempuan yang terjadi dalam masyarakat. Kedua, proses investigasi kasus kekerasan terhadap perempuan untuk membantu korban kekerasan dalam memperoleh keadilan.

Reporter: Devi Junita Sari dan Cindy Syahfrina

MAJALAH DINAMIKA | Edisi 49 | Maret 2019

9


10

MAJALAH DINAMIKA | Edisi 49 | Maret 2019


KAMPUSIANA

ABSENSI ONLINE, TAK SEPENUHNYA DITERAPKAN

kannya. Menanggapi hal tersebut, Yafiz mengatakan bahwa akan diadakan evaluasi dan sosialisasi. “Jika banyak dosen yang belum menerapkannya, maka akan diadakan evaluasi dan sosialisasi. Hal ini akan disampaikan melalui rapat dosen dan grup whatsapp. Jika ada dosen yang tidak datang, maka ia harus melapor untuk mengganti jadwal pertemuan tersebut,” imbuhnya. Tidak ada paksaan dari pihak akademik untuk dosen yang tidak paham dalam menerapkannya. “Absensi online sudah diterapkan, namun kendalanya ada beberapa dosen yang belum bisa. Sehingga dosen yang tidak faham, tidak menerapkannya," ujar Afni selaku Kepala Bagian Akademik FITK.

Ilustrasi: Muhammad Fathoni

T

iga harga mati yang digalakkan oleh rektor UIN SU meliputi "Internasionalisasi, Digitalisasi, dan Akreditasi A" perlahan berproses menuju target pencapaian. Fokus pada poin digitalisasi, UIN SU kini mencoba memantaskan diri dengan memulai sistem pembelajaran berbasis digital, seperti absensi online menjadi salah satu yang telah digunakan sebagai penunjang tercapainya ‘digitalisasi’ di kampus UIN SU JUARA (Maju, Unggul, Jaya, Raya dan Sejahtera). Diprakarsai oleh Fakultas Sains dan Teknologi (FST) pada tahun 2017 lalu, Dr. Muhammad Ridwan, M.Ag yang kini menjabat sebagai Kepala Pusat Penelitian dan Pangkalan Data (Pustipada) bersama rekannya telah menciptakan sebuah sistem absensi berbasis online yang bertujuan untuk memudahkan proses perkuliahan dan mengurangi penggunaan kertas. “Absen online pertama kali dicetuskan pada tahun 2017, bermula karena permintaan FST kepada pihak Pustipada untuk membuat absensi online dengan tujuan memudahkan atau mengefisiensikan Tri Dharma Perguruan Tinggi dan mengurangi penggunaan kertas,” ungkapnya. Dalam kurun waktu kurang lebih dua tahun masa penerapannya, absensi online atau dikenal dengan sebutan ‘Dahlia Online’ belum seutuhnya diterapkan oleh beberapa dosen di delapan fakultas UIN SU. Namun, meski pun demikian Fakultas Ilmu Sosial (FIS) sebagai salah satu fakultas yang terbilang muda, mencoba turut ikut mensosialisasikan absensi online kepada para

dosen untuk diterapkan. “Di FIS, absensi online sudah diterapkan, namun belum maksimal memprioritaskannya sebagai pendataan kehadiran mahasiswa. Karena beberapa dosen di FIS masih belum paham akan IT, sehingga pihak akademik menyediakan format absensi manual dan merujuk operator untuk melayani dosen yang butuh bimbingan apabila terdapat kendala dalam penerapan Dahlia ini,” ungkap Dr. Muhammad Dalimunte, M.Hum. selaku Wakil Dekan I FIS. Berbeda halnya dengan FIS, Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam (FEBI) hampir dua tahun telah menerapkan sistem absensi online. “Kini sudah tahun kedua kami melaksanakannya di FEBI, walaupun pada tahun pertama kita masih memback up dengan absensi manual karena adanya peralihan,” ujar Dr. H. Muhammad Yafiz, M.Ag selaku Wakil Dekan I. Mulanya sebelum menerapkan sistem Dahlia, setiap dosen harus mengambil token atau kode untuk masuk ke laman Dahlia. Namun, setelah pihak Pustipada mempelajari lebih lanjut akhirnya menemukan cara yang lebih mudah, sehingga dosen tak perlu lagi mengambil token atau kode, cukup langsung masuk ke laman Dahlia dan mengabsen mahasiswa dengan syarat masih berada di radius koordinat kampus UIN SU. Meskipun FEBI telah mewajibkan setiap dosennya untuk menggunakan absensi online, ternyata masih ada beberapa dosen yang belum menerap-

Kendala lainnya terjadi pada jaringan internet di UIN SU yang belum maksimal. Ahmad Riyansyah, M.E selaku dosen FEBI mengeluhkan hal ini. “Kendala kita sekarang pada akses internet yang kurang baik, sehingga dosen tidak bisa mengabsen mahasiswa,” pungkasnya. Kritikan datang dari Muhammad Hafiz, mahasiswa Prodi Ekonomi Islam semester VII ia mengeluhkan sikap dosen yang meminjam gawai mahasiswa untuk mengabsen. “Sistem pelaksanaanya belum baik, banyak dosen yang masih mengabsen dengan manual dikarenakan aksesnya susah. Ada juga dosen meminjam gawai mahasiswa untuk mengisi absensi online. Saran saya sebaiknya pihak UIN SU menyediakan jaringan yang memadai,” ujarnya. Beranjak dari permasalahan penerapan absensi online di UIN SU, kepala Pustipada memaklumi hal tersebut. “Jika terdapat kendala, itu merupakan hal yang wajar, karena Dahlia masih dalam tahap sosialisasi dan evaluasi. Solusinya, kami akan mengadakan pelatihan kerja sama dengan prodi atau fakultas. Kita juga akan review masalah jaringan yang sering terputus dengan ISP dibantu oleh Telkom Indonesia dengan meletakkan wifi Id di berbagai tempat agar pada tahun 2019 semua fakultas di UIN SU sudah bisa menggunakan dan menerapkan Dahlia,” ungkap Muhammad Ridwan, M. Ag.

Koordinator Liputan: Wahyu Nizam Reporter: Audry Uyuni dan Deni Gusti Kurniawan

MAJALAH DINAMIKA | Edisi 49 | Maret 2019

11


ARTIKEL DOSEN

KETERAMPILAN ABAD 21 Oleh: Armansyah, M.Kom • • • •

Dosen Program Studi Ilmu Komputer Fakultas Sains dan Teknologi UIN SU Dosen Teknik Informatika STMIK Pelita Nusantara Medan (2011-2014) Pascasarjana S2 Teknik Informatika STMIK Eresha Jakarta Medan (2014) Sarjana S1 Sistem Informasi STMIK Sisingamangaraja XII Medan (2009)

menjadi urgensi yang perlu diputuskan solusinya, di antaranya:

Dok. Pribadi

D

i dalam sebuah jurnal yang berjudul “Keterampilan Abad 21” yang ditulis oleh Siti Zubaidah dari FMIPA Universitas Negeri Malang, menggambarkan beragam jenis keterampilan yang dimiliki oleh generasi muda. Mengingat hadirnya Sumber Daya Manusia (SDM) dari Tenaga Kerja Asing (TKA) yang diberitakan oleh situs Merdeka.com, pada Selasa (8/5/2018), bahwa dalam penelitian yang dilakukan P2K LIPI, Devi Asiati, menginformasikan bahwa terdapat 21.300 TKA yang berasal dari negara China. Jumlah itu mengalahkan jumlah TKA dari Singapura dan Jepang dengan jumlah masing-masing 1.700 dan 12.500 TKA.Sehingga jumlah TKA dari ketiga negara tersebut mencapai 35.500 pekerja. Jumlah ini belum termasuk jumlah dari negara lain yang bekerja di Indonesia yang berada di berbagai wilayah kota mau pun provinsi. Tulisan Siti Zubaidah mendefenisikan bahwa Filipina merupakan negara dengan tenaga kerja yang terampil dan terlatih peringkat tertinggi se-ASEAN. Data itu beliau ambil dari hasil survey yang dilakukan oleh ASEAN Business Outlook Survey 2014. Sementara Ignatius Untung, Ketua Umum Asosiasi e-Commerce Indonesia (idEA), melaporkan fakta bahwa kualitas ketenagakerjaan Indonesia masih rendah dalam bidang Industri Digital (Kompas. com, 8/11/2018). Hal yang disampaikan oleh Siti Zubaidah dan Ignatius Untung tersebut, merupakan fenomena yang perlu disikapi dengan bijaksana dan perlu diambil solusi dalam pemecahannya, mengingat persaingan hidup pada Abad 21 akan semakin berat. Sampai di sini, ada dua hal yang

12

MAJALAH DINAMIKA | Edisi 49 | Maret 2019

Pertama, rendahnya kompetensi tenaga kerja Indonesia dibanding negara lain pada tingkat ASEAN. Kedua, rendahnya kompetensi tenaga kerja Indonesia dalam bidang Industri Digital. Sehingga jelaslah bahwa kompetensi generasi muda perlu ditingkatkan dan menjadi perhatian penting, karena baik-buruknya kompetensi akan mendorong kemajuan suatu negara. Kompetensi dan keterampilan merupakan dua istilah yang saling berhubungan. Keduanya merupakan satu paket, jika merujuk defenisi dari kedua kata tersebut melalui Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) online dapat disimpulkan bahwa keterampilan merupakan suatu kemampuan, kecakapan, atau keahlian yang dibutuhkan untuk mencapai suatu kewenangan atau kekuasaan (kompetensi) dan juga suatu pekerjaan tertentu. Keterampilan Abad 21 Terkait pembahasan di atas, mau tidak mau manusia khususnya mahasiswa harus memahami fakta-fakta yang disampaikan oleh Siti Zubaidah dan Ignatius Untung, mengingat bahwa mahasiswa adalah generasi yang kelak menjalankan kehidupan pada semua lini. Percaya atau tidak menjalani hidup pada Abad 21 adalah hal yang berat dan penuh tantangan., baik dalam dunia kerja maupun kewarganegaraan yang bersifat lebih internasional dan multikultural. Sehingga memiliki keterampilan yang baik adalah suatu hal yang absolut. Karena, mahasiswa merupakan salah satu generasi, dan setiap generasi harus siap menjalani segala rintangan berdasarkan keterampilan yang diharapkan mampu menghadapi beratnya kehidupan pada Abad 21 ini. Lalu, apa dan bagaimana Keterampilan Abad 21 itu? Beberapa organisasi merumuskan jenis keterampilan Abad 21, Wagner dan Change Leadership Group dari Universitas

Harvard, merumuskan di antaranya: (1) Kemampuan berpikir kritis dan pemecahan masalah; (2) Kolaborasi dan kepemimpinan; (3) Ketangkasan dan kemampuan beradaptasi; (4) Inisiatif dan berjiwa entrepeneur; (5) Mampu berkomunikasi efektif oral maupun tertulis; (6) mampu mengakses dan menganalisis informasi; dan (7) Memiliki rasa ingin tahu dan imajinasi (Siti Zubaidah: 2016). Trilling dan Fadel (2009) melakukan research tentang kompetensi lulusan pada jenjang sekolah menengah, diploma dan pendidikan tinggi. Hasil penelitian mereka melaporkan bahwa lulusan pada jenjang pendidikan tersebut menyatakan masih belum memiliki kompetensi yang cukup terutama untuk beberapa hal berikut, di antaranya : (1) Komunikasi; (2) Berpikir kritis dan mengatasi masalah; (3) Etika bekerja dan profesionalisme; (4) Bekerja secara tim dan berkolaborasi; (5) Bekerja di dalam kelompok yang berbeda; (6) Menggunakan teknologi; dan (7) Manajemen proyek dan kepemimpinan (Siti Zubaidah : 2016). Penyampaian dari Trilling dan Fadel di atas adalah fenomena yang bisa disebabkan karena rendahnya minat baca generasi muda. Perlu diketahui bahwa tingkat literasi (membaca) Indonesia menurut UNESCO berada pada peringkat 60 dari 61 negara (Janan Witanto: 2018). Keadaan dan kondisi ini menunjukkan fakta-fakta seperti yang disampaikan oleh Trilling dan Fadel di atas. Fakta-fakta yang disampaikan oleh kedua peneliti tersebut dapat diselesaikan, atau setidaknya dapat diminimalisir dengan meningkatkan kegiatan membaca terutama di kalangan pelajar dan mahasiswa. Terbukti bahwa semakin banyak kita membaca, maka akan semakin baik kualitas diri dan meningkatkan kompetensi diiringi dengan keterampilan berkomunikasi, kompetensi berfikir, dan memecahkan permasalahan (problem solving).


OPINI MAHASISWA

Polemik Wanita Bercadar dan Pria Bergamis

F

Penulis: Hamidah Lubis

enomena wanita bercadar dan pria bergamis bukanlah suatu hal yang baru. Namun, pemakaiannya masih menjadi polemik di tengah masyarakat, mulai dari stigma yang disematkan hingga pelarangan mengenakan cadar yang ironisnya dilakukan oleh universitas berbasis Islam. Larangan bercadar dianggap sebagai pencegahan radikalisme dan fundamentalisme terutama di lingkungan kampus, sebab mahasiswi yang bercadar dianggap mengganggu proses pembelajaran karena dosen tidak bisa melihat mahasiswinya, belum lagi alasan pihak kampus yang tidak ingin kesulitan administrasi terutama saat ujian berlangsung. Setelah ditelusuri, hal ini terjadi di UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta yang melarang mahasiswinya bercadar dengan melakukan pendataan dan konseling. Jika tetap mempertahankan cadarnya maka mahasiswi tersebut dipersilakan keluar dari kampus. Tentunya ini sangat bertentangan dengan UUD 1945, pasal 31, ayat 1 yang berbunyi, “Setiap warga berhak mendapat pendidikan”. Stigma masyarakat tentang penggunaan cadar adalah terorisme, radikalisme, ekstremisme, dan berbagai sebutan lainnya bahkan dipandang mengikuti aliran sesat. Begitu pula dengan pria yang bergamis atau berjubah yang dianggap terlalu berlebihan dalam melaksanakan ajaran Islam. Polemik wanita bercadar kian hangat menjadi perbincangan. Banyak pro dan kontra terhadap pemakaian cadar. Bagi yang mendukung larangan cadar berasumsi bahwa cadar dapat mengganggu proses interaksi dan ketakutan akan pembawa aliran sesat dalam kehidupan bermasyarakat. Banyak pula yang menolak larangan bercadar karena dinilai sebagai bentuk diskriminasi dan melanggar hak asasi manusia (HAM). HAM adalah seperangkat hak yang melekat pada hakikat manusia sebagai makhluk Tuhan dan anugerah-Nya yang wajib dihormati, dijunjung tinggi,

Ilustrasi: Afifah lania

dan dilindungi oleh negara. Pemakaian gamis bagi lelaki juga termasuk HAM dan sebagai bentuk ketaatan pemakainya kepada Allah subhanahu wa taala. Kebijakan larangan cadar berarti telah melanggar HAM bagi wanita muslimah. Dijelaskan dalam UU No. 39 Tahun 1999 pada pasal 22 yang berbunyi, “(1) Setiap orang bebas memeluk agamanya masing-masing dan untuk beribadat menurut agama dan kepercayaannya itu; (2) Negara menjamin kemerdekaan setiap orang memeluk agamanya masing-masing dan untuk beribadat menurut agama dan kepercayaannya itu”. Larangan bercadar juga bertentangan dengan UUD 1945 pasal 28 E ayat 1 dan 2 yang berbunyi, “(1) Setiap orang berhak memeluk agama dan beribadah menurut agamanya, memilih pendidikan dan pengajaran, memilih pekerjaan, memilih kewarganegaraan, memilih tempat tinggal di wilayah negara dan meninggalkannya, serta berhak kembali; (2) Setiap orang berhak atas kebebasan meyakini kepercayaan, menyatakan pikiran dan sikap, sesuai dengan hati nuraninya”. Menurut Imam Syafii mengenakan cadar hukumnya wajib, sementara menurut imam lain hukumnya sunah. Gamis merupakan pakaian yang paling disukai Rasulullah sallallahu alaihi wasallam, pria yang mengenakan gamis berarti mengikuti sunah Rasulullah sallallahu alaihi wasallam. Tidak ada yang menyatakan bahwa bercadar dan bergamis bagi pria adalah haram, lantas mengapa harus dilarang? Wanita yang mengenakan cadar dan pria yang bergamis adalah persoalan keyakinan, sebab yang terpenting adalah menutup aurat sesuai dengan ajaran Islam. Wanita yang mengenakan cadar memiliki alasan yang beragam, ada

yang mengatakan lebih nyaman, untuk membantu pria menundukkan pandangan, dan untuk lebih menjaga marwah dirinya. Semua itu adalah hal yang baik, seharusnya kita menghormati pilihan mereka dalam mengekspresikan ajaran Islam. Wanita yang mengenakan cadar dan pria bergamis banyak mendapat stigma dari masyarakat, sehingga mengakibatkan ketakutan, kecurigaan, dan tatapan yang mengintimidasi. Hal ini membuat wanita bercadar dan pria bergamis merasa tidak aman. Hal ini sangat bertentangan dengan UU HAM, pasal 30 yang berbunyi, “Setiap orang berhak atas rasa aman dan tenteram serta perlindungan terhadap ancaman ketakutan untuk berbuat atau tidak berbuat sesuatu”. Dan UU HAM, pasal 35 yang berbunyi, “Setiap orang berhak hidup di dalam tatanan masyarakat dan kenegaraan yang damai, aman, dan tenteram yang menghormati, melindungi dan melaksanakan sepenuhnya hak asasi manusia dan kewajiban dasar manusia sebagaimana diatur dalam undang-undang”. Wanita bercadar dan pria bergamis merupakan keyakinan yang harus dihargai, bukan dicaci, apalagi di diskriminasi. Sangat keliru jika menilai wanita bercadar adalah sosok radikalisme. Perempuan yang tidak bercadar dan kaum pria juga bisa saja berpotensi radikalisme. Radikalisme adalah sebuah pemikiran, jadi tidak bisa kita nilai dari penampilan. Indonesia adalah negara dengan mayoritas umat Islam, memang banyak masyarakat yang merasa aneh dengan kebiasaan adat, budaya, mau pun sunah agama Islam yang sebenarnya tidak mengganggu, dan tidak berbahaya, bahkan di kalangan umat Islam sendiri. Seperti wanita bercadar dan pria bergamis. Hal ini identik dengan sebutan “Islamphobia”. Oleh karena itu, diharapkan tidak menguak kembali polemik tentang wanita bercadar dan pria bergamis di kalangan masyarakat, dan tidak ada lagi larangan seseorang yang mengenakan atribut agamanya, karena sama dengan melanggar HAM.

Penulis adalah pemenang lomba menulis opini LPM Dinamika 2018

MAJALAH DINAMIKA | Edisi 49 | Maret 2019

13


SEJARAH

Serampang Dua Belas Buah Karya Termasyhur Guru Sauti Reporter: Cindy Yulvika, Iin Prasetyo, dan Muslim Hidayat

Dok. Internet

T

ersebutlah Guru Sauti, seorang seniman yang menciptakan tarian Serampang Dua Belas (SDB). Sampai kini Tari SDB tetap eksis dipertunjukkan pada tiap acara hiburan kebudayaan baik formal maupun nonformal di pesisir Sumatra Utara (Sumut), tanah kebesaran Melayu Deli. Tari SDB menjadi salah satu ikon Sumut sama halnya dengan Tor-tor. Sekitar lima tahun sebelum kemerdekaan Indonesia, dari Perbaungan Guru Sauti memperkenalkan SDB kepada masyarakat setelah mendapat izin dari Sultan Serdang. Tak hanya termasyhur di Sumut, Guru Sauti saat itu sempat memperkenalkan SDB kepada Presiden Soekarno di Istana Negara. Presiden Soekarno ingin membangkitkan tari-tarian daerah menggantikan tarian dansa yang bukan kebudayaan Indonesia. Pada 1955, Presiden Soekarno

14

MAJALAH DINAMIKA | Edisi 49 | Maret 2019

meminta setiap daerah mengirimkan tarian khasnya. Memanfaatkan momen tersebut Guru Sauti pun yang saat itu bekerja di Jawatan Kebudayaan Sumut memenuhi undangan presiden. Guru Sauti juga telah memperkenalkan SDB ke mancanegara seperti negara-negara Asean, Jepang, Cina, sampai ke beberapa negara di Eropa. “SDB itu artinya, dua belas ragam gerak tarian. Dari ragam pertama sampai yang ke dua belas itu memiliki nama gerakan tersendiri. SDB ini adalah tarian tradisional yang menggambarkan anak muda, macam mana interaksi dengan lawan jenisnya. Untuk memeragakannya pun agak susah, jadi Tari Kuala Deli dulu kita pelajari, baru Tari Mak Inang, Tanjung Katung, Hitam Manis, barulah bisa ke SDB,� terang Emma Hafina salah seorang cucu Guru Sauti saat diwawan-

carai di kediamannya, Perbaungan. Tarian yang awalnya bernama Tari Pulau Sari karena judul lagu yang mengiringinya adalah Pulau Sari ini mengutamakan gerakan yang lincah, seperti gerakan kaki yang banyak melompat-lompat, gerakan tangan yang cepat serta lirikan mata. Disebut SDB karena setiap langkah tariannya memiliki dua belas ragam gerakan. Ragam 1 (Permulaan), menceritakan pertemuan sepasang muda-mudi yang masih malu-malu. Ragam 2 (Berjalan), benih-benih cinta mulai tumbuh. Ragam 3 (Berpusing), sudah ada perasaan cinta yang kian mendalam dan dirundung kegalauan. Ragam 4 (Tari Gila), pasangan muda-mudi sedang dimabuk cinta. Ragam 5 (Berjalan Sipat), si gadis berusaha memberi isyarat tertentu pada si bujang yang menandakan perasaan cintanya.


SEJARAH Ragam 6 (Goncet-goncet), si bujang berusaha mengungkapkan cintanya. Ragam 7 (Tari Sebelah Kaki), kesepahaman antara bujang dan gadis mulai tumbuh. Selanjutnya, ragam 8 (Langkah Tiga Melonjak), gerakan maju-mundur menunjukkan proses meyakinkan diri terhadap calon pasangannya bahwa cinta mereka akan berbalas. Ragam 9 (Melonjak), menunjukkan bahwa si bujang berusaha meminta restu orang tua si gadis agar bisa meminangnya. Ragam 10 (Datang-mendatangi), menggambarkan proses peminangan. Ragam 11 (Tari rupa-rupa), ragam ini menunjukkan prosesi mengantarkan bujang-gadis ke pelaminan. Dan Ra-

Fotografer : Rizki Ananda

SDB ditetapkan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI sebagai Warisan Budaya Tak Benda Nasional. SDB adalah pembaruan dari tarian Pulau Sari. Pulau Sari terdiri atas tiga belas ragam yang mengadopsi beberapa gerakan tarian Melenggok dan Lagu Dua. Sultan Sulaiman menyempurnakannya dengan menyederhanakan ragam Pulau Sari menjadi dua belas dan menamainya SDB.

gam 12 (Tari Sapu Tangan), ini adalah gerakan penutup dengan permainan dua buah sapu tangan yang menyimbolkan cinta sepasang muda-mudi tak akan berpisah. “Waktu itu kami diundang untuk menerima Penghargaan Kebudayaan 2015 di Jakarta. Guru Sauti mendapatkan hak cipta SDB oleh pemerintah. Di Museum Deli Serdang ada foto Sauti juga ada benda-benda peninggalannya. Dia adalah satu dari sembilan tokoh yang fotonya dipajang di museum,” kata Achiruddin Sauti biasa dipanggil Tok Udin yang merupakan satu dari empat anak Guru Sauti yang masih hidup. Tok Udin menceritakan bahwa ayahnya pada tahun 2015 mendapat anugerah Satya Lencana Kebudayaan. Dan pada setahun sebelumnya

Setelah Indonesia merdeka pada 17 Agustus 1945, Presiden Soekarno sering mengundang Guru Sauti untuk menari di Istana Negara Jakarta. Tak ketinggalan istri Presiden Soekarno, Fatmawati dan istri Wakil Presiden Mohammad Hatta, Rahmi ikut mempelajari SDB bersama bimbingannya. Pada kurun 1950-an, Presiden Soekarno mengangkat SDB menjadi bagian dari diplomasi kebudayaan pemerintah Indonesia dan dipertunjukkan di Moskow, Beijing, dan negara-negara Eropa Timur. Presiden Soekarno juga mencanangkan SDB sebagai tarian pergaulan nasional dan menjadi bahan ajar di sekolah-sekolah. Kini, nama Sauti diabadikan di Museum daerah Deli Serdang dalam galeri khusus. Pada peresmian museum 8 September 2018 oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI Muhadjir Effendy, beserta Gubernur Sumut Edy Rahmayadi, dan Bupati Deli Serdang Ashari Tambunan ini juga turut mengundang keluarga keturunan Guru Sauti sebagai bentuk penghargaan terhadap jasa-jasanya. Dalam berbagai sumber, SDB ada-

lah tarian Melayu yang berasal dari Deli Serdang. Namun, ada juga yang mengatakan dari Perbaungan (wilayah Kabupaten Serdang Bedagai), dan ada juga yang mengatakan dari Pantai Cermin. “Dulu wilayah Serdang Bedagai itu masih satu dengan Deli Serdang. Tapi, keluarga Sauti juga sudah menyerahkan dan mengatakan kepada bupati bahwa SDB milik Deli Serdang. Jadi, SDB berasal dari Deli Serdang bukan milik Serdang Bedagai,” terang Rini Utami pemandu museum yang berlokasi tepat di seberang Kantor Bupati Deli Serdang itu. “Pada Senin, 27 April 2015 kami telah mendeklarasikan bahwa Perbaungan sebagai Kota SDB tepat di halaman (bekas) rumah Guru Sauti di samping Puskesmas Perbaungan. Dan 9 April ditetapkan sebagai Hari Tari SDB, ini merujuk pada 9 April 1938 pertama kalinya Guru Sauti menampilkan SDB di pergelaran musik Muziek en Toneel Vereniging Andalas di Medan,” kata Martin Juanda salah seorang deklarator dan pendiri Komunitas Perbaunganisme. Martin juga mengatakan, tidak ada orang yang bisa membantah kalau SDB berasal dari Perbaungan (salah satu kecamatan yang berada dalam wilayah administrasi Serdang Bedagai) sebab, memang di kota inilah Guru Sauti menumpahkan imajinasi dan proses penciptaan SDB. Ada sebagian memang yang mengatakan SDB berasal dari Pantai Cermin karena melihat kelahiran empunya SDB tersebut.

MAJALAH DINAMIKA | Edisi 49 | Maret 2019

15


EKSPRESI

Kebaikan Kecil Lewat sebuah Desain Reporter: Fatimah Lubis dan Mahmudi

S

aat ini pembahasan Revolusi Industri 4.0 sedang ramai dibicarakan. Kita dapat melihat sendiri perubahan besar-besaran yang terjadi di berbagai aspek lewat perpaduan teknologi. Termasuk dakwah, kini bidang desain grafis dapat dijadikan sebagai media untuk berdakwah. Bermula dari itu, kami tertarik untuk mengulik lebih dalam mengenai Berkah Stock yang katanya bisa dengan gratis mengambil templat yang disediakan tetapi hanya untuk keperluan tertentu saja. Bermodal nekat kami berangkat menuju alamat yang untuk pertamanya kami menginjakkan kaki di sini. Tentu saja, kami salah alamat dengan yang dimaksud narasumbernya. Lebih dari satu jam kami berjalan untuk dapat bertatap muka langsung dengannya. Namun, amanah untuk mengulik tentang Berkah Stock menjadi penguat tersendiri bagi kaki yang teramat letih. Berkah Studio lahir sebagai situs penyedia templat desain yang bebas digunakan untuk keperluan dakwah. Eri Prihananto yang saat ini berprofesi sebagai freelancer di bidang desain grafis berencana untuk membuat situs serupa seperti Shutterstock tapi dengan konten bertema islami. Nama “Berkah” dipilih sebagai brand dari Berkah Studio, dengan berbagai program turunannya seperti Berkah Stock, Berkah Icon, dan Berkah Ilustrasi.

16

MAJALAH DINAMIKA | Edisi 49 | Maret 2019

Untuk mengerjakan seluruh desainnya, Eri tidak sendirian. Oleh karena itu Eri merekrut tiga orang dari berbagai daerah dengan cara kerja remote. Ia sering mengatakan kalau mereka adalah tim, yang berasal dari Medan, Surabaya, dan Yogyakarta. Senin hingga Kamis seluruh tim mengerjakan job-nya masing-masing. Pada hari Jumat mereka mulai menyiapkan stok desain dan akan diunggah Sabtu pagi. Di setiap Sabtu mereka khusus mengerjakan desain yang akan dimasukkan ke blog Berkahstock.com, ini gratis bagi siapa pun untuk mengunduhnya terutama untuk keperluan dakwah Islam. Selain itu, siapa pun dapat mendonasikan desainnya. Semua produk di Berkah Studio gratis digunakan oleh siapa pun untuk tujuan berdakwah. “Kita kan berdakwah tidak harus di atas mimbar, tapi dengan apa saja yang kita bisa. Karena aku bisanya desain, ya desain. Kita kan tujuannya bukan untuk cari popularitas, cari uang, jadi siapa saja bebas pakai tidak perlu cantumin sumber,” ucap laki-laki lulusan STMIK AMIKOM itu. Menurutnya, beberapa poster tablig akbar di Medan masih terlihat serampangan dan asal jadi. Hal itu yang semakin memotivasi Eri untuk membantu mereka yang ingin berdakwah. “Pernah kejadian waktu itu ada syekh datang dadakan ke Medan. Pas aku lihat posternya dari pesan broadcast, kok begini, ya. Serampangan asal tempel gitu. Akhirnya aku buatin

desainnya kemudian mereka cukup download dan ganti tulisannya aja,” tambahnya. Ia lebih suka menyebut Berkah Stock ini dengan sebutan proyek akhirat, walaupun masih dalam skala yang kecil tapi Eri berniat untuk lebih mengembangkan proyek akhiratnya ini, “Setiap hari kita bekerja, setidaknya dari keahlian kita bekerja bisa menghasilkan kebaikan walaupun itu kecil, seperti templat ini jika digunakan untuk berdakwah maka sedikit banyaknya kita juga akan mendapat pahala, dan juga dari orang yang membaca info dari templat yang saya buat dan dia datang ke pengajian itu. Ini seperti proyek akhirat bagi saya dan saya lebih suka menyebutya begitu,” ungkapnya Eri mengaku sudah gemar menggambar juga karena ayahnya seorang pelukis. Sejak kecil ia sudah memiliki hobi yang sama dengan ayahnya. Bahkan ia bermimpi ingin menjadi seorang seniman. “Ketika mau kuliah, saya mendaftar jurusan seni rupa terapan tapi tidak lulus, padahal itu mimpi saya sejak kecil,” ucap pria asal Yogyakarta ini. Jam kerja yang fleksibel dan bisa dilakukan di rumah bukan berarti tak memiliki hambatan. Kadang koneksi yang lambat dan listrik padam sangat mengganggu jenis pekerjaan dengan cara remote ini. Belum lagi tenggang waktu yang semakin dekat dan klien sudah meminta produk yang diinginkan. Founder Berkah Studio ini berharap ke depannya bisa memiliki situs yang lebih profesional lagi layaknya Shutterstock. “Harapannya websitenya bisa lebih stabil karena ini masih berbasis blog. Biar bisa lebih profesional lagi. Nanti kontributor bisa daftar akun di situ, punya portofolio sendiri dan bisa lihat berapa yang men-download desainnya,“ harapnya. Ia berpesan agar selalu berbuat kebaikan dimulai dari yang kita bisa, walaupun itu hal yang sederhana, “Lakukanlah kebaikan walaupun itu kecil, karena Allah Maha Teliti tidak akan melewatkan kebaikan sekecil apapa pun dan semua yang kita lalukan itu pasti ada balasannya,” tutupnya.


BUDAYA

RUMAH BATIK AZ ZAHRA, BATIKNYA MEDAN Reporter: Anisa Rizwani, Afifah Lania, dan Alfi Syahrin

P

ukul empat sore kami tiba di Rumah Batik Medan Az Zahra. Sekilas, rumah penghasil batik di Kelurahan Mabar Medan Deli, tepatnya di Jl. Rumah Potong Hewan Lorong Purnawirawan No. 60 ini mirip rumah warga pada umumnya namun, ada plang bertuliskan “Rumah Batik Medan Az Zahra”. “Kita sudah buka sejak empat tahun lalu, tapi waktu itu bukan seperti kami-kami ini yang mengerjakan mbok-mbok, orang-orang tua di sekitar sini,” kata Dilla pekerja yang bertugas menangani pemesanan batik itu. Abdullah, seorang pekerja yang bertugas mengecap batik menerangkan, jenis batik yang diproduksi adalah batik cap. “Proses awalnya itu pengecapan. Kain yang mau dibatik, kita cap pakai cetakan dari lempengan tembaga. Cetakannya kita pesan langsung dari Jawa,” terangnya­­­­­­­­­. Ikon-ikon Kota Medan seperti Masjid Raya, Istana Maimun, Tjong A Fie, PDAM Tirta Nadi, Balai Kota, Becak, Rumah Adat Mandailing, Payung Melayu, Tapak Sulaiman Karo, Bunga Kol, dan segala hal yang menjadi khas Sumatra Utara, di Medan khususnya menjadi motif batik capnya. Herleni, S.Pd.I sebagai pendiri Rumah Batik Az Zahra sengaja memilih moti-motif tersebut untuk membedakan motif batik produksi tempat lain. “Biasanya kita pakai kain dobi dan katun. Nah, bawahnya ini kita kasih

busa basah, supaya cetakan yang berisi cairan lilin nggak lengket sama kainnya,” jelas Abdullah sambil mempraktikkan cara mengecap selembar kain dobi dengan motif bunga. Kain yang sudah diberi motif, proses selanjutnya adalah colet. Mencolet merupakan proses mewarnai bagian motif yang sudah dicap. Selesainya, warna pada motif dikunci dengan bahan yang disebut water glass. Fungsinya agar warna pada motif tahan lama dan tidak bercampur dengan keseluruhan warna kain. Motif yang warnanya sudah dikunci kembali dioleskan cairan lilin. Uniknya jika kita biasa melihat orang yang membatik pasti menggunakan canting, di sini cairan lilin dioleskan dengan kuas agar menghemat waktu produksi. Herleni awalnya mempekerjakan para lansia yang masih ingin produktif. “Saya melihat lansia yang masih ingin produktif itu terabaikan. Sementara mereka juga butuh uang. Karena itulah saya ingin membantu mereka. Sekarang, bukan hanya lansia yang bekerja, anak-anak putus sekolah, dan ibu-ibu yang merasa penghasilan suaminya masih di bawah rata-rata, juga boleh bekerja,” tutur Herleni via WhatsApp, karena saat itu ia tak berada di rumah batik. Balik ke proses membatik, tahapan terakhir adalah melorot (mensorder) dan pewarnaan. Saat proses melorot, kain akan disorder dari bagian yang kotor karena bekas cat atau disorder

Fotografer : Hafiz Hasan Noor

dari bekas penembokan. Untuk pewarnaan, kain akan direndam menggunakan air yang sudah dicampur bahan garam naptol, tro, dan rinso. Tujuannya agar pewarna tekstil menempel sempurna pada kain. Produk kain batik Medan Az Zahra bisa berupa bakal kain dan pakaian jadi yang berwarna cerah. Untuk harga bakal kain batik berbahan katun biasa dibandrol sekitar Rp140150 ribu per meter. Dan bakal kain baik berbahan dobi dibandrol sekitar Rp150-160 per meter. Produk batik ini selain dipasarkan ke toko kain atau melalui pesanan, juga dipamerkan melalui festival-festival kebudayaan. “Kita sudah pernah ikut pameran di luar kota seperti Bandung, Yogyakarta, Surabaya, Malang. Kalau ke luar negeri kita pernah pameran di Penang, Malaysia. Alhamdulillah, kita bisa mengembangkan budaya batik Medan dan memperkenalkannya,” kata Dilla menutup penjelasannya kepada kami. Kini terbukti Rumah Batik Medan Az Zahra telah menambah daftar kebudayaan yang dimiliki Kota Medan. Meski Medan kental dengan etnis Batak dan Melayu yang memiliki kain khas berupa ulos dan songket, Medan juga teryata memiliki kain batik dengan motif yang khas Medan punya sendiri seperti yang diproduksi rumah batik ini.

MAJALAH DINAMIKA | Edisi 49 | Maret 2019

17


LEZAT

Menikmati Lezatnya Sajian Kepiting Tulang Lunak Reporter: Muhammad Taufiqurahman, Diana Aliya, dan Nurhalimah Syafira

Fotografer : Putri Chairunnisa

D

unia kuliner saat ini begitu banyak jenisnya, mulai dari kuliner tradisional sampai dengan kuliner internasional. Kota Medan yang merupakan salah satu kota metropolitan di Indonesia juga mengalami perkembangan pesat dalam pengembangan dunia kuliner. Banyak sajian makanan di pinggir jalan sampai restoran yang berusaha memberikan cita rasa terbaiknya. Bicara soal varian kuliner yang unik, belakangan ini sajian kepiting menjadi suatu bahan masakan yang banyak dikembangkan dalam dunia kuliner. Kepiting menjadi sajian yang tak kalah populernya dengan ayam atau sapi. Uca Uca Asia, menyajikan seluruh sajian yang memang memiliki bahan dasar kepiting. Bukan kepiting biasa, yaitu kepiting tulang lunak. Akan tetapi, untuk menemukan

18

MAJALAH DINAMIKA | Edisi 49 | Maret 2019

olahan kepiting dengan cita rasa yang patut diacungi jempol ini masih sulit dicari di sekitaran Medan. Hal inilah yang mendasari kami untuk mencari restoran atau gerai yang mampu menyajikan berbagai macam hal yang berbau kepiting dengan kelezatan dan terjangkau di kantong untuk harganya. Sampailah kami menemukan sebuah gerai yang terletak di kawasan Megapark, yang bernama Uca Uca Asia. Namun, rencananya, Uca Uca Asia akan segera pindah ke Sidomulyo Residence. Membahas lebih dalam lagi, Uca Uca Asia sendiri mengaku menjadi gerai kuliner pertama dan satu-satunya di Medan yang menyajikan berbagai menu kepiting tulang lunak. Berbagai menu yang bisa ditemukan di gerai kuliner yang baru berusia

enam bulan ini di antaranya ialah, Uca Ball, Uca Crispy, Uca Pop Chesse dan masih ada beberapa lagi yang semuanya diolah dengan bahan dasar kepiting tulang lunak. Pertahankan Cita Rasa Uca Uca Asia berusaha keras sebelum berani membuka gerai kuliner. Bahkan usaha yang dibangun dari dasar pertemanan ini, sampai menghabiskan kurang lebih 20 kilogram kepiting tulang lunak agar berhasil meracik menu yang hingga saat ini, hanya owner-nya yang bisa memasaknya serta mengolah kepiting tulang lunak tersebut. Susan, owner Uca Uca Asia menjelaskan, mengolah kepiting tulang lunak itu tidaklah mudah. Beliau juga memaparkan sempat mempekerjakan orang untuk memasak di Uca Uca Asia namun, tak pernah berhasil.


LEZAT

suai dengan namanya, rasanya juga crunchy dan membuat ingin terus menikmatinya.

Fotografer : Putri Chairunnisa

Pendapat Pelanggan Yusra Aqil dan Hakim Rossi, Mahasiswa Fakultas Kedokteran USU mengaku tidak menyesal merogoh kocek mereka untuk membeli Uca Uca. Menu Uca Uca yang mereka beli adalah Uca Ball. “Ini baru pertama kali makan dan bukan penikmat kepiting, tapi rasanya enak sesuai dengan harganya,” kata Yusra Aqil. Hakim Rossi sendiri mengatakan Uca Uca memang beda dari sajian olahan kepiting pada umumnya. “Kalau kepiting saya pernah makan, tapi olahan kepiting yang disajikan dengan Thai Sauce sangat beda rasanya, benar-benar nikmat,” ujarnya sambil mengajukan jempol.

Fotografer : Putri Chairunnisa

Susan juga mengatakan cita rasa ini akan terus dikembangkan, Uca Uca Asia tidak akan membiarkan pelanggan yang membeli merasa sia-sia telah mengeluarkan uang, maka dari itu bahan kepiting yang segar, bumbu masakan yang orisinal serta premium menjadi bakal bahwa Uca Uca Asia punya prospek besar untuk perkembangan kuliner kepiting tulang lunak. Bicara Soal Rasa Segala hal yang dituturkan oleh owner tersebut memang nyata adanya, ketika kami menyantap menu yang disajikan. Menu Uca Crispy yang dihidangkan dalam keadaan hangat memang benar-benar renyah

di mulut, seluruh bagian kepiting tulang lunak itu bisa dimakan. Ada juga menu Uca Ball yang bentuknya memang seperti bola dengan isian kepiting tulang lunak, dan sayuran. Bentuknya yang cantik serta lezatnya rasa saat masuk ke mulut, membuat ketagihan dan ingin memakannya lagi. Ada juga menu Uca Pop Cheese yang dihidangkan dengan siraman Thai Sauce yang lumer di mulut dengan campuran kepiting dan keju dalam menunya. Satu lagi ada menu Uca Crunchy yang dikemas seperti keripik yang juga berbahan dasar kepiting dan se-

Jam Kerja dan Harga yang Ditawarkan Uca Uca Asia sendiri beroperasi mulai pukul 18.00-22.00 WIB. Dan untuk harga yang ditawarkan juga membuat kami cukup terkejut. Sajian yang berbahan dasar kepiting biasanya bisa mencapai harga Rp50 ribu lebih namun, di Uca Uca Asia harga yang ditawarkan benar-benar pas di kantong mahasiswa yaitu kisaran Rp15-45 ribu saja. Untuk info atau promo yang ingin Anda lihat langsung melalui akun Instagram mereka @ucauca.asia. Uca Uca Asia juga bekerja sama dengan Go Food dan kalau membeli menggunakan Ovo Card akan mendapatkan potongan 10%.

MAJALAH DINAMIKA | Edisi 49 | Maret 2019

19


20

MAJALAH DINAMIKA | Edisi 49 | Maret 2019


Refleksi 14 Tahun Tsunami Aceh;

Bangun Bersama, Siaga Utama Fotografer : Fakhrurrazi

T

epatnya 14 tahun silam, pada 26 Desember 2004, Aceh dilanda gempa 9,3 skala richter yang disusul Tsunami. Bencana tersebut menelan ratusan ribu korban jiwa dan merusak sebagian besar kota yang berada di tepi pantai Provinsi Aceh. Peringatan akan bencana tersebut dilakukan setiap tahunnya berlandaskan empat tujuan yaitu: refleksi, apresiasi, mitigasi, dan promosi. Bencana itu menyadarkan kita bahwa betapa kecilnya kita di hadapan Allah subhanahu wa taala. Tsunami Aceh menjadi pengingat bagi manusia untuk terus mendekatkan diri kepada Allah subhanahu wa taala dan sebagai introspeksi diri. Setiap kejadian bencana pasti ada hikmah yang kita ambil untuk perbaikan pada masa depan.

MAJALAH DINAMIKA | Edisi 49 | Maret 2019

21


Perjalanan Menjajaki Negeri Program Pelatihan Jurnalistik Tingkat Lanjut Nasional (PJTLN) sepanjang tahun 2018 berlangsung di beberapa daerah di Indonesia. LPM Dinamika melalui kru yang diutus untuk mengikuti program tersebut menuliskan pengalaman berdasarkan perjalanan masing-masing dan dimuat dalam satu bahasan. Melalui catatan, Kru Dinamika menjajaki pesona masing-masing tujuan pelatihan yang mereka ikuti seperti, Catatan Enam Jam di atas Speedboat di Kota Palembang, Sampoiniet, the Place of Elephant Conservation di Banda Aceh, Menambah Ilmu Jurnalistik dari Almamater di Parapat, Simalungun dan Menapaki Kepingan Surga di Danau Toba di Berastagi. Tulisan yang disajikan dalam bentuk feature perjalanan singkat ini mungkin menjadi referensi perjalanan Anda. Selamat membaca!

Catatan Enam Jam di atas Speedboat indah, tetapi kaya akan sejarah, terlihat dari kepanjangan namanya. Jembatan Penulis: Kurniawan

S

pontan kami para peserta saling memandang satu sama lain, seketika semuanya tersenyum, dalam hati cemas dan ragu. Tanpa diundang, bayangan kedua orang tua di kampung tiba-tiba hadir saat itu. Belum lagi masyarakat yang primitif, menjadi tantangan selanjutnya bagi kami, peserta pelatihan dan peliputan jurnalis mahasiswa se-Indonesia (PPJMI) 2018 LPM Ukhuwah, Palembang. Sulit dituliskan dengan kata-kata, indahnya Palembang yang kami saksikan pagi itu, kota tertua di Nusantara. Berbagai aktivitas masyarakat terlihat di sekitar Jembatan Amanat Penderitaan Rakyat (Ampera). Dari jauh kami melihat pedagang sedang tawar-menawar dengan pembelinya, para pekerja naik-turun membongkar barang dari atas kapal, ada juga yang bersantai, ngopi sambil membaca koran, terlihat beberapa piring pempek (makanan khas Palembang) bersusun di atas meja, siap dihabisi. Melihat keindahan Jembatan Ampera dengan mata telanjang ialah hal paling berkesan dan takkan kami lupakan seumur hidup. Jika sebelumnya hanya lewat layar kaca, atau internet, tetapi pagi ini warna merah Ampera seperti menyatu dengan mata kami yang menyala. Hanya beberapa meter dari tempat kapal kami berlabuh. Ampera yang dibangun pada 1957 ini bukan hanya

22

MAJALAH DINAMIKA | Edisi 49 | Maret 2019

yang dahulu bernama “Bung Karno� ini pun menjadi ikon Palembang hingga kini. Puluhan kali jepret rasanya masih kurang puas, ingin sekali berfoto dari segala sisi Ampera, mengabadikan momen yang belum pernah itu.

“Cepat, cepat! Nanti ombak keburu tinggi,� teriak sopir speadboat, yang akan memandu kami menuju Dusun Sei Sembilang (lokasi reportase lapangan). Seruan itu menyadarkan kami dari hipnotis indahnya Ampera, tak lama kemudian kami sudah tersusun rapi di atas speed. Saya langsung memimpin doa untuk keselamatan dan keberkahan kegiatan kami, mengingat sudah banyak kecelakaan di sungai Musi. Kebanyakan kapal karam dihempas ombak atau sebab lainnya. Dan saat ini hanya sungailah satu-satunya jalur menuju Sei Sembilang. Kami pun bertolak memulai perjalanan panjang sekitar enam jam dari Palembang sampai ke tujuan. Suasana tidak tenang di dalam kapal kami rasakan, hantaman ombak dan angin yang kencang rasanya seperti menunggang kuda. Dig, dag, dug, dug, dug, serrr, serrr, suara ombak menghantam bagian bawah kapal yang kami naiki. Ya, seperti di atas kuda. Awalnya terasa sangat sakit, sekitar 30 menit perjalanan kami pun mulai terbiasa. Meskipun sesekali tetap terasa sakit.

Musi, tonggak sejarah Sumatera Selatan sampai saat ini memang masih menjadi urat nadi bagi sebagian masyarakat Palembang. Terlihat di seberang hilir, terdapat pasar yang ramai dan sesak. Puluhan kapal terlihat bertengger di tepi sungai, menunggu barang dan penumpang untuk diangkut. Para pedagang apung kaki lima juga terlihat sibuk meladeni pembeli minyak. Ketek (kapal bermesin ukuran kecil) juga mondar mandir dari hulu menuju hilir, atau sebaliknya. Tak jauh meninggalkan lokasi pasar menuju Taman Nasional Sembilang, kita akan menyaksikan pabrik-pabrik industri yang cukup besar di pinggiran sungai, seperti pabrik pupuk, karet, minyak, dan lainnya. Kami juga mendapati kapal-kapal besar di sana, ada yang terparkir dengan jangkar dan tali besi berukuran besar, ada juga kapal yang beraktivitas menimbulkan ombak yang tinggi. Di samping itu, terlihat juga para nelayan yang sedang mencari ikan dan Musi memang menjadi andalan bagi tiap kalangan. Singkat cerita, sampailah kami ke tujuan. Dari jauh terlihat sebuah pemukiman yang berada di pinggir pantai, bahkan sebagian rumah benar-benar berada di atas air laut, pemukiman itu ialah Sei Sembilang. Menurut penuturan panitia, kami akan tinggal di dusun ini selama dua hari semalam. Waktu yang sangat singkat untuk mengabadikan keindahan Taman Nasional Sembilang serta seluruh isi yang terdapat


CATATAN PERJALANAN

di dalamnya. Kami benar-benar merasakan suasana tanpa jaringan selama berada di sana. “Jangan begadang, besok kita akan mulai petualangan di Taman Nasional Sembilang,� ujar salah satu panitia, saat melihat kami tertawa ria di teras rumah, ditemani ombak laut malam itu

Sampoiniet, The Place of Elephant Conservation Penulis: Ibrahim dan Muh. Fathoni

P

ada pelatihan jurnalistik tingkat lanjut nasional (PJTLN) di UKM Pers DETak Universitas Syiah Kuala, Aceh, Sapto Aji Prabowo dari Tim Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) memaparkan kepada kami (29 orang pers mahasiswa se-Indonesia), tentang rusaknya habitat gajah di Aceh dan sekitarnya akibat perang konflik dengan manusia. Dari paparan itu, Sapto meminta kami mampu menjadi wartawan kampus yang dapat menghilangkan konflik tersebut lewat berita yang berimbang. Beberapa jam setelah itu, di lokasi berbeda Rivo Pahlevi Akbarsyah, sang reporter di salah satu stasiun televisi swasta Indonesia kemudian mengajarkan kepada kami beberapa trik take and shoot liputan jurnalistik, yang juga menjadikan gajah sebagai angle utama. Materi itu kemudian menjadi bekal kami sebelum berangkat ke Desa Gampong Ie Jeureuneh, Kecamatan Sampoiniet, Kabupaten Aceh Jaya. Desa Gampong Ie Jeureuneh merupakan salah satu desa di Kabupaten Aceh Jaya yang menjadi tempat upaya penyelamatan habitat gajah. Di sanalah berdiri Conservation Respons Unit (CRU), yang dicetus oleh sejumlah pihak seperti Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Aceh, Dinas Kehutanan Provinsi Aceh, dibantu Fauna dan Flora International (FFI) Program Aceh untuk memelihara gajah dari ke-

punahan. Orang-orang di sana menyebutnya CRU Sampoiniet. Jarak tempuh yang dilalui ke area itu sekitar tiga jam dengan kenderaan roda empat, atau sejauh 117 kilometer dari pusat kota Banda Aceh. Perjalanan menuju CRU Sampoiniet kami mulai pada pagi, 8 November lalu. Dengan bekal materi jurnalistik dan persediaan yang cukup, kami dengan kompak melewati berbagai jalur pendakian untuk menerapkan reportase lapangan. Hutan lebat, jalan berkelok, serta kondisi perbukitan yang menantang harus kami lalui demi melihat rupa habitat gajah di Aceh Jaya. Namun sebelum sampai ke sana, kami justru disuguhkan dengan beragam panorama alam yang asri dan indah selama perjalanan. Pantai Aceh Jaya sangat elok. Bebatuannya duduk gagah menghadap laut lepas. Di pinggirannya berdiri tembok-tembok berliku yang menjadi jalur setiap pengembara melakukan perjalanan. Ditambah indah biru lautan dan hijau dedaunan serta fasilitas peristirahatan yang disediakan di pinggir jalan, membuat Aceh Jaya menjadi objek wisata yang tak kalah pesona. Sayangnya, surga alam itu tak seindah kondisi habitat gajah di CRU Sampoiniet. Saat kami tiba di sana, hanya ada empat ekor gajah, mereka mesti dilindungi. Gajah-gajah itu bernama Isabella, Aziz, Jojo, dan Winggo. Keempatnya berada dalam satu lahan dikelilingi pagar-pagar kawat. Dalam lahan itu mereka berdiri gagah, menggoyangkan badan ke kiri juga ke kanan, beriang-riang, mata dan telinga mereka merespons baik kedatangan kami. Issabela, Aziz, Jojo, dan Winggo sangat memahami usaha kami membangun interaksi. Belalai mereka melambai-lambai sebagai simbol keramahan, mungkin meminta jangan pernah dimusnahkan. Gading mereka melengkung indah sebagai tanda ketegasan, mungkin meminta jangan pernah dipatahkan. Pun dengan tubuh kekarnya, berdiri kuat sebagai lambang kesabaran, mungkin meminta jangan pernah diruntuhkan. Hingga di bawah langit sore, kami bersama para mahout (pemandu gajah) memandikan belalai, gading, dan tubuh mereka, mungkin sebagai tanda persahabatan.

Menambah Ilmu Jurnalistik dari Almamater Penulis: Miranda Lianti dan Syafrita

P

JTLN Almamater LPM Teropong 2018 telah meluluskan Miranda dan Syafrita. Almamater yang kepanjangannya Ajang Pelatihan Pers Mahasiswa Teropong. Tak tangggung-tanggung panitia Almamater mengangkat tema yang sesuai dengan kebutuhan para pers mahasiswa di era Milenial sekarang ini, ada pun tema yang mereka angkat mengenai Perwajahan Media Online di Indonesia.

Pada saat pembukaan, kami mengikuti seminar nasional bersama mahasiswa se-Kota Medan dan para petinggi kampus UMSU yang menghadirkan Wan Aniska sebagai narasumber. Banyak pengalaman terkait live report yang ia bagikan kepada kami khusunya pers mahasiswa. Ia juga menjelaskan ketika seorang reporter melakukan live report banyak tantangan yang harus siap dihadapi, tantangan terbesarnya yaitu grogi. Kita bisa melawan rasa grogi kita itu dengan sering berlatih dan langsung turun ke lapangan untuk liputan, katanya sebelum menutup seminar itu. Selanjutnya di hari kedua kegiatan Almamater, kami melanjutkan materi yang telah tertera di rundown panitia sebelumnya, kali ini kami akan membahas mengenai Public Speaking dan Pentingnya Pem-packing-nya berita yang dibawakan Leli Irawan sebagai Procedur INEWS TV Medan, ia mengajarkan pada kami bagaimana mengatur pola suara, mimik, dan postur tubuh saat melakukan live report. Sedangkan pentingnya packaging berita dibawakan oleh Pemimpin Redaksi IDN Times yang sangat terkenal di kalangan jurnalis yaitu Uni Lubis, ia menuturkan sebaiknya media pers saat ini mengubah packaging berita dengan format listical, karena milenial saat ini mengonsumsi informasi dalam waktu yang singkat.

MAJALAH DINAMIKA | Edisi 49 | Maret 2019

23


CATATAN PERJALANAN

Hari kedua telah berakhir, melanjut ke hari ketiga para peserta dan panitia sudah berada di luar kota yaitu Parapat di Mess Pemprovsu Harungguan Bolon. Pagi harinya sebelum melanjutkan pelatihan, peserta diajak mengelilingi Danau Toba. Dimulai dari melihat Batu Gantung dan sampai di tujuan kami yaitu Tomok. Di Tomok kami disuguhkan dengan pusat perbelanjaan yang sangat ramai dihiasi oleh-oleh khas Batak. Tak hanya itu kami juga diajak untuk melihat rumah khas suku Batak dan menari khas Batak yang disebut dengan Tor-tor. Tak mau sekadar melihat-lihat souvenir khas Batak itu, beberapa peserta pun membelinya sebagai kenang-kenangan atau pun untuk oleh-oleh nantinya. Ada yang membeli tas, gelang, ulos, dan lainnya. Saat siang hari, menandakan peserta harus kembali ke tempat pelatihan untuk melanjutkan materi. Memakai kapal yang diisi 30 orang itu tak membuat rombongan lama di jalan, sekitar sejam kapal sudah berlabuh di pelabuhan Parapat. Setelah zuhur, peserta pun melanjutkan pelatihan dengan materi Pengelolaan Website yang dibawakan oleh Kepala Bagian Pengembangan Aplikasi Bisnis PT. Info Media Digital (Tempo Media Group) yaitu Williem Rince. Williem menyebutkan baiknya di website setiap pers kampus itu dibuat konten-konten yang menarik contohnya seperti penambahan rubrik gim. Dilanjut dengan materi kedua mengenai Infografik yang dipaparkan oleh Yoseph. Yoseph menuturkan infografik adalah hal yang menarik untuk dijadikan konten berita karena banyak orang saat ini lebih menggunakan visualnya. Dan, di hari keempat yang merukan hari terakhir berkegiatan di Almamater Teropong, peserta dibawa berjalan-jalan ke tempat persinggahan Soekarno yang masih di Parapat. Siang harinya peserta nonton bareng sekaligus me-riview film tentang seorang penulis. Berlanjut ke malam terakhir di mes dengan perkenalan organisasi pers kampus dan juga perkenalan produk-produknya. Ada lima pers kampus yang memperkenalkan organisasinya yakni Obsesi Pers Porwokerto, Genta Andalas Padang, UKKPK UNP, Ahohe Aceh. Dinamika UIN SU dan Teropong UMSU.

24

MAJALAH DINAMIKA | Edisi 49 | Maret 2019

Menapaki Kepingan Surga di Danau Toba Penulis: Rizqi Ramadhan

M

encari ilmu adalah kewajiban bagi setiap muslim itulah pepatah bijak yang sering kudengar. Mencari ilmu bukan hanya di sekolah, pesantren, atau pun di perguruan tinggi, mencari ilmu bisa dilakukan di mana saja. Sama halnya hari ini aku harus bergegas menuntut ilmu menuju Universitas Sumatra Utara (USU), untuk mengikuti pelatihan jurnalistik tingkat lanjut nasional (PJTLN) Teras Horas, dengan tema “Jurnalisme Budaya� yang diadakan oleh Lembaga Pers Mahasiswa Pijar untuk yang pertama kalinya pada 16-22 Juni 2018. Diawali keterlambatan yang kualami, sehingga aku harus bergegas menuju tempat seminar nasional yang diadakan di Balai Pengembangan Pendidikan Anak Usia Dini dan Pendidikan Masyarakat (BP-PAUD DIKMAS) Medan. Seminar nasional ini diisi oleh Ika Natasya (penulis novel) serta Ivan Lanin, pendiri Wikimedia Indonesia. Sesampainya di sana aku bertemu dengan peserta lainya. kami berjumlah 28 orang yang berasal dari berbagai daerah di Indonesia. Ada yang dari Bali, Bandung, Surabaya, Makassar, Palembang, dan saya sendiri dari Medan. Setelah selesai menerima materi yang sangat bagus, pada sore harinya kami bersiap untuk berangkat menuju Berastagi, Kabupaten Karo, Sumatera Utara untuk melaksanakan PJTLN di Mess Pemprovsu. Beberapa teman baru pertama kali datang ke Medan. Mereka sangat antusias ketika diajak ke sana. Pemateri yang didatangkan sangat berkompeten di antaranya, Mateus Suwarsono (Budayawan Nasional), Gloria Fransisca (Jurnalis Bisnis Indonesia), Irfan Maulana (Aji Medan), dan Adam Aulia (Jurnalis Tirto.id).

Hubungan yang sudah terjalin di antara sesama peserta sudah sangat erat bahkan kami sudah menganggap semua peserta dan panitia adalah keluarga besar Persma se-Indonesia. Pada hari ketiga kami berkesempatan berkunjung ke Desa Dokkan, yang berada tidak jauh dari tempat kami pelatihan. Udara sejuk yang mengantarkan kami sampai ke Dokkan yang dijuluki sebagai desa budaya di Kecematan Berastagi, Kabupaten Karo, kedatangan kami disambut dengan tarian khas di sana, kami pun merasa terhormat. Kami mendapat banyak pelajaran seperti, masih terjaganya Rumah Lima Jabu (rumah adat), tari-tarian, makanannya, juga mengenang bagi kami, serta keunikan yang sangat membuat kami terkejut ternyata sebagian orang di sana dapat berbicara memakai bahasa asing seperti Inggris dan Mandarin. Setelah puas mengelilingi Desa Dokan yang dijadikan sebagai tempat reportase lapangan kami pun bergegas pulang untuk menampilkan budaya khas daerahnya masing-masing. Ketika waktunya tiba banyak pertunjukan budaya yang ditampilkan misalnya, dari Aceh menampilkan tari Saman, Kalimantan ada tarian khas suku Dayak, Padang ada tari Piring, Riau ada budaya berbalas pantun, Bandung menyanyikan lagu khas daerah, dan kami perwakilan dari Medan membawakan lagu hit yaitu Mardua Holong, semua peserta dan panitia merasakan kebahagiaan yang luar biasa. Aku sendiri sangat rindu momen itu bisa terulang lagi. Dan tepat pada pukul 02:00 WIB kami bergegas meninggalkan Mess Pemprovsu untuk melanjutkan perjalanan menuju Danau Toba dan Samosir untuk field trip. Kawan-kawanku yang baru pertama kali datang ke Toba sangat senang melihat pemandangan yang seperti kepingan surga dunia. Mereka terkesima dengan keelokan danau terbesar di Asia Tenggara ini. Dan ketika menyeberang danau, terpancar wajah-wajah gembira di sana. Sesampainya di Pulau Samosir kami diajak ke Makam Raja Batak, lalu menari dengan boneka Sigale-gale, sembari menari Tor-tor bersama, dan bagian yang paling penting adalah belanja oleh-oleh khas Samosir.


REFLEKSI

Pesan Perdamaian bagi Kemaslahatan Umat Oleh: Dzulanda Shari Batubara

Ilustrasi: Ditanty Chica Novri “Tidak ada kebaikan pada kebanyakan bisikan-bisikan mereka, kecuali bisikanbisikan dari orang yang menyuruh (manusia) memberi sedekah atau berbuat makruf, atau mengadakan perdamaian di antara manusia. Dan barang siapa yang berbuat demikian karena mencari keridhoan Allah, maka kelak kami memberi kepadanya pahala yang besar” (QS. An Nisa: 114).

S

ungguh Allah Maha Penyayang lagi Maha Pemberi, apalagi jika kita mendamaikan manusia maka kita akan mendapatkan salah satu amal yang paling baik. Jika perselisihan adalah keburukan dan pertengkaran atau pertikaian adalah aib, maka perdamaian dan usaha mendamaikan adalah sebuah rahmat. Meski perbedaan pendapat pada manusia adalah hal yang telah digariskan kecuali orang-orang yang diberi rahmat oleh Allâh sebagaimana dalam firman-Nya: “Jikalau Rabbmu menghendaki , tentu Dia menjadikan manusia umat yang satu, tetapi mereka senantiasa berselisih pendapat. Kecuali orang-orang yang diberi rahmat oleh Rabbmu. Dan untuk itulah Allah menciptakan mereka. Kalimat Rabbmu (keputusan-Nya) telah ditetapkan; sesungguhnya Aku akan memenuhi neraka Jahannam dengan jin dan manusia (yang durhaka) semuanya”. (QS. Hud: 118-119) Menilik Kisah Aisyah radhiallahu‘anha bahwa Aisyah dikatakan beliau pernah bernazar untuk mendiamkan keponakannya. Ibnu Az Zu-

bair, putra dari kakak Aisyah radhiallahu‘anha yang bernama Asma’ binti Abu Bakar. Hal itu bermula karena Ibnu Az Zahra menolak pemberian dari Aisyah radhiallahu‘anha yang terlalu banyak. Bahkan ia berkata akan melarang Aisyah radhiallahu‘anha jika melakukan lagi. Jelas kata-kata itu membuat Aisyah radhiallahu‘anh tersinggung sebagai bibinya. Namun, sayangnya berita itu datang dari tukang fitnah dan mengadu domba mereka juga menyebabkan putusnya tali silaturahmi. Padahal pemutusan silaturahmi tidak diperbolehkan apalagi dengan kerabat, sebagaimana Nabi Muhammad Saw bersabda: “Sesungguhnya tidak halal bagi seorang Mukmin untuk membiarkan saudaranya lebih dari tiga malam”. (HR. Muttafaqalaih) Ibnu Az Zubair dan para sahabatpun mengatur siasat agar Aisyah radhiallahu‘anha mau bertemu dan memaafkan. Adapun siasat mereka yaitu dengan bertamu ke rumah

Aisyah radhiallahu‘anha dengan membawa Ibnu Az Zubair tanpa menyebutkan namanya. Ketika Aisyah radhiallahu‘anha mempersilakan mereka masuk, Ibnu Az Zubair memasuki tempat yang dibatasi oleh hijab (pembatas) antara Aisyah radhiallahu‘anha dengan orang lain. Ibnu Az Zubair pun menelungkup, menangis, mencium serta memperingatkan bahwa pemutusan tali silaturahmi tidak diperbolehkan. Akhirnya Aisyah radhiallahu‘anha pun menerima permintaan maafnya dan menangis. Setiap kali teringat akan nazar yang dilanggarnya ini beliau menangis walaupun sudah membebaskan 40 sahaya demi nazar ini. Sebagaimana dalam sebuah hadis yang berbunyi, “Barang siapa yang bersumpah dengan suatu sumpah kemudian ia melihat ada yang lebih baik dari sumpah tersebut, hendaknya ia membayar kafarat atas sumpahnya dan melaksanakan apa yang lebih baik darinya". (H.R Ahmad dan Muslim) Hal ini dilakukan Aisyah radhiallahu‘anha semata-mata agar terlepas dari azab Allah serta membebaskan dirinya dari api neraka. Dalam Islam kita diperbolehkan bersiasat jika tidak sampai kepada sesuatu yang diharamkan. Seperti pada kisah Aisyah radhiallahu‘anha di atas yang diriwayatkan oleh Auf bin Malik bin Ath-Thufail beliau disiasati oleh para sahabat yang menemuinya, di mana bersama mereka ada Ibnu bin Az Zubair. Dalam hal ini, selaku manusia kita harus saling mengingatkan, memaafkan, menyayangi dan melembutkan hati. Karena, setiap kali hati kita merasa dekat dengan akhirat, maka hati akan lebih khusyuk, akan lebih tersentuh sehingga menangis pada salat malam, dan selalu mencoba berlindung kepada Allah. Namun sebaliknya, jika hati keras bagai batu maka, nasihat-nasihat hanya akan lewat begitu saja seperti lewatnya air di atas daun talas yang tidak mendatangkan manfaat sama sekali.

MAJALAH DINAMIKA | Edisi 49 | Maret 2019

25


26

MAJALAH DINAMIKA | Edisi 49 | Maret 2019


INSPIRASI

mengulik kesuksesan wirausahawan

followers. Jika yang belanja 100 orang per harinya kan sudah banyak,� jelas Molen melalui pesan WhatsApp.

Penulis: Asri Alviana dan Rizki Audina

Pada akhir sesi ceritanya, Molen memberikan kiat-kiat dalam berwirausaha untuk orang yang masih merintis.

S

aat ini dunia wirausaha mulai banyak digeluti oleh berbagai kalangan, mulai dari masyarakat biasa, pekerja keras, hingga mahasiswa. Sebagian besar orang-orang menjadikan wirausaha sebagai sumber mata pencaharian utama, namun sebagian lain menjadikannya sebagai usaha sampingan sebagai tambahan uang saku. Dalam kehidupan sehari-hari, banyak kita temui pengusaha-pengusaha di berbagai bidang yang kian sukses membesarkan bisnisnya. Tentunya kesuksesan tersebut tak didapatkan dengan mudah atau instan namun, harus melalui berbagai rintangan dan jerih payah yang dirintis dari nol. Dan semua itu tidak selalu untung, terkadang juga akan mengalami buntung (rugi). Kisah di balik kesuksesan para wirausahawan sangatlah menarik untuk diulik agar menjadi inspirasi bagi orang lain untuk mulai menggeluti bidang usaha. Seperti salah satu usaha online yang ditekuni oleh Maulana Muhammad Hasan, owner dari Omline Tanah Abang Collection ini memulai bisnisnya dari titik paling bawah. Siapa sangka bahwa usaha dengan omset yang besar ini cukup terkenal di tengah masyarakat Jakarta. Berbeda dengan orang-orang lainnya, motivasi awal Maulana Muhammad Hasan yang akrab disapa Molen ini adalah orang tuanya. Mereka lebih menyukai jika ia menjadi pengusaha daripada menjadi karyawan. Hal itulah yang mendorongnya untuk memulai berwirausaha. Molen percaya,

perkataan orang tua itu benar sebab, orang tua lebih tahu bagaimana kondisi dan track record anaknya. Selain itu sosok yang menjadi inspirasinya dalam berbisnis adalah Jack Ma, CEO AliBaba yang kesuksesannya telah mendunia. Sering dihampiri oleh kegagalan, tak membuat Molen menyerah begitu saja. Ia terus mencoba melakukan yang ia bisa, sekali pun harus menjadi penonton bayaran. Kondisi keuangan yang kian hari kian menipis, memaksa Molen berpikir keras mencari ide mengenai usaha apa yang cocok untuk dilakoninya. Hingga akhirnya, munculah ide untuk membuka usaha online. Usaha yang saat ini sangat digandrungi oleh khalayak ramai, akibat dari kecanggihan teknologi yang semakin pesat. Dalam perjalanannya, Molen membuktikan, bahwa niat yang baik selalu diberi jalan oleh sang kuasa. Meskipun jalannya tidak selalu mulus. Memulai bisnis online membuatnya belajar banyak hal, mulai dari beradaptasi dengan lingkungan baru, hingga memperbaiki cara berkomunikasi agar dia dapat dipercaya oleh bos-bos konveksi yang akan diajak bekerja sama. Menurutnya, kepercayaan itu sangat penting untuk mendapatkan pelanggan dan hasil yang maksimal. “Ya intinya kepercayaan customer saja. Kalau orang sudah percaya, tentunya akan sulit berpaling. Seperti efek bola salju, semakin ke sini semakin banyak yang percaya, dan followers juga naik terus. Sekarang saja sudah 590.000

Pertama, pahami terlebih dahulu bahwa gagal itu adalah bagian dari kesuksesan. Tidak ada orang yang sukses tanpa kegagalan sebab, banyak kegagalan yang mengantarkan kesuksesan. Jadi, kegagalan itu bukan suatu hal yang selalu negatif. Gagal itu bisa jadi posistif kalau kita belajar dari kegagalan karena ada sesuatu yang bisa kita ambil. Ibarat ketika belajar naik sepeda, ya harus jatuh dulu. Pertanyaannya jatuh itu bagian dari kegagalan atau kesuksesan? Jadi tergantung mindset kita, ya. Kedua, disiplin dan komitmen. Tidak ada kesuksesan tanpa disiplin dan komitmen yang kuat, meskipun usaha maka harus benar-benar dijalankan dengan serius. Jangan sebentar-sebentar merasa lelah, malas, sibuk di sana-sini, sehingga usahanya tidak ada perkembangan. Ketiga, niat ikhtiar atau usaha kita harus menekankan bagaimana agar bermanfaat bagi orang banyak. Jadi, dalam melaksanakannya kita akan ikhlas dan senang melihat orang senang. Pada akhir pesannya, Molen mengatakan untuk mahasiswa agar mempelajari terlebih dahulu teori dalam berwirausaha. Kemudian sesekali mencoba praktiknya. Terserah ingin berwirausaha jenis apa, karena sejatinya mahasiswa belum bisa fokus, masih banyak yang harus dipikirkan, seperti tugas kuliah dan hal lainnya. Hingga kini usaha yang digeluti pemuda asal Kota Medan ini telah memiliki delapan orang admin yang siap siaga melayani para customer dari berbagai daerah, baik luar maupun dalam negeri.

MAJALAH DINAMIKA | Edisi 49 | Maret 2019

27


LET’S TALK

Digitalization vs Employment

By: Andika Ahmad Fauzi

T

echnology has made leaps and bounds in advancements in the workplace. It has developed beyond imagination, albeit scientifically explicable, and provided ease and comfort to people in their daily activities. Like a double edged sword, however, technology has brought misfortune to many in the workforce, evident in the recent mass layoffs in the telecommunication, tourism and hospitality, banking, media, toll road, manufacturing, construction, services and art sectors. There is no exact data on the number of jobs that have been lost as a result of mechanization, automation and now digitalization. The Central Statistics Agency (BPS) has found that working hours in the formal sector are decreasing and the number of informal jobs are increasing. According to the Central Statistics Agency (BPS) data, the creation of employment in formal economic activities during 2012-2014 averaged as many as 1 million people per year. In 2015-2017, job creation decreased by an average of 0.47 million people per year in informal economic activities in 2011-2014, on average there were 1 million increases in labor per year. In 2015-2017, the number of workers increased by an average of 1.5 million a year. This shows that the development on the digital economy has also given birth to informalization. This definition of informalization refers to the growth of income generation activities outside the formal institutional dimension. Informal workers are invol-

28

MAJALAH DINAMIKA | Edisi 49 | Maret 2019

Ilustrasi: Ditanty Chica Novri ved in production supply chains for established industries. On the other hand, the development of informal industries, such as small and medium enterprises, is a way to keep labor absorbed. So far, informalization of work is seen as a rescue mechanism to overcome the failure of the formal sector to absorb labor, which is able to be a solution to overcome unemployment. “By 2030, an estimated 90 million indonesians can become digital users by 2030. According to him, this amount is a great potential as a support for digital-based economic growth� said Rudiantara, Minister of Communication and Information, kominfo (4/3). According to him, the development of technology is currently one of the main determinants of economy growth. Technology can guarantee higher productivity, increased efficiency, safety and comfort. In addition to providing benefits, technological developments also have consequences for human life. Automation systems in technology can have adverse effects such as reducing workers, wasting skills, and saving wages. In fact, the world economic forum estimate that 5 million jobs will be lost by 2020 due to technological developments. In order to prevent these adverse effects, human resources in Indonesia need to be prepared to have education that are as relevant, and useful in the current digital era, for example by expanding business in the world of digital economy. To increase the knowledge from the digital revolution, the govern-

ment urgently has to upgrade the education system and revise the absolete 2003 Manpower Law to equip workers with the much needed knowledge and skills to take advantage of rapidly increasing IT-based job opportunities. Otherwhise, the income gap beetwen skilled and unskilled workers will widen, while the unemployment rate increases, and otThe writer is a student of UIN SU in Depaartment of Islamic Economic, at Faculty of Economic and Bussinies Islam.

Vocabulary Developed : Dikembangkan Decreasing : Menurun Increasing : Meningkat Involved in : Terlibat dalam Estimated : Diperkirakan Otherwhise : Jika tidak Provided ease : Memberi kemudahan Misfortune : Malapetaka/ kemalangan Comfort : Kenyamanan pekerja Saving wages : Menghemat anggaran Manpower Law : Undang-undang ketenagakerjaan Income gap : Kesenjangan pendapatan Rapidly increasing: Meningkat pesat Reducing worker: Mengurangi


SOSOK menjadi seorang teroris, ia memutuskan keluar dari jaringan kelompok teroris karena sadar tindakannya menyebabkan sesama umat Islam menderita. Uniknya, berulang kali Khairul menyebutkan bahwa kelompok teroris yang masuk penjara disebut iktikaf di jalan Allah. “Masuk DPU itu riyadah (tamasya), kalau sudah masuk penjara namanya iktikaf, dan jika kami ditembak artinya kami mati syahid,� tuturnya.

IKHTIAR SEORANG TERORIS Reporter: Isma Hidayati, Nur Hotma Tambak, dan Agung Prasetya

K

ebanyakan dari kita menganggap teroris itu membahayakan. Bahkan ketika ia tak lagi menjadi teroris, kita masih merasa was-was saat tak sengaja berpapasan dengannya. Sama halnya dengan kami, mata kami masih tetap awas memandang sekitar, pikiran kami kadang dipenuhi pemikiran aneh yang akan terjadi. Namun, semua berujung dengan raut haru dan perasaan lega, karena semua perspektif buruk dan menakutkan itu tak terjadi. Faktanya, banyak cerita menarik yang kami dapat dari seorang mantan teroris di Medan. Abu Yasin, yang akrab disapa dengan Ustaz Khairul Ghazali merupakan seorang mantan teroris. Ia lahir pada 29 April 1965. Bermula pada 1984 masa Presiden Soeharto, terjadi pemaksaan bahwa semua organisasi harus berasaskan Pancasila. Dari peristiwa tersebut banyak pemuda muslim termasuk Khairul memilih melakukan konfrontasi terhadap penguasa yang menetapkan aturan tersebut. Tepat saat peristiwa pembantaian umat Islam di Tanjung Periok pada 12 November 1984, ditambah peraturan yang sudah ditetapkan oleh presiden, akhirnya menimbulkan banyak pergolakan dari ormas Islam termasuk Muhammadiyah, Nahdatul Ulama, dipaksa untuk mengikuti aturan tersebut. Kemudian, Khairul memutuskan berangkat ke Malaysia untuk berkumpul dengan para tokoh Islam

yakni, Abdullah Sungkar, Abu Bakar Basyir, dan lainnya. Dan dari sinilah Abdullah Sungkar bersama Abu Bakar Basyir membangun sebuah pesantren yang bernama Pesantren Lukman Hakim di Johor pada tahun 1984. Dari sana Khairul bertemu dengan Jamaah Islamiyah (JI), ia digodok, digembleng untuk diberangkatkan ke Afganistan agar ikut berperang melawan Uni Soviet. Namun, hasil menyatakan bahwa Khairul termasuk orang yang gagal berangkat ke Afganistan. Dan beberapa tahun kemudian ketika presiden Soeharto turun dari jabatannya pada 1998 Khairul kembali ke Indonesia bersama Abdullah Sungkar dan Abu Bakar Basyir, beserta Imam Samudra. Mereka melakukan aksi Bom Bali tahun 2002, sebelumnya juga ada Bom Gereja tahun 2000 dan bom gereja di Medan tahun 2003. Jihad mendirikan khilafah adalah motif mereka dalam melancarkan aksinya. Lebih lanjut Khairul menyampaikan bahwa mereka membawa nama ISIS untuk memantapkan undang-undang Islam khilafah. Sekembalinya ke Indonesia Khairul melakukan aksi perampokan Bank CIMB Niaga pada tahun 2009. Hasilnya ingin dia gunakan untuk membiayai aksi terorisme kelompoknya. Dan atas kejahatannya tersebut ia dijatuhkan hukuman penjara. Selama mendekam di penjara Khairul beriktikaf atas kesalahannya

Tahun 2015 Khairul menghirup udara segar setelah mendekam beberapa tahun di penjara. Keprihatinannya terhadap anak-anak dari mantan teroris membuatnya semakin nekat untuk mendirikan sebuah pesantren di Desa Sei Mencirim Kecamatan Kutalimbaru, bertepatan di Kabupaten Deli Serdang. Namun, faktanya tekadnya menoreh banyak penolakan warga sekitar. Masyarakat beranggapan buruk tentang pendidikan yang akan diberikan oleh pesantren tersebut. Selang beberapa bulan setelah aparat pemerintah Kabupaten Deli Serdang mensosialisasikan Pesantren Al Hidayah, masyarakat mulai yakin dan mendukung pembangunan pondok pesantren. Dua tahun berselang gubernur Sumatra Utara H. Tengku Erry Nuradi meresmikan Masjid Al Hidayah di sekitaran pondok pesantren sekaligus pembebasan tanah seluas 30 hektar untuk Pesantren Al Hidayah. Tetapi bangunan yang baru sanggup dikelola oleh Khairul sekitar 10 hektar yakni bangunan pesantren termasuk kelas dan masjid, selebihnya digunakan untuk bercocok tanam oleh penduduk dan santri. Hasil dari bercocok tanam tersebut digunakan untuk biaya hidup para santri. Pesantren ini hanya menaungi santri SMP. Pelajaran yang diberikan juga sama dengan sekolah pada umumnya, yang membedakannya hanya tambahan pemahaman tentang dampak negatif dari pemikiran radikal. Hingga sekarang ada 24 santri yang tinggal di pondok pesantren itu, terdiri dari anak-anak mantan teroris serta anak-anak penduduk sekitar. Untuk ke depannya ia berniat mendirikan kelas untuk tingkat SMK/ SMA sedang proses pembangunan.

MAJALAH DINAMIKA | Edisi 49 | Maret 2019

29


DINAMIS

Tanya Jawab Seputar Agama Seperti biasa rubrik Dinamis kali ini akan membahas mengenai pertanyaan seputar islam. Untuk menjawab pertanyaan sobat kampus, LPM Dinamika menghadirkan sosok Ustaz Rahmat Hidayat, LC. M.A beliau adalah dosen Fakultas Syari'ah dan Hukum UIN SU

maka tidak ada masalah untuk diperjualbelikan. Larangan yang ada pada hadis itu juga dapat dipahami sebagai larangan tanzih (makruh). Tetapi mereka tetap memberi batasan bahwa harga kucing tersebut tidak boleh berlebihan. Wallahua’lam. (Rizna Hayati, Ilmu Kesehatan Masyarakat, FKM) Pertanyaan: Saya sangat menyukai binatang, terlebih terhadap kucing. Sudah banyak kucing dengan beragam jenisnya, seperti kucing kampung, angora hingga persia. Kucing Kampung jarang diperjualbelikan, namun bagaimana dengan kucing Angora dan Persia. Oleh sebab itu bagaimana hukum jual beli Kucing? Jawaban: Saya sangat menyukai binatang terlebih Kucing. Saya memiliki Terkait hukum jual beli kucing, ulama terbagi kedalam dua pendapat. Pertama, pendapat yang mengharamkan. Abu Hurairah, Jabir bin Zaid, Thowus, dan ulama mazhab Zhahiry berpendapat bahwa jual beli kucing tidak diperbolehkan dengan berlandaskan hadis-hadis berikut ini. Dari Abu Az Zubair, beliau berkata bahwa beliau pernah menanyakan pada Jabir mengenai hasil penjualan anjing dan kucing. Lalu Jabir mengatakan, “Nabi shallallahu ‘alaihiwasallam melarang keras hal ini.” (HR. Muslim) Juga dari Jabir, beliau berkata, “Nabi shallallahu ‘alaihiwasallam melarang dari hasil penjualan anjing dan kucing.” (HR. Tirmidzi). Sedangkan pendapat kedua, yaitu Imam Nawawi dan Jumhur Ulama, bahwa jual beli kucing adalah sesuatu yang mubah. Imam Nawawi berpendapat bahwa kucing yang dilarang untuk diperjualbelikan adalah kucing liar yang tidak bermanfaat, sedangkan kucing jinak yang bermanfaat

30

MAJALAH DINAMIKA | Edisi 49 | Maret 2019

(Ika Mandasari, Ilmu Komunikasi III, FIS) Pertanyaan: Jika ada seorang Ikhwan yang ingin bermaksud meminang, namun kurang dalam pengetahuan agama, apa yang harus saya lakukan? Jawaban: Menerima lamaran atau khitbah dari seorang pria merupakan hak ayah atau wali wanita tersebut. Dalam hal ini, wali berkonsultasi dengan keluarga dan si wanita agar tidak terjadi penyesalan di kemudian hari. Dalam Islam, agama dan akhlak menjadi penilaian dasar dan utama untuk pertimbangan menerima lamaran. Sedangkan finansial, nasab dan penampilan merupakan unsur pendukung yang juga tetap harus diperhatikan. Sebagai unsur utama, pengetahuan agama, terkhususnya hal-hal yang wajib untuk diketahui seperti tata cara salat, puasa, membaca Alquran dan lain-lain mutlak untuk dimiliki oleh si pria. Pria adalah calon pemimpin rumah tangga dan agama adalah landasan dalam berumah tangga. Oleh karena itu, sebaiknya pria tersebut diberi waktu untuk mempelajari dasar-dasar agama, agar terbentuk keluarga yang sakinah mawaddah war-rahmah. Wallahua’lam. (Silfiani, Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah III, FITK) Pertanyaan: Bagaimana cara kita membedakan antara ujian yang datang kepada kita dengan hukuman terhadap apa yg kita lakukan terhadap kita yang sedang dihadapkan pada suatu masalah. Jawaban: Dalam melihat ini, kita harus mengedepankan husnuzan ke-

pada sang pencipta. Sulit membedakan apakah musibah yang datang itu ujian atau azab yang diberikan Allah kepada manusia. Bagi orang yang beriman, masalah yang datang merupakan ujian untuk menaikkan derajat seseorang sesuai dengan hadis Rasul sallallahu “alaihi wasallam: “Tidaklah seorang mukmin terkena duri maupun yang lebih dari itu melainkan Allah akan mengangkat derajat dengannya, atau dihapuskan kesalahannya dengannya.” (HR. Bukhori dan Muslim) Tetapi di lain sisi, musibah yang datang bisa saja merupakan azab dari Allah Subhanallahu wata’ala, seperti mana firman-Nya: “Dan apa saja musibah yang menimpa kamu maka adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahanmu). (QS. As-Syura: 30) Oleh karena itu, ada indikator yang dapat kita lihat dan renungi. Bila musibah yang datang merupakan hasil ataupun efek kesalahan dan dosa kita, maka firman Allah di atas dapat menjadi bahan renungan kita. Maka segeralah kita bertaubat dan memohon ampun kepada Allah subhanallahu wata’ala, karena azab tersebut merupakan teguran agar kita segera kembali kejalan-Nya. Rasullah sallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: Ketika Allah menginginkan hamba-Nya suatu kebaikan, maka disegerakan hukumannya di dunia. Kalau Allah menginginkan hamba-Nya suatu kejelekan, maka dosanya ditahan sampai dibalas nanti di hari kiamat. [HR. Tirmizi] Maka, bersabar, mencari jalan keluar dan intropeksi diri adalah tindakan yang harus kita ambil ketika musibah menimpa kita sehingga kita menjadi pribadi yang lebih baik. Wallahu a’lam.


BINGKAI

Foto Bersama Rektor, Wakil Rektor dan Dekan Fakultas dengan Wisudawan Terbaik setiap Fakultas Pada Diesnatalis ke-45 dan Wisuda ke-69 (Fotografer: Jihan Fikriyah)

Foto Bersama Wakil Rektor III dengan Pemateri Talk Show "Scholarship and Entrepreneur" yang diadakan oleh Scholarship Hunter Sumut (Fotografer : Istiqomah kaloko)

w

Foto Bersama Pemateri Acoounting Fair I dengan Dekan dan para Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam UIN SU (Fotografer : Hafiz Hasan Noor)

Foto Bersama Dekan dan Dosen Fakultas Ilmu Sosial setelah berlangsungnya acara Festifal Film 1.0 Ilmu Komunikasi di Aula Fakultas Dakwah dan Komunikasi UINSU (Fotografer: Hafiz Hasan Noor)

MAJALAH DINAMIKA | Edisi 49 | Maret 2019

31


CERPEN

Azzam Oleh: Alviona Marsya

L

ima tahun sudah berlalu, tetapi anakku tidak pernah mengeluarkan kata kata sedikitpun dari mulutnya. Aku terus mencoba mengajari nya, sampai saat itu pun tiba. *** Satu tahun sudah usia anakku, dia mulai bisa berjalan, tetapi mulutnya belum pernah mengeluarkan kata kata. Kami mulai khawatir. Kami mulai rutin memeriksa ke dokter. “Hasilnya semuanya normal’. Kata dokter itu Semua terapi sudah kami coba, aku ingin dia memanggil sebutan ibu yang biasa anak lainnya katakan, dia hanya bisa menangis sambil menarik bajuku jika meminta sesuatu yang diinginkannya. Semakin lama anakku semakin aktif, badannya semakin besar. Namun satu hal yang selalu mengganjal hati dan pikiranku.

32

MAJALAH DINAMIKA | Edisi 49 | Maret 2019

Berbicara. Dia belum juga bisa berbicara sedikit pun. Pikiran negatif memenuhi otakku.”Kenapa tidak ada perubahan dalam dirinya ?” aku tidak sanggup menahannya. Aku menangis dalam diam. Namun ketika suamiku menghampiriku. Aku rapuh. Suamiku langsung memelukku erat. Tangisku semakin menjadi. Suamiku tahu apa yang sedang kupikirkan. Termenung di depan kaca jendela kamar dengan pandangan kosong. Tak lain dan tak bukan yaitu Azzam. Pelukannya semakin erat. Tak lama, badannya juga bergetar. Dia juga menangis. Menangis tanpa suara. Aku tahu tangis yang begitu rapuh. Aku tak boleh selemah ini, karena dengan begini aku juga menyakiti suamiku. Getaran tubuhnya melemah. Dan dia mulai bebisik lirih pas di telingaku “ Istighfar Mah, percaya sama Allah, kamu harus kuat, kita hadapin sama sama, jangan sam-

pe kamu putus asa, kalau kamu putus asa bagaimana bisa Azzam bisa semangat untuk berbicara? kita manusia pilihan Allah untuk menjaga Azzam, Allah ingin melihat seberapa mampu kita dengan ujian ini, Allah tidak akan menitipkan ujian kecuali jika kita sanggup untuk menanggungnya, jadi kamu harus semangat sayang” tutur suamiku. Tiba-tiba aku menjawab, “Azzam anak pertama kita, tapi ujian ini sangat berat Pah”, suaraku mulai mengeras dalam pelukannya. Suamiku mengangguk dan lansung berkata. “Aku tahu Mah, tetapi aku mohon Mamah harus sabar ”. Tangisku mulai mereda. *** Besok adalah ulang tahun anakku yang ke lima tahun, kami berinisiatif untuk mengajak Azzam ke panti asuhan untuk syukuran. Di sana banyak anak-anak seusia Azzam. Mereka Pun bermain bersama-sama, sekali-kali mengajak


CERPEN

Ilustrasi: Ditanty Chica Novri

berbicara dan Azzam hanya bisa menampakkan gigi nya. Mereka terus dan terus mengajak Azzam berbicara. Dari kejauhan aku melihat satu anak yang terus berusaha agar Azzam menjawab pertanyaannya. “Azzam. Enak tidak tinggal bersama Ayah dan Bunda?” Dia kembali bertanya. Azzam hanya senyum-senyum saja. “Zam. Enak nggak? Kalau enak Aku mau juga tinggal bersama Ayah dan Bunda, tetapi kalau nggak. Aku di sini saja, karena di sini ramai juga”. Anak itu tetap berbicara walau Azzam tidak menanggapinya. Tiba-tiba Azzam mengangguk. Deg. Jantungku berdebar kencang. Azzam mulai bisa merespon pembicaraan anak kecil itu. “Wah. Kamu mengangguk berarti enak tinggal bersama Ayah dan Bunda? Kalau gitu, kamu do-

akan ya, agar aku dijemput Ayah dan Bunda”. Anak itu mengakhiri pembicaraannya. Kemudian melanjutkan permainanya. Dari kejauhan aku tersenyum sambil menangis., tiba tiba ada yang merangkul ku dari belakang, sambil berbisik di telingaku. “Kamu adalah wanita terhebat, Aku bangga sama kamu.” Wajah itu menatapku sambil tersenyum. “Berkat kamu juga Pah, kamu yang menguatkan aku”. aku juga kembali berbisik di telinganya sambil tersenyum malu. *** Malamnya kami kembali kerumah. Kami beristirahat. Di saat aku mulai merebahkan tubuhku di kasur, ada suara yang menanggilku samar samar, tetapi itu bukan suara suamiku, saatku buka mataku, ternyata dia anakku. Dia menarik bajuku, sambil berkata “Mamah”. Ya Allah. dia berbicara. Ya Allah. apakah ini tidak mimpi.

“Azzam, ini siapa Nak?”. Aku menunjuk diriku sendiri. “Mamah”. Jawabnya. Deg. Jantungku berdetak semakin menjadi. Aku langsung memeluknya. Suamiku yang ingin masuk ke kamar seketika berhenti dan membeku.Tiba-tiba keluar suara yang terbata-bata dari mulut suamiku. “Aaazaam. Ini siapa ?” mengulangi pertanyaanku”. Azzam berpaling ke Papahnya. Diam. Dia diam. Matanya sambil memandang suamiku. “Papah”. Jawabnya. Dan suamiku berlari langsung memeluk kami berdua. Kami menangis sejadi-jadinya. Azzam hanya melihat kami berdua. Dalam tangisnya suamiku berkata. “Kita harus sering membawa Azzam ke tempat-tempat yang banyak anak-anak seusianya, Mah. Aku mengangguk mantap. UTAMA

MAJALAH DINAMIKA | Edisi 49 | Maret 2019

33


RESENSI

Bagai Tanggungjawab Tanpa Pamrih

K

ebanyakan orang memiliki persepsi aneh terhadap anak yang terlahir dengan kondisi fisik dan mental yang berbeda dibandingkan orang normal pada umumnya. Adanya pengucilan akibat penampilan fisik yang berbeda, membuat orang-orang berkebutuhan khusus harus memilih zona permainannya sendiri. Tidak jarang mereka menghindar dari lingkungan sekitar. Berangkat dari kisah di atas, Lembar Narasi Beda Sisi, sebuah buku yang telah diterbitkan oleh LPM Dinamika UIN SU setelah melalui proses yang cukup panjang, dikemas dengan bahasa yang menyentuh hati dan membuka mata. Buku ini mengulas serta mengupas kisah para guru yang mengabdi pada lembaga pendidikan khusus. Khusus, bukan berarti sangat eksklusif, hanya saja penggunaan kata ini merupakan kiasan tentang keikhlasan guru mengajarkan serta merangkul siswa sekolah dasar luar biasa sebagaimana adanya pengucilan terhadap mereka di lingkungannya.

Buku yang mengisahkan perjuangan guru-guru SLB Taman Pendidikan Islam (TPI) di Jl. Sisingamangaraja, Kecamatan Medan Amplas sudah berdiri selama puluhan tahun. Yayasan yang hari itu menampung 80 murid berkebutuhan khusus. Ngatur Sinulingga (54), sejak tahun 1991 menjadi tenaga honorer setelah menamatkan pendidikannya di Sleman, Yogyakarta dan Padang, Sumatera Barat. Pada halaman 39 buku ini, Ngatur berkisah, “Saya pernah dilempari gelas dan dikencingi oleh Anak-anak, tapi bapak tidak pernah nangis�. Buku ini berisi 149 halaman. Buku yang diterbitkan oleh Pers Mahasiswa dengan segudang pengalaman masing-masing, sentuhan kisah terpadu yang dirangkai dengan hiasan kata intrik dan secara persuasif merangkul serta tetap mengajak kita untuk menghargai sesama manusia. Saat anda baca, anda akan terbawa pada kisah para guru SLB yang sesungguhnya.

Peresensi: Rahmanuddin

empat babak, babak pertama diawali ketika Marlina (Marsha Timothy) didatangi oleh Markus (EgiFedly), bos dari kawanan perampok yang mendatanginya di sore hari untuk mengambil harta, ternak dan kehormatan Marlina. Ketika Marlina didatangi kawanan perampok, ia tidak menunjukkan emosinya yang terpendam. Ia tenang, mencari cara untuk mengatasi kawanan perampok. Malam hari ketika ia diperintah untuk memasakkan makan malam, Marlina memasukkan racun di dalamnya dan mereka terbunuh, sedangkan Markus, bos kawanan perampok dibunuh oleh Marlina dengan golok, ia memenggal kepalanya ketika Markus sedang merebut paksa kehormatannya.

Pelajaran dari Tanah Sumba

F

ilm besutan Mouly Surya ini mengisahkan tentang seorang janda di daerah padang sabana di dataran Sumba yang ditinggal mati oleh suami dan anaknya. Film ini disajikan dengan

34

MAJALAH DINAMIKA | Edisi 49 | Maret 2019

Babak kedua dimulailah perjalanan Marlina untuk mencari keadilan, melintasi dataran Sumba dengan menenteng kepala markus selama perjalanan, dan cerita berlanjut dengan segala ketegangan dari apa yang dilakukan Marlina di setiap babaknya. Film ini bukan melulu menyuguhkan soal ketegangan cerita saja, namun juga memanjakan mata melihat pemandangan Sumba yang apik, sinematografi dan backsound ala-ala western di film-film koboi. Di film ini juga menyampaikan kritik

sosial yang sangat cerdas tergambar ketika Marlina pergi ke kantor polisi dengan kudanya untuk mencari keadilan, namun sesampainya di sana aparat pun tidak bisa diharapkan untuk menyelesaikan kasusnya, ia disuruh ke kantor polisi pusat kota yang jauhnya berkali – kali lipat dari perjalanan sebelumnya. Secara keseluruhan, film sepanjang 90 menit ini mengisahkan tentang keberanian dan peran wanita dalam kehidupan. dan film ini menggambarkan susahnya akses transportasi di daerah-daerah pedalaman Indonesia serta masalah kemiskinan yang menjadi masalah yang tak pernah usai di negeri ini. Sangat membanggakan film Marlina Si Pembunuh dalam EmpatBabak ini telah melalang buana dalam festival–festival film internasional-sejak dirilis akhir 2017 kemarin, dan mendapat banyak pujian dari kritikus–kritikus film nasional maupun internasional. Dan yang terbaru pada tahun 2019 film ini akan mewakili Indonesia pada ajang Academy Awards ke-91 atau Oscar 2019 mendatang, kategori Film Berbahasa Asing Terbaik.

Peresensi: Muhammad Fathoni


PUISI

Dua Pintu Surga Oleh: Dina Aulia

Detak jantung masih berfungsi, Masih terekam jelas senyuman di wajahmu Kuperhatikan hari-harimu bersemangat tanpa putus Kronis, itu penyakitmu Hingga tubuhmu semakin mungil Acap kali sering aku menangis dan bingung Memastikan kau benar-benar kuat atau pura-pura kuat Di hadapan kami, anakmu Memangku aku engkaulah yang tertabah Layaknya artis Handal dalam memainkan peran, namun di balik layar kau rapuh Dan malam ini kudapati kau berbeda Wajahmu pucat, jantungmu tak lagi stabil Aku panik, panik sekali Karena pernah aku merasa kehilangan Ayah, yang bagiku dia adalah penguat, Dan benarkan kepanikanku Pagi ini aku kehilangan orang yang aku sayangi, lagi Kini, aku sebatang kara Telah kehilangan dua pintu surga, Ayah dan Ibu (Penulis adalahh mahasiswa jurusan Akuntansi Syariah, semester III, Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam UIN Sumatera Utara)

Segelintir Coretan Usia Senjamu Oleh: Hastia Simanjuntak

Masih tentang air yang turun Membasahi seluruh permukaan bumi Mataku merekam segala kegiatan masa itu Dia memegang sebuah payung Pelindung untuk tidak terkena air hujan Berjalan dengan lambat dan perlahan Dengan tatapan sayu karena

kedinginan Mataku masih tetap merekamnya Seorang perempuan yang sudah terlihat tua Berjalan memasuki pekarangan masjid ini Jelas terlihat bahwa tubuhnya basah Tapi langkahnya masih kuat dan berani Perlahan, namun pasti Dia mendekat, dia dekat Tangannya memegang sesuatu Setelah dia merogoh ke dalam kantong bajunya Pikiranku masih belum bias merekamnya Dia memasukkan benda itu ke dalam sebuah kotak infak Lalu berputar dan segera berjalan keluar Mataku merekamnya, menghilang Di tengah derasnya air hujan (Penulis adalah mahasisa jurusan Akuntansi Syariah, semester III, Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam UIN Sumatera Utara)

Kelabu Panjang di Penghujung Tahun Oleh: Fithria Aidra Marpaung

Menatapnya, sudah menjadi kebiasaan bagiku. Melihatnya, sudah menjadi

Ilustrator: Lelya Ritonga

kesenangan bagiku. Kau, tempat awan berada. Kau, tempat burung-burung beterbangan bebas. Putih, Warnamu di saat senja menghampiri. Dan kelabu, Warna yang selalu bersembunyi di balik putihmu. Ada apa denganmu? Kau tak terlihat seperti biasanya. Iya, seperti biasanya. Seperti biasanya yang hanya ditemani dengan semilir angin. Ada apa denganmu? Putihmu tal kagi menemanimu akhir-akhir ini. Ada apa denganmu? Kau menjadi sosok yang bukan sama sekali dirimu. Ada apa denganmu? Langit, cerahlah kembali. Kau tak sendirian, ingat Allah akan selalu bersamamu. Tuangkanlah segalanya kepada Allah, melalui doa-doamu. (Penulis adalah mahasiswa jurusan Matematika, semester III, Fakultas Sains dan Teknologi UIN Sumatera Utara)

MAJALAH DINAMIKA | Edisi 49 | Maret 2019

35


DIVISI REDAKSI Frita-Audry-Annisa-Shofi-Istiqomah-Ami-Isma-Firda-Siska-Ayu-Icha-Rizki-Devi-Ade-Jihan Andai-Nila-Lia-Mileni-Amita-Rindi-Liza-Aisa-Ninda-Fadila-Karmila-Fifa-Risma-Icuk Asep-M.Hafiz-Taufik-Hafiz-Iin-Ibrahim-Rahmanudin-Razi-Rizki-Adwar-Rio-Alvridho

Alfi-Chica-Halimah-Fifa-Fathoni-Enggar-Mira-Nada-Amar-Hasni-Didi Intan-Aulia-Kiki-Della-Taya-Nurul-Lelya-Shafira-Fanny-Rani-Putri

DIVISI DESAIN GRAFIS "Visual Is Everything"

36

MAJALAH DINAMIKA | Edisi 49 | Maret 2019


DIVISI LITBANG

Lia-Mekha-Tiwi-Azan-Fatimah-Amalia-Annisari-Tengku-Dina-Dzulanda-Cahyani-Fitri-Dinda-Suci-Khoir-Wibi-Nabila-Fizzah-Mahfuza

DIVISI PERUSAHAAN

Wahyu-Mulia-Taufiq-Kurniawan-Ifnu

Rizki-Dayat-Fandy-Agung-Muslim-Khairul-Tyo-Faiz-Arifin Azalika-Nadya-Siti-Junita-Dwi-Nurafifa-Hotma-Asri-Tya-Rahma-Diana-Wilda-Windy-Mai-Richa-Juwita-Filka

MAJALAH DINAMIKA | Edisi 49 | Maret 2019

37


POJOK

fokus pada pencegahan, pertegas hukuman Muhammad Ifroh Hasyim

(Pemimpin Umum LPM Dinamika Periode 2018-2019)

mereka tidak diganggu, dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. Apa yang ditetapkan Allah tentu mutlak kebenarannya. Ketika seorang wanita mampu menjaga cara ia berpakaian maka, akan membantu laki-laki untuk lebih kuat mengendalikan nafsunya.

A

Lalu bagaimana dengan apa yang diterima youtuber Gitasav. Ia sudah menutup aurat tapi, mengapa masih terjadi pelecehan seksual yang membuatnya angkat suara di saluran youtube-nya?

Dari tahun ke tahun, berdasarkan data Komnas Perlindungan Perempuan, laporan kekerasan seksual terus meningkat. Tetapi hal ini hanya sebagian kecil saja. Banyak lagi kasus yang tidak dilaporkan atau dengan kata lain korban pelecehan seksual takut untuk melaporkannya. Ada beberapa hal yang melatarbelakangi salah satunya takut karena terancam atau karena malu.

Ternyata, tak cukup apabila perempuan saja yang menutup aurat. Laki-laki wajib menahan pandangan pada wanita yang bukan mahramnya. Hal ini tercantum dalam Alquran QS. An Nur: 31, Katakanlah kepada wanita yang beriman: “Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak dari padanya, dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung ke dadanya, dan janganlah menampakkan perhiasannya kecuali kepada suami mereka, atau ayah mereka, atau ayah suami mereka, atau putra-putra mereka, atau putra-putra suami mereka, atau saudara-saudara laki-laki mereka, atau putra-putra saudara lelaki mereka, atau putra-putra saudara perempuan mereka, atau wanita-wanita Islam, atau budak-budak yang mereka miliki, atau pelayan-pelayan laki-laki yang tidak mempunyai keinginan (terhadap wanita) atau anak-anak yang belum mengerti tentang aurat wanita. dan janganlah mereka memukulkan kakinyua agar diketahui perhiasan yang mereka sembunyikan. dan bertobatlah kamu sekalian kepada Allah, hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung.

khir-akhir ini pembicaraan tentang sexual harrasment (kekerasan seksual) semakin marak setelah youtuber Gitasav dan penyanyi Via Vallen buka suara terkait pelecehan seksual yang mereka terima. Kedua publik figur ini memiliki pengikut yang banyak. Sehingga mampu menyedot perhatian masyarakat khususnya pengguna media sosial. Para aktivis perempuan pun tak ketinggalan untuk mengajak masyarakat memahami fenomena yang sudah seperti gunung es ini.

Ada solusi yang penulis tawarkan dalam menyikapi permasalahan ini yaitu, bagaimana caranya mencegah agar kekerasan seksual dapat dihindari. Dalam Islam, ada perintah untuk menutup aurat yang tertulis dalam Alquran QS. Al Ahzab: 59, Hai Nabi, Katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak perempuanmu, dan istri-istri orang mukmin: “Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka� yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu

38

MAJALAH DINAMIKA | Edisi 49 | Maret 2019

Ada beberapa aktivis perempuan yang menilai bahwasanya tidak ada hubungan antara menutup aurat dengan pelecehan seksual yang wanita

terima. Hal ini berdasarkan pada kasus kekerasan seksual yang terjadi di negara-negara mayoritas muslim. Sekali lagi penulis tegaskan, Islam tak hanya memerintahkan perempuan untuk menutup aurat—pada laki-laki juga ada seruan untuk menahan pandangan, sehingga keduanya saling terjaga. Berdasarkan data yang dirilis wonderlist.com, Kamis (12/10/2017). Lima negara dengan tingkat kekerasan seksual tertinggi lahir dari negara-negara sekuler dengan masyarakat yang tidak memegang kuat nilai-nilai Islam. Pada data tersebut disampaikan bahwa Afrika Selatan menempati peringkat pertama sebagai negara dengan kasus kekerasan seksual terbanyak. Diikuti Swedia, kemudian Amerika Serikat di peringkat ketiga, lalu Inggris dan Wales di peringkat keempat, dan yang terakhir India di peringkat kelima. Kita tidak perlu terlalu sibuk menyalahkan salah satu pihak terkait kasus kekerasan seksual yang terjadi. Mari kita mengambil peran untuk mengentaskan masalah yang dari hari ke hari kian marak. Dengan mengedukasi masyarakat lewat kampanye yang bisa digaungkan dengan berbagai cara baik itu melalui media sosial maupun secara langsung. Kita juga mengharapkan agar hukum terhadap pelaku kekerasan seksual dipertegas sehingga membuat efek jera. Hukuman yang terlalu lunak dan tidak tegas akan mengakibatkan timbulnya kekerasan seksual yang terus menerus. Bayangkan apabila ini terjadi pada kakak, adik atau ibu kita. Oleh karena itu, mari bersuara.



40

MAJALAH DINAMIKA | Edisi 49 | Maret 2019


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.