Cover Story Penobatan Medan sebagi Kota Terkotor di Indonesia pada penghargaan Adipura tahun 2019 di Jakarta menenggelamkan prestasi yang pernah diraihnya saat 2013 silam. Pada kover tergambar tumpukan sampah yang berserakan serta tugu Adipura yang melambangkan piagam kebersihan suatu kota. Namun, piagam tersebut justru berada disekitar sampah dan seolah ikut tenggelam dalam tumpukan sampah. Hal ini menunjukkan beta pentingnya menjaga lingkungan sekitar agar tidak merusak alam.
Lembaga Pers Mahasiswa
(LPM) Dinamika UIN Sumatera Utara
Penerbit: Lembaga Pers Mahasiswa Dinamika UIN SU Pelindung: Rektor UIN SU Pembina: Wakil Rektor III UIN SU, Dekan FITK, Dekan FSH, Dekan FDK, Dekan FUSI, Dekan FEBI, Dekan FIS, Dekan FKM, Dekan Fakultas SAINTEK, Drs. Syahruddin Siregar M.A, Dr. M. Syukri Albani Nasution, M.A, Dr. H. Ali Murthado, M.Hum, Sugiatmo. M.A. Pemimpin Umum: Kurniawan Sekretaris Umum: Suci Ayu Pratiwi Bendahara Umum: Tia Rahmadhani Nasution Pemimpin Redaksi: Syafrita Pemimpin Desain Grafis: Muhammad Fathoni Pemimpin Litbang: Muhammad Taufiqurrahman Pemimpin Perusahaan: Muslim Hidayat Sekretaris Redaksi: Audry Uyuni Redaktur Pelaksana: Muhammad Ibrahim Redaktur Online: Ayu Wulandari Hasibuan Reporter Senior: Anisa Rizwani, Siska Ramayani D, Siti Aisa, Devi Junita Sari Reporter Junior: M. Rio Fani, Karmila Sinaga, Risma Dona S, Asep M . Sobirin, Yolanda Anjelita Nst, Sri Julia Ningsih, M. Alvridho Prayoga, Sofi Adwar, Amita, Mileni Nur Fitria, Nilamaida, Ninda Azahratunnisa Redaktur Foto: Putri Chairunnisa Anggota: Hafiz Hasan Noor, Istiqomah Kaloko, Taufik Syahputra, Jihan Fikriyah, Rizki Ananda, M. Hafiz, Al-Hafizh M. Hamdan, Rafifa Luqyana, Nur Fadillah Kawakib Redaktur Bahasa: Iin Prasetyo Anggota: Isma Hidayati, Shofiatul Husna, Rizki Audina, Maya Rizki, Ade Suryanti, Atika Andayani, Rindiani, Cut Syamsidar, Nurul Liza Sekretaris Desain Grafis: Nur Halimah Syafira Redaktur Artistik: Afifah Lania Sihotang Layouter: Hasni Indah Sari, Miranda Lianti, Alfi Syahrin, M. Arroyyan El Mafatih, Shafira Azzahra, Intan Zhorifah, Nurul Wahidah, Aulia Khairani, Lazha Taya, Isra Della, Rizki Mariyam Ilustrator: Nada Fitria Nasution, Ditanty Chicha, Lelya Hilda Amira Ritonga, Tumbularani, Putri Ayu Dahniar, Fani Putri, Mustika Khairunnisa Web Designer: Muamar Sidik Utomo, Mahmudi, Roja Suma Andhika Sekretaris Litbang: Dina purnama Kasubdiv PSDA: Wahyu Nizam Anggota: Mulia Wilandra, Anisa Dinda Adityana, Wibira Vasya Kasubdiv Penelitian dan Humas: Nabila Firuzia Anggota: Fatimah Lubis, Moch. Ifnu Fajar, Nur Amalia, Mahfuza, Annisari, Fitri Fadillah Pakpahan, Anisa Hafizzah, Mekha Wahyuni Kasubdiv Rumah Tangga: Tengku Nurul Hikmah Anggota: Maulidya Harahap, Khoiriyah Syafhitri, Nur Azana, Tiwi Sartika, Nur Cahyani Sekretaris Perusahaan: Diana Aliya Manajer Periklanan: Rizqi Ramadhan Anggota: Dina Maulina, Deni gusti Kurniawan, Ahmad Faiz Nirwan, Richa Ardelilla, Azalika Iftitah, Nadhri Filka, Nadya Amalia Manajer Percetakan: Agung Prasetya Anggota: Arifin, Nurhotma Tambak, Setyo Fahmi, M. Fitrah, Dwi Rahma, Siti Nurfadhillah, Nurmaimah Manajer Pemasaran: Asri Alviana Anggota: Cindy Syafrina, Nur Afifa, Juwita, Ahmd Affandi, Junita Syafitri, Wilda Wardani, Windy Febriani Alamat: Gedung UKK/UKM UIN SU Lantai 1 No.4 Jl. Williem Iskandar, Pasar V Medan Estate (20371) Kontak: 0853-7119-7262 E-mail: lpmdinamikaiainsu93@gmail.com/redaksi@ lpmdinamika.co Web: www.lpmdinamika.co Facebook: LPM Dinamika UIN SU Twitter: @LPM_Dinamika Instagram: @lpmdinamika
Desain kover: Afifah Lania S
KONTEN Reportase Utama 7 MEDAN, KOTA KEMALANGAN PREDIKAT
sejarah 28 BANGUNAN TUA, SAKSI SEJARAH RUMAH SAKIT MPERTAMA DI KOTA MEDAN
Predikat terendah ajang Penghargaan Adipura Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) Republik Indonesia kategori kota metropolitan terkotor berada di genggaman Kota Medan.
Reportase khusus 12
Medan pernah menjadi pusat pemerintahan dan perdagangan Hindia Belanda. Sejalan dengan itu, dibangunlah berbagai sarana termasuk rumah sakit yang menjadi sejarah ini.
plesir 24 MADU EFI, SECUL HAMPARAN SURGA DI TANAH KARO
MELOTO! BUKAN MELUTUT, MATA MEDIA MAU KEMANA? Coba ingat lagi, fenomena yang terjadi pada 9 April 2014 silam. Pada saat itu negara kepulauan ini melangsungkan pesta demokrasi serentak.
Kali ini, kami akan memperkenalkan satu tempat wisata yang lagi hits dan sangat tepat bagi Sobat Kampus untuk mengunjunginya. Tempat wisata ini terletak di Kabupaten Karo.
kampusiana i 16
lezat 36
SALING TINJU, SEMA VS KEPALA PERPUSTAKAAN UIN SU
SAJIAN CRISPY ALA PISANG GORENG RAKSASA Siapa yang tidak kenal dengan pisang? Selain rasanya yang manis, pisang juga mempunyai segudang manfaat bagi kesehatan tubuh diantaranya, memperbaiki pencernaan, menurunkan tekanan darah, dan masih banyak manfaat lainnya.
Rabu, 6 Maret silam, Senat Mahasiswa (Sema) UIN SU melakukan aksi demo. Aksi demo tersebut dilatarbelakangi oleh dugaan penyelewengan dana dan pengadaan koleksi buku Perpustakaan UIN SU.
Wawancara Khusus ULASAN USAI MEDAN DINOBATKAN SEBAGAI KOTA METROPOLITAN TERKOTOR 11 kampusiana ii UKT DIANGKAT, SARANA DIUNGKIT 17
sosok
AZNAN LELO, DOKTER MEDAN TAK BERTARIF 20
let’s talk SELF LOVE: ANOTHER WAY TO BE GRATEFUL 32
cerpen MIMPI DAN HARAPAN 42
alumni bicara EKONOMI DIGITAL: DARI GAWAI SAMPAI STARTUP 22
ekspresi CERITA DIBALIK MESNYAHADATKAN 34
Puisi TAWA PALSU & NARASI DI PERSIMPANGAN JALAN 44
artikel dosen DICARI! TENAGA TERAMPIL KEUANGAN SYARIAH 18
lanskap MENJEMPUT REZEKI DI SORE HARI 24
refleksi SIAPAKAH TEMANMU? 35
pojok SETOP MENGONSUMSI PLASTIK! 46
artikel mahasiswa DARI SAMPAH JADI RUPIAH DAN ENERGI TEPAT GUNA19
budaya KEPINGAN BUDAYA BALI DI TANAH MELAYU 30
RESENSI HARAPAN TERAKHIR ADALAH PASRAH KEPADA ALLAH & CLEO: ASISTEN RUMAH TANGGA YANG BERSAHAJA 40
Redaksi LPM Dinamika Menerima Tulisan Berupa :
CERPEN PUISI ARTIKEL OPINI
Kirimkan tulisan sobat Dinamika ke : redaksi@lpmdinamika.co Konfirmasi ke WA 0856 6899 9122 (Pemimpin Redaksi)
SALAM REDAKSI kan Prestasi� sejatinya menjadi pijakan agar selalu melahirkan inovasi serta menginspirasi Sobat Kampus.
Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh
A
lhamdulillah, tiada kata yang pantas diucapkan selain bersyukur kepada Allah Subhanahu wa taala. Tak lupa pula selawat serta salam dihadiahkan kepada kekasih Allah, Nabi Muhammad Sallallahu alaihi wasallam yang telah membawa umatnya menuju zaman yang terang benderang kini. Menapaki tangga kepengurusan baru periode 2019-2020 dengan tema "Berinovasi Menginspirasi Wujud-
Tahap demi tahap yang dilalui dalam berkarya berhasil menobatkan produk LPM Dinamika dalam kategori The Best Magazine of Sumatera pada ajang berkelas Indonesia Student Print Media Award (ISPRIMA) 2019 yang diselenggarakan oleh Serikat Perusahaan Pers (SPS). LPM Dinamika berhasil mengantongi dua penghargaan, yakni Silver Winner kategori nonmajalah juga Bronze Winner kategori majalah. Semua itu berkat dukungan serta doa dari berbagai pihak. Majalah LPM Dinamika Edisi 50 siap menemani Sobat Kampus dengan tema Reportase Utama, yaitu upaya Pemkot Medan usai penobatan Kota Medan sebagai kota terkotor di Indonesia. Menyoroti hal ini, hendaknya setiap stakeholder berperan dalam mengupayakan kebersihan lingkungan, terutama dimulai dari hal kecil, yaitu menjaga kebersihan diri sendiri kemudian beranjak ke lingkungan sekitar. Sobat Kampus yang berbahagia, tingkat UKT setiap mahasiswa yang
dinilai memberatkan tentu menjadi tanda tanya besar bagi mahasiswa apalagi tak sebanding dengan pemenuhan sarana prasarana kampus, ulasan ini disuguhkan pada rubrik Kampusiana. Demi mencerahkan suasana hati dan pikiran pembaca, tak lupa pula kami bagikan informasi mengenai tempat wisata alam Taman Madu Efi yang berlokasi di Kabanjahe; budaya yang mengulik tentang keberadaan Kampung Bali di tanah Melayu, Langkat; serta santapan nikmat dari Pisang Goreng Raksasa. Kami juga ingin mengajak Sobat Kampus untuk mengutip pelajaran berharga dari seorang dokter yang mendedikasikan dirinya demi meraih rida Allah. Terakhir, selamat menikmati sajian Majalah Edisi 50 LPM Dinamika. Kritik serta saran yang membangun sangat kami harapkan dari Sobat Kampus sekalian. Salam Pers Mahasiswa! Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh
Pemimpin Redaksi Syafrita
EDITORIAL
Assalamualaina fanatik yang gagal menyensor etika.
Oleh: Muhammad Ibrahim Redaktur Pelaksana
J
angan melempar argumen hanya pada permasalahan besar, karena ujung jarum yang kecil juga dapat mengalirkan darah. Ini bukan tentang siapa yang jago atau siapa yang meraih kemenangan. Kita bicara tahun politik, dan pendukung
4
Ketahuilah, tak di tahun politik pun, silang pendapat itu memang sudah ada. Maklum sebenarnya menyaksikan berbagai kelompok mati-matian mempertahankan dalil, merasa benar, kemudian mematahkan data lawan. Namun, usahlah sampai menjelekkan pendukung lawan maupun calon yang didukungnya. Itulah yang tampak selama ini, dan memang bukan etika baik. Kasihan adik-adik kita di bawah umur menyaksikan pertikaian tidak penting di media. Bukankah etika buruk itu mudah direkam dan berpeluang dilanjutkan? Berbaik hati dan berbaik budilah dalam mendukung. Kita khawatir, beberapa orang yang belum
Majalah Dinamika Edisi 50 | Mei 2019
menentukan pilihan, memutuskan golput karena menganggap miring etika pendukung. Di sisi lain, masih banyak sebenarnya masalah regional yang mestinya kita bahas dan benahi. Bayangkan saja, di balik pro kontra isu politik dan saling kuat antarpendukung, tiba-tiba Medan dinobatkan sebagai kota terkotor, malu tidak kita? Isu nasional memang boleh dibahas, tapi isu regional jangan dilepas. Karena itulah, marilah mulai membahas masalah dan mengakhirinya dengan solusi. Aturan agama sudah paling ampuh, mengatur etika agar tak rusuh. Berbaik hati berarti maklum, berbaik budi berarti santun, berbaik sangka emosi pun turun. Assalamualaina, jika mengikuti agama, keselamatan memang pantas untuk kita semua.
CATATAN MAHASISWA Nur Khoirunnisa/FKM/IKM/II Penobatan Medan sebagai kota terkotor itu wajar. Karena tempat sampah yang disediakan tidak efektif menjadi solusi. Hal ini terlihat dari menumpuknya sampah di pinggir jalan. Dalam kasus ini hendaknya ada kerja sama antara masyarakat dengan pemerintah untuk menciptakan kota bebas sampah. Vina Cynthiasari/FEBI/EKI/II Kota Medan adalah kota yang maju. Sayangnya, Kota Medan dinobatkan sebagai kota metropolitan terkotor. Nurhalizah/FST/SI/II Kota Medan itu kotor memang benar. Karena tercermin dari masyarakatnya yang gemar membuang sampah sembarangan. Kesadaran masyarakat dan kerja keras pemerintah menangani masalah sampah
bisa menjadikan Kota Medan lebih bersih. Fahmi/FSH/PM/VI Kurang setuju dengan pernyataan Kota Medan sebagai kota terkotor. Karena adanya perubahan mengenai masalah lingkungan semenjak pemerintahan Pak Edy Rahmayadi seperti penertiban Pasar Aksara dan Sukaramai. Chiesa Daffa Van Putra/FUSI/IAT/II Ini kabar memalukan. Terlebih lagi saya seorang muslim yang menjunjung tinggi kebersihan, sebagaimana kata pepatah, kebersihan adalah sebagian dari iman. M. Ikhsan Ramadhan/FDK/MD/II Kurangnya kesadaran masyarakat menjaga lingkungan adalah salah satu penyebab Kota Medan dinobatkan sebagai kota terkotor. Sebab
itu, tempat pembuangan sampah perlu mendapat perhatian khusus dari Pemkot Medan. Fauziah Nur/FIS/Ikom/II Menjadi kota terkotor di Indonesia bukanlah prestasi, melainkan sindiran kepada warga Kota Medan. Oleh sebab itu, sudah seharusnya kita sebagai warga benar-benar memperhatikan kondisi lingkungan yang kita huni. Dinda Jasa Putri/FITK/PMM/II Pemerintah Kota Medan cukup bagus, tetapi masyarakat yang tidak peduli lingkungan menyebabkan selokan penuh sampah dan nyamuk. Hal ini dapat diberantas jika pemkot membuat pemantau sampah di setiap tempat tinggal.
SOBAT DINAMIKA M. Rifqi Sulma/FITK/PBI/VI Dinamika adalah lembaga pers mahasiswa yang sangat berguna bagi mahasiswa UIN SU. Karena mengangkat berita-berita terkini di lingkungan kampus, Dinamika juga mengangkat berita-berita hiburan yang menarik, serta mempunyai rubrik islami. Dicky Mahendra/FEBI/EKI/VI LPM Dinamika sebuah lembaga pers mahasiswa yang memberikan informasi-informasi terkini seputar kampus. Dinamika juga selalu mengadakan pelatihan-pelatihan untuk menambah skill para kadernya seperti kepenulisan, desain grafis, dll. Rafika Hayati Dalimunthe/FEBI/PS/ II LPM Dinamika menjadi tempat untuk mengembangkan bakat me-
nulis ketika menjadi reporter dan lainnya.
asal dari narasumber yang sesuai dengan bidangnya.
Zulfi Widia Fitri/IAT/Ushuluddin/II
Habibi Martua Hasibuan/SA/FIS/IV
LPM Dinamika itu sangat dibutuhkan oleh mahasiswa UIN SU, karena LPM Dinamika yang mengabarkan perihal yang terjadi di sekitar kampus.
LPM Dinamika adalah lembaga pers yang bagus, karena selain bisa belajar, Dinamika juga dapat memberikan manfaat untuk para pembaca lewat karya tulisnya. Majalahnya keren dan tulisannya bagus.
Wahyu Ramansyah/Ilkom/Saintek/II
Andini Rizki Utami/MD/FDK/II
Dinamika merupakan organisasi yang bagus. Karena Dinamika, mahasiswa dapat mengetahui cara menjadi reporter dan cara menulis. Dinamika juga sering membagikan berita yang ada di dalam kampus maupun di luar kampus.
Dinamika bukan sekadar organisasi, tetapi wadah dari aspirasi seluruh mahasiswa UIN SU. Dinamika bisa memberikan informasi penting. Bukan hanya mengenai kampus, melainkan informasi dari luar juga. Majalah Dinamika itu juga unik, kreatif, dan pastinya informatif.
Devi Sepriani/IKM/FKM/IV LPM Dinamika merupakan lembaga pers mahasiswa yang beritanya konkret dan dapat dipercaya hasil beritanya. Berita yang disajikan ber-
MEDAN, KOTA KEMALANGAN PREDIKAT Foto: Taufik Syahputra
P
redikat terendah ajang Penghargaan Adipura Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) Republik Indonesia kategori kota metropolitan terkotor berada di genggaman Kota Medan usai dinobatkan pada 14 Januari tahun ini. Aroma penghargaan yang diterima konon menyengat ke setiap elemen yang bertanggung jawab. Anggota masyarakat di kota ini bersama jajaran pejabat setempat punya megaandil mewujudkan lingkungan bersih bebas sampah. Di balik wajah penghargaan itu, sistem pengelolaan sampah di Kota Medan memang belum sesuai dengan ketentuan penilaian KLHK yakni setop open dumping (pembuangan terbuka) dan menerapkan sanitary landfill (menumpuk sampah di lokasi cekung, lalu menimbunnya dengan tanah). Hal ini yang menjadi indikator utama semakin mendekatnya Medan kemalangan predikat. Di Gedung Manggala Wanabakti Jakarta, atas instruksi Wakil Presiden Jusuf Kalla, Dirjen Pengelolaan
Sampah Limbah dan Bahan Beracun Berbahaya KLHK Rosa Vivien Ratnawati mengumumkan 146 kabupaten/kota peraih penghargaan Adipura terendah. Rosa menyebut, Kota Medan adalah wilayah terkotor kategori kota metropolitan. “Kota terkotor itu kota metropolitan, yaitu Kota Medan, kota besar itu Bandar Lampung dan Manado. Kota sedang itu Sorong, Kupang, dan Palu. Sedangkan kota kecil kebetulan berada di wilayah timur semua, yaitu Waykabubak (Sumba Barat), Waisai (Raja Ampat, Papua Barat), Ruteng (Manggarai, NTT), Buol (Sulawesi Tengah), dan Bajawa (Ngada, NTT),” kata Rosa sebagaimana dilansir dari laman medan.tribunnews.com (14/1/2019). Tanggung jawab terbesar membuat kinerja pejabat tinggi lebih ekstra dalam menanggulangi sistem pengelolaan sampah. Berkaca dari sistem seperti apa yang diterapkan, pihak berwajib sendiri mengakui bahwa pembuangan sampah terbuka selama ini menjadi porosnya. Tim
reportase menerima akuan ini dari pihak Mandor Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Terjun Jalan Marelan Raya, bahwa penerapan pengelolaan sampah open dumping sesuai penilaian KLHK memang benar adanya. “Kita masih open dumping tapi itu kan sudah kita taburi juga dengan tanah, masih separuh karena memang belum sepenuhnya menjadi sanitary landfill,” ucap Iriyanto saat dijumpai 29 Maret lalu. Ujaran pengakuan yang sama juga diungkapkan oleh Drs. H. T. Dzulmi Eldin S, M.Si., M.H. saat diwawancarai namun, Wali Kota Medan itu menangkis istilah ‘Medan Terkotor’. “Yang harus saya tekankan adalah, bahwa Medan bukan kota terkotor seperti yang banyak dilansir sejumlah media. Kendala utama kenapa sistem sanitary landfill belum diterapkan karena keterbatasan lahan yang dimiliki Pemkot Medan. Sebab untuk pengelolaan sampah menggunakan sistem sanitary landfill butuh lahan yang luas,” bantahnya.
Majalah Dinamika Edisi 50 | Mei 2019
7
REPORTASE UTAMA “Kalau tidak menjalankan tugas, dikasih sanksi berupa surat peringatan satu dan jika mengulanginya lagi biasanya itu langsung dipecat, kalau sama kita peraturan kejam,” jelas Dara saat ditemui di ruang kerjanya. Dua TPA yang ada di Sumatera Utara, yaitu TPA Terjun, berdiri pada 1992 dengan sistem open dumping, dan TPA Namo Bintang Deli Serdang yang didirikan pada 1987 dengan luas areal 16,8 hektare, namun sejak 2013 sudah nonaktif. TPA yang terletak di Jalan Jamin Ginting Km 14 ini ditutup Wali Kota Medan Drs. H. Rahudman Harahap., M.M. seperti yang disampaikan Iriyanto Mandor TPA Terjun sekarang, yang dahulunya juga sempat bekerja selama 15 tahun di TPA Namo Bintang. Foto: Taufik Syahputra
“Sebenarnya Pemkot Medan telah menggunakan sistem sanitary landfill dalam pengelolaan sampah di TPA Terjun. Hanya saja belum dilakukan sepenuhnya, sebab sebagian pengelolaan yang dilakukan masih menggunakan sistem open dumping. Namun, yang dinilai KLHK RI justru pengelolaan yang menggunakan sistem open dumping, sehingga nilai yang diperoleh Pemkot Medan sangat rendah. Jadi tidak benar kalau Kota Medan adalah kota terkotor,” katanya. Dilansir dari situs jawapos.com (16/1/2019) Kepala Dinas Kebersihan dan Pertamanan (DKP) Kota Medan M. Husni mengatakan pengelolaan sampah di TPA dibuang begitu saja. “Sedangkan pengelolaan sampah yang kita lakukan di TPA Terjun selama ini menggunakan sistem open dumping yaitu sampah dibuang begitu saja di TPA tanpa dilakukan pengelolaan lebih lanjut,” jelasnya.
8
seluas 14 hektare semakin meyakinkan bahwa 2.000 ton sampah masuk dalam sehari. Gunungan sampah tak jarang mengeluarkan api-api kecil, asap, dan berkabut putih memperlihatkan seakan tengah ada pembakaran. “Pengelolaan sampah tidak ada pembakaran, hanya ditimbun. Sampah di TPA terbakar sendiri mungkin karena di situ ada kaca dan segala macamnya. Karena dia di atas pun banyak angin. Itu tidak sengaja dibakar, kalau sengaja dibakar kita dimarahi oleh pihak lingkungan hidup,” pungkas Iriyanto, Mandor TPA Terjun.
Open Dumping
Staf pencatat Surat Perintah Jalan (SPJ) Dara Putri Melati saat dijumpai juga menyampaikan hal yang sama. Sampah terbakar dengan sendirinya karena sampah mengandung gas. “Sampah itu terbakar sendiri, karena sampah mengandung gas, bukan karena dibakar dengan sengaja,” katanya.
Tak puas hanya mendengar bagaimana sistem open dumping di atas. Empat reporter Reportase Utama mendatangi lokasi TPA Terjun, sekitar 100 meter, hawa dan aroma busuk sampah jelas terasa di indra pencium. Sampah yang sudah bertahun ditumpuk dan menggunung di area
Dara mendata sebanyak 200 mobil sampah yang masuk menyetorkan sampahnya per hari. Ketegasan pihak TPA terhadap tim pengangkut sampah ke daerah-daerah kota juga cukup keras. Pengangkut sampah yang tidak menjalankan tugas dengan baik akan menerima sanksi.
Majalah Dinamika Edisi 50 | Mei 2019
Akibat dinonaktifkannya TPA Deli Serdang, maka sampahnya dialihkan ke TPA Terjun. “Semua pembuangan sampah kemari dimulai dari tahun 2013 karena TPA Namo Bintang sudah ditutup oleh Pak Rahudman, jadi semua kemari,” katanya. Upaya Masyarakat Fenomena sampah dibuang sembarangan yang berdampak pada lingkungan diakui masyarakat di sekitaran Sungai Deli, Seli Sasmita. Saat diwawancarai, ia mengaku jujur pernah membuang sampah sembarangan. “Jujur saya pernah membuang sampah sembarangan, melihat sampah yang berserakan di lingkungan rumah, saya merasa tidak nyaman, belum ada sistem yang warga sekitar gunakan untuk mengelola sampah di sini, sampah-sampah masih dibiarkan terbuang begitu saja,” akunya. Kebiasaan warga yang membuang sampah sembarangan dikritisi oleh Indah Sari warga Tembung Pasar VII. Menurutnya, sikap membuang sampah sembarangan tidak layak diikuti. “Pandangan saya terhadap berseraknya sampah di mana-mana, tentu kita sebagai masyarakat harus melek akan kewajiban menjaga lingkungan. Contohnya jangan lagi membuang sampah di sembarang tempat,” timpalnya.
REPORTASE UTAMA Tak heran, pengamat lingkungan Jaya Arjuna sempat menyentil bahwa Kota Medan pantas dikatakan sebagai kota terkotor. Bahkan usai dilakukan jajak pendapat oleh Litbang LPM Dinamika terhadap 254 responden, terdata hanya 17,7% masyarakat yang tidak mengetahui Medan sedang menyandang kota terkotor. Namun, selebihnya lagi masyarakat sudah tahu akan predikat ini, tetapi membuang sampah sembarangan masih saja dilakukan. Berbagai ide-ide yang diberikan Jaya kepada pemkot terkait pengolahan sampah yang tidak terealisasi dikesalkannya. “Kota Medan pantas dikatakan sebagai kota terkotor. Sudah lama dilakukan inovasi dan banyak ide dalam pengelolaan sampah untuk Kota Medan, tetapi tidak direalisasikan pemerintah. Pemimpin harus memiliki kecerdasan dalam menanggulangi permasalahan yang ada dalam masyarakat, itu yang paling terpenting,“ katanya saat diwawancarai di kediamannya. Dalam hal menananggulangi sampah, tidak hanya pemerintah yang berperan aktif, ada juga komunitas di bidang lingkungan yang turut berpartisipasi, seperti Sahabat Alam (Salam) Sumatera Utara, yang bersekretariat di belakang Institut Teknologi Medan di Jalan Jati II. Dengan merealisasikan program
pemberdayaan masyarakat di sekitar Sungai Deli, Salam memberikan berbagai pengajaran di bidang lingkungan dengan mendirikan Sanggar Anak Sungai Deli (Sasude). “Di bidang sosial, kami melakukan pemberdayaan masyarakat di sekitar Sungai Deli dengan memberikan berbagai pengajaran di bidang lingkungan dengan mendirikan Sasude. Tiap sore anak-anak dan masyarakat sekitar diajarkan untuk mengutip sampah yang berserakan,“ jelas Benri Hutagaol sebagai Sekretaris Salam Sumut. Tak hanya Sasude, ada pula upaya lain yang mereka lakukan, yaitu dengan mengampanyekan kepada masyarakat untuk sadar bagaimana mengurangi sampah dan memanfaatkan sampah agar bisa digunakan kembali. Program Ekrobik namanya, tiap harinya sampah rutin dikumpulkan lalu dimasukkan ke dalam botol plastik. “Sampah dipilih mana yang bisa dijual dan yang tidak bisa. dijual dapat dijadikan sebagai pengganti batu bata,” ucap Benri. Upaya Pemkot Medan Mengkritisi berbagai sistem pengelolaan sampah baik yang saat ini tengah diterapkan oleh TPA di Kota Medan, maupun yang belum sepenuhnya diterapkan. Lantas, pengamat lingkungan justru berpendapat
sistem open dumping dan sanitary landfill itu sistem kuno untuk kancah kota modern. “Sistem open dumping, sanitary landfill itu merupakan sistem kuno yang sudah tidak digunakan lagi di kota modern. Apalagi seperti di Singapura, Korea, dan lainnya, sistem sekarang menggunakan sampah dengan dibakar untuk tenaga listrik. Medan menggunakan open dumping, dengan cara membuang sampah seenaknya. Sekarang di kota modern tidak diberlakukan lagi plastik, tidak usah lagi belanja menggunakan plastik, plastik ditiadakan saja,” saran Jaya Arjuna. Perihal upaya menegakkan Medan kota bersih, titik tengah yang turut andil untuk menjawab sebenarnya adalah Dinas Kebersihan dan Pertamanan (DKP) Kota Medan. Saat tim reportase memasukkan surat izin wawancara ke kantor DPK untuk menemukan jawaban dari pertanyaan-pertanyaan yang sudah dirincikan, kurang lebih dua minggu setelah surat dimasukkan, itikad baik untuk membuka ruang tanya jawab kepada tim belum ada titik terang. Surat yang dikirim berakhir dengan balasan via pesan telepon bertuliskan ‘Dek! surat tidak bisa dijawab’ ketik Warda bagian administrasi surat masuk kantor Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Medan.
Foto: Taufik Syahputra
Majalah Dinamika Edisi 50 | Mei 2019
9
REPORTASE UTAMA Dari informasi yang diterima tim reportase, wali kota mempertegas bahwasanya upaya menjaga kebersihan Kota Medan bukan sekadar mengikuti ajang Adipura namun, Pemkot Medan terus berupaya menjadikan kota metropolitan ini kota bersih dari sampah. Petugas kebersihan dengan sebutan Melati dan Bestari dikerahkan dengan tugasnya masing-masing. “Sebenarnya, ada tidaknya Adipura pun Pemkot Medan tetap dan terus berupaya menjadikan Kota Medan bersih sampah. Kita memiliki petugas Melati dan Bestari untuk melakukan pembersihan. Tugas mereka setiap harinya menyapu dan mengangkut sampah. Di samping itu, kita terus menambah sarana dan prasana guna mendukung kelancaran gerakan pembersihan yang dilakukan,” jawab Dzulmi Eldin. Upaya mengatasi lingkungan Kota Medan bebas sampah sudah dibeberkan oleh Pemkot Medan. Namun, salah satu warga yang tinggal di Jalan Seroja, Medan Sunggal justru menyebut tidak baik sampah diendapkan berhari-hari. “Sampah di sini biasanya diangkut dua kali dalam seminggu, bahkan terkadang hanya sekali seminggu. Sampah itu
tidak baik diendapkan berhari-hari. Tidak puas saya terhadap kinerja pemerintah setempat,” ucap Aulia Ulfa Nurmalika saat dimintai tanggapan. Kritikan keras juga dibidik oleh Seli Sasmita. Sampah di area rumahnya dua sampai tiga minggu sekali diangkut, bahkan tidak pernah ada pengutipan sampah. “Dinas Kebersihan hanya mengutip sampah ke rumah yang letaknya di bagian atas, karena saya tinggal hampir berdekatan dengan Sungai Deli, tidak pernah ada pengutipan sampah. Sedangkan di bagian atas, mungkin dua sampai tiga minggu sekali setiap pagi dibersihkan. Kinerja Dinas Kebersihan menurut saya tidak efektif ya,” ucapnya dengan mimik kekesalan. Pemkot Medan, Dzulmi Eldin menegaskan kepada warga untuk tidak lagi membuang sampah sembarangan. “Kebersihan Kota Medan bukan hanya menjadi tanggung jawab petugas kebersihan, tapi juga tanggung jawab kita semua. Maka itu, cintailah Kota Medan layaknya kita mencintai rumah kita sendiri. Jagalah kebersihan Kota Medan, sebagaimana kita menjaga kebersihan di rumah kita sendiri. Mari kita jaga,
kita rawat dan kita pelihara kebersihan Kota Medan yang kita cintai ini. Tanpa dukungan penuh dari warga, sulit bagi kita untuk mewujudkan Medan menjadi zero waste city,” tegas Wali Kota yang berkacamata itu. Semakin peliknya kondisi TPA Terjun dengan muatan yang overcapacity, Pemkot Medan merencanakan akan kembali mengoperasikan TPA Namo Bintang untuk menampung sampah 2.000 ton setiap harinya. Namun, upaya apa pun yang dilakukan Pemkot Medan untuk mewujudkan Medan menjadi zero waste city tidak akan pernah terwujud tanpa dukungan dari masyarakat. “Itu sebabnya, saya mengharapkan kesadaran masyarakat agar dapat menjaga kebersihan lingkungan tempat tinggalnya masing-masing dengan tidak membuang sampah sembarangan, terutama dalam parit maupun sungai,” pesan wali kota Medan. Koordinator Liputan: Ayu Wulandari Hasibuan Reporter: Audry Uyuni, Afifah Lania, Asri Alviana, Muhammad Rio Fani, dan Mahfuza
SURVEI LITBANG LPM DINAMIKA MENGENAI PENGOLAHAN SAMPAH DI KOTA MEDAN 1. Apakah Anda tahu bahwa Medan telah menyandang gelar sebagai kota terkotor se-Indonesia? Tahu
3. Bagaimana caranya agar kota Medan tidak menyandang kota terkotor lagi? Dengan cara mengurangi penggunaan plastik Dengan cara perbanyak tempat sampah
Tidak tahu
Dengan cara gerakan gotong royong
82,3%
66,9%
2. Apakah Anda tahu di mana tempat pembuangan akhir (TPA) sampah di Kota Medan?
Tahu Tidak tahu
4. Menurut Anda pengelolaan TPA seperti apa yang harus diterapkan? 3R (Reduce, Reuse, dan Recycle) Sanitary Landfill (Sampah dikubur di galian tanah) Insenirasi (Pembakaran Sampah)
Metode jejak pendapat: Pengumpulan pendapat melalui penyebaran angket divisi Litbang LPM Dinamika UIN SU, sebanyak 288 responden masyarakat Kota Medan
10
Majalah Dinamika Edisi 50 | Mei 2019
WAWANCARA KHUSUS Pada 14 Januari, Medan dinobatkan sebagai kota terkotor di Indonesia.
Ulasan Usai Medan Dinobatkan sebagai Kota Metropolitan Terkotor
Bagaimana pandangan Anda terkait informasi tersebut? Kota Medan sebagai kota terkotor di Indonesia bukanlah hal yang baru. Sebab, enam tahun sebelumnya Kota Medan telah mendapatkan predikat tersebut. Salah satu upaya untuk membuat Medan menjadi kota terbersih ialah dengan mencari wali kota yang nantinya bisa membuat Medan jadi layak huni. Untuk sekarang wali kota tidak mampu menjalankan tugasnya dengan baik, akibatnya Medan menduduki penilaian Adipura penghargaan kota terbersih itu tidak menilai kotor atau bersihnya, melainkan apakah tempat tersebut layak huni atau tidak. Sebagai pengamat lingkungan, bagaimana pendapat Anda mengenai banyaknya sampah yang berserakan di Kota Medan? Sampah di Medan sudah tidak bisa teratasi lagi, karena masyarakat Medan membuang sampah sesuka hati, dijuluki sebagai kota terkotor se-Indonesia merupakan hal yang memalukan. Medan pada tahun 2006 pernah mendapatkan Adipura dan pada tahun 2019 Medan di posisi 26 dari 27 kota terkotor. Harusnya wali kota mencari kelemahan kita menjadi kota tidak layak huni, kemudian mengubahnya menjadi kota yang layak huni nantinya. Upaya apa yang perlu dilakukan masyarakat untuk mengurangi citra Kota Medan sebagai kota terkotor? Masyarakat harus memulai dari dirinya sendiri, karena kebersihan sebagian dari iman. Harusnya masing-masing orang mengantongi sampah dan membuangnya di tempat sampah, jangan membuang sampah sembarangan. Tangani sampah dengan baik dan menjadi masyarakat yang peduli terhadap lingkungan sekitarnya. Saling menjaga apa
Jaya Arjuna (Pengamat Lingkungan dan Dosen Fakultas Teknik USU)
yang sudah diberikan, karena merusak lingkungan sama dengan melawan Tuhan. Seperti yang dijelaskan Alquran Surat Qashash: 83, artinya: �Negeri hari kiamat itu, kami jadikan untuk orang-orang yang tidak ingin menyombongkan diri dan berbuat kerusakan di muka bumi. Dan kesudahan yang baik itu adalah bagi orang-orang yang bertakwa�. Bagaimana menurut Anda penanggulangan sampah di Kota Medan? Tempat Pembuangan Akhir (TPA) sudah tidak perlu lagi, karena sampah-sampah yang ada di Medan sudah terlalu banyak, lebih bagus sampah dijadikan sebagai pembuatan aliran listrik. Di Medan, TPS dibagi di beberapa tempat dengan jenis yang berbeda-beda, tapi apa gunanya? Pada akhirnya sampah itu akan disatukan kembali dalam truk, karena truk sampah masi kurang memadai. Sampah yang sudah banyak tidak mungkin akan dibakar, sampah itu harusnya dijadikan sumber energi listrik untuk jenis-jenis tertentu. Jadi usaha apa pun yang dilakukan itu sudah sangat sulit, kecuali pemerintahnya sendiri tegas mengambil keputusan terhadap sampah yang sudah berserakan. Open dumping
RALAT MAJALAH 49: Rubrik wansus majalah edisi 49. (Tulisan pada rubrik wansus merupakan refleksi dari penulis yang trinspirasi dari bincang santai dengan narasumber, Dr.Nurasiah M.A). Mekanisme internal dan eksternal sedang dilakukan untuk terus memperbaiki dan menindaklanjuti kesalahan fatal ini.
tidak boleh digunakan lagi untuk kota-kota besar. Sejauh ini pengorekan parit sudah dilakukan, tetapi hasilnya, ternyata air tidak mengalir, jadi pengorekan itu sia-sia, itu semua karena kinerja pekerjaannya kurang bagus. Sebagai pengamat lingkungan, apakah Anda bekerja sama dengan wali kota terkait kebersihan Kota Medan? Saya sudah membuat dan mengajukan penelitian ke wali kota tapi tidak ada respon, sampah di Kota Medan 75% itu sudah tidak bisa terangkut. Setiap harinya, sampah yang tidak terangkut mengakibatkan banjir pada tempat tertentu, padahal sampah yang sudah ada bisa dipergunakan untuk kebutuhan energi. Apa harapan Anda untuk Pemkot Medan soal kebersihannya? Harapan besarnya hanya mengganti wali kota dengan yang baru, yang nantinya mempunyai sifat amanah, termasuk semua jajarannya. Semua harus ditukar dengan orang-orang yang mampu menyejahterakan masyarakat, yang tahu apa itu kota layak huni dan bagaimana mencapai kota layak huni. Pemkot Medan harus mulai berpikir untuk menangani masalah tersebut.
Reporter: Karmila Sinaga, Nurhotma Tambak, Roja Suma Andhika
Majalah Dinamika Edisi 50 | Mei 2019
11
REPORTASE KHUSUS
MELOTOT! BUKAN MELUTUT MATA MEDIA, MAU KE MANA?
C
Ilustrasi: Tumbularani
oba ingat lagi, fenomena yang terjadi pada 9 Juli 2014 silam. Pada saat itu negara kepulauan ini melangsungkan pesta demokrasi serentak. Saat itu rakyat Indonesia memilih calon presiden dan calon wakil presiden, serta calon wakil-wakil rakyat seperti DPR RI, DPD RI, DPRD Provinsi, dan DPRD Kabupaten/ Kota secara bersamaan. Setelah pesta demokrasi dilakukan, ada kejanggalan yang terjadi lantaran hasil informasi perhitungan suara berbeda-beda. Dilansir kompas.com pada Juli 2014 lalu, 7 dari 11 lembaga survei menyebut pasangan Jokowi-JK yang saat itu menjadi pasangan calon nomor urut 02 menjadi pemenang pemungutan suara, sedangkan empat lembaga survei lainnya mengumumkan bahwa pasangan Prabowo-Hatta-lah yang menjadi pemenang. Saat itu mereka mengantongi nomor 01. Ternyata perbedaan hasil survei dari lembaga-lembaga yang bersangkutan turut memengaruhi isi pemberitaan di stasiun televisi swasta. Stasiun televisi X dengan berlandaskan hasil survei dari lembaga A menyebutkan bahwa pasangan Prabowo-
12
-Hatta memenangkan pemilihan presiden dengan unggul 10,3% di atas pasangan Jokowi-JK. Sedangkan di waktu yang berbeda, stasiun televisi Y dengan berpedoman hasil survei dari lembaga B justru menginformasikan bahwa pasangan Jokowi-JK-lah yang memenangkan pilpres dengan unggul 4,67% di atas pasangan Prabowo-Hatta. Lalu, apa sebenarnya yang terjadi di balik pemberitaan media-media terkenal itu? Setelah 2014, tahun ini pesta serupa kembali terselenggarakan. Media yang menjadi sumber asupan berita untuk masyarakat setiap waktu menjadi dipertanyakan independensinya selama masa pesta demokrasi. Seperti halnya yang dikatakan Ketua Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Kota Medan (15/3) lalu bahwa independensi pada media memang sering muncul isunya saat mendekati pemilu. Lebih rinci, ketua AJI yang tak lain ialah Liston Damanik menjelaskan bahwa media yang dikatakan independen adalah media yang mampu memberitakan kejadian atau
Majalah Dinamika Edisi 50 | Mei 2019
peristiwa yang memang realitas tanpa intervensi siapa pun namun, tidak bisa dimungkiri bahwa jurnalis juga hanya seorang buruh. “AJI lebih fokus pada jurnalisnya, menurut saya yang menjadi masalah adalah jurnalis hanya seorang buruh yang tidak bekerja sendiri. Ia hanya mengikuti arahan perusahaan,� jelasnya. Menyempurnakan penjelasannya, ia berargumen bahwa jurnalis yang independen harus mampu memberitakan secara informatif. Sebagai contoh ia menyebutkan bahwa calon legislatif (caleg) pada pemilu serentak nanti ada banyak, maka jurnalis harus memperkenalkannya. Bila ada caleg mantan narapidana (napi) korupsi, jurnalis tidak boleh takut menginformasikannya, sebab itulah bagian dari independen. Jurnalis harus kritis dan mampu membangun kesadaran politik untuk menciptakan media yang independen. “Selain itu, ada juga yang saat ini menjadi sorotan bagi kami, yaitu terkait kelompok minoritas seperti orang yang berkebutuhan khusus. Bagaimana cara mereka agar ikut terlibat dalam pesta demokrasi, itu
REPORTASE KHUSUS juga penting dijadikan pemberitaan. Jadi media jangan melulu berfokus pada debat capres, karena itu sangat mendasar,” tegasnya kembali. Media bevlum maksimal Jika Liston lebih memberitahu bagaimana media yang independen terkhusus pada jurnalisnya, Yosep Adi Prasetyo yang tak lain merupakan Kepala Dewan Pers Indonesia saat diwawancarai (14/3) lalu mengungkapkan bahwa, media saat pesta demokrasi masih belum bergerak maksimal. Sebab menurutnya media terlalu fokus memberitakan terkait persaingan Jokowi dan Prabowo hingga lupa bahwa pemilu serentak ini juga melibatkan pemilihan caleg. “Saya sendiri sebagai dewan pers tidak tahu siapa yang akan mewakili saya untuk maju di Senayan nanti. Media ini terlalu terkesima dengan kedua capres dan saya rasa sudah cukup untuk hal itu. Beritakanlah siapa saja calon anggota parlemen yang baik yang bisa dipilih publik untuk mewakili kepemimpinan provinsi maupun kabupaten dan kota nanti,” ujar Yosep dengan tegas. Kemudian, lelaki berkacamata tersebut memberitahu bahwa dari banyaknya caleg, terdapat 81 orang mantan napi korupsi namun, secara jelas rakyat tak tahu-menahu siapa saja orang tersebut. Yosep mengatakan di sinilah peran media sangat dibutuhkan, jangan hanya berfokus pada capres tapi juga wakil publik, rakyat perlu mengenal siapa calon pemimpin yang baik agar tidak salah pilih. Sejalan dengan perkataan Ketua Dewan Pers, Abdul Azis, S.Sos., M.AP selaku Kepala Bidang Pengelolaan Komunikasi Publik Kominfo Sumatera Utara berpendapat bahwa, profesionalisme media di masa pesta demokrasi menjadi isu yang nyaris tak pernah absen. Menurutnya
media diarahkan posisinya sebagai penyeimbang tiga kutub kekuatan, yaitu legislatif, eksekutif, dan yudikatif. Ketika media atau pers harus memberi keberpihakan maka keberpihakan itu harus ditujukan kepada kepentingan publik. Itulah idealisme pers yang merupakan fungsi hakiki yang melekat padanya, (22/3). “Harapannya semua media baik cetak maupun online pada tahun politik ini haruslah berimbang dalam pemberitaan guna memberikan pencerahan pada masyarakat dalam posisi netral. Baiknya untuk semua media mesti mempunyai badan hukum dan memenuhi layak siar untuk mencegah banyak timbulnya
ran dan media online, maka harusnya kode etik jurnalistik benar-benar diterapkan agar kepentingan publik itu di atas kepentingan pribadi seorang jurnalis,” tandasnya. Selain itu, seseorang yang berlatar belakang partai politik juga menilai bahwa media masih mengutamakan kepentingan politik dalam pemberitaan. “Media ini seperti perusahaan yang dimiliki seseorang bahkan yang memilikinya adalah ketua partai, jadi sesama partai saling menonjolkan kepunyaannya dengan cara menjelek-jelekkan calon lain. Media belum sanggup netral menyikapi pesta demokrasi. Saya tidak
berita hoaks,” harap Abdul Azis. Kepentingan politik Potensi tarik-menarik kepentingan antara pers dengan elit politik dan penyalahgunaan fungsi pers dalam proses pesta demokrasi dapat dimungkinkan terjadi karena beberapa penyebab yang berpangkal pada tingkat profesionalisme. Menurut salah seorang yang tidak ingin disebutkan namanya bahwa persaingan bisnis antarmedia juga besar adanya. “Persaingan bisnis antarmedia memang besar adanya, saya menyebutnya sebagai urusan dapur. Urusan dapur ini memang bisa membuat pemberitaan itu tidak berimbang, bisa dibuktikan sendiri dengan sering membaca ko-
heran jika media sindir-menyindir karena ada kepentingan terselubung di dalamnya. Hal ini pun sering kali terjadi bahkan setiap hari terputar,” ungkap lelaki yang akrab disapa Iqbal itu. Tak hanya Iqbal, seorang mahasiswa dari Universitas Andalas juga mengeluarkan argumen terkait media yang berlatar belakang politik. Menurut mahasiswa akhir bernama Hayatul Izzati bahwa media ber-
Majalah Dinamika Edisi 50 | Mei 2019
13
REPORTASE KHUSUS fungsi membangun opini publik dan menjadi sarana pemberitaan kepada masyarakat namun, tak bisa dimungkiri bahkan salah satu televisi swasta pun dimiliki oleh ketua umum salah satu partai politik (parpol) pendukung paslon pilpres. “Yang saya harapkan adalah media-media dapat menjaga perannya dengan baik dalam pemberitaan sebagaimana yang diharapkan publik untuk menjadi media yang independen dan berimbang, adil dalam menampilkan dua paslon. Tidak didikte oleh kepentingan politik tapi mengedepankan edukasi dan informasi bagi masyarakat luas mengenai dunia perpolitikan,” tegasnya. Hal serupa juga diungkapkan oleh salah satu mahasiswa Fakultas Syariah dan Hukum UIN SU, Salim Abdurrahman bahwa media tidak dapat dimungkiri semakin dekat dengan politik menjelang pemilu. Ia mengatakan bahwa media mau tidak mau harus memberitakan hal-hal terkait politik, tapi media harus tetap berdasarkan kode etik sehingga tidak menyebabkan hal-hal yang tidak diinginkan. Media harus tetap independen dan jangan sampai menjadi alat penguasa memuaskan keinginan kekuasaannya. Tidak berhenti di situ, Dio Feryanda salah satu pengusung paslon pilpres turut menyampaikan komentarnya terhadap media. “Saya pernah merasa ada media yang menjelekkan calon yang saya usung, walau tidak sering dan saya lupa nama medianya. Isinya itu seperti menyudutkan paslon yang saya usung. Saat itu terjadi saya dan tim cukup melakukan pengklarifikasian,” komentarnya. Media berlatar politik? Andi Sirait, mahasiswa UIN SU yang juga tergabung dalam tim sukses (timses) pemenangan salah satu paslon pilpres menuturkan bahwa ia tidak mempermasalahkan media
14
yang terikat politik. “Menurut saya media itu boleh saja menjadi sarana politik karena peran media itu baik dalam melancarkan pesta politik dengan menjadi sarana penyalur informasi kepada publik,” ujar mahasiswa Jurusan Manajemen Pendidikan Islam itu. Pendapat selaras juga datang dari Andre Bagaskara yang tak lain merupakan bagian dari partai politik pengusung paslon pilpres. “Tidak masalah media menjadi sarana politik sebab media sangat berkontribusi dalam memudahkan sosialisasi guna mencapai tujuan. Hanya saja, dalam pemberitaan media harusnya menggunakan sumber yang jelas dan terpercaya agar tidak menjadi hoaks dan menimbulkan ujaran kebencian,” tuturnya. Berangkat dari argumen-argumen tersebut, Kepala Dewan Pers Indonesia sempat menyampaikan tanggapannya saat diwawancarai. Ia membenarkan bahwa memang ada media yang berlatar belakang partai politik serta ikut andil dalam timses sehingga memunculkan persaingan publik kemudian rakyat tidak mendapatkan informasi yang cukup untuk memilih calon pemimpin. “Kalau ada media yang terang-terangan mendukung salah satu paslon pemilu kami dewan pers bolehkan tapi itu tetap dalam ruang lingkup editorial. Di dalam pemberitaan tetap berlaku yang namanya kode etik jurnalistik yang harus diterapkan dan tidak boleh hoaks tentunya. Media boleh bergabung pada partai politik, tapi itu adalah corongnya partai. Publik yang akan menghukumnya nanti. Jika media terikat pada partai maka berita itu yang baca pasti hanya pengikut partainya. Itu pernah terjadi pada masa Presiden SBY dan sampai ada media yang tutup karena hal tersebut. Simpulannya, publik tidak mungkin percaya pada media yang
Majalah Dinamika Edisi 50 | Mei 2019
terikat pada partai, sebab publik tidak membutuhkan berita hoaks,” jelas Yosep Adi mengakhiri proses wawancara. Sementara itu, Liston Damanik menegaskan bahwa jurnalis yang terlibat politik praktis disarankan mengundurkan diri dari jurnalis. “Bukan tidak boleh tapi mungkin lebih ke etiknya. AJI sepakat kalau ada jurnalis jadi caleg, timses maupun parpol disarankan dia mengundurkan diri dari jurnalis supaya jangan mencampuradukkan konflik interest. Lebih baik mengundurkan diri sampai dia tak terlibat politik praktis lagi,” jawabnya saat dimintai keterangan terkait jurnalis yang terlibat politik. Kritis menghadapi media Menanggapi perihal wajah media saat ini, seorang pengamat politik bernama Dra. Meyli Wardhani saat diwawancarai Senin malam, (18/3) lalu menegaskan bahwa masyarakat harus kritis menghadapi media. Baginya masyarakat harus penuh edukasi memilih media, ia juga menyebutkan bahwa soal pihak-memihak sudah ada sejak zaman Orde Baru dan sulit dihapuskan di Indonesia
Ilustrasi: Tumbularani
REPORTASE KHUSUS ini. ”Pembaca juga harus berupaya meningkatkan pemahaman tentang melek media sehingga dapat meningkatkan apresiasi bermedia secara sehat dan kritis guna mendorong terciptanya good government dalam arti sesungguhnya, yaitu menjamin adanya partisipasi, transparansi, dan akuntabilitas, termasuk pada pelaksanaan pemilu dan pilkada serentak mendatang,” tambahnya lagi. Selain pengamat politik, Kepala Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) Sumatera Utara juga turut angkat bicara terkait hal ini. “KPI menurut Undang-Undang No. 32 tahun 2002 tentang penyiaran, dibentuk untuk mewakili aspirasi masyarakat dalam hal penyiaran. Berdasarkan hal tersebut jika terjadi pelanggaran maka KPI berhak memberi sanksi mulai tertulis, pembatasan program siaran, hingga pidana,” terangnya saat diwawancarai di ruangannya (23/3) lalu. Kemudian lelaki bernama Parulian Tampubolon tersebut berpesan agar masyarakat bijaksana dalam
penggunaan media, menjaga kebijakan berekspresi tapi jangan sampai kebablasan. Selain itu pengguna media harus cek dan ricek terkait keakuratan media agar terhindar dari hoaks, ujaran kebencian radikal hingga, terorisme agar mendapat manfaat dari media itu sendiri. Menanggapi perihal wajah media saat ini, seorang pengamat politik bernama Dra. Meyli Wardhani saat diwawancarai Senin malam, (18/3) lalu menegaskan bahwa, masyarakat harus kritis menghadapi media. Baginya masyarakat harus penuh edukasi memilih media, ia juga menyebutkan bahwa soal pihak-memihak sudah ada sejak zaman Orde Baru dan sulit dihapuskan di Indonesia ini. ”Pembaca juga harus berupaya meningkatkan pemahaman tentang melek media sehingga dapat meningkatkan apresiasi bermedia secara sehat dan kritis guna mendorong terciptanya good government dalam arti sesungguhnya, yaitu menjamin adanya partisipasi, transparansi, dan akuntabilitas, termasuk pada pelaksanaan pemilu dan pilkada seren-
tak mendatang,” tambahnya lagi. Selain pengamat politik, Kepala Komisi Penyiaran Indonesia Sumatera Utara Parulian Tampubolon juga turut angkat bicara terkait hal ini. “KPI menurut Undang-Undang No. 32 tahun 2002 tentang penyiaran, dibentuk untuk mewakili aspirasi masyarakat dalam hal penyiaran. Berdasarkan hal tersebut jika terjadi pelanggaran maka KPI berhak memberi sanksi mulai tertulis, pembatasan program siaran, hingga pidana,” ungkapnya saat diwawancarai di ruangannya (23/3) lalu. Ia juga berpesan agar masyarakat bijaksana dalam penggunaan media, menjaga kebijakan berekspresi tapi jangan sampai kebablasan. Selain itu pengguna media harus cek dan ricek terkait keakuratan media agar terhindar dari hoaks, ujaran kebencian Koordinator Liputan: Siska Ramayani Damanik Reporter: Devi Junita Sari, Dina Purnama, Fitri Fadillah Pakpahan, Rizki Audina, dan Alhafizh Mubarak Hamdan
SURVEI LITBANG LPM DINAMIKA MENGENAI PERAN MEDIA DALAM PESTA DEMOKRASI 1. Apakah menurut Anda politik boleh dijadikan sarana dalam politik pesta demokrasi?
3. Apakah menurut Anda ada media yang memihak dalam pemberitaan terkait pesta politik?
Boleh
Ada
Tidak Boleh
Tidak Ada
2. Tertarikkah Anda terhadap politik menjelang Pesta Demokrasi 2019?
Tertarik Tidak Tertarik
4. Menurut Anda apakah media saat ini, khususnya yang ada di Kota Medan sudah independen dalam menyampaikan informasi atau pemberitaan
Sudah Belum
Metode jejak pendapat: Pengumpulan pendapat melalui penyebaran angket divisi Litbang LPM Dinamika UIN SU, sebanyak 88 responden masyarakat Kota Medan
Majalah Dinamika Edisi 50 | Mei 2019
15
KAMPUSIANA I
Saling Tinju, Sema Vs Kepala Perpustakaan UIN SU
R
abu 6 Maret silam, Senat Mahasiswa (Sema) UIN SU melakukan aksi demo. Aksi demo tersebut dilatarbelakangi oleh dugaan penyelewengan dana dan pengadaan koleksi buku Perpustakaan UIN SU. Dugaan tersebut berdasarkan data yang mereka temukan di laman Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/ Jasa Pemerintah (LKPP) sirup.lkpp.go.id, sehingga Sema dan Kepala Perpustakaan UIN SU ‘saling tinju’ dengan data yang mereka yakini. Progresivitas Perpustakaan UIN SU kini menjadi omongan mahasiswa karena dianggap belum mampu memenuhi kebutuhan akademik. “Koleksi bukunya belum lengkap, terutama buku-buku hukum pidana, perdata, dan ekonomi sehingga saya harus ke perpustakaan lain,” ungkap Byanti Piacenza, mahasiswa Prodi Muamalah semester akhir itu. Begitu pun Santi Fathonah, katanya suasana perpustakaan kurang nyaman. “Di Perpustakaan UIN SU masih banyak mahasiswa yang berisik sedangkan perpustakaan daerah Rantauprapat suasananya lebih nyaman, tenang, dan tidak berisik. Fitur-fitur digitalisasi yang disediakan juga lebih baik,” katanya. Namun, mahasiswa Prodi Pendidikan Agama Islam itu menyadari sarana dan prasarana di Perpustakaan UIN SU sudah mengalami peningkatan.
16
Sementara, Kepala Perpustakaan UIN SU Triana Santi, S.S., M.M. menafikan beberapa komentar tersebut, pada 2015 saja ia sudah menerapkan sistem komputerisasi peminjaman buku. “Koleksi buku secara keseluruhan ada sekitar 70 ribu. Kita juga sudah menggunakan RFID yang otomatis terdata dan buku yang terdata itu sekitar 20 ribu buku. Digital Library (Digilib) juga ada, di Digilib itu ada Online Public Access Catalog untuk melihat jumlah keseluruhan eksemplar buku dan daftar kunjungan setiap harinya secara online. Mahasiswa juga dapat mengunduh aplikasi Perpustakaan UIN SU Kubuku,” jelas Triana saat diwawancarai di ruang kerjanya. Sema soalkan dana Setali tiga uang, apa yang dipersoalkan pengunjung Perpustakaan UIN SU rupanya diamini oleh Sema. Melihat keadaan perpustakaan yang dinilai belum berkembang, Sema mencari akar permasalahannya melalui data pendanaan sirup.lkpp. go.id yang tak sesuai dengan laju perkembangan. Sema pun mengambil sikap dengan mendemo Triana dan pihak biro. “Anggaran dana perpustakaan untuk pengadaan buku diduga mencapai ratusan juga dengan kisaran Rp100-300 juta. Tapi, itu masih dugaan,” ujar koordinator aksi demo Sema, Rahmat Syahputra Sinaga. Ia
Majalah Dinamika Edisi 50 | Mei 2019
beranggapan bahwa Triana sebagai induk Perpustakaan UIN SU setidaknya turut andil dalam pengadaan sarana dan prasarana. “Saya juga tidak paham dari mana (Sema) mendapat informasi itu. Saya sendiri tidak tahu karena itu bukan kuasa saya,” tandas Triana. Ia juga mengatakan bahwa Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) dan dirjen dari Kemenag baru-baru ini telah memeriksa dan sudah diberi laporan pertanggungjawabannya. “Tahun 2018 itu ada sekitar 489 judul dikali lima eksemplar dengan anggaran Rp325 juta. Sebenarnya itu masih kurang mengingat banyaknya jumlah mahasiswa. Jika satu judul sampai 40 eksemplar nanti tidak cukup space kita,” jelas Kepala Perpustakaan UIN SU yang menjabat sejak 2015 itu. Bagian Akademik dan Kemahasiswaan Biro UIN SU juga mempertanyakan Sema atas penyelewengan dana tersebut. “Kenapa mereka mengatakan proyek fiktif? Padahal di perpustakaan fasilitas sudah lengkap. Tapi, mengenai buku sesuai dengan mahasiswa atau tidak, itu bukan urusan saya,” ujar Joko Purwanto. Koordinator Liputan: Iin Prasetyo Reporter: Amita, Asep M. Sobirin, Diana Aliya
KAMPUSIANA II
UKT DIANGKAT, SARANA DIUNGKIT
J
ihan Khalida mengeluhkan besaran nominal uang kuliah tunggal (UKT) Rp3.316.000 yang harus dibayarnya. “Jumlah itu sangat besar untuk saya yang yatim. Ibu saya hanya penjual nasi. Terlepas dari itu, sarana dan prasarana di lokal juga tak memadai,” keluh mahasiswi FDK itu. Salah satu mahasiswi FKM juga keberatan dengan kenaikan UKT pada 2018. “Saya UKT kelompok III Rp4.436.000, keberatan dan merasa kasihan dengan orang tua. Karena masih ada tanggungan selain saya. Padahal tahun 2017 kelompok III itu, hanya Rp2.700.000”. Namun, Drs. Joko Purwanto Kepala Subbagian (Kasubag) Kemahasiswaan Akademik Biro UIN SU menyebut pembiayaan pendidikan di kampus JUARA sudah mengikuti standar. Sedangkan pelaksanaannya masih menyesuaikan dengan keadaan kampus. “UU standar pemakaian sistem UKT kita sama perintahnya dengan universitas yang lain. Hanya penjabarannya berbeda, kita menghitung UKT berdasarkan kebutuhan mahasiswa,” terang Joko. Menurut Joko, kenaikan nominal UKT setiap tahun akibat bertambahnya kebutuhan mahasiswa. “Kita belanja barang mengacu pada harga emas. Harga emas tahun 2015 dan 2017 pastinya berbeda. Maka kenaikan per item kebutuhan mahasiswa itu jika diakumulasikan akan menghasilkan jumlah besar. Kemudian jumlah mahasiswa tiap tahun juga bertambah, maka bertambahlah kebutuhan itu. Sangat kecil kemungkinan UKT turun,” jelasnya. Bujet tersekat, sarpras tak lengkap Darwis, SE, Kasubag Perencanaan Biro UIN SU menjelaskan, ada empat sumber dana yang dialokasikan untuk sarana prasarana (sarpras), akan tetapi masih belum men-
cukupi kebutuhan. “Anggaran kita ada yang dari pemerintah pusat, PNBP (Penghasilan Negara Bukan Pajak), hibah luar negeri, serta hibah pemprov dan pemda. Tetapi itu pun belum cukup,” katanya. Darwis pun menyebut pemerintah tidak lagi memberikan tunjangan untuk sarpras, sebab UIN SU sudah menerima bantuan dana dari IDB dan SBSN (Surat Berharga Syariah Negara). Padahal kedua bantuan itu hanya dialokasikan untuk pembangunan gedung. IDB untuk pembangunan gedung Kampus IV, sedangkan SBSN untuk gedung enam lantai. Untuk menopang sarpras lain, kampus menggunakan dana PNBP, termasuk di dalamya UKT mahasiswa. Dari samarnya progja sampai pengawasan SPI Afifa Rangkuti, S.H, M.Hum salah satu dosen FSH juga menyuarakan kritikannya. Ia menyayangkan program pengembangan digitalisasi terkendala akses internet yang lambat. “Program dari pihak pimpinan kita harus sudah online, termasuk Dahlia (pengabsenan online) tapi koneksi wifi terlalu lemah, walaupun masih di lantai satu, apalagi dua dan tiga,” katanya. Sementara itu, Kabag Umum Biro UIN SU Arginta Muhammad Nasution, S.Ag belum melihat gambaran program kerja (progja) kepengurusan terkait sarpras tahun 2019. Ia bahkan khawatir memberikan informasi tidak akurat, sebab statusnya yang baru menjadi kabag. Tetapi ia menanggapi ketidakmerataan fasilitas kampus seperti ketimpangan antara FIS dan FSH, semua kelas di FIS su-
dah menggunakan AC, sedangkan FSH hanya kipas angin. “Bagian Umum masih mempelajari sistem aliran listrik kita yang belum stabil. Ada arus listrik yang seharusnya dipakai untuk AC malah digunakan untuk lampu, jadi menyebabkan mati arus karena tidak tahan. Saya menyadari kelengkapan sarpras di UIN SU masih minim,” ucapnya. Dr. Akmalludin Syahputra, M.Hum selaku Sekretaris Satuan Pengawas Internal (SPI) UIN SU mengaku belum melakukan pengawasan secara khusus mengenai pelaksanaan kebijakan UKT, karena masih dianggap mengikuti aturan. “Hingga saat ini SPI belum melakukan pengawasan untuk UKT, tetapi ketika pembuatan, SPI memang sudah dilibatkan. Sehingga asumsi saya UKT sudah sesuai aturan, tinggal penyelenggaraannya saja mungkin ada penyelewengan”. Tak tangung-tanggung, Akmalludin menegaskan akan melakukan pengawasan khusus jika didapati penerapan kebijakan UKT menyimpang. Koordinator Liputan: Anisa Rizwani Reporter: M. Alvridho Prayoga, Wibira Vasya, dan Yolanda Anjelita Nasution
Majalah Dinamika Edisi 50 | Mei 2019
17
ARTIKEL DOSEN
DICARI! TENAGA TERAMPIL KEUANGAN SYARIAH Oleh: Gunawan Benjamin
A
da banyak pendapat miring masyarakat terkait transaksi keuangan syariah yang dilakukan oleh sejumlah Lembaga Keuangan Syariah (LKS). Menyamakan transaksi syariah dengan konvensional itu sama saja. Pada tulisan ini, penulis akan berbagi pengalaman karena, memang penulis berkecimpung langsung dalam mengelola usaha dalam bentuk LKS. Pada praktik masyarakat, jika berhubungan dengan LKS itu cenderung memiliki pandangan awal atau beberapa asumsi. Pada umumnya, masyarakat menilai bahwa jika berhubungan dengan LKS maka produknya akan lebih murah dibandingkan jika berhubungan dengan lembaga keuangan konvensional. Masyarakat awam cenderung melihat LKS dalam mencari keuntungan dengan model bagi hasil. Bagi hasil ini diterjemahkan sebagai keuntungan yang mungkin bisa didapatkan dari sisi nasabah. Dalam kacamata penulis, nasabah memanfaatkan celah bagi hasil sebagai kesempatan untuk mengurangi biaya atau pengeluaran saat berhubungan dengan LKS. Katakanlah nasabah yang meminjam uang untuk modal usaha dengan meminjam uang tersebut nasabah bisa dengan “leluasa� untuk menentukan besaran bagi hasil yang dinilai menurut nasabah akan lebih menguntungkan bagi si nasabah tersebut. Nasabah juga memiliki pandangan bahwa LKS memiliki sifat tolong-menolong, dalam konteks ini memang tidak perlu diragukan. Walaupun, dalam konteks nasabah sering diterjemahkan sebagai “kemudahan�. Ada beberapa pendapat lain yang juga masih awam bila berhu-
18
bungan dengan LKS. Tetapi begitu berhadapan langsung dengan LKS, ternyata anggapan nasabah tadi bisa berubah 180 derajat. Begitu LKS menawarkan produknya dengan skema jual beli, nasabah langsung menghitung cicilan dengan tempo yang sama seperti halnya bila meminjam dari bank konvensional. Nasabah juga akan mempermasalakan pengikatan agunan. Jika didapatkan besaran cicilan LKS dengan konvensional sama saja atau tidak jauh berbeda. Maka simpulannya adalah bahwa LKS tersebut sama saja dengan yang konvensional. Itu dari sisi masyarakat yang awam sekali bila berhubungan dengan LKS.
PROFIL -
Alumnus S-1 FMIPA Universitas Gadjah Mada
Contoh kasus yang pernah penulis temukan adanya nasabah yang membawa masalah akad jual beli kendaraan bermotor ke pengadilan. Dalam konteks pinjaman yang diberikan secara murabahah, nasabah meyakini bahwa objek akad tidak bisa dijadikan agunan. Meksipun, di sisi lain LKS telah membuat aturan pengikatan fidusia sebagai aturan tambahan.
-
Alumnus S-2 Manajemen Universitas Islam Sumatera Utara
-
Mahasiswa S-3 Ekonomi Syariah UIN SU
-
Vice President Lotus Andalan Sekuritas
-
Korespondensi Bank Indonesia
Walaupun dimenangkan oleh pihak LKS, kita harus belajar bahwa tidak mudah mengedukasi masyarakat untuk memahami produk keuangan syariah. Literasi keuangan syariah masyarakat kita hanya sekitar delapan% sementara inklusi keuangan syariah itu sekitar 11%. Masalah bukan hanya berhenti di situ, di sisi lain, ada perbedaan yang mencolok antara ilmu yang kita dapatkan di bangku sekolah dengan praktiknya. Oleh karena itu keterampilan didapat dari keseimbangan keduanya, teori dan praktik, dan pada nyatanya tak semua orang terampil dalam praktik.
-
Pemilik LKS (lembaga Keuangan Syari'ah)
Majalah Dinamika Edisi 50 | Mei 2019
ARTIKEL MAHASISWA
DARI SAMPAH JADI RUPIAH DAN ENERGI TEPAT GUNA
sampah, produksi sampah di Jakarta terbilang cukup tinggi mencapai 7000 hingga 8000 ton per hari. Ke depannya sampah ini siap diolah menjadi energi listrik melalui Intermediate Treatment Facility (ITF) di kawasan Sunter, Jakarta Utara. ITF sedang dibangun pemerintah Jakarta dengan standar lingkungan tertinggi Uni Eropa. Sistem pengolahan gas sisa di ITF dirancang sesuai ketentuan Uni Eropa yang mengacu baku mutu dari European Parliament and The Council Directive No. 2010/75/ EU Annex VI. Ketentuan Uni Eropa menerapkan baku mutu emisi yang lebih ketat dibanding Indonesia.
ANDRE GUSLI
Mahasiswa UIN SU, Delegasi SUMUT pada Forum Anak Nasional di Mataram
B
erdasarkan data yang diterbitkan oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), Medan merupakan kota metropolitan pertama terkotor se-Indonesia. KLHK memberikan penilaian terhadap sejumlah kota di Indonesia. Tidak hanya kota terbersih yang diungkap dan mendapat penghargaan, kota terkotor pun dicatat oleh KLHK. Dilansir dari Antara News, Direktur Jenderal Pengelolaan Sampah, Limbah, dan Bahan Beracun Berbahaya (PSLB3) Rosa Vivien Ratnawati mencatat sejumlah kota terkotor, karena mendapat nilai terendah saat penilaian program Adipura periode 2017-2018. Dilansir melalui Tribun News, Jusuf Kalla mengusulkan agar KLHK membuat daftar peringkat daerah terkotor se-Indonesia. “Tadi disampaikan, sebaiknya diperlihatkan daftar daerah paling tidak bersih. Saya bilang, nanti itu diumumkan,” kata JK di hadapan menteri LHK Siti Nurbaya dan kepala daerah. Ia berharap, daftar daerah terkotor bisa menjadi motivasi bagi daerah agar membenahi sistem pengelolaan sampahnya. Penilaian kota terkotor antara lain mencakup penilaian fisik dan TPA. Kota-kota tersebut mendapat nilai jelek, karena membuang sampah
terbuka, serta ada yang belum membuat Kebijakan dan Strategi Nasional (Jakstranas) tentang pengelolaan sampah rumah tangga dan sampah sejenis sampah rumah tangga. Kemudian, faktor nilai buruk lain adalah komitmen pemerintah, anggaran kurang, juga partisipasi publik. Tanggapan Wali Kota Medan, “Awalnya ini hanya kriteria kota-kota Adipura dengan nilai terendah. Termasuklah Kota Medan dengan penilaian terendah. Saya tidak tahu dari mana bahasa kota terkotor itu. Karena yang dinilai bukan Kota Medan, tapi tempat pembuangan akhirnya (TPA),” kata Eldin usai mengadakan silaturahmi bersama Tribun-Medan. com di rumah dinasnya. Dari pernyataannya tersebut, bisa disimpulkan bahwa Kota Medan belum memiliki TPA yang baik. Masyarakat juga banyak yang belum menyadari pentingnya menjaga lingkungan dan membuang sampah pada tempatnya serta memanfaatkannya kembali. Karena selain drainase, sampah juga menjadi penyebab banjir Kota Medan. Di beberapa kota besar, seperti Surabaya, Balikpapan, Padang, dan Banjarmasin berhasil mengelola sampah dengan baik. Jakarta pun sedang berupaya membenahi permasalahan
Surabaya sukses mengelola sampah dan menjadi kota percontohan pengelolaan sampah terbaik. TPA Benowo yang dikelola PT. Sumber sampah adalah limbah organik, sisanya limbah nonorganik. Limbah kemudian digunakan untuk proyek pembangkit listrik dari gas yang menghasilkan listrik. Surabaya juga memiliki inovasi Surabaya Bus yang dibayar dengan botol air minum plastik, sebagai upaya pengurangan sampah plastik. Surabaya memiliki Pusat Daur Ulang (PDU) Jambangan, kerja sama antara KLHK dan Dinas Kebersihan Kota Surabaya. Menggunakan teknologi Black Soldier Fly (BSF) serta mengunjungi Bank Sampah di Kecamatan Jambangan. Berdasarkan Perpres No. 35 tahun 2018 tentang Percepatan Pembangunan Instalasi Pengolahan Sampah Menjadi Energi Listrik Berbasis Teknologi Ramah Lingkungan, seharusnya Kota Medan melalui pemerintah menghadirkan solusi dan inovasi agar TPA bisa diberdayakan secara maksimal. Peran masyarakat juga penting untuk mengelola sampah secara mandiri dan menghasilkan pundi-pundi rupiah. Masyarakat bisa membuat produk kerajinan tangan dari sampah rumah tangga, seperti celengan hasil olahan sampah kardus, sampah koran bekas menjadi berbagai bentuk, bungkus kopi, sabun atau pun sampo menjadi tas dan baju.
Majalah Dinamika Edisi 50 | Mei 2019
19
SOSOK
AZNAN LELO,
DOKTER MEDAN TAK BERTARIF Reporter: Sofi Adwar Putra Pratama dan M. Fitrah Hidayat
Prof. Dr. H. Aznan Lelo, SpFK, Ph.D atau yang kerap disapa Buya oleh pasien, keluarga, dan sejawatnya, merupakan seorang guru besar di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara (USU).
P
ria kelahiran Bukit Tinggi, 2 Desember 1951 ini telah mengabdikan ilmu dan kemampuannya untuk membantu masyarakat Kota Medan di bidang kesehatan. Selain menjadi guru besar, beliau juga membuka praktik pengobatan di Jl. Puri No. 296A/138 Medan, tepat setelah menyelesaikan studi kedokteran di Flinders University Adelaide, Australia pada 1987. Kecakapannya di bidang kesehatan pun didapat dari Universitas Indonesia, ia merupakan alumni Farmakologi Klinis di universitas tersebut. Buya, dalam menjalankan praktiknya tidak pernah mematok tarif untuk pasiennya. Semprotan senantiasa keluar dari mulutnya untuk siapa saja yang menanyakan tarif dipraktik pengobatannya. “Ada tiga profesi yang tidak boleh mematok tarif. Pertama guru, aku harus ajarkan dan tak boleh mematok tarif karena aku tak butuh modal untuk mengajarkannya. Kedua pengacara, kalau kasih nasihat
20
buat masalahnya tak boleh terima tarif, dan yang terakhir itu dokter, kenapa dokter tak boleh mematok tarif? Kalau kita mematok diri kita dengan tarif, artinya kita bisa diukur dan dibayar dengan uang,� begitulah alasan pria yang kerap memakai pakaian putih dengan bau khas etanol itu. Banyak yang meragukan kecukupan yang didapat dari praktik yang dijalankan Aznan Lelo, hal tersebut dituturkan langsung oleh anak keduanya yang bernama Asyrafun Nisa Adelaidey yang beberapa waktu menemani beliau menjalankan praktik. Tetapi, hal tersebut ditepis beliau keberhasilan membawa serta keluarganya untuk menunaikan ibadah haji dan umrah ke Mekah. Karena keikhlasannya, praktik Aznan Lelo selalu dipadati pasien dari berbagai daerah, bahkan ada pasien yang datang jauh dari luar negeri turut memadati kediamannya. Tak hanya itu, praktik yang dijalankannya juga menarik minat acara stasiun televisi swasta seperti
Majalah Dinamika Edisi 50 | Mei 2019
acara Kick Andy, Hitam Putih, dan Everlasting Young. Bahkan, ia juga dinobatkan sebagai Kick Andy Hero pada 2017 silam. Selain ikhlas, Aznan Lelo juga termasuk dokter yang peduli pada pasiennya. Tetapi, kepedulian yang ditunjukkannya bukan seperti kepedulian yang disampaikan dengan lemah lembut. Kepedulian yang diantarkan pada pasiennya merupakan pesan kepedulian yang ketus dan keras. Tak jarang pasiennya disemprot dengan keras jika tidak mematuhi pesan yang disampaikan olehnya. Tapi, hal tersebut tidak membuat pasien yang memadati kediamannya berkurang. Baginya, semua yang ia perbuat dalam hidupnya itu semata untuk mencari rida Allah. “Hidup ini hanya tentang mencari rida Allah. Untuk apa jadi profesor bila Allah nggak rida? Untuk apa jadi presiden kalau Allah nggak Rida?� pungkasnya.
ALUMNI BICARA
EKONOMI DIGITAL, DARI GAWAI SAMPAI STARTUP
Oleh: Rezita Agnesia Siregar, S.HI
M
22
emasuki era industri 4.0, sangat memudahkan siapa saja untuk mengakses apa saja. Melalui jaringan internet, semua seakan dengan mudah didapatkan. Dengan bantuan gawai, ada banyak hal baru yang tercipta karena terpenuhinya berbagai fasilitas, termasuk berkembangnya startup di dunia, khususnya di Indonesia. Hal tersebut dilakukan tentu karena timbulnya permasalahan, hingga dengan alat komunikasi yang ada. Generasi milenial semakin terimpit dan secara tidak langsung mencari solusi untuk dirinya sendiri dan dikembangkan untuk membantu sesama.
yaran bisa juga dilakukan secara daring.
Contoh sederhananya, seorang mahasiswa yang tinggal di pinggiran kota, harus menaiki angkutan umum menuju kampus atau sering terlambat karena angkutan di pedesaan sangat minim. Permasalahan tersebut, menjadi peluang berpikir bagi anak muda Indonesia untuk menemukan solusi, yaitu ojek online (ojol) sehingga terciptalah startup ojol. Dengan bantuan gawai, siapa pun bisa memesan ojek secara online (daring), kemudian bebas mau diantar-jemput ke mana saja. Ajaibnya lagi, pemba-
Startup lainnya yang membantu perekonomian digital Indonesia adalah bisnis tiket pesawat daring, kalau dulu beli pesawat harus datang ke agen perjalanan, sekarang dengan adanya aplikasi pesan tiket daring, dengan mudah sekali terbang ke mana pun hanya dengan sentuhan jari. Tidak perlu print tiket, hanya tinggal menunjukkan gawai. Mudah, bukan?
Startup ini, tentu memberikan peluang kerja bagi siapa saja yang sulit mendapatkan pekerjaan, inilah ekonomi digital di era industrial 4.0. Hanya dengan satu aplikasi, mereka yang tidak punya pekerjaan bisa terbantu dengan menjadi mitra ojol. Kemudian startup ini semakin berinovasi dengan banyaknya permintaan konsumen, seperti makanan yang bisa dipesan secara daring, dengan alasan malas keluar rumah. Rasa malas orang lain bisa dijadikan peluang bagi generasi milenial yang kreatif.
Begitu berkembangnya ekonomi digital di Indonesia ini, membuat
Majalah Dinamika Edisi 50 | Mei 2019
kita membuka mata bahwa generasi milenial Indonesia sangat berpotensi bersaing di kancah internasional. Seperti halnya e-commerce (jual beli daring) yang sudah memiliki konsumen sampai luar negeri. Itu artinya, aplikasi Indonesia sangat diminati dan memudahkan perbelanjaan. Sadar atau tidak, hal-hal tersebut banyak mengubah hidup seseorang. Yang tadinya hanya bisa berdagang di sekitar Medan, kini merambah pasar hingga negeri jiran. Peluang ekonomi kreatif ini telah membawa Indonesia pada persaingan ekonomi dunia. Karena selain kreatif pada dunia digital, anak muda Indonesia juga sangat lihai membuat harum nama Indonesia dengan kerajinan tangan khas Indonesia, tidak sedikit yang dipasarkan secara internasional. Penyebaran yang begitu pesat membuat penjualan semakin meningkat di era industrial ini. Semoga, semakin berkembang sebagaimana mestinya.
i
MENJEMPUT REZEKI DI SORE HARI Foto: Putri Chairunnisa dan Jihan Fikriyah
B
eragam rutinitas sore hari memang menjadi puncak ramainya jalanan kota, termasuk jalan Arief Rahman Hakim yang di sisinya terdapat
pasar tradisional bernama Sukaramai. Pasar Sukaramai merupakan lalu lintas perdagangan antarmasyarakat Kota Medan. Tempat ini menjadi penyambung hidup masyarakat, mulai dari perjalanan barang dagangan berupa sayur-sayuran, buah-buahan sampai beragam lauk pauk santapan sehari-hari.
PLESIR
Madu Efi,
Secuil Hamparan Surga di Tanah Karo Reporter: Miranda Lianti, Rafifa Luqyana, Setyo Fahmi
Foto: Hafiz Hasan Noor
S
ekitar pukul 09.00 WIB kami memutuskan untuk memulai perjalanan yang cukup panjang. Sebelum mengunjungi tempat wisata alam ini, kami juga sudah menyempatkan stalking di Instagram si empunya. Kali ini, kami akan memperkenalkan satu tempat wisata yang lagi hits dan sangat tepat bagi Sobat Kampus untuk mengunjunginya. Tempat wisata ini terletak di Jalan Kabanjahe, Siosar, Kabupaten Karo, Sumatera Utara. Untuk mengondusifkan waktu selama perjalanan, kami memilih jalur alternatif yang dapat mempercepat sampainya ke tempat tujuan, jalur alternatif ini berada di belakang Kota Berastagi. Udara dingin dan rintikan hujan selama perjalanan membuat pakaian kami jadi basah dan pastinya kedinginan, tetapi tak menghalangi kami untuk melanjutkan perjalanan. Daerah Berastagi memang terkenal dengan hujan lokalnya, jadi Sobat Kampus tak usah
26
merasa khawatir jika nanti selama perjalanan akan turun hujan. Hamparan ladang-ladang yang dipenuhi dengan beberapa jenis tumbuhan seperti jeruk, sayur kol, wortel, lobak, dan banyak lagi yang menghiasi pandangan mata kami. Karena begitu jarang melihat hamparan tumbuhan hijau, kami pun sedikit memperlambat kecepatan kendaraan untuk sekadar menikmati keindahan alam yang telah Tuhan ciptakan. Setelah beberapa menit perjalanan, kami pun sudah sampai di Kota Kabanjahe. Kurang lebih 30 menit lagi untuk sampai ke tempat yang kami tuju. Tak mau berlama-lama, karena melihat waktu yang semakin sore kami pun kembali menaikkan gas kendaraan kami. Pamflet kayu yang bertuliskan Efi berwarna kuning itu menyambut kedatangan kami. Nah, Sobat Kampus, tempat wisata ini dapat dikatakan sangat murah karena, mengeluar-
Majalah Dinamika Edisi 50 | Mei 2019
kan uang sebesar lima ribu rupiah saja Sobat Kampus sudah bisa memasuki wilayah wisata ini. Setelah memberi uang kepada petugas kami pun mencari tempat untuk memarkirkan kendaran dengan bantuan arahan petugas. Sobat Kampus tak perlu khawatir dengan keamaan di sini, petugas akan menjaga dan selalu mengawasi parkiran yang telah disediakan. Tempat wisata yang memiliki luas 24 hektare ini memiliki beberapa tempat andalan yang sangat indah dan tentunya menakjubkan. Sobat Kampus pasti penasaran dengan tempat ini. Yuk simak lagi, tempat andalan pertama yaitu rumah camping. Rumah camping satu ini sangat berbeda dengan yang Sobat Kampus bayangkan. Tempat camping ini tak sekadar tenda biasa namun, tenda ini diletak di atas sebuah pondok yang berhiaskan papan dan atap jerami untuk menambah kenyamanan pengunjung.
PLESIR
Selain itu yang tak kalah hitsnya adalah taman bunga. Taman bunga yang berada di beberapa tempat ini ditanam sekitar 50 jenis bunga jika kita menotalkan jumlah keselurahannya. Taman-taman ini dihiasi dengan pagar kayu putih yang nantinya akan menambah indahnya hasil jepretan foto Sobat Kampus semua. Ikon utama yang jarang diketahui orang-orang adalah kebun Madu. Kebun Madu ini memang tak boleh sembarang orang untuk memasukinya. Hanya beberapa orang saja, seperti petugas atau juga para pengunjung yang ingin meneliti tentang madu itu. Ada dua jenis lebah yang diternak di sini. Pertama, lebah yang diimpor langsung dari Eropa yang nantinya akan memproduksi madu. Kedua, lebah yang dikhususkan untuk memproduksi propolis, lebah ini berasal dari Jawa Tengah. Nah, Sobat Kampus nantinya jangan lupa untuk membawa madu atau propolis sebagai oleh-oleh orang rumah yang ditinggal, ya! Muhammad Ramadhan mahasiswa USU sekaligus pengunjung Madu Efi ini, sangat tertarik dengan keindahan madu Efi. Bukan hanya cantik, ia juga menambahkan kalau tempat ini memilki konsep unik.
Foto: Hafiz Hasan Noor
Foto: Hafiz Hasan Noor
“Saya suka tempat ini, karena setahu saya belum ada konsep wisata alam seperti ini. Bukan cuma itu, tempat ini juga unik karena banyak bunga-bunga dan memang indah,� tuturnya saat kami wawancarai ketika ia sedang berswafoto ria. Konsep dan ide tempat ini memang sangat unik, karena merasa penasaran kami pun mewawancari pemiliknya langsung. Felix Zulhendri, warga Medan asli yang berada 10 tahun di New Zealand untuk menimba ilmu ini mengatakan bah-
wa seluruh konsep dan gaya tempat ini ia ambil dari saran pengunjung. “Semua konsep di tempat sesuai dengan yang pengunjung mau dan pengunjung sarankan. Jadi bagi saya, kan banyak pengusaha itu yang menjual barang apa yang dia mau bukan customer mau. Jadi bagi kita, ya lebih bagus pengunjung mau apa, kalau itu masuk akal dan harga oke ya, kita kerjakan,� jelas lelaki yang mencetuskan nama ibunya sebagai nama Wisata tempat ini yaitu Efi. Tak sekadar taman bunga dan rumah camping, nantinya akan dibangun fasilitas-fasiltas baru yang tak kalah menarik. Seperti minigaleri Etnis Karo, function room, dan juga akan ditambah kuda sebagai alat untuk mengililingi wisata Madu Efi tersebut. Setelah mengelilingi tempat yang diselimuti udara dingin ini, tak terasa waktu sudah menunjukan jam lima sore yang bertanda berakhirnya jam operasi. Tempat ini hanya beroperasi dari pukul 10.00 s.d 17.00 WIB. Kami pun memutuskan untuk mengakhiri perjalanan dengan ekspresi wajah yang memperlihatkan segudang keceriaan yang sudah siap dibagikan untuk para Sobat Kampus yang sangat mencintai wisata! Selamat Liburan! Jangan sampai tak mengunjungi Madu Efi sobat semua, ya!
Majalah Dinamika Edisi 50 | Mei 2019
27
BANGUNAN TUA, SAKSI SEJARAH RUMAH SAKIT PERTAMA DI KOTA MEDAN Reporter: Hafiz Hasan Noor, Mahmudi, Nurhalimah Syafira
K
ota Medan pernah menjadi pusat pemerintahan dan perdagangan Hindia Belanda. Sejalan dengan perkembangan itu, dibangunlah berbagai sarana dan prasarana seperti kantor, hotel, bank, sekolah, transportasi, jalan dan jembatan, rumah sakit, dan sebagainya. Beberapa bangunan masih bisa kita lihat di sudut Kota Medan, seperti Istana Maimun, Harrisons & Crosfield (London Sumatera), Nederlandsche Handel Maatschappij yang sekarang sudah menjadi Bank Mandiri, Hotel Dharma Deli (Hotel De Boer), dan Jakarta Lloyd. Rumah Sakit Tembakau Deli adalah salah satu rumah sakit tertua di Medan yang pernah menjadi saksi masa keemasan Medan sebagai kota kosmopolitan. Namun, kini kondisinya terlantar, bangunan berarsitektur Belanda di atas lahan 3,8 hektare tersebut dipenuhi rerumputan. Tampak serpihan kaca yang berserakan. Pintu dan plafonnya sudah hilang. Koridor dan ruang penyimpanan air sudah hancur.
28
Rumah Sakit Tembakau Deli beralamat di Jalan Putri Hijau, Kesawan, Medan Baru, Kota Medan dan sudah berusia lebih dari 100 tahun. Rumah sakit ini berdiri kira-kira pada tahun 1899 yang diprakarsai oleh Mr. Ingerman yang saat itu menjabat sebagai General Manager Deli Mij dan Dominee M.J. Brodners. Awalnya, Rumah Sakit Tembakau Deli dibangun untuk memberikan pelayanan kesehatan pada para kuli kebun tembakau yang datang ke Sumatera Timur. Tahun 1901, kembali dibangun satu gedung besar untuk pasien penderita penyakit parah. Kemudian tahun 1915 ditetapkan sebagai rumah sakit laboratorium penyakit tropis. Yusuf, salah satu warga yang sudah tinggal sejak tahun 1998 di sekitar rumah sakit pernah menemani istrinya bersalin. Menurutnya dari segi fasilitas sudah baik, hanya saja pelayanannya kurang tanggap. “Waktu lahiran anak kedua kebetulan harus operasi, saya datang
Majalah Dinamika Edisi 50 | Mei 2019
Dok. Internet
subuh hari Sabtu, berhubung hari libur baru bisa ditangani sore hari,” keluhnya. Beliau merasa beberapa pegawai ada yang kurang disiplin kepada petugas honorer dan berdampak kepada pelayanan yang lambat. “Kalau fasilitasnya normal, sampai tahun 2010 masih ada dokter yang aktif untuk jadwal kontrol. Cuma dengar-dengar, di sini ada yang pegawai dan honorer. Sebelum ditutup, kadang yang senior-senior lebih membebankan tugas-tugas kepada honorer, akhirnya yang honorer merasa terbebani dan imbasnya ke pasien. ”Pada masa itu Yusuf juga sering mendapati pengumuman jadwal pengunduran gajian. Banyak pegawai dan pensiunan yang kecewa saat masa pencairan gaji,” katanya. Untuk mendapatkan informasi tambahan terkait pengalihan Rumah Sakit Tembakau Deli menjadi salah satu Cagar Budaya, tim reporter melanjutkan liputan ke Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Medan.
SEJARAH
untuk dirobohkan dan jikalau direnovasi tidak mengubah wujud asli. Dalam pembinaan cagar budaya, Pemkot Medan tidak pernah memberikan bantuan. “Selain mensosialisasikan kepada seluruh masyarakat, Pemkot Medan juga mengimbau kepada pemilik bangunan agar dijaga dan tidak di robohkan. Kalau pun direhab, jangan mengubah wujud aslinya sesuai dengan undang-undang yang sudah ada. Dari segi pembinaan, kita pun tidak pernah beri bantuan karena itu milik pribadi dan membayar pajak bangunan hanyalah sebatas imbauan saja,” ungkap Kabid Kebudayaan Pemkot Medan. Dok. Internet Kami disambut oleh Fahmi Harahap sebagai Kepala Bidang ditemani dengan staf di ruang kerjanya siang itu. Fahmi memaparkan, berdasarkan UU No. 11 tahun 2010 Cagar Budaya adalah warisan budaya yang bersifat kebendaan berupa Benda Cagar Budaya, Bangunan Cagar Budaya, Struktur Cagar Budaya, Situs Cagar Budaya, dan Kawasan Cagar Budaya di darat dan/atau di air yang perlu dilestarikan keberadaannya karena memiliki nilai penting bagi sejarah, ilmu pengetahuan, pendidikan, agama, dan/atau kebudayaan melalui proses penetapan. Pasal tersebut berbunyi :
Berdasarkan kriteria pada undang-undang tersebut, Rumah Sakit Tembakau Deli bisa dikategorikan sebagai Bangunan Cagar Budaya karena memiliki sejarah perjalanan dari zaman Belanda. Dinas Kebudayaan Kota Medan sudah menetapkan bangunan ini menjadi Cagar budaya Kota Medan sejak tahun 1980-an, ditandai dengan plang yang ada di dinding bangunan. “Kami sudah menetapkan bangunan ini sebagai cagar budaya sudah sejak 1980-an,” terang Fahmi. Bangunan yang ditetapkan sebagai cagar budaya tidak dibenarkan
Melihat keadaan bangunan saat ini, Dinas Kebudayaan Kota Medan prihatin dan menyayangkan. Namun, tidak ada upaya untuk menjadikannya ikon agar lebih dikenal. “Pandangan kita melihat bangunan itu sangat prihatin dan menyayangkan. Tapi mau bagaimana lagi bangunan itu milik perorangan bukan milik Pemkot dan kita hanya bisa mengimbau untuk melestarikan saja. Hingga kini juga upaya untuk menjadikannya ikon belum ada karena keterbatasan. Bangunan itu bukan milik Pemkot Medan dan itu yang menjadi faktor terbesar untuk tidak menindaklanjutinya dan hanya sebagai pendataan,” ujar Kabid kebudayaan Pemkot Medan itu.
Pasal 5 Benda, bangunan, atau struktur dapat diusulkan sebagai Benda Cagar Budaya, Bangunan Cagar Budaya, atau Struktur Cagar Budaya apabila memenuhi kriteria: 1. Berusia 50 (lima puluh) tahun atau lebih; 2. Mewakili masa gaya paling singkat berusia 50 (lima puluh) tahun; 3. Memiliki arti khusus bagi sejarah, ilmu pengetahuan, pendidikan, agama, dan/atau kebudayaan; dan 4. Memiliki nilai budaya bagi penguatan kepribadian bangsa.
Foto: Muhammas Hafiz
Majalah Dinamika Edisi 50 | Mei 2019
29
BUDAYA
Foto: Istiqomah Kaloko
Kepingan Budaya Bali di Tanah Melayu Reporter: Jihan Fikriyah, Alfi Syahrin, Ahmad Faiz Nirwan Srg
B
ali dan ragam budayanya tidak hanya ditemukan di Pulau Dewata saja. Di daratan Sumatera sendiri keragaman etnis Bali dengan keturunan transmigrasi asli juga dapat ditemukan di Sumatera Utara. Di provinsi beribu Kota Medan ini, warga asli Bali telah melahirkan banyak keturunan, bersosial dan menjadi budaya menarik di tengah kawasan etnis Batak. Masyarakat dan wisatawan dapat bertutur sapa dengan mereka di sebuah desa di Paya Tusam, Kecamatan Wampu, Kabupaten Langkat yang berada sekitar 72 km dari pusat Kota Medan. Di sana pengunjung akan disambut dengan gapura bertuliskan 'Selamat Datang di Kp. Bali'. Kampung Bali dalam suatu histori Kampung yang memiliki nama lengkap Kampung Bali Cipta Darma ini, merupakan kampung yang dihuni oleh masyarakat Bali asli. Pada
30
1963, ledakan Gunung Agung menjadi peristiwa yang suram bagi masyarakat Bali pada saat itu. Kerugian besar yang diakibatkan oleh letusan tersebut menjadi masa-masa paling sulit dalam sejarah Bali. Pemerintah Bali pada masa itu langsung bertindak menyusun program transmigrasi bagi masyarakatnya agar dapat mencari pekerjaan dan menjalani kehidupan yang lebih baik. Saat itu juga masyarakat Bali pergi ke Sumatera Utara melalui jalur perairan dan menetap di Perkebunan Tanjung Gabus sebagai petani. “Berawal dari pekerja yang dikontrak selama enam tahun oleh pihak perkebunan, setelah masa kontrak habis mereka meminta untuk memperpanjang masa bekerja selama 12 tahun. Tetapi di tahun ke-9 mereka memohon untuk pensiun. Sebagian dari mereka memilih untuk kembali ke tanah leluhurnya di Bali dan sebagian yang lain, berencana un-
Majalah Dinamika Edisi 50 | Mei 2019
tuk membuat suatu kampung yang mana masyarakat Bali perantauan ini dapat melakukan ibadah dan tradisi mereka seperti di kampung halamannya,� papar I Dewa Putu Dana, seorang tokoh masyarakat di Kampung Bali. Pada 1973, Organisasi Parisada Hindu Dharma Medan membantu masyarakat Bali untuk mencari lahan tempat tinggal. Akhirnya, mereka menemukan lahan di sebuah hutan belantara yang berstatus tanah negara bebas. Masyarakat yang akan tinggal di tanah ini diharuskan membayar ganti rugi untuk dijadikan lahan mereka. Setelah itu, Organisasi Parisada Hindu membuat surat izin tinggal yang akan diberikan kepada Pemda Langkat. Pada awalnya Kampung Bali dihuni oleh 50 kepala keluarga, tetapi di tahun berikutnya mereka melakukan pemekaran untuk mengurangi
BUDAYA jumlah penduduk di kampung itu, sebab lahan yang dimiliki hanya sekitar 200 meter. Maka dari itu beberapa dari mereka pindah dan merantau ke daerah lain seperti Riau, Jambi, dan Lampung. Hingga saat ini terhitung 80 kepala keluarga yang 30 kepala keluarga di antaranya adalah masyarakat Bali sedangkan sisanya bersuku Jawa dan Batak.
Di Kampung Bali terdapat dua pura utama yang sengaja dibangun sebagai tempat beribadah dan melakukan tradisi keagaaman lainnya.
Kebudayaan yang disesuaikan Di Kampung Bali terdapat dua pura utama yang sengaja dibangun sebagai tempat beribadah dan melakukan tradisi keagaaman lainnya. Tradisi dan adat istiadat masih dilakukan di kampung ini, tetapi tidak sama seperti di Bali karena sudah berbaur dengan suku dan agama lain. “Jika kami melakukan tradisi yang sama persis seperti di Bali, maka tidak ada sinerginya,” jelas I Dewa Putu Dana. Ngaben contohnya, mereka tetap melakukan Ngaben, tetapi dengan proses yang sedikit berbeda. “Ketika seseorang meninggal, maka harus dibakar agar lebih cepat dan lebih baik, maknanya dari api kembali ke api dan dari air kembali ke air. Kami melakukan upacara kematian seseorang di rumah duka, setelah itu mayatnya tidak kami bakar di kampung ini melainkan di kremasi. Mayat yang sudah menjadi abu akan kami tanam di tempat pemakaman khusus,” ujar lelaki berambut panjang itu.
Foto: Istiqomah Kaloko
Foto: Istiqomah Kaloko
“Tradisi lainnya seperti kuningan, galungan, siwalasti, saraswati, Nyepi bahkan hari ulang tahun pura juga tetap kami laksanakan,” sambungnya. Kesenian Tari Pendet juga diajarkan di kampung ini oleh guru tari yang berasal dari masyarakat setempat. “Untuk Tari Pendet masih kami lestarikan tetapi untuk Tari Kecak kami tidak melaksanakannya, karena kekurangan personil. Dalam Tari Kecak membutuhkan sekitar 50 orang penari lelaki sedangkan di sini jumlah lelaki tidak mencapai angka tersebut,” jelasnya lagi. Ketika memasuki kampung ini, kita akan disuguhkan dengan pemandangan khas Bali. Pada beberapa rumah terdapat sebuah sanggah yang berfungsi untuk sembahyang
pribadi dalam satu garis keturunan. Bentuk Kampung Bali ini menukik ke atas bukit, sehingga pada bagian bawah dibangun sebuah pura bagi masyarakat yang tinggal di bagian itu. “Saat upacara adat, masyarakat akan membawa sesajen di atas kepala menuju pura. Maka dari itu, kami bangun satu pura di bawah, agar masyarakat tidak lelah menuju pura utama di atas bukit,” jelas I Dewa Putu Dana sambil memeragakan cara membawa sesajen. Selain itu, sebuah masjid juga terdapat di kampung itu. Kampung Bali dalam toleransi Pada 1982 suku Jawa membeli lahan di Kampung Bali, sejak saat itu mereka hidup berbaur antarsuku dan agama. “Apa pun kegiatan umat Hindu, suku Jawa ikut bertanggung jawab begitu pun sebaliknya,” kata tokoh masyarakat itu. Saat melakukan tradisi keagaamaan, umat Islam ikut andil dalam kegiatan tersebut, tetapi mereka tidak ikut dalam melaksanakan ibadahnya. Contohnya, seperti membantu menyiapkan makanan untuk perayaan. Lain halnya jika merayakan hari raya Nyepi, pada saat itu masjid di Kampung Bali tidak boleh menggunakan pengeras suara ketika azan berkumandang. Perbedaan antarsuku, budaya, dan agama tidak memecah belah masyarakat yang ada di Kampung Bali.
Majalah Dinamika Edisi 50 | Mei 2019
31
LET’S TALK
W
hen you truly don’t care what anyone thinks of you, you have reached a dangerously awesome level of freedom–quoted by anonymous. Many people haven’t heard about self love. Some people misunderstand about the concept of self love. Self love is not being selfish. Loving yourself is not vanity, it is sanity Have you ever been mocked or bullied because, of your body, skin color, height, even your voice? Have you ever been downgraded because, you have different life style, you have different thought, even you have your own principle? Living in a country where the beauty standard is having bright skin color, is tough for women who have darker skin color. The commercial breaks on TV mostly show the beauty skin care and make up products which whiten the skin color. I thought, they worked with me because of the same genetic dark skin. Since I was born, people thought that I was a baby boy. Even my mother put earrings on me when I was still two years old, some would compare me with my sister and cousins. “Why are you so slim?” “Your parents and siblings are all tall. Why are you short?” I heard all those comments since I was a little girl. I wondered why people were really happy when they commented about my body. If I cried, they would say that I was whiny, but they kept doing body shaming. It was actually understandable, I had dark skin, because my father had it too. I had a short body, because my grandmother was short too. I started wearing lipstick and lip gloss when I was 17 years old. Nothing changed, that time people said that I was being fake because I used powder to my face and wore lipstick. But, if I showed up my bare face, they said that I was ugly, and I needed skin care and make up products.
32
SELF LOVE: ANOTHER WAY TO BE GRATEFUL Ilustrasi: Ditanty Chicha Novri By: Ade Novira Aswani
Jenny Jusuf, the author of Filosofi Kopi and Critical Eleven, stated that, “We are actually our biggest bully. Until we realize it, nothing will change. If only you knew how big the love that is available to you, you would never doubt ourselves.” She also admitted that she used to be the biggest hater of herself too. Until she found the source of everlasting love in her, that was the time things started to change. We are the biggest hater and opposition of ourselves. But when we realize there is a pure love in our heart, we will see a healer, a friend, a lover, and divine. They are all in heart.
How to know that this way has worked on you?
The question is how to start doing self love?
It is vexing when people tell you to be yourself, but when you are being yourself they ask you to change. But, we have to understand one thing that we are not responsible for someone’s happiness, we can choose not to care. Let them love us, hate us, but don’t let them bother us to change.
Firstly, you need a mirror to see the reflection of yourself. Look deeply to the mirror. Use 10 minutes everyday before going to bed, look at your bare face, and say affirmative (positive words) to yourself, talk to yourself as if you are talking to someone you love. Let the emotions out.
Majalah Dinamika Edisi 50 | Mei 2019
You will realize that everybody is unique. You will stop judging people by their looks. You will never downgrade yourself anymore. You feel better no matter you wear make up or not. You will see beauty in everything. Most people are not actually being happy with their own self. We are educated not to be overconfident, not to feel being pretty or smart. They call us the self lovers arrogant when we are blessed and grateful for being us.
The writer is a student in English Department of Faculty of Tarbiyah and Teaching Training
EKSPRESI
CERITA DI BALIK MENSYAHADATKAN
Reporter: M. Arroyan Elmafatih, Mulia Wilandra Harahap, dan Nur Afifa
B
ertambahnya jumlah pemeluk Islam setiap tahunnya di Indonesia adalah sebuah fakta yang tidak dapat dibantah. PEW Research Center, sebuah badan penelitian Amerika Serikat yang berpusat di Washington DC memperkirakan bahwa pada 2050 mendatang, penduduk muslim akan mengalami peningkatan hingga 2,7 miliar jiwa dengan 29% penduduk dunia adalah pemeluk Islam. Fenomena hijrah dan pesan dakwah yang tengah ramai digaungkan di berbagai media merupakan salah satu faktor bertambahnya jumlah mualaf. Akan tetapi, berdasarkan data Yayasan Ukhuwah Mualaf (Yaumu) yang dilampirkan oleh Republika Online menerangkan bahwa permasalahan yang dihadapi oleh para mualaf adalah tantangan dan tekanan dari keluarga, dikarenakan masih belum menerima keputusan mereka untuk berpindah agama. Para mualaf umumnya juga merasa terasing di keluarga baru karena adanya rasa curiga dari komunitas muslim sendiri. Menyoroti permasalahan tersebut, maka Mualaf Center Indonesia (MCI) hadir berdasarkan prakarsa dari Steven Indra Wibowo, seorang mantan pendeta yang memutuskan memeluk Islam sekitar 2001 silam. Melalui pengalamannya selama menapaki jalan hidayah, ia terpikir-
34
kan untuk membangun sebuah komunitas atau organisasi yang fokus membantu orang-orang nonmuslim bersyahadat dan menjadi seorang mualaf, hingga saat ini sebanyak 32.000 jiwa telah diislamkan melalui MCI di setiap daerah di Indonesia. Mereka yang tergabung di dalam MCI ini lebih senang dan akrab dengan sebutan relawan karena, pada dasarnya mereka fokus memberikan fasilitas dan bimbingan untuk para mualaf. Saat ini perkembangan MCI sudah meluas ke berbagai wilayah Indonesia bahkan internasional. Di Sumatera Utara sendiri MCI terbentuk sekitar tiga tahun silam tepatnya pada tahun 2016, tercatat hingga saat ini tidak kurang dari 50 orang telah bersyahadat melalui relawan-relawan yang berpusat di Kota Medan itu. Karena alasan keamanan, MCI Sumut tidak menyebarluaskan secara detail informasi keberadaannya. Aditya Vidyantara selaku ketua MCI Sumut mengatakan bahwa tidak sembarang orang dapat diberi tahu tentang lokasi keberadaan MCI di Sumut. “Kami sengaja untuk merahasiakan tempat atau lokasi di mana para saudara-saudara mualaf yang kami rangkul beraktivitas, mengingat sudah banyak kejadian yang mengancam keberadaan mereka sehingga kami mempertimbangkan untuk tidak mempublikasikan,” terangnya.
Majalah Dinamika Edisi 50 | Mei 2019
Adit juga menjelaskan bahwa keberadaan MCI Sumut bukan sekadar untuk membantu para mualaf dalam bersyahadat tetapi juga difasilitasi dengan dampingan dan bimbingan. “Peran MCI bukan dalam mensyahadatkan saja, tetapi MCI juga terus mendampingi, membimbing, dan memastikan bahwa para mualaf paham dengan ajaran Islam itu sendiri,” ucap pria lulusan Universitas Gadjah Mada tersebut. Dalam perjalanannya mengislamkan banyak orang, MCI Sumut selalu mendapat laporan tentang seorang nonmuslim yang ingin menjadi mualaf. Kemudian dilakukan penelusuran dan pengarahan untuk selanjutnya diadakan prosesi syahadat di masjid yang ada di Kota Medan. MCI Sumut selalu memiliki cerita-cerita inspiratif ketika membantu banyak orang nonmuslim menjadi mualaf, seperti salah satu cerita yang dipaparkan oleh Adit tentang seorang mualaf yang mendapat pertentangan besar dari keluarganya. “Jadi waktu itu ada seorang mualaf yang cerita kepada kami bahwa di rumahnya ia sudah sangat tidak tahan dengan perlakuan keluarganya, hingga ia nekat kabur dan meminta tolong untuk dapat tinggal di rumah saya. Tetapi keluarganya yang tak terima langsung datang untuk menjemputnya di rumah saya hingga terjadilah sedikit gesekan emosional,” ungkapnya. Ada sebuah pesan khusus dari Adit, ia berharap sekiranya ketika ada seorang nonmuslim yang ingin disyahadatkan agar dibantu dan tetap terus dibimbing walaupun telah sah menjadi seorang muslim. “Jangan pernah buat mereka merasa sendirian ketika pada hakikatnya mereka telah sah secara agama menjadi saudara kita. Terus bimbing dan bantu mengarahkan mereka agar pemahamannya tentang Islam semakin kuat menancap di keyakinan mereka”.
REFLEKSI
B
arangkali, jika membahas tentang pertemanan, kita harus menyingkirkan sejenak seputar jodoh. Pada umumnya sebelum menikah sepasang suami istri tentu telah menjalin hubungan pertemanan. Tidak hanya berjodoh, hubungan kita dengan teman juga bisa berpengaruh keras pada kehidupan lainnya.
Siapakah Temanmu? Oleh: Wahyu Nizam
Berteman dengan orang baik Melihat perilaku generasi muda sekarang yang semakin mengikuti perkembangan zaman dan kurang mendalami iman, cukup untuk menjadi sebuah alasan mengapa dan kepada siapa kita harus berteman. Jika kita telisik dari lagu Opick yang berjudul Tombok Ati, dapat kita tarik simpulan bahwa salah satu cara meningkatkan keimanan adalah dengan berkumpul bersama orang-orang saleh. Karena orang baik tidak akan menjerumuskan kita ke jalan yang salah. Dalam sebuah riwayat Al Bukhari dan Muslim dari sahabat Abu Musa berkata, “Permisalan teman yang baik dan teman yang jelek seperti (berteman) dengan pembawa minyak wangi dan tukang pandai besi. Dan adapun (berteman) dengan pembawa minyak wangi kemungkinan dia akan memberimu, kemungkinan engkau membelinya, atau kemungkinan engkau mencium bau yang harum. Dan (berteman) dengan tukang pandai besi kemungkinan dia akan membakar pakaianmu atau engkau mendapatkan bau yang tidak enak”. Dari hadis tersebut Ibnu Hajar di dalam kitabnya Fathul Bari menganjurkan seseorang agar berteman dengan orang-orang yang memberikan manfaat bagi agama dan dunianya. Teman yang saleh akan senantiasa mendorong kita untuk melakukan ketaatan kepada Allah, berbakti kepada orang tua, mengajak kita untuk selalu berakhlak mulia, baik dari segi perkataan, perbuatan, dan tingkah laku dalam kehidupan. Apakah haram berteman dengan orang jahat? Kalau berteman dengan orang
Ilustrasi: Putri Ayu “Agama seseorang sesuai dengan agama teman dekatnya, hendaklah kalian melihat siapakah yang menjadi teman dekatnya.” (H.R Abu Daud dan Tirmidzi) baik memberikan manfaat yang baik maka, berteman dengan orang yang buruk bisa saja mendatangkan yang buruk pula. Sudah banyak kasus di sekitar kita, misalnya seseorang yang pada mulanya adalah orang baik, kemudian berteman dengan orang yang suka menyalahgunakan narkoba, suka meminum minuman keras, perlahan orang baik tersebut akan juga mengikuti jejak temannya itu. Bisa saja pada saat kita melakukan kemaksiatan, Allah memanggil kita dan kita wafat dalam keadaan belum bertobat. Astagfirullah al-‘azim. Allah Taala berfirman, “Dan (ingatlah) hari (ketika itu) orang yang zalim menggigit dua tangannya, seraya berkata: ‘Aduhai kiranya (dulu) aku mengambil jalan bersama-sama Rasul. Kecelakaan besarlah bagiku; kiranya aku (dulu) tidak menjadikan si fulan itu teman akrab(ku). Sesungguhnya dia telah menyesatkan aku dari Alquran ketika Alquran itu telah datang kepadaku. Dan adalah setan itu tidak mau menolong manusia” (QS. Al Furqan: 27-29). Ayat tersebut berlaku bagi setiap orang yang zalim, yang telah memilih mengikuti sahabatnya untuk kembali kepada kekafiran setelah datang kepadanya hidayah Islam
sampai akhirnya ia mati dalam keadaan kafir sebagaimana yang terjadi pada ‘Uqbah bin Abi Mu’ith (Adhwa’ul Bayan, 6/45). Sedikit mengutip pesan dari ulama bernama Ibnu Qudamah Al Maqdisiy. “... kecerdasan merupakan modal utama, tidak ada kebaikan berteman dengan orang yang dungu, karena orang yang dungu terkadang dia ingin menolongmu tapi justru dia malah mencelakakanmu. Ahklak baik, hal ini juga sebuah keharusan. karena terkadang orang yang cerdas jika ia sedang marah dan emosi dapat dikuasai oleh hawa nafsunya. Maka tidaklah baik berteman dengan orang yang cerdas tapi tidak berakhlak. Sedangkan orang-orang yang fasik, dia tidaklah mempunyai rasa takut kepada Allah, kamu tidak akan selamat dari tipu dayanya ....” Semoga kita senantiasa dihadirkan Allah bersama teman-teman yang baik lagi saleh, dan dijauhkan dari marabahaya orang-orang yang jahat. Jika kita belum bisa berlomba dengan orang saleh dalam ibadahnya, ada baiknya kita berlomba dengan pendosa dalam setiap tobatnya. Allah Mahatahu atas segala alam semesta ini.
Majalah Dinamika Edisi 50 | Mei 2019
35
LEZAT
Sajian Crispy Ala Pisang Goreng Raksasa Reporter: Istiqomah Kaloko, Cut Syamsidar, dan Agung Prasetya
Foto: Rafifa Luqyana Kesuma
S
iapa yang tidak kenal dengan pisang? Selain rasanya yang manis, pisang juga mempunyai segudang manfaat bagi kesehatan tubuh yang di antaranya, memperbaiki pencernaan, menurunkan tekanan darah, dan masih banyak manfaat lainnya. Buah dengan nama latin Musa paradisiacal ini merupakan salah satu buah tropis yang mempunyai potensi cukup tinggi untuk dikelola. Banyak olahan lezat yang terbuat dari pisang, contohnya keripik, kolak, dan jajanan pinggir jalan yang tidak kalah menarik, yakni pisang goreng. Pisang goreng merupakan jenis olahan sederhana yang terbuat dari pisang. Tetapi, dengan ketatnya daya saing jual di pasaran, maka bertambah pula inovasi baru hingga kini pisang goreng ini memiliki banyak varian, seperti pisang nugget crispy,
36
dan lebih kerennya lagi ada pisang goreng raksasa yang terdapat di Bananas Medan. Bananas Medan ini terletak di Jl. Perintis Kemerdekaan No. 2, tepatnya di depan Taman Budaya Medan. Bananas Medan yang dikelola oleh Gustaf ini sudah berjalan selama kurang lebih 12 tahun. Setelah sebelumnya buka di Millennium, lalu pindah ke sebelah Hotel Angkasa karena peminatnya lebih banyak dari kawasan Pirngadi. Menunya juga masih sama, meskipun banyak menu yang bertambah dan tentunya dengan inovasi baru pula. Meskipun masih terbilang menu baru di Bananas Medan ini, pisang goreng raksasa sudah menjadi incaran dan termasuk favorit pelanggan. Pisang goreng raksasa ini dibuat sedemikian persis menyerupai bentuk pizza. Sangat berbeda dengan pisang goreng lainnya, cara
Majalah Dinamika Edisi 50 | Mei 2019
pembuatannya pun sungguh berbeda. Gustaf mengatakan melalui pegawainya, bahwa ia ingin membuat olahan baru yang sangat berbeda dengan tampilan yang mungkin toko lain buat. “Tidak tahu Pak Gustaf terinspirasi dari mana, tapi yang pasti Pak Gustaf ingin membuat olahan dengan inovasi baru yang sangat berbeda dengan toko lain. Pisang goreng raksasa inilah dibuat persis menyerupai pizza dengan ukuran besar,� jelas Dewi, salah satu karyawan di Bananas Medan. Tepung crispy merupakan bahan utama yang menjadikan pisang goreng raksasa ini terlihat menggiurkan, tepung crispy tersebut dibuat langsung dengan resep rahasia tentunya dan crispy ini juga yang membedakan pisang goreng raksasa de-
LEZAT ngan pisang crispy di toko lainnya. Untuk topping, pisang goreng raksasa di Bananas Medan memiliki empat varian rasa, di antaranya coklat keju, avocado oreo, tiramisu oreo, dan cappuccino keju. Meskipun namanya Bananas Medan, tidak semua olahan di tempat ini terbuat dari buah pisang, ada juga durian goreng dan pokat goreng. Walaupun tetap pisang yang mendominasi menu di Bananas Medan ini. Pisang nugget dan pisang crispy dengan berbagai rasa merupakan menu lama yang tidak kalah hits dari pisang goreng raksasanya, disajikan dengan varian rasa seperti matca, coklat, strawberry dan rasa lainnya sesuai selera dan pesanan pelanggan. Untuk rasa dan harganya tidak usah diragukan lagi, harga menu di Bananas Medan ini tidak begitu menguras kantong. Dengan bujet Rp20.000 Anda sudah bisa menikmati sajian pisang crispy original, untuk pisang goreng raksasanya sendiri dibanderol seharga Rp50.000, harga yang sangat murah untuk sajian unik yang dapat dinikmati delapan hingga sepuluh orang.
Foto: Rafifa Luqyana Kesuma “Untuk masalah rasa, di Bananas Medan ini enak banget, dan saya juga sudah beberapa kali belanja di sini, walaupun tempat tinggal saya agak jauh. Untuk harga dan rasa menurut saya sudah sesuai, rasanya enak dan harga tidak terlalu mahal,� komentar Lidya, salah satu pelanggan Bananas Medan.
Tidak perlu khawatir dengan tempat yang mungkin jauh, Bananas Medan ini sudah beroperasi di Java Dango Food sehingga memudahkan masyarakat Medan untuk menjangkaunya. Rasa pas di mulut dan harga pas di kantong.
Foto: Rafifa Luqyana Foto: Rafifa Luqyana Kesuma
Majalah Dinamika Edisi 50 | Mei 2019
37
DINAMIS Jawaban: Kebanyak ulama memang mengharamkan menggambar sesuatu yang menyerupai ciptaan Allah. Dalilnya juga ada yang sahih, dalil itu kita terima sebagai sumber. Namun, tergantung bagaimana kita memahami sumber itu. Contoh kecil ketika seorang penyidik menggambarkan sketsa wajah pelaku kejahatan, tentunya itu akan bertentangan dengan hukum Islam yang telah ditentukan. Dalam pandangan saya yang namanya melukis/menggambar itu harus dilihat dari kondisinya walaupun sebagian ulama mengharamkan menggambar.
TANYA JAWAB SEPUTAR AGAMA
Seperti biasa rubrik Dinamis kali ini akan membahas mengenai pertanyaan Sobat Kampus, LPM Dinamika menghadirkan sosok Dr. Syafruddin Syam, M.Ag.
Oleh: Dr. Syafruddin Syam, M.Ag.
Mahliza, Komisi Penyiaran Islam, FDK Pertanyaan: Saat ini politik seperti menjadikan agama sebagai senjata untuk saling serang dan menjatuhkan. Ironisnya, umat Islam sendirilah yang saling bertentangan. Bagaimana sikap yang harus dilakukan seorang mahasiswa yang mengenyam pendidikan Agama Islam? Jawaban: Dalam konteks sebagai mahasiswa, kita berharap mahasiswa itu harus lebih berada pada identitasnya sebagai masyarakat ilmiah. Apalagi selain sebagai mahasiswa, dia adalah mahasiswa yang berinstitusi agama Islam negeri. Jadi harus menjaga prinsip-prinsip keilmiahan sebagai masyarakat kampus. Masyarakat kampus itu harus objektif dan rasional, tidak boleh berpemikiran berlandaskan hoaks, dan juga harus ulet dan gigih untuk menggali wawasan dan pengetahuan, itulah ciri ilmiah. Afrizal Setyawan, Sejarah Peradaban Islam, FIS Pertanyaan: Apa tanggapan bapak tentang Islam Nusantara yang saat ini sedang marak diperbincangankan? Jawaban: Islam Nusantara yang saya pahami bukan sebuah ajaran baru dan bukan mengubah doktrin, justru mengajak kita untuk menampilkan antara ajaran dan budaya. Jadi bagaimana kita mengakomo-
38
dasikan dan mengapresiasi budaya-budaya lokal tetapi, tidak mengubah konsep dasar Alquran, karena di situ kitab tetap Alquran, Tuhan tetap Allah, rukun Islam tetap lima, rukun iman tetap enam dan seterusnya. Tapi untuk cara-cara kita berinteraksi tentunya kita membutuhkan instrumen lokal, misalnya dari segi bermuamalah. Reza Syahputra, Perbandingan Mazhab, FSH Pertanyaan: Bagaimana sikap yang tepat dari mahasiswa UIN jika di kampung mereka terdapat masyarakat muslim yang salah dalam melakukan praktik beragama? Jawaban: Tidak semua umat Islam memiliki wawasan agama yang sama levelnya, tidak sama antara masyarakat terdidik dengan tidak terdidik. Di sinilah mahasiwa hadir dengan memberikan pembinaan, penyuluhan, dan pendidikan karena, di situ terdapat upaya untuk memberikan wawasan keagamaan kepada masyarakat yang masih minim tingkat keimanannya. Tanzila Arifah, Ekonomi Islam, FEBI Pertanyaan: Benarkah menggambar itu haram, bagaimana dengan orang yang dianugerahi bakat menggambar sejak kecil?
Majalah Dinamika Edisi 50 | Mei 2019
Nada Nurjannah, Ilmu Kesehatan Masyarakat, FKM Pertanyaan: Bagaimana pengertian ikhlas? Apakah hanya ingin pahala, kemudian tidak berharap imbalan dapat dikatakan ikhlas? Bagaimana ikhlas yang diridai Allah? Jawaban: Ikhlas itu kan pada dasarnya Lillahi Taala, Artinya dalam setiap perbuatan manusia harusnya tidak bercampur dengan nilai-nilai keilahiannya sebab semua itu ialah dari, untuk, dan karena Allah. Jadi perbuatan ikhlas itu tidak mengharapkan pahala, niat yang terbersit di hatinya hanya untuk Allah. Dan janganlah coba untuk melakukan sesuatu dengan pamrih sebab jika melakukan kebaikan tetapi dengan pamrih maka tindakan tersebut hanya omong kosong. Chiesa, Ilmu Alquran Tafsir, FUSI Pertanyaan: Bagaimana hukum wanita yang tidak mengenakan jilbab syari? Jawaban:Pakaian itu adalah yang menutupi aib kita. Mengenai busana yang dipakai untuk menutup aurat, yaitu busana syari memang benar, sebab busana syari ini juga dapat memproteksi kita dari ancaman zina mata. Jangan gunakan busana yang menarik perhatian seperti terlalu banyak warna pada busana tersebut dan jangan gunakan busana muslimah hanya untuk terlihat modis, tapi pakailah busana syari karena ingin menjaga pandangan orang. Karena, fungsi jilbab ialah untuk menutupi bentuk bagian atas pada wanita, bukan hanya menutup bagian kepala saja.
Foto bersama Wakil Rektor III dan Delegasi Sumatera Utara Pertukaran Pemuda Antar Negara 2018 dalam acara sosialisasi calon Delegasi Pertukaran Pemuda Natar Negara 2019 (Fotografer: Nur Fadillah Kawakib)
Foto bersama Rektor UIN SU, Prof. Dr. Mahfud MD, MA, serta Wakil Rektor 3 dalam acara Dialog Kebangsaan Gerakan Suluh Indonesia di Aula UIN SU (Fotografer: Muhammad Hafiz)
Foto bersama Rektor, Dosen UIN SU dan Pemateri Seminar Nasional "Pengaruh Politik dan Mahasiswa dalam Upaya Pemberantasan Korupsi serta penegakan Hukum dan HAM demi terwujudnya Indonesia" yang diselenggarakan oleh DEMA UINSU (Fotografer: Taufik Syahputra)
Foto bersama Dirut SDM dan Umum PT. Pelindo Persero, Dekan, Kepala Jurusan Ilmu Komunikasi, serta Dosen Fakultas Ilmu Sosial UIN SU pada peresmian laboratorium Ilmu Komunikasi (Fotografer: Taufik Syahputra)
Harapan Terakhir adalah Pasrah kepada Allah
H
arapan adalah kata turunan dari kata dasar ‘harap’ yang memiliki arti (1) sesuatu yang dapat diharapkan, (2) keinginan supaya menjadi kenyataan. Harapan merupakan keinginan supaya itu terjadi, dengan jerih payah diri sendiri maupun kekuatan lain di luar diri sendiri. Harapan ada karena manusia hidup. Hidup dengan penuh dinamika, sehingga harapan ada untuk mempermudah yang seharusnya jika itu terwujudkan. Kebanyakan dari pasangan suami istri, apabila tidak diamanahkan seorang anak setelah bertahun-tahun, mereka akan bercerai dengan alasan karena pasangannya tidak bisa memberikan keturunan. Tapi tidak dengan penulis buku ini, diambil dari kisah mereka sendiri. Mereka berjuang mati-matian, dengan seluruh tenaga, biaya, dan kesanggupan
Judul Penulis Penerbit Tahun Terbit Kota Terbit Halaman
: I AM SARAHZA : Hanum Salsabiela Rais dan Rangga Almahendra : Republika Penerbit : 2018 : Jakarta : vi+370
yang mereka miliki hingga harapan mereka terwujud, yaitu memiliki anak. Buku yang ditulis oleh Hanum dan Rangga ini adalah buku keenam yang menceritakan tentang perjuangan mereka untuk mendapatkan anak, setelah berkali-kali gagal dalam berbagai macam program kehamilan. Buku ini berisi kalimat-kalimat motivasi luar biasa, cocok untuk para pejuang di luar sana yang sedang memperjuangkan sesuatu. Harapan yang mereka gantungkan gagal terwujudkan karena tidak mencampurkan Allah pada harapan itu. Dan ketika mereka memasrahkan segalanya hanya kepada Allah maka, atas izin-Nya harapan itu terjadi.
Peresensi: Intan Zhorifah “While there’s life, there’s hope. Di mana ada kehidupan, di situ ada harapan. Begitu kata Cicero berpepatah dalam dunia manusia. Dalam dunia kerahiman, adagium sayang itu tidak berlaku. Yang ada malah sebaliknya: “While there’s hope, there’s life.” Di mana ada harapan, di situ ada kehidupan. Jangan pernah putus harapan. Jangan kau bunuh harapanmu!” (halaman 258).
Cleo, Asisten Rumah Tangga yang Bersahaja dapat nominasi juga memenangkan Golden Lion yang merupakan penghargaan film pada acara itu. Perilisan film ini tidak berlangsung lama di Box Office, kemudian mendapat label dari Netflix dan mulai tayang pada 14 Desember 2018. Film yang mengambil latar tahun 1970 di Mexico City ini, mengacu pada Colonia Roma sebuah lingkungan di Mexico City. Film ini disajikan dengan visual hitam-putih sehingga memberikan kesan klasik juga lebih mengutamakan ekspresi para pemain. Peresensi: Ahmad Affandi
F
ilm Roma adalah karya dari Alfonso Cuaron yang merupakan penulis, sutradara, editor, dan juga produser. Film ini ditayangkan di Festival Film Venice ke75 pada 30 Agustus 2018 dan men-
40
Film ini berkisah tentang Cleo, asisten rumah tangga dari pasangan Sofi dan Antonio. Cleo menjalani kehidupannya dengan sempurna, ia mengerjakan pekerjaan rumah dan mengasuh empat orang anak. Pada awal film terlihat Cleo sangat senang menjadi asisten rumah tangga di keluarga itu.
Majalah Dinamika Edisi 50 | Mei 2019
Lambat laun, hubungan antara Antonio dan Sofi mengalami keretakan. Antonio dalam senyap selingkuh dengan perempuan lain. Sementara Sofi berusaha mempertahankan hubungan mereka. Cleo memiliki pacar bernama Fermin, mereka bertemu ketika ia berlibur bersama Adela. Tapi Cleo menelan kenyataan pahit, ia hamil dan Fermin tidak bertanggung jawab. Cleo yang selalu semangat menjalani hari-harinya, malah terlihat murung akan kejadian tersebut. Hingga ia melahirkan dan setelahnya kembali menjalani aktivitas seperti biasa. Film ini mengantar Alfonso Cuarcon mendapat nominasi pada ajang film bergengsi salah satunya, Golden Globe Awards ke-76. Roma masuk dalam nominasi film Bahasa Asing Terbaik, Sutradara Terbaik, dan Naskah Terbaik.
TEKNOLOGI
Mobil Ganteng, Mobil Irit Berbahan Nabati Reporter: Nabila Firuzia dan Putri Chairunnisa
M
elalui jajak pendapat yang disebar di awal Maret 2019 di delapan fakultas yang berbeda, didapati hasil suara terbanyak untuk memuat rubrik teknologi di majalah edisi 50 LPM Dinamika UIN SU. Sesuai dengan permintaan Sobat Kampus maka rubrik Teknologi telah hadir. Sebagai salah satu konsumen terhadap teknologi, kita pastinya menyadari dengan jelas akan perkembangan dari teknologi terbaru yang terjadi akhir-akhir ini. Teknologi yang lahir sekarang ini tidak hanya bermanfaat untuk ilmu pengetahuan, melainkan juga berguna bagi kehidupan manusia. Karena, manusia merupakan pihak yang menciptakan dan memanfaatkan teknologi tersebut. Temuan tersebut menjadi kabar gembira juga informasi penting yang harus diketahui oleh semua orang. Seperti yang dilakukan mahasiswa Institut Teknologi Medan (ITM) yang mampu merancang sebuah teknologi yang dapat mengantarkan mereka ke gerbang prestasi. Hal itu dibuktikan dengan keberhasilan mengikuti berbagai kompetisi, salah satunya Shell-Eco Marathon Asia 2017 di Singapura. Tim Irit Mobil Ganteng dibangun pada akhir 2012 oleh angkatan 2011 dan diketuai oleh Darwin Sudarmanto pada 2019 ini. Hal tersebut dilatarbelakangi oleh
sebuah kepedulian sebagai mahasiswa teknik untuk melakukan penghematan energi serta menjadikan kendaraan yang bebas dari polusi dan tidak boros dalam penggunaan bahan bakar. Apakah ada bahan bakar yang berbeda sehingga kendaraan ini menjadi ramah lingkungan? “Untuk bahan bakarnya sendiri kami menggunakan etil alkohol atau ethanol yang berasal dari tumbuhan dan buah-buahan, jadi sangat ramah lingkungan. Kami juga menggunakan bahan bakar diesel, kadang kalau kita perhatikan mobil-mobil di konvensional pada umumnya, kebanyakan hanya memperhatikan futuristiknya nah, di sini kita enggak. Apa sih sebetulnya yang membuat dia menjadi irit? Kalau di teknik ada istilah arah angin, kemudian kecepatan laju angin, maka kita hitung itu juga,� terang leader Tim Irit Mobil Ganteng. Mahasiswa ITM tidak dilibatkan sendiri dalam pengerjaan tim tersebut, melainkan dari pihak dosen pun turut andil dalam pengerjaannya seperti, Mahyunis, MT. Ia merupakan dosen Jurusan Teknik Mesin yang memberikan pengajaran dalam teknisi, serta didukung oleh beberapa
dosen lain yang memberikan pengajaran berupa teoretis. Secara teknis kendala yang dialami oleh mahasiswa pencipta mobil ganteng ini berupa keterbatasan alat-alat serta anggota yang tidak semua berlatar belakang SMK. Jenis mobil yang dibuat oleh Tim Irit Mobil Ganteng ini ada dua yaitu, jenis roda tiga atau kelas proto type, pengerjaannya kurang lebih lima bulan dan roda empat yaitu urban konsep yang pengerjaannya kurang lebih tujuh bulan. Harapan untuk mahasiswa Tim Irit Mobil Ganteng ke depannya? “Sebagai dosen, saya mempunyai harapan bagaimana menciptakan mahasiswa yang memiliki daya saing terutama di bidang teknologi serta memiliki daya saing antarperguruan tinggi. Pastinya setiap orang memiliki potensi masing-masing, tetapi tidak semua perguruan tinggi dapat mengkover kemampuan yang dimiliki setiap mahasiswanya, dikarenakan keterbatasan tenaga dosen yang memiliki keahlian di setiap bidangnya. Sebenarnya harapan saya sebagai dosen hanya menjalankan Tri Dharma Perguruan Tinggi, tidak lebih dari itu,� tutup Mahyunis, MT.
Majalah Dinamika Edisi 50 | Mei 2019
41
CERPEN dunia seluruhnya, harus disuruh memilih antara melanjutkan kuliah atau harus bekerja. Keinginan terbesarku adalah bisa melanjutkan kuliah sebagaimana teman-temanku yang lain. Tapi apalah daya, ketika rasanya keinginanku untuk melanjut kuliah tidak mudah untuk tercapai, aku merasa harus mengubur semua mimpi, cita-cita, harapan, dan semua yang ada di dalam imajinasi kecilku. Aku terlahir bukan dari keluarga yang kaya raya, bukan pula seorang anak yang mudah untuk mendapatkan segala sesuatu yang kuinginkan, salah satunya ialah bisa dengan mudahnya melanjutkan pendidikan sampai ke perguruan tinggi, seperti yang kuinginkan. Aku hanyalah seorang anak yang terlahir dari keluarga sangat sederhana, dan kurang berkecukupan. Ayahku bekerja sebagai pedagang kaki lima, yang tidak punya gaji tetap, dan terkadang harus tidak bekerja karena saat ini, ayahku sedang sakit-sakitan. Sementara ibuku hanyalah tukang cuci keliling, yang kerjanya hanyalah mencuci pakaian tetangga-tetanggaku. Begitulah kehidupanku, terlihat sedih memang, tapi aku selalu mencoba belajar ikhlas menjalani semua kehidupan ini.
Ilustrasi: Lelya Hilda
Mimpi dan Harapan Oleh: Annisa Nabilah br. Ginting
L
angit terlihat begitu sendu, matahari bersembunyi di balik awan tebal, hujan seakan ingin menyapa tapi angin menolaknya. Ketika harapan tidak sesuai dengan keinginan? Mungkin hati akan terasa begitu sakit. Tapi, kali ini aku mencoba meyakinkan dan menguatkan
42
hati jika semua sudah menjadi garis hitam di dalam hidupku yang harus aku terima dan aku jalani. Satu tahun yang lalu, ketika aku duduk di kelas XII Aliyah, aku dibuat bingung dengan berbagai pilihan anak remaja yang tidak mengetahui
Majalah Dinamika Edisi 50 | Mei 2019
Aku selalu percaya suatu saat nanti akan ada sebuah keajaiban yang datang dari Allah asal aku selalu yakin, selalu berusaha sekuat tenaga, dan terus berdoa kepada Allah agar kelak cita-citaku dapat terjuwud, yaitu aku bisa melanjutkan kuliah dan bisa mengubah hidupku menjadi lebih baik kedepannya. Salah satu cara agar kelak aku bisa kuliah, dengan aku harus membantu keluargaku dalam hal perekonomian, tidak mungkin rasanya jika keinginanku berkuliah nantinya hanya berharap dari orang tuaku. Untuk makan kami sehari-hari saja sulit dan kurang rasanya. Akhirnya, aku memutuskan untuk memulai bekerja untuk bisa meringankan beban orang tuaku, dan sedikit demi sedikit uang yang aku dapatkan nantinya akan aku tabung untuk perkuliahanku nanti.
CERPEN Akhirnya, aku mencoba mencari pekerjaan, tapi sayangnya beberapa kali saat aku menawarkan diri bekerja di daerah dekat rumahku, aku ditolak. Entah apa alasannya, mungkin aku terlalu muda atau aku hanya tamatan Aliyah. Zaman sekarang sangat sulit mencari pekerjaan jika hanya mengandalkan ijazah Aliyah. Aku pun pelan-pelan terus mencari dan menawarkan diri, tapi tetap saja akhirnya aku ditolak. Aku memutuskan diri pergi dari daerah tempat tinggalku, dan aku hijrah ke ibu kota, yang katanya bisa mengubah hidupku. Di sini, kucoba lagi berbagai cara agar aku bisa bekerja, pagi dan malam kulalui, pergi ke satu tempat dan ke tempat lainnya, dengan harapan ada yang menerima ijazah Aliyahku. Tapi, tetap saja tidak ada.
Tapi, demi cita-cita dan keinginanku, aku segera menepis rasa letih dan lelah yang aku dapat saat aku bekerja, aku harus semangat dan terus semangat. Setelah beberapa bulan aku bekerja, akhirnya aku bisa mengumpulkan uangku sedikit demi sedikit. Uang ini akan kuberikan kepada ayah dan ibuku di rumah, terlebih aku harus membelikan obat untuk ayahku yang sekarang sedang sakit-sakitan. “Sabar, bentar lagi pulang,” gumamku dalam hati. Sambil aku duduk termenung di teras kosanku dan di dalam setiap doaku aku masih selalu berharap ini bukanlah akhir dari segalanya, aku selalu percaya akan ada sebuah kejutan yang Allah berikan kepadaku, di hari mendatang.
Aku berpikir, jika aku terus-terusan seperti ini, sampai kapan aku bisa berubah dan mendapat pekerjaan sesegara mungkin. Akhirnya, aku putuskan untuk tidak melamar bekerja ke mana-mana. Aku bekerja dengan sesuatu yang kumampu dulu, yaitu mencari botol-botol bekas di jalanan, yang nantinya bisa kujual.
Hari yang kutunggu pun telah tiba, rasa rindu yang memuncak seakan tak bisa kutahankan di hari ini, cairan bening itu menetes tak henti ketika aku memeluk orang yang paling aku sayang, dan orang yang paling berjasa dalam hidupku, dua orang yang sangat aku hargai dan cintai, yaitu ayah dan ibuku.
Hari pertama aku bekerja, sebagai pencari botol-botol bekas, di bawah terik matahari aku tetap berjalan dengan semangat, dan bergumam dalam hati. “Aku bertekad kuat untuk selalu semangat dalam menjalani ini semua, agar bisa nantinya membantu perekonomian keluargaku”.
Setelah melepas rindu, aku mengobrol santai dengan mereka di ruang tengah, aku pun menceritakan pengalaman pertama kali aku bekerja. Di tengah obrolan santai tersebut, tiba-tiba ibuku bertanya.
Setelah aku melewati beberapa hari ini, dengan terus mencari botol bekas ke sana ke mari, ternyata aku merasakan bahwa mencari uang tidaklah mudah. Tapi, aku harus tetap berusaha demi keinginanku untuk mengubah hidupku dan keluargaku. Di samping terus bekerja, beberapa waktu aku sempatkan diriku untuk belajar, dengan aku pergi ke perpustakaan di daerah sini, dan membaca beberapa buku pelajaran. Dengan maksud, menambah wawasan dan aku tidak ingin berhenti belajar. Letih, mungkin orang tuaku lebih letih. Lelah, mungkin orang tuaku lebih lelah.
“Nak, boleh ibu bertanya?” “Boleh bu, ingin bertanya apa?” “Ibu ingin bertanya, apakah di dalam hatimu masih ada keinginan untuk melanjutkan kuliah?” Tiba-tiba aku terdiam dan memikirkan pertanyaan itu, rasanya aku ingin menjawab sesegera mungkin, tapi hatiku mencoba untuk terlihat tenang di hadapan ayah dan ibuku. “Sejak dulu sampai sekarang jawabannya akan masih tetap sama bu, yah. Aku masih bertekad untuk bisa berkuliah”.
“Agar aku bisa membuat ayah dan ibu bahagia, dan kelak aku bisa mengubah kehidupan kita menjadi lebih baik lagi”. Sekarang giliran ibu dan ayahku yang tiba-tiba terdiam. Entah apa yang mereka pikirkan, ketika aku melihat sorot matanya seperti mereka menahan tangis yang ingin mereka keluarkan. “Ya sudah, tahun ini insyaallah kamu lanjut kuliah ya, nak,” tiba-tiba ibuku berkata demikian. “Tapi, bu…” “Tidak ada tapi-tapian nak, intinya, kamu sekarang harus belajar dan bekerja lebih keras lagi, agar cita-citamu untuk melanjutkan kuliah terwujud''. Pada saat itu, aku benar-benar sangat bahagia. Aku langsung bersujud syukur kepada Allah dan inilah keajaiban yang Allah janjikan untukku. Tiada hentinya aku mengucap rasa syukur atas apa yang telah aku lalui, karena banyak sekali pelajaran berharga yang aku dapati saat ini. Sekarang, aku merasa Allah menjawab doa-doaku dan Allah melihat segala usahaku. Kini, aku bisa meraih mimpiku untuk bisa lanjut berkuliah, aku teramat bahagia karena aku bisa melanjutkan mimpi, cita-cita dan keinginanku yang sempat terhenti. Sekarang, aku akan terus berjuang untuk orang yang memperjuangkanku. Aku harus selalu bersemangat agar kelak aku bisa membanggakan kedua orang yang paling aku sayangi, yaitu kedua orang tuaku.
*Mahasiswa Fakultas Dakwah dan Komunikasi/ Komunikasi Penyiaran Islam/ Semseter II, Universitas Islam Negeri Sumatera Utara
“Untuk apa kamu kuliah, nak?” tanya ayahku.
Majalah Dinamika Edisi 50 | Mei 2019
43
PUISI
Ilustrasi: Mustika Khairunnisa
Narasi di Persimpangan Jalan
Tawa Palsu
Oleh: Abdul Razaq
Oleh: Ismi Fauziah
Pagi cerah menyapa burung berkicau merdu
Kontestasi kini menempa bentuk wajah
Gedung sana tak seindah film di gedung putih
Tetesan embun mewarnai hijau muda berkilau indah
Eksistensi, eksistensi, dan eksistensi
Desas-desus setan berpakaian rapi tak pernah absen di kanan kirimu
Udara sejuk menemaniku tertawa gembira bersama Siapa si pencipta tawa itu? Teman yang masih saja menjadi bayangan terus saja menghampiri Tawa yang sering terpancar sebuah kebahagiaan palsu Tawa palsu yang menyiksa tak kunjung usai Di mana penawar kepalsuan berada? Hadirlah di sela hari yang indah
44
Sayangnya minim bertatap esensi Beragam corak muka dan pahatan antusias imitasi di negeri besar Aku kurang mengenal dan kadang terpapar semangat yang kau nyanyikan Tak sama dengan pendengar di sudut kota sana sini Hampir tak mengerti retorika basa-basi
Tawa palsuku terus saja mengusikku. Datanglah membawa sejuta tawa indah yang nyata.
Gerak bibirmu beriringan dan seirama dengan ternganganya gerbong-gerbong neraka
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan/ PIAUD/ Semester II
Siap mengoyak dan menjahit kembali tubuhmu
Majalah Dinamika Edisi 50 | Mei 2019
Ini hanya salam ringan dari tangan kecil di persimpangan jalan Kuharap dikau tak lupa menaburkan moralitas jika duduk di kursi empuk nanti. Fakultas Sains dan Teknologi/ Sistem Informasi/ Semester IV
POJOK
SETOP MENGONSUMSI PLASTIK!
D
Kurniawan (Pemimpin Umum LPM Dinamika Periode2019-2020)
unia gempar, usai Orb Media asal Amerika Serikat beberapa waktu lalu mempublikasikan hasil penemuan mereka terkait air mineral yang positif mengandung mikroplastik. Indonesia (Jakarta) adalah salah satu negara yang dijadikan sampel dalam penelitian tersebut, alhasil 76% air ledeng dan sumur di Jabodetabek mengandung mikroplastik dan 93% air mineral kemasan botol plastik ditemukan mengandung zat yang berbahaya ini. Bagaimana tidak, terkhusus di Indonesia sendiri, air mineral yang diketahui telah lulus uji kesehatan oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM), kita anggap paling aman dan higienis, ternyata belum sepenuhnya aman. Beberapa air mineral merek branded terbukti positif mengandung mikroplastik, partikel halus yang dapat menyebabkan kanker dan penyakit berbahaya lainnya. Mikroplastik adalah pecahan-pecahan kecil sampah plastik yang dibuang oleh manusia. Karena sifatnya yang tidak mudah terurai, plastik ini lalu terpecah dan menjadi bagian-bagian yang sangat kecil, seperti yang penulis kutip dari laman
46
Tempo.co (15/03) ukuran mikrpolastik yang ditemukan terkandung di dalam air mineral mencapai ukuran 6,5 mikrometer atau setara dengan sel darah merah, ada juga ditemukan seukuran rambut. Kita merasa aman-aman saja, selama air terlihat tidak kotor, jernih, atau telah dimasak hingga mendidih, kita berpikir sempurnalah ia untuk diminum. Padahal, menurut penelitian, dengan merebus sekali pun tidak dapat menghilangkan mikroplastik, malah membuat zat halus tersebut menjadi menyatu dengan air. Belum lagi bagaimana mikroplastik yang kita hirup melalui polusi udara, limbah plastik di sekitar rumah lalu meyerap ke tanah, ikan, dan mamalia lainnya yang mengonsumsi sampah (mikroplastik) di laut lalu masuk ke perut kita, atau bagaimana dengan garam yang bahan dasarnya adalah air laut yang menjadi gudang limbah plastik saat ini? Namun, kekhawatiran ini menjadi terkesampingkan, karena berbenturan dengan ketergantungan manusia pada plastik, alhasil kesadaran
Majalah Dinamika Edisi 50 | Mei 2019
hanya bertahan dalam hitungan menit, setelah itu sirna. Padahal sudah jelas dalam Alquran, “Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar)� (QS. Al Rum: 41). Apa yang kita perbuat, dampak baik dan buruknya tentu akan kembali kepada kita. Tidak cukup dengan melimpahkan kepada pemerintah, atau hanya mengadah tangan memohon kepada Tuhan untuk melindungi kita dari dampak sampah plastik, jika tidak dimulai dari diri sendiri lalu menyebarkan ke orang lain, maka itu akan sia-sia. “Bumi adalah masjid,� tutur Nabi Sallallahu alaihi wasallam selain berarti kita boleh mengerjakan salat di mana saja asalkan bersih dan suci, ada pesan tersirat untuk memelihara alam. Dekat dengan Tuhan di mana pun kita berada, ramah terhadap lingkungan, dan saling menjaga satu sama lain.
#LAMALAMAJADIBUKIT
Ilustrator: Ditanty Chicha Novri