6 minute read
SOCIAL MOVEMENT
Komunitas Satoe Atap, Potret Pendidikan Anak-anak Miskin Kota Semarang
Oleh: M. Musa dan Hatfina Dini S.
Advertisement
Dok. Pribadi
Pendidikan merupakan hak bagi setiap warga negara. Sayangnya, masih banyak masyarakat yang tidak bisa merasakan menikmati dunia pendidikan. Faktor utamanya tentu saja masalah perekonomian. Pemerintah jelas memiliki tanggung jawab akan hal ini. Meskipun pemerintah telah menggratiskan biaya pendidikan dasar, tetap saja masih banyak anak-anak yang tidak bisa menikmati karena harus banting tulang untuk mencari penghasilan demi menyambung hidup. Kondisi tersebut seringkali memunculkan simpati dan empati dari masyarakat untuk ikut andil dalam memberikan bantuan, salah satunya dengan memberikan suatu pendidikan nonformal melalui suatu komunitas sosial. Di Kota Semarang sendiri, banyak sekali ditemukan komunitas-komunitas yang bergerak dalam bidang pendidikan. Salah satu komunitas yang berfokus melakukan pengajaran pada anak-anak jalanan dan anak-anak miskin kota yaitu Komunitas Satoe Atap.
Bermula dari Tugas Kuliah
Terbentuknya komunitas ini bermula dari beberapa mahasiswa Ilmu Hukum Universitas Diponegoro yang melakukan kegiatan mengajar kepada anak-anak jalanan di daerah Semarang dalam rangka pengerjaan tugas di bidang sosial. Kegiatan tersebut ditujukan kepada anak-anak jalanan di daerah kawasan Simpang Lima dan daerah kawasan Tanggul Indah. Ketika itu, daerah tersebut banyak sekali ditemukan anak-anak yang membutuhkan sentuhan sosial oleh masyarakat lain, sedangkan daerah Tanggul Indah sendiri merupakan kawasan prostitusi. Selama berjalannya waktu, para mahasiswa ini hanya menjalani dengan biasa, hingga lama kelamaan menjadi kegiatan rutin hingga terbentuk menjadi sebuah komunitas pada tanggal 12 April 2007 dengan nama “Satoe Atap”. Nama ini sendiri memiliki nilai filosofis tersendiri, yang mana nama tersebut merupakan singkatan dari “Sayang Itoe Asli Tanpa Pamrih”. Maksudnya adalah bahwa orang-orang di dalam komunitas ini, mulai dari pengurus, relawan, dan masyarakat hingga anak-anak sendiri bersama-sama untuk saling menyayangi antara satu sama lain. Uniknya komunitas ini tidak memiliki visi ataupun misi yang tertulis dengan jelas. “Komunitas ini tidak memiliki visi dan misi secara tertulis, yang penting adik-adik mendapatkan pengajaran, ada materi, disampaikan ilmu, dan memiliki nilai kreativitas dan bermanfaat,” ujar Satrio Asrori, selaku Koordinator Kurikulum Komunitas Satoe Atap.
Berpindah Tepat dan Berganti Target
Selang beberapa waktu berjalan, komunitas ini memutuskan untuk berpindah tempat pengajaran. Simpang Lima yang menjadi pusat adanya anak-anak jalanan harus berpindah ke tempat lain dikarenakan untuk bisa mengakses anak-anak ini harus melalui penghubung. Penghubung tersebut dari pihak anak jalanan di sekitar Simpang Lima dan dari pengurus Satoe
Atap. Namun setelah penghubung dari Satoe Atap yang tadinya mahasiswa sudah tidak tinggal di Semarang karena pekerjaan, maka tidak ada lagi penghubung dari Satoe Atap ke anak jalanan. Selain itu, Tanggul Indah yang dulunya menjadi pusat prostitusi juga harus dipindah tempatkan. Hal ini disebabkan adanya pembubaran daerah prostitusi dan menjadikan rumah mereka harus tergusur. Dari perpindahan dua daerah tersebut, didapatlah tempat baru di Jalan Seroja Barat Nomor 1, Semarang Tengah (dekat Kantor Kelurahan Karang Kidul) dan Wisma Moerdiningsah, Gas Kelinci 1 Nomor 215, Gayamsari, Semarang. Bersama dengan dipindahkan tempat pengajaran berubah pula target objek pengajaran, yang mana diawal menargetkan anak-anak jalanan kini lebih menargetkan kepada anak-anak miskin kota.
Komunitas ini dikelola oleh volunteer dan selalu ada yang ikut datang dengan sukarela baik berupa kelompok mahasiswa maupun perorangan. Cara bergabung menjadi volunteer di komunitas ini pun sangat mudah. Cukup datang dan ikut mengajar di tempat pengajaran sesuai hari yang ditentukan. Hari Selasa di Jalan Seroja Barat Nomor 1, Semarang Tengah dan hari Rabu di Wisma Moerdiningsah, Gas Kelinci 1 Nomor 215, Gayamsari.
Komunitas yang juga aktif dan memiliki akun media sosial Instagram dengan nama pengguna @satoeatap ini selalu mem-posting setiap ada kegiatan berlangsung. Dengan demikian, kegiatan yang bermula hanya sebagai tugas perkuliahan kini menjadi sebuah komunitas yang mampu bertahan sejak 2007 hingga sekarang dan tentunya sudah bermanfaat bagi masyarakat terutama anak-anak miskin kota di Semarang.
Kegiatan Satoe Atap
Saat ini, Komunitas Satoe Atap telah memiliki kurikulum kegiatan mengajar dan sudah berjalan selama kurang lebih satu tahun. Selain diajarkan materi sekolah, juga ada beberapa materi tambahan, yaitu Profesiku yang membahas tentang profesi-profesi yang ada, Keliling Nusantara yang merupakan materi tentang pengetahuan budaya di Nusantara, Keliling Dunia berupa pengetahuan budaya negara-negara lain, dan Kesenian. adik juga diajarkan mengenai skala prioritas, di mana mereka harus bisa membuat prioritas barang mana yang mereka butuhkan dan barang mana yang mereka kurang butuhkan. Kegiatan ini berlangsung setahun sekali.
Adapula kegiatan tahunan lainnya, yaitu perayaan ulang tahun Satoe Atap yang diadakan bertepatan bulan berdirinya komunitas ini, yaitu bulan April. Acara ulang tahun ini selain dihadiri adik-adik dari kedua titik pengajaran juga mengundang beberapa anggota perwakilan masing-masing komunitas sosial dan edukasi di Kota Semarang. Selain itu, biasanya akan ada kegiatan sukarela yang diisi oleh relawan dari luar pengurus seperti kelompok mahasiswa kampus tertentu. Hal ini bisa terjadi, bahkan pengurus komunitas tidak pernah mendatangkan kelompok mahasiswa tertentu atau yang lain, dalam artian semua datang dengan sukarela. Begitu pula relawan yang ingin bergabung sebagai anggota komunitas. “Tanggapan dari orang tua adik-adik yang mengikuti pengajaran ini mereka merasa cukup terbantu, karena para orang tua tersebut terlalu fokus mencari uang karena memang mereka merupakan keluarga dari kalangan ekonomi bawah. Komunitas ini membantu peran orang tua mereka dalam memberikan pendidikan kepada mereka,” ujar Satrio. Namun, pengajaran yang dilakukan dua kali dalam seminggu dirasa kurang karena terkadang ada beberapa adikadik yang memiliki masalah dalam mengerjakan pekerjaan rumah, sedangkan para volunteer tidak bisa membantu karena memang sedang tidak ada jadwal pengajaran.
Kendala Kegiatan, dari Cuaca hingga Kurangnya Relawan
Dalam menjalankan kegiatan pengajaran, beberapa kendala seringkali ditemui. Kendala tersebut berupa kendala eksternal seperti kendala cuaca, maupun kendala internal seperti kurangnya volunteer yang mengajar. Pada masa pandemi seperti sekarang ini, kendala kegiatan bertambah lagi berkaitan dengan lokasi pengajaran dikarenakan keharusan menjaga jarak dan mengikuti protokol kesehatan. Di spot Kelinci, pengajaran dilakukan di dalam ruangan sehingga tidak memungkinkan melakukan social distancing karena banyaknya orang. Hal ini mengakibatkan dalam kurun waktu setahun belakang ini kegiatan mengajar di lokasi tersebut tidak dapat dilakukan. Sementara itu, kegiatan mengajar di spot Seroja masih dilakukan karena memang di sana kegiatan tersebut dilakukan di rangan terbuka, sehingga memungkinkan untuk
Dok. Pribadi Selain pengajaran, ada juga kegiatan bazar, yaitu Bazar For Kids. Barang-barang yang digunakan dalam kegiatan ini merupakan barang hasil donasi dari luar. Dalam kegiatan ini, adik-adik diberikan sejumlah uang mainan yang nantinya akan mereka gunakan untuk membeli barang-barang yang dijual dan mereka inginkan. Adik-
melakukan jaga jarak satu sama lain. Selain itu, kendala selama pandemi juga pada keberadaan volunteer yang kurang. Hal ini dikarenakan kebanyakan volunteer merupakan mahasiswa dari luar Semarang, dan selama pandemi ini, banyak dari mereka memilih pulang ke rumah masing-masing. Selama berdirinya komunitas ini juga banyak relawan yang sudah meliliki kesibukan di luar. Hal tersebut juga dapat menyebabkan masalah karena bisa menjadi momok untuk adik-adik yang mana mereka harus beradaptasi dengan orang-orang yang baru.
Manfaat dan Harapan
“Kita selalu terbuka untuk yang mau datang ke pangajaran, atau hanya sekadar melihat juga tidak masalah. Dan saya minta juga teman-teman diajak kalau ada yang tertarik datang saja ke spot Kelinci atau Seroja, Selasa atau Rabu. Kami selalu terbuka,” ujar Satrio menyampaikan pesan untuk siapapun yang ingin tergabung dalam Komunitas Satoe Atap. Dengan mengikuti komunitas ini banyak sekali manfaat yang dapat diambil. Selain semakin bersyukur dalam menerima kehidupan juga dapat lebih mengerti arti hidup. Satrio menyampaikan harapannya akan komunitas ini agar komunitas ini lebih bisa mengayomi adik-adik, bisa lebih solid, dan bisa lebih berkembang untuk lokasi-lokasi pengajaran dengan memperluas jangkauan di Kota Semarang. (lth)