Edisi 27 maret 2015

Page 1

Newsletter LPM EDUKASI

Fakta DENGAN WACANA MENGAWAL PERUBAHAN

Wacana Pendidikan Nasional

UN Online Diujicobakan; Beberapa Sekolah Belum Siap Kampusiana

Kebijakan Baru di Akhir Semester Gasal Opini

Esensi dari Kebijakan Amplop Perangko

06 08

Edisi XXVII/Maret/2015

Transformasi

Style UN Kami Hadir Lebih Dekat dengan Anda

03

Klik

www.lpmedukasi.com via gadgetmu


Editorial

Jurnalis Peduli Peradaban

si

ka

u Ed

Redaksi Penanggung Jawab : Pimpinan Umum : Ahmad Fahmi Ash shiddiq Redaktur Senior : Agita, Alaika, Asror, Nayiroh, Purwo, Tiwi, Ulfa Qoyyimah Pemimpin Redaksi : Rikha Umami Sekretaris Redaksi : Nur Fadhilatur Rohmah Wacana Pendidikan Nasional : Umi, Rikha, Riska Artikel : Fauziah Utrujjah Kampusiana : Ngaenal, Lu'luil Opini : Fitri Ulya dewi Feature Travelling : Aziz, Riza K. Kolom : Desy Sulistyaningsih Resensi Film : Dwi Nurul Resensi Buku : Nur Fadhilatur Rohmah Sajak : Aziz Afifi Qishoh : Reni Dwi K. Speak Up : Mimin, Adil Desain Layout : Syafrudin Kamal Najih Ilustrator : Syafrudin Kamal Najih Daftar Isi Editorial Wacana Pendidikan Nasional Artikel Kampusiana Opini Feature Travelling Kolom Resensi Film Resensi Buku Sajak Qishoh Speak Up

Menimbang Kebijakan Amplop dan Perangko

K

2 3 5 6 8 9 10 11 12 13 14 16

Alamat Redaksi : Gedung Student Centre Lt. 2 Kampus II Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Walisongo Semarang Jln. Prof. Dr. Hamka KM. 01 Ngaliyan

ebijakan yang baru dilaksanakan pada akhir semester gasal ini mewajibkan seluruh mahasiswa Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) UIN Walisongo Semarang membawa amplop dan perangko saat perwalian, lalu dikumpulkan kepada dosen wali guna pengiriman Hasil Studi Semesteran (HSS) sebagai laporan akademik kepada orang tua atau wali mahasiswa. Dalam pelaksanaan kebijakan ini menimbulkan banyak pertanyaan di kalangan mahasiswa maupun beberapa dosen mengenai tujuan dari kebijakan tersebut. Ada beberapa faktor yang me l a t a r b e l a k a n g i mu n cu l n y a kebijakan ini. Diantaranya, Persepsi fakultas mengenai banyak mahasiswa yang tidak memberikan HSSnya kepada orang tua, selain itu juga untuk membangun komunikasi dengan wali mahasiswa, serta sebagai tindak lanjut dari pertemuan pimpinan fakultas dengan wali mahasiswa. Namun dalam pertemuan tersebut tidak banyak wali mahasiswa yang hadir,

sehingga tidak dapat dikatakan bahwa keputusan tersebut adalah permintaan dari wali mahasiswa. Wakil Dekan Satu, Wahyudi, mengatakan, “Bahkan semisal diadakan penelitian, saya kira sangat banyak mahasiswa yang tidak menginformasikan hasil studinya kepada orang tua. Artinya ada komunikasi yang putus antara pihak fakultas dengan wali mahasiswa.� Mendengar pernyataan itu kita dapat mengetahui bahwa keputusan yang diambil oleh fakultas dan tidak dipertimbangkan dengan matang tanpa melakukan sebuah penelitian terlebih dahulu dan cenderung tergesa-gesa. Selain itu, adanya kebijakan baru ini juga tanpa sosialisasi menyeluruh kepada dosen wali dan mahasiswa. Jika fakultas ingin membuat kebijakan baru, seharusnya dikaji terlebih dahulu secara mendalam dan komperhensif. Lebih baik lagi mahasiswa sebagai civitas academika juga dilibatkan. Redaksi

Semarang 50185

2

Edisi XXVII/Maret/2015


Wacana Pendidikan Nasional

UN Online Diujicobakan; Beberapa Sekolah Belum Siap

?

UOnliNne

Ilustrasi : Kamal

Perubahan sistem Ujian Nasional konvensional (UN-red) menjadi UN online yang bertujuan untuk menghemat anggaran pelaksanaan UN justru menimbulkan kontroversi. Tidak sedikit dari lembaga pendidikan (sekolah) yang kurang menyetujui hal tersebut. Diantaranya karena mereka mengganggap perubahan sistem tersebut akan menyulitkan siswa dalam pelaksanaanya.

Edisi XXVII/Maret/2015

3


Wacana Pendidikan Nasional

Perubahan sistem UN konvesional ke UN online juga akan membawa perubahan pada nama UN pada tahun 2015. Namun sampai saat ini kepala kemendikbud, Nizam sendiri belum bisa memastian untuk nama UN 2015. Muncul kabar, mulai tahun depan nama UN diganti menjadi Enas (Evaluasi Nasional). Tujuannya untuk mengembalikan fungsi evaluasi pendidikan dalam ujian tahunan tersebut. “Sampai sekarang belum ada keputusan dari Pak Menteri (Mendikbud: Anies Baswedan). Yang saya tahu perubahan UN menjadi Enas masih dibicarakan,” ungkapnya. (jawapos 26/12/13) Ketika nama UN berubah tentunya Mendikbud juga akan mengeluarkan surat keputusan secara resmi. Kemendikbud juga mengumpulkan panitia UN 2015 tingkat provinsi pada Senin (29/12). Mereka di antaranya, Dinas Pendidikan Provinsi dan Perguruan Tinggi Negeri (PTN). Kabarnya, dalam pertemuan itu membahas mengenai wujud baru UN 2015. Tujuan UN Online Kepala Puspendik Kemendikbud juga memaparkan beberapa tujuan dilaksanakanya UN online. Diantaranya untuk menghemat anggaran, seperti pengadaan kertas ujian dan penggandaannya. Kemudian UN online bisa menekan potensi kebocoran soal ujian serta mengoptimalkan pemanfaatan IT di dunia pendidikan. Saat ini siswa juga sudah tidak asing lagi dengan yang elektronik komputer, sehingga Nizam menganggap kendala di bidang teknis bisa dikatakan tidak ada. Wakil Mentri Pendidikan dan Kebudayaan (Wamendikbud) bidang pendidikan Musliar Kaslim menegaskan bahwa dengan diselenggarakanya sistem online ini akan mengefisiensi anggaran negara untuk UN. Anggaran UN akan bisa

4

dihemat sekitar 50% dari anggaran UN tahun ini yang berjumlah Rp. 580 miliar. Penghematan terjadi karena tidak ada pencetakan naskah soal, lembar jawaban dan juga pengawasan dalam pendistribusian soal dan lembar jawaban. Pemerintah juga berkeyakinan sistem online akan menjadikan UN yang bermutu, bermartabat serta bermanfaat. (sindonews 27/02) Problematika UN Online Transformasi UN konvensional ke UN online juga menimbulkan beberapa problematika, diantaranya adalah sarana prasarana yang belum memadai. Ditambah lagi pemadaman lampu oleh PLN yang pastinya akan mengganggu jalanya UN. Selain iu UN online yang hanya dilakukan pada beberapa siswa terpilih terkesan tidak adil. Sebab, siswa yang tidak menjadi sasaran ujian secara online tetap mengerjakan soal ujian berbasis kertas. Nizam memperkirakan, anggaran UN 2015 lebih rendah daripada tahun-tahun sebelumnya. Sebab, sebagian peserta tidak menggunakan kertas ujian lagi. Apa lagi melihat masih ada pihak yang belum setuju. Anggota Komisi X DPR Rohmani tidak menyetujui dengan penyelenggaraan UN online, pasalnya melihat tes Uji Kompetensi Guru (UKG) yang hanya diikuti oleh 600.000 guru saja semrawut. Akibat koneksi internet buruk, banyak guru yang tidak lulus uji kompetensi tersebut. Selain itu jaringan data pokok pendidikan (Dipodik) saja masih banyak yang meributkan karena tunjangan guru banyak yang telat. “Lalu jika UN akan diselenggarakan secara online, siapa yang dapat menjamin tidak ada masalah yang merugikan siswa.” Ungkapnya. (sindonews 27/02)

UN online. Semestinya yang perlu diperbaiki oleh pemerintah adalah model evalusai belajar siswa yang lebih rasional daripada UN, bukan hanya merubah sistem pelaksanaan UN saja. Pemerintah juga diminta untuk mencari sistem ujian yang mudah dipertanggung jawabkan. Karena ketua bidang litbang menilai UN justru membuat siswa nekat mencontek dan guru pun nekat memberi bocoran jawaban. (sindonews 27/02) Solusi

Untuk mendukung kelancaran pelaksanaan UN online, Kepala Dinas Pendidikan Kota Yogyakarta, Edi Heri Suasana akan meminta PLN tidak memadamkan arus listrik saat berlangsung ujian nasional secara online awal April mendatang. "Kami hanya akan mengirimkan surat permohonan kepada PLN agar tidak melakukan pemadaman selama ujian nasional berlangsung," ujarnya pada Selasa 3 Maret 2015 silam. Selanjutnya Edi juga mengatakan, Pemerintah Kota meminta sekolah menyediakan sendiri generator set atau perangkat pasokan daya bebas gangguan (uninterruptible power supply-UPS). "Genset atau UPS itu termasuk kebutuhan sekolah, silahkan dipersiapkan sendiri sejak sekarang.", tandasnya. (Tempo.com,03/03) Ketua Dewan Pendidikan Kota Yogyakarta Arismawan mendesak pemerintah Kota Yogyakarta perlu memastikan koordinasi dengan PLN guna menjamin kelancaran ujian online. "Untuk sekolah pengadaan genset sendiri ya berat, karena harganya mahal. Sedang waktunya sudah mepet.", ungkap Arismawan yang kurang menyetujui pendapat Edi. (Tempo.com,03/03) Ketua Bidang Litbang Pengurus Besar Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI), Mohamad Lap. Rikha, Umi, Riska Abduhzen juga meminta Pemerintah untuk tidak merubah sistem UN konvensional menjadi

Edisi XXVII/Maret/2015


Artikel

Berharap kepada UN Online Oleh :Fauziah Utrujjah* Pelaksanaan Ujian Nasional (UN) secara online menjadi langkah baru Kemendikbud dalam evaluasi pendidikan. Namum dalam pelaksanaannya masih menyisakan problema. Harus segera dicarikan solusinya.

Evaluasi adalah suatu proses penilaian, pengukuran dan perbandingan dari hasil-hasil pekerjaan yang dicapai dengan hasil yang seharusnya dicapai. Evaluasi dalam pendidikan sangatlah penting, karena dari hasil evaluasi tersebut dapat meningkatan kualitas pendidikan. Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) telah menetapkan Undang-Undang (UU) Nomor 20 Tahun 2003 tentang evaluasi pendidikan. Dalam UU tersebut tertulis bahwa, dalam rangka pengendalian mutu pendidikan secara nasional dilakukan evaluasi sebagai akuntabilitas penyelenggara pendidikan. Salah satu bentuk evaluasi adalah Ujian Nasional (UN). Meski demikian, di dalam perkembangannya UN yang dianggap sebagai cara terbaik untuk evaluasi masih menyisakan banyak masalah. Seperti adanya kebocoran dan pemalsuan kunci jawaban. Selain itu juga masih ada naskah soal yang rusak dan kesalahan dalam memberikan kode soal yang akhirnya dapat merugikan siswa. Beberapa problem seputar pelaksanaan UN tersebut membuat Kemendikbud, selaku

Edisi XXVII/Maret/2015

pemegang kebijakan membuat terobosan baru dalam pelaksanaan evaluasi nasional, yaitu menyelenggarakan UN online. Dengan dilaksanakannya UN online diharapkan menjadi sebuah upaya agar dapat meminimalisasi kekurangankekurangan yang ada pada UN konvesional. Ada beberapa keunggulan dalam UN online, seperti dapat menghemat anggaran pengadaan kertas ujian, menekan potensi kebocoran soal ujian serta pengoptimalan pemanfaatan teknologi dan informasi (TI) di dunia pendidikan. UN yang pada awalnya menggunakan PBT (Paper Based Test), sekarang telah menggunakan CBT (Computer Based Test). UN online yang dijalankan dengan menggunakan sistem ini dikenalkan oleh Nizam, kepala Pusat Penilaian Pendidikan (Puspendik). Selanjutnya dengan adanya CBT ini siswa di Indonesia dituntut agar dapat meningkatkan penggunaan teknologi dan informasi (TI). (News.com, 27/02/2015). Terkendala Sarana Prasarana Namun, ternyata perubahan dari UN konvensinal menjadi UN online masih menyisakan

kendala dalam pelaksanaanya. Masalah yang dihadapi adalah masih kurangnya sarana dan prasarana untuk mendukung berjalannya UN online. Baik dari komputer atau jaringannya. Sehingga masih banyak sekolahsekolah yang belum siap melaksanakannya. Dari hasil pengamatan Guru Besar Universitas Gajah Mada (UGM), hanya ada 500 ribu siswa yang dapat siap mengikuti UN online, yaitu 400 siswa SMK dan 100 siswa SMA. Padahal di Indonesia terdapat 7,3 juta siswa yang akan mengikuti UN (Jawa Pos, 26/02/2015). Melihat UN online yang masih belum menyeluruh pelaksanaannya, pemerintah harus mengambil tindakan cepat, dengan cara menyediakan sarana prasarana yang memadai bagi sekolah yang belum lengkap. Menyediakan komputer dan jaringan internet serta alur sistem online yang baik. Dengan dilaksanakannya UN online tahun ini secara menyeluruh, tidak akan ada diskriminasi sehingga akan tercipta pendidikan yang bermutu, selaras dengan apa yang telah dicita-citakan dalam Undang-Undang Dasar (UUD) 1945. *Mahasiswi Tadris Fisika Semester II 5


Kampusiana

Ilustrasi : Kamal

Kebijakan Baru di Akhir Semester Gasal Di akhir semester gasal tahun 2014/2015 Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) Universitsas Islam Negeri (UIN) Walisongo Semarang mengeluarkan kebijakan baru berupa amplop dan perangko. Adanya kebijakan tersebut menuai pendapat beragam dari dosen dan mahasiswa.

M

enjelang perwalian yang dilakukan pada tanggal 18-24 Februari lalu, mahasiswa FITK UIN Walisongo Semarang diwajibkan membawa amplop dan perangko yang disertai dengan alamat orang tua wali mahasiswa. Amplop dan perangko tersebut digunakan untuk mengirimkan Hasil Studi Semester (HSS) kepada orang tua wali mahasiswa. Sarana Komunikasi Wahyudi selaku Wakil Dekan I FITK UIN Walisongo

6

Semarang, memperjelas mengenai kebijakan Amplop dan Perangko. Beliau mengatakan selama ini belum ada komunikasi antara fakultas dengan orang tua mahasiswa, sehingga dari fakultas mencoba untuk membangun komunikasi. “Karena orang tua mahasiswa telah menitipkan anaknya ke sini, bahkan membiayai dan lain sebagainya, maka perlu kemudian kita bangun komunikasi dengan orang tua mahasiswa,� ujar Wahyudi.

Edisi XXVII/Maret/2015


Kampusiana

Wahyudi menambahkan, tidak sedikit mahasiswa yang mendapat nilai kurang maksimal, akan tetapi mereka enggan menyampaikan hasil studi kepada orang tuanya. “Bahkan semisal diadakan penelitian, saya kira sangat banyak mahasiswa yang tidak menginformasikan hasil studinya kepada orang tua. Artinya ada komunikasi yang putus antara pihak fakultas dengan wali mahasiswa,” jelasnya. Menurutnya, kebijakan pengiriman HSS tersebut merupakan tahap awal untuk menjalin komunikasi dengan orang tua wali mahasiswa. Paling tidak dengan seperti itu orang tua mahasiswa mengetahui hasil belajar anaknya selama melaksankan studi. Disamping itu nanti juga ada semacam komunikasi lebih lanjut, misalnya bagaimana orang tua bisa terdorong memberi motivasi kepada anaknya. “Yang dikhawatirkan misalnya ada mahasiswa sampai semester XIV masih banyak mata kuliah yang belum terpenuhi hingga didroup out (DO), namun orang tua baru mengetahuinya, itu kan sesuatu yang sudah terlambat,” tutur Wahyudi. Kepala Sub Bagian (Kasubbag) Akademik FITK muhammadun menyetujui adanya pengiriman HSS kepada orang tua/wali. Beliau juga menyampaikan bahwa memang sebelumnya sudah ada kesepakatan antara pihak fakultas dengan orang tua mahasiswa. Kesepakatan tersebut disampaikan pada waktu pertemuan wali studi mahasiswa dengan pihak fakultas. “Baru pada semseter ini kita ingin menindaklanjuti terkait studi mahasiswa,” ungkap Muhammadun. Berbeda dengan Ikrom, dosen Ulumul Hadits ini berependapat semestinya komunikasi yang efektif tidak harus dengan semacam itu, melainkan pro aktif dari lembaga. “Mendekati bainal madrasah wal usroh bukan malah bainal usroh wal madrasah, jadi pro aktif. Namanya home visit, home visit itu (komunikasi dari) lembaga ke orang tua,” tanggapnya. Sebagai Laporan Pertanggungjawaban Saminanto Ketua Jurusan (Kajur) Tadris Matematika (TM) FITK UIN Walisongo Semarang, mengatakan selain untuk menjalin komunikasi, salah satu tujuan pengiriman HSS menggunakan amplop dan perangko juga sebagai bentuk laporan pertanggungjawaban institusi kepada orang tua wali mahasiswa. ”Bahkan sebetulnya program ini sudah kami lakukan di Jurusan TM hampir tiga tahun yang lalu, tetapi dilakukan oleh jurusan tanpa minta amplop dan perangko pada mahasiswa,” kemukanya, Sabtu (7/3). Beliau juga menyampaikan adanya pengiriman HSS dilakukan berdasarkan evaluasi dan kritik dari wali studi mahasiswa. Kritikan tersebut disampaikan pada saat orang tua wali mahasiswa datang ke kantor FITK untuk minta penjelasan mengenai anaknya yang

Edisi XXVII/Maret/2015

perhitungan orang tua sudah lulus, akan tetapi masih terus melaksanakan kuliah di kampus. Pada saat itulah pihak orang tua menyalahkan fakultas. “Sejak itu pula di Jurusan TM membuat data base tentang identitas mahasiswa dan salah satu kegunaannya sebagai pertanggungjawaban kami mengirimi HSS kepada orang tua mahasiswa, dan masih berjalan sampai semester genap kemarin,” tandasnya. Selain itu Saminanto menambahkan bahwa komunikasi di Perguruan Tinggi memang tidak sebagus komunikasi di sekolah. “Pernah dari fakultas mengadakan pertemuan dengan orang tua mahasiswa, namun yang hadir tidak lebih dari 30%,” tandasnya. Dengan adanya kebijakan mengirimkan HSS yang sudah dilaksanakan, harapannya menjadi salah satu sarana komunikasi dan laporan pertanggungjawaban antara pihak fakultas dan orang tua wali mahasiswa. Kendatipun sebenarnya orang tua bisa melihat hasil studi anaknya, jikalau anaknya memberikan alamat webnya kepada orang tua. “Bagi orang tua yang faham tentang internet dan mahasiswa memberikan paswordnya dia juga bisa melihat. Tapi saat ini sarana tersebut belum digunakan orang tua, kedepannya perlu dibuatkan wahana yang lebih mudah dan memungkinkan, misalnya program sms,” ujarnya. Menyulitkan Mahasiswa Adanya kebijakan membawa amplop dan perangko tersebut membuat sebagian mahasiswa FITK kebingungan mencari amplop dan perangko, karena perangko di kantor pos dekat kampus sudah habis. Sebagaimana yang diungkapkan Latifa mahasiswi Jurusan TM semester dua. “Saya rasa kebijakan ini baik, hanya saja amplop dan perangko tidak disediakan oleh fakultas, sehingga itu menyulitkan sebagian mahasiswa,” ungkapnya. Hal senada dikatakan mahasiswa jurusan Pendidikan Bahasa Arab (PBA) M. Rosid Ridho juga menuturkan, kebijakan tersebut menyulitkan mahasiswa pada saat perwalian. “Sebenarnya saya kurang setuju. Kebijakan tersebut dari fakultas, kenapa mahasiswa yang disuruh membawa? Sekolah pada umumnya kalau ada nilai langsung dikirim tanpa harus meminta kepada mahasiswa,” ungkapnya. Mengenai hal tersebut Muhammadun kembali menyikapi terkait tidak disediakanya amplop dan perangko oleh pihak fakultas. Lain dari pada itu amplop dan perangko tersebut diminta dari mahasiswa dikarenakan tidak adanya alokasi dana di fakultas. “Kalau pengiriman HSS tidak dilaksanakan ya bagaimana, ini sudah disetujui oleh orang tua wali,” pungkasnya. Lap. Ngaenal Yakin, Lu’luil

7


Opini

Esensi dari Kebijakan Amplop Perangko

Ilustrasi : Kamal

Oleh : Fitri Ulya Dewi*

8

Edisi XXVII/Maret/2015


Feature Travelling

Permata Gunung Pati

Doc. newsletter

Doc. newsletter

Edisi XXVII/Maret/2015

9


Kolom

Tak Perlu Malu Berbahasa Daerah Oleh : Desy Sulistyaningsih*

Doc. newsletter

10

Edisi XXVII/Maret/2015


Resensi Film

Pencarian Tuhan

Judul film Sutradara Tahun rilis Durasi Rumah produksi Resensator

:PK :Rajkumar Hirani :2014 :2 jam 32 menit :Rajkumar Hirani Films :Dwi Nurul H.

Doc. internet

PK merupakan kisah perjalanan spiritual seorang alien di bumi India yang mengangkat tema kritik sosial mengenai keagamaan yang dibalut dengan komedi. Kisah di dalam film PK ini semakin kompleks karena dibalut dengan serangkaian kisah persahabatan, perselisihan, asmara, serta persoalan tentang agama. Kisah perjalanan ini berpusat pada seorang Alien (Aamir Khan) yang berawal ketika remote control berbentuk kalung miliknya dirampas oleh seorang pencuri (Rajinder Sharma) ketika baru saja tiba di Bumi. Tanpa adanya remote control tersebut, Alien itu tidak bisa berhubungan dengan planet luar angkasa tempat asalnya, sehingga dia tidak bisa pulang. Dalam perjalanan spiritual sekaligus petualangan mencari kalung, sang Alien mendapati banyak fenomena menarik dan penuh kerumitan yang terjadi dalam kehidupan manusia. Dia melakukan perjalanan spiritual untuk menjawab segala rasa ingin tahunya terhadap eksistensi Tuhan, yaitu “berkenalan� dengan banyak agama. Sang Alien berharap dapat menemukan Tuhan yang dapat membantu menemukan kalungnya. Namun dia keliru ketika melakukan ritual beribadah sehingga dia dipanggil PK (Peekay) dalam Bahasa India yang berarti pemabuk karena tingkah lakunya yang aneh. PK

Edisi XXVII/Maret/2015

merasa frustasi karena sudah mengikuti ibadah semua agama, namun tidak juga mendapatkan pertolongan nyata. Dia pun membuat selebaran seperti mencari orang hilang. Tuhan Lenyap, Tuhan Salah Sambung Tingkahnya yang aneh membuat seorang jurnalis bernama Jaggat Janani atau Jaggu (Anushka Sharma) yang sedang mencari berita tertarik mengangkat ceritanya. Jaggu pun membantu PK dalam misi mencari remote control. Kisah yang menarik dan menggelikan ini, mulai menemui klimaksnya setelah PK tahu bahwa Tuan Tapaswi (Saurabh Shukla), seorang pemuka agama Hindu yang mengaku bisa berbicara dengan Tuhan, membawa kalungnya. Sayangnya Tuan Tapaswi tidak mudah ditaklukkan karena imagenya sebagai pemuka agama yang selalu dianggap suci dan benar oleh pendukungnya. Tuan Tapaswi tidak mau kalah dan tidak mau memberikan kalung itu pada PK. Walaupun demikian, PK tidak menyerah dan meyakini bahwa kebenaran akan terungkap. Berkat bantuan Jaggu dan bosnya di stasiun televisi, dia akhirnya bisa menemukan kalungnya dan kembali ke planet asalnya. Titik-titik itulah yang menjadi pusaran cerita mengenai pencarian

Tuhan ini. Karakter yang diperankan oleh Aamir Khan ini sangatlah menggelitik sanubari penonton, memiliki jalan cerita yang tidak berbelit-belit. Namun sangat disayangkan, film berdurasi 2 jam 32 menit yang disutradarai oleh Rajkumar Hirani, menggambarkan orang-orang yang dengan mudahnya mengkomersialkan agama demi mendapatkan uang seperti mem-visualkan Tuhan dalam bentuk gambar, patung, dan foto. Namun terlepas dri hal itu, Rajkumar Hirani mampu mengantarkan penonton mengikuti alur yang dikemas secara apik dan menggelikan yang membuat penonton tertawa. Suatu hal yang membuat penonton tertarik menonton kisah Pencarian Tuhan dalam film PK ini. Pesan yang ingin disampaikan dalam film PK ini sangat beragam. Diantaranya adalah kita harus mempercayai agama kita masingmasing dan beribadah dengan sungguh-sungguh, tidak menjelekkan agama lain, dan tidak mempercayai tentang ramalan. Film ini sangat bagus untuk ditonton oleh kalangan akademisi, seperti mahasiswa, dosen, atau masyarakat umum yang ingin mengetahui tentang konsep Tuhan dari berbagai sudut pandang.

11


Resensi Buku

Judul Buku Penulis Penerbit Tahun Terbit Jumlah Hal ISBN Resensator

E

: Leading From The Heart : Moid Siddiqui : Serambi Ilmu Semesta : 2014 : 280 : 978-602-290-011-5 : Nur Fadhilatur Rohmah

ra modern ini merupakan masa ketika sesuatu yang aneh sedang terjadi, dimana yang kotor dianggap bersih dan yang suci disalahartikan menjadi hina. Karenanya kini kita menyaksikan kemerosotan berbagai hal terjadi di kalangan masyarakat yang disebabkan menurunnya kualitas nilai-nilai dengan laju yang cepat. Sesuatu yang tidak terjadi selama beribu-ribu tahun lalu akhirnya menjadi hal yang biasa di zaman sekarang ini. Hal tersebut selaras dengan pamaparan penulis mengenai kekacauan yang terjadi dalam sistem politik negara. Moid Siddiqui menyebutkan orang-orang membicarakan nilai-nilai dan kebajikan secara dangkal tanpa memperlihatkannya dalam laku kepemimpinan. Karenanya kemerosotan yang paling menonjol ialah tentang kepemimpinan. Pemimpin yang seharusnya dapat menyelamatkan kehidupan malah menjadi biang kerok hancurnya kehidupan itu sendiri. Banyak pemimpin korup berkhotbah supaya rakyatnya menjauhi korupsi, mereka yang tidak sederhana menceramahi orang-orang agar sederhana, selain itu beberapa pemimpin berusaha mencari jalan keluar lewat jalur perundang-undangan. Mereka bukannya tidak memahami bahwa masalah besar seperti itu tidak dapat dipecahkan dengan keputusan legislatif. Upaya itu tidak berguna sampai kita menyentuh akar permasalahannya. Oleh karena itu, diperlukan kecerdasan hati dalam kepemimpinan. Jika para pemimpin ingin memahami rakyat, satu-satunya akar untuk meraih mereka adalah melalui hati. Jika menghendaki rakyat berbudi luhur, para pemimpin harus mengisi hati mereka dengan cinta dan kebijaksanaan. Selain kecerdasan hati, kearifan sufi juga dibutuhkan oleh pemimpin. Seorang sufi sejati adalah mereka yang bersembunyi dan memilih tidak dikenal. Kekayaan, kekuasaan, dan kedudukan duniawi tidak ada artinya. Dia mengerti bahwa keagungan tidak terletak pada kedudukan yang tinggi, keagungan diperuntukkan bagi orang yang menolak kedudukan. Bagi para sufi kemakmuran dan emas sama sekali tidak berarti, kekayaan seorang sufi terletak pada hatinya. Meskipun terlihat dari luar raganya sederhana namun sebenarnya memiliki jiwa yang kaya akan pengetahuan.

12

Kepemimpinan Berdasar Kecerdasan Hati

Seorang pemimpin yang memiliki hati sufi akan berjuang untuk kebenaran yang melindungi pihak tidak bersalah, dia membenci dosa bukan pendosa. Seluruh kerja kerasnya dilakukan untuk membenarkan rakyat alih-alih menghukum mereka (pendosa), dengan begitu rakyat akan percaya bahwa pemimpinnya memahami mereka. Namun, sebelum itu dia harus memahami diri sendiri. Seorang pemimpin yang tidak bisa memahami jati dirinya, bagaimana dia bisa memahami orang-orang yang dipimpinnya? Pemimpin yang tidak mengenali jiwanya adalah pemimpin yang hatinya kosong secara spiritual. Ketika para pemimpin tumbuh tanpa hati, tidak menyadari keberadaan jiwa, mereka mendapatkan pertumbuhan yang menyimpang dengan pendekatan yang tidak seimbang. Para pemimpin seperti itu memimpin dari tingkat bawah kesadaran kepemimpinan dengan perspektif fisikal atau egoistis. Dalam Leading From The Heart ini, diceritakan secara jelas pengalaman yang dialami oleh penulis dalam menghadapi karakteristik atasan yang berbeda-beda, kehidupan dari beberapa tokoh sufi dunia seperti AlGhazali dan Mullah Nasruddin juga dijelaskan dalam buku ini. Selain itu ada juga contoh para pemimpin bijak yang berhasil dalam masanya, sehingga pembaca akan mudah memahami maksud dari buku ini. Namun, buku ini juga memiliki kelemahan dengan banyaknya penggunaan ungkapan-ungkapan spiritual dan filosofis yang mendalam, sehingga perlu pemahaman yang cukup untuk mengerti isinya. Pada akhirnya buku setebal 280 ini sangatlah tepat dibaca oleh para pemimpin, kritikus, dan para pengamat politik bangsa. Buku ini membantu kita memahami antara apa yang kita anggap baik dan apa yang benarbenar baik. Pembaca diajak untuk mengenali karakterkarakter pemimpin yang dapat memajukan kehidupan bangsa, mengenali pemimpin yang benar-benar bekerja untuk kepentingan rakyat dan negara. Selain itu, pembaca juga diajak untuk berfikir kritis dalam menentukan para pemimpin yang nantinya akan memimpin bangsa sesuai dengan apa yang dibutuhkan. Selain itu, buku ini juga dapat dijadikan wadah untuk memperbaiki diri bagi para pemimpin bangsa yang selama ini menyeleweng dari hak-hak yang dimiliki sebagai wakil rakyat.

Edisi XXVII/Maret/2015


Sajak

Mawar malam penantian Jangan tanyakan Mawar penantian malam itu membangkai Menjadi jeladri darah disemak Bahkan basah seluruh akar mejaku Dan sajak yang kutulis malam itu pula Hingga tumpah tinta yang ku semai Menumbuh menjadi serdu bertulis sendu Pucuk-pucuknya menggait bulan Menjeburkannya dihulu pagi Tapi tetap sama itu bunga lalu yang membangkai Dalam malam penghabisan kala kau tak datang Membelah kabut telaga mataku

Sajak Karya Aziz Afifi*

“sembari itu” Kukira engkau akan membukanya dengan mudah Kala ku ketuk pintu dalam dadamu Sembari menunggumu Jadi, kubuatkan saja tulisan sederhana Disana pula kusandarkan bunga kesukaanmu Bila nanti engkau keluar Bisakah kau eja “Layakkah bunga itu untukmu?”

*Penulis adalah mahasiswa jurusan PAI semester 2

Edisi XXVII/Maret/2015

13


Qishoh

Kasih Tersirat Oleh : Reni Dwi K.*

Doc. internet

“Ketidakpedulian mu membuatku mengerti, apa sebenarnya perhatian itu� Gerimis malam ini menjadi teman pengantar lamunanku. Memutar memori mengingat hari-hari yang berlalu. Mungkin tak ada satu kenangan yang benar-benar istimewa dan menjadi momen yang tak bisa dilupakan. Dan, dari situlah aku mencoba mengerti, tak harus sesuatu yang istimewa untuk di kenang, tak perlu ada keindahan sebagai alasan untuk tersenyum. Betapapun hal kecil itu lebih berarti untuk dikenang dan disimpan dalam memori. *** Kupercepat langkahkan kaki di jalanan setapak

14

ini. Jalanan berlumpur yang telah lama kurindukan, jalanan berlumpur penuh kenangan, jalanan yang menjadi saksi setengah dari perjalananku ini. Kulepas alas kaki, untuk mempermudah perjalananku cepat sampai di rumah. Sambil mengingat masa-masa kecil dulu, kudendangkan lagu favoritku.

Kasih ibu, kepada Beta tak terhingga sepanjang masa hanya memberi, tak harap kembali bagai sang surya, menyinari dunia

Edisi XXVII/Maret/2015


Qishoh

Tanpa terasa, aku telah berdiri di depan pintu rumah. Ku ketuk pintu satu kali tak ada jawaban. Dua kali, tiga kali masih tak ada jawaban. Ku raih gagmaksud tak mengagetkan orang yang ada di dalamnya. “Waalaikum salam…” Sesosok tubuh renta menengok kearahku dan menjawab salamku dengan suara yang lemah. “Kau sudah sampai nak, ibu memasak banyak makanang daun pintu, ku buka dengan perlahan, ku ucap salam, masih tetap tak ada jawaban. Mataku berputar mengawasi sekeliling. Hatiku terus bertanya-tanya. Ku langkahkan kaki perlahan-lahan. .Memasuki ruang demi ruang, hingga sampailah ku injakkan kaki di ruangan terakhir dari rumah ini. “Assalamualaikum…” Ucapku lirih, Dengan an untukmu,” lanjutnya, memberitahuku. Aku tersenyum tanpa komentar, bergegas meraih tangan keriput dan menciumnya, seraya kubenamkan wajah di pangkuannya. Kurasakan halus belaiannya, damai dan tenang suasana perasaan. Tak ingin waktu berlalu. Hening menjadi wakil atas rasaku saat ini, kuseka air mata haru yang mulai menetes di pipi. Tanpa komando lagi, langsung kubuka tudung saji di atas meja, kulihat begitu banyak makanan tersaji dengan satu macam bahan. Tempe, semua olahan terbuat dari tempe. Mulai dari mendoan, sambal tempe, botok tempe, asam-asam tempe, dan yang tak ketinggalan sayur menir (sayur bayam). Kusendok semua makanan dan kutaruh di piring yang tadi ku ambil dari rak dapur. Kumakan dengan lahap, sampai tak sadar belum kulepas tas dari punggungku. Terasa sungguh nikmat. *** Tak kusadari bulir-bulir bening telah menetes di pipi. Terbayang bagaimana rasanya masakan itu. Ketulusan kasih sayang yang tak ku pahami, perhatian yang tak terucap, segala hal serba tersirat. Tak ada kado di hari ulang tahun,

tak ada ungkapan sayang di hari spesial, tak ada usapan tangan menghapus air mata yang menetes, tak ada dekapan kenyamanan saat hati resah. Segala tingkah-polahku kau amati dengan mata tajam bibir bisu. Semua tentang masa lalu terputar jelas, laiknya layar monitor kehidupan. Dan saat ini tak mampu ku dekap tubuhmu. Ketika aku belum mampu memahami kasih sayang mu, kau tinggalkan aku dengan begitu banyak pertanyaan. []

*Penulis adalah mahasiswi jurusan PAI semester 2

Edisi XXVII/Maret/2015

15


Speak Up

UN online, bagaimana menurutmu ? Efektifkah ?

SPEAK

UP!

Ketika UN, psikologi siswa harus selalu terjaga. Tetapi ketika UN dilaksanakan secara online, psikologi siswa dapat terganggu. Sistem dari UN online pada hari pertama seorang siswa bisa langsung melihat nilainya. Ketika nilai siswa tersebut kurang memuaskan, siswa bisa saja drop sebelum mata pelajaran UN selesai. Hal inilah yang dapat Diadakannya UN online menjadikan psikologi siswa UN secara online di dapat efektif jika di menurun, dan pastinya Indonesia, sangatlah efektif. jalankan di negara kita. akan mengganggu UN yang dulunya harus Asalkan sarana dan prasarana berjalannya hari-hari menggunakan lembar jawab kertas di sekolah-sekolah memadai. Selain UN berikutnya. komputer, pensil komputer, pengitu penjagaannya harus ketat, karena hapus yang berstandart komputer bisa saja siswa browsing di internet agar dapat terdeteksi oleh komputer pada saat mengerjaan soal. Jadi dengan adanya UN online itu menurut saya setiap satu tidak perlu dilakukan. Menurut peserta UN harus dijaga Dengan adanya UN onBagi saya, soal saya UN efektif secaoleh satu penjaga agar line juga dapat memefektif atau tidaknya ra online itu efektif / tikeamanannya percepat waktu & UN online tergantung daknya dapat dilihat dari terjamin. tidak memperdari pelaksana. Karena kemanfaatan dan madlorotsulit siswa. mau dibuat sistem seperti nya. Manfaatnya bisa apapun tetap kalah mengefisienkan waktu, dengan pelaksana di meminimkan kecurangan, lapangan yang main dan juga memanfaatkan percurang. Jadi, menurut saya kembangan zaman. Sedangyang perlu diperbaiki itu kan kelemahannya, masih bukan sistemnya,tapi kurangnya fasilitas yang orang-orangnya. memadai di beberapa sekolah.

Fitri Camelia Tadris Fisika 2014

Abu Lubaba Ekonomi Islam Zahrotun Munawaroh Manajemen Dakwah 2011

16

Andi Purwanto Tafsir Hadist 2011 Uswatun Khasanah Akhwalus Syahsiyah 2010

Edisi XXVII/Maret/2015


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.