Newsletter Fakta Edisi 28 november 2015

Page 1

Newsletter LPM EDUKASI

Fakta

Wacana Pendidikan Nasional Kebribadian Guru sebagai Cermin Peserta Didik

3

Feature Travelling Lontong yang Naik Kasta

9

Qishoh Sajak Terakhirku, Cendana

14

DENGAN WACANA MENGAWAL PERUBAHAN

Guru, Harusnya (Bisa) Digugu lan Ditiru

Kami hadir LEBIH DEKAT dengan Anda - KLIK


Editorial

Dekan Baru, Harapan Baru!

Jurnalis Peduli Peradaban

asi

k du

E

Raharjo kini resmi menduduki jabatan sebagai Dekan FITK, menggantikan Darmuin yang hanya memimpin selama satu tahun. Dibutuhkan pembaruan dan kerja nyata, agar FITK bisa menjadi lebih baik.

Redaksi Penanggung Jawab : Pimpinan Umum : Ahmad Fahmi Ash shiddiq Redaktur Senior : Agita, Alaika, Asror, Nayiroh, Purwo, Tiwi, Ulfa Qoyyimah Pemimpin Redaksi : Rikha Umami Sekretaris Redaksi : Nur Fadhilatur Rohmah Wacana Pendidikan Nasional : Umi, Rikha, Riska Artikel : Fauziah Utrujjah Kampusiana : Ngaenal, Lu'luil Opini : Agus Adil F. Feature Travelling : Riza Khoirullah Kolom : Desy Sulistyaningsih Resensi Film : Nur Fadhilatur Rohmah Resensi Buku : Dwi Nurul Sajak : Reni Dwi K. Qishoh : Abdul Aziz Afifi Speak Up : Mimin, Fitri Desain Layout dan Ilustrator : Syafrudin Kamal Najih Daftar Isi Editirial Wacana Pendidikan Nasional Artikel Kampusiana Opini Feature Travelling Kolom Resensi Film Resensi Buku Sajak Qishoh Speak Up

Pada tanggal 9 November 2015 lalu, Rektor UIN Walisongo Semarang, Prof. Muhibbin, melantik delapan dekan baru untuk memimpin fakultasfakultas yang ada di kampus tersebut. Berdasarkan peraturan menteri yang baru, pemilihan dekan tidak lagi melalui forum senat, akan tetapi langsung ditunjuk oleh rektor, meskipun dalam penunjukan tersebut juga diperlukan pertimbangan yang matang.

2 3 5 6 8 9 10 11 12 13 14 16

Alamat Redaksi : Gedung Student Centre Lt. 2 Kampus II Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Walisongo Semarang Jln. Prof. Dr. Hamka KM. 01 Ngaliyan

Semarang 50185

Salah satu dekan yang dilantik yaitu Raharjo, sebagai Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK), menggantikan kepemimpinan Darmuin selaku dekan sebelumnya. Sebagai dekan baru, Raharjo telah menyusun banyak program untuk memajukan FITK kedepan. Ia menyatakan, untuk menjadikan FITK yang lebih maju, maka diperlukan kerjasama yang baik antara mahasiswa, dosen, dan juga pegawai yang ada. Selain itu, Raharjo menyadari bahwa masih banyak kekurangan di FITK, terutama pada sarana prasarana yang ada. Apalagi ruangan kelasyang masih harus

berbagi dengan fakultas baru, yakni Fakultas Sains dan Teknologi (FST), yang masih menginduk di FITK. Lebih dari itu, Raharjo juga menginginkan adanya kerjasama dengan pihak luar supaya FITK mampu bersaing di kancah internasional. Salah satunya yakni dengan mengirimkan dosen dan mahasiswa ke luar negeri. Akan tetapi, program-program yang dicanangkan tersebut masih banyak kendala. Misalnya saja ketika dosen melakukan penelitian dan kunjungan ke luar negeri, proses perkuliahan tidak efektik karena harus ditinggal dosen. Terlepas dari hal itu, adanya dekan baru juga harus dibarengi dengan semangat baru. Dekan yang terpilih harapannya mampu membawa perubahan nyata, bukan hanya sekadar program kerja. Mahasiswa memerlukan profesionalisme dosen dalam mengajar, juga membutuhkan pelayanan yang ramah. Selain itu, mahasiswa juga membutuhkan sarana prasarana yang memadai agar proses perkuliahan bisa berlangsung dengan baik. Raharjo harus mampu menjembatani antara harapan dan kenyataan, agar FITK bisa lebih baik. []

2 Edisi XXVIII/November/2015


Wacana Pendidikan Nasional

Kepribadian Guru sebagai Cermin Peserta Didik Guru merupakan sentral pendidikan, yang idealnya harus mampu menjadi teladan bagi peserta didiknya. Namun fenomena sekarang, guru mulai mengalami pergeseran dari tugas utamanya dalam memenuhi kompetensi kepribadian guru.

Ilustrasi : Kamal

3 Edisi XXVIII/November/2015


Wacana pendidikan Nasional harus mampu mengayomi dan mendidik, sebab seorang guru sejatinya juga merupakan orang tua bagi para siswanya. “Tugas seorang guru pada dasarnya bukan hanya menyampaikan materi dalam kelas saja (mengajar) melainkan juga mendidik moral siswanya,” ujarnya saat berbincang dengan tim redaksi Newsletter di kantorya. Cristina Purwaningsih selaku guru SMPN 16 Semarang yang setiap hari berinteraksi dengan siswa mengatakan bahwa secara personal, guru selayaknya mengetahui dan mampu mengkaver semua kemampuan anak didiknya, sehingga dalam proses pembelajaran dapat menyesuaikan sesuai kapasitas sisiwa. Jadi guru harus mampu menciptakan kondisi pembelajaran yang ideal. “Pendidik dalam mengajar bukan hanya menginginkan kehendaknya terhadap anak, tapi juga harus mengkaver apa yang dinginkan oleh anak,” tandasnya dengan penuh harap. Hal tersebut bisa terwujud apabila seorang guru memiliki sikap arif dan bijaksana. Sebagaimana dijelaskan dalam Peraturan Pemerintah No 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan disebutkan bahwa kompetensi kepribadian guru diantaranya yaitu memiliki kemampuan kepribadian yang arif dan bijaksana. Sikap ini sangat penting karena dapat menjadi tolok ukur baik dan buruknya seorang guru dalam mengambil suatu kebijakan. Chris—sapaan akrab Cristina Purwaningsih, kerap melakukan pendekatan terhadap peserta didiknya dan mencoba memahami karakter mereka secara personal. “Jika ada anak yang kurang mumpuni dalam pembelajaran maka saya menyu-

ruh anak untuk duduk di bangku paling depan dan setiap ada pertanyaan saya utamakan untuk anak yang belum bisa,” imbuhnya saat menceritakan pengalaman mengajarnya di kelas. Hal senada juga disampaikan oleh Bejo Eko Prayitno, guru Bimbingan Konseling (BK) SMPN 16 Semarang, ia membenarkan tentang langkah yang dilakukan oleh Chris. Menurutnya, guru harus mengerti keadaan siswanya serta memiliki rasa kepedulian yang tinggi. “Apalagi guru BK, memang dituntut untuk mengerti setiap keluhan dari seorang anak,” jelasnya. Suri Teladan Sementara itu, tertulis dalam Peraturan Menteri Pendidikan dan Nasional (Permendiknas) No. 16 Tahun 2007 tentang Kualifikasi dan Kompetensi Guru, kompetensi kepribadian untuk guru kelas dan guru mata pelajaran, pada semua jenjang pendidikan dasar dan menengah, dalam poin ke-2 dijelaskan, seorang guru harus mampu menampilkan diri sebagai pribadi yang jujur, berakhlak mulia, dan teladan bagi peserta didik dan masyarakat. Menurut Muhammad Andi Hakim, pengamat pendidikan menjelaskan, secara personal guru menjadi sentral dalam dunia pendidikan. Artinya apa yang dilakukan guru akan menentukan berhasil atau tidaknya sebuah pembelajaran. Tugas guru bukan hanya sekadar mengajar di kelas namun juga bertanggung jawab untuk mengembangkan kepribadian siswa atau sekarang lebih dikenal dengan karakter siswa. Selain berkompetensi dalam mentransfer pengetahuan, guru juga dituntut untuk memberi contoh dan teladan yang baik, baik di kelas maupun di luar kelas.

guru yang menjadikan profesinya hanya sebagai ladang mencari nafkah. Dari realita tersebut sebenarnya telah menggeser tugas guru secara personal, meskipun tidak semua guru demikian. Guru yang sejatinya mempunyai peran untuk mentrasfer dan menjadi teladan bagi anak didik mulai luntur. “Tugas guru tidak hanya transfer of knowledge, namun juga tranfer of vallue,” ujar pria yang aktif di Institut of Culture and Education Studies (ICES) Semarang. Dari uraian tersebut, Andi menilai betapa pentingnya penguasaan kompetensi kepribadian bagi seorang guru. Mampu menampilkan diri sebagai pribadi yang jujur, merupakan cermin guru yang berakhlak mulia. Guru yang mempunyai sikap mulia maka dapat menjadi teladan bagi peserta didik dan masyarakat. Hal ini akan berbanding lurus dengan berhasil tidaknya sebuah pembelajaran. Bukti-bukti ilmiah menunjukkan bahwa kompetensi kepribadian guru berpengaruh terhadap perkembangan belajar dan kepribadian siswa. Studi kuantitatif yang dilakukan Pangky Irawan (2010) membuktikan bahwa kompetensi kepribadian guru memiliki hubungan erat dan signifikan dengan motivasi berprestasi siswa. Sementara studi kualitatif yang dilakukan Sri Rahayu (2008) menunjukkan bahwa kompetensi kepribadian guru memiliki kontribusi terhadap kondisi moral siswa. Kendati demikian Andi menilai, dalam tataran realita upaya pengembangan profesi guru yang berkaitan dengan penguatan kompetensi kepribadian tampaknya masih relatif terbatas dan cenderung lebih mengedepankan pengembangan kompetensi pedagogis dan akademik (profesional). Lap. Riska dan Umi

Andi, begitu ia dipanggil, mengamati bahwa tidak sedikit

4 Edisi XXVIII/November/2015


Artikel

Profesi, Profesional Oleh : Fauziah Utrujjah* Guru adalah salah satu unsur penting yang harus ada sesudah siswa. Selain itu guru dijadikan sebagi tumpuan bagi Negara dalam hal pendidikan. Dalam dunia pendidikan sekarang banyak guru hanya bekerja tanpa melihat kompetensi guru. Adanya kompetensi guru professional dan berkualitas maka akan meminimalis sikap-sikap guru yang tidak profesional.

Ilustrasi : Kamal

5 Edisi XXVIII/November/2015


Kampusiana

Pimpinan Baru, Siap Berkorban demi Kemajuan FITK Bertambahnya mahasiswa tanpa diimbangi penambahan sarana prasarana, menyebabkan kegiatan perkuliahan menjadi tidak efektif. Raharjo, Dekan FITK yang baru berupaya melakukan beberapa formulasi untuk mengatasinya. Seperti menggiatkan kekuatan internal yang meliputi kedisiplinan dosen, mahasiswa dan karyawan.

Usaha-usaha yang akan dilakukan itu tidak mudah, ada kendala di sana-sini. Rumitnya birokrasi dan terbatasnya dana menjadi persoalan utama. Ditemui di kantornya, Raharjo mengatakan, untuk menangani masalah fasilitas yang kurang memadai masih menunggu kebijakan dari Rektor. Sementara, lanjut Raharjo, saat ini dari birokrasi fakultas hanya bisa mengoptimalkan kekuatan fasilitas yang telah tersedia. Dibukanya Fakultas Sains dan Teknologi (FST) yang mengambil beberapa jurusan di Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) juga menjadi persoalan tersendiri. Perlu diketahui sekarang ini FITK memiliki enam jurusan dan satu Program Studi (Prodi), yaitu jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI), Pendidikan Bahasa Arab (PBA), Pendidikan Bahasa Inggris (PBI), Manajemen Pendidikan Islam (MPI), Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah (PGMI) dan Prodi Pendidikan Guru Roudhotul Athfal (PGRA). Sedangkan FST, ada empat jurusan; Pendidikan Matematika, Pendidikan Biologi, Pendidikan Fisika dan Pendidikan Kimia. Serta terdapat empat Prodi; Matematika, Biologi, Fisika dan Kimia. Meski FST sudah berdiri sendiri, tetapi dari aspek fasilitas masih berbagi dengan FITK. Kurangnya fasilitas ini sering memunculkan kritik dari mahasiswa. Ahmad Syukur Ridwan misalnya, mahasiswa semester III ini mengatakan, fasilitas

dan infrastruktur haruslah menjadi urusan yang tidak boleh dianggap sebelah mata oleh pihak birokrasi. Mengingat sarana dan prasarana menjadi salah satu bagian penting dalam berlangsungnya proses pembelajaran. “Saya kira dari birokrasi harus segera menangani hal yang berkaitan dengan fasilitas dan infrastruktur, agar sesuai dengan yang diharapkan oleh kebanyakan mahasiswa,� saran Ridwan. Mahasiswa PAI ini tetap menampik penjelasan dari Raharjo. Menurutnya pihak birokrasi seharusnya berupaya penuh dengan melakukan konsolidasi kepada pihak pusat agar kebutuhankebutuhan fakultas segera diakomodasi. “Dengan tindakan yang seolah mendesak kepada pihak rektorat, nantinya dari rektor bisa langsung menurunkan finansial untuk pembangunan kampus,� tandasnya. Peningkatan Peningkatan kualitas pendidikan dosen maupun mahasiswa dibutuhkan upaya kerjasama yang serius. Raharjo menuturkan, untuk meningkatkan kualitas pendidikan di FITK diperlukan wujud kerjasama dengan berbagai instansi atau lembaga luar, misalnya kerja sama yang selama ini sudah dijalin dengan USAID Prioritas. Harapanya, adanya kerjasama yang dilakukan dengan baik itu mampu menciptakan

6 Edisi XXVIII/November/2015


Kampusiana

Terlihat seorang pemulung sedang berjalan di taman FITK. Pemandangan ini sudah jamak terjadi. Selain perbaikan sarana pra sarana dan akademik, keamanan di kampus hijau juga perlu diperhatikan.

tenaga pendidik yang profesional dan manajemen pendidikan dapat ditata secara rapi. Khusunya dalam hal peningkatan mutu/ pendidikan baik dari dosen maupun mahasiswanya. Menurut Raharjo untuk menjaga eksistensi FITK dalam hal pendidikan, maka diperlukan upaya kerjasama yang solid dari pihak internal kampus. Di mana semua pihak telah mendapatkan tanggung jawab tersendiri sesuai dengan kapabilitasnya. “Agar FITK lebih maju, maka dibutuhkan kerja sama untuk mengantisipasi adanya tumpang tindih programprogram yang telah direncanakan,” paparnya. Program kedua dari dekan FITK ini ialah dengan peningkatan kedisiplinan dosen. Meskipun pada dasarnya mereka sudah memiliki pembekalan dalam keilmuanya, akan tetapi hal itu tidak menutup kemungkinan untuk lebih dikembangkan. Raharjo mengatakan, mereka (dosen-red) dapat melakukan penelitian dan kunjungan studi banding dengan universitas di luar negeri. “Kami siap memfasilitasi para dosen yang (akan) melakukan penelitian di luar untuk pengembangan dan kenaikan pangkat,” ujarnya. Menanggapi program kedua dari Dekan FITK ini, Nurul Ismah, mahasiswa jurusan PBA justru bimbang. Ia mengeluhkan proses pembelajaran dengan tanpa adanya dosen.

Pasalnya mahasiswa seolah menjadi acuh tak acuh dengan perkuliahan selama ditinggalkan. “Perkuliahan tanpa bimbingan lagsung dari dosen menjadikan suasan kelas seolah permainan yang mendidik, namun kurang berkualitas,” keluhnya. Raharjo selaku pucuk pimpinan di fakultas pendidikan ini membenarkan ungkapan mahasiswa semester III tersebut. Program-program tersebut pada akhirnya akan berimbas pada kegiatan perkuliahan. Proses perkuliahan menjadi tidak efektif dan kurang berjalan dengan baik. Akan tetapi, dalam hal ini Raharjo masih berdalih, gangguan perkuliahan masih bisa dimimalisir. “Soalnya tidak semua dosen melakukan kunjungan (atapun penelitian) di luar. Paling hanya satu (atau) dua dari mereka,” jelasnya. Menurut Raharjo jika pengembangan mahasiswa semakin menurun memang dalam hal ini tidak ada skema apapun dari pimpinan Fakultas. Tegasnya, memang dalam proses pengembangan dan perubahan selalu ada yang dikorbankan, pasalnya nanti ketika ada proses pembangunan, kegiatan perkuliahan juga akan terganggu. Maka dari itu harapan Raharjo, segenap civitas akademika bisa berlatih saling memahami .”Dari pihak pimpinan sendiri juga siap menerima jika salah satu ada yang dikorbankan,” tandasnya. []

7 Edisi XXVIII/November/2015


Opini

Gurumu, Panutanmu Oleh : Agus Adil Fil Fikri* Sungguh disayangkan jika kita memiliki banyak “Guru Besar�, tetapi kita tidak dapat memeras habis ilmu mereka.

Ilustrasi : Kamal

8 Edisi XXVIII/November/2015


Feature Travelling

Lontong yang Naik Kasta

Doc. newsletter

Berjualan-Tampak ibu Ruminah sedang menjual lontong petis di Pasar Pedurungan (22/04)

“Kita punya saran buat kalian yang suka wisata kuliner, atau bosen dengan menu makanan itu-itu saja. Lontong petis perlu kalian coba dan catat dalam daftar menu kalian�

Doc. newsletter

9 Edisi XXVIII/November/2015


Kolom

Memimpikan Keadilan di Indonesia Oleh : Desy Sulistyaningsih*

Ilustrasi : Kamal

10 Edisi XXVIII/November/2015


Resensi Film

Kamuflase Mengawali Pencerminan Diri Judul Film Sutradara Durasi Genre Bahasa Tanggal rilis

: Lucy : Luc Besson : 89 menit : Fiksi ilmiah, Action. : Inggris : 8 Agustus 2014 (Amerika)

K

Rilis DVD Distributor Pemain Resentator

ehidupan dianugerahkan kepada makhluk hidup 10 juta tahun yang lalu, yakni ketika kebangkitan syaraf dimulai. Kebangkitan syaraf itu ditandai dengan mulai berfungsinya otak pada tubuh makhluk hidup. Kebanyakan makhluk hidup di bumi ini hanya menggunakan 3-5% kapasitas dari otak mereka, sampai akhirnya manusialah yang menduduki rantai tertinggi makhluk di muka bumi ini. Manusia mampu menggunakan 10% kapasitas otaknya. Meskipun tergolong sedikit, kapasitas otak yang dimiliki manusia mampu melakukan banyak hal menarik dalam kehidupannya. Lucy adalah film yang manceritakan tentang kehidupan manusia dan hal-hal yang dapat dilakukan dalam kehidupannya. penggabungan hal yang sudah wajar di kalangan manusia pada umumnya dengan eksistensi ketuhanan yang mustahil dapat dilakukan oleh manusia, membuat film ini menjadi berbeda dari film lainnya. Berkat pengarahan dari Luc Besson, sutradara berkebangsaan Perancis yang telah manangani lebih dari 60-an film hollywood, Lucy mampu menyedot lebih dari 25.000 penonton meski jam tayangnya masihlah tergolong baru. Film yang rilis di Amerika ini, dimainkan oleh tokoh Lucy (Scarlett Johansson). Diawali dengan perannya sebagai seorang mahasiswi yang masih memperhatikan kesenangan duniawi sekaligus akan menghadapi ujian kampusnya. Namun kehidupan monotonnya berbalik ketika keserakahan manusia akan harta benda membuatnya mengalami suatu hal yang belum pernah di alami oleh manusia pada umumnya. Sebagaimana manusia pada umumnya yang hanya mampu menggunakan 10% kapasitas dari otaknya. Lucy muda mampu menggunakan 100% kapasitas otaknya, dimana ia mampu mengkolonisasi otaknya sediri, mengendalikan orang lain serta mampu mengendalikan gelombang magnetik dan elektrik. Dalam film ini digambarkan bahwa manusia yang mampu menggunakan 100% kapasitas dari otaknya mampu melakukan hal-hal yang sebenarnya hanya bisa dilakukan oleh Tuhan pencipta alam semesta. Manusia mampu mengetahui segala hal di muka bumi ini dan mengendalikan keadaan. Meski begitu, karakter Lucy digambarkan sebagai sosok manusia

: 20 Januari 2015 (Amerika) : Universal Pictures : 1. Scarlett Johansson 2. Morgan Freeman : Nur Fadhilatur R.

yang menginginkan kesejahteraan bagi seluruh umat manusia dan membasmi kejahatan, sampai akhirnya tubuh Lucy harus terurai dan ada dimana-mana seperti Tuhan yang tidak berwujud dan Maha Mengetahui. Penonton langsung jatuh cinta dengan kemunculan bintang Home Alone 3, Scarlett Johansson. Gayanya yang mampu mengendalikan keadaan sekitar dengan sorot matanya yang tajam adalah scene yang tak terlupakan. Sementara aktor Morgan Freeman memberikan penampilan memukau sebagai Prof. Samuel Norman. Dia sukses membawakan karakter seorang guru besar yang telah menemukan hipotesa mengenai otak manusia selama 20 tahun lamanya dan sanggup membantu Lucy mencari jalan keluar sebagai manusia pertama yang mampu menggunakan 100% kapasitas otaknya. Terdapat beberapa adegan menegangkan di film ini, seluruh karakter dimainkan secara total oleh aktor . Pesan moral yang ingin disampaikan dari film ini yaitu tentang pambalasan terhadap manusia yang menginginkan keserakahan atas bumi ini. Mungkin film ini sudah biasa sebagai film laga di kalangan industri perfilm-an Hollywood, namun film ini memiliki keunikan tersendiri karena dibungkus dengan penggabungan unsur laga, ilmiah serta ketuhanan. Untuk kekurangannya sendiri, adegan yang ditayangkan terlalu mustahil dipercaya untuk terjadi di dunia nyata. Seperti Lucy yang mampu menggunakan 100% kapasitas otaknya, sebenarnya hal tersebut menyalahi kemampuan manusia pada umumnya. Karena hal tersebut dapat memunculkan efek yang dapat menghancurkan alam semesta. Bayangkan saja jika seluruh manusia dapat mangendalikan alam semaunya, apa yang akan terjadi dengan bumi? Bumi ini pasti akan hancur lebur tanpa dikehendaki. Pada akhirnya film ini layak ditonton oleh para pecinta filsafat ketuhanan, Ilmuwan, dan para manusia serakah di muka bumi ini. Film ini membantu menyadarkan kita bahwa keserakahan akan membawa masalah yang lebih besar daripada sekedar sesuatu yang menjadi hawa nafsu duniawi.

11 Edisi XXVIII/November/2015


Resensi Buku

Transformasi Menuju Sekolah Bermutu Terpadu

P

Judul Buku

:

Pengarang Penerjemah Penerbit Tahun Terbit Tebal Buku Resensator

: : : : : :

Pendidikan Berbasis Mutu : Prinsip-Prinsip Perumusan dan Tata Langkah Penerapan Jerome S. Arcaro Yosal Iriantara Pustaka Pelajar, Yogyakarta Cetakan V, 2015 xv + 212 halaman Dwi Nurul H.

andangan masyarakat yang terlampau berlebihan mengenai pendidikan sebagai sebuah sistem terintegrasi di dalam masyarakat dan bukan sebagai organisasi yang terpisah, yakni sebagai pemasok pada masyarakat berakibat pada lambatnya perkembangan reformasi dunia pendidikan. Pengubahan paradigma pendidikan dipandang perlu dengan penerapan pendidikan berbasis mutu. Banyak kelompok-kelompok reformasi pendidikan terkemuka mengkritik para pendidik yang tidak mau melakukan perubahan. Hal ini merupakan masalah yang berdampak terhadap sistem pendidikan kita. Namun, saat memperbaiki pendidikan, arus konflik yang konstan ini harus dihentikan. Manajemen mutu pendidikan yang baik akan menghasilkan perubahan pendidikan ke arah yang lebih maju. Mutu menjadi hal yang sangat penting bagi pendidikan. Namun demikian, mutu merupakan hasil dari kerja keras. Mutu mempersyaratkan komitmen pada keunggulan, dedikasi pada kepemimpinan, dan keinginan untuk berubah. Kriteria untuk sekolah bermutu terpadu ditandai dengan “Pilar Mutu� untuk pendidikan. Dimana pilar tersebut merupakan ramuan penting bagi setiap prakarsa mutu yang berhasil. Pilar mutu memberikan fokus dan arahan yang diperlukan para staf untuk setiap prakarsa mutu. Pilar mutu tersebut didasarkan pada keyakinan sekolah, seperti kepercayaan, kerja sama, dan kepemimpinan. Sekolah bermutu terpadu memerlukan pengembangan fondasi yang kokoh dalam keyakinan dan nilai-nilai sekolah yang akan menentukan kekuatan dan keberhasilan transformasi mutu. Transformasi menuju sekolah bermutu terpadu diawali dengan mengadopsi dedikasi bersama terhadap mutu oleh dewan sekolah, administrator, staf, siswa, guru, dan komunitas. Prosesnya diawali dengan mengembangkan visi dan misi mutu untuk setiap sekolah serta departemen dalam wilayah tersebut.

Buku yang ditulis oleh Jerome S. Arcaro ini pada intinya, untuk membantu pembaca memperoleh wawasan cara berpikir dan berperilaku dalam kaitannya dengan mutu. Selain itu, buku pedoman ini membantu mengubah cara pandang terhadap pendidikan dan cara menjalankan tugas di sekolah atau wilayah. Dalam buku mengenai prinsip-prinsip perumusan dan tata langkah penerapan ini menjelaskan bagaimana menggunakan perangkat dan teknik mutu untuk memperbaiki cara kerja. Contoh-contoh yang disajikan menunjukkan bagaimana manajemen mutu terpadu dapat diterapkan pada setiap proses pendidikan, mulai dari pengelolaan fungsi kelas hingga pemeliharaan gedung sekolah. Meski demikian, buku setebal 212 ini masih kurang dalam bahasan mengenai indikator-indikator tentang mutu dalam sebuah lembaga pendidikan secara praktis, sehingga masih memerlukan referensi dari buku lain. Namun terlepas dari hal itu, buku yang diterjemahkan oleh Yosal Iriantara ini dengan bahasanya yang ringan mampu menggambarkan teknik-teknik mengimplementasikan prinsip-prinsip mutu dalam program pendidikan. Buku pendidikaan berbasis mutu ini diharapkan dapat menjadi pedoman dalam transforrmasi pendidikan menuju sekolah yang bermutu terpadu, dimana di dalamnya terdapat pengetahuan, perangkat, dan teknik yang dibutuhkan dalam memulai perubahan. Buku Pendidikan Berbasis Mutu ini menganjurkan untuk memahami dengan baik sekolah atau wilayah yang akan diterapkan mutu, memiliki visi masa depan yang jelas yang dipegang teguh, dan memiliki rencana untuk mengimplementasikan mutu di sekolah atau wilayah yang akan diterapkan mutu. Buku ini dirancang untuk membantu para profesional pendidikan mengimplementasikan prinsip-prinsip mutu disekolah atau wilayahnya masing-masing.

12 Edisi XXVIII/November/2015


Sajak

Sembah, sujudku Lorong Bercahaya Oleh : Reni Dwi K.*

Dalam gelap berkabut Suasana begitu sunyi Dingin menjalar sampai ke ulu hati Memaksaku terbangun dari mimpi malam ini Sepertiga malam waktu pengharapan Bermunajat, memohon ampun Terbuai dalam khusyuknya do'a Terlantun sendu bibir bergetar Rabb ku,‌ Aku mengetuk pintu-Mu Aku memohon pada-Mu Kembalikan aku, dalam sembah sujudku, pada-Mu

Senyum mu mulai memudar Seiring waktu berjalan kedepan Lorong-lorong gelap kini telah bercahaya Oleh keikhlasan mu mengajarkan Ilmu-ilmu yang tak berupa Entahlah, apa yang terjadi Jika tak ada sosok sepertimu Berdiri dengan gagah Mengibarkan bendera kemerdekaan Kini anak bangsa mampu berlari Mengejar, menoreh masa depan Keemasan

*Penulis adalah mahasiswi PAI Semester dua FITK UIN Walisongo

13 Edisi XXVIII/November/2015


Qishoh

Sajak Terakhirku, Cendana Oleh : Aziz Afifi*

B

enar-benar malam telah membawanya di sudut ruangan. Ada buku biru sampai merah dan bersampul tebal sampai sedang, seolah terbengkalai. Rumah dimana ia bertempat, tampak seperti kapal yang sedang porak-poranda digusur oleh angin besar. Diantara meja yang kian menua, bahkan begitu terlihat coklat. Adalah salah satu penyangga dagu sedang ditindih beban berat. Angin tak beradab padanya. Mengiring dan mengurai perasaan yang lumer menjadi bercakbercak kecil di pipinya. Ada secarik kertas putih yang masih melompong, bahkan lumeran tinta menurutnya kini tak berharga, masih ada kegelisahan didadanya. Badan yang ia punyai memang kaku, tapi hanya beberapa kali saja alisnya mengernyit, itu menunjukkan bahwa otaknya sedang bekerja. Memeras apa yang sedang ada dalam lubuk hati yang ia punyai. “Aku bawakan mayatku untukmu, kau bilang hanya” beberapa narasi itu menjadi teka-teki yang kini berputar. Pensil dan pena yang dipinggirkan diakhir penulisan kini mulai diangkatnya lagi. “Sial” kembali anggannya ditelan kehampaan, dan sepi telah mengubah arah fikirnya. Kini rumah sudah menjadi unggun bersajak. Di pojok dan di kolong meja, kursi dan dipan hanya berserakan kertas yang telah dicampakkannya minggu-minggu lalu. “Aku butuh senyap” hitung fikirnya lagi dalam perjumpaan sepi. Matanya layu bagai bunga tulip yang menunduk pada tebing bersemai dengan taburan aur. “Cendana, jadi apa yang kau minta dariku?” dialognya dengan sepi kini tersusun kembali. Masih saja dagu yang bergelantung kini disandarkan pada meja. Kini fikirnya dan pertanyaannya tentang “Bagaimana aku menemani sepi dan memfilosofikan sepi ini menjadi narasi yang kau suka, Cendana?”. Jendela yang terbuka kini menjadi penampakan tak terhindarkan dalam angan. Bernarasi lagi dalam bibirnya sebuah sajak dari orang yang ia sukai “Jendela ini yang meniupkan kehidupanku kedalam dunia luas” di matanya yang terlukis masih tetap sebuah paras sederhana dengan senyum sederhana pula. ”Cendana, mungkinkah kau telah bosan atau bagaimana denganku? hingga puisi yang ku persembahkan hanya menjadi gundukan rindu yang

tertunda” jiwanya bernarasi seperti apa adanya ia ditempatkan di dalam sepi. “Cendana, kau tak kan tau betapa sesaknya dada saat aku mulai menghirup aroma cintayang kau tiupkan itu. Aku hanya bisa memutuskan untuk mengurung aroma itu, menjadi arus kecil yang terus berjalan di aliran darahku lantas bermuara dan tergenang dalam otakku” terus ia menghitung narasinya yang kian menjadi jeladri luka, bahkan jeladri kini mulai menggenangi kaki-kaki meja. Masih sepi, menghitung nyawa dalam meja. Begitu pula dengan mata merah yang sedang berair itu. Senyap merampas, anjing merah muda dan jingga kini mulai melolong pada dirinya, menanyakan betapa ia menderita. Kemudian ia mulai menimpalkan kesalahan itu pada Dewa Eros yang membawa racun dan nyasar pada hatinya, karena tanpa peta ia berkelana. Rumah yang dihadapinya semakin sepi, menjadi unggun bersajak, menjadi danau dengan dangau basah yang tersandar pasrah pada setiap lekuk danau atau puisinya yang lumer membuat jeladri, semua ada dalam hatinya. Kepalanya terangkat, menatap pohon cemara yang tegak lantas terbayang diangannya kabut diantara lembah Baladewa dan Mbarwangen. “Aku kabut, Cendana. Aku akan mengendap, menyusup tanpa suara untuk mencari ucapan jiwamu” tambahnya dalam beberapa narasi. Kini selepas narasi matanya agak meniupkan kepasrahan, semua redup dalam pandangan. “Apakah aku harus bermimpi yang sama? Jangan hadirkan itu lagi, aku sedang mempersiang bahasaku untukmu, agar dapat kau mengerti tentang sedalam-dalamnya aku”. Lolong anjing pembangkang terlalu pekik, semak belukar semakin gelap dan neon hanya menghibur kesendiriannya dengan kemanjaan dari Laron. Memang dari kejauhan gerombolan pohon Jati tampak bersinar dan berwibawa. Membawa wajah yang tak asing. “Tuan Yang Mulia, apa ini pelarinaku selama ini?” bahkan begitu jelas Jati-Jati itu memaparkan betapa ia memaksakan dirinya. Tiba-tiba saja badannya kini tergeletak pada tepian pantai dengan pasir putih kembali narasinya muncul “telah ku landaikan pantaiku untukmu, Cendana. Aku berharap perahumu bersinggah disini dengan sepasrah-pasrahnya. Melampiaskan apa yang harus kau lampiaskan, atau hanya mematahkan dayungmu. Aku rela Cendana asal itu disini”. Malam semakin mendelikan tubuhnya diatas meja.

14 Edisi XXVIII/November/2015


Qishoh Ilustrasi : Kamal

15 Edisi XXVIII/November/2015


Speak Up

Kompetensi Personal Guru, Pentingkah? Kompetensi personal guru harus dimiliki oleh seorang pendidik. Kompetensi merupakan hal yang urgent karena jika karena jika seorang guru tidak memiliki kompetensi tersebut, guru tidak dapat dikatakan profesional sehingga tujuan pendidikan tidak akan tercapai. (Zakaria Ahmad, Pendidikan Bahasa Inggris, 2013)

Dengan mengetahui kompetensi personal, seorang guru akan tahu psikologi peserta didik. Seorang guru tidak hanya melakukan transfer of knowledge akan tetapi juga mampu mengetahui pendekatan personal kepada peserta didiknya. Dan hal tersebut akan diketahui jika seorang guru faham tentang kompetensi personal guru. Jika guru tidak faham hal tersebut maka ia gagal menjadi seorang guru. ( Muhammad Aniq, 2013 )

Kompetensi personal guru itu dibutuhkan, karena masing-masing guru harus memiliki kemampuan untuk memberikan materi dan diminta untukmencerdaskan muridnya. (Adin Nadiya Ifati, Pendidikan Matematika, 2011)

Tentu kompetensi personal guru sangat penting bagi seorang guru. Guru perlu dan harus memiliki kompetensi personal. Karena guru sebagai pendidik yang bertugas untuk mendidik anak didiknya. Dimana untuk mendidik tersebut dibutuhkan kompetensi berupa pengetahuan yang mendalam tentang materi yang hendak diajarkan. Jadi seorang guru tidak boleh sembarang dalam hal ini. Seorang guru harus memiliki kemampuan atau kompetensi yang baik dan berkualitas guna untuk menciptakan anak didik yang berkualitas pula. (Nur Wahidah, Pendidikan Kimia, 2014)

Kompetensi personal dan kompetensi-kompetensi lain secara universal bukan syarat tetapi rukun. Namun sejatinya kompetensi personal guru tidak penting, semua hanya teori dan hanya menunjuk pada esensi siapa itu guru. Berhubungan pendidikan bukan progam searah tapi struktur yang terpogram. Esensi guru baru bisa diakui melalui performance yang bersifat praktis tidak hanya kompetensi yang selalu teoritis. (Saiful Hidayat, Pendidikan Bahasa Arab, 2012)

16 Edisi XXVIII/November/2015


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.