Bulletin Quantum Edisi 25

Page 1

Edisi 25/Th.14/II/2015

Buletin LPM EDUKASI

uantum Transformasi Idealisme

|1


2|

Buletin LPM EDUKASI

uantum Transformasi Idealisme

Edisi 25/Th.14/II/2015


Kalam Q

Salam pers!

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh Salam sejahtera bagi kita semua. Salam hangat senantiasa kami sampaikan dengan harapan cinta kasih senantiasa menyelimuti kita semua. Kembali Tuhan memberikan anugerah pada balutan cinta kasih-Nya yang menjadi semangat yang luar biasa mendasari keinginan kami menyajikan bacaan yang cantik dan menarik untuk sampai kepada tangan pembaca. Pada edisi ini, buletin Quantum akan membahas tentang jurnalisme. Idealnya jurnalistik erat kaitannya dengan wartawan, karena dialah orang yang mengolah informasi menjadi suatu karya jurnalistik, namun seiring dengan perkembangan dunia cyber yang luar biasa masif belakangan ini membuat masyarakat lebih mudah untuk mendapat informasi. Bahkan tidak hanya menjadi konsumen, masyarakat mulai menjadi produsen. Segelintir masyarakat memanfaatkannya untuk menyebarkan beberapa informasi yang diperolehnya agar bisa dinikmati oleh masyarakat yang lainnya. Oleh karenanya muncul istilah yang disebut jurnalisme warga atau lebih populer dengan istilah citizen journalism. Hal tersebut menarik perhatian redaksi Quantum edisi XXV Untuk mengangkatnya menjadikannya tema yaitu Masyarakat dan Jurnalistik. Dalam rubrik sajian, fokusnya akan mengulas bagaimana kita menyikapi perkembangan dunia teknologi dan informasi agar bisa dengan bijak memanfaatkannya untuk kepentingan jurnalisme dan mahasiswa yang dianggap sebagai masyarakat terpelajar diharapkan mampu menjadi pelopornya. Kemudian dalam rubrik sorot kami akan membincang mengenai pentingnya sinergitas kegiatan akademis dengan berorganisasi. Karena masih banyak yang menganggap bahwa organisasi merupakan salah satu faktor yang memperlambat dan mengganggu target lulus. Padahal banyak hal positif yang akan didapatkan. Apa sajakah hal-hal positif yang akan didapat? Selanjutnya dengan ucapan syukur dan basmalah kami persembahkan bulletin edisi XXV Kepada pembaca. Terimakasih kami sampaikan kepada semua pihak yang ikut berkontribusi dalam penyusunan buletin edisi ini. Kami menyadari segala yang baik pasti ada yang buruk, segala usaha kami untuk mebuat bacaanyang terbaik ini pasti terdapat kekurangan. Oleh karenanya kritik serta saran kami harapkan demi penyusunan buletin edisi selanjutnya. Wassalamualaikum warahmatullah‌ selamat membaca ď Š [Q]

COVER DESIGN

Talent : Agita Sunni H. Photographer : @AhmadAam5

Team Redaksi Pelindung Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) UIN Walisongo & Wakil Dekan III FITK Pembimbing Dr. Abdul Wahib, M. Ag. Ismail SM, M. Ag Dr. Syamsul Ma’arif, M.Ag. M. Rikza Chamami, M.S.I Penanggung Jawab (Pimpinan Umum) Ahmad Fahmi Ash Shiddiq Pemimpin Redaksi Nayiroh Sekretaris redaksi Agita Sunni Hidayah Redaktur Pelaksana Miftahul Asror, Muttaqin, Nurida, Zulfa Annisa, Risca Dian Pratiwi, Rio Afifudin, Rara Sarasmita, Husna Amala, Abdul Hamid, Ahmad Alfan Alfa, Abdul Hamid, Amirul haq Khoirul M, Asih Sugiarti, Umi Hidayati, Nur Kholifah Baihaqi, Abdul Muisy, Siti Mamdudatul, Yuliana Suryantik, Ira Wulandari layouter @AhmadAam5

Alamat Redaksi : Gedung Student Center Lt.2 Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) UIN Walisongo Semarang Jl. Prof. Dr. Hamka Km. EDUKASI.

Ngaliyan Semarang 50185 Edisi 25/Th.14/II/2015 uantum|Email : mail@lpmedukasi.com|Web : www.lpmedukasi.com|t: @LPM_edukasi|f : LPM Buletin LPM EDUKASI

Transformasi Idealisme

|3


Sajian

Membuka Keran Everyone Is Journalist

B

elakangan ini arus lalu lintas jurnalistik yang dilakukan oleh warga nampak berjalan begitu santer. Namun, realita yang terjadi di ranah mahasiswa masih berkebalikan. Pasalnya, mereka masih terlihat acuh dengan fenomena yang terjadi di lingkungan sekitar. Diperlukan suatu gebrakan serius agar mereka mau dan mampu menjadi motor penggerak bagi terciptanya sivitas akademika yang sadar akan urgensi citizen journalism.

6

Resensi Film Pulihkan Nilai Moral dan Sosial 31 Sastra

Aku Ingin Jadi Cantik 37 Binar Yang Pudar di Bulan Jingga & Tinta Emas Sang Jurnalis 40

Swara

Efektivitas keberadaan Jurnalime Warga

10

Sosok Cermin Kemandirian dan Kesungguhan Mahasiswa

12

Teropong

Senyum Mungil Anak- Anak kaki Gunung Slamet

Jurnalistik Lirik Media Sosial

masa kini semakin diwarnai Jizenurnalistik dengan munculnya jurnalisme warga (citjournalism) sebagai wujud kontribusi masyarakat umum dalam bidang jurnalistik.

29 33

Abstraksi Memosisikan Citizen Journalism 03 Bincang

Menu-Q

Citizen Jurnalism, Produk Demokrasi 09 Pengaruh Media Sosial Terhadap Citizen Jurnalism 15

4|

Kolom

22

Opini Aku, Kamu, Dia Bisa JAdi jurnalis 16 Pendidikan Nasional Antara K-13 dan KTSP 27 Potret Belajar Kepada Ibu Anak Jalanan

Memanifestasikan Prestasi Secara Sinergi

Yang Muda Yang Berkarya 18 Cinta 25

20

rganisasi sebagai wadah untuk memO bentuk kepemimpinan mahasiswa. lalu Seurgen apakah organisasi di mata Mahasiswa?

Buletin LPM EDUKASI

uantum Transformasi Idealisme

Edisi 25/Th.14/II/2015


karikatur

Edisi 25/Th.14/II/2015

Buletin LPM EDUKASI

uantum Transformasi Idealisme

|5


Abstraksi

Memosisikan Citizen Journalism

B

eberapa waktu terakhir ini batas ruang dan waktu dunia seakan menciut beberapa kali lipat. Jarak ribuan kilo meter yang dulu menjadi problem mendasar dalam sebuah interaksi, kini hal itu hanya tinggal catatan sejarah semata. Pasalnya, para saintis telah bekerja keras selama bertahuntahun untuk dapat menemukan sebuah titik terang yang tak pernah terbayangkan sebelumnya. Hingga pada akhirnya, berbagai penemuan mewarnai dunia dengan kecanggihan inovasi-inovasinya, tak terkecuali di bidang teknologi informasi dan komunikasi. Lahirnya varian alat komunikasi dan media informasi begitu luar biasa mampu menghipnosis manusia dengan berbagai macam kemudahan yang ditawarkannya. Hadirnya gadget kian memperteguh bahwa kini manusia tengah memasuki era digital. Era di mana akses lalu lintas informasi nampak berjalan tanpa hambatan yang berarti. Tak pelak, kondisi ini menjadikan media sosial makin digandrungi dan tumbuh subur di tengah-tengah masyarakat. Melalui social media seringkali masyarakat dengan mudahnya mengungkapkan gagasan mereka tanpa perlu menyandang titel jurnalis profesional. Mulai dari versi facebook sampai twitter laris manis digunakan oleh masyarakat Indonesia. Arus pertukaran informasi dari berbagai status tak jarang membuat berita 6|

tersendiri tanpa harus melalui proses seleksi atau pengeditan. Hal semacam itu, tanpa disadari bahwa apa yang mereka lakukan adalah bagian dari aktivitas jurnalistik. Konvergensi Media Belakangan ini nampak masyarakat mulai semakin aktif memberikan informasi yang dulunya hanya bisa ditulis oleh juru warta. Keinginan untuk mengabadikan momen-momen yang sekadar dilihat atau dialaminya, mendorong warga untuk membuat sebuah dokumentasi, baik berupa gambar, video, maupun tulisan. Mereka yang seringkali menulis atau share informasi, namun tidak berprofesi sebagai wartawan ini mengantongi stampel sebagai citizen journalism (jurnalisme warga), netizen, ataupun seringkali diinisialkan dengan pewarta warga. Menilik pada beberapa catatan sejarah yang ada, jurnalisme warga sendiri terlahir dari rahim sebuah teknologi bernama internet. Hadirnya wajah internet menjadi penanda bahwa dunia telah memasuki era baru. Era di mana masyarakat awam tidak lagi nampak diposisikan sebagai konsumen pasif dalam menerima suatu berita. Akan tetapi, meraka dapat ikut ambil bagian dalam berbagi informasi, atau dengan kata lain segala macam berita bisa kita dapatkan dari berbagai lapisan masyarakat. Bahkan dari sebuah tweet atauBuletin LPM EDUKASI

uantum Transformasi Idealisme

Edisi 25/Th.14/II/2015


pun status di salah satu media sosial kerap menjadi berita yang meledak dan menggiring media mainstream untuk masuk ke dalamnya. Pada awal berkembangnya, terjadi perdebatan apakah aktivitas warga yang mengabarkan atau menulis sesuatu bisa disebut jurnalistik ataukah hanya sekadar tulisan biasa. Namun, terlepas dari itu, seiring dengan perkembangan zaman istilah citizen journalism sudah tidak asing lagi bahkan menjadi tren baru di kalangan masyarakat. Di Indonesia tercatat istilah jurnalis warga sudah mulai dikenal masyarakat luas sejak tahun 2004, yakni dari peristiwa tsunami di Aceh. Ada sebuah video yang diambil langsung oleh korban tsunami yang kemudian ditayangkan di media televisi dan menjadi sangat akurat serta menarik perhatian publik dibanding dengan berita yang dibuat oleh wartawan profesional sendiri. Bahkan, memasuki tahun 2006 lalu, majalah TIME mencatat munculnya citizen journalism ke permukaan menjadi penanda lahirnya peradaban masyarakat informasi. Media Penengah Mengutip pernyataan Iwan Awaluddin Yusuf, Dosen Ilmu Komunikasi Universitas Islam Indonesia (UII) Yogyakarta dalam sebuah tulisan artikelnya mengatakan bahwa dibandingkan jurnalisme mainstream yang memaknai berita sebagai konstruksi atas realitas sosial yang dianggap penting dan menarik bagi banyak pembaca, jurnalisme warga lebih menekankan pada aspek participation (partisipasi), proximity (kedekatan), dan humanity (kemanusiaan). Jelas dengan pandangan seperti itu, posisi jurnalis warga mampu berperan sebagai penengah dikala produk jurnalistik mainstream hanya menyajikan berita yang mengikuti pasar dan tak jarang diboncengi oleh kepentingan dari berbagai pihak. Citizen journalism muncul dengan berbagai sajian Edisi 25/Th.14/II/2015

Buletin LPM EDUKASI

uantum Transformasi Idealisme

berita yang tidak bisa disajikan oleh jurnalis profesional. Hal ini akan menjadi menarik jika menelisik latar belakang pembuatan berita oleh para netizen. Mereka membuat suatu berita berdasarkan fenomena yang dijumpai di lingkungan sekitar. Maka berita yang ditulis memiliki tingkat faktual yang lebih tinggi dibanding dengan wartawan. Fenomena yang seringkali muncul, saat ini tak sedikit media mainstream dipegang oleh orang-orang yang berkepentingan. Sehingga membuat berita yang diproduksi tidak lagi lahir sendiri menurut apa yang terjadi, namun sering menjadi berita yang tendensius. Maka dalam konteks ini kehadiran pewarta warga tidak bisa ditawar-tawar lagi, ia sangat diperlukan sebagai penyeimbang berita-berita seperti di atas. Tentunya dalam pembuatannya tetap tidak melupakan kode etik yang dibuat oleh Persatuan Pewarta Warga Indonesia (PPWI) yang merupakan asosiasi terbesar untuk para jurnalis masyarakat di Indonesia. Sebagaimana Hukum III Newton berlaku, ada aksi, diikuti dengan kemunculan reaksi. Maka pernyataan everyone is journalist sepertinya tidak berlebihan jika digaungkan secara masif sebagai respon atas realita dunia jurnalistik hari ini. Selain melalui berbagai macam media sosial yang menjadi ladang hijau untuk para jurnalis rakyat. Saat ini telah banyak wadah yang disediakan oleh media-media jurnalistik, seperti dalam program Wideshot, Kompasiana, Kabar Indonesia, dan lain sebagainya. Mahasiswa merupakan salah satu bagian dari lapisan masyarakat yang dianggap sebagai kaum yang lebih beruntung dalam mendapatkan pendidikan tinggi dibanding jutaan masyarakat lain, rasanya patut untuk berperan aktif dan turut ambil bagian dari euforia fenomena citizen journalism ini.[Q] Redaksi |7


Sajian

Membuka Keran Everyone is Journalist Belakangan ini arus lalu lintas jurnalistik yang dilakukan oleh warga nampak berjalan begitu santer. Namun, realita yang terjadi di ranah mahasiswa masih berkebalikan. Pasalnya, mereka masih terlihat acuh dengan fenomena yang terjadi di lingkungan sekitar. Diperlukan suatu gebrakan serius agar mereka mau dan mampu menjadi motor penggerak bagi terciptanya sivitas akademika yang sadar akan urgensi citizen journalism.

S

eiring dengan semakin digandrunginya social media, kini seseorang lebih mudah dan cepat mengetahui berita melalui media tersebut. Bahkan aktivitas jurnalistik bagi seorang wartawan semakin ramai dikemas dimedia sosial. Tak pelak hal ini menjadikan aktivitas citizen journalism (jurnalisme warga) semakin ramai dilakukan oleh banyak kalangan. Istilah citizen journalism mengacu pada partisipasi aktif dalam proses pengumpulan data, penulisan, penyuntingan, dan penyebarluasan informasi oleh warga secara mandiri, nonprofit, serta merupakan ekspresi jati diri rerporter maupun kebudayaan masyarakat sekitar. Rofiuddin, dosen tamu di jurusan Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (Fisip) Universitas Diponegoro (UNDIP) menyebutkan, hal ini (jurnalisme wargared) sebenarnya telah terdapat di dalam Undang-Undang Nomor 40 Tahun 1999 berisi tentang kebebasan pers yang melindungi setiap warga negara dalam kebebasan berpendapat.

masih kentalnya sistem otoriter yang dianut pemerintah saat itu, salah satu anggota AJI kemudian ditangkap. “Sehingga citizen journalism tidak bisa berkembang dengan baik, bahkan ingin dihapuskan,” terang jurnalis Tempo di Semarang ini.

Aktivitas jurnalisme warga kata Rofiuddin, ketua Aliansi Jurnalisme Independen (AJI) Semarang, bisa berkembang dengan baik jika sistem demokrasi negara tak terkontaminasi bau sistem otoriter. Ketika masa orde baru, tambah Rofiuddin, saat itu AJI pernah membentuk suara independen yang bermaksud menyampaikan kritik kepada pemerintah. Karena

Berita yang ramai diperbincangkan di media, kata Rofiuddin, bisa dijadikan referensi bagi seorang pemimpin dalam mengambil kebijakan. “Berita juga bisa menumbuhkan rasa kepekaan sosial terhadap lingkungan sekitar. Selain itu, juga merupakan media kepentingan publik, bukan seperti media mainstream,” tuturnya.

8|

“Masa sebelum media berkembang warga hanya sebagai obyek berita. Akan tetapi, sekarang everyone is journalist. Setiap orang bisa mewartakan kejadian di lingkungan sekitar. Sehingga kepedulian sosial akan muncul dari kegiatan tersebut,” ungkap Teddy Kholiludin, salah satu Pengamat Komunikasi dan Informasi. Teddy sapaan akrabnya, menerangkan, kecanggihan teknologi juga merupakan salah satu faktor yang mendominasi jurnalisme warga semakin berkembang dengan pesat. Salah satu efek dari semakin santernya citizen journalism hingga mampu mengantarkan berita bisa diterima warga dengan cepat. “Namun konsekuensinya kita harus selektif dalam memverifikasi berita yang diterima,” tambahnya. Referensi Kebijakan

Buletin LPM EDUKASI

uantum Transformasi Idealisme

Edisi 25/Th.14/II/2015


Teddy menjelaskan, saat ini keberadaan internet sangat mendukung bagi tumbuh kembangnya kegiatan jurnalisme warga. Media sosial seperti facebook sangat mendukung berkembangnya citizen journalism. “Apalagi dengan seiring pesatnya perkembangan teknologi di bidang komunikasi dan informasi, kian menjadikan seseorang semakin mudah melakukan aktivitas jurnalisme warga,” ujar Teddy , salah satu wartawan eLSA. Hingga hari ini, kecanggihan media komunikasi dan informasi diyakini sebagai faktor utama suburnya praktik citizen journalism.

Berdasarkan hasil jajak pendapat yang dilakukan oleh tim redaksi Quantum pada 19-20 Januari 2015 menunjukkan, dari sebanyak 60 sampel, hanya 5 persen responden yang menggunakan social media untuk menulis berita. Sisanya, sebanyak 95 persen memperlihatkan, mahasiswa lebih banyak memanfaatkan media sosial untuk keperluan pribadi seperti menulis status, mengunggah foto, dan berdagang online. “Sekarang ini banyak orang yang menggunakan facebook hanya untuk menulis status tentang perasaan. Apalagi masalah cinta itu merupakan hal Meskipun lalu lintas jurnalisme warga sepele yang seharusnya tidak perlu dinampak berjalan dengan baik, tetapi ke- lakukan, ”tulis Fatikhul Alam Bima Sakti, tika melihat realita di ranah mahasiswa, mahasiswa jurusan Tadris Fisika melalui mereka cenderung tidak mengarahkan pesan elektronik. pemanfatan media sosial untuk kepentinLebih-lebih, 75 persen mahasiswa FITK gan publik. Rofiuddin mengatakan, saat dalam setiap harinya sering menggunakini di kalangan mahasiswa justru tidak an media sosial. Jika hal itu mampu diketerjadi kebebasan dalam berpendapat. lola dengan baik dan berupaya memprior“Menurut saya mahasiswa cenderung itaskan untuk menulis berita yang terjadi apatis. Pasalnya, mereka seperti dibatasi di lingkungan sekitar. Maka iklim kampus dengan aturan dan ancaman punishment akan lebih hidup, bahkan semua sivitas yang bakal diterima oleh mereka,” imbuh- akademika akan lebih banyak mengkonnya. sumsi berita-berita yang ada. Padahal, lanjut Rofiudin, menulis di media sosial bagi seorang mahasiswa dapat dijadikan sebagai media untuk mengasah kreativitas. “Menulis bisa menjadikan otaknya lebih terasah dan kreativitasnya semakin berkembang. Hal ini juga sebagai upaya dalam memajukan negeri ini,” tutur Rofiudin penulis buku Wartawan dalam Kepungan Amplop yang diterbitkan oleh Dewan Pers 2014.

Guru Besar Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Walisongo, Ismawati menuturkan, sebenarnya mahasiswa akan merespon jika ia memiliki rasa ketertarikan terhadap tulisan yang terposting di media sosial. Tugas jurnalis, lanjut Is-

Wartawan sedang Meliput Demonstrasi di depan kampus I UIN Walisongo Semarang. Edisi 25/Th.14/II/2015

Buletin LPM EDUKASI

uantum Transformasi Idealisme

Dok. Quantum

Perlu Gebrakan

|9


,,

Sajian mawati, yang tergabung dalam Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) sebenarnya memiliki tanggung jawab untuk mengawali terlebih dahulu dalam membuat berita di social media. Berita ini dapat dikemas dengan nada investigatif untuk merespon isuisu yang tengah berkembang. “Mahasiswa harus membentuk sebuah kelompok yang mampu memberikan suatu ’gebrakan’ agar mereka mau merospon fenomenafenomena yang ada disekitarnya,” saran Ismawati.

Citizen journalism bagi para pakar jurnalistik dimaknai sebagai media alternatif untuk membagikan informasi fakta kepada publik katakan jurnalisme warga jika berisi berita, ada kepentingan publik, dan dibuat oleh seorang yang bukan jurnalis,” terang salah satu tim penyusun buku Intervensi dibilik Redaksi ini.

Ali Syamsudin, menuturkan, sebagaimana dilansir situs www.romatea Berbicara tentang jurnalisme warga media.com, keuntungan utama aktivitas sangat menarik sekali karena masyaracitizen journalism adalah seseorang dapat kat sekarang sudah memiliki alat untuk memosting foto, video, bahkan menampilmenyampaikan informasi kepada pubkan akun saksi mata (eye withness accounts) lik. Citizen journalism bagi para pakar jutentang berbagai peristiwa yang terjadi. rnalistik dimaknai sebagai media alterJurnalisme warga dapat dijadikan sebagai natif untuk membagikan informasi fakta media yang bagus untuk mempromosikepada publik. Notabene seorang yang kan kontennya lewat blog, jejaring social berprofesi sebagai jurnalis memandang seperti facebook, twitter, whatsapp, line jurnalisme warga sama dengan jurnalbahkan youtobe. “Keuntungan besar juisme itu sendiri. Namun yang menjadi rnalisme warga adalah para masyarakat perbedaan mendasar, citizen journalism dapat meliput peristiwa dan berita di sekidilakukan oleh warga tanpa ada lembaga tar mereka yang mungkin tidak mendapat atau media mainstream yang menaungi. peliputan dari media mainstream,” tulis Sedangkan jurnalisme mainstream dilakuAli.[Q] kan oleh wartawan yang memang berada di bawah lembaga. “Suatu tulisan bisa diLap. Nurida, Umi, Asih Metode Survei Jajak pendapat ini dilakukan dengan menggunakan metode survei. Survei ini dilakukan melalui pesan elektronik (sms-red) yang diselenggarakan oleh tim redaksi Quantum pada 19-20 Januari 2015. Sebanyak 60 responden yang berasal dari mahasiswa Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) UIN Walisongo mulai angkatan 2011-2014, dipilih secara acak menggunakan metode pencuplikan sistematis dari kontak telepon tim redaksi. Menggunakan metode survei ini, para tim berupaya mengambil sampel secara proporsional dari berbagai jurusan yang ada agar dapat memiliki keterwakilan dalam menyampaikan pendapat. Namun demikian, hasil jajak pendapat ini tidak dimaksudkan untuk mewakili seluruh populasi mahasiswa di FITK.

Frekuensi Penggunaan Media Sosial di Kalangan Mahasiswa

5%

5%

20 % 30 %

10 |

45 %

Penggunaan Sosial Media di Ranah mahasiswa

Menulis Status Mengupload Foto Berdagang Online Tidak Pernah

Sering Jarang Tidak Pernah

20 % 75 %

Buletin LPM EDUKASI

uantum Transformasi Idealisme

Edisi 25/Th.14/II/2015


Bincang

K

Citizen Journalism; Produk Demokrasi

ecanggihan teknologi dan komunikasi merintis perubahan yang besar bagi kehidupan masyarakat. Berkat kecanggihan teknologi dan komunikasi, kini tidak hanya wartawan yang bisa membuat berita atau liputan. Masyarakat biasa pun bisa. Dengan berbekal gadget, setiap orang bisa meliput dan membuat berita yang terjadi di sekitar mereka. Warga biasa yang melakukan peliputan layaknya wartawan ini disebut citizen journalism atau jurnalistik warga. Berikutpetikan hasil wawancara Abdul Hamid dan Khusna Amala (tim redaksi) dengan Bapak Rofiudin, Ketua Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Semarang berkaitan dengan citizen journalism.

Edisi 25/Th.14/II/2015

Buletin LPM EDUKASI

uantum Transformasi Idealisme

Apa yang dimaksud dengan citizen journalism? Citizen journalism merupakan produk informasi yang dibuat oleh warga untuk disampaikan kepada publik. Nah, menurut saya medianya selalu berkembang. Kalau dulu ada radio, sekarang ada orang menelepon, memberikan informasi kepada orang yang ditelepon itu juga dinamakan citizen journalism. Tapi, informasinya harus benar-benar berdasarkan fakta dan tidak berbohong karena itu untuk publik. Dulu waktu ada selebaran percetakan, citizen journalism tersebar dengan fotokopian. Sekarang sudah ada internet yang membuatcitizen journalismtersebar berupa blog. Tapi, saya mengartikan bahwa mengenai radio, media cetak dan internet itu soal medium dan medium itu selalu berkembang. Esensi sebenarnya adalah informasinya harus ada kepentingan publik, harus taat kode etik jurnalistik, ada kaitan-kaitan jurnalistik yang harus dipenuhi dan tidak boleh berbohong. Apa perbedaan citizen journalism dengan wartawan? Kalau wartawan itu konsisten atau terus menerusdalam membuat karya jurnalistik. Sedangkan warga tidak menentu, bisa membuat hari ini, besok tidak, bulan ini membuat, bulan depan tidak. Seperti itu. Faktor apa saja yang melatarbelakangi adanya citizen journalism? Dari berbagai aspek bisa kita lihat. Misalnya dari aspek politik, citizen journalism bisa tumbuh ketika negara benar-benar demokratis. Mereka akan sangat mudah mengungkapkan pendapatnya. Selanjutnya dari aspek sosial, semakin orang peka terhadap situasi di sekitarnya, bisa jadi citizen journalism akan

tumbuh. Misalnya di kampus anda melihat sebuah plang “tidak boleh parkir dibawah plang � tetapitibatiba disitu ada mobil yang parkir dibawah plang tersebut. Kalau anda lewat diam saja, berarti anda tidak peka terhadap sosial. Tetapi, kalau anda lewatdan berhenti, kemudian memotret dan hasil potret itu anda upload di facebook, mempermalukan yang memiliki mobil ini, berarti anda sudahmemiliki kepekaan sosial. Kalau diam saja, anda dipertanyakan kepekaan sosialnya. Kemudian dari aspek budaya, kita dapat mengetahui bagaimana menumbuhkan kreatifitas dari warga untuk menulis, menyebarkan informasi dan menyebarkan ide pada publik. Jadi, dari berbagai aspek tersebut dapat menjadi pemicu. Akan tetapi, esensi dari semua itu yang lebihutama adalah kebebasan berekspresi baik di teman-teman mahasiswa maupun warga. Bagaimana dengan dampak positif dan negatif adanya citizen journalism? Kalau dampaknya banyak yang positif menurut saya, karena dengan citizen journalism orang itu bisa berekspresi, orang itu bisa memiliki kepekaan sosial dan orang itu bisa merasa puas karena bisa menyebarkan informasi kepada publik. Sedangkan dampak negatifnya, ada orangorang yang menyalahgunakan medium citizen journalism untuk kepentingan pribadinya. Lap. Hamid & Husna | 11


Swara

Efektivitas Keberadaan Jurnalisme Warga

Dewasa ini, citizen journalism mulai menjadi left style yang kian menjamur. Informasi yang up to date, cepat, dan tak terbatas menjadikan kegiatan jurnalistik ini semakin mencuat ke publik. AMIRUL CHAQ HUSNUL M

B

MAHASISWA TBI TAHUN 2013

erkembangnya kemampuan manusia dalam bidang ilmu pengetahuan, kini memudahkan mereka dalam menjalankan aktivitas sehari-hari secara cepat dan efisien. Kemudahan ini tak terkecuali dalam bidang teknologi, terbukti dengan meningkatnya pengguna gadget disemua kalangan baik tua maupun muda. Salah satu benda elektronik berbasis internet ini keberadaanya sekarang bukanlah sebagai benda asing, namun sudah menjadi kebutuhanprimer bagi masyarakat. Keberadaan gadget yang kini telah menjadi life style, membuat manusia semakin mudah dalam mencari serta menerima segala informasi baik secara visual maupun non visual. Tak berhenti sampai di situ, gadget dirasa memberi dampak yang signifikan dalam membangun stigma dan gaya hidup masyarakat seperti adanya komunitas secara online dan munculnya tren secara berjamaah. Bahkan peristiwa yang sedang ataupun telah terjadi dapat diakses melalui internet dan memungkinkan seseorang memperoleh informasi lebih cepat kapanpun dan dimanapun. Gadget juga diyakini mampu mengurangi dampak terjadinya penumpukan sampah oleh kertas koran, majalah, maupun media cetak lainya sehingga ramah lingkungan. Tidak bisa dipungkiri bahwa internet telah menjadi media komunikasi dan penyebaran informasi yang cepat, tidak terbatas, dan lebih mudah diakses oleh 12 |

masyarakat umum. Sehingga hal ini telah menjadikan aktivitas jurnalistik memasuki era baru, era digital. Ciri khas era digital ini dapat dilihat daripara jurnalis yang dapat dengan mudah meliput dan mengunggah sebuah berita tanpa terkendala ruang dan waktu. Bahkan mereka dapat menulis berita di handphone maupun smartphone serta mengirim keredaktur dengan hanya beberapa detik saja. Bebas Berekspresi Kemajuan teknologi di bidang informasi dan komunikas imembuat masyarakat semakin peka terhadap berbagai berita yang diperoleh. Kemudahan dalam menerima dan mempublikasikan suatu berita adalah salah satu faktor pendukung makin maraknya pengguna internet, khususnya social media. Melihat suatu peristiwa, mencari berita, lalu menulisnya dan mengabarkan serta mengomentari merupakan siklus pemberitaan media sosial dalam bidang jurnalistik yang saat ini tengah santer. Hal ini yang memengaruhi istilah citizen journalism (jurnalisme warga) tak lagi asing terdengar. Prinsip jurnalisme warga, para masyarakat selain bisa memperoleh kemudahan dalam menyerap varian informasi, mereka juga dapat memproduksi sebuah informasi melalui portal-portal yang disediakan oleh jasa internet berupa social media seperti blog, facebook, twitter, blackberry masseger, weibo, path dan media sosial lainya. Buletin LPM EDUKASI

uantum Transformasi Idealisme

Edisi 25/Th.14/II/2015


Shayne Bowman & Chris Willis (2003) mendefinisikan citizen journalism sebagai “the act of citizens playing an active role in the process of collecting, reporting, analyzing, and disseminating news and information�. Artinya, masyarakat memiliki hak menjadi pencari, pemroses, dan penganalisa berita untuk kemudian dilaporkan kepada khalayak melalui media. Masyarakat bisa secara aktif mengabarkan sebuah berita yang sedang terjadi maupun yang telah berlangsung melalui foto, audio, video, maupun tulisan mereka dimedia sosial. Perkembangan jurnalisme warga nampak sekali dari adanya peningkatan kebutuhan manusia akan informasi, sehingg amenjadikan social medias ebagai ruang publik bagi masyarakat untuk bebas berargumen serta mengutarakan pikiranya. Kondisi seperti ini menurut Jurgen Habernasd mendefinisikan dengan istilah public sphere.

brook, dalam sebuah artikel yang dirilis oleh halaman resmi www.guardian.uk mengatakan, saat ini telah terjadi transformasi dalam praktek jurnalistik. Para jurnalis tidak lagi berperan sebagai gatekeeper informasi, namun ia lebih berperan sebagai sharing informasi yang salah satunya dilakukan oleh jurnalis warga (citizen journalist). Setidaknya para aktor yang bergelut dalam aktivitas citizen journalism ini harus memiliki kemampuan untuk mengumpulkan, menulis, dan melaporkan berbagai macam informasi melalui blog atau social media. Berangkat dari hal inilah Sambrook menekankan, tidak ada alasan untuk tidak melibatkan jurnalis warga dalam proses peliputan dan pelaporan berita.

Oleh karenanya, kemampuan citizen jurnalism sangat diperlukan dalam penyampaian berita secara cepat dan tak terbatas. Sehingga kemampuan ini akan Jurgen mengatakan, a domain of our so- mendorong masyarakat untuk tidak hancial life where such a thing as public opinion ya mengkonsumsi informasi, tetapi juga can be formed (where) citizensdeal with mat- dapat memberikan kontribusi dengan ters of general interest without being subject to memproduksi berita berdasarkan fakta coercion (to) express and publicize their views yang dapat dipertanggungjawabkan. Pada (Habermas, 1997: 105 dalam Alan Mc Kee, akhirnya dengan bertambah maraknya 2005: 4). penggunaan media sosial akan semakin Istilah Public Sphere lebih fokus pada memudahkan masyarakat dalam menhal-hal yang bersifat dialogical. Dalam jangkau peristiwa apapun yang ingin diskonsep Public Sphere dinyatakan bahwa ampaikan kepada khalayak melalui portal ruang publik seharusnya merupakan se- internet maupun forum online. Berkembuah forum.Setiap pribadi yang berada bangnya jurnalisme warga di Indonesia dalam forum tersebut dapat menyatakan akan memperkaya khasanah informasi pemikirannya dengan bebas, karena se- masyarakat dan memberikan banyak tiap orang memiliki hak yang sama dalam point of view yang berbeda karena dilakumenyatakan pendapatnya. (Crossley & kan oleh semua kalangan serta lebih kompleks dalam membahas suatu informasi. Roberts(ed), 2004:133). Namun, kegiatan citizen journalism ini Jeli Menyeleksi dinilai tidak bisa menjadi patokan utama Kemunculan media sosial telah mem- dalam menyimpulkan sebuah informasi berikan pengaruh yang cukup signifikan karena kredibilitas penulis yang dipertanbagi perkembangan dunia jurnalistik, yakan. Pasalnya, penulis hanya menulis terlebih pada jurnalistik non mainstream. sebuah informasi yang ingin disampaikan Pada kondisi ini, para jurnalis dituntut kepada publik namun tidak ada lembaga untuk memiliki kapabilitas sharing infor- penyeleksi atau perusahan media massa masi yang cepat sebelum deadline atau yang bertanggung jawab. Sehingga sikap mengkadaluwarsanya berita. Direktur jeli dalam menyeleksi sebuah informasi BBC Global News Division Richard Sam- tetap harus menjadi prioritas.[Q] Edisi 25/Th.14/II/2015

Buletin LPM EDUKASI

uantum Transformasi Idealisme

| 13


Sajian

Jurnalistik Lirik Media Sosial Jurnalistik masa kini semakin diwarnai dengan munculnya jurnalisme warga (citizen journalism) sebagai wujud kontribusi masyarakat umum dalam bidang jurnalistik.

K

,,

Online Journalism adalah proses pengumpulan, penulisan, penyuntingan, dan penyebarluasan berita secara online di internet. Asep Syamsil M. Romli

Dosen Jurusan Komunikasi Jurnalistik UIN SGD Bandung. 14 |

emajuan teknologi informasi sangat pesat termasuk media sosial. Tidak dapat dipungkiri manusia di zaman sekarang akan selalu berkutat dengan media social, terutama internet. Ditambah mudahnya pembuatan Web, Blog, dan yang lainnya semakin mendominasi lifestyle manusia zaman sekarang.

Dok. Internet

lan, penulisan, penyuntingan, dan penyebarluasan berita secara online di internet.� Ungkap Asep Syamsil M. Romli, Dosen Jurusan Komunikasi Jurnalistik UIN SGD Bandung. Media online tentu berbeda dengan media tradisional dimana media ini mampu memproduksi berita oleh masyarakat secara umum beserta responya dengan cepat yaitu jurnalisme warga atau yang biasa disebut citizen journalism. “Secara umum arti dari citizen journalism adalah adanya partisipasi dari warga secara perorangan dalam bidang jurnalistik (peliputan).� Ungkap Zakki Amali, salah satu wartawan Suara Merdeka.

Perkembangan dunia jurnalistik tidak bisa dilepaskan dengan perkembangan teknologi dan informasi. Teknologi yang sangat berpengaruh adalah internet yang melahirkan jurnalisme online. Jurnalisme online yang dimaksud adalah sebuah kegiatan jurnalistik yang menggunakan media onMedia sosial mempunline. “Online Journalism yai karakteristik yang beradalah proses pengumpuBuletin LPM EDUKASI

uantum Transformasi Idealisme

Edisi 25/Th.14/II/2015


beda dengan media tradisonal. Pertama, adanya interaksi antara pembuat berita dengan pembaca. Di mana media online ini memberikan ruang tak terbatas bagi khalayak umum yang membacanya. Adanya interaksi ini memungkinkan munculnya respon dengan cepat. “Keberadaan media sosial membantu menyebarkan informasi dan link dari sebuah blog berisi peristiwa yang dibuat jurnalis warga lebih cepat.” Tutur Zakki. Pembaca dapat menambah informasi mengenai hal terkait sehingga menciptakan suatu citizen journalism. “Kemampuan media sosial hanya penyebarannya yang massif dengan respon yang juga cepat dari pemilik akun. Media sosial membantu menyuburkan sebuah isu dari para jurnaEdisi 25/Th.14/II/2015

Buletin LPM EDUKASI

uantum Transformasi Idealisme

lis warga.” Lanjutnya. Jurnalisme Baru Harus diakui, citizen journalism sudah menjadi genre baru yang mengakar pada masyarakat digital dewasa ini. Berbagai kegiatan jurnalistik sederhana dilakukan oleh masyarakat dengan memanfaatkan akun media social milik pribadi seperti facebook, twitter, blackberry masangger, blog dan lain sebagainya. Mengenai hal tersebut Zakki mengatakan bahwa produk jurnalisme warga ini kini beragam, tidak hanya tulisan di blog, tetapi juga gambar foto dan video. “Peristiwa yang paling dekat baik secara emosional maupun geografis biasanya akan diliputnya. Misalnya tentang banjir di dekat rumahnya atau kecelakaan yang ditemui di

,,

Keberadaan media sosial membantu menyebarkan informasi dan link dari sebuah blog berisi peristiwa yang dibuat jurnalis warga lebih cepat

Zakki Amali Wartawan Suara Merdeka

| 15


Sajian

jalan raya,” ungkapnya. Tidak mengherankan, sebab membuat sebuah berita atau memberikan informasi lewat media sosial memang sangat mudah. Hal ini yang menyebabkan masyarakat secara umum dapat melakukanya, tak terkecuali. Salah satunya Rinesti, guru MI Alian, Krakal, Kebumen yang cukup aktif dalam kegiatan citizen journalism “Adanya media sosial sangat berpengaruh terhadap masyarakat terkait kegiatan jurnalistik. Dimana masyarakat menginginkan apa yang ia tulis dapat terpublikasikan, media sosial menjadi sarana yang efektif untuk itu.” Ungkapnya

Dok. Internet

media sosial dari pada media cetak seperti koran, dengan alasan lebih efektif.” Ujar Rinesti.

16 |

Buletin LPM EDUKASI

uantum Transformasi Idealisme

Dok. Internet

Edisi 25/Th.14/II/2015

Dok. Internet

Pengaruh citizen journalism memang tidak terlalu sigifikan terhadap pemberitaan pada media cetak. SiAdanya citizen journalism fatnya hanya bersifat masif tentu juga sangat memsebagai penunjang media bantu dalam dunia juZakki menanggapi Isu dan peristiwa yang cetak. ralistik profesional. Isu mengenai hal tersebut dan peristiwa yang ti- tidak tercover di media cetak “Pengaruh besar media dak tercover di media maupun media utama dapat sosial hanya pada medimunculkan secara sukarela cetak maupun media dia daring/online. Sudut utama dapat dimun- oleh jurnalis warga. Dia dapat pandang media cetak membuat sebuah peliputan culkan secara sukarela secara mandiri tanpa adanya berbeda dengan online. oleh jurnalis warga. Dia keharusan kesesuaian Ini sebabnya pemberitaan dapat membuat sebuah media online pada sejumtema dan deadline. peliputan secara mandiri lah portal tampak banal dan tanpa adanya keharusan bias, karena terkadang memuat kesesuaian tema dan deadsebuah foto atau informasi dari meline. Berita yang termuat dalam media sosial tanpa sebuah konfirmasi atau dia online tentu juga lebih memudahkan verifikasi. Sementara media cetak lebih pembaca dalam mendapatkan informasi baik menunggu sebuah peristiwa terkondan memberikan respon. “Aku pribadi firmasi lebih dahulu dan telah matang.” lebih milih meng-update berita terkini di Meski jurnalistik media cetak masih bertahan hingga saat ini, media berita ini juga dituntut untuk juga menggunakan media internet. Hal ini dimaksudkan agar tidak kalah bersaing dalam menyebarluaskan beritanya ke berbagai kalangan serta dapat melakukan update data setiap waktu. [Q] Lap. Rio dkk


Bincang

Pengaruh Media Sosial Terhadap Citizen Journalism

J

ejeraing sosial atau biasa kita kenal dengan social network merupakan suatu media komunikasi dimana dapat menghubungkan satu dengan lain melalui cyber room atau ruang maya. Hal ini bertujuan untuk berinteraksi, berbagi informasi dan update hal-hal yang terjadi disekitar . Citizen journalism atau jurnalis warga memanfaatkan sumber internet untuk menyebar luaskan peristiwa yang dilihatnya. Kadangkala jurnalis warga lebih sering memuat gambar , tulisan ataupun video yang diunggah melalui internet, melebihi media-media resmi yang sekarang kita kenal. Mengenai pentingnya jurnalis warga sebagai penyedia informasi. berikut sesi petikan wawancara redaksi Quantum Edukasi dengan zakki Amali selaku wartawan suara merdeka.

Menurut anda, bagaimana pengaruh media sosial membantu jurnalis warga?

Keberadaan media sosial membantu menyebarkan informasi dan link dari sebuah blog berisi peristiwa yang dibuat jurnalis warga lebih cepat. Penyebaran informasi memungkinkan terjadi lebih massif melalui jejaring media sosial. Secara kualitas tidak terlalu membantu, karena proses pembuatan sebuah berita dan pengetahuan jurnalis warga tidak terlalu terbantu oleh media sosial.

Apakah ada pengaruh signifikan dari media Edisi 25/Th.14/II/2015

Buletin LPM EDUKASI

uantum Transformasi Idealisme

Menurut anda dampak positif dan negatif dari munculnya citizen journalism?

Zakki Amali

sosial terhadap pemberitaan di media cetak terkait dunia jurnalistik?

Tidak signifikan. Pengaruh besar media sosial hanya pada media daring atau online. Sudut pandang media cetak berbeda dengan online. Ini sebabnya pemberitaan media online pada sejumlah portal tampak bias. Karena terkadang memuat sebuah foto atau informasi dari media sosial tanpa sebiuah konfirmasi atau verifikasi. Sementara media cetak lebih baik menunggu sebuah peristiwa konfirmasi lebih dulu dan telah matang.

Persolan kode etik perlu dipegang. Kode etik menjadi nyawa dari semua jenis jurnalisme. Zakki Amali

Media sosial berperan untuk saling memberi masukkan atau komentar Terhadap produk jurnalis warga. Kalau blog komunitas dianggap sebagai media sosial, ini pengaruhnya sangat besar. Sebut saja kompasiana yang promosinya massif menggarap warga.

Menurut anda, seberapa efektifkah peran media sosial terhadap jurnalis warga?

Isu dan peristiwa yang tak tercover media meainstream dapat muncul suka-suka oleh jurnalis warga. Dia dapat membuat sebuah peliputan secara mandiri dan agenda setting yang sesuai dengan keinginannya dan misinya. Banyak isi positif dari kebebasan yang terbuka dan lebar. Hanya saja perlu diperhatikan oleh jurnalis warga agar tidak menjadi bumerang. Persolan kode etik perlu dipegang. Kode etik menjadi nyawa dari semua jenis jurnalisme. Tentang kode etik merujuk dengan aturan dewan pers tentang etik wartawan indonesia contoh tak membauat berita bohong.[Q] Lap. Mamdudatul & Abdul Muisy | 17


Opini

Aku, Kamu, Dia Bisa Jadi Jurnalis

Dok. Pribadi

Agita Sunni Hidayah

Mahasiswi PAI Tahun 2013

Seiring dengan perkembangan zaman, kemajuan teknologi di bidang komunikasi semakin menunjukkan perubahan yang begitu besar, misalnya penggunaan media sosial. Bahkan, hingga hari ini dapat kita jumpai hampir setiap orang mampu mempublikasikan tulisannya yang memuat segala informasi kepada dunia melalui media sosial. Situasi ini menjadikan siapapun yang bisa menulis dapat menyandang predikat sebagai “jurnalis�.

K

etika mendengar kata jurnalis, mungkin yang terbesit dalam pikiran kita ialah seseorang yang berprofesi sebagai pencari berita, kemudian ia mendapatkan upah dari berita yang telah ia publikasikan. Namun lebih dari itu, kini istilah jurnalis nampaknya telah mengalami perluasan makna. Saya rasa, predikat jurnalis saat ini bisa disandang setiap orang yang mampu berbagi tulisan informasi penting kepada orang lain. Hanya dengan menulis laporan sederhana, memotret foto, merekam suara, lalu memublikasikannya ke jejaring sosial, seorang pengguna ponsel pun bisa menjadi jurnalis online kapan saja dan di mana saja. Tidak sampai disitu saja, di era digital saat ini kita semakin dimudahkan untuk mengakses informasi yang bersumber tidak hanya dari media televisi, media cetak, atau radio. Akan tetapi, peranan media internet kini semakin menjadi pilihan utama dalam mengakses berita. Adanya internet yang hampir semua orang mampu mengaksesnya, semakin mempermudah seseorang untuk menjadi jurnalis. Kemudian adanya media sosial seperti Twitter, Facebook, Blackberry Massanger, Blog dan lainnya yang dimiliki hampir semua kalangan dapat menjadi sarana untuk menyebarluaskan informasi 18

Buletin LPM EDUKASI

uantum Transformasi Idealisme

Edisi 25/Th.14/II/2015


melalui tulisannya. Sehingga situasi ini mendorong siapapun yang bisa menulis, dapat menjadi jurnalis. Bersumber dari survei yang dilakukan oleh Asosiasi Penyelenggaraan Jasa Internet Indonesia (APJII) pada tahun 2013 mengungkapkan pengguna internet di Indonesia ini mencapai 74,6 juta jiwa dari 240 juta penduduk Indonesia. Dari angka tersebut 95 % menggunakan internet untuk mengakses jejaring sosial. Situs yang paling banyak diakses adalah Facebook dan Twitter, keduanya menempati posisi lima besar dunia. Hal ini menunjukkan bahwa masyarakat di Indonesia kini melek terhadap media sosial, sehingga kemungkinan besar seseorang mampu mempublikasikan informasi yang ditulis di akunnya tersebut. Banyak media sosial di internet yang mampu kita manfaatkan secara optimal sebagai media publikasi berita atau laporan yang kita buat, salah satunya adalah Kompasiana. Meskipun sudah banyak orang yang menggunakannya, namun sebagian besar orang masih asing terhadap media ini. Padahal, jika ditelisik lebih jauh, kompasiana adalah media yang dirasa sangat pas untuk membagikan berbagai gagasan melalui tulisan baik dalam bentuk berita, artikel, maupun opini. Bahkan cara mengoperasikan Kompasiana hampir sama dengan Facebook. Secara sederhana, kita dapat mengirim berita ketika

Edisi 25/Th.14/II/2015

Buletin LPM EDUKASI

uantum Transformasi Idealisme

sudah memiliki akunnya, kemudian kita juga dapat memberi komentar berupa tanggapan-tanggapan terhadap berita yang diunggah pengguna lain. Di dalamnya bukanlah orang yang mempunyai profesi sebagai wartawan, tetapi semua orang mampu menjadi bagian dari media tersebut dan mampu berbagi informasi atau berita di dalamnya.

,,

Pengguna internet di Indonesia mencapai 74,6 juta jiwa dari 240 juta penduduk Indonesia. Dari angka tersebut 95 % menggunakan internet untuk mengakses jejaring sosial. Situs yang paling banyak diakses adalah Facebook dan Twitter, kedNamun yang menjadi catatan di sini adalah menjadi uanya menemseorang jurnalis bukan sem- pati posisi lima barang menuangkan tulisan. besar dunia. Ada beberapa etika yang perAPJII tahun 2013 lu menjadi pedoman dalam aktivitas jurnalisme. Unsur obyektivitas harus tetap dipegang oleh seorang jurnalis karena itu adalah salah satu syarat tulisan itu disebut berita. Tidak kalah pentingnya lagi adalah aspek faktual. Di mana unsur tersebut juga menjadi tuntutan setiap jurnalis untuk menyampaikan kabar berdasarkan fakta yang dijumpai di lapangan, bukan hasil rekaan. [Q] Seiring dengan perkembangan zaman yang semakin maju ini, tidak sulit untuk mengakses internet dan mempublikasikan berita. Kompasiana pun mudah untuk digunakan karena aplikasi ini dapat digunakan di telepon genggam. Sehingga secepat mungkin berita akan langsung dapat diunggah. Walaupun semudah itu dalam pengoperasiannya, namun sayang, belum banyak digunakan sebagai ajang berbagi informasi.

19


Kolom

Quantum

Yang Muda Yang Berkarya

Ingat lima perkara sebelum lima perkara Sehat sebelum sakit Kaya sebelum miskin Muda sebelum tua Lapang sebelum sempit Hidup sebelum mati

Dok. Pribadi

Qurrattul 'Aini

Mahasiswi TM Tahun 2013

Dok. Pribadi

Y

ang saya tulis diatas merupakan sebuah tembang religi yang dinyanyikan oleh sekelompok musisi handal dan sudah tidak diragukan lagi kemampuannya dalam bidang tarik suara. Selain itu pemilihan kata yang ringan dan mudah dihafal, membuat lagu ini sangat akrab ditelinga penikmat lagu religi. Lagu yang dipopulerkan oleh Raihan, nasyid asal Malaysia ini memang sudah tidak terlalu booming lagi seiring munculnya tembang religi terbaru. Saya kembali mendengar lagu ini justru ketika dalam perjalanan pulang beberapa minggu yang lalu. Hati saya tergugah ketika mendengar satu baris bagian dari lagu yang berjudul Demi Masa tersebut, yaitu “Muda Sebelum Tua�. Masa muda (remaja) berasal dari bahasa latin Adolensence yang berarti tumbuh atau tumbuh menjadi dewasa. Dalam buku Psikologi Remaja karangan Sarkito W.Sarwono istilah Adolensence mempunyai arti cukup luas lagi, mencakup kematangan mental, emosional sosial dan fisik. Masa muda berada pada tahapan akhir masa remaja yang biasanya ditandai dengan mulai menyadari akan realitas, sikapnya mulai jelas tentang hidup, serta mulai tampak bakat dan minatnya. Sedangkan masa muda menurut Calon (dalam monks, dkk 1994) merupakan masa yang menunjukkan sifat transisi atau peralihan, yang mana masa muda (remaja) belum memperoleh status dewasa dan tidak lagi memiliki status anak. Masa peralihan ini berlangsung antara umur 12 tahun sampai dengan 21 tahun bagi wanita dan 13 tahun sampai 22 tahun bagi pria. So, kita tidak punya waktu dimasa muda, akankah waktu yang sesingkat itu kita gunakan untuk sesuatu yang mubadzir (sia-sia)?Seperti, Sepanjang hari waktu yang kita miliki hanya digunakan untuk bersenda gurau dengan teman dan tidak menghasilkan manfaat. Ataupun membicarakan kekurangan orang lain (ngegosip) yang justru akan menambah dosa. Ilmu Sebagai Bekal Masa muda berada diantara dua masa kelemahan, yaitu masa kecil dan masa tua. Dengan memanfaatkan waktu

20

Buletin LPM EDUKASI

uantum Transformasi Idealisme

Edisi 25/Th.14/II/2015


yang dimiliki di masa muda, maka tapi malah menggunakan kepinterannya kehidupan dimasa tua akan menjadi sebagai senjata mengeruk harta yang lebih ringan. Hal tersebut sudah sesuai bukan haknya. Seperti nasehat Imam dengan firman Allah Swt QS ar Rum:54 Syafi’i, beliau berpesan: Demi Allah keAllahulladzi kholaqakum mindha’fi tsumma hidupan seorang pemuda hanya dengan ilmu jangala dha’fi quwwatan tsumma jangala dan takwa, jika tidak ada keduanya maka mim ba’dhi quwwatin dha’fan yakhluqu tunggulah kehancuran didalamnya. Ilmu maa yasyaau wa hual’aliimulqadiir (Allah, yang dilandaskan dengan ketakwaan Dialah yang menciptakan kamu dari akan menuntun kita untuk melakukan Keadaan lemah, kemudian Dia menjadiperbuatan yang mulia dan bermanfaat kan (kamu) sesudah Keadaan lemah itu bagi orang lain. menjadi kuat, kemudian Dia menjadikan Berkarya (kamu) sesudah kuat itu lemah (kembali) Suatu hal yang ironis apabila masa muda dan beruban. Dia menciptakan apa hanya dihabiskan untuk facebooyang dikehendaki-Nya dan kan, twitteran. Chating, ataupun Dialah yang Maha mengeDengan ilmu, pacaran. Alangkah lebih baik tahui lagi Maha Kuasa.) para pemuda akan ketika masa keemasan ini Ayat ini menjelasmampu memilah undigunakan untuk mengapkan kalau manusia tuk melakukan hal yang likasikan ilmu yang telah dilahirkan dalam positif ataupun negatif. didapat, untuk mengkeadaan lemah, tidak berdaya dan memerSelain itu, ilmu pengeta- hasilkan inovasi-inovasi lukan pertolongan huan juga akan menun- baru yang berguna untuk orang lain, terutama tun mereka untuk men- orang lain, bangsa dan khususnya bagi diri sendorang tua kita. Kecapai masa depan iri. Misalnya, para pemuda mudian, kita tumbuh yang gemilang. bisa membuka lapangan kerja dewasa dan kuat. Seiring baru. Selain bermanfaat untuk berjalannya waktu, usia akan diri sendiri, hal itu akan bermanfaat semakin lanjut dan tua, dalam untuk orang lain, sekaligus dapat menkeadaan inilah manusia akan menjadi gurangi jumlah pengangguran di Indolemah kembali. nesia. Peran pemuda yang demikianlah Melihat fenomena yang terjadi sekayang mampu memajukan Indonesia. rang ini, banyak pemuda yang minumHal ini dikuatkan oleh perkataan sang minuman keras, tawuran dan mengonproklamator kita, Ir. Soekarno, yang busumsi narkoba. Berdasarkan survei yang nyinya tentu sudah tidak asing lagi bagi dilakukan oleh BNN ,(Badan Narkotika kita “Beri aku sepuluh pemuda, maka Nasional) hingga tahun 2013 tercatat se- akan kuguncang dunia” banyak 1.121 pemuda di Indonesia yang Dengan memanfaatkan potensi yang mengonsumsi narkoba. dimiliki secara maksimal untuk berkarya, Lantas bagaimana cara memanfaatkan ketika dewasa kita akan terbiasa hidup masa muda? Yaitu dengan mencari ilmu mandiri. Kalau dalam istilah bahasa yang sebanyak-banyaknya. Dengan Jawa biasa dikenal dengan kata ngathung ilmu, para pemuda akan mampu memiwong tuo yang artinya hanya meminta lah untuk melakukan hal yang positif orang tua. Sungguh sangat disayangkan ataupun negatif. Selain itu, ilmu pengeta- apabila seorang yang sudah dewasa atau huan juga akan menuntun mereka untuk bahkan lulusan sarjana masih meminta mencapai masa depan yang gemilang. uang pada orang tua. Sudah sepatutnya Tapi jangan salah! Yang dimaksud ilmu kita nanti berganti membahagiakan merdisini adalah ilmu yang dilandaskan eka, bukan hanya menyusahkannya.[Q] dengan ketakwaan. Banyak orang pintar, Edisi 25/Th.14/II/2015

Buletin LPM EDUKASI

uantum Transformasi Idealisme

21


Potret

Belajar Kepada Ibu Anak Jalanan S

ore itu Selasa (24/02) saya mendapatkan kesempatan untuk mengikuti kegiatan rutinan yang biasa diselenggarakan oleh komunitas Lembaga Penerbitan dan Sutudi Perempuan (LPSAP). Kegiatan tersebut adalah mengajari anak-anak dari mulai mengaji dan pelajaran sekolah. Anak -anak tersebut biasanya pergi kejalanan untuk mengamen di lampu lalu lintas. Rumah untuk mengajar berada di rumah Ibu Sri Hartati yang mendapatkan julukan Ibu Anak Jalanan. Tepatnya di Desa Brintik, Semarang.

Ibu Sri hartati diantara anak-anak

Sedang Belajar Menulis Huruf Hijaiiyah

22

Buletin LPM EDUKASI

uantum Transformasi Idealisme

Edisi 25/Th.14/II/2015


1

Fotographer @AhmadAam5

Memberi makan adik

Belajar Matematika

2

Edisi 25/Th.14/II/2015

Buletin LPM EDUKASI

uantum Transformasi Idealisme

23


Sorot

Memanifestasikan Prestasi Secara Sinergi Kesuksesan tidak hanya diraih dalam perspektif kognitif saja. Akan tetapi,makna sukses juga dapat diartikan dari sudut pandang afektif maupun psikomotorik. Namun realita yang ada, tak jarang dijumpai di dunia perkuliahan,khususnya di Universitas Islam Negeri (UIN) Walisongo Semarang.Tidak sedikit mahasiswa kuliah hanyamengejar nilai akademis (study oriented) semata. Padahal, banyak hal yang bisa didapat selain berjibaku pada studi akademis. Perlu ada upaya serius untuk merubah mindset study oriented menjadi kuliah dan organisasi yang sinergi.

Salah satu mahasiswa baru sedang mendaftarkan diri di stand LPM Edukasi

24 |

Dok. Quantum

Buletin LPM EDUKASI

uantum Transformasi Idealisme

Edisi 25/Th.14/II/2015


“O

rganisasi merupakan tempat yang cocok untuk menciptakan pemimpin bangsa,” tutur Abdul Wahib, Dosen Psikologi Pendidikan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan(FITK) UIN Walisongo Semarang. Anggapan tersebut diamini oleh Waliyadin, mantan chairman Walisongo English Club (WEC) periode 2011. Ia mengatakan, mahasiswa sebaiknya memanfaatkan waktu luang di luar jam perkualiahan untuk andil dalam aktivitas organisasi. Karena hal itu, lanjut Wali, sapaan akrabnya, sebenarnya juga merupakan kebutuhan mereka. Organisasi akan mendidik dan mengantarkan mahasiswa untuk menemukan cara dalam membangun dan mengasah soft skill mereka.

si pastinya tidak terlepas dari keinginan untuk meraih tujuan. Tujuan tersebut tak lain untuk mendidik soft skill, seperti kemampuan sosial dan kecakapan dalam hal kepemimpinan,” ungkapWahib, Konsultan Psikologi Agama. Kuliah,lanjut Wahib, panggilan akrabnya, bukan satusatunya jalan untuk membangun intelektual dan kreativitas mahasiswa. Pasalnya, jika dipersentase, berdasarkan potensi 100% waktu yang dimiliki, mereka cukup membutuhkan 65% dari waktunya untuk bisa lulus kuliah. Selebihnya, para mahasiswa bisa menjadikan organisasi sebagai tempat kedua untuk mengasah dan mengembangkan soft skill.

“Di luar jam akademis, para mahasiswa sebaiknya menyibukan diri dengan berorganisasi sebagai penunjang kesukArti Organisasi sesan di kemudian hari,” ujar Wali, yang Organisasi, menurut H. Gordon Self- saat ini telah menjadi staf pengajar Baharidge, motivator berkebangsaan London, sa Inggris di Sekolah Menengah Pertama seringkali mengibaratkan sebagaimesin (SMP) Nurul Islam Semarang. Berlatih yang mampu mempercepat untuk me- dan mengasah keterampilan serta kemamahami arti dari definisi proses, baik itu hiran dalam hal kepemimpinan tak bisa dalam ranah organisasi formal maupun diraih kecuali melalui dedikasi dalam aknon formal. Semuanya baik, asalkan di tivitas organisasi. dalamnya terdapat sebuah pembelajaran Melatih Diri bagi pribadi mahasiswa untuk bagaimana Keterlibatan mahasiswa dalam organmenjadi seorang pemimpin yang cakap isasi tak jarang akan menjumpai berbagai dan professional. Tentunya organisasi macam problematika. Lahirnya problem berdiri karena memiliki tujuan yang dapat dan konflik merupakan suatu konsekuenmengahasilkan benefit bagi pelakunya. si logis tatkala mahasiswa berkecimbung “Mahasiswa tatkala memilih organisa- di dalamnya.“Pastinya kita akan menemukan berbagai macam masalah atau ancaman. Akan tetapi, ini semua (aktif organisasi-red) sebagai bentuk persiapan dan modal sebelum turun ke masyarakat yang sesunggunya,” ucap Hanik Nurul Fauziyah, salah seorang aktivis WEC. Hanik, yang juga merangkap sebagai salah satu pengurus English Students Community (ESC) FITK menambahkan, tantangan yang ada di dalam organisasi akan membentuk karakter kedewasaan mahasiswa agar mampu menyelesaikan problem sebelum nantinya mengabdi kepada negara dan masyarakat. “Jika mahasiswa hanya kuliah saja tidak menjamin masa depannya akan berlangsung dengan baik. Pasalnya,saat kita Edisi 25/Th.14/II/2015

Buletin LPM EDUKASI

uantum Transformasi Idealisme

| 25


Sorot melamar pekerjaan tidak hanya ditanya soal IPK. Lebih dari itu, pengalaman dan peran saat aktif di organisasi menjadi pertimbangan dalam memberikan penilaian,” tutur Wali saat diwawancarai salah satu crew LPM Edukasi. IPK cumlaude tidak menjamin mahasiswa berhasil dalam mendapatkan suatu pekerjaan. Akan tetapi, tidak terlepas dari itu, tuntutan untuk kuliah juga merupakan kewajiban utama bagi mahasiswa yang harus dipenuhi. Hal ini merupakan konsekuensi saat seseorang menyandang label mahasiswa. Secara tidak langsung mereka mempunyai tantangan selain di akademisi juga di dalam organisasi. Persoalan intensitas untuk aktif secara seimbang baik di akademis maupun organisasi merupakan suatu hal yang tidak semua orang bisa melakukannya dengan apik. Keduanya memerlukan suatu asupan energi yang tak kecil. Pasalnya,mahasiswa akan dihadapkan pada dua hal, hanya mengedepankan akademisinya saja atau sebaliknya, atau berupaya menyeimbangkan di antara keduanya dengan sinergis. Wahib mengatakan, mahasiswa terlebih dahulu harus mengenal kapasitas diri (self capacity).” Apakah mahasiswa hanya cukup kuliah saja atau perlu membangun emosial dan sosialnya di organisasi untuk dapat meningkatkan kualitas diri pada nantinya,” ucap Wahib, yang pernah menjabat sebagai Ketua Senat Mahasiswa Fakultas(SMF) saat masih berstatus sebagai mahasiswa. “Mahasiswa akan memilih organisasi jikalau mereka butuh, tetapi jika mereka cukup hanya dengan akademisinya saja ya cukup duduk di bangku kuliah saja,” ucap Hanik, mahasiswi Tadris Bahasa Inggris (TBI) semester VI. “Mahasiswa yang hanya cukup study oriented dengan mereka yang kuliah dan berorganisasi, tentu output-nya akan berbeda,” imbuh Hanik. Cerdik Mengelola Pandangan bahwa mengikuti organisasi kemahasiswaan akan menghambat studi memang sudah menjadi pandangan klasik. Kendati demikian, kenyataan yang 26 |

Organisasi akan mendidik mahasiswa untuk lebih dewasa dan terampil dalam bertindak Abdul Wahib terjadi tak semacam itu. Jika seorang mahasiswa pintar dalam memanajemen diri, entah menumpuknya tugas kuliah ataupun padatnya aktivitas organisasi tidak akan menjadi masalah baginya. Pasalnya, semua kembali pada pribadi mahasiswa untuk cerdas dalam mengelola potensi waktu dan tugas dengan bijak. Namun, feed back atau manfaat yang akan dirasakan di kemudian hari setelah berkiprah di organisasi sangatlah besar. “Berkecimpung di dalam keorganisasian pasti ada manfaatnya, entah dari hubungan kerja atau solidaritasnya.“Manfaat tersebut akan bisa dirasakan ketika mahasiswa telah terjun di tengah masyarakat,”ucap Fatah Syukur, Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan dan KerjaSama FITK. Hal senada juga disampaikan oleh Wahib, manfaat berorganisasi di masa mendatang bagi seorang aktivis yang terdidik dari dunia organisasi akan menumbuhkan jiwa yang acapkali mendahulukan kepentingan kelompok daripada kepentingan pribadi. Pasalnya, mahasiswa yang sudah terbiasa berorganisasi akan mempunyai mindset berbeda dibandingkan dengan mereka yang tidak berorganisasi. “Organisasi akan mendidik mahasiswa untuk lebih dewasa dan terampil dalam bertindak,” tambah Wahib. Kuliah dan organisasi merupakan dua hal yang urgen. Mahasiswa yang cerdik akan dapat mengelola keduanya dengan baik dan optimal. “Untuk melakukan setiap kegiatan maka lakukan dengan seideal mungkin, baik dalam kuliah maupun organisasi,” pesan Fatah. [Q]

Lap. M Z Muttaqin Buletin LPM EDUKASI

uantum Transformasi Idealisme

Edisi 25/Th.14/II/2015


Kolom

Quantum

Cinta Dok. Pribadi

Zulfa Annisa

Mahasiswi TBI Tahun 2013

G

o like do it, pernah saya terpaku oleh kata-kata berbahasa Inggris yang terpasang di kaca depan sebuah truk. Secara gramatikal, kata tersebut tidak bisa dimaknai karena tidak memenuhi syarat untuk menjadi kalimat utuh. Jauh dari kata itu, ternyata itu merupakan ujaran jawa ‘golek duit’,yap...‘cari uang’. Sempat saya terperanjat dan terkekeh sembari mengendara. Kata-kata sederhana ala supir truk itulah yang menjadi sebuah motivasi dan pengingat untuk orang terkasih mereka yang menunggu di rumah. Siapa lagi jika bukan anak dan istri. Sopir-sopir tangguh itu berjibaku dengan panas dinginnya udara serta terjalnya jalanan di siang dan malam mereka. Betapa mereka rela berjuang demi menebus butur-butir nasi untuk keluarga di rumah. Kecintaan mereka pada keluarga membuat tangan mereka tetap stabil mengendalikan setir. Kaki-kaki kokoh mereka yang memijak pada pedal rem dan gas pada waktu yang tepat. Siapa sangka, semangat itulah yang didasari oleh cinta. Cinta mereka pada keluarga yang membuat jiwa mereka bak slogan sebuah iklan semen yang tak tertandingi kokohnya. Cinta telah merasuk di dalam hati mereka sehingga menumbuhkan semangat bekerja dan menjadi penghidupan bagi mereka. Cinta, sebuah kata sederhana namun

Edisi 25/Th.14/II/2015

Buletin LPM EDUKASI

uantum Transformasi Idealisme

27


“aku ingin mencintaimu dengan sederhana dengan kata yang tak sempat diucapakan api kepada kayu yang menjadikannya abu aku ingin mencintaimu dengan sederhana dengan isyarat yang tak sempat disampaikan awan kepada hujan yang menjadikannya tiada� Sesederhana itu sang pujangga itu mendefinisikan cinta, mengapa kita harus pusKamus cenderung ing tujuh keliling mengartikan cinta Cinta adalah rasa suka, memikirkan makna pada banyak penafrasa ingin memiliki, rasa ingin cinta? Bukankah kita siran yang tidak melindungi, motivasi, tujuan melakukan segala pasti. Hal inilah yang hal dengan cinta? hidup ataupun alat untuk membuat orangkarena satu hal yang memenuhi ambisi orang lebih suka harus kita tahu dari mengartikan cinta cinta adalah kesunggumenurut pengalaman han dan kebersihan hati. yang mereka alami sendCinta adalah segala sesiri. Penafsiran cinta antara uatu yang dilakukan dari hati seorang aktivis lingkungan yang yang benar-benar suci, atau secara lebih banyak bercumbu dengan alam sederhana disebut dengan ketulusan. berbeda dengan seorang selebritis yang Dengan ketulusan itulah cinta dapat sering bergonta ganti pasangan dan monmerasuk di seluruh segi kehidupan dar mandir di televisi tentu saja berbeda. manusia. Musik, film, novel dan karya Kepada siapa mereka bercinta, tujuan lain pun tak bisa lepas dari belenggunya. mereka bercinta, dan latar belakang mer- Lagu, film, dan sasta inipun selalu meraeka dalam bercinta bisa menjadi penentu jai di pasaran dan tak pernah kehilangan penafsiran cinta ala mereka. Karena cinta eksistensinyan dari masa ke masa. tak hanya ditujukan kepada manusia, Tapi ada yang lucu dari cinta. apa karena cinta tak hanya untuk mendapatmereka yang duduk di kursi pemerinkan balasan cinta, dan mencinta bukan tahan memang benar-benar karena cinta karena mereka tak mempunyai cinta semereka kepada rakyatnya seperi yang belumnya. Hal inilah yang terus-menerus mereka koarkan saat masa pemilu? Atau dan selamanya akan membuat definisi jabatan mereka hanya digunakan untuk cinta menjadi tidak jelas seperti saat ini. merampok uang rakyat semata demi keBerbicara mengenai cinta tak akan ada hidupan dan penghidupan? Jika begitu, habisnya karena multi makna yang dimil- jelas... mereka tak ubahnya menggunakikinya. Tapi mengapa kita tak mencoba an jabatan sebagaimana sticker supir truk menengok sebait puisi Sapardi Djoko tadi, go like do it. [Q] Damono yangberjudul aku ingin punya banyak makna. Dari kamus besar bahasa indonesia pun cinta bisa berarti suka sekali, sayang benar, terpikat, ingin sekali atau berharap sekali. Multi makna inilah yang sekiranya juga terjadi pada orang-orang yang menafsirkan cinta secara berbeda-beda. Ada yang mengatakan cinta adalah rasa suka, rasa ingin memiliki, rasa ingin melindungi, motivasi, tujuan hidup ataupun alat untuk memenuhi ambisi. Begitu banyaknya makna cinta, hingga sampai saat ini tidak ada patokan pasti akan apa makna cinta yang sebenarnya.

,,

28

Buletin LPM EDUKASI

uantum Transformasi Idealisme

Edisi 25/Th.14/II/2015


Pendidikan Nasional

Antara K13 dan KTSP

“Problematika yang hadir dari munculnya kurikulum baru (K13) adalah kondisi kekurangsiapan baik dari pihak pemerintah maupun dari pihak yang menjalankan. Untuk itu Pemerintah kembali menerapkan KTSP"

M

Miftahul Asror

Mahasiswa KI Tahun 2013

Edisi 25/Th.14/II/2015

Buletin LPM EDUKASI

uantum Transformasi Idealisme

asih membekas dalam ingatan masyarakat, janji kampanye Presiden Jokowi yang lalu ialah menata kurikulum pendidikan nasional. Ibarat “ketela setengah matang� begitulah Kurikulum 2013 yang terlalu dipaksakan untuk dikonsumsi guru dan siswa. Belum genap setengah tahun pelaksanaan K13 di beberapa sekolah, tapi sudah banyak sekali kendala yang di jumpai di lapangan. Tak hanya kesiapan pelaksanaan K13 yang disoroti, namun lebih mendasar lagi soal konsep K13 dinilai masih bermasalah, justru dengan kenyataan seperti ini akan merugikan siswa jika impelementasinya tetap dilaksanakan. Jeirry Sumampow, Pemerhati Pendidikan, di Jakarta kepada kompas.com mengatakan, pembuatan K13 tanpa perencanaan matang dan studi evaluasi terhadap efektivitas atau kegagalan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Fakta di lapangan menunjukkan para guru nampak tidak siap menerapkankan K13. Pelatihan yang disiapkan dalam dua bulan bagi guru untuk mengimplementasikan K13 di Kelas I dan IV SD, kelas VII SMP, dan Kelas X SMA/SMK tidak realistis. Para pengajar hanya disiapkan untuk menghafal buku pegangan guru. Padahal, penerapan K13 tidak hanya mempersoalkan penggantian buku lama dengan buku baru, tetapi lebih dari itu perlu mengubah tatanan paradigma guru dan culture mendidiknya. Sehingga penerapan yang terkesan tergesa-gesa hanya akan menelurkan kesiasiaan dan menghamburkan uang rakyat. Secara konseptual draf K13 yang dicita-citakan agar mampu melahirkan generasi masa depan yang cerdas komprehensif, yakni tidak hanya cerdas intelektualnya, tetapi juga cerdas secara emosi, sosial, dan spiritualnya. Hal itu tampak dengan terintegrasikanya nilai-nilai karakter ke dalam proses pembelajaran, tidak lagi menjadi suplemen seperti dalam Kurikulum 2006. Pendekatan dan strategi pembelajaran yang digunakan dengan memberikan ruang kepada peserta didik untuk mengkonstruksi pengetahuan baru berdasarkan pengalaman belajar yang diperoleh dari kelas, lingkungan sekolah, dan masyarakat juga akan mampu mendekatkan peserta didik pada culture masyarakat dan bangsanya. K13 digadang-gadang menjadi salah satu solusi menghadapi perubahan zaman yang kelak akan mengutamakan kompetensi yang disinergikan dengan nilai-nilai karakter. Namun sekali lagi, kini itu hanya menjadi isapan jempol belaka. Karena dalam tataran konkrit seringkali guru dan murid dibuat bingung atas konsep tersebut. Fakta di lapangan, guru seringkali merasa kesulitan dalam memberi| 29


Pendidikan-Nasional kan assessment secara autentik dari ketiga ranah tersebut secara bersamaan. Kontestasi Kebijakan Jika diamati secara detail, diakhir kepemimpinan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Mohammad Nuh, nampaknya ingin mewariskan sesuatu yang berharga untuk bangsa ini yaitu berupa kurikulum baru. Namun kebijakan yang terkesan memaksakan ini tidak berlangsung mulus. Terus terkendala dalam pelaksanaan dan banyak penolakan dari berbagai kalangan. Dengan berbagai argumenya (Nuh-red) terus membela kebijakan tersebut, yang dirasa merupakan kurikulum ideal untuk menghadapi arus globalisasi. Romo Mardiatmadja, Pengajar di SekolahTinggi Filsafat Driyarkara, sebagaimana yang dilansir kompas.com menyayangkan anggapan Mohammad Nuh bahwa pengkritik K13 tidak memahami konsep kurikulum. Justru dalam K13 ini lemah dalam pengaitan secara ilmiah dengan ilmu pendidikan, psikologi perkembangan, hingga filsafat. Dalam pandangan Mardiatmaja, K13 ini mengandaikan sekolah sebagai pabrik sehingga pemerintah membuat dan menyediakan standar operasional prosedur untuk dilakukan pendidik. Guru hanya dianggap sebagai karyawan, sedangkan siswa sebagai obyek.. Ketika K13 mulai dikenal dan diterapkan dibanyak sekolah, tiba-tiba kebijakan tersebut harus dirubah lagi, dan harus kembali ke KTSP 2006. Tentunya ini memberikan dampak tersendiri bagi peserta didik, mereka seperti diombangambingkan dalam kebijakan pemerintah membuat kurikulum. Perubahan kurikulum yang terjadi agaknya menimbulkan pro dan kontra. Menteri Pendidikan Dasar-Menengah (Mendikdasmen), memutuskan untuk menghentikan K13, dengan alasan bahwa Indonesia masih belum siap dengan K13 dan akan dievaluasi terlebih dahulu. Sontak saja keputusan ini dianggap terlalu terburu-buru oleh sebagian kalangan.

pemerintahan baru RI yakni Presiden Joko Widodo, demi penghematan anggaran negara untuk perbaikan sektor pembangunan infrastruktur sekolah-sekolah dan juga pengadaan perlengkapan sekolah, dana perbaikan tunjangan guru, dll. Selain pemberhentian K13, yang selama ini telah mengeluarkan banyak dana untuk program pelatihan para guru yang diselenggarakan secara elitis (kelompok guru terpilih) menjadi sirna bersama anggaran dan program-programnya yang terbukti tidak memberikan manfaat maksimal bagi beberapa sekolah. Secara eksistensial K13 lebih hidup dan menunjukkan kinerja satu tahap lebih sedikit di atas KTSP, bila kemudian terjadi pemilah-milahan pemberlakukan K13 di Indonesia yakni pada satu sisi K 13 masih tetap berlaku bagi sekolah-sekolah percontohan, namun tidak berlaku bagi sekolah-sekolah yang bukan percontohan dalam hal ini bagi sekolah-sekolah yang baru saja melaksanakan K13 pada semester ganjil 2014/2015, maka ada kemungkinan melahirkan adanya penggolongan-penggolongan “kasta baru� pada sekolah-sekolah di tanah air berkaitan dengan sistem pendidikan nasional (Kompasiana.com). Pada akhirnya Abdullah Idi menyatakan, suatu hal paling penting setiap adanya kurikulum baru, seperti K13, tak hanya berkutat pada persoalan desain konsep kurikulum atau sekadar mengganti buku lama dengan buku baru. Akan tetapi, penting diperlukan secara sungguh-sungguh keterlibatan bersama dari berbagai pihak terkait dalam perencanaan dan proses implementasi kurikulum tersebut. Jika ikhtiar tersebut secara serius diupayakan, diyakini apa yang dicita-citakan dalam K13 akan benar-benar memiliki nilai manfaat dalam mempersiapkan generasi muda yang mampu menghadapi tantangan zaman.[Q]

Kebijakan pemberhentian K13 terhadap sekolah-sekolah yang baru menyelenggarakan K13 selama satu semester setidaknya tidak terlepas dari muatan politis 30 |

Buletin LPM EDUKASI

uantum Transformasi Idealisme

Edisi 25/Th.14/II/2015


“J

Cermin Kemandirian dan Kesungguhan Mahasiswa

angan bersedih hati bila kamu tidak dihormati, tapi bersedihlah bila kamu tidak menjadi orang yang terhormat,” begitulah moto hidup yang dipegang oleh M. Yusuf Al Faruq. Yusuf, sapaan akrabnya, adalah mahasiswa Jurusan Pendidikan Bahasa Arab (PBA) Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK), UIN Walisongo Semarang. Kata motivasi yang ia kutip dari Gus Mus tersebut menjadikannya terus bersemangat untuk selalu berusaha menjadi orang yang terhormat.

Sosok

mengabdikan dirinya di Pondok Pesantren (Ponpes) Fatuhul Ulum, Desa Buko. Yang mana Ponpes tersebut merupakan tempat ia menimba ilmu dari Madrasah Tsanawiyah (MTs) sampai sekarang. “Biasanya pada hari libur, SabtuMinggu, saya pulang untuk membantu kegiatan di pondok,” tuturnya. Prestasi yang diraih

Semasa menempuh jenjang pendidikan, banyak prestasi yang berhasil diraihnya, bahkan sejak ia masih duduk di bangku Madrasah Ibtidaiyyah (MI) sampai Mahasiswa kelahiran 2 Desember 1992 Sekarang. Di tahun 2003, mahasiswa ini aktif di beberapa organisasi yang ada yang berdomisili di Kota Wali tersebut di kampusnya. Bahkan di tahun 2013 ia berhasil meraih juara II lomba Qori’. Satu sempat dipercaya menjadi Rois Am (ketua tahun setelahnya ia sukses menyabet umum) Nafilah, sebuah organisasi di juara I olimpiade IPA tingkat kabupaten. UIN Walisongo yang berkonsentrasi di Pada saat belajar di MTs ia juga pernah bidang bahasa. Selain menjabat sebagai menggaet juara 2 lomba Cerdas Cermat ketua, di tahun yang sama juga aktif al Qur’an (CCQ). Tidak berhenti sampai menjadi pengurus Himpunan Mahasiswa disitu, di Madrasah Aliyah (MA) ia juga Jurusan (HMJ) PBA. menjuarai lomba pidato Bahasa Inggris. Disela-sela kesibukan kuliah dan orSelain ahli berbahasa Inggris, ternyata ganisasi, ternyata warga Desa Buko Yusuf juga cakap berpidato Bahasa RT 3 RW 4, Kecamatan Wedung KaArab, terbukti dengan prestasi yang bupaten Demak tersebut juga aktif diraihnya. Pria yang memiliki hobi

Dok. Quantum

bermain futsal ini pernah meraih juara 3 debat Bahasa Arab se-Jawa dan Madura pada tahun 2011. Di tahun setelahnya, laki-laki berperawakan tinggi ini menjadi Runner Up duta wisata Kabupaten Demak. Begitu beragamnya prestasi yang diraih, sehingga banyak yang menyebutnya sebagai orang yang multi talent.

Edisi 25/Th.14/II/2015

Buletin LPM EDUKASI

uantum Transformasi Idealisme

Disamping rentetan prestasi non akademik, ternyata laki-laki yang lahir 22 tahun silam tersebut juga berprestasi di bidang akademik. Terbukti dengan rangking kelas menawan yang ia sandang dari MI hingga MA. ”Alhamdulillah dari MI sampai MTs saya selalu mendapat rangking satu dikelas. Pada waktu saya duduk di MA, tiga tahun berturut-turut saya selalu mendapat rangking dua,” ucapnya dengan nada kalem. | 31


Prestasi anak ke-3 dari 6 bersaudara ini terus berlanjut hingga di perguruan tinggi. Yusuf memulai perjalanan kuliahnya pada tahun 2010 lalu. Setelah 4,5 tahun berproses di kampus, akhirnya di awal tahun 2015 berhasil menyelesaikan tugas akhirnya. Tidak sekadar lulus, mahasiswa yang pernah aktif di organisasi BITA ini didapuk menjadi wisudawan terbaik di Fakultasnya. Yusuf lulus dengan nilai Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) 3,88. Yusuf yang kala itu ditemui di Hafara (nama tempat tinggalnya sewaktu kuliah) menuturkan, keberhasilannya saat ini tidak terlepas kesungguhan usahanya dan peran dari orang tua. Dari kecil ia tumbuh dilingkungan yang sangat menekankan kedisiplinan. Bapaknya selalu perpesan agar jangan menyia-nyiakan waktu. “Keluarga di rumah selalu menciptakan iklim akademik supaya bisa memanfaatkan waktu dengan sebaik-baiknya. Jadi dalam istilahnya, tidak ada waktu untuk lehaleha,” imbuhnya. Jika melihat rentetan prestasi yang diraih oleh Yusuf, seakan dirinya telah menepis beragam stigma yang kerap muncul. Lazimnya orang disarankan untuk fokus pada satu keahlian tertentu, dengan harapan bisa totalitas. Yusuf hadir dengan gaya berbeda, ia menekuni keahlian diberbagai bidang dan ia mampu menguasainya, terbukti dengan rentetan prestasi yang diraihnya. Selain itu, banyak mahasiswa yang sulit untuk menyeimbangkan antara urusan kuliah, organisasi, dan urusan pribadi. Yusuflah yang telah membuktikan bahwa berorganisasi bukanlah alasan untuk tidak berprestasi Hambatan yang dialami Semasa kuliah Yusuf adalah pribadi yang cukup berbeda dengan mayoritas mahasiswa. Kondisi ekonomi orang tuanya yang kurang bersahabat, membuat ia sulit untuk memiliki fasilitas penunjang perkuliahan. Laptop yang seharusnya ia gunakan untuk menyelesaikan tugas kuliah, baru dimilikinya pada semester tujuh. Kendaraan untuk akses jalan dari kos ke kampus juga tidak punya. Ketika berangkat kuliah, ia harus membonceng 32 |

atau sesekali meminjam kendaraan milik temannya. “Saya punya Laptop dan motor baru pada semester tujuh, itu saya beli dengan uang sendiri,” ujarnya. Walaupun dengan latar belakang ekonomi keluarga demikian, tidak lantas mengurungkan niat Yusuf untuk menimba ilmu. Bapaknya, M. Sayyidi, bekerja sebagai guru dan ibunya, Hafidlah, hanya sebagai ibu rumah tangga, memicu semangat Yusuf agar menjadi anak yang bisa dibanggakan bagi keluarga. Yusuf mengakui, meski dalam kondisi ekonomi yang kekurangan tak membuatnya menjadi anak yang meminta macam-macam kepada orang tuanya. “Tak banyak menuntut, gak neko-neko lan nerimo ing pandum,” tuturnya. Sebelum mengakhiri pembicaraanya, alumni MA NU Roudlatul Muallimin ini juga berpesan kepada segenap mahasiswa. Tidak sedikit dari mahasiswa sekarang yang kerap membuang waktunya untuk kegiatan yang tidak bermanfaat. Hal tersebut tidak akan terjadi tatkala semua mengingat jerih payah orang tuanya. “Ingatlah orang tuamu ketika akan berbuat sesuatu. Sudah banyak pengorbanan yang mereka lakukan, apalagi yang kuliah masih meminta uang pada orang tua. Biaya kuliah itu tidak sedikit,” tandas mahasiswa peraih beasiswa BI dan DIPA. [Q] Nama Lengkap

: M. Yusuf Al Faruq, S.Pd.I. Tempat Tanggal Lahir : Demak, 2 Desember 1992 Orang Tua : M. Sayyidi dan Hafidlah Alamat : Desa Buko RT 3 RW 4, Kecamatan Wedung, Kabupaten Demak Riwayat pendidikan: Pondok Pesantren Fatuhul Ulum, Desa Buko MI MTs MA NU Roudlatul Muallimin S1 Pend. Bahasa Arab UIN Walisongo Pengalaman organisasi : UKM Nafilah, HMJ PBA, UKM BITA, PMII Rayon Gusdur Penghargaan : Wisudawan terbaik FITK (2015) Buletin LPM EDUKASI

uantum Transformasi Idealisme

Edisi 25/Th.14/II/2015


Resensi

F

Pulihkan Nilai Moral dan Sosial

Dok. Internet

okus Komisi Pemberantasan Korupsi(KPK) di era reformasi adalah bekerja keras lagi dalam menguak kasus korupsi. Korupsi adalah aib bagi sebuah negara. Perkara korupsi pasti tidak luput dengan tema-tema yang berjudul uang atau lebih spesifiknya dana. Kenyataan di hadapan manusia sendiri, uang ataupun kekuasaan sudah menjadi obyek utama yang dapat menggiurkan siapapun. Bahkan seseorang yang teguh lurus akan nuraninya pun sangat mungkin bisa tersangkut skandal. Lebih jauhnya lagi malah menjadi pelaku dari kasus keji korupsi. Lasja F. Susatyo sutradara film berjudul Sebelum Pagi Terulang Kembali ini dapat mengemas dengan baik. Korupsi

Sebelum Pagi Terulang Kembali Sutradara : Lasja F. Susatyo Pemain : Alex Komang, Fauzi Baadila,

Ibnu Jamil, Teuku Rifnu Wikana, Nungki, Adinia w Rilis : 8 Mei 2014 Resensator : Nur Kholifah Edisi 25/Th.14/II/2015

Buletin LPM EDUKASI

uantum Transformasi Idealisme

FILM

nampak telah membudidaya dan sekarang ini banyak dikritik melalui media perfilman. Cerita film ini berlatar pada keluarga yang di kepalai oleh Yan (Alex Komang). Yan merupakan orang jujur bekerja di Kementerian Perhubungan. Sedangkan istrinya bernama Ratna (Nungki Kusumastuti), ia dosen filsafat di Universitas Indonesia(UI), Jawa Barat. Ditemani mobil butut, suami istri ini bekerja dengan sabar. Yan mempunyai tiga anak. Anak pertama bernama Firman (Teuku Rifnu Wikana). Firman adalah seorang ayah satu anak dengan status duda. Anak kedua Satria (Fauzi Baadila), berprofesi sebagai seorang kontraktor berambisi besar. sedangkan anak bungsu bernama Dian (Adinia Wirasti). Adapula peran nenek oleh Maria Oentoe yang mempunyai sifat bijak, ramah, dan sabar. Keluarga Yan hidup dengan harmonis. Adapun Hasan (Ibnu Jamil) merupakan anggota DPR muda yang haus akan kekuasaan. Suatu ketika keluarga itu mendapat masalah hidup. Berawal dari Satria yang tergoda akan bujukan Hasan untuk meminta jatah proyek pelabuhan kepada ayahnya. Sebagai seorang birokrat yang jujur, Yan dengan tegas menolak. Meskipun anaknya sendiri yang meminta. Disamping itu Hasan beserta kawankawannya di DPR telah mengatur anggaran proyek secara diam-diam. Berkat kerjasama Satria dengan Hasan, proyek pelabuhan tersebut akhirnya jatuh ditangan Satria. Mereka dengan mudah mendapat proyek karena dengan cara licik. Awalnya mereka mengeluarkan beberapa dana untuk menyuap para pejabat-pejabat yang bersangkutan. Suapan tersebut dilempar ke atasan Yan.

33


Dok. Internet

Salah satu adegan yang berlatar di depan gedung DPR Melalap Keluarga Sendiri Status Firman yang pengangguran dimanfaatkan oleh sang adik. Dia diberi pekerjaan untuk mengantarkan dana suap ke berbagai tempat. Firman mau membantu Satria karena tidak ada pekerjaan lain. Berita mengenai Satria yang mudah mendapatkan proyek pelabuhan tersebut sangat ramai. Kabar itu terdengar di kantor Yan bekerja. Banyak pihak kantor menuduh Yan telah membantu Satria. hal ini mengakibatkan Yan mengundurkan diri atas jabatannya. Di lain sisi, saat sang nenek mendengar kabar itu menjadi sakit dan stress. Nenek pun kemudian masuk rumah sakit dan wafat. Setelah itu, Satria merasa tidak enak karena ialah penyebab ayhnya melepaskan pekerjaannya. Akan tetapi, ia masih tetap kukuh meneruskan pekerjaan dan korupsinya. Hal itu karena Satria selalu dihasut oleh Hasan. keburukan Hasan selain menghasut adalah berbohong, meskipun telah berkeluarga ia hendak menikahi adik Satria (Dian) dengan mengatakan bahwa ia belum menikah. Pernikahan Hasan dengan Dian gagal karena istri Hassan datang ke rumah Yan dan menjelaskan semuanya. Pekerjaan Firman sebagai pengantar dana suap itu lama kelamaan dirasa tidak aman. Hingga suatu hari Firman tak menyadari ketika dari pihak KPK memantaunya. 34

Firasat buruk selalu terfikir oleh Ratna, ibu keluarga tersebut. Saat Satria dengan mudahnya memberikan mobil baru.Nampak orang tua Satria mengetahui perilakunya. Tetapi, Yan dan Ratna terkesan pasrah akan masalah-masalah yang muncul dalam keluarganya. Mereka merasa tidak berhasil mendidik anaknya dengan baik. Setiba waktunya, pihak KPK akhirnya menangkap Firman yang tengah mengantarkan dana suap. Semua akal licik dari Hasan dan para komplotannya pun terbongkar, dan akhirnyanya tertangkap. Film ini sebenarnya dapat ditebak dengan mudah, karena terang-terangan bertema korupsi. Namun yang lebih penting adalah film ini bisa menyadarkan kita bahwa korupsi sangatlah tidak patut dilakukan karen dapat menyebabkan kehancuran. Jika korupsi telah terjadi terhadap kita, hendaknya kembali ke jalan yang benar dan segera mengembalikan nilai moral dan sosial. Nilai tersebut sangatlah penting bagi diri sendiri, keluarga, dan terlebih masyarakat. Film produksi Transparency International Indonesia ini bekerjasama dengan rumah produksi Cangkir Kopi. Pihak rumah produksi mempunyai tujuan menayangkannya di sekolah, kampus dan instansi-instansi guna menyebarkan semangat anti-korupsi.[Q]

Buletin LPM EDUKASI

uantum Transformasi Idealisme

Edisi 25/Th.14/II/2015


Teropong

Senyum Mungil Anak-Anak Kaki Gunung Slamet

D

alam rangka mengisi liburan kali ini, angkatan 2013 yang tergabung dalam korp NUSANTARA mengadakan pelesiran di Dusun Genting Desa Walangsanga Kecamatan Moga Kabupaten Pemalang, tepatnya di Rumah Nus (penggilan akrab korps-Red)Zilda Costiana Nufus . Tim ekspedisi ini berjumlah delapan orang, yakni Zakaria Ahmad (Ketua Ekspedisi), Khoirul Hanis, Rizka Oktaviani, Dina, Aqib Misbahul Munir, Nayiroh, Fajar dan saya sendiri (Amirudin). Berangkat pada pukul 11.00 WIB dan sampai lokasi pada pukul 17.00 WIB. Agenda ini bertujuan untuk memperkuat silaturrahmi, dan mengetahui kehidupan bermasyarakat orangorang disekitar kawasan Kaki Gunung Selamet. “Ini sebagai pembelajaran NUSANTARA dalam beradaptasi dengan masyarakat dan sekaligus sebagai perekat rasa kekeluargaan angkatan.” Ungkap Zakaria Ahmad.

dengan banyaknya yayasan pendidikan Islam yang sudah berdiri, gaya berpakaian yang bernuansa Islami dan tradisi jama’ah yang masih kental. Islam masuk Malam pertama, kami mencari informasi tentang keadaan di desa ini. Baik keadaan ekonomi, pendidikan dan sejarah awal penyebaran Islam. Menurut keterangan Zar’al Muzakki, kakak dari Nus Zilda, pembabat alas pertama kali disini adalah Mbah Umar . “Ada yang mengatakan dia (Umar) adalah salah satu anak dari Nawawi Al Bantani, ada juga yang mengatakan salah satu murid dari Sunan Gunung Jati,” ujarnya. Sementara itu, mayoritas masyarakat disini bekerja sebagai petani. Namun sekarang ini kekurangan pekerja, karena banyak yang mulai merantau ke kota-kota besar. “ Kalau semisal ingin Dok. Edukasi

Pertama kali masuk desa , suasana sejuk dan tenang sudah menyambut kedatangan kami. Iklim religiusitas sudah tersuguhkan ketika memasuki jalanan pedesaan. Ini dibuktikan Korps Nusantara di depan makam mbah Umar

Edisi 25/Th.14/II/2015

Buletin LPM EDUKASI

uantum Transformasi Idealisme

35


Dok. Edukasi

Foto Mbah Noor Durya bin Sayyid yang berada di depan makam.

Pagi hari, minggu (18/01), kami awali dengan melangkahkan kaki menuju makam sesepuh atau orang sholih yang dulunya berjasa besar dalam pertumbuhan Islam disini. Pertama kali kami berziarah di makam Mbah Umar, yang menurut cerita lokal warga sekitar, beliaulah orang pertama yang membabat alas desa ini. Makam yang berada di pertangahan sawah ini, sudah di renovasi sedemikian rupa, sehingga dapat dengan nyaman dikunjungi oleh para peziarah. Setelah memanjatkan doa, kami lanjutkan ziarah ke makam Nur Durya bin Sayyid. Sekitar 500 meter dari makam Mbah Umar. Pun menurut cerita, mbah Nur adalah orang sholih di desa ini. Dulunya banyak orang yang sowan kepadanya. Keadaan makamnya pun sudah direnovasi dengan sebaik mungkin. Tak seperti beberapa tahun yang lalu, yang agaknya kurang memberikan kenyamanan bagi para peziarah.

Perjalanan sejauh satu kilometer ini kami tempuh selama setengah jam. Sesampainya di rumah Nus Devi -sapaan akrabnya- kami berbincang-bincang dengan bapaknya, Shofan. Dalam perbincangan tersebut banyak yang kami tanyakan, yaitu mengenai daerah terpencil disini, orang sholih yang menyebarkan Islam disini. Begitu banyak cerita yang kami dapatkan darinya. Setelah berbincang-bincang, kami bermaksud undur diri kembali ke rumah Nus Zilda. Sebelumnya kami meminta Bapak Shofan untuk menemani kami menuju ketempat terpencil yang di tunDok. Edukasi

untuk membantu bekerja di sawah itu tidak masalah, karena disini kekurangan buruh di pertanian.� Imbuhnya.

seorang bapak-bapak yang membawa kayu dibentuk seperti sebuah kursi duduk. Setelah kami tanyakan, ternyata itu digunakan untuk memanen padi yang sudah siap panen. Caranya adalah dengan memukul -mukul padi di kayu tersebut.

Aktivitas warga Perjalanan kami lanjutkan ke rumah Nus Devi Atiek Afiani. Jalan yang kami tempuh bukan jalan beraspal seperti biasanya, kami lebih memilih lewat jalan berupa pematang sawah yang kecil. Kami sengaja lewat jalan tersebut untuk mengetahui aktivitas petani di daerah ini. Ada salah satu yang menarik dari penglihatan kami, yaitu ketika ada 36

Buletin LPM EDUKASI

uantum Transformasi Idealisme

Edisi 25/Th.14/II/2015


jukan olehnya, yaitu di dukuh Suka Tapa, Desa Plakaran. Sekitar jam dua siang, dengan mengendarai sepeda motor kami bermaksud menuju ke Suka Tapa. Walaupun keadaan diluar hujan rintik- rintik, kami tetap melanjutkan perjalanan yang sudah kami sepakati. Jarak tempuh dukuh Krajan dan Suka Tapa sekitar empat kilometer. Ada yang menarik dalam perjalanan kami, ketua kami, Nus Zakaria Ahmad yang memboncengkan Nus Riska Oktaviani dikagetkan dengan perkataan anak-anak disini. Mereka (anakanak) agaknya tabu dengan keadaan yang terlihat. Karena seorang laki-laki memboncengkan seorang perempuan. Belum sampai tempat yang dituju kami memarkirkan sepeda motor di salah satu teman Pak Shofan. Sektiar 1 Kilometer kami tapaki dengan langkah kaki, karena jalan yang naik curam. Mungkin hanya orang dukuh tersebut saja yang bisa melewati jalan tersebut. Sesampainya di dukuh Suka Tapa, kami bertamu ke salah satu tokoh agama

Bapak Shofan menunjukkan jalan ke Dukuh Suka Tapo

Dok. Edukasi

disana. Setelah berbincang-bincang mengenai dukuh tersebut, kami pamit undur diri, karena tempatnya akan digunakan untuk mengaji anak-anak. Dengan berjalan kaki lagi, kami menyusuri jalan untuk kembali ke tempat parkiran motor. Ada hal yang menakjubkan dari perjalanan kembali ini. Anak-anak dengan semangat sore hari memakai payung berjalan dengan menenteng tas. Setelah kami tanyakan, mereka baru pulang dari desa Gintung untuk mengaji. Suatu hal yang sudah sangat jarang kami temui di daerah-daerah lain. Jarak 3 Kilometer dari Gintung ke Sukatapa mereka lalui dengan berjalan kaki. Senyum bahagia sore hari tak terlepas dari bibir mungil mereka. Di perjalanan kembali, kami memikirkan oleh-oleh yang tak bisa dilupakan, yaitu tentang semangat dari anak-anak Suka Tapa. Pukul 17.00 WIB kami sampai di tempat kami berteduh, hingga malam kami hanya berbincang-bincang sedikit karena tubuh kami yang mulai lelah. Tidur malam ini adalah tidur terindah dengan mimpi di esok hari akan berjumpa lagi dengan warga Suka Tapa.[Q] Anak- Anak Dukuh Suka Tapa pulang dari belajar Ngaji di Desa Gintung.

Edisi 25/Th.14/II/2015

Buletin LPM EDUKASI

uantum Transformasi Idealisme

37


Mau?

Berita UIN Walisongo dan Sekitar Semarang. Kunjungi Kami Disini! www.lpmedukasi.com

Kami Ada untuk

Anda

38

Buletin LPM EDUKASI

uantum Transformasi Idealisme

Edisi 25/Th.14/II/2015


Qishoh (jadi)

Aku Ingin

Cantik OLEH : Risca Dian Pratiwi

G

adis bertubuh ramping ini termangu sendirian, duduk beralas pasir pantai Durban. Pikirannya tengah dipenuhi satu hal. Satu hal yang selalu menjadi sumber kesedihanya. Tangannya mencengkram pasir dengan kuat. Panas di hatinya mengalir hingga ke mata, menjadikan danau di kedua matanya meluap. Banjir. Pipinya banjir air mata. “Duhai, Tuhan… aku lelah menjalani takdirMu yang seperti ini.” Bibir mungilnya berkata lirih. Ombak pantai yang biasanya menggoda gadis ini, seolah ikut berduka. Hening. *** “Binta, susunya diminum. Jamunya juga jangan lupa dihabiskan, Sayang.” Tegur Ibu Binta. Yang ditegur hanya diam. Hafal dengan perkataan yang keluar dari bibir ibunya setiap pukul 10 malam. Binta, begitulah panggilannya. Nama yang cantik untuk gadis keturunan Indo-Afrika. Nama yang memiliki makna wanita yang bersama tuhan. Kulitnya sawo matang, menurun dari ayahnya yang mempunyai darah Indonesia. Bibirnya mungil, hidungnya mancung Mirip ibunya. Tingginya 155 cm, kurang ideal jika disandingkan dengan badannya yang memiliki berat 45 Kg. Sedangkan rata-rata temannya yang memiliki tinggi seukuran dia, kurang lebih memiliki berat di atas 55 Kg. Tak ayal jika teman-temannya sering memanggilnya dengan sebutan Lelik (Bahasa afrika yang berarti tidak cantik). Tubuh gendut dari seorang wanita adalah salah satu ukuran kecantikan di bumi Binta berpijak sekarang. Dulu, pada tahun 1990-an era Post Apartheid, pola makan mempengaruhi kehidupan di Negara Afrika Selatan. Hal itu membuat sebagian besar kaum pecinta shopping ingin memiliki tubuh langsing nan ramping. Sayangnya tidak lama setelah itu, wabah HIV/AIDS menjalar di setiap sendi kehidupan, membuat pemikiran masyarakat tersebut berubah 180 derajat. Tubuh ramping justru dikaitkan dengan tubuh yang mengidap berbagai macam penyakit. Tak ayal jika ibunya mati-matian melakukan segala cara agar gadisnya menjadi cantik. Berbagai macam cara telah ditempuh. Mulai dari membawa Binta ke dokter kecantikan hingga ke dokter tradisional. Solusinya pun beraneka ragam, mulai dari yang bisa diterima logika dengan makan banyak, bergizi dan berlemak hingga solusi yang susah diterima nalar seperti memandikan kudanil. Hasilnya seperti mencari rembulan di siang hari. Gagal. Binta tidak berubah, badannya masih kurus. *** “Lelah.” Jemari Binta menari di atas layar ponselnya, diterima satelit Palapa kemudian tampil di depan layar kode pin yang dituju. “Kenapa? Seandainya bisa kuambil lelahmu, biar kumasukkan dalam botol lalu kularung di Tanah Lot agar hilang dimakan ikan paus.” Jawab Nyoman. “Aku benci hidupku. Aku benci mereka yang selalu mengejekku. Kenapa pula aku tidak bisa seperti mereka. Kenapa?” Balas Binta seolah tak menghiraukan Nyoman. Sepertinya malam ini bukan malam yang Edisi 25/Th.14/II/2015

Buletin LPM EDUKASI

uantum Transformasi Idealisme

39


Qishoh tepat untuk mengajak Binta bergurau. Nyoman paham, dan dia menjadi pendengar yang baik untuk sahabatnya. Dulu, sebelum Binta tinggal di kota Durban, Provinsi Kwazulu-Natal. Ketika umur Binta masih 10 tahun, keluarga Binta sempat tinggal sebentar di Bali-Indonesia. Di sana Binta memiliki sahabat laki-laki bernama Ida Bagus Nyoman, anak dari karib ayah Binta. Orang tuanya memberi nama ida bagus karena mereka berasal dari golongan pendeta, dan nyoman yang berarti anak keempat. Sayang, Nenek Binta yang merupakan ibu dari ibunya Binta sakit keras. Memaksa keluarga Binta pulang ke Afrika dan bertahan hingga sekarang. Jarak yang jauh bukan kendala bagi persahabatan mereka. Terlebih sekarang teknologi sudah canggih. Komunikasi jarak jauh menjadi lebih cepat, meski masih kalah jika dibandingkan dengan kecepatan cahaya. Dahulu sebelum Black Bery Mesanger (BBM) ramai digunakan, Nyoman dan Binta berkomunikasi via e-mail. Namun seiring dengan menjamurnya ponsel android di pasaran, mereka bersepakat beralih ke BBM. *** Pukul 05.30 pagi, Durban, Afrika Selatan. “Bu, Binta malas pergi ke sekolah.” “Kenapa?” Jawab ibunya dengan tenang, seolah paham apa yang tengah menggelayuti pikiran Binta. “Nanti ada pengukuran berat dan tinggi badan untuk bisa mengikuti kontes Kecantikan. Aku pasti gagal dengan memalukan, bahkan sebelum tubuh kurusku menaiki timbangan.” Jelas Binta. Ibunya tersenyum, tangannya membelai rambut Binta yang sedang makan di sebelahnya. Lama mata ibu menatap anaknya, tatapan lembut yang menentramkan. Sudah satu tahun ini Binta sering merajuk seperti itu. “Sayang, kau selalu cantik di hadapan ibu. Tak perduli berapapun berat badanmu. Pun tak perduli meski kau suka kwyl (mengiler bahasa Afrika) ketika tidur.” Ibu Binta akhirnya bersuara. Dicubitnya hidung anak gadisnya, sedangkan tangannya yang lain memeluk kepala Binta yang sudah bersandar di dada ibunya. “Minggu depan ayah mau ke Bali beberapa hari, dan sepertinya saat itu kau sedang liburan. Bagaimana kalau kau menemani ayah. Siapa tau di sana ayah kehausan, ingin kau buatkan kopi Bali.” Timpal ayah Binta yang sedari tadi menikmati telur orak arik. “Apa Yah? Bali?” Binta mulai tertarik, mungkin dengan menikmati panorama di sana dan berkopi darat dengan Nyoman, masalahnya bisa terselesaikan. Setidaknya berkurang satu ons. “Tidak ada siaran ulang.” Goda ayah Binta. “Binta ikut ya Yah.” Suara Binta bersemangat. “Ada syaratnya,” kalimat ayah menggantung. “Kalau hanya membuat kopi Bali kesukaaan ayah, Binta siap 24 jam.” Sahut Binta, takut jika tawaran ayahnya dicabut. “Hahaha, bukan itu Binta, Kau harus terus semangat sekolah. Jangan pernah memikirkan kalimat teman-teman yang berniat menggodamu. Anggap saja itu wujud perhatian mereka sebagai teman. Bukankah Ibu sudah bilang kamu itu cantik, seperti Ibumu.” Jawab ayah sembari melirik istrinya. Yang dilirik tersenyum dengan pipi merona. “Kalau diganti syarat lain bagaimana Yah?” Jawab Binta menegosiasi. “Oh ya sudah kalau kamu tidak mau ikut, Itu berarti kau tidak akan bertemu Nyoman.” Jawab ayah yang kemudian berpamitan pada Ibu binta dengan mencium keningnya. Binta akhirnya menerima syarat itu. Dia langkahkan kaki dengan gontai menuju tempatnya menimba Ilmu. Di jalan, dia bertemu dengan beberapa gerombol gadis “cantik” yang meliriknya dengan seribu maksud. Binta yang biasanya kebal, kini membalas dengan tatapan melotot. Maklum, emosinya sedang menemui klimaks. Gerombolan itu malah bersuara “Jangan dekat-dekat Lelik nanti ketularan penyakitnya.” Sambil berlalu pergi *** “Ragtig Oningin.” Panggil seorang bertubuh gendut dengan rambut warna merah. Si rambut merah tengah memanggil satu per satu nama yang ada di buku absennya. Pemilik nama kemudian maju, diukurnya berat badan dan tinggi badan serta gelambir lemak di perutnya. “150 Cm, 50 kg, 2 gelambir lemak di perut.” Si rambut merah mengerutkan dahi sebentar lalu berteriak “Standar!!” Binta yang melihat dari jauh memilih berlari menjauh. Perpustakaan adalah pelariaannya. Membaca apa saja yang ditangkap matanya. Hari ini kaki-kaki jam berjalan begitu lambat bagi Binta. Begitu juga 6 hari ke depan. Dia sudah tak sabar bertemu dengan Nyoman. kini, hanya Nyoman lah satu-satunya harapan. 40

Buletin LPM EDUKASI

uantum Transformasi Idealisme

Edisi 25/Th.14/II/2015


Qishoh Afrika selatan memiliki iklim yang serumpun dengan Indonesia. November adalah awal dari jarum-jarum bening berguguran dari langit. Membuat basah sekeliling. Membasahi pasir pantai Durban. Meski hari ini jarumjarum bening itu tidak datang besar-besar dan lebat. Meski tetap keroyokan, jarum-jarum itu memilih datang lembut dan pelan. Hanya gerimis. Dari Senin sampai kembali Senin lagi, Binta tak pernah absen singgah barang sejenak di Pantai yang masuk kategori 7 pantai terindah di dunia itu. Pantainya bersih nan jernih, ombak yang sedang serta keindahan mentarinya membuat Binta tak pernah merasa bosan berlama-lama disini. Terlebih sekarang, ketika sebuah harapanya pada Tuhan belum atau bahkan tidak dijawab. Ditepisnya perasaan-perasaan buruk itu. Bukankah Tuhan menjawab setiap pinta? Kupejamkan mataku untuk memohon kepadamu agar aku menjadi cantik. Setidaknya kau naikkan berat badanku 10 Kg saja. *** 17 November 2014, Tanjung Nusa Dua, Bali. “Ping!!!” “Aku tunggu kau satu jam lagi di sini. Di tebing tempat kita awal bertemu dulu.” Nyoman yang sedang menyiapkan sesajian untuk Dewa, terkejut membaca BBM Binta. “Kapan kau kesini? Sekarang berada di koordinat mana?” Jawab Nyoman. “Di tebing Garuda Wisnu Kencana.” Balas Binta. “Oke, aku kesana.” Tutup Nyoman. Binta menunggu. Kedua sudut bibirnya belum mau melawan grafitasi. Rumah Nyoman yang masih satu kompleks dengan pure Tanah Lot hanya butuh waktu 47 menit untuk sampai ke GWK. Sesampai di sana, Nyoman pertajam mata. Disapunya sekeliling, berharap menemukan Binta. Dicarinya di taman depan kepala garuda, di patung kuku dewa Wisnu, di sumber suara musik khas Bali. Nihil. Akhirnya dia ingat tempat pertama mereka bertemu. Nyoman kemudian lari. Dari jauh dilihatnya seorang gadis yang tengah duduk sendirian di atas tebing. Rambutnya hitam tergerai hingga pinggang. Nyoman berjalan pelan, mendekat. Gadis itu menengok ke belakang, hatinya terasa ada sesuatu yang tengah mendekat. Gadis itu tersenyum, Nyoman juga. Nyoman kemudian duduk di samping Binta. Tiga puluh menit berlalu tanpa kata. Berdua justru sibuk dengan pikiran yang sama, Nyoman dan Binta bingung bagaimana memulai percakapan. “Hai gadis Afrika, sudah terlihat dewasa ya sekaEdisi 25/Th.14/II/2015

Buletin LPM EDUKASI

uantum Transformasi Idealisme

rang.” Akhirnya Nyoman membuka pembicaraan. “Kau juga.” Binta menjawab datar. “Sepertinya lelahmu belum dimakan ikan paus.” Jawab Nyoman menggoda. Mereka berdua akhirnya tertawa. Di atas tebing, di bawah mereka terhampar rumput hijau. Asri sekali. Berbincang kesana kemari. Hingga akhirnya Binta mengungkapkan seluruh penatnya. Menangis, Binta menitikkan air mata di depan Nyoman. “Berteriaklah, jam-jam matahari akan tenggelam pengunjung agak sepi. Mereka lebih memilih ke Kuta Beach atau Sanur Beach untuk menikmati sunset yang indah. AAAA!!!” Nyoman mencontohkan. “AKU INGIN PERMOHONAN KU KAU JADIKAN NYATA TUHAN!!! AAA !!!” Binta berteriak puas. “Tenanglah sahabat, sebentar lagi permohonanmu akan terkabul.” Batin Nyoman. *** Malamnya, Binta dan ayahnya berkunjung ke rumah Nyoman. Perbincangan dua keluarga tersebut terasa seperti kopi Bali yang diseruput ayah Binta, kental tapi gurih. Meski tidak segurih pikiran Binta sekarang. Benaknya dipenuhi pertanyaan. Kenapa sedari tadi aku tidak melihat gadis yang bertubuh gemuk? Kenapa kebanyakan dari mereka justru bertubuh lebih kecil daripada aku? “Hayo, Binta melamunkan apa?” Sapa ayah Nyoman. “Eh anu, kok gadis-gadis di sini tubuhnya kuruskurus. Apa mereka punya banyak penyakit? Eh maksud Binta kenapa di sini jarang Binta temui Gadis bertubuh gemuk Pade?” jawab Binta. “Hahaha. Coba kamu browsing sendiri.” Nyoman yang menjawab. Binta bersungut-sungut. “Sayang, besok ayah pulang. Kamu baik-baik ya di sini. Ayah dan ibu sudah bersepakat menitipkanmu pada Pade Ketut.” Ucap ayah Binta. Binta merajuk, dia kemudian lari ke mobil meminta pulang ke penginapan. Sebenarnya Binta bingung harus bahagia atau sedih. Harus pasrah dengan keputusan orang tua atau memberontak. Dilupakan sejenak masalahnya dan memilih browsing. Dengan rasa penasaran, ia mencari jawaban kenapa kebanyakan tubuh gadis di sini kurus. Binta terkejut dengan hasil browsingnya. Ternyata definisi “cantik” yang ia telan sekarang berbanding terbalik dari definisi cantik sesungguhnya. Binta tersenyum bahagia, tak ada lagi Binta yang menangis karena tidak cantik. Binta cantik kok, batinnya. Binta terlelap, tak sabar ingin segera memeluk ibunya esok.

41


Sajak Binar yang Pudar di Bulan Jingga

28

september 2009.... Bulan jingga memang telah tanggal dari langit malam Namun sinarnya tak sirna dalam retina bunda, sayang Sinar kehidupan yang lahir dari sudut-sudut matamu yang binar Hingga binarnya mampu menyamarkan catatan hidup bunda yang kusam Bunda ingin mendekapmu lagi dalam satu dekapan Melepas rindu yang semakin sakit dalam genggaman 8 desember 2009.... Kala itu bunda hanya pergi menengok janji yang masih terapung-apung Mengemis selimut kasih tuk menutupi rasa malu Namun hanya gelap dan murka yang menampik hati bunda Seketika itu hilanglah harapan bunda membawa sebongkah mutiara untukmu, sayang Dengan hati gemas, jiwa bunda seakan terampas batin yang geram Tangismu yang malang, mengantarkan raga bunda kepada pesiar malam ---------18 agustus 2014.... Tepat bulan jingga berpose di langit malam Bunda mendekapmu lagi sayang Bahagia beradu dengan nestapa yang bunda sesalkan Kini tak ada lagi purnama yang bertengger di matamu yang binar Tak ada lagi tangismu yang malang Yang ada hanya kebekuan dan bibir mungilmu yang tertutup dalam kediaman Maafkan bunda sayang, sutra kasih yang seharusnya menyelimuti detak kebahagiaan Terpenjara dalam bangsal bernama keegoisan Permataku, sambutlah do’a yang bunda titipkan pada angin dengan senyumanmu

Yuli ury | Pecinta Sastra dan Keluarga BSE

42

Tinta Emas Sang Jurnalis Tarian penamu melahirkan tinta emas Berharga dan mulia itulah tahtanya Bahkan jika tinta emas itu jatuh di atas lumpur, maka ia akan tetap berkilau, berharga, dan mulia Ketika kebohongan menjadi pakaian hina Goresan tinta darimu yang menanggalkannya Mengganti kebohongan dengan transparansi data tanpa dusta Bak pakaian mulia mengkudeta pakaian dusta Ketika fitnah menjadi racun peradaban Goresan tintamu hadir membawa obat penawar Mencerahkan setiap paradigma kotor nan nista Menjadi sebuah paradigma sehat nan kaya makna Ketika peperangan menjadi budaya Goresan tinta darimu terangi peradaban nan gulita Bagai mentari menyibak sang mendung Dan cakrawala kembali benderang Intergritas, solidaritas, dan komitmen adalah bajumu Sementara kejujuran dan ketulusan itulah lidah dan lakumu Harta serta tahta tak akan mampu membungkam langkahmu Kau adalah sang jurnalis pembawa obor penerang peradaban Ira Wulandari | Pecinta Sastra dan Keluarga BSE

Buletin LPM EDUKASI

uantum Transformasi Idealisme

Edisi 25/Th.14/II/2015


Edisi 25/Th.14/II/2015

Buletin LPM EDUKASI

uantum Transformasi Idealisme

| 43


44 |

Buletin LPM EDUKASI

uantum Transformasi Idealisme

Edisi 25/Th.14/II/2015


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.