H Buletin Refleksi Intelektualitas
Edisi II/2016 (April-Mei) Kabar Kampus
Semarang
Sajak
Refleksi Negeri
English Corner
Resensi
Opini
Kolom
Wisata Edukasi Jadi Rencana Usaha Undip Melekatnya status PTN-BH (Berbadan Hukum), menyebabkan sumber pendanaan Undip yang berasal dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) berkurang. Hal ini menjadi alasan mengapa kenaikan UKT dan pengadaan SPI digagas oleh Rektorat untuk calon mahasiswa baru 2016. Namun, dalam pasal 80, Peraturan Pemerintah nomor 52 tahun 2015, tentang Statuta Universitas Diponegoro, Undip juga dapat memperoleh pendanaan lain diantaranya melalui: masyarakat, biaya pendidikan, pengelolaan dana abadi, usaha Undip, kerjasama Tridharma Perguruan Tinggi, pengelolaan kekayan Undip, Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD), serta pinjaman. Dengan demikian, untuk memenuhi kebutuhan undip yang telah dilansir mencapai 320 milyar, Rektorat melalui Pembantu Rektor III merencanakan program yang diharapkan menjadi salah satu sumber pendanaan, yakni Wisata Edukasi. Menurut Budi Setiyono, Pembantu Rektor III, program Wisata Edukasi direncanakan lantaran tidak adanya sistem yang baku dalam menjamu setiap kunjungan siswa sekolah ke Undip. Hal tersebut dinilai tidak efektif dan justru mengganggu rutinitas jam kerja. “Jadi kalau ada yang datang, jika ada orang yang sibuk ya kita layani seadanya. Kalau kita punya waktu ya kita kasih ruang diskusi yang panjang dan seterusnya.” Maka, wisata Edukasi memberikan kesempatan kepada masyarakat untuk lebih mengenal Undip, melalui kunjungan-kunjungan yang nantinya hanya dan difokuskan di Sabtu dan Minggu. Wisata Edukasi juga ditujukan untuk mempromosikan program-program organisasi mahasiswa kepada masyarakat. "Jadi mereka bisa berinovasi, menjual ide, gagasan, dari hasil kreatifitas mereka sendiri apakah berupa film pendek, kreasi benda seni, mungkin robot, atau kreasi yang lain untuk bisa disaksikan oleh khalayak umum.” Sejauh ini, Rektorat telah meminta setiap fakultas untuk melakukan inisiasi awal, dan membangun kerjasama dengan Dewan Kesenian Semarang dan Jawa Tengah, Dinas Pariwisata Semarang dan Jawa Tengah, serta di tingkat nasional dengan Badan Ekonomi Kreatif. Namun, untuk merealisasikan rencana tersebut, kata Budi Setyono, beberapa hal harus diselesaikan seperti parkiran untuk menampung kendaraan bagi pengunjung, Reception Hall, juga stadion indoor untuk menampung tamu kunjungan. “Kita sudah merencanakan itu dan kita akan membangun auditorium atau indoor stadion itu di dekatnya BNI (samping Gedung Serba Guna Undip),” jelasnya. Mengenai kesiapan FIB dalam program Wisata Edukasi, Alamsyah, Pembantu Dekan III, menyatakan sudah siap. “Kalau FIB saya kira sudah siap. Sudah siap menampilkan potensi mahasiswa yang berbasis pada budaya. Dari UPK yang akan kita tonjolkan adalah Gambang Semarang, kemudian Rotasi, kesenian tradisional, kemudian kita menampilkan WMS, Teater Emka,” ungkapnya . (Bersambung ke halaman 8)
Dialog antara mahasiswa dengan rektorat di Quality Hall Widya Puraya, Rabu siang (13/4). Rektor Undip, Prof. Yos Johan Utama menjelaskan kepada mahasiswa terntang defisit keuangan yang sedang dialami Undip.
Rektorat Ajak Mahasiwa Berdialog Setelah seminggu sebelumnya melakukan aksi penolakan kenaikan Uang Kuliah Tunggal (UKT) dan Sumbangan Pengembangan Institusi (SPI), aliansi mahasiswa Undip kembali mengadakan konsolidasi di Pendopo Student Center, Rabu pagi (13/4). M a s i h d e n ga n t i ga t u n t u t a n , ya i t u transparansi dana UKT serta menolak kenaikan UKT dan pemberlakuan SPI, konsolidasi dimulai sekitar pukul 10.45 WIB untuk membahas hal-hal teknis terkait dialog bersama jajaran Rektorat. Dalam konsolidasi, dibahas pula rekomendasi sikap yang terdiri dari 17 poin yang diturunkan dari tiga tuntutan sebelumnya. Rekomendasi tersebut rencananya akan diajukan apabila jawaban Rektor tidak dapat memuaskan mahasiswa. Meski tak lengkap sebelas fakultas, namun para mahasiswa yang hadir sepakat bahwa rekomendasi sikap tersebut tidak akan dipakai. Karena tuntutan mahasiswa sudah jelas dan tidak dapat diganggu-gugat. Selain itu, mahasiswa juga sepakat, jika ketiga tuntutan tersebut ditolak tanpa jawaban yang memuaskan dari Rektorat, maka mahasiswa akan walkout dari ruangan. Defisit Keuangan Undip Sekitar pukul 14.00, sekitar 150 mahasiswa mendatangi Quality Hall Widya Puraya.
Dialog yang juga dihadiri oleh jajaran Rektorat, beberapa anggota Majelis Wali Amanat, Dekan atau Pembantu Dekan dari 11 fakultas, dibuka oleh Rektor, Prof. Yos Johan Utama, dengan menjelaskan defisit keuangan yang sedang dialami Undip. Dengan pendapatan riil sekitar 445 Milyar dan pengeluaran 800 Milyar, kata Rektor, dapat dipastikan bahwa saat ini Undip mengalami defisit dana sekitar 354 Milyar. Bahkan, untuk menutupinya Undip terpaksa harus berhutang kepada BTN (Bank Tabungan Negara). Beberapa hal yang menyebabkan defisit Undip antara lain, dana penelitian, mengecilnya BOPTN (Bantuan Operasional Perguruan Tinggi) serta mahasiswa Bidikmisi di semester 9 yang tidak membayar biaya perkuliahan. Rektor juga mengatakan bahwa defisit mengakibatkan turunnya prestasi Undip ke peringkat 10 seIndonesia. Hal tersebut dikarenakan kurangnya dana penelitian dan fasilitas yang menunjang, sehingga penelitian yang dilakukan kurang maksimal. Sebab itulah, Undip menaikan nominal UKT dan berencana mengadakan SPI dengan asumsi dapat menutupi kekurangan setidaknya 4 Milyar. “Untuk menjadi PTN-BH, keadaan fasilitas minimal harus 80% baik, sementara tahun ini baru 72%. Akreditasi 2018 juga harus sudah ditetapkan peningkatan indikatornya, agar tetap bertahan dengan nilai A. (Bersambung ke halaman 9)
1| Buletin Edisi II/2016