H Buletin Refleksi Intelektualitas
Edisi II/2016 (April-Mei) Kabar Kampus
Semarang
Sajak
Refleksi Negeri
English Corner
Resensi
Opini
Kolom
Wisata Edukasi Jadi Rencana Usaha Undip Melekatnya status PTN-BH (Berbadan Hukum), menyebabkan sumber pendanaan Undip yang berasal dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) berkurang. Hal ini menjadi alasan mengapa kenaikan UKT dan pengadaan SPI digagas oleh Rektorat untuk calon mahasiswa baru 2016. Namun, dalam pasal 80, Peraturan Pemerintah nomor 52 tahun 2015, tentang Statuta Universitas Diponegoro, Undip juga dapat memperoleh pendanaan lain diantaranya melalui: masyarakat, biaya pendidikan, pengelolaan dana abadi, usaha Undip, kerjasama Tridharma Perguruan Tinggi, pengelolaan kekayan Undip, Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD), serta pinjaman. Dengan demikian, untuk memenuhi kebutuhan undip yang telah dilansir mencapai 320 milyar, Rektorat melalui Pembantu Rektor III merencanakan program yang diharapkan menjadi salah satu sumber pendanaan, yakni Wisata Edukasi. Menurut Budi Setiyono, Pembantu Rektor III, program Wisata Edukasi direncanakan lantaran tidak adanya sistem yang baku dalam menjamu setiap kunjungan siswa sekolah ke Undip. Hal tersebut dinilai tidak efektif dan justru mengganggu rutinitas jam kerja. “Jadi kalau ada yang datang, jika ada orang yang sibuk ya kita layani seadanya. Kalau kita punya waktu ya kita kasih ruang diskusi yang panjang dan seterusnya.” Maka, wisata Edukasi memberikan kesempatan kepada masyarakat untuk lebih mengenal Undip, melalui kunjungan-kunjungan yang nantinya hanya dan difokuskan di Sabtu dan Minggu. Wisata Edukasi juga ditujukan untuk mempromosikan program-program organisasi mahasiswa kepada masyarakat. "Jadi mereka bisa berinovasi, menjual ide, gagasan, dari hasil kreatifitas mereka sendiri apakah berupa film pendek, kreasi benda seni, mungkin robot, atau kreasi yang lain untuk bisa disaksikan oleh khalayak umum.” Sejauh ini, Rektorat telah meminta setiap fakultas untuk melakukan inisiasi awal, dan membangun kerjasama dengan Dewan Kesenian Semarang dan Jawa Tengah, Dinas Pariwisata Semarang dan Jawa Tengah, serta di tingkat nasional dengan Badan Ekonomi Kreatif. Namun, untuk merealisasikan rencana tersebut, kata Budi Setyono, beberapa hal harus diselesaikan seperti parkiran untuk menampung kendaraan bagi pengunjung, Reception Hall, juga stadion indoor untuk menampung tamu kunjungan. “Kita sudah merencanakan itu dan kita akan membangun auditorium atau indoor stadion itu di dekatnya BNI (samping Gedung Serba Guna Undip),” jelasnya. Mengenai kesiapan FIB dalam program Wisata Edukasi, Alamsyah, Pembantu Dekan III, menyatakan sudah siap. “Kalau FIB saya kira sudah siap. Sudah siap menampilkan potensi mahasiswa yang berbasis pada budaya. Dari UPK yang akan kita tonjolkan adalah Gambang Semarang, kemudian Rotasi, kesenian tradisional, kemudian kita menampilkan WMS, Teater Emka,” ungkapnya . (Bersambung ke halaman 8)
Dialog antara mahasiswa dengan rektorat di Quality Hall Widya Puraya, Rabu siang (13/4). Rektor Undip, Prof. Yos Johan Utama menjelaskan kepada mahasiswa terntang defisit keuangan yang sedang dialami Undip.
Rektorat Ajak Mahasiwa Berdialog Setelah seminggu sebelumnya melakukan aksi penolakan kenaikan Uang Kuliah Tunggal (UKT) dan Sumbangan Pengembangan Institusi (SPI), aliansi mahasiswa Undip kembali mengadakan konsolidasi di Pendopo Student Center, Rabu pagi (13/4). M a s i h d e n ga n t i ga t u n t u t a n , ya i t u transparansi dana UKT serta menolak kenaikan UKT dan pemberlakuan SPI, konsolidasi dimulai sekitar pukul 10.45 WIB untuk membahas hal-hal teknis terkait dialog bersama jajaran Rektorat. Dalam konsolidasi, dibahas pula rekomendasi sikap yang terdiri dari 17 poin yang diturunkan dari tiga tuntutan sebelumnya. Rekomendasi tersebut rencananya akan diajukan apabila jawaban Rektor tidak dapat memuaskan mahasiswa. Meski tak lengkap sebelas fakultas, namun para mahasiswa yang hadir sepakat bahwa rekomendasi sikap tersebut tidak akan dipakai. Karena tuntutan mahasiswa sudah jelas dan tidak dapat diganggu-gugat. Selain itu, mahasiswa juga sepakat, jika ketiga tuntutan tersebut ditolak tanpa jawaban yang memuaskan dari Rektorat, maka mahasiswa akan walkout dari ruangan. Defisit Keuangan Undip Sekitar pukul 14.00, sekitar 150 mahasiswa mendatangi Quality Hall Widya Puraya.
Dialog yang juga dihadiri oleh jajaran Rektorat, beberapa anggota Majelis Wali Amanat, Dekan atau Pembantu Dekan dari 11 fakultas, dibuka oleh Rektor, Prof. Yos Johan Utama, dengan menjelaskan defisit keuangan yang sedang dialami Undip. Dengan pendapatan riil sekitar 445 Milyar dan pengeluaran 800 Milyar, kata Rektor, dapat dipastikan bahwa saat ini Undip mengalami defisit dana sekitar 354 Milyar. Bahkan, untuk menutupinya Undip terpaksa harus berhutang kepada BTN (Bank Tabungan Negara). Beberapa hal yang menyebabkan defisit Undip antara lain, dana penelitian, mengecilnya BOPTN (Bantuan Operasional Perguruan Tinggi) serta mahasiswa Bidikmisi di semester 9 yang tidak membayar biaya perkuliahan. Rektor juga mengatakan bahwa defisit mengakibatkan turunnya prestasi Undip ke peringkat 10 seIndonesia. Hal tersebut dikarenakan kurangnya dana penelitian dan fasilitas yang menunjang, sehingga penelitian yang dilakukan kurang maksimal. Sebab itulah, Undip menaikan nominal UKT dan berencana mengadakan SPI dengan asumsi dapat menutupi kekurangan setidaknya 4 Milyar. “Untuk menjadi PTN-BH, keadaan fasilitas minimal harus 80% baik, sementara tahun ini baru 72%. Akreditasi 2018 juga harus sudah ditetapkan peningkatan indikatornya, agar tetap bertahan dengan nilai A. (Bersambung ke halaman 9)
1| Buletin Edisi II/2016
Kabar Kampus
PENERBIT: Lembaga Pers Mahasiswa Hayamwuruk Fakultas Ilmu Budaya Universitas Diponegoro. PEMIMPIN UMUM: Deviana Kurniawati SEKRETARIS UMUM: Risma Widyaningtyas PEMIMPIN REDAKSI: Hendra Friana REDAKTUR PELAKSANA: Reszha Muztafa REDAKTUR ARTISTIK: Chandra Dewi Shelli EDITOR: Intan Larasati A SEKRETARIS REDAKSI: Danik Indri ST STAF REDAKSI: Iftaqul Farida Alya Lubnaganis Asa Fiqia Aditya Ray Muhammad Nurul Maulina W.Z Fia El Milla Feeby Syilvi Nabila Azza Devi Ayu Angraini PEMIMPIN LITBANG: Listi Athifatul Ummah STAF LITBANG: Faidah Umu Sofuroh Qonita Azzahra Wawan Wiyanto Ahmad Zainal Arifin Mutia Mega Prahara Achmad Mubarok Nia Aeniyah PEMIMPIN PERUSAHAAN: Novi Handayani STAF PERUSAHAAN: Dianira Rizki Kinasih Pitri Amalia Safrida Rohmah Ummi Kholifatul Lulu Fitria Aniskuri STAF KHUSUS: Fakhrun Nisa Ayu Mumpuni Muhammad Habib Indah Zumrotun Farida Sukma Dewi Diah Wahyu Asih Dinni Ariska ALAMAT REDAKSI: Gedung A (Lantai 3) Fakultas Ilmu Budaya Universitas Diponegoro. Jalan Prof. Soedarto S.H., Tembalang, Semarang.
Redaksi menerima sumbangan artikel/opini untuk diterbitkan di buletin. Diketik rapi 4000-6000 karakter (termasuk spasi) halaman folio dilengkapi identitas pribadi (KTP/KTM). Redaksi berhak menyunting naskah tanpa mengubah maksud dan isi tulisan. Naskah dapat dikirim ke alamat redaksi atau via surel: lpmhayamwuruk@gmail.com Nara Hubung: 087886484377
IMPACT SEMARANG
Yang Muda yang Menginspirasi Impact merupakan sister event dari Young On Top (YOT) National Conference yang telah dilaksanakan selama lima tahun beturut-turut di Jakarta. Setelah Para YOT-ers (anggota YOT) yang meminta event yang sama di kota lainnya di Indonesia dibuat, akhirnya pada tanggal 16 April 2016 Semarang berkesempatan mengadakan acara “Impact Semarang� di gedung Prof. Sudarto Undip. Acara dengan konsep seminar ini dihadiri oleh kurang lebih 500 peserta yang kebanyakan dari kalangan mahasiswa. Tidak hanya mahasiswa dari Semarang saja yang menghadiri acara ini, melainkan juga mahasiswa dari luar kota seperti Yogyakarta dan Surabaya. Bertemakan Succes Has No Limit, Impact menghadirkan tiga tokoh inspiratif dengan usia yang masih terbilang muda. Ketiga pembicara itu adalah Yan Hendry yang merupakan Manager Director PT Pos Logistic Indonesia, Riana Bismarak yang merupakan CEO belowcepek.com, dan pembicara terkahir yang merupakan penulis buku populer Young On Top, Billy Boen. Acara dibuka dengan konferensi pers yang menghadapkan ketiga pembicara dengan media patner yang bekerja dalam acara Impact Semarang. Sayangnya karena keterbatasan waktu, pers conference hanya berlangsung singkat dengan pemaparan tentang definisi sukses dari ketiga pembicara. Setelah konferensi pers berlangsung maka masuklah ke inti acara yaitu sharing pengalaman dan cerita dari ketiga pembicara. Pembicara ya n g p e r t a m a ya i t u Ya n g H e n d r y, i a memaparkan bagaimana caranya menjadi sukses dengan cara bertahap dan dimulai dari hal-hal yang kecil terlebih dahulu. Setelah itu dilanjut pembicara kedua yaitu Riana Bismarak yang menganjurkan untuk memulai usaha tanpa harus menunggu modal terlebih dahulu. Setelah kedua pembicara pantia memberikan jeda selama lima belas menit untuk istirahat. Usai istirahat dilanjutkan oleh
2| Buletin Edisi II/2016
pemberian penghargaan kepada orang-orang yang memberikan inspirasi yang baik di Kota Semarang. Ada dua kategori penghargaan yaitu kategori Inspiring People dan Inspiring Comunity. Inspiring People tebaik dianugerahkan kepada Agus, seorang pendaur ulang sampah menjadi barang miniatur bernilai seni tinggi. Sedangkan penghargaan Inspiring Comunity dianugerahkan kepda Insta Semarang. Sesudah penyerahan penghargaan acara dilanjutkan dengan sharing dari founder Brilio.net yang memaparkan bagaimana kiat agar tulisan kita mempunyai Impact dan banyak di baca oleh orang-orang. Di acara impact ini, juga ada kejutan pemberian hadiah dua buah kacamata seharga 2,5 juta persatuannya kepada orang yang berulang tahun di tanggal 16 April dan kepada orang yang berasal dari daerah paling jauh. Setelah pemberian hadiah, Billy Boen yang merupakan pembicara utama naik ke atas panggung dan banyak berbagi tentang pengalaman hidupnya. Acara baru berakhir pukul 15.30 WIB. Beberapa peserta memberikan tanggapan yang positif mengenai acara ini, salah satunya Nurul Indriyani, mahasiswa Undip yang juga merupakan finalis inspiring people YOT semarang. Ia berharap jika acara #ImpactSemarang diadakan lagi dan berharap YOT Semarang dapat menghadirkan Ganjar Pranowo yang sekarang menjabat sebagai gubernur Jateng. Lain halnya dengan Sri Murwani, ibu yang mengantar anaknya ini mengatakan, acara tersebut cukup bagus karena bisa menghadirkan orang-orang Inspiratif yang mau berbagi tentang pengalamannya. Sebab, tambahnya, tidak semua orang sukses mau berbagi kisah suksesnya kepada orang lain, sehingga acara ini sangat bagus untuk menginspirasi para anak muda di Indonesia. (Asa Fiqia & Danik Indri ST)
Kabar Kampus Diskusi dan Bedah Buku
Perjumpaan: Santiago, Martin dan Boja Bebeberapa mahasiswa berlesehan tanpa tikar di Ruang Teater Fakultas Ilmu Budaya, Selasa sore (29/3). Beberapa lainnya terlihat masih di luar ruangan. Mereka menunggu acara Diskusi dan Bedah Buku Bunga Rampai Esai 2005-2015; Perjumpaan: Santiago, Martin dan Boja karya Heri Chandra Santosa yang diselenggarakan oleh Keluarga Mahasiswa Sastra Indonesia (KMSI). Buku tersebut akan diulas oleh Heri C.S bersama dua pembicara lainnya yakni Prof. Mudjahirin Thohir (Guru Besar FIB Undip), Adhitia Armitrianto (Jurnalis Suara Merdeka). Seperti yang tertulis pada bagian awal bukunya “Semangat dan spirit penerbitan buku Bunga Rampai Esai 2005-2015; Perjumpaan: Santiago, Martin, dan Boja ini merupakan ikhtiar mendokumentasikan ingatan, merekam catatan, mengikat makna, dan mengakrabi bukubuku serta fenomena-fenomena keseharian sejak mahasiswa hingga sekarang.” Saat masih kuliah, Heri pernah bergabung di Lembaga Pers Mahasiswa Manunggal dan menjadi Pemimpin Umum organisasi tersebut. Dari sanalah kemudian tulisan-tulisannya lahir, dan atas dorongan beberapa pihak, pemuda yang juga merupakan alumnus Sastra Indonesia Undip itu menerbitkannya dalam bentuk buku bunga rampai. Bunga Rampai ini memang menggambarkan proses pembuatan yang tidak sebentar. Kumpulan tulisan di dalamnya merupakan hasil dari proses wawancara tokoh, mereportase sebuah tema, resensi, kritik sastra, dan juga hasil dari pengamatan fenomena-fenomena selama sepuluh tahun terakhir yang ia lakukan. Bisa dibilang buku ini merupakan catatan harian seorang jurnalis. Sebab, bagi Heri, menulis bukan hanya cara untuk berbagi pengetahuan, tetapi juga sebuah kebutuhan, “terlebih ketika kita sudah terjun di dunia sastra, jurnalistik atau yang sejenisnya.”
Menanggapi pernyataan itu, Prof. Mudjahirin Thohir sebagai pembicara juga mengutarakan beberapa hal mengenai jurnalis. Menurutnya, seorang jurnalis harus memiliki rasa ingin tahu yang kuat namun juga harus bekerja cepat. Ia harus memproduksi suatu tulisan dengan cara menginvestigasi. Dan hal itulah yang ia temukan dalam bunga rampai tersebut. “Tulisan-tulisan di buku ini muncul dengan rasa ingin tau yang kuat” ujarnya. Namun di sisi lain, seorang jurnalis juga memiliki penyakit yang menahun. Karena keharusan untuk bekerja cepat, seorang jurnalis terkadang tidak memiliki banyak waktu untuk merenungkan tulisannya, akibatnya berita yang ia buat tidak mendalam. Hal tersebut juga ia temukan dalam karya mantan mahasiswanya itu. Seperti yang tertulis pada esai yang berjudul Putri di Negara Setengah-setengah, Heri hanya menerangkan tentang pelarangan Putri Indonesia menuju kancah Miss Universe oleh MUI dan FPI, padahal menurut Prof. Mudjahirin masalah itu bisa digali lebih mendalam. “Ya, jadi kekurangan buku ini hanya di masalah kedalaman berita.” Terlepas dari kekurangan dan kelebihan buku Bunga Rampai Esai 2005-2015; Perjumpaan: Santiago, Martin, dan Boja, ada satu poin penting yang bisa diambil, yakni semangat membaca dan menulis. Memang tidak ada sesuatu yang instan untuk mencapai keberhasilan, pasti kita akan melewati proses panjang yang tentunya proses itu tidak semudah membalikkan telapak tangan. Namun langkah pertama harus segera dimulai. Tanpa langkah itu, akhir dari perjalanan tidak akan pernah terlihat. Begitu pun dengan menulis, jelas Prof, Mudhahirin. Tulisan yang baik akan tercipta jika penulis itu pemberani, memiliki gaya, dan pada akhirnya akan membentuk identitas diri yang tak akan terganti. (Faidah Umu Shofuroh)
Muswa Undip 2016:
Akselerasi Ketua BEM Undip Disepakati Awal april lalu, tepatnya tanggal 2-3, di Gedung F Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan (FPIK), Senat Universitas Diponegoro (SM Undip) mengadakan Musyawarah Mahasiswa (Muswa) Universitas. Forum tertinggi mahasiswa di Undip tersebut dihadiri oleh dua orang perwakilan BEM dan SM Undip, satu orang perwakilan BEM dan SM dari masing-masing fakultas, serta satu orang perwakilan dari setiap UKM. Beberapa hal yang menjadi agenda dalam Muswa universitas 2016 antara lain, pembahasan Pedoman Pokok Organisasi (PPO) universtas yang akan menjadi rujukan untuk mengamendemen Peraturan Rektor Nomor 4 tahun 2014 tentang Organisasi Kemahasiswaan (Ormawa), Garis Besar Haluan Kegiatan (GBHK) Ormawa Undip, serta pembentukan tim formatur Rencana Strategis (Renstra) Pengembangan Kemahasiswaan. Ketua Komisi IV SM Undip, Randy Yuhendrasmiko mengatakan, rencana mengubah Peraturan Rektor Nomor 4 tahun 2014, menimbulkan berbagai reaksi khususnya dari BEM dan SM di tingkat fakultas. Dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) yang dilakukan Komisi IV sebelum Muswa, beberapa ketua dan wakil ketua BEM menyakan tentang urgensi perubahan Peraturan Rektor tersebut. Pasalnya, selama ini, tidak semua fakultas menerapkanya secara keseluruhan. “Ada yang pro dan kontra. Kontra karena tidak sesuai dengan fakultasnya. Yang pro karena fakultasya sudah menerapkan,” ucapnya. Selanjutnya, komisi IV merancang draft perubahan PPO berdasarkan seluruh aspirasi yang didapat dalam RDP tersebut. Akselerasi Kaderisasi Beberapa perubahan dalam draft PPO yang dibuat oleh Komisi IV antara lain, penambahan bab tentang Majelis Wali Amanat Unsur Mahasiswa (MWA UM) dan Ormawa di tingkat fakultas, perubahan jumlah dan mekanisme pembentukan keanggotaan SM Undip, serta akselerasi angkatan Anggota SM Undip serta Ketua dan Wakil Ketua BEM Undip. Kendati semua usulan perubahan terebut disepakati, namun perbedaan pandangan sempat terjadi dalam pembahasan akselerasi. Sebagian setuju dan sebagian lainnya mennganggap hal tersebut masih belum siap untuk dilakukan. Menurut Randy, akselerasi tersebut diusulkan dalam draft perubahan PPO karena adanya pemberlakuan UKT dan rencana pembatasan masa studi mahasiswa yang maksimal 5 tahun. “Meskipun peraturan itu belum fix dan masih ditunda, tetapi dengar isu-isunya itu tetap akan berlaku, namun belum tahu kapan. Untuk mempersiapkan itu, makanya dimulai dari sekarang,” ujar Randi. Dengan begitu, jika amandemen Peraturan Rektor tentang Ormawa disetujui, maka calon anggota SM Undip serta Ketua dan Wakil Ketua BEM Undip yang mendaftar pada Pemilihan Umum Raya (Pemira) tahun ini adalah angkatan 2014. Randy juga menambahkan bahwa akan ada dampak positif dan negatif ketika akselerasi dilakukan. Negatifnya ialah ketika mahasiswa angkatan 2014 tidak memiliki posisi tawar ketika menjadi pimpinan di tingkat universitas. Sebab, dari segi pengalaman dan umur ketua BEM di tingkat universitas dan fakultas akan relatif sama. Namun sebaliknya, jika akselerasi tersebut berhasil, maka kaderisasi kedepannya akan lebih baik. “Dampak positifnya menyehatkan alur kaderisasi yang ada, meringankan beban mahasiswa terhadap UKT yang dia pegang, memberikan warna baru dan memberi contoh karena jika Undip melaksanakan akselerasi berati ini adalah yang pertama daripada Universitas lain di Indonesia,” tandasnya. (Listi Athifatul U, Asa Fiqia& Devi Ayu A)
03| Buletin Edisi II/2016
Kabar Kampus
Pemira Sejarah Aklamasi Selasa (22/3) Sore, Pukul 16.30, acara sosialisasi calon Ketua dan Wakil Ketua HMJ Sejarah periode 2016/2017 berlangsung di ruang TBL.1.1 FIB Undip. Berbeda dengan tahun sebelumnya, tahun ini hanya ada satu pasang calon yang maju dalam Pemilihan Raya HMJ Sejarah. Otomatis, karena tidak adanya pasangan calon lain, satu pasang calon tersebut terpilih menjadi Ketua dan Wakil Ketua HMJ Sejarah secara aklamasi. Ketua KPR HMJ Sejarah, Aditya Ray Muhammad mengatakan bahwa hingga tenggat waktu pendaftaran berakhir, tanggal 11 Maret, baru ada satu calon yang mendaftar. Padahal tenggat waktu telah diperpanjang selama dua puluh empat jam. “Setelah itu ada perpanjangan masa pengumpulan berkas selama 1 x 24 jam hingga sekitar jam 10-an ke atas. Ternyata sampai perpanjangan berkas itu tidak ada calon lagi yang mau mencalonkan diri� ,Kata Aditya. Ia juga mengaku kebingungan dengan adanya aklamasi tersebut, karena memang sebelumnya tidak pernah terjadi. Telebih, beberapa mahasiswa memandang aklamasi sebagai bentuk kecacatan demokrasi. Namun ia tetap yakin bahwa calon pasangan tahun ini, M Fijar Lazuardi sebagai ketua dan Dian Eka sebagai wakil ketua, akan membawa jurusan sejarah menjadi lebih baik dari tahun-tahun sebelumnya dengan visi-misi yang cukup baik dan berkolerasi dengan keilmuan di jurusan sejarah. Menurut Aditya faktor besar yang melatar belakangi aklamasi tersebut adalah kurangnya keberanian dan kepercayaan diri calon pasangan lain untuk dapat memimpin. Lain lagi menurut Esphy, mahasiswa sejarah angkatan 2015 itu justru beranggapan bahwa aklamasi terjadi karena kurangnya minat dalam oraganisasi-organisasi seperti HMJ. Ia juga menambahkan bahwa dari segi kompetensi, calon pasangan tersebut (Fijar dan Dian) sudah cukup. Hal ini terlihat dari adanya arahan dan petunjuk yang diberikan kedua orang tersebut. Esphy juga berharap agar pemimpin HMJ baru untuk tetap konsisten dan professional dalam menaungi anggota-anggota-nya serta lebih menggalakkan program kaderisasi agar kedepannya tidak lagi terjadi aklamasi. Harapan yang sama dengan yang dilontarkan Aditya yaitu agar di tahun berikutnya calon-calon pasangan lebih berani dan percaya diri untuk mencanlonkan diri dalam Pemira. (Magang Hayamwuruk 2016: Oktoriza, Wina & Arifah)
Sajak-sajak Salma Ibrahim* Manteranya Negara Jur jur ajur sing jujur malah ajur. negaranya hancur. Ling ling maling sing maling wong penting. pejabat negara kesurupan kuda lumping. Dak dak pidak dipidaki wong akeh. Dasar negara mulai dianggap remeh. Wuuussss.... Anginnya bau lapindo. Nyam nyam... Berasnya bau kutu. Lah dalah... Negaranya miskin. Pi jopa japi. Koruptor makin tak punya hati, mafia berdasi. Presiden jadi basi. Wur kowar kawur. Penjahatnya pada kabur. Lari sembunyi di singapore. Peraturan jadi bubur. Yang kaya makin kaya. Yang miskin di paksa prihatin. Pasar bebas dua ribu enam belas pedagang kecil makin amblas. Dukun mana yang tangguh? Dukun mana yang hebat. Kuat menahan buruh, bisa sihir pejabat. Wahai para petinggi, jangan maju barang selangkah. Jangan banyak omong sampah. Dalam tumpukan sampah kami simpan belati. Pertimbangkan betul masa depan kami. Kami bukan seorang darah biru, hanya budak para penipu
*Penulis adalah mahasiswi jurusan Sastra Indonesia 2014
4| Buletin Edisi II/2016
"W" Aku dengar cerita tahun ini. Tentang calon pemimpin yang saling berseteru. Saling ambisi, ambisi beda sebab. Aku dengar cerita tahun ini, Tentang satu masa yang tak lagi jernih. Satu masa yang tak tenang. Suatu masa yang aku sebut krisis kebijakan. Aku lihat kisah tahun ini, Yang sama sekali tak kenal damai, Yang menjadikan hitam berubah abu-abu, Yang membiaskan kepercayaan dan ketegasan. Entah, petaka apa yang aku surut dalam cerita tahun ini. Bukan sial, ini hanya proses. Proses menuju antara dua pilihan, Semakin hancur atau semakin tak benar. Tahun ini, tahunnya Wo dan Wi. Sepasang nama lekat konflik. Membuat pening Mahkamag Konstitusi, Membuat aparat bekerja tiga kali Mengamankan negara dari demonstrasi. Wo dan Wi, Membuat ulama dan kyai, Sibuk bergelut mendoakan negeri Dengan tasbih dan puja puji. Antara Wo dan Wi, Adalah kesengajaan Tuhan. Konflik mewabah bagai kentut, Tercium tapi tak berwujud. Hei, Wo dan Wi.. Hentikan saja semuanya. Mau Wo atau Wi yang jadi pemimpin, Akan sama hancurnya.
Semarang
Polemik Pergantian Pengurus DKJT
D
ewan Kesenian Jawa Tengah (DKJT) baru saja mengganti kepengurusan setelah sempat terjadi kekosongan kepemipinan sejak tahun 2015. Tapi, pergantian kepengurusan itu dirasa oleh beberapa pihak masih tidak memenuhi peraturan lantaran tidak melalui m u syawa ra h d a e ra h . Tra n s i s i ya n g kemudian menimbulkan pro dan kontra dan menyisakan banyak pertanyaan di beberapa kalangan. Apa yang sebenarnya terjadi dalam tubuh lembaga kesenian ini sehingga tidak dapat menyelenggarakan Musyawarah Daerah (Musda)? Bagaimana polemik ini disikapi oleh pihak yang berseberangan? Triyanto Triwikromo, Ketua 1 DKJT periode sebelumnya (demisioner), tidak menampik fakta bahwa sempat terjadi vacuum of power di DKJT. Hal ini disebabkan DKJT tidak mempunyai dana untuk menyelenggarakan Musda untuk menunjuk kepengurusan yang baru. “Belum (menyelenggarakan) karena tidak ada dana, tidak bisa membiayai orang-orang dari berbagai daerah untuk datang ke Semarang,” terangnya. Setiap periode tertentu biasanya DKJT mendapat bantuan sosial dari APBD untuk menggerakkan roda organisasi. Namun, periode kemarin, DKJT tidak mendapatkan bantuan sosial sehingga keberlangsungan organisasi menjadi mandek. Meski demikian, terkait dengan pergantian kepengurusan yang baru saja
dilakukan, pria yang juga merupakan dosen jurusan Sastra Indonesia ini, masih berpendapat bahwa hal tersebut menyalahi aturan karena tidak sesuai dengan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga (AD/ART) organisasi. Dalam AD/ART DKJT disebutkan, bahwa pergantian kepengurusan harus melalui musyawarah daerah dengan mengundang perwakilan dewan kerja daerah di tingkat kota dan kabupaten sebagai pemegang hak suara. “Saya bahkan mengatakan udah deh mundur dulu saja biar supaya kita dapat landasan hukum,” katanya. Triyanto juga mengungkapkan, bahwa terpilihnya ketua baru DKJT masih menjadi polemik di kalangan mantan pengurus sebab prosedurnya hanya melalui musyawarah internal. Ia sendiri mengaku datang dan diundang oleh sekretaris DKJT demisioner, Itos Budhy Santosa, melalui pesan singkat. Awalnya, ia mengira bahwa pemilihan ketua yang dilakukan saat itu untuk kepengurusan yang sifatnya sementara, dan untuk penyelenggaraan musda. Namun, ketika diketahui bahwa ketua terpilih mendeklarasikan diri sebagai ketua definitif, cukup banyak yang menentang karena prosedurnya dirasa kurang tepat. Bertolak dari hal tersebut, Reporter Hayamwuruk kemudian meminta keterangan dari ketua DKJT yang “baru”, Gunanto Saparie. Ditemui di Sekretariat D K J T, G u n a n t o m e n e g a s k a n b a hwa
sebenarnya terjadi kesalahpahaman. Ia mengungkapkan bahwa pertemuan yang diadakan pada Minggu malam (27/3) memang untuk memilih ketua definitif, bukan ketua sementara. “Jadi begini, kepengurusan Dewan Kesenian Jawa Tengah itu sudah habis tahun 2015 dan sudah demisioner. Tadinya mau mengadakan Musda. Tapi kita apa pengurus yang sudah demisioner ini kan tidak berhak menjalankan roda organisasi yang juga tidak berhak mengadakan musda,” terangnya. Menurutnya, kalaupun statusnya adalah ketua sementara, maka ia pun tidak berhak mengadakan Musda. Sebab, menurut Gunanto, pada dasarnya yang berhak melaksanakan Musda adalah pengurus definitif. Atas dasar tersebutlah, beberapa pengurus DKJT sebelumnya sowan ke Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo untuk menyerahkan mandat kepengurusan. Gubernur lalu menerima mandat tersebut, namun juga menyerahkannya kembali kepada pengurus DKJT dan meminta untuk segera mengadakan rapat internal. Menanggapi masalah pelanggaran AD/ART yang dilayangkan banyak pihak, G u n a n to m e m i l i k i p a n d a n ga n l a i n . Menurutnya, AD/ART DKJT masih illegal karena tidak sampai ke tangan Gubernur. Karena sebagai lembaga non-struktural di bawah Gubernur, AD/ART harus juga disetujui oleh pejabat yang berwenang seperti dalam Permendagri nomor 5A tahun 1993. “Saya menanyakan itu AD/ART itu… menjadi tidak berlaku karena bertentangan dengan regulasi di atasnya. Regulasi di atasnya itu peraturan pemerintah tentang pembentukan lembaga non struktural,” ungkapnya. Reporter Hayamwuruk juga berkesempatan untuk mewawancarai PLT Ketua Dewan Kesenian Kota Tegal, Gunadi. Menurutnya, tidak perlu adanya Musda dengan mengundang Dewan Kesenian Daerah (DKD) seperti yang dituntut beberapa pihak. Sesuai dengan peraturan, tidak ada hubungan hierarkis antara DKJT dengan DKD di tingkat kota/ kabupaten. Maka, hubungan antara kembaga-lembaga ini sebatas hubungan fungsional. Ia juga memaklumi pergantian kepengurusan ini, karena ada hal-hal yang memang menjadi kendala. “(Bisa saja tidak melalui musda) Karena ada klausul yang mengatakan situasi dan kondisi setempat dan kepala daerah berhak menentukan itu,” terangnya. (Devi Kurniawati, Umi & Dianira)
Turut Berbelasungkawa atas berpulangnya Ana Miftahul Khoiriyah Mahasiswi FIB Undip Jurusan Ilmu Perpustakaan 2012 Semester VIII Lahir, 27 Mei 1994 Meninggal, 24 April 2016
“Only The Good Die Young” -Billy Joel
Semoga amal Ibadahnya diterima di sisi Allah SWT
5| Buletin Edisi II/2016
Opini Kampus Budaya Mencari Kartini Oleh: Nugroho Mulat Jati* “Perempuan itu tak bisa dieja kecantikannya; ia adalah kalimat utuh yang tak cukup sekedar dilisankan.” -Sapardi Djoko Damono “Wanita adalah tiang negara. jika baik wanitanya, maka jayalah negara itu. Jika buruk wanitanya, maka hancurlah negara itu. ” -Muhammad SAW
D
alam sejarah, kaum perempuan telah mengalami kenyatan pahit dari zaman dahulu hingga sekarang. Mereka dianggap sebagai kaum yang tidak berdaya, lemah dan selalu menjadi yang “ke-2″. Berbagai bentuk diskriminasi dan perlakuan tidak adil diterima oleh kaum perempuan. Kaum perempuan kemudian mencoba berjuang untuk mendapatkan hak mereka sebagai manusia. Mulai dari hal yang sangat kecil yaitu diskrimnasi di lingkungan hingga berbagai permasalahan lainya seperti hak politik, permasalahan ekonomi dan isu lainnya. Pada abad ke-19 gerakan perempuan pertama kali lahir di Amerika yang di pelopori oleh Lucretia Mott dan Elizabeth Cady Stanton. Kedua perempuan tangguh itu mengadakan konvensi perempuan untuk yang pertama kali dengan mendeklarasikan gerakan perempuan yang dinamakan National Women Suffrage Association (NWSA). Organisasi ini bertujuan untuk memperjuangkan hak suara bagi kaum perempuan untuk ikut memilih. Seiring berjalannya waktu gerakan perempuan di Amerika berkembang pesat dengan tujuan yang lebih luas, diantaranya adalah mengangkat permasalahan diskriminasi seksual terhadap perempuan dan penghapusan diskriminasi rasial. Gerakan perempuan di Amerika telah memacu lahirnya gerakangerakan perempuan di belahan dunia lain, seperti gerakan feminisme yang hadir di Eropa dan Amerika latin yang memperjuangkan emansipasi wanita dan menitikberatkan pada alasan penindasan kaum laki-laki terhadap perempuan dengan memusuhi system patriarki. Di Asia sendiri, gerakan perempuan yang pernah menghebohkan dunia adalah koalisi gerakan perempuan GABRIELA yang lahir di Filiphina pada tahun 1980-an. Dasar perlawanan mereka adalah ketertindasan mereka sebagai rakyat Filipina dan perempuan yang mengalami penindasan dan eksploitasi karena jenis kelamin. Di Tanah Air, sosok R.A Kartini adalah titik awal lahirnya organisasiorganisasi perempuan pada masa pra dan pasca kemerdekaan. Tanpa bermaksud melupakan pahlawan perempuan lain seperti Cut Nyak Dhien, Dewi Sartika, Martha Christina Tiahahu dan yang lainnya, tak bisa dipungkiri, R.A Kartini adalah pejuang emansipasi wanita di nusantara yang jasa perjuangannya dapat dirasakan perempuanperempuan Indonesia sampai saat ini. R.A Kartini lahir pada tanggal 21 April 1879 di Jepara, Jawa Tengah, yang tak lain merupakan anak dari bupati Jepara pada masa itu. Seperti yang telah kita ketahui, sistem patriarki di Jawa yang meletakkan kaum laki-laki memiliki alat legitimasi untuk mengekang eksistensi perempuan. Sistem tersebutlah yang memacu semangat R.A Kartini untuk memperjuangkan emansipasi wanita di Indonesia. Berbeda dengan gerakan emansipasi wanita di Eropa yang menitikberatkan pada alasan penindasan kaum laki-laki terhadap perempuan dengan memusuhi sistem patriarki secara membabi buta—walaupun esensi dari perjuangannya sama, yaitu mengangkat harkat dan martabat wanita secara utuh—yang diperjuangkan R.A Kartini pada kaum perempuan Indonesia adalah dalam hal pendidikan. Dimana hal tersebut disesuaikan pada kebutuhan paling mendasar perempuan Indonesia pada masa itu. Dengan melihat realitas bahwa hanya melalui pendidikanlah upaya untuk mengubah nilai-nilai sosial-ekonomi-politik di dalam masyarakat dapat dilakukan. Disamping penyetaraan pendidikan antara laki-laki dan perempuan, R.A Kartini secara langsung maupun tidak langsung telah menginspirasi gerakan-gerakan perempuan pasca kemerdekaan Indonesia. Pada awal kemerdekaan munculah perkumpulan perempuan-perempuan “kiri” yang tergabung dalam Gerwani yang bergerak dalam bidang sosial, pendidikan dan politik yang kemudian
6| Buletin Edisi II/2016
terharamkan pada masa orde baru. Setelah itu pada akhir abad ke-20 muncullah nama Marsinah, seorang buruh wanita asal Jawa Timur yang ditemukan mati terbunuh karena memperjuangkan hak-hak buruh. Belakangan ini, yang menjadi perbincangan hangat saat ini adalah ibuibu pegunungan kendeng yang memperjuangkan hak atas tanahnya, dimana lahan pertanian yang menjadi sumber kehidupan mereka didirikan pabrik semen. Lebih dari satu tahun mereka tinggal di tenda perjuangan beratapkan terpal yang berada di tapak tilas pabrik semen di Kabupaten Rembang, dan pada tanggal 11-13 April 2016 kemarin sembilan kartini kendeng baru saja melakukan aksi pengecoran kaki didepan Istana Merdeka. Pada masa kemerdekaan sampai sekarang, masih banyak gerakan perempuan lain yang ada di Indonesia seperti, Perempuan Mahardika, Darma Wanita dan yang paling populer adalah organisasi ibu-ibu PKK yang proker utamanya ialah arisan. Sedangkan gerakan perempuan di kampus, yang menjadi topik pembahasan, di Indonesia sendiri kurang mendapatkan antusias dari mahasiswi. Data dari Kementrian Pemberdayaan Perempuan menunjukkan bahwa tingkat partisipasi mahasiswi di organisasi kemahasiswaan tidak lebih dari 20% dari jumlah seluruh aktitifis organisasi yang ada. Dari persentase tersebut, kebanyakan mahasiswi hanya menduduki posisi kurang strategis seperti wakil bendahara, bidang kewanitaan, atau seksi konsumsi dan administrasi jika dalam kepanitiaan. Hanya sebagian kecil yang berada ditampuk kepemimpinan tertinggi dalam struktur organisasi. Gerakan Mahasiswi Budaya (Gemaia) Dalam hal pendidikan, dunia pernah dihebohkan oleh seorang mahasiswi asal Chile bernama Camila Vallejo, dimana pada tahun 2011, ia menjadi pemimpin mahasiswa dalam revolusi pendidikan di negaranya pada aksi nasional menuntut pendidikan murah. Tentunya apa yang diperjuangkan oleh Camila Vallejo patut dijadikan inspirasi oleh mahasiswa-mahasiswi Indonesia, dimana saat ini pendidikan mahal menjadi isu utama dibeberapa perguruan tinggi di Indonesia. Pada bulan April 2014, berangkat dari kegelisahan atas maraknya pelecehan seksual terhadap perempuan dan anak yang terjadi di Indonesia dan belum adanya wadah penampung aspirasi mahasiswi yang terdiri dari berbagai latar belakang, lahirlah Gemaia (Gerakan Mahasiswi Budaya) di Kampus Budaya Universitas Diponegoro yang terdiri dari berbagai latar belakang mahasiswi Fakultas Ilmu Budaya
Kolom Kolom
Kemajuan Semu Oleh: Iqbal Firmansyah*
P
Undip. Perkumpulan perempuan yang di koordinatori oleh Suci Diyah Permatasari (mahasiswi sastra Jepang 2011) di deklarasikan saat acara Kartini Festival 2014 yang diselenggarakan oleh BEM FIB Undip. Pada awal beridirinya, Gemaia cukup memberikan gebrakan di Kampus Budaya sepanjang tahun 2014 dengan mengadakan diskusi rutin tentang kefeminiman, rangkaian sekolah feminis yang untuk pertamakalinya diselenggarakan di Jawa Tengah, juga sosialisasi HIV/AIDS ditempat lokalisasi Sunan Kuning Semarang. Namun, disebabkan sibuknya sebagian anggota untuk mengurus skripsi dan faktor ketokohan dalam tubuh Gemaia, gerakan tersebut mati suri sepanjang tahun 2015. Maka ditahun 2016 ini, dengan semangat menggairahkan kembali emansipasi wanita dan mengeksiskan kembali Gemaia, BEM FIB Undip 2016 melalui bidang Sosial & Politik (Sospol) mendorong Gemaia untuk berperan aktif dalam mendinamiskan gerakan perempuan di kampus dan mewadahi mahasiswi secara luas di Kampus Budaya. Langkah awal yang dilakukan Sospol BEM FIB Undip adalah menggandeng Gemaia yang saat ini dikoordinatori Nur Auliani (mahasiswi sastra Indonesia 2014) untuk melaksanakan kegiatan “PESTA KARYA” (Pesona Wanita Kartini Budaya) yang salah satu subacaranya adalah pemilihan Kartini—yang nantinya akan dijadikan ambasador dari GEMAIA sendiri. Rencana kegiatan ini akan dilaksanakan pada tanggal 21 April 2016 bertepatan dengan peringatan hari lahir R.A Kartini. Mengingat kembali pentingnya peran mahasiswi sebagai miniatur peran aktif perempuan dalam politik, maka pengkaderan terhadap perempuan perlu diintensifkan untuk memberi warna baru dalam peradaban. Semoga terpilihnya Kartini Kampus Budaya nanti dapat memberi suntikan pada Gemaia untuk menciptakan animo gerakan perempuan di kampus, juga mewarnai gerakan mahasiswa yang selama ini mulai diwarnai politik praktis, untuk menjadi gerakan yang idealis. Selain itu, Kartini Budaya yang terpilih diharapkan menjadi sosok yang akan meneruskan perjuangan R.A Kartini dalam emansipasi wanita dan berperan aktif dalam kegiatan sosial dan pendidikan serta menjadi penyambung aspirasi mahasiswi Fakultas Ilmu Budaya Universitas Diponegoro.
ada banyak kesempatan, manusia selalu mengklaim bahwa perkembangan teknologi telah membawa dampak bagi peradaban umat manusia ke arah kemajuan yang menggembirakan—sebuah perubahan yang diharapkan dapat mengatasi permasalan-permasalan sosial yang dihadapi manusia. Dalam sejarah, manusia setidaknya telah mengalami tiga kali perkembangan teknologi secara mendasar dan signifikan dalam waktu singkat. Perubahan tersebut dikenal sebagai revolusi. Revolusi pertama adalah revolusi di bidang pertanian. Revolusi ini menekankan perubahan pada cara manusia dalam memperoleh makanan, dari yang semula berburu dan memetik buah, menjadi beternak dan bercocok tanam. Revolusi pertanian juga mengubah pola hidup manusia dari yang semula berpindah-pindah (nomaden) menjadi menetap di suatu tempat. Sejak saat itu, karena kesadaran untuk mempertahankan keamanan wilayahnya agar tidak diganggu atau direbut oleh kelompok lain, maka peperangan dan bunuh-membunuh terjadi dalam sejarah peradaban manusia. Revolusi kedua adalah revolusi di bidang industri. Revolusi yang menitikberatkan cara kerja yang lebih efektif dan efisien ini telah mengubah proses pengolahan secara signifikan, dari yang sebelumnya menggunakan tenaga hewan atau manusia, menjadi tenaga mesin. Revolusi industri juga disebut-sebut sebagai awal munculnya kelas sosial baru dalam masyarakat, yaitu kelas borjuis dan proletar, atau secara sederhana kelas pemilik modal dan kelas bukan pemilik modal (pekerja) di mana keduanya—pada banyak sisi—seringkali saling bertentangan. Kaum borjuis selalu berusaha memperoleh untung sebesar-besarnya dengan modal yang sekecil-kecilnya. Sementara kaum proletar merasa diri mereka selalu ditindas oleh kelas pemilik modal. Pertentangan antar kelas tersebut lantas menimbulkan permasalahan antara lain kesenjangan ekonomi, ketidakadilan dan keresahan sosial yang menimbulkan dampak berikutnya seperti kriminalitas dan penyakit masyarakat. Revolusi ketiga adalah revolusi di bidang informasi. Revolusi informasi berfokus pada cara manusia dalam memperoleh informasi secara mudah dan cepat, dari belahan dunia manapun. Manusia pada masa lalu mungkin tidak pernah membayangkan sebuah alat dapat menyebarkan informasi ke seluruh penjuru dunia dengan hanya sekali menekan tombol berbunyi klik. Sayangnya, dari revolusi ini kemudian timbul ketidakadilah, ketika informasi hanya dapat diakses oleh golongan tertentu. Manusia yang tinggal di kota-kota besar relatif lebih mudah memperoleh akses informasi. Sementera masyarakat di pedalaman, belum tentu dapat memperoleh informasi sebab kondisi sarana prasarana dan infrastruktur yang belum memadai. Maka tak heran, jika jurang kesenjangan antara keduanya—antara yang di desa dan kota, antara si miskin dan si kaya, dan sebagainya—semakin menganga. Namun demikian, pada akhirnya kita tahu revolusi telah mengubah wajah dunia secara besar-besaran. Dan kemajuan teknologi yang semakin pesat, juga telah mempengaruhi jalannya sejarah peradaban umat manusia di segala bidang. Meski pada kenyataanya, kemajuan tersebut seolah tidak berarti apa-apa. Begitu banyak permasalahan yang tak kunjung terselesaikan dan terus berulang. Ketidakadilan, kesenjangan ekonomi, peperangan, penyakit masyarakat, dan penindasan manusia terhadap manusia lain masih terus terjadi dan kita rasakan hingga saat ini. Jika demikian, maka lantas yang menjadi pertanyaan adalah: apakah peradaban manusia telah benar-benar mengalami kemajuan? Kemana kemajuan yang selama ini digembar-gemborkan? Apakah kemajuan peradaban manusia hanya seolah-olah bergerak, padahal sesungguhnya tidak kemana-mana?
*Penulis adalah mahasiswa FIB angkatan 2013. Saat ini menjabat sebagai ketua BEM FIB.
*Penulis adalah mahasiwa Sejarah 2011 & pengelola Hayamwuruk 2014
7| Buletin Edisi II/2016
Refleksi Negeri
HAMBALANG RECYCLING oleh: Risma Widyaningtyas
I
ndonesia adalah salah satu negara yang aktif mengikuti kegiatan-kegiatan olah raga berkala internasional. Banyak atlet yang telah mengharumkan nama Indonesia. Akhir-akhir ini yang santer terdengar adalah atlet muda Jonatan Christie, pebulutangkis yang berhasil maju ke semifinal di ajang Malaysia Open, dan Rio Haryanto, pembalap muda yang tengah beradu di F1. Sayangnya, kesuksesan para atlet seringkali tidak berbanding lurus dengan sarana penunjang yang diberikan pemerintah. Pada tahun 2004, Indonesia memiliki sebuah mimpi membangun Pusat Pendidikan, Pelatihan dan Sekolah Olah Raga Nasional (P3SON), dengan anggaran 1,2 trilliun rupiah—seperti yang tertulis di audit BPK. Namun, proyek yang ditargetkan rampung pada akhir tahun 2012 itu terhenti dikarenakan permasalahan pelik yang menyelimutinya. Dengan luas sekitar 32 hektar, Desa Hambalang menjadi area yang dikembangkan PT Adhi Karya dan PT Wijaya Karya untuk akan dibangun P3SON. Area tersebut berada di lereng barat Gunung Hambalang dengan kemiringan lereng 15 hingga 25 derajat, dan
berada di ketinggian sekitar 630 mdpl. Lokasi tersebut dipilih berdasarkan kesesuaian RUTR (Rencana Umum Tata Ruang) dan dibeli pemerintah dengan harga tanah tak lebih dari Rp. 30.000/m². Tetapi ada beberapa hal yang luput dari pemantauan tim pengembang lokasi Hambalang, yaitu kondisi tanah yang sangat rawan bergerak. Pergerakan tersebut diakibatkan oleh kondisi geologi perbukitan Hambalang. Tanah dan batuan permukaan atau pembentuk lereng berupa breksi tufa yang telah melapuk, bersifat lolos air dan berada di atas batuan lempung yang kedap air. Lempung tersebut apabila terkena air akan menyerap dan mengembang yang berpotensi menjadi bidang gelincir—kondisi yang sangat ideal untuk terjadi gerakan tanah. Hal tersebutlah yang menyebabkan amblesnya bangunan power house dan stadion indoor bulutangkis di Hambalang. Pembangunan di Hambalang kemudian terhenti perlahanlahan, seiring dengan himbauan Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) untuk tidak melanjutkan pembangunan di area tersebut. Hal lain yang mempengaruhi kegagalan
pembangunan wisma atlet adalah para aktor penguasa yang bermain di dalamnya. Wafid Muhammad (Sekretaris Kementrian Pemuda dan Olahraga), Mindo Rosalina Manulang (Direktur Pemasaran PT. Anak Negeri), Mohammad El Idris (Direktur Pemasaran PT. Duta Graha Indah), dan M. Nazarudin (Bendahara Partai Demokrat) adalah sederet nama yang terbukti terseret arus penyelewengan dana, suap dan penyalahgunaan kekuasaan selama proyek tersebut berlangsung. Pada tahun 2012 pembangunan pusat pelatihan atlet nasional itu kemudian tidak dilanjutkan karena tidak adanya dana. Dan hingga sekarang, bangunan tersebut dibiarkan mangkrak tak terurus. Banyaknya semak belukar yang tumbuh, konstruksi bangunan yang berlumut, berton-ton besi baja dan ratusan batang pipa yang kerap menjadi objek jarahan pencuri serta plafon bangunan yang mulai runtuh, menjadi pemandangan yang bisa anda temui di Bukit Hambalang. Kunjungan Presiden Sejak Maret, kelanjutan pembangunan di Hambalang mulai santer terdengar. Beberapa saran bermunculan terkait kelanjutan pembangunan tersebut. Bahkan, oleh DPR disarankan untuk mengalihfungsikan gedung pusat pelatihan atlet nasional itu menjadi museum anti korupsi dan penjara bagi para koruptor. Sampai pada hari Jumat (18/3/2016), Presiden Joko Widodo mengunjungi Hambalang untuk menentukan nasib pembangunan selanjutnya. Presiden telah menunjuk kementrian terkait untuk menelaah lebih lanjut apakah pembangunan Hambalang dapat diteruskan. Selain itu, Presiden juga berkoordinasi secara khusus dengan BPKP (Badan Keuangan dan Pembangunan) untuk mengaudit bangunan, wilayah dan anggaran gedung Hambalang. Setelah diaudit, barulah akan diputuskan apakah pusat pelatihan atlet tersebut dilanjutkan, dihentikan atau dialih fungsikan. Di luar proyek hambalang, tentunya masih banyak khasus serupa dan pekerjaan rumah bagi pemerintah dan rakyat Indonesia. Proyek-proyek yang juga mangkrak karena kasus korupsi contohnya pembangunan Block Office Pemkot Batu, pengadaan e-KTP, pengadaan bus transjakarta, dan masih banyak lagi . Sungguh miris ketika melihat berbagai kasus korupsi masih terjadi di negeri ini. Sebagai rakyat Indonesia, kita hanya dapat berharap semua kasus dapat terselesaikan dengan baik, semua yang bersalah dapat diadili, dan proyek-proyek Indonesia selanjutnya akan berjalan dengan baik.
Wisata Edukasi Jadi Rencana Usaha Undip (Sambungan halaman 1) Sedangkan menurut Dekan, Redyanto Noor, FIB akan berpatisipasi sesuai kemampuan. Hal ini dikarenakan belum adanya arahan yang jelas kepada fakultas, sehingga FIB masih menjalankan program yang diaturnya sendiri. “Ya kalo itu mau dimanfaatkan universitas (program-program UPK, red) ya silahkan saja. Tapi fakultas belum punya rencana. Program destinasi wisata universitas, misal fakultas harus mengadakan ini mengadakan itu belum ada perintah.” Ketua Senat Mahasiswa Undip, Sigit Tirto Utomo, memberikan pandangannya terkait rencana tersebut. Menurutnya, ada dampak positif dan negatif yang bisa dirasakan langsung oleh mahasiswa. Positif misalnya, kegiatan mahasiswa khususnya di tingkat fakultas akan lebih dihargai didukung penuh oleh pihak rektorat dan dekanat agar go public. Namun negatifnya, dapat terjadi pembatasan-pembatasan dalam pelaksanaan program kerja organisasi mahasiswa, karena belum adanya peraturan yang jelas tentang pembagian peran mahasiswa. “Dan yang lebih penting lagi intensitas mahasiswa dalam melakukan pelaksanaan wisata edukasi kepada publik juga harus diatur. Karena tugas mahasiswa ketika datang ke Undip adalah untuk menyelesaikan studinya, bukan untuk terus menunjukkan keahlian atau keterampilannya secara terus-menerus demi menambah pendapatan kampus sendiri,” tambahnya.
8| Buletin Edisi II/2016
Semarang
Menyambut Sembilan Kartini Kendeng Kamis siang (14/4), pukul 02.35 WIB, Stasiun Tawang seketika ramai dengan kedatangan ibu-ibu mengenakan kebaya dan caping. Puluhan orang yang terdiri dari mahasiswa, wartawan dan aktivis peduli Pegunungan Kendeng membentangkan spanduk-spanduk yang salah satunya bertuliskan “Sugeng Rawuh Kartini Kendeng”. Seperti diketahui sebelumnya, sembilan ibu yang belakangan disebut Kartini Kendeng itu melakukan aksi menyemen kaki selama dua hari, di depan Istana Merdeka, Jakarta. Aksi nekad tersebut merupakan bentuk protes mereka terhadap pendirian pabrik semen di kawasan pegunungan Kendeng yang mencangkup kawasan Rembang, Pati, Blora, dan Grobogan. Aksi yang berlangsung selama dua hari, sejak Selasa siang (12/4), tersebut akhirnya b e r h e n t i s e t e l a h Ke p a l a S t a f A h l i Kepresidenan, Teten Masduki, menjanjikan bahwa dalam waktu dekat akan mengagendakan pertemuan Ibu-ibu Kendeng dengan Presiden Joko Widodo. “Kami ditemui Pak Teten dan akhirnya dilepas semennya karena kami benar-benar masih percaya kepada pemerintahan ini. Kami masih percaya bahwa bapak benarbenar sanggup menyelesaikan masalah ini,” tutur Murtini, salah satu dari sembilan wanita yang menyemen kaki di Istana Merdeka. Gunarto, selaku pendamping aksi
bersama dengan rombongan menghimbau kepada warga Indonesia, terutama Jawa Tengah yang senasib dengannya untuk terus bersama-sama bergerak dan saling berkoordinasi. Ada banyak kasus sengketa lahan di Indonesia antara perusahaan industri tambang dengan warga. Selain itu, ia juga menginginkan adanya fokus kajian terhadap Perda Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Nomor 6 tahun 2010 pasal 63 dan Nomor 10 tahun 2011 pasal 19 Provinsi Jawa Tengah, yang berkaitan dengan berdirinya pabrik semen di Rembang. Menurut Gunarto sendiri, aksi yang telah dilakukan oleh sembilan wanita dari Kendeng hanyalah contoh kecil dari perjuangan untuk terus melestarikan alam. Sementara itu, pandangan kontras disampaikan dari Ganjar Pranowo, terkait aksi yang dilakukan di depan Istana Merdeka
tersebut. Seperti yang dilansir situs media berita online Kompas.com (14/04), ia menuding ada pihak tertentu yang menyusun a k s i m e m b e to n k a k i a ga r m e n j a d i propaganda. Menurut Ganjar, konflik pendirian pabrik semen di Kabupaten Rembang telah selesai karena telah diputuskan secara resmi di PTUN. Ia justru menyanyangkan bahwa aksi tersebut hanya berakibat menyakiti diri sendiri. Setahun sebelumnya, tepatnya pada 16 April 2015, perkara pembangunan pabrik semen di Rembang digugat di Pengadilan Tata Usaha Negara (PTUN) Semarang Namun, gugatan tersebut ditolak karena hakim mengangap bahwa statusnya dianggap telah kedaluwarsa (melebihi batas waktu pengajuan gugatan yang ditentukan). (Resza Mustafa)
Rektorat Ajak Mahasiwa Berdialog (Sambungan dari halaman 1) Maka dari itu, tentu kita butuh dana tambahan. Itulah gunanya UKT dan SPI di sini.”Meski beredar selebaran berisi biaya studi Undip 2016, hingga saat ini, Rektorat belum dapat memastikan besaran SPI yang akan diberlakukan, lain halnya dengan UKT yang telah ditetapkan dengan SK Rektor. Besaran UKT ditentukan oleh masing-masing fakultas berdasarkan mekanisme yang telah diatur dalam Peraturan Menteri Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Permenristek Dikti) nomor 5 tahun 2016, tentang Penetapan Standar Satuan Biaya Operasional Perguruan Tinggi Negeri Badan Hukum (PTN-BH). “Kalau buat SPI sendiri saya belum bisa memastikan mbak, karena saya juga belum tanda tangan SK Rektor. Tapi, jumlahnya sendiri tidak akan genap. Misalnya saja nanti SPI 9.750.000 kan nggak genap to? Kalau soal selebaran itu, saya bisa memastikan bahwa itu bohong, yang kedokteran 250 juta atau yang FIB 10 juta, itu bohong. Karena besaran SPI itu tidak mungkin genap,” jelas Rektor. SPI rencanaya akan diberlakukan kepada mahasiswa baru 2016 yang diterima melalui jalur Ujian Mandiri (UM). Pembantu Rektor III (PR III), Budi Setiyono, mengatakan “Rencananya, untuk pengumuman UKT dan SPI ini kepada calon mahasiswa akan diumumkan antara waktu setelah pelaksanaan SBMPTN, tapi sebelum ujian UM. Jadi, mahasiswa yang mau daftar UM ini bisa siap-sia dulu sebelumnya, berapa biaya yang harus dikeluarkan kalau mau masuk Undip. Kalau
sekiranya sudah merasa nggak kuat, ya jangan daftar di Undip, kan universitas lain masih ada.” Mengembangkan Badan Usaha Selain menaikkan UKT dan memberlakukan SPI, Undip juga berencana menambah dan mengembangkan badan usaha untuk mempersiapkan UNDIP sebagai PTN-BH. Badan usaha yang sudah dimiliki Undip antara lain Rumah Susun Sewa Sederhana (Rusunawa), Rumah Sakit Nasional Diponegoro (RSND), dan SPBU. Badan usaha yang akan ditambahkan mislnya Undip Food dan Undip Finance. Selain itu dijelaskan pula bahwa dibangunnya lapangan golf, tujuannya juga adalah untuk menambah pemasukan UNDIP. “Sebenernya, kalau lapangan golf itu, kita ngelobby ke sana ke mari. Kita banyak ngelobby ke Menpora. Nih pak, anak-anak butuh indoor buat latihan, kita butuh lapangan golf buat anak-anak. Itu, kita bisa bangun lapangan golf itu karena itu, bukan dari uang Undip yang masih kekurangan 350 juta,” jelas Budi Setiyono. Untuk UKT dan SPI tahun berikutnya, Rektor belum dapat memastikan apakah akan terus naik atau tidak. Jika badan usaha di Undip berjalan lancar, maka Rektorat berani memastikan bahwa UKT tidak akan terus naik dan kemungkinan SPI akan dicabut. Namun jika yang terjadi sebaliknya, maka besaran UKT tahun berikutnya dapat naik lagi dan tetap diadakan SPI. (Qonita Azzahra)
9| Buletin Edisi II/2016
Film
Adat Minang dan Cinta Zainudin Oleh: Alya Lubnaganis
S
uara mesin ketik mengalun saat
maju sehingga dia bisa berada di puncak
seseorang bercerita mengenai
tinggi dan membuat perempuan itu
kisahnya yang malang. Cerita berawal
mengadah menatap. Mendengar itu Zainudin
ketika seorang pemuda yang bernama
pun berusaha keras dari hari ke hari untuk
Zainudin ingin mencari ilmu agama lebih
menulis. Dia juga merantau ke Batavia
dalam dan mengunjungi tempat kelahiran
bersama Bang Muluk untuk
sang ayah, Batipuh. Zainudin yang sudah
mengembangkan kemampuan menulisnya
yatim piatu semenjak lahir diasuh oleh Ma'
seraya melupakan Hayati.
Base. Pada awalnya, Ma' Base ketakutan
Usaha kerasnya berhasil membuatnya
Zainudin tidak akan diterima di tanah
berada di atas “puncak�. Zainudin diminta
kelahiran ayahnya itu. Namun Zainudin
untuk mengurusi sebuah penerbitan di
meyakinkan orang tua asuhnya itu, sehingga
Surabaya, dia juga menjadi penulis terkenal
berangkatlah ia ke negeri Padang yang
yang kaya raya. Di sisi lain, kehidupan rumah
terkenal dengan keelokannya.
t a n g ga H aya t i t i d a k s e m u l u s ya n g
Ternyata benar, sesampainya di Padang,
d i b aya n g k a n nya . H a r t a A z i z h a b i s
dirinya disambut pemandangan demi
dikarenakan hutang-hutang judinya. Dengan
pemandangan indah yang mempesonanya.
alasan naik pangkat, Aziz memboyong Hayati
Judul Film
Akan tetapi tidak dengan masyarakat di sana.
ke Surabaya, dan mereka bertiga
Zainudin yang memiliki ibu tidak berdarah
dipertemukan kembali di pementasan opera
Sutradara Tanggal Genre
Minang tidak dianggap orang di sana. Hal ini
yang diselenggarakan Zainudin.
dikarenakan Padang menganut sistem
Melihat Zainudin yang sudah kaya, membuat
matrilineal yang mengambil garis keturunan
Aziz meminjam uang untuk melunasi hutang-
dari perempuan.
: Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck : Sunil Soraya : 19 Desember 2013 : Roman
mengapa ayah Zainudin keluar dari Batipuh.
hutangnya. Tetapi hutang-hutangnya yang
Ayahnya diusir dari Padang karena tidak
Zainudin yang terpuruk saat itu pun bertemu
terlampau banyak tidak bisa segera ia lunasi.
sengaja membunuh mamaknya.
dengan Hayati. Gadis bangsawan Batipuh itu
Lagi-lagi Aziz meminta bantuan Zainudin
Ketika Sunil Soraya mengatakan
memberikan rona tersendiri di hidup
untuk memberi izin tinggal di rumahnya.
membuatnya semirip mungkin, saya rasa
Zainudin. Waktu kemudian mempertemukan
Tidak kuat dengan berbagai tekanan, Aziz
scene ini penting tetapi luput ditampilkan.
mereka kembali lewat payung yang
pun bunuh diri dengan sebelumnya
Mengingat hal itu berhubungan dengan
dipinjamkan Zainudin kepada gadis itu.
membuat surat yang berisi pernyataan
cerita selanjutnya, salah satu alasan Zainudin
Mereka pun sering berkirim surat lewat adik
dirinya menceraikan Hayati.
dikucilkan. Selain itu novel yang seharusnya
Hayati. Tapi berita dekatnya Zainudin dengan
Dikembalikannya Hayati kepada Zainudin,
berlatar sebelum kemerdekaan ini kurang
Hayati pun akhirnya terdengar oleh
cinta Hayati yang sesungguhnya.
menonjolkan nuansa penjajahan. Jarang
penghulu adat yang merupakan Mamak
Namun Zainudin yang masih menyimpan
terlihat adanya bendera Belanda berkibar.
Hayati.
sakit hati itu tidak mau menerima Hayati. Ia
Tidak hanya itu, orang-orang Belanda di film
Mamak Hayati segera mengusir Zainudin
memberi Hayati uang untuk kembali ke
ini yang seharusnya melihat bangsa pribumi
dengan halus. Sebelum pergi, mereka berdua
Batipuh menggunakan kapal Van Der Wijck.
sebagai bangsa dengan kasta terendah pun
sempat bertemu dan Hayati memberikan
Tapi tak lama berselang, berita mengenai
tidak terlihat. Juga tidak adanya orang
kerudungnya sebagai azimat. Ketika berada
tenggelamnya kapal itu sampai ke telinga
Belanda di Batipuh.
di Padang Panjang, Zainudin mendapat pesan
Zainudin. Ia pun segera mencari Hayati.
Terlepas dari itu semua, Sunil Soraya berhasil
bahwa Hayati diperbolehkan pergi ke kota
Namun nasib baik tidak berada di pihaknya.
membuat latar tempat dalam film ini seakan-
tersebut dan menginap di rumah sahabatnya
Hayati meninggal tak lama setelah dirinya
akan berada pada tahun 30-an. Akting para
Khadijah. Namun naas, bukannya semakin
menyatakan rasa bersalah.
aktornya pun patut diacungi jempol, walau
dekat dengan Hayati, malapetaka terjadi:
Diusirnya Ayah Zainudin
menurut saya Herjunot Ali sebagai Zainudin
Hayati dijodohkan dengan Aziz, kakak
Film ini cukup memakan banyak waktu yaitu
dan Pevita Pearce sebagai Hayati kurang
Khadijah.
194 menit. Hal ini dikarenakan sang
m e n g i m b a n g i Re z a R a h a d i a n ya n g
Mendengar kabar itu, Zainudin sakit keras.
sutradara Sunil Soraya berusaha membuat
memerankan tokoh Aziz. Herjunot Ali dan
Ditambah sebelumnya dia mendapat berita
semirip mungkin dengan novelnya. Ketika
Pevita Pearce kurang dalam menirukan
duka bahwa Ma' Base, orang tua angkatnya
melihat film ini, awalnya saya merasa sedikit
dialek. Tapi mereka tetap apik dalam
itu, meninggal. Dalam keadaan seperti itu,
penasaran menganai alasan ayah Zainudin
memainkan peran mereka masing-masing.
temannya, Bang Muluk, menasihatinya untuk
merantau ke Makasar, karena adegan
Dan meskipun film ini keluar pada tahun
bangkit. Dikatakannya kepada Zainudin
tersebut tidak ada. Namun ketika saya
2013, saya rasa film ini masih tetap menarik
bahwa kekalahan cinta bisa membuatnya
membaca novelnya menggertilah saya,
dan sayang untuk dilewatkan.
10| Buletin Edisi II/2016
Buku
Ekspedisi Berdarah Ke Pulau Run Oleh: Hendra Friana
A
Kepulauan Banda, dan apapun yang mereka tahu juga nyaris tak memberikan semangat. Ada cerita tentang para kanibal dan pemburu kepala manusia. Ada kabar burung tentang monster pemangsa kapal dan buaya-buaya yang bersembunyi di sungai. Kepulauan Banda dan Run menjadi misteri. Dan ke sanalah, atas restu dari raja serta diongkosi para saudagar dan tengkulak, ratusan ekspedisi dari Eropa berisi manusia-manusia paling nekat kemudian
pa yang terlintas dibenak anda saat mendengar pulau bernama
dikirim untuk menemukan rute ke laut Timur, berlayar ke Kepulauan
Run? Mungkin anda merasa asing atau bahkan belum pernah
Rempah (Ternate, Tidore, Maluku dan Banda) dan pulang dengan
mendengarnya sama sekali. Sebab, pulau tersebut
kapal-kapal penuh pala, lada dan
memang sebuah pulau kecil yang terpencil, sepi dan
cengkih.
terabaikan di tengah ribuan pulau-pulau lainnya di
Giles Milton dalam bukunya
Indonesia . Tapi siapa sangka, salah satu pulau di
Nathaniel's Nutmeg yang diterjemahkan
kepulauan Banda itu pernah dianggap sebagai
ke dalam bahasa Indonesia berjudul
pertukaran yang adil untuk Manhattan, sebuah
“Pulau Run: Magnet Rempah-rempah
pulau yang terletak di sebelah selatan ujung Sungai
Nusantara yang Ditukar dengan
Hudson, satu dari lima kota bagian yang
Manhattan� menjelaskan bagaimana
membentuk Kota New York.
bangsa-bangsa di Eropa tersulut apa
Semua bermula saat tanaman pala, yang oleh
yang kemudian dikenal sebagai
para botanis disebut Mysristica fragans, menjadi
perlombaan rempah.
kemewahan paling diidamkan di Eropa pada abad
Dan pulau Run, yang menjadi pulau
ketujuh belas. Satu jenis rempah yang memiliki
paling berharga dari seluruh kepulauan
khasiat pengobatan begitu hebat sehingga orang-
rempah-rempah di Nusantara,
orang akan mempertaruhkan nyawa mereka untuk
mendorong perebutan sengit dan
memperolehnya. Harganya selalu mahal dan kian
berdarah-darah antara sekelompok
meroket ketika para dokter zaman Elizabeth di
tentara Ingris dibawah kepemimpinan
London mengklaim, bahwa bola-bola aroma terapi
Nathaniel Courthope dan Vereenigde
yang terbuat dari pala adalah satu-satunya
Oostindische Compagnie (VOC). Hasil
penawar untuk wabah sampar yang melanda
dari perebutan tersebut adalah sebuah
Eropa—penyakit yang diawali dengan bersin dan diakhiri dengan kematian. Dalam semalam, kacang kecil keriput ini menjadi tumbuhan yang diburu layaknya emas.
Judul Penulis Penerbit Tahun Tebal buku
: Pulau Run : Giles Milton : Pustaka Alvabet : 2015 : 512 halaman
Di London, harga lima kilo pala bahkan dijual hingga lebih dari ÂŁ2,1 atau lebih mahal 60 ribu per sen dari harga yang bisa
penwawaran paling spektakuler dalam sejarah: Ingris menyerahkan pulau Run ke Belanda, dan sebagai imbalannya Belanda memberikan pulau lain, yakni Manhattan. Cetakan pertama setebal 512 halaman ini
diterbitkan oleh Pustaka Alvabet pada Juni, 2015 silam, dan
dibeli di Kepulauan Banda yang harganya hanya satu penny. Sekantung
diterjemahkan dengan baik ke dalam bahasa Indonesia oleh Ida
kecil penuh pala, dapat membuat seseorang berkecukupan seumur
Rosdalina. Membaca sejarah dengan gaya penulisan sastra dalam buku
hidupnya: membeli sebuah rumah dengan atap runcing di Holbron,
ini, anda akan dibawa menyusuri masa lampau, menyaksikan
lengkap dengan pelayan untuk melayani segala kebutuhannya. Tapi pala bukan komoditas yang mudah ditemukan. Kepulauan
petualangan brilian, perang dan kebiadaban, navigasi yang belum terpetakan, dan sebuah eksploitasi dunia baru yang menggiurkan.
Banda dan terutama Pulau Run, tempat tanaman itu memancangkan
Buku ini merupakan salah satu karya terbaik Giles Milton, di luar
akar-akarnya ke tanah, adalah dongeng yang tak seorang pun di Eropa
karyanya yang lain seperti Big Chief Elizabeth, Samurai William dan
bisa memastikan kepulauan itu benar-benar ada. Para pedagang
White Gold , yang mengangkat subjek petualangan Inggris dalam
rempah di Konstantinopel nyaris tak memiliki informasi tentang
menaklukan pelayaran perintis di Asia, Afrika Utara dan Dunia Baru.
H: Tahun depan ketua BEM Undip angkatan 2014? W: Kalau jadi.. dan kalau mampu
H: UKT naik. Kalau gak sanggup bayar gak usah kuliah di Undip, kata PRIII. W: Nggak usah jadi PTN-BH juga kalau gak sanggup
H: DKJT kisruh kenapa? W: Ketua baru terpilih tanpa melalui Musda H: Emang DKJT masih ada? W: ...
#ObrolanJogloBudaya
H: Ibu-ibu Kendeng membaca Amdal W: Wah, ini baru kartini.. tanpa make up dan tarik tambang *eh
11| Buletin Edisi II/2016
English Corner
Building Atlantis I By Deviana Kurniawati
f only we can celebrate Earth Day by realizing how far the earth has gone better, but in fact we never do. Now we are busy in commotion since reclamation issues in Jakarta is rising. The tension between the fishermen and the government not to mention the developers seems ceaseless. The pros and cons whether or not the reclamation should be halted are also increasing in the media. The reclamation issues are actually starting very long ago, not only in North Jakarta but also in Benoa Bay, Bali. The developers of the real estate are going to have much cheaper lands to build their apartments and condos by reclaiming a brand new island. It is considered more economic than buying land that has higher price. Thus, the projects started. In north Jakarta, there have been regulations that rule about the reclamation in island F, G, I, and K. Some of them are really in progress of reclamation. This activity triggers the fishermen whose their occupation field are disturbed. The activity makes them cannot do fishing and threat their occupation, not to mention the environmental impact regarding the reclamation. In Bali, the people are also not along with the reclamation with Benoa Bay. Lately, the people and the activists were having long march to shout their declination of reclamation. What actually should be underlined is that the pros and cons are not going anywhere. The opinions, assumptions, supports and declinations lead us to nowhere. The regulation that has been set since years ago are the excuses government made not to halt the projects. The agenda of creating National Strategic Areas as in PP no. 26 2008 has ruled about that. The problem is that every regulation must be made and executed. Specifically, in the north Jakarta where the reclamations of some islands are set, the regulations are too complex to tackle. The permissions of reclamation projects in several islands have been approved by the governors and the developers see no need to halt. On the other hand, the practice of the activity is no clean as well. On March 3rd, one of the house members, M. Sanusi, was caught because of the dirty money he accepted. He was sued since he took money from one of the developers to reduce the burden of tax the developers should pay in the projects. Thus, the reclamations trigger more and more declination from the activists. Still, the government cannot change much so far. There are also assumptions that the reclamation could bring contribution toward the provincial income up to 20%. But still there are no proofs yet, and seemingly the people who will enjoy the advantages are also the richest party. Could they guarantee that the native people could enjoy the advantage? Not to mention that in the future they can only be the labors in the islands. No one could guarantee it. The project of the reclamation is the project of building a little new Atlantis—for a little amount of rich people. A future sophisticated area is in the making but they threaten the occupation of the people this far. Many people decline yet they do not know to what extent it can make them stop. We can see the commotion exists, but we never now till when it can force the reclamation to solely stop.
Meski di ujung dunia, Kami temani anda dengan sekelumit kisah dari kampus Budaya
www.lpmhayamwuruk.org @lpmhayamwuruk Hayamwuruk FIB Undip
12| Buletin Edisi II/2016