Mentoring Kembali seperti Semula
Reporter: Chesarisa Nugraheni PutriUMS, Koran Pabelan – Lembaga Pengembangan Pondok, Al-Islam, dan Kemuhammadiyahan (LPPIK) menerapkan kebijakan baru terkait waktu pelakasanaan mentoring menjadi pukul 06.30. Namun, ditemukan kendala pada pelaksanaannya, sehingga kegiatan mentoring kembali dilakukan pada jam 07.00.
Ilustrasi: Elsa Ro'is/Koran Pabelanartono selaku Kepala U-
Hrusan Mentoring dan Kerja sama Persyarikatan mengatakan, bahwa perubahan waktu pelaksanaan mentoring tersebut diterapkan pada dua pertemuan awal saja. Di mana dalam dua pertemuan tersebut, katanya sebagai bentuk uji coba dan pengkondisian semua komponen yang terlibat agar lebih maksimal dalam manajemen waktu “Kemudian dievaluasi, ternyata ada kendala baik dari mentor maupun peserta yang datang terlambat, maka kemudian pertemuan berikutnya sampai hari ini mentoring kembali normal di-
mulai pukul 7 pagi,” jelasnya, Selasa (25/10).
Ia mengungkapkan, bahwa tidak ada dampak yang signifikan terkait waktu pelaksanaan mentoring tersebut, sebab peserta mentoring juga terjadwal untuk mengikuti program Cinta Subuh setiap Sabtu di Masjid Sudalmiyah Rais Kampus Dua. Hartono juga menyampaikan, kegiatan mentoring akan berjalan dengan baik apabila di-support oleh semua civitas academica “Karena hasil dan evaluasi mentoring nanti akan menjadi prasyarat mahasiswa dapat menempuh mata kuliah Kemuhammadiyahan di se-
mester empat,” katanya. Muhammad Agus, salah satu Mentor dalam kegiatan mentoring mengaku tidak setuju dengan perubahan waktu pelaksanaan mentoring yang terkesan sesuka hati LPPIK maupun Koordinator Mentoring Pusat (KMP). Dengan adanya perubahan waktu mentoring juga, kata Agus, menjadikan mentoring tidak berjalan efisien, sebab masih banyak peserta yang terlambat atau bahkan tidak hadir “Dari LPPIK harus mempertegaskan lagi dan menentukan waktu yang sesuai dan serentak dengan fakultas lain,” tutupnya, Senin (24/10).
Fahmi, salah satu peserta mentoring turut memberikan tanggapannya terkait adanya perubahan waktu pelaksanaan mentoring. Dirinya mengaku tidak keberatan dengan adanya perubahan waktu dalam pelaksanaan mentoring tersebut, pasalnya mentor yang mengampu kelompoknya menjadwalkan mentoring pukul tujuh pagi. “Kalau dari beberapa pertemuan yang sudah diadakan terlebih pada halakah (kelompok red) saya sendiri, pertemuan jam 06.30 itu sangat tidak berjalan dengan baik,” tuturnya, Selasa (25/10). [NPN]
Redpel Koran: Chesarisa N. P
Redaktur: Nandya Putri Pratiwi, Dwi Pepilia Pita Sari
Redaktur Foto: M.Abiyyu R.
Reporter: Chesa, Novali, Hasbi, Salsabilla, Dwi, Mg_Nurul, Mg_Atik
Fotografer: Mg_Indah,Abiyyu, Mg_Ivana
Editor: Chesa, Novali, Munir, Dena Ilustrator: Khairani, Elsa Ro'is, Hasbi DesainArtistik/Tata Letak: : Angga, Fayi, Nova, Ryan, Ridhwan, Iqbal, Munir, Bagas
Pemimpin Umum: Muhklis Sirotul M. Sekretaris Umum:AnisaYuliana P
Pemimpin Redaksi: Novali Panji N.
Litbang: MulyaniAdiAstutiatmaja
Personalia: Ridhwan Nabawi Medkom: Izzul Khaq
Perusahaan: Gardena Dika M. Manajer Logistik: Deny Bayu W
Redpel Online:Aliffia Khoirinnisa Redpel Koran: Chesarisa N. P Redpel TV: M. Rafikhansa D.S. Redpel Majalah: Sarah DwiA. Manajer Diskusi: Muhammad Iqbal Manajer Data: Vaneza Benedista Manajer Penelitian:Aisyah Fayi I. Manajer Pelatihan: AchmadYusuf P. Manajer IT & Publikasi: KilauAurum Manajer Iklan: Dina Suci Ramadhani Manajer Prodis:Andika
Diterbitkan oleh: Lembaga Pers Mahasiswa Pabelan, Universitas Muhammadiyah Surakarta Terbit Sejak: 28 Juni 2005 berdasarkan Surat Keputusan Pemimpin Umum LPM Pabelan No. 02/A-PU/LPM Pabelan/UMS/2005, Tanggal 24 Juni 2005
Alamat Redaksi: Lembaga Pers Mahasiswa Pabelan, Universitas Muhammadiyah Surakarta, Student Center “Griya Mahasiswa” UMS, Jl. AhmadYaniTromol Pos 1, Pabelan, Kartasura (0271) 717417 ekt. 164 Surakarta e-mail: lpmpabelanums@gmail.com, http//www.pabelan-online.com
Perlu Memikirkan Dampak Setelahnya
erubahan kebijakan
Pdalam suatu kegiatan memang perlu dilakukan untuk memperbaiki kekurangan-kekurangan yang mungkin terjadi. Akan tetapi, dalam memutuskan suatu kebijakan tersebut, sudah sepatutnya dapat melibatkan semua pihak yang terlibat di dalamnya. Seperti halnya pihak Lembaga Pengembangan Pondok, Al-Islam, dan Kemuhammadiyahan (LPPIK) yang melakukan perubahan kebijakan waktu pelaksanaan mentoring. Di mana perubahan tersebut dilakukan atas pertimbangan dari LPPIK dan Pengurus Koordinator Mentoring Pusat
(KMP), tanpa melibatkan mentor dan peserta mentoring.
Hal tersebut dapat dikatakan kurang tepat, sebab mentor dan peserta mentoring-lah yang terlibat langsung dalam kegiatan tersebut. Tentu sudah seyogianya mereka terlibat dalam pengambilan keputusan terkait perubahan kebijakan tersebut.
Dampak dari adanya perubahan waktu pelaksanaan mentoring tersebut tentu dirasakan oleh mentor dan peserta mentoring secara langsung. Pasalnya, banyak peserta mentoring yang rumahnya jauh dari area kampus.
Dengan begitu, banyak peserta mentoring yang tidak hadir, sehingga sedikit memberatkan untuk mentor yang sudah meluangkan waktunya untuk datang ke kampus untuk memberikan materi.
Hal yang dilakukan LPPIK saat ini sudah benar Sebab, setelah mengetahui dampak yang ditimbulkan dengan adanya kebijakan baru tersebut, dengan sigap memilih untuk melakukan evaluasi terhadap apa yang sudah diputuskan. Dari hasil evaluasi tersebut, LPPIK sepakat untuk waktu pelaksanaan kegiatan mentoring kembali seperti semula, yaitu dimulai pukul tujuh pagi.
Milad ke-64, UMS Targetkan Internasionalisasi Lebih Cepat Jangan kerja sama internasional aja yang ditingkatin, sarprasnya juga dong!!!
Harga SKS Terus Naik Mengikuti Beban Pembiayaan Kampus Perasaan kondisi dan fasilitas
kampus masih gitu-gitu
Kerja sama dengan Tongmyong University Berlangsung
Tahun
kamu?
Semut Chepatoles adalah semut tentara yang memiliki kepala bundar dan rata, tujuannya untuk menjadi sebuah “pintu” untuk menurup lubang akses keluar masuk ke sarang semut.
Sumber: @google.com
Urgensi Budaya Literasi Mahasiswa
ahasiswa dengan sede-
Mret titel dan peranannya, dianggap sebagai salah satu karakter penting yang dapat menunjukkan kontribusinya terhadap kehidupan sosial. Kekuatannya sebagai seorang elite intelektual, dituntut memberikan pemikiran-pemikiran cemerlang yang bisa dieksekusi secara riil dalam kehidupan nyata. Ide-ide yang cemerlang tersebutlah yang menjadikan salah satu ciri khas dari seorang mahasiswa. Sehingga, tak salah apabila bangsa ini menyimpan harapan besar di pundak para mahasiswa sebagai generasi penerus, yang nantinya bisa melanjutkan estafet perjuangan bangsa.
Ibarat pohon dapat tumbuh kokoh dan subur jika pemberian pupuk yang cukup sebagai asupan nutrisi. Pemberian pupuk dan air yang cukup tersebutlah yang mampu menjaga keseimbangan pohon hingga sampai kekuatan akarnya. Begitu pula yang terjadi hubungan antara mahasiswa dan dunia literasi. Literasi menjadi suplemen utama bagi mahasiswa untuk mengembangkan daya nalar, pola pikir, dan kekritisannya. Budaya literasi tidak dapat dipisahkan dengan dunia pendidikan. Literasi menjadi sarana mahasiswa dalam mengenal, memahami, dan menerapkan ilmu yang didapatkannya selama di perguruan tinggi.
Deklarasi United Nations Educational Scientific and Cultural Organization (UNESCO) menyebutkan bahwa literasi informasi terkait pula dengan kemampuan untuk mengidentifi kasi, menentukan, mene-mukan, mengevaluasi, menciptakan secara efektif dan terorganisasi, menggunakan dan mengomunikasikan informasi untuk mengatasi berbagai persoalan. Kemampuan-kemampuan itu perlu dimiliki tiap individu sebagai syarat untuk berpartisipasi dalam masyarakat informasi, dan itu bagian dari hak dasar manusia menyangkut pembelajaran se-
panjang hayat.
Seiring dengan masif dan gencarnya penggunaan teknologi di era globalisasi saat ini dapat membawa perubahan yang memiliki banyak pengaruh. Dengan adanya perkembangan teknologi informasi, semakin memudahkan masyarakat dalam mencari segala kebutuhan dan informasi melalui internet. Dengan begitu, maka upaya untuk mewujudkan masyarakat yang cakap teknologi yang benar dan bertanggung jawab menjadi isu yang perlu dikaji dan dianalisis bersama. Salah satunya, dengan menguatkan pentingnya literasi digital yang melibatkan semua komponen. Termasuk di dalamnya peran sektor pendidikan.
Melalui rubrik kolom opini inilah, penulis mencoba untuk hadir memberikan kontribusi pemikiran agar masyarakat, khususnya mahasiswa bisa lebih bijak dan arif dalam perkembangan teknologi informasi dengan terus dan menguatkan literasi digital dalam dunia pendidikan. Sebab, literasi yang terus dibudayakan mampu membuat produktivitas mahasiswa meningkat. Selain itu, budaya literasi yang telah mendarah daging dapat dijadikan pijakan kuat dalam praktik dan hubungan sosial.
Namun, di sisi lain dengan masifnya perkembangan teknologi informasi yang ada memberikan pengaruh pada budaya membaca buku. Derasnya arus informasi yang ada semakin memudahkan masyarakat da lam mencari segala kebutuhan dan informasi melalui internet. Hal tersebut menjadi salah satu faktor rendahnya minat membaca buku pada mahasiswa. Padahal, lingkungan pendidikan menjadi tempat yang paling strategis untuk mengembangkan kebiasaan membaca. Namun, pada kenyatannya, harapan tersebut belum bisa terwujud secara nyata, sebab minat baca di kalangan mahasiswa masih rendah.
Kini, budaya literasi di
OlehMulyani Adi Astutiatmaja
Mahasiswa Fakultas Ilmu KesehatanIndonesia menjadi persoalan yang sangat menarik untuk diperbincangkan. Mengingat budaya literasi di negeri ini masih rendah dan belum mendarah daging di kalangan masyarakat. Di tengah melesatnya budaya populer, buku hampir tidak pernah lagi menjadi prioritas utama untuk dibaca. Jauh sebelumnya, tokoh Proklamator Kemerdekaan Republik Indonesia, Soekarno dan Muhammad Hatta pernah mengatakan, “Untuk membangun negara ini harus diawali dari membaca,” dan fakta menunjukkan bahwa Indonesia sebagai salah satu negara dengan minat baca masyarakatnya paling rendah di kawasan Asean.
Apalagi dengan adanya pandangan bahwa sebutan “kutu buku” seolah olah kebiasaan membaca dinilai sebagai hal yang aneh. Bahkan, di kalangan mahasiswa, anak yang rajin membaca justru diolok-olok dan dipandang sebagai mahasiswa yang kurang pergaulan. Persepsi semacam inilah yang sesungguhnya telah berakibat buruk terhadap sistem pendidikan yang menjurus kepada rendahnya budaya literasi, tidak terkecuali di kalangan mahasiswa dan umumnya masyarakat Indonesia.
Salah seorang tokoh, Augustinus berkata, “Dunia adalah buku, dan mereka yang tidak bepergian hanya membaca satu halaman”. Berdasarkan perkataan Augustinus, terlihat jelas bahwa buku memegang peranan penting dalam memajukan suatu bangsa. Melalui buku, masyarakat terlebih mahasiswa mampu menerobos batas-batas kehidupan dunia.
Sayangnya, konsep ideal dari budaya literasi belum direalisasikan secara optimal oleh para elite intelektual. Menu-
rut data dari The Organization for Economic Cooperation and Development (OECD), budaya membaca masyarakat Indonesia berada di peringkat terendah di antara 52 negara di Asia. Hal ini menjadi sebuah kekhawatiran yang amat nyata bagi generasi muda, apalagi di tengah gempuran informasi yang tak jelas asal kebenarannya.
Sampai saat ini, tradisi diskusi di lingkungan kampus dapat dikatakan belum sepenuhnya hidup. Hal ini terbukti dengan ruang-ruang perpustakaan kampus yang sering kali sepi juga menjadi bukti bahwa mahasiswa belum menjadikan buku sebagai bagian penting dalam hidupnya. Sekali pun ramai dikunjungi, kegiatan yang dilakukan tak jauh dari bermain sosial media, mencari internet gratis, atau sekadar ngobrol biasa.
Gerakan literasi dapat menjadi upaya yang ditempuh untuk mewujudkannya kebiasaan membaca. Menurut Beers, dkk. (2009) dalam buku A Principal's Guide to Literacy Instruction, agar kampus mampu menjadi garda terdepan dalam pengembangan budaya literasi, kampus perlu melakukan beberapa strategi untuk menciptakan budaya literasi yang positif di kampus di antaranya; mengkondisikan lingkungan fisik ramah literasi, mengupayakan lingkungan sosial dan efektif sebagai model komu nikasi dan interaksi yang literat dan mengupayakan sekolah sebagai lingkungan akademik yang literat. Sebab, salah satu faktor eksternal yang sering kali disorot berpengaruh terhadap perkembangan minat dan kebiasaan membaca seseorang adalah bagaimana dengan lingkungan pendidikannya.
Sebelum Evaluasi
Kerja Sama dengan Tongmyong University Berlangsung 5 Tahun
UMS, Koran Pabelan – UMS resmi melakukan kerja sama dengan salah satu universitas di Korea Selatan, Tongmyong University. Kerja sama sudah dimulai pada perekrutan mahasiswa untuk tahun ajaran 2023-2024, dan kerja sama akan berakhir pada lima tahun mendatang sebelum dilakukan evaluasi kembali.
Selaku Wakil Rektor (WR) VUMS, Supriyono mengatakan jika kerja sama ini akan dimulai pada tahun 2023 dan bakal berlangsung untuk lima tahun mendatang sampai kemudian dilakukan evaluasi dari kerja sama yang sudah dilakukan. Terkait standar rekrutmen
mahasiswa, ia mengungkapkan jika nantinya UMS dan Tongmyong University akan membahas soal kurikulum untuk standar mahasiswa itu sendiri. “Kerja sama ini sebagai bentuk upaya internasionalisasi UMS,” ungkapnya, Selasa (25/10).
Ia mengatakan, kalau kerja sama ini bermula ketika UMS melakukan kunjungan ke Tongmyong University Kemudian, kata Supriyono, pihak sana menyambut baik rencana pengembangan double degree UMS dengan memberikan tanah serta kelas untuk UMS, agar bisa membuka cabang di Tongmyong University
“Kita sudah banyak melakukan double degree dengan berbagai universitas luar Kebetulan pihak
Tongmyong University juga punya program untuk menarik mahasiswa asing,” tambahnya.
Secara konsep, kata Supriyono, UMS akan memiliki kelas di Tongmyong University, dan Tongmyong University akan memiliki kelas di UMS. Ia mengatakan, kelas UMS di Tongmyong University tersebut nantinya diisi oleh mahasiswa dari Indonesia ataupun dari luar Korea. “Masingmasing kampus memberikan fasilitasnya,” ujar Supriyono.
Menanggapi kerja sama ini, Rahmawati Rosyidatul Husna selaku mahasiswa Fakultas Geografi menilai jika kerja sama ini memiliki plus dan minusnya tersendiri. Menurutnya, menjadi nilai plus untuk UMS karena bisa
berkolaborasi dan internasionalisasi dengan kampus luar “Apalagi Korea adalah salah satu negara yang pendidikannya bagus, dengan UMS ada di sana mahasiswanya bisa maju,” ujar Husna, Rabu (26/10).
Ia menyarankan agar UMS sebaiknya tetap memikirkan kondisi kampus, terlebih pada sarana prasarana yang ada Menurut Husna, sebelum melakukan kerja sama dengan kampus luar, UMS lebih baik memperbaiki kondisi kampus. “Semoga tujuan (internasionalisasi red) UMS tercapai. Diharapkan agar mahasiswa yang nanti akan ada di sana bisa lebih baik lagi daripada yang ada di sini,” harapnya. [Novali/CNP]
Pencapaian
Milad ke-64, UMS Targetkan Internasionalisasi Lebih Cepat
UMS, Koran Pabelan – UMS gelar upacara guna memperingati hari jadi ke-64 di Edutorium KH. Ahmad Dahlan pada Senin, 24 Oktober kemarin. Dalam rangkaian acara tersebut berlangsung pula penandatanganan Memorandum of Agreement (MoA) pembukaan cabang UMS di Tongmyong University, Busan, Korea Selatan.
UMS ke-64 ini, kata Anam, nantinya akan berakhir dengan adanya International Conference yang akan berlangsung pada bulan Desember mendatang. “Target lebih lanjut, akselerasi visi UMS yang dicanangkan tahun 2029, akan ditarik ke tahun 2025 dengan program berstandar internasional,” jelasnya, Senin (24/10).
mengupayakan pengembangan lokal. “Setiap langkah dalam pengembangan kami (UMS red) lakukan secara bertahap, mahasiswa tidak perlu risau karena kami pun bisa mengukur kapasitas,” pesannya.
nguatan kelembagaan secara komprehensif dan pendanaan pada kegiatan penelitian dosen serta mahasiswa,” ujarnya, Senin (24/10).
nam Sutopo, selaku Se-
Akretaris Rektorat mengungkapkan, bahwa rangkaian acara milad ke-64 ini terdiri dari berbagai kegiatan, mulai dari olahraga, jalan sehat, hingga kegiatan yang dapat mendorong penalaran mahasiswa Milad
Ia juga menuturkan bahwa adanya penandatanganan MoA antara UMS dengan Tongmyong University merupakan langkah awal untuk mencapai target lanjutan UMS, yaitu internasionalisasi program dan menjadi perguruan tinggi yang diakui dunia. Anam juga mengatakan, saat ini UMS sedang melakukan pengembangan internasional secara bertahan dan tetap
Sofyan Anif selaku Rektor UMS dalam sambutannya mengungkapkan, di tahun ini sudah beberapa target pada bidang tertentu berhasil dicapai oleh UMS. Selain memiliki 37 program studi dengan akreditasi unggul dan empat prodi terakreditasi internasional, Sofyan menambahkan jika UMS juga menjadi perguruan tinggi Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM) nomor satu di Jawa Tengah. “Pengembangan sumber daya manusia (SDM) di UMS telah dilakukan secara profesional, dengan memberikan pe-
Khoyrunnisa Nuril Fatimah, selaku mahasiswa yang hadir pada upacara hari jadi itu turut memberikan tanggapannya. Menurutnya, rangkaian acara yang ada di dalam pelaksanaan upacara tersebut dapat menunjukkan kinerja luar bisa dari UMS dengan adanya kerja sama internasional. “Semoga kerja sama internasional di berbagai negara semakin banyak, UMS semakin maju, dan acara milad yang diadakan ke depannya makin seru dan menarik minat mahasiswa,” harapnya, Senin (24/10). [Hasbi/CNP]
WARTA KAMPUS
Kerja Sama dengan Ekrutes, Adakan Tes Psikologi Gratis
UMS, Koran Pabelan – Biro Kemahasiswaan UMS bekerja sama dengan pihak Ekrutes Indonesia dalam pelaksanaan program kegiatan tes psikologi gratis secara online Program ini diadakan sejak tanggal 1 Oktober hingga tanggal 31 Desember mendatang.
Nurhidayat, selaku Kepala
Bagian Alumni dan Karir menuturkan, bahwa tujuan dari program ini ialah untuk mengetahui potensi yang dimiliki mahasiswa. Selain itu, kegiatan tes psikologi gratis ini ditujukan untuk calon mahasiswa yang a-
kan lulus, agar dapat mengetahui potensi yang ada pada dirinya. “Sehingga saat mereka (mahasiswa -red) sudah mengetahui potensinya, maka dapat me ngembangkannya dengan cara mengikuti organisasi, misalnya,” jelasnya, Rabu (26/10).
Ia mengatakan, sebelum mengerjakan beberapa soal dalam tes psikologi, mahasiswa diminta untuk membuat personal account di web resmi milik Ekrutes Indonesia. Baru setelahnya, lanjut Nurhidayat, mahasiswa dapat mengerjakan beberapa perta nyaan yang diajukan. “Soal-soal tersebut terdiri dari lima aspek tes, mulai dari tes kepribadian hi-
ngga tes gaya kerja,” ungkapnya.
Dalam kegiatan tes psikologi gratis tersebut, Nurhidayat mengungkapkan bahwa secara teknis dikelola oleh pihak Ekrutes Indonesia, mulai dari pembuatan soal hingga pengelolaan data. Tes psikologi yang dilakukan secara online tersebut, kata Nurhidayat, mudah dilakukan sebab mahasiswa tinggal memilih opsi yang sudah disediakan. “Tes tersebut dilakukan secara online menggunakan sistem yang digunakan oleh Ekrutes Indonesia,” tutupnya.
Menanggapi tes psikologi gratis ini, Kirana Nur Damayanti salah satu mahasiswa dari Prog-
ram Studi (Prodi) Pendidikan Bahasa Inggris yang telah mengikuti tes tersebut mengeluhkan hasil tes yang tidak langsung keluar setelah soal selesai dikerjakan. Ia juga mengatakan, bahwa pertanyaan pertanyaan yang dia jukan terlalu bertele-tele sehingga menimbulkan rasa bosan dan malas. “Menurut saya, masih banyak mahasiswa yang belum tahu terkait adanya program ini, mungkin ke depannya pihak penyelenggara bisa menyebarluaskan lagi melalui WhatsApp Grup tiap-tiap fakultas atau ditempel di mading fakultas,” sarannya, Selasa (25/10).
[Mg_Nurul, Mg_Atik/H]
Muda dan Menginspirasi
Biodata:
Nama: Hardika Dwi Setyawan
Alamat: Desa Cipaku RT 02/01, Mreber, Purbalingga, Jawa Tengah
Hobi: Badminton, menulis, membaca, bertualang
UMS, Koran Pabelan - Hardika Dwi Setyawan adalah salah seorang dosen UMS yang menjadi inisiator berdirinya organisasi non-profit bernama Desamind. Ia juga merupakan peraih penghargaan Ten Outstanding Young Person (TOYP) 2022. Penghargaan ini diberikan oleh Junior Chamber Internasional (JCI) pada 8 Oktober lalu.
siswa Desamind yang akan memasuki tahun ketiga. Program Desamind ini menjadi upaya untuk mendorong anak muda menjadi kontributif bagi desa. Seluruh program ini diorganisasi oleh anak muda Indonesia tanpa dibayar, mereka secara sukarela terlibat dan melibatkan diri.
sarkan penilaian dari JCI 2022. Sekarang ini juga Hardika aktif menjadi seorang dosen di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) UMS. Hardika mengungkapkan, sejak lulus dari University of Hong Kong pada November 2018 lalu, ia lebih memilih untuk melanjutkan pendidikan Doktoral Strata Tiga (S3) dengan menolak beberapa tawaran pekerjaan yang menghampirinya. Hingga akhirnya, pada tahun 2019 ia pergi ke Selandia Baru sekaligus untuk mempersiapkan pendidikan S3-nya. Singkat cerita, karena orang tua akan berangkat haji, maka pada bulan Juli 2019 ia diminta kembali ke Indonesia. Melalui berbagai tahapan seleksi administrasi, Test Potensi Akademik (TPA), bahasa Inggris, Al-Islam Kemuhammadiyahan (AIK), microteaching, kompetensi ilmiah, wawancara pimpinan, dan lain sebagainya, ia resmi menjadi dosen di FKIP UMS pada tahun 2020 dan menjadi Kepala Bagian di Perpustakaan dan Pusat Layanan Digital UMS.
keluarga ataupun orang lain. Halhal tersebut, katanya, merupakan jalan sulit yang mungkin akan kita temui dan itu harus dilewati. Menurutnya, orang yang memilih jalan-jalan tersebut biasanya adalah orang yang percaya pada sebuah impian dan harapan.
ekitar hampir lima puluh
Spersen pemuda Indonesia ada di pedesaan, tetapi sayangnya tidak diimbangi dengan kapasitas untuk menjadi penggerak di desa. Pola pikir dan ketimpangan yang ada di desa, serta lulusan sarjana yang cenderung meningkat tetapi tidak diimbangi dengan kontribusi bagi desa. Ketimpangan dan ketidaksesuaian itu mendorong rasa tanggung jawab moral dan sosial yang dirasakan oleh Hardika Dwi Setyawan, salah seorang dosen muda dari UMS, untuk mendirikan Desamind.
Desamind merupakan organisasi non-profit yang didirikan untuk mendorong lahirnya local heroes bagi pengembangan desa yang berkompetensi global dan berpemahaman akar rumput. Beberapa program unggulan dari Desamind Indonesia adalah Bea-
Atas dedikasinya mencetak local heroes bagi pengambangan desa, Hardika Dwi Setyawan mendapatakan penghargaan oleh JCI pada nominasi Ten Outstanding Young Person 2022. Hardika, begitu ia disapa, merupakan tipe orang yang fokus berusaha melakukan sebaik mungkin dengan apa yang bisa dilakukan, dan menganggap reward adalah bonus. Maka dari itu, hal ini akan membuatnya merasa bahwa tanggung jawab dan amanah akan semakin besar, sehingga butuh untuk terus belajar “With great knowledge comes great responsibility” sebuah motivasi yang selalu tertanam pada dirinya, bahwa semakin banyak ilmu, pengalaman, dan hal yang didapat, semakin besar juga tanggung jawab yang harus dijalankan.
Di usianya yang masih muda, deretan prestasi telah ia raih. Prestasinya yang paling baru ialah masuk dalam jajaran sepuluh pemuda luar biasa berda-
Baginya, upaya untuk bangkit dari titik terendah adalah mencoba ikhlas menerima segala sesuatu yang datang sebagai ujian dan cobaan. Jalan menuju keberhasilan sering kali ditemui titik gelap, kelam, penuh kekecewaan, kekhawatiran, putus asa, rasa takut, hidup penuh ekspektasi
Prestasi:
Ia mengatakan, terkadang manusia terus membandingkan kesuksesan orang lain sebagai tolak ukur, sehingga kerap membuat segala hal serba kurang. Alhasil, hal ini membuat kita tidak dapat mengeluarkan segala potensi yang ada. Oleh karena itu, Hardika berpesan agar kita perlu menikmati setiap proses perjuangan. Kata Hardika, orangorang yang kita anggap hebat dan punya pengaruh sejatinya dilahirkan sama seperti kita Hanya saja, mereka adalah orang yang terus berjuang hingga kemudian menjadi orang hebat. “Semakin banyak anak muda yang menjadi local heroes bagi pengembangan desa-desa di Indonesia, termasuk mahasiswa saya sendiri di UMS. Saya akan sangat bangga dan bersyukur jika makin banyak melihat anak didik yang sukses, memberikan kontribusi dan berhasil. Dan berharap makin banyak anak muda yang memiliki kompetensi kelas dunia dan memiliki grassroot understanding yang baik,” harap Hardika, Minggu (23/10). [Dwi/MSM]
Tiap Tahun
Tiap Tahun
Harga SKS Terus Naik Mengikuti Beban Pembiayaan Kampus
UMS, Koran Pabelan – Harga Satuan Kredit Semester (SKS) setiap tahun mengalami kenaikan. Kenaikan harga SKS tersebut bersifat rasional, karena setiap biaya tentu mengalami peningkatan, tetapi sebagian mahasiswa masih belum merasakan adanya perubahan yang signifikan dari fasilitas yang disediakan kampus.
Muhammad Da’i selakuWakil Rektor (WR) II
UMS mengatakan, bahwa kenaikan tersebut hanya ter-
jadi di awal tahun saja dengan persentase kenaikan yang berbeda-beda pada setiap program studi (Prodi). Ia mengungkapkan, jika kebijakan tersebut telah diberlakukan sejak lama dan semua asumsi mengenai harga SKS telah dibicarakan pada saat rapat. “Ada yang hanya naik satu sekian persen dan bahkan ada juga yang tidak, sedangkan yang kita tahu inplasi itu minimal lima persen, artinya semua biaya itu pasti naik,” ujarnya, Sabtu (22/10).
Ia juga mengungkapkan, apabila semua beban pembiaya-
an mengalami kenaikan sedangkan input tidak naik, maka akan memberatkan kampus. Di samping itu, ia menjelaskan jika pihak universitas juga berusaha mendapatkan sumber-sumber dana lain, salah satunya dengan mengajukan dana kepada pihak pemerintah yang selalu diupayakan “Semua dana tersebut nantinya kembali juga kepada kepentingan mahasiswa, dengan pengeluaran dalam bentuk Sumber Daya Manusia (SDM), untuk pembelajaran, pengabdian masyarakat, dan lain-lain,” jelasnya.
Salah satu mahasiswa UMS yang tidak ingin disebutkan namanya berpendapat bahwa kenaikan harga SKS tersebut terhitung antara wajar dan tidak wajar. Ia menilai, jika kenaikan tersebut bisa dikatakan wajar karena untuk keperluan perbaikan fasilitas dan gedung. “Memang semua dana kembali untuk kepentingan mahasiswa. Semoga ke depannya biaya SKS tetap standar dan stabil,” harapnya, Minggu (23/10).
[Salsabilla/GDM] Ilustrasi: Khairani Makina Dinningrum/Koran Pabelan