2
GARASI FOTO
D
I
N
A
M
I
K
A
I
N
T
E
L
E
K
T
U
A
L
M
A
H
A
S
I
S
W
A
Edisi 110 - April 2016
Rubrik Garasi Foto pada halaman ini terlaksana berkat kerja sama antara Pabelan Pos & UMS Cantik Pengumuman Kontes Foto
Ungkapan Cinta untuk Alam
Cinta adalah kata kerja, bukan kata benda. Sebab itulah, cinta perlu menggambarkan proses, perbuatan, dan harus dibuktikan. Cinta itu menjaga, menyemai benih-benih kebaikan, dan menumbuhkan harapan. Cinta tak bisa diungkapkan hanya sebatas pilihan katakata, terlebih mencintai alam.
M
encintai alam merupakan suatu kewajiban yang selayaknya diwujudkan dalam sebuah tindakan yang disegerakan. Mencintai tak perlu menunggu. Lantas, pantaskah kita berlagu untuk mencintainya? Sudahkah kita mencintainya? Sebuah kata mungkin bisa bicara untuk cinta, namun sebuah kata tak mampu menjawab realita. Kata menggambarkan rasa, namun kata tak mampu merasa. Nah, Pabelan
Pos telah bekerja sama dengan UMS Cantik mengadakan kontes foto dengan tema 'Ungkapan Cinta untuk Alam', yang berlangsung pada 10-17 April 2016. Sepuluh foto telah dipilih dewan juri. Adapun beberapa kriteria penilaian yang perlu diperhatikan adalah (1) peserta memenuhi persyaratan yang telah ditentukan; (2) penilaian berdasarkan kesesuaian antara foto dan caption dengan tema; dan (3) keputusan dewan juri tidak dapat diganggu gugat. Berikut sepuluh foto terpilih yang berkesempatan tampil pada Tabloid Pabelan Pos 110. Tiga terbaik berhak mendapatkan hadiah menarik dari sponsor Tasche Bag (@tasche.bag) dan Pabelan Pos. Hadiah dapat diambil di kantor LPM Pabelan di Griya Mahasiswa, Kampus 1, UMS.
IG: Wi_Yoga. Do with real action not bullshit
JUARA 2
JUARA 1 JUARA 3
IG: Vvfans. Kita harus berterima kasih kepada alam, cara berterima kasih kepada alam cukup menikmatinya tanpa merusaknya.
IG: Mardhianaaa. Selalu, alam membalas setangkup rasa dengan bentuk keramahan yang sama.
IG: Mardhianaaa. Sesuatu yg dirawat dengan baik pasti hasilnya indah. ...
IG: Chatrinesupratman. Manusia sebagai mahkluk sempurna ditunjuk Allah menjadi khalifah dimuka bumi, sungguh ini adalah anugerah terbesar buat kita ...
IG: Winhayerizha. Menikmati keindahan alam ini memang hak kita, tapi kita juga mempunyai kewajiban untuk menjaganya agar tetap indah
IG: Eldesi_medisa. Nusantara, sang tanah surga. Lukisan indah ciptaan Tuhan. Seni maha indah yang tergores di kanvas kehidupan. Semoga alam dan penciptaNya membimbing menuju haraoan yang lebih baik
IG: Suryaadhiwibawa. Ada cinta dibalik laut biru.
IG: Eldesi_medisa. Echinodermata tak berdaya hanya bersembunyi dibalik duri fana. Seperti manusia yang bersembunyi dibalik topeng-topengnya. ...
Widya Sholeha
collection present...
Open PO (Pree Order) Krudung dan Gamis... Bahan : Wollpeach polos dan motif, Baloteli, Twist, dan Ceruty Bonus bross rosebud setiap pembelian (tanpa minimal) Hubungi : 0812-5201-8256
IG: Mujahidghoni. Puisi Chyaning P. Bak gelombang jiwa di udara, laksana sinar di pagi hari, bagaikan rembulan mengarungi samudera
3
Edisi 110 - April 2016
BERANDA LPM PABELAN
Editorial
Lembaga Pers Mahasiswa Pabelan
Pemimpin Umum Verlandy Donny Fermansah Sekretaris Umum Rizki Pemimpin Redaksi Pabelan-online.com Ratih Kartika Pemimpin Redaksi Koran Pabelan Ritmika Serenady Pemimpin Redaksi Tabloid Pabelan Pos Depi Endang Sulastri Pemimpin Redaksi Majalah Pabelan Dwi Astuti Pemimpin Penelitian dan Pengembangan Aisyah Arminia Pemimpin Perusahaan Daryanti Manajer Hubungan Masyarakat Syarifudin Aji Pamungkas Manajer Teknologi dan Informasi Tia Rahayu Manajer Logistik Dendy Pratama Manajer Personalia Muhammad Taufik Manajer Pelatihan Hammam Nur Bagaskara Manajer Diskusi Darlin Rizki Manajer Data dan Penelitian Putri Muthmainah Manajer Iklan dan Pemasaran Ummu Azka Amalina Manajer Produksi dan Distribusi Afif Abdurrahman D
I
N
A
M
I
K
A
I
N
T
E
L
E
K
T
U
A
L
M
A
H
A
S
I
S
P
enyematan nama kepada seseorang yang dikatakan sebagai pencinta alam atau penikmat alam hanyalah sebuah fenomena. Dua istilah tersebut muncul setelah membudayanya traveling di kalangan masyarakat dan diiringi kerusakan alam sebagai dampak budaya tersebut. Kebutuhan aktualisasi diri turut menyumbangkan pengaruh di samping perkembangan program pertelevisian bernuansa alam. Program tersebut cukup menyedot para penggiat alam bebas. Tayangan yang disajikan berdampak pada timbulnya rasa ingin
W
A
Pemimpin Redaksi Depi Endang Sulastri Redaktur Pelaksana Zulfa Rahmatina Redaktur Mutia Sabita Tim Isu Verlandy Donny F. Ritmika Serenady Praditha Winsu D R. Muhammad Taufik Aisyah Arminia Editor Depi Endang Sulastri Zulfa Rahmatina Ritmika Serenady Aisyah Arminia Reporter Afif Abdurrahman Aisyah Arminia Dariyanti Darlin Rizki Depi Endang Sulastri Dziya Ulhikmah Eling Widiatmoko Eria Winda Wahdania Hammam Nur Bagaskara Hanifah Indriyanti Imron Al Faruq Indra Hartanto Kurnia Siti Mahaniyah Livia Purwati Metanisha Rofti Hamtani Midun Sanjaya Muhammad Taufik Putri Muthmainah Ratih Kartika Ritmika Serenady Rizki Sella Mauliana Setya Adhy Wicaksana Sofi Filda Izzati Tia Rahayu Ummu Aska Amalina Verlandy Donny Widy Setiawan Yusmi Dwi Putri Zulfa Rahmatina Fotografer Syarifudin Aji Pamungkas Verlandy Donny Fermansah Wisnu Dwi Saputro Dandy Pratama Hammam Nur Bagaskara Desain, Ilustrasi dan Tata Letak Syarifudin Aji Pamungkas Verlandy Donny Fermansah Diterbitkan Oleh Lembaga Pers Mahasiswa Pabelan Universitas Muhammadiyah Surakarta Terbit setiap tiga bulan berdasarkan SK Rektor No. 103/1/2000 Alamat Student Center Universitas Muhammadiyah Surakarta Jl. Ahmad Yani Tromol Pos 1 Pabelan, Kartasura, @infopabelan lpm pabelan @lpmpabelan Surakarta 57102.
lpmpabelanums@gmail.com
Salam dari Alam
T
menjejali indahnya panorama alam. Bentuk-bentuk pelampiasan aktualisasi diri mendorong terjadinya bencana. Contohnya, kecelakaan yang menimpa seorang pendaki yang tergelincir ke kawah merapi setelah berhasil mengabadikan momen dirinya di puncak Garuda, Merapi . Setelahnya, ia pun harus puas dengan kehilangan masa duniawi. Selain itu, kerusakan kebun bunga Amarilis di Yogyakarta. Dua contoh tersebut hanya menjadi bagian terkecil kerusakan alam karena dorongan aktualisasi diri.
Pada kenyataannya alam tidak membutuhkan hal-hal tersebut, apalagi penyematan dua nama tersebut. Ia tidak mengenal pencinta alam atau penikmat alam. Alam hanya membutuhkan orang-orang yang peduli terhadap kelestariannya sehingga bermanfaat untuk generasi selanjutnya. Alam tidak hanya ingin dikenal pada masa kini, namun ia menginginkan untuk dijaga, dilindungi, dan dipahami bahwa keberadaannya berpengaruh terhadap keberlangsungan makhluk hidup di bumi.
Dari Redaksi
Sadar Emosi, Sadar Kelestarian Alam
ren mendaki gunung tengah merambah di kalangan masyarakat. Berbekal kert a s b ert uliska n na ma da n keterangan ketinggian gunung, mereka mendekati puncak gunung dengan dalih mengabadikan keindahan panorama alam. Tak jarang, aktivitas tersebut dimaksudkan untuk ajang pamer foto kepada sesama teman. Budaya tersebut meluas dan berkembang. Kerusakan lingkungan tak dapat lagi dihindari. Bahkan bencana di alam bebas seakan berbicara bahwa alam merasa terusik karena kehadiran manusia. Seakan mempertanyakan kepantasan seseorang dalam mengunjungi alam, terkhusus gunung. Bentuk kesalahan yang terkadang terlupakan adalah hilangnya kesadaran bahwa setiap pendaki membawa emosi. Emosi yang dibawa tersebut berdampak pada aktivitas yang akan dijalaninya di alam. Pengelolaan emosi yang salah hanya menempatkan alam sebagai singgahan saja. Emosi berkaitan dengan kecerdasan emosi. Dua hal tersebut mendorong beragam aktivitas manusia, terlebih saat terjun di alam. Seharusnya, apabila seseorang sadar emosi berarti sadar pula terhadap kelestarian alam, terlebih saat menjelajah alam. Dikatakan dalam puisi Sitor Situmorang,
Alam dalam Alam bahwa seluruh sadar hanyut saat melalui titik pohon berlumut dan keduanya ditelan arus nafas alam. Adanya fenomena yang telah dipaparkan di atas berindikasi bahwa pengelolaan kecerdasan emosi dinilai kurang optimal. Hal tersebut dikuatkan dengan bentuk aktualiasi diri yang kini turut berkembang. Mereka yang berkunjung ke alam seperti hilang rasa peduli. Mereka hanya melihat apa yang mereka lihat tanpa melihat di balik yang mereka lihat. Permasalahannya mereka tidak memahami alam. Alam sedang berusaha berdiri menjaga kelestariannya. Meski di lain sisi, ada pula kelompok yang berikrar menjaga kelestariannya. Pabelan Pos edisi kali ini memaparkan aktivitas kelompok-kelompok tersebut, yang tersebar di tingkat Perguruan Tinggi di Indonesia. Keredaksian menemui beberapa Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) pencinta alam untuk memahamkan konsep pencinta alam kepada pembaca sekaligus mencari tahu kegiatan-kegiatan yang dilakukannya dalam rangka merealisasikan kelestarian alam. Kami hadirkan pula wajah seorang yang justru mengatakan dirinya adalah penikmat alam, Lahar, pengangkat jenazah yang terpeleset ke kawah Merapi.
Di sisi lain, konsep kecerdasan emosi dan beragam sudut pandang emosi turut dihadirkan untuk menunjukkan kepada pembaca bahwa pengelolaan emosi dinilai penting dalam kehidupan. Terkhusus pada saat terjun di alam. Hal tersebut didukung pula tanggapan para pakar mengenai fenomena yang tengah berkembang. Penggiat bank sampah yang mulai terlupakan kami sajikan pula supaya menginspirasi pembaca untuk mengolah beragam limbah sampah. Olahan limbah tersebut bahkan menjadi pundi-pundi rupiah yang cukup menjanjikan. Hal tersebut terangkum dalam rubrik wirausaha. Masih ada rubrik lain yang disajikan di Pabelan Pos edisi 110. Sudah tentu menarik dan patut untuk dibaca. Tidaklah ia manusia jika tak luput dari kesalahan. Proses hingga penyelesaian tabloid ini pun masih menyisakan celah-celah kekurangan yang patut dimaklumi. Keredaksian mengucapkan rasa terima kasih bagi pembaca apabila berkenan untuk memberikan kritik dan saran sehingga menjadi pembelajaran penting dan berarti pada kemajuan produk ini. Semoga edisi 110 ini memberi manfaat bagi pembaca. Selamat Membaca dan Salam Lestari!
Cover Tabloid Pabelan Pos edisi 110 April 2016 Layout-Ilustrator
Syarifudin Aji Pamungkas & Verlandy Donny Fermansah
Fotografer
Syarifudin Aji Pamungkas
Model
Eria Winda Wahdania.
Ide
Tim Layout Pabelan Pos
Ket:
Alam menyuguhkan pesona. Menyajikan lukisan tebing nan curam bahkan pegunungan menjulang menantang awan. Karena pesonanya, para penjaja cinta menjajakan gerakan cinta alam. Meski terkadang lupa bahwa mereka mengesampingkan perbaikan. Alam tahu dan menunggu.
Menjadi Pencinta Alam Sesungguhnya Buktikan!
Ubah Limbah Jadi Berkah Melimpah Kita juga mau diubah dong?
Intel Edison, Komputer Berukuran SD Card Wah, teknologi yang hebat!
4
Edisi 110 - April 2016
KILAS KAMPUS UMS
Dosen Hukum UMS, Pimpin Komisi Yudisial
Reporter: Praditha Wisnu Dwi Rahmawan
Pada pertengahan bulan Februari 2016, UMS mendapat kabar gembira dengan terpilihnya salah satu dosen Fakultas Hukum (FH), Aidul Fitriciada Azhari dalam bursa pemilihan ketua Komisi Yudisial (KY). Sebelum dilantik menjadi ketua KY, terlebih dahulu Azhari terpilih menjadi komisioner KY dalam rapat paripurna di gedung DPR RI, Januari 2016.
S
UNPAD
istematika pemilihan ketua KY dimulai dengan kemauan dan ketersediaan anggota KY mencalonkan diri menjadi ketua. Namun dari tujuh anggota hanya enam yang bersedia menjadi ketua KY. Joko Sasmito, satu angggota KY menolak untuk menjadi calon ketua KY. Pada tahap selanjut-
nya baru dilakukan pemilihan ketua dan wakil ketua dengan sistem voting suara terbanyak. Azhari memeroleh suara terbanyak dengan empat suara, unggul tipis dari kompetitornya, Maradaman Harahap dengan perolehan tiga suara. Sesuai ketentuan mengenai tata cara pemimpin KY, diatur dalam Peraturan KY RI Nomor 1 Tahun 2010 dan Peraturan KY RI Nomor 1 Tahun 2016 tentang tata cara pemilihan pemimpin KY, ketua dan wakil ketua definitif tersebut menjabat selama 2,5 tahun. Artinya dosen yang biasa disapa Azhari ini akan menjalankan tugasnya selama kurun waktu 2,5 tahun terhitung dari ditetapkannya sebagai ketua KY. Menjadi sebuah kebanggaan tersendiri dari UMS atas penempatan seorang dosen di susunan birokrasi Indonesia. Berdasarkan kekuatan rohani yang bersumber dari UMS, diharapkan Azhari mampu menjadikan KY memiliki taring dan tidak dipandang sebelah
mata. Azhari sendiri membawa misi untuk memulihkan kembali marwah dunia peradilan di Indonesia yang saat ini masih diramaikan dengan keberadaan hakim nakal. Lanjutnya, ia juga ingin melanjutnya proses hukum bagi para hakim yang terjerat permasalahan. Azhari tidak sendiri dalam menjalankan tugas lembaga pemerintah yang bertugas mengusulkan nama hakim dan mengawasi kinerja hakim. Terpilih bersamanya ada dosen Universitas Pasundan Bandung, Jaja Ahmad Jayus dan sembilan nama lain seperti Ombudsman yang disumpah yaitu Amzulian Rifai (ketua rangkap anggota), Lely Pelitasari Soebekty (wakil ketua rangkap anggota), Andrianus Eliasta Meliala (anggota), Ahmad Alamsyah Saragih (anggota), Ahmad Su’adi (anggota), Alvin Lie Ling Piao (anggota), Dadan Suparji Suhamawijaya (anggota), Laode Ida (anggota), dan Ninik Rahayu (anggota).
Kuliah Kedokteran, Biaya Murah Terkabulkan
Universitas Padjadjaran Bandung Buka Kuliah Gratis Kedokteran Reporter: Sella Maulina Pada era modern ini, pendidikan tidak lagi menjadi hal tabu. Apalagi dalam proses mencari lapangan pekerjaan, pendidikan menjadi pertimbangan utama. Banyak beasiswa ataupun program sekolah gratis yang dicanangkan instansi pendidikan, khususnya dari tingkat perguruan tinggi atau universitas. Baru-baru ini, kabar gembira menyelimuti calon-calon dokter. Pasalnya, biaya selangit yang menjadi keraguan telah disurutkan oleh program beasiswa kuliah gratis. Hal tersebut diterapkan oleh Univeristas Padjadjaran Bandung yang membuka kuliah gratis untuk Fakultas Kedokteran (FK) dan program spesialis Fakultas Kedokteran UNPAD. Hal itu dilatarbelakangi oleh masih kurangnya jumlah tenaga medis di daerah Jawa Barat (khususnya di daerah pedesaan maupun pedalaman), pihak universitas mencanangkan program beasiswa kuliah gratis di Fakultas Kedokteran tersebut untuk menunjang kesehatan masyarakat menengah Munas BEM SI ke-IX
Menyemai Harapan Baru Mahasiswa Reporter: Pradhita Wisnu Dwi Rahmawan
P
ada awal tahun 2016 tepatnya pada 19-24 Januari 2016, Badan Eksekutif Mahasiswa Seluruh Indonesia (BEM SI) menggelar Musyawarah Nasional (Munas) ke-IX di Universitas Tidar Magelang. Acara tersebut memiliki serangkaian agenda mulai dari pembukaan sampai pemilihan koordinator BEM SI untuk satu periode ke depan. BEM Universitas Negeri Jakarta (UNJ) terpilih
kebawah. "Kebijakan ini diambil untuk memenuhi kebutuhan tenaga dokter spesialis di berbagai daerah, khususnya di Jawa Barat,� ujar Rektor UNPAD, Tri Hanggono Achmad. dikutip dari www.unpad.ac.id. Program tersebut merupakan komitmen UNPAD untuk membantu mendistribusikan tenaga dokter dan dokter spesialis ke seluruh wilayah di Jawa Barat. Tidak menutup kemungkinan akan menyebar ke daerah lain di Indonesia. Adapun persyaratan utama bagi calon mahasiswa yang berminat mendaftar program tersebut adalah kemauan untuk mengikat janji dalam sebuah perjanjian mengenai hal bahwa setelah lulus nanti, para mahasiswa yang berkaitan wajib mengabdi di wilayah atau instansi yang ditentukan dalam kurun waktu yang ditentukan oleh pihak universitas. Jika melanggar perjanjian, maka ijazah akan ditahan oleh pihak terkait. Pada tahun ajaran 2016/2017 m e n d a t a n g , U N PA D m e m b u k a k u r s i pendaftaran sebanyak 125 mahasiswa dengan jalur penerimaan Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) dan menjadi koordinator BEM SI terbaru dan akan mengemban tugas selama satu tahun. Meski dalam pelaksanaanya, Munas kali ini terdapat rentetan ancaman teror bom yang disampaikan melalui SMS oleh orang tidak dikenal. Ketatnya keamanan yang dilakukan oleh polisi memberikan rasa aman kepada peserta Munas yang berasal dari banyak tempat. Dilansir dari mahasiswanews.com salah seorang peserta Munas yang bernama Dina Rizky perwakilan dari BEM Universitas Jambi (Unja) mengatakan dari awal kedatangan peserta, menuju lokasi penginapan sampai tiba di lokasi Munas polisi selalu menerapkan pengawasan ketat dan melakukan sterilisasi. BEM SI sendiri sebagai garda terdepan mahasiswa seantero Indonesia mengemban tugas untuk mengawal kinerja Presiden Indonesia, Joko Widodo yang dilantik pada tahun 2014. Beberapa sektor yang menjadi fokus BEM SI seperti, ekonomi, energi nasional, pendidikan, pertanian-perkebunan, ketenagakerjaan, wanita, dan peliknya korupsi
Foto: Tempo
Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SBMPTN) sebesar 125 kursi. Program gratis kuliah FK UNPAD tersebut juga dikeluarkan pemerintah dari 27 kota/kabupaten Jawa Barat maupun beasiswa dari berbagai pihak, termasuk instansi swasta. Mahasiswa afirmasi dipilih hanya dua orang per kabupaten/kota. UNPAD menyediakan 150 kursi bagi mahasiswa kedokteran spesialis. Adapun jenis spesialis yang bisa dipilih meliputi bedah,
medik, dan penunjang. Masa pengabdian dokter spesialis selama 4-5 tahun dengan masa kuliah 7-9 semester. Pada dasarnya, program kuliah gratis FK UNPAD bukanlah program yang dimaksudkan untuk coba-coba. Namun, program serius yang akan menghasilkan profesi dokter yang profesional dan peduli terhadap masyarakat luas.
Foto: Mahasiswanews.com
yang menjangkit Indonesia. Sebuah harapan pun muncul seiring berakhirnya Munas BEM SI di Magelang. Sebagai mahasiswa yang dijuluki agent of change semestinya menjadi person yang memiliki kepekaan terhadap isu yang sedang terjadi di sekeliling. Seperti isu kenaikan harga Bahan Bakar Minyak pada 2015, mahasiswa
yang berasal dari berbagai daerah di Indonesia dengan lantang menentang keputusan yang diambil pemerintah, karena dinilai tidak pro rakyat. Melalui BEM pada tiap universitas atau konvergensinya menjadi BEM SI, mahasiswa mampu menjadi sensor perihal permasalahan yang ada di masyarakat saat ini.
Edisi 110 - April 2016
TEROPONG
Bisnis Online
Geliat Startup di Indonesia Reporter: Dwi Astuti dan Putri Mutmainah
M
engawali tahun 2015, banyak perbincangan yang membicarakan tentang bisnis startup, atau yang lebih dikenal dengan bisnis online. Bisnis tersebut muncul dengan ide-ide kreatif yang identik dengan anak-anak muda. Istilah startup telah menjadi populer pada tahun 90-an hingga tahun 2000. Nama startup sering dikaitkan dengan sesuatu yang berbau teknologi, internet, atau segala sesuatu yang berbau digital. Di Indonesia, geliat startup mulai bangkit pada tahun 2009. Koprol oleh Yahoo! yang muncul pada tahun 2010 menjadi salah satu pendorong perkembangan startup pada tahun 2011. Dalam hal ini, Startup lokal mencatat setidaknya terdapat 800 startup yang muncul dan berkembang di Indonesia. Lahandi Baskoro, dalam bukunya It’s My Startup menjelaskan bahwa startup merupakan organisasi yang berusaha dalam menghasilkan produk dan mencari model bisnis yang tepat untuk berkembang. Namun, jika kita menilik pada Wikipedia, startup merujuk pada perusahaan yang belum lama beroperasi atau usia perusahaan kurang dari tiga tahun yang mana perusahaan-perusahaan tersebut merupakan perusahaan yang berada di fase pengembangan dan penelitian untuk menemukan pasar yang tepat. Dapat dikatakan bahwa startup merupakan sebuah label yang diberikan kepada perusahaan muda yang tengah berkembang dan menawarkan produk atau jasa ataupun layanan kepada publik dalam bentuk berbeda yang tidak ditawarkan di pasaran. Bibli.com, Tokopedia, Go-jek, Olx, Zalora, Traveloka, Tiket.com dan situs lainnya merupakan satu dari ribuan contoh bisnis startup yang sedang bergeliat di Indonesia. Munculnya ide-ide kreatif anak-anak bangsa tersebut menjadi salah satu wujud bahwa Indonesia tidak dapat dianggap remeh dalam bisnis startup. Berbicara mengenai infrastruktur, Indonesia memang tertinggal karena persebaran infrastruktur belum merata. Namun, berbicara
mengenai pendapatan, pendapatan bisnis startup tidak jauh tertinggal dengan beberapa negara lain. Salah satu dosen Fakultas Komunikasi dan Informatika (FKI) yang juga pernah menggeluti bisnis startup, Sidiq Setiawan, menjelaskan bahwa startup sendiri tidak melulu berorientasi pada bisnis online saja. Tidak ada batasan dalam bisnis startup tersebut, tak hanya yang ada di dunia e-commerce atau dunia perdagangan saja yang masuk kategori startup. “Sangat luas sekali cakupan bisnis startup ini, tidak hanya sebatas barang jadi seperti di e-commerce, namun jasa seperti facebook, instagram, blog atau tumblr juga masuk di dalamnya,” ungkapnya. Melihat bagaimana perkembangan bisnis startup di Indonesia, 2015 dianggap sebagai permulaan perkembangan bisnis tersebut dan bukan menjadi puncak dari bisnis startup. Geliat perkembangan startup dapat dilihat dengan munculnya ide-ide unik yang hanya ada di Indonesia seperti bisnis ojek online yang tidak ada di negara lain ataupun merupakan salah satu bukti bahwa startup masih akan bertahta di negara ini. “Indonesia masih akan mengalami peningkatan jumlah dan kualitas dari startup itu sendiri, adanya kreativitas-kreativitas anak muda Indonesia sebagai pencipta produk inovasi menjadi salah satu faktor peningkatan startup di Indonesia,” jelas Sidiq Namun, di beberapa jurnal menyebutkan bahwa Amerika yang merupakan kiblat bisnis startup mulai mengalami peredupan, sementara itu di Indonesia startup sedang mengalami peningkatan. Di negara Amerika bisnis startup mulai meredup karena negara adidaya tersebut telah masuk pada kurva tingkat implementasi yang mengalami konskuensi yaitu tingkat kebosanan. Dalam hal ini, memungkinkan mereka kembali ke titik nol dan berkembangnya teknologi baru yang lebih baik lagi.
“Jika kita lihat dalam teori difusi inovasi, kita analogikan startup ini adalah produk inovasi maka tingkat adopsi kita berbeda dengan Amerika, jika dilihat dari beberapa aspek, kita tidak bisa mengikuti Amerika karena dari segi kebiasaan juga berbeda, contohnya startup go-jek atau ojek online, yang ketika kita terapkan di Amerika tidak akan cocok, karena memang habit dan akan terjadi friksi dalam penerapannya. Itulah salah satu alasan adanya perbedaan dalam perkembangan bisnis startup itu sendiri,” tuturnya Peningkatan bisnis startup akan terus terjadi di Indonesia hingga adanya titik jenuh yang memungkinkan penurunan bisnis tersebut seperti di Amerika. Startup di Indonesia masih akan berkembang di beberapa tahun yang akan datang, karena masih banyak anak bangsa yang memiliki kreativitas. Startup bukan sekadar tren semata, namun startup sendiri lebih condong kepada bagaimana membaca peluang bisnis. “Selama masih ada target yang belum digarap, masih banyak peluang yang akan muncul, dan harapannya bisnis startup yang tengah berkembang di Indonesia ini menjadi lebih baik dengan munculnya ideide unik dan kreatif dari mereka. Dalam hal ini, anak muda harus bergerak melakukan perubahan lewat startup dan bisnis seperti ini bukan hanya menjadi tren semata di kalangan anak-anak muda”, ungkapnya
5
6
Edisi 110 - April 2016
LIPSUS
Kacamata Mapala
Menjadi Pecinta Alam Sesungguhnya Reporter: Verlandy Donny Fermansah & Dziya Ulhikmah
Perkembangan teknologi pada masa kini membuat setiap manusia mudah mengakses informasi. Hal tersebut turut mendorong publikasi pariwisata lokal yang semakin luas. Belakangan, orang semakin berlomba-lomba berpetualang menjelajah tempat-tempat indah. Tak hanya sekadar berkunjung, kebutuhan aktualisasi diri mereka lakukan dengan berfoto narsis hingga meninggalkan goresan di tebing maupun pohon.
S
ampah plastik, botol, kaleng, dan aneka macam barang sisa pakai semakin menyerap kenikmatan keindahan alam. Mereka yang berdatangan ke alam tersebut mengklaim dirinya pencinta alam. Lalu apa arti pencinta alam dan apa bedanya dengan
penikmat alam? “Tidak meninggalkan apa pun kecuali jejak kaki,” begitulah penggalan kalimat yang harusnya diingat para penjelajah alam yang berdatangan. Eksistensi kelompok traveling dari berbagai masyarakat yang semakin tinggi turut berimplikasi pada tingkat potensi kerusakan alam. Menurut Mahasiswi Pecinta Alam (Mapala), Garba Wira Bhuana, Universitas Sebelas Maret (UNS), Sri Meryarsih, diperlukan pemahaman dasar yang harus dimiliki masyarakat ketika bersentuhan langsung dengan alam. Pemahaman tersebut tak lain untuk menjaga kelestarian alam agar tetap terjaga demi kelangsungan hidup manusia. “Karena alam itu memberi kehidupan maka berbaik hatilah kepada alam tersebut, bersikap lembutlah dan sayangilah alam,
dengan begitu alam juga senantiasa memberikan kehidupan untuk kita (manusia-red). Seperti hukum di alam ini, jika kita berbuat kebaikan maka kebaikan akan datang kepada kita, juga sebaliknya,” terang Sri. Mahasiswi yang konsen di Bidang II Penelitan dan Pengembangan Mapala Garba Wira Bhauana tersebut menegaskan bahwa ada hal dasar yang mampu menjadi landasan untuk melihat siapa pencinta alam sesungguhnya. Pencinta alam sesungguhnya akan menjadikan alam sebagai bagian dari hidupnya dan memperlakukan seperti bagian dari dirinya. "Ketika pelaksanaan mematuhi etika, dan ketika mengakhiri pun dengan kesan akhir yang baik agar ketika suatu saat nanti kembali disambut (alam-red) dengan baik,” tambahnya.
Mapala Melawan Stigma
Mapala di Indonesia masih terus melawan stigma vandalisme yang merujuk pada eksistensi organisasi mahasiswa pencinta alam di kampus tersebut. Stigma yang muncul bahwa Mapala lebih rajin ke gunung, sungai, dan tebing daripada mengkritisi isu lingkungan hidup seperti menentang kapitalisme pemodal atau kebijakan yang berimplikasi merusak alam serta satwa liar. Pada fase inilah, Mapala diuji untuk membuktikan status pencinta alamnya atau justru hanya menjadi penikmat alam.
K
etua Umum Mahasiswa Muslim Pecinta Alam (Malimpa) Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS), Nanda Pratama mengungkapkan bahwa memang sulit membedakan antara pecinta alam dengan penikmat alam. Nanda tidak memungkiri bahwa ada oknum anggota di setiap Mapala di Indonesia yang masih bertindak vandalisme. Hal yang umum dilakukan yaitu coret-coret di alam dengan nama kelompok mereka sebagai wujud eksistensi. Namun ia menegaskan siapa pun anggota Mapala yang melakukan vandalisme sudah menyalahi nilai dasar pecinta alam. “Kita tidak bisa menge-judge siapa yang pecinta alam atau bukan, lebih ke kesadaran saja bahwa Mapala yang melakukan vandalisme telah menyalahi dasar pecinta alam,” tegas Nanda. Nanda membenarkan bahwa Mapala di Indonesia sedang melawan stigma. Stigma tentang minimnya kontribusi Mapala terhadap advokasi atau mengawal isu lingkungan dibandingkan kegiatan seperti menjelajah alam. Namun stigma tersebut hanya dapat dipecahkan dengan usaha kongkrit Mapala dalam ikut serta berkontribusi pemecahan masalah alam. Senada dengan Nanda, Sri mengungkapkan memang ada hal kongkrit yang harus
dilakukan. Setiap Mapala mempunyai cara tersendiri dalam upaya menjaga kelestarian alam seperti kegiatan kelas edukasi alam, hingga tanam benih. “Kegiatan yang berbasis lingkungan hidup seperti memberikan sekolah lingkungan hidup, dan menanam satu bibit pohon atau tanaman di daerah sekitar setiap kegiatan Mapala,” ungkap Sri.
Mengenal Diri bersama Alam Menurut Soethanto (2010) bahwa pencinta alam memiliki persiapan psikologis praktis yang umum telah dilakukan para Mapala. Jika diperhatikan secara mendalam bahwa kegiatan yang dilakukan pencinta alam sesungguhnya telah mampu membangun kecerdasan emosi dan membangun konsep diri. Aspek psikologis begitu berpengaruh dalam kegiatan pencinta alam seperti pendakian gunung, arung jeram dan juga kegiatan alam bebas lain. Kegiatan tersebut mampu membentuk kematangan emosi, konsep diri, dinamika kelompok atau pun proses mengambil keputusan. Sri yang telah bergabung dengan Garba
Wir a Bhuana telah merasakan manfaat dari kegiatan Mapala. Dengan berkegiatan di alam akan melatih bagaimana untuk mengekspresikan diri dan mengenal emosi diri pribadi secara
men d a lam. “Kegiatan di alam maka secara tidak langsung diri kita akan belajar mengenai emosi, bagaimana mengekspresikan sebuah kebahagiaan, ketakutan, kemarahan, konsep diri, tentu saja kegiatan di alam kita akan lebih bisa memahami bagaimana diri kita,” jelas Sri.
7
Edisi 110 - April 2016
LIPSUS Literasi Media
Nuansa Media Bertema Alam Reporter: Mutia Sabita dan Ritmika Serenady
Gambar: hirposta.hu
P
ada dasarnya, media massa merupakan channel untuk menyampaikan pesan kepada audiens. Namun, ketika orang mulai membicarakan mengenai pengaruh media, perihal yang dibicarakan akan menjadi sangat kompleks. Hal tersebut akan mendorong orang untuk berpikir, apakah selama ini media turut berkontribusi dalam pembentukan karakter dan kebiasaan seseorang? Dalam hal ini media yang mengendalikan manusia atau justru manusia yang mengendalikan media? Saat ini, media massa Indonesia sedang dibanjiri oleh tayangan-tayangan dengan konten yang seolah mengajarkan audiens bagaimana caranya menumbuhkan eksistensi diri. Mirisnya, audiens seolah seperti kerbau yang dipatuk hidungnya, mereka mempersepsi makna konten tayangan tersebut secara mentah-mentah, tanpa dianalisis dan dipertimbangkan apakah yang mereka tonton itu patut untuk diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari. Tidak semua audiens bisa mengaplikasikan konten yang mereka lihat ke dalam kehidupannya masingmasing. Alhasil, efeknya akan mejadi tidak mengenakkan, baik untuk diri sendiri maupun lingkungan sekitar. Salah satu program acara yang disoroti dalam hal tersebut yaitu program reality show. Kawula muda menjadi sasaran utama program tersebut. Seperti yang pernah dikatakan oleh Patino et al, “Young people are an important target group of reality shows”. Sebut saja program acara ‘My Trip My Adventure’. Program acara tersebut menyumbang besar terhadap munculnya budaya bepergian, yang biasa dikenal dengan istilah traveling. Krippendof pernah mengemukakan alasan mengapa orang menjadi sangat menyukai suatu perjalanan. Motif tersebut didorong karena ulangan
dari semua alasan yang ditampilkan dalam iklan ataupun tayangan yang diulang-ulang kembali dalam brosur pariwisata dan katalog ataupun tayangan pariwisata. Melalui program reality show tersebut, audiens mampu mepersepsi pesan yang terkandung dalam konten dan mendorong niat pemirsanya untuk melakukan travelling. Lebih dari pada itu, menurut berbagai pengamatan yang dilakukan, seiring meningkatnya rating, program acara ini ternyata juga mampu mendorong meningkatnya penjualan barang yang bernuansa “My Trip My Adventure” di pasaran. Eksistensi Diri Pengamat media dari Program Studi Ilmu Komunikasi Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS), Agus Triyono, mengatakan bahwa audiens yang ikut-ikutan memakai kaos ‘My Trip My Adventure’ yang menjamur di pasar pasca- melambungnya rating tayangan tersebut, mereka semata-mata karena didorong oleh rasa ingin eksis, bukan karena mereka menyukai hal-hal yang berbau alam, terlebih mereka sama sekali bukan pencinta alam.
“Kata kuncinya ada di eksistensi. Kenapa orang pakai (kaus-red) ‘My Trip My Advanture’ karena butuh eksis, bukan karena dia pencinta alam. Coba kalau ditanya sudah berapa kali touring atau travelling. Atau dia pencinta alam ke mana, dia camping di mana. Belum tentu mereka seperti itu. Tapi kan itu prestige. Itulah kemudian kenapa saya mau beli kausnya nggak jadi karena tahu yang beli banyak. Jadinya media sosial biasanya itu bukan membentuk orang jadi pencinta alam. Tapi hanya kultur yang sifatnya sementara, hanya budaya yang popular, dan usianya nggak panjang. Paling dua tiga tahun terus ganti. Model-model ‘My Trip My Advanture’ yang harusnya tadinya prestige jadi nggak prestige,” ungkap dosen yang akrab disapa Agus ini, sambil tertawa kecil usai memberikan tanggapannya kepada Pabelan Pos. Agus kemudian mengajak untuk membedakan antara orang yang memiliki niat hanya ingin jalan-jalan semata dan orang yang benar-benar berniat untuk turut melindungi dan menjaga alam seperti yang dilakukan oleh para pencinta alam. Jika orang tersebut benar-benar pencinta alam, maka mereka akan menjadi bagian dari alam, berpikir bagaimana caranya mencintai alam, melindungi dan menjaga keindahan alam dari berbagai kerusakan yang sewaktu-waktu mengancam. Selain itu, tidak membuang puntung rokok sembarangan, mengukir tulisan di batang pohon, dan membuang bungkus makanan atau kertas yang lengkap dengan ungkapan berlebihan yang merupakan bekas properti foto selfie sebagai bentuk dari eksistensi diri. “Ada sebagian orang hanya pingin jalan-jalan lalu gaya-gayaan. Lah ini yang harus dibenahi. Sebagian orang ini bukan pencinta alam, tapi mereka cenderung jalan-jalan. Nggak peduli misalnya alamnya mau jadi apa setelah mereka
datang. Contoh kasus semisal beberapa kali ada yang pas lebaran, bunga amarilis. Itu kan harusnya bunga yang sangat indah dilihat. Jadi orang yang ke sana itu sebenarnya bukan pencinta alam, tapi seseorang kemudian merusak, gaya-gayaan, difoto, di-upload, kemudian dia butuh eksistensi sebenarnya,” lanjut Agus. Di sisi lain, munculnya berbagai konten media dengan tema wisata baik cetak maupun elektronik ternyata dapat dilihat sebagai indikator berkembangnya tren berwisata di Indonesia. Perkembangan dunia pariwisata ini membawa pengaruh positif bagi sektor perekonomian di Indonesia. Menurut Mari Elka Pangestu, mantan Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, sektor pariwisata menjadi penyumbang devisa negara terbesar ke-4. Hal tersebut menjadikan sektor pariwisata adalah sektor yang cukup menjanjikan secara ekonomi jika dikelola dengan baik. Misalnya dengan menempatkan suatu lokasi wisata dalam suatu program acara reality show, maka hal tersebut dapat membantu suatu destinasi wisata untuk mempromosikan wisata yang dimilikinya.
8
Edisi 110 - April 2016
WAWANCARA Koordinator Pos SAR Surakarta, Amin Yachya
Piye Carane Biar Mereka Segera Diturunkan Reporter: Aisyah Arminia
Tren mendaki gunung sedang booming akhir-akhir ini. Tidak hanya mahasiswa pecinta alam saja yang menggeluti hobi ini. Mahasiswa umum juga ikut berkontribusi meramaikan lereng gunung di ibu pertiwi. Variasi subjek yang menggeluti hobi ini sebanding dengan variasi tujuan pendakian. Banyak yang mengaku hobi menikmati ciptaan Tuhan, ada juga yang mendaki untuk menambah koleksi foto. Alasannya simple, “Foto buat stock DP (Display picture) BBM dan Instagram.�
N
amun di balik keindahan alam yang begitu megah, manusia harus meyakini ada kekuatan yang tersimpan di dalamnya. Kita tidak akan tahu apa yang ada di balik keindahan tersebut. Bencana yang dikehendaki alam maupun tidak menggemparkan kita akhir-akhir ini. Kebakaran hutan melahap pepohonan yang dinikmati manusia. Kalau sudah begini, siapa yang disalahkan? Di balik itu, ada sekelompok masyarakat yang mati-matian membantu menyelamatkan para korban bencana di lereng gunung. Mereka tanpa pamrih mengevakuasi para korban dengan berbekal rasa kepedulian dan kemanusiaan. Tim Search and Rescue (SAR) memberikan andil yang cukup besar atas keselamatan para korban bencana. Mereka pun tergabung dalam Badan SAR Nasional (Basarnas). Untuk itu Pabelan Pos mengunjungi Kantor Pos SAR Surakarta untuk bercengkerama langsung dengan Koordinator Pos SAR Surakarta, Amin Yachya, yang sudah 30 tahun mengabdi untuk negeri lewat Basarnas.
SAR kependekan dari Search and Rescue, tugas pokoknya sendiri apa Pak? Penanganan musibah, penerbangan, pelayaran, dan musibah lainnya. Yang penting yang mengancam jiwa manusia.
Waktu untuk evakuasi berapa lama? Evakuasi standar kita dilaksanakan selama tujuh hari. Baik di darat mupun di laut. Lebih dari itu evakuasi tidak bisa dilanjutkan? Bisa, itu tergantung dari musibahnya. Katakan penerbangannya dalam seminggu sudah dinyatakan selesai, tiba-tiba dari pihak penerbangan minta kelanjutan, ya bisa.
Foto: Basarnas Semarang
Kebetulan kami kan pegawai negeri di Solo. 98% orang Solo. Yang enggak Solo saya mengingatkan untuk para pendaki di Lawu itu kepleset, kalau tersesat itu tidak. Kalau Sura kan kayak konvoi orang-orang banyak. sama temen saya, orang Salatiga. Satu kantor Cemoro Kandang dan Cemoro Sewu. 15 orang. Makanya kita kan nggak bisa kerja Biasanya ada kejadian apa dari para Pendaki rentang umur berapa yang sendiri, makanya butuh dibantu teman-teman pendaki? biasanya sering kepleset? potensi. Seperti ada laporan pendaki kepleset kita Remaja, kayak kemarin yang kebakar kirimkan ke sana. Kita jemput mereka, kita sembilan orang itu kan remaja. Rentang umur anggota? Rata-rata masih muda, alhamdulillah. tandu mereka turun. Tanggapan Bapak bagaimana melihat Saya masuk dari 1987 dari Papua. Kalau di sini Adakah kerjasama dengan pihak lain? yang menjadi korban didominasi oleh rata-rata (masuk tahun) 2006, 2007, rata-rata Kita kalau operasi tidak sendiri tapi remaja? masih muda. melibatkan pemerintah terkait, TNI, Polri dan Wong itu nasib, kalau kami kan ngePMI. liatnya dari segi kemanusiaan. Kami berpikir Misalkan tidak ada relawan yang ikut piye carane biar mereka segera diturunkan. bantu evakuasi bagaimana Pak? Masuk dalam Basarnas selama 30 taGak bisa kalau di sini, lihat aja kalau di Terakhir, apa pesan Bapak untuk Solo ada musibah misalkan di titik Jebres ada hun pastinya Bapak sudah memiliki pengalaman yang bermacam-macam, bisa masyarakat khususnya mahasiswa yang susatu orang yang kelelep (tenggelam-red), itu diceritakan suka dukanya? ka mendaki? hampir 50 orang yang bantu. Kalau sukanya, misalkan kita sedang Kalau melakukan pendakian harus selalu dalam misi bekerja kemudian kita menemukan memperhatikan segi safety-nya, peralatan Apa saja hal-hal yang harus diper(korban-red) itu, rasanya bangga apalagi yang dibawa, logistiknya, fisiknya, syarat siapkan ketika akan melakukan evakuasi? Kita kan orang SAR, ya, operasi, siaga, dalam keadaan selamat. Dukanya mening- utama. Jangan-jangan naik di atas tiga hari, latihan. Jadi fisik tentunya yang diutamakan. galkan keluarga, tapi karena itu tugas. Dan logistiknya cuma tahan sehari, kan repot. Jadi orang SAR kan mau mencari seseorang. dicemooh sama masyarakat karena mereka Tentunya, setidaknya kalau itu rombongan Mau nyari seseorang harus siap dulu fisiknya tidak puas. Tapi kita, ya sudah berusaha, sudah bawa alat komunikasi. Dari safety-nya tidak diperhatikan. Orang nekat cuman pengen kelisendiri. Jadi yang didoktrin itu kalau dirinya biasa, kita bisa maju kan karena kritik. hatan wah atau eksistensi. Tidak disadari mau nolong orang betul-betul kita lebih aman Adakah hal-hal yang menghambat kibahwa hukum alam di situ. Tidak boleh dahulu. Kalau teman-teman potensi itu selalu nerja Basarnas? takabur dan lain sebagainya. Seperti mengkita ingatkan, contoh APD (Alat pelindung diriHambatan itu pasti ada. Hambatan cuaca, anggap gunung kecil, alah. Tahu-tahunya red) jangan sampe lupa, paling tidak untuk safety. Kayak misalkan orang pengen nolong tapi tergantunglah, cek poinnya di mana. Kalau malah kepleset. tapi enggak bisa renang malah turun. Jadi di air ya di arusnya, cuaca, ya seperti itu. Di paling tidak jaket pelampung itu selalu gunung kabut, ini memang dihentikan kalau ada hambatan-hambatan seperti itu. merekat.
Apakah Basarnas Pos Surakarta ini punya kegiatan rutin yang berhubungan dengan alam? Misalkan kegiatan menanam pohon mungkin? Kita hanya partisipasi, kita tupoksinya (tugas pokok masing-masing) nggak ke situ tapi kita kebersamaan, seperti go green, kita Di mana evakuasi yang paling sering? bisa kirim personil. Biasanya kita diundang. Kalau sering itu kan situasional. Kemarin Kalau pas ada kejadian ya kita mohon maaf kita di Lawu sembilan orang ya kita ke sana. Kalau enggak bisa berpartisipasi. dibilang sering ya kita gak tahu, kan karena itu alam, kita nggak bisa menduga-duga. Kalau Sekarang ini sedang heboh mahasiswa sekarang ada telpon juga kita bisa langsung mendaki gunung. Namun terkadang menolong. reka mendaki karena sedang ngetren saja dan belum mempersiapkan segala sesuaApakah ada kontak tim SAR yang bisa tunya dengan matang. Tanggapan Bapak dihubungi masyarakat ketika butuh ban- bagaimana? tuan? Kami dari Basarnas cuma bisa mengKalau ada musibah kan berita langsung ingatkan setidaknya teman-teman yang mau tersebar. Orang tua kan nggak berpikir mau naik gunung mbok yo lebih siap. Logistiknya, minta tolong siapa. Ada WA (WhatsApp-red) mentalnya, fisiknya, orang ke sana kan kadang ini sangat membantu. Jadi begitu ada musibah pengen wah saja, pengen menaklukan, tapi kita jebret, kita langsung bisa kroscek. nggak tahu kita punya penyakit. Makanya orang SAR, orang Basarnas harus tahu, paling Anggota sendiri dari mana saja Pak? tidak kita punya penyakit apa. Kita selalu
Bagaimana dengan kejadian yang paling membekas untuk Bapak? Kalau saya, pengalaman di Jawa ituitu saja. Paling banyak ya kalau di sini (Solo-red) musibah musiman, seperti banjir. Kalau di Papua kan pesawat.
Basarnas harus siap siaga di waktuwaktu tertentu? Di Lawu itu agenda tahunan malam tahun baru, malam satu Sura, malam agustusan ya udah itu yang tidak bisa ditinggal. Dari Jatim Cemoro Sewu, dari Jateng Cemoro Kandang.
Kejadian yang biasanya menjadi persoalan saat waktu-waktu itu Pak? Rata-rata
9
Edisi 110 - April 2016
WAJAH Lahar
Bakat [Lahar] untuk Misi Kemanusiaan Reporter: Mayaningtyas Esya Utami
D
i ruangan yang nampak seperti rumah toko, Pabelan Pos disambut oleh beberapa lelaki. Satu diantaranya memiliki ciri-ciri perawakan tinggi, kulit sawo matang, waktu itu memakai kaos hitam, celana jeans abu-abu yang sobek di bagian lutut, dan jam tangan hitam di tangan kirinya. Lelaki itu menyapa Pabelan Pos dengan ramah. Tidak semua orang memiliki keberanian untuk melawan wedus gembel (awan panas). Terlebih lagi masuk ke dalam kawah gunung berapi, tidak ada orang yang mampu berpikir sejauh itu. Kalaupun ada, ide konyol itu tidak bisa dicerna akal sehat manusia pada umumnya. Seorang laki-laki memiliki kehidupan yang didedikasikan untuk misi kemanusiaan dan kecintaannya pada alam. Hal itu bukan semata-mata untuk popularitas, penghargaan, ataupun materi. Melainkan bakat yang ada di dalam dirinya. Seperti namanya, Bakat Setiawan, lelaki asal Desa Mekoro Kidul ini Hujan siang itu menambah syahdu bukanlah kesatria baja hitam, superman, atau suasana. Jalan menanjak dan berkelok, batman yang sering digambarkan sebagai bebatuan bercampur pasir, lubangan air tokoh kartun yang kuat. Kesehariannya membuat perjalanan semakin memacu dimanfaatkan untuk bertani, ataupun sekedar adrenalin dan kewaspadaan. Pemandangan hijau di samping kiri kanan mendesain kaos untuk ia jadikan merchandise jalan sedikit menyegarkan mata yang dari bagi para pendaki Gunung Merapi. Keberaniannya untuk mengambil jenazah seorang pentadi terasa pedih akibat sapuan air hujan daki dalam kawah Gunung Merapi membuat yang cukup deras. Hampir dua jam perjalanan dari pusat Kota Solo sampai ke lelaki ini akrab dipanggi Lahar. tempat tujuan, basecamp Barameru di Selo, Boyolali. Foto: Mayaningtyas Esya Utami / Pabelan Pos
Kamuflase Lahar Ketika Menjadi Relawan Kisah Lahar Angkat Jenazah dari Kawah
Banyak organisasi dengan basis pecinta alam saat ini. Di Solo dan Jogja saja mencapai ratusan. Menurut Lahar, kebanyakan dari organisasi itu keluar hanya untuk ekspedisi, mengibarkan bendera sendiri di berbagai puncak gunung yang berhasil mereka daki. Padahal di dunia pecinta alam, ada levellevel yang biasa dilalui.
juga menikmati alam itu,” sambungnya. Tahun 2011 lalu, Lahar menyelenggarakan suatu kegiatan penghijauan dan sempat mengajak puluhan komunitas pecinta alam dari berbagai daerah untuk bergabung dalam kegiatannya. Hanya saja pada hari pelaksanaan penghijauan, ekspektasi Lahar berubah 180 derajat terhadap para pecinta alam. Dari puluhan komunitas yang ia undang, tak satupun yang turut bergabung bersaertama, tahap pengenalan. Tahap di- manya. Mereka yang datang pun tak memmana orang baru merasakan kesena- bawa embel-embel organisasi apapun. Berangan bergabung dalam mahasiswa wal dari itulah, Lahar mulai menjadi orang pecinta alam (Mapala). Kedua, tahap peng- yang kontra dengan mereka yang berani akuan. Tahap dimana mereka ingin diakui, mendeklarasikan diri sebagai pecinta alam, dari membuat ekspedisi, mengibarkan namun sama sekali tidak berkontribusi untuk bendera di puncak gunung, membuat riset menjaga alam. sampai prestasi. Ketiga, tahap kecintaan. Tak puas hanya merawat keasrian alam, “Biasanya dia tidak lagi suka naik gunung, Lahar pun mulai bergabung dengan relawan, melainkan lebih suka jadi suporter untuk ia ingin memancing banyak orang untuk kegiatan alam, karena jati diri seorang pecinta melakukan kegiatan positif. Meskipun opini alam telah ditemukan,” kata Lahar. yang berkembang adalah seorang relawan Ia lebih setuju dengan kata-kata penik- hanya ingin mencari popularits, namun bagi mat alam, bukan pecinta alam. Baginya ketika Lahar itu semua sama sekali tidak terbesit seseorang mencintai, jika hilang akan dicari. dipikirannya. Beberapa waktu lalu ia sempat Berbeda ketika menikmati, maka ia akan diundang di salah satu stasiun televisi untuk memilih dan memperhatikan sampai detilnya. menjadi narasumber dalam acara talk show. “Jadi penikmat itu ya dia benar-benar akan Menurutnya itu adalah undangan kelima mencintai, karena dia pengen anak cucunya setelah undangan sebelumnya ditolak. Ia
P
memenuhi undangan karena bertepatan dengan hari relawan nasional. “Saya yakin orang yang nonton acara itu ada banyak, minimal satu orang sajalah dari mereka yang terinspirasi untuk menjadi relawan, bagi dirinya, keluarga, dan bahkan lingkungan,” begitu harapnya.
Kamuflase Lahar Ketika Menjadi Relawan Pada waktu pengangkatan jenazah di Gunung Merapi, Lahar beserta kelima temannya turut bergabung dalam tim operasi yang berjumlah 221 orang dari puluhan komunitas dan instansi. Rekomendasi dari semua pihak, termasuk BPTK, BPBD, Basarnas, menyatakan bahwa jenazah tidak perlu diambil karena sangat berisiko. Mereka lalu menolak untuk dicantumkan dalam daftar tim resmi, dengan pertimbangan ketika nanti ia terdaftar namun gagal mengambil jenazah dari dasar kawah, atau dia mati, maka akan menambah masalah baru. “Namun, ketika saya tidak terdaftar dan saya gagal, maka ya, sudah, anggap saja saya tidak termasuk dalam tim operasi, dan tidak akan menimbulkan masalah baru, komandan operasinya tidak mendapat masalah, itu memang konyol, namun bagi saya itu solusi yang terbaik”. Lahar pun telah melakukan kamuflase untuk mengelabuhi orang-orang agar tidak ada yang mengenalinya ketika akan mengambil jenazah. Ia berangkat dari basecamp Barameru dengan pakaian rapi layaknya orangorang biasa, mengenakan baju batik, celana jins, dan sepatu pantofel. Menjadi Bagian Barameru Lahar merupakan bagian dari Barameru
meskipun bukan penduduk asli Selo. Rumahnya kurang lebih berjarak 15 kilometer dari basecamp Barameru, namun semangatnya untuk turut serta dengan organisasi tersebut tak perlu diragukan lagi. 18 tahun berdiri, Barameru 80% fokus pada konservasi, rescue, dan pendaki Gunung Merapi. Warna hitam seragam Barameru memiliki filosofi yang mendalam. Hitam mengartikan Barameru yang ingin tawadhu', mereka tidak ingin dikenal namun benar-benar ikhlas. “Ibaratnya kita itu tim siluman, kita enggak usah terdeteksi untuk menolong orang. Kalau peran basecamp Barameru sendiri, salah satunya untuk sosialisasi, mengingatkan pendaki, kalau turun ya bawa sampahnya, selalu membangun kesadaran mereka, toh itu untuk mereka sendiri kan,” ungkapnya. Sekali lagi, Lahar tidak sendiri menjadi pejuang lingkungan yang memikirkan nasib anak cucu, agar mereka kelak masih bisa menikmati indahnya alam semesta. Lahar berandai, jika gunung bisa bicara, maka gunung akan mengatakan manusia tidak perlu mendaki gunung. Gunung tidak butuh untuk dijamah, karena dengan begitu tanahnya tidak akan rusak, hewan-hewan dapat hidup bebas tanpa gangguan manusia. Baginya, mencintai alam itu bukan sekedar kata, menjadi pecinta alam itu bukan sekedar suara. “Bahkan salamnya para pecinta alam itu bunyinya Salam Lestari. Maka kita semua harus benar-benar melestarikan alam, bukan Salam Lestari, tapi gunungnya gersang, Salam Lestari, tapi bertemu di tempat sampah (tumpukan sampah di gunung-red). Jadikan Salam Lestari itu bukan sekedar salam,” tuturnya.
10
Edisi 110 - April 2016
JELAJAH Museum Klaster Dayu
Wisata Bestari Situs Purba Homo Erectus Oleh: Wisnu Dwi Prasetyo-Dendy Pratama
Foto: Wisnu Dwi Prasetyo/LPM Pabelan
S
aat liburan datang, tentunya terdapat banyak alternatif wisata yang dapat ditemukan pada gawai kita. Review tempat wisata dapat ditemukan dari berbagai artikel yang ada di internet maupun program pertelevisian yang menayangkan panorama alam. Namun, tak jarang beberapa tempat wisata lebih terlihat indah di gawai daripada penampakan sebenarnya. Sejatinya wisata bukan hanya sekedar bepergian menuju alam bebas untuk besenang-senang, bukan pula hanya sekedar untuk ber-selfie ria agar terlihat eksis di media sosial. Wisata merupakan sebuah proses belajar, belajar mencintai lingkungan, sejarah, mitos dan cerita masyarakat serta perwujudan rasa syukur atas keagungan Mahakarya ciptaan Tuhan. Nah, pada edisi kali ini Pabelan Pos akan
Sejatinya wisata bukan hanya sekedar bepergian menuju alam bebas untuk besenang-senang, bukan pula hanya sekedar untuk berfoto ria agar terlihat eksis di media sosial. Wisata merupakan sebuah proses belajar, belajar mencintai lingkungan, sejarah, mitos dan cerita masyarakat serta perwujudan rasa syukur atas keagungan Mahakarya ciptaan Tuhan. mengajak pembaca berwisata ke sebuah desa purba yang tidak jauh dari Solo. Ya, ke Desa Dayu. Di Desa tersebut terdapat museum manusia purba. Museum Klaster Dayu, museum dengan luas kurang lebih 1 hektar tersebut terletak di Desa Dayu, Kecamatan Gondangrejo, Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah. Berjarak kurang lebih 15 km dari Solo. Banyak alternatif jalan menuju museum, namun Pabelan Pos merekomendasikan jalan yang mudah diakses melalui jalan raya Solo-
Purwodadi. Pabelan Pos menyarankan pembaca menggunakan kendaraan bermotor pribadi dikarenakan letak museum yang berjarak cukup jauh dari Pasar Tuban dan tidak menentunya angkutan umum yang melewati museum. Dari Pasar Tuban, pembaca dapat langsung menuju ke arah museum dengan melewati jalan sebelah selatan pasar yang terdapat papan penunjuk arah bertuliskan Desa Wisata Dayu. Sepanjang jalan menuju museum,
disuguhkan panorama alam yang indah, warna hijau pepohonan dan sawah menemani sepanjang perjalanan. Sesampainya di gerbang museum, pengunjung cukup membayar biaya retribusi Rp. 5.000/orang dan retribusi parkir Rp. 2.000/motor untuk masuk ke dalam museum. Nuansa modern sudah terlihat saat melangkah kedalam bangunan museum. Deretan kursi berjejer rapi dilengkapi layar monitor yang menampilkan video informasi tentang museum serta ruangan audiovisual yang terdapat di sebelah barat pintu masuk bangunan. Dari bangunan pertama ini dapat dilihat seluruh pemandanan wilayah museum yang berlereng-lereng. Melangkah lebih jauh mengikuti jalur menurun menuju beberapa anjungan pengunjung dimanjakan oleh warna-warni taman yang indah dan terawat.
Tiga Anjungan Bukti Tanah Bersejarah
T
erdapat tiga buah anjungan, tiap anjungan memiliki ketinggian berbeda sesuai tahun terbentuknya tanah. Anjungan Notopuro merupakan anjungan yang berdiri di atas lapisan tanah yang terbentuk 250.000 tahun lalu, dengan fosil berupa banteng purba. Turun ke bawah, ada anjungan Kabuh yang berdiri di atas tanah yang terbentuk 730.000 tahun lalu, pada lapisan tanah ini ditemukan fosil berupa kura-kura dan gajah purba. Lebih ke bawah lagi, ada anjungan Grenzbank merupakan anjungan dengan lapisan tanah, terbentuk 900.000 tahun silam. Setelah melewati beberapa anjungan, pengunjung dapat beristirahat sejenak pada gazebo-gazebo yang disediakan. Turun beberapa langkah lagi maka akan sampai ke ruang diorama untuk melihat-lihat koleksi museum yang disajikan dengan teknologi
modern, ruang diorama berisi gambaran kehidupan manusia purba lengkap dengan beberapa hewan-hewan yang hidup pada masa itu. Disajikan dengan konsep tiga dimensi dan audio yang bagus, pengunjung serasa dibawa kembali ke zaman peradaban manusia purba. Keluar dari ruang diorama, sampailah pada bangunan terakhir museum yang menyajikan berbagai koleksi penemuan di situs Klaster Dayu. Mulai dari fosil gajah purba, banteng purba dan tengkorak manusia purba. Pada bangunan ini dilengkapi pula dengan informasi tentang sejarah penemuan fosil sejak zaman Belanda hingga sekarang yang ditampilkan melalui video dan buku digital yang dapat diakses sendiri. Barangbarang peneliti situs seperti buku dan alat-alat yang digunakan untuk menggali fosil juga
dapat dilihat di tempat tersebut. Sungguh pengalaman yang mengagumkan mengunjungi situs purbakala. Selain bersenangsenang, perasaan kembali pada masa prasejarah juga akan terasa. Pengetahuan tentang perkembangan sejarah kehidupan juga didapatkan di tempat tersebut. Wisata tak perlu mahal, tak perlu pula ke tempat yang jauh. Di tempat manapun melakukan wisata, asalkan dilandasi keinginan suasana hati yang riang, berwisata akan terasa menyenangkan.
Foto: Miniatur dan fosil di Museum Klaster Dayu. Museum tersebt memiliki tiga anjungan tanah yang tebentuk ratusan ribu tahun yang lalu. Foto Wisnu-Dendi / Pabelan Pos
11
Edisi 110 - April 2016
TEKNOLOGI
Intel Edison Komputer Berukuran SD Card P
engaruh perkembangan teknologi yang semakin pesat memunculkan keberagaman perangkat teknologi yang dinilai mampu membantu pekerjaan manusia. Beberapa teknologi sudah dikenal masyarakat, namun sebagian masih terasa asing ditelinga mereka. Nah, teknologi yang satu ini mungkin menjadi salah satu yang masih asing, Intel Edison. Intel Edison merupakan sebuah komputer yang unik karena bentuknya mungil menyerupai kartu memori SD Card. Komputer mini dan mungil tersebut mampu bekerja layaknya komputer pada umumnya. Misalnya, dapat terhubung ke perangkat monitor, mouse, keyboard, dan board expansion melalui port USB. Selain itu, dilengkapi pula dengan RAM LPDDR2, memori flash NAND, serta konektivitas WiFi dan Bluetooth. Dilansir dari KompasTekno, Edison merupakan sebuah komputer utuh yang didesain dalam kemasan seukuran SD Card, berbasis prosesor Intel Quark 22nm, Edison dapat dikatakan produk yang smart untuk para konsumen. Di satu sisi karena bentuknya yang mungil. Di sisi yang lain, daya konsumsi ditekan seminim mungkin. Kini, intel tengah menyasar segmen wearable computing. Kehadiran Intel Edison menjembatani misi intel dan salah satu bagian dari Internet Of Things yang ingin menghubungkan segala perangkat dengan jaringan internet. Sebuah microcontroller yang ada pada Intel Edison berperan untuk mengatur input dan output. Sementara inti prosesornya menggunakan arsitektur x86 yang mampu menjalankan sistem operasi Linux dan sistem operasi lainnya. Sifat Intel Edison yang fleksibel dapat dijadikan perangkat komputasi apapun. Tinggal bagaimana kreativitas dan kemampu-
Reporter: Tia Rahayu dan Syarifuddin Aji Pamungkas
an pemrograman para pengembang aplikasi (Developer). Selaku CEO Intel, Brian Kraznic mengungkapkan kepada developer bahwa intel mengajak developer untuk memaksimalkan kemampuan Edison hingga mampu menjadi produk yang berguna. Intel menyediakan toko aplikasi yang didesain khusus untuk Edison. Sebuah versi khusus dari Wolfram juga akan dirilis untuk platform tersebut. Autodesk menyatakan telah mendukung library mekanik/elektrik Intel Edison di dalam aplikasi 123D Circuits miliknya. 123D merupakan deretan program untuk membuat desain produk, 3D printing, dan proyek lain berbasis teknologi yang didesain untuk pengembang perangkat.
(1)
Keterangan gambar:
1. Smart onesie, dilengkapi teknologi sensor yang dapat mengetahui kondisi bayi, dari mulai pernapasannya, posisi tubuh, suhu, tingkat aktivitas tidur, dan, apakah bayi tersenut sedang tidur atau tidak . Alat ini dapat dikoneksikan dengan smartphone agar dimonitor secara realtime. 2. Smart vase mug, alat ini mempunyai fitur seperti jam digital, kondisi cuaca yang muncul melalui lampu LED, pemutar musik, bluetooth, dan dapat menampilkan notifikasi dari WeChat.
4. Edision mug, alat ini terhubung langsung dengan Smart onesie, yang akan menampilkan pola pernapasan bayi melalui lampu LED serta dapat menampilkan suhu bayi yang dikirim oleh Smart onesie. Alat ini dapat diprogram untuk menampilkan angka, huruf serta emoticon.
3. Bottle warmer, alat ini berfungsi untuk menghangatkan botol minuman bayi saat alat Smart onesie mengirimkan sinyal ke aplikasi smartphone untuk menghangatkan botol. (3)
Pada demonstrasinya, teknologi ini telah digunakan untuk memonitor keadaan bayi yang terintegrasi atau mereka menyebutnya dengan Mimo Baby Monitor. Bayangkan saja seorang bayi dapat dimonitor secara realtime, baik itu untuk suhu tubuh, pernafasan bayi serta gerakan yang dilakukan. Adapun cara penggunaannya, komputer ini disematkan pada baju bayi dengan bentuk seperti kurakura. Kemudian diintegrasikan dengan botol pemanas dan ada pula yang disematkan di dalam mug sehingga mug akan bercahaya dan dapat merubah bentuk cahayanya sesuai dengan keadaan bayi. Pada intinya komputer jenis ini lebih serbaguna ( multipurpose or wearable) untuk digunakan dalam kehidupan
sehari-hari. Meski mempunyai multifungsi, menurut Dosen Informatika, Bana Handaga, penggunaan Intel Edison masih terbilang sulit karena harus menggunakan program. Selain itu, perkembangan di Indonesia belum terasa. Hal tersebut dapat dilihat dari penjualan Intel yang belum menguasai pasar Indonesia. “Ini masih sangat rumit dikarenakan harus pasang sensor memerlukan program melalui komputer dan menggunakan iclip. Intel Edison yang seukuran SD Card ini juga belum dijual untuk daerah di Indonesia,� terangnya saat ditemui reporter Pabelan Pos di kantor IT UMS.
(2)
12
Edisi 110 - April 2016
OPINI
Mengubah Pandangan Pendakian
Oleh: Faisal Adi Surya
S
Penulis adalah Alumni Lembaga Pers Mahasiswa Pabelan, UMS
aban hari, ketika menengok lini masa media sosial yang beragam postingan. Foto narsistik di Pucuk Gunung, tampak cukup populer. Meski dengan beragam latar, namun mereka umunya tetap dengan satu gaya. Dengan berbekal sebaris pesan di sebuah kertas putih, yang diperuntukan bagi pacar, sanak famili, orang tua, maupun sobat satu perjuangan. Pose ini adalah pose favorit di puncak gunung, dan mungkin lebih diminati daripada gaya menopang dagu ala Gie di pelataran Mandalawangi. Di bawah foto itu, tak jarang mereka tambahkan keterangan (istilah kerennya caption), telah menaklukan puncak tertinggi. Dengan sekaligus menyebut angka ketinggian gunung, mereka bubuhi kata-kata bijak, yang pada intinya berisi pesan untuk mencintai alam, maupun puisi tentang pengalaman mengenai pendakian. Pose manis di puncak gunung, dibuktikan oleh pendaki Jogja yang menjajal pucuk merapi. Naas, dia terjun bebas dan mencium kawah. Maut tak dapat ditolak, pendakian ditutup, dan puncak dilarang untuk dijamah. Namun, se-
Alam, Cinta dan Perlawanan Oleh: Ichwanuddin Buchori
Penulis adalah Mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis UMS
orang kawan sekembali dari merapi, pamer foto telah menjejak di puncak, di petilasan pendaki Jogja terpelanting jatuh kedalam kawah. Duuh, ancen ngeyel tenan. Seterusnya, imbauan larangan tak lagi manjur. Kematian pendakian Jogja, dikomentari dengan satu kata, apess. Lha bar kui, foto di puncak merapi termasuk menjadi favorit para pendaki. Seakan ada semacam kebanggaan, kaki mereka ada di tempat yang menebar ancaman maut, di tempat dinamit raksasa, yang bisa meledak kapanpun. Terus, keterangane ngene, ehh caption, menaklukan puncak merapi. Namun, agak risih rupanya, ketika diksi 'menaklukan' puncak gunung tertinggi teramat populer. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia menaklukan berarti menundukan; mengalahkan; musuh; nafsu. Istilah menaklukan puncak tertinggi, menempatkan si pewarta foto lebih perkasa dari puncak gunung. Bahwa kini, gunung yang menjulang jangkung itu, tidak lebih kuat dari manusia yang tidak lebih tinggi dari empat kaki.
M
encintai alam menjadi isu yang menarik dan diperhatikan akhir waktu ini. Mencuatnya isu untuk mencintai alam tak terjadi begitu saja dan tentu banyak penyebab di balik semua itu. Berbagai motif dari kalangan elit maupun grass root saya kira menjadi latar belakang tumbuhnya gerakan mencintai alam tersebut. Dengan membuat kegiatan menanam pohon, membersihkan sungai, dan kegiatan yang hampir serupa diharapkan alam akan lebih terjaga. Selain alam dapat terjaga, kegiatan tersebut juga dapat menjadi counter isu kerusakan alam yang semakin parah, eksploitasi sumber daya alam, penebangan hutan, kebakaran hutan dan lainnya. Bergemanya isu mencintai alam ternyata tak sejalan dengan perilaku masyarakat, pengusaha, pemerintah bahkan mahasiswa. Mereka masih banyak yang membuang sampah tak sesuai tempatnya, membuang limbah di sungai, melakukan pembangunan tanpa proses pengimbangan ataupun penanaman kembali. Lebih parahnya pemunculan citra merekalah yang memelopori gerakan cinta alam meluas. Padahal tindakan mereka menyimpang sekali dari kata peduli alam. Tak diperdulikannya ekosistem dalam isu pembangunan yang semakin digalakkan oleh semua penguasa dan pengusaha menjadi sebuah masalah yang cukup serius. Lagi-lagi alam yang menjadi korban dan sasaran. Tentunya konsekuensi logis semua itu ialah bencana yang menanti kehidupan kita. Banjir yang tak terelakkan saat musim hujan, longsor bahkan efek pemanasan global yang merubah cuaca menjadi tak menentu. Miris! Sungguh menyedihkan jika kita melihat kondisi saat ini. Apakah kita sudah tidak butuh alam untuk hidup? Apakah kita tak ingat generasi kita selanjutnya juga membutuhkan alam untuk tetap bertahan hidup? Mungkin dugaan Wiji Thukul benar tentang “Mereka lebih suka membangun rumah, merampas tanah, membangun jalan raya, dan membangun pagar besi”. Sebab realita saat ini mendukung dugaan tersebut. Lalu apa yang harus dilakukan oleh mahasiswa? Mahasiswa sebagai agen perubahan seharusnya mampu memberikan solusi serta konsep-kon-
Jalan menuju puncak memang tidak gampang, berangkat dari kaki gunung saja sudah diserbu hawa dingin. Belum lagi puluhan tanjakan yang harus dilewati, bahkan ancaman binatang buas tidak bisa disepelekan. Terlebih badai adalah mimpi buruk setiap pendaki. Berdiri di puncak gunung, haruslah mereka yang kuat secara fisik dan mental. Mungkin hanya secuil alasan ini, mereka pantas membubuhi kata-kata “Menaklukan” puncak tertinggi. Label menundukan ini, seakan melegitimasi manusia untuk terus menyakiti gunung dan segenap panoramanya. Dimulai dari usaha menumpuk sampah, menebangi pohon untuk membuat api unggun, mencoret-coret dengan tujuan uluk salam, maupun berburu satwa. Alam bukan lagi sebuah partner, tapi lebih tepatnya objek mati yang harus tunduk kepada kemauan (nafsu) manusia. Bahwa kini, manusia yang tidak setinggi empat kaki. Mendaki menundukan alam. Dengan teknologi mutakhir, segenap ekosistem mulai terpingirkan, takluk oleh nafsu serakah. Angkaangka tentang kerusakan alam, laporan kekejian perebutan lahan adat, keterlibatan pasukan elite, sampai tatapan kosong para papa yang direbut tanahnya. Hanya tampil sekilas di media massa, kalah penting dari berita Saipul Jamil. Memahami Alam Hubungan alam semesta dan manusia seperti halnya dua saudara kandung. Alam sebagai yang tercipta lebih dahulu, ketimbang manusia dan Adam. Keduanya memiliki hubungan timbalbalik sebagai penghargaan dan penghormatan. Penghargaan alam terhadap kemanusiaan adalah cara menyediakan segala kelapangan dan fasilitas untuk kemajuan. Penghargaan alam terhadap manusia berbentuk pengajaran, baik pengajaran untuk mengasah pengalaman batinnya maupun lahirnya yang pada gilirannya menghasilkan ilmu-ilmu baru baik di bidang estetika, etika maupun kesimpulan saintifik. Karena itu wajar adanya kata alam secara semantik berasal dari bahasa arab 'alam (jamak :'alamin) yang menandai ilmu. Penghargaan manusia terhadap alam adalah memperlakukan alam secara terhormat, dengan cara-cara penggunaan yang bijak. Lewat gunung, Musa diperlihatkan kekua-
saan-Nya. Ketika sebuah gunung meleleh akibat terkena nur dari Allah yang Mahakuasa. Seketika Musa pingsan, dia tak sanggup membayangkan, apabila ia langsung berhadapan dengan Allah. Gunung tinggi besar saja, dalam sekejap saja hancur, terlebih tubuh Musa as. yang tiada besar itu. Muhammad bin Abdullah, manusia mulia dari Bani Hasyim seringkali menyepi di Gua Hira, sebuah gua di Jabal Nur, yang terletak sekitar 7 km dari Masjidil Haram. Suami Khadijah ini, rela mendaki gunung, mencari kesunyian, menundukan diri, bertafakur, menangis tersedu, merenungi umatnya yang keras hati menentang beliau. Seharusnya kisah kedua rasul tersebut, cukup menghindarkan kita dari sikap narsistik dan menghinakan alam. Pendaki yang baik bukan mereka yang hafal nama seribu gunung dan memiliki segenap peralatan komplit, pendaki yang baik justru mereka yang mengenal diri mereka sendiri, dan mereka yang memahami relasinya dengan Alam. Musa as. telah memahami dirinya tidak lebih besar dari gunung. Kita pun harus mengakui hal demikian, kita hanyalah partikel kecil di semesta yang berjuta kali lipat dari bumi. Tak pantas berlaku sombong dan angkuh terhadap Alam. Terlebih tugas mulia kita adalah bertindak sebagai khalifah, mengelola dan menjaga bumi, bukan berlaku dzalim merusaknya. Seperti yang dikhawatirkan para malaikat yang selalu mensucikan nama-Nya. Kedatangan kita ke puncak gunung, harus dipahami sebagai rasa kecintaan dan komitmen kita melaksakan perintah-Nya. Dimulai dari membunuh naluri narsistik dalam diri, memahami diri sebagai hamba yang lemah, murid yang patuh terhadap alam, kemudian menjaga alam dari tangan-tangan jahil. Menjadi luar biasa ketika mencontoh yang dilakukan Rasulullah, yang memanfaatkan kesunyian gunung untuk bertafakur dan mendekatkan diri kepada-Nya.
sep segar seperti harapan SH. Alatas dalam bukunya Intelektual Masyarakat Berkembang, “Seorang intelektual ialah subjek yang membuat konsep”. Tapi apa yang dilakukan mahasiswa saat ini? Mereka sibuk dengan permasalahan masingmasing. Permasalahan alam terlupakan karena bangku-bangku sekolah mengajarkan eksploitasi alam ini, dengan dalih efektivitas dan efisiensi. Bahkan lebih parah dari itu seolah tanggung jawab menjaga alam sudah diserahkan kepada mahasiswa pecinta alam (Mapala). Permasalahan saat ini juga berkaitan dengan mahasiswa yang sibuk dengan advokasi tentang lingkungan dan lupa untuk kontrol terhadap konstitusi yang mengijinkan adanya eksploitasi. Terbukti sejarah merekam pembiaran permasalahan Revolusi Hijau yang terkesan swasembada pangan dan terkesan rindang, tetapi justru hanya bermodus untuk kepentingan perut segelintir elit. Motif merawat alam terlupakan dan motif ekonomis yang dominan. Munculnya koperasi monopolis dalam program Revolusi Hijau yang menjual kebutuhan tani membuat petani selalu merugi. Penggunaan bahan kimia dan eksploitasi serta berlebih dalam menggunakan lahan menjadikan tanah tandus dijelaskan dalam buku Kegalauan Identitas oleh Martin Ramstedt (2001). Implikasinya ialah kerusakan lahan. Jika dibiarkan terus berlangsung kelaparan akan menghampiri. Lebih memalukannya lagi berkaitan tentang isu peduli alam di daerah Rembang tentang pendirian pabrik semen yang dianggap disponsori oleh pakar dari Universitas Gadjah Mada (UGM). Pakar dari UGM tersebut dianggap tidak netral dan objektif. Bahkan sampai-sampai pada 20 Maret 2015 ibu-ibu kendeng ngluruk ke kampus ternama tersebut untuk meneriakkan ketidakpuasan mereka. Hal tersebut dijelaskan dalam buku Rembang Melawan oleh A. Syatori (2015). Apakah akademisi seperti ini sesuai dengan harapan Pramoedya Ananta Toer yang diungkapkan dalam bukunya Bumi Manusia, “Seorang terpelajar haruslah bijak sejak dalam pikiran, apalagi dalam perbuatan?” Gerakan Cinta Alam “Jika kau bertemu dengan musuhmu, kalahkan dia dengan cinta,” perkataan Mahatma Gandhi saya
kira cocok menjadi landasan bergerak untuk mencintai alam. Bukan kekerasan yang harus ditanamkan agar masyarakat peduli alam, bukan pula pemaksaan. Tetapi yang harus dilakukan ialah menanamkan cinta terhadap alam. Pepatah Jawa mengatakan, “Witing tresno jalaran soko kulino.” Tepat sekali agar masyarakat bisa cinta terhadap alam. Mereka harus sering bersenggama dengan alam itu sendiri. Mereka wajib tahu bagaimana keindahan alam yang terhampar di bumi ini. Dengan mencintai alam kita telah melawan kehancuran. Spirit memunculkan penghargaan terhadap alam seperti konsep Hindu mengeramatkan roh yang melindungi alam, saya kira dapat menjadi inspirasi bagi kita. Jangan sampai luka lama tentang “tanam paksa” terekam dalam benak masyarakat Indonesia seperti gambaran dalam buku Involusi Pertanian karya Clifford Geertz. Saya takut jika luka sejarah itu mengingatkan bangsa ini dan menjadikan masyarakat Indonesia fobia terhadap alam. Terlebih lagi masyarakat Indonesia saat ini hanya dicekoki dengan teknologi, industrialisasi dan cenderung gerakan alam sudah dilupakan. Padahal mengutip tulisan dalam buku Revolusi Industri karya Dr. A. Romein-Verschoor (1975) “Disebabkan industrialisasi itu mereka telah sungguh-sungguh belajar menaklukkan alam bagi kepentingan manusia.” Paham industrialisasi jelas hanya melihat alam sebagai komoditas yang secara bebas mereka peras. Padahal tentu tidak seperti itu seharusnya. Islam juga tidak menginginkan sesuatu dipaksakan. Kesadaranlah yang ingin dicapai oleh Islam. Bahkan bukan konsep revolusi yang ingin dibangun Islam tetapi penyadaran dari seluruh masyarakat alias gerakan Bottom-Up. Terbukti dalam Islam, merangkul semua manusia untuk menjadi Islam dilarang menggunakan kekerasan. Penyadaran dari dalam akan bertahan lebih lama tanpa harus ada pertumpahan darah. Konsep Islam ini pun juga sesuai dalam rangka membuat manusia cinta terhadap alam. Bahkan Islam mengatakan alam ini juga makhluk yang selalu bertasbih kepada Allah dan sesama makhluk harus saling menjaga serta mencintai. Jelas Islam menyeru alam bukanlah komoditas dan harus dilestarikan!
Edisi 110 - APRIL 2016
GRIYA WACANA
13
Pencinta Alam (yang sesungguhnya)
Reporter: Syarifudin Aji Pamungkas dan Afif Abdurrahman
F
Foto/Dok. LPM Pabelan
enomena mendaki gunung kini sedang menjamur di sela-sela kehidupan masyarakat, tak terkecuali mahasiswa. Hobi baru tersebut bagaikan dua mata pisau. Sebagian berbangga karena merasa lebih dekat dengan alam dengan identitas pencinta alam. Tidak sedikit pula yang menangis karena kerusakan alam dan bencana terjadi tanpa terduga. Pertanyaan pun mencuat, siapakah identitas pencinta alam tersebut? Berikut merupakan jawaban dan tanggapan dari beberapa kelompok pencinta alam di lingkungan UMS dan sekitarnya.
Nanda Pratama
Reksa Pambudi Rahman
encinta alam itu orang-orang yang mau bertanggung jawab dan mau berkontribusi lebih untuk keberlangsungan alam. Gak cuma mereka yang mau main dan menikmati alam, mereka yang tidak paham tentang konsep bagaimana cara mencintai alam, justru menyalahgunakan teknologi sampai merusak lingkungan. Karena konsep dasar pencinta alam yang sekarang sudah mulai tergusur oleh kemajuan zaman, jadi dengan adanya sharing dengan senior, sharing ke alumni mapala-mapala lain yang memang dekat dengan kita, itu bisa menumbuhkan rasa semangat dan rasa idealis kita lagi untuk benar-benar mencintai alam.
K
Budi Jati Prakoso Ketua Umum MEPA UNS 2015-2016
alau saya kan orang Islam, jadi menurut saya kita itu diciptakan sebagai khalifah di bumi oleh Allah SWT dan ditugaskan untuk merawat atau memelihara apa yang sudah diciptakan-Nya. Kemudian kalau dari MEPA (Mahasiswa Ekonomi Pecinta Alam) sendiri lebih banyak berkegiatan pada kelestarian lingkungan. Devisi hutan gunung dan rock climbing dengan membersihkan sampah di sana, sekarang kan banyak orang yang cuma hobi menikmati lingkungan tapi tidak memperhatikan kebersihan ligkungan. Lalu di devisi Orad Diving (Olah Raga Arus Deras dan Diving) jadi yang kita lakukan adalah melakukan bersih sungai. Sekarang banyak yang menjauhi dari kata pencinta alam. Baru-baru ini kegiatannya lebih ke penikmat alam, karena kegiatannya banyak yang jauh dari kata pencinta alam itu sendiri, hanya menikmati alam, tidak memperdulikan kelestarian alam itu sendiri, dan hanya berkegiatan senang-senang saja. Sebenarnya pencinta alam mempunyai beberapa kode etik, paling tidak kita harus mempertanggungjawabkan semuanya kepada Tuhan Yang Maha Esa, peduli sesama manusia sebagai contoh pada kegiatan pengabdian masyarakat, dan pendidikan. Kalau penikmat alam biasanya tidak memperhatikan hal-hal tersebut.
K
Foto/Dok. Pribadi
Ketua Umum Giri Bahama, UMS 2016
Foto/Syarifudin Aji Pamungkas/LPM Pabelan
P
Foto: Dok. LPM Pabelan
encinta alam ya, berarti kita mencintai alam dengan kita mengadakan reboisasi dan sebagainya. Dewasa ini, pencinta alam banyak disalahartikan, orang naik gunung dikatakan pencinta alam. Jadi kita bukan hanya penikmat alam tetapi kita juga mencintai alam, berbeda antara pencinta alam dengan penikmat alam. Penikmat alam hanya menikmati alam tanpa melestarikan atau menjaganya, berbeda dengan pencinta alam, di satu sisi kita juga menikmati tetapi disisi lain kita juga menjaganya. Kalau yang saya lihat baru-baru ini mereka hanya sebagai penikmat alam. Sebagai contoh bunga amarilis di Jogja, petani bunga tersebut sudah menjaga dengan baik tetapi penikmat-penikmat itu datang. Belum lagi di gunung, mereka hanya menikmati pemandangan alam, terkadang juga mengambil bunga edelweis, membuang sampah sembarangan.
Widya Wahyuningsih Ketua Umum Oriza Sativa, STIE Surakarta 2016
alau mindset orang dulu, Mapala (Mahasiswa Pencinta Alam) itu cuma berkegiatan naik gunung tetapi di dunia pencinta alam itu luas, ada Search And Rescue (SAR), Bakti Sosial dan ilmu Keorganisasiannya juga. Pencinta alam itu kalau naik gunung itu pasti ada standarnya, kita harus bawa perlengkapan yang standar. Kalau cuma asal-asalan naik gunung safety prosedurnya itu gak ada, ya cuma ikut-ikutan aja. Kalau kita kalau naik gunung juga ada penelitian tentang alam dan masyarakat setempat. Mereka juga kurang pengetahuan. Tidak ada larangannya juga, siapapun boleh naik gunung, jadi mohon untuk kesadarannya bahwasannya kita sudah dikasih alam yang sangat luar biasa. Kalau kita bisa menjaga alam dengan baik maka alam akan baik kepada kita, tetapi kita saja suka seenaknya sendiri pada alam, alam juga akan seenaknya dengan kita. Jadi jangan sampai buang sampah sembarangan atau merusak ekosistem yang ada di alam.
Foto/Dok. Pribadi
P
Ketua Umum Malimpa, UMS 2016
14
Edisi 110 - April 2016
INSIGHT Komunitas Talas
Salam Bumi Menuju Hijau Reporter: Eria Winda Wahdania
Optimalisasi Minimal untuk Manfaat Maksimal
P
embangunan gedung-gedung bertingkat tinggi tengah merambah kota Solo. Dampaknya ruang terbuka hijau untuk masyarakat semakin berkurang. Selain itu, tingkat pencemaran polusi udara turut meningkat karena volume penggunaan kendaraan pribadi bertambah. Menanam di lahan terbatas dapat dikatakan sebagai alternatif yang tepat untuk menumbuhkan suasana hijau di sekitar lingkungan. Kegiatan tersebut turut mendukung terjaganya oksigen di bumi. Namun siapa sangka, jika menanam di lahan terbatas bukanlah hal mudah untuk dijalani. Kegemaran dan ketelatenan untuk menghasilkan tanaman yang diharapkan tentu menjadi modal utama bagi pelaku yang memanfaatkan lahan terbatas. Menanam di lahan terbatas tidak semudah menanam pada umumnya. Mengingat ketersediaan lahan yang terbatas tentu tidak semua tanaman dapat dioptimalkan tumbuh pada lahan yang tergolong sempit tersebut. Jika ditelusuri lebih dekat lagi, tidak banyak masyarakat yang mau meluangkan waktunya untuk sekadar berkebun dalam lahan yang sempit. Padahal, jika dilihat dari sudut pandang manfaat, berkebun di lahan terbatas sangat mengasyikkan dan menyehatkan, bukan hanya bagi diri sendiri tapi juga bumi yang ditempati. Beberapa metode sudah banyak dijumpai dalam pemanfaatan lahan terbatas tersebut. Mulai dari yang termudah yaitu menggunakan pot, disusul hidroponik atau menggunakan air sebagai pengganti tanah. Selain itu, ada pula kebun vertikal yakni dengan menggantungkan tanaman atau dengan menggunakan kontainer. Media yang mudah ditemukan itu, sangat disayangkan jika masyarakat malas menanam hanya dikarenakan permasalahan lahan yang terbatas.
Adanya langkah kecil tersebut turut membantu kelestarian ekosistem hayati. Meskipun harus dibatasi jenis tanaman yang akan ditanam, namun hal tersebut akan membawa manfaat yang besar. Menjaga keseimbangan bumi dengan menanam meski di tengah kepadatan lingkungan adalah perubahan kecil yang membawa kesinambungan.
Komunitas Tales, Tanam Apa Saja di Tengah Kota
B
menangani maupun mengobati, cara membuat pestisida, dan pembagian bibit tanaman. “Kegiatan komunitas bersamasama sebulan sekali ada KOPDAR tapi tempatnya itu giliran keliling daerah Solo dan sekitarnya. Kegiatannya belajar menanam, belajar penyakit tanaman, cara menangani, cara mengobati, cara membuat pestisida, juga membagi benih,� jelas wanita yang akrab dipanggil Ibu Ester ini Sama halnya dengan menanam pada lahan terbatas lainnya, jenis tanaman yang biasa dibudidayakan adalah buah dan sayur. Hasil panen yang mereka peroleh hanya sebagai konsumsi sendiri. Selain menghijaukan bumi, komunitas ini juga dapat memberi manfaat pengetahuan tentang tanaman, penyakitnya dan juga cara merawatnya, kurang juga, jadi dengan menanam di lahan di samping itu dapat menambah saudara sebagai terbatas seperti ini lebih menarik,� ujar Ester. Bagi masyarakat yang berkenan bergabung dengan Tales, tidak ada persyaratan khusus menjadi anggota komunitas tersebut. Tidak perlu mempunyai pengalaman dalam menanam, masyarakat biasa dari semua kalangan dan berbagai latar belakang pun bisa bergabung dalam komunitas yang berdiri sejak 2 tahun yang lalu ini. “Yang penting suka dengan tanaman dan niat,� tutupnya. Meski berasal dari berbagai kalangan masyarakat, tak menyurutkan komunitas tersebut untuk tetap menjaga kekompakannya. Keanekaragaman yang dimiliki dalam anggota -Talesjustru menjadi tali persatuan dengan rasa yang berbeda. Dari segala jenis latar belakang bukan bagian dari komunitas. “Ada beberapa tanaman keras tapi hanya masalah yang harus dibesarkan. Bagaimanapun beberapa karena lahan terbatas, manfaat kita bisa kesejukan dan kesegaran dapat diperoleh dari si tambah saudara, tau cara menanam secara hijau yang tumbuh di lahan terbatas.
erawal dari orang-orang yang memiliki kegemaran terhadap tanaman dan kepedulian terhadap lingkungan, komunitas yang menamakan dirinya Komunitas Tales ini terbentuk. Sejak maret 2014 (saat berdirinya) hingga sekarang, komunitas ini masih bertahan pada bidangnya menanam tanaman di lahan terbatas. Pemanfaatan pot yang dapat diletakkan di mana saja tanpa memakan lahan yang ada menjadi hal yang menarik dalam pembudidayaan tanaman yang dilakukan oleh komunitas tersebut. Hingga saat ini komunitas tersebut telah memiliki tiga puluh lima ribu anggota di seluruh Indonesia. Adapun tujuan pembentukan komunitas itu pun sederhana yakni untuk menghijaukan bumi, “Karena kita punya motto salam bumi menuju hijau, paling tidak bisa menyumbang oksigen minimal untuk diri sendiri,� ujar Ester Murtiningsih, salah satu anggota Komunitas Tales sekaligus penjaga basecamp. Pada masa perjalanannya, Tales sendiri tidak terbatas pada budidaya tanaman. Sebagai komunitas tentu memiliki kegiatan bersama. Salah satunya adalah pertemuan antara para pencinta tanaman dalam waktu satu bulan sekali yang mereka sebut dengan KOPDAR yang diadakan sejak bulan agustus 2014 atau lima bulan setelah komunitas tersebut berdiri. Kegiatan yang dilakukan bermula dari belajar organik, memberi contoh lingkungan, banyak menanam, mempelajari penyakit tanaman, cara yang sudah malas menanam karena lahan yang
“
Karena kita punya motto salam bumi menuju hijau, paling tidak bisa menyumbang oksigen minimal untuk diri sendiri
Foto/Dok. Facebook Komunitas Tales
15
Edisi 110 - April 2016
WARTA PABELAN
Dok. LPM Pabelan
Delegasi LPM Pabelan dalam acara Dies Natalis PPMI ke 23 di Universitas Muhammadiyah Surakarta, Senin (1/2).
Prestasi Pabelan Pos
Dejavu Dua Dekade Silam Pabelan Pos Raih Juara Katagori Desain Grafis dan Analisi Isi Reporter: Depi Endang Sulastri dan Ritmika Serenady Rasanya, ungkapan “Dewi Fortuna mampir ke UMS” yang terdapat dalam subjudul tabloid Pabelan Pos edisi 109 seirama dengan penghargaan yang diperolehnya satu bulan setelah terbit. Pada serangkaian acara Dies Natalis ke-23 Perhimpunan Pers Mahasiswa Indonesia (PPMI) di Universitas Muhammadiyah Semarang (Unimus) pada (29/1-1/2) menetapkan Pabelan Pos edisi 109 meraih penghargaan pada dua kategori lomba buletin. Penghargaan tersebut berupa juara 1 kategori “Layout/Desain Grafis” dan juara 2 kategori “Analisis Isi”.
K
ebahagiaan turut menyelimuti segenap keluarga LPM Pabelan, terkhusus tim Pabelan Pos edisi 109 atas penghargaan yang diperoleh. Di tengah pengejaran masa waktu yang telah memasuki batas akhir kepengurusan, edisi 109 justru memberikan kado terindah setelah terakhir kali Pabelan Pos eksis dalam perlombaan 20 tahun silam. Menurut pemaparan Aisyah Arminia, selaku Pimpinan Redaksi Pabelan Pos tahun 2015, prestasi terakhir yang didapatkan yaitu sebagai media perwajahan media terbaik pertama yang diselenggarakan majalah berita Gatra pada tahun 1995. Prestasi tersebut seperti mengulang kejayaan Pabelan Pos pada tahun 1995 ke 2016 dengan meraih penghargaan di bidang perwajahan media dan ditambah analisis isi. Proses penyelesaian tabloid edisi 109 dikatakan proses yang cukup cepat karena hanya memakan waktu satu bulan. Namun, hal tersebut tak berlaku dengan rapat isu yang dijalankan. Rapat isu yang diadakan justru terhitung paling lama. Rapat isu edisi 109 memakan waktu hampir satu minggu, umum-
nya hanya berlangsung atau selesai dalam tiga hari. “Tema yang mengerucut saat itu 'Melejitnya UMS di Akhir Tahun' dan 'Kampus Difabel'. Akhirnya tim isu sepakat memilih tema 'Melejitnya UMS di Akhir Tahun' karena datadata yang terkumpul cukup memadai dibandingkan tema 'Kampus Difabel' dan momen survey QS,” terang Aisyah. Momen tersebut berupa hasil survei
World University Rangkings oleh Quacquarelli Symonds (QS) yang menyatakan Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) masuk dalam sembilan perguruan tinggi terbaik di Indonesia. Edisi 109 dimaksudkan untuk merekam prestasi UMS yang pernah menjadi Perguruan Tinggi Swasta (PTS) terbaik dari berbagai sudut pandang. Prestasi yang diraih Tabloid Pabelan Pos edisi 109 tersebut pun tak lekang oleh usaha yang dilakukan segenap awak redaksi tabloid. “Inspirasi tentu didapat dari judul dan materi yang dikerjakan di tabloid Pabelan Pos edisi 109. Waktu itu Pimred memilih judul 'Melejitnya UMS di Akhir Tahun' dan kemudian diajukan ke tim layouter. Dari kata 'Melejit' tim layouter Pabelan Pos sudah tau ide dasarnya bagaimana dan tinggal dieksekusi,” tutur Verlandy Donny Fermansyah, salah satu tim Layouter Pabelan Pos edisi 109. Ide segar dan kreatif yang tertuang dalam desain grafis itulah yang menurut Donny layak untuk diberikan apresiasi dalam ajang bergengsi tersebut. “Intinya kami me-layout untuk memudahkan pembaca dalam menerima
PIAGAM PENGHARGAAN PPMI kepada Pabelan Pos edisi 109 Juara 1 Desain Grafis / Layout LOMBA BULETIN DIES NATALIS PPMI 23 TH. 2016
Juara 2 Analisis Isi LOMBA BULETIN DIES NATALIS PPMI 23 TH. 2016
Tabloid Pabelan POS edisi 109 “Melejitnya UMS di Akhir Tahun” terbitan Lembaga Pers Mahasiswa (LPM) Pabelan meraih penghargaan Juara 1 katagori Desain Grafis / Layout & Juara 2 katagori Analisis Isi dari Perhimpunan Pers Mahasiswa Indonesia (PPMI) pada Dies Natalalis XXIII PPMI 29 Januari - 1 Februari 2016 di Universitas Muhammadiyah Semarang.
pesan yang ingin kami sampaikan, bukan mempersulit,” sambungnya. Salah satu tampilan layout yang menarik pada tabloid Pabelan Pos edisi 109 adalah tampilan cover tabloid. Tampilan cover tersebut dibuat sedemikian rupa supaya dekat dan sesuai dengan tema yang dibahas. “Pesan yang ingin kami sampaikan pada cover adalah prestasi UMS dari Badan Kreditasi Nasional Perguruan Tinggi (BAN PT), Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti), dan QS mampu melejitkan nama UMS di kancah nasional sebagai perguruan tinggi yang layak diperhitungkan,” jelas Donny. Berdasarkan hal tersebut, tim layouter membuat ilustrasi cover berupa roket yang di dalamnya terdapat tiga logo, antara lain; BAN PT, Kemenristekdikti, dan QS, yang notabene merupakan badan yang berkonsentrasi dalam bidang pendidikan. Selain itu, terdapat pula delapan bintang sebagai gambaran UMS yang baru saja bertengger di peringkat ke-8 Perguruan Tinggi di Indonesia versi QS di akhir tahun 2015.
16
Edisi 110 - April 2016
Foto/google.co.id
LIPUT
Sudut Pandang Emosi Emosi Pandangan Psikologi, Agama dan Kesehatan Reporter: Muhammad Taufik, Rizki, dan Ratih Kartika
Ruang Lingkup Emosi
E
mosi, salah satu ilmuwan menyebutkan fenomena kejiwaan, lainnya mengatakan gejala kepribadian, dan lainnya menjelaskan bahwa emosi adalah luapan perasaan yang berkembang dan surut dalam waktu singkat. Derasnya pendapat tentang emosi tersebut berawal dari rasa haus dan hasrat manusia mengenai studi ilmu psikologi. Alhasil, membuahkan berbagai macam pendapat dan pandangan tentang psikologi beserta interpretasinya. Menurut Janet, emosi adalah suatu keada-
an perasaan seseorang tidak dapat beradaptasi dengan peran yang harus diembannya pada situasi tertentu. Hal tersebut didukung pendapat James yang menganggap emosi sebagai perilaku yang kurang mampu beradaptasi dengan baik, atau jika mau, sebagai perilaku yang tidak mampu beradaptasi, sikap yang muncul dari sebuah keterbelakangan. Sartre membangun teori baru sebagai antitesis dari tesis emosi Janet dan James. Sartre menyatakan bahwa emosi merupakan gejala kepribadian manusia yang menjadi tempat
menunjukkan kepada keberadaan manusia di alamnya. Sartre mencoba mengganti gagasan emosi sebagai sebuah ketidaksengajaan, sekali-gus ingin menunjukkan bahwa emosi sebagai sesuatu yang bersifat fenomenologi. Pada dasarnya emosi manusia dapat dibagi menjadi dua kategori umum jika dilihat dari dampak yang ditimbulkannya. Kategori pertama adalah emosi positif atau biasa disebut dengan afek positif. Emosi positif memberikan dampak yang menyenangkan dan menenangkan. Macam dari emosi positif ini
ayat 205, Dan apabila ia berpaling (dari kamu), ia berjalan di bumi untuk mengadakan kerusakan padanya, dan merusak tanam-tanaman dan binatang ternak, dan Allah tidak menyukai kebinasaan. Itulah kerusakan-kerusakan yang telah diterangkan dalam kitab suci. Di atas disebutkan bahwa emosi dalam bentuk apapun harus dikendalikan bahkan Allah melarang kerusakan sebagai dampak emosi tersebut. Mengingat dampak yang akan ditimbulkan karena emosi tersebut mengkhawatirkan. Terpampang secara jelas keadaan alam sekitar karena emosi tidak dikendalikan. Intergovern-mental Panel on Climate Change (IPCC) sebuah badan internasional pemantau perubahan iklim dunia memperkirakan bahwa pada tahun 2100 nanti suhu global bumi dapat naik antara 1,8 hingga 2,9 derajat (A report of the Working Group of the IPCC Summary for Policymaker 2007). Artinya, suhu dunia akan semakin panas, kenaikan suhu tersebut mungkin tidak terlihat terlalu tinggi, tetapi di negara tertentu seperti Indonesia dikhawatirkan dapat mendorong timbulnya banyak bencana seperti banjir, kemarau panjang, angin kencang, longsor, dan kebakaran hutan (UNDP - 2007). “Semua itu karena manusia sudah tidak mengamalkan ajaran Islam. Sehingga harus ada pengendalian dengan prinsip agama,” kata Syamsul. Pada bidang kesehatan, pembicaraan mengenai emosi yang terkait dengan kerusakan lingkungan belum banyak dilakukan. Berbicara mengenai emosi di dunia kesehatan, dapat dikaitkan dengan kesehatan mental. Dilansir dari Alodokter, kesehatan
emosi negatif lainnya. Hal tersebut berhubungan dengan pikiran dan akhirnya memengaruhi tubuh, berhubungan pula dengan kekacauan yang menyeluruh secara mental dan bukan secara fisik. Kenyataan yang jelas dan telah dibangun adalah bahwa pikiran memiliki pengaruh kuat pada tubuh dan kekacauan secara psikologis sering memanifestasikan dirinya dalam gejala fisik. Ketika emosi negatif sedang melanda pikiran, tubuh akan melepaskan hormon adrenalin, jantung berdebar lebih cepat, timbul keringat, dan akan timbul rasa nyeri di dada maupun di perut. Emosi negatif, seperti ketakutan, kecemasan, amarah, perasaan bersalah dan kesedihan. Selain hormin adrenalin, contoh emosi dari sudut pandang kesehatan dapat dilihat dari hormon prolaktin, pada seorang ibu. Hal tersebut diungkapkan Yusuf Ilham Romadhon, dosen Kedokteran Keluarga Fakultas -AlodokterKedokteran Universitas Muhammadiyah jukkan seseorang secara fisik tidak mempu- Surakarta (FKU UMS), seorang Ibu mengusanyai masalah, namun pada kenyataannya, hakan hormon prolaktin berproduksi pada seorang tersebut mengeluh karena sakitnya. saat menyusui anaknya. “Kalau air susu ibu Menurut doktersehat, masalah-masalah nggak lancar terus dipasrah-kan sama susu emosional yang tidak ditangani merupakan formula, Ibunya tidak bisa menahan emosi. penyebab 85% penyakit fisik, misalnya Bisa jadi anak autis, anak hiperaktif. Jadi ibunya nggak sabar, terus pelajaran emosi psikosomatik. Gangguan psikomatik ialah gangguan yang diterima oleh anak adalah emosi psikis yang menyebabkan gangguan fisik. negatif,” terangnya. Dengan kata lain, gangguan tersebut memicu penyakit fisik yang disebabkan oleh pikiran negatif dan atau masalah emosi seperti stress, depresi, kecewa, kecemasan, rasa berdosa, dan
Emosi dan Dampaknya
B
erbicara mengenai emosi dari segi agama, Islam khususnya, emosi dalam pandangan Islam bukan sesuatu yang terlarang, namun sesuatu yang harus dikendalikan. Seperti yang terkandung dalam surat Al-Imron ayat 134 yang artinya Orang yang bertakwa adalah orang yang mampu menahan amarahnya dan memaaf-kan kesalahan orang lain dan Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan. Pada ayat tersebut dijelaskan bahwa ketika seseorang ingin mencapai derajat takwa, maka manusia harus mampu menahan amarah dan memaafkan kesalahan orang lain. Menanggapi hal tersebut, dosen Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Surakarta (FAI UMS), Syamsul Hidayat, memandang segala bentuk emosi harus dikendalikan, baik itu emosi marah, cinta, sedih hingga bahagia. Emosi yang dikendalikan dapat menjadi emosi yag sistematis dan terstruktur untuk hal-hal yang baik. “Maka tidak akan menimbulkan kerusakan baik sesama manusia ataupun alam,” jelasnya. Di sisi lain, Allah melarang manusia berbuat kerusakan yang diisaratkan dalam 50 ayat Alquran dengan penyebutkan kata ‘fasad’ kurang lebih sebanyak 53 kali (Abdulah Aly, UMS-1993). Larangan berbuat kerusakan (fasad) pernah dikaji Shihab dalam Tafsir Alquran, Al-Karim (Pustaka Hidayah:1997). Beberapa contoh perbuatan yang menimbulkan kerusakan (fasad) tersebut antara lain perusakan tumbuhan, generasi manusia dan keharmonisan lingkungan. Selain itu, Alquran menjelaskan pula dalam surah Al-Baqarah
mental ialah keadaan batin berada pada keadaan tenteram dan tenang sehingga memungkinkan untuk menikmati kehidupan sehari-hari dan menghargai orang lain di sekitar. Kajian lain menghasilkan bahwa masalah emosional terkait dengan sebuah analisis bahwa jenis pemeriksaan dokter yang menun-
“
Kesehatan mental ialah keadaan batin berada pada keadaaan tenteram dan tenang
seperti tenang, santai, rileks, gembira, lucu, haru, dan senang. Kategori kedua adalah emosi negatif atau afek negatif. Emosi negatif memberi dampak negatif, tidak menyenangkan dan menyusahkan. Macam dari emosi negatif diantaranya sedih, kecewa, putus asa, depresi, tidak berdaya, frustasi, marah, dendam, dll.
17
Edisi 110 - April 2016
LIPUT Liputan Utama
Alam, Pencinta Alam, dan Wujud Cinta Alam Reporter: Depi Endang Sulastri dan Dariyanti
Disebutkan di dalam Undang-Undang Lingkungan Hidup No.19 tahun 1986 bahwa salah satu wadah lembaga swadaya masyarakat yang melakukan kegiatannya berdasarkan hobi adalah kelompok pencinta alam. Kelompok tersebut bersifat formal dan nonformal. Kelompok formal tersebar di institusi sekolah (Sekolah Menengah dan Perguruan Tinggi).
P
erguruan tinggi pada umumnya mempunyai wadah yang dapat digunakan mahasiswa untuk berlatih dan mengembangkan kemampuannya. Mahasiswa dapat melatih kecakapan berorganisasi, memimpin, dan belajar menyelesaikan masalah, serta bersosialisasi dengan berbagai kalangan. Kegiatan kemahasiswaan dengan wadah Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) yang cukup diminati oleh mahasiswa adalah pencinta alam. Suryaningati (1987) menyebutkan bahwa kelompok pencinta alam mengisi kegiatannya dengan mendaki gunung (mountainering), menelusuri gua (caving), mengarungi sungai (rafting), memanjat tebing (climbing), atau berkemah di tepi hutan. Selain itu, mereka melakukan kegiatan-kegiatan sosial dan pengabdian kepada masyarakat. Dewasa ini, tidak sedikit yang menamakan dirinya sebagai individu atau komunitas pencinta alam. Suatu gerakan yang didengungkan sebagai gerakan untuk mencintai alam dengan mendaki sebagai trennya. Meski seharusnya, alam tidak hanya mengenai gunung, tetapi juga laut, daratan, bahkan bumi beserta atmosfernya. Keadaan tersebut memunculkan pergeseran makna dan tujuan pencinta alam. Pencinta alam dinilai menjadi praktik pendidikan karakter. Jika pada era 1970-an, kegiatan tersebut dianggap perbuatan nekat, saat ini sudah menjadi tren. Tren mendaki gunung, misalnya. Perkembangannya saat ini, kegiatan mencintai alam tidak lagi menjadi suatu bentuk usaha untuk membuat alam menjadi lebih baik. Tetapi hanya dijadikan sebagai upaya aktualisasi diri. Misalnya mencapai puncak gunung adalah sebuah keharusan yang harus dilakoni daripada mementingkan keselamatan diri sendiri. Hal tersebut bertolak belakang dengan pendapat Danardono (1997) bahwa interaksi aktif pada kelompok pencinta alam akan meningkatkan kemampuan interpersonal di- antara mereka dan akan melatih mahasiswa untuk peka terhadap lingkungan, mudah menyesuaikan diri dan menerima orang lain. Demikian halnya dengan kegiatan petualangan yang dalam interaksinya bersifat hangat,
terbuka, tidak kaku, penuh dorongan dan tidak saling menghukum akan menumbuhkan rasa toleran pada para pelakunya. Berkaca pada hal tersebut, kelompok pencinta alam di lingkungan Univeristas Muhammadiyah Surakarta (UMS), Malimpa dan Sangguru mempunyai cara tersendiri untuk merealisasikan kelestarian alam dan memaknai alam. Malimpa melakukan aktivitas menjaga kelestarian alam melalui kegiatan observasi lingkungan di tataran Sekolah Menengah Pertama (SMP) dengan tujuan agar anak SMP mampu memahami serta menjaga keseimbangan lingkungan. Adanya observasi tersebut diiringi dengan kegiatan penelitian tentang lingkungan. Hal tersebut dilakukan untuk melihat perkembangan alam di sekitar lokasi penelitian. Selain itu, Malimpa turut merealisasikan penanaman pohon di sekitar kampus untuk menciptakan kesegaran udara di lingkungan kampus. Ada pula upaya untuk menumbuhkan kesadaran membuang sampah pada tempatnya. Hal itu dimulai dari Malimpa sendiri. “Dimulai dari lingkungan yang terkecil, diri kita sendiri, sampai lingkungan
yang lebih luas”, ungkap Mariska yang menjabat Departemen Penelitian dan Pengembangan di Malimpa. Proses regenerasi yang dilakukan oleh Malimpa melalui Diklatsar (Pendidikan dan Latihan Dasar). Hal tersebut ditujukan untuk meneruskan apa yang sudah diupayakan selama ini, terutama yang berkaitan dengan pelestarian alam. “Semakin banyak mahasiswa yang berkecimpung di Malimpa, maka banyak pula orang yang turut berupaya untuk pelestarian alam,” terang Mariska. Lain halnya Malimpa, Sangguru memaknai alam dengan upaya bekerja secara konkrit. Misalnya, melakukan penanaman dan perawatan tanaman secara berulang di Taman Wisata A l a m ( T WA ) Grojogan Sewu. Selain itu, mereka dituntut melakukan pengabdian dan aktif dalam kegiatan, baik di dalam komunitas maupun di luar. “Kita juga dituntut untuk terjun di dunia bencana”, terang Daris Gama Wijaya selaku De-
Alam dan Yang Merusaknya Salah satu masalah sosial yang tengah marak terjadi ialah keadaan alam sekitar yang semakin merosot. Sejak beberapa waktu lalu, alam telah mengalami beberapa perubahan seperti pencemaran air dan udara, pengurangan sumber semula jadi, penipisan lapisan ozon, pengurangan kawasan paya bakau dan hutan rimba, hujan asin dan peningkatan suhu secara global (Mohd Rafi et al. 2003; Martinsons et al.1996)
B
erkaca terhadap peristiwa tersebut, kini, Indonesia tengah memerangi salah satu masalah sosial tersebut, sampah. Kembali alam yang dirugikan.
Berbagai upaya dilakukan untuk mengurangi volume sampah yang dihasilkan masyarakat melalui diet plastik. Penggunaan plastik yang berlebih mengakibatkan pencemaran lingkungan, baik di darat maupun laut. Pada dasarnya, pencemaran lingkungan merupakan masalah bersama, menjadi tanggung jawab bersama, dan penting untuk segera diselesaikan. Memandang permasalahan tersebut, Malimpa beranggapan bahwa pencemaran lingkungan merupakan permasalahan yang harus diselesaikan dan menjadi tanggung jawab bersama. “Siapapun bisa berperan serta dalam menyelesaikan masalah pencemaran lingkungan ini, termasuk kita,” terang Mariska.
Perlu dicermati bahwa lingkungan hidup menurut UU No. 23 tahun 1997 merupakan kesatuan ruang dengan semua benda, daya keadaan, dan makhluk hidup, termasuk manusia dan perilakunya, yang memengaruhi kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lain. Oleh karena itu, menjaga lingkungan hidup akan menentukan masa depan kehidupan makhluk hidup. Langkah kecil yang harus direalisasikan adalah memahami bahwa menjaga lingkungan turut mendorong kelestarian alam tanpa memandang status seorang anggota pencinta alam atau bukan.
wan Pertimbangan Organisasi Sangguru. Berbeda dengan Malimpa, proses mendidik calon anggota baru Sangguru sedikitnya memakan waktu 5-6 bulan. Pada awalnya, calon anggota harus melalui Diklatsar. Setelah melalui diklatsar, calon anggota tersebut telah menjadi anggota muda. Selain itu, Sangguru memiliki jenjang anggota di atas anggota muda yaitu anggota penuh. Syarat menjadi anggota penuh harus melalui kegiatan-kegiatan yang dinamakan Manajemen Perjalanan Gunung Hutan (MPGH), Ilmu Medan Peta dan Kompas (IMPK), Penelusuran Gua (Caving), dan Role Climbing. “Anggota penuh tersebut harus melalui diklat lanjutan, jika anggota muda pengin jadi anggota penuh, dia harus melalui diklat lanjut MPGH, Ilmu Medan Peta dan Kompas (IMPK), Penelusuran Gua (Caving), dan Role Climbing,” terang Angga Saputra selaku Ketua Sangguru. Lain halnya kedua pencinta alam di atas, pencinta alam dalam sudut pandang perhutani ialah mereka yang menjaga kelestarian alam. Selain itu, mereka yang mengedepankan keselamatan daripada pemuasan diri sendiri. “Jadi pencinta alam itu harus melestarikan alam, dimulai menjaga kebersihan, menjaga keselamatan diri sendiri. Setiap pencinta alam yang naik, diharuskan untuk menanam tanaman di puncak Lawu,” terang Titik Sulistyowati selaku Humas Kantor Perhutani (KPH) Surakarta.
18
Edisi 110 - April 2016
LIPUT
Mengelola Kecerdasan Emosi untuk Mencintai Alam Reporter: Zulfa Rahmatina dan Depi Endang Sulastri
Emosi dan Kecerdasan Emosi
A
da yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan ini. Hal itu ialah emosi. Emosi, menurut pendapat M. Darwis, merupakan gejala psiko-fisiologis yang menimbulkan efek pada persepsi, sikap dan tingkah laku, serta mengejawantah dalam bentuk ekspresi tertentu. “Untuk emosi sendiri memiliki yang namanya muatan ekspresi. Banyak hal yang memengaruhi bagaimana kita mengekspresikan emosi itu sendiri. Salah satunya adalah kegagalan tahap perkembangan masing-masing individu. Tahapan perkembangan itu berbeda setiap langkah-langkahnya, dengan tugas perkembangan yang berbeda pula. Ketika itu gagal, bagaimana mengekspresikannya juga berbeda,� papar Eny Purwandari, dosen Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS), sembari membenarkan pendapat Darwis tentang emosi. Emosi berarti dengan caranya sendiri, yang merupakan seluruh kesadaran dan realitas manusia. Emosi tidak bisa masuk ke realitas manusia dari luar. Sebaliknya, manusialah yang mengasumsikan emosinya, sehingga emosi merupakan bentuk mapan dari keberadaan manusia. Konsep kecerdasan emosi mempunyai susur galurnya dalam konsep kecerdasan sosial yang
dikemukakan oleh Thorndike pada 1920-an. Gardner (1993) menerangkan bahwa kecerdasan emosi berkontruksi dengan kecerdasan intrapersonal dalam kerangka pelbagai kecerdasannya. Pada kenyataannya, kecerdasan emosi lebih penting daripada kecerdasan kognitif.
“
Kecerdasan emosi tidak sebatas pengelolaan emosi, namun berhubungan pula dengan tingkah laku Kecerdasan emosi menurut Goleman (1998) adalah kemampuan untuk mengawal dan mengelola diri sendiri, orang lain dari aspek perasaan, emosi, dan tingkah laku. Ia dapat mengubah suatu tingkah laku bersesuaian dengan masa dan keadaan. Terdapat lima dimensi dalam konstruksi kecerdasan emosi yaitu kesadaran diri, pengurusan emosi, motivasi diri,
empati, dan kemahiran sosial. Jadi, kecerdasan an. Kalau emosi kan sebenarnya pusatnya di sini emosi tidak sebatas pengelolaan emosi, namun (otak-red), sistem limbik, ini pusat emosi kita,� berhubungan pula dengan tingkah laku. Emosi dan kecerdasan emosi pada dasarnya dua hal yang tidak sama namun memiliki keterkaitan. Kecerdasan emosi berhubungan pada kemampuan seseorang, sedangkan emosi belum tentu dapat berhubungan dengan kemampuan. Berbicara mengenai kecerdasan emosi berarti berbicara tentang kemampuan mengelola emosi. Pusat emosi berada di sistem limbik, sedangkan kecerdasan emosi terletak di hati. “Kalau emosi dan kecerdasan emosi sebenarnya dua hal yang tidak sama persis. Kalau kita sudah berbicara tentang kecerdasan emosi itu kita sudah menunjukkan pada kemampuan. Tapi kalau hanya sekedar pada emosi saja, belum tentu asosiasinya ke kemampu-
Alam dan Kecerdasan Emosi
P
ada kehidupan manusia yang berdampingan dengan alam, diiringi dengan gencarnya berbagai kampanye mengenai alam atau konten-konten media tentang alam, pengelolaan kecerdasan emosi menjadi kemampuan yang sangat dibutuhkan. Individu yang belum dapat mengelola kecerdasan emosi akan selalu mengikuti budaya yang tengah berkembang. Banyak kegiatan yang dilakukan beberapa kalangan berdampak pada kerusakan alam. Hal itu berindikasi bahwa pengelolaan emosi dirasa kurang optimal. “Iya, dia akan mengikuti trennya. Di mana dia berada, itulah yang akan mengisi dirinya,� tambahnya. Kemampuan mengelola emosi dipengaruhi
oleh banyak faktor. Faktor-fakor tersebut seperti ada tidaknya nilai-nilai hidup yang diterapkan. Selain itu, dapat pula berhubungan dengan bagaimana style personality individu tersebut. Adanya bentuk-bentuk ketidakmampuan dalam pengelolaan emosi tersebut mengakibatkan kerusakan alam. Kerusakan-kerusakan terjadi didorong oleh beberapa kebutuhan. Kebutuhan tersebut dapat berupa kepuasan untuk aktualisasi diri, kebutuhan untuk dihargai, untuk diakui, untuk narsisme maupun eksibisinya memberi dampak pada bagaimana individu bersikap. Pada dasarnya, alam hanya akan memberikan apa yang diberikan kepadanya. Jikalau memberikan sesuatu hal buruk kepada alam, tak menutup
kemungkinan hal serupa akan diterima oleh individu yang melakukannya. Oleh karena itu, pengelolaan emosi secara baik dan optimal mampu mendorong kelestarian alam.
Mengelola Kecerdasan Emosi (untuk Alam)
B
eberapa kalangan menganggap bahwa cerdas secara emosi selalu berkaitan dengan kecerdasan pikiran. Namun, pengelolaan kecerdasan emosi dengan tidak mengimbangi cerdas hati pun tak ada manfaatnya. Hal tersebut dapat dikatakan sebagai faktor lain yang mengakibatkan terjadinya kerusakan alam yang terjadi belakangan ini. Lebih lengkapnya, individu tersebut belum matang dalam mengelola kecerdasan emosi dan cerdas hati. Itulah yang akhir-akhir ini memberi pengaruh pada kerusakan alam dan lingkungan sekitar. Hal tersebut dapat dikategorikan sebagai sebuah penyimpangan. Ketidakmampuan dalam mengelola kecerdasan emosi berdampak pada hilangnya self belonging. Jika individu memiliki self belonging, perasaan di bagian mana pun mereka berada akan merasa memiliki dan meningkatkan kepedulian. Selain itu, mampu menguatkan kecerdasan emosi. Hal tesebut tercermin pada perilaku individu pada saat terjun di alam bebas. Ia memosisikan dirinya tidak untuk mencintai alam namun memosisikan dirinya hanya untuk mengoptimal-
kan kepuasan diri sendiri. Tidak timbul rasa peduli terhadap keadaan alam yang tengah menyelimuti. Karena pengelolaan kecerdasan emosi belum mampu ia maksimalkan. Lima dimensi kecerdasan emosi di atas dapat diterapkan pula untuk memaknai kehadiran alam. Kesadaran diri, motivasi diri, empati, dan kemahiran sosial mulai dikembangkan untuk menumbuhkan rasa terhadap situasi alam. Pada dasarnya, pengoptimalan kecerdasan emosi mampu memberi manfaat positif bagi penggunanya. Hal yang diperlukan yaitu dengan latihan dan pengondisian, tidak hanya sebagai wacana agar cerdas emosi, namun cerdas pula hatinya. Proses tersebut akan mampu bertahan melebihi tataran konsep atau pemikiran. Apabila telah terlatih dan dikondisikan akan menjadi kolaborasi antara wacana dengan aksi nyata. Proses tersebut dapat pula dimanfaatkan untuk menumbuhkan minat dalam mencintai alam dengan cara yang sesungguhnya. Dimulai dengan niat bahwa mengunjungi alam bukan hanya untuk kepuasaan diri sendiri melainkan mensyukuri kebesaran Sang Pencipta atas salah
satu bentuk kekuasaan-Nya. Diteruskan dengan menanamkan konsep dalam pikiran dan mengelola hati bahwa alam merupakan bagian dari kehidupan. Merusak alam menjadikan makhluk hidup lain juga turut rusak.
19
Edisi 110 - April 2016
GAYA HIDUP Artis Youtube
Menatap Layar dari Kacamata YouTuber Reporter: Mydia Inggit Prahastiwi
B
eberapa mahasiswa terlihat asyik menatap layar laptop mereka masingmasing malam itu. Terkadang mereka tertawa, mengerutkan dahi, atau menatap dengan serius. Wajar saja, saat itu mereka sedang menikmati situs web berbagi video yang dibuat sebelas tahun silam, YouTube. Melalui situs tersebut setiap orang dengan mudah dapat menonton, mengunggah, dan
Foto: Verlandy Donny F. / Pabelan Pos
berbagi video. Selain itu kita juga dapat melihat video musik, drama, pendidikan, komedi dan berita terkini yang baru saja terjadi. Pada perkembangannya, YouTube melahirkan artis-artis baru di industri hiburan sehingga dapat dikatakan bahwa YouTube merupakan salah satu situs web yang memberikan kebebasan berekspresi kepada siapa
saja. Ada sekitar seratus jam durasi video yang diunggah setiap jamnya, dengan jutaan kreator konten video yang tersebar di 30 negara. YouTube bahkan mendirikan sebuah YouTube Space yang mewadahi para kreator untuk memproduksi konten. Mulai dari proses brainstorming sampai dengan rilis. Beberapa tahun terakhir perkembangan para pengguna YouTube semakin pesat, ditan-
dai dengan banyaknya artis baru bermunculan di situs web YouTube. Artis YouTube atau sering disebut sebagai YouTubers inilah yang menjadi salah satu penyumbang jutaan kreator konten video yang ada di YouTube. Masing-masing YouTuber juga memiliki genre yang berbeda. Ada yang berfokus pada musik, fashion, komedi, hingga politik.
lah kepercayaan diri. Mulai dengan mempelajari mengenai genre yang memang menggambarkan kepribadian diri, selalu berfikir positif dan kreatif, hingga mencari sesuatu yang beda. “Jangan nyontek hasil karya orang lain,” ujarnya. Mengenai tujuan dari setiap video yang dibuat, tentu masing-masing YouTuber memiliki pesan tertentu yang coba disampaikan ke subscriber. Video yang dibuat merupakan hasil karya seni yang menggambarkan ciri khas dari setiap YouTuber. YouTubers yang memiliki selera humor tinggi pasti akan lebih fokus pada tema-tema komedi. Menjalani karir sebagai YouTubers selama hampir dua tahun tentu telah banyak memberikan pengalaman bagi Tommy. Namun dirinya selalu berusaha memberikan wa-
rna baru pada setiap videonya seperti menambah jokes, memperbaiki kualitas editing, hingga melakukan kolaborasi dengan YouTuber lain. “Cari talent yang baru supaya orang gak bosen juga,” ujarnya. Terkadang respon dari subscribers yang negatif mengenai video yang diunggah menjadi kendala terbesar dari YouTuber. Video dan Berbuat Baik Jika dibandingkan dengan pengguna YouTube di luar negeri, pengguna video online Indonesia juga tidak mau kalah. Sudah banyak orang mampu memanfaatkan YouTube sebagai media untuk personal branding dan menyampaikan pesan–pesan moral kepada netizen. Para YouTuber kini telah paham bahwa mangsa pasar mereka adalah anak muda sehingga video yang mereka buat tentu harus memiliki makna di dalamnya. Acapkali video yang diunggah pun merupakan bentuk ekspresi dari YouTuber. “Sebuah video mampu untuk mengekspresikan diri lebih dari sekedar foto,” kata Riskia. Mahasiswa Fakultas Kedokteran dari Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) ini mengaku dirinya tertarik untuk membuat video yang mampu menyampaikan pesan kebaikan. Meskipun begitu ia tidak mengelak bahwa setiap video yang diunggah perlu disisipi unsur komedi. “Di setiap video juga harus ada unsur komedinya,” tutupnya.
Geliat YouTuber di Indonesia
Tak Sekadar Lucu Tapi Juga Bermakna
D
i Indonesia sudah banyak YouTuber yang mulai dikenal seperti artis terkenal Raditya Dika yang juga meraih sukses melalui channel YouTube. Di bidang fashion ada Natasya Faharani dengan video tutorial, Eka Gustiwana di bidang composer dan masih banyak lagi. Berawal dari sebuah hobi yang digarap secara serius, akhirnya para YouTubers ini bisa menjadikan YouTube sebagai ladang pencarian pundipundi rupiah. Hobi hadir melalui sebuah kegiatan yang dilakukan oleh seseorang secara terus menerus dan terekam di dalam memori otak hingga menghasilkan sebuah kebiasaan baru di dalam hidupnya. Tidak hanya itu, terkadang hobi juga bisa dijadikan sebagai lahan pekerjaan oleh pemilik hobi. Sebuah sistem, mesin dan metode yang digunakan oleh para pelanggan layanan multimedia untuk mengupload sebuah konten media pribadi yang kemudian didistribusikan ke penerima yang dipilih melalui saluran media pribadi atau akun pribadinya. Inilah yang dilakukan oleh YouTubers, mereka membuat sebuah ekspresi diri melalui jaringan digital. Seorang YouTuber Indonesia Tommy Limm, menceritakan bahwa keterkaitan dirinya dengan dunia YouTube berawal dari sebuah hobi dan ia sama sekali tidak menyangka YouTube bisa di-monetize dan men-
datangkan uang. “Awalnya hanya menyalurkan hobi, tetapi pada akhirnya malah menjadi profesi,” ungkapnya kepada Pabelan Pos. Bagi dirinya, hobi yang dapat disalurkan menjadi sebuah profesi akan berdampak pada tingkat profesionalitas kerja yang dicapai. Tommy memulai karir pada tahun 2013, saat itu ia memanfaatkan Instagram sebagai media untuk memublikasikan video yang dibuatnya kemudian merambah menjadi seorang talent untuk sebuah channel YouTube, hingga akhirnya pada tahun 2014 bergabung dengan Tim2One bersama artis YouTuber Chandra Liow. Menjadi seorang YouTuber bukanlah sebuah hal yang sulit dan tidak memerlukan modal yang begitu besar. Menurut Tommy, untuk menjadi YouTuber, yang terpenting ada-
Produktif dan Inspiratif Menjadi Pilihan ...
Pabelan TV adalah projek jurnalisme penyiaran yang menjadi konsen LPM Pabelan di tahun 2016. Akses sajian baru kami hanya di Youtube.com/LPM Pabelan ------------------------------------------------------------------------------Add dan follow sosial media kami, dan perbarui informasi seputar kampus UMS. Lpm Pabelan
@infopabelan
lpmpabelan
20
Edisi 110 - April 2016
SASTRA
Pemegang Realita Cinta Penulis: Fa Rahma
PRAK! Aku membuang kaleng soda keduaku pada tempat sampah di ujung kamar dengan lemparan sempurna. Kepalaku rasanya kembung seperti perutku yang membuncit. Pekak dengan suara ayah yang terus mencoba merayuku untuk membatalkan sesuatu yang telah lama kurencanakan, aku menutup telingaku rapat-rapat dengan bantal meski sayup suaranya masih tersaring di gendang. Puh, aku tidak akan luluh semudah itu! ke arahku. “Selly, ada keperluan apa?” sapaku * asi goreng telur dan udang tepung sambil tersenyum. Selly mendadak manyun. “Apakah untuk menemani sarapan pagi di akhir pekanku kali ini. Sengaja benar aku bertemu dengan kekasihnya, seseorang harus mengawali makan di hari libur ini. Aku bahkan memiliki alasan yang tepat?” dia berbalik sudah memberi gel pada rambutku dan membelakangiku. “Hei, hei. Ayolah, kau hanya tidak pernah menyisirnya rapi. Aku harus segera pergi datang di kantor kecil ini jika tidak ada sebelum … keperluan mendesak,” aku tergelak saat ia “Airlangga!” Uhuk! Kuteguk air putih cepat-cepat. Aku menampik kasar tanganku yang akan memsangat mengenali suara berat dan aroma kopi belai rambut panjangnya. Kuhela napas panjang, “Baiklah, ayo buat kesepakatan,” ucapku yang menguar ini. “Berapa kali Ayah ingatkan? Ayah bisa sungguh-sungguh sambil menatap matanya dipecat kalau kamu benar-benar akan yang mengerjap tidak percaya. “Aku akan mengadakan demo di pabrik. Kamu tahu menepatinya. Janji!” “Temani aku pergi hari Senin besok!” sendiri, Ayah adalah kepala yang menangani “Heh?” aku menurunkan uluran jari masalah limbah. Sudahlah, tidak ada lagi solusi untuk Bengawan Solo, tidak ada. Lucu kelingkingku yang baru saja akan bersambut. sekali jika ayah dan anak tidak bisa bekerja Aku tidak bisa mengikat janji ini. “Bagaimana sama, kan? Bukankah kau ingin kamera baru?” kalau malam minggu?” usulku, mencari solusi. “Tidak bisa. Aku maunya Senin! Kuliahku Masih dengan mata berair dan tenggorokan yang terasa panas karena tersedak, kosong.” “Kamu tahu sendiri aku mau demo Senin aku menyambar jaketku, tak lupa meraih kunci motor. Lupakan soal nasi goreng yang besok, Sell. Sudah berminggu-minggu kan bahkan belum tersentuh separuhnya, me- kamu tahu aku menyiapkan segala sesuatu ninggalkan omelan ayah kali ini adalah pilihan dengan matang untuk hari itu?” “Tidak bisa!” yang sangat tepat. “Tapi—“ “ANGGA! Jangan pernah pergi saat orang “Lagi pula, untuk apa kau memikirkan tua sedang berbicara!” hal-hal yang tidak penting seperti itu? Masa * Kantor mahasiswa pecinta alam sudah bodo dengan lingkungan! Kalau kau hanya dipenuhi para anggota yang sedang sibuk akan terus memikirkan lingkungan, kenapa mencorat-coret kertas dan spanduk yang akan kau tidak keluar saja dari jurusanmu, teknik kami bawa untuk demo pada hari Senin besok, elektro?! Hah dasar bodoh! Angga bodoh!” Apa katanya? Hal tidak penting? Bodoh? tiga hari lagi. Tulisan seperti, ’We love Benga“Semua kata-katamu bohong! Bulan lalu wan Solo’, ‘Kembalikan sungai kami!’, dan tulisan-tulisan lainnya menyengat hatiku dan kamu bahkan tidak bisa membawakanku edelweiss saat mendaki Mahameru!” membuat semangatku kembali tumbuh. Tentu saja aku tidak bisa. Bunga keabaPencemaran air sungai Bengawan Solo memang sudah dalam tahap sangat meng- dian itu harus dilindungi, bukan dibiarkan khawatirkan. Meski limbah domestik rumah tercerabut dengan mitos bodoh abadinya tangga yang selama ini terkesan dikam- cinta seseorang jika diberi keka-sihnya bunga binghitamkan sebagai penyumbang terbesar putih yang tumbuh berumpun itu. Aku dari total pencemaran sungai terpanjang di menahan emosiku yang memuncak. “Maaf. Pulau Jawa tersebut, kami tidak akan pernah Soal itu karena, aku adalah mahasiswa teknik pula melupakan industri-industri besar yang bodoh yang tidak bisa membedakan mana telah dengan kejam saling berkongsi untuk edelweiss dan mana perdu,” ucapku sekenanya. merenggut keindahan sungai kami. Mata Selly berkilat-kilat marah. “Harus“Angga!” Aku menoleh, mendengar nada tinggi nya aku mendengarkan kata paman untuk dari seorang gadis yang kini berlari-lari kecil tidak membiarkanmu bergabung dalam uru-
N
san yang membosankan itu!” Ia meninggalkanku dengan kaki yang dihentak. * Demo batal! Semua sudah pulang. Pesan dari seorang kawan yang baru saja kubaca setelah keluar dari laboratorium membuatku berlari kesetanan menuju griya mahasiswa. Apa maksudnya? Tiga puluh menit lagi kita akan berangkat ke pabrik! Smartphoneku kembali bergetar. Terima kasih, Angga. Ayah tahu kamu anak yang baik. Pulang nanti akan ada kamera baru di kamarmu. Sial! Kantor terkunci. Kaleng bekas cat yang kami gunakan untuk membuat spanduk masih tertata rapi seperti saat kami meninggalkannya terakhir kali. Mataku menangkap anggota baru mahasiswa pecinta alam yang terlihat sedang berlari menghindariku. Kutarik kerah bajunya saat akhirnya aku bisa menggapainya dengan kesal. “Jelaskan … hosh ... hufhh …” aku terengah. “Jelaskan semuanya!” bentakku pada dia yang menunduk. “Koordinator lapangan,” “KATAKAN!” Aku semakin kuat menarik kerahnya. “No-nominalnya katanya besar, Kak. Sssaya tidak tahu … bagaimana jelasnya,” Aku terbelalak mendengar jawabannya. Apakah mereka benar-benar teman yang kukenal? Apakah itu benar-benar senior yang kubanggakan? Semudahkah itu mereka dibeli? Di mana idealisme? Apa aku baru saja salah mendengar sesuatu? Salman, teman sekelasku di beberapa mata kuliah yang sering mengajakku datang ke kajian, melihatku dan melepaskan cengkeraman tanganku yang ternyata masih bersarang di kerah juniorku. Ia lalu menyeret tubuhku yang seperti layu. “Kan sudah kuingatkan. Hubungan sebelum ada akad itu bukan sesuatu yang baik. Kalau kamu benar-benar mencintainya, yakin jika Selly adalah gadis baik yang selama ini kau ikhtiarkan, datang baik-baik, temui ayahnya. Ikutlah salat dhuha berjamaah di masjid kampus sebentar lagi. Berdoa, minta yang terbaik. Serahkan segala urusan hanya kepada Allah.”
Foto: Rivers copy
Cerpen
Apa yang sedang dibicarakan anak ini? Aku menatap mata teduh dan wajah yang sedang tersenyum itu dengan pandangan nanar. Ini bukan soal Selly, bukan. Aku berani bertaruh jika hatiku tidak akan sesakit ini bahkan kalau Selly mencampakkanku. * Dulu, Bengawan Solo mengalir dengan sangat tenang dari hulu hingga muaranya. Kejernihan yang mengalir sepanjang biru, gemericik, berkelok-kelok. Indah sekali, kau tahu? Aku terus memacu kencang motorku, menyusuri jalur bekas aliran air yang diceritakan kakekku dan yang kemudian berubah menjadi dua buah perbukitan kapur yang tinggi memanjang dan mengapit dataran rendah yang kini menjadi lahan berladang palawija. Ingatan tentang cerita indahnya Bengawan Solo dan kejadian yang baru saja kualami membuat mataku memanas. Aku menghentikan motor pada sebuah pelabuhan perikanan di muara sungai Bengawan Solo yang pernah kukunjungi bersama kakek, disambut dengan terpaan angin senja yang kencang. Sinarnya yang jatuh diperairan membuat permukaan air berkilatkilat. Aku hanya berdiam diri hingga senja benar-benar jatuh. Akhirnya, kukeluarkan sebuah kotak cincin dalam saku jaket, membukanya. Tersenyum membayangkan ia melingkar di jari manis Selly. Ponselku bergetar. Pesan masuk dari orang yang baru saja kupikirkan. Angga, ternyata mudah sekali urusan selesai kalau aku meminta bantuan Papa. Kenapa tidak sejak dulu, ya? Hehe. Tenanglah, kita bisa memikirkan cara lain untuk menjaga alam. Oh iya, teman-temanmu sekarang berada di rumahku. Kau di mana? Kami sedang memanggang bebek. Cepat datang jika tidak ingin kehabisan! Hatiku mencelos membaca pesan itu. Tanganku bergetar hebat, seperti tidak kuasa lagi menggenggam kotak cincin yang bermasa sangat ringan. Aku mengatupkan rahang dan mencoba menggenggamnya kuat-kuat. Memejamkan mata, kulempar kotak cincin itu sejauh mungkin. Membiarkan arus Bengawan Solo menyeretnya, menghilangkan luka dan perihku. “Kakak, tidak boleh membuang sampah sembarangan di sungai! Itu akan merusak alam!” Teguran dari seorang anak laki-laki bercelana pendek dengan membawa benang layangan di sebelahku yang tidak kusadari kapan hadirnya membuatku membeku. Kemudian aku seakan-akan melihat seluruh idealismeku terpenggal, menggantung di awang-awang.
21
Edisi 110 - April 2016
RESENSI FILM
Perjalanan Pencari Jati Diri Foto: www.reddit.com
Reporter: Livia Purwati
Wild adalah film adaptasi dari novel berjudul Wild: From Lost to Found on the Pacific Crest Trail. Film tersebut merupakan kisah nyata sang penulis, Cheryl Strayed, yang melakukan perjalanan selama tiga bulan melintasi Pacific Crest Trail (PCT) seorang diri untuk menemukan jati dirinya. PCT merupakan jalur hiking terpanjang yang berada di Amerika Serikat dengan total jalur 2.663 mil (4.286 km).
F
ilm tersebut diawali dengan adegan Reese Witherspoon mencabut kuku kakinya sendiri kemudian membuang sebelah sepatu hikingnya ke bawah tebing sambil berteriak keras. Cheryl melakukan perjalanan untuk menebus kesalahan pada BUKU
Sokola Urang Rimba
Foto: ozip.com.au
Reporter: Livia Purwati
masa lalu sekaligus untuk mencari jati dirinya yang dulu. Jati diri yang dikenal oleh ibunya. Berbagai peristiwa terjadi selama Cheryl melakukan perjalanan. Dimulai dari persiapan Cheryl sebelum melakukan hiking, ia membawa tas super besar dan dijuluki “monster” oleh hiker yang lain. Membawa gas salah untuk kompor mini, sehingga ia harus makan bubur dingin berhari-hari. Luka di punggung yang diakibatkan menggendong tas besar dan berat. Kehabisan air saat melewati daerah bersuhu 1000 dan berbagai peristiwa lain. Peristiwa-peristiwa itulah yang mengantarkan ia pada kilas balik masa lalu kelamnya. Saat masih kecil, ia dan adiknya, Lief tak pernah merasa kekurangan kasih sayang. Meskipun hidup dalam keluarga broken home, ibu-nya, Bobby selalu mengajarkan untuk menikmati hidup. Hingga pada akhirnya, ia harus kehilangan sosok ibu akibat kanker tulang belakang. Kepergian ibunya tersebut merupakan poin penting yang mengakibatkan Cheryl berubah. Ia menjadi seorang pecandu seks dan narkoba. Pada sela perjalanannya pun, kebersama-
Judul WILD Sutradara Jean Marc Vallee Produser Reese Witherspoon, Bruna Papandrea, Bill Pohlad Pemain Reese Whitherspoon, Brian Van Holt, Laura Dern, ThomasSadoski, Mo McRae,Michiel Huisman, Nick Eversman, W. Earl Brown, Gaby Hoffmann, Kevin Rankin, Keene Rilis 5 Desember 2014 (USA) Genre Biografi, drama Penulis Nick Hornby Adaptasi Wild: From Lost to Found on the Pacific Crest Trail, Cheryl Strayed
an bersama adiknya, Leif dan Ibunya, Bobby kembali menghampiri. Cheryl memiliki ayah pecandu alkohol yang kadang memukuli ibunya ketika ia masih kecil. Meskipun begitu setelah berpisah dari sang suami, Bobby (Laura Dern) mengatakan pada Cheryl bahwa ia tidak menyesali menikah dengan pecandu alkohol karena di sisi lain, ia mempunyai Cheryl dan adiknya, Leif. Konsidi Mental yang tak siap untuk menerima kepergian sang ibu membuatnya melakukan hubungan terlarang dengan siapapun meskipun ia telah memiliki suami. Ia juga menjadi pecandu narkoba. Pada akhirnya, pernikahan tujuh tahun yang telah dibangunnya pun runtuh. Jiwanya kembali tergoncang. Cheryl strayed telah menetapkan Bridge of the God sebagai akhir dari perjalanannya. Menjelang 300 mil perjalanannya berakhir ia
R
imba Rumah Akeh, Rimba Sokola Akeh (Rimba Rumahku, Rimba Sekolahku), seperti itulah kiranya ungkapan yang tepat untuk mengungkapkan isi yang tersirat dari buku karangan Butet Manurung. Butet memberikan gambaran yang cukup jelas bahwa tak selayaknya dunia luar memberikan pandangan kepada Orang Rimba sebagai gambaran atas kehidupan yang pesimistis, bahwa Orang Rimba itu patut dikasihani, tersiksa dengan tekanan luar terhadap hutannya. Adanya pengalaman hidup di dalam rimba membuat Butet sadar bahwa dirinya bukanlah seorang pencinta alam melainkan hanya penikmat alam. Orang Rimbalah yang sebenarnya patut disebut pencinta alam. Mengapa seperti itu? Sebab mereka memahami bagaimana merawat dan menggunakan hutan selayaknya, bagi mereka hutan adalah segalanya bagaimanapun rupa hutan itu. Satu kutipan yang cukup menjadi dasar pemikiran pembaca adalah pernyataan yang diungkapkan oleh Peniti Benang. Menjaga hutan memang sulit sekali, orang pemerintah saja tak bisa. Apalagi saya yang baru bisa baca tulis dan hitung. Kutipan tersebut menyiratkan sebuah pesan bahwa menjaga hutan memang sulit meskipun telah berbaur bersama alam dalam waktu yang lama. Semua itu akan terkalahkan pada kehausan manusia dalam menikmati kepuasan dunia. Alih-alih konservasi hutan yang didengungkan, namun tak pernah memahami kehidupan Orang Rimba. Begitulah kiranya maksud Peniti Benang, seorang yang digambarkan Butet sebagai salah satu kader guru rimba di Makekal Hulu. Pada dasarnya, Sokola Rimba merupakan kumpulan catatan harian penulis mengenai rutinitas yang ia jalani saat terjun di rimba Bukit DuaBelas, Jambi, Sumatera Selatan. Meskipun berupa sebuah catatan harian, buku tersebut mampu memberikan pencerahan kepada pembaca bahwa pendidikan memanglah penting dimanapun tempatnya namun pelaksanaannya harus tetap memper-
Judul Sokola Rimba Pengarang Saur Marlina Manurung atau Butet Manurung Penerbit Kompas Media Nusantara Cetakan Pertama Mei 2013 Halaman 348 halaman Isi Buku Hari-hari Pertama di Rimba Melihat ke Depan, Melihat ke Belakang
hatikan dan menjaga kearifan lokal. Banyak hal menarik dan dapat diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari berdasarkan cerita tersebut. Contohnya hal terpenting dalam mengajar bukanlah kepandaian melainkan cara dalam memberi pelajaran sehingga membuat murid merasa bahwa belajar itu menyenangkan. Kisah cerita dimulai saat penulis bekerja di Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) WARSI untuk memulai tugasnya di hutan dalam rangka memberikan pendidikan bagi masyarakat yang tinggal di dalam hutan. Berbagai peristiwa pun terjadi. Perkenalan dengan Orang Rimba (OR), rutinitas bersama OR, penolakan karena dikira membawa penyakit, hingga pada akhirnya sampailah pada tujuan utama terbentuknya Sokola untuk masyarakat Rimba. Pendidikan yang diajarkan oleh Butet berpedoman pada kebutuhan yang dibutuhkan oleh OR, terkhusus membaca, menulis, dan berhitung.
menulis pada buku hariannya bahwa ia sangat ingin segera menyelesaikan perjalanannya, tapi ia juga merasa takut. Meskipun begitu ia menyadari bahwa ia harus melanjutkan hidup baru. Pada akhirnya pun, Cheryl Strayed menyadari bahwa ia bisa menemukan jalan hidupnya sendiri setelah melewati kubangan duka yang begitu menyengat. Di akhir perjalanan Cheryl tidak menyesal atas apa yang telah dilakukan dan yang telah terjadi pada dirinya dan ia mengatakan,“My life, like all lives. Mysterious, irrevocable, and sacred, so very close, so very present, so very belonging to me, how WILD it was… to let it be” (Hidupku sama seperti hidup lainnya. Misterius, tidak bisa dirubah, dan suci. Amat sangat dekat. Begitu dekat dengan saat ini. Begitu terasa seperti milikku. Begitu liar untuk dilepaskan).
Memberi pendidikan baca tulis maupun menghitung kepada anak-anak rimba tidaklah mudah dikarenakan orang rimba merasa orang terang (panggilan untuk orang yang masuk ke rimba) berusaha untuk mengubah adat istiadat mereka. Namun dengan segala upaya perempuan bersuku batak tersebut berhasil menarik perhatian anak rimba, butet menulis alunan puisi yang dibacakan orang rimba saat sedang mengambil madu sehingga ketika mereka melantunkannya bersama-sama, anak rimba mengatakan bahwa ia sakti karena bisa menguasai lagu rimba. Buku Sokola Rimba secara umum terbagi menjadi dua bagian. Pada bagian pertama, lebih mengisahkan perjuangan Butet untuk memenuhi target kerjanya yaitu mendapatkan murid Rimba karena ia sebagai fasilitator WARSI. Kedua, perjuangan Butet beserta perintis Sokola Rimba, Indit, Oceu, Dodi, dan Willy dalam merintis sebuah lembaga yang tidak terikat oleh pemerintah untuk membantu orang rimba menghadapi era modern sebagai wujud kecintaan Butet terhadap Rimba. Mereka pun mengupayakan berbagai cara untuk mengembangkan Sokola Rimba. Pada akhirnya, Sokola Rimba pun menyebar di berbagai kawasan, seperti Aceh, Timor, Flores, Makassar, dan Papua. Buku yang telah diadaptasi menjadi film tersebut dilengkapi dengan Peta bukit DuaBelas dan ilustrasi peristiwa yang sedang diceritakan untuk mempermudah imajinasi pembaca. Keruntutan alur yang disajikan turut mempermudah pembaca dalam memahami isi cerita. Selain itu, isi buku tersebut menunjukkan bahwa Orang Rimba sangatlah cerdas. Di bagian akhir cerita, penulis membahas muridmurid yang telah menjadi kader guru Sokola Rimba yang membuktikan kecerdasan Orang Rimba. Mereka ialah Mijak, Pengendum, Penyuruk, Bekilat, Peniti Benang, Linca, dan Gentar. Mereka mempunyai kecerdasan masing-masing. Misalnya, Peniti Benang, filsuf ulung yang menginspirasi Iwan Fals menciptakan lagu dengan judul Peniti Benang. Semua cerita dirangkum secara apik oleh Butet Manurung.
22
Edisi 110 - April 2016
WIRAUSAHA Bank Sampah
Ubah Limbah jadi Berkah Melimpah Reporter: Ummu Azka Amalia
Tragedi longsornya tumpukan sampah di Leuwigajah, Cimahi, Jawa Barat, pada 21 Februari 2005 menjadikan tanggal itu diperingati sebagai Hari Peduli Sampah Nasional (HSPN). Pada saat itu ratusan warga Cilimus dan Pojok, Jawa Barat, menjadi korban atas longsornya gundukan sampah di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Leuwigajah.
D
engan slogan “Mari Bergerak Untuk Indonesia Bebas Sampah 2020”, para relawan HSPN akan bekerja sama dengan pemerintah ataupun masyarakat untuk menyelesaikan permasalahan sampah yang tak kunjung habisnya. Konsep penanganan sampah yang dirangkum dalam gerakan 4R (Reduce, Reuse, Recycle, Replace) juga salah satu aktivitas Go Green yang dicanangkan pemerintah untuk menangani permasalahan sampah. Bank sampah pun sudah berkembang pesat di beberapa kota sejak tahun 2011 sampai sekarang. Akan tetapi sampah masih menjadi masalah yang cukup memprihatinkan di Indonesia. Dilansir dari hasil penelitian Journal Science yang terbit pada hari Jumat, 13 Februari 2015 silam, menyebutkan bahwa setiap tahunnya lautan di seluruh dunia dipenuhi sampah plastik hingga 12,7 juta ton dan Indonesia masuk pada urutan ke dua dari daftar negara penyumbang sampah plastik di laut. Perlu diketahui, dalam sehari jumlah produksi sampah di Indonesia mencapai 175.000 ton atau setara dengan 64 juta ton/tahunnya. Jumlah yang tak bisa diperhitungkan untuk masalah sampah. Dari jumlah tersebut, angka pendaurulangan di Indonesia masih tergolong rendah. Sampah yang sering dianggap sebagai suatu sumber masalah, justru dijadikan oleh seorang ibu rumah tangga, Siti Aminah, sebagai pemasukan utama dalam rumah tangganya. Ia mengubah sampah menjadi barang yang bermanfaat. Saat ditemui di kediamannya Kadipiro, Solo, ia terlihat sedang memilih-milih barang yang sudah tak terpakai. Di hadapannya meng-gunung berkarung-karung sampah kemasan, yang sengaja disimpan untuk kerajinan baru yang akan dimulainya. Ya, ibu berkepala dua ini mengaku sudah memulai bisnis daur ulang sampah sejak tahun 2010. CV. Bina Usaha Mandiri yang dibentuknya sudah resmi berdiri pada tahun 2010. Bermula dari dorongan untuk memulai usaha baru dan menciptakan inovasi yang berbeda dibanding yang lain, ibu dua anak ini merubah koran bekas dan sak semen menjadi kerajinan tangan menarik dan bernilai jual tinggi. Kerajinan tangan yang dihasilkan beragam, seperti kotak tisu, vas, kap lampu, furniture, dan produk interior lainnya. Pemanfaatan barang-barang tak terpakai tersebut dinilai dapat mengurangi penggunaan bahan baku utama yang digunakan, yakni rotan. Seperti halnya rotan, cara pembuatannya pun tak jauh berbeda. Dengan menggunakan keahlian tangan untuk menghasilkan sulaman-sulaman dari bahan baku koran, yang sebelumnya sudah direndam terlebih dahulu dengan air setelah dipotong memanjang. Satu lembar koran kurang lebih dibagi menjadi delapan potongan. Setelah itu, koran yang sudah direndam dipelintir sehingga menjadi seperti seutas tali. Cara pemelintirannya pun tidak bisa dilakukan dengan kedua tangan, jika ingin mendapatkan hasil yang kuat dan rapi. Dengan beralaskan paha atau lantai, lebih memudahkan untuk menghasilkan pelintiran yang lebih baik. Selanjutnya, proses terlama dan membutuhkan banyak kesabaran yakni proses anyaman. Untuk menghasilkan satu buah kotak tisu membutuhkan waktu sekitar tiga hari, dan tahapan terakhir yakni finishing.
Produksi sampah di Indonesia mencapai 175.000 ton atau setara dengan 64 juta ton/tahunnya. Jumlah yang tak bisa diperhitungkan untuk masalah sampah. Tahapan ini dilakukan untuk mendapatkan kualitas barang yang lebih baik, lebih kuat, dan tahan lama. Lembaga yang berkecimpung dalam dunia sampah selama kurang lebih lima tahun ini juga membuka pelatihan gratis di beberapa daerah di sekitar Solo. Dengan menerapkan tiga teknik dasar yang diajarkan, pertama yakni teknik penataan tanpa anyaman, kedua teknik model bundar, dan ketiga model kotak, “Kalau tiga dasar itu bisa dikuasai, semua produk bisa,” jelas pemilik usaha kerajinan barang bekas itu. Dengan memanfaatkan beberapa daerah yang sudah diadakan pelatihan, secara tidak langsung mendatangkan banyak peminat produk. Dimulai dari perbincangan dari satu orang ke orang lainnya, termasuk salah satu cara pemasaran yang dilakukan, selain melalui website, brosur, pameran atau yang lainnya. “Gak pernah pake sistem titip, saya gak suka. Yang kecil semakin kecil yang gede semakin gede,” jelasnya. Berjalan empat tahun, Siti Aminah menemukan suatu konsep baru tentang sampah. Di mana sampah yang dikumpulkan bisa menjadi pemasukan baru dalam keluarga. Tepatnya di tahun 2014 berdirilah bank sampah. Ia menjelaskan, bahwa sampah bukan hanya koran saja, sedangkan koran termasuk kategori sampah bersih, jika sudah kotor tidak ada yang memanfaatkannya, “Dari situ, kita berpikir bagaimana caranya mengolah sampah di luar koran,” terangnya.
Tantangan Lantang Bank Sampah
K
onsep bank sampah tak jauh berbeda layaknya bank rakyat pada umumnya. Dengan menabung limbah hasil rumah tangga yang sudah dipisahkan sesuai jenisnya, sama halnya menabung uang sesuai nilai sampah yang sudah ditentukan. Semakin banyak sampah yang ditabung semakin banyak pula uang yang ditabung. Tabungan juga bisa diambil kapan pun sesuai keinginan nasabah.
Masyarakat khususnya para ibu rumah tangga juga turut antusias dengan berpartisipasi menjadi nasabah di bank sampah ini. Selain mengurangi produksi sampah berlebih, hal ini juga dapat menambah pemasukan dalam rumah tangga. Dengan konsep baru yang ditawarkan, berupa penukaran segala jenis bentuk sampah anorganik baik yang dapat didaur ulang ataupun tidak, seperti sampah kemasan, akan banyak mengurangi jumlah pencemaran sampah yang ada. Namun, mendirikan bank sampah tidak semudah kelihatannya. Sudah banyak bank sampah yang berhenti di tengah jalan dikarenakan kehabisan modal atau tidak
mempunyai keuntungan. Banyak juga dari kalangan mahasiswa yang pada awalnya semangat mendirikan bank sampah, tiba-tiba putus di tengah jalan. Kebanyakan bank sampah bisa bertahan jika menerapkan sistem simpan pinjam, kecuali mereka mempunyai ladang untuk menghasilkan sampah yang sudah terkumpul menjadi suatu produk berharga. Jika tidak ada rasa kepedulian terhadap lingkungan, jarang ada yang bisa bertahan mendirikan bank sampah. Baru-baru ini, wanita yang berkelut di dunia sampah ini menemukan konsep daur ulang baru mengenai sampah kemasan. “Dari konsep bank sampah ketemu lagi sampahsampah yang tidak bisa didaur ulang, tidak ada pembeli dan sampah-sampah yang mencemari lingkungan, sampah yang merusak bumi kita.” D e n g a n m e m a n fa a t k a n s a m p a h kemasan bisa menjadi bahan baku alternatif ke depannya, seperti menjadi bahan baku pembuatan triplek, papan, asbes, dan yang lainnya, “Kalau itu bener-bener terwujud akan terjadi pelestarian hutan,” jelasnya dengan penuh semangat.
Edisi 110 - April 2015
GARASI FOTO
23
Foto: Hammam Nur Bagaskara/LPM Pabelan
Luapan emosi kagum dan bahagia terpancar dari penonton festival payung di Taman Balekambang, Solo.
Fotografi Ruang Publik
Merekam Aktivitas Manusia
Apapun yang dilakukan anak-anak selalu menarik dipotret, seperti dua anak ini bermain di taman satwa Jurug, Solo.
Foto: Hammam Nur Bagaskara/LPM Pabelan
Foto: Hammam Nur Bagaskara/LPM Pabelan
Pada dasarnya tidak ada aturan baku dalam memotret di ruang publik. Perlu dipahami bahwa foto-foto di ruang publik seperti foto human interest. Jika foto human interest kental dengan sisi emosional atau mengandung inspirasi. Foto ruang publik ini lebih fokus pada kegiatan masyarakat di tempat terbuka. Kunci utamanya adalah tanyakan pada diri sendiri, apa yang anda inginkan dalam foto tersebut. Jika ingin membuat foto dengan teknik candid atau tanpa interaksi dengan objek maka gunakanlah lensa tele. Tetapi foto menarik tidaklah harus dengan gaya candid. Seperti dalam film Bang-bang “Semakin dekat mengambil gambar, maka semakin bagus gambar yang dihasilkan.�. Pilihlah gaya manapun yang diinginkan. Intinya, tinggal bagaimana fotografer tersebut dapat berkomunikasi secara baik dengan objek sehingga memunculkan suasana nyaman dan tidak kikuk. Hal penting yang harus diingat dalam memotret adalah harus tenang, amati sekitar dan baru beraksi. Selamat mencoba!
Foto: Hammam Nur Bagaskara/LPM Pabelan
K
ehidupan manusia dengan segala bentuk aktivitas kesehariannya akan selalu menjadi daya tarik bagi pencinta fotografi. Momen-momen menarik yang berasal dari tingkah laku manusia mengandung unsur unik, tidak biasa dan bahkan nyentrik. Manusia sebagai mahkluk sosial tentu melakukan kegiatannya di ruang terbuka atau ruang publik. Tabloid Pabelan Pos kali ini akan mencoba memotret atau merekam kegiatan yang berada di ruang publik seperti di jalanan, di taman, pusat kota, tempat pariwisata dan di mana saja yang menjadi sarana tempat berkumpulnya masyarakat. Hal tersebut dilakukan dengan tidak melupakan etika dan mengutamakan kepentingan umum serta menjaga kesantunan sehingga tidak menghilangkan rasa kenyamanan bagi orang lain. Foto yang dihadirkan adalah foto-foto yang lebih ringan dengan menggunakan teknik-teknik dasar fotografi. Adapun angle yang dipilih merupakan angle-angle yang pernah dipilih oleh beberapa fotografer, sehingga siapa saja mampu untuk melakukannya dan membuat foto yang lebih baik.
Teks dan Foto oleh Hamman Nur Bagaskara
Kusir delman memarkir delmannya di area parkir khusus delman, Malioboro.
Gestur senyum dari bangku penonton saat menyaksikan pertandingan basket di GOR UMS.
3 9 Ta h u n L e m b a g a P e r s M a h a s i s w a P a b e l a n
Seminar Jurnalistik
LITERASI MEDIA 2.0 PEMANFAATAN MEDIA SOSIAL DALAM LITERASI MEDIA BERBASIS ANAK MUDA
Pemateri:
HTM: Rp 20.000
Agus Mulyadi
Redaktur mojok.co
Kuota 150 Peserta
Sirajudin Hasbi
Fasilitas: Sertiď€ kat, Snack
Chief Editor fandom.id
Akhmad Ramdhon
Info: 0896 9418 0009 (Livia) 0856 5611 2747 (Hanifah)
Hari/Tanggal: Jumat, 13 Mei 2016 Pukul : 08:00-11:15 WIB : Ruang Seminar Gedung G, Lantai II Tempat Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Surakarta
Staf Pengajar Sosiologi FISIP UNS Pengelola kampungnesia.org
LPM PABELAN
- Jaya dengan Karya 39 tahun LPM Pabelan
Sponsorship:
Media Publikasi: DESAIN , CETAK & KONVEKSI
0271 - 720076
amin kaos solo
D
I
N
A
M
I
K
A
I
N
T
E
L
E
K
T
U
A
L
M
A
H
A
S
I
S
W
A
LPM PABELAN