ISSN: 1410-4416 EDISI 130 SEPTEMBER 2021
Dunia pendidikan tengah mengalami transformasi besar-besaran akibat Pandemi Covid-19. Pendidikan berbasis teknologi menjadi penyelamat untuk keberlanjutan pendidikan saat pandemi masih berkecamuk. Indonesia sebagai negara dengan kultur pendidikan yang masih minim penggunaan teknologi tentu harus beradaptasi. Walaupun banyak keterbatasan dan tidak berjalan mulus, tetapi perubahan ini menjadi pengaruh baik untuk masa depan pendidikan di Indonesia yang tepat untuk generasi milenial dengan tetap berlandaskan pendidikan karakter.
5
Liput Online Learning dan Masa Depan Pendidikan
7
Lipsus Proporsi dalam Profesionalitas Pendidikan
16
Wajah Optimalkan Pendidikan Anak Desa dengan Sanggar Alam
Foto: Sulkhan Fajar Affani/LPM Pabelan Pelantikan: Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) telah melangsungkan upacara pelantikan kepada lima Wakil Rektor baru, yaitu Harun Joko Prayitno sebagai Wakil Rektor I, Muhammad Dai sebagai Wakil Rektor II, Ikhwan Susila sebagai wakil rektor III, Em Sutrisna sebagai Wakil Rektor IV, dan Supriyono sebagai Wakil Rektor V. Acara dilaksanakan di Gedung Edutorium UMS dengan protokol kesehatan Covid-19 pada Rabu, 2 Juni 2021.
Foto: Sulkhan Fajar Affani/LPM Pabelan
4
Edisi 130 - September 2021
KILAS KAMPUS Inovasi Pendidikan
Tetap Berinovasi di Tengah Pandemi Reporter: Jannah Arruum Sari Pandemi Covid-19 membuat teknologi memiliki banyak kemajuan, salah satunya dalam bidang pendidikan. Salah satu bentuk kemajuan di bidang pendidikan telah diciptakan oleh mahasiswa Program Studi (Prodi) Pendidikan Teknik Informatika (PTI), Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) yang berhasil meraih juara satu lomba inovasi pembelajaran tingkat nasional.
M
ahasiswa PTI UMS yang terdiri dari tiga anggota, yaitu Fajar Wibisono, Aulia Qisthi Rosyada, dan Yuni Setya
Ningsih berhasil menjadi juara satu pada lomba yang diselenggarakan oleh Universitas PGRI Yogyakarta pada 28 Februari hingga 6 Maret 2021. Mereka telah berhasil menciptakan inovasi pembelajaran yang berbasis Artificial Intelligence yang diberi nama “Smart Geometry Object Detection”. Berkat media pembelajaran yang diciptakan tersebut, mereka berhasil memenangkan lomba inovasi pembelajaran tingkat nasional. Salah satu anggota tim, Yuni Setya Ningsih menceritakan ide awal terciptanya media pembelajaran tersebut. Ia menjelaskan bahwa ide tersebut didapat dari rekan satu tim-
nya, yaitu Fajar Wibisono. Hal tersebut berawal ketika mendapat tugas mata kuliah pengolahan citra digital yang diberikan oleh dosen yang kemudian dikembangkan menjadi sebuah media pembelajaran. Anggota tim lainnya, Aulia Qisthi Rosyada mengungkapkan kegembiraan atas kemenangan yang diraih timnya. Ia menuturkan, dalam mengikuti lomba tersebut persiapan yang dilakukan timnya cukup singkat. “Tentunya, senang sekali dan tidak menyangka karena H-1 final baru ada persiapan untuk presentasi, bahkan kami sampai begadang untuk mempersiapkan hal tersebut,” jelasnya, Kamis (18/3/2021).
Kegembiraan tersebut tidak hanya dirasakan oleh anggota tim saja, bahkan mahasiswa PTI yang lainnya juga turut serta merasakan kebahagian atas kemenangan yang diraih. Nurul Khoiriyah, mahasiswi PTI UMS mengatakan bahwa prestasi yang diraih tim PTI UMS dapat dijadikan sebagai contoh untuk generasi selanjutnya dan menjadi acuan bagi mahasiswa PTI. “Karena sudah berhasil mencetak mahasiswa yang menjuarai perlombaan tingkat nasional, semoga Prodi PTI menjadi prodi yang unggul dan banyak peminatnya,” harapnya, Kamis (18/3/2021).
Pembangunan RSU
UMS
Perkuliahan Luring yang Menjadi Penantian
Pembangunan di Tengah Hiruk Pikuk Pandemi Covid-19
Reporter: Jannah Arruum Sari
Reporter: Indah Puji Rahayu
Pemerintah berencana untuk membuka kembali perkuliahan tatap muka pada Januari 2021 lalu. Rencana pemerintah tersebut menjadi penantian bagi setiap civitas academica kampus, tetapi hingga saat ini rencana tersebut belum dapat terealisasikan.
K
abar mengenai perkuliahan tatap muka yang akan segera dilakukan secara luring menjadi secercah penantian bagi perguruan tinggi, salah satunya Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS). Wakil Rektor (WR) III UMS, Muhammad Da’i mengonfirmasi mengenai akan dibukanya kembali perkuliahan tatap muka. Ia mengungkapkan bahwa hal tersebut masih bersifat harapan atau prediksi dari pemerintah. “Kita pun punya harapan yang sama, di semester gasal tahun 2021/2022 sudah bisa memulai perkuliahan secara tatap muka atau luring,” jelasnya, Sabtu (6/ 3/2021). Jika perkuliahan nantinya dilakukan secara tatap muka, Da’i menjelaskan bahwa protokol kesehatan akan tetap diberlakukan. Kam-
pus akan selalu mengedukasi mahasiswa dan dosen guna menegakkan protokol kesehatan, menyediakan wastafel untuk cuci tangan, dan memperhitungkan kembali kapasitas kelas. “Untuk peraturan baru, disesuaikan dengan kondisi ke depannya. Jika kapasitas kelas hanya 50 persen, teknis pembelajaran akan diatur ulang agar setiap mahasiswa mempunyai kesempatan yang sama dalam pembelajaran,” jelas Da’i, Sabtu (6/3/2021). Rani Puspitasari, mahasiwi Ilmu Komunikasi memberikan pendapatnya mengenai rencana pembelajaran tatap muka. Ia mengakui bahwa pembelajaran tatap muka menjadi sesuatu yang amat dinantikan. Menurutnya, dari sisi lingkungan masyarakat sudah mulai beradaptasi dengan kebiasaan baru. Masyarakat sudah bisa menerapkan protokol kesehatan secara perlahan, dengan demikian sudah banyak kegiatan yang dilakukan secara langsung. “Kalau aspek lainnya sudah banyak yang melakukan kegiatan secara langsung, tentu saja bidang pendidikan juga bisa melakukan pembelajaran tatap muka kembali,” ujarnya, Rabu (03/03/2021).
Vaksinasi
Di masa pandemi Covid-19 Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) merencanakan pembangunan Rumah Sakit Umum (RSU) Pendidikan untuk menunjang Pendidikan Kedokteran UMS. Nantinya selain untuk keperluan pendidikan, RSU tersebut akan digunakan untuk pelayanan masyarakat umum.
D
i tengah badai pandemi, UMS tetap gencar melakukan pembangunan. Setelah selesai membangun gedung Edutorium pada tahun 2020 lalu, kini UMS kembali merencanakan pembangunan RSU Pendidikan. Pembangunan rumah sakit tersebut nantinya akan digunakan para dokter muda dari lulusan Fakultas Kedokteran UMS untuk mempraktikkan ilmunya. Rumah sakit tersebut akan diisi oleh dokter dan tenaga kesehatan yang mayoritas diambil dari UMS, tetapi jika terdapat kekurangan bisa mengambil sumber daya manusia (SDM) dari luar. Sutrisna, selaku Dekan Fakultas Kedokteran UMS memberikan penjelasan mengenai rencana pembangunan rumah sakit tersebut.
Untuk menekan penyebaran Corona Virus Disease-19 (Covid-19) pemerintah telah melakukan program vaksinasi yang sampai saat ini sudah mencapai tahap kedua. Setelah vaksinasi selesai dilakukan di semua lapisan masyarakat termasuk mahasiswa, diharapkan pembelajaran tatap muka dapat segera dilakukan.
Setelah Vaksinasi Mahasiswa Dilakukan, D Akankah Kuliah Luring Dapat Terlaksana? Reporter: Indah Puji Rahayu
ilansir dari merdeka.com, Nizam selaku Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Kementerian Pendidikan dan Budaya (Dirjen Dikti Kemendikbud) menjelaskan, bahwa vaksin akan diberikan kepada seluruh masyarakat Indonesia secara bertahap dan gratis, termasuk bagi mahasiswa dalam waktu dekat. Pemberian vaksin bagi mahasiswa sudah sesuai dengan arahan Presiden Joko Widodo. “Untuk jenjang perguruan tinggi sebenarnya sudah mulai dilakukan vaksinasi pada tahap pertama lalu. Vaksinasi tahap pertama
Ia menjelaskan bahwa rumah sakit tersebut akan dibangun di lahan bekas bangunan Rumah Sakit Puri Waluyo. Rumah sakit ini berlokasi di Jalan Adi Sucipto, sebelah timur Rumah Sakit Mata Solo. “Rumah sakit ini akan dibangun di lahan yang memiliki luas kurang lebih 5000 m2. Sekarang sudah dalam tahap penetuan tender dan izin sudah diproses, untuk target pembangunan maksimal satu tahun,” ujar Sutrisna, Selasa (23/2/2021). Rencana Pembangunan RSU Pendidikan tersebut disambut baik oleh salah satu mahasiswa UMS. Ikhwansyah Widyakangka Pramudyatama, salah satu mahasiswa Fakultas Kedokteran UMS mengatakan bahwa dibangunnya rumah sakit ini sangat perlu, terutama bagi Fakultas Kedokteran. Menurutnya, dengan adanya rumah sakit tersebut, diharapkan dapat membantu meningkatkan akreditasi Fakultas Kedokteran yang saat ini masih terakreditasi B. “Semoga adanya RSU tersebut bisa membantu menunjang dalam proses pembelajaran mahasiswa Kedokteran UMS, serta dapat mempermudah pelaksanaan co-assistant (coass) bagi lulusan dokter muda UMS,” harapnya, Selasa (23/2/2021).
sudah diberikan kepada mahasiswa Kedokteran yang sedang menjalankan praktik pendidikan di Rumah Sakit rujukan Covid-19,” ungkapnya, mengutip dari merdeka.com. Kabar mengenai hadirnya vaksin yang membuat perkuliahan akan segera dibuka kembali menimbulkan respons bagi kalangan mahasiswa. Danur Jatmiko, sebagai seorang mahasiswa sekaligus Ketua Dewan Perwakilan Mahasiswa (DPM) Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) memberikan tanggapannya terkait berita tersebut. Ia mengungkapkan bahwa dari pihak UMS belum terdapat informasi mengenai vaksin untuk mahasiswa maupun untuk perkuliahan tatap muka yang akan segera dibuka. “Untuk semester depan, saya belum paham apakah masih daring atau sudah boleh luring kembali, semoga ke depannya vaksin yang sudah teruji klinis dapat segera diberikan dan semoga wacana perkuliahan tatap muka dapat segera terlaksana,” harapnya, Jumat (19/3/2021).
5
Edisi 130 - September 2021
GRIYA WACANA
Memburu Kesiapan Kampus di Era Digital Reporter: Widia Arum Pratiwi dan Wahyu Agustina
Sumber: freepik.com
Kondisi pandemi Covid-19 yang terjadi secara tiba-tiba ini seakan memaksa kita untuk berada di era digital. Persiapan yang belum sepenuhnya matang masih menjadi persoalan yang harus dihadapi secepat mungkin. Tindakan apa saja yang seharusnya dilakukan oleh kampus maupun mahasiswa harus dipertimbangkan dengan maksimal guna meminimalisir pihak yang dirugikan. Diharapkan tidak ada lagi pihak yang merasa dirugikan, baik dari golongan mahasiswa maupun dosen. Kegagapan terhadap teknologi sudah seharusnya menemukan solusi yang terbaik, agar dapat menghadapi era digital sesuai dengan tujuan dan harapan.
M
enurut saya perkembangan era digital di kampus secara fasilitas tidak terlalu signifikan, khususnya untuk mahasiswa. Hal ini karena keadaan kampus yang meniadakan kegiatan perkuliahan selama pandemi ini bisa dikatakan kampus lockdown sementara waktu. Dengan melakukan pembelajaran di rumah digitalisasi media pembelajaran bagi mahasiswa hanya pada perangkat lunak. Baik itu menggunakan Zoom dan menggunakan aplikasi Open Learning lainnya. Walaupun belum bisa maksimal karena pendidikan ini tidak hanya aspek kognitif, tetapi juga ada aspek afektif dan psikomotorik yang tidak dapat digantikan oleh digitalisasi media. Jadi, untuk fasilitas masih sama seperti sebelumnya, hanya saja intensitas yang terjadi cukup tinggi. Selain fasilitas tentunya banyak hal yang perlu dipersiapkan kampus dalam menghadapi era digital, mulai dari sarana, prasarana, hingga kapasitas Sumber Daya Manusia (SDM), baik operator maupun user. Sejauh ini, saya kira kondisi kampus belum dapat dikatakan siap menghadapi era digital. Dilihat dari hal paling kecil, dengan adanya pembelajaran daring yang dilakukan dosen dengan Zoom basic hanya bisa digunakan maksimal 40 menit, ini menjadi bukti bahwa kampus belum siap dengan adanya digitalisasi media pembelajaran. Ketika kampus belum siap menghadapi perkembangan pesat era digital, otomatis kampus akan tertinggal jauh dengan perguruan tinggi lainnya. Mungkin secara administrasi terakreditasi A, namun secara kemampuan mengikuti perkembangan era digital, masih sangat jauh dari kata siap. Muhammad Taufiq Ulinuha FKIP / Pendidikan Bahasa Inggris Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS)
S
ejauh pengamatan dan pengalaman saya, dari berbagai kampus dan universitas pasti sudah siap dan mempersiapkan diri dalam menghadapi era digital 4.0. Hal ini dibuktikan dengan adanya berbagai macam kegiatan yang temanya membahas tentang era digital 4.0, seperti seminar, talkshow, ataupun pelatihan-pelatihan. Dari tingkat lembaga kemahasiswaan, tingkat universitas, unit kegiatan mahasiswa (UKM), tingkat fakultas, dan tingkat jurusan. Hal itu membuktikan bahwa kampus sudah siap dan mempersiapkan hal tersebut. Ada beberapa hal yang perlu dipersiapkan oleh sebuah perguruan tinggi dalam menghadapi era digital 4.0 saat ini. Pertama, perlu mempersiapkan pembangunan infrastruktur teknologi informasi dan komunikasi. Sekarang yang saya amati, hal apa pun sudah dapat dilakukan dan dapat diakses secara online. Jadi, hal-hal yang berkaitan dengan pengembangan tekonologi informasi dan komunikasi sangat perlu sekali dari pihak universitas untuk mempersiapkan hal tersebut. Kedua, yang perlu dipersiapkan kampus adalah kurikulum yang mampu beradaptasi dengan kondisi saat ini. Agar mahasiswa tidak kaget ketika nanti terjun ke lapangan karena sudah dibekali dengan teori dan praktik pengalaman bagaimana cara agar mampu menyesuaikan diri di era digital 4.0 saat ini. Ketiga, yang perlu dipersiapkan adalah adanya sertifikasi kompetensi. Agar mahasiswa setelah lulus mempunyai sertifikasi untuk melamar pekerjaan. Contohnya, ada uji kompetensi keahlian. Agar para mahasiswa tidak hanya dibekali oleh ijazah saja tetapi juga ada sertifikat kompetensinya agar mereka mampu bersaing di dunia pekerjaan nanti. Keempat, pihak kampus juga harus mampu menyediakan fasilitas, baik secara fisik maupun nonfisik. Secara fisik di sini dari segi laboratoriumnya lebih dikembangkan, lebih canggih, dan lebih keterbaruan agar mahasiswa dalam proses belajar mengajarnya jauh lebih dimudahkan dan lebih kekinian. Fasilitas secara nonfisik mungkin harus sering diadakan workshop, adanya pelatihan dan adanya sertifikasi untuk bekal mahasiswa di dunia pekerjaan.
Faniati Ekonomi / Pendidikan Administrasi Perkantoran Universitas Negeri Semarang (UNNES)
E
ra digital dapat dikatakan sebagai hal yang sederhana, fleksibel, dan memudahkan pekerjaan. Namun, dalam beberapa kondisi dapat dikatakan pula sebagai hal yang tidak efektif. Dari segi fasilitas, persiapan kampus dalam menghadapi era digital dapat dikatakan sudah siap. Hal ini dikarenakan kampus telah menjalankan metode pembelajaran dalam jaringan (daring) selama hampir tiga semester. Namun, metode daring ini menyebabkan ketidakefektifan, seperti ketertinggalan mahasiswa karena harus menerapkan self-study (belajar secara mandiri -red). Rata-rata tingkat pemahaman mahasiswa pun tergolong rendah karena tidak semua dosen mengadakan pertemuan tatap muka secara daring dan menjelaskan materi secara gamblang. Tindakan yang perlu dipersiapkan kampus dalam menghadapi era digital yaitu mengadakan sosialisasi mengenai metode pembelajaran secara daring dan memaksimalkan penerapan metode tersebut. Ketidaksiapan kampus dalam menghadapi era digital dapat berdampak pada mahasiswa. Mahasiswa akan sangat tertinggal dalam memperoleh pembelajaran, terutama bagi mahasiswa yang tidak menerapkan self-study. Belva Amalia Destaty FKIP / Pendidikan Bahasa Inggris Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS)
E
ra digital yang terjadi saat ini menurut saya bagus, meskipun dapat dikatakan secara tiba-tiba karena adanya pandemi Covid-19. Secara tidak langsung, era digital ini dapat mengenalkan kemajuan teknologi kepada siapa pun. Hal tersebut dikarenakan pandemi ini memaksakan semua orang harus berdamai dengan teknologi. Namun, karena terjadi secara tiba-tiba maka masih banyak kegagapan terhadap teknologi yang ada. Terlebih, semakin melonjak pula disinformasi atau informasi hoaks yang tersebar. Pada bidang pendidikan sendiri masih sangat kurang persiapan dalam menghadapi era digital, berlaku juga pada lingkungan kampus. E-learning yang belum memadai dan beberapa dosen yang masih gagap teknologi menjadikan kurangnya keefektifan pada perkuliahan. Tindakan yang harus dilakukan kampus dalam menghadapi era digital yaitu dengan mempersiapkan sarana dan prasarana yang diperlukan, seperti server E-learning yang dapat menampung banyak mahasiswa. Lalu melakukan pelatihan kepada dosen dan mahasiswa terkait cara penggunaan E-learning tersebut yang tentunya digunakan sebagai penunjang perkuliahan. Apabila kampus belum siap dalam menghadapinya maka jangan terlalu dipaksakan, karena mahasiswa-lah yang akan mendapatkan dampaknya. Kampus dapat melakukannya secara perlahan serta mencari langkah mana yang harus dipersiapkan terlebih dahulu. Karena bagaimanapun jika teknologi sudah mendukung, tetapi sumber daya manusianya belum mendukung, maka yang terjadi tetap ketidakefektifan.
Achmad Syafi’i Agama Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Kediri
6
Edisi 130 - September 2021
LIPUT Transformasi
Online Learning dan Masa Depan Pendidikan
rang siap dan sigapnya pendidikan Indonesia mengatasi pendidikan digital. Metode konvensional masih menjadi andalan bagi pemerintah dan tenaga pendidik. Pandemi yang saat ini melanda Indonesia menuntut metode dan tenaga pendidik untuk lebih mendalami digitalisasi dalam pendidikan. Menurut Muchammad Zaini, sebagai pengamat pendidikan dan founder dari Kampung Budaya Piji Wetan, pandemi Covid-19 telah memberikan adaptasi yang baru untuk pendidikan di Indonesia. Pendidikan berbasis daring memang dibutuhkan proses adaptasi dan penyesuaian dengan sistem yang ada, sehingga wajar saja jika menimbulkan beberapa permasalahan yang ada. Hal itu terjadi karena respons terhadap proses adaptasi dengan online learning. “Online learning ini memang masih memiliki banyak masalah untuk diterapkan di Indonesia, ini merupakan proses adaptasi dengan situasi dan sistem pembelajaran yang baru. Tentu wajar saja jika muncul berbagai masalah atau hambatan,” jelas Zaini. Melihat masih banyaknya hambatan dan kekurangan dalam penerapan online learning dalam pendidikan di Indonesia, pendidikan berbasis daring dan digital ini akan tetap menjadi metode pembelajaran masa depan. Era digital dan teknologi memang tidak bisa kita pungkiri kemajuan dan pengaruhnya dalam semua sektor. Terlebih dunia pendidikan sebagai wadah ilmu pengetahuan tentunya harus mengalami perubahan dan kemajuan yang lebih baik.
didikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) pada 13 April 2020, terdapat 7.552 satuan pendidikan yang tidak tersentuh listrik dan internet. Satuan pendidikan yang paling banyak tidak memiliki akses adalah Sekolah Dasar (SD). Total satuan pendidikan yang memiiki akses listrik dan internet hanya berjumlah 179.097 (Katadata, 2020). Segala hambatan dan kekurangan yang ada di online learning harus dapat diatasi oleh pemerintah dan masyarakat. Melihat perkembangan teknologi yang semakin pesat, Zaini menyampaikan sikap optimis terhadap kemajuan pendidikan di Indonesia. Ia menyampaikan bahwa teknologi memberikan pengaruh yang baik bagi pendidikan Indonesia. “Memang hal ini butuh proses dan waktu untuk menyempurnakan pendidikan yang ada, tetapi kita tidak bisa menutup kemungkinan pendidikan daring ini akan menjadi alternatif pendidikan di masa depan dengan kombinasi pembelajaran tatap muka. Metode ini juga membuat guru dan peserta didik menjadi lebih kreatif karena metode pembelajaran yang menarik, “ imbuhnya. Zaini menyampaikan bahwa dalam online learning tetap perlu memperhatikan penanaman nilai-nilai karakter. Para tenaga pendidik dapat menunjukkan etika dalam pembelaja-
ran, seperti mengaktifkan kamera dan menyimak pembelajaran yang berlangsung. Untuk menunjang pembelajaran yang efektif pemerintah dapat memfasilitasi satuan pendidikan dengan akses internet. “Fasilitas juga harus memadai, walaupun di Indonesia masih belum merata dan terdapat kesenjangan. Namun, barangkali saja beberapa tahun ke depan pemerintah dapat memberikan fasilitas Wi-Fi gratis di kampung-kampung dan desa agar akses pendidikan daring dapat merata,” ujar Zaini.
Foto: Van Tay Media/Unsplash.com
Foto: Wulan Sari/Unsplash.com
Reporter: Earleanne Typhano Rachmadie dan Tsania Laila Magfiroh
D
unia pendidikan mengalami perkembangan yang sangat signifikan. Terlebih akibat pandemi Corona Virus Disease-19 (Covid-19) membuat pendidikan di Indonesia harus beradaptasi dengan pembelajaran digital. Sehingga, membuat tatanan pembelajaran yang baru dan modern di Indonesia. Pembelajaran daring atau yang sering disebut dengan online learning sebenarnya bukan hal baru dalam metode pembelajaran di dunia. Sudah banyak negara maju yang telah melaksakan model pembelajaran seperti itu. Kombinasi antara metode daring dan luring, atau kombinasi penggunaan metode digital dan konvensional menjadi hal lama. Namun, berbeda dengan di Indonesia. Pembelajaran dengan metode daring masih sedikit dan baru populer digunakan saat pandemi Covid-19 ini. Pembelajaran daring di Indonesia didasarkan pada surat edaran Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) Direktorat Pendidikan Tinggi Nomor 1 tahun 2020 tentang pencegahan penyebaran Covid-19 di perguruan tinggi. Sudah satu tahun lebih online learning diterapkan dalam pendidikan Indonesia. Penerapan yang masih baru menunjukkan banyaknya hambatan dan kekurangan dari pembelajaran daring di Indonesia. Memang hambatan ini tidak bisa disangkutkan satu dua pihak. Namun, kerja sama semua pihak diperlukan baik dari pemerintah maupun masyarakat, terlebih masyarakat dalam sektor pendidikan. Melihat fakta lapangan menunjukkan ku-
Satuan Pendidikan Harus Adaptif
M
enurut Zaini, dalam rangka menghadapi hambatan dari pembelajaran daring perlu diiringi dengan sikap inovatif dan adaptif sesuai keadaan sekitar. Pembelajaran yang dilaksanakan secara daring harus memiliki metode yang menarik dan lebih melibatkan para pembelajar. Tenaga pendidik juga dapat menerapkan pendidikan berbasis masalah agar mereka memiliki kemampuan dalam memecahkan suatu permasalahan. “Para tenaga pendidik dapat memberikan metode belajar yang membuat siswa menjadi mandiri dalam belajar. Dalam pembelajaran daring, seorang pengajar jangan terlalu sering menyampaikan ceramah, dapat lebih memberikan tugas-tugas yang dapat dikerjakan secara mandiri,” tambah Zaini. Dalam suatu metode pembelajaran yang terpenting adalah proses. Pendidikan bukan hanya persoalan nilai dan angka. Ketidakmampuan peserta didik dalam menyerap pembelajaran merupakan suatu proses yang dapat dijadikan pelajaran dalam pendidikannya. Dalam pembelajaran daring, proses yang dijalani akan menjadi semakin beragam. Berbagai kesalahan dan kekurangan dijadikan pembelajaran untuk dapat lebih memperbaiki
sistem pendidikan yang ada di Indonesia, agar segera beranjak menuju digitalisasi pendidikan. Sementara itu, dalam pelaksanaannya masih terdapat banyak celah dan kekurangan dari pembelajaran daring. Pembelajaran yang dilakukan secara jarak jauh meningkatkan potensi kecurangan dalam mengerjakan tugas yang diberikan maupun ketika pelaksanaan ujian. Zaini menyarankan bahwa hal tersebut dapat teratasi dengan meberikan tugas yang jawabannya tidak bisa dengan mudah ditemukan di internet. “Jangan memberikan soal, seperti 1+1 = 2. Soal yang diberikan harus menuntut mereka menjelaskan apa yang ia jawab dan kerjakan. Menurut saya, pendidikan seperti itu sangat kuno dan tidak mendidik anak dalam berproses. Soal harus dapat memicu mereka untuk berani mengeluarkan pendapat,” paparnya. Kekurangan lain dari pembelajaran daring adalah akses pendidikan yang kurang merata di masyarakat. Pembelajaran daring tentu membutuhkan sebuah teknologi dan jaringan internet dalam pelaksanaannya. Masyarakat harus mengeluarkan uang lebih untuk kebutuhan kuota internet dan penggunaan listrik yang semakin besar. Berdasarkan data dari Kementerian Pen-
Pendidikan bukan hanya persoalan nilai dan angka. Ketidakmampuan peserta didik dalam menyerap pembelajaran merupakan suatu proses yang dapat dijadikan pelajaran dalam pendidikannya
7
Edisi 130 - September 2021
LIPUT Pembelajaran Daring
Terpaksa Hingga Terbiasa Reporter: M. Sukma Aji & Munasifah Rahmawati
plinan menghadapi pandemi Covid-19, seperti dalam rumus komunikasi publik yang disampaikan pada masyarakat, yaitu “Menjadi masyarakat produktif dan aman Covid.” Ia juga beranggapan mengenai persoalan dalam pendidikan harus diantisipasi, jangan sampai masuk dalam stunting learning (kerdil dalam pembelajaran), luser learning (kehilangan dalam pembelajaran), atau covert learning (miskin dalam hasil pembelajaran) menjadi tantangan yang harus mengantisipasi. “Problem psikologi dalam pembelajaran memang cukup serius, sementara itu efektifitasnya pun tidak cukup optimal. Pasalnya, banyak dari mahasiswa kerap menganggap sepele pada saat proses perkuliahan daring berlangsung. Sering kali mahasiswa mendapat nilai yang cukup sempurna di beberapa mata kuliah, namun ilmu yang didapat selama proses perkuliahan tidak sampai 70 persen dibandingkan pertemuan langsung (tatap muka).” Pandemi global telah menyebabkan lembaga-lembaga pendidikan mengubah sistem pembelajaran dari tatap muka menjadi daring. Mempertanyakan kualitas pendidikan saat ini bagi sebagian masyarakat beranggapan kurang puas dan tidak mencetak lulusan yang berkompetensi cukup. Meskipun kompetensi juga diperbarui menyesuaikan kondisi dan kebutuhan civitas academica saat ini. Namun, kekhawatiran
Ilustrasi: freepik.com
W
idodo Muktiyo selaku anggota Majelis Pendidikan Tinggi, Penelitian dan Pengembangan Pimpinan Pusat (Diktilitbang PP) Muhammadiyah memaparkan bahwa terdapat label baru yang bernama generasi covid, dalam menghadapi generasi covid ini yang perlu dilaksanakan pemerintah, yaitu perluasan akses internet, pemerintah juga perlu menggerakkan lebih cepat targetnya mengenai Indonesia terkoneksi yang dirancang pada tahun 2032 dan kemudian dipaksakan menjadi tahun 2022. Sejauh ini, wujud pemerintah dalam mengatasi pandemi dari sisi pendidikan tidak hanya membagi kuota gratis untuk dosen, guru, mahasiswa, dan siswa, tetapi pemerintah juga menekankan kepada pemilik operator seluler dengan memberikan potongan harga dalam berbagai macam bentuk, seperti pada potongan harga kuota internet. “Jika dijumlah, seluruh operator seluler yang membantu potongan harga mencapai 1,9 triliun setiap bulan,” ungkapnya. Widodo juga mengungkapkan, bahwa pada tahun ini telah dilakukan percobaan pembelajaran luring dengan tetap mematuhi protokol kesehatan yang sangat ketat, dengan sistem pembelajaran yang tidak bisa langsung semuanya serta waktunya pun terbatas dan tidak seperti kuliah pada umumnya. Semua pihak juga diharuskan meningkatkan kedisi-
Ilustrasi: freepik.com
Dewasa ini, kita sedang mengalami musibah global, tidak hanya di wilayah tertentu tetapi ini sudah menjadi pandemi yang mana situasi di dunia mengalami wabah yang tidak dikehendaki oleh siapa pun. Dengan adanya pandemi ini, kegiatan pembelajaran tidak bisa dilakukan tatap muka secara langsung dan ditetapkan pembelajaran dalam jaringan (daring) guna mengantisipasi penularan Corona Virus Disease-19 (Covid-19).
Buat mahasiswa jangan susahsusah ada pergantian pekerjaan, di tengah pandemi kita tingkatkan kompetensi baru. Awalnya terpaksa lama-lama juga akan terbiasa, apapun background-nya maksimalkan kompetensi baru, seperti jadi konten kreator misalnya.
akan merosotnya kompetensi lulusan masih menghantui. Ada anggapan mereka calon lulusan terdampak pandemi tidak seperti lulusan yang mengenyam pendidikan tatap muka. Lebih lanjut, menurut Widodo situasi pandemi saat ini tidak hanya dirasakan oleh kalangan pendidikan. Semua sektor terdampak, khusus bagi pendidikan kualitas calon lulusan masih dapat diharapkan lebih. “Justru situasi stunting learning atau miskin belajar ini masih dapat dimanfaatkan mahasiswa, artinya mahasiswa dalam belajar masih bisa, yang susah itu jika bisnis mati, pengangguran bakal lebih banyak,” paparnya. Widodo mengatakan, mahasiswa yang belajar secara daring tidak akan lepas dari perangkat elektroniknya. Dengan begitu, beberapa cara dapat dilakukan mahasiswa agar anggapan lulusan yang terdampak pandemi kurang berkompeten itu salah. Justru dengan mahasiswa mengambil sisi positif, kemajuan teknologi saat ini dapat menjadikan suatu pekerjaan lebih mudah. “Artificial intelligence sebagai solusi kekurangan pembelajaran di masa pandemi, teknologi sangat mendukung untuk mengurangi ketidakmampuan kita dalam pembelajaran daring. Para calon diploma atau profesi praktik dilihat kelayakan teknologi pembelajaran yang mendekatkan kepada skill, knowledge, serta attitude,” sambungnya. Memanfaatkan teknologi menurutnya
susah-susah gampang, namun bagi mereka yang mau belajar tidak menutup kemungkinan jurusan yang ia ambil sekarang akan berbeda dengan pekerjaan yang mahasiswa tekuni kelak. Belajar pengalaman baru di tengah pandemi sangat disarankan untuk memaksimalkan kemampuan tiap individu. “Di tengah pandemi dan teknologi 4.0 ada ketakutan pekerjaan diambil oleh robot dan 23 juta pekerjaan hilang, namun ada pekerjaan profesi baru sekitar 27-46 juta dengan kompetensi baru. Buat mahasiswa, jangan susah-susah ada pergantian pekerjaan. Di tengah pandemi, kita tingkatkan kompetensi baru. Awalnya terpaksa, lama-lama juga akan terbiasa. Apapun background-nya, maksimalkan kompetensi baru, seperti jadi konten kreator misalnya,” terang Widodo. Belajar di tengah pandemi menurut Widodo yang juga menjabat sebagai Staf Ahli Menteri Bidang Komunikasi dan Media Massa disesuaikan dengan kemampuan individu saja. Namun, hal ini perlu diimbangi etos belajar mahasiswa yang tinggi serta kesungguhan dosen dan perguruan tinggi dalam menjalankan proses belajar mengajar di masa pandemi. Oleh karena itu, di tengah pandemi Covid19 tampaknya bukan waktu yang ideal untuk mempertanyakan kualitas lulusan pendidikan. Sebab tidak layak menuntut sesuatu yang ideal di tengah keterbatasan yang jauh dari kata ideal untuk mencapainya.
8
Edisi 130 - September 2021
LENSA
Tips Shadow Photography
Reporter: Yovi Annang Setiyawan Shadow photography adalah teknik fotografi yang memotret objek bersama bayangannya untuk memperkuat visual yang lebih dramatik dan mengikat emosi orang lain lewat foto. Dalam beberapa kasus, fotografer sengaja menonjolkan bayangan di dalam foto sebagai detail agar hasil akhirnya terlihat lebih memukau. Meskipun bayangan tidak dijadikan sebagai titik fokus foto, tetapi penggunaan bayangan dirasa mampu untuk mendukung estetika objek utama yang berdimensi.
Cara membuat foto Shadow Photography :
11
Tentukan tujuanmu menggunakan bayangan
Sebagai fotografer kita harus mengetahui tujuan kita menggunakan bayangan, apakah hanya digunakan sebagai pemanis foto? Ataukah mempertegas efek dimensi objek? Karena hal tersebut yang nantinya akan menjadi fokus orang lain secara tidak sadar ketika melihat foto milikmu.
22
Pertimbangkan jarak dan kualitas sumber cahaya Ketika jarak cahaya terlalu jauh dan buram, maka bayangan yang dihasilkan akan lebih tipis. Jika ingin mendapatkan hasil yang sesuai maka kita harus menentukan sudut pengambilan gambar dan jarak yang diinginkan.
33
Perhatikan posisi subjek
Posisi objek akan berhubungan dengan bentuk bayangan, sebagai fotografer kita harus banyak melakukan eksperimen untuk mengetahui posisi yang tepat untuk bentuk bayangan yang diinginkan.
Beberapa tips di bawah ini tidak semuanya harus dilakukan. Cukup pilih yang sesuai dengan kondisi saat kamu memotret dan hasil akhir yang direncanakan 1. Menunggu Golden Hour Golden hour adalah istilah waktu-waktu saat matahari terbit dan terbenam, di mana posisi matahari berada selaras dengan horizon yang malah menghasilkan warna hangat keemasan. Waktu golden hour, sebenarnya momen ini hanya terjadi pada saat matahari terbit dan matahari terbenam. Kira-kira pada pukul 05.00-07.00 pagi dan 17.00-18.00 sore. 2. Memotret dengan cahaya terang Memotret di bawah sinar matahari yang terang benderang juga dapat menghasilkan foto yang dramatis. Sorot cahaya matahari yang keras bekerja sangat baik saat memotret arsitektur dan struktur geometris lainnya. Bayangan tajam yang diciptakan matahari mampu menambah dimensi yang membuatnya terlihat sangat dramatis. 3. Buat bentuk yang menarik Bayangan terbaik adalah bayangan yang mampu menampilkan pola dan kontur yang solid dari objek. Carilah benda yang bentuknya unik supaya menghasilkan siluet yang berciri khas. Kamu dapat bereksperimen dengan buah-buahan, pohon, atau benda lainnya asalkan hasil bayangannya mudah diidentifikasi. Selain benda, manusia pun juga dapat membuat bayangan yang bagus. Tinggal bagaimana cara kamu sebagai fotografer mengarahkan modelmu untuk berpose di depan kamera. 4. Coba efek warna hitam-putih Shadow photography umumnya foto yang ditampilkan berwarna hitam-putih. Ternyata pemilihan warna tersebut menjadi rahasia fotografer untuk memperkuat visual. Terkadang penggunaan warna bisa mengganggu, terutama dalam kasus shadow photography. Untuk memudahkan orang saat melihat bayangan di foto, cukup potret pakai efek hitamputih.
9
Edisi 130 - September 2021
LIPSUS
K Proporsi Uang Kuliah Tunggal
dalam Profesionalisme Pendidikan Reporter: Akhdan Muhammad Alfawwaz & Lia Lesmawati
Dikutip dari laman resmi Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud), Ketua Majelis Rektor Perguruan Tinggi Negeri Indonesia (MRPTNI), Jamal Wiwoho mengatakan bahwa mahasiswa dapat mengajukan permohonan perubahan besaran UKT dengan menyertakan data pokok tentang perubahan kemampuan ekonomi mahasiswa. Ketentuan mengenai keringanan UKT tersebut diatur dalam Peraturan Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Permenristekdikti) Nomor 39 Tahun 2017 tentang Biaya Kuliah Tunggal dan Uang Kuliah Tunggal pada Perguruan Tinggi Negeri (PTN) di Lingkungan Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi. Dalam konferensi pers secara virtual pada Selasa (5/5/2020) di Jakarta, Jamal juga mengatakan, kebijakan keringanan UKT diserahkan sepenuhnya kepada pimpinan perguruan tinggi negeri. Kebijakan yang berlaku diharapkan tidak mengganggu operasional pembelajaran di perguruan tinggi serta berbagai aktivitas pendukungnya. Selanjutnya, kebijakan untuk memberikan keringanan UKT akan dipertimbangkan dan diputuskan oleh pimpinan PTN berupa beberapa opsi, yaitu pembebasan sementara, pengurangan, pergeseran klaster, pembayaran mengangsur, dan penundaan pembayaran UKT. Dengan demikian, pimpinan perguruan tinggi perlu membuka diri dalam membantu menanggulangi masalah bagi mahasiswa yang kondisi perekonomian keluarganya terdampak pandemi.
Sengkarut Regulasi, Tuntutan Mahasiswa
M
enilik langsung mengenai bagaimana regulasi terkait UKT tersebut diaplikasikan, masing-masing universitas di Indonesia memiliki kebijakannya sendiri dalam menghadapi krisis akibat pandemi saat ini. Beberapa memberikan potongan pembayaran dengan pengurangan nominal pembayaran UKT, atau pemberian subsidi langsung dalam bentuk kuota data. Ada juga yang masih bergeming dan tidak memberikan potongan sama sekali. Tim Tabloid Pabelan Pos melakukan sedikit wawancara terkait tuntutan pengurangan UKT dengan perwakilan Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) di dua universitas: Raudlotul Jannah dari Universitas Negeri Sebelas Maret (UNS) dan Riska dari Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS). Menuntut hal ini, Aliansi UNS Bergerak yang terdiri dari ormawa kampus sampai individu menggalang beberapa kali aksi massa demi menuntut keringanan UKT. Belum adanya kejelasan terkait kuota ketika Mei tahun 2020 lalu menjadi satu dari sekian tuntutan yang diminta aliansi tersebut, selain pembahasan mengenai persoalan Sumbangan Pengembangan Institusi (SPI)/uang pangkal, keringanan UKT, dan sistem pembelajaran da-
Kurangnya transparansi dan tidak adanya keterlibatan mahasiswa untuk melakukan koordinasi mengenai kebijakan menjadi kendala bagi mahasiswa yang ingin menyampaikan aspirasi di kedua kampus tersebut. Terlebih lagi, angka partisipasi mahasiswa sendiri dalam memberikan suara dan dukungan cenderung minim. ring saat ini. Pemberian kuota yang dijanjikan pihak kampus sebesar lima puluh gigabita (50 GB) pun hanya direalisasikan dengan uang sejumlah lima puluh ribu rupiah. “Itu sebelum ada kuota dari kemendikbud,” terang Jannah selaku Menteri Koordinator Pelayanan & Pengembangan Mahasiswa BEM UNS. Tantangan audiensi terbuka dengan pihak birokrat kampus sempat menjadi ramai di kalangan aktivis mahasiswa UNS, meskipun hanya berakhir dengan diskusi di atas meja makan dengan hasil berupa penolakan. Melihat hal tersebut, Jannah berpendapat, kampus menghiraukan kajian yang disertakan sebagai data karena saat diskusi, tim aliansi telah membawa beberapa kajian yang disusun bersama, jadi bukan hanya dari internal BEM UNS saja. “Kekurangan dari gerakan-gerakan kampus saat ini adalah terkait dengan follow up
pasca (dilakukan aksi -red). Terus kalau dari pihak kampus, ya, kebijakan paling efektif adalah memotong biaya UKT ini dalam keadaan seperti ini. Seharusnya pimpinan kampus mampu mengeluarkan kebijakan yang meringankan beban mahasiswa, baik itu psikologis maupun ekonomi,” terang Jannah mengevaluasi kondisi yang terjadi. Ia juga menyebut bahwa posisi UNS sebagai PTN-BH seharusnya memiliki otonomi untuk memberikan kebijakan sendiri bagi mahasiswanya. Kurangnya transparansi dan tidak adanya keterlibatan mahasiswa untuk melakukan koordinasi mengenai kebijakan menjadi kendala bagi mahasiswa yang ingin menyampaikan aspirasi di kedua kampus tersebut. Terlebih lagi, angka partisipasi mahasiswa sendiri dalam memberikan suara dan dukungan cenderung minim. “Kuantitas antara yang keberatan dan juga tidak keberatan itu masih sangat beda ti-
pis,” ungkap Riska selaku mantan Menteri Dalam Negeri BEM UMS mengenai kuesioner yang sempat disebarkan terkait UKT dan fasilitas selama pembelajaran daring. Riska sendiri berpendapat, kondisi fasilitas pembelajaran daring saat ini tidak memadai. Permasalahan-permasalahan yang seharusnya diselesaikan oleh pihak kampus dalam menunjang kualitas pendidikan malah dibebankan kepada para mahasiswa, seperti kurangnya kompetensi dan profesionalisme dosen yang mengajar. Tuntutan demi tuntutan terus disuarakan selama pembelajaran daring berlangsung akibat pandemi saat ini. Meskipun lambat laun, beberapa kampus mulai memberikan pemotongan biaya atau subsidi, tetapi permasalahan-permasalahan di atas—seperti tidak meratanya bantuan yang diberikan, nominal potongan yang terkesan pelit, bahkan bantuan yang tidak tepat sasaran—masih menjadi persoalan yang masih umum dihadapi kalangan mahasiswa. Di dua kampus tersebut, Tim Tabloid Pabelan Pos juga sudah berusaha menghubungi birokrat terkait permasalahan UKT untuk memberikan keterangan, tetapi keduanya tak kunjung merespons setelah beberapa kali dihubungi.
Foto: news.detik.com
Foto: cermati.com
Pasca ditetapkannya regulasi terkait pembatasan-pembatasan akibat adanya pandemi Corona Virus Disease-19 (Covid-19), seluruh elemen di berbagai sektor mesti menghentikan sementara aktivitasnya. Wacana Work From Home (WFH) bukan sekadar menimbang masalah kesehatan, melainkan juga kekhawatiran ekonomi di benak masyarakat, yakni ketika penghasilan yang mampu diraih tidak bisa memenuhi kebutuhan hidup. Dengan demikian, persoalan ini lebih dari melangitnya biaya pokok itu sendiri sebagaimana yang terjadi di dunia pendidikan ketika isu Perguruan Tinggi Nasional-Berbadan Hukum (PTN-BH) mencuat.
ondisi perekonomian di Indonesia selama pandemi menurun. Banyak pekerja dipecat dan tidak memiliki mata pencaharian. Menteri Ketenagakerjaan, Ida Fauziyah, memperkirakan 17,8 persen perusahan melakukan Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) selama pandemi, pendapatan masyarakat turun hingga lebih dari 50 persen, serta 500 ribu Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) gulung tikar. Persoalan ekonomi yang diakibatkan oleh pandemi Covid-19 saat ini pun kian meluas, tak terkecuali di sektor pendidikan. Biaya pendidikan yang dibutuhkan di perguruan tinggi tidaklah sedikit. Selama pembelajaran daring atau Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ), pembayaran Uang Kuliah Tunggal (UKT) secara otomatis menjadi sorotan mahasiswa dan orang tua. Banyak dari orang tua dan mahasiswa mulai resah dalam memenuhi kebutuhan finansial perkuliahan. Tuntutan pembayaran UKT dengan nominal yang sama seperti kegiatan Pembelajaran Tatap Muka (PTM) membuat mahasiswa dan orang tua keberatan. Baik karena perusahaan yang terdampak pandemi, sehingga gulung tikar atau melakukan PHK, maupun karena pemasukan yang berkurang, keadaan tersebut membuat kemampuan ekonomi orang tua sebagian mahasiswa mengalami penurunan. Terlebih lagi, agar dapat mengikuti pembelajaran daring, mahasiswa perlu mengeluarkan biaya tambahan khusus pembelian kuota data.
10
Edisi 130 - September 2021
WAWANCARA
Galih: Dari Metode Ceramah Beralih ke Virtual Conference Reporter: Anas Tasya Sekartaji dan Rachma Andriani Sudarta
5. Inovasi apa yang harus dikembangkan untuk pembelajaran saat ini?
Foto: Dokumen Pribadi
Lebih memaksimalkan tools pembantu yang digunakan dalam pembelajaran. Untuk metode sinkron bisa menggunakan virtual conference ataupun grup WhatsApp. Untuk metode asinkron bisa menggunakan Learning Management System (LSM). Tools seperti simulator juga bisa digunakan untuk memaksimalkan pembelajaran. Inovasi terhadap konten materi perkuliahan secara luring berbeda dengan materi perkuliahan ketika daring. 6. Sistem apa yang harus dibenahi, baik pemerintah maupun kampus? Saat ini, dari pemerintah sendiri sudah ada regulasi seperti kampus merdeka, yang mana dirasa proses pembelajaran lebih fleksibel. Dari kampus sendiri harus ada peraturan dan kebijakan yang mendorong dosen untuk bisa melakukan inovasi yang sesuai dengan kondisi saat ini. 7. Jika sudah dimulai pembelajaran luring, apakah pembelajaran daring tetap diterapkan? Seperti itu tergantung dengan kebijakan yang dibuat oleh perguruan tinggi, dilihat dari banyaknya mahasiswa yang banyak berdomisili jauh, kemungkinan pembelajaran dilakukan melalui dua sistem yaitu menggabungkan antara luring dan daring. 8. Melihat semua itu, lebih baik dilaksanakan pembelajaran daring atau luring? Asalkan dengan cara atau metode yang tepat, semua pembelajaran sama saja. Pembelajaran daring terlihat efektif karena dosen dapat menggabungkan semua kelas dalam satu pertemuan, sehingga memudahkan dosen dan mahasiswa dalam koordinasi. Pembelajaran luring pun sama, yang membedakan adalah cara mahasiswa dalam penerimaan materi lebih mudah dipahami. 9. Apakah metode pembelajaran saat ini bisa dikatakan sebagai bentuk awal perubahan pendidikan atau malah kemunduran? Dari sisi waktu, merupakan suatu kemajuan, karena Indonesia sendiri dengan infrastruktur yang cukup terbatas sudah bisa mulai menerapkan metode pembelajaran daring sejak 2020. Sedangkan dari sisi konsep pembelajaran, masih banyak hal yang perlu dievaluasi dari pemerintah ataupun pihak kampus terkait dengan efektivitas pembelajaran daring.
P
eralihan sistem pembelajaran yang awalnya tatap muka, kini berganti menjadi pembelajaran jarak jauh yang disebabkan oleh mewabahnya Corona Virus Disease (Covid-19) di Indonesia sejak 2020. Satu tahun berlalu, masih banyak kekurangan dan hambatan dalam sistem pendidikan Indonesia yang tak kunjung dibenahi secara maksimal. Belajar dari pengalaman, kampus dan pemerintah dituntut bergerak cepat dalam 10. Bagaimana terkait dengan sistem kampus masa depan? memberikan solusi dan trobosan baru untuk menunjang proses berjalannya Seperti inovasi dan juga persiapan apa yang harus dicapai? pembelajaran secara digital. Berikut wawancara Tim Tabloid Pabelan Pos dengan Kampus-kampus sekarang ini sudah mendukung digitalisasi pendidikan di berbagai aspek, Dosen Informatika Universitas Muhammadiyah Malang, Galih Wicaksono mengenai misalnya sistem untuk penelitian dan sistem untuk mengontrol kinerja. Perlu juga teknologi tanggapannya terkait pembelajaran daring yang sedang diterapkan di Indonesia yang mendukung tentang literasi baru, teknologi yang ramah lingkungan juga diperlukan untuk selama pandemi. mendukung pencapaian kampus sesuai dengan visi dan misi kampus. Setiap kampus harus berinovasi untuk memenuhi standar yang sudah ditentukan. 1. Bagaimana tanggapan terkait pembelajaran daring selama satu tahun ini? Melihat selama satu tahun ini, masih terdapat beberapa kekurangan dilihat dari segi efektivitas dan efisiensi pelaksanaannya. Dulu penyampaian materi menggunakan metode ceramah, sekarang dialihkan ke metode virtual conference, seperti Zoom, Google Meet, dan lain-lain. Selain itu, juga memakai metode sinkron dan asinkron. Metode sinkron hanya mengandalkan proses penyajian materi melalui Zoom atau Google Meet dan asinkron mengandalkan diskusi. Hal tersebut memicu adanya asumsi dari mahasiswa, bahwa materi yang disampaikan tidak maksimal. 2. Cara memaksimalkan metode pembelajaran asinkron? Perlu adanya pendampingan dan persiapan yang cukup panjang, karena asinkron tidak bisa dilakukan se-instan sinkron, yang mana butuh persiapan dan juga butuh support teknologi yang sesuai karakteristik pembelajaran perguruan tinggi. 3. Bagaimana cara mengatasi permasalahan dosen yang gagal tanggap teknologi (gaptek)? Dari pihak universitas sendiri harus memfasilitasi pendampingan, pelatihan, dan sesi sharing dengan pihak yang memiliki permasalahan yang sama (gaptek -red), kemudian mencari penyelesaian dengan pendekatan yang berbeda. Seperti mencari referensi kajian literatur, YouTube, atau software penunjang simulasi yang mampu meningkatkan efektivitas penyampaian materi pada mahasiswa. 4. Bagaimana upaya terkait dengan mahasiswa yang kesulitan akses internet? Dari pihak dosen sendiri mengupayakan balance antara metode sinkron dan asinkron. Seperti dosen yang menggunakan metode sinkron, yaitu saat menyampaikan materi dapat direkam, kemudian di-upload, sehingga mahasiswa yang terkendala akses internet dan tidak bisa mengikuti perkuliahan sinkron dapat mengakses materi yang sudah direkam dan di-upload oleh dosen di Schoology atau YouTube. Selain itu, mahasiswa yang sudah mengikuti perkuliahan juga dapat menonton ulang materi tersebut.
11. Bagaimana perubahan sistem pembelajaran dari sebelum pandemi dan sesudah pandemi? Apakah memberikan efek dan seperti apa efeknya? Banyak terjadi perubahan karena semua sistem pembelajaran dialihkan ke digital, memanfaatkan teknologi untuk menjaga jarak dan menciptakan situasi pembelajaran yang aman untuk semua pihak. Meskipun sifat dari teknologi itu salah satunya destruktif atau menghancurkan, karena mampu menggerus dan mengurangi secara umum kapasitas manusia menjadi lebih mudah, secara khusus mampu menggerus pendidikan tinggi atau kampus. Dampak dari perubahan tersebut bisa dilihat atau dirasakan beberapa tahun ke depan, di mana terjadi perubahan-perubahan model belajar, juga cara pandang mahasiswa dalam proses pembelajaran. 12. Apakah pandemi memberikan perubahan positif pada sistem pembelajaran di Indonesia? Dari sisi kualitas pembelajaran saat ini, berdampak negatif karena banyak kampus yang belum siap menghadapi kondisi seperti sekarang ini. Dampak positifnya, model pembelajaran dituntut lebih interaktif dan lebih compact seiring dengan perkembangan teknologi. 13. Apakah inovasi Kampus Merdeka bisa menjadi terobosan baru untuk sistem kampus masa depan? Kampus Merdeka bisa jadi inovasi yang bagus jika dari pihak kampus sendiri sudah menyiapkan sarana dan prasarana yang mendukung dan juga kemitraan dengan berbagai pihak. Adanya skema kegiatan ataupun projek mahasiswa yang berorientasi masa depan, sehingga ketika lulus, mahasiswa bisa mendapatkan wawasan yang terkait dengan kebutuhan di dunia kerja, real, dan berorientasi masa depan. 14. Apa pesan untuk mahasiswa? Untuk mahasiswa, yaitu bisa mengoptimalkan sumber belajar dari mana saja, seperti YouTube, artikel, jurnal, atau online course. Sehingga kekurangan yang ada pada pembelajaran daring bisa diperoleh dari sumber belajar tersebut.
11
Edisi 130 - September 2021
LIPSUS Inovasi Pendidikan
Merdeka Belajar untuk Sistem Pendidikan Lebih Baik Ilustrasi: Freepik.com
Reporter: Rio Novianto dan Rifqah Dalam menciptakan generasi-generasi penerus bangsa yang andal dan berkualitas, tentunya perlu ada pendidikan yang berkualitas juga agar pendidikan anak bangsa terjamin. Bukan hanya Indonesia saja yang memerlukan itu pastinya, negara-negara luar bahkan berlomba-lomba untuk memperbaiki sistem pendidikan mereka agar lebih maju dan modern menyesuaikan zaman.
D
i Indonesia sendiri, pendidikannya menganut pada pendidikan nasional, dilansir dari mutuinstitute.com, semua jenjang, jalur, dan jenis pendidikan harus mengimplementasikan sistem tersebut (pendidikan nasional –red). Salah satu program pendidikan yang terkini di dalam negeri adalah “Wajib Belajar 12 Tahun”, yakni enam tahun Sekolah Dasar (SD), tiga tahun Sekolah Menengah Pertama (SMP), dan Sekolah Menengah Atas (SMA). Sistem tersebut bertujuan membina karakter positif, memberikan pengetahuan akademis, dan menempa keterampilan peserta didik sejak dini. Pendidikan menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pada Bab I, pasal 1 adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara. Sedangkan pengertian pendidikan tinggi dalam undang-undang ini, pada pasal 19 ayat 1 merupakan jenjang pendidikan setelah pendidikan menengah yang mencakup program pendidikan diploma, sarjana, magister, spesialis, dan doktor yang diselenggarakan oleh pendidikan tinggi. Dan pada ayat 2 menyatakan, bahwa pendidikan tinggi diselenggarakan dengan sistem terbuka. Ketika membicarkan pendidikan, khususnya di Indonesia sendiri memang cukup memprihatinkan dan menguras tenaga juga pikiran. Lantaran situasi dan kondisi yang samasama dirasakan oleh masyarakat Indonesia sekarang ini, yakni musibah Corona Virus Disease (Covid-19) yang masih menjadi momok dan mengancam kehidupan masa depan umat. Karena alasan tersebut, pendidikan yang seharusnya bisa berjalan normal dengan tatap muka pun terpaksa ditiadakan dan dialihkan menjadi daring. Di mana ketika semua dialihkan menjadi daring, terutama dalam hal pendidikan akan banyak pertimbangan yang harus dilalui. Hal tersebut menjadi tantangan tersendiri bagi dunia pendidikan, memutar otak agar pendidikan secara daring tetap berjalan secara efektif dan efisien, sesuai dengan kaidah-
kaidah yang berlaku dalam dunia pendidikan. Mengenai sistem pendidikan yang diterapkan selama pandemi Covid-19 ini tentunya banyak harapan yang perlu diaminkan akan segera terealisasi. Banyaknya teknologi yang berkembang pada zaman sekarang ini juga menjadi tuntutan tersendiri untuk bisa menjamin lancarnya pendidikan daring yang sedang diterapkan. Namun, dengan teknologi yang ada pun terkadang juga masih banyak kendala yang terjadi. Mengutip dari dikti.kemdikbud.go.id (2020), Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud), Nizam mengatakan bahwa teknologi yang ada pun tetap tidak bisa menggantikan peran guru, dosen, dan interaksi belajar. Karena edukasi tidak hanya sekadar memperoleh pengetahuan, tetapi juga tentang nilai, kerja sama, serta kompetensi. Sama halnya pada jenjang perguruan tinggi, di mana kampus juga berusaha untuk menerapkan sistem-sistem pembelajaran yang kiranya efisien dan efektif untuk mahasiswa. Namun, memang pada kenyataannya semua itu masih perlu ada inovasi pembelajaran selama daring demi terciptanya kondisi pembelajaran yang nyaman, baik untuk dosen maupun mahasiswa. Berbicara mengenai inovasi pembelajaran
daring, tim dari Tabloid Pabelan Pos juga melakukan wawancara dengan Kepala Program Studi (Kaprodi) Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (PBSI) Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS), Miftakhul Huda, yang merupakan dosen bidang inovasi pendidikan. Dalam wawancaranya dengan Tim Tabloid Pabelan Pos, Huda mengatakan jika memang masih ada bagian yang perlu disempurnakan dalam pembelajaran daring, seperti sumber belajar sistematis yang perannya sangat diperlukan untuk menyusun sumber belajar. Karena menurutnya, jika sumber belajar daring disampaikan seperti pada sitem pembelajaran luring, maka akan ada sisi yang hilang, yaitu interaktif yang pada dasarnya sangat diperlukan pada pembelajaran daring. Begitu juga dengan inovasi Learning Management System-nya (LMS), perlu lebih kompatibel sehingga interaksi antara pengajar dan pelajar bisa lebih terbuka lagi. Kemudian, jika pembelajaran daring bisa lebih terbuka dan elastis daripada pembelajaran luring, maka bisa membuka satu pintu baru untuk pembelajaran yang lebih terbuka, tidak terikat oleh ruang, waktu, dan massa yang berarti peserta yang ada serta terlibat dalam perkuliahan daring tidak hanya mahasiswa internal di satu perguruan tinggi saja, tetapi bisa juga dari beberapa perguruan tinggi lain-
Ilustrasi: Freepik.com
nya, masyarakat, bahkan dari negara lain. Inovasi pembelajaran seperti itu dapat membuka wawasan dan mengembangkan kemampuan mahasiswa seluas-luasnya. Kemudian, implementasi dari metode pembelajaran tersebut dapat diunduh di dunia industri dan masyarakat. Dalam wawancaranya dengan Tim Tabloid Pabelan Pos, Huda juga menuturkan mengenai usaha yang bisa dimaksimalkan dalam pembelajaran di Indonesia adalah pembentukan atmosfer pembelajaran yang baik bisa dimulai, baik dari dosen maupun mahasiswa. Keduanya harus sama-sama menyadari, bahwa waktu untuk pembelajaran itu penting, bukan hanya sekedar angin lewat atau formalitas semata. Untuk mewujudkan atmosfer tersebut, perlu adanya interaksi antara pelajar dan pengajar, diikuti dengan sumber belajar yang interaktif serta LMS yang kompatibel. “Saya rasa, pembelajaran daring yang diterapkan selama pandemi bisa menjadi bentuk pembelajaran daring masa depan, hanya saja perbaikan di berbagai hal dalam pembelajaran daring perlu segera dilaksanakan. Kemudian dari waktu ke waktu pasti akan mengalami penyempurnaan,” ujarnya. Dalam kondisi pandemi sekarang ini, para pemangku kebijakan di dunia pendidikan juga perlu ada penyesuaian agar pembelajaran yang ada dapat terus berkembang dan bisa bermanfaat untuk sesama. Penyesuaian tersebut bisa diwujudkan melalui kebijakan Merdeka Belajar-Kampus Merdeka (MB-KM), dilansir dari dikti.kemdikbud.go.id (wawancara bersama Nizam). Program MB-KM tersebut membantu mahasiswa mendapatkan kesempatan pengalaman belajar yang lebih luas lagi di dunia pendidikan, di mana mereka bisa dengan leluasa mendapatkan kompetensi belajar di luar program studi yang diambil. Berdasarkan data dari www.rmolbanten.com, kebijakan Kampus Merdeka tersebut sudah diatur dalam Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Permendikbud) Nomor 3 Tahun 2020, yang berbunyi “Perguruan tinggi wajib memberikan hak bagi mahasiswa untuk secara sukarela (dapat diambil atau tidak), berupa penyediaan kesempatan mengikuti kegiatan di luar perguruan tinggi, ditambah lagi aktivitas perkuliahan satu semester di luar program studi di kampus yang sama”.
12
Edisi 130 - September 2021
RISET
W
abah Corona Virus Disease19 (Covid-19) yang telah melanda di seluruh dunia, memberikan tantangan tersendiri bagi lembaga pendidikan, khususnya perguruan tinggi. Melalui Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud), pemerintah telah melarang perguruan tinggi untuk melaksanakan perkuliahan tatap muka dan memerintahkan untuk melaksanakan perkuliahan atau pembelajaran secara daring. Maka dari itu, bentuk perkuliahan yang dapat dijadikan solusi dalam masa pandemi Covid-19 adalah pembelajaran daring. Pembelajaran daring merupakan pembelajaran yang menggunakan jaringan internet dengan konektifitas, fleksibilitas, dan kemampuan untuk memunculkan berbagai jenis interaksi pembelajaran. Berbagai media juga dapat digunakan untuk mendukung pelaksanaan pembelajaran daring, misalnya kelas-kelas virtual menggunakan layanan Google Class-
Hasil Penelitian dan Pembahasan
Tingkat Efektivitas Metode Pembelajaran Daring Impian Mahasiswa dan Dosen Upper
room, Edmodo, dan Schoology (Enriquez, 2014; Sicat, 2015; Iftakhar,2016). Pembelajaran daring meliputi penyampaian materi dan informasi, pemberian tugas dan interaksi aktif antara dosen dan mahasiswa selama proses pembelajaran berlangsung. Pada pembelajaran daring, sering kali didapati mahasiswa kurang aktif dalam proses pembelajaran. Dalam pembelajaran daring mahasiswa kurang bisa menyampaikan pendapatnya. Sehingga pada akhirnya, pembelajaran daring dirasakan tidak lebih menyenangkan dibandingkan pembelajaran tatap muka. Selain itu, mengingat lokasi mahasiswa dan dosen yang terpisah saat melaksanakan pembelajaran menyebabkan dosen tidak dapat mengawasi secara langsung kegiatan mahasiswa selama proses pembelajaran. Tidak ada jaminan bahwa mahasiswa sungguh-sungguh dalam mendengarkan materi dari dosen.
32%
7%
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat efektivitas metode pembelajaran yang diimpikan mahasiswa dan dosen selama masa pandemi. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif. Sampel yang menjadi responden penelitian ini yakni sebanyak 137 responden. Yang dipilih menggunakan teknik simple random sampling. Instrumen pengumpulan data menggunakan kuesioner yang berisi pertanyaan yang dibagikan menggunakan Google Form. Survei disebarkan menggunakan Google Form yang diberikan kepada responden melalui pesan WhatsApp.
Judul : Tingkat Efektivitas Metode Pembelajaran Daring Impian Mahasiswa dan Dosen Tujuan : untuk mengetahui tingkat efektivitas metode pembelajaran yang diimpikan mahasiswa dan dosen selama masa pandemi Jenis Penelitian : kuantitatif Metode : survei Instrumen : kuesioner Teknik Sampel : simple random sampling. Populasi : mahasiswa aktif dan dosen UMS Sampel : 137 responden
Metode Diskusi Saat Kuliah Daring
Metode Pengawasan Dosen dan Mahasiswa Selama Pembelajaran Daring
68%
7% 93%
Jenis Kelamin
Reporter: Sabrina Aizya Putri
Metode Penelitian
4%
Jumlah sampel pada penelitian ini berjumlah 137 responden yang terdiri dari 93 responden perempuan dengan presentase sebanyak 68% dan 44 responden laki-laki dengan presentase 32%.
Menggunakan E-Learning Sebagai Sarana Kuliah Daring 12%
2% 13%
Mahasiswa Dosen
Menggunakan Zoom, Google Meet atau Microsoft Teams Sebagai Saran Kuliah Daring 8% 2% 17% 35%
Cukup Efektif Kurang Efektif Efektif Tidak Efektif Sangat Efektif Penggunaan kelas-kelas virtual salah satunya menggunakan E-learning sebagai sarana perkuliaan daring. Dari hasil survei didapati 39% menyatakan penggunaan E-learning sudah cukup efektif, 34% menjawab bahwa sudah efektif, 13% mengatakan sangat efektif, 12%, mengatakan kurang efektif, dan hanya 2% mengatakan tidak efektif.
Dosen Melakukan Verifikasi Presensi Kehadiran Sesuai dengan Keterlibatan Mahasiswa dalam Proses Perkuliahan 8%
4% 13%
27% 48%
39%
36%
Adapun responden terdiri dari 128 mahasiswa dengan presentase 93% dan sembilan dosen dengan presentse 7%.
34%
39%
6% 18%
Pekerjaan
Perempuan Laki-Laki
7%
23%
30%
38%
30% Cukup Efektif Efektif
Kurang Efektif Tidak Efektif Sangat Efektif
Berikutnya merupakan jawaban responden mengenai metode diskusi saat kuliah atau pembelajaran secara daring. 36% mengatakan cukup efektif, 30% menjawab kurang efektif, 23% menjawab sudah efektif, 7% menjawab tidak efektif , dan 4% menjawab sudah sangat efektif.
Pemberian Tugas Melalui E-Learning 2% 18% 4% 37%
Cukup Efektif Kurang Efektif Efektif Tidak Efektif Sangat Efektif Kemudian mengenai metode pengawasan dosen dan mahasiswa selama pembelajaran daring. 39% menjawab masih kurang efektif, 30% menjawab cukup efektif, 18% mengatakan sudah efektif, 7% mengatakan tidak efektif, dan hanya 6% mengatakan sudah sangat efektif.
Presensi Hanya Dapat Dilakukan Saat Jam Pembelajaran 9% 15%
20%
39% Kurang Efektif Tidak Efektif Sangat Efektif
Cukup Efektif Efektif
Penggunaan aplikasi belajar online seperti Zoom, Google Meet, dan Microsoft Teams sebagai sarana kuliah daring. Menurut survei, 38% mengatakan bahwa sudah efektif, 35% menjawab cukup efektif, 17% menjawab sangat efektif, 8% menjawab kurang efektif, dan 2% menjawab tidak efektif.
Kurang Setuju Tidak Setuju Sangat Setuju
Cukup Setuju Setuju
Kali ini pada metode presensi dosen melakukan verifikasi presensi kehadiran sesuai dengan keterlibatan mahasiswa dalam proses pembelajaran darig. Menurut survei, 48% mengatakan setuju, 27% menjawab cukup setuju, 13% mengatakan sangat setuju, 8% menjawab kurang setuju, dan 4% menjawab kurang setuju.
20% 36% Cukup Efektif Efektif
Kurang Efektif Tidak Efektif Sangat Efektif
Salah satu metode penugasan saat pembelajaran daring yaitu dengan pemberian tugas melalui E-learning. Data dari hasil survei mengatakan bahwa 39% responden menjawab cukup efektif, 37% menjawab efektif, 18% mengatakan kurang efektif, 4% menjawab sangat efektif, dan 2% mengatakan tidak efektif.
Kurang Setuju Tidak Setuju Sangat Setuju
Cukup Setuju Setuju
Berikutnya terkait jawaban responden mengenai metode presensi hanya dapat dilakukan saat jam pembelajaran berlangsung. 36% responden menjawab setuju, 20% mengatakan cukup setuju dan sangat setuju, 15% mengatakan kurang setuju, dan terakhir 9% menjawab tidak setuju.
Kendala dalam Kuliah Daring Kurang Setuju Tidak Setuju Cukup Setuju
1% 8% 1% 35%
55%
Sangat Setuju Setuju
Ketidakstabilan koneksi internet, baik dari mahasiswa maupun dosen yang terkadang membuat penyampaian materi dari dosen tidak begitu jelas dan tanggapan mahasiswa yang terhambat. Data hasil survei didapati 55% responden menjawab sangat setuju, 35% menjawab setuju, 8% menjawab cukup setuju, dan hanya 1 % responden menjawab untuk sangat setuju dan tidak setuju.
13
Edisi 130 - September 2021
OPINI
Merespons Dinamika Kebijakan Kampus di Masa Pandemi
S
udah lebih dari tiga semester sektor pendidikan tinggi beradaptasi dengan situasi pandemi. Sistem perkuliahan dalam jaringan (daring) diklaim efektif sejak Maret 2020. Dinamika pun terjadi, mulai dari kebijakan yang tidak menentu, menurunnya tren belajar hingga penolakan terhadap besaran biaya kuliah yang dituntut supaya diturunkan. Gugatan tersebut bukan tanpa alasan, kondisi nyata perekonomian serta berkurangnya akses terhadap fasilitas kampus yang berkurang. Sebagian menilai hal itu sangat berdampak pada mahasiswa dari jurusan yang memiliki bobot praktik laboratorium dan lapangan. Perkuliahan daring juga membuat mahasiswa terbenani dengan hilir mudik beragam tugas yang kuantitasnya melonjak dari sebelum pandemi. Beberapa tugas juga tanpa diikuti arahan yang jelas sehingga kualitas pembelajaran tidak maksimal. Pemberian tugas yang acapkali dijadikan alasan untuk meningkatkan kefektifan penyampaian materi selama perkuliahan daring tampaknya belum menjadi solusi terbaik. Percakapan-percakapan ringan dibenak mahasiswa mengerucut juga pada pertanyaan “Kenapa pembelajaran luar jaringan (luring) tidak disegerakan untuk dipersiapkan dengan matang dan cepat? Padahal, pusat-pusat perbelanjaan sudah kembali dibuka sampai seolah menutup mata bahwa pandemi belum usai”. Tentu kami para mahasiswa menyadari, birokrasi kampus dan pemerintah tetap berusaha penuh memastikan seluruh sektor kembali berjalan dengan baik. Namun, kelonggaran yang diberikan untuk aktivitas sektor ekonomi dirasa selangkah lebih di depan dibanding sektor pendidikan. Hingga berjalannya beberapa semester
ini, solusi pembelajaran daring yang dapat mendekati keefektifan perkuliahan secara langsung belum sepenuhnya ada dan dirasakan. Terlebih untuk saya sendiri, melaksanakan praktikum lapangan tanpa menggunakan peralatan yang seharusnya dipakai dalam pengukuran bukan hal yang mudah, ada biaya tambahan yang harus dikeluarkan, itu pun masih tidak bisa menggantikan alat dari laboratorium kampus yang harganya bisa mencapai belasan, bahkan puluhan juta. Praktikum lapangan bila dikemas untuk penyesuaian era digital tentunya memakan waktu, tenaga, dan biaya. Literatur cetak yang sebelumnya bisa dengan mudah diakses via perpustakaan juga kini terbatas. Hal penting yang harus disadari ialah tidak semua literatur cetak disediakan dalam bentuk digital, mudah diakses, dan terbuka. Sehingga dapat dikatakan persiapan kampus dalam menghadapi era digital, khususnya terkait media dan sistem pembelajaran belum sepenuhnya siap dan matang. Media dan sistem pembelajaran menjadi sorotan penting bagi saya dalam menilai sejauh mana kampus dapat mendukung mahasiswa sebagai sosok universal dan siap menghadapi tantangan masa depan. Teori behaviorisme oleh Ivan Pavlov, John B. Watson, B.F. Skinner memandang manusia akan berkembang berdasarkan stimulasi yang diterimanya dari lingkungan sekitarnya. Lingkungan yang baik akan menghasilkan manusia yang baik, begitu pun sebaliknya, sehingga media dan sistem pembelajaran saya umpamakan sebagai lingkungan pembelajaran yang menjadi dasar penting untuk membentuk pribadi-pribadi yang lebih baik dalam berkehidupan. Peran serta seluruh civitas academica dalam mengamati respons satu sama lain dan
mempertimbangkan setiap saran, serta masukan yang diterima satu sama lain dapat menjadi solusi utama untuk mempersiapkan kampus menghadapi era digital. Sudah kodratnya kita sebagai manusia sosial, dapat berinteraksi dengan manusia lain dan saling melengkapi. Sama halnya ketika membuat kebijakan disaat kita sedang duduk di pemangku kebijakan, sikap demokratis yang selaras dengan bentuk pemerintahan Indonesia melalui fungsi dari musyawarah pasti akan membutuhkan pendapat forum sampai bertemunya titik mufakat oleh seluruh forum. Karena dalam menjalankan musyawarah terdapat prinsip, salah satunya mengutamakan kepentingan “bersama”, civitas academica kampus dapat disebut wujud “bersama” pada prinsip tersebut. Berbicara perihal hambatan memang tidak ada habisnya. Pada akhirnya, yang diharapkan mahasiswa bukanlah kebijakan yang sempurna, melainkan—setidaknya — kebijakan yang menekan kekurangan atau hambatan. Tentu juga dengan mempertimbangkan kebermanfaatan kedua belah pihak, yaitu antara mahasiswa dan birokMahasiswi rat kampus.
Foto: Dokumen Pribadi
Ilustrasi: Freepik.com
Oleh: Adira Savitri
Adira Savitri Universitas Negeri Semarang
14
Edisi 130 - September 2021
Portal Rumah Belajar: Solusi Belajar di Rumah D
Foto: pintarberbagi.files.wordpress.com
TEKNOLOGI
Reporter: Anisa Yuliana Pertiwi, Riki Efendi, dan Wulan Adis Aranti
i tahun 2021 ini, pandemi Covid-19 masih mengalami pelonjakan kasus yang sangat tinggi. Berbagai kebijakan dari pemerintah telah dilakukan, mulai dari penerapan sistem lockdown, Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB), pembuatan Perpu tentang Covid-19, stimulus pariwisata, pembentukan Komite Penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional (KPCPEN), penerapan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM), hingga keberadaan Kartu Prakerja dan sanksi bagi pelanggar protokol kesehatan sudah dilakukan. Namun, hasil dari kebijakan-kebijakan tersebut belum sesuai dengan apa yang diinginkan. Sejauh ini, belum ada yang bisa memastikan kapan wabah ini akan benar-benar selesai. Hal tersebut tentunya akan sangat berdampak pada banyak sektor di suatu negara, terutama pada sektor pendidikan. Dalam upaya meminimalisir penularan wabah Covid-19, pemerintah melalui Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI (kemendikbud) memutuskan untuk menghenti-
M
elansir laman belajar.kemdikbud.go.id, terdapat beberapa fitur utama dalam Portal Rumah Belajar: - Sumber Belajar, yaitu fitur yang menyajikan materi ajar bagi siswa dan guru berdasarkan kurikulum. Materi ditampilkan secara terstruktur baik berupa video, gambar, animasi, simulasi, evaluasi, maupun permainan. Pembelajaran berbasis web dengan fitur Sumber Belajar Portal Rumah Belajar ini dikembangkan secara khusus untuk memfasilitasi terjadinya pembelajaran online antara peserta didik dan guru kapan saja dan di mana saja. - Kelas Maya, yaitu sebuah Learning Management System (LMS) untuk memfasilitasi pembelajaran virtual, yang mana guru dapat membagikan materi ajar kepada siswa kapan pun dan di mana pun. Pada waktu tertentu yang terjadwal oleh guru, peserta didik dapat mengikuti pembelajaran virtual dengan guru melalui tool komunikasi yang disinkronkan (chat, video conference, audio-
kan sementara kegiatan belajar mengajar (KBM) secara tatap muka di sekolah. Pada awalnya, kebijakan penutupan sekolah ini diberlangsungkan selama dua minggu, tetapi angka penularan kasus Covid-19 di berbagai daerah terus meningkat. Hingga saat ini pun, KBM di rumah secara daring masih diberlakukan. Ada beberapa kendala dalam penerapan kegiatan belajar di rumah tersebut, seperti permasalahan kuota dan jaringan internet yang menjadi momok bagi guru dan siswa. Hal ini karena tidak seluruh kota dan kabupaten di provinsi Indonesia memiliki jaringan internet yang memadai. Pemanfaatan internet untuk pendidikan menjadi kian relevan manakala kita memandang potret pendidikan di Indonesia. Realitas yang ada menunjukkan, akses masyarakat terhadap pendidikan belum merata. Contoh kecilnya seperti tidak meratanya penyebaran sarana dan prasarana pendidikan/sekolah (seperti belum terjangkaunya infrastruktur listrik atau telekomunikasi) serta rendahnya tingkat pemanfaatan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) di sekolah. Guna mengura-
ngi ketimpangan pendidikan tersebut, pemerintah dituntut untuk terus melakukan sejumlah inisiatif dan inovasi guna memperbaiki mutu pendidikan nasional. Beberapa program bantuan sudah diberlakukan dengan memberikan subsidi paket internet secara gratis kepada pelajar, guru, mahasiswa, juga dosen guna meringankan proses KBM dari rumah. Selain itu, Kemendikbud meluncurkan inovasi Program Belajar dari Rumah melalui TVRI untuk menjangkau daerah-daerah terbatas internet mulai 13 April 2020 dan software yang bernama “Rumah Belajar” yang sudah tersedia di Playstore dan bisa diunduh secara gratis. Melalui sebuah portal khusus yang beralamatkan di belajar.kemdikbud.go.id, pengguna internet dari berbagai kalangan bisa terhubung langsung dengan beragam konten (materi) pembelajaran yang tersedia. Portal rumah belajar merupakan media belajar berbasis internet yang dibangun secara khusus untuk memudahkan guru dan siswa mendapatkan materi ajar guna kepentingan belajar siswa.
conference, desktop sharing, whiteboard, dll). - Bank Soal, yaitu fitur yang menyediakan soal dan evaluasi materi yang dikelompokkan berdasarkan topik atau tema dari materi. Dalam fitur ini, tersedia juga soal-soal latihan, ulangan, dan ujian. - Laboratorium Maya, yaitu fitur simulasi praktikum yang menarik dan interaktif. Di sini, siswa dapat melakukan praktikum meskipun secara virtual. Tersedia pula lembar kerja siswa dan teori praktikum.
derajat. Buku ini biasanya didapatkan berupa cetak, tetapi kali ini berupa elektronik yang mana bisa diakses kapan pun dan di mana pun. - Wahana Jelajah Angkasa, fitur ini berupa teleskop seluruh dunia. Di sini, siswa dapat melihat apa pun di dunia seperti halnya melihat dengan menggunakan teleskop. - Karya Bahasa dan Sastra, fitur ini berisi berbagai karya dan sastra, seperti halnya antologi puisi, antologi geguritan-macapat, dan masih banyak lagi. - Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan, fitur ini berisi tentang Sistem Informasi Managemen Pelatihan Berbasis TIK (Simpa-
Kemudian, dalam portal Rumah Belajar, terdapat juga beberapa fitur pendukung yang bisa diakses juga secara gratis, di antaranya: - Peta Budaya, fitur ini berisi tentang peta wilayah dan budaya Indonesia. Di dalamnya terdapat penjelasan secara rinci dengan disertai gambar sebagai pendukung dari materi. - Buku Sekolah Elektronik, fitur ini berisi buku elektronik atau bisa disebut dengan ebook siswa, mulai dari PAUD hingga SMA se-
Realitas yang ada menunjukkan, akses masyarakat terhadap pendidikan belum merata. Contoh kecilnya seperti tidak meratanya penyebaran sarana dan prasarana pendidikan/sekolah (seperti belum terjangkaunya infrastruktur listrik atau telekomunikasi), serta rendahnya tingkat pemanfaatan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) di sekolah.
Fitur-Fitur TIK), yang mana terdapat pelatihan atau workshop secara online. Siswa wajib mendaftar dan registrasi akun untuk menjadi peserta pelatihan atau workshop. - Edugame, fitur ini menyediakan game interaktif yang dapat dimanfaatkan oleh siswa. Dengan slogan “bermain sambil belajar”, fitur ini berisi permainan yang dirancang untuk membantu siswa dalam memahami konsep dasar dari materi yang disajikan. - Blog Pena, fitur ini mewadahi bagi pengguna untuk mengunggah tulisan atau karya dari mereka. Tulisan tersebut bisa di akses oleh pengguna lain kapan saja dan di mana saja.
R
umah Belajar memiliki fitur yang terbukti efektif untuk meningkatkan suatu kegiatan pembelajaran yang ditinjau dari berbagai macam aspek sesuai dengan tujuan akhir yang diinginkan. Efektivitas pemanfaatan sumber belajar berdasarkan hasil penelitian tentang pengaruh pemanfaatan Elearning menggunakan “Portal Rumah Belajar Kemendikbud” terhadap hasil belajar peserta didik pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) di SMP Negeri 1 Lembang Jawa Barat pada materi sumber belajar topik sistem gerak pada manusia menyimpulkan bahwa pemanfaatan E-learning dengan menggunakan “Portal Rumah Belajar Kemendikbud” ini
terbukti berpengaruh dalam meningkatkan hasil belajar peserta didik di ranah kognitif, seperti memahami, menerapkan, dan mengnalisis materi yang disampaikan. Sedangkan, berdasarkan kajian literatur memaparkan bahwa Rumah Belajar memiliki tampilan yang menarik, mudah dalam penggunaannya, dan memiliki pengaruh yang baik terhadap kualitas pembelajaran. Bahan belajar yang terdapat pada fitur Sumber Belajar di Rumah Belajar berbasis web disajikan dengan media teks, gambar, audio, video, animasi, dan permainan. Selain itu, materi fitur Sumber Belajar disajikan secara terstruktur sehingga siswa lebih mudah dalam memahami pelajaran
Foto: indonesiaonline.co.id
Efektivitas
15
Edisi 130 - September 2021
Gaya Hidup
INK
T TH N A T INS
Fenomena Sosial
Gaya Hidup Serba Instan Manipulasi Mental Mahasiswa Reporter: Alvanza Adikara Jagaddhita dan Aprilia Aryani Dewi Kurniawati
S
eiring dengan berkembangnya zaman, tak bisa dipungkiri terjadi banyak kemajuan terutama di bidang teknologi. Banyak dari inovasi perkembangan teknologi yang memberikan kemudahan dengan mempersingkat proses kinerja suatu kegiatan. Sekarang ini Indonesia akan mulai bergerak menuju era industri 4.0. Perusahan-perusaahan saling beradu kecepatan dalam inovasi, dengan harapan lebih memudahkan manusia untuk semakin meminimalisir tenaga yang dibutuhkan dalam melakukan kegiatan tertentu. Semua hal itu kemudian menciptakan gaya hidup baru bagi manusia sekarang. Istilah ini disebut dengan gaya hidup serba instan. Di mana banyak manusia sekarang ini melakukan kegiatannya dengan bantuan teknologi secara instan dan cenderung menghindari kegiatan yang prosesnya menguras waktu dan tenaga lebih banyak. Perubahan gaya hidup ini memengaruhi segala lapisan masyarakat, bukan hanya terbatas pada usia tertentu. Salah satu golongan umur yang terpengaruh gaya hidup serba instan adalah pelajar dan mahasiswa. Usia mereka yang cenderung memiliki rentan antara 16-22 tahun ini merupakan usia-usia di mana perubahan serta perkembangan emosi dan mental sedang terjadi. Mereka cenderung tidak sabar dan menginginkan segala hal didapatkan dengan mudah. Hal ini tentu didukung dengan perkembangan teknologi, akhirnya tak sedikit dari mereka terjerumus ke dalam gaya hidup serba instan. Beralih ke sudut pandang lain, gaya hidup serba instan terbentuk karena pola pikir masyarakat semakin bergeser. Sekarang ini masyarakat memiliki berbagai opsi dalam melakukan kegiatan tertentu, contohnya belanja
kebutuhan dengan memanfaatkan perkembangan teknologi melalui E-commerce atau melalui pihak ketiga seperti kurir online. Pola pikir dan opsi inilah yang akhirnya membuat pergeseran perilaku secara bertahap. Hal ini dikarenakan sifat hakiki manusia pada umumnya memang menginginkan segala hal didapatkan dengan mudah, baik itu dari segi waktu, kinerja, atau efisiensi. Pergeseran perilaku lambat laun semakin memengaruhi psikologi, dalam hal ini adalah psikologi konsumen. Industri sekarang rasanya semakin tak terbatas merambah ke bidang-bidang lain, kemudian dipaksa untuk menemukan cara bertahan dalam persaingan pelayanan terhadap konsumen. Hal tersebut menjadi alasan munculnya teknologi yang membantu manusia dalam melakukan suatu pekerjaan secara instan. Pihak pemasaran industri sudah tahu betul psikologi manusia bahwa sifat hakikinya memang menginginkan hal-hal serba instan. Etik Rahmawati selaku Kepala Biro Konsultasi Pemeriksaan Psikologi (BKPP) Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) memaparkan, akar dari gaya hidup serba instan ini sejatinya berasal dari kebutuhan bisnis yang menyebabkan dampak psikologis secara sadar maupun tidak oleh konsumen mereka. “Kita bisa lihat dari GrabFood dan GoFood, awalnya kedua teknologi tersebut hanyalah sebagai bentuk persaingan bisnis, di mana kita sebagai konsumen dimanjakan dengan kemudahan, akhinya semua sektor bisnis menciptakan hal yang sama, yaitu kecepatan atau instan,” ungkapnya. Pengaruh gaya hidup instan kemudian menjadikan mahasiswa malas berproses. Banyak dari proses yang seharusnya mampu dinikmati akhirnya terlewat begitu saja dikare-
nakan pola pikir mereka yang sudah bergeser. Dengan proses pendewasaan yang semakin banyak terlewati, maka keilmuan yang didapatkan oleh mahasiswa sekarang ini juga cenderung terkikis dan tidak maksimal. Daya tahan dan rasa gigih merekapun akhirnya tidak terasah dengan baik, karena hal itulah mahasiswa sekarang dianggap kurang mampu menghadapi tantangan atau kesulitan yang menjadikan diri mereka lebih rapuh secara mentalitas. Buntut dari gaya hidup serba instan memiliki andil besar dengan tingkat stres dan kecemasan yang saat ini banyak dialami oleh mahasiswa. Kecemasan dan stres timbul karena mahasiswa atau pelajar seakan terdoktrinasi dengan pemikiran bahwa mereka harus mencapai standar tertentu, terlebih dengan alibi bahwa sekarang semua serba mudah. Tuntutan semacam ini datang dari masyarakat yang merasa bahwa zaman sekarang semua hal bisa diraih dengan mudah, yang selanjutnya menimbulkan peningkatan standar di tiap sektor, termasuk sektor pendidikan. Etik Rahmawati kembali melanjutkan bahwa instansi pendidikan juga berperan penting dalam perubahan mentalitas mahasiswa dan pelajar. Beberapa tenaga pengajar saat ini berfokus pada nilai dan menjadikannya sebagai standar kualitas mahasiswa. Hal ini tentu saja keliru karena dengan tidak menghargai proses yang ditempuh oleh mahasiswa, mahasiswa lantas memiliki pola pikir bahwa dirinya adalah mesin yang selalu berbicara angka atau kuantitatif. “Manusia sekarang ini seakan-akan menjadi mesin kuantitatif yang hanya peduli pada angka,” lanjutnya saat diwawancarai Tim Tabloid Pabelan Pos. Instansi pendidikan yang gagal dalam memaknai proses menyebabkan mahasiswa me-
lupakan esensi dari sebuah pembelajaran. Pembelajaran yang dilakukan pun seakan hanya menjadi bentuk formalitas dan tidak mampu membuat mahasiswa berkembang secara maksimal. Mahasiswa yang pada akhirnya tidak mampu mengikuti arus perkembangan harus menelan pil pahit dengan mengalami kenaikan tingkat stres, hingga memicu kondisi psikologis yang lebih serius lagi, seperti kecemasan dan depresi. Salah satu tindakan yang mampu mengurangi dampak buruk dari gaya hidup serba instan ini adalah dengan pemberlakuan kerjasama antar teknisi pengajar, sistem pendidikan serta mahasiswa secara selaras. Keselarasan tersebut akan sedikit meredam keinginan mahasiswa yang berorientasi pada hasil nilai akhir. Standar yang berupa nilai pun dapat tergeser dengan standar yang lebih rasional serta manusiawi. Etik Rahmawati kembali memaparkan, kita sebagai kaum terpelajar harus terus memperbanyak literasi untuk memaksimalkan wacana keilmuan yang kita miliki. Mengalihkan fokus pada pembelajaran juga membantu meringankan kecanduan mahasiswa atau pelajar terhadap media sosial yang mampu menjerumuskan gaya hidup mereka semakin lebih buruk lagi. Dengan perubahan gaya hidup yang serba instan ini pula, sebagai mahasiswa, kita tidak boleh melupakan esensi dari manusia itu sendiri. Itu semua merupakan cara kita untuk menyikapi fenomena ini. “Manusia adalah makhluk humanis, banyaklah bercakap serta tetap produktif, karena sejatinya teknologi yang semakin berkembang ini ibarat pisau, tergantung bagaimana kita menggunakannya,” tutup Etik Rahmawati.
17
Edisi 130 - September 2021
Foto: Fikri ‘Ainul Qolbi/Pabelan Pos
PESONA
Reporter: Fikri ‘Ainul Qolbi dan Gardena Dika Muharomi
P
ara pengunjung biasa hanya mampir untuk menikmati sunrise dan sunset yang bisa dinikmati dari tebing di sekitar patung tersebut, atau hanya sekadar mengabadikan momen di tengah perjalanannya. Banyak juga komunitas sepeda pada akhir pekan yang berkunjung untuk menikmati pemandangan dan merasakan sensasi bersepeda di rute yang cukup menantang. Namun, tempat foto di sekitar Patung Irung Petruk sangat terbatas karena terhalang oleh tebing setinggi tiga meter di salah satu tepi jalan. Beruntungnya, pada tahun 2018, salah satu warga yang mempunyai lahan tepat di seberang Patung Irung Petruk berinisiatif membangun taman yang menyajikan beberapa spot foto untuk para pengunjung. Agus Susilo, pemilik Taman Irung Petruk tersebut membangun taman di tebing sisi atas Patung Irung Petruk dengan menyediakan beberapa spot foto, gazebo sebagai tempat singgah wisatawan, dan sebuah kantin yang cukup laris walau hanya menyediakan mie instan, gorengan, teh, dan kopi seduh, tetapi sudah cukup menarik minat wisatawan. Selain spot foto dan kantin, taman ini juga menyediakan fasilitas toilet, musala, hingga akses Wi-Fi gratis bagi pengunjung. Udaranya yang sejuk juga sangat cocok dipadukan dengan semangkok mi instan, teh manis hangat, dan gorengan yang baru matang. Setiap tahunnya, Agus Susilo selalu memikirkan penambahan spot foto di kawasan Taman Irung Petruk tersebut, sehingga pengunjung selalu menanti-nanti hal baru apa yang ada di Taman Irung Petruk. Banyaknya spot foto yang disediakan di taman ini membuat wisatawan ingin terus-menerus mengunjungi Taman Irung Petruk. Dan pada saat itu, ketika
sedang melakukan wawancara dengan Tim Tabloid Pabelan Pos, bagian samping Taman Irung Petruk sedang dalam proses pembangunan resto. Uniknya, jika ada wisatawan mampir ke resto tersebut akan mendapat tiket masuk gratis menuju Taman Irung Petruk. Selain itu, harga tiket masuk yang dibandrol pihak pengelola terbilang murah, sehingga dapat dijangkau berbagai kalangan. Tiket masuk Taman Irung Petruk berkisar Rp5.000,00, sedangkan untuk parkir sepeda motor dibanderol Rp2.000,00 dan mobil seharga Rp5.000,00. Agus Susilo juga sedang merencanakan untuk memperluas lahan parkir Taman Irung Petruk yang selama ini cukup terbatas saat sedang musim liburan. Lahan parkir saat ini hanya bisa menampung lima buah mobil dan 20 sepeda motor, angka tersebut sangat terbatas jika dibandingkan dengan jumlah pengunjung yang datang saat musim liburan. Saat awal masa pandemi, Patung Irung Petruk sempat diberi pagar bambu yang mengelilingi patung tersebut oleh Satpol PP dan pemerintah setempat, sehingga sempat tutup selama enam bulan. Penutupan ini ditujukan sebagai sebuah upaya untuk mendukung gerakan pemerintah mengurangi kemungkinan adanya orang-orang berkerumun dalam meminimalisir penyebaran virus Covid-19. Setelah tutup selama enam bulan, taman ini diperbolehkan beroperasi kembali oleh Pemerintah Kabupaten Boyolali dengan segala pertimbangan dan penerapan protokol kesehatan bagi semua wisatawan yang ingin mengunjungi Taman Irung Petruk. Sebelum memasuki area Taman Irung Petruk, wisatawan diwajibkan untuk mencuci tangan dan menggunakan masker, wisatawan yang berkunjung pun harus selalu menjaga jarak satu sama lain. Setiap minggunya, Agus Susilo selalu me-
Udaranya yang sejuk juga sangat cocok dipadukan dengan semangkok mie instan, teh manis hangat, dan gorengan yang baru matang nyemprotkan cairan disinfektan ke seluruh kawasan Taman Irung Petruk. Selama pandemi, Taman Irung Petruk hanya buka mulai pukul 09.00-18.00 WIB, sedangkan sebelum pandemi buka hingga pukul 21.00 WIB. Menurut Agus Susilo, sang pemilik Taman Irung Petruk, jumlah pengunjung yang datang selama dibukanya Taman Irung Petruk setelah pandemi mengalami penurunan yang sangat drastis, yakni menurun sebanyak 50 persen dari biasanya. “Taman Irung Petruk juga mempunyai kendala tersendiri saat musim hujan, mengingat objek wisata ini memiliki konsep outdoor, sehingga saat musim hujan tidak ada pengunjung yang datang,” ungkapnya. Taman ini tidak hanya dikunjungi oleh wisatawan yang berasal dari Solo Raya, banyak pula wisatawan dari luar Jawa Tengah berdatangan hanya untuk menikmati pemandangan lepas Kota Solo dan udara sejuk yang tidak bisa ditemui di kota-kota besar. Fasilitas, pemandangan, dan udara sejuk yang ditawarkan objek wisata ini sangat menarik untuk dikunjungi. Harga tiket masuk yang terjangkau serta suasana jauh dari kebisingan ibu kota juga membuat objek wisata ini dijadikan sebagai pilihan para wisatawan untuk sekadar singgah dan menenangkan pikiran.
Foto: Fikri ‘Ainul Qolbi/Pabelan Pos
Bergeser sedikit ke arah barat Kota Solo, terdapat tempat wisata yang menyuguhkan pemandangan alam ciamik dengan udara sejuk seperti di Tawangmangu, tetapi suasana yang ditawarkan jauh lebih hening dan menyajikan beberapa spot yang menarik untuk mengabadikan momen. Jalan menuju tempat wisata ini terbilang cukup menantang, tikungan curam dan kondisi geografis yang berada di lereng pegunungan menjadi ciri khas tersendiri untuk tempat wisata ini. Tepatnya terletak di jalur Solo-SeloBorobudur (SSB), terkenal dengan kondisi jalannya yang berkelok menyerupai hidung salah satu tokoh wayang yang dibangun menjadi patung secara simbolis oleh pemerintah setempat dan menjadi salah satu ikon Kota Boyolali, patung tersebut bernama Patung Irung Petruk. Patung ini terletak di Jalan Raya Boyolali-Magelang, Desa Genting, Kecamatan Cepogo, Kabupaten Boyolali.
18
Edisi 130 - September 2021
TEROPONG
Laboratorium Virtual jadi Terobosan Pembelajaran
Ilustrasi : pngdownload.id
Reporter: Lina Yuniati dan Mulyani Adi Astutiatmaja
Pandemi Corona Virus Disease-19 (Covid19) yang terjadi di Indonesia mengharuskan setiap perguruan tinggi untuk mengimplementasikan model pembelajaran daring. Dari keseluruhan aktivitas pembelajaran daring yang ada, tantangan terberat berada pada pelaksanaan praktikum sebagai pelengkap proses belajar mengajar. Pengembangan Laboratorium Virtual (lab virtual) menjadi salah satu pemanfaatan teknologi untuk menunjang mata kuliah praktik di perguruan tinggi saat pandemi.
L
aboratorium Virtual muncul dengan pembelajaran berbasis internet di seluruh dunia. Proses pembelajaran elekronik dengan menggunakan simulasi komputer sebagai media yang digunakan untuk membantu memahami suatu pokok bahasan dan mensolusi keterbatasan atau ketiadaan perangkat laboratorium. Pengadaan lab virtual sebagai media pembelajaran berbasis internet menjadi alternatif yang penting bagi dosen untuk melaksanakan tugas mengajar di masa pandemi Covid-19. Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) menjadi agenda prioritas semenjak pemerintah menerapkan program belajar di rumah (Learning from home). Hal ini berdampak kepada mahasiswa yang harus mengikuti mata kuliah praktik, biasanya melakukan praktikum dalam laborato-
rium. Namun, kebijakan kampus melarang adanya pembelajaran tatap muka sehingga mahasiswa tidak diperbolehkan melakukan kegiatan belajar mengajar di kampus. Oleh karena itu, mahasiswa harus mengikuti kegiatan belajar mengajar dalam jaringan (daring). Karena kegiatan praktikum di labratorium ditiadakan, dosen mencari alternatif lain untuk menyampaikan materi paraktikum secara online. Salah satu alternatif pembelajaran dalam jaringan berbasis internet sebagai media praktikum dengan menggunakan lab virtual. Salah satu dosen Ilmu Komunikasi Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS), Fajar Junaedi menuturkan bahwa dalam keadaan pandemi ini, setiap perguruan tinggi mengharuskan untuk bisa beradaptasi. “Situasi pandemi bagaimanapun juga perlu adaptasi, termasuk praktikum. Pengalaman saya mengampu mata kuliah reportase penyiaran adalah adaptasi dalam produksi praktikum. Praktikum mahasiswa dilakukan salah satunya dengan mobile journalism,” ujarnya saat dihubungi via WhatsApp. Praktikum sebagai pengalaman praktik yang terstruktur menjadi suatu tantangan yang nyata di masa pandemi. Hal tersebut dikarenakan, keterbatasan akses menuju ruang, peralatan, dan interaksi praktikum yang umumnya dilakukan berkelompok. Kemudian harus memindahkan pengalaman belajar la-
boratorium/praktikum dalam pengalaman daring dan virtual. Di sisi lain, hal itu bisa menjadi alternatif yang penting bagi perguruan tinggi. Fajar Junaedi pun sepakat bahwa lab virtual mampu menjadi trobosan baru dalam media pendidikan. Tidak ada interaksi fisik, penggunaan alat, atau visitasi ke laboratorium semuanya dilakukan virtual. Hal ini tentu akan sangat berat untuk praktikum yang membutuhkan kehadiran fisik, meskipun tanggapan mahasiswa terkait pengadaan lab virtual sejauh ini masih baik. “Mahasiswa mampu memahami dengan baik sejauh portofolio mahasiswa yang dihasilkan,” katanya. Ada beberapa manfaat yang dapat diperoleh dengan adanya pengembangan teknologi berbasis internet seperti lab virtual. Salah satu manfaatnya, yaitu akses yang fleksibel. Pembelajaran dapat dilakukan dengan nyaman dengan waktu yang fleksibel untuk para mahasiswa dapat belajar sebaik-baiknya. Lab virtual dapat digunakan dalam pembelajaran yang memungkinkan memiliki fleksibilitas bagi dosen yang tidak dibatasi dengan menggunakan sumber daya, dalam batasan waktu yang ketat. Tidak hanya itu, lab virtual memiliki akses ke teknologi mutakhir dalam hal eksperimen. Perusahaan yang membangun dan memelihara lab virtual harus bersaing satu sama lain untuk tetap berada di depan kemajuan teknologi dan meningkatkan kualitas pilihan. De-
ngan adanya lab virtual mahasiswa tidak perlu menggunakan peralatan-peralatan yang mahal, tetapi cukup dengan media virtual. Efisiensi yang lebih tinggi, biaya yang lebih rendah, peralatan yang lebih baik merupakan keuntungan adanya lab virtual sebagai media praktikum. “Pasca pandemi ini perilaku audiens juga akan berubah. Sehingga lab virtual menjadi keniscayaan,” tuturnya. Namun, ada hal yang muncul dan perlu dicatat dengan adanya lab virtual ini, seperti mahasiswa akan mendapatkan kesan dengan jelas ketika melakukan praktikum nyata (nonvirtual). Keterampilan dalam praktikum secara nyata juga bisa dinilai sebagai pelatihan untuk mengembangkan keterampilan hidup (life skill) mahasiswa. Meskipun tidak memberikan pengalaman langsung, tetapi terdapat beberapa peneliti yang berhasil menunjukan keefektifan penggunaan lab virtual. Bahwa laboratorium virtual juga berpotensi untuk memberikan peningkatan yang secara signifikan dan proses pembelajaran yang bisa efektif. Melihat beberapa catatan di atas, maka penggunaan lab virtual dalam dunia pendidikan di mana aspek keterampilan perlu dikembangkan dan dilakukan secara bijak. Konten atau materi yang memang abstrak yang memerlukan penggambaran melalui virtual saja yang perlu dilakukan.
19
Edisi 130 - September 2021
WIRAUSAHA
Berawal dari Keresahan Menjadi Inovasi Bisnis Reporter: Wike Tri Wulandari dan Saeful Budiman
B
erangkat dari keresahan dan keluhan yang senada, Pujiono yang merupakan seorang guru mencoba untuk membuat usaha sandal karakter. “Ada kaus nama, bagaimana kalau ada sandal nama,” ujarnya ketika ditemui oleh Tim Tabloid Pabelan Pos. Kalimat itulah yang menjadi gagasan awal Pujiono untuk membangun usaha ini. Usaha yang memiliki nama merek Star Sandal ini dikelola bersama keluarga besar Pujiono yang memang rumah mereka saling berdekatan. Sehingga proses produksinya masih homemade. Dengan modal yang berawal dari Pujiono, ia mengaku jika membangun usaha ini bukan karena bisnis-oriented, melainkan karena ingin memberi solusi bagi para jemaah khususnya anak-anak yang sering kehilangan sandal atau mengalami sandal tertukar ketika beribadah di masjid. Dengan keyakinan Pujiono, di tahun pertama usahanya, ia mulai memasarkan produknya dengan cara mengikuti event-event lokal yang diadakan untuk para pelaku usaha mikro, kecil, menengah (UMKM) seperti event lomba atau pameran. Bahkan, usahanya ini pernah memenangkan lomba sebagai nominator Pelaku Bisnis Kreatif Warga Muhammadiyah di Suara Muhammadiyah Award 2017 (SM Award 2017). Selain itu, ia juga mengiklankan di majalah sekolah, mem-branding melalui event-event keagamaan (seperti pengajian dan sebagainya) yang kemudian menjadikan produknya sebagai doorprize bagi para peserta. Ia juga memanfaatkan jaringan pertemanan sebagai tali pengenalan produknya ke-
Foto: Dokumen Pribadi
Berita kehilangan sandal di masjid mungkin bukan hal yang asing lagi di telinga kita sebagai masyarakat yang notabene beragama Islam. Tak sedikit orang kehilangan sandalnya saat beribadah salat di masjid. Mungkin, hampir sebagian besar orang pernah merasakan sensasi kehilangan sandal atau bahkan dari pembaca sendiri pernah mengalaminya. Punya pengalaman lucu, mengesalkan, atau unik atas kehilangan sandal yang acap kali terjadi tak memandang usia, anak muda, orang tua bahkan anak kecil usia sekolah dasar pun pernah mengalaminya. Hal seperti ini terkadang menimbulkan pertengkaran kecil atau keresahan tersendiri bagi pihak yang kehilangan sandal, terlebih pada anak-anak usia Sekolah Dasar (SD). pada calon pelanggan. Contohnya, dengan menghubungi salah satu teman Pujiono yang memiliki atau mengelola sekolah, ia kemudian menawarkan produknya dengan mengirim sampel secara gratis. Setelah beberapa waktu, Pujiono menerima feedback dan meraup pesanan yang cukup banyak dari sekolah-sekolah tersebut, bahkan sempat merasa kewalahan dengan pesanan yang masuk. Usaha yang lahir sejak 2017 ini memang dikelola secara mandiri oleh keluarga Pujiono, bahkan bahan baku dari sandal ini sendiri didapat dari limbah salah satu pabrik di Tangerang, tempat adik dari Pujiono bekerja. Adik Pujiono mengirimkan limbah tersebut menggunakan bus Haryanto atau Rosalia ke Kartasura yang kemudian diambil oleh Pujiono. Pengiriman dengan cara ini dipilih supaya usaha bisa mencapai Break Even Poin (BEP). Pengelolaan pesanan pun dikerjakan oleh tiga keluarga yang merupakan keluarga besar Pujiono, mulai dari produksi, pengemasan sampai distribusi. Pendistribusian Star Sandal sering dilakukan secara langsung dari pihak Pujiono
atau juga bisa diantar melalui jasa logistik setempat dengan biaya ongkos kirim (ongkir) yang disepakati oleh kedua belah pihak. Sedangkan, dari pemasaran Star Sandal hanya melalui tali pertemanan atau mulut ke mulut, tidak sampai ke ranah online seperti Shopee, Lazada, Tokopedia, dan lain-lain. “Sebenarnya kami dimudahkan oleh sosmed, tapi di sisi lain sosmed itu bisa mematikan juga,” ungkapnya waktu itu. Alasan inilah yang membuat pemasaran Star Sandal hanya di lingkup lokal. Menurutnya, UMKM yang masih tahap awal sangat rawan untuk dijegal para pengusaha besar, di antaranya seperti peniruan produk yang dilakukan pesaing. Selain itu, alasan lainnya adalah karena keterbatasan sumber daya manusia yang tersedia. Memang menurut Pujiono kelemahan dari UMKM terletak pada pemasaran dan juga modal. Dengan mematok harga jual sebesar Rp15.000,00 per pasang untuk semua ukuran. Sandal ini memiliki keunikan di bagian penulisan “nama” yang ada di alas atas sandal, biasanya sandal-sandal karakter lain membuat
Usaha yang lahir sejak 2017 ini memang dikelola secara mandiri oleh keluarga Pujiono, bahkan bahan baku dari sandal ini sendiri didapat dari limbah salah satu pabrik di Tangerang, tempat adik dari Pujiono bekerja.
tulisan “nama” dengan cara di sablon atau diprinting. Pujiono menggunakan cutter name atau pisau nama dan membuatnya dengan teknik puzzle, sehingga per huruf nampak seperti tertanam dalam sandal yang membuatnya lebih awet karena tidak bisa luntur. Dengan keunikan produk, sistem pemasaran mulut ke mulut, dan melalui jaringan teman yang dimiliki Pujiono, Star Sandal sempat meraup omzet yang tinggi dan pernah menerima pesanan sebanyak sembilan ratus pasang sekali order. Namun, di awal tahun 2020 ketika pandemi Corona Virus Deasase-19 (Covid-19) menyapa, kuantitas pesanan yang masuk turun drastis hingga 70 persen yang membuat usaha kelimpungan. Pun demikian persentase sisanya masih ada pesanan yang masuk dari sekolah-sekolah kecil atau orang-orang yang berderma dengan memesan sandal masjid. Namun, tetap saja omzet dari usaha ini menurun. “Kami menyadari di masa pandemi seperti ini, hampir semua terkena dampak,” pungkasnya. Meskipun sebagai usaha yang dibangun tidak berdasarkan bisnis-oriented, Pujiono menyadari bahwa ketika menginginkan laba besar, maka modal yang harus dikeluarkan juga banyak. “Kalau kita produksi satu tampah dengan dua tampah tentu biaya produksinya juga berbeda,” jelasnya. Ia masih berpikir positif akan kelangsungan hidup usaha ini ke depannya. Meskipun di lain sisi, ia juga waswas akan kehilangan pelanggan, tetapi Pujiono tetap berusaha ekstra dalam membangun kembali eksistensi Star Sandal kepada konsumen.
Foto: Dokumen Pribadi
Sandal Karakter
20
Edisi 130 - September 2021
RESENSI FILM
Menjadi Guru karena Ketidaksukaan
F
ilm ini merupakan debut pertama Dian Sastrowardoyo sebagai produser di dunia perfilman Indonesia. Guru-Guru Gokil secara resmi dirilis bertepatan dengan hari kemerdekaan Republik Indonesia pada 17 Agustus 2020 di Netflix. Berlatarkan desa, sedari awal film ini sudah menunjukkan konflik apa yang dibawa pada alur ceritanya. Gading Marten sebagai pemeran utama memainkan tokoh Taat Pribadi. Taat, begitu ia disapa, merupakan seseorang yang memiliki sifat jenaka. Dirinya sangat menyukai uang, dan yang paling tidak ia sukai adalah guru. Naas, Taat tidak memiliki banyak uang, dan ayahnya, Pak Purnama (Arswendi Bening Swara) adalah seorang guru. Di kampungnya, Taat selalu berada di bawah bayang-bayang Pak Pur, ayahnya. Taat merasa jika dirinya dapat meraih kesuksesan di kota tanpa menjadi seorang guru. Segala bentuk upaya dia lakukan untuk membuktikan dirinya mampu. Akan tetapi, Taat tidak mendapat peruntungan yang ia cari di kota. Hingga pada akhirnya, dirinya memutuskan untuk kembali ke desa setelah sepuluh tahun luntang-lantung. Singkat cerita, setelah petualangannya dalam mencari sumber kehidupan, Taat ditawari untuk menjadi guru pengganti. Menariknya, ia akan mengajar di Sekolah Menengah Atas (SMA) di mana semasa SMA dirinya pernah menjadi murid di sana. Lucunya lagi, ayahnya adalah seorang guru yang juga mengajar di sana. Istilah mengatakan, buah tidak jatuh jauh dari pohonnya. Taat tidak memiliki pilihan lain, kemudian ia memutuskan untuk mendaftarkan dirinya di SMA tersebut untuk menjadi guru pengganti. Sehari setelah ditunjuk sebagai guru pengganti, Taat banyak menemukan guru-guru lain. Tentu saja dengan berbagai karakteristik yang menarik. Ada Bu Indah (Asri We-
BUKU
Perihal Idealisme dan Cita-Cita Anak Bangsa Reporter: Aliffia Khoirinnisa
A
ndrea Hirata kembali menyapa penggemarnya dengan novelnya yang berjudul "Guru Aini". Novel ini merupakan prekuel dari novel ke-10 karya Andrea Hirata yang berjudul "Orang-orang Biasa". Namun, novel ini lebih terfokus pada kisah hidup tokoh Aini dalam perjuangannya menaklukkan matematika agar dapat lolos dalam pendaftaran perguruan tinggi Jurusan Kedokteran, serta idealisme Bu Guru Desi dalam perjuangannya menemukan genius matematika. Kisah ini bermula dari sebuah tekad kuat Desi Istiqomah, sosok muda yang ingin menjadi guru matematika seperti Bu Guru Marlis, idolanya. Meski orang tua hingga kepala sekolahnya sudah memperingatkannya akan berbagai halangan dan kesulitan menjadi guru, tetapi upaya bujukan itu gagal total. Desi akhirnya mulai program kuliah D3 yang diselenggarakan pemerintah untuk mencetak guru-guru matematika. Semua berjalan sesuai keinginannya, ia yang bercita-cita mengabdi di sebuah desa terpencil untuk mencerdaskan bangsa dengan ilmu matematika. Akhirnya, ia ditempatkan di pulau terpen-
Reporter: Novali Panji Nugroho
Judul : Guru-Guru Gokil Sutradara: Sammaria Sari Simanjuntak Genre: Drama komedi Distributor: Netflix Tahun terbit: 2020 Pemeran: Gading Marten, Dian Sastrowardoyo, Faradina Mufti, Boris Bokir, Arswendi Bening Swara, Ibnu Jamil, Kiki Narendra, Asri Welas
cil bernama Tanjong Hampar, tetapi baru disadarinya bahwa matematika kini menjadi masalah umum bagi para murid bukan hanya di negara berkembang, melainkan juga negara maju. Ia bertekad untuk menemukan genius matematika yang mampu memotivasi murid lainnya agar tidak kalah dalam menghadapi matematika. Akhirmya, Guru Desi bertemu dengan Debut Awaludin, seorang genius matematika yang idealis. Sayangnya, Debut lebih memilih membuang kepintarannya dan bergabung dengan sepuluh gerombolan di bangku belakang. Hal ini tentu membuat Guru Desi sakit hati melihat murid pintar menyia-nyiakan kepandaiannya. Bertahun-tahun kemudian Guru Desi malah bertemu dengan Aini, murid bebal matematika yang bersikukuh untuk belajar matematika darinya. Meski awalnya jengkel karena tidak ada kemajuan, tetapi dia tertarik melihat tekad dan semangat dari Aini. Akhirnya, Guru Desi berhasil menemukan metode untuk mengajari Aini, hingga Aini dapat berkembang menjadi salah satu murid terpandai di sekolah. Novel ini sangat menarik karena mengangkat tema yang jarang dibahas oleh kebanyakan novel populer yang beredar saat ini, yaitu perjuangan seorang siswa dalam menaklukan matematika. Seperti kebanyakan karya novel lainnya, Andrea Hirata memaparkan kisah tokoh dalam novelnya yang berlatar belakang dari keluarga kekurangan, tetapi diselingi komedi ringan dalam budaya melayu yang menerbitkan gelak tawa. Bahasa yang digunakan cukup santai dan mudah dipahami bagi masyarakat umum, meski dalam beberapa bagian terdapat istilah bidang ilmu matematika yang dileburkan menjadi pembelajaran hidup. Selain itu, dalam beberapa bagian cerita Andrea lagi-lagi "menyentil" pemerintah dalam masalah pendidikan di Indonesia. Sebagai
las) Kepala Sekolah yang luwes, Bu Rahayu (Faradina Mufti) Kepala Tata Usaha yang tegas, Bu Nirmala (Dian Sastrowardoyo) sebagai guru paling pintar di sekolah sekaligus pelupa, Pak Nelson (Boris Bokir) guru Fisika yang menyukai Bu Nirmala, Pak Gagah Perkasa (Ibnu Jamil) sebagai guru olahraga, dan Pak Pur, ayah dari Taat, sebagai guru favorit. Dari situ, saya menyimpulkan kalau pemilihan judul film ini didasarkan atas watak dari tiap pemeran yang ada di film ini. Singkat cerita, Taat diberitahu oleh Pak Nelson kalau Pak Pur akan pensiun dan akan mendapatkan dana pesangon sebesar 100 juta rupiah. Taat yang sedari dulu menyukai uang, mendengar berita tersebut langsung mencari cara agar dirinya bisa mendapat pinjaman dari ayahnya. Taat membutuhkan setengah dari jumlah dana pesangon yang didapat oleh ayahnya untuk memenuhi keinginannya bekerja sebagai staf kapal pesiar di luar negeri. Sayangnya, belum sempat uang itu diterima oleh Pak Pur, sekolah mengalami kerampokan oleh sekelompok preman yang membawa lari uang pesangon Pak Pur dan gaji para guru di sana. Taat dan Pak Gagah sebagai saksi mata yang berada di lokasi kejadian berusaha untuk menangkap perampok tersebut, tetapi belum membuahkan hasil. Justru, Pak Gagah mengalami luka di kepalanya yang menandakan nama hanyalah sebuah identitas semata. Pak Gagah tidaklah gagah. Kejadian itu membuat banyak guru di sana mengalami krisis karena belum mendapat gaji. Di tengah proses penyelidikan Polisi, Pak Gagah menyatakan pengunduran dirinya sebagai guru di depan Bu Rahayu dan Taat yang saat itu tengah berkunjung ke rumahnya. Scene ini dinilai masih menggantung, karena belum jelas alasan Pak Gagah mengundurkan diri dan apakah dirinya memiliki keterlibatan dengan perampokan yang terjadi di sekolah. Taat bersama rekan guru yang lain memiliki misi untuk mencari tahu komplotan perampok dan menyelamatkan gaji para guru dan juga dana pesangon milik Pak Pur. Berkat ide gemilang dari Bu Rahayu, juga kerja keras Taat, Pak Nelson, dan Bu Nirmala, mereka berhasil mendapatkan kembali apa yang mereka cari. Meski alur ceritanya sedikit rumit, film
ini tetap nikmat untuk ditonton. Plot twist banyak terjadi di akhir cerita. Film ini berhasil mematahkan ekspektasi penonton. Bu Indah yang menjabat sebagai Kepala Sekolah ternyata bekerja sama dengan Pak Le (Kiki Narendra), seorang diktator kejam di desa tersebut. Dalam misi ini, cerita dibungkus secara dramatisir dan menegangkan tanpa menghilangkan unsur komedi itu sendiri. Hal tersebut yang menjadi salah satu nilai plus pada film ini. Tak hanya itu, yang paling saya suka dari film ini adalah bagaimana Taat dan Pak Pur berhasil men-delivery perasaan emosional kepada penonton. Diceritakan dalam film ini bahwa, Taat dan ayahnya kurang harmonis karena ayahnya terlalu memedulikan murid dan kehidupannya di sekolah, tanpa memerhatikan Taat, anaknya sendiri. Selepas menjadi pahlawan dengan aksi heroiknya mengalahkan komplotan perampok, kepada Bu Rahayu Taat menunjukkan paspor kepunyaannya yang menandakan keinginan Taat untuk bekerja sebagai staf di kapal pesiar sudah terwujud. Hal tersebut karena Pak Pur meminjamkan dana pesangonnya kepada Taat. Plot twist lain mengikuti. Setelah empat tahun berlalu, keadaan sekolah banyak mengalami perubahan. Bu Rahayu kini menjabat sebagai Kepala Sekolah. Kemudian datang seorang yang pernah menjadi pahlawan sekolah tersebut. Taat kali ini benar-benar memberikan ijazah aslinya kepada Bu Rahayu, yang menjadi syarat dirinya mengajukan diri untuk menjadi guru sejarah. Ternyata, selama empat tahun itu Pak Taat bukan bekerja sebagai staf di kapal pesiar, melainkan melanjutkan studinya untuk meraih gelar sarjana. Guru-Guru Gokil, meski implementasi ceritanya sesuai dengan judulnya, yaitu guru yang gokil, tetapi tanpa menanggalkan pesan moral yang bisa diambil oleh para penonton. Bahwasanya, untuk setiap orang keberhasilan itu berbeda-beda. Dari Taat Pribadi kita belajar, kalau guru bukan sekadar orang yang lebih tua dari kita atau orang yang hanya ada di sekolah. Akan tetapi, guru bisa hadir dalam bentuk yang tidak disangka-sangka. Di akhir, Gading Marten berpesan kepada seluruh guru, “Tetaplah menjadi guru yang gokil!”.
tokoh utama dalam novel ini, Aini diceritakan harus menanggung beban kemiskinan sebagai penjual mainan anak-anak dengan ayahnya yang mengalami sakit aneh. Hal inilah yang memotivasi Aini untuk berjuang dalam pendidikan demi meraih cita-citanya untuk menjadi dokter ahli. Namun, Aini yang berhasil lolos ujian masuk perguruan tinggi setelah melawan kebodohannya harus menerima kenyataan pahit dengan ditolak universitas impiannya akibat terkendala biaya. Tercermin dari salah satu kutipannya, “Bukankah undang-undang menjamin setiap warga negara mendapat pendidikan?” begitu tanya lugu dalam hatinya (hal.284). Penulis secara tidak langsung telah membuka mata mengenai sebuah isu sosial yang barangkali masih lumrah terjadi di tanah air. Penulis seperti mengajak pembaca untuk melihat sudut pandang baru dari Aini sebagai tokoh utama dari kaum menengah ke bawah dalam perjuangannya meraih ilmu yang barangkali berlipat ganda kesulitannya dibanding orang yang berkecukupan materi. Di samping itu, dalam perjuangan Aini, terdapat Guru Desi sebagai guru Aini, yang merupakan seorang guru idealis, eksentrik, dan merasa matematika adalah jalan hidupnya. Meski orangtuanya memberi banyak pilihan hidup yang lebih layak, ia bersiteguh memilih jalan sulit dengan menjadi guru matematika di daerah pelosok yang jauh dari kampung halamannya di Sumatera. Sangat unik karena Guru Desi ini berusaha memenuhi ambisinya dalam mencari siswa jenius matematika demi memotivasi para siswa lainnya agar bersemangat dan tidak lagi takut terhadap matematika. Novel Guru Aini ini menggunakan alur campuran yang menarik dan berkesan, tetapi bagi sebagian pembaca harus lebih teliti agar dapat memahami jalan ceritanya. Gaya bahasa yang digunakan pun serupa dengan gaya
bahasa Andrea Hirata dalam novel-novel sebelumnya yang khas dengan dialek melayu yang orisinal dan budaya lokal yang kental. Bahasa figuratif menggunakan diksi atau pilihan kata berupa kutipan kata-kata dan metafora unik, terlebih yang berkaitan dengan ilmu matematika, misalnya pada kutipan "Pendidikan memerlukan pengorbanan, pengorbanan itu nilai tetap, konstan, tak boleh berubah." (hal.7)
Judul : Guru Aini (prekuel novel “Orang-Orang Biasa”) Pengarang: Andrea Hirata Editor: Dhewiberta, Nuraini Nura Penerbit: Penerbit Bentang (PT Bentang Pustaka) Cetakan: Pertama, Februari 2020 Tebal: xii + 336 hlm ISBN: 978-602-291686-4
21
Edisi 130 - September 2021
SASTRA Cerpen
Rahasia Keji dalam Dinding Oleh: Tivana Firsta Haryono Putri
R
̓̓
Aku merasa rindu pada mendiang istriku. Dulu kami tinggal berdua di sini, kami tak punya anak. Aku terpaksa menjual rumah ini karena terlilit hutang. Aku memandang rumah ini untuk mengingatnya
mengapa raut wajah Celeste berubah. Saat kutanya apakah dia berubah pikiran atau tak menyukai kamar itu, dia menggelengkan kepala sembari tersenyum lalu mengatakan bahwa dia tidak bermasalah dengan kamar barunya. Celeste memang lebih pendiam dari kakaknya, sedari kecil ia lebih sering memendam perasaannya. Namun, mungkin karena terlalu lelah, aku justru tak terlalu mengindahkan raut wajahnya yang berubah dan meninggalkan mereka memindahkan barangbarang mereka sendiri. Malam itu sekitar pukul satu, aku terbangun sebab terkejut melihat Celeste masuk ke dalam selimutku. Tak lama kemudian, Hailey menyusul masuk ke kamar kami tanpa permisi. "Kenapa kamu meninggalkanku sendirian?," tanya Hailey. “Aku tidak suka kamar itu. Aku selalu merasa ada yang mengawasi kami saat tidur.” Setelah itu, Celeste tak mau lagi mengatakan apa pun. Aku masih tak bisa mengerti ketakutannya. Selama di Paris, Hailey dan Celeste selalu tidur berdua dan tidak pernah ada kejadian seperti ini. Kami putuskan bertukar kamar, agar Hailey dan Celeste tidur di kamar kami, sedangkan aku dan Meghan akan pindah ke kamar mereka. Pagi harinya saat membuka tirai jendela, aku melihat Tuan Franklin tengah berdiri di halaman samping kami, memandang ke atas, ke arah dinding kamar Hailey dan Celeste. Aku pun teringat akan perkataan Celeste semalam bahwa ia merasa seseorang mengamatinya ketika berada di kamar itu. Aku menghampiri Tuan Franklin, menanyakan apakah dia sedang butuh bantuan atau sesuatu. Tuan Franklin menoleh dengan sorot matanya yang
mengerikan. "Aku merasa rindu pada mendiang istriku. Dulu kami tinggal berdua di sini, kami tak punya anak. Aku terpaksa menjual rumah ini karena terlilit hutang. Aku memandang rumah ini untuk mengingatnya," katanya sembari menatap ke arah dinding kamar Hailey dan Celeste. Aku mencoba memaklumi dan mengatakan padanya bahwa kami akan menerima kunjungannya kapan pun dia mau, sehingga dia tak perlu merasa ragu untuk berkunjung. Meski berkata demikian, tetap saja hati kecilku berkata bahwa yang Tuan Franklin lakukan cukup ganjil. Aku berpikir untuk mengecek keberadaannya ketika malam nanti, untuk memastikan apakah di malam hari dia juga berdiri di sana dan apakah yang Celeste maksud merasa diawasi itu, disebabkan dia tahu bahwa ada Tuan Franklin berdiri di sana sepanjang malam. Namun, setelah beberapa malam kucoba melihat ke luar jendela, tidak ada siapa pun di sana. Hingga pada suatu hari libur, ketika aku tengah menghabiskan waktu bermain dengan anak-anak di pekarangan, datang sebuah mobil ambulans dari rumah sakit jiwa. Dua pria turun dari mobil tersebut dan menghampiri kami. “Permisi, Tuan. Kami mencari pasien bernama Diego Franklin yang pengidap schizophrenia. Dia telah melarikan diri dari rumah sakit jiwa dan saat ini kami tengah mencarinya. Menurut kesaksian tetangga sekitar anda, mereka sempat melihat Tuan Franklin mengunjungi rumah lamanya, yaitu rumah yang anda tempat saat ini.” Aku pun menceritakan kebiasaan aneh Tuan Franklin memandangi dinding samping
rumah kami. Aku juga meminta nomor telepon dari rumah sakit jiwa tersebut dan berjanji untuk mengabari mereka apabila melihat Tuan Franklin datang ke sini lagi. Beberapa hari kemudian, Tuan Franklin terlihat berdiri lagi di tempat ia biasa menatap dinding. Aku segera menghubungi kontak rumah sakit jiwa yang ditinggalkan oleh dua pria perawat itu. Tak berselang lama, mobil ambulans datang dan dua pria itu turun dari mobil tersebut, lalu menghampiri Tuan Franklin. Aku pun turut serta di belakang mereka, untuk berjaga-jaga dan membantu jika Tuan Franklin berontak atau kabur menolak kembali ke rumah sakit jiwa. “Tuan, apa yang anda lakukan di sini?,” tanya salah satu pria perawat. “Memandangi istriku,” jawab Tuan Franklin. “Di mana istri anda? Saya tidak melihat apa-apa. Mari, Tuan, kita harus kembali,” pria itu membujuk dengan lembut. Tuan Franklin secara tiba-tiba menampakkan raut wajah penyesalan yang mendalam. Setelah terdiam beberapa saat, ia mengatakan sebuah rahasia yang membuat perut kami terasa mual. “Aku tanpa sengaja telah membunuh istriku 20 tahun lalu, saat kami bertengkar. Aku telah menghabisinya dengan pisau dapur. Aku merasa menyesal dan menyimpan mayatnya dalam dinding itu”.
Foto: Dokumentasi Pribadi
Ilustrasi : Deny Bayu Wijanarko/Pabelan Pos
oda-roda pesawat menyentuh permukaan tanah Oakland, California. Aku, istriku, dan kedua anak perempuan kami tiba di bandara pada pukul tiga dini hari, setelah melewati perjalanan udara yang cukup melelahkan dari Paris. Bandara internasional itu tampak lengang dan hampir sunyi. “Sementara waktu kita akan tinggal di hotel, secepatnya aku akan temukan rumah baru untuk kita,” kataku yang disambut Meghan dengan mengangguk mengiyakan ucapanku. "Di sana ada taksi," kata Meghan sembari menunjuk ke suatu tempat. Esok harinya pada pukul sebelas pagi, aku terbangun di kamar hotel dan membuka laptop untuk mulai mencari penawaran rumah terbaik yang sekiranya sesuai untuk kami tinggali. Mataku terjatuh pada pilihan sebuah rumah yang dijual oleh seorang lelaki tua bernama Tuan Franklin. Dilihat dari segi ukuran dan juga fasilitas, rumah ini sangat murah. Bahkan terlalu murah! Aku pun sampai berpikir, bagaimana pria itu menjual rumah seisinya seharga lima ribu dollar saja. Maka tanpa pikir panjang, aku memutuskan mendatangi rumah itu sore ini juga. Aku pun segera menelepon Tuan Franklin untuk membuat janji. Pertama kali menginjakkan kaki di sana, tiada kesan buruk. Baru memasuki pekarangan, aku sudah merasa nyaman dengan rumah Tuan Franklin. Halaman muka rumah itu dihias pagar kayu pendek bercat putih dengan rumput halaman yang terjaga pendek, serta berhias beberapa bonsai adenium dan azalea indah, yang menandakan betapa rajinnya Tuan Franklin dalam merawat rumahnya. Aku mengetuk pintu, seorang pria keluar dari baliknya untuk menyambutku. Pria itu ternyata lebih tinggi dari yang kubayangkan. Meski sudah tampak berumur, tubuhnya masih tegap dan bugar. Hanya saja, entah mengapa aku sedikit merasa terganggu dengan caranya menatapku. Matanya cekung dan sorotnya tajam, ketika dia melihat ke arahmu seakan ada bilah-bilah pedang yang runcing terkeluar dari sana dan mengacaukan kepala. Mentari membelah tirai putih berlapis yang digantungkan secara berkelas di kaca jendela kamar hotel lantai lima. Meghan terlambat membangunkanku sekitar semenit. Aku telah lebih dulu mengusap-usap mata secara malas di atas ranjang tidur, ketika mendengarnya memanggil namaku beberapa kali sembari membaca majalah kecantikan di atas pangkuan sofa. "Rob? Bangunlah! Hari ini kita harus berkemas," serunya sekali lagi. Anak-anakku masih tampak nyaman di kapal mimpi masing-masing. Seakan tak berarti sama sekali silaunya mentari yang telah meninggi dan meremang, di ambang jendela yang menghadap langsung pada ranjang ukuran raja yang kami tempati bersama. Setelah mengganjal perut dengan sarapan panas yang diantar ke kamar oleh pelayan, aku dan Meghan menata semua barang bawaan kami. Siang hari itu, akhirnya kami menuju ke rumah baru. Hailey dan Celeste sangat antusias, bahkan mereka bilang, sesampainya di rumah nanti akan memilih kamar mereka sendiri. Benar saja, begitu kubukakan pintu rumah itu, Celeste berlari riang ke dalamnya disusul kakaknya dengan kegembiraan yang sama. "Ayah! Kami mau kamar ini!" mereka menunjuk sebuah ruangan. Tiba-tiba saja ketika memasuki kamar itu untuk mengemas pakaian ke lemari, entah
Tivana Firsta Haryono Putri Mahasiswi UIN Raden Mas Said Surakarta
OUR PRODUCT
Tabloid Pabelan Pos
Majalah Pabelan
Pabelan-online.com Koran Pabelan
DIGITAL LEBIH
ASYIK
issuu.com/lpmpabelan Baca produk cetak LPM Pabelan versi digital di issuu.com
Keluarga Besar LPM Pabelan Mengucapkan
Selamat Wisuda
Syarifudin Aji P., S.Kom.
Yusmi Dwi Putri, S.Psi.
Riyanti Wahyunengrum, S.Pd.
Setya Adhy Wicaksana, S.I.Kom
Manajer Jaringan dan Informasi 2015 Manajer IT dan Logistik 2016 Pemimpin Umum 2017
Pemimpin Redaksi Tabloid 2017
Manajer Iklan dan Pemasaran 2017
Manajer Humas 2018
Metanisa Rofi Hamtina, S.Psi.
Khalifa Albar, S.E., S.H.
Anisa Nur Aisyah, S.H.
Anggota LPM Pabelan
Anggota LPM Pabelan
Anggota LPM Pabelan
Annisavira Pratiwi, S.Farm.
Tias Nur Aini, S.Kom.
Afitasari Mulyafi, S.Farm.
Pemimpin Redaksi Online 2019
Manajer Data 2018 Manajer Penelitian 2019
Pemimpin Redaksi Online 2018 Pemimpin Litbang 2019
Naufal Abdurrahman Musa, S.H.
Lia Lesmawati, S.H.
Ahmad Hafiz Imadduddien,S.Pd.
Pemimpin Redaksi Majalah 2020
Pemimpin Redaksi Koran Pabelan 2019 Pemimpin Perusahaan 2020
Manajer Diskusi 2019
Sukses Selalu dan Terima Kasih atas Dedikasinya untuk LPM Pabelan