22 AGUSTUS 2014
Det!k Edisi Khusus OPAK
http://www.paradigmainstitute.com
Kritis, Informatif, Obyektif
Tema OPAK Melangit Tapi Tak Aplikatif
Salam Redaksi
A
LHAMDULILLAH. Shalawat dan salam untuk Rasulullah beserta keluarga dan sahabatnya, semoga kita mendapat syafa’atnya dihari akhir zaman. Haii pembaca, di bulletin khusus OPAK, Agustus 2014, edisi 1. Kami dari tim Redaksi sengaja menerbitkan bulletin khusus kegiatan OPAK lho, yang mengankat berbagai ragam berita selama screening sampai opening ceremony berlangsung. Silahkan anda simak halaman demi halamannya. Detik akan setia hadir untuk memberi inspirasi bagi CAKMA dan CAKMI. Terlepas dari adanya kekurangan baik dalam penulisan maupun pemaparan berita. Oleh sebab itu kritik dan saran dari pembaca kami harapkan Selamat membaca ….
SUSUNAN REDAKSI BULETIN DETIK Pimpinan : Faruq Hidayat, Sekretaris : Nurul Hidayah, Redaktur berita : Ahmad Afandi, Layouter : Yaumis Salam, Karikatur : Ganda, Fian, Reporter : Manun, Aulia, Fuad, Anas, Rida, Nilam, Mahya, Nisa’, Ifa, Ila, Bisri, Tika, Ibriza.
2
Aksi Ambil Untung dalam OPAK Penjual perlengkapan OPAK mengaku ingin mendapatkan untung. Selain itu, mereka mengaku ingin membantu para mahasiswa baru yang mengikuti screening dan OPAK dalam.............. Keluhkan Aturan OPAK, Peserta Kecewa Kecewa dengan Aturan Di balik antusiasme yang ditunjukan oleh Cakma-Cakmi, banyak juga yang merasa khawatir khususnya bagi laki-laki. Hal ini dikarenakan aturan yang tidak................
Det!ik Edisi Khusus OPAK I
Tema OPAK Melangit Tapi Tak Aplikatif
O
PAK 2014 memutuskan mengambil tema “Membumikan Gerakan Mahasiswa Islam Berkarakter Nasionalis, Islamis dan Transformatif”. Pertanyaannya, apakah tema tersebut mampu diaplikasikan dalam OPAK? Lebih lanjut, apakah mampu juga diterjemahkan dalam kultur akademik di STAIN Kudus, mengingat OPAK adalah langkah awal untuk menjadi mahasiswa? Pertanyaan ini coba dijawab dalam bedah tema pada Kamis (21/8). Saechan Muchit, waket I sebagai pembedah menjelaskan ada tiga hal yang penting dari tema OPAK kali ini, yaitu berkarakter, Islamis dan Transformatif. Berkarakter bermakna beretika. Orang yang berkarakter secara sederhana berarti orang yang mempunyai etika dan sopan santun. Sebanyak apapun ilmunya, secantik apapun wajahnya, setinggi apapun jabatan yang dimilikinya, bila tidak mempunyai etika dan sopan santun maka akan terlihat rendah di mata orang lain, lebih jauh ia tidak berkarakter.
Saekhan mengungkapkan bahwa sebagai mahasiswa harus mampu menjaga etika dan sopan santun kepada siapapun. Baik etika dan sopan santun kepada orang tua, dosen, maupun sesama rekan mahasiswa. “Seperti bagaimana cara masuk ruangan yang bagus, bagaimana cara bertanya yang bagus dan berbicara serta bersikap yang santun,” tegasnya. Sedangkan yang dimaksud Islamis menurun Saechan adalah berislam luar dalam. “Sekarang ini banyak masyarakat yang salah paham terhadap kata Islam. Banyak yang menganggap Islam itu hanya yang berpeci saja, Islam itu yang memakai jubah besar, bersarung dan orang yang hanya berdzikir di dalam masjid sepanjang hari. Bahkan ada yang menganggap Islam itu yang hidup di negara Islam. Jelas
Det!k Edisi Khusus OPAK I
pendapat tersebut keliru karena Islam itu tidak harus seperti itu,” tandasnya. Selain itu, karakter Islamis berarti juga perlu memperhatikan tatanan masyarakat, bagaimana umat Islam mampu mengkondisikan kehidupan sosialnya sesuai keadaan yang terjadi di lingkungan sekitarnya dengan memegang teguh prinsip keislaman yang rahmatallil’alamin. Berkaitan dengan istilah transformatif, menurut Saekhan, pemikiran Islam transformati memiliki tiga cara pandang: pertama, mempunyai pergeseran pola pikir dari tekstual ke kontekstual. Orang islam yang ingin berhasil itu harus mempunyai cara berfikir yang kontekstual bukan tekstual atau normatif. Cara berfikir seperti ini harus diubah secara kontekstual, pola pikir yang moderat, pola pikir yang bernuansa kemanusiaan. Ada sebagian kalangan dari umat islam yang mengikuti aliran radikal, dikarenakan hanya berfikir secara tekstual saja sehingga menimbulkan pemahaman yang keliru. Hal inilah yang akan membahayakan umat islam sendiri dan dapat menimbulkan perpecahan. Kedua, Pergeseran teori ke aksi yaitu tidak cukup hanya hafal teori tapi harus mampu mengaplikasikannya. “Banyak teori saja tidak ada gunanya tanpa diimbangi dengan tindakan untuk mencapai tujuan yang diinginkan,” jelas Saechan. Ketiga, pergeseran keshalehan Individu menuju kesolehan sosial. Bukan hanya baik pada diri sendiri akan tetapi juga baik kepada orang lain. “Orang islam terutama seluruh warga STAIN jangan hanya sholeh individual tetapi juga harus mempraktikkan keshalehan sosial,” tandas Saechan. Saechan melanjutkan, tiga pandangan tersebutlah yang merupakan ciri islam transformatif yang sekaligus menjadi visi STAIN Kudus. Pada titik, pertanyaan di awal perlu diajukan kembali. Apakah tema tersebut mampu diaplikasikan lewat agenda, konsep dan teknis pelaksanaan OPAK, padahal konsep tidak banyak berubah dari tahun ke tahun? Lebih mementingkan kedisiplinan atas peraturan dan bukan kedisiplinan intelektual? Jawabannya memang ada di masing-masing peserta. Tapi kita layak ragu hal itu akan terlaksana mengingat singkat dan itu-itu saja konsepnya. [] Bisri dan Tika
3
Screening Hanya Untuk Syarat OPAK Semangat tanpa batas untuk mengikuti SCREENING dengan hasil yang maksimal
S
CREENING merupakan tahap awal untuk mengikuti OPAK (Orientasi Pengenalan Akademik dan Kemahasiswaan). Mahasiswa baru difasilitasi untuk mengenal dan mengerti keadaan kampus sebelum kegiatan OPAK dimulai. Menurut Faiq, ketua SC, screening dilakukan untuk mempersiapkan mental mahasiswa baru dalam menghadapi OPAK. Dengan adanya pos-pos dalam proses screening yang memberikan informasi yang dibutuhkan mahasiswa baru. Selain itu juga sebagai satu sarana yang mendorong calon mahasiswa baru untuk lebih aktif dalam pelaksanaan OPAK. Serta untuk Membentuk calon mahasiswa baru agar lebih kritis bila dihadapkan dengan permasalahan yang di dalam maupun di luar kampus. “Pos-pos yang ada, dibuat untuk membangun paradigma, intelektual, pola pikir mahasiswa serta membentuk mahasiswa yang mampu mengeluarkan statementnya ketika dihadapkan pada persoalan tertentu,” ujar Faiq, ketua SC. Screening sebagai awal untuk mempersiapkan calon mahasiwa baru untuk mengeluarkan pendapatnya ketika OPAK dilaksanakan. Selain itu mahasiswa
4
diajari untuk disiplin. Kedisiplinan mahasiswa baru harus ditanamkan sejak awal. Pada saat screening, mahasiswa baru dituntut untuk rapi, berpenampilan sopan, tidak berpakaian ketat, tidak berjaket, baju berkerah dan bersepatu (tidak diperkenakan memakai sandal). Khusus putra rambut pendek, tidak berwarna selain hitam (depan : tidak melebihi alis, samping : tidak melebihi telinga, belakang : tidak melebihi kerah baju) dan khusus putri wajib memakai kerudung dan rok. Screening bukan hanya sebagai syarat mengikuti OPAK. Akan tetapi screening juga melatih metal calon mahasiswa baru sebelum masuk ke perkuliahan. Sayangnya, banyak calon mahasiswa yang tak memahami tujuan ini sebab konsep screening lebih kental unsur militernya daripada sisi akademis. Awan, calon mahasiswa baru asal Demak juga menuturkan, “screening adalah kegiatan yang wajib diikuti sebelum pelaksanaan OPAK, karena kalau tidak mengikuti screening tidak bisa mengikuti opak. Syarat mengikuti Opak adalah dengan mengikuti screening.” []
MANUN
Det!ik Edisi Khusus OPAK I
Keluhkan Aturan OPAK, Peserta Kecewa
Proses dan peraturan yang ada, membuat kecemasan dan keluhan bermunculan di kalangan mahasiswa baru.
S
CREENING yang menjadi salah satu syarat wajib mengukuti OPAK bagi Cakma-Cakmi (Calon Aktivis Mahasiswa-Calon Aktivis Mahasiswi) bisa menjadi penyemangat tapi juga kekhawatiran. Dalam kegiatan screening yang dilaksanakan 1420 Agustus di gedung K, peserta diwajibkan mengikuti pos I sampai pos V yang telah dipersiapkan oleh panitia. Setiap Cakma-Cakmi masuk dan keluar pos harus mengikuti aturan dari panitia. Dimulai dari salam, ijin untuk diperkenankan masuk dan masuk dengan menggunakan kaki kanan sampai keluar juga harus menggunakan kaki kiri. Hingga hari terakhir pelaksanaan, tak sedikit dari Cakma-Cakmi yang masih mengikuti kegiatan screening. Seperti halnya Doni Rianto (20) mahasiswa juru-
Det!k Edisi Khusus OPAK I
san Tarbiyah yang mengikuti screening pada hari rabu kemarin. Ia mengaku mengikuti Screening dihari terakhir karena belum punya uang, selain itu dia juga memilih hari rabu karena meneruskan screening kemarin yang belum selesai. Lain halnya dengan Doni, Mukhlis (18) dari jurusan Syariah lebih memilih hari Rabu atau hari terakhir screening karena faktor pekerjaan. “Saya baru mengikuti screening hari ini karena kemarin-kemarin masih kerja. Sedangkan hari sabtu dan minggu Screening tutup, jadi bisanya hari ini mbak�, tutur Mukhlis saat diwawancarai tim Detik. Mukhlis juga menambahkan bahwa sebelum melaksanakan Screening, peserta diwajibkan membawa syarat-syarat yang harus dipenuhi agar bisa melakukan Sreening. Hal tersebut antara lain registrasi, membawa Cocard, dan sebelum memasuki pos Cakma-Cakmi diharuskan melakukan aturan yang dilakukan pada setiap pos.
5
Walaupun mengikuti screening pada hari terakhir, mereka mengaku tetap memiliki antusias dalam mengikuti screening. Seperti yang diungkapkan Doni. Ia mengaku paling antusias mengikuti Screening saat berada di pos IV tentang kemahasiswaan. Menurut dia, materi yang diberikan tentang kemahasiswaan cukup jelas dan bagus. Lain halnya dengan Doni, Arsena (18) Mahasiswa Tarbiyah mengungkapkan bahwa dia sangat antusias saat di pos III karena materi yang diberikan dapat menggugah hatinya. “Walaupun pematerinya terlihat agak urakan dan sering mabuk-mabukan tetapi dia masih mau sholat dan puasa, sehingga saya kagum sama dia “, ujar Arsena. Kecewa dengan Aturan Di balik antusiasme yang ditunjukan oleh CakmaCakmi, banyak juga yang merasa khawatir khususnya bagi laki-laki. Hal ini dikarenakan aturan yang tidak memperolehkan rambut panjang bagi para Cakma.
P
Mengantar Screening Jadi Pening
ENGUMUMAN hasil seleksi ujian mandiri bagi mahasiswa baru STAIN Kudus sudah beredar luas di website STAIN Kudus dan media cetak (koran). Selanjutnya calon mahasiswa belum dikatakan menjadi mahasiswa STAIN kalau belum mengikuti OPAK (Orientasi Pengenalan Akademik dan Kemahasiswaan) sebagai ganti dari OSPeK. Namun sebelum pelaksanaan OPAK calon mahasiswa harus mengikuti screening yang terdiri dari 5 pos. Tak sedikit peserta yang diantar dan ditunggu oleh orang tua mereka. Senin (18/8) Joko, 37 thn, salah satu pengantar mahasiswa baru menuturkan, “Saya melihat bahwa screening yang diadakan STAIN Kudus masih memandang etika dan estetikanya yang lebih melirik pada penggemblengan
6
Seperti yang diungkapkan oleh Ghazali (19) dan Arsena. Mereka mengaku kesal dengan panitia karena tidak memberitahukan peraturan ini sebelumnya. “Mbok ya kalau ada operasi harus ada informasi sebelume,” ujar mereka berdua. Selain itu, Mukhlis juga mengungkapkan rasa kesalnya kepada panitia yang menjaga di pos II. Menurutnya, panitia yang menjaga di pos II galak dan disiplin. “Kalau masuk harus benar-benar disiplin, selain itu panitianya tidak memberi contoh bagaimana cara masuk yang baik. Kita harus bisa sendiri,” ujar Mukhlisin. Walaupun begitu, kegiatan screening penting bagi Cakma-Cakmi agar mendapatkan pengalaman dan pembekalan sebelum mengikuti kegiatan ospek yang sekarang diganti nama, yaitu OPAK. Sehingga, mereka tidak ada kesulitan nantinya dalam mengikuti kegiatan OPAK. Format screening perlu diubah agar tujuan yang sebenarnya tercapai dan tidak hanya menjadi agenda latah, dangkal dan membosankan. [] ANA ZUCHAILA/IFATUN NIKMAH
moral. Terlebih screening hanya dilakukan di dalam ruangan-ruangan yang sudah ber-AC. Beda sekali ketika saya kuliah langsung digembleng di bawah terik matahari. Mahasiswa panas, panitia pun panas.” Namun, Kesempatan mengikuti screening hanya 5 hari dari tanggal 14-15 dan 18-20 Agustus 2014 dengan kapasitas calon mahasiswa ribuan yang tidak sebanding dengan banyaknya panitia. Beruntung jika para mahasiswa dapat menyelesaikan screening dalam waktu sehari. Terkadang ada mahasiswa yang belum selesai karena waktu terbatas pukul 14.30 WIB. Sehingga terpaksa harus melanjutkan keesokan harinya. Selain itu, entah mengapa panitia membiarkan lalu lalangnya para mahasiswa yang salah mengenakan kostum, atribut, dan sejenisnya. Sehingga para
Det!ik Edisi Khusus OPAK I
pendamping ataupun pengantar yang sedang menunggu anaknya yang mengikuti screening memandang agenda tersebut semerawut. “Kalau boleh saya sarankan sebaiknya panitia dapat mengemas pelaksanaan screening dengan lebih hikmat. Mahasiswa yang lolos dari no.urut 1-300 misalnya, screening di hari pertama. 301-sekian di hari kedua dan seterusnya. Jadi saya tidak khawatir kalau keponakan saya belum sampai pos kelima hari ini juga, kalau besok disuruh nganter lagi malah repot,” usul Joko yang berprofesi sebagai tutor dan pegawai swasta di Grobogan. Selain itu, Joko juga merasakan kejenuhan ketika harus menunggu Ningdiyah Sri Permata Sari (alumni SMA 1 Godong), keponakannya saat mengikuti screening. Apalagi tidak ada orang yang diajak ngobrol, batang-batang rokok lah yang sedikit mengobati kejenuhan Joko. Menanggapi keluhan Joko, Arum Kusuma Ningtyas, panitia OC OPAK 2014 menanggapi bahwa sistem penjadwalan screening dengan nomor urut seperti usulan di atas, dirasa kurang efektif. “Jika dijadwalkan seperti itu belum tentu bisa datang pada hari tersebut. Dan apabila tidak bisa, maka justru menimbulkan masalah baru dan menyebabkan penumpukan peserta di hari-hari selanjutnya,” dalihnya. Hal senada juga diungkapkan Suharti, 40 thn, warga Terban Jekulo Kudus yang mengantarkan anaknya Isfina Ziyadatul Ma’rifah (Mahasiswi baru Tarbiyah PGMI) mulai pukul 08.00 WIB untuk melanjut-
Det!k Edisi Khusus OPAK I
kan screening kembali, karena hari sebelumnya belum selesai. “Ya, jenuh mbak. Tapi gimana lagi, demi anak Mbak. Kasihan sendirian”, tutur Suharti. Meski jenuh tapi Suharti rela mengantarkan anaknya di sela-sela kesibukan pekerjaannya menjaga toko kelontong miliknya. Para orang tua mungkin tidak terlalu memikirkan apapun materi yang d i d a p a t anaknya dari screening, yang terpenting adalah bagaimana anaknya dapat bersyukur bahwa hari ini mendapat
Kejenuhan orang tua saat mengantar anaknya screening
materi baru yang lebih baik dari hari kemarin. Mereka juga memberikan kebebasan kepada anaknya untuk berkenalan kepada mahsiswa baru lainnya usai screening. “Ada kalanya saya menjadi orang tua, dan ada kalanya saya menjadi temannya, Mbak. Jadi saya ingin mendidik anak saya supaya mandiri, apapun dapat ia lakukan dengan berani dan sendiri, dengan banyak teman kan banyak rejeki. Asalkan dalam menikmati hidup tidak sampai melakukan hal-hal buruk yang dilarang agama islam,” lanjut Joko.[] RIDA/ARINA
7
Banyak pelanggar(an) TM pun jalan Langkah demi langkah Untuk mengetahui TM saat OPAK
T
ECHNICAL Meeting (TM) menjadi salah satu persiapan pelaksanaan OPAK 2014. Dalam pelaksanaan TM tersebut sering disebut sebagai persiapan perbekalan untuk kegiatan OPAK esok hari. Serta diberikannya pengumuman tentang tata tertib yang dibacakan langsung oleh ketua SC. Technical Meeting (TM) Orientasi Pengenalan Akademi kemahasiswaan (OPAK) yang dilaksanakan pada kamis,(21/8) di Gedung Olah Raga (GOR) STAIN Kudus. Pada awal masuk sudah menuai beberapa pelanggaran, banyak mahasiswa baru yang tidak membawa Surat Keterangan Lulus (SKL) Surat Keterangan Screening (SKS), belum menyelesaikan screening yang di laksanakan pada tanggal 1420 Agustus 2014 yang lalu.“Banyak yang tidak bawa SKL, SKS, dan menyelesaikan screening”, ujar Zadit, salah satu panitia OC. Para peserta mengaku tidak membawa SKL dan SKS karena ketinggalan dirumah dan lupa membawa, “Saya lupa
8
membawanya, karena tadi buru-buru berangkat dari rumah” ujar Endang, mahasiswi Jurusan Ushuluddin prodi Ilmu Aqidah. “Tadinya saya mau ambil tapi rumah saya jauh dari sini,” imbuhnya. Sedangkan Ghozali, Mahasiswa Dakwah Prodi Bimbingan dan Konseling Islam (BKI) tidak membawa SKL, dan tidak memiliki SKS belum menyelesaikan screening. “Saya tidak mendapatkan SKS karena kemarin pas saya sampai pos terakhir panitia sudah tidak ada dalam ruangan” ujarnya. Sanksi yang ditawarkan panitia cukuplah unik. Karena konsekuensi sanksi, peserta yang tidak membawa persyaratan mengikuti TM belum bisa mengambil fasilitas yang diberikan panitia. Seperti: modul, pin OPAK, dan stiker OPAK. Mereka hanya mendapat konsumsi yaitu sebuah roti dan air mineral. Sanksi ini hanya berlaku ketika TM saja. Setelah kegiatan OPAK di mulai maka peserta yang memiliki masalah terkait SKL dan SKS diharuskan melapor ke panitia skretariatan untuk didata lebih lanjut. TM dimulai pada pukul 08.00 WIB. Usai opening ceremony, dilanjutkan Bedah Tema “Membumikan gerakan mahasiswa berkarakter nasionalis, islami, dan transformatif” oleh Saekhan Muchit selaku WAKET 1 STAIN Kudus. Kemudian diisi pengarahan tentang pemakaian atribut, simulasi pelaksanaan, dan pembekalan yang harus dibawa saat OPAK oleh koordinator seksi acara.[] Afandi
Det!ik Edisi Khusus OPAK I
OPAK 2014 SIAP TERSELENGGARA?
M
ENJELANG hari pelaksanaan OPAK, panitia mengaku siap. Mereka telah menyiapkan sejumlah agenda untuk keberlangsungan OPAK selama 4 hari dengan matang. Namun satu minggu sebelum OPAK, ternyata panitia hanya terkonsentrasi pada Screening, Technical Meeting (TM) dan bedah tema saja. Hal ini diungkap Faiq selaku ketua SC ketika ditemui pada Senin (18/8). “Saat ini kami fokus pada Technical Meeting (TM) sekaligus bedah tema yang akan diadakan pada tanggal 21 Agustus 2014,’’ jelasnya. Ia juga mengungkapkan saat Technical Meeting (TM) nantinya akan dijelaskan semua mengenai hal teknis masalah pelaksanaan OPAK. Mulai dari atribut, sampai perlengkapan penunjang kegiatan OPAK yang harus dibawa peserta. Persiapan lain terkait masalah gedung, pemateri, dan moderator juga sudah terkoordinir lebih awal. Mengingat jumlah peserta OPAK yang meningkat dibanding tahun lalu, jadi hal-hal teknis perlu disiapkan lebih awal. Mengingat jumlah mahasiswa yang diterima STAIN Kudus pada tahun ajaran ini bertambah. Sehingga panitia memperkirakan terjadi peningkatan sebanyak 300 calon mahasiswa yang akan mengikuti OPAK tahun ini. Jadi total mahasiswa baru yang mengikuti OPAK berjumlah 1.829.
Det!k Edisi Khusus OPAK I
Banyaknya peserta memaksa panitia menambah jumlah gedung di Kampus barat untuk pelaksanaan OPAK “Kali ini kita juga menambahkan gedung (Pusat Kegiatan Mahasiswa (PKM) untuk digunakan dalam kegiatan small group,” ujar Noor Salim, Panitia OC. Hal lain yang sudah dipersiapkan yakni mengenai pengkondisian peserta. Faiq juga kembali menjelaskan terkait masalah teknis. Rencananya dari 100 panitia, yakni 45 SC dan 55 OC akan dibagi tugas. Beberapa akan ditugaskan menjaga pintu gerbang untuk memeriksa perlengkapan serta identitas peserta. Ada yang menarik terkait OPAK tahun ini, sejumlah agenda baru telah disiapkan. Misalnya saja, terdapat stan-stan Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) yang tidak ditemukan pada tahun lalu. “Kita mengharapkan, mahasiswa baru dapat mengenal lebih jauh mengenai kegiatan kemahasiswaaan di STAIN Kudus,” tutur Faiq. Faiq, yang juga ketua panitia SC menambahkan, seperti halnya tahun lalu, bakal diadakan juga berbagai macam perlombaan seperti tahun-tahun sebelumnya, yang diadakan oleh beberapa UKM STAIN Kudus. Nantinya juga akan digelar acara “Inagurasi Budaya”, berbagai pertunjukan seni, seperti Taeater dan Konser Musik. Antisipasi Kendala Pelaksanaan OPAK yang terlihat rapi dan terstruktur, tak jarang dijumpai beberapa kendala. seperti dari pengalaman sebelumnya, panitia mengaku kewalahan dalam mendisiplinkan peserta yang kurang tertib. “Untuk itu panitia menyiapkan sejumlah sanksi
9
Lanjut....... bagi peserta yang tidak tertib. Mulai dari pelanggaran ringan, sedang hingga berat,” lanjut Faiq. Selain itu, Noor Salim menambahkan, sanksi yang diberikan bisa berupa teguran lisan, pembinaan hingga dikeluarkan dari OPAK dengan tidak hormat. “Meski telah disiapkan beberapa sanksi, Kami menghimbau peserta OPAK senantiasa bersikap disiplin dan kondusif,” pungkas Noor Salim. [] KHOIRUN NISA’/NURUL HIDAYAH
Hanya Ubah Stigma, Tak Banyak Berubah
O
SPeK sebagai ajang perkenalan mahasiswa baru dengan iklim kampus kini telah berganti nama. Tahun 2014 nama OSPeK diganti menjadi OPAK (Orientasi Pengenalan Akademik dan Kemahasiswaan). Pergantian nama OSPeK menjadi OPAK ini pertama kali diusung oleh Ahmad Alimul Hasan, Ketua DPM STAIN Kudus saat rapat panitia SC. Menurut Hasan, nama OSPeK telah menuai citra buruk di mata masyarakat, dan terkesan mengerikan untuk mahasiswa baru. Apalagi jika kita melihat pemberitaan di media cetak maupun media elektronik. Banyak yang menyalahgunakan OSPeK sebagai ajang kekerasan, pelecehan seksual, dan ajang perpeloncoan. Akhirnya usulannya disetujui oleh Waket III STAIN Kudus, Agus Retnanto. Hasan menjelaskan sebenarnya panitia OSPeK tahun lalu juga ada rencana untuk mengubah nama OSPek menjadi OPAK. Akan tetapi panitia tahun lalu merasa belum siap untuk mengganti nama menjadi OPAK. Baru kemudian di tahun 2014 menyiapkan nama baru.
10
“Penggantian nama OSPeK menjadi OPAK ini mengacu pada Undang-Undang Dikti yang sudah disahkan,” tutur Muchlisin selaku Ketua BEM STAIN Kudus. ketika ditemui Tim Detik (18/8). Selain itu juga mengacu keputusan Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Departemen Agama Nomor DJ.I/254/2007 point B, bahwa mahasiswa baru sebagai civitas akademika Perguruan Tinggi Islam memerlukan pengenalan dan pengetahuan akademik dalam segala aspeknya, agar proses pendidikan dan pembelajaran dapat berlangsung secara efektif dan efisien. Orientasi mahasiswa yang telah keluar dari tujuan yang terangkum dalam UU Dikti dan keputusan Dirjen tersebut menjadikan OSPeK jadi OPAK. Dengan nama OPAK diharapkan tidak hanya sebatas rutinitas tiap tahun tapi OPAK juga bisa menjadi ajang mengembangkan minat dan bakat. OPAK dijalankan tidak dengan kekerasan. “Ketika mahasiswa baru melakukan kesalahan, maka hukumanya lebih mendidik bukan lagi soal hukuman fisik. Hukumannya bisa berupa membuat artikel, resum, membaca al-quran. Dengan hukuman yang non fisik, bertujuan untuk membangun intelektual mahasiswa baru,” ungkap Hasan. Sistem pelaksaan OPAK sebenarnya tidak banyak berubah dengan OSPeK tahun lalu. Ini dikarenakan karena masih dalam masa peralihan. Namun kali ini panitia lebih menekankan pada ke-akademikan dan ke-mahasiswaan. Tujuannya agar mahasiswa baru bukan hanya aktif dalam masalah keakademikan, namun juga aktif dalam berorganisasi. “OPAK kali ini lebih spesfik pada ke-akademikan dan kemahasiswaan, agar nantinya mereka bisa aktif dalam UKMUKM di kampus,” ujar Hasan.[] Mahya HN/Devvi Nilam S
Det!ik Edisi Khusus OPAK I
Aksi Ambil Untung dalam OPAK Dengan berjualan dapat mengurangi beban mahasiswa baru saat melengkapi Syarat dan kebutuhan OPAK
H
ARI pertama Screening (14/8) banyak stan dadakan yang mayoritas digungi mahasiswa STAIN Kudus. Mereka mendirikan stan yang menyediakan perlengkapan OPAK dengan harapan banyak mahasiswa baru banyak yang membelinya. Penjual perlengkapan OPAK mengaku ingin mendapatkan untung. Selain itu, mereka mengaku ingin membantu para mahasiswa baru yang mengikuti screening dan OPAK dalam melengkapi persyaratan dan perlengkapan yang dibutuhkan. Keuntungan yang didapat tak sedikit. Fuadah, penjual yang tergabung dalam stan JUPE yang menyediakan perlengkapan dan jasa cetak foto mengaku mampu meraup keuntungan hingga Rp. 250.000/hari. Fuad yang mendirikan lapak Faza mengaku mendapat pelanggan hingga 80 orang per hari. Dari tiap-tiap pelanggan ia mendapat untung Rp. 3.000. “jika kita jumlahkan dengan hasil akhir yang telah kita peroleh pada akhir pejualan, kira-kira kami mendapatkan untung lebih dari 1,5 juta. Itu juga kami yang hanya menyediakan jasa cetak foto saja,� ungkap Fuad. Bervariasi
Det!k Edisi Khusus OPAK I
Semua stan dibuka setiap hari selama screening berlangsung, antara pukul 07.00 - 16.00 WIB. Berbagai macam perlengkapan OPAK telah disediakan di setiap stan. Mulai dari tas, bendera, lencana garuda, sampai penyewaaan kemeja, rok, dan sepatu pun mereka sediakan dengan tarif yang sudah ditentukan. Leli, penjual perlengkapan yang tergabung dalam stan MPD Group mengaku menjual satu paket perlengkapan dengan harga Rp. 35.000 untuk pria dan Rp. 28.000 untuk satu paket perlengkapan perempuan. Adapun paket perlengkapan itu berupa lencana garuda, dasi, bendera, kaus kaki, sapu tangan, tas dan ID card. Untuk perlengkapan perempuan tidak membutuhkan dasi. System penjualan perlengkapan juga bervariasi. Penjual tidak cukup menuggu pembeli di stan masingmasing, tapi menggunakan system jemput bola, menawarkan langsung pada calon peserta OPAK. “sistem kerja kami dan stand yang lain adalah menerjunkan beberapa orang yang kami terjunkan kelapangan untuk mencari mahasiswa barukarena merekalah yang kita cari dan sekiranya bisa kita jadikan pelanggan dari lapak kami, itung-itung kita membantu meringankan beban mereka untuk melengkapi persyaratan perlengkapan yang sedang mereka butuhkan,� terang Leli. [] KHOERUL ANAS/KHORIDATUL J
11
FIAN