Edisi 02, Oktober 2017

Page 1

Instagram: @paragraphfoto

Email: lpmparadigma@gmail.com

Twitter: @parist_id

Website: www.PARIST.id

Phone: 085842091573

Facebook: Paradigma Istitute

Nomor : 2/10/Oktober/2017

Bidikan Utama Alih IAIN, Perpustakaan STAIN KUDUS Berbenah Sempat Vakum, Radio Kampus Siap Mengudara Mahasiswa Bertambah Fungsi Fasilitas Berubah


2

Edisi 02, Oktober 2017

Buletin Det!k

Salam Redaksi

S

aling membagi tugas merupakan awal pertama kami dalam menggarap buletin detik edisi ke 2. Sebenarnya sama dalam edisi yang pertama, kami mulai membagi posisi sesuai dengan jumlah anggota dan kemampuan. Waktu terus berjalan, tapi kami masih disibukkan dengan ubahan posisi dalam menggarap buletin. Ibarat tempat kegiatan manusia malah dijadikan kelas perkuliahan. Tentu tidak sesuai fungsi bukan?. Kali ini tim buletin detik sedang menggarap bidikan utama tentang fasilitas dan layanan kampus. Fasilitas dan layanan kampus memang saat ini sedang agak bermasalah. Kami sendiri mengalami imbasnya. Tidak hanya gedung PKM yang sekarang dialih fungsikan, tapi gedung KUI dan lab dakwah pun berubah fungsinya menjadi ruang kelas. Perpustakaan bermasalah sehingga belum mampu melayani mahasiswa dengan baik. Radio kampus kini mati bagai

ditelan bumi. Taman berubah perannya menjadi tempat parkir mahasiswa. Maka, inilah yang akan dikupas oleh tim buletin detik tentang fasilitas dan layanan kampus. Harapan kami dengan terbitnya buletin detik edisi ke 2, kita sama-sama tahu penyebab mengapa fasilitas dan layanan kampus bermasalah. Jadi orang bodoh tidak apaapa. Yang penting jangan jadi orang yang buta informasi.[] Daftar isi Salam Redaksi................................1 Fokus..............................................2-8 Opini...............................................9-10 Resensi...........................................11-12 Esai................................................13-15 Cerpen...........................................16-19 Puisi...............................................20


Buletin Det!k

Edisi 02, Oktober 2017

3

Fokus

Mahasiswa Bertambah Fungsi Fasilitas Berubah

B

eberapa fasilitas dan gedung STAIN Kudus dialihfungsikan. Antara lain Taman depan Kantor Jurusan, gedung Pusat Kegiatan Mahasiswa (PKM), gedung Kantor Urusan Internasional (KUI) dan Laboratorium dakwah. Alih fungsi ini sudah berlangsung selama beberapa minggu yang lalu. Salah satu mahasiswa Jurusan Tarbiyah Program studi Pendidikan Agam Islam (PAI), Ana Lutfianti, menyatakan ketidaksetujuannya apabila

taman dijadikan tempat parkir(4/10). Seharusnya ada aturan dan tata tertib tentang itu. Sebab menurutnya keindahan taman akan hilang jika tidak difungsikan dengan semestinya. "Bagi saya taman itu bukan untuk tempat parkir. Melainkan tempat untuk berdiskusi. Kalau seperti itu sama saja menghilangkan keindahannya. Sebaiknya pihak kampus membuat tempat parkir baru, untuk menampung jumlah kendaraan yang semakin bertambah" ujarnya.


4

Edisi 02, Oktober 2017

Fokus

Buletin Det!k

“

Bagi saya, taman itu bukan untuk tempat parkir. Kalau seperti itu sama saja menghilangkan keindahannya. Sebaiknya pihak kampus membuat tempat parkir baru untuk menampung jumlah kendaraan yang semakin bertambah,

Berbeda dengan Ana, Dwi Kartika Kusuma Wardani, Mahasiswa jurusan Dakwah prodi Komunikasi Penyiaran Islam (KPI), mengeluhkan pengalihan fungsi laboratorium dakwah menjadi kelas. Sebelumnya laboratorium tersebut digunakan untuk mahasiswa dakwah, "Karena pengalihan fungsi laboratorium dakwah sebagai kelas pada hari Senin sampai Jum'at, jadi kami terpaksa harus mencari tempat lain untuk berdiskusi" jelasnya. Sedangkan Untuk KUI sendiri sebelumnya digunakan untuk Ma'had dan mahasiswa bidikmisi Menanggapi persoalan itu, Rahmadi, Kepala bagian Administrasi Umum, Akademik dan Keuangan (AUAK), menjelaskan pengalihan fungsi taman depan kajur tersebut bersifat hanya sementara. Karena memang banyaknya mahasiswa

STAIN Kudus yang membawa motor. Ia juga menjelaskan pihak kampus kedepannya merencanakan pembangunan tempat parkir di area kampus timur. Kemudian untuk prihal kehilangan fungsi keindahan taman memang menjadi PR yang cukup berat, "Ini memang menjadi PR yang cukup berat untuk merawat dan menjaga keindahan taman sendiri" tambahnya. Selanjutnya Rahmadi mengatakan untuk alih fungsi gedung juga hanya bersifat sementara. Sembari menunggu pembangunan gedung baru yang diperkirakan akan selesai pada November mendatang. Saat ini sudah dilakukan pembangunan gedung perkuliahan baru, dengan jumlah sekitar 29 kelas, "Untuk pembangunan itu saya rasa cukup untuk menambah ruang perkuliahan. Juga nanti akan dilengkapi dengan kelaskelas kecil dan ruangan teater" jelasnya. Ia menilai kebijakan itu sebagai alternatif untuk mengatasi masalah kurangnya gedung perkuliahan sebab bertambahnya mahasiswa. Memang beberapa gedung tersebut dialihfungsikan untuk ruang perkuliahan. Khusus gedung PKM pada hari Senin, Rabu dan Kamis. "Karena gedung PKM fungsinya untuk kegiatan mahasiswa, maka hanya ketiga hari tersebut yang dijadikan untuk ruang kelas. Selebihnya dapat digunakan sebagaimana fungsinya" pungkasnya.[] (Rifa/Cindy /Falis)


Buletin Det!k

Edisi 02, Oktober 2017

5

Fokus

Pelayanan : Para pegawai perpustakaan sedang melayani para mahasiswa yang sedang meminjam buku

Foto : Dok. Paragraph

Alih IAIN, Perpustakaan STAIN Kudus Berbenah

S

ebelum alih status menjadi Iain, perpustakaan STAIN Kudus berbenah untuk mengurangi keluhan para mahasiswa, dengan cara mengedepankan visi dan misi perpustakaan. Salah satunya Endy (mahasiswa jurusan Tarbiyah semester 7) ia mengeluhkan masih banyak buku yang tercecer tidak sesuai dengan tempatnya, menurutnya hal itu harusnya tidak terjadi. Lain halnya Nanda mahasiswa baru ( Jurusan Syariah) dulu ia mengeluhkan KTM (Kartu Tanda Mahasiswa) yang tidak langsung jadi, ia pernah kebingungan karna sudah ada tugas

makalah akan tetapi KTM belum jadi. Era baru pengelolaan STAIN Kudus, pihak perpustakaan STAIN sedang gencargencarnya berbenah demi meningkatkan kualitas perpustakaan. Seperti apa yang di sampaikan Anisah Listiana selaku kepala perpustakaansaat di wawancari reporter Paradigma di ruanganya, Rabu siang (13/09/2017), pihaknya bersama segenap jajaranya akan mengedepankan visi-misi perpustakaan untuk menjadikan perpustakaan sebagai jantung kampus. Anisah beserta timnya akan menyesuaikan mahasiswa atau dosen


6

Edisi 02, Oktober 2017

Buletin Det!k

Fokus Foto: Para Mahasiswa sedang membaca buku disalah satu ruang yang berada di perpustakaan lama STAIN Kudus

Foto: Dok. Paragraph

guna memenuhi kebutuahan mereka, baik itu untuk penelitian ataupun karya tulis ilmiah lainnya. Hal itu di lakukan untuk kenyamanan pengunjung perpustakaan. Selain itu perpustakaan akan meningkatkan pelayanan baca, dengan menambah jam kerja yakni pada Sabtu, mulai pukul jam 09.00-12.00 yang sebelumnya hanya buka hari senin sampai jum’at. Selain itu, ia juga telah berkoordinasi pada pihak Teknologi Informasi dan Pusat Data (TIPD), agar tahun depan setelahmenjadi mahasiswa aktif, KTM bisa langsung digunakan untuk meminjam buku. Dengan demikian mahasiswa baru tidak kebingungan dalam mengerjakan tugas kuliah, karena hal itu termasuk bagian dari pelayanan “Saya telah mendengar langsung dari Ketua STAIN yang baru bahwa pihak kampus juga akan membangun gedung perpustakan yang baru di tahun 2018. Guna meningkatkan

kualitas perpustakaan STAIN yang diperkirakan akan beralih menjadi IAIN beberapa bulan kedepan. Apalagi kini perpustakaan STAIN telah terakreditasi B sudah seharunya kualitas perpustakaan di tingkatkan�. Ungkap Anisah. Ia mengatakan demi meningkatkan kualitas perpustakaan, pihak perpustakaan telah berkerja sama dengan lembagalembaga lain terkait keperpustakaan. SepertiAPPTIS (Asosiasi Pustakawan Perguruan Tinggi Islam), PERPUSNAS, kepala perpustakaan Perguruan Tinggi Seluruh Indonesia, guna membahas kemajuan perpustakaan yang ada. FPPTI (Forum Perpustakaan Perguruan Tinggi Islam), FKP2TN (Forum kerjasama perpustakaan Perguruan Tinggi Negeri), jasa perawatan sistem informasi perpustakaan (LIPSIS). Dengan bekerja sama dari beberapa pihak terkait di harapkan paling tidak disini dapat meningkatkan sumber wawasan dan keterampilan bagi pustakawan. Sehingga sumber daya manusia pustakawan dapat meningkat dan pengguna perputakaan dapat merasa nyaman saat menggunakan perpustakaan.[] (Ali )


Buletin Det!k

Edisi 02, Oktober 2017

7

Fokus

Siaran : Salah satu mahasiswa prodi Komunikasi Penyiaran Islam (KPI) Sedang melakukan siaran radio

Sempat Vakum, Radio Kampus Siap Mengudara

S

etelah vakum selama dua semester karena kendala perizinan yang belum tuntas, kini radio Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri(STAIN) Kudus akan kembali mengudara dengan nama baru. Yaitu radio ER BE EM. Sebelumnya radio Sekolah Agama Islam Negeri Kudus sempat mengudara dari tahun 2015 sampai tahun 2016, kemudian

pada awal tahun 2016 siaran berhenti secara online karena belum mengantongi izin siaran. Mubasyaroh, dosen Dakwah STAIN kudus menerangkan bahwa, radio kampus tidak diijinkan siaran sementara karena perizinan yang belum tuntas (legal). Menurut BALMON (Balai Monitor Frekuensi) sinyal radio akan mengganggu


8

Edisi 02, Oktober 2017

Buletin Det!k

Fokus sinyal pesawat terbang. “Radio hanya diizinkan siaran melalui live striming yang bisa didengarkan ketika membuka web STAIN Kudus, itu pun tidak lama karena kendala jaringan, dan mulai mengurus perizinan lagi akhir tahun 2016 ini,” ungkapnya pada Jumat (06/10/2017) Sementara itu, M Kurniawan, Ketua Devisi Penyiaran di Program Studi KPI (komunikasi dan penyiaran islam) mengungkapkan bahwa radio berhenti selama dua semester karena perizinan yang belum tuntas. “Radio berhenti selama dua semester hal ini disebabkan karena perizinan yang belum tuntas. Akibatnya mempengaruhi pembelajaran di prodi KPI,” kata mahasiswa semester lima ini. Senada dengan Kurniawan, Nurul Khoiriyah salah satu mahasiswa KPI mengatakan, dengan tidak aktifnya radio sangat menghambat mengembangkan bakat dan potensi mahasiswa untuk belajar. “Radio merupakan salah satu fasilitas kampus yang disediakan untuk kita (KPI), dan sekarang tidak aktif itu sangat berpengaruh. Kita tidak bisa latihan siaran dan belajar tentang dunia peradioan,” ungkap mahasiswi semester tiga ini. Lebih lanjut nurul mengungkapkan, selain mempengaruhi proses pembelajaran di prodi KPI, juga menghambat para pendengar yang ingin mendapatkan informasi tentang kampus. “Radio merupakan salah satu media untuk memberikan informasi dan hiburan, sekarang tidak aktif, itu sangat berpengaruh untuk pendengar,” tambahnya.

Dari kegelisahan beberapa mahasiswa tersebut, pihak kampus yang diwakili oleh Mubasyaroh mulai mengurusi perizinan pada akhir tahun 2016 dan pada awal tahun 2017 ini radio dakwah sudah mengantongi akta notaris dan ijin siaran dari KEMENKUMHAM (Kementrian Hukum dan Hak Asasi Manusia) dengan nama baru, yang awalnya bernama ERKA (radio kampus) berganti nama menjadi ER BE EM (radio bermutu dan manfaat). “Nama ER BE EM kita ambil karena terinspirasi dari motto STAIN Kudus yaitu bermutu dan bermanfat,” terangnya. Lebih lanjut, Mubasyaroh menerangkan bahwa Radio ER BE EM sudah memperoleh persetujuan hak siaran oleh KPI Pusat di bogor pada awal September ini. “kita hanya menunggu SK dan sertifikat perizinan dan jika sudah turun, semoga bulan Oktober ini turun dan tidak lama semoga bisa siaran lagi,” tambahnya. Mubasyaroh menambahkan, setelah SK perijinan sudah turun, maka akan bisa mulai siaran kembali. “Februari tahun depan dapat dibuat magang untuk mahasiswa KPI, dengan siaran dari hari senin sampai jumat, mulai jam 08.00 sampai 15.00 (pada waktu perkuliahan),” katanya.[]

(Latifah/ Adhim)


Buletin Det!k

Edisi 02, Oktober 2017

9

Opini

Benarkah Hari Kiamat Pada Tahun 1500 Hijriyyah?

Gambar : Google

Oleh : Aris Hidayatullah*

H

atiku terkejut saat membaca diskusi di grup WhatsApp dua hari yang lalu. Ada yang mengatakan hari kiamat akan terjadi pada tahun 1500 H. Meskipun dalam benakku yakin dan pasti, tiada seorang pun yang mengetahui kapan terjadinya hari kiamat. Sebagai umat Islam, kita diwajibkan iman kepada Hari Kiamat. Hari dimana semua mahluk hidup akan mati dan adanya hari pembalasan, namun tidak pernah tahu kapan hari itu terjadi dan manusia hanya bisa memprediksi saja. Benar tidaknya tergantung Tuhan. Rasa ingin tahu tentang pembahasan hari kiamat dari diskusi singkat itu semakin membuatku penasaran. Entah dari mana mereka bisa menyatakan hari kiamat terjadi pada tahun 1500 H. Usut punya usut, ternyata sumber yang mereka dapatkan tidak begitu jelas. Hanya sekadar mendengar dari mulut ke mulut, hingga sampai pada kedua telinga ini.

Terkait hari kiamat, aku jadi teringat ramalan hari kiamat terjadi pada tahun 2012 M dan aku sedikit tertawa dengan adanya film kiamat 2012. Setelah itu aku sibuk sendiri untuk mencari dalil tentang hari kiamat. Aku hanya menemukan sekadar cerita tentang ciri-ciri datang dan fenomena dahsyatnya hari kiamat yang akan merusak seluruh jagat raya ini. Dalam kitab hadist Tanbih Al-Ghofilin karya Syaikh Abu Laisy As-Syamarqondi, keterangan tentang hari kiamat akan terjadi pada tanggal 10 Muharrom di fajarnya hari Jumat. Jawaban hari kiamat pada tahun 1500 H, belum aku temukan. Aku teringat temanku yang mengetahui keterangan hari kiamat akan terjadi pada tahun 1500 H yang yakin dinukil dari perkataan ulama Al Hafidz Imam Jalaluddin As-Syuyuti, meski belum diketahui itu tertera dalam kitab apa. Dari keterangan itu aku kembali


10

Edisi 02, Oktober 2017

Buletin Det!k

Opini berpikir antara percaya atau tidak percaya, dari keterangan temanku itu. Hingga saat aku memutar musik di hpku, berupa pengajian Tafsir Jalalain yang diterangkan oleh KH. Sya’roni Ahmadi Kudus dalam surat Al-Anbiya’ ayat 1-6, tepatnya pada ayat pertama. Beliau menerangkan tentang kalimat pada ayat Iqtaroba linnaasi hisabuhum yang artinya “hari perhitungan itu telah dekat pada manusia yakni hari kiamat”. Untuk mengetahuinya kita harus berusaha berpikir sungguh-sungguh. Beliau melanjutkan penjelasannya dengan hadist nabi dalam kitab Jami’ As-shogir karya ulama Al Hafidz Imam Jalaluddin As-Syuyuti. Bahwasanya Allah swt itu menjadikan hari itu ada tujuh, satu hari di akhirat itu sama dengan 1000 tahun di dunia, dan aku (nabi Muhammad saw) lahir pada hari ketujuh, yaitu pada awal tahun Hijriyyah. Pada saat ini sudah menginjak tahun 1439 H, berarti ini sudah melebihi hari yang ketujuh dan saat ini merupakan hari yang kedelapan, atau disebut juga yaumul fadl (hari anugrah). Yaumul fadl merupakan hari keistimewaan bagi dunia ini, karena masih ada orang yang beriman. Dan biasanya keistimewaan itu tidak sempurna, tidak penuh 1000 tahun tidak sampai tahun 2000 H, hanya setengahnya saja yaitu 500 tahun, yaitu tahun 1500 H. Dari ulasan di atas, kita harus secepatnya menyiapkan bekal untuk kehidupan setelah hari kiamat, yaitu di akhirat nanti. Di kehidupan sehari-hari kita harus ingat dengan beribadah, saling tolong-menolong, agar kita selalu tetap di jalan yang benar yaitu Islam, dengan menjalankan perintah Allah dan menjauhi semua larangan-Nya Meskipun Hari Kiamat jatuh pada tahun

1500 H hanya sekadar ramalan semata, tetapi kita harus mempersiapkan dengan matang. Jangan sampai kita membuat kerusakan yang bisa menghancurkan keimanan kita, misalnya maksiat, syirik, apalagi tidak percaya hari kiamat. Kabar tentang hari kiamat sudah dekat sudah menyebar di semua penjuru, akan tetapi masih banyak yang berbuat kemungkaran, maksiat dimana-mana, korupsi merajalela, pejabat sewenangwenang dengan kedudukannya. Meraka seakan tidak mau tahu dengan adanya kiamat itu, dan mungkin hanya dianggap berita palsu. Selagi kita masih diberi kesempatan hidup, mari perbaiki keimanan, ibadah, dan ketaqwaan kita. Mari berlomba-lomba perbuat kabaikan, mengajak sanak saudara dan teman-teman untuk selalu berbuat baik, beraktivitas sesuai ajaran Islam yang sesungguhnya. Memang kita tidak tahu kapan terjadinya hari kiamat yang sebenarnya, ada yang mengatakan pada tahun 2012 itu pun hanya ramalan saja. Tapi keterangan mengenai hari kiamat pada tahun 1500 H membuatku semakin berpikir bahwa hari kiamat sudah dekat. Karena kita sekarang ini, menurut keterangan hadist di atas sudah barada pada yaumul fadl zaman akhir. Tanda-tanda sudah menunjukkan zaman akhir yaitu kerusakan sudah membumi, saat ini seakan zaman jahiliyyah modern. Banyak orang melakukan kemungkaran, tidak ada yang mencegah, banyak orang yang berilmu seakan mereka bertindak seperti orang yang bodoh.[] *Penulis adalah Mahasiswa STAIN Kudus Jurusan Tarbiyah Prodi PAI Angkatan 2015


Buletin Det!k

Edisi 02, Oktober 2017

11

Resensi Kudus dalam Puisi Oleh: Shoma Noor Firda Inayah*

A

Judul : Kata Kota Penulis : Fadlillah Rumayn, dkk. Kategori : Antologi Puisi Penerbit : WR Tsani Media (berkerjasama dengan Kofiku Media) Tahun Terbit : 2017 Cetakan ke- : Pertama ISBN : 9786026149817 Tebal Halaman : xviii + 142 halaman

ntologi Puisi “Kata Kotaâ€? merupakan hasil lomba yang diadakan oleh Kofiku (Komunitas Fiksi Kudus) pada Juni 2017 yang lalu. Buku ini berisi kumpulan puisi pilihan betemakan Kudus. Penulisnya adalah penduduk asli Kudus atau orang yang kini atau pernah tinggal di Kudus dengan berbagai latar belakang yang berbeda. Kudus menjadi ruh dalam 79 puisi. Budaya, tradisi, kuliner dan tempat wisata Kudus disulap menjadi puisi dengan diksi yang indah. Keanekaragaman lain di Kudus juga diangkat sebagai puisi. Seperti Kudus yang kental dengan toleransi beragama (Islam-Hindu) terdapat dalam puisi K karya Arif Rohman. Di kota ini, Orang tidak menyembelih sapi Masjid dibangun sunan di tempat candi berdiri Atau menyerupai? ‌


12

Edisi 02, Oktober 2017

Buletin Det!k

Resensi Di Kota ini, orang-orang meyakini Sunan telah membangun Akulturasi … (halaman 26) Puisi di atas jika ditafsirkan bahwa di kota Kudus umat muslim menghormati agama Hindu dengan cara tidak boleh menyembelih sapi pada hari Qurban. Sementara itu, salah satu metode dakwah Islam Sunan Kudus adalah dengan membangun masjid di samping candi (menara) yang menyerupai candi umat Hindu. Sebuah toleransi dan akulturasi yang dibangun oleh Sunan Kudus membuat kenyamanan tersendiri bagi orang Kudus. Selain itu, puisi tentang tradisi menjelang bulan suci Ramadan atau Dandangan banyak dijumpai. Seperti puisi Kudus dalam Menuju Ramadan (Rengga Febrian), Ramadan di Kudus (Muhammad Sholikin), Dandangan (Anita Sari), Senjaku di Dandangan (Nor Zahroh), Pelita Dalam Sebuah Kota (Bayu Rizqi S.), Narasi Sunyi Seniman Dandangan (Uzlifatul Baehaqi) dan puisi lainnya. … Ini hanya perihal hidup dan dilema; kangen aku digandeng mama, diajak membeli arum manis, mencicipi jenang, melihat kapal otok-otok lalu lelah digendong Pulang di akhir dandangan. (Puisi Kudus dalam Menuju Ramadan, Rangga Febrian, halaman 68)

… mereka itu lucu, tertawailah tawamu bisa melebihi kilometer yang dimakan Dandangan bahkan bisa dinaiki untuk pergi ke Rahtawu … (Puisi Surat untuk Mak, Fadlillah Rumayn, halaman 112) Puisi-puisi yang di dalamnya mengusung tempat wisata atau tempat bersejarah di Kudus seperti puisi Kretek (Irfa’anna Fahda), Pesona Menara Kudus (Erlinda Rahmawati), Omah Kapal (Arif Rohman), Jejak Kenangan di Pelataran Kliwon (Reyhan M Abdurrahman), Jambu Bol (El-Eyra), Kliwon (ElEyra), Elegi Pesona Air Tiga Rasa (Milati Azka) dan masih banyak lagi. Buku Antologi ini dilengkapi dengan berbagai ilustrasi menarik dari kawankawan komunitas Doodle Art Kudus. Selain itu, semua karya puisi didalamnya sudah dilakukan pengeditan oleh pihak panitia lomba, menjadikan puisi semakin elok. Buku ini sangat cocok sekali dibaca oleh penikmat sastra khususnya puisi.

“mereka itu lucu, tertawailah

tawamu bisa melebihi kilometer yang dimakan Dandangan bahkan bisa dinaiki untuk pergi ke

Rahtawu”


Buletin Det!k

Edisi 02, Oktober 2017

13

Esai

Gambar : Google

Kembali Memaknai Menghormati Oleh: Falis Istianah*

K

etika berbicara mengenai kehormatan, menghormati atau dihormati, telah dijelaskan oleh Rasulullah Saw dalam haditsnya, “Bukanlah termasuk golongan kami siapa saja yang tidak menghormati orang yang lebih tua, menyayangi yang lebih muda dan mengenal hak orang ‘alim kita� (HR Ahmad dan Hakim, dihasankan oleh Al-Albani di dalam Shahihul Jami’ no. 4319) Pemahaman saya mengenai hadits tersebut adalah diharuskannya untuk menghormati orang yang lebih tua. Memberikan kasih sayang kepada sesama dan memberikan hak kehormatan untuk orang lain.

Sebagai manusia kita dianjurkan untuk tidak memilih mana yang harus dihormati, seperti memandang jabatan, paras, kaya miskin, pintar bodoh, dan sebagainya. Kehormatan, menghormati dan dihormati, bagi saya sama saja dengan sopan santun. Bisa dikatakan juga sebagai etika saat bertutur sapa dengan orang lain. Dalam islam manusia hidup memang dituntut saling hormat menghormati. Mau atau tidak mau, yang pastinya harus mau. Mendapatkan penghormatan tidak perlu memaksa orang lain untuk menghormati kita. Cukup menunjukkan sikap dan karya yang mampu membuat diri dapat dihormati orang lain. Orang akan berfikir seribu


14

Edisi 02, Oktober 2017

Buletin Det!k

Esai kali untuk menghormati seseorang yang ingin sekali dihormati. Padahal dia tidak melakukan apa-apa. Sebaliknya, tidak perlu memaksa orang lain menghormati, apabila kita mampu memberikan kinerja dan manfaat kepada sesama. Tanpa disuruh pun mereka akan hormat dengan sendirinya. Sebagai contohnya, hubungan antara dosen dengan mahasiswa. Mahasiswa memang harus menghormati dosen. Semua dikemas sebagai bentuk penghormatan murid untuk guru. Begitu juga dosen harus menghormati mahasiswa. Seperti hubungan simbiosis mutualisme, saling menguntungkan. Di salah satu kampus, saya menemukan kebijakan dan tata cara mengirim pesan untuk dosen. Tentu hal itu ditunjukkan untuk mahasiswa. Saya sendiri yang notabene sebagai mahasiswa, kurang setuju dengan peraturan tersebut. Bagi saya tidak perlu dibuat kebijakan. Mahasiswa tentu sudah mengerti tentang amar ma’ruf nahi munkar. Secara logika berfikir mereka sudah berbeda dengan anak

SD, SMP maupun SMA. Akan pantas jika tata peraturan itu ditujukkan untuk tingkat pendidikan yang lebih rendah. Misalnya tingkat sekolah dasar Pertanyaannya, benarkah mahasiswa tidak paham betul cara mengirim pesan yang baik kepada dosen, Sehingga harus menuliskan tata cara tersebut?. Apabila benar, bagi saya tak sepantasnya ada kebijakan semacam itu. Karena tanpa kebijakan itu pun, saya yakin mahasiswa akan dengan hormat mengirim pesan atau bertegur sapa dengan memberi kehormatan tanpa disuruh. Di sini tentang kehormatan, menghormati dan dihormati, saya kaitkan dengan Norma susila dan kesopanan. Pada norma susila, saya artikan kehormatan itu peraturan hidup yang berasal dari hati nurani manusia itu sendiri. Artinya menumbuhkan sikap harmonisasi yang menentukan baik dan buruk, serta mendorong mahasiswa untuk kebaikan akhlak pribadinya. Kemudian norma kesopanan. Dasar norma ini adalah kepantasan, kebiasaan dan keputusan yang berlaku di masyarakat. Artinya kehormatan merupakan kepantasan untuk semua orang, termasuk dosen. Sebetulnya Hormat atau dihormati itu tidak harus dituliskan. Ketika kita melihat ke lingkungan keluarga, orang tua tidak harus membuat kebijakan menghormati yang baik dan benar untuk anaknya. Mereka cukup menjelaskan saja. Karena tanpa disuruh dan diberi kebijakan, sebagai seorang anak akan dengan sendirinya menghormati orang tua. Berbeda jika orang lain tidak menghormati orang tua kita, Itu sah-sah saja. Hormat dan menghormati itu bebas. Kehormatan itu hanya bonus. Kita hidup di negara demokrasi. Artinya bebas memilih dan dipilih. Tak ada unsur


Buletin Det!k

Edisi 02, Oktober 2017

15

Esai paksaan. Apalagi dalam hal menghormati. Apabila kita mau kembali ke masa lalu yang ada di indonesia, negara yang masih banyak kerajaan. Rakyat memang harus menghormati raja. Karena di situ ada unsur kasta. Belum ada kebebasan dan menghormati raja hukumnya wajib. Bahkan harus menundukkan kepala sebagai tanda hormat. Namun itu tak berlaku bagi zaman sekarang. Nabi muhammad Saw, tidak pernah meminta pengikutnya untuk menghormatinya. Tapi karena pengikutnya tahu bahwa beliau memang pantas untuk dihormati, maka mereka menghormatinya. Itu seorang nabi yang sama-sama manusia seperti kita. Kemudian presiden kita, Jokowi tidak pernah meminta orang lain menghormatinya. Dia dihormati karena kinerjanya. Bukan karna pidatonya menyuruh rakyat untuk menghormatinya. Keberadaan kebijakan tata cara mengirim pesan ke dosen, muncul dari faktor mahasiswa yang kurang mengerti mengirim pesan yang baik. Karena beberapa kampus seperti Universitas Indonesia pun ternyata memang memberlakukan kebijakan seperti itu. Kasusnya hampir sama. Seperti mahasiswa yang tidak mencantumkan identitas dan terlalu bertele tele saat mengirim pesan. Namun adanya kebijakan tersebut bukan

serta merta menggambarkan mahasiswa kehilangan etika berperilaku. Dari yang pernah saya dan teman-teman alami, justru ketika ingin menghubungi dosen, lebih berhati-hati dalam memilih kata. Selebihnya saya juga menanyakan kepada teman, apakah bahasa pesan yang dipakai sudah sopan atau tidak. Itu berlangsung setiap kali ingin mengirim pesan. Meski begitu saya masih tetap tidak setuju, setidaknya tidak perlu membuat kebijakan tata cara seperti itu. Dosen merupakan pejabat dan mahasiswa adalah rakyat. Dalam kata lain rakyat adalah raja, pejabat adalah pelayan. Jadi tak perlu menyuruh rakyat. Mereka hanya perlu mengayomi rakyatnya. Namun sebagai rakyat juga harus menghargai pejabatnya. Di sini bukan antara yang lebih tua atau muda. Fokusnya hanya pada sikap yang perlu diperbaiki. Maka tak perlu menuliskan kebijakan tata cara itu semua. Lebih efektif dengan menjelaskan di depan mahasiswa secara langsung. Karena mahasiswa bukan anak kecil yang harus diberi buku panduan untuk menghormati orang lain. *Penulis adalah Mahasiswa STAIN Kudus Jurusan Tarbiyah Prodi PAI Semester 3

Redaksi Bulerin Detik menerima kiriman tulisan cerpen panjang maksimal 6.000 dan puisi minimal 6 buah Karakter ke email : lpmparadigma@gmail.com sertakan biodata singkat dan foto closeup paling keren. Cerpen yang dumuat akan mendapatkan hadiah menarik dari redaksi


16

Edisi 02, Oktober 2017

Buletin Det!k

Cerpen

ilustrasi : google

Di Ujung Senja Oleh: Cindy Fatmawati*

“Taukah kamu kenapa senja itu indah? Karena Tuhan merangkum semua keindahan hari itu pada senjanya Dan mama beruntung karena bisa melahirkan Senja dari rahim mama.� tulah tiga kalimat terakhir dalam surat mama yang sampai sekarang

I

membuatku tak merasa bersalah karena mama merelakan nyawanya demi melahirkanku. Papa tak pernah menganggapku bersalah. Katanya, aku sama seperti mama. Tapi dalam hal kehilangan aku sama seperti papa, sama-sama kehilangan orang yang sangat dicintainya.


Buletin Det!k

Edisi 02, Oktober 2017

17

Cerpen Hari ini, hembusan angin menyapaku bersama langit biru itu. Belum lima detik aku tiba di tempat ini, tapi senja langsung menampakkan wajahnya, bagai tahu cara terbaik untuk menghiburku. Sekilas bayangannya muncul, kembali ke waktu itu. Waktu dimana senyum pertamanya terlihat sangat indah, lebih indah dari semua senja yang pernah kulihat. --Satu tahun lalu.. “Tumben langit cerah banget hari ini,” gumamku pelan. “Langit cerah karena dia tahu ada yang lagi nunggu senjanya,” jawab seorang laki-laki yang tiba-tiba muncul dan duduk disampingku. Aku hanya diam mendengar jawabannya “Hai, aku Prakasa,” laki-laki seumuranku itu mengulurkankan tangannya untuk bersalaman denganku. Tapi, aku hanya menatap tangannya dan perlahan melihat wajahnya tersenyum padaku. Meski aku baru pertama kali melihatnya, tapi matanya terasa nyaman bagiku. Inginku menyalami tangannya, tapi dering telepon dari handphoneku mengurungkan niatku dan kuacuhhkan ia untuk menjawab panggilan masuk. “Iya pa. Bentar lagi Senja kesana kok,” jawabku pada papa diseberang telepon. Aku hanya diam melihatnya, kutinggalkan ia tanpa sepatah katapun. --Seperti biasa, aku yang

mengharap senja, duduk di tempat yang sama usai pulang sekolah. “Baru kali ini aku melihat dua senja sekaligus, dua senja yang sama indahnya,” terdengar suara yang tak asing lagi bagiku. Ternyata,ia kembali lagi. “Kok tau namaku?” tanyaku sembari menoleh padanya. “Iya.Aku dengar saat kamu bicara ditelepon kemarin,” jawabnya. “Ouh iya. Maaf ya soal kemarin, aku ninggalin kamu gitu aja,” sambungku. “Gak masalah kok, tapi kamu inget kan namaku?” tanyanya. “Iya, Prakasa,” sambil tersenyum padanya. “Panggil aku Kasa saja,” katanya sambil tersenyum lagi. “Iya Kasa.” Kataku. “Kamu tau nggak gimana asal usul namaku?” suaranya memecahkan keheningan, setelah sekitar 15 menit kami duduk terdiam disini. “Gimana?” tanyaku ingin tahu. “Jadi, ibuku itu suka banget nonton film India. Di film itu pemeran utamanya bernama ‘Prakash’, saking sukanya akhirnya aku dinamai ‘Prakash’ deh. Selain itu, ‘Prakash’juga bermakna ‘cahaya’dalam Bahasa India, karena ibuku juga berharap aku bisa bersinar terang seperti cahaya, makanya akhirnya ia milih nama itu. Tapi karena menurut ayahku nama ‘prakash’ kurang cocok untuk orang Indonesia, dia ngubah jadi ‘Prakasa’,” jelasnya.


18

Edisi 02, Oktober 2017

Buletin Det!k

Cerpen “ouh,” “Ceritanya nggak sampai itu aja. Dulu, waktu ibuku hamil adikku. Kami pernah punya tetangga janda. Karena masalah apa aku nggak tahu, tapi sejak dia cerai sama suaminya yang Orang India itu, dia jadi benci banget sama mantan suaminya, dan semua hal yang berkaitan dengan India, semuanya dibenci termasuk namaku jadinya dia nggak ramah dengan keluargaku. Setelah beberapa bulan kemudian tetanggaku punya pacar Orang Arab. Akhirnya saat adikku lahir, ibuku ngasih nama adikku Inur, terinspirasi dari Bahasa Arab ‘Nur’ yang artinya Cahaya. Kamu tau nggak alasannya kenapa milih dari Bahasa Arab?” tanyanya. “Biar sikap tetangga kamu berubah?” kataku. “Iya bener banget,” katanya sambil tertawa. “Hahaha, ibumu lucu banget,” kataku sambil tertawa. Hariku berubah sejak itu. Semua terasa lebih berwarna.Meskipun kami hanya sebatas bertemu di tempat ini dengan waktu yang singkat. Tapi rasanya aku sudah mengenalnya lama sekali jauh sebelum kami bertemu. Dan waktu singkat itu semakin terasa singkat jika kuhabiskan waktu dengannya. --Setelah pertemuan itu ia datang setiap hari, dan aku mulai terbiasa dengan kehadirannya. Terbiasa dengan cara

bicaranya, caranya berpikir, matanya yang sering melihatku, dan yang pasti senyumnya. “Senja. Kamu percaya gak sama takdir?” tanyanya serius. “Iya. Aku percaya,” jawabku. “Apa yang buat kamu sepercaya itu?” tanyanya lagi. “Aku gak tau, tapi papa dulu sering bilang kalau kematian mama itu takdir yang harus kami terima. Aku tahu akulah yang menyebabkan mama tiada, dan itu buat aku merasa bersalah. Karena aku nggak mau berlarut-larut dalam kesedihan, aku percaya sama apa yang diomongin papa. Mungkin kata-kata itu hanya pelarianku, tapi lambat laun aku pun sadar bahwa semua yang terjadi dalam hidup ini itu takdir,” jelasku. “(termasuk bertemu denganmu, dan aku bahagia akan takdir yang satu ini)” gumamku dalam hati. “Tapi aku gak percaya sama takdir,” sahutnya. “Kenapa?” tanyaku. “Kalau ujung-ujungnya takdirlah yang mengatur hidup kita, kenapa kita diberi akal dan hati untuk bermimpi? Kenapa kita diberi kesempatan untuk memperjuangkan mimpi kita? Kenapa? Karena takdir itu hanya ilusi Senja, mimpilah yang harusnya kita percayai. Walaupun kadang mimpi itu bisa jadi semu dan tak pasti.Tapi mimpi bisa merubah hidup seseorang tergantung bagaimana orang itu mempercayainya.Dan kita harus percaya mimpi kita,” jawabnya. Aku hanya diam melihatnya, ia yang


Buletin Det!k

Edisi 02, Oktober 2017

19

Cerpen sedari tadi serius dengan ucapannya, matanya lurus menatap sore yang semakin gelap menelan sang surya. Sudah sejak lama hatiku penuh akan dirinya. Tepatnya sejak pertama kali ia menemuiku. Tapi, sore ini aku baru sadar akan rasa itu. --Seketika, awan gelap menyelimuti. Tidak hanya menyelimuti langit biru itu, tapi juga menyelimuti hatiku. Tak kusangka, sore itu adalah sore terakhirmu menemuiku. Berhari-hari aku menunggumu, berharap kau kembali datang membawa senyum yang kurindukan. Rindu yang kini sudah bagaikan daun di musim gugur, bertambah seiring bergulirnya waktu. Hingga suatu hari sepucuk surat kuterima dari adikmu, Inur. Ia membawaku ke gundukan tanah dengan nisan bertuliskan namamu. Tak terasa pipiku basah, sejenak bayangmu menghampiri dengan senyum indah itu. Kubaca suratmu dan kutahu apa yang menyebabkan kau pergi. Takdir yang tidak kau percaya itu membuatmu harus berjuang dengan penyakit mematikan itu. Kau menulis semuanya dalam suratmu, dari bagaimana kau menemukanku, penyakitmu, dan perasaanmu terhadapku tapi itu semua hanya menambah luka bagiku karena aku yang merasa tak berguna hanya bisa menangisimu tanpa sempat mengungkapkan isi hatiku. Dan pada waktu, aku hanya bisa bicara dengan nisanmu. Langit cerah ini mengingatkanku

pada satu tahun lalu, pada senja pertama kali kita bertemu. Kau dengan percaya dirinya mengajakku berkenalan tapi aku hanya pergi tanpa mengucapkan sepatah katapun. Sekarang hal itu berbalik kepadaku. Kau yang kunantikan, malah pergi begitu saja tanpa berpamitan. Senja kini berubah menjadi senja yang paling tak ingin kulihat. Rindu yang bagaikan daun di musim gugur itu berubah beku bagai salju. Senyummu yang selalu ku nanti kini hanya menciptakan air mata yang kian derasnya di pipiku. Tiba-tiba aku ingat apa arti namamu, ‘prakash’ yang berarti ‘cahaya’. Kaulah cahaya yang hilang karena merelakan senja menampakkan dirinya. Kasa, kau orang pertama yang menyadarkanku bahwa tak selamanya senja itu indah, karena sejak kepergianmu, senja bagai kutukan bagiku. Bagaikan memori yang ingin selalu kuingat indahnya, tapi tanpa sadar juga menyayat hatiku. Caramu berpamitan mengingatkanku pada mama. Dan kalian sama. Samasama meninggalkanku di ujung senja. Di ujung senja ini pula, aku ingat perkataanmu tentang mimpi, dan waktu itu, aku sangat percaya akan mimpi, karena kematianmu adalah mimpi buruk bagiku. Tapi ada hal yang pernah kulupa waktu itu. Jika senja bisa menghilangkan cahaya dan menciptakan mimpi buruk. Pasti fajar juga bisa datang menepis gelap dan menciptakan mimpi indah, hanya saja perlu waktu untuk menunggu fajar itu tiba.[]


20

Edisi 02, Oktober 2017

Buletin Det!k

Puisi Kenapa mahasiswa? karna dia kaki nusantara Dia enggan berjalan, nusantara mati Langkah per meternya Sama dengan maju Itu bohong, tidak Langkah, Sama dengan pikirannya Kakinya menendang Tangannya mengorek Pundaknya memikul beban Dia diciptakan untuk apa? Rakyat bilang untuk negeri Katanya, negeri butuh tangannya Mahasiswa bertanya, Hanya tangan? Rakyat menyetil telinganya Jangan bodoh, Yang maling musnahkan Adegannya jangan tiru Negaraku, Negaramu Kami di jalan, Kamu jadi sang maha Negeriku negerimu, selamatkan Dia diculik, Tanpa ada yang tau

Jemabatan amal itu Tersirat di kitab suci Guru pernah berkata "Amal penyelamat" Sehelai rambut Dibagi untuk tujuh kurcaci Menjadi tipis dan tajam Dia panjang Katanya, Amal penyelamat Amal banyak, Selamat Amal tak ada, Tamat Katanya, Di bawah ada jurang Jurang takut dengan amal Jadi banyak mencari amal Untuk tak jatuh ke jurang Binasa, Tak punya amal Katanya, Neraka tempatnya Abadi, Punya amal Katanya, Surga tempatnya Puisi-puisi karya Falis “ Hanaitsi” Istianah* (Mahasiswa STAIN Kudus Jurusan Tarbiyah Prodi Pendidikan Agama Islam)

Pimpinan redaksi : Abdul Adhim Redaktur pelaksana : Shoma Noor Firda Inayah, Falis Istianah Redaktur Berita : Ali Murtadho Redaktur Sastra : Cindy Fatmawati Reporter : Rifayatul Rofi’ah, Latifatul Mun’imah Layout : Muhshonun Nafi’ Baidlowie Editor : Tim Editor

Kini semua berita lebih mudah diakses dan cepat sampai ditanganmu. Klik : www.parist.id


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.