1 minute read
Rentan Stress: Kampus Perlu Memperhatikan Kesehatan Mental Mahasiswa
Kesehatan mental merupakan kata yang seringkali terdengar dan diucapkanbelakangan ini. Kesehatan mental itu sendiri menurut WHO adalah suatu keadaan (status)sehat utuh secara fisik, mental (rohani) dan sosial, dan bukan hanya suatu keadaan yang bebas dari penyakit, cacat dan kelemahan. Ini berarti seseorang harus dinyatakan sehat secara fisik dan batin terlebih dahulu untuk mencapai kesehatan mental. Apabila dapat mencapai, hal ini tidak menutup kemungkinan untuk kita bisa selalu menikmati hari-hari dan menghargailingkungan sekitar.
Jika kesehatan mental terganggu maka akan menimbulkan penyakit yang kita kenal sebagaipenyakit mental. Penyakit mental ini tentunya akan sangat mempengaruhi cara berinteraksi,pandang, sifat, hingga cara pengambilan keputusan pada diri seseorang. Hal ini sangat disayangkan apabila menimpa para pelajar, terutama mahasiswa yang seharusnya mampu belajar dan berkarya dengan mental yang stabil untuk mencapai masa depan yang lebih baik.
Advertisement
Mahasiswa kini mengalami tantangan yang lebih banyak dalam menghadapi dunia. Beberapapenyebab diantaranya terjadi akibat media sosial, pandemi corona, inflasi, hingga tekanandari generasi sebelumnya. Kesadaran akan kesehatan mental juga menjadi bagian yangmempengaruhi tekanan sebab manusia semakin sadar dan mengerti tentang apa yangdirasakannya.
Media sosial diketahui sebagai salah satu penyumbang terbesar dalam mempengaruhikesehatan mental. Di kalangan mahasiswa kini bahkan media sosial seolah-olah telah menjadibagian dari hidup yang tidak bisa dilepaskan. Beragam pengaruh buruk media sosial bagimental antara lain gangguan kecemasan, rasa tidak percaya diri, Fear Of Missing Out (FOMO), depresi, kecanduan, bahkan gangguan pada jam tidur. Selain itu pandemi jugamenghadirkan realitas baru bekerja dari rumah, pengangguran sementara, sekolah anak-anakdirumah, dan kurangnya kontak fisik dengan anggota keluarga, teman, dan kolega lainnyamerupakan hal yang penuh tantangan bagi tidak sedikit orang. Membiasakan diri, beradaptasidengan perubahan gaya hidup seperti ini, dan mengelola rasa takut tertular virus dankekhawatiran tentang orangorang dekat kita yang sangat rentan, merupakan tantangan yanglebih berat lagi bagi orang yang sedang mengalami penyakit kesehatan mental.
Kampus yang mana merupakan salah satu tempat utama para mahasiswa beraktivitasmemiliki kesempatan besar untuk hadir mendukung kesehatan mental mahasiswa sebagaibagian dari kewajiban moral yang dapat dilakukan oleh kampus. Sebagaimana yang kitaketahui kekhawatiran akan akademik adalah salah satu penyumbang kecemasan terbesar padadiri mahasiswa.
Kampus bisa memulai hal ini dengan menjadikan piagam Okanagan sebagai pegangan.Piagam Okanagan dibentuk pada Juni 2015 untuk mempromosikan kesehatan mental ditingkat universitas. Piagam ini menyerukan universitas untuk memastikan kesehatankeseluruh budaya dan kegiatan kampus, serta memimpin promosi kesehatan mental baik ditingkat lokal maupun global. Sejumlah cara yang dapat dilakukan oleh kampus misalnya,pemotongan jam belajar yang terlalu panjang, mengurangi tugas-tugas terutama tugas dengandeadline yang tidak sesuai, menerapkan lingkungan belajar yang nyaman serta kondusif, dll.
Bersangkutan dengan hal ini, kampus USK bisa memulai dengan menyediakan layanankonseling psikologi bagi setiap mahasiswanya, terutama pada mahasiswa baru yang perluberadaptasi dan mahasiswa akhir. Selain itu, tes kesehatan mental untuk mahasiswa di setiaptingkatan mestinya dapat dilakukan setiap tahun agar meminimalisir terjadinya tekananmental dan menghasilkan lulusan yang jauh lebih berkualitas dari segi batin.
(Aliya Syahira & Muhammad Syuja)