Edisi 31 Tahun XXV Desember 2013 | Rp. 8.500,-
789x 456 123+ 0. =:
ISSN 0853-0809
We care about your eyes
DARI REDAKSI
ë
25 LPM Skëtsa
ë
skëtsa
1
(non aktif)
(non aktif)
17-19.Opini 20-22.Rancak Ragam 23-24.Profil 25-26.Artikel 27-29.Humaniora 30-31.IPTEK 32-33.Seni Budaya 34-36.Cerpen 36. Puisi
1.Dari Redaksi 2.Crew 3.Daftar Isi 4.Surat Pembaca
10.Sketstoon 16.Editorial
37.Resensi Film 38.Resensi Buku 39-41.Kritik Film 42-43.Info Asuransi 44-45.Komunitas 46-48.Kolom Alumni 49-50.Info Grafis
51
11 Cover by : Rachma Amalia
ë
skëtsa
surat pembaca Upaya Perbaikan
Keluhan Fasilitas
Dianaktirikan
4
ë
25 LPM Skëtsa
“Instansi di lingkungan Pemerintah yang dibentuk untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat berupa penyediaan barang dan/atau jasa yang dijual tanpa mengutamakan mencari keuntungan dan dalam melakukan kegiatannya didasarkan pada prinsip efisiensi dan produktivitas.� Pasal 1 (1) PP. No. 23 Tahun 2005.
ë
skëtsa
LAPORAN uTAMA Dari Birokrasi Menjadi Korporasi
P
ertengahan tahun 2013 rakyat Indonesia merasakan kekurangan sumber daya Indonesia dalam melaksanakan pembangunan. Setelah berlarut dalam wacana akhirnya subsidi untuk Bahan Bakar Minyak dikurangi menyusul beban defisit yang kian bertambah pada APBN pada pertengahan tahun 2103. Harga minyak dunia yang melangit membuat subsidi BBM sebesar 193 triliun tidak cukup untuk menutupi biaya produksinya. Indonesia sebagai negara pengimpor sangat terpengaruh oleh fluktuasi harga minyak dunia. Pengurangan subsidi dilakukan menyusul ditetapkannya Undang-Undang No. 15 Tahun 2013 tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Tahun Anggaran 2013 Perubahan. Setelah diundangkannya UndangUndang No. 19 Tahun 2012 tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Tahun Anggaran 2013, terjadi perkembangan dan perubahan asumsi dasar ekonomi makro yang disertai dengan perubahan kebijakan fiskal yang berdampak signifikan terhadap besaran APBN Tahun Anggaran 2013. Negara selalu mengalami kekurangan sumber daya dalam melaksanakan pembangunan. Tercatat dalam APBNP 2013 terdapat selisih 224 triliun rupiah antara pendapatan dan belanja negara. Pendapatan negara hanya
6
1.502 triliun rupiah sedangkan belanja negara mencapai 1.726 triliun rupiah. Defisit tersebut ditutupi dengan pinjaman dalam negeri dan pinjaman luar negeri. Sebelum reformasi atau era pemerintahan Presiden Soeharto, pola pembangunan Indonesia masih berpola sentralisasi atau terpusat (central planning). Latar belakang kekurangan sumber daya inilah yang menginisiasi pola pembangunan desentralisasi yang melahirkan otonomi, mulai dari otonomi daerah hingga otonomi perguruan tinggi. Dengan desentralisasi beban pembangunan dibagi ke daerah-daerah atau sektor pembangunan. Otonomi yang berlaku di perguruan tinggi memiliki dua jenis, yakni Perguruan Tinggi Badan Hukum (PT BH) dan Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum (PK BLU) (UU 12/2012, pasal 65). Perbedaan signifikan di antara kedua terletak pada keleluasaan dalam menyerap dana dari masyarakat. Masyarakat dalam pengertian ini berpijak pada definisi semua warga negara nonpemerintah. PT BH leluasa untuk menjalin kerja sama, membuka atau menutup program studi serta pendapatannya tidak masuk dalam Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP). PT BH tidak lagi bergantug pada alokasi khusus dari APBN. Alokasi APBN untuk PT BH terbatas pada bantuan operasional pergu-
ruan tinggi negeri (BOPTN) dan hibah. “Bantuan Operasional PTN Badan Hukum adalah bantuan Pemerintah untuk biaya operasional, biaya Dosen dan tenaga kependidikan” pasal 1 PP. No. 58/2013. PP ini ditandatangani oleh Presiden Yudhoyono pada 28 Agustus 2013 untuk mengatur bentuk dan mekanisme pendanaan perguruan tinggi negeri badan hukum. Sebagaimana diperjelas oleh PP. No 58/2013 “Sumber pendanaan PTN Badan Hukum sebagaimana dimaksud merupakan pendapatan PTN Badan Hukum yang dikelola secara otonom, dan bukan merupakan penerimaan negara bukan pajak (PNBP),” bunyi Pasal 3 Ayat (3,4). Selain itu, PTN Badan Hukum juga dapat menerima pendanaan melalui Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD). Pendanaan pun bisa dalam bentuk berupa pinjaman, hibah, dan/atau penyertaan modal negara untuk investasi dan pengembangan PTN Badan Hukum. Perguruan tinggi yang sudah diberi otonomi pengelolaan secara akademik dan nonakademik secara luas ini, antara lain Universitas Indonesia, Universitas Gadjah Mada, Institut Teknologi Bandung, dan Institut Pertanian Bogor. Keempat PT BH ini merupakan eks perguruan tinggi Badan Hukum Milik Negara yang sempat mengalami kekosongan
ë
25 LPM Skëtsa
laporan utama payung hukum setelah pembata-lan UU Badan Hukum oleh Mahka-mah Konstitusi pada 2009 lalu. Anggota PT BHMN lainnya, seperti Universitas Sumatera Utara, Uni-versitas A i r l a n g ga , d a n U n i ve rs i ta s Pendidikan Indonesia tengah menunggu statuta baru mereka disahkan oleh Presiden sebagaimana UI dan lainnya. Perguruan tinggi yang telah menjadi badan hukum akan leluasa memasok kontribusi masyarakat dalam pengembangan pendidikan dan institusinya. Ragam sumber pendanaan ini menindaklanjuti kekurangan sumber daya negara dalam melaksanakan pembangunan secara menyeluruh. Pada Pasal 3 Ayat (2) PP 58/2013 ditegaskan, selain dialokasikan dari APBN, pendanaan penyelenggaraan Pendidikan Tinggi oleh PTN Badan Hukum juga dapat bersumber dari: a. Masyarakat; b. Biaya pendidikan; c. Pengelolaan dana abadi dan usaha-usaha PTN Badan Hukum; d. Kerjasama Tridharma; e. Pengelolaan kekayaan negara yang diberikan oleh pemerintah dan pemerintah daerah untuk kepentingan pengembangan Pendidikan Tinggi; dan/atau f. Sumber lain yang sah. Seiring dengan meningkatnya besaran Anggaran Belanja Negara pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan (APBNP) 2013, dari Rp 1.683 triliun menjadi Rp 1.726 triliun, anggaran pendidikan untuk tahun ini juga mengalami kenaikan
ĂŤ
25 LPM SkĂŤtsa
dari Rp 336,848 triliun (APBN 2013) menjadi Rp 345,335 triliun (APBNP) 2013. Dalam Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2013 yang disahkan oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada 18 Juni 2013, kenaikan anggaran pendidikan itu sesuai amanat konstitusi bahwa persentase anggaran pendidikan adalah sebesar 20% terhadap total anggaran Belanja Negara. “Di dalam alokasi Anggaran Pendidikan sebagaimana dimaksud, termasuk Dana Pe n g e m b a n ga n Pe n d i d i ka n Nasional sebesar Rp 5 triliun,� bunyi Pasal 16 Ayat (3) UU No. 15/2013. Dalam penjelasan UU No. 15 Tahun 2013 disebut, dari total anggaran sebesar Rp 345,335 triliun itu, anggaran pendidikan yang melalui Belanja Pemerintah Pusat tercatat Rp 126,238 triliun, Anggaran Pendidikan melalui Transfer ke Daerah Rp 214,096 triliun, dan Dana Pengembangan Pendidikan Nasional sebesar Rp 5 triliun. Badan Layanan Umum tercantum dalam UU No. 15 Tahun 2013 yang mengatur APBN-P 2013 sebagai pos Penerimaan Negara Bukan Pajak (Pasal 5) dan masih mendapat alokasi khusus dalam APBN laiknya perguruan tinggi negeri lainnya. Pada 2013 ini BLU direncanakan menyumbang 23 triliun rupiah untuk pendapatan APBN-P. Tidak seperti Badan Hukum yang hanya dikhususkan untuk perguruan tinggi saja. Badan
layanan umum tersebar kepada beragam rumpun satuan kerja pemerintah. Tersebut dalam laporan Pembinaan Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum, rumpun satuan kerja yang terbanyak menggunakan pola keuangan badan layanan umum yaitu pendidikan yang mencapai 70 satuan kerja dari beragam kementerian. Di posisi kedua diduduki oleh satuan kerja bidang kesehatan mencapai 49 buah. selanjutnya ada satuan kerja bidang pengelolaan dana, pengelolaan kawasan dan penyedia barang dan jasa lainnya. Dengan jumlah pengguna sistem BLU ini, tak heran jika sektor pendidikan menjadi penyumbang terbesar pada PNBP untuk Pos Pendapatan Badan Layanan Umum. BLU sektor pendidikan menyumbang 11 triliun rupiah. Pola Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum lahir dari upaya mengubah instasi pemerintah dari birokrasi menjadi korporasi. Walau bersifat nirlaba (tidak mengutamakan keuntungan) tetapi salah satu asas BLU adalah produktifitas, selain asas efektivitas. Pola pengelolaan birokrasi yang selama ini dijalankan dituding menghambat kemajuan. Dengan pola birokrasi, instansi pemerintah bergerak tak leluasa karena dihimpit aturan yang kaku dan alur yang berbelit terutama dalam urusan pendanaan layanan kepada publik. Dengan payung hukum Peraturan Pemerintah Nomor 23
7
laporan utama Pendapatan dan Belanja Satker BLU 2006-2012 Rp.40.000.000M
Rp.32.000.000M
Nilai
Rp.24.000.000M
Rp.16.000.000M
Rp. 8.000.000M
0 2006
2007
2008
2009
2011
2010
2012
Belanja
Pendapatan
Pendapatan dan Belanja Satker BLU 2013 Rp.5.000.000M
Nilai
Rp.4.000.000M
Rp.3.000.000M
Rp.2.000.000M
Rp. 1.000.000M
0 Jan
Feb
Mar
Apr
Mei
Jun
Pendapatan
keuangan ini mulai dipersiapkan dan dijalankan. Namun pada tahun 2012, payung hukum tersebut direvisi dan mendapat tambahan penjelasan pada Peraturan Pemerintah Nomor 74. Definisi Badan Layanan Umum dalam peraturan tahun 2005 adalah “instansi di lingkungan Pemerintah yang dibentuk untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat berupa penyediaan barang dan/atau jasa yang dijual tanpa
8
Jul Belanja
Agus
Sept
Okt
Data diolah dari Laporan PPK BLU
“Sumber pendapatan PTN badan hukum sebagaimana dimaksud merupakan pendanaan PTN badan hukum yang dikelola secara otonom, dan bukan merupakan penerimaan negara bukan pajak” Pasal 3 Ayat (3,4) PP. No. 58/2013
mengutamakan mencari keuntungan dan dalam melakukan kegiatannya didasarkan pada prinsip efisiensi dan produktivitas,” bunyi, pasal 1 (1) PP. No. 23 Tahun 2005. Dengan pola keuangan
BLU, instasi pemerintah dapat menerima imbalan sebagai pengganti dari layanan jasa yang diberikan kepada masyarakat. Tersebut dalam laporan keuangan Satker BLU Universitas Jenderal Soedirman periode 2010 dan 2011 imbalan layanan jasa pendidikan mencapai 123 miliar rupiah pada 2011, naik satu miliar dibanding tahun sebelumnya. Besaran imbalan ini ditetapkan dalam tarif layanan oleh menteri pembimbing teknis masing-masing instansi. Tarif layanan ini ditentukan dengan mempertimbangkan kontinuitas dan pengembangan layanan, daya beli masyarakat, asas keadilan dan kepatutan, dan kompetisi yang sehat. Menjelang usia ke delapannya, Badan Layanan Umum masih besar pasak daripada tiang. Dalam kurun waktu tersebut belanja layanan masih lebih besar dari pendapatan yang diraih. Pada catatan tahun 2012 saja, belanja Badan Layanan Umum secara keseluruhan mencapai 32 triliun sedangkan Pendapatannya belum mencapai 24 triliun. Pada tahun Oktober 2013 ini, belanja dan pendapatan berselisih sekitar 1 triliun. Sama seperti Perguruan Tinggi Badan Hukum, Badan Layanan Umum diberikan keleluasan dalam menjalan bisnis layanannya. Namun, Badan Layanan Umum tidak dapat mengalihkan aset yang dimilikinya sebagaimana PT BH. Ÿ Ubaidillah
ë
25 LPM Skëtsa
visit follow like
LPM Skëtsa
www.lpmsketsa.com @LPMSketsa Lpm Sketsa Unsoed
ë
25 LLPM Skëtsa
10
ë
25 LPM Skëtsa
12
ë
25 LPM Skëtsa
dan proses pembelajaran secara terencana, terarah, dan berkesinambungan di PT. Budaya akademik sangat berperan dalam proses tersebut. H. Mintaraga Eman Surya, Lc.,MA, ketua Lembaga Penelitian dan Pengembangan Islam Universitas Muhammadiyah Purwokerto menyatakan budaya akademik memiliki peranan penting. “Budaya akademik sebagai suatu subsistem perguruan tinggi memegang peranan penting dalam upaya membangun dan mengembangkan kebudayaan dan peradaban masyarakat (civilized society),” jelasnya. Menurutnya, budaya akademik harus dimiliki dan diciptakan oleh seluruh sivitas akademika. “Dosen dan mahasiswanya harus bekerjasama untuk membangun kultur akademik,” jelasnya. Senada dengan Mintaraga, Drs. Andi Antono, M.Si., Pembantu Dekan III FISIP Unsoed, sepakat bahwa budaya akademik harus dibangun oleh dosen dan mahasiswanya sesuai potensi yang dimiliki. “Dosen dapat menciptakan kultur akademik di kelas,” jelas Andi. Keterbukaan dalam menilai tugas atau ujian menjadi salah satu budaya akademik yang harus diterapkan dosen. Dalam praktiknya, tidak semua dosen menjalankan hal tersebut. Setelah mengerjakan makalah, ë
25 LPM Skëtsa
Supri tidak mengerti makalahnya baik atau tidak dalam penulisan dan isi. “Makalahnya dikumpulkan saja dan tinggal menunggu nilai,” jelas Supri. Di luar kelas, himpunan mahasiswa sebagai sarana berhimpun mahasiswa sesuai program studi dan jurusan juga memiliki peran untuk membangun dan menciptakan budaya akademik sesuai bidang keilmuannya. “Mahasiswa bisa membangun kultur akademik melalui Himpunan Mahasiswanya jika ada,” jelas Andi. Hima dapat menjadi tempat untuk mendalami bidang keilmuan masingmasing prodi atau jurusan. Peran Hima akan sangat terasa oleh mahasiswa baru. Bukan hanya untuk membentuk kultur kekeluargaan, tapi kultur akademik juga. Dibutuhkan semacam pembiasaan bagi mahasiswa baru terhadap kehidupan kampus. Mahasiswa yang merasa salah jurusan akan merasa buta terhadap perkuliahan yang dijalani. Peran Hima berfungsi dalam hal ini. Brian Anardi pernah masuk di jurusan yang tidak ia minati. Ia sempat menjalani perkuliahan di jurusan manajemen internasional Unsoed tahun 2007 sebagai angkatan ke dua. Karena usia jurusan yang masih muda, peran Hima untuk asupan tambahan di luar perkuliahan belum ia rasakan. Merasa tidak nyaman dengan
jurusannya ditambah tidak men dapat tempat untuk menambah pegetahuan di luar perkuliahan, ia memutuskan pindah jurusan. “Tahun 2009 saya ikut ujian masuk jurusan Ilmu Politik dan diterima,” jelasnya. Melihat kasus tersebut, Hima sebagai organisasi yang membawa embel-embel jurusan atau prodi memiliki peran untuk membangun basis keilmuan mahasiswa di luar perkuliahan. Diskusi, workshop, atau seminar tentang bidang keilmuan sangat mungkin diadakan oleh Hima. Namun, hal ini dianggap sebagian mahasiswa kurang menarik. Himpunan Mahasiswa Administrasi Negara Unsoed pernah mengadakan diskusi rutin tentang isu kekinian, namun sepi peminatnya. “Kepengurusan sebelumnya, pernah mengadakan diskusi tapi yang datang dua sampai tiga orang,” ungkap Fahrizya Indra, ketua HMJ AN. Ia menambahkan bahwa kemungkinan mahasiswa jenuh karena di kelas sudah berfikir, kemudian di luar kelas sudah tidak tertarik dengan diskusi berat. Menurut Andi Antono, bukan potensi mahasiswa yang kurang tapi minat mahasiswa terhadap kegiatan akademik di luar perkuliahan yang kurang. Ia pernah mengundang mahasiswa FISIP Unsoed yang mem-
13
LAPORAN KHUSUS peroleh beasiswa untuk membuat Program Kreativitas Mahasiswa (PKM). Mahasiswa yang menerima beasiswa memiliki potensi yang baik, karena untuk mendapatkan beasiswa ada persyaratan akademik yang harus terpenuhi. Namun dari 300 mahasiswa yang mendapat beasiswa, hanya sekitar 60 proposal PKM yang terkumpul. Budaya Keberaksaraan Budaya menulis memang menjadi salah satu problema sivitas akademika Indonesia. Terbitnya SK Dirjen DIKTI No.152/E/T/2012 tentang kewajiban menulis karya ilmiah berbentuk jurnal bagi mahasiswa S1, S2, dan S3 menjadi sejarah baru keberaksaraan
14
Perguruan Tinggi. “Sebagaimana kita ketahui bahwa pada saat sekarang ini jumlah karya ilmiah dari Perguruan Tinggi Indonesia secara total masih rendah jika dibandingkan dengan Malaysia, hanya sekitar sepertujuh.” Begitu bunyi pembukaan SK DIKTI tentang kewajiban menulis jurnal yang diedarkan ke seluruh Peruruan Tinggi di Indonesia. Melihat jumlah tersebut, terlihat budaya keberaksaraan Perguruan Tinggi di Indonesia masih jauh dengan Malaysia. Deni Supriadi dalam bukunya Isu dan Agenda Pendidikan Tinggi di Indonesia menyatakan bahwa membuat karya tulis ilmiah masih merupakan pekerjaan yang dipandang berat bagi sebagian orang,
termasuk para mahasiswa dan dosen PT. Di kalangan intelektual, seperti para akademisi PT, gagasan lebih sering disampaikan secara lisan melalui seminar atau diskusi, yang seringkali tidak disertai dengan bahan tulisan. Mintaraga menjelaskan bahwa budaya keberaksaraan mahasiswa belum bisa dikatakan baik. “Jangankan mengembangkan bidang keilmuannya, untuk mengerjakan tugas kuliah saja mahasiswa masih terlena dengan budaya instan. Mahasiswa tentu masih banyak yang mengerjakan tugas dengan jalan pintas seperti browsing semata,” tuturnya. Ÿ Sucipto
ë
25 LPM Skëtsa
ĂŤ
skĂŤtsa
EDITORIAL KEMBALI KE MISI SEJATI PERGURUAN TINGGI Sebagaimana tersurat dalam PP No. 60 Tahun 1999 pasal 2 bahwa Perguruan Tinggi sebagai subsistem pendidikan nasional mempunyai misi sebagai berikut: (1) menyiapkan peserta didik menjadi anggota masyarakat yang memiliki kemampuan akademik dan/atau profesional yang dapat menerapkan, mengembangkan, dan/atau menciptakan Iptek; (2) mengembangkan dan menyebarluaskan Iptek serta mengupayakan penggunaannya untuk meningkatkan taraf kehidupan masyarakat dan memperkaya kebudayaan nasional. Landasan yuridis tersebut menjelaskan bahwa misi utama perguruan tinggi adalah menyiapkan Sumber Daya Manusia yang nantinya akan membawa inovasi di kehidupan bermasyarakat. Kurikulum dan sistem yang diterapkan Perguruan Tinggi tentu menjadi faktor pendukung untuk membentuk peserta didik. Sayangnya beberapa dekade terakhir para pelaku dan pengambil kebijakan pendidikan tinggi lebih banyak berkutat dengan masalah teknis. Perguruan tinggi saat ini seakan direpotkan dengan status hukum dan pola keuangan yang berganti-ganti. Dari badan layanan umum, kemudian mempersiapkan diri untuk menjadi badan hukum. Status kepegawaian dan pengangkatannya juga ikut berubah. Perguruan tinggi dituntut untuk otonom. Dengan otonomi ini, perguruan tinggi diharapkan mampu memaksimalkan kebebasan akademik. Selain itu, PT juga harus bisa mandiri secara finansial. PT harus produktif dalam mengelola universitas, walau nirlaba. Akibatnya, biaya kuliah yang semakin membuncit tiap tahunnya sampai praktek korupsi di perguruan tinggi juga menambah sejarah buruk di lembaga pendidikan. Pada akhirnya, misi sejati perguruan tinggi sebagai badan pusat mendapatkan dan pengembangan ilmu untuk mencetak generasi yang berbudi dan berpendidikan seolah dilupakan. Seharusnya, apapun kebijakannya, baik pelaku maupun pengambil kebijakan pendidikan tinggi tidak melupakan misi sejati PT yang tersebut di paragraph awal.[]
Mission not impossible
16
Perguruan Tinggi ĂŤ
25 LPM SkĂŤtsa
OPINI
ë
skëtsa
Pertarungan Tak Sepadan Oleh: Ubaidillah Pada Oktober lalu, Ulil Abshar Abdallah digagalkan menjadi pembicara seminar “Demokrasi di Negaranegara Muslim" yang digagas Himpunan Mahasiswa Jurusan (HMJ) Ilmu Hukum, Fakultas Syariah UIN Suska Pekanbaru, Riau. Beberapa kelompok agama tertentu mendesak salah satu pendiri Jaringan Islam Liberal ini 'diusir' keluar kampus bahkan mungkin Riau. Jaringan Islam liberal memang frasa tabu dalam dinamika pemikiran intelektual Islam Indonesia. Pemikiran organisasi atau orang-orang tergabung di dalamnya selalu mengundang tentangan dari beberapa kalangan intelektual muslim. Stempel kafir, munafik dan kebarat-baratan (karena menempelkan kata liberal dalam namanya) disematkan padanya. Indonesia Tanpa JIL pun dapat kita temukan sebagai salah satu grup di jejaring sosial facebook. Tulisan ini tidak hendak membela pemikiran JIL, Ulil atau sekumpulan orang dengan pemikiran serupa. Tulisan ini hanya melihat fenomena pertarungan ide yang tak sepadan. Ide atau pemikiran dilawankan dengan basis kekuatan massa yang berpotensi menjadi kekuasaan yang menggusur ide tersebut dari ruang diskursus. Kekuasaan memang tak pernah sepadan jika dilawankan dengan ide. Kekuasaan selalu menang, ide selalu terkekang. Orde Baru telah terlebih dahulu menerapkan pertarungan ide yang tak sepadan. Orde Baru menarungkan ide dengan peraturan. Ide yang berkeliaran pada zaman itu harus terlebih dahulu mendapat stempel dari rezim. Mulai dari penerbitan karya jurnalistik hingga novel harus melalui filter tendesius Orde Baru. Tetralogi Pulau Buru karya Pramoedya Ananta Toer, Pergolakan Pemikiran Islam karya Ahmad Wahib atau buku-buku bernafas sosialis yang sekarang populer diberangus masuk perapian karena tak mendapat izin dari rezim. Alasan penerapan filter ini tentu tidak lain berkenaan dengan upaya pelanggengan kekuasaan dengan menghilangkan yang dianggap ancaman. Karenanya tidak heran jika pada Orde Baru ada tahanan politik, yaitu orang yang dihukum karena pilihan politik dan ideologisnya berseberangan dengan rezim. Di pengujung 2009 lalu, pelarangan terhadap 5 buku kembali terjadi. Kelima buku yang dilarang beredar adalah (1) Dalih Pembunuhan Massal: Gerakan 30 September dan Kudeta Suharto karya John Roosa; (2) Suara Gereja bagi Umat Tertindas: Penderitaan Tetesan Darah dan Cucuran Air Mata Umat Tuhan di Papua Barat Harus Diakhiri karya Socratez Sofyan Yoman; (3) Lekra Tak Membakar Buku: Suara Senyap Lembar Kebudayaan Harian Rakjat 1950-1965 karya Rhoma Dwi Aria Yuliantri dan Muhidin M Dahlan; (4) Enam Jalan Menuju Tuhan karya Darmawan; (5) Mengungkap Misteri Keberagaman Agama karya Syahrudin Ahmad. Melalui pernyataan Jaksa Agung Muda Bidang Intelijen (JAM Intel), bukubuku tersebut dianggap mengganggu ketertiban umum serta bertentangan dengan UUD 1945 dan Pancasila. Indonesia adalah negara yang demokratis, maka harus ada jaminan terhadap freedom of expression, freedom of speech, dan freedom of the press. sangat aneh dan menyedihkan bahwa negara yang menyebut dirinya demokrasi ke3 terbesar di dunia ini masih melakukan pelarangan buku.
ë
25 LPM Skëtsa
17
OPINI Konteks fenomena Ulil membawa kita pada pengandaian jika kampus saja sudah tidak ramah terhadap dialektika pertarungan ide bagaimana dengan Indonesia? Kampus memiliki kebebasan mimbar akademik, lantas hilang kemanakah kebebasan itu jika orasi ilmiah saja harus berhadapan dengan kekuatan yang berpotensi bertransformasi menjadi kekerasan? Kebebasan mimbar akademik dapat dimaknai sebagai kebebasan mengungkapkan secara bertanggung jawab mengenai sesuatu yang berkenaan dengan kepakaran seseorang. Kita ramai-ramai membicarakan, mendukung, menyanggah penerapan otonomi kampus. Ada dua narasi utama dalam percakapan soal otonomi kampus. Pertama bagi pendukung, penerapan pola ini menjadi modal untuk kemajuan institusi. Kedua, otonomi kampus merupakan upaya kapitalisasi pendidikan bagi penolaknya. Tetapi kita hanya terbuai dalam percakapan tentang otonomi institusional, soal otonomi subtansial dari institusi pendidikan tinggi kita lalai. Kesetaraan dan Kebebasan Kita lalai membicarakan kebebasan dan kesetaraan dalam mengembangkan ilmu dan pengetahuan. Perlakuan diskrimanitif terhadap orang-orang yang berbeda haluan intelektual tentu adalah dosa intelektual. Pendidikan hanya dapat berjalan wajar dan berkemajuan jika dan hanya jika berada dalam atmosfir kebebasan dan kesetaraan. Malala Yousafzai , seorang gadis 16 belas tahun asal Pakistan ditembak kepalanya oleh Taliban karena menggelorakan pemikiran kebebasan dan kesetaraan dalam pendidikan di Pakistan. Malala menyerukan kebebasan dan kesetaraan dalam pendidikan di Deklarasi Hari Malala pada Sidang Umum PBB 12 Juli 2013 lalu. Kesetaraan mungkin berterima lebih arif di telingah masyarakat Indonesia. Walau Indonesia pernah mengalami masa kebudayaan tak setara yang melahirkan stratifikasi sosial dan berujung pada perbedaan akses pada beberapa hal, mendapat pengetahuan dari 'guru' pada masa kerajaan hanyalah untuk kaum istana dan bangsawan, masyarakat biasa dicukupkan hidup dengan mengolah alam semesta menjadi pengetahuannya. Mudahnya akses kepada pengetahuan 'formal' hanya untuk kaum tertentu. Dan juga phallocentris yang membidani perlakuan berbeda berdasarkan jenis kelamin, wanita hanya berurusan dengan hal domestik (dapur, sumur, kasur) dan laki-laki pada urusan publik. Phallus adalah alat kelamin pria. Phallocentris adalah ajaran yang berpandangan norma laki-laki menjadi pusat (center) dari relasi-relasi sosial yang ada. Paham patriarki berawal dari ajaran ini. Zaman bergulir. Kesetaraan diupayakan. Kemauan politik telah melegitimasi keterlibatan wanita dalam kancah ekonomi, intelektual dan bahkan politik. All men are created equally. Semua manusia diciptakan setara. Keyakinan demikian mengakar terutama pada manusia Indonesia mutakhir. Lain kesetaraan, lain pula kebebasan. Leksikon kebebasan punya makna asosiasi yang negatif dalam benak penutur bahasa Indonesia. Maknanya dianggapan berhimpitan dengan keliaran, karena kebebasan adalah ketiadaan pengekangan dari subjek di luar diri. Diri dianggap otonom untuk berkehendak, berperilaku, maupun berpikir. Secara leksikal leksikon bebas memuat beberapa arti; 1) lepas sama sekali, 2) lepas dari, misal lepas dari perasaan takut, tuntutan dan lainnya, 3) tidak dikenakan, misal pajak, hukuman, 4) tidak terikat atau
18
ĂŤ
25 LPM SkĂŤtsa
OPINI terbatas oleh aturan, 5) merdeka (tidak diperintah, tidak dijajah). Bangunan makna demikianlah yang menimbulkan asosiasi negatif di kalangan masyarakat. Bagi kalangan moralis, kebebasan menyebabkan pergaulan seks bebas atau bagi kalangan ekonom sosial, kebebasan merupakan pondasi ideologis dari pasar bebas; suatu tatanan spontan yang bergerak karena adanya tindakan individu-individu yang mengejar kepentingan diri sendiri tapi juga punya kecenderungan to truck, to barter, and to exchange, dan bukan digerakkan oleh perencanaan yang terpusat dan desain dari atas (Friedrich Hayek dalam Individualism and Economic Order). Walaupun demikian, kebebaPengertian metodologis san adalah sebuah nomina yang dapat dan religius berperilaku sebagai subjek dalam kontruksi sintaksis. Begitu juga, kebebasan dalam kontruksi dunia empiris manusia. Kebebasan adalah konsep umum sebuah keadaan yang memungkinkan hal lain (others) muncul karenanya. Kebebasan pun dapat menjadi penyebab dari kemajuan Generalisasi ilmiah Ide politis dan etis intelektual suatu bangsa. Kemajuan intelektual dalam suasana bebas akan memungkinkan terciptanya tegangan dialektis karena pengekangan yang diperagakan Orde Baru hanya tindak hegemoni dalam rangka menciptakan satu perspektif dalam memandang dunia. Orde Baru berkepentingan agar perspektifnya menjadi satu-satunya dan akhirnya pembenaran tindakannya mendapat pengakuan kebenaran dari khalayak luas. Fakta empiris
Pendidikan model demikian tidak bertujuan untuk menumbuhkan partisipasi manusia Indonesia dalam pembangunan Indonesia. Mereka dicukupkan dimobilisasi, menunggu perintah dan arahan dari rezim. Sejatinya kampus atau pendidikan terutama merupakan tempat generasi muda memperluas cakrawala pandangnya terhadap dunia. Ketika mereka membuka pikiran mereka untuk ide dan pengalaman yang baru dan ketika mereka mulai melakukan perjalanan panjang dari generasi muda yang tak bersalah menuju lingkungan kedewasaan yang penuh tanggung jawab. Pola pikir masyarakat, di mana pun adalah hasil ramuan dari empat unsur; fakta-fakta empiris, pengertian mitologis dan religius, ide politis dan etis dan generalisasi ilmiah. Dengan kata lain, tak ada satu pun masyarakat, kehidupan masyarakat dapat bertahan selama pola pikirnya tidak banyak sekali mengandung unsur-unsur keilmuan (Daoed Joesof dalam Asal-usul Kecerdasan Manusia). Peran keilmuan sedemikin besar pada hidup manusia, maka menjadi tugas kita bersama untuk memastikan keadaan di mana keilmuan dapat tumbuh subur. Kita harus memastikan kesetaraan dan kebebasan dalam pengembangan dan penjelajahan intelektualitas demi kemajuan Indonesia dan Kemanusiaan.
ĂŤ
25 LPM SkĂŤtsa
19
ë
skëtsa
rANCAK RAGAM Wisata Stroberi: dari Korea ke Purbalingga
P
a g i sudah beranjak menuju siang. Pukul sepuluh tepatnya. Tetapi kabut masih memayungi langit desa Serang , Purbalingga. Membatasi setiap mata pada jarak lima meter saja. Ditambah kecepatan angin yang kencang memaksa pori-pori menutup untuk menjaga ke-hangatan tubuh di lingkungan yang dingin. Desa Serang hanya berjarak sekitar dua kilometer dari pintu masuk jalur pendakian gunung Slamet yang berada di Desa Bambangan. Ia persis berada di kaki gunung Slamet bagian timur dengan ketinggian 1200 meter dari permukaan laut (mdpl).
20
Dengan keadaan geografis demikian, Serang menjadi salah satu sentra penghasil sayuran di Purbalingga. Beragam sayuran dapat tumbuh subur seperti kubis, cabe, tomat hingga kentang yang terkenal sebagai tanaman umbi daerah dingin. Bertani sayuran sudah menjadi cara mencari penghidupan massal masyarakat setempat. Memasuki 2005, kebiasaan bertani sayuran itu terusik. Ada yang membedakan diri dengan mencoba hal lain. Almarhum Marto menanam buah stroberi. Semasa hidupnya, ia yang pertama menanam stroberi dibanding
warga desa lainnya. Buah yang dalam bahasa latin dikenal Fragaria xananassa ini diperkenalkan oleh tiga warga negara Korea. Mereka sengaja datang ke Desa Serang untuk melakukan percobaan penanaman stroberi di daerah ini. Mereka mencari warga desa yang bersedia tanahnya menjadi tempat percobaan. Marto bersedia. Awal mula kehadiran stroberi di Desa Serang ini, dikisahkan Yani (50), adik perempuan Marto kepada tim Skëtsa di warung makannya. Di samping rumahnya, Yani membuka usaha warung makan yang dinamai sama dengan namanya. Selain warungnya ini, ia bersama anak dan menantunya mengelola kebun stroberi seluas 100 meter persegi. “Menanam stroberi sudah jadi usaha keluarga,” tuturnya. Setiap pembaruan senantiasa selalu diikuti tantangan dan tentangan sebelum diyakini dan dijalani. Begitu pun, saat Marto mulai menanam stroberi secara serius karena percobaannya de-
ë
25 LPM Skëtsa
RANCAK RAGAM RANCAK RAGAM
ngan warga Korea berhasil. Oleh warga yang lain, Marto dicibir sebagai petani gila, petani malas. Bahkan penentangan bukan ha-nya berasal dari warga, mertuanya memandang kegiatan Marto menanam stroberi adalah kegiatan sia-sia. “Nanti kalau anaknya nangis kasih saja daun stroberi karena tidak ada beras,� kenang Yani menirukan sindiran mertua Marto dulu. Pertama kali tanam, stroberi langsung subur dan berkembang bagus. Kecocokan tanah dan cuaca membuatnya demikian. Stroberi merupakan tumbuhan dataran tinggi yang dapat tumbuh di ketinggian 1.000-1.500 mdpl
ĂŤ
25 LPM SkĂŤtsa
dengan tekstur tanah berpasir mengandung tanah liat. Sebelum meninggal, Marto menyerahkan pengelolaan kebunnya kepada Girin. Sang Kemenakan inilah yang hingga kini mengurusi kebun seluas 200 meter persegi. Menurut penutu-ran Yani, dahulu Marto hanya me-nanam beberapa ratus stroberi pada lahannya. Itu pun masih menjadi tumpang sari pada tana-man sayuran yang menjadi tanam-an pokok. Sudah hampir 9 tahun sejak pertama kali Warto mencoba untuk menanam stroberi dikebunnya, kini desa Serang, kecamatan Karangreja terkenal sebagai tem-
pat wisata petik stroberi di Purbalingga. Berbagai kebun stroberi dengan bermacam penawaran wisata petik dan belanja dapat dijumpai di sepanjang jalan desa Serang. Hawa sejuk dan pemandangan hijau yang indah juga menjadi daya tarik wisata petik dan belanja stroberi ini. Sambil menikmati keasrian desa Serang, pengunjung dapat memilih dan memetik sendiri hasil stroberi di kebun. Pengunjung hanya perlu mengeluarkan kocek Rp. 25.000 pada hari biasa untuk sekilo stroberi. Pada hari libur, para petani stroberi mematok harga Rp. 30.000 per kilogramnya.
21
Meski hampir setiap hari ada pengunjung yang membeli dan memetik stroberi, pemiik kebun tidak khawatir kehabisan stok stroberi untuk esok hari. Pasalnya, pohon stroberi yang sudah ditanam dan berbuah, ketika sudah dipetik, hanya butuh waktu satu sampai dua hari untuk berbuah lagi. “Wah, stroberi mah cepat Mas berbuahnya, sekarang dipetik, besok sudah tumbuh lagi,” tutur Ibu Slamet Riyadi, salah satu pemilik kebun stroberi. Ketika diwawancarai Skëtsa, Ibu Slamet berbagi pengalaman tentang waktu yang tepat untuk menanam stroberi. Musim kemarau menjadi musim awal tanam stroberi. Karena musim hujan digunakan untuk menyiapkan tanah yang subur dan berkadar air yang cukup. Setelah cuaca sudah mendukung, barulah stroberi ditanam untuk kemudian ditunggu sampai berbunga. Bunga inilah yang nantinya akan tumbuh menjadi stroberi. Stroberi yang sudah siap petik ini akan mengalami pembungaan dan pembuahan lagi selama dua tahun tanpa henti. Ibu berperawakan kecil ini mengaku sudah menanam stroberi selama lima tahun. Harga stroberi yang lebih stabil dibanding sayuran menjadi salah satu alasannya untuk menanam stroberi. Ketika mengawali usahanya, Ibu Slamet mengambil bibit dari Lembang, Bandung, tempat yang lebih dulu terkenal sebagai sentra stroberi. Sama dengan petani sayuran, petani stroberi juga memiliki kendala dalam menjaga kualitas stroberinya. Stroberi yang memiliki tekstur lembut ini buahnya mudah hancur jika terkena gesekan atau terpaan langsung yang mengenai buah stroberi. Kala musim hujan, kondisi buah stroberi terkadang banyak yang tidak utuh akibat terkena air hujan. Pengunjung enggan memilih stroberi yang keadaannya seperti ini. Para petani stroberi mengantisipasi hal demikian dengan memetik buahnya sebelum turun hujan untuk segera dikemas dan dijual. Dengan demikian, pada musim hujan pengunjung jarang menemui stroberi dengan kondisi baik di pohonnya. Namun tetap dapat menikmati stroberi dengan kondisi baik yang sudah dikemas. Selain itu, hama tanaman juga menjadi
22
RANCAK RAGAM
kendala bagi petani stroberi. “Ini Mas, hama ucat,” kata Ibu Slamet menunjukkan hama yang diambil dari akar stroberi di kebunnya. Ucat adalah sebutan untuk hama yang menyerang tanaman stroberi di bagian akar. Jika stroberi terkena ucat, ia tidak dapat tumbuh maksimal. Buahnya tidak besar dan rasanya kurang manis. Meski nama desa Serang belum terkenal layaknya sentra stroberi Lembang, tempat ini menjadi salah satu tempat yang ingin dikunjungi ketika orang dari luar bertandang ke Purbalingga dan sekitarnya. Terbukti dengan menjamurnya petani stroberi di desa ini. Selain itu, kebun stroberi di sini tak pernah sepi pengunjung setiap harinya. Sebagai sentra kebun stroberi di Purbalingga, kualitas stroberi Desa Serang memiliki keunikan tersendiri dibanding dengan stroberi di Lembang, Bandung. “Stroberi Lembang lebih besar, tapi masalah rasa stroberi di sini tidak kalah. Malah, kalo di sini lebih merah warnanya dibanding stroberi Lembang,” tutur Yani. (Ubaid/Sucipto)
ë
25 LPM Skëtsa
profil
ë
skëtsa
Bowo Leksono Dunia Kreatif, Film Indie, dan Sekolah Dok. pribadi
“Oh, yang wartawan itu ya Mas? Mas lurus saja, nanti rumahnya di kiri jalan yang ada motor vespanya,” kata seorang ibu ketika tim Skëtsa bertanya letak kantor Bowo Leksono. Nama Bowo Leksono memang tidak bisa dilepaskan dari dunia jurnalistik. Sebelum aktif dalam dunia film indie, Bowo pernah melanglang buana menjadi seorang jurnalis. Berjumpa di kantor Cinema Lovers Community, Jalan Puring, Purbalingga, pertengahan Juli lalu, berdiskusi dengan Bowo terasa mengasyikkan. Pernyataan dan penjelasannya mengalir, inspiratif, mendalam, tetapi mudah dicerna. Dengan bercelana pendek dan kaos oblong ia menyambut Skëtsa. Pria kelahiran Purbalingga 37 tahun silam ini bercerita tentang pengalamannya menjadi wartawan di berbagai media. Ia pernah menjadi wartawan Harian Umum Republika Jakarta, wartawan Harian Peta News Jakarta, redaktur Majalah Guns
ë
25 LPM Skëtsa
Jakarta, dan redaktur Pelaksana Majalah Percik Bappenas. Oleh karena itu, banyak orang mengenalnya sebagai jurnalis. Kendatipun demikian, Bowo memiliki kecintaan yang lebih pada dunia seni. Sejak kuliah Bowo aktif di dunia teater. Dia sempat singgah satu tahun di Fakultas Hukum Universitas Jenderal Soedirman dan menjadi anggota teater Timbang. Setelah itu, ia memutuskan untuk pindah ke Universitas Diponegoro, Semarang di Fakultas yang sa-ma. Alasannya sepele, waktu itu Unsoed belum ramai seperti sekarang dan ia merasa kesepian dengan kondisi Unsoed waktu itu. “Kok kampus sepi banget, enggak ada demodemoan. Ya wis lah, pindah bae,” ujarnya terkekeh. Di kampus barunya itu, pria bertubuh gempal ini mendirikan teater Temis FH Undip. Mulai saat itu, Bowo belajar banyak tentang seni peran. Berbekal pengalamannya di dunia seni peran, ketika kembali ke Purbalingga, Bowo mendirikan Laeli Leksono Film pada tahun 2004. Ia bersama teman-
temannya membuat film dengan alasan yang simpel. Saat itu, satu hal yang menjadi alasan mereka membuat film. Mereka membuat film karena memang harus membuat film. Bermacam pertanyaan menghujani mereka saat itu. Film untuk apa? Siapa yang akan menonton? Dan pertanyaan bernada miring ditujukan kepada mereka. Tidak peduli dengan hal tersebut, mereka tetap mengerjakan film itu sampai akhir. Setelah shooting selesai, tahap pascaproduksi mereka lakukan di Yogyakarta bersama teman-teman komunitas film di sana. Setelah semua tahap rampung dikerjakan, selesai sudah pembuatan film “Orang Buta dan Penuntunnya”. Film ini konon menjadi film pertama di Purbalingga. Film ini juga sempat diputar di sekolah-sekolah di Purbalingga, antarkampus, dan kantong-kantong budaya.Film berdurasi 15 menit ini pernah tayang di TVRI Nasional Jakarta dan diikutsertakan dalam Festival Film Indonesia (FFI) 2004. Sejak saat itulah Bowo dan anak muda Purbalingga terus
23
profil berkarya membuat film independen sampai sekarang. Untuk menciptakan wadah pecinta film yang membuka wacana berupa media gambar bergerak, Bowo dan teman-temannya membentuk Cinema Lovers Community (CLC) pada 4 Maret 2006. CLC memiliki tujuan sederhana yaitu memberi tontonan alternatif yang bersifat mendidik dan menghibur bagi warga Purbalingga dan sekitarnya. Tokoh Berpengaruh Selain sebagai pendiri CLC, Bowo juga menjadi direktur dalam komunitas ini. Awalnya, kegiatan CLC adalah mengadakan tontonan film dari berbagai jenis film untuk kemudian mendiskusikannya. Tontonan film digelar di Graha Adiguna (oproom) milik Pemkab Purbalingga yang terletak di komplek Pendapa Bupati Purbalingga. Letaknya yang strategis yaitu di pusat pemerin-tahan memudahkan akses bagi para pecinta film di Purbalingga untuk berbagi di sini. Program bertajuk “Bioskop Kita” ini diselenggarakan sebulan sekali. Program Bioskop Kita diputar perdana pada Sabtu, 6 Mei 2006. Disam-ping karya sineas lokal, diputar juga film dari luar daerah dengan harapan agar dapat saling memotivasi untuk
24
berkarya lebih baik lagi. Mulai 2007, Bowo bersama komunitas yang ia pimpin menggelar Parade Film Purbalingga (PFP) yang pada akhirnya menjadi event tahunan bernama Festival Film Purbalingga (FFP). Awalnya FFP ini membuat workshop dan diskusi di sekolah-
in agar dialek berbicaranya natural seperti orang Banyumas. Saat ini, sutradara yang juga Sekretaris Jaringan Kerja Film Banyumas (JKFB) ini, berusaha rajin memproduksi film pendek dan dokumenter serta membidani kelahiran generasi sineas muda di tanah kelahirannya, Purbalingga. Karena di Purbalingga tidak ada kampus, Bowo memutuskan untuk membimbing siswa SMA dan SMP di Purbalingga dalam pembuatan film. Lebih dari 100 film sudah ia produksi bersama anak bimbingannya dan komunitasnya tersebut. Empat puluh diantaranya ia sendiri Dok. CLC Purbalingga yang menjadi produser dan sutradaranya. Hampir setiap sekolah sambil menyerahkan film yang ia buat pernah mendaproposal ekstrakurikuler film di patkan penghargaan dan memesekolah tersebut. Saat ini, bebenangkan kompetisi tingkat rapa SMP dan SMA di Purbaregional maupun nasional. Hinglingga sudah memiliki ekskul ga saat ini, Bowo Leksono dan CLC film dengan pembimbingnya mengkhususkan diri pada kerja adalah Bowo dan teman-teman kreatif, yaitu: Workshop Film, CLC. Produksi Film, Pemutaran Film, Selain itu, Bowo LeksoDatabase Film, dan Festival Film. no juga pernah terlibat dalam (Sucipto) proses pembuatan film Sang Penari yang disadur dari Novel Ronggeng Dukuh Paruk karya Ahmad Tohari. Ia dipercaya menjadi talent coach untuk film Lintang Kemukus. “Itu film pemanasan lah ibaratnya, sebelum film layar lebarnya dibuat,” tegasnya. Dalam proses film tersebut, Bowo melatih para pema-
ë
25 LPM Skëtsa
ARTIKEL
ĂŤ
skĂŤtsa
Wajah Lembaga Pendidikan dan Kaum Terdidik Oleh: Fauziah Seseorang tidak akan mau bersusah payah dan rela menghabiskan waktu, tenaga, pikiran serta uang jika bukan untuk mendapatkan sesuatu yang lebih baik. Terkadang, untuk mendapatkan hasil yang maksimal, sesuatu yang dipertaruhkan tidaklah kecil dan sedikit. Begitulah hidup. Misalnya, untuk menaikkan taraf kehidupan sosial-ekonomi seseorang, berbagai upaya dilakukan. Salah satu upaya yang hampir pasti akan dijalani adalah dengan menempuh pendidikan. Bagi masyarakat tertentu, pendidikan diharapkan dapat berfungsi untuk menunjang kelangsungan hidupnya. Tentunya ke arah yang lebih baik, agar masyarakat itu dapat melanjutkan eksistensinya. Dengan demikian, nilai-nilai, pengetahuan, keterampilan dan bentuk tata perilaku lainnya dapat diteruskan ke generasi selanjutnya. Dalam prosesnya, pendidikan memiliki tiga aspek penting, yaitu aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik. Kognitif berada pada ranah proses berpikir, yaitu kemampuan intelektual seseorang dalam berpikir, mengetahui dan memecahkan masalah. Sementara afektif berkaitan dengan nilai atau sikap. Afektif mencakup watak perilaku seperti perasaan, minat, sikap, emosi, dan nilai. Lalu yang terakhir, psikomotorik berkenaan
ĂŤ
25 LPM SkĂŤtsa
dengan keterampilan dan kemampuan bertindak. Ketiga aspek di atas-kognitif, afektif, dan psikomotorik-seharusnya tidak hanya berorientasi pada bidang akademik yang diukur dengan numerik. Hal tersebut hanya akan mengkerdilkan makna dan tujuan pendidikan itu sendiri. Pada hakikatnya, pendidikan bertujuan untuk memanusiakan manusia. Melalui pendidikan, manusia diharapkan mampu menyadari potensi yang dimilikinya sebagai makhluk berpikir. Pendidikan merupakan instrumen penting dalam pembangunan bangsa, baik sebagai pengembang dan peningkat produktivitas nasional maupun sebagai pembentuk karakter bangsa. Pada akhirnya, manusia-manusia dalam bangsa tersebut yang akan menentukan kemana arah kehidupan bangsa ini di masa depan. Sebuah konsep tentang manusia yang mengemban pendidikan pun muncul. Mereka yang berpendidikan adalah mereka yang memiliki intelektualitas, berperilaku baik, dan akan memajukan kehidupan bangsa ini. Namun, kenyataan hari ini sepertinya akan mengubah konsep tersebut. Banyak kasus kejahatan luar biasa di negeri ini yang bernama korupsi melibatkan mereka yang memiliki pendidikan tinggi. Gayus Tambunan dan
Dhana Widyatmika terbukti melakukan tindak pidana korupsi dan penggelapan pajak. Keduanya merupakan lulusan dari instansi pendidikan yang kewenangannya langsung berada di bawah Kementrian Keuangan. Rudi Rubiandini, seorang guru besar Institut Teknologi Bandung yang merupakan mantan Ketua Satuan Kerja Khusus Minyak dan Gas terbukti menerima suap dari perusahaan migas asing. Ketua Mahkamah Konstitusi, Akil Mochtar kedapatan menerima suap untuk perkara sengketa pemilihan kepala daerah. Namanama yang disebutkan tadi bukanlah dari kalangan biasa. Mereka kaum terdidik. Mereka tidak akan mencapai jabatan-jabatan tersebut jika tidak memiliki kemampuan intelektualitas. Pendidikan yang seharusnya memanusiakan manusia ini pun menjadi tidak berada pada jalurnya. Tindak korupsi yang dilakukan kalangan terdidik dapat menjadi cambuk bagi dunia pendidikan itu sendiri. Selama ini, sebenarnya manusia seperti apa yang dilahirkan oleh lembaga pendidikan? Pada akhirnya, orientasi lembaga pendidikan hanya sebatas menghasilkan lulusan-lulusan dengan nilai akademik terbaik tanpa diimbangi aspek moral yang terbaik pula. Selain melibatkan kalangan terdidik, dunia pendidikan
25
ARTIKEL menghasilkan lulusan-lulusan dengan nilai akademik terbaik tanpa diimbangi aspek moral yang terbaik pula. Selain melibatkan kalangan terdidik, dunia pendidikan ternyata menjadi sasaran empuk untuk melakukan tindak korupsi. Sepanjang 2003-2013, Indonesia
yang lebih terlihat seperti proses produksi (mencetak) bukan membuat sesutau yang baru. Ada juga yang menyalahkan sistem pendidikan yang masih menganggap bahwa peserta didik adalah manusia yang tidak tahu apa-apa. Dalam pelaksanaannya, peserta didik cenderung menjalankan apa
digunakan dalam rangka memenuhi kebutuhan manusia. Dengan kata lain, apa yang dapat disumbangkan ilmu terhadap pengembangan ilmu itu dalam meningkatkan kualitas hidup manusia. Seharusnya, pendidikan tidak hanya sebatas transfer of
EDUCATION VS CORRUPTION Corruption Watch (ICW) menyatakan bahwa korupsi terbanyak ada di dunia pendidikan. Tercatat ada 296 kasus korupsi pendidikan dengan 479 orang tersangka. Kasus korupsi tersebut diantaranya dana dari APBN dan APBD seperti BOS, beasiswa, pembangunan dan rehebilitasi gedung, gaji dan honor tenaga pendidik, pengadaan buku, o p e ra s i o n a l d i Ke m e n t r i a n Pendidikan dan Kebudayaan, dan sebagainya. Kemudian, bagaimana jika muncul sebuah pernyataan, “Tidak heran jika mereka dari kalangan terdidik melakukan tindak korup, mereka saja dididik oleh lembaga yang korup.”? Ironis? Ya. Mengecewakan? Tidak akan ada yang bilang tidak. Apakah demikian wajah pendidikan di Indonesia saat ini? Banyak anggapan bahwa pendidikan di Indonesia saat ini dilingkari oleh masalah. Ada yang mengiyakan bahwa pendidikan di Indonesia senyatanya menghasilkan “manusia robot”. Hal tersebut dilihat dari proses pendidikan
26
yang menjadi instruksi dari tenaga didik. Dapat dikatakan, tidak ada ruang bagi peserta didik untuk berinovasi dengan pengetahuan yang diperolehnya. Tak ada yang salah dari sebuah anggapan. Setiap orang berhak untuk mengemukakan gagasannya. Namun, sebuah gagasan muncul tentu ada yang mendasari. Kesalahan sistem pendidikan bisa jadi benar adanya. Dalam menentukan standar kelulusan, kebijakan yang diterapkan sistem pendidikan terpaku pada nilai yang harus di capai oleh peserta didik. Bagaimana memperoleh nilai tersebut tidaklah menjadi bagian yang menentukan kelulusan. Dan disanalah aspek moral manusia (dalam hal ini ialah tenaga pendidik dan peserta didik) dipertaruhkan. Karena faktanya, banyak terjadi kecurangan ketika menjalani serangkaian proses untuk dapat lulus. Manusia yang menjalani pendidikan secara otomatis adalah manusia yang memperoleh ilmu pengetahuan. Ilmu pengetahuan
knowledge. Bukankah tugas seorang tenaga pendidik tidak hanya mengajar? Mereka juga harus mendidik. Jika kenyataan hari ini, moral yang dimiliki manusia intelek tidak mumpuni, apakah proses dalam pendidikan hanya sebatas mengajar tanpa mendidik? Bangsa mana pun rasanya tidak akan membutuhkan manusia dengan intelektualitas tinggi tanpa moral yang mumpuni. Juga tidak akan membutuhkan manusia pandai yang pada akhirnya melakukan pengkhianatan terhadap negaranya. Proses pendidikan sangatlah penting, karena dari sana akan tumbuh tunas-tunas masa depan bangsa. Bayi yang lahir dengan sehat ditentukan oleh asupan yang bergizi dari Ibunya. Manusia intelek dan bermoral ditentukan oleh apa yang diberikan lembaga yang mengajar dan mendidiknya.
ë
25 LPM Skëtsa
humaniora
ë
skëtsa
Wajah Profesi Hukum Masa Kini “Berikan kepada saya jaksa dan hakim yang baik, maka dengan peraturan yang buruk sekalipun saya bisa membuat putusan yang baik” – Prof. Taverne Profesor Taverne meyakini bahwa peraturan yang dibuat, seburuk apapun peraturannya, akan berjalan sebagaimana mestinya jika penegak hukumnya baik. Hukum dan peraturannya adalah sebuah alat kontrol. Fungsi kontrol ini dapat berjalan dengan baik jika yang menjalankannya adalah individu-individu yang terpercaya, baik, dan independen.
“mengobati” permasalahan hukum yang ada di Indonesia namun tak kunjung membaik. Indonesia mengalami ketumpulan dalam penegakan hukum. Bagai menegakkan benang basah, keadilan masih sulit ditegakkan di Indonesia. Keadaan ini diperparah dengan kondisi aparatur penegak hukumnya yang kurang kredibel,
Negara pasti menginginkan keadaan yang tertib, tentram dan aman. Oleh karena itu setiap kepentingan individu dan kepentingan kelompok harus dilindungi. Dengan perlindungan tersebut akan menciptakan keseimbangan tatanan masyarakat, salah satunya dengan penegakan hukum (Law Enforcement). Berhasilnya proses penegakan hukum ini akan membuat keadaan di masyarakat menjadi aman.
Hukum dan peraturannya adalah sebuah alat kontrol. Fungsi kontrol ini dapat berjalan dengan baik jika yang menjalankannya adalah individu-individu yang terpercaya, baik, dan independen.
Namun setelah reformasi bergulir, keadaan hukum di Indonesia tak kunjung membaik. Merebaknya kasus korupsi diduga menjadi salah satu penyebabnya. Berkali-kali solusi diberikan untuk
ë
25 LPM Skëtsa
kurang profesional dalam menjalankan profesinya. Penegakan hukum terasa seperti slogan dimana banyak hak masyarakat yang tidak dilindungi, tujuan hukum seperti kepastian, kemanfaatan dan keadilan sepertinya jauh untuk dicapai. Dunia penegakan hukum kembali tercoreng dengan tertang-
kapnya ketua Mahkamah Konstitusi, Akil Mochtar yang diduga menerima suap terkait penanganan sengketa pemilihan kepala daerah (pemilukada) di Kabupaten Gunung Mas, Kalimantan Tengah dan di Kabupaten Lebak, Banten. Indonesia dikejutkan karena salah satu “wakil Tuhan” yang menjaga dan menegakkan konstitusi terlibat dalam kasus penyuapan. Penemuan barang haram yang ada di kantornya juga menambah suram keadaan. Beberapa peristiwa juga mencoreng aparat penegak hukum seperti kasus Hakim Achmad Yamanie yang membuat putusan kontroversi dengan memangkas hukuman mati menjadi 15 Tahun, ada dugaan putusan itu dipalsukan. Lain cerita yang dilakukan oleh jaksa, Jaksa Penuntut Umum (JPU) Martha Berliana Tobing yang telah memalsukan tuntutan berkas kasasi Anand Krishna. Tidak hanya itu, advokat pun juga melakukan tindakan yang membuat semakin tak berdayanya hukum di Indonesia, di mana seharusnya penegak hukum mampu menjadi garda terdepan dalam penegakan hukum di Indonesia. Jika Indonesia dipenuhi dengan permasalahan seperti ini, lalu peradilan yang bersih dan bebas dari mafia hukum sulit diwujudkan. Untuk membangun peradilan yang bersih dan bebas dari mafia hukum perlu dievaluasi
27
lebih dahulu sistem peradilan di Indonesia. Setelah itu, hak para pencari keadilan harus diperha-tikan. Bagaimanapun pengadilan merupakan benteng terakhir untuk mendapatkan keadilan bagi para pencari keadilan. Menurut Indonesian Corruption Watch (ICW) menyebutkan bahwa mafia peradilan merupakan korupsi yang sistemik yang melibatkan seluruh pelaku yang berhubungan atau berkaitan dengan lambaga pera-
mafia ini sehingga sampai saat ini masih sulit diberantas, perlu kerja ekstra untuk memberantas mafia peradilan ini. Efek negatif dari mafia peradilan, yaitu hilangnya kepercayaan terhadap profesi hukum sehingga terciptalah sistem peradilan yang tidak sehat, yang akhirnya berujung pada suburnya ketidakadilan pada pihak yang berperkara dan hancurlah tatanan masyarakat yang selama ini berjalan sesuai norma yang berlaku. Dalam menegakkan hukum, para profesi hukum haruslah
nya atau berfungsinya normanorma hukum secara nyata sebagai pedoman perilaku dalam lalu lintas atau hubungan hukum dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara. Juga bisa dikatakan penegakan hukum itu berkaitan dengan penindakan setiap pelanggaran yang terjadi dimana aturannya sudah dibuat. Profesi itu dapat diartikan sebagai penjaga peradaban manusia dimana ia berpihak kepada kebenaran yang motivasi utamanya bukan profit, namun lebih ke
Dalam menegakkan hukum para profesi hukum haruslah lebih mengedepankan hukum di atas segalanya, entah itu politik, ekonomi, budaya maupun yang lainnnya.
dilan, mulai dari polisi, jaksa, advokat, panitera, hakim sampai petugas di Lembaga Pemasyarakatan. Mafia peradilan ini muncul dari tingkatan daerah sampai ke pusat. Begitu mengakarnya
28
lebih mengedepankan hukum di atas segalanya, entah itu politik, ekonomi, budaya maupun yang lainnya. Penegakan hukum menurut Jimly Asshiddiqie adalah proses dilakukannya upaya untuk tegak-
arah keinginan untuk melayani dengan baik. Menurut Aubert, profesi adalah pekerjaan pelayanan yang menerapkan seperangkat pengetahuan sistematika (ilmu) pada masalah-masalah yang
ĂŤ
25 LPM SkĂŤtsa
utama dari masyarakat.
memang bertugas untuk membumikan kode etik dan pedoman Profesi hukum dapat dikaperilaku hakim serta melakukan takan sebagai yang mulia (officium pengawasan terhadap pelaksanobile), karena didalam profesi naan kode etik tersebut. Untuk hukum terdapat nilai-nilai yang menciptakan peradilan yang bersih selalu dijaga demi menjaga dan bebas dari mafia peradilan martabat dari profesi hukum ini membuat Komisi Yudisial dipansendiri. Nilai-nilai ini selaras dedang perlu untuk selalu mengawasi ngan nilai yang ada di masyarakat perilaku hakim dan senantiasa sehingga dapat tercipta rasa aman menanamkan kode etik hakim kebagi masyarakat. pada hakim di seluruh IndoProfesi hukum benesia. kerja berdasar hukum seba- “Hakim sebagai salah satu profesi hukum Secara kapasitas hayang memiliki peran paling penting di gai legalisasi kekuasaannya. kim di Indonesia memang Dengan demikian, profesi mana ia diharapkan mampu memberikan sudah mumpuni, tak perlu putusan yang adil serta tidak memihak hukum dapat didefinisikan salah satu pihak yang sedang berperkara, diragukan lagi kualitasnya. profesi yang memiliki kekuasaan yang dibenarkan un- dari putusan itu akan memberikan akibat Namun, pada prakteknya kepada keluarga para pihak maupun seringkali kita lihat putusantuk bersikap dan bermasyarakat pada umumnya. putusan yang tidak adil dan perilaku tertentu menurut tidak memihak kepada kebehukum. Sebagai pengemnaran. Banyak faktor yang ban “adressat hukum”, ia Seorang hakim harus mempengaruhinya, namun hakim mendapatkan legalitas kekuasaan mempunyai moralitas yang tinggi, harus kembali pada kode etiknya, untuk bertindak sekaligus batasanyaitu mempunyai idealisme yang dimana kode etik ini akan membatasannya (Kuat : 2010). Di tinggi serta berani berbuat dengan buat hakim bekerja pada koriIndonesia, profesi hukum itu terdiri bertekad untuk bertindak sesuai dornya dan dapat menjaga indedari hakim, jaksa, advokat, polisi, dengan tuntutan profesi. Sudah pendensi hakim. Dengan begitu, dan notaris. seharusnya hakim itu menjaga terciptalah hakim-hakim yang berprofesinya guna mengembalikan martabat yang membuat sistem M e n g e m b a l i k a n M a r t a b a t martabatnya sebagai “wakil Tu- peradilan di Indonesia kembali han” sehingga ia dipandang sehat. Masyarakat pun dapat meHakim . sebagai profesi yang mulia. Hakim rasa aman karena keadilan dapat Hakim sebagai salah satu perlu menjauhkan sikap-sikap yang diakses oleh siapapun juga tanpa profesi hukum yang memiliki peran dapat menjatuhkan nama baiknya. memandang latar belakangnya. paling penting dimana ia dihaIa harus menjauhkan diri dari rapkan mampu memberikan pupraktik-praktik suap pada perkara tusan yang adil serta tidak memiyang sedang ia tangani, juga secara Ÿ Ali Faozan hak salah satu pihak yang sedang pergaulan ia harus dapat mem-berperkara, dari putusan itu akan posisikan diri agar dalam menjamemberikan akibat kepada kelutuhkan putusan secara tegas. arga para pihak maupun masyaWalaupun saat ini sudah rakat pada umumnya, oleh karena itu seorang hakim tidak boleh ada lembaga negara yang bertugas main-main dalam menjalankan mengawasi hakim, yaitu Komisi profesinya. Ada hal yang perlu Yudisial, namun hakim haruslah dijaga, yaitu independensi hakim. tetap menjaga martabat profesinya Maksudnya, independensi ini akan dengan ada atau tidak adanya membuat hukum itu tegak dan adil Komisi Yudisial ini. Komisi Yudisial
ë
25 LPM Skëtsa
lalu juga independensi hakim ini akan membuat hakim itu tidak terpengaruh atas gangguan, ancaman maupun tekanan dalam memutus sebuah perkara. Banyak faktor yang mempengaruhi independensi hakim seperti gaji kecil, minimnya kesejahteraan sosial, tekanan dari pihak yang berkepentingan maupun intervensi politik penguasa.
29
ĂŤ
skĂŤtsa
iptek
Consentrated Yoghurt Susu Kambing, Solusi Camilan Sehat yang Bermanfaat
Pernah mengalami gangguan
lusan dan kelembutan kulit dan masih
jenis yoghurt tersendiri yang berasal
pencernaan? Pastinya familiar dengan
banyak manfaat lainnya bagi kese-
dari daerah Sumatra Barat, yaitu Da-
camilan berbahan dasar susu yaitu
hatan.
dih. Dadih berasal dari susu kerbau
yoghurt. Tidak hanya sekadar camilan,
Tidak hanya kaya manfa-
sehingga memiliki citarasa yang khas,
yoghurt memiliki banyak manfaat
atnya saja, tapi yoghurt memiliki ane-
terlebih di fermentasi didalam tabung
yang tentunya menyehatkan. Selain
ka ragam jenis dari berbagai negara
bambu dengan fermentasi mikroor-
bermanfaat untuk menanggulangi
tentunya. Seperti yoghurt dari india
ganisme yang spesifik yang ada
gangguan pencernaan, yoghurt juga
disebut dengan Dahi, yoghurt Dahi ini
didalam bambu. Tidak kalah unik
memiliki manfaat lain diantaranya
memiliki bentuk semi padat yang
dengan yoghurt asal Sumatra barat,
menjaga jantung tetap sehat karena
berasal dari susu sapi namun, pada
Lebanon juga memiliki jenis yoghurt
rendah lemak, mencegah hipertensi,
daerah Bangladesh dan Pakistan biasa
yang bisa disebut Labneh atau Laba-
mencegah jerawat, merawat keha-
disebut Curd. Indonesia juga memili
neh. Tidak seperti yoghurt keba-
30
ĂŤ
25 LPM SkĂŤtsa
iptek nyakan, Labneh memiliki
prolin dan glisin dimana keduanya
hingga 21 hari, pada suhu rendah
bentuk cair laneh memiliki bentuk
sebagai penyeimbang tekanan
tanpa minyak astiri dapat bertahan
padat layaknya keju. Kalangan ilmiah
osmotik sel tubuh dan pengikat oksi-
hingga 180 hari.
biasa menye-butnya sebagai
gen.
Consentrated Yoghurt.
Hasil akhirnya adalah proTahap selanjutnya adalah
duk olahan susu kambing dengan
Consentrated Yoghurt bisa
tahap pemisahan Whey dan Curd
konsistensi yang kental seperti pasta
terbuat dari semua jenis susu, baik
sehingga pada akhirnya memiliki
sehingga mudah dioleskan pada
sapi, kerbau, dan kambing. Namun,
kandungan total padatan berkisar
produk makanan olahan lain seperti
olahan susu kambing kini makin
antara 25-40% dan lemak 7-10%.
roti sama halnya mentega. Terka-
digemari yang konon dapat menurun-
Berbagai macam teknik dapat
dang bentuknya juga menyerupai
kan kolesterol. Perbedaan komposisi
digunakan pada tahap pemisahan ini,
keju sehingga disebut juga yoghurt
dan karakteristik susu kambing dengan
teknik sentrifugasi, teknik rekombi-
cheese. Negara Mesir juga sedang
susu sapi menyebabkan produk ola-
nasi, teknik ultrafiltrasi dan teknik
berkembang Consentrated Yoghurt
hannya memiliki kekhasan masing-ma-
berge.
dengan bentuk bubuk dengan
sing. Maka, Consentrated Yoghurt susu
Teknik berge ini merupakan
sebutan Labanzeer.
kambing juga turut menarik perhatian
teknik yang paling sering digunakan
Consentrated Yoghurt susu
untuk dikaji.
pada pembuatan Consentrated Yo-
kambing berpotensi untuk dikem-
Proses pembuatan Consen-
ghurt, teknik ini memanfaatkan katung
bangkan sebagai pangan fungsional
trated Yoghurt pada prinsipnya adalah
kain sebagai penyaring. Teknik ini juga
karena mengandung peptide bio-
pembuatan yoghurt seperti pada
sering disebut Clothbag technique.
aktif dan probiotik. Terlebih susu
umumnya yaitu proses fermentasi dan
Cara ini merupakan cara yang paling
kambing yang dapat mengurangi
proses pemisahan cairan (whey) dan
mudah dan paling searing digunakan.
kolesterol. Sehingga, olahan dari
padatan (curd). Proses fermentasi
Proses pembuatannya tidak
Consentrated Yoghurt susu kambing
menyebabkan perubahan komposisi
hanya sampai disitu saja, guna menja-
dapat memperbaiki sistem pencer-
pada susu, terutama dihasilkan senya-
dikan Consentrated Yoghurt yang
naan, sistem kelenjar, sistem jan-
wa asam amino yang lebih mudah
tahan lama penambahan minyak astiri
tung, sistem imun, dan sistem saraf.
dicerna dan diserap dalam saluran
juga dilakukan pada pembuatan Con-
Tertarik untuk mengkonsumsi maka-
pencernaan. Susu segar hanya
sentrated Yoghurt modern. Masa
nan sehat dengan segudang
mengandung sedikit asam amino
simpan Consentrated Yoghurt tanpa
manfaat, atau bahkan berencana un-
bebas, yaitu berkisar 10mg/100 liter
penambahan minyak astiri (tradi-
tuk membuatnya? Silakan buktikan
susu. Namun, setelah dilakukan pro-
sional) berkisar antara 14-21 hari.
sendiri manfaat dan khasiatnya.
ses fermentasi menyebabkan semakin
Dengan penambahan minyak astiri
(Deni, Syarif)
banyaknya asam amino bebas seperti
Consentrated Yoghurt dapat bertahan
ĂŤ
25 LPM SkĂŤtsa
31
ë
skëtsa
seni budaya Tarian Rasa Syukur
Menari berarti pula berkomunikasi. Dalam tari, tubuh berubah menjadi wacana. Tarian mentransformasikan jiwa manusia menjadi beragam bentuk gerakan simbolik. Lewat bahasa tubuh dan ekspresi tubuh, manusia melepaskan beragam perasaan, empati, simpati, kebahagian, kesedihan atau rasa syukur. Pada kesempatan kali ini, Skëtsa mengangkat tari lengger, sebuah seni tari tradisional khas Banyumas yang belum lama ini diangkat menjadi film layar lebar berjudul Sang Penari. Sore hari menjelang waktu berbuka puasa, Dariah terbaring di kamarnya yang tanpa lampu penerang. Sudah berhari-hari sebelum tim Skëtsa (21/7) berkunjung, Dariah menghabiskan harinya dengan tidur, merebahkan diri sambil berharap kesembuhan menghinggapinya. Hanya karena Sketsa berkunjung, ia ‘terpaksa’ bangkit dan meladeni tamunya. Sakit yang diderita Dariah memang hanya sakit lazim. Sakit yang biasa marak di musim pancaroba ini, seperti flu, pusing dan batuk. Tetapi tubuh senjanya membuat keadaannya tidak lazim. Tanggal 31 Desember nanti, Dariah genap berusia 85 tahun. “Ya semoga cepat sembuh, wong sudah tua ya harus sembuh nanti m a l a h … . . ,” p o t o n g M i s t i , kemenakan Dariah. Dengan Misti inilah kami lebih banyak berbincang mengenai Dariah, si Lengger Lanang (lengger
32
laki-laki) karena memori dan suara Dariah sudah rapuh digerogoti waktu. Lengger adalah seni tari tradisional khas Banyumas. Karakter tariannya lentur dan gemulai. Lenggak-lenggok pinggul si penari dan keluwesan lengan hingga jari berpadu ritmis dengan alunan musik calung. Dalam lakon lengger, Dariah mengalami cross-gender. Sadam adalah nama kecilnya, nama seorang lelaki. Hanya karena menahun melakoni peran sebagai lengger, ia lebih akrab dipanggil Dariah, sebuah nama untuk perempuan. Para tetangganya di desa Plana, Kecamatan Somagede, Banyumas, pun memanggilnya dengan sebutan mbok, panggilan untuk wanita sudah sepuh. Semenjak kecil Dariah memang suka berlenggak-lenggok dan nyindhen (bernyanyi kidung Jawa). Tak ada yang pernah mengajarinya, walaupun garis keturunan dari nenek dan bibinya terdapat warisan seni ronggeng yang identik dengan seni lengger. Dariah muda memutuskan untuk mengembara, tanpa pamit dan tanpa tujuan ia berjalan mengitari alam Banyumas, Purbalingga dan Banjarnegara. Akhirnya dia singgah di pekuburan tua, pada waktu itu terjadi peralihan penguasaan kolonial, dari Belanda ke Jepang. Menjelang proklamasi Dariah sudah mendapat ketetapan diri dan hati berlaku sebagai ronggeng. Di panembahan ronggeng, pria kurus ini memohon kepada penguasa alam untuk menjadi seorang ronggeng. Pengem-
baraannya ialah tapa mlaku mencari ketetapan hati. Misti mengembalikan ingatan pada masa ketika dirinya sering turut serta menemani sang paman menari lengger dari panggung ke panggung. Berkeliling dari wilayah-wilayah di Banyumas meluas ke Cilacap hingga menari di Taman Ismail Marzuki, Jakarta. Sedari Misti kecil hingga kini ia sudah memiliki cucu yang selalu setia kepada Dariah. Terlebih sekarang, Dariah sudah sangat senja tetapi masih tetap menari. Terakhir pada bulan Mei 2013 kemarin, manggung di Andang Pangrenan Purwokerto atas undangan Komunitas Purwokerto Bersatu. Wanita dalam lengger, begitu juga yang dilakonkan dalam tarian Dariah, bukanlah wanita dalam pengertian harfiah yang seksis. Wanita hanyalah simbolisasi dalam kesuburan yang tengah dipuja lewat lengger. Tidak menjadi keharusan penari lengger adalah wanita dalam arti biologis. Kata lengger sendiri merupakan akronim dari leng dan ngger. Dikiranya para penari itu adalah leng (lubang) artinya wanita, ternyata jengger (terjulur) artinya pria (Kodari, 1991: 60). Namun demikian, istilah ini tetap dipakai sampai sekarang, walaupun para penari kini adalah wanita. Lengger sudah direkam oleh Thomas Stanford Raffles dalam bukunya The History of Java. Buku ini terbit di tahun 1817. Dalam bukunya, Raffles menyebut
ë
25 LPM Skëtsa
seni budaya
lengger dengan sebutan ronggeng. Raffles menyebut ronggeng atau lengger mendapat pengaruh dari tari sejenis yang berkembang di India bagian barat karena nuansa agama Hindu waktu itu memang tengah menyelimuti nusantara. “The island of Java is a great agricultural country; its soil is the grand source of its wealth”. Begitulah catatan Raffles tentang Jawa sebagai negeri pertanian. Hubungan manusia Banyumas dan pertanian inilah yang nantinya menjadi faktor hadirnya kesenian lengger di Banyumas. Banyumas sebagai rahim tempat janin lengger tumbuh merupakan tempat di mana pertanian menjadi salah satu sumber nafkah terpenting. Bagi masyarakat agraris Banyumas, tari lengger tidak hanya
ë
25 LPM Skëtsa
berarti seni pertunjukkan untuk hiburan. Pada masa silam, lengger adalah bagian dari ritual keagamaan yang memuja Dewi Sri, Sang Dewi Kesuburan penjaga para petani. Lewat gerak tubuh penari, masyarakat berterima kasih atas kesuburan bumi nusantara ini dan berharap akan kesejahteraan di masa tanam mendatang. Fungsi utama tari Lengger memanglah mengkomunikasikan rasa syukur manusia kepada dewadewi kesuburan yang disimbolkan lewat wanita. Bukan hanya sebagai ungkapan syukur sesudah panen saja, tetapi lengger memang mempunyai hubungan yang erat dengan permohonan kesejahteraan bagi suatu kelompok masyarakat petani melalui berbagai upacara ritual seperti bersih desa, baritan, marungan, dan
upacara kaulan. Tari lengger adalah sebagai komponen dalam agricultural ceremonie - semacam upacara kesuburan (Sunaryadi, 2000: 35,42). Sebagai tarian keagamaan, lengger pada saat itu belum menjadi seni pertunjukan seperti sekarang ini dan oleh karenanya juga tidak memasang tarif ketika dipentaskan. Sekarang, lengger dan pertanian di Jawa, khususnya Banyumas sama-sama terdesak oleh arus industri. Sawah mengering menjadi beton pondasi pabrik. Lengger terdesak komersialisasi sebagai seni pertunjukkan. Lengger, pertanian, dan rasa syukur itu kini merenggang tersengat aliran modernisasi. (Ubaid dan Fatma*) *Anggota Magang LPM Skëtsa
33
ë
skëtsa
cerita pendek Love Indonesia, Damn!
“Indonesia raya, merdeka,merdeka Tanahku, negeriku, yang kucinta, Indonesia raya, merdeka,merdeka Hiduplah indonesia raya”
L
agu yang berasal dari tape recorder tempo dulu mengalun merdu memecah kesunyian sore itu ketika aku begitu masuk di kamarnya yang berukuran 4x5 meter. Tepat dihadapanku, terlihat gambar Soekarno yang gagah tiada tanding menghiasi dinding kamarnya yang juga dihiasi gambar-gambar kecil lainnya yang tak berbingkai. Ia adalah pengagum bapak proklamator dan bercita-cita ingin menjadi seperti dia. Damar namanya. Lelaki yang sudah lama aku kenal sejak kami duduk di bangku Sekolah Dasar. Metamorfosa dirinya kini sungguh membuat aku tercengang tak percaya. Idealisme tentang dirinya maupun tentang Indonesia belum tergoyahkan oleh apapun. Mataku langsung menoleh ke sebelah kanan pintu itu. Di sana ada sebuah rak buku yang tingginya hanya sebatas pinggulku. Terlihat dari judul buku-buku yang ia koleksi, banyak sekali buku biografi tokoh-tokoh Indonesia, buku-buku sejarah, bahkan novel dengan aroma nasionalisme. Di atas rak tersebut terdapat foto-foto dia bersama teman-temannya yang sedang berada di puncak gunung sambil mengibarkan bendera merah putih. ‘Puncak Jayawijaya’ begitulah judul salah satu foto dia yang tersenyum bahagia. “Indonesia itu indah bila kita
34
Oleh : Tami Nuriksa
melihatnya dari puncak gunung itu,” Damar bercerita tentang pengalamannya selama ia mendaki hampir seluruh gunung tertinggi di Indonesia. Ingin sekali rasanya aku juga berada di puncak gununggunung tersebut. Namun aku hanya seorang anak perempuan yang harus selalu patuh kepada orang tua untuk tidak bepergian ke tempat yang mengandung resiko. Sekarang aku iri pada Damar yang bisa melakukan itu. “Satu hal yang membuat aku bangga sekaligus menangis adalah ketika kita semua bersama-sama mengibarkan bendera merah putih di puncak gunung-gunung itu,” Ia menunjuk satu foto saat mendaki Gunung Rinjani. Itu merupakan salah satu momen terbaiknya. “Selama ini orang-orang sudah lupa makna dari bendera kita dan kita tidak membuka mata kita untuk melihat indahnya Indonesia,” ungkapnya tegas. Tak hanya itu saja, masih banyak foto yang diabadikannya di bawah laut dengan keindahan di dalamnya. Aku tersenyum ketika mendapati salah satu foto diving nya di Raja Ampat. Katanya Indonesia itu kaya raya dan juga surga dunia, semuanya ada di sini, yang tak ada hanya moral dan akhlaq yang baik untuk bisa menjadi orang yang jujur dan bersih dan tidak mempunyai mental pengecut. Aku tak peduli ia sedang membicarakan apa, yang pasti aku kagum melihat dia bisa berkeliling Indonesia,
impianku waktu SMA setelah melihat tayangan televisi yang menayangkan seorang wanita bisa berpetualang hampir ke seluruh Indonesia. Aku juga melihat koleksi barang-barang khas dari tiap-tiap daerah yang tersusun rapi di atas lemari pakaiannya. Ia juga mengoleksi batik sebagai salah satu pakaian yang biasa ia kenakan. Semakin aku masuk dan mengetahui isi kamarnya, seolah aku sedang berada di sebuah museum Indonesia versi mini. Ia juga berkata, untuk apa kita belanja dan jalan-jalan sampai keluar negeri kalau tidak bisa membanggakan negara sendiri? Disini semuanya barang yang kita inginkan ada, meski tidak memiliki brand ternama, tapi kita bangga kan? Aku tersentak kaget mendengar perkataannya, selama ini aku ingin sekali tinggal atau jalan-jalan ke luar negeri serta belanja barangbarang branded yang harganya bisa membeli satu rumah kecil. Bukan kebanggaan memang ketika aku memakai produk-produk tersebut, yang ada hanyalah gengsi jika kita tidak memilikinya. Aku juga merasa malu, melihat kecintaan Damar kepada Indonesia lebih besar dan dalam daripada aku sendiri. Selama ini, walaupun aku hidup dan menikmati segala yang disediakan di tanah air, tapi aku tidak pernah bangga serta tidak peduli terhadap semua kejadian di
ë
25 LPM Skëtsa
cerita pendek
Indonesia. Mata hatiku sudah tertutup dengan segala sesuatu yang berbau luar negeri yang membuatku terlena akan kehidupan negara orang lain yang sampai saat ini belum aku singgahi. Aku juga melihat poster Soe Hok Gie yang menjadi inspirasinya dalam menegakkan keadilan jiwa muda serta membuatnya mencintai alam Indonesia. Damar mengutip perkataan Gie yang membuat ia berapi-api dalam kehidupannya, “Seseorang hanya dapat mencintai sesuatu secara sehat kalau ia mengenal objeknya. Dan mencintai tanah air Indonesia dapat ditumbuhkan dengan mengenal Indonesia bersama rakyatnya
ë
25 LPM Skëtsa
dari dekat. Pertumbuhan jiwa yang sehat dari pemuda harus berarti pula pertumbuhan fisik yang sehat.” “Aku tidak ingin menjadi pemuda yang lemah, mencintai alam Indonesia saja sudah membuat aku berani,” ucapnya penuh makna. Sepanjang aku menulusuri kamarnya yang membuat aku kagum sekaligus malu itu, mulutku seakan terkunci rapat untuk berbicara atau hanya sekedar menanggapi perkataan-perkataannya. Aku h a nya b i s a te rs e ny u m d a n mengangguk mengiyakan semua ucapannya. Damar yang aku kenal sekarang benar-benar membuat
aku terpana akan keberanian, idealismenya, serta nasionalismenya yang tinggi. Kemudian aku beralih melihat sebuah benda yang tertutup kain hitam terpajang di dinding ujung kamarnya seolah tak terjamah oleh siapapun. Rasa penasaran menghinggapiku, perlahan aku buka tirai itu dan terlihat gambar sketsa wajah perempuan yang sedang tersenyum simpul dengan rambut hitamnya yang terurai. Aura wajahnya mencerminkan bahwa ia adalah seorang wanita Jawa asli tanpa sentuhan keturunan orang bule. Siapapun yang melihat sketsa ini pasti punya pemikiran sama denganku. Wanita ini adalah
35
cerita pendek seorang wanita Indonesia asli. Seketika aku melihat sketsa itu sebagai diriku sendiri, yang tanpa sadar aku sedang bercermin pada sketsa itu. Namun, aku tak sepenuhnya yakin bahwa wanita itu adalah aku. Damar mendekatiku yang sedang kebingungan melihat lukisan itu. “Damar, ini wajahku kan?” tanyaku kepadanya. Ia hanya tersenyum sambil mengangguk pelan membuatku kaget tak percaya.
“Maksud kamu menggambar ini apa?” Ia pun menatap lukisan itu dengan seksama dan aku juga menatap matanya yang tajam dari samping. Rasa gemuruh dalam dadaku pun tak bisa aku sembunyikan. Aku benar-benar penasaran. “Karena aku juga mencintai wanita Indonesia.” Aku hanya bisa tersenyum melihatnya. Tanpa sadar rona merah menghiasi wajahku. Kedua tangan kami akhirnya
terpaut sambil tetap melihat gambar itu dengan diiringi lagu ‘Indonesia Pusaka’ yang menemani matahari yang akan kembali pada peraduannya dan menenggelamkan dua hati untuk tetap mencintai Indonesia.
Jumat, 12 Juli 2013 Di bumi pertiwi
PUISI DUA BELAS Jika sampai, Itu adalah purnama yang kesembilan, sayang Akankah kita sampai pada purnama Yang kesepuluh; sebelas; seratus; Dimana kita tidak dapat melihatnya lagi; berdua Pasti aku akan merindukanmu Purwokerto, 30 Nopember 2012 Fauziah Nurul Hidayah
22 12 11 JINGGA SENJA Terlalu sering aku menyeka mata Kemudian menerawang bait-bait senja Melalui tirai jendela yang mulai terurai Di bilik-bilik kertas semampai Melalui kaca itu, aku belum begitu mampu Bercermin Di balik kehidupan yang seperti lilin Karena pada jingga senja Aku baru bias merasa Aku hidup (Rif'an Yusuf)
36
ë
25 LPM Skëtsa
resensi film
ë
skëtsa
White House
dikuasai Korea Utara!!
M
asih ingat tragedi 9 Nopember, ketika gedung World Trade Centre Amerika Serikat hancur tanpa sisa sehabis ditabrak oleh (konon katanya) pesawat teroris? Negara super power dengan teknologi yang serba canggih itu bisa kecolongan sampai-sampai pesawat tak dikenal bisa masuk dan menghancurkan gedung 110 lantai itu. Terlepas dari isu konspirasi dan isu lainnya, tragedi itu sempat membuat gempar seluruh dunia. Kegemparan itu dapat kita saksikan dan rasakan lagi tahun ini. Namun dalam bentuk lain, yaitu karya fiksi. Untuk merasakan kegemparan itu, Olympus Has Fallen, film besutan sutradara Antonie Fuqua adalah jawabannya. Jangan berpikir film ini menceritakan tentang perang dewadewi Yunani dengan segala kehebatannya. Olympus Has Fallen menceritakan tentang salah satu bangunan penting Amerika yang berhasil diduduki dan diporakporandakan oleh teroris. Berbeda dengan tragedi 9 Nopember, dalam film ini White House yang menjadi sasaran teroris. Adalah Kang Yeonsak (diperankan oleh Rick Yune), pemimpin teroris asal Korea Utara yang berhasil masuk White House dan menyandera Presiden Benja-
ë
25 LPM Skëtsa
min Asher (Aaron Eckhart). Ia dan pasukannya bisa memasuki Amerika dengan cara yang halus dan canggih. Para teroris Korea Utara itu menyamar sebagai delegasi pertemuan politik de-ngan Amerika untuk menyusup. Dengan menggunakan berbagai kamuflase dan strategi yang sangat terencana, Kang dan timnya dapat menguasai White House dengan menyandera Presiden Benjamin Asher. “Olympus has fallen!” kata salah satu tim pengaman White House melalui handy talkynya saat tumbang karena tembakan anak buah Kang. Olympus adalah kode rahasia yang digunakan oleh tim pengaman presiden Amerika untuk menyebutkan White House. Mengetahui kekacauan di White House, Mike Banning (Gerard Butler) – seorang pengawal khusus presiden yang dialihfungsikan sebagai pekerja b e l a ka n g m e j a – berusaha untuk menyelamatk an presiden y a n g
disandera dan dijaga ketat oleh teroris tersebut. Berbekal senjata, pengetahuan, dan keahlian antiterorisnya, dia berjuang untuk menyelamatkan semua orang, termasuk Presiden di dalam White House, sekaligus melumpuhkan para teroris tersebut. Dengan segala bentuk usahanya, Mike berhasil menyelamatkan presiden. Anda sudah bisa menebak alur ceritanya bukan? Yap, film ini memang tidak terlalu menarik dalam segi cerita. Namun, sebagai film action, Olympus Has Fallen bisa menjadi tontonan di waktu senggang Anda. Aksi beladiri Mike Banning dengan senjata yang minim untuk menyelamatkan presiden menjadi keunikan tersendiri dalam film ini. Selain itu, strategi pengepungan dan penaklukan White House oleh Kang dan timnya pun menjadi aksi yang tak terduga dan menarik dalam film ini. (Sucipto)
37
ĂŤ
skĂŤtsa
resensi buku
Soedirman : Seorang Pangllima, Seorang Martir
J
ika ada yang bertanya tentang salah satu tokoh yang berpengaruh di kancah Nasional dari Banyumas Raya, Jenderal Soedirman pasti masuk dalam tiga besar jawaban teratas. Strategi perang gerilya dan pangkatnya sebagai panglima besar tentara pertama telah membawa namanya terkenal sebagai salah satu pejuang negeri ini. Namanya sering kita dengar sebagai nama sepotong jalan utama. Sebuah universitas negeri di Purwokerto juga telah menggunakan namanya. Pria kelahiran Purbalingga ini sangat pantang menyerah. Bahkan, saat penyakit membuatnya hidup dengan satu paru-paru, ia mampu bertahan dan terus berjuang dalam perang gerilya untuk melawan pasukan Belanda yang dipimpin oleh Letnan Jenderal Simon Hendrik Spoor dalam Agresi Militer II.
38
Soedirman : Seorang Pangllima, Seorang Martir, buku yang disusun oleh Tempo ini mengupas kehidupan Sang Jenderal dari berbagai aspek. Buku ini merupakan seri buku biografi tokoh militer yang disusun oleh Tempo. Tak hanya menceritakan secara rinci tentang keku-atan strategi perang gerilyanya, kepribadian asli dan kehidupan sosialnya juga diungkap dalam buku ini berdasarkan liputan khusus Majalah Mingguan Tempo November 2012. Dalam buku ini, Soedirman dihadirkan sebagai manusia. Sosok Soedir-man coba dihadirkan secara leng-kap. Hal yang luput semenjak Soedirman dimitoskan oleh penguasa, ter-utama dari kalangan militer untuk menetapkan legitimasi militer berpolitik. Soedirman pernah menjad i g u r u s e ko l a h d a s a r d i Hollandsch-Inlandsche School (HIS) Muhammadiyah Cilacap, Jawa Tengah. Semasa remaja, ia juga gemar berorganisasi guna melatih kedisiplinan. Dari organisasilah, Soedirman bertemu Siti Alfiah, yang kemudian menjadi istrinya. Jepang sempat kepincut dan mengangkatnya sebagai Dewan Pertimbangan Karesidenan Cilacap. Namun akhirnya Jepang membuangnya karena merasa kesal atas pembangkangan yang dilakukan Soedirman. Dai Nippon mengirimnya ke Bogor pada 1943 untuk mengikuti pendidikan calon batalion Peta. Tak
disangka, pembuangan tersebutlah yang mengawali kiprah gemilangnya dalam sejarah perjuangan negeri ini. Kisah mengenai asal-usul, romantisme, dan kehangatan Sang Jenderal juga diceritakan. Kisah siapa orang tua kandungnya, kisah cintanya dengan sang istri, kehangatannya sebagai seorang guru di mata murid-muridnya, kisah persahabatannya dengan tentara lainnya, dan termasuk kisah kedekatannya dengan Ir. Soekarno yang terlihat seperti kakak dan adik menjadi hal yang menarik untuk dibaca. Selain semangatnya yang kuat, kecintaannya terhadap rokok juga kuat. Hobi merokoknya itu membuat tuberculosis menggerogoti paru-parunya. Dokter terpaksa membuat satu paruparunya tak berfungsi guna menyelamatkan nyawanya. Dengan separuh paru-paru, Soedirman terus berjuang dalam gerilyanya. Sampai-sampai harus digendong oleh pasukannya untuk menyelamatkan diri dari kejaran tentara Belanda. Cundrik (keris) miliknya yang dianggap sakti juga menjadi bagian penting dalam sejarah gerilya Soedirman dalam menghadapi pasukan Belanda. Membaca buku ini membuat kita mengetahui sisi lain yang belum pernah kita ketahui dalam buku sejarah dan biografi yang sudah ada. (Rachma)
ĂŤ
25 LPM SkĂŤtsa
KRITIK FILM
ë
skëtsa
Don’t watch tell lie vision, cuplikan film di balik frekuensi
Catatan Kaki Film Di Balik Frekuensi Oleh: Ubaidillah Film Di Balik Frekuensi mengambil bagian dalam dokumentasi perjalanan media di Indonesia dan Indonesia itu sendiri. Film ini menggambarkan kepada publik tentang utak-atik di belakang meja sebuah media. Utakatik yang justru member definisi pada fakta yang diberitakan. Definisi adalah rumusan tentang ruang lingkup dan ciri-ciri
ë
25 LPM Skëtsa
suatu konsep yang menjadi pokok. Definisi memberi batasan. Definisi meniadakan sifat universalitas sebuah fakta. Media mengabarkan sebuah fenomena yang telah terdefinisi oleh sistem organisisasi yang menjadikannya bersifat ideologis. Ucu Agustin, sebagai sutradara memandang kasus PHK Luviana, wartawan Metro TV dan kisah pejalan kaki penuntut keadilan korban lumpur bernama Hari Suwardi dan Haryo Wiyono sebagai kisah representative untuk menghadirkan realitas sebenarnya dari kerja jurnalistik media. Di Balik Frekuensi dipersonifikasi menjadi subjek
yang melakukan. Di Balik Frekuensi dinobatkan menjadi individu yang siap berkomunikasi dan berelasi sosial dengan sebuah bekal pengetahuan bahwa berita yang kamu baca, tonton, dengar adalah konstruksi pihak di luarmu. Kamu sebaiknya waspada. Para pembuat film rup a nya s a n gat s i a p d e n ga n kekagetan khalayak atas realitas ini. Dalam situsnya (behind thefrequency.com) mereka menyebut Di Balik Frekuensi, 'film siap pancing kontroversi'. Kontroversi itu mengandung perseteruan yang 'lalu' dan 'baru'. Pengetahuan bersama bahwa media adalah entitas yang netral ditantang
39
KRITIK FILM dengan pengertian 'media adalah agen ideologis yang bermotif'. Motif bukanlah tujuan jurnalisme, sebagai idealisme yang menyebabkan institusi pers berada. Jurnalisme menyaratkan informasi yang dilaporkan kepada publik hanya berfungsi agar publik bias hidup merdeka dan mengatur diri sendiri, karenanya kewajiban jurnalisme adalah kebenaran, loyalitas pertama kepada publik/warga, menjaga independensi, b e r l a ku s e b a ga i p e m a nta u kekuasaan, menyediakan forum kritik, dan menjaga berita komprehensif dan proporsional. Dan inti dari jurnalisme adalah disiplin verifikasi. Inilah yang membedakan jurnalisme dengan propaganda. Kemenangan kapital telah mengaburkan idealita tentang jurnalisme. Jurnalisme akhirnya tidak lagi berada di tengah-tengah masyarakat dan kini berjarak di langit utopia. Terjualnya frekuensi kepada kapitalis secara oligopoliterpusat pada beberapa agenmenandakan era baru dunia warta Indonesia, dunia terpusatnya sumber informasi. “Sayangnya di Indonesia, frekuensi publik sebagai kekayaan udara yang jarang dibicarakan, dieksploitasi sedemikian rupa oleh para pemilik media-khususnya televisi, dan digunakan sebesarnya untuk kepentingan ekonomi dan politik mereka sendiri tanpa memikirkan kepentingan publik. Inikah 'Capt ivated state'? 'Captured state'? Sungguhkah
40
Negara sudah terbeli?” begitulah salah satu kutipan dalam bagian film. 'Captivated state' adalah pemaksaan terhadap pilihan publik, mau tidak mau publik harus “menonton”. Sedangkan 'Captured state' adalah konsep masyarakat yang tertangkap oleh pemancing besar bernama kelompok kapitalis. Rakyat tidak lagi menjadi subjek dan berubah menjadi objek yang siap dikenai oleh subjek yang berlaku. Rakyat Indonesia, rakyat yang berada dalam negara demokratis tetapi laku hidup ditentukan oleh 'raksasa'-Luviana menggunakan istilah ini untuk mendefinisikan lawan perjuangannya mendapat hak atas pekerjaan dan berserikat di Metro TV. Publik atau rakyat mengalami dua ketidakadilan, ia kehilangan hak atas pendorong kemaslahatan hidup melalui frekuensi di udara Indonesia dan konsumsi atas informasi yang tersusun secara ideologis-ia hanya melayani tujuan, hasrat dan kebutuhan si pemilik media. Kedaulatan Republik ini tengah goyah tertempa angin kapital. Kedaulatan mengelola tanah, air dan udara untuk kemaslahatan publik hampir sepenuhnya hanya idealita utopis yang tertulis di naskah kuno konstitusi. Kelompok kapital telah mengubah nilai guna dari tanah, air, dan udara menjadi nilai tukar dalam sirkulasi kapitalnya. Bisnis media memang tidak semata mementingkan akumulasi kapital sebagai tujuan
utamanya. Bisnis media adalah lahan basah untuk menyebarkan pesan-pesan ideologis dan mengukuhkan dominasi ideologi. Van Dijk (1998) menyebut wacana yang dibuat oleh sebuah kelompok dominan (kelompok politik, media) merupakan wacana publik yang dapat mengontrol makna dan pikiran baik dalam rangka menguatkan wacana dominan ataupun sebaliknya. Media menyusun kecenderungan umum sebagai pengarah laku publik. Mengikut dan mengekor pada kecenderungan umum tanpa melibatkan pilihan personal bebasnya sendiri mengindikasikan penanggalan kesadaran atas individualitasnya sebagai individu manusia. Ketiadaan kesadaran ini berarti matinya kebebasan manusia. Kekuatan media sebagai pembentuk opini publik adalah bidadari yang menggairahkan hasrat para pebisnis yang tengah berancang-ancang masuk panggung politik. Atau juga bagi mereka, para politisi yang terobsesi menang dalam suksesi pemimpin politik negeri ini. Secara mudahnya, dengan kekuatan kapital yang besar, media dijadikan alat politik dalam menyebarkan citra-citra apik si empunya-sebagai contoh lewat ekspose berlebih kegiatan partai atau kegiatan pribadinyadan menyerang lawan politik pun menjadi niscaya. “One important power is to control the flow of information: what gets into the press,and how it
ë
25 LPM Skëtsa
KRITIK FILM is presented. The public media is the primary means of shaping public opinion,” kata Bielsadan O'Donnell (1; tahun tak jelas). Tantangan terbesar umat manusia adalah membedakan kenyataan dengan fantasi, kebenaran dengan
bawah MNC Group. Guliran kedua fenomena itu, sebenarnya adalah tindakan politik dari Abu Rizal Bakrie, sebagai pemilik Bakrie Group tempat Viva News bernaung, Surya Paloh, pemilik Metro TV dan Media
propaganda. Mengetahui kebenaran selalu merupakan tantangan manusia, tapi dalam era informasi ini, hal ini menjadi semakin mendesak dan penting (Michael Crichton dalam, Enviromentalism is a religion, 2003; 1). Tengok saja pemberitaan kasus PHK Luviana diprioritaskan oleh TV One dan ANTV atau media lain yang bernaung di bawah bendera Viva News. Sementara itu, berita Hari Suwandi, korban l u m p u r L a p i n d o m e n d a p at framing khusus oleh Metro TV, Media Indonesia dan media di
Indonesia, dan Hary Tanoe, pemilik MNC Group. Mereka saling melumpuhkan satu sama lain. Mereka berupaya menyandera lawan politiknya dengan mengontruksi opini publik. Dalam metafora TV One fenomena 'Lumpur Lapindo' bukanlah semburan lumpur akibat pengeboran yang dilakukanoleh PT. Lapindo Minarak tetapi merupakan 'Lumpur Sidoarjo', sebuah fenomena bencana alam yang tak memperhitungkan aktivitas pengeboran di Sidoarjo sebagai penyebab semburan
ë
25 LPM Skëtsa
lumpur. Bakrie melalui TV One mencoba mendelegitimasi opini public bahwa lumpur di Sidoarjo disebabkan oleh Lapindo sebagaimana dilaporkan media atau televisi di luar Grup Viva News, terutama media massa yang bernaung di MNC Group dan Media Indonesia. Metafora dapat menentukan realitas itu dimaknai dan dikategorikan sebagai positif ataukah negatif. Mekanisme posisionalitas ini oleh Sigmund Freud dikategorikan sebagai represi utama. Jacques Lacan mengakui bahwa gagasan pengonstruksian makna yang 'metaforik' dalam bahasa ini merupakan model yang persis sama dengan model represi (Ellis, 317: 2011). “The way that language is manipulated to shape public opinion to change the way we look at events.” Tulisan ini tidak hendak mengulas film karya Ucu ini. Tulisan ini hanyalah catatan kaki. Sebagai catatan kaki, ia hanya berfungsi memberikan informasi penjelas untuk bagian-bagian teks yang patut dicerna dan dijelaskan lebih rinci. Semoga bermanfaat.
41
ë
skëtsa
INFO ASURANSI KITA DIASURANSIKAN LHO…
“Asuransi Mahasiswa: Diasuransikan, Emang Iya?”Begitulah salah satu judul berita yang terpampang di www.lpmsketsa.com. Dalam berita tersebut diungkapkan, sebagian besar mahasiswa Unsoed tidak tahu jika sebenarnya mereka diasuransikan. Hal tersebut tentu merugikan mahasiswa. Pasalnya sejumlah biaya telah dibayarkan ketika awal masuk Unsoed, termasuk biaya asuransi. Jadi, bagi teman-teman mahasiswa yang mengalami kecelakaan, jangan ragu untuk mengajukan klaim ke Universitas. Untuk mengajukan asuransi, terdapat prosedur dan syarat-syarat yang harus dipenuhi.Untuk mahasiswa tahun angkatan 2010 dan setelahnya, prosedur dan syarat-syarat sesuai dengan Standar Operasional Prosedur Pengajuan Asuransi dari PT. Jiwasraya dan Bantuan Kecelakaan bagi Mahasiswa Unsoed Purwokerto dalam SK Rektor yang ditandatangani pada 4 Januari 2012. Prosedur dan syarat-syarat yang dimaksud adalah sebagai berikut. Mahasiswa melapor ke Bagian Kemahasiswaan Fakultas dengan membawa syarat-syarat antara lain: 1. Apabila tertanggung/peserta meninggal dunia Surat pengajuan dari pemegang polis Surat keterangan meninggal dunia dari Lurah/Kepala Desa Berita acara dari kepolisian/pihak yang berwenang (dalam hal kecelakaan) Surat keterangan kematian dari Dokter 2. Apabila tertanggung/peserta mengalami cacat tetap Surat pengajuan dari pemegang polis Berita acara dari kepolisian/pihak yang berwenang (dalam hal kecelakaan) Surat keterangan cacat dari Dokter 3. Apabila tertanggung/peserta harus menjalani rawat inap di Rumah Sakit Surat pengajuan dari pemegang polis Berita acara dari kepolisian/pihak yang berwenang (dalam hal kecelakaan) Surat keterangan dari Dokter untuk rawat inap Kuitansi dari RumahSakit/Puskesmas beserta rincian pembayarannya 4. Berkas-berkas dikirim ke Bagian Kesejahteraan Mahasiswa untuk dimintakan tandatangan Pembantu Rektor III 5. Berkas-berkas diserahkan ke PT. Asuransi Jiwasraya cabang Purwokerto oleh mahasiswa/orang yang ditugasi. Untuk mahasiswa tahun angkatan 2009 dan sebelumnya, tidak ada persyaratan khusus seperti diatas. Mengapa demikian? Karena, Unsoed baru menjalin kerjasama dengan PT. Jiwasraya dalam
42
ë
25 LPM Skëtsa
INFO ASURANSI pengelolaan dana asuransi pada tahun 2010. Namun jangan khawatir, ada dana bantuan kecelakaan yang dikelola langsung oleh pihak Universitas. Alur pengajuan bantuan kecelakaan bagi mahasiswa angkatan tahun 2009 dan sebelumnya adalah sebagai berikut: 1. Mahasiswa/ahli warisnya melaporkan kejadian kecelakaan kepada fakultas dengan membawa berkas persyaratan yang sudah ditentukan 2. Data yang diterima oleh fakultas akan diproses 3. Setelah dana cair, mahasiswa/ahliwarisnya dipanggil untuk mengambil dana di Bagian Kesejahteraan Mahasiswa Kantor Pusat Unsoed. Nah, sudah mengertikan cara pengajuan asuransi? Jadi jika diantara teman-teman mahasiswa Unsoed ada yang mengalami kecelakaan, bisa langsung mengurus asuransinya. Semogabermanfaat. (Fauziah)
Mahasiswa/ahli waris melapor ke bagian Fakultas
ALUR PENGAJUAN KLAIM ASURANSI
Fakultas meneruskan laporan ke bagian Kesejahteraan Mahasiswa dengan menyerahkan persyaratan
Berkas di bagian Kesejahteraan Mahasiswa dikirim PR III untuk disahkan
Berkas dikirim ke PT. Jiwasraya untuk pencairan dana
Dana diambil mahasiswa/ahli waris di Kantor Pusat Kesejahteraan Mahasiswa
ĂŤ
25 LPM SkĂŤtsa
43
ë
skëtsa
KOMUNITAS
Bhinneka Ceria;
Komunitas Organik yang Mengabdi dengan Asyik
Dokumentasi Bhinneka Ceria
S e ke l o m p o k p e m u d a
Mereka belajar bersama para
tidak sebatas pemuda yang
berkumpul di Jalan Riyanto RT 1
kelompok pemuda di Bhinneka
mengenyam pendidikan tinggi di
RW 2 No. 94, Sumampir, Purwo-
Ceria. Bhincer, begitu komunitas ini
sekitar Purwokerto, tapi ada juga
kerto Utara, tiap akhir pekan.
biasa disingkat, bukanlah sebuah
yang masih berstatus pelajar SMA.
Berkumpul pula anak-anak usia
sekolah formal yang siswanya
Saat komunitas-komunitas
sekolah dasar di sekitar mereka.
harus mendaftar lengkap dengan
hobi menjamur di Purwokerto,
Anak-anak tersebut sedang ber-
persyaratan administrasi. Anak-
seperti komunitas sepeda, motor,
main sambil belajar dengan kelom-
anak bebas datang ke sekretariat
mobil, fotografi, dan suffle dance,
pok pemuda tadi. Ada yang ter-
Bhincer, yang mereka sebut
Bhincer hadir dengan nuansa
tawa, bersemangat mengerjakan
“sekolah”.
berbeda. Bhincer adalah komu-
soal, ada juga yang terlihat bingung
Bhincer terdiri dari seke-
nitas yang bergerak di bidang
lompok pemuda di Purwokerto.
pemuda, pendidikan, dan pengab-
Anak-anak itu adalah buah
Komunitas yang didirikan pada 1
dian. Mengaplikasikan ilmu yang
hati penduduk RT 1 dan sekitarnya.
Mei 2010 di Purwokerto ini, biasa
dimiliki pemuda kepada masya-
Mereka bukan berkumpul di
menyebut anggotanya dengan
rakat menjadi tujuan utamanya.
sekolah alam atau sekolah terbuka.
sebutan relawan. Relawan Bhincer
“Bhincer adalah komunitas organik
dengan soal yang diberikan.
44
ë
25 LPM Skëtsa
KOMUNITAS desa untuk mengikuti program
ekonomi menjadi penting buat
paket A dan B gratis. Selain itu
organisasi,” ungkap Wildan.
Bhincer juga punya satu kegiatan
Bhincer memiliki usaha dana
yang mereka namakan Youth for
mandiri berupa bakso bakar yang
Freedom. YFF adalah suatu
beroperasi di depan Pusat Kegiatan
l e b i h
kegiatan yang memberi ruang
Mahasiswa Unsoed. Semua keun-
mengedepankan kesamaan cita-
untuk mengapresiasi para pemuda
tungannya digunakan untuk kegi-
cita melalui pengabdian peran
yang memiliki inovasi di bidang
atan sosial Bhincer.
pemuda,” ucap Wildansyah, kepala
apapun.
y a n g
Selain itu, donasi dari
Untuk menyampaikan in-
donatur sangat membantu kegia-
Pada mulanya Bhincer
formasi, Bhincer memiliki lembaga
tan Bhincer. Bhincer membuka
membuat perpustakaan dan
otonom jurnalistik yaitu radio
ruang untuk masyarakat yang ingin
mengadakan belajar bersama
streaming dan majalah. “Misinya
membantu secara finansial. Di
anak-anak di Desa Sudan, Purba-
sama, untuk menyampaikan
www.bhinnekaceria.com mereka
lingga. Saat itu, jumlah relawan
informasi bergizi yang asik tentang
menyediakan laman khusus untuk
Bhincer masih sedikit. Mereka
pemuda, pendidikan, dan
sponsorship dan donasi. Ada form
mengadakan kegiatan belajar
pengabdian,” tambah Wildan.
yang harus diisi oleh donatur untuk
bersama di alam terbuka. Bagi
Media Bhincer ini dikemas dengan
pendataan. Tercantum juga nomor
mereka pendidikan bisa dicari dan
unik, dengan bahasa yang santai,
rekening agar donatur dapat
dilakukan di mana saja, termasuk
namun tetap ada muatan berbobot
mengirimkan bantuan dengan
alam. Setelah kegiatan tersebut
di dalamnya. Tujuannya, agar
mudah. Dengan kekuatan finansial
terlaksana, Bhincer memben-
pemuda dan siapapun dapat
tersebut, kini Bhincer dapat
tangkan sayapnya ke tempat lain
mengerti dan berpartisipasi dalam
mendirikan Perpustakaan dan
seperti Dusun Cumbut, Bancar-
komunitas ini.
Sekolah Rakyat di berbagai daerah
sekolah Bhinneka Ceria.
kembar, dan lokalisasi Gang Sadar
Kegiatan Bhincer yang
lain seperti Banten, Bogor, Jakarta,
banyak tentu membutuhkan
Yogyakarta, Semarang, dan Bali.
Kegiatan Bhincer tidak
sokongan dana yang banyak pula.
(Yudi Harmawan*)
hanya belajar mengajar dan
Menurut Wildan, kreatif saja tidak
membuat perpustakaan, komu-
cukup untuk menjalankan sebuah
*Anggota Magang LPM Sketsa
nitas ini pernah mengadakan
organisasi. “Ide-ide kreatif itu kalau
2013
karnaval budaya, dialog kebuda-
tidak didukung logistik akan
yaan, sampai membantu warga
percuma. Karena itu, kemandirian
di Baturaden.
ë
25 LPM Skëtsa
45
ë
skëtsa
kolom alumni Sekedar Refleksi Pendidikan dari Masa Lalu Oleh : Chandra Iswinarno*
Mendengar kata pendidikan di Indonesia, tampaknya akan susah dilepaskan dari keberadaan sekolah formal yang menjadi institusi/lembaga pengajaran di seluruh pelosok. Keberadaan lembaga pendidikan di Indonesia, hingga hari ini, memiliki mata rantai yang tersambung dengan kebijakan politik etis Kolonial Belanda. Dari sanalah, kemudian warga Indonesia mencecap bangku sekolah. Namun, tidak semua warga negara Indonesia bisa mengenyam pendidikan yang didirikan Belanda. Hanya kaum tertentu saja dari golongan priyayi atau kelas bangsawan yang kemudian bisa menikmati pendidikan modern ala Belanda. Jika beruntung, golongan priyayi ini kemudian dikirim belajar di luar negeri. Pun dengan harapan, sekembalinya ke Hindia Belanda akan bekerja untuk pemerintah kolonial masa itu. Padahal di sisi lain, persoalan ketimpangan pengetahuan ilmiah dan pendidikan ini telah membuat kelas tersendiri dalam masyarakat Indonesia yang terbagi dalam kelas bangsawan dan jelata. Pada masa itu pula, Sejara-
46
wan Belanda, WF Wertheim, mengemukakan ada tiga kelas masyarakat yang berada di bawah pemerintahan kolonial Belanda. Kelas masyarakat yang berada di pucuk teratas merupakan golongan bangsa kulit putih dari Eropa. Kemudian di kelas kedua, merupakan golongan asia timur jauh seperti Cina, Arab, India dan lainnya. Sedangkan kedudukan pribumi yang notabene pemilik hak atas tanah, air, udara dan kekayaan yang berada di dalam perut bumi nusantara, ditempatkan di kelas ketiga. Lapisan ketiga dalam struktur masyarakat kolonial ini, kemudian mendapat perlakuan tak adil selayaknya bangsa asli pemilik benua di Australia, Amerika atau Afrika. Sejak dibukanya keran pendidikan untuk "warga priyayi" di masa politik etis, barangkali banyak dari masyarakat Indonesia yang meyakini, lewat pendidikan bisa menaikkan derajat sosial dalam lingkungan masyarakat. Pola pikir inilah yang kemudian diwariskan kepada kelas-kelas priyayi dan tidak menutup kemungkinan kelas jelata sekalipun yang masuk dalam subordinat penguasa.
Pada kenyataan hari ini pun, masih banyak dijumpai bagaimana orang tua yang masih bangga anaknya adalah seorang sarjana. Tak heran jika kemudian, banyak orang tua yang sering berpetuah kepada anaknya. “Orang tuamu tidak bisa mewariskan apa pun kecuali pendidikan”. Pesan ini menjadi tanda yang sangat jelas. Bentuk ketergantungan orang tua terhadap pendidikan masih melekat kuat. Padahal di satu sisi, orang tua menjadi target “korban institusi pendidikan”. Dengan iming-iming sang anak akan mendapat pekerjaan setelah lulus kuliah, orang tua pun “dipaksa” memenuhi permintaan instutusi pendidikan. Dari setiap tetes keringat yang mengalir, para orang tua kemudian menghidupi institusi pendidikan itu hidup dan berkembang dengan fasilitas. Keinginan untuk menaikkan prestise hingga derajat dan kedudukan dalam kehidupan masyarakat inilah yang kemudian jeli dilihat sebagai peluang besar oleh elit pengusaha sekolah. Mereka, para elit, tak segan menjadikan sekolah sebagai sebuah "pasar jasa dan investasi" yang cerah bagi masyarakat.
ë
25 LPM Skëtsa
kolom alumni
Nilai investasi yang ditanam pun tak main-main. Para “pengusaha sekolah” menanam investasi pendidikan yang sangat tinggi seiring dengan fasilitas pendidikan untuk mendapat laba. Perhitungan investasi dengan fasilitas dan juga keuntungan tergambar jelas dalam “nominal harga” sebuah pendidikan tinggi maupun menengah. Bandrol harga masuk sekolah pun tertera dengan sempurna dalam persyaratan pendaftaran di brosur-brosur sekolah paling hebat di negeri ini. Jurusan-jurusan yang diminati pasar pun dibandrol dengan harga tinggi. Sedangkan jurusan yang tidak memiliki prospek di pasar kerja dipotong harganya. Model ini kemudian lazim ditemui dalam sekolah ternama di negeri ini. Praktik lembaga pendidikan ini kemudian menjadi momok menakutkan dalam masyarakat dewasa ini. Akses masyarakat, diakui atau tidak, yang bisa diberikan kepada masyarakat miskin hanya sampai sembilan tahun
ë
25 LPM Skëtsa
wajib belajar. Itu pun dengan catatan, jika si miskin ini dapat memenuhi kebutuhan minimalnya sehari-hari. Selebihnya, pemerintah dan institusi pendidikan lebih memilih memberlakukan tarif yang sulit dijangkau kaum miskin. Sekalipun ada beasiswa, itu hanya sekedar untuk murid pintar yang jumlahnya pun tak banyak. Sedangkan di sisi lain, peran negara yang termaktub dalam pembukaan UUD 1945, “mencerdaskan kehidupan bangsa”, mulai digeser. Pemerintah perlahan melepaskan tanggung jawabnya dalam pendidikan. Pun kemudian, persoalan ini dinyatakan dalam sejumlah perangkat aturan oleh negara. Institusi pendidikan yang akan mencipta buruh-buruh terdidik ini kemudian menjadi legal dan jelas dengan identitas barunya ini. Makna pendidikan yang sedianya membuat si tertindas menjadi berdaya, si tidak tahu menjadi tahu, akhirnya hanya menjadi formalitas belaka atau lebih buruknya ditinggalkan begitu saja. Sejatinya, kondisi yang ter-
jadi saat ini, ketika akses pendidikan hanya boleh dinikmati orang dari “kasta” tertentu mendapat tentangan dari pendiri bangsa ini jauh hari sebelumnya. Sebut saja Tan Malaka, yang pada awal tahun 1920 mendirikan sekolah untuk rakyat di beberapa wilayah. Sekolah yang didirikan atas
Makna pendidikan yang sedianya membuat si tertindas menjadi berdaya, si tidak tahu menjadi tahu, akhirnya hanya menjadi formalitas belaka atau lebih buruknya ditinggalkan begi-tu saja. prakarsa Serikat Islam cabang Semarang ini mengajarkan kepada kaum tertindas tentang makna pendidikan sebenarnya. Bukan persoalan mengejar prestise atau sekedar mendapat pekerjaan untuk hidup mereka, tetapi juga untuk memperjuangkan nasib
47
kolom alumni bangsanya yang tertindas. Begitu juga yang dilakukan Suwardi Suryaningrat dengan pendirian sekolah Taman Siswa yang mendidik masyarakatnya untuk berpikir maju dan kesetaraan. Dua model sekolah ini pula yang kemudian mendapat ancaman dari kaum kolonial lantaran dianggap ilegal. Sekolah itulah yang sebenarnya menanamkan semangat nasionalisme untuk membebaskan diri dari kungkuman penjajah. ***** Secara historis, kesan pendidikan di Indonesia tidak bisa keluar dari fase peninggalan pendidikan kolonial Belanda. Sisa peninggalan itu dengan jelas bisa dinikmati melalui media massa dengan berbagai perdebatan yang bisa menjual. Argumen-argumen “ilmiah” dengan bahasa langit dipertontonkan layaknya seni drama. Sekali lagi, persoalan ini Tan Malaka dalam kitab Madilog yang dituliskan dengan semangat visioner, sejak 67 tahun silam. “Salah satu sifat rakyat Belanda yang terlihat demagogisch, ialah sifat berkilah, sifat suka mempertengkarkan perkara-perkara kecil, dengan melupakan pokok yang besar.” Kondisi ini juga semakin diperparah pada kondisi kekinian dengan merebaknya kasus korupsi yang marak dilakukan oleh lulusan perguruan tinggi. Bahkan, Mantan Ketua Mahkamah Konstitusi Muhammad Mahfud MD menyebut
48
80% pelaku korupsi yang sudah untuk kembali menyemai budaya diproses ternyata lulusan perguru- literasi di kalangan masyarakat. an tinggi dan diantara mereka Ajaran ini yang kemudian bergelar guru besar (pemberitaan dikembangkan mendiang Hugo niasonline.com). Chavez, mantan Presiden VeneBisnis pendidikan saat ini zuela, untuk melakukan kerja-kerja sepertinya menemukan titik yang pendidikan di kaum rakyat jelata. cerah. Bentuk badan pendidikan Melawan hegemoni ke-kuatan kekinian kemudian masih terus penguasa yang memiliki akses menyanjung lulusan terbaiknya lebih luas, setidaknya bisa dimulai yang terserap lapangan kerja. dengan mengajarkan masyarakat Sementara divsisi lainnya, peran Tri yang buta aksara dengan membaca Dharma perguruan tinggi untuk dan berhitung. pengabdian masyarakat semakin Proyeksi inilah yang keditinggal. Massa rakyat kini, mudian membutuhkan kerja dan sebagian besar dijadikan obyek gerak yang dilakukan bersama. “proyekan kaum intelektual”. Pe- Tugas ini bukan hanya milik nelitian dilakukan, namun pen- segelintir orang, tetapi menjadi dampingan untuk memajukan rak- tugas bersama kaum intelektual. yat semakin terminimalkan. Sejatinya pula, kerja besar ini Para pengajar sibuk men- mempunyai satu tujuan, yakni mecari format pendidikan yang bisa negakkan kedaulatan rakyat. terserap dalam pasar kerja menMenegakkan kedaulatan jadi buruh kerah putih. Hasilnya, rakyat dengan mengubah cara ribuan sarjana masih banyak berpikir masyarakat dengan melemenganggur pun diupah murah. paskan ketergantungan terhadap Lebih konyol lagi, ketika ada aksi bangsa asing yang berpotensi memassa buruh yang menuntut nindas. Setidaknya, bangsa ini perpenghidupan layak, banyak dari nah diingatkan pula oleh Tan Malamereka mencibir dan memaki aksi ka yang menyerukannya dalam itu. Madilog: “Saintis Indonesia, jaPadahal, mereka sendiri nganlah bermimpi akan leluasa adalah bagian dari puluhan juta berkembang selama pemerintah kaum buruh di Indonesia yang Indonesia dikemudikan, dipengaironisnya tidak melakukan bersi- ruhi atau diawasi negara lain berkap kritis bahkan antipati terha- dasarkan kapitalisme, negara apa dap golongan sesamanya. Hampir pun juga di bawah kolong langit ini. tidak bisa ditemukan formulasi Kemerdekaan sains itu sehidup untuk memperbaiki anomali kon- semati dengan kemerdekaan nedisi lembaga pendidikan hari ini. gara.” Namun ada satu keyakinan yang harus bisa dilakukan untuk memperbaiki persoalan ini, salah satu *Pemimpin Umum LPM Skëtsa 2002-2003 caranya adalah meneguhkan hati *Kuli Ketik dan sedang belajar Madilog
ë
25 LPM Skëtsa
Info Grafis
Kronologi Penangkapan Prof.Edy Yuwono, PhD
Info Grafis
Kamis, 21 Januari 2013 Kejaksaan negeri Purwokerto tengah mengusut dugaan korupsi yang melibatkan sejumlah pejabat Unsoed dan mengeluarkan surat perintah penyidikan.
Rabu, 13 Februari 2013 Kejari menyita 1 unit mobil Yoyota Inova milik rektor Unsoed dengan plat nomor R 8599 ZA yang diduga merupakan hasil korupsi proyek kerjasama Unsoed dengan PT.Aneka Tambang.
Jum’at, 15 Februari 2013 Rektor Unsoed diperiksa jaksa pada dugaan sejumlah kasus korupsi di PTN tersebut.
Kamis, 23 Februari 2013 Kejari menetapkan 3 tersangka kasus korupsi dalam kerjasama Unsoed dengan PT. Aneka Tambang. Tiga tersebut diantaranya ada Edy Yuwono (Rektor), Winarto Hadi (Kepala UPT) & Suatmadji (Asisten Senior Manager CSR-PT.Antam)
Jum’at, 22 Februari 2013 Kejari mencekal sejumlah pejabat Unsoed yang diduga terlibat perkara korupsi kerjasama Unsoed dengan PT.Antam.
Selasa, 26 Februari 2013 Kejari menelusuri kekayaan sejumlah tersangka, salah satunya kekayaan milik Rektor Unsoed.
Jum’at, 31 Mei 2013 Kejari melakukan penggeledahan & penyitaan sejumlah dokumen penting terkait kasus korupsi Unsoed.
Rabu, 21 Agustus 2013 Kejaksaan Negeri Purwokerto menahan Rektor Unsoed Edy Yuwono beserta Pembantu Rektor IV Unsoed Budi Rustomo & Kepala UPT Percetakan Unsoed Winarto Hadi. Ketiganya ditahan di Lapas Purwokerto.Dari kasus ini, negara mengalami kerugian sebesar Rp. 2,154 M.
Rabu, 27 Nopember 2013 Foto dan Data : Dari berbagai sumber
50
Sidang perdana dengan pembacaan dakwaan, di Pengadilan Tipikor Semarang
ë
25 LPM Skëtsa
SUPLEMEN MABA
ë
skëtsa
artikel maba Salah Jurusan Oleh: Wahyu Hidayat mengerti. Pilihan selanjutnya adalah tidak mengambilnya, kemudian ikut tes masuk PT tahun berikutnya. Setiap pilihan memiliki resikonya masing-masing, dan harus memilih salah satu pilihan tersebut. Salah jurusan bisa sangat merugikan bila dipaksakan untuk bertahan, bukan belajar dan bertahan di jurusan tersebut. Jika dipaksakan, akibat yang dapat merugikan bisa mengikuti. Nilai Mahasiswa baru identik
dengan tawa, canda dan juga
perkuliahan mereka. Yaitu, Salah
kuliah yang kecil, tidak semangat
jurusan.
kuliah, sampai hal terburuk; Drop
tangis. Tawa bahagia dengan
Salah jurusan memang
Out.Untuk menghindari hal
diterimanya di Univesitas idaman
menjadi momok bagi beberapa
tersebut, banyak yang dapat
dan memasuki dunia perkuliahan
mahasiswa. Ini memang sebuah
dilakukan mahasiswa untuk dapat
dengan status mahasiswa. Canda
pilihan yang cukup membuat hati
bertahan di jurusan yang kurang
ketika bertemu teman baru dari
bimbang; Saat mahasiswa
diminati.
berbagai wilayah se-antero negeri
(Maba) bahagia diterima di jenjang
Jadikan “tragedi” salah
dan mulai membaur satu sama
perguruan tinggi, namun berada di
jurusan sebagai motivasi belajar.
lain. Tangis, saat mahasiswa
jurusan atau program studi yang
Mau tidak mau, suka tidak suka, life
perantauan untuk pertama kalinya
kurang diminati. Berbagai solusi
must go on although in a wrong
jauh dari orang tua. Namun, dari
menghampiri. Tetap bertahan di
place. Satu-satunya jalan ketika
semua itu ada juga beberapa
jurusan tersebut dengan
memutuskan untuk bertahan
mahasiswa yang merasa resah
konsekuensi harus bekerja keras
adalah belajar dengan sungguh-
dalam menjalani kehidupan
untuk membiasakan diri dan
sungguh. Seorang sahabat pernah
52
baru
ë
25 LPM Skëtsa
artikel maba bercerita bahwa dia 'salah
keilmuan tentu sangat bermanfaat.
Menjaring saran dari berbagai
jurusan'. Dia memutuskan untuk
Belajar dan berorganisasi dalam
pihak bisa menjadi sebuah
bertahan. Konsekuensinya, dia
hal ini bisa dijalankan bersama.
pencerahan. Orang tua, kakak,
harus berjuang untuk menguasai
Jika merasa tidak sanggup
teman, senior bahkan dosen
bidang keilmuan yang sudah
untuk bertahan dalam keadaan
pengampu dapat dimintai saran.
diambil. Kesulitan pasti ada, karena
salah jurusan, ikut seleksi tahun
Dosen pengampu bisa
harus belajar dari awal.
berikutnya bisa menjadi pilihan.
memberikan nasihat yang lebih
Sebenarnya itu semua hanya
Keuntungannya, ada kesempatan
baik karena pengalamannya dalam
masalah waktu untuk menjadi
kurang lebih satu tahun untuk
menghadapi berbagai masalah
terbiasa. Seperti kata pepatah
berbenah diri dan belajar untuk
mahasiswa. Saran tersebut bisa
lama, “Alah bisa karena biasa”.
p e r s i a p a n m a s u k P T. J i k a
menjadi pertimbangan untuk
Mengikuti kegiatan
keputusan ini yang diambil,
mengambil keputusan.
kemahasiswaan yang dapat
sungguh-sungguh menjadi
Kita sering diajarkan sifat
menunjang pengetahuan
kuncinya. Namun, kemungkinan
yang dalam bahasa Arab disebut
akademik jurusannya juga bisa
terburuk bisa saja terjadi, yaitu
qonaah, yang artinya menerima
menjadi pilihan. Banyak organisasi
jatuh di lubang yang sama; salah
segala pemberian Tuhan. Tuhan
kemahasiswaan di kampus dengan
jurusan. Jika hal ini terjadi,
mengerti apa yang kita butuhkan.
berbagai bidang. Mahasiswa bebas
penjabaran paragraf ke empat
Jika kita sudah berusaha, sekalipun
memilih organisasi mana yang
tulisan ini bisa diaplikasikan untuk
hasilnya tidak sesuai dengan
akan diikuti. Kesempatan ini
bertahan.
harapan, bisa saja itu yang terbaik
seharusnya dimanfaatkan oleh
Setidaknya seperti itulah
b a g i k i t a m e n u r u t Tu h a n .
“kaum” salah jurusan. Memilih
gambaran jika 'salah jurusan'.
Menerimanya dan berusaha bisa
untuk berkegiatan di organisasi
Keputusan ada pada diri sendiri.
menjadi bentuk rasa syukur atas
yang dapaat menunjang bidang
apa yang diberikan Tuhan.
Stay or Not ? ë
25 LPM Skëtsa
53
ë
skëtsa
wawancara Akses Informasi untuk Transparansi informasi kepada publik dalam waktu singkat dan mudah. Hak publik dalam memperoleh informasi yang berkaitan dengan kepentingan umum pun sudah diatur oleh UU No.14 tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik sebagai hak asasi manusia. Namun, permasalahan yang kini muncul adalah sejauh mana masyarakat kita bisa mengambil informasi publik tersebut dengan bijak? Bagaimana Badan Publik seperti sistem BLU yang diterapkan oleh pemerintah harus transparan untuk memberikan informasi kepada publik? Keresahan tersebut bisa kita temukan jawabannya dari hasil wawancara Skëtsa dengan Aris Andrianto, disela-sela waktu sibuknya sebagai seorang jurnalis.
Dokumen pribadi
Aris Andrianto Ketua Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Kota Purwokerto, Wartawan Tempo Pada era globalisasi saat ini, semua informasi dapat diakses dengan mudah oleh seluruh lapisan masyarakat melalui teknologi modern, salah satunya adalah internet. Bukan hal baru jika saat ini internet bisa dijangkau masyarakat dewasa hingga anak kecil setiap detiknya untuk mendapatkan informasi ataupun berbagi
54
Sebagai wartawan yang terbiasa mencari informasi, sejauh mana publik kita saat ini mempunyai hak untuk mendapatkan informasi, khususnya bagi warga kampus yang ingin mengakses informasi tentang kampusnya? Berbicara pengalaman saja, Unsoed itu termasuk sulit untuk mendapatkan informasi yang menyangkut kemahasiwaan atau yang ada kaitannya dengan publik . Berbeda dengan kampuskampus lain, mereka relatif lebih mudah untuk memberikan informasi-informasi seputar kampus
termasuk isu-isu sensitif seperti UKT, BLU, termasuk Kerjasama dengan pihak luar. Unsoed termasuk yang aksesnya susah, padahal sudah ada fungsi humas yang bertugas memberi informasi kepada publik berkaitan dengan informasi publik termasuk kepada wartawan. Namun, kenyataannya kita kesulitan mendapatkan data-data yang seharusnya bisa diakses publik, seperti rincian keuangan spp mahasiswa baru berapa yang harus diberikan, untuk apa uang tersebut, itu harus jelas tetapi selama ini nyatanya tidak. Akses informasi masyarakat harus dibuka karena itu satusatunya cara birokrasi berjalan transparan dan efisien adalah dengan memberikan informasi terkait dengan publik untuk mencegah terjadi korupsi di lembagalembaga pemerintahan. Itu salah satu fungsi keterbukaan informasi publik di level manapun baik dari pendidikan, pemerintahan bahkan di lembaga-lembaga kemasyarakatan yang menyangkut dengan publik. Maraknya media online sekarang ini, bagaimana cara publik bisa memfilter informasi yang diperoleh? Banjir informasi selama ini tidak hanya media mainstream seperti media cetak, majalah,
ë
25 LPM Skëtsa
wawancara koran, tapi ada media lain juga yang kadang-kadang menjadi rujukan masyarakat saat ini yaitu media sosial seperti Facebook dan Twitter. Berita-berita terbaru pun bisa dilihat pertama kali di media sosial, ketika media main stream belum memberitakannya, media sosial sudah terlebih dulu update. Kini masyarakat pun mempunyai banyak pilihan mendapatkan informasi selain dari media konvensional,tapi hal itu menjadi suatu tantangan juga bagi masyarakat. Mereka harus bisa memfilter atau menyaring informasi mana yang dibutuhkan oleh publik dan informasi yang dapat dipercaya, mana yang hanya beritaberita tidak penting seperti berita kehidupan pribadi artis yang tidak mempunyai kepentingan secara umum bagi publik. Masyarakat harus bisa memilah hal tersebut karena secara aturan media kita saat ini masih tidak memihak kepada masyarakat, ada pemilik-pemilik media yang mempunyai massa banyak kurang mengontrol pemberitaan atau tayangan demi sebuah rating tinggi. Masyarakat kita dituntut untuk menjadi konsumen yang cerdas dalam memilih berita atau tayangan yang tidak mencerdaskan. Kita ini harus seperti remote control bisa memilih dan memilah berita atau tayangan yang penting dan mendidik, jika ada berita atau tayangan yang merugikan lebih baik matikan saja atau
ĂŤ
25 LPM SkĂŤtsa
tidak usah baca. Seharusnya diberikan edukasi kepada masyarakat untuk bisa membudayakan membaca dan menulis, sehingga kita akan tau mana yang baik atau yang buruk dari suatu pemberitaan atau tayangan dan bisa menjadi konsumen cerdas.
adanya keterbukaan publik, pengelolaan yang bagus agar bisa diakses. Saat ini, semua orang sudah dapat mengakses media online, artinya ketika ada website khusus atau situs resmi dari kampus digunakan untuk transparansi anggaran keuangan dan pemberian informasi publik. Sudah transparankah BLU yang diterapkan kampus saat ini?
info Saat ini kampus mengusung sistem BLU, bagaimana idealnya akuntabilitas publik tersebut berjalan? Idealnya sistem informasi publik, anggaran keuangan, kerjasama dengna pihak luar dapat diakses masyarakat atau mahasiswa dengan mudah karena itu bisa menghentikan praktekpraktek kebocoran anggaran atau ketidaktransparan keuangan seperti korupsi. Namanya saja Badan Layanan Umum, maka harus ada asas-asasnya yaitu keterbukaan informsi, adanya transparansi dan hal itu harus didorong oleh pihak kampus. Ketika Unsoed sudah menerapkan BLU berarti harus siap dengan konsekuensinya, dengan
Menurut saya, saat ini belum transparan dalam pemberian informasi maupun akses mendapatkannya, sebagai wartawan juga sulit untuk mendapatkan informasi-informasi karena birokrasinya mutermuter harus ke bagian inilah, bagian itulah.. padahal Unsoed sudah punya website resmi, jika kita ingin mengetahui soal anggaran, kegiatan segala macam bisa dapat langsung diakses tidak usah kita pusing mencari data kesanakemari dan tidak ribet. Jika pengelolaannya tidak terjadi sesuatu, seharusnya akses informasi yang jelas dapat mudah diberikan dengan transparan tanpa ada yang harus ditutupi, kalau informasi tidak terbuka dan diberikan, maka masyarakat pun mempertanyakan, ada apa yang terjadi? Sehingga munculah persepsi atau opini masyarakat yang bisa negatif. Dalam memberikan informasi ada yang tidak harus dibuka kepada publik, hal apa saja yang publik tidak harus mendapatkan infor-
55
wawancara masi tersebut?
tutupi.
Data- data seperti kekayaan privat itu tidak seluruhnya dibuka kepada umum. Tapi, karena namanya sudah BLU bicara soal pengelolaan dari kampus tidak ada yang harus ditutup-tutupi karena semuanya sudah jelas ada aturannya, kecuali kalau kita bicara data keamanaan dan pertahanan negara, data nasabah bank, itu memang bukan untuk di konsumsi publik. Berbeda di kampus yang menerapkan BLU, mahasiswa harus tahu rincian UKT seperti apa dengan dijelakan secara rinci, kerjasama dengan pihak luar, itu semua bisa dibuka kepada publik tanpa ada yang harus ditutup-
Apa yang kurang diberikan dari pihak pengelola kepada masyarakat, dilihat dari segi penyediaan informasi di portal kampus?
info rmat ion
information
56
Jika dilihat sekarang ini pemberitaan Unsoed itu banyak berisi soal ceremonial, kegiatankegiatan kampus padahal, Unsoed punya potensi dalam penelitianpenelitian yang dapat dipublikasikan kepada masyarakat, misal dari pertanian unsoed punya penemuan padi dengan varietas baru, dari biologi, sosial, dan lainlain yang sebenarnya banyak untuk dikenalkan kepada masyarakat luas dan bisa ditampilkan di website,
tidak hanya sekedar kegiatankegiatan saja karena di media mainstream sudah pasti ditulis. Hal-hal yang selama ini menjadi prestasi dari Unsoed bisa ditampilkan jangan hanya beritaberita buruk saja yang masyarakat tahu. Hal tersebut sangat kurang dipublikasikan oleh humas sebagai fungsi memberikan informasi dan bisa membuat citra Unsoed menjadi baik. Situs resmi itu pun bisa menjadi wadah untuk transparansi unsoed dari keuangan, pengelolaan dll agar semua orang bisa mengakses apa yang ingin diketahui dari Unsoed sehingga, bisa menjadi keuntungan serta daya tarik tersendiri. (Tami)
INFO
informasi
ĂŤ
25 LPM SkĂŤtsa
tips
ë
skëtsa
Kita Semua adalah “Penulis” Oleh :SusiloFathurrohman* “Eh, nama akun Facebook ka-
dilakukan tidak jauh dari sekedar
itu, tulisan yang dibuat tersebut
mu apa?” Pertanyaan tersebut
melihat linimasa (timeline),
juga masih dipertanyakan kuali-
pasti sudah tidak asing lagi bagi
memperbarui status, atau
tasnya.
kawan-kawan. Bahkan, mungkin
mengomentari status orang lain.
kita sendiri yang pernah melon-
Tapi jangan khawatir kawan-
Dari kegiatan tersebut, sadar-
kawan. Jika kita ingin membuat
kah kawan-kawan bahwa sebenar-
tulisan yang lebih menarik,
Hampir setiap orang memiliki
nya sebagian besar keseharian kita
informatif dan lebih hidup, ada
akun media sosial. Sebut saja
di media sosial adalah membaca
beberapa cara yang dapat diapli-
kakak, adik, teman, dan tetangga.
dan menulis? Kita menuangkan
kasikan. Berikut ini beberapa tips
Pasti di antara mereka ada yang
gagasan, keluhan, pendapat, bah-
singkatnya. Perhatikan!
memiliki akun sosial media seperti
kan emosi kita di media sosial. Kita
blog, jejaring sosial (Facebook,
menulisnya dengan gaya bahasa
Twitter, skype, dan lain-lain), dan
masing-masing. Tulisan tersebut
Coba bandingkan penggalan
forum di dunia maya. Bahkan,
pastinya dibaca teman di dunia
kalimat berikut, “Pada saat
beberapa orang tua dari kawan-
maya, begitupun kita yang memba-
perkuliahan telah berakhir ”
kawan pasti ada yang memiliki
ca tulisan teman.
dengan “Setelah perkuliahan
tarkan pertanyaan tersebut.
salah satu media social tersebut.
1. Memilih kalimat yang ringkas
Dapat disimpulkan bahwa kita
berakhir”. Lebih enak dibaca
Hal tersebut sebenarnya
adalah “penulis” walau masih di
penggalan kalimat yang kedua
lumrah terjadi. Pasalnya, menurut
dunia maya. Meskipun begitu,
bukan?
streaming analytic dari Social
belum ada yang menjamin bahwa
Bakers, sebuah situs analisis online,
kita adalah penulis yang baik.
Indonesia menduduki peringkat
Terkadang, dengan sangat mudah-
ke-4 sebagai negara dengan
nya kita menuliskan pikiran di
Dalam tulisan populer–tulisan
pengguna Facebook terbesar di
media sosial. Namun, belum tentu
ringan yang tidak njlimet atau
dunia. Banyak dari kita – pengguna
kepiawaian itu dapat juga diapli-
rumit dibaca yang bersifat untuk
jejaring sosial – yang terkadang
kasikan dalam menulis artikel,
umum– pemilihan kata sangat
“autis” di hadapan laptop, kom-
opini, berita, tugas kuliah, puisi,
mempengaruhi sense dari tulisan
puter, dan telepon genggam
cerpen, novel, skripsi, dan jenis
itu. Agar pembaca menikmati
karena media sosial ini. Hal yang
tulisan lain dengan mudah. Selain
tulisan, alangkah lebih baik jika
ë
25 LPM Skëtsa
2. Pilih kata-kata yang sederhana
57
tips
menggunakan kata populer dan
maksud dengan apa yang
baca lagi tulisan yang sudah
mudah dipahami. Akhirnya pem-
ditangkap oleh pembaca. Misal-
dibuat, kemudian edit tulisan yang
baca tidak perlu membaca dua kali
nya, “Seorang petugas registrasi
memiliki kesalahan atau kurang
atau berpikir keras untuk mema-
kedapatan menerima amplop dari
nyaman dibaca.
hami tulisan.
calon mahasiswanya.� Kalimat itu dapat mengandung dua penger-
Demikian tips yang dapat
tian. Pertama, seorang petugas
kawan-kawan praktikkan agar
registrasi yang menerima suap
tulisan yang dibuat menjadi lebih
Dalam menulis, kawan-kawan
dari calon mahasiswa. Kedua,
hidup, menarik, dan informatif.
perlu memperhatikan kepada
petugas registrasi tersebut me-
Mungkin kawan-kawan memiliki
siapa tulisan tersebut ditujukan.
mang menerima amplop dari
cara lain yang biasa kawan-kawan
Misalnya, bila tulisan tersebut
calon mahasiswanya yang berisi
aplikasikan untuk membuat tulisan
berupa tulisan ilmiah maka
STTB, bukti registrasi, ijazah, dan
lebih hidup. Cara-cara tersebut
gunakanlah gaya bahasa formal.
lain sebagainya. Agar kalimat
bisa kawan-kawan gunakan sendiri
Namun, bila tulisan ditujukan
tersebut tidak bermakna ganda,
untuk menambah kualitas tulisan.
untuk teman, keluarga, atau
maka kawan-kawan harus
Terakhir, banyak penulis yang
kerabat, kawan-kawan bisa
menambah kalimat penjelas
mengatakan bahwa 'penulis yang
menggunakan ragam bahasa lisan
setelahnya.
baik adalah pembaca yang baik'.
3. Pilih gaya bahasa yang tepat
yang biasa digunakan setiap hari.
Untuk itu,mari perbanyak 5. Menulislah sesuka hati
4. Hindari kata atau kalimat
Agar proses menulis lebih efektif,
membaca untuk menjadi penulis yang baik!
yang bersifat ambigu
menulislah tanpa harus membaca
Kata ambigu adalah kata yang
ulang tulisan yang sudah kita buat.
*Anggota magang LPM Sketsa
mempunyai makna ganda. Kata
Menulislah sesuka hati, tuangkan
2013
ambigu dapat menimbulkan
apa saja yang ada dalam pikiran
perbedaan antara pesan yang kita
kita. Setelah tulisan selesai dibuat,
58
ĂŤ
25 LPM SkĂŤtsa
Jalur Angkot
unsoed
ë Jalur
skëtsa
60
angkot
ë
25 LPM Skëtsa
jalur angkot
ë
25 LPM Skëtsa
61
ë
skëtsa
Kesketsaan
th
Skëtsa, 25
Menegakkan Jurnalisme Dalam hidup manusia, usia bukanlah satu bahan percakapan yang menarik. Penutur dan mitra tutur mempunyai asumsi yang sama bahwa cakapan tentang usia adalah menggelikan. Tetapi terkadang percakapan tentang usia menjadi penanda refleksi-evaluasi tentang laku hidup silam. Tetapi membincang usia untuk sebuah organisasi mahasiswa sangatlah menarik. Terlebih organisasi tersebut adalah organisasi yang tak semua orang tertarik, tetapi buah kerjanya sangat dibutuhkan. Ia adalah sebuah organisasi pers mahasiswa. Bukan barang baru bahwa organisasi pengolah informasi ini tidak sepopuler Badan Eksekutif Mahasiswa atau nama lainnya yang eksis dalam gerakan advokasinya. Lembaga pers mahasiswa hanya sebatas penyuplai informasi yang memang menjadi hak semua manusia. Sebuah prestasi bagi Lembaga Pers Mahasiswa Skëtsa masih bisa bertahan hingga sekarang, setelah dua puluh lima tahun menjadi subjek di Universitas Jenderal Soedirman. Saya menyebut hanya penyuplai informasi, bukan bermaksud mengkerdilkan fungsi mahasiswa bagi masyarakat, negeri atau kemanusiaan. Justru sebutan ini menyederhanakan dan menegaskan peran dalam drama
62
kehidupan. Begitulah LPM Skëtsa, ia hanya mengkomunikasikan informasi yang harus diketahui, menyampaikan yang memang menjadi hak dan mengingatkan yang menjadi kewajiban. Kami atau setidaknya saya percaya bahwa manusia dapat bergerak rasional ketika memiliki informasi yang cukup. Relasi manusia dan informasi menjadi amat fundamental dan determinan dalam jalan hidup. Elemen informasi menjadi bantahan ilmiah Harun Yahya kepada paham materialisme Darwin yang hanya mengakui makhluk hidup terdiri atas elemen materi dan energi. Elemen informasi inilah yang dalam bahasa manusia sering dinamakan DNA atau semacam blue print dari Tuhan. Informasi inilah yang menuntun sebuah biji kurma menumbuhkan batang, akar, daun dan kemudian menghasilkan buah kurma, karena dalam sebuah biji kurma selain terdapat materi dan energi juga terdapat serangkaian informasi yang telah “tertulis” di dalamnya. Manusia dan informasi begitu inheren, kepercayaan ini kami pegang. Semenjak 5 Desember 1988 Skëtsa hadir. Semenjak itulah, laku jurnalisme dijalankan. Skëtsa dikonsepkan oleh perintis sebagai organisasi mahasiswa yang bercita-cita mewujudkan ma-
syarakat kampus yang kritis dan terbuka berdasarkan nilai-nilai intelektual. Skëtsa lahir saat tangan Orde Baru mencengkeram kuat negeri ini. Kontrol negara menyentuh semua sendi kehidupan, termasuk terhadap sendi informasi. Orde Baru mendikte informasi mana saja yang boleh diterima rakyat. Monopoli informasi tersebut dijalankan Orde Baru untuk alasan pragmatis: integrasi politik vertikal, proteksi bisnis pengusaha kroni, dan pengokohan korporasi ekonomi-politik Orde Baru (Sudibyo, 2009; 59). Skëtsa hadir sebagai pers alternatif kala pers umum tidak berdaya. Skëtsa menyuplai informasi terutama kepada mahasiswa kala itu. Semangat militansi memberikan informasi dalam suasana mencekam direkam lewat huruf ë dari frasa LPM Skëtsa. Itu menandakan potret mahasiswa kritis, obyektif, dan konstruktif tetapi sulit disalurkan karena represitas rezim. Frasa LPM Skëtsa, pertama kali diujarkan oleh Azka Subchan, mantan Pemimpin Redaksi Skëtsa. Sebagai penegak jurnalisme, Skëtsa percaya verifikasi informasi adalah sebuah keharusan. Informasi yang sampai ke tangan pembaca bukanlah rekayasa dengan motif tertentu tetapi fakta yang faktual. Berita kami, bukan
ë
25 LPM Skëtsa
kesketsaan dimaksudkan untuk mencaci dan mencibir bahkan memprovokasi. Juga bukan untuk menghamba pada penguasa, siapa pun itu! Kami mengupayakan saling pengertian dalam sebuah komunikasi sosial. Melenyapkan kabut untuk kejernihan makna, dan membenamkan prasangka agar fakta benderang. Peran demikian bukan tanpa ganjalan, tantangan dan halangan. Peran demikian Skëtsa ambil dengan konsekuensi harus menjaga indepedensi. Skëtsa harus bebas bergerak dalam berbagai blokade ideologis, politis sampai ekonomis. Dengan tagline Pemandu Wawasan Almamater, Skëtsa melaksanakan kerja jurnalistiknya. Mulai dari wacana nasional hingga lokal kampus dihadirkan. Meniti Jalan Demokrasi (1999), Mengeja Jejak Banyumas Membayang Masa Depan (2000) adalah perwakilan dari produk jurnalistik kami yang pernah berupa tabloid. Jurnal ilmiah dengan aturan akademik yang ketat juga pernah disajikan dalam tajuk Belajar dari Sesuatu yang Gagal (2000). Perubahan adalah hukum kehidupan. Skëtsa pun bermetamorfosa, semenjak tahun 2000-an populer dengan majalahnya. Lagilagi Pendidikan (2003), salah satu tajuk majalah Skëtsa. Dengan laporan khusus Unsoed Menatap BHMN, tajuk ini menyoroti PP 61 Tahun 1999 (tentang Penetapan
ë
25 LPM Skëtsa
Perguruan Tinggi Negeri menjadi Badan Hukum) dan PP 152-155 2000 (tentang Penetapan Empat Perguruan Tinggi Negeri Indonesia menjadi BHMN) adalah bagian dari kebijakan negara yang tidak masuk akal. Berlanjut, isu kapitalisasi pendidikan tinggi itu, kembali eksis setelahnya, Skëtsa merekam dalam beberapa tajuk majalah, seperti Mencari format Pendidikan Tinggi (2005), BHP-Badan Hukum Pendidikan Unsoed (2006), Badan Layanan Umum (2008), Menentukan Arah Kelembagaan Pendidikan Tinggi (2010). Deretan tajuk majalah ini menjadi rekam jejak upaya komersialisasi pendidikan. Majalah tahun 2010, di bawah komando Pemimpin Redaksi Syafiq Naqsyabandi dan Pemimpin Umum Yunia Setiani Solikhah merespon pembatalan Undang-Undang No. 9 Tahun 2009. Undang-undang ini merupakan undang-undang amanat dari UU Sisdiknas (UU No 20 Tahun 2003) sebagai lex specialis untuk payung hukum Badan Hukum Pendidikan. Komersialisasi pendidikan memang menjadi narasi besar dalam arus pikir pendidikan kini. Antara pro dan kontra saling bersahutan. Tetapi hal itu tidak membuat kami melupakan isu lain, kami tetap menghadirkan beragam isu yang masih relevan dalam rangka mewujudkan masyarakat kampus kritis dan terbuka. Pada 2004, isu Demokrasi dari Langit-
Langit Rektorat. Salah satunya berisikan jajak pendapat tentang pengetahuan mahasiswa dan sivitas akademika akan pemilihan rektor disertai respon, harapan dan usulannya. Atau pada 2007, masa di mana Unsoed dimeriahkan oleh seremoni Merger Fakultas. Menjadi mahasiswa adalah harapan. Harapan untuk menggapai masa depan gemilang. Masyarakat masih mempercayai ilmu (atau selembar kertas bernama ijazah) dari perguruan tinggi yang mampu mewujudkan harapan itu. Khususnya di Unsoed tidak banyak yang mengetahui sebagai mahasiswa, ia dipersiapkan menjadi manusia seperti apa? Dengan tajuk Lulusan Unsoed Mau Dibawa Ke mana (2011) Skëtsa menghadirkan jawaban itu. Entah itu akan digunakan untuk antisipasi, evaluasi, atau kritik. Majalah termutakhir adalah Kisah Unsoed di Panggung Internasional (2012) lahir dari gegap gempita pernyataan rektor memadati setiap ruang pidatonya. Rektor Edy Yuwono selalu bersemangat ketika mengujarkan Unsoed menuju World Class Civic University (WCCU). Sayangnya, pernyataan rektor tidak membuat mahasiswasivitas akademika mengetahui apa itu WCCU. Justru membingungkan untuk dimaknai. Dasar inilah melandasi gerak kami tentang memburu data tentang internasionalisasinya Unsoed. Menjadi seorang jurnalis
63
kesketsaan yang menjadi tuntutan. Yang per-tama ialah rasa skeptis. Kebenaran disampaikan, disajikan harus ditindaklanjuti dengan verifikasi sampai menemukan kebenaran faktual. Sarkastiknya De omnibus dubitandummeragukan segala-nya. Saat hendak mengangkat sebuah fenomena menjadi bahan pemberitaan, Sketser (sapaan anggota Skëtsa) harus mengetahui kronologis cerita-di mana dimulai, di mana berakhir. Ini jelas meletihkan. Oleh ka-rena itu, tuntutan kedua adalah vitalitas, baik fisik maupun mental. Skëtsa beranggotakan semua mahasiswa lintas jurusan karena memang ia berkedudukan di universitas. Setiap anggota Skëtsa adalah reporter, walaupun mereka terbagi dalam tiga bidang konsentrasi; Redaksi, Penelitian dan Pengembangan, dan Perusahaan. Namun, kesemuanya adalah pekerja dalam kerja jurnalistik. Kesemuanya, anggota Skëtsa diberikan pengetahuan jurnalistik, baik melalui pendidikan formal, diskusi nonformal, atau kunjungan ke pers umum. Manusia sejatinya adalah mahkluk pencipta, tentu lakunya membawa perubahan sepanjang masa untuk merespon itu kami selalu mengupayakan pembaha-
64
ruan. Majalah bukan produk jurnalistik tunggal. Majalah terbit setahun sekali, sedangkan untuk dwi bulanan kami menerbitkan buletin. Untuk merespon era digital yang tengah gandrung, saat manusia beralih ke dunia virtual, kami juga menerbitkan portal berita w w w. l p m s k e t s a . c o m g u n a menyelaraskan diri.
Begitu pula mekanisme sosialpolitik di kampus. Dalam skala lebih mini, logika demokrasi ini berjalan di kampus. Dua pertentangan lumrah adalah dengan klasifikasi birokrat dan mahasiswa. Keduanya sering berada dalam relasi konflik. Persma wajib meneguhkan independensinya agar tidak terjerumus pada identitas jurnalisme vak. Dan kami terus berupaya menjaga itu. Terakhir, saya menutup tulisan ini dengan menukil pernyataan Goenawan Mohammad, mantan Pemimpin Redaksi TEMPO. “Jurnalisme yang tak didikte oleh ambisi politik dan kekuatan modal; jurnalisme yang menegaskan: banyak keculasan di negeri ini, tapi tiap kita bisa melawannya”. Ubaidillah Pemimpin Umum LPM Skëtsa 2013-2014 Sekretariat LPM Skëtsa, 1 Juni 2013
Menggalakan jurnalisme yang berindependen pun melelahkan. Sudah menjadi pengetahuan bersama bahwa pers adalah kekuatan keempat dalam sistem demokrasi. Pers bertugas mengawasi sharing of power dan menjadi mitra di antara lembaga eksekutif, legislatif dan yudikatif. Sekaligus menjadi penyambung lidah rakyat.
ë
25 LPM Skëtsa
TYPE 120
LT. 162 LB. 120
TYPE 75
LT. 144 LB. 75