Majalah Dokter edisi 4

Page 1

YOUNG GENERATION FRIENDSHIP - HUMANISM - PHILOSOPHY EDISI 04/2015

2015

4

1


2

4

2015


PUISI-PUISI

ENDORFIN Youth is not a time of life; it is a state of mind; it is not a matter of rosy cheeks, red lips and supple knees; it is a matter of the will, a quality of the imagination, a vigor of the emotions; it is the freshness of the deep springs of life. Youth means a temperamental predominance of courage over timidity of the appetite, for adventure over the love of ease. This often exists in a man of sixty more than a boy of twenty. Nobody grows old merely by a number of years. We grow old by deserting our ideals. Years may wrinkle the skin, but to give up enthusiasm wrinkles the soul. Worry, fear, self-distrust bows the heart and turns the spirit back to dust. Whether sixty or sixteen, there is in every human being’s heart the lure of wonder, the unfailing child-like appetite of what’s next, and the joy of the game of living. In the center of your heart and my heart there is a wireless station; so long as it receives messages of beauty, hope, cheer, courage and power from men and from the infinite, so long are you young. When the aerials are down, and your spirit is covered with snows of cynicism and the ice of pessimism, then you are grown old, even at twenty, but as long as your aerials are up, to catch the waves of optimism, there is hope you may die young at eighty. 2015

4

3


M I K R O S KO P I S

DAFTAR ISI

MI KROSKOPI S

SENIOR ADVISOR Pujo Hartono, Agus Harianto, Tedy Ontoseno, Ario Djatmiko, Urip Murtejo, Purnomo Budi, Pranawa, Sjahjenny Mustokoweni, Faroek Hoesin, Rasjid Moh. Tauhid Al-Amien EDITORIAL DIRECTOR Evy Ervianti VICE EDITOR Dwirani Rosmala Pratiwi CREATIVE DIRECTOR Martha Kurnia, Eighty Mardiyan Kurniati MANAGING EDITOR Gadis Meinar Sari (Campus News Editor), Cita Rosita Prakoeswa (Scientific Editor), Martha Kurnia (Profile Editor), Brahmana Askandar (Travelling Editor), Hari Nugroho (Information Technology Editor), Damayanti Tinduh (Sport Editor), Ahmad Yuniari Heriyana (Photography Editor), Linda Astari (Book, Film & Music Editor), Irmadita Citrasanti (Fashion Editor), Agus Ali Fauzi (Phylosophy Editor) ASSISTANCE REPORTER (LINGUA TEAM) Dafina Balqis, Fira Soraya, Moch Ragil Affandi Nadhila Atsari, Nindy Adhilah ART & DESIGN DIRECTOR Hari Nugroho DISTRIBUTION & COMMUNICATION DIRECTOR Suwaspodo Henry Wibowo Lilik Djuari Heru Purnomo ABROAD CORRESPONDENCE DIRECTOR Samsriyaningsih Handayani LOCAL CORRESPONDENCE DIRECTOR Subur Prayitno MARKETING & ADVERTISING DIRECTOR Syamsul Arifin Pungki Mulawardhana ACCOUNT DIRECTOR Gadis Meinar Sari Irmadita Citrasanti ASSOCIATE EXECUTIVE EDITOR Baraka Communication ASSOCIATE MARKETING CV Intrasiar Indonesia Sukses ISSN 977 2407085

FOTO COVER : DIMAS PRAWIRA MODEL : ANISHA CALLISTA PRAKOESWA, RANIA BASWEDAN, DEVINA MARTINA SWANTARA, TIARA FADILA, DEVINA GABRIELLA

Dokter magazine is published by Ikatan Alumni Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga. All rights reserved. No part of this magazine may be reproduced without the permission of Ikatan Alumni Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga.

4

4

2015

Sharing and Caring Magazine Kantor Ikatan Alumni Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga Jl. Prof. Dr. Moestopo 47 Surabaya 60131 Telpon +62-31-5020251, +62-31-5030253 Email: redaksi.dokter@yahoo.com Website: www.majalahdokter.com

Indeks Edisi ini ENDORFIN 03 "Youth" LINGUA 06 Sharing and Caring CITO 07 SNei Untuk Indonesia 18 Yang Muda Yang Berjiwa Sosial 58 Rabun dan Kelainan Refraksi DIKTAT 13 Notes From Qatar INSPEKSI 14 Musibah di Tanah Suci Merawat Jamaah, Ingat Orang Tua ANATOMI 16 Satria Arief Prabowo, dr. Menjadi Pribadi yang Bermanfaat 24 Dr. Delvac Oceandy, Ph.D Di Atas Langit Ada Langit


32

Prof. Dr. Moch. Thaha, dr., Ph.D, Sp.PD-KGH, FINASIM, FACP, FASN Bermanfaat bagi Almamater dan Masyarakat

AURIKULUS 22 Dr. Setiawan Soetopo, dr., Sp.Rad., Sp.Onk.Rad. Memetik Manfaat Musik Country FILOSOFI 26 Lebih mudah menjadi Dokter daripada Menjadi Guru SECOND OPINION 28 Evy Ervianti, dr., Sp.KK(K) Dilema di Atas Kertas Bolong 29 Tutik Purwanti, dr. Dokter Nuansa Detektif Beta Subakti N, dr., Sp.BP-RE Tanggalkan Impian Game Maker SKELETON 30 IKA FK UNAIR Cabang DKI Jakarta Bakti Sosial Jadi Agenda Utama INFUSION 34 Everything about BAN (part 2) Menjaga Keamanan dan Kinerja Ban

INSPIRASI 36 Cycling "Dimulai saja dulu. Jangan berpikir tentang sepedanya, yang penting sepedaannya" EKSPLORASI 38 RSUD Kabupaten Sidoarjo Layanan Terbaik bagi Warga Sidoarjo 44 National Hospital Semangat Muda National Hospital LAPAROSKOP 41 Yong Pal, The Gang Doctor TAKIKARDI 42 Cinta yang Tak Pudar NUTRISI 47 Coffee Story

Dwi Rizki Wulandari, dr., M.Pd.

D

okter yang tercatat sebagai mahasiswi FK Unair angkatan 1998 ini melanjutkan pendidikan S2-nya di Manajemen Pendidikan Unesa, Surabaya dan tuntas pada tahun 2014. Alumnus SMA Negeri 5 Surabaya tersebut sekarang aktif di beberapa rumah sakit dan klinik, diantaranya: RSI Jombang, RSI Hasanah Mojokerto, dan Klinik Rawat Inap dan Bersalin Mujahidin Kemlagi Mojokerto. Selain itu, dokter kelahiran Situbondo, 8 Agustus 1979 ini juga bergabung dengan YPI Al-Ihsani Podoroto Kesamben Jombang.

X-RAY 50 Bali dalam Bidikan I Ketut Martiana, dr., Sp.OT(K Spine) MEDIKAMENTOSA 54 Cegah Sakit Jantung dengan Modifikasi Lifestyle FISIOLOGI 56 Bugar Saat Traveling EFLORESENSI 62 Find Your Perfect Frames SITOKIN 68 Liburan ALa '80an di Labuan Bajo KORPUS ALIENUM 72 Wahyudi Koencoro, dr. Dokter Penakut Dikira Pemberani 73 Intan Andaru, dr. Hari-hari di Halmahera KAPITA SELEKTA 74 Tantangan Dokter Generasi Muda.

Dr. Cita Rosita Sigit Prakoeswa, dr., Sp.K(K), FINSDV, FAADV

L

ulus FK Unair tahun 1992, dr. Cita melanjutkan studinya dengan mengambil spesialis Kulit dan Kelamin dan tuntas tahun 2001. Dokter Cita kemudian meraih doktoral di tahun 2007 dan meraih gelar Konsultan Ilmu Kesehatan Kulit & Kelamin (2008), FINSDV (2012), FAADV (2014). Dokter yang pernah terpilih sebagai Dosen Berprestasi Unair tahun 2012 tersebut aktif sebagai Dosen/Konsultan/ Peneliti di Divisi Alergi Imunologi dan Morbus Hansen, Dept/SMF Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin, FK Unair - RSUD Dr. Soetomo - Institute of Tropical Disease, Unair sejak 2002. Dokter kelahiran 1967 ini pernah meraih The Best Presenter Award pada 8th Asian Dermatology Congress (Seoul, South Korea, 2008). Selain itu, dokter yang berhasil mendapat Scholarship Award pada 23rd World Congress of Dermatology di Vancouver, Canada tahun 2015 tersebut juga menjabat sebagai Ketua Program Studi Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin, FK Unair - RSUD Dr. Soetomo, Sekretaris Badan Perencana dan Pengembangan Unair, Panel pakar/reviewer RISBIN IPTEKDOK Kementrian Kesehatan RI sejak 2009 sampai sekarang. 2015

4

5


LI N GUA

DARI MEJA REDAKSI

Sharing and Caring “Youth is not a time of life; it is a state of mind…”

‘Y

outh’, puisi yang ditulis oleh Samuel Ullman ini cocok sekali dengan tema majalah edisi ke-4 kita: Young Generation. Generasi Muda. ‘Youth’ adalah puisi favorit Jenderal MacArthur, sampai-sampai dipasang di dinding kantor beliau di Tokyo, ketika menjadi panglima tertinggi sekutu di Jepang. MacArthur juga sering mengutip puisi tersebut dalam pidato-pidatonya. Akibatnya, puisi karya penyair Samuel Ullman (13 April 1840 - 21 Maret 1924) seorang pengusaha bangsa Amerika ini, menjadi lebih terkenal di Jepang dari pada di Amerika. Bahkan, masyarakat Jepang menuliskan puisi tersebut dalam tulisan kanji. Meresapi puisi Youth seakan-akan merasakan gambaran generasi muda yang penuh warna dan dinamika. Seperti yang akan kita serap dalam setiap artikel di majalah dokter kali ini. Generasi muda adalah generasi peralihan, generasi penerus yang harus dipersiapkan untuk mencapai cita-cita bangsa. Generasi muda yang terpercaya dan mempunyai rasa tanggungjawab yang tinggi dalam memperjuangkan amanah suatu bangsa merupakan harta karun yang tiada terhingga nilainya. Mendidik generasi muda penerus cita-cita bangsa memang tidaklah sederhana. Rasa optimis, tak kenal lelah dan konsisten dalam memberikan teladan yang baik menjadi tugas utama para generasi tempo dulu untuk mempersiapkan generasi muda yang tangguh dan siap

6

4

2015

untuk berjuang demi tercapainya hasil yang maksimal yang dicita-citakan bersama. Bagaimana kesiapan generasi dokter-dokter berusia muda menghadapi era globalisasi yang menuntut ketangguhan lahir batin? Dalam halaman-halaman berikutnya, dapat kita simak menonjolnya peran serta dan prestasi para generasi muda alumni Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga, yang membanggakan almamater, institusi, dan bahkan bangsa Indonesia. Sosoksosok muda brilliant yang penuh dedikasi dan semangat tinggi, yang dapat menjadi contoh teladan para yuniornya dan membuat bangga senior dan guru-gurunya. Dari mereka, para the rising stars alumni Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga kali ini, dapat kita petik banyak pelajaran yang berharga, baik dari segi prinsip hidup, kebiasaan, loyalitas bekerja dan juga kahausan mereka untuk tidak pernah berhenti menimba ilmu. So… Wahai generasi muda dan siapapun yang masih mempunyai jiwa ‘muda’ yang menyala-nyala, teruslah berarti bagi hidupmu, teruslah berjuang bagi almamater dan bangsamu… Surabaya, Oktober 2015


CITO

LAPORAN UTAMA

SNei

Untuk Indonesia Dr. Agus Turchan, dr., Sp.BS (Kepala Departemen Bedah Saraf RSUD dr. Soetomo)

H

adir untuk terus melakukan yang terbaik bagi dunia bedah saraf di Indonesia, Surabaya Neuroscience Institute (SNei) dengan 19 orang dokter yang tergabung di dalamnya mencoba mengembangkan inovasi serta layanan spesialistik maupun sub-spesialistik. Sembilan belas orang dokter tersebut adalah: Prof. Dr. Abdul Hafid Bajamal, dr., SpBS; Dr. Agus Turchan, dr., Sp.BS; Dr. Muhammad Arifin Parenrengi, dr., Sp.BS; Dr. Joni Wahyuhadi, dr., Sp.BS; Dr. Eko Agus Subagio, dr., Sp.BS; Wihasto Suryaningtyas, dr., Sp.BS; Asra Al Fauzi, dr., Sp.BS; Rahadian Indarto Susilo, dr., Sp.BS; Muhammad Faris, dr., Sp.BS; Achmad Fahmi, dr., Sp.BS; Nur Setiawan Suroto, dr., Sp.BS; Irwan Barlian Immadoel Haq, dr., Sp.BS; Tedy Apriawan, dr., Sp.BS; Amiril Mukminin, dr., Sp.BS; Ananda Haris, dr., Sp.BS; Erliano Sufarnap, dr., Sp.BS; Zaky Bajamal, dr., Sp.BS; Moch. Dwikoryanto, dr., Sp.BS; dan

Andre Kusuma, dr., Sp.BS. Keberadaan tim dokter SNei tidak dapat dilepaskan dari keberadaan RSUD dr. Soetomo Surabaya yang telah menjadi rumah bagi SNei, dan juga Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga, yang telah menjadi tempat menuntut ilmu bagi tim dokter SNei. Kolaborasi kedua institusi inilah telah membuat SNei berhasil menorehkan prestasi membanggakan. Diantaranya seperti Asra Al Fauzi, dr., Sp.BS, dengan penelitian Stem Cell-nya, Rahadian Indarto Susilo, dr., Sp.BS, yang mengembangkan Endoskopi untuk operasi Tumor, Nur Setiawan Suroto, dr., Sp.BS, dengan memasangan balon (coiling) dan penjepit (clipping) di pembuluh darah otak untuk kasus

Aneurisma, dan juga Achmad Fahmi, dr., Sp.BS, yang baru-baru ini menerima rekor MURI sebagai pionir di Indonesia untuk penanganan Parkinson. Kedepannya, untuk memajukan dunia Bedah Saraf Indonesia, RSUD Dr. Soetomo juga akan menjadi “Bapak Asuh” untuk pendirian program studi bedah saraf di RS Karyadi, Semarang; dan juga RS Sangla di Bali. Dokter-dokter SNei yang diantaranya menjadi staf pengajar di Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga kini dipercaya sebagai pusat pendidikan Endoskopi Bidang Dasar Bedah Saraf untuk Otak dan Tulang Belakang yang akan diadakan secara rutin bagi seluruh dokter-dokter bedah saraf di Indonesia. Semoga apa yang telah dicapai tim dokter SNei hingga detik ini dapat menginspirasi rekan-rekan dokter lainnya di seluruh pelosok tanah air, untuk senantiasa menorehkan prestasi bagi perkembangan dunia medis di Indonesia tercinta. 2015

4

7


CITO

LAPORAN UTAMA

pelajaran dari para senior yang selalu ia pegang. Termasuk nasihat dari salah satu dosennya, Prof. Dr. Abdul Hafid Bajamal, dr., Sp.BS, yang senantiasa mengingatkan semua muridnya agar memperlakukan pasien seperti keluarga sendiri, dengan mengutamakan perha­tian dan empati.

INVESTASI PENGETAHUAN

Berkutat dengan penanganan saraf, membuat dokter yang juga pengajar di Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga tersebut dituntut senantiasa meng-upgrade pengetahuan dan kemam­puannya. Jepang, Inggris, Amerika, Jerman, Korea, adalah beberapa negara yang dikunjunginya untuk mem­pelajari ber­bagai teknik terbaru di bidang bedah saraf. Baginya, bertandang ke luar negeri dan belajar adalah satu investasi yang bisa dilakukan untuk mengembangkan bidang bedah saraf di Indonesia yang tergolong masih minim. “Saat ini jumlah spesialis bedah saraf baik otak maupun tulang belakang di Indonesia sekitar 250 orang sedangkan jumlah penduduk Indonesia sendiri ada 250 juta orang. Bandingkan dengan di Jepang yang ada tak kurang dari 1.000 dokter spesialis bedah saraf dengan jumlah populasi yang jauh lebih sedikit dari indonesia,” terang Fahmi.

SEPERTI PILOT

Achmad Fahmi, dr., Sp.BS

BERMIMPI KEMBANGKAN BEDAH SARAF TANAH AIR Mendapat penghargaan Muri sebagai Pionir Implementasi Stereotactic Brain Lesion pada bulan April lalu semakin meningkatkan semangat Achmad Fahmi, dr., Sp.BS, untuk memajukan dunia neurosurgery di tanah air dan juga menyuarakan keberhasilan Indonesia di tingkat dunia.

8

4

2015

D

okter muda yang menghabiskan masa kecilnya di kota Malang tersebut mengaku mulai menyu­ kai dunia bedah saraf karena merasa bidang ini unik dan menarik. Semua perintah tubuh berasal dari saraf di otak. Ibarat komputer, saraf otak adalah processor. “Tiap 1 mm otak memiliki fungsi masing-masing yang menan­tang untuk dipelajari. Terlebih perkem­ bangan ilmu bedah otak sangat cepat dan luas. Mulai dari kasus tumor otak hingga kini berkembang ke arah brain machine interface,” papar Fahmi. Enam tahun dilalui Fahmi untuk menggeluti dunia bedah saraf. Banyak

Diakui dokter yang baru saja diundang sebagai pembicara di ajang World Society for Stereotactic and Functional Neurosurgery di India tersebut memang tidak mudah mendalami bidang ini. Dokter Spesialis Bedah Saraf membutuhkan ketelitian dan kesempurnaan. “Menjadi dokter bedah saraf seperti pilot pesawat, tidak boleh salah sedikit pun, karena satu kesalahan kecil akan memengaruhi semuanya,” urai dokter alumni SMAN 5 Malang tersebut. Tak hanya minim, dokter Spesialis Bedah Saraf di Indonesia juga belum tersebar merata. Masih banyak daerahdaerah yang tidak punya ahli bedah saraf. Di Irian misalnya, belum ada spesialis bedah saraf, sedangkan di Kalimantan jumlahnya kurang dari 10. Melihat hal tersebut, dokter yang telah menangani tak kurang dari 1.000 kasus bedah saraf ini berharap agar semakin banyak spesialis bedah saraf lahir, sehingga kasus yang terkait dengan saraf pun dapat ditangani lebih baik. NASKAH : LINA FOTO : DIMAS PRAWIRA


Rupanya, menjadi dokter bagi Nur Setiawan Suroto, dr., Sp.BS adalah wujud impian masa kecilnya. Sejak SD ia sudah sering ditunjuk sebagai dokter kecil di sekolahnya. Dari sinilah, ketertarikannya pada dunia medis tumbuh.

T

untas menyelesaikan SMA di Solo, dokter yang akrab disapa Iwan ini hijrah ke Surabaya dan melanjutkan studi di Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga. Bagi ayah dua orang anak itu, saat kuliah adalah masa-masa yang penuh kenangan. Menghabiskan waktu bersama teman-temannya untuk berolahraga bersama atau sekadar bermain musik untuk menyalurkan hobi, membuat studi di fakultas kedokteran jadi terasa menyenangkan. “Sering kali teman-teman dari fakultas lain menganggap saya kutu buku karena anak kedokteran. Padahal nggak juga, buktinya saya dulu aktif mulai dari main bola sampai nge-band,” tuturnya.

TANTANGAN BARU

Berhasil menuntaskan studi S1 dengan mulus, Iwan dihadapkan pada tantangan baru ketika ia pertama kali praktik di rumah sakit. Terjun langsung di masyarakat ternyata tak hanya menuntut dirinya bisa mempraktikkan ilmu medis yang dipelajari selama ini, ia pun banyak belajar tentang bagaimana menghadapi pasien dengan beragam karakter yang tak jarang membuatnya kelimpungan mengatur waktu. Suka duka inilah yang membuat dirinya cinta dan tertarik terjun semakin dalam di dunia medis. Setelah lulus sarjana kedokteran tahun 2005, Iwan melanjutkan studi mengambil program Spesialis Bedah Saraf di Fakultas Kedokteran Unair.

TAK LAGI MENGERIKAN

Mendengar kata-kata bedah, acap kali orang mengasumsikan dengan operasi besar, lengkap dengan pisau bedah yang siap menyayat tubuh. Padahal faktanya, perkembangan teknologi kedokteran yang semakin maju, membuat bedah bukan lagi proses pengobatan medis yang mengerikan. “Kemajuan teknologi membuat dokter bedah saat ini tidak selamanya memegang pisau. Dengan teknik minimal invasive, beberapa penyakit saraf seperti kelainan pembuluh darah

Nur Setiawan, dr., Sp.BS

MEWUJUDKAN IMPIAN

MASA KECIL di otak bisa ditangani menggunakan teknik kateterisasi,” jelas Iwan.

SATU-SATUNYA DI SURABAYA

Di Surabaya, memang baru Iwan yang mempraktikkan kateterisasi untuk kasus bedah saraf. Ilmu yang tergolong baru di tanah air tersebut diperolehnya ketika mendapatkan beasiswa di negeri Seoul National University, Korea. Dibawah bimbingan Prof. O Ki Kwon, MD, Phd., ia mendalami studi khusus vascular pembuluh darah otak. Kini selain menjadi dokter di

beberapa rumah sakit di Surabaya, salah satunya RSUD dr. Soetomo, dr. Iwan juga masih aktif mengajar di Fakultas Kedokteran Unair. Tak hanya itu, ia juga bergabung di Surabaya Neuroscience Institute (SNei) yang selama ini aktif melakukan penelitian mendalam tentang sistem saraf. Baik tentang penyakit ataupun penanganannya dan pelayanan kepada masyarakat. NASKAH : MUJAHIDIN FOTO : DIMAS PRAWIRA

2015

4

9


CITO

LAPORAN UTAMA

“Saya sangat bersyukur dan tersanjung sekali mendapatkan karunia besar dari Tuhan untuk mampu melakukan tindakan meringankan bahkan menyembuhkan seseorang yang sakit melalui keahlian saya di bidang bedah saraf dan juga terlibat di dalam hampir semua kegiatan dalam bidang ini yang masih memiliki banyak misteri untuk diteliti dan dipelajari,” ungkap Dr. Asra Al Fauzi, dr., Sp.BS.

Dr. Asra Al Fauzi, dr., Sp.BS

DEMI MAJUKAN BEDAH

DI TANAH AIR

R

asa bahagia dan syukur karena bisa menyembuhkan pasien itu adalah hal yang sangat berarti untuk seorang dokter. Satu kisah yang sangat menyentuh bagi Asra adalah saat ia menangani seorang Pilot berusia 40 tahun yang terkena stroke akibat dari pecahnya pembuluh darah di otak sehingga mengalami gangguan pandangan kabur dan anggota badan agak melemah sebelah. Setelah mendapat perawatan dan sembuh, Pilot tersebut diundang oleh maskapai penerbangannya untuk melakukan uji coba penerbangan di luar negeri. Awalnya sang pilot agak khawatir bila sakit yang pernah dideritanya akan memengaruhi performanya di udara. Sebelum berangkat sempat ia berpamitan, dan alangkah terkejutnya Asra ketika seminggu kemudian mendapatkan telepon dari pasiennya tersebut yang mengabarkan kalau ia lulus tes dengan hasil “excellent”. Terlahir dari keluarga Dokter, lulusan Kedokteran Umum Universitas Udayana

10

4

2015

Bali ini. Mengambil spesialis Bedah Sarafnya di Fakultas Kedokteran Unair. Dari sini ia melanjutkan studi ke negeri Sakura di bidang Cerebrovascular Neurosurgery Training, Stroke and Brain Center, di Aizawa Hospital, Matsumoto City – Jepang. Sejak saat itu Asra semakin gigih untuk memajukan dunia Ilmu Bedah Saraf Indonesia, agar lebih dipercaya dan dikenal di manca negara. Itulah mengapa tawaran menjadi pembicara dan hadir di berbagai seminar serta diskusi kedokteran tak pernah ia lewatkan. Selain untuk menjalin pertemanan kesempatan tersebut baginya adalah ajang tukar-menukar ilmu dan pengalaman dengan dokterdokter lain baik di luar maupun dalam negeri. Untuk sekarang, dokter yang gemar membaca buku ini dikenal dengan spesialisasi penelitian dan pengobatan menggunakan tindakan “transplantasi stemcell.” Berbeda dengan yang telah di lakukan di negera tetangga, baik Singapura maupun juga Malaysia. Teknik Neurotranplantasi di Surabaya

dilakukan dengan kombinasi direct dan indirect sehingga efektifitasnya sangat tinggi. Selain itu jenis stemcell yang digunakan adalah dari pasien sendiri, untuk mengurangi efek penolakan. Pemrosesannya telah menggunakan teknik modern dan didukung oleh peralatan yang terdepan. Melihat perestasi-prestasi membanggakan dokter-dokter spesialis bedah saraf di Surabaya, yang Asra menilai bahwa ini tak lepas dari dukungan kepercayaan dari para senior. “Saya sangat berterima kasih pada para senior, seperti almarhum Prof.Dr. Umar Kasan, dr., Sp.BS; Prof. Sayid Darmodipura, dr., Sp.BS, dan yang masih sangat aktif hingga saat ini adalah Prof. Dr. Abdul Hafid Bajamal, dr., Sp.BS. Tanpa dorongan dan pemikiran kreatif dari mereka, mungkin kami para dokter muda masih harus menunggu waktu dan giliran untuk berkembang,” pungkasnya. NASKAH : LINA FOTO : DIMAS PRAWIRA


Rahadian Indarto Susilo, dr., Sp.BS

SELALU SIAPKAN MENTAL DOKTER DAN PASIEN Bagi Rahadian Indarto Susilo, dr. Sp.BS, kenangan semasa menimba ilmu di Fakultas Kedokteran Unair adalah masa-masa yang inspiratif.

“S

aat masih Dokter Muda, saya beruntung beberapa kali melihat operasi bedah saraf, dan saya melihat suatu operasi yang berbeda. Melihat bagaimana dokter bedah saraf berusaha mengambil jaringan abnormal sambil tetap mempertahankan fungsi otak yang normal, dan paska operasi pasien dapat bangun tanpa ada gangguan apapun, benar-benar membuat saya tertarik memperdalam ilmu ini,” cetus dokter yang mendapat kesempatan untuk berkontribusi dalam buku “Controversy in Neurosurgery” bersama para guru-gurunya di Jepang. Dari situlah maka Boyke panggilan akrabnya memutuskan untuk melanjutkan studi setelah lulus dokter di bidang bedah saraf. Saat menimba ilmu sebagai PPDS Bedah Saraf di Surabaya, salah satu tokoh yang menginspirasinya adalah Prof. Basoeki Wirjowidjojo, dr., Sp.BS, founder bedah saraf di Surabaya.

Ada satu nasihat dari guru besar ini tentang bagaimana ketulusan bekerja sebagai seorang dokter yang membuat Rahadian tergugah. “Saya ingat benar, quote beliau bahwa dokter itu nurani, bukan materi, jabatan, atau pamrih,” kenang alumni FK Unair angkatan 1996 ini. Bedah saraf sendiri terdiri dari berbagai sub-spesialisasi antara lain ; spine atau tulang belakang, tumor (neuro-onkology), vaskular, dan fungsional. Rahadian memilih memperdalam tumor otak, khususnya penanganan kasus tumor otak yang berada di dasar tengkorak. “Operasi tumor otak, apalagi yang berada di dasar tengkorak belum begitu diminati karena memerlukan tehnik khusus dan waktu operasi yang lama. ’’ kata pria yang menginjak usia 38 tahun ini. Selama menjadi staf di Departemen Bedah Saraf Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga, Rahadian

berkesempatan untuk menimba ilmu tentang tumor otak di berbagai Universitas luar negeri. Fellowship pertamanya dia jalani di bedah saraf Universitas Kyeio, Tokyo, Jepang. Selama 2 bulan dia dibimbing oleh Prof Kawase, yang terkenal dengan teknik operasi tumor dasar tengkoraknya. Kemudian, fellowship kedua dijalaninya di Universitas Osaka City, Jepang selama 6 bulan. Kali ini, dia berkesempatan mendalami teknik operasi skull base surgery di bawah bimbingan Prof. Kenji Ohata. Menjadi dokter bedah saraf, ia pun banyak belajar tentang bagaimana membangun tim yang solid. Hal ini berawal dari tuntutan kerja, mengingat waktu operasi untuk tumor memerlukan konsentrasi tinggi dan berlangsung cukup lama. “Saya bersama Joni Wahyuhadi, dr., dan Irwan Barlian, dr., di divisi neuroonkology selalu berkerja sebagai tim. Kalau nggak begitu, bisa kelelahan dan nanti berisiko mempengaruhi hasil operasi,’’ lanjutnya. Sebenarnya, awalnya Rahadian remaja tidak bercita-cita masuk dunia kedokteran. ’’Terus terang, saat SMA, saya tidak ada bayangan akan kuliah di kedokteran. Melihat ayah saya yang dokter selalu berangkat pagi dan pulang malam, saya pun tidak punya keinginan menjalani profesi tersebut. Namun, karena ibu menginginkan saya masuk Fakultas Kedokteran, saya pun manut,’’ tutur pria yang punya hobi travelling ini. Banyak pengalaman dan pelajaran yang bisa diambil dari pekerjaan yang digelutinya sekarang. Yang jelas, harus siapkan mental pasien dan mental kita sendiri untuk kemungkinan terburuk. ’’Informasi dan informed consent itu penting. Jelaskan tentang harapan terbaik dari yang akan kita kerjakan, tapi jangan tutupi kemungkinan terburuk yang bisa terjadi, termasuk meninggal di atas meja operasi,’’ ujarnya. Pengalaman menjalani operasi terlama yang pernah ia lakukan adalah selama 16 jam. Dengan durasi yang panjang seperti ini, mental para operator pun harus disiapkan. “Menyiapkan mental ini penting, karena bisa jadi kasus yang dianggap bagus dan tidak ada kendala nantinya, ternyata malah banyak masalah. Sedangkan yang dianggap bakal sulit operasinya, ternyata malah lancar,’’ pungkasnya. NASKAH : MARTHA KURNIA, dr., Sp.KFR FOTO : MARTHA KURNIA, dr., Sp.KFR

2015

4

11


CITO

LAPORAN UTAMA

Muhammad Faris, dr., Sp.BS

BEDAH SARAF, MENANTANG DAN “SKILLFULL” Di tengah kegundahannya memilih dua bidang spesialisasi, ajakan membantu Alm. Prof. Dr. Umar Kasan, dr., Sp.BS, akhirnya mengakhiri kebingungan yang dirasakannya saat itu. Pengalaman pertama menjalani operasi bedah saraf membuat Muhammad Faris, dr., Sp.BS, akhirnya memutuskan untuk mengambil spesialis bedah saraf ketimbang spesialis obgyn.

’’T

ernyata orang tua saya lebih mendukung bila saya masuk spesialisasi bedah saraf. Apalagi, setelah saya ikut operasi dengan Alm. Prof. Dr. Umar Kasan, dr., Sp.BS., saya melihat bidang ini menarik untuk didalami. Jadi, ya sekarang di sinilah saya,’’ tutur pria alumni FKU Unair angkatan 1996 ini. Memang, saat pendidikan banyak hal yang harus dikorbankan, terutama waktu bersama keluarga menjadi lebih sedikit. ’’Namun, saya enjoy saja dengan itu semua,’’ ujarnya. Pria yang saat ini mendalami divisi spine atau tulang bela­kang tersebut ternyata sejak PPDS sudah menunjukkan ketertarikan pada divisi ini. ’’Sering saat Workshop on Cadaveric Dissection dengan Dr. Eko Agus, dr., Sp.BS, kalau sudah selesai

12

4

2015

dan pesertanya sudah pada pulang, saya masih asik mengutak-atik area spine,’’ cetusnya. Karena itu, setelah lulus spesialis bedah saraf pada tahun 2009, ia lantas mengambil fellowship neuro and spine surgery di Lilavati Hospital and Research Centre, Mumbai, India selama 3 bulan. Faris panggilan akrabnya, juga sempat ikut menulis dalam 2 buku yang dibuat guru besar departemen bedah saraf dan tulang belakang Universitas Mumbai, India itu dan diterbitkan internasional. ’’Kebetulan Prof. Ramani itu suka sekali menulis. Jadi, saya pun diperkenankan menulis salah satu bab dalam beberapa buku beliau. Dan, Alhamdulillah nama saya dan tim spine neurosurgeon Airlangga pun masuk dalam textbook tersebut,’’ ujar pria

kelahiran Surabaya, 39 tahun lampau. Kedua buku itu antara lain Textbook of Surgical Management of Lumbar Disc Herniation dan Surgical Management of Cervical Disc Herniation. Sosok yang menginspirasinya adalah Prof. Dr. Abdul Hafid Bajamal, dr., Sp.BS. ’’Beliau itu sosok yang terampil, telaten, dan seperti punya irama saat operasi, ’’ paparnya. ’’Jadi, beliau itu tahu kapan harus ‘main’ cepat, dan kapan harus pelan dan cermat,’’ lanjut pria yang tidak pernah lupa akan jasa para guru-gurunya. Pria yang punya panggilan akrab Faris ini selalu excited bila sedang operasi. Sebab itu, meski operasi saraf sering memakan waktu yang lama, dia seperti lupa waktu. ’’Seperti pernah satu kali, saya mulai operasi pagi, dan baru selesai setelah isya, sekitar 12 jam. Saya ingat betul waktu itu, karena pas Ramadhan. Jadi, waktu dhuhur, ashar, maghrib di ruang operasi. Keluar, tinggal tarawihnya,’’ ceritanya berkelakar. Bedah saraf baginya adalah hal yang luas, menantang, dan skillfull. Satu hal yang sangat dicamkan oleh ayah dua orang anak ini saat melayani para pasien adalah ‘’Saya yang mengiris, Allah yang menyembuhkan. Maksudnya, saya juga seorang manusia yang punya keterbatasan. Sebagai dokter, saya akan berusaha sebaik mungkin untuk membantu kesembuhan pasien, namun tetap yang memberi sakit dan sembuh itu Allah, bukan kita,’’ tegasnya. NASKAH : MARTHA KURNIA, dr., Sp.KFR FOTO : DOKUMEN PRIBADI


DI KTAT

RESENSI BUKU

Qatar Notes From

No. ISBN : 9789792791945 Penulis : Muhammad Assad Penerbit : Elex Media Komputindo Tanggal : terbit Januari - 2011

D

itulis ringan, dengan bahasa yang menggugah, buku karya Muhammad Assad ini berhasil menyampaikan pesan pada para pembaca bahwa ajaran Islam sebenarnya tidak sulit dan mencakup seluruh aspek kehidupan manusia. Pesan-pesan tersebut disampaikan Assad melalui cerita ringan sehingga tidak memberi kesan menggurui. Salah satunya seperti bahasan pada topik pertama yang bercerita tentang “Dahsyatnya Sedekah.� Artikel itu bercerita tentang keajaiban yang diperoleh pengarang dari bersedekah, yaitu secara tiba-tiba mendapatkan tiket VVIP untuk menonton sepak bola Brazil vs Inggris secara langsung. Notes From Qatar sendiri sebenarnya merupakan kumpulan tulisan Muhammad Assad yang biasa di-posting di blog-nya, www.muhammadassad. wordpress.com. Buku yang menyasar pembaca dari kalangan muda usia 17-30 tahun, ditulis dengan gaya bahasa yang santai dan pembahasan yang mudah dipahami. Meski di dalamnya terdapat ayat-ayat Qur`an dan Hadits, bukan berarti tulisan ini hanya eksklusif untuk pembaca Muslim. Nilai-nilai Islam universal yang disampaikan, membuat Notes From Qatar dapat dinikmati sebagai bacaan yang inspiratif bagi siapa saja. NASKAH : BERBAGAI SUMBER FOTO : IST

2015

4

13


BERITA

I N SPEKSI

Suasana di RS JISR Mina yang terekam di kamera Asdi.

Asdi Wihandono, dr., Sp.B

MUSIBAH DI TANAH SUCI MERAWAT JAMAAH, INGAT ORANG TUA Masih muda, energik tapi bukan kebetulan kalau tahun 2014 ini Asdi Wihandono, dr., Sp.B, didapuk menjadi koordinator UGD BPIH di Madinah. “Ada proses seleksi sebelum penunjukan sebagai TKHI ini,” kata Asdi.

B

ahagia karena akan menginjakkan kaki di tanah suci tapi deg-degan karena mengemban tugas yang tak ringan. “Harus siap dengan segala kemungkinan kondisi darurat yang dialami jamaah,” cerita Asdi.

14

4

2015


TRAGEDI MINA

Kondisi darurat ini menjadi menu harian Asdi dan kawan-kawan. Kasus terbanyak yang dihadapi adalah heatstroke dan dehidrasi berat. Bisa dimaklumi, kondisi suhu di Mekah dan Madinah yang mencapai 49 derajat celcius dan kelelahan saat beribadah menjadi faktor terjadinya heatstroke dan dehidrasi berat. Kasus heatstroke ini yang kemudian mengantarkan Asdi bertemu dengan korban-korban tragedi Mina.

“Pagi itu saya harus merujuk pasien heatstroke di RS Mina Jisr. Ternyata rumah sakit ini merupakan tempat rujukan awal korban tragedi mina. Suasana hectic sekali. Karena korban begitu banyak dan para pengantar sangat panik, “ Asdi memaparkan. Ambulan silih berganti mengantarkan korban yang masih hidup maupun yang sudah menjadi jenazah. Staf Departemen Bedah RS Pendidikan Unair ini kemudian

berkoordinasi di bawah CCC ARMINA (Command and Control Center Arafah Muzdalifah Mina) yang terdiri dari tim Kemenag, tim Kemenkes, dan tim TNI Polri. Tim Indonesia tidak menerima pasien korban tragedi Mina karena kebijakan Arab Saudi yang mengharuskan rujukan ke RS Arab Saudi. “Tim kesehatan masing-masing negara bertugas melakukan identifikasi korban,“ kata Asdi. Tapi ini bukan tugas yang ringan. Karena gelang identitas yang menjadi andalan ternyata tidak ditemukan pada sebagian jamaah. Di sisi lain, jamaah yang menjadi korban ini tersebar di banyak rumah sakit. Akibatnya, tim kesehatan pun tiap hari harus menelusuri dari rumah sakit ke rumah sakit. “Pekerjaan yang melelahkan. Tapi, selalu ada hikmah di setiap yang kami lakukan. Buat saya, mayoritas korban yang berusia lanjut ini jadi mengingatkan pada orang tua di tanah air. Bertubi-tubi saya berdoa untuk orang tua,” tutur Bapak dua anak ini. NASKAH : EIGHTY MARDIYAN K., dr., Sp.KFR FOTO : DOKUMEN PRIBADI

Kamar operasi pun menjadi ruang perawatan.

2015

4

15


PROFIL

AN ATOMI

Satria Arief Prabowo, dr.

MENJADI PRIBADI YANG BERMANFAAT 16

4

2015


Fakta bahwa Indonesia masuk sebagai negara ke 5 di dunia dengan jumlah penderita Tuberkulosis (TB) terbanyak, menjadi alasan mengapa dokter yang menyelesaikan studi S1 Kedokteran di FK Universitas Airlangga di usia ke 21 ini meneliti penyakit TB untuk studi PhD (S3)-nya di London.

S

atria Arief Prabowo, demikian nama lengkap dokter yang pernah mendapat kesempatan melanjutkan studi riset selama 6 bulan di Belanda tersebut. Waktu yang singkat di benua Eropa ini menjadi momen yang menginspirasi dokter yang akrab disapa Satria itu untuk mendalami TB. “Meskipun Belanda bukan negara tropis dan kasus TB hampir tidak ada, tapi ternyata riset mengenai TB sudah sangat maju sekali. Fokus riset di sana lebih pada penemuan vaksin baru yang lebih efektif dari vaksin yang ada saat ini,” jelas Satria. Melihat fakta tersebut, terlintas di pikirannya bahwa bukan tidak mungkin, hadiah nobel di bidang penyakit ini nantinya justru akan dimenangkan oleh peneliti negara maju. Sebagai dokter yang dilahirkan dan dibesarkan di negara berkembang, Satria pun merasa tertantang untuk bisa memberikan solusi yang berasal dari dan untuk masyarakat Indonesia. Hal itulah yang membuat dokter kelahiran 13 Oktober 1992 ini tertarik mempelajari penyakit rakyat yang dikenal masyarakat dengan istilah KP atau “paru-paru basah” tersebut di London School of Hygiene and Tropical Medicine.

HIDUP BUKAN SOAL MATERI

Pilihannya meneliti penyakit tropis alih-alih meneliti penyakit modern atau mengembangkan teknik kedokteran baru yang bisa mendatangkan banyak uang tak jarang dianggap aneh oleh beberapa orang yang mengenalnya. Pandangan ini rupanya tak mampu memudarkan semangat dan idealisme Satria. Baginya, hidup bukan semata-mata untuk mengejar materi, tetapi lebih pada bagaimana bisa memberikan manfaat terbaik untuk masyarakat. “Tidak ada artinya hidup bergelimang harta jika hanya bisa kita nikmati sendiri. Saya berharap dengan terlibat dalam penelitian TB, sedikit banyak bisa membantu meringankan penderitaan masyarakat kita terkait penyakit ini. Syukur-syukur bisa menemukan sesuatu yang bermanfaat dan bisa menjadi terobosan bagi penyakit ini,” ungkapnya penuh harap.

BERAWAL DARI WISUDAWAN TERBAIK

Saat ditanya tentang kisahnya hingga akhirnya sampai di London, semuanya berawal dari kesempatan studi ke University of Groningen, Belanda yang diperolehnya dari FK Unair sebagai bentuk apresiasi atas prestasinya menjadi Wisudawan Terbaik Program Sarjana Kedokteran di tahun 2012. Di Negara Kincir Angin inilah ia bertemu dengan Prof. Tjip S. Van Der Werf, MD., PhD. Atas reko­ mendasi Prof. Tjip, dr. Satria mendapatkan

beasiswa menempuh S-3 di London School of Hygiene and Tropical Medicine meski dia belum mempunyai gelar master. Meski demikian, dokter berkacamata ini harus menjalani beberapa tahapan. Putra pasangan Heru Siswanto dan Siti Nur Elly Yani tersebut harus melakukan wawancara lewat Skype dengan Dr. Helen A Fletcher, Direktur Pusat Penelitian TB di London School of Hygiene and Tropical Medicine. ’’Yang saya takutkan saat itu adalah koneksi internet, tapi alhamdulillah semuanya lancar. Pertanyaan yang diajukan tidak jauh-jauh dari apa yang sudah saya lakukan di Belanda,’’ ucap Satria yang ingin menjadi dokter spesialis anak tersebut.

MELAKUKAN YANG TERBAIK

Masa studinya di luar negeri ternyata tak hanya memperkaya keilmuannya sebagai seorang dokter, tapi juga pengalaman hidup yang semakin mematangkan pribadinya. Tinggal di benua Eropa dimana Islam adalah agama minoritas menjadi tantangan tersendiri bagi arek Suroboyo ini. Menurut Satria, Inggris dan negara-negara Eropa pada umumnya sangat toleran terhadap keragaman umat beragama, termasuk Islam. Fasilitas prayer room untuk sholat tersedia hampir di setiap kampus, masjid pun cukup banyak di London, meskipun hanya seukuran kantor atau rumah. Sayangnya akhir-akhir ini persepsi negatif mulai muncul seiring tercorengnya wajah Islam akhir-akhir ini akibat tindakan terorisme yang mengatasnamakan Islam. “Sebagai seorang muslim, yang bisa saya perbuat adalah berusaha melakukan yang terbaik di bidang yang saya tekuni. Dengan begitu orang akan menghargai Islam sebagai agama yang baik dan tidak identik dengan kekerasan,” paparnya bersahaja. Sempat menjalani puasa selama 19 jam sehari saat Ramadan lalu, diakui dr. Satria malah membuat dirinya semakin khusyu’ dalam beribadah. Esensi ibadah puasa pun semakin ia rasakan dan pahami keistimewaannya ketika berada di lingkungan yang mayoritas tidak berpuasa. “Saya jadi lebih memahami bahwa pada hakikatnya manusia diciptakan untuk beribadah kepada Sang Pencipta dan hanya kepada-Nya lah kita kembali serta berserah diri. Selagi masih diberikan kesempatan untuk hidup, berupayalah melakukan yang terbaik dan bermanfaat bagi sekitar kita,” pesannya. NASKAH : GITA FOTO : DOKUMEN PRIBADI

2015

4

17


CITO

LAPORAN UTAMA

YANG MUDA YANG BERJIWA SOSIAL Profesi kedokteran adalah profesi yang “padat harapan�. Tak hanya pasien yang menggantungkan harapan akan upaya medis yang dilakukan seorang dokter, pun demikian dengan keluarga, bahkan masyarakat di sekitarnya. Harapan yang disematkan di pundak dokter itulah yang membuat profesi ini memiliki implikasi sosial. Tidak semata menjadi profesi yang berorientasi mengejar materiil.

18

4

2015


TAK ADA BATAS

Dr. Eko Agus Subagio, dr., Sp.BS Ketua Umum BSMI Provinsi Jawa Timur

B Kami sengaja fokus di sini karena bencana alam memiliki dampak yang cukup besar, baik dari aspek moril maupun materiil.

eruntung masih banyak dokter dengan kepekaan dan jiwa sosial tinggi di negeri ini. Diantaranya seperti yang dilakukan oleh Dr. Eko Agus Subagio, dr., Sp.BS, melalui organisasi Bulan Sabit Merah Indonesia (BSMI) serta Armanto Sidohutomo, dr., Sp.M(K) melalui Klinik Mata Tritya yang dikelolanya. Keberhasilan ternyata tidak me­ma­ti­­ kan semangat mereka untuk mengu­lurkan tangan dan membantu sesama. Kisah mengenai kiprah kedua dokter yang muda yang berjiwa sosial ini dapat Anda simak selengkapnya dalam rubrik Cito berikut ini.

Puluhan gunung telah didaki Dr. Eko Agus Subagio, dr., Sp.BS. Baginya, pendakian gunung senantiasa mengingatkan bahwa masih ada masyarakat terpinggir di Indonesia yang masih sulit mengakses beragam fasilitas, termasuk kesehatan. Hal itulah yang menggerakkan dokter Spesialis Bedah Saraf Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD), dr. Soetomo ini bergabung dengan Bulan Sabit Merah Indonesia (BSMI). Didapuk sebagai ketua umum BSMI provinsi Jawa Timur, Eko menuturkan sesuai visinya, BSMI bertujuan menjadi lembaga nasional kemanusiaan yang berkhidmat dalam bidang kesehatan dan sosial di Indonesia, bekerjasama dengan lembaga kemanusiaan di tingkat nasional, regional, dan internasional. Selama menjabat sebagai Ketua Umum BSMI Provinsi Jawa Timur periode 2013-2018, dokter yang telah menaklukkan 24 gunung ini telah melakukan kegiatan kemanusiaan baik di dalam maupun luar negeri. Dalam misi kemanusiaannya, BSMI memang lebih menekankan fokus kegiatannya untuk menangani korban bencana alam. “Kami sengaja fokus di sini karena bencana alam memiliki dampak yang cukup besar, baik dari aspek moril maupun materiil. Karenanya saat penanganan bencana, kami bekerja sama dengan lembaga sosial lain untuk membantu menyediakan kebutuhan pokok, tenaga kesehatan, hingga pemulihan trauma,” jelas dokter berkacamata ini. Saat ini, BSMI di Jawa Timur yang resmi berdiri sejak 2003 lalu telah tersebar di 38 kota/kabupaten yang

Dr. Eko Agus Subagio, dr., Sp.BS

Pembinaan BSMI untuk masyarakat Papua. 2015

4

19


CITO

LAPORAN UTAMA Pengobatan gratis dari BSMI untuk korban gempa Nepal.

dibagi menjadi 5 Zona. Salah satunya adalah Zona 1 yang mewakili Surabaya, Sidoarjo, Mojokerto, Lamongan, Gresik, Tuban, dan Bojonegoro. “Secara rutin kami juga mengadakan pengobatan gratis dan khitanan massal dengan dana dari hasil donasi dari berbagai elemen masyarakat,” jelas dokter lulusan FK Unair tersebut. Salah satunya seperti pengobatan gratis ke Pulau Mandangin. Kegiatan sosial yang didanai oleh para koleganya di RSUD dr. Soetomo ini membantu sekitar 300 pasien yang ada di Kecamatan Sampang, Madura tersebut. Tak hanya itu, BSMI juga turun tangan membantu korban bencana erupsi Gunung Kelud pada 13 Februari 2014 lalu. Dalam membantu para korban letusan dahsyat yang mencapai ketinggian 17 km dari puncak gunung tersebut, BSMI melakukan evakuasi dan mendirikan shelter pengungsian di tujuh titik sesaat setelah erupsi pertama terjadi hingga 13 hari berikutnya. Tidak hanya bantuan medis, BSMI juga memberikan bantuan logistik dan terapi paska trauma kepada masyarakat yang menjadi korban dampak erupsi gunung Kelud. Kiprah sosial BSMI ternyata juga

20

4

2015

berkibar hingga di belahan negara lain. “Kami juga mengirimkan tenaga medis untuk membantu para pengungsi Rohingnya di Myanmar, serta membantu penanganan korban bencana gempa di Nepal,” tutur dokter yang mengaku pernah bercita-cita sebagai arsitek itu. Pengalaman berkelana ke pelosok negeri, membuat dokter yang mendalami pendidikan tulang belakang di India, Korea, Turki, dan Helinski tersebut punya simpati besar terhadap sesama. Tanpa pernah membeda-bedakan siapapun yang ditolong, ia percaya bahwa keinginan membantu tidak perlu dibatasi oleh adanya perbedaan suku, agama, ras, kelas, atau aspirasi politik.

“BLUSUKAN” LAKUKAN OPERASI KATARAK

Keprihatinan akan banyakya penderita katarak yang sebagian besar dari kalangan tidak mampu, membuat Armanto Sidohutomo, dr., Sp.M(K) tidak dapat menutup mata dan berdiam diri. Melalui klinik mata Tritya yang didirikan sejak 2010 lalu, ia blusukan dari satu kampung ke kampung lain, melakukan operasi katarak gratis. Di setiap pertemuan ilmiah yang

diadakan oleh PERDAMI (Persatuan Dokter Spesialis Mata Indonesia) di tahun 2008-2009, istilah “Katarak Deadlock” sebutan untuk permasalahan meningkatnya jumlah penderita katarak namun terkendala oleh relatif mahalnya biaya operasi seperti menjadi primadona. Kondisi inilah yang lantas membuat beberapa dokter spesialis mata turun ke jalan untuk memecahkan masalah tersebut dengan mengadakan kegiatan pengobatan mata dan operasi katarak gratis. Dokter Armanto adalah salah satunya. Melalui Klinik Mata Tritya miliknya, ribuan pasien katarak telah berhasil memperoleh penglihatannya kembali. Didirikan tahun 2010, awalnya Tritya hanyalah klinik mata tempatnya praktik saat masih berstatus dokter spesialis mata di Rumah Sakit Mata Undaan. Klinik mata yang terletak di Jl. Bratang Jaya Blok A-3 No. 59, Surabaya ini sering bekerja sama dengan berbagai perusahaan, instansi terkait, LSM, bahkan perangkat desa yang menjadi tujuan pelaksanaan kegiatan pengobatan mata gratisnya. Untuk menjamah penderita katarak di daerah-daerah terpencil, tak jarang Armanto bersama staf


klinik Tritya ‘blusukan’ hingga ke kampung-kampung. Tak hanya di Jawa Timur, kegiatan sosial ini bahkan juga ia lakukan hingga Sumbawa. Selain pengobatan dan operasi gratis, ribuan kacamata juga telah dibagikan untuk membantu orang-orang yang membutuhkan.

KEPUASAN BATIN

“Semuanya kami lakukan atas dasar pemikiran yang simple, saat ada yang membutuhkan, kita seharusnya bisa membantu,” tutur dr. Armanto. Saat ditanya, apa yang ia peroleh dari kegiatan sosial yang telah bertahuntahun dilakoninya ini, ayah tiga orang putra ini mengaku banyak hal yang ia dapatkan. “Kalau ada yang tanya dapat apa setelah itu? Saya bilang banyak, mulai dari dapat saudara baru, dapat kepuasan batin karena bisa bantu-bantu dan bermanfaat untuk orang lain, dan masih banyak lagi,” tuturnya. Dokter yang lahir pada 8 Agustus 1967 ini juga mengungkapkan, “Setiap kali melihat seseorang yang tadinya buta, datang dengan dituntun, lalu keesokan harinya setelah operasi kami buka perban matanya dan menangis terharu karena dapat melihat kembali, perasaan puas dan senang selalu datang. Semua jerih payah kita terbayar saat itu juga. Bahkan seperti menjadi sebuah adiksi buat saya.”

DOKTER DAN PENYAIR

Lulus dari Fakultas Kedokteran UNAIR di tahun 1993, Armanto lalu melanjutkan pendidikannya di Program

Armanto Sidohutomo, dr., Sp.M (K) Praktisi dan Pengelola Klinik Mata

Semuanya kami lakukan atas dasar pemikiran yang simple, saat ada yang membutuhkan, kita seharusnya bisa membantu. Armanto Sidohutomo, dr., Sp.M (K)

Pendidikan Spesialis Mata di tahun 1997 dan lulus di tahun 2001. Di tahun tersebut, kariernya sebagai dokter spesialis mata di Rumah Sakit Mata Undaan dimulai hingga tahun 2010. Pada 2010 juga, dokter berpenampilan rapi serta ramah ini memperoleh predikat sebagai Konsultan di bidang Bedah Plastik, rekonstruksi, dan Tumor Mata. “Semua yang saya lakukan itu tidak ada apa-apanya jika dibanding dengan dokter-dokter lainnya. Wong saya ini cuma melakukan apa yang sekiranya saya mampu. Kalau ada yang tanya mau sampai kapan, Gusti Allah yang nuntun. Saya hanya ingin agar orang-orang di sekitar saya merasakan manfaatnya ketemu saya, itu saja.” Di sela-sela kesibukannya sebagai dokter spesialis mata, ternyata anak ketiga dari empat bersaudara ini punya hobi menulis puisi. Tiga buku bertema kumpulan puisi bahkan telah ia terbitkan. Trilogi kumpulan puisi tersebut adalah “Kornea hati”, “Kembara Mata Cinta”, dan “Kelana Lensa Jiwa”. Hobi menulis puisi ini didapat dari ayahnya, Alm. Soendoko Sidohutomo, dr., Sp.PA. Sampai saat ini, dokter berkacamata ini masih sering menuliskan syair-syair puisinya lewat akun media sosial pribadi miliknya. Bagi Armanto, menulis puisi bukan hanya sekedar melepas penat di sela kesibukannya, namun juga meluapkan apa yang menjadi uneg-uneg dan kegelisahan yang mengganjal dalam hatinya. NASKAH : PAMPAM FOTO : DIMAS PRAWIRA & DOKUMEN PRIBADI

Pengobatan katarak gratis. 2015

4

21


BEDAH MUSIK

AURI KULUS

Dr. Setiawan Soetopo, dr., Sp.Rad, Sp.Onk.Rad

Memetik Manfaat

Musik Country Banyak jenis musik yang dapat digunakan untuk terapi kesehatan, salah satunya adalah Musik Country. Musik yang berasal dari daerah Amerika Selatan dan berakar pada lagu rakyat di Amerika Utara ini memiliki ciri khas dalam alat musik yang dimainkan seperti banjo, fiddle, dan gitar.

D

itilik dari sejarahnya, Country dibawa oleh imigran-imigran dari berbagai belahan dunia yang kemudian saling mengkolaborasikan alat musik mereka bersama-sama akhirnya terciptalah warna musik yang identik dengan koboi ini. Selain itu penyanyinya pun memiliki suara “lurus”, tanpa ada vibra tenggorakan layaknya musik R&B atau Soul. Teknik bernyanyi yang kental dengan Country adalah Yodel yakni menggabungkan suara diafragma yang kemudian disambung dengan headvoice (falset) sehingga akan menghasilkan suara melengking seperti ‘o le I ye’. Tokoh penting dalam perkembangan musik Country di tahun 20’an salah satunya adalah Jimmi Rodgers yang mulai mengolaborasi musik ini dengan musik pop, blues, serta jazz. Di awal kebangkitannya pada tahun 30 dan 40-an, lahir beberapa turunan Country, seperti Hillbilly, Hillbilly Boogie, Western Swing, dan Bluegrass.

ERA KEEMASAN

Tahun 50-60 an Country meledak lewat alunan lagu-lagu yang dimainkan oleh Elvis Presley. Kemudian pada tahun 70 dan 80-an muncul aliran baru seperti Outlaw Country, Country Pop, Neo Country, dan Truck Driving Country yang kemudian melahirkan musisimusisi kenamaan seperti Dolly Parton dan Kenny Rogers.


Country memasuki tahun keemasan di tahun 90-an dapat disebut sebagai era keemasan musik country, pada masa ini banyak artis-artis baru yang dapat menyejajarkan dirinya dengan penyanyi terkenal lain dari genre yang berbeda pada saat itu dan mampu menjual album-album mereka dengan angka fantastis. Sebut saja Billy Ray Cyrus yang populer dengan line dance dan single Achy Breaky Heart-nya, Garth Brooks yang fenomenal dengan aliran Country Rock-nya, serta Shania Twain yang albumnya terjual lebih dari 30 juta kopi.

MUSIK COUNTRY DI INDONESIA

Di tahan air, Country masuk sekitar tahun 1980-an. Genre musik satu ini banyak memengaruhi beberapa musisimusisi terkenal Indonesia. Diantaranya adalah musisi kawakan Iwan Fals dan Ebit G Ade, yang kerap memainkan instrumen gitar lalu memasukkan unsur musik Country seperti biola maupun harmonika. Meski genre musik ini tidak setenar musik pop atau rock. Country tetap hayati di hati para penggemarnya. Bahkan di akhir tahun 1990-an kembali dipopulerkan oleh Tantowi Yahya sekitar pertengahan tahun 1990-an sampai sekarang.

TERAPI MUSIK

Menurut Dr. Setiawan Soetopo, dr., Sp.Rad, Sp.Onk.Rad ada 2 pengaruh besar antara musik dan kesehatan, yaitu jiwa (psychological) dan fisik (body and mind). Secara psikis, musik akan mempengaruh perkembangan jiwa maupun imajinasi seseorang, sedangkan secara fisik, musik akan mempengaruhi pengembangan otak kanan dan keterampilan. Selama ini memang musik klasik yang telah banyak dikenal masyarakat dapat membantu proses terapi kesehatan, namun sejatinya tidak hanya musik klasik saja yang membawa manfaat positif bagi tubuh dan jiwa seseorang. “Sewaktu kuliah dulu saya pernah melihat latihan bermain musik untuk anak-anak retardasi dan menyanyi untuk pasien Skizoprenia di RSJ Menur, dan terapi ini tidak melulu menggunakan musik klasik, “ tutur dokter yang pernah mempelajari tentang psychological music ini. Dalam penjelasannya, dokter yang banyak membaca textbook Music Therapy dan Poetry Therapy ini memaparkan tentang penelitian yang pernah dilakukan di Fakultas

Setiawan Soetopo, dr. penggemar musik country.

Kedokteran (FK) Unpad, Bandung. Salah satunya mengulas tentang perbedaan pengaruh antara musik Sunda (tradisional) dengan musik klasik Mozart terhadap aktivitas bayi dalam kandungan melalui pemantuan USG. “Hasilnya ternyata, bayi mempunyai respon sama terhadap musik klasik maupun musik Sunda. Ini berarti tidak hanya musik klasik saja yang bisa memberi dampak pada kesehatan, semua jenis musik juga bisa, tak terkecuali musik Country,” imbuh dokter berambut gondrong ini.

BERSIFAT UNIVERSAL

Kesimpulan tersebut berangkat dari pemikiran Setiawan tentang fakta bahwa musik bersifat universal. Image yang dibangkitkan oleh musik sendiri akan bervariasi, tergantung dari budaya, tempat, dan usia masingmasing individu yang mendengarkan. Terapi musik sendiri sebenarnya adalah pengobatan integratif yang bekerja dengan baik apabila dikombinasikan dengan perawatan medis standar. Tentunya terapi ini akan bergantung pada jenis dan kondisi pasien. Untuk menjalani terapi musik, sebenarnya bisa dilakukan sendiri dengan mengidentifikasi bagaimana pengaruh yang dirasakan saat menikmati setiap jenis musik yang berbeda. Misalkan, jika Anda ingin menggunakan musik untuk

menenangkan diri, identifikasi mana jenis musik yang bisa memberi efek tersebut. “Sebagian orang mungkin akan merasa rileks saat mendengarkan alunan musik klasik, namun sebaik lain mungkin malah merasa tenang kalau mendengar musik Country atau Rock and Roll misalnya,” papar Setiawan.

TES SEDERHANA

Bila masih tidak yakin dengan jenis musik apa yang cocok untuk kondisi Anda, solusinya bisa dengan melakukan tes sederhana untuk mencari tahu tipe kepribadian. Caranya, tanyakan pada diri Anda apa reaksi awal yang Anda lakukan jika merasakan nyeri. Misalnya, nyeri pada kaki atau bagian tubuh lainnya. Bila reaksinya Anda mengoceh terus hingga rasa sakit hilang, ini berarti Anda memiliki kepribadian yang memerlukan lebih banyak musik agresif dengan ketukan cepat. Lain halnya jika reaksinya lebih tenang dan bisa menahan rasa sakit. Musik bernada lembut, lambat, serta berirama variatif akan banyak membantu Anda. Dengan memahami pengaruhnya terhadap kesehatan, mendengarkan alunan musik pun tak sekadar menjadi hiburan semata. NASKAH : GITA FOTO : DOKUMEN PRIBADI

2015

4

23


PROFIL

AN ATOMI

Dr. Delvac Oceandy, Ph.D

DI ATAS LANGIT ADA LANGIT 24

4

2015


T

ak pernah terbersit dibenaknya jika suatu hari nanti ia akan menjadi dokter, namun semangat untuk menggoreskan prestasi berkelas dunia menjadikan dokter yang berkesempatan menempuh pendidikan dan mendapatkan gelar PhD di University of Queensland, Australia tahun 2002 ini tidak pernah patah semangat mengejar impiannya. Lahir di Sidoarjo, Delvac memang belum berkesempatan praktik di klinik atau rumah sakit untuk melayani pasien. Setelah lulus FK Unair ia langsung terjun sebagai peneliti. Diawali sebagai research assistant di Lembaga Eijkman, Jakarta, Delvac kemudian melanjutkan kariernya sebagai mahasiswa doktoral dan peneliti postdoctoral di University of Queensland, Australia.

FILSAFAT KHO PING HO

Ketika ditanya tentang pengalamannya berkarir sampai menjadi associate profesor di University of Manchester, tempatnya bekerja kini, Delvac bercerita bahwa setiap kali ia masuk di tempat yang baru, ia selalu bertemu dengan orang yang jauh lebih hebat dan prestasinya sudah jauh di atasnya. “Waktu pertama kali pindah dari Surabaya ke Lembaga Eijkman Jakarta, saya bertemu dan bekerja sama dengan ilmuwan-ilmuwan kelas internasional. Demikian juga ketika pindah ke Australia atau Inggris. Jadi kalau pernah baca cerita silat Kho Ping Ho, istilah di atas langit masih ada langit, cocok sekali untuk menggambarkan hal ini,” jelas dokter yang hobi bermain musik tersebut. Ia juga menambahkan bahwa kita tidak perlu berbangga diri dengan prestasi karena selalu ada yang lebih hebat, dan harus sadar diri ada di langit ke berapa kita ini.

Masa kecilnya memang dipenuhi impian menjadi pesepakbola tersohor yang mampu mengharumkan nama bangsa. Tapi rupanya nasib berkata lain, kesempatan mengharumkan tanah air diperoleh Delvac Oceandy melalui kariernya sebagai seorang dokter.

TERIMA KASIH TUHAN.

Sepuluh tahun lebih berkutat di dunia kedokteran. Ada satu pengalaman tak terlupakan, yakni saat ia mempraktikkan materi resusitasi yang diperolehnya semasa di bangku kuliah, untuk menolong Ayahandanya. “Saya tidak akan pernah lupa ketika saya meresusitasi ayah saya sendiri. Kejadiannya saat itu beliau tiba-tiba kehilangan kesadaran dan kesulitan bernafas. Kebetulan saya berada di sebelahnya (sendirian) dan sempat melakukan resusitasi pijat jantung, sambil berteriak minta tolong. Puji

Tuhan ayah bisa sadar dan langsung dibawa ke rumah sakit, masuk ICU dan dua minggu kemudian pulih lagi,” kenang Delvac. Setelah sempat sembuh setelah menjalani serangkaian pengobatan dan perawatan, ayah Delvac akhirnya meninggal sekitar setahun setelah kejadian tersebut. “Jadi kalau saya renungkan lagi, mungkin Tuhan sudah bermurah hati memberi waktu tambahan satu tahun lagi untuk bersama dengan Ayah saya sehingga resusitasi waktu itu berhasil dan saya sangat mensyukuri hal itu.”

BERAWAL DARI MIMPI.

Prestasi Indonesia dalam bidang science, khususnya medical science memang rendah jika dibanding dengan negara-negara tetangga seperti Singapura, Malaysia, dan Thailand. Keberadaan dokter kelahiran tahun 1970 tersebut dengan kariernya yang menembus kancah internasional tentunya telah mengisi kekosongan ini. Cita-cita Delvac membawa nama Indonesia berkiprah di kancah dunia di bidang science pun tak sekadar bualan. Impian itu telah tercapai. “Saya punya target dalam waktu 5-10 tahun ke depan bisa membantu Indonesia mengejar tetangga kita di ASEAN dalam hal publikasi ilmiah. Langkah ini saya sudah mulai dengan menjalin kerjasama dengan beberapa fakultas kedokteran ternama di Indonesia. Saya bantu mereka dengan cara menerima mahasiswa pascasarjana (S2/S3) untuk dibimbing di Manchester.” ungkapnya. Mahasiswa ini nantinya ditargetkan bisa menghasilkan tulisan-tulisan ilmiah yang dapat dipublikasikan di jurnal-jurnal bereputasi tinggi (high impact factor). Dari tulisan itu, penulisnya akan disebutkan berafiliasi dengan Universitas Manchester dan Universitas asal mereka di Indonesia. “Strategi ini akan mendongkrak jumlah publikasi berkelas dunia dari Universitas di Indonesia. Istilahnya, paper-paper tersebut akan di-booster oleh reputasi yang dimiliki University of Manchester,” imbuhnya Ia sangat berharap apa yang dilakukan membuahkan hasil, sehingga reputasi Indonesia akan terdongkrak di level internasional, minimal mengejar ketinggalan dari negara tetangga di ASEAN. NASKAH : GITA FOTO : DOKUMEN PRIBADI

2015

4

25


RENUNGAN

FI LOSOFI

LEBIH MUDAH MENJADI

DOKTER

DARIPADA MENJADI GURU Itu adalah judul artikel yang saya tulis dan saya unggah di kompasiana.com pada tahun 2012. Waktu itu saya tengah menempuh pendidikan Magister Manajemen pendidikan di Unesa. Ada beberapa hal yang melatarbelakangi penulisannya.

S

aat itu saya sedang off dari medis dan tengah menggeluti dunia pendidikan. Rencana pembelajaran dan silabus tampak lebih rumit dari pada diagnosa dan terapi penyakit. Bisa jadi karena sudah terbiasa dengan hal-hal eksak saat belajar di kedokteran, mempelajari bidang pendidikan yang penuh ketidakpastian membuat kepala saya cenutcenut. Bisa saja karena terbiasa menyelesaikan keluhan pasien dalam hitungan menit di meja praktik (maklum, dokter umum seringkali kebagian diagnosa self limiting disease), saat harus menerapi permasalahan siswa yang tidak bisa diselesaikan dalam satu-dua tahun membuat saya seringkali hilang akal. Jelasnya, saat ini judul itu saya gunakan lagi untuk memancing ego profesi saya karena saya menginsyafi bahwa menjadi dokter sungguh sangat jauh dari mudah!

26

4

2015


WAKTU YANG MENJAWAB

Suatu masa ketika masih berstatus dokter PTT, di UGD Rumah Sakit saya menemui kasus anak yang mengalami trauma tertusuk bilah kayu di kakinya. Saat saya menjelaskan perlu dilakukan insisi untuk mengambil bilah kayu tersebut, ibu si anak menolak. Menurutnya, hal itu akan mendatangkan lebih banyak penderitaan untuk anaknya. Dia membandingkan prosedur sun­ti­kan, insisi, debridement, dan pen­ja­hitan luka dengan langsung men­ cabut kayu yang menancap hampir dua ruas jari dalamnya. Sepintas cara yang diusulkan si ibu memang lebih mudah, lebih cepat, dan minim trauma. Yang pasti, si ibu senang karena anaknya tidak menangis berkepanjangan. Namun, kayu itu tidak lurus, tidak mulus, dan tidak berujung tajam. Derita si anak akan berlipat-lipat kalau serpihan kayu tertinggal didalamnya. Saat tengah menggeluti dunia pendidikan, saya mendapati adanya praktik rekayasa kelulusan. Ternyata ada beberapa strategi yang digunakan sekolah untuk menjamin peserta didiknya lulus seratus persen seperti: pengaturan tempat duduk, menitipkan siswa yang tertinggal kepada siswa yang pandai, lobi-lobi sekolah tetangga demi keleluasaan penjagaan ujian, sampai upaya nguping kalaukalau ada bocoran. Nilai ujian lokal yang diakomodasi pemerintah sebagai pendamping nilai UNAS juga dimanfaatkan oleh sekolah untuk men­dong­krak kelulusan. Hal-hal itu dilakukan karena kelulusan sangat penting untuk menyenangkan hati orang tua. Orang tua perlu disenangkan karena bagi sekolah gratis yang hanya mengandalkan dana Bantuan Operasional Sekolah, besaran dana yang diterima berbanding lurus dengan jumlah murid yang terdaftar di sekolah itu. Kalau sampai tersiar kabar ada siswa yang tidak lulus, di tahun ajaran berikutnya orang tua murid akan memilih sekolah lain. Bahkan, bila sudah terlanjur terdaftar di sekolah tersebut, orang tua murid tidak akan segan-segan memindahkan anaknya ke sekolah gratis lain yang tidak dinodai oleh ketidaklulusan. Walaupun berlatar belakang dua bidang yang berbeda, ada benang merah antara kejadian di UGD dan fenomena di sekolah tersebut. Keduanya mempunyai dua pilihan yang bertolak belakang. Yang satu instan dan yang satu lagi ruwet. Jika dilakukan, yang satu mengundang akibat buruk dan yang satu lagi mengandung harapan kebaikan di kemudian hari. Tentang keduanya, orang tua pasien maupun orang tua murid berhak tahu, dokter dan guru harus menjelaskan. Kalau orang tua pasien bersikeras untuk menolak tindakan medis yang akan diterima anaknya, dokter perlu memastikan bahwa si ibu tahu bahwa harga dari pilihannya yang tidak ruwet adalah luka anaknya yang kotor dan tertutup berpotensi terinfeksi kuman clostridium tetani. Kalau orang tua murid memaksakan anaknya

lulus, guru perlu menerangkan bahwa upayaupaya instan yang difasilitasi oleh orang tua dan sekolah akan mengarahkan masa depan anak pada ketidakjujuran. Dalam hal kasus medis, si ibu bisa memba­ yangkan anaknya kejang karena tetanus sehingga tidak sulit baginya untuk menentukan opsi prosedur yang akan dipilih untuk anaknya. Sedangkan memproyeksikan masa depan anak yang diberi bekal pengalaman meng­ halalkan segala cara demi lulus tidak mudah dilakukan oleh orang tua. Dampaknya bisa jadi baru muncul dua puluh lima tahun kemudian, anaknya menjadi pesakitan di bui karena korupsi. Atau lima belas tahun dari sekarang anaknya akan dihajar massa karena menipu. Faktor yang memegang peranan penting dalam hal ini adalah waktu. Ban­dingannya adalah satudua minggu dan satu-dua dasawarsa. Sepertinya menjadi dokter tidak sesulit itu.

DOKTER, PROFESI MULTI TALENTA

Kalau saja saya tidak menerjuni lagi dunia medis setelah enam tahun menyibukkan diri dengan pendidikan, mungkin saya tidak pernah tahu bahwa dokter adalah sebuah profesi yang menuntut berbagai talenta. Menjadi dokter ternyata jauh dari bayangan saya selama ini. Justru setelah saya menempuh S2 manajemen pendidikan dan terlibat dengan persekolahan, tahulah saya bahwa untuk mendokteri satu pasien saja setidaknya kita dituntut mampu menjadi peneliti, manajer, dan pendidik. Sebagai dokter, hal yang kita lakukan maupun tidak kita lakukan dan hal yang kita katakan maupun tidak kita katakan ternyata juga menentukan masa depan orang lain. Bukan hanya dalam hitungan bulan tapi juga bertahun-tahun mendatang, bukan hanya untuk pasien kita tapi juga untuk keluarga dan lingkungannya. Kesulitan yang saya temui saat menjadi guru, pun saya dapati ketika berperan sebagai dokter. Kalau saja menjadi dokter hanya terbatas mengobati, mungkin kita tidak perlu menempuh kuliah yang panjang dan sulit. Menjadi dokter berarti harus siap menjadi manusia yang paripurna dalam bekerja. Menjadi dokter tidak lebih mudah dari detektif, ketelitian kita mengumpulkan data harus menyamainya. Menjadi dokter tidak lebih mudah dari peneliti, keterampilan kita menganalisa harus menyamainya. Menjadi dokter tidak lebih mudah dari juru bicara, kelihaian kita menyu­ sun kata harus menyamainya. Menjadi dokter tidak lebih mudah dari guru, kemampuan kita mendidik, mengajari, dan memberi contoh harus menyamainya. Menjadi dokter tidak lebih mudah dari pekerja sosial, kepedulian kita pada sesama harus menyamainya. Menjadi dokter tidak lebih mudah... JOMBANG, 17 MARET 2015 NASKAH : DWI RIZKI WULANDARI, dr., M.Pd. FK UNAIR ANGKATAN 1998 FOTO : IST

2015

4

27


JAJAK PENDAPAT

SECON D OPI N I ON

Evy Ervianti, dr., Sp.KK (K)

DILEMA DI ATAS KERTAS BOLONG

S

aat kelas 3 SMA, awal tahun 1984 ada pengumuman pemberlakuan hal baru tentang PMDK yang pertama kali diperkenalkan secara serentak di seluruh Indonesia, dimana kita diminta memilih 2 pilihan jurusan yang diinginkan. Saat itu wali kelas 3 P6 SMAN 5 Surabaya almarhumah Ibu Harsini, sampai harus menunggui saya yang dilema dengan pilihan jurusan yang harus saya putuskan siang itu. Arsitektur atau Kedokteran. Arsitektur karena saya suka gambar dan memang jadi cita-cita dari kecil. Kedokteran, karena ayah ingin saya jadi dokter. Alhasil saya tulis dan hapus lagi saat menulis pilihan pertama dan kedua. Tulisan arsitektur dan kedokteran terus berganti-ganti sebagai pilihan pertama atau kedua di

28

4

2015

kolom kertas sampai Ibu Harsini bilang. “Vy, stop!!! Kamu hapus sekali lagi, kertasnya bolong!!!� Saya terkejut, dan sampai sekarang masih mengingat kata-kata beliau. Ibu Harsini benar sekali sudah memperingatkan saya. Saat itu tulisan terakhir di kolom adalah pilihan pertama kedokteran dan pilihan kedua arsitektur. Ternyata itu yang menjadi takdir saya masuk di Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga yang kemudian saya cintai, dan mengubur semua impian menjadi arsitektur. Tidak pernah saya sesali, justru saya syukuri. NASKAH : EVY ERVIANTI, dr., Sp.KK (K) FOTO : DIMAS PRAWIRA


DOKTER NUANSA DETEKTIF

D

Tutik Purwanti, dr.

ulunya saya bercita-cita menjadi lawyer. Bahkan, saat itu saya lolos UMPTN di Fakultas Hukum Universitas Airlangga. Namun, orang tua ternyata tidak menyetujui saya masuk jurusan tersebut. Mereka, terutama ayah, lebih menginginkan saya menjadi seorang dokter. Kata-kata yang teringat ‘’Tidak boleh kuliah kalau tidak jadi dokter�. Akhirnya, demi membahagiakan orang tua, saya pun tidak jadi masuk ke Fakultas yang saya idam-idamkan, dan mencoba mendaftar di FK Unair. Pendaftaran pertama saya gagal, karena persiapan memang kurang. Begitu gagal, saya langsung banting setir, mendaftar di salah satu Fakultas Kedokteran swasta di Surabaya. Saya sampai ikut tiga kali UMPTN, hingga bisa masuk ke FK Unair. Dan, selama itu pula saya tetap berkuliah di FK swasta hingga semester 4. Awalnya memang saya kecewa, karena tidak bisa masuk FH. Tapi, karena saya anak mbarep (Red. sulung), orang tua ingin supaya saya menjadi contoh bagi adik-adik saya. Jadi ya saya manut (Red. patuh). Pas masuk FK pun saya masih merasa stress. Alhamdulillah, dunia pengabdian saya saat ini tak jauh dari cita-cita saya dahulu. Kini, saya mengabdi pada Kepolisian Negara RI sebagai Ahli Forensik. Pekerjaannya sangat mengasyikkan, seperti detektif. NASKAH : TUTIK PURWANTI, dr. FOTO : DOKUMEN PRIBADI

Beta Subakti N, dr., Sp.BP-RE

TANGGALKAN IMPIAN GAME MAKER

D

ari kecil saya punya hobi menggambar, karena itu dulu terbayang untuk mendalami desain grafis atau menjadi arsitek. Cita-cita menjadi desainer sempat juga tergantikan dengan berkeinginan untuk bekerja di perusahaan pembuat game internasional. Hitunghitung untuk menyalurkan hobi saya yang lain, yakni bermain game konsol. Tapi rupanya saya harus membuang jauhjauh keinginan itu karena orang tua tidak setuju. Perlahan-lahan keluarga besar mulai memberi masukan dan nasihat soal pilihan masa depan yang akan saya hadapi kelak. Setelah bingung menentukan pilihan, akhirnya saya lulus UMPTN dan masuk Fakultas Kedokteran Unair. Dari situ kecintaan saya pada dunia medis tumbuh, hingga akhirnya kini mendalami bedah plastik. Kalau dirasa-rasakan ternyata bedah plastik juga nyerempet dengan ilmu desain (aesthetic visual result). Inilah yang membuat saya semakin betah dan mencintai pilihan saya sekarang saat ini. NASKAH : BETA SUBAKTI N, dr., Sp.BP-RE. FOTO : DIMAS PRAWIRA

2015

4

29


PROFIL GROUP

SKELETON

IKA FK UNAIR CABANG DKI JAKARTA

BAKTI SOSIAL JADI AGENDA UTAMA Peduli dengan sesama dan lingkungan sekitar serasa sudah mendarah daging dalam tubuh seorang insan kedokteran. Mulai dari pertolongan yang dilakukan rutin di rumah sakit, hingga membantu korban bencana. Pun, tak ketinggalan para alumni FK Unair yang berdomisili di DKI Jakarta.

B

erawal dari suka blusukan dan mengadakan kegiatan bakti sosial, beberapa alumni di DKI Jakarta dan sekitarnya memutuskan untuk membuat organisasi resmi ikatan alumni. Akhirnya, yang tadinya hanya berupa suatu perkumpulan alumni FK Unair di Jakarta, tepat pada 25 Agustus 2012 dikukuhkan menjadi suatu organisasi berstruktur sederhana dengan surat keputusan Dekan bernomor 44/H3.1.1/KD/2012.

30

4

2015


‘’Waktu itu, Prof. Agung sendiri yang datang ke Jakarta untuk meresmikan IKA FKUA cabang DKI Jakarta,’’ tutur Ninik Soedijani Anwar, dr., MFPM., ketua organisasi tersebut. Membina dan mempererat tali silatu­ rah­mi menjadi salah satu tujuan diben­ tuknya Ikatan Alumni Fakultas Kedok­ teran Universitas Airlangga cabang DKI Jakarta dan sekitarnya. Selain membantu almamater mewujudkan visi dan misi Fakultas Kedokteran Unair, organisasi ini juga bertujuan membina, memelihara, dan mempererat kerjasama dengan pemerintah, organisasi profesi, serta organisasi kemasyarakatan lainnya. Beragam kegiatan diadakan IKA Jakarta. Salah satunya yang utama adalah bakti sosial (baksos). Sejak tahun 2013, tak kurang dari 19 baksos telah dilakukan. Selain baksos, IKA Jakarta juga menerbitkan buletin berjudul Warta Hijau. Buletin inilah yang menjadi sarana komunikasi antar alumni serta penyebaran informasi

baik kegiatan dari IKA FK Unair pusat maupun kegiatan IKA Jakarta sendiri. ’’Yang sering kami lakukan memang baksos korban banjir. Di tahun 2013, ada 11 titik lokasi penerjunan tim medis dan paramedis untuk korban banjir dari IKA FK Unair. Kegiatan ini berlangsung mulai Januari hingga Maret,’’ terang Ninik. Dalam kegiatan sosial tersebut, IKA Jakarta bekerjasama dengan TNI dan Lembaga Sosial Masyarakat (LSM). Tahun berikutnya, di 2014, baksos diadakan sebanyak 6 kali. Waktunya pun nyaris sama, antara Januari sampai dengan Maret. Sedangkan untuk mempererat tali silahturahmi, agenda reuni rutin diadakan tiap tahun. ’’Jumlah alumni FK Unair yang terdaftar sekitar 400 orang. Itu dari alumni tertua angkatan 1952 hingga yang termuda angkatan 2004,’’ tutur alumni angkatan 69 tersebut. Padahal, masih banyak alumni FK Unair di Jakarta yang belum terdaftar.

BUAT BUKU PROFIL ALUMNI DAN LOMBA DANSA

Acara baksos yang telah mereka selenggarakan sejak 2002 ternyata menyimpan banyak kisah menarik. Salah satunya upaya alumni FK Unair Jakarta mengumpulkan dana dengan mengadakan lomba dansa. ’’Waktu itu kerjasama dengan salah satu bank swasta, kita baksos korban banjir. Untuk penggalangan dananya, saya adakan lomba dansa,’’ lanjut ninik. Tapi, karena semakin lama pekerjaan kantor Ninik semakin banyak, maka kegiatan bersama alumni yang lain pun mulai berkurang dan meredup. ’’Saya pikir, ya sudahlah, saya konsentrasi mengurus pekerjaan kantor dulu yang semakin menumpuk,’’ jelasnya. Akhirnya baru tahun 2012 itulah tergagas untuk meresmikan perkumpulan alumni menjadi organisasi resmi. NASKAH : MARTHA KURNIA, dr., Sp.KFR FOTO : DOKUMEN PRIBADI

2015

4

31


PROFIL

AN ATOMI

Prof. Dr. Moch. Thaha, dr., Ph.D, Sp.PD-KGH, FINASIM, FACP, FASN

BERMANFAAT BAGI

ALMAMATER DAN MASYARAKAT 32

4

2015


B

agi Thaha, demikian ia akrab disapa, memegang gelar guru besar di usia 43 tahun, adalah bentuk kepercayaan dan dukungan dari Universitas Airlangga (UNAIR) pada para dosen yang mengabdi di sana. “Saya yakin dalam waktu dekat akan semakin banyak guru besar muda dilahirkan oleh UNAIR sebagai salah satu wujud cita-citanya menjadi World Class University dengan visi Excellence With Morality,” jelasnya. Pencapaian yang diraihnya saat ini diakui Thaha tak lepas dari perjalanan panjang yang dilaluinya semasa kuliah. Jadwal padat dan setumpuk tugas di bangku kuliah, ternyata tidak saja mengajarkan ilmu kedokteran yang membantunya mengatasi masalah kesehatan pasien, melainkan juga pelajaran hidup yang selalu diingatnya hingga kini.

ARTI TEMAN DAN KEBERSAMAAN

“Faktor usia bukanlah hal yang dapat dibanggakan. Lebih penting dari itu, bagaimana agar di usia yang muda ini kita memiliki kesempatan lebih untuk berkarya dan bermanfaat bagi almamater dan juga masyarakat,” demikian Prof. Dr. Moch. Thaha, dr., PhD, Sp.PD-KGH, FINASIM, FACP, FASN, memaknai gelar profesor yang disandangnya di usia muda.

“Dulu saat kuliah saya memiliki kelompok belajar. Biasanya saya belajar sendiri terlebih dulu, buat resume lalu membacanya berulang kali sampai 8-10 kali. Setelah itu baru ngumpul lalu tentiran soal-soal,” demikian tutur Thaha mengingatkan pentingnya arti teman dan kebersamaan, yang membuat hal sulit menjadi lebih mudah. Bersama teman-teman sejawatnya di FK UNAIR angkatan 91, hingga kini ia pun masih menjalin tali silaturahmi lewat milis FK Angkatan 91 yang cukup intens berdiskusi perihal spiritual ataupun lewat acara kumpul bareng. Acara buka bersama dan Shalat Tarawih misalnya. “Tidak sekadar kumpul-kumpul, kami seangkatan juga mengadakan Baksos bersama. Buat saya, angkatan 91 sudah seperti keluarga kedua,” paparnya.

PENTINGNYA KEDISIPLINAN

Seperti halnya mahasiswa lain, Thaha pun pernah mengalami pengalaman menarik antara lain “diusir” dosen dari kelas karena terlambat. “Waktu itu saya kuliah Anatomi, yang mengajar alm. Prof. Supratiknjo. Waktu saya datang terlambat, beliau bilang, "…silakan pintunya ditutup dari luar. Awalnya saya bingung, ternyata maksudnya saya tidak boleh masuk karena terlambat,” tuturnya sembari tertawa. Sederhana mungkin, tapi sebenarnya dari situlah pria kelahiran Surabaya, 8 Mei 1972 ini belajar tentang kedisiplinan. Rutinitas hariannya yang padat, menuntut ayah dua orang

putri tersebut untuk bisa disiplin dan piawai membagi waktu antara keluarga, kampus FK UNAIR, serta RSUD Dr. Soetomo tempatnya mengabdikan ilmu.

HADAPI UJI KETAHANAN

Setelah lulus SMAN 5 Surabaya di tahun 1991, Lulus FK Unair di tahun 1997, Thaha melanjutkan studi ke Program Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS-1) Penyakit Dalam pada 1999. Di tahun 2003, ia berhasil menyandang gelar dokter spesialis penyakit dalam (Sp.PD) dan menyelesaikan subspesialisasi Ginjal-Hipertensi (KGH) di tahun 2007. Ditahun 2008, ia menyelesaikan beasiswa S3 / PhDnya di Juntendo University School of Medicine, Tokyo, Jepang. Selama menuntaskan studi S3 tersebut, dokter yang punya hobi travelling di waktu luangnya ini benarbenar diuji ketahanan tubuh serta mentalnya karena harus sering bolakbalik Tokyo - Surabaya. Hal itu karena sebagian penelitian yang dilakukannya dilaksanakan di Surabaya. Namun ia merasa bersyukur karena masih tetap dapat memenuhi kewajibannya menjalankan Tri Dharma Perguruan Tinggi berupa Pendidikan-pengajaran, Penelitian, dan Pengabdian Masyarakat. “Alhamdulilah, saya beruntung, semua itu bisa saya lewati berkat dukungan penuh dari kolega sejawat dan senior saya di Departemen-SMF Penyakit Dalam FKUA” terang Ayah dari Sharifa Audi dan Sharifa Nadine ini penuh rasa syukur.

KEKUATAN DOA DAN RESTU

Saat ditanya, apa resepnya dalam meraih keberhasilan, diakui Thaha bahwa semuanya bukan hal instan, namun hasil kerja keras, dan restu dari orang tua, keluarga, serta dukungan orang-orang terdekatnya yang tak pernah putus. “Segala sesuatu yang kita lakukan tidak akan tercapai bila tidak ada restu kedua orang tua. Karena restu orang tua adalah ridho Allah. Bagi saya pribadi, ini semua adalah amanah atas kehendak Allah SWT yang harus saya pertanggungjawabkan kelak. Tanpa doa dari orang tua, serta dukungan keluarga, guru, sejawat, perawat, serta pasien-pasien saya bukanlah apa-apa,” ungkapnya. NASKAH : PAMPAM FOTO : DOKUMEN PRIBADI

2015

4

33


TIPS

I N FUSI ON

2

BAGIAN

EVERYTHING ABOUT BAN (PART 2)

MENJAGA KEAMANAN DAN KINERJA

BAN

SALAH SATU MASALAH YANG SERING DITANYAKAN OLEH PENGGUNA KENDARAAN PADA BENGKEL SAAT PEMELIHARAAN RUTIN ADALAH ‘APAKAH BAN SAYA SUDAH HARUS DIGANTI?’ KEADAAN BAN YANG PRIMA SANGAT DIPERLUKAN SAAT BERKENDARAAN, APALAGI BILA KITA SERING MENGADAKAN PERJALANAN JARAK JAUH.

34

4

2015


T

idak ada yang dapat memastikan berapa lama usia pakai ban asli dari pabrik kendaraan yang sudah terpasang di kendaraan kita. Ini karena adanya berbagai model, fitur konstruksi ban, kompon telapak, aplikasi kendaraan, kondisi geografi, dan kebiasaan menyetir yang beragam, sehingga sulit untuk menentukan berapa lama usia pakai ban tersebut. Harga sebuah ban yang berkualitas tidak dapat dikatakan murah, sehingga bukan saja pemilihan ban yang tepat yang perlu kita ketahui namun juga bagaimana merawat agar ban kita tetap awet dan aman dalam waktu yang lama. Nah, untuk menjaga keamanan dan kinerja yang baik dari ban yang harus diperhatikan adalah:

1. PEMILIHAN JENIS BAN

l Pakailah ban standar atau ban pengganti yang telah ditetapkan oleh pembuat kendaraan. l Pakailah ban dengan ukuran, konstruksi, dan jenis yang sama untuk keseluruhan rodanya, kecuali bila pembuat kendaraan menetapkan ban yang berbeda ukuran untuk masing-masing porosnya, maka ikutilah instruksi tersebut. l Apabila ban tipe radial digunakan bersamaan dengan ban tipe bias pada kendaraan yang sama, maka ban yang tipe radial harus ditempatkan pada sumbu belakang. l Gunakan ban dengan ukuran, konstruksi (radial atau nonradial) dan indeks kecepatan yang sama untuk keempat ban kendaraan. Apabila ban kendaraan terdiri dari ban dengan indeks kecepatan yang berbeda namun ukurannya sama, maka ban dengan ukuran dan indeks kecepatan yang sama harus ditempatkan di sumbu yang sama.

l Pakailah velg (pelek) yang sesuai dengan ukuran dan jenis bannya.

2. UJI JALAN

Pada waktu pemakaian baru, jarak sampai 200 km kecepatan tidak boleh lebih dari 60km/jam, supaya terbiasa dengan ban tersebut.

3. PEKA TERHADAP GETARAN

Cek ban dan kendaraan bila ada getaran berlebihan. Getaran adalah indikasi bahwa kendaraan kita memiliki masalah. Bila dibiarkan begitu saja, getaran dapat mengakibatkan keausan ban dan suspensi yang berlebihan.

4. KESELARASAN DAN KESEIMBANGAN BAN

Kendaraan akan berjalan dengan selaras dan lurus apabila semua komponen suspensi dan setir dalam kondisi prima, dan juga apabila keadaan ban dan velg terpasang dengan baik dan be足 nar. Penyelarasan arah ban ini diperlukan untuk mendapatkan keausan ban yang merata dan ketepatan pengendalian. Keempat hal tersebut adalah poin penting yang harus diperhatikan untuk menjaga keama足nan dan kinerja ban. Hal yang tak kalah penting terkait perawatan ban adalah langkahlangkah untuk memperpanjang usia roda-roda penggerak ken足da足raan kesayangan Anda tersebut.

NASKAH : HERU PURNOMO, dr. FOTO : IST

2015

4

35


HOBI

I N SPI RASI

CYCLING

“DIMULAI SAJA DULU. JANGAN BERPIKIR TENTANG SEPEDANYA, YANG PENTING SEPEDAANNYA…”

S

alah satu teman saya bercerita, bahwa bersepeda itu tentang menikmati kebersa­ maan dengan teman, menikmati keindahan alam ciptaan Tuhan, tetapi sering juga bersepeda itu tentang menertawakan teman-teman dan diri sendiri saat mencoba melewati rintangan. Jadi intinya, bersepeda itu selain olahraga yang menyehatkan kardio, juga sebagai sarana refreshing untuk keseimbangan jiwa, sekaligus untuk merekatkan rasa persaudaraan sesama goweser. Demikian sebutan yang diberikan kepada para penyuka olahraga berepeda. Dibanding kebanyakan olahraga lain bersepeda memiliki keunggulan, yaitu tidak menyebabkan tekanan pada sendi lutut (karena tidak menopang berat badan dan tidak ada gerakan loncat). Seiring dengan maraknya olah­ raga ini, makin banyak orang yang ingin bergabung tetapi masih bingung apa yang harus dilakukan untuk memulai bersepeda. Apalagi dengan semakin banyaknya jenis sepeda yang beredar di pasaran, mem­buat

36

4

2015

peminat baru semakin bingung. Apa saja sih yang harus diketahui sebelum membeli sepeda dan menekuni olahraga ini? Pertama, jenis sepeda. Umumnya masyarakat hanya mengenal 2 jenis sepeda, yakni: sepeda gunung dan sepeda jalan. Sepeda gunung, biasa dipakai untuk medan atau jalanan yang lebih bervariasi, bahkan sampai ke gunung-gunung, lain halnya dengan sepeda jalan, yang umumnya digunakan sebagai alat transportasi sehari-sehari. Sepeda jengki, sepeda onthel, bagi sebagian awam, masuk ke dalam jenis sepeda jalan ini. Pada prinsipnya, sepeda jenis apapun dapat digunakan di jalan raya, tetapi optimalisasi penggunaannya berbeda untuk setiap jenisnya. Misalnya, sepeda untuk down hill alias menuruni bukit, mempunyai suspensi yang sangat panjang dan kuat, ban dengan tonjolan yang dalam untuk menggigit di tanah atau lumpur, yang apabila digunakan di jalan raya akan sangat tidak efisien dan menghabiskan tenaga pengendaranya.


A good long ride can clear your mind, restore your faith, and use up a lot of fuel.

Ada juga sepeda lipat, yang dapat dilipat jadi kecil, memudahkan untuk mobilisasi, mudah dimasukkan mobil dan dibawa kemana-mana. Kelemahan sepeda lipat adalah diameter ban yang kecil mengakibatkan stabilitas berkendara relatif lebih rendah, dan frame yang tidak kaku yang akan memenga­ruhi stabilitas. Tidak ada sepeda yang sem­purna, yang dapat dipakai untuk segala medan. Tentukan pilihan terlebih dahulu, sesuaikan dengan bujet yang ada, jangan tergiur barang yang mahal hanya karena pengaruh teman atau iklan. Rasakan dulu dengan alat yang seadanya, upgrade sambil jalan, menyesuaikan kemampuan berkendara Anda. Kedua, memilih rute bersepeda. Untuk rute yang murni di jalan raya, pilihlah sepeda jalan raya, atau bila tidak yakin bisa dipilih sepeda tipe hybrid. Ketiga, gunakan aksesoris untuk menunjang keamanan dan kenyamanan Anda bersepeda. Helm adalah asesoris yang mutlak diperlukan. Gunakan helm khusus untuk bersepeda dan sesuai dengan ukuran kepala. Lampu depan dan lampu kedip warna merah di belakang sepeda sangat dibutuhkan apabila sering berkendara sebelum matahari terbit atau setelah matahari tenggelam. Tak ketinggalan, tempat minum juga menjadi perangkat wajib, mengingat dehidrasi adalah musuh utama bersepeda. Hal penting lainnya adalah bergabung dengan komunitas bersepeda. Adanya peer group membuat kita lebih semangat melakukan kegiatan ini. Beberapa penelitian menunjukkan bah­wa adanya peer group membuat seseorang lebih cepat menyelesaikan goal dan dapat melakukan perjalanan yang lebih lama dibanding bila mela­kukan sendiri. Buat kelompok dengan teman sebaya, teman kantor, atau tetangga komplek rumah agar lebih se­mangat dan ajeg menjalani olahraga ini. Saat sudah mulai merasa nyaman dengan kegiatan bersepeda, biasanya

akan timbul hasrat untuk melakukan perbaikan atau upgrade beberapa bagian sepeda. Pertanyaan yang sering muncul adalah “Apa dulu ya yang akan saya upgrade?” Upgrade yang paling efisien adalah upgrade pada benda yang berputar, seperti ban, velg, rantai, hub, crank, dan lain sebagainya. Selain itu, alat untuk mengganti gigi belakang dan depan juga merupakan dua hal yang sangat perlu diperhatikan, mengganti perangkat ini membuat pergantian gigi menjadi lebih cepat dan nyaman. Setelah berhasil membeli sepeda pertama dan menyukainya, lengkap dengan pelbagai aksesoris yang menambah kenyamanannya, kini waktunya untuk melirik pada beberapa peranti tambahan yang dapat meningkatkan performa bersepeda. Yang paling murah dan sederhana, adalah aplikasi yang dapat diunduh pada perangkat telepon genggam. Aplikasi seperti Strava, Runtastic Road bike, Runkeeper, dan beberapa aplikasi lain dapat diunduh mela­ lui smartphone dan digunakan untuk memantau perkembangan aktivitas sepeda dari hari ke hari. Dari aplikasi tersebut dapat diketahui seberapa jauh sepeda telah digunakan, berapa kecepatan tertingginya, dan berapa jumlah kalori yang telah dihabiskan pengendara saat bersepeda. Bila aplikasi-aplikasi tersebut masih dianggap tidak cukup memberikan informasi dalam seluk-beluk teknis sepeda, kita dapat mulai berinvestasi kepada cyclocomputer, yaitu sebuah piranti komputasi kecil yang dapat membantu mengetahui irama denyut jantung saat bersepeda, putaran pedal yang dapat dilakukan, bahkan dapat berfungsi sebagai speedometer dan odometer, seperti layaknya sebuah kendaraan bermotor. Nah ternyata asik sekali kalau sudah memahami seluk beluk sepeda ya. Jadi urutan untuk memulainya adalah: 1. Tentukan tipe jalan yang akan dilalui selama bersepeda. 2. Tentukan bujet. 3. Beli sepeda, helm, dan tempat minum. 4. Gabung atau buat komunitas bersepeda. 5. Download aplikasi Strava di smartphone, lakukan monitor terus menerus pada proses bersepeda dan buat kompetisi yang menarik dengan teman dalam komunitas melalui Strava.

Sasaran upgrade pertama untuk meningkatkan performa.

Happy cycling! NASKAH : YSCC (YOUNG SURGEON CYCLING CLUB) COPYRIGHT 2015 FOTO : DOKUMEN PRIBADI

Cyclingcomputer berbasis GPS upgrade dengan budget besar.

2015

Pemakaian Strava di Smartphone upgrade dengan budget minimal.

4

37


EKSPLORASI

BEDAH RUMAH SAKIT

RSUD KABUPATEN SIDOARJO

LAYANAN TERBAIK BAGI WARGA SIDOARJO Menyikapi tuntutan masyarakat yang semakin kritis, RSUD Kabupaten Sidoarjo tak lantas tinggal diam. Rumah sakit milik pemerintah ini pun terus melakukan upaya tiada henti di segala bidang untuk memberikan layanan terbaik bagi warga Sidoarjo dan sekitarnya.

B

ila selama ini rumah sakit pemerintah identik dengan image kuno, tidak demikian halnya dengan rumah sakit milik pemerintah yang bertempat di daerah Sidoarjo ini. Didominasi dengan warna biru muda yang memberi ambience menenangkan, nuansa bagunan ala Jawa dan gedung-gedung modern tampak berkolaborasi apik di sini. “Tak hanya perbaikan fasilitas gedung. Upaya peningkatan layanan bermutu tinggi dilakukan pula melalui peningkatan mutu di berbagai lini. Mulai dari peningkatan sumber daya manusia hingga menghadirkan fasilitas kesehatan modern,� tutur Atok Irawan, dr., Sp.P., Direktur RSUD Kabupaten Sidoarjo.

38

4

2015


PENGHARGAAN MEMBANGGAKAN

LAYANAN BERBASIS IT

Salah satunya, melengkapi layanan kesehatan di sini dengan Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit (SIM RS). Sistem ini adalah sekumpulan hardware, software, brainware, prosedur, dan aturan yang diorganisasikan secara integral untuk mengelola data menjadi informasi baik dalam bentuk tulisan, gambar, maupun suara yang bermanfaat untuk memecahkan masalah maupun mengambil keputusan. SIM RS berbasis IT ini telah diterapkan sejak tahun 2003 untuk memenuhi tuntutan masyarakat yang

tak sekadar mengharapkan rumah sakit kebanggaan masyarakat Sidoarjo tersebut sebagai rujukan berobat melainkan juga bisa memberikan layanan bermutu yang cepat, tepat, terjangkau, dan dengan fasilitas memadai. Untuk mempercepat layanan yang ada, SIM RSUD Kabupaten Sidoarjo telah menggunakan 21 modul SIM RS, mulai dari Billing, Farmasi, Anggaran, Keuangan, Akuntansi, Remunerasi, SDM, Pendidikan, Laborat, Gizi, Gateway, E-Kios, E-Office, Keperawatan, Bank Darah, ULP, Pemasaran, Rekam Medis, E-Rekam Medis, PAC, hingga Perlengkapan.

Tak heran bila lantas hasil pembangunan berkesinambungan tersebut menghasilkan sederet penghargaan membanggakan. Salah satunya adalah Piagam Profesionalisme Award di tahun 2008, dan di tahun 2011, rumah sakit yang menyandang moto ‘Kesembuhan Anda adalah Kebahagiaan Kami’ tersebut mendapat Piagam Penghargaan Rumah Sakit Sayang Ibu dan Bayi (RSSIB) Terbaik Tingkat Provinsi. Setelah mendapat penghargaan yang dikhususkan untuk ibu dan bayi tersebut, RSUD Kabupaten Sidoarjo yang merupakan RS tipe B Pendidikan dan lulus akreditasi versi 2012 paripurna tahun 2014 menambah fasilitas layanan pengunjung yaitu server SMS Gateway yang mengendalikan informasi via SMS. Layanan tersebut memudahkan bidan bila akan memberikan rujukan secara langsung melalui SMS terlebih dahulu ke server MNE (Maternal Neonatal Emergency). SMS tersebut akan diterima dan kemudian dibalas sesuai instruksi medis dan juga dapat menerima persiapan pasien dengan lebih cepat dan tepat. Dukungan dokter-dokter spesialis yang peduli terhadap rumah sakit menjadi satu kekuatan yang memiliki 2015

4

39


EKSPLORASI

BEDAH RUMAH SAKIT peran besar dalam memajukan RSUD Sidoarjo. “Di sini, dokter-dokter yang ada tidak hanya memberi pelayanan pada pasien namun juga ikut andil dalam manajemen rumah sakit. Sebagai contoh, hampir semua kepala instalasi adalah dokter spesialis juga meskipun dalam pelaksanaannya secara teknis memang masih dibantu,� urai dokter alumni FK Unair angkatan 1985 dan menyelesaikan spesialis paru di FK Unair tahun 2001. Dokter yang aktif di kegiatan kampus ini dulu pernah menjabat sebagai Sekretaris Senat Mahasiswa.

WUJUD KOMITMEN

Sebagai wujud berkomitmen dalam memberi kenyamanan bagi pengunjung, rumah sakit yang bertempat di Jalan Mojopahit 667 Sidoarjo ini baru saja tuntas merenovasi ruang rawat inap paviliun. Selain itu, RSUD Sidoarjo juga menyediakan layanan Poliklinik Eksekutif yang dengan fasilitas mumpuni dan harga bersaing. Posisi strategis dengan jaraknya yang mudah dijangkau menjadikan rumah sakit ini sebagai pilihan berobat masyarakat Sidoarjo dan sekitarnya.

40

4

2015

Dari tahun ke tahun kepercayaan masyarakat terhadap RSUD Kabupaten Sidoarjo pun terus bertambah. Salah satunya terlihat dari jumlah kunjungan pasien rawat jalan dan rawat inap yang terus meningkat. Tujuan memberikan pelayanan kesehatan yang bermutu, hemat,

dan berorientasi pada pelanggan pun akan senantiasa menjadi acuan bagi setiap langkah dan kebijakan yang diambil oleh RSUD Kabupaten Sidoarjo ke depan. NASKAH : MUJAHIDIN FOTO : DIMAS PRAWIRA & DOKUMEN PRIBADI


ULAS FILM

LAPAROSKOP

YONG PAL

THE GANG DOCTOR Yong Pal atau The Gang Doctor adalah drama Korea terbaru yang berkisah tentang sepak terjang seorang dokter residen bedah Dr. Kim Tae Hyun (diperankan oleh Joo Won). Dia harus mengumpulkan uang banyak demi untuk membiayai adik kandungnya yang harus menjalani cuci darah.

S

emua cara ditempuhnya agar tidak terbelit hutang, termasuk menerima panggilan darurat para pasien di luar waktu tugasnya di rumah sakit. Salah satunya adalah menolong para kriminal dan preman pusat perjudian ilegal yang terluka akibat serangan polisi. Persahabatannya dengan boss preman tersebut membuatnya selalu dikejar-kejar polisi, apalagi saat polisi mulai mencurigai Dr. Kim Tae Hyun sebagai Yong Pal yang mereka cari selama ini. Pertemuannya dengan pasien VIP Han Yeo Jin (diperankan oleh Kim Tae Hee) yang mengalami koma selama 3 tahun membuat drama ini semakin penuh diwarnai ketegangan, intrik, dan balas dendam. Alur cerita yang dinamis dan tidak bisa tertebak membuat Yong Pal mendulang sukses meraih rekor rating tertinggi di atas 20% sejak episode kelima. Ini adalah prestasi tertinggi drama Korea yang ditayangkan oleh

SBS sejak 5 Agustus – 1 Oktober 2015. Hal lain yang menarik dari Yong Pal adalah tebaran kisah medis yang mewarnai 18 episode yang disuguhkan. Banyak adegan operasi darurat terbuka yang tidak dilakukan di kamar operasi, tetapi di garasi atau ruang seadanya. Dr. Kim Tae Hyun sebagai tokoh sentral diceritakan sebagai dokter pintar yang sering nekat dan dengan dorongan instingnya sering melakukan operasi darurat dengan peralatan bedah seadanya untuk menyelamatkan jiwa pasien tanpa memandang bulu status pasien tersebut. Keterlibatan emosional dengan pasiennya yang mengalami koma tersebut menumbuhkan rasa cinta, membuat Yong pal semakin menarik untuk diikuti. So, jangan lewatkan drama Korea ber-genre kisah dokter yang satu ini. NASKAH : EVY ERVIANTI, dr., Sp.KK (K) FOTO : IST

2015

4

41


LOVE STORY

TAKIKARDI

CINTA YANG TAK PUDAR Cinta bisa tumbuh pada pandangan pertama, cinta dapat hadir saat ada satu kesamaan pandangan, cinta juga bisa bersemi ketika terkesima dengan pribadi yang mengesankan. Namun saat terikat dalam pernikahan, merawat cinta antara pasangan suami istri tidak semudah menanam dan menumbuhkan cinta di masa pacaran dulu.

T

ali kasih dan cinta dalam sebuah hubungan pada umumnya ditentukan oleh masing-masing individu antara suami dan istri. Karenanya, upanya menjaga gelora cinta ini pun perlu usaha dari kedua pihak. Dibutuhkan pengorbanan dan kesabaran ekstra dibandingkan sewaktu menanam dan menumbuhkan cinta. Berikut ini adalah beberapa tips yang bisa Anda coba. 1. Kekuatan Komunikasi Kunci utama hubungan yang bahagia adalah komunikasi. Unek-unek yang ada dalam benak bisa diungkapkan saat terjalin komunikasi antara Anda dengan pasangan. Upayakan tidak menyimpan beban di dalam hati yang malah akan mengganggu jalannya komunikasi. Untuk itu manfaatkanlah momen komunikasi sebaik mungkin dalam rumah tangga.

42

4

2015


2. Cinta dalam Canda Luangkan waktu untuk bercanda dengan pasangan, tertawa terbahak-bahak berdua. Semakin nyaman hidup Anda dengan pasangan akan semakin banyak canda dan cinta yang tumbuh dari tawa ini. Bangun dan pelihara momen ‘kelucuan’ tersebut sebagai tabungan yang akan menjadi kenangan kelak. 3. Kenali dan Pahami Perbedaan lingkungan dan kondisi tempat suami atau istri tumbuh sangat berpengaruh dalam pembentukan ragam selera, perilaku, serta sikap yang berlainan pada setiap pihak dari yang lain. Untuk itu, perlu bagi Anda dan pasangan saling mengenal serta memahami kondisi tersebut sebagai bekal membangun rumah tangga yang harmonis. 4. Saling Hormat Telisik poin-poin positif dari pasangan Anda sebagai modal untuk membangun sikap saling menghargai baik saat bersama di rumah maupun saat di luar rumah. Hal ini tanpa disadari akan membuat masingmasing pihak merasa nyaman dimanapun Anda berdua berada.

tidak akan mengulanginya lagi di kemudian hari. Sikap tersebut sama sekali tidak berarti menistakan status dan harga diri Anda. Hal itu justru mendorong pihak lain untuk menghormati, mempercayai, dan memaafkan Anda.

Tidak perlu menyembunyikan problem yang Anda hadapi pada pasangan. Kejujuran dan transparansi akan menumbuhkan benih-benih kepercayaan dan saling pengertian, sehingga mudah menemukan solusi bersama. Bisa jadi, permasalahan memiliki dampak positif untuk meneguhkan ikatan suami-istri.

7. Arti Kecupan Sebuah pelukan dan perhatian adalah hal yang akan membuat pasangan senang dan merasa begitu dicintai. Ungkapan cinta ini bisa terus Anda tumbuhkan dengan membiasakan memberikan pelukan, kecupan sewaktu pasangan Anda hendak pergi bekerja serta pulang kerja. Sempatkan waktu 3 sampai 5 menit untuk menghampiri

sambil merapihkan baju yang dikenakan dan menyematkan doa untuk pasangan Anda yang hendak bekerja. Dengan demikian, masing-masing pasangan akan terus teringat akan cinta yang Anda berikan. 8. Kepedulian dan solidaritas Bagian fragmen terindah kehidupan rumah tangga adalah kepedulian dan solidaritas yang dilakoni suami atau istri dalam menghadapi kesulitan dengan kesabaran dan perjuangan luar biasa. Tatkala istri berdiri di samping suaminya, suami akan merasa kuat dan penuh percaya diri, begitu juga sebaliknya. Ketika istri atau suami merasakan bahwa pasangannya merasa kuat dan percaya diri, maka dia akan merasa jiwanya diliputi kedamaian dan ketentraman. Sisi ini pada kenyataannya merupakan esensi pernikahan dan integrasi batin di antara kedua belah pihak. NASKAH : POPPY FEBRIANA FOTO : IST

5. Mengatasi persoalan bersama Pernikahan merupakan bentuk relasi partnership dan partisipasi. Partnership berdiri di atas landasan kesamaan tujuan, citacita, sikap, intuisi dan perasaan, serta kolaborasi dan solidaritas dalam memecahkan setiap persoalan. Saat masalah timbul dalam kehidupan rumah tangga Anda, pandanglah masalah ini sebagai kecemasan kolektif. Paradigma tersebut akan memicu Anda dan pasangan menjadi sebuah tim yang senantiasa berusaha bekerja keras untuk memecahkan masalah bersama. 6. Berterus-terang Sikap terus terang, kejujuran, dan keberanian adalah kunci kebahagiaan kehidupan rumah tangga yang tidak mungkin nihil dari kesalahan. Ini artinya, jika Anda melakukan kesalahan, maka yang harus Anda lakukan adalah bergegas meminta maaf, berani mengakuinya, dan berjanji 2015

4

43


EKSPLORASI

BEDAH RUMAH SAKIT

SEMANGAT MUDA NATIONAL HOSPITAL

44

4

2015


Kehadiran National Hospital, memberi standar baru bagi pelayanan kesehatan di tanah air. Momen 1 Oktober 2010 lalu tak saja menandai dimulainya pembangunan fisik rumah sakit ini, melainkan juga menjadi penanda diawalinya langkah mewujudkan visi untuk menjadikan National Hospital sebagai rumah sakit kebanggaan bangsa.

S

aat kali pertama mendengar “National Hospital,� nama ini terdengar akrab di telinga dan bersahaja. Kenyataan yang ditangkap indra pendengaran ini pun sejalan dengan kenyataan yang ada kala kaki melangkah masuk ke dalam rumah sakit megah bergaya modern minimalis ini. Ambience hangat melingkupi ruang lobi yang dibangun layaknya lobi sebuah hotel, sebuah kafe di sisi kiri, dan ruang tunggu yang nyaman, mampu melepaskan ketegangan suasana rumah sakit pada umumnya kaku dan acap membuat pasien merasa dirinya sebagai pesakitan yang hendak menghadap dokter untuk diadili. Sapaan ramah petugas dari lobi hingga gaya berkomunikasi dokterdokter National Hospital yang hangat, terbuka, serta solutif, membuat pasien seakan sedang membincangkan solusi kesehatannya dengan seorang teman baik. Peralatan penunjang medis maupun non medis terbaik di kelasnya, dibenamkan dalam setiap ruangan rumah sakit yang mengusung konsep green building tersebut.

YANG MUDA YANG BERPRESTASI

Tak hanya itu yang membuat National Hospital mencuri perhatian. Kehadiran dokter-dokter muda berprestasi yang memperkuat garda tim medis rumah sakit peraih dua rekor MURI ini adalah hal lain yang memberi nuansa enerjik di rumah sakit yang berada di kawasan Graha Famili, Surabaya tersebut. “Bersama dokter-dokter muda yang ada kami tidak hanya memberikan layanan kesehatan pada pasien, tetapi juga mengembangkan riset yang diharapkan bisa memberi sumbangsih pada perkembangan dunia kesehatan di Indonesa. Kami sangat menghargai talenta-talenta dan semangat mereka untuk bersama-sama membangun National Hospital menjadi rumah sakit berkualitas yang layak disandingkan dengan rumah sakit di luar negeri,� jelas Hans Wijaya, dr., MM., CIA, selaku CEO National Hospital.

Hans Wijaya, dr., MM., CIA., selaku CEO National Hospital. 2015

4

45


Dokter-dokter ahli yang masih tergolong muda di National Hospital, diakui Hans menjadi strategi untuk membangun tim-tim hebat dengan kekuatan yang saling melengkapi. Memberi fasilitas berupa peralatan medis terkini, dan dukungan bagi para dokter mengembangkan keilmuan mereka, menjadi langkah yang dilakukan National Hospital untuk membangun barisan tenaga medis handal yang selalu up to date. Hal itu dilakukan National Hospital, mengingat perkembangan ilmu dan teknologi kedokteran yang terus melaju pesat. Berpacu dengan waktu untuk senantiasa menimba ilmu pun menjadi satu kewajiban.

MENJUNJUNG TINGGI “FAIRNESS”

“Di National Hospital kami memberi kesempatan yang sama, baik pada dokter senior ataupun dokter muda. Tidak ada istilah sistem strata, kami bangun iklim open competition agar persaingan yang ada jadi sehat. Dokter muda dan dokter senior mempunyai perlakuan yang sama. Mereka yang punya kemampuan dan kemauan untuk terus berkembanglah yang bisa maju di National Hospital,” imbuh Hans. Diakui Hans, pola pendidikan di Indonesia memang masih memberlakukan senioritas yang tak

46

4

2015

jarang iklim tersebut terbawa hingga ke dunia kerja. “Senioritas adalah hal yang perlu dihargai namun di sisi lain kita juga harus menjunjung tinggi fairness,” jelasnya.

MEMBANGUN KEBERSAMAAN Meleburkan tembok senior dan junior, juga dilakukan National Hospital dengan banyak melakukan kegiatan bersama. Salah satunya adalah melalui komunitas gowes yang ada di sini. “Setiap pagi, kami mengajak para dokter dan staf rumah sakit untuk bersepeda pagi. Dengan ini kita berharap sesama dokter bisa

saling membaur dengan akrab. Selain itu kamu juga melakukan senam osteoporosis setiap bulan sekali,” urai CEO National Hospital Dengan filosofi together you can go far, but alone you can go fast, National Hospital mengajak para dokter untuk bermitra, dan bersama-sama memberikan layanan kesehatan terbaik bagi masyarakat Indonesia melalui National Hospital.

NASKAH : MUJAHIDIN FOTO : DIMAS PRAWIRA & DOKUMEN PRIBADI


KULINER

NUTRISI

Coffee Story Kopi sudah menjadi salah satu kebutuhan primer bagi banyak orang di muka bumi. Hasil penelitian mengenai jumlah konsumsi kopi menunjukkan bahwa konsumsi kopi di dunia rerata tertinggi penikmat kopi adalah negara Belanda dengan tingkat konsumsi 2,4 cangkir per kapita per hari, Indonesia hanya mengonsumsi sebanyak 0,04 cangkir per kapita per hari.

2015

4

47


KULINER

NUTRISI

S

ebagai bagian besar dari hidup orang di dunia, termasuk Anda, tahukah Anda apa yang harus dilakukan dari menanam hingga dapat Anda nikmati di cangkir Anda? Atau bah­ kan sejarah bagaimana sebuah tumbuhan kopi dapat menjadi seperti saat ini? Legenda kopi bermula dari seorang penggembala kambing ber­nama Kaldi yang mengamati peru­bahan perilaku dari kambing-kambing yang digembala olehnya sete­lah memakan buah kecilkecil dari pohon tertentu. Kambingkambing menjadi sangat bertenaga, ber­se­mangat hingga tidak mau tidur di malam hari. Kaldi melaporkan perubahan ini ke teman rohaniawan yang kemudian membuat minuman

48

4

2015

dengan buah ini dan menemukan bahwa setelah meminum minuman ini membuatnya terjaga selama waktu lama untuk ibadah malam. Akhirnya menyebarlah cerita tentang kekuatan buah tadi ke rekan rohaniawan lain dan akhirnya ke daratan Arab dan kemudian akhirnya ke seluruh dunia. Pengolahan dan perdagangan kopi bermula di jazirah Arab. Pada abad ke-15, kopi mulai ditanam di Yemen dan pada abad ke-16 mulai diketahui di daerah Persia, Mesir, Syria, dan Turki. Seiring dengan makin dikenalnya khasiat kopi, minuman ini tidak hanya dinikmati di rumah, mulai ber­mun­ culan warung kopi yang dikenal dengan nama qahveh khaneh yang mulai

bermunculan di pelbagai kota di jazirah Arab. Warung kopi tidak hanya menjadi sebuah tempat menjual dan menikmati kopi, tetapi menjadi sebuah lokasi untuk pelbagai aktivitas sosial, mulai bermain catur, mendengarkan musik, melihat pentas seni, hingga percakapan gosip, politik, di era tersebut, banyak pergerakan dan ide berasal dari perbincangan di warung kopi. Banyaknya jamaah haji mengun­ jungi Mekah dari seluruh dunia setelah meminum kopi dan merasakan khasiatnya menceritakan kembali ke rekan - rekannya setelah kembali ke negara masing - masing, semakin lama, kopi semakin dikenal oleh masyarakat di seluruh dunia.


Beberapa pelancong dari Eropa ke jazirah Arab membawa kembali sebuah cerita tentang kopi, minuman aneh berwarna hitam ini. Pada abad ke-17, kopi telah memasuki Eropa dan menjadi popular di seluruh benua ini. Warung kopi berkembang bak jamur di musim hujan di kota-kota besar di Inggris, Austria, Perancis, Jerman, dan Belanda. Warung kopi di Eropa juga menjadi sebuah pusat kegiatan aktivitas sosial dan komu­nikasi. Secangkir kopi dikenal sebagai stimulus percakapan yang luar biasa. Di Eropa, posisi minuman berwarna gelap ini mulai menggantikan minuman yang biasa dikonsumsi oleh masyarakat

sebelumnya, yaitu bir dan anggur. Peminum kopi dapat merasakan seharian penuh semangat dan etos kerja lebih tinggi dibanding minum bir atau anggur, akhirnya kualitas kerja peminum kopi lebih tinggi. Di pertengahan abad ke-17, didapatkan lebih dari 300 warung kopi di London. Warung kopi ini menjadi tempat berkumpulnya tokoh masyarakat, pedagang, pelaut, makelar, pengirim barang, dan berbagai elemen bisnis lainnya, sehingga banyak sekali pada jaman itu perusahaan yang lahir dari perbincangan di warung kopi. Seiring dengan peningkatan kebutuhan akan kopi, terjadilah kebutuhan untuk meningkatkan produksi biji kopi, sehingga dimulailah penanaman kopi di luar Arab. Pihak Belanda lah yang pertama kali mencoba menanam di luar jazirah Arab, percobaan pertama dilakukan di India, tetapi ternyata gagal, percobaan kedua dilakukan di Indonesia dan ternyata berhasil. Pihak Belanda melanjutkan penanaman kopi di pelbagai tempat di Indonesia, seperti Sumatra, Jawa, Lombok, dan sebagainya. Pada tahun 1714, Walikota Amsterdam menganugerahkan tumbuhan kopi muda untuk Raja Perancis Louis XIV. Raja tersebut menginginkan tumbuhan itu ditanam di Taman Botanikal di Paris. Setelah ditanam, tumbuhan kopi ini ini tidak hanya tumbuh dengan baik, melainkan menjadi cikal bakal penyebaran 18 juta kopi di sekitar Karibia, Amerika Selatan dan Amerika Tengah. Pembagian besar biji kopi dibagi menjadi dua, yaitu Arabika dan Robusta dengan pemakaian kopi di dunia sebagian besar (sekitar 70-80%) adalah tipe Arabika. Tipe Arabika memiliki kadar kafein lebih sedikit dibanding tipe Robusta. Kopi jenis ini harus ditanam minimal 900 meter diatas permukaan laut, dengan iklim tropis dan lingkungan yang lembab. temperatur sekitar 20 derajat celcius. Jenis Robusta lebih tahan dan tidak selektif untuk tempat tumbuhnya dibanding jenis Arabika, karena itu disebut robust yang berarti kuat dalam bahasa Inggris. Kopi jenis robusta rata-rata adalah kopi dengan grading lebih rendah dibanding jenis arabika. Kopi jenis ini dapat ditanam pada berbagai ketinggian, berbagai jenis kelembaban dengan temperatur yang lebih fleksibel, walaupun masih dibutuhkan untuk tumbuh di iklim tropis. Kadar kafein dua kali lipat dibanding tipe arabika. Kopi jenis ini sering digunakan sebagai

kopi instan atau kopi dalam bentuk sudah digiling dalam kemasan. Kopi robusta juga lebih tahan terhadap serangan penyakit dan hama dibanding jenis arabika. Iklim, jenis tanah, ketinggian, suhu dan lingkungan sekitarnya membawa pengaruh terhadap rasa biji kopi, tidak hanya lokasi penanaman, tetapi proses paska panen juga sangat mempengaruhi. Mulai cara panen, berapa banyak kandungan air dalam biji kopi, lama penjemuran, panas yang digunakan pada saat dijemur, masa tunggu biji kopi sebelum dikonsumsi juga mempengaruhi. Seorang barista (orang yang ahli membuat kopi) seringkali tidak mau menerima apabila kopinya sudah dalam bentuk bubuk. Bagi penggila kopi, membeli biji kopi mulai dari biji kopi mentah, sehingga kita bisa mengatur sendiri seberapa matang saya akan mensangrai kopi saya, idealnya kopi dikonsumsi tidak lebih dari 2 minggu setelah disangrai untuk mendapat rasa yang baik. Penggilingan biji kopi menjadi kopi bubuk juga diatur seberapa halus yang kita inginkan. Tingkat kehalusan mempengaruhi tipe kopi apa yang ingin kita dapatkan, mulai tingkat sangat halus untuk espresso hingga tingkat medium untuk metode pour-over. Idealnya, tidak lebih dari 1 menit biji kopi yang digiling harus di campur dengan air, karena itu di tempat kedai kopi yang serius tidak ada kopi bubuk, biji kopi akan digiling sesaat sebelum dibuat. Temperatur air untuk membuat minuman kopi juga idealnya antara 85-95 derajat celcius, terlalu panas akan membuat kopi anda terlalu pahit karena ekstraksi tannin yang berlebihan dan akhirnya menutupi rasa kopi yang ada. Rumus singkat membuat kopi adalah rumus 1:15, yaitu 1 gram kopi untuk 15cc air. Suhu 85-95 derajat celcius dan biji kopi digiling sesaat sebelum dicampur dengan air. Bagi yang ingin serius menikmati kopi, saran saya adalah membeli alat giling kopi (coffee grinder) dengan tipe Burr karena homogenitas ukuran gilingan yang lebih baik, alat ukur suhu air dan timbangan yang akurat hingga 0,1 gram. Selalu beli biji kopi, jangan beli kopi dalam bentuk bubuk, kalau memungkinkan, beli kopi yang tidak terlalu lama disangrai, seringkali pada kemasan biji kopi didapatkan tulisan kapan kopi tersebut disangrai. NASKAH : HARI NUGROHO, dr., Sp.OG COFFEE ADDICT FOTO : IST

2015

4

49


50

4

2015

GALERI

X - R AY


Bali dalam Bidikan

I Ketut Martiana, dr., Sp.OT(K Spine)

U

ntaian kata, petikan nada, goresan kuas, semua telah mencoba menggambarkan keindahan Pulau Bali lewat cerita, puisi, lagu, dan lukisan yang tak terhitung jumlahnya. Meski demikian, pesona Pulau Dewata ini tak pernah bisa habis dikisahkan. Setiap jengkalnya menyisakan keindahan tak terbantahkan, salah satunya seperti yang berhasil dibingkai oleh I Ketut Martiana, dr., Sp.OT(K Spine) lewat foto-foto berikut ini.

MENUNGGU MATAHARI

DI DANAU TAMBLINGAN BALI

2015

4

51


Bali

GALERI

X - R AY

dalam Bidikan

I Ketut Martiana, dr., Sp.OT(K Spine)

MENJARING IKAN

DI TANAH LOT BALI

52

4

2015


2015

4

53


TIPS MEDIS

MEDIKAMENTOSA

Cegah Sakit Jantung dengan Modifikasi Lifestyle Jika jantung diibaratkan sebagai generator listrik, maka darah adalah bahan bakarnya. Keberadaan bahan bakar menjadi hal yang utama agar generator dapat bekerja.

T

idak hanya bahan bakar saja, kondisi generator beserta bagian-bagian di dalamnya juga harus baik. Namun, bagaimana jadinya jika pipa penyalur pada generator tersumbat? Yang terjadi adalah generator tidak dapat bekerja. Sama halnya jika pembuluh darah tersumbat, maka jantung pun tidak dapat bekerja. Kondisi inilah yang dialami oleh pasien Jantung Koroner. “Jantung koroner terjadi karena adanya penyumbatan pada pembuluh darah koroner yang disebabkan karena adanya kerak atau plak berisi lemak dan kolesterol yang dilapisi oleh pelindung yang disebut caps,� papar Dr. Yudi Her Oktaviono, dr., Sp.JP(K) mengawali perbincangan.

TERJADI BERTAHAP

Dokter yang bekerja di RS dr. Soetomo Surabaya sebagai dokter spesialis jantung ini juga mengatakan bahwa penyempitan pembuluh darah karena plak terjadi secara bertahap. Jika plak semakin banyak, maka lapisan pelindung akan pecah, yang kemudian akan terpapar oleh darah yang lewat. Keping darah yang lewat menempel pada kerak hingga terbentuk gumpalan darah. Gumpalan darah tersebut lama kelamaan menutup rapat jalannya darah, hingga akhirnya timbul serangan jantung mendadak.

54

4

2015


Kemungkinan lain adalah caps tidak pecah, tetapi plak bertambah banyak sehingga mengembung dan menyumbat jalannya darah, namun caps tetap dalam keadaan utuh. Bila sumbatan tersebut kurang dari 70% maka belum ada keluhan yang dirasakan oleh pasien.

CORONARY ARTERY DISEASE NORMAL ARTERY

NARROWING OF ARTERY

NYERI YANG KHAS

Salah satu keluhan atau gejala penyakit jantung koroner adalah nyeri dada yang khas, berbeda dengan gejala nyeri dada pada penyakit lain. Nyeri dada tersebut rasanya seperti tertimpa benda berat, diremas–remas, dan terbakar. Terkadang penderita tidak dapat menunjukkan letak nyeri secara tepat. Menurut dokter kelahiran Malang, 8 Oktober 1965 ini, timbulnya nyeri dada pada penderita jantung koroner dapat dipicu oleh 5E. Pertama, Excercise atau latihan ini temasuk jalan cepat, kerja berat, kelelahan sehabis bekerja, dan sebagainya; Kedua, Early Morning (pagi hari), dimana nyeri biasanya dipicu oleh udara dingin di pagi hari; Ketiga, Eating too much (makan terlalu banyak), makan terlalu banyak dalam satu waktu dapat memicu timbulnya nyeri dada; Keempat, Exposure to cold, penderita penyakit jantung koroner akan gampang kumat nyeri dada ketika terpapar udara dingin; Kelima, Emosi, keadaan emosi yang tidak stabil merupakan salah satu penyebab munculnya nyeri dada pada penderita jantung koroner.

MODIFIED & UNMODIFIED FACTORS

Dokter yang menjabat sebagai ketua PERKI (Persatuan Kardiologi Indonesia) ini mengungkapkan, faktor penyebab jantung koroner dibedakan menjadi dua, yaitu: unmodified factors (faktor yang tidak dapat dimodifikasi) dan modified factors (faktor yang dapat dimodifikasi). Unmodified factors (faktor yang tidak dapat dimodifikasi), misalnya gender, usia, gen, dan lain sebagainya. Hasil penelitian menyebutkan bahwa laki– laki lebih banyak menderita penyakit jantung koroner daripada wanita, ini karena wanita dilindungi oleh hormon estrogen. Pada umumnya penderita jantung koroner berusia di atas 40 tahun, namun faktanya kini jantung koroner juga menyerang mereka yang berusia di bawah 40 tahun.

SAATNYA MODIFIKASI

Lain halnya dengan modified factors

LIPID DEPOSIT OF PLAQUE

(faktor yang dapat dimodifikasi), yang disebabkan oleh pola hidup (lifestyle), atau bisa juga dipicu oleh penyakit lain. Pola makan tidak sehat, diantaranya disebabkan oleh makanan yang banyak mengandung kolesterol, kurang mengonsumsi buah dan sayur, serta makan tidak teratur. Contoh lainnya adalah kurang olahraga, kurang istirahat, terlampau stres, kebiasaan merokok, minum minuman keras, dan lain sebagainya. Beberapa penyakit yang dapat memicu timbulnya penyakit Jantung Koroner diantaranya adalah Hipertensi dan Obesitas. Namun, penyakitpenyakit ini dapat diminimalisir. Hipertensi misalnya, dapat dimodifikasi dengan mengurangi makanan yang mengandung banyak garam. Sedang­ kan obesitas dapat dicegah dengan pola makan sehat dan tidak berle­bihan, serta diimbangi dengan olahraga.

“GOLDEN PERIOD”

Penyakit jantung koroner tidak dapat disembuhkan secara total, namun dapat dilakukan modifikasi. Apabila penyumbatan kurang dari 70%, maka penderita hanya perlu minum obat dari golongan statin dengan tujuan kerak tidak gampang pecah, serta diberi pengencer darah agar predaran darah lancar. Namun, jika penyempitan lebih dari 70% maka perlu dilakukan kateterisasi serta pelebaran pembuluh darah dengan pemasangan ring. Satu lagi poin penting yang juga tidak dapat ditinggalkan adalah

mengenai golden period. Penderita gangguan penyakit ini (yang penyumbatannya lebih dari 70%) mempunyai masa kurang lebih 12 jam untuk diberikan penanganan. Pertolongan ini harus segera dilakukan ketika penyakit tersebut kambuh, karena kemungkinan pasien untuk tertolong akan semakin menurun jika lewat dari 12 jam. “Seringkali keluarga pasien berekspektasi sangat tinggi, sementara pasien datang dalam keadaan yang sudah sangat kritis,” ungkap dokter peraih penghargaan pada ajang Young Investigators Award 1999 tersebut.

RESEP PENCEGAHAN

Dokter lulusan Universitas Airlangga, yang kini kembali mengabdi sebagai dosen Fakultas Kedokteran UNAIR ini memberikan resep agar terhindar dari penyakit jantung koroner, diantaranya: Pola makan sehat dengan cara diet rendah kolesterol, rendah garam dan glukosa, serta memperbanyak konsumsi buah dan sayur; Olahraga aerobik yang disesuaikan dengan usia dan di tempat yang tidak terlalu dingin karena akan memicu nyeri dada. Olahraga yang disarankan adalah jalan cepat, bersepeda, dan berenang. Sedangkan olahraga yang disarankan untuk dihindari adalah olahraga yang memacu adrenalin dan menguras fisik. NASKAH : DIGNA FOTO : IST

2015

4

55


TRAVELING

FISIOLOGI

BUGAR

Saat Traveling Traveling. Sebuah kata yang identik dengan kegiatan menyenangkan, seperti mengunjungi daerah tertentu, bertemu dengan komunitas yang berbeda, dan pemandangan memukau.

56

4

2015


U

ntuk dapat menikmati momen-momen tersebut, tentunya Anda perlu menjaga stamina senantiasa prima. Agar acara berpetualang berjalan menyenangkan, berikut beberapa tips traveling untuk Anda.

1. KENALI DAERAH TUJUAN TRAVELING

Kenali daerah tujuan, termasuk mencari tahu tentang iklim, suhu, gambaran lokasi wisata, kegiatan wisata yang akan dilaksanakan, serta durasi wisata yang akan dilaksanakan. Hal ini penting agar Anda dapat melakukan persiapan yang baik, baik dari sisi fisik maupun perbekalan.

2. PERSIAPKAN KONDISI FISIK

Kenali kondisi fisik Anda, sesuaikan dengan persyaratan minimal kondisi fisik yang dibutuhkan dalam aktivitas wisata tersebut. Bila kegiatan di area wisata membutuhkan banyak aktivitas fisik yang rumit dan menantang, bekali diri Anda dengan latihan penguatan, ketahanan dan kelincahan sistem muskulo skeletal melalui gerakan-gerakan berikut ini:

3. PERSIAPKAN PERBEKALAN YANG MEMADAI

Perbekalan yang harus disiapkan meliputi jenis makanan, minuman dan obat-obatan yang penting dikonsumsi selama perjalanan. Jenis buah-buahan segar maupun buah-buahan yang dikeringkan bermanfaat untuk mempertahankan gula darah pada level yang memadai. Jenis minuman elektrolit bermanfaat untuk menggantikan cairan tubuh yang hilang saat beraktivitas.

4. MINUM AIR PUTIH SEOPTIMAL MUNGKIN

Air putih merupakan kebutuhan esensi tubuh, sirkulasi cairan tubuh memerlukan penggantian sekitar 2 liter per hari. Pada saat berwisata di tempat terbuka dengan suhu yang lebih tinggi, tambah asupan dengan mengonsumsi minuman elektrolit.

5. TETAP BEROLAHRAGA

Untuk mempertahankan kebugaran selama berwisata, tetap lakukan olahraga secara teratur. Lakukan latihan peregangan selama perjalanan, terutama bila durasi perjalanan cukup lama. Peregangan otot-otot tubuh sebaiknya dilakukan setidaknya 3 kali sehari, seperti tampak pada gambar di bawah.

6. CUKUP ISTIRAHAT

Istirahat merupakan kebutuhan yang esensi saat berwisata. Tujuan beristirahat adalah relaksasi dan memulihkan kekuatan. Istirahat dapat berupa tidur yang nyenyak atau berendam dalam air hangat. Massage juga merupakan alternatif relaksasi yang akan membantu pengeluaran endorphin untuk mengoptimalkan proses pemulihan jaringan tubuh dari kelelahan. NASKAH : DAMAYANTI TINDUH, dr., Sp.KFR FOTO : IST

http://www.womenshealthmag.com/fitness/stretches-for-sitting-long-periods-of-time

2015

4

57


CITO

FOTO : IST

LAPORAN UTAMA

RABUN dan Kelainan Refraksi Armanto Sidohutomo, dr., Sp.M(K) Diantara sederet penyakit mata yang ada, kelainan refraksi masih bertengger di posisi teratas sebagai penyakit mata dengan prevalensi terbesar di Indonesia. Setidaknya tak kurang dari 25% dari penduduk nusantara menderita kelainan refraksi.

58

4

2015


M

ata yang normal akan memiliki penglihatan terang dan dapat menyesuaikan diri dengan sempurna ketika melihat dari berbagai jarak, namun tidak demikian dengan mereka yang menderita kelainan refraksi. Kondisi mata yang tidak dapat menyesuaikan diri dengan sempurna membuat pandangan menjadi kabur pada jarak tertentu. Gangguan penglihatan inilah yang kemudian jamak dikenal dengan rabun. Kelainan refraksi dibedakan menjadi: Miopia (rabun jauh), Hipermetropia (rabun dekat), Astigmatisma, dan Presbiopi.

MIOPIA

Merupakan kelainan refraksi yang disebabkan bayangan sinar jatuh di depan retina. Penderita Miopia ditandai dengan pandangan kabur saat melihat jauh, tetapi jelas apabila melihat dekat. Kondisi ini bisa ditolong dengan bantuan kacamata minus.

Gambar: Perbandingan refraksi pada mata normal dan myopia (Google: Encyclopaedia Britannica, 2008).

Faktor penyebabnya, bisa karena sumbu mata terlalu panjang (miop aksial), daya pembiasan mata terlalu kuat (miop refraktif), kornea terlalu lengkung (keratokonus), lensa mata terlalu cembung (katarak imatur), serta corpus vitreous (diabetes mellitus). Miopia sendiri dibedakan menjadi simplek dan progresif. Miopia Simplek biasanya dimulai pada 7-9 tahun dan akan bertambah hingga masa pertumbuhan berhenti di usia 20-an. Lain halnya dengan Miopia Progresif yang ditandai dengan pertambahan minus secara cepat (sekitar 4D/tahun). Pada beberapa kasus, Miopia Progresif disertai pula dengan perubahan vitreo-retinal. Gejala Miopia ditandai dengan pandangan kabur saat melihat jauh, sakit kepala, dan cenderung memicingkan mata bila melihat jauh.

HIPERMETROPIA

Hipermetropia atau rabun dekat, terjadi saat bayangan sinar jatuh di belakang retina mata. Kelainan refraksi ini ditandai dengan penglihatan kabur jika melihat dekat ataupun jauh, dan mata merasa cepat lelah saat membaca dekat.Â

Perbandingan refraksi pada mata normal dan hipermetropia. (Google: Encyclopaedia Britannica, 2008)

ASTIGMATISMA

Astigmatisma terjadi saat sinar yang sejajar tidak dibiaskan dengan kekuatan yang sama pada seluruh bidang pembiasan sehingga fokus pada retina tidak pada satu titik. Untuk memperbaiki kelainan ini, penderita bisa dibantu dengan lensa silinder. 2015

4

59


60

4

2015


Perbandingan refraksi pada mata normal dan astigmatisma. (Google: Encyclopaedia Britannica, 2008)

Kelainan Astigmatisma dibedakan menjadi 2 bentuk, yakni: Astigmatism Ireguralis dan Astigmatism Regularis. Dikatakan Astigmatism Iregularis, bila titik bias tidak beraturan. Hal ini bisa disebabkan karena kelainan kornea (permukaan luar tidak teratur) atau kelainan lensa, semisal lensa keruh akibat katarak. Gejala yang menyertai biasanya rasa tidak enak dan mengantuk; Mata terasa cepat lelah, terutama bila mengerjakan sesuatu pada jarak dekat; Sakit kepala terutama pada pelipis, dahi, serta kadang-kadang sampai ke bagian belakang kepala; Rasa yang sangat tidak enak apabila melihat obyek yang bergerak; Sulit membedakan 2 titik yang berdekatan; dan Menyipitkan kelopak mata.

PRESBIOPIA

Merupakan kondisi dimana kemampuan akomodasi lensa berkurang yang berhubungan dengan proses penuaan. Kondisi ini biasanya terjadi pada usia lebih dari 40 tahun. Tandanya adalah kesulitan membaca dan melakukan pekerjaan dekat, seperti memasukkan benang ke lubang jarum. Tanda-tanda penuaan seperti ini bisa ditolong dengan kacamata plus.

Perbandingan refraksi pada mata normal dan presbiopia. (Google: Web MD, 2011)

Salah satu solusi yang bisa diambil untuk mengatasi gangguan refraksi tersebut adalah dengan menggunakan kacamata. Tidak hanya membantu mengoreksi pandangan, kacamata juga membantu mengurangi keluhan akibat kelelahan mata dan pusing. Pada anak-anak, penundaan pemberian kacamata dapat menimbulkan mata malas. Retina matanya tidak terlatih sehingga penglihatannya tetap tidak baik walaupun sudah memakai kacamata, lensa kontak, bahkan operasi. Kelainan refraksi dapat berubah-ubah, terutama pada masa pertumbuhan. Kondisinya menjadi relatif stabil saat usia lebih dari 18-20 tahun. Karenanya penting untuk melakukan pemeriksaan mata secara berkala agar perubahan kelainan refraksi dapat segera terdeteksi. FOTO : IST

2015

4

61


MODEL : DEVINA MARTINA SWANTARA, DEVINA GABRIELLA

FIND

62

YOUR PERFECT FRAMES

4

2015

FASHION & MODE

EFLORESENSI


Buat Anda yang berkacamata, selain memastikan ukuran lensa tepat sesuai kebutuhan, luangkan waktu lebih untuk memilih frame sesuai bentuk wajah.

Frame dengan bentuk dan ukuran yang tepat tidak saja nyaman digunakan tapi juga bisa membantu mengoreksi kekurangan di wajah. Berkacamata pun bukan halangan lagi bagi Anda untuk tetap tampil stylish.

FOTO : IST

2015

4

63


MODEL : TIARA FADILA

FASHION & MODE

EFLORESENSI

WAJAH BUNDAR Pilih frame berbentuk oval, persegi atau kotak dengan lensa yang sedikit lebih lebar. Bentuk frame seperti ini akan membuat wajah terlihat panjang dan berdimensi.

64

4

2015


WAJAH PERSEGI

MODEL : DEVINA MARTINA SWANTARA

Untuk pemilik wajah dengan rahang yang kokoh, sebaiknya berburu kacamata dengan sudut melengkung (oval atau bulat) yang akan membantu menyamarkan bentuk rahang.

WAJAH SEGITIGA

MODEL : ANISHA CALLISTA PRAKOESWA

Wajah segitiga memiliki bagian dahi yang sempit namun melebar pada daerah rahang dan pipi. Kenakan kacamata dengan pinggiran yang tebal serta melebar ke atas (cat-eye). Bentuk kacamata seperti ini dapat menyeimbangkan sisi atas wajah dengan bawah.

2015

4

65


MODEL : RANIA BASWEDAN

FASHION & MODE

EFLORESENSI

WAJAH HATI Bingkai yang ramping akan sangat cocok bagi pemilik wajah dengan dahi lebar dan dagu yang meruncing. Pilihlah frame dan lensa yang melebar ke bawah untuk menyamarkan tulang pipi, atau Anda juga bisa memakai kacamata tanpa bingkai (frame less glasses) yang memberi kesan simple.

WAJAH LONJONG/PANJANG Pemilik wajah lonjong atau biasa disebut oblong, biasanya mempunyai garis pipi yang lurus dan lebih panjang dari lebar wajah. Pilihlah frame tebal berbentuk kotak yang melebar kesamping untuk menguatkan karakter pada wajah dan membuat kesan wajah terlihat lebih pendek.

66

4

2015


WAJAH OVAL Wajah dengan bentuk bulat telur adalah bentuk wajah yang sempurna. Berbahagialah yang memiliki bentuk

MODEL : DEVINA GABRIELLA

wajah ini karena cocok menggunakan model kacamata apapun.

WARDROBE : GAUDI, GALAXY MALL LT.1 SURABAYA KACAMATA : OPTIK KLENS, JL. BARATAJAYA IX - 54C SURABAYA LOKASI : THE LOCALIST, JL. ARIEF RAHMAN HAKIM 40 SURABAYA NASKAH : ARMANTO SIDOHUTOMO, dr., Sp.M(K) FOTO : DIMAS PRAWIRA

2015

4

67


68

4

2015

TRAVEL

SITOKIN


Liburan Ala ‘80an di

LABUAN FOTO : FLORESDISCOVERY

BAJO

Alumni FK Unair angkatan 80 kali ini memilih untuk mengadakan tour Labuan Bajo selama 3 hari 2 malam bersama keluarga. Liburan ala angkatan ‘80an tersebut diawali dengan perjalanan udara dari Surabaya menuju Denpasar dan dilanjutkan menuju Labuan Bajo selama satu setengah jam menggunakan pesawat baling-baling. 2015

4

69


TRAVEL

SITOKIN

Peringatan 17 Agustus dipimpin komandan upacara Tri Ningsih, dr. dan inspektur upacara Ery Gautama, dr.

Segera kami menyiapkan peralatan snorkel untuk menikmati keindahan bawah laut di pulau tidak berpenghuni dengan pantai berpasir putih ini. Puas menikmati pesona alam Pulau Kelor, kami kembali melanjutkan perjalanan menuju Pulau Kalong.

MENYAPA JUTAAN KALONG

S

esampai di bandara Komodo, Labuan Bajo, kami sempatkan untuk berfoto dengan berlatar belakang pesawat baling-baling. Waktu sudah menunjukkan pukul 14.00 WITA, kami pun bergegas menuju pelabuhan tempat kapal yang akan membawa rombongan mengunjungi pulau-pulau yang ada di kepulauan Barat Flores. Pulau pertama yang dikunjungi adalah Pulau Kelor, hanya dibutuhkan 30 menit perjalanan dari Labuan Bajo.

70

4

2015

Kapal tiba di perairan dekat Pulau Kalong pukul 17.30 WITA. Langit pun berangsur temaram, menemani kami yang tak sabar menunggu matahari terbenam untuk melihat jutaan kelelawar ke­ luar dari sarang yang berada di Pulau Kalong untuk mencari makan. Pukul 18.30 WITA perjalanan dilanjutkan menuju Pulau Rinca yang memakan waktu 3 jam. Kapal kami berhenti di perairan Pulau Rinca untuk bermalam di atas kapal, karena keesokan paginya kami akan tracking di Loh Buaya, Taman Nasional Komodo. Loh Buaya adalah salah satu tempat kunjungan wisata di Pulau Rinca. Terdapat 3 pilihan jalur trek yang disediakan. Short selama 1 jam, medium selama 11/2 jam, dan long selama 2 jam. Kami memilih jalur trek medium dengan pendamping ranger. Dalam perjalanan, kami disuguhi dengan pemandangan padang savana yang indah serta satwa liar seperti komodo, monyet ekor panjang, rusa timor, kerbau liar, dan berbagai jenis burung.

PESONA TIGA TELUK

Dari Loh Buaya, petualangan berlanjut menuju Pulau Padar. Pulau ini terletak di antara Pulau Rinca dan Pulau Komodo.


Air laut yang jernih, terumbu karang yang cantik, dan beraneka ragam ikan menyapa saat kami terjun ke dalam air.

Pemandangan 3 teluk yang saling berhadapan menjadi pesona yang membuat Pulau Padar, diburu wisatawan. Untuk menikmati pemandangan yang luar biasa indah tersebut, kami harus mendaki bukit yang paling tinggi. Meski demikian, peluh dan lelah mendaki bukit pun terbayar lunas saat kami sampai di puncak bukit dan dimanjakan oleh lansekap alam Padar yang begitu memukau. Puas tracking di Pulau Rinca dan Pulau Padar, kami lanjut ber-snorkeling di Pink Beach yang berada di kawasan Pulau Komodo. Pemandangan bawah laut pink beach ternyata jauh lebih indah dari Pulau Kelor. Air laut yang jernih, terumbu karang yang cantik, dan beraneka ragam ikan menyapa saat kami terjun ke dalam air. Tidak terasa kami bermain air selama 2 jam, kami memutuskan untuk kembali ke kapal dan melanjutkan perjalanan pulang menuju

Labuan Bajo, dan menginap di hotel.

REFLEKSI KEINDAHAN BATU CERMIN

Hari ketiga pada tour Labuan Bajo kami bertepatan dengan hari kemerdekaan yaitu tanggal 17 Agustus. Setelah sarapan, kami melakukan simulasi upacara bendera sederhana dengan baju nuansa merah putih di pantai depan hotel kami menginap. Upacara dipimpin oleh komandan upacara dr. Tri Ningsih dan inspektur upacara dr. Ery Gautama. Karena waktu yang singkat, kami segera melakukan kunjungan wisata yang terakhir, yaitu Batu Cermin. Batu Cermin adalah gua atau terowongan yang terdapat di bukit batu yang gelap. Gua ini dinamakan Batu Cermin karena saat tengah hari, sinar matahari masuk melalui celah dinding atas gua, dan memantulkan ke dinding

gua sehingga mereflesikkan cahaya pada area gua yang lain sehingga terlihat seperti cermin. Liburan tentu tidak lengkap tanpa oleh-oleh. Kami pun mampir ke toko oleh-oleh di depan bandara Komodo. Ada kain tenun, baju, tas, tempelan kulkas, gantungan kunci yang bertuliskan atau bergambar Pulau Komodo. Setelah puas berbelanja, rombongan menuju ke bandara dan melakukan perjalanan pulang ke Surabaya. Terima kasih kepada rombongan tour Labuan Bajo FK Unair Angkatan 80 “Solidarity Forever,” terima kasih kepada Artravel Tour Surabaya, dan terima kasih kepada awak kapal “Bintang Timur”. NASKAH : RARAS DHIKA PARAMASTRI FOTO : DOKUMEN PRIBADI

2015

4

71


POJOK KENANGAN

KORPUS ALIENUM

Wahyudi Koencoro, dr.

DOKTER PENAKUT DIKIRA PEMBERANI Kisahnya, hari pertama datang ke Puskesmas yang kebetulan terletak tepat di pinggir Sungai Barito, sungai terbesar di Kalimantan. Dengan diantar Kadinkes, sekitar pukul 13.30 siang sampai Puskesmas dan ditunjukkan bahwa saya akan menempati rumah dinas (Rumdin) yang notabene sudah tidak ditempati sekitar setahun.

R

umdin itu terbuat dari kayu dengan lantai kayu yang dicelahcelahnya tumbuh rumput menjalar, dan masuk sampai ke dalam kamar. Perawat yang mendampingi sempat menawari saya tidur di rumahnya dulu, sembari menunggu rumah disiapkan besok.Tapi saya menolak tawaran baiknya dan memilih tidur di Rumdin. Saya mengangkat satu kasur dari ruang rawat inap, membersihkan kamar dari rumput menjalar, dan memasang perlak di lantai ala kadarnya, supaya malam ini bisa merebahkan diri. Malam menjelang, suara mesin tempel perahu yang lalu lalang di sungai Barito mejadi

72

4

2015

pembunuh sepi. Malam semakin larut, suasana pun semakin sepi dan cukup membuat hati kecut . Sampai jam 12 malam, mata masih belum terpejam. Tak disangka mulai terdengar suara seperti orang memukul kayu, menggergaji, dan memalu paku. “Ahhhh.. masih ada teman,” batin saya. Esoknya berlalu begitu saja, sama dengan hari pertama, pun demikian dengan hari-hari berikutnya. Bertahap saya mulai upgrade kelengkapan rumah. Masuk minggu ketiga, mulai ada TV sebagai teman. Suatu malam perawat menginap di Rumdin dan kita ngobrol ngalor ngidul sampai malam. Seperti biasa, suara ramai orang bekerja mulai terdengar. Saya pun bertanya,

“Orang-orang disini kok rajin ya Mas, malam-malam begini masih kerja?” Perawat pun menjelaskan, ”Suara itu bukan dari kampung manusia Dok, tapi dari kampung makhluk halus. Suara itu sebenarnya untuk menakut-nakuti. Dokter hebat nggak takut.” Dan memang di samping Rumdin, ada beberapa rumah kosong dan bekas penggilingan padi yang dikenal angker oleh masyarakat sekitar. Rupanya sudah salah paham, niatan makhluk halus menakut-nakuti, malah saya anggap sebagai teman membunuh sepi. NASKAH : WAHYUDI KOENCORO, dr. FOTO : DOKUMEN PRIBADI


Intan Andaru, dr.

HARI-HARI DI HALMAHERA Ada lebih dari 30 puskesmas yang berada di Halmahera Selatan, saya sediri, bertugas di Puskesmas Maffa, Gane Timur di Pulau Halmahera. Banyak juga yang bertugas di pulau-pulau lain seperti kepulauan Kayoa, Bacan, Obi, dan lain-lain.

A

da beberapa teman-teman sejawat saya yang satu ang­katan dari FK Unair, seperti Arina Kartika, Rahmat Haryanto, Arinald F.Manoppo, Danu Prasetyo, dan dokter gigi Astari Putri. Kami mengambil masa tugas satu tahun, beberapa ada yang dua tahun. Perbedaan suku, bahasa, dan kebiasaan antara masyarakat di Gane Timur, Halmahera Selatan, dengan kami para dokter PTT tentu menumpuk banyak cerita. Seperti hari itu, saya sedang memanggil-manggil pasien saya yang tertulis Angel berkalikali. Tapi tak ada yang menyahut. Saya diam. Lalu tak lama ada seorang ibu datang menanyakan kok anaknya tidak dipanggil-panggil. Ketika saya tanya siapa namanya dia jawab, “Angel”. Aduh... Jadi garuk-garuk kepala, nama Angel yang benar-benar dibaca Angel, bukan Enjel seperti cara saya yang memanggilnya sejak tadi. Sejak

saat itu kalau ada nama kebarat-baratan saya selalu memakai ejaan Indonesia dan ejaan English. Michael, jadi Maikel dan Mikael. Kebiasaan masyarakat yang unik juga sering saya dapati, misal cara mereka memanggil kami para petugas Puskesmas. Semua perugas wanita, dari perawat, bidan, sampai cleaning service akan dipanggilnya Bu Bidan, dan bila lakilaki dipanggil Pak Mantri. Nah beruntung kami para dokter sudah dikenal sebagai dokter baik perempuan atau lelaki. Tapi, yang tidak enak di telinga adalah entah berjenis kelamin apapun si dokter, kebanyakan mereka masih memanggil Pak Dok (Mungkin karena dulu hampir semua dokter lelaki). Saya pernah membiasakan mereka untuk memanggil kami dengan benar. “Pak saya kan perempuan, masak dipanggil Pak Dok.” tanya saya pada salah satu pasien.

Beliau mengangguk, “Oh Maaf. Baik, Bu Pak Dok.” Yah.. tetap saja. Masih dipanggil Pak. Sepertinya kebiasaan manggil Pak Dok sudah tidak bisa diubah. Ehehe.. Ada lagi kebiasaan unik orang sini, jadi kami para dokter harus jeli dalam anamnesis. Saya pernah memberikan obat NSAID ke pasien yang mengeluh sakit haid. Lalu saya bilang, “Sudah sarapan kan? Diminum saja obatnya.” “Saya belum sarapan, Dok.” “Lah, ya udah sarapan dulu, Ibu.” “Tapi tak ada ikan, tadi saya cuma makan nasi dengan telur saja.” Jadi sejak saat itu saya tahu ternyata mereka belum merasa makan kalau belum makan ikan. Mau makan nasi dua piring pun dibilang belum makan. NASKAH : INTAN ANDARU, dr. FOTO : DOKUMEN PRIBADI

2015

4

73


OPINI

KAPITA SELEKTA

Tantangan Dokter

GENERASI MUDA "The doctor of the future will give no medicine, but will instruct his patients in care of the human frame, in diet and in the cause and prevention of disease." Demikian Thomas Edison menggambarkan tugas profesional dokter di masa depan. Pertanyaannya, sudahkah kita berada di masa itu?

Dr. Cita Rosita Sigit Prakoeswa, dr., Sp.KK(K), FINSDV, FAADV

M

endiskusikan topik dokter dan generasi muda adalah aktivitas yang menarik, sama menariknya dengan membahas sisi positif dan negatif generasi muda dari sudut pandang generasi tua. Fakta yang menunjukkan bahwa masih besarnya minat generasi muda yang ingin menjadi dokter ber­ tolak belakang dengan fakta yang mengung­kapkan kesulitan di lapangan saat sudah menjadi dokter – semuanya memancing kita untuk bertanya bagaimana nasib dokter di masa depan. Tetapi, sebesar apapun perubahan lingkungan nantinya, profesi dokter masih dijadikan pilihan karena diakui sebagai profesi mulia yang harus dijunjung dan dikawal agar senantiasa mulia. Tidak dapat disanggah bahwa yang dimaksud dengan dokter yang kompeten adalah dokter yang terampil dalam pelayanan klinik, dalam menerapkan dasar ilmu biomedik, ilmu klinik, ilmu perilaku, dan epidemiologi selagi melaksanakan praktik kedokteran. Selain itu, ia juga harus terampil dalam mengelola masalah kesehatan individu/ keluarga/masyarakat secara komprehensif, holistik, berkesinambungan, terkoordinasi, dan mampu bekerja sama dalam tim. Seorang dokter juga dituntut harus mampu mengelola, memanfaatkan, dan menilai secara kritis gelombang informasi. Bersedia mengembangkan diri, mampu mawas diri serta menjunjung tinggi etika, nilai moral, dan profesionalisme. Di atas semua itu, dokter juga harus terampil dalam berkomunikasi. Yang menjadi masalah, kondisi lingkungan di masa depan bisa sangat unpredictable, dan kondisi itu akan memengaruhi persepsi kita semua tentang etika, moral, dan profesionalisme itu sendiri. Belum lagi masalah karakter generasi yang menyandang profesi dokter yang juga berubah seiring waktu. Bila menyimak ulasan Don Tapscott dalam bukunya Grown Up Digital, saat ini sedang terjadi pergeseran dominasi dari Generasi X yang lahir antara tahun 1960-1981 yang bercirikan kepribadian optimis, percaya diri, memprioritaskan keseimbangan hidup daripada kekayaan dan memiliki tanggung jawab sosial, ke Generasi Y yang

74

4

2015

lahir antara tahun 1982-2001 dan dibesarkan dalam era teknologi canggih, gerak cepat, fleksibilitas dan efisiensi kerja, serta berkarakter individualistik namun berpikir mandiri. Ini berarti akan ada 2 sifat yang bertolak belakang untuk profesi dokter pada dokter generasi mendatang: individualistik dan kemandirian dalam berfikir, di satu sisi seorang dokter tidak boleh individualistik dan di sisi lain harus bertindak cepat dan berpikir mandiri. Fakta yang ada sekarang, kewajiban bertran­ sformasi dari kerja individu menjadi kerja tim, seiring dengan kewajiban bertransformasi dari praktik pribadi menjadi praktik institusi publik, belum dilaksanakan dengan baik. Kewajiban tersebut adalah jawaban untuk menghadapi era transfor­masi pelayanan kesehatan dari era agroculture-industry menuju era information-knowledge. Ironisnya, para dokter generasi muda di Indonesia saat ini sedang menghadapi kecenderungan semakin hilangnya peran negara dalam menjaga kemandirian pelayanan kesehatan dan ketidaksiapan negara dalam membangun sumberdaya kesehatan yang tangguh dan menguasai teknologi tinggi. Dengan segala kelebihan dan kekurangannya, para dokter generasi muda harus mampu menjawab tantangan yang mendasar, yaitu: “Mampukah tetap memproduksi layanan kesehatan prima (outstanding care) yang berfokus pasien, yang mengedepankan mutu dan keselamatan pasien?” Sedangkan layanan kesehatan prima (outstanding care) akan menjadi nyata dengan dukungan kualitas pendidikan, riset, struktur organisasi, dan program yang baik. Tentu saja tidak mudah bagi para dokter generasi muda melawan kecenderungan alamiah generasinya untuk menjadi semakin individualistik. Tidak ada pilihan lain bagi dokter generasi muda, selain membangun tim yang kompak, berorientasi kuat pada semangat pengabdian, serta berpikir dan bekerja keras untuk mengejar ketertinggalan teknologi. Wahai generasi muda, kalian pasti bisa! Jangan berharap orang lain yang akan membuat lingkungan hidup kita menjadi semakin baik, berharaplah dari diri kita sendiri. Selamat berjuang!


Catatan Editor Redaksi menerima tulisan berupa artikel, opini, laporan perjalanan (hobi, travelling, kuliner) yang sesuai dengan visi dan misi majalah ‘dokter’. Setiap naskah sebaiknya disertai dengan foto atau ilustrasi penunjang. Naskah diketik dalam MS-Word format RTF, panjang naskah 1.000 -1.500 kata. Pembaca juga dapat menyampaikan saran dan kritik tentang content rubrikasi, maupun seputar kegiatan yang berkaitan dengan majalah ‘dokter’. Saran dan kritik terbaik akan dimuat pada Rubrik Surat Pembaca yang akan hadir rutin mulai edisi mendatang.

Informasi Pemasangan Iklan HERU : +62 852-3075-9500 HENRY : +62 896-8627-0561 www.majalahdokter.com

PICK UP POINT

majalahdokter @majalahdokter

Platinum Residence B-8 Sedati Sidoarjo Telp. 031- 8013487, Fax. 031-8013437 email : intrasiar.promosi@yahoo.co.id

Juanda Bussines Center B-4 Sidoarjo Graha Pena Lantai 2 Jl. Ahmad Yani 88 Surabaya

Perum Bumi Mangli Indah C-2 Jember

Naskah dikirim via email ke:

redaksi.dokter@yahoo.com Redaksi berhak mengedit setiap naskah yang layak dimuat tanpa mengubah isi yang dimaksud penulis.

Jl. Raya Jemursari 12 Surabaya

The Terrace BI TT/3-5, PTC Jl. Puncak Indah Lontar 2 Surabaya

RSUD Dr. Soetomo Jl. Mayjen. Prof. Dr. Moestopo 6-8 Surabaya Telp. 031-5501011 - 13, Fax. 031-5022068

2015

4

75


76

4

2015


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.