MailBOX
http://www.majalahrevieweekly.com Pemimpin UMUM: Bambang Aji setiady
Kirimkan surat pembaca Anda ke alamat: Redaksi Majalah Review Weekly, Pertokoan Golden Road, Blok C27 No. 67, BSD - Tangerang Selatan 15320 Email: redaksi.majalahreviewweekly.com
Pemimpin redaksi: budi kusumah
menggunakan teknologi China. Proyek ini banyak menggunakan energi batu bara. Itulah sebabnya, jika proyek 35.000 megawatt bernasib sama seperti pendahulunya, masyarakat dan industriawan akan kembali kecewa. Lupakan saja pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan, bila masalah krisis listrik saja tidak dapat dipecahkan. Dwijo Jalan Tebet Raya, Jakarta Selatan Cover: erbhayu
Teknologi China dan Listrik 35.000 MW Salah satu indikator kemajuan suatu bangsa adalah jika elektrifikasi per kapitanya mencapai 800 megawatt. Bagaimana dengan Indonesia? Masih jauh. Elektrifikasi per kapita Indonesia hanya 210 megawatt. Di antara negara-negara ASEAN, Indonesia berada di peringkat ke-6, di bawah Vitenam. Kalau dibandingkan dengan China yang mencapai 875 watt, jelas Indonesia jauh tertinggal. Jangan Anda bandingkan lagi dengan negara maju, bisa-bisa sakitnya tuh di sini. Makanya, pembangunan pembangkit listrik baru mutlak diperlukan untuk kemajuan bangsa. Bagaimana mau meningkatkan industri, kalau listrik saja susah didapat? Generasi muda juga akan mengalami kesulitan untuk menjadi orang pintar, karena minimnya ketersedian listrik di Tanah Air. Tentu saja, Indonesia tidak boleh asal membangun pembangkit listrik. Pemilihan teknologi dan sumber energinya harus tepat. Kita tentu tak menginginkan pemilihan teknologi dan energi seperti zaman Orde Baru, yang kerap mengadopsi kepentingan orang-orang tertentu. Karena itu, jadi aneh rasanya kalau pembangunan pembangkit listrik baru sebesar 35.000 megawatt yang dipilih adalah teknologi dari China. Sebab, bukan apa-apa, kegagalan pembangunan pembangkit listrik 10.000 megawat tahap I dan II karena
4
Redaktur Eksekutif: latihono sujantyo Redaktur: ratna nuraini, sri wulandari, kukuh bhimo nugroho reporter: Setyo Adhi Nugroho, Gading Putra redaktur foto: dahlan rebo pahing REDAKTUR DESAIN: erbhayu prananta Desain & layout: ade moh sofyan
unit usaha pemimpin perusahaan: Bambang Aji setiady marketing: Arief Nazarudin, Celline Agatha
Menyoroti BPJS Kesehatan
alamat redaksi dan usaha: Pertokoan Golden Road, Blok C27 No. 67, BSD, Tangerang Selatan, BANTEN 15320 Telp: 021-538 3063
Sudah hampir 1,5 tahun Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan digulirkan, tapi penyelenggara layanan sosial untuk masyarakat ini masih amburadul. Keluhan tentang layanan BPJS Kesehatan, cukup beragam. Mulai dari layanan rumah sakit tak sesuai standar, birokrasi, ketersediaan obat sampai kepesertaan. Seorang tetangga saya menceritakan pengalamannya ketika berobat ke rumah sakit. Dulu, sewaktu ada Askes, dia bisa menebus obat untuk jangka waktu sebulan. Namun setelah Askes meleburkan diri ke BPJS, obat yang diberikan hanya cukup untuk seminggu. “Untuk menebus obat, prosesnya juga cukup merepotkan dan menyita waktu,� katanya. Selain itu, BPJS mencabut sejumlah layanan pemeriksaan kesehatan. Padahal, ketika masih ada Askes, layanan pemeriksaan kesehatannya cukup luas. Penderita gagal ginjal, misalnya, perlu melakukan cuci darah yang biayanya cukup mahal. Namun dengan Askes, pesertanya bisa menjalani cuci darah secara gratis. Setelah berganti BPJS Kesehatan, prosedur cuci darah cukup berbelit. Demikian pula penderita kanker yang harus mengonsumsi obat pencegah kanker seumur hidup, mengeluhkan pembatasan obat oleh BPJS Kesehatan. Akibatnya, banyak peserta BPJS yang kecewa, khususnya yang berasal dari peserta Askes. Mereka kebanyakan adalah pensiunan atau lanjut usia. Ini hendaknya jadi perhatian serius dari pemerintah dan manajemen BPJS Kesehatan.
Saat ini, ada gejala yang muncul di masyarakat bahwa kepercayaan mereka terhadap partai politik mulai terkikis. Kondisi tersebut semakin menguat, karena masyarakat menilai partai politik tidak bermanfaat positif untuk perbaikan kehidupan bangsa dan negara. Mereka beranggapan partai politik merusak tatanan hukum dan demokrasi serta menciptakan kondisi politik yang tidak beraturan. Selain itu, terjadi korupsi yang merajalela. Korupsi di negeri ini semakin parah dan sistemik. Bukan hanya merambah ke pelosok daerah, tetapi yang paling menyedihkan karena korupsi semakin liar di kalangan parlemen. Masyarakat juga disuguhkan kehidupan yang jauh dari harmonis dan seimbang. Sebagai warga negara yang baik, tentu saja saya sangat prihatin. Negeri ini harus dimerdekakan dari perilaku korup. Semua komponen bangsa harus bersatu memerangi korupsi dan memakmurkan bangsa ini.
Anisyah Jalan Manggis, Kodam Bintaro Jakarta Selatan
Hardiman Jatayu, Gandaria Jakarta Selatan
penerbit: PT INDOPUBLIK MANDIRI
SuratMingguini
Perangi Korupsi
reviewweekly 07 Tahun V | 5-11 Oktober 2015
Membangun Kemitraan, Memberdayakan Komunitas Para siswa terus belajar dan menyiapkan diri masuk ke dunia kerja, termasuk anak-anak kami. Karenanya, kami berupaya sekuat tenaga untuk dapat menyediakan pelatihan dan memajukan pendidikan di Indonesia. Dengan kemitraaan yang dibangun bersama Pemerintah, LSM dan masyarakat, kami telah mendirikan dua Politeknik di Riau dan Aceh. Kemitraan tersebut kami lakukan untuk mengembangkan kurikulum dan meningkatkan kemampuan para pengajar. Setiap tahun, ratusan siswa lulus dan siap menjadi tenaga terampil – membantu memberdayakan komunitas dimana mereka berada. Kemajuan pendidikan adalah kepedulian semua. Termasuk kami.
Informasi selengkapnya tersedia di www.ChevronIndonesia.com
reviewweekly 07 Tahun V | 5-11 Oktober 2015
Contents
headline LaporanUtama 9 BADAI PHK Badai PHK mulai menerjang pekerja di berbagai sektor usaha, sebagai akibat melambatnya pertumbuhan ekonomi dan ambruknya nilai rupiah terhadap dolar AS.
Bisnis
Makro
18 Hanggar Terbesar Garuda Garuda membangun hanggar terbesar
30 Permintaan Sang Presiden
di dunia dengan biaya Rp 879,3 miliar. Diperkirakan, dari hanggar tersebut akan meraup revenue sebesar US$ 300 juta.
Presiden Jokowi meminta agar harga BBM premium diturunkan. Padahal Menteri ESDM baru saja pastikan harga tetap.
32 Dua Menteri di Blok Masela 33 Tahun Sulit Para Pedagang 20 TPPI di Tangan Pertamina 21 Supaya Besar dan Kuat 22 Terguncang Skandal
Sisipan 24 Bom Waktu Di Ujung Negeri
Wajah sebagian orang Jakarta mendadak pucat pasi. Gedung-gedung pencakar langit di kota metropolitan awal pekan lalu diselimuti kabut tebal. Kekhawatiran teror asap menjangkau Jakarta pun merebak.
34 Insentif untuk Investor Kilang
Keuangan 36 Memanggil Si Anak Hilang Kegemaran menyimpan uang di luar negeri masih tinggi, sekali pun ada keharusan menyimpan DHE di bank dalam negeri. Macam-macam cara dilakukan untuk menariknya kembali.
38 Pamornya Mulai Meredup
Pasar Modal 42 Siap-Siap, Pembalikan Arah Indeks diperkirakan bakal menguat di pekan ini. Paling tidak, akhir tahun akan kembali ke level 5.000.
44 Saham CPO Mulai Encer
reviewweekly 07 Tahun V | 5-11 Oktober 2015
SISIPAN
RP 25 TRILIUN PAJAK BATU BARA RAIB
ARAB SAUDI MENGEJAR BISNIS
PRABOWO MENANG
SI MANIS YANG MENGGEROGOTI DUNIA
®
1-7 JULI 2013 MAJALAH EKONOMI & BISNIS
44 » TAHUN II RP 20.000
editorial Duh Rupiah
P
emerintah kita, rupanya, belum mempunyai jurus yang ampuh untuk meredam amukan dolar Amerika. Lihat saja, buktinya. Sudah dua jilid paket deregulasi ekonomi diluncurkan, nilai tukar rupiah tetap melemah. Malah, belakangan anjlok mendekati angka psikologis yang ditakutkan banyak orang, Rp 15.000/ US$. Banyak faktor yang membuat nilai tukar mata uang rupiah jungkir-balik seperti itu. Dari internal jelas, neraca transaksi berjalan kita dari tahun ke tahun mengalami defisit. Yang kedua, neraca perdagangan kita beberapa tahun sebelum ini cenderung mengalami defisit, walaupun tahun ini sudah mulai positif. Masalahnya, walaupun neraca perdagangannya positif tetapi devisanya tidak masuk di dalam negeri. Para eksportit memarkir devisa miliknya di bank luar negeri. Itulah yang menyebabkan Jokowi dalam paket kebijakan jilid II-nya membebaskan pajak deposito bagi eksportir. Diharapkan, dengan iming-iming itu mereka mau menukarkan membawa dolar hasil ekspornya ke dalam negeri. Kondisi itu diperburuk oleh peningkatan permintaan dolar Amerika Serikat untuk keperluan impor dan bayar utang. Seperti diketahui, sebagian besar utang swasta yang totalnya US$ 167 miliar, sebagian besar tidak di-hedge (tidak dilindungi nilainya). Sehingga, mereka panik ketika terjadi kenaikan doar. Sementera itu, faktor luar yang juga ikut menekan nilai tukar mata uang garuda adalah belum pastinya kapan The Fed akan meningkatkan bunga acuannya. Belum lagi data manufaktur China yang mengalami penurunan serta proyeksi pertumbuhan ekonomi pada tahun ini yang juga masih melambat, menambah sentimen negatif bagi mata uang rupiah. Makanya, sentimen
8
deflasi yang baru diumumkan Badan Pusat Statistik (0,05%) tidak direspon pasar. Dan perekonomian, tetap berjalan di jalur lambat. Para importir juga masih ragu-ragu membuat kontrak baru, setelah sebelumnya terpaksa merevisi perjanjian dagang akibat berfluktuasinya terus dengan kecenderungan naik nilai tukar dolar AS terhadap rupiah. Kesulitan mereka bertambah karena selain akibat lonjakan nilai tukar dolar AS juga karena daya beli masyarakat sedang melemah. Nah, kalau bicara daya beli yang melemah, artinya produksi pun jadi menurun. Dan ujung-ujungnya PHK jadi penyakit yang menakutkan. Konfederasi Serikat Pekerja Seluruh Indonesia (KSPSI) mencatat ada 62.331 orang kena PHK selama 2015. Sebenarnya, PHK sudah terjadi sejak nilai tukar menginjak Rp 13.000 per dolar. Jadi tak heran, ketika sudah mencapai di atas Rp 14.000 semakin banyak saja yang kehilangan pekerjaan. Diduga, untuk tahun ini PHK akan mencapai angka 100 ribu pekerja. Sialnya lagi, kali ini PHK juga melanda ladang-ladang migas karena turunnya harga minyak dunia. Maka dengan demikian, lengkaplah penderitaan kita. Orang miskin jadi bertambah banyak. Hingga Maret 2015 saja, BPS mencatat jumlah penduduk miskin mencapai 28,59 juta jiwa. Selama September 2014-Maret 2015, lahir 860 ribu rakyat miskin baru. Jadi berapa sekarang jumlahnya? Entahlah. Yang pasti, akan bertambah banyak. n bk
reviewweekly 07 Tahun V | 5-11 Oktober 2015
Badai PHK mulai menerjang pekerja di berbagai sektor usaha, sebagai akibat melambatnya pertumbuhan ekonomi dan ambruknya nilai rupiah terhadap dolar AS. TEKS Latihono Sujantyo dan Kukuh Bhimo Nugroho Foto Dahlan Rp, Riset
reviewweekly 07 Tahun V | 5-11 Oktober 2015
9
Antrean di bursa kerja: Pengangguran bertambah.
A
da yang tak biasa di bulan September lalu. Sepanjang bulan itu, tercatat 210.000 pekerja mendatangi berbagai kantor Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Ketenagakerjaan di Indonesia. Tujuannya, mencairkan dana jaminan hari tua (JHT). Mereka yang datang ke kantor BPJS Ketenagakerjaan itu umumnya yang berhenti bekerja dan yang terkena pemutusan hubungan kerja (PHK). “Ada sekitar 27.000 yang dikategorikan PHK,” ungkap Hariyadi Sukamdani, Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo), Selasa pekan lalu. Khusus di bulan September 2015, pencairan dana JHT naik sampai 60% dibandingkan bulan sebelumnya. Menurut Direktur Utama BPJS Ketenagakerjaan Elvyn G. Masassya, pencairan dana JHT BPJS Ketenagakerjaan di bulan itu menembus Rp 1,6 triliun. “Paling dominan yang melakukan penarikan JHT karena pekerja yang terkena PHK,” kata Elvyn. Itu angka yang tercatat di BPJS Ketenagakerjaan. Kalau mau ditelusuri ke lapangan, angka pekerja yang terkena PHK kemungkinan besar bisa membengkak sebagai imbas dari pelemahan pertumbuhan ekonomi dan ambruknya nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat. Di Cimahi, Jawa Barat, sejak tiga bulan ini sejumlah perusahaan tekstil dan garmen mulai mengurangi jumlah pegawainya, baik berupa PHK maupun penghentian kontrak. Menurut data Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Jawa Barat, saat ini di Cimahi sudah terjadi PHK terhadap sekitar 850 pegawai tekstil dan garmen. Di seluruh Jawa Barat jumlahnya bahkan sudah mencapai 6.000-7.000 pegawai.
10
Ketua Apindo Jawa Barat Dedy Widjaja mengatakan, PHK terjadi karena pabrik tutup dan pengurangan produksi besarbesaran akibat kondisi ekonomi saat ini. “Pembeli dari dalam negeri tidak ada. Kami terpaksa ekspor. Tapi kami tidak berdaya mengatur harga internasional,” tutur Dedy. Tak hanya sektor tekstil dan garmen yang melakukan PHK. Sektor usaha lain yang terpaksa merumahkan karyawannya adalah alas kaki, pertambangan, jasa minyak dan gas, semen, dan otomotif. Data Asosiasi Persepatuan Indonesia (Aprisindo) mengungkapkan, sejak Januari 2015, industri sepatu Indonesia telah melakukan PHK secara bertahap terhadap 11.000 buruh mereka. Sektor pertambangan lebih parah lagi. Bisnis di sektor ini pada kuartal I-2015 sampai minus 2,32%. Akibatnya, mereka melakukan PHK terhadap ratusan ribu pekerjanya. Asosiasi Pertambangan Batubara Indonesia (APBI) menyebutkan, jumlah pekerja di sektor tambang batubara sudah berkurang setengah atau sekitar 400.000-500.000 orang dari total pekerja sekitar 1 juta orang. PHK di industri ini terjadi karena perusahaan mengurangi volume produksi demi meminimalisir kerugian akibat merosotnya harga batu bara di dunia. “Langkah efesiensi sulit dilakukan, makanya banyak karyawan dirumahkan,” kata Pandu P. Sjahrir, Ketua Umum APBI. Industri semen pun tak kalah memprihatinkan. Beberapa waktu lalu, PT Indocement Tbk terpaksa melakukan PHK terhadap sejumlah karyawannya karena turunnya produksi. Corporate Social Responsibility (CSR) Management PT Indocement, Aditya Punawarman menyatakan, penurunan produksi semen,
reviewweekly 07 Tahun V | 5-11 Oktober 2015
Sektor Usaha yang Melakukan PHK l Tekstil dan garmen l Alas kaki l Pertambangan
l Jasa minyak dan gas l Semen l Otomotif
selain karena penurunan harga semen atas kebijakan pemerintah pusat sebesar Rp 7.000-Rp 10.000 per sak, juga diakibatkan masuknya semen impor dari China.
PENGANGGURAN DAN KEMISKINAN Banyaknya sektor usaha yang melakukan PHK terhadap karyawannya lantaran lemahnya daya beli masyarakat dan anjloknya harga ekspor. Itu terjadi karena perekonomian berjalan lambat. Pada kuartal II-2015 ini, perekonomian nasional hanya tumbuh 4,67%, lebih rendah dibandingkan kuartal I sebesar 4,72%. Kepala Ekonom Bank Dunia untuk Indonesia Ndiame Diop mengatakan ada tiga risiko atau hambatan utama bagi ekonomi Indonesia tahun ini. Pertama, ekonomi global terutama China. Melambatnya pertumbuhan ekonomi China memberikan dampak negatif bagi Indonesia. Sebab, dalam beberapa tahun ini China menjadi andalan utama ekspor Indonesia. Selain itu, dolar AS masih berpotensi menguat terhadap mata uang rupiah. Akibatnya, nilai barang dan jasa dalam rupiah akan lebih rendah terhadap dolar AS. Awalnya, pelemahan rupiah bisa dimanfaatkan untuk mendorong ekspor, tapi kenyataannya pertumbuhan ekspor manufaktur masih rendah. Betul, sejak bulan Mei berbagai proyek infrastruktur mulai bergerak karena uang muka proyek sudah bisa dicairkan. Saat ini, sudah 80% paket proyek yang dilelang. Meskipun begitu, para kontraktor masih menunggu pembebasan lahan untuk memulai proyek. Dalam APBN-P 2015, anggaran infrastruktur ditetapkan sebesar Rp 290 triliun. Anggaran sebesar ini termasuk proyek pembangunan listrik pedesaan, pembangunan 30 sentra per-
reviewweekly 07 Tahun V | 5-11 Oktober 2015
Tingkat Kemiskinan Maret 2015 l Pedesaan 17,94 juta orang l Perkotaan 10,65 juta orang Sumber: Badan Pusat Statistik
11
ikanan, serta rehabilitasi dan pengembangan jaringan irigasi tersier seluas 700.000 hektar. Hanya saja, realisasi belanja modal pemerintah terlihat masih minim. Kementerian Keuangan mencatat, realisasi belanja modal hingga semester I-2015 hanya Rp 30,2 triliun atau baru 11,0% dari pagu Rp 275,8 triliun. Angka ini jauh di bawah realisasi belanja modal periode sama tahun lalu. Padahal, belanja pemerintah diharapkan bisa menjadi stimulus untuk menggerakkan pertumbuhan ekonomi. Kondisi ini, lagi-lagi, akan memberi tekanan pada penerimaan pajak. Dampak yang lebih besar adalah terganggunya target pembangunan, antara lain target tingkat kemiskinan 10,3%, tingkat penggangguran 5,6%, dan rasio gini 0.40. Hingga Februari 2015 lalu saja, Badan Pusat Statistik (BPS), mencatat jumlah penganguran bertambah 300 ribu menjadi 7,45 juta. Sekarang? Pasti bertambah banyak lagi. Dampak dari sana akhirnya mengalir kepada kenaikan jumlah orang miskin. Kelompok ini lebih parah lagi, karena sebe-
lumnya telah dihantam oleh naiknya harga BBM. Hingga Maret, jumlah orang miskin bertambah menjadi 28,59 juta orang atau 11,22% dari total populasi Indonesia. Sebagai gambaran pada September 2014, jumlah penduduk miskin di Indonesia masih 27,73 juta orang atau 10,96% dari total jumlah penduduk. Artinya dalam enam bulan terakhir, jumlah penduduk miskin di negeri ini bertambah 860.000 orang. Ini salah satunya, disebabkan oleh inflasi yang tinggi akibat harga BBM. Tingkat inflasi pedesaan tercatat 4,4% selama periode September 2014-Maret 2015. Dengan kondisi itu, orang miskin di pedesaan lebih tinggi dibanding perkotaan. Kemiskinan di pedesaan pada Maret 2015 sebesar 14,21% atau 17,94 juta orang, sedangkan perkotaan sebesar 8,29% atau 10,65 juta orang. Banyak pengamat menemukakan naiknya angka kemiskinan tak lepas dari tren pelambatan ekonomi, sehingga lapangan kerja sedikit. Mereka memperkirakan dengan kondisi sekarang, hingga tahun depan angka kemiskinan cenderung naik. n
Buruh pabrik garmen: PHK tidak bisa dihindari.
12
reviewweekly 07 Tahun V | 5-11 Oktober 2015
Pabrik PT Sony Electronics Indonesia: Ditutup untuk efisiensi.
Bedol Desa Gaya Perusahaan
O
rganisasi Buruh Internasional atau ILO dalam laporan “World Employment Social Outlook� tahun 2015 menyebutkan, pengangguran Indonesia tahun ini diprediksi akan mencapai 6,1%, jauh di atas rata-rata pengangguran di Asia Tenggara hanya 4,3%. Prediksi ILO itu nampaknya kian dekat dengan kenyataan. Lihat saja laporan Badan Pusat Statistik (BPS), yang menyebutkan bahwa per Febuari 2015 angka pengangguran terbuka di Indonesia meningkat menjadi 7,45 juta atau 5,81% dari total angkatan kerja. Itu merupakan angka pengangguran tertinggi dalam 3 tahun terakhir. Ini memperjelas bahwa janji Presiden Jokowi makin jauh panggang dari api jika melihat target APBN-P 2015, yakni tingkat pengangguran dipatok sebesar 5,6% dari total angkatan kerja. Nampaknya tingginya angka pengangguran ini tidak terlepas dari sikap para buruh yang menuntut kenaikan upah secara terus-menerus. Berkaitan dengan upah, ILO dalam laporannya menyatakan bahwa upah buruh di Asia, mulai dari China hingga Indonesia, mengalami kenaikan drastis hingga nyaris dua kali lipat pada periode 2000 hingga 2011. Kenaikan upah tersebut, menurut Ekonom Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Latief Adam, berpengaruh negatif terhadap industri dalam negeri Indonesia. Apalagi, Upah Minimum Provinsi (UMP) di 23 provinsi rata-rata naik sebesar 18,41% sejak Januari 2013. Namun upah bukan merupakan kontributor utama terhadap kenaikan biaya produksi. Sebagaimana kerap dikeluhkan oleh para pengusaha, selain biaya buruh, biaya produksi terus melesat karena kenaikan harga bahan baku dan tarif listrik. Akibatnya, produsen terpaksa menaikkan harga jual yang justru membebani penyerapan pasar.
reviewweekly 07 Tahun V | 5-11 Oktober 2015
Bila dikaitkan dengan lemahnya pertumbuhan ekonomi yang berlangsung saat ini, wajar saja jika Kadin Indonesia mengingatkan bakal munculnya gelombang PHK di berbagai bidang usaha. Peringatan ini tentu saja dipicu oleh kenyataan bahwa banyak perusahaan di sektor industri padat karya yang mulai merumahkan karyawannya. Data Asosiasi Persepatuan Indonesia (Aprisindo) misalnya, sejak januari 2015 menunjukkan adanya PHK terhadap 11.000 pekerja. Laporan Asosiasi Pertambangan Batubara Indonesia (APBI) bahkan lebih menyeramkan. Jumlah pekerja di sektor ini sudah merosot sampai separuh dari total 1 juta pekerja. Menurut Deputi Bidang Statistik, Distribusi dan Jasa Badan Pusat Statistik (BPS) Sasmito Hadi Wibowo, jumlah PHK sesungguhnya tak perlu sebesar itu bila realisasi proyek infrastruktur dilakukan sesuai rencana, dan menggunakan tenaga kerja domestik secara signifikan. Sasmito tampaknya mengacu pada para kontraktor China yang kini menjadi pemain utama dalam berbagai proyek infrastruktur, terutama pembangkit listrik. Para kontraktor ini lebih suka memakai buruh yang mereka bawa sendiri dari tanah air mereka. Hal lain yang sudah puluhan tahun dikeluhkan oleh para pengusaha adalah kepastian hukum, yang belakangan kian tak menentu. Maka jangan heran kalau para investor besar hanya setengah hati membangun industri di Indonesia. Sebaliknya, tak mustahil bila akan terjadi lagi bedol desa seperti dilakukan oleh Sony Corp pada 2003. Ketika hengkang dari Indonesia jumlah karyawan Sony mencapai dari 3000 orang. Sony memindahkan semua pabriknya dari Indonesia ke Malaysia dan Thailand. n
13
Bahaya Kalau Rp 15.000 Indonesia dan Malaysia, dua negara serumpun dengan performa ekonomi terburuk di Asia. Jika salah langkah mengatasi masalah ekonomi, bom krisis bisa meledak. TEKS Latihono Sujantyo Foto Dahlan Rp, Riset
“
Banyak yang bakal gulung tikar jika dolar AS menembus Rp 15.000. Banyak yang berhenti produksi, menunda penjualan, atau bahkan diskon harga besar-besaran. Namun, akan lebih parah kalau sampai kejadian Rp 18.000. Semoga itu tak terjadi.� Kalimat itu muncul dari bibir Supriantoro, Direktur Penjualan PT Nusantara Prospekindo Sukses, yang dikutip dari Kontan. Ya, kini memang banyak orang bicara nasib rupiah kalau sampai menembus angka Rp 15.000 per dolar AS. Maklum saat ini, satu dolar AS sudah dihargai Rp 14.700, bahkan sempat me-
nyentuh Rp 14.800. Prediksi ini bukan sesuatu yang mustahil. Sebab, dalam setahun terakhir, banyak sentimen negatif yang menerpa bisnis keuangan. Selain nilai tukar rupiah yang terus melemah, tingkat suku bunga dan kredit macet juga naik serta dana panas milik asing banyak yang ke luar dari Indonesia. Sejak awal tahun hingga saat ini, rupiah sudah terdepresiasi sebanyak 17%. Ekonom LIPI, Latif Adam bilang, 10% saja rupiah melemah dalam setahun, Indonesia bisa dikatakan sudah berada di ambang krisis. Banyak hal yang membuat rupiah terkapar berhadapan dengan dolar AS. Dari eksternal, rupiah tertekan imbas depresiasi yuan terhadap dolar AS dan capital outflow karena sebagian pelaku pasar masih yakin The Fed bakal menaikkan suku bunga pada tahun ini. Dari dalam negeri, rupiah dihajar jatuh tempo utang luar luar negeri, repatriasi laba perusahaan asing, dan masih tingginya impor yang mengakibatkan transaksi berjalan (current account) digerogoti defisit. Para pebisnis juga punya andil dalam pelemahan rupiah. Sejak mata uang rupiah terjun bebas hingga menjauh dari asumsi
Nilai tukar rupiah: Di ambang krisis.
14
reviewweekly 07 Tahun V | 5-11 Oktober 2015
APBN-P 2015 sebesar Rp 12.500 per dolar AS, banyak pengusaha yang panik. Mereka memborong dolar AS karena khawatir ‘si hijau’ terus menguat terhadap rupiah. Apalagi setelah Bank Sentral China sengaja mendepresiasi yuan. Dan, gara-gara rupiah tersungkur, panic selling pun membakar bursa saham Indonesia. Bahkan, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) diramalkan bakal menyentuh level 3.800. Investor asing memang lebih khawatir dibandingkan investor domestik. Sebab, jika rupiah terkoreksi, imbal hasil mereka dalam denominasi rupiah akan turun. Inilah yang membuat investor asing lebih memilih melepas saham. Akibatnya, tanpa ada sentimen negatif dari domestik sama sekali pun, aksi jual asing jauh lebih besar dari aksi jual pemodal domestik. Selama dua belakangan ini, pasar finansial Asia memang disundut sentimen negatif yang menakutkan. Yang utama adalah rencana The Fed yang akan menaikkan suku bunga acuan sehingga dolar AS menjadi kuat. Berbarengan dengan itu, pertumbuhan ekonomi China melambat lebih awal dari perkiraan. Terakhir, Bank Sentral China memangkas nilai mata uang yuan. Mengkhawatirkan, tentu saja. Apalagi, Indonesia sedang mengalami masalah kompleks di dalam negeri. Perekonomian tumbuh melambat, daya beli masyarakat merosot, dan koordinasi antar-kementerian/lembaga begitu buruk. Belum lagi utang luar negeri yang terus membengkak—baik penambahan utang baru maupun lantaran depresiasi rupiah—sehingga semakin meyakinkan pasar bahwa ada kemungkinan besar krisis
1998 terulang. Betul, awal krisis 1998 jauh lebih parah ketimbang kondisi saat ini. Saat itu, cadangan devisa di Bank Indonesia (BI) hanya US$ 17,4 miliar. Sedangkan hingga pertengahan bulan September 2015 cadangan devisa di brankas BI masih US$ 103 miliar. Hanya saja, karena BI terus melakukan intervensi pasar, cadangan devisa itu sudah tergerus sampai US$ 4 miliar. Pada krisis 1998 nilai rupiah terhadap dolar AS merosot sampai 73%, sementara saat ini rupiah terpangkas 17%. Begitu pula rasio utang luar negeri terhadap PDB tahun 1998 mencapai 60%, sedangkan sekarang ini 31%. Jadi, kalau dibandingkan dengan kondisi tahun 1998, memang jauh berbeda. Namun, jika pelambatan ekonomi terus berlangsung serta rupiah semakin melemah, bukan tak mungkin dolar AS bisa menembus level Rp 15.000-Rp 16.000. Ini namanya bom krisis akan meledak. Tentu, kita tak ingin ini terjadi. Itulah sebabnya, langkah Presiden Jokowi mengajak pengusaha dan masyarakat untuk bersama-sama mengatasi masalah ekonomi, patut disambut baik. Tapi ini pun harus dibarengi langkah konkret pemerintah dengan memperbanyak stimulus fiskal kepada dunia usaha yang sedang tercekik pelemahan rupiah dan pasar yang anjlok. Dengan stimulus fiskal, beban pengusaha menjadi lebih ringan sehingga mereka tidak mengurangi jumlah karyawannya. Jika karyawan tetap bekerja, daya beli masyarakat akan tumbuh sehingga bisa membantu menggerakkan roda ekonomi nasional. n
Menunggu Kepastian The Fed
P
ada bulan Oktober ini, para anggota Federal Open Market Committee (FOMC) atau Komite Pasar Terbuka Amerika Serikat (AS) akan kembali bertemu untuk membahas suku bunga acuan The Fed atau Fed rate yang kini berada di level 0,25%. Bulan lalu, FOMC gagal menaikkan Fed rate. Hampir pasti, menjelang pertemuan FOMC, pasar uang dan pasar saham di berbagai negara—tak terkecuali di Indonesia—kembali terombang-ambing tak menentu. Pasar uang dan pasar saham masih rentan terhadap sinyal yang disampaikan The Fed. Bisa dimaklumi jika pasar uang dan saham—terutama di Asia—terguncang. Maklum, selama periode 2009 hingga 2012 banyak dana dari stimulus moneter tahap I, II, dan III di AS) yang mengalir deras ke negara-negara berkembang, termasuk Indonesia. Akibatnya, pasar modal dan pasar utang negara (SUN) menjadi begitu aktif. Sebelum progam stimulus diluncurkan, pada Desember 2008 The Fed memangkas suku bunga acuan hingga mendekati nol persen sebagai reaksi atas krisis finansial. Sejak itu, suku bunga bertahan di level tersebut demi mendongkrak perekonomian AS di tengah resesi. Kini, perekonomian AS mulai siuman setelah tidur cukup
reviewweekly 07 Tahun V | 5-11 Oktober 2015
panjang. Inilah yang membuat The Fed ingin menaikkan Fed rate. Tapi bos The Fed, Janet Yellen, hingga saat ini belum mengeluarkan keputusan yang konkret. Pelaku pasar pun terus menebak-nebak kapan sebenarnya Fed rate akan naik. Dan, lagi-lagi, yang harus menjadi korban adalah rupiah dan mata uang dari negara lain. n
15
Demo mahasiswa di depan Istana Negara: Minta Jokowi-JK mundur.
Ancaman Buat Jokowi Mulai muncul desakan agar pasangan Presiden Jokowi dan Wakil Presiden Jusuf Kalla mundur. Tapi pemerintah terus bekerja mengatasi berbagai masalah ekonomi. TEKS Latihono Sujantyo dan Kukuh Bhimo Nugroho Foto DAHLAN RP, RISET
H
ari Rabu, 30 September 2015 ratusan mahasiswa dari berbagai elemen berunjuk rasa di depan Istana Negara. Ini merupakan demo kedua di bulan September setelah pertengahan bulan lalu rekanrekan mereka melakukan aksi serupa. Kali ini, tema yang diusung oleh aliansi berbagai elemen mahasiswa itu adalah “Gerakan 30 September, Luruskan Kiblat Bangsa”. Ada lima tuntutan yang mereka bacakan di depan Istana Negara. Pertama, Luruskan Kiblat Bangsa. Kedua, Turunkan Jokowi-JK. Ketiga, Turunkan Harga BBM. Keempat, Tolak Utang Luar Negeri. Kelima, Nasional Aset-Aset Strategi Bangsa. “Mari kita turun ke jalan bersama memperjuangkan kedaula-
16
tan bangsa dengan menurunkan rezim Jokowi-JK,” ajak Beni Pramula, Ketua Umum Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM). Presiden Jokowi memang harus menghadapi kenyataan bahwa banyak hal yang tidak disukai rakyat telah dilakukan pemerintahannya. Mulai dari naik-turunnya bahan bakar minyak, melonjaknya harga sejumlah bahan kebutuhan pokok seharihari hingga PHK di beberapa daerah. Ujung dari semua itu, ya itu tadi, mulai muncul letupan-letupan kecil berupa aksi demonstrasi, baik di Jakarta maupun beberapa daerah. Mereka menuntut Jokowi mundur dari tahta. Selintas, ini hanya sebuah gejolak kecil, memang. Tapi lama-kelamaan bukan tak mungkin bisa membesar sehingga sulit dibendung. Celakanya, rasa tidak puas juga muncul dari politisi PDI Perjuangan, salah satu partai yang mengusungnya menjadi capres tempo hari. Mereka menganggap apa yang dilakukan Jokowi, lambat-laun bisa mencoreng nama baik partai. Adalah Effendi Simbolon, politisi PDI Perjungan yang menilai Jokowi tidak mampu memimpin negara ini. Bahkah, ia memperkirakan, rekannya itu hanya akan memimpin tak sampai hitungan tahun. “Paling hitungan bulan lagi lengser,” katanya beberapa waktu lalu.
reviewweekly 07 Tahun V | 5-11 Oktober 2015
Memang, Jokowi dianggap tidak mampu mengatasi masalah perlambatan ekonomi nasional, daya beli masyarakat yang terus menurun, PHK ribuan pekerja, amblasnya nilai tukar rupiah sampai kabinetnya yang dinilai tidak kompak.
ALL OUT BEKERJA Namun harus diakui pula bahwa masalah yang dihadapi bangsa ini begitu kompleks dan ruwet. Selain dari Bank Sentral Amerika Serikat, The Fed yang akan menaikkan suku bunga acuan sehingga rupiah terus tertekan, ada faktor lain yang cukup besar menekan ekonomi nasional. Misalnya, pertumbuhan ekonomi global yang lebih melambat dari perkiraan, terutama China yang menjadi andalan utama ekspor Indonesia dan harga ekspor komoditas yang terus menurun. Maklum saja, ekonomi China sangat dekat dengan Indonesia. Lihat saja, ketika Bank Sentral China, People’s Bank of China (PBOC), beberapa hari lalu mendevaluasi nilai tukar yuan sebesar 1,9%, indeks harga saham gabungan (IHSG) langsung merosot dan rupiah terpuruk. Di bidang perdagangan dampaknya sudah terasa sejak setahun yang lalu. Soalnya, China merupakan negara tujuan utama ekspor Indonesia, disusul kemudian oleh AS, India, dan Jepang. Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), nilai ekspor Indonesia kuartal II-2015 turun 0,13%. Tekanan dari dalam negeri lebih pelik lagi. Contohnya, realisasi stimulus fiskal belum secepat perkiraan. Padahal, belanja pemerintah diharapkan bisa menjadi stimulus untuk menggerakkan pertumbuhan ekonomi. Tapi Alhamdulillah, pemerintah sudah mengidentifikasi persoalan-persoalan yang dihadapinya. Itulah sebabnya, di semester II ini belanja pemerintah pusat dan daerah akan dikebut.
Maklum, hingga Juni 2015, realisasi belanja APBN baru 33% dari target Rp 1.319 triliun. Belanja modal hanya 11% atau Rp 30 triliun. Pemerintah sendiri berjanji akan all out mempercepat belanja modal dan belanja barang di semester II ini. Ditargetkan, pada akhir Desember tahun ini, realisasi belanja modal dan barang tidak kurang dari 95%. Syukurlah, penyerapan APBN pun mulai membaik. Saat ini, penyerapan APBN sudah mencapai 55%. Memang, dalam situasi perekonomian berjalan lambat, APBN harus menjadi lokomotif penggerak sektor-sektor ekonomi yang lain. Berbagai proyek infrastruktur unggulan yang didanai APBN diharapkan bisa berdampak terhadap para pelaku ekonomi. Maklum, melambatnya perekonomian domestik dan global telah memberi tekanan cukup serius terhadap pengusaha. Belum lagi terus melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar AS yang membuat biaya produksi meningkat. Faktor-faktor inilah yang kemudian membuat daya beli masyarakat menurun. Tentu saja, kondisi yang menghimpit dunia usaha ini harus dicari jalan keluarnya. Pemerintah dan Bank Indonesia (BI) sudah sepakat berkoordinasi melalui sejumlah bauran kebijakan, seperti moneter, fiskal, dan reformasi struktural. BI dan Otoritas Jasa Keuangan, misalnya, telah meluncurkan berbagai paket kebijakan untuk menciptakan stimulus bagi para pelaku industri. Pekan lalu, pemerintah kembali meluncurkan paket ekonomi tahap kedua. Fokus kebijakan kali ini lebih banyak diarahkan untuk mempercepat proses investasi dan pemberian fasilitas perpajakan. Pekan ini, kebijakan paket tahap kedua mulai diberlakukan. n
Pasar tradisional: Daya beli menurun.
reviewweekly 07 Tahun V | 5-11 Oktober 2015
17
Bisnis Perawatan pesawat
Hanggar Terbesar
Hanggar pesawat milik Garuda: Mendongkrak pendapatan.
Garuda membangun hanggar terbesar di dunia dengan biaya Rp 879,3 miliar. Diperkirakan, dari hanggar tersebut akan meraup revenue sebesar US$ 300 juta.
A
TEKS Sri Wulandari foto Dok. Review
khirnya PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk, memiliki bengkel pesawat terbesar, tak hanya di Tanah Air tetapi juga di dunia. Hanggar ini berlokasi di area Bandara Internasional Soekarno Hatta. Adalah PT Garuda Maintenance Facility (GMF) AeroAsia, anak perusa-
18
haan Garuda yang akan mengoperasikannya. Hanggar yang dibangun di atas lahan seluas 67.022 m2 dan berada dalam satu kompleks dengan hanggar lama ini, bisa menampung hingga 16 badan pesawat, padahal rata-rata hangar di dunia hanya mampu menampung 10-12 pesawat berbadan kecil (narrow body). Luas hanggar ini mengalahkan Turkish Technic di Turki, yang memiliki luas 59.731 m2 dan diklaim sebagai hanggar terbesar saat ini. Menurut BUMN Rini M Soemarno saat meresmikannya pekan lalu, hangar ini semakin meningkatkan pelayanan dan GMF bisa menjadi pemain global yang diperhitungkan. “Hanggar empat ini akan memperkuat pilar bisnis utama di Garuda Indonesia Group, sekaligus akan meningkatkan revenue dan menjadi bekal yang kuat bagi GMF untuk terus melanjutkan pertumbuhan positif,� ucap Rini. GMF AeroAsia sendiri mencatat maskapai dari 59 negara telah melakukan perawatan pesawat pada ke empat hanggar di area Garuda City Centre, antara lain milik maskapai Virgin Atlantic, Nam Air, Sriwijaya,
reviewweekly 07 Tahun V | 5-11 Oktober 2015
Bisnis Perawatan pesawat
r Garuda dan AirAsia. Salah satu proses perawatan dilakukan pada hanggar ke empat yang baru diresmikan itu. Kata Direktur Utama GMF AeroAsia, Richard Budhianto, 59 negara itu berasal dari lima benua. Ke empat hanggar milik Garuda ini, mampu melayani berbagai jasa perawatan pesawat. Hanggar tersebut bisa melayani perawatan pesawat ukuran kecil (narrow body) sampai jumbo (wide body). Sedangkan hanggar ke empat atau hanggar terbaru akan difokuskan melayani narrow body. “Nanti akan tambah 3 line wide body, jadi ada 5 line,� ujarnya. Asal tahu saja untuk membangun hanggar akbar itu, Garuda menggelontorkan dana investasi sebesar US$ 60 juta atau setara dengan Rp 879,3 miliar (dengan kurs rupiah Rp 14.655/dolar AS). Untuk memuluskan pembangunan, BNI menyalurkan pinjaman senilai Rp 572,9 miliar. Pinjaman sebesar Rp 572,9 miliar ini terdiri dari pemberian fasilitas kredit term loan untuk pembiayaan pembangunan hangar empat sebesar Rp 488,950 miliar dan fasilitas pembiayaan pembelian peralatan hanggar senilai US$ 6 Juta. Nantinya, hanggar Garuda ini memiliki fasilitas terlengkap untuk perawatan pesawat kelas narrow body seperti jenis Boeing 737 atau Airbus 320. Fasilitas di bengkel pesawat GMF ini mampu melayani jasa modifikasi sayap pesawat, perbaikan struktur, perawatan mesin dan APU (Auxiliary Power Unit), modifikasi interior pesawat, pengecatan, dan perawatan lainnya. Dari hasil bisnis perawatan pesawat sepanjang semester I-2015, GMF berhasil meraup pendapatan US$ 199 juta. Pendapatan GMF pun diprediksi bakal meroket sejalan dengan mulai beroperasinya hanggar ke empat. Diperkirakan pada akhir tahun 2015, GMF akan meraup revenue sebesar US$ 300 juta dan tahun depan ditargetkan revenue naik 30% dengan adanya hanggar ini. Sementara itu, Direktur Utama PT Garuda Indonesia Arif Wibowo mengatakan penambahan kapasitas hangar empat merupakan wujud dukungan GMF terhadap program Quantum Leap Garuda yang akan mengoperasikan pesawat berbadan kecil (narrow body), regional jet dan pesawat turboprop sebanyak 241 pesawat Garuda dan Citilink di tahun 2020. Dia pun memperkirakan pada 2018, hangar ke empat ini akan mencapai kapasitas penuh dan bisnis perawatan pesawat akan mengalami peningkatan. Pada 2016, diperkirakan sebanyak 209 pekerjaan perawatan pesawat akan dilaksanakan di hanggar itu. Nantinya, akan ada penambahan pekerjaan perawatan pesawat diproyeksikan bertambah dari 167 pekerjaan menjadi 313 pekerjaanau meningkat 87%. Proyek pengerjaan
reviewweekly 07 Tahun V | 5-11 Oktober 2015
Saat ini pendapatan dari kapasitas narrow body sebesar US$ 57 juta, dan 2018 pendapatan GMF diproyeksikan meningkat US$ 143 juta. pesawat akan dikerjakan oleh 438 manpower dalam tiga tahun ke depan. Arif sendiri memperkirakan pendapatan GMF akan meningkat sebesar 150%. “Saat ini pendapatan dari kapasitas narrow body sebesar US$ 57 juta, dan 2018 pendapatan GMF diproyeksikan meningkat US$ 143 juta,� katanya. Garuda juga sudah berancang-ancang membangun hanggar pesawat ke lima pada 2018. Hanggar ke lima ini akan dikhususkan untuk pesawat berbadan besar (wide body). Dengan adanya hanggar ke lima tersebut, diharapkan ada tambahan line operasional untuk perawatan dan perbaikan pesawat berbadan lebar. Sementara untuk pendanaan, GMF masih akan mengandalkan pinjaman dari perbankan BUMN. n
Bisnis Perawatan Pesawat Fantastis
K
ehadiran hanggar ke empat milik Garuda ini bisa jadi bakal mendongkrak pendapatan dari bisnis perawatan dan perbaikan pesawat di Tanah Air. Nilai perawatan pesawat di Indonesia pada 2015 diperkirakan mencapai US$ 900 juta, naik dari tahun lalu sebesar US$ 850 juta. Pada 2020, angkanya diprediksi mencapai US$ 2 miliar. Sebuah angka yang sangat fantastis. Selama ini, industri jasa perawatan dan perbaikan pesawat dalam negeri hanya mampu menyerap anggaran sebanyak US$ 225 juta atau sekitar 30% dari total belanja tahun lalu. Sisanya, sebanyak US$ 625 juta atau sekitar 70% dinikmati oleh industri MRO asing. Richard yang juga menjabat sebagai Ketua Umum Asosiasi Perawatan Pesawat Indonesia atau Aircraft Maintenance Services Association (IAMSA) pernah mengatakan industri MRO nasional masih kalah bersaing dengan industri MRO asing, di mana para maskapai penerbangan lokal masih menggunakan jasa MRO asing. Padahal Indonesia memiliki potensi pertumbuhan industri penerbangan yang pesat. Dari data IAMSA, total nilai pasar industri MRO global pada 2014 mencapai US$ 57 miliar. Adapun rata-rata pertumbuhan industri MRO dunia per tahun 4,1% per tahun. n
19
Bisnis Akuisisi
TPPI di Tangan Pertamina Pertamina mengakuisisi Trans Pacific Petrochemical Indotama dan memiliki saham sebesar 21,98%. Pertamina bisa menekan impor minyak mentah. TEKS Sri Wulandari foto Riset
A
khirnya PT Pertamina (Persero) jadi juga mengakuisisi Trans Pacific Petrochemical Indotama (TPPI) di Tuban, Jawa Timur. Pertamina pun optimistis dapat menghemat impor bahan bakar minyak (BBM) hingga US$ 10 juta atau setara Rp 145 miliar per
Produksi minyak di TPPI: Bisa menghemat US$ 10 juta.
20
hari (kurs Rp 14.500 per dolar AS) setelah dioperasikannya TPPI pada 1 Oktober 2015. Direktur Utama Pertamina, Dwi soetjipto mengatakan, kilang TPPI mampu memproduksi 80-100 ribu barel per hari (bph). Dengan produksi tersebut, bisa menghemat atau mengurangi impor minyak mentah 100 ribu bph. Dengan kata lain, Pertamina bisa mengurangi penggunaan mata uang dolar Amerika Serikat (AS). Dwi menuturkan, impor minyak mentah saat ini mencapai 700 ribu bph. Dengan beroperasinya TPPI, bisa menekan 15% impor minyak mentah. “Pertamina belanja (minyak mentah) antara US$ 70-80 juta. Kirakira (penghematan) sekitar US$ 10 juta. Ini cukup bagus,” katanya, pekan lalu. Penghematan tersebut diperoleh seiring penambahan produksi BBM dalam negeri yang diperkirakan sebesar 400.000 bph. Penambahan produksi, selain diperoleh dari kilang TPPI, juga diperoleh dari proyek pemanfaatan residu menjadi gasolin atau bahan bakar beroktan tinggi (residual fluid catalytic cracking atau RFCC) di kilang Cilacap. Saat ini, komposisi saham TPPI dipegang oleh Pertamina sebesar 21,98%, Argo Capital BV mencapai 26,6%1, Tuban Petrochemical Industries sebesar 19,16%, Vitol BV sekitar 8,81%, Polytama Propindo 6,77%, Tuban Petroxhemicals Pte 5,15%, Nippon Catalyst Pte 4,51%, UOP 4,02%, Sijitz Corp 1,07%, dan investor lain sekitar 1%. Sementara itu, Vice President Corporate Communication Pertamina Wianda Pusponegoro menyebutkan, penyediaan kilang minyak baru memang menjadi kebutuhan yang wajib tersedia. Mengingat hingga saat ini cadangan BBM perseroan hanya sekitar 18 hari. Cadangan energi saat ini baru sebatas cadangan operasional BBM sebesar 21 sampai 31 hari. Ketahanan stok operasional BBM Indonesia masih sangat kecil dibandingkan dengan negara lain di ASEAN seperti Singapura, Thailand, dan Vietnam. Untuk memperbesar ketahanan stok operasional tersebut, perlu ada penambahan storage dan pipa penyalur BBM. Akuisisi storage dari luar negeri memang bisa menjadi salah satu opsi ideal jika mempertimbangkan efisiensi waktu. Karena, untuk membangun cadangan minyak baru membutuhkan waktu cukup lama. “Total penambahan storage BBM mencapai 3,06 juta kl dengan investasi sebesar USD1,63 miliar. Meliputi investasi kelengkapan dan pipanisasi,” kata Wanda. TPPI sendiri nantinya akan diarahkan menjadi gasoline mode untuk memproduksi BBM, khususnya gasoline yang porsi impornya masih tinggi dan dioperasikan untuk bisa menaikkan 10%-15% produksi (lifting) kita. n
reviewweekly 07 Tahun V | 5-11 Oktober 2015
Bisnis Penggabungan BUMN
Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta: Holding dikebut.
R
encana pemerintah untuk membentuk holding BUMN atau melebur BUMN yang memiliki core business serupa, tampaknya bukan sekadar wacana. Sejak awal pekan lalu hingga menjelang akhir pekan, berlangsung pertemuan sejumlah bos BUMN di Kementerian BUMN. Bisik-bisik di lapangan mengungkapkan, pertemuan yang berlangsung selama tiga hari berturut-turut itu untuk menindaklanjuti permintaan Presiden Jokowi agar BUMN yang punya core business serupa melebur menjadi kekuatan besar seperti halnya Khazanah (Malaysia) dan Temasek (Singapura). Beberapa waktu lalu, Presiden Jokowi telah memanggil bos-bos dari 119 BUMN di Istana. Dalam pertemuan itu, Presiden Jokowi mendesak agar peleburan BUMN segera direalisasikan. Langkah pertama yang harus dilakukan adalah restrukturisasi yang komprehensif, penguatan internal, perbaikan organisasi perusahaan. Untuk saat ini, menurut sumber di Kantor Kemenko Perekonomian, pembentukan holding BUMN yang paling realistis adalah sektor pelabuhan dan perkebunan. Di sektor pelabuhan terdapat empat BUMN, yakni Pelindo I, II, III dan IV. Sedangkan BUMN sektor perkebunan terdiri dari 14 PTPerkebunan Nusantara (PTPN) yang memiliki total aset di atas Rp 65,22 triliun. Sejatinya, upaya menggabungkan BUMN perkebunan sempat diperjuangkan Dahlan Iskan ketika menjabat Menteri BUMN. Bahkan sudah ada Peraturan Pemerintah (PP) tentang Pembentukan Holding BUMN yang diteken Presiden SBY pada 18 September 2014. Sayangnya, rencana tersebut mandek begitu saja.
reviewweekly 07 Tahun V | 5-11 Oktober 2015
Supaya Besar dan Kuat BUMN sektor pelabuhan akan digabung menjadi satu. Tujuannya agar menjadi pemain kelas dunia. TEKS Sri Wulandari foto Dahlan Rp
Richard Joost Lino, Direktur Utama PT Pelindo II mendukung penuh pembentukan holding pelabuhan. Apalagi, Pelindo II memiliki aset terbesar di antara Pelindo I, III dan IV. Jadi, besar peluang bagi Pelindo II menjadi holding. “Holding itu nanti arahnya regional, setelah itu dibuat per bisnis lain, nanti juga katakanlah PT Terminal Petikemas di seluruh Indonesia digabung,” kata Lino beberapa waktu lalu. Nantinya, lanjut Lino, sistem holding untuk BUMN pelabuhan akan meniru sistem holding yang telah dilakukan di PT Semen Indonesia. Yang digabungkan bisa menyangkut PT Terminal Petikemas. “Apabila holding diterapkan kepada PT Terminal Petikemas, bisa memperbesar perusahaan. Karena volume peti kemas melonjak, bahkan bisa terbesar kelima se-dunia,” katanya. n
21
Bisnis Profil
Martin Winterkorn
Mantan CEO V olkswagen AG
Gara-gara skandal uji emisi Winterkorn harus mundur dari jabatannya sebagai CEO Volkswagen AG. Dia juga terancam jerat hukum, meski dia mengaku tidak tahu keterlibatan dirinya. TEKS SRI WULANDARI foto Riset
Terguncang
Skandal 22
reviewweekly 07 Tahun V | 5-11 Oktober 2015
Bisnis Profil
K
abar mengejutkan datang dari industri otomotif. Adalah Martin Winterkorn, chief executive officer (CEO) Volkswagen AG yang membuat berita. Pria kelahiran 24 Mei 1947 ini, memutuskan mengundurkan diri menyusul mencuatnya skandal manipulasi hasil uji emisi kendaraan produksi pabrikan otomotif asal Jerman itu di Amerika Serikat (AS). Dalam temuan Environmental Protection Agency (EPA, dinas perlindungan lingkungan) AS ditemukan, piranti lunak di sejumlah model VW berbahan bakar diesel, bisa memanipulasi uji emisi. Inilah skandal terberat sepanjang sejarah Volkswagen. VW diperintahkan untuk menarik lagi lebih dari setengah juta unit mobil produksinya. Selain harus membayar biaya penarikan mobil, VW juga terancam hukuman denda miliaran dolar, dan para eksekutifnya terancam dipidanakan pula. Winterkorn pergi tak dengan tangan kosong. Karena, dia akan mendapatkan dan pensiun hingga Rp 471 miliar setelah mengundurkan diri dari jabatannya itu. Berdasarkan laporan Bloomberg sebagaimana dilansir Left Lane News, Winterkorn akan menerima dana hingga US$ 32.000.000. Dana pensiun sebesar itu adalah akumulasi dari nilai pengabdian Winterkorn di Volkswagen sejak 1993 ketika direkrut menjadi head of Group Quality Assurance dan kemudian dipromosikan menjadi CEO pada 2007. Meski mengantongi uang pensiun, tetap saja Winterkorn dibayang-bayangi jeratan hukum. Jaksa penuntut Jerman melakukan investigasi terhadap Winterkorn, dengan tuduhan penipuan atas skandal uji emisi bahan bakar mesin diesel di AS. Tuntutan Jaksa didasari komplain dari 10 individual yang identitasnya disembunyikan. Mereka meminta dilakukan investigasi kriminal untuk mencari penyebab dan siapa yang bertanggungjawab atas kesalahan Volkswagen. Sebelum mengundurkan diri, Winterkorn memang mengakui adanya kecurangan pada uji emisi itu. Meski demikian, dalam keterangan resminya, Volkswagen menyebutkan bahwa Winterkorn tidak terlibat dalam skandal ini. Winterkorn sendiri juga mengakui bahwa tidak terlibat. “Volkswagen membutuhkan lembaran baru, terutama menyangkut sumber daya manusia. Dengan mengundurkan diri, saya memberikan jalan bagi anak-anak muda untuk maju,” kata Winterkorn. Winterkorn pun menyatakan permintaan maafnya secara terbuka. Dia mengaku terkejut, dan tidak menyangka terjadi manipulasi semacam itu terjadi di perusahaan yang dipimpinnya. Winterkorn menegaskan pengunduran diri ini sebagai bentuk tanggung jawab sebagai CEO. Pengunduran diri Winterkorn mengakhiri gejolak harga saham VW hingga turun mencapai 35%, pekan lalu. Untuk meredam gejolak akibat skandal itu, Volkswagen sudah menyiapkan dana sebesar 6,5 miliar euro untuk membayar denda. Namun sebagian analis beeranggapan jumlah itu tidak cukup, sebab perusahaan asal Jerman itu mengaku skandal tersebut kemungkinan memengaruhi sekitar 11 juta unit kendaraan produksinya di seluruh dunia. “Proses klarifikasi dan
reviewweekly 07 Tahun V | 5-11 Oktober 2015
transparansi harus terus. Ini adalah satu-satunya cara untuk memenangkan kembali kepercayaan. Saya yakin bahwa Grup Volkswagen dan tim akan mengatasi krisis ini,” kata Winterkorn.
MENCORENG MADE IN GERMANY Ini bukan satu-satunya masalah yang dihadapi Winterkorn. April lalu, dia juga harus menerima kenyataan berhadap langsung mantan ketua dewan direksi Ferdinand Piech yang menuduhnya bertanggungjawab atas lemahnya penjualan Volkswagen di AS. Piech akhirnya mengundurkan diri. Sekarang, skandal manipulasi hasil emisi di pasar AS, yang jadi pasar mobil paling penting di dunia bisa jadi batu sandungan besar. Apalagi, skandal ini menambah sulit pencapaian target yang diinginkan, yaitu penjualan 800.000 unit kendaraan sampai 2018 dan mampu menyalip penjualan Toyota. Ditambah lagi dengan kekhawatiran skandal itu akan mencoreng citra “Made in Germany” yang jadi lambang jaminan kualitas di dunia Bagi Volkswagen, pasar AS selalu jadi tantangan, sebab warga AS kebanyakan lebih suka memilih mobil merek Ford atau General Motors. Tak hanya itu saja, mobil-mobil merek Jepang masuk ke AS sejak 1990 dan berhasil mengungguli merek Eropa. Alhasil, Volkswagen harus berjuang keras. Volkswagen berhasil menancapkan kaki di AS dengan memperkenalkan VW kodok versi baru, New Beetle pada 1997. Tetapi dalam dekade setelahnya tidak ada kemajuan berarti, bahkan mengecewakan. Winterkorn menjabat sebagai CEO sejak 2013, ketika jumlah penjualan VW di AS merosot pada 7%. Dia menggantikan posisi Michael Horn. Sebelumnya Winterkorn, menjabat CEO Audi (unit usaha Volkswagen), sejak 1 Januari 2007 menggantikan Bernd Pischetsrieder. Pada 2013, Winterkorn menempati posisi kedua pejabat dengan gaji yang sangat tinggi mencapai US$ 19.920.167 atau setara Rp 232,5 miliar. n
Dengan mengundurkan diri, saya memberikan jalan bagi anak-anak muda untuk maju. 23
Wajah sebagian orang Jakarta mendadak pucat pasi. Gedung-gedung pencakar langit di kota metropolitan awal pekan lalu diselimuti kabut tebal. Kekhawatiran teror asap menjangkau Jakarta pun merebak. TEKS RATNA NURAINI Foto Riset
24
reviewweekly 07 Tahun V | 5-11 Oktober 2015
H
ari ini ada yang tak biasa di udara Jakarta. Kabut tebal terlihat menyelimuti langit Jakarta hingga menutup sebagian gedung-gedung pencakar langit. Seorang warga bernama Citra pun mengirimkan foto-foto terkait kondisi terkini Jakarta. Kepada salah satu situs berita nasional, Citra mengatakan, “Kabutnya dari pukul 09.00 WIB dan terlihat di kawasan Slipi, Jakarta Barat.” Dalam foto-foto yang diambil Citra dari gedung Grand Slipi Tower, Jakarta Barat, tampak bahwa jarak pandang ke arah Sudirman dan Senayan kabur karena tertutup kabut. “Kabutnya masih ada sampai sekarang,” kata dia saat dihubungi pukul 10.30 WIB oleh . Pemandangan serupa juga ditemui di kawasan Grogol, Jakarta Barat, dan Semanggi, Jakarta Selatan. Ronald juga yang menghuni apartemen di Tamansari Semanggi, Jaksel, menuturkan bahwa pada pukul 10.50 WIB pun beberapa lokasi di wilayah Jaksel pun tertutup kabut. “Wilayah Jaksel seperti di Jalan Gatot Subroto diselimuti kabut asap. Kawasan Widya Chandra dan SCBD juga berkabut,” ujarnya. Ronald juga mengaku saat melakukan perjalanan dari
Riau sudah masuk dalam kejadian luar biasa dan menetapkan status tanggap darurat, karena tujuh kabupaten/kota sudah menyatakannya dan besok kita kirim surat ke pusat untuk minta bantuan.
reviewweekly 07 Tahun V | 5-11 Oktober 2015
25
apartemennya ke Menara Mulia dirinya merasakan perih di bagian mata. “Mata sempat perih tadi pas saya keluar. Tapi kalau baunya sih nggak seperti asap kebakaran,” tuturnya. Merespons kekhawatiran yang disampaikan sejumlah warga ibukota tersebut, otoritas pun segera angkat bicara. Pendeknya, Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menjelaskan bahwa kabut itu terjadi bukan lantaran asap kiriman dari Sumatera. Agar keterangan itu sahih, secara teknis BMKG pun memaparkan secara detil, “Di Jakarta dan sekitarnya ada inversi udara. Bawahnya lebih dingin, atasnya lebih panas. Sehingga menyebabkan udara keruh atau kabut. Bukan kiriman asap dari Sumatera.”
Kabut asap di Jakarta
26
Begitu disampaikan Kepala Sub Bidang Informasi BMKG Hari Tirto, Senin (21/95). Lebih jauh, Hari mengatakan, inverse merupakan proses meningkatnya suhu udara pada ketinggian tertentu. “Kabut akan hilang jika radiasi matahari mulai masuk, biasanya menjelang siang hari. Jadi perlu ditegaskan lagi, saat ini kabut yang ada di Jakarta bukan akibat kabut asap yang ada di Sumatra. Sebab, pergerakan asap di sana kan ke arah barat laut, utara, bukan ke Jakarta,” tandasnya.
MENEROR WARGA Wajar jika kekhawatiran bencana asap menyergap warga Jakarta. Pasalnya di daerah-daerah terpapar asap, kabut putih pekat dengan bau yang menyengat itu telah sedemikian mengancam nyawa. Teror asap menjadi sama menakutkannya dengan dengan teror-teror lainnya. Tengok saja yang terjadi di Provinsi Riau. Aktivitas di kawasan tersebut boleh dibilang telah lumpuh. Bandara tak berfungsi, sekolah tutup. Warga tak bisa lagi beraktivitas normal karena seluruh daerah tertutup kabut asap pekat dengan level berbahaya. Angka korban terpapar asap telah tembus 25 ribu orang. Tak pelak, pekan lalu, Plt Gubernur Riau Arsyadjuliandi Rachman pun menetapkan Riau dalam kondisi darurat asap. Setelah sebelumnya, otoritas setempat bertahan dengan status Siaga Darurat, karena yakin masih mampu mengatasi asap. Penetapan status darurat di Riau terkait asap itu bukanlah yang peraama. Sebelumnya di masa Gubernur Riau Annas Maamun, Riau juga mengalami bencana yang sama. Pada Selasa, 25 Februari 2014, akhirnya
reviewweekly 07 Tahun V | 5-11 Oktober 2015
Annas pun menyerah menghadapi serbuan asap ke Riau. “Riau sudah masuk dalam kejadian luar biasa dan menetapkan status tanggap darurat, karena tujuh kabupaten/kota sudah menyatakannya dan besok kita kirim surat ke pusat untuk minta bantuan,” kata Annas kala itu. Ironisnya, bukan hanya Riau, seluruh wilayah Sumatra tercatat sudah dikepung oleh 982 titik api. Khususnya di wilayah Sumatera Selatan, Jambi, dan Riau atau sebanyak 80% wilayah provinsi tersebut. Situasi serupa juga terjadi di Kalimantan. Pada pekan pertama September, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan mencatat ada 61 titik api di Kalimantan. Titik tersebut mengakibatkan kabut yang pekat, khususnya di wilayah Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, dan Kalimantan Selatan. Kabut asap mengakibatkan setidaknya sebanyak 25,6 juta jiwa terpapar asap, yaitu 22,6 juta jiwa di Sumatera dan 3 juta jiwa di Kalimantan. Kondisi tersebut memang telah berada dalam kategori sangat serius. Tak heran dalam rapat terbatas tentang kabut asap yang digelar di Kantor Presiden, Jakarta, Presiden Joko Widodo memerintahkan semua pihak terkait bersamasama menanggulangi kabut asap tersebut, di bawah koordinasi Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan. “Presiden meminta kepala daerah agar tidak raguragu menyatakan darurat asap. Bencana ini bukan bencana kebakaran hutan, tetapi bencana darurat asap,” kata Kepala BNPB Syamsul Maarif di Kantor Presiden.
DAMPAK EKONOMI Selain mengancam hidup masyarakat, kebakaran lahan dan kabut asap telah diperkirakan juga mengakibatkan kerugian hingga miliaran rupiah. Sebagai gambaran, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan menaksir bahwa kerugian akibat kerusakan lingkungan pada kebakaran hutan dan lahan di salah satu lahan perusahaan hutan tanaman industri seluas 20.000 hektar di Ogan Komering Ilir saja mencapai angka Rp 7,9 triliun. Sedangkan di Jambi, tahun ini, ditaksir kerugian mencapai lebih dari Rp 720 miliar. Pengamat ekonomi Universitas Batanghari, Jambi, Pantun Bukit, mengatakan bahwa potensi ekonomi yang hilang jauh lebih besar dibandingkan nilai kerugian. Dia mencontohkan tingkat hunian hotel dan penginapan menurun drastis selama dua pekan terakhir sejak Jambi diselimuti kabut asap. Rata-rata tingkat hunian hotel 60% per bulan, tetapi sejak terganggunya aktivitas penerbangan akibat asap, tingkat hunian juga anjlok. “Kini menjadi 30% saja tingkat okupansinya,” kata Pantun. Potensi lain yang hilang antara lain transaksi belanja wisatawan, jasa kendaraan sewa, dan ekspedisi barang antardaerah yang nilainya diperkirakan Rp 5 miliar per hari. Sektor perdagangan lebih terdampak. Pantun mencontohkan, transaksi 600 kilogram udang ketak per hari dari nelayan Tanjung Jabung Barat untuk memasok kebutuhan restoran di Jakarta bernilai Rp 800 juta per hari saat ini hilang. Biasanya udang dikirim menggunakan pesawat, tetapi pengiriman dihentikan sementara akibat kabut asap. “Itu baru dihitung dari bisnis udang, belum lagi perdagangan lainnya,” ujarnya.
reviewweekly 07 Tahun V | 5-11 Oktober 2015
Suasana kota dumai
BUAH MASALAH GLOBAL Tiap kali asap menyergap sebagian negeri, kali itu pula otoritas gencar melakukan tindakan hukum terhadap para pelaku pembakar hutan. Namun berkali-kali langkah tersebut digelar, hasilnya tetap saja secara rutin Indonesia “memproduksi” asap. Tahun ini, produksi asap “made in Indonesia” justru terkesan kian menjadi-jadi lantaran El Nino memperpanjang musim kering Indonesia 2015 hingga Desember. Sejumlah ahli di badan meteorologi Inggris bahkan memprediksi, dua tahun mendatang bisa merupakan yang terpanas secara global. Waduh…. Dikatakan mereka, El Nino terus bergerak di Pasifik sehingga berpotensi meningkatkan suhu dunia secara keseluruhan. Namun musim-musim panas di Eropa juga bisa lebih dingin, di saat bagian dunia lain justru lebih hangat. Menurut para ilmuwan, suhu permukaan bumi pada 2015 rata-rata mencatat pada atau mendekati rekor terpanas (0,68ºC di atas suhu rata-rata tahun 1961-1990). Direktur Hadley Centre Dinas Meteorologi Inggris, Prof Stephen Belcher mengatakan, “Dengan kemungkinan bahwa tahun depan suhu akan sama panasnya, jelaslah bahwa iklim kita akan terus berubah.” Sebelumnya, paraa ilmuwan mengungkapkan, Juli 2015 mencatat rekor sebagai bulan terpanas. Di Indonesia, berbagai faktor, khususnya El Nino, membuat musim kering 2015 berlangsung lebih lama dari biasanya, bisa hingga Desember 2015, dan menjadi faktor pula yang memperparah kebakaran hutan. n
petugas Sedang berusaha memadamkan api.
27
Asap menyelimuti malaysia
BISIK NYARING NEGERI TETANGGA Persoalan asap yang menyergap sebagian kawasan di Tanah Air sudah meruap ke sejumlah negeri jiran. Bukan lagi bisik-bisik atau saling bergunjing, otoritas negeri tetangga sudah mulai berang. TEKS RATNA NURAINI Foto Riset
S
udah dua kali Pemerintah Indonesia menolak tegas bantuan dari negara tetangga, Singapura, terkait penanganan bencana kabut asap. Namun kenyataannya, hingga kini, masalah asap yang muncul akibat kebakaran hutan di sejumlah lokasi di Tanah Air tak kunjung bisa ditanggulangi. Adalah Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Siti Nurbaya Bakar yang mengungkap adanya
28
telepon dari Pemerintah Singapura, melalui Menteri Lingkungan Hidup dan Sumber Daya Air Vivian Balakrishnan, terkait penawaran bantuan tersebut. “Dia menawarkan bantuan, tapi saya katakan kami sedang berusaha. Dia juga bilang terimakasih,� tuturnya, pada medio September. Sebelumnya, tawaran bantuan dari Pemerintah Singapura juga pernah datang dari Menteri Pertahanan mereka, Ng Eng Hen. Menhan Singapura tersebut menghubungi langsung Menteri Pertahanan Indonesia Ryamizard Ryacudu untuk menawarkan bantuan fasilitas pemadam kebakaran. Pihak Singapura bahkan sempat mengungkapkan, Kementerian Pertahanan (MINDEF) dan Angkatan Bersenjata Singapura (SAF) sudah menyiagakan pesawat C-130 untuk operasi modifikasi cuaca. Selain itu, disediakan juga satu helikopter Chinook dengan penampungan air untuk pemadaman api dari udara dan dua pesawat C-130 untuk mengangkut tim pemadam keba-
reviewweekly 07 Tahun V | 5-11 Oktober 2015
karan dari Pasukan Pertahanan Sipil Singapura (SCDF). Kala itu diketahui, penyebab asap yang melingkupi Singapura memang berasal dari Indonesia. Khususnya, dari Jambi dan Sumatera Selatan. Di mana, menurut otoritas nasional Indonesia, “impor” asap tersebut terjadi manakala Pemerintah Indonesia justru berhasil memadamkan api di dua provinsi tersebut. Merujuk upaya Pemerintah Indonesia itu, boleh jadi otoritas Singapura sempat menaruh asa bahwa kabut asap segera berlalu. Hanya saja kenyataannya, hari demi dan asap malah semakin pekat hingga membuat, pemerintah Negeri Singa itu hilang sabar. Kabut asap tebal yang menyelimuti Singapura membuat sekolah-sekolah di negeri itu terpaksa tidak beroperasi. Bahkan pada Jumat pagi dua pekan lalu, Indeks Standar Pencemaran Udara (ISPU) mencapai 341, tertinggi sepanjang tahun ini. Dalam indeks tersebut, angka di atas 100 digolongkan dalam kondisi tidak sehat dan di atas 300 termasuk berbahaya. “Sangat tidak memikirkan keselamatan warga kami dan warga mereka sendiri,” demikian ditandaskan Menteri Luar Negeri Singapura K Shanmugam seperti dikutip BBC, Jumat, 25 September 2015, merespons pernyataan wakil otoritas Indonesia. Adalah Wakil Presiden Jusuf Kalla yang pada pertengahan September lalu berkata, “Jadi negara-negara tetangga (selama) 11 bulan itu menikmati udara segar dari Indonesia. Jadi kalau kena sebulan asap ya risiko juga itu.” Lewat akun Facebook-nya, Shanmugam juga menulis, “Bagaimana bisa, seorang pejabat senior pemerintahan mengeluarkan pernyataan seperti itu, tanpa kesadaran atas nyawa masyarakatnya, atau warga kami, dan tanpa rasa malu, atau rasa tanggung jawab?”. Waduh…
NASIB MALAYSIA DAN THAILAND Situasi serupa juga terjadi di Malaysia. Gara-gara kabut asap yang kian pekat, pemerintah negeri itu bahkan sempat memutuskan untuk menutup sekolah di Kuala Lumpur dan sekitarnya. Kebakaran hutan di wilayah provinsi Riau dan Kalimantan dituding sebagai sumber dari bencana asap yang mengepung ibu kota negeri jiran tersebut. Kantor berita AFP memberitakan, kualitas udara di Malaysia kian buruk selama dua pekan terakhir. Lebih dari separuh dari 52 stasiun pemantau asap di Malaysia menunjukkan indikator “tidak sehat” pada Selasa pagi di pertengahan bulan. Dampak kabut asap juga dirasakan oleh industri penerbangan di Malaysia. Banyak penerbangan mengalami penundaan, bahkan batal terbang. Alhasil, kendati otoritas negeri itu belum bergeming, netizen di negeri tetangga itu sudah beraksi. Mereka berkicau di media sosial Twitter dengan hastag #TerimakasihIndonesia. Antara lain, mereka menuliskan, “Terima kasih kpd Jakarta hantar ASAP TEBAL ke Malaysia. Love you @jokowi #TerimaKasihIndonesia.” atau “TerimaKasihIndonesia kerana menghadiahkan jerebu yang sangat sistematik setiap tahun.” Pernyataan yang lebih pedas bahkan terpantau juga dicuit di jejaring sosial tersebut. Di antaranya berbunyi, “Kite kena terima. Tak semua jiran berguna. Ade juga yg
reviewweekly 07 Tahun V | 5-11 Oktober 2015
Singapura tertutup asap
menyusahkan. Contohnya indonesia. #TerimaKasihIndonesia.” dan “Kenapa tak bakar je satu Indonesia terus? Biar jerebu sekali jalan, dan tu harapnya yg terakhir.#Ter imaKasihIndonesia.”. Selain Singapura dan Malaysia, nyatanya pada Sabtu (19/9) dahsyatnya bencana kabut asap dari Sumatera juga berhembus hingga ke daerah Phuket. Sergapan asap ke salah satu kawasan wisata di Thailand itu membuat pihak otoritas memberikan peringatan kepada masyarakat yang berada di sana untuk mengenakan masker. Pihak Thailand juga mengungkapkan bahwa kualitas udara di sana pascakabut asap menjadi 125 poin. Imbas kabut asap di Thailand merupakan yang pertama kalinya. Selain Phuket, dampak bencana kabut asap di tanah air dikabarkan juga menyergab Krabi dan Phang Nga, Thailand. n
Warga singapura terkena dampak asap
29
MAKRO Harga BBM
Permintaan S Presiden Jokowi meminta agar harga BBM premium diturunkan. Padahal Menteri ESDM baru saja pastikan harga tetap. TEKS Kukuh Bhimo Nugroho foto Dahlan RP
D
wi Soetjipto, Dirut PT Pertamina (Persero), mendapat PR rumit dari Presiden Jokowi. Dia diminta mengevaluasi harga BBM premium agar bisa diturunkan. Padahal faktanya, Pertamina justru masih merugi sekitar Rp 15 triliun akibat menjual premium di bawah harga keekonomian. “Itu yang akan kita evaluasi (penurunan harga premium) dan ke depan bisa kita laporkan,” kata Dwi Soetjipto, seusai rapat kabinet terbatas, di Istana Kepresidenan, Jakarta, Kamis pekan lalu. Dwi Soetjipto belum berani memutuskan apakah harga BBM berkadar research octane number (RON) 88 itu bisa diturunkan. Sebab, menurut dia, selama periode Agustus 2015 saja, perseroan masih merugi sekitar 2% dari penjualan premium. Tapi, Presiden Jokowi terang-terangan meminta agar harga premium diturunkan, saat rapat kabinet terbatas. Presiden menilai, dua paket kebijakan yang dikeluarkan pemerintah ternyata belum cukup untuk menstabilkan kondisi ekonomi. Oleh sebab itulah, pemerintah bakal merilis paket kebijakan ekonomi jilid III. Nah, paket jilid III ini bakal fokus memperbaiki kondisi ekonomi dalam jangka pendek dan menengah. Agar hasilnya bisa segera dirasakan, presiden pun menyiapkan beberapa insentif bagi masyarakat agar daya belinya meningkat. Salah satunya, menurunkan harga premium. Oleh sebab itulah, Presiden meminta Dirut Pertamina melakukan evaluasi terhadap harga premium. “Coba dihitung lagi. Meskipun kemarin sudah diumumkan oleh Menteri ESDM, tapi ini negara sedang membutuhkan. Tolong dihitung lagi, apakah masih mungkin yang namanya premium itu diturunkan mes-
30
Antrean SPBU: Penurunan harga premium ditunggu masyarakat.
kipun sedikit,” kata Presiden Jokowi. Presiden mengaku paham dan telah mendapat masukan bahwa harga premium yang sekarang berlaku, sebenarnya minus 2% dari harga keekonomian. “Tapi mungkin masih bisa diturunkan,” ujarnya.
TAK TURUN, TAK NAIK Menariknya, permintaan Presiden Jokowi ini dilontarkan hanya selang sehari, setelah Menteri ESDM Sudirman Said justru menyatakan harga premium tak akan turun hingga akhir tahun.
reviewweekly 07 Tahun V | 5-11 Oktober 2015
MAKRO Harga BBM
Sang Presiden
Tolong dihitung lagi, apakah masih mungkin yang namanya premium itu diturunkan meskipun sedikit. Keputusan bahwa harga premium tetap, sebenarnya telah diambil dalam rapat pimpinan (rapim) penetapan harga BBM yang digelar di Ditjen Ketenagalistrikan, Jakarta Selatan, pada Rabu (30/9). Menurut Sudirman, pemerintah sudah mengambil kesimpulan bahwa penyesuaian harga BBM akan dilakukan setiap tiga bulan sekali. Dan perhitungannya bakal dimulai pada Oktober 2015. Artinya, harga premium sejak Oktober hingga Desember dipastikan stabil. “Siapa bilang ada penurunan BBM? Kamu ini maunya turun terus. Hari ini enggak turun, enggak naik
reviewweekly 07 Tahun V | 5-11 Oktober 2015
juga,” kata Sudirman kepada wartawan, seusai rapim penetapan harga BBM. Menurut Sudirman, pemerintah sebenarnya mempunyai beberapa opsi tentang evaluasi penyesuaian harga BBM. Misalnya enam bulan sekali. Namun ternyata diangap terlalu lama. “Kita berusaha cari pola yang baik berapa bulan sekali. Kesimpulan kita, kalau enam bulan terlalu panjang, jadi kita pilih tiga bulan. Kita ingin ada stabilitas agar tak naik-turun dan tak terlalu panjang,” jelasnya. Sebenarnya tuntutan agar harga premium diturunkan telah dilontarkan para wakil rakyat. Muhammad Misbakhun, anggota Komisi XI DPR, meminta agar penurunan harga BBM dimasukkan dalam paket kebijakan ekonomi yang dikeluarkan pemerintah. “Turunnya harga minyak dunia bisa jadi momentum ini. Turunnya harga BBM sangat ditunggu oleh masyarakat dunia usaha, karena diharapkan biaya produksi akan berkurang. Harga barang di tingkat konsumen pun tetap bisa dijaga untuk menjaga daya beli masyarakat,” kata Misbakhun, pada Rabu (30/9). Hal senada disampaikan Kardaya Warnika, Ketua Komisi VII. Menurut dia, harga BBM seharusnya turun ketika harga minyak dunia juga mengalami penurunan. Saat ini, harga minyak dunia berada di kisaran US$ 47,15 per barel. “Kami meminta harga BBM itu turun. Karena apa? Pertama, karena harga minyak dunia turun,” kata Kardaya, usai diskusi bertajuk ‘Kebijakan Energi Nasional 2050: Paradigma Baru Dalam Pengelolaan Energi sebagai Modal Pembangunan’, di Hotel Borobudur, Jakarta, pada Kamis (17/9). Masih menurut Kardaya, asumsi harga minyak dunia dalam Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) 2016 ditetapkan sekitar US$ 60 per barel. Sementara kini, harga minyak dunia berada di kisaran US$ 40 per barel hingga US$ 45 per barel. “Sekarang harga minyak di kisaran US$ 40 per barel sampai US$ 45 per barel. Jadi, turun sekitar 27%. Kita juga sadar dan tahu, itu dihitung pada asumsi kurs dolar pada waktu itu Rp 12.500 per dolar sampai Rp 13.000 per dolar,” katanya. Apalagi, tarif listrik juga telah diturunkan karena harga minyak dunia yang menurun tadi. “Sehingga harga BBM logikanya harus turun. Kita juga melihat penurunan harga tarif listrik. Harusnya harga minyak turun. Kita juga harus sejalan,” ujarnya. Jadi kita tunggu saja Dwi Soetjipto merampungkan pekerjaan rumahnya. Semoga saja permintaan Sang Presiden bisa segera direalisasikan. n
31
MAKRO Gas alam cair
Blok Masela: Ada yang punya kepentingan.
Dua Menteri di Blok Masela Menko Maritim Rizal Ramli dan Menteri ESDM kembali berbeda pandangan soal pembangunan kilang gas dari Blok Masela.
P
TEKS Kukuh Bhimo Nugroho foto Riset
ara menteri seharusnya bisa bekerja sama, tapi tidak bagi Menko Maritim dan Sumber Daya Rizal Ramli dan Menteri ESDM Sudirman Said. Keduanya kerap berbeda pandangan dalam menilai sebuah proyek. Soal pembangkit listrik 35.000 megawatt, misalnya. Rizal bilang proyek ini harus dievaluasi ulang karena tidak layak, sebaliknya Sudirman menyatakan jalan terus. Padahal, Kementerian ESDM itu di bawah koordinasi Kemenko Maritim dan Sumber Daya. Belakangan yang tak kalah seru terkait Blok Masela. Rizal menginginkan pembangunan kilang gas alam cair di darat (On shore LNG Plant) dan mengalirkannya dengan menggunakan pipa sepanjang 600 km ke Pulau Aru. Alasannya, investasi yang dibutuhkan ‘hanya’ sekitar US$ 14 ,6 miliar. Sedangkan bila yang dibangun Floating LNG Plant, maka butuh duit sebanyak US$ 19,3 miliar. Tapi Sudirman lebih suka Floating LNG Plant. Begitu juga dengan Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Hulu (SKK) Migas. Mereka berdua pihak satu suara, FLNG Plant. Menurut Kepala SKK Migas Amien Sunaryadi, angka yang disodorkan Rizal Ramli terbalik. Itulah sebabnya SKK Migas memberi rekomendasi agar pe-
32
merintah membangun FLNG karena lebih murah ketimbang On shore LNG Plant. Asal tahu saja, Blok Masela adalah salah satu blok yang memiliki cadangan gas terbesar di Indonesia. Cadangannya mencapai 10,73 Trillion Cubic Feet (TCF). Begitu besarnya jumlah cadangan tersebut, hingga Blok Masela juga biasa disebut Lapangan Abadi. Saat ini proyek pengolahan gas Blok Masela di bawah kendali Inpex Masela Ltd (65%) dan Shell Upstream Overseas Services Ltd (35%). Kembali ke silang pendapat dua menteri. Usulan Rizal kelihatannya cukup menarik. Dia bilang, jika yang dibangun On shore LNG Plant, dampak positif ikutannya cukup banyak. Menurut dia, dengan adanya unit pengolahan gas di Pulau Aru, tentu terbuka lapangan kerja bagi penduduk lokal. Pabrik baja di dalam negeri juga kecipratan rezeki karena mendapat banyak order dari proyek pembangunan pipa ke Pulau Aru. Pasalnya, bukan mustahil pipanisasi itu kelak memang membutuhkan spesifikasi pipa yang dihasilkan produsen di dalam negeri. PT Krakatau Steel (Persero), misalnya. Kondisi ini dapat meningkatkan pengembangan wilayah sekitarnya menjadi kawasan downstream industry. Industri pupuk, petrokimia, gas untuk bahan bakar dan produk substitusi lainnya adalah beberapa di antaranya yang bakal lahir. Dampak ikutan lainnya, Aru akan hidup dan ramai oleh kapal-kapal dan penerbangan dari berbagai wilayah yang akan ramai pulang-pergi ke sana. Tak pelak lagi, Aru pun membutuhkan lapangan terbang baru. Pada gilirannya Aru benar-benar menjadi kota sibuk yang memberikan manfaat ekonomi bagi penduduknya. Pada akhirnya, Pulau Aru akan menjadi semacam Balikpapan Baru atau Bontang. Bahkan bukan mustahil, dalam 10 tahun Aru bakal menyalip Bontang dan Balikpapan. Tapi kalau pemerintah jadi membangun Floating LNG Plant, hampir dipastikan teknologi yang dipakai berasal dari Shell. Kandungan lokal untuk membangun Floating LNG Plant pun tidak banyak, paling banter hanya 10%. Itulah sebabnya, banyak kalangan bertanya-tanya untuk kepentingan siapakah pembangunan Floating LNG Plant? n
reviewweekly 07 Tahun V | 5-11 Oktober 2015
MAKRO Daya beli
Tahun Sulit Para Pedagang Tak cuma pedagang besar yang babak belur, pedagang kecil pun terperosok karena daya beli masyarakat merosot tajam. TEKS Kukuh Bhimo Nugroho foto Riset
S
udah seminggu ini wajah Ali muram. Pedagang kelontong di kawasan Kalibata, Jakarta Selatan ini bingung memikirkan barang dagangannya yang setiap hari merosot. “Omset turun sampai 35%, Bang,”
katanya. Keluhan sama disampaikan Rahmat, pedagang yang membuka warung di Lenteng Agung. “Sejak beberapa bulan ini pembeli turun drastis. Saya terpaksa harus mengurangi pembelian barang di grosir,” ujar Rahmat. Kenapa pembeli lesu? Karena harga aneka kebutuhan pokok begitu tinggi. Semua ini terjadi sejak pemerintah mencabut subsidi premium dan menetapkan subsidi tetap pada solar dan minyak tanah. Alhasil, biaya transportasi naik. Ujung-ujungnya, merembet ke berbagai harga kebutuhan pokok pula. Tak hanya pedagang kecil yang ngos-ngosan. Carrefour pun mengalami nasib sama. Menurut Head of Public Affairs Carrefour Indonesia Satria Hamid, penjualan di Carrefour mulai menurun sejak bulan Februari 2015. Pelemahan rupiah menjadi salah satu pemicu yang membuat konsumen mengerem pengeluarannya atau hanya membeli barang yang benar-benar dibutuhkan. “Hampir semua (produk) rata-rata mengalami penurunan karena efek dari kondisi depresiasi rupiah, kenaikan tarif listrik, dan bahan pangan. Ada efek psikologis sehingga konsumen menahan uangnya atau membelanjakan sesuai kebutuhan,” katanya. Hal senada dikatakan Ketua Umum Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Indonesia (Gapmmi) Adhi S Lukman. Menurut dia, dalam tiga bulan terakhir kondisi industri makanan dan minuman memburuk, terutama pada bulan Februari. “Kondisinya parah. Kami minta ke pemerintah untuk mengkaji kebijakan. Kenaikan harga BBM misalnya, dampaknya ke ongkos angkut naik terus sehingga memberatkan,” keluhnya. Wakil Sekretaris Jenderal Asosiasi Pengelola Pusat Belanja Indonesia (APPBI ) Alphonzus Widjaja mengatakan, akibat kenaikan harga barang dan jasa telah membuat daya beli masyarakat di mall-mall menurun. Situasi ini, katanya, menganggu bisnis mall. “Karena kami yang memberikan sewa atau pengelolaan mall, kami memberikan kepastian usaha ke para pengguna mall. Sebab sewanya mahal. Tapi kenaikan
reviewweekly 07 Tahun V | 5-11 Oktober 2015
harga BBM dan pelemahan rupiah telah berkontribusi negatif terhadap bisnis mall,” ujar Widjaja. Tahun ini memang tahun menyedihkan buat sektor ritel akibat turunnya konsumsi. Semua terjadi karena lemahnya daya beli masyarakat. Konsultan ritel dan staf ahli Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) Yongky Surya Susilo mengatakan, pertumbuhan ritel tahun ini masih akan menurun. Jika pada 2013 pertumbuhan ritel di kisaran 15%-18% dan pada kuartal IV/2014 turun menjadi 12,7%, tahun ini dikhawatirkan bisa di bawah 10%. “Padahal ritel ini kan driver pertumbuhan ekonomi. Saya yakin penurunan ini akan memengaruhi kinerja ekonomi Indonesia,” ujarnya. Menurut Yongky, penurunan itu merupakan akumulasi dari kondisi yang menekan konsumsi masyarakat di Tanah Air, yakni peningkatan harga energi (BBM, listrik, elpiji, dan air), naiknya pajak konsumen, regulasi yang kurang mendukung di industri ritel dan manufaktur, serta melemahnya nilai tukar rupiah. n
Pedagang kelontong: Omset turun.
33
MAKRO Kilang minyak
Insentif untuk Investor Kilang Mencari investor kilang minyak bukan perkara gampang. Selain modalnya besar, keuntungannya juga tipis. Makanya, dikeluarkanlah insentif. TEKS Kukuh Bhimo Nugroho foto Dok. Review, riset
P
emerintah mulai menemukan jalan keluar untuk pembangunan kilang minyak di Indonesia, yang selama ini terasa begitu seret. Kini, investor yang ingin membangun kilang minyak akan diberikan insentif. Insentif yang akan diberikan pemerintah itu, antara lain penghapusan pajak penghasilan dalam waktu tertentu (tax holiday) dan memangkas komponen pembentukan setoran PPh (tax allowance). Selain itu, pemerintah juga bakal membebaskan pengenaan Pajak Penambahan Nilai (PPN) dan bea masuk (BM) bagi barang-barang yang dibutuhkan di dalam pembangunan proyek kilang tersebut. Saat ini, pemerintah tengah menyiapkan beberapa payung hukum berupa Peraturan Presiden (Perpres) untuk menjamin investasi yang bakal ditanamkan para investor. Dua diantaranya mengenai penetapan Pertamina sebagai pembeli produk kilang (offtaker), hingga penyediaan tanah apabila proyek tersebut dijalankan dengan skema kerjasama pemerintah dan swasta atau yang dikenal public private partnership (PPP). Sebagai informasi, pemerintah tengah menyiapkan proyek refinary, salah satunya yang akan dibangun di Bontang, Kalimantan Timur. Kilang minyak yang akan dibangun ini berkapasitas cukup banyak, yakni 300.000 barel per hari (bph). Memang, kilang minyak yang akan menelan investasi sekitar Rp 90 triliun tersebut bukan hanya milik Indonesia. Kilang ini juga milik Irak. Hanya saja, investor dari Irak ini belakangan maju mundur alias tidak begitu serius. Pemerintah memang sangat berharap investor asing bersedia membangun kilang minyak. Makum, saat ini, jumlah kilang minyak yang ada di Indonesia hanya delapan unit, dan kebanyakan sudah berumur tua, sehingga kapasitas produksinya kecil. Dibandingkan Malaysia dan Singapura, kata ang-
34
gota Komisi VII DPR Dito Ganindito, kapasitas produksi kilang minyak Indonesia, tidak ada apa-apanya. “Di Malaysia, kapasitas produksinya di atas 720.000 bph. Kalau Singapura, lebih besar lagi, sekitar 1,3 juta bph. Di Indonesia banyak kilang tua, produksinya paling banter 800.000 bph,� ungkap Dito.
BUTUH BANYAK Itulah sebabnya, Indonesia butuh banyak kilang baru. Sebab, kilang baru sangat diperlukan guna mengolah minyak mentah (crude oil) menjadi bahan bakar minyak (BBM). Maklum, saban tahun kebutuhan BBM selalu naik. Untuk tahun ini, konsumsi BBM dalam negeri sudah di atas 1,5 juta barel per hari, sementara produksi di bawah 800.000 barel per hari. Saat ini, saban hari Pertamina harus mengeluarkan anggaran sebanyak
Kilang minyak Pertamina: Investasi besar, untung kecil.
reviewweekly 07 Tahun V | 5-11 Oktober 2015
MAKRO Kilang minyak US$ 150 juta. Besarnya impor BBM inilah yang kerap membuat neraca perdagangan defisit. Untuk menekan impor sebanyak itu, jalan keluar yang paling ampuh adalah membangun kilang minyak. Itulah kenapa, sejak awal tahun lalu beberapa pejabat pemerintah roadshow ke berbagai negara, termasuk Singapura sebagai salah satu pusat perdagangan minyak dunia. Tujuannya, ya itu tadi, mencari investor kilang minyak. Dalam kunjungan itu, mereka bertemu dengan 30 investor. Setelah dijajaki, ada enam investor yang serius ingin membangun kilang di Indonesia. “Dari enam investor tersebut, salah satunya adalah BP (British Petroleum), empat dari Jepang. Yang satu lagi, saya lupa negaranya,” kata sumber.
KEUNTUNGAN TIPIS Sebelumnya, Kuwait Petroleum Corporation (KPC) dan Aramco sudah menyatakan minatnya membangun kilang minyak. KPC menyatakan tertarik untuk membangun kilang di Bontang, Kalimantan Timur. Dana sebesar Rp 90 triliun pun sudah disiapkan. Sedangkan Aramco sudah menyiapkan dana sebesar US$ 10 miliar untuk pembangunan kilang, depo (storage), dan sistem distribusi. Toh, keinginan Aramco masuk ke Indonesia tampaknya bakal menemui hambatan. Soalnya, terdengar kabar Pertamina merasa keberatan. Sejumlah pengamat juga menilai, bila sampai terwujud, dampaknya
reviewweekly 07 Tahun V | 5-11 Oktober 2015
minyak dalam negeri bisa dikuasai pihak asing. Ichsanuddin Noorsy, pengamat ekonomi, bahkan menyebut, Aramco melihat peluang bisnis yang cukup besar di Tanah Air. Berada di sektor penyimpanan dan pengolahan minyak, tentu akan membuat Aramco memiliki kewenangan besar. Artinya, minyak yang diproduksi dari pengolahan itu nanti milik Aramco. Seharusnya Indonesia yang berperan utama dalam penguasaan minyak di sektor penyimpanan dan pengolahan. Bisa saja, nanti Aramco yang menentukan harga minyak di Tanah Air. Memang, mencari investor kilang minyak bukan perkara gampang. Sebab, tak banyak investor yang tertarik terjun ke bisnis ini. Selain modalnya besar, keuntungannya juga tipis. Itulah sebabnya, Dahlan Iskan saat masih menjabat Menteri BUMN keberatan saat Pertamina ‘dipaksa’ untuk membangun kilang. Untuk kilang berkapasitas 300.000 bph perlu modal Rp 90 triliun. Alasan lainnya, menurut Dahlan, tipisnya revenue dari bisnis kilang. Jadi, pembangunan kilang sebaiknya diserahkan kepada swasta, bukan Pertamina. “Saya sangat mendukung upaya pemerintah mencari investor kilang ke Singapura dan berbagai upaya Kementerian ESDM dalam menjaring investor,” katanya. Memang, nilai internal rate of return (IRR) bisnis kilang minyak hanya 9%. Hanya sedikit di atas suku bunga kredit yang bernilai 7,5%-8%. Pantas saja, kalau banyak investor tidak tertarik terjun ke bisnis ini. n
35
keuangan Pajak deposito
Memanggil si An Kegemaran menyimpan uang di luar negeri masih tinggi, sekali pun ada keharusan menyimpan DHE di bank dalam negeri. Macammacam cara dilakukan untuk menariknya kembali.
C
TEKS bastaman foto Dok. Review
elengan semar berisi US$ 103 miliar, rupanya, perlu dijaga baik-baik. Usaha menjaga cadangan devisa dengan mewajibkan devisa hasil ekspor (DHE) disimpan di bank-bank dalam negeri, ternyata dianggap belum cukup ampuh. Itu sebabnya, otoritas moneter dan fiskal merasa perlu memasang pagar tambahan dengan memotong pajak penghasilan (PPh) atas bunga DHE yang disimpan di deposito. Besaran diskon pajak atas penghasilan bunga deposito tersebut berkisar antara 50% hingga 100%, tergantung jangka waktu dan jenis mata uang. Jika DHE disimpan di deposito dolar selama satu bulan, misalnya, maka PPh atas bunga deposito tersebut akan diturunkan dari 20% saat ini menjadi 10% alias dipangkas separuhnya. Sementara DHE yang disimpan di deposito rupiah berjangka satu bulan, pajaknya dipangkas dari 20% jadi 7,5% atau memperoleh diskon pajak hingga 62,5% (lihat tabel). Bila para pengusaha atau eksportir merasa lebih nyaman menyimpan devisanya di deposito bank-bank dalam negeri, otomatis pengeluaran devisa BI untuk melayani permintaan valuta asing tunai (bank notes) akan mengendur karenanya. Sehingga, cadangan devisa BI benar-benar bisa dimanfaatkan untuk tujuan produktif, yakni membiayai impor bahan baku dan penolong bagi industri lokal, bukan untuk spekulasi atau jalan-jalan ke luar negeri. Alasannya memang tidak berbeda jauh dengan kebijakan terkait swap hedging. Untuk memberikan rasa nyaman kepada pemilik valas yang melakukan aktivitas di Tanah Air dalam rupiah, BI memperpanjang tenor swap hending menjadi minimal satu tahun. “Agar ada kepastian terhadap hedging ke depan,� ujar Juda Agung, Direktur Eksekutif Departemen Kebijakan Ekonomi dan Moneter BI. Bukan hanya memberikan kepastian, BI juga akan melonggarkan penjualan valas di pasar forward (tran-
36
saksi valuta asing dengan waktu jatuh tempo transaksi 30 hari – 360 hari). Jika selama ini transaksi valas di pasar forward dibatasi sampai US$ 1 juta, kelak akan dilonggarkan menjadi US$ 5 juta. Selama ini, rupiah kerap tertekan gara-gara suplai valas di pasar forward lebih kecil ketimbang permintaan. Terutama di bulan Maret dan Agustus, ketika banyak korporasi harus membayar utang valas. Jika upaya BI ini berhasil, bukan tidak mungkin celengan semar akan disesaki devisa. Maklum, menurut taksiran Budi G Sadikin, Direktur Utama Bank Mandiri, dana WNI yang diparkir di Singapura saja mencapai Rp 1.500 triliun. Bila ditambah dengan dana atau aset perusahaan Indonesia yang berinvestasi di Singapura, jumlahnya bisa mencapai Rp 4.000 triliun atau sekitar US$ 267 miliar. Angka ini setara dengan 2,5 kali cadangan devisa di Bank Indonesia.
NEGERI JIRAN MEMANG LEBIH MENARIK Tapi, harus diakui, memanggil pulang uang yang parkir di negeri jiran tidak semudah seperti memanggil si anak hilang agar mau tidur siang di rumahnya. Soalnya, pemilik dana itu terbilang pandai membaca situasi moneter dan beleid pemerintah. Ketika peme-
Aktivitas pelabuhan Tanjung Priok: Mereka lebih suka menyimpan devisa di Singapura.
reviewweekly 07 Tahun V | 5-11 Oktober 2015
keuangan Pajak deposito
nak Hilang rintah akan menaikkan harga BBM, misalnya, orang berduyun-duyun menukarkan rupiah mereka. Yang merisaukan, mereka kemudian menempatkan dananya di pelbagai bank di luar negeri. Yang rugi, tentu saja pemerintah dan masyarakat Indonesia. Pemerintah tidak akan memperoleh pajak karena dana itu tidak digunakan untuk membuka bisnis di Indonesia. Kalangan usaha pun rugi, karena mereka sulit mencari kredit. Kalaupun ada, suku bunganya sangat tinggi. Lapangan kerja, dengan sendirinya, menjadi sangat terbatas. Yang lebih para lagi, karena cadangan devisa di BI terbatas, kurs rupiah menjadi mudah digoyang isu-isu sensitif. Menurut Yustinus Prastowo, Direktur Eksekutif Center for Indonesia Taxation Analysis, orang lebih suka menyimpan devisanya di bank luar negeri lantaran pertimbangan bisnis. Baik karena sering berubahnya nilai tukar rupiah maupun stabilitas ekonomi. Bisa dimengerti bila kemudian pemilik dana berusaha menghindari kerugian akibat perubahan kurs dengan mengkonversikan ke valuta asing dan kemudian menempatkannya di bank luar negeri. Selain itu, tingkat bunga yang ditawarkan bankbank asing di Singapura jauh lebih tinggi dibanding-
kan kalau menyimpan di Indonesia dalam bentuk dolar. Citibank Singapore, misalnya, memasang suku bunga 0,08% untuk deposito berjangka tiga bulan. Lebih tinggi ketimbang suku bunga yang diberikan Citibank Indonesia, yakni 0,075%. Sudah begitu, inflasi di Negeri Singa itu hanya berkisar 2% - 2,5% per tahun atau separuh dari inflasi Indonesia. Stabilitas politik, keamanan, dan penegakan hukum di Singapura juga dinilai lebih baik ketimbang Indonesia. Jadi, cukup masuk akal bila orang-orang kaya Indonesia lebih suka menyimpan dananya di bank-bank Singapura. Kebetulan, negeri ini menganut rezim devisa bebas, dimana setiap individu dan perusahaan bebas menempatkan uangnya di mana saja dan berapa pun jumlahnya. Itu sebabnya, karena Indonesia kalah menarik dibandingkan Singapura atau negara lain, Yustinus mengusulkan agar pemerintah tidak malu-malu melarang DHE disimpan di bank luar negeri dan menunjuk bank lokal sebagai penampung DHE. “Singapura memberikan insentif pajak 0% atas bunga deposito dengan syarat DHE ditempatkan di bank-bank yang disetujui pemerintah,� ujarnya. Nah, wahai para pengusaha, daripada Anda menyimpan DHE di luar negeri dan memberi kesempatan kerja untuk orang di luar sana, bukankah lebih baik bila uang itu dirupiahkan dan ditabung di sini. Karena, dengan uang itu juga, para pengusaha bisa menciptakan lapangan kerja di Tanah Air. n
Insentif bagi eksportir yang membawa devisa hasil ekspor (DHE) ke dalam negeri Insentif bagi DHE yang disimpan dalam deposito dolar di bank dalam negeri: 1. Jika DHE disimpan di deposito valas berjangka satu bulan, PPh atas pendapatan bunga deposito dipangkas dari 20% menjadi 10%. 2. Jika DHE disimpan di depositokan berjangka tiga dan enam bulan, maka pajaknya didiskon menjadi 7,5% dan 2,5%. 3. Jika ditempatkan di deposito dolar berjangka lebih dari satu tahun, maka dibebaskan dari PPh atas bunga deposito. Insentif bagi DHE yang disimpan di deposito rupiah di bank dalam negeri: 1. Jika DHE ditabung di deposito rupiah berjangka satu bulan, tarif pajaknya diturunkan dari 20% menjadi hanya 7,5%. 2. Jika DHE ditabung di deposito rupiah berjangka tiga bulan, maka hanya akan terkena PPh 5%. 3. Jika DHE ditabung di deposito rupiah berjangka enam bulan atau lebih, pajak bunga depositonya menjadi 0%. Sumber: Riset
reviewweekly 07 Tahun V | 5-11 Oktober 2015
37
keuangan Bisnis syariah
Bisnis Syariah: Hanya melayani pasar yang terlanjur ada.
Pamornya Mulai Meredup Akibat perekonomian memburuk, bisnis lembaga keuangan berbasis syariah semakin terpuruk. Beberapa perusahaan bahkan terpaksa menutup unit usaha syariahnya. TEKS bastaman foto Dahlan Rp, Riset
M
emahami perilaku kaum muslim Indonesia memang tidak mudah. Buktinya, kendati mayoritas penduduk negeri ini beragama Islam, perkembangan ekonomi syariah justru berjalan lamban. Betul, belakangan ini jenis usaha berlabel syariah seperti perbankan, asuransi, pegadaian, dan multifinance mulai menghiasai ekonomi nasional. Produk yang ditawarkan
38
pun semakin beragam, mulai dari indeks saham syariah, obligasi, hingga reksa dana. Sayangnya, ya itu tadi, perkembangannya amat menyedihkan. Bahkan, di industri multifinance, beberapa perusahaan telah menutup usaha syariahnya. Menurut Mochammad Muchlasin, Direktur Industri Keuangan Non Bank Syariah Otoritas Jasa Keuangan (OJK), sejak awal tahun sudah lima perusahaan pembiayaan mengembalikan izin usaha syariah ke OJK. “Sepertinya mereka salah mengkalkulasi prospek bisnis pembiayaan syariah,� ujarnya. Salah hitung? Mungkin. Sebab, ketika ketentuan uang muka (DP) 30% atau loan to value (LTV) 70% diberlakukan pada 2012, banyak bank atau perusahaan pembiayaan konvensional yang terjun ke bisnis syariah. Maklum, kebijakan untuk mengekang pemberian kredit kendaraan bermotor (KKB) dan kredit pemilikan rumah (KPR) tersebut tidak berlaku bagi bank dan multifinance syariah. Jadi, jangan kaget bila jumlah perusahaan yang terjun di bisnis halal ini hingga akhir tahun lalu mencapai
reviewweekly 07 Tahun V | 5-11 Oktober 2015
keuangan Bisnis syariah 44 buah. Ada yang beroperasi penuh secara syariah, seperti PT Al Ijarah Indonesia Finance. Namun kebanyakan hanya berupa divisi atau unit usaha syariah (UUS), laiknya pembiayaan syariah yang dikembangkan oleh PT Federal International Finance (FIF) Syariah atau WOM Finance Syariah. Dan betul, kendati margin atau bunga yang dikutip multifinance syariah lebih tinggi dari yang konvensional, animo masyarakat untuk memanfaatkan jasa lembaga keuangan syariah cukup tinggi. Terbukti, ketika banyak perusahaan pembiayaan mengerem laju kreditnya, tidak demikian dengan perusahaan pembiayaan syariah. Melalui kerjasama dengan bank syariah, multifinance bernafaskan Islam ini justru semakin menyalurkan pembiayaan. Tapi sayang, masa keemasan multifinance syariah hanya berlangsung sesaat. Ketika aturan DP minimum 30% diberlakukan kepada perusahaan pembiayaan syariah, awal 2013, penyaluran kredit dari lembaga keuangan ini terus mengecil. Mengutip data OJK, selama semester I – 2015, piutang pembiayaan syariah mengalami penurunan sebesar 24,7% menjadi tinggal 15,38 triliun. Dan, penurunan ini terus belanjut hingga Agustus kemarin. “Penurunannya sekitar Rp 200 miliar per bulan,” ujar Muchlasin. Karena dinilai tidak menguntungkan lagi, beberapa multifinance terpaksa menutup usaha syariahnya. Sementara yang sudah terlanjur besar, seperti FIF Syariah, kini mereka hanya mempertahankan pasar yang terlanjur ada. “Keberadaan UUS kami hanya untuk melayani pasar yang sudah ada. Seperti Nangroe Aceh Darussalam dan Padang yang 80% pembiayaannya memakai skema syariah,” ujar Tjap Tet Fa, Direktur Marketing FIF.
pengusaha dan bank sebagai pemberi modal. Nah, ketika iklim ekonomi memburuk dan banyak perusahaan yang merugi seperti sekarang ini, debitor bisa terlepas dari lilitan utang kepada bank. Itulah sebabnya, bisa dipahami bila beberapa bank syariah mulai mengerem kucuran kreditnya. Maybank Syariah Indonesia, contohnya. Karena iklim ekonomi diperkirakan belum akan membaik hingga tahun depan, bank milik Maybank Malaysia akan bersikap pelit dalam mengucurkan pinjamannya. “Kondisi ini tak hanya dialami kami, tapi juga industri perbankan syariah,” ujar Norfadelizan Abdul Rahman, CEO & Presiden Direktur Maybank Syariah. Lantas, bagaimana dengan industri asuransi syariah? Tampaknya tak jauh berbeda. Hingga semester I, pendapatan premi asuransi umum syariah mengalami penurunan sebesar 8% dibanding periode yang sama tahun lalu. Menurut Adi Pramana, Ketua Aosisasi Asuransi Syariah Indonesia (AASI), buruknya kinerja multifinance syariah cukup berdampak pada industri asuransi syariah. Maklum, sekitar 60% dari bisnis asuransi umum syariah disumbang dari asuransi kendaraan. Pertanyaannya, akankah pamor bisnis syariah bakal kembali memikat? Entahlah. Hanya saja Muliaman D Hadad, Ketua Komioner OJK, optimistis bisnis syariah akan kembali mekar. Ia memperkirakan, iklim ekonomi di semester II akan lebih baik ketimbang pencapaian di semester I. n
SUDAH MENCEMASKAN Nasib perbankan dan asuransi syariah memang tidak seburuk pembiayaan syariah. Perbankan syariah, misalnya. Hingga Juni 2015, aset bank umum syariah (BUS) dan UUS tercatat telah mencapai Rp 272,39 triliun atau tumbuh sebesar 8,39% secara year to year. Pada periode tersebut, total DPK BUS dan UUS mengalami peningkatan 12,39% dari Rp 191,59 triliun pada menjadi Rp 215,34 triliun. Sementara total pembiayaan yang disalurkan tumbuh sebesar 5,57% menjadi Rp 203,89 triliun. Kendati masih bertumbuh, perbankan syariah kini tengah menghadapi persoalan pembiayaan bermasalah (non performing financing atau NPF) yang cukup serius. Berdasarkan data OJK, rasio NPF perbankan syariah mengalami kenaikan dari 3,90% pada Juni 2014 menjadi 4,76% pada Juni tahun ini. Bahkan ada empat BUS yang rasio NPF-nya sudah di atas ambang batas aman 5%, yakni BRI Syariah (5,31%), BJB Syariah (6,91%), Maybank Syariah Indonesia (15,15%), dan Bank Victoria Syariah (5,03%). Angka tersebut dua kali lipat dari kredit macet (NPL) di perbankan konvensional yang sekitar 2,3%. Kelesuan ekonomi dituding sebagai penyebab dari meroketnya NPF. Soalnya, sesuai dengan prinsip syariah, kerugian akan ditanggung bersama-sama antara
reviewweekly 07 Tahun V | 5-11 Oktober 2015
39
keuangan valas
Patahnya Semangat Mendolar Untuk meredam aksi spekulasi, dana BUMN ditarik dari bank pemerintah, lalu diparkir di BI. Rupiah berpeluang menguat, terutama setelah ada iming-iming diskon pajak bunga deposito. TEKS bastaman foto Riset
R
bunga di level 0% - 0,25%. Dengan kata lain, menyimpan rupiah sebenarnya lebih menguntungkan daripada menukarkan dan kemudian mendepositokannya dalam dolar. Tapi, ya itu tadi, spekulasi toh tetap terjadi. Salah satu penyebabnya, karena ada dana tidak produktif di pasaran. Dana itu terutama dana APBN/APBD dan dana BUMN yang tersimpan di bank-bank pemerintah. Supaya dana mengendap itu menghasilkan uang, bank-bank BUMN lalu memutarnya di PUAB. Tapi, siapa sangka pinjaman jangka pendek itu kemudian didolarkan oleh bank swasta dan asing. Karena itu, salah satu cara yang paling efektif men-
upiah tiba-tiba menjadi penting. Tak hanya jadi topik pembicaraan, ia sampai akhir pekan lalu terus dicari oleh hampir semua bankir. Indikasi itu terlihat jelas dari melesatnya suku bunga di pasar uang antarbank (PUAB). Bahkan, Selasa pekan lalu, bunga PUAB untuk tenor satu malam (overnight) sempat melesat 215 basis poin menjadi 7,93%. Betul, setelah itu bunga overnight berangsur turun, dan Kamis pekan lalu berada di level 6,93% atau 183 basis poin di atas rata-rata bunga overnight pekan sebelumnya. Apa yang telah terjadi? Tak seorang pun yang tahu. Namun seorang bankir swasta membisikan, pekan lalu pemerintah telah meminta sejumlah BUMN menarik dana mereka di pelbagai bank pemerintah. Dana itu lalu disimpan di Sertifikat Bank Indonesia (SBI) dan Sertifikat Deposito Bank Indonesia (SDBI). Kabarnya, tujuan dari penarikan dana BUMN itu adalah untuk mematahkan aksi spekulasi pembelian dolar yang dilakukan bank swasta dan asing. Spekulasi memborong dolar memang agak meningkat belakangan ini. Selama Agustus, misalnya, pembelian dolar telah menyebabkan cadangan devisa di BI terkuras US$ 2,2 miliar menjadi tinggal US$ 105,34 miliar. Lalu, di bulan September, benteng pertahanan BI itu kembali kebobolan sekitar US$ 2 miliar. Artinya, dalam dua bulan terakhir, cadangan devisa telah terkuras US$ 4 miliar lebih. Alhasil, bersamaan dengan berkurangan cadangan devisa di BI, nilai tukar rupiah terhadap dolar semakin terpuruk. Pendolaran rupiah ini jika bukan untuk tindakan spekulatif memang sulit dimengerti. Sebab, itu terjadi setelah pemerintah mengumumkan paket Kebijakan Ekonomi Jilid I. Aksi borong dolar juga marak setelah The Fed mengumumkan tetap mempertahankan suku
40
reviewweekly 07 Tahun V | 5-11 Oktober 2015
keuangan valas cegah spekulasi adalah dengan menarik dana BUMN secara berangsur. Pembekuan dana itu, untuk jangka pendek, jelas akan menganggu pembiayaan sejumlah proyek. Tapi, apa boleh buat, langkah tak populer itu terpaksa diambil untuk menggebuk para spekulan. “Mengerek bunga overnight merupakan cara BI menarik uang beredar agar tidak digunakan untuk spekluatif,” ujar Haryono Tjahjarijadi, Direktur Utama Bank Mayapada Internasional.
POTENSINYA MENCAPAI MENCAPAI US$ 30 MILIAR Hasilnya memang tidak mengecewakan. Dolar mulai ke luar dari sarangnya, dan rupiah pun kembali ke lemari BI. Kamis pekan lalu, kurs rupiah ditutup di level Rp 14.654 atau hanya melemah 0,06% dibandingkan pekan sebelumnya. Selain akibat penarikan dana BUMN, rupiah juga tertolong oleh pelemahan dolar di pasar global. “Rupiah berhasil mengambil peluang dari pelemahan dolar,” ujar Trian Fathria, Research and Analyst Divisi Treasury Bank BNI. Pelemahan dolar itu terjadi setelah Charles Evans, salah satu pejabat The Fed, menyatakan dukungannya terhadap kenaikan suku bunga The Fed pada pertengahan 2016. Bila faktor Evans tidak diperhitungkan,
di pekan-pekan ini rupiah sebenarnya sedang disambut oleh beberapa sentimen positif. Setelah neraca perdagangan mengalami perbaikan, posisi rupiah bakal diuntungkan oleh deflasi 0,05% di bulan September. Sehingga, inflasi untuk tahun kalender hanya 2,24%. Dengan tingkat inflasi yang relatif rendah, ada peluang bagi BI untuk memangkas suku bunga acuan. Dan itu, menurut Trian, akan membuat sektor riil menggeliat kembali. Ditambah lagi, hasil penjualan obligasi ritel 012 (ORI) juga terolong lumayan. Dalam sepekan, total permintaan yang masuk sudah mencapai 74% dari target pemerintah sebesar Rp 20 triliun. Padahal penawaran ORI012 baru akan ditutup 15 Oktober depan. “Dari sana setidaknya ada sedikit dolar yang masuk,” ujar Trian. Tapi yang agaknya menolong lambannya gerakan turunnya nilai tukar rupiah terhadap dolar adalah pengumuman Paket kebijakan Ekonomi Jilid II. Kebijakan pemberian diskon pajak bunga deposito bagi eksportir yang membawa masuk devisa hasil ekspor (DHE) ke bank dalam negeri akan membuat pasokan dolar cukup melimpah (lihat keuangan: Memanggil si Anak Hilang). Kalau kebijakan diskon pajak deposito ini berjalan mulus, maka potensi DHE yang bisa mengalir masuk ke bank-bank lokal mencapai US$ 30 miliar per tahun. “Namun kami ambil angka konservatif saja, yakni sekitar US$ 12 miliar per tahun,” ujar Juda Agung, Direktur Eksekutif Kebijakan Ekonomi dan Moneter BI. Masuknya DHE ke bank-bank lokal ini jelas akan mendorong penguatan rupiah. Nah, kalau pejabat BI saja sudah begitu yakin apalagi pengamat pasar uang macam Trian. Makanya, ia berani memperkirakan pekan ini rupiah berpeluang menguat ke level Rp 14.600 per dolar. Hanya saja, menurutnya, penguatan itu tidak akan menyentuh level Rp 14.500. Sebab, kalau rupiah sudah mendekati angka tersebut, rupiah pasti akan “dimakan” oleh para spekulan. Ujung-ujungnya, nilai tukar rupiah terhadap dolar akan melemah lagi. Tapi Putu Agus Pransuamitra, analis dari Monex Investindo Futures, ternyata tidak seoptimistis Trian. Menurut pandangannya, kalau pun penguatan itu ada, terjadinya hanya pada kisaran tipis-tipis saja. Putu justru melihat peluang rupiah untuk kembali melemah masih cukup besar. Pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) Amerika di kuartal II yang lebih baik ketimbang kuartal I, misalnya, itu jelas akan membuat dolar semakin perkasa. n
Rupiah berhasil mengambil peluang dari pelemahan dolar.
reviewweekly 07 Tahun V | 5-11 Oktober 2015
41
Pasar Modal IHSG
Siap-Siap, Pem Indeks diperkirakan bakal menguat di pekan ini. Paling tidak, akhir tahun akan kembali ke level 5.000.
P
TEKS Ahmad Munjin foto riset
elambatan ekonomi di berbagai negeri, plus rencana The Fed menaikkan tingkat bunga acuan, tetap menjadi momok yang mengkhawatirkan di pasar modal. Makanya, indeks harga saham gabungan naik-turun dengan tajam dengan kecenderungan melandai. Seperti yang terjadi pekan lalu. Pada akhir pekan, indeks ditutup di level 4.207,88 setelah sehari sebelumnya menguat ke 4.254. Jika dihitung-hitung, selama sepekan lalu indeks menguat super tipis, dua poin. Lantas bagaimana kondisi di pekan ini? Tampaknya, masih seperti minggu sebelumnya, stagnan. Tapi sebagian pelaku pasar memprediksi indeks akan berpeluang untuk konsolidasi. “Selama IHSG bisa bertahan di atas support 4.111, tidak tertutup kemungkinan untuk menguat ke resistance 4.308,� kata Wlliam Surya Wijaya, analis PT Asjaya Indosurya Securities. Akan tetapi, lebih baik jika IHSG bisa bertahan di atas 4.345 untuk memperkuat posisi uptrend jangka pendeknya. Posisi indeks sekarang masih sideways untuk jangka pendek sehingga dibutuhkan konfirmasi kenaikan di atas 4.345. Angka ini lebih menunjukkan arah IHSG lebih ke tren naik. Untuk jangka yang lebih panjang sekali di atas 5 tahun, IHSG masih berada dalam uptrend. Untuk jangka menengah dan pendek, arah IHSG lebih ke arah sideways. Tapi, time frame setiap orang berbeda-beda. Kekhawatiran pasar merupakan akibat dari beritaberita yang beredar terkait China dan ekonomi dalam negeri. Begitu juga dengan isu suku bunga The Fed. Investor di dalam negeri seharusnya melihat posisi IHSG sekarang merupakan momentum tepat untuk melakukan pembelian saham. Sebab, investor dalam negeri lebih tahu tentang kondisi ekonomi Indonesia. Meski ekonomi Indonesia melambat, kata William, tapi tetap masih bergerak. Ekonomi Indonesia tidak berhenti. Jika dengan kondisi ekonomi ini saja tidak yakin, dan bingung untuk investasi di luar negeri atau bingung dengan hal-hal yang lain, menandakan kita ti-
42
dak mengenal negara sendiri. Alangkah baiknya kalau kita ketahui sendiri kondisi makro kita agar lebih mengenal dan yakin untuk investasi di negara kita sendiri. Sementara itu, level bottom IHSG di level berapa, tidak pernah bisa kita tentukan. Sebab, jika bicara bottom dan ternyata ditembus, bicaranya akan berbeda lagi nanti. Kalau seorang investor berniat investasi, kenapa mereka beli saham pada 2013 dan tidak khawatir saham-saham properti turun pada 2015. Dan, ternyata, sekarang turun. Jika investasi, tinggal lihat time framenya berapa lama. “Kita beli sekarang, untuk dilihat tahun depan atau dua tahun lagi,� tutur Wiliam. Akan tetapi, investor harus punya pemikiran atau wawasan tentang ekonomi makro Indonesia. Jika yakin dengan negara kita, ya sudah, tidak usah memikirkan bottom.
YAKIN BAKAL MENGUAT Untuk saham-saham pilihan, William merekomendasikan saham-saham di sektor perbankan dan konsumsi. Diantaranya saham PT Bank Negara Indonesia
reviewweekly 07 Tahun V | 5-11 Oktober 2015
PASAR MODAL IHSG
mbalikan Arah
(BBNI), PT Bank Rakyat Indonesia (BBRI), PT Bank Mandiri (BMRI), dan PT Bank Central Asia (BBCA). Di industri konsumer, PT Indofood Sukses Makmur (INDF) dan PT Unilever Indonesia (UNVR) . Profil investasi setiap orang berbeda. Boleh akumulasi bertahap pada saham-saham tersebut. Dengan kondisi pasar yang seperti sekarang, investor yang tidak terlalu kuat modal sebaiknya mereka melakukan pembelian dengan cara menyicil, bertahap. Dengan cara demikian, tingkat risiko menjadi lebih terjaga. John Veter, pengamat pasar moda, punya pandangan lain. Pelemahan indeks akhir pekan lalu, kata dia, merupakan aksi profit taking. Dan itu wajar. Profit taking ini memang bermakna positif agar penguatan awal IHSG tidak terlalu overheating di awal-awal pembalikan arah IHSG ke penguatan yang merupakan juga awal pulihnya pasar saham Indonesia hingga akhir 2015 nantinya. John melihat, ada potensi penguatan IHSG di pekan ini, seiring positifnya data ekonomi Indonesia seperti inflasi. Di samping itu, data neraca perdagangan juga akan dirilis yang juga diharapkan memberikan angka yang positif. Kita berharap, Indonesia masih
reviewweekly 07 Tahun V | 5-11 Oktober 2015
mencatatkan surplus dalam neraca perdagangannya. Target IHSG akhir tahun bisa kembali ke 5.200an. Apalagi, jika The Fed benar-benar jadi menaikkan suku bunga pada Oktober ini. Sebab, kenaikan itu mengakhiri ketidakpastian suku bunga The Fed yang terjadi selama ini. Memang rupiah bertengger di atas 14.700, Tapi, John melihat pembalikan arah ke penguatan bagi rupiah seiring membaiknya angka inflasi di level 6,83% year on year. Minggu ini rupiah masih relatif datar tapi dalam sepekan ke depan, rupiah berpeluang menguat hingga 14.500-14.600 per dolar AS. Sementara itu, faktor China sudah tidak terlalu berpengaruh banyak ke bursa saham domestik. Semua sentimen negatif dari China sudah didiskon oleh pasar. Dalam situasi ini, John menyarankan beli sahamsaham unggulan yang sudah jatuh cukup dalam seperti saham-saham di sektor perbankan, konsumer, dan konstruksi-properti. Saham-saham di sektor-sektor tersebut bisa dijadikan pilihan karena ke depan BI rate berpeluang turun seiring penurunan inflasi. Spesifik saham pilihannya BBCA, BBRI, UNVR, ICBP, PT Pembangunan Perumahan (PTPP), PT Wijaya Karya (WIKA). PT Pakuwon Jati (PWON) dan PT Lippo Karawaci (LPKR) juga bisa dijadikan pilihan. “Saya rekomendasikan beli saham-saham tersebut, jangan ragu. Sebab, risiko pasar sekarang tidak terlalu besar,� katanya. Risiko IHSG turun ke 3.900 lebih kecil dibandingkan dengan potensi reward, peluang penguatan IHSG ke 5.200 hingga akhir 2015. Semoga. n
IHSG
43
Pasar Modal Saham CPO
Saham CPO Mulai Encer Jika The Fed menaikkan suku bunga, diperkirakan permintaan CPO akan meningkat. Begitu juga saham-sahamnya.
Saran serupa diberikan untuk saham PT Tunas Baru Lampung (TBLA) dan Salim Ivomas Pratama (SIMP). TBLA punya support di Rp 460 dan resistance Rp 490. Sedangkan SIMP diperkirakan akan bergerak di kisaran Rp 440 dan resistance di Rp 460. “Di antara saham-saham itu, yang saya jagokan untuk pilihan pertama adalah AALI, LSIP dan SIMP,” katanya.
TEKS Ahmad Munjin foto Dok. Review
S
etelah berkutat di kubangan, harga minyak sawit alias CPO kini mulai menggeliat. Belum banyak, memang. Artinya, belum menyamai harga ‘normal’ karena untuk pengiriman Desember si licin baru dihargai US$ 546,79 per metrik ton. Kenaikan itu terjadi karena adanya ekspektasi bahwa The Federal Reserve akan menaikkan suku bunga acuannya sebelum tahun ini berakhir. Menurut William C Dudley, Presiden The Fed New York, bank sentral AS kemungkinan akan menaikkan suku bunga pada akhir tahun dan memperketat kebijakan moneternya secara bertahap setelah itu. Pernyataan ini sekaligus mengonfirmasi perkataan pimpinan The Fed Janet Yellen yang bilang outlook ekonomi global yang tidak menentu tidak akan menunda rencana kenaikan suku bunga hingga 2016. “Kenaikan suku bunga the Fed menimbulkan ekspektasi membaiknya perekonomian global yang mendorong permintaan terhadap komoditas,” kata Yuganur Wijanarko, Kepala Riset HD Capital. Lantas bagaimana dengan perkembangan harag saham-sahamnya, terutama yang bergerak di industri sawit? Yuganur, merekomendasikan beli saham PT Astra Agro Lestari (AALI) dengan support di Rp18.500 dan resistance Rp21.000. AALI punya Price to Earnings Ratio (PER) di level 34 kali dan Return on Equity (RoE) sebesar 8%. Dari sisi kapitalisasi pasar, AALI yang terbesar. Kemudian PT BW Plantation (BWPT). Ini merupakan perusahaan kurang untung dengan PER di level 207 kali dan RoE 0,3%. Untuk BWPT, ia netral. Saham PT London Sumatera Plantation (LSIP), direkomendasikan beli dengan support di Rp 1.430 dan resistance di Rp 1.600. Sementara saham PT Sinar Mas Agro Resources and Technology (SMAR) adalah perusahaan rugi. Sama dengan saham PT Bakrie Sumatera Plantation (UNSP), Yuganur tidak memberikan rekomendasi. Saham PT Sawit Sumbermas Sarana (SSMS) punya PER di level 23 kali dan RoE 25%. Secara fundamental, SSMS, emiten yang paling baik. Saham ini punya support di Rp 1.640 dan resistance di Rp 2.000. Rekomendasinya beli.
44
reviewweekly 07 Tahun V | 5-11 Oktober 2015
Pasar Modal Saham Migas MASIH ADA KESEMPATAN Suasana cerah juga terlihat oleh Lanjar Nafi Taulat Ibrahimsyah, research analyst dari PT Reliance Securities. “Secara teknikal, tren jangka panjangnya cenderung bearish. Tapi untuk jangka menengah sedang membentuk tren bullish,” katanya. Saham-saham ini sangat berhantung pada harga komoditas Crude Palm Oil (CPO) dan iklim. Jika permintaan CPO China bagus, harganya akan bagus. Saham-saham perkebunan di Tanah Air juga bisa melonjak. Untuk jangka panjang, jika Fed jadi menaikkan suku bunga acuannya, memicu ekspektasi pemulihan ekonomi negara itu sehingga ada ekspektasi kenaikan permintaan komoditas termasuk CPO.
reviewweekly 07 Tahun V | 5-11 Oktober 2015
Saya rekomendasikan sell on strength bagi yang sudah punya dan speculative buy bagi yang belum punya dengan target kenaikan di Rp 20.750. Hanya saja, untuk jangka pendek, ekonomi ASChina bergerak berseberangan. Ekonomi AS pulih, ekonomi China melambat dan dikhawatirkan China tidak mampu menghadapi kenaikan suku bunga The Fed. Padahal, komoditas Indonesia lebih banyak diekspor ke China. Oleh karena itu, untuk jangka pendek, CPO Indonesia akan terimbas negatif oleh ekonomi China. Sahamsaham CPO juga akan terpengaruh negatif oleh pelemahan rupiah akibat tingginya permintaan dolar AS. Saham PT Astra Agro Lestari (AALI) untuk jangka panjang masih bearish pergerakannya. Untuk jangka menengah, saham ini coba membentuk tren bullish. Jadi masih ada peluang penguatan, diprediksi saham ini akan bergerak di kisaran Rp 18.400 dan Rp 20.750. “Saya rekomendasikan sell on strength bagi yang sudah punya dan speculative buy bagi yang belum punya dengan target kenaikan di Rp 20.750,” kata Lanjar. Saham PT London Sumatera Plantation (LSIP) untuk jangka panjang masih bearish. Akan tetapi, untuk jangka menengah cukup positif karena membentuk tren bullish jangka menengah. Jika punya saham ini, disarankan jual di harga tinggi. Apalagi, indikator stochastic juga sudah berada di area jenuh beli. LSIP punya support di Rp 1.435 dan resistance di Rp 1.520. Disarankan stop loss jika sudah menembus support tersebut. Tren jangka panjang saham PT Salim Ivomas Pratama (SIMP) masih bearish. Masih ada peluang penguatan, tapi pergerakannya sudah memasuki area overbought. Saham ini diprediksi akan bergerak di level Rp 425 dan Rp 475. Saham PT Sawit Sumbermas Sarana (SSMS) masih bearish untuk tren jangka menengah. Untuk panjangnya, trennya bagus. Ini satu-satunya saham perkebunan yang tren jangka panjangnya bullish. Indikator stochastic juga masih memperlihatkan peluang penguatan yang masih terbuka karena masih di area tengah oscillator. SSMS punya support di Rp 1.645 dan resistance di Rp 1.860. Jika tembus MA200, secara historis, pergerakan saham cenderung menguat. Jika di bawah MA200, tren masih lemah atau bearish. Jika SSMS bisa berada di level Rp 1.760 yang merupakan MA50, punya kesempatan besar untuk melanjutkan penguatan ke Rp 1.860. Rekomendasikan speculative buy hingga buy untuk saham SSMS. Selamat memilih. n
45
Pasar Modal Saham perbankan
Pinjaman dengan Bunga Selangit Pinjaman dari China, bukan soal bunganya yang tinggi. Dikhawatirkan ini menjadi gadai saham. TEKS Ahmad Munjin foto DAhlan RP
K
etika tiga bank pemerintah mendapat pinjaman dari China Development Bank, banyak orang bertanya-tanya. Ini bukan karena nilainya cukup besar (US$ 3 miliar), tapi juga lantaran tingkat bunganya yang cukup tinggi. Pinjaman berdurasi 10 tahun itu berbunga 2,85% di atas LIBOR. Yang paling mengejutkan 10% dari pinjaman itu diberikan dalam bentuk renminbi. Apakah ini pertanda Bank Mandiri, BRI dan BNI akan membiayai proyekproyek dari China? “Tidak harus (dari China),� sanggah Budi Sadikin, Direktur Utama Bank Mandiri. Persoalan yang lebih penting lagi, jika pada saja jatuh tempo bank-bank pemerintah itu tak bisa membayar, lantas ditukar guling dengan saham, bukankan ini sama saja dengan go privatisasi terselubung? Membeli saham dengan harga murah. Tapi, kekhawatiran tersebut ditepis oleh para analis. Kata Satrio Utomo, Kepala Riset PT Universal Broker Indonesia, ia tidak melihat masalah dengan pinjaman tersebut Pergerakan sahamnya pun masih menarik. Namun tak bisa dipungkiri, berita itu telah menyebarkan virus negatif terhadak saham-saham yang berkode BMRI, BBRI dan BNI. Soalnya, pinjaman tersebut dalam denominasi dolar AS. Jika dirupiahkan, bunga pinjaman tersebut equivalent dengan 15%-17%. “Tapi saya tidak tahu persisnya rumusannya seperti apa,� kata Satrio. Pada saat yang sama, bunga Kredit Usaha Rakyat (KUR) diturunkan. Pemerintah memaksakan kepada bank untuk memberikan KUR dengan bunga 12% dengan skema subsidi. Tapi, subsidinya seperti apa juga tidak jelas. Kesan yang ditangkap oleh pelaku pasar adalah bank BUMN dipaksa meminjam dengan suku bunga yang tinggi ke CDB, tapi dipaksa juga untuk menyalurkan kredit dengan suku bunga yang rendah sehingga sangat merugikan bank. Di sisi lain, Kementerian Keuangan dan pihak bank
46
sendiri tidak merespons dengan benar olahan berita negatif tersebut. Pemerintah tidak menjelaskan subsidi kredit seperti apa bentuknya. Mereka justru cenderung mengesampingkan berita negatif tersebut sehingga dianggap oleh pasar bahwa pemerintah dan pihak bank mengiyakan berita negatif tersebut. Kondisi ini telah membuat saham BBRI, BMRI dan BBNI mengalami penurunan tajam, terjun bebas dan membuat semua orang takut. Tapi, berita negatif tersebut apakah benar-benar terjadi? Wallahualam.Yang jelas, ada analis yang memperkirakan, saham-saham bank akan mengalami penurunan 5%-10% gara-gara berita pinjaman itu. Tapi buktinya, dalam dua hari terakhir, saham-saham tersebut ternyata rebound. Untuk saham BMRI, BBRI, dan BBNI, Satrio merekomendasikan buy on weakness. Belilah BMRI di
reviewweekly 07 Tahun V | 5-11 Oktober 2015
Pasar Modal Saham perbankan kisaran Rp 7.000 – Rp 7.500 BBRI di kisaran Rp 8.000 – Rp 8.500; dan BBNI di kisaran Rp 3.800 – Rp 4.000. Sebab, rebound yang terjadi pada dua hari terakhir, menunjukkan bank-bank tersebut memang memiliki support yang kuat di sekitar level psikologis Rp 8.000 untuk BBRI, Rp 7.500 untuk BMRI, dan Rp 3.800 untuk BBNI. BBRI sudah naik ke Rp 8.800 yang artinya lebih tinggi 10% dari level bottom-nya. Potensi kenaikan dalam jangka pendek pada saham-saham tersebut masih cukup menarik. Target harga jangka pendek BBRI di Rp 9.000, BMRI di Rp 8.000 - Rp 8.600, dan BBNI punya potensi kenaikan hingga Rp 4.300 - Rp 4.500. Artinya, saham-saham itu masih punya ruang untuk alami kenaikan.
BMRI DAN BBNI MENARIK Tapi kembali lagi, semua itu masih tergantung pada pergerakan bursa saham global. Sebelum The Fed benar-benar menaikkan suku bunga acuannya, semua pelaku pasar sebenarnya masih galau. Bursa saham bisa sehari naik sehari turun. David Sutyanto, analis riset First Asia Capital melihatnya dari sisi lain. Ia lebih mencermati saham BMRI dan BBNI. Sepanjang tahun ini hingga kemarin harga saham BMRI telah terkoreksi 26,4% dari Rp 10.775 di akhir 2014 lalu turun ke Rp 7.925. Koreksi ini menyusul melambatnya kinerja perseroan tahun ini di tengah memburuknya kondisi makro ekonomi domestik.
reviewweekly 07 Tahun V | 5-11 Oktober 2015
Memburuknya ekonomi berpengaruh terhadap pertumbuhan kredit menjadi melambat, naiknya angka NPL, dan tergerusnya marjin laba akibat kenaikan biaya dana. Rata-rata laba perbankan hingga Juli lalu turun 10,4% (yoy) dan kredit tumbuh melambat hanya 9,8% (yoy). Hal ini turut berpengaruh terhadap kinerja perseroan. Harga saham perseroan ditargetkan dengan rata-rata Price to Book Value (PBV) 2,5 kali atau mencapai Rp 12.132. Katalis positif yang berpeluang mendorong aksi beli pemodal dalam waktu dekat adalah rencana buyback saham perseroan menyusul harganya yang sudah terkoreksi dalam. Sementara itu, saham BBNI, setelah bergerak dalam tren bearish sejak awal September lalu, harga saham emiten ini kemarin berhasil rebound. Secara teknikal, rebound itu ditopang posisi harganya yang berada di area oversold. Tekanan jual yang terjadi sebulan terakhir terutama dipicu sentimen bearish pasar saham dan kondisi makro ekonomi yang kurang kondusif ditandai pelemahan rupiah atas dolar AS yang sudah menembus Rp 14.700 per dolar AS awal pekan ini. Pelemahan rupiah atas dolar AS hingga 18% sepanjang tahun ini akan memengaruhi perolehan laba perbankan. Perlambatan ekonomi, kebijakan uang ketat BI dan depresiasi rupiah atas dolar AS membuat laba perbankan hingga Juli lalu turun 10,4% (yoy). Pertumbuhan kredit melambat hanya tumbuh 9,8% (yoy) di bawah dari target BI tahun ini di kisaran 11%-13%. Penurunan laba perbankan tahun ini terutama dipicu kenaikan Nonperforming Loan (NPL) yang menjadi sekitar 2,7% dari 2,5% sehingga menaikkan rasio pencadangan emiten Bank BNI yang berakibat tergerusnya laba. Hal ini dialami oleh perseroan di mana sepanjang paruh pertama tahun ini, laba bersih anjlok hampir 51% di Rp 2,43 triliun dibandingkan periode yang sama tahun 2014 sebesar Rp 4,9 triliun. Penurunan laba ini dikarenakan peningkatan cadangan pinjaman bermasalah menjadi 172% dari tahun lalu untuk menekan naiknya NPL. Di luar kenaikan cadangan pinjaman bermasalah, bisnis perseroan masih bertumbuh tercermin dari pendapatan bersih tumbuh 9,1%. Sedangkan pendapatan bunga bersih naik 14% menjadi Rp 12,3 triliun dari Rp 10,8 triliun. Pendapatan nonbunga naik 2% menjadi Rp 4,28 triliun. Penyaluran kredit perseroan paruh pertama tahun ini naik 12,1% mencapai Rp 288,7 triliun. NPL perseroan naik menjadi 3% dari 2,2%. Namun pada harga saat ini saham BBNI sudah koreksi cukup dalam sehingga relatif murah mengingat hanya ditransaksikan dengan Price to Book Value (PBV) 1 kali dibandingkan rata-rata emiten bank dengan aset di atas Rp 400 triliun yang saat ini ditransaksikan dengan rata-rata PBV 1,9 kali. Harga saham BBNI berpeluang ditransaksikan dengan PBV 1,7 kali berdasarkan historisnya setahun terakhir, atau berpeluang mencapai Rp 5.560. Katalis positif dalan jangka pendek adalah rencana perseroan melakukan buyback saham. n
47
Pasar Modal Saham JSMR
JSMR, Siap Ngebut Dibanding harga awal tahun JSMR telah turun 30%. Padahal ini saham yang nyaris tak terkena gejolak rupiah. TEKS Ahmad Munjin foto Dahlan RP
T
ak ada saham yang tak terimbas oleh menguatnya dolar. Tak terkecuali efek infratrusktur. Contohnya saham PT Jasa Marga (JSMR) yang pada awal tahun ditransaksikan di level Rp 7.000. Kini harga JSMR tinggal Rp 4.835. Artinya, dalam waktu sembilan bulan telah tergerus sekitar 30%. Padahal emiten yang satu ini termasuk yang getol melakukan ekspansi. Sehingga, kondisi ekonomi yang seret tidak memengaruhi pendapatan bisnis jalan tol PT Jasa Marga Tbk (JSMR). Bahkan menurut laporan resmi jalan tol di Jakarta saja mengalami peningkatan transaksi. Perusahaan yang sedang membangun jalan Tol JORR II (Cengkareng-Serpong) sepanjang 35,62 km dengan nilai investasi Rp 8,3 triliun ini, juga mengincar proyek konstruksi jalan tol yang merupakan proyek pemprov Sulut dan Kementerian PU senilai Rp4,3 triliun yaitu proyek tol Manado-Bitung sepanjang 39 km. Selain itu diberitakan JSMR siapkan dana Rp25 triliun untuk mendapatkan hak konsesi atas ruas tol baru di Pulau Jawa seperti Batang-Semarang (75 km), Pandaan-Malang (37,6 km), dan Jakarta-Cikampek II (64 km). Terlihat juga disini perusahaan ingin menambah bisnis jalan tol yang memiliki prospek cerah. Direktur Jenderal Bina Marga Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Hediyanto W. Husaini mengatakan pemerintah pusat akan mengambil alih keseluruhan urusan pembebasan lahan untuk pembangunan jalan tol menuju Bandara Kertajati jika memang pemerintah daerah Jawa Barat tak kunjung memberi andil. “Tak perlu ada kekhawatiran bahwa nantinya bandara sudah selesai tapi akses jalan tol belum ada, karena akses bandara tersebut dari Jalan Tol Cipali cuma sekitar 5 kilometer,� ucapnya. Itu berarti bukan mustahi Jasa Marga pula yang akan menggarapnya kelak. Dalam rangka mengoptimalkan aset, perseroan melakukan pengembangan usaha nontol yang mendukung pengembangan dan pengoperasian jalan tol melalui pengembangan bisnis pada koridor jalan tol atau pengembangan bisnis yang memanfaatkan kompetensi perseroan.
48
Pengembangan usaha nontol ini dengan mengkapitalisasi aset-aset tangible dan intangible perseroan untuk meningkatkan nilai tambah bagi stakeholder. Seperti pengembangan properti pada koridor jalan tol atau pemanfaatan daerah ruang milik jalan tol untuk pemasangan jaringan fiber optik. Pengembangan bisnis yang dilakukan dapat dilaksanakan secara mandiri maupun dikerjasamakan dengan mitra strategis. Antara lain pengembangan area properti dan tempat istirahat dan pelayanan. Itu sebabnya, kalaupun turun, para analis memperkirakan laba yang akan diraih perseroan tahun ini hanya turun tipis. Diprediksi pendapatan JSMR akan mencapai Rp 8,28 triliun dengan laba bersih sebesar Rp 1,65 triliun.
PELUANG MENGUATNYA CUKUP BESAR Lantas sahamnya, sebagian besar analis menyarankan untuk membeli karena harganya sudah kelewat murah. Kata Yuganur Wijanarko, Kepala Riset HD Capital, JSMR punya PER 25 dan RnE 12%. Saham ini diduga akan bergerak di kisaran Rp 5.300 – Rp 4.800.
reviewweekly 07 Tahun V | 5-11 Oktober 2015
Pasar Modal Saham JSMR Seperti saham lainnya, semua sentimen negatif sudah didiskon oleh pasar. Termasuk salah satunya, penurunan tarif jalan tol. Masalah klasik yang dihadapi adalah soal pembebasan tanah untuk pembangunan tol baru. Sentimen lainnya berasal dari rights issue yang masih menggantung. Dari sisi perlambatan ekonomi, industri tol terganggu dari sisi pembangunan jalan tol baru. Proyek tol tidak segencar yang diekspektasikan sehingga prospeknya agak menurun. “Ini terhambat gara-gara masalah pembebasan tanah,� kata Yuganur. Memang komitmen pemerintah untuk membangun infrastruktur punya efek positif, tapi lebih ke proyek infrastruktur lain. Yang bangun jalan tol adalah kontraktor bukan JSMR. “Saya melihat itu terhambat oleh pembebasan lahan,� katanya. Jika komitmen pemerintah untuk bangun infrastruktur berjalan, jalan tol baru memang diharapkan bisa berjalan sehingga ekspektasi ke depannya, JSMR cukup prospektif. Apalagi, untuk saat ini, saham JSMR sudah turun cukup banyak dari level tertingginya Rp 7.200, dan sekarang di Rp 5.000-an. Itu sudah turun 30%. David Sutyanto, analis riset First Asia Capital, melihat dari sisi lain. Hingga paruh pertama tahun ini total pendapatan usaha turun 8,72% mencapai Rp 4,09 triliun dari periode yang sama 2014 sebesar Rp 4,48 triliun. Penurunan pendapatan usaha terutama disebabkan turunnya pendapatan konstruksi 56,7% menjadi Rp 455 miliar dari Rp 1,05 triliun. Sedangkan pendapatan tol naik 7,4% mencapai Rp 3,4 triliun dari Rp 3,17
reviewweekly 07 Tahun V | 5-11 Oktober 2015
triliun. Laba bersih paruh pertama tahun ini turun 17,44% mencapai Rp 670 miliar dari Rp 811,6 miliar. Secara kuartalan pendapatan usaha kuartal dua tahun ini tumbuh 7,6% mencapai Rp 2,12 triliun. Laba bersih tumbuh 3,35% mencapai Rp 340,53 miliar. Tahun ini proyeksi pendapatan usaha mencapai Rp 8,28 triliun atau turun 9,7% dari 2014 lalu sebesar Rp 9,17 triliun. Hingga paruh pertama 2015 pencapaian pendapatan usaha mencerminkan 49,39% dari proyeksi tahun ini. Sedangkan di bottom line, laba bersih diperkirakan hanya mencapai Rp 1,38 triliun atau turun tipis 1,41% dari 2014 lalu sebesar Rp 1,40 triliun. Earning Price per Share (EPS) tahun ini diperkirakan Rp 203,48. Beberapa proyek ruas tol yang telah dan akan selesai tahun ini yang digarap perseroan adalah ruas tol baru Gempol-Pandaan (12km) yang beroperasi akhir Juli lalu, di akhir tahun ini akan dioperasikan dua ruas tol baru yakni ruas tol Gempol-Rembang (13,9 km) dan ruas tol Krian-Mojokerto (18,5 km). Pada harga Rp 4.830 saham JSMR ditransaksikan dengan PE 23,6 kali berdasarkan estimasi 2015. Harga saham JSMR diperkirakan berpeluang ditransaksikan dengan PE 31 kali atau mencapai Rp 6.300. Dari harga saat ini memiliki ruang penguatan 30%. Katalis positif lainnya yang berpeluang mengangkat harga sahamnya ke depan adalah rencana pemerintah mendongkrak daya beli masyarakat dengan menurunkan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) bersubsidi. Dalam waktu dekat sentimen pasar juga akan digerakkan dengan rilis kinerja kuartal III-2015. n
49
inforeview
KAI Bangun Properti PT Kereta Api Indonesia (KAI) akan mengembangkan properti berbasis rel atau berbasis transit (TOD) di kawasan Stasiun Manggarai, Jakarta Selatan. Rancangan pembangunan TOD tersebut, sudah dimiliki olek KAI, namun masih diperlukan komunikasi dengan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta terkait izin rencana tata ruang dan wilayah (RTRW). Demikian dikatakan Direktur Utama KAI Edi Sukmoro, pekan lalu. Menurut dia, dipilihnya kawasan Manggarai, karena letaknya strategis serta bisa mengakomodasi kereta komuter atau KRL dan kereta jarak jauh. “Saat ini, pihak KAI sedang dalami dan studi internal Manggarai dan gambaran perspektif secara umum sudah ada,” katanya. Selain Manggarai, juga akan dikembangkan kawasankawasan di stasiun besar, seperti Bandung, Surabaya, Sema-
DHL Naikan Tarif DHL Express penyedia jasa ekspres internasional akhirnya menaikan tarif layanan pada 1 Januari 2016 mendatang. Kenaikan tarif tidak hanya untuk layanan DHL di Indonesia, tapi juga berlaku global. Di Indonesia sendiri tarif akan diberlakukan rata-rata sebesar 4,9%. Menurut Ken Allen, CEO DHL Express, setiap tahun DHL Express melakukan penyesuaian tarif berdasarkan inflasi dan peningkatan biaya lainnya di masing-masing negara di lebih dari 220 negara dan wilayah yang dilayani. “Kenaikan tarif tahunan memungkinkan kami terus berinvestasi pada jaringan layanan untuk mempertahankan kualitas,” ujarnya. Pertimbangan DHL Express melakukan penyesuaian tarif tahunan, dengan memperhitungkan inflasi dan kenaikan biaya lainnya, misalnya pengeluaran tambahan terkait kepatuhan dengan peningkatan regulasi keamanan di lebih dari 220 negara dan teritorial di mana DHL beroperasi. Pe-
50
FOTO Dahlan Rp
ga terakhir sekaligus jatuh tempo masing-masing obligasi pada tanggal 16 Oktober 2018 untuk obligasi seri A dan 16 Oktober 2020 untuk obligasi seri B. Seluruh dana yang diperoleh dari hasil penawaran umum obligasi itu 30% akan digunakan untuk investasi jalan tol di wilayah Jawa dan Sumatera, dan sekitar 70% akan digunakan sebagai modal kerja. n rang dan lainnya. Pengembangan properti sangat penting mengingat KAI memiliki aset yang besar dan seharusnya KAI atau anak perusahaan menjadi salah satu pihak yang mengelola dibantu dengan investor lain. “Semuanya harus mendukung, baik dari transportasi, properti, mall agar semuanya tersambung,” tandasnya. n
FOTO Dok. Review
T Waskita Karya Tbk akan menerbitkan obligasi berkelanjutan I tahap II tahun 2015 sebesar Rp 1,5 triliun. Obligasi tersebut berada pada tingkat bunga tetap di kisaran 10,4%-11,1%. Dalam keterbukaan informasi kepada Bursa Efek Indonesia di Jakarta, pekan lalu, Sekertaris Perusahaan Waskita Karya Tbk Antonius Yulianto TN mengatakan obligasi itu diterbitkan tanpa warkat dan dijamin secara kesanggupan penuh terdiri atas dua seri. Jumlah pokok obligasi Seri A yang ditawarkan sebesar Rp 350 miliar dengan tingkat bunga tetap sebesar 10,4% per tahun dan berjangka waktu tiga tahun sejak tanggal emisi. Sedangkan seri B dengan jumlah pokok obligasi yang ditawarkan sebesar Rp 1,150 triliun dengan tingkat bunga tetap 11,1% per tahun, berjangka waktu lima tahun sejak tanggal emisi. Menurut Antonius, bunga obligasi dibayarkan setiap triwulanan. Pembayaran bunga pertama akan dilakukan pada tanggal 16 Januari 2016, sedangkan pembayaran bun-
nyesuaian tarif ini bervariasi di tiap-tiap negara, tergantung pada kondisi lokal, dan berlaku untuk semua pelanggan yang memiliki kontrak dengan DHL. n
FOTO Riset
P
Waskita Terbitkan Obligasi Rp 1,5 Triliun
reviewweekly 07 Tahun V | 5-11 Oktober 2015