MailBOX
http://www.majalahrevieweekly.com Pemimpin UMUM: Bambang Aji setiady
Kirimkan surat pembaca Anda ke alamat: Redaksi Majalah Review Weekly, Pertokoan Golden Road, Blok C27 No. 67, BSD - Tangerang Selatan 15320 Email: redaksi.majalahreviewweekly.com
Pemimpin redaksi: budi kusumah Redaktur Eksekutif: latihono sujantyo Redaktur: ratna nuraini, sri wulandari, kukuh bhimo nugroho reporter: Setyo Adhi Nugroho, Gading Putra redaktur foto: dahlan rebo pahing
satu kunci bagi peningkatan ekonomi daerah. Dan, yang lebih penting sektor UMKM mampu berhadapan dari serangan krisis. Cover: erbhayu
REDAKTUR DESAIN: erbhayu prananta Desain & layout: ade moh sofyan, yayan taryana
unit usaha pemimpin perusahaan: Bambang Aji setiady marketing: Arief Nazarudin, Celline Agatha
Toni Rianto Jl Masjid, Cidodol, Jakarta Selatan
alamat redaksi dan usaha: Pertokoan Golden Road, Blok C27 No. 67, BSD, Tangerang Selatan, BANTEN 15320 Telp: 021-538 3063
Jaga UMKM
Kepastian dan Kestabilan Ekonomi
Usaha mikro, kecil, menengah (UMKM) adalah salah satu motor penggerak perekonomian di negara kita. Disadari atau tidak, usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) menjadi tulang punggung perekonomian di Indonesia. Ketika perusahaan-perusahaan kakap dan BUMN porak-poranda diterjang krisis, sektor usaha mikro kecil dan menengah ini mampu bertahan. Sektor inilah yang menggerakkan perekonomian hingga krisis berlalu. Saat krisis menerjang di tahun 1998, UMKM dianggap sebagai katup penyelamat. UMKN dinilai sebagai benteng terakhir ekonomi nasional. Dengan menjadi pilar dari ekonomi global dalam mengatasi beragam tantangan selama krisis, bisnis UMKM membuktikan peran pentingnya dalam pembangunan ekonomi yang berkelanjutan. Pemerintah dan kelompok ekonomi telah menyadari bahwa pembangunan berkelanjutan bisnis UMKM memiliki dampak langsung dan positif terhadap perekonomian negara. Saat ini, UMKM yang ada di negara kita menyumbang sekitar 60% dari PDB (Produk Domestik Bruto) dan juga memberikan kesempatan kerja pada masyarakat. Karena itu, UMKM harus lebih didorong dan diperkuat peran sertanya untuk bersama-sama membangun ekonomi daerah. UMKM yang banyak tumbuh di berbagai daerah harus dikembangkan oleh pemda, karena bisa menjadi salah
Sebagai seorang pengusaha, awalnya saya sangat optimistis dengan stabilitas politik di Tanah Air serta proyeksi dan rencana kerja pemerintahan baru dalam mendorong investasi dan pembangunan infrastruktur. Tetapi belakangan, optimis saya runtuh, karena melihat banyaknya gesekan yang terjadi di antara lembaga pemerintahan dan para pelaku politik sehingga memunculkan aroma politik yang tak sedap di ranah ini. Tentu ini sangat mengkhawatirkan. Berbagai peristiwa yang terjadi telah membuat rencana investor untuk berinvestasi di Indonesia bisa menjadi rusak. Bila gonjang-ganjing yang terjadi tak segera diselesaikan, hal itu akan mengganggu investasi langsung luar negeri alias foreign direct investment (FDI). Jika FDI terganggu, proyeksi penambahan 2 juta lapangan kerja per tahun yang dicanangkan pemerintah saat ini tak tercapai. Saya berharap pemerintah dengan tegas bisa memberi kepastian dan kestabilan ekonomi, hukum dan politik agar pencapaian target investasi tersebut bisa sukses. Pemerintah juga harus mampu, mengejar daya saing investasi agar mampu merebut hati investor. Seharusnya, tahun 2015 menjadi momentum percepatan pergerakan ekonomi setelah perlambatan pada 2014. Tetapi yang terjadi, perekonomian kita tetap melambat.
Di era pemerintahan Jokowi-JK, pertumbuhan ekonomi terus melambat. Nilai tukar rupiah menunjukkan tren menurun hingga menyentuh level Rp 14.000 per dolar AS. Kondisi itu diperparah dengan naiknya harga sembako dan biaya hidup masyarakat. Daging sapi hingga daging ayam sempat menghilang di pasaran. Kondisi ini mengingatkan kita pada masa kondisi 1998. Dan, Presiden Jokowi pun kena getahnya, dia yang disalahkan atas kondisi seperti ini. Padahal kalau harus jujur, sebenarnya, penurunan pertumbuhan ekonomi sudah terjadi sejak era Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). Peristiwa yang sekarang terjadi merupakan dampak dari peristiwa yang sebelumnya. Di era SBY, pemerintah berhasil menggenjot pertumbuhan ekonomi hingga 6% pada 2011. Tetapi, terjadi pelemahan harga komoditas pada akhir 2012. Dan pelamahan terjadi hingga sekarang. Kerena gelembung stimulasi moneter di negara maju yang berimbas ke ekonomi global masuk ke Indonesia. Jadi harga naik luar biasa. Tentu saja, ini PR bagi pemerintah sekarang untuk mengembalikan kestabilan ekonomi.
Bhinno Satryo Jl Pangeran Jayakarta, Jakarta Pusat
Komaruddin Jl Haji Nawi, Gandaria Selatan, Jakarta Selatan
4
penerbit: PT INDOPUBLIK MANDIRI
SuratMingguini
Dampak dari Era SBY
reviewweekly 04 Tahun V | 7-13 September 2015
reviewweekly 04 Tahun V | 7-13 September 2015
Contents
headline LaporanUtama 9 BOM KRISIS DARI MALAYSIA Perekonomian Malaysia sudah mengkhawatirkan. Jika negeri serumpun ini krisis, Indonesia kemungkinan besar ikut terseret.
Bisnis
Makro
18 tanah di jakarta sudah tidak tinggi Harga lahan di Jakarta, mengikuti kondisi
30 menggugat perpanjangan Konsesi Hutchison
ekonomi. Sejumlah wilayah mengalami penurunan. Pasar tidak lagi segencar dan seagresif tahun-tahun sebelumnya.
Dirut Pelindo II dinilai tak transparan dalam proses perpanjangan konsesi Jakarta International Container Terminal. DPR segera panggil RJ Lino
32 meskapai tidak punya pesawat
Keuangan 20 minuman ala njonja meneer 21 merpati diperebutkan 22 penerus kerajaan media murdoch
Sisipan 24 nestapa di tengah gelimang harta
Tentu banyak orang bermimpi ingin menjadi miliarder. Tapi menjadi miliarder yang kekayaannya tergerus secara signifikan dalam waktu singkat, tentunya sebuah mimpi buruk.
36 tetaplah waspada wahai investor Untuk mengerem laju redemption, sejumlah MI menawarkan produk reksa dana terproteksi. Tapi tetap tak ada jaminan bahwa dana investor bakal aman 100%.
38 multifinance mulai mengancam
Pasar Modal 42 menunggu the fed Pasar sudah setengah yakin The Fed tidak akan menaikkan bunga. Kalaupun naik, tidak akan banyak. Bagaimana kita bersikap?.
44 WIKA Masih mentereng
editorial Malaise
K
eadaan lesu dan serba sulit, kini tengah melanda negara-negara di Kawasan Asia Tenggara. Termasuk Indonesia. Kalau tidak segera diatasi, ini merupakan indikasi pertama dari datangnya penyakit yang lebih parah. Pada tahun 1930-an gejala ini disebut sebagai malaise. Ketidaknyamanan ini dimulai dari dengungan Bank Central Amerika (The Federal Reserve), yang berencana menaikkan tingkat bunga. Mendengar kabar itu, investor yang sedang adem ayem di manca negara. pun berbondong-bondong menarik investasi mereka dan mengalihkan mata uangnya ke dolar AS. Sontak, pasar uang pun bergoyang-goyang. Mata uang di sejumlah negara terjungkal, diiringi jatuhnya indeks harga saham. Akibat lain yang lebih parah adalah kenaikan biaya produksi di sejumlah sektor karena penguatan nilai tukar dolar telah mengerek biaya impor mereka. Tapi apa yang terjadi? Sampai hari ini, rencana menaikkan suku bunga itu tak pernah (belum) terjadi. Padahal, The Fed sudah mengumumkannya sejak setahun lalu. Sudah diombang-ambing rencana The Fed, ekonomi di sejumlah negeri kembali diguncang oleh devaluasi mata uang China. Dampaknya, sudah terlihat oleh kita, keadaan semakin parah. Dan yang lebih
8
parah lagi, kini negara tetangga (Malaysia) sedang dilanda badai politik. Berbagai demo besar terjadi di sana. Mereka menuntut turunnya Perdana Menteri Najib Razak. Tuduhannya cukup berat, sang PM terlibat skandal korupsi senilai US$ 700 juta. Akibatnya, suasana bertambah parah. Investor asing semakin semangat untuk keluar dari pasar dan kurs rupiah, ringgit dan bath pun kian terpuruk. Banyak yang mengatakan, Indonesia tak sesakit Malaysia yang mata uang ringgit-nya sampai melemah 31% dalam setahun, level terendah dalam 17 tahun terakhir. Bahkan, Indonesia mendapat pujian dari Direktur Pelaksana International Monetary Fund (IMF) sebagai negara yang kuat dalam menghadapi guncangan ekonomi. Indonesia, kata Christine Lagarde, merupakan negara dengan perekonomian terbesar kedelapan di dunia, dan memiliki kelompok usia kerja yang sangat besar. Sehingga berpeluang untuk lebih maju lagi ketika banyak negara lain di kawasan Asia mengalami penurunan jumlah penduduk usia kerja. Sebuah ungkapan yang patut diwaspadai. Sebab sebelum krisis 1998 pun Indonesia mendapat pujapuji dari berbagai lembaga dunia sebagai negara yang fundamental ekonominya kokoh. Tapi faktanya, negeri ini tergelincir ke krisis yang sangat dalam hanya diawali dengan pelemahan mata uang bath. Makanya, kita harus lebih waspada dalam menyikapi keadaan di Malaysia. Sebab, negeri ini termasuk pemegang obligasi kita dengan nilai yang signifikan. Dengan cadangan yang tinggal US$ 90 miliar, bukan hal yang mustahil, untuk menopang ringgit, bank sentral Malaysia akan menjual asetnya. Salah satunya obligasi, termasuk Indonesia. Skenario yang sama juga bisa dilakukan Thailand yang juga memegang obligasi kita. Bayangkan, apa yang akan terjadi jika dua negara tersebut mencairkan obligasi yang diterbitkan Indonesia. Malaise akan kembali bermetamorfosis menjadi krisis ekonomi. n bk
reviewweekly 04 Tahun V | 7-13 September 2015
Perekonomian Malaysia sudah mengkhawatirkan. Jika negeri serumpun ini krisis, Indonesia kemungkinan besar ikut terseret. TEKS Latihono Sujantyo dan Kukuh Bhimo Nugroho Foto Riset
reviewweekly 04 Tahun V | 7-13 September 2015
9
A
Demo menuntut PM Najib Razak mundur: Krisis kepercayaan.
wan gelap sedang menggelayuti Malaysia. Negeri serumpun itu kini sedang menghadapi krisis politik yang mencemaskan, pertumbuhan ekonomi yang melambat, nilai tukar ringgit yang anjlok, turunnya berbagai harga komoditas, dampak perlambatan ekonomi China dan rencana The Fed menaikkan suku bunga acuan. Kondisi politik dan ekonomi yang terus memburuk di Negeri Jiran itu membuat lembaga pemeringkat berencana menghitung ulang prospek dan peringkat utang Malaysia. Saat ini, Moody’s Investors Service memberi peringkat utang Malaysia A3. Fitch Ratings, lembaga pemeringkat lain bahkan berencana memangkas peringkat utang Malaysia lantaran ketidakpastian politik sehingga minat investasi di negeri ini bisa dikategorikan buruk. Pada 30 Juni 2015, Fitch masih memasang sovereign credit rating Malaysia A- dengan outlook stabil. “Erosi likuiditas akibat memburuknya minat berinvestasi di Malaysia akan mengubah penilaian kami,� ujar Andrew Colquhon, Kepala Fitch Asia Pacific Sovereigns Rating. Colquhon tak salah. Maklum saja, saat ini Malaysia dianggap sebagai negara dengan performa terburuk di Asia. Lihat saja hari Rabu pekan lalu, ketika semua mata uang Asia menguat, ringgit justru merosot hingga 1,4% menjadi 4,2227 per dolar AS. Kondisi ini menjadikan ringgit sebagai mata uang dengan performa
10
Kami terkejut karena penjualan kendaraan turun mendadak antara 30% hingga 40% akibat ketidakpastian ekonomi, pelemahan ringgit, dan pelaksanaan pajak barang dan jasa (GST) pada 1 April lalu. Perusahaan-perusahaan lain juga menghadapi masalah serupa. terburuk di Asia di hari itu. Kurs ringgit seperti ini merupakan level terendah dalam 17 tahun terakhir. Kalau mau dihitung lagi, dalam setahun ini ringgit sudah jatuh sebanyak 31%. Pelemahan ringgit terjadi di tengah aksi jual di pasar saham global seiring turunnya harga energi dunia. Di hari itu juga,
reviewweekly 04 Tahun V | 7-13 September 2015
Antikorupsi Malaysia atau MACC mengumumkan bahwa dana tersebut bukan berasal dari 1MDB. Ringgit pun semakin jeblok setelah International Petroleum Investment Co, perusahaan investasi asal Abu Dhabi, akan menarik rencananya untuk membantu restrukturisasi utang 1MDB senilai US$ 3,5 miliar. Jika itu terjadi, 1MDB akan sulit menyelesaikan utangnya sehingga akan meningkatkan risiko berinvestasi di Malaysia.
EFEK MENULAR Kondisi yang terjadi di Negeri Jiran ini tentu saja mengkhawatirkan. Apalagi, beberapa perusahaan Malaysia mulai memangkas jumlah karyawannya sebagai dampak terus merosotnya nilai ringgit dan lambatnya pertumbuhan ekonomi. Dua pekan lalu, perusahaan otomotif lokal, Naza Automotive Manufacturing Sdn Bhd (NAM) sudah memberhentikan 255 karyawannya. “Kami terkejut karena penjualan kendaraan turun mendadak antara 30% hingga 40% akibat ketidakpastian ekonomi, pelemahan ringgit, dan pelaksanaan pajak barang dan jasa (GST) pada 1 April lalu. Perusahaan-perusahaan lain juga menghadapi masalah serupa,” kata Nor Azlina Ishak, Kepala Komunikasi Naza Corporation Holdings Sdn Bhd (NCorp). Kalangan analis menilai, krisis kepercayaan terhadap kepemimpinan PM Najib Razak telah membuat mata uang ringgit semakin merosot. Dua pekan lalu, sekitar 250 ribu rakyat Malaysia berunjuk rasa menuntut Najib mundur. Sejauh ini, Najib menolak untuk mundur. Ia bahkan menilai, pengunjuk rasa yang tergabung dalam gerakan “Bersih 4” memiliki patriotisme dangkal.
FTSE Bursa Malaysia KLCI Index longsor lebih dari 1% lantaran pelaku pasar diselimuti perasaan cemas akan kemungkinan hengkangnya investor asing dari Malaysia. Sepanjang tahun ini saja, investor asing sudah melepas kepemilikannya di saham-saham Malaysia dengan nilai mencapai US$ 3 miliar. Pasar finansial Malaysia dan negara Asia lainnya selama beberapa pekan ini memang terus disundut sentimen negatif yang menakutkan. Yang utama adalah rencana The Fed yang akan menaikkan suku bunga acuan sehingga dolar AS menjadi kuat. Berbarengan dengan itu, pertumbuhan ekonomi China melambat lebih awal dari perkiraan. Terakhir, Bank Sentral China memangkas nilai mata uang yuan. Sejak rencana The Fed ingin menaikkan suku bunga acuan dan Bank Sentral China mendevaluasi yuan pada 11 Agustus lalu, semua mata uang Asia melemah. Berdasarkan data Bloomberg, sejak awal tahun hingga 24 Agustus 2015, ringgit Malaysia melemah 18%, rupiah Indonesia 12%, dan baht Thailand 7,6%. Hanya peso Filipina yang berforma lumayan, yakni melemah 4,6%. Tapi, ringgit memang mata uang yang paling payah. Celakanya, rontoknya ringgit juga disulut skandal keuangan yang menyeret nama Perdana Menteri (PM) Najib Razak sehingga tensi politik di Malaysia mendidih. Najib dituding menerima uang sebesar US$ 700 juta dari 1Malaysia Development Berhad (1MDB) yang sedang terjerat utang besar, meskipun belakangan Komisi
reviewweekly 04 Tahun V | 7-13 September 2015
Bursa Saham Malaysia
11
Kini semua berharap-harap cemas. Investor dan hedge fund tengah berada dalam posisi menunggu waktu yang tepat untuk melakukan posisi short (menjual) mata uang ringgit. Bila situasi politik semakin memburuk, ringgit terancam ambrol. Bagaimana dampaknya terhadap Indonesia? Jelas, sangat besar. Triple krisis yang sedang dihadapi Malaysia sangat mencemaskan bagi Indonesia dan negara-negara tetangga lainnya. Ringgit yang ambrol berisiko menyeret rupiah. Tengok saja sedikit ke belakang saat mata uang baht Thailand jatuh pada 1997, yang kemudian mengakibatkan krisis di Asia. Ketika itu Indonesia adalah negara yang terkena dampak paling besar. Kalau dengan Thailand saja, yang letaknya sedikit agak jauh Indonesia bisa terkena, apalagi dengan Malaysia yang posisi geografisnya begitu sangat dekat. Apalagi, Bank Sentral Malaysia merupakan salah satu pemegang obligasi Pemerintah Indonesia yang cukup besar. Bukan mustahil, untuk menahan ringgit agar tidak jatuh terlalu dalam, Bank Sentral Malaysia akan menjual asetnya. Salah satunya obligasi, termasuk milik Pemerintah Indonesia. Kalau ini sampai terjadi, Indonesia jelas akan mengalami masalah sangat serius. Krisis yang terjadi di Malaysia juga bakal mengganggu hubungan dagang dengan Indonesia. Meskipun hanya urutan ke-7 (dengan share 4,64%) setelah China, Singapura, Jepang, AS, Thailand, dan Korea Selatan, namun Indonesia termasuk mitra dagang penting Malaysia. Menurut catatan Departemen Statistik Malaysia, pada kuartal I-2015 Indonesia mencatat surplus sebesar 1,06 miliar ringgit atau Rp 3,8 triliun dalam berdagang dengan Malaysia. Nilai perdagangan tersebut terdiri dari ekspor ke Malaysia senilai 7,52 miliar ringgit dan impor dari Malaysia senilai 6,46 miliar ringgit. Ekspor Indonesia ke Malaysia berupa batubara (11,1%), minyak kelapa/babassu (9,27%), kelapa sawit (6,4%), tembaga refinery (4,35%), fatty acid (3,18%), minyak tanaman/binatang (2,5%), kertas (1,99%), suku cadang motor (1,9%), rokok (1,49%), dan kawat tembaga (1,38%).
Ringgit Malaysia: Terburuk di Asia.
12
Sedangkan produk impor utama Indonesia dari Malaysia adalah mesin, polymer ethyil, polymer propylene, electronic integrated circuits, mesin pemroses data otomatis, pupuk kimia atau mineral, acyclivc hydrocarbon, malt extract, monitor dan acyclic alcohols.
BERGANDENGAN TANGAN Tak hanya itu saja. Di Indonesia, sudah banyak perusahaan Malaysia yang membuka usaha. Di sektor perbankan terdapat CIMB Niaga, Bank Internasional Indonesia (BII), Maybank, dan Maybank Syariah. Selain itu, ada perusahaan telekomunikasi XL Axiata, maskapai AirAsia, produsen otomotif Proton, perusahaan jalan tol Plus Express Way, dan grup perkebunan Sime Darby. Bahkan, sekitar 2 juta hektar (25%) dari total luas lahan kelapa sawit Indonesia 7,82 juta hektar telah dikuasai investor Malaysia. Sebaliknya, beberapa perusahaan asal Indonesia sudah berdiri di Malaysia. Ada Bank Mandiri, Bank Jabar Banten, produsen farmasi Kimia Farma, perusahaan kapal PT Bahtera Niaga International, dan Malindo Airways, maskapai patungan PT Lion Mentari Airlines dengan Pemerintah Malaysia. Dan, yang tak kalah pentingnya banyak pahlawan devisa asal Indonesia yang bekerja di Malaysia. Menurut catatan Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (BNP2TKI), saat ini terdapat sekitar 833.414 Tenaga Kerja Indonesia (TKI) di Malaysia, baik yang bekerja di sektor formal maupun informal. Ini yang legal. Jumlah TKI ilegal di Negeri Jiran itu lebih banyak lagi, yakni sekitar 1,2 juta orang. Jika bom krisis meledak di Malaysia, jelas dampaknya akan menghantam perusahaan-perusahaan di atas dan para TKI di negara tetangga tersebut, termasuk yang menyeramkan semakin tertekannya nilai rupiah. Celakanya, Indonesia juga sedang menghadapi masalah yang tak jauh beda dengan Malaysia. Nilai rupiah merosot, perekonomian tumbuh melambat, daya beli masyarakat melemah, dan koordinasi antar-kementerian/lembaga begitu buruk. Tentu, kita tak ingin ini terjadi. Itulah sebabnya, langkah Presiden Jokowi mengajak pengusaha dan masyarakat untuk bersama-sama mengatasi masalah ekonomi, patut disambut baik. Tapi ini pun harus dibarengi langkah konkret pemerintah dengan memperbanyak stimulus fiskal kepada dunia usaha yang sedang tercekik pelemahan rupiah dan pasar yang anjlok. Yang tak kalah penting, tensi politik harus diturunkan dan dendam dihilangkan. Semuanya harus bergandengan tangan untuk mengatasi kompleksnya masalah yang dihadapi bangsa ini. n
reviewweekly 04 Tahun V | 7-13 September 2015
PM Najib Razak
Meramal Nasib Najib
T
anggal 6 Mei 2013, Senin sore, Datuk Seri Najib Tun Razak diambil sumpahnya sebagai Perdana Menteri (PM) Malaysia untuk kedua kalinya. Najib menggantikan Tun Abdullah Ahmad Badawi sebagai PM pada 2 April 2009. Najib memang memiliki pengalaman luas di bidang politik dan pemerintahan di Malaysia sejak ia memasuki dunia politik dalam negeri pada 1976 sebagai anggota parlemen Pekan, setelah kematian ayahnya, Tun Abdul Razak Hussein. PM Malaysia ke-6 yang lahir 1953 di Pahang ini memang anak sulung dari pasangan Abdul Razak Hussein dan Rahah Mohamad Noah. Ayahnya sudah banyak yang mengenal, yaitu PM Malaysia ke-2, Tun Abdul Razak yang memerintah dari tahun 1970-1974. Bukan itu saja, Najib juga keponakan PM ke-3 Malaysia Hussein Onn, yang meneruskan Abdul Razak sampai tahun 1978. Kini, Najib sedang menghadapi tekanan politik yang berat dari rakyatnya. Ia dituding menerima uang sebesar US$ 700 juta dari 1Malaysia Development Berhad (1MDB), meskipun belakangan Komisi Antikorupsi Malaysia atau MACC mengumumkan bahwa dana tersebut bukan berasal dari 1MDB tapi dari donasi. Gara-gara tudingan ini pula, ia didemo sekitar 250 ribu rakyatnya dan diminta mundur. Sejauh ini, Najib menolak tuntutan itu. Bahkan, kepada mereka yang ingin mengusut kasus ini, ia tak segan untuk membungkam. Menjelang akhir Juli lalu, dia mencopot wakilnya dan mengganti beberapa menteri dalam kabinetnya. Pencopotan Wakil PM Muhyiddin Yassin tersebut dira-
reviewweekly 04 Tahun V | 7-13 September 2015
malkan banyak pihak bakal memicu keretakan dalam tubuh partai United Malays National Organisation (UMNO) yang menguasai politik Malaysia. Muhyiddin sebelumnya menyerukan agar Najib menjelaskan kepada publik soal skandal korupsi 1MDB. Berbagai langkah Najib untuk membungkam para pengkritiknya dan pernyataan kontroversial MACC tampaknya bakal menyulut tensi politik di Malaysia semakin mendidih. Para lawan politik Najib yang didukung tokoh berpengaruh, Mahathir Mohamad terus bergerak menggoyang Najib. Mampukah Najib menyelamatkan kursi emasnya sebagai PM Malaysia? Banyak kalangan memprediksi peluang Najib fifty-fifty. Sebab, Najib yang bekas Menteri Pertahanan, dikenal cukup dekat dengan kalangan militer. Tapi, jika tekanan dari rakyat Malaysia semakin membesar, hampir pasti Najib bakal terguling. n
ia tak segan untuk membungkam. Menjelang akhir Juli lalu, dia mencopot wakilnya dan mengganti beberapa menteri dalam kabinetnya.
13
Pembangunan oleh swasta: Tumpukan utang.
Awas, Utang Swasta Pelemahan nilai tukar mata uang negara emerging market, termasuk rupiah, bakal menjadi bom waktu terhadap utang luar negeri swasta. Krisis 1998 bisa terulang? TEKS Latihono Sujantyo Foto Dahlan Rp
L
ima atau enam tahun lalu, ekonomi Asia terbilang yang paling cemerlang di dunia. Sejak krisis keuangan 2008 menghantam negara-negara maju, Asia adalah penggerak utama pertumbuhan ekonomi dunia, tak terkecuali Indonesia. Setiap hari, uang mengalir deras ke kawasan ini. Para investor
14
dari Amerika Serikat (AS) dan Eropa berbondong-bondong memindahkan uangnya ke Asia untuk mengambil untung. Pendek kata, Asia menjadi tempat enak berternak uang. Menurut catatan Badan Perdagangan dan Pembangunan PBB atau UNCTAD, aliran modal asing (FDI) dari negara maju ke negara-negara emerging market naik hampir dua kali lipat sejak krisis finansial 2008. Negara-negara berkembang besar di Asia akhirnya tumbuh subur. Setiap kali mobil baru keluar, langsung habis dibeli konsumen. Properti mewah dibangun di mana-mana dan restoran saban hari penuh sesak oleh pengunjung. Tapi, perlahan-lahan mulai terkuak bahwa sebagian usaha itu dibangun dengan utang. Utang luar negeri swasta itu kini sudah menumpuk. Standard & Poor’s (S&P) menemukan 100 korporasi besar di Asia Tenggara memiliki utang sangat besar. Tumpukan utang 100 korporasi terbesar di Asia Tenggara telah meningkat enam kali lipat ketimbang krisis yang menghantam kawasan ini di tahun 1998. Utang 100 korporasi besar tersebut telah menembus US$ 392 miliar per akhir Juni 2015. Tidak cuma itu, rasio utang korporasi terhadap aset telah menyentuh level 31,7%, hampir mendekati level krisis 1998 silam. Rasio ini naik 29,5% dari tahun 2010. Dari 100 korporasi itu, sebagian besar berasal dari Indonesia, Malaysia, dan Filipina. S&P menyebutkan, utang luar negeri
reviewweekly 04 Tahun V | 7-13 September 2015
korporasi di Indonesia tumbuh dua hingga tiga kali lipat lebih tinggi ketimbang utang lokal di periode 2010- 2014. Data Bank Indonesia (BI) mencatat, tahun 2010, utang luar negeri swasta baru US$ 83,78 miliar. Per Juni 2015, utang luar negeri swasta sudah membengkak menjadi US$ 169,68 miliar. Utang swasta itu setara 55,77% dari total utang luar negeri Indonesia. S&P mengingatkan, pelemahan nilai tukar mata uang negara emerging market, termasuk rupiah, bakal menjadi bom waktu. “Daya tahan korporasi Asia Tenggara diuji semester II 2015 dan tahun 2016,� kata Bertrand Jabouley, Director of Asia-Pacific Corporate Ratings S&P.
HANTU KRISIS 1998 Jauh hari sebelumnya, otoritas moneter ini sudah mengingatkan hal ini. Agus Martowardojo pernah mengatakan, ada beberapa ciri utang yang tidak diperhitungkan dengan hati-hati. Pertama, adanya risiko nilai tukar alias missmatch, yaitu perusahaan meminjam dalam bentuk valuta asing dan menggunakan untuk proyek yang menghasilkan rupiah murni. Sehingga, ada kerugian valas yang cukup besar. Kedua, pinjaman jangka pendek yang diinvestasikan pada proyek jangka panjang. Kondisi ini sangat berisiko, karena jika sewaktu-waktu ada guncangan, kreditur bisa menarik kembali dananya, sementara perusahaan sebagai debitur tak bisa mengembalikan. Ketiga, perusahaan yang mendapat pinjaman dalam bunga berfluktuasi, dan kemudian di dalam negeri ia pinjamkan ke pihak lain dengan bunga tetap. Sehingga ada risiko kenaikan bunga yang bisa menimbulkan kerugian perusahaan yang bersangkutan. Celakanya, nilai tukar rupiah saat ini terus saja melemah terhadap dolar AS. Kalau rupiah semakin melemah, sudah bisa dibayangkan beban berat yang harus dipikul pengusaha yang punya pinjaman dalam mata uang dolar AS. Yang rawan, masih banyak utang luar negeri swasta itu yang belum punya lindung nilai atau hedging. Parahnya lagi, tingkat gagal bayar utang luar negeri swasta dan BUMN itu mencapai 34% dari total utang. Kalau banyak perusahaan gagal membayar utang, apa yang bakal terjadi? Kepercayaan masyarakat bakal rontok. Kalau sudah begini, bukan tak mungkin krisis ekonomi tahun 1998 bisa saja terulang kembali. Krisis 1998 sebenarnya dimulai dari membengkaknya utang luar negeri swasta. Menurut catatan Bank Dunia, selama periode 1992 hingga Juli 1997, sebanyak 85% penambahan utang luar negeri Indonesia
reviewweekly 04 Tahun V | 7-13 September 2015
berasal dari swasta. Parahnya, umumnya utang swasta itu berjangka pendek. Saat itu, dari total utang luar negeri per Maret 1998 sebesar US$ 138 miliar, sekitar US$ 72,5 miliar adalah utang swasta. Dari jumlah ini, sekitar US$ 20 miliar akan jatuh tempo di tahun 1998. Sementara cadangan devisa tinggal US$ 14,4 miliar. Lebih parah lagi, melonjaknya utang swasta itu dibarengi dengan krisis politik di dalam negeri. Di tengah gonjang-ganjing politik menurunkan Presiden Soeharto saat itu, para pemilik modal ramai-ramai menarik uangnya dari Indonesia. Rupiah pun langsung ambruk dari Rp 2.300 per dolar AS pada pertengahan 1997 menjadi Rp 17.000 per dolar AS di Januari 1998. Ketidakpercayaan terhadap rupiah kemudian menjalar menjadi ketidakpercayaan terhadap perbankan. Deposan ramairamai menarik dananya dari perbankan. Tak hanya itu, para mitra bank di luar negeri juga menarik diri. Perbankan nasional kolaps, yang kemudian melabrak ke sektor riil, seperti kegiatan produksi, perdagangan, investasi maupun konsumsi. Tapi, ekonom Universitas Gadjah Mada Tony Prasetiantono mengatakan, tekanan utang luar negeri swasta tidak seberat tahun 1998 silam. Indikator ekonomi Indonesia saat ini juga terbilang lebih baik ketimbang tahun 1998. “Belajar dari krisis 1998, swasta sudah hedging. Kurs sudah diasuransi sehingga tekanan utang tidak seberat 1998,� ujarnya. n
15
Daya beli masyarakat: Harga tetap tinggi.
Jangan Sampai Kita Terbuai Jangan terlalu mabuk dengan segala pujian. Kita harus ingat sebelum terjadi krisis 1998, banyak pujian dilontarkan lembaga donor. TEKS Latihono Sujantyo Foto Dahlan RP, Riset
B
elakangan ini, semakin banyak suara disampaikan bahwa Indonesia masih jauh dari krisis ekonomi. Yang paling baru berasal dari Direktur Dana Moneter Internasional (International Monetary Fund/IMF) Christine Lagarde yang kebetulan sedang berkunjung ke Jakarta. Menurut Lagarde, Indonesia mampu mengatasi ‘angin yang bertiup’ dari Amerika Serikat dan China. Memang, tak ada yang salah dengan apa yang disampaikan pemerintah, sebagian pengamat ekonomi, dan Lagarde. Sebab, dulu dan sekarang beda jauh. Pada 1998, satu dolar AS dihargai Rp 15.000, bahkan pernah mencapai Rp 17.000 selama dua hari pada bulan Januari. Saat ini, kurs rupiah berada sedikit di atas Rp 14.000 per dolar AS. Sudah mendekati level tahun 1998, memang. Tapi, fundamental ekonomi nasional masih cukup baik. Inflasi, pertumbuhan ekonomi, hingga neraca perdagangan masih lebih baik ketimbang tahun 1998. Kalau 17 tahun lalu inflasi sampai mencapai 54,5%, tapi sekarang atau hingga Agustus 2015 tingkat inflasi hanya di kisaran 7%. Kalau di tahun 1998 pertumbuhan ekonomi minus 15%, tapi
16
sekarang masih tumbuh positif 4,7% di semester I-2015. Dari sisi perdagangan, sepanjang Januari-Juni 2015 neraca perdagangan mengalami surplus sebesar US$ 4,35 miliar. Bahkan, pada Juli surplus US$ 1,33 miliar, dua kali lipat dibandingkan Juni yang hanya menorehkan surplus US$ 530 juta. Neraca pembayaran pun surplus US$ 1,3 miliar pada kuartal I-2015, dengan defisit neraca berjalan yang terus mengecil. Demikian pula dengan arus investasi, baik penanaman modal asing (PMA) maupun penanaman modal dalam negeri yang tercatat terus meningkat. Investasi PMA pada kuartal II-2015 mencapai Rp 92,2 triliun, naik dari posisi kuartal I-2015 sebesar Rp 82,1 triliun. Sedangkan investasi PMDN di kuartal II-2015 realisasinya Rp 42,9 triliun, naik dari kuartal I Rp 42,5 triliun. Sektor perbankan, yang paling rawan dalam menghadapi gejolak ini, juga dalam keadaan baik-baik saja. Masih sehat dengan kredit bermasalah (Non Performing Loan/NPL) di kisaran 2,6% dan rasio kecukupan modal (Capital Adequacy Ratio/CAR) sebesar 20%. Angka itu cukup aman jika melihat batasan NPL yang ditetapkan oleh Bank Indonesia (BI) yang berada di bawah 3% untuk NPL dan minimal 8% untuk CAR. Pada 1998, semua bank praktis insolvent dan bangkrut. Hampir semua bank membukukan kerugian besar yang memakan modal hingga modalnya negatif. Hal ini disebabkan oleh kombinasi antara tingginya NPL dan negative spread. Cadangan devisa yang dikempit BI pun masih aman. Taruhlah, BI melakukan intervensi pasar demi menstabilkan nilai tu-
reviewweekly 04 Tahun V | 7-13 September 2015
Melindungi Rupiah kar rupiah di hari-hari ini, tapi sisa cadangan devisanya masih besar, masih di atas US$ 100 miliar. Hanya saja, pemerintah mungkin lupa bahwa saat ini telah terjadi pemutusan hubungan kerja (PHK) di berbagai sektor usaha akibat dolar AS yang terus menguat. Pelemahan rupiah, yang menyebabkan daya beli turun dan biaya produksi naik, telah menimbulkan gelombang PHK yang dahsyat. Ribuan karyawan kini telah kehilangan pekerjaaannya. Sudah terkena PHK, masyarakat juga dihadapkan pada tingginya harga kebutuhan pokok. Seperti beras, cabai, daging, tempe-tahu, semua harga naik tanpa bisa dicegah. Ada memang operasi pasar yang dilakukan Bulog, tapi itu tak banyak menolong. Buktinya, harga-harga kebutuhan pokok masih tetap tinggi. Tak salah memang menenangkan masyarakat dalam kondisi perekonomian yang sedang tertekan. Ini adalah tugas pemeritah di mana-mana. Tapi semua itu harus dibarengi dengan bekerja lebih keras lagi dan segera merealisasikan anggaran belanja yang saat ini masih kecil. Yang paling penting, pemerintah jangan terbuai dengan segala pujian, seperti fundamental ekonomi kuat dan pertumbuhan masih berjalan positif. Pemerintah harus mengambil pengalaman ketika krisis terjadi di tahun 1998. Saat itu, sebelum bencana terjadi, Indonesia dianggap salah satu negara ajaib dengan pertumbuhan yang begitu tinggi. Tapi apa yang terjadi kemudian? Ketika krisis menghantam negeri ini, perekonomian nasional langsung ambruk. Jadi, sekali lagi, jangan terbuai dengan segala pujian. Yang penting terus bekerja mengatasi berbagai masalah. n
reviewweekly 04 Tahun V | 7-13 September 2015
B
agi pemerintah dan Bank Indonesia (BI), salah satu pekerjaan rumah yang paling pusing dibereskan adalah bagaimana menjinakkan dolar AS dan mengamankan rupiah. Sebab, rupiah begitu rentan terhadap isu-isu sensitif. Kalau rupiah demam, virusnya bisa menyebar ke sendi-sendi perekonomian nasional yang lain. Bayangkan saja, setiap rupiah melemah Rp 100 terhadap dolar AS akan membuat anggaran dalam APBN membengkak sekitar Rp 1 triliun. Kalau pelemahannya sampai Rp 1.000, maka pembengkakannya mencapai Rp 10 triliun. Pelemahan rupiah juga akan menurunkan penerimaan dalam APBN, pertumbuhan ekonomi akan melambat, dan buntutnya penerimaan pajak melorot. Jadi, efek dominonya ke mana-mana, dari ruginya para pedagang barang impor sampai membengkaknya utang luar negeri, baik pemerintah maupun swasta. Saat ini, satu dolar AS sudah menembus di atas Rp 14.000 per dolar AS. Sejak awal tahun hingga akhir Agustus 2015, rupiah sudah melemah sebesar 12% dan menjadi mata uang Asia dengan performa terburuk setelah ringgit Malaysia. Itulah sebabnya, beberapa kebijakan diluncurkan. Misalnya, menaikkan pajak pertambahan barang mewah (PPnBM), menaikkan pajak pertambahan nilai (PPN) khusus barang konsumsi impor. Selain itu, pemerintah memberikan tax allowance untuk sektor intermediate goods. Sebentar lagi pemerintah mengeluarkan berbagai kebijakan untuk membangkitkan ekonomi dan mengamankan rupiah. BI pun melapis dengan berbagai kebijakan. Salah satu yang segera direalisasikan adalah kerjasama pertukaran mata uang atau bilateral currency swap arrangement (BCSA) dengan The People’s Bank of Cina (PBoC), Bank of Japan, dan Bank of Korea. Mudah-mudahan saja, semua yang dilakukan bisa mendatangkan hasil yang baik. n
17
bisnis Harga tanah
Tanah Jakarta Sudah Tidak Tinggi Harga lahan di Jakarta, mengikuti kondisi ekonomi. Sejumlah wilayah mengalami penurunan. Pasar tidak lagi segencar dan seagresif tahun-tahun sebelumnya.
j
TEKS Sri Wulandari foto dahlan rP
uni 2013 lalu, ketika booming properti terjadi diiringi pula dengan kenaikan Nilai Jual Objek Pajak (NJOP), harga tanah di sekitar Jakarta melonjak. Kenaikannya terjadi antara 120% - 240%. Tapi itu dua tahun lalu. Tahun ini saat perekenomian dilanda kelesuan, harga lahan premium di Jakarta dan kota-kota besar lainnya mengalami tren pertumbuhan yang menurun. Pasar tidak lagi segencar dan seagresif tahun-tahun sebelumnya dalam mencari lahan untuk ditransaksikan. Harga lahan pun mengikuti kondisi ekonomi. Hal ini terlihat dari perhitungan hasil transaksi yang pada
Agustus melambat dibanding periode yang sama tahun 2014 lalu. Harga lahan di Jakarta Selatan dan Jakarta Utara, misalnya, mengalami penurunan berkisar 20% - 30%. Kata Prinsipal Li Realty Ali Hanafia, terjadinya penurunan akibat buntut meroketnya harga pada periode 2012 – 2013 yang mencapai 100% hingga 200%. Sebagian besar lahan bagus di Jakarta terkoreksi, tetapi koreksi tidak bisa langsung anjlok, karena yang memegang properti ialah orang-orang yang punya uang. Semula, harga lahan di Jakarta Selatan berkisar Rp 30 juta – Rp 40 juta per meter persegi, namun pada 2013 melonjak menjadi sebesar Rp 80 juta – Rp 120 juta per meter persegi. Di Jakarta
pembangunan rumah: Akibat kenaikan dua tahun lalu.
18
reviewweekly 04 Tahun V | 7-13 September 2015
bisnis harga tanah
Jakarta Barat • Puri Indah, dikisaran Rp 25 juta - Rp 30 juta /m2 • Slipi, dikisaran Rp 17 juta - Rp 22 juta /m2
Jakarta Selatan • Pondok Indah, Senopati, Brawijaya berkisar Rp 80 juta - Rp 120 juta /m2 • Gandaria, Kebayoran Baru, berkisar Rp 32 juta-Rp 37 juta /m2 • Kalibata, Jakarta Selatan, Rp 14 juta-Rp 17 juta /m2
Pusat, hal yang sama juga terjadi. Harga tanah di wilayah ini, sebelumnya sudah sangat tinggi, maka tak lagi dilirik. Apalagi, pasokan lahan kosong pun terbatas. Di Jakarta Utara, harga lahan yang tadinya dibanderol Rp 20 juta – Rp 30 juta per meter persegi naik hingga Rp 80 juta per meter persegi. Harga lahan di Jakarta Barat yang baru naik pada tahun 2014 berkisar 10%-20%, juga mengalami penurunan, meski tidak besar. Momen itu bertepatan dengan tren perlambatan pasar properti secara umum. Patokannya masih berkisar Rp 35 juta hingga Rp 50 juta per meter persegi. Itu pun, masih di bawah harga (under valued). Di wilayah ini, ada Sentra Primer Baru Barat (SPBB) sebagai pusat bisnis, komersial, dan sentra ekonomi yang dimotori beberapa pengembang kelas naga macam Pondok Indah Group, Lippo Group, dan Ciputra Group. Beberapa megaproyek macam St Moritz Penthouse and Residences, Puri Indah CBD, dan Ciputra International, harusnya mendongkrak reputasi Jakarta Barat sebagai opsi investasi selanjutnya. Belum lagi, dengan kelengkapan fasilitas umum, fasilitas sosial, serta kedekatannya dengan Bandara Internasional Soekarno-Hatta, seharusnya nilai tanah dan propertinya masih di kisaran Rp 35 juta hingga Rp 50 juta per meter persegi.
JAKARTA TIMUR Mungkin hanya Jakarta Timur saja, yang mengalami kenaikan pertumbuhan lantaran pada tahun-tahun sebelumnya, perkembangan wilayah ini sangat lambat. Hal ini terjadi karena keterbatasan aksesibilitas, koneksi terputus dengan pusat bisnis dan komersial Jakarta yang notabene berada di Jakarta Pusat, dan
reviewweekly 04 Tahun V | 7-13 September 2015
Jakarta Utara • Kelapa Gading berkisar Rp 50 juta - Rp 80 juta /m2 • Pantai Indah Kapuk berkisar Rp 35 juta - Rp 40 juta / m2
Jakarta Timur • Pulo Gebang, dikisaran Rp 15 juta /m2 • Rawamangun, senilai Rp 19 juta-Rp 24 juta / m2 • Cakung, senilai Rp 8 juta-Rp 13 juta /m2
Jakarta Pusat • Menteng mencapai Rp150 miliar dengan luas lahan 1.000 m2. • Tanah Abang, di kisaran Rp 65 juta /m2 • Percetakan Negara, Rp 30 juta /m2 • Kemayoran, sekitar Rp 23 juta-Rp 28 juta /m2 • Cempaka Putih, Rp 17 juta-Rp 21 juta /m2 • Karet, berkisar Rp 120 juta/m2 • Sudirman Central Business District (SCBD) berkisar Rp 150 juta - Rp 200 juta /m2
Jakarta Selatan, serta penataan kotanya yang tidak rapi. Meski memiliki Sentra Primer Baru Timur (SPBT). Namun, karena pengembang yang menggarap SPBT ini tidak memiliki visi dan komitmen yang mumpuni serta kapasitas modal yang terbatas, membuat Jakarta Timur tersendat dan melambat perkembangannya. Harga lahannya jauh di bawah area Jakarta lainnya. Namun, tahun ini giliran Jakarta Timur yang akan menonjol dan jadi incaran investor. Asumsinya, ketika harga di wilayah lain meroket, namun akibat perlambatan ekonomi, Jakarta Timur mulai dilirik. Seperti hukum ekonomi, bila banyak permintaan maka harga akan naik, begitulah yang terjadi di wilayah itu. Bila sebelumnya nilai jual lahan sebesar Rp 15 juta per meter persegi, sampai akhir tahun 2015 harga bisa naik mencapai Rp 20 juta – Rp 25 juta per meter persegi. Jakarta Timur masih punya peluang untuk berkembang dan tumbuh mengikuti Jakarta Barat. Lantaran, populasinya tinggi dengan kebutuhan properti yang juga tinggi. Kebutuhan tersebut terutama berasal dari masyarakat yang saat ini tinggal di Bekasi, Bogor, atau pun kawasan lainnya. Mereka yang tidak mampu membeli properti di Jakarta Utara, Jakarta Selatan, dan Jakarta Barat, akan mengalihkan perhatiannya ke Jakarta Timur. Walau demikian, optimistis masih ada. Harapan pada semester II/2015 pasar properti akan bergairah kembali, sehingga dapat menutupi kelesuan pada enam bulan pertama. Banyak faktor yang memengaruhinya. Antara lain menurunnya besaran LTV, pajak sangat mewah yang sudah ditetapkan sebesar Rp 5 miliar, dan rencana kepemilikan properti oleh asing. n
19
bisnis ekspansi
produk njonja meneer: Produk minuman baru beredar akhir tahun ini.
Minuman Ala Njonja Meneer Njonja Meneer yang selama ini dikenal sebagai produsen jamu, akan berekspansi pada produk minuman. Tak cuma pasar lokal yang dibidik, tetapi juga global  TEKS Sri Wulandari foto dahlan rP
P
T Njonja Meneer akhirnya melirik bisnis minuman berenergi. Perusahaan jamu yang berawal dari usaha rumahan dan berdiri sejak tahun 1912 ini, telah mempersiapkan bisnis minum sejak lama. Kata Charles Saerang, Direktur Utama PT Njonja Meneer, produknya akan keluar akhir tahun ini dan memasuki pasar, baik lokal maupun global. Nantinya, minuman berenergi itu akan disa-
20
jikan dalam kemasan botol. Kombinasi dan inovasi produk tersebut dapat menjadi salah satu jalan keluar bagi industri jamu dalam negeri di tengah gempuran jamu kimia dan impor produk herbal melalui multi level marketing (MLM). Produksinya dengan memanfaatkan pabrik yang sudah berdiri di Semarang, Jawa Tengah dan hanya menambah lini produksi saja di sana. Karena pabriknya sudah ada, maka biaya yang dianggarkan hanya sebesar Rp 10 miliar. Mengapa Njonja Meneer terjun di industri minuman? Tentu saja untuk mendongkrak pendapatan dan menopang pertumbuhan kinerja. Apalagi tahun ini, Njonja Meneer menargetkan pertumbuhan pendapatan sebesar 15%. Charles pun percaya, produksi minuman mereka nantinya bisa berkontribusi terhadap pendapatan perusahaannya. Asal tahu saja, Njonja Meneer sudah memiliki sekitar 400 produk. Dari jumlah tersebut, 60% adalah produk untuk perempuan dan 40% produk untuk laki-laki. Sementara berdasarkan jenis, 30% produk berupa jamu kapsul dan 20% jamu bubuk. Lantas, sisanya berupa variasi produk lain minuman, parem dan lainnya. Di samping itu, Njonja Meener juga memiliki gerai modern, yakni Njonja Meneer Shop, yang menyediakan aneka produk Njonja Meneer beserta tempat untuk menyeduh jamu. Sedangkan Meneer CafĂŠ Express menyediakan berbagai kreasi minuman, seperti minuman Machoman yang mengandung Jamu Sehat Perkasa produksi Njonja Meneer dengan rasa cokelat yang lezat. Ada pula minuman Charm Lady yang berisi ekstrak jamu Awet Ayu dikombinasikan dengan jus lemon, jeruk dan pir. Tahun lalu, Njonja Meneer menggandeng mitra bisnis dari Malaysia dan Vietnam. Dalam kerjasama itu, mitra lokal akan menyediakan, pabrik dan jaringan pemasaran. Sementara Njonja Meneer menangani proses produksi serta menyediakan bahan baku dan tenaga ahli produksi. Ketika itu, investasi yang dikucurkan sebesar US$ 1,5 juta. Perinciannya, US$ 500.000 untuk investasi di Malaysia dan US$ 1 juta untuk investasi di Vietnam. “Kami membuat produk untuk pasar di sana. Mereka yang membiayai pembuatan produknya. Kemudian dijual di pasar mereka, tapi kami sama-sama melakukan kontrol pasar,â€? ujar Charles, beberapa waktu silam. Njonja Meneer saat ini tengah mengincar pasar Hongkong. Manajemen Njonja Meneer menyimpulkan penjual jamu Njonja Meneer di Hongkong sangat berkontribusi terhadap distribusi dan eksistensi produk Njonja Meneer di Hongkong, khususnya untuk outlet retail dan direct-selling. Sasaran konsumen yang dituju adalah para tenaga kerja Indonesia di Hongkong yang jumlahnya semakin meningkat setiap tahun. n
reviewweekly 04 Tahun V | 7-13 September 2015
bisnis Penerbangan
Merpati Airlines: Bakal terbang lagi
Merpati Diperebutkan Sejumlah investor berminat membeli saham Merpati. Selain dari Rusia dan China, nama Tomy Winata juga disebut sebagai investor. TEKS Sri Wulandari foto riset
a
da kabar gembira bagi PT Merpati Nusantara Airlines. Maskapai yang telah dibekukan sejak Januari 2014 ini, ternyata masih dianggap memiliki harapan hidup. Sejumlah investor telah melirik dan berhasrat membeli maskapai milik Badan Usaha Milik Negara (BUMN) ini. Para investor ini, juga sudah menyanggupi mengambil alih utang maskapai yang menumpuk. Para investor tengah mempelajari secara seksama bisnis Merpati, yang meliputi penerbangan dan pemeliharaan. Beredar kabar, para investor yang berminat berasal dari Rusia dan China. Mereka adalah dua produsen pesawat, Xian Aircraft Industrial Corporation (China) dan Sukhoi (Rusia). Kedua perusahaan asing itu siap menyelesaikan persoalan yang dihadapi maskapai pelat merah tersebut. Tahun lalu, Xian sudah mengirim surat resmi kepada Kementerian BUMN. Demikian juga Sukhoi sudah menyatakan berminat ikut membenahi Merpati. Xian merupakan produsen pesawat jenis MA60 yang pernah dioperasikan Merpati. Sukhoi memiliki kemampuan pendanaan dan pengadaan pesawat. Selain itu disebut pula nama Tomy Winata, bos Grup Artha Graha yang juga berminat mengakuisisi Merpati Airlines. Namun kabar tersebut dibantah Tomy. “Itu tidak benar,� kata dia sebagaimana dilansir Kontan. Menurut Deputi Bidang Usaha Konstruksi dan
reviewweekly 04 Tahun V | 7-13 September 2015
Sarana dan Prasarana Perhubungan Kementerian BUMN Pontas Tambunan, sejumlah proposal yang sudah mereka terima, sedang diperiksa kelayakannya oleh PT Perusahaan Pengelola Aset (Persero). Namun, ia belum dapat menjelaskan secara detail terkait nama-nama calon investor tersebut, serta kapan dan berapa persen mereka akan mencaplok saham Merpati Airlines. Bukan perkara mudah untuk menuntaskan permasalahan maskapai pelat merah itu, mengingat utang yang terus bertambah. Apalagi, Merpati sudah tidak memiliki aset yang bisa dijual. Aset senilai Rp 1,5 triliun semuanya telah diagunkan kepada kreditur. Asal tahu saja, tanggungan utang Merpati untuk karyawan sendiri saat ini sudah menyentuh angka Rp 1 triliun. Selain itu, Merpati juga memiliki utang sebesar Rp 9,2 triliun dengan Kementerian Keuangan, PT Pertamina (Persero), PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk, PT Angkasa Pura (Persero) Tbk, dan kreditur. Merpati dibekukan dengan alasan sertifikat operator udara atau air operator certificate (AOC) antara lain karena faktor operasional, ketidakmampuan membayar gaji karyawan, dan persoalan utang maskapai kepada pihak asuransi. Dengan masuknya investor, otomatis saham pemerintah di maskapai pelat merah itu bisa berkurang porsinya alias terdilusi. Tapi sejauh ini, sebagaimana diungkap Menteri BUMN Rini Soemarno, BUMN ini tidak keberatan. n
21
bisnis PROFIL
james
Murdoch
Penerus Kerajaan Media
Murdoch Dia terpilih sebagai penerus kerajaan bisnis media milik ayahnya. Meski sempat diguncang skandal penyadapan yang mempermalukan dirinya, James membuktikan dirinya tetap tangguh dalam mengelola bisnis yang dipercayakan kepadanya. TEKS Sri Wulandari foto ilustrasi
22
reviewweekly 04 Tahun V | 7-13 September 2015
T
erlahir dari keluarga Rupert Murdoch adalah keberuntungan bagi James Murdoch. Betapa tidak, pria kelahiran 13 desember 1972 ini diwarisi kerajaan bisnis sang ayah, yang dikenal sebagai konglomerat media. Murdoch memiliki perusahaan 21st Century Fox dan News Corp. 21st Century Fox dibentuk dua tahun lalu sesudah dipisahkan dari News Corp, yang dianggap tidak terlalu menguntungkan. News Corp fokus pada bisnis media cetak, seperti New York Post, HaperCollins, Wall Street Journal, The Times dan The Sun. Sementara, 21st Century Fox berkembang menjadi perusahaan film dan broadcasting, seperti Fox News Channel dan Fox Movie. Perusahaan ini memiliki studio film Fox di Hollywood dan usaha televisi. Rupert merupakan Chairman News Corp dan keluarga Murdoch memiliki 39% saham di kedua perusahaan tersebut. Nah, tak lama lagi, Murdoch yang saat ini berusia 84 tahun ini, akan segara mundur sebagai bos atau chief executive officer (CEO) 21st Century Fox. Kerajaan bisnisnya diserahkan kepada James dan kakaknya, Lachlan. Menurut orang dekat keluarga Murdoch, James dan Lachland memiliki hubungan yang baik. James akan menjabat CEO, sedangkan Lachlan menduduki pos Chairman. Ini sesuai rencana sang ayah. James akan berkantor di New York, dan Lachlan di Los Angeles. James pun akan memegang bisnis di sejumlah stasiun televisi dan media untuk kawasan Asia dan Eropa. Sudah lama memang, Murdoch menyiapkan anak-anaknya untuk mengambil kendali kerajaan hiburan global yang lama dimilikinya. Pada Maret 2014, James dipromosikan sebagai co-Chief Operating Officer (COO) bersama Carey di Fox. Pada saat bersamaan, Lachlan menjabat sebagai non-executive co-chairman di kedua perusahaan itu. James sendiri sudah bergabung dengan News Corp sejak pertengahan 1990-an dan memperoleh kompensasi sebesar US$ 8,8 juta atau Rp 79 miliar setahun. Jabatan itu dia peroleh setelah mendirikan perusahaan label musik hip-hop independen. Dia didaulat menjadi Chairman dan CEO “Star”. Tugas James adalah menjalankan operasi perusahaan itu di Asia. Berkat tangan dingin James, aset The Star, terutama di India, tumbuh menjadi bagian tangguh dari bisnis global Fox. Bahkan, baru-baru ini, James menjalankan tugas sebagai CEO dan Chairman BSkyB, TV satelit Inggris--sekarang bernama Sky PL--yang 39% sahamnya dimiliki Fox. Di kuartal terakhir tahun ini, pendapatan bersih 21st Century Fox sebesar US$ 975, sementara News Corp meraup keuntungan sebesar US$ 23 juta atau setara dengan Rp 39,8 miliar.
PETUGAS PERUSAHAAN James, sebagaimana dilansir WJS, merupakan pria yang sangat berbakat dan dia diyakini bakal menjadi petugas perusahaan yang jujur dan terhormat. Demikian dikatakan Leo Hindery Jr, mantan CEO John Malone Tele-Communications Inc yang bereviewweekly 04 Tahun V | 7-13 September 2015
bisnis PROFIL kerja sama dengan kerajaan Murdoch selama puluhan tahun. James juga dikenal sebagai eksekutif yang memiliki pengalaman mengoperasikan perusahaan media di berbagai negara. Karena dia lebih muda dan fresh, tak heran jika dia memiliki perspektif yang berbeda dalam bisnis. James membantu deal bisnis Fox, termasuk menjalin kemitraan dengan Apollo Global Management untuk membangun kongsi televisi terbesar dunia. Dia jugalah yang mendorong Murdoch mengambil saham di Vice, perusahaan media muda, dan mengakuisisi TrueX, perusahaan teknologi periklanan. James sangat menyadari dunia industri media saat ini mengalami perubahan. Karena itulah, dia harus memandu dunia baru media yang lebih kompleks dengan teknologi distribusi dan periklanan digital pada tahun-tahun mendatang. Sejumlah investor percaya James memiliki kemampuan menjalankan Fox. Beberapa investor Fox menggambarkan James sebagai orang yang penuh rasa penasaran dan berani mengambil risiko seperti ayahnya. “James adalah raksasa!” begitu kata Pangeran Alwaleed bin Talal dari Arab Saudi, salah seorang pemegang saham di Fox, sebagaimana dilansir Reuters. James juga dinilai matang dalam mendorong ekspansi dalam distribusi digital produk Fox. Toh sesungguhnya sudah lama Murdoch menyerahkan tampuk pimpinannya kepada anakanaknya. Tetapi, peristiswa pada Juli 2011, tentang skandal peretasan dan penyadapan yang dilakukan wartawan tabloid News of the World, memaksanya untuk memimpin kembali tampuk kerajaan bisnisnya. Kasusnya sendiri rumit, karena skandal penyadapan dan peretasan demi mendapatkan berita eksklusif itu betul-betul mengguncang Inggris dan memicu kemarahan publik. Setelah diselidiki polisi, ternyata jumlah korban penyadapan telepon mencapai 4.000 orang, termasuk di antaranya keluarga para prajurit Inggris yang gugur dalam perang Irak dan Afganistan. Posisi James di News Corp, ketika itu terancam. Kepolisian Inggris mengusut dugaan kasus kesaksian palsu yang dilakukan James di depan parlemen. Dalam sidang dengar pendapat di parlemen Inggris, 19 Juli 2011, Murdoch ditemani James menolak bertanggung jawab atas skandal itu, meski mengakui skandal itu sangat memalukan. Keluarga Murdoch pun menyampaikan permohonan maaf atas skandal peretasan telepon tersebut. Skandal itu membuat News Corp menarik diri dari rencana pembelian raksasa satelit British Sky Broadcasting. Dan, Murdoch menutup tabloid mingguan terlaris di Inggris (tiras terakhir 2,7 juta eksemplar) yang berusia 168 tahun itu. Murdoch menyanggupi membayar seluruh gugatan. Murdoch lalu meminta James hijrah ke AS. Belum cukup, dia memecah induk perusahaan News Corporation menjadi News Corporation, perusahaan skala lebih kecil yang memayungi seluruh bisnis penerbitan konvensional, dan 21st Century Fox sebagai penguasa aset-aset mentereng di bisnis hiburan. n
23
Tentu banyak orang bermimpi ingin menjadi miliarder. Tapi menjadi miliarder yang kekayaannya tergerus secara signifikan dalam waktu singkat, tentunya sebuah mimpi buruk.
S 24
TEKS RATNA NURAINI Foto Riset
elama ini, potret krisis ekonomi lebih sering menggambarkan sisi derita masyarakat kebanyakan. Padahal, dampak krisis moneter yang menimpa para miliarder pun tidak kalah mengibakan. Sebanyak 400 orang terkaya di dunia tercatat dengan terpaksa kehilangan ribuan triliun akibat gejolak di pasar saham global. Pekan lalu, harta
para miliarder itu susut hingga US$ 182 miliar (sekitar Rp 2.544 triliun). Lemahnya data manufaktur China dan merosotnya harga komoditas telah membuat para investor panik. Penurunan mingguan pada Indeks Miliarder Bloomberg di antaranya menimpa bos Berkshire Hathaway Inc, Warren Buffett, dan Ivan Glasenberg pemilik Glencore Plc. Itu tercatat sebagai penurunan yang terbesar sejak indeks itu dibuat pada September 2014. Kombinasi kekayaan bersih anggota indeks itu turun hingga US$ 76 miliar pada Jumat (21/8) saja saat Indeks 500 Bursa Amerika Serikat (AS) ditutup sebagai pekan terburuk sejak 2011. Kerugian para investor pada Jumat (21/8) sekaligus menempatkan 400 orang terkaya di dunia tersebut dalam rapor merah untuk tahun ini. Kekayaan mereka sekarang turun US$ 74 miliar pada 2015 dengan total kekayaan bersih US$ 3,98 triliun. Dan kerugian terbesar pada pekan ini dialami Buffett, yang kekayaannya turun US$ 3,6 miliar saat saham Berkshire Hathaway, Inc turun lebih 5%. Buffett merupakan orang terkaya ketiga di dunia dengan kekayaan US$ 63,4 miliar, menurut data yang
reviewweekly 04 Tahun V | 7-13 September 2015
reviewweekly 04 Tahun V | 7-13 September 2015
25
dikompilasi Bloomberg. Dan guncangan di pasar keuangan turut menggoyang pundi-pundi harta miliarder. Hitungan Bloomberg, kekayaan 400 miliarder paling tajir di dunia lenyap sebesar US$ 124 miliar atau Rp 1.736 triliun (US$ = Rp 14.000) hanya dalam sehari. Harta para miliarder menguap lantaran bursa saham global kompak terjungkal pada Senin (24/8). Aksi panik jual investor yang berujung pada Black Monday langsung menguras harta miliarder tersohor.
Penurunan harga minyak yang terbesar dalam sepekan sejak 1986 menyumbangkan kerugian US$ 15,2 miliar bagi para miliarder energi terkaya dunia. Adalah Chairman Resources, Inc Chairman Harold Hamm yang kekayaannya menyusut 9% atau US$895 juta pada pekan lalu. Chief Executive Officer (CEO) Glencore Plc Glasenberg bahkan tercatat kehilangan US$237 juta pada pekan itu saat harga komoditas merosot ke level terendah dalam 13 tahun. Glencore mencapai rekor terendah di London pada Jumat (21/8), turun 8% lebih dari pekan sebelumnya setelah perusahaan melaporkan penyusutan laba 56%
Jeff Bezos
Warren Buffet
Jack Ma
Wang Jianlin
Mengacu data Bloomberg Billionaires Index, orang terkaya sejagat raya, Bill Gates, kehilangan harta US$ 3,2 miliar dalam sehari. Harta pendiri Amazon Jeff Bezos, tergerus US$ 2,6 miliar dan kekayaan miliarder telekomunikasi asal Meksiko Carlos Slim susut US$ 1,6 miliar. Peristiwa Black Monday menambah mimpi buruk para miliarder yang hartanya telah lenyap hingga sebesar US$ 182 miliar di sepanjang pekan lalu. Amblesnya harga minyak mentah ke bawah level US$ 40 per barel turut membakar aset miliarder di sektor energi hingga sebesar US$ 15,2 miliar hanya di pekan lalu.
26
pada semester I/2015. Kekayaan Glasenberg turun lebih dari 40% pada 2015 menjadi US$ 3,1 miliar. Hurun, konsultan kaum tajir di Shanghai, China melaporkan, dua pertiga dari miliarder China secara perlahan menarik duitnya dari bursa saham secara bertahap. Belakangan, miliarder China menaruh duitnya dengan membeli aset properti di luar negeri, semisal di Amerika Serikat. Tapi, belum jelas kemana aliran dana keluar (outflow) dari bursa saham global dalam jangka pendek. Yang pasti, bursa saham India Sensex tetap kokoh berdiri di
reviewweekly 04 Tahun V | 7-13 September 2015
tengah aksi jual. Catatan India Times, ada inflow sebesar 53,19 miliar rupee atau US$ 816 juta ke pasar modal India di sepanjang bulan Juli lalu.
KEHILANGAN YANG MERATA Sementara itu, sebanyak 26 orang terkaya di China juga kehilangan US$ 18,8 miliar selama pekan itu. Sehari setelah pasar saham global oleng, hanya dalam waktu 24 jam, salah satu orang terkaya di China kehilangan kekayaan senilai US$ 3,6 miliar. Adalah Wang Jianlin, miliarder paling tajir di Asia, yang terpaksa gigit jari. Hartanya terkuras hingga US$ 3,6 miliar karena bursa saham China anjlok 8,49% terdalam sejak 2007. Walau begitu, Wang Jianlin, pemilik dan pendiri perusahaan properti dan hiburan terkemuka di China Dalian Wanda, menyadari bahwa penurunan sudah menjadi risiko dari bisnis saham. Keruntuhan saham di Shanghai pun tidak berhenti. Pekan lalu, saham di Shanghai anjlok sebesar 7,63%. Ini merupakan krisis terburuk yang menimpa China sejak 15 Desember tahun lalu. Jianlin merupakan pebisnis yang terkena imbas pa-
Kekayaan para miliarder sangat bergantung pada naik dan turunnya nilai saham. Saat pasar tak stabil seperti sekarang, kekayaan mereka berkurang. ling besar sampai batas akhir perdagangan saham pada Senin (24/8). Disusul oleh Jack Ma, pemilik perusahaan e-commerce Alibaba, dengan kerugian mencapai US$ 545 juta. Kisah getir juga ditoreh salah satu wanita terkaya di dunia, pendiri Lens Technology, Zhou Qunfei. Setelah sukses bangkit dari nol, kini dirinya harus menelan kenyataan pahit. Bersama sejumlah pengusaha terkaya lain di China, jika digabungkan, Zhou telah kehilangan harta hingga US$ 34 miliar atau Rp 452,5 triliun hanya dalam sehari (kurs: Rp 13.309 per dolar AS). Zhou, merupakan salah satu orang terkaya di China yang harus melihat hartanya berkurang begitu saja. Kekayaannya tercatat menurun US$ 4,8 miliar sepanjang Juni setelah saham perusahaannya anjlok 36%. Zhou sempat menjadi wanita terkaya di China setelah perusahaannya melantai di bursa pada Maret lalu. Zhou memang tidak sendirian, kekayaan pimpinan Beijing Xinwei Telecom Technology Group Wang jing juta tercatat berkurang dari US$ 9,5 miliar menjadi US$ 6,9 miliar. Sedangkan pengusaha properti Lee Shau Kee kehilangan hartanya senilai US$ 1,5 miliar dari total
reviewweekly 04 Tahun V | 7-13 September 2015
Zhou Qunfei
kekayaan US$ 19,3 miliar. Berkurangnya kekayaan Lee terjadi setelah saham perusahaannya yang terdaftar di bursa Hong Kong menurun 6,7 persen sepanjang Juni. Melansir laman Sydney Morning Herald, Sabtu (4/7), penurunan bulanan terparah pada saham-saham China telah menghapus lebih dari Rp 452,5 triliun harta orangorang terkaya di China dan Hong Kong pada Juni. Dari 45 orang kaya yang ditelusuri indeks Bloomberg Billionaires, lebih dari 80% miliarder kehilangan hartanya saat bursa saham Shanghai anjlok sebulan lalu. “Kekayaan para miliarder sangat bergantung pada naik dan turunnya nilai saham. Saat pasar tak stabil seperti sekarang, kekayaan mereka berkurang,� kata analis di Capital Securities Corp Zhang Lu. n
Lee Shau Kee
27
‘Black Tuesday’ wall street 1929
MISTERI RUNTUHNYA PASAR BURSA Runtuhnya bursa di Wall Street dikenal sebagai “Black Monday” atau Senin Hitam. Penyebab keruntuhan sendiri hingga kini masih diperdebatkan. TEKS RATNA NURAINI Foto Riset
M
antan Gubernur Bank Sentral AS Alan Greenspan dulu baru menjabat beberapa hari, ketika Senin Hitam terjadi. Saat itu, dia tengah dalam penerbangan menuju Texas. Setelah mendarat, Greenspan pun segera menyetujui penurunan indeks saham dan pelonggaran politik keuangan. Peristiwa Black Monday yang menimpa pasar bursa sudah hampir 28 tahun silam. Tepatnya pada 19 Oktober 1987, bursa di Wall Street runtuh dalam kurun waktu satu hari. Adalah Louis Sulsenti yang mengingat apa yang terjadi pada tahun itu.
28
Saat Senin Hitam melanda pasar bursa, ia masih menjadi pialang muda berusia 20-an tahun dan masih baru di industri keuangan. “Saya dulu yang mengerjakan semuanya,” kata Sulsenti. “Saya juga bertugas menyampaikan pesanan dari lantai bursa di bawah kepada pimpinan bursa di kantorkantor atas.” Kala itu, Sulsenti mengatakan, suasana berubah secara tiba-tiba. Order untuk menjual terus datang, tanpa henti. Bursa Wall Street pun tak seolah kuasa menanggung beban. “Saya masih ingat, saya harus menjual 300.000 saham. Demikian perintah dari atas,” kata Sulsenti. Jumlah pastinya, memang dia mengaku tidak lagi ingat. “Tapi sekitar 50.000 saham untuk 40 dolar, lalu 50.000 untuk 30 dolar, dan 100.000 untuk 28 dolar. Harga yang tidak masuk akal,” tandasnya. Sebenarnya pada 1987 itu, indeks Dow Jones tengah mengalami masa baik. Beberapa bulan sebelum Senin Hitam, indeks sahamnya meningkat. Bahkan di bulan Agustus 1987, naik 15% hingga mencapai 2.700 poin.
reviewweekly 04 Tahun V | 7-13 September 2015
Tapi beberapa minggu menjelang keruntuhan, poinnya merosot drastis ke kisaran 2.200 poin. “Kehilangan 500 poin. Itulah yang menyebabkan laba tahunan yang diperoleh hilang saat Senin Hitam,” demikian disampaikan Richard Sylla, pakar sejarah keuangan di Universitas New York. Dalam satu hari, harga saham Dow Jones jatuh hingga 22,6%. Ini penurunan harga dalam sehari yang paling drastis dalam sejarah. Hingga kini masih tidak jelas apa penyebab keruntuhan bursa tersebut. Tapi Sylla memandang, selain perkembangan keuangan global, teknologi baru yang digunakan juga memainkan peranan.
BUKAN PERTAMA Jauh sebelum Black Monday terjadi, pada 1929 nasib serupa juga pernah dialami Wall Street. Peristiwa itu dikenal dengan sebutan Keruntuhan 29 atau The Wall Street Crash of 1929. Kurang lebih tiga belas juta saham ditransaksikan pada hari itu dan menjadi rekor transaksi di AS. Pada saat terjadinya kehancuran, kota New York sedang bertumbuh menjadi ibukota finansial yang utama dan metropolis. New York Stock Exchange (NYSE) ketika itu merupakan bursa efek yang terbesar di dunia. Namun kegembiraan luar biasa dan keuntungan besar dari pasar yang bergairah (bullish) berakhir seketika pada hari Kamis, 24 Oktober 1929. Peristiwa tersebut juga dikenal dengan sebutan Black Thursday (Kamis Hitam),
reviewweekly 04 Tahun V | 7-13 September 2015
yang merupakan awal terjadinya keruntuhan pada bursa. Harga-harga saham di NYSE berjatuhan semuanya pada hari itu dan berlangsung terus selama sebulan mencapai nilai terendah yang tidak pernah terjadi sebelumnya. Terjadi kepanikan di mana semua orang menjual saham yang dimilikinya. Pada Jumat 25 Oktober jam 13.00, beberapa pimpinan bank terkemuka di Wall Street mengadakan pertemuan guna mencari jalan keluar untuk mengatasi kepanikan pada lantai perdagangan di bursa NYSE. Hadir dalam pertemuan tersebut Thomas W Lamont, wakil pimpinan Morgan Bank, pimpinan Chase Manhattan Bank Albert Wiggin, dan Charles E Mitchell, presiden dari Citibank. Mereka menunjuk Richard Whitney, wakil presiden dari bursa, untuk mewakili mereka. Dengan adanya dukungan penuh dari perbankan terkemuka di Wall Street, Whitney menempatkan penawaran (bid) atas saham U.S. Steel dalam jumlah lot yang besar sekali pada harga di atas harga pasar. Sewaktu para pialang terpesona oleh tindakan Whitney, ia pun kembali melakukan penawaran yang serupa pada saham-saham unggulan (bluechip). Taktik itu dinilai serupa dengan taktik yang digunakan guna mengakhiri kepanikan pada 1907 dan berhasil meredam penurunan harga lebih dalam lagi pada hari itu. Namun itu semua ternyata hanya berlangsung sementara saja. Sepanjang akhir pekan, kejadian tersebut didramatisasi oleh surat kabar ke seluruh Amerika. Pada hari Senin, 28 Oktober, kian banyak investor yang memutuskan untuk keluar dari bursa dengan menjual kepemilikan sahamnya dan kejatuhan harga makin menjadi-jadi. Penurunan sebesar 13% terjadi pada indeks Dow pada hari itu. Keesokan harinya, pada 29 Oktober 1929, terjadilah apa yang dinamakan Black Tuesday (Selasa Hitam), di mana terjadi transaksi 16,4 juta saham, suatu angka yang memecahkan rekor yang dibuat 5 hari sebelumnya dan ini tidak pernah terjadi lagi hingga 1969. Setelah keruntuhan tersebut, Dow Jones Industrial Average (DJIA) sempat pulih, pada 1930. Tapi, lalu jatuh kembali mencapai titik terendah pada 1932. Sampai akhir 1954, pasar bursa tidak pernah kembali seperti pada saat sebelum 1929 dan berada pada titik terendahnya 8 Juli 1932 sejak 1800-an. Peristiwa jatuhnya bursa saham di Amerika Serikat ketika itu sekaligus menandai dimulainya sebuah era yang disebut “Depresi Besar”. Keruntuhan itu juga tercatat sebagai salah satu peristiwa kehancuran bursa yang paling besar dalam sejarah Amerika. Walaupun para ahli ekonomi dan para ahli sejarah tidak sependapat atas peran kehancuran bursa terhadap kejatuhan ekonomi yang terjadi sesudahnya, beberapa beranggapan bahwa kehancuran ini sebagai awal dari terjadinya Great Depression. Kebanyakan ahli sejarah juga menyetujui pendapat bahwa kehancuran bursa tersebut adalah hanya lebih merupakan “gejala” daripada “penyebab” terjadinya Great Depression. Kendati tentu tidak diharapkan, kehancuran bursa saat itu telah menjadi titik awal dari reformasi penting bagi peraturan-peraturan hukum di bidang finansial dan perdagangan. n
29
makro JICT
Menggugat Perpanjang Dirut Pelindo II dinilai tak transparan dalam proses perpanjangan konsesi Jakarta International Container Terminal. DPR segera panggil RJ Lino. TEKS Kukuh Bhimo Nugroho foto riset
S
udah jatuh, tertimpa tangga pula. Kiasan itu agaknya pas dialamatkan kepada Richard Joost Lino, Direktur Utama PT Pelabuhan Indonesia (Pelindo) II. Bagaimana tidak? Pada Jumat (28/8), kantor Lino digeledah aparat Bareskrim Polri terkait dugaan penyalahgunaan pengadaan crane. Kemudian pada Selasa pekan lalu, ganti Komisi VI DPR yang menyatakan bahwa perpanjangan konsesi Jakarta International Container Terminal (JICT) yang diberikan Lino kepada Hutchison Port Holdings (HPH), perusahaan asal Hongkong, diduga telah melanggar UU Pelayaran tahun 2008. Pernyataan dari DPR itu disampaikan Azzam Azman Natawijana, Wakil Ketua Komisi VI, usai melakukan Rapat Dengar Pendapat Umum (RDPU) dengan Serikat Pekerja (SP) JICT terkait masalah perpanjangan konsesi tersebut. Bahkan, menurut Ketua Komisi VI, Achmad Hafizh Tohir, DPR akan membuat panitia kerja untuk menelusuri dugaan pelanggaran konsesi JICT. “Selain itu, DPR juga akan memanggil Lino. Evaluasi atas perpanjangan konsesi JICT harus dilakukan secara komperehensif. Jangan sampai Lino main di grey area hukum, sehingga perpanjangan ini terkesan seperti cara kerja mafia,” kata Tohir. Pada RDPU itu, Serikat Pekerja JICT kepada DPR menyampaikan bahwa konsesi asing di JICT saat ini tidak ada urgensinya. Apalagi sebenarnya, konsesi lama yang dipegang HPH baru akan berakhir pada 2019, sejak 1999. Kini, justru sudah dibuat perpanjangan konsesi selama 20 tahun hingga 2039. “Hutchison hanya bayar US$ 215 juta untuk 20 tahun perpanjangan. Lebih murah dari tahun 1999 sebesar US$ 243 juta. Selanjutnya, uang sewa selama 20 tahun sebesar US$ 85 juta dibayar JICT, bukan Hutchison. Jadi secara teknis, perusahaan ini dijual sangat murah,” kata Nova Sofyan Hakim, Ketua SP JICT.
30
Jakarta International Container Terminal: Prosesnya tak transparan.
reviewweekly 04 Tahun V | 7-13 September 2015
makro jict
gan Konsesi Hutchison Jonan Minta Tak Diperpanjang Persoalan konsesi ini bermula ketika Dewan Komisaris Pelindo II mengirimkan surat kepada direksi yang meminta agar dilakukan negosiasi ulang dengan pihak HPH. Surat bernomor 68/DK/PI.II/III2015 itu dibuat pada 23 Maret 2015. Dewan Komisaris Pelindo II menyebutkan bahwa nilai wajar 49% saham JICT seharusnya US$ 854 juta. Jadi jika nilainya hanya US$ 215 juta, maka artinya itu hanya 25,2% saja. Perlu diketahui, nilai US$ 215 juta itu terdapat dalam “Perjanjian Perubahan Terhadap Amandemen Perjanjian Pemberian Kuasa”, yang ditandatangani pada 5 Agustus 2014. Angka itu diketahui sebagai nilai jual 49% saham JICT kepada HPH. Sementara angka US$ 845 juta yang disebut Dewan Komisaris itu merupakan hasil kajian konsultan keuangan Financial Research Institut (FRI) setelah mempelajari proses valuasi JICT yang dilakukan oleh Deutsche Bank (DB). Pada awalnya, DB menyebut nilai wajar saham JICT US$ 639 juta. Namun belakangan, DB merevisinya menjadi US$ 833 juta. Kabar yang kemudian santer, Lino menganggap FRI tak kompeten dan kemudian justru menunjuk Bahana sebagai konsultan. Pasca penunjukan Bahana itu, dewan komisaris kembali melayangkan surat kepada direksi bernomor 91/DK/PI.II/ IV-2015, per 28 April 2015. Hanya kali ini, dewan komisaris menyatakan persetujuan perpanjangan konsesi JICT setelah memperhatikan hasil kajian Bahana. Di dalam surat dewan direksi itu, pada poin 2b, Bahana memverifikasi bahwa nilai 49% saham JICT sebesar US$ 266 juta hingga US$ 295,3 juta. Angka inilah yang menjadi acuan Pelindo II dalam memberikan perpanjangan konsesi kepada HPH. Sebenarnya tak hanya nilai jual yang dipertanyaIgnasius Jonan kan, tapi juga nilai sewa
reviewweekly 04 Tahun V | 7-13 September 2015
JICT. Berdasarkan perhitungan DB, nilai sewa mencapai US$ 106 juta setahun, atau US$ 26,5 juta per triwulan. Sementara biaya sewa yang tertera dalam Perjanjian Pemberian Kuasa JICT, tertera US$ 21,25 juta. Atau US$ 85 juta dalam setahun. Hal inilah yang dijadikan dasar oleh SP JICT sehingga berani menyebut bahwa direksi Pelindo II tak transparan dalam perpanjangan konsesi tersebut. Mereka pun menantang RJ Lino untuk membuka semua data hasil verifikasi Bahana kepada publik. Sempat terjadi ‘perang’ antara RI Lino dan SP JICT. Pada Senin (24/8), SP JICT melaporkan Direktur Utama PT Pelindo II ke Bareskrim Polri atas tuduhan pencemaran nama baik. Para pekerja tersinggung atas perkataan Lino yang menyebut SP JICT sebagai ‘bandit musuh negara’ karena menolak perpanjangan kontrak konsesi HPH. Sebenarnya, Menteri Perhubungan Ignasius Jonan telah meminta agar pengelolaan pelabuhan yang akan habis masa kontraknya tidak lagi diperpanjang dengan pihak ketiga berbadan hukum asing. Jonan telah berkirim surat kepada Menteri BUMN bernomor AI. 107/1/5 Phb 2015 yang diteken 25 Juni 2015. “Disarankan agar semua perjanjian kerjasama dengan pihak ketiga pada terminal yang sudah sekian lama dikerjasamakan, untuk tidak diperpanjang lagi. Di samping karena memiliki potensi besar bagi negara, juga dalam rangka kemandirian nasional,” kata Jonan dalam surat tersebut. Lalu bagaimana dengan Lino? Ia mengatakan bahwa negara justru diuntungkan US$ 400 juta dari perpanjangan konsesi itu. “Dengan saya bikin kontrak itu, negara diuntungkan 400 juta dollar. Itu komitmennya,” ujar Lino, di Kantor Kementerian Perhubungan, Jakarta, pada Jumat (31/7). Ia mengungkapkan bahwa nilai konsesi JICT mencapai US$ 265 juta dan sudah dibayarkah HPH kepada Pelindo II. Jadi siapa yang benar? Kita tunggu saja hasil penelusuran Panja DPR. n
Ignasius Jonan, Menteri Perhubungan
Disarankan agar semua perjanjian kerjasama dengan pihak ketiga pada terminal yang sudah sekian lama dikerjasamakan, untuk tidak diperpanjang lagi. 31
makro Maskapai
Maskapai Tak Punya Pesawat Menhub Jonan mengultimatum delapan maskapai nasional. Syarat minimal kepemilikan pesawat harus dipenuhi. TEKS Kukuh Bhimo Nugroho foto riset
Menhub Jonan sidak bandara: Selama ini melanggar UU.
M
eNteri Perhubungan Ignasius Jonan bersikap tegas terhadap maskapai penerbangan nasional yang belum memenuhi persyaratan kepemilikan pesawat. Setelah mencabut izin operator penerbangan atau air operator certificate (AOC) enam maskapai pada 1 Agustus 2015, kini Jonan mengultimatum delapan maskapai lainnya. Jika sampai 31 September 2015 persyaratan kepemilikan pesawat ini tak juga dipenuhi, Kemenhub akan mencabut izin terbang delapan maskapai tersebut. “Sampai 31 Agutus 2015, beberapa maskapai belum memenuhi ketentuan yang dipersyaratkan dalam pemenuhan kepemilikan dan penguasaan pesawat.
32
Maka dari itu, Kemenhub akan membekukan surat izin usaha angkutan udara baik maskapai berjadwal maupun tak berjadwal,” ujar Suprasetyo, Direktur Jenderal Perhubungan Udara, pada Kamis pekan lalu. Delapan maskapai ini dinilai tak memenuhi persyaratan seperti diatur UU Nomor 1 2009 tentang Penerbangan. Padahal sesuai pasal 118 ayat (2) huruf a, b dan c, jelas disebut bahwa pelaku usaha angkutan udara niaga berjadwal harus memiliki paling sedikit lima unit pesawat dan menguasai paling sedikit lima unit pesawat dengan sewa atau leasing. Sementara bagi maskapai penerbangan tak berjadwal dan khusus kargo, harus memiliki minimal satu pesawat dan menguasai dua pesawat. Hebatnya, sebelum Jonan menjabat, aturan ini tak pernah dijalankan. Kedelapan maskapai tersebut adalah Transnusa Aviation Mandiri, MyIndo Airline, Jayawijaya Dirgantara, Aviastar Mandiri, TRI MG Intra Asia, Asian One Air, Indonesia Air Asia Extra, dan Matthew Air Nusantara. Sementara enam maskapai yang telah dicabut AOC-nya adalah Asco Nusa Air, Air Maleo, Manunggal Air Service, Nusantara Buana Air, Survey Udara Penas (Persero), dan Jatayu Air. Sejatinya, Menhub Jonan tak serta merta mencabut. Begitu menjabat dan mengetahui ada aturan yang tak diimplementasikan, Jonan memberi tenggat kepada para pemilik maskapai agar memenuhi persyaratan kepemilikan pesawat antara Januari 2015 hingga Juni 2015. Namun ternyata, hingga batas waktu yang ditetapkan, masih ada maskapai yang tak sanggup memenuhi persyaratan. Diberilah tenggat akhir Juli, hingga akhirnya diambil langkah pencabut pada awal Agustus. Aturan tentang kepemilikan pesawat dalam UU Nomor 1 Tahun 2009 ini, pada Maret 2015, pernah diuji materiil di Mahkamah Konstitusi. Pihak pemohon adalah Sigit Sudarmaji, seorang PNS Kementerian Perhubungan. Dia menganggap, jumlah minimum kepemilikan dan penguasaan pesawat diskriminatif dan berpotensi mematikan pelaku usaha penerbangan skala kecil. Pada persidangan itu, Mualimin Abdi, Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kemenkumham yang mewakili pemerintah mengatakan, syarat modal besar dengan minimal kepemilikan lima pesawat dianggap lebih menjamin terciptanya penerbangan dengan keselamatan dan keamanan yang optimal. Filosofi UU Penerbangan adalah lebih baik memiliki sedikit perusahaan penerbangan tetapi kuat bersaing pada tataran nasional hingga global, daripada memiliki banyak perusahaan tetapi lemah dan tidak mampu bersaing. “Ini (filosofi penerbangan) tidak dilandasi pada kepentingan individu dan jangka pendek guna mendapatkan keuntungan semata,” ujar Mualimin. n
reviewweekly 04 Tahun V | 7-13 September 2015
makro impor garam
Menteri Susi Melawan 7 Samurai Menteri Susi Pudjiastuti menyebut keuntungan para importir garam laiknya penjual narkoba. Petani lokal jadi korban. TEKS Kukuh Bhimo Nugroho foto Dok. Review
M
enteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti menyebut keuntungan para importir garam mencapai 200%. Harap maklum jika para importir tega menghancurkan garam hasil produksi petani lokal. “Apalagi untungnya 200% kayak jualan narkoba. Jadi ketagihan mereka. Ketagihan akhirnya tidak mau stop impor,” ujar Menteri Susi. Menteri Susi menunjukkan hitungannya. “Mereka beli dari luar Rp 500, jualnya Rp 1.500 di sini, masih untung Rp 1.000. Kalau 1 juta ton, sudah berapa untungnya? Makanya petani kita miskin terus, ada 35 ribu petani garam, kalau satu keluarga punya lima orang, yang kena 150 ribu orang,” ungkapnya. Hal yang menyedihkan, para importir tetap saja impor ketika petani sedang panen. Akibatnya, harga garam petani jatuh karena stok melimpah. “Apa tidak kasihan, mereka jemur garam berbulan-bulan dan harganya Rp 275. Padahal biaya mereka Rp 600?” katanya. Sementara pemerintah telah menetapkan harga garam lokal kualitas 1 (K-1) sebesar Rp 750 per kg, K-2 seharga Rp 550 per kg, dan K-3 dipatok Rp 400 per kg. Kementerian Perdagangan sendiri, sepanjang semeseter pertama 2015, telah menerbitkan izin impor garam sebanyak 75% dari kebutuhan impor garam industri tahun lalu sebanyak 1,506 juta ton. Sejatinya, sejak Desember lalu, Menteri Susi telah menyebut mafia importir garam. “Petani garam susah terus karena ada ‘5 dan 7 samurai’. Kementerian Perdagangan dan Kementerian Perindustrian harus membuat penjelasan siapa mereka itu,” katanya, di depan anggota Asosiasi Auditor Intern Pemerintah Indonesia (AAIPI). Pernyataan Menteri Susi tak asal bunyi. Saat ini, polisi telah menetapkan Lusi, Direktur PT Garindo yang merupakan perusahaan importir garam sebagai tersangka.
reviewweekly 04 Tahun V | 7-13 September 2015
petani garam: Apa tidak kasihan.
Hasil penyidikan Satgas Khusus Polda Metro Jaya terhadap Lusi dan Partogi Pangaribuan, mantan Dirjen Perdagangan Luar Negeri Kemendag, menunjukkan fakta-fakta baru terkait impor garam. Yakni, adanya permintaan rekomendasi izin untuk salah satu importir ‘7 samurai’ agar dinaikkan kuotanya. Akibatnya, kuota impor garam membengkak. Jika sebelumnya Kementerian Perindustrian menetapkan kuota impor garam konsumsi 385.000 ton, angkanya membengkak jadi 452.000 ton. Kemendag pun mengeluarkan Surat Permohonan Impor (SPI) guna memotong kuota enam importir agar total kuota 397.000 ton. Atas dasar itulah, Lusi diduga memberikan sejumlah uang kepada Partogi agar kuotanya aman. Direktur Reskrimum Polda Metro Jaya, Kombes Pol Krishna Murti, mengatakan pihaknya tengah menyelidiki mafia ‘7 Samurai’ ini. “Ada keterlibatan perusahaan lain yang diduga kuat terkait kartel garam yang menguasai distribusi impor garam konsumen yang sangat merugikan petani garam di Indonesia,” kata Krishna. n
Kombes Pol Krishna Murti, Direktur Reskrimum Polda Metro Jaya
Ada keterlibatan perusahaan lain yang diduga kuat terkait kartel garam yang menguasai distribusi impor garam. 33
makro ANGGARAN DESA
Proyek Infrastruktur: Fobia kriminalisasi jadi alasan.
Agar Kriminalisasi tak Jadi Momok Presiden Jokowi memberi jaminan tak ada kriminalisasi terkait penggunaan anggaran daerah. Para kepala daerah tak perlu lagi ketakutan. TEKS Kukuh Bhimo Nugroho foto riset
P
residen Jokowi turun tangan terkait macetnya penyerapan anggaran di daerah. Sekretaris kabinet diminta mengeluarkan surat edaran (SE) buat seluruh kepala daerah. Isinya, menjamin pejabat daerah tak akan dipidanakan aparat penegak hukum terkait penggunaan anggaran. Ada tida prinsip dalam SE tersebut. Pertama, pelanggaran yang bersifat administratif tidak bisa dipidanakan. Kedua, hal yang bersifat kebijakan tidak bisa dipidanakan. Ketiga, apabila BPK dan
34
BPKP melakukan pemeriksaan kepala daerah, ada waktu toleransi 60 hari untuk mengklarifikasi. Sebelum 60 hari, aparat penegak hukum tidak dapat memproses laporan BPK dan BPKP. “Tujuan SE tersebut agar penyerapan anggaran berjalan efektif. Kepala daerah tidak perlu khawatir dikriminalisasi aparat penegak hukum,� kata Pramono Anung, Sekretaris Kabinet, pada Kamis pekan lalu. Bahkan menurut Seskab, SE itu bakal diperkuat dengan peraturan pemerintah (PP) yang kini dalam proses sinkronisasi dengan Kementerian Hukum dan HAM. “Nafasnya kurang lebih sama, tidak boleh ada kriminalisasi kepada kepala daerah maupun aparatnya yang sedang membangun,� kata Pramono. Jaminan tak adanya kriminalisasi ini rupanya harus ditempuh, mengingat jumlah anggaran yang kini tersimpan di berbagai bank daerah mencapai Rp 277 triliun. Sementara hingga akhir Juli, rata-rata belanja modal daerah baru mencapai 20%.
reviewweekly 04 Tahun V | 7-13 September 2015
makro ANGGARAN DESA Mendagri Tjahjo Kumolo bahkan berharap kebijakan anti kriminalisasi ini bakal mendorong penyerapan APBD hingga 50% pada kuartal III/2015. “Dengan begitu, target November-Desember itu minimal mencapai 80%-90%,” katanya.
Fobia Kriminalisasi Jaminan buat kepala daerah tak bakal dikriminalisasi aparat penegak hukum juga disampaikan Menko Polhukam Luhut Binsar Panjaitan. “Saya akan bersama Anda. Jadi jangan takut kalau ada yang mengkriminalisasi,” kata Luhut dalam Rapat Koordinasi Percepatan Penyerapan Anggaran, Pemekaran Daerah, Pilkada Serentak, dan Konsolidasi Kesbangpol Tahun 2015, di Kemendagri, Jakarta Pusat, Kamis pekan lalu. Luhut bahkan mengaku sudah berkoordinasi dengan pimpinan instansi penegak hukum. Dia sudah meminta agar aparat penegak hukum tak mencaricari kesalahan para pejabat yang sedang menjalankan tugas. “Saya tegaskan lagi. Kalau Anda benar, Anda tidak usah takut. Saya siap dihubungi kapan saja bila memang ada yang merasa dikriminalisasi... Karena itu saya minta jangan lagi mencari-cari kesalahan. Kalau mencari-cari kesalahan, pastilah kita semua ada kesalahan. Makanya jangan coba-coba mengkriminalisasi,” tandasnya. Sementara itu, Agus Hermanto, Wakil Ketua DPR, mengapresiasi kebijakan Presiden Jokowi yang mendorong percepatan penyerapan anggaran daerah, termasuk adanya jaminan tak ada kriminalisasi. Sebab menurutnya, fobia kriminalisasi masih menjadi alasan dominan penyebab rendahnya penyerapan anggaran. “Saya enggak mau su’udzan (berburuk sangka). Tentunya, ini karena dia (pemda) merasa ada kekhawatiran. Nanti kalau dia lagi disbursement (serapan anggaran), maka akan bersinggungan dengan KPK, bisa menjadi berada di hotel prodeo,” katanya. Hal senada disampaikan Suryo Bambang Sulisto, Ketua Umum Kadin Indonesia. Dia menilai, kebijakan tak ada kriminalisasi merupakan terobosan yang melegakan bagi para pelaku usaha. “Selama ini, sulit bagi pengusaha untuk mengeksekusi suatu proyek, khususnya di daerah, karena ada interpretasi yang berbeda terhadap suatu kebijakan. Kebijakan ‘karet’ itu bisa merugikan pengambil keputusan dan pengusaha itu sendiri,” ujarnya. Nada berbeda disampaikan Robert Endi Jaweng, Direktur Eksekutif Komite Pemantauan Pelaksanaan Otonomi Daerah, yang berharap agar SE tersebut jangan justru memproteksi per-
reviewweekly 04 Tahun V | 7-13 September 2015
buatan korupsi di daerah. Sebenarnya, Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) juga sudah menyampaikan agar para kepala daerah tak perlu takut bakal menjadi korban kriminalisasi. Sebab, KPK bisa mendeteksi mana kepala daerah yang sudah punya niat buruk melakukan penyimpangan. “Kebijakan yang dikriminalisasi adalah apabila sudah ada niat buruk. Begitu itu terdeteksi, kami akan sadap (kepala daerah) karena sudah dibilang jangan menyimpang. Jadi jangan takut,” kata Taufiequrachman Ruki, Plt Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), pada Selasa (25/8). Ruki menambahkan, kepala daerah juga tidak perlu takut melakukan diskresi atau mengambil keputusan sendiri pada situasi tertentu. Diskresi tidak serta merta bisa dikriminalisasi. “Misalkan ada jembatan runtuh atau kebakaran, apakah tidak ada diskresi? Kalau begitu, maka harus menunggu revisi anggaran baru terbangun lagi, dan kapan masyarakat bisa menikmati pembangunan yang optimal. Jadi kebijakan yang dikriminalkan itu apabila sudah ada niat, dan KPK bisa mengetahuinya,” tegasnya. Jadi, tidak perlu takut berlebihan.n
Luhut Binsar Panjaitan, Menko Polhukam
Saya tegaskan lagi. Kalau Anda benar, Anda tidak usah takut. Saya siap dihubungi kapan saja bila memang ada yang merasa dikriminalisasi.
Luhut Binsar Panjaitan
35
keuangan Reksa dana
Tetaplah Waspada Untuk mengerem laju redemption, sejumlah MI menawarkan produk reksa dana terproteksi. Tapi tetap tak ada jaminan bahwa dana investor bakal aman 100%.
A
TEKS bastaman foto Dok. Review
h, cerdas juga pikiran para manajer investasi (MI). Untuk menghindari terjadinya penarikan dana yang lebih besar (redemption), sejumlah MI menawarkan reksa dana terproteksi. Ada sejumlah MI yang telah mengajukan izin untuk mengeluarkan reksa dana terproteksi pada September ini. Namun yang sudah pasti menawarkannya kepada investor adalah PT BNI Aset management (BNI - AM). Tidak tanggung-tanggung, di bulan September-Oktober ini BNI - AM akan menawarkan empat produk reksa dana terporoteksi dengan menggunakan aset dasar obligasi korporasi dan surat utang negara (SUN). Hanif Mantiq, Senior Fund Manager BNI – AM, menjamin reksa dana ini aman. Bahkan ia berani menjamin imbal hasil (return) 8,2% - 8,7% per tahun untuk reksa dana berbasis obligasi korporasi dan 8% untuk reksa dana berbasis SUN. Sementara PT Danareksa Investasi Management (DIM) berencana menawarkan Danareksa Melati Pendapatan Utama Syariah (DMPUS) dengan menggunakan aset dasar sukuk korporasi dan sukuk negara. “Kami mengambil peluang, karena yield obligasi sudah menarik akibat depresiasi rupiah dan koreksi pasar,� ujar Prihatmo Hari Mulyanto, Direktur DIM. Imbal hasil sukuk, lanjutnya, akan semakin tinggi jika The Fed mengerek suku bunganya. Untuk lebih jelasnya, Prihatmo memberikan sebuah gambaran. Dana yang terkumpul dari penjualan DMPUS akan diinvestasikan di sukuk yang saat ini banyak ditawarkan dengan harga 80% dari nilai saat jatuh tempo. Artinya, DIM masih memiliki sisa dana kelolaan 20%. Dana ini, menurut Prihatmo, akan diinvestasikan di pasar uang. Keuntungan dari investasi pasar uang inilah yang akan menjadi pendapatan investor. Sementara dana awal yang disetor investor akan dilunasi dengan sukuk, yang saat jatuh tempo harganya diperkirakan sudah naik menjadi 100%.
36
Pasar modal: Reksa dana saham akan rebound lebih dulu.
Pertanyaannya, benarkah reksa dana terproteksi benar-benar aman dan bisa menenangkan kegelisahan investor? Ternyata tidak. Kendati risikonya relatif rendah, para investor sebaiknya tetap waspada menempatkan dananya. Jangan sampai salah memilih produk. Sebab, lazimnya investasi, reksa dana terproteksi masih mengandung risiko terjadinya penurunan nilai investasi. Sebab, kinerjanya tetap akan dipengaruhi oleh portfolio investasinya. Selain itu, investor juga mesti mencermati sikap transparan dari para MI. Misalnya, produk Reksa Dana Terproteksi Mandiri (RDTM) seri 33 dan seri 34 yang akan diterbitkan PT Mandiri Manajemen Investasi (MMI) dalam waktu dekat ini. Karena kelanjutan dari produk lama, tentu portofolio investasinya juga
reviewweekly 04 Tahun V | 7-13 September 2015
keuangan Reksadana
a, Wahai Investor
Ini menunjukkan investor lebih banyak melakukan subscription dibanding redemption.
tidak akan jauh berbeda. Jadi, bukan mustahil, risiko yang dihadapi RDTM 33 dan 34 juga sami mawon dengan produk sebelumnya.
REKSA DANA YANG NESTAPA Tapi kalau mau aman betul, reksa dana terproteksi ini harus mendapat dukungan yang kuat dari perbankan atau asuransi. Contohnya reksa dana terproteksi yang terbit di Hong Kong. Di sana, selain memiliki jaminan berupa obligasi dari emiten kelas atas, MI juga disokong oleh perbankan yang besar. Dukungan ini mutlak dibutuhkan untuk menjamin dana nasabah jika MI mengalami gagal bayar. Rendahnya risiko pada reksa dana terproteksi memang menjadi pemikat utama produk ini. Jadi, jangan
reviewweekly 04 Tahun V | 7-13 September 2015
heran bila di saat perekonomian penuh ketidakpastian seperti sekarang, reksa dana terproteksi masih mengalami pertumbuhan cukup signifikan. Kondisi ini berbeda dengan reksa dana saham atau campuran. Untuk saat ini, kedua produk tersebut masih memerlukan waktu untuk konsolidasi. Banyaknya penerbitan reksa dana terpoteksi (dan juga reksa dana pasar uang) pula yang membuat dana kelolaan MI tetap tumbuh. Betul, sampai pekan ini aksi redemption di reksa dana masih terus berlangsung. Namun, ya itu tadi, dengan banyaknya produk reksa dana terproteksi yang diterbitkan oleh MI, dana yang masuk atau subscription juga lumayan kencang. Sehingga, menurut catatan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) pada tanggal 6 Agustus, total nilai aktiva bersih (NAB) mencapai Rp 283,35 triliun atau naik 4,64% dibandingkan posisi awal tahun. Di saat ekonomi lesu seperti sekarang, kenaikan itu memang cukup melegakan. Apalagi jika menyaksikan kenaikan unit penyertaan produk reksa dana yang beredar di masyarakat. Jika di awal tahun unit penyertaan tercatat 143,15 miliar, pekan lalu sudah mencapai 172,69 miliar unit atau naik 20,63%. “Ini menunjukkan investor lebih banyak melakukan subscription dibanding redemption,” ujar Nurhaida, Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal OJK. Tapi, yang menarik, kenaikan NAB itu tidak otomatis membuat sejumlah pengelola reksa dana bisa tidur nyenyak. Soalnya, gelombang redemption telah membuat nestapa sejumlah MI. Salah satu perusahaan yang banyak kehilangan dana kelolaannya adalah Panin Asset Management (PAM). Jika di bulan Juni lalu dana yang dikelola PAM masih Rp 12,06 triliun, namun dalam sebulan angkanya menyusut menjadi tinggal Rp 10,7 triliun. Menurut Rudiyanto, Head of Operation and Bunsiness Development PAM, penarikan dana yang cukup besar itu tidak bisa dipisahkan dari penurunan harga saham di Bursa Efek Indonesia (BEI). Para investor yang tidak tahan menyaksikan penurunan indeks harga saham gabungan (IHSG) langsung menarik dananya. Padahal, sekitar 77% dana kelolaan PAM diputar di bursa. “Kami memang fokus pada reksa dana saham dan campuran,” ujar Rudiyanto. Kendati situasi terakhir belum menunjukkan tanda-tanda pasar saham bakal menggeliat, Rudiyanto yakin keadaannya bakal membaik seiring dengan cairnya dana APBN dan pembangunan proyek. “Jenis reksa dana yang akan rebound lebih dulu adalah reksana dana saham,” ujarnya. n
37
keuangan Multifinance
Multifinance Mulai Mengancam Industri multifinaince coba digairahkan dengan diizinkan masuk ke sektor refinancing. Bakal banyak nasabah bank yang lari ke multifinance. TEKS bastaman foto Riset
P
engelola bank kini harus makin waspada. Diizinkannya perusahaan pembiayaan masuk ke sektor usaha pembiayaan tunai (refinancing) bakal membuat persaingan semakin ketat. Apalagi, sebelumnya, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) juga telah mengizinkan multifinance menggeluti bidang usaha pembiayaan multiguna, seperti kredit kepemilikan rumah (KPR) dan kartu kredit. Usaha pembiayaan tunai memang bukan barang baru bagi multifinance. Kendati ilegal, sejak beberapa tahun silam sejumlah perusahaan pembiayaan telah menawarkan jasa refinancing. Sebut saja Maximum Solusi Tunai atau Adira Maxi. Unit usaha PT Adira Dinamika Multifinance (Adira Finance) ini menawarkan pinjaman tunai dengan nilai 70% dari agunan. “Pinjaman bisa turun dalam waktu satu jam dengan bunga 2% per bulan,” ujar seorang staf Adira Finance. Layanan serupa juga pernah dipopulerkan oleh PT Federal International Finance (FIF), PT BFI Finance, dan Bess Finance. BFI Finance, misalnya, memberikan layanan pinjaman tunai melalui produknya yang bernama Dana Expres. Namun, layanan ini ditutup sejak tahun lalu setelah BFI Finance mendapat peringatan dari OJK. “Kalau sekarang masih ada, itu hanya agen nakal,” ujar Cornelius Henry Kho, Direktur BFI Finance, beberapa waktu lalu. Bantahan juga datang dari I Dewa Made Susila, Direktur Keuangan PT Adira Finance. Menurutnya, bisnis refinancing bukan bagian dari usaha Adira. “Itu chanelling dari induk usaha kami (Bank Danamon),” katanya. Sedangkan Benny Wennas, Presiden Komisaris Bess Finance, berkilah bahwa tawaran pinjaman tunai yang diiklankan Bess Finance hanyalah teknik marketing semata. Selain perbankan, layanan pinjaman tunai memang haram bagi perusahaan pembiayaan. Namun, karena
38
margin-nya amat menggiurkan dan risikonya relatif rendah, banyak multifinance yang mencicipi manisnya bisnis refinancing. Tak hanya menawarkan pinjaman tunai dengan jaminan BPKB, beberapa multifinance bahkan gencar merayu nasabah bank untuk mengalihkan kreditnya ke perusahaan mereka.
KEBIJAKAN PRO PASAR Itu sebabnya, sudah sejak 2010 pemerintah berniat mengatur bisnis dana tunai multifinance. Hanya saja, ya itu tadi, Surat Edaran (SE) yang mengizinkan perusahaan pembiayan masuk ke sektor refinancing baru terbit pekan lalu. “Pinjaman tunai ini hanya boleh diberikan kepada nasabah eksisting dan nilainya tak boleh lebih dari Rp 200 juta per nasabah,” ujar Firdaus Djaelani, anggota Dewan Komisioner OJK. Kebijakan baru ini sebenarnya tidak lepas dari kelesuan yang dialami bisnis pembiayaan belakangan ini. Setelah perluasan usaha dan longgaran ketentuan loan to value (LTV) tak membuahkan hasil, OJK mencoba
Iklan multifinance: Selama ini mereka dicap ilegal
reviewweekly 04 Tahun V | 7-13 September 2015
keuangan Multifinance menggairahkan industri multifinance dengan melegalkan usaha refinancing. Makanya, kebijakan baru ini disambut hangat pelaku usaha. “Pembiayaan tunai bisa menjadi pilihan bagi multifinance untuk menjaga bisnisnya,” ujar Efrinal Sinaga, Sekjen Asosiasi Perusahaan Pembiayaan Indonesia (APPI). Rontoknya penjualan mobil sebanyak 15% dan sepeda motor sebesar 22,7% selama semester I, telah membuat perusahaan pembiayaan merana. Lihat saja kinerja Adira Finance. Laba anak usaha Bank Danamon ini selama semester I turun 63% menjadi tinggal Rp 198 miliar. Menurut Made, penurunan tersebut karena pembiayaan sepeda roda dua dan empat yang dibiayai Adira selama enam bulan anjlok hingga 23%. Kredit macet dan meroketnya nilai tukar dolar juga menjadi persoalan di Adira. Nah, dengan diizinkannya perusahaan pembiayaan masuk ke sektor refinancing, mereka berharap laba dan pendapatan perseroan bakal naik di semester II. Paling tidak, usaha refinancing bisa mengimbangi penurunan yang terpadi pada pembiayaan kendaraan bermotor, alat berat, dan elektronik. “Sangat bagus bila perusahaan pembiayaan bisa menawarkan refinancing. Ini kebijakan pro pasar,” ujar Anta Winarta, Direktur Utama PT Bess Finance. Perusahaan pembiayaan memang akan sangat diuntungkan oleh kebijakan baru ini. Tapi tidak bagi industri perbankan. Soalnya, dengan persyaratan yang lebih longgar dan prosesnya super cepat, kehadiran multifinance di sektor refinancing justru menjadi ancaman serius bagi bank. Setidaknya, kebijakan ini bakal membuat persaingan di bidang pembiayaan semakin ketat. n
Sudah Jatuh, Tertimpa Dolar Pula
S
udah jatuh tertimpa tangga pula. Itulah nasib industri multifinance sekarang. Setelah digayuti kredit macet dan penjualannya anjlok, kini mereka harus menelan pil pahit akibat melemahnya kurs rupiah terhadap dolar. Maklum, karena pinjaman valas harus dibukukan secara market to market, banyak multifinance yang mengalami rugi kurs gara-gara rupiah melemah sampai level Rp 14.000 per dolar. Dua – tiga tahun silam, ketika penjualan otomotif di dalam negeri meningkat pesat, multifinance berbondong-bondong mencari pinjaman valas ke bank-bank asing. Apalagi kala itu satu dolar masih berkisar antara Rp 9.200 - Rp 9.500. Maka jangan kaget bila per Juni lalu utang valas perusahaan pembiayaan sudah mencapai Rp 257,13 triliun atau sekitar 48% dari total utang valas multifinance. Masalahnya, dalam dua tiga tahun rupiah telah melemah 47% - 52% terhadap dolar. Dampaknya, gearing ratio (utang banding modal sendiri) multifinance pun melesat menjadi 7 - 9 kali atau di atas angka normal sekitar 5 - 6 kali. “Ini akan membuat multifinance kesulitan berekspansi,” ujar Firdaus Djaelani, anggota Dewan Komisioner OJK. n
reviewweekly 04 Tahun V | 7-13 September 2015
39
keuangan valas
Si Dolar Makan Tuannya Gara-gara dolar yang terlalu kuat, industri Amerika Serikat mulai melambat. Peluang The Fed mengerek suku bunganya pada bulan ini semakin kecil. TEKS bastaman foto Dok. Review
B
anyak pelaku pasar yang kecele. Sebelumnya mereka menduga, kedatangan Christine Lagarde ke Indonesia akan membahas pinjaman talangan. Maklum, akhir-akhir ini Bank Indonesia (BI) banyak merogoh cadangan devisa untuk menopang rupiah. Akibatnya, cadangan devisa pun terus tergerus. Jika di awal tahun posisinya masih US$ 114,25 miliar, tapi di bulan Juli sudah susut menjadi US$ 107,6 miliar. Itu artinya, dalam tujuh bulan, BI telah menghabiskan US$ 6,5 miliar. Masalahnya, sebanyak apa pun BI mengguyur pasar dengan dolar, rupiah tetap saja loyo. Bahkan, Kamis pekan lalu, rupiah sudah melorot ke level Rp 14.197 per dolar. Jika dibandingkan dengan kurs di awal tahun, berarti mata uang kebanggaan RI itu telah terdepreasiasi sekitar 13,2%. Jadi, wajar bila ada yang menduga pertemuan Presiden Jokowi dengan Direktur Pelaksana International Monetary Fund (IMF) tadi adalah untuk membahas soal utang. Tapi dugaan para pelaku pasar tadi meleset. Kedatangan Lagarde ke Indonesia ternyata untuk menghadiri konferensi tingkat tinggi regional (Future of Asia Finance: Financing for development 2015) yang digelar BI, pekan lalu. Large justru banyak memuji makro ekonomi Indonesia, yang katanya siap menghadapi krisis. “Cadangan devisa Indonesa masih cukup besar, sehingga dengan kondisi ini tidak perlu pinjaman atau dana talangan dari IMF,” ujarnya. Basa-basi atau pujian yang tulus, entahlah. Yang jelas, sampai saat ini posisi rupiah masih kritis. Dan peluang untuk terpuruk cukup besar. Di bulan ini saja ada beberapa peristiwa yang bisa membikin tampang rupiah menyedihkan. Salah satunya adalah rencana kenaikan suku bunga The Fed, 16-17 September. Nah, sepekan sebelum The Fed mengambil keputusan, biasanya para investor melakukan antisipasi dengan cara mengoleksi dolar. Tak hanya sampai di situ, ancaman yang lebih serius justru diperkirakan datang dari China. Menurut David Samual, Ekonom BCA, keputusan The People’s Bank of China memangkas suku bunga dan menyuntikkan dana ke bursa telah membuat pasar semakin
40
cemas dengan kondisi ekonomi China. “Ini membuat bursa di Asia bergejolak,” katanya. Krisis ekonomi dan politik di Malaysia juga semakin membuat sebagian orang malas pegang rupiah. Soalnya, banyak yang percaya, krisis politik di Negeri Jiran itu bakal merembet ke sini. Masih ingat krisis di Thailand 1997-1998? Ya, krisis di negeri Gajah Putih itu telah menjerumuskan Indonesia ke jurang krisis moneter. Saat itu itu kurs rupiah sempat terpuruk
hingga Rp 16.000 per dolar. Sementara di dalam negeri, aksi borong dolar pun tak bisa dihindarkan lantaran di bulan ini banyak perusahaan yang membutuhkan dolar untuk membayar utang yang sudah jatuh tempo. Kegiatan borong dolar ini diperkirakan baru akan mereda menjelang pekan ketiga. “Saat itu kebutuhan valas sudah terpenuhi, sedangkan kepastian kenaikan suku bunga The Fed sudah diketahui,” ujar seorang analis pasar uang.
INDUSTRI AMERIKA MELAMBAT Namun bukan berarti rupiah sudah kehilangan sentimen positif. Tidak sama sekali. Selain tingkat inflasi yang rendah, para pemilik uang juga tengah menunggu paket stimulus. Jika paket fiskal yang akan diumumkan awal pekan ini direspon positif oleh pasar, maka rupiah berpeluang menguat. “Bursa China juga mulai stabil, sehingga aset berisiko seperti
reviewweekly 04 Tahun V | 7-13 September 2015
keuangan valas rupiah kembali dilirik,” ujar Putu Agus Pransuamitra, analis dari Monex Investindo Future. Penguatan rupiah semakin besar karena peluang The Fed mengerek suku bunganya kian kecil. Perhitungan yang dilakukan oleh The Institute For Supply Management menunjukkan, indeks manufaktur per Agustus turun ke level 51,1 atau terendah sejak Mei 2013. Penguatan dolar, yang sudah berlangsung sejak pertengahan 2014, dituding sebagai penyebab dari melambatnya industri di Amerika itu. Sebab, dolar yang terlalu kuat membuat barang-barang Amerika sulit berkompetisi dengan barang sejenis dari negara lain. Melambatnya industri Amerika tersebut diperkuat dengan meningkatnya stok bahan baku di gudang-gudang. Tingkat inflasi yang rendah juga bisa menjadi alasan bagi The Fed untuk menunda rencana kenaikan suku bunga. Dus, pelambatan ekonomi yang terjadi di negara-negara mitra dagang utama Amerika diperkirakan bakal berdampak pada industri di Amerika. “Rencana kenaikan suku bunga September ini menjadi kurang tepat,” ujar William C Dudley, Presiden The Fed negara bagian New York. Harga minyak dunia, yang pekan lalu turun 7,7% ke level 45,41 per barel, juga bisa menjadi pendorong bagi penguatan rupiah pekan ini. Paling tidak, penurunan harga minyak ini membuat tumpukan dolar yang diborong Pertamina menjadi lebih sedikit. Dan ini pula yang diperkirakan oleh para analis bisa membuat rupiah sedikit tegak. Itu sebabnya, Trian Fathria, Research and Analysist Divisi Treasury BNI, membisikan bahwa pada pekan ini dolar tidak akan mengamuk se-
reviewweekly 04 Tahun V | 7-13 September 2015
Rupiah berpeluang menguat karena potensi The Fed mengerek tingkat suku bunganya di bulan September ini semakin kecil. perti kemarin-kemarin. “Rupiah berpeluang menguat karena potensi The Fed mengerek tingkat suku bunganya di bulan September ini semakin kecil,” ujarnya. Trian memprediksi, pekan ini rupiah akan berada di rentang Rp 13.975 - Rp 14.025 per dolar. Optimisme serupa juga dilontarkan Putu. Ia memprediksi, nilai tukar rupiah akan bergerak di kisaran Rp 13.930-Rp 14.050. Bahkan Putu berani meramalkan rupiah pekan ini bakal ditransaksikan di bawah Rp 14.000. Syaratnya, ya itu tadi, paket stimulus yang bakal diluncurkan pemerintah dalam waktu dekat ini direspon positif oleh pasar. Ah, mudah-mudahan perhitungan Trian dan Putu kali ini menjadi kenyataan. Soalnya, jika dolar terus menguat, ujung-ujungnya akan ikut memengaruhi kondisi di bursa saham yang dalam beberapa hari terakhir mulai bergairah lagi. n
41
pasar modal IHSG
Menunggu T Pasar sudah setengah yakin The Fed tidak akan menaikkan bunga. Kalaupun naik, tidak akan banyak. Bagaimana kita bersikap? TEKS Ahmad Munjin foto ilustrasi, riset
42
reviewweekly 04 Tahun V | 7-13 September 2015
The Fed P
asar kembali ditutup dengan penuh keragu-raguan, Jumat pekan lalu. Indeks harga saham gabungan, ketika itu ditutup di level 4.415. Memang, dibanding akhir pekan sebelumnya, tak banyak turun alias hanya 31 poin atau sekitar 0,6%. Tapi penurunan itu, menggambarkan keraguan pasar atas nasib indeks di masa yang akan datang. Ada beberapa faktor yang membuat pasar ragu. Dalam jangka pendek, faktor yang paling berpengaruh adalah rencana kenaikan suku bunga oleh The Fed. “Untuk soal ini, hanya Tuhan dan The Fed yang tahu,” kata Yuganur Wijanarko, Kepala Riset HD Capital. Jadi, sampai sekarang, masih belum jelas apakah The Fed akan menaikkan bunga atau tidak. Tapi, kendati belum jelas benar, para spekulan sudah mulai berancang-ancang dengan melakukan pembelian. Kalangan ini memprediksi The Fed tak jadi jadi menaikkan suku bunganya. Memang, soal suku bunga ini telah lama menjadi bahan perdebatan di kalangan pelaku pasar. Sebagian institusi keuangan Wall Street bahkan meramalkan bahwa The Fed besar kemungkinan tidak akan menaikkan suku bunga sama sekali sepanjang tahun 2015 ini. Seandainya pun naik, mungkin akan sangat kecil. Amerika sadar bahwa kenaikan suku bunga Fed rate akan berimbas pada instabilitas ekonomi negara-negara dunia lain. Dana akan mengalir deras keluar dari negara mereka dan masuk ke AS, berimbas pada penguatan dolar secara signifikan, dan pada akhirnya melemahkan ekspor negara tersebut. Hasil survei juga menunjukkan bahwa hanya 32% yang memperkirakan The Fed akan menaikkan bunga. Sementara itu, dari sisi grafik mingguan, IHSG memberikan tanda reversal.
AKAN TERJADI PEMBALIKAN Grafik mingguan yang bermain di rentang lebih tinggi dari minggu sebelumya memberikan suatu tanda akan terjadinya reversal (pembalikan) dalam jangka pendek dan jangka menengah. Selama penurunan sejak bulan Mei, grafik mingguan selalu bermain di-range lebih rendah pada minggu berikutnya. Hal ini bisa dikatakan merupakan pertanda pelaku pasar berani beli di harga lebih
reviewweekly 04 Tahun V | 7-13 September 2015
pasar modal IHSG tinggi dan hold posisi lebih dari seminggu yang dapat menyebabkan medium term tren berubah. Untuk saham-saham pilihan dengan target sepekan ke depan, Yuganur merekomendasikan beli untuk saham Bank Tabungan Negara (BBTN), Bank Mandiri (BMRI), Telkom (TLKM) dan efek terbitan Astra (ASII). Pertama, saham BBTN dengan Price to Earnings Ratio (PER) 2015 di level 6,45 kali, Price to Book Value (PBV) 0,86 kali, Return on Equity (RoE) 13,02%. “Saya rekomendasikan beli dengan trading target di Rp 1.095,” kata Yuganur. Pembelian pertama saham BBTN bisa dilakukan di Rp 1.015; pembelian kedua bisa dilakukan di Rp 995. Dan cut loss di Rp 985. Kedua, saham BMRI. Direkomendasikan beli dengan PER 2015 di level 10,28 kali, PBV 1,87 kali, RoE 18,16%, dengan trading target di Rp 9.025. Pembelian pertama bisa dilakukan di Rp 8.725; pembelian kedua bisa dilakukan di Rp 8.625; dan titik cut loss di Rp 8.525. Ketiga, saham TLKM direkomendasikan beli dengan PER 2015 di level 18,99 kali, PBV 3,44 kali, RoE 18,03%. Trading target di Rp 2.930. Pembelian pertama bisa dilakukan di Rp 2.765. Pembelian kedua bisa dilakukan di Rp 2.710. Dan titik cut loss di Rp 2.675. Keempat, saham ASII dengan PER 2015 15,33 kali, PBV 2 kali, RoE 13,02%, direkomendasikan beli dengan trading target di Rp 6.250. Pembelian pertama bisa dilakukan di Rp 5.950; pembelian kedua bisa dilakukan di Rp 5.850. Jangan lupa, buang saham ketika penurunannya mencapai Rp 5.775. n
Amerika sadar bahwa kenaikan suku bunga Fed rate akan berimbas pada instabilitas ekonomi negara-negara dunia lain. IHSG 31/08 4,509.61 01/09 4,412.46
03/09 4,433.11
28/08 4,446.20
02/09 4,401.29
04/09 4,415.34
CLOSE
43
pasar modal Saham WIKA
Wika Masih Mentereng Ada harapan, semester II Wika bisa mencapai target. Makanya, sahamnya menarik untuk dikoleksi. TEKS Ahmad munjin foto Dahlan Rp
s
iapa pemenang pembangunan kereta api cepat rute Bandung-Jakarta? Sampai tulisan ini diturunkan, belum ada jawaban dari Presiden Jokowi. Bisa Jepang, bisa juga China. Tapi, tampaknya—untuk sementara—pemerintah berpihak kepada China. Menteri BUMN Rini Soemarno mengatakan jika memilih Tiongkok maka proyek tersebut akan dikerjakan oleh konsorsium sejumlah BUMN, seperti Wijaya Karya, Jasa Marga, dan PT Industri Kereta Api (Persero) bersama Tiongkok. Dan yang lebih penting, investasinya akan ditanggung bersama BUMN dan Tiongkok sehingga tidak menjadi beban pemerintah.
44
Kalau kabar itu benar menjadi kenyataan, maka ini merupakan berkah bagi Wijaya Karya. Perusahaan pelat merah ini sudah menghitung-hitung target porsi investasi dari proyek itu. Kalau porsi asing sekitar 40% dan domestik 60%, diperkirakan perseroan akan mengambill 30% dari porsi domestik. Jadi, kalau nilai perkiraan investasi proyek itu Rp 50 triliun, maka Wika harus menyiapkan modal Rp 9 triliun. Untuk memenuhi kebutuhan dana investasi, Wijaya Karya tengah dalam tahapan pembicaraan mencari pendanaan dari China Development Bank. Perusahan berkode WIKA di Bursa Efek Indonesia tersebut berharap, pinjaman perbankan bisa memenuhi kebutuhan 70% dana investasi yang dibutuhkan. Lalu, Wijaya Karya menargetkan memenuhi 30% sisa kebutuhan dana dari kombinasi ekuitas dan dana penyertaan modal negara (PMN). Perusahaan itu tak memerinci detail besar dana PMN yang akan dicuil untuk proyek itu. Sebagai informasi, total dana PMN Wijaya Karya tahun ini adalah Rp 3 triliun. Meski sudah menyusun rencana pendanaan, Wijaya Karya masih harus bersabar. Perusahaan
reviewweekly 04 Tahun V | 7-13 September 2015
pasar modal Saham WIKA tersebut masih harus menunggu keputusan Kementerian BUMN mengenai siapa mitra asing yang akan digandeng dan Keputusan Presiden mengenai penunjukan proyek tersebut. Masalahnya sejauh ini, baik China maupun Jepang masih berusaha menyelesaikan studi kelayakankan sebagai bahan pengambilan keputusan pemerintah. Kalau proyek ini jadi, otomatis akan menambah isi pundi pendapatan Wjaya Karya. Sehingga, target pendapatan tahun ini (sebesar Rp 15 triliun) akan tercapai dengan mudah. Begitupun target-target lainnya. Seperti laba bersih sebesar Rp 674 miliar. Soalnya, pada semester I lalu, BUMN ini mengalami pelambatan. Laba bersihnya cuma Rp 200 miliar atau turun 28% (YoY). Begitu pula pada pos revenue, melemah 18% (YoY) menjadi sebear Rp 4,8 triliun. Perlambatan tersebut bersumber dari divisi properti dan precast.
PALING BAGUS UNTUK JANGKA PANJANG Akankah target tersebut benar-benar bisa tercapai di akhir tahun? Kita lihat saja nanti. Yang jelas, sampai saat ini, para analis pasar modal masih optimisis, sektor ini akan melaju seiring dengan rencana-rencana pemerintah menggenjot infrastruktur. Sehingga mereka merekomendasikan beli untuk saham Wijaya Karya. Anggung Trader, misalnya, masih merekomendasikan beli dengan target harga Rp 3.350. Tapi, investor disarankan stop loss jika harga menyentuh Rp 2.525 NS Aji Martono, Direktur PT Capital Bridge Indonesia, juga merekomendasikan hal serupa. “Pandangan saya pada saham-sa-
Tekanan jual pada bursa saham sebenarnya semata faktor kekhawatiran bukan penurunan akibat faktor-faktor fundamental.
reviewweekly 04 Tahun V | 7-13 September 2015
ham di sektor konstruksi masih positif termasuk saham PT Wijaya Karya (WIKA),� katanya. Alasannya, pola konsorsium yang dilakukan oleh asing untuk pembangunan seperti jalan layang dan infrastruktur lainnya, didominasi oleh emiten-miten konstruksi yang notabene adalah BUMN seperti WIKA, PT Waskita Karya (WSKT), PT Pembangunan Perumahan (PTPP) dan PT Adhi Karya (ADHI). Oleh sebab itu, ke depannya, saham-saham tersebut masih menarik. Hanya saja, pasar harus jeli melihat momentum-momentum. Misalnya, jika pasar mengalami penurunan akibat sentimen baik dari regional maupun dari global. Menurut Aji, tekanan jual pada bursa saham sebenarnya semata faktor kekhawatiran bukan penurunan akibat faktor-faktor fundamental. Makanya, saham-saham konstruksi enak dikoleksi. Jadi, jika pasar global menguat, bursa saham domestik juga akan ikut menguat. Strateginya, follow the market. Jika IHSG mengalami pelemahan tajam seperti pekan lalu, Aji merekomendasikan akumulasi beli untuk saham WIKA and the gang untuk jangka pendek. Tapi sifatnya masih speculative buy. Untuk jangka panjang, WIKA sendiri, beberapa proyeknya cukup bagus. Karena itu, emiten ini akan mendapatkan keuntungan yang bagus juga dalam laporan tahunan kinerja keuangannya. Aji merekomendasikan beli WIKA selama di bawah Rp 3.000 untuk jangka panjang. Secara historis, tertinggi saham WIKA di Rp 3.400-an. Itulah target harganya untuk sementara berdasarkan historis pergerakan harga sahamnya, bukan pertimbangan fundamentalnya. Meski begitu, laju saham ini akan mengikuti laju saham PTPP yang memperlihatkan penguatan lebih lanjut. Untuk jangka panjang di atas satu tahun, Aji menyarankan buy position. Sebab, semua proyeknya dikerjakan dan mendapatkan berkah dari tahun infrastrukturnya Indonesia. Selamat berinvestasi. n
45
pasar modal properti
Sementara, Hold Dulu Saham properti belum saatnya dibeli. Tunggu sektor lainnya menggeliat.
p
TEKS Ahmad Munjin Foto ilustrasi
roperti, mempunyai daya untuk menggerakkan ekonomi suatu bangsa. Itu kata Mochtar Riady, Chairman Lippo Group. Terjadi kalau nilai tukar rupiah sementara daya beli melemah? Sama seperti sektor lainnya, properti pun melaju termehek-mehek. Perlambatan sektor properti terpotret jelas dalam survei yang rutin digelar Bank Indonesia (BI). Penjualan rumah pada kuartal II-2015 hanya tumbuh 10,84%, kurang dari separuh pertumbuhan penjualan pada kuartal I-2015 yang mencapai 26,2%. Perlambatan ini diperkirakan akan berlanjut pada kuartal III-2015. Pada kuartal II-2015, hanya rumah tipe kecil saja, yang menunjukkan kinerja kenaikan. Harga dan penjualannya tumbuh cukup tinggi. Berdasarkan hasil Survei Harga Properti Residensial (SHPR) BI, pertumbuhan harga rumah melambat baik secara triwulanan maupun tahunan. Data yang dilansir pada Rabu (12/8) tersebut menyatakan, harga rumah pada kuartal II-2015 hanya
46
tumbuh 1,38% lebih tinggi dibanding kuartal I-2015, atau tumbuh 5,05% secara tahunan. “Kenaikan harga bahan bangunan, upah pekerja, dan bahan bakar minyak, merupakan faktor utama penyebab kenaikan harga properti residensial,� tulis BI. Pendapat senada juga diungkapkan Reza Priyambada, Kepala Riset NH Korindo Securities Indonesia (NHKSI). Menurut dia, situasi sekarang sangat menyulitkan bagi emiten-emiten di sektor properti, baik yang mengandalkan recurring income maupun yang landed house. Kondisi sulit tersebut bermuara dari melemahnya daya beli masyarakat seiring perlambatan ekonomi dan pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS. Pada saat yang sama, mayoritas masyarakat membeli properti dengan cara kredit. Sekarang, kredit masih mahal seiring tingginya suku bunga sehingga daya beli properti juga melemah. Untuk mengajukan kredit saja tidak bisa. Yang disayangkan sekarang, bunga belum turun sementara daya beli sudah turun. Dari sisi penguatan dolar AS, emiten properti juga terimbas negatif. Sebab, sebagian bahan bagunannya diimpor. Inilah yang menggerus pendapatan emiten. Orang sekarang lebih suka mengontrak atau membeli rumah bekas ketimbang menyicil rumah baru, yang suku bunganya tinggi. Padahal, yang dibukukan emiten pengembang adalah penjualan rumah baru bukan rumah bekas.
reviewweekly 04 Tahun V | 7-13 September 2015
pasar modal properti POTENSI KENAIKANNYA SUDAH SEMPIT Dari sisi beban operasional, pengembang akan melempar ke pihak lain yang menyediakan alat berat dan bahan bangunan. Artinya, emiten bekerjasama dengan pihak lain yang juga terimbas negatif oleh pelemahan nilai tukar rupiah. Pihak lain ini tentu akan membebankan imbas nilai tukar rupiah pada kenaikan harga jual bahan-bahan material bangunan yang dibeli pengembang. Belum lagi dengan eksposur emiten properti dalam denominasi dolar AS yang cukup signifikan seperti emiten PT Modern Land Realty (MDLN), PT Bumi Serpong Damai (BSDE), PT Lippo Karawaci (LPKR) dan PT Alam Sutera Realty (ASRI). Jika dolar AS menguat, kuponnya naik dan utangnya bertambah. Kecuali, emiten melakukan hedging (lindung nilai) atau menukarkan utangnya dengan utang dalam denominasi rupiah. Dalam situasi pasar yang masih tidak menentu sekarang, saham pilihan di sektor properti jadi sulit. Sebab, saham bagus pun, saat IHSG turun, turut tergilas. Oleh sebab itu, kata Reza, yang bisa kita pilih adalah saham yang secara fundamental masih terbilang cukup kuat. Lalu, dari sisi Price to Earnings Ratio (PER)-nya juga masih rendah. Begitu juga dengan rasio Debt to Equity Ratio (DER)-nya yang rendah. Saham-saham dalam kategori itulah yang bisa dipertimbangkan. Itupun, untuk time period jangka pendek. Di antaranya adalah saham PT Lippo Cikarang (LPCK) dengan PER 4,90 kali. Dalam sepekan ke depan, LPCK punya support di Rp 6.650 dan resistance di Rp 6.800. Lalu, saham PT Ciputra Surya (CTRS) dengan PER 6,75 kali dengan support di Rp 2.000 dan resistance di Rp 2.200. Pilihan lain adalah saham
reviewweekly 04 Tahun V | 7-13 September 2015
PT Megapolitan Developments (EMDE) dengan PER 9,03 kali dengan support di Rp 175 dan resistance di Rp 200 per saham. “Saya rekomendasikan trading buy saham-saham tersebut,” kata Reza. Secara fundamental, saham-saham tersebut memang punya target harga masing-masing. Tapi, pelaku pasar agak sulit mengacu ke harga fundamentalnya dalam situasi pasar saat ini. Jadi, lebih ke trading jangka pendek selama saham-saham tersebut berada dalam kisaran support dan resistance itu. Dari sisi likuiditas, saham-saham tersebut masih bisa survive dibandingkan saham-saham lain dan secara fundamental masih cukup bagus. Besarnya pengaruh pelemahan rupiah juga dikemukakan Satrio Utomo, Kepala Riset PT Universal Broker Indonesia. Kata dia, dari sisi penguatan dolar AS, pengaruh yang ada tergantung pada segmen propertinya. Penguatan dolar AS berdampak negatif untuk properti yang diperuntukkan kelas atas rumah mewah dan apartemen. Makanya, ”Saya rekomendasikan hold untuk saham-saham properti, tunggu kebangkitan di sektor lain,” ujarnya. Kalau dilihat, saham-saham di sektor konstruksi sudah mulai bergerak. Saham-saham perbankan kelihatannya sebentar lagi akan bergerak. Kita lihat nanti, jika angka pertumbuhan ekonomi ternyata sudah bagus atau Bank Indonesia (BI) sudah memberikan sinyal akan menurunkan suku bunga acuan BI rate, bisa bagus untuk saham-saham di sektor properti. Untuk pilihan, Satrio merekomendasikan hold saham PT Summarecon Agung (SMRA) dan PT Bumi Serpong Damai (BSDE). Dua emiten ini masih punya land bank yang luas dan posisi utangnya relatif aman. Hanya saja, untuk saat ini, belum menyarankan beli, hold saja. Seperti saham PT Alam Sutera Realty (ASRI) juga menarik sebenarnya tapi utang dolar AS-nya cukup besar. Jadi? Ya, tunggu saja. n
47
pasar modal Saham ritel
Sektor Ritel Masih Memble Menurunnya daya beli membuat bisnis ritel loyo. Sementara yang mengandalkan produk impor, tertekan dolar dan pajak TEKS Ahmad Munjin Foto ilustrasi
L
ebaran telah lama lewat. Sementara, dua hari besar lainnya--Natal dan Tahun Baru-masih jauh. Itulah salah satu yang membuat gelisah para pengusaha ritel. Apalagi, belakangan, daya beli konsumen semakin menurun akibat banyak hal. Mulai dari penguatan dolar, naiknya berbagai harga bahan pokok, bea masuk impor dan lain-lain. Akibatnya, banyak perusahaan yang dirugikan. Misalnya, perusahaan di sektor ritel. PT Mitra Adiperkasa Tbk (MAPI) dan PT Supra Boga Lestari Tbk (RANC) sangat dirugikan oleh naiknya pajak impor. Sebab kedua emiten ini memiliki porsi produk impor yang besar. Begitu pula halnya dengan PT
48
Ace Hardware Indonesia Tbk (ACES) yang sekitar 80% produk dagangan berasal dari impor. “Kondisi ekonomi saat ini sangat memukul pengusaha ritel yang ditandai dengan rendahnya daya beli masyarakat. Bayangkan saja, sudah ada beberapa pengusaha ritel yang menutup usahanya. Jika kondisi ekonomi tetap begitu, dipastikan akan banyak pengusaha lagi yang menutup usahanya,� kata seorang pengamat. Guntur Tri Hariyanto, pengamat pasar modal lainnya, juga berpendapat sama. Kata dia, emiten ritel yang berbasis impor seperti
reviewweekly reviewweekly 04 Tahun V | 7-13 September 2015
pasar modal Saham ritel PT Mitra Adiperkasa (MAPI) atau PT Ace Hardware Indonesia (ACES) akan terbebani oleh biaya impor yang lebih tinggi. Kenaikan biaya impor itu, mau-mau tidak mau dibebankan ke pelanggan dengan menaikkan harga jual. Pada saat yang sama, customer akan mengerem belanja mereka akibat situasi perlambatan ekonomi. Akibatnya, bukan tak mungkin, akan terjadi tren penurunan pendapatan emiten. Hanya saja, dari sisi customer punya daya tahan daya beli karena merupakan kelas menengah atas. “Bisa ada penurunan pendapatan, tapi kemungkinan tidak akan terlalu dalam,� kata Guntur. Bagi yang melakukan penetrasi pasar lebih dalam seperti pembukaan cabang baru di tempat-tempat yang lebih potensial, kemungkinan bisa mempertahankan penjualan, bahkan bisa mencatatkan peningkatan. Jika mengandalkan pertumbuhan di toko yang sama, kemungkinan tidak akan signifikan. Sementara bagi emiten ritel yang basisnya produk-produk lokal (bukan impor) seperti PT Ramayana Lestari Sentosa (RALS), PT Matahari Putra Prima (MPPA) dan PT Matahari Departement Store (LPPF) juga akan terpukul. Sebab, daya beli masyarakat kelas bawah mengalami penurunan yang agak tajam. Soalnya, belakangan ini, kenaikan biaya hidup cukup tinggi. Dalam setahun ini saja, masyarakat kelas bawah daya belinya tergerus oleh kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) dan listrik. Apalagi, harga-harga kebutuhan pokok setelah Lebaran, belum kembali ke harga yang benar-benar normal. Salah satu cara mereka adalah melakukan promo atau diskon-diskon untuk mempertahankan penjualannya. Akan tetapi, kalaupun penjualannya bertahan, kemungkinan laba bersihnya tetap akan tergerus.
reviewweekly 04 Tahun V | 7-13 September 2015
Oleh karena itu, disarankan jangan masuk dulu di sahamsaham sektor ritel. Sebab, dalam jangka pendek, belum ada outlook bahwa pertumbuhan ekonomi akan segera membaik. BOLEH COBA ACES DAN LPPF Jadi, untuk ritel kelas atas seperti MAPI dan ACES tidak mengalami penurunan daya beli dari sisi customer. Ini lebih berdampak ke ritel kelas bawah seperti RALS, di tengah-tengah ada MPPA, dan LPPF. RALS lebih banyak menyasar kota-kota kecil tingkat kabupaten atau kota. Kata kuncinya, perlambatan ekonomi sudah berdampak banyak pada pelemahan daya beli masyarakat kelas bawah. Apalagi, daya beli kelas bawah itu tidak tinggi. Sebab, daya beli kelas bawah tahun 2015 cukup terpotong banyak dibandingkan tahun lalu. Pada era SBY, pemerintah lebih banyak menyuntikkan dana ke kelas bawah terutama melalui Bantuan Langsung Tunai (BLT). Era Jokowi, pemerintah tak mau seperti itu. Gaya pemerintahan sekarang tidak mau memanjakan masyarakat dengan uang tunai, tapi pada yang lebih berdampak positif bagi fundamental ekonominya. Untuk itu, pemerintah butuh persiapan yang cukup lama. Dampak positifnya pun baru akan terasa dalam jangka waktu yang lebih lama. Akibatnya, untuk jangka pendek terjadi kekeringan likuiditas di kelas bawah. Oleh karena itu, disarankan jangan masuk dulu di saham-saham sektor ritel. Sebab, dalam jangka pendek, belum ada outlook bahwa pertumbuhan ekonomi akan segera membaik. Padahal, ritel punya kontribusi yang besar terhadap pelemahan Produk Domestik Bruto (PDB). Jadi, untuk saham-saham ritel, wait and see saja. Lihat hingga mendekati akhir tahun. Kecuali, kalau punya uang cukup banyak, taruh saja pasti untung. Untuk patokan, data inflasi dan pertumbuhan ekonomi bisa diperhatikan. Paling tidak, lihat hingga akhir 2015 seperti apa. Sekarang, inflasi lebih didorong oleh kenaikan harga-harga (cost push inflation), bukan karena kenaikan daya beli (demand push inflation). Tapi kalau tetap mau berinvestasi, ambil saham PT Ace Hardware (ACES) atau Saham Matahari Departement Store (LPPF). ACES diprediksi akan menguat menuju Rp 715. Sedangkan LPPF masih kuat menggeliat ke Rp 20.625. Artinya, kedua saham tersebut masih punya potensi penguatan yang cukup besar. n
49
eski nilai tukar rupiah tak kunjung membaik, peritel internasional asal Swedia, IKEA memutuskan untuk tidak menaikkan harga barang-barang dan furniture di gerainya, di Indonesia. Menurut Marketing Manager IKEA Indonesia Eliza Fazia, patokan harga tahun ini tetap mengacu pada harga yang berlaku tahun 2014 lalu, saat IKEA membuka gerai pertamanya di Indonesia pada bulan Oktober. Saat itu kurs yang dipatok adalah Rp 9.000 per dolar AS. IKEA Group menempuh kebijakan harga tetap dengan pertimbangan kepentingan jangka panjang demi mempertahankan loyalitas dan kepuasan konsumen. IKEA Group juga telah merilis edisi terbaru Katalog 2016 yang diterjemahkan ke dalam 34 bahasa serta didistribusikan di 49 negara. Khusus edisi Indonesia, katalog ini menampilkan produk-produk, dan inspirasi dengan sentuhan lokal, untuk satu tahun ke depan. Tahun ini, IKEA fokus pada hal yang terkait kegiat足
FOTO dahlan rp
M
IKEA Harga Tetap
an makan yang dapat menciptakan kehangatan bagi keluarga. Karena itu, dapur, dan keluarga menjadi satu kesatuan yang tak dapat dipisahkan. Selain hadir dalam bentuk cetak, Katalog IKEA juga disediakan dalam format digital yaitu IKEA Catalogue App yang dapat diunduh dalam versi Android, atau IOS. n ada bebeberapa proyek yang dapat meningkatkan permintaan baja dalam negeri. Yakni, pembangunan proyek transmisi 35.000 megawatt merupakan ujung tombak bangkitnya industri baja nasional, karena membutuhkan sekitar 2 juta ton baja dalam empat tahun mendatang. Menurut Sukandar, kebutuhan baja dalam berbagai proyek Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2015-2019 mencapai 14,3 juta ton. Poros Maritim dan Tol Laut nilai proyeknya mencapai Rp 700 triliun, koridor penyeberangan komplementer tol laut Rp 40 triliun dan pembangkit listrik mencapai Rp 1.127 triliun. Krakatau Steel terus meningkatkan kapasitas produksi dari 3,15 juta ton menjadi 7,15 juta ton. Peningkatan produksi dilakukan dengan membangun pabrik new hot strip mill (HSM) berkapasitas 1,5 juta ton, pemba足ngunan galvanizing & annealing line untuk baja otomotif berkapasitas 500 ribu ton, dan pabrik profil dan section berkapasitas 500 ribu ton. n
FOTO riset
Krakatau Steel Optimis HARGA baja dunia yang terus menurun dan belum terlalu bergulirnya proyekproyek infrastruktur membuat kinerja PT Krakatau Steel Tbk perusahaan tertekan. Meski demikian, Krakatau Steel tetap optimistis, proyek-proyek pembangunan infrastruktur senilai Rp 290 triliun, sebanyak 15% atau setara Rp 43,5 triliun di antaranya berupa komponen besi dan baja, dapat memper足kuat kinerja di masa mendatang. Direktur Utama Krakatau Steel Sukandar mengatakan
Untuk mengatasi fluktuasi mata uang, perusahaan akan mengambil strategi lain demi menjaga pertumbuhan bisnis, yakni dengan menaikkan harga jual kepada konsumen. Ini sebagai opsi terakhir ketika pemasok (supplier) menaikkan harga ke Alfamart, sehingga mau tidak mau perusahaan akan mengerek harga jual ke konsumen sekitar 4% -10%. n
PT Sumber Alfaria Trijaya Tbk akan meningkatkan gerai Alfamart di Filipina untuk meningkatkan ekspor. Targetnya pada semester II/2015 akan dibuka 100 toko Alfamart di Filipina. Kata A. Hans Prawira, Presiden Direktur PT Sumber Alfaria Trijaya, hingga semester pertama, perusahaan telah membuka 60 gerai Alfamart di Filipina. Dengan hadirnya gerai Alfamart di luar negeri, diharapkan bisa menggenjot ekspor produk-produk lokal ke luar negeri. Rupiah yang melemah diharapkan bisa membuat harga produk ekspor bersaing. Tak hanya luar negeri, di dalam negeri pun, terang Hans, Alfamart juga akan menambah jumlah gerai di dalam negeri untuk meningkatkan volume penjualan barang. Targetnya, secara nasional sekitar 1.200 toko baru sepanjang 2015.
50
FOTO RISET
Alfamart Buka 100 Gerai di Filipina
reviewweekly 04 Tahun IV | 7-13 September 2015