Laporan Studio Rencana Kota Ambarawa

Page 1

livable city:

AMB ARA W . rencana kotaǝ śřŚŠNjśřŜş Perencanaan Wilayah dan Kotaǝ Universitas Gadjah Madaǝ 2016

1


to the people; the purest form of city itself.

Studio 6 Ambarawa 2


kata pengantar. Ambarawa sebagai saksi bisu dari sebuah palagan, perjuangan dan kemenangan berdampingan dengan barisan perbukitan dan pegunungan yang memagarinya bak sebuah lukisan nyata, menjadi sebuah keterpaduan yang tak pernah terlupakan dan hilang di kota kecil ini. Perkembangan kota dengan berdasar pada pergolakan sejarah menjadikan Ambarawa menjadi sebuah kota yang pada hakikatnya adalah sebuah aglomerasi dari kegiatan perekonomian sebagai akibat dari adanya kebutuhan yang harus terpenuhi. Di tempat ini lah kami belajar, menambah cerita baru dari setiap kami dan berproses bersama – sama. Puji dan syukur tak henti–hentinya kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas seizin-Nya kami bersama – sama dapat berproses dari mulai survey lapangan sampai dengan terbentuknya hasil akhir dari proses kami yaitu “Laporan Rencana Kota Ambarawa menuju kota livable dengan pengembangan potensi ekonomi berbasis kearifan lokal” dan atas segala bantuan moral dan ilmu yang diberikan, dengan segala kerendahan hati kami antarkan ucapan terima kasih sebesar – besarnya kepada :

Tuhan Yang Maha Esa yang selalu bersama kami dalam setiap keadaan baik sulit maupun senang dimanapun dan kapanpun kami berada. Ibu Widyasari Her Nugrahandika, S.T,M.Sc. sebagai dosen pembimbing yang telah memberikan wawasan dan waktu yang lebih dan telah memberikan dorongan semangat dalam proses penyelesaian tugas akhir Kelompok Studio Analisis Kota Ambarawa. Bapak Ir. Agam Marsoyo M.Sc, M. Sani Roychansyah, S.T, M.Eng, D.Eng, Isti Hidayati, S.T, dan A. Eko Hari, S.T, M.T sebagai dosen pembimbing yang telah membagi ilmu – ilmu baru yang berlimpah yang sebelumnya belum pernah kami dapatkan. Orang tua yang telah mengirimkan doa dan semangat dari kehangatan rumah yang selalu kami rindukan. Teman – teman seperjuangan PWK 2014 atas ilmu, wawasan, dan semangat yang ditularkan. dan seluruh pihak yang turut membantu kami yang belum mampu kami sebutkan satu per satu. Penulisan laporan ini diharapkan akan memberikan gambaran mengenai bagaimana harapan kami akan Kota Ambarawa kedepannya dan bisa

diimplementasikan dengan baik. Kami pun menyadari hasil rencanakami masih jauh dari sempurna,namun kami harap segala usaha dan jerih payah kami dalam penyusunan laporan ini dapat di apresiasi dengan baik dan tak lupa kami mengaharapkan kritik juga saran yang dapat membangun kami kedepannya. Semoga laporan analisis ini dapat bermanfaat oleh pembaca dan sesuai dengan harapan kita semua. “Ambarawa, sebuah kota kecil yang tidak akan pernah terlupakan bagi kami...”

Juni, 2016 Kelompok 6 Studio Rencana Kota Ambarawa

3


logo story.

meet the team.

Aldino /42106

Dwi /42398

Fildzah /41907

Putu Inda /41695

Rahmawati /42404

Rifqi /42632

Rike /42660

Syadza /41947

Sebuah logogram yang menggambarkan letak ambarawa yang berada pada kaki gunung ungaram dengan penggambaran 2 bukit (segitiga) pada logo. Logo ini merupakan bahasa kami melambangkan perencanaan kota Ambarawa yang menuju kepada suatu tujuan dengan bentuknya yang segitiga menghujam ke atas. Selain itu, juga menggambarkan konsep perencanaan social equity bahwa bagian bawah (melambangkan masyarakat) adalah yang terbesar dan mempunyai pengaruh.

A

M

B

A

R

A

W

A

Logo ini terdiri dari 8 bentuk yang menjadi satu kesatuan, sebagai representasi dari jumlah anggota pada kelompok ini yang satu dalam merancang Kota Ambarawa.


daftar isi.

12 gambaran umum 18 profil potensi masalah

konsep rencana tata ruang rencana pentahapan rencana zonasi rencana strategis (RTBL)

23 39 45 56 03 kata pengantar 05 daftar isi 07 pendahuluan 09 konstelasi kota


“Kemenanga dipalagan Ambarawa menuntut kita memenangkan dipalagan pembangunan...� Soeharto, 15 Desember 1974

Studio 6 Ambarawa 6


/pendahuluan. “Cities have the capability of providing something for everybody, only because, and only when, they are created by everybody.� Jane Jacobs

7


latar belakang. Kota terus berkembang, tidak luput pula Kota Ambarawa. Penduduk terus menerus bertambah seakan mengamini proyeksi penduduk. Sementara, seperti yang sudah menjadi masalah global, lahan tidak akan pernah bertambah dan kebutuhan kemudian mendesak perubahan-perubahan yang seringkali kearah yang memprihatinkan. Kegiatan ekonomi terus tumbuh dan menghidupkan kota, tetapi apa yang harus kita lakukan ketika pertumbuhan itu kemudian tidak bisa dikendalikan? Disanalah kemudian peran sebuah rencana kota menjadi penting. Rencana, merupakan satu bagian yang penting dalam kehidupan kota. Dalam prosesnya, rencana menbutuhkan analisis mendalam akan bagaimana kota itu ada secara existing; profil kota, apa masalah-masalahnya, dan kemudian melihat apa saja potensi yang dimiliki kota. Setelah itu pertanyaan pentingnya adalah bagaimana; bagaimana dengan keadaan kota yang sedemikian rupa dapat dimaksimalkan perkembangannya, dengan melihat masalah-masalah yang dimilikinya dan potensi yang dapat dikembangkan? Maka dari itu laporan rencana ini ada.

Kami berusaha mencari jawaban atas pertanyaan bagaimana seharusnya Ambarawa hingga 20 tahun kedepan dan cara-cara konkrit untuk mencapainya. Kami belajar, kami berusaha memberi jawaban.

tujuan dan sasaran. Tujuan dibuatnya rencana Kota Ambarwa adalah sebagai tindak lanjut hasil analisis yang telah kami lakukan di semester sebelumnya, dimana kami bertujuan untuk menyelesaikan masalah-masalah di Kota Ambarawa dan memaksimalkan potensinya melalui rencana-rencana tata ruang dan rencana strategis. Sasaran dari dokumen rencana ini adalah terselesaikannya masalah-masalah dan termaksimalkannya potensi yang ada untuk masyarakat Ambarawa itu sendiri.

Kupang, Lodoyong, Ngampin, Panjang, Pojoksari, serta Tambakboyo. Ruang lingkup temporal laporan rencana ini adalah sepanjang bulan Februari 2016 hingga Juni 2016. Ruang lingkup substansial laporan rencana ini mencakup gambaran umum, konstelasi, profil, masalah, potensi, konsep, rencana tata ruang, rencana pentahapan, dan rencana strategi.

metodologi penulisan. Perencanaan Kota Ambarawa menggunakan beberapa metode yaitu pengumpulan dan pengolahan data primer dan sekunder, perhitungan kebutuhan standar dan analisis.

ruang lingkup. Ruang lingkup spasial dari rencana ini berada di Kecamatan Ambarawa dan sebagian Kecamatan Bawen, Kabupaten Semarang, Provinsi Jawa Tengah. Kota Ambarawa memiliki luas 11,52 km2 dan memiliki 8 Kelurahan, yaitu Kelurahan Bawen, Kranggan,

8


/konstelasi kota. “Growth for the sake of growth is the ideology of the cancer cell.� Edward Abbey

9


konstelasi kota.

8QJDUDQ 7LPXU 8QJDUDQ %DUDW

3ULQJDSXV %HUJDV

Terhadap Kabupaten Semarang %DQGXQJDQ

Kota Ambarawa yang berada di jalur lalu lintas dari Yogyakarta menuju Semarang maupun sebaliknya di fasilitasi dengan adanya jalan arteri sekunder Jendral Sudirman dan juga Jalan Lingkar Ambarawa yang sejak tahun 2012 telah dibuka untuk umum. Arah perkembangan kota Ambarawa pada akhirnya juga berorientasi pada jalan ini yang mana juga akan memberikan akses Kota Ambarawa kerhadap kecamatan – kecamatan lainnya di Kabupaten Semarang. Kota Ambarawa merupakan kota yang dikenal dengan salah satu tujuan wisata sejarah di kabupaten Semarang. Salah satunya adalah Stasiun Kereta Ambarawa yang cukup terkenal dan mampu menarik pengunjung baik domestic maupun non-domestic. Hal tersebut juga akan memberikan dampak baik terhadap pembangunan pariwisata di Kabupaten Semarang. Serta semakin mewujudkan visi pariwisata Jawa Tengah yaitu “Visit Jawa Tengah” dan “Jateng Gayeng” yang merupakan kerjasama

%ULQJLQ

%DZHQ

%DQFDN $PEDUDZD

7XQWDQJ

-DPEX 3DEHODQ %DQ\XELUX

Peta Administrasi Kabupaten Semarang

.RWD 6DODWLJD

6XUXK

*HWDVDQ 7HQJDUDQ 6XVXNDQ

.DOLZXQJX

dengan Pemerintah Kabupaten Semarang juga Pemerintah Provinsi Jawa Tengah. Ambarawa juga merupakan kota penyumbang terbesar dalam sector ekonomi lembaga keuangan, persewaan dan jasa perusahaan yang mana tercantum dalam PDRB kabupaten Semarang. Selain itu, Ambarawa juga membantu dalam pemerataan pelayanan di Kabupaten Semarang. Dalam hal ini Kota Ambarawa yang posisinya berada di pusat Kabupaten Semarang mampu membantu Ungaran dalam memback-up pelayanan di Kabupaten Semarang, baik dalam sector pemerintahan, ekonomi, dan lembaga keuangan seperti yang ada

dalam PDRB bahwa Kota Ambarawa merupakan penyumbang terbesar dalam sector tersebut. Kota Ambarawa juga membantu Kabupaten Semarang dalam pemerataan pelayanan dengan status Ambarawa sebagai Pusat Kegiatan Lokal (PKL) di Kabupaten Semarang yang memberi pelayanan terhadap kecamatan disekitarnya. Selain itu, dibidang prasarana penyediaan air bersih dan persampahan Kota Ambarawa juga bekerjasama dengan PDAM dan Dinas Pekerjaan Umum bagian Cipta Karya Kabupaten Semarang. Dapat disimpulkan bahwa Kota Ambarawa terhadap Kabupaten Semarang berpengaruh pada pemasukan PDRB Kabupaten Semarang melalui sector pariwisata dan juga sector lembaga keuangan, persewaan dan jasa perusahaan. Lalu Kota ambarawa terhadap kabupaten Semarang juga mampu mejadi aback-up dari Ungaran yang mana merupakan pusat pelayanan di Kabupaten Semarang sehingga pelayanan di Kabupaten Semarang dapat terpenuhi dan merata.

10


Terhadap Kecamatan Ambarawa Kota Ambarawa telah memiliki sarana dan prasarana yang dapat memberikan pelayanan dan mendukung kegiatan yang berada didalamnya walupun bukan merupakan Ibukota Kabupaten Semarang secara administratif. Jangkauan pelayanan Kota Ambarawa tidak hanya terhadap Kecamatan Ambarawa saja tetapi juga mampu mencakup kecamatan di sekitarnya. Sarana yang mewadahi kegiatan ekonomi dan kesehatan, merupakan sarana yang paling menonjol di Kota Ambarawa. Terdapat 6 buah pasar yang bervariasi dari mulai yang menjual kebutuhan primer sampai dengan pasar hewan. Selain itu, pasar yang ada di Kota Ambarawa juga memberikan distribusi kebutuhan yang baik dan berperan sebagai pengumpul komoditas pasar dari kecamatan di sekitarnya. Hal tersebut juga akan semakin memberikan variasi akan komoditas yang di sediakan. Terdapat pula sarana kesehatan yang salah satu tingkatannya adalah sebagai

rujukan bagi kecamatan – kecamatan sekitarnya. Dengan melihat skala pelayanan dari sarana ekonomi dan kesehatan tersebut, pemenuhan kebutuhan bagi Kecamatan Ambarawa sendiri masih berjalan dengan baik. Sarana – prasarana lainnya seperti pendidikan dan peribadatan di Kota Ambarawa juga sudah memberikan pelayanan bagi penduduk Kecamatan Ambarawa. Jadi, dapat disimpulkan bahwa Kota Ambarawa memberikan pelayanan melalui sarana dan prasarana yang baik terhadap Kecamatan Ambarawa. Dengan melihat hubungan yang sangat erat antara pelayanan yang diberikan dari Kota Ambarawa terhadap Kecamatan Ambarawa, diperlukan pemeliharaan Sarana dan Prasarana secara berkala agar tetap mampu menyokong kegiatan yang berlangsung di Kecamatan Ambarawa.

11


/gambaran umum. “For those who are lost, there will always be cities that feel like home.� Simon Van Booy

12


fisik dasar. Administratif Kota Ambarawa merupakan salah satu dari 19 kecamatan di kabupaten Semarang. Kabupaten Semarang memiliki luas 981,95km2 yang mana 11,52km2 nya adalah merupakan kota Ambarawa. Secara administratif, Kecamatan Ambarawa berbatasan dengan 5 kecamatan yaitu : Utara : Kecamatan Bandungan, Kecamatan Bawen Selatan: Kecamatan Banyubiru Barat : Kecamatan Jambu Timur : Kecamatan Tuntang Kondisi Geografis 1. Jenis Tanah Jenis tanah di Kota Ambarawa terbagi menjadi 2, yaitu jenis tanah latosol dan litosol. Jenis tanah latosol memiliki karakteristik telah mengalami pelapukan lanjutan (tanah tua) sehingga tidak terlalu peka terhadap erosi dan relatif stabil, mudah menyerap air dan cocok digunakan untuk bercocol tanam, di Ambarawa jenis tanah ini merupakan yang dominan. Sehingga sebagian besar lahan di Ambarawa cocok untuk pertanian dan kegiatan budidaya lainnya. Sedangkan litosol

memiliki karakteristik tidak stabil dan peka terhadap erosi. Sebagai tanah muda, latosol memiliki struktur yang besar-besar dan miskin akan unsure hara, jenis tanah ini banyak ditemukan di barat kota. Sehingga area ini cukup rawan apabila terdapat banyak kegiatan diatasnya. 2. Curah Hujan Curah hujan di Kota Ambarawa secara general merata di angka 1500-2000 mm per tahun. Artinya, di Kota Ambarawa memiliki iklim hujan yang mampu mengakomodasi banyak kegiatan budidaya (tidak terlalu lembab dan tidak terlalu kering) Kesesuaian lahan mengacu dan mempertimbangkan tidak hanya dari aspek fisiknya saja, tetapi melihat pula dari sisi sosial dan kemungkinan ekonomi kedepannya. Dengan melihat hasil tumpang tindih antara data curah hujan, jenis tanah dan juga kelerengan, ditarik kesimpulan bahwa sebagian besar lahan di Ambarawa lebih sesuai apabila diperuntukan sebagai lahan budidaya. Peruntukan lahan yang sesuai untuk budidaya juga men-

Latosol Litosol

Curah Hujan 1500-2000

cakup lahan – lahan kosong yang ada di Ambarawa. Lahan kosong dianggap sebagai lahan yang saat ini tidak terbangun, baik yang memiliki potensi untuk terbangun di kemudian hari maupun yang tidak. Dengan melihat kesesuaian lahan kosong yang mengacu kepada ketiga indikator sebelumnya menunjukkan bahwa sebagian besar lahan kosong adalah berupa persawahan. Secara

13


fisik, Ambarawa mendukung dan sesuai dengan kegiatan budidaya lahan di atasnya untuk saat ini dan beberapa tahun kedepan, selama tidak ada perubahan-perubahan fisik yang signifikan. Bencana alam dengan frekuensi paling besar di Ambarawa pada tahun 2012 adalah tanah longsor, disusul dengan kebakaran. Titik-titik rawan terjadinya kebakaran sebagian besar berada di area permukiman dengan kepadatan tinggi, karena di area ini merupakan permukiman yang banyak memiliki kegiatan rumah tangga. Titik-titik rawan terjadinya tanah longsor adalah dimana area tersebut memiliki tanah yang tidak stabil, baik dari jenis tanahnya maupun kelerengannya.

Fisik Ruang 1. Koefisien Dasar Bangunan Koefisien dasar bangunan Kota Ambarawa berfungsi untuk mengatur besaran luasan bangunan yang menutupi permukaan tanah, hal ini akan mempengaruhi infiltrasi air tanah untuk masa yang akan datang. Di Kota Ambarawa KDB perpersil yang kami dapatkan dari survey dibagi menjadi lima kelas yaitu 0%-20%, 20,1%-40%, 40,1%-60%, 60,1%-80% dan 80,1%-100%.

0-20% 20,1-40% 40,1-60% 60,1-80%

2. Koefien Lantai Bangunan Di Kota Ambarawa KLB berkisar dalam rentang antara 0 – 1 dan ada beberapa yang 1,1-1,5 dan 1,5-2 juga yaitu gedung-gedung besar di CBD dan beberapa bangunan lainnya. Sesuai dengan data, di sekitar CBD nilai KLB sangat di dominasi oleh KLB bernilai 0,51-1 dan untuk bangunan besar-besar di CBDnya itu sendiri nilai KLBnya ialah 1,5-2. Kemudian untuk bagian pinggir kota Ambarawa nilai KLBnya sangat di dominasi oleh 0-0,5.

80,1-100%

0-0,5 0,51-1 1,1-1,5

.DZDVDQ /LQGXQJ .DZDVDQ 3HQ\DQJJD

1,51-2

.DZDVDQ %XGLGD\D

14


Peta pemanfaatan ruang menunjukan kegiatan yang terjadi pada ruang-ruang kota. Dalam menentukan pemanfaatan ruang kota didasarkan pada fungsi bangunan yang ada. Peta di atas menunjukan kondisi pemanfaatan ruang di Kota Ambarawa saat ini (tahun 2015) berdasarkan hasil survey lapangan. Terlihat pemanfaatan ruang sebagai perumahan yang cukup padat ditambah dengan keberadaan dari fungsi-fungsi lain seperti komersil, jasa, pendidikan, kesehatan, instansi, dan lain-lain serta terlihat pula pemanfaatan ruang sebagai lahan pertanian dan ruang terbuka hijau berupa makam yang cukup sering kami temukan di beberapa kelurahan, bahkan ada makam yang paling luas diantara makam-makam yang ada yaitu makam di Kelurahan Bawen. Perumahan

Pendidikan

Komersil

Militer

Jasa

Preservasi

Instansi

RTH

Kesehatan

Pertanian

gambaran kependudukan. NO.

KELURAHAN

2009

2010

2011

2012

2013

1

Kranggan

2969

2851

2842

2834

2839

2

Kupang

13271

13951

13936

13959

13955

3

Lodoyong

6284

6488

6521

6573

6590

4

Ngampin

4855

5066

5081

5125

5132 8759

5

Panjang

8621

8655

8612

8685

6

Pojoksari

2616

2767

2674

2621

2613

7

Tambakboyo

4928

5388

5468

5487

5569

8

Bawen

11703

13520

13625

13855

14076

55247

58686

58759

59139

59533

Kota Ambarawa

Kota Ambarawa memiliki jumlah penduduk yaitu 59533 jiwa yang tersebar di delapan kelurahan. Delapan kelurahan tersebut meliputi Kelurahan Kranggan, Kupang, Lodoyong, Ngampin, Panjang, Pojoksari, Tambakboyo, dan Bawen. Jumlah penduduk tertinggi berada di Kelurahan Bawen dan Kelurahan Kupang. Sedangkan jumlah penduduk terendah berada di Kelurahan Pojoksari. Pertambahan Penduduk 60000

Jumlah Penduduk

Pemanfaatan Ruang

59000

58686

58759

2010

2011

59139

59533

58000 57000 56000

55247

55000 54000 53000 2009

2012

2013

Dari grafik tersebut, penduduk Kota Ambarawa dari tahun 2009-2013 selalu mengalami peningkatan. Peningkatan yang signifikan terjadi pada tahun 2010 yaitu sebanyak 3412 jiwa. Sedangkan dari tahun 2010 hingga 2013 peningkatan yang terjadi tergolong stabil dengan rata-rata pertambahan penduduk sebanyak 280 jiwa per tahunnya

gambaran ekonomi. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan salah satu indikator penting untuk mengetahui kondisi ekonomi di suatu daerah dalam suatu periode tertentu, baik atas dasar harga berlaku maupun atas dasar harga konstan. PDRB atas harga berlaku PDRB atas dasar harga berlaku menggambarkan nilai tambah barang dan jasa yang dihitung menggunakan harga pada tahun berjalan. Nilai PDRB harga berlaku merupakan nilai PDRB yang masih dipengaruhi oleh tingkat pertumbuhan harga sehingga tidaklah konstan. Berdasarkan tabel dan grafik dapat diketahui bahwa

15


angka PDRB di Kota Ambarawa pada tahun 2013 sebesar 356 juta-an rupiah. Angka PDRB ini sempat mengalami penurunan di tahun 2011 lalu seiring berjalannya waktu PDRB mengalami kenaikkan di tahun 2012 hingga 2013. Dari tabel PDRB dapat disimpulkan bahwa sektor yang paling berpengaruh adalah Lembaga Keuangan, Persewaan, dan jasa perusahaan. No

Sektor

2010

1

Pertanian

64.601.265,54

2

Penggalian

195.971,59

3

Industri

20.646.467,24

4

Listrik, Gas,&Air

5

Konstruksi

2011

2012

2013

39.910.478,31

49.879.878,02

52.655.363,33

terlalu berpengaruh dengan harga-harga berlaku di Kecamatan Ambarawa. PDRB harga konstan sendiri adalah nilai tambah pada masing-masing sektor ekonomi berdasar harga pada tahun yang telah ditetapkan sebagai tahun dasar yaitu 2000. Untuk melihat perkembangan ekonomi di Kecamatan Ambarawa dapat dilihat melalui tabel PDRB atas dasar harga konstan berikut ini : No 1

Pertanian

Sektor

2010

2011

2012

2013

23.265.669,95

16.183.325,09

19.520.241,38

19.374.834,33

93.839,42

29.504,04

31.580,84

27.635,32

11.260.515,96

11884540,6

12.385.007,48

13.095.797,35

72.547,87

1.062.110,8

69.236,15

2

Penggalian

22.971.924,43

25.507.844,43

28.673.091,79

3

Industri

9.078.148,17

10.171.125,46

10.701.316,38

12.501.220,59

4

Listrik, Gas,&Air

3.128.225,08

3.239.967,57

3.400.850,99

3.663.297,34

24.892.512,12

27.287.495,04

30.622.633,32

41.742.107,71

5

Konstruksi

1.1442.336,72

12.367.163,05

13.258.096,85

16.717.502,32

6

21.316.385,76 Perdagangan, Rumah Makan,& Js. Akomodasi

22.615.875,79

26.910.691,3

35.091.435,43

6

9.951.579,74

10.582.719,93

11.790.851,44

13.732.799,76

7

Angkutan & Komunikasi

25.165.515,55

21.183.786,38

36.100.433,4

41.167.132,2

Perdagangan, Rumah Makan,& Js. Akomodasi Angkutan&Komunikasi

10.648.989,62

8.262.311,14

13.041.066,37

14.008.493,12

22.932.586,78

23.750.954,14

24.801.559,86

27.183.257,45

8

Lemb.Keu, Persewaan,&Js. Perusahaan

56.483.958,59

62.323.062,89

68.588.251,32

80.386.990,94

9

Jasa-Jasa

49.583.672,5

48.971.227,23

59.031.228,35

63.874.113,76

Total

7 8

9 271.963.897,1

255.507.523,4

308.404.387,3

356.160.691,9

PDRB atas harga konstan PDRB harga konstan digunakan untuk mengetahui pertumbuhan ekonomi secara riil dari tahun ke tahun atau pertumbuhan ekonomi yang tidak dipengaruhi oleh faktor harga. Jadi, nilai PDRB harga konstan merupakan nilai PDRB yang paling tepat guna melihat tingkat pertumbuhan PDRB di Kecamatan Ambarawa karena tidak

Lemb.Keu, Persewaan,&Js. Perusahaan Jasa-Jasa Total

22.880.806,49

21.769.446,17

25.054.502,08

26.461.357,93

115.604.549,8

108.069.931,7

123.283.757,3

134.264.974,9

Berdasarkan PDRB atas dasar harga konstan, dapat dilihat bahwa sektor yang paling berpengaruh masih dipegang oleh sektor lembaga keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan. PDRB atas harga konstan Angka pertumbuhan ekonomi kota yang didapatkan melalui PDRB

Kecamatan yang diasumsikan tidak jauh berbeda dengan Kota Ambarawa sebagai kota amatan kami. Pertumbuhan ekonomi ini diperoleh dengan cara indikator pertimbuhan (PDRB) pada tahun tertentu dikurang indikator pertumbuhan PDRB satu tahun sebelumnya berdasarkan harga konstan. Pada hasil tersebut dapat diketahui perkembangan ekonomi suatu kota dari tahun ke tahun, dimana jika hasilnya negatif maka ekonominya mengalami penurunan sedangkan jika hasilnya positif maka ekonominya mengalami peningkatan dan jika dari hasil perhitungan tinggi maka mengalami perkembangan yang pesat. Berikut tabel dan grafik pertumbuhan ekonomi Kota Ambarawa per sektor dan secara keseluruhan. Dari tabel dan grafik dapat disimpulkan bahwa sektor ekonomi di Kota Ambarawa tidaklah stabil adanya penurunan di beberapa sektor seperti pada sektor pertanian, penggalian, angkutan & komunikasi, dan jasa-jasa. Sedangkan sektor lembaga keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan memberikan kontribusi yang besar terhadap ekonomi Kota Ambarawa. Hal ini dikarenakan pemasukan lembaga

16


keuangan didapatkan melalui pajak-pajak pasar yang di dalam terdapat kegiatan pinjam meminjam dan investasi.

G= G

PDRB1 - PDRB0

x 100%

PDRB0 = Laju pertumbuhan ekonomi (%)

PDRB 1 = PDRB ADHK pada satu tahun No

Sektor

2010-2011

2011-2012

2012-2013

1

Pertanian

-0,30441

0,20619

-0,00745

2

Penggalian

-0,68559

0,07039

-0,12493

3

Industri

0,05542

0,04211

0,05739

4

Listrik, Gas, & Air

0,03572

0,04966

0,07717

5

Konstruksi

0,08082

0,07204

0,26093

6

Perdagangan, Rumah Makan & Js. Akomodasi Angkutan & Komunikasi Lemb.Keu, Persewaan dan Js. Perusahaan Jasa-Jasa

0,06342

0,06432

0,164670

-0,22412

0,57838

0,07418

0,03569

0,04423

0,09603

-0,04857

0,15090

0,05615

7 8

9

Perkembangan Ekonomi Kecamatan Ambarawa Per Sektor Tahun 2010-2013 0.8

0.6

0.4

0.2

0 Pertanian

Penggalian

Industri

-0.2

Listrik, Gas, & Konstruksi Perdagangan, Angkutan & Komunikasi Air Rumah Makan & Js. Akomodasi

Lemb.Keu, Persewaan dan Js. Perusahaan

Jasa-Jasa

-0.4

-0.6

-0.8 2010-2011

2011-2012

2012-2013

160,000,000.00 140,000,000.00 120,000,000.00 100,000,000.00 80,000,000.00 60,000,000.00 40,000,000.00 20,000,000.00 0.00 2010

2011

2012

2013

PDRB0 = PDRB ADHK pada tahun sebelumnya

Dapat dilihat bahwa laju pertumbuhan ekonomi Kecamatan Ambarawa dari tahun 2010 hingga tahun 2013 tergolong tidak stabil karena mengalami penurunan. Dalam kurun waktu 2010 hingga 2013, perekonomian Ambarawa mengalami penurunan sekali di tahun 2010 ke 2011 sebesar 7%. Lalu terjadi kenaikkan di tahun 2011 ke 2012 sebesar 14% dan tahun 2012 ke 2013 sebesar 19%.

sarana prasarana. Mengacu pada persebaran fasilitas yang ada di Kota Ambarawa, dapat diketahui secara keseluruhan bahwa secara jumlah, fasilitas – fasilitas yang ada sudah mencukupijangkauan pelayanannya, namun dengan melihat persebarannya, dapat diketahui bahwa terdapat beberapa fasilitas seperti pendidikan dan peribadatan yang tidak tersebar merata dan

terpusat. Selain itu, dari segi penempatan, terdapat pula beberapa fasilitas pendidikan yang penempatannya kurang sesuai. Adanya fasilitas juga harus dilengkapi dengan utilitas yang baik agar kegiatan penduduk kota dapat tersokong dengan sempurna. Secara akses, melalui kondisi dan konstruksi cukup mendukung aksesibilitas Kota Ambarawa walaupun tidak sedikit pula jaringan jalan yang kualitasnya kurang baik. Dengan standard yang ada, system transportasi di Kota Ambarawa telah bekerja dengan baik walaupun masih terdapat beberapa jalan yang perlu ditingkatkan kinerjanya terutama jalan – jalan yang merupakan jaringan jalan primer dan jalan – jalan utama yang menjadi akses dari simpul kegiatan kota. Selain jaringan jalan, utilitas lainnya seperti jaringan drainase, air bersih, pengelolaan sampah, listrik dan jaringan irigasi walaupun secara keseluruhan sudah mencukupi, terdapat beberapa akses yang perlu diperhatikan lebih lanjut terutama persampahan yang kurang baik system pengelolaannya antara Ambarawa bagian utara dan selatan.

17


/profil, potensi, masalah, konsep. “What strange phenomena we find in a great city, all we need do is stroll about with our eyes open. Life swarms with innocent monsters.� Charles Baudelaire

18


profil kota.

Ambarawa terletak diantara 2 kota besar di Pulau Jawa, Semarang dan Yogyakarta, dan berada di jalur utama yang menghubungkan keduanya. Hal ini tidak terlepas dari keadaan fisik Ambarawa dan sekitarnya. Ambarawa memiliki area yang relatif lebih datar dari sekitarnya yang berbukit-bukit, sehingga mau tidak mau “memaksa� setiap orang yang ingin pergi dari dan ke Yogyakarta atau Semarang

untuk melewati Ambarawa. Mengintip sedikit sejarahnya, keadaan Ambarawa yang datar inilah yang kemudian membuat kota ini berkembang menjadi salah satu basis militer dan penyimpanan senjata Belanda ketika jaman pra kemerdekaan dahulu. Kota Semarang dan Yogyakarta sudah sejak dulu sudah menjadi basis kegiatan di Pulau Jawa dan memiliki posisi cukup kuat saat peperangan. Hal ini tentu membuat suatu interaksi diantara keduanya, membuat arus orang-orang untuk menuju ke kedua kota tersebut. Ambarawa kemudian menjadi salah satu simpul yang berkembang dari arus ini, karena keadaan fisiknya yang memang mendukung. Belanda juga melihat Ambarawa sebagai peluang, dengan menjadikannya salah satu basis militernya (terbukti dengan adanya benteng) dan memicu perkembangan kota yang lebih pesat. Mulai muncul pasar-pasar

dan tumbuh kegiatan – kegiatan ekonomi disekitarnya. Kemudian meletuslah Palagan Ambarawa, dan Belanda kalah. Namun kegiatan ekonomi tidak mati dan justru terus berkembang hingga saat ini. Kegiatan ekonomi di Ambarawa dimulai dari pasar sebagai penggerak utama, yang kemudian memancing untuk berkembangnya kegiatan lainnya, membangkitkan sektor-sektor lain dan fasilitas pendukung kota. Lama-kelamaan muncul pedagang kaki lima dan sektor informal lain disekitar kegiatan utama Pasar. Kemudian berkembang juga fasilitas seperti kesehatan dan pendidikan, dimana fasilitas-fasilitas tersebut juga membangkitkan kegiatan ekonomi seperti sektor informal. Perkembangan kegiatan ekonomi di Ambarawa, semakin lama memperbesar skala pelayanan kota. Kota Ambarawa kemudian

menjadi simpul pelayanan bagi kecamatan-kecamatan sekitarnya di Kabupaten Semarang, dimana Ambarawa menjadi tujuan bagi masyarakat kecamatan-kecamatan seperti Bandungan, Jambu, Bawen, dan lainnya untuk mendapatkan pelayanan baik itu perdagangan, jasa, kesehatan, maupun pendidikan.

“kota historis yang menjadi simpul perdagangan bagi kecamatan di sekitarnya...�

19


potensi kota.

“There’s always something in the city, something precious that we didn’t even realize before�

Pasar Projo Ambarawa memiliki banyak pasar, salah satunya dan yang terbesar adalah Pasar Projo. Pasar Projo berada di tengah kota, menjadi Central Business District (CBD) di kota Ambarawa. Sebagian besar kegiatan berpusat di area Pasar Projo. Projo dan area sekitarnya menjadi area komersil dan jasa yang mampu melayani kota dan kecamatan-kecamatan disekitarnya, sehingga kemudian disebut pasar kelas satu.

Keberadaan Sektor Pariwisata Dengan kedudukan Pasar Projo tersebut, kegiatan ekonomi terutama dalam hal perdagangan mampu memberikan daya tarik tersendiri bagi masyarakat dalam hal meningkatkan kesejahteraan masyarakat baik kecamatan sekitarnya maupun Ambarawa sendiri. Hal tersebut juga terlihat dari keberagaman penduduk yang tinggal di sekitar

Berbekal latar belakang sejarah, ternyata tidak menjamin pariwisata di Kota Ambarawa akan berkembang dengan optimal. Perlu adanya optimalisasi penataan dan promosi dari objek wisata itu sendiri. Objek wisata di Kota Ambarawa yang saat ini terlihat mulai menurun daya tariknya. Banyak yang bisa dihidupkan dari keberadaan sektor ini terutama dalam perekonomian kota, salah satunya memberikan lapangan kerja bagi para pengangguran sehingga mampu mengurangi

tingkat pengangguran penduduk. Di sisi lain, pengaruhnya terhadap penataan kota, ketika pariwisata telah mampu menghidupkan kembali citra Kota Ambarawa maka kota juga harus membenahi penataan ruangnya agar terjadi perkembangan kota dengan pembangunan di bidang sosial, ekonomi serta ekologi yang seimbang

20


masalah kota. Keberadaan Jalan Lingkar Jalan Lingkar Ambarawa awalnya dibangun untuk menyelesaikan permasalahan kemacetan di pusat kota yaitu di Jalan Sudirman tepatnya di depan Pasar Projo. Pada pertengahan tahun 2012 Jalan Lingkar diresmikan dan mulai beroperasi. Sejak saat itu, masalah kemacetan di Jalan Sudirman mulai berkurang dan lalu lintas di pusat kota menjadi lebih lancar. Namun di sisi lain, Jalan Lingkar Ambarawa juga menimbulkan dampak terhadap kehidupan di dalam Kota Ambarawa terutama dampak terhadap kegiatan perdagangan dan jasa yang semakin sepi karena orang-orang lebih sering melalui Jalan Lingkar dengan arus lalu lintas yang jauh lebih lancar dibandingkan melalui pusat kota.

Kemacetan Kemacetan masih seringkali terjadi di Kota Ambarawa; terutama di jalan-jalan utama di jam-jam sibuk (pagi dan sore hari) dikarenakan ketidaksesuaian volume kendaraan dengan kapasitas jalan dan persimpangan, ditambah lagi dengan hambatan samping yang besar akibat aktivitas-aktivitas (terutama pasar) Tingkat Pengangguran Tinggi Angka pengangguran yang tinggi akan menyebabkan angka ketergantungan juga tinggi hal ini menuntut penyediaan lapangan kerja di Kota Ambarawa dan juga mempengaruhi pertumbuhan perekonomian Kota Ambarawa. Jumlah pengangguran di Kota Ambarawa sebesar 32,7% dari jumlah angkatan kerja atau sebanyak 13.466 orang.

Persampahan Penanganan sampah yang tidak jelas sistemnya yang pada akhirnya membuat sampah juga menimbun drainase dan sekitar bantaran sungai. Hal tersebut akan menurunkan kualitas lingkungan dan kelayakan huni terutama di kawasan padat penduduk dan bantaran sungai sehingga permukiman kumuh kerap terjadi. Ketidakmerataan Pembangunan Pembangunan di Kota Ambarawa cenderung tidak merata dimana di pembangunan di selatan lebih progresif, hal ini dipengaruhi juga oleh kondisi fisik di utara yang cenderung berbukit. Sehingga yang terjadi adalah aktivitas-aktivitas lebih hidup di selatan kota.

21


tujuan perencanaan. Berdasarkan analisis yang telah kami lakukan di semester selanjutnya, seperti apa Ambarawa, apa-apa saja yang menjadi masalah dan apa-apa saja yang dapat dimaksimalkan dari potensi potensi Ambarawa, kami menyimpulkan bahwa konsep yang terbaik adalah dengan membuat Ambarawa sebagai livable city; tersedianya fasilitas sosial dan fasilitas umum untuk memenuhi kebutuhan dasar masyarakat serta terciptanya lingkungan yang bersih dan sehat. Tetapi kemudian muncul pertanyaan, “Bagaimana dengan ekonomi-nya?� Hal ini menjadi penting karena sebagaimana kita tau bahwa ekonomi adalah penggerak kota, dan kami ingin perencanaan ini tetap menghidupkan ekonomi sebagai generator utama kota. Setiap kota tentu memiliki keunikan dan nilai-nilai tersendiri dimana hal itu menjadi pembeda input dan output dalam perencanaan, begitu pula dengan Ambarawa: Livable yang seperti apa yang paling tepat untuk Ambarawa?

Ambarawa memiliki nilai kehistorisan yang menarik dan tidak dimiliki kota-kota lain, dan menurut kami hal itu menjadi penting dalam perencanaan Ambarawa. Sehingga pada akhirnya kami merumuskan tujuan Ambarawa sebagai berikut: “Mewujudkan Kota Ambarawa yang livable dengan pengembangan potensi ekonomi yang berbasis kearifan lokal.� Bagaimana kita menilai apakah Ambarawa sudah mencapai livable city atau belum? Kami membuat indikator-indikator keberhasilan rencana kami:

Terkelolanya Lingkungan yang Berkelanjutan Tersedianya sarana-prasarana yang memadai dan terjangkau. Tersedianya aksesibilitas internal dan eksternal yang baik. Peningkatan produktivitas kota. Terpenuhinya kebutuhan perumahan. Tersedianya area preservasi ekologi kota dan ruang terbuka publik.

22


/rencana tata ruang. “A city is not an accident but the result of coherent visions and aims.� Leon Krier

23


struktur ruang. " ) " )

3XVDW .HFDPDWDQ 3XVDW .HOXUDKDQ -DODQ $UWHUL 3ULPHU

! .

-DODQ .ROHNWRU 3ULPHU

, % , " ) , %% ,% % ,, % , " ,% ) ,% %

Existing

-DODQ .ROHNWRU 6HNXQGHU -DODQ /RNDO 3ULPHU

2% % , % 2% ,% ,% , ,% , ! ." , % ,% % , ,% ,, % ) 2% ,% ,% )! ,% , % , % ,% % .% , ,% % " ) , % % ,% ,% ,% % ," % , % , 2 % , , % , % 2 % , % , , % ," % ) ! ! . , . ,% % , , % % ! . " ) ,% % , ! (" ,% , ) % ,% % , % , % % , 2 , % , % ,% % 2 % , % , % ! 2 % ( ! " ( ) , % , , % , % ,% , % ! 2% % ( , ,% ,% % ,% ,% % ,, % % ) , ! % ." ,% ,% % , , , ,% ," % ,% ,% ,% % / 2 ,) % 2% , % , % , % ,% % ,% % ,% ,% , % ,,% % 2% ,% ,% % , ," % , , % , % 2 % , % , % , % , ,% % " , % ) , % " ) , % , % , ,% ,% % " ) , 2% ,% " /% ,% ,% " )% ,% ,% % ,% 2 ,% , % ! ,! % ( ,, % ,% ( ,% ,% , " )" ! ( ,% % " )% , , ( ,% % ,) % ,% % ,! , , % , % " ) " ) , % " ) ,% , % ,% % , , % % , % ,% ,% , % , ,% % ,% % , , % , , ) % ,% ," % , % ,2% , % ! .% , % " ) ! . 2" 2% % ,% , % )" ,% % ,% % " ) ,% , % , % , % , ) " / , , % " , % ) , ! % . " ) , % ,% % , % % ,% % , ,% % " /% , % , ! " ( % , ) 2 % , % , % , % " ) " ) , % , , % , ,% , % , % ! . , % % ,, 2% % )% ,% ," ,% % %% ,% ,% , " ) , % ,% ,% % 2 , , % ,, % ,% % , % ,% ! . " ) , ,% ,2 % , " % )% , % ,% , % " ) , % , % ,% % , % , , % , % , % " ) ,% % , % , " )% , % 2 % , 2 , % , % , % , % , , 2 % ,% , % , % ,% % , 2 % " ) " ,% % " )% , % )% , % , % , " )% , ! . 2% , ,% , % , % , , % , ! . " ) , ,% ,% % ,% ! . " ,% % , % ) ,% ,% % , % ,% ,% % , % , 2 , % ," ! .% )% , % 2 " ) ,% ! ( % , , % " /% , , % 2 % , % , , " % ,% % ) , % , % , ,% %

, % #% * , , ,% % ,! "% ) ( ( ,% % ,!

6XQJDL 5DZD

" ) " / 2 % , % ! ( ! . ! ( ! ( ! . ! ( ! . ! ( ! . ! ( ! ( " ) " /

,QVWDQVL /RNDO ,QVWDQVL 5HJLRQDO .HVHKDWDQ 5HJLRQDO

6HNRODK 7LQJJL ,OPX .HVHKDWDQ 3XVDW 3HODWLKDQ 6NLOO

*HUHMD 5HJLRQDO .OHQWHQJ 5HJLRQDO 57+ 5HJLRQDO 57+ /RNDO 3HUGDJDQJDQ GDQ -DVD /RNDO 3HUGDJDQJDQ GDQ -DVD 5HJLRQDO ,QGXVWUL 3HQJRODKDQ (FHQJ *RQGRN ,QGXVWUL 3HQJRODKDQ .HOHQJNHQJ 3HUJXGDQJDQ 3HUNDQWRUDQ /RNDO 3HUNDQWRUDQ 5HJLRQDO 3DULZLVDWD %DODL 6HUEDJXQD

.HVHKDWDQ /RNDO .RPSOHNV 3HQGLGLNDQ

*HUHMD /RNDO

%DODL :DUJD

# 0 # 0 # *

6WDVLXQ .HUHWD $SL 7HUPLQDO +DOWH %XV 6WRS

3HQGLGLNDQ 0HQHQJDK $WDV /RNDO

,3$/ ,QGXVWUL

3HQGLGLNDQ 0HQHQJDK $WDV 5HJLRQDO

,3$/ .RPXQDO

6HNRODK 0HQHQJDK 3HUWDPD 603 /RNDO

,3$/ 5XPDK 6DNLW

6HNRODK 0HQJDK 3HUWDPD 603 5HJLRQDO

%DQN 6DPSDK

6HNRODK 'DVDU 6' /RNDO

.RQWDLQHU VDPSDK

6HNRODK 'DVDU 6' 5HJLRQDO

736 WLSH

%DODL 6HUEDJXQD

7DPDQ .DQDN .DQDN 7. /RNDO

%DODL :DUJD

3HUVSXWDNDDQ /RNDO 0DVMLG GDQ 0XVKROOD /RNDO 0DVMLG GDQ 0XVKROOD 5HJLRQDO

% 2 %

.HVHKDWDQ 5HJLRQDO .HVHKDWDQ /RNDO

%DWDV 3HUNRWDDQ

, %

% ,

5HO .HUHWD

" ) ! (

-DODQ /LQJNXQJDQ

! . % ! ( ,, % , % ( # ,* % ,! % , ! % ( , ,% % # " ,* % ) % , ! ( ! ( # * , % ,* % ,% % , % ! ." 2 % , % # , % , % , ) , % , % ,% , % ,% %% " ) ,, # % ,% * ,% . % , #% * ,% , % ! (! ,% % , ) , !% #% ,* ," , % % ,, ,( 2% % ,% ,% % ,% , , % # % * ! ( " ) , % , % # ( ! . ! , , .* ,% % ! (% , ! % , , % , % ! ( , % # * , % " ) , ! % , , #% * ,% , ! ( % ! ( % " )% ((" ,! % , ( % ) ,* , % ! (! #% , , % ,% % " /% ( , " ,% % )! ,* % ,% % , #% ,, " )% (% , ! (! , ( , % % , % , , ! # , % * ! ( , % ! ! ( ( # * , % , % " ) , % , % ! ." )* , % # , ,* % , % , % ! ( ,% % , % ! ( , , % ,#" % , % ,% % , % , % / ,% , ! (% ,% , % % ,* % , % )! ," % # # * , ," ) % ,* ,% % ,% ,* ,% , ( % , % , # ,% #% , % ,% , ,% ,% % # ,% * ,% , % , % (" ,% % ,% )! , " " ) /% ,% # * " ) , % % " ! / , % ( , % 2 , % , % , % " / , % , % ,* % ! ( ,% % # % * ( ( , % , % # #% ,! * ,! # ,% % (! ! ( ,* % , % , % ,% , # , * , % #% * ,, % ,% , % ) % , , % , % ! (" " ) , % , % ! ( , % , , ( % " ,% ,! % # " * (! , % , % # /) ( , % , % # * , )% , % % ,% % /% ,* " )" ! ! ( ," , " ,% ," % )% , % , ," /% , ) , % %% , % ,% , , % % ,% ,, # % * " ) #% , % * " /# ! (% , , ,% ," % , % " ) ,% % ,* ) ! ( % ,% , % ! , % ( ! , ,% % ! . . ,% , % , % , % ! .% " ) , % # * , % , % , ! ( / " ! (," /* " )% /) , #" " ) ,% , "! , , ,% #, % * ( ,% % , % ,0 ,! ( " /% )% " )% #% , % ,* % , % ! ( ," , ! ,% ( #% " )! ,% ,% % ,* % # ,* " )% ,% # ( , % , ! ,% (% #% )" #! ,* % , % / ,* , ! ( ! (" , ! , % (% ,% ,% ,% % , % #% ,! ,% * )( ! ( % ) ,% , % ,% , % , , % ,% % ) ," , % #% ,% ! (" " * ) (% ! (% #" * , % , , ! " ( ) , % ! , % ( ! ( " ) , % , % , % , % # , % * , % ! ( # 2 % * , % , % " ) ! , % (% " ) % , % " / , % " ) 2 % ! .% ,% , , , #% * , # ! ( ,* % , % , ! (% ,! % " )% ,#% , ) ,% ,% ! (% ,, ! % ( , " % ( ! (* ,( % , ,% ,% % , % " ) " , % ! ( ! " ) , , " % ,* ,* % , % % , # ) #% , )* % ,% ,! # , % ! ( ( ,* % #% ,% , % " )% ) ,% ," ,% % ! (% ,* ,! % ! ( ( , % # 0 , % # " ) , % , % . ," " )% ! .! , * .) " ) # , )* ! (! " )% ,% " )% #% , ," % , . ,% " )% % ! 2 # ! ,, % , % ,* % , ( 2 ,* % ,% ,% % ! (" # , )% ,% % ,% ! ( , % ! . , % , % ! ( , % ! . , % , * % # ,% )% ! ( ," , 2" % ! ( % ) % 2 , % ! ( % , ,% " / " / ! (

Rencana

-DODQ /RNDO 6HNXQGHU

" ) " / " ) ! . ! ( , % 2 % ! ( ! ( ! ( " ) " / , %

Struktur ruang menunjukkan hubungan secara hierarkis antara pusat-pusat pelayanan dan sistem sarana prasarana yang mendukung kegiatan kota dan bagaimana mengidentifikasi kesesuaian peletakan fasilitas dengan kelas jalannya. Secara existing persebaran fasilitas kota Ambarawa relatif cukup, hanya persebarannya masih perlu diperhatikan lagi. Sementara struktur yang masih bermasalah ada pada pelayanan perkantoran yang masih tidak sesuai dengan kelas jalannya. Kami merencanakan struktur ruang 20 tahun kedepan sebagai informasi seperti apakah Ambarawa yang livable di tahun-tahun mendatang tersebut. Pada rencana struktur ruang kami memperluas jangkauan fasilitas dengan menyebarkan fasilitas baru di area-area yang masih sedikit fasilitasnya, terutama di daerah Timur kota. Yang menjadi poin perubahan pada rencana ini adalah penambahan jalan di selatan pasar yang diharapkan dapat mengurangi kepadatan di sekitar pasar di jam-jam sibuk. Dan disepanjang jalan baru inilah ditempatkan berbagai fasilitas baru.

24


pola ruang. Existing

Rencana

Pola ruang merupakan distribusi peruntukan ruang yang kemudian menbentuk pola-pola tertentu yang menggambarkan aktivitas di dalam suatu kota. Pola ruang existing di kota Ambarawa terdiri atas pemanfaatan perumahan, RTH,Pertanian, Militer, Budaya dan rekreasi, kesehatan, pendidikan, perkantoran, instansi, perniagaan, dan transportasi. Pada pola ruang existing pola-pola pemanfaatan tersebut cenderung sprawl. Pada pola ruang rencana, kami mempolakan bagaimana pola pemanfaatan ruang yang livable, pemanfaatannya cenderung lebih rapi dan kami merencanakan greenbelt.

25


koefisien dasar bangunan. Koefisien Dasar Bangunan atau dikenal dengan KDB adalah angka prosentase yang didapatkan dari perbandingan jumlah luas lantai dasar bangunan terhadap luas keseluruhan lahannya. Pada analisis KDB di Kota Ambarawa, terdapat 5 range KDB yaitu 0-20%, 20,1-40%, 40,1-60%, 60,1-80%, dan 80,1-100%. Berikut merupakan perbandingan peta koefisien dasar bangunan (KDB) eksisting dengan rencana di Kota Ambarawa. Pada kondisi eksisting, koefisien dasar bangunan di Kota Ambarawa cenderung tinggi di bagian pusat kota di tengah, yaitu di sepanjang Jalan Sudriman, dan di bagian Utara, yaitu dengan dominasi KDB tertinggi, 80,1-100%. Sedangkan pada pinggir kota serta bagian Timur dan Tenggara, tingkat KDB cenderung rendah dan masih banyak yang memiliki dominasi KDB 0-20% dan berupa area persawahan. Hal tersebut menunjukkan bahwa masih terdapat ketidakmerataan pembangunan dan hanya terpusat di bagian tengah dan utara. Sedangkan pada bagian kawasan kota dengan KDB tinggi tersebut kondisinya dapat dikatakan sudah terlalu padat. Untuk bagian kawasan dengan KDB rendah

Peta KDB Rencana Kota Ambarawa Sumber : Analisis studio kelompok 2016

selain di pinggir kota yang berupa area persawahan, dapat terindikasi bahwa pembangunan belum mencapai kawasan tersebut. Oleh karena itu diperlukan perencanaan KDB yang sesuai dengan melakukan pemerataan pembangunan dengan tetap mempertahankan area hijau serta persawahan. Berdasarkan kondisi eksisting dari koefisien dasar bangunan Kota Ambarawa, dapat terindikasi bahwa pembangunan yang terjadi belum merata dengan kondisi pada bagian tengah dan Utara terjadi kepadatan yang dapat dilihat dari tingkat KDB yang tinggi pada tingkat 80,1-100%. Sedangkan pada bagian Timur dan Tenggara masih banyak terdapat area dengan tingkat KDB yang rendah pada tingkat 0-20%.

Untuk menyeimbangkan hal tersebut, maka dalam perencanaannya, direncanakan peningkatan pada bagian-bagian tengah kota, seperti pada kawasan di Timur maupun Tenggara kota, dengan pegoptimalan lahan di area sekitar pusat kota (dapat dilihat pada peta rencana pengembangan KDB Kota Ambarawa). Selain itu, untuk tetap mempertahankan dan memenuhi kebutuhan area hijau maka si seluruh bagian pinggir kota, KDB yang ada dijadikan hingga 0-20% untuk berupa hijauan. Selain itu pada area pinggir kota di bagian Selatan masih juga dipertahankan KDB 0-20% yang berupa area persawahan produktif.

26


koefisien lantai bangunan.

Peta KLB EksisƟng Kota Ambarawa Sumber : Analisis studio kelompok 2015

Peta KLB Rencana Kota Ambarawa Sumber : Analisis studio kelompok 2016

Koefisien Lantai Bangunan berkisar pada rentang 0-2, kondisi eksisting KLB di Kota Ambarawa didominasi pada rentang 0,51 – 1 yang merupakan area terbangun. Sementara itu masih banyak juga kenampakan KLB 0 – 0,5 yang merupakan lahan terbuka berupa lapangan, persawahan, maupun pekarangan. Kemudian untuk rentang KDB 1,1 – 1,5 berada pada satu titik pemukiman di bagian Selatan. Sementara itu untuk KLB 1,51 – 2 berada pada pusat kota atau CBD yaitu di sekitar Pasar Projo dan satu titik di bagian Barat kota. Kondisi ini mengin-dikasikan bahwa daya tampung yang ada saat ini di Kota Ambarawa belum dapat dimanfaatkan secara optimal. Berdasarkan kondisi KLB eksisting yang ada di Kota Ambarawa, maka dirumuskan perencanaan KLB untuk mengoptimalkan pemanfaatan lahan yang ada. Perumusan rencana KLB tersebut berdasarkan pada rencana KDB serta rencana jumlah lantai bangunan di Kota Ambarawa. Direncanakan terdapat peningkatan KLB yaitu di area CBD atau pusat kota dan sekitarnya hingga men-capai rentang 4,1 – 5, yang memang diperlu-kan pemanfaatan ruang yang lebih optimal. Selain itu di beberapa kawasan juga terjadi peningkatan KLB hingga rentang 4 yaitu di area sekitar luar pusat kota.

27


jumlah lantai bangunan.

Peta Jumlah Lantai EksisĆ&#x;ng Kota Ambarawa Sumber : Analisis studio kelompok 2015

Identifikasi dan analisis jumlah lantai bangunan diperlukan untuk mengetahui jumlah daya tampung yang ada di Kota Ambarawa. Hal ini untuk mengoptimalkan daya tampung serta daya dukung yang dimiliki Kota Ambarawa dalam mengakomodasi aktivitas dan beragam kegiatan yang terjadi di dalmnya. Dari sana akan didapatkan pula kepadatan penduduk maksimal yang terdapat di dalam suatu kawasan. Selain itu pertimbangan jumlah lantai maksimal dalam suatu kawasan dapat berkaitan dengan struktur geografis tanah serta topografinya.

Peta Jumlah Lantai Rencana Kota Ambarawa Sumber : Analisis studio kelompok 2016

Kemudian hal ini juga berpengaruh pada penyediaan kebutuhan sehari-hari seperti penyediaan jaringan air bersih serta energi yang dibutuhkan. Pada kondisi eksisting yang terdapat di Kota Ambarawa, jumlah lantai bangunan maksimal yang ada adalah 3 lantai dengan jumlah yang sedikit dan letaknya cenderung berada di bagian Utara kota dan CBD. Dominasi yang ada adalah kawasan dengan bangunan yang masih hanya berlantai 1. Dalam perencanaannya, jumlah lantai

maksimal di Kota Ambarawa untuk 20 tahun mendatang adalah maksimal mencapai 5 lantai dan dipusatkan hanya di bagian CBD yang cenderung berada di Utara. Hal ini mempertimbangkan pada unsur topografis yang dimiliki oleh Kota Ambarawa yang cenderung memiliki kelerengan yang tidak kecil. Selain itu untuk kawasan di sekitar CBD maksimal 3-4 lantai dan untuk kawasan yang berupa permukiman seperti di bagian Timur dan Selatan diberi maksimal jumlah lantai bangunan yaitu 1-2 lantai. Unsur topografis yang dimiliki Kota Ambarawa tersebut juga mempengaruhi energi yang akan diperlukan serta penyediaan air bersih. Jumlah lantai bangunan yang direncanakan juga mempertimbangkan pada jumlah proyeksi penduduk ke depannya yaitu pada 20 tahun mendatang.

28


rencana fasilitas umum. 1. Jaringan Jalan Pada kondisi eksisting Kota Ambarawa memiliki masalah terhadap kesinersgisan antara jaringan jalan terhadap struktur ruang kota. Terdapat miskonsepsi atapun penerapan seperti arteri Sudirman yang melalui tengah kota, ataupun Jalan Pemuda yang secara fisik dimensinya kurang bisa menampung kegiatan yang harus diwadahinya. Sehingga dalam perencanaan Kota Ambarawa menuju Kota yang livable, dengan pengembangan potensi ekonomi berbasis kearifan local dan mengingat pentingnya fungsi jaringan jalan sebagai akses kota dan wadah pergerakan manusia serta barang maka sangat perlu untuk memperbaiki jaringan jalan di kota ini. Secara umum, perencanaan jaringan jalan Kota Ambarawa dapat di klasifikasikan sebagai berikut, yang kesemuanya merupakan suatu rangkaian untuk meningkatkan aksesibilitas kota, memudahkan sirkulasi, dan meminimalisir over capacity jalan agar tidak terjadi kemacetan. 1. Penyesuaian hierarki jalan terhadap struktur ruang Kota Ambarawa Sebagaimana dikemukakan di atas, bahwa terdapat ketidaksinergisan antarajaringan jalan dengan struktur ruang kota maka dilakukan beberapa penyesuaian.

Seperti Jalan Sudirman yang pada eksistingnya merupakan Arteri Primer disesuaikan menjadi Kolektor Primer. Hal ini dilakukan untuk menghindari kendaraan berat melintasi tengah kota dan diarahkan untuk melalui Jalan Lingkar Ambarawa. Selanjutnya adalah Jalan Pemuda, Jalan Kartini, Jalan Brigjend Sudiarto yang pada eksistingya merupakan jalan local primer disesuaikan menjadi kolektor sekunder. Yang terakhir adalah penyesuaian pada beberapa jalan lingkungan menjadi jalan local.

¢Â ÂÈ «

2. Pembangunan Jalan Baru Di beberapa titik yang di proyeksikan ataupun di rencanakan sebagai pusat kegiatan, seperti ekonomi, industri, jasa, wisata ataupun perumahan baru maka di bangun jalan – jalan baru untuk meningkatkan aksesibilitas , memudahkan sirkulasi terhadap pusat – pusat kegiatan dan perumahan baru tersebut serta mengurangi beban kendaraan yang harusnya di tanggung oleh jalan utama. Seperti pembangunan jalan baru pada pintu keluar Pasar Projo yang langsung terhubung dengan Jalan Pemuda. 3. Pengaturan Arus Jalan Masih dalam rangkaian untuk meningkatkan aksesibilitas kota, memudahkan sirkulasi, dan meminimalisir over capacity jalan agar tidak terjadi kemacetan maka di terapkan pengaturan sedemkian rupa terhadap arus jalan di Kota Ambarawa. Seperti di dekat Pasar Projo, Jalan Baru Pasar Projo, Jalan di barat Jalan Pemuda, dan Jalan yang mengubungkan Jalan ke Gua Maria dan Jalan Sudirman

29


2. Sistem Jaringan Air Bersih Existing a. Sistem Jaringan Air Bersih Eksisting Jaringan air bersih kota Ambarawa saat ini pelayanannya didominasi oleh PDAM Kabupaten Semarang yang mana dalam pendistribusiannya ialah dengan pipa transmisi dan pipa distribusi yang teraliri 10 sumber mata air. b. Sistem Jaringan Air Bersih Rencana Rencana system jaringan air bersih kedepannya untuk terus mencukupi Rencana kebutuhan kota Ambarawa ialah dengan pemanfaatan air tanah dengan teknologi yang ada yaitu Natural Treatment Plant yan mana teknologi ini juga mempertimbangkan produktivitas aquifer di dalam tanah Ambarawa. Kemudian rencana sistem jaringan air bersih lain pada kota Ambaraa 3LSD 7UDQVPLVL mendatang ialah mendirikan reservoir 3LSD 'LVWULEXVL yang mana dapat membantu sistem air 6XQJDL bersih Ambarawa di saat peak hour 'DQDX misalnya. Penambahan jaringan pipa air 3. Sistem Jaringan Sanitasi bersih juga diadakan guna mencukupi kebutuhan dan meratakan a. Sistem Jaringan Sanitasi Eksisting keterjangkauan air bersih di kota Ambarawa Produksi Air Limbah Kota Ambarawa 2015 Jumlah Penduduk : 59.533 jiwa Produksi Limbah Air Limbah Domestik : 3.848.601,6 liter/hari Air Limbah Non-Domestik : 481.075,2 liter/hari Total Limbah Terproduksi : 4.329.676,8 liter/hari

Pada data kita dapat melihat jumlah produksi air limbah yang cukup tinggi di Kota Ambarawa. Namun fakta yang terjadi di Kota ini sebenarnya ialah pada kondisi eksisting di Kota Ambarawa, jaringan sanitasi atau jaringan pembuangan air limbah sebagian besar masih menyatu dengan drainase. Belum terdapat jaringan sanitasi khusus untuk mengaliri air limbah yang terproduksi. Meskipun hal ini belum menjadi masalah yang cukup besar di Kota Ambarawa saat ini, namun adanya pertumbuhan penduduk yang mengakibatkan pertumbuhan jumlah produksi air limbah ditakutkan akan mengganggu tercapainya kota yang Livable di Ambarawa. b.Sistem Jaringan Sanitasi Rencana Produksi Air Limbah Kota Ambarawa 2035 Jumlah Penduduk: 82.201 jiwa Produksi Limbah Air Limbah Domestik : 5.821.977,6 liter/hari Air Limbah Non-Domestik 727.747,3 liter/hari Total Limbah Terproduksi 6.549.724,8 liter/hari Dengan adanya peningkatan jumlah penduduk 20 tahun mendatang, agar Kota Ambarawa sesuai dengan tujuannya yaitu kota yang livable, perlulah adanya perencanaan system jaringan sanitasi agar sisa air limbah tidak mencemari lingkungan dan menghambat tercapainya tujuan. 30


Untuk itu pada rencana jaringan sanitasi ini, direncanakan ada 3 jenis Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) yaitu IPAL Komunal yang membantu pengolahan air limbah pada pemukiman, IPAL Industri yang mengolah air limbah di kawasan industry tersebut, serta IPAL Rumah Sakit yang mengolah limbah hasil kegiatan medis dirumah sakit. Pada rencana ini kami akan mengadakan X unit lokasi IPAL Komunal, X unit IPAL Industri di tiap industry yang ada dan X unit IPAL Rumah Sakit di X rumah sakit yang ada di Kota Ambarawa. Berikut adalah peta persebaran IPAL yang direncanakan di Ambarawa.

ƴǝ%«ÂÈr¤r ǝH « ±¤r r«ǝȝ ¾ǝ1 ª}r ǝ/±ªÍ«r¤ǝ

ƴǝ%«ÂÈr¤r ǝH « ±¤r r«ǝȝ ¾ǝ1 ª}r ǝKͪr ǝ Sakit

Ilustrasi IPAL

Contoh IPAL Rumah Sakit

Contoh Permukaan (Tutupan) IPAL

Skema IPAL Rumah Sakit

Skema IPAL Komunal

ƴǝ%«ÂÈr¤r ǝH « ±¤r r«ǝȝ ¾ǝ1 ª}r ǝ%« ÍÂȾ

Skema IPAL Industri

Contoh IPAL Industri

31


ŝƻ .r¾ « r«ǝ ¾r «r Menurut Dr. Ir. Suripin, M .Eng (2004:7) drainase mempunyai arti mengalirkan, menguras, membuang, atau mengalihkan air. Sedangkan drainase perkotaan merupakan kumpulan sistem jaringan saluran drainase, situ-situ dan sumur-sumur resapan yang berada sepenuhnya didalam batas administrasi pemerintahan kota atau didalam batas ibu kota pemerintahan Kabupaten. Pada kondisi eksisting, jaringan drainase Kota Ambarawa terdiri dari jaringan primer, dan jaringan sekunder yang masih tercampur dengan jaringan sanitasi. Jaringan drainase primer berupa sungai – sungai yang melalui Kota Ambarawa, sementara jaringan sekunder terdapat pada sisi jalan arteri, kolektor dan beberapa jalan local di Kota Ambarawa. Sedangkan pada jaln lingkungan berupa jaringan drainase sederhana yang dibuat secara swadaya oleh masyarakat.

Berdasarkan hasil analisis dengan metode overlay dari peta jenis tanah, kelerengan, tutupan lahan, dan curah hujan secara umum di dapat bahwa bagian selatan Ambarawa merupakan daerah yang paling berpotensi untuk tergenang banjir. Maka perencanaan system jaringan drainase Kota Ambarawa berfokus pada area selatan ambarawa namun tidak meninggalkan upaya mensistemkan jaringan drainase sekunder di tiap kelas jalan dengan pendalaman dan pelebaran dimensi jaringan drainase, untuk memaksimalkan pengaliran air di Kota Ambarawa serta pemisahan system drainase dengan system sanitasi.

5. Sarana Pelayanan Transportasi 7± rǝȾr«Â»±¾Èr ǝ Í«r¢r«ǝÍ«ÈÍ¢ ª «ÝrÈr¢r«ǝr¤rÈǝr« ¢ÍÈǝÝr« ǝÍ«ÈÍ¢ } ¾» « r ǝ r¾ ǝÂrÈÍǝÈ ª»rÈǝ¢ ǝÈ ª»rÈ ¤r «ƻǝ7± rǝÝr« ǝ} rÂr«Ýrǝ Í«r¢r« r¤rªǝȾr«Â»±¾Èr ǝ r»rÈ ¢ ¤±ª»±¢¢r«ǝrÈrÂǝª± rǝ r¾rÈƶǝ¤rÍÈ r«ǝ» r¤rªr«ƶǝÍ r¾rƻǝ7± rǝÝr« ǝ r¾rÈǝ¡Í rǝªr ǝ} Ârǝ ¢ ¤±ª»±¢¢r« rÈrÂǝª± rǝ¡r¤r«ƶǝª± rǝ¢ ¾ Èrǝr» ǝ r« ª± rǝ» »rƻǝ ¢Â ÂÈ « «Ýrƶǝ ǝ/±Èr ȝª}r¾r×rǝÈ ¾ r»rÈǝśǝ}Ír ǝª± r Ⱦr«Â»±¾Èr ƶǝÝr ÈÍǝ7± rǝ.r¤r«ǝLJ Í /±ÈrLjǝ r«ǝ7± rǝǝ/ ¾ Èrǝȝ» ƻǝ8rªÍ« ÂrrÈǝ « ƶǝ r«Ýrǝª± rǝ¡r¤r«ǝÝr« } ¾ Í«  ǝ }r r ǝ~±ªªÍÈ ¾ǝª ¢ »Í« r»r} ¤rǝ r«r¤  Âǝ¢ È ¾¡r« ¢rÍr«ƶ ¢ È ¾Â r«ƶǝ r«ǝ ¢È Èr«Ýrƶǝª± r « ǝªr ǝÂr« rÈǝ¢Í¾r« ǝ±»È ªr¤ƶ  r« ¢r«ǝª± rǝ¢ ¾ Èrǝr» ǝÈ r¢ } ¾ Í«  ǝ }r r ǝª± rǝ~±ªªÍÈ ¾ ª ¤r «¢r«ǝ r«Ýrǝ }r r ǝ r ¤ ÈrÂ × ÂrÈrƻ Y«ÈÍ¢ǝª « ͫ͢ ǝ/±Èrǝȝª}r¾r×r ª «Í¡Íǝ/±ÈrǝÝr« ǝ¤ Ör}¤ ƶǝ « r« » « ª}r« r«ǝ»±È «Â ǝ ¢±«±ª } ¾}r Âǝ¢ r¾ r«ǝ¤±~r¤ǝªr¢rǝ » ¾¤Í¢r« » ¾ «~r«rr«ǝÂr¾r«rǝ» ¤rÝr«r« Ⱦr«Â»±¾Èr ǝÍ«ÈÍ¢ǝª « ;r« ¢ ªr~ Èr«ƶǝª ª» ¾ªÍ r ǝ ¾¢Í¤r ªr«Í rǝrÈrͻͫǝ}r¾r« ǝ ¾Èr ª ª « ªr¤  ¾ǝ» « Í«rr«ǝ¢ « r¾rr« »¾ }r ƻ

32


r¤rªǝ» ¾ «~r«rr«ǝÂr¾r«rǝ» ¤rÝr«r«ǝ Ⱦr«Â»±¾Èr ƶǝ¢rª ǝª ¾ ¢±ª « r ¢r«ǝ » « Í«rr«ǝª± rǝ¡r¤r«ǝLJ ÍÂǝ/±ÈrLjǝ r«ǝ » « r¢È r«ǝ¢ ª}r¤ ǝª± rǝ¢ ¾ Èrǝr» ƻǝ #r¤ǝ « ǝª « « rÈǝ¢±«  ǝrª}r¾r×rǝ Ýr« ǝ} ¾r rǝ ǝ¤ ª}r ǝ r«ǝÂÍ r ǝ È ¾Â r«Ýrǝ r ¤ ÈrÂǝ » ¾È ǝÈ ¾ª «r¤ƶǝ ÂÈr ͫǝªrͻͫǝ¾ ¤ǝ¢ ¾ Èrƻǝ Y«ÈÍ¢ǝ» ¾ «~r«rr«ǝª± rǝ¡r¤r«ǝLJ}ÍÂǝ ¢±ÈrLjǝ¢rª ǝª « ¢¤r ¢r «Ýrǝ ÂÍr ǝ « r«ǝ Í«  ǝ¡r¤r«ǝÝr« ǝr rǝ » ¾È ǝ r¾È ¾ ǝ»¾ ª ¾ƶǝ¢±¤ ¢È±¾ǝ»¾ ª ¾ƶǝ r«ǝ¤±~r¤ǝ Ýr« ǝª «Ý ÂÍr ¢r«ǝ ±ª Ⱦ ǝ¡r¤r«ǝ « r«ǝ r¤È ǝÝr« ǝr¢r«ǝ }r« Í«ǝ r«ǝ ȾrÝ ¢ǝÝr« ǝr¢r«ǝ ¤rÝr« ƻǝO ~r¾rǝͪͪǝ ¢¤r ¢r «Ýrǝr r¤r ǝ }r r ǝ} ¾ ¢ÍÈƵ

ƴǝK Ö Èr¤ Âr ǝT ¾ª «r¤ǝȝª}r¾r×rǝ T ¾ª «r¤ǝª ¾Í»r¢r«ǝ»ÍÂrÈǝ r«ǝ » « Í Í}Í« ǝ¢ rÈr«ǝȾr«Â»±¾Èr ǝ 7± rǝ.r¤r«ǝ}r ¢ǝ r¾ ǝ r¤rªǝªrͻͫǝ ¤Ír¾ǝ/±Èrǝȝª}r¾r×rƻǝO « rƶǝ « r«ǝ » «È « «Ýrǝ Í«  ǝÈ ¾Â }ÍÈǝ r«ǝª ¤ rÈǝ ¢±«  ǝ ¢Â ÂÈ « ǝÈ ¾ª «r¤ǝÝr« ǝÈ r¢ǝ È ¾ÈrÈrǝ}r ¢ǝ}r« Í«r«ǝrÈrͻͫǝ r ¤ ÈrÂǝ » « ͫ͢ «Ýrƶǝªr¢rǝ¾ Ö Èr¤ Âr ǝ T ¾ª «r¤ǝȝª}r¾r×rǝª ¾Í»r¢r«ǝ r¤ǝ Ýr« ǝ r¾ÍÂǝ ¤r¢Í¢r«ƻǝT «ÈÍ«ÝrǝÍ«ÈÍ¢ǝ ª ×Í¡Í ¢r«ǝÈÍ¡Ír«ǝ» ¾ «~r«rr«ǝ/±Èrǝ ȝª}r¾r×rƻ

ƴH « ±»È ªr¤r«ǝ7± rǝ.r¤r«ǝLJ ÍÂǝ/±ÈrLjǝǝ « r«ǝ¾ «~ r«ƶ rLj .r¤r«ǝ/±¤ ¢È±¾ǝH¾ ª ¾ǝNJǝT¾r«Â ÈǝOÈrÈ ±« Oȱ» Hr rǝ/ ¤rÂǝ¡r¤r«ǝ/±¤ ¢È±¾ǝH¾ ª ¾ǝr¢r« }r« Í«ǝ¡ « Âǝ r¤È ǝȾr«Â ÈǝÂÈrÈ ±«ǝÂȱ»ƶ Ýr« ǝª ¾Í»r¢r«ǝ r¤È ǝÈ ¾} Âr¾ǝ « r« r ¤ ÈrÂǝÈ ¾¤ « ¢r»ƻǝ ÍÂǝÝr« ǝr¢r« ª ¤rÝr« ǝ»r rǝȾrÝ ¢ǝ « ǝr r¤r ǝ}Í « r«ǝ¢r»r ÈrÂǝ»r¤ « ǝ} Âr¾ƶǝ«rªÍ« r¾ rǝ» ¤rÝr«r««Ýrǝª ¾Í»r¢r«ǝÝr« È ¾» « ¢ǝÝr ÈÍǝ¡r¤r«ǝ¢±¤ ¢È±¾ǝ»¾ ª ¾ Âr¡rƻǝ7 « « rÈǝr¢r«ǝ»ǝ ¾}r« « r«ǝ}ÍÂ È ¾ r r»ǝ¤ }r¾ǝ¡r¤r«ǝÝr« ǝÈ ¾Â rƻ

c) Jalan local – Basic Bus Stop Hr rǝ¢ ¤rÂǝ¡r¤r«ǝ¤±~r¤ǝr¢r«ǝ }r« Í« }r«Ýr¢ǝ r¤È ǝ « r«ǝ¡ « Âǝ}r ~ƶǝÝr« ª ¾Í»r¢r«ǝ r¤È ǝ « r«ǝ͢;r«ǝ¢ ~ ¤ r«ǝ  ¢«Ýrǝ r«Ýr¤r ǝ }Ír ǝÈ r« » «r« rƻǝ ÍÂǝÝr« ǝr¢r«ǝª ¤rÝr« ǝ»r r ȾrÝ ¢ǝ « ǝr r¤r ǝ }Ír ǝª « ǝ}Í « r«ǝ¢r»r ÈrÂǝśřNjśŞǝ±¾r« ƶǝ«rªÍ« ȾrÝ ¢ǝ « ǝª ¾Í»r¢r«ǝȾrÝ ¢ǝ « r« r¾ rǝ» ¤rÝr«r«ǝÈ ¾¤ÍrÂǝ¢r¾ «r ª «~r¢Í»ǝ¢  ¤Í¾Í r«ǝ¢±ÈrǝªÍ¤r ǝ r¾ ¡r¤r«ǝ¤±~r¤ǝ « rǝ¢±¤ ¢È±¾ƻ

}Lj .r¤r«ǝ/±¤ ¢È±¾ǝ O ¢Í« ¾ǝNJǝO ¤È ¾ ÍÂǝOȱ» Hr rǝ¢ ¤rÂǝ¡r¤r«ǝ/±¤ ¢È±¾ǝO ¢Í« ¾ǝr¢r« }r« Í«ǝ¡ « Âǝ r¤È ǝ ¤È ¾ ǝ}ÍÂǝÂȱ»ƶ Ýr« ǝª ¾Í»r¢r«ǝ r¤È ǝ « r«ǝ͢;r«  r« ƻǝ ÍÂǝÝr« ǝr¢r«ǝª ¤rÝr« ǝ»r r ȾrÝ ¢ǝ « ǝr r¤r ǝ}ÍÂǝ « r«ǝ¢r»r Èr ª « « r ǝ r«ǝ¡r« ¢rÍr««ÝrǝÈ ¾} ¤r« ~͢ͻǝ¤ÍrÂǝ¢r¾ «rǝª «~r¢Í»ǝ¡r¤r« ¢±¤ ¢È±¾ǝ»¾ ª ¾ǝ r«ǝ ¢Í« ¾ƻ

33


şƻǝO ÂÈ ªǝ.r¾ « r«ǝH ¾Ârª»r r«ǝ a. Sistem Jaringan Persampahan Eksisting Sistem persampahan eksisiting kota Ambarawa ditangani melalui tempat pembuangan sampah (TPS) yang ada. Kondisi tps yang kecil dan kurang merata membuat terbatasnya penangan persampahan yang ada di kota Ambarawa. Kemudian pembakaran sampah yang tidak dipilah juga memperlihatkan ketidakmerataan penanganan sampah yang mana jika dilihat sampah yang tertangani di kota ini hanya sebesar 133333,3 liter/hari atau 80% dari total produksi sampah yaitu 166666,7 liter/hari. }ƻǝO ÂÈ ªǝ.r¾ « r«ǝH ¾Ârª»r r«ǝK «~r«r « r«ǝ} ¾Èrª}r «Ýrǝ¡Íª¤r ǝ» « Í Í¢ǝ ¢±Èrǝȝª}r¾r×rǝ¢ »r««ÝrǝÈ «ÈÍ«Ýrǝ ¡Í rǝª « « ¢rÈ¢r«ǝ¡Íª¤r ǝ»¾± ͢ ǝ Ârª»r ǝ¢ »r««Ýrƻǝ. ¢rǝ ÈÍ« ǝ ÂÍr ǝ »¾±Ý ¢Â ǝªr¢rǝ»¾± ͢ ǝÂrª»r ǝśřǝÈr Í«ǝ ¢ »r«ǝ r¤r ǝ } Âr¾ǝśśřŠŝřƶřšǝ¤ È ¾ǁ r¾ ƻǝ « r«ǝ ª ¢ r«ƶǝÈ «ÈÍ«Ýrǝ» ¾¤Íǝ » « « ¢rÈr«ǝ» «r« r«r«ǝ» ¾Ârª»r r«ǝ ǝ ¢±Èrǝȝª}r¾Njr×rƻǝ r«ǝ¾ «~r«rǝ » «r« r«r«ǝÂrª»r ǝ ǝȝª}r¾r×rǝ «r«È «Ýrǝ r¤r ǝ » ¾È ǝ» «rªNj}r r«ǝ r ¤ ÈrÂǝ» ª}Ír« r«ǝÂrª»r ǝ }r r ǝ } ¾ ¢ÍÈƵǝ

ƴǝ r«¢ǝOrª»r ǝ r«¢ǝÂrª»r ǝª ¾Í»r¢r«ǝÂr¤r ǝÂrÈÍǝ È ª»rÈǝ» ª}Ír« r«ǝ r«ǝ» « ͪ»Í¤ǝ Ârª»r ǝ ǝȝª}r¾r×rǝÝr« ǝªr«rǝ ǝ¢ ÍNj ÂÍ¢r«ǝÍ«ÈÍ¢ǝÂrª»r ǝÝr« ǝ} rÂǝ r;ǝ ͤr« ǝ r«ǝ} Ârǝ ¢ ¤±¤rǝ×r¾ rǝȝª}r¾r×r

« r«ǝr r«Ýrǝ» «r« r«r«ǝÝr« ǝ¤ } ǝ }r ¢ǝÈ ¾ r r»ǝ» ¾Ârª»r r«ǝ « ǝ r¾r»¢r«ǝ r»rÈǝª «r« r« ǝÂrª»r ǝ ǝȝª}r¾r×rǝ  ¾Èrǝ«r«È «Ýrǝ¡Í rǝr¢r«ǝª «Ý͢ ¢r«ǝ » «~r»r r«ǝÈÍ¡Ír«ǝ¢±Èrǝȝª}r¾r×rƻ

ƴǝ/±«Èr « ¾ǝOrª»r /±«Èr « ¾ǝÂrª»r ǝr r¤r ǝª rǝ» « ͪNj »Í¤ǝ r«ǝ» ª}Ír« r«ǝÂrª»r ǝ ǝ/±Èrǝ ȝª}r¾r×rǝÝr« ǝ»±Â  ǝ» ¤ Èr¢r««Ýrǝ }r«Ýr¢ǝ ǝ¢r×rÂr«ǝ¾rªr ƻ ƴǝTHOǝT » ǝśǝ T ª»rÈǝH ª}Ír« r«ǝO ª «Èr¾rǝ ǝ/±Èrǝ ȝª}r¾r×rǝ ¾ «~r«r¢r«ǝÍ«ÈÍ¢ǝÈ ª»rÈǝ } ¾¢Íª»Í¤«ÝrǝÂrª»r NjÂrª»r ǝ r¾ ǝ} ¾}Nj r r ǝÈ »rÈǝ » ¾È ǝ/±«Èr « ¾ǝOrª»r ǝ r«ǝ r«¢ǝOrª»r ǝÝr« ǝªr«rǝÂ È ¤r ǝ ÈrªNj »Í« ǝ ǝTHOǝ}r¾Í¤r ǝ ǝÂr¤Í¾¢r«ǝ¢ ǝTHȝƻǝ / ªÍ r«ǝ r ¤ ÈrÂNj r ¤ ÈrÂǝÈ ¾Â }ÍÈǝr¢r«ǝ ÂȾ }Í ¢r«ǝ r«ǝ  }r¾ǝª ¾rÈrǝ ǝ¢±Èrǝ ȝª}r¾r×rǝ }r r ªr«rǝÝr« ǝr rǝ r¤rªǝ » Èrǝ} ¾ ¢ÍÈ

34


fasilitas sosial.

3$8' 7. 6' 603

-DODQ 5HO .HUHWD 6XQJDL 'DQDX %DWDV 3HUNRWDDQ

60$ 60. 3HUSXVWDNDDQ .RPSOHNV 3HQGLGLNDQ

Peta persebaran pendidikan eksisƟng Kota Ambarawa Sumber : Analisis studio kelompok 2015

! (

! (

! (

! ( ! ( ( !! ( ! ( ( ! (!

! ( ! ( ! ( ! (

! (

! ( ! ( ! ( ! (

! (

3$8' 7. 6' 603

-DODQ

! (

5HO .HUHWD 6XQJDL 'DQDX

( (! !! ( ! (

! ( ! ( ( ! (!

! ( ! (! ( ! ! ( ! (

! (

! ( ! (

( (! ! (! ! (

( ! ( !

! (

! (

! ( ! (

! ( ! ( ( !! (

! (

! ( ! (

! ( ! (

! (

! (

! ( ! (

! ( ! (

%DWDV 3HUNRWDDQ

60$

! (

! ( ! ! ( (

! (

! ( ! (

! (

! ( ! (! (

! (

! (

60. 3HUSXVWDNDDQ .RPSOHNV 3HQGLGLNDQ

Peta persebaran perdagangan dan jasa rencana Kota Ambarawa Sumber : Analisis studio kelompok 2016

1.ǝSarana Pendidikan ǝ/±Èrǝȝª}r¾r×rǝÈ ¤r ǝÈ ¾ r»rÈǝ ŚřǝÈrªr«ǝ¢r«r¢Nj¢r«r¢ǝLJT/Ljǝ r«ǝ » « ¢r«ǝr«r¢ǝÍ Ârǝ « ǝ LJHȝY LjƶǝŚśǝ ¢±¤r ǝ rÂr¾ǝLJO LjƶǝŞǝ  ¢±¤r ǝª « « r ǝ» ¾Èrªrǝ LJO7HLjƶǝ r«ǝŚřǝ ¢±¤r ǝª « « r ǝ rÈrÂǝLJO7ȝLjǝ r«ǝ ¢±¤r ǝ ª « « r ǝ¢ ¡Í¾Ír«ǝLJO7/LjƻǝHr rǝ » ¾Â }r¾r«ǝÂr¾r«rǝ» « ¢r«ǝ ¢Â ÂÈ « ǝÝr« ǝr rǝ ǝ/±Èrǝ ȝª}r¾r×rǝÈ ¾Â }ÍÈǝªr ǝ È ¾ r»rÈǝ¢ ¢Í¾r« r«ǝ r«ǝ ¢ È r¢Â ª}r« r«ǝ» ª «Í r«ǝ ¢ }ÍÈÍ r««ÝrƻǝH ª «Í r«ǝ ¢ }ÍÈÍ r«ǝ r¾ÍÂǝ} ¾ rÂr¾¢r«ǝ »r rǝ¡r« ¢rÍr«ǝªr « Njªr « ǝ Âr¾r«rǝ» « ¢r«ƻǝHr rǝ}r r«ǝ T ªÍ¾ǝ r«ǝO ¤rÈr«ǝ¢±Èrǝªr ǝ r«ÝrǝÈ ¾ r»rÈǝ ¢ Èǝ r«ǝ ¢Í¾r« ǝÈ ¾¡r« ¢rÍǝ±¤ ǝÂr¾r«rǝ » « ¢r«ǝÝr« ǝ r¾Í«Ýrǝ È ¾» «Í ǝÝr ÈÍǝ¢ ÍÂÍ«ÝrǝÍ«ÈÍ¢ǝ Âr¾r«rǝ» « ¢r«ǝO ǝ r«ǝT/ǝ Ýr« ǝ r¾Í«ÝrǝÈ ¾ r»rÈǝ ǝ ¢r×rÂr«Nj¢r×rÂr«ǝ» ¾ªÍ¢ ªr«ƻǝ Y«ÈÍ¢ǝO7HǝÝr« ǝr rǝ ǝ/±Èrǝ ȝª}r¾r×rǝÂÍ r ǝ~͢ͻǝ ª ª «Í ǝ¢ }ÍÈÍ r«ǝ«rªÍ«ǝ ªr ǝ r»rÈǝ }ÍÈ ¢r«ǝŚǝÂrª»r ǝ śǝÍ« Èǝ ¢±¤r ƻǝO ª «Èr¾rǝ ÈÍǝ

Í«ÈÍ¢ǝÂr¾r«rǝ» « ¢r«ǝO7ȝǝ Ýr« ǝ ǝ r¤rª«Ýrǝª ¤ »ÍÈ ǝ»Í¤rǝ O7/ƶǝÂÍ r ǝ r»rÈǝª ª «Í ǝ ¢ }ÍÈÍ r«ǝÝr« ǝr rƻǝ Y«ÈÍ¢ǝª ª «Í ǝ¢ }ÍÈÍ r«ǝr¢r«ǝ r ¤ ÈrÂǝ» « ¢r«ǝ ǝ/±Èrǝ ȝª}r¾r×rƶǝªr¢rǝ ¾ «~r«r¢r«ǝ » «rª}r r«ǝ ¡Íª¤r ǝ r ¤ ÈrÂǝ » « ¢r«ƶǝÝr ÈÍǝśŝǝÍ« ÈǝÈrªr«ǝ ¢r«r¢Nj¢r«r¢ǝLJT/LjƶǝŞǝÍ« Èǝ ¢±¤r ǝ rÂr¾ǝLJO Ljƶǝ r«ǝŚǝÍ« Èǝ ¢±¤r ǝ ª « « r ǝ» ¾ÈrªrǝLJO7HLjƻǝ H «rª}r r«ǝ r ¤ ÈrÂNj r ¤ ÈrÂǝ » « ¢r«ǝÈ ¾Â }ÍÈǝÈ ¤r ǝ ª ª» ¾È ª}r« ¢r«ǝ¡r« ¢rÍr«ǝ r«ǝ¡Íª¤r ǝ» « Í Í¢ǝÝr« ǝ ¤rÝr« ǝ±¤ ǝÂ È r»ǝÂrÈÍǝ r ¤ ÈrÂǝ  ¢±¤r ƶǝ ¾ÈrǝÂÈr« r¾ǝÝr« ǝr rƻǝ H «rª}r r«ǝÝr« ǝr rǝ È ª»rÈ¢r«ǝ»r rǝ»ÍÂrÈNj»ÍÂrÈǝ » ¾ªÍ¢ ªr«ǝÝr« ǝr rǝ ǝ/±Èrǝ ȝª}r¾r×rƶǝ » ¾È ǝ ǝ¢r×rÂr«ǝ » ¾ªÍ¢ ªr«ǝ ǝ}r r«ǝT ªÍ¾ǝ r«ǝ T « r¾rǝ¢±Èrƻ

35


2. Sarana Perdagangan dan Jasa

, 3HUGDJDQJDQ GDQ -DVD /RNDO %

2 %

, % , %

3HUGDJDQJDQ GDQ -DVD 5HJLRQDO

, , % 2% , % , % ,% ,% % ,% , % , % ,, % ,% ,% 2% , % ,% % 2 % ,% , % 2 % % ,% % ,% % , ,, , % 2% ,% ,% ,2 % ,% ,% ,% 2% , % % ,% ,% 2 % , % , % , % , % , % , , % % , ,,% % , ,% ,% % ,,% , % , ,% 2% ,% ,% , % ,% ,% ,% ,% , % ,% % , % % ,% % , % ,,% % , 2% % ,% % , % 2 % , % ,% , % , 2 2 % , ,, % 2% % , % , % % , , % 2% 2 % , % , % , % , % , % , % , % ,% % 2 % , , % ,% % , , % ,% % , % ,% % , % 2% ,2 ,% % ,, ,% % , , % ,% % %% , ,% % , , , % , % ,% % , 2, % % , % , 2% % ,% % , , % ,% % , , % , % ,% % , % , , % ,% % , , % , % , , % , % 2 % 2% 2% , % % ,% % , ,% 2 % , % , % , % % , ,% ,% % , ,% , % , % , % , ,% ,% % ,% 2% , % , , ,% ,% ,% % ,% % ,% % , % , , % , % , % ,% % , % , % , % , % , , % , % , % , % , % % , , % , % ,% % 2 , %

, % , %

,% , , % ,% % ,% , % ,% ,% , % % , ,%

, %

, % 2 % , ,% % , %

, % , % , % % , , %

, ,% ,% ,% % , % , ,% ,% ,% % , % ,% , % , % %% , , 2 % , % , , ,% ,% % , ,% % ,% % , ,% % ,% % ,% , % , , % ,2% ,% % , , % % ,% % , , %

% , , % , % , % , % , % % , ,% % ,% ,% 2

, % , % , ,% %% ,

, %

, % , %

, % ,% % , % , , % , % , % ,% % , , ,% % , ,% %

, % , % , % , % ,% % , , %% , , %

Peta persebaran perdagangan eksisƟng Kota Ambarawa Sumber : Analisis studio kelompok 2015

, 3HUGDJDQJDQ GDQ -DVD /RNDO %

2 %

3HUGDJDQJDQ GDQ -DVD 5HJLRQDO

, %

, % 2 %

, % , % , % %% , , % ,, %

, %

, ,% %

, ,% , % ,% % , % , % , % , % , % , % , 2 % % , , % , % , , % % ,% ,% , ,% ,% ,% ,% % ,% ,% % , ,% , % % ,% % , % , ,% , % % , % ,% ,% % ,, % , , % , ,, % % , % ,% % , % , % , % , % ! ( , % , % , % , ,% ,% % , % ! ( % , % , ,% % , % , , % , % , % ,% % , % , , % , % , % , % % , , , % ,% % ,% % , % , , , ,% % , % ,% % , % , , % , % , % ,% % , % , , % % , ,% , % ,% , % , % ,% ,% ,% % ,% ,% , % , % , ,% % , % , % , % , % ,% % , % , % , % , % , % , ,% , % ,% 2 , , % ,% % , % % , % ,% % ,% % , , , % ,% % , % ,% % , , % ,% % , % , , % ,, % % ,% , % , , , % , % , % , % % , , ! ( % , % , % ,% , % , % , % , % % ,% % , , , % ,% , % % , % , , % , % , % , % ,% ,% , , % % ,% % ,% , % ! (% , % , % , , % , % ,% , % , , ,% % ,% % ,% % , ,% % , , % , % , ,% , , % , % ,% ,% % , % ,% ,% , , % ,% % , % , % ,% ,% % ,% % , % , ,% , % , ,% , % , % , % , % , % ,% ,% , % ,% % ,% ,% % , % ,, , % , , % , % % , % % , , % ,% ,% , ,% ,% % , % , % , % ,% , % ,% % ,% % ,% , ,% , ,% % ,% % % , ,% , ,% % , , , % ,% % , , ,% % , % % , ,% % , % ,% , % ,% , ,% % , % , ,% % , % , % , % , % , % , % ,% , % , % ,% % ,% % , % ,, ,% ,% , % ,% , % , % , % , ,% %

, %

Hr rǝ» ¾Â }r¾r«ǝ r ¤ ÈrÂǝ» ¾ r r« r«ǝ r«ǝ¡rÂrǝ ¢Â ÂÈ « ƶǝ r»rÈǝ ¤ rÈǝ}r ×rǝ¢ } ¾r rr««Ýrǝ ~ « ¾Í« ǝÈ ¾»ÍÂrÈǝ»r rǝ¡r¤r«Nj¡r¤r«ǝÍÈrªrƻǝ r ¤ ÈrÂǝ » ¾ r r« r«ǝÝr« ǝr rǝ ±ª «r ǝ±¤ ǝ» ¾È±¢±r«ǝ r«ǝ } ¾r rǝ ǝ ¢ Èr¾ǝHrÂr¾ǝÍÈrªrǝÝr« ǝr rǝ ǝ/±Èrǝ ȝª}r¾r×rƶǝÝr ÈÍǝHrÂr¾ǝH¾±¡±ǝ ǝ.r¤r«ǝOÍ ¾ªr«ƻǝ O r« ¢r«ǝ r ¤ ÈrÂǝ¡rÂrǝ ±ª «r ǝ±¤ ǝ} « ¢ ¤ǝ r«ǝ » ¾}r«¢r«ǝÝr« ǝ¡Í rǝ » ~Íǝ±¤ ǝr r«ÝrǝHrÂr¾ǝH¾±¡±ǝ ǝ »ÍÂrÈǝ¢±Èrƻǝ Hr rǝ¾ «~r«rǝ r ¤ ÈrÂǝ» ¾ r r« r«ǝ r«ǝ¡rÂrƶǝ r ¤ ÈrÂǝÝr« ǝÈ ¤r ǝr rǝ»r rǝ¢±«  ǝ ¢Â ÂÈ « ǝÈ Èr»ǝ » ¾Èr r«¢r«ǝ « r«ǝ « r«ǝª ¤r¢Í¢r«ǝ» «r« r«r«ǝ È ¾È «ÈÍǝ » ¾È ǝ r¤rªǝ» «rÈrr««Ýrƻǝ8rªÍ«ǝÈ ¾ r»rÈǝ » «rª}r r«ǝ r ¤ ÈrÂǝÝr ÈÍǝ ǝ}r r«ǝO ¤rÈr«ǝ r¾ ǝ»ÍÂrÈǝ ¢±ÈrǝrÈrÍǝ ǝÝr« ǝÈ ¾ r»rÈǝ» ª}r« Í«r«ǝ¡r¤r«ǝ}r¾Íƻǝ H ª}r« Í«r«ǝ¡r¤«ǝ}r¾ÍǝÈ ¾Â }ÍÈǝÈ «ÈÍ«Ýrǝr¢r«ǝ ª «r¾ ¢ǝ» ¾Èͪ}Í r«ǝ» ¾ r r« r«ǝ r«ǝ¡rÂrǝ ǝ ¢r×rÂr«ǝ ¢ Èr¾«Ýrƻǝ/ ªÍ r«ǝÂÍ»rÝrǝÈ ¾¡r ǝ » ª ¾rÈrr«ǝ r«ǝªÍ«~ͤ«Ýrǝ»ÍÂrÈǝ}r¾Íǝ ǝ}r×r ǝ ǝ ªr¢rǝ r ¤ ÈrÂNj r ¤ ÈrÂǝ» ¾ r r« r«ǝ»Í«ǝ ªÍ«~ͤ¢r«ǝ ǝ}r r«ǝT « r¾rǝ/±Èrǝȝª}r¾r×rƻǝ

,% % , , ,% % ,! % ( ( %% , ,!

Peta persebaran jasa eksisƟng Kota Ambarawa Sumber : Analisis studio kelompok 2015

36


3. Persebaran Ruang Terbuka Hijau KÍr« ǝ ¡rÍǝÂr« rÈǝ» «È « ǝ ¢ } ¾r rr««Ýrǝ }r r ǝÂr¤r ǝÂrÈÍǝ ¢ } ¾ r ¤r«ǝ r¾ ǝ¢ «Ýrªr«r«ǝ¢±Èrƻǝ «ÈÍ¢ǝ¢ «Ýrªr«r«ǝª ¤r¤Í ǝ¾Ír« ǝ ¡rÍǝÈ ¾Â }ÍÈǝr¢r«ǝ ª»¤ ª «Èr ¢r«ǝ ǝ/±Èrǝȝª}r¾r×rǝª ¤r¤Í ǝ} } ¾r»rǝ ¢ rÈr«ƻǝ ±¢ÍÂr«ǝ} Âr¾ǝr r¤r ǝ » «rÈrr«ǝ  «Â ǝ Í«rǝ¤r r«ǝ¢±Èrǝ r r¾ǝ/±Èrǝȝª}r¾r×rǝ»r rǝśřǝÈr Í«ǝ Ýr« ǝr¢r«ǝ rÈr« ǝª ª ¤ ¢ ǝ ¾ «ǝ} ¤Èƻǝ O ¤r «ǝ ¾ «ǝ} ¤Èƶǝ» «rÈrr«ǝ¢ ª}r¤ ǝ Trªr«ǝ7±«Íª «ǝ»r¤r r«ǝÝr« ǝ È ¾ «È ¾r ǝ « r«ǝ¾Ír« ǝ ¡rÍǝ »¾± Í¢È ǝ ǝ}r«Èr¾r«ǝÂÍ« r ǝ¡Í rǝ r¾r»¢r«ǝr¢r«ǝª ª} ¾ ¢r«ǝ¾Ír« ǝ È ¾}Í¢rǝ ¡rÍǝÝr« ǝ¢ } ¾r rr««Ýrǝ ªr ǝª « ªǝ}r ǝªrÂÝr¾r¢rÈƻǝO }r r ǝ Í»rÝrǝª «¡r rǝ¢Ír¤ ÈrÂǝÍ r¾rƶǝ » ª}r« Í«r«ǝ ÍÈr«ǝ¢±Èrǝ¡Í rǝr¢r«ǝ ¤r¢Í¢r«ƶǝ ÍÈr«ǝ¢±Èrǝ « ǝ«r«È «Ýrǝr¢r«ǝ ǝ¢±«Â ¾Ör ǝ r«ǝ ~r¾rǝ Í«  ±«r¤ǝ ª ª}r«ÈÍǝ ¾ «ǝ} ¤Èǝrª}r¾r×rǝ Í«ÈÍ¢ǝª «¡r ǝ» «Ýr« rǝ» «~ ªr¾r«ǝ Í r¾rƻǝO È ¤r ǝ»¾±Ý ¢ǝ} Âr¾ǝÈ ¾Â }ÍÈƶǝ » « « ¢rÈr«ǝ¢Ír¤ ÈrÂǝKT#ǝ ǝ¢±Èrǝ ¤r¢Í¢r«ǝ « r«ǝª ¾ Ö Èr¤ Âr ǝ ªr¢rªƶǝ» « ¡rÍr«ǝ}r«Èr¾r«ǝÂÍ« r ǝ r«ǝǝ¾ ¤ǝ¢ ¾ Èrǝr» ǝ ¾Èrǝ» ª}r« Í«r«ǝ Èrªr«ǝNJǝÈrªr«ǝ «È ¾r¢Â ǝªrÂÝr¾r¢rÈǝ } ¾Â¢r¤rǝ¤±~r¤ƻ

ŝƻ H ¾Â }r¾r«ǝOr¾r«rǝH ¾ }r rÈr«

5. Persebaran Sarana Kesehatan

OrrÈǝ « ƶǝ» ¾Â }r¾r«ǝÈ ª»rÈǝ » ¾ }r rÈr«ǝÈ ¾} ¤r« ǝ~͢ͻǝ ÂÍr ǝ « r«ǝ¢ }ÍÈÍ r«ǝªrÂÝr¾r¢rÈǝ/±Èrǝ ȝª}r¾r×rƻǝ } ¾r»rǝ¾ Ö Èr¤ Âr ǝ» ¾¤Íǝ ¤r¢Í¢r«ǝr r¾ǝ r¤rªǝśřǝÈr Í«ǝ¢ »r«ǝ È Èr»ǝ r»rÈǝª «rª»Í« ǝ¢r»r ÈrÂǝ ¢ }ÍÈÍ r«ǝªrÂÝr¾r¢rÈƻǝ#r¤ǝÈ ¾Â }ÍÈǝ ¤r¢Í¢r«ǝ « r«ǝª ¾ Ö Èr¤ Âr ǝÈ ª»rÈǝNJǝ È ª»rÈǝ» ¾ }r rÈr«ǝÝr« ǝ} ¾Â¢r¤rǝ} Âr¾ǝ ǝ/±Èrǝȝª}r¾r×rǝ r«ǝª « «È «Â ¢r«ǝ ¢ rÈr«ǝ¢ r rªrr«ǝ ǝ r¤rª«Ýrƻǝ O ª «Èr¾rǝ¾ Ö Èr¤ Âr ǝÈ ª»rÈǝ » ¾ }r rÈr«ǝ} ¾Â¢r¤rǝ¤±~r¤ǝ ¤r¢Í¢r«ǝ } ¾ÂrªrǝNJǝÂrªrǝ « r«ǝ×r¾ rǝ r«ǝ ª ª} ¾ rÝr¢r«ǝ»¾± ¾rªǝ OKǝ}r ǝ Â È r»ǝÍÂr rǝÝr« ǝ} ¾r rǝ ǝ ¢ Èr¾«Ýrƻ

Melihat arah pembangunan yang di proyeksikan akan berkembang ke bagian timur, maka dilakukan pula pemerataan akses dan jangkauan pelayanan di bagian timur Kota Ambarawa.Sebelumnya, fasilitas kesehatan yang pelayanannya skala neighborhood seperti posyandu tersebar lebih banyak dibagian barat, saat ini di tambahkan dibagian timur. Selain itu ditambahkan pula Puskesmas pembantu untuk mengakomodasi kebutuhan pelayanan pelayanan kesehatan di bagian timur bersama dengan rumah sakit swasta.

37


6. Persebaran Sarana Budaya dan Rekreasi 5. Persebaran Sarana Instansi 7 «Í¡Íǝȝª}r¾r×rǝśřŜŞƶǝ » ¾Â }r¾r«ǝ «ÂÈr«Â ǝ r«ǝ» ¤rÝr«r«ǝ »Í}¤ ¢ǝ » ¾}r ¢ ǝ r«ǝ r¾r ¢r«ǝ¢ ǝ r¾ rǝ»ÍÂrÈǝ¢±ÈrƻǝT ¾ r»rÈǝ¢±¾ ±¾ǝ » ¾¢r«È±¾r«ǝ ǝ.r¤r«ǝH ªÍ rǝ r«ǝ ÂÝÂÈ ªǝ» ¤rÝr«r«ǝ»Í}¤ ~ǝÝr« ǝ } ¾}r Âǝ»r rǝÈ ¢«±¤± ǝ « ±¾ªr ƻǝ « r«ǝ» ¤rÝr«r«ǝÝr« ǝ¤ } ǝ È ¾»ÍÂrÈǝ r¾r»¢r«ǝªrÂÝr¾r¢rÈǝ¢r«ǝ ¤ } ǝªÍ r ǝª « r¢Â Âǝ» ¤rÝr«r«ǝ Ýr« ǝ }ÍÈÍ ¢r«ǝ r«ǝ r»rÈǝ ª «  «Â ¢r«ǝ¤r r«ǝ¢±Èrƻ

7 « ͫ͢ ǝÈÍ¡Ír«ǝ¢±Èrǝ }r r ǝ¢±Èrǝ 1 Ör}¤ ƶǝ¢ }ÍÈÍ r«ǝ}r« Í«r«ǝNJǝ}r« Í«r«ǝ  }r r ǝÈ ª»rÈǝ} ¾¢Íª»Í¤ǝªrÂÝr¾r¢rÈǝ r«ǝ ª « r¢ÈÍr¤ Âr ¢r«ǝ ¾ ǝÂr« rÈǝ» ¾¤Íǝ » ¾ rÈ ¢r«ƻǝ «ÈÍ¢ǝ¾ r¤ Âr «Ýrǝr r¤r ǝǝ ¾ Ö Èr¤ Âr ǝǝ}r¤r ǝ} ¾¢Íª»Í¤ǝ×r¾ rƶǝ  ª «Èr¾rǝ»¾±Ý ¢ǝ} Âr¾ǝÝr« ǝ ¤r¢Í¢r«ǝ r r¤r ǝ « r«ǝr r«Ýrǝ» ª}r« Í«r«ǝ ¤r« r« ǝ>¤r ¾r rǝLJ >KLjǝ ǝÈ « r ǝNJǝ È « r ǝ¢±Èrǝ r«ǝ¾ Ö Èr¤ Âr ǝ Í« ǝ H ªÍ rǝ ¢r¤ ÍÂǝ «Â «È ǝ }r r ǝ » « ͫ͢ ǝ¢ rÈr«ǝÈ ¾Â }ÍÈƻǝ/ Ír«Ýrǝ ª «¡r ǝ ±¢ÍÂr«ǝr r¾ǝªrª»Íǝª ª} ¾ ¢r«ǝ r ¤ ÈrÂǝ}r ǝªrÂÝr¾r¢rÈǝÍ«ÈÍ¢ǝ} ¾¢ rÈr«ǝ »±Â È ǝ }r r ǝ} «ÈÍ¢ǝ ª»¾±Ö Âr ǝ ¾ ƻ

38


/rencana pentahapan. “A plan is a list of actions arranged in whatever sequence is thought likely to achieve an objective.� John Argenti

39


Rencanaǝ Pentahapan.ǝ H ¾ «~r«rr«ǝ¡r« ¢rǝ»r«¡r« ǝ  ¤rªrǝśřǝÈr Í«ǝ¢ »r«ǝ ǝ/±Èrǝ ȝª}r¾r×rǝ ¤r¢Í¢r«ǝ « r«ǝ » ª}r r«ǝÈr r»ǝ¾ «~r«rǝ» ¾ǝ¤ ªrǝ Èr Í«ƻǝH ª}r r«ǝ « ǝ ¤r¢ÍNj¢r«ǝ « r«ǝª ª}r ǝ ±¢ÍÂr«ǝ¾ «~r«rǝ  ÂÍr ǝ « r«ǝ¢ }ÍÈÍ r«ǝ/±Èrǝ ȝª}r¾r×rǝ « rǝ¾ «~r«rǝ « ǝ  ¤r «ǝ }r r ǝ} «ÈÍ¢ǝ«ÝrÈrǝ r¤rªǝ » ¾×Í¡Í r«ǝÈÍ¡Ír«ǝȝª}r¾Njr×rǝ Ýr ÈÍǝǔ7 ×Í¡Í ¢r«ǝ/±Èrǝ ȝª}r¾r×rǝÝr« ǝ1 Ör}¤ ǝ} ¾}r Âǝ ¢±«±ª ǝ¢ r¾ r«ǝ¤±¢r¤ǕǝÈ Èr» ǝ¡Í rǝ r¾r»¢r«ǝªrª»Íǝª ª} ¾Nj ¢r«ǝ ±¤Í ǝ r¾ ǝ» ¾ªrÂr¤r r«ǝÝr« ǝ È ¤r ǝ r«r¤  Âǝ } ¤Íª«Ýrƻǝǝ cr¤rͻͫǝ ¤r¢Í¢r«ǝ» «Èr r»r«ǝ È Èr» ǝÈ ¾ r»rÈǝ»Í¤rǝ»¾± ¾rªǝNJǝ »¾± ¾rªǝÝr« ǝ ¤r¢Í¢r«ǝ ¤rªrǝ śřǝÈr Í«ǝÝr« ǝ} ¾Í»rǝ» ª ¤ Nj r¾rr«ǝ r«ǝ Ör¤Ír ƻ O È ¤r ǝ×r¢ÈÍǝśřǝÈr Í«ǝ « ƶǝ» ¾ÍNj }r r«ǝNJǝ» ¾Í}r r«ǝÝr« ǝÈ ¤r ǝ ¤r¢Í¢r«ǝ r¾r»¢r«ǝr¢r«ǝÈ ¾ÍÂǝ } ¾¢ ¤r«¡ÍÈr«ǝÈ r¢ǝª « ª}ͤ¢r«ǝ ªrÂr¤r ǝ}r¾Íǝ ǝ×r¢ÈÍǝÝr« ǝr¢r«ǝ rÈr« ƻ

Pentahapan Pertama 2017 - 2021 . Hr rǝÈr r»ǝŞǝÈr Í«ǝ» ¾Èrªrƶǝ » ¾ «Nj~r«rr«ǝH ¾ «~r«rr«ǝ/±Èrǝ ȝª}r¾r×rǝ} ¾ ±¢ÍÂǝ»r rǝ « ¾rÂȾ͢È;ǝ } ¾Í»rǝ¡r¾ « r«ǝ¡r¤r«ǝr ¾ƶǝ ¾r «r ƶǝ r«ǝ » ¾NjÂrª»r r«ǝ r«ǝ%Hȝ1ƻǝ H ª}r« Í«r«ǝ « ǝ ¤r¢Í¢r«ǝ Í«ÈÍ¢ǝª « « ¢rÈ¢r«ǝr¢Â  } ¤ ÈrÂǝ È ¾ÍÈrªrǝ }r r ǝ» « ͫ͢ ǝ ¢±«±ª ǝ Ýr« ǝÂrrÈǝ « ƶǝÈ ¾ rª}rÈǝ ǝ¡r¤r«ǝÍÈrªrǝ È ¾ÍÈrªrǝ ǝ ¢ Èr¾ǝ»rÂr¾ǝ»¾±¡±ǝ r«ǝ } ¾ÈÍ¡Ír«ǝÍ«ÈÍ¢ǝª « « ¢rÈ¢r«ǝ¢Ír¤ ÈrÂǝ ¤ « ¢Í«Nj r«ƻ ȝ¢Â  } ¤ ÈrÂǝ r«ǝ¢Ír¤ ÈrÂǝ ¤ « ¢Í« r«ǝÝr« ǝ}r ¢ǝr¢r«ǝ ªr¢ «ǝ ª « « ¢rÈ¢r«ǝ « ¢rȱ¾ǝ¢ «Ýrªr«rǝ /±Èrǝȝª}r¾r×rǝ ¡r¤r«ǝ « r«ǝÈÍ¡Ír«ǝ r¢ ¾ǝ¢±ÈrƻǝH¾±Ý ¢ǝ} Âr¾ǝ»r rǝ ª «ǝ ¡r¾ « r«ǝr r¤r ǝ» ª}r« Í«r«ǝ¡r¤r«ǝ }r¾Íǝ }r r ǝ» « rÈ;r«ǝ ¾¢Í¤r ǝ ǝ  ¢ Èr¾ǝHrÂr¾ǝH¾±¡±ƻǝ.r¤r«ǝOÍ ¾ªr«ǝ Ýr« ǝ} ¾r rǝ ǝ »r«ǝHrÂr¾ǝH¾±¡±ǝr¢r«ǝ ª «Nj¡r ǝŚǝr¾r ǝ r«ǝr¢r«ǝ r¾r ¢r«ǝ¢ ǝ ¡r¤r«ǝ}r¾Íǝ « ǝÝr« ǝ¡Í rǝ }ÍrÈǝŚǝr¾r ƻǝǝ

.r¾ « r«ǝ%Hȝ1ǝÝr« ǝÂrrÈǝ « ǝ} ¤Íªǝ ª ¤ ¢ ǝ/±Èrǝȝª}r¾r×rǝ¡Í rǝr¢r«ǝ ªÍ¤r ǝ » « ¾¡rr««ÝrƻǝH ª}r« Í«r«ǝr¢r«ǝ ¤r¢Í¢r«ǝ ǝr¾ rǝ» ¾ªÍ¢ ªr«ǝ8 rª» «ƻǝ H¾±Ý ¢ǝ} Âr¾ǝ¤r ««ÝrƶǝÝr« ǝ r¾r»¢r«ǝ r¢r«ǝ¾rª»Í« ǝ r¤rªǝÈr r»ǝ» ¾Èrªrǝ « ǝ r r¤r ǝ» ª}r« Í«r«ǝ» ¾Íªr r«ǝ ǝÍÈr¾rǝ HrÂr¾ǝH¾±¡±ƻǝ r¾r»¢r«ǝ» ¾Íªr r«ǝ } ¾Í»rǝ¾ÍÂÍ«ǝ r«ǝ¾Íªr ǝÝr« ǝ~͢ͻǝ È ¾¡r« ¢rÍǝr¢r«ǝª ª}r«ÈÍǝ»¾±Â Âǝ¾ ¤±Nj ¢r ǝ» ¾}r ¢r«ǝ¤r r«ǝ ǝ}r«Èr¾r«ǝOÍ« r ǝ Hr«¡r« ǝ r«ǝ»» ¾ªÍ¢ ªr«ǝ¢ÍªÍ ǝ ǝ  ¢ Èr¾ǝ»rÂr¾ǝ»¾±¡±ƻǝ O È ¤r ǝª ª» ¾}r ¢ ǝ ¢ Èr¾ǝHrÂr¾ǝ H¾±¡±ǝÂr« rÈǝ r¾r»¢r«ǝ¢ » «È « r«ǝ ¢±«±ª ǝÝr« ǝÈ ¾Ör¤Ír ¢r«ǝ ǝ ¢ Èr¾ǝ»rÂr¾ǝ r¢r«ǝª « « ¢rÈǝ r«ǝHrÂr¾ǝH¾±¡±ǝªrª»Íǝ } ¢ ¾Nj¡rǝ ~r¾rǝ±»È ªr¤ǝ }r r ǝÂr¤r ǝÂrÈÍǝ r¾ ǝÈ rǝHrÂr¾ǝ%« Í¢ǝ ǝ/r}Í»rÈ «ǝ O ªr¾r« ƻ O ¤r «ǝ» ¾}r ¢r«ǝr¢Â Âǝ¢±Èrƶǝ¢Ír¤ ÈrÂǝ ¤ « ¢Í« r«ǝ r«ǝ» ª «Í r«ǝ¢ }ÍÈÍ r«ǝ » ¾Íªr r«ƶǝÈ ¾ r»rÈǝ»¾± ¾rªǝNJǝ»¾± ¾rªǝ ¤r ««ÝrǝÝr« ǝ¡Í rǝ ¡r¤r«¢r«ǝ»r rǝÈr r»ǝ « ǝ  » ¾È ǝ» ¾}r ¢r«ǝ¾Ír« ǝÈ ¾}Í¢rǝ ¡rÍǝ r«ǝ »r¾ × ÂrÈrǝÝr« ǝª ª» ¾}r ¢ ǝ~ Ⱦrǝ/±Èrǝ ȝª}r¾r×rƻǝH «¡r}r¾r«ǝ»¾± ¾rªǝNJǝ»¾± ¾rªǝ »r rǝÈr r»ǝŞǝÈr Í«ǝ» ¾Èrªrǝ ¡r}r¾¢r«ǝ r¤rªǝÈr} ¤ǝ} ¾ ¢ÍÈǀ

40


Sarana Perumahan

Perdagangan

Pendidikan

Kesehatan RTH dan RTP

Peribadatan Instansi Perkantoran Agroindustri Pariwisata

Jaringan Jalan

Transportasi

Air Bersih

Drainase

IPAL Komunal

Persampahan

Program Pembangunan Rusun di Kelurahan Ngampin (utara Jalan Sugio Pranoto) Pembangunan Rusun di Kelurahan Ngampin (selatan Jalan Sugio Pranoto) Perbaikan lingkungan perumahan di daerah CBD dekat Pasar Projo Pembangunan Rusun di daerah industri eceng gondok (selatan kawasan militer) Pembangunan perumahan oleh pihak swasta maupun pemerintah di Kelurahan Tambakboyo (daerah Ć&#x;mur kota) Maintenance rumah susun yang sudah ada dan yang baru tebangun Penyediaan tempat parkir di seberang pasar projo Penataan PKL di sepanjang Jalan Sudirman Penataan PKL di sekitar RSUD Ambarawa Penataan pedagang serabi di sepanjang Jalan Sugio Pranoto Memperbaharui Pasar Kuliner Suroboyo Pembangunan 6 unit TK, 2 unit SD Pembangunan 6 unit TK, 2 unit SD Pembangunan 6 unit TK, 1 unit SD Pembangunan 6 unit TK, 2 unit SMP Penambahan 2 unit posyandu Pembangunan perluasan area RSUD Ambarawa Revitalisasi Taman Monumen dan Museum Palagan Revitalisasi Makam Bawen Penghijauan bantaran sungai Panjang Penghijauan bantaran rel kereta api Penghijauan sekitar stasiun Upgrading Taman - taman interaksi di area permukiman Pembangunan hutan kota Pembangunan GOR Pembangunan green belt Pemberdayaan komunitas hijau Penghijauan bangunan - bangunan tertentu Maintenance Upgrading tempat ibadah Pemindahan instansi Pembangunan area perkantoran Pembangunan industri eceng gondok Pembangunan industri kelengkeng Revitalisasi stasiun ambarawa menjadi commuter-tourism central tourism Revitalisasi pariwisata benteng pendem Maintenance Kebijakan presentase perubahan ÄŽsik bangunan sejarah dan mekanisme permohonan desain City branding Pembangunan jalan baru satu arah Pasar Projo Pelebaran dan penambahan kelengkapan Jalan Sudirman Pelebaran dan penambahan kelengkapan Jalan Pemuda Pelebaran dan penambahan kelengkapan Jalan KarĆ&#x;ni Perbaikan dan penambahan kelengkapan jalan di bagian barat daya Ambarawa Perbaikan dan penambahan kelengkapan jalan di bagian tenggara Ambarawa Pelebaran dan penambahan kelengkapan Jalan Brigjen Sudiarto Pelebaran jalan di sekitar area industri pengolahan eceng gondok Pelebaran jalan akses masuk rumah susun sekitar daerah industri Penerapan bicycle line di seluruh kelas jalan dengan kemiringan di 0-10 derajat Perluasan dan renovasi terminal ambarawa Pembangunan Transit Center Bus Stop Pembangunan Sheltered Bus Stop Pembangunan Basic Bus Stop Peeluasan stasiun ambarawa dan perbaikan rel kereta Upgrading PDAM Ambarawa Pemasangan jaringan air bersih ke seluruh permukiman di kota Maintenance Maintenance jaringan yang sudah ada Pembangunan jaringan drainase di jalan baru Maintenance Pembuatan IPAL Komunal di perumahan daerah Ngampin Pembuatan IPAL Komunal di perumahan daerah CBD Pembuatan IPAL Komunal di perumahan dan industri eceng gondok Pembuatan IPAL Industri di industri kelengkeng Pembuatan dan maintenance IPAL Rumah Sakit Pengadaan kontainer sampah Pengadaan TPS Pengadaan bank sampah

2017

5 Tahun Pertama 2018 2019 2020

2021

41


#r¤ǝÈ ¾Â }ÍÈǝ » ¾È ǝ» « ¡rÍr«ǝ ǝ}r«Èr¾r«ǝÂÍ« r ǝ r«ǝ}r«Èr¾r«ǝ ¾ ¤ǝ¢ ¾ Èrǝr» ƶǝ» ª}r« Í«r«ǝ 7r ǝ r¤rªǝ» « ¾¡rr«ǝ ÍÈr«ǝ¢±Èrǝ¡Í rǝ» ¾}r ¢r«ǝÈrªr«ǝ « ¾rÂȾ͢È;ƶǝ ±¢ÍÂr«ǝÍÈrªrǝ NJ Èrªr«ǝ «È ¾Njr¢Â ǝ ǝr¾ r « ¾rÂȾ͢È;ǝr r¤r ǝ « ¾rÂȾ͢È;ǝ » ¾ªÍ¢ ªr«ƻǝH « ¡rÍr«ǝr r¤r  }r r ǝ» ¾}r ¢r«ǝ¢Ír¤ ÈrÂǝ¤ « ¢Í« r«ƻǝ » «Í«¡r« ǝ r¾ ǝÈÍ¡Ír«ǝ/±Èr ǝÈr r»ǝ¢ Írǝ ¤r¢Í¢r«ǝ¢ ª}r¤ ǝ ȝª}r¾r×rǝ }r r ǝ¢±ÈrǝÝr« » ª}r« Í«r«ǝ%Hȝ1ƻǝ%Hȝ1ǝÂr« rÈǝ ¤ Ör}¤ ƻ » «È « ǝÍ«ÈÍ¢ǝª « ¤±¤rǝ¤ ª}r ǝÝr« ǝ O ¤r «ǝ»¾±Ý ¢ǝNJǝ»¾±Ý ¢ǝ r rǝ ǝ/±ÈrǝÈ ¾ÍÈrªrǝ }r r ǝ } Âr¾ǝ rÈrÂǝÝr« ǝ ~r¾rǝ r¾ Âǝ » «Ýr« rǝ¤ « ¢Í« r«ǝ ǝr¾ rǝr ¾±ǝ } Âr¾ǝr r¤r ǝ» ¾×Í¡Í r«ǝ r¾ ǝ « ÍÂȾ ǝÝr« ǝr rǝ ǝ/±Èrǝȝª}r¾r×rƻǝ ¢ «Ýrªr«r«ǝ¢±ÈrƶǝÈ ¾ r»rÈǝ»Í¤rǝ O ¤r «ǝ%Hȝ1ƶǝ7r«r¡ ª «ǝÂrª»r ǝÝr« ǝ »¾±Ý ¢ǝ» r rr«ǝ « ÍÂȾ ǝ ~ « ǝ ¢Â ÂÈ « «Ýrǝ} ¤Íªǝª ¾rÈrǝ ±« ±¢ǝÝr« ǝªrª»Íǝª « ¢rÈr¤ Âǝ » ¤rÝr«r««NjÝrǝr¢r«ǝ » ¾}r ¢ ǝ ÂÈ ªǝ » ¾ ¢±«±ª r«ǝȝª}r¾rNj×rƻǝ r«ǝ» «Nj r rr«ǝ» « r« ¢ÍÈr«ǝ H « r rr«ǝ « ÍÂȾ ǝ ~ « ǝ ±« ±¢ǝ Ârª»r «Ýrƻǝ7r«r¡ ª «ǝÂrª»r ƶǝ « ǝ ¤r¢Í¢r«ǝ « r«ǝr¤rÂr«ǝ  ¢r¤ ÍÂǝÍ«ÈÍ¢ǝª « ;r« ǝ » « ª}r« r«ǝ¢ r¾ r«ǝ ¢±«±ª ǝ » «Íª»Í¢r«ǝÂrª»r ǝÈ ¾ÍÈrªrǝ ǝ ¤±¢r¤ǝ ǝ/±Èrǝȝª}r¾r×rǝÝr« ǝ }r r«ǝÍÈr¾rǝ¢±Èrǝ¡Í rǝr¢r«ǝ ªr ǝª « ªǝ r«ǝ} ¾¤ ª»r ǝ r«ǝ ª « « ¢rÈ¢r«ǝ» ¾ ¢±«±ª r«ǝ « r«ǝ ¡r¾r¢ǝÝr« ǝ ¢rÈǝ « r«ǝÂͪ} ¾ǝ » « r rr«ǝ}r«¢ǝÂrª»r ƻ rÝrǝÝr ÈÍǝ ~ « ǝ ±« ±¢ǝ ǝKr×rǝ O ¤r «ǝª ª» ¾}r ¢ ǝ¢Ír¤ ÈrÂǝ H « « ƻǝH¾± ¾rªǝ» ª «Í r«ǝ ¤ « ¢Í« r«ƶǝ ±¢ÍÂr«ǝ¤r ««Ýrǝr r¤r ǝ ¢ }ÍÈÍ r«ǝªrÂÝr¾r¢rÈǝ¤r ««Ýrǝ »¾±Â Âǝ» « ¡rÍr«ǝ¢±ÈrǝÝr« ǝªÍ¤r ǝ ¡ ¤r¢r«ǝ»r rǝÈr} ¤ǝ} ¾ ¢ÍÈǀ «~r¾¢r«ǝ ǝÈr r»ǝ « ƻǝ

Pentahapan Kedua 2022 - 2026.

Sarana Perumahan

Perdagangan

Pendidikan

Kesehatan RTH dan RTP

Peribadatan Instansi Perkantoran Agroindustri Pariwisata

Jaringan Jalan

Transportasi

Air Bersih

Drainase

IPAL Komunal

Persampahan

Program

2022

5 Tahun Kedua 2023 2024

2025

2026

Pembangunan Rusun di Kelurahan Ngampin (utara Jalan Sugio Pranoto) Pembangunan Rusun di Kelurahan Ngampin (selatan Jalan Sugio Pranoto) Perbaikan lingkungan perumahan di daerah CBD dekat Pasar Projo Pembangunan Rusun di daerah industri eceng gondok (selatan kawasan militer) Pembangunan perumahan oleh pihak swasta maupun pemerintah di Kelurahan Tambakboyo (daerah Ɵmur kota) Maintenance rumah susun yang sudah ada dan yang baru tebangun Penyediaan tempat parkir di seberang pasar projo Penataan PKL di sepanjang Jalan Sudirman Penataan PKL di sekitar RSUD Ambarawa Penataan pedagang serabi di sepanjang Jalan Sugio Pranoto Memperbaharui Pasar Kuliner Suroboyo Pembangunan 6 unit TK, 2 unit SD Pembangunan 6 unit TK, 2 unit SD Pembangunan 6 unit TK, 1 unit SD Pembangunan 6 unit TK, 2 unit SMP Penambahan 2 unit posyandu Pembangunan perluasan area RSUD Ambarawa Revitalisasi Taman Monumen dan Museum Palagan Revitalisasi Makam Bawen Penghijauan bantaran sungai Panjang Penghijauan bantaran rel kereta api Penghijauan sekitar stasiun Upgrading Taman - taman interaksi di area permukiman Pembangunan hutan kota Pembangunan GOR Pembangunan green belt Pemberdayaan komunitas hijau Penghijauan bangunan - bangunan tertentu Maintenance Upgrading tempat ibadah Pemindahan instansi Pembangunan area perkantoran Pembangunan industri eceng gondok Pembangunan industri kelengkeng Revitalisasi stasiun ambarawa menjadi commuter-tourism central tourism Revitalisasi pariwisata benteng pendem Maintenance Kebijakan presentase perubahan Įsik bangunan sejarah dan mekanisme permohonan desain City branding Pembangunan jalan baru satu arah Pasar Projo Pelebaran dan penambahan kelengkapan Jalan Sudirman Pelebaran dan penambahan kelengkapan Jalan Pemuda Pelebaran dan penambahan kelengkapan Jalan KarƟni Perbaikan dan penambahan kelengkapan jalan di bagian barat daya Ambarawa Perbaikan dan penambahan kelengkapan jalan di bagian tenggara Ambarawa Pelebaran dan penambahan kelengkapan Jalan Brigjen Sudiarto Pelebaran jalan di sekitar area industri pengolahan eceng gondok Pelebaran jalan akses masuk rumah susun sekitar daerah industri Penerapan bicycle line di seluruh kelas jalan dengan kemiringan di 0-10 derajat Perluasan dan renovasi terminal ambarawa Pembangunan Transit Center Bus Stop Pembangunan Sheltered Bus Stop Pembangunan Basic Bus Stop Peeluasan stasiun ambarawa dan perbaikan rel kereta Upgrading PDAM Ambarawa Pemasangan jaringan air bersih ke seluruh permukiman di kota Maintenance Maintenance jaringan yang sudah ada Pembangunan jaringan drainase di jalan baru Maintenance Pembuatan IPAL Komunal di perumahan daerah Ngampin Pembuatan IPAL Komunal di perumahan daerah CBD Pembuatan IPAL Komunal di perumahan dan industri eceng gondok Pembuatan IPAL Industri di industri kelengkeng Pembuatan dan maintenance IPAL Rumah Sakit Pengadaan kontainer sampah Pengadaan TPS Pengadaan bank sampah

42


Pentahapan Ketiga 2027 - 2031. ǝÈr r»ǝ¢ È rƶǝ ±¢ÍÂr«ǝ ÍÈrªrǝ/±Èrǝȝª}r¾r×rǝr r¤r ǝ » ª ¾rÈrr«ǝ r ¤ ÈrÂǝ± r¤ǝ r«ǝ » ª «Í r«ǝ¢ }ÍÈÍ r«ǝªrÂÝr¾r¢rÈƻǝ /±«¢¾ È«Ýrƶǝ ¤r¢Í¢r«ǝ» ¾¤ÍrÂr«ǝr¾ rǝ KOY ǝȝª}r¾r×rǝ }r r ǝ¾Íªr ǝ Âr¢ Èǝ¾Í¡Í¢r«ǝ¢ ~rªrÈr«ǝ ǝ ¢ Èr¾«Ýrǝ  ¢r¤ ÍÂǝ¾Íªr ǝÂr¢ ÈǝÍÈrªrǝ ǝ¢±Èrƻǝ O ¤r «ǝ ÈÍƶǝ }r« Í«ǝ»Í¤rǝ» ¾ÍNj ªr r«ǝ ǝ}r r«ǝ ¤rÈr«ǝÝr« ǝr¢r«ǝ ǝ¾ «~r«r¢r«ǝ }r r ǝ ±ª ǝ}r ǝ « ÍÂNjȾÝǝ¢ ¤ « ¢ « ǝ ǝ/±Èrǝ ȝª}r¾r×rǝ }r r ǝ» ª ¾rÈrr«ǝ Í«rǝ¤r r«ǝÝr« ǝÂrrÈǝ « ǝÈ ¾»ÍÂrÈǝ ǝ r¾ rǝ»ÍÂrÈǝ¢±Èrǝ r«ǝ}r r«ǝ}r¾rÈƻǝǝ r ¤ ÈrÂǝ± r¤ǝ¤r ««ÝrǝÝr« ǝ ǝ Í» ¾r ǝr«Èr¾rǝ¤r «ǝ» « ¢r«ǝ r«ǝ » ¾ }r rÈr«ǝ r«ǝ» ª}r« Í«r«ǝ r ¤ ÈrÂǝ± r¤ǝ}r¾ÍǝÝr ÈÍǝ ¤r« r« ǝ >¤r ¾r rǝLJ >KLjǝÝr« ǝ¤ Èr¢«Ýrǝ ÂȾrÈ Âǝ ǝ» « ¾ǝ¡r¤r«ǝÝr« ǝ}r¾Íǝ }r« Í«ǝ ǝŞǝÈr Í«ǝ» ¾Èrªrƻ « r«ǝ»¾±Ý ¢Â ǝ» « Í Í¢ǝÝr« ǝ ª « « ¢rÈƶǝ  «Â ǝ» « Í«rrǝ ¤r r«ǝ¡Í rǝ» ¾¤Íǝ ǝ» ¾ rÈ ¢r«ƻǝ H ªr rÈr«ǝ ǝr¾ rǝÈ « r ǝ¢±Èrǝr¢r«ǝ ªÍ¤r ǝ ǝ} «ÈÍ¢ǝ ǝÈr r»ǝ « ǝ ªÍ¤r ǝ « r«ǝ» ª}r« ÍNj«r«ǝ ¾ «ǝ} ¤Èǝ ǝ ÍÈr¾rǝ r«ǝ ¤rÈr«ǝ/±Èr

ǝȝª}r¾r×rƻǝH « r rr«ǝÝr« ǝªr ǝÈ ¾ÍÂǝ } ¾¢ ¤r«¡ÍÈr«ǝ¡Í rǝÈ ¾ r»rÈǝ « ¾rÂȾ͢NjÈ;ǝ È ¾ÍÈrªrǝ}r ǝ¤ « ¢Í« r«ǝ r«ǝ » « ª}r« r«ǝ»r¾ × ÂrÈrƻǝH «¡r}r¾r«ǝ »¾± ¾rªǝNJǝ»¾± ¾rªǝÈ ¾Â }ÍÈǝ ¡ ¤r¢r«ǝ »r rǝÈr} ¤ǝ} ¾ ¢ÍÈǀ

Sarana Perumahan

Perdagangan

Pendidikan

Kesehatan RTH dan RTP

Peribadatan Instansi Perkantoran Agroindustri Pariwisata

Jaringan Jalan

Transportasi

Air Bersih

Drainase

IPAL Komunal

Persampahan

Program

2027

5 Tahun KeƟga 2028 2029

2030

Pembangunan Rusun di Kelurahan Ngampin (utara Jalan Sugio Pranoto) Pembangunan Rusun di Kelurahan Ngampin (selatan Jalan Sugio Pranoto) Perbaikan lingkungan perumahan di daerah CBD dekat Pasar Projo Pembangunan Rusun di daerah industri eceng gondok (selatan kawasan militer) Pembangunan perumahan oleh pihak swasta maupun pemerintah di Kelurahan Tambakboyo (daerah Ɵmur kota) Maintenance rumah susun yang sudah ada dan yang baru tebangun Penyediaan tempat parkir di seberang pasar projo Penataan PKL di sepanjang Jalan Sudirman Penataan PKL di sekitar RSUD Ambarawa Penataan pedagang serabi di sepanjang Jalan Sugio Pranoto Memperbaharui Pasar Kuliner Suroboyo Pembangunan 6 unit TK, 2 unit SD Pembangunan 6 unit TK, 2 unit SD Pembangunan 6 unit TK, 1 unit SD Pembangunan 6 unit TK, 2 unit SMP Penambahan 2 unit posyandu Pembangunan perluasan area RSUD Ambarawa Revitalisasi Taman Monumen dan Museum Palagan Revitalisasi Makam Bawen Penghijauan bantaran sungai Panjang Penghijauan bantaran rel kereta api Penghijauan sekitar stasiun Upgrading Taman - taman interaksi di area permukiman Pembangunan hutan kota Pembangunan GOR Pembangunan green belt Pemberdayaan komunitas hijau Penghijauan bangunan - bangunan tertentu Maintenance Upgrading tempat ibadah Pemindahan instansi Pembangunan area perkantoran Pembangunan industri eceng gondok Pembangunan industri kelengkeng Revitalisasi stasiun ambarawa menjadi commuter-tourism central tourism Revitalisasi pariwisata benteng pendem Maintenance Kebijakan presentase perubahan Įsik bangunan sejarah dan mekanisme permohonan desain City branding Pembangunan jalan baru satu arah Pasar Projo Pelebaran dan penambahan kelengkapan Jalan Sudirman Pelebaran dan penambahan kelengkapan Jalan Pemuda Pelebaran dan penambahan kelengkapan Jalan KarƟni Perbaikan dan penambahan kelengkapan jalan di bagian barat daya Ambarawa Perbaikan dan penambahan kelengkapan jalan di bagian tenggara Ambarawa Pelebaran dan penambahan kelengkapan Jalan Brigjen Sudiarto Pelebaran jalan di sekitar area industri pengolahan eceng gondok Pelebaran jalan akses masuk rumah susun sekitar daerah industri Penerapan bicycle line di seluruh kelas jalan dengan kemiringan di 0-10 derajat Perluasan dan renovasi terminal ambarawa Pembangunan Transit Center Bus Stop Pembangunan Sheltered Bus Stop Pembangunan Basic Bus Stop Peeluasan stasiun ambarawa dan perbaikan rel kereta Upgrading PDAM Ambarawa Pemasangan jaringan air bersih ke seluruh permukiman di kota Maintenance Maintenance jaringan yang sudah ada Pembangunan jaringan drainase di jalan baru Maintenance Pembuatan IPAL Komunal di perumahan daerah Ngampin Pembuatan IPAL Komunal di perumahan daerah CBD Pembuatan IPAL Komunal di perumahan dan industri eceng gondok Pembuatan IPAL Industri di industri kelengkeng Pembuatan dan maintenance IPAL Rumah Sakit Pengadaan kontainer sampah Pengadaan TPS Pengadaan bank sampah

43

2031


Pentahapanǝ Keempat 2032 - 2036.  «Â ǝ¤r r«ǝ¢ ª}r¤ ǝ ¤r¢Í¢r«ǝ « r«ǝ» ª ¾rÈrr«ǝ» ª}r« Í«r«ǝ » ¾Íªr r«ǝÝr«« ǝ} ¢ ¾¡rÂrªrǝ « r«ǝ » r¢ǝÂ×rÂÈrǝ ǝ}r r«ǝÈ ªÍ¾ǝ¢±Èrƻǝ ¾ Í}Í« r«ǝ¡Í rǝ « r«ǝ  «Â ǝ ¤r r«ǝ» ª}r« Í«r«ǝ ¾ «ǝ} ¤Èǝªr ǝ È ¾ÍÂǝ} ¾¤r«¡ÍÈǝ r«ǝ r¾rNj»¢r«ǝ ¾rª»Í« ǝ ǝÈr Í«ǝ» ¾Èrªrǝ»r rǝÈr r»ǝ ¢ ª»rÈƻ O ¤r «ǝ ÈÍƶǝHr¾ × ÂrÈrǝÝr« ǝ } ¾}r Âǝ»r rǝ ¡r¾r ǝ r«ǝ}Í rÝrǝ ª «¡r ǝ ±¢ÍÂr«ǝ¤r ««NjÝrƻǝ « r«ǝ »¾±Ý ¢ǝ} Âr¾ǝ¾ Ö Èr¤ Âr ǝÂÈr ͫǝ rª}r¾r×rǝÝr« ǝ} ¾« ¤r ǝ ¡r¾r ǝ r«ǝ ǝ »¾ ¢Â ǝr¢r«ǝ Í«  ¢r«ǝ¢ ª}r¤ ǝ ª «¡r ǝÂÈr ͫǝ~±ªªÍÈ ¾ƻǝO « rǝ »¾  ¾Ör ǝ» ¾¤Íǝ ¤r¢Í¢r«ƻǝ r¾r»¢r«ƶǝ » ¾}r ¢r«ǝ»r¾ × ÂrÈrǝÝr« ǝÈ ¤r ǝ ¤r¢Í¢r«ǝ ǝŜǝÈr r»ǝ } ¤Íª«Ýrǝr¢r«ǝ  ¤ Âr ǝ»r rǝr¢ ¾ǝÈr r»ǝ¢ ª»rÈǝ r«ǝ ªrª»»Íǝª « r« ¢rÈǝ¢ ªNj}r¤ ǝ~ ¾ ǝ ¢ rÂǝ r«ǝ~ Ⱦrǝ/±Èrǝȝª}r¾r×rƻǝ H ª} ¾ rÝrr«ǝªrÂÝr¾r¢rÈǝ¡Í rǝ ¤r¢Í¢r«ǝ « r«ǝª « r¤r¢r«ǝ »¾± ¾rªǝ ±ª Nj}r ǝ « ÍÂȾÝǝ ¢ ¤ « ¢ « ǝ ǝ» ¾ÍNjªr r«ǝ}r r«ǝ  ¤rÈr«ƻǝ%« ÍÂȾÝǝ¢ ¤ « ¢ « ǝ ǝ/±Èrǝ ȝª}r¾r×rǝ ¤r «ǝ r»rÈǝª ª} ¾ Nj¢r«ǝ ~ ¾ ǝ¢ rÂǝ¡Í rǝ r»rÈǝª « « ¢rÈ¢r«ǝ » « r»rÈr«ǝ¢±Èrǝ r«ǝªrÂÝr¾r¢rÈǝ¤±¢r¤ƻ

Sarana

H ª} ¾ rÝrr«ǝ¢±ªÍ« ÈrÂǝNJǝ ¢±ªÍ« ÈrÂǝ¡Í rǝ» ¾¤Íǝ ǝ¤r¢Í¢r«ǝ Í«ÈÍ¢ǝ} ¾¢ rÈr«ǝr¢È ǝ r«ǝ »±Â È ǝ} ¾ÂrªrǝNJǝÂrªrǝ ª ª}r« Í«ǝ/±Èrǝȝª}r¾r×rƻ ȝ r»Í«ǝ»¾± ¾rªǝNJǝ»¾± ¾rªǝ ¤r ««Ýrǝr¢r«ǝ ¡r}r¾¢r«ǝ»r rǝ Èr} ¤ǝ} ¾ ¢ÍÈǀ

Perumahan

Perdagangan

Pendidikan

Kesehatan RTH dan RTP

Peribadatan Instansi Perkantoran Agroindustri Pariwisata

Jaringan Jalan

Transportasi

Air Bersih

Drainase

IPAL Komunal

Persampahan

Program

2032

5 Tahun Keempat 2033 2034 2035

Pembangunan Rusun di Kelurahan Ngampin (utara Jalan Sugio Pranoto) Pembangunan Rusun di Kelurahan Ngampin (selatan Jalan Sugio Pranoto) Perbaikan lingkungan perumahan di daerah CBD dekat Pasar Projo Pembangunan Rusun di daerah industri eceng gondok (selatan kawasan militer) Pembangunan perumahan oleh pihak swasta maupun pemerintah di Kelurahan Tambakboyo (daerah Ɵmur kota) Maintenance rumah susun yang sudah ada dan yang baru tebangun Penyediaan tempat parkir di seberang pasar projo Penataan PKL di sepanjang Jalan Sudirman Penataan PKL di sekitar RSUD Ambarawa Penataan pedagang serabi di sepanjang Jalan Sugio Pranoto Memperbaharui Pasar Kuliner Suroboyo Pembangunan 6 unit TK, 2 unit SD Pembangunan 6 unit TK, 2 unit SD Pembangunan 6 unit TK, 1 unit SD Pembangunan 6 unit TK, 2 unit SMP Penambahan 2 unit posyandu Pembangunan perluasan area RSUD Ambarawa Revitalisasi Taman Monumen dan Museum Palagan Revitalisasi Makam Bawen Penghijauan bantaran sungai Panjang Penghijauan bantaran rel kereta api Penghijauan sekitar stasiun Upgrading Taman - taman interaksi di area permukiman Pembangunan hutan kota Pembangunan GOR Pembangunan green belt Pemberdayaan komunitas hijau Penghijauan bangunan - bangunan tertentu Maintenance Upgrading tempat ibadah Pemindahan instansi Pembangunan area perkantoran Pembangunan industri eceng gondok Pembangunan industri kelengkeng Revitalisasi stasiun ambarawa menjadi commuter-tourism central tourism Revitalisasi pariwisata benteng pendem Maintenance Kebijakan presentase perubahan Įsik bangunan sejarah dan mekanisme permohonan desain City branding Pembangunan jalan baru satu arah Pasar Projo Pelebaran dan penambahan kelengkapan Jalan Sudirman Pelebaran dan penambahan kelengkapan Jalan Pemuda Pelebaran dan penambahan kelengkapan Jalan KarƟni Perbaikan dan penambahan kelengkapan jalan di bagian barat daya Ambarawa Perbaikan dan penambahan kelengkapan jalan di bagian tenggara Ambarawa Pelebaran dan penambahan kelengkapan Jalan Brigjen Sudiarto Pelebaran jalan di sekitar area industri pengolahan eceng gondok Pelebaran jalan akses masuk rumah susun sekitar daerah industri Penerapan bicycle line di seluruh kelas jalan dengan kemiringan di 0-10 derajat Perluasan dan renovasi terminal ambarawa Pembangunan Transit Center Bus Stop Pembangunan Sheltered Bus Stop Pembangunan Basic Bus Stop Peeluasan stasiun ambarawa dan perbaikan rel kereta Upgrading PDAM Ambarawa Pemasangan jaringan air bersih ke seluruh permukiman di kota Maintenance Maintenance jaringan yang sudah ada Pembangunan jaringan drainase di jalan baru Maintenance Pembuatan IPAL Komunal di perumahan daerah Ngampin Pembuatan IPAL Komunal di perumahan daerah CBD Pembuatan IPAL Komunal di perumahan dan industri eceng gondok Pembuatan IPAL Industri di industri kelengkeng Pembuatan dan maintenance IPAL Rumah Sakit Pengadaan kontainer sampah Pengadaan TPS Pengadaan bank sampah

44

2036


/rencana zonasi. For every site there is an ideal use. For every use there is an ideal site. John Ormsbee Simonds Abraham Lincoln

45


matriks daftar kegiatan dan pemanfaatan ruang (ITBX). ŽŶĂ

d d d d d y d y

d / / / d / / /

d / / / d / / /

/ / / / d d / /

d d d d y d d y

y y y y y d y y

/ / / / / d d d

/ / / / d d / /

/ / / / y d d d

d / d / / d / d

d d d d / d d d

/ / d / d y d d

/ d d / y y d d

d d y d y y d y

/ / / / d d / /

y y y y d y y y

y y y y y y y y y y y y y y y

y d d y y / y y y d y y y / y

y y y y y y y y y y y y y y

d d d y y y y d d d d d d d d

/ / d y d d d d d d d d d d

/ d d y d d d d d d d d d

/ d d d d d d d d d d d d /

/ / / / / / / / / / / / / / /

d / / / / / / / / / / / / / /

d / / y y d y d d d d d d d d

d d d y y d y d d d d d d d d

/ / / y y d y d / / d d d / /

d d d y y d y d d d y d d d d

d d d y y d d y y d y d d / /

/ / / y y d y y y d y y y / d

d d d y y d y y y d / d / / d

y y y y y y y y d y y y d

/ / / / y d y d d d d d d / d

y y y y y y y y y y y y y y d

y y y y y y y

y d y y y y y

y y y y y y y

d d d d d y y

d d d d d y

d d d d y

d d d d y

/ / / / / / /

/ / / / / / /

d / d d d d y

/ / / / d d d

d d / / / d d

y y / / d y y

y d d y d d d

y d d / d y y

y d / / / d y

y y y y y y y

d d / d / d d

y y y y y y y

WĞƌƵŶƚƵŬŬĂŶ <ŚƵƐƵƐ

^ĂƌĂŶĂ WĞůĂLJĂŶĂŶ hŵƵŵ

/ŶĚƵƐƚƌŝ

<ŽŵĞƌƐŝů

WĞƌƵŶƚƵŬŬĂŶ >ĂŝŶŶLJĂ

y y y y y y y y

WĞƌŬĂŶƚŽƌĂŶ

y y y y y y y y

WĞƌƵŵĂŚĂŶ

y y y y y y y y

Zd,

WĞƌƵŵĂŚĂŶ ZƵŵĂŚ ƚƵŶŐŐĂů ZƵŵĂŚ ŬŽƉĞů ZƵŵĂŚ ĚĞƌĞƚ ZƵŵĂŚ ŇĂƚ ZƵŵĂŚ ĚŝŶĂƐ ZƵŵĂŚ ƐƵƐƵŶ ZƵŵĂŚ ŬŽƐƚ WĂŶƟ ĂƐƵŚĂŶ WĞƌĚĂŐĂŶŐĂŶ ĚĂŶ :ĂƐĂ ZƵŬŽ tĂƌƵŶŐ dŽŬŽ WĂƐĂƌ ƚƌĂĚŝƐŝŽŶĂů WĂƐĂƌ ŚĞǁĂŶ DŝŶŝŵĂƌŬĞƚ ^ƵƉĞƌŵĂƌŬĞƚ ĂŚĂŶ ďĂŶŐƵŶĂŶ ĚĂŶ ƉĞƌŬĂŬĂƐ WĞƌĂůĂƚĂŶ ƌƵŵĂŚ ƚĂŶŐŐĂ WĂŬĂŝĂŶ ĚĂŶ ĂŬƐĞƐŽƌŝƐ dĂŶĂŵĂŶ <ĞŶĚĂƌĂĂŶ ďĞƌŵŽƚŽƌ ĚĂŶ ƉĞƌůĞŶŐŬĂƉĂŶŶŶLJĂ ůĞŬƚƌŽŶŝŬ dŽŬŽ ŽůĞŚͲŽůĞŚ hƐĂŚĂ ďĂƌĂŶŐ ďĞŬĂƐ :ĂƐĂ :ĂƐĂ ďĂŶŐƵŶĂŶͬŬŽŶƚƌĂŬƚŽƌ >ĞŵďĂŐĂ ŬĞƵĂŶŐĂŶͬƉĞƌďĂŶŬĂŶ <ŽŵƵŶŝŬĂƐŝ ;ǁĂƌŶĞƚ͕ ǁĂƌƚĞů͕ ƐĞůƵůĞƌͿ WĞƌĂǁĂƚĂŶͬƉĞƌďĂŝŬĂŶͬƌĞŶŽǀĂƐŝ ďĂƌĂŶŐ WĞƌďĂŝŬĂŶ ŬĞŶĚĂƌĂĂŶ ;ďĞŶŐŬĞů͕ ďĞŶŐŬĞů ƉůƵƐͿ ^W ;ŐĂƐͿ ^W h

ĂŐĂƌ ƵĚĂLJĂ

<ĞŐŝĂƚĂŶͬ<ŽĚĞ

ƵĚŝĚĂLJĂ

ZĂǁĂŶ ĞŶĐĂŶĂ

>ŝŶĚƵŶŐ

ϭϱ

ZϮ Zϯ <Ϯ <ϯ <dͲϭ <dͲϮ

/ϯ ^WhͲϭ ^WhͲϮ ^WhͲϯ ^WhͲϰ W>Ͳϭ W>Ͳϯ

<,Ͳϭ

46


matriks daftar kegiatan dan pemanfaatan ruang (ITBX). >ŝŶĚƵŶŐ

ŽŶĂ

ϭϱ d d d d y d d d y y y d / d d d y y y d y y y

Zϭ d d d / d d / / d y / / d d d d d d d d / d

ZϮ Zϯ <Ϯ <ϯ <dͲϭ <dͲϮ d d / / / / d d / / d / d d / / / / / / d y d d d d / / d / / / d / d d / / d / / d / / d / / / / / / / d d / / y y y / / y / / / / / / / / d d d / d y d d d / d d d / d / / / d / d d / / d / d / d d d / d y / / y y d y d d d d / d y y d / y y d y / / / / / / d d / / d d

/ϯ ^WhͲϭ ^WhͲϮ ^WhͲϯ ^WhͲϰ W>Ͳϭ W>Ͳϯ / / d / / y / d y y y / y / d / y / / y d d d y d / y / d y y y d y d / d d / y d d d d d / y / d / y d / y / d / d d d y / y d d d d y / y y d d y y d y y d / y / / y / d d d / / y d d d d d / y d / / / d / y / d d d y / y / d / d d / y / y y d y / y d y y d y y y / / y / y y / y y / d / d y d / / / d / y d y d y y / y /

y y y y

y y y y

d d d d

d / d d

d / d d

d / y y

d d d d

d d d d

/ / / d

d / d /

d y y y

d / / /

/ y y y

d / d d

/ / d y

y y y y

d d y d

/ y y y

y y y

d y y

y y y

d y

/

/

/ / /

/ d /

d d d

d y y

y y y

/ / /

d y y

y y y

y y y

y y y

y y y

d y y

y y y

WĞƌƵŶƚƵŬŬĂŶ <ŚƵƐƵƐ

^ĂƌĂŶĂ WĞůĂLJĂŶĂŶ hŵƵŵ

/ŶĚƵƐƚƌŝ

<ŽŵĞƌƐŝů

WĞƌƵŶƚƵŬŬĂŶ >ĂŝŶŶLJĂ

y y y y y y y y y y y y y y y y y y y y y y y

WĞƌŬĂŶƚŽƌĂŶ

y y y y y y y y d d d d / / / / / / / / / / y

WĞƌƵŵĂŚĂŶ

y y y y y y y y y y y y y y y y y y y y y y y y

Zd,

dƌĂǀĞů ĚĂŶ ƉĞŶŐŝƌŝŵĂŶ ďĂƌĂŶŐ WĞŵĂƐĂƌĂŶ ƉƌŽƉĞƌƟ :ĂƐĂ ŬĞďƵƚƵŚĂŶ ƉĞƌŬĂŶƚŽƌĂŶ ƌĞŶĂ ďĞƌŵĂŝŶ ĞĂůĞƌͬƐŚŽǁƌŽŽŵͬŬĞŶĚĂƌĂĂŶ ďĞƌŵŽƚŽƌ WĞŶĐƵĐŝĂŶ ŵŽďŝůͬŵŽƚŽƌ WĞƌƐĞǁĂĂŶ ŵŽďŝůͬŵŽƚŽƌ WĂŶƟ WŝũĂƚͬ^ƉĂͬƐĂůŽŶ ZĞƐƚŽƌĂŶͬƌƵŵĂŚ ŵĂŬĂŶ WĞŶŐŝŶĂƉĂŶͬůŽƐŵĞŶ ,ŽƚĞů >ĂƵŶĚƌLJ WĞŶũĂŚŝƚ :ĂƐĂ ƉĞŵĂŬĂŵĂŶ :ĂƐĂ ŬĂƚĞƌŝŶŐ :ĂƐĂ ƚƌĂǀĞů ĚĂŶ ƉĞŶŐŝƌŝŵĂŶ ďĂƌĂŶŐ :ĂƐĂ ƉĞŵĂƐĂƌĂŶ ƉƌŽƉĞƌƟ ^ƚƵĚŝŽ ŬĞƚĞƌĂŵƉŝůĂŶ dĞĂƚĞƌͬďŝŽƐŬŽƉ ZĞƐŽƌƚ WĞŶŐŐŝůŝŶŐĂŶ ƉĂĚŝ WĞŶŝƟƉĂŶ ĂŶĂŬ ^ƚĂƟŽŶĂƌLJͬĨŽƚŽŬŽƉŝͬĚŝŐŝƚĂů ƉƌŝŶƟŶŐ ^ƚƵĚŝŽ ĨŽƚŽ WĞƌŬĂŶƚŽƌĂŶ <ĂŶƚŽƌ ƉĞŵĞƌŝŶƚĂŚĂŶ <ĂŶƚŽƌ ŬĞĐĂŵĂƚĂŶ͕ ŬĞůƵƌĂŚĂŶͬĚĞƐĂ <ĂŶƚŽƌ ĚŝŶĂƐ <ĂŶƚŽƌ ƐǁĂƐƚĂ /ŶĚƵƐƚƌŝ DĂŬĂŶĂŶͬŵŝŶƵŵĂŶ dĞŬƐƟů dĞŵďĂŬĂƵ

ĂŐĂƌ ƵĚĂLJĂ

<ĞŐŝĂƚĂŶͬ<ŽĚĞ

ZĂǁĂŶ ĞŶĐĂŶĂ

ƵĚŝĚĂLJĂ

<,Ͳϭ y y y y y y y y y y y y y y / / y y y y y / / y

47


matriks daftar kegiatan dan pemanfaatan ruang (ITBX). >ŝŶĚƵŶŐ

ŽŶĂ

ϭϱ d d y y y y d y y

Zϭ d d d d d

ZϮ Zϯ <Ϯ <ϯ <dͲϭ <dͲϮ y d y d d d / / d d y y y y y d d / / / / y y y y y y y y y y y y y y y y y y y y y y y y y d d d

/ϯ ^WhͲϭ ^WhͲϮ ^WhͲϯ ^WhͲϰ W>Ͳϭ W>Ͳϯ / y y / y y y y y / d y d d y / y y y y y y / y y y y y y d / d d / y d y y y y y y y y y y y d y y y y y y d y y y y y y d y y y y y d y y y y y y d y y y y y y / y y y y y y d

y y y y y y y y y y y y y y y y

y y y y y y y y y y

y y y y y y y y y y y y y y y y

d d y d d d y y d d d d d d y y

/ / / / / d d / / d / d d

/ / / / d d / / / y / d d

d d y y y d y / / / / / y / y d

d d d d d d d d d d d / / / d d

d d d d d d d d d d d / / / d d

/ / / / / / y d d d d d y d d d

y y y y y y y y y y y y y y y y

/ / d / / d / / / / / / / / d d

y y y y y y y y y y y y y y / /

y y y y y y y y y y y y y y

WĞƌƵŶƚƵŬŬĂŶ <ŚƵƐƵƐ

y y y y y y y y y y y y y d y d

^ĂƌĂŶĂ WĞůĂLJĂŶĂŶ hŵƵŵ

y d d y y y d y y y d d y / y d

/ŶĚƵƐƚƌŝ

<ŽŵĞƌƐŝů / / / / / / d d / / / y / d d

WĞƌƵŶƚƵŬŬĂŶ >ĂŝŶŶLJĂ

y y y y y y y y y y y y y y y y

WĞƌŬĂŶƚŽƌĂŶ

y y y y y y y y y y y y y

WĞƌƵŵĂŚĂŶ

y y y y y y y y y y y y y y y y

Zd,

WĂŬĂŝĂŶ ũĂĚŝ <Ƶůŝƚ WĞŶŐĞŵĂƐĂŶ ďĂƌĂŶŐ <ĂLJƵ <ĞƌƚĂƐ WƵďůŝŬĂƐŝ ĚĂŶ ƉĞƌĐĞƚĂŬĂŶ ĂŚĂŶ ŬŝŵŝĂ ĚĂŶ ƉƌŽĚƵŬƐŝŶLJĂ <ĂƌĞƚ ĚĂŶ ƉůĂƐƟŬ DĞƐŝŶ ĚĂŶ ƉĞƌĂůĂƚĂŶ DĞƐŝŶ ĚĂŶ ƉĞƌůĞŶŐŬĂƉĂŶ ĞůĞŬƚƌŽŶŝŬ WĞƌĂůĂƚĂŶ ŵĞĚŝƐ͕ ũĂŵ͕ŝŶƐƚƌƵŵĞŶ ŽƉƟŬ ůĂƚͲĂůĂƚ ŬĞŶĚĂƌĂĂŶ ďĞƌŵŽƚŽƌ &ƵƌŶŝƚƵƌĞ ĚĂŶ ŵĂŶƵĨĂŬƚƵƌ ĂƵƌ ƵůĂŶŐ ;ŬĞƌĂũŝŶĂŶͿ <ĞƌĂũŝŶĂŶ ůŽŐĂŵ <ĞƌĂũŝŶĂŶ ŶŽŶ ůŽŐĂŵ ^ĂƌĂŶĂ WĞůĂLJĂŶĂŶ hŵƵŵ W h ͬd< ^ Ͳ^D ͬ^D< WĞƌŐƵƌƵĂŶ ƟŶŐŐŝͬĂŬĂĚĞŵŝ ^ĞŬŽůĂŚ ůƵĂƌ ďŝĂƐĂ ;^> Ϳ WŽŶĚŽŬ WĞƐĂŶƚƌĞŶ WĞŶĚŝĚŝŬĂŶ ŶŽŶ ĨŽƌŵĂů ;ŬƵƌƐƵƐ͕ ďŝŵďĞů ĚůůͿ ZƵŵĂŚ ^ĂŬŝƚ hŵƵŵ ZƵŵĂŚ ĞƌƐĂůŝŶͬ<ůŝŶŝŬ WƵƐŬĞƐŵĂƐͲWƵƐƚƵͲWŽƐ ŬĞƐĞŚĂƚĂŶ WŽƐLJĂŶĚƵ WƌĂŬƚĞŬ ŽŬƚĞƌ hŵƵŵͬ^ƉĞƐŝĂůŝƐͬ ŝĚĂŶ <ůŝŶŝŬͬWŽůŝŬůŝŶŝŬ WD/ ƉŽƚĞŬ <ŽůĂŵ ZĞŶĂŶŐ &ŝƚŶĞƐƐ ĞŶƚĞƌ

ĂŐĂƌ ƵĚĂLJĂ

&

<ĞŐŝĂƚĂŶͬ<ŽĚĞ

ZĂǁĂŶ ĞŶĐĂŶĂ

ƵĚŝĚĂLJĂ

d d d y y d y d d / / / y d d

<,Ͳϭ y y y y y y y y y y y y y y y y y y y y y y y / / / / / / / d y

48


matriks daftar kegiatan dan pemanfaatan ruang (ITBX). ŽŶĂ

WĞƌƵŶƚƵŬŬĂŶ <ŚƵƐƵƐ

y y y y y y y y y

WĞƌƵŶƚƵŬŬĂŶ >ĂŝŶŶLJĂ

y y y

^ĂƌĂŶĂ WĞůĂLJĂŶĂŶ hŵƵŵ

/ / / / y

/ŶĚƵƐƚƌŝ

/ / / y y y y

WĞƌŬĂŶƚŽƌĂŶ

y y y y y y y y y y y

<ŽŵĞƌƐŝů

y y y y y

WĞƌƵŵĂŚĂŶ

/

y y y y y y y y y y y

Zd,

'

&ƵƚƐĂů 'ĞĚƵŶŐ WĞƌƚĞŵƵĂŶ >ŝŶŐŬƵŶŐĂŶ 'ĞĚƵŶŐ ^ĞƌďĂŐƵŶĂ dĞŵƉĂƚ ŝďĂĚĂŚ >ĞŵďĂŐĂ ƐŽƐŝĂů ŬĞŵĂƐLJĂƌĂŬĂƚĂŶ WƵƐĂƚ ŝŶĨŽƌŵĂƐŝ ůŝŶŐŬƵŶŐĂŶ WĂŶŐŬĂůĂŶ <ĞŶĚĂƌĂĂŶ hŵƵŵͬ ƵƐ ƐƚŽƉ dĞŵƉĂƚ WĂƌŬŝƌ dĞƌŵŝŶĂů ƟƉĞͲ ^ƚĂƐŝƵŶ dĞƌŵŝŶĂů ĂƌĂŶŐ Zd, ^ĞŵƉĂĚĂŶ ^ƵŶŐĂŝ ^ĞŵƉĂĚĂŶ /ƌŝŐĂƐŝ ^ĞŵƉĂĚĂŶ DĂƚĂ ŝƌ dWhͬWĞŵĂŬĂŵĂŶ ,ƵƚĂŶ ŬŽƚĂ :ĂůƵƌ ŚŝũĂƵ ĚĂŶ ƉƵůĂƵ ũĂůĂŶ dĂŵĂŶ Zd, EŽŶ ,ŝũĂƵ >ĂƉĂŶŐĂŶ dĂŵĂŶ ďĞƌŵĂŝŶ ĚĂŶ ƌĞŬƌĞĂƐŝ dƌŽƚŽĂƌ WĞƌƵŶƚƵŬĂŶ >ĂŝŶŶLJĂ WĞƌƚĂŶŝĂŶ ůĂŚĂŶ ďĂƐĂŚ WĞƌƚĂŶŝĂŶ ůĂŚĂŶ ŬĞƌŝŶŐ ,ŽƌƟŬƵůƚƵƌĂ dĂŵďĂŬ <ŽůĂŵ ;ƉĞƌŝŬĂŶĂŶͿ dĞƌŶĂŬ ƵŶŐŐĂƐ ƵƌƵŶŐ ǁĂůůĞƚ dĞƌŶĂŬ ŬĞĐŝů;ŬĂŵďŝŶŐ͕ ďĂďŝͿ dĞƌŶĂŬ ďĞƐĂƌ ;ƐĂƉŝ͕ ŬĞƌďĂƵ͕ ŬƵĚĂͿ

ĂŐĂƌ ƵĚĂLJĂ

'

<ĞŐŝĂƚĂŶͬ<ŽĚĞ

ZĂǁĂŶ ĞŶĐĂŶĂ

ƵĚŝĚĂLJĂ

>ŝŶĚƵŶŐ

ϭϱ d / / / / / / / y y

Zϭ d d d / / / / d y y d

ZϮ Zϯ <Ϯ <ϯ <dͲϭ <dͲϮ d d d d d d / / d y / / d d d y / / / / d d / / / / d d / / / / d d / / / y / / / y d d / / / / y y d d d y y y d d y d y y d / d d

/ϯ ^WhͲϭ ^WhͲϮ ^WhͲϯ ^WhͲϰ W>Ͳϭ W>Ͳϯ d d y d / y d / / y / y y / / / y / / y / / / y / / y d / / d / / d / / / / / / y / / / d d / y / / / / / / y / y d / y y y y y y / y y y y y y d y y y d

<,Ͳϭ / / / / / d / / y y d

/ / / / / / /

/ / / / / / /

/ / d d y / /

/ d d d y / /

/ / / d y / /

/ / / y y / y

/ / / y y / y

/ / / y / / /

/ / / d / / /

/ / / d / / /

/ / / d / / /

/ / / y / / y

/ / / d / / /

/ / / d / / /

/ / / d / / y

/ / / y / / y

/ / / y / / /

/ y

d d y

y d /

/ / /

/ / /

/ / /

y y /

y y /

d d /

d / /

/ / /

/ / /

y y /

d d /

/ / /

y y y

y y /

/ d /

y y y y y y y y y

y y y y y y y y y

d d d y y y d y y

y y y y y d d y y

y y d d y d d y y

d d d d d d d / d

y y y y y y d y y

y y y y y y d y y

y y y y y y y y y

y y y y y y d y y

d d d y y d d d d

d d d y y y d y y

y y y y y y d d

y y y y y y y y

/ / / y y y d y y

/ / / / y d d d d

y y d y y y d y y

/ / / y y y d y y

55


matriks daftar kegiatan dan pemanfaatan ruang (ITBX). ŽŶĂ

ϭϱ y y

Zϭ y

ZϮ Zϯ <Ϯ <ϯ <dͲϭ <dͲϮ d d y y y y y y y

/ϯ ^WhͲϭ ^WhͲϮ ^WhͲϯ ^WhͲϰ W>Ͳϭ W>Ͳϯ y y y y d y / y y y y y y y

y y y y y y y y y

y y y y y y y y y

y d y y d /

d d d d y y d d d

d / d d y d d /

d / d y y d d /

d / d d y y / / /

d d y y d /

d d y y d /

d y y d y y /

d y y / y y /

d y y / y y /

d y y d y y d

WĞƌƵŶƚƵŬŬĂŶ <ŚƵƐƵƐ

d y y d / / d y /

^ĂƌĂŶĂ WĞůĂLJĂŶĂŶ hŵƵŵ

d y d y y d y /

/ŶĚƵƐƚƌŝ

<ŽŵĞƌƐŝů d y d y y d y /

d y y d y y d d

<,Ͳϭ y y d y / y / /

Keterangan

“I”

: Pemanfaatan diperbolehkan/diizinkan. Sifatnya sesuai dengan peruntukan lahan yang direncanakan. Tidak ada peninjauan lagi oleh pemerintah terhadap pemanfaatan tersebut. “T” : Pemanfaatan diperbolehkan secara terbatas. Pembatasan dilakukan melalui penentuan standar pembangunan minimum, pembatasan pengoperasian atau peraturan tambahan lainnya yang berlaku di Kota Ambarawa. “B”: Pemanfaatan diperbolehkan secara bersyarat Persyaratan dilakukan sehubungan dengan usaha menanggulangi dampak pembangunan di sekitarnya, dapat berupa AMDAL, RKL, dan RPL. “X”: Pemanfaatan tidak diperbolehkan.Karena sifatnya tidak sesuai dengan peruntukan lahan yang direncanakan dan dapat menimbulkan dampak yang cukup besar bagi lingkungan di sekitarnya

d / d y y d d /

WĞƌƵŶƚƵŬŬĂŶ >ĂŝŶŶLJĂ

d

WĞƌŬĂŶƚŽƌĂŶ

WĞƌƵŵĂŚĂŶ

y y

Zd,

tŝƐĂƚĂ ůĂŵ͕ ƵĚĂLJĂ͕ ƵĂƚĂŶ tĞŵďƵŶŐ͕ ǁĂĚƵŬ͕ ďĞŶĚƵŶŐ WĞƌƵŶƚƵŬĂŶ <ŚƵƐƵƐ dW^ WĞŶŐĞůŽůĂĂŶ ƐĂŵƉĂŚͬůŝŵďĂŚ WĞŶŝŵďƵŶĂŶ ďĂƌĂŶŐ ďĞŬĂƐ DĞŶĂƌĂ ƚĞůĞŬŵŝƐ ; d^Ϳ /ŶƐƚĂŶƐŝ ŬĞƉŽůŝƐŝƐĂŶ /ŶƐƚĂŶƐŝ ŵŝůŝƚĞƌ ZƵŵĂŚ ƉŽŵƉĂ ^ƵŵƵƌ ĚĂůĂŵ WĞŵďĂŶŐŬŝƚͬŐĂƌĚƵ ůŝƐƚƌŝŬ

ĂŐĂƌ ƵĚĂLJĂ

:

<ĞŐŝĂƚĂŶͬ<ŽĚĞ

ZĂǁĂŶ ĞŶĐĂŶĂ

ƵĚŝĚĂLJĂ

>ŝŶĚƵŶŐ

RB CB RTH RTH-15 R-1 R-2 R-3 K-2 K-3 KT-1 KT-2 I-3

: Rawan Bencana Banjir : Cagar Budaya : Ruang Terbuka Hijau : Pemakaman : Rumah Berkepadatan Tinggi : Rumah Berkepadatan Sedang : Rumah Berkepadatan Rendah : Perdagangan & Jasa Majemuk : Perdagangan & Jasa Deret : Perkantoran Pemerintah : Perkantoran Swasta : Industri Kecil

SPU-1 SPU-2 SPU-3 SPU-4 PL-1 PL-3 KH-1

: Sarana Pendidikan : Sarana Transportasi : Sarana Kesehatan : Sarana Olahraga : Pertanian : Pendukung Pariwisata : Militer/Hankam

49


peraturan zonasi ZONING TEXT. 68%=21$

,, ,17(16,7$6 3(0$1)$$7$1 58$1*

, .(7(178$1 .(*,$7$1 '$1 3(1**81$$1 /$+$1

,,, .(7(178$1 7$7$ %$1*81$1

/,1'81*

5DZDQ %HQFDQD %DQMLU

7LGDN EROHK DGD NHJLDWDQ DSDSXQ EHUXSD EDQJXQDQ NHFXDOL -DODQ /LQJNDU $PEDUDZD GDQ UHO NHUHWD DSL \DQJ WHODK GLVHVXDLNDQ PHODOXL PLWLJDVL EHQFDQD \DLWX EDQMLU .HJLDWDQ ZLVDWD DODP DWDX EXDWDQ GLSHUEROHKNDQ VHFDUD EHUV\DUDW

.'% ./% .'+ GLDWDV .HSDGDWDQ EDQJXQDQ XQLW PDNVLPXP

0HPHQXKL VWDQGDU PLWLJDVL EHQFDQD EDQMLU

&DJDU %XGD\D

-HQLV NHJLDWDQ \DQJ GLSHUEROHKNDQ DGDODK SDULZLVDWD GDQ NHJLDWDQ NHJLDWDQ ODLQ VHVXDL SDGD PDWULNV ,7%; .HJLDWDQ SHPEDQJXQDQ VDUDQD GDQ SUDVDUDQD GHQJDQ SURVHV PHWRGH GDQ GLVDLQ \DQJ VHODUDV GHQJDQ NDLGDK NDLGDK SHOHVWDULDQ FDJDU EXGD\D

7LGDN PHUXVDN EHQGD EDQJXQDQ FDJDU EXGD\D *DULV VHPSDGDQ EDQJXQDQ

57+

.HJLDWDQ \DQJ GLSHUEROHKNDQ DGDODK NHJLDWDQ RODKUDJD GDQ UHNUHDVL VHSHUWL WDPDQ WHPSDW EHUPDLQ GDQ ODSDQJDQ RODKUDJD MXJD DUHD PDNDP GDQ VHPSDGDQ VXQJDL 7LGDN GLSHUNHQDQNDQ DGDQ\D NHJLDWDQ \DQJ PHQJJDQJJX IXQJVL OLQGXQJ .HJLDWDQ SHUGDJDQJDQ WHPSDW SDUNLU 736 GDQ \DQJ PHQGXNXQJ ZLVDWD GLL]LQNDQ VHFDUD WHUEDWDV .HJLDWDQ \DQJ GLSHUEROHKNDQ EHUXSD ODSDQJDQ WHPSDW SDUNLU GDQ SHQJJXQDDQ ODKDQ VHEDJDL SHPDNDPDQ 'LSHUNHQDQNDQ DGDQ\D NHJLDWDQ ODLQ VHFDUD WHUEDWDV GDQ WLGDN PHQJJDQJJX IXQJVL 57+ SHPDNDPDQ GDQ OLQJNXQJDQ VHNLWDUQ\D 0HQ\HGLDNDQ ODKDQ SDUNLU VHVXDL GHQJDQ NDSDVLWDV SHQJXQMXQJ UXDQJ EDJL DNWLYLWDV SHQGXNXQJ ZLVDWD WHUPDVXN 3./ VHFDUD WHUEDWDV DJDU WLGDN PHQJJDQJJX IXQJVL 57+ SHPDNDPDQ PDXSXQ DNWLYLWDV SHQJXQMXQJ

.'% PDNVLPDO ./% PDNVLPDO .'+ PLQLPDO 7DPDQ GLDWXU GDQ GLWHWDSNDQ XQWXN PDNQD VLPEROLNGDQ DWDX ILORVRILV 7LGDN DGD EDQJXQDQ EDUX GDODP NDZDVDQ FDJDU EXGD\D NHFXDOL XQWXN SHQLQJNDWDQ NXDOLWDV EDQJXQDQ XQWXN SDULZLVDWD .'% ./% .'+ GLDWDV .HSDGDWDQ EDQJXQDQ XQLW VHPLQLPXP PXQJNLQ .'% ./% .'+ GLDWDV .HSDGDWDQ EDQJXQDQ XQLW PDNVLPXP KD

3RV SHPDQWDX

57+ ±

3OD]D ZDUXQJ WLGDN EHUDGD GL WHQJDK 57+

3(580$+$1 5

5

0HUXSDNDQ SHUXPDKDQ GHQJDQ NHSDGDWDQ WLQJJL -HQLV SHQJJXQDDQ UXDQJ \DQJ GLSHUEROHKNDQ DGDODK 57+ VDUDQD SHOD\DQDQ XPXP GDQ IDVLOLWDV VRVLDO VHFDUD WHUEDWDV GDQ EHUV\DUDW LQGXVWUL VNDOD NHFLO PHQHQJDK GHQJDQ V\DUDW WHUWHQWX .HJLDWDQ SHUGDJDQJDQ \DQJ EHUVNDOD EHVDU GLDWXU VHFDUD WHUEDWDV

.'% PDNVLPDO ./% ± .'+ PLQLPDO PLQLPDO DGD SRKRQ WLQJJL GDQ ULQGDQJ .HSDGDWDQ EDQJXQDQ NDZDVDQ EDUX SHUXPDKDQ WLGDN EHUVXVXQ PDNVLPXP UXPDK KD .HSDGDWDQ EDQJXQDQ NDZDVDQ EDUX SHUXPDKDQ EHUVXVXQ PDNVLPXP UXPDK KD .'% PDNVLPDO 0HUXSDNDQ SHUXPDKDQ GHQJDQ NHSDGDWDQ VHGDQJ -HQLV SHQJJXQDDQ UXDQJ \DQJ GLSHUEROHKNDQ DGDODK 57+ VDUDQD ./% SHOD\DQDQ XPXP GDQ IDVLOLWDV VRVLDO VHFDUD WHUEDWDV GDQ EHUV\DUDW .'+ PLQLPDO .HSDGDWDQ EDQJXQDQ XQLW PDNVLPXP LQGXVWUL VNDOD NHFLO PHQHQJDK GHQJDQ V\DUDW WHUWHQWX 7LGDN GLSHUNHQDQNDQ NHJLDWDQ SHUGDJDQJDQ \DQJ EHUVNDOD EHVDU KD

*6% PLQLPDO PHWHU .HWLQJJLDQ %DQJXQDQ PDNVLPDO P VHWDUD ODQWDL -DUDN EHEDV DQWDU EDQJXQDQ PLQLPXP P 7DPSLODQ EDQJXQDQ EHEDV VHSDQMDQJ WLGDN DGD NHWHQWXDQ NKXVXV GDQ GHWDLO PLVDO 57%/ QDPXQ PHPSHUWLPEDQJNDQ NDLGDK NDLGDK HVWHWLND EHQWXN NDUDNWHULVWLN DUVLWHNWXU ORNDO GDHUDK GDQ OLQJNXQJDQ \DQJ DGD GL VHNLWDUQ\D

*6% PLQLPDO PHWHU .HWLQJJLDQ %DQJXQDQ PDNVLPDO P VHWDUD ODQWDL -DUDN EHEDV DQWDU EDQJXQDQ PLQLPXP P 7DPSLODQ EDQJXQDQ EHEDV VHSDQMDQJ WLGDN DGD NHWHQWXDQ NKXVXV GDQ GHWDLO PLVDO 57%/ QDPXQ PHPSHUWLPEDQJNDQ NDLGDK NDLGDK HVWHWLND EHQWXN NDUDNWHULVWLN DUVLWHNWXU ORNDO GDHUDK GDQ OLQJNXQJDQ \DQJ DGD GL VHNLWDUQ\D

50


peraturan zonasi ZONING TEXT. 68%=21$ 5

,, ,17(16,7$6 3(0$1)$$7$1 58$1*

, .(7(178$1 .(*,$7$1 '$1 3(1**81$$1 /$+$1 0HUXSDNDQ SHUXPDKDQ GHQJDQ NHSDGDWDQ UHQGDK -HQLV SHQJJXQDDQ UXDQJ \DQJ GLSHUEROHKNDQ DGDODK 57+ VDUDQD SHOD\DQDQ XPXP VHFDU GDQ IDVLOLWDV VRVLDO WHUEDWDV GDQ EHUV\DUDW LQGXVWUL VNDOD NHFLO PHQHQJDK GHQJDQ V\DUDW WHUWHQWX 7LGDN GLSHUNHQDQNDQ NHJLDWDQ SHUGDJDQJDQ \DQJ EHUVNDOD EHVDU GDQ SHUNDQWRUDQ

.'% PDNVLPDO ./% .'+ GLDWDV .HSDGDWDQ EDQJXQDQ XQLW PDNVLPXP KD

,,, .(7(178$1 7$7$ %$1*81$1

*6% PLQLPDO PHWHU .HWLQJJLDQ %DQJXQDQ PDNVLPDO P VHWDUD ODQWDL -DUDN EHEDV DQWDU EDQJXQDQ PLQLPXP P 7DPSLODQ EDQJXQDQ EHEDV VHSDQMDQJ WLGDN DGD NHWHQWXDQ NKXVXV GDQ GHWDLO PLVDO 57%/ QDPXQ PHPSHUWLPEDQJNDQ NDLGDK NDLGDK HVWHWLND EHQWXN NDUDNWHULVWLN DUVLWHNWXU ORNDO GDHUDK GDQ OLQJNXQJDQ \DQJ DGD GL VHNLWDUQ\D

.'% PDNVLPDO ./% PDNVLPDO .'+ PLQLPDO .HSDGDWDQ EDQJXQDQ XQLW PDNVLPXP KD

.'% PDNVLPDO ./% PDNVLPDO .'+ PLQLPDO .HSDGDWDQ EDQJXQDQ XQLW PDNVLPXP KD

*6% PLQLPDO PHWHU .HWLQJJLDQ %DQJXQDQ PDNVLPDO P VHWDUD ODQWDL -DUDN EHEDV DQWDU EDQJXQDQ PLQLPXP P 7DPSLODQ EDQJXQDQ EHEDV VHSDQMDQJ WLGDN DGD NHWHQWXDQ NKXVXV GDQ GHWDLO PLVDO 57%/ QDPXQ PHPSHUWLPEDQJNDQ NDLGDK NDLGDK HVWHWLND EHQWXN NDUDNWHULVWLN DUVLWHNWXU ORNDO GDHUDK GDQ OLQJNXQJDQ \DQJ DGD GL VHNLWDUQ\D *6% PLQLPDO PHWHU .HWLQJJLDQ %DQJXQDQ PDNVLPDO P VHWDUD ODQWDL -DUDN EHEDV DQWDU EDQJXQDQ PLQLPXP P 7DPSLODQ EDQJXQDQ EHEDV VHSDQMDQJ WLGDN DGD NHWHQWXDQ NKXVXV GDQ GHWDLO PLVDO 57%/ QDPXQ PHPSHUWLPEDQJNDQ NDLGDK NDLGDK HVWHWLND EHQWXN NDUDNWHULVWLN DUVLWHNWXU ORNDO GDHUDK GDQ OLQJNXQJDQ \DQJ DGD GL VHNLWDUQ\D

3(5'$*$1*$1 -$6$ .

.

-HQLV SHQJJXQDDQ UXDQJ \DQJ GLSHUEROHKNDQ DGDODK WHPSDW SDUNLU SXVDW SHUEHODQMDDQ GDQ DUHD NRPHUVLO \DQJ PDMHPXN NRSHO -HQLV SHQJJXQDDQ UXDQJ \DQJ GLSHUNHQDQNDQ DGDODK VDUDQD SHOD\DQDQ XPXP LQGXVWUL NHFLO DWDX PHQHQJDK GDQ SHUNDQWRUDQ VHFDUD WHUEDWDV GDQ EHUV\DUDW 'LSHUNHQDQNDQ DGDQ\D SHUXPDKDQ GDQ UXNR VHFDUD WHUEDWDV .HJLDWDQ ODLQ GLSHUNHQDQNDQ VHODPD WLGDN PHQJJDQJJX NHJLDWDQ IXQJVL NRPHUVLO GDUL NDZDVDQ -HQLV SHQJJXQDDQ UXDQJ \DQJ GLSHUEROHKNDQ DGDODK WHPSDW SDUNLU SXVDW SHUEHODQMDDQ GDQ DUHD NRPHUVLO GHUHW SHUWRNRDQ -HQLV SHQJJXQDDQ UXDQJ \DQJ GLSHUNHQDQNDQ DGDODK VDUDQD SHOD\DQDQ XPXP LQGXVWUL NHFLO DWDX PHQHQJDK GDQ SHUNDQWRUDQ VHFDUD WHUEDWDV GDQ EHUV\DUDW 7LGDN GLSHUNHQDQNDQ DGDQ\D SHUXPDKDQ NHFXDOL UXNR .HJLDWDQ ODLQ GLSHUNHQDQNDQ VHODPD WLGDN PHQJJDQJJX NHJLDWDQ IXQJVL NRPHUVLO GDUL NDZDVDQ

3(5.$1725$1 .7

-HQLV SHQJJXQDDQ UXDQJ \DQJ GLSHUEROHKNDQ DGDODK NDQWRU SHPHULQWDKDQ )XQJVL UXDQJ VHEDJDL SHUWDKDQDQ GDQ NHDPDQDQ WLGDN EROHK EHUXEDK .HJLDWDQ SHUGDJDQJDQ GDQ MDVD VDUDQD SHOD\DQDQ XPXP 57+ UXPDK GLQDV GLSHUNHQDQNDQ VHFDUD WHUEDWDV

.'% PDNVLPDO ./% PDNVLPDO .'+ PLQLPDO .HSDGDWDQ EDQJXQDQ XQLW PDNVLPXP KD

.7

-HQLV SHQJJXQDDQ UXDQJ \DQJ GLSHUEROHKNDQ DGDODK NDQWRU VZDVWD )XQJVL UXDQJ VHEDJDL SHUWDKDQDQ GDQ NHDPDQDQ WLGDN EROHK EHUXEDK 'LSHUNHQDQNDQ DGDQ\D NHJLDWDQ LQGXVWUL NHFLO GDQ SHUXPDKDQ VHFDUD WHUEDWDV

.'% PDNVLPDO ./% PDNVLPDO .'+ PLQLPDO .HSDGDWDQ EDQJXQDQ XQLW PDNVLPXP KD

*6% PLQLPDO PHWHU .HWLQJJLDQ %DQJXQDQ PDNVLPDO P VHWDUD ODQWDL -DUDN EHEDV DQWDU EDQJXQDQ PLQLPXP P 7DPSLODQ EDQJXQDQ EHEDV VHSDQMDQJ WLGDN DGD NHWHQWXDQ NKXVXV GDQ GHWDLO PLVDO 57%/ QDPXQ PHPSHUWLPEDQJNDQ NDLGDK NDLGDK HVWHWLND EHQWXN NDUDNWHULVWLN DUVLWHNWXU ORNDO GDHUDK GDQ OLQJNXQJDQ \DQJ DGD GL VHNLWDUQ\D *6% PLQLPDO PHWHU .HWLQJJLDQ %DQJXQDQ PDNVLPDO P VHWDUD ODQWDL -DUDN EHEDV DQWDU EDQJXQDQ PLQLPXP P 7DPSLODQ EDQJXQDQ EHEDV VHSDQMDQJ WLGDN DGD NHWHQWXDQ NKXVXV GDQ GHWDLO PLVDO 57%/ QDPXQ PHPSHUWLPEDQJNDQ NDLGDK NDLGDK HVWHWLND EHQWXN NDUDNWHULVWLN DUVLWHNWXU ORNDO GDHUDK GDQ OLQJNXQJDQ \DQJ DGD GL VHNLWDUQ\D

51


peraturan zonasi ZONING TEXT. 68%=21$

, .(7(178$1 .(*,$7$1 '$1 3(1**81$$1 /$+$1

,, ,17(16,7$6 3(0$1)$$7$1 58$1*

,,, .(7(178$1 7$7$ %$1*81$1

,1'8675, ,

.HJLDWDQ SHUGDJDQJDQ GDQ MDVD EHUXSD ZDUXQJ WRNR ROHK ROHK GLLMLQNDQ 6DUDQD SHOD\DQDQ XPXP GDQ SHUWDQLDQ ODKDQ EDVDK GDQ NHULQJ GLSHUNHQDQNDQ VHFDUD WHUEDWDV .HJLDWDQ 57+ GDQ SHUXQWXNDQ ODKDQ NKXVXV EHUXSD SHQJRODKDQ OLPEDK GDQ SHQLPEXQDQ EDUDQJ EHNDV GLSHUNHQDQNDQ VHFDUD WHUEDWDV 'LSHUEROHKNDQ DGDQ\D NHJLDWDQ SHUXPDKDQ VHFDUD EHUV\DUDW GHQJDQ PHQHUDSNDQ SHQJRODKDQ OLPEDK ,3$/

.'% PDNVLPDO ./% PDNVLPDO .'+ PLQLPDO .HSDGDWDQ EDQJXQDQ XQLW PDNVLPXP PHQ\HVXDLNDQ NHDGDQ OLQJNXQJDQ

*6% PLQLPDO PHWHU .HWLQJJLDQ %DQJXQDQ PDNVLPDO P VHWDUD ODQWDL -DUDN EHEDV DQWDU EDQJXQDQ PLQLPXP P 7DPSLODQ EDQJXQDQ EHEDV VHSDQMDQJ WLGDN DGD NHWHQWXDQ NKXVXV GDQ GHWDLO PLVDO 57%/ QDPXQ PHPSHUWLPEDQJNDQ NDLGDK NDLGDK HVWHWLND EHQWXN NDUDNWHULVWLN DUVLWHNWXU ORNDO GDHUDK GDQ OLQJNXQJDQ \DQJ DGD GL VHNLWDUQ\D

6$5$1$ 3(/$<$1$1 8080 638 638 638 638

-HQLV SHPDQIDDWDQ UXDQJ \DQJ GLSHUEROHKNDQ DGDODK SHQGLGLNDQ JHGXQJ RODKUDJD GDQ SHULEDGDWDQ -HQLV SHPDQIDDWDQ UXDQJ \DQJ GLLMLQNDQ DGDODK VDUDQD WUDQVSRUWDVL -HQLV SHPDQIDDWDQ UXDQJ \DQJ GLLMLQNDQ DGDODK VDUDQD NHVHKDWDQ -HQLV SHPDQIDDWDQ UXDQJ \DQJ GLLMLQNDQ DGDODK VDUDQD RODKUDJD

.'% PDNVLPDO ./% PDNVLPDO .'+ PLQLPDO .HSDGDWDQ EDQJXQDQ XQLW PDNVLPXP PHQ\HVXDLNDQ

*6% PLQLPDO PHWHU .HWLQJJLDQ %DQJXQDQ PDNVLPDO P VHWDUD ODQWDL -DUDN EHEDV DQWDU EDQJXQDQ PLQLPXP P 7DPSLODQ EDQJXQDQ EHEDV VHSDQMDQJ WLGDN DGD NHWHQWXDQ NKXVXV GDQ GHWDLO PLVDO 57%/ QDPXQ PHPSHUWLPEDQJNDQ NDLGDK NDLGDK HVWHWLND EHQWXN NDUDNWHULVWLN DUVLWHNWXU ORNDO GDHUDK GDQ OLQJNXQJDQ \DQJ DGD GL VHNLWDUQ\D

3(58178.$1 /$,11<$ 3/

3/

3HUXQWXNDQ UXDQJ \DQJ GLLMLQNDQ DGDODK SHUWDQLDQ ODKDQ EDVDK ODKDQ .'% NHULQJ KRUWLNXOWXUD WDPEDN ./% .'+ GLDWDV )XQJVL ± IXQJVL ODLQ GLSHUNHQDQNDQ VHFDUD WHUEDWDV GDQ EHUV\DUDW .HSDGDWDQ EDQJXQDQ XQLW PDNVLPXP 3HUXQWXNDQ UXDQJ \DQJ GLSHUEROHKNDQ DGDODK NRPHUVLDO SHQGXNXQJ .'% PDNVLPDO SDULZLVDWD VHSHUWL WRNR ROHK ROHK ZDUXQJ SHQJLQDSDQ ./% PDNVLPDO 'LSHUNHQDQNDQ DGDQ\D VDUDQD SHOD\DQDQ XPXP GDQ SHUXPDKDQ .'+ PLQLPDO VHFDUD WHUEDWDV .HSDGDWDQ EDQJXQDQ XQLW PDNVLPXP PHQ\HVXDLNDQ

*6% PLQLPDO PHWHU .HWLQJJLDQ %DQJXQDQ PDNVLPDO P VHWDUD ODQWDL -DUDN EHEDV DQWDU EDQJXQDQ PLQLPXP P 7DPSLODQ EDQJXQDQ EHEDV VHSDQMDQJ WLGDN DGD NHWHQWXDQ NKXVXV GDQ GHWDLO PLVDO 57%/ QDPXQ PHPSHUWLPEDQJNDQ NDLGDK NDLGDK HVWHWLND EHQWXN NDUDNWHULVWLN DUVLWHNWXU ORNDO GDHUDK GDQ OLQJNXQJDQ \DQJ DGD GL VHNLWDUQ\D

*6% PLQLPDO PHWHU .HWLQJJLDQ %DQJXQDQ PDNVLPDO P VHWDUD ODQWDL -DUDN EHEDV DQWDU EDQJXQDQ PLQLPXP P 7DPSLODQ EDQJXQDQ EHEDV VHSDQMDQJ WLGDN DGD NHWHQWXDQ NKXVXV GDQ GHWDLO PLVDO 57%/ QDPXQ PHPSHUWLPEDQJNDQ NDLGDK NDLGDK HVWHWLND EHQWXN NDUDNWHULVWLN DUVLWHNWXU ORNDO GDHUDK GDQ OLQJNXQJDQ \DQJ DGD GL VHNLWDUQ\D

3(58178.$1 .+8686 .+

3HUXQWXNDQ UXDQJ \DQJ GLLMLQNDQ DGDODK XQWXN PLOLWHU NRUDPLO .'% PDNVLPDO 'LSHUNHQDQNDQ SHUXPDKDQ GDQ VDUDQD SHOD\DQDQ XPXP VHFDUD ./% PDNVLPDO WHUEDWDV .'+ PLQLPDO .HSDGDWDQ EDQJXQDQ XQLW PDNVLPXP PHQ\HVXDLNDQ

52


peraturan zonasi ZONING TEXT. IV. Ketentuan Prasarana dan Sarana Minimum a. Jalur pejalan kaki Jalur pejalan kaki dengan tipe sidewalk dengan LOS B seluas 5,6m2/pejalan kaki dan arus pejalan kaki lebih dari 16-23 orang/menit/meter. Dilengkapi fasilitas pejalan kaki seperti lampu jalan, bangku jalan, fasilitas penyeberangan, dan jalur hijau serta dapat terintegrasi dengan tempat parkir/jalur sepeda. b. Ruang terbuka hijau Ruang terbuka hijau berupa makam dan taman rekreasi skala perumahan dan kotaterintegrasi dengan tempat parkir/jalur sepeda. orang/menit/meter. Ruang terbuka hijau privat bagi rumah berlantai 2 atau lebih wajib menerapkan konsep "green roof". c. Ruang terbuka non hijau Ruang terbuka non hijau berupa lapangan olahraga. d. Utilitas perkotaan Hidran halaman minimal memiliki suplai air sebesar 38 liter/detik pada tekanan 3.5 bar dan mampu mengalirkan air minimal selama 30 menit. Hidran umum harus mempunyai jarak maksimal 3 meter dari garis tepi jalan. Jalan lokal dan lingkungan harus memenuhi unsur luas bangunan dengan lebar perkerasan minimal 3,5 meter dan mengikuti model cul de sac, model T, rotary, atau melingkar. e. Prasarana lingkungan Memiliki kemudahan akses yang dapat dilewati pemadam kebakaran dan perlindungan sipil, lebar jalan minimum 3,5 meter.

Tempat sampah volume 50 liter sudah dibedakan jenis sampahnya (organik dan non organik) serta diangkut menggunakan gerobak berkapasitas 1,5 meter kubik dengan metode angkut tidak tetap. Pembuangan sampah organik dilakukan di dalam lubang biopori pada setiap blok. Tersedia prasarana pembuangan limbah domestik sebelum dialirkan ke bangunan pengolahan air limbah (system off site). Drainase lingkungan tepi jalan dibuat berada dibawah trotoar. Untuk rumah tanah, setiap bangunan rumah harus memiliki bak septik yang berada di bagian depan kavling dan berjarak sekurang-kurangnya 10 meter dari sumber air tanah, sedangkan rumah susun atau apartemen diperkenankan menggunakan bak septik komunal. Penyediaan lahan parkir umum untuk area hunian skala RT (250 penduduk) memiliki standar penyediaan 100 m2 dan skala RW (2.500 penduduk) memiliki standar penyediaan 400 m2 lokasinya tersebar di setiap pusat lingkungan hunian pada skala RT atau RW dan penggunaannya yang juga sekaligus berfungsi sebagai pangkalan sementara kendaraan angkutan publik. Penyediaan lahan parkir umum untuk area hunian skala kelurahan (30.000 penduduk) lokasinya tersebar di setiap pusat lingkungan hunian pada skala kelurahan, dan memiliki standar penyediaan 2.000 m2, dengan penyebaran lokasi pada area pusat lingkungan kelurahan. Penyediaan lahan parkir umum untuk area hunian skala kecamatan (120.000 penduduk) lokasinya tersebar di setiap pusat lingkungan hunian pada skala kecamatan, dan memiliki standar penyediaan 4.000 m2, dengan penyebaran lokasi pada area pusat lingkungan kecamatan.

53


peraturan zonasi ZONING TEXT. f. Fasilitas pendukung Fasilitas kesehatan minimal berupa puskesmas atau praktik dokter. Fasilitas pendidikan dari SD hingga SMA yang dikembangkan secara terbatas jumlahnya.

V. Ketentuan Pelaksanaan Pembangunan rumah sesuai dengan peraturan zonasi ini akan diberikan insentif berupa kemudahan perizinan pembangunan dan keringanan pajak. Pembangunan rumah yang tidak sesuai dengan peraturan zonasi ini namun sudah memiliki ijin yang diperoleh sebelum disahkannya peraturan zonasi ini dan belum dilaksanakan, maka pembangunannya dapat terus dilakukan, namun akan dikenakan disinsentif berupa peningkatan pajak dan tidak diterbitkannya lagi perizinan operasi (bila ada), serta dicabutnya ijin setelah 5 tahun dengan memberikan ganti rugi kepada pihak yang bersangkutan. Penggunaan lahan saat ini yang tidak sesuai sebelum peraturan ini ditetapkan maka diperbolehkan selama memiliki izin yang sah dan akan dibatasi perkembangannya untuk kegiatan yang diizinkan terbatas sedangkan untuk kegiatan yang tidak diizinkan akan dikenakan disinsentif berupa peningkatan pajak dan tidak diterbitkannya lagi perizinan operasi(bila ada), serta dicabutnya izin setelah 5 tahun dengan memberikan ganti rugi kepada pihak yang bersangkutan. Penggunaan lahan saat ini yang tidak sesuai sebelum peraturan ini ditetapkan dan tidak memiliki izin yang sah harus segera disesuaikan dalam waktu paling lama 6 bulan setelah berlakunya peraturan ini

VI. Ketentuan Perubahan Peraturan Zonasi Perubahan peraturan zonasi dapat berupa perubahan penggunaan lahan menjadi nonperumahan, perubahan intensitas pemanfaatan lahan, perubahan ketentuan tata massa bangunan, perubahan ketentuan prasarana minimum, atau perubahan lainnya yang masih ditoleransi tanpa menyebabkan perubahan keseluruhan blok/sub blok rumah. Perubahan kecil (kurang dari 10% fungsi subzona rumah kepadatan sangat tinggi) dan tidak mengubah pola ruang (zoning map) wilayah perencanaan dapat diputuskan oleh bupati/walikota atau kepala dinas tata kota. Perubahan besar (lebih dari 10% fungsi subzona rumah kepadatan sangat tinggi) dan mengubah sebagian pola ruang (zoning map) wilayah perencanaan dapat diputuskan oleh bupati/walikota.

54


/rencana strategis. If we could first know where we are, and whither we are tending, we could better judge what to do, and how to do it. Abraham Lincoln

56


Kawasan Perumahan Gatsu

Koridor Jalan Kartini

Master Planǝ Kota Ambarawa.

Koridor Ekonomi Sudirman

H ¾ «~r«rr«ǝ/±Èrǝ ȝª}r¾r×rǝ ¤r¢Í¢r«ǝ « r«ǝ» ¾ «~r«rr«ǝ ǝ ¢r×rÂr«ǝÂȾrÈ ÂǝÝr« ǝ ǝ r¾r»¢r«ǝªrª»Íǝ ª « ±« ¢¾r¢ǝ » ¾¢ ª}r« r«ǝ/±Èrǝ ȝª}r¾r×rǝ r«ǝªrª»Íǝ ª ×Í¡Í ¢r«ǝÈÍ¡Ír«ǝ/±Èrǝ ȝª}r¾r×rǝ }r r ǝ/±Èrǝ 1 Ör}¤ ǝ « r«ǝ » « ª}r« r«ǝ ¢±«±ª ǝ } ¾}r Âǝ¢ r¾ r«ǝ¤±¢r¤ǝ ǝ Èr Í«ǝśřŜşƻǝH ¾ «~r«rr«ǝ ¢r×rÂr«ǝÂȾrÈ Âǝ¢±Èrǝ } ¾r rǝ ǝÈ « r ǝ¢±Èrǝ Ýr« ǝªr«rǝª ¾Í»r¢r«ǝ r¾ rǝ r ¤ ÈrÂǝNjǝ r ¤ ÈrÂǝ » «Í«¡r« ǝ» ª «Í r«ǝ ¢ }ÍÈÍ r«ǝ/±Èrǝ ȝª}r¾r×rǝ r«ǝ / ~rªrÈr«ǝ ǝ ¢ Èr¾«Ýr

Green Compact Services Palagan Ambarawa

Gelora Palagan Ambarawa Kawasan Stasiun Ambarawa Kawasan Industri Kerajinan Eceng Gondok

Koridor Ekonomi Jalan Pemuda

57


Dwi Yunia Arum S 42398

RT BL. Green Compact Services Palagan Ambarawa

58


Permasalahan utama pengembangan. Kawasan Eksisting Palagan Ambarawa

Latar belakang. Keberadaaan Kota Ambarawa secara geografis berada diantara kedua Kota Besar yaitu Yogyakarta dan Semarang. Tuntutan untuk terus berkembang beriringan bersama kota – kota di sekitarnya menjadi suatu hal yang sangat penting dan perlu direncanakan dengan matang, agar nantinya Kota Ambarawa akan mamu menjadi kota yang dapat memberikan pelayanan dalam pemenuhan kebutuhan masyarakat yang tinggal di dalamnya. Sejalan dengan tujuan Kota Ambarawa yaitu Ambarawa “menuju kota yang livable dengan pengembangan potensi ekonomi yang berbasis kearifan lokal”, kebutuhan kota sebagai tempat yang “layak huni” memberikan beragam pertanyaan akan realisasinya. Salah satu hal yang penting dalam konteks hal tersebut adalah pelayanan kota. Pengadaan “Green Compact Service Palagan Ambarwa” menjadi sebuah solusi dari tuntutan kebutuhan dan pelayanan masyarakat Kota Ambarwa berupa fasilitas sosial yang baik dan juga sekaligus mampu memberikan kenyamanan

dari segi kualitas udara untuk didalam kawasan perencanaan maupun untuk seantero Kota Ambarawa. Dengan jumlah penduduk yang diroyeksikan akan meningkat, Kota Ambarawa memiliki dinamika tantangan tersendiri tentang bagaimana Kota ini pada akhirnya dapat menjadi sebuah wadah yang mampu mengakomodasi kebutuhan masyarakatnya. Kemampuan tersebut juga harus tetap relevan dengan perkembangan zaman dan arus globalisasi namun tidak melupakan kearifan local yang berada didalamnya. Karena seperti yang pernah dikatakan Bapak Alm. Soeharto bahwa kemenangan di palagan Ambarawa menuntut kita memenangkan dipalagan pembangunan.

Pelayanan yang diberikan di Kota Ambarawa menjadi sebuah indicator bagi kenyamanan masyarakat. Sampai saat ini, minimnya ruang terbuka public kota dan area pelayanan public yang tidak begitu hidup menjadikan pelayanan terhadap kebutuhan masyarakat di Kota Ambarawa tidak berjalan secara optimal. Padahal realitasnya, kawasan pelayanan ini dilalui tiga jalan utama di Kota Ambarawa dan berada di tengah kota. Akan sangat disayangkan bila pengembangan didaerah krusial pun tidak dilakukan secara optimal. Dalam jangka waktu yang panjang, perannya sebagai kota yang juga mampu melayani kota – kota kecil disekitarnya juga akan terhambat sedangkan kota – kota besar lainnya justru terus bertumbuh pesat. Selain itu, penting untuk memperhatikan kondisi ekologis kota melalui kawasan ini. Kondisi bantaran sungai yang dikenal illegal perlu diperbaiki agar secara ekologis pun Kota Ambarawa mampu memberikan pelayanan terhadap kualitas lingkungan kota yang dibutuhkan masyarakat seperti meminimalisasi pencemaran udara, mengurangi pendangkalan air sungai yang dapat membawa banjir di musim hujan dan kawsan ini juga akan sekaligus berkontribusi dalam menambah jumlah area resapan air kota. 59


Tujuan perencanaan. Dengan memandang system Kota Ambarawa secara keseluruhan, maka perencanaan kawasan palagan yang merupakan bagian yang tidak terlepas dari Kota Ambarawa ini bertujuan untuk; 1. Sebagai bentuk dari realisasi perwujudan tujuan Kota Ambarawa yaitu sebagai kota yang livable dengan pengembangan potensiekonomi yang berbasis kearifan lokal. 2. Memberikan pelayanan yang inklusif bagi masyarakat Kota Ambarawa melalui ruang – ruang hijau dan peningkatan kemampuan fasilitas sosial sebagai pelayanan public didalamnya.

Profil kawasan. Kawasan Green Compact Services Palagan Ambarawa terletak di tengah – tengah Kota Ambarawa. Kawasan ini memiliki luasan area sebesar 8,05 Ha. Di kawasan ini terdapat banyak bangunan – bangunan penting sebagai pelayanan public dan juga terdapat Monumen Palagan Ambarawa yang juga merupakan icon dari Kota Ambarawa sekaligus menyimpan identitas sejarah yang tidak terbiaskan oleh waktu. Area ini dilalui 3 jalan utama di Ambarawa yaitu jalan Sugiyo Pranoto, Jalan Jendral Soedirman, dan Jalan Pemuda. Ketiga jalan ini bersimpul di bundaran Tank sehingga bundaran ini menjadi

sebuah persimpangan yang cukup sibuk. Jalan Sugiyo Pranoto yang masuk kedalam area perencanaan merupakan salah satu akses yang paling dekat untuk masuk kedalam Rumah Sakit Umum Bina Kasih yang letaknya berada di jalan local. Kawasan perencanaan ini dapat dikatakan sebagai kawasan pusat pelayanan di Kota Ambarawa karena di kawasan ini terdapat banyak bangunan – bangunan penting yang dilalui jalan – jalan utama di Kota Ambarawa.

Analisis kawasan. Metode yang digunakan untuk menganalisis kawasan ini adalah dengan alur Strength, Weakness, Opportunity dan Threats (SWOTS) dan penjabaran kawasan sebagai berikut ;

3. Memperbaiki kondisi ekologis kota. 4. Penyedian ruang untuk berinteraksi dan lebih menghidupkan kegiatan terutama di daerah pusat kota. 5. Mengangkat ciri khas Kota Ambarawa sebagai kota penuh sejarah.

60 Kondisi Eksisting Kawasan Palagan Ambarawa


Terdapat area pendidikan dari SD hingga SMP, minimnya atribut jalan akan membahayakan keselamatan pelajar disekitar. Kebutuhan akan pendidikan juga seharusnya dapat terintegrasi dengan baik dikawasan ini karena posisinya dekat dengan perpustakaan pusat kota.

6WUHQJWK

:HDNQHVV

WHUOHWDN GL SXVDW SXVDW .RWD $PEDUDZD

PLQLP WDWD KLMDX

SHOD\DQDQ SXEOLF \DQJ GLEHULNDQ FXNXS NHEDQ\DNDQ EDQJXQDQ ODPD \DQJ EHOXP EHUDJDP

WHU XSJUDGH

EHUDGD GL MDODQ XWDPD GDQ WLWLN VLPSXO WLJD SDGDWQ\D EDQJXQDQ GL EDQWDUDQ VXQJDL EXDK MDODQ XWDPD GL .RWD $PEDUDZD

2SSRUWXQLW\

7KUHDWV

ORNDVL FRFRN XQWXN PHQJXQGDQJ LQYHVWDVL ELOD WLGDN GL EHUVDPDL UHJXODVL \DQJ MHODV SLKDN VZDVWD

V\VWHP WUDQVSRUWDVL VHNLWDU WHUPLQDO DNDQ

EHUSRWHQVL XQWXN GLODOXL GDQ GLVLQJJDKL VHPUDZXW ROHK SHQJJXQD MDODQ DQWDU NRWD EHVDU UDZDQ NRQIOLN GL EDQWDUDQ VXQJDL -RJMD 6HPDUDQJ 1LODL VHMDUDK GDSDW GLDQJNDW VHKLQJJD GDSDW PHQJDQJNDW FLUL NKDV NDZDVDQ

Fasilitas taman dan ruang terbuka untuk berinteraksi di Kota Ambarawa saat ini sangat minim. Dengan dibukanya taman dan dilakukan penghijauan di bantaran sungai memperbaiki kualitas udara kota sekaligus memberi ruang bagimasyarakat untuk berinteraksi. Selain itu, lokasinya juga berada cukup dekat dengan lokasi bersejarah yaitu monumen dan museum palagan yang berpotensi menjadi icon kawsan dan mampu mengangkat citra Kota Ambarawa.

Detail kawasan.

Delineasi guna lahan kawasan

Pelayanan transportasi berupa Sebagai sarana peribadatan yang berada Terminal Tipe C dan sekitarnya di pust kota, kapasistas dan daya di kawasan perencanaan saat tampung terhadap kebutuhan akan ini tidak beroperasi dengan baik beribadah masih minim. dan kurang hidup. Hal ini akan berpengaruh pada aksesibilitas kota secara langsung dan berimplikasi pada pelayanan masyarakat terutama dalam akses menjadi terhambat

terdapat banyak bangunan instansi pelayanan masyarakat namun kondisi kawasan saat ini belum ramah pejalan kaki dan kurang terlihat sebagai pelayanan publik sehingga perlu dihidupkan kembali agar dengan letaknya yang berada di pusat kota dapat menjadi wadah yang dapat memenuhi kebutuhan masyarakat. 61


Master Plan Kawasan Green Compact Services Palagan Ambarawa

konsep dasar. parkir

Konsep yang digunakan juga mengacu kepada konsep perencanaan Kota Ambarawa, yaitu Social Equity dan Ecological Balance. Indikator kenyamanan kota akan menjadi sebuah indicator keberhasilan yang juga akan diterapkan di kawasan ini. Konsep kenyamanan yang disampaikan adalah dengan mengedepankan keterjangkauan akses dan kemudahan pelayanan publik berbasis IT yang di berikan di kawasan ini, selain itu konsep keterjangkauan didalam kawasan di ciptakan dengan integrasi antara bagian utara dan bagian selatan. Pelayanan public yang terpusat di kawasan ini diharapkan dapat dijalankan secara inklusif dengan pendukung keruangan yang telah disediakan nantinya.

Terminal Tipe C

Penerapan Konsep. Menambahkan kuantitas serta meningkatkan kualitas tata hijau di kawasan perencanaan. Perbaikan tata hijau di kawasan ini juga disandingkan dengan pembaharuan taman monument palagan yang akan dibuka untuk umum menjadi sebuah ruang terbuka hijau dan juga terhubung dengan Ruang terbuka hijau bantaran sungai panjang di bagian tenggaranya. Area hijau ini akan sangat dan membantu pengurangan polusi udara yang terjadi karena terdapat terminal di kawasan ini.

Perencanaan kawasan ini di implementasikan dengan mengangkat nilai – nilai sejarah yang membekas di Monument Palagan Ambarawa dan Bundaran Tank yaitu dengan dibangunnya diorama di Museum Palagan untuk menarik pengunjung sembari mengedukasi nilai – nilai sejarah di Kota Ambarawa. Masih dengan mengangkat nilai sejarah, Gedung Pemuda sebagai gedung serbaguna akan lebih diaktifkan penggunaannya oleh para pemuda di Ambarawa dengan beberapa insentif. Selain itu, dengan tidak menghilangkan nilai sejarah, bangunan – bangunan disekitarnya dioptimalkan fungsinya namun tidak menutup nilai sejarah dibangunan museum palagan. Secara sirkulasi, kawasan ini akan menjadi kawasan minim kendaraan pribadi sehingga trotoar akan dihidupkan dan pelayanan transportasi public di terminal akan semakin optimal dengan beberapa regulasi yang jelas dan tegas mengingat pentingnya jalanan di kawasan ini untuk tetap lancar dikarenakan keberadaan Kantor Pemadam Kebakaran dan juga akses yang digunakan untuk menuju Rumah Sakit Umum Bina Kasih. Dengan keberadaan dua tempat ibadah yaitu masjid agung dan gereja, kawasan ini dikonsep menjadi kawasan yang humanis dan kawasan bertoleransi tinggi. Sebagai pusat pelayanan, dengan adanya Masjid Agung ini pada waktu siang hari pelayanan diistirahatkan dan terdapat teknologi canggih yang terhubung dengan Masjid Agung yang akan menghentikan energy didalam gedung agar kegiatan secara otomatis berhenti dan warga didalamnya 62 menyegerakan beribadah tepatpada waktunya.


Sedangkan untuk keberadaan gereja, walaupun notabene nya gereja tersebut tidak besar, tetapi gereja tersebut diaktifkan kegiatannya terutama padahari minggu dan hari – hari besar keagamaan lainnya. Pelayanan public berbasis IT yang telah disebutkan sebelumnya diutamakan untuk pelayanan kantor polisi dan pemadam kebakaran. Kedua instansi ini memiliki bangunan bersama yang disebut Smart Command Center sebagai tempat untuk memonitoring dan mengkontrol keadaan Kota Ambarawa. Selain itu, kebutuhan internet sebagai kebutuhan primer dalam teknologi saat ini juga diwadahi dengan penyedian jaringan internet gratis pada ruang – runag public seperti terminal, perpustakaan, gedung pemuda dan taman monument palagan.

Guna lahan yang beragam dan pada umumnya memberikan pelayanan bagi public diitegrasikan dengan atribut – aribut pendukung seperti street furniture yang ramah pejalan kaki, kemudahan akses, perencanaan ruang yang membuka interaksi melalui kegiatan – kegiatan yang beragam didalamnya dan system pelayanan yang ramah dengan teknologi bagimasyarakat.

Peta Guna Lahan

2. Koefisien Lantai Bangunan Ketinggian bangunan pada Kota Ambarawa adalah maximum 5 lantai, namun pada kawasan ini, ketinggian bangunan maximal adalah 4 lantai. Selanjutnya menyangkut regulasi, dan pengembangan dapat dilakukan dengan transfer of development right. 3. Koefisien dasar hijau RTH di kawasan ini adalah 1/3 dari luas keseluruhan kawasan, atau dapat dibulatkan kurang lebih 35%. Sebagian bangunan juga mendukung green building sebagai bentuk penyelamatan lingkungan.

Peta KDB

Struktur peruntukan lahan. Pengaturan alokasi peruntukkan lahan yang dibagi menjadi dua yaitu peruntukan lahan makro dan mikro. Peruntukkan lahan makro di kawasan perencanaan merujuk sebagai lahan pelayanan public. Sedangkan peruntukan lahan mikro di kawasan terdiri dari guna lahan RTH, instansi, budaya dan rekreasi, pendidikan, peribadatan, fasilitas transportasi jasa dan komersil.

Intensitas pemanfaatan lahan. 1. Koefisien Dasar Bangunan Koefisien Dasar Bangunan (KDB) pada kawasan maximum adalah 100%. Tingginya angka KDB dilakukan agarlahan digunakan secara efisien mengacu pada tren proyeksi penduduk yang selalu meningkat.

Peta KLB

63


Tata Bangunan.

Sirkulasi jaringan penghubung.

6. Integrasi antar bangunan agar mampu Pengaturan tata letak bangunan bekerja optimal memberikan pelayanan yang ada di Green Compact Services secara inklusif dan merata. Palagan Ambarawa mengacu pada kenyamanan dan kemampuan ruang untuk mendukung keberagaman aktivitas dan fungsi di blok – blok bangunan. 1. Penataan tata letak bangunan dilakukan dengan mempertimbangkan orientasi bangunan terutama terhadap bukaan –bukaan angin dan cahaya 7. Penataan vegetasi pendukung selain pada matahari. RTH juga pada setiap blok bangunan. 2. Bangunan baru tidak dibangun di atas ruang terbuka hijau yang sudah ditetapkan.

4. Area bantaran sungai berubah menjadi ruang hijau yang dapat digunakan oleh public. 5. Penataan bangunan mempertimbangkan enclosure ruang dengan perbandingan antara dataran dan bangunan maksimum 1:3

8. Pengembangan sarana pendukung di titik sibuk kawasan yaitu sekitar terminal dan sekitar bundaran tank sampai dengan gedung pemuda. 9. Ekspresi bangunan terhadap kawasan perlu di perjelas untuk menonjolkan karakteristik kawasan yang berorientasi pada nilai sejarah perjuangan di Ambarawa.

Dalam menerapkan sirkulasi yang livable pada Kawasan Green Compact Services Palagan Ambarawa terdapat tiga hal penting yang dapat digunakansebagai acuan yaitu; Śƻ 7 « ͫ͢ ǝ» « ª}r« r«ǝ ¢±«±ª ǝ r«ǝ¢Ír¤ ÈrÂǝ¢ Í»r«

śƻ H «Ý rr«ǝ¤ } ǝ r¾ ǝÂrÈÍǝ» ¤ r«ǝ ¤rÝr«r«ǝȾr«Â»±¾Èr ǝÝr« ǝrªr« Ŝƻ %«È ¾r ǝr«Èr¾ǝ}¤±¢ǝ}r« Í«r«ǝ ǝ r¤rªǝ¢r×rÂr«ǝrÈrͻͫǝ¢ ǝ¤Ír¾ǝ ¢r×rÂr«ƻǝ Kondisi akses di Kawasan Green Compact Services Palagan Ambarawa merupakan akses penting sehingga arus sirkulasi sangat sibuk di jam – jam tertentu. Bangunan terminal memberikan pengaruh yang besar terhadap keberadaan bangunan dan aktivitas di sekitarnya. Penataan sirkulasi dikawasan ini mencakup; 1. System kendaraan pribadi dan kendaraan public yang jelas. 2. Penataan keluar masuk kendaraan di terminal agar sirkulasi sekitar terminal tetap lancar

64


3. Penambahan sarana dan prasarana pendukung kelancaran akses sirkulasi jalan. 4. Revitalisasi dan pelebaran trotoar untuk runag gerak yang lebih baik bagi pejalan kaki 5. penyediaan jalur pejalan kaki juga didukung dengan kondisi iklim mikro dan juga utilitas pendukung lainnya.

6. Penyedian kantong parkir di kawasan sekitar taman Palagan juga di sekitar Masjid Agung Ambarawa.

Peta Sirkulasi

Kantung Parkir

Ruang terbuka dan tata hijau. Penataan sistem ruang terbuka diatur melalui pendekatan desain tata hijau yang membentuk karakter kawasan serta memiliki peran penting baik secara ekologis, rekreatif dan estetis bagi lingkungan sekitarnya, pengadaan ruang terbuka sekaligus ruang hijau di Kawasan Green Compact Services Palagan Ambarawa mengacu pada; 1. Ruang terbuka yang secara ekologis berfungsi dengan baik Berfungsi secara ekologis akan sangat membantu peresapan limpasan air dan menjaga keseimbangan ekologis kota yang dianalisis dengan kadar karbon area sekitar terminal yang cukup tinggi.

2. Ukuran secara fisik Ukuran fisik mempengaruhi kecenderungan ruang terbuka yang livable untuk didatangi. Pada kawasan ini ukuran dibuat seoptimal mungkin dan tetap menunjukkan karakter utama kawasan ini terhadap Kota Ambarawa dengan mengangkat nilai sejarah nya.

3. Jenis kegiatan yang diwadahi Ruang terbuka hijau di monument palagan dan bantaran sungai dapat dimanfaatkan setiap waktu di sepanjang hari, sehingga mampu menarik perngembangan ekonomi kecil di sekitar ruang terbuka. Selain secara ekologis, area RTH di bantaran sungai dijadikan sepagai ruang produktif warga kota dimana terdapat kolam untuk memancing dan juga lahan untuk berkebun (urban farming). 4. Mudah di akses baik spasial ataupun aspasial Kedua ruang terbuka tersebut saling berhadapan sehingga secara pengamatan kawasan kedua RTH ini menjadi satu kesatuan RTH sekaligus RTP dan diharapkan menjadi mudah untuk diintegrasikan. Ruang terbuka hijau sekaligus ruang terbuka public ini sangat mudah diakses secara biaya karena tidak dipungut retribusi untuk memasukinya.

65


5. Adaptif terhadap kondisi iklim mikro Penyesuaian ruang terbuka dan ruang terbuka hijau sangat penting karena akan mempengaruhi seberapa efektif ruang tersebut nantinya bekerja. Iklim makro didalam ruang ini sendiri akan memberikan pengaruh seperti kuatnya angin, cahaya matahari, pelindung hujan, maupun petir sekalipun. 6. Estetika yang baik akan memberikan efek visual yang baik pula sehingga secara fungsional ruang ini bekerja begitu pula fungsinya untuk rekreasi diri dan dapat memberikan pelayanan yang inklusif dan dapat mengangkat karakter sejarah yang kuat di Kawasan Green Compact Services Palagan Ambarawa. 7. Tata hijau di kawasan Green Compact Services Palagan Ambarawa dilakukan di bagian jalur – jalur pejalan kaki dan di sekitar bangunan – bangunan agar penghijauan yang didapatkan tidak hanya berada di bagian timur kawasan saja tapi lebih

Peta tata vegetasi

Penataan lingkungan.

Selain itu, dengan menjadikan area bantaran sungai sebagai ruang public terbuka hijau, maka dilakukan program pembersihan sungai rutin sebagai elemen biru dan penguat dari tata hijau. Penataan drainase di pinggir jalan dengan menggunakan drainase tertutup agar meminimalisir penumpukan sampah.

Rekayasa lingkungan yang mampu mendukung kegiatan di dalam Kawasan Green Compact Services Palagan Ambarawa bersifat informative dan berciri khas agar membentuk ruang yang inclusive dan livable sesuai dengan konsep besar social-equity Kota Ambarawa. Penataan lingkungan dilakukan dengan penataan penanda bangunan dan penataan reklame di kawasan. Penataan ini dilakukan dengan menambah peta dan reklame digital sekaligus peta informative di Kota Ambarawa sehingga system pengadaan akan semakin mudah, menghemat biaya dan memperbaiki fasad kawasan agar tidak terganggu dengan keberadaaan reklame yang menumpuk. Penanda – penanda bangunan dilakukan untuk mengangkat citra kawasan sebagai pusat pelayanan yang tetap bersejarah

66


Pentahapan dan pembiayaan. Pentahapan perencanaan kawasan dilakukan dalam 4 tahap per 5 tahun. Pentahapan ditunjukkan dengan rincian kegiatan yg dijelaskan dalam table berikut; Rincian Kegiatan

2017

Revitalisasi museum dan taman monumen palagan serta area disekitarnya Penghijauan lahan di bantaran sungai Revitalisasi terminal Perbaikan uƟlitas dan street furniture Revitalisasi Gedung Serbaguna dan Mesjid Palagan Ambarawa Peningkatan pelayanan pada bangunan publik Pembangunan Command Center OpƟmalisasi sirkulasi kawasan pemeliharaaan Total Biaya per lima tahun Rincian Kegiatan Revitalisasi museum dan taman monumen palagan serta area disekitarnya Penghijauan lahan di bantaran sungai Revitalisasi terminal Perbaikan uƟlitas dan street furniture Revitalisasi Gedung Serbaguna dan Mesjid Palagan Ambarawa Peningkatan pelayanan pada bangunan publik Pembangunan Command Center OpƟmalisasi sirkulasi kawasan pemeliharaaan Total Biaya per lima tahun

5 tahun pertama 2018 2019 2020 Rp. 950.000.000

2021

2022

5 tahun kedua 2023 2024

2025

2026

Rp. 2.350.000.000 Rp. 3.000.000.000

Rp. 100.000.000 Rp.1.050.000.000

2027

5 tahun keƟga 2028 2029

2030

2031

Rp. 100.000.000 Rp.5.450.000.000

2032

5 tahun keempat 2033 2034 2035

2036

Rp. 1.200.000 Rp. 700.000.000 Rp. 1.000.000.000 Rp. 1.500.000.000 Rp. 100.000.000 Rp. 100.000.000 Rp.3.100.000.000

Rp. 100.000.000 Rp. 1.600.000.000

Total biaya keseluruhan Rp. 11.200.000.000

67


Aldino Aditya Damef 42106

KT 1ƻ

H ª}r« Í«r«ǝ/r×rÂr«ǝ ¤±¾rǝHr¤r r«ǝ ǝȝª}r¾r×r

68


ǝǝǝǝ Í«rǝª «~r»r ǝ1 Ör}¤ Nj«Ýrǝ¢±Èrǝȝª}r¾r×rƶǝ È «ÈÍ«Ýrǝ» ¾¤Íǝr rǝ» ª} «r r«ǝ r«ǝ » ¾ «~r«rr«ǝÈ ¾ r r»ǝªrÂr¤r NjªrÂr¤r ǝÝr« ǝÈ ¤r ǝ ǝ»r»r¾¢r«ǝÈr ƻǝY«ÈÍ¢ǝª « rÈr ǝ ªrÂr¤r ǝÈ ¾Â }ÍÈƶǝ r ¾¤r ǝ/r×rÂr«ǝ ¤±¾rǝ Hr¤r r«ǝȝª}r¾r×rǝÝr« ǝ » ¾Í«ÈÍ¢¢r«ǝ ª « «Èr¢r«ǝªrÂr¤r ǝ r«ǝª «~r»r ǝ ¢ Nj¤ Ör}¤ Njr«ǝ¢±Èrǝȝª}r¾r×rƻǝ8rªÍ«ƶǝ¢ «r»rǝ ¢r×rÂr«ǝ « ǝ} Ârǝ  }ÍÈǝª «¡r ǝ±¤Í ǝ r¾ ǝ » ¾ªrÂr¤r r«ǝ/±Èrǝȝª}r¾r×rǝÍ«ÈÍ¢ǝª «~r»r ǝ ÈÍ¡Ír««ÝrǝƼǝ/r×rÂr«ǝ « ǝr¢r«ǝª « r ¾¢r«ǝ ¢ }ÍÈÍ r«ǝ¢±Èrǝȝª}r¾r×rǝ r¤rªǝ» «~r»r r«ǝ ¢ Nj¤ Ör}¤ Njr««ÝrǝÈr«»rǝª « « r¤¢r«ǝ « ¢rȱ¾ǝ ¤r «ǝ r¤rªǝÈÍ¡Ír«ǝ/±Èrǝȝª}r¾r×rƻ

1 Èr¢ǝ r«ǝ/±«  ¢Â ÂÈ « ǝ/r×rÂr«ǝ ¤±¾rǝHr¤r r«ǝǝ

¤rÈr¾ } ¤r¢r« ƻ ǝǝǝǝǝǝ ¾r« ¢rÈǝ r¾ ǝ} } ¾r»rǝªrÂr¤r ǝÝr« ǝ r rǝ ǝ¢±Èrǝȝª}r¾r×rǝÝr ÈÍǝªrÂr¤r ǝ ¢ ªr~ Èr«ǝ r«ǝ¾Ír« ǝÈ ¾}Í¢rǝ»Í}¤ ~ǝÝr« ǝ ¢Í¾r« ǝ ǝ/±Èrǝȝª}r¾r×rƶǝÂÍ r ǝ r¾Í«Ýrǝ ¢ Èrǝª ª} «r ǝ r¤Nj r¤ǝÝr« ǝ¡r ǝªrÂr¤r ǝ È ¾Â }ÍÈǝ Í«rǝª «~r»r ǝÈÍ¡Ír«ǝ/±Èrǝ ȝª}r¾r×rǝÝr ÈÍǝǔ7 «¡r ǝ/±ÈrǝÝr« ǝ1 Ör}¤ ǝ « r«ǝH « ª}r« r«ǝH±È «Â ǝ ¢±«±ª ǝ Ýr« ǝ} ¾}r Âǝ/ r¾ r«ǝ1±¢r¤ǝHr rǝTr Í«ǝ śřŜŞǕƻǝ r¾ ǝÈÍ¡Ír«ǝ¢±Èrǝȝª}r¾r×rǝÈ ¾Â }ÍÈǝ ¢ Èrǝ r»rÈǝª «r¾ ¢ǝ¢  ª»Í¤r«ǝ}r ×rǝ ªrÂr¤r ǝ¢ ªr~ Èr«ǝ r«ǝ¢Í¾r« «Ýrǝ¾Ír« ǝ È ¾}Í¢rǝ»Í}¤ ¢ǝ « ǝÂr« rÈǝª «Ýr« ¢ÍÈǝ¢ ǝ } } ¾r»rǝ « ¢rȱ¾ǝ r¤rªǝÈÍ¡Ír«ǝÈ ¾Â }ÍÈƶǝ r«Èr¾rǝ¤r «ǝ r¤r ǝ¤ Ör}¤ ƻǝǝ

ǝǝǝǝǝ/r×rÂr«ǝÝr« ǝ} ¾r rǝ ǝ¢ ¤Í¾r r«ǝ 1± ±Ý±« Nj/Í»r« ǝ « ǝr¢r«ǝª ª}r«ÈÍǝ /±Èrǝȝª}r¾r×rǝ r¤rªǝ» «~r»r r«ǝÈÍ¡Ír««Ýrǝ « r«ǝª « r ¾¢r«ǝ¡r¤r«ǝ}r¾ÍǝÝr« ǝ ª « Í}Í« ¢r«ǝ/ ¤Í¾r r«ǝ1± ±Ý±« ǝ « r«ǝ ¢Í»r« ǝ ¾Èrǝ} ¾ «È ¾r ǝ « r«ǝ¡r¤r«ǝ OÍ ¾ªr«ǝÝr« ǝªr«rǝªrÂr¤r ǝ¢ ªr~ Èr«ǝ È ¾ r»rÈǝ ǝ¡r¤r«ǝÈ ¾Â }ÍÈƻǝ/ ªÍ r«ǝ¢r×rÂr«ǝ « ǝ¡Í rǝr¢r«ǝª « r ¾¢r«ǝ¾Ír« ǝÈ ¾}Í¢rǝ »Í}¤ ¢ǝ r«ǝ r ¤ ÈrÂǝ»Í}¤ ¢ǝÝr« ǝ }ÍÈÍ ¢r«ǝ¢±Èrǝ ȝª}r¾r×rǝÍ«ÈÍ¢ǝª «~r»r ǝ¢ Nj¤ Ör}¤ Njr««Ýrƻǝ Tr¢ǝ¤Í»ÍÈǝ r¾ ǝ « ¢rȱ¾ǝ¤r «ǝ r¤rªǝÈÍ¡Ír«ǝ/±Èrǝ ȝª}r¾r×rƶǝ » ¾È ǝ» « ª}r« r«ǝ»±È «Â ǝ ¢±«±ª ǝ»r rǝ¢r×rÂr«ǝ « ǝr¢r«ǝ r ¾¢r«ǝ»Í¤rǝ r¾ rǝ¢±ª ¾Â ¤ǝ r«ǝ¡rÂrǝÝr« ǝr¢r«ǝª ª}r«ÈÍǝ »Í¤rǝ r¤rªǝ» «~r»r r«ǝÈÍ¡Ír«ǝ/±Èrǝȝª}r¾r×rƻ ǝǝǝǝǝ « r«ǝr r«Ýrǝ/r×rÂr«ǝ ¤±¾rǝHr¤r r«ǝ ȝª}r¾r×rǝ « ƶǝ r¾r»r««Ýrǝ¢ }ÍÈÍ r«ǝ/±Èrǝ ȝª}r¾r×rǝr¢r«ǝ r»rÈǝÈ ¾» «Í ƶǝ} } ¾r»rǝ » ¾ªrÂr¤r r«ǝ ǝ¢±Èrǝȝª}r¾r×rǝ r»rÈǝ rÈr ǝ r«ǝ«r«È «Ýrǝ r»rÈǝª «~r»r ǝÈÍ¡Ír«ǝ¢±Èrǝ ȝªr}r¾r×rǝÝr ÈÍǝǔ7 «¡r ǝ/±ÈrǝÝr« ǝ1 Ör}¤ ǝ « r«ǝH « ª}r« r«ǝH±È «Â ǝ ¢±«±ª ǝÝr« ǝ

} ¾}r Âǝ/ r¾ r«ǝ1±¢r¤ǝHr rǝTr Í«ǝśřŜŞǕƻ

»±È «Â ǝ r«ǝ ªrÂr¤r ƻ rƻǝ/ ªr~ Èr«ǝ ǝ.r¤r«ǝOÍ ¾ªr« ǝǝǝǝǝǝ.r¤r«ǝÝr« ǝ ª» Èǝ Èrª}r ǝr r«Ýrǝ ª r«ǝ»r rǝ¡r¤r«ǝOÍ ¾ªr«ǝ¢ ÍÂÍ«Ýrǝ »rÂr¾ǝ»¾±¡±ǝª « r¢ }rÈ¢r«ǝªrÂr¤r ǝ r¤rªǝ  ¾¢Í¤r ǝ ǝ¡r¤r«ǝÈ ¾Â }ÍÈƻǝO ¾¢Í¤r ǝ ǝ¡r¤r«ǝ È ¾Â }ÍÈǝª «¡r ǝÈ ¾Â « rÈǝr¢ }rÈǝ r¤Nj r¤ǝ È ¾Â }ÍÈƶǝ » ¾»r¾r ǝ¤r ǝ±¤ ǝ¢ « r¾rr«ǝ ͪͪǝÝr« ǝ ¾ « ǝǝ« È ªǝrÈrÍǝ ª « r« ¢ÍÈǝ» «Íª»r« ǝ ǝ »r«ǝ»rÂr¾ǝ »¾±¡±ǝÝr« ǝÈrª}r ǝª ª» ¾Â « rÈǝ ¾¢Í¤r ƻǝ « r«ǝr r«Ýrǝ¡r¤r«ǝ}r¾ÍǝÝr« ǝÈ ¾ «È ¾r ǝ « r«ǝ¡r¤r«ǝÂÍ ¾ªr«ǝ « ǝ r¾r»r««Ýrǝr¢r«ǝ ª ª}r«ÈÍǝª ª» ¾ªÍ r ǝ ¾¢Í¤r ǝ ǝ¢±Èrǝ ȝª}r¾r×rƶǝ¢r¾ «rǝ¡r¤r«ǝÝr« ǝ} ¾ «È ¾r ǝ « ǝ ǝ¾ «~r«r¢r«ǝª « Í«r¢r«ǝÂÝÂÈ ªǝ ¾¢Í¤r ǝ ÂrÈÍǝr¾r ǝÂr¡rƻǝ }ƻǝ/;r« «Ýrǝ r ¤ ÈrÂǝ r«ǝKÍr« ǝT ¾}Í¢rǝ ǝǝǝǝHÍ}¤ ¢ǝ ǝǝǝǝ/;r« Ýrǝ¢ }ÍÈÍ r«ǝ¾Ír« ǝÈ ¾}Í¢rǝ ǝ ¢±Èrǝȝª}r¾r×rǝ ¾Èrǝ r ¤ ÈrÂNj r ¤ ÈrÂǝ»Í}¤ ~ǝ ¤r ««Ýrǝª ª}ÍrÈǝ» ¾¤Í«Ýrǝ» ¾ «~r«rr«ǝÝr« ǝ ¤ } ǝÍ«ÈÍ¢ǝª «~r»r ǝ¢ Nj¤ Ör}¤ Njr«ƻǝ / ªÍ r«ǝ¡Í rǝ « r«ǝÈ r¢ǝÈ ¾×r r «Ýrǝ ¢ }ÍÈÍ r«ǝ¢ rÈr«ǝÝr« ǝª «Ýr« ¢ÍÈǝ ¢ Nj¤ Ör}¤ Njr«ǝ¡Í rǝª « «ÈÍÈǝÍ«ÈÍ¢ǝr r«Ýrǝ r¤ǝÈ ¾Â }ÍÈƻǝ/ }ÍÈÍ r«Nj¢ }ÍÈÍ r«ǝÈ ¾Â }ÍÈǝ r¢r«ǝ r ¾¢r«ǝ « r«ǝr r«Ýrǝ¾Ír« ǝÈ ¾}Í¢rǝ r«ǝ ¤r« r« ǝ±¤r ¾r rǝÝr« ǝª ª}ÍrÈǝ ¢ }ÍÈÍ r«ǝªrÂÝr¾r¢rÈǝª «Í¡Íǝ¢±ÈrǝÝr« ǝ ¤ Ör}¤ ǝÈ ¾» «Í ƻǝ

69


ÈÍ¡Ír« » ¾ «~r«rr«ƻ T ¾~ »Èr«Ýrǝr¢Â  } ¤ÈrÂǝ r«ǝ ¾¢Í¤r ǝ Ýr« ǝ«Ýrªr«ƶ¤r«~r¾ƶǝ r«ǝÂr¤ « ǝ } ¾ «È ¾r ǝ ¢ÂÈ ¾«r¤ǝ r«ǝ «È ¾«r¤ƻ T ¾~͢ͻ «Ýrǝ r ¤ ÈrÂǝͪͪǝ ǝ/±Èrǝ ȝª}r¾r×rǝ » ¾È ǝ r ¤ ÈrÂǝ±¤r ¾r rƶǝ ¾Ír« ǝÈ ¾}Í¢rƶǝ r«ǝ¤r ««Ýr T ¾~ »Èr«Ýrǝ «È ¾r¢Â ǝ± r¤ǝr«Èr¾ǝ ªrÂÝr¾r¢rÈǝ ǝ/±Èrǝȝª}r¾r×rƻǝ T ¾ ͫ͢ «Ýrǝ¢ rÈr«ǝÝr« ǝ ª ª» « r¾Í ǝÈ « ¢rÈǝ¢ Nj¤ Ör}¤ Njr«ǝ /±Èrǝȝª}r¾r×r

¢±«Â » » ¾ «~r«rr«ƻ /r×rÂr«ǝKÍr« ǝT ¾}Í¢rǝ ¤±¾rǝHr¤r r«ǝ ȝª}r¾r×rǝr r¤r ǝ¢r×rÂr«ǝÝr« ǝ ÈÍ¡Í¢r«ǝÍ«ÈÍ¢ǝª «~r»r ǝ¢ Nj¤ Ör}¤ Njr«ǝ ¢±Èrǝȝª}r¾r×rƻǝ/r×rÂr«ǝ « ǝ ¢±«Â »ǝ r¢r«ǝª «¡r ǝ¢r×rÂr«ǝ¾Ír« ǝÈ ¾}Í¢rǝ È ¾»r Íǝ r«ǝ»ÍÂrÈǝ} ¾}r r ǝªr~rªǝ ¢ rÈr«ǝ±¤r ¾r rƻǝ#r¤ǝÈ ¾Â }ÍÈǝr¢r«ǝ }Í¢È ¢r«ǝ « r«ǝr r«Ýrǝ¾Ír« Nj¾Ír« ǝ È ¾}Í¢rǝ} ¾Í»rǝÈrªr«ǝ r«ǝ r¾ « ǝ»r~ ǝ Ýr« ǝr rǝ ǝ¤ « ¢Í« r«ǝ ¤r« r« ǝ ±¤r ¾r rǝ¢ ªÍ r«ǝ r ¤ ÈrÂNj r ¤ ÈrÂǝ ±¤r ¾ rǝÝr« ǝr rǝ ǝ¢r×rÂr«ǝÈ ¾Â }ÍÈƶǝ  ¾Èrǝ ¢¾ Èr¾ rÈǝÈ »ÍÂrÈǝ}r ǝ ¤Í¾Í ǝ ±¾ r« Âr ǝ r«ǝ» r¢ǝÈ ¾¢r Èǝ « r«ǝ ¢ rÈr«ǝ±¤r ¾r rǝÝr« ǝ} ¾r rǝ»r rǝ Í« ǝÍÈrªrǝ ¤r« r« ƻǝ/r×rÂr«ǝ « ǝ ¢±«Â »ǝÍ«ÈÍ¢ǝ~±ª»r~Èǝ}r ǝ¢ rÈr«ǝ ±¤r ¾r rǝÝr« ǝªr«rǝ» ¤rÈr¾r«ǝ ¢ ¤ ¤ « ǝ Í« ǝÍÈrªrǝ r»rÈǝ ¡r ¢r«ǝÂr¾r«rǝ

rÈrÍǝ r ¤ ÈrÂǝ±¤r ¾r rǝÝr« ǝÈ r¢ǝª ª ¤ ¢ ǝ ¢ }ÍÈÍ r«ǝ¢ ÍÂÍÂǝÍ«ÈÍ¢ǝ ¤r¢Í¢r«ǝ » ¾È ƶǝ ±¤r ¾r rǝ} ¤rǝ ¾ ƶǝ ¤¤ƻǝ/±«Â »ǝ~±ª»r~Èǝ»r rǝ ¢r×rÂr«ǝ « ǝ¡Í rǝ r»rÈǝ }Í¢È ¢r«ǝ « r«ǝ r r«Ýrǝ¢ rÈr«ǝ r«ǝr¢È ÈrÂǝ¤r ««ÝrǝÝr ÈÍǝ ¢ rÈr«ǝ¢±ª ¾Â ¤ǝ r«ǝ¡rÂrǝÝr« ǝ} ¾¢r Èr«ǝ « r«ǝ¢ rÈr«ǝ ¢r×rÂr«ǝÈ ¾Â }ÍÈƻǝ

ÂȾrÈ » ¾ «~r«rr«ƻ H ª}r« Í«r«ǝ¡r¤r«ǝ}r¾Íǝ ¾Èrǝ¡r¤Í¾ǝ » ÂȾ r«ǝÝr« ǝ¾rªr ǝ» ¡r¤r«ǝ¢r¢ ǝ ¾Èrǝ ¡r¤Í¾ǝ» ÂȾ r«ǝÝr« ǝªÍ¤È Í«  ǝ « r«ǝ ¡± « ǝȾr~¢ǝÝr« ǝ} ¾ «È ¾r ǝ « r«ǝ ¤r« r« ǝ±¤r ¾r rƻǝ ¤r« r« ǝ±¤r ¾r rǝÈ ¾»r ÍǝÍ«ÈÍ¢ǝ  r¤rǝªr~rªǝ¢ rÈr«ǝ±¤r ¾r rǝ}  ¾Èrǝ  ¢¾ Èr¾ rÈǝÍ«ÈÍ¢ǝ» r¢ǝÝr« ǝª «rÍ« «Ýrƻǝ KÍr« ǝÈ ¾}Í¢rǝ»Í}¤ ~ǝÝr« ǝr rǝ ǝ ¢ ¤ ¤ « ǝ >KǝÍÈrªrǝ} ¾Í»rǝÈrªr«NjÈrªr«ƻ ȝ¾ rǝ¢±ª ¾Â ¤ǝ r«ǝ¡rÂrǝ }r r ǝ» «Í«¡r« ǝ ¢ rÈr«ǝ ǝ¢r×rÂr«ǝÈ ¾Â }ÍÈƻǝ

H ¾Í«ÈÍ¢r«ǝ¤r r«ǝr r¤r ǝ Í«  ǁ¡ « Âǝ r¾ ǝ ¢ rÈr«ǝÝr« ǝÈ ¾¡r ǝ ǝrÈrÂǝ¤r r«ƻǝ ¾ ¢ÍÈǝ ª ¾Í»r¢r«ǝ ¢ Èǝ»r»r¾r«ǝ r¾ ǝÂȾ͢È;ǝ » ¾Í«ÈÍ¢r«ǝ¤r r«ǝÝr« ǝr rǝ»r rǝ/r×rÂr«ǝ ¤±¾rǝHr¤r r«ǝȝª}r¾r×rǝ « Ƶ ǝǝǝǝH ¾Í«ÈÍ¢r«ǝ¤r r«ǝªr¢¾±ǝ»r rǝ¢r×rÂr«ǝ ǝǝǝǝ « ǝª « r~Íǝ»r rǝ¾ «~r«rǝ» ¾Í«ÈÍ¢r«ǝ ǝǝǝǝ¤r r«ǝ/±Èrǝȝª}r¾r×rǝÍ«ÈÍ¢ǝśřǝÈr Í«ǝ ǝǝǝǝ¢ ǝ »r«ƻǝHr rǝ¢r×rÂr«ǝ ¤ « r ǝ « ǝ ǝǝǝǝÈ ¾ r»rÈǝ} } ¾r»rǝ¡ « Âǝ» ¾Í«ÈÍ¢r«ǝ¤r r«ǝ ǝǝǝǝÝr ÈÍǝ¢±ª ¾Â ¤ƶǝ¡rÂrƶǝ r«ǝ¾Ír« ǝÈ ¾}Í¢rǝ ǝǝǝǝ ¡rÍǝ r«ǝ»Í}¤ ¢ƻ ǝǝǝǝH ¾Í«ÈÍ¢r«ǝ¤r r«ǝª ¢¾±ǝÝr ÈÍǝ» ¾Í«ÈÍ¢r«ǝ ǝǝǝǝ¤r r«ǝ ~r¾rǝ Èr ¤ǝÝr« ǝ»r rǝ¢r×rÂr«ǝ « ǝ ǝǝǝǝÈ ¾ ¾ ǝ r¾ ǝ» ¾Í«ÈÍ¢r«ǝ¤r r«ǝǝ¢±ª ¾Â ¤ǝ r«ǝ ǝǝǝǝ¡rÂrǝÝr« ǝ} ¾r rǝ ǝ  ǝ ¤rÈr«ǝ¡r¤r«ƶǝ ¾Èrǝ ǝǝǝǝ¾Ír« ǝÈ ¾}Í¢rǝ»Í}¤ ¢ǝÝr« ǝª «~r¢Í»ǝ ǝǝǝǝ ¤r« r« ǝ±¤r ¾r rƻǝ ǝǝǝǝȝ r»Í«ǝ» ¾Í«ÈÍ¢r«ǝ¤r r«ǝ¤r «ǝ} ¾Í»rǝǝ ǝǝǝǝ¢r×rÂr«ǝ¢±«Â ¾Ör ǝ» ¾Âr×r r«ǝ « r«ǝ ǝǝǝǝ ª»r r«ǝÂÍ« r

ÂÈÍ¢È; » ¾Í«ÈÍ«¢r«ǝ¤r r«ƻ

OȾ͢È; H ¾Í«ÈÍ¢r«ǝ1r r« Ü ÂÈ «

OȾ͢È; H ¾Í«ÈÍ¢r«ǝ1r r« K «~r«r

70


«È «Â Èr » ªr« rrÈr«ǝ¤r r«ƻ %«È «Â ÈrÂǝ» ªr« rrÈr«ǝ¤r r«ǝÝr ÈÍǝÈ « ¢rÈǝr¤±¢r ǝ r«ǝ ÂȾ }Í ǝ¤ÍrÂǝ¤r«Èr ǝªr¢Â ªÍªǝÈ ¾ r r»ǝ¤r r«ǁÈr»r¢ǝ» ¾Í«ÈÍ¢r««ÝrƻǝT ¾ ¾ ǝ r¾ ǝƵ ǝǝ/±  «ǝ rÂr¾ǝ r« Í«r«ǝLJ/ Lj ǝǝ/±  «ǝ rÂr¾ǝ r« Í«r«ǝLJ/ LjǝÝr ÈÍǝ ǝǝ» ¾Â «Èr ǝ» ¾}r« « r«ǝ¤ÍrÂǝ¤r«Èr ǝ rÂr¾ ǝǝ}r« Í«r«ǝÝr« ǝ r»rÈǝ }r« Í«ǝ « r«ǝ ǝǝ¤ÍrÂǝ» Èr¢ǝ¤r r«ƻǝHr rǝ¢r×rÂr«ǝ ¤±¾rǝ ǝǝ»r¤r r«ǝrªr}r¾r×rƶǝ¢ }ǝª « r~Íǝ¢ }ǝ ǝǝªr¢¾±ǝ¢r×rÂr«ǝÝr« ǝr rǝ r¤rªǝ¾ «~r«rǝ ǝǝ¢±  «ǝ rÂr¾ǝ}r« Í«r«ǝ¢±Èrǝȝª}r¾r×rǝ /±  « /±  « ǝǝÝr« ǝªr«rǝ¢ }ǝªr¢¾±ǝ¢r×rÂr«ǝ « ǝr r¤r ǝ rÂr¾ǝ r« Í«r« rÂr¾ǝ r« Í«r« ǝǝŝřǺƻǝ8rªÍ«ǝ×r¤rͻͫǝ ~r¾rǝ¢  ¤Í¾Í r« Ü ÂÈ « K «~r«r ǝǝ¢r×rÂr«ǝ « ǝª ª ¤ ¢ ǝ¢ }ǝŝřǺƶǝ» ¾Â ¤Nj» ¾Â ¤ǝ ǝǝÝr« ǝr rǝÈ «ÈÍ«Ýrǝª ª ¤ ¢ ǝ¢ }ǝÝr« ǝ} ¾} rƻǝ Y«ÈÍ¢ǝ» ¾Â ¤ǝ ¤r« r« ǝ±¤r ¾r rǝª ª ¤ ¢ ǝ¢ }ǝşřǺƶǝ¢ }ǝ» ¾Â ¤ǝ¢±ª ¾Â ¤ǝ r«ǝ¡rÂrǝšřǺǝ r«ǝ¢r×rÂr«ǝ¢±«Â ¾Ör ǝ» ¾Âr×r r«ǝ r«ǝ ª»r r«ǝ ÂÍ« r ǝ¢ }«Ýrǝ È Èr»¢r«ǝřǺǝ¢r¾ «rǝ» ¾Í«ÈÍ¢¢r««Ýrǝª ªr« ǝÈ r¢ǝr rǝ» « ¾rÂr«ǝÈ ¾ r r»ǝÈr»r¢ǝ» ¾Â ¤ǝÈ ¾Â }ÍÈƻ ǝǝ/±  «ǝ1r«Èr ǝ r« Í«r«ǝLJ/ Lj ǝǝǝǝ/±  «ǝ1r«Èr ǝ r« Í«r«ǝLJ/1 LjǝÝr ÈÍǝ ǝǝǝǝ» ¾}r« « r«ǝr«Èr¾rǝ¡Íª¤r ǝ ¤Í¾Í ǝ¤ÍrÂǝ ǝǝǝǝ¤r«Èr ǝ}r« Í«r«ǝÝr« ǝ r»rÈǝ }r« Í«ǝ ǝǝǝǝ « r«ǝ¤ÍrÂǝ» Èr¢ǝ¤r r«ƻǝ/r×rÂr«ǝ ¤±¾rǝ ǝǝǝǝ»r¤r r«ǝ ~r¾rǝ¢  ¤Í¾Í r«ǝª ª ¤ ¢ ǝ¢±  «ǝ ǝǝǝǝ¤r«Èr ǝ}r« Í«r«ǝřNjśƻǝ1r¤Íǝ ~r¾rǝª ¢¾±ǝ¢¤}ǝ ǝ ǝǝǝǝ¢r×rÂr«ǝ « ǝ r¤r ǝśǝÍ«ÈÍ¢ǝ}r« Í«r«ǝ ǝǝǝǝ ¤r« r« ǝ±¤r ¾ rƶǝŚǝÍ«ÈÍ¢ǝ¢±ª ¾Â ¤ǝ ǝǝǝǝ r«ǝ¡rÂrǝ r«ǝřǝÍ«ÈÍ¢ǝ¢r×rÂr«ǝ¢±«Â ¾Ör ǝ ǝǝǝǝ» ¾Âr×r r«ǝ ǝ¢r×rÂr«ǝ « ƻǝǝ

/± Â « 1r«Èr ǝ r« Ír«r« Ü ÂÈ «

/± Â « 1r«Èr ǝ r« Í«r« K «~r«r

/±  «ǝ rÂr¾ǝ# ¡rÍ ǝǝ/±  «ǝ rÂr¾ǝ# ¡rÍǝÝr ÈÍǝ» ¾Â «Èr ǝ» ¾}r« « r«ǝ¤ÍrÂǝ¤r r«ǝ ¤Í¾Í ǝ¾Ír« ǝÈ ¾}Í¢rǁ ¡rÍǝ ǝ¤Ír¾ǝ}r« Í«r«ǝ Í« ǝ « r«ǝ¤ÍrÂǝ» Èr¢ǝ¤r r«ƻǝ ǝǝ/ #ǝ»r rǝ¢r×rÂr«ǝ « ǝÈ ¾ ±¤±« ǝ~͢ͻǝÈ « ǝÍ«ÈÍ¢ǝ¢r×rÂr«ǝÝr« ǝ ¢rÈǝ « r«ǝ ǝÝr ÈÍǝ ¢ Èr¾ǝŠřǺƻǝ/r¾ «rǝ»r rǝ rÂr¾«ÝrǝÈ r¢ǝÈ ¾¤r¤Íǝ ǝǝ}r«Ýr¢ǝ¢±«Ö ¾Â ǝ¤r r«ǝ r¾ ǝ» ¾Âr×r r«ǝª «¡r ǝ» ¾Â ¤Nj» ¾Â ¤ǝÈ ¾}r« Í«ƻǝ/ ªÍ r«ǝ» ¾Â ¤Nj» ¾Â ¤ǝÈ ¾}r« Í«ǝ»Í«ǝÈ Èr»ǝª ª ¤ ¢ ǝ r ¾r Nj r ¾r ǝ ¡rÍƻ

71


ÈrÈr }r« Í«r«ƻ ǝ « ǝ rÈ;ǝª « «r ǝ» Èr¢ǝ¤r r«ƶǝ }r« Í«r«ƶǝ r«ǝ¢ È « r«ǝ}r« Í«r«ǝ  }r r ǝ} ¾ ¢ÍÈƵ ǝǝH « rÈ;r«ǝ» Èr¢ǝ¤r r«ǝ} ¾ÈÍ¡Ír«ǝ ǝǝÍ«ÈÍ¢ǝª « rÈ;ǝ» ª}r r«ǝ¤r r«ǝ ǝǝ r¤rªǝ¢r×rÂr«ǝ « r«ǝ͢;r«ǝÝr« ǝ ǝǝÈ ¤r ǝ È Èr»¢r«ǝ r«ǝ  ÈÍ¡Í ǝ¢ È ¢rǝ ǝǝÈ ¾¡r ǝ¤r« Nj~±«Â±¤ rÈ ±«ǝr r¾ǝÈ ¾¡r ǝ ǝǝ¢  ª}r« r«ǝr«Èr¾rǝ}r« Í«r«ǝ ǝǝ « r«ǝ¾Ír« ǝÈ ¾}Í¢rǁ ¡rÍƻǝȝ r»Í«ǝ ǝǝ͢;r«ǝ» Èr¢ǝ¤r r«ǝ  ÂÍr ¢r«ǝ « r«ǝ ǝǝ¤ÍrÂr«ǝ}r« Í«r«ǝ r«ǝÂ È »¤r«ǝÝr« ǝ ǝǝÈ ¤r ǝ ¾r«~r« ƻǝǝ ǝǝH « rÈ;r«ǝ}r« Í«r«ǝ} ¾ÈÍ¡Ír«ǝ ǝǝª « rÈ;ǝ}r« Í«r«ǝ r¤rªǝ» Èr¢ǝ¤r r«ǝ ǝǝÝr« ǝª ¤ »ÍÈ ǝ¤ Èr¢ǝ r«ǝ±¾ «Èr ǝ ǝǝ}r« Í«r«ƶǝªrÂÂrǝ}r« Í«r«ǝ r«ǝ rÝrǝ ǝǝ}r« Í«r«ƻǝ1 Èr¢ǝ r«ǝ±¾ «Èr ǝ}r« Í«r«ǝ ǝǝª « ¢ÍÈ ǝ¾ÍrÂǝ¡r¤r«ǝ¢r×rÂr«ǝÝr« ǝ ǝǝ ¾r«~r« ǝ « r«ǝ¢ ªÍ r r«ǝr¢Â Âǝ}r ǝ ǝǝ» ¡r¤r«ǝ¢r¢ ƻǝ7rÂÂrǝ}r« Í«r«ǝ  ÂÍr ¢r«ǝ ǝǝ « r«ǝ/ ǝÝr« ǝÈ ¤r ǝ rÈ;ƻǝ ǝǝH « rÈ;r«ǝ¢ È « r«ǝǝ}r« Í«r«ǝ rÈ;ǝ ǝǝ « r«ǝ» ¾È ª}r« r«ǝ¢r»r ÈrÂǝ}r« Í«r«ǝ ǝǝÝr« ǝ » ¾¤Í¢r«ƻǝHr rǝ¢r×rÂr«ǝKÍr« ǝ ǝǝT ¾}Í¢rǝ ¤±¾rǝȝª}r¾r×rǝ « ǝ¢ È « r«ǝ ǝǝ}r« Í«r«ǝ È Èr»¢r«ǝŝǝª È ¾ǝÈ r»ǝ ǝǝ¤r«Èr «Ýrǝ « rǝ¢ È « r«ǝ}r« Í«r«ǝ ǝǝªr¢Â ªr¤ǝÝr« ǝ È Èr»¢r«ǝÍ«ÈÍ¢ǝ¢r×rÂr«ǝ ǝǝ « ǝr r¤r ǝšǝª È ¾ǝLJśǝ¤r«Èr Ljƻǝ

MXJD DGD SDUNLU WHUSDGX GL EDJLDQ XWDUD JHGXQJ XWDPD *25

/ È « r« 1r«Èr ǝ r« Í«r« /r×rÂr«

 ÂÈ ªǝ ¾¢Í¤r ǝ r«ǝ¡r¤Í¾ǝ» « Í}Í« ƻ .r¾ « r«ǝ¡r¤r«ǝ ǝ¢r×rÂr«ǝ « ǝÈ ¾ ¾ ǝ r¾ ǝ¡r¤r«ǝ ¢±¤ ¢È±¾ǝ ¢Í« ¾ǝLJ.r¤r«ǝ}r¾Íǝ1± ±Ý±« Nj/Í»r« Ljǝ r«ǝ¡r¤r«ǝ¤ « ¢Í« r«ǝLJ.r¤r«ǝ ǝ r¤rªǝ¢r×rÂr«ǝ >KLjƶǝ « rǝ ÂÈ ªǝ ¾¢Í¤r ǝ r«ǝ¡r¤Í¾ǝ » « Í}Í« ǝ r¾ÍÂǝ r»rÈǝª « r¢±ª± r ǝ r¤NJǝ r¤ǝ} ¾ ¢ÍÈƵ ǝǝǝ.r¤r«ǝ/±¤ ¢È±¾ǝO ¢Í« ¾ǝ}r¾ÍǝÝr« ǝ ǝǝǝ ¾ «~r«r¢r«ǝr¢r«ǝª « ¾r»¢r«ǝÂÝÂÈ ªǝÂrÈÍǝ ǝǝǝr¾r ƻ ǝǝǝOrªrǝ r¤«Ýrǝ « r«ǝ¡r¤r«ǝ¢±¤ ¢È±¾ǝ ¢Í« ¾ǝ ǝǝǝrÈrÍǝ¡r¤r«ǝ}r¾Íƶǝ¡r¤r«ǝ¤ « ¢Í« r«ǝ r¤rªǝ ǝǝǝ¤ « ¢Í« r«ǝ >Kǝ¡Í rǝr¢r«ǝª « ¾r»¢r«ǝ ÂÈ ªǝ ǝǝǝÂrÈÍǝr¾r ƻ ǝǝǝY«ÈÍ¢ǝ»r¾¢ ¾ǝ ǝ¤ « ¢Í« r«ǝ¢±ª ¾Â ¤ǝ »r«¡r« ǝ ǝǝǝ¡r¤r«ǝ}r¾Íǝª « ¾r»¢r«ǝÂÝÂÈ ªǝ»r¾¢ « ǝ±«ǝÂȾ Èǝ ǝǝǝ }r r«ǝÍÈr¾rǝ}r« Í«r«ǝ¢±ª ¾Â ¤ǝ r«ǝ¡rÂrǝrÈrÍǝ ǝǝǝ ǝ  ǝ ¤rÈr«ǝ¡r¤r«ǝ}r¾ÍǝÈ ¾Â }ÍÈǝ ¢r¾ «r¢r«ǝ ǝǝǝª ª « ªr¤  ¾ǝ¢ ~ »rÈr«ǝ ǝ¡r¤r«ǝÝr« ǝ¾rªr ǝ ǝǝǝ « r«ǝ» ¡r¤r«ǝ¢r¢ ǝ r«ǝ» « Í«rǝ r ¤ ÈrÂǝ ǝǝǝ¾Ír« ǝÈ ¾}Í¢rƻǝ ǝǝǝY«ÈÍ¢ǝ»r¾¢ ¾ǝ ǝ¤ « ¢Í« r«ǝ >Kǝª ªr¢r ǝ¤r r«ǝ ǝǝǝ ǝ »r¡r« ǝ ¢ Èr¾ǝ¡r¤r«ǝ¤ « ¢Í« r«ƶǝ¢ ªÍ r«ǝ

.r¾ « r«ǝ.r¤r«ǝ Ü ÂÈ «

.r¾ « r«ǝ.r¤r«ǝ K «~r«r

H «rª»r« ǝ.r¤r«ǝ Ü ÂÈ «

72


ÈrÈrǝ¾Ír« È ¾}Í¢rǝ ¡rÍƻ

NRQVHUYDVL GL NDZDVDQ LQL WHQWXQ\D LDODK ǝ SHUVDZDKDQ \DQJ DGD GLVHNHOLOLQJ JRU ǝ GDQ MXJD VHODWDQ MDODQ EDUX /DOX XQWXN ǝ SHQJKLMDXDQ ODLQQ\D DNDQ GLWHPSDWNDQ GL ǝ UXDQJ WHUEXND \DQJ VXGDK GLMHODVNDQ ǝ NHPXGLDQ GL VHSDQMDQJ MDODQ MXJD GLEHUL ǝ SHQJKLMDXDQ DJDU OHELK UDPDK OLQJNXQJDQ ǝ GDQ MXJD UDPDK SHGHVWULDQ

H «rª»r« ǝ.r¤r«ǝ Ü ÂÈ «

KÍr« ǝT ¾}Í¢rǝ r« KÍr« ǝ# ¡rÍ

.r¾ « r«ǝ.r¤r«ǝ Ü ÂÈ «

.r¾ « r«ǝ.r¤r«ǝ K «~r«r

ǝǝK «~r«rǝ¾Ír« ǝÈ ¾}Í¢rǝ»r rǝ¢r×rÂr«ǝ « ǝ ǝ ±¢Í¢r«ǝ¢ ǝr¾ rǝ¢r×rÂr«ǝ >Kƻǝ KÍr« ǝÈ ¾}Í¢rǝ ǝ¢r×rÂr«ǝ >Kǝ « ǝ ¾ «~r«r¢r«ǝª «Ý }r¾ǝ ǝ ¢ ¤ ¤ « ǝ Í« ǝ >Kƻǝ/ ªÍ r«ǝ¾Ír« ǝÈ ¾}Í¢rǝ rÈrÍǝÈrªr«NjÈrªr«ǝÝr« ǝr rǝ ǝ ¢ ¤ ¤ « ǝ Í« ǝ >Kǝ « ǝ«r«È «Ýrǝr¢r«ǝÂr¤ « ǝ È ¾Ârª}Í« ǝ « r«ǝ¡r¤Í¾ǝ» ¡r¤r«ǝ¢r¢ ǝ r«ǝ ¡± « ǝȾr~¢ƻǝ/ ªÍ r«ǝ¡Í rǝ r«Èr¾rǝ»r¾¢ ¾ǝ r«ǝ¾Ír« Nj¾Ír« ǝ»Í}¤ ~ǝÈ ¾Â }ÍÈǝ Í»rÝr¢r«ǝ r r«Ýrǝ ¾ «} ¤ÈǝÍ«ÈÍ¢ǝª «¡r rǝ¢r×rÂr«ǝ ±¾ǝÈ Èr»ǝ}r ¢ǝ r¾ ǝ ǝ¤ « ¢Í« r«ǝ r«ǝ ª « ªǝ» «~ ªr¾r«ƻ ǝǝ/ ªÍ r«ǝÍ«ÈÍ¢ǝÈrÈrǝ ¡rÍǝ»r rǝ¢r×rÂr«ǝ KÍr« ǝT ¾}Í¢rǝ ¤±¾rǝHr¤r r«ǝȝª}r¾r×rǝ « ǝ«r«È «Ýrǝr¢r«ǝr rǝÈrÈrǝ ¡rÍǝ¢±«Â ¾Ör ǝ r«ǝ¡Í rǝr rǝÈrÈrǝ ¡rÍǝ} ¾Í»rǝÖ Èr ǝ r«ǝ Èr«rªr«NjÈr«rªr«ǝ rÂƻǝTrÈrǝ ¡rÍǝ

±«È± ǝ .± « ǝT¾r~¢

ÈrÈrǝ ¢Ír¤ ÈrÂǝ¤ « ¢Í« r«ƻ % «È ÈrÂǝ¤ « ¢Í« r«ƶǝ r¤rªǝ¾ «~r«rǝ ¢r×rÂr«ǝ « ǝª ª» ¾È ª}r« ¢r«ǝ «È ÈrÂǝ ¢Â ÂÈ « ǝÝr« ǝªr ǝÈ ¾¡r rƻǝ KÍr« Nj¾Ír« ǝÈ ¾}Í¢rǝ ¡rÍǝ « ǝr¢r«ǝ ª ª} ¾ ǝ¢ Âr«ǝr¾ ǝÈ ¾ r r»ǝ ¢r×rÂr«ƻǝ/ ªÍ r«ǝr r«Ýrǝ ¾ «} ¤Èǝ r«Èr¾rǝ¾Ír« Nj¾Ír« ǝ»Í}¤ ~ǝ r«ǝ»r¾¢ ¾ǝ ª «¡r ǝÂr¤r ǝÂrÈÍǝ» «Ý±¢±« ǝ » ª}r«ÈÍǝ¢ È ¾¡r rr«ǝ¢ «Ýrªr«r«ǝ ¤ « ¢Í« r«ƻ

73


ǝǝ>¾ «Èr ǝ¤ « ¢Í« r«ǝ¢r×rÂr«ǝ « ǝ ǝǝ r¤rªǝ» ¾ «~r«rr««Ýrǝ Âr «ǝ ǝǝ « ±¾ªrÈ ǝªÍ« ¢ «ƶǝ}r ¢ǝ » ¾È ǝ ǝǝ «r ǝÈrªr«ǝÝr« ǝÈ r¢ǝ}±¤ ǝ ǝǝ «¡r¢ƶǝ «r ǝÈ È ¢ǝ¢Íª»Í¤ƶǝ ¤¤ ǝǝcr¡r ǝ¡r¤r«ǝrÈrÍǝ rÂr ǝ ǝ¢r×rÂr«ǝ « ǝ ǝǝ Í»rÝr¢r«ǝÈ r¢ǝÈ ¾¤r¤Íǝª ¾ÍÂr¢ǝ ǝǝ¢ݤ « ǝ¢r¾ «rǝ¡Íª¤r ǝ¤r«Èr ǝ ǝ ǝǝ¢r×rÂr«ǝ « ǝª ªr« ǝÈ r¢ǝÈ ¾¤r¤Íǝ ǝǝÈ « ƻǝ

±«È± ǝ ¾ « ¤ÈǝHr¾¢ ¾

 ÂÈ ªǝ»¾rÂr¾r«r r«ǝÍÈ ¤ ÈrÂƻǝ O ÂÈ ªǝ¡r¾ « r«ǝr ¾ǝ} ¾Â ǝ»r rǝ¢r×rÂr«ǝ « ǝª « ¢ÍÈ ǝ ÂÈ ªǝ¡r¾ « r«ǝr ¾ǝ} ¾Â ǝ Ýr« ǝÂÍ r ǝr rǝ ǝ¢±Èrǝȝª}r¾r×rƻ O ÂÈ ªǝ¡r¾ « r«ǝr ¾ǝ¤ ª}r ǝ ǝ¢r×rÂr«ǝ « ǝ ªr ǝ Í»rÝr¢r«ǝÍ«ÈÍ¢ǝª «¡r ǝÂrÈÍǝ « r«ǝ ¾r «r ƶǝª « ª}r« ǝ¢ rÈr«ǝ ǝ¢r×rÂr«ǝ « ǝr ¾ǝ¤ ª}r «Ýrǝ » ¾¢ ¾r¢r«ǝ

ǝǝǝÈ r¢ǝr¢r«ǝ} ¾}r rÝrǝ r«ǝª «~ ªr¾ ǝ ǝǝ ¾r «r ǝ r«ǝÂÍ« r ƻǝ ǝǝǝO ÂÈ ªǝ¡r¾ « r«ǝ ¾r «r ǝ»r rǝ¢r×rÂr«ǝ ǝǝ « ǝ È ª»rÈ¢r«ǝ ǝÂrª» « NjÂrª» « ǝ ǝǝ¡r¤r«ǝ r«ǝ¢ ªÍ r«ǝr¤ ¾r«Ýrǝr¢r«ǝ ǝǝÈ ¾Ârª}Í« ǝ¢ ǝÂÍ« r ǝÈ ¾ ¢rÈƻǝ ǝǝO ÂÈ ªǝ¡r¾ « r«ǝ» ¾Ârª»r r«ǝ¢r×rÂr«ǝ ǝǝ « ǝ} ¾ «È ¾r ǝ « r«ǝÂÝÂÈ ªǝ ǝǝ» ¤rÝr«r«ǝ» ¾Ârª»r r«ǝÝr« ǝr rǝ ǝ ǝǝ¢±Èrǝȝª}r¾r×rƻǝ/ ªÍ r«ǝ ¢r×rÂr«ǝ ǝǝ « ǝ¡Í rǝ È ª»rÈ¢r«ǝ} } ¾r»rǝ}r¢ǝ ǝǝÂrª»r ǝÝr« ǝª «¡r ǝÈ ª»rÈǝ ǝǝ» ª}Ír« r«ǝ ª «Èr¾rǝ } ¤Íªǝ ǝǝ r« ¢ÍÈǝ» r¢ǝ» ¾Ârª»r r«ǝȝª}r¾r×rǝ ǝǝO ÂÈ ªǝ¡r¾ « r«ǝ¤ ÂȾ ¢ǝ ǝ¢r×rÂr«ǝ « ǝÂrªrǝ ǝǝ r¤«Ýrǝ « r«ǝ» ¤rÝr«r«ǝÝr« ǝ¤r «ǝÝr ÈÍǝ ǝǝ} ¾ «È ¾r ǝ « r«ǝ» ¤rÝr«r«ǝ¤ ÂȾ ¢ǝ¢±Èrǝ ǝǝȝª}r¾r×rƻ ǝǝO ÂÈ ªǝ» ¤rÝr«r«ǝ¢ rªr«r«ǝ r«ǝ ǝǝ¢  ¤rªrÈr«ǝ  « ǝ¡Í rǝ} ¢ ¾¡rÂrªrǝ ǝǝ « r«ǝ» r¢ǝÈ ¾¢r Èǝ ǝ¢±Èrǝȝª}r¾r×rǝ ǝǝ » ¾È ǝ» ªr rªǝ¢ }r¢r¾rªƶǝ»±¤¾ Âǝ ǝǝÂ È ª»rÈƶǝ ¤¤ƻǝ/ ªÍ r«ǝÍ«ÈÍ¢ǝ ÈÍr ǝ ǝǝ r¾Í¾rÈǝ  « ǝ¡Í rǝr¢r«ǝ È ª»rÈ¢r«ǝ ǝǝ «r ǝÝr« ǝª ª}r«ÈÍǝ¢ rªr«r«ǝ ǝǝ r«ǝ¢  ¤rªrÈr«ǝ » ¾È ǝÈ È ¢ǝ¢Íª»Í¢ǝ ǝǝ Ör¢Ír ǝ} «~r«rƶǝ ¤¤ƻǝ ǝǝO ÂÈ ªǝ¡r¾ « r«ǝȾr«Â»±¾Èr ǝͪͪǝ ǝǝ»r rǝ¢r×rÂr«ǝ « ǝ¡Í rǝª « ¢ÍÈ ǝ¾ÍÈ ǝ ǝǝÝr« ǝr rǝ»r rǝ¢±Èrǝrª}r¾r×rǝÝr« ǝ ǝǝªr«rǝ»r rǝ¢r×rÂr«ǝ « ǝÈ ¾ r»rÈǝŚǝ ǝǝ» ª} ¾ «È r«ǝ}ÍÂǝͪͪǝ ǝ ǝǝȝª}r¾r×rƻǝ

74


» «Èr r»r« ¾ «~r«rƻ ^ĂƌĂŶĂ -DODQ %DUX

ZŝŶĐŝĂŶ <ĞŐŝĂƚĂŶ

ϮϬϮϴ

ϮϬϮϵ

ϮϬϯϬ

ϮϬϯϭ

ϮϬϯϮ

ϮϬϯϯ

ϮϬϯϰ

ϮϬϯϱ

ϮϬϯϲ

^ŽƐŝĂůŝƐĂƐŝ ^ƵƌǀĞLJ >ŽŬĂƐŝ ĚĂŶ WĞŶĞŵƉĂƚĂŶ WĞƌŝnjŝŶĂŶ ĚĂŶ WĞŵďĞďĂƐĂŶ ůĂŚĂŶ WĞŶŐĂĚĂĂŶ /ŶĨƌĂƐƚƌƵŬƚƵƌ :ĂůĂŶ DĂŝŶƚĞŶĂŶĐĞ

'KZ ĚĂŶ ZƵĂŶŐ dĞƌďƵŬĂ

^ŽƐŝĂůŝƐĂƐŝ ^ƵƌǀĞLJ >ŽŬĂƐŝ ĚĂŶ WĞŶĞŵƉĂƚĂŶ WĞƌŝnjŝŶĂŶ ĚĂŶ WĞŵďĞďĂƐĂŶ ůĂŚĂŶ WĞŶŐĂĚĂĂŶ /ŶĨƌĂƐƚƌƵŬƚƵƌ DĂŝŶƚĞŶĂŶĐĞ

ƌĞĂ <ŽŵĞƌƐŝů ĚĂŶ :ĂůĂŶ

^ŽƐŝĂůŝƐĂƐŝ ^ƵƌǀĞLJ >ŽŬĂƐŝ ĚĂŶ WĞŶĞŵƉĂƚĂŶ WĞƌŝnjŝŶĂŶ ĚĂŶ WĞŵďĞďĂƐĂŶ ůĂŚĂŶ WĞŶŐĂĚĂĂŶ /ŶĨƌĂƐƚƌƵŬƚƵƌ DĂŝŶƚĞŶĂŶĐĞ

6HFDUD NHVHOXUXDQ SHPEDQJXQDQ NDZDVDQ LQL DNDQ EHUODQJVXQJ NXUDQJ OHELK WDKXQ 3HPEDQJXQDQ NDZDVDQ LQL VHODLQ PHPLOLNL SHQWDKDSDQ GDODP SHEDQJXQDQQ\D MXJD WHUGDSDW PDLQWHQDQFH WLDS WDKXQ \DQJ PDQ EHUJXQD XQWXN WHUXV PHUDZDW GDQ PHQMDJD NDZDVDQ WHUVHEXW DJDU WHWDS WHUDZDW GDQ MXJD ELVD PHQFDSDL WXMXDQ NRWD $PEDUDZD

75


¾ «~r«r » ª} rÝrr«ƻǝ 3HPEDQJXQDQ .DZDVDQ *HORUD 3DODJDQ $PEDUDZD VHFDUD NHVHOXUXKDQ PHQJDKDELVNDQ GDQD VHEHVDU 5S \DQJ PDQD SHUHQFLDQQ\D DGDODK VHEDJDX EHULNXW

ŽƐƚ ĞŶĞĨŝƚ ŶĂůLJƐŝƐ ; ĞŶŐĂŶ sĂůƵĂƐŝͿ ;ƐĂƚƵĂŶ ĚĂůĂŵ :ƵƚĂ ZƵƉŝĂŚͿ ĞŶĞĨŝƚ ;:ƵƚĂͿ ǀĂůƵĂƐŝ ǀĂůƵĂƐŝ ƌĞƚƌŝďƵƐŝ ŝĂLJĂ ŝƐĐŽƵŶƚ ǀĂůƵĂƐŝ ƌĞƚƌŝďƵƐŝ ǀĂůƵĂƐŝ ŬĞƉƵĂƐĂŶ ŬĞƚĞƌƉĞŶŐĂƌ ƌĞƚƌŝďƵƐŝ ƐĞǁĂ dŽƚĂů ƌĞƚƌŝďƵƐŝ ZĂƚĞ ĨĂƐŝůŝƚĂƐ ŬĞƉƵĂƐĂŶ ŬĞƉƵĂƐĂŶ ƵŚĂŶ ƉŝŚĂŬ ďĂŶŐƵŶĂŶ ĞǀĞŶƚ ŝĂLJĂ ƉĂƌŬŝƌ ďĞƌďĂLJĂƌ ŵĂƐLJĂƌĂŬĂƚ ƉĞŶĚĂƚĂŶŐ ƉĞƌƐĂǁĂŚĂŶ ƚĞƌŬĂŝƚ ƉĞƌƚŽŬŽĂŶ Ϭ Ϭ Ϭ Ϭ Ϭ Ϭ Ϭ Ϭ Ϭ Ϭ Ϭ Ϭ Ϭ Ϭ Ϭ Ϭ Ϭ Ϭ Ϭ Ϭ Ϭ Ϭ Ϭ Ϭ Ϭ Ϭ Ϭ Ϭ Ϭ Ϭ Ϭ Ϭ Ϭ Ϭ Ϭ Ϭ Ϭ Ϭ Ϭ Ϭ Ϭ Ϭ Ϭ Ϭ Ϭ Ϭ Ϭ Ϭ Ϭ Ϭ Ϭ Ϭ Ϭ Ϭ Ϭ Ϭ Ϭ Ϭ Ϭ Ϭ Ϭ Ϭ Ϭ Ϭ Ϭ Ϭ Ϭ Ϭ Ϭ Ϭ Ϭ Ϭ Ϭ Ϭ Ϭ Ϭ Ϭ Ϭ Ϭ Ϭ Ϭ Ϭ Ϭ Ϭ Ϭ Ϭ Ϭ Ϭ Ϭ Ϭ Ϭ Ϭ Ϭ Ϭ Ϭ Ϭ Ϭ Ϭ Ϭ Ϭ Ϭ Ϭ Ϭ Ϭ Ϭ Ϭ Ϭ Ϭ Ϭ Ϭ ϭϱ ϳ͘ϵ Ϭ Ϭ Ϭ Ϭ Ϭ Ϭ Ϭ Ϭ ϭϴϲ ϵϮ͘ϰ Ϭ Ϭ Ϭ Ϭ Ϭ Ϭ Ϭ Ϭ ϭϮϬ ϱϲ͘ϯ Ϭ Ϭ Ϭ Ϭ Ϭ Ϭ Ϭ Ϭ ϭϯϭϴϳϱ ϱϴϯϮϴ͘ϰ Ϭ Ϭ Ϭ Ϭ Ϭ Ϭ Ϭ Ϭ ϭϯϭϴϳϱ ϱϱϬϮϲ͘ϴ Ϯϭϳϱ ϭϴϬϬ ϮϬϬ ϮϴϬϬ ϰϮϬϬϬ ϰϮϬϬ ϲϬϬϬ ϯϬϬϬ ϭϴϬϬϬ ϳϬϴϱ͘ϲ ϰϯϱϬ ϭϴϬϬ ϰϬϬ ϱϲϬϬ ϰϰϭϬϬ ϰϰϭϬ ϳϮϬϬ ϯϭϱϬ ϭϴϬϬϬ ϲϲϴϰ͘ϲ ϰϯϱϬ ϭϴϬϬ ϰϬϬ ϱϲϬϬ ϰϲϯϬϱ ϰϲϯϭ ϴϲϰϬ ϯϯϬϳ͘ϱ ϭϴϬϬϬ ϲϯϬϲ͘Ϯ ϰϯϱϬ ϭϴϬϬ ϰϬϬ ϱϲϬϬ ϰϴϲϮϬ ϰϴϲϮ ϭϬϯϲϴ ϯϰϳϮ͘ϵ ϭϴϬϬϬ ϱϵϰϵ͘Ϯ ϰϯϱϬ ϭϴϬϬ ϰϬϬ ϱϲϬϬ ϱϭϬϱϭ ϱϭϬϱ ϭϮϰϰϮ ϯϲϰϲ͘ϱ ϭϴϬϬϬ ϱϲϭϮ͘ϱ ϰϬϬϬ ϭϴϬϬ ϰϬϬ ϱϲϬϬ ϱϯϲϬϰ ϱϯϲϬ ϭϰϵϯϬ ϯϴϮϴ͘ϴ ϯϱϰϬϳϭ ϭϰϱϭϱϬ͘Ϭ

ŽƐƚ ;:ƵƚĂͿ ;ϭнŝͿƚ

ƚĂŚƵŶ

Ϭ ϭ Ϯ ϯ ϰ ϱ ϲ ϳ ϴ ϵ ϭϬ ϭϭ ϭϮ ϭϯ ϭϰ ϭϱ ϭϲ ϭϳ ϭϴ ϭϵ ϮϬ dŽƚĂů

,QYHVWDVL ϭ͘Ϭ ϭ͘ϭ ϭ͘ϭ ϭ͘Ϯ ϭ͘ϯ ϭ͘ϯ ϭ͘ϰ ϭ͘ϱ ϭ͘ϲ ϭ͘ϳ ϭ͘ϴ ϭ͘ϵ Ϯ͘Ϭ Ϯ͘ϭ Ϯ͘ϯ Ϯ͘ϰ Ϯ͘ϱ Ϯ͘ϳ Ϯ͘ϵ ϯ͘Ϭ ϯ͘Ϯ

Ϭ Ϭ Ϭ Ϭ Ϭ Ϭ Ϭ Ϭ Ϭ Ϭ Ϭ ϭϱ ϭϴϲ ϭϮϬ ϭϯϭϴϳϱ ϭϯϭϴϳϱ ϭϴϬϬϬ ϭϴϬϬϬ ϭϴϬϬϬ ϭϴϬϬϬ ϭϴϬϬϬ ϯϱϰϬϳϭ

dŽƚĂů ŝĂLJĂ Ϭ Ϭ Ϭ Ϭ Ϭ Ϭ Ϭ Ϭ Ϭ Ϭ Ϭ Ϭ Ϭ Ϭ Ϭ ϲϮϭϳϱ ϳϭϬϭϬ ϳϱϬϯϯ ϳϵϰϳϯ͘ϭϱ ϴϰϯϵϰ͘ϱϭ ϴϵϱϮϮ͘ϵϳ ϰϲϭϲϬϴ͘ϲ

ŝĂLJĂ ŝƐĐŽƵŶƚ ZĂƚĞ Ϭ Ϭ Ϭ Ϭ Ϭ Ϭ Ϭ Ϭ Ϭ Ϭ Ϭ Ϭ Ϭ Ϭ Ϭ Ϯϱϵϰϯ͘ϱ ϮϳϵϱϮ͘ϴ Ϯϳϴϲϰ͘ϲ ϮϳϴϰϮ͘ϵ Ϯϳϴϵϯ͘ϱ Ϯϳϵϭϯ͘ϳ ϭϲϱϰϭϭ͘Ϭ

76


Â È »¤r«ƻ Hr¾¢ ¾ǝ >K Hr¾¢ ¾ǝ r¤rªǝ¤ « ¢Í« r«ǝ >Kǝ} ¾r rǝ »r rǝ  ¢ ¤ ¤ « ǝ >Kǝ È »rÈ«Ýrǝ »r rǝ   ǝ ¢r«r«ǝ ¡r¤r«ƶǝ ¢ ªÍ r«ǝ È ¾ r»rÈǝ »Í¤rǝ »r¾¢ ¾r«ǝ Ýr« ǝ ~͢ͻǝ ¤ÍrÂǝ »r rǝ   ǝÍÈr¾rǝ >KǝÍÈrªrǝ

1r»r« r«ǝ>ÍÈ ±±¾ śǝ ¤r»r« r«ǝ ±¤r ¾ rǝ Ýr ÈÍǝ Ö±¤ ǝ r« }r¢ Èǝ » ¾Í«ÈÍ¢¢r«ǝÍ«ÈÍ¢ǝª «Í ¢ rÈr«ǝ È ¾Â }ÍÈƶǝ «rªÍ«ǝ È r¢ǝ ª «ÍÈÍ»ǝ ¢ ªÍ« ¢ «r«ǝ Í«ÈÍ¢ǝ ª ª r ¤ Èr ǝÝr« ǝ¤r «

KT#ǝ r«ǝTrªr« KT#ǝ È ¾ r»rÈǝ ǝ  ¢ ¤ ¤ « ǝ >Kǝ Í È r ª r ƶ ǝ ¤ r ¤ Í ǝ È r ª r « ǝ } ¾ ª r «ǝ } ¾r rǝ»r rǝÍÈr¾rǝ ±¾ǝÍÈrªrǝrÈrÍǝ  ¤rÈr«ǝ¤r»r« r«ǝ±ÍÈ ±±¾ƻ

Í« ǝ ±¾ǝYÈrªr Í« ǝ « ǝ ª ª r ¤ ÈrÂǝ ¾Ír« ǝ  ¢¾ Èr¾ rÈǝ ±¾ r« Âr ǝ ¢ ±¤r ¾ rr«ƶ ¢ ªÍ r«ǝ È ¾ r»rÈǝ ¤r»r« r«ǝ }±¤rǝ ÍÈrªrǝ ǝ r¤rª«Ýrƻǝ r«ǝ¡Í rǝ¢±¤rªǝ ¾ «r« ǝ « ±±¾ǝ ǝ¾Ír« ǝ»r¤ « ǝÍÈr¾rƻǝ

H ¤rÈr¾r«ǝ7Í¤È Nj Í«  H ¤rÈr¾r«ǝ Í« ǝ ÍÈrªrǝ >Kǝ r » r È ǝ » ¾ Í « È Í ¢ ¢ r « ǝ ± ¤ ǝ } ¾}r r ǝ ªr~rªǝ ¢ rÈr«ǝ Ýr« ǝ È r¢ǝª ª ¾¤Í¢r«ǝ r ¤ ÈrÂǝ¢ ÍÂÍÂƻǝ ÜƵǝ>¤r ¾r rǝ} ¤r ¾

/±«Â ¾Ör ǝH ¾Âr×r r« r ¾r ǝ» ¾Âr×r r«ǝ ¡r rǝr r¾ǝ È È r » ǝ » ¾± Í ¢ È ǝ  « rǝ ª « « ¢rÈ¢r«ǝ ÂÈ È ¢rǝ ¡rÍǝ ¢r×rÂr«ǝǝ

Hr¾¢ « ǝ>«ǝOȾ È

#r¤È ǝ ÍÂ

ÈÍ¡Í¢r«ǝ Í«ÈÍ¢ǝ ª «¡r rǝ r¾ÍÂǝ ¤r¤ÍNj

ª « Í«r¢r«ǝ» ª} ¾ «È r«ǝ}ÍÂǝ

¤ «ÈrÂǝ ¢r×rÂr«ǝ ¾rªr ǝ r¢È Ö ÈrÂǝ « ƻǝ

È » ǝ O ¤È ¾ ǝ ÍÂǝ Oȱ»

Hr¾¢ « ǝ ±«ǝ ÂȾ Èǝ Èr« r ǝ « r«ǝ

ª «Ý ÂÍr ¢r«ǝrÈ;r«ǝ¾ «~r«rǝ¢±Èr

 «ǝ} ¾Èͤ ¢r«ǝǔHr¾¢ « ǝ±«ǝÂȾ Èǝ ǝ

Ýr« ǝªr«rǝ¡r¤r«ǝ¢±¤ ¢È±¾ǝ ¢Í« ¾ǝ

  ǝ ¤rÈr«Ǖƻǝ

ª « Í«r¢r«ǝÈ » ǝ « ƻǝǝǝǝ

Hr¾¢ « ǝ ±«ǝ ÂȾ Èǝ ǝ ¡r¤r«ǝ ¢±¤ ¢È±¾ǝ

H ª} ¾ «È r«ǝ}ÍÂǝ ǝ¢r×rÂr«ǝ « ǝ

ȝ¾ rǝ/±ª ¾Â ǝ r«ǝ.rÂr ȝ¾ rǝ ¢±ª ¾Â ¤ǝ ¾ «~r«r¢r«ǝ Âr¤ « ǝ } ¾ «È ¾r ǝ « r«ǝ ¢ Èr¾«Ýrǝ r«ǝ ¡Í rǝ ¢ rÈr«ǝÝr« ǝ r rǝ ¢r×rÂr«ǝ È ¾Â}ÍÈƻǝ ÜƵǝ .rÂrǝ » «Ý ×rr«ǝ r¤rÈǝ ±¤r ¾ rƶǝ ±± ~±Í¾Èƶǝ ¤¤ǝ

77


Ö ÂÍr¤ Âr ǝ Ŝ ª «Â ǝ¾ «~r«rƻ

Í« ǝ ±¾ǝÍÈrªr

¾È ǝLJ¡± « ǝȾr~¢Lj

¾È ǝLJÈrªr«ǝ} ¾ªr «Lj

»r¾¢ ¾ǝ ±¾

78


Ö ÂÍr¤ Âr ǝ Ŝ ª «Â ǝ¾ «~r«rƻ

» ª} ¾ «È r«ǝ}Í r«ǝ¡r¤r«ǝ}r¾Íǝ

¤r»r« r«ǝ±ÍÈ ±±¾ǝLJ}r¢ ÈLj

¤r»r« r«ǝ±ÍÈ ±±¾ǝLJÖ±¤ Lj

»r¾¢ « ǝ±«ǝÂȾ Èƶ ¡r¤r«ǝ}r¾Íǝ r«ǝr¾ rǝ¢±ª ¾Â ¤ǝ¡rÂr

79


Putu Inda Pratiwi 41695

RT BL. Pengembangan Kawasan Perumahan Gatsu Ambarawa

80


latar belakang.

Kondisi existing kawasan perumahan Gatsu

Realita yang terjadi di pusat kota adalah kepadatan yang tinggi dengan kegiatan yang didominasi oleh kegiatan perekonomian namun tak bisa dipungkiri keberadaan dari permukiman penduduk juga memusat di pusat kota karena pertimbangan-pertimbangan akan kemudahan fasilitas dan mata pencaharian. Pada proyeksi penduduk Kota Ambarawa tahun 2035 menunjukkan pertambahan penduduk meningkat sebesar Âą20.000 ribu jiwa. Merujuk pada rencana pengembangan Kota Ambarawa “mewujudkan kota yang livable dengan pengembangan potensi ekonomi yang berbasis kearifan lokal di Kabupaten Semarangâ€?, juga akan memengaruhi pertambahan penduduk tersebut menjadi lebih dari 20.000 jiwa dengan berbagai rencana strategis yang bisa memicu populasi penduduk kota. Pertambahan penduduk perlu diimbangi dengan fasilitas perumahan tetapi disisi lain ketersediaan lahan untuk

pembangunan akan terus berkurang dan semakin banyak lahan yang terkonversi menjadi terbangun jika tidak diatur dengan baik akan menurunkan kualitas lingkungan hidup kota karena sedikitnya ruang-ruang publik dan ruang hijau sebagai indikator kota yang humanis. Utamanya di kawasan pusat kota yang sangat memerlukan penataan dan perancangan lingkungan yang bisa mengendalikan kegiatan di dalamnya agar tetap terintegrasi dengan keseimbangan ekologi juga aspek sosial budaya. Dengan demikian, maka perencanaan terhadap kawasan perumahan Gatsu menjadi sangat penting dalam mencapai tujuan kota yang livable.

dimana harga lahan dan terjadi multiplier-effect dari CBD yang semakin membuat kawasan ini tumbuh secara organis. Jika hal ini dibiarkan begitu saja dimasa mendatang justru akan merugikan penghuni kawasan itu sendiri padahal kawasan yang menjadi perencanaan perumahan ini sangat berpotensi menjadi kawasan perumahan yang memiliki keterjangkauan sangat baik terhadap fasilitas karena letaknya yang strategis sehingga akan memudahkan penghuninya untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.

dasar pemikiran.

Kota Ambarawa memiliki potensi yang cukup menggiatkan ke depannya permasalahan utama sehingga akan meningkatkan pengembangan. pertumbuhan penduduk yang bermukim Perencanaan kawasan perumahan di kota ini. Di satu sisi, eksistensi akan Gatsu (Gatot Subroto) ini berawal dari lahan hijau yang belum terbangun ingin kondisi lingkungan kawasan yang mulai tetap dipertahankan sebagai area mengalami degradasi tercermin dari konservasi kota. Di sisi lain lagi, kualitas bangunan, sanitasi, akses, pembangunan kota memang di fungsi-fungsi lahan dan bangunan yang pusatkan di tengah hal ini berhubungan tidak tertata dengan baik sehingga dengan konsep green-belt yang akan berpengaruh pada menurunnya kualitas diterapkan sebagai ciri khas Kota lingkungan hidup dan interaksi sosial di Ambarawa yang livable. Area pusat kota dalam kawasan. Keberadaan kawasan menjadi area yang berpotensi untuk yang berada di daerah CBD juga dikembangkan kemudian selain untuk memberikan dampak terhadap mendukung konsep tersebut di atas, perkembangan kawasan perumahan 81


juga untuk memberikan kenyamanan akan lingkungan hidup yang lebih layak terhadap penghuni kota utamanya di bagian pusat kota.

tujuan perencanaan. Secara general tujuan perencanaan kawasan perumahan Gatsu mengacu pada tujuan rencana Kota Ambarawa terutama pada indikator livable yaitu dengan menciptakan kualitas lingkungan perumahan yang baik di daerah CBD. Sehingga dari masalah dan potensi yang dimiliki kawasan perencanaan ini adapun tujuan perencanaan kawasan perumahan Gatsu ini sebagai berikut.

Mengoptimalkan fungsi-fungsi komersil sebagai pendukung ekonomi lokal kawasan dan sebagai kawasan yang berada di dekat dengan CBD sehingga tidak menghilangkan ke-CBD-an dari keadaan eksisting.

profil kawasan.

SMAN 1 Ambarawa

Sungai

8 Ha

Jalan Gatot Subroto (jalan lokal primer)

Kawasan perencanaan Perumahan Gatsu ini berada di Kelurahan Kupang Lor, Ambarawa, Kabupaten Semarang. Kelurahan Kupang Lor ini terdiri dari 1 RW, 7 RT. Kawasan delineasi berada tepat di sebelah utara koridor ekonomi dari Pasar Projo (Jalan Jenderal Sudirman) yang merupakan kawasan pusat Kota Ambarawa. Berbatasan langsung dengan SMAN 1 Ambarawa dan koridor Jalan Yos Sudarso (jalan lokal primer) di bagian utara, sungai di bagian timur, Pasar Memberikan kenyaman dan rasa aman Projo dan koridor ekonomi Jalan Sudirman di bagian bagi penghuni dan terhadap kelestarian selatan, dan koridor Jalan Gatot Subroto (jalan lokal ekologi untuk mendukung peningkatan primer) di bagian barat. Delineasi kawasan adalah kualitas lingkungan dan kehidupan di seluas Âą8 Ha (80.000 m2). Nama perumahan Gatsu ini pusat kota. pun diambil dari salah satu jalan lokal yang melintas di Meningkatkan aksesibilitas internal dan kawasan ini yaitu Jalan Gatot Subroto (Gatsu). Keadaan eksisting kawasan perencanaan ini eksternal perumahan yang memudahkan terdiri dari Âą850 bangunan dengan beberapa fungsi penghuni dalam berkegiatan dan memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. yaitu perumahan, komersil, pendidikan seperti pada gambar. Dengan keadaan blok-blok di dalam kawasan Meningkatkan interaksi sosial antar yang sangat organis (tidak terencana) sehingga penghuni sebagai nilai sosial kawasan tercipta akses jalan yang kurang efektif terutama bagi dengan pengadaan ruang-ruang terbuka pejalan kaki, kendaraan roda 4 karena lebar jalan yang berintegrasi dengan aksesibilitas terlalu sempit. Sehingga letak bangunan pun juga internal perumahan. mengikuti jalan yang ada dan menjadi kurang

Pasar Projo

Fungsi bangunan existing

Perumahan Komersil Jasa Mix Used Pendidikan Kesehatan

82


terkoneksi dengan baik antar jalan dan penghuni antar bloknya. Begitu pula dengan kondisi Jalan Gatot Subroto dan Jalan Yos Sudarso yang belum memenuhi standar sebagai jalan lokal primer sehingga akan menghambat akses eksternal dari kawasan perencanaan perumahan di sini. Kepadatan yang cukup tinggi dan bangunan saling berhimpit satu sama lain karena tidak adanya sempadan, sehingga sirkulasi udara dan pencahayaan menjadi kurang optimal. Masalah lainnya adalah kurangnya ruang terbuka di dalam kawasan perumahan ini yang berdampak terhadap tingkat interaksi sosial antar penghuni yang masih kurang sehingga tingkat kepedulian antar sesama juga terhadap lingkungan masih rendah. Terlihat arah pemukiman mulai mendekati area sempadan sungai.

Kondisi existing Area di dalam lingkungan perumahan

Sempadan sungai

Jalan Gatot Subroto

Keadaan rumah yang kurang baik

Bangunan kos-kosan

konsep dasar.

Dalam perencanaan kawasan ini menerapkan konsep urban housing Dilihat dari ketinggian bangunan eksisting di kawasan ini didominasi oleh bangunan berlantai renewal didukung dengan konsolidasi lahan dalam prosesnya. Adapun konsep medium rise blocks yang diterapkan dalam pembangunan rumah 1 (4 meter) dan beberapa bangunan berlantai 2. susun, juga konsep livable and minimalis. Livable diambil sesuai dengan tujuan kota, bagaimana di dalam Jumlah lantai existing perumahan ini dapat menciptakan suasana yang nyaman bagi penghuni walaupun berada di area pusat kota dan Minimalis ini berkaitan dengan efisiensi penggunaan lahan agar dapat menampung banyak namun kawasan perumahan tetap memiliki ruang-ruang terbuka sehingga dalam Satu lantai pembangunan rumah pun disesuaikan dengan tipe yang minimalis yaitu Dua lantai 36/50 dan 45/50 dengan harga sewa/harga jual yang menyesuaikan dengan ekonomi masyarakatnya. Rumah susun lebih menyasar masyarakat ekonomi menengah ke bawah. Sedangkan untuk rumah tipe minimalis harga menyesuaikan, masnyarakat dengan ekonomi menengah ke bawah akan berbeda dengan masyarakat yang ekonominya lebih mampu. 83


struktur peruntukan lahan.

Area privat penghuni

Peruntukan lahan makro pada kawasan ini mengacu pada rencana peruntukan lahan Kota Ambarawa untuk 20 tahun ke depan. Pada kawasan delineasi ini terdapat dua jenis peruntukan lahan yaitu komersil dan perumahan. Area parkir dan komersil

Area parkir dan komersil Akses

5XPDK 6XVXQ

7HPSDW LEDGDK

Landed-house WLSH

3HQGLGLNDQ 7. 6'

Landed-house WLSH

.HVHKDWDQ

5XNR mixed use)

5XDQJ KLMDX

6HPSDGDQ VXQJDL

5XDQJ WHUEXND

Peruntukan lahan mikro yaitu peruntukan lahan secara detail yang pada kawasan ini terdiri dari peruntukan lahan untuk rumah susun, landed-house tipe 36/50 dan 45/50, ruko (mixed use), tempat ibadah, pendidikan TK dan SD, kesehatan (praktik dokter, posyandu), ruang terbuka, ruang hijau dan sempadan sungai Untuk ruko dibangun 2 lantai, lantai 1 sebagai fungsi komersil dan lantai 2 sebagai hunian (privat) Untuk rumah susun dibangun 4 lantai, lantai 1 sebagai area publik dengan fungsi komersil dan parkir kendaraan penghuni, lantai 2, 3, dan 4

sebagai hunian (privat). Adapun peruntukan lahan tertentu yaitu sempadan sungai yang masuk dalam konteks kawasan konservasi dengan sempadan sungai 10 meter. ..

Akses diantara rumah susun

Peruntukan lahan

84


intensitas pemanfaatan lahan. Karena letaknya berada di kawasan CBD kota maka KDB tergolong tinggi, hal ini juga untuk mendukung pengembangan arah pembangunan kota dengan pemusatan intensitas tinggi di bagian CBD sebagai upaya mengurangi pengkonversian lahan tidak terbangun menjadi lahan terbangun di area pinggiran kota. Dan pada ruang terbuka/hijau serta sempadan sungai diatur memiliki KDB yang sangat rendah karena fungsinya sebagai penyeimbang ekologi lingkungan. Karena letaknya berada di kawasan CBD kota maka KLB diatur dengan range yang cukup tinggi mengingat rencana jumlah lantai pada area CBD maksimal 5 lantai, hal ini untuk mendukung pengembangan arah pembangunan kota dengan pemusatan intensitas tinggi di bagian CBD dengan tujuan yang sama seperti rencana KDB. Idealnya KDH bernilai 30% namun karena kawasan ini berada di kawasan CBD maka direncanakan besaran KDH yaitu minimal 25% agar kesehatan/kualitas udara bersih dan penciptaan iklim mikro yang nyaman tetap terjaga sehingga mendukung konsep livable city.

tata bangunan. KDB > 75% 50% < KDB 75%

KDB > 75%

Pengaturan blok lingkungan bertujuan untuk pembagian blok dan jalan, dimana di dalam blok ini nantinya terdapat beberapa petak lahan. Terdapat blok untuk landed-house, blok rumah susun, dan blok ruang terbuka/hijau. Pengaturan petak lahan bertujuan untuk mengatur pembagian lahan dalam blok dengan ukuran 50 m2 untuk landed-house. Sedangkan untuk rumah susun disesuaikan dengan luasan bangunan dan siteplan yang telah dirancang.

Rencana KDB

2 < KLB > 3

1 < KLB 2

Letak dan orientasi bangunan mengikuti ruas jalan perumahan yang dirancang dengan kemudahan akses bagi pejalan kaki. Massa bangunan disesuaikan dengan KDB yang telah diatur, tidak terdapat keanekaragaman massa bangunan. Ketinggian bangunan ditetapkan 4 meter tiap lantainya sehingga ketinggian bangunan maksimal yang ditetapkan untuk kawasan ini adalah 16 meter (4 lantai). Sedangkan untuk skyline ditetapkan ketinggiannya tidak melebihi 20 meter (setara 5 lantai bangunan).

KLB > 1

sistem sirkulasi dan jalur penghubung. Jaringan jalan di kawasan ini terdiri dari jalan lokal primer (Jalan Gatot Subroto dan Jalan Yos Sudarso) dan jalan lingkungan perumahan.

Rencana KLB

85


Kendaraan umum, kendaraan pribadi (mobil, motor, sepeda, dll.), pejalan kaki, dan sistem parkir pada jalan lokal (Jalan Gatot Subroto dan Jalan Yos Sudarso), berkenaan pula dengan fungsi komersil yang direncanakan pada jalan-jalan tersebut.

P

P

P

P 5XPDMD P

Existing jalan lokal

5XPLMD P

Belum cukup mengakomodasi pejalan kaki, karena lebar jalan dan sempadan bangunan yang kurang serta tidak adanya trotoar. Lebar jalan ini 4 m, hal ini sangat tidak seimbang dengan kendaraan yang berlalu lalang, ditambah lagi kendaraan yang parkir di badan jalan sehingga menimbulkan aksesibilitas eksternal perumahan yang buruk.

5XZDVMD P

Lebar jalan 6 m, trotoar masing-masing 1 m, dan sempadan bangunan 1 m.

Sempadan bangunan di jalan ini selebar 1 m dipersiapkan untuk parkir mengingat guna lahan di area ini adalah komersil lokal.

P

Rencana penampang jalan lokal

Rencana jalan lokal

Penambahan infrastruktur jalan berupa trotoar, pohon peneduh untuk mengakomodasi pejalan kaki terutama bagi anak-anak yang bersekolah di sekitar area ini, dan penambahan basic bus stop sebagai upaya untuk mengurangi kendaraan umum yang parkir di badan jalan.

Khusus untuk jalan lingkungan di dalam perumahan dapat mengakomodasi kendaraan pribadi, dan terutama bagi pejalan kaki sehingga mendukung kenyamanan berjalan kaki dan keterjangkauan ke fasilitas perbelanjaan, kesehatan, pendidikan, ibadah, dll. Juga diperhatikan agar dapat diakses oleh kendaraan pelayanan umum seperti P ambulance, pemadam kebakaran,angkutan sampah dll.

Existing jalan lingkungan

Belum cukup mengakomodasi pejalan kaki, karena lebar jalan dan sempadan bangunan yang kurang serta tidak adanya trotoar. Lebar jalan ini 4 m, hal ini sangat tidak seimbang dengan kendaraan yang berlalu lalang, ditambah lagi kendaraan yang parkir di badan jalan sehingga menimbulkan aksesibilitas eksternal perumahan yang buruk.

P

P P

Rencana penampang jalan lingkungan

86


Pada pengaturan kaveling/blok terbentuk pola jalan lingkungan yang grid dengan lebar 3,5 m – 4 m, guna menciptakan akses yang lebih efektif tidak hanya bagi kendaraan pribadi juga mengakomodasi kepentingan pejalan kaki di Penataan sistem sirkulasi dan jalur penghubung harus dapat mendukung kebutuhan akan sirkulasi udara maupun cahaya sehingga tercipta lingkungan perumahan yang baik dan sehat.

Jalan berbentuk grid

Jalan lingkungan yang terintegrasi si dengan ruang publik agar dapat mendukung terjadinya interaksi sosial osial Terdapat satu jalan utama di perumahan umahan dengan lebar 10 m didesain seperti rti boulevard dengan median hijau untuk ntuk menambah kenyamanan, nilai estetika tetika visual lingkungan perumahan, jalur ur penghubung kawasan perumahan n Gatsu dengan jalan utama (Jalan Sudirman man di depan Pasar Projo) dengan jalan lokal okal (Jalan Yos Sudarso).

Boulevard

-DODQ DUDK -DODQ DUDK

Arus sirkulasi jalan

sistem ruang terbuka dan tata hijau. Pengadaan ruang-ruang terbuka yang hijau berupa taman lingkungan sebagai wadah bermain anak-anak hingga rekreasi penghuni setempat. Taman diletakkan dibeberapa titik lingkungan perumahan. Adapun sempadan sungai sejauh 10 m yang dikonservasi sebagai RTH ditujukan untuk melindungi aspek ekologi kawasan dan tidak diperbolehkan membangun di area sempadan sungai ini. Ruang hijau privat juga dapat diadakan di setiap rumah dengan sisa luas lahan tidak terbangun dari rumah tipe 36/50 maupun tipe 45/50, untuk mendukung iklim mikro kawasan yang lebih baik, sejuk dan nyaman. Peletakan pohon di sepanjang jalan juga akan melindungi pejalan kaki untuk perindang. Hal ini akan mendukung penghuni untuk berjalan kaki di sekitar lingkungan perumahan.

87


sistem prasarana dan utilitas lingkungan. Pengaturan sistem prasarana dan utilitas lingkungan ini sebagai dasar suatu lingkungan dapat beroperasi dan berfungsi sebagaimana mestinya. Hal-hal yang diatur adalah sebagai berikut. Taman dan jalur hijau

Ruang publik

tata kualitas lingkungan. Konsep Identitas Lingkungan, dalam penataan kawasan perumahan ini, tetap mempertimbangkan bahwa kawasan ini berada di area CBD yaitu di sekitar koridor ekonomi Pasar Projo. Sehingga koridor komersil tetap dipertahankan terutama di sepanjang jalan lokal primer. Hal ini akan membuat atmosfer dari kawasan CBD masih terasa Sedangkan di dalam lingkungan perumahan adanya ruang-ruang publik sebagai pendukung kegiatan/interaksi sosial akan menjadikan karakter tersendiri bagi kawasan perumahan Gatsu ini. Konsep Orientasi Lingkungan, dalam penataan blok kawasan harus informatif, khususnya untuk kawasan blok perumahan dengan memberi tanda pada setiap bloknya untuk memudahkan pencarian alamat rumah, arah jalan masuk/keluar sehingga mempermudah sirkulasi. Wajah Jalan, dalam perancangan elemen fisik mengutamakan bentuk nya dan segi penggunaan dari elemen tersebut yang memanusiakan manusia di dalamnya, misalnya ruas jalan yang dapat memperkuat karakter perancangan suatu blok termasuk di dalamnya penataan ruang hijau, kelengkapan jalan, dan ruang bagi pejalan kaki.

Sistem jaringan air bersih pada perumahan berintegrasi dengan jaringan air bersih perkotaan. Kawasan perumahan Gatsu ini dirancang dengan sistem jaringan air bersih berbentuk loop karena lebih efisien digunakan pada kawasan yang padat di area pusat kota. Dan pengadaan hydrant sebagai penanganan jika terjadi kebakaran.

Jaringan distribusi Loop

Sistem jaringan drainase sebagai saluran resapan air pada kawasan terbangun yang terintegrasi dengan jaringan drainase kota. Pada jalan lingkungan perumahan dirancang jaringan drainase tersier yang bisa langsung dialirkan ke sungai sebagai jaringan drainase sekunder sebelum bermuara di jaringan drainase primer yaitu 88 di Rawa Pening.


Sistem jaringan air limbah dan air kotor direncanakan menganut sistem IPAL komunal untuk peningkatan kualitas lingkunga perumahan dan juga dengan keberadaan sungai di barat kawasan ini bisa dimanfaatkan sebagai pembuangan air olahan IPAL komunal, sehingga kawasan perumahan Gatsu dapat secara mandiri mengatasi masalah pembuangan limbah. IPAL komunal direncanakan dengan jaringan perpipaan terhadap perumahan dan IPAL komunal khusus untuk manmpung limbah rumah susun. Sistem jaringan persampahan terintegrasi dengan sistem distribusi pelayanan/pengolahan sampah kota. Sistem jaringan listrik dan telepon terintegrasi dengan jaringan distribusi pelayanan kota. Sistem jaringan pengamanan kebakaran sebagai indikator keamanan dan keselamatan penghuni di kawasan perumahan mencakup pemberian tanda peringatan, upaya membatasi penyebaran kebakaran dan tempat evakuasi jika terjadi kebakaran. Sistem jaringan jalur evakuasi lebih mengarah pada ruang-ruang terbuka publik di lingkungan sebagai area evakuasi penghuni perumahan Gatsu serta pengaturan khusus pada bangunan rumah susun yang harus menyediakan jalur

IPAL Komunal IPAL komunal di badan jalan

Lokasi IPAL Komunal

Desain terhadap IPAL

pentahapan dan pembiayaan perencanaan. Pembangunan ini dibagi menjadi 2 proses yaitu sebagai berikut. Proses Pembebasan Lahan dengan prinsip konsolidasi lahan karena kawasan existing sudah terbangun sehingga untuk penataan kembali diperlukan suplai lahan yang memadai. Biaya yang dikeluarkan untuk proses ini berasal dari pemerintah agar lebih mudah memantau dan mengontrol penggunaan lahan ke depannya. Di dalam proses ini sudah termasuk perizinan, pematangan lahan hingga relokasi penduduk. Proses Konstruksi yang dilakukan adalah pembangun rumah susun 5 blok (300 unit), pembangunan rumah tipe 36/50 sebanyak 400 unit, pembangunan rumah tipe 45/50 sebanyak 300 unit, pembangunan infrastruktur jalan seluas 18.000 m2, pembangunan taman seluas 10.000 m2, dan pembangunan IPAL Komunal sebanyak 3 unit.

89


Dalam pembangunannya dibagi menjadi 3 tahapan, ditunjukan pada peta. Hal ini dilakukan agar dalam merelokasi juga bertahap, tidak sekaligus semua terelokasi mempertimbangkan tempat relokasi juga yang terbatas. Maka dari itu, pembangunan rumah susun juga dilakukan diawal agar dapat menampung relokasi selanjutnya. Tabel Pentahapan

Tahap 3 Tahap 2

Tahap 1 Tabel Pembiayaan

Tahapan pembangunan

90


Rifqi Arrahmansyah 42632

RT BL. Pengembangan Koridor Ekonomi Jalan Pemuda

91


latar belakang.

Kondisi Jalan Pemuda, Ambarawa.

Jalan Pemuda merupakan jalan yang membelah Kota Ambarawa menjadi 2 bagian barat dan timur. Dimana jalan ini merupakan penyokokng kegiatan komersil kedua setelah CBD Pasar Projo. Jalan ini membentuk koridor perdagangan dari utara hingga selatan sampai persilangannya dengan Jalan Kartini Tambakboyo. Jalan ini sangat unik karena sangat berkaitan dengan latar belakang sejarah yang terjadi di Kota Ambarawa. Di utara jalan ini langsung berbatasan dengan monumen palagan Ambarawa dan di selatan berbatasan dengan Museum Kereta Api Ambarawa dimana kedua lokasi wisata tersebut adalah daya tarik tersendiri terhadap Ambarawa. Namun, Kegiatan komersil yang banyak berada pada koridor ini adalah komersil skala lokal, yang kurang mendukung terhadap kestrategisannya dengan 2 lokasi wisata yang berbatasan dengan jalan ini. Hanya segelintir toko yang yang menjual komoditas yang berhubungan

dengan lokasi wisata yang ada. Selain itu kebanyakan toko di jalan ini hanya aktif di siang hari, namun cenderung “mati� di malam hari. Sesuai dengan perencanaan Kota Ambarawa yaitu “kota yang livable, dengan pengembangan potensi ekonomi berbasis kearifan lokal� maka koridor Jalan Pemuda diharapkan dapat menyokong dan mewadahi tujuan tersebut, terutama dalam hal memfasilitasi kegiatan ekonomi sehingga dapat meningkatkan PAD Kota Ambarawa. Selain itu dapat mendukung kegiatan wisata yang ada di Kota Ambarawa terutama Museum Kereta Api dan Monumen Palagan Ambarawa dan pusat transportasi dengan pengaktifan kembali Stasiun Ambarawa menjadi commuter dengan kecamatan sekitarnya.

permasalahan utama pengembangan. Rencana pengembangan koridor pemuda merupakan aspek penting dalam perencanaan Kota Ambarawa. Disamping kestrategisan letak geografisnya, koridor ini sangat

berkaitan dengan sejarah yang terjadi di Ambarawa, sehingga menjadi keunikan dan daya tarik tersendiri terhadap koridor Pemuda. Namun melihat keadaan saat ini, dari kinerja, kualitas ataupun kualitas baik untuk internal maupun eksternal kota sangatlah kurang optimal. Masih banyak permasalahan utama seperti luas jalan yang tidak memadai untuk kegiatan yang harusnya terwadahi, kurang ruang publik, trotoar yang tidak ramah pejalan kaki, minim lahan parkir dan system sirkulasi yang masih semrawut.

dasar pemikiran. Kota Ambarawa merupakan Pusat Kegiatan Lokal bagi wilayah hinterlandnya, selain itu aspek historis yang dimiliki kota ini merupakan sesuatu yang sangat berharga. Namun saat ini, Ambarawa bagaikan kota yang terlupakan. Adanya Jalan Lingkar Ambarawa serta pengelolaan fasilitas pendukung kawasan wisata yang kurang baik disinyalir menjadi penybab, hingga membuat 30% warga Ambarawa merupakan pengangguran. Sehingga untuk mendukung perencanaan Kota Ambarawa sebagai kota yang livable, dengan pengembangan potensi ekonomi berbasis kearifan lokal maka diperlukan suatu pembangunan koridor ekonomi yang dapat menjadi pusat kegiatan yang mendukung perkonomian, 92 kegiatan warga, serta kawasan wisata.


tujuan perencanaan. Secara general tujuan dari perencanaan kawasan ini adalah sebagai alat atau media penjabaran yang menbantu wewujudkan tujuan Kota Ambarawa itu sendiri: yakni mewujudkan Ambarawa menjadi kota yang livable, dan bagaimana hal itu didukung dengan ekonomi kota bercirikan kearifan lokal kota Ambarawa itu sendiri. Livable Ambarawa, dimana Ambarawa menjadi kota yang inklusif dan sustainable, dengan masyarakat yang bahagia dan sejahtera yang berkeadilan. Kawasan stasiun menjadi bagian kecil yang penting dalam mendukung livability kota, yakni: Meningkatkan perekonomian kota melalui sektor perdagangan dan jasa Mengurangi tingkat pengangguran di Kota Ambarawa dengan menyediakan lahan untuk berdagang ataupun bekerja.

profil kawasan. Jalan Pemuda merupakan jalan kolektor primer yang membagi 2 Kota Ambarawa bagian selatan, yang meghubungkan 2 arteri primer yaitu Jalan Sudirman di bagian utara dan Jalan Jendral Sudirman dan Jalan Jendral M. Sarbini (Jalan Lingkar Ambarawa) di bagian selatan. Melihat dari cukup tingginya kegiatan di jalan ini (Pasar Warung Lanang, komersil lain, dan area wisata Museum Kereta Api Ambarawa), ditambah dengan orientasi parkir yang mengandalkan parkir on street sangat berbanding terbalik dengan spesifikasi dimensi jalan yang kurang memadai (Rumija 4 M, Rumija 6 M dan Ruwasja 10 M) sehingga sering menyebabkan kemacetan pada peak hour.

Apabila memperhatikan fasilitas pendukung di jalan ini dapat disimpulkan bahwa fasilitas – fasilitas pendukung di jalan ini sangat kurang memadai. Lebar trotoar sekitar 1.5 - 2 meter tidak dibarengi dengan kondisi fisik yang baik, trotoar ini juga banyak digunakan oleh penjual kaki lima atau parkir kendaraan dibandingkan oleh pejalan kaki. Tidak selesai sampai disitu, banyak sekali hambatan berupa pot besar yang lebih menghadang pejalan kaki di banding sebagai vegetasi jalan.

Legenda

Memudahkan sirkulasi terhadap kegiatan yang ada di sekitarnya. Menjadi pusat kegiatan warga Ambarawa

93


Kondisi Jalan Pemuda, Ambarawa

konsep dasar.

Mengapa Walkable dan Mix Used? Walkable merupakan bukti bahwa perencanaan yang humanis. Tidak hanya humanis, walkable dapat menjadi solusi terhadap kecenderungan gaya hidup yang berorientasi pada kendaraan pribadi, serta meningkatkan community sense terhadap area tersebut. Begitupula dengan Mix Used, merupakan jawaban terhadap bagaimana pemanfaatan ruang yang lebih efisien, dengan tren pendududk yang terus menerus bertambah.

“Walk the economic, walk the citylife�

Menggunakan prinsip walkable economic corridor. Berarti prinsip ini menekankan pada kemudahan atas keterjangkauan antar blok pada koridor ini maupun dengan sekitarnya. Selain itu penggunaan prinsip mixed use in commercial acitivity dalam pengembangannya sehingga semakin memudahkan keterjangkauan dan dapat menampung berbagai kegiatan dalam area yang terbilang lebih kecil sehingga menjadikan pemanfaatan lahan yang efisien. Jadi, dengan konsep ini, diharapkan akan mendorong aktivitas yang ada, tidak hanya aktifitas ekonomi, namun juga interaksi sosial. Pembentukan koridor yang walking oriented berfungsi mengurangi kemacetan dan dengan pengaturan fasad tertentu dapat meningkatkan aktraktifitas koridor ini.

Visualisaasi Rencana Koridor jalan Pemuda perspektif bird eye

94


struktur peruntukan lahan.

intensitas pemanfaatan lahan.

ƴǝ H ¾Í«ÈÍ¢r«ǝ¤r r«ǝ¢r×rÂr«ǝ « ǝ ¤ rÈǝ r¾ ǝ  ǝªr¢¾±ǝ mengacu pada rencana peruntukan lahan Kota Ambarawa untuk 20 tahun ke depan. Mix Use

Pelayanan Publik

Area Kesehatan

Permukiman

Pasar Warung Lanang

Area Pendidikan

Rencana Koefisien Dasar Bangunan

Peruntukan Lahan

Secara detail kami merencanakan terdapat guna lahan sebagai berikut: 1. Permukiman high density Jumlah lantai arahan adalah minimal 2 lantai dengan rekomendasi campuran keberagaman sosial. 2. Mix use Penggunaan lahan campuran dengan arahan campuran komersial-residensial yang dense dan terintegrasi langsung dengan ruang-ruang. Jumlah lantai minimal 2.

3. Lahan hijau Lahan hijau yang diarahkan menjadi ruang publik 4. Lahan Pasar Warung Lanang Lahan pasar dengan perluasan untuk areal parkir dan penambahan lantai untuk efisiensi pemanfaatan ruang. 5. Pelayanan Publik Terdapat area kantor polisi dan sebuah bank yang diarahkan untuk menambah jumlah lantainya menjadi 3 6. Area Pendidikan Area pendidikan dengan arahan area bebas sekolah dalam radius 100m

Rencana Koefisien Lantai Bangunan

Sebagai koridor ekonomi, yang direncanakan sebagai pusat komersil dan jasa kelas lokal hingga regional maka KDB yang di rencanakan yaitu sekitar 75-95%. Hal ini sebagai suatu jawaban terhadap isu konversi lahan di daerah belum terbangun. Sedangkan koefisien lantai bangunan (KLB) yang ditetapkan untuk kawasan Jalan Pemuda ini yaitu antara 2,1-3. Penetapan KLB ini untuk mendorong perkembangan kawasan komersil dan jasa yang berorientasi vertical building.

95


tata bangunan

sistem sirkulasi dan jalur penghubung

Visualisasi Rencana Tata Bangunan

Pengaturan tata bangunan pada koridor Jalan Pemuda bertujuan untuk meningkatkan daya tarik fungsinya sebagai koridor ekonomi. Beberapa diantara pengarahan rencana kedepannya adalah: 1. Pengarahan orientasi bangunan pada layer pertama Jalan Pemuda untuk mengahadap ke jalan, hal ini bertujuan untuk meningkatkan atraktifitas koridor. 2. Pengaturan Ekspresi Arsitektur Bangunan Adanya fasad yang selaras, sehingga menimbulkan sense of unity yang jelas, serta

memperkuat karakter kawasan. Bangunan-bangunan komersial memiliki fasad pedestrian oriented dan human scale. Eksprsi arsitektur yang digunakan adalah gaya artitektur semi-indische. 3. Pengaturan Skyline Garis langit atau skyline harus menerus dan selaras, sebagai manifestasi nyata dari kemenerusan ketinggian bangunan dan ekspresi arsitektur/bentuk bangunan yang ada.

Arah sirkulasi

Peta sirkulasi dan persebaran kantong parkir

Kantong Parkir

Sirkulasi merupakan hal yang sangat penting dalam merencanakan suatu koridor, karena apabila tidak bisa mengakomodasi pergerakan yang melaluinya dapat dipastikan akan menimbulkan kemacetan. Sehingga dalam perencanaan koridor ini yang dilakukan pertama adalah pelebaran jalan. Selanjutnya dalam penerapan peraturan kota, direkomendasikan penggunaan parkir on street untuk meminimalisir lahan untuk kantong parkir.

Penampang Jalan Pemuda - Rencana

Untuk yang beraktifitas lama dalam satu blok direkomendasikan untuk parkir pada kantong kantong parkir yang tersedia. Peletakkan kantong parkir tersebut merupakan hasil analisis keterjangkauan dan pemanfaatan lahan yang belum termanfaatkan.

96


tata kualitas lingkungan

sistem ruang terbuka dan tata hijau

Visualisasi rencana tata kualitas lingkungan Persebaran ruang terbuka hijau

Ruang terbuka hijau merupakan penyeimbang terhadap kegiatan - kegiatan yang ada pada koridor ini. Menjadi sarana rekreasi dan juga penyeimbang lingkungan. Untuk itu di tiap blok diarahkan untuk memiliki ruang terbuka hijau. Selain untuk fungsi ekologis, ruang terbuka hijau juga berfungsi menjadi pusat kegiatan, sehingga dapat menambah daya tarik daripada koridor ini.

Visualisasi Rencana Ruang Terbuka Hijau

Konsep identitas lingkungan, dalam penataan koridor ini tetap mempertimbangkan identitasnya sebagai kawasan yang bersejarah. Hal ini akan membuat atmosfer historis tetap dipertahankan dengan penggunaan arsitektur yang berkaitan dengan nilai nilai sejarang yang ada. Konsep orientasi lingkungan, dalam penataan koridor ini haruslah informatif, dengan memberi rambu - rambu lalu lintas, dan kelengkapan jalan lainnnya.

97


sistem prasasrana dan utilitas lingkungan Arahan perencanaan sistem prasarana dan utlitas lingkungan mengikuti arahan perencanaan Kota Ambarawa

pentahapan dan pembiayaan perencanaan

Visualisasi Rencana Peremajaan Pasar Warung Lanang

Pembangunan ini dibagi menjadi 2 proses yaitu sebagai berikut. Proses Pembebasan Lahan Pada tahap pembebasan lahan, biaya yang dikeluarkan adalah biaya investasi untuk menggati kepemilikan dari masyarakat ke pemerintah dengan harga yang telah disepakati. Biaya pembangunan ini sudah termasuk biaya langsung atau biaya untuk membeli tanah dan biaya tidak langsung seperti biaya tenaga kerja, pajak, biaya perizinan, dan sebagainya. Jangka waktu yang ditargetkan pada tahap ini adalah 1 tahun tergantung dari negosiasi antar pemerintah dengan masyarakat dan proses penyiapan lahan produktif menjadi lahan siap bangun.

Proses Konstruksi Pada tahap konstruksi, kegiatan yang dilakukan berupa land re-adjustment sehingga memaksimalkan penggunaan lahan dan memudahkan sirkulasi. Setelah itu, pembangunan bangunan yang berbatasan langsung dengan jalan pemuda sambil memperbaiki fisik jalan serta penambahan street furniture. Setelah pembangunan gedung sudah 50% mulai dibangun kantong parkir dan ruang – ruang public sebagai focal point bagi koridor Jalan Pemuda. Selain itu pembangunan bangunan juga memperhatikan fasad untuk menyesuaikan kearifan local yang ada dan meningkatkan atraktifitas koridor.

98


Dalam pembangunannya dibagi menjadi 3 tahapan, ditunjukan pada peta. Hal ini dilakukan agar dalam merelokasi juga bertahap, tidak sekaligus semua terelokasi mempertimbangkan tempat relokasi juga yang terbatas. Maka dari itu, pembangunan rumah susun juga dilakukan diawal agar dapat menampung relokasi selanjutnya. Tahap 3

Tabel Pentahapan Tahun Program/Kegiatan Pembebasan Lahan

2016

2017

2018

2019

2020

Rp75.000.000.000,00

Pembangunan gedung dan land re-adjustment

Rp100.000.000.000,00

Pembangunan Pasar Warung Lanang

Rp5.000.000.000,00

Pembangunan infrastruktur jalan

Tahap 2

Rp3.500.000.000,00

Pembangunan taman

Rp500.000.000,00

Tabel Pembiayaan Tahapan

Sosialisasi pembangunan Tahap 1

Tahun

Program/Kegiatan 2016 Bulan 1-3

Pembebasan lahan termasuk relokasi warga

Bulan 4-6

Pematangan lahan dan perizinan

Bulan 7-10

Sosialisasi pembangunan

2017

2018

2019

2020

Bulan 10-12

Pembebasan lahan termasuk relokasi warga

Bulan 1-3

Pematangan lahan dan perizinan

Bulan 4-7

Pembangunan

Bulan 8-12

Tahap 1

Tahap 2

Sosialisasi pembangunan Tahap 2

Pembebasan lahan termasuk relokasi warga

Bulan 1-9 Bulan 7-9 Bulan 10-12

Pematangan lahan dan perizinan

Bulan 1-4

Pembangunan

Bulan 5-12

Tahap pembangunan

99


Rahmawati Utami 42404

RT BL. Koridor Ekonomi Jenderal Sudirman

100


latar belakang. Jalan Jenderal Sudirman merupakan salah satu jalan utama yang ada di Kota Ambarawa. Lokasinya yang berada di pusat Kota Ambarawa membuat jalan ini menjadi ramai. Di Jalan Jenderal Sudirman ini terdapat salah satu pasar yang menjadi pusat kegiatan di Kota Ambarawa, yaitu Pasar Projo. Keberadaan Pasar Projo ini memicu kegiatan ekonomi lainnya di Jalan Jenderal Sudirman. Akibatnya Jalan Jenderal Sudirman menjadi salah satu koridor ekonomi yang cukup penting bagi Kota Ambarawa. Meskipun Jalan Jenderal Sudirman menjadi koridor ekonomi yang cukup penting di Kota Ambarawa, namun kondisi Jalan Jenderal Sudirman saat ini bisa dikatakan masih kurang mendukung untuk menjadi koridor ekonomi utama Kota Ambarawa.

Pada Jalan Jenderal Sudirman ini terdapat beberapa masalah yang perlu untuk diselesaikan. Untuk itu diperlukan suatu perencanaan untuk menyelesaikan masalah-masalah tersebut sehingga Jalan Jenderal Sudirman menjadi lebih baik dan layak untuk menjadi koridor ekonomi utama di Kota Ambarawa.

analisis permasalahan. Jalan Jenderal Sudirman memiliki beberapa masalah yang harus ditangani agar bisa menjadi koridor ekonomi yang baik. Salah satu masalah yang terjadi adalah kemacetan. Adanya Pasar Projo menyebabkan pengendara yang melintasi jalan ini lebih banyak dibandingkan jalan-jalan yang lain. Banyaknya jumlah pengendara yang melintas tidak sebanding dengan kapasitas dari Jalan Jenderal Sudirman. Kondisi jalan yang bergelombang

juga menyebabkan laju kendaraan menjadi tersendat.Hal ini diperparah dengan banyaknya angkutan umum yang berhenti di pinggir jalan, serta banyaknya kendaraan yang diparkir di pinggir jalan akibat tidak adanya lahan parkir bersama. Masalah lain yang terdapat di Jalan enderal Sudirman adalah penyalahgunaan fungsi trotoar. Lebar trotoar yang sempit yang seharusnya digunakan oleh para pejalan kaki justru digunakan oleh para pedagang kaki lima untuk berdagang. Selain itu, vegetasi di Jalan Jenderal Sudirman ini juga masih kurang sehingga membuat jalan ini menjadi panas dan terkesan gersang.

101


tujuan perencanaan. Penetapan tujuan perencanaan koridor ekonomi ini didasarkan pada tujuan pengembangan Kota Ambarawa itu sendiri, yakni “Mewujudkan Kota Ambarawa yang Livable dengan Pengembangan Potensi Ekonomi yang berdasarkan Kearifan Lokal�. Pengembangan potensi ini yang kemudian menjadi dasar pemikiran dalam penetapan tujuan perencanaan di koridor ekonomi ini. Adapun tujuan dari perencanan koridor ekonomi Jenderal Sudirman ini adalah 1. Menciptakan kawasan perdagangan yang rapi serta nyaman.

profil kawasan. Kawasan perencanaan berada di sepanjang Jalan Jenderal Sudirman, Kota Ambarawa. Jalan Jenderal Sudirman terletak di pusat Kota Ambarawa. Kawasan Perencanaan ini memiliki panjang 672 m dengan luas 8 Ha. Pada kawasan ini didominasi oleh bangunan dengan fungsi komersial.

Pada kawasan ini rencananya akan dibangun sebuah area parkir baru untuk menampung kendaraan agar tidak parkir sembarangan di tepi jalan. Area parkir yang akan dibangun memiliki luas sekitar 300 m2. Area parkir ini bisa digunakan untuk parkir mobil maupun sepeda motor.

2. Menciptakan aksesibilitas yang baik

102


Analisis kawasan. Terdapat sungai yang melintasi koridor ini yang akan direncanakan menjadi area terbuka pada sempadan sungai Area yang direncanakan akan menjadi area parkir bersama di koridor ekonomi

Masih terdapat banyak bangunan yang berfungsi sebagai perumahan yang terletak tepat di pinggir Jalan Jenderal Sudirman Pasar Projo yang menjadi pusat kegiatan perekonomian di koridor ini serta di Kota Ambarawa.

103


konsep perencanaan.

startegi implementasi

Konsep perencanaan yang digunakan pada kawasan ini, didasarkan pada konsep perencanaan Kota Ambarawa, yaitu Ecological Balance dan Social Equity. Konsep Ecological Balance digunakan pada pemenuhan area hijau di koridor ini. sedangkan konsep Social Equity digunakan karena pada koridor ini terjadi ketimpangan antara pejalan kaki dengan pengendara kendaraan bermotor. Selain menggunakan konsep tersebut, terdapt pula sebuah indikator utama dalam pencapaian keberhasilan dari perencanaan ini. indikator terseut adalah kenyamanan, dengan salah satu aspeknya adalah adanya aksesibilitas yang baik.

Untuk dapat mewujudkan tujuan perencanaan koridor ekonomi Jenderal Sudirman ini, maka diperlukan beberapa startegi implementasi, diantaranya adalah: 1. Membuat Jalan Jenderal Sudirman menjadi jalan satu arah 2. Membangun area parkir bersama 3. Memperlebar trotoar 4. Memindahkan para pedagang kaki lima ke area yang sudah ditentukan 5. Memperbaiki jalan yang bergelombang 6. Menambah vegetasi di sepanjang jalan

struktur peruntukan lahan.

Untuk mengetahui peruntukan lahan, dapat dilihat dari fungsi bangunannya. pada peta rencana fungsi bangunan tersebut, dapat dilihat bahwa sepanjang Jalan Jenderal Sudirman didominasi oleh warna merah yang berarti memiliki fungsi komersial. Sedangkan layer dibelakangnya masih didominasi oleh warna kuning yaitu fungsi perumahan. Di salah satu sisi jalan, terdapat sebuah lahan kosong yang cukup besar. Pada rencana kawasan, lahan kosong tersebut direncanakan akan dijadikan sebagai area parkir bersama pada koridor ini.

104


Tata Bangunan.

Intensitas pemanfaatan lahan.

Peta Eksisting KDB

Peta Eksisting KLB

Pengaturan tata letak bangunan pada koridor ekonomi Jenderal Sudirman ini, didasarkan pada indikator keberhasilan perencanaa, yaitu kenyamanan. Untuk menciptakan kenyaman, maka diperlukan efisiensi. Oleh karena itu, area komersial berada di pinggir jalan, sedangkan permukiman berada di bagian belakang 1. Penataan tata letak bangunan komersial dilakukan dengan memundurkan bangunan agar memberikan ruang gerak lebih bagi para pejalan kaki.

Peta Rencana KDB

Peta Rencana KLB

1. Koefisien Dasar Bangunan

2. Koefisien Lantai Bangunan

Koefisien Dasar Bangunan (KDB) maksimal pada koridor ekonomi ini adalah 100%. Tingginya nilai KDB ini dipengaruhi oleh lokasi yang berada di pusat kota, sehingga penggunaan lahannya sebisa mungkin dimanfaatkan dengan maksimal.

Koefisien Lantai Bangunan di kawasan ini dibagi menjadi 3, yakni 0-0,5; 0,51-1,0; 1,01-1,5. Meskipun ketinggian bangunan maksimal pada Kota Ambarawa adalah 5, namun pada kawasan ini, ketinggian bangunannya hanya berkisar antara 1-2 lantai saja.

2. Bangunan baru tidak dibangun di atas ruang terbuka hijau yang sudah ditetapkan. 3. Jarak maximum sempadan bangunan menuju trotoar 2 meter. 4. Area sempadan sungai berubah menjadi ruang hijau yang dapat digunakan oleh public.

105


Sirkulasi jaringan penghubung. 5. Integrasi antar bangunan agar mampu bekerja optimal memberikan pelayanan secara inklusif dan merata. 6. Penataan vegetasi pendukung selain pada RTH juga pada setiap blok bangunan. 7. Pengembangan sarana pendukung di titik sibuk kawasan yaitu sekitar Pasar

Jalan Jenderal Sudirmn merupakan salah satu jalur penting di Kota Ambarawa. Pada saat jam-jam sibuk, jalan ini biasanya penuh oleh kendaraan. Untuk itu diperlukan penataan sirkulasi yang mencakup: 1. sistem kendaraan pribadi dan kendaraan public yang jelas. 2. Penataan keluar masuk kendaraan di Pasar Projo agar sirkulasi sekitar terminal tetap lancar 3. Penambahan sarana dan prasarana pendukung kelancaran akses sirkulasi jalan.

4. Revitalisasi dan pelebaran trotoar untuk ruang gerak yang lebih baik bagi pejalan kaki 5. Penyediaan jalur pejalan kaki juga didukung dengan kondisi iklim mikro dan juga utilitas pendukung lainnya. 6. Penyedian kantong parkir di kawasan depan Pasar Projo.

Rencana Penampang Jalan Jenderal Sudirman

106


Ruang terbuka dan tata hijau. Sistem ruang terbuka dan tata hijau pada koridor ini berupa pepohonan yang ditanam di sepanjang trotoar serta area parkir yang meruapakn lahan terbuka. Selain itu juga terdapat area sempadan sungai yang direncanakan menjadi area hijau yang bisa dimanfaatkan oleh masyarakat setempat.

107


Pentahapan dan pembiayaan. Pentahapan perencanaan koridor ekonomi Jenderal Sudirman

No 1 2 3 4 5 6 7 8

Kegiatan

Tahun ke2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024 2025 2026

sosialisasi pembebasan lahan pembangunan area parkir pemindahan pkl pembangunan sempadan sungai pelebaran trotoar perbaikan jalan maintenance

Rincian pembiayaan perencanaan koridor ekonomi Jenderal Sudirman

No. 1 2 3 4 5 6 7 8

Rincian Jumlah pembebasan lahan 500 m2 pembangunan area parkir 1 penambahan vegetasi 30 pekerjaan sempadan sungai 1 pelebaran trotoar 2x672 m2 perbaikan jalan 672 m2 sarana penunjang operasi dan pemeliharaan Total Biaya

Satuan Total 600,000 150,000,000 200,000 100,000,000 500,000 2,000,000

300,000,000 150,000,000 6,000,000 100,000,000 672,000,000 1,344,000,000 50,000,000 90,000,000 2,712,000,000 108


Rike Rifyanti 42660

RT BL. Kawasan Industri Kerajinan Eceng Gondok

109


latar belakang. Ambarawa merupakan kota yang menyimpan sumber daya alam yang melimpah. Ini dibuktikan dari hasil study literatur yang menyebutkan bahwa Ambarawa penghasil kelengkeng terbanyak dibandingan kecamatan sekitarnya, selain itu Kota yang mempunyai komoditi pertanian unggulan adalah Kota Ambarawa sebanyak 41 komoditi. Diantaranya Anggrek, sedap malam, tomat, seledri, bayam, dan lain-lain. Tidak hanya kekayaan komoditi pertanian tetapi juga ada eceng gondok yang melimpah di Rawa Pening. Melihat eceng gondok yang subur mengapa jika tidak mengolahnya menjadi suatu produk yang unggul.. Mengingat Kota Ambarawa Ambarawa memiliki total penduduk sebesar 59.533 jiwa dengan jumlah penduduk yang telah memasuki usia angkatan kerja sebanyak 41.077 jiwa. Namun total penduduk yang bekerja di Kota Ambarawa hanya 27.611 jiwa, sedangkan jumlah pengangguran ada 13.466 jiwa.

Analisis Permasalahan Salah satu permasalahan yang ada di Kota Ambarawa adalah Pengangguran. Ini merupakan masalah yang cukup serius untuk ditangani. Dengan jumlah penduduk

yang telah memasuki usia angkatan kerja angka presentasi partisipasi kerja di Kota Ambarawa hanya 65%. Meskipun sudah diatas 50%, namun tetap saja presentase penduduk pengangguran yang mencapai 35% ini merupakan angka yang cukup tinggi. Masalah pengangguran ini juga dipengaruhi tingkat pendidikan seseorang. Oleh karena itu diperlukan peranan dan kebijakan serta upaya pemerintah dalam hal mengatasi masalah pengangguran ini.

dasar pemikiran. Berdasarkan pemaparan permasalahan yang ada di Kota Ambarawa tadi, maka muncullah ide untuk mengatasi masalah pengangguran dengan membangun sebuah Industri Kerajinan Eceng Gondok. Melihat kondisi Ambarawa yang sesungguhnya banyak sekali menyimpan potensi sumber daya alam yang sangat memungkinkan untuk berkembang kuat dan besar. Seperti halnya eceng gondok yang tumbuh menjamur di rawa pening. Pada umumnya, kebanyakan orang hanya mengenal tanaman eceng gondok sebagai tanaman yang hidup diatas permukaan air yang menganggu. Selain menganggu lingkungan air misal kolam juga dia menganggu habitat air. Tetapi dibalik itu semua eceng gondok juga menyimpan sejuta manfaat jika kita bisa mengolahnya dengan baik dan benar.

110


tujuan perencanaan. Tujuan pembangunan rencana kawasan “Industri kerajinan eceng gondok� ini berlandaskan pada ultimate goals Kota Ambarawa yakni “Mewujudkan Kota Ambarawa yang Livable dengan Pengembangan Potensi Ekonomi yang Berdasarkan Kearifan Lokal “ Upaya yang dilakukan untuk mengembangkan ekonomi masyarakat Ambarawa adalah dengan mengajak masyarakat bersama-sama untuk mengolah sumber daya alam yang terdapat di kotanya berupa eceng gondok menjadi barang yang bermanfaat dan bernilai. Adapun tujuan dari pembangunan proyek Industri Kerajinan Eceng Gondok yaitu : 1. Menyediakan lapangan pekerjaan 2. Meningkatkan pendapatan masyarakat melalui usaha industri dan perdangangan 3.Meningkatkan keterampilan masyarakat dalam mengolah eceng gondok

profil kawasan.

Industri Kerajinan Rumah Susun Rencana pembangunan kawasan Industri Eceng Gondok ini terletak di bagian selatan Kota Ambarawa. Alasan pemillihan lokasi industri ini di bagian selatan adalah dekat dengan bahan baku utama untuk membuat kerajinan yaitu eceng gondok selain itu lokasinya yang sangat strategis karena akses jalan yang terhubung langsung dengan jalan lingkar Ambarawa yang memudahkan pendistribusian barang untuk dikirim ke luar Kota Ambarawa. Industri kerajinan ini dibangun dengan luas area 2 hektar. Selain itu juga ada pembangunan rumah susun untuk memenuhi tempat tinggal para pekerja industri

yang lokasinya bersebelahan dengan industri kerajinan. Rumah susun dibangun dengan luas area 1 hektar, dan terdiri dari 4 lantai. Pembangunan rumah susun ini dengan cara melakukan konsolidasi lahan karena mengambil lahan permukiman

4.Meningkatkan kesejahteraan masyarakat

111


Analisis kawasan

Jalur Hijau berupa pohon-pohon besar sebagai perindang, dan menyerap polusi serta memeberikan kenyamanan bagi para pejalan kaki.

Sheltered bus stop merupakan halte kecil untuk menunggu bus

Area komersil skala regionalberupa toko-toko yangmenjual hasil kerajinan eceng gondok tidak hanya toko yang menjual produk eceng gondok tetapi juga ada warung makan, dan beberapa warung-warung kecil

Rumah susun sebagai pemenuhan akan tempat tinggal para pekerja industri. Lokasi rumah susun yang bersebelahan dengan kegiatan industri kerajinan eceng gondok untuk mengurangi biaya travel cost serta secara tidak langsung untuk mengurangi munculnya titik kemacetan baru jika lokasi tempat tinggal pekerja jauh dari tempat ia bekerja.

Lahan pertanian di pinggir jalan Lingkar Ambarawa yang tetap dipertahankan keberadannya

Area Industri Kerajinan Eceng GondoK dilengkapi gudang, tempat parkir yang dibagi menjadi 2.. Yang satu untuk bongkar muat barang dan satunya lagi tempat parkir pekerja industri, serta dilengkapi sarana ibadah berupa musholla 112


konsep rencana kawasan. Konsep yang diusung untuk kawasan strategis industri kerajinan eceng gondok adalah “ Accessible and Eco-Balance Industrial� . Sedangkan untuk zona perumahan (rusun) “Affordable Green-Netwoking�. Dalam menunjang kawasan industri pemilihan kedua konsep ini berdasarkan pemenuhan akan kebutuhan kawasan pemukiman bagi pekerja industri dengan tetap mempertimbangkan ekologi lingkungan. Tidak ada konsep khusus sebenarnya yang menyatukan kawasan industri ataupun pemukiman. Namun baik kawasan industri atau permukiman memiliki keterkaitan atau integrasi satu sama lain, terutama dalam hal transportasi dan keseimbangan ekologi. Dari konsep ini menjelaskan bahwa dari adanya lapangan kerja baru berupa industri kerajinan maka dibutuhkan pula tempat tinggal bagi para pekerja guna untuk mengurangi travel cost, selain itu juga mengurangi pemakaian motorize pribadi guna menghindari titik kemacetan baru. Jadi dari konsep ini menekankan kepada keseimbangan lingkungan, bagaimana

Strategi 1. Melakukan pelatihan keterampilan masyarakat. 2. Membangun industri kerajinan untuk mendorong perekonomian serta didalamnya akan menciptakan interaksi sosial secara langsung kepada masyarakat melaui pembuatan Kerajinan. 3. Membuat gudang sebagai tempat penyimpanan bahan baku produksi dan IPAL 4. Menambah sarana prasaran fasilitas pendukung industri seperti musholla, wc, dan Tempat parkir. 5. Melakukan perbaikan akses jalan masuk industri dengan cara pelebaran jalan 6. Membangun rusun 4 lantai untuk tempat tinggal pekerja 7. Memperbaiki jalan pemuda dengan cara pelebaran jalan dan membuat pedestrian way 8. Membuat parkir on street di sisi kiri jalan ditandai dengan kondisi trotoar menjorok Keluar, bangunan komersil dimundurkan untuk space parkir. 9. Membuat jalur hijau di sepanjang jalan pemuda 10. Membuat RTH 20% di area industri

struktur peruntukan lahan. Pengaturan alokasi peruntukkan lahan terbagi menjadi dua yaitu peruntukan lahan secara makro dan peruntukkan lahan secara mikro.Peruntukkan lahan makro di kawasan perencanaan merujuk sebagai lahan Industri. Sedangkan peruntukan lahan mikro di kawasan terdiri dari guna lahan permukiman, industri kerajinan eceng gondok, area komersil, musholla, jalur hijau.

113


Intensitas pemanfaatan lahan. Serta di sebelah timur berupa lahan pertanian. Pada proses perencanaan ini KDB yang dibuat di area industri 80% dengan sisanya 20% untuk RTH. Lalu disepanjang jalan pemuda area komersil dengan KDB tinggi 90%, pemukiman masyarakat 70-80%, dan yang terakhir untuk rusun dengan KDB 70% sisanya 30% untuk RTH.

2. Koefisien Lantai Bangunan Koefisien Lantai Bangunan (KLB) pada kondisi existing kawasan ini cukup rendah rata-rata bangunannya berlantai 1. Sedangkan pada proses perencanaan ini dibuat jumlah lantai maksimal adalah 4. Pada kawasan rencana industri kerajinan ini jumlah lantai 4 terdapat pada rumah susun. Industri kerajinan debgan 1 lantai. Untuk permukiman direncanakan ke arah vertikal dengan 2 lantai. untuk mewujudkan kota yang livable.

1. Koefisien Dasar Bangunan Koefisien Dasar Bangunan (KDB) pada kondisi existing kawasan ini teruntuk permukiman 80%, lalu permukiman dibawah itu sekitar 40-60% kepadatan rendah penduduk yang selalu meningkat. 114


Tata Bangunan. Pengaturan tata letak bangunan yang ada di Kawasan Industri Kerajinan mengacu pada kenyamanan dilihat dengan letak industri berada di belakang permukiman dan kemampuan ruang untuk mendukung keberagaman aktivitas dan fungsi di blok – 1. Penataan tata letak bangunan yang berada di pinggir jalan pemuda untuk area komersil dibuat menjorok kedalam untuk space parkir on street, sedangkan yang permukiman dibuat menjorok kedalam mengurangi kebisingan kendaran lewat. 2. Bangunan baru tidak dibangun di atas ruang terbuka hijau yang sudah ditetapkan. 3. Jarak maximum sempadan bangunan menuju trotoar 2 meter. 4. Penataan bangunan mempertimbangkan enclosure ruang dengan perbandingan antara dataran dan bangunan maksimum 1:3

Sirkulasi jaringan penghubung. 6. Integrasi antar bangunan agar mampu bekerja optimal memberikan pelayanan secara inklusif dan merata.

Pada Kondisi Eksisting jalan pemuda tidak memiliki trotoar sebagai jalur pejalan kaki. Bahkan tidak nampak jelas batas untuk pejalan kaki.

7. Penataan vegetasi sebagai peneduh di sepanjang jalan dan juga setiap blok untuk memberikan suasana yang rindang dan nyaman 8. Pengembangan sarana pendukung di titik sibuk kawasan yaitu area industri dan komersil di sepanjang jalan pemuda Dalam menerapkan sirkulasi yang livable pada Kawasan jalan pemuda sekitar Industri Kerajinan Eceng Gondok terdapat tiga hal penting yang dapat digunakan sebagai acuan yaitu; 1. Mendukung pengembangan ekonomi dan kualitas kehidupan 2. Penyediaan lebih dari satu pilihan layanan transportasi yang aman 3. Integrasi antar blok bangunan di dalam kawasan ataupun ke luar kawasan dapat terakses dengan mudah `penataan sirkulasi dikawasan ini mencakup; 7.4.1. Akses keluar masuk kendaraan angkutan (mobil box) jalan menuju kawasan Industri kerajinan yang jelas.s 7.4.2. Akses keluar masik rumah susun 7.4.3. Penambahan sarana dan prasarana pendukung kelancaran akses sirkulasi jalan. 7.4.4. Membuat jalur pejalan kaki 115


Ruang terbuka dan tata hijau.

Ruang Terbuka Hijau pada kawasan industri kerajinan hanya berupa pepohonan besar sebagai penyejuk atau perindang di kawsan tersebut. Dan untuk Zona permukiman sebelah industri (rusun) ada taman kecil dan pohon-pohon besar, serta area jalur hijau di sepanjang jalan pemuda dimana terdapat pohon-pohon besar serta tanaman lainnya untuk meningkatkan kualitas kenyamanan pejalan kaki, serta sebagai penyerap polusi udara.

116


Sistem Parkir. Sistem parkir yang direncanakan dalam kawasan industri terbagi menjadi dua. Pertama parkir untuk mobil pengangkut barang hasil kerajinan eceng gondok yang akan dijual diberbagai tempah dan meluas ke luar Kota Ambarawa, maupun mobil untuk mengambil bahan baku eceng gondok dari Rawa Pening. Kedua parkir untuk pekerja insustri kerajinan dengan laus area parkir sekitar 120 meter2 (7,5x16 meter). Material area parkir berupa paving blok. Untuk parkir di rusun dengan luas area parkir sekitar (18x27 meter) 486 meter2. Sedangkan parkir on street di sepanjang jalan pemuda kurang lebih (7x2 meter) 14 meter2 per trotoarnya.

Parkir motor pekerja industri

Tempat bongkar muat barang kerajinan

Parkir on street di jalan pemuda

Parkir rusun

117


Pentahapan dan pembiayaan. Pentahapan perencanaan kawasan dilakukan dalam 4 tahap per 5 tahun. Pentahapan ditunjukkan dengan rincian kegiatan yg dijelaskan dalam table berikut; rincian kegiatan Perizinan lahan Sosialisasi serta pelaĆ&#x;han keterampilan Pembebasan Lahan Pembangunan industri kerajinan eceng gondok Pelebaran akses jalan menuju industri kerajinan Perizinan lahan Sosialisasi pemukiman dekat industri serta relokasi Konsolidasi Lahan Pembangunan rusun Perbaikan akses jalan ke rusun Pembebasan Lahan Pelebaran jalan pemuda serta membuat pedestrian way Maintenance Membuat area komersil di jalan pemuda Total Biaya per 5 tahun rincian kegiatan Perizinan lahan Sosialisasi serta pelaĆ&#x;han keterampilan Pembebasan Lahan Pembangunan industri kerajinan eceng gondok Pembangunan industri eceng gondok beserta fasilitas pendukungnya Pelebaran akses jalan menuju industri kerajinan Perizinan lahan Sosialisasi pemukiman dekat industri serta relokasi Konsolidasi Lahan Pembangunan rusun Perbaikan akses jalan ke rusun Sosialisasi pelebaran jalan pemuda Pembebasan Lahan Pelebaran jalan pemuda serta membuat pedestrian way Maintenance Membuat area komersil di jalan pemuda Total Biaya per 5 tahun

2017

2018

5 tahun pertama 2019 Rp. 50.000.000,00 Rp. 20.000.000,00

2020

2021

2022

2023

5 tahun kedua 2024

2025

2026

Rp. 200.000.000,00 Rp. 800.000.000,00

Rp. 400.000.000,00 Rp. 350.000.000,00

Rp. 200.000.000,00 Rp. 300.000.000,00 Rp. 25.000.000,00 Rp. 800.000.000,00 Rp. 470.000.000,00

2027

5 tahun keĆ&#x;ga 2028

Rp. 2.675.000.000,00

2029

2030

2032

5 tahun keempat 2033 2034

2035

2036

Rp 100.000.000,00

Rp 350.000.000,00 Rp. 2.000.000.000,00 Rp. 100.000.000,00

Rp. 2.450.000.000,00

Rp. 100.000.000,00

Total pembiayaan keseluruhan adalah RP. 5.695.000.000,OO

118


Fildzah husna 41907

RT BL. Pengembangan Kawasan Stasiun Commuter-Tourism Ambarawa

119


Kondisi existing area stasiun Ambarawa

latar belakang. Ambarawa merupakan sebuah kota yang berada diantara jalur utama Yogyakarta – Semarang, dimana secara geografis dan geopolitik menguntungkan karena kestrategisannya. Dengan wacana dibukanya jalur kereta api dari Yogyakarta hingga Semarang, maka posisi Ambarawa akan menjadi lebih krusial, dimana seharusnya Ambarawa memiliki sebuah sistem transportasi dan transit yang terorganisir dan saling terhubung, baik di internal kota dan bagaimana Ambarawa terhadap kecamatan dan wilayah-wilayah lainnya. Stasiun Ambarawa, salah satunya, akan menjadi titik penting sebagai salah satu komponen transit kota. Kondisi yang ada sekarang adalah stasiun Ambarawa berfungsi hanya sebagai objek wisata, yang kemudian menjadi masalah dimana keberadaannya yang sekarang belum bisa mendukung jalur kereta api utama yang sedang

digadang-gadang. Perubahan stasiun menjadi stasiun yang melayani perjalanan commuting tentu membutuhkan infrastruktur dan sistem yang berbeda di kawasan itu sendiri. Kawasan stasiun harus mendukung bagaimana konektivitas kota seharusnya saling tehubung, serta secara bersamaan turut memperbaiki kualitas hidup disekitarnya. Kawasan ini pada kondisi existingnya adalah sebuah kawasan di pinggir jalan Pemuda (jalan dengan kelas kolektor primer yang dikelilingi oleh permukiman yang padat, serta masih banyak keberadaan pedagang kaki lima (PKL) yang kurang teratur.

permasalahan utama pengembangan. Jumlah penduduk akan terus bertambah, perkembangan kota semakin pesat, kebutuhan akan pekerjaan semakin tinggi. Kelak pengembangan kawasan stasiun ini menjadi penting

untuk diwujudkan di kota Ambarawa mengingat kereta api akan menjadi salah satu moda transit utama yang menghubungkan banyak titik-titik penting di Ambarawa dan diluar Ambarawa. Terlebih lagi, area disekitar stasiun akan menjadi titik-titik kepadatan yang cukup riskan dimana area area tersebut akan menjadi titik temu antara komersial dan residensial yang akan lebih baik apabila mengusung prinsip-prinsip livable: high mix and density. Stasiun Ambarawa merupakan salah satu situs sejarah dimana keberadaannya, baik secara fisik maupun nilai haruslah tetap terjaga. Proyek pengembangan kawasan stasiun ini menjaga keberadaan itu mengingat perkembangan dan tuntutan jaman.

dasar pemikiran. Kota Ambarawa memiliki potensi yang besar untuk terus berkembang; penduduk akan terus bertambah dan teknologi semakin canggih. Kebutuhan akan mobilitas yang aksesibel dan inklusif semakin tinggi seiring berjalannya waktu. Sementara ketersediaan lahan yang terbatas memaksa manusia untuk menggunakannya secara lebih efisien.

120


tujuan perencanaan. Secara general tujuan dari perencanaan kawasan ini adalah sebagai alat atau media penjabaran yang menbantu wewujudkan tujuan Kota Ambarawa itu sendiri: yakni mewujudkan Ambarawa menjadi kota yang livable, dan bagaimana hal itu didukung dengan ekonomi kota bercirikan kearifan lokal kota Ambarawa itu sendiri. Livable Ambarawa, dimana Ambarawa menjadi kota yang inklusif dan sustainable, dengan masyarakat yang bahagia dan sejahtera yang berkeadilan. Kawasan stasiun menjadi bagian kecil yang penting dalam mendukung livability kota, yakni: Meningkatkan kualitas pelayanan transportasi kota Ambarawa Memberi kemudahan masyarakat dalam mengakses transportasi Menciptakan lingkungan sekitar stasiun permukiman yang dense, mix, dan livable Menjaga nilai historis dari stasiun Ambarawa

profil kawasan. Kawasan Stasiun Ambarawa berada di sisi Selatan kota, tepatnya di jalan Pemuda, Kelurahan Panjang. Secara umum kawasan ini adalah sebuah stasiun yang dikelilingi oleh permukiman dan jalan utama (Jalan Pemuda yang direncanakan menjadi koridor ekonomi). Permukiman yang ada dikawasan ini adalah permukiman yang cukup padat dengan dominasi bangunan satu lantai. Stasiun Ambarawa itu sendiri berada di tengah-tengah kawasan perencanaan ini. Pada kondisi eksisting stasiun ini belum melayani perjalanan konvensional (commuting) yaitu baru berfungsi sebagai objek wisata museum. Menilik sejarahnya, pembangunan stasiun

ini merupakan perintah Raja Willem I ketika pemerintah membutuhkan moda untuk mengangkut tentaranya ke Semarang dan resmi dibuka pada 1873 ketika Ambarawa masih merupakan sebuah kota militer pada masa Pemerintahan Kolonial Belanda. Sehingga, secara arsitektural stasiun ini bercirikan kolonialisme dan memiliki nilai sejarah yang kuat. Kompleks stasiun ini dikelilingi oleh permukiman; cukup padat, dengan lebar jalan yang dominan kecil (kelas lingkungan). Muka (pintu masuk) stasiun ini mengkadap barat, berada di persimpangan yang cuku ramai yang menghubungkan Jalan Pemuda dan Jalan Kartini. Tepat di seberang barat jalan dari stasiun ini terdapat pasar Warung Lanang.

Meningkatkan nilai perekonomian Ambarawa

121


7

residensial 2 8 3

koridor ekonomi pemuda stasiun

4

1 6 5

4

2-3

1

area residensial yang berbatasan langsung dengan stasiun, cukup padat dengan lebar jalan yang hanya cukup dilewati sepeda 2 sepeda motor. 5-6

sisi barat dari stasiun terdapat Jalan Pemuda yang cukup ramai, ditambah lagi dengan keberadaan Pasar Warung Lanang. Di sekitar lokasi ini pula terdapat pertigaan yang menghubunkan Jalan Pemuda dan Jalan Kartini, serta dilewati pula oleh jalur kereta api sehingga menjadi salah satu titik rawan kepadatan. 7

Jalan Stasiun ini berada di Utara stasiun itu sendiri yang cukup lebar, pada kondisi eksistingnya jalan ini menjadi tempat berdagang pedangang-pedangang kaki lima, terutama tepat di pertigaan dengan jalan Pemuda

bagian jalan ini merupakan yang membatasi kawasan perencanaan dengan lapangan Sudirman, yang disepanjangnya dipenuhi dengan fungsi komersial; baik formal maupun informal.

8

Pada bagian ini fungsi yang mendominasi juga permukiman, namun disini permukimannya cenderung lebih padat. Jalan cukup lebar.

di bagian ini fungsi yang mendominasi adalah permukiman yang tidak terlalu padat, dengan jalan yang cukup lebar.

122


Kondisi jalan dan transportasi di Kota Ambarawa

konsep dasar. Perencanaan kawasan stasiun ini menggunakan referensi konsep Transit Oriented Development (TOD) yang disesuaikan dengan konteks kota Ambarawa dan kearifan lokalnya. Konsep TOD sendiri berkembang pesat dari Amerika Serikat dimana konsep ini mendukung paradigma perencanaan baru “New Urbanism� yang mengedepankan nilai-nilai livability, density, mix, community involvement, dan lain sebagainya. Transit Oriented Development adalah sebuah konsep untuk mengembangkan kawasan/kota yang compact dengan kemudahan berjalan kaki dari dan ke transit station yang kemudian mengakomodasi kegunaan campuran (mix use) kegiatan didalamnya.

Mengapa TOD? TOD bukan hanya sekedar pengembangan disekitar area transit, tetapi juga: meningkatkan efisiensi area tersebut, meningkatkan jumlah pengguna kendaraan umum dan mengurangi kepadatan lalu lintas, menyediakan banyak pilihan permukiman dan kebutuhan, menambah community sense terhadap area tersebut. TOD kemudian dibutuhkan ketika jumlah penduduk akan terus-menerus bertambah. Berbicara jumlah penduduk maka kita semua butuh jawaban akan kebutuhan housing yang lebih mix, berbicara tentang mobilitas maka pilihan transportasi yang lebih luas dengan kapasitas yang lebih banyak akan menjadi kebutuhan utama Ambarawa Station Area Planning Kawasan Stasiun Ambarawa memiliki fungsi melayani commuter hubs dengan banyak pilihan transit; terintegrasi langsung dengan sistem bus kota, ojek, sepeda, serta pejalan kaki. Yang menjadi kunci dalam pengembangan kawasan ini adalah bagaimana menciptakan kawasan ini dengan residensial, komersial dan lahan publik yang memiliki high density mix.

123


124


125


126


ruang terbuka dan tata hijau.

pentahapan dan pembiayaan. 2.

1.

3. Terdapat 3 ruang terbuka di kawasan rencana ini. Ruang terbuka terdiri dari hijauan dan ruang publik. Hijauan berupa pohon-pohon peneduh dan lahan berumput sebagai area resapan air. Taman-taman ini dikelilingi oleh komersial mix use (termasuk sentra kuliner) dan high density residential. Selain sebagai area resapan, taman-taman ini juga berfungsi sebagai media berinteraksi sosial karena dilengkapi pula dengan tempat-tempat duduk. Kawasan ini memiliki jalur hijau disepanjang jalan dengan jenis pohon peneduh. Jalur hijau dibuat guna mewujudkan lingkungan yang lebih nyaman, dengan pepohonan peneduh sepanjang jalan.

1. Taman di utara stasiun 2. Taman di selatan stasiun 3. Jalur hijau kawasan

Terdapat 10 tahapan dalam pembangunan kawasan stasiun ini yakni: Tahap survey dan observasi Tahap sosialisasi Tahap pembangunan bus stop Tahap pembangunan taman dan ruang publik Tahap relokasi pedagang kaki lima Tahap pembangunan stasiun kereta commuter Tahap pembangunan basement parking Tahap pembangunan jalur hijau dan jalur sepeda Finishing Monitoring dan evaluating Tahun ke 1

2

3

4

5

6

Survey dan observasi Sosialisasi Pembangunan bus stop Pembangunan taman dan ruang publik Relokasi PKL Pembangunan stasiun commuter Pembangunan basement parking Pembangunan jalur hijau dan jalur sepeda Finishing Monitoring dan evaluating

Sehingga secara keseluruhan, proyek ini akan berlangsung selama 6 tahun. Proses monitoring dan evaluasi diadakan setiap 2 tahun sekali dengan indicator - Angka kunjungan masyarakat per tahun - Kondisi fasilitas taman - Angka retribusi kunjungan masyarakat - Manajemen dan pengelolaan

127


Cost Financing

Stasiun Commuter -Bangunan Baru (Rp 3.000.000/m2) -Bangunan Lama (1.000.000/m2)

Rp 900.000.000 Rp 1.000.000.000

Ruang Terbuka Hijau (60.000/m2) Jalur Hijau

Rp 1.800.000.000 Rp 1.000.000.000

Stasiun Sepeda Bangunan (30.000.000)/unit Penyediaan sepeda (1.000.000/unit)

Rp 270.000.000 Rp 90.000.000

Bus Stop (350.000.000/unit) Basement Parking (3.500.000/m2)

Rp 350.000.000 Rp 1.050.000.000 Total Rp 6.217.000.000

biaya yang diperlukan untuk mengimplementasikan proyek ini adalah Rp 6.217.000.000 dalam pengimplementasiannya, proyek ini melibatkan banyak pihak diantaranya dan tidak terbatas pada: - Pemerintah - PT KAI - Peneliti dan perencana - Kelompok masyarakat Untuk komponen pembiayaan proyek, stakeholder utama yang terlibat adalah pemerintah dan PT KAI. PT KAI bertanggungjawab atas pembiayaan yang terkait dengan stasiun (bangunan stasiun baru, bangunan stasiun lama, dan parkir total sebesar 2,95 milyar) sementara pemerintah mengcover biaya terkait dengan perbaikan kualitas kawasan (3,257 milyar)

128


Syadza Salsabilla Tamam 41947

129


130


131


132


133


134


135


Studio 6 Ambarawa


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.