SEPTEMBER 2016 www.marketeers.com www.marketeers.com/radio Indonesia Rp.50.000,-
ENTREPRENEURIAL MARKETING RECIPE
Integrating Marketing and Entrepreneurship SEPTEMBER 2016
16997807_MARKETEERS ED SEPTEMBER 2016_C-1+4_R1.pdf 1
by Hermawan Kartajaya
IMA:
Wirausaha: P. 065
Perhatian Khusus bagi UKM Upaya pemerintah demi kemajuan UKM
Cover sep 2016.indd 1ED SEPTEMBER 2016_C-1.PDF 1 16997807_MARKETEERS
P. 071
Kolaborasi untuk Dunia Marketing Catatan penting Rakernas IMA
Nusantara:
Maestro: P. 077
Enhancing Competitive Advantage in ASEAN Why SMEs be entrepreneurial and better marketers?
P. 093
Tak Pernah Pudar Pesona Toba Menikmati keindahan Monaco of Asia
8/26/2016 5:26:32 8:32:38 PM
16997807_MARKETEERS ED SEPTEMBER 2016_C-2+3.PDF 1
8/26/2016 5:29:32 AM
16997807_MARKETEERS ED SEPTEMBER 2016_T-001.PDF 1
8/26/2016 5:29:33 AM
E
M
O
From The Editor 002
Racikan Resep Untuk UKM
saha Mikro, Kecil dan Menengah atau biasa disebut UKM saat ini banyak didominasi oleh sektor makanan dengan porsi 70%. Sebagai UKM yang bergerak di bidang makanan tentunya resep menjadi penting. Namun, selain resep dapur, ada resep lain yang harus Anda ketahui. Yaitu resep menjadi entrepreneur dan marketing. Ya, untuk menjadi entrepreneur, Anda harus bisa menghadapi tantangan yang ada dan melihatnya sebagai peluang, berani mengambil risiko dan berkolaborasi. Agar bisa bertahan di tengah kerasnya persaingan bisnis, UKM harus mengerti dan menerapkan ilmu marketing. Lantas apa saja resep yang dimaksud? Hal inilah yang menjadi tajuk utama Marketeers kali ini. Tak hanya itu, kami juga memetakan kondisi UKM di Indonesia saat ini beserta permasalahan yang dihadapi melalui riset MarkPlus Insight. Terhitung edisi ini, Marketeers juga menyajikan beberapa sajian baru, seperti IMA yang bercerita mengenai segala perkembangan di dunia marketing yang disajikan oleh Indonesia Marketing Association dan Wirausaha yang akan bercerita seputar dunia UKM, tech startup dan koperasi. Marketeers juga menampilkan rubrik Nusantara yang akan semakin mendekatkan Anda dengan daerah-daerah lain yang ada di Indonesia. Akhir kata, selamat menikmati racikan resep ala Marketeers. Dan, selamat melahirkan bisnis UKM impian Anda.
Iwan Setiawan Editor-in-Chief
1.
2.
3.
COVER DESIGN PROCESS
Publisher Hermawan Kartajaya Chief Executive Stephanie Hermawan - Chief Operations Marketeers Media & Community Dian Wulandari - Chief Operations Marketeers MICE Tinus Kusuma - Editor In
Chief Iwan Setiawan - Managing Editor Hendra Soeprajitno. hendra@marketeers.com - Editor Sigit Kurniawan. sigit@marketeers.com - Ign. Eko Adiwaluyo. eko@marketeers.com -
Editorial Secretary Diah Restu Wahyuni. info@marketeers.com - Reporter: Jaka Perdana. jaka@marketeers.com - Saviq Bachdar. saviq@marketeers.com - M. Perkasa Al Hafiz. hafiz@ marketeers.com - Septi Wijayani. septi@marketeers.com - Ramadhan Triwijanarko. ardhan@marketeers.com - Illustration: Arif Priambudi - Adre Masdrajad - Pramaditya Andika Widi -
Photography Rizky Priya - Layout: M. Ottyawan Firdaus - Yoo Su Youn - Advertisement: Raisa Lestari. raisa.niloperbowo@markplusinc.com - +62 856 2081 788, +62 21 5790 2338
ext 239 - Radio: Novia Sari Purnama. novia@marketeers.com - Aji Radhyantomo. aji@marketeers.com - Online Activation: Wilma Zulianti. wilma@marketeers.com - Fikri Paham. fikri @marketeers.com - Offline Activation: Cendra Hadikusuma. cendra@marketeers.com - Anisah Armina. mina@marketeers.com - Circulation: Taufik Abe. abe@marketeers.com - +62 813 1555 6493 - Mulyadi. mulyadi@marketeers.com - P +62 811 411 7118 +62 21 5790 2338 ext 409, F +62 21 5795 1103.
Marketeers Magazine EightyEight@Kasablanka 8th floor Jl. Casablanca Raya Kav. 88 Jakarta 12870 toll free: 0 800 188 1111
16997807_MARKETEERS ED SEPTEMBER 2016_T-002_R1.PDF 1
8/26/2016 5:26:52 PM
16997807_MARKETEERS ED SEPTEMBER 2016_T-003.PDF 1
8/26/2016 5:29:41 AM
E N
U
This Month Edition
22 25 28 32 36
This Month COVER Entrepreneurial Marketing Recipe
38 41 44 46 48 53 56 58 60 63
Bukan Sekadar Menggelontorkan Uang Kuncinya Sabar dan Banyak Mendengar Genjot Promosi, Perluas Pasar Agar Tak Menyesal Di Masa Depan Tetap Bertahan Meski Dibayangi Faktor Eksternal Produk Kreatif Butuh Pemasaran Kreatif Pantang Mundur Meski Infrastruktur Belum Sempurna Menjaga Konsumen Sedari Awal Kreatif Mengemas Produk, Berani Saat Eksekusi Ciptakan Karakter Unik Menjadi Brand for Good Meski Kecil Karpet Merah Bagi Pemain UKM Solusi Jika Malas Berurusan Dengan Bank Berdayakan UKM, Tak Lupakan Misi Sosial Opsi Lama Yang Kerap Terlupakan
020 ENTREPRENEURIAL MARKETING RECIPE Entrepreneur harus menjadikan tantangan sebagai peluang, berani mengambil risiko dan berkolaborasi. Agar bisa bertahan di tengah kerasnya persaingan bisnis, pemain UKM harus mengerti dan menerapkan ilmu marketing.
This Month POSTER YOUTH WOMEN NETIZEN MONITORING How To Create Conversation Among Women
16997807_MARKETEERS ED SEPTEMBER 2016_T-004_R1.PDF 1
8/26/2016 5:26:53 PM
Xpresikan Inovasimu di Acara
I S E R XP UDA PEMONESIA IND
PENDAFTARAN GRATIS!
MENANGKAN TOTAL HADIAH
100 JUTA RUPIAH
12–14 OKTOBER 2016
m
pe
tit i o n
UNIVERSITAS INDONESIA
Co o Vid e
26–28 OKTOBER 2016
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
Ca
se
Co
m p e titi o n
Halo BCA 1500888 / www.bca.co.id BCA terdaftar dan diawasi OJK
16997807_MARKETEERS ED SEPTEMBER 2016_T-005_R2.pdf 1
8/26/2016 11:53:56 PM
E N
U
This Month Edition
INDONESIA FOR ASEAN
81 84 88
91
Ratanjit Das: The Ultimate Approach to Build Customer Trust H.E. Federico Salas: Distance no Impediment to Strengthening Bilateral Ties Looking into Indonesia’s ICT Industry Future Through Development of Optical Fiber and Cable Products What Makes Pokemon Go a Goer!
8
Media Fleet
MESSAGE: Salt And Pepper From Hermawan Kartajaya
14
Integrating Marketing and Entrepreneurship
MOVEMENT: Industry Trends and Observations
18
Melawan Tantangan Melalui Kreativitas
65 68
97 Sehari Menikmati Toba 100 Memanjakan Lidah di Kota Tua Medan 101 Satu Kota Lima Pesona 104 Reshuffle dan Tax Amnesty
IMA
71 74
MOMENT: Industry Trends and Observations
104
MANEUVER:
106 108
MARK YOUR STYLE: Life and Stylish Tips for Marketeers
UKM Indonesia Harus Bisa Bertahan dan Berkembang Happyfresh: Transfer Supermarket ke Dalam Layar Momentum Kembangkan Produktivitas, Entrepreneurship, dan Kreativitas Perkuat Tim, Siap Jalin Kolaborasi MarkPlus WOW Service Excellence Award 2016
Pertamax Turbo: Potongan Puzzle Terakhir Strategi Trade-Up Pertamina? Sritex: Dari Pasar Klewer untuk Dunia
112 Health: Kebahagiaan Holistik Itu Ada di Dalam Diri
114 Product Review 116 Film: The Magnificent Seven,
118
Snowden Music: Tulus, Metallica, Frank Ocean Resto: Witness the Art of True
CONTRIBUTORS Christianto Wibisono Pria kelahiran Semarang ini adalah Founder & Chairman Pusat Data Bisnis Indonesia (PDBI), lembaga terkait dunia ekonomi dan politik. Lahir pada 1945, Christianto mengawali kariernya sebagai penulis di buletin KAMI dan berbagai media. Christianto telah menjadi pembicara untuk seminar lokal maupun internasional.
Dr Jonathan A.J. Wilson Berawal dari manager periklanan, Jon kini memiliki sejumlah karier mulai dari akademisi, konsultan, trainer, pembicara, hingga kolumnis. Pria keturunan Skotlandia dan besar di Manchester ini menjadikan Islamic Marketing sebagai bidang yang dicintainya. Jon juga merupakan Pemimpin Redaksi Journal of Islamic Marketing dan Executive Trainer Al Jazeera Media Network di Qatar.
004-006 menu.indd 3 ED SEPTEMBER 2016_T-006.PDF 1 16997807_MARKETEERS
8/26/165:29:45 12:08 AM 8/26/2016 AM
16997807_MARKETEERS ED SEPTEMBER 2016_T-007.PDF 1
8/26/2016 5:29:46 AM
E D
I A
F L E E
T
The Net 008
Sukses Bangun Startup, Jangan Anggap Remeh Ide Gila
Snapcart, Startup yang Bakal Jadi Ancaman Perusahaan Survei?
Rahasia Kain Sritex Dipakai Militer Dunia
Oleh Jaka Perdana
Oleh Saviq Bachdar
Oleh Ramadhan Triwijanarko
TheNextDev tahun ini tetap mengusung ide bagaimana memecahkan permasalahan di kota dengan membereskan dahulu masalah di wilayah desa. Tapi rupanya bukan itu yang ingin diangkat oleh Yansen Kamto, CEO Kibar. Dalam sesi seminar, Yansen mencoba mengangkat motivasi para anak muda dengan sebuah kisah. “Dua tahun lalu, Nadiem Makarim CEO dan founder GO-JEK datang kepada saya bahwa ia akan mengubah Indonesia. Saya pikir waktu itu pemikiran Nadiem tak jelas sama sekali. Saya langsung anggap Nadiem itu bodoh dan gila. Lalu, seperti apa GO-JEK enam bulan kemudian? GOJEK punya 250.000 pengemudi dengan 1.700 karyawan. Bahkan, baru-baru ini, ada yang menyuntikan dana Rp 7 triliun,” ungkap Yansen. Yansen tidak sendirian, yang menganggap ide Nadiem sebagai ketidakmungkinan. CEO Bukalapak Achmad Zaky mengungkapkan hal serupa. Ia menilai ide Nadiem sebagai hal mustahil sembari menertawakannya. Temukan kegilaan lainnya di marketeers.com
Dunia konsumer yang dinamis dengan merek yang terus menjamur, menciptakan persaingan yang begitu ketat. Merek harus mengamati gerakgerik kompetitor. Di sisi lain, mereka juga harus fokus pada konsumen. Karena alasan itulah, Reynazran Royono menciptakan Snapcart, sebuah startup jaringan big data berbasiskan pembelian. Dengan cara mengumpulkan informasi struk pembayaran dari para pembeli, merek dapat menghadiahi mereka cashback atau uang tambahan. Secara lebih rinci, ia menjelaskan bahwa big data yang ditawarkan Snapcart kepada merek yang bermitra dengannya, yaitu mengetahui market share suatu merek atau kategori produk, pergerakan harga yang terjadi di ritel, serta performa pricing yang ada. Pada dasarnya, data tersebut bisa diberikan oleh peritel kepada prinsipal atau merek. Hanya saja, data tersebut dirahasiakan oleh pihak ritel. Selain itu, menurut Rey, ada perbedaan antara data yang diberikannya dengan data ritel. Apakah Snapcart akan mengancam perusahaan survei? Temukan jawabannya di marketeers.com
Memasuki usia 50 tahun, PT Sri Rejeki Isman Tbk (Sritex) terus menghadirkan inovasi dalam serangkaian kualitas produk yang dikeluarkan. Tidak heran bila produk Sritex diekspor dan digunakan oleh korporasi, militer, dan gerai fesyen internasional. Satu contoh, produk kain Sritex telah digunakan oleh angkatan militer beragam negara. Tidak hanya Indonesia tapi juga negara-negara seperti Timor Leste, Jerman, Inggris, Swedia, dan Australia. Bukan hanya kualitas mutu yang teruji, Sritex juga melakukan beragam inovasi produk melalui pengunaan teknologi. Salah satunya adalah Sritex berhasil memproduksi seragam militer anti sinar infra merah, anti serangga, anti api, dan anti radiasi nuklir.
Kunjungi www. marketeers.com untuk info selengkapnya.
COMING SOON
HOWTO TUNEIN
Download Marketeers Mobile Apps gratis di Apple Apps Store Windows Blackberry untuk iPhone/iPad atau 8, Google Play untuk Android. Klik www.marketeers.com/radio
go to marketeers.com/radio
Follow @MarketeersRadio untuk mendapatkan info program-program Marketeers Radio
16997807_MARKETEERS ED SEPTEMBER 2016_T-008.PDF 1
8/26/2016 5:29:48 AM
Marketeers + Pertamina
Pertamax Motorsport Racing Experience
Menginspirasi Negeri Lewat Aktivitas Marketing
Dendi T. Danianto Head of Marketing Communication PT Pertamina (Persero).
ertamax menjadi produk Bahan Bakar Minyak (BBM) tertua Pertamina setelah merek bersubsidi mereka, Premium. Tingkat awareness Pertamax di benak konsumen Indonesia pun diklaim sudah mencapai 98%. Mungkin, hampir tidak ada dari pembaca Marketeers yang tidak mengenal brand Pertamax. Meski begitu, Pertamina mengakui bahwa mereka masih ada tugas besar untuk membangun brand Pertamax, yaitu meningkatkan awareness dari positioning yang ingin dicapai oleh Pertamax. Salah satu tools marketing yang mereka pakai adalah melalui kampanye Pertamax Motorsport Racing Experience. “Sudah tidak perlu lagi kami mengomunikasikan mengenai RON 92 dari produk ini. Saat ini, yang kami perlu komunikasikan bahwa Pertamax ini punya daya tahan dan menjaga keawetan mesin. Ini adalah daya jual pertama produk ini,” jelas Dendi
adv Pertamina.indd 1 ED SEPTEMBER 2016_T-009.PDF 1 16997807_MARKETEERS
T. Danianto, Head of Marketing Communication PT Pertamina (Persero). Pertamax Motorsport ditugaskan untuk merepresentasikan kekuatan, ketahanan, dan performanya di area ekstrim. Misi ini ditumpahkan ke dalam sebuah ajang Pertamax Motorsport Championship dan membentuk Pertamax Motorsport Team. Misi lain dari kampanye ini, Pertamina menjadikannya sebagai research and development (RnD) platform untuk Pertamax dengan menggunakannya di arena balap yang ekstrim dengan penggunaan yang tidak biasa. Selain itu, Pertamax Motorsport Racing Experience juga menjadi ajang untuk meningkatkan popularitas dari Pertamax dan juga olahraga balap di negeri ini. Terakhir, ajang ini juga menjadi platform bagi Pertamina untuk mencari bibit pebalap muda. Ke depannya, Pertamax juga akan membentuk Pertamax Motorsport Academy. “Di sini, kami ada kompetisi untuk kelas Rookie dengan mobil yang benar-benar biasa bertajuk Promotion Class. Kami akan melihat skill berkendara mereka tanpa bantuan mesin yang luar biasa, seperti turbo, dan lainlain. Ketika ada driver dengan driving skill yang keren, akan kami jadikan the next generation of Pertamax Motorsport Racer Team,” jelas Dendi. Dendi mengatakan bahwa saat ini mereka tengah membangun sebuah fondasi sebelum membentuk ekosistem balap yang lebih besar dan menginspirasi banyak stakeholder di dalamnya. Misi Pertamina sekarang adalah menjalankan kampanye ini secara konsisten dan meningkatkan kesadaran masyarakat menge-
nai keberadaan Pertamax Motorsport dan Pertamax Motorsport Championship. Untuk itu, Pertamina pun gencar melakukan komunikasi untuk Pertamax Motorsport Racing Experience. Kanal above-the-line, below-the-line, dan komunikasi digital akan dikerahkan. Jadi bukan hanya iklan TVC, komunikasi ajang ini juga akan masuk bioskop-bioskop, mendukung beragam kegiatan balap, dan memanfaatkan semua media sosial. Aktivitas offline yang dilakukan Pertamina pada ajang GIIAS 2016 juga menarik perhatian banyak pengunjung. Di pameran akbar tersebut, Pertamina menggelar Pertamax Motorsport Racing Car Experience. Di sini, Pertamina menghadirkan pengalaman menarik kepada para pengunjung untuk merasakan langsung sensasi di dalam kabin seolah-olah sedang balapan. “Kami menunjuk Rifat Sungkar sebagai director atau pengarah untuk membuat eksekusi kampanye ini menarik para kalangan professional. Selanjutnya, akan berujung pada menginspirasi kalangan yang baru mau masuk ke dalam dunia motorsport ini,” imbuh Dendi. Menurutnya, banyak pihak yang tertarik terhadap ajang semacam ini dan peduli kepada perkembangan dunia balap Tanah Air. Mulai dari para pebalap itu sendiri, hingga para pengusaha maupun para pemilik tanah. Bukan tidak mungkin, ajang ini bakal membentuk sebuah ekosistem balap yang lebih baik, seperti melahirkan sirkuit balap baru yang saat ini dinilai masih kurang keberadaannya. Dan, Pertamina akan berada di garda terdepan untuk mewujudkan semua itu.
Rifat Sungkar dan Tim Pertamax Motorsport
8/23/16 2:21 PM 8/26/2016 5:29:49 AM
E D
I A
F L E E
T
010
Kolaborasi Untuk Kebaikan Oleh Ramadhan Triwijanarko
16997807_MARKETEERS ED SEPTEMBER 2016_T-010.PDF 1
ampai saat ini, para pelaku bisnis masih beranggapan segala aktivitas bisnis harus mampu mendulang keuntungan. Oleh sebab itu, tak jarang semua dianggap sebagai kompetitor. Namun, di era sekarang ini, kompetisi harus diimbangi dengan kolaborasi. Menurut Prof. Firmanzah selaku Rektor Universitas Paramadina, bentuk kompetisi dalam kegiatan ekonomi harus ditopang dengan bentuk kolaborasi. Firmanzah menggambil contoh antara Apple dan Samsung. “Apple dan Samsung memang berkompetisi. Namun, bisa saja untuk pengembangan produk dan riset mereka saling berkola borasi,” ujarnya pada Indonesia Global Compact Network (IGCN) Members Gathering, Jakarta, Kamis (4/8/2016). Selain itu, Firmanzah juga menyampaikan bahwa saat ini bisnis tidak harus selalu fokus pada pertumbuhan, melainkan pada bisnis yang bisa berlangsung secara sustainable hingga waktu yang lama. “Saat ini, sudah mulai ada perubahan paradigma dari sekadar melihat growth ke bisnis yang sustainable. Beberapa forum pertemuan internasional telah menjadi tonggak perubahan paradigma tersebut,” tambah Firmanzah. Menurutnya, Indonesia harus mempunyai semangat kolaborasi. Alasannya, banyak hal yang bisa dilakukan secara bersama-sama baik pemerintah, pelaku bisnis, dan akademisi. “Tidak bagus kalau hanya mengejar KPI saja. Jangan menjadi lembaga yang egois, pertimbangkan dampak dari perusahaan kepada yang lain,” pungkas Firmanzah. Saat ini Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) telah mencanangkan Sustainable Development Goals (SDGs) yang berisikan 17 butir misi terkait permasalahan lingkungan, sosial, dan ekonomi. Menurut Presiden Indonesia Global Compact Network YW Junardy, misi dalam SDG’s tidak hanya untuk pemerintah, tapi bisa untuk pelaku bisnis melalui konsep konsep social investment, yakni ketika perusahaan memfasilitasi sebuah komunitas masyarakat untuk berkembang. SDGs merupakan kelanjutan MDGs yang akan berakhir di 2015. SDGs akan berlangsung hingga tahun 2030 mendatang. Ada lima fondasi dalam pelaksanaan SDGs yakni manusia, pla net, kesejahteraan, perdamaian, dan kemitraan.
8/26/2016 5:29:50 AM
Marketeers + Prodia
LABORATORIUM KLINIK PRODIA
Peremajaan Alat Untuk Hasil Pemeriksaan Yang Memuaskan Pelanggan Kebutuhan hasil pemeriksaan yang lebih akurat, cepat dan terpercaya oleh pelanggan sebagai kekuatan pemasaran laboratorium klinik menyebabkan para peneliti berusaha mencari teknik terbaru dengan alat yang lebih canggih lagi. Karena itu, setiap kurun perkembangan waktu dibutuhkan alat baru, minimal untuk peremajaan alat-alat lama yang sudah usang dalam usaha mengikuti perkembangan kebutuhan dan persaingan pasar yang semakin ketat. Peremajaan alat adalah proses pergantian alat lama dengan alat baru, sesuai dengan perkembangan teknologi, metode, dan tata kelola manajemen (throughput) yang dibutuhkan dalam kurun waktu empat tahun ke depan. Secara umum, rata-rata usia alat di laboratorium klinik Prodia adalah empat tahun.
Peremajaan untuk mengikuti perkembangan teknologi Setiap alat di Prodia memiliki catatan perjalanan pemakaiannya, mulai dari alat tersebut pertama kali dipasang hingga di gunakan saat ini. Dalam catatan tersebut terdapat informasi terkait berapa banyak alat yang sedang dalam perawatan, meng alami kerusakan, mengalami pergantian suku cadang (spare part) dan bahan pakai (consumable) dan seterusnya. Dari catatan perjalanan alat tersebut dilakukan evaluasi dan prediksi terha dap kapasitas dan kondisinya. Jika alat itu sudah menunjukkan usia pemakaian lebih dari enam tahun, maka alat sudah harus direncanakan untuk diremajakan.
Sebenarnya, faktor usia tidak hanya satusatunya tolak ukur suatu alat perlu perema jaan, tetapi perkembangan teknologi atau frekuensi masalah atau kapasitasnya yang sudah tidak sesuai dengan yang dibutuh kan, juga dapat menjadi faktor pemicu perlu adanya peremajaan alat. Setiap laboratorium melakukan moni toring terhadap frekuensi masalah yang terjadi pada setiap alat dan mengategori kan dalam empat kelompok risiko, yaitu rendah (low), sedang, (medium), tinggi (high) dan ekstrim (extreme). Pengatego rian ini memudahkan dalam pemantauan kondisi dan risiko suatu alat. Apabila alat itu termasuk kategori tinggi atau ekstrim pada suatu periode, maka hal itu akan menjadi “alarm” bagi Prodia untuk me ninjau dan menganalisis kembali kebutu han peremajaannya. Di Prodia, peremajaan alat dilakukan sesuai dengan perencanaan tahunan yang telah dibuat oleh tim Pengembangan dan Operasi. Program peremajaan alat itu menyangkut semua jenis alat yang digu nakan. Pentingnya peremajaan alat di Prodia Bagi Prodia, alat merupakan salah satu komponen dalam laboratorium yang me
megang peranan penting untuk menjamin kualitas hasil pemeriksaan. Karena alat itu merupakan salah satu komponen penting, maka perlu adanya kepastian terhadap kondisi dan kualitas alat yang digunakan tersebut. Jadi, peremajaan alat merupakan salah satu tools bagi Prodia untuk me mastikan terlaksananya kewajiban mem berikan kualitas laboratorium yang baik. Karena itu, peremajaan alat berkaitan langsung dengan hasil pemeriksaan yang diterima pasien. Masalah seberapa sering peremajaan alat itu dilakukan di Prodia, adalah sesuai dengan kebutuhan masing-masing setiap alat yang digunakan tersebut. Setiap jenis alat memiliki ketentuan minimal dalam peremajaannya, misal untuk alat hema tologi peremajaan minimal dilakukan setiap enam tahun, kecuali karena ada nya kondisi tertentu yang menyebabkan peremajaan alat perlu dipercepat. Karena itu, dengan melakukan perema jaan alat-alat tersebut memastikan adanya jaminan bahwa peralatan yang digunakan di Prodia adalah alat-alat dengan teknolo gi yang terbaik saat ini, sehingga diharap kan kualitas hasil laboratoriumnya dapat sesuai dengan standar yang diharapkan oleh pelanggan.
16997807_MARKETEERS ED SEPTEMBER 2016_T-012.PDF 1
8/26/2016 5:29:51 AM
Marketeers + JEC
JEC Perkenalkan Teknologi Terkini untuk menghilangkan Minus dan Silinder dengan ReLEx® SMILE Untuk menghadirkan yang terbaik bagi masyarakat, JEC menilai pentingnya mengikuti perkembangan teknologi. Salah satu teknologi teranyar yang diperkenalkan JEC adalah ReLEx® SMILE. Dengan teknologi ini, pasien bisa terlepas dari gangguan refraksi mata yang selama ini mengganggu.
Mesin VisuMax yang mampu membuat lenticule (jaringan kornea berbentuk lensa tipis) di kornea lapisan dalam
ermasalahan yang terjadi seputar mata tidak bisa disepelekan begitu saja. Salah satu permasalahan yang sering di alami pasien adalah gangguan refraksi, yaitu mata minus, plus, dan silinder. Gangguan refraksi ini membuat seseorang bergantung pada kacamata dan lensa kontak. Hal ini tentu saja membuat kita tak nyaman. Untuk mengatasi masalah ini, LASIK (Laser-Assisted in situ Keratomileusis) menjadi pilihan populer bagi para pasien. Prosedur LASIK dilakukan untuk memperbaiki bentuk permukaan kornea mata sehingga cahaya dapat masuk dengan sempurna sehingga penglihatan mata meningkat. Di Indonesia, JEC merupakan pelopor teknologi ini. JEC memperkenalkan LASIK pada tahun 1997. Pada LASIK, tahap pertama yang dilakukan adalah membuat lapisan pada
adv JEC.indd 1 16997807_MARKETEERS ED SEPTEMBER 2016_T-013.PDF 1
kornea (flap). Tahapan ini pada awalnya menggunakan teknik Mikrokeratom (Blade). Proses pembuatan flap ini kemudian berkembang menggunakan Femtosecond Laser, atau disebut juga Bladeless LASIK. JEC telah menggunakan teknologi ini sejak tahun 2006. Tahap kedua adalah penyinaran laser pada bagian dalam kornea untuk membentuk ulang kornea, setelah flap terbuka. Tujuannya adalah untuk menghilang kan kelainan refraksi (minus, plus dan silinder) dengan Excimer Laser. Excimer Laser bertujuan untuk membentuk permukaan kornea yang baru. Setelah penyinaran selesai, maka flap dikembalikan ke posisi semula. Dalam waktu kurang dari tiga menit, flap akan melekat dengan sendirinya tanpa perlu dijahit. “Meskipun rata-rata flap bagus, menempel, dan kuat. Tapi, ada beberapa faktor-faktor yang tidak diharapkan muncul, seperti flap yang bergeser karena mata yang terkena trauma yang kuat. Akibatnya, kualitas penglihatan terganggu,” kata Dr. Setiyo Budi Riyanto, SpM(K), Direktur Utama JEC @ Menteng yang akrab disapa Dr. Budi ini. Pada umumnya, sambung Dr. Budi, efek samping yang ditimbulkan dari prosedur LASIK adalah mata kering. Masa penyembuhan mata kering ini bervariasi, bisa sebulan, dua bulan, maupun lima bulan. Ini tergantung dari produksi air mata pada pasien tersebut. Mengingat teknologi terus berkembang, JEC tak berdiam diri untuk mencari solusi mengatasi gangguan refraktif ini dengan lebih aman dan cepat. Dan, pada tahun ini, JEC memperkenalkan teknologi
baru bernama ReLEx® SMILE (Refractive Lenticule Extraction – Small Incision Lenticule Extraction). “ReLEx® SMILE merupakan teknik terbaru untuk menghilangkan gangguan refraksi mata tanpa pembuatan flap. Teknologi ini mempercepat hasil dari penggunaan laser dengan efek samping yang minimal,” kata Dr. Budi. Pada ReLEx® SMILE, femtosecond laser bekerja langsung di dalam lapisan stroma kornea untuk membentuk lenticule sesuai dengan ukuran kelainan refraksi. Lalu, sinar laser tersebut membuat sayatan kecil sekitar 2-4 mm untuk jalan mengeluarkan lenticule. Setelah lenticule terangkat, terjadilah perubahan bentuk kornea yang baru sehingga dapat memperbaiki kelainan refraktif pasien. Kemudian, sayatan kecil tadi akan melekat dengan sendirinya tanpa perlu dijahit. Dengan hadirnya ReLEx® SMILE di JEC, Anda tidak perlu lagi jauh-jauh ke luar negeri untuk mengatasi kelainan refraksi. JEC dengan teknologi terbarunya dan tenaga medis yang berpengalaman siap menjawab kebutuhan Anda untuk memiliki penglihatan yang tajam. Bagi Anda yang tertarik, ada beberapa syarat yang harus dipenuhi untuk melakukan prosedur ReLEx® SMILE. Antara lain berusia 18 tahun ke atas, ukuran minus atau hasil kombinasi antara minus dan silinder mulai dari S-3.00 diopter hingga S-10.00 diopter, tidak sedang hamil atau menyusui, dan melepas soft contact lens selama 14 hari berturut-turut atau hard contact lens selama 30 hari berturut-turut. kah Anda siap mengatasi maNah, apa salah refraksi pada mata Anda?
Dr. Budi saat melakukan tindakan ReLEx SMILE
8/19/165:29:52 11:15 PM 8/26/2016 AM
E S S A G
E
014
Integrating Marketing and Entrepreneurship Oleh Hermawan Kartajaya al di atas saya pikirkan sejak jadi Staf Khusus Menteri Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Republik Indonesia AAGN Puspayoga per tanggal 13 November 2014, dan President International Council for Small Business (ICSB) Chapter Indonesia pada tanggal 13 Agustus
2015. Hal ini pun semakin menjadi tuntutan ketika saya terpilih sebagai President Asia Council for Small Business (ACSB) pada tanggal 17 Juni 2016 di New Jersey, Amerika Serikat. Apalagi saya selalu ingat words of wisdom dari The Father of Modern Marketing Prof Philip Kotler, yaitu: Be a Good Marketer, a Great Entrepreneur! Sebagai orang yang menulis lima buku bersama Philip Kotler sejak tahun 1998, saya jadi merasa ‘terpanggil’ untuk mengintegrasikan keduanya!
GRAPHIC Graphic 1. Anatomy of Change "Sensing"
WHY MARKETING AND ENTREPRENEURSHIP SHOULD BE INTEGRATED? Ya, karena keduanya saling membutuhkan. Seorang marketeer yang tidak punya Entrepreneurial Spirit akan sulit mengaplikasikannya dalam seGraphic 1
think this idea struck me when I began my stint as Special Staff to Minister of Cooperatives and Small and Medium Enterprises (SMEs) of the Republic of Indonesia, AAGN Puspayoga, starting 13th November 2014 and when appointed as President of ICSB (International Council for Small Business) Indonesia Chapter, starting 13th August 2015. Finally the need (for this integration) became more and more clear to me when I was elected as the President of the Asian Council for Small Business (ACSB), beginning 17th June 2016 in New Jersey (US). Moreover, I always tend to remember the words of wisdom from the Father of Modern Marketing, Prof. Philip Kotler: Be a Good Marketer, a Great Entrepreneur! As someone who has co-authored five books with Philip Kotler since 1998, I have felt ‘compelled’ to endorse the integration of marketing and entrepreneurship! WHY MARKETING AND ENTREPRENEURSHIP SHOULD BE INTEGRATED? Because both need each other. For a marketeer with an entrepreneurial spirit, it is
Anatomy of Change “Sensing”
OPPORTUNITIES, THREAT
Technology
PolLeg
Economy
SocCul
Market
16997807_MARKETEERS ED SEPTEMBER 2016_T-014.PDF 1
8/26/2016 5:29:53 AM
E S S A G
E
015
buah business practice. Sedangkan seorang Entrepreneur tanpa Marketing akan menjadi seorang yang selalu melakukan trial and error tanpa mengerti alasan sukses atau gagal yang sesungguhnya. Terutama ketika seorang marketeer menganalisis Competitive Landscape dari suatu situasi. Bagi saya, ada tiga elemen utama dari Entrepreneurship. Elemen pertama, bagaimana kejelian seorang Entrepreneur pada waktu ‘sensing’ pada lima aspek Anatomy of Change. Seorang Entrepreneur akan selalu bisa melihat opportunities yang akan muncul dari tren yang terjadi pada Technology, PoliticalLegal, Economy, Social-Culture, dan Market. Sebaliknya, seorang non-Entrepreneur hanya akan melihat tren yang sama sebagai suatu threats. Liat saja para startup yang justru bisa melihat peluang dengan makin intensifnya teknologi internet. Juga bagaimana berbagai korporasi di bidang financial industries, property dan automotive yang sudah siap-siap sebelum UU Tax Amnesty diketok. Berbagai perusahaan segera melakukan efisiensi ketika merasa akan adanya perlambatan pertumbuhan ekonomi supaya produk maupun service-nya bisa tetap kompetitif dan menarik. Channel-channel baru berbasiskan komunitas pun muncul, ketika terjadi online interaction yang makin memacu terbentuknya komunitas offline. Perusahaan otomotif berlomba meluncurkan produk-produk baru dengan harga lebih populer ketika melihat ada pergeseran kategori yang laku di pasar. (grafik 1) WHAT IS THE INTEGRATION? Elemen kedua, bagaimana Entrepreneur cen
Graphic 2
usually not difficulty to apply the same in business practices. On the other hand, an entrepreneur without the necessary acumen in marketing will often rely on ‘trial and error’ without understanding the actual reasons for success or failure. Especially true when analyzing the competitive landscape. For me, there are three main elements of entrepreneurship. The first element pertains to the foresight of an entrepreneur in ‘sensing’ the five aspects of the Anatomy of Change. An entrepreneur will always be able to see ‘opportunities’ emerging from the trends in Technology, Political-Legal, Economy, Social-Culture and Market. In contrast, a non-entrepreneur will see those trends as threats. Look at all the start-ups which are actually able to see opportunities amidst the changing trends in internet technology. Also look at how the various corporations in financial, property and automotive industries are gearing up to take advantage of the Tax Amnesty Law. Several companies are preparing to improve efficiency as they anticipate a slowdown in economic growth, so that their products or services can remain competitive and attractive. New community-based channels are emerging as increasing online interactions spur formation of offline communities. Automotive companies are launching new products at more competitive prices in accordance with the changing consumer behavior. (graphic 1) WHAT IS THE INTEGRATION? The second element relates to how entrepreneurs
GRAPHIC Graphic 2. 4C Diamond Analysis
4C Diamond Analysis CHANGE
OPPORTUNITIES, THREAT
COMPETITOR
CUSTOMER
RISK-TAKING, RISK-AVOIDANCE
COLLABORATION, DOMINANCE COMPANY
16997807_MARKETEERS ED SEPTEMBER 2016_T-015.PDF 1
8/26/2016 5:29:53 AM
E S S A G
E
016
derung melakukan calculated risk-taking dan bukan risk-avoidance setelah melihat Opportunities. Di model Competitive Landscape, hal tersebut merupakan integrasi dengan pemilihan Competitor dan Customer yang pas. Sebelum menentukan segmen market yang akan dimasuki, seorang marketeer memang harus bisa menentukan pilihan terhadap dua hal tersebut supaya tidak konyol. Melayani Customers, yang sudah dilayani banyak Competitor yang kuat bisa berakibat buruk. Sedangkan memilih bersaing dengan Competitor yang berjumlah tidak banyak dan lemah, bisa jadi tidak akan ketemu dengan jumlah Customers yang cukup banyak. Go-Jek dengan jeli bisa memilih Competitor dan Customer-nya dengan tepat, ketika mengembangkan berbagai produk seperti Go-Food, Go-Glam, Go-Clean dan sebagainya. Elemen ketiga, bagaimana Entrepreneur mau melakukan kolaborasi dengan pihak lain kalau memang tidak bisa dilakukan sendiri. Keputusan Company untuk berkolaborasi di bidang apa dengan pihak ketiga adalah keputusan yang sangat penting. Lihat saja berbagai perusahaan market place bekerja sama dengan banyak supplier yang memenuhi syarat mereka, supaya tidak perlu memproduksi sendiri. (grafik 2)
tend to decide between calculated risk-taking and risk-avoidance after identifying the opportunities. In the Competitive Landscape model, these things is integrated with choosing correct Competitor and Customer. Before determining which market segment to enter, a marketeer must be able to determine the choices of its customer and competitor, so that it does not turn out to be a wrong action. Serving a customer base which is already being served by several powerful competitors can lead to an ugly situation. And when entering a market where competitors are not that many and relatively weaker, it is likely that the market may not ‘see’ a considerable number of customers. For instance, Gojek seems to have succeeded in choosing the right competitors and customers, while developing a variety of products such as Go Food, Go Glam, Go Clean, and so on. The third element is about how entrepreneurs can be willing to collaborate with other parties if the business challenges cannot be tackled alone. For any business, the decision to collaborate in any area with a third party is a very important one. Several Market Place companies choose to cooperate with suppliers in the marketplace, so that not everything needs to be produced in-house. (graphic 2)
HOW TO REALLY INTEGRATE IT? Entrepreneurship yang dibahas tadi tidak akan optimal tanpa disertai Creativity dan Productivity. Konsep Marketing terdiri dari Strategy, Tactic dan Value (S-T-V) yang terintegrasi dengan Entrepreneurship, Creativity dan Productivity (E-C-P). Seorang marketeer yang juga Entrepreneur akan menghasilkan suatu Analisis Competitive Landscape yang tajam, dan hal tersebut haruslah tercermin dalam Marketing Strategy. Segmentation, Targeting dan Positioning (STP) adalah elemen utama Marketing Strategy. Seorang Entrepreneurial Marketeer akan bisa melihat pasar dengan jeli (S), dilanjutkan dengan pemilihan market yang ditarget (T) dan memposisikan Company (P) secara pas pada Customers supaya terlihat beda dengan Competitor. Seorang Entrepreneurial Marketeer juga akan menetapkan Marketing Tactic yang terdiri dari Differentiation (D), Marketing-Mix (M) dan Selling (S) sebagai bentuk konkret dari suatu Marketing Strategy. Perlu Creativity, yaitu New Idea yang bisa di-execute supaya ada Differensiasi (D) yang solid untuk mendukung Positioning. Selanjutnya Differentiation itu haruslah tercermin di Marketing Mix (M) dan jadi andalan utama waktu melakukan Selling (S). Akhirnya, Productivity haruslah terintegrasi dengan Value-Creation dari suatu Strategy dan Tactic. Value Creation akan maksimal kalau ada Effectiveness dan Efficiency dalam rangka optimalisasi Productivity pada Brand (B), Service (S) dan Process (P). Seorang Entrepreneurial Marketeer akan tahu
HOW TO REALLY INTEGRATE IT? Entrepreneurship, as discussed earlier, will not be optimal without ‘creativity’ and ‘productivity’. The concept of marketing consists of strategy, tactic and value (S-T-V), which must be integrated with entrepreneurship, creativity and productivity (E-C-P). An entrepreneur, who is also a marketeer, will be able to draw upon a sharper competitive landscape analysis, and that should reflect from the business’ marketing strategy. Segmentation, Targeting and Positioning (STP) – these three constitute the major elements of marketing strategy. An entrepreneurial marketeer will be able to better identify the segmentation (S), follow it up with the selection of right targeting (T) and company positioning (P), in accordance with the customers and standing out among the competitors. An entrepreneurial marketeer will also employ tactics consisting of Differentiation (D), MarketingMix (M) and Selling (S), establishing a concrete form of its marketing strategy. Creativity or ‘new ideas’ are required so that a company can execute a solid differentiation (D) in order to support Positioning. Further Differentiation should also be reflected in the Marketing Mix (M), so that it becomes the flagship aspect at the time of Selling (S). Finally, Productivity must be integrated with Value-Creation in strategy and tactic. Value-Creation can be maximized if there is effectiveness and efficiency in order to optimize productivity in Brand (B), Service (S) and Process (P). An entrepreneurial marketeer will know exactly how to build and manage the Brand (B) appropri-
16997807_MARKETEERS ED SEPTEMBER 2016_T-016_R1.PDF 1
8/26/2016 5:26:55 PM
E S S A G
E
017
persis bagaimana cara Building and Managing the Brand (B) secara tepat. Hal tersebut harus didukung oleh Service Level (S) dan Process (P) dari hulu sampai hilir secara Produktif. Sehingga pada tahap ini, kita responding dengan mengambil tindakan secara tepat. Tapi bukan berarti responding pada keadaan yang dihadapi tapi pada hasil pengamatan sensing. Tidak hanya Entrepreneurship, kita juga perlu mengimbangi dengan Creativity dan Productivity (grafik 3)
ately. It must be backed by a level of service (S) and process (P) which is productive, from upstream to downstream. Thus, at this stage, we are responding by taking appropriate actions. But responding to the situation faced is not enough, we should also have a sense of observation. Entrepreneurship alone is not sufficient, but also needs to be balanced by creativity and productivity. (graphic 3)
KESIMPULAN Seorang marketeer haruslah punya Entrepreneurial Spirit, tidak selalu harus jadi Entrepreneur dalam arti memulai dan mempunyai bisnis sendiri. Lebih mudah bagi kita mendirikan sebuah perusahaan baru daripada mempertahankannya. Seorang Intrapreneur bahkan Bureapreneur adalah talent yang berkarya untuk Korporasi dan Pegawai Negeri Sipil (PNS) untuk pemerintah tapi memiliki jiwa seorang entrepreneur. Korporasi dan instansi pemerintah yang mau bertahan dalam persaingan yang semakin hebat ini, haruslah terus memompa semangat ini di organisasi masing-masing. Sebaliknya seorang Entrepreneur yang mulai dan memiliki korporasinya sendiri, mutlak memerlukan pemahaman dan penerapan Konsep Marketing yang komprehensif. Agar bisa bertahan dan menang dalam suatu Competitive Landscape yang dinamis. Selamat mengembangkan korporasi, instansi dan diri sendiri dalam melakukan integrasi antara Marketing dan Entrepreneurship.
CONCLUSION A marketeer must have an entrepreneurial spirit, and entrepreneurship does not always have to be beginning starting one’s own business. It is rather easier to establish a new company rather than defend an existing one. An ‘Intrapreneur’ or even a ‘Bureapreneur’ refer to talents who work for a corporation or civil servants in the government, but possess a soul of an entrepreneur. Corporations and government agencies which want to survive in the increasingly intense competitive environment must keep pumping this spirit in their respective organizations. For a young entrepreneur who starts his own business, it is essential to obtain absolute understanding and implementation of a comprehensive marketing concept. In order to survive and win in this dynamic competitive landscape. My best wishes to all the corporations, agencies and you as an entrepreneur on achieving an integration between marketing and entrepreneurship.
Graphic 3
GRAPHIC Graphic 3. STV-Triangle #EPC "Responding"
STV-Triangle #EPC “Responding”
STP
STRATEGY
TACTIC
#E#ENTREPRENEURSHIP
#CREATIVITY
Segmentation Targeting Positioning
DMS Differentiation Marketing-Mix Selling
VALUE
#PRODUCTIVITY
BSP Brand Service Process
16997807_MARKETEERS ED SEPTEMBER 2016_T-017.PDF 1
8/26/2016 5:29:54 AM
O V E
M
E N
T
018
Melawan Tantangan Melalui Kreativitas
Countering Challenges through Creativity
Oleh Priyanka Shekhawat
Indonesia’s economic development agenda has evidently undergone a shift in recent years as the country seeks to move away from commodity-driven exports – in view of continuing slump in prices – and towards manufacturing. The government has an ambitious plan-of-action to that end – upgrading infrastructure, opening up various industry sectors to greater investment, and ramping up energy capacity. However, to actually make a grassroots impact in supporting economic growth, SMEs is one entity which deserve much greater attention.
Pemerintah memiliki rencana ambisius untuk meningkatkan infrastruktur, membuka berbagai sektor industri untuk investasi yang lebih besar, dan menguatkan kapasitas energi. Namun, agar benarbenar berdampak pada tingkat akar rumput sebagai pendukung pertumbuhan ekonomi, UKM menjadi salah satu yang layak mendapat perhatian lebih besar.
Saat Indonesia mengalami diversifikasi ekonomi yang lebih besar, UKM menjadi sorotan besar – mengingat UKM berperan dalam menyumbangkan 60% dari PDB. Dengan Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA), hal ini lebih tak terelakkan bagi UKM di Indonesia untuk meningkatkan daya saing mereka atau sebaliknya, berisiko kalah dalam bisnis. Ada beberapa tantangan mengapa UKM tidak berkembang, kurang dalam produktivitas, atau pengupahan yang rendah. Seringkali, kendala utama yang sering muncul adalah kurangnya modal. Di sini, pemerintah memiliki peran besar dalam pengembangan UKM, termasuk pemberian kredit. Laporan RAND 2015 terkait reformasi kebijakan untuk UKM di Indonesia menemukan fakta bahwa selain kendala kredit, kurangnya informasi menjadi masalah utama yang dihadapi UKM. Ini berarti sebagian besar UKM tidak bisa mendapatkan keuntungan dari berbagai program pemerintah di outlet, termasuk pameran perdagangan dan pelatihan keterampilan. Namun, pertanyaan besarnya, dalam konteks lingkungan yang kompetitif, mampukah UKM mendapatkan kesempatan pendanaan yang lebih besar? Apakah yang bisa mereka dapatkan dari perubahan yang sedang terjadi di lanskap bisnis global, untuk menjadi lebih lincah dan siap bertumbuh? Model HeBex
Para ahli mengakui bahwa penciptaan sebuah ekosistem yang mendukung UKM akan membantu mereka naik kelas, tak terisolasi dalam berbagai area, tetapi mendapat dukungan pendanaan, infrastruktur, atau marketing. Ini yang benar-benar penting. Mo del The Healthiness of Business Ecosystems Index (HeBEx) yang digagas oleh Prof. Ki-Chan Kim, seorang profesor dari Korea Selatan dan Presiden International Council for Small Business (ICSB), menyatakan bahwa kreativitas, dalam bentuk riset dan pengembangan serta paten, akan mendorong peluang yang ditandai dengan ekspor dan bisnis baru. Hal ini pada gilirannya akan mendorong produktivitas dan terbukti dengan GDP negara. Profit juga menjadi bahan bakar inovasi masa depan dan investasi di riset dan pengembangan, yang dibuktikan dengan indeks kewi-
16997807_MARKETEERS ED SEPTEMBER 2016_T-018.PDF 1
As Indonesia aims at greater economic diversification, SMEs are rightly in the spotlight – accounting for a staggering 60% of its GDP. With the onset of the ASEAN Economy Community (AEC), it becomes even more inevitable for SMEs in Indonesia to improve their competitiveness or potentially risk going out of business. There are several challenges as to why SMEs don’t flourish, lack productivity, or pay low wages. Often, the foremost constraint cited is lack of capital. Needless to say, the government has a big role to play in supporting SME development, including provision of credit. A 2015 RAND Report on reforming policies for SMEs in Indonesia discovered how, apart from credit constraints, lack of information was a major problem facing SMEs. This meant that a large section of SMEs could not benefit from the various government programs in store for their support, including trade fairs and skill development trainings. But the big question is, in this competitive environment, can SMEs afford to languish any further as they await access to funding opportunities? What can they do to benefit from the ongoing transformation in the global business landscape, to become more agile and groomed for growth? The HeBex Model Experts would admit that creation of an SME-friendly ecosystem to help them move up the value chain, instead of isolated support in various areas, be it funding, infrastructure, or marketing, is absolutely critical. The Healthiness of Business Ecosystems Index (HeBEx) model proposed by Prof. Ki-Chan Kim, a renowned professor from South Korea and President of the International Council for Small Business (ICSB), suggests that creativity, in the form of R&D and patents, drives Opportunity which is characterized by exports and new businesses. This in turn pushes Productivity, evidenced by the country’s GDP. The profits also fuel future innovation and investments in R&D, evidenced by entrepreneurship indices and subsequent reinvestment. The HeBex Model has been widely endorsed as it calls for creativity to address many of the issues facing SMEs. In view of the rise in mobile penetration and digital connectivity, we are increasingly witnessing many creative solutions being ideated and implemented to support businesses, including SMEs. Creative Solutions to Credit Problems Perhaps one of the hottest emerging industries today is fintech, encompassing the tech-based financial solutions on offer. From payment technologies to peer-to-peer transfer and lending, fintech firms today are revolutionising the banking and finance sector, especially in the way they offer a variety of creative and innovative financing solutions for small businesses. Take Indone-
8/26/2016 5:29:55 AM
O V E
M
E N
T
019
rausahaan dan reinvestasi berikutnya. Model HeBex ini banyak diterapkan untuk membangun kreativitas yang beperan dalam menyelesaikan masalah yang dihadapi UKM selama ini. Apalagi di era di mana penetrasi perangkat bergerak makin besar dan konektivitas digital makin kuat dan luas, kita bisa menemukan solusi kreatif bagi bisnis, khususnya untuk UKM. Solusi Kreatif untuk Masalah Kredit Mungkin salah satu industri yang sedang naik daun adalah fintech yang mengusung solusi keuangan berbasis teknologi. Dengan teknologi pembayaran model transfer dan pinjaman, perusahaan fintech saat ini telah merevolusi perbankan dan sektor keuang an – khususnya dalam menawarkan solusi pembiayaan kreatif dan inovatif untuk usaha kecil. Pinjaman Modalku, misalnya, dengan sister company-nya Funding Societies yang berbasis di Singapura, telah menyediakan dana hingga Rp 10,2 miliar untuk pinjaman jangka pendek bagi 42 UKM dengan tingkat kegagalan nol persen. Perusahaan rintisan ini baru-baru ini menaikannya menjadi Rp 110 miliar (US$ 8,37 juta) oleh perusahaan ventura Sequoia India dan Bank Sinarmas untuk membangun keuangan UKM di Singapura dan Indonesia. CekAja mejadi portal internet lain yang memberikan perbandingan ratusan kredit usaha dengan bunga rendah untuk UKM serta pengajuan online KUR (Kredit Usaha Rakyat). Peluang di Digitalisasi Perdagangan Potensi e-commerce di Indonesia tidak perlu dipertanyakan lagi. Saat ini, puluhan website belanja online berkembang di Indonesia dan memfasilitasi puluhan ribu transaksi harian. Pertumbuhan tersebut juga dibantu oleh penggunaan smartphone yang meningkat serta penetrasi broadband di Nusantara yang makin luas. Digitalisasi perdagangan ini tidak diragukan menguntungkan UKM yang memampukan membuka toko online. Mereka bisa menjual langsung ke pelanggan dan mampu memotong biaya transaksi sehingga memaksimalkan keuntungan. Manajemen yang Lebih Baik Alasan utama mengapa UKM gagal dan memiliki produktivitas rendah karena pengelolaan yang kurang baik. Jamak terjadi, bisnis UKM dikelola oleh satu atau dua orang yang membuat bisnisnya tidak memiliki manajemen yang bagus atau tak ada sasi dalam hal pengambilan keputusan. Sebenarnya, desentrali meskipun kecil dengan pertumbuhan yang tak terlalu ambisius, perusahaan mampu mendapatkan keuntungan signifikan asal bisa mengelola produk, merek, maupun pelanggan mereka. Manajemen produk menjadi fungsi bisnis utama yang harus dimiliki oleh bisnis, tak terkecuali UKM. Manajemen produk yang baik akan membantu mengoptimalkan produk dan memaksimalkan ROI (Return on Investment). Sementara, manajemen pelanggan lebih memfokuskan pada CRM. Ini krusial mengingat betapa pentingnya mempertahankan pelanggan bagi UKM. UKM juga harus mampu membangun loyalitas pelanggan dan jeli meres pons apa yang menjadi kebutuhan, kecemasan, sekaligus harapan mereka. Akhirnya, sebuah kesalahan besar, bila menganggap UKM tak perlu mengelola mereka dan menganggap manajemen me rek hanya berlaku untuk perusahaan besar. Sementara, di te ngah kompetisi yang makin sengit dan makin banyaknya pilihan produk bagi konsumen, UKM ditantang untuk mampu membangun diferensiasi dengan cara membangun positioning merek yang kuat. Branding yang sukses akan membantu UKM dalam mendongkrak promosi word-of-mouth atau promosi media sosial yang akan mengembangkan pangsa pasar mereka.
16997807_MARKETEERS ED SEPTEMBER 2016_T-019.PDF 1
sia’s peer-to-peer lender Modalku, for instance, which – together with its sister company Singapore-based Funding Societies – has provided up to IDR10.2 billion in short-term lending to 42 SMEs, with a zero percent default rate. The startup recently raised IDR110 billion (US$8.37 million) by venture capitalist Sequoia India and Bank Sinarmas to help finance SMEs in Singapore and Indonesia. CekAja is another internet portal which provides comparison on hundreds of low-interest business loans for SMEs as well as online filing of KUR (Kredit Usaha Rakyat) registration. UangTeman is another short-term lending platform which has already disbursed microloans worth IDR20 billion Opportunity in Digitalisation of Trade Ecommerce potential in Indonesia is unquestionable. There are currently dozens of online shopping websites thriving in Indonesia, facilitating tens of thousands of transactions daily. The growth is well aided by the rising smartphone usage as well as the widening broadband penetration in the archipelago. This digitalisation of trade is undoubtedly benefitting SMEs in the country, which have been able to open online stores on these websites. Selling directly to customers and cutting transactional costs thereby maximising profits, SMEs taking advantage of ecommerce platforms have been able to dramatically improve their efficiency and expand their markets. A McKinsey report also supports the observation stating how use of e-commerce through digital instruments can spur SME businesses by as much as 80 percent. That said, a lot of ground needs to be covered still as there are massive challenges to improving facilitation of digital services to SMEs. According to data released by Indonesia’s Industry and Commerce Chamber (KADIN), only 30% of SME businesses in the country use digital services. In order to meet President Jokowi’s vision to see 8 million SMEs businesses “going online” by 2020, the government needs to significantly step up infrastructure. Broadband provision should also be improved, especially in remote areas to exploit the full potential of digitalisation of trade – today a user in Papua New Guinea downloads files 25 times more slowly than someone in Jakarta. Improving Productivity through better Management A major reason why SMEs may fail to grow sustainably or suffer low productivity is because they may not be well managed. More often than not, small firms may be managed by one or two individuals, which may lead to the business lacking any management specialisation or decentralisation in terms of decision-making. Considering their small setups and not-so-ambitious growth plans, small firms may not realise it but they can benefit significantly from dedicated product, customer, and brand management. Product management is a core business function for any business and small enterprises are no exception. Dedicated product management can help optimise product and maximise return on investment. Further, customer management will focus on CRM. It is well known how crucial customer retention is for small businesses. SMEs should focus on building loyalty among their customers and stay attuned to their changing needs, anxieties, and desires. A simple example could be how soon customer complaints are addressed on ecommerce stores operated by SMEs. Finally, it would be a mistake to think that brand management is only for big firms. At a time of growing competition and wider product choices to choose from, it is critical for SMEs to build a differentiation by way of a solid brand positioning. A successful branding can help SMEs generate more word-of-mouth promotion, or online referrals in this age of social media marketing, thus improving their market share.
8/26/2016 5:29:55 AM
A
I
N S T O
R Y
Entrepreneurial Marketing Recipe 020
Oleh Hendra Soeprajitno
Entrepreneur harus menjadikan tantangan sebagai peluang, berani mengambil risiko dan berkolaborasi. Agar bisa bertahan di tengah kerasnya persaingan bisnis, pemain UKM harus mengerti dan menerapkan ilmu marketing.
16997807_MARKETEERS ED SEPTEMBER 2016_T-020_R1.PDF 1
8/26/2016 5:26:55 PM
A
I
N S T O
R Y
Entrepreneurial Marketing Recipe 021
odal nekat dan keberanian memang harus dimiliki oleh seseorang yang ingin membangun Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UKM). Namun, di tengah kerasnya persaingan yang ada, kedua hal itu tidaklah cukup. Apalagi di tengah kondisi yang terus berubah dari waktu ke waktu. Agar bisa bertahan di tengah kerasnya persaingan bisnis –apalagi UKM yang harus bersaing dengan sesama UKM dan pemain raksasa-, dibutuhkan sebuah resep khusus. Hermawan Kartajaya, President International Council for Small Business (ICSB) Chapter Indonesia dan President Asia Council for Small Business (ACSB) mengatakan, entrepreneurial dan marketing adalah dua hal yang harus dikombinasikan. Seorang marketeer yang tidak punya jiwa entrepreneurial akan sulit mengaplikasikannya dalam bisnis. Sedangkan seorang entrepreneur tanpa marketing akan menjadi seseorang yang selalu melakukan trial and error tanpa mengerti alasan sukses atau gagal yang sesungguhnya. Sebagai pemain UKM, apa pun jenis bisnis yang Anda jalani, kita tentunya akan mengalami kendala. Menurut riset MarkPlus Insight mengenai UKM, terdapat tujuh permasalahan terkait aspek pengembangan UKM. Yaitu permodalan, sumber daya manusia, teknologi, administrasi keuangan, produksi, pemasaran & promosi, serta infrastruktur sarana & prasarana. Riset ini dilakukan di 18 kota di Indonesia dengan melibatkan 2.455 responden. Setiap UKM tentunya menghadapi permasalahannya masing-masing. Misalnya dalam administrasi keuangan. “Fokus pertama UKM biasanya soal penjualan. Biasa saat penjualan sudah mulai banyak, lalu bingung, kok profit tidak ada. Lalu stok hilang, baru sadar dan insyaf, barulah bikin pembukuan,” ujar Yasa Singgih, Pemilik Men’s Republic yang bergerak dalam bidang fesyen. Alasan enggan mengurus administrasi keuang an pun beragam. Mulai dari belum ada pemisah an keuangan usaha dan pribadi, tidak mengerti proses pembukuan, harga software yang mahal, dan lainnya. Masalah administrasi keuangan han yalah satu dari tujuh permasalahan yang ada. Dan, sebagai pemain UKM yang ingin mempertahankan atau membesarkan bisnis, tentunya Anda harus-
16997807_MARKETEERS ED SEPTEMBER 2016_T-021_R1.PDF 1
lah menghadapi dan menyelesaikan permasalahan yang ada. Bukannya cuek dan tidak peduli. Itulah mengapa dibutuhkan kreativitas. Sebagai pemain UKM yang berjiwa entrepreneurial, maka Anda tidak boleh menjadikan ancaman itu sebagai penghalang. Sebaliknya, selalu ada peluang celah untuk mengatasi hal itu. Apalagi saat ini banyak startup digital yang mencoba menjawab segala kegelisahan para UKM. Misalnya saja Jarvis Store. Jika Anda adalah UKM yang belum terjun ke dunia online karena alasan tidak mengerti platform yang ada, startup ini bisa memberikan jawabannya. “UKM dengan mudah bisa membuat situs karena kami telah menyediakan teknologinya,” ujar CEO Jarvis Store Frianto Moerdowo. Jika Anda merasa belum waktunya membuat situs yang berdiri sen diri, Anda pun bisa menjajal memasarkannya pada marketplace yang ada, mulai dari Bukalapak, Tokopedia, dan lainnya. Tujuh permasalahan yang muncul dari riset MarkPlus Insight itu sebenarnya bisa diselesaikan oleh pemain UKM. Misalnya jika Anda terkendala dengan masalah permodalan, Anda bisa mengandalkan pendanaan dari perusahaan startup di dunia keuangan (fintech), mengandalkan Kredit Usaha Rakyat (KUR), atau pendanaan dari koperasi. Jika Anda tidak memiliki biaya dalam promosi, kini banyak media sosial yang bisa Anda gunakan secara cuma-cuma, seperti Twitter, Instagram, Facebook, dan lainnya. Segala upaya itu menunjukkan bahwa untuk menjadi UKM yang baik, entrepreneur tak hanya membutuhkan berani mengambil risiko, melainkan juga harus menjadikan tantangan sebagai peluang dan mau berkolaborasi. Dalam edisi Oktober ini, Marketeers mengangkat tajuk utama Entrepreneurial Marketing Recipe. Selain menyajikan sejumlah fakta seputar tantang an UKM ala riset MarkPlus Insight, Marketeers juga menyajikan strategi para UKM Indonesia dalam menghadapinya. Marketeers juga menyajikan sejumlah profil startup dan koperasi yang bisa menjadi opsi bagi Anda dalam menyelesaikan masalah itu. Tak ketinggalan, tentu saja resep marketing bagi UKM dari sisi customer, product dan brand management. Sebab, meskipun bisnis Anda hanyalah UKM, bukan berarti Anda boleh melupakan marketing. Akhir kata, selamat menjalani bisnis Anda.
8/26/2016 5:26:57 PM
A
I
N S T O
R Y
Entrepreneurial Marketing Recipe 022
Permodalan
Bukan Sekadar Menggelontorkan Uang Oleh Sigit Kurniawan
Peran perbankan cukup signfikan dalam permodalan UKM. Namun, menggelontorkan duit saja tidaklah cukup. Yang jauh lebih penting adalah mendampingi dan memberikan modal pengetahuan untuk menjalankan bisnis.
alah satu permasalahan yang dihadapi oleh Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UKM) adalah permodalan. Banyak ide-ide dan produk kreatif yang dimiliki oleh para pelaku usaha yang kurang berkembang karena kekurangan modal saha. Oleh sebab itu, banyak u pelaku UKM menyambut baik layanan-layanan dari berbagai pihak seperti perbankan yang mem-
16997807_MARKETEERS ED SEPTEMBER 2016_T-022.PDF 1
buka akses mereka pada permodalan. Pinjaman modal ini biasa dipakai untuk aktivitasnya, seperti pembelian bahan baku, biaya produksi, maupun aktivitas pemasaran. Sementara, pemerintahan Presiden Joko Widodo saat ini dinilai sangat peduli pada pengembangan UKM di Indonesia – khususnya yang tercantum dalam semangat Nawa Cita. Salah satu kendala yang dilihat presiden adalah ketetapan wajib tentang modal pendirian usaha minimal Rp 50 juta. Dalam paket kebijakan ekonominya, Jokowi me negaskan tidak ada batasan minimum modal untuk pendirian badan usaha berbentuk Perusahaan Terbatas (PT) khusus bagi pelaku UKM. Presiden juga terus mendorong lembaga-lembaga keuangan seperti perbankan untuk makin peduli pada nasib UKM ini mengingat perannya sangat penting pada perekonomian Indonesia. Sebagai salah satu bank terbesar di Indonesia, Bank Mandiri sudah lama concern pada masalah pembiayaan sekaligus pemberdayaan UKM di Indonesia ini. Bank Mandiri tidak hanya memberikan layanan keuangan, tetapi juga pendampingan dan pelatihan kepada para pelaku UKM. Bank Mandiri juga membantu mereka melakukan operational management. “Bukan saja membuka akses modal bagi mereka. Para pengusaha ini langsung masuk ke sektor riil.
8/26/2016 5:29:58 AM
A
I
N S T O
R Y
Entrepreneurial Marketing Recipe 023
Rata-rata, mereka masuk tanpa landasan teori yang kuat. Jadi, tak jarang, mereka menjalankan bisnisnya berdasarkan intuisi saja. Sebab itu, ini yang mendorong Mandiri untuk melakukan pendampingan kepada mereka. Perlu pendampingan dan pemberian modal pengetahuan di awal,” ujar Direktur Utama PT Bank Mandiri (Persero) Tbk Kartiko Wirjoatmodjo. Kartiko optimistis, UKM-UKM khususnya yang ada di bawah payung binaan Wirausaha Mandiri makin berkembang. Mereka berusaha tidak sekadar berlandaskan kebutuhan (by necessity) tetapi juga berlandaskan strategi (by design). Hal ini nampak dalam diri anak-anak muda yang tampak makin kreatif dalam menjalankan usaha rintisan atau yang populer dengan sebutan startup. Hal ini tercermin dalam ajang kompetisi Wirausaha Muda Mandiri sejak tahun 2007 untuk menjaring wirausaha di kalangan anak muda. Terkait dengan dukungan modal UKM, Bank
16997807_MARKETEERS ED SEPTEMBER 2016_T-023_R1.PDF 1
Mandiri belum lama ini menurunkan lagi suku bu nga pinjaman di bawah Rp 500 juta untuk segmen UKM nonmikro. Dampaknya, suku bunga single digit dari sebelumnya lebih dari 10%. “Penurunan suku bunga ini dilakukan terhadap seluruh sektor di luar mikro non-KUR dan kartu kredit serta diberlakukan secara selektif. Kami berharap, penurunan bunga ini dapat mendorong pertumbuhan ekonomi yang lebih baik,” ujar Kartiko dalam keterangan resminya. Untuk UKM, hingga Maret 2016, Bank Mandiri telah menyalurkan kredit sebesar Rp 74,6 triliun – lebih tinggi dari periode yang sama tahun 2015 sebesar Rp 72,4 triliun. Bank Mandiri juga menya lurkan pembiayaan khusus dengan skema penjaminan pemerintah, yaitu Kredit Usaha Rakyat (KUR). Total penyaluran KUR hingga triwulan pertama 2016 mencapai Rp 3,7 triliun, atau 28% dari target penyaluran KUR tahun 2016 sebesar Rp 13 triliun.
8/26/2016 5:26:57 PM
A
I
N S T O
R Y
Entrepreneurial Marketing Recipe 024
Berlandaskan Trust Hal serupa juga dilakukan oleh PT Bank DBS Indonesia (DBS). Menurut Rudy Tandjung selaku Direktur Strategi & Pengembangan DBS Indonesia, pertumbuhan UKM di Indonesia hampir sejalan dengan pertumbuhan ekonomi sebesar 5%. Pada tahun 2019, UKM ditargetkan bisa berkontribusi pada PDB Indonesia sebesar 12%. “Mereka merupakan tulang punggung perekonomian suatu negara agar lebih sustainable,” kata Rudy. Sekarang ini, komposisi revenue DBS lebih banyak datang dari corporate bank sekitar 80%. Sisanya datang dari consumer dan SME. Ke depannya, Rudy berharap, komposisinya lebih seimbang. “Dengan ini, revenue kami bisa terbagi dari sektorsektor yang potensinya semakin berkembang, seperti SME,” katanya. Untuk pembiayaan, Rudy mengakui perlunya upaya edukasi kontinu kepada pelaku UKM khususnya yang masih kecil dan masih belum memiliki literasi cukup soal layanan perbankan. Bagi Rudy, usaha setingkat UKM boleh dibilang sudah bankable. Artinya, ada sentuhan perbankan, baik dari akses modal dan pasar. Untuk skala kecil, DBS mengedukasi melalui banyak cara. Salah satunya dengan program DBS Bring Indonesia to Global (BIG). “Dengan BIG ini, setidaknya pelaku UKM itu mulai berpikir dalam skala yang bankable, baik akses ke pasar, permodalan, mendekati investor, dan sebagainya. Ini sudah kami lakukan dari empat tahun terakhir dengan ragam mentoring kontinu agar mereka memiliki modal kuat dalam menjalankan bisnisnya dan bukan sekadar modal uang,” katanya. DBS pun berprinsip tidak hanya menggelontorkan uang saja dan membiarkan nasabah UKM me ngelolanya sendiri. Pendampingan menjadi langkah kunci pemberdayaan UKM, khususnya dalam pengelolaan keuangan mengingat banyak godaan yang mendatangi owner bisnisnya. “Sebab itu, kami tidak mudah memberi uang. Kami melihat dulu apa yang menjadi kebutuhannya. Kami juga berfungsi sebagai kontrol agar uang bisa dimanfaatkan semestinya,” katanya. Rudy menambahkan, sama dengan nasabah lainnya, yang patut ditunjukkan kepada nasabah UKM adalah kepercayaan. “Yang jelas, bisnis bank adalah bisnis kepercayaan. Ini dibangun tidak dalam semalam,” katanya. Bantu Berbisnis Sehat Hal tersebut juga menjadi optimisme bagi BPR Syariah Artha Madani. Menurut Direktur Utamanya Cahyo Kartiko, akses pembiayaan yang mudah bagi UKM menjadikan UKM bisa berkembang. Tidak sekadar rumahan yang menghidupi keluaganya saja, tetapi bisa berkembang menjadi tingkat lebih tinggi seperti tingkat industrial. “Dengan permodalan ini, UKM memiliki napas lebih lanjut untuk berkembang di masa depan,” ujar Cahyo. Salah satu yang membuat lembaga keuangan tertarik untuk mengucurkan dananya kepada UKM
16997807_MARKETEERS ED SEPTEMBER 2016_T-024_R1.PDF 1
adalah tingkat kreativitas para pelakunya. Mereka, sambung Cahyo, tidak hanya kreatif dalam membuat produk, tetapi juga kreatif dalam mengemas dan memasarkannya. Dengan demikian, mereka mampu memberi nilai tambah kepada produkproduk besutannya. Ia mencontohkan, para pedagang tales Bogor. Pada suatu masa, makanan berbasis tales ini kurang ada nilainya. Tetapi, sekarang, dengan sentuhan kreatif – baik dalam pengemasan maupun pengembangan produk – tales Bogor menjadi salah satu makanan oleh-oleh pilihan. Bahkan, produkproduk kerajinan tangan UKM saat ini sudah mulai menjejali outlet-outlet di mal dan menjadi produk perkakas rumah yang dicari. Tetapi, Cahyo melihat, salah satu kelemahan dari pelaku UKM adalah kemampuan riset dan mengelola produknya. Seandainya hal ini dibebankan kepada para pelaku UKM, tentunya akan sangat berat. Sebab itu, kehadiran pihak lain dalam membantu UKM sangat dibutuhkan – baik pemerintah maupun swasta. BPRS Artha Madani yang berdiri pada tahun 2005 di Bekasi, sudah peduli pada pengembangan UKM. “Sektor yang kami layani, antara lain UKM di sektor perdagangan, industri kecil, dan industri pendukung. Kami membantu dengan cara memberi permodalan yang mudah, murah, dan sesuai dengan Syariah,” katanya. Beberapa produk dan layanan yang ditawarkan kepada nasabah UKM, antara lain pembiayaan yang berbasis jual beli, pengadaan barang-barang produksi dan modal, maupun modal dasar dengan cara berbagi hasil. Layanan keuangan berupa tabungan dan deposito juga ditawarkan kepada nasabah. “Problem mendasar para pelaku UKM adalah ketidakcukupan dalam memiliki jaminan untuk pembiayaan. Tapi, dari sisi perbankan, yang menjadi masalah adalah usaha-usaha kecil ini kurang terkelola dengan baik. Salah satu buktinya, belum populernya pembukuan atas transaksi yang terjadi. Akibatnya, mereka tak tahu persis berapa untung, omzet, dan sebagainya,” katanya. Problem manajemen keuangan biasanya muncul juga dikarenakan banyak pelaku UKM yang menjalankan bisnisnya secara one man show. Mereka enggan merekrut profesional untuk menangani bagian-bagian penting dalam bisnis. Termasuk me rekrut tim yang bisa melahirkan inovasi baru. Melihat problematika UKM yang cukup luas, seperti halnya Bank Mandiri dan DBS Indonesia, BPRS Artha Madani juga tidak sekadar memberi layanan permodalan. Lebih luas dari itu, BPRS juga melakukan pendampingan dan pelatihan kepada pelaku UKM yang ada di bawah naungannya. “Intinya, kami bisa membantu mereka menjalankan bisnisnya secara sehat dari segala aspek,” katanya. Dus, peran perbankan boleh dibilang sangat signifikan dalam pengembangan UKM. Bukan sekadar menggelontorkan uangnya, tetapi juga dalam mendampingi UKM menjalankan bisnisnya agar tetap sustain di masa depan.
8/26/2016 5:26:58 PM
A
I
N S T O
R Y
Entrepreneurial Marketing Recipe 025
Sumber Daya Manusia
Kuncinya Sabar dan Banyak Mendengar Oleh Muhammad Perkasa Al Hafiz
Dari sekian banyak aspek pengembangan UKM, sumber daya manusia memegang peranan penting. Apalagi bisnis UKM adalah industri yang padat karya dan lebih mengandalkan tenaga manusia ketimbang mesin. Minimnya SDM di dunia pemasaran dan manajemen menjadi salah satu masalah yang kerap ditemui pemain UKM.
anyak Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UKM) yang me ngatakan bahwa mengurus persoa lan sumber daya manusia (SDM) itu susah-susah gampang. Apakah benar? Menurut riset dari Mark Plus Insight, sekitar 42,9% UKM mengatakan tidak ada kesulitan dalam mendapatkan tenaga yang terampil. Namun, sekitar 34,6% responden mengakui bahwa mer eka kesulitan mendapatkan karyawan dengan ke terampilan yang dibutuhkan. Vania Santoso, Co-Founder STARTIC me ngatakan, sebenarnya bukan hal yang sulit untuk mencari tenaga kerja di lingkungannya. Selama ini, STARTIC memberdayakan para ibu-ibu berpeng
16997807_MARKETEERS ED SEPTEMBER 2016_T-025_R1.PDF 1
hasilan menengah ke bawah dan masyarakat yang terkena dampak penggusuran eks lokalisasi Dolly, Surabaya untuk menjadi para pengrajin. “Sebelum melakukan perekrutan, kami memang memulai bis nis ini dari sebuah social project sejak tahun 2005 sehingga kami bonding dengan warga di kampung sana. Kepercayaan masyarakat jadi lebih mudah untuk didapatkan. Namun, penting bagi kami untuk melakukan pelatihan terlebih dahulu,” jelas Vania. Pemain UKM pun tidak melihat atau menentu kan batas minimal pendidikan dalam perekrutan. Kuncinya adalah kreativitas. Hal tersebut seirama dengan hasil riset MarkPlus Insight yang menemu kan bahwa 64,5% UKM di Indonesia tidak melihat batas minimal pendidikan saat melakukan rekrut men. Jika para UKM mengaku tidak menghadapi ke sulitan dalam mencari SDM terkait produksi, lain halnya dengan tenaga ahli di bidang manajemen dan pemasaran. “Untuk urusan produksi, kami dapat dengan mudah mencari tenaga kerja. Tapi soal pemasaran, kami masih menemui kesulitan,” kata Midah Dahmalia, Owner Bilvie Food. Dalam hal produksi, Bilvie Food menggandeng para ex Tenaga Kerja Indonesia (TKI) asal Serang, Banten untuk bekerja bersama mereka. “Saat ini yang kami butuhkan adalah tenaga ahli di bidang pemasaran, khususnya di online marketing. Selama ini kami hanya dijejali pelatihan secara teknis soal produksi dan standarisasinya oleh pemerintah di sini. Kami sangat butuh pelatihan manajemen, teknis bisnis, dan lainnya,” lanjut Midah. Mengenai pelatihan, ternyata para UKM mem butuhkan waktu yang cukup lama untuk melatih
8/26/2016 5:26:58 PM
A
I
N S T O
R Y
Entrepreneurial Marketing Recipe 026
tenaga kerja. Seperti Du’Anyam membutuhkan waktu hingga satu tahun sampai benar-benar siap menjual kreasi para warga di Flores Timur. Sedang kan TORAJAMELO bisa lebih lama lagi, yaitu mencapai dua tahun. Dinny Jusuf, Founder TORAJAMELO bersama timnya melakukan pelatihan, riset, dan merancang agar produk para penenun di daerah Toraja ini bisa tampil lebih modern sesuai selera pasar. Menurut Dinny, awal tahun 2008, tenunan tidak begitu laku dan pariwisata di Toraja tidak begitu ramai. Bahkan, masyarakat Toraja tidak ada yang memakai kain tenun mereka. Merasa penasaran, Dinny membawa kain tenun itu ke Jakarta untuk bertemu dengan temannya, seorang ahli batik. “Teman saya pun semangat membantu agar karya tenun ini tidak musnah lantaran bentuknya yang sangat sederhana. Teman saya menyarankan untuk membuat tenun garis-garis yang sederhana ini jadi sebuah produk. Kami pun naik turun kampung mencari para penenun dan ingin membuat sebuah produk tas waktu itu. Lalu saya jual di Jakarta dan 100 buah habis terjual,” jelas Dinny. Dari sini Dinny menyimpulkan bahwa kreasi ini memiliki pasar tersendiri. Sistem manajemen pengembangan SDM menjadi penting karena menjadi dasar berjalannya bisnis itu sendiri. Azalea Ayuningtyas Founder & CEO of Du’Anyam Social Enterprise mengatakan, selain kualitas produk, ada masalah lain yang harus diperhatikan UKM, khususnya apabila memberdayakan masyarakat setempat. Misalnya, menyesuaikan dengan kultur dan adat istiadat. “Sehingga, proses
16997807_MARKETEERS ED SEPTEMBER 2016_T-026.PDF 1
produksi di bisnis ini agak lambat dibandingkan pabrik. Kuncinya adalah sabar dan mau banyak mendengar,” jelas. Faktor selanjutnya yang penting diperhatikan soal upah. Selayaknya perusahaan besar, sistem upah para UKM harus bisa menarik minat para tenaga kerja. Kebanyakan pemain akan memberikan upah pokok dan variabel, tergantung dari tingkat produktivitas. Selain itu, ada pula bonus bulanan yang bisa didapat para karyawan tersebut. “Kami punya sistem upah setiap bulan by output yang mereka hasilkan berdasar standar kualitas yang kami kontrol. Pada akhir periode, kami berikan bonus berupa profit sharing untuk tiga sampai empat bulan sekali,” ujar Vania. Lantas berapa besarannya? Berdasarkan riset MarkPlus Insight, upah yang banyak diberikan UKM di kisaran Rp 1 juta, Rp 1,5 juta, hingga Rp 2 juta per bulan. Bila dibayar per hari, upahnya di kisaran Rp 50.000 sampai Rp 100.000. Namun lebih banyak yang memilih bayaran per bulan (sebesar 43,1% responden). Sementara untuk upah per jumlah barang yang diproduksi, hanya sekitar 36% UKM yang menggunakan sistem ini. Bagaimana rumusan terbaik? Para pelaku bisnislah yang mengetahui. Satu hal yang diperhatikan. bekerja dengan orang dan mesin jelas jauh berbeda. SDM memiliki kebutuhan dan keinginan serta masa depan. Penting bagi para pemilik bisnis untuk sabar dan mau banyak mendengar para SDM mereka guna merumuskan kebijakan terbaik, yang ujungnya akan berpengaruh pada tingkat produktivitas.
8/26/2016 5:30:01 AM
A
I
N S T O
R Y
Entrepreneurial Marketing Recipe 027
020-064 main story.inddED 27 16997807_MARKETEERS SEPTEMBER 2016_T-027.PDF 1
8/26/165:30:02 12:09 AM 8/26/2016 AM
A
I
N S T O
R Y
Entrepreneurial Marketing Recipe 028
Teknologi
Genjot Promosi, Perluas Pasar Oleh Jaka Perdana
Bagi UKM, pemanfaatan teknologi digunakan untuk memperbesar pasar dan marketing. Apalagi, harga teknologi digital kian terjangkau bahkan gratis, semisal lewat media sosial. Sekarang, saatnya bagi UKM melihat masa depan.
i tengah makin maraknya penggunaan teknologi di berbagai bidang, sektor Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UKM) termasuk yang ikut memanfaatkannya untuk berbagai hal. Tapi pertanyaannya, sudah berapa banyak UKM memanfaatkannya? MarkPlus Insight melakukan riset terkait sebe rapa besar penggunaan teknologi bagi pelaku UKM ini terkait perangkat digunakan sampai soal jaring an internet. Riset ini meliputi hal paling sederhana, seperti kepemilikan perangkat laptop. Hasilnya,
16997807_MARKETEERS ED SEPTEMBER 2016_T-028.PDF 1
sekitar 76,9% responden menjawab memiliki pe rangkat itu. Artinya masih ada sekitar 23,1% yang belum memiliki laptop untuk mendukung usaha nya. Dari UKM yang memiliki laptop, sekitar 75,6% punya minimal satu buah sementara sisanya memiliki dua sampai tiga unit. Mungkin ini hal paling krusial, yaitu kepemilikan perangkat mobile seperti smartphone dan tablet. Aneh memang jika menilik penetrasi smartphone tinggi di negara ini, ternyata masih ada UKM yang belum memanfaatkanya. Hanya 50,3% mengaku punya perangkat mobile dan 80% dari yang punya mengaku memiliki minimal satu. Dengan tidak memanfaatkan berbagai perangkat itu, tentu sulit bagi UMKM untuk melangkah lebih jauh. Apalagi jika kita berbicara rencana menjangkau pasar lebih luas. Hal itu dirasakan Bilvie Food, produsen Sate Bandeng. Produknya yang unik, yaitu menggabungkan konsep sate dan bandeng yang mana kedua makanan ini menjadi favorit masyarakat khususnya di Pulau Jawa seharusnya tidak menuai kesulitan untuk membuka pasar lebih jauh. Didirikan oleh Midah Dahmalia, sate bandeng ini sebenarnya punya potensi besar. Saat ini Midah mengaku usahanya telah memiliki omzet sampai Rp 2,4 miliar per tahun. Bahkan, ia menargetkan untuk menembus angka Rp 4 miliar pada tahun ini. Tapi, sebagai seorang mantan TKI, yang pekerjapekerjanya juga adalah rekan-rekan satu profesi, ia
8/26/2016 5:30:03 AM
A
I
N S T O
R Y
Entrepreneurial Marketing Recipe 029
mengakui kesulitan menembus dunia online. Masalahnya, Midah tidak memiliki akses kepada orang-orang yang memiliki kemampuan di dunia teknologi khususnya digital. Yang diandalkannya adalah bantuan pemerintah Banten, tempat ia mengoperasikan bisnisnya. Sayang, bantuan penyuluhan masih seputar bidang teknis, khususnya produksi. Sedangkan untuk urusan online terutama marketing, belum ada yang memberikan pengetahuannya kepada Midah. Akibatnya walau sudah memiliki pasar di kawasan Jabodetabek dan Banten, Midah belum bisa membentangkan sayap bisnisnya hingga ke luar dua wilayah itu. Keterbatasan di dunia online menjadi penyebabnya. Mudah Diakses Jika berbicara soal pemanfaatan teknologi, masalah operasi bisa dikendalikan dengan baik serta diakses dari manapun, kapan pun. Startic yang bergerak di bidang eco-fashion sudah melakukannya. Operasi mereka sehari-hari sudah ter komputerisasi termasuk masuk ke ranah cloud computing seperti Google Drive. Teknologi itu mereka terapkan di manajemen keuangan. “Alasannya agar ada transparansi sehingga bisa saling mengontrol dan mengingatkan. Tiga laporan kami neraca, laporan laba rugi, dan arus kas sudah bisa diakses lewat Google Drive. Tujuannya de
16997807_MARKETEERS ED SEPTEMBER 2016_T-029.PDF 1
ngan serba komputerisasi ini segalanya bisa lebih mudah diakses dan meningkatkan efisiensi,” ujar salah satu pendiri Startic Vania Santoso. Pemanfaatan teknologi itu juga dilakukan Vania lewat channel marketing berupa website. Di dalam website, calon konsumen bisa melihat seperti apa koleksi-koleksi tas Startic.co yang diproduksi de ngan bahan-bahan ramah lingkungan tersebut. Namun, ada pula pemain UKM yang telah go online sedari awal. Angga Rangganaputra, Founder Bluck mengatakan, dirinya belajar banyak dari brand yang langsung punya nama dan berkembang bisnisnya ketika masuk ke platform digital. Lewat Bluck.co, hasil produksi tas, kaos, sweater, dan jaketnya bisa dipampang di laman tersebut dan menjadi etalase online Angga untuk memperbesar pasar. Ia percaya bahwa dengan mendirikan bisnis online, konsumennya bisa mengakses produkproduk Bluck dari mana saja, sehingga potensi pasar berkembang semakin terbuka lebar. Sejak diluncurkannya Bluck.co dan memasarkannya lewat salah satu expo yang digelar oleh pemerintah, buah pemikiran Angga akan akses konsumen ke ranah digital membuahkan hasil. Setelah website-nya mulai dikenal, Angga me ngatakan penjualan produk-produknya naik sebesar 10% sampai 30% per tahunnya. Meski mengandalkan penjualan di dunia online, Angga tetap memiliki gerai offline yang terletak di wilayah Banten. `
8/26/2016 5:30:03 AM
A
I
N S T O
R Y
Entrepreneurial Marketing Recipe 030
Selain memanfaatkan situs milik sendiri, Angga memanfaatkan juga kanal media sosial Facebook, Twitter, dan Instagram. Namun, media sosial ter akhir ini ternyata yang menjadi lumbung penjualan sekaligus awareness. “Sembilan dari sepuluh pembeli saya tahu Bluck dari akun Instagram,” terang Angga. Ia sadar betul bahwa produknya bisa menggaet banyak konsumen dengan melihat bentuk produknya. Sehingga, sangat wajar jika Instagram menjadi pilihan Bluck karena karakteristiknya sa ngat mengandalkan posting gambar. Untuk meningkatkan awareness dan menarik perhatian pembeli online, Angga melakukan strategi digital marketing dengan memasang produknya lewat buzzer-buzzer Instagram dengan follower di atas 10.000 akun. “Saya memang memposisikan produk saya untuk mereka pecinta travelling. Maka akun berkarakter travelling menjadi sasaran saya untuk menjangkau lebih banyak konsumen, seperti Folk Indonesia, Travelrack, sampai Daily Manly. Karena dengan memasarkan di sana, kesempatan untuk menjadi viral sangat besar. Setelah memasang iklan di akun buzzer itu, return on investment-nya mencapai 100%. Bluck biasanya dipromosikan di awal bulan, ketika penjualan mulai menurun,” ujar pria lulusan Institut Teknologi Bandung ini.
16997807_MARKETEERS ED SEPTEMBER 2016_T-030.PDF 1
Tidak hanya produk apparel, kanal Instagram pun ternyata bisa sangat berguna bagi UKM di sektor makanan. Seperti yang dirasakan Ismi Yati, CEO Super Roti. Bermodalkan produk roti berbasis terigu dan bekatul, Super Roti memiliki produk unggulan berupa bagelen. Ismi mulai bersentuhan dengan teknologi pada 2014 lalu. “Soal makanan, media sosial seperti Instagram dan Facebook cukup membantu karena orang akan melihat bentuk produknya. Biasanya, orang tertarik membeli karena terkesan dengan foto atau ilutrasi produk,” kata Ismi. Bahkan, Ismi juga mengandalkan YouTube de ngan tujuan mengedukasi pasar, terutama mereka yang tertarik pada pembuatan roti berbasis bekatul. Sejak menggunakan marketing di dunia digital, Isti mengatakan penjualannya meningkat 35% pada tahun 2015 lalu. “Tahun ini, harapannya akan lebih laris lagi dengan pertumbuhan 40%,” katanya. Di tengah persaingan yang semakin ketat serta keterbatasan modal, sudah sewajarnya bagi pemain UKM untuk menjajal dunia teknologi. Jika Anda masih ragu, toh tidak ada salahnya jika Anda meng awalinya melalui media sosial yang sifatnya gratis. Siapa tahu saja, teknologi bisa mengantarkan bisnis UKM Anda ke tingkat selanjutnya.
8/26/2016 5:30:04 AM
16997807_MARKETEERS ED SEPTEMBER 2016_T-031.PDF 1
8/26/2016 5:30:05 AM
A
I
N S T O
R Y
Entrepreneurial Marketing Recipe 032
Administrasi Keuangan
Agar Tak Menyesal Di Masa Depan Oleh Ramadhan Triwijanarko
Kebanyakan UKM tidak melakukan tata kelola keuangan yang bagus sejak awal berdiri. Bagi mereka, manajemen keuangan justru membebani ketika masih sibuk urusan produksi. Meski begitu, sebagian UKM sudah mulai sadar untuk melakukan manajemen keuangan.
agi pelaku kegiatan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UKM), masalah administrasi keuangan adalah persoalan yang membingungkan dan rumit. Beberapa dari mereka sadar akan pentingnya proses administrasi keuangan, tapi masih banyak yang tidak melakukan. Sebagian pelaku UKM menilai kegiatan administrasi keuangan adalah hal yang mewah dan menyita
16997807_MARKETEERS ED SEPTEMBER 2016_T-032.PDF 1
waktu. Apalagi, dibutuhkan keahlian khusus dalam mencatat serta menghitung semua pemasukan, pengeluaran, besaran aset dan lain sebagainya. Keahlian ini yang tidak dimiliki oleh semua pelaku UKM. Kalaupun melakukan pembukuan biasanya hanya berupa arus keluar masuk uang dan barang. Itu pun tidak tersusun secara rapi. Melakukan pembukuan melalui software juga masih dianggap terlalu mahal, tidak sebanding dengan dana yang dikeluarkan dan manfaat yang didapat. Padahal, proses administrasi keuangan yang mumpuni dapat membantu pelaku UKM dalam mengukur kinerja dan target. Tidak sedikit pula pelaku UKM yang gagal karena perkara administrasi keuangan. Meski, ada beberapa pelaku UKM yang bisa menjalankan bisnisnya secara normalnormal saja tanpa melakukan proses administrasi keuangan yang memadai. Mereka bisa mengambil keputusan tanpa harus melihat laporan keuangan, hanya berdasarkan kebiasaan dan keyakinan dari pengalaman yang telah ada. Tentunya hal ini tidak salah. Namun akan semakin sulit dan jauh lebih kompleks ketika kegiatan bisnis yang mereka kerjakan semakin lama semakin besar. Sebab, banyak manfaat yang bisa didapatkan oleh pelaku UKM jika menerapkan
8/26/2016 5:30:06 AM
A
I
N S T O
R Y
Entrepreneurial Marketing Recipe 033
sistem administrasi keuangan yang mumpuni. Melalui proses pembukuan, pelaku UKM dapat me ngetahui informasi posisi keuangan, mulai dari kinerja keuangan, perubahan modal pemilik di masa lalu, piutang yang belum tertagih, utang yang harus dibayar, dan lainnya. Kemudian, dari laporan laba rugi, pelaku UKM akan mengetahui berapa pendapatan yang dihasilkan. Pelaku UKM dapat mengetahui berapa gaji yang sudah dibayarkan, berapa barang dagangan yang sudah pernah dibeli, dan berapa biaya lainnya yang sudah dikeluarkan. Akhirnya dari laporan laba rugi dapat diketahui berapa keuntungan yang dihasilkan atau kerugian yang terjadi. Administrasi keuangan dapat menjadi salah satu bahan dalam pengambilan keputusan. Data dalam laporan keuangan dapat digunakan untuk pengambilan keputusan di masa yang akan datang. Pelaku UKM juga dapat mengetahui nilai perubahan kas dan distribusinya. Catatan administrasi keuangan menjadi penting untuk syarat dalam pengajuan kredit kepada lembaga keuangan tertentu. Laporan keuangan yang diaudit menjadi salah satu syarat ketika UKM mengajukan kredit kepada lembaga keuangan. Berdasarkan riset yang dilakukan oleh MarkPlus Insight, sebanyak 37,5% pelaku UKM belum
16997807_MARKETEERS ED SEPTEMBER 2016_T-033.PDF 1
melakukan sistem pembukuan. Sementara sisanya sudah melakukan pembukuan baik secara manual ataupun komputerisasi. Beberapa alasan mulai dari belum ada pemisahan keuangan usaha dan pribadi, tidak mengerti proses pembukuan, tidak paham keuntungan pembukuan, hingga harga software yang tidak sebanding menjadi alasan para pelaku UKM ini belum melakukan sistem pembukuan. “Sistem administrasi keuangan yang kami lakukan masih secara manual. Maklum, kami ini hanya mantan Tenaga Kerja Indonesia (TKI), belum memiliki tenaga professional. Yang penting, kami tahu modal kami ada berapa,” ujar Midah Dahmalia, Pemilik Bilvie Food yang mengelola produk sate bandeng. Midah terbilang beruntung karena proses pembukuan yang mereka lakukan dibina dan dibantu oleh Pemerintah Daerah setempat secara gratis. Bentuk pembukuan yang dilakukan oleh Midah masih sebatas arus kas dan modal. “Kami bukan orang bisnis dan ekonomi. Yang kami tahu hanya mengolah bandeng. Bagi kami, yang penting tahu arus kasnya. Kami dapat pelatihan, namun kendalanya kami sudah kesulitan memikirkan sisi produksi,” katanya. Untungnya, pemerintah setempat membantu Bilvie Food melakukan pembukuan. “Misal, biaya bahan baku
8/26/2016 5:30:07 AM
A
I
N S T O
R Y
Entrepreneurial Marketing Recipe 034
sekian, biaya produksi sekian. Pemda dari dinas kelautan dan perikanan yang sangat berperan membantu kami, termasuk penyediaan peralatan. Dengan bantuan tersebut, kami pun merasakan manfaatnya, termasuk untuk menjaga arus modal,” terang Midah. Hal yang sama juga dialami oleh Yasa Singgih, Pemilik Men’s Republic yang bergerak dalam bidang fesyen. Menurutnya, masalah pembukuan bukan hal pertama yang dipikirkan oleh para pemain UKM. ”Fokus pertama biasanya soal penjualan. Biasa saat penjualan sudah mulai banyak, lalu bingung, kok profit tidak ada. Lalu stok hilang, baru sadar dan insyaf, barulah bikin pembukuan,” ujar Yasa. Beragam hal bisa dimasukan dalam laporan administrasi keuangan baik transaksi penjualan, transaksi pembelian bahan baku, penyusutan modal, laporan laba rugi, utang piutang, upah, hingga database pelanggan. Beberapa pelaku UKM sudah mengisi laporan administrasi keuangan mereka dengan indiaktor tersebut. Saat awal mendirikan Men’s Republic, Yasa mengisi pembukuan seorang diri. Itu pun yang dimasukan masih seputar keluar masuk uang dan barang. Setelah memiliki pegawai, pembukuan tersebut ditambah dengan neraca laba rugi. Manual atau Digital? Namun, melakukan pembukuan secara sederhana terkadang masih dirasa sulit oleh sebagian pelaku UKM, apalagi menggunakan software pembukuan yang membutuhkan biaya tidak sedikit. Ada beberapa software pembukuan yang bisa digunakan oleh para pelaku UKM, salah satunya adalah Microsoft Excel yang tentunya paling mudah dan murah. Rata-rata sebelum menggunakan software yang canggih, pelaku UKM mengandalkan Excel sebagai senjata utama mereka dalam melakukan pembukuan. Excel juga sudah bisa digunakan secara online melalui fitur Google Drive. “Kami sudah melakukan pembukuan melalui Google Drive dan ini terbuka untuk semua mitra kami. Semua bisa akses sehingga tercipta transparansi dan bisa saling kontrol dan mengingatkan,” ujar Vania Santoso, Co-Founder Startic. Namun, ada pula pelaku UKM juga sudah menggunakan software berbayar dalam melakukan sistem pembukuan. Salah satunya adalah jasa penyedia sepatu, Shoe Bible. Yenda Hendriaman, Pemilik Shoe Bible menjelaskan, Shoe Bible sudah menggunakan software pembukuan sejak satu tahun berdiri, yaitu sekitar tahun 2015. Yenda beralasan menggunakan software jauh lebih murah bila dibandingkan dengan menyewa jasa akuntan professional. “Secara biaya hanya sekitar US$ 18 dalam sebulan. Saat ini, lebih cocok mengunakan jasa seperti ini dulu. Toh, kami juga belum ada kantor tetap untuk manajemen,” jelas Yenda. Namun, setiap enam bulan sekali Yenda juga menyewa jasa freelance akuntan untuk mengecek proses pembukuan. Menurutnya, penggunaan software tersebut lebih aman, karena tidak ada alasan
16997807_MARKETEERS ED SEPTEMBER 2016_T-034_R1.PDF 1
data hilang. Sebab, semua data yang dimasukan sudah tersimpan di dalam cloud dan tersimpan secara real-time. Yasa juga bercerita, setelah sekian lama menggunakan Microsoft Excel, Men’s Republic akan menggunakan layanan software akuntansi. “Saat ini kami merasa sulit karena tidak terintegrasi de ngan pengeluaran. Sekarang penjualan sudah ba nyak, kami butuh yang terintegrasi. Sehingga, nanti saat kami masukkan invoice, langsung kepotong ke stok dan pembukuan,” tambah Yasa. Men’s Republic masih menimbang menggunakan software akuntasi seperti apa nantinya. Menurut Yasa, sudah ada beberapa opsi mulai dari yang berharga belasan juta rupiah hingga yang gratis melalui versi bajakan. Sebenarnya saat ini sudah banyak layanan software akuntansi buatan dalam negeri. Pelaku UKM itu pun berharap layanan dalam negeri ini bisa membantu mereka dengan harga yang lebih terjangkau. Salah satu manfaat dari digitalisasi sistem administrasi keuangan adalah transparansi. Menurut Vania, transparansi amatlah penting dalam bisnisnya. “Kami membangun bisnis ini untuk bisnis sosial. Jadi jangan sampai malah berantem karena masalah keuangan. Ini adalah komitmen kami bersama sejak awal. Di sini kami lebih untuk menghindari konflik. Karena jika tertulis butuh tenaga dan waktu. Tidak semua orang bisa mengakses juga. Dengan komputerisasi sudah lebih mudah diakses dan efisiensi juga meningkat,” jelas Vania. Yenda juga menilai dengan digitalisasi sistem administrasi keuangan, komunikasi dan koordinasi menjadi lebih cepat. Semua transaksi bisa langsung dicatat dan dibagikan saat toko tutup. Bahkan de ngan adanya software pembukuan, dia tidak me ngalami pusing segala macam. “Tapi harus diperhatikan baik-baik, karena data yang diinput adalah real-time, kalau ada kesalahan harus langsung diperbaiki saat itu juga. Sehingga kami mengeceknya juga lebih cepat,” ujarnya. Nah, berbekal pengalaman para UKM itu, bagaimana dengan Anda?
8/26/2016 5:26:59 PM
16997807_MARKETEERS ED SEPTEMBER 2016_T-035.PDF 1
8/26/2016 5:30:09 AM
A
I
N S T O
R Y
Entrepreneurial Marketing Recipe 036
Produksi
Tetap Bertahan Meski Dibayangi Faktor Eksternal Oleh Saviq Bachdar
Masalah produksi kerap menghantui UKM Indonesia. Penyebabnya pun beragam. Mulai dari keterbatasan modal, kesulitan memperoleh SDM, serta keterbatasan alat dan mesin. Alhasil UKM gagal memenuhi permintaan pasar meskipun memiliki kualitas yang baik.
alah satu masalah yang kerap alami Usaha Mikro, Kecil di dan Mene ngah (UKM) adalah produksi. Sejumlah faktor ekster nal biasanya menyebabkan proses produksi memakan waktu lama, sehingga time delivery menjadi molor. Padahal permintaan terus datang. Akibatnya, mereka pun berisiko kehilangan konsumen atau pelanggan. Dalam survei UKM yang dilakukan MarkPlus Insight., disebutkan bahwa keterbatasan teknologi
16997807_MARKETEERS ED SEPTEMBER 2016_T-036_R1.PDF 1
dan SDM terampil menjadi problem utama yang di hadapi UKM ketika menyangkut proses produksi. Berdasarkan laporan tersebut, 53,6% responden menyatakan teknologi menjadi kendala. Sedangkan 49,4% responden menyatakan SDM. Dini Aryani Criddle, pemilik kedai Tanamera Coffee mengakui bahwa salah satu tantangan terbe sar perusahaannya saat ini adalah mengelola SDM. Mulai dari level petani sebagai mitranya memanen biji kopi terbaik, hingga level barista. Di level petani, Tanamera memiliki tantangan dalam memperoleh biji kopi (green bean) berkuali tas grade A sesuai ketentuan The Specialty Cof fee Association of America (SCAA). Adapun syarat kopi mendapatkan predikat specialty harus memiliki skor minimum 80. “Kami tengah berusa ha dengan petani lokal menciptakan biji kopi spe sial dengan skor di atas 90. ,” tutur Dini. Dini bilang, karena perusahaannya menjual dan mendistribusikan kopi spesial, perkebunan yang dimiliki mitra petani harus dikelola secara spesial pula. Pihaknya selalu mengirimkan orang lapangan untuk datang mengontrol ladang pada sebelum, sesaat, dan setelah panen. Selain itu, keberadaan barista pun dinilai sangat vital bagi sebuah kedai kopi. Karena pada akhirnya, setiap rentetan produksi kopi yang terjadi, berujung pada tangan barista yang menyajikan hidangan kopi tersebut ke meja konsumen. “Di level barista, masalahnya lebih kepada men talitas. Banyak dari mereka yang tidak peduli dan
8/26/2016 5:27:00 PM
A
I
N S T O
R Y
Entrepreneurial Marketing Recipe 037
defensif,” terangnya. Hal yang sama juga diamini oleh Michael Nugro ho, President Smith Men Supply, merek yang mem produksi pomade atau minyak rambut. Perusahaan yang dirintis dari tugas kuliah ini masih kesulitan dalam mencari tenaga kerja ahli berpengalaman, khususnya di bidang farmasi kosmetika. “Padahal, para pharmacist itu bertugas membuat formula produk baru dan merevisi produk lama. Kalaupun ada, mereka ingin dibayar mahal,” katanya. Alhasil, Smith masih menggunakan jasa tenaga farmasi yang bekerja di pabrik maklon tempatnya memesan produk. “Kami tidak bisa terlalu banyak mengharapkan bantuan mereka untuk menyu sun produk baru. Karena mereka bekerja bukan un tuk kita,” ceritanya. Masalah lainnya, sambung Michael, adalah mo dal. Keterbatasan modal membuat volume produk si tak bisa banyak. Hal ini juga disampaikan oleh 34,9% responden survei MarkPlus Insight. Apalagi, pabrik maklon mewajibkan minimum pemesanan sebanyak ribuan unit. “Sehingga, kalau ada produk baru yang diluncurkan, kami pastikan produk tersebut harus terserap pasar dengan baik. Harus laku. Sebab, kami tak bisa pesan ratusan piece,” katanya.. Namun, bagi Tanamera, produksi bukan menjadi soal utama. Saat ini, kedai itu memiliki delapan mi tra petani di berbagai daerah Nusantara, ditambah dengan ladang kopi di Flores yang bakal dimilikin ya. Hanya saja, ia tak mau secara ekspansif mem
16997807_MARKETEERS ED SEPTEMBER 2016_T-037_R1.PDF 1
buka banyak gerai di mana-mana. “Alasannya, pertama, kami memilih mitra bisnis yang ingin memajukan bisnis bersama-sama,” te gas Dini. Kedua, pihaknya juga tak ingin menjadi mainstream, yang buka di banyak tempat. Dalam sebulan, Tanamera membutuhkan seki tar 3,5 ton untuk kelima gerainya saat ini. Mesin penggiling kopi (coffee roaster) pun dipilih yang terbaik, yaitu Giessen dari Belanda, yang mana un tuk mesin berkapasitas 60 kilogram saja, harganya mencapai Rp 2 miliar. “Kami pun menjadi distribu tor resmi dari Gieseen untuk Indonesia dan Singa pura. Memang alat ini mahal. Tapi, kami tak ingin investasi setengah-setengah,” ucap Dini. Inovasi dalam produksi juga tak luput dari per hatian para UKM. Berdasarkan riset MarkPlus, 81,6% responden mengaku sudah melakukan ino vasi dalam produksi. Jika ditelaah lebih dalam, ino vasi produk adalah yang paling banyak dilakukan oleh UKM Indonesia, disusul inovasi layanan dan inovasi bahan baku. “Sejujurnya, kami sulit melakukan inovasi bahan baku. Sebab, hampir semua bahan baku pomade itu diimpor dari Eropa dan India. Padahal, Indonesia punya bahan baku tersebut,” terang Michael. Faktor eksternal memang kerap menjadi pengha lang bagi UKM untuk tumbuh. Dan, tidak jarang, faktor eksternal itu tidak bisa kita atasi dengan mu dah. Karenanya, mental entrepreneur, tahan ban ting dan kreativitas mutlak dimiliki oleh pemain UKM agar bisa bertahan di berbagai situasi.
8/26/2016 5:27:00 PM
A
I
N S T O
R Y
Entrepreneurial Marketing Recipe 038
Pemasaran
Produk Kreatif Butuh Pemasaran Kreatif Oleh Sigit Kurniawan
Tak kecil perjuangan UKM dalam membesarkan bisnisnya. Persaingan cukup seru, apalagi bersaing dengan pemain-pemain kakap. Tanpa komunikasi pemasaran yang memadai dan kreatif, sebaik dan sekreatif apa pun produk, tak bakal bergaung di benak masyarakat konsumen.
emiliki produk bagus, tetapi bi ngung bagaimana memasarkannya. Inilah yang jamak dialami oleh para pelaku Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UKM) di Indonesia. Boleh dibilang, kreativitas mereka dalam menciptakan produk patut diacungi jempol. Tapi, tak jarang, mereka kebingungan bagaimana mendapatkan pasar ideal. Bahkan, promosi pun tak jarang masih menjadi kendala yang dihadapi oleh mereka. Tapi, teknologi hadir untuk menjawab persoalan mereka. Di era konektivitas ini, pelaku UKM bisa memanfaatkan kanal-kanal digital untuk mempromosikan dan memasarkan produk-produk mereka. Apalagi kalau produk dan layanan yang ditawarkan sangat kental digitalnya seperti yang dialami oleh
16997807_MARKETEERS ED SEPTEMBER 2016_T-038.PDF 1
Copycino – sebuah usaha penyedia layanan printing gratis. Menurut Theodorus Ega, sang pendiri, tak gampang memasarkan produk yang terbilang kreatif ini kepada khalayak. Baginya, harus ada upaya kuat untuk membangun kepercayaan lebih dulu. “Bisnis ini gratis. Banyak yang mencibir, mana ada bisnis gratis dan dari mana keuntungannya. Dari sini, kami menguatkan mental lebih dulu menghadapi tren sosial semacam itu,” ujar Theodorus. Tantangan berikutnya adalah ekspansi pasar. Menurutnya, selama ini, pasar Copycino adalah para mahasiswa di kampus-kampus. Tak gampang melebarkan sayapnya ke kampus-kampus baru karena terganjal aturan dan kebijakan kampus masing-masing. Namun, ini tak mematahkan arang Copycino. Theodorus dan teman-temannya membangun layanan ini bukan di dalam kampus, tetapi di luar kampus. “Terkait dengan model bisnis, kami menerapkan low cost strategy. Kami benar-benar mengurangi cost-cost yang ada agar mampu mengoptimalkan jasa printing gratis ini,” imbuhnya. Karena produk dan layanannya cukup techy, Copycino memanfaatkan strategi pemasaran digital juga dalam meraih pasar yang lebih besar. Sebut saja kanal-kanal media sosial, seperti Instagram dan Line. Capycino juga memainkan fungsi SEO (Search Engine Optimization), menggunakan jasa pihak ketiga seperti Google Ads maupun menerapkan digital marketing. Pendekatan Personal Dalam pemasaran produk, Burgreens sedikit ber-
8/26/2016 5:30:24 AM
A
I
N S T O
R Y
Entrepreneurial Marketing Recipe 039
beda dengan produk kuliner semacam Copycino. Pemasaran produk Burgreens menyesuaikan segmen pasar yang disasar. Mengingat segmen tersebut unik, yakni orang-orang yang peduli pada gaya hidup sehat. “Burgreens merupakan restoran dan katering vegetarian organik. Dari namanya sendiri Burgreens terdiri gabungan dari dua kata, yakni burger dan green. Burger melambangkan fast food. Sedangkan green melambangkan berbasis nabati, sehat, dan ramah lingkungan,” ujar Helga Angelina, founder Burgreens. Komunikasi tersebut dilakukan secara kontinu agar positioning Burgreens sendiri makin kokoh ditangkap oleh benak konsumennya. Hal ini perlu didukung dengan layanan yang mengusung pe ngalaman. “Untuk layanan, kita fokus di real & hearty service – bagaimana tim Burgreens bisa memberikan servis dari hati. Jadi tidak ada SOP yang kaku, kita justru mendorong tim operasional kami untuk menjadi diri sendiri, asalkan sopan dan tulus,” katanya. Komunikasi pemasaran juga membutuhkan bentuk visual agar pesan bisa dengan gampang disampaikan kepada pelanggannya. Hal ini yang dilakukan oleh Markobar, merek martabak besutan Gibran Rakabuming Raka. Untuk branding, Gibran mendesain sedemikian rupa logo, warna, dan sebagainya. Gibran menggambar seorang superhero semacam Superman dengan logo M di dadanya. Untuk kampanye
16997807_MARKETEERS ED SEPTEMBER 2016_T-039_R1.PDF 1
pemasaran, Gibran mengandalkan Twitter dan Instagram. Sambutannya cukup antusias. Ia mengakui, kedua media sosial ini cukup mumpuni dalam membangun awareness Markobar. Selain konsumen bisa dengan bebas memposting produk, mereka juga bisa saling bercakap-cakap tentang produk dan kafenya. Media sosial juga dimanfaatkan oleh Gibran untuk membangun co-creation bersama pelanggan. Banyak ide dan masukan dari pelanggan yang ditujukan untuk pengembangan produknya. Selain menggunakan media sosial, Gibran juga memanfaatkan momentum ketika menghadiri aneka seminar. Acara-acara ini dijadikan ajang bagi Gibran untuk mempromosikan Markobar – termasuk ajang mencicipi produk martabak unik tersebut. “Bahkan, saya rutin berkunjung ke kafe ini saat banyak pengunjung. Tak jarang, pengunjung ingin foto bareng saya dan mem-publish-nya di media sosialnya. Ini juga bisa menjadi promosi tersendiri,” katanya. Apa pelajaran dari ketiga pelaku UKM ini? Pelajarannya, pemasaran itu harus kreatif, baik dalam cara, strategi, desain, maupun konten yang akan disampaikan. Hanya dengan ini, komunikasi merek bakal dilirik oleh konsumen di tengah persaingan yang makin ketat yang mana pesaing juga melakukan hal yang sama. Satu lagi, pemasaran ini harus mengusung diferensiasi. Sebab, hal inilah yang akan membuat Anda berbeda dibandingkan kompetitor Anda.
8/26/2016 5:27:01 PM
16997807_MARKETEERS ED SEPTEMBER 2016_T-040.PDF 1
8/26/2016 5:30:26 AM
A
I
N S T O
R Y
Entrepreneurial Marketing Recipe 041
Infrastruktur Sarana dan Prasarana
Pantang Mundur Meski Infrastruktur Belum Sempurna Oleh Ign. Eko Adiwaluyo, Muhammad Perkasa Al Hafiz
Tidak dipungkiri bahwa pengembangan UKM di negara ini menghadapi banyak tantangan. Namun hal itu tidak menyurutkan para pelaku UKM untuk tumbuh. Di sisi lain, pemerintah pun sedang giat menyusutkan kendala yang dihadapi UKM.
saha Mikro, Kecil dan Menengah (UKM) bisa disebut sebagai malaikat penyelamat saat negara ini berulang kali diterpa badai krisis ekonomi. Sektor ini tetap tegak berdiri ketika banyakkorporasi bertumbangan. Namun, negara ini sepertinya setengah hati dalam mengembangkan sektor ini. Memang, sudah puluhan tahun lamanya negara ini secara resmi menempatkan UKM sebagai sektor utama pembangunan. Hal ini terlihat sejak tahun 1993 ketika nama Kementerian Koperasi berganti menjadi Kementerian Koperasi dan Pembinaan Pengusaha Kecil. Namun, meski kementerian yang menangani UKM telah berganti-ganti nama, masalah dasar dari UKM masih saja belum tuntas, seperti pendanaan atau akses modal, hingga infrastruktur sarana dan prasarana. Harapan muncul di era pemerintahan Presiden Joko Widodo ini lantaran terjadi proses percepatan pengembangan UKM. Dalam hal pendanaan, pemerintah telah membuka akses modal untuk para UKM. Suku bunga Kredit Usaha Rakyat (KUR) pun telah diturunkan secara drastis, dari 22% pada tahun 2014 menjadi 9% pada tahun 2016. Dana KUR pun akan terus ditingkatkan bila penyerapan tinggi. Tahun 2015, dana KUR mencapai Rp 30 triliun dan akan terus meningkat hingga Rp 90 triliun. Di saat bersamaan, pemerintah pun terus menggenjot pembangunan infrastruktur, baik untuk logistik, transportasi, hingga teknologi. Perlu ditegaskan bahwa untuk mendukung pengembangan UKM memang harus lintas sektoral, melibatkan kementerian-lembaga lain di luar Kementerian Koperasi dan UKM. Bila masalah pendanaan dan infratruktur tidak segera terselesaikan, tantangan UKM akan semakin berat. Terlebih, saat ini Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) telah berjalan. Perputaran barang, modal, orang, hingga konsep bisnis pun bisa terjadi dengan bebas di kawasan ini. Untuk itu, UKM harus mendapat dukungan agar bisa bertarung di tingkat global. Terlebih lagi, UKM memiliki peran strategis dan kontribusi sangat besar bagi perekonomian Nasional dengan menyumbang 53,3% dari total PDB
16997807_MARKETEERS ED SEPTEMBER 2016_T-041_R1.PDF 1
(Pendapatan Domestik Bruto). Jumlah UKM di Indonesia mencapai 56,2 juta unit dan mampu menyerap 97,2% tenaga kerja dari total angkatan kerja yang ada. UKM sangat berperan dalam pertumbuhan ekonomi, mengurangi angka pengangguran dan kemiskinan juga berperan dalam penerimaan devisa. Namun, harus diakui bahwa dengan luasan wilayah yang terdiri dari kepulauan, ada beragam tantangan yang muncul ketika mengembangkan UKM. Meski begitu, secara umum, para pelaku UKM telah merasakan adanya perbaikan dalam infrastruktur penunjang. Menurut survei yang dilakukan MarkPlus Insight., 57,5% responden menilai koneksi internet di Indonesia dalam tingkat baik. Di antara yang menilai baik ini, 36,6% menyebut koneksi lancar dan 14,6% menilai koneksi internet ini sudah memadai bagi usaha. Masih soal koneksi internet, 35,5% responden menyatakan cukup dan hanya 7% responden yang menilai buruk. Di antara responden yang menyebut buruk, soal koneksi tidak lancar disebut 61,5%nya. Lalu, soal fiber optik yang belum tersedia ditekankan oleh 15,4% responden. Dalam hal jaringan telepon, secara umum 69,3% responden menyebut baik, cukup 28,6%, dan buruk 2,2%. Penilain buruk ini bukan karena tidak ada jaringan, namun karena masalah teknis. Semua yang menilai buruk ini, 100% responden menyebut penyebabnya adalah jaringan yang sering mengalami gangguan. “Soal infrastruktur, sejauh ini tidak terlalu terkendala. Dari pemerintah pun sudah cukup mendukung terhadap ketersediaan listrik, internet, transportasi dan lainnya,” kata Vania Santoso, Co-Founder Startic- Artistic Eco-Fashion, salah satu UKM di Surabaya yang memproduksi kerajinan tangan, tas, dan lainnya. Vania juga menyebut isu lingkungan, dalam hal ini ketersediaan pembuangan limbah juga sudah disediakan pemerintah. Pemerintah Kota Surabaya di bawah Walikota Tri Rismaharini sangat punya kepedulian pada lingkungan hidup. “Jadi, bank sampah sudah bukan hal langka lagi di Surabaya,” tambah Vania. Kepuasan soal sarana pembuangan limbah ini juga terefleksi dalam riset MarkPlus Insight. Ada 58,7% responden yang menilai baik, cukup 36,1%, dan buruk 5,2%. Di antara yang memberikan penilaian buruk tersebut, 25% menyebut soal kedisiplinan yang masih rendah. Begitu pula dengan akses transportasi, secara umum responden menyatakan puas. Terlihat dari penilaian baik yang mencapai 64,6%, cukup 32,1%, dan hanya 3,3% yang menyebut buruk. Penilaian buruk ini lantaran jalan rusak (20%) dan kerusakan dalam pengiriman (15%). Salah satu hal paling penting setelah modal dan produksi adalah pasar untuk barang produksi UKM. Pasar ini bisa berupa online dan offline. Walaupun dunia e-commerce berkembang pesat dan banyak pelaku UKM yang terjun dan sukses, namun pasar offline juga tetap penting bagi UKM. Di titik inilah, seringkali UKM menghadapi kendala.
8/26/2016 5:27:02 PM
A
I
N S T O
R Y
Entrepreneurial Marketing Recipe 042
16997807_MARKETEERS ED SEPTEMBER 2016_T-042_R1.PDF 1
8/26/2016 5:27:03 PM
A
I
N S T O
R Y
Entrepreneurial Marketing Recipe 043
Kendala bisa berupa tingginya sewa untuk toko yang lokasinya strategis. Kalaupun ada tempat yang sewanya murah, seringkali berada di jalur sepi atau jauh dari keramaian. Untuk mengatasi masalah ini, sentra-sentra UKM yang dibuat pemerintah bisa menjadi pilihan. Keberadaan sentra UKM ini bisa membantu untuk menjual produk secara langsung ke konsumen. Lebih dari itu, bisa mempertemukan UKM dengan buyer besar. Salah satu UKM yang mengalami langsung manfaat UKM adalah Bilvie Food yang menawarkan Sate Bandeng. “Gerai kami yang dekat dengan mall of Serang tertutup oleh pembatas jalan. Ada banyak sentra UKM di Serang. Tapi, tidak mungkin kami hanya mengandalkan mereka karena omzet akan stagnan,” kata Midah Dahmalia, Owner Bilivie Food. Sedangkan untuk masuk pasar online, Midah mengaku masih belum memiliki pengalaman. Sejauh ini, belum ada pelatihan mengenai online marketing secara langsung yang ia dapatkan. Padahal di era online sekarang ini kemampuan itu sangat dibutuhkan UKM. “Kami sering menerima pelatihan atau penyuluhan hal teknis soal produksi, standar produksi, bisnis, dan manajemen. Tapi, untuk online marketing belum pernah,” tambah Midah. Vania pun mengamini pendapat Midah, keberadaan sentra UKM cukup membantu usahanya.
16997807_MARKETEERS ED SEPTEMBER 2016_T-043_R2.PDF 1
Di kotanya, ada sentra UKM seperti gallery pamer. Para pelaku UKM didukung oleh Pemkot Surabaya untuk hadir di sentra-sentra UKM, seperti Gallery Bandara Juanda dan lainnya. “Keberadaan sentra UKM ini penting bagi kami. Umumnya ini milik pemerintah yang punya tamu rutin. Ini menjadi salah satu sarana marketing dalam mendapatkan pelanggan baru bagi kami para UKM,” tambah Vania. Dibanding infrastruktur penunjang bagi UKM lainnya, persentase ketidakpuasan mengenai sentra UKM adalah yang tertinggi. Ada 7,3% responden yang menyebut buruk terkait sentra UKM. Bandingkan dengan penilaian buruk soal internet, jaringan telepon, akses transportasi, dan pembuangan limbah. Dari yang menilai buruk itu, 13,3% bahkan menyebut belum ada sentra UKM di dekatnya. Lalu, 6,7% menyebut belum ada sentra UKM dengan produk tertentu. Berkaca dari pengalaman langsung para pelaku UKM dalam menghadapi tantangan infrastruktur dan hasil riset, bisa dikatakan bahwa tantangan infrastruktur sarana dan prasarana untuk UKM pada dasarnya relatif mendukung. Memang, masih banyak yang harus diperbaiki dan sedang diperbaiki. Dengan begitu, UKM Indonesia bisa terus berkembang, baik di pasar dalam negeri hingga menembus pasar global.
8/26/2016 6:39:37 PM
A
I
N S T O
R Y
Entrepreneurial Marketing Recipe 044
Customer Management
Menjaga Konsumen Sedari Awal Oleh Ramadhan Triwijanarko
Produk yang apik tak akan mampu bertahan di kerasnya persaingan jika tidak diikuti dengan servis yang mumpuni. Menjaga loyalitas pelanggan pun harus dilakukan oleh pebisnis, apa pun skalanya. Mendengarkan konsumen sedari awal akan membuat merek Anda tumbuh dan dicintai pelanggan.
angan pernah mengecewakan konsumen Anda. Ungkapan tersebut terkesan klasik, tapi sampai kapan pun harus terus diterapkan oleh produsen. Terlebih saat ini kita semua berada di era digital yang membuat semuanya semakin horizontal. Ketika konsumen kecewa sedikit saja, dampaknya bisa merembet kemanamana. Puas tidaknya para konsumen terhadap produk yang ditawarkan akan memberikan imbas bagi perkembangan bisnis. Apabila konsumen mendapatkan kepuasan dari produk yang dipasarkan, bisa dipastikan mereka akan melakukan pembelian ulang di masa yang akan datang dan merekomendasikan produk Anda kepada rekan-rekannya. Sebaliknya, bila mereka kecewa dengan pelayanan yang diberikan, maka tidak menutup kemungkinan
16997807_MARKETEERS ED SEPTEMBER 2016_T-044.PDF 1
8/26/2016 5:30:29 AM
A
I
N S T O
R Y
Entrepreneurial Marketing Recipe 045
mereka akan kapok melakukan pembelian, berpa ling ke produk yang lain, dan bicara buruk terkait produk Anda ke siapa pun. Karenanya, produsen apa pun kastanya tidak boleh lengah. Jika Anda adalah pemain Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UKM), jangan sangka Anda bisa cuek dengan konsumen. Mendengarkan apa yang menjadi konsumen harus dilakukan sedini mungkin, jangan menunggu ketika bisnis sudah besar. Justru dengan mendengarkan konsumen sejak awal, merek Anda bisa tumbuh dan menjadi merek yang dicintai oleh konsumen. Menjaga konsumen pun mutlak dilakukan. Beberapa contoh itu sudah dilakukan oleh para UKM Indonesia. Misalnya saja Burgreens, restoran penyedia makanan vegetarian dan organik dalam varian burger. Helga Angelina, Pendiri Burgreens menyadari bahwa saat ini ada perubahan pola konsumsi makanan di kalangan masyarakat. Ke banyakan masyarakat sudah sadar bahwa tubuh memerlukan asupan makanan dari bahan-bahan yang segar dan tentunya sehat. Namun, konsumen tidak memiliki banyak pilihan ketika harus mengonsumsi produk makanan sehat. Di satu sisi, konsumen ingin menikmati makanan yang menggungah selera selayaknya makanan pada umumnya. Karenanya, Helga menghadirkan Burgreens, sebagai perkawinan silang antara makanan sehat dan makanan yang banyak dibilang tidak sehat. “Burger melambangkan fast food, sedangkan green melambangkan makanan berbasis nabati, sehat, dan ramah lingkungan. Memang, awalnya kami memfokuskan diri di varian produk burger, tapi sekarang variasi makanannya sudah melebar ke steak, rice dishes, dan Farm-to-Table Raw Food & Salad,” ujar Helga. Embel-embel burger yang sehat tidak sekadar sebagai bagian dari promosi untuk mendatangkan pelanggan. Helga benar-benar berkomitmen menyediakan burger dengan bahan-bahan yang alami dan segar. Hal ini membawa Burgreens berbeda dari penyedia burger lainnya yang banyak menghadirkan daging, mayonnaise yang mengandung pengawet, gula, dan lemak jenuh. Hal yang sama juga dilakukan oleh penyedia layanan jasa pembersih sepatu, Shoe Bible. Yenda Handriaman, Pendiri Shoe Bible melihat ada sebuah celah yang bisa dimanfaatkan oleh dirinya kala itu. Sebagai pencinta sneakers dan pernah bekerja di sebuah perusahaan sepatu internasional, Yenda melihat mencuci sepatu menjadi sebuah masalah. Pertama, tidak ada waktu untuk mencuci. Kedua, tidak tahu bagaimana cara mencuci sneakers yang benar. “Bermula dari pengalaman pribadi sebagai konsumen, saya tidak bisa menemukan tempat jasa pencucian sepatu yang memang terjangkau secara harga. Ada jasa pencucian sepatu di pusat perbelanjaan tapi terlalu mahal. Tidak memandang jenis sepatunya apa, konsumen juga tidak dikasih tahu sepatunya diapakan dan menggunakan obat apa,” ungkap Yenda. Berawal dari situ Yenda membangun Shoe Bible pada 2014 sebagai solusi dari permasalahan yang
16997807_MARKETEERS ED SEPTEMBER 2016_T-045.PDF 1
ternyata dialami juga oleh masyarakat kebanyakan. Shoe Bible mencoba menjadi penyedia jasa layanan pembersih sepatu yang terjangkau. Alih-alih menggunakan pusat perbelanjaan sebagai lokasi pertama, Shoe Bible justru hadir di Pasar Santa yang kala itu terkenal sebagai pusatnya Hipster Jakarta. “Kami mencoba memotong kompas. Harga sewanya juga sangat jauh bila dibandingkan di pusat perbelanjaan, sehingga kami bisa menawarkan harga yang sepantasnya. Kami ingin memberi harga yang terjangkau dan memberi tahu kalau sepatunya akan diapakan,” jelas Yenda. Yenda mengakui bahwa Shoe Bible mencoba untuk terus melakukan komunikasi dengan calon konsumen dan konsumen mereka, mengingat ba nyak penggemar sneakers yang tidak ingin sepatu kesayangannya berada di tangan yang salah. Karenanya, Yenda selalu melakukan konsultasi terkait sepatu yang akan dibersihkan mulai dari jenis, bahan sepatu, proses pencucian, pengeringan, hingga berapa lama estimasi waktu yang diperlukan sampai sepatu benar-benar siap digunakan kembali. Setelah itu Shoe Bible memberikan pilihan kepada konsumennya untuk mengambil sepatunya sendiri atau dikirimkan ke alamat rumah konsumen. Bahkan, Yenda sedang berencana membuat sebuah aplikasi mobile yang memudahkan konsumen untuk bisa membersihkan sepatunya tanpa mengunjungi gerai Shoe Bible. Masalah kualitas layanan juga menjadi fokus Helga. Karenanya, Burgreens melakukan berbagai pelatihan intensif untuk para pegawai. Agar bisa menjaga kualitas produk dan layanan, manajemen terus mengawal proses produksi dan operasional. Dalam memberikan layanan kepada konsumennya, Helga menerangkan bahwa Burgreens berusaha memberikan pelayanan dari dalam hati. Meskipun terdapat standard operasi, namun standard tersebut dibuat tidak kaku, sehingga tim opera sional bisa menjadi diri sendiri dalam melayani konsumennya. “Sama seperti kualitas makanan, kami juga fokus melatih tim operasional untuk menjalankan SOP dengan baik. Kami percaya happy employees make happy customers. Karena itu, tim manajemen Burgreens selalu fokus membuat budaya yang positif, suasana kekeluargaan, dan sistem komunikasi dua arah antara manajemen dengan pegawai,” terang Helga. Helga sadar bahwa healthy and conscious eating masih merupakan hal baru untuk kebanyakan orang di Indonesia. “Oleh sebab itu kami coba hadirkan pendekatan kepada konsumen kami yang personal, friendly, edukatif dan inspiratif, baik dari online dan offline,” ungkap Helga. Melihat upaya Burgreens dan Shoe Bible, ada satu kesamaan yang bisa ditemukan. Mereka mau mendengarkan apa yang menjadi keinginan konsumen dan berinovasi untuk menghadirkan layanan yang terbaik. Artinya, apa pun dan yang Anda jalani, Anda harus menjadikan konsumen sebagai teman dan sebagai saksi dari berkembangnya bisnis Anda.
8/26/2016 5:30:29 AM
A
I
N S T O
R Y
Entrepreneurial Marketing Recipe 046
Product Management
Kreatif Mengemas Produk, Berani Saat Eksekusi Oleh Sigit Kurniawan
Kreativitas menjadi modal utama entrepreneur. Dengan tangan kreatif, produk massal yang sudah jenuh bisa disulap menjadi produk bercitarasa baru dan memikat. Bahkan, produk lawas seperti martabak, jamu, dan cendol menang pamor karena sentuhan kreatif tersebut.
alah satu modal utama Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UKM) agar sukses di pasar yang kompetitif adalah kreativitas. Selain kreatif dalam strategi, pelaku UKM harus kreatif juga dalam produk yang ia jual dan pasarkan. Manajemen produk yang kreatif bakal memberi nilai tambah dari merek yang ia tawarkan kepada konsumennya. Tak disangkal, Indonesia memiliki banyak pelaku UKM yang sangat kreatif di dalam melahirkan produknya. Entah dengan menghadirkan produk yang sama sekali baru – artinya belum ada sebelumnya – atau sekadar memberi sentuhan baru dengan modifikasi, atau bermain di kemasannya. Kreativitas ini menjadikan produk umum memiliki diferensiasi yang kuat. Dalam pemasaran, diferensiasi tersebut bisa diwujudkan dalam tiga hal, yakni konten (produk), konteks (kemasan maupun
16997807_MARKETEERS ED SEPTEMBER 2016_T-046.PDF 1
cara penyajian), dan infrastruktur (hal-hal pendukung, seperti kedai, toko, dan wadahnya). Ambil contoh produk kuliner seperti martabak. Orang tentu kenal martabak. Makanan ini sudah dikenal sejak lama. Namun, belakangan, martabak kembali menjadi happening ketika beberapa pemainnya memberi sentuhan kreatif pada produknya. Martabak tidak lagi dikenal dalam dua jenis saja – martabak telor dan martabak coklatkeju-. Sekarang, martabak bisa dikemas dalam berbagai variasi, baik rasa, topping, warna, kemasan, dan sebagainya. Salah satunya, martabak besutan Gibran Rakabuming Raka, Putra Sulung Presiden Joko Widodo dengan merek Markobar. Kata Markobar sendiri merupakan singkatan dari Martabak Kota Barat. Bisnis martabak ini berangkat dari tahun 1996 dari tangan seorang anak muda bernama Arif Setyobudi, kawan Gibran. Saat itu, Arif menjajakan martabak secara kaki lima di pinggir jalan Kota
8/26/2016 5:30:30 AM
A
I
N S T O
R Y
Entrepreneurial Marketing Recipe 047
Barat, Solo. Arif terinspirasi pada penjaja martabak di daerah Pecenongan, Jakarta, yang berani menjajal rasa martabak dengan coklat premium. “Saya menambah rasa coklat yang lain dengan coklat premium. Sampai sekarang, ada 16 topping coklat di martabak ini. Lalu, kami utak-atik dan kemudian saya menemukan martabak atau terang bulan yang penyajiannya tidak dilipat,” kata Arif. Penemuan ini terbilang sebuah kecelakaan. Sejak awal, sambung Arif, dirinya tidak menyukai pizza. Tetapi, setiap melihat iklan pizza, Airif ingin sekali membelinya. Ia terinspirasi dengan cara penyajian pizza. Lalu, ia mencoba menyuguhkan martabak dengan penyajian seperti pizza tersebut dengan satu topping berbeda di setiap potongnya. Martabak dengan delapan potong dan delapan rasa itu kemudian ia foto dan disebar melalui Twitter. Hasilnya? Banyak orang menginginkannya. Jadilah kemudian martabak delapan rasa yang fenomenal saat ini. “Saat itu, ingin riset rasa mana yang disukai. Ternyata, delapan rasa ini malah banyak peminatnya. Padahal, risetnya sampai sekarang belum selesai,” katanya. Dalam perjalananya, bisnis martabak ini akhirnya menarik hati Gibran untuk turut mengelolanya. Gibran mengaku, mumpung usianya masih muda, ia harus banyak belajar mengelola banyak produk. Dia pun merasa cocok dengan Markobar tersebut dan percaya diri mengembangkan produk ini. Gibran optimistis bisa mengembangkan martabak ini dengan sentuhan kreatif dan inovatif. Kini, Markobar pun berekspansi dengan membangun gerai di Jakarta dan tetap fenomenal alias ramai pengunjung. Padukan Unsur Tradisional dan Modern Kasus serupa adalah jamu. Orang tahu kalau jamu adalah minuman tradisional yang sudah menjadi warisan budaya alias turun temurun. Namun, perkembangan zaman, membuat jamu menjadi kurang populer, khususnya di kalangan anak muda sekarang. Namun, kondisi ini tak menyurutkan langkah Uwi Mathovani dalam membesut bisnis jamu yang dikemas secara modern. Merek yang ia usung pun kental dengan nuansa Jawa tradisional, yakni Suwe Ora Jamu. “Awalnya, saya melihat susahnya orang me nemukan jamu sekarang ini. Biasanya, penjual jamu keliling dari rumah ke rumah atau orang bikin sendiri jamunya. Itu pun sekarang jarang-jarang ada. Bagi kami, ini adalah peluang. Kami lalu ba ngun sebuah kedai jamu dengan suasana se-hommy mungkin dan modern,” ujar Uwi. Dalam kedai tersebut, Uwi menampilkan barangbarang rumahan agar memberi aksen at home bagi para pelanggannya. Tak mudah tentunya mengangkat jamu di tengah persaingan minuman lain seperti kopi dan teh yang sudah menjadi bagian dari gaya hidup orang modern. “Kami memanfaatkan media sosial untuk meng angkat jamu ini. Tapi, bukan produk atau tempat saja yang kami promosikan. Kami juga mengedu-
16997807_MARKETEERS ED SEPTEMBER 2016_T-047.PDF 1
kasi kembali pentingnya minum jamu di era sekarang. Kami berbagi knowledge,” katanya. Uwi boleh dibilang berhasil membangun diferensiasi jamu dalam hal konteks maupun infrastrukturnya sehingga memiliki daya tarik tersendiri. Strategi mirip juga dilakukan oleh Danu Sofwan, pemilik bisnis Radja Cendol. Tangan kreatif Danu membuat cendol besutannya tak lagi menjadi sekadar minuman tradisional pemuas dahaga, tetapi menjadi minuman sehat yang berdaya pikat. Danu memberi sentuhan modern bagi produk lawas tersebut. Apa saja ide kreatifnya? Ia mengganti santan dengan susu, misalnya, dan menambahinya dengan topping coklat, keju, dan aneka rasa lainnya. Kurang dalam setahun, inovasi ini mendorong Radja Cendol berekspansi ke seluruh pelosok nusantara karena makin banyak pelanggannya. Saat ini Radja Cendol sudah memiliki lebih dari 700 gerai dengan sistem waralaba. “Saya melawan arus dengan membuat cendol yang dimodifikasi karena ingin meraup pasar baru. Saya tidak ingin ikut arus pasar minuman yang sedang tren seperti minuman agar-agar dan jeli. Radja Cendol juga saya dedikasikan sebagai gerakan untuk membudidayakan minuman tradisional,” ujar Danu. Berani Ambil Risiko Gibran, Uwi, maupun Danu mengaku kreativitas dan inovasi bukanlah segalanya. Yang menjadi motor pendorong utamanya tak lain adalah keberanian mengambil risiko. Tanpa ini, bisnis sekadar ide di kepala saja. “Dalam menjalankan bisnis, kita jangan terlalu banyak wacana. Tidak sibuk dengan proposal atau business plan. Yang penting, langsung jalankan saja. Tidak takut pada bayang-bayang rugi karena itu hanya membuat kita tak bisa menjalankan bisnis tersebut,” kata Gibran. Hal sama juga diyakini Uwi. Baginya, berjualan jamu di tengah hiruk pikuknya pasar minuman modern saat ini tidaklah kecil tantangannya. Apalagi kesadaran orang-orang modern saat ini makin jauh dari minuman sehat tradisional. Tapi, Uwi dengan kedai jamunya, ingin membalik arah tren tersebut agar orang makin mencintai jamu karena memang menyehatkan. Ini tentunya sebuah edukasi tak gampang dan penuh risiko. Danu mengamini hal yang sama. Baginya, pengusaha harus memiliki jiwa petualang. Keduanya harus berani menyambut tantangan, bermental tangguh, dan percaya diri. “Pengusaha sukses merupakan mereka yang berani mengambil risiko. Takut tidak akan ada di kamusnya. Mereka akan menghadapinya dengan penuh persiapan,” katanya. Nah, pelajaran utama dari ketiga pengalaman pengusaha muda tersebut ada dua. Pertama, kreativitas bisa mengubah sesuatu yang tak mungkin menjadi mungkin, sesuatu yang lawas menjadi baru, sesuatu yang tak menarik menjadi berdaya pikat tinggi. Kedua, semua hanya sia-sia jika masih dalam tataran wacana. Action is power, demikian ringkasnya. Bagaimana dengan Anda?
8/26/2016 5:30:31 AM
A
I
N S T O
R Y
Entrepreneurial Marketing Recipe 048
Brand Management
Ciptakan Karakter Unik Oleh Saviq Bachdar
Tanamera Coffee dan Smith Men Supply menjadi dua merek lokal yang tidak sekadar hadir untuk berbisnis. Sebaliknya mereka berusaha mengelola mereknya agar dapat bersaing di panggung internasional.
our brand is your mark of distinction. Pada dasarnya, brand (atau merek) dibuat untuk membedakan produk atau jasa Anda dari kompetitor. Ketika sebuah merek membangun brand management, hal tersebut dapat meyakinkan pelanggan, pemasok, atau siapa pun bahwa perusahaan Anda melakukan bisnis yang dapat dipercaya. Apa manfaat mengelola merek bagi sebuah brand? Secara sederhana, perusahaan memerlukan pengelolaan merek untuk menjadikan produknya lebih dikenal orang. Di sisi lain, lewat brand management, merek dapat meningkatkan customer value terhadap produk atau jasa yang ditawarkan. Merek akhirnya mampu tampil beda atau stand out dari para pesaing yang mulai banyak jumlahnya. Customer value selama ini didefinisikan sebagai manfaat yang diterima pelanggan saat membeli produk, ketimbang apa yang harus dikeluarkan untuk mendapatkan produk tersebut. Manfaat tersebut dapat berupa manfaat fungsional maupun emosional. Konsep brand management itulah yang menjadi perhatian utama dari Tanamera Coffee, merek ke-
16997807_MARKETEERS ED SEPTEMBER 2016_T-048.PDF 1
dai kopi dalam negeri yang mengusung specialty coffee (kopi spesial) asli Indonesia. Dengan jumlah kedai kopi yang terus bertumbuh di berbagai kota Nusantara, Tanamera memosisikan diri sebagai pemain kopi spesial terbaik di kelasnya, yang membawa standar internasional ke pasar kopi Tanah Air. “Banyak kedai kopi yang mengklaim sebagai specialty coffee, tapi ternyata belum standar internasional. Saya melihat ada gap di pasar Indonesia mengenai kopi yang disajikan dengan para pemi numnya,” ujar Dini Aryani Criddle, pemilik Tanamera Coffee saat ditemui di kedai pertamanya di Thamrin Office Park, Jakarta. Awareness mengenai kopi menjadi “pekerjaan rumah” bagi setiap kedai kopi di Indonesia. Terutama bagi Tanamera Coffee yang mengusung kopi spesial. Logikanya, tidak semua orang tahu perbedaan antara robusta dan arabika. Apalagi kopi spesial. “Kalau ditanya awareness-nya, di awal-awal memang sulit. Konsumen tak peduli mengenai kopi yang mereka minum. Misalnya, masih banyak orang yang minum cappuccino pakai gula,” terang Dini. Ia melanjutkan, lambat-laun orang mulai sadar akan kopi yang baik. “Dan sekali mereka minum good coffee, mereka tidak akan balik lagi men-
8/26/2016 5:30:31 AM
A
I
N S T O
R Y
Entrepreneurial Marketing Recipe 049
coba yang lama,” paparnya lagi. Kopi spesial sederhananya merupakan produk kopi yang ditujukan untuk para spesialis kopi. Semua tahapan dalam menghasilkan kopi tersebut dilakukan dengan kaidah yang sesuai standar, mulai dari pengelolaan kebun, panen, proses paskapanen, roasting hingga penyeduhan. Ada beberapa syarat sebuah kopi disebut sebagai specialty grade. Salah satunya, petani hanya memetik buah kopi yang berwarna merah saja, yang kemudian diproses menjadi green bean. “Banyak petani yang buru-buru memetik buah kopi agar bisa cepat dijual. Kami katakan kepada petani untuk menunggu sebentar, dan kami akan beli dengan harga 20%-30% lebih mahal agar bisa mendapatkan kopi spesial,” terang lulusan Akademi Pariwisata NHI ini. Dini meyakini, merek yang baik berawal dari produk yang baik. Karena bertekad menjadi world class specialty green bean, Tanamera pun menggelontarkan investasi yang sepadan, mulai dari mesin, desain interior, roasting, hingga karyawan yang bekerja di dalamnya. Semua harus memiliki level terbaik. “Kami ingin menjadi brand yang lekat sebagai grade one green bean di Indonesia. Dan kami bertekad mengangkat kopi Indonesia naik kelas ke panggung internasional,” kata Dini yang bersama suaminya Ian Criddle membangun kedai kopi ini pada tahun 2013. Menyajikan kopi spesial hingga tersedia di depan pelanggan memang membutuhkan waktu yang tidak sebentar. Apa yang kita minum saat ini adalah buah hasil produksi satu atau dua tahun sebelumnya. Selain volume produksi yang harus dijaga, kualitas kopi yang dihasilkan petani juga harus konsisten, atau selalu mengalami perbaikan. Dini mengatakan, salah satu tantangan yang ia hadapi adalah memilih bibit kopi terbaik yang akan dikembangkan. Ia mengaku menerima sampel biji kopi hampir setiap hari dari petani yang ingin menjadi mitranya. “Memilih bibit mana yang berpotensi bagus itu sulit. Kalau dilihat ada potensi, baru tim kami pergi ke lokasi perkebunannya. Dan kami mengedukasi petani perlahan-lahan bagaimana memanen biji kopi yang spesial itu,” tuturnya. Sebab, permasalahan yang terjadi di petani bukan faktor kemiskinan semata. Infrastruktur dan fasilitas pun turut menjadi soal. “Bayangkan, jarak dari Labuan Bajo ke perkebunan mitra petani kami di Flores sejauh delapan jam perjalanan darat,” cerita Dini. Dini mengaku, di saat permintaan kopi spesial sedang tinggi-tingginya, banyak petani menaikkan harga. Di satu sisi, Tanamera tidak ingin menekan petani. Di sisi lain, pihaknya juga tak mau membebankan kenaikan harga kepada konsumen. “Harga kami sedari awal tak berubah. Saya ingin bertemu pelanggan saya setiap hari. Ketimbang ia datang sebulan sekali,” kata perempuan Sunda ini. Bagi merek yang tengah mengedukasi pasar, strategi pricing juga menjadi perhatian. Jangan sampai, harga dipersepsikan mahal oleh banyak
16997807_MARKETEERS ED SEPTEMBER 2016_T-049_R1.PDF 1
konsumen. Sehingga, visi Tanamera untuk memperkenalkan kopi spesial Indonesia menjadi terhalangi. “Toh, kembali lagi. Brand yang dikelola dengan baik bisa membuat orang tak lagi memikirkan harga. Kalau dia sudah suka sama kopinya, me reka akan tidak peduli berapa harga yang mereka bayar,” akunya. Kopi dan Musik Untuk memberikan nilai tambah dari produknya, Tanamera memberikan sentuhan pengalaman lewat setiap gerainya. Tidak hanya interior yang Instagramable, melainkan musik di dalam gerai juga harus dikurasi sedemikian rupa. Pasalnya, musik mampu mengubah mood seseorang. Dini menceritakan, pihaknya bekerja sama de ngan komunitas DJ dan musisi lokal untuk membuat playlist (daftar lagu) yang diputar di dalam gerai. Secara detail, ia membagi musik mana yang cocok untuk diputar pada pagi, siang, dan malam hari. “Saya yang memilih playlist-nya. Para musisi lokal yang membantu ngemix lagu itu,” papar Dini. Kecintaan sang pemilik pada musik menjadikan Tanamera mulai masuk ke ranah musik, lewat berbagai kemitraan maupun sponsorship marketing. “Saya suka musik indie. Musik yang tidak mainstream.” Dia menambahkan, Tanamera fokus berkolaborasi dengan musik-musik yang digemari anak muda. “Kenapa anak muda? Sebab, younger generations are willing to share a good product. Saya yakin kami menawarkan produk yang baik,” jawabnya. Karena alasan itulah, Tanamera mulai mensponsori konser musik yang kebanyakan audiensnya adalah anak muda, seperti Tame Impala dan M83. “Dengan musik, semakin mudah bagi kami untuk mengedukasi pasar mengenai kopi spesial Indonesia berstandar internasional,” komentarnya. Saat ini, Tanamera memang baru memiliki lima gerai, dengan rincian empat gerai di Jakarta dan satu di Serpong. Hingga akhir tahun, pihaknya akan membuka setidaknya empat hingga lima gerai lagi, yaitu di Bali, Makassar, beberapa bandara di Indonesia, serta satu gerai di negara ASEAN. Sayangnya, Dini masih menutup rapat-rapat soal rencana ekspansinya itu. Sedangkan, dalam jangka panjang, Tanamera ingin membuat laju bisnisnya berjalan berkesinambungan. Alasannya, pertumbuhan kedai kopi di Indonesia melesat. Namun, pada akhirnya banyak yang berguguran. “Kuncinya adalah pada produk yang bagus. Saya yakin, kedai kopi yang mampu men-deliver produk yang baik ialah yang akan bertahan,” terangnya. Selain produk, model bisnis pun juga harus sehat. Artinya, tidak semua peluang adalah uang. Sebagai pebisnis, Dini harus memilih secara jeli mitra bisnis mana yang dapat mengembangkan jaringan kedai kopi Tanamera secara berkesinambungan. Artinya, tidak semua tawaran kemitraan lantas diiyakan oleh Dini. “Ada sekitar 350 orang yang ingin menjadi mi-
8/26/2016 5:27:04 PM
A
I
N S T O
R Y
Entrepreneurial Marketing Recipe 050
“Ada sekitar 350 orang yang ingin menjadi mitra bisnis kami, atau bisa dibilang ingin membeli waralaba Tanamera. Tapi dari ratusan itu, baru dua mitra yang kami pilih,” kata Dini. Ia menjelaskan, banyak sekali orang berduit yang ingin memiliki kedai kopi, namun kadang mereka tak menghitung risiko investasi yang dikeluarkan serta kapan waktu pengembalian modal terjadi. “Kami menjanjikan kurang dari dua tahun, mitra bisnis kami balik modal. Atau sekitar 15-18 bulan,” jelas Dini. Mengapa ia bisa yakin seperti itu? Sebab, ada beberapa syarat sebelum pihaknya mengetuk palu kerja sama dengan investor. Pertama, lokasi harus mendukung. Sebelumnya, perlu ada feasibility study menyangkut demografi kawasan, rata-rata penghasilan orang yang berlalu lalang di kawasan itu, serta tingkat okupansi gedung (jika berada di dalam gedung perkantoran/mal). Kedua adalah komitmen. Apakah mitra bisnis memiliki passion untuk sama-sama membesarkan gerainya atau tidak. Jangan karena ingin punya kedai kopi, seseorang mengucurkan investasi yang tak sedikit, namun tak menghasilkan profit. Yang pada akhirnya, gerai malah banyak yang tutup. Alhasil, brand pun menjadi buruk di mata konsumen. “Banyak pula rekan saya yang ingin bermitra, namun saya tolak karena tidak sesuai dengan kriteria itu. Lebih baik mereka marah sama saya saat ini, daripada hubungan saya dengan mereka ke depannya menjadi tidak bagus,” selorohnya. Ia melanjutkan, “Saya menyadari bahwa menjadi pebisnis itu jangan serakah. Bisnis yang berorientasi jangka panjang jauh lebih baik. Dan itu butuh proses. Tidak bisa didapat secara instan.” Meski banyak yang menilainya sukses, Dini mengaku masih perlu belajar mengenai dunia kopi itu sendiri. Makum, ia sebelumnya bekerja sebagai tim pemasar di Raffles Hospital Singapura. Di Tanamera, ia lebih memikirkan strategi pemasaran. Sedangkan, rekannya John Lee yang berkebangsaan Korea Selatan adalah ekspertis biji kopi yang membantunya memilih green bean terbaik, sekali gus mengedukasi petani lokal. “Saya penuh dengan ide-ide bisnis begini-begitu. Sedangkan suami saya lebih detail, mengoreksi mana ide yang dapat dieksekusi dan mana yang tidak. Saya beruntung memilikinya,” curhat Dini yang menyukai olahraga skateboard ini. Disejajarkan dengan Merek Internasional Selain kedai kopi Tanamera, manajemen merek juga dilakukan oleh merek minyak rambut (pomade) Smith Men Supply. Merek yang dibuat dari sebuah proyek kampus ini menyelinap masuk ke pasar yang selama ini dikuasai oleh merek-merek impor. Karena disejajarkan dengan merek impor, tentu kualitas yang diberikan tidak main-main. “Saat kami ciptakan produk ini, bisnis barbershop tidak se-booming saat ini. Paling, di Jakarta, barbershop keren hanya ada lima unit. Kami pun hadir di saat yang tepat,” papar President Smith Men Supply Michael Nugroho. Ia mengamati, selama ini, pomade yang ada
16997807_MARKETEERS ED SEPTEMBER 2016_T-050.PDF 1
di barbershop didominasi oleh merek asing, seperti Murry›s. Padahal, karakter rambut orang Indonesia berbeda dengan karakter rambut orang Eropa dan Amerika. Iklim Indonesia yang tropis dan lembab menyebabkan perbedaan itu terjadi. “Kalau pakai merek asing, kadang rambut yang menggunakan water based pomade atau gel level superhard pun akan meleleh oleh teriknya sinar matahari. Nah, produk kami memang diciptakan khusus untuk rambut laki-laki Indonesia, mengikuti iklim yang ada,” ucap Michael Purnama, Head Marketing Smith Men Supply. Untuk bisa bersaing dengan merek-merek asing, Smith memiliki kualitas serta kemasan yang tidak murahan. Sehingga, dari sisi harga, Smith bisa mensubstitusi merek asing, tentunya dengan margin yang lebih tinggi. Sebagai merek lokal, Smith juga lebih fleksibel dalam melakukan agenda pemasaran. Sebab, selama ini, merek asing hanya dibawa oleh distributor, tanpa adanya agenda pemasaran. “Di Indonesia, kami bisa melakukan agenda pemasaran. Kami bebas lakukan sampling dan ikut berbagai event-event. Dari sana, kami bisa berkoneksi dengan konsumen. Kami pun bisa mendapat feedback langsung dari konsumen,” ujar Empe, sapaan Michael Purnama. Empe mengakui bahwa market Indonesia memang belum begitu mengerti perbedaan antara water based pomade, oil based pomade, dan wax. Secara sederhana, oil based pomade adalah memiliki kandungan berbasis minyak, dan kadang mengandung lilin. Dengan demikian, produk ini tidak dapat hilang dengan sekali keramas. “Ini adalah produk pertama kami, karena paling mudah dibuat,” ujar Empe. Sedangkan, water based pomade berbasiskan air yang diekstraksi dengan bahan kimia, sehingga membuat tampilannya lebih shinny atau mengilap. Produk jenis ini lebih mudah dihilangkan untuk sekali keramas. Dan yang terakhir adalah waxes. Beberapa jenis waxes mempunyai sedikit daya kilau tetapi kebanyakan adalah matte finish atau terlihat alami seperti warna doff yang sangat cocok untuk gaya berantakan atau messy. “Semua produk ini pada akhirnya kembali kepada preferensi dan jenis rambut yang dimiliki konsumen. Jenis rambut, apakah keriting, tipis, ikal, atau lurus, menentukan hasil outlook dari penggunaan pomade,” tambah Michael. Saat ini, Smith memproduksi sekitar 3.000 hingga 5.000 piece per varian, yang kini memiliki lima varian. Produksinya pun dilakukan di perusahaan Original Equipment Manufacturer (OEM) alias maklon di Cikarang, Jawa Barat. “Mereka menyanggupi untuk membuat produk yang kami inginkan. Dan salah satu keunggulan kami adalah semua produk pomade kami tidak berbau,” kata Michael lagi. Untuk meningkatkan awareness mereknya, Smith kerap bermitra dengan barbershop di berbagai kota, dengan memberikan mereka sampel gratis. “Rata-rata, laki-laki membeli pomade
8/26/2016 5:30:33 AM
A
I
N S T O
R Y
Entrepreneurial Marketing Recipe 051
di barbershop. Sehingga, kami harus masuk ke barbershop,” tutur Empe. Hal yang tidak mainstream pun dilakukan Smith dengan menjual produknya di kedai kopi. Saat itu, Smith menciptakan pomade edisi terbatas dengan rasa kopi dan cokelat. Ia pun bekerja sama dengan kedai kopi Creamatology untuk menjual produknya tersebut. Dalam melebarkan visibilitas mereknya, Smith memang agak berhati-hati dalam memilih mitra distributor. Ia lebih memilih sistem jual putus ketimbang konsinyasi. Karena selain lebih mudah, mitra memperoleh benefit lebih tinggi dari segi margin. “Kami tidak lepas begitu saja. Tapi, kami bantu pemasaran mereka,” kata Michael. Diakui Michael, distributor resmi yang dimiliki Smith hanya ada delapan, yang tersebar di Jakarta, Surabaya, Padang, Makassar, dan Pontianak. Ia melihat permintaan pomade di luar Pulau Jawa lebih tinggi di banding wilayah lainnya. “Ini disinyalir terjadi karena tren barbershop di Jakarta sudah menurun. Sedangkan di Pontianak atau Padang, barbershop mulai tumbuh. Dan produk kita sudah siap sebelum hype itu muncul," kata Empe. Selain melalui distributor, Smith juga menjual produknya secara online, baik di Bobobobo.com, Tokopedia, hingga sebuah market place asal Si-
020-064 main story.inddED 51 16997807_MARKETEERS SEPTEMBER 2016_T-051.PDF 1
ngapura. “Kami memanfaatkan Instagram ads dan Facebook ads untuk meningkatkan awareness kami di dunia digital,” ucap Michael. Target ke depan, Smith tidak hanya bermain di kategori pomade. Melainkan di men’s grooming yang lebih luas, seperti sampo, sabun, dan face wash yang akan diluncurkan dalam waktu dekat. Empe dan Michael melihat bahwa selama ini tak banyak merek personal care yang mengusung branding laki-laki, khususnya di kategori sabun. Padahal, kebutuhan sabun laki-laki dan perempuan berbeda. "Untuk membedakannya, pertama dari baunya. Kami ciptakan wangi yang sangat laki-laki," kata Michael. Empe menambahkan, bahwa pasar men’s grooming di Indonesia bakal meningkat seiring dengan kesadaran laki-laki untuk tampil stylish. “Riset membuktikan, pencarian mengenai style di internet lebih banyak dilakukan oleh laki-laki ketimbang perempuan. Itu artinya ada market opportunity yang besar di kategori ini," timpal Empe. Terlihat dengan jelas bahwa Tanamera Coffee dan Smith Men’s Supply sangat memperhatikan apa arti brand management. Meskipun mereka belum menjadi pemain raksasa, namun mengelola brand dengan baik terus menjadi perhatian mereka. Sebab, brand-lah yang akan menjadi pembeda produk Anda dengan kompetitor.
8/26/165:30:33 12:09 AM 8/26/2016 AM
16997807_MARKETEERS ED SEPTEMBER 2016_T-052.PDF 1
8/26/2016 5:30:35 AM
A
I
N S T O
R Y
Entrepreneurial Marketing Recipe 053
UKM & Sociopreneur
Menjadi Brand for Good Meski Kecil Oleh Muhammad Perkasa Al Hafiz
Berbuat bagi sesama bisa dilakukan oleh siapa saja, termasuk Usaha Kecil dan Menengah (UKM). Kuncinya adalah pembentukan konsep bisnis sedari awal, serta keseimbangan antara tujuan sosial dan bisnis.
etatnya persaingan di pasar industri melahirkan label pemain besar dan kecil. Meski sudah besar, belum tentu sebuah brand mampu memenangkan persaingan dan memiliki banyak fans. Hermawan Kartajaya, Founder & Chairman MarkPlus, Inc. menyebutkan bahwa brand kecil pun bisa menjadi brand yang banyak fans dan menjadi Brand for Good. Brand for Good sendiri didefinisikan sebagai merek yang bukan sekadar memerhatikan profit, tapi juga peduli pada masyarakat (people) dan lingkungannya (planet).
16997807_MARKETEERS ED SEPTEMBER 2016_T-053.PDF 1
8/26/2016 5:30:35 AM
A
I
N S T O
R Y
Entrepreneurial Marketing Recipe 054
Artinya, apa pun label yang Anda miliki –besar atau kecil-, peluang meraih fans sebanyak mungkin di tengah pasar yang penuh dengan persaingan adalah sama. Istilah pegiat bisnis yang membawa misi sosial sebagai landasan awal mereka berbisnis atau biasa disebut sociopreneur pun muncul. Jangan dipikir para pegiat bisnis sosial ini adalah milik perusahaan atau anak perusahaan besar. Justru, karakter sociopreneur bisa dimiliki oleh Usaha Mikor, Kecil dan Menengah atau UKM. Kuncinya adalah mengatur segala sesuatunya dari awal. Se perti yang dilakukan oleh TORAJAMELO, STARTIC, Du’Anyam, dan Bilvie Food. Para UKM dan startup digital ini memiliki latar belakang, visi, dan misi yang berbeda, namun dengan satu pemahaman yang sama. Yakni memberikan dampak positif bagi masyarakat di sekitar mereka. “Setelah berhenti dari karier saya di dunia perbankan, saya pun aktif di sejumlah organisasi nirlaba yang berhubungan dengan dunia perempuan. Pada tahun 2010, saya mendirikan TORAJAMELO karena melihat permasalahan perempuan di Toraja yang merupakan kampung halaman suami,” jelas Dinny Jusuf, Founder TORAJAMELO. Melalui pemberdayaan ini, TORAJAMELO menghadirkan kebaya, sepatu, baju, tas, dan berbagai macam aksesoris dari bahan kain tenun Toraja yang dihasilkan oleh para perempuan di Toraja. Sosok lain yang juga melihat permasalahan perempuan adalah Du’Anyam. Azalea Ayu ningtyas, Founder & CEO of Du’Anyam Social Enterprise melihat, permasalahan ibu dan anak yang banyak melanda masyarakat di beberapa daerah terpencil di Indonesia, khususnya di daerah timur, seperti Flores. Beragam permasalahan ibu dan anak di Flores ternyata berawal dari permasalahan sosial dan ekonomi. Ibu-ibu hamil, menyusui serta yang memiliki balita tidak punya pekerjaan lain di luar berladang. Sehingga, mereka harus bekerja keras di ladang meski sedang hamil dan menyusui. “Permasalahan terbesar lainnya adalah mereka tidak memiliki uang tunai sepanjang tahun. Ketika musim panas dan mereka mengalami gagal panen, mereka benar-benar tidak memiliki pemasukan lain. Jadi sulit untuk membeli makanan bergizi, tabungan untuk kehamilan,” jelas Azalea. Dari situ, Azalea dan keempat pendiri bisnis sosial ini melihat bahwa masalah ini bisa mereka atasi dengan adanya sumber pendapatan alternatif untuk ibu-ibu tersebut. Azalea pun mengajak para perempuan itu untuk bergabung dengan Du’Anyam Social Enterprise untuk membuat anyaman berupa sendal, keranjang, tas dan lainnya. Selanjutnya, Azalea menawarkan seluruh produk itu secara business to business (B2B) ke hotel hingga perusahaan. Lain halnya dengan permasalahan yang dilihat oleh Bilvie Food. Pernah menjadi seorang Tenaga Kerja Indonesia (TKI), Midah Dahmalia tidak i ngin teman-temannya sesama TKI untuk kembali bekerja di luar sana. Menurutnya, para TKI, khususnya yang bekerja sebagai pembantu rumah tangga tidak melulu mendapatkan majikan yang baik hati. Kebanyakan dari mereka tidak beruntung dan diperlakukan dengan kasar, bahkan tidak
16997807_MARKETEERS ED SEPTEMBER 2016_T-054_R1.PDF 1
sedikit yang kembali ke Tanah Air dengan hanya membawa nama. Dengan memanfaatkan sumber daya alam yang melimpah di Serang, Banten tempatnya tinggal, Midah merintis usaha Sate Bandeng dari nol. Dimulai dari tahun 2002, kini Sate Bandeng Midah yang diberi label Bilvie Food telah mendiversifikasi bisnisnya ke beragam makanan olahan bandeng, seperti abon. Hingga saat ini, omzet Bilvie Food sudah mencapai miliaran rupiah setiap tahunnya. Hingga kini, Midah telah memiliki delapan rumah produksi dengan total karyawan 100 orang. Sementara, STARTIC memiliki misi untuk mengembangkan para masyarakat marginal yang mayoritas adalah ibu-ibu berpenghasilan menengah bawah, yaitu dengan penghasilan Rp 300.000-Rp 400.000 per bulan di daerah Surabaya. “Kami juga mendukung masyarakat yang terkena penggusuran eks lokalisasi Dolly,” jelas Vania Santoso, CoFounder STARTIC. Meski memiliki latar belakang sosial, bukan berarti para pemain UKM itu tidak memikirkan bisnisnya. Sebaliknya, para pengusaha wajib membangun produk yang berkualitas berdasarkan riset pasar sehingga dapat diterima baik oleh konsumen. “Selama setahun, sebelum produk dari Du’Anyam dijual pertama kali, kami melakukan pelatihan para pengrajin di Flores Timur, menciptakan standar kualitas, riset pasar, dan segala macam persiapan hingga bisnis ini benar-benar siap dijalankan. Bagi kami, nilai sosial hanyalah nilai tambah dari bisnis ini,” tegas Azalea. Begitu juga dengan TORAJAMELO. Lantaran bentuknya sangat sederhana, Dinny melakukan beragam inovasi dan menguji kelayakan produknya yang memakan waktu tidak sebentar. “Karena telah lama mengamati isu-isu para perempuan di Indonesia, saya melihat adanya gap antara para pengrajin seperti pembatik, penenun, dan sebagainya dengan selera pasar. Akhirnya saya membuat warna, desain, dan kualitas untuk mengisi gap tersebut. Kami pun berprinsip community, quality, dan compassion,” Ujar Dinny. Bahkan sang adik, Nina Jusuf yang memiliki latar belakang fesyen desainer turun tangan dalam mengembangkan produk TORAJAMELO. Hasilnya, mereka telah memiliki anggota 20.000 orang di 20 provinsi. Selanjutnya TORAJAMELO memiliki dua cabang usaha, yakni komunitas untuk mengembangkan kapasitas dari para penenun agar mereka tahu leadership, mengurus keuangan, mendirikan koperasi, dan membuat produk tenun berkualitas. Dan cabang satunya lagi adalah soal bisnis. Para pelaku bisnis ini pun mengaku bahwa menyelaraskan misi sosial dan bisnis memang menantang. Bisnis dan misi sosial sepintas memang bertolak belakang. Namun, sebenarnya keduanya saling beririsan. “Prinsip yang kami fokuskan adalah merancang model bisnis dan strategi agar kami tidak terlalu menjadi orang yang sosialis hingga lupa sisi bisnis, tetapi juga tidak menjadi orang yang terlalu profit oriented tanpa peduli lingkungan,” tutup Vania.
8/26/2016 5:27:05 PM
Congratulations to the EY Entrepreneurial Winning WomenTM 2016 finalists! We are proud to announce eight Indonesian exceptional women entrepreneurs who with their vision, potential and determination to accelerate business growth have been chosen as finalists of EY Entrepreneurial Winning Women 2016.
EY Entrepreneurial Winning Women 2016 finalists Anita Feng, PT Royal Anugerah Famelindo Christine Halim, PT Langgeng Jaya Plastindo Elidawati, eLcorps Mirawati Basri, PT Asiatech Integrasi Reni Sitawati Siregar, PT Nusantara Card Semesta Swan Kumarga, PT Dapur Solo Sukses Sejati Wilda Yanti, PT Xaviera Global Synergy Wiwi Wiharti, Chicken Day Fastfood For further information about this program, please contact EWW Committee at +62 21 5289 5050 or EWW.Indonesia@id.ey.com, or visit ey.com/id/eww.
In collaboration with
Supporting partners
Supporting media partners
© 2016 PT Ernst & Young Indonesia. All Rights Reserved.
16997807_MARKETEERS ED SEPTEMBER 2016_T-055.PDF 1
8/26/2016 5:30:37 AM
A
I
N S T O
R Y
Entrepreneurial Marketing Recipe 056
Startup Digital untuk UKM
Karpet Merah Bagi Pemain UKM Oleh Jaka Perdana
Biaya yang mahal menjadi alasan pemain UKM malas berurusan dengan dunia teknologi. Namun, kehadiran para startup digital dengan berbagai produknya bisa menjadi celah bagi UKM untuk mulai menjajal teknologi. Tujuannya tak lain untuk memperluas penetrasi pasar dan menghemat biaya investasi.
16997807_MARKETEERS ED SEPTEMBER 2016_T-056.PDF 1
ebagai penopang ekonomi di Indonesia, sudah seharusnya Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UKM) menjadi primadona dan mendapatkan berbagai akses VIP. Sayang sekali, dengan segudang alasan yang ada, para UKM di Indonesia masih sangat tradisional. Maksud tradisional di sini adalah mereka berbisnis tanpa diimbangi dengan kemajuan zaman era modern, yaitu teknologi. Padahal seiring perkembangan zaman, saat ini banyak fasilitas dan aplikasi berbasis teknologi yang bermunculan. Jaringan internet dan perangkat juga tak lagi menjadi barang mewah dan semakin terjangkau harganya. Sudah seharusnya UKM berparas tradisional bisa semakin memberdayakan teknologi, terutama de ngan hadirnya banyak platform yang secara bisnis sangat mengandalkan peran serta UKM. “Mengapa teknologi itu penting? Sebab UKM yang memanfaatkan digital punya kemampuan untuk mengkreasi lapangan pekerjaan sampai 17 kali. Bayangkan itu, selain tentu saja pertumbuhan ekonomi sampai 7%,” ujar pengusaha Sandiaga Uno. Dari sekian banyak pemain startup yang bermunculan, salah satu produk yang bisa membantu pemain UKM adalah marketplace, sebuah tempat di mana para UKM berkumpul untuk menjajakan produknya sekaligus memasarkan brand lewat dunia digital. Hal inilah yang ditawarkan Seekmi. Jika seseorang memiliki keahlian mulai dari membetulkan AC, usaha laundry, desain interior, sampai punya usaha service berbagai peralatan elektronik, Seekmi menawarkan potensi untuk berkembang. Didirikan setahun lalu oleh Nayoko Wicaksono, ide untuk melahirkan Seekmi berawal dari kesulitannya untuk mendapatkan tukang reparasi AC. Terinspirasi dari aplikasi GO-JEK yang tinggal klik ketika ingin memesan ojek, Nayoko mendesain Seekmi dengan cara hampir mirip namun berupa marketplace. Bedanya GO-JEK adalah aplikasi berkonsep on-demand alias dipesan langsung datang saat itu juga, sedangkan Seekmi adalah marketplace di mana para UKM dengan spesifikasi tertentu berkumpul memasarkan jasanya. Jadi konsumen yang bermasalah dengan AC mi salnya, masuk ke Seekmi lalu tinggal mencari penjual jasa yang sesuai dengan kebutuhannya. Setelah memilih, maka para penjual jasa ini akan menghubungi calon konsumen. Tidak perlu saat itu juga karena setelah saling berkomunikasi, baik penjual jasa dan konsumen bisa membuat kesepakatan untuk bertemu memperbaiki di hari yang diinginkan. Dengan bergabung bersama Seekmi, para UKM memiliki kesempatan untuk meraup lebih banyak konsumen. Mereka juga tidak perlu membuat platform tersendiri yang memakan waktu dan biaya. “Kami mau kedepankan kualitas selain memberikan channel marketing buat UKM. Caranya adalah dengan mengadakan pelatihan bagaimana menyajikan sebuah layanan yang baik. Jaringan bertambah, kualitas pun meningkat,” promo Nayoko. Seekmi tidak melihat apakah para penyedia la
8/26/2016 5:30:38 AM
A
I
N S T O
R Y
Entrepreneurial Marketing Recipe 057
yanan jasa ini merupakan freelancer atau berada dalam naungan sebuah usaha kecil dengan sejumlah karyawan. Semua pemain terbuka untuk bergabung. Saat ini Seekmi sudah menyediakan sekitar 500 jenis layanan dalam aplikasinya. Bahkan, layanan penulis dan arsitek pun tersedia di Seekmi. Namun, tentu ada skema bisnis yang harus dijalani pemain UKM ketika bergabung pada sebuah marketplace. Umumnya, marketplace tidak me ngenakan biaya khusus terkait pendaftaran. Namun, penyedia jasa akan terkena charge ketika terjadi sebuah kesepakatan dengan konsumen. “Untuk usaha penyedia jasa kecil seperti reparasi, kami charge mulai Rp10.000. Akan ada perhitungan berbeda jika nilai layanannya besar, seperti arsitek dan desain interior. Sebab, nilai jasanya bisa jutaan,” sambung Nayoko. Co-Creation Jika Seekmi melihat marketplace dari sisi UKM perseorangan maupun bertenaga kerja, beda halnya dengan Uteesme. Sejatinya Uteesme adalah platform e-commerce untuk menjual pakaian berupa t-shirt. Tentunya tiap t-shirt akan membutuhkan desain sebagai nilai tambah. Nah, marketplace ini disediakan bagi para desainer kreatif yang ingin menyumbangkan karyanya lewat sebuah desain untuk t-shirt. Jika Anda memiliki desain t-shirt, maka Anda bisa mencantumkan karyanya di situs Uteesme. Andai ternyata ada konsumen yang menyukai desain tersebut lalu membelinya dalam bentuk t-shirt, si pembuat karya akan mendapatkan komisi dari Uteesme. “Kami tidak pungut apa-apa jika ada desainer mau memajang karyanya di sini. Ketika desain mereka terjual, ada bagian untuk desainer sebesar US$ 1,11 alias sekitar Rp 14.000 per buah. Rata-rata semua t-shirt Rp144.000 per buah,” ujar founder dan CEO Uteesme Amrit Gurbani. Usaha yang dimulai sejak akhir tahun 2014 ini sedari awal membawa konsep co-creation. Ketika pertama kali muncul dengan situs sangat sederhana, Amrit bekerja sama dengan desainer-desainer muda untuk memulai proyek Uteesme ini yang kemudian dibawa jalan-jalan dari satu event ke event lain. Sehingga, awareness Uteesme semakin terlihat. De ngan penampilan situs yang semakin ciamik, kini desainer luar negeri pun mulai bermunculan untuk menawarkan karyanya di Uteesme. Amrit menjanjikan t-shirt yang dijual di Uteesme memiliki kualitas baik, mulai dari segi bahan maupun cetakan. Ia tidak lagi menggunakan sablon konvensional, tetapi sudah beralih ke sistem printer. Sehingga, kualitas produk Uteesme berani diadu dengan t-shirt dari brand yang telah punya nama. Di tengah usianya yang menginjak dua tahun, Amrit dan tim bisa menjual sekitar 2.000 t-shirt per bulan. Bahkan ia memprediksi sampai akhir tahun bisa menjual 5.000 buah t-shirt per bulannya. “Kalau bicara user yang sudah register mencapai lebih dari 5.000 orang. Dari jumlah itu, ada sekitar 1.000 user berstatus desainer,” sambung pria keturunan India ini. Tidak hanya bidang jasa, sektor kuliner pun kini
16997807_MARKETEERS ED SEPTEMBER 2016_T-057.PDF 1
punya platform tersendiri. Salah satu platform yang terbilang masif adalah layanan pesan antar GOFOOD dari GO-JEK. Dengan memesan lewat armada roda dua GO-JEK yang sudah mencapai lebih dari 200.000 unit di seluruh Indonesia, konsumen tinggal menunggu pesanan diantarkan ke tempat tujuan. Semuanya dilakukan lewat jentikan tangan di layar smartphone. Bahkan GO-FOOD saat ini mengklaim bahwa jaringan restoran yang sudah bekerja sama dengan mereka lebih dari 35.000 restoran. “Kami berbeda dengan kompetitor yang lebih memilih menunggu partnership baru memulai. Untuk tumbuh secepat mungkin, kami tetap berjalan sambil mencari partnership. Jadi, kalau mau cari makanan apapun di GO-FOOD, pasti ada walaupun mereka belum tentu partner kami,” kata Jesayas Ferdinandus, GOFOOD Project Lead. Tidak melulu restoran dengan status menengah sampai menengah atas, Jesayas menyatakan bahwa GO-FOOD bekerja sama dengan kuliner apapun, baik itu restoran bintang lima sampai pengusaha UKM rasa kaki lima. Tentu saja ini membuka kesempatan bagi para pengusaha kecil untuk memasarkan produk makanan dan minuman mereka di platform GO-JEK yang tampaknya sudah menjadi aplikasi wajib masyarakat urban Indonesia. Baik Seekmi, Uteesme, dan GO-JEK sejatinya adalah sebuah platform untuk menambah jaringan pemasaran para UKM. Namun, jika Anda ingin membuat platform sendiri, kini hadir pula startup teknologi yang bisa membantu. Misalnya Jarvis Store yang menawarkan pembuatan situs e-commerce bagi UKM. “UKM dengan mudah bisa membuat website karena kami telah menyediakan teknologinya,” ujar CEO Jarvis Store Frianto Moerdowo. Menurutnya, berdasarkan data dari Telkom Indonesia, dari 55 juta UKM di Indonesia, 10 juta sudah siap untuk go digital. Dan sejak berdiri 2,5 tahun lalu, sudah ada sekitar 25.000 UKM yang memakai jasa pembuatan website karya Frianto dan kawankawan. Pertumbuhannya terhitung masif karena satu tahunnya sudah naik hingga 600%. Mayoritas sebanyak 60% pengguna jasa Jarvis Store berasal dari industri fesyen. Sisanya datang dari sektor elek tronik dan kuliner. Dengan biaya Rp 99.000 per bulan, pemain UKM bisa berkreasi membuat situs untuk memajang produk-produknya melalui Jarvis Store. Dengan semakin meningkatnya penggunaan perangkat mobile, Frianto pun akan membuat platformnya semakin mudah dioperasikan via mobile. Tujuan lainnya adalah untuk mengakomodasi pengguna internet berkecepatan rendah. “Salah satu pengguna jasa Jarvis Store mengaku omzetnya sekarang meningkat 1.500% setelah go digital,” kata Frianto. Seekmi, Uteesme, GO-FOOD, dan Jarvis Store adalah empat dari sekian banyak platform yang bisnisnya tergantung dengan keberadaan UKM. Sa yang rasanya jika para UKM tidak memanfaatkan teknologi digital dengan berbagai potensi besarnya. Nah, sebagai pemain UKM, apakah Anda masih alergi dengan teknologi?
8/26/2016 5:30:39 AM
A
I
N S T O
R Y
Entrepreneurial Marketing Recipe 058
Fintech Startup
Solusi Jika Malas Berurusan Dengan Bank Oleh Ign. Eko Adiwaluyo, Jaka Perdana, Septi Wijayani
Dunia startup teknologi berkembang begitu cepat. Keberadaan startup pun langsung dilirik para investor, dibanding UKM yang sudah jauh lebih lama ada. Tapi, sebagai sama-sama perusahaan rintisan, tech startup tak mau meninggalkan UKM.
engembangan usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UKM) serta ekonomi kreatif menjadi dua sektor yang menjadi perhatian besar pemerintah saat ini. Jika kita bicara UKM, sektor ini memang sudah teruji keandalannya dalam menghadap beragam krisis. Selain itu, UKM juga mampu menyediakan lapangan pekerjaan bagi banyak orang di negara ini. Fokus pemerintah pada ekonomi kreatif pun semakin tajam sejak berdirinya Badan Ekonomi Kreatif. Pemerintah memandang sektor ini bisa menjadi salah satu yang bisa diandalkan dalam menggerakkan perekonomian. Cakupan dari ekonomi kreatif
16997807_MARKETEERS ED SEPTEMBER 2016_T-058_R1.PDF 1
sangat luas, seperti bidang periklanan, perfilman, seni pertunjukan, hingga teknologi informasi dan komunikasi (TIK). Di bidang TIK ini, beberapa tahun belakang ini tumbuh santer apa yang disebut startup company di bidang teknologi atau technology startup company, untuk menyingkat kita sebut saja startup. Pada dasarnya, UKM pun adalah startup atau perusahaan rintisan. Hanya saja penggerak utamanya bukan teknologi. Bagi UKM, teknologi diposisikan sebagai supporting untuk mengembangkaan bisnis. Meski sama-sama perusahaan rintisan, technology startup seolah lebih beruntung dibanding UKM dalam hal pendanaan. Bagaimana tidak, di dunia technology startup ini ada ratusan juta hingga miliaran dana yang siap digelontorkan. Tentu saja dengan catatan, technology startup itu memiliki kriteria-kriteria yang ditetapkan para investor yang punya preferensi berbeda-beda soal technology startup. Sedangkan di dunia UKM, pendanaan masih menjadi isu sentral hingga saat ini. Kebanyakan UKM mengandalkan modal sendiri yang tentunya tidak besar. Jalan lainnya melalui pola bapak-anak asuh yang biasa dijalankan korporasi-korporasi besar. Dan, tentu saja meminjam ke bank yang sekarang ini semakin terbuka pada UKM dan dengan bunga Kredit Usaha Rakyat yang rendah, yaitu 9% per tahun. Nah, di era teknologi yang melahirkan startup technology, ada pula yang bergerak di bidang keuangan atau disebut financial technology startup (fintech startup). Bahkan, ada fintech startup bisa memberi bantuan ke para UKM terkait pendanaan dan pengelolaannya. Jadi, sekarang ini ada satu pintu baru yang terbuka bagi UKM yang ingin mendapatkan permodalan. Tentunya, ada syarat dan ketentuan juga tetap berlaku. Model ini biasa disebut sebagai peer to peer lending. Sebuah skema pinjaman modal tanpa melalui lembaga atau institusi keuangan sebagai perantara. Koinworks adalah salah satu startup yang menjalankan model ini. Secara spesifik, Koinworks siap memberikan pinjaman dana ke UKM yang go online. “Kami adalah marketplace yang mempertemukan investor selaku pemilik modal dan pengusaha UKM online. Mirip marketplace yang mempertemukan penjual dan pembeli. Jadi kalau ada pengusaha UKM ingin menambah modal mereka, masuk ke platform kami dan di sana akan banyak investor potensial yang juga mencari usaha tepat untuk mengembangkan modal mereka,” ujar Benedicto Haryono, Co-Founder Koinworks. Benedicto memberikan alasan menyapa ia menyasar UKM yang go online. Menurutnya, potensi pasarnya besar dan sangat berkembang. Hal ini terlihat dari jumlah UKM yang sudah punya lapak di platform marketplace, seperti Bukalapak dan Tokopedia. Jadi kalau mau disimpulkan, Koinworks ini sebenarnya mirip dengan Kickstarter, penyedia untuk crowdsourcing untuk berbagai usaha, bisnis, atau startup. Hanya menurut Benedicto, Kickstarter lebih bersifat donasi. Sementara Koinworks
8/26/2016 5:27:06 PM
A
I
N S T O
R Y
Entrepreneurial Marketing Recipe 059
menawarkan untuk pengembalian modal yang telah ditanam bersamaan dengan profit. Si pemberi modal menyuntikan dana seperti pinjaman, lalu UKM bertanggungjawab untuk mengembalikannya dengan profit. Tentu untuk menjadi bagian dari UKM di Koinworks tidak asal sembarang posting usaha. Harus ada assessment yang diisi sesuai standar halnya peminjaman modal pada umumnya, namun di sini secara online. Syarat lain, UKM bisa tayang di Koinworks bukan yang belum jadi atau bahkan baru tahap ide. Tapi, setidaknya sudah berdiri beberapa tahun dan menghasilkan profit. “Nanti dari assessment itu akan dinilai seberapa potensial usaha si UKM dengan sistem ranking,” tambahnya. Lalu, dari mana Koinworks mengambil profit? Benedicto menjelaskan bahwa Koinworks mengambil 1% dari pengembalian UKM ke investor. Misal investor menanamkan modal Rp 1 juta ke UKM. Ketika dikembalikan ke investor ternyata nilainya sudah menjadi Rp 1.500.000. “Nah, kami kenakan charge 1% dari situ,” sambung Benedicto. Untuk membangun awareness di mata UKM, Koinworks melakukan partnership dengan Lazada. Benedicto melihat kerja sama dengan Lazada ini strategis karena platform e-commerce yang baru saja dibeli sahamnya oleh Alibaba tersebut membuka mata terhadap usaha UKM. Masih sama dengan Koinworks, startup bernama Modalku juga memberikan pembiayaan dengan model peer to peer lending. Untuk penyediaan modal, Modalku telah bermitra dengan PT Bank Sinarmas Tbk. Kemitraan antara Bank Sinarmas dan Modalku bermula dari perhatian kedua pihak terhadap segmen “Missing Middle” di Indonesia. Missing Middle istilah untuk menyebut UKM layak, namun belum layak kredit. Cirinya, adalah usaha dengan pendapatan antara Rp 10 juta sampai dengan Rp 100 juta yang memiliki potensi dan kapasitas untuk tumbuh. Hanya saja, UKM ini terhambat oleh kurangnya akses terhadap pembiayaan. Keterbatasan memperoleh kredit bagi segmen usaha ini diperkirakan berdampak pada hilangnya potensi Produk Domestik Bruto (PDB) sebesar US$ 130 miliar atau sekitar Rp 1.703 triliun. Dengan hadirnya aplikasi peer to peer lending seperti Modalku, diharapkan UKM memiliki akses pembiayaan yang lebih luas, sehingga dunia keuangan di Indonesia pun semakin inklusif. Melalui kemitraan ini, Bank Sinarmas dapat memberi pembiayaan kepada wirausahawan UKM melalui platform Modalku. Selain memberikan kredit, Bank Sinarmas juga akan menjadi escrow agent yang mengelola rekening penampungan selama proses pemberian pinjaman berlangsung. Para pemberi pinjaman melalui aplikasi Modalku dapat membuka virtual account. “Bank Sinarmas telah berkomitmen untuk mendukung pembiayaan UKM. Kerja sama dengan Modalku merupakan bagian dari visi kami untuk menjadi salah satu bank terkemuka dalam keuangan digital,” kata Direktur Utama Bank Sinarmas, Freenyan Liwang. Dengan menggandeng Modalku, Bank Sinarmas
16997807_MARKETEERS ED SEPTEMBER 2016_T-059.PDF 1
memproyeksikan untuk menjangkau lebih banyak nasabah, termasuk nasabah yang berada di desadesa kecil di seluruh Indonesia. Selain itu, pembiayaan melalui Modalku akan mendidik para nasabah untuk lebih mengenal aplikasi online. Manajemen Keuangan Selain masalah permodalan, banyak UKM yang masih hijau dalam urusan mengelola keuangan. Tata kelola yang belum benar ini seringkali menjadi salah satu sebab kegagalan UKM memperoleh suntikan modal. Nah, salah satu fintech startup yang bisa membantu para UKM adalah P2G – Payroll to Go. “Kami melihat para UKM ini masih kesulitan dalam mengelola keuangannya, salah satunya dalam sistem penggajian yang masih manual. Di sisi lain, sekarang ini pemerintah sudah menekankan agar pajak harus diurus dengan benar. Mau tidak mau, UKM pun harus transparan dalam pajak, di sisi lain mereka beli mampu membeli payroll software atau menyewa konsultan pajak,” kata Vici Ristia, Founcer & CEO P2G – Payroll to Go. P2G adalah sebuah platform website yang bisa digunakan oleh para pemilik UKM atau juga startup untuk mengelola penggajian, tunjangan, pajak, dan lainnya untuk para pekerjanya. Para UKM cukup melakukan pendaftaran di website P2G dan akan mendapatkan akun dan space khusus. Setelah punya akun di P2G, tentunya para pemilik UKM atau founder startup bisa menghitung gaji dan lainnya di mana saja. Sekarang ini, sudah ada sekitar 300 usaha kecil dan menengah yang menggunakan P2G. Rata-rata para UKM ini memiliki karyawan antara 10-300 orang dengan jenis usaha yang beraneka ragam, mulai dari pembuat kompor hingga usaha cuci mobil. Menurut Vici, pasar UKM ini sangat besar. Hanya saja, tawaran seperti P2G ini belum banyak yang tahu. Inilah yang menjadi tantangan bagi P2G dan pemain sejenisnya. “Pasarnya besar, sedangkan pemainnya belum banyak, apalagi yang sudah bisa menyediakan platform website,” tambah Vici. P2G sendiri saat ini masih merupakan bootstrap startup alias membiayai diri sendiri. Untuk monetisasi-nya, P2G menerapkan sewa antara Rp 100.000 hingga Rp 300.000 per bulan, tergantung jumlah karyawan UKM itu. “Soal pendanaan, kami tidak memaksa diri untuk mencari funding, punya network luas juga penting bagi kami. Tapi, sangat membuka bila ada investor yang bersedia gabung,” kata Vici. P2G sudah beberapa kali diundang ke acara-acara startup international, seperti Bootstrap Alley Tech in Asia Singapore 2016. Adanya startup yang menjalankan peer to peer lending, tentunya membuat semakin banyak UKM yang bisa mendapatkan modal. Model peer to peer lending ini bisa menjadi ancaman bagi perbankan yang tengah mengucurkan pinjaman ke UKM. Apalagi, cost of fund dari fintech startup ini jauh lebih kecil dari lembaga perbankan. Artinya, jika Anda termasuk salah satu pemain UKM yang alergi dengan dunia perbankan, fintech startup ini mungkin bisa menjadi jawaban bagi Anda.
8/26/2016 5:30:41 AM
A
I
N S T O
R Y
Entrepreneurial Marketing Recipe 060
Sociotechpreneur untuk UKM
Berdayakan UKM, Tak Lupakan Misi Sosial Oleh Septi Wijayani
Bukan hal mudah mengembangkan UKM di sektor pertanian maupun akuakultur. Banyak aspek yang perlu diperhatikan dan akan sangat berat bila hanya dikerjakan satu pihak. Namun dengan visi dan misi yang diusung beberapa sociotechpreneur, pelaku UKM setidaknya bisa bernafas lega. Dengan teknologi yang mereka tawarkan, UKM pun siap menyambut perubahan yang nyata.
ociotechpreneur semakin menunjukkan taringnya. Selain mengejar profit, beberapa nama startup se ngaja menceburkan diri membantu Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UKM) yang biasanya luput dari perhatian. Sebut saja iGrow, eFishery, dan Kecipir. Mereka merupa kan contoh startup yang mendorong para UKM yang bergerak di bidang pertanian dan perikanan untuk berkembang. iGrow merupakan perusahaan rintisan yang didirikan 2014 lalu. Startup ini merupakan resources integrator yang mana mengintegrasikan sumber daya yang terpisah-pisah dalam dunia pertanian agar terhubung. Sehingga, pemain bisa menciptakan sebuah perubahan masif dalam sektor pertanian. “Indonesia memiliki puluhan juta petani yang berada di bawah garis kemiskinan. Mereka tidak mampu terhubung dengan market, capital, dan skill. Mereka juga tidak bisa mengejar ketertinggalan teknologi pertanian di dunia saat ini. Untuk itu, kami hadir dengan menghubungkan sumber daya tersebut,” kata Andreas Senjaya, CEO iGrow. Andreas memandang modal menjadi momok bagi dunia pertanian selama ini. Menurut catatannya, perbankan di Indonesia hanya mengalokasikan 3% dari bujet modal untuk diinvestasikan di dunia pertanian. Itu pun hanya diberikan kepada perusahaan-perusahaan besar, seperti perusahaan sawit, perusahaan tebu, jagung, bukan ke petanipetani yang berada di daerah. Akibatnya, pelaku UKM di bidang pertanian dari berbagai daerah mengalami kesulitan untuk berkembang karena tersendat biaya. “Melalui iGrow, kami memberdayakan petanipetani lokal. Saat ini, sudah ada 2.200 petani yang tergabung,” tambah Andreas. Andreas menambahkan, tahun ini iGrow ingin
16997807_MARKETEERS ED SEPTEMBER 2016_T-060.PDF 1
8/26/2016 5:30:41 AM
A
I
N S T O
R Y
Entrepreneurial Marketing Recipe 061
mengoptimalkan bisnisnya di dalam negeri dan mencoba mencari market di luar negeri, terutama untuk menjaring pembeli produk mereka. Selain membuka kesempatan untuk petani berdaya, iGrow pun membuka kesempatan bagi masyarakat yang memiliki lahan untuk bergabung. Tim iGrow nanti akan meninjaunya. Jika sesuai dengan kebutuhan, iGrow akan bekerja sama de ngan pemilik lahan. “Sudah banyak orang yang mulai menawarkan lahannya. Tapi, kami harus berhati-hati mengiyakan karena kami harus mencari pembeli dan petaninya dulu,” tambah Andreas. Tak hanya di bidang pertanian, beberapa startup memang fokus untuk memberikan solusi pada sektor-sektor yang menyangkut hajat orang banyak. Misal eFishery yang berkomitmen memajukan akuakultur. eFishery menawarkan teknologi pakan otomatis untuk segala jenis ikan dan udang. Melalui teknologi ini, pembudidaya tahu kapan ikan lapar dan ikan kenyang. Tentu, alat ini akan berguna bagi para UKM yang membuka usaha budi daya ikan. eFishery menyadari biaya pakan menghabiskan 70% dari pengeluaran operasional. Tak heran, pendapatan mereka selama ini tergerus hanya karena pakan. “Kami mencoba mengatasi permasalahan paling inti dari akuakultur, yaitu efisiensi. Kami berangkat dari titik itu sampai mereka bisa menjaga produktivitas budi dayanya dan mereka bisa mengontrol bisnis mereka dengan sistem yang kami buat. De ngan begitu, risiko makin terukur, investasi akan masuk ke dunia perikanan,” kata Co-Founder& CFO eFishery Muhammad Ihsan Akhirulsyah. Berawal dari gagasan tahun 2012, eFishery kini semakin unjuk gigi sebagai startup yang layak diperhitungkan. Sedari awal, eFishery bertekad membangun manajemen yang profesional. eFishery menyadari sektor akuakultur yang vital ini sangat potensial bila digarap dengan serius. Sebab itu, dalam setiap eksekusi yang dilakukan, eFishery menerapkan standar yang tinggi. Tata kelolanya pun harus benar. “Mulai dari laporan keuangan yang disusun sesuai standar akuntansi, badan usaha yang tepat, perjanjian-perjanjian harus layak, hingga riset ditonjolkan dengan pendekatan akademik yang kuat. Intinya, demi mewujudkan visi dan misi, kami harus mengelola dengan profesional,” kata Ihsan. Tahun ini, eFishery berencana memasarkan alat sebanyak 2.516 unit ke pasar. Dalam memasarkannya, eFishery melakukan jemput bola ke berbagai daerah. Bagi mereka yang tertarik, alat pakan tersebut disewakan seharga Rp 300.000 sampai Rp 500.000 per bulan. “Setelah memesan, kami akan bantu pemasang annya. Selanjutnya, mereka bisa memonitor bisnis dari laptop maupun smartphone,” ujar Ihsan. Beralih ke startup digital lain yang berbeda dari iGrow dan eFishery, Kecipir hadir dalam bentuk e-commerce khusus produk organik. Kehadiran Kecipir diharapkan mampu menjawab keraguan UKM yang selama ini kesulitan memperluas pasar produk organik mereka, baik di pasar tradisional maupun pasar modern.
16997807_MARKETEERS ED SEPTEMBER 2016_T-061.PDF 1
Tantyo Bangun, CEO Kecipir menilai petani organik kerap merasa kesulitan untuk memasarkan produknya di pasar tradisional karena produk mereka dihargai rendah. Sedangkan bila dipasarkan di pasar modern, mereka merasa terganjal sertifikasi dan jangka waktu pembayaran yang memakan waktu 1-3 bulan. Saat ini, Kecipir memiliki 1.200 konsumen, 30 UKM, dan 70 agen di Jabodetabek. Agen di sini berperan menjadi pick up point. Anggota tetap memesan di Kecipir.com dan nanti mereka mengambil produk di agen. Misal ingin diantar, anggota bisa melakukan koordinasi dengan agen. Tantyo menilai para agen rata-rata tidak mencari penghasilan. Menurutnya, mereka bergabung menjadi agen lebih kepada kesadaran mereka terhadap lingkungan dan kesehatan dan kesamaan visi. Keuntungan menjadi agen adalah mendapatkan komisi sebanyak 10%. Komisi ini disimpan dalam bentuk Green Cash yang bisa ditukarkan untuk membeli produk Kecipir atau diuangkan. Dan para agen biasanya memilih untuk membeli produk dari Kecipir. “Kami membuka kesempatan bagi UKM untuk berkolaborasi. Saat ini, hampir tiap minggu ada UKM yang mendaftar. Tahun ini, kami menargetkan minimal 50 UKM yang bergabung dengan Kecipir,” papar Tantyo. Selama setahun belakangan ini beroperasi, Kecipir mulai dilirik angel investor. Tantyo mengaku sebentar lagi akan ada angel investor yang berinvestasi di Kecipir. Jika Kecipir membuka kesempatan pada angel investor, Kecipir belum terpikir untuk mendapatkan pendanaan dari venture capital. Tantyo ingin menjadikan Kecipir sebagai perusahaan yang menjalankan sharing economy, mulai dari produksi, distribusi, dan modal. Ia tidak ingin Kecipir seperti kapitalis yang hanya berbagi di sisi produksi dan distribusi, namun modal tetap dipegang oleh orang-orang tertentu saja. Nantinya, shareholder di Kecipir terbagi lima, yaitu founder, karyawan, investor, produsen, dan konsumen. Jadi, semua memiliki andil. Saat ini, Kecipir sedang mempersiapkan struktur keuangan maupun legal agar bisa segera direalisasikan, pa ling tidak tahun depan. “Kami tidak memburu keuntungan semata, tapi kami ingin visi dan misi tercapai. Kami yakin visi dan misi ini bisa kami capai jika Kecipir dimiliki bersama,” tambah Tantyo. Untuk mewujudkan hal tersebut, Tantyo telah mempertimbangkan kesulitan yang mereka hadapi seperti mengelola manajemen. Tapi, kesulitan tersebut bukan menjadi halangan bagi Tantyo dalam upaya menebar manfaat ke petani dan masyarakat luas. Maka dari itu, pihaknya sedang memikirkan cara yang terbaik untuk mengatasi kendala-kendala terkait kepemilikan bersama ini. Kehadiran ketiga sociotechpreneur ini tentunya tidak melupakan apa arti dari keuntungan bisnis agar mereka bisa bertahan. Namun, uniknya ketiga sociotechpreneur ini tidak melupakan aktivitas sosial mereka. Yaitu memperhatikan dan membantu para UKM Indonesia untuk tumbuh bersama.
8/26/2016 5:30:42 AM
Bahagia bukan hanya saat kita sendiri bahagia, tapi saat melihat orang lain bahagia. Banyak yang membutuhkan tangan dan hati kita dalam sebuah KARYA. Alamanda Shantika Vice President, GO-JEK Alamanda Shantika adalah salah satu mentor dari Gerakan Nasional 1000 Startup Digital.
Ingin bangun bisnis berbasis digital dan dapat bimbingan dari mentor-mentor keren seperti Alamanda Shantika? Gabung bersama Gerakan Nasional 1000 Startup Digital! Setelah Jakarta, Surabaya, dan Yogyakarta, Gerakan Nasional 1000 Startup Digital akan mengunjungi kamu yang berada di kota Bandung, Malang, dan Semarang! Daftar sebelum 31 Oktober 2016 reg.1000startupdigital.id Official Media Partner:
@1000startupID
16997807_MARKETEERS ED SEPTEMBER 2016_T-062.PDF 1
@1000startupdigital
1000 Startup Digital Indonesia
1000startupdigital.id
8/26/2016 5:30:43 AM
A
I
N S T O
R Y
Entrepreneurial Marketing Recipe 063
Koperasi
Opsi Lama Yang Kerap Terlupakan Oleh Ign. Eko Adiwaluyo, Jaka Perdana, Septi Wijayani
Di tengah turunnya antusias orang pada koperasi, masih ada koperasi yang tetap tumbuh. Tidak saja dikelola secara profesional, namun juga sudah menerapkan teknologi informasi dalam proses bisnisnya. Kehadiran mereka pun menjadi jawaban para anggotanya, misalnya dalam urusan pendanaan.
operasi disebut sebagai salah satu sokoguru atau pilar perekonomian di Indonesia. Bersama BUMN dan swasta, koperasi dianggap ikut serta menggerakkan pertumbuhan ekonomi. Namun, faktanya keberadaan koperasi sering tidak kita rasakan. Dengan kata lain, koperasi hidup dalam dunianya sendiri. Bagi kalangan muda, kata koperasi bahkan ter-
16997807_MARKETEERS ED SEPTEMBER 2016_T-063.PDF 1
dengar asing di telinga. Padahal, bisa jadi biaya pendidikan untuk mereka didapat orang-tuanya dari meminjam ke koperasi. Kiprah koperasi jarang terekpos ke media. Citra koperasi pun cenderung negatif dibanding positif, seperti pengelolaan yang tidak profesional. Pandangan itu memang tidak sepenuhnya benar, namun harus diakui juga bahwa memang masih banyak koperasi yang tidak profesional dalam pengelolaannya. Tidak heran, bila Kementerian Koperasi dan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UKM) pun gencar menyeleksi koperasi-koperasi yang tidak produktif dan profesional. Sebabnya, koperasi-koperasi nonaktif inilah yang mendatangkan penilaian negatif dari masyarakat. Menurut data Kementerian Koperasi dan UKM ada sekitar 212.135 koperasi di Indonesia. Dari jumlah itu, yang aktif hanya 150.223 koperasi. Sisanya, tidak aktif dan terancam ditutup. “Jumlah koperasi tidak penting, yang penting anggotanya banyak dan bermanfaat,” kata Menteri Koperasi dan UKM AAGN Puspayoga dalam sambutannya di peringatan Hari Koperasi tanggal 12 Juli. Sekarang ini, koperasi di Indonesia menghadapi dua tantangan utama. Pertama, peningkatan kualitas kelembagaan dan manajemen unit koperasi. Kedua, peningkatan unit koperasi agar bisa berperan di tingkat nasional hingga berkelas dunia. Di antara segudang tantangan koperasi di Indonesia ini, sebenarnya banyak sekali koperasi yang bisa tumbuh pesat lantaran pengelolaannya profesional. Bahkan, sudah ada koperasi yang sejak awal berdiri sudah menerapkan teknologi informasi sebagai penunjang utama dalam pertumbuhan. Salah satunya adalah Koperasi Nusantara yang berdiri pada tahun 2004. “Sejak tahun-tahun awal kami sudah menerapkan IT sebagai penopang pertumbuhan karena kami bergerak di bidang ritel. Namun begitu, di awal memulai banyak sekali tantangan yang harus kami hadapi. Baru sejak tahun 2007, Koperasi Nusantara mulai berkembang setelah set up online system,” kata Firman Zen Sumawidjaja, Ketua Koperasi Nusantara (KopNus). Sebagai koperasi yang terbilang baru, pertumbuhan koperasi ini terbilang pesat. Sekarang ini, KopNus sudah memiliki 11 kantor wilayah untuk tingkat provinsi dan 211 kantor cabang untuk tingkat daerah tingkat II. Jumlah ini akan terus ditambahseiiring dengan penetrasi pasar yang dilakukan KopNus. KopNus merupakan koperasi yang menyalurkan pinjaman yan menggandeng perbankan melalui linkage program dengan fasilitas channeling. Awalnya, KopNus menyasar pensiunan TNI/Polri dan PNS dengan produk kredit usaha produktif untuk pensiunan. Kemudian, mulai tahun 2014, KopNus mulai menyasar masyarakat umum dengan produk kredit dana talangan haji dan umroh. Semenjak menyasar segmen baru ini, terjadi lonjakan besar bagi KopNus, baik dalam jumlah nasabah dan kucuran kredit. Tahun 2015, KopNus menyalurkan dana sekitar Rp 700 miliar. Tahun ini, target kucuran kredit yang ditetapkan mencapai Rp
8/26/2016 5:30:44 AM
A
I
N S T O
R Y
Entrepreneurial Marketing Recipe 064
1,2 triliun. “Sebelum menyasar masyarakat umum, nasabah kami di kisaran 80.000 orang. Sekarang, jumlahnya mencapai 100.000 nasabah dengan ratarata pinjaman Rp 25 juta,” tambah Firman. Keputusan KopNus masuk ke dana talangan haji ini cukup tepat lantaran segmen ini sudah ditinggalkan oleh perbankan. Di sisi lain, potensi masyarakat Indonesia, yang 80% beragama Islam, untuk pergi naik haji atau umroh besar sekali. Dengan adanya dana talangan ini, masyarakat bisa lebih cepat mendaftar haji dibanding harus nabung dulu. KopNus juga bersiap untuk terlibat dalam penya luran dana Kredit Usaha Rakyat (KUR), dengan catatan tetap dengan model channeling atau menggandeng perbankan. Sebabnya, hingga saat ini belum ada ketentuan yang membolehkan koperasi untuk menyalurkan KUR langsung ke UKM. Dalam Permenko Nomor 8 Tahun 2015 yang diubah dengan Permenko Nomor 13 Tahun 2015 disebutkan syarat-syarat untuk menjadi penyalur salah satunya harus mendapatkan rekomendasi dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK), bahwa bank atau Lembaga Keuangan Nonbank (LKNB) dalam kondisi sehat dan berkinerja baik. Selain menyalurkan pinjaman, KopNus juga mengembangkan diri menjadi Payment Point untuk beragam tagihan. Sekarang ini, sudah ada 13.000 titik dengan menggandeng Pertamina, Pegadaian, dan Pos Indonesia. Agar bisa memiliki layanan payment point ini, tentunya KopNus memiliki kemampuan teknologi yang mumpuni. Sekarang ini, KopNus mengelola aset hingga Rp 2,7 triliun. Targetnya, tahun ini aset bisa tumbuh hingga Rp 3,5 triliun. Apa kunci sukses dari KopNus? Menurut Firman ada beberapa hal yang harus ada dalam koperasi saat ini. Pertama, memiliki dukungan IT yang cukup. Kedua, ada pengelolaan yang profesional. Ketiga, bebas dari kepentingan kelompok. “Seringkali koperasi bubar karena di dalamnya ada kepentingan yang berbeda-beda. Nah, untuk menyatukan itu butuh leadership,” tegas Firman. Selain koperasi umum atau didirikan oleh kelompok masyarakat, koperasi yang didirikan oleh karyawan suatu perusahaan juga banyak yang sukses. Di antaranya, Koperasi Warga Semen Gresik (KWSG) yang merupakan koperasi karyawan di lingkungan PT Semen Gresik. Koperasi ini bergerak di bidang perdagangan barang dan jasa. Didirikan sejak tanggal 29 Januari 1963, dengan nama Koperasi Serba Usaha Semen Gresik, kemudian menjadi sebuah badan hukum pada tanggal 17 Desember 1967. Awal mula dibentuknya KWSG adalah untuk memenuhi kebutuhan karyawan Semen Gresik yang pada saat itu masih jauh dari lokasi pasar. Sehingga, usaha pokoknya menjual bahan pokok dan sayuran. Seiring dengan tuntutan zaman, bidang usaha koperasi ini sudah melebar. Saat ini, sudah meliputi simpan pinjam, percetakan, jasa boga, dan Perdagangan Umum. Sehingga, sejak tahun 1991, Koperasi Serba Usaha Semen Gresik berubah nama menjadi Koperasi Warga Semen Gresik (KWSG). “Unit Simpan Pinjam menjadi wadah bagi ang-
16997807_MARKETEERS ED SEPTEMBER 2016_T-064.PDF 1
gota yang ingin menabung ataupun meminjam uang dengan bunga yang kompetitif dibandingkan dengan lembaga keuangan lainnya. Saat ini, ada sekitar 20% anggota yang memanfaatkan dana simpan pinjam untuk modal usaha,” kata Edi Kartika, Ketua Pengurus Kopreasi Warga Semen Gresik. Koperasi di Indonesia tidak hanya didominasi oleh pemain lokal, tapi ada juga pemain asing yang sukses di sini. Salah satunya adalah Koperasi simpan pinjam Credit Union. Credit Union merupakan aliansi koperasi yang berjenjang dan tingkat nasional, regional, dan internasional. Tingkatannya, paling bawah koperasi primer, kemudian di atasnya Puskopdit (Pusat Koperasi Kredit) di tingkat Provinsi DKI Jakarta. Puskopdit ini menginduk ke Induk Koperasi Kredit (lnkopdit) di tingkat nasional. Lalu, lnkopdit menjalin aliansi ke Asian Association of Credit Union (ACCU) yang berkedudukan di Bangkok, Thailand. Selanjutnya ACCU beraliansi kepada World Council of Credit Union (WOCCU) di Amerika Serikat. “Di negara ini, aset koperasi yang berafiliasi dengan Credit Union terbilang besar, bisa sampai Rp 28 triliun,” ujar Manajer Puskopdit Jakarta Andrian Subagyo. Sebagai koperasi simpan pinjam, Credit Union tidak membatasi profesi pekerjaan anggotanya. Siapapun boleh menjadi anggota asalkan mampu memenuhi persyaratan yang telah disepakati bersama. Jadi baik itu karyawan maupun pengusaha UKM boleh bergabung. Satu hal yang menjadikan Credit Union maju adalah sentuhan teknologi. Kini, anggotanya memiliki sistem untuk memantau manajemen dan keuangan secara online. Memang, teknologinya belum secanggih perbankan, namun itu sudah cukup untuk koperasi. Dan, Credit Union sudah memiliki bank sendiri di beberapa negara. Sayang sekali di Indonesia belum sampai ke arah sana. Di tengah banyaknya koperasi di Indonesia, apa yang sebenarnya ditawarkan oleh Credit Union ini agar masyarakat tertarik bergabung? Menurut Andrian, salah satu benefit yang didapat adalah setiap anggota akan mendapatkan pelatihan untuk memanfaatkan dan mengatur finansial. Bagaimana cara mengubah mindset anggota ketika ia memiliki uang sekian, lalu berapa kira-kira kebutuhannya di masa depan. Meskipun berkembang, menurut Andrian, koperasi memiliki tantangan yang cukup berat, yakni soal awareness di segmen muda yang rendah. Segmen ini lebih menyukai perbankan yang serba modern. Untuk mengatasi ini, salah satu cara yang dilakukan anggota adalah menurunkan kebiasaan berkoperasi kepada keluarga terdekat. “Minimal anak kita dulu, baru setelah itu word of mouth kepada kerabat. Secara teknologi memang kalah, tapi dari segi benefit dan kebersamaan tidak kalah dari perbankan konvensional,” ungkap Andrian. Kesukesan Credit Union di berbagai negara ini tentunya harus menjadi bencmark bagi koperasikoperasi di Indonesia. Tidak hanya sukses di dalam negeri tapi juga bisa menembus pasar global, minimal di level ASEAN. Pasti Bisa!
8/26/2016 5:30:45 AM
UKM Indonesia Harus Bisa Bertahan dan Berkembang Oleh Ramadhan Triwijanarko
Kesenjangan pendapatan masih menjadi masalah di Indonesia. Penyebabnya kurangnya perhatian bagi para pelaku UKM. Sadar bahwa sektor ini adalah penggerak perekonomian kerakyatan, pemerintah memberikan perhatian lebih bagi para pelakunya.
emerintah sedang giatgiatnya memajukan Usaha Mikro, Kecil dan ngah (UKM). Ke Mene giatan yang dilakukan oleh para pelaku usaha kecil dan menengah ini diyakini menjadi tulang punggung dari perekonomian negara.
Pemerintah pun melakukan beragam terobosan dan regulasi yang dapat memudahkan pergerakan dari para pelaku UKM. Menteri Koperasi dan UKM AAGN Puspayoga mengungkapkan, penyebab kesenjangan pendapatan yang terjadi di Indonesia yakni akibat kurang diperhatikannya Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UKM). Kesenjangan pendapatan menyebabkan gini ratio atau tingkat ketimpangan pengeluaran masyarakat di Indonesia masih relatif tinggi. “Gini ratio kita masih tinggi atau sekitar 0,4. Padahal pertumbuhan ekonomi kita bagus bahkan nomor tiga di dunia setelah Tiongkok dan India. Ini artinya ada se suatu yang salah,” kata Puspayoga dalam acara All Business Framework Asia to The World di Gedung Smesco, Agustus 2016 lalu. Menurutnya, kesalahan itu terletak pada belum diperhatikannya upaya pemberda yaan terhadap para pelaku UKM di Tanah Air. “Selama ini UKM belum tersentuh upaya pemberdayaan dengan optimal,” katanya. Ia berpendapat, pertumbuhan ekonomi yang tinggi tidak akan ada artinya jika pemerataan pendapatan tidak
terdistribusi dengan baik. Dengan kata lain, kesejahteraan hanya dirasakan oleh segelintir kalangan saja. Oleh karena itu, pihaknya mendorong semua pihak untuk turut serta dalam upaya pemberdayaan dan pengembangan para pelaku UKM di Tanah Air melalui berbagai cara. Salah satunya skema Kredit Usaha Rakyat (KUR) hingga Rp 25 juta untuk para pelaku usaha mikro dengan suku bunga 9% per tahun. Rencananya, tahun depan bunga KUR diturunkan lagi menjadi 7% per tahun. Alokasi dana KUR yang disediakan oleh pemerintah mencapai Rp 100 triliun. Selain memberikan akses kepada para pelaku UKM, keberadaan dana KUR ini juga akan memberikan lahan pekerjaan baru bagi masyarakat. “Saya juga yakin kalau empat hal ini, yaitu infrastruktur, turisme, energi, dan maritim jalan semakin baik, maka pertumbuhan ekonomi akan meningkat. Jika UKM diperhatikan maka terjadi pemerataan kesejahteraan. Sebab tidak ada gunanya pertumbuhan meningkat tapi tidak ada pemerataan,” katanya. Pemerintah Indonesia juga telah resmi bergabung dengan International Council for Small Business (ICSB), lembaga
065
16997807_MARKETEERS ED SEPTEMBER 2016_T-065.PDF 1
8/26/2016 5:30:45 AM
REPORT
nirlaba yang memberikan perhatian dan pengembangan UKM dunia pada 16 Juni 2016 lalu. Salah satu bentuk dukungan Indonesia terhadap UKM adalah siap menjadi tuan rumah untuk The 4th Asian SME Conference yang akan digelar pada 13 hingga 17 September 2016 mendatang. Dalam acara yang berpusat di Mall Kota Kasablanka, Jakarta, ada beberapa isu yang akan di angkat oleh Indonesia berkaitan dengan UKM, khususnya wirausaha pemula, kiat bertahan menghadapi globalisasi, khususnya Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA), juga beragam isu UKM global. “Indonesia berharap agar UKM bisa bertahan dan berkembang dalam kerangka MEA. Produk yang bagus, layanan yang baik, dan yang lainnya belumlah cukup bisa bertahan dalam menghadapi MEA,” tambah Puspayoga. Karenanya, dalam konferensi ini akan dibahas faktor-faktor yang harus dipahami oleh UKM agar bisa bertahan. Di antaranya, bagaimana wirausaha pemula bisa mempertahankan mentalitas ketika mereka berkembang menjadi besar. Mentalitas ini menyangkut kewirausahaan yang ditunjukkan lewat manajemen bagaimana mempertahankan tingkat produktivitas tetap tinggi dan juga bagaimana menjamin tingkat kreativitas yang kuat. “Jadi, dalam konferensi ini akan difokuskan untuk membahas isu-isu yang berkaitan dengan konteks ekonomi sesuai dengan strata ekonomi, yaitu factor, efficiency, innovation-driven economy,” jelasnya. Sementara, President Asia Council for Small Business (ACSB) Hermawan Kartajaya menambahkan, pelaku UKM di Indonesia harus bisa bertahan menghadapi persaingan. “Kita akan membahas bagaimana UKM, khususnya wirausahawan pemula, agar bisa bertahan, terlebih di tengah era Masyarakat Ekonomi ASEAN.” Dalam kerangka dasar, ia menyebutkan, UKM harus memiliki produk yang bagus, pelayanan yang baik, kualitas, dan kontinuitas yang terjaga agar dapat terus bersaing. “Tapi itu saja tidak akan cukup,” tegasnya. Berbagai pelajaran-pelajaran penting lainnya akan diberikan seperti bagaimana para wirausahawan dapat menguatkan mental untuk berkembang di tengah pesatnya tekanan. “Mentalitas ini akan dikedepankan. Kewirausahaan juga harus diiringi dengan manajemen yang apik. Mereka harus bisa meningkatkan produktivitas dan menjamin kreativitas yang kuat,” sambung Hermawan. Dalam konferensi tersebut, berbagai
ahli UKM dunia seperti Luca Landoli asal Italia dan Ki-Chan Kim dari Korea Selatan, akan hadir untuk memberikan pengarahan. “Konferensi tersebut akan dihadiri lebih dari 400 peserta. Sebanyak 100 di antaranya adalah anggota ICSB di seluruh dunia.”
066
16997807_MARKETEERS ED SEPTEMBER 2016_T-066_R1.PDF 1
8/26/2016 5:27:07 PM
MEMPERSEMBAHKAN
GEBYAR UKM INDONESIA 2016
SEMINAR
KURASI DAN PAMERAN PRODUK UKM WOW!
Seminar akan diisi dengan topik-topik menarik dan bermanfaat bagi UKM untuk membuat strategi baru dalam menghadapi persaingan yang sengit.
Jakarta 29 Sept Pekanbaru 20 Okt Pontianak 3 Nov
Medan 4 Okt
Solo 6 Okt
Surabaya 25 Okt Jogja 8 Nov
Palembang 11 Okt
Bandung 27 Okt Semarang 9 Nov Bali 29 Nov
Halo BCA
Ikuti proses Kurasi dalam rangka memilih Entrepreuner yang Kreatif dan Produktif yang nantinya mendapatkan beberapa fasilitas menarik di Galeri Indonesia WOW! SMESCO RumahKu.
Balikpapan 13 Okt
Manado 1 Nov Banda Aceh 15 Nov Jayapura 24 Nov
Makassar 18 Okt Padang 17 Nov
JANGAN LUPA DAFTARKAN DIRI ANDA UNTUK KURASI UKM WOW! REBUT THE BEST SALES OF THE DAY & THE MOST ATTRACTIVE SME BOOTH!
PENGHARGAAN International Council for Small Business (ICSB) Indonesia yang merupakan bagian dari organisasi dunia dalam pengembangan UKM akan memberikan penghargaan ICSB Indonesia Presidential Award kepada insan penggiat UKM Indonesia.
UNTUK INFO LEBIH LANJUT HUBUNGI: 0 800 1881 111 (TOLL FREE) EMAIL: INFO@GEBYARUKM.COM
WWW.GEBYARUKM.COM
Banjarmasin 22 Nov
1500888 / www.bca.co.id
BCA Terdaftar & diawasi OJK
16997807_MARKETEERS ED SEPTEMBER 2016_T-067.PDF 1
8/26/2016 5:30:47 AM
Q&A
Johan Antlov Managing Director HappyFresh Indonesia
Transfer Supermarket ke Dalam Layar Layanan startup on demand terus menjamur. Tantangannya satu, mengubah kebiasaan masyarakat yang biasanya serba offline menjadi online. Butuh waktu memang. Tapi masyarakat Indonesia sangat cepat dalam hal adopsi teknologi baru tersebut. HappyFresh adalah salah satu pemain yang mencoba keberuntungannya di tengah gempita masyarakat terhadap kemajuan teknologi. Yang cukup dibanggakan, startup asli Indonesia ini sudah ekspansi ke luar negeri walau baru seumur setahun. Lantas, apa diferensiasi yang ditawarkan HappyFresh? Bagaimana HappyFresh menjalankan bisnis dan usaha mereka agar tidak senasib startup yang kibarnya hanya seumur jagung? Simak penuturan Johan Antlov, Managing Director HappyFresh Indonesia kepada Jaka Perdana dari Marketeers.
Mengapa terpikirkan untuk membuat startup dengan bisnis ritel? Kami sebenarnya baru berdiri sekitar satu tahun lalu tapi sudah ada di lima negara. Di Indonesia, kami sudah ada di tiga kota Jakarta, Bandung, dan Surabaya. Sementara di negara lain, kami sudah hadir di kota Kuala Lumpur, Bangkok, Taiwan, dan Manila. Kami patut berbangga karena menjadi salah satu perusahaan asal Indonesia yang bisa langsung ekspansi. Di kawasan Asia Tenggara pun masih jarang pemain dengan bisnis seperti kami. Alasan kami langsung ekspansi karena memang kembali pada potensi secara ekonomi. Apa yang Anda lihat dari bisnis antar belanjaan ini? Yang pertama kami lihat tentu saja kebiasaan konsumen. Membeli belanjaan langsung ke supermarket masih sangat kuat di sini. Kami ingin mengubah cara itu dengan lebih mudah lewat aplikasi. Jadi, sangat penting bagi kami untuk mengerti betul apa yang diinginkan konsumen. Biasanya kualitas makanan dan sayur-sayuran harus masih segar ketika dikirimkan. Kami sangat mengusahakan itu. Kami ingin mereka nyaman berbelanja baik itu untuk bulanan atau mingguan. Kami juga menghadirkan pembayaran terbaik, baik itu lewat kartu kredit mau-
pun cash on demand. Pada intinya adalah bagaimana membangun trust konsumen sambil mengedukasi. Jika mereka senang, konsumen pasti akan kembali lagi menggunakan HappyFresh. Behavior yang kami tangkap pada pengguna pertama adalah berbelanja dengan volume kecil dahulu sebelum kembali lagi dengan vo lume lebih besar. Bagaimana dengan partnership bersama supermarket? Partner kami sudah cukup banyak, mulai dari Ranch Market, Farmers, sampai Lotte dan Super Indo. Tapi kami tidak bekerja sama dengan mini market karena ingin fokus berbisnis di segmen konsumen yang memang volume belanjanya besar. Lalu bagaimana meyakinkan masyarakat Indonesia yang masih suka datang langsung ke supermarket? Yang diperkuat di HappyFresh adalah visi serta kampanye marketing baik online maupun offline. Kampanye kami banyak juga untuk lebih ke arah edukasi. Ketika customer experience mulai berjalan, kami cukup senang karena masyarakat banyak yang menyatakan kesukaannya menggunakan aplikasi HappyFresh. Ranah bisnis ini sudah ada kompetitor. Bagaimana HappyFresh melihatnya? Kami tidak fokus pada kompetisi tapi benar-benar pada konsumen. Kami tidak mau terlalu memusingkan kompetitor karena punya visi tersendiri. Kami terus berusaha agar menghasilkan produk berkualitas sehingga customer experience meningkat. Apapun yang kompetitor lakukan, fokus HappyFresh adalah nemukan jawaban dari pertanyaan me mengapa konsumen masih membeli belanjaan secara offline. Lagi pula berbicara soal kompetisi, bisnis ini belum ke arah sana karena secara industri belum matang. Target mana yang sebenarnya disasar? Sekarang pasar menengah dan menengah ke atas. Karena, kami juga melihat super market yang menjadi partner. Mereka punya segmen masing-masing, tapi secara umum itulah target market HappyFresh. Kalau dilihat lebih spesifik, target awalnya adalah ibu muda dan profesional. Perempuan memang lebih banyak dari laki-laki yang dulu porsinya hanya di bawah 10%. Sekarang pengguna HappyFresh dengan gender laki-laki menjadi 25%. Dari dua gender itu juga terlihat karak ter masing-masing. Isi belanjaan perempuan lebih kepada makanan, minuman, dan produk kecantikan dengan volu-
menya besar. Sementara, laki-laki lebih kecil dengan produk seperti shaver dan kebutuhan pribadi lainnya. Selain pasar lokal, mengapa memilih keempat negara tadi selain Indonesia? Kami ingin tahu sebenarnya apa yang bisa kami lakukan di sana. Melihat juga apakah ada kompetisi atau tidak. Tapi pastinya sektor e-commerce berkembang pesat di negara-negara itu. Sebenarnya negara itu memiliki banyak kesamaan karakter dengan Indonesia. Jadi kenapa tidak digaet saja? Sebab, ekspansi kami tidak perlu fisik, tinggal mencari partner yang tepat saja di sana. Saat ini, kami fokus di lima negara dan akan ekspansi ke beberapa kota kunci lainnya. Bagaimana dengan kota selain Jakarta? Surabaya dan Bandung adalah kota dengan ekonomi sudah cukup baik. Untuk menentukan ekspansi ke kedua kota itu diperlukan waktu sekitar tiga bulan proses, termasuk riset. Setelah selesai, langsung kami eksekusi. Di sana memang ada pasar yang boleh dikatakan hampir serupa de ngan Jakarta. Harus ada super market juga yang memang bisa diajak berkolaborasi. Selain faktor tersebut, kami lihat tingkat pendapatan, penetrasi smartphone, dan didapat kesimpulan bahwa baik Surabaya dan Bandung adalah kota yang adopsi teknologinya bagus. Tapi setiap kota setelah dijajal punya karakteristik masing-masing. Surabaya mirip Jakarta di mana pasarnya tidak sensitif terhadap harga. Bandung masih tergolong sensitif. Pasalnya banyak super market yang menawarkan harga miring seperti Yogya dan masih menjadi pilihan warga untuk belanja. Secara tidak langsung, itu menjadi pekerjaan rumah HappyFresh. Volume pembelian belanja warga kota Jakarta lebih banyak daripada kedua kota lain. Wajar saja jika dilihat dari jajaran middle class masing-masing kota, Jakarta masih terkuat. Dan, jika ditanya kota mana lagi yang akan kami datangi setelah tiga itu, belum dapat kami ungkapkan sekarang. Tapi pertimbangan untuk ekspansi pasti ada. Sampai saat ini berapa order sudah dicapai HappyFresh? Kalau angka berapanya kami tidak bisa publikasikan. Tapi sampai akhir tahun lalu saja pertumbuhannya di luar perkiraan hingga double digit. Dengan ekspansi super cepat itu, Anda pasti butuh banyak investasi. Dari mana saja dan seberapa besar? Total pendanaan yang kami dapat be-
068
16997807_MARKETEERS ED SEPTEMBER 2016_T-068.PDF 1
8/26/2016 5:30:47 AM
Q&A
069
16997807_MARKETEERS ED SEPTEMBER 2016_T-069.PDF 1
8/26/2016 5:30:48 AM
Q&A
“KAMI PATUT BERBANGGA KARENA MENJADI SALAH SATU PERUSAHAAN ASAL INDONESIA YANG BISA LANGSUNG EKSPANSI” berapa bulan setelah berdiri berupa Seri A sebesar US$12 juta dari beberapa investor mulai dari Temasek, Sinarmas, sampai 500 Startups. Selain itu ada juga beberapa nama lain. Skema bisnisnya sendiri seperti apa? Ada dua. Pertama kami punya pendapatan dari perjanjian dengan partner berupa revenue sharing. Ada juga delivery fee. Kedua, kami punya data dan analitik lalu kami coba kerja sama dengan brand FMCG semisal Unilever untuk menghasilkan kampanye marketing lewat data-
data yang dipunyai HappyFresh. Kami punya data itu karena kami pemain online dan banyak yang bisa dilakukan dengan data-data itu. Brand seperti FMCG yang sudah besar di offline pasti tidak akan kesulitan meraih pasar di sana. Sementara, untuk masuk ke online sulit dilakukan. Maka, kami sediakan jalan ke sana sehingga brand bisa mengkreasikan kampanye digital seperti di berbagai kanal media sosial. Kami perlihatkan kepada mereka seperti apa tren yang sedang terjadi. Jadi kami menawarkan data online sebagai komplimen data offline.
tumbuh menjadi bisnis yang berkelanjutan. Itu baru sesuatu. Di sini kami lakukan hal berbeda dengan matriks bisnis yang diharapkan tepat.
Foodpanda dan Zalora dikabarkan sedang kesulitan finansial. Berkaca pada dua brand itu, apa yang bisa dipelajari HappyFresh? Itu kembali lagi ke tujuan awal sebuah startup didirikan. Banyak sekali startup berbisnis dengan hanya memikirkan uang, uang, dan uang. Fokus lainnya hanya mencari pendanaan sebanyak mungkin. Matriks bisnisnya pun tidak tepat. Wajar kalau pada akhirnya banyak yang mulai kolaps. Kami ingin berbeda. Tumbuh dari sisi pendapatan itu harus. Namun bagaimana caranya agar kita bisa
Apa yang ingin HappyFresh capai lima tahun ke depan? Visi kami adalah terus fokus kepada konsumen, apa yang mereka inginkan. Dari situ bisnis akan mengikuti. Yang penting kami berbisnis dengan matriks tepat. Lima tahun lagi HappyFresh harus menjadi pilihan utama konsumen ketika berbelanja. Kami ingin membuat konsumen berkata, bahwa mereka tidak percaya dulu harus ke super market yang memakan waktu tiga sampai empat jam kalau bisa melakukannya lewat HappyFresh.
Jadi sekarang HappyFresh sendiri sudah mulai bisa menghasilkan profit dari bisnisnya? Menghasilkan profit adalah proses dan berlanjut terus. Yang penting sekarang adalah bagaimana menghasilkan profita bilitas secara tepat sehingga menopang bisnis dengan baik. Jika kami punya target, ada target besar yang ingin kami capai dalam waktu dekat ini.
melengkapi asupan informasi tentang BUMN !
Alamat Redaksi & Pemasaran: Graha PPI, Jln. Abdul Muis No. 8, Lt Ds. Ruang 115-116, Jakarta 10110 Telp 021 34832534 Fax 021 34832547 www.bumninsight.co.id
wirausaha sept.indd 6 ED SEPTEMBER 2016_T-070.PDF 1 16997807_MARKETEERS
8/25/16 9:53 PM 8/26/2016 5:30:49 AM
RAKERNAS BALI
Momentum Kembangkan Produktivitas, Kreativitas, dan Entrepreneurship Oleh Ramadhan Triwijanarko
Para profesional marketeer Indonesia yang tergabung dalam Indonesia Marketing Association (IMA) berkumpul di Bali untuk merumuskan langkah dan kegiatan organisasi pemasar ini. Mengedepankan pembinaan dan peningkatan daya saing, IMA siap membangun Indonesia untuk lebih maju lagi.
apat Kerja Nasional In donesia Marketing As sociation (IMA) yang berlangsung di Denpasar pada Agustus 2016 lalu, mendorong agar orga nisasi para profesional marketeer ini terus mem perluas akses pasar, permodalan dan pem binaan. Sehingga, IMA bisa menciptakan daya saing yang unggul dan membantu percepatan peningkatan kesejahteraan rakyat. “Kekuatan IMA yang riil adalah tempat berkumpulnya berbagai elemen baik dari unsur pemerintahan, perbankan, akade misi dan juga UKM sehingga jika diper kuat akan mampu membangun kekuatan signifikan dalam menumbuhkan produk tivitas, entrepreneurship dan kreativitas,” kata Presiden Indonesia Marketing Asso ciation Arif Wibowo. Rapat kerja ini diikuti 22 perwakilan IMA daerah dan juga pimpinan pusat IMA. Selain Ketua Pembina IMA Her mawan Kartajaya, Menteri Perdagangan Indonesia Enggartiasto Lukita juga turut memberikan dukungan pada Rakernas IMA melalui pesan video. Sampai saat ini, IMA memiliki 25 chap ter yang berbasiskan kota. Masing-masing chapter selama setahun terakhir sudah melakukan beragam program aktivasi. Na mun, Arif berpesan masih banyak hal yang perlu digiatkan oleh para pengurus IMA di masing-masing chapter. “Beberapa chapter masih baru umurnya, perlu untuk segera distimulate. Aktivasi di daerah perlu segera dihidupkan. Lihat apa yang menjadi po
071
16997807_MARKETEERS ED SEPTEMBER 2016_T-071.PDF 1
8/26/2016 5:30:50 AM
IMA FOR INDONESIA
tensi dan apa yang perlu diprioritaskan di tiap chapter,” tambah Arif. Arif menjelaskan, dengan mengguna kan metode tersebut, tiap chapter dapat menaikan nilai yang dimiliki IMA itu sendiri. Karenanya, ia merasa bahwa me mahami apa yang menjadi potensi ung gulan di tiap daerah harus dilakukan oleh masing-masing chapter. Dalam Rakernas yang berlangsung dua hari itu disepakati sejumlah hal yang bisa mempercepat dan memperluas ke beradaan IMA di daerah serta aktivitas di level internasional. Terkait permasalahan turisme dan UKM, IMA akan membuat zona turisme. Melalui ini, anggota IMA bisa menggelar pameran UKM unggu lan di masing-masing zona turisme yang sudah ditentukan oleh masing-masing chapter. Zona turisme akan dikompetisi kan antar chapter dengan melibatkan se luruh stakeholder. Kolaborasi antar zona turisme dengan kegiatan UKM bertujuan untuk mendorong kegiatan bisnis yang berkelanjutan. “Kami mendorong agar setiap daerah memiliki program unggulannya. One Chapter One Program. Di mana di setiap zona turisme terbangun UKM yang juga unggul,” kata Arif yang juga Direktur Utama Garuda Indonesia. Selain itu, IMA akan mengadakan Mar keting Excellence Award National Cham pion. Penghargaan ini diselenggarakan dalam rangka menyiapkan juara-juara yang akan dikirim dalam ajang Asia Mar keting Excellence Award IMA juga akan berkolaborasi dengan Indonesia Global Compact Network (IGCN) dalam meng adakan Sustainable Development Goal
Awards yang akan diselenggarakan pada tahun 2017. IMA juga akan meningkatkan kualitas anggotanya dengan pelaksanaan sertifi kasi. Ada tiga sertifikasi yakni Certified Professional Marketer (CPM), Indonesia Certified Professional Marketer (ICPM), dan Lembaga Sertifikasi Profesi Pemasa ran atau LSP Pemasaran. Permasalahan sertifikasi menjadi hal penting bagi pema sar Tanah Air. Karenanya, ia mendorong agar tiap anggota IMA untuk meningkat kan kompetensi dengan mengikuti pro gram sertifikasi pemasaran yang memiliki skala global dan menciptakan strategic marketing yang andal. “Kompetensi erat terkait dengan bagaimana kita semua ber partisipasi aktif untuk me-leverage diri kita terutama melalui program ICPM dan CPM,” ungkap Arif. Salah satu pengurus IMA chapter Ban dung Kevin Natan menilai hasil rakernas dengan aura optimistis. “Tiap divisi melakukan penyamaan pandangan dan satu suara, serta fokus mengerjakan yang telah disepakati. Saya optimistis melihat semangat semua di tiap daerah. Semoga bisa sama-sama melangkah dan kolabora si bersama,” ujarnya. Arif menilai saat ini IMA sudah sema kin solid dan memiliki satu visi dengan 25 chapter yang ada. Ia menargetkan akan ada 100 chapter pada tahun depan. Ia opti mistis dengan target 100 chapter dan me nilai masih cukup waktu untuk mengejar target tersebut mengingat Rakernas IMA selanjutnya akan diadakan pada Februari 2017. Selanjutnya Munas akan diadakan pada Agustus 2017. Selain itu chapter di IMA berbasis kota bukan lagi provinsi.
“Kami tidak boleh menyia-nyiakan mo men seperti ini. Kami sudah harus tahu simpul-simpulnya karena sudah tahu organisasinya. Saya berharap setelah ra kernas ini semua bisa langsung bekerja. Mulai dikerjakan dari hal-hal yang mudah terlebih dahulu,” pungkas Arif.
Hasil Rakernas IMA: Tourism & SME: »» Membuat tourism zone »» Membuat pameran UKM unggulan di tourism zone yang diputuskan oleh masing-masing chapter »» Tourism zone akan dikompetisikan antar chapter »» Cross collaboration antar chapter Organization: »» Mengadakan Marketing Excellence Award National Champion »» Pemaksimalan situs resmi IMA »» Pengadaan kartu keanggotaan IMA »» Setiap MOU kerjasama akan ditandata ngani pengurus pusat dan daerah »» Mengadakan Sustainable Development Goal Awards bekerjasama dengan IGCN »» Marketeers sebagai media resmi dan publikasi IMA »» Menyepakati tiga kali pelaksanaan ra kernas dan satu kali munas dalam satu tahun Sertifikasi: »» Certified Professional Marketer (CPM) »» Indonesia Certified Professional Marketer (ICPM) »» LSP Pemasaran »» Penerbitan buku Indonesia Case
072
16997807_MARKETEERS ED SEPTEMBER 2016_T-072.PDF 1
8/26/2016 5:30:51 AM
IMA FOR INDONESIA
073
16997807_MARKETEERS ED SEPTEMBER 2016_T-073.PDF 1
8/26/2016 5:30:52 AM
IMA CHAPTER
074
16997807_MARKETEERS ED SEPTEMBER 2016_T-074.PDF 1
8/26/2016 5:30:53 AM
IMA CHAPTER
IMA CHAPTER BANDUNG
Perkuat Tim, Siap Jalin Kolaborasi Oleh Ramadhan Triwijanarko
Indonesia Marketing Association (IMA) merupakan wadah bagi para profesional marketer di Indonesia. Selain pengurus pusat, IMA juga terbagi dalam pengurus daerah berbasis kota. Saat ini sudah ada 25 chapter di seluruh Indonesia. Salah satu chapter yang baru saja berdiri adalah Bandung, yang lahir pada pertengahan April 2016 lalu.
ebagai organisasi yang baru berdiri, IMA Chap ter Bandung memiliki beberapa tantangan yang harus bisa mereka lalui. Bagi Kevin Natan, selaku Ketua dari IMA Chapter Bandung, IMA memiliki arti tersendiri. Sebagai wadah profesional marketeer, IMA Chapter Bandung siap memberikan kontribusi lebih demi kema juan organisasi. “Selama setahun ini kami banyak melakukan persiapan terlebih dahulu un tuk mencapai nilai-nilai marketing dari beragam industri yang ada di Bandung,” ujar Kevin. Kevin menilai, saat ini citra IMA be lum terlalu terlihat di mata masyarakat Bandung. Oleh sebab itu ia menilai masih banyak pekerjaan yang harus diselesaikan oleh IMA Chapter Bandung. Salah satu pekerjaan yang sedang menjadi fokus dari IMA Bandung adalah membentuk serta menjaring tim yang kuat. “Kalau di Bandung ini anggotanya ma sih banyak yang baru. Tantangan terbesar adalah mengetahui sebenarnya IMA itu apa, dan tujuannya apa secara spesifik di masing-masing anggota,” tambah Kevin. Salah satu bentuk dalam menjaring dan membangun tim yang kuat adalah dengan melakukan sosialisasi tentang IMA di ha dapan para mahasiswa di kampus-kampus di Bandung. Langkah ini terbilang unik karena IMA merupakan asosiasi pemasar profesional. Sementara kalangan maha siswa terbilang belum memiliki latar be lakang pemasaran. Namun, Kevin memiliki alasan tersend
iri. Menurutnya, untuk menumbuhkan kembangkan sebuah organisasi dibu tuhkan bibit-bibit yang baru dan kuat. Karenanya, ia banyak memberikan pema haman terkait dengan IMA di kalangan mahasiswa. “Pemahaman tentang pemasaran harus dimulai sejak muda. Kebanyakan anak muda begitu lulus ingin langsung bekerja, tapi mereka bingung mau kerja apa dan potensi apa yang ada di dalam diri mere ka. Mereka ini perlu pemahaman soal me marketingkan diri mereka sendiri, dalam kata lain adalah jual diri namun dalam konteks yang positif,” terang Kevin. Anak muda perlu mencari tahu apa yang menjadi potensi di dalam diri me reka. Dan, mereka harus tahu bagaimana cara menjual diri mereka. Entah setelah lulus mereka menjadi profesional atau wirausaha, mereka harus paham menge nai pemasaran sejak awal. “Bila dimulai sejak awal tentunya akan semakin bagus ke depannya,” tambahnya. IMA Chapter Bandung juga melakukan sosialisasi terkait IMA di kalangan para wanita. Namun Kevin mengaku bahwa gerakannya belum sebesar ketika melaku kan sosialisasi di kalangan mahasiswa. Baginya, penting bagi pelaku usaha di Bandung untuk melakukan networking. Dan, IMA bisa menjadi wadah yang tepat dalam membangun jaringan yang kuat. “Dengan melakukan networking, kita jadi saling kenal satu sama lain. Bisa be lajar banyak hal yang tidak hanya berupa teori. Dengan IMA, semuanya bisa saling sharing, baik secara ide maupun dalam bentuk yang lebih nyata,” ujar Kevin. Hasil dari rapat kerja IMA di Denpasar beberapa waktu lalu menelurkan sebuah kesepakatan akan adanya sebuah kola borasi dari masing-masing Chapter IMA di Indonesia. Kevin berpendapat, selain sebagai wadah saling kenal satu sama lain, hal ini juga bisa menjadi ajang dari masing-masing chapter IMA memahami kompetensi dan kekurangan. Dari ko laborasi tersebut diharapkan bisa mem perkuat apa yang sebelumnya sudah kuat dan apa yang menjadi kelemahan. “Saat ini fokus kami masih memba ngun tim yang kuat dulu. Tapi, kami men dukung akan adanya kolaborasi dengan chapter lain. Apa yang bisa kami bantu akan kami lakukan. Tapi, kami juga te rus membangun tim supaya ketika kami berkolaborasi dan membantu chapter lain hasilnya akan maksimal,” pungkas Kevin.
075
16997807_MARKETEERS ED SEPTEMBER 2016_T-075.PDF 1
8/26/2016 5:30:55 AM
SKILLED. CERTIFIED. RECOGNIZED. Tugas & Peran LSP Pemasaran Sebagai lembaga yang telah mendapat lisensi dari Badan Nasional Sertifikasi Profesi (BNSP), LSP Pemasaran menjalankan fungsinya sebagai certificator yaitu badan pelaksana uji kompetensi bagi seluruh tenaga kerja di bidang pemasaran, dengan mengacu pada Standard Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI) Nomor 389 tahun 2013.
Siapa Peserta yang Mengikuti Sertifikasi Kompetensi? Tenaga kerja pemasaran, baik pada area kerja penjualan (sales), layanan (service), maupun pengelolaan merek (brand). Merasa yakin bahwa dirinya berkompeten dan layak mendapat pengakuan secara Nasional
Manfaat Sertifikasi Kompetensi di LSP Pemasaran
Lembaga Sertifikasi Profesi (LSP) Pemasaran berdiri dengan didukung oleh Kementerian Perdagangan Republik Indonesia, dan:
Sertifikat yang disahkan secara Nasional (karena LSP Pemasaran adalah perpanjangan tangan dari BNSP yang telah menerima lisensi) Dapat menjadi nilai tambah di dunia profesional (khususnya di bidang pemasaran) Keahlian di bidang pemasaran mendapat pengakuan
JADWAL UJI KOMPETENSI 27 September 2016 28 September 2016 29 September 2016
Skema Tenaga Pemasar Operasional bidang Layanan Skema Tenaga Pemasar Operasional bidang Pengelolaan Merek Skema Tenaga Pemasar Operasional bidang Penjualan
INFORMASI Ajeng Aditi M: +62 812 3457 6067 E: aaditi@lsppemasaran.com
Segitiga Emas Business Park CBD B 01/01 Jl. Prof. Dr. Satrio Kav. 6, Jakarta Selatan P: +62 21 5790 7711
lsppemasaran.com 16997807_MARKETEERS ED SEPTEMBER 2016_T-076.PDF 1
8/26/2016 5:30:55 AM
www.marketeers.com www.marketeers.com/radio
SEPTEMBER 2016
I N D O N ESI A FO R ASE A N
Entrepreneurial Management, Effective Marketing
16997807_MARKETEERS ED SEPTEMBER 2016_T-077.PDF 1
8/26/2016 5:30:56 AM
A
E S T
R O
From The Editor
Corporatisation of SMEs – why it matters?
Editor
Priyanka Shekhawat Assistant Editor
Li Wei Saviq Bachdar For CMO membership & inquiries:
Rosmalia Hardman
Director, Philip Kotler Center for ASEAN Marketing (PK-CAM) Jakarta CMO club rosmalia@markplusinc.com
JAKARTA CHIEF MARKETING OFFICER CLUB The Jakarta CMO Club was officiated by the Philip Kotler Center for ASEAN Marketing (PK-CAM) and was established as a platform to empower marketing to a higher level beyond function. Only highly regarded business and marketing leaders will be invited for its membership. The Jakarta CMO Club was launched on February 25, 2008
MISSION To Promote the Strategic Role of Marketing in Indonesia
VISION To become the premiere community for Marketing Executives who have strong passion for Marketing in Indonesia
Earlier this month, Indonesia hosted the 12th World Islamic Economic Forum in Jakarta, themed “Decentralising Growth, Empowering Future Businesses.” I got to attend the forum on Day 3 (4th August), which was dedicated to micro and small and medium enterprises (MSMEs). In his keynote speech, Tanri Abeng, President Commissioner PT. Pertamina and former minister of state-owned enterprises, talked about corporatisation of SMEs and cooperatives. In essence, corporatisation referred to better management of every business function – from capacity building, procurement, logistics, quality assurance, and marketing to financing, insurance, accounting and IT. The concept of corporatisation definitely has merit. It can help SMEs improve scale, become more cost effective and less risky, thereby making them more attractive to financiers. But let’s face it, SMEs not only lack resources but more often than not, they may lack ambition as well. What an SME owner misses is an entrepreneurial spirit! Who’s an entrepreneur? Someone who manages an enterprise. ‘Manage’ is the keyword here, and that’s what corporatisation aims to achieve – better management. Often times, small business owners are focused on the core business functions of production and distribution, but tend to neglect marketing. For some, marketing may be synonymous to selling. But the fact is, along with cultivating an entrepreneurial spirit, SMEs also need to readjust their focus on marketing. For SMEs owners and managers in Indonesia, in order to become more competitive in the wake of ASEAN economic community, the two areas where they need to pay greater attention is being more entrepreneurial – through better management – and being good marketers. That is also, perhaps, what separates an SME from a start-up. A start-up would inevitably fail if it slackens on these aspects – if it fails to be entrepreneurial in terms of innovation, risk-taking, cost-effectiveness through better management, Or if it falters in determining the critical elements of its marketing strategy –positioning, differentiation, branding. In this competitive environment marked by ever-changing market dynamics, SME owners also need to think along similar lines – to be more entrepreneurial and be good marketers!
TRI-FOUNDERS OF PKCAM Philip Kotler Hermawan Kartajaya Hooi Den Huan
CHINA COUNCIL FOR THE PROMOTION OF INTERNATIONAL TRADE COMMERCIAL SUBCOUNCIL REPRESENTATIVE OFFICE IN INDONESIA
EightyEight @Kasablanka 8th Floor Jl. Raya Casablanca Kav. 88 Jakarta 12870 Phone: +6221-570 9721 Fax: +6221-5790 2339 Email: cmoclub@markplusinc.com www.jakartacmoclub.com
16997807_MARKETEERS ED SEPTEMBER 2016_T-078.PDF 1
8/26/2016 5:30:57 AM
A
E S T
R O CMO 079
CMO OF THE MONTH
The Ultimate Approach to Build Customer Trust Ratanjit Das President Director Reckitt Benckiser
16997807_MARKETEERS ED SEPTEMBER 2016_T-079.PDF 1
8/26/2016 5:30:57 AM
A
E S T
R O
CMO 080 “Healthier Lives, Happier Homes,” that’s the mission which British multinational Reckitt Benckiser (RB) sets out to accomplish. With presence in over 60 countries and selling products in over 200 global markets, the company is behind household names such as Dettol and Harpic. Having maintained a strong footing in the health and hygiene sectors, in Indonesia, RB Indonesia is quite excited about its new magic stain remover product. Marketeers’ Priyanka Shekhawat interviewed RB Indonesia President Director Ratanjit Das in his office in Jakarta, talking about RB’s branding strategy and how it draws upon the ‘seeing is believing’ concept to build customer trust.
Please elaborate on RB Indonesia’s brand portfolio. Are there any new product categories being eyed? RB operates under three segments: health, hygiene, and home. So all our brands are classified within these three categories. Dettol, for example, is our flagship brand from our health and hygiene portfolio. We have other successful brands like Strepsils, which is a lozenge for sore throat and Durex, which is a global leader in sexual wellbeing. And we’ve recently launched Vanish which is a magical fabric stain remover and it’s already creating waves in the market. We have already achieved leadership in that category through Vanish. And of course, there are many others but these are some of the leading ones. And we also have plans to introduce some new brands, which are available from RB globally and not present in Indonesia, systematically over a period of the next few years. What are the intriguing aspects of Indonesia as a market? Any interesting insights from your mining about Indonesian consumers? I would say the Indonesian consumer is quite discerning. The Indonesian mom wants the best for her family. She’s an extremely conscious consumer and carefully evaluates her basket of products, after thoroughly considering the price value proposition that the brand offers. So, she wants the best but she also wants it at the right price. Thus, she’s price as well as value conscious and that’s the biggest challenge for us as marketers, as to how do we continue to offer the right value proposition for the consumer. For example, what we gather from our ‘seeing is believing’ insight is that’s the ultimate truth you can work on to build trust among your consumers. If you can give a proof of the product performance that you claim right in front of their eyes, you would be able to build strong trust
16997807_MARKETEERS ED SEPTEMBER 2016_T-080.PDF 1
and confidence among your customers. What we’ve done with Vanish is a case in point. It is a magical stain remover and we have recently done a program where we had the largest school uniform stained and we actually removed the stains in front of the eyes of the media and consumers. So it was quite a unique way for us and helped build trust value of our brand and that’s a constant endeavour for us – how to build stronger consumer trust in our brands. What is your outlook on Indonesia’s home, health and hygiene markets in the coming years? Well, looking at the current indices and trends, I feel that the FMCG market and particularly our product categories including health, hygiene and home, should witness healthy growth. That said, the economic environment may be a bit tough but it’s not so for only Indonesia but several other emerging markets. But I think the government has the right policies in place and in the medium term, we should be able to see better economic and financial results. Tell us about your business strategy in Indonesia. Our general business strategy in Indonesia is centred on brands. We will continue to invest and build our business through product innovation with a single purpose of creating healthier lives and happier homes, which is our global RB vision. Please elaborate a bit on your overarching marketing strategy in Indonesia, especially in view of the business imperatives. Like I said, our strategy is around building equity and trust. All our investments in marketing campaigns and brand messages are focused on achieving that. All our success with brands has come through acting on sharp consumer insights and using them in providing innovative solutions to the problems that the consumer may be facing. For example, I can say that stains on clothing would be a big problem for moms and that’s what we aim to address through our product Vanish. It’s a magical product which not only removes stains but is gentle on fabric and colours. With Vanish, we can deliver that brand promise in front of the eyes of our consumers. That confidence in our brand thus becomes the core of its marketing strategy in the case of Vanish. Similarly, Dettol is a gold standard on germ protection. We have been working relentlessly with the ministry of health and ED touching con-
sumers at various levels through our campaign, which is called “Misi Hidup Sehat (Healthy Living Mission).” Under this campaign, we work with schools, nurses, and hospitals with new mothers to build awareness about good hygiene practices. So these are some of the ways we engage with consumers besides putting out brand messages through traditional media. How do you include digital marketing in your mix? How do you see your marketing spend on digital over the year to come? Digital, especially social media, is a new emerging medium as consumers tend to spend more and more time on these channels. We have a very balanced approach in terms of our marketing investment between traditional and digital media, depending on the brand strategy and messages. Over the last few years, our marketing spend on digital has obviously gone up and in the times to come, I expect that trend to continue. But of course, we can’t ignore one for the other. What kind of distribution challenges do you face when dealing with an archipelago like Indonesia, especially in targeting growth outside major cities? Yes, it is a challenge, especially because numeric distribution is a key leg for brand growth as we drive up the penetration of our products, and ensure it is easily available to consumers. Indonesia, being a large country and an archipelago as you mentioned, it’s not easy to reach the interland, so we have a dedicated force of sales and distribution teams spread across the geography who help drive our distribution through wholesale and traditional channels whereby we are able to reach smaller towns and the inter-land. Besides that, another important aspect to drive distribution is the right price and the right size. We have a right pricing-sizing mix across our brand portfolio, which helps us to target the inter-land consumer better. What is your opinion on online distribution channels? How do you see ecommerce influencing future growth of RB Indonesia? Online distribution channels are fast emerging and I think it won’t be long before they really take off. There is a lot of churn happening already as big players are entering the space, making mega investments and acquisitions. I think the times ahead would be quite exciting and I see this become a major contributor to our business in the future in the product categories that RB Indonesia operates.
8/26/2016 5:30:58 AM
A
E S T
R O CMO 081
Please tell us about your own association with RB and journey in Indonesia. I have been here in Indonesia for the past six years and I am extremely happy and proud to have participated in the success journey of RB Indonesia where we have grown significantly in the last six years and we have established a strong presence in the market through our strong portfolio of brands. I am really proud to be a part of this fantastic team as well. As a business leader, who is your inspiration? What kind of a leader do you strive to be? How do you stay motivated? I would say the biggest influence, role model, or inspiration in my life has been my father because he has taught me a lot of fundamental values which have shaped my leadership style. He has taught me to be honest and to be grounded. Those are two values fundamental to my leadership style. Intrinsically, I am a very passionate person, driven to deliver results and I believe in looking beyond, having new ideas, looking at the next steps and never get caught in the status quo. My team motivates me a lot and I get self-driven as well through an abundance of ‘can do’ and ‘never say die’ attitude.
Our CMO of the Month’s CV Ratanjit Das
EDUCATION: •
•
Bachelor of Science degree majoring in Mathematics from St. Stephen’s College, New Delhi Post Graduate Diploma in Business Management from XLRI, Jamshedpur
PROFESSIONAL EXPERIENCE: • • • •
Total 27 years of work experience in primarily FMCG industry Worked with Gillette for 9 years in various Sales and Marketing roles in India Joined RB in India in 2002 and became Sales Director in 2004. Was part of a spectacular transformational journey in business during those years Moved as GM RB Indonesia in 2009 and has successfully turned the business around in the last 6 years
HOBBIES: • • •
Travelling and visiting new locations with family Regular gym routine and like running. Catch a game of golf when time permits Follow music and love to sing as a casual singer
What is the best advice you have received in your career that serves as a constant reminder of how to be? To be honest in whatever you do and do it sincerely. And while you do this, keeping your focus on the fundamentals of doing it right is key. These are the things I have picked up in my life and would be my advice to the younger generation.
“ALL OUR SUCCESS WITH BRANDS HAS COME THROUGH ACTING ON SHARP CONSUMER INSIGHTS AND USING THEM IN PROVIDING INNOVATIVE SOLUTIONS TO THE PROBLEMS”
16997807_MARKETEERS ED SEPTEMBER 2016_T-081.PDF 1
8/26/2016 5:30:59 AM
A
E S T
R O
Diplomat DirectTalk 082 DIPLOMAT DIRECTTALK
Distance No Impediment to Strengthening Bilateral Ties H.E. Federico Salas Mexican Ambassador In this era of globalisation and inter-connectivity, foreign affairs constitute an integral domain of work for any government. Indonesia has traditionally enjoyed strong bilateral ties with many countries across the world and President Jokowi administration is working to further enhance foreign relations at regional and global levels. In our newly launched column ‘Diplomat DirectTalk’, we bring to you a dialogue with foreign diplomats in Indonesia, on a variety of topics, from economic cooperation, bilateral trade and investment to cultural exchanges and challenges to overcome in strengthening relations. We begin this exciting journey with Mexican Ambassador to Indonesia, H.E. Federico Salas. What is his opinion on Mexico’s relationship with Indonesia? What are the plans on improving bilateral trade between the two countries? Priyanka Shekhawat from Marketeers sat down with Mr. Federico to talk about this and more. Here are some excerpts from the interview:
Please share with us your views on the long-standing association between Mexico and Indonesia. How do you see the current relationship? Indonesia-Mexico relationship was first established in April of 1953, soon after Indonesia became independent and ever since, we have had high-level diplomatic relations. We have had 14 Presidential visits from Indonesia to Mexico – President Suharto went to Mexico 4 times – and also reciprocal visits by Mexican Presidents. Last time was during the APEC meeting in Bali in 2013. We are hoping President Widodo to visit Mexico by the end of this year, following the APEC meeting scheduled in Peru this year, in response to an invitation for a state visit by the Mexican President. And this speaks volumes of the great importance both countries give to the reciprocal relationship, despite the distance. We are talking here of visits that started in the 1960s, thus distance clearly has not been an impediment in building a warm, fraternal relationship between the two countries. And of course this has
16997807_MARKETEERS ED SEPTEMBER 2016_T-082.PDF 1
translated into political and trade relations as well as the cultural exchanges. That said, a lot more can be done and should be, considering Mexico and Indonesia are two large countries with many shared interests in the global agenda. Mexico and Indonesia view each other as strategic regional partners in Latin America and ASEAN, respectively. What are the specific areas of cooperation where ties between the two nations can be further strengthened? There are a few areas. Politically, we can do more to pursue our common vision of the global agenda, on issues such as environmental protection, global warming. Both Indonesia and Mexico are regions with some of the highest bio-diversity in the world. So we have a common goal, for example, in working for the protection of endangered species. In Mexico, we have a COP (conference of parties) 13 meeting on biodiversity scheduled in December 2016 and we have invited Minister of Environment and Forestry of Indonesia and she has accepted our invitation. We also have shared interests on issues such as combating poverty, provision of education and health. Mexico has made tremendous progress on these fronts since the revolution in 1910 and so we have had some years of headstart ahead of Indonesia but nonetheless we see now that Indonesia is doing remarkably well in these areas. So we can certainly learn from each other and cooperate further to ensure the success of our social policies. Also, we have worked together on many issues in the UN. Mexico decided last year to have greater involvement in UN peacekeeping operations and Indonesia is a top contributor of troops to UN peacekeeping operations. President Widodo has even committed to increase the number of troops by 2018. So I believe Mexico can certainly benefit from the longstanding experience of Indonesia in the field. Another area is trade. Our trade volume is about 1.5 billion USD which may not be too big but it has been growing and there’s even greater potential. As part of the famous acronym MINT, Indonesia and Mexico signify two of the fast emerging economies, following BRICS. However, considering the turbulent global economic situation, what do you think of the resilience of both of these countries in countering the current economic challenges? I find it very interesting how the recent global economic challenges, whether to do with federal rate hike or commodity
slowdown, have had an almost similar impact on both countries’ economies. Both countries have had to deal with weakening currencies and impact from China slowdown and falling oil prices. So I would reckon the impact of global conditions on our economies is fairly similar. That said, Mexico has transformed itself into a more technologically advanced and an economy of services and knowledge, and Indonesia is moving in that direction. Mexico has opened up its economy to a large extent with several FTAs, while Indonesia is pondering about entering into FTAs around the world, for example TPP. The kind of concerns that Indonesia is debating about TPP now, Mexico has dealt with exactly similar concerns back in the early 90’s when we negotiated NAFTA. I think Indonesia can look towards a country like Mexico and see the path we have taken towards opening up the economy and what has worked, because circumstances are quite similar. Also, we also have similar challenges in terms of internal development, as we are both very large countries, of course Indonesia is an archipelago but Mexico is also quite diverse geographically , and thus developing proper infrastructure in isolated places is quite complex. Mexico is undergoing significant transition in view of the political, economic, and social reforms over recent years. What opportunities does it represent to enhance the existing relationship between Indonesia and Mexico? The present administration has been quite ambitious about modernising and reforming Mexican economy and society. There have been a number of reforms in areas of education, telecommunications, infrastructure, and most importantly, energy. Mexico has opened up, for the first time, the possibility of foreign participation in the energy sector, from exploration to refining and commercialization of oil products. And when you talk of opportunities that would be available as a result, Pertamina, for instance, is looking at this opportunity. Therefore, in essence, both Indonesia and Mexico need to understand each other better to fully exploit the potential of strengthening their relationship. I am very happy to be doing this interview so that readers in government and business sectors can understand that distance should not be a deterrent to exploring the many opportunities available in other parts of the world. I see a great deal of opportunity for Indonesian enterprises to take advantage of the reforms in Mexico and at
8/26/2016 5:31:00 AM
A
E S T
R O
Diplomat DirectTalk 083
16997807_MARKETEERS ED SEPTEMBER 2016_T-083.PDF 1
8/26/2016 5:31:00 AM
A
E S T
R O
Diplomat DirectTalk 084
the same time, Mexico is also looking at the Pacific as a geographical area where it should have greater involvement. Of course there’s a great distance but it’s all very relative. For instance, some products from Mexico sold in this region are still as competitive in terms of price as compared to other regions, and so distance is not really that big a factor anymore.
In our agenda, we are working on a few issues focused on opening up access to Mexican products to come to Indonesia. It hasn’t been easy exactly as both countries are complicated but I think if TPP becomes implemented and Indonesia joins it, it will open up enormous opportunities for flow of goods and services from both countries.
How can Indonesia and Mexico improve bilateral trade? What about FDI from Mexico? Indonesia is aiming to attract massive amount of FDI to improve its infrastructure... I can say that Mexican businesses are looking at Indonesia in terms of foreign investment and the security that the market has to offer. I think, with the changes that President Widodo is making on opening up the economy, it should really encourage Mexican companies to come to Indonesia. As I mentioned previously, the bilateral trade at the moment is not too sizeable and Indonesia is the sixth largest trading partner of Mexico in south East Asia (SEA). But it’s unfortunate since Indonesia is the largest SEA economy but we have more trade with Malaysia. So clearly, it’s not the distance but the opportunities.
What about the cooperation in other areas such as tourism, health, art, and culture. Are there any specific achievements/highlights you would like to talk about? Yeah, there have been several peopleto-people exchanges, like academic ones with students, especially art students in Yogyakarta. Some Mexican scholarship programs are regularly availed by Indonesians. A fashion designer from Indonesia, for example, recently spent 6 months under a scholarship program in Mexico to learn traditional weaving and dyeing and now after returning to Indonesia, she is using Mexican techniques on Indonesian fabrics, like sarongs or kebayas. It makes me happy to see such exchanges because these people truly become the best ambassadors for both countries, bringing together the cultures.
16997807_MARKETEERS ED SEPTEMBER 2016_T-084.PDF 1
Tourism is another important area and it has been growing, especially Mexican honeymooners coming to Bali. One of the most important travel agencies in Mexico has actually opened an office in Bali to better handle the incoming tourists from Mexico and I was stunned to know these tourists spend quite a lot of money in Bali. And you may wonder why Mexican tourists would come all the way to Bali but it’s exotic and different from the familiar, even though it’s expensive and involves long travel. The exemption of visa has really helped too. Also, we have had other exchanges like musicians and chefs coming here from Mexico to promote the culture. Any thoughts on how the two countries benefit from their mutual participation in groups such as G-20, APEC and MIKTA and how to further leverage that, especially the most recent MIKTA. I think we have come full circle from where we started this interview, because not just the UN, we meet at the G-20, APEC, and FEALAC (Forum for East Asia-Latin America Cooperation) and now we are also actively promoting the coming together of ASEAN members
8/26/2016 5:31:01 AM
A
E S T
R O
Diplomat DirectTalk 085
and pacific alliance countries in Latin America like Mexico, Chile, and Peru and Colombia. This year, in the third ministerial meeting to be held in New York in September, we are hopefully going to adopt a document where we will specifically write down the terms of cooperation, like promoting businesses, tourism, SMEs development, and facilitation of trade. Of course Indonesia plays a central as the largest ASEAN member state. And MIKTA – Mexico, Indonesia, Korea, Turkey and Australia. I think these five G-20 countries share a common vision on the global agenda, bringing us together. This is an informal group and chairmanship rotates every year. The idea is to explore areas of cooperation because despite the regional, cultural, and geographical diversities, our economies are more or less on the same level. We can have a greater global impact if we work together on issues that concern all of us, such as environmental protection, terrorism etc. So the idea is to have a stronger presence and Mexico is very keen on seeing that happen. Moving on to your professional journey, please tell us something about your career as a diplomat in Indonesia.
I have been fortunate to have a diverse diplomatic experience. I started my career in the foreign ministry on multilateral issues and then worked at the Mexican mission to the UN. Thereafter, I worked at Mexican embassy in the US and that was an enormous challenge because the US is such an important country. That experience helped widen my scope of global vision on Mexico’s role and foreign policies. Then, I had the privilege of being the chief of policy planning with the foreign minister of Mexico. Since then, I have been ambassador to Czech Republic at a very interesting time when it was just joining the EU – a country in the heart of Europe which had struggled with communism for many years and trying hard to develop itself. Thereafter, I served in Israel and I think for diplomats, there’s no better school than the Middle East to understand the global challenges. There is a lot of good and bad that you get to see. And now, I am here in Indonesia and enjoying it very much. So I have been moving east and it’s fascinating to see the world from here. I see that much like what we witnessed in Mexico, Indonesia can also sometimes tend to look inside and focus on internal matters and not really look outwards. But I believe that you can do
both, focus on internal matters and still have an ambitious international agenda. I think a country the size and potential of Indonesia ought to play a much larger role in the international agenda. How has been your experience living in Indonesia? There are many things to like about Indonesia. To be honest, I feel very much at home as Jakarta reminds me a lot of Mexico City – large, complicated, and full of traffic but that’s Mexico City too. It doesn’t look like Mexico but there is a sense of familiarity. I think a lot of that has to do with how warm and welcoming Indonesian people are and I have been to many parts of the world where that’s not the case, so I can tell that makes a great difference. I have been discovering aspects of life here in Indonesia that I didn’t know about, for instance, the art world here. I have been to some art fairs in Jakarta and Yogyakarta and it’s fascinating what these artists can do. It’s bad that there aren’t too many great museums here to display all this art which mainly belongs to private collections. So I have been discovering Indonesia and it’s a vast country with enormous diversity and sometimes it’s not easy getting to places but once you do, it’s quite enjoyable. How do you describe your job and official responsibilities? The role of an embassy has changed over time and we have to adapt to these changing circumstances because of the information technology that exists today. So we can’t just sit here and report back on what’s happening. We have to be more creative and innovative and go beyond the traditional role of embassy, which is to keep the country informed of the developments from where we are assigned. The other thing we do is promotion. We are like the PR people from Mexico and we want to bring more Mexican products here and encourage investments and joint ventures as well as tourism and cultural exchanges so that people in Indonesia know more about Mexico. And along with this, a lot of day-to-day administrative issues in terms of the relationships and eventually this culminates into meetings, or signing of an agreement or a promotion of event. So a lot of our time is spent in getting there.
16997807_MARKETEERS ED SEPTEMBER 2016_T-085.PDF 1
8/26/2016 5:31:02 AM
A
E S T
R O
CCPIT 086 PT YANGTZE OPTICAL FIBRE INDONESIA (YOFI) is the first and only optical fibre producer in Indonesia and ASEAN region. The company is set up by global optical fibre leader YOFC (HK.06869) and local partner PT. Monas, with a shareholding structure of 70:30 and a total investment of over 30 million USD. YOFI will set up a fibre drawing plant with an annual production capacity of 3 million fibre kilometers. YOFC, as the largest manufacturer of optical preform and optical fibre and cable worldwide, is the No.1 global optical fiber preform supplier and No.2 global optical fibre and cable supplier. Meanwhile, PT. Monas is the major shareholder of a topping cable company in Indonesia. The powerful alliance and mutual cooperation between the two corporations are beneficial to complementing resources, improving core competitiveness, and participating in the market competition. Through YOFI, both players aim to make useful contribution to the communication market in Indonesia and ASEAN.
Looking Into Indonesia’s ICT Industry Future Through Development of Optical Fiber Kong Wentao Marketing Director and Cable Products PT YANGTZE OPTICAL FIBRE INDONESIA The Indonesia government drafted the Indonesia Broadband Plan 2014-2019, which was enacted through Presidential Decree Number 96, back in2014. In the Indonesia Broadband Plan 2014-2019, broadband is defined as internet access with guaranteed nonstop connectivity, guaranteed durability and information safety as well as Triple Play capability with a minimum speed of 2 Mbps for fixed access and 1 Mbps for mobile access. Since drafting the plan and over the next five years (until 2019), the development of national broadband is expected to provide fixed access in urban areas to 71% of households (20 Mbps) and 30% of the population, as well as mobile access to the entire population (1 Mbps). For rural areas, access to fixed broadband infrastructure is expected to reach 49% of households (10 Mbps) and 6% of the population, as well as mobile access to 52% of the population (1 Mbps). Indonesia, with the 4th largest population in the world, is the largest and the most vibrant economy in ASEAN region. Almost half of the country’s population is under the age of 30. However, the underdeveloped construction of telecom infrastructure is hampering economic development. Considering the growth potential in the wake of more developed broadband infrastructure, the new Jokowi government conceptualized the Indonesia Broadband Plan. The core of this plan to weave a super high-speed optical fiber network, of which the optical fiber and cables are key components. Speaking of optical fiber and cable industry, we can take a look at the miraculous and dramatic development of this industry in China. The very first optical
16997807_MARKETEERS ED SEPTEMBER 2016_T-086.PDF 1
fiber and cable company in China was a joint-venture between the then China Ministry of Post and Telecom and the Royale Dutch Philipps group—Yangtze Optical Fibre and Cable (YOFC), in 1988. Over the past 28 years, the optical fiber and cable companies have thrived in number and production capacity has expanded to become world’s No.1. Today, 5 business groups, namely, YOFC, Hengtong Futong, Tongding and Fiberhome, occupy over 60% of the market share. According to the CRU report, in 2015, China’s optical fiber demand exceeded 200 million kilometers, which is equal to circling the equator 5000 times – up to 60% of the global demand. This huge demand of fiber is a result of the strong attention the Chinese government is paying on the construction of telecom infrastructure. In Aug 2013, Chinese government announced its National Broadband Strategy. It mandates that by year 2020, the number of fixed broadband users in the country must reach 400 million, while mobile broadband users must reach 1.2 billion. As much as 70% of the population must be covered by fixed broadband and 85% of the population must be covered with mobile broadband. Fixed broadband speed must reach 50Mbps and 1000Mbps in most developed metropolitan cities. The massive driving force of the optical fiber demand has also stimulated the growth of the telecom industry over the years. China’s optical fiber and cable company groups have not only embraced but also upgraded the core technologies of optical fiber and cable manufacturing. Comparatively, the optical cable industry in Indonesia has had a relatively unchanged history, since early 1990s when
a number of energy and copper cable manufacturers such as Jembo, Voksel, and Supreme Cable established optical fiber cable joint-ventures with Japanese companies like Fujikura, Showa, Furukawa, etc. Now, after over 25 years of development, the number of optical cable factories has grown to 8-10, but there are no dominant groups controlling any sizeable market share and total capacity remains less than 5 million kilometers. More importantly, the core technology — optical preform and fiber production technology, is still in the hands of the Japanese, US or Chinese companies. In recent years, with the strengthening and optimization of the economic and trading cooperation between China and Indonesia, an increasing number of Chinese optical fiber and cable industry leaders have started to make inroads in Indonesia, looking for potential long-term development. In January 2015, industry leader YOFC announced plans in Wuhan, China, to set up the first and only fiber drawing JV plant with Indonesian company PT Monas in Karawang, a city about 60km west from Jakarta. The first phase, including a 30 million USD investment, includes a 3 million fiber drawing plant. The construction of this plant completed at Indonesian Independent Day, August 17th, 2016. It is a gift from YOFI for 71th birthday of Indonesia. All these moves point to only a beginning and some investments come under phase one projects. If we compare the population and fiber demand ratio, it is not difficult to conclude that the population of Indonesia is 1/5 of that of China, while the fiber demand is only 1/40 of that in China. As the Indonesian government is pumping more funds into infrastructure construction and implementation of the Indonesia Broadband Plan, it can be easily predicted that the optical fiber and cable demand will pick up at an explosive growth rate. Consequently, more and more Chinese fiber and cable manufacturers will come to invest in Indonesia, and together with Indonesians help develop this industry as well as the economy of Indonesia.
8/26/2016 5:31:03 AM
A
E S T
R O CCPIT 087
Fibre Drawing Tower
16997807_MARKETEERS ED SEPTEMBER 2016_T-087.PDF 1
8/26/2016 5:31:03 AM
OPEN FOR ENROLLMENT
E XECUTIVE MBA
STRATEGIC MARKETING T H E I N AU G U R A L C L A S S O F 2 0 1 8
SUBJECTS
MARKETING CONTENTS
Accou nt i ng
Accou nt i ng i n Ma rket i ng Perspect ive
Busi ness Econom ics
Busi ness La ndscape A na lysis
Busi ness Et h ics , Law a nd Susta i nabi l ity
Ma rket i ng 3 .0
Ma rket i ng Ma nagement
Legacy a nd New Wave Ma rket i ng
Operat iona l Ma nagement
Supply Cha i n Ma nagement
Fi na nce Ma nagement
I nteg rat i ng Ma rket i ng a nd Fi na nce
People i n Orga n i zat ion
Leadersh ip i n Ma rket i ng Orga n i zat ion
Decision Ma k i ng & Negot iat ion
Busi ness Negot iat ion
Busi ness St rateg y & Enter pr ise Model i ng
I n novat ion i n Ma rket i ng
Consu mer Behav ior
Customer Pat h i n Dig ita l Era
Bra nd i ng & Ma rket i ng Com mu n icat ion
Dig ita l Ma rket i ng
I nter nat iona l Ma rket i ng Ma nagement
Ma rket i ng i n t he N EW A SE A N
Intake
Deadline Application Submission
Admission Test (AAT & ELPT)
January 2017 Class
1 1 O c to b e r 2 0 1 6
1 8 O c to b e r 2 0 1 6
Info: e - m a i l : u m i . r y a nt i c i @ m a rk p l u s i n c . c o m y u n ita . ro s ia na@ ma rk plu s i nc . com te l : +62 2 1 579 0 2 3 3 8 ex t . 2 3 4 /208 mobi le : Uch ie + 6 2 81 2 7 1 9 8 2 8 2 Yu n i t a + 6 2 8 5 3 1 1 4 6 9 0 1 5
Free subscription of Marketeers monthly magazine for all students enrolled in this E MBA program .
16997807_MARKETEERS ED SEPTEMBER 2016_T-088.PDF 1
8/26/2016 5:31:05 AM
A
E S T
R O Market 089
What makes Pokémon GO a goer! I caught up with Elizabeth ‘Rice’ Raisa over email recently, as we’ve both bounced ideas across to each other fairly regularly. Even better, she’s a loyal reader of my Marketeers column. Rice is a multi-disciplinary specialist in the Asian creative industries and market trends. She’s currently developing a university unit course titled: “Analytical approaches to games & the games industry”. She took a time out to type up her thoughts in this piece [which are her words and my sub-editing] on what makes Pokémon GO a goer! You can find out more about what she does here: https:// about.me/asiaraisa
TIMING, TEAMWORK, TECHNOLOGY: What we all can learn from Pokémon GO! To begin the general socioanalysis of the impact of Pokémon GO, which is a creative industries product: let’s look at the Games Industry. Let me emphasize that Online mobile, within the business, marketing, branding and technological context is not a whole new picture. The Pokémon universe was created in 1995 - firstly crafted for the Nintendo Game Boy (GB) console, which is the secondmost successful game concept in Nintendo behind the Mario franchise. However, since then, the way we interact with it now has been augmented. For the skeptics and C-level extraordinaires out there, make sure that you do not bat your eyelids at this trend. One blink, and you can miss the great opportunity on how to collaborate, ride the wave, or take a piece of how to put your venture on the world’s map, the way John Hanks of Niantic did it.
ON TIMING • Articles have reported the concept of Pokémon GO has been in development for 10 years, some 20 years. The advent of smartphones was put on the map by the first iPhone in 2007. It probably wasn’t part of their initial blueprint. The grand idea was to make Pokémon almost real, where real humans become trainers themselves - but as years past, the smartphone proves itself as a new gaming console. • …Which isn’t entirely new as well – N-Gage from Nokia was the answer then to combine the function of a mobile phone and a portable gaming console. Note that GB was the must have for every girl and boy. In 2004, Sony released the PSP (PlayStation Portable), the sign of portable games. • Statistics of mobile-first countries strengthen the fact that the mobile platform is the growing economy with endless possibilities. Like a new nation accessible within a screen and a connec-
16997807_MARKETEERS ED SEPTEMBER 2016_T-089.PDF 1
tion, it is the real world accessible at your fingertips, literally. And so, to take the real world completely by storm, like a form of propaganda more powerful than the campaigns of Presidential Elections, is not too difficult – let’s just say the target audience of Pokémon GO is only for the ones who have smartphones. • 2016 has the Olympics Games in Rio, and UEFA in Europe used to be the media that makes the world stop, drop, and watch, regardless a football fan or when you’re at war – you’re supposed to respect the Olympics – go to nobar and bet, then you’ll be either in team A or B and celebrating or cursing together – the weekly way to commune, but now… • It’s contended with the way to commune by the hours and days of Pokémon GO Trainers (All players are called ‘Trainers’) of the world. Most millenials and Generation-Y who grew up with Pokémon cards and its games will return to play, this time, as trainers themselves, wherever they go, whenever they go, and they will travel far and wide specifically for this mission for Pokémon GO. They, in annoyance to the public, will physically stop anywhere – virtually, on our screen, there is a PokeStop (A point to swivel and receive freebies) and Gyms. Physically in real life, you’ll see a school of people swarming in one specific spot, seen in many different kinds of attire, from T-shirt middle-school kids to collared after-hours work - swiping up and scanning floors with their phones without shame. It leaves the security guards of those public spaces in confusion - they too document this phenom-
Dr Jonathan A.J. Wilson & Bilal to his friends ABCD Expert (Ads, Brands, Comms & Digi) @drjonwilson www.drjonwilson.com
Elizabeth “Rice” Raisa Lecturer, Project Manager, and Strategic Communicator in Bandung, Indonesia @asiaRaisa https://about.me/asiaraisa
8/26/2016 5:31:06 AM
A
E S T
R O
Market 090
enon of people standing up and use their phones on their phone. • We can only understand that world of 2016 made this possible. The company waited properly until at least their target audience grew up, got a smartphone, it became the commodity of choice, and the spillovers joined the tract of being habitual every day living. I argue it wouldn’t have worked in 2010. Maybe in 2014, after the Blackberry era cames to a decline, however not the optimum potential that we see now. 2016 is just about right, as this is when Android and iOS are preferred over any other OS. • The world has been transformed into being an exciting field to explore – but has it been the same all this time? Not only have they reactivated the Pokémon craze since circa 1998-99 in the USA (which transcends to be a global trend), but also it has successfully given the solution of two-way interaction between the digital natives to the rather ‘boring’ world (‘Boredom’ is an affixed 2017-18 trend1, mind you). Not only are they motivated to walk, get out, explore parks, spaces, places, firstly without properly being aware of their situation and space they have entered - but upon frequent visits, soon they will find out. The only danger is how the real world will then be labeled as a PokeStop and not its original name. Well, who wants to live in Pallet Town2?
TEAMWORK • At the time of writing in July 2016, only 10 days after the game was released in the Apps Store, the power of global teamwork usually seen in MMORPGs3 has not been activated. • In Pokémon GO, there are three teams: RED, YELLOW, BLUE. Although each strive to level-up and be the most successful Pokémon trainer in the world (which means to literally travel the real world to get the most unique and rare species hidden), this is only revealed on screen. • As it takes time to level-up, where trainers are now focusing on self-development, here’s what I think will happen next: • At the time this will be published in September 2016, a few will set to shine the prowess of MMORPG style in the Pokémon universe; realtime, real humans. What’s different and more intimate and instantaneous is that the MMORPG is set behind a desktop at home. • In PokémonGO, as previously indicated, trainers gather at a physical space for a virtual experience. This is the offline collaboration through teamwork. It will flourish. • Communication and new trends usually made through online forums and games, not places, will be now physically visible in real spaces and real time. It becomes a natural when we’re mov-
16997807_MARKETEERS ED SEPTEMBER 2016_T-090.PDF 1
ing in the real world but we see it through the map of Pokémon GO! • The added-value is that Millennials and Gen-Y will break the relatively Indonesian tradition of being shy and will be practicing their intrapersonal skills: talking to strangers. Because Pokémon GO becomes the common denominator to open a conversation, each unique spot becomes a forum, like in the old days where philosophers gather in the market to discuss and delight. This becomes a practice ground to be a globallyready society and community. • Having pride in the teams they chose, like football – then it will be a huge fandom monopoly (you can think of all the meta-businesses within those worlds. I’ll begin by simply saying the official merchandise), and also communities and teamwork activation. Boosting affinity with their house teams and emotional relationships will be formed, trainer-to-trainer, as months go by. These are business opportunities, friendship opportunities. It’s an opportunity for The Pokémon Company and for the non-officials. Please be aware of all copyright laws and infringements before proceeding with your meta Pokémon GO business plans.
1 Reported on WGSN for 201718 Lifestyle Report 2 In the original first generation of Pokemon, the main character starts in the fictional city Pallet Town 3 Massively multiplayer online role-playing game. Examples are: Warcraft, League of Legends, Counter Strike
8/26/2016 5:31:06 AM
A
E S T
R O Market 091
FUTURE FORECAST BECAUSE OF TECHNOLOGY • Games are a form of entertainment, and always have been. Even Edu-games are arguably the best way to engage a child’s mind without distraction while keeping them focused to memorize and strategize. Curriculums need to think about this and integrate; not to diminish games at an instant. • Games are designed to complement technology, where technology is created to WOW! [Pak Hermawan’s Marketeers added-value catchphrase]. The world, or the game concept hatches the nearly-impossible idea and let those engineers do the impossible – such as the VR, Oculus, Wii Kinect. To have it at the comforts of one’s own home was simply astonishing in the days of arcade! • The development of technology enables dreamers, the game designers to create a whole new world for players to be immersed. • The days are gone to have the motivation to purchase a console; this is also why BEKRAF, the Indonesian Agency for Creative Economy is highly prioritizing this sub-sector seriously, along with the IT and Startup Ecosystem in their first formative timeframe. • Pokémon GO will not be able to be Pokémon GO today without: 1., AR, 2. Connectivity, 3. Handheld-sized console. A tablet will be more obtrusive and dangerous as the game motivates you to explore and be on-the-go.
the world’s phenomenon, you don’t need to own an external game console. »» Because no one needs an external game console, players immediately multiply into hundreds and thousands and million-folds as soon as it was launched – No investment, just download, and start playing »» They start playing, and collecting all the species as you can, giving “a new purpose in life,” as quoted from my good friend in his thirties. The purpose in life is a metaphor of an on-demand transporter, as his phone notifies that a customer needs to be picked up, he or she will go! So, Pokémon GO! Search, look high and low in real-life habitat for Pokémon hidden, waiting to be discovered on their app, and catch ‘em all.
The million-dollar question: WHY HAS THE WORLD GONE GAGA OVER THIS? • It has been a long time coming. In my personal wish as a gamer, I want to play the Tomb Raider game as Tomb Raider, where I have to jump, throw air-punches in the air, crawl, virtual climb, and move in my living room. While the basics are covered with Kinect and Wii, it looks like home immersive playroom with surround sound, padded walls, and perhaps with a Google Glass or Oculus to feel I’m in the jungle itself is now to be on hold – not only that it has a higher rate of investment for users, the ROI will be slower than of mobile games. • And so: »» It’s free-to-play »» It’s a free-to-play game that offers state-ofthe-art by pushing the abilities of the Smartphone as the new age of a game console and playing experience, replacing those portable consoles of the past. »» Optimizing the ability of smartphones in whatever version as long as you have GPS, camera and connectivity. You can be part of
16997807_MARKETEERS ED SEPTEMBER 2016_T-091.PDF 1
8/26/2016 5:31:07 AM
A
E S T
R O
Market 092
CONCLUSION • The Pokémon game’s mission to all players is simply based on two things: 1. Collect all of the available species to fill up their Pokedex4. The Pokémon is now about 726 species. 2. Train a team of powerful Pokémon to compete against teams and win the ‘Pokémon League’. • If they adopt the similar mission only to be unveiled to the public as time passes, it is then the prolonged time-spent for users to dedicate and continue playing, and not as a one-month passing fancy. • The company hopes to not have created a Onehit-wonder, but a long-time adventure for the years to come as people will travel across lands and seas to fill up their Pokedex, hoping they would not forget as they change phones. • AR, from children’s storybooks has been made available for free, arguably not the first AR game but in the name of the nostalgic; existing strong brand and storytelling, characters and its universe; real time in real world fun to motivate people to get up and move and explore, marks an era in TECHNOLOGY: accessible, immersive, democratizing. • From Twitter that has helped many political movements in war zones to Facebook for fundraising and virality, Pokémon GO makes you play in your world within another world, and bringing people together to celebrate. This is the era of convergence, another original disruptive invention created by yours truly in the creative industries. Khaled Akil’s “#PokemoniInSyria” photography series is worth to appreciate and spread the good meaning behind it. WHAT HAPPENS NEXT? Like suggestions and forecasting, this is based on my personal analysis. What can The Pokémon Company do in the next 3 years?
• The Pokémon universe, from Pallet Town or Cerulean City, will be in the Earth address. • Blurred lines where Earth grounds becomes the Pokémon Universe, and vice versa. Plus, more augmented reality games will launch; many virtual parallel worlds will now exist. • Through self company or partners, public spaces and eateries could be indicated with official brand trademarks of PokeStops and Gyms, even café’s as the ‘Health Centre’ for tired Poke Trainers. • Soft power of Japan makes a re-entry with this new Pokémon generation. It happened to have took the USA by storm in 1998, it’s now a comeback in 2016. • Tourism through PokémonGO ispossible. Fom various G2G, B2B, B2C, C2C, if they are open for partnerships and for people to understand and extract as much creativity without breaking its terms and conditions. It will be a win-win solution where revenue or positive bilateral relations through partnership are obtained where the world is rebranded mildly with Pokémon. • Ones who acts fast for the previous note will reap its rewards first, although cultural identities maybe lost when the identity is originally Japanese, and therefore soft power diplomacy is being favoured once again. The Japanese Government, particularly the ‘Cool Japan’ Committee will work together in many ways with The Pokémon Company. An Indonesian example which is promoting their brand with Pokémon GO is Bolt! Internet Provider. • Pikachu returns as Japan’s Ambassador, becoming a national favourite critter darling and its currently no. 1 Intellectual Property, One Piece, will be in second place. We can’t wait to see who’s going to take over the world next!
4 The Encyclopedia of Pokemon species. Each Pokemon has a number species under the National Pokedex
16997807_MARKETEERS ED SEPTEMBER 2016_T-092.PDF 1
8/26/2016 5:31:08 AM
SEPTEMBER 2016
TOBA
www.marketeers.com www.marketeers.com/radio
Sehari Menikmati Monaco of Asia
16997807_MARKETEERS ED SEPTEMBER 2016_T-093.PDF 1
8/26/2016 5:31:08 AM
Monaco of Asia EDITOR Jaka Perdana Priyanka Shekhawat
MarkPlus Center for Tourism & Hospitality dibentuk sebagai wadah komunitas bagi para pelaku industri pariwisata dan perhotelan Diharapkan dengan adanya MarkPlus Center for Tourism and Hospitality, para praktisi industri tersebut dapat saling berbagi pengalaman dan memperkaya wawasan pemasaran
Wilayah ibukota provinsi atau provinsi dengan potensi ekonomi yang sedari dulu punya nama bukan lagi satu-satunya sasaran para investor. Kini justru wilayah kabupaten mulai dilirik sebagai target investasi potensial. Bukan apa-apa, peran seperti kabupaten juga secara tidak langsung menopang perekonomian di sebuah provinsi, terutama kabupaten yang memiliki potensi strategis. Kadang berbicara soal pariwisata, justru wilayah kabupatenlah yang punya potensi besar. Bahkan boleh dikatakan sebagian besar destinasi pariwisata di negeri ini berada di kawasan kabupaten yang mungkin tidak setenar tempat wisatanya sendiri. Padahal bicara soal birokrasi dan administrasi, pemerintah daerah setempat memiliki andil besar untuk memajukan pariwisata yang mungkin sudah menjadi sasaran turis asing. Sayang sekali lampu tidak selalu menyorot kepada mereka. Konsumen hanya mau tahu destinasi wisata yang mereka datangi itu bagus, mengasyikan, dan meninggalkan kesan mendalam. Bitung tidak mau seperti itu. Sulit memang untuk mengenal wilayah satu ini karena berdekatan dengan saudaranya Manado yang sudah angkat nama lewat Bunaken. Tapi sebagai kawasan strategis lalu lintas banyak komoditas masuk ke wilayah Sulawesi Utara, Bitung berusaha mempercantik diri dengan mengundang banyak investor. Tidak hanya potensi secara ekonomi karena ternyata Bitung tidak mau kalah bersaing dengan Manado lewat destinasi-destinasi yang diklaim sama bagus dengan Bunaken. Jangan juga lupakan Toba, destinasi tenar sedari dulu yang tidak pernah pudar pamornya. Presiden Jokowi berkomitmen untuk membangun kawasan cantik tersebut agar lebih dikenal luas dan dikunjungi semakin banyak turis. Bahkan Toba sendiri sudah dijuluki oleh banyak orang sebagai Monaco of Asia. Konon memang sekarang Toba sedikit pudar cahaya brand-nya, tapi komitmen presiden sudah menunjukan bahwa danau raksasa itu tidak pernah hilang keajaibannya dan tetap akan menjadi ikon wisata Nusantara. Horas!
VISI Menjadi knowledge and sharing platform pemasaran bagi sektor tourism and hospitality di Indonesia
MISI Menjadi wadah bagi para praktisi dunia tourism and hospitality untuk memperkaya wawasan dan saling berbagi pengalaman pemasaran
MarkPlus Center for Tourism & Hospitality Berry Biz Hotel Ground Floor Jl. Sunset Road No. 99, Kuta, Bali P: +62 361 8495 670 F: +62 361 8495 671
16997807_MARKETEERS ED SEPTEMBER 2016_T-094.PDF 1
8/26/2016 5:31:10 AM
MAP
Sehari Menikmati Toba Oleh Jaka Perdana
Haram rasanya jika bicara wisata Sumatera Utara tanpa menyebut Danau Toba. Sedari dulu Toba sudah menjadi legenda pariwisata Indonesia. Ternyata memang betul. Hal menakjubkan memang berada di danau raksasa tersebut.
eberapa dalam Danau Toba? Tanyakan itu ke warga lokal. Ternyata banyak juga yang tidak tahu seberapa dalam danau terbesar di Indonesia itu. Tapi ada juga yang menjawab bahwa rata-rata kedalaman Toba bisa mencapai 500 meter. Bahkan, salah satu titik terdalam mencapai 900 meter. Itulah Toba, danau indah dan monumental yang menyimpan banyak misteri. Rasa lelah setelah perjalanan darat selama lima jam dari Medan langsung terbayar ketika panorama Toba menyambut. Inilah danau raksasa yang selama ini menjadi ikon pariwisata dan kebanggaan negeri, di mana di kanan kirinya diapit dataran perbukitan indah. Dan kurang lengkap jika kita sudah berada di Toba tapi tidak coba menyeberang ke pulau di tengahnya, yaitu Pulau Samosir.
Sekali lagi, perjuangan harus dilakukan untuk menyeberang karena kapal pengangkut khusus mobil itu memiliki kapasitas terbatas. Antreannya cukup panjang. Tapi, tetap saja rasa lelah setelah perjalanan 45 menit menyeberang itu hilang dan kembali bergairah karena wilayah perbukitan di tengah danau itu menjadi santapan empuk para pecinta fotografi. Perpaduan warna hijau perbukitan, biru pekat danau, dihiasi langit biru cerah berawan menjadi panorama yang tidak akan terlupakan. Kamera di tangan tidak henti-hentinya membidik sudut-sudut perbukitan yang diambil dari angle manapun tetap terlihat luar biasa. Samosir sendiri adalah wilayah wisata yang cukup ramai. Berburu makanan khas Sumatera Utara serta pernak-perniknya tidak sulit di sini. Salah satunya di wilayah pasar Tomok yang menjadi daerah pertama disapa ketika kapal berlabuh. Selain tempat untuk berburu kuliner dan oleh-oleh, keunikan Tomok adalah pertunjukan tari Batak di salah satu sudut pasar. Dengan Rp 5.000 saja, pengunjung sudah bisa menikmati tarian unik yang mana bukan hanya penari, tetapi pengunjung pun akan ikut diajak berpartisipasi menari bareng. Yang mencuri perhatian adalah sebuah patung yang disebut Si Gale-Gale ikut mengikuti irama penari. Si gale-gale ini sebenarnya adalah patung kayu yang konon berisikan roh dan digerakan oleh beberapa utas benang. Tidak jauh dari situ ada makam-makam para leluhur bergelar raja dari keluarga Sidabutar dan Situmorang. Struktur makamnya dibuat dalam beberapa bentuk. Ada yang sekilas mirip den-
095
16997807_MARKETEERS ED SEPTEMBER 2016_T-095.PDF 1
8/26/2016 5:31:11 AM
MAP
gan Spinx di Mesir dan ada juga berbentuk rumah adat Batak. Si Gale-Gale dan makam ini menunjukan penghargaan masyarakat Batak kepada para leluhur. Adat kuat tersebut menjadikan Toba begitu memikat sebagai destinasi wisata. Pantai Rasa Sejuk Berbicara kuliner di Toba khususnya Samosir memang tidak jauh dari bumbu pedas dan asin. Beberapa jenis makanan bahkan hanya bisa ditemukan di Toba dan sekitarnya. Konon, beberapa bumbu rahasia cuma ada di wilayah Samosir, sebut saja bumbu arsik. Bila dipadukan dengan ikan langsung dari Toba, arsik ini memiliki rasa asin bercampur agak asam. Ikan berbumbu kuning tersebut direbus bersamaan dengan rempah bernama kencong yang tumbuh di sekitaran Samosir. Hasilnya adalah sajian lezat berkuah hangat yang sangat cocok disantap di daerah tinggi se perti Toba.
Satu lagi yang tidak boleh dilewatkan adalah kuliner berbumbu pinandar, yang biasa disajikan dengan daging ayam maupun babi. Tesktur rasanya asin dan asam seperti arsik, namun dengan aroma berbeda karena tidak berkuah namun berwarna hijau seperti bumbu sambal. Bumbu pinandar sendiri disajikan dari bahan andaliman yang lagi-lagi merupakan khas wilayah Toba. Asin dan asamnya akan menguar ketika daging digigit plus sedikit rasa pedas menjadikan masakan pinandar terasa segar di mulut. Dan, siapa bilang jika di danau tidak ada pantai berpasir putih? Di pinggiran Pulau Samosir tepatnya di daerah Ambarita ternyata hampir sepanjang sisinya memiliki pantai pasir putih yang bisa dinikmati siapa saja. Unik rasanya karena rasa panas matahari ketika menikmati pantai tidak terasa. Mungkin di sinilah tempat menikmati pantai, namun dengan hawa yang sejuk khas perbukitan. Suasana di pantai-pantai Samosir ini tidak ramai dan begitu tenang. Yang paling luar biasa adalah pemandangan di seberang
096
16997807_MARKETEERS ED SEPTEMBER 2016_T-096.PDF 1
8/26/2016 5:31:11 AM
MAP
pantai. Terpampang perbukitan di sepanjang sisi Toba dengan warna hijaunya yang bersentuhan dengan langit biru dan dipisahkan oleh perairan biru pekat sangat luas. Lebih luar biasa lagi pemandangan itu bisa dinikmati dari ke tinggian perbukitan Samosir. Tidak jauh dari pinggiran pantai terdapat dataran tinggi yang bisa dinaiki dengan kecuraman rendah. Sayang sekali memang jika kita tidak naik ke sana karena pemandangan jauh lebih memukau. Selain melihat panorama Toba lebih luas lagi, kota-kota kecil di sekitar Samosir juga bisa terlihat. Toba tampak seperti sebuah danau yang dikelilingi benteng panjang tinggi berwarna hijau. Jadi jika ada sentimen mengatakan bahwa Toba sudah mulai kehilangan pudarnya karena semakin banyak destinasi baru bermunculan di Indonesia, itu salah besar. Toba menawarkan nilai perpaduan alam, kuliner, dan budaya yang tidak ada di wilayah lain. Belum lagi statusnya sebagai danau vulkanik membuat Toba kian melegenda dan menarik untuk terus dijelajahi.
097
16997807_MARKETEERS ED SEPTEMBER 2016_T-097.PDF 1
8/26/2016 5:31:12 AM
MAKANAN
Memanjakan Lidah di Kota Tua Medan Oleh Jaka Perdana
Sebutkan kota-kota dengan destinasi kuliner populer di Indonesia. Bandung, Jakarta, Surabaya? Jangan lewatkan Medan. Aroma kulinernya sudah terasa ketika memasuki wilayah perkotaan, persis seperti duriannya yang sangat tersohor itu. Berikut beberapa spot kuliner pilihan yang bisa Anda nikmati di ibukota Sumatera Utara.
SOTO KESAWAN
TENDA NELAYAN
Semangkuk soto panas dengan daging sapi dan ayam plus martabak India saja sudah sangat mengundang. Apa jadinya jika dua protein tadi diganti dengan udang? Ya, di depot bernama Soto Kesawan ini, kuah kental kuning lezat disajikan dengan potongan udang plus jeroan sapi. Banyak pilihan kombinasi bisa dipesan mulai dari udang dengan daging sapi, jeroan, sampai ayam. Kehadiran udang membawa irama baru di lidah. Dan ketika daging renyah kemerahan itu muncul dari kuah, tidak ada yang bisa menggambarkan betapa unik semangkuk soto kesawan yang berharga Rp 25.000an ini.
Konon ada banyak pancake durian enak bertebaran di Medan. Namun menurut rekomendasi sana sini, hanya ada satu yang terbaik, yaitu pancake durian di Tenda Nelayan. Wilayah ini memang terkenal sebagai tempat kongkow apalagi ketika malam tiba. Dan, dua buah pancake durian yang disajikan di atas sebuah piring kecil adalah santapan wajib di sini. Pelayan biasanya akan memotong sampai delapan bagian dan “dosa” rasanya jika menyisakan satu potong saja. Bayangkan makan durian lezat tanpa biji dibalut dengan balutan tipis kue berwarna hijau. Cadas!
TIP TOP Restoran Tip Top adalah spot kuliner di pusat kota bernuansa klasik zaman dulu yang sangat legendaris dan masih berta han hingga kini dari era penjajahan. Banyak menu ditawarkan di sini. Tapi yang menjadi salah satu signature Tip Top adalah sajian es krim. Hadir dalam beberapa rasa, es krim di sini dibuat langsung dari resep turun temurun disajikan dalam potongan persegi. Rasa lezatnya tidak bisa ditemukan di tempat lain. Beberapa menu rekomendasi di sini antara lain es krim Java dan Ystaart seharga Rp 20.000an.
UCOK DURIAN Belum ke Medan jika belum ke tempat bernama Ucok Durian, yang merupakan kuil utama bagi mereka pemuja durian. Konon durian-durian yang disajikan di Ucok adalah durian pilihan sehingga secara kualitas terjaga. Begitu masuk ke Ucok, pengunjung akan langsung disam-
but tumpukan durian dengan wangi tajam dan khas menyengat. Ketika buah dibuka, maka harum menyengat itu akan semakin menusuk. Dan rasa menyengat itu akan langsung menggoda siapa saja untuk langsung menyantap daging empuk tebal manis durian super lezat ala Sumatera. Benar-benar mantap.
098
16997807_MARKETEERS ED SEPTEMBER 2016_T-098.PDF 1
8/26/2016 5:31:13 AM
INTERVIEW
Apa yang menjadi kekuatan Bitung saat ini? Bitung letaknya cukup strategis. Lalu lintas barang di jalur laut di Sulawesi Utara harus melewati Bitung. Sekarang, Bitung sedang dikembangkan sebagai kota yang berbasis pariwisata. Bitung sendiri sudah ditetapkan sebagai international port dan kawasan ekonomi khusus. Bitung dihuni oleh 250.000 jiwa. Dari total wilayah Bitung, 42%-nya terdiri dari hutan yang menjadi potensi wisata alam. Maximiliaan J. Lomban Walikota Bitung, Sulawesi Utara
Satu Kota Lima Pesona Daerah dengan luas wilayah kecil tidak otomatis kecil pula potensinya. Kota Bitung, salah satunya. Daerah pemerintahan kota yang terletak di Sulawesi Utara ini sedang memperkuat jurus untuk memasarkan potensinya yang dikenal dengan sebutan lima pesona, yakni pesona bahari, flora, fauna, wisata industri, dan wisata sejarahreligi. Kementerian Pariwisata mendukung penuh upaya pemberdayaan potensi Bitung tersebut. Bahkan, Festival Pesona Selat Lembeh, salah satu festival andalan Kota Bitung sudah masuk dalam Kalender Pariwisata Nasional. Bitung bersikeras menggenjot lima pesona tersebut mengingat sektor ini krusial dalam menyumbang pertumbuhan ekonomi – sebesar 10% dari jumlah persentasi sektor penyangga ekonomi daerah dan pemberi devisa bagi daerah terkait. Pemerintah Bitung juga menilai, sektor ini merupakan sektor yang terjangkau dan paling banyak menyerap tenaga kerja. Sementara itu, tren investasi terkait pariwisata – hotel dan penginapan dan proyek hospitalitas lainnya – mulai melirik daerah-daerah tingkat dua, seperti kabupaten dan kotamadya. Bitung, salah satunya. Bagaimana Pemerintah Kota Bitung mempermak kotanya dengan lima pesona utama tersebut? Simak wawancara Sigit Kurniawan dari Marketeers dengan Walikota Bitung Maximiliaan J. Lomban berikut ini:
Apa saja yang menjadi andalan turisme di Bitung? Kami mengambil tagline B3, yakni Bitung Bahari Berseri. B3 ini akan dirilis sebagai bagian dari kampanye pariwisata dengan lima destinasi andalannya. Rencananya, promosi akan digelar di Jakarta pada September ini. Apa saja kelima pesona tersebut? Pertama, Bitung memiliki enam titik penyelaman di Selat Lembeh. Kami memiliki mangrove yang masih terpelihara, pantai pasir putih. Lalu, ada Pulau Serena yang indah. Belum lagi di titik penyelaman itu, ada banyak biota laut yang unik. Kedua, Bitung memiliki flora unik di Pulau Tangkoko. Di sana, ada komunitas petani aren yang memproduksi minuman fermentasi. Ini bisa dijadikan daya tarik sendiri bagi wisatawan yang ingin tahu proses kreatifnya. Ketiga, pesona fauna. Salah satu spesies yang menjadi daya tarik di sini adalah monyet dengan tiga jenis dari 11 jenis yang ada di dunia. Termasuk spesies monyet terkecil di dunia. Sementara itu, pada musim tertentu, banyak burung-burung Australia melakukan rendezvous di Tangkoko.
099
16997807_MARKETEERS ED SEPTEMBER 2016_T-099.PDF 1
8/26/2016 5:31:14 AM
INTERVIEW
Apa lagi? Keempat, Bitung memiliki industri. Ada 53 unit pengolahan perikanan dan tujuh pusat pengalengan ikan. Industri kami ubah menjadi sebuah destinasi yang mana turis bisa datang untuk melihat proses penangkapan ikan, pengolahan, pengalengan, hingga pemasarannya. Di sini, kami juga memiliki empat pabrik minyak kelapa terbesar di Indonesia, yakni minyak sawit dan kelapa. Sebut saja merek Bimoli. Asal Bimoli dari Bitung yang mana “Bimoli” merupakan singkatan dari Bitung Manado Oil. Katakanlah, ini potensi wisata industri. Kelima, Bitung merupakan kota sejarah, religius, dan budaya. Sebelum Bitung lahir sebagai sebuah kota, tentara Portugis pada zaman dulu sudah menemukan potensi-potensi besar wilayah ini. Salah satunya, sumber air yang dikenal dengan “Air Perang” yang ditemukan oleh kapal-kapal perang pada 400 tahun silam. Selain itu, Selat Lembeh sejak zaman dulu sudah menjadi salah satu hub perdagangan kapal-kapal dari Eropa. Ada lagi Tugu Trikora yang mana Bitung menjadi tempat konsolidasi logistik. Dari sisi religius, Bitung memiliki tinggi Patung Yesus setinggi 35 meter. Budaya Bitung juga kaya, dari Mak Engket, Cakalele, Tulude, Masamper, dan sebagainya.
tetapi pemerintah juga turut serta. Bagaimana pemanfaatan Teknologi Informasi dan Komunikasi untuk mendukung pembangunan di Bitung? Kami sedang menggarap Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) dalam rangka menjadikan Kota Bitung sebagai smart city. Kami saat ini sedang menggenjotnya di sektor pendidikan dan pelayanan publik. Bagaimana Anda menerapkan leadership di sana? Unsur terpenting dalam hal ini adalah memberi kepercayaan. Kepercayaan itu saya harapkan bisa dimanfaatkan sebagai mestinya demi pengembangan kinerja. Mereka melakukan sebaik-baiknya apa yang menjadi pekerjaannya. Semangatnya seperti semangat Presiden Jokowi, yakni kerja, kerja, kerja. Dengan membangun kepercayaan tersebut, integritas pemerintahan bisa diwujudkan. Intinya, lakukan apa yang kau katakan dan katakan apa yang kau lakukan.
Lalu, apa upaya selanjutnya? Lima pesona itu yang akan kami marketingkan ke dunia luar sebagai bagian dari upaya Bitung melakukan branding atas dirinya sendiri. Harapannya, dengan mengembangkan ini, masyarakat sendiri yang akan mendapatkan manfaatnya – khususnya manfaat ekonomi. Saya menyakini, pariwisata memiliki multiefek yang besar. Pesona itu akan tinggal pesona jika tak dipasarkan. Bagaimana Anda memarketingkan kelima pesona tersebut? Kami melibatkan banyak pihak. Misalnya, kami melobi dan mengajak orang-orang yang berkompeten di bidangnya, termasuk orang marketing. Mereka diundang untuk turut mendesain Kota Bitung demi masa depan yang menjanjikan dan tentu makin mensejahterakan warganya. Dengan strategi branding yang kuat dan tepat, makin banyak orang akan mengenal Bitung dan mengunjunginya. Hal ini kami imbangi dengan pembangunan infrastruktur, baik jalan tol, jalur kereta api, dan sebagainya. Sektor pariwisata tentu turut mendongkrak usaha lokal. Bagaimana UKM di sana diberdayakan? UKM menjadi bagian penting dalam pemberdayaan ekonomi lokal. Ini juga menjadi tulang punggung selama ini. Kami memiliki sekolah khusus kewirausahaan untuk mendukung pengembangan potensi tersebut. Saya yakin, untuk memajukan ekonomi Bitung, kami membutuhkan entrepreneur-entrepreneur baru. Kami kerjasama dengan banyak lembaga, seperti Kementerian Keuangan dan Perbankan – khususnya dalam pembiayaan UKM. Tidak hanya soal keuangan dari perbankan,
Bagaimana buah-buah dari edukasi tersebut? Memang, hasilnya tidak bisa dilihat sekarang ini. Tapi, berdasarkan pengalaman selama ini mengelola Bitung, saya yakin bahwa hal itu akan terwujud. Pengalaman saya dengan Bitung sudah cukup lama. Saya tahun ini menjabat sebagai Walikota – tepatnya pada 30 Maret yang lalu. Sebelumnya, menjadi wakil walikota dan sebelumnya lagi menjadi Sesda. Proses sudah lama jalan dan keberhasilan sudah ada di depan mata. Semua ini demi masyarakat Bitung sekarang dan di masa depan. Apa mimpi Anda pada Bitung? Mimpi pertama saya, Bitung bakal menjadi salah satu pelopor ekonomi bagi Indonesia. Ketika pelabuhan Bitung nanti menjadi besar, potensi eko-
100
16997807_MARKETEERS ED SEPTEMBER 2016_T-100.PDF 1
8/26/2016 5:31:15 AM
INTERVIEW
nomi akan membesar juga. Nantinya, hanya ada dua pelabuhan sebagai pintu gerbang besar di Indonesia. Pertama, di bagian Timur, adalah pelabuhan Bitung. Kedua, di wilayah Barat, yakni pelabuhan Kuala Tanjung, Sumatera Utara. Kuala Tanjung akan memberi banyak akses ke Samudra Atlantik dan Eropa. Sementara, Bitung akan membuka akses besar bagi perdagangan di kawasan Asia Timur dan Pasifik. Keberadaan Pelabuhan Bitung bisa meringankan beban kerja Pelabuhan Tanjung Priok dan Tanjung Perak. Dengan demikian, logistik kita bisa lebih hidup dan lebih besar. Khususnya, logistik dari dalam negeri sendiri bisa masuk ke wilayah sendiri dan dimanfaatkan warga Indonesia serta bukannya dari logistik asing. Dan, tentunya ongkosnya akan jauh lebih murah dan terjangkau – termasuk barang yang sampai ke konsumen. Masyarakat Ekonomi ASEAN sudah berlangsung sekian waktu. Bagi Anda, ini peluang atau bencana? Saya melihat soal tenaga kerja. Kalau tenaga kerja kita sendiri yang tak siap, tenaga asing yang justru menguasai. Saya sendiri sedang menyiapkan sumber-sumber daya manusia dari Bitung agar
nusantara sept.indd 9 ED SEPTEMBER 2016_T-101.PDF 1 16997807_MARKETEERS
andal di pasar tenaga kerja, khususnya bagian logistik. Kami membangun sekolah yang namanya Bitung Logistic Community College (BLCC). Saya ingin manusia-manusia Bitung mampu bersaing di tingkat global, khususnya Asia. Selain kualitas SDM, kualitas produksi harus ditingkatkan mampu bersaing dan tak ketinggalan. Produk yang berkualitas tidak akan laku. Caranya? Kami benahi semua sistem yang mendukung produksi tersebut agar bisa menghasilkan produk bermutu sekaligus terjangkau. Tentunya, bisa unggul juga dalam ekonomi ASEAN. Sampai akhir tahun ini, apa targetnya? Sepuluh tahun yang lalu, Pendapatan Asli Daerah (PAD) kami mencapai Rp 8,5 miliar. Tetapi, akhir tahun kemarin, PAD sudah mencapai lebih dari Rp 100 miliar. Saya berharap PAD sampai akhir tahun nanti akan mengalami pertumbuhan lebih besar lagi. Walaupun tahun kemarin, ada sedikit gangguan. Karena banyak penertiban di sektor perikanan, banyak upaya yang mandeg. Padahal, lebih dari 50% perekonomian Bitung disokong oleh perikanan. Apalagi Bitung memiliki 53 unit pengolahan ikan.
8/25/16 6:52 PM 8/26/2016 5:31:16 AM
OPINI
Christianto Wibisono Pendiri PDBI (Pusat Data Bisnis Indonesia)
Reshuffle dan Tax Amnesty residen Joko Widodo mempunyai pelbagai cerita persitiwa kebetulan (koinsidensi) dan daur ulang historis yang mengingatkan kita pada filsuf George Santayana. Dia mengatakan bahwa orang yang tidak belajar dari sejarah akan meng ulangi atau dihukum melakukan kesalahan sejarah yang sama berulang kali. Tapi, dalam kasus Presiden ke-7 RI, maka faktor hoki− kebetulan yang menguntungkan−tampak lebih dominan, berkali-kali memihak dan “merestui” percaturan politik yang dinamis sejak 20 Oktober 2014. Presiden yang lahir 21 Juni bersamaan dengan hari wafatnya presiden pertama RI meski dibilang ahistoris ternyata memperhatikan simbol seperti tanggal reshuffle, yakni 27 Juli yang merupakan hari penyerangan kantor DPP PDI pada tahun 1996. Presiden memanggil pulang Sri Mulyani untuk menjadi Menteri Keuangan ke-30 yang kedua kali dalam waktu 6 tahun sejak berhenti dari Menkeu ke-26 lantaran menjadi Direktur Bank Dunia sejak tahun 2010. Riwayat kabinet Indonesia memang mirip kabinet Jepang yang penuh dengan dinasti anak cucu turun temurun. Kabinet Kerja III ini lebih banyak menampung politisi ketimbang teknokrat meskipun Sri Mulyani menjadi bintang teknokrat non-partai. Untuk mempertahankan keseimbangan partai, maka jumlah kursi Nasdem tetap 3 orang. Karena itu, masuklah politisi Enggartiasto Lukita menggantikan Thomas Lembong untuk mengganti Ferry Mursidan Baldan, dari Nasdem, yang dicopot dari jabatan Menteri Agraria Tata Ruang/Kepala BPN. Lalu, seperti kita tahu, Jendral purnawirawan
Wiranto diangkat menjadi Menteri Koordinator Bidang Poliltik Hukum dan Keamanan karena Hanura kehilangan 2 portofolio menteri, yakni Menteri Perindustrian dan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi. Politisi Asman Abnur menggantikan Yuddy Chrisnandi sebagai MenPAN-RB menghilangkan peluang Didik J. Rachbini menjadi menteri ekonomi. Di bidang pendidikan, Prof Muhadjir Effendy, yang mengganti Anies Baswedan, disambut dengan tweet sebagai Soehartois langsung memicu kontroversi dengan ide full day school. Tapi, ide itu langsung gugur karena di-bully di media sosial. Tergesernya Anies Baswedan dari Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI juga mengejutkan, sama mengejutkannya dengan tersingkirnya Ignasius Jonan oleh Budi Karya Sumadi. Tak lama kemudian, pemaksaan pemakaian Terminal 3 Ultimate tanggal 9 Agustus 2016 mengulangi trauma chaotic perpindahan bandara dari Halim ke Soekarno Hatta di era Orde Baru. Segala macam kericuhan itu dilewati Presiden dengan tenang, santai dan pertumbuhan ekonomi kuartal kedua masih di atas 5%. Menkeu Sri Mul yani langsung memangkas anggaran secara realistis dari target ambisius yang ditetapkan Menkeu ke29 Bambang Brojonegoro yang putra dari Menteri Pendidikan ke-17 Sumantri Brojonegoro. Bambang dipindahkan menjadi Menteri Kepala Bappenas menggantikan Sofyan Djalil yang hoki mempertahankan posisi menteri dan dipindah ke Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional. Itu semua adalah seni dagang sapi presiden dan wapres yang ngotot mempertahankan Sofyan Djalil yang sudah berpindah portofolio dari Menteri Koordinator Bidang Perekonomian ke Menteri Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/ Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (BA PPENAS) terus ke Menteri ATR/Kepala BPN. Luhut B. Panjaitan menggantikan Rizal Ramli yang baru masuk Juli 2015 untuk melanjutkan proyek reklamasi yang sempat dibatalkan oleh Rizal Ramli. Sebelumnya, Rizal Ramli berseteru dengan Ahok yang kukuh melanjutkan proyek tersebut dibalik kontroversi suap anggota DPRD terkait retribusi lahan reklamasi. Bagaikan permainan biliar, bola reshuffle menyodok kian kemari, termasuk mengorbitkan Rizal Ramli dalam bursa perebutan kursi gubernur DKI yang semakin dramatis karena Megawati memegang kartu sampai detik terakhir. Tampaknya, putri Bung Karno itu ingin menanti sampai hari H untuk mengumumkan apakah ia merestui Ahok atau akan menerjunkan penantang Ahok. Maka, pemilihan gubernur DKI Jakarta ini menjadi semacam pertarungan politik antara Jokowi-Ahok vs Mega & koalisi 7 partai. Ini adalah ironi dan kontroversi politik yang semakin menggerus idealisme dan moral serta etika politik. Tidak terbayangkan bila PDIP berkoalisi de ngan Gerindra untuk melawan Ahok yang direstui Jokowi. Jawabannya hanya akan muncul ketika pendaftaran calon ditutup pada 23 September 2016.
102
16997807_MARKETEERS ED SEPTEMBER 2016_T-102.PDF 1
8/26/2016 5:31:17 AM
OPINI
Siapa yang akan diusung oleh PDIP sendiri atau bersama 7 koalisi melawan Ahok yang didukung Nasdem, Hanura, Golkar. Bagi masyarakat sendiri yang lebih aktual dan relevan adalah mencermati jadwal tax amnesty. Sebab semua orang ingin memanfaatkan tarif terendah untuk 3 bulan pertama, Juli, Agustus, dan September. Padahal peraturan dan petunjuk pelaksanaan teknis belum diumumkan. Sehingga, data masukan uang tebusan dan dana yang dideklarasi atau direpatriasikan masih jauh dari target ambisius yang dicanangkan Menkeu ke-29. Karena itu, Sri Mulyani segera menghentikan keraguan dan ketakutan masyarakat akan pemeriksaan dengan menegaskan bahwa seluruh kasus perpajakan supaya dihentikan pengusutan dan penyidikannya. Biarkan masyarakat tenang memasukkan formulir dan menghitung harta mereka untuk diputihkan dengan membayar uang tebusan sesuai dengan revaluasi aset mereka selama ini yang tak terlaporkan. Memang mengkawatirkan bahwa sampai 8 Agustus, hanya 1.294 peserta dengan aset yang di bawah Rp 10 triliun dan hanya kurang dari Rp 1 triliun berasal dari repatriasi. Jadi, lebih banyak amnesti yang diajukan untuk harta lokal di dalam negeri. Sehingga, teori tentang uang orang Indonesia yang diparkir di luar negeri menjadi kabur, karena justru harta dalam negeri yang banyak bermunculan berupa deposito, properti, perhiasan dan sebagainya. Semuanya sesuai dengan aturan yang mulai dikeluarkan secara mendadak dan bertubi tubi, tapi belum siap secara detail di lapangan. Seperti kata pepatah the devil is in the details. Ketika memasuki rincian maka banyak masalah dan isu yang memerlukan kejelasan belum tertampung oleh banyak peraturan yang disusulkan ke Undang-Undang Pengampunan Pajak (Tax Amnesty) yang memang terlalu bertele-tele prosesnya. Pada hari Kamis, 25 Agustus 2016, PDBI menyelenggarakan Tax Amnesty Summit untuk memberi masukan kepada pemerintah. Agar masyarakat dapat memberdayakan dana repatriasi tax amnesty untuk segera menggerakkan roda perekonomian. Jadi, bukan malah diendapkan dalam deposito bank kemudian tidak dipakai untuk sektor riil yang bernilai tambah untuk ekonomi nasional. Masalah tax amnesty di Indonesia berkaitan dengan sejarah ekonomi politik RI yang menyedihkan karena selama 71 tahun merdeka, 7 presiden telah mengalami 7 devaluasi dan nilai rupiah merosot dibanding tahun 1950-an ketika rupiah masih setara dolar Malaya/Singapura yang waktu itu belum menjadi Malaysia. Sejarah panjang ekonomi negara berkembang Indonesia tidak bisa lepas dari pergolakan politik ekonomi-sosial selama 71 tahun dengan pelbagai pasang surut demokrasi. Pada 6 Agustus 2016, Reform Center for Religion and Society menyelenggarakan Seminar Iman Kristen, Demokrasi dan Negara Kesejahteraan menampilkan Gubernur Basuki Tjahaja Purnama, Ketua Wantimpres DR Sri Adiningsih dan Profesor Oz Guinness dan DR Steven Tong dengan moderator DR Benyamin Intan.
Dalam seminar itu, Gubernur Ahok menguraikan mengapa ia mengambil putusan untuk memakai jalur partai politik dan tidak memakai jalur independen. Sedangkan DR Sri Adiningsih menyatakan bahwa kesejahteraan sosial sangat tergantung dari suksesnya pembangunan ekonomi nasional. DR Steven Tong menekankan inti perkembangan demokrasi dari Athena, Paris, dan Geneva sebagai rentetan menuju kematangan berdemokrasi. DR Guiness menekankan pentingnya dimensi moral covenant, perjanjian antara manusia dengan Tuhan sebagai unsur tertinggi dalam moral kepemimpinan. Jadi, manusia dituntut untuk tidak munafik dalam janji kampanye karena kaitan dengan iman dan covenant (perjanjian) dengan Tuhan sebagai sumber kekuasaan. Kepemimpinan demokratis lahir dari tatanan sistem politik pascareformasi agama Kristen dan spirit entrepreneurship di balik kapitalisme pascarevolusi industri. Inilah yang sekarang mengalami gugatan dari hirarki teokrasi absolut Timur Tengah dan atheism sekuler Barat yang menisbikan peranan moral agama. Maka terjadilah korupsi kolusi nepotisme dan kesenjangan melebar ekonomi global yang memerlukan kembalinya moral menegakkan kesejahteraan sosial secara adil. Dalam konteks itu, maka pelaksanaan tax amnesty mesti didukung sungguh-sungguh oleh moral pertobatan dari elite politik sosial-ekonomi Indonesia. Jika semua pihak melaksanakan ketentuan pertobatan itu, maka pendayagunaan segenap aset nasional di dalam maupun di luar negeri, dapat mewujudkan sistem ekonomi yang berhasil memeratakan pertumbuhan secara lebih luas. Terutama menciptakan negara kesejahteraan yang sudah tercapai di Eropa Barat dan sekarang sedang mengalami tantangan dari gelombang pengungsi nonKristen yang menjadi tantangan sistemik kultur demokrasi Barat. Pada konteks itu, maka Turki dan Indonesia menjadi perhatian banyak orang apakah sukses dalam mengakomodasi nilai teokrasi Islam yang mengalami reformasi agar kompatibel dengan nilai demokrasi modern terutama dalam moral kebal terhadap korupsi secara konkret menghadapi risiko absolutism teokrasi abad pertengahan. Memang menakjubkan bahwa Presiden Jokowi yang “abangan” sukses dalam mendorong World Islamic Economic Forum dan juga kebangkitan Islam Nusantara sebagai prototipe Islam yang cinta damai di forum geopolitik pascakonflik ISIS. Dalam setiap perkembangan geopolitik dan percaturan politik nasional selalu tampak intervensi Tuhan yang tidak kelihatan berupa faktor kebetulan atau koinsidensi terjadi. Dengan melihat kesungguhan presiden, kita semua mengharapkan bahwa bangsa ini akan menuai panen keberhasilan program pembangunan presiden dan kabinet, tax amnesty untuk infrastruktur. Dengan kata kunci tidak munafik dan mengutamakan meritokrasi maka Indonesia akan terbebas dari penyakit ganti-ganti kabinet serta sukses membangun dan bebas dari korupsi untuk mengejar ketertinggalan dari tetangga.
103
16997807_MARKETEERS ED SEPTEMBER 2016_T-103.PDF 1
8/26/2016 5:31:17 AM
O
M
E N
T
104
MarkPlus WOW Service Excellence Award 2016 Oleh Tinus Kusuma
Setelah sukses digelar di 18 kota, ajang penghargaan MarkPlus WOW Service Excellence Award hadir kembali. Service Excellence Award diselenggarakan sejak tahun 2009 sebagai bentuk apresiasi terhadap local champion di kota-kota besar di Indonesia dalam melakukan pelayanan untuk meningkatkan kepuasan pelanggan. Tahun 2014, Service Excellence Award diperbarui menjadi MarkPlus WOW Service Excellence Award (WOW SEA) yang mengadopsi konsep WOW Marketing dari MarkPlus, Inc. Pada WOW SEA ini, MarkPlus mengukur kepuasan konsumen di lima dimensi yang masing-masing berkorespondensi dengan tahap yang dilalui pada customer path, yaitu Aware-Appeal-AskAct dan Advocate. Kelima dimensi itu adalah: clarity of communication atau seberapa jauh perusahaan memperlihatkan citra mereka kepada konsumen. Semakin jelas komunikasi yang di sampaikan, maka semakin bagus juga awareness calon konsumen terhadap merek tersebut. Selanjutnya ada favorability of brand, yakni seberapa suka konsumen terhadap merek yang mereka ketahui sehingga konsumen lebih memilih merek itu daripada merek lain; accessibility of channel untuk mengetahui seberapa mudah konsumen mencari tahu mengenai merek yang akan ia gunakan; dan suitability of offering, pada tahap ini konsumen bisa menentukan apakah merek yang ia gunakan berhasil menjawab kebutuhannya atau tidak. Terakhir, quality of service yang menunjukkan seberapa puas konsumen terhadap layanan-layanan yang diberikan oleh perusahaan. Pada masing-masing dimensi, dinilai kepuasan konsumen pada setiap bentuk interaksi merek dengan konsumennya baik secara langsung, melalui call center atau melalui media online. Tidak hanya itu, pada penghargaan ini juga dievaluasi seluruh aspek penawaran produk dan jasa, dimulai dari kesesuaian atribut produk sampai kesesuaian informasi yang disampaikan. Berikut sejumlah momen yang terekam di ajang MarkPlus WOW Service Excellence Award di Pekanbaru dan Surabaya.
Bank Jatim The Best Champion of Surabaya Service Excellence Award 2016 Category Conventional Bank (BUKU 1 & 2)
Ciputra World The Champion of Surabaya Service Excellence Award 2016 Category Shopping Mall
16997807_MARKETEERS ED SEPTEMBER 2016_T-104_R1.PDF 1
8/26/2016 5:27:07 PM
O
M
E N
T
105
Rumah Sakit Darmo The Champion of Surabaya Service Excellence Award 2016 Category General Hospital C Class
Mitra Pinasthika Mulia The Best Champion of Surabaya Service Excellence Award 2016 Category Motorcycle Dealer
Capella Dinamik Nusantara The Champion of Pekanbaru Service Excellence Award 2016 Category Motorcycle Dealer
16997807_MARKETEERS ED SEPTEMBER 2016_T-105.PDF 1
Bank Sumut The Champion of Medan Service Excellence Award 2016 Category: Conventional Bank (BUKU I+II)
8/26/2016 5:31:19 AM
A
N
E U V E R
106
resmi balapan tersebut. Tetapi yang istimewa pada hari itu, bahan bakar tersebut, Pertamax Turbo, resmi diluncurkan. Produk dengan research octane number (RON) 98 dan Ignition Boost Formula ini telah diujicoba di tiga balapan Lamborghini Blancpain Supertrofeo sebelumnya sejak awal tahun, yaitu di Monza-Italia, Silverstone-Inggris, dan Paul Richard-Perancis. Mewakili Pertamina dalam peluncuran tersebut adalah Afandi, Vice President Retail Fuel Marketing dan Dendi Danianto, Head of Marketing Communication yang terlibat dalam pengembangan produk sejak awal tahun. Hanya berselang beberapa minggu kemudian, di ajang GAIKINDO Indonesia Auto Show (GIIAS) 2016, Pertamina memboyong Pertamax Turbo ke Indonesia. Menurut Wianda Pusponegoro, VP Corporate Communication Pertamina, Pertamax Turbo akan menyasar konsumen yang selama ini sudah menggunakan produk Pertamax Plus dengan RON 95. Secara teknis, produk ini memang diperuntukkan bagi mobil dengan rasio kompresi lebih dari 12:1 atau yang sudah dilengkapi dengan teknologi direct injection atau turbo charger.
Pertamax Turbo: Potongan Puzzle Terakhir Strategi Trade-Up Pertamina? Oleh Iwan Setiawan
Dalam setahun terakhir, Pertamina mengembangkan dan meluncurkan berbagai produk bahan bakar baru yang membuat line-up mereka semakin komplit dan lebar. Apa strategi Pertamina di balik langkah ini?
02
Tanggal 29 Juli 2016, tampak kesibukan yang biasa di Circuit de Spa-Francorchamps, sekitar dua jam berkendara dari pusat kota Brussels di Belgia. Pebalap dan kru dari berbagai tim terlihat sangat sibuk menyiapkan berbagai balapan. Sepanjang hari, penonton berdatangan dan lalu lalang di salah satu sirkuit terpopuler di Eropa yang terkenal dengan lintasan yang berliku, sedikit berbukit, dan cepat. Menurut salah seorang pengemudi mobil VIP shuttle, dia cuma tidur tiga jam sehari. Maklum, sirkuit tersebut adalah salah satu yang tersibuk di Eropa dengan kalendar seri balapan yang sangat padat sepanjang tahun. Akan tetapi, bagi Pertamina dan Lamborghini yang menjalin kerjasama technical partnership, hari tersebut bukan sekadar hari balapan biasa. Memang, pada hari itu sedang berlangsung Lamborghini Blancpain Supertrofeo, yang dianggap salah satu one-make race terbaik di dunia dan bahan bakar Pertamina digunakan sebagai bahan bakar
16997807_MARKETEERS ED SEPTEMBER 2016_T-106_R1.PDF 1
Entrepreneurial Marketing: Creating a Trade-Up Ladder Pertamax Turbo bukanlah produk baru yang pertama bagi Pertamina dalam dua tahun terakhir. Sejak Ahmad Bambang menjabat sebagai Marketing Director, Pertamina memang rajin mengembangkan produk baru untuk melebarkan portofolio produk mereka di pasar. Tahun lalu, Pertamina meluncurkan produk bensin dengan merek Pertalite— penyederhanaan dari Pertamax Lite. Dengan kualitas ‘lite’ alias sedikit di bawah Pertamax—dengan RON 90—Pertamina menawarkan pilihan baru untuk konsumen di antara Premium (RON 88) dan Pertamax (RON 92). Tidak hanya itu, Pertamina juga meluncurkan produk ‘lite’ kedua, yaitu Dexlite yang diposisikan sebagai versi ‘lite’ dari Dex, bahan bakar diesel kualitas tertinggi milik Pertamina. Seperti la yaknya Pertalite, Dexlite dengan cetane number 51 dan kandungan sulfur 1200 part per million (ppm) mengisi ruang kosong di antara produk Bio Solar (cetane number 48 dan sulfur 3500 ppm) dan Dex (cetane number 53 dan sulfur 300 ppm). Dengan demikian, Pertamina menawarkan produk bahan bakar terlengkap. Untuk bensin, ada Premium (RON 88), Pertalite (RON 90), Pertamax (RON 92), Pertamax Turbo (RON 98), dan Pertamax Racing (RON 100). Sementara itu, untuk mesin diesel, ada Bio Solar, Dexlite, dan Dex. Hasilnya sangat menggembirakan menurut Afandi di sela-sela peluncuran Pertamax Turbo di Belgia. Melihat perkembangan setahun terakhir, Afandi menganalisis bahwa konsumen Indonesia sudah mulai naik kelas dan melirik produk kualitas yang lebih baik. Faktanya terlihat dari data terbaru yang disampaikan Afandi. Penjualan Pertalite sudah naik empat kali lipat dibandingkan penjualan saat peluncuran. Penjualan Pertamax sudah naik dua kali lipat dibandingkan penjualan periode sebelumnya. Penjualan Pertamax Plus naik 50% dibandingkan
8/26/2016 5:27:08 PM
A
N
E U V E R
107
periode sebelumnya. Kontras dengan hasil tersebut, penjualan Premium turun secara alami sebesar 12% dibanding periode sebelumnya, meskipun keseluruhan konsumsi bahan bakar ritel nasional naik 4%. Fenomena yang sama juga terlihat untuk bahan bakar diesel. Meskipun Dexlite hanya tersedia di sekitar 200 dari 5.200 Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU), sekitar 10% konsumen Bio Solar sudah berpindah ke Dexlite. Dalam pemasaran, fenomena naik kelas ini dikenal dengan trading up. Apa strategi di balik pengembangan produk ini? Menurut teori klasik Ansoff, ada empat cara untuk menggenjot pertumbuhan, yaitu market penetration (meningkatkan pangsa pasar dengan produk yang sama di pasar yang sama), market development (dengan produk yang sama melakukan ekspansi pasar), product development (dengan produk baru menyasar pasar yang sama), dan diversification (dengan produk baru melakukan ekspansi pasar). Dengan pertumbuhan konsumsi bahan bakar yang hanya 4% dan industri otomotif yang belum kunjung pulih sejak tahun lalu, tidak heran Pertamina memilih product development sebagai strategi untuk pasar domestik. Pasar bahan bakar nasional hanya diisi segelintir pemain dengan pangsa pasar yang relatif sticky sehingga market penetration tidak banyak akan menghasilkan pertumbuhan. Pertamina sendiri pun memiliki jaringan SPBU terbesar hingga ke pelosok. Sebagai Badan Usaha Milik Negara sekaligus pemimpin pasar, Pertamina memang memiliki kewajiban untuk membuka pasar sejak dulu, sehingga praktis tidak ada lagi pasar ‘baru’ untuk Pertamina secara domestik. Strategi product development ini dikonfirmasi oleh Muhammad Resa, Assistant Manager Brand Communication Pertamina. Resa mengatakan bahwa sementara pesaing mengutamakan pelayanan sebagai nilai jual, Pertamina fokus pada pengembangan produk yang dari dulu menjadi keunggulan Pertamina sembari mulai meningkatkan brand image dan pela yanan melalui gerakan SPBU Pasti Prima. Tentunya eksekusi strategi product development ini sangat menantang untuk Pertamina. Selain lini produknya sudah paling lebar, jaringan distribusi nya yang paling luas pun tidak sepenuhnya di bawah kendali Pertamina. Akan tetapi Pertamina berhasil membaca dan memanfaatkan dua tren yang sejalan dengan strategi mereka. Pertama, pemain industri otomotif melakukan strategi yang sama dengan te rus mengisi ruang kosong di antara lini produk me reka sehingga konsumen memiliki semakin banyak pilihan. Di antara produk baru yang diluncurkan, pemain otomotif mulai menampilkan teknologi yang semakin lama semakin irit dan ramah lingkungan. Terlihat dari GIIAS yang menampilkan smart mobility dan green technology sebagai tema dua tahun belakangan. Demikian juga adanya dorongan untuk masuk ke standar emisi Euro IV. Kedua, harga minyak pun turun. Dengan demikian, Pertamina bisa mengurangi jarak harga antara produk yang kerap kali menjadi batu san dungan konsumen untuk naik ke produk yang lebih berkualitas. Pertamina dengan strategis berhasil bergerak cepat memanfaatkan kedua momentum
16997807_MARKETEERS ED SEPTEMBER 2016_T-107_R1.PDF 1
01
tersebut dengan mengisi ruang antar produk yang tentunya semakin memangkas jarak harga antar produk. Bagi konsumen, naik kelas tidak menjadi sesuatu yang berat dilakukan. Kejelian melihat tren ini merupakan salah satu ciri entrepreneurial marketing. Terlebih dari timing yang tepat, kunci dari strategi ini adalah memahami segmentasi konsumen secara tepat. Dengan segmentasi, Pertamina dapat menjaga agar tidak ada arus balik atau kanibalisasi antar produk ke arah bawah, yang dikenal dengan trading down. Pertalite, misalnya, selain berpeluang menarik pengguna Premium naik kelas juga berisiko menarik pengguna Pertamax turun kelas. Melihat komunikasi yang dilancarkan Pertamina, kita bisa menduga target segment dan positioning masingmasing produk yang tampak membentuk sebuah tangga yang semakin tinggi semakin berkualitas. Premium secara alami memang menarik konsumen yang ingin bahan bakar dengan harga terjangkau. Pertalite diposisikan di atasnya sebagai bahan bakar yang mengusung fuel economy—terjangkau tetapi lebih berkualitas—sedangkan Pertamax se bagai bahan bakar yang melindungi mesin menjadi awet. Pertamax Turbo, di sisi lain, ditujukan untuk konsumen yang mencari performa mesin juara: dengan akselerasi, driverability, dan kemudahan mencapai top speed terbaik. Sedangkan Pertamax Racing dengan spesifikasi teratas tampaknya memang ditujukan untuk pembalap profesional. Untuk mesin diesel, DexLite mengisi ruang di antara Bio Solar dan Dex dengan positioning bahan bakar diesel hemat bertenaga. Sementara sebagai flagship product, Dex diposisikan sebagai bahan bakar diesel untuk performa ekstrim dan mesin tahan lama. Peluncuran Pertamax Turbo sepertinya merupa kan puzzle terakhir dari tangga trade-up yang disusun sejak tahun lalu. Ataukah akan ada kejutan lain dari Pertamina? Bagaimana pendapat Anda?
01. Afandi, Vice President Retail Fuel Marketing (tengah) dan Dendi Danianto, Head of Marketing Communication Pertamina (kiri) di Peluncuran Pertamax Turbo 02. Muhammad Resa, Assistant Manager Brand Communication Pertamina
8/26/2016 5:27:09 PM
A
N
E U V E R
108
Sritex:
Motor Penggerak Menuju Sunrise Industry Oleh: Ramadhan Triwijanarko
Industri tekstil mulai terpuruk ketika krisis ekonomi menghantam negara ini. Pasar tekstil Indonesia pun dibanjiri produk ilegal dari Tiongkok. Meski begitu, optimisme pada industri ini untuk kembali bertaji tetap ada.
Industri tekstil dan produk tekstil merupakan salah satu tulang punggung dari perekonomian Indonesia. Pemerintah melalui Kementerian Perindustrian menargetkan pertumbuhan industri tekstil dan produk tekstril (TPT) mencapai 6,33% pada tahun ini. Industri ini diyakini mampu memberikan kontribusi sebesar 2,43% terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) nasional. Meskipun begitu masih banyak yang beranggapan bahwa industri tekstil memasuki masa sunset industry. Anggapan tersebut berdasarkan bahwa industri tekstil di Indonesia secara teknologi masih tertinggal dibanding Korea Selatan dan Tiongkok. Ketertinggalan ini akibat krisis ekonomi yang pernah melanda Indonesia pada tahun 1997-1998 dan berulang di tahun 2008. Meskipun sudah berlalu cukup lama, diyakini krisis tersebut berimbas kepada industri tekstil hingga sekarang. “Masih banyak yang beranggapan bahwa industri tekstil adalah sunset industry. Beberapa tahun lalu, ada pabrik tekstil besar yang gulung tikar. Hal ini memberikan satu persepsi yang cukup negatif
16997807_MARKETEERS ED SEPTEMBER 2016_T-108_R1.PDF 1
bagi perbankan kepada industri tekstil,” ujar Iwan K Lukminto, Wakil Presiden PT Sri Rejeki Isman Tbk (Sritex). Menurut Wawan, sapaan akrabnya, industri tekstil saat ini harus bisa menjadi sunrise industry. Meskipun begitu, Wawan tidak menampik bahwa tahun 2016 juga bukan tahun yang mudah. Beberapa pelaku sektor tekstil sedang berjuang matimatian. Produk tekstil dalam negeri dihajar oleh produk-produk tekstil asal Tiongkok. Banyak juga produk asal Tiongkok itu yang masuk secara ilegal. “Banyak yang bilang tekstil Tiongkok itu murah dan terjangkau, sementara tekstil Indonesia mahal. Tapi, mereka tidak memahami bahwa tekstil yang diekspor oleh Tiongkok itu masuk kategori Grade B, barang over stock mereka jual rugi, lalu masuk ke Indonesia dengan ilegal tidak membayar bea masuk dan pajak,” jelas Wawan. Padahal, tekstil Indonesia bila dibandingkan secara apple to apple dengan Tiongkok, produk Indonesia lebih kompetitif. Lebih lanjut Wawan, melihat di dalam negeri sendiri, industri tekstil Tiongkok sedang mengalami permasalahan. Salah satunya terkait dengan masalah upah minimum regional (UMR) yang sudah tinggi. Belum lagi permasalahan one child policy di Tiongkok membuat industri tekstil disana kesulitan mendapatkan pekerja. Hal ini bisa dimanfaatkan oleh industri tekstil Indonesia. Wawan mengapresiasi langkah pemerintah untuk membekukan produk tekstil Tiongkok illegal. Sebagai industri padat karya, industri tekstil membutuhkan proteksi dari pemerintah karena menyangkut daya saing tekstil nasional, produktivitas, dan lapangan kerja. Menurutnya bila mendapatkan dukungan dari pemerintah dalam waktu dekat industri tekstil Indonesia bisa menunjukan tajinya. Pada era pemerintahan sebelumnya, pelaku industri tekstil mendapatkan insentif berupa cashback sebanyak 10% bagi perusahaan tekstil yang
“MEMBANGUN SRITEX TIDAK MUDAH. KERJA KERAS, TOTALITAS, KEJUJURAN, DAN DISIPLIN MENJADI KUNCI SUKSES SRITEX SELAMA INI.”
8/26/2016 5:27:10 PM
A
N
E U V E R
109
melakukan investasi mesin. Program itu mendukung pabrik tekstil untuk melakukan regenerasi mesin. Mengingat, saat ini banyak mesin di industri tekstil sudah tua. “Itu salah satu alasan tekstil Indonesia tidak kompetitif, karena mesin yang tua membutuhkan energi yang lebih. Akibatnya, konsumsi energinya lebih banyak,” tambah Wawan. Tugas menanti generasi kedua Meskipun bukan tahun yang menguntungkan,bagi pelaku industri di Indonesia, pada kuartal kedua tahun 2016 ini Sritex berhasil mengalami pertumbuhan. “Kami mengalami pertumbuhan berkat pertambahan konsumen. Konsumen memilih Sritex karena terintegrasi. Di dunia fesyen mereka membutuhkan production time yang cepat untuk merespon model fesyen di mancanegara. Mereka butuh supplier yang bisa mengadaptasi rotasi waktu yang cepat ini. Integrasi ini yang memungkinkan kami mendapatkan waktu produksi yang cepat,” ujar Wawan. Tahun ini, Sritex memasuki usia yang ke 50. Sritex yang bermula dari sebuah kios milik mendiang Muhammad Lukminto di Pasar Klewer, Surakarta, berhasil menjadi salah satu pemain industri tekstil yang memiliki reputasi global. Kerja keras dan kegigihan yang dilakukan oleh H.M Lukminto pada saat mendirikan Sritex di 1966 tetap terjaga hingga saat ini. Bahkan saat ini, produk buatan Sritex sudah tersebar di lebih 100 negara. Tidak hanya itu, kualitas yang disajikan oleh Sritex juga telah diakui oleh korporasi, ritel fesyen ternama, hingga dunia militer internasional. Produk kain Sritex telah digunakan oleh angkatan militer beragam negara. Tidak hanya Indonesia tapi juga negara-negara seperti Timor Leste, Jerman, Inggris, Swedia, dan Australia. Tidak hanya itu, Sritex menjadi satu-satunya
16997807_MARKETEERS ED SEPTEMBER 2016_T-109_R2.PDF 1
perusahaan tekstil di Asia yang memiliki lisensi untuk memproduksi pakaian militer NATO. Kepercayaan yang diberikan oleh NATO dan militer dunia tidak lepas dari reputasi Sritex s ebagai perusahaan tekstil yang terintegrasi mulai dari pemintalan benang hingga pakaian jadi. Dengan proses yang terintegrasi diyakini Sritex bisa memberikan kualitas yang terbaik, harga kompetitif, dan pengiriman yang cepat. “Membangun Sritex tidak mudah. Kerja keras, totalitas, kejujuran, dan disiplin menjadi kunci sukses Sritex selama ini,” tambah Iwan S Lukminto, Presiden Direktur Sritex. Iwan, sapaan akrabnya, menilai angka 50 tidak ada artinya bila tidak mampu bertahan di masa yang akan datang. Beragam strategi perusahaan mulai dari ekspansi produk, diversifikasi produk, perluasan jaringan pelanggan akan terus dilakukan oleh Sritex di tengah persaingan global dan suasana perekonomian yang penuh tantangan. “Nama besar Sritex tidak membuat kami terlena. Inovasi akan selalu kami kembangkan. Kami selalu berusaha berada di garis depan dalam teknologi terbaru. Ini sesuai dengan tujuan kami yakni mutu yang tinggi, harga baik, serta pekerjan tepat waktu bisa terus kami jaga dengan baik,” tambah Iwan. Iwan menegaskan komitmen perusahaan untuk terus menyediakan lapangan pekerjaan walaupun situasi ekonomi sedang sulit. Saat ini Sritex telah membuka lebih dari 50 ribu lapangan pekerjaan. Sritex memiliki rencana jangka pendek untuk melakukan ekspansi di midstream industry meliputi spinning dan garment. Dalam jangka panjang, baik Iwan dan Wawan akan mewujudkan mimpi almarhum sang ayah menjadikan Sritex sebagai perusahaan yang terintegrasi dari hulu dan hilir. “Apa yang telah dicapai adalah keberhasilan bersama, sehati sejiwa dalam membangun Sritex sebagai sawah dan ladang bersama,” pungkas Iwan.
8/26/2016 6:39:39 PM
16997807_MARKETEERS ED SEPTEMBER 2016_T-110.PDF 1
8/26/2016 5:31:22 AM
Travel Fashion Product Inside Movies Music Health Book Food
markyourstyle opening.indd 1 16997807_MARKETEERS ED SEPTEMBER 2016_T-111.PDF 1
P. 114 P. 116 P. 116 P. 112 P. 118
8/25/16 7:30 PM 8/26/2016 5:31:25 AM
A
R K
Y O
U
R S T
Y L E
Health Inside 112
Dok. The Golden Space
The Golden Space Indonesia
Kebahagiaan Holistik Itu Ada di Dalam Diri Manusia memang memiliki tubuh, namun tak banyak yang mengenalinya. Meditasi memberikan jalan kepada Anda untuk mengenali tubuh dan dengan begitu, memberikan chemistry yang positif bagi kehidupan Anda. Oleh Saviq Bachdar
ernahkah Anda merasa lelah setelah bekerja seharian penuh? Seringkah Anda mengeluh karena itu? Bisa jadi, itulah trauma dalam hidup. Ketika kita terlalu meng eksplor diri kita, tubuh akhirnya mencari jalan untuk menyembuh kan dirinya sendiri. Dan di saat itulah, tubuh kita mengalami penurunan atau drop. “Dan inilah yang disebut sebagai disease alias penyakit,” kata Amrit Gurbani, praktisi The Gold en Space (TGS) Indonesia, sebuah pusat meditasi yang baru membuka pintunya di Ibukota. Amrit menjelaskan, penyakit terjadi karena sese orang terlalu stres akibat banyak tekanan yang se dang dihadapinya. Ia pun memberi contoh, ketika
16997807_MARKETEERS ED SEPTEMBER 2016_T-112.PDF 1
seseorang bekerja untuk event seminggu penuh, orang itu akan memforsir badannya. Dan, saat ia ingin mengambil cuti, ia malah jatuh sakit. Penya kit yang diderita pun cukup umum, seperti diare, flu, meriang, dan masuk angin. “Kalau tubuh kita sakit, secara alam bawah sa dar, tubuh sedang berbicara pada kita untuk beristi rahat. Itulah mekanisme perlawanan kita. Selama ini, kita menganggap penyakit itu datang dari luar dan menyerang kita. Padahal, kita yang membuat penyakit kita sendiri,” katanya. Lantas, apa peran meditasi dalam hal ini? Amrit bilang, meditasi dapat membantu menyembuhkan penyakit yang ada di dalam diri seseorang, khu susnya yang menyangkut mind (pikiran), body (tubuh), dan soul (jiwa). Ketiga hal ini, sambung Amrit, saling berhubungan dan mempengaruhi satu sama lain. Ia menceritakan, ketika seseorang setiap harinya telat ke kantor, pikirannya kerap dibayangi oleh perasaan takut dimarahi atasan, tunjangan dipo tong, dan sebagainya. Sehingga, tubuh mengeluar kan banyak hormon adrenalin (hormon yang mem buat seseorang terpacu). Hal itu yang menyebabkan ia ngebut saat berkendara, marah-marah di jalan, dan sebagainya. “Saat stres, tubuh kita dikuasai oleh hormon kor tisol yang menyebabkan stres. Di tambah lagi, kita bertemu dengan orang-orang yang stres. Sehingga, hidup kita penuh dengan stres,” tambah Amrit.
“THE QUIETER YOU BECOME THE MORE YOU CAN HEAR”
26/08/2016 21:58:25
A
R K
Y O
U
R S T
Y L E Health 113
Ada keuntungan seseorang bermeditasi. Pertama, tubuh memiliki chemistry yang lebih baik. Chemistry ini mampu menjaga level kebaha giaan seseorang sepanjang hari. “Seperti orang yang baru saja memenangkan lotere Rp 10 miliar. Dan tidak sengaja orang lain menumpahkan kopi panas ke bajunya. Apa yang terjadi? Orang itu tidak marah. Bukan karena uang nya, melainkan chemistry orang itu sedang baha gia,” jelasnya. Kedua, meditasi pada dasarnya mengajarkan kita untuk fokus mengolah napas. Dengan mengatur napas, seseorang akan menjadi tenang dan rileks. Saat seseorang panik, mereka cenderung ber napas pendek-pendek. Ini adalah reaksi natural dari tubuh saat mengalami tekanan. Saat seseorang duduk dan latihan pernapasan, akan ada imajinasi yang muncul. Imajinasi itu yang menuntun orang untuk menata ulang body, mind, dan soul-nya. “Yang tadinya sekadar ilusi, menjadi kenyataan buat kita. Karena setiap hari kita memvisualisasi kan apa yang kita inginkan. Dan kemudian itu yang kita tanam di dalam chemistry kita,” tutur Amrit.
Latihan meditasi itu kini dapat ditemui di The Golden Space Indonesia, yang merupakan cabang dari The Golden Space Singapura dan didirikan oleh Master Umesh H. Nandwani (B.Msc, CSMC) dan Sushila Devi pada Januari 2005. Keduanya ti dak hanya aktif dalam memberikan terapi penyem buhan jiwa secara holistik, tapi juga intens menga dakan berbagai seminar dan pelatihan kepada audiens di berbagai negara. The Golden Space memiliki konsep non-religius dan bersifat universal. Artinya, tempat ini terbuka bagi siapapun terlepas dari latar belakang agama/ kepercayaan serta budaya. The Golden Space kini menjadi pusat transformasi, healing, dan meditasi yang sudah diakui dan bersertifikasi internasional. “Kami ingin memberi edukasi bahwa meditasi adalah sebuah aktivitas yang bisa dilakukan semua orang,” kata Bagia Saputra, Direktur Utama TGS Indonesia. Ia menambahkan, “Kehadiran kami bertujuan membantu semua orang untuk mencapai kebahagiaan hidup mereka masing-masing. Sebab, sumber kebahagiaan yang seutuhnya dan sesung guhnya hanya ada di dalam diri kita,” tuturnya.
Otak: Sela ma 8 minggu
Body on Meditation Ada beberapa manfaat yang didapat dari aktivitas meditasi yang telah di jalankan oleh banyak orang sejak ribuan tahun lalu. Melalui meditasi, tubuh diajak untuk menurunkan detak jantung, mengatur aliran dan tekanan darah menjadi normal, serta mengesampingkan ber bagai pikiran negatif yang bisa menyebabkan datang nya stres. Berikut beberapa manfaatnya bagi tubuh:
The Golden Space Indonesia Sudirman Park Complex Rukan Blok B No.1 Jl. KH. Mas Mansyur Kav. 35 Central Jakarta 10220 www.thegoldenspaceindonesia.com
Pikiran: Dengan berlatih memusatkan pikiran dan perhatian pada batin dan tubuh, menjadi modal untuk meningkatkan rasa empati pada sesa ma.
Emosi: Otak berpindah dari gelombang alfa (untuk mengistirahatkan otak) menuju gelombang teta yang membuat rileks. Pengalihan ini melepaskan hormon endorfin untuk mereda nyeri.
K ulit: Gangguan emosional atau stres ternyata bisa memicu terjadinya psoriasis*, Itulah mengapa meditasi dapat membantu meringankan penyakit tersebut.
meditasi ma mpu meningkatkan rangsangan pada bagian otak yang disebut a mygdala, yang mengendalikan emosi, a marah, atau takut saat stres.
Jantung: Meditasi, khususnya meditasi transendental, dianggap dapat mempengaruhi aktivitas sistem saraf otonom yang mengatur tekanan darah.
Perut: Meditasi dapat menurunkan hormon stres kortisol yang membantu mengurangi lemak perut dengan cepat.
Tulang: Meditasi
*gangguan daya tahan tubuh yang menyebabkan perubahan pada berbagai struktur kulit.
16997807_MARKETEERS ED SEPTEMBER 2016_T-113.PDF 1
yang dilakukan dala m jangka panjang dapat memperbaiki struktur tulang agar tidak bungkuk.
26/08/2016 21:58:46
A
R K
Y O
U
R S T
Y L E
Product 114 Daihatsu Sigra & Toyota Calya Kolaborasi Terbaru Toyota – Daihatsu
Daihatsu Sigra (Arti: responsif)
1
Konsep: LCGC (7 penumpang) Mesin: Mulai dari 1KR-VE 1.000 cc VVT-I hingga 3NR-VE 1.200 cc Dual VVT-I, Penggerak roda depan, 4 percepatan. DOHC. Fitur keselamatan: Dual SRS Airbag, ABS (untuk varian tertinggi) Rentang harga: Rp 106,6 juta – Rp 143,55 juta
Pedrini Steel Coffee Maker, Cita Rasa Espresso Italia
2
Anda yang mengaku sebagai penikmat kopi pastilah mengenal espresso, kopi pekat hitam dengan aroma yang sangat kuat. Cara membuat kopi espresso adalah dengan menggunakan air bertekanan tinggi sehingga bisa bercampur dengan bubuk kopi dan menghasilkan segelas
16997807_MARKETEERS ED SEPTEMBER 2016_T-114_R1.PDF 1
Toyota Calya (Arti: sempurna)
kopi yang nikmat. Jika Anda menyukai espresso, Anda tidak perlu repot dan bingung mencarinya di kedai kopi. Sebab, telah hadir Pedrini Steel, Coffee Maker. Melalui alat ini, Anda cukup memasukan air pada bagian bawah dan bubuk kopi pada bagian tengah, kemudian panaskan di atas kompor sehingga air berubah menjadi uap panas dan naik ke bagian atas. Selanjutnya, air dan bubuk kopi akan bercampur sehingga menghasilkan kopi espresso yang siap dinikmati. Pedrini, Coffee Maker buatan Italia ini menggunakan bahan stainless steel yang aman bagi kesehatan dan gagang plastik berkualitas tinggi dengan balutan desain yang modern. Pedrini Coffee Maker bisa didapatkan di Ace Hardware, LaCassa, Seibu, Sogo, Metro, Central, Parkson, dan The Foodhall. Selain itu juga bisa didapatkan secara online di www.kawanlamainternusa.com dan www.ruparupa.com. Pedrini Steel Coffee Maker dibanderol Rp 180.000an per unit.
Konsep: Entry MPV (7 penumpang) Mesin: Mesin 3NR 1200 cc, Dual VVT-I, DOHC, Penggerak Roda Depan. Transmisi 5 percepatan. Fitur Keselamatan: Immobilizer, Dual SRS Airbag, Ventilated Front Disk Brake, ISOFIX + Tether Anchor, Parking Sensor, ABS (Anti-lock Braking System) Rentang harga: Mulai dari Rp 132,45 juta – Rp 150 juta.
KIA Grand Sedona Power Besar, BBM Irit
Diluncurkan di Gaikindo Indonesia International Auto Show, KIA Grand Sedona generasi ketiga ini dibalut sebagai kendaraan keluarga yang premium dengan konsep kenyamanan, modern, stylish, dan mewah. Di Indonesia, KIA Grand Sedona hadir dengan tiga pilihan varian, versi KIA Grand Sedona Ultimate, KIA Grand Sedona Platinum, dan KIA Grand Sedona. Dengan menggunakan mesin 3,3L V6 MPI, mobil ini mampu menghasilkan tenaga maksimal 270 ps pada 6.400 rpm. Meski memiliki power besar, KIA mengklaim mobil ini tetap hemat BBM. Grand Sedona melapisi struktur bodi dengan Advance High Strength Steel (AHSS) dan hot-stamped steel. Fitur keselamatan seperti ABS dan 6 Airbag juga tersedia di mobil seharga mulai Rp 426 jutaan ini.
3
8/26/2016 5:27:11 PM
A
R K
Y O
U
R S T
Y L E Product 115
4
Galaxy Note 7 Bagi Mereka Yang Multitasking
5
New SX4 S-Cross Hatchback Rasa SUV dari Suzuki
All New Honda CBR250RR Hadir Dalam Dua Varian
Menawarkan konsep baru dari sebuah desain mobil hatchback dengan teknologi SUV (sport utility vehicle) jadi daya jual bagi New SX4 S-Cross. Melalui mobil yang diluncurkan saat pameran Gaikindo Indonesia International Auto Show (GIIAS) 2016 ini, Suzuki ingin menciptakan genre baru dari kendaraan crossover. New SX4 S-Cross menawarkan beragam fitur yang cukup menarik, seperti auto rain sensor wiper. Untuk urusan dapur pacu, mobil ini diperkuat dengan mesin berkapasitas 1.491 cc VVT DOHC. New SX4 S-Cross mampu menghasilkan power maksimum 109 ps / 6.000 RPM. Untuk keamanan, mobil ini dilengkapi Total Effective Control Technology (TECT) pada rangka yang mampu meredam dan menyebarkan energi benturan akibat tabrakan, sehingga keselamatan penumpang tetap terjaga. Serangkaian value dari New SX4 S-Cross dibanderol mulai dari Rp 246,9 juta.
PT Astra Honda Motor (AHM) menghadirkan All New Honda CBR250RR. Produk anyar ini mengusung konsep berkendara dengan manuver yang menyenangkan bagi pecinta motor di tanah air. Model premium Honda ini dibekali mesin generasi baru 250cc liquid-cooled 4 stroke DOHC 4 katup – 2 silinder. All New Honda CBR250RR akan dijual dalam dua model, yakni standar dan ABS. Hingga saat ini, AHM belum memberikan harga pasti untuk dua model ini. Namun, pembeli sudah bisa melakukan preorder dengan menempatkan uang sebesar Rp 5 juta. “Untuk model standar, harganya berkisar antara Rp 63-Rp 68 juta, sedangkan yang ABS kisaran harganya dari Rp 69- Rp 74 juta,” kata Margono Tanuwijaya, Direktur Marketing AHM.
HP Spectre 13, Tipis dan Tanpa Kompromi
Meningkatkan standar PC premium, HP mengumumkan peluncuran perdana laptop terbaru mereka, yaitu HP Spectre 13. Produk ini diklaim sebagai laptop paling tipis di dunia. “HP Spectre merupakan notebook tertipis di dunia, dan tidak seperti keba nyakan PC, laptop ini tidak berkompromi dengan kekuatan atau fitur-fiturnya. Laptop ini mengusung Layar Full HD edgeto-edge dan didukung dengan prosesor Intel® Core™ I,” ujar Subin Joseph, Presiden Direktur HP Indonesia. Selain itu, produk ini telah dibenamkan Prosesor Intel® Core™ i7 generasi ke-6. Bukan hanya itu, integrasi sistem pendingin Intel® hyperbaric menjaga
16997807_MARKETEERS ED SEPTEMBER 2016_T-115_R1.PDF 1
Samsung Electronics Indonesia secara resmi meluncurkan Samsung Galaxy Note 7 bagi konsumennya di Indonesia. Ponsel pintar dengan citra premium ini ditujukan bagi konsumen yang biasa multitasking. Samsung Galaxy Note 7 merupakan ponsel pertama Samsung yang menggunakan teknologi Iris Scanner, salah satu teknik biometrik yang paling aman berupa otentikasi selaput mata. Layarnya memiliki lebar berukuran 5.7 inci dan bezel metal yang diperkecil sehingga memberikan keleluasaan dalam bekerja ataupun pada saat menikmati hiburan. Seperti Seri Galaxy S7, Galaxy Note 7 juga dilengkapi IP68 yang memungkin kan produk ini tahan air dalam periode waktu tertentu. Selain itu, unggulan lain Galaxy Note 7 adalah Screen Off Memo sehingga lebih mudah mencatat memo hingga menggambar. Seri Galaxy Note 7 bisa didapatkan di toko resmi Samsung dan berbagai situs e-commerce dengan kisaran harga Rp 11 juta.
7
suhu mesin yang bekerja tetap dingin. Laptop ini pun dilengkapi speaker stereo dari Bang & Olufsen dengan teknologi HP Audio Boost. HP Spectre 13 dijual dengan harga Rp 22 jutaan.
6
8/26/2016 5:27:12 PM
A
R K
Y O
U
R S T
Y L E
Movie & Music 116
TULUS
METALLICA
FRANK OCEAN
Monokrom
Hardwired... to Self-Destruct
Blonde
Satu hal yang membuat Tulus berbeda dari penyanyi pria lainnya di Indonesia adalah produktivitas. Ya, produktivitas al bum, bukan sekadar single. Dalam kurun waktu lima tahun, Tulus sudah menghasil kan tiga album penuh. Monokrom meru pakan album ketiganya yang terasa gelap. Tulus membahas perpisahan dan kesen dirian yang relevan dengan generasinya. Meskipun gelap, album ini matang dan kaya akan nuansa folk, soul, dan orkestra.
Metallica belum ada habisnya, atau mungkin mereka tidak akan pernah habis. Meskipun terakhir kali mereka merilis album adalah delapan tahun lalu melalui Beyond Magnetic, Kali ini mereka men coba kembali dengan Hardwired... to SelfDestruct. Melalui single anyarnya Hardwired, Metallica bermain sebagaimana mestinya keras, kasar, dan cepat. Tiga hal yang selalu diinginkan oleh seluruh penggemarnya.
Sekitar empat tahun lalu dunia menge nal sosok Frank Ocean melalui Channel Orange, setelahnya Frank Ocean hilang dan bersembunyi entah dimana. Setelah desas-desus nan panjang, akhirnya si anak hilang kembali dengan Blonde. Rombong an besar berada di belakangnya, mulai dari Brian Eno, Rick Rubin, dan Kendrick Lamar. Setidaknya dunia bisa berhenti sesaat untuk mendengarkan album yang telah lama ditunggu. Oleh Ramadhan Triwijanarko
THE MAGNIFICENT SEVEN
SNOWDEN
Aksi Koboi Anti Hukum
Kembalinya Oliver Stone
Film jadul beken The Magnificent Seven menjadi salah satu film yang dibuat ulang. Edisi 2016 ini merupakan remake dari ver si 1960. Sedangkan versi 1960 adalah remake dari film Jepang legendaris berjudul sama tahun 1954. Untung saja, The Magnificent Seven yang di-remake pada tahun 1960 menjadi legenda la yaknya versi orisinal. Pertanyaannya, apakah The Magnificent Seven 2016 ini akan seperti pendahulunya? Sejak proyek ini digaungkan beberapa tahun lalu, hype-nya memang sudah sangat terasa. Seakan tidak ingin ketinggalan dengan versi 1960, The Magnificent Seven kali ini juga menghadirkan aktor kelas superstar. Bergabunglah Denzel Washington, Ethan Hawke, Peter Sars gaard, sampai aktor naik daun Chris Pratt. Sutradaranya juga ti dak ketinggalan, Antoine Fuqua yang berjasa melesatkan Denzel Washington meraih Oscar dalam Training Day. Kisahnya? Se buah kota kecil Rose Creek terpaksa meminta pertolongan ke pada tujuh koboi anti hukum pimpinan Denzel Washington dari cengkeraman seorang industrialis kejam.
Nama Edward Snowden beberapa tahun terakhir jadi perbincan gan setelah mengungkap kepada publik bahwa selama ini ternyata National Security Agency (NSA) banyak memata-matai masyara kat secara ilegal. Sejak saat itu ia adalah manusia paling dicari di Bumi terutama oleh Pemerintah Amerika Serikat. Kisahnya ba nyak versi. Entah mana yang benar, namun aksi nekat Snowden cukup untuk memikat sineas sekaliber Oliver Stone. Nama Stone yang terkenal berkat karyanya seperti Platoon, Wall Street, sampai produk flop seperti Alexander masih ditung gu oleh banyak penonton. Terutama bagi mereka yang meng inginkan sajian dari segi kualitas. Dan, kisah berat Snowden ini memang tidak bisa sembarangan jatuh ke tangan filmmaker. Apa lagi kisah biografi punya sentuhan cukup sensitif di balik fakta yang coba dikuak. Stone sendiri menyadur film ini dari novel karangan pengacara Snowden asal Rusia Anatoly Kucherena bertajuk Time of the Octopus serta karya lainnya The Snowden File karya Luke Harding. Tidak ketinggalan Stone mengajak aktor berbakat Joseph Gor don-Levitt sebagai Snowden sendiri.
JUDUL: THE MAGNIFICENT SEVEN. SUTRADARA: ANTOINE FUQUA. CAST: DENZEL WASHINGTON, CHRIS PRATT, ETHAN HAWKE, PETER SARSGAARD. STUDIO: SONY/MGM. RILIS: 23 SEPTEMBER 2016 (AS)
JUDUL: SNOWDEN. SUTRADARA: OLIVER STONE. CAST:JOSEPH GORDON-LEVITT, SHAILENE WOODLEY, MELISSA LEO, TIMOTHY OLYPHANT. STUDIO: OPEN ROAD FILMS. RILIS: 16 SEPTEMBER 2016 (AS) Oleh Jaka Perdana
musik film sept.indd 1 ED SEPTEMBER 2016_T-116.PDF 1 16997807_MARKETEERS
8/25/16 7:31 PM 8/26/2016 5:31:28 AM
16997807_MARKETEERS ED SEPTEMBER 2016_T-117.PDF 1
8/26/2016 5:31:29 AM
A
R K
Y O
U
R S T
Y L E
Food 118 FŪJIN Teppanyaki & Japanese Whisky
Witness The Art of True Oleh Saviq Bachdar
Jadilah saksi dari hidangan teppanyaki yang masih mengakar pada cara memasak khas Jepang.
Jl. Gunawarman No.21, DKI Jakarta, 12110 Jam Operasional: 11:30–15:00, 18:00–23:00 Harga: Rp 400.000 untuk 2 orang RSVP: (021) 27513838
Salmon Head Teriyaki
ama teppanyaki memang menjadi masakan yang sudah tersohor di se luruh dunia. Namun, tahukah Anda jika teppanyaki sebenarnya meru pakan akulturasi seni memasak Amerika Serikat dan Jepang? Konon, pada tahun 1945, saat tentara AS menduduki Jepang, ma syarakat Jepang melihat orang Amerika memasak dengan cara memanggang daging di bara api yang panas (grilled). Dari situlah, orang Jepang meng adopsi gaya memasak tersebut pada sebuah wajan besi. Lahirlah teppanyaki yang merupakan frase dari teppan (wajan besi) dan yaki (panggang). Meski lahir dari persilangan dua kultur yang ber beda, teppanyaki asli Jepang punya kekhasannya. Otentisme Jepang tersebut masih dipegang teguh oleh restoran FŪJIN Teppanyaki & Japanese Whis ky yang terletak di Jl Gunawarman, Jakarta. “Kalau teppanyaki gaya Barat berkonsep flair style atau teatrikal. Sedangkan gaya Jepang lebih kepada fine dining. Artinya, mereka khusyuk me masak secara teknik ketimbang menyajikan per tunjukan memasak,” ujar I Gede Putu Banny Para sutha, pemilik restoran tersebut. FŪJIN pun menawarkan konsep teppanyaki yang berbeda ketimbang restoran sejenisnya di Ibukota. Banny mengatakan, biasanya, teppanyaki ditawar kan secara paket (set course) dengan harga mini mal Rp 1 juta. “Akan tetapi, kami ingin kalangan menengah bisa menikmati teppanyaki. Kita mem buat tepanyaki a la carte,” ujar pria 25 tahun ini. Nilai lebih FŪJIN lainnya, sambung Banny, ter letak pada hidangan yang disajikan. Restoran tep panyaki pada umumnya langsung menghidangkan masakan ke piring tamu dengan ala kadarnya. “Di FŪJIN, masakan yang dibuat koki, di-plating terlebih dahulu sebelum disajikan ke meja tamu. Sehingga, tampilannya cantik,” katanya. Menyadari lokasi gerainya terletak di kawasan hang out Ibukota, FŪJIN menyajikan sederet whiskey khas Jepang yang diklaim terlengkap di Jakar ta. “Kami tahu market Jakarta suka minum. Sehing ga, kami harapkan 50% penjualan disumbang dari
resto sept.indd 1 16997807_MARKETEERS ED SEPTEMBER 2016_T-118.PDF 1
Fujin Okonomyaki Seafood
Cheesecake Cocktail
minuman,” ucap blesteran Bali-Jepang ini. Bersama seorang rekannya, Banny memulai usaha f&b pertamanya, Rayjin Teppanyaki, di Pe titenget, Bali. Di Jakarta, Fujin menjadi bagian dari Biko Group, perusahaan f&b lokal yang membawa hi Beer Graden, Lola, Pao Pao dan Kopi Tan. “Ada rencana kami membawa FŪJIN ke mal karena mal memiliki captive market yang kuat,” tuturnya. Dengan interior serba kayu, kesan hangat yang kuat terpancar dari resto berkapasitas 90 seat ini. Saut-sautan antar koki di dapur terbuka menjadikan suasana resto kian hidup. “Kami ingin meyajikan suasana dapur yang sebenarnya, yaitu yang ramai,” ujar lulusan sekolah pariwisata di Bali ini.
8/25/16 7:32 PM 8/26/2016 5:31:30 AM
LET’S JOIN Campus Marketeers Club and become
The Next Great Marketeers who possess:
INSPIRING KNOWLEDGE
COOL ATTITUDE
PROGRESSIVE SKILLS
Investment price : IDR 400,000,-
IDR 750,000,-
one year membership
two years membership Marketeers T-Shirt
and get :
Marketeers Magazine subscription Monthly Gathering Certificate of Membership Special Access to Premium Content Pocket money*
*by joining Member Get Member program
Info & Registration: marketeers.com/cmc
16997807_MARKETEERS ED SEPTEMBER 2016_T-119.PDF 1
8/26/2016 5:31:31 AM
JOIN OUR COMMUNITY Marketeers Club is now in four cities: Jakarta, Bandung, Surabaya, and Denpasar. And it has a new format as a part of the MarkPlus Center in respective cities. Every month, we will have ongoing discussions of the latest trends shaping specific industry agendas:
- JA KA RTA -
-BA NDUNG -
-S URA BAYA-
FOR MORE INFORMATION, PLEASE CONTACT OUR REPRESENTATIVE IN RESPECTIVE CITIES: -DENPASAR -
Members can now follow industry movements and listen to insights from industry practitioners live every month. All of these with the new lifetime membership structure.
MEMBERSHIP BENEFIT
MEMBERSHIP FORMAT
1. Relevant, practical, and readily useful insights from respective industries • Monthly talk with networking coffee break and occasional company visit • Keynote speaker followed by a panel of industry practitioners and media • More interactive Q&A and discussions
1. IDR 3 million for lifetime non-transferable membership 2. IDR 150,000 for one monthly talk participation 3. Now membership covers four locations: Jakarta, Bandung, Surabaya, and Denpasar
2. Special member privileges • One-year subscription of the Marketeers magazine • Special price for book purchase at MarkPlus • Special rate for joining MarkPlus Institute’s Public Education Program
DENPASAR ALI P: +62 361 8495 670 F: +62 361 8495 671 M: +62 853 3870 5141 E: akhmad.alimuddin@markplusinc.com SURABAYA GABRIELLA P: +62 31 5621314 F: +62 31 5621316 M: +62 822 310612 E: gabriella.sagita@markplusinc.com JAKARTA DIAH R P: +62 21 5790 2338 Ext. 437 F: +62 21 5790 2339 M: +62 852 4455 2134 E: diah.wahyuni@markplusinc.com BANDUNG REZQI P: +62 22 200 5335 F: +62 22 200 5337 M: +62 812 2255 7958 E: rezqi.hafidzi@markplusinc.com Organized by:
Name
..........................................................................................................................................................
Date of Birth
..........................................................................................................................................................
Position
..........................................................................................................................................................
Company
..........................................................................................................................................................
Mobile
..........................................................................................................................................................
..........................................................................................................................................................
Office Number
..........................................................................................................................................................
Fax Number
..........................................................................................................................................................
Office Address
..........................................................................................................................................................
16997807_MARKETEERS ED SEPTEMBER 2016_T-120.PDF 1
8/26/2016 5:31:31 AM
16997807_MARKETEERS ED SEPTEMBER 2016_C-2+3.PDF 1
8/26/2016 5:29:32 AM
SEPTEMBER 2016 www.marketeers.com www.marketeers.com/radio Indonesia Rp.50.000,-
ENTREPRENEURIAL MARKETING RECIPE
Integrating Marketing and Entrepreneurship SEPTEMBER 2016
16997807_MARKETEERS ED SEPTEMBER 2016_C-1+4_R1.pdf 1
by Hermawan Kartajaya
IMA:
Wirausaha: P. 065
Perhatian Khusus bagi UKM Upaya pemerintah demi kemajuan UKM
Cover sep 2016.indd 1ED SEPTEMBER 2016_C-1.PDF 1 16997807_MARKETEERS
P. 071
Kolaborasi untuk Dunia Marketing Catatan penting Rakernas IMA
Nusantara:
Maestro: P. 077
Enhancing Competitive Advantage in ASEAN Why SMEs be entrepreneurial and better marketers?
P. 093
Tak Pernah Pudar Pesona Toba Menikmati keindahan Monaco of Asia
8/26/2016 5:26:32 8:32:38 PM