Perancangan Terminal Condongcatur dengan Prinsip TOD (Transit Oriented Development)
Design Bus Terminal Condongcatur with TOD (Transit Oriented Development) Approach
ARCHITECTURE THESIS 2018/2019
Mohammad Bintang Lazuardi Rachmanie Ahmad Saifudin Mutaqi IAI AA (Lecture)
CONDONGCATUR TRANSIT REVITALIZATION
KATALOG DALAM TERBITAN (KDT) Rachmanie, Mohammad Bintang Lazuardi Perancangan Terminal dan Mix-Used Building di Condongcatur Mohammad Bintang Lazuardi R & Ahmad Saifudin Mutaqi -Yogyakarta : Universitas Islam Indonesia, 2018 - 172 hlm ISBN : - (Cetak) ISBN : - (Elektronik) CONDONGCATUR TRANSIT REVITALIZATION Š Mohammad Bintang Lazuardi R, 2018 Penyunting naskah : Mohammad Bintang
Lazuardi R & Ahmad Saifudi Mutaqi IAI Desainer sampul : Mohammad Bintang Lazuardi R Desainer Isi dan Layout : Mohammad Bintang Lazuardi R
Diterbitkan oleh : Universitas Islam Indonesia Kampus Terpadu UII, Jl. Kaliurang Km 14,5, Yogyakarta 55584, INDONESIA Tel. (0274) 896 447 Ext. 1301; Fax. (0274) 896 445 http://www.uii.ac.id; email: perpustakaan@uii.ac.id
Hak cipta dilindungi oleh undang-undang Dilarang mengutip atau memperbanyak dalam bentuk apapun, baik sebagian atau seluruh isi buku ini tanpa izin tertulis dari Penulis Dicetak di Yogyakarta
CONDONGCATUR TRANSIT REVITALIZATION
“ I don’t think that Architecture is only about shelter, is only about a very simple enclosure. It should be able to excite you to calm you to make you think.” Zaha Hadid
KATA PENGANTAR
HALAMAN PENGESAHAN Alhamdulillahirabbil’alamiin, Puji dan Syukur selalu dipanjatkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan Rahmat dan Hidayah-Nya serta Nikmat dan Ujian yang diberikan, sehingga Penulis dapat memperbaiki diri menjadi pribadi dan Hamba yang lebih baik lagi, serta pertolongan dan kemudahan serta kelancaran dalam menyelesaikan Buku dengan judul “Condongcatur Transit Revitalization“, Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan tugas akhir ini tidak lepas dari bantuan dan dorongan dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini Penulis mengucapkan terima kasih kepada: Orangtua Tercinta atas doa dan motivasi yang selalu dipanjatkan dan diberikan, sehingga dalam perjuangan menempuh sarjana ini selalu mendapat kelancaran dan kemudahan. Bapak Ir. Suparwoko MURP, PhD, yang telah memberikan wawasan, kritik, dan saran yang membangun demi hasil terbaik. Adikku tersayang Aisha Sekar Lazuardini Rachmanie telah mendoakan, menyemangati dan membantu dalam proses yang telah dilalui sebelum-sebelumnya. Seluruh rekan-rekan Arsitektur Universitas Islam Indonesia atas waktunya untuk diskusi yang sering dilakukan dan selalu memotivasi penulis untuk segera menyelesaikan penulisan buku ini. Pihak-pihak yang berwenang yang telah membantu dan telah memberikan informasi kepada penulis. Semoga buku ini dapat bermanfaat dan menginspirasi di dunia pendidikan serta di masyarakat umum dan menjadi wawasan baru untuk ilmu arsitektur kedepannya.
Mohammad Bintang Lazuardi R & Ahamad Saifudin Mutaqi
“ As an Architect you design for the present with awareness of the past for a future which is essentially unknown.� Norman Foster
ABSTRAK Terminal adalah tempat transit bagi angkutan umum perkotaan atau pedesaan, agar menjadi efisien fungsinya diperlukan sistem yang baik. Penilitian ini terletak pada Terminal Condongcatur (Concat) bertujuan untuk merevitalisasi terminal dengan penerapan prinsip-prinsip Transit Oriented Development (TOD) agar menarik minat masyarakat untuk menggunakan transportasi umum kembali. Sistem transportasi umum yang sudah diterapkan di Terminal Concat yaitu Bus Rapit Transit (BRT) sistem ini diterapkan pada angkutan Transjogja. Dengan menggunakan prinsip TOD The D’s. yang berisi Density, Diversity, Design, Destination, dan Distance to transit (Steve Winkleman, 2014) akan meningkatkan penggunaan dan fungsi terminal kembali dengan begitu dapat menyelesaikan permasalah kepadatan jalan pada area sekitar terminal. Pendekatan perancangan, analisis dan evaluasi yang digunakan menggunakan prinsip TOD. Sebagai refrensi untuk konsep bangunan ada beberapa preseden, Integrated “Bus Terminal-Cumcommercial Complex� At Mohali, ISBT Kashmere Gate dll. Pada kasus ini diharapkan dapat menjadi usulan peyelesain masalah yang dapat diterapkan untuk puluhan tahun kedepan dan menjadi referensi atau bahan pertimbangan Pemerintah Kota Yogyakarya untuk mengambil sebuah kebijakan agar Desa Condongcaatur tetap menjadi area hunian dan tempat transit namun tetap memberikan kenyamanan untuk warga lokal serta hunian yang terdapat disekitar Terminal Condongcatur.
Kata kunci : Hunian, Transit Oriented Development (TOD), Open Design (OD), Terminal.
“Architecture is basically a container of something. I hope they will enjoy not so much the teacup, but the tea.� Yoshio Taniguchi
ABSTRACT The terminal is a transit point for urban or rural public transport, in order to be efficient, a good system is needed. The research is located in the Condongcatur (Concat) Terminal, which aims to revitalize the terminal by applying the principles of Transit Oriented Development (TOD) to attract the public to use public transportation again. The public transportation system that has been implemented at Terminal Concat, the Transit Rapit Bus (BRT) system, is applied to Transjogja transport. By using the TOD The D’s principle. which contains Density, Diversity, Design, Destination, and Distance to transit (Steve Winkleman, 2014) will increase the use and function of the terminal again so that it can solve the problem of road density in the area around the terminal. The design, analysis and evaluation approach used uses the TOD principle. As a reference for the building concept there are several precedents, Integrated “Terminal Bus-Commercial Complex Bus� At Mohali, ISBT Kashmere Gate etc. In this case, it is expected to be a proposal to solve problems that can be applied for decades to come and become a reference or consideration material for the Yogyakarya City Government to take a policy so that Condongcaatur Village remains a residential area and transit place but still provides comfort for local residents as well as occupancy. around Condongcatur Terminal.
Keyword : Residensial, Transit Oriented Development (TOD), Open Design (OD), Terminal bus.
“We are what we repeatedly do. Excellence then, is not an act, but a habit.� Aristotle
Lembar Pengesahan Catatan Dosen Pembimbing Kata Pengantar Pernyataan Keaslian ABSTRAK
i ii iii v
I viii
LATARBELAKANG 2 TUJUAN & SASARAN 9 RUMUSAN MASALAH 10 KEORIGINALITASAN 10 II 13 KAJIAN TEORI 13 Identifikasi Tipologi Kawasan TOD 15 Transit Neighborhood 17 Open Building 18 DATA & ANALISIS 19 Bus Rapid Transit (BRT) 19 Rute Transjogja 20 Perkembangan Jumlah Penumpang Bus Transjogja 23 VOLUME KENDARAAN JALAN ANGGAJAYA DAN CONDONGCATUR 24 Pertumbuhan Jumlah Kendaraan 26 REGULASI KAWASAN 26 Rencana tata ruang dan wilayah (RTRW) 28 PRESEDEN 29 Analisis Kebutuhan Ruang dan Sirkulasi Transportasi 31 TIPE RESIDENSIAL 33 Mixed-Residential 35 Mixed-Use Commercial 38 Employment 39 STANDAR TERMINAL
40 III 42 ANALISIS PERANCANGAN 42 Kondisi Perancangan 42 Analisis aktivitas 43 Analisis Jumlah Pengguna Bus Transjogja 43 ANALISIS PERATURAN 44 Analisis Biaya 45 Analisis Fungsi Ruang 45 Konsep Tapak 46 SITUASI 48 V 50 EVALUASI RANCANGAN 50 Data Kelurahan 50 Analisis Sewa Apartmen 51 EVALUASI DESAIN 52 Daftar Pustaka 60 Refrensi 60 LAMPIRAN 61
“I don’t want to be interesting. I want to be good.” Mies van der Rohe
Pendahuluan
Latar Belakang Permasalahan
Aktifitas Pada Terminal Condongcatur Pada umumnya terminal mempunyai fungsi sebagai tempat pemberhentian angkutan umum seperti bus AKAP, AKDP, angkot kuning, KOBUTRI, becak. Angkutan umum tersebut parkir di terminal dan menunggu penumpang hingga penuh atau hingga sebagian terisi setelah itu angkutan umum tersebut pergi sesuai jalurnya masing-masing dan kembali lagi ke terminal Menurut Keputusan Menteri Perhubungan Nomor : Km. 35 Tahun 2003 Tentang Penyelenggaraan Angkutan Orang Di Jalan Dengan Kendaraan Umum, fungsi Terminal adalah sebagai tempat transportasi jalan untuk keperluan menaikan dan menurunkan orang dan/atau barang serta mengatur kedatangan dan pemberangkatan kendaraan umum, yang merupakan salah satu wujud simpul jaringan transportasi.
Yogyakarta beberapa tahun terakhir telah mengalami perkembangan yang pesat, sudah banyak mall yang dibangun dalam kurun waktu 5 tahun belakangan ini, ditambah citra yogyakarta sebagai kota pariwisata dan pelajar menjadikan para pendatang berbondong-bondong datang ke yogyakarta untuk menetap atau untuk kuliah, sehingga semakin tahun Yogyakarta padat dengan penduduk dari luar. Bertambahnya penduduk ini juga mengakibatkan bertambahnya jumlah kendaraan sehingga menyebatkan kemacetan di sejumlah titik lampu merah pada jam-jam tertentu. Angkutan umum berperan penting mengurangi jumlah kepadatan kendaraan tersebut dengan menarik kembali minat masyarakat untuk menggunakan transportasi umum. Terminal mempunyai peran penting dalam menarik minat masyrakat karena sebagai tempat transit untuk mempermudah menu-
ju tempat tujuan tampa hambatan namun, kenyataannya fungsi terminal perlahan kian menghilang akibat daya tarik masyarakat terhadap angkutan umum berkurang Dengan banyaknya pendatang ke yogyakarta tingkat backlog rumah di yogyakarta juga semakin tinggi dan perlu untuk di beri solusi dalam menanggapi masalah tersebut. Bapak Suparwoko yang membawahi Gugus III Dewan Perumahan DIY bidang penataan kawasan mengatakan, kebutuhan rumah bagi Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR) di DIY sudah sangat mendesak. Dewan Perumahan DIY terus berupaya menciptakan Rumah Susun Sewa (Rusunawa) dengan memanfaatkan fasilitas publik seperti pasar, terminal dan stasiun.
“Kami sudah ada gambaran perumahan tersebut di tempat terminal Jombor dan Condongcatur serta di Pasar Kranggan. Ini satu hal yang baru di Yogyakarta, dan kami yakin ini bisa menjadi salah satu solusi karena perumahan tersebut berada dekat dengan fasilitas publik sehingga penghuninya mudah mengakses,� ujar Parwoko. dengan adanya rencana tersebut dapat di integrasikan fungsi terminal dengan rusunawa sehingga dapat menjadi solusi pengefisiensian lahan dan dapat menguatkan kembali fungsi terminal pada terminal condongcatur. fungsi condongcatur akan di integrasikan juga dengan fungsi kelurahan yang ada di sebelah timur terminal agar lahan keluarah
dapat digunakan untuk fungsi yang lain itu juga termasuk dalam rangka pengefisiensian lahan.
naik angkutan umum, padahal sistem transportasi umum pada Terminal Condongcatur menjadi lebih baik dan berfungsi baik.
Kenapa Terminal Condongcatur ?
Berkembangnya transportasi yang ada sekarang serta meningkatnya taraf ekonomi pada Desa Condongcatur menjadikan kurangnya minat masyarakat untuk menggunakan transportasi umum sehingga Terminal Condongcatur sebagai tempat untuk transit terlihat sepi namun transportasi umum yang masih banyak penumpangnya yaitu pada halte Bus TransJogja.
Pada Terminal Condongcatur sistem transportasi umum masih konvesional seperti yang sudah dijelaskan fungsinya sebelumnya yaitu menunggu penumpang (feeder), setelah Bus Transjogja hadir pada tahun 2008 sistemnya mulai semakin baik menjadi sistem Bus Rapit Transit (BRT), bagi angkutan transportasi umum reguler seperti Angkutan Desa (Angkudes), Kobatri, Angkot Kuning dsb mengalami penurunan penumpang yang cukup drastis akibat banyaknya warga yang berpaling dari angkutan umum ke angkutan pribadi disebabkan mudahnya seseorang untuk membeli motor atau mobil, selain itu perubahan gaya hidup seseorang mempengaruhi keinginan mereka untuk
Darmaningtyas, (Ketua Bidang Advokasi Masyarakat Transportasi Indonesia di Jakarta), menjelaskan bahwa penyebab sejumlah jalur Bus Kopata tutup ada beberapa faktor salah satunya mudahnya mendapatkan kredit sepeda motor, dengan uang muka Rp 500.000 sudah bisa membawa pulang sepeda motor. Fenomena itu terjadi mulai tahun
2004-2005, pada masa Pemerintahan Susilo Bambang Yudoyono (SBY)1 Potensi yang ada pada area sekitar Terminal Condongcatur akibat dekat dengan Jalan Ringroad Utara dan Jalan Affandi menjadikan banyak retail dan PKL (Pedagang Kaki Lima) banyak berada di pinggiran Jalan Anggajaya I dan dari arah Jalan Anggajaya III yang menjadi penghubung jalan dari arah Jalan Kaliurang menuju Jalan Anggajaya I juga banyak didirikan retail dan PKL, menjadikan sirkulasi pada jalan-jalan tersebut menjadi padat dan lahan parkir yang kurang membuat sirkulasi semakin lebih padat lagi. Oleh sebab itu, Terminal Condongcatur perlu untuk direvitalisasi agar minat warga dan ketertarikan terhadap angkutan umum 1 Dimuat Surat Kabar Harian Kedaulatan Rakyat, Kamis 14 September 2017
kembali sekaligus untuk mengurangi angka kebutuhan rumah bagi masyarakat Yogyakarta sehingga selain mengurangi kepadatan jalan akibat kendaraan pribadi dapat juga memenuhi kebutuhan rumah sebagian masyarakat Yogyakarta.
Gambar 2 : Kawasan site condongcatur Sumber : Googlemaps.com
Isu Dan Permasalahan Terminal Condongcatur Sepi Terminal Condongcatur, Kecamatan Depok, puluhan angkudes jurusan Jogja-Kaliurang harus menunggu lama untuk mendapatkan penumpang. Bahkan ada kendaraan terpaksa diberangkatkan hanya dengan satu atau dua penumpang.
Gambar 4 : Suasana Terminal Condongcatur Sumber : Penulis (2018)
Lebih mirisnya lagi, penumpang yang menggunakan angkutan jurusan Condongcatur – Kaliurang juga semakin minim. Setiap berhenti di terminal, sopir hanya bisa mengangkut tiga orang penumpang jika beruntung, namun lebih sering kosong. Namun dilain pihak transportasi umum Transjogja mempunyai penumpang yang konstan akibat pelayanan dan fasilitas di dalam bus yang nyaman mengakibatkan
beberapa penumpang beralih ke Transjogja atau transportasi pribadi. Salah satu sopir angkudes jurusan Condongcatur–Kaliurang, Wakijo, mengutarakan di Solopos.com, jumlah penumpang kini semakin berkurang. setiap kali mengambil penumpang, kurang lebih dapat mengangkut enam orang penumpang, itu termasuk sudah sangat beruntung, minimal bisa memutar uang untuk membeli solar. “Kalau mengangkut enam orang saja sudah baik. Tapi kalau dari terminal, baik di Pakem maupun di Condongcatur sama saja. Tidak bakal ada penumpang yang naik dari terminal,�2 kata Wakijo. 2 www.solopos.com/2013/04/23/ Joko Nugroho
Gambar 6 : Kepadatan pengguna motor yang ingin menyeberang ke arah Jl. angga jaya 2 Sumber : Penulis (2018)
Tingginya Persentase Pendatang Masalah hunian juga menjadi momok yang harus diperhatikan karena banyaknya pendatang yang ingin memiliki rumah tinggal di Condongcatur menjadkan lahan di Condongcatur semakin padat dan untuk jangka waktu yang panjang warga lokal menjadi minoritas. untuk mengatasinya sebaiknya hunian untuk para pendatang dijadikan pada satu titik seperti di Terminal Condongcatur. Harga Lahan Di Kota Tinggi Gambar 5 : Suasana perempatan depan Terminal Condongcatur Sumber : Penulis (2018)
Salah satu isu yang berkembang dalam pembangunan pemukiman di Yogyakarta beberapa tahun belakangan ini yaitu keinginan masyarakat yang berkeinginan memiliki tempat tinggal sendiri namun harga lahan semakin melonjak.
Dikutip dari koran elektronik tribunnews. com satu tahun yang lalu, Andi Wijayanto, Ketua Dewan Pengurus Daerah (DPD) Real Estat Indonesia (REI) DIY, mengatakan Yogyakarta dengan harga Rp 300 ribu - Rp 500 ribu dapat di area pinggiran, karena pertumbuhan terbatas di tiga daerah saja, Sleman, Kota dan Bantul. (Rabu, 11/01/17) Pada tahun 2016 Andi Wijayanto Juga mengatakan bahwa rumah yang disubsidi memiliki aturan tidak boleh lebih dari Rp110 juta, meskipun harga lahan di Yogyakarta Tinggi. Dengan begitu masyarakat berpenghasilan rendah bila ingin untuk memiliki tempat tinggalnya sendiri sebaiknya jauh dari perkotaan di luar ring 3 atau 4 dari kota menurut Andi Wijayanto.
Gambar 7 : Meningkatnya Harga Tanah Sumber : https://www.investasitanahjogja.com/2017/08/tips-investasi-tanah-murah-harga.html
Menurut Pengembang properti di DIY yang tergabung Real Estat Indonesia (REI) dalam KRjogja.com mengaku tidak sanggup membangun rumah bersubsidi sejak tahun 2015 lalu. Hal ini dikarenakan harga tanah yang meningkat dan tidak mampu untuk dibangun dengan harga yang telah ditentukan senilai Rp 116,5 juta per unit bagi Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR).
Gambar 8 : Pedagang kaki lima di timur Terminal Sumber : Penulis (2018)
Ketua DPD REI DIY, Nur Andi Wijayanto mengatakan terkait dengan program sejuta rumah dimana 600 ribu unit rumah subsidi dan 400 unit rumah non subsidi menjadi program utama yang digalakan pemerintah pusat untuk bisa didukung oleh sektor swasta di dalam penyediaannya. Untuk kebutuhan rumah subsidi di DIY yang harus disediakan mengacu pada data backlog. “Backlog di DIY yang diperkirakan diangka 10.000 unit per tahunnya.....,� ujar Andi3. 3 KRjogja.com, Jumat (12/8/2016).
Selanjutnya Andi mengungkapkan akan tetapi kemampuan supply dari anggota DPD REI DIY untuk rumah subsidi masih cukup rendah. “Mulai tahun 2015 lalu, kami bahkan tidak bisa menyediakan kebutuhan rumah subsidi di DIY. Tahun ini pun nampaknya masih 0 unit rumah subsidi alias belum bisa memenuhi kebutuhan rumah subsidi lagi,�4 tandasnya. Backlog (Kebutuhan Rumah Semakin Tinggi) Ketua Dewan Pimpinan Daerah (DPD) Real Estate Indonesia (REI) DIY, Nur Andi Wijayanto mengatakan, untuk data valid terkait backlog pada skala daerah, DIY belum memiliki data resmi. Hanya saja berdasarkan data internal yang dimiliki REI, backlog di DIY sebesar 10.000 unit per tahun, “Sebabnya, nilai kenaikan tanahnya yang 4 http://krjogja.com/web/news/read/5740/Harga_Tanah_Jadi_Hambatan_Pembangunan_Rumah_Murah
Gambar 9 : Perumahan untuk mengatasi backlog
Sumber : https://forum.rumah123.com/article-4316-target-2019-backlog-perumahan-turun-jadi-5-juta-unit
sudah tidak rasional dalam tanda kutip terhadap harga batasan yang sudah ditentukan oleh pemerintah,� ungkapnya.
sulit, sama saja,� tuturnya.
Tujuan & Sasaran Tujuan
Bagi Andi dan rekan sejawatnya di dunia properti, dikatakan bahwa untuk membangun rumah murah dengan harga Rp116,5 juta, harga tanah seharusnya hanya Rp150.000 per meter persegi. Kenyataan di lapangan harga melambung mulai dari Rp300.000 hingga jutaan rupiah. Harga Rp300.000 pun hanya dapat ditemukan di daerah pelosok DIY.
Merancang Terminal Condongcatur dan mix used building yang memperhatikan kenyamanan sirkulasi pejalan kaki dan transportasi umum serta dapat mengakomodasi dungsi-fungsi di bangunan tersebut menggunakan prinsip TOD. Rancangan ini terdapat pada kawasan yang memeiliki potensi peningkatan penggunaan transportasi.
Menurutnya, anggapan murah tidak hanya dari harga rumahnya tetapi juga dari akses menuju rumah.
Sasaran (penggunan)
“Kalau tumbasnya [belinya] murah tapi kalau untuk mengantar ke sekolah anak, pergi-pergi ke mana-mana
Sasaran perancangan ini adalah penumpang transportasi umum, pegawai kelurahan
dan orang yang tinggal di rusunawa serta masyarakat sekitar kawasan perancangan. Rancangan yang dibuat merupakan Terminal yang berbasis TOD dengan analisis fungsi. Melihat Kebutuhan fungsi yang ada di kawasan berupa transit yang akan diintegrasikan dengan fungsi tambahan seperti mixed use building. Analisis fungsi di sesuaikan dengan kebutuhan kawasan rancangan yang berada di Terminal Condongcatur. (Desain) 1. Merancang desain enterance dan sirkulasi Terminal Condongcatur yang tidak menimbulkan kemacetan saat angkutan umum masuk terminal dan saat perpindahan penumpang 2. Merancang jalur perpindahan penumpang 3. Mampu mengefisienkan penggunaan lahan
Rumusan Masalah Permasalahn Umum
Bagaimana merevitalisasi Terminal Condongcatur dengan penerapan prinsip TOD? Permasalahn Khusus 1. Desain sirkulasi kendaraan umum yang masuk dan keluar terminal serta sirkulasi perpindahan jalur penumpang 2. Bagaiman merancang bangunan yang memiliki tiga fungsi berbeda yaitu terminal, kelurahan, rusunawa agar salingzona ruang bangunan mix used Terminal Condongcatur untuk kenyamanan pengguna transportasi umum dan penghunirusunawa.
Gambar 10 : Skema konflik yang akan diselesaikan Sumber : Penulis (2018)
Pada skema di atas, terdapat dua konflik yang ingin diselesaikan yaitu kepadatan kendaraan yang ada akan diselesaikan dengan pengefisiensian lahan serta bagaimana sirkulasi dan akses dari transportasi umum, lalu sirkulasi orang dalama bangunan yang mengarah pada fungsi dan kenyamanan sirkulasinya. Diharapkan desain yang akan dibuat dapat menyelesaikan konflik tersebut sehingga dapat menjadi alternatif desain pada bangunan Terminal Condongcatur.
PETA PERMASALAHAN
Gambar 9 : Skema Permasalahan Sumber : Penulis (2018)
KEORIGINALITASAN
Tabel 1 : Keoriginalitasan Tema Sumber : Penulis (2018)
Pada skema di atas, terdapat dua konflik yang ingin diselesaikan yaitu kepadatan kendaraan yang ada akan diselesaikan dengan pengefisiensian lahan serta bagaimana sirkulasi dan akses dari transportasi umum, lalu sirkulasi orang dalama bangunan yang mengarah pada fungsi dan kenyamanan sirkulasinya. Diharapkan desain yang akan dibuat dapat menyelesaikan konflik tersebut sehingga dapat menjadi alternatif desain pada bangunan Terminal Condongcatur.
Konteks Site dan Arsitektur
Kawasan Condongcatur, Depok, sleman
Peta Kondisi Fisik Kawasan a. Lokasi Lokasi perancangan terletak di sebelah barat jalan Anggajaya I tepatnya di Kecamatan Depok Kabupaten Sleman, lihat Gambar 2.1. Lokasi merupakan lahan milik Dinas Perhubungan yang kini mulai terabaikan dan kurang terawat karena kurangnya apresisai warga dan dinas-dinas terkait untuk mengembangkan potensi terhadap terminal dan transportasi umum di terminal tersebut. Pada sekitar area terminal terdapat potensi residensial yang padat dan retail-retail sehingga Terminal Condongcatur sangan berpotensi untuk menjadi bangunan yang berbasis TOD (Transit Oriented Development).
LOKASI
Daerah Istimewa Yogyakarta
Kabupaten Sleman
Kecamatan Depok
Desa Condongcatur Gambar 1 : Kawasan dan lokasi site Sumber : Penulis (2018)
Gambar 1 : Kawasan dan lokasi site Sumber : Penulis (2018)
Luas Site
Batas Area Terminal
Eksisting Sekitar Terminal
Batasan Area dan Data Ukuran Lahan b. Arsitektur Perhatikan Gambar 2.2. Tipologi bangunan yang berada disekitar lokasi adalah residensial atau pemukiman, komersial dan retail serta bangunan publik (sekolah, apotek, bank) dan bangunan kantor pemerintahan (kecamatan dan kelurahan). Pada area permukiman terdapat beberapa bangunan mengÂŹadopsi gaya minimalis dan sebagian merupakan Arsitektur ban-gunan temporer. Area komersial dan retail yang berada di pinggir sepanjang Jalan Anggajaya I kontruksi sebagian menggunakan sistem bongkar pasang dengan struktur kayo dan terpal dan sebagian lainya ada yang permanen dan semi permanen. Arsitektur pada site mengambil material-material sederhana seperti batu bata, kayu, batako.
Batasan Site Site yang menjadi objek desain terbatas dan terfokus hanya pada area Terminal Condongcatur dibatasi oleh batasan area residensial atau pemukiman, komersil dan retail, sekolah serta Jalan Anggajaya I dan Anggajaya II. Luasan Site Luas keseluruhan site di lahan Terminal Condongcatur antara lain. Perhatikan Gambar 2.5. dengan perhitungan KDB, KLB, dan KDH sebagai berikut:
Pertumbuhan area sekitar site Terminal Condongcatur Pertumbuhan spasial permukiman dari Kondisi pemukiman di Area Condongpeta terlihat bahwa pertumbuhan percatur sekitar site menunjukkan padatnya mukiman dimulai pada tahun 2007 dan pemukiman yang tidak seimbang dengan luasnya sirkulasi atau akses di area tersemulai tumbuh pada tahun 2012, dengan but yang hampir seluruh area wilayah telah beberapa rumah dibangun dengan posisi yang masih berjarak, dan mulai dengan cepat dihuni dan dibangun oleh rumah tangga selama periode antara 2014 hingga saat ini, yang tumbuh secara organik, dengan kemudi mana perumahan tumbuh tidak teratur ngkinan bahwa pertumbuhan hunian akan pertumbuhan tersebut mengikuti semakin terus mengisi lahan yang belum sepenuhnya banyaknya pendatang serta semakin marakdikembangkan dengan pertumbuhan rumah nya tempat-tempat nongkrong untuk anak antara 2-3 rumah per tahun. muda sehingga lahan di daerah condongcatur ini semakin diminati, selain itu salah satu alasan yang paling kuat yaitu akses ke beberapa universitas seperti Universitas Pembangunan Nasional (UPN) Universitas Islam Indonesia (UII) Fakultas Ekonomi, AMIKOM cukup dekat dan tidak memerlukan waktu lama untuk ke Universitas Gajah Mada (UGM) dan Universitas Negri Yogyakarta (UNY).
5B 5A 2B 2A
UTY
134 062
J
079
064
061
063
057
058
A
042
032
JCM
MM UGM
065
074
065
066
$
081
A
067
A
040
064 Universitas Aisyiah
001
002
010
034
Rute Transjogja Pada Terminal condongcatur sudah menerapkan sistem BRT pada angkutan Transjogja, untuk memaksimalkan penggunaan sistem tersebut harus didukung dengan moda transportasi umum lainnya seperti Taxi, Feeder/Shutlle, Angkutan online dan lain sebagainya sehingga penggunaan transportasi umum dapat berkurang dan dapat pula mengurangi kepadatan jalan akibat transportasi pribadi.
J
033
Sindu Park 082
RS Sardjito
060
041
059
Data & Kajian
Al Azhar
133
066
075 076
A 080
A
Asrama Haji
J
West Lake
094
J
077
078
8
067
9
Ke Magelang
a
Terminal Jombor
Utara
004
003
068
063
070
027 071
J
026
072 073
011
0
089
098
083
090
095
2
091
1
J
Stasiun Tugu
035
Kridosono
J
Samsat 008
088
082
081
086
087
Giant
088
084 085
083
069
028
070
137
J
136
107
135
Malioboro
Ke Wates
069
092
007
096
3A
3B 6A
122
9
8
a
043
6B
053
11
036
040
041
039
042
139 138
Terminal Ngabean
6A 6B 10
Makam Pahlawan
N Ride a Park Gamping
J
119
120
068
$ RS PKU
038
0
A
115
116
047 UII
J
Alun - Alun Kidul
A
0
045
118
025
044
124
046
A
117
123
$ RS Fajar
UMY
PGRI
J
048
Dari data jalur Bus Transjogja saat ini, Bus Transjogja telah memiliki total 17 jalur atau trayek yang cakupan radiusnya sudah hampir ke 4 kabupaten dan akan terus dikembangkan. Pada data jalur Bus Transjogja yang saya ambil data penumpangnya hanya 7 jalur saja yaitu trayek 2A, 2B, 3A, 3B, 5A, 5B, 11 karena Trayek bus tersebut yang melewati Terminal Condongcatur sehingga kita dapat mengetahui perkembangan penumpang Bus Transjogja dari Terminal Condongcatur.
121
Wirogunan
103
A
105
J
0
SMK 1 Kasihan
101
J
Jogokaryan
J
J
102
J
Pasty
Nasmoco 107
112
109
A
110
111
113
Menukan
097
115 SDN Wojo
114
0
Prawirotaman
104
106
100
126
J
Madukismo
$ RSKB Ringroad Selatan
Daftar Tempat Pemberhentian Bus : Shelter
Gambar 12 : Jalur Transjogja 2018 Sumber : Dinas Perhubungan DIY
001. Halte FK UGM 002. Halte RSUP Dr Sardjito 003. Halte Jl. Kaliurang (Pertanian UGM) 004. Halte Jl Kaliurang (KOPMA UGM) 005. Halte Jl.Colombo (Panti Rapih) 006. Halte Jl. Colombo (Kosudgama) 007. Halte Jl. Colombo (UNY) 008. Halte Jl. Colombo (Samirono) 009. Halte UNY Gejayan 010. Halte Sanata Dharma Gejayan 011. Halte Santren (Gejayan) 012. Halte Suster Novisiat Gejayan 013. Halte Term. Condong Catur 014. Halte RRU Kentungan 015. Halte RRY Manggung 016. Halte RRU JIH 017. Halte RRU Stikes Guna Bangsa 018. Halte RRU UPN 019. Halte RRU Stiper 1 020. Halte RRU Stiper 2 021. Halte RRU PU PJN 022. Halte RRU Disnaker 023. Halte Mall Sahid JWalk 024. Halte Janti Utara 025. Halte Jl. Solo (ALFA) 026. Halte JL. Solo (Jayakarta) 027. Halte Bandara Adi Sucipto 028. Halte Janti Selatan (Bawah Jembatan) 029. Halte RS Harjolukito 030. Halte Gedong Kuning (JEC)
031. Halte Kusumanegara (Gedung Juang) 032. Halte Kusumanegara (Gembira Loka) 033. Halte Kusumanegara 3 034. Halte Kusumanegara 2 035. Halte Kusumanegara 1 036. Halte Pakualaman 037. Halte Museum Biologi 038. Halte Katamso 2 039. Halte Senopati 1 040. Halte Senopoti 2 041. Halte KHA Dahlan 1 042. Halte KHA Dahlan 2 043. Halte Ngabean 044. Halte Tejokusuman 045. Halte Patehan Kidul 1 (MT Haryono) 046. Halte MT Haryono 2 047. Halte Katamso 1 (Purawisata) 048. Halte Kol.Sugiono 1 049. Halte Kol. Sugiono 2 050. Halte PA Muhammadiyah 051. Halte Sorogenen 052. Halte Nitikan 053. Halte Tegalturi 2 054. Halte UAD 055. Halte SMK Muhammdiyah 3 056. Halte Giwangan 057. Halte Tegal Gendu 2 058. Halte Tegal Gendu 1 059. Halte Ngeksigondo (Diklat PU) 060. Halte Ngeksigondo Basen 061. Halte Gedong Kuning (Dep. Kehutanan)
062. Halte Gedong Kuning (Banguntapan) 063. Halte AM Sangaji 1 064. Halte AM Sangaji 2 065. Halte Karangjati (AM Sangaji) 066. Halte RRU Monjali 2 067. Halte RRU Monjali 1 068. Halte Ahmad Yani 069. Halte Malioboro 2 070. Halte Malioboro 1 071. Halte Kenari 2 072. Halte Kenari 1 073. Halte Jl. Solo (Ambarukmo) 074. Halte Jl. Solo (Jogja Bisnis) 075. Halte UIN SUnan Kalijaga 1 076. Halte UIN Sunan Kalijaga 2 077. Halte APMD 1 078. Halte APMD 2 079. Halte SGM 080. Halte SMKN 5 081. Halte Diponegoro 082. Halte Tentara Pelajar 1 083. Halte Tentara Pelajar 2 084. Halte Sudirman 1 085. Halte Urip Sumoharjo 086. Halte Jl. Solo (Gedung Wanita) 087. Halte Jalan Solo (De Brito) 088. Halte Sudirman 2 089. Halte Sudirman 3 090. Halte Mangkubumi 1 091. Halte Mangkubumi 2 092. Halte Hayam Wuruk
0
099
125
093. Halte AA YKPN 094. Halte Jombor 095. Halte Jlagran 096. Halte Cokroaminoto (SMA 1) 097. Halte Cik Di Tiro 1 098. Cik DItiro 2 (Yap) 099. Halte Jl Solo Maguwo 100. Halte Prambanan 101. Halte Jl Solo Kalasan 102. Halte Jl. Solo KR 1 103. Halte Jl Solo KR 2 104. Halte Gidong Kuning Wonocatur 105. Halte Kotabaru 106. Halte Yos Sudarso 107. Halte SMP 11 108. Halte Kusuma Negara 4 109. Halte Tamsis 110. Halte Tegalturi 1 111. Halte PSKY 112. Halte RSI Hitayatullah 113. Halte UAD 114. Halte Lowanu 115. Halte Park and Ride Pasty
098
UPN
J
A
055
Disnakertrans
Trayek 2A
021
Terminal Jombor – S4. Jombor – Ringroad Utara – S4. Monjali – Jl. Nyi Tjondrolukito – Jl. AM Sangaji – Jl. Margo Utomo – Jl. Kleringan - S3. Jembatan Kewek – Jl. Abubakar Ali – S3. Hotel Garuda – Jl. Malioboro – Jl. Margo Mulyo – S4. Titik 0 Km – Jl. Panembahan Senopati – S4. Gondomanan – Jl. Brigjen Katamso – S4. Jokteng Wetan – Jl. Kol. Sugiyono – Jl. Menteri Supeno – S4. XT Square – Jl. Veteran – S4. Warungboto – Jl. Gambiran – S4. Gambiran – Jl. Perintis Kemerdekaan – Jl. Ngeksigondo – S3. Tom Silver – Jl. Gedongkuning – S4. Gedongkuning – Jl. Kusumanegara – S3. Cendana – Jl. Cendana – S4. GOR Among Rogo – Jl. Bung Tarjo – S4. Gayam – Jl. Dr Sutomo – Flyover Lempuyangan – Jl. Atmosukarto – Jl. Yos Sudarso (Bundaran Kridosono) – Jl. Wardhani – Jl. Trimo – S4. Klitren – Jl. Wahidin Sudirohusodo – S4. Galeria – Jl. Jend Sudirman – S4. Gramedia – Jl Cik Di Tiro – Bundaran UGM – Jl. Colombo – S3. Colombo – Jl. Affandi – S4. Condongcatur – Terminal Condongcatur – S4. Condongcatur – Ringroad Utara – S4. Jombor – Terminal Jombor
089
005
007
093
XXI
091
026
099 001
024
073
029
104
030
079
J
l
Bandara Adisutjipto
A
148
149
143
144
052
145
016
021
061
022
Trayek 3B
Terminal Giwangan – Jl. Imogiri Timur – S4. Tegalgendu – Jl. Tegal Turi – Jl. Sorogenen – Jl. Lowanu – S4. Tungkak – Jl. Kol Sugiono – Jl. Mayjen Sutoyo – Jl. MT Haryono – S4. Jokteng Kulon – Jl. KH Wahid Hasyim – Terminal Ngabean – Jl. KH Ahmad Dahlan – S3. RS PKU – Jl. Bhayangkara – Jl. Jogonegaran – Jl. Gandekan Lor – S3. Pasar Kembang – Jl. Jlagran Lor – S4. Badran – Jl. Tentara Rakyat Mataram – Bundaran Samsat – Jl. Tentara Pelajar – S4. Pingit – Jl. Diponegoro – S4. Tugu – Jl. Jend Sudirman –S4. Gramedia – Jl. Cik Di Tiro – Bundaran UGM – Jl. Terban – S4. Mirota UGM – Jl. Persatuan – Jl Bhinneka Tunggal Ika – Jl Kesehatan – Bundaran Teknik – Jl. Teknika Utara – S4. MM UGM – Jl. Kaliurang – S4. Kentungan – Ringroad Utara – S3. Condongcatur – Terminal Condongcatur – S3. Condongcatur – Ringroad Utara – S3. Maguwoharjo – Jl. Raya Yogyakarta Solo – S3. Bandara – Bandara Adisutjipto – Jl. Raya Yogyakarta Solo – Jl. Laksda Adisutjipto – S3. Janti –S4. Blok O – Jl Janti – S4. Gedongkuning – Jl. Gedongkuning – Jl. Kemasan – S3. Pegadaian Kotagede – Jl. Nyi Pembayun – S3. HS Silver – Jl. Tegalgendu - S3. Tegalgendu – Jl. Imogiri Timur – Terminal Giwangan
Trayek 4B
Terminal Giwangan – Jl. Imogiri Timur – Jl. Pramuka – Jl. Menteri Supeno – S4. Kali Mambu - Jl. Veteran – S3. XT Square – Jl. Pandean – Jl. Glagahsari – S3. Glagahsari - Jl. Kusumanegara – S4. SGM – Jl. Kenari – S4. Balai Kota – Jl. Ipda Tut Harsono – Jl. Timoho – S3. UIN Sunan Kalijaga – Jl. Laksda Adisutjipto – Jl. Jendral Urip Sumoharjo – S4. Galeria - Jl. Prof Yohannes – Jl. Prof Notonegoro – Bundaran Lembah UGM - Jl. Lembah UGM – S4. Teknik UNY – Jl. Agro – Jl. Teknika Selatan - Bundaran Teknik - Jl. Kesehatan – Jl. Bhinneka Tunggal Ika – Jl. Persatuan - Jl. Simanjuntak –Jl. Jend Sudirman – S4. Gramedia – Jl. Suroto – Jl. Yos Sudarso (Bundaran Kridosono) – Jl. Lempuyangan - S3. Pasar Lempuyangan - Jl. Hayam Wuruk - Jl. Gajah Mada - S4. Permata - Jl. Sultan Agung - S4. Sentul – Jl. Taman Siswa - S4. Tungkak - Jl. Menteri Supeno - S3. Pramuka - Jl. Pramuka – Jl. Imogiri Timur Terminal Giwangan
147
142
UTY
062
146
J
015
Trayek 3A
Terminal Giwangan – Jl. Imogiri Timur – S4. Tegalgendu - Jl. Tegalgendu – S3. HS Silver – Jl. Nyi Pembayun – S3. Pegadaian Kotagede – Jl Kemasan – Jl. Gedongkuning – Jl. Janti – S4. Blok O – S3. Janti – Jl. Laksda Adisutjipto – S3. Bandara – Bandara Adisutjipto – Jl. Laksda Adisutjipto – S3. Maguwoharjo – Ringroad Utara – S4. Condongcatur – Terminal Condongcatur – S4. Condongcatur – Ringroad Utara – S4. Kentungan – Jl. Kaliurang – S4. MM UGM – Jl. Teknika Selatan – Bundaran Teknik – Jl. Kesehatan – Jl. Bhinneka Tunggal Ika – Jl. Persatuan – S4. Mirota UGM – Jl. Terban – Bundaran UGM – Jl. Cik Di Tiro – Jl. Suroto Jl. Yos Sudarso (Bundaran Kridosono) – Jl. FM Noto – S3. Jembatan Gondolayu – Jl. Jend Sudirman – Jl. Diponegoro – Jl. Tentara Pelajar – Bundaran Samsat – Jl. Tentara Rakyat Mataram – S4. Badran – Jl. Jlagran Lor – Jl. Pasar Kembang – Jl. Abubakar Ali – S3. Jembatan Kewek – Jl. Abubakar Ali – S3. Hotel Garuda – Jl. Malioboro – Jl. Margo Mulyo – S4. Titik 0 Km – Jl. KH Ahmad Dahlan – Terminal Ngabean – Jl. KH Wahid Hasyim – S4. Jokteng Kulon – Jl. MT Haryono – Jl. Mayjen Sutoyo – Jl. Kol Sugiono – S4. Tungkak – Jl. Lowanu – Jl. Sorogenen – Jl. Tegal Turi – Jl. Imogiri Timur – Terminal Giwangan
Trayek 4A
031
J
Gembira Loka
Terminal Jombor – S4. Jombor – Ringroad Utara – S4. Condongcatur – Terminal Condongcatur – S4. Condongcatur – Jl. Affandi – S3. Colombo – Jl. Colombo – Bundaran UGM – Jl. Cik Di Tiro – S4. Gramedia – Jl. Suroto – Jl. Yos Sudarso (Bundaran Kridsono) – Jl. Wardhani – Jl. Trimo – S4. Klitren – Flyover Lempuyangan – Jl. Dr Sutomo – S4. Gayam – Jl. Bung Tarjo – S4. GOR Among Rogo – Jl. Cendana – S3. Cendana – Jl. Kusumanegara – S4. Gedongkuning – Jl. Gedongkuning – S3. Tom Silver – Jl. Ngeksigondo – Jl. Menteri Supeno – Jl. Kol Sugiono – S4. Jokteng Wetan – Jl. Brigjen Katamso – S4. Gondomanan – Jl. Panembahan Senopati – Jl. KH Ahmad Dahlan – Terminal Ngabean - Jl. RE Martadinata – S4. Wirobrajan – Jl. HOS Cokroaminoto – S4. Badran – Jl. Pembela Tanah Air – Bundaran Samsat – Jl. Tentara Pelajar – S4. Pingit - Jl. Pangeran Diponegoro – S4. Tugu – Jl. AM Sangaji – Jl. Nyi Tjondrolukito – S4. Monjali - Ringroad Utara – S4. Jombor – Terminal Jombor
Terminal Giwangan – Jl. Imogiri Timur – Jl. Pramuka – Jl. Menteri Supeno – S4. Tungkak – Jl. Taman Siswa – S4. Sentul – Jl. Sultan Agung – S4. Permata – Jl. Gajah Mada – Jl. Hayam Wuruk – S3. Pasar Lempuyangan – Jl. Lempuyangan – Jl. Yos Sudarso (Bundaran Kridosono) – Jl. Suroto – Jl. Cik Di Tiro – Bundaran UGM – Jl. Terban – S4. Mirota UGM – Jl. Persatuan – S3. Bhinneka Tunggal Ika – Jl. Kesehatan – Bundaran Teknik – Jl. Teknika Utara – S4. MM UGM – Jl. Agro – S4. Teknik UNY – Jl. Lembah UGM – Bundaran Lembah UGM – Jl. Prof Notonegoro – S4. Santikara – Jl. Colombo – Bundaran UGM – Jl. Cik Di Tiro – Jl. Suroto – Jl. Yos Sudarso (Bundaran Kridosono) – Jl. Atmosukarto – S3. Klitren – Jl. Kusbini – Jl. Langensari – Jl. Munggur – S4. Demangan – Jl. Laksda Adisutjipto – S3. UIN Sunan Kalijaga – Jl. Ipda Tut Harsono – S4. Balai Kota – Jl. Kenari – S4. SGM – Jl. Kusumanegara – S3. Glagahsari – Jl. Glagahsari – Jl. Veteran – S4. XT Square – Jl. Pramuka – Jl. Imogiri Timur – Terminal Giwangan
032
033 006
034 035
037
002
027
JEC
051
A
J
Kedaulatan Rakyat
1A 1B 3A 3B
080
J
103
Jayakarta
150
Among Rogo
048
UIN
102
J
028
$ 108
017
020
Transmart
078
108
019
077
090
092 093
018
072
095
071
094
076
1A
101
RS Harjolukito
2
096
2
Stasiun Lempuyangan
075
A
Atmajaya
J
074
086
085
084
087
Amplaz
023
Terminal Prambanan
J
SMPN 5
Ke Solo
Dishub DIY
a
RS Panti Rapih
J
009
J J A
0 10
Sahid J-Walk Pasar Demangan
J
A
J
Balai PIPBJK
022 008
006
A
Trayek 2B
Sanata Dharma
UNY
$
Trayek 5A
J
055
058
110
057
PEMERINTAH DAERAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA
053
038
052
129
056
130
128 127
UAD
Trayek 6A
Kotagede
141
140
A
Terminal Jombor – S4. Jombor – Ring Road Utara – S4. Monjali – Jl. Nyi Condrolukito – S4. Karangjati – Jembatan Prof KRMT Wreksodiningrat – Jl. Teknika Selatan – S4. MM UGM – Jl. Kaliurang – S4. Kentungan – Ringroad Utara – S4. Condong Catur – Terminal Condong Catur – S4. Condong Catur – Jl. Ringroad Utara – S4. UPN – Jl. Seturan Raya – Jl. Kledokan – S3. PU Pengairan – Jl. Laksda Adisutjipto – S3. Janti – Jl. Laksda Adisutjipto – S4. Demangan – Jl. Affandi – S3. Colombo – Jl. Colombo – Bundaran UGM – Jl. Cik Di Tiro – Jl. Suroto – Bundaran Kridosono (Jl. Yos Sudarso) – Jl. Suroto – Jl. Cik Di Tiro – Bundaran UGM – Jl. Terban – S4. Mirota UGM – Jl. Sardjito – Jl. Wolter Monginsidi – S3. Borobudur Plaza – Jl. Magelang – S3. Jambon – Jl. Jambon – Sindu Edupark – Jl. Jambon – S3. Jambon – Jl. Magelang – S4. Jombor – Terminal Jombor
J
051
Trayek 5B
Tom's Silver
054 045
114
A
014
PSKY
030
039
UAD
023
013
059
J
049
024
060
012
111
050
049
036
Terminal Jombor – S4. Jombor - Jl. Magelang – S3. Borobudur Plaza - Jl. Wolter Monginsidi – Jl. Sardjito – Jl. Terban – Bundaran UGM – Jl. Colombo – S3. Colombo – Jl. Affandi – S4. Demangan – Jl. Laksda Adisutjipto – S3. PU Pengairan – Jl. Kledokan – Jl. Seturan Raya – S4. UPN – Jl. Ringroad Utara – S4. Condong Catur – Terminal Condong Catur - S4. Condong Catur - Ringroad Utara – S4. Kentungan – Jl. Kaliurang – S4. MM UGM – Jl. Teknika Selatan – Jembatan Prof KRMT Wreksodiningrat – S4. Karangjati – Jl. Nyi Condrolukito (AM Sangaji) – S4. Monjali – Ring Road Utara – S4. Jombor – Terminal Jombor
112
109
050
037
Bandara Adisutjipto – Jl. Raya Yogyakarta Solo – S3. Maguwoharjo – Jl. Laksda Adi Sucipto – S3. Janti – Ringroad Selatan – S3. Blok O – Jl. Janti – Jl. Gedongkuning – S4. Gedongkuning – Jl. Kusumanegara – Jl. Sultan Agung – Jl. Panembahan Senopati – Jl. KH Ahmad Dahlan – S3. RS PKU Muhammadiyah – Jl. Bhayangkara – Jl. Jogonegaran – Jl. Gandekan Lor – S3. Pasar Kembang – Jl. Jlagran Lor – S4. Badran - Bundaran Samsat – Jl. Tentara Pelajar – S4. Pingit – Jl. Pangeran Diponegoro – Jl. Jend Sudirman – S4. Gramedia – Jl. Cik Di Tiro – Bundaran UGM – Jl. Colombo – S3. Colombo – Jl. Affandi – S4. Demangan – Jl. Laksda Adisutjipto - S3. Babarsari – Jl. Babarsari – S3. Citrouli – Jl. Kledokan Raya – S3. PU Pengairan - Jl. Laksda Adi Sucipto – S3. Maguwoharjo – Jl. Raya Yogyakarta Solo – S3. Bandara – Bandara Adisutjipto
004
A
010
046
044
STIE YKPN
056
132
009
047
Trayek 1B
J
025
131
106
Mercubuana
054
UGM
097
019
A
018
A
Polsek Depok Timur
012
011 Grand Tjokro
J
Terminal Prambanan – Jl. Raya Yogyakarta Solo – S3. Bandara – Bandara Adisutjipto – Jl. Raya Yogyakarta Solo – S3. Maguwoharjo - Jl. Laksda Adisutjipto – S3. Janti – Jl. Laksda Adisutjipto – S4. Demangan – Jl. Jend Urip Sumoharjo – S4. Galeria - Jl. Jend Sudirman – S4. Tugu – Jl. Margo Utomo – Jl. Kleringan – S3. Jembatan Kewek – Jl. Abubakar Ali – S3. Hotel Garuda - Jl. Malioboro – Jl. Margo Mulyo – S4. Titik 0 Km – Jl. Panembahan Senopati – Jl. Sultan Agung – Jl. Kusumanegara – S4. Gedongkuning – Jl. Gedongkuning – Jl. Janti – S4. Blok O – Ringroad Selatan – S3. Janti – Jl. Laksda Adi Sucipto – S3. Maguwoharjo – Jl. Raya Yogyakarta Solo – S3. Bandara – Bandara Adisutjipto – Jl. Raya Yogyakarta Solo – Terminal Prambanan
020
016
031
015
$ RS JIH
Trayek 1A
11
043
014
Jalur Pelayanan :
3A 3B 5B 5A
2B 2A
013
005
A
TRANSJOGJA
Terminal Condongcatur
017
a
a
DINAS PERHUBUNGAN
Terminal Giwangan
3A 3B 4A 4B
7
9
Jl. Babarsari No. 30 Telepon : (0274) 485775, 487335 Fax : (0274)485405
10
Website : dishub@jogjaprov.go.id Email : dishub@jogjaprov.go.id
11
Terminal Ngabean – Jl. KH Wahid Hasyim – Jl. S. Parman – S4. Patangpuluhan – Jl. Bugisan – S3. Tugu Keloran – Jl. Masjid Baiturrahman – S4. Madukismo – Jl. Madukismo – S4. Pabrik Madukismo – Jl. Padokan – S3. Tamantirto – Jl. Rindang – S4. Ringroad Kasihan – Ringroad Selatan – S3. Gamping – Jl. Wates – Park and Ride Gamping – Jl. Wates – S3. Jujur – Jl. IKIP PGRI – Jl. Patang Puluhan – Jl. S. Parman – Jl. KH Wahid Hasyim – Terminal Ngabean
Trayek 6B
Terminal Ngabean – Jl. KH Wahid Hasyim – Jl. S. Parman – Patang Puluhan – IKIP PGRI – S3. Jujur – Jl. Wates – Park and Ride Gamping – Jalan Wates – S3. Gamping – Ringroad Selatan – S4. Ringroad Kasihan – Jl. Rindang – S3. Tamantirto – Jl. Padokan – S4. Pabrik Madukismo – Jl. Madukismo – S4. Madukismo – Jl. Masjid Baiturahman – S3. Tugu Keloran – Jl. Bugisan – S4. Patangpuluhan – Jl. S. Parman – Jl. KH Wahid Hasyim – Terminal Ngabean
Trayek 7
Terminal Giwangan – Jl. Imogiri Timur – Jl. Pramuka – S3. Pramuka – Jl. Veteran – Jl. Ki Penjawi – Jl. Rejowinangun – S4. Ketandan – Ringroad Selatan – Jalan Janti – S3. Janti – Jl. Laksda Adisutjipto – S3. Babarsari – Jl. Babarsari – S3. Citrouli – Jl. Kledokan – S3. PU Pengairan – Jl. Laksda Adisutjipto – S3. Janti – Jalan Janti – Ringroad Selatan – S4. Ketandan – Jl. Rejowinangun – Jl. Ki Penjawi – Jl. Veteran – S3. Pramuka - Jl. Pramuka – Jl. Imogiri Timur – Terminal Giwangan
Trayek 8
Portable 001. TPB Hyundai Jl. Laksda Adisucipto 002. TPB Blok O 004. TPB Ruko Babarsari 005. TPB Kledokan Babarsari 006. TPB Gajah Makam Ksmn Kota 007. TPB Jl. Bhayangkara 008. TPB Perpusda Samsat Kota Yogya 009. TPB Pasar Demangan 010. TPB Karangjati Jl. Monjali 011. TPB Pasar Kranggan Yogya) 012. TPB STIE Kerjasama Jl Supeno Kota 013. TPB Gambiran 1 Jl. Veteran Kota 014. TPB SMP 9 Kota Jl. Kol. Sugiono 015. TPB Pilar 1 Gedong Kuning Kota 016. TPB Banguntapan 1 Gedong Kuning 017. TPB Among Rogo Kota 018. TPB Dr Sutomo Kota 019. TPB SMP Kanisius Kota 020. TPB GOR Among Rogo 021. TPB Pilar 2 Banguntapan Bantul 022. TPB Kehutanan Bantul 023. TPB SMP 9 Basen 024. TPB Gambiran Jl. Veteran Kota 025. TPB Purawisata 026. TPB Hotel Utara Kota 027. TPB Wolter Monginsidi, Sleman 028. TPB Halte SMK Jetis Sleman 030. TPB Lap. Karang Kotagede 031. TPB POLDA DIY, Sleman 032. TPB Graha Asus Jakal 033. TPB Fak. Biologi UGM
034. TPB Fak. Kedokteran UGM 035. TPB Kotabaru 036. TPB Lowano 1 037. TPB Widya Wiwaha 038. TPB Tegalturi 039. TPB Lowano 2 040. TPB Fak. Peternakan UGM 041. TPB MM EP UGM 042. TPB Hotel Vidi Jakal 043. TPB Polsek Depok Ringroad Utara 044. TPB SMK Tajem Ringroad Utara 045. TPB Lap. Karang 2 Kotagede 046. TPB ST SRD Visi Jl Tamsis 047. TPB Wirogunan 1 Tamsis 048. TPB Wirogunan 2 Tamsis 049. TPB S3 PSKY Umbulharjo 050. TPB Olive Kentucky 051. TPB UMY Glagahsari 052. TPB Mini Market Pasadena 053. TPB Brigj. Katamso 054. TPB BRI Seturan 055. TPB Neutron Seturan (YKPN) 056. TPB AA YKPN 1 057. TPB SPBU Kentungan 058. TPB Putra Kampus Jakal 059. TPB Teknik UGM 1 060. TPB Teknik UGM 2 061. TPB PDAM Monjali 062. TPB Monjali Putera Pratama 063. TPB Joglo Semar Jl Magelang 064. TPB Suzuki Jl. Magelang (JCM)
065. TPB Grand Pasific Restoran 066. TPB TVRI (Eksisting) 067. TPB Diamond Baru 1 068. TPB Diamond Baru 2 069. TPB Eks Borobudur Plaza 1 070. TPB Eks Borobudur Plaza 2 071. TPB SMPN 6 Yogyakarta 072. TPB Fisipol UGM 1 073. TPB Fisipol UGM 2 074. TPB Sindu Park 075. TPB UTY Ringroad Utara 1 076. TPB UTY Ringroad Utara 2 077. TPB Simpang Kronggahan 1 078. TPB Simpang Kronggahan 2 079. TPB Westlake 2 080. TPB Westlake 1 081. TPB RS. Queen Latifa 082. TPB RM Setia Rasa 083. TPB Total Security (SP. Demak Ijo) 084. TPB Simpang Demak Ijo 085. TPB Giant Jl. Godean 086. TPB Dentes (Ruko Godean) 087. TPB Soragan 1 088. TPB Soragan 2 089. TPB Wisma Sari Kledokan 090. TPB TNI AL 1 091. TPB TNI AL 2 092. TPB BP3KP 093. TPB Tarumartani 094. TPB. Eks Bioskop Mataram 2 095. TPB Eks Bioskop Mataram 1
096. TPB lempuyangan 097.TPB Pasar Telo 1 098. TPB Pasar Telo 2 099. TPB Kantor Pos Menukan 2 100. TPB Kantor Pos Menukan 1 101. TPB Jogokaryan Kimia Farma 1 102. TPB Jogokaryan Kimia Farma 2 103. TPB GBI Ngadinegaran 1 104. TPB GBI Ngadinegaran 2 105. TPB SPBU Dukuh 1 106. TPB SPBU Dukuh 2 107. TPB Pasty 108. TPB Pengadilan Agama Yogyakarta 109. TPB Gedung Madu Candhya 2 110. TPB Gedung Madu Candhya 1 111. TPB Ponpes Hamatul Quran 112. TPB Simpang Diklat DIY 113. TPB Lap Kasihan 114. TPB Klinik Anugrah 115. TPB Apotik Muji Sehat 116. TPB BRI UMY 117. TPB UMY 1 118. TPB UMY 2 119. TPB Ruko Bayeman 1 120. TPB Ruko Bayeman 2 121. TPB IKIP PGRI 1 122. TPB IKIP PGRI 2 123. TPB RS Bersalin Fajar 124. TPB Pasar Legi 125. TPB SMK Seni 2 126. TPB SMK Seni 1
127. TPB S. Wojo 1 128. TPB S. Wojo 2 129. TPB UAD Ringroad Selatan 1 130. TPB UAD Ringroad Selatan 2 131. TPB Lembah UGM 1 132. TPB Lembah UGM 2 133. TPB Asrama Haji 134. TPB Al Azhar 135. TPB Pasar Patuk Jl. Bhayangkara 136. TPB SD Gedong Tengen 1 137. TPB SD Gedong Kuning 2 138. TPB Museum Bahari 1 139. TPB Museum Bahari 2 140. TPB Pasar Giwangan 1 141. TPB Pasar Giwangan 2 142. TPB Situs Warung Boto 2 143. TPB Situs Warung Boto 1 144. TPB Mesjid Panembahan 145. TPB SD Rejowinangun 146. TPB Fujiro Rejowinangun 147. TPB Wisma Martha 148. TPB Damri Ringroad Timur 149. TPB Damri 2 150. TPB Asrama Natuna
Terminal Jombor – S4. Jombor – Ringroad Utara – S4. Demak Ijo – Jl. Godean – S3. Jati Kencana – Jl. HOS Cokroaminoto – Jl. Pembela Tanah Air – S4. Badran – Jl. Jlagran Lor – Jl. Pasar Kembang – Jl. Abubakar Ali – S3. Jembatan Kewek – Jl Abubakar Ali – S3. Hotel Garuda – Jl. Malioboro – Jl. Margo Mulyo – S4. Titik 0 Km – Jl. KH Ahmad Dahlan – S4. Ngabean – Jl. KH Wahid Hasyim – Terminal Ngabean – Jl. KH Wahid Hasyim – Jl. Bantul (PASTHY) – S4. Dongkelan – Ringroad Selatan – S4. Druwo – Jl. Parangtritis – S4. Jokteng Wetan – Jl. Mayjend Sutoyo – Jl. MT Haryono – S4. Jokteng Kulon – Jl. KH Wahid Hasyim – Terminal Ngabean – S4. Ngabean – Jl. KH Ahmad Dahlan – S4. RS PKU Muhammadiyah – Jl. Bhayangkara – Jl. Gandekan – S3. Pasar Kembang – Jl. Jlagran Lor – S4. Badran – Jl. Pembela Tanah Air – Jl. HOS Cokroaminoto – S3. Jati Kencana – Jl Godean – S4. Demak Ijo – Ringroad Utara – S4. Jombor – Terminal Jombor
Trayek 9
Terminal Giwangan – Ringroad Selatan – S4. Dongkelan – Jl. Bantul – Jl. KH Wahid Hasyim – Terminal Ngabean – Jl. Letjen Suprapto – Bundaran Samsat – Jl. Tentara Pelajar – S4. Pingit – Jl Magelang – S4. Jombor – Terminal Jombor – S4. Jombor – Jalan Magelang – S4. Pingit – Jl. Tentara Pelajar – Bundaran Samsat – Jl. Letjen Suprapto – S4. Ngabean – Terminal Ngabean – Jl. KH Wahid Hasyim – S4. Jokteng Wetan – Jl. MT Haryono – Jl. Mayjen Sutoyo – S4. Jokteng Wetan – Jl. Parangtritis – S4. Druwo – Ringroad Selatan – Terminal Giwangan
Trayek 10
Terminal Giwangan – Jl. Imogiri Timur – Jl. Tegalgendu – S3. HS Silver – Jl. Nyi Pembayun – S3. Pegadaian Kotagede – S4. Tom Silver – Jl. Ngeksigondo – S4. Gambiran – Jl. Veteran – S4. SGM – Jl. Kenari – S4. Balai Kota – Jl. Ipda Tut Harsono – S4. APMD – Jl. Melati Wetan – Jl. Kompol Bambang Suprapto – S4. Flyover Lempuyangan – Jl. Dr Sutomo – S4. Gayam – Jl. Mayjend Bambang Sugeng – Jl. Juminahan – S4. Melia Purosani – Jl. Mayor Suryotomo – S4. Gondomanan – Jl. Panembahan Senopati – Jl. KH Ahmad Dahlan – Terminal Ngabean – Jl. RE Martadinata – Jl. Wates – Park and Ride Gamping – Jl. Wates – Jl. RE Martadinata – Terminal Ngabean – Jl. KH Ahmad Dahlan – Jl. Panembahan Senopati – S4. Gondomanan – Jl. Mayor Suryotomo – Jl. Mataram – Jl. Abubakar Ali – S3 Gardu PLN - Jl. Yos Sudarso (Bundaran Kridosono) – Jl. Lempuyangan – S4. Flyover Lempuyangan – Jl. Kompol Bambang Suprapto – Jl. Melati Wetan – S4 APMD – Jl. Ipda Tut Harsono – S4. Balai Kota – Jl. Kenari – S4. SGM – Jl. Veteran – S4. Gambiran – Jl. Ngeksigondo – S4. Tom Silver – Jl. Kemasan – S3. Pegadaian Kotagede – Jl. Nyi Pembayun – Jl. Tegalgendu – Jl. Imogiri Timur – Terminal Giwangan
Trayek 11
Terminal Giwangan - Rigroad Selatan - S4 Wojo - Jl. Imogiri Barat - S4 Pasar Telo - Jl. Menukan - S4 Menukan - Jl. Parangtritis - S3 Mangkuyudan - Jl. Mangkuyudan - Jl. Jend Panjaitan - S4 Plengkung Gading - Jl. MT Haryono - S4 Jokteng Kulon - Jl Wahid Hasyim Terminal Ngabean - Jl. Suprapto - Bundaran Samsat - Jl. Tentara Pelajar - S4 Pingit - Jl. Diponegoro - S4 Tugu - Jl. Am Sangaji - S4 Borobudur Plaza - Jl RW Monginsidi - Jl. Sarjito - S4 Mirota Ugm - Jl Terban - Jl. Colombo - S4 Colombo - Jl. Affandi - S4 Condongcatur - Terminal Condongcatur - S4 Condongcatur - Jl Affandi - S4 Colombo - Jl. Colombo - Bundaran UGM - Jl. Cik Di Tiro Jl. Suroto - Kridosono (Jl. Yos Sudarso) - Jl. Faridan Muridan Noto - S3 Jembatan Gondolayu - Jl. Jend Sudirman - Jl. Diponegoro - S4 Pingit - Jl. Tentara Pelajar - Bundaran Samsat - Jl. Suprapto - Terminal Ngabean - Jl. Wahid Hasyim - S4 Jokteng Kulon - Jl. MT Haryono - S4 Plengkung Gading - Jl. Jend Panjaitan - Jl. Mangkuyudan - S3 Mangkuyudan - Jl. Parangtritis - S4 Menukan - Jl. Menukan - S4 Pasar Telo - Jl. Imogiri Barat - S4 Wojo - Ringroad Selatan - Terminal Giwangan
Trayek 2A
Terminal Jombor - S4. Jombor - Ringroad Utara - S4. Monjali - Jl. Nyi Tjondrolukito - Jl. AM Sangaji - Jl. Margo Utomo - Jl.Kleringan - S3. Jembatan Kewek -Jl. Abubakar Ali - S3. Hotel Garuda - Jl. Malioboro - Jl. Margo Mulyo - S4. Titik 0 Km - Jl. Panembahan Senopati - S4. Gondomanan - Jl. Brigjen Katamso -S4. Jokteng Wetan - Jl. Kol. Sugiyono - Jl. Menteri Supeno - S4. XT Square - Jl. Veteran - S4. Warungboto - Jl. Gambiran - S4. Gambiran - Jl. Perintis Kemerdekaan - Jl. Ngeksigondo - S3. Tom Silver - Jl. Gedongkuning -S4. Gedongkuning -Jl. Kusumanegara - S3. Cendana - Jl. Cendana -S4. GOR Among Rogo -Jl. Bung Tarjo - S4. Gayam - Jl. Dr Sutomo -Flyover Lempuyangan -Jl. Atmosukarto - Jl. Yos Sudarso (Bundaran Kridosono) -Jl. Wardhani - Jl. Trimo - S4. Klitren - Jl. Wahidin Sudirohusodo - S4. Galeria - Jl. Jend Sudirman -S4. Gramedia - Jl Cik Di Tiro - Bundaran UGM - Jl. Colombo - S3. Colombo - Jl. Affandi -S4. Condongcatur - Terminal Condongcatur -S4. Condongcatur -Ringroad Utara- S4 jombor- Terminal Jombor
Trayek 2B
Terminal Jombor - S4. Jombor - Ringroad Utara - S4. Condongcatur - Terminal Condongcatur -S4. Condongcatur -Jl. Affandi - S3. Colombo - Jl. Colombo - Bundaran UGM - Jl. Cik Di Tiro - S4. Gramedia - Jl. Suroto -Jl. Yos Sudarso (Bundaran Kridsono) - Jl. Wardhani - Jl. Trimo - S4. Klitren - Flyover Lempuyangan -- Jl. Dr Sutomo - S4. Gayam -Jl. Bung TarjoS4. GOR Among Rogo - Jl. Cendana - S3. Cendana - Jl. Kusumanegara - S4. Gedongkuning - Jl. Gedongkuning - S3. Tom Silver - Jl. Ngeksigondo - Jl. Menteri Supeno - Jl. Kol Sugiono - S4. Jokteng Wetan - Jl. Brigjen Katamso - S4. Gondomanan - Jl. Panembahan Senopati - Jl. KH Ahmad Dahlan - Termi-
nal Ngabean - Jl. RE Martadinata - S4. Wirobrajan - Jl. HOS Cokroaminoto - S4. Badran - Jl. Pembela Tanah Air - Bundaran Samsat - Jl. Tentara Pelajar - S4. Pingit - Jl. Pangeran Diponegoro - S4. Tugu - Jl. AM Sangaji - Jl. Nyi Tjondrolukito - S4. Monjali - Ringroad Utara - S4. Jombor - Terminal Jombor
Trayek3A
Terminal Giwangan - Jl. Imogiri Timur - S4. Tegalgendu - Jl. Tegalgendu - S3. HS Silver - Jl. Nyi Pembayun - S3. Pegadaian Kotagede - Jl Kemasan - Jl. Gedongkuning - Jl. Janti - S4. Blok O - S3. Janti - Jl. Laksda Adisutjipto - S3. Bandara - Bandara Adisutjipto - Jl. Laksda Adisutjipto - S3. Maguwoharjo - Ringroad Utara - S4. Condongcatur - Terminal Condongcatur - S4. Condongcatur - Ringroad Utara - S4. Kentungan - Jl. Kaliurang - S4. MM UGM - Jl. Teknika Selatan - Bundaran Teknik - Jl. Kesehatan - Jl. Bhinneka Tunggal Ika - Jl. Persatuan - S4. Mirota UGM - Jl. Terban - Bundaran UGM - Jl. Cik Di Tiro - Jl. Suroto - Jl. Yos Sudarso (Bundaran Kridosono) - Jl. FM Noto S3. Jembatan Gondolayu - Jl. Jend Sudirman - Jl. Diponegoro - Jl. Tentara Pelajar - Bundaran Samsat - Jl. Tentara Rakyat Mataram - S4. Badran - Jl. Jlagran Lor - Jl. Pasar Kembang Jl. Abubakar Ali - S3. Jembatan Kewek - Jl. Abubakar Ali - S3. Hotel Garuda - Jl. Malioboro - Jl. Margo Mulyo - S4. Titik 0 Km - Jl. KH Ahmad Dahlan - Terminal Ngabean - Jl. KH Wahid Hasyim - S4. Jokteng Kulon - Jl. MT Haryono - Jl. Mayjen Sutoyo - Jl. Kol Sugiono - S4. Tungkak- Jl. Lowanu - Jl. Sorogenen - Jl. Tegal Turi - Jl. lmogiri Timur - Terminal Giwangan
Trayek3B
Terminal Giwangan - Jl. Imogiri Timur - S4. Tegalgendu - Jl. Tegal Turi - Jl. Sorogenen - Jl. Lowanu - S4. Tungkak - Jl. Kol Sugiono - Jl. Mayjen Sutoyo - Jl. MT Haryono - S4. Jokteng
Kulon - Jl. KH Wahid Hasyim - Terminal Ngabean - Jl. KH Ahmad Dahlan - S3. RS PKU - Jl. Bhayangkara - Jl. Jogonegaran - Jl. Gandekan Lor - S3. Pasar Kembang - Jl. Jlagran Lor - S4. Badran - Jl. Tentara Rakyat Mataram - Bundaran Samsat - Jl. Tentara Pelajar - S4. Pingit - Jl. Diponegoro - S4. Tugu - Jl. Jend Sudirman -S4. Gramedia - Jl. Cik Di Tiro - Bundaran UGM - Jl. Terban - S4. Mirota UGM - Jl. Persatuan - Jl Bhinneka Tunggal Ika - Jl Kesehatan - Bundaran Teknik - Jl. Teknika Utara - S4. MM UGM - Jl. Kaliurang - S4. Kentungan - Ringroad Utara - S3. Condongcatur - Terminal Condongcatur - S3. Condongcatur - Ringroad Utara - S3. Maguwoharjo - Jl. Raya Yogyakarta Solo - S3. Bandara - Bandara Adisutjipto - Jl. Raya Yogyakarta Solo - Jl. Laksda Adisutjipto - S3. Janti -S4. Blok O - Jl Janti - S4. Gedongkuning - Jl. Gedongkuning - Jl. Kemasan - S3. Pegadaian Kotagede - Jl. Nyi Pembayun - S3. HS Silver - Jl. Tegalgendu - S3. Tegalgendu - Jl.lmogiri Timur - Terminal Giwangan
Trayek5A
Terminal Jombor - S4. Jombor - Jl. Magelang - S3. Borobudur Plaza - Jl. Wolter Monginsidi - Jl. Sardjito - Jl. Terban - Bundaran UGM - Jl. Colombo - S3. Colombo - Jl. Affandi - S4. Demangan - Jl. Laksda Adisutjipto - S3. PU Pengairan - Jl. Kledokan - Jl. Seturan Raya - S4. UPN - Jl. Ringroad Utara - S4. Condong Catur - Terminal Condong Catur - S4. Condong Catur - Ringroad Utara - S4. Kentungan - Jl. Kaliurang - S4. MM UGM - Jl. Teknika Selatan - Jembatan Prof KRMT Wreksodiningrat - S4. Karangjati - Jl. Nyi Condrolukito (AM Sangaji) S4. Monjali - Ring Road Utara - S4. Jombor - Terminal Jombor
Trayek5B
Terminal Jombor - S4. Jombor - Ring Road Utara - S4. Monjali - Jl. Nyi Condrolukito - S4. Karangjati - Jembatan Prof KRMT
Wreksodiningrat - Jl. Teknika Selatan - S4. MM UGM - Jl. Kaliurang - S4. Kentungan - Ringroad Utara - S4. Condong Catur - Terminal Condong Catur - S4. Condong Catur - Jl. Ringroad Utara - S4. UPN - Jl. Seturan Raya - Jl. Kledokan - S3. PU Pengairan - Jl. Laksda Adisutjipto - S3. Janti - Jl. Laksda Adisutjipto - S4. Demangan - Jl. Affandi - S3. Colombo - Jl. Colombo - Bundaran UGM - Jl. Cik Di Tiro - Jl. Suroto - Bundaran Kridosono (Jl. Yos Sudarso) - Jl. Suroto - Jl. Cik Di Tiro - Bundaran UGM - Jl. Terban - S4. Mirota UGM - Jl. Sardjito - Jl. Wolter Monginsidi - S3. Borobudur Plaza - Jl. Magelang - S3. Jambon - Jl. Jambon - Sindu Edupark - Jl. Jambon - 83. Jambon - Jl. Magelang - 84. Jombor - Terminal Jombor
Trayek 11
Terminal Giwangan - Rigroad Selatan - S4 Wojo - Jl. Imogiri Barat - S4 Pasar Telo - Jl. Menukan - S4 Menukan - Jl. Parangtritis - S3 Mangkuyudan - Jl. Mangkuyudan - Jl. Jend Panjaitan - S4 Plengkung Gading - Jl. MT Haryono - S4 Jokteng Kulon - Jl Wahid Hasyim - Terminal Ngabean - Jl. Suprapto - Bundaran Samsat - Jl. Tentara Pelajar - S4 Pingit - Jl. Diponegoro - S4 Tugu - Jl. Am Sangaji - S4 Borobudur Plaza - Jl RW Monginsidi - Jl. Sarjito - S4 Mirota Ugm - Jl Terban - Jl. Colombo - S4 Colombo - Jl. Affandi - S4 Condongcatur - Terminal Condongcatur - S4 Condongcatur - Jl Affandi - S4 Colombo - Jl. Colombo - Bundaran UGM - Jl. Cik Di Tiro - Jl. Suroto - Kridosono (Jl. Yos Sudarso) - Jl. Faridan Muridan Noto - S3 Jembatan Gondolayu - Jl. Jend Sudirman - Jl. Diponegoro - S4 Pingit - Jl. Tentara Pelajar - Bundaran Samsat - Jl. Suprapto - Terminal Ngabean - Jl. Wahid Hasyim - S4 Jokteng Kulon - Jl. MT Haryono - S4 Plengkung Gading - Jl. Jend Panjaitan - Jl. Mangkuyudan - S3 Mangkuyudan - Jl. Parangtritis - S4 Menukan - Jl.Menukan-S4PasarTelo-Jl.ImogiriBarat-S4Wojo-RingroadSelatan-TerminalGiwangan
Perkembangan Jumlah Penumpang Bus Transjogja Pada Tabel 3,4,5,6 dan 7 data tersebut dapat dilihat pertambahan penumpang Transjogja setiap tahunnya di Terminal Condongcatur, dari tahun 2013 yang pertahunnya mencapai angka 51.989, lalu meningkat di tahun 2014 menjadi 53.700, setelah itu tahun 2015 meningkat menjadi 56.088. Dengan pertambahan penumpang tersebut pada tahun 2017 lajur Tranjogja ditambah menjadi 7 lajur dari sebelumnya hanya 4 lajur saja. Penambahan lajur ini meningkatkan jumlah penumpang menjadi lebih dari dua kali lipatnya. Sehingga dapat dilihat peminat Transjogja semakin meningkat setiap tahunnya. Namun setelah dilihat hasil dari data Dinas Perhubungan Sleman dan DIY, tidak terlihat pengurangan kepadatan kendaraan pribadi akibat dari bertambahnya lajur Transjogja dan penumpang.
Tabel 3 : Jumlah Penumpang Transjogja 2013 Sumber : Dinas Perhubungan Provinsi DIY
Tabel 5 : Jumlah Penumpang Transjogja 2015 Sumber : Dinas Perhubungan Provinsi DIY
Tabel 6 : Jumlah Penumpang Transjogja 2017 Sumber : Dinas Perhubungan Provinsi DIY
Tabel 4 : Jumlah Penumpang Transjogja 2014 Sumber : Dinas Perhubungan Provinsi DIY
Volume Kendaraan Jalan Anggajaya Dan Condongcatur Data grafik di atas menunjukan tingkat kepadatan kendaraan yang terjadi pada lalu lintas arus Condongcatur ke Anggajaya dan sebaliknya dari arah Anggajaya ke Condongcatur. Terlihat persentase yang menimbulkan kepadatan pada jalan tersebut yang berperan paling besar yaitu mobil dan motor dengan persentase sekitar 80 persen dan 11 persen. Terjadi fluktuasi volume arus lalu lintas pada jalan tersebut,
PROPORSI JUMLAH KENDARAAN ARAH CONDONGCATUR - ANGGAJAYA
85,50% mobil spd motor mpu bs sedang bs besar 10,55%
pick up trk sedang trk besar KTB
1,50%
0,52% 0,00% 1,39%
0,53% 0,00% 0,00%
FLUKTUASI VOLUME ARUS LALU LINTAS CONDONGCATUR - ANGGAJAYA 600,00
500,00
400,00
300,00 SMP
200,00
100,00
0,00
Gambar 13 : Grafik Volume kendaraan yang melintas dan Grafik kepadatan pada jam tertentu dari arah Jl. Anggajaya 1 ke Jl. Gejayan Sumber : Dinas Perhubungan DIY
kepadatan paling tinggi terjadi pada pagi hari dari jam 07.30 hingga jam 09.00 dan pada sore hari mulai jam 15.30 sampai jam 17.00. dapat diketahui bahwa kendaraan pribadi masih menjadi sumber kepadatan arus lalu lintas pada jalan tersebut sehingga perlu adanya solusi agar arus lalu lintas pada jalan tersebut lancar dan tidak menghambat laju transportasi umum khususnya Bus Transjogja dan menarik kembali minat masyarakat untuk menggunakan Transportasi umum.
PROPORSI JUMLAH KENDARAAN ARAH ANGGAJAYA - CONDONGCATUR
84,32% mobil spd motor mpu bs sedang bs besar
12,01%
pick up trk sedang trk besar KTB 0,28% 1,68%
0,00%
0,00% 0,46%
0,00% 1,26%
GAMBAR E.1B FLUKTUASI VOLUME LALU LINTAS ARUS ANGGAJAYA - CONDONG CATUR 900,00 800,00 700,00 600,00 500,00 400,00 SMP
300,00 200,00 100,00 0,00
Gambar 14 : Grafik Volume kendaraan yang melintas dan Grafik kepadatan pada jam tertentu dari arah Jl. Gejayan ke Jl. Anggajaya 1 Sumber : Dinas Perhubungan DIY
Pertumbuhan Jumlah Kendaraan Tabel tersebut menunjukan berapa banyak jumlah kendaraan bermotor di Yogyakarta. Pada kendaraan mobil selama tahun 2015 berjumlah 24.899 unit meningkat 292 unit menjadi 25.191 unit pada tahun 2016. Terlihat perbedaan yang signifikan pada kendaraan sepeda motor pada tahun 2015 berjumlah 660.469 unit menjadi 735.576 unit pada tahun 2016. Terdapat perbedaan jumlah terhadap kendaraan micro bus dan bus yang bila ditotal pada tahun 2015 jumlahnya yaitu 7.092 unit dan pada tahun 2016 menjadi 7.384 unit. Bila dicocokan dengan data volume arus kendaraan pada jalan Anggajaya dan Condongcatur terdapat satu kecocokan karena dapat terlihat bahwa kendaraan mobil dan motor yang mendominasi pertumbuhan kendaraan.
NO JUMLAH KENDARAAN BERMOTOR (Unit) 1. 2. 3. 4. 5. 6.
MOBIL MOBIL PICK UP SEPEDA MOTOR MINI BUS MICRO BUS BUS
TAHUN 2016
2017
24.899 25.191 10.700 14.561 660.469 735.576 50.911 55.800 6.489 6.523 603 861 TOTAL 754.071 838.512 Tabel 7 : Jumlah Kendaraan tahun 2016 & 2017 Sumer : Dinas Perhubungan Sleman
Rencana tata ruang dan wilayah (RTRW) Perda Kota Yogyakarta No 2 Tahun 2010 Perda RTRW No. 2 tahun 2010, mengatur mengenai Koefisien Dasar Bangunan (KDB), Koefisien Lantai Bangunn (KLB), Koefisien Dasar Hijau (KDH) dan Ketinggian bangunan. Menurut Peraturan Daerah tersebut, untuk mendirikan hunian dan terminal terdapat beberapa aturan, sebagai berikut : • KDB maks : 60% • KLB maks : ≤ 4,0 • KDH maks : 20% • Ketinggian: 7 (lantai)
Tabel 8 : Rencana tata ruang dan wilayah (RTRW) Sleman Sumber : Pemerintah Kota Yogyakarta
Standar Terminal Terminal Komuter Urban-Suburban Terminal Komuter merupakan terminal yang digunakan masyarakat untuk kegiatan transit sehari-hari, Fasilitas jenis ini mungkin terletak di dalam pusat kota, sebagai pusat berkumpul dan distribusi penumpang, atau di pinggiran kota (suburban), sebagai stasiun dengantransit cepat. Hal ini ditandai dengan struktur rute bus yang terdiversifikasi dan operasi bus komuter dengan perpindahan yang tinggi. Aksesibilitas bus merupakan pertimbangan penting. Akses yang terpisah antara jalur underpass atau jalan layang dan jalur bus eksklusif di jalan raya diinginkan untuk menjaga efisiensi jadwal.
Terminal Interstate Suburban Terminal interstate pinggiran kota adalah jenis yang mengitari kota yang dirancang untuk menghindari kemacetan lalu lintas dan kepadatan yang terkait dengan pusat kota dan atau fasilitas terminal ke bandara. Terminal ini biasanya terletak berdekatan dengan koneksi jalan raya antarnegara bagian dengan kota-kota besar atau bandara regional dan dalam banyak hal melayani daerah-daerah “urban sprawl� yang semakin meningkat. Dalam peningkatan jumlah terminal kasus jenis ini melayani fungsi komuter-jenis di mana perjalanan harian untuk bekerja di pusat kota dapat memakan waktu selama 2 jam. Kadang-kadang disebut
sebagai “park and ride� terminal, karena akses yang dekat lahan parkir. Maksimalkan lingkungan dan konektivitas stasiun atau terminal: Studi menunjukkan bahwa berjalan di sekitar stasiun memiliki dampak yang signifikan pada apakah orang akan memilih untuk berjalan dan naik angkutan umum, dan penempatan fasilitas pendukung tidak boleh menghalangi jalan dan membuat terhalangnya pedestrian. Orientasi pejalan kaki yang kuat, dengan ruang yang cukup untuk sirkulasi, penyeberangan jalan yang aman, area stasiun yang mengundang atau menarik, dan fasilitas yang ada untuk penggu-
na angkutan umum adalah penting. Akses langsung ke jalan memungkinkan pejalan kaki, pengendara sepeda, mobil, dan bus lebih banyak melakukan perjalanan, sehingga meminimalkan jarak dan waktu yang dihabiskan untuk mencapai stasiun. Sebaliknya, pola jalan yang tidak terhubung langsung ke jalan utama misalnya arteri utama dilayani oleh jalan yang tertutup (buntu) memperpanjang jarak dan waktu, sehingga mengecilkan penggunaan transit.
Kajian Tema Perancangan (Konteks Lokasi) a. Narasi Problematika Tematis Permasalahan pada site yang sangat krusial adalah kepadatan kendaraan, lahan produktif yang semakin sedikit serta bertambahnya pendatang ke area tersebut. Sehingga diperlukan respon terhadap permasalahan tersebut. PermaÂŹsalahan arsitektural pada site adalah sirkulasi dan akses masuk dan keluat kendaraan umum menuju terminal, bangunan yang tidak berfungsi semestinya. b. Kajian Konteks Lokasi Bangunan Terminal Dengan Prinsip TOD Sebagai Solusi Revitalisasi Terminal Terminal adalah sebuah sarana dan prasarana untuk memudahkan warga masyarakat dalam menggunakan transportasi
umum, karena terminal merupakan pusat tempat kedatangan dan keberangakatan untuk keperluan menaikan dan menurunkan orang atau barang. Prinsip TOD merupakan prinsip yang menggabungkan unsur transit dan pengembangannya agar tempat transit tersebut menjadi pusat dari pertumbuhan yang ada dilingkungannya. Diharapkan dengan menggunakan prinsip TOD pada Terminal Condongcatur, terminal tersebut dapat berkembang dan menjadi pusat transit yang maju dan dapat mensejahterakan lingkungan sekitar serta mengendalikan kepadatan kendaraan dengan mengembalikan minat masyarakat menggunakan tranportasi umum serta bila dapat lebih berkembang bukan hanya transportasi berbasis Bus Rapit Transit (BRT) saja melainkan dapat dikembangkan menjadi transportasi light rail transit (LRT) atau Mass Rapid Transit (MRT).
Agen Travel
Transjogja
MangkalTaksi
Berjualan Kelontong
Mangkal Ojek & Ojek Online
Kantor Pengawas Terminal
Jualan Makanan
Aktifitas warga di Terminal Condongcatur Pada waktu pagi hingga sore hari di Terminal Condongcatur terdapat berbagai aktifitas yang dilakukan yang paling utama adalah aktifitas menaikan dan menurunkan penumpang pada shelter Transjogja dan terdapat beberpa taksi dan ojek online yang mangkal mencari penumpang yang turun dari Transjogja, selain itu terdapat agen travel dan toko kelontong yang menyewa tempat di terminal untuk menjual jasanya dan dagangnya, terdapat kantor bagi pengawas terminal untuk mengontrol aktifitas yang ada di terminal tersebut. Saat malam fungsinya berubah seratus delapan puluh derajat menjadi warung makan, yang menjual berbagai macam makanan.
Teori dan Preseden
Transit Oriented Development (TOD) dan Open Building
KAJIAN TEORI
TOD (TRANSIT ORIENTED DEVELOPMENT) “A transit-oriented development (TOD) is a mixed-use community within an average 2,000-foot walking distance of a transit stop and core commercial area...moderate and high density housing, along with complementary public uses, jobs, retail and services. They seek to bring many destination together within walking distances, so that trips may be combined, reducing reliance on the automobile. ”1 (Calthorpe, The New Amercian Metropolis 1993 dalam Daniel)
Pada peryataan Clathorpe tersebut yang dimaksud dengan TOD yaitu area yang di dalamnya terdapat fungsi-fungsi seperti tempat transit, ritel, perumahan yang dapat ditempuh dengan berjalan kaki dari 1 Transit-Oriented Development: An Urban Design Assessment of Transit Stations in Atlanta hal 11).
fungsi yang satu terhadap fungsi yang lain, dan menggunakan sarana transportasi umum untuk berpindah ke area yang lain. Pertumbuhan penduduk dan perekonomian kota menjadi salah satu penyebab bertambahnya volume perjalanan orang dan barang (Hayati Sari Hasibuan, Tresna P Soemardi, Raldi Koestoer, & Moersidik., 2014 dalam Bachtiar Arief, Andi). Dalam Teori TOD terdapat beberapa prinsip (Watson et al, 2003; Dittmar dan Ohland, 2004 dalam Dewi Martha E. H, Ketut) : 1. Kaya akan pilihan aktivitas perkotaan (rich mix of choices) pada satu unit lingkungan atau unit kawasan melalui sistem penggunaan lahan bercampur di sekitar titik transit. 2. Menjadikan “tempat” yang atraktif (place making), titik transit tidak hanya berfungsi sebagai tempat
menaikkan maupun menurunkan penumpang. 3. Mendorong pertumbuhan pada level regional untuk menjadi lebih kompak (compact) dan didukung oleh sistem transit yang memadai. 4. Mengembangkan penggunaan lahan bercampur dalam jarak berjalan kaki dari titik transit. 5. Menciptakan jaringan jalan yang ramah bagi pejalan kaki dan berkoneksi baik dengan tempat destinasi/ tujuan. 6. Melindungi habitat-habitat yang rentan, bantaran sungai, dan ruang-ruang terbuka (open spaces). 7. Mendorong pembangunan kembali (infill and redevelopment) sepanjang koridor transit.
Untuk menumbuhkan sikap teori TOD dan prinsip-prinsipnya bukan hanya sekedar mendisain lingkungan dan areanya saja, masyarakat secara perlahan diikutsertakan dalam proses tersebut bukan sekedar sosialisasi namun bersama dengan urban designer dan pemerintah untuk membangkitkan sikap TOD. Terdapat beberapa perbedaan prinsip dasar yang disampaikan oleh Calthorpe dalam bukunya The New Amercian Metropolis1993 : 1. Mengatur pertumbuhan di tingkat regional agar menjadi kompak dan mendukung transit; 2. Menempatkan komersial, perumahan, pekerjaan, taman, dan penggunaan warga dalam jarak berjalan kaki dari pemberhentian transit; 3. Menciptakan jaringan jalan pejalan kaki yang ramah yang terhubung langsung dengan destinasi lokal;
4. Menyediakan campuran jenis perumahan, kepadatan, dan biaya; 5. Melestarikan habitat sensitif, zona riparian, dan ruang terbuka berkualitas tinggi; 6. Membuat ruang publik menjadi fokus orientasi dan lingkungan bangunan; dan 7. Mendorong infill dan pembangunan kembali di sepanjang koridor transit di lingkungan yang ada. “(Calthorpe, The New Amercian Metropolis 1993). TOD dapat dikembangkan pada beberapa keadaan area atau kawasan saja yaitu area atau kawasan pertumbuhan yang dapat dikembangkan kembali, infill, atau area baru. Kawasan yang dapat dikembangkan kembali adalah area yang dapat direvitalisa-
si dengan penggunaan dan layanan transit yang lebih intensif. Kawasan infill adalah area kosong bukan kosong secara harfiah namun kawasan yg belom berkembang tapi mempunya potensi untuk berkembang yang dikelilingi oleh pembangunan perkotaan. Kawasan pertumbuhan baru lebih besar, daerah tertinggal yang dapat mengakomodasi pertumbuhan di masa depan. Daerah ini biasanya terletak di pinggir kota. Semua area ini harus diidentifikasi di tingkat regional untuk memastikan strategi pertumbuhan yang saling tarik-menarik, sehingga teori TOD sangat berperan penting. (Calthorpe, The New Amercian Metropolis 1993 Daniel, Transit-Oriented Development: An Urban Design Assessment of Transit Stations in Atlanta hal 12). Dilihat dari kawasannya ada dua jenis TOD, perkotaan dan lingkungan neighberhood. Urban TODs terletak jalur transit utama dan jalan arteri dan lebih tinggi dalam kepa-
datan sirkulasinya. Mereka biasanya berjarak antara setengah mil dan satu mil terpisah. TOD lingkungan neighberhood berada di sepanjang jalur bus lokal atau area dalam residensial atau lingkungan yang dapat menempuh waktu sepuluh menit ke area komersil atau retail dan perjalanan transit ke stasiun transit utama. Mereka biasanya lebih rendah dalam kepadatan dan fokus terutama pada penggunaan perumahan dan lokal (Calthorpe, The New Amercian Metropolis 1993 Daniel, Transit-Oriented Development: An Urban Design Assessment of Transit Stations in Atlanta hal 12). Kawasan Condong Catur khususnya area sekitar Terminal Condong Catur yaitu Dusun Gejayan menurut saya termasuk dalam golongan kawasan yang dapat dikembangkan kembali dengan melihat situasi yang ada dekat dengan area komersil dan residensial area tersebut perlu dibenahi den-
gan penggunaan dan layanan transit yang lebih intensif. Layanan transit yang intensif ekspektasinya adalah akan menjadikan area tersebut lebih nyaman dan aman serta penggunaan energi yang tidak berlebihan atau living more with less. Jenis TOD yang diterapkan pada area ini adalah TOD lingkungan neighborhood yaitu dapat mengakomodasi user pada area residensial di area sekitar Terminal Condong Catur, sehingga mereka secara sadar menggunakan transportasi umum yang ada di Terminal untuk pergi ke tempat tujuan mereka yang letaknya tidak lebih dari 1 mil atau kurang lebih berjarak 1,6 km. Suatu kawasan atau area dapat diidentifikasi sebagai sebuah area TOD. Ada beberapa tipe kawasan TOD untuk mengidentifikasi area tersebut (TOD 203: Station Area Planning - How to Make Great Transit-Ori-
ented Places, 2008) : 1. Centers 2. Districts 3. Corridor Dari beberapa tipe kawasan TOD di atas kita dapat mengidentifikasi fungsi apa saja yang ada pada sebuah area TOD, seperti karakter area (kawasan komersial, kultural, dll), jenis residensial, ritel, penggunaan sistem trasnportasi umum jenis tertentu, kepadatannya dan untuk rencana kedepannya harus mempunyai fungsi apa saja. Dengan mengetahui hal tersebut kita dapat mengetahui suatu kawasan atau area itu termasuk kedalam salah satu tipologi diatas.
CENTER Regional Center
Urban Center
DISTR
Suburban Center
Transit Town Center
Urban Neighborhood
Transit Neighb
Significant center of What are the characteristics of the station area?
Primary center of economic and cultural activity
What is the transit mode?
All modes
What is the peak frequency of transit?
< 5 minutes
What is the land use mix and density?
What are the retail characteristics?
High-density mix of residential, commercial, employment, and civic/ cultural uses
Regional-serving destinationretail opportunity; need for local-serving retail
What are the major planning
Integrating dense mix of
economic and cultural activity with regional-scale destinations
Significant center of economic and cultural activity with regional-scale destinations
All modes
5-15 minutes Moderate- to highdensity mix of residential, commercial, employment, and civic/cultural uses
All modes
5-15 minutes
Moderate- to highdensity mix of residential, commercial, employment and civic/cultural uses
Regional-serving destinationretail
Regional-serving destinationretail
opportunity; need for local-serving and communityserving
opportunity; need for local-serving and communityserving
retail
retail
Integrating highdensity housing into existing mix of
Introducing housing into predominantly employment
Tabel 2 : Tipologi Kawasan TOD Sumber : Reconnecting America and the Center for Transit-Oriented Development
Local center of economic and community activity
Commuter rail, local/regional
Predominantly residential district with good access to regional and subregional centers
Heavy rail, LRT/streetcar,
bus hub, light rail
BRT, commuter rail, local bus
15-30 minutes
5-15 minutes
Moderate-density mix of residential, commercial, employment and civic/cultural uses
Community-serving and destination-retail opportunity; need for local-serving retai
Increasing densities while retaining scale and improving
Moderate- to highdensity residential uses with supporting commercial and employment uses
Primarily local-serving retail opportunity; need for some community-serving retail Expanding localserving retail opportunities and
Predominantly re District organize transit station
LRT/streetcar commuter rail,
15-30 minu
Low- to moderat residential uses w supporting comm and employmen
Primarily local-se retail opportunit
Integrating moderatedensity
RIK
borhood
esidential ed around
KORIDOR Special Use/ Employment District
Local focus of economic and community activity without distinct center
r, BRT, local bus
utes
te-density with mercial nt uses
erving ty
y
LRT/streetcar, BRT,
Mixed-Use Corridor
Local focus of economic and community activity without distinct center
potentially heavy rail
LRT/streetcar, BRT, local bus
15-30 minutes
5-15 minutes
Concentrations of commercial, employment and
Moderate-density mix of residential, commercial,
civic/cultural uses, potentially with some residential
employment and civic/cultural uses
Potential for communityand
Primarily local-serving
regional-serving retail but need to balance demands for access Creating sustainable offpeak uses and accommodating
retail opportunity; need for some ommunityserving retail
Expanding local-serving retail opportunities and
Note: The term “station area” typically refers to the half-mile radius around the station, about 500 acres in size. The term “primary transit mode” refers to the transit types that typically support the place type. Catatan: Istilah “station area” biasanya mengacu pada radius setengah mil atau 800 m di sekitar stasiun, sekitar 200 hektar dalam ukuran. Istilah “primary transit mode” mengacu pada jenis transit yang biasanya mendukung jenis tempat.
Identifikasi Tipologi Kawasan TOD Pada Tabel di bawah ini akan digolongkan beberapa tipologi kawasan TOD yang dapat menjadi acuan untuk mengidentifikasi sebuah kawasan. Dari pengamatan yang telah dilakukan di area Terminal Condongcatur, dari segi fungsi yang ada luas area, jarak antar fungsi bangunan, kepadatan serta desain sirkulasi yang ada kawasan tersebut dengan melihat tabel sebelumnya dapat diidentifikasi sebagai kawasan District dan lebih spesifiknya yaitu kawasan Transit Neighborhood.
Transit Neighborhood Transit Neighborhood semula adalah daerah pemukiman yang dilayani oleh layanan kereta api atau jalur bus frekuensi tinggi atau biasa kita sebut BRT yang terhubung di satu lokasi. Kepadatannya rendah hingga sedang dan kegiatan ekonomi tidak terkonsentrasi di sekitar stasiun, yang mungkin terletak di tepi dua lingkungan yang berbeda. Layanan transit sekunder lebih jarang dan kurang terhubung dengan baik. Sering tidak ada kepadatan perumahan yang cukup untuk mendukung banyak local-serving retail, tetapi sering ada simpul ritel disekitar tempat ttransit.2 Transit Neighborhood biasanya terletak pada daerah urbanisasi yang sudah ada lama lalu dikembangkan menjadi jalur trem pada pinggiran kota. Transit Neighborhood men2 Reconnecting America and the Center for Transit-Oriented Development
awarkan peluang pengembangan yang signifikan dengan potensi untuk menyediakan lebih banyak perumahan, ritel, pekerjaan dan pilihan mobilitas, seperti di lingkungan perkotaan. Kepadatan biasanya terdistribusi merata dalam radius setengah mil atau sekitar 800 m di sekitar stasiun. Contohnya termasuk Ohlone-Chynoweth di luar San Jose; Plano, Texas; Barrio Logan di San Diego, Capitol Hill di Washington D.C.
Note: Stations in transit neighborhoods are less a focus of activity than in the previous place types and usually do not have enough density to support much local serving retail. They are typically served by rail or multiple bus lines at one location.
Gambar 11 : Jenis Transit Neighborhood Sumber : Reconnecting America and the Center for Transit-Oriented Development
Catatan: Stasiun dilingkungan transit ini kegiatan yang terdapat di dalamnya kurang fokus daripada tipe Urban Neighborhood dan biasanya tidak memiliki kepadatan yang cukup untuk mendukung banyak ritel lokal. Mereka khusus menyediakan rel atau beberapa jalur bus di satu lokasi.
Setelah mengetahui kawasan Terminal Condongcatur diidentifikasi sebagai kawasan Tran-
sit Neighborhood diperlukan pengelompokan atau perencanaan mengenai jenis transportasi yang akan digunakan. Rencana Kerangka Multi-Modal membahas cara-cara di mana kota dapat meningkatkan konektivitas dalam Koridor TOD untuk berbagai moda perjalanan: transit, mobil, pejalan kaki, dan sepeda. Rencana Kerangka Multi Modal terdiri dari unsur-unsur berikut, yang masing-masing dijelaskan secara lebih rinci di dalam bagian yang mengikuti (City of Sparks,Nevada, 2009): 1. Bus Rapid Transit (BRT); 2. Bus Rute Tetap; 3. Rute Pedestrian dan Sepeda; 4. Jalan Lokal; dan 5. Parkir. Aspek-aspek kunci dari Rencana Kerangka Multi-Modal diilustrasikan pada Peta Kerangka Multi-Modal yang menyertainya.
Bus Rapid Transit (BRT) Bus Rapit Transit (BRT) ini merupakan salah satu sistem transportasi yang digunakan pada kawasan TOD, sistem ini digunakan untuk mempercepat mobilitas masyarakat yang ada di perkotaan karena menggunakan jalur yang sudah jelas dan biasanya memiliki jalan tersendiri agar transportasi lain tidak menghambat laju perpindahan bus dan waktu menjadi lebih efisien. Komponen penting dari visi City untuk Koridor TOD adalah peralihan rute bus rute tetap utama ke BRT seiring dengan intensitas penggunaan lahan dan peningkatan permintaan transit. Sistem BRT biasanya berfungsi seperti sistem Light Rail Transit (LRT), dengan pemberhentian yang lebih jarang dan cara perjalanan yang berdedikasi (terletak di jalan atau di luar jalan kanan di mana memungkinkan ruang. tersendiri) Seperti yang diusulkan, BRT akan langsung melayani pusat-pusat kegiatan utama dalam
Koridor TOD, menyediakan hubungan antara pusat-pusat dan orang-orang lain di dalam kawasan, seperti ke Downtown Reno dan Virginia Street Corridor â&#x20AC;&#x201D; rute BRT pertama yang direncanakan untuk dilaksanakan.3 Jaringan BRT akan dipuji oleh jaringan â&#x20AC;&#x153;feederâ&#x20AC;? atau bus rute tetap yang menyediakan koneksi utara / selatan dan bersirkulasi melalui jalur utama. pusat aktivitas.
aktor infill yaitu bisa jadi developer, penghuni bangunan atau penyewa lahan.
Open Building Teori habraken yang menekankan tentang support dan infill tidak hanya dapat diterapkan pada perencanaan kota saja namun dapat diterapkan pada open building. Prinsip dasar teori tersebut masih sama bila diterapkan pada open building, perberbedaannya terletak pada aktor yang berperan didalamnya. Bila pada perencanaan kota aktor support yaitu bisa jadi pemerintah atau pemilik bangunan atau pemilik lahan dan 3
Bangunan - dan lingkungan tempat mereka tinggal - bukanlah sesuatu yang hanya diam terpaku bahkan selama masa yang paling stabil, dan selama masa pergolakan sosial dan teknis perlu penyesuaian dalam beberapa ukuran agar tetap menarik, aman dan bermanfaat. Mereka yang menganjurkan pendekatan open building juga menyadari bahwa merancang dan membangun bangunan melibatkan banyak orang, banyak aktor atau otoritas didalamnya ketika mencapai kesepakatan dan membuat
Mereka yang menggunakan pendekatan open building mengenali sesuatu yang sangat biasa-biasa saja tapi sesuatu yang perlu dijelaskan: bahwa baik stabilitas dan perubahan adalah realitas di lingkungan yang dibangun bersama bukan secara terpisah.
seluruh aktor bertanggung jawab atas otoritasnya masing-masing menjadi ciri khas pendekatan ini. Tidak ada yang memutuskan segalanya, kita biasanya merayakan fakta itu sambil berjuang untuk mengatasi kompleksitas yang dihadapi. Dan, karena tidak ada satu pihak yang membuat semua keputusan secara individu ketika sebuah bangunan dibangun seiring dengan berjalannya waktu bangunan membutuhkan penyesuaian kebutuhan serta kebutuhan persyaratan teknis baru, oleh karena itu pentingnya mengatur pengambilan keputusan dan konstruksi sedemikian rupa sehingga mengurangi jumlah ketergantungan atau keterikatan diantara pihak-pihak yang terlibat.
ngkinan menyeimbangkan kepentingan bersama dan kepentingan individu yang menghuni ruang.4
Ini membantu dalam meng hindari konflik antara orang-orang atau aktor didalamnya dan bagian-bagian dari keseluruhan yang mereka kontrol, dan meningkatkan kemu4 (by Prof. Dr. Stephen Kendall, http://open-building.org/ob/concepts. html)
Analisis Kebutuhan Ruang dan Sirkulasi Transportasi Menurut TOD Corridor Master Plan City of Sparks,Nevada (2009) menjelaskan terdapat pola pola penggunaan lahan di masa de-
pan yang diinginkan pada sebuah kawasan. Selain berbagai pola penggunaan lahan, non-perumahan, dan penggunaan campuran di kawasan tersebut, peta Kerangka Penggunaan Lahan menunjukkan lokasi masa depan yang diinginkan untuk pusat kegiatan di sepanjang rute transit saat ini dan yang diusulkan. Pusat-pusat kegiatan ini mewakili area pengembangan mixeduse di sekitar perhentian transit yang cepat. Deskripsi terperinci dari pusat kegiatan ini, serta kategori penggunaan lahan yang direncanakan di masa depan. Rencana Kerangka Moda Transportasi. Karena koridor sebagian besar dikem-
bangkan dan karakter serta campuran pembangunan bervariasi, tidak ada satu pendekatan yang cocok untuk semua. Ukuran, campuran penggunaan lahan, dan kepadatan pembangunan di setiap pusat kegiatan bervariasi tergantung pada ketersediaan lahan kosong atau dapat dikembangkan kembali, akses, konteks pengembangan sekitarnya, dan keterbatasan pasar. Untuk lebih memperjelas perbedaan antara pusat kegiatan â&#x20AC;&#x201D; setiap pusat telah diklasifikasikan sebagai â&#x20AC;&#x2DC;utamaâ&#x20AC;&#x2122; atau â&#x20AC;&#x2DC;kecilâ&#x20AC;&#x2122;, seperti yang dijelaskan di bawah. Minor Activity Centers Karakteristik: Pusat aktivitas kecil telah ditentukan di mana aktivitas konsentrasi diinginkan untuk melayani lingkungan sekitarnya, tetapi ketersediaan lahan terbatas. Pusat aktivitas kecil memberikan peluang untuk mengalihkan penggunaan saat
ini ke pola pembangunan yang berorientasi pada transit dari waktu ke waktu, meskipun dalam skala yang jauh lebih kecil daripada yang diantisipasi untuk pusat kegiatan utama.
kan campuran penggunaan melayani lingkungan, termasuk berbagai perumahan, ritel skala kecil atau penggunaan kantor, dan peluang kerja-hidup.
Ukuran dan Intensitas: Pusat aktivitas kecil memiliki skala dan intensitas yang lebih kecil dan dimaksudkan untuk melayani lingkungan terdekat. Ukuran akan bervariasi berdasarkan ketersediaan lahan dan konteks lingkungan sekitarnya. Kisaran umum berukuran 15-30 hektar sesuai untuk membantu memastikan massa aktivitas kritis; Namun, dalam beberapa kasus, pusat aktivitas kecil mungkin sekecil 3-5 hektar.
Kawasan Condongcatur yang lebih tepatnya area sekitar Terminal Condongcatur merupakan Suburban yang pola kegiatannya lebih kecil dari daerah perkotaan. Luas area sekitar 5-15 hektar, pola kegiatan yang ada di dalamnya bervariasi namun tingkat kepadatannya lebih kecil dari daerah kota. Fungsi-Fungsi yang terdapat di area tersebut yaitu komersial (Mall Hartono, Toko Buku Togamas, Toko Interior Otazen, dll), Office (Kantor Kelurahan, kecamatan), Retail (Indomaret, Pedagang Kaki Lima (PKL), toko distro, toko sovenir), Transit (Terminal Condongcatur), Resedensial . Kawasan ini dapat digolongkan menjadi kawasan Minor Activity Center.
Penggunaan Tanah Campuran: Campuran penggunaan lahan akan bervariasi dalam setiap pusat kegiatan kecil TOD Corridor berdasarkan lokasi mereka dan konteks pengembangan di sekitarnya. Namun, pusat kegiatan kecil umumnya harus menggabung-
Gambar 17 : Minor Activity Sumber : City Of Sparks Tod Corridor Master Plan
RESEDENTIAL TYPES
CENTERS
Transit Cen Mid-rise, low-rise, Mid-rise some high-rise rise, and townhomes townhom small-lot family
Regional Center
Urban Center
High-rise and midrise apartments and condos
Mid-rise, low-rise, some high-rise and townhomes
Station Area Total Units Target
8,000-30,000
5,000-15,000
2,500-10,000
3,000
Net Project Density (New Housing)
75-300 du/acre
50-150 du/acre
35-100 du/acre
20-75 d
Station Area Total Jobs Target
40,000-150,000
5,000-30,000
7,500-50,000
2,000
Minimum FAR (New Employment Development)
5.0 FAR
2.5 FAR
4.0 FAR
Housing Mix (New Development)
Suburban Center
Tabel 9 : Tipologi Residensial Sumber : Reconnecting America and the Center for Transit-Oriented Development
2.0
CENTER
DISTRIK
ER Suburban Center
ignificant center of conomic and ultural activity with egional-scale destinations All modes
t Town nter Moderate- to highdensity mix of e, lowesidential, 5-15 minutes
ommercial, mployment and ivic/cultural uses
mes, t single
Regional-serving destinationretail opportunity; need or local-serving and ommunityserving etail
ntroducing housing 0-7,500 nto predominantly
mployment uses and improving onnections/access o transit
Transit Town Center Local center of economic and community activity Commuter rail, local/regional bus hub, light rail
DISTRIK
KORIDOR
Special Use/ Suburban Center Center Urban Center Town Center Transit Neighborhood Mixed-UseTransit Corridor Urban Neighborhood Regional Employment District Significant center of Significant center of Predominantly What are the economic and center of residential Local focus of economic economic and center of Predominantly Local focus ofLocal economic residential district Primary characteristics cultural culturalaround and cultural activity with economic Districtand organized and community activity and with access to economic of good the station activity with community activityregional-scale activity community transit station without distinct center activity regional area? and regional-scale without distinct center destinations subregional centers destinations Heavy rail, What is the LRT/streetcar, transit mode? rail, BRT, commuter local bus What is the peak frequency 5-15 minutes of transit?
LRT/streetcar, BRT, All modes commuter rail, local bus
Commuter rail, LRT/streetcar, BRT, All modes LRT/streetcar, BRT, local All modes local/regional potentially heavy rail bus bus hub, light rail
DISTRICTS < 5 15-30 minutes minutes
Transit Neighborhood
Urban Neighborhood Predominantly residential district with good access to regional and subregional centers
Predominantly residential District organized around transit station
local-serving retai
retail
retail retail demands for access retail Integrating highIntroducing housing density housing into into predominantly Increasing densities Integrating dense mix of Integrating Creating Expanding local-serving existing mix of sustainable offemployment housing and while retaining scale moderatedensity peak retail opportunities and housing anduses and employment intosupporting builtuses and improving and improving housing and accommodating high-density housing employment to out local-serving context connections/access retail opportunitiestransit access peak travel demand support local-serving to transit retail
What are the Expanding local2,500-10,000 majorretail planning 1,500-4,000 serving
Increasing densities while retaining scale and improving transit access
And opportunities and development increasing highchallenges? density housing
2,000-5,000
Local focus of ec and community without distinct
LRT/streetcar, bus
LRT/streetcar, BRT, potentially heavy rail
5-15 minutes
15-30 minutes
15-30 minutes
retail
Expanding localIntegrating 2,000-5,000 serving retail opportunities and increasing highdensity housing
moderatedensity housing and supporting local-serving retail
40-100 du/acre
20-50 du/acre
50-150 du/acre
25-60 du/acre
0-7,500
NA
NA
7,500-50,000
750-1,500
FAR
1.0 FAR
1.0 FAR
2.5 FAR
2.0 FAR
du/acre
Local focus of economic and community activity without distinct center
LRT/streetcar, BRT, commuter rail, local bus
CORRIDOR
5-15 minutes 15-30 minutes 15-30 minutes 5-15 minutes 5-15 minutes
Mixed-Use C
Heavy rail, LRT/streetcar, BRT, commuter rail, local bus
Transit Special Use/ Urban Mixed-Use Corridor Moderateto highNeighborhooddensityConcentrations Employment District Neighborhood of Moderate- to highmix of Moderate-density mix Moderate- to highModerate-density mix Moderate- to high- High-density mix of Low- to moderate-density density mixModerate-density of Low- to moderate-density commercial, employment mix of Whatresidential is the residential, of residential, density residential ofMid-rise, residential, density residential uses with residential, commercial, residential, Low-rise, Limited residential lowMid-rise, low-rise, residential uses with commercial, and residential, commercial, land use mix commercial, uses with supporting commercial, uses with supporting employment, and civic/ supporting commercial supporting commercialemployment, civic/cultural uses,commercial, employment and and density? employment and commercial and employment and commercial and townhomes, and employment uses cultural employment and potential; mid-rise townhomes, with rise, and uses employment uses and civic/cultural potentially with some civic/cultural uses civic/cultural uses employment uses civic/cultural uses employment uses civic/cultural uses uses residential smalllot single and high-rise if small-lot single family townhomes Regional-serving Regional-serving local-serving Potential for Primarily local-serving Regional-serving destinationretail Community-serving family, and destinationretail appropriate off thePrimarily corridor Primarily local-serving Community-serving What are the retail opportunity; communityand retail opportunity; Primarily local-serving destinationretail opportunity; need opportunity; need and destination-retail Primarily local-serving retail opportunity; need and destination-retail retail need for some regional-serving need for some some retail opportunity opportunity; need for for local-serving and retail for local-serving andommunityserving opportunity; need for retailmid-rise opportunity for some opportunity; need for characteristics? community-serving but need to balance community-serving local-serving retail communityserving communityserving local-serving retai 15-30 minutes
KORID
Special Use/ Employment District
5-15 min
Concentrations of commercial, employment and civic/cultural uses, potentially with some residential
Moderate-densi residential, com employment and civic/cultural use
Potential for communityand regional-serving retail but need to balance demands for access
Primarily local-se retail opportunit for some ommu retail
Creating sustainable offpeak uses and accommodating peak travel demand
Expanding localretail opportunit high-density hou opportunities
Net Density (Target) Small-Lot Single Family/Duplex Townhouse
Low-Rise Multifamily
Mid-Rise Multifamily
8-20 du/acre (15 du/acre) 12-40 du/acre (30 du/acre)
20-75 du/acre (55 du/acre)
50-150 du/acre (110 du/acre)
High-Rise Multifamily 75+ du/acre
Characteristics Small lots (max 6,000 sf), 2-3 stories with detached units, direct entry from street with potential for secondary units 2-4 stories with attached units, direct entry from street, units can be paired with flats for increased density 2-4 stories with apartments/condos, single- or double-loaded corridors with lobby entrance, off-street parking in surface/structure 4-6 stories with apartments/condos, single- or double-loaded corridors with lobby entrance, off-street parking structure/below grade 7+ stories, usually with base and point tower, single- and doubleloaded corridors with lobby entrance, off-street parking in structure or below grade
Construction Type Type V (max 3 stories/35 feet) Type III/V (max 4 stories/50 feet)
Type III (max 4 stories/50 feet)
Type I/III (max 5 stories/65 feet)
Type I/II (max 12 stories/120 feet/no limits on Type I)
Note: In both charts “Construction Type” refers to categories of fire protection that govern construction in the “Type I” refers to structures of concrete and/or steel; “Type II” refers to structures of load-bearing masonry an refers to structures of load-bearing masonry, steel and/or wood; and “Type V” refers to wood structures.
Parking Configuration Individual garage/driveway and onstreet Tuck-under garage/driveway and on-street Tuck-under garage or surface parking lot, potential for structured parking
Ground floor podium/sub-grade or elevated structure
Off-street parking in structure or below grade
e Uniform Building Code. nd/or steel; â&#x20AC;&#x153;Type IIIâ&#x20AC;?
Mixed-Residential Karakteristik Mixed Residential area dimaksudkan untuk memberikan peluang untuk mendukung pembangunan berbasis transit, mixed-use dengan perumahan penekanan fungsi beragam, atau dalam jarak dekat dengan, koridor transit utama terletak di dalam site atau area, visibilitas, atau batasan akses dapat membatasi kelayakan pusat kegiatan terkonsentrasi (seperti di antara pusat kegiatan node.) Penunjukan Rumahan Campuran juga berlaku untuk lingkungan multi-keluarga yang ada dalam Koridor TOD. Dalam hal ini, penunjukan dimaksudkan untuk mendorong penggabungan campuran yang lebih luas dari jenis perumahan dan untuk meningkatkan koneksi ke lingkungan sekitar dan pusat kegiatan harus mengisi dan pembangunan kembali terjadi di masa depan. Area hunian campuran harus berorientasi dan menyediakan akses langsung
ke koridor-koridor transit terdesak, serta berdekatan lingkungan dan pusat kegiatan. Rentang Kepadatan Residential: â&#x20AC;˘ Kerapatan minimum 24 unit hunian per acre untuk pembangunan yang terletak berdekatan dengan rute BRT, sebagaimana diuraikan dalam Rencana Kerangka Multi-Modal (berbagai sarana Transportasi). â&#x20AC;˘ Kepadatan minimum dari 18 unit hunian per acre untuk pembangunan yang
tidak terletak di rute BRT, sebagaimana diuraikan dalam Rencana Kerangka Multi Modal. â&#x20AC;˘ Pengecualian: Paket yang sudah ada sebelumnya kurang dari 7.000 kaki persegi dikecualikan dari persyaratan kepadatan minimum yang ditentukan di atas dan mungkin memiliki total dua unit asalkan mereka tidak dikonsolidasikan sebagai bagian dari pembangunan yang lebih besar. Non-Residential / Campuran-Penggunaan:
â&#x20AC;˘ Rasio luas minimum lantai 0,75 untuk pengembangan yang terletak berdekatan dengan rute BRT, sebagaimana diuraikan dalam Rencana Kerangka Multi-Modal. â&#x20AC;˘ Rasio luas minimum lantai 0,5 untuk pembangunan tidak terletak berdekatan dengan rute BRT, sebagaimana diuraikan dalam Rencana Kerangka Multi-Modal. â&#x20AC;˘ Pengecualian: Paket yang sudah ada sebelumnya seluas 20.000 kaki persegi yang terletak berdekatan dengan rute BRT, sebagaimana diuraikan dalam
Multi Modal Rencana Kerangka kerja harus memiliki rasio luas minimum lantai 0,5 asalkan mereka tidak dikonsolidasikan sebagai bagian dari pembangunan yang lebih besar. Situs lebih besar dari 100.000 s.f. harus memiliki kepadatan minimal 1,0 FAR. (Sparks_TOD_ plan) Rusunawa yang sesuai dalam bangunan mix-use yang akan didesain yang paling sesuai dari tabel di atas yaitu program ruang tipe low karena luas bangunan yang terbatas dan harus memenuhi jumlah unit yang banyak yaitu 200 unit.
Tabel 11 : Program dan Tipologi Unit Rusunawa/apartemen Sumer : Time-saver Standards for Building Types
Mixed-Use Commercial Karakteristik Campuran-Penggunaan Area komersial dalam Koridor TOD terutama bertepatan dengan pusat kegiatan yang ditunjuk dan harus berisi campuran penggunaan yang terintegrasi, ramah pejalan kaki (seperti ritel, kantor, dan perumahan.) Campuran-Gunakan area komersial harus dirancang dengan penekanan pada kenyamanan dan keselamatan pejalan kaki dan harus termasuk hubungan pejalan kaki dan sepeda langsung ke lingkungan yang berdekatan. Selain itu, Area Komersial Campuran-Penggunaan harus berorientasi dan memasukkan elemen untuk mendukung layanan transit yang ada dan yang akan datang. Rentang Kepadatan Residential: • Minimal 24 unit hunian per acre untuk pengembangan yang terletak berdeka-
tan dengan rute BRT, sebagaimana diuraikan dalam Rencana Kerangka Multi-Modal. • Rasio luas minimum lantai dari 18 unit hunian per acre untuk pembangunan yang tidak terletak pada rute BRT, sebagaimana diuraikan dalam Rencana Kerangka Multi-Modal. Non-Residential / Campuran-Penggunaan: • Rasio luas minimum lantai rata-rata 0,75 untuk pengembangan yang terletak berdekatan dengan rute BRT, sebagaimana diuraikan dalam Rencana Kerangka Multi-Modal. • Rasio minimum luas lantai rata-rata 0,5 untuk pembangunan tidak terletak berdekatan dengan rute BRT, sebagaimana diuraikan dalam Rencana Kerangka Multi-Modal. • Pengecualian: Paket yang sudah ada
Net Density Mid-Rise Residential Over Commercial High-Rise Residential Over Commercia Low-Rise Office/Commercial
Mid-Rise Office/Commercial High-Rise Office/Commercial Institutional/Other Employment
40-90 du/acre
60+ du/acre
0.5-2.5 FAR
2.0-5.0 FAR
4.0+ FAR
varies
Characteristics 3-6 stories with apartments, single- or double-loaded corridors with lobby entrance, off-street parking in structure or below grade 7+ stories, usually with base and point tower, single- or double-loaded corridors with lobby entrance, off-street parking in structure or below grade 1-3 stories with lobby entrance to upper floors; retail, office or mixed-use with mix of tenant types, including limited large-footprint retail uses; parking in surface lots or structures 3-7 stories, with lobby entrance to upper floors, office with potential groundfloor retail, parking in structure or below grade 6+ stories with lobby entrance to upper floors sometimes with point tower over base, office with potential groundfloor retail, parking in structure or below grade schools, civic uses, stadiums, hospitals, other entertainment uses; range of densities and sizes; parking often in structures or below grade
Type wi mod
T sto li
Typ s
T st
Ty
urban Center
icant center of omic and al activity with nal-scale nations
Transit Town Center Local center of economic and community activity
Urban Neighborhood
Transit Neighborhood Regional Center
Predominantly Significant Local center focus ofofeconomic SignificantLocal center of of economic Predominantly residential focus residential district What are the economic and and Primary center of economic and and community Local center of District organized around activity with good access to characteristics cultural community activitycultural activity with economic and economic cultural transit and station without distinct center regional of theand station activity with without distinct center activity regional-scale community activity subregional area? centers regional-scale destinations destinations Heavy rail, LRT/streetcar, BRT, LRT/streetcar, BRT, LRT/streetcar, BRT, local rail, LRT/streetcar, Commuter What is the rail, commuter rail, local bus bus local/regional BRT, commuter All modes Allpotentially modes heavy rail All modes transit mode? local bus bus hub, light rail
All modes
Commuter rail, local/regional bus hub, light rail
-15 minutes
15-30 minutes
What the 5-15isminutes peak frequency of transit?
erate- to highty mix of ential, mercial, oyment and cultural uses
Moderate-density mix of residential, commercial, employment and civic/cultural uses
Moderate- to highdensity residential What the uses withissupporting land use mix commercial and and density? employment uses
Community-serving and destination-retail opportunity; need for local-serving retai
Primarily local-serving retail opportunity; Regional-serving Primarily local-serving What are the need for some destinationretail retail opportunity retail community-serving opportunity; need for characteristics? retail local-serving retail
nal-serving nationretail rtunity; need cal-serving and munityserving
Construction Type
ducing housing
redominantly densities eoyment I/III (maxIncreasing 6 stories while retaining scale and improving and improving ith building code ections/access transit access nsit dification/65 feet)
Type I/II (max 12 ories/120 feet/no imits on Type 1)
pe III/IV/V (max 4 stories/65 feet)
CENTER Special Use/ Mixed-Use Corridor Employment District Urban Center Suburban Center Transit Town Center
15-30 minutes < 5 minutes
15-30 minutes 5-15 minutes 5-15 minutes 5-15 minutes 15-30 minutes
Concentrations Moderateto high- of Moderate-Moderate-density to highLow- to moderate-density commercial, employment mix of density mix of Moderate-density mix High-density mix of density mix of residential uses with residential, and residential, commercial, of residential, residential, commercial, residential, supporting commercial commercial, civic/cultural uses, employment and commercial, employment, and civic/ commercial, and employment uses employment, potentially with some civic/cultural uses employment and cultural uses employment and residential and civic/cultural civic/cultural uses civic/cultural uses uses
Parking Configuration
Potential for Regional-serving Regional-serving Primarily local-serving communityand destinationretail destinationretail Community-serving retail opportunity; need regional-serving opportunity; need retail opportunity; and destination-retail for need some ommunityserving but need toand balance for local-serving for local-serving and opportunity; need for retail demands for accesscommunityserving communityserving local-serving retai
DISTRIK Urban Neighborhood Predominantly residential district with good access to regional and subregional centers
Transit Neighborhood Predominantly residential District organized around transit station
Mixed-Use Corri
Local focus of economic and community activity without distinct center
Local focus of econo and community activ without distinct cent
LRT/streetcar, BRT, bus
Heavy rail, LRT/streetcar, BRT, commuter rail, local bus
LRT/streetcar, BRT, commuter rail, local bus
LRT/streetcar, BRT, potentially heavy rail
5-15 minutes
15-30 minutes
15-30 minutes
Moderate- to highdensity residential uses with supporting commercial and employment uses
Low- to moderate-density residential uses with supporting commercial and employment uses
Concentrations of commercial, employment and civic/cultural uses, potentially with some residential
Moderate-density m residential, commerc employment and civic/cultural uses
Primarily local-serving retail opportunity; need for some community-serving retail
Primarily local-serving retail opportunity
Potential for communityand regional-serving retail but need to balance demands for access
Primarily local-servin retail opportunity; ne for some ommunity retail
sebelumnya kurang dari 20.000 kaki persegi yang terletak berdekatan denretail retail gan rute BRT, sebagaimana diuraikan Integrating highExpanding localIntroducing housing local-serving Integrating Creating sustainable offExpanding What are the density housing into Expanding localserving retail Groundfloor podium/ Integrating into predominantly Integrating dense mix of Increasing densities Rencana Kerangka Multi-ModalCreating sustainable offmoderatedensity peak retail opportunities anddalam major planning existing mixuses of and serving retail opportunities and moderatedensity peak uses and housing and employment while retaining scale housing and supportinghousing accommodating high-density housing And and opportunities and subgrade or elevated increasing highharus memiliki rasio luas lantai rata-ra-accommodating housing and supporting intoretail builtemployment uses and improving local-serving peak travel demand opportunities and improving development employment to increasing highdensity housing local-serving retail out context connections/access transit access challenges? structure support local-serving density 0,5 housing ta minimum asalkan mereka tidakpeak travel demand to transit retail dikonsolidasikan sebagai bagian dari pembangunan yang lebih besar . Situs Off-street parking in structure yang lebih besar dari 100, 000 kaki or below grade persegi harus memiliki rasio luas lantai rata-rata minimum 1,0.
Off-street parking in groundfloor podium or surface
Type I/II (max 12 tories/160 feet)
Off-street parking in structure or below grade
ype 1 (no limits)
Off-street parking in structure or below grade
Varies
Parking often in structures or below grade Tabel 12 : Tipologi Mixused building Sumber : Reconnecting America and the Center for Transit-Oriented Development
KORIDOR
Special Use/ Employment District
Penggunaan Campuran Penggunaan Campuran lahan secara keseluruhan yang ditemukan dalam area komersial Mixed-Use akan bervariasi berdasarkan lokasi, ukuran, dan sekitarnya masing-masing lokasi konteks pengembangan. Campuran penggunaan yang seimbang harus disediakan untuk mempromosikan aktivitas siang-malam serta live-work-shop peluang. Penggunaan tempat tinggal, komersial, kantor, hiburan, dan pekerjaan semuanya sesuai sebagai bagian dari keseluruhan campuran. Di beberapa lokasi, permainan, hotel, dan kegiatan lain yang berhubungan dengan turis mungkin juga tepat.
5-15 minutes
Expanding local-serv retail opportunities a high-density housing opportunities
Employment Karakteristik Wilayah kerja dalam Koridor TOD terkonsentrasi di Distrik Ketenagakerjaan, sebelah timur Sparks Boulevard, antara I-80 dan Prater Way. Area ini sudah mapan dan sebagian besar dibangun dan juga menyediakan pangkalan pengendara yang besar untuk rute transit yang ada. Peluang untuk mengisi dan membangun kembali memang ada di beberapa lokasi, terutama di sepanjang koridor perjalanan utama, seperti Vista Boulevard dan Sparks Boulevard, juga di sekitar pusat medis. Area kerja tambahan belum ditetapkan pada peta Kerangka Penggunaan Tanah dan tidak diantisipasi untuk berada di masa depan. Tujuan utama dari penunjukan tenaga kerja adalah untuk memperkuat signifikansi area di dalam Koridor TOD dan daerah sekitarnya dan untuk terus meningkatkan keragaman pilihan pekerjaan dan mendukung penggunaan yang tersedia untuk karyawan.1 1 & 10
TOD Corridor Master Plan, City of Sparks,Nevada
Campuran Penggunaan Area kerja di dalam TOD Corridor berisi berbagai layanan industri ringan, profesional, medis, dan kantor. Penggunaan sekunder, seperti restoran, layanan ritel, dan layanan pribadi juga mungkin sesuai untuk melayani karyawan. Namun, penggunaan ini harus terkonsentrasi di pusat-pusat aktivitas utama dan kecil di sepanjang Prater Way, Vista Boulevard, dan Sparks Boulevard, di mana mereka dapat dengan mudah diakses dan di mana potensi konflik dengan
penggunaan primer diminimalkan.2
Kajian Karya Arsitektur Sesuai (Preseden) Gambar 15 : Maket Integrated â&#x20AC;&#x153;Bus Terminal-Cumcommercial Complexâ&#x20AC;? At Mohali Sumber : http://www.slideshare.net/kiranightly/bus-terminalcommercial-complexisbtindia-ppt-show-15831652
1. Integrated â&#x20AC;&#x153;Bus Terminal-Cumcommercial Complexâ&#x20AC;? At Mohali, Transportasi adalah salah satu persyaratan yang paling penting untuk bantuan komunikasi dari satu tempat untuk lainnya untuk tujuan kunjungan atau dalam peristiwa pariwisata. Jumlah faktor seperti kenyamanan dari satu tempat dengan lain, promosi pariwisata, untuk komunikasi antara tempat dll. Telah memprediksi pentingnya perencanaan seperti layanan jalan dalam jumlah terminal bisnis.
Sistem transportasi meningkatkan perkembangan sosial, ekonomi, industri dan komersial dan transformasi lebih lanjut masyarakat menjadi terorganisir. Ini adalah salah satu layanan esensial, vital force untuk menentukan Arah pengembangan. Untuk mencapai saldan transportasi yang diinginkan dan untuk sistem yang lebih efisien, itu Esensial untuk menyediakan fasilitas yang berorganisasi dalam sistem. Sebagai
moda transportasi penting dengan perpindahan dari satu tujuan ke tujuan yang lain, melibatkan orang dan barang, ada kebutuhan titik akses dalam sistem untuk penggunaan. TUJUAN • Menyediakan solusi arsitektur untuk mengintegrasi terminal dengan kompleks komersial. • Untuk menyediakan laju yang cepat & memahami aliran lalu lintas. • Untuk menyediakan segregasi yang jelas dari jenis traffic yang berbeda, tanpa kongesti pada jam kereta. • Untuk menyediakan sambungan optimum antara semua unsur dan ruang, i.E. Koneksi jelas dari fungsi. • Untuk menghasilkan sistem komunikasi hari ini, sistem surveillance dll. In to design Gambar 16 : 3d Integrated “Bus Terminal-Cumcommercial Complex” At Mohali Sumber : http://www.slideshare.net/kiranightly/bus-terminalcommercial-complexisbtindia-ppt-show-15831652
gambar : sumber: www.archdaily.com/Transit-Oriented-Development-for-Toronto
2. Transit-Oriented Development for Toronto Pengembang IvanhoĂŠ Cambridge telah mengkonfirmasi rencana untuk pengembangan kantor dan transit multi-tahap yang besar di jantung inti keuangan Toronto , tepat di sebelah timur Union Station. Pembangunan dua menara akan meningkat di kedua sisi rel kereta api dan terhubung melalui taman umum yang tinggi. Menara Selatan akan mencakup Terminal Bus GO baru yang melayani Union Station
dan akan ditutup dengan ritel komersial. Penerapannya masih ada kesamaan seperti preseden Dongtan Central Business, masa bangunan pada preseden ini menerapkan bentuk yang monumenta atau lebih tinggi dari bangunan di sekitarnya lalu simetris pada kedua bentuk gedung tersebut. Berbeda dari preseden sebelumnya, pada masa bangunan ini terdapat koneksi langsung yang menghubungkan dua bangunan yang
strukturnya berada di atas jalur monorel atau kereta. Untuk mendukung kesan monumental pada bangunan, material yang digunakan pada bangunan menggunakan kaca yang bening dengan mengekspos struktur pada bangunan. Pada area taman untuk memperkuat efek linear menggunakan repetitisi vegetasi dengan tinggi yang sama. Dapat diterapkan pada kawasan Terminal Concat keterhubungan bangunan terminal dengan Kantor Kelurahan yang berada di seberangnya, dengan mengkoneksikan bangunan tersebut menggunakan jembatan dan menjadikan pusat TOD dan memberikan efek kontras pada kawasan tersebut dan menarik minat warga dalam penggunaan transportasi umum.
gambar : sumber: www.archdaily.com/Transit-Oriented-Development-for-Toronto
gambar : sumber: www.archdaily.com/Marine-Gateway
3. Marine Gateway Proyek ini berfokus pada â&#x20AC;&#x2DC;high streetâ&#x20AC;&#x2122; pejalan kaki yang menawarkan belanja ritel, hiburan, dan kenyamanan. Perancangan plaza jalan dan publik yang tinggi merupakan salah satu aspek terpenting dalam keberhasilan proyek dengan membawa orang ke lingkungan pejalan kaki dan memasuki ruang ritel. Pilihan bahan dan tingkat detail arsitektur memberikan kombinasi penampungan dan keragaman visual yang men-
ciptakan keterbacaan pada skala proyek sambil tetap memperkenalkan minat dan karakter pada skala pejalan kaki. â&#x20AC;&#x153;As our cities and technologies evolve, and as the issue of mobility in urban environments continues to demand innovative solutions, our architecture must respond in a complementary manner,â&#x20AC;? kata Ryan Bragg, kepala di Perkins + Will.
Marine Gateway berada di lokasi industri yang sebelumnya kurang dimanfaatkan yang direzonkan untuk mencakup penggunaan tempat tinggal. Penggunaan proyek yang sangat mudah diakses, mudah walkable, dan beragam ini disambut oleh masyarakat. Transit station dan bus exchange yang terintegrasi telah mengalami sekitar 35 persen pertumbuhan aktivitas harian rata-rata dalam satu tahun. Selain itu, keberhasilan Marine Gateway telah menarik perhatian pengembangan utama daerah ini.
gambar : sumber: www.archdaily.com/Marine-Gateway
Konsep dan Pengembangan Desain
Eksplorasi dan Simulasi Desain
ANALISIS PERANCANGAN Kondisi Perancangan Site perancanagan berada di Terminal Condongcatur Kecamatan Depok. Detailnya site berada pada barat Jalan Anggajaya dengan luas sekitar 5.440 m2. Letak site perancangan dekat dengan Jalan arteri Rinroad dan Jalan Gejayan yang merupakan dengan kepadatan tinggi karena terdapat bangunan retail dan komersil dan hotel yang menjadi pendukung penting diadakannya sistem TOD. Sistem ini untuk mengintegrasi fungsi hunian, retail/komersil, office dll. Analisis aktivitas Rancangan TOD mewadahi aktivitas transit dan aktivitas pendukung lainnya. Aktivitas yang dilakukan pada TOD yang diambil dari kajian variabel dan tolok ukur:
Analisis Jumlah Pengguna Bus Transjogja Jumlah pengunjung Transit Bus Tranjogja akan dihitung berdasar pada pengguna transportasi Transjogja. Jumlah Pengguna akan berpengaruh pada bertambahnya jalur Transjogja beberapa tahun kedepan untuk mengakomodasi berkembangnya jumlah pengguna Transjogja dan jumlah kendaraan. Jumlah maksimal penumpang bus Tranjogja yaitu 30 orang sekali angkut. Pada Terminal Condongcatur sampai dengan sekarang sudah mengakomodasi 7 jalur. Waktu kedatangan sesuai data dari dinas Perhubungan Kota Yogyajarta kedatangan bus datang setiap 10 menit sekali, sehingga dalam sehari Shelter Tranjogja yang buka dari jam 05.30 samapai jam 21.30 atau dalam waktu 16 jam dapat mengakomodasi penumpang sejumlah 20.160 pen-
umpang dalam 7 jalur bus, dengan rincian perhitungan :
dipercepat menjadi setiap 7-8 menit sekali dalam sekali angkut.
1 jam = 60 menit -> 16 jam x 60menit = 960 menit Bus datang setiap 10 menit -> 1 bus berisi maks 30 orang -> bila ada 7 jalur saat ini total penumpang -> 2.880 x 7 = 20.160 orang perhari
Dengan mengakomodasi jumlah pengguna Transportasi umum diharapkan dapat mengurangi jumlah kapadatan Tranportasi pribadi dan dapat mengurangi kepadatan sirkulasi jalan.
dengan jam padat pada jam 07.00-08.00 dan 16.30-17.00 Bila diasumsikan pertambahan penduduk di Yogyakarta dalam 5 - 10 tahun kedepan sebesar sebesar 10% sehingga penumpang Bus Transjogja akan bertambah kurang lebih 2500 orang pengguna. Sehingga untuk 5-10 tahun kedepan jumlah jalur bertambah 2 jalur dengan waktu kedatangan yang sama atau bila sudah tidak memungkinkan bertambahnya jalur waktu kedatangan
Analisis Biaya * Sasaran penghuni = Masyarakat berpenghasilan menengah (menurut PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM, NOMOR : 05/ PRT/M/2007 TENTANG PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN RUMAH SUSUN SEDERHANA BERTINGKAT TINGGI) Masyarakat Berpenghasilan Menengah Bawah adalah masyarakat yang mempunyai pendapatan diatas Rp. 2.500.000,sampai dengan Rp. 4.500.000,- per bulan, atau yang ditetapkan oleh Menteri Negara
Perumahan Rakyat. Luas Bangunan Apartment : 36 m2 x 240 unit x 140% (koefisien) = 12.096 m2 Kelurahan : 1.000 m2 Terminal : 1.500 m2 TOTAL : 4.596m2 -> 15.000m2 (sudah ditembah dengan luas infrastruktur, MEE, dll) Asumsi Biaya Pembangunan Harga permeter persegi : Rp 7.000.000 15.000 m2 x Rp 7.000.000 = Rp 105.000.000.000 Pengembalian Modal Sendiri (ROE) diasumsikan 10 % pertahun Biaya Oprasional diasumsikan maks 5% dari harga Properti (Elyda, et al : 2015)
Harga Pokok Sewa Per- m2 pertahun: ROE x Harga Properti + Biaya Oprasional Luas yang disewakan 8% x (Rp 105.000.000.000 + Rp 5. 250. 000.000) 12.000 m2
= Rp 918.750 /m2/tahun
Sehingga Harga Sewa Pertahun untuk satu unit apartemen : 36 m2 x Rp 918.750 /m2/tahun = Rp 33.075.000 /unit/tahun Rp 33.075.000 /unit/tahun = Rp 2.756.250 /unit/bulan 12 bulan
Analisis Fungsi Ruang
Gambar 18 : Fungsi Ruang Terminal Sumber : Data Arsitek jilid 2
Tabel 13 : Tabel ukuran panjang, lebar dan radius sirkulasi bus Sumber : Data Arsitek jilid 2
Deskripsi Hasil Rancangan Mix Used Building Terminal Condongcatur
Konsep Terminal Condongcatur Terminal ini direvitalisasi agar dapat dikembangkan menjadi tempat transit yang maju dan tersistematis dengan baik agar warga sekitar Condongcatur dan Yogyakarta dapat termindset bahwa bila menggunakan transportasi umum di terminal tersebut tidak akan terlambat, dapat turun dekat tempat tujuan, membudayakan berjalan, dan lebih efektif dan efesien bila naik sarana transportasi umum ketimbang transportasi pribadi. Selain itu memberi alternatif konsep hunian bagi warga yang memiliki tingkat pendapatan menengah dan menengah keatas bila ingin menyewa apartemen yang berada diatas bangunan terminal tersebut wajib menggunakan transportasi umum. Apartemen tersebut diharapkan dapat menghidupkan sistem TOD pada Terminal Condongcatur. Ketinggian yang dibatasi oleh Undang-undang blablabla terdapat pada lampiran mak-
simal hanya boleh 32 m apabila lebih harus memiliki ijin dari walikota dan pemimpin tertinggi bandara, karena ketinggian desain bangunan yang dirancang lebih dari ketentuan tinggi yang telah ditetapkan sehingga dalam pelaksanaannya kelak harus memiliki ijin pihak-pihak terkait yang telah disebutkan sebelumnya. Apartemen hanya terdiri dari satu tipe saja yaitu tipe 36, untuk fungsi di dalamnya dapat dikondisikan sesuai fungsi yang diinginkan penghuni sesuai teori Open Building. Fungsi lain yang terdapat pada bangunan Terminal Condongcatur yaitu memindahkan fungsi kelurahan kedalam bangunan, fungsi pelayanan publik tersebut dipindahkan dengan harapan sama dengan fungsi apartemen yaitu menghidupkan kembali Terminal Condongcatur. Fungsi komersial bagi warga dan penghuni apartemen juga tersedia. Terminal Condongcatur ini diharapkan bila dapat dibangun kelak dapat menjadi pelopor terminal dengan sistem
TOD yang baik. Pada kesimpulannya Terminal Condongcatur ini meng-integrasikan fungsi-fungsi yang ada di dalamnya untuk memudahkan dan agar lebih efektif serta efisien terhadap masyarakat dan membenahi urban.
Konsep Tahapan Pembangunan Rancangan Tapak Bangunan Tapak bangunan dirancang dengan membagi sirkulasi trasnportasi kedalam empat bagian yaitu sirkulasi untuk Bus Tranjogja, taksi, Angkudes, ojek dan ojek online. Membagi sirkulasi tersebut agar dapat memudahkan transportasi dengan sistem BRT tidak terkendala saat masuk ke dalam terminal dan transportasi umum lainnya agar lebih tersistematis dan memberikan kemudahan alur perpindahan penumpang. Pada area ini difungsikan juga untuk instalasi bangunan (genset, pompa air bersih, dll) serta terdapat
Gambar 22 : Desain Situasi Sumber : Penulis (2018)
A
B
B
6.500
4
13 14 15 16 17 18 19 20 21
10.000
GENSET ROOM + 0,00 + 1,00
11 10
PUMP ROOM + 0,00 + 1,00
9 8 7 6 5
21R x 0.170 21G x 0.310
12
LOADING DOCK + 0,00
C
4 3 2
DOWN
1 UP
7,500
area parkir yang didesain hanya untuk pengunjung pelayanan publik, lihat pada Gambar 5.3.
5.000
3
SHELTER ANGKUDES + 0,00 + 1,00
ELEVATOR + 0,00 + 1,00
A
PANEL ROOM + 0,00 + 1,00
ELEVATOR + 0,00 + 1,00
UP 1 21R x 0.170 21G x 0.310
5 6 7 8 9
12
4
14 13
3
16 15
11
18 17
10
21 20 19
2
DOWN
1
5.000 3.000
Gambar 21 : Konsep Tapak Sumber : Penulis (2018)
NAMA PROYEK DEPARTMENT OF ARCHITECTURE
Perancangan Terminal Condongcatur dengan Prinsip TOD
3
2
1
5
6
8
7
4
10R x 0.200 10G x 0.250
UP
DOWN
10
Perhatikan Gambar 5.4. Rancangan bangunan pada area ground ini terdapat tangga yang menuju area ticketing di lantai atasnya atau bila ingin langsung ke apartemen penghuni dapat langsung menggunakan elevator menggunakan sistem kartu, sehingga tidak sembarang orang dapat mengakses bagian apartemen. Area lantai dasar terdiri dari area publik yang berupa ruang tunggu penumpang taksi dan Angkudes serta ojek online dan sirkulasi bagi transportasi umum.
9
2
E-03
C
D
D
6.500
16 17 18 19 20 21
21R x 0.170 21G x 0.310
C
GENSET ROOM + 0,00 + 1,00
10.000 DOWN
3 2
15
5 4
14
8 7 6
13
9
5.200
12
11 10
PUMP ROOM + 0,00 + 1,00
5.200
1 UP
5.000 16,000
SHELTER TRANSPORT ONLINE + 0,00 + 1,00
11,500
ELEVATOR + 0,00 + 1,00
A
PANEL ROOM + 0,00 + 1,00
ELEVATOR + 0,00 + 1,00
9.000 3.000
DOWN UP 1 2 3 5 6 7
21R x 0.170 21G x 0.310
4 8 9
4.700
10
SHELTER TAXI
DOWN 21
PARKIR KHUSUS GRAB
PARKIR KHUSUS GRAB
+ 0,00
+ 0,00
E-02
10
9
8
7
6
UP
10R x 0.200 10G x 0.250
5
4
3
2
1
20,800
20 19
5.000
18 17 16 15 14 13 12
11
+ 0,00 + 1,00
8.000
PARKIR OJEK 5.000
+ 0,00
8.000
PARKIR KHUSUS GOJEK
+ 0,00
5.000
5.000
DENAH GROUND FLOOR
DOSEN PEMBIMBING
LOKASI PROYEK
BACHELOR FINAL PROJECT Ahmad Saifudin Mutaqi IAI AA
SKALA :
LEMBAR :
Rancangan Modul Ruang yang Diusulkan Perhatikan Gambar 5.7 Dalam menentukan modul unit apartemen yang harus dipertimbangkan yaitu dari segi aktifitas dan kondisi penghuni, misalnya fungsi ruang, jumlah ruang, hubungan ruang serta sirkulasi dan aspek sosial yang saling terintegrasi antar fungsi yang menjadikan apartemen tersebut nyaman dan baik untuk ditinggali. Rancangan Program Ruang Program ruang dihasilkan dari kajian pada analisis standar hunian berupa apartemen dan standar ruang funsi terminal, Zonasi pada bangunan dibagi menjadi tiga bagian, pada area tapak menjadi fungsi terminal dan sirkulasi transportasi umum, lalu lantai diatasnya berfungsi sebagai pelayanan public dan fasilitas umum, lantai diatasnya lagi sebagai apartemen lihat pada Gambar 5.5 Hunian dirancang sesuai dengan kebu-
tuhan dan pola aktifitas penghuni dengan memanfaatkan elevator sebagai penghubung antar lantai dan fungsi bangunan. Pembagian zonasi tersebut dimaksudkan agar alur perpindahan penumpang terminal dan penghuni apartemen tidak membingungkan dan menjadi padat pada satu area saja, untuk perpindahan alur untuk ke palayanan publik, apartemen dan perpindahan penumpang dari Bus Tranjogja ke transportasi umum lainnya diarahkan melewati area tiket. Pada area apartemen satu lantai terdapat 17 hunian dengan tipe 36, fungsi standar yang ditetapkan terdapat dalam hunian yaitu satu ruang tamu, dua kamar tidur, satu kamar mandi, satu dapur.
Gambar 27 : Denah Gate setelah evaluasi Sumber : Penulis (2018)
Gambar 29 : Denah Transit Bus Sumber : Penulis (2018)
Rancangan Selubung Bangunan Perhatikan Gambar 5.8 Desain selubung mengikuti pola masa bangunan pada apartemen namun lebih dibuat smooth sehingga lebih estetika. Pada area Bus Transjogja Panel-panel yang berbentuk sirip-sirip memiliki jarak dan sudut yang berbeda-beda. Material yang digunakan untuk pada fasad apartemen yaitu Aluminium Composite Panel dengan ketebalan 4mm dan menggunakan finishing polyester lalu pada pembatas area bus material yang digunakan yaitu Glassfibre Reinforced Concrete (GRC) atau dapat menggunakan kayu atau lembaran aluminium dengan finishing cat atau polosan.
Gambar 25 : Sistem struktur Setelah evaluasi Sumber : Penulis (2018)
Rancangan Detail Fasad (Detail Arsitektural Khusus) Gambar 5.9 Detail Fasad Rancangan fasad berperan penting dalam aspek visual Terminal Condongcatur karena orientasi bangunan di kelilingi oleh jalan raya sehingga tampak bangunan terlihat langsung oleh pengendara dan warga sekitar terminal. Selain itu fasad dipergunakan untuk menutupi atau mengkamuflase outer ac pada fasad apartemen, pada detil fasad di area shelter bus Transjogja digunakan pembatas atau border berupa sirip2 yang berfungsi mengurangi kebisingan dan mengontrol arah angin. Seperti yang dijelaskan pada Gambar 5.9 dan 5.10.
Rancangan Utilitas Bangunan
Skema Air Bersih
Skema Limbah Padat & Cair
Skema Fire Protection & Emergency Stair
Skema Elektrikal
Skema Pencahayaan
Skema Trasnportasi Vertikal
Skema Penghawaan
Barier free
Rancangan Interior
Rancangan Eksterior
Evaluasi Desain
Sumber Bacaan dan Lampiran
Kesimpulan Review Evaluatif Pembimbing dan Penguji Pembimbing 1. Untuk sirkulasi Bus Transjogja alurnya sudah baik dan tersistematis . 2. Pada area apartemen dan pelayanan publik persentasi luas sirkulasi masih terlalu besar sehingga belom dapat memanfaatkan area tersebut dengan maksimal, namun dalam segi penghawaan dan cahaya baik karena terdapat void-void yang besar untuk masuknya cahaya dan angin. 3. Untuk perhitungan biaya sewa harus dikaji lagi.
Penguji 1. Sebaiknya diperhatikan kembali keamanan pada bagian elevator area tiket yang menuju area apartemen, perlu ditambahkan penjagaan satpam atau disempurnakan sistem elevatornya. 2. Untuk sistem alur ticketingnya perlu diperjelas dan diperbaiki agar alur perpindahan orang tidak membingungkan dan agar lebih efisien dan efektif. 3. Untuk struktur pondasi harus benar dalam gambar teknik pada gambar pondasi seperti itu tidak cocok untuk bangunan yang lebih dari lima lantai sehingga perlu dikaji kembali untuk strukturnya.
Referensi
Daftar Pustaka Carlton, Ian. Histories of Transit-Oriented Development: Perspec tives on the Development of the TOD Concept. Berkeley, 2007. Christiaanse, Kees. International Architecture Biennale Rotterdam: Open City Designing Coexistence book. Rotterdam, 2009. Griffin, Kenneth. Transit facilities. USA: John & Sons inc, 2004. Habraken, N. J. “The Control of Complexity.” 1987: 1-14. II, Allen Daniel Brawell. “Transit-Oriented Development: An Urban Design Assessment of Transit Stations in Atlanta.” Master thesis, USA, 2013. Martha, Ketut Dewi. “Penerapan TOD (Transit Oriented Develop¬ment) sebagai Upaya Mewujudkan Transportasi yang Berkelanju¬tan di Kota Surabaya.” SEMINAR NASIONAL, 2013. N. J. Habraken, translated by B. Valkenburg ARIBA. SUPPORT: An Al¬ternative to mass housing . London: The Architecture press, 1972. Pool, Marthijn N. “Making Inclusive Cities in the Platform Society.” Seoul World Architects Congress. seoul: UIA, 2017. Priemus, Hugo. “Support-Infill Revisited: The increasing say of oc¬cupants.” ETH Zurich Research Collection. German, 2015.
Refrensi Lestari, Mayang. PEMBANGUNAN UNDERPASS Pemdes Condong¬catur Antisipasi Gejolak. 19/9/2017 Sumber: http://www.solopos. com/2017/03/09/pembangunan-underpass-pemdes-condong¬catur-antisipasi-gejolak-799746. 25/9/2017 jam 06.16. Sunartono. Wow, Pendapatan Desa Condongcatur Mencapai Rp5 Miliar Setahun. 14/12/2015 Sumber: http://m.harianjogja.com/baca/2015/12/14/investa¬si-sleman-wow-pendapatan-desa-condongcatur-menca¬pai-rp5-miliar-setahun-670636. 25/9/2017 jam 06.16. Prof. Dr. Stephen Kendall. Open Building Implementation. http://open-building.org/ob/concepts.html. 15/10/2017 jam 11.00 Nourma Handito, Dwi. Harga Tanah di Yogya Naik Gila-gilaan.
http://jogja.tribunnews.com/2017/01/11/harga-tanah-di-yogya-naik-gila-gilaan. 14/02/18 jam 23.15 http://jogja.tribunnews.com/2017/11/17/diy-perlu-perumahan-vertikal-ini-alasannya http://www.harianjogja.com/baca/2016/09/07/perumahan-di-jogja-rumah-bersubsidi-lebih-banyak-daripada-rumah-nonsubsidi-751313 http://krjogja.com/web/news/read/43882/Menghidupkan_Lagi_Angkutan_Umum_di_Yogya 3/ Anon., 2007. PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM, Yogyakarta: s.n. Anon., 2009. CITY OF SPARKS TOD CORRIDOR MASTER PLAN, Nevada: s.n. Bleiweiss, P., n.d. Reconnecting America and, Amerika: s.n.
DAFTAR GAMBAR Gambar 1 : Kawasan dan lokasi site Gambar 3 : Lokasi site Terminal Condongcatur Gambar 2 : Kawasan site condongcatur Gambar 4 : Suasana Terminal Condongcatur Gambar 5 : Suasana perempatan depan Terminal Condongcatur Gambar 6 : Kepadatan pengguna motor yang ingin menyeberang ke arah Jl. angga jaya 2 Gambar 7 : Meningkatnya Harga Tanah Gambar 8 : Pedagang kaki lima di timur Terminal Gambar 9 : Perumahan untuk mengatasi backlog Gambar 9 : Skema Permasalahan Gambar 10 : Skema konflik yang akan diselesaikan Gambar 11 : Jenis Transit Neighborhood Gambar 12 : Jalur Transjogja 2018 Gambar 13 : Grafik Volume kendaraan yang melintas dan Grafik kepadatan pada jam tertentu dari arah Jl. Anggajaya 1 ke Jl. Gejayan Gambar 14 : Grafik Volume kendaraan yang melintas dan Grafik kepadatan pada jam tertentu dari arah Jl. Gejayan ke Jl. Anggajaya 1 Gambar 15 : Maket Integrated “Bus Terminal-Cumcommercial Complex” At Mohali Gambar 16 : 3d Integrated “Bus Terminal-Cumcommercial Complex” At Mohali Gambar 17 : Minor Activity Gambar 18 : Fungsi Ruang Terminal Gambar 19 : Lokasi site Terminal Condongcatur Gambar 21 : Konsep Tapak Gambar 22 : Desain Situasi Gambar 23 : Denah Kelurahan DAFTAR TABEL Tabel 1 : Keoriginalitasan Tema
1 4 4 5 5 6 6 7 8 11 12 17 20 24 25 29 30 32 40 42 47 48 51 10
Tabel 2 : Tipologi Kawasan TOD Tabel 3 : Jumlah Penumpang Transjogja 2013 Tabel 5 : Jumlah Penumpang Transjogja 2015 Tabel 6 : Jumlah Penumpang Transjogja 2017 Tabel 4 : Jumlah Penumpang Transjogja 2014 Tabel 7 : Jumlah Kendaraan tahun 2016 & 2017 Tabel 8 : Rencana tata ruang dan wilayah (RTRW) Sleman Tabel 9 : Tipologi Residensial Tabel 11 : Program dan Tipologi Unit Rusunawa/apartemen Tabel 12 : Tipologi Mixused building Tabel 13 : Tabel ukuran panjang, lebar dan radius sirkulasi bus Tabel 14 : Pengelompokan Fungsi ruang Tabel 14 : Tabel ukuran Standar Office Tabel 15 : Tabel Struktur Perancangan Office
16 23 23 23 23 26 28 33 36 37 41 43 46 46
Lampiran
Regulasi Kawasan
Peraturan Daerah Kota Yogyakarta NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG BANGUNAN GEDUNG Pasal 6 f. klasifikasi bangunan gedung berdasarkan ketinggian meliputi: 1) bangunan gedung bertingkat tinggi dengan jumlah lantai 9 (sembilan) sampai 10 (sepuluh) lantai atau sesuai dengan ketentuan dalam dokumen perencanaan kota; Pasal 16 (3) Pada kawasan yang intensitas bangunannya padat/tinggi, maka jarak bebas samping dan belakang bangunan wajib memenuhi persyaratan : d. Untuk bangunan gedung bertingkat lebih dari 5 (lima) lantai, bidang dinding, struktur dan pondasi bangunan terluar batas persil jarak bebas samping dan jarak bebas belakang ditetapkan sekurang-kurangnya 4 m (empat) meter ke arah dalam dari batas persil untuk lantai sampai dengan 3 (tiga) lantai. Dan untuk penambahan jumlah lantai di atasnya sampai dengan 5 (lima) lantai jarak bebas ditambah 1 (satu) meter dari jarak bebas lantai di bawahnya. Dan lantai ke 6 (enam) dan seterusnya jarak bebas dapat sama dengan lantai di bawahnya.
Pasal 18 (4) Penampilan bangunan gedung pemerintahan, fasilitas umum milik pemerintah dan bangunan umum non pemerintah wajib menambahkan unsur-unsur ornamen arsitektur lokal Yogyakarta sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Peraturan Walikota Yogyakarta Nomor 53 Tahun 2017 TENTANG KETINGGIAN BANGUNAN DI KOTA YOGYAKARTA BAB II KETINGGIAN BANGUNAN Pasal 3 (2), di luar Kawasan Lindung, harus mendapatkan rekomendasi dari: a. Walikota, untuk ketinggian bangunan sampai dengan 32 (tiga puluh dua) meter; atau b. Walikota dan Komandan Lapangan Udara Adisutjipto, untuk ketinggian bangunan lebih dari 32 (tiga puluh dua) meter. (2) Ketinggian bangunan diberlakukan ketentuan pandangan bebas (skyline) dengan sudut 450 (empat puluh lima derajat) dari daerah/ruang milik jalan di seberangnya.
Rancangan desain 3d (maket) 1:200