Frc1

Page 1

FRIDAY READER’S CLUB SEPTEMBER | EDISI 001 GRATIS | BULETIN JUM’AT DWIMINGGUAN

Kelola Kebiasaan Pertahankan Produktivitas Ibadah Meski Ramadhan berlalu ibadah harus tetap semangat. Ternyata kebiasaan perlu dikelola agar aktivitas lebih produktif. Merekayasa perilaku agar lebih positif, kenapa tidak?

Rahasia Para

Pembaharu

Temukan seperti apa pribadi orang paling berpengaruh di dunia sepanjang abad.

5Tips Sederhana Agar Tim Kompak

Tidak Dibaca Saat Khutbah Jum’at Berlangsung | 1 TIDAK DIBACA SAAT KHUTBAH JUM’AT BERLANGSUNG


Terima Kasih

S

elamat datang di Friday Reader’s Club. Kebutuhan akan bacaan berkualitas di hari Jum’at, mendorong kami untuk hadir. Berkat kepercayaan dan dukungan kita semua FRC bisa berada di tangan Anda. Dalam edisi perdana ini, kami ingin mengucapkan banyak terima kasih terutama kepada donatur. Karena buletin ini bersifat swadaya, sehingga kehadiran dan dukungan para donatur begitu penting. Kami yakin, Allah Swt. telah menyiapkan ganjaran yang lebih baik bagi siapa saja yang berbuat kebajikan. Melalui edisi perdana ini perkenankan kami mengenalkan diri. Visi FRC adalah menyediakan bacaan berkualitas yang menyenangkan secara gratis. Harapannya adalah tumbuh budaya baca yang positif. Bukankah Al

FRIDAY READER’S CLUB 2 | Friday Reader’s Club

Qur’an telah menyariatkan kepada kita tentang pentingnya menuntut ilmu (simak At Taubah:122 dan Az Zumar:9). Selain itu, membaca juga membantu tangkal kepikunan dan menjaga pikiran tetap tajam. Semoga kehadiran kami mampu menambah khazanah pengetahuan kita, terutama seputar dunia Islam. FRC merupakan media komunitas rintisan. Kami sadar begitu banyak kekurangan, masukan dan saran pembaca sangat dibutuhkan agar kami bisa menyajikan yang terbaik. FRC hadir tiap dua minggu satu kali, tersebar di masjid seperti buletin Jum’at pada umumnya. Sekali lagi kami mengucapkan terima kasih atas kesempatan untuk turut menyemarakan bacaan alternatif bagi umat. Semoga bermanfaat. Selamat membaca. Pengurus: M Iqbal Tawakal, Rini Mulyani Sekretariat: Jl. KH. Wahid Hasyim, Gg. Babakan Baru II No. 14, Bandung Telepon: (022) 92221085 Email: fridayreadersclub@gmail.com Iklan dan Kerjasama: 08562349700 Rekening Donasi: Bank Syariah Mandiri 703.6750.655 a.n M Iqbal Tawakal Desain dan Percetakan: L-Pro Media Solution lprostuido@gmail.com


TEMA UTAMA

Kelola Kebiasaan Baik

Ramadhan berlalu, bukan berarti kebiasaan baik ikut pergi. Pertahankan kebiasaan produktif dan terapkan sepanjang tahun.

K

enapa banyak yang cemas saat meninggalkan bulan Ramadhan? Tentu saja, karena ‘tamu’ agung yang selama ini membuat ibadah-ibadah kita semakin produktif akan pergi. Selain itu kita juga tak tahu apakah tahun depan ‘tamu’ itu akan datang kembali atau kita keburu pergi. Sangatlah lumrah bila kita senantiasa merindukan Ramadhan, betapa tidak didalamnya banyak menyimpan kebaikan. Tak cuma dari segi kesehatan jasmani dan ruhani saja, semangat ibadah kita pun meningkat tajam selama puasa. Nah, kenapa tidak kita ‘bawa’ saja Ramadhan sepanjang tahun? Mulai dari semangat hingga suasananya.

Tidak Dibaca Saat Khutbah Jum’at Berlangsung | 3


“Tak ada saat-saat yang lebih nikmat melebihi situasi lapar, asing, dan sepi di hadapan Allah,” - Emha Ainun Nadjib

4 | Friday Reader’s Club

Sangat disayangkan begitu menginjak Syawal ‘kobaran’ semangat ibadah itu padam begitu saja. Bukankah tujuan utama dari ‘latihan’ sebulan penuh agar kita makin baik menjalani harihari diluar Ramadhan. Pakar Tafsir Indonesia, Prof. Dr. Muhammad Quraish Shihab menyebutkan bahwa pokok puasa adalah implementasi setelahnya. Dalam Membumikan Al-Qur’an (2013) ia menjelaskan bahwa tujuan Allah menyeru umatnya untuk berpuasa adalah guna peningkatan ketakwaan semata. Takwa yang dimaksud adalah meneladani sifat-sifat-Nya yang 99. “Misalkan, Allah punya sifat Maha Pengampun dan Maha Pemaaf,” jelas Quraish Shihab. Sama halnya dengan sifat Rahman (Maha Pengasih) dan Rahim (Maha Penyayang), perlu kita amalkan seharihari pula. Sehingga, tambah Quraish Shihab, rahmat dan kasih sayang Tuhan bukan hanya kita yang merasakan melainkan orang banyak, termasuk mahluk lain. “Demikian pula sifat yang lain, esensinya untuk diteladani sesuai dengan kemampuan kita masingmasing.” Selama bulan Ramadhan, kita ditunjukan bagaimana cara terbaik untuk meneladani ‘nama-nama’ baik milik Tuhan itu. Sebab, puasa adalah ‘peta’. semacam ‘how-to guide’ atau panduan kita meraih ketakwaan. Selama puasa, kita diajari cara mempertahankan semangat ibadah, menahan diri dari perbuatan dosa, dan senantiasa dekat dengan masjid. Ini semua adalah bekal perjalanan kita untuk menempuh harihari berikutnya. Bulan Ramadhan ibarat pintu gerbang, yang membawa kita ke halaman yang lebih baik. Kita tak selamanya berdiri di gerbang bukan? Kita harus terus berjalan dan masuk. Hanya saja, banyak diantara kita, meskipun telah melalui Ramadhan


berkali-kali, tetapi tetap saja ‘semangat itu’ tak terbawa. Inilah yang kemudian Emha Ainun Nadjib sebut sebagai kemandekan kualitas puasa. Kolumis dan budayawan ini juga mengimbau agar pengetahuan kita tentang puasa perlu di tambah. Melalui Puasa itu Puasa (2005) Emha menyindir, “Puasa merupakan perang melawan nafsu. Cuma barangkali karena pengetahuan kita tentang musuh yang harus diperangi tidak bertambah, maka strategi dan taktik kita pun kurang berkembang.” Selaku awam kita kerap memaknai puasa sebagai serangkaian kegiatan di bulan Ramadhan. Padahal, Ramadhan merupakan salah satu rangkaian dari sekian banyak ibadah selama satu tahun. Harapannya adalah pola-pola ibadah selama Ramadhan dapat menjadi role model ibadah-ibadah kita berikutnya. Betul kata Emha, bahwa kita perlu merekayasa bulan-bulan lain agar tampak seperti Ramadhan. Kenapa tidak? Bila bangun malam kita pertahankan. Tilawah Al Qur’an kita teruskan. Shalat berjamaah di masjid kita jadikan kebiasaan. Termasuk meninggalkan ghibah dan perkataan tak berguna. Melalui tulisan singkat ini, penulis mengajak agar kita semua punya perspektif baru tentang Ramadhan. Bila semula ibadah kita semarak hanya di bulan Ramadhan. Kini, bulanbulan setelahnya pun kita turut semarakan pula. Pola ibadah produktif selama ini kita jadikan

kebiasaan. “Tak ada saat-saat yang lebih nikmat melebihi situasi lapar, asing, dan sepi di hadapan Allah,” ungkap Emha. Saat-saat dimana kita hanya mempersembahkan ibadah khusus bagi-Nya. Biarlah semangat ini tetap menyala dalam hati, agar rindu kita akan Ramadhan tahun depan semakin kuat. Rekayasa Rutinitas, Pertahankan Kebiasaan Baik Berikutnya adalah pertanyaan bagaimana kebiasaan baik selama Ramadhan kita pertahankan. Seorang wartawan sekaligus pengamat kebiasaan, Charles Duhigg menjelaskan kepada kita bagaimana sebuah kebiasaan (habit) berkontribusi signifikan pada kesuksesan seseorang dalam hidup. Meski tak berbicara soal puasa dan Ramadhan, tapi Charles melalui The Power of Habit (2013) meyakinkan kepada kita untuk mengelola kebiasaan. Baginya, kebiasaan muncul karena rutinitas. Bahkan, beberapa orang tak menyadari bahwa kebiasaan buruk mereka berawal dari rutinitas sepele. Lingkaran kebiasaan, begitulah Charles menyebut proses terbentuknya habit, adalah serangkaian proses berurutan dari; Pertama tanda, lalu rutinitas, dan diakhiri oleh sebuah ganjaran. Sebagai contoh, bila kita lapar. Gejala umum yang kita terima adalah, misalnya perut keroncongan, hal ini merupakan sinyal/ tanda bagi otak. Responnya adalah

Tidak Dibaca Saat Khutbah Jum’at Berlangsung | 5


sebuah rutinitas yang biasa kita lakukan, yaitu makan. Sebagai ganjarannya, kita akan merasa kenyang. Begitulah sistem kebiasaan bekerja. Rutinitas hadir sebagai respon dari tanda, sedangkan ganjaran adalah hasil yang kita peroleh. Lalu bagaimana dengan kebiasaan kita sehari-hari? Mungkinkah kita merubahnnya? Tentu saja hal itu sangat mungkin! Bukankah kita sedang melakukannya selama puasa. Bagi Charles, setiap perubahan memiliki ‘aturan emas’ yang berbunyi; kita tak bisa melenyapkan kebiasaan buruk, melainkan merubahnya. “Cara kerjanya adalah dengan menggunakan tanda dan ganjaran yang sama tetapi ubah rutinitasnya,� ungkapnya. Sebagai contoh, seorang perokok akan merokok (rutinitas) agar kembali bersemangat (ganjaran) kala ia bosan (tanda). Kita tak bisa melenyapkan rasa bosan pada kehidupan manusia bukan? Karena itu rubahlah rutinitas yang kita perlukan supaya kembali semangat. Misalkan dengan minum kopi, melakukan streching, atau baca Al-Quran. Sediakan ganjaran yang sama dan persiapkan rutinitas baru, itulah kira-kira yang ingin disampaikan Charles. Cara terbaik melakukan hal itu adalah dengan menggunakan empat langkah sederhana ala The Power of Habit. Pertama, identifikasi rutinitas. Petakan terlebih dulu, rutinitas apa yang ingin kita ubah atau pertahankan. Misalkan kita 6 | Friday Reader’s Club

ingin mempertahankan rutinitas bangun pagi selama Ramadhan atau menjadikan tilawah sebagai kebiasaan. Dengan mengidentifikasi berarti kita telah menetapkan tujuan. Kedua, perhatikan ganjaran apa yang kita dapat. Tentu saja, kita akan dengan mudah mengatakan bahwa ganjaran yang saya inginkan adalah mendapat pahala. Tapi apakah benar-benar pahala itu yang kita harapkan? Jawabnya tentu saja ya, dan ridho Ilahi harus kita tempatkan diurutan pertama. Tapi, pernahkah kita merenung dan bertanya pada diri sendiri, mengapa sebagian orang begitu bersemangat tilawah di masjid bersama rekan? Atau mendengarkan ceramah ustadz kondang secara langsung jauh lebih asyik ketimbang mengkaji Islam lewat internet? Bukankah materi ceramahnya sama saja. Bisa jadi, ganjaran yang kita harapkan meleset sedikit dari dugaan. Pahala adalah niat utama kita, tapi pikiran dan hati kita menginginkan ganjaran yang lain. Misalnya,sosialiasi di majelis taklim atau sekadar ngobrol santai bareng teman selepas ibadah di masjid. Mungkin, inilah ganjaran yang kita harapkan sebetulnya. Tersimpan jauh di dalam benak kita, hingga masuk kedalam alam bawah sadar. Setelah kita tahu rutinitas kita, misalnya tilawah di masjid serta ganjaran yang mendorong kita melakukannya; bercengkrama dengan teman dan melepas penat. Kita menuju tahap berikutnya, yakni


memelajari tanda. Penelitian tentang psikologi dari University of Western Ontario (2003) membuat klasifikasi tanda kedalam lima kategori; lokasi, waktu, kondisi emosional, orang lain, dan tindakan sebelumnya. Misalkan, kenapa kita puasa? Karena ini bulan Ramadhan (waktu). Kenapa kita makan? Karena lapar (kondisi emosional). Kenapa kita datang ke majelis taklim? Bersosialisasi bersama rekan (orang lain), dan sebagainya. Pelajari tanda apa yang membuat kita ingin melakukan rutinitas tertentu. Saat tilawah misalnya, beberapa tanda yang Anda dapatkan adalah; bosan/ terdapat waktu luang (kondisi emosional), karena banyak orang yang melakukannya (orang lain), dan selepas shalat fardhu (tindakan sebelumnya). Identifikasi seperti ini penting dilakukan, agar kelak (di luar bulan Ramadhan) kita bisa ‘merekayasa’ tanda-tanda ini untuk mendorong rutinitas. Setelah kita mendapati lingkaran kebiasaan baik selama Ramadhan, maka langkah terakhir adalah menyusun rencana. Tentu saja untuk kita gunakan setelah bulan ini berakhir. Hal ini bukan rencana tertulis yang panjang lebar atau semacamnya, melainkan niat baik untuk berubah dibarengi ikhtiar sistematis agar lebih berdampak. Misalkan, kita kini tahu bahwa tilawah saat Ramadhan dipengaruhi beberpa faktor; kondisi emosional (waktu senggang), orang lain

(mengaji bersama), dan aktivitas sebelumnya (selesai shalat), dan lokasi (di masjid). Maka yang bisa kita lakukan di luar Ramadhan adalah meluangkan waktu dengan mengajak teman kantor kita untuk shalat berjamaah di masjid. Bila ‘tandatanda’ ini terpenuhi secara otomatis benak kita, hati kita, akan terdorong untuk mulai membaca Al-Quran. Insyaallah. Merubah kebiasaan tentu bukanlah hal mudah, apalagi singkat. Diperlukan kesungguhan tekad dan strategi jitu. Selepas Ramadhan bukan mustahil beberapa diantara kita ada yang kembali ke kebiasaan ‘buruk’ masing-masing. Shalat tak berjamaah, tilawah sekadar angin lalu, apalagi ikut kajiankajian islami. Tak peduli seburuk apapun, setidak-produktif apapun kebiasaan kita, ingatlah selalu bahwa selalu ada cara untuk memperbaikinya. Seperti diungkap sebelumnya, kebiasaan buruk tak mungkin dihilangkan tapi bisa dirubah (untuk selamanya). Bagaimana jika kita mulai sekarang? MI-FRC

Tidak Dibaca Saat Khutbah Jum’at Berlangsung | 7


Rahasia Para Pembaharu “Jika saya berhasil membuat sebuah penemuan yang berharga, hal tersebut lebih merupakan hasil kesabaran saya dibandingkan dengan keahlian lain yang saya miliki.� - Isaac Newton (1642-1727)


ARTIKEL

P

ernyataan Newton ada betulnya. Lihat saja, tokoh-tokoh dunia yang sukses. Kebanyakan dari mereka adalah ‘ahli sabar’. Sosok yang menginspirasi dunia, sekaligus Nabi Kebesaran Umat, Muhammad Saw. (570-632) adalah seorang yang sabar. Kita bisa melihat bagaimana sebuah kesabaran mampu mengubah tatanan hidup masyarakat. Michael H. Hart dalam bukunya The 100 (1978), menempatkan Muhammad sebagai tokoh paling berpengaruh di dunia sepanjang masa. Melalui teladannya, Muhammad mengajari manusia bahwa sabar adalah kunci. Jelas ia benar, dan banyak orang yang sudah membuktikannya. Issac Newton, yang menempati posisi kedua dalam daftar Hart juga membuktikannya. Siapa yang tak kenal ilmuan jenius satu ini? Fisikawan pencetus teori gravitasi ini juga mengaku sabar adalah kunci. Pasalnya, setiap penemuan yang ia hasilkan bukan terjadi seketika. Ada proses panjang yang melelahkan.


Tanpa sabar, orang mudah putus asa dan tak mau maju kembali. Newton tak seperti itu, ia bersabar dalam tiap kegagalan hingga berhasil. Tak cuma, Newton, tokoh non-muslim lainnya seperti Albert Einstein (1879-1955) juga mengakui hal serupa. Kutipan kata-katanya yang paling populer adalah, “Bukan karena saya pintar, namun karena saya menghadapi masalah lebih lama.” Ia mengaku, ketahanan seseorang ketika menghadapi masalah begitu menentukan. Sabar merupakan mesin kehidupan, sedangkan ikhlas adalah bensinnya. Tentu konsep ini universal dan berlaku untuk seluruh manusia, tak cuma di Islam. Tentu kita selaku Muslim

seharusnya bisa selangkah lebih, karena konsep sabar menyatu dalam ajaran Islam. Semua tokoh Islam, terutama tokoh-tokoh ‘pembuka’ adalah orang-orang sabar. Mereka menanamkan sabar kedalam diri sebagai ahlak mulia yang perlu diaplikasikan sehari-hari. Lihat saja bagaimana Rasul diperlakukan oleh kaum kafir dari Mekah. Abu Bakar yang harus menghadapi orang-orang munafik pasca meninggalnya Rasul. Umar yang diterjang banyak musibah. Usman, Ali, Aisyah, dan semua sahabat rasul lainnya. Mereka semua tak kenal kata mengeluh, apalagi memble saat hadapi cobaan. Konsep sabar yang mengakar pada jiwa sahabat menjadikan mereka mampu

Sabar Bukan Berarti Diam Banyak yang mengira sabar adalah diam saja, misalkan ketika mendapat cobaan.

10 | Friday Reader’s Club


meraih kegemilangan dalam hidup, plus kegembiraan di akhirat kelak. Hart diakhir bukunya menjelaskan bagaimana tokoh-tokoh dunia menjadi begitu sukses dalam hidup. Salah satu rahasianya adalah ketahanan diri yang mumpuni. Seperti dikatakan Einstein, bahwa orang besar dan sukses mampu bertahan lebih lama dalam masalah dibanding mereka yang biasa-biasa saja. Kesabaran merupakan ‘senjata’ terbaik dalam ‘bertahan’ di kesulitan. Sabar adalah satu bentuk usaha. Artinya ketika sulit melanda, orang yang sabar akan berusaha untuk keluar dari lingkaran tersebut. Bukan malah jatuh terpuruk, apalagi tak kembali bangkit! ahkan, ketika disakiti atau B hak dirampas banyak orang yang diam saja dengan dalih bersabar. Jelas ini pengertian yang keliru! “Ini merupakan sabar yang salah,” tegas KH. Deddy Rahman dalam acara Dialog Islam di Garuda FM. Ia juga menyatakan pengertian sabar yang ada dimasyarakat sudah melenceng. Ketika seseorang dizhalimi jelas kita tidak bisa diam saja. Tak cuma bersifat individual, sabar juga memiliki dimensi yang lebih tinggi yakni dimensi sosial. Dalam hal ini sabar memiliki makna perubahan kearah yang lebih baik. Lagi-lagi ini merupakan

Belajar Sabar dari Rasul Dr. Iman Abdul Mukmin dalam Meneladani Akhlak Nabi (2006) menempatkan ahlak sabar sebagai salah satu ahlak Rasul yang patut ditiru. Diantara banyak ahlak mulia yang dimiliki rasul, beberapa dianggap menonjol; amanah, jujur, ihsan, sabar, dan tepat janji. Tentu saja ahlak mulia lain juga sangat dan perlu kita contoh. Islam, kata Iman, tak bisa dilepaskan dari sosok Rasul itu sendiri. Muhammad selaku tokoh sentral umat, punya peran kunci dalam membangun peradaban Islam. Uniknya, bukan pedang dan mesiu yang jadi alat utama perubahan, melainkan teladan. Banyak, pakar yang menyatakan bahwa

bentuk usaha. Contoh, ketika menemukan hal buruk dimasyarakat maka dengan kesabaran kita akan perbaiki itu. Bukan malah diam saja, apalagi mencari kambing hitam. Sehingga kurang tepat bila sabar disandingkan dengan aktivitas pasif saja. Deddy menjelaskan, sabar butuh usaha dan ketaatan. Sabar bukan perkara mudah apalagi bagi yang beriman lembek. Salah satunya adalah sabar dalam melakukan ibadah dan menjauhi maksiat. Tanpa ketaatan jelas hal ini akan sulit, tetapi sebaliknya dengan taat, ibadah tersulit pun akan terasa mudah. Inilah makna sabar sesungguhnya.

Tidak Dibaca Saat Khutbah Jum’at Berlangsung | 11


keberhasilan kepemimpinan Rasul ada pada teladan yang ia contohkan. Salah satunya adalah ahlak sabar yang ia contohkan. Iman menjelaskan, sabar merupakan ahlak yang tak tercipta begitu saja. Perlu latihan dan kerja keras untuk mendapatkan ahlak yang satu ini. Suatu ketika, ketika Rasul pergi ke Thaif untuk berdakwah. Bukan penyambutan dan perlindungan yang ia dapatkan, tapi makian dan lemparan batu. Ketika itu, malaikat datang dan meminta izin untuk meletuskan gunung agar penduduk Thaif menderita. Tapi apa yang dilakukan Rasul? Ia berkata kepada malaikat, “tidak, aku hanya berharap semoga Allah melahirkan dari mereka keturunan yang mau menyembah Allah SWT tanpa menyekutukan-Nya� (HR Bukhari). Pada tingkat seperti ini, kesabaran merupakan bukti iman terdalam. Tentu hal ini tidak mengisyaratkan kita untuk diam saja, karena Rasul setelah itu pergi meninggalkan Thaif dan mencari tempat yang lebih baik; Yastrib. Terbukti dengan kesabaran, Rasul mendapat kemudahan di Yastrib, yang kemudian ia ubah menjadi Madinah. Kisah diatas hanya satu dari sekian banyak teladan yang dicontohkan Rasul. Diakhir kepemimpinan, ia berhasil merubah masyarakat Arab. Tak cuma itu, ajaran Islam yang 12 | Friday Reader’s Club

dibawa oleh Rasul berhasil menjadi salah satu agama terbesar saat ini. Sumbangan Islam pada dunia juga tak bisa diremehkan, mulai dari sains, teknologi, budaya, hingga seni. Kita bisa melihat bagaimana kesabaran yang dilakukan seorang Muhammad mampu merubah wajah dunia. Tak bisa dibayangkan, jika dahulu Rasul tak memiliki jiwa yang sabar. Kunci utama dalam meraih kesabaran paripurna, menurut Iman adalah menjauhi maksiat. Hal ini senada dengan pendapat Deddy, maksiat tak bisa ditoleransi. Bagi mereka, sabar dalam menjauhi maksiat adalah lebih utama dari sabar yang lain. Pasalnya, dengan menjauhi maksiat maka jalan untuk melaksanakan ibadah lain akan terbuka. Dengan begitu, kualitas waktu yang dimiliki seseorang akan lebih baik. Semoga saja, kita berada di dalam golongan orang yang sabar dalam beribadah dan menjauhi maksiat. Amin. MI-FRC


SENGGANG

Maksimalkan Kinerja Tim

K

erja sama tim akan baik jika elemen-elemen di dalamnya bekerja dengan baik. Semuanya berusaha untuk mencapai tujuan yang sama. Dibutuhkan visi yang sama untuk mencapai tujuan tersebut. Tidak ada elemen yang tidak berguna dalam sebuah kerja tim. Bahkan kehilangan poin yang dianggap paling remeh, bisa merusak kinerja. Padahal kerja sama tim merupan elemen yang penting dalam sebuah perusahaan atau organisasi. Selain kepemimpinan yang baik, banyak faktor yang memengaruhi keberhasilan kerja sama tim. Kemampuan masingmasing individu untuk loyal

dan kooperatif bisa membantu kerja sama tim. Berikut ini beberapa tips sederhana untuk meningkatkan kerja sama tim: Tujuan yang sama. Usahakan semua unsur dalam tim memiliki tujuan yang sama dalam setiap pekerjaan. Pemahaman ini bisa dilakukan dengan mencari tahu apa saja keinginan masing-masing individu dalam pekerjaan tersebut. Akan susah jika tujuan tidak sama. Pekerjaan tidak akan fokus dan berjalan maksimal. Peran yang jelas. Dalam sebuah tim di sepakbola modern, seorang penjaga gawang tidak akan mengambil peran sebagai penyerang bukan? Pastikanlah

Tidak Dibaca Saat Khutbah Jum’at Berlangsung | 13


semua individu dalam tim punya peran jelas. Jangan sampai ada tabrakan tanggung jawab dalam sebuah kerja sama tim. Tetapkan target. Pastikan untuk memasang target yang jelas dalam setiap pekerjaan. Setiap tim harus tahu target yang akan dicapai. Jelaskan juga cara-cara untuk mencapai target tersebut. Semua pihak harus mengetahui bagaimana menjalankan perannya dalam tim. Pertahankan Antusiasme. Dalam sebuah pekerjaan, kadang antusiasme banyak diberikan di awal. Bila perlu pertahankan antusiasme dengan up-grading berkala. Misalkan pelatihan, gathering, atau bahkan funbike bersama. Tak dipungkiri kegiatan bersama sangat efektif menumbuhkan solidaritas. Apalagi bila aktivitas itu diarahkan dengan baik. Lakukan Delegasi. Hal ini penting dalam sebuah kerja sama tim. Tidak selamanya elemen dalam tim bisa bekerja maksimal tanpa halangan. Ada kalanya berhalangan karena sakit atau sebagainya. Karena

itu percayakan pekerjaan kepada anggota tim lainnya yang bisa melakukan dengan baik. Memang butuh anggota multifungsi dalam sebuah tim. Bisa jadi, ada saat-saat dimana seseorang dintuntut melakukan tugas ganda. Ingatlah, tugas ganda hanya dilakukan dalam kondisi darurat. Jangan dibiasakan. FRC

Edisi Depan

Ternyata Iman Masuk Akal! Kaum sekuler dan liberal kerap bilang bila agama tak masuk akal dan iman hanya perkara ‘percaya atau tidak’ semata. Para peneliti membuktikan bahwa mereka keliru. Ada satu gen unik dalam tubuh manusia, yang disebut ‘Gen Tuhan’. Kesadaran untuk beriman adalah fitrah dan bisa dibuktikan. Simak lebih detail di edisi dua, dua minggu selanjutnya. 14 | Friday Reader’s Club


Tidak Dibaca Saat Khutbah Jum’at Berlangsung | 15


16 | Friday Reader’s Club


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.