Frc8

Page 1

FRIDAY READER’S CLUB DESEMBER/ SHAFAR | EDISI 008 GRATIS | BULETIN JUM’AT DWIMINGGUAN

Makmurkan Masjid

Melalui masjid Rasul mengkader generasi emas umat. Masjid adalah simbol kemenangan Islam. Tapi, kini masjid sepi aktivitas. Sudah saatnya kita kembali ke masjid, ‘menghidupkan’ kembali peradaban emas umat Islam.

Indonesia Intoleran? Para ‘pembenci kedamaian’ kerap melontarkan isu bahwa Indonesia tidak toleran terhadap kebebasan beragama. Data dan fakta berkata lain, ternyata iklim toleransi di Indonesia sangat baik.

Awet Muda Temukan Tipsnya Disini!

Tidak Dibaca Saat Khutbah Jum’at Berlangsung | 1 TIDAK DIBACA SAAT KHUTBAH JUM’AT BERLANGSUNG


Mengawal Generasi Emas

4

bulan sudah FRC berada ditengah umat. Bagi kami hal ini sangat luar biasa. kami berharap, dengan adanya bacaan berkualitas secara cuma-cuma ini mampu menumbuhkan budaya baca positif umat. Sehingga tak ada lagi sindiran-sindiran tentang umat Islam yang malas membaca. Karena kami percaya, awal generasi emas dimulai dari kegiatan ‘membaca’. Ingatkah kita saat Jibril menyeru Muhammad di Gua Hira untuk membaca wahyu Ilahi? Sejak saat itulah Muhammad diangkat menjadi Rasul. Sejak saat itu pula, ‘wajah’ dunia berubah. Berawal dari perintah ‘membaca’. Pembaca yang budiman, kami sadar dalam melewati edisi demi edisi, FRC masih banyak kekurangan. Baik dari segi konten redaksional, tata letak, maupun hal lain yang bersifat

FRIDAY READER’S CLUB 2 | Friday Reader’s Club

pelayanan. Kami sangat berharap timbal balik dari pembaca berupa saran dan kritik. Harapannya melalui komunikasi dua arah macam ini, kami bisa menjadi lebih baik lagi .Silakan layangkan saran dan kritik Anda melalui surat elektronik (email) di : fridayreadersclub@gmail.com sertakan pula identitas Anda. Melalui edisi ke delapan ini juga kami memohon doa restu para pembaca sekalian, insyaallah pada akhir semester pertama ini kami akan meluncurkan website FRC agar syiar Islam makin membahana. Nantinya website itu akan menjadi portal informasi dan sumber bacaan alternatif. Terima kasih. Selamat membaca. Komitmen Kami untuk Hutan Indonesia dan

Lingkungan yang Lebih Bersih Paper From 100% Renewable Fiber 100% Elemental Chlorine Free Fiber Paper is Acid Free

ISO 9706

Pengurus: M Iqbal Tawakal, Rini Mulyani Sekretariat: Jl. KH. Wahid Hasyim, Gg. Babakan Baru II No. 14, Bandung Telepon: (022) 92221085 Email: fridayreadersclub@gmail.com Facebook: facebook.com/FridayRC Iklan dan Kerjasama: 08562349700 Rekening Donasi: Bank Syariah Mandiri 703.6750.655 a.n M Iqbal Tawakal Desain dan Percetakan: L-Pro Media Solution lprostuidobdg@gmail.com


TEMA UTAMA

S

Masjid Makmur Umat Solid

halat adalah simbol Islam bagi individu. Sedangkan masjid merupakan simbol umat Islam. Tak diragukan lagi, masjidlah bangunan pertama yang didirikan Rasul saat membangun masyarakat muslim ketika itu. Melalui masjid pula, nilai-nilai tauhid kembali diperkenalkan, majelis-majelis ilmu disemarakan didalamnya, dan peradaban baru dimulai. Kita sama-sama tahu, Arab ketika itu ‘paceklik’ iman. Moral mereka merosot, kelas-kelas sosial membuat kesenjangan, wanita tak ayalnya hewan kala itu. Pantaslah, masyarakat Arab semasa paganisme berkuasa disebut sebagai bangsa jahiliyah. Semasa Rasul berdakwah di

Mekah, ruang umat Islam sangat terbatas. Dakwah masih dari pintu-ke-pintu, sehingga kaderisasi belum maksimal. Barulah ketika Rasul hijrah dan membangun masjid di Madinah, cahaya Islam mulai memancar. Meski Masjid Nabawi adalah yang kedua (Masjid Quba pertama kali dibangun Rasul dalam perjalan hijrah), tetapi di Masjid Nabawi-lah Islam mulai berkembang pesat. Sejarah mencatat kehadiran masjid dalam Islam punya peran penting. Tak cuma sebagai pusat dakwah, tapi beragam aktivitas lain umat Islam dimulai dari masjid. Bahkan, kala dakwah di Madinah, masjid seolah menjadi pusat ‘pemerintahan mini’.

Tidak Dibaca Saat Khutbah Jum’at Berlangsung | 3


Diskusi kebijakan dirampungkan didalamnya, aktivitas pendidikan dan kaderisasi umat dilakukan dimasjid, bahkan putusan perkara pengadilan dilakukan dimasjid pula. Sejak saat itu, masjid menjadi simbol kebangkitan Islam dan persatuan umat. Hingga tujuh ratus tahun kemudian, masjid tetap menjadi tempat persatuan umat. Semasa Islam menguasai seperempat

wilayah dunia, masjid selalu menjadi pusat peribadatan sekaligus peradaban umat. Melalui masjid tiang agama Islam ditegakkan. Status sosial dihapuskan didalam masjid. Semua orang, tak peduli keturunan, warna kulit, jabatan, ataupun profesi, semua sama-sama bersujud ‘mencium’ lantai di masjid. Melalui pembinaan tauhid inilah,

Tempat Bersujud “Hayya ‘ala shalah”. Seruan itu kita dengar lima kali sehari. Secara tegas mengisyarakatkan fungsi masjid yang utama; tempat menegakkan shalat! Hal ini senada dengan pengertian masjid secara bahasa, yang berakar dari kata sajada yang berarti tempat sujud. Sujud merupakan lambang pengabdian seorang hamba pada tuannya. Dalam Islam, sujud (shalat) punya posisi vital sebagai ‘pembeda’ dengan umat lain. “Perjanjian (pembeda) antara kita (orang Islam) dan mereka (orang kafir) adalah shalat, barangsiapa yang meninggalkan shalat maka ia telah kafir,” sabda Rasul (HR Tirmidzi). Sedangkan shalat yang paling utama adalah didalam masjid. Sebagaimana sabda Rasul yang mengisyaratkan bahwa derajat shalat berjamaah di masjid lebih baik. Bahkan fungsi masjid sebagai tempat ibadah ini juga ditegaskan Allah Swt. dalam firmannya, Masjid-masjid itu tempat beribadah kepada Allah. Maka, jangan kamu menyembah apa pun di dalamnya selain Allah (AlJinn[72]:18). Merujuk penjelasan dan referensi paling otentik umat Islam ini semakin jelas fungsi masjid yang utama sebagai sarana mendekatkan diri kepada-Nya. Karena itulah, masjid sejatinya menjadi pangkal umat bertolak sebelum beraktivitas sekaligus menjadi pelabuhan tempat umat bersauh dikala sulit. Memang semula Rasul membangun Masjid Quba beragam fungsinya. Tapi, yang paling wahid adalah digunakan untuk shalat ketika istirahat sebelum akhirnya tiba di Madinah. Universitas Umat Kita pasti sama-sama kenal Universitas Al-Azhar di Kairo, Mesir bukan? Ini merupakan universitas tertua 4 | Friday Reader’s Club


masjid menciptakan insan-insan tangguh pemimpin umat. Dari ‘rahim’ masjid inilah, generasi emas Islam dilahirkan. Sehingga tak mengherankan bila Allah Swt. begitu mencintai pemuda yang ‘dekat’ dengan masjid. Sudah saatnya, kita kembali menengok diri dan berbenah. Bisa jadi bobroknya negeri tercinta ini, karena generasi kita telampau jauh dari masjid. Jangankan untuk memberdayakan masjid sebagai pusat peradaban dan pendidikan, bahkan untuk sekadar menegakkan tiang agama pun kita masih kurang disiplin. Momentum perubahan itu tak bisa ditunda-tunda lagi. Karena esok belum tentu tiba, sekarang adalah saat yang paling tepat untuk Kembali ke Masjid. kedua di dunia. Sedangkan Universitas Al-Karaouine di Fes, Maroko berada pada urutan pertama pada deretan universitas tertua. Bagaimana tidak, Al-Karaouine telah ada sejak 859 Mahesi yang dibangun semasa Bani Abbasiyah. Sedangkan Al-Azhar dibangun tahun 970 dibawah kekuasaan Bani Fatimiyah. Nama Al-Azhar sendiri diambil dari nama putri Rasul, Fatimah Az-Zahra. Fakta menarik dari kedua universitas tua ini adalah kedua-duanya berada di dalam sebuah masjid! Ya, baik Al-Karaouine maupun Al-Azhar semula adalah sebuah masjid. Universitas yang menjadi kiblat ilmu pengetahuan dunia pada mulanya adalah sebuah madrasah yang tersambung ke masjid. Memang sejak mula Rasul membangun Islam, masjid merupakan garda terdepan soal pendidikan umat. Di dalam masjid-lah para sahabat menimba ilmu agama dan berbagai pengetahuan lain, serta keterampilan. Sehingga tak heran bila ilmuan-ilmuan Islam yang kita kenal merupakan ahli ibadah. Hal ini sangat berbeda dengan iklim pendidikan di dunia Barat yang sekuler. Pendidikan dan kegiatan spiritual yang terpisah membuat manusia kehilangan esensi dari ilmu pengetahuan itu sendiri. Sedangkan dalam Islam, ilmu pengetahuan dan iman tak bisa terpisahkan. Seorang astronom misalnya, selama melakukan observasi bintang-bintang dilangit maka imannya pun akan ikut bertambah. Karena mengaggungi kebesaran Maha Pencipta Langit dan Bumi. Masjid menjadi simbol sempurna sinergi iman dan ilmu itu. Inilah fungsi kedua dari masjid; sebagai tempat pendidikan umat. Rasul bersabda, “siapa yang mendatangi mesjidku ini (mesjid Nabawi) dengan tujuan kebajikan dalam kapasitas sebagai sebagai pengajar atau murid, maka semua itu menempati posisi orang yang jihad di Tidak Dibaca Saat Khutbah Jum’at Berlangsung | 5


jalan Allah (HR. Abu Hurairah).” Karena itulah kegiatan menuntut ilmu sangat dihargai dalam Islam. Fungsi pendidikan pada masjid ini hendaknya kita pelihara hingga sekarang. Karena ilmu tanpa iman hanya akan membuat manusia lalai dan sombong. Juga sebaliknya, hanya beriman tapi tak punya ilmu tentu rentan tersesat. Departemen Budaya Islam Bila Anda terbang ke Argentina, sempatkan singgah di Boenos Aires, tepatnya ke wilayah Palermo. Negeri Tango yang terkenal sebagai negerinya pesepakbola ini punya pemandangan lain di area itu. Pasalnya, Palermo menjadi salah satu pusat dakwah Islam terbesar di kawasan Amerika Latin. Penduduk lokal menyebut kawasan ini sebagai Centro Cultural Islamico Rey Fahd en Argentina, alias pusat kebudayaan Islam dari Argentina. Pusat kebudayaan ini tiada lain adalah sebuah Masjid Raja Fahd yang dibangun tahun 1995. Ketika itu, Carlos Menem mewakafkan tanahnya agar umat Islam disana bisa leluasa beibadah. Ternyata niat Menem disambut hangat oleh Raja Arab Saudi, Fahd dan langsung mengucurkan dana sebanyak US$ 40 juta untuk pembangunan pusat dakwah dan budaya di wilayah itu. Kemudian mereka memilih membangun masjid, dan itu adalah pilihan tepat. Arsitektur Timur Tengah menjadi pusat perhatian di Palermo, sekaligus menjadi kawasan paling mencolok diantara bangunan lain yang bergaya Barat Modern. Kehadiran masjid di wilayah non-muslim merupakan angin segar bagi komunitas muslim disana. Tak cuma jadi tempat ibadah, masjid dikawasan ini juga berfungsi sebagai ‘kedutaan’ umat Islam. Masjid menjadi sarana transaksi budaya yang ideal, jembatan penghubung antara Barat dan Timur. Disanalah para non-muslim bertanya tentang Islam, disana pula para muslim yang minoritas bernaung. Peran masjid sebagai pusat dakwah tentu tak terlepas dari penetrasi budaya itu sendiri. Disadari atau tidak, penyebaran Islam ke seluruh penjuru dunia selalu diiringi oleh kehadiran masjid. Kaderisasi Pemimpin Masa Depan Siapa tak kenal sahabat Rasul yang ‘empat’, terkenal dengan julukan Khalifah Rasyidah; Abu Bakar, Umar bin Khattab, Utsman bin Affan dan Ali bin Abi Thalib. Kita mengenal jasa mereka untuk Islam dan kualitas iman mereka yang luar biasa. Hal ini tak terlepas dari kesuksesan Rasul dalam melakukan kaderisasi pada umatnya. Sedangkan masjid merupakan tempat ideal 6 | Friday Reader’s Club


untuk melakukan hal itu. Pasalnya tidak tempat luas, nyaman, dan aman untuk melakukan pembinaan selain didalam masjid. Salah satu peran masjid yang juga penting adalah fungsinya sebagai wadah kaderiasi umat guna mempersiapkan generasi emas berikutnya. Sejarah menunjukan pada kita bahwa ratusan pemimpin hebat umat Islam adalah ‘alumnus’ masjid. Pembinaan jamaah dilakukan dari semua aspek; Pembinaan ketauhidan (akidah), kualitas ibadah, akhlaqul karimah, keterampilan dan seni budaya, serta penguatan ukhuwah Islamiyah. Tauhid merupakan inti dari nilai dan norma Islam, secara istilah hal ini berarti mengesakan Allah Swt. dan melakukan peribadatan hanya untuk-Nya. Melalui tauhid inilah Rasul membangun masyarakat Islam periode awal. Hal ini senada dengan firman Allah, “Kami tidak mengutus seorang rasul pun sebelum kamu (Muhammad), melainkan Kami wahyukan kepadanya bahwa tidak ada tuhan yang berhak disembah selain Aku, maka sembahlah Aku (Al-Anbiya[21]:25).” Tanpa tauhid yang mumpuni, umat mudah ‘tergoda’ oleh perangkap duniawi. Sehingga patut curiga akan kualitas iman para pemimpin yang korup, bisa jadi mereka terlihat beragama dipenampilan tapi aspek tauhid mereka nihil. Peran Sosial Ekonomi Ekonomi merupakan pilar yang tak dapat dipisahkan dari Islam. Karena stabilitas ekonomi adalah modal dalam membangun peradaban, sedangkan masjid adalah tempat terbaik untuk memulai hal itu. Saat masjid-masjid dibangun pada awal kehadiran Islam, fungsinya sudah disiapkan sebagai wahana pemberdayaan ekonomi umat. Kita bisa dengan mudah menemukan program-program pengentasan kemiskinan dan pemberdayaan dalam Islam; zakat, infak, sedekah, wakaf, hingga baitul maal wat tamwil (lembaga keuangan non-bank). Pusaran arus ekonomi yang paling kencang ketika itu berada di masjid. Bukan berarti masjid menjadi tempat transaksi jual-beli, tapi menjadi semacam basis informasi bagi umat dalam memetakan potensi ekonomi. Karena masjid adalah tempat berkumpulnya para jamaah maka tak heran bisa sekitarnya menjadi lahan ekonomi potensial. Lihat saja masjid-masjid besar umat Islam, misalkan Masjidil Haram dan Masjid Nabawi disekitar masjid itu tumbuh pasar-pasar raksasa yang secara signifikan mendongkrak perekonomia kota -bahkan negara. Sama halnya dengan masjid-masjid tua lain; Di Tunisia misalnya, terdapat Masjid Az-Zaitun juga ada Tidak Dibaca Saat Khutbah Jum’at Berlangsung | 7


Masjid Umawi di Suriah disekeliling kedua masjid ini juga tumbuh pasar-pasar modern yang maju. Di Bandung misalnya, kita bisa melihat kawasan Masjid Raya Bandung yang sama-sama dikelilingi pasar modern. Tak dipungkiri perekonomian umat pada mula Islam datang memang berpusat di masjid. Karena itu, hendaknya keberadaan para pedagang disekitaran masjid dikelola dengan baik agar potensi ekonomi ini bisa dirasakan manfaatnya oleh umat. Tonggak Kebangkitan Islam Kita mengenal banyak masjid di penjuru dunia, misalkan Masjid Sultan Ahmed (Blue Mosque) di Istanbul - Turki, Masjid Raya Djenne (Great Mosque) di Djenne Mali, Masjid Kordoba di Kordoba - Spanyol serta masih banyak lagi masjid-masjid di seluruh dunia yang menjadi simbol kemenangan Islam. “Hayya ‘ala fallah”. Begitulah frasa berikutnya yang mengiringi ajakan shalat kepada umat. Dua kalimat sederhana ini punya makna mendalam. Bila kita ke masjid, lalu shalat berjamaah maka kita akan menggapai ‘kemenangan’. Ini perkara ternyata tak cuma urusan akhirat saja. Kemenangan yang dimaksud berlaku juga untuk kepentingan umat di dunia. Sehingga sangat wajar bila masa keemasan Islam diwarnai oleh kemegahan dan kemakmuran masjid-masjid besar.

B

agaimana wajah masjid kini? Tentu saja jawabnya sangat beragam. Beberapa masjid memiliki reputasi yang baik, dengan gaya arsitektur mutakhir, segudang aktivitas, hingga pemberdayaan ekonomi yang mantap. Tetapi beberapa masjid di penjuru nusantara banyak pula yang terbengkalai. Tak cuma dari sisi bangunan dan kebersihan yang kurang layak, beberapa masjid besar pun mulai terdegradasi fungsinya. Pemandangan hari ini adalah masjid-masjid besar dengan tiga lantai, tapi bila waktu shalat datang hanya satu shaf yang penuh terisi. Kehadiran 8 | Friday Reader’s Club

masjid bagi beberapa tempat sepertinya tak berdampak apapun, jangankan menjadi wadah kaderisasi dan simbol kemenangan umat, yang ada hanya sebagai sarang nyamuk belaka. Kuncinya ada di tangan Anda. Apa kita hendak tinggalkan masjid dan membiarkannya kosong. Atau kita sama-sama kembalikan fungsi masjid semula, menjadi tempat kebanggan umat sekaligus wadah tempat pencetak generasi emas kejayaan Islam berikutnya? Episode Islam selanjutnya, ditentukan oleh sikap dan pilihan yang kita tentukan hari ini. MI-FRC


ARTIKEL

K

Indonesia Intoleran, Benarkah?

enyataan pahit yang kerap kita terima selaku warga Indonesia adalah cap intoleran terhadap kaum minoritas. Bahkan, istilah seperti “Ketuhanan Yang Mayoritas� menjadi sindirian paling memalukan. Namun, betulkah hal itu benar-beanr terjadi? Atau malah hanya alat propaganda kelompok tertentu. Sengaja dibuat untuk menyulut api perpecahan, mengadu domba sesama warga negara. Atau mungkin muncul dari sentimen berlebihan kelompok tertentu. Apa pun alasannya, hal ini sangat merugikan dan mencoreng citra Indonesia itu sendiri. Pertanyaan benarkah Indonesia negara intoleran semakin sulit dijawab. Terlebih

bila kita jawab dengan pandangan subjektif semata. Tentu akan beragam jawabnya. Kerap kali istilah intoleransi dikait-kaitkan dengan kelompok dominan pada satu wilayah tertentu. Lebih dalam lagi, intoleransi ditunjukan dengan sikap diskriminatif. Salah satu yang terlontar dari Romo Franz Magnis, ia mengkritik pedas Appeal of Conscience Foundation (AFC) di New York atas penghargaan World Statesman Award 2013 kepada Presiden RI, SBY Mei lalu. Penghargaan itu diberikan atas prestasi SBY dalam menjaga kerukunan antar umat beragama dan toleransi. Jelas Franz menolak. Dengan lantang ia berkata kepada seluruh hadirin peserta AFC,

Tidak Dibaca Saat Khutbah Jum’at Berlangsung | 9


“I am a Catholic Priest and professor of philosophy. In Indonesia we learnt that you are going to bestow this year’s World Stateman Award to our President Susilo Bambang Yudhoyono because of his merits regarding religious tolerance. This is a shame, a shame for you. It discredits any claim you might make as a an institution with moral intentions. How can you take such a decision without asking concerned people in Indonesia?” Tentu saja Franz berkata demikian dengan membeberkan bebera bukti; misalnya kasus penggusuran rumah ibadah, bentrok warga dengan motif agama, pemasungan kebebasan berpendapat, hingga kekerasan atas nama agama. Kita tak bisa menutup mata, tentu saja hal-hal yang dibicarakan Franz memang betul-betul terjadi di tengahtengah masyarakat. Tapi apakah itu cukup untuk mengatakan bahwa Indonesia tidak toleran?! Tentu saja kita harus berpikir objektif dan lebih jernih. Karena kasus-kasus yang terjadi ‘atas nama agama’ itu sangat kecil frekuensinya. Lalu bagaimana dengan masyarakat lain? Mereka yang telah berjuang menjungjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan dan keberagaman. Masihkah kita mengatakan mereka intoleran. Hal memalukan lainnya adalah ketika intoleran dan kekerasan selalu dikaitkan dengan kaum mayoritas. Kita sama-sama tahu, mayoritas pendudukan Indonesia adalah muslim. Lantas, apakah mereka 10 | Friday Reader’s Club

semua bersalah atas segilintir peristiwa yang dilakukan kelompok tertentu. Agama jelas tak bisa disalahkan. Semua agama mengajarkan untuk hidup rukun dan damai, bukan? Lagipula, urusan kekerasan dan tindak kriminal adalah tanggung jawab aparatur penegak hukum. Tugas kita selaku warga negara adalah mendukung kinerja penegakan hukum, bukan malah memperkeruh suasana dengan tudingan dan spekulasi. Apalagi sampai menyerbar benih-benih perpecahan. Toleransi adalah konsep sosial, budaya, dan agama yang perlu kita junjung tinggi dan jaga. Kasus-kasus intoleran yang terjadi hendaknya kita jadikan pelajaran bagi semua pihak untuk berbenah. Kita tak bisa mengeneralisasi bahwa masyarakat Indonesia intoleran, hanya merujuk pada beberapa kasus saja. Karena bisa jadi, fakta dan data menunjukan kesimpulan lain. Mari Bicara Fakta Untuk menepis tudingan intoleransi penulis sajikan beberapa fakta. Tentu saja fakta ini berkaitan dengan tingkat keberagaman umat beragama di Indonesia. Melalui data dan fakta diharapkan kita bisa berpikir lebih jernih, terbebas tendensi emosi berlebih. Salah satu fakta unik penulis dapat dari data Populasi Rumah Ibadah di Indonesia milik Kementrian Agama tahun 2010 (kini jumlahnya bisa lebih tinggi). Isinya sebagai berikut; (1) Islam sebagai agama mayoritas


punya populasi 207.176.162 (87,18 % dari populasi Indonesia) dengan Rumah Ibadah sebanyak 225.147 (76,42 % dari keseluruhan Rumah Ibadah di Indonesia). (2) Protestan, 16.528.513 (6,96%) Rumah Ibadah 50.565 (15,15%). (3) Katolik 6.907.873 (2,91%) Rumah Ibadah 11.191 (3,35%). (4) Hindu 4.012.116 (1,68%) Rumah Ibadah 13.599 (4,07%). (5) Budha 1.703.254 (0,71%) Rumah Ibadah 2.045 (0,61%). (6) Konghuchu 117.091 (0,05%) Rumah Ibadah 1.355 (0,41%). (7) Lainnya 299.617 (0,013%) Rumah Ibadah tak tercatat. Total populasi Indonesia ketika itu 237.641.326 jiwa. Kita bisa melihat bahwa jumlah masjid di Indonesia sebanyak 225.147. Ini merupakan jumlah masjid terbanyak sedunia. Arab Saudi saja hanya punya 20 ribuan saja. Sedangkan jumlah gereja adalah yang terbesar kedua di dunia setelah Amerika (338 ribu). Inggris hanya 37 ribu sementara Jerman 30 ribuan di tahun yang sama. Dari presentasi itu juga kita bisa membuat rasio perbandingan antara populasi pemeluk agama dengan rumah ibadah. Misalkan untuk rasio agama Islam adalah 1:812 (populasi : rumah ibadah), Protestan memiliki rasio 1:327, Katolik 1:617, dan seterusnya. Nah, dari rasio ini kita bisa membandingkan tingkat toleransi antar umat beragama di dunia. Terutama untuk kasus minoritas. Melalui data statistik kita bisa melihat rasio populasi umat beragama Protestan dan Katolik punya rasio yang cukup baik, yakni 1:327 dan 1:617. Lalu

bagaimana dengan umat Islam di belahan dunia Barat? Kita lihat Inggris, dengan populasi muslim lebih dari 2,8 juta jiwa hanya memiliki masjid sebanyak 1.400an rasionya adalah 1:2.000! Di Amerika, muslim sebanyak 6,8 juta jiwa dengan jumlah masjid 2.100 rasionya 1:2.952. Jerman, muslim juga minoritas disana, populasinya cuma 4,3 juta jiwa sedangkan jumlah masjid hanya 159 artinya 1:27.044! Bagi kelompok yang selalu bilang kaum minoritas di Indonesia sulit mendirikan tempat ibadah, kita patut mengerutkan dahi. Bisa jadi, dia hanya asal bicara tanpa melihat fakta. Bahkan, di Eropa -yang katanya ‘surga’ bagi kebebasan berpendapat dan HAM- sekalipun sangat tidak toleran. Italia misalnya, populasi muslim disana mencapai 1,3 juta jiwa tetapi hingga kini hanya memberi izin untuk tiga masjid saja! Perbandingannya bisa mencapai 1:433.333. Usulan pembangunan masjid di Yunani dan Demark telah bergulir sedari puluhan tahun lalu, tapi baru akhir 2012 pemerintah mengizinkan pembangunan masjid di negara mereka. Slovakia dan Slovenia bahkan melarang pembangunan masjid hingga sekarang. Tentu saja kondisi toleransi dan keberagaman di Indonesia jauh lebih baik ketimbang negara Barat yang sudah jelasjelas sekuler dan liberal. Lantas, masihkah kita berpikir bahwa Indonesia adalah negara yang intoleran? MI-FRC

Tidak Dibaca Saat Khutbah Jum’at Berlangsung | 11


SENGGANG

Agar Awet Muda

S

enantiasa muda tak cuma urusan fisik tapi juga mental dan semangat. Menjadi awet muda adalah idaman banyak orang. Tentu kita tidak melakukan apaapa agar usia kita tak bertambah. Secara teori kita punya dua usia; psikologis dan biologis. Usia psikologis merupakan kumpulan pengalaman sugestif tentang seberapa tua diri kita menurut diri kita. Sedangkan, usia biologis merupakan rekam kesehatan kita secara keseluruhan (misalnya tekanan darah, jumlah lemak, kadar gula, hormon, kepadatan tulang, tingkat kolesterol, kemampuan otot, dan sebagainya. Dua jenis usia ini memiliki peran masing-masing yang sama pentingnya. Tugas kita agar ‘awet muda’ adalah mengelola kedua jenis usia dengan baik agar selalu dalam kondisi prima. Mari kita ‘putar balik’ usia kita dengan tips-tips ringan berikut; Bahaya Mitos Mulai hari ini enyahkan pikiran bahwa menjadi tua 12 | Friday Reader’s Club

berarti menjadi tidak berguna! Itu hanya mitos belaka. Camkan dalam diri bahwa semakin bertambah usia kita, maka semakin berkualitas hidup kita. Psikolog Becca Levy, Ph.D. dari Universitas Yale menyelidiki pengaruh psikologis pada pertambahan usia, khususnya pada bagaimana persepsi seseorang mempengaruhi kesehatan fisik dan mentalnya. Melalui penelitiannya ia menemukan bahwa orang berusia lanjut yang memiliki pendapat negatif mengenai penuaan memiliki hasil tes yang lebih buruk dibandingkan dengan orang berusia lanjut yang memiliki pendapat positif seiring dengan bertambahnya usia. Perhatikan Gigi Nah, bagi Anda yang sulit merawat gigi semasa muda sebaiknya berhati-hati. Karena, gigi yang buruk mudah memicu penyakit. Bukan, bukan cuma sakit gigi tapi penyakit yang lebih serius. Sebuah penelitian menunjukkan bahwa pria di bawah usia 50 tahun yang


memiliki penyakit periodontal memiliki peluang 2,6 kali lebih besar untuk meninggal di usia muda dan peluang 3 kali lebih besar untuk meninggal karena penyakit jantung dibandingkan dengan pria dengan gigi sehat dan suka mengunyah permen karet. Penyebab utama periodontitis adalah kebersihan gigi yang buruk. Oleh karenanya menyikat gigi setiap hari, menggunakan benang gigi, serta memeriksakan gigi Anda ke dokter gigi secara rutin dapat mengurangi kemungkinan terkena penyakit ini. Berolahraga Guna menjaga kondisi otot dan organ-organ vital lainnya tetap prima, tak ada cara lain selain olahraga. Berjalan kaki dan jogging juga mampu menjaga kepadatan tulang. Bila ingin sehat, olahraga adalah pilihan paling rasional. Tentu saja tak perlu dengan membeli peralatan mahal, cuku dengan kebiasaan kecil seperti bersepeda di hari minggu atau jogging keliling komplek. Seorang cardiolog asal Amerika, sekaligus pendiri pusat konsultasi kebugaran, James M. Rippe, M.D menjelaskan bahwa dengan meningkatkan aktivitas fisik, Anda bisa memutar kembali ‘jam biologis’ tubuh. Hal ini ia buktikan dengan melakukan pengujian kepada sekelompok lansia yang rajin berolahraga dengan sekelompok pemuda yang tidak rajin oleh aga. Hasilnya, para lansia yang rajin olahraga ternyata punya jantung yang lebih sehat ketimbang pemuda yang malas

berolahraga. Kondisi jantung yang sehat memeran peran penting pada kesehatan manusia. Mengingat melalui jantung inilah suplai darah yang memuat oksigen dipompa keseluruh tubuh. Tanpa pasokan oksigen yang cukup, tubuh mudah terserang penyakit. Makanan Juga Penting Anti oksidan memang menjadi kegemaran setiap orang karena khasiatnya sebagai anti penuaan. Banyak makanan yang mengandung antioksidan tinggi, sebagian besar terdapat pada buah-buahan. Michael F. Roizen M.D dan Dr. Mehmet C. Oz, M.D. dalam buku mereka Staying Young: The Owner’s Manual for Extending Your Warranty (2007) menunjukkan bahwa antioksidan merupakan makanan anti penuaan, mereka berkata bahwa “Semua makanan yang berwarna gelap memiliki semacam zat antisoksidan yang dapat melindungi anda.” Mereka menyarankan makan lima macam makanan yang mengandung antioksidan setiap harinya, semisal brokoli dan tomat. Bagaimanapun juga menjaga kesehatan pencernaan sama dengan mencegah penyakit berkembang biak. Karena biasanya, banyak penyakit keras yang berawal dari pencernaan yang buruk. Tak cuma mencari makanan yang memiliki anti oksidan tinggi, kita juga dianjurkan mengkonsumsi makanan berserat. Termasuk juga memilih makanan yang baik untuk sarapan atau cemilan

Tidak Dibaca Saat Khutbah Jum’at Berlangsung | 13


misalnya, dapat membantu menjaga kesehatan pencernaan anda. Anda bisa mencoba nasi merah atau pasta yang terbuat dari gandum, atau membuat beragam kudapan dari bahan gandum yang kaya akan serat. Asah Otak Terakhir, beberapa penyakit otak yang sering dihubungkan dengan pertambahan usia dapat dihilangkan dengan terus menstimulasi otak. Dr. Yakov Stern, Kepala Divisi

Cognitive Neuroscience di Sergievsky Center, Universitas Columbia menyatakan bahwa “Individu yang terus menerus menstimulasi kehidupannya melalui pendidikan, pekerjaan, dan kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan hobi, akan mengurangi kecenderungan terkena Alzheimer. Penelitian menunjukkan kemungkinan terkena Alzheimer berkurang sebesar 35-40%.� Teka-teki silang bisa jadi awal yang baik. RM-FRC

Edisi Depan

Rawat Kesehatan Melalui Shalat Ternyata gerakan shalat punya keistimewaan tersendiri dari sisi medis. Karakteristik dan kegunaannya identik dengan olahraga teratur. Banyak studi yang telah menunjukan kedahsyatan gerakan shalat dan pengaruhnya pada kesehatan. Ternyata tak cuma fungsinya sebagai sarana beribadah vertikal semata, gerakan-gerakan itu juga membawa dampak positif bagi para pelakunya. Simak ulasan lengkapnya di edisi depan.

Pembaca yang budiman. FRC adalah buletin komunitas rintisan. Dukungan Anda adalah semangat kami untuk terus berkarya. Jadilah yang pertama di halaman Facebook kami! Dukung kami dengan meng-klik tombol LIKE di halaman Facebook kami;

facebook.com/FridayRC 14 | Friday Reader’s Club

e ik L /FridayRC


Tidak Dibaca Saat Khutbah Jum’at Berlangsung | 15


16 | Friday Reader’s Club


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.