Frc6

Page 1

FRIDAY READER’S CLUB NOVEMBER/ MUHARAM | EDISI 006 GRATIS | BULETIN JUM’AT DWIMINGGUAN

Sempurna

dengan Sunah Bagi sebagian besar ulama, ibadah sunah sangat penting perannya. Bagaimana tidak, ibadah ini disebut-sebut sebagai pelengkap ibadah wajib. Artinya, sebagus apapun ibadah wajib kita, tidak akan sempurna tanpa diiringi ibadah sunah. Tetapi apa yang terjadi sekarang? kita acap kali menyepelekan ibadah sunah, dengan dalih “bila tak dikerjakan tak dosa.” Mari mulai sekarang, kita perbaiki pola pikir kita tentang sunah. Agar ibadah makin sempurna.

Reformasi Mental Penegak Hukum Pemberantasan korupsi yang paling utama bagi ulama Nahdathul Ulama (NU), KH. Solahuddin Wahid terletak pada kualitas aparatur penegak hukum di negeri ini. Bagaimana korupsi bisa beres, bila mental para hakim amburadul?

TIDAK DIBACA SAAT KHUTBAH JUM’AT BERLANGSUNG

Keajaiban Service Excellence


Bersama Rapatkan Barisan

T

ak terasa FRC telah memasuki edisi enam. Bagi kami, bisa berada di tengah Anda selama ini adalah sebuah pencapaian besar. Sudah sejak September lalu kami selalu optimis bahwa minat baca masyarakat bisa di dongkrak naik melalui bacaan berkualitas yang gratis. Selama lima edisi kebelakang semangat Anda selalu mendorong kami untuk memberikan yang terbaik. Kini, FRC telah berada di enam masjid yang tersebar di Bandung dan sekitarnya. Beberapa diantaranya; Masjid Al-Mutaqin (BNI Bandung) di Jl. Perintis Kemerdekaan, Masjid Nurul Hikmah (BI Bandung) di Jl. Braga, Masjid Jendral Sudirman di Jl. Pahlawan, Masjid Al-Hasan di Jl. Martanegara, Masjid Al-Hikmah di Jl. Turangga, dan Masjid Al-Huda di Banjaran. Meski baru enam masjid, tapi kami yakin ini

FRIDAY READER’S CLUB 2 | Friday Reader’s Club

adalah awal yang baik. Hal ini perlu disampaikan, mengingat beberapa pembaca menanyakan area distribusi FRC. Melalui edisi ini juga kami mengajak kepada pembaca untuk ikut aktif dalam barisan dakwah bil qalam bersama FRC. Misalnya, kebetulan Anda adalah pengurus masjid atau memiliki masjid rekomendasi untuk sebaran FRC berikutnya silakan kontak kami. Karena semakin banyak masjid yang tergabung maka semakin kuat jejaring umat. Kami menyediakan buletin hingga maksimal 100 eksemplar per masjid. Silakan, jangan sungkan untuk menghubungi kami. Permohonan buletin dan informasi lebih lanjut bisa menghubungi nomor berikut; 08562349700/ 02292221085. Bisa juga melalui email; fridayreadersclub@gmail.com. Kami tunggu kolaborasi Anda. Selamat membaca. Pengurus: M Iqbal Tawakal, Rini Mulyani Sekretariat: Jl. KH. Wahid Hasyim, Gg. Babakan Baru II No. 14, Bandung Telepon: (022) 92221085 Email: fridayreadersclub@gmail.com Facebook: facebook.com/FridayRC Iklan dan Kerjasama: 08562349700 Rekening Donasi: Bank Syariah Mandiri 703.6750.655 a.n M Iqbal Tawakal Desain dan Percetakan: L-Pro Media Solution lprostuidobdg@gmail.com


TEMA UTAMA

I

Sempurnakan dengan Sunah

badah sunah kerap dipandang sebelah mata. Bisa jadi karena sedari dulu kita diajarkan pengertian sunah yang kurang tepat. Kita sering mengartikan istilah sunah dengan pengertian; “Bila dikerjakan mendapat pahala dan bila ditinggalkan tidak masalah.” Makanya tak heran bila ibadah satu ini sering disampingkan, dengan alasan “tidak masalah.” Akan tetapi betulkah demikian pengertian sunah? Secara bahasa kata ‘sunnah’ berasal dari Bahasa Arab yang berarti ‘perjalanan hidup’. Sedangkan menurut syariat,

pengertian sunah yang umum adalah “segala bentuk qaul (ucapan), fi’il (perbuatan), taqrir (penetapan), serta akhlak yang dialkukan oleh Rasullulah sebagai tasyri’ (pensyari’atan) bagi umat Islam.” Hal ini senada dengan pendapat ulama ternama umat Islam, Ibnu Taimiyah (12631368) dalam Majmu’ Fataawaanya, “Sesungguhnya As-Sunnah itu adalah syari’at, yakni yang disyari’atkan Allah kepada RasulNya untuk agama ini (Islam) untuk diamalkan.” Melihat sekilas pengertian sunah diatas, kita bisa menarik kesimpulan sementara bahwa

Tidak Dibaca Saat Khutbah Jum’at Berlangsung | 3


sunah adalah aturan (syariat) yang diajarkan Rasul kepada umatnya guna menjalani Islam sehari-hari. Tak ada satupun keterangan yang menyatakan bahwa sunah adalah ibadah yang ‘tidak apa-apa’ bila ditinggalkan. Bahkan salah satu sabdanya menyatakan, “kutinggalkan kepada kamu sekalian dua perkara yang kamu tidak akan sesat apabila kamu berpegang teguh kepada keduaya, yaitu : Kitab Allah dan sunnah NabiNya”. (HR. Malik). Hal ini dipertegas oleh penjelasan Ketua Komisi Fatwa MUI Jabar, Prof. Dr. Salim Umar, “tidak lengkap ibadah seseorang tanpa sunah.” Ia menegaskan bahwa ibadah sunah merupakan tolak ukur kesempurnaan ibadah seseorang, bahkan kualitas pribadi muslim itu sendiri. Semakin seorang muslim mencintai sunah maka semakin baik ibadah dan imannya. “Bila seorang muslim menyepelekan sunah, kita bisa saja ragu soal keimanannya bukan?” tanya Salim Umar dalam sebuah wawancara. Salim Umar mengistilahi ibadah wajib sebagai ‘program minimal’. Bila kita ingin maksimal, apalagi sempurna kudu dibarengi dengan ibadah sunah. “Bila seseorang hanya mengerjakan yang wajib saja, maka ia hanya mengejar sesuatu yang kecil,” ungkapnya. Bukankah kita selalu ingin tampil sempurna bila bertemu dengan orang penting? Seperti itu pulalah kita ketika hendak menuju surga. Tentu kita harus 4 | Friday Reader’s Club

mengenakan ‘pakaian’ terbaik dan menyuguhkan amal yang sempurna pula. “Apa pantas kita memasuki tempat mulia dengan pakaian compang-camping?” Bila shalat kita ibaratkan pakaian. Maka, merujuk penjelasan Salim Umar, shalat fardu saja belum cukup. Karena baru sebatas pakaian yang menutup aurat, belum mengenakan pakaian yang bagus. Bahkan, bila shalat kita tak dibarengi dengan khusyu bisa jadi pakaian yang kita kenakan masih compangcamping. Karena itu, ibadah sunah diperlukan untuk menambal dan memperindah pakaian yang kita kenakan. “Shalat Rawatib misalnya,” Salim Umar melanjutkan, “punya dua fungsi; selain penambah pahala ia juga berfungsi sebagai penyempurna shalat fardu.” Terus terang saja, ibadah shalat fardu kita tentu sangat jauh dari sempurna. Bahkan untuk khusyu sekalipun kita kesulitan. Nah, melalui shalat rawatib kita berarti telah berupaya untuk menutupi kekurangan kita selama shalat fardu. “Sekarang bayangkan, bila seorang muslim tak shalat rawatib? Betapa sombongnya ia karena merasa shalatnya sempurna,” sindir Salim Umar. Bahkan Imam Syafii menggolongkan ibadah sunah shalat rawatib sebagai Sunnah Muakkad yang artinya sunah yang sangat kuat dan dianjurkan untuk dikerjakan. Sama seperti Shalat Idul Fitri atau Idul Adha, yang sangat dianjurkan untuk dikerjakan. Perihal shalat


rawatib, Abu Hanifah hampir menyetarakan ‘keharusan’ shalat ini seperti shalat fardu. Artinya, jangan sampai tidak shalat rawatib. “Pendapat Abu Hanifah tak berlebihan,” ungkap Salim Umar. Mengingat Rasul pun tak pernah meninggalkan shalat rawatib. Salim Umar menjelaskan, terdapat lima rawatib yang paling utama dan tak pernah ditinggalkan oleh Rasul; Qobliyah Subuh dan Dzuhur, serta Ba’diyah Magrib, Dzuhur, dan Isya. Bila dipikir lagi, bukankah Rasul telah dimaksum masuk surga. Lantas mengapa beliau tak pernah meninggalkan shalat rawatib? Inilah pribadi rasul yang langka dimiliki oleh pemimpin lain. “Dia memimpin melalui budi pekerti, karena itu Muhammad berhasil membuat Islam diterima di seluruh dunia,” ungkap Michael H. Hart dalam The 100 (1978). Inilah pribadi Rasul, pemimpin umat Islam, yang menjadikannya orang paling berpengharuh di dunia sepanjang masa. Melalui teladannya, Rasul mencontohkan kepada umatnya untuk senantiasa bersungguh-sungguh dan selalu memberikan yang terbaik dalam bertauhid kepada Allah. Bila kita melihat kesungguhan rasul dalam mencontohkan shalat rawatib, apa masih berpikir untuk meninggalkan sunah dan berdalih ‘tidak masalah.’ “Rasul saja, yang sudah sempurna shalat dan ibadahnya masih melakukan rawatib, apalagi kita yang banyak

khilafnya,” tambah Salim Umar. Anggapan tentang ibadah sunah yang ada dibenak masyarakat rupanya perlu direvisi. Ini baru perkara shalat, belum lagi ibadah-ibadah lain. “Puasa misalkan lagi, syariat puasa bagi umat Islam berlaku hampir sepanjang tahun,” papar Salim Umar. Maksudnya adalah dalam rentang satu tahun selalu saja ada kesempatan untuk berpuasa. Ia memberi ilustrasi, bila Ramadhan adalah kesempatan satu tahun sekali, maka puasa pertengahan bulan adalah amalan sunah yang bisa kita manfaatkan setiap bulan. Sedangkan puasa senin-kamis berada dalam daftar amalan sunah mingguan. Bahkan, bila kita gigih mencari puasa terbaik, maka Shaum Daud adalah amalan yang bisa kita manfaatkan hampir setiap hari. Amalan ibadah sunah inilah yang bisa kita jadikan amunisi pahala kita. Bukankah ibadah wajib itu terbatas jumlahnya dan waktunya. Maka, dengan memerhatikan ibadah sunah yang lebih banyak diharapkan mampu meningkatkan nilai ketakwaan kita disisi Allah. Karena ibadah wajib saja belum cukup, sempurnakan dengan sunah. Ke Surga dengan Sunnah Menjalankan ibadah sunah bagi seorang muslim sangat dianjurkan. Bahkan Rasul memeringatkan kita perihal sunah dalam sabdanya, “nikah itu dari sunahku, maka barangsiapa yang tidak beramal

Tidak Dibaca Saat Khutbah Jum’at Berlangsung | 5


dengan sunahku, bukanlah ia dari golonganku!” (HR. Ibnu Majah). Tentu saja bukan hanya nikah yang sunah dan diajarkan oleh Rasul, hadist ini mencakup sunah-sunah lain bagi muslim. Para ulama dan ahli hadis menilai ancaman ‘bukan dari golonganku’ bukan perkara sepele. “Di hari perhitungan nanti, tak ada satu syafaat pun yang bisa menyelamatkan kita dari api neraka kecuali syafaat dari Rasul,” pungkas Salim Umar. Tentu saja Rasul hanya memberi syafaat bagi mereka yang tekun beribadah dan melaksanakan sunahnya. Bila kita tak masuk kedalam ‘golongan yang selamat’, maka dimanakah kita? Golongan orang yang sesat atau

yang dimurkai (Al Fatihah[1]:7)? Jangan sampai, naudzubillah! Karena itu, bagi Salim Umar, menjalankan sunah bukan cuma perihal pahala semata tetapi sebagai ketaatan dan bukti cinta kita kepada Rasulullah. Tidaklah salah ketika seseorang bershalawat untuk menunjukan bukti cintanya kepada Rasul. Akan tetapi, menjalani syariat dan sunahnya tentu lebih utama. Dengan meneladani ahlak dan sifat ibadah rasul, tentunya kita berharap untuk meraih ridho ilahi semata, melalui sunahnya. Banyak sekali yang bisa kita contoh dari Rasul selaku teladan kaum mukmin. Tak hanya soal ibadah vertikal, tapi juga hal-hal yang bersifat horisontal sesama manusia dan alam semesta.

Tak Cuma Urusan Ritual

B

ila kita tengok sunah Rasul, maka tak cuma perihal ibadah transenden semata yang kita temukan. Mulai dari menjaga silaturahmi antar umat, tata cara mengelola masyarakat, strategi perang, hingga konservasi alam. Ingatkah kita pada satu kisah mahsyur di dunia Timur Tengah, tentang sorang wanita yang masuk surga hanya karena memberi minum seekor anjing? Bahkan berbuat baik kepada anjing sekalipun berbuah pahala.

6 | Friday Reader’s Club


“Mempererat tali silaturahmi dan memperbanyak sedekah misalnya,” tambah Salim Umar. Silaturahmi dan sedekah merupakan amalan sunah yang punya segudang manfaat. Selain pahala yang telah dijanjikan, kedua amal ini pula punya kelebihan di bidang sosial. Melalui sulaturahmi diharapkan persaudaraan antar muslim makin kokoh. Dengan begitu umat semakin kuat dan solid. Kita telah samasama menyaksikan bagaimana sejarah mencatat kekompakan umat muslim di zaman Rasul maupun sahabat. Ketika itu, Islam berdaulat hingga hampir 700 tahun! Keroposnya tiangtiang kebesaran umat, bisa jadi disebabkan karena silaturahmi

kita yang mulai terputus. Umat menjadi menjadi terpecah, sehingga mudah diadu domba. “Berkelompok atau bergabung dengan ormas sah-sah saja, selama kita bisa menjaga silaturahmi dan memiliki visi yang sama untuk Islam,” pungkas Salim Umar. Tentu saja, silaturahmi yang dimaksud merujuk pada pengertian yang luas dan dalam skala besar. Sedekah dan zakat pun punya fungsi pembangunan ekonomi umat yang tinggi. Melalui amalan-amalan yang multi dimensi ini, Rasul secara tidak langsung telah banyak mengajari kita. “Baik untuk keberlangsungan hidup kita di bumi dan kelak kebahagiaan yang abadi di akhirat.” MI-FRC

Rasul pernah bersabda, “barangsiapa di antara orang Islam yang menanam tanaman maka hasil tanamannya yang dimakan akan menjadi sedekahnya, dan hasil tanaman yang dicuri akan menjadi sedekah. Dan barangsiapa yang merusak tanamannya, maka akan menjadi sedekahnya sampai hari kiamat (HR. Muslim).” Selain ibadah-ibadah vertikal, sunah juga mengajari kita untuk memiliki kepekaan terhadap lingkungan sekitar. Sangatlah wajar ketika era Rasul dan Khalifah yang empat disebut-sebut sebagai masa paling gemilang Islam. Tak cuma urusan spiritual,

sosial, dan politik belaka, bahkan urusan ekologi pun mereka menjadi role model bagi kerajaan lain. Inilah konsep Islam yang sesungguhnya; Rahmat Bagi Alam Semesta. Tak cuma kepentingan manusia dengan tuhannya, sesama manusia, tanggung jawab akan pemeliharaan alam semesta pun menjadi tugas manusia. Pesan Allah dan Rasulnya sangat jelas perihal konservasi lingkungan hidup. Islam melalui Al-Qur’an dan Sunnah mengajari kita tentang tata kelola lingkungan yang mesti dilakukan secara sungguh-sungguh oleh tiap muslim. Sehingga ajaran Islam kian pleno, baik ‘horisontal’ maupun ‘vertikal’. MI-FRC

Tidak Dibaca Saat Khutbah Jum’at Berlangsung | 7


Berantas Mental Korup Penegak Hukum Indonesia 8 | Friday Reader’s Club


K

ARTIKEL

orupsi di Indonesia sudah masuk taraf kronis. Pelakunya hampir semua golongan masyarakat, mulai dari level pegawai hingga sekelas hakim agung. Tapi, bagi Ketua Forum Ulama Ummat Indonesia (FUUI), KH. Athian Ali M. Dai masalah korupsi bukan perkara luar biasa di Indonesia. Bahkan saat mendengar tertangkapnya Ketua Mahkamah Konstitusi (MK), Akil Mochtar olek KPK, Athian mengaku tidak kaget. “Apanya yang aneh kasus korupsi di Indonesia? Memang sistem hukum kita tak bisa diharapkan, wajar bila korupsi merajalela,” imbuhnya saat ditemui beberapa waktu lalu. Bila kita lihat data korupsi di Indonesia, pernyataan diatas terasa begitu masuk akal. Data yang diperoleh dari Kementerian Hukum dan Ham mencatat sedikitnya terdapat 291 kepala daerah yang terkait kasus korupsi selama 20042013. Terdiri dari 21 gubernur, 7 wakil gubernur, 156 bupati, 46 wakil bupati, 41 walikota, dan wakil walikota sebanyak 20 orang. Serta tercatat sebanyak 1.221 aparatur negera yang tersandung skandal korupsi, 185 orang statusnya tersangka, 112 terdakwa, 877 terpidana, dan sisanya saksi. Tentu saja itu adalah data koruptor yang tertangkap dan tercatat. Bagaimana dengan yang tak tertangkap? “Saya yakin lebih

banyak lagi, karena saking banyaknya tak perlulah kita kaget,” kata Athian. Tentu saja banyaknya kasus korupsi sangat merugikan. Komisi Pemberantas Korupsi (KPK) mencatat pada 2011, negara rugi Rp.157,2 Triliyun akibat korupsi. Dari jumlah itu, cuma Rp. 968 Miliar-nya yang berhasil dikembalikan ke kas negara. Kasus korupsi Proyek Hambalang misalnya, menelan anggaran hingga Rp. 2,5 Triliyun! Lemahnya hukum dan buruknya mental penegak hukum membuat kondisi ini makin parah lagi. Athian menilai, korupsi cuma satu persoalan dari sekian banyak masalah dari buruknya sistem pemerintahan dan hukum di Indonesia. Tak heran banyak yang ngawur di negara ini, toh para penegak hukum yang mestinya menjadi garda terdepan bagi keadilan justru tak bisa diandalkan. Tak tanggung KPK mendaulat DPR sebagai lembaga paling korup selama 2009-2013. Hingga kini, “pesaing utama” DPR pada posisi wahid lembaga korup ternyata POLRI. Disusul secara berturut oleh pengadilan, partai politik, pegawai negeri sipil (PNS), sektor bisnis, sektor kesehatan, hingga sektor pendidikan. “Ironisnya orang-orang yang menempati posisi legislatif di pemerintah mayoritas muslim.” Kemanakah suara-suara wakil rakyat (apalagi dari kalangan muslim) selama

Tidak Dibaca Saat Khutbah Jum’at Berlangsung | 9


ini? Jangan-jangan mereka malah terbawa hanyut dalam pusaran sistem borok negeri ini. Bagi tokoh NU sekaliber KH Sholahuddin Wahid, masalah kesejahteraan rakyat bukan Cuma urusan anggota dewan, apalagi mengkambinghitamkan rakyat. Pengasuh Pondok Pesantren Tebuireng, Jombang ini menegaskan para penegak hukumlah yang seharusnya berada di barisan terdepan! Kenapa? Salah satu simpul kronis yang perlu segera dibenahi tentu saja perkara korupsi. “Nah, bagaimana kita mau berantas ini penyakit bila aparat penegak hukumnya samasama sakit?!” Gus Sholah, begitulah ulama ini biasa disapa.Ia bercerita dalam sebuah wawancara tentang kondisi pemerintahan di zaman rasul dan para sahabat. Baginya, umat Islam punya contoh terbaik dalam mengurus sebuah pemerintahan. Islam mencontohkan bagaimana mengelola masyarakat semestinya. Para pemimpin hendaknya memiliki sifat amanah, sebagaimana tercermin dalam pribadi rasul. Tak cuma pemimpin, para aparatur penegak hukum pun harus demikian. “Salah satu penyakit umat hari ini adalah ketika mereka punya kekuasaan, mereka akan menggunakan untuk diri mereka sendiri.” Hal ini jelas sangat buruk. Disamping pemimpin itu sudah tidak amanah terhadap tugasnya, ia juga telah merugikan rakyatnya. 10 | Friday Reader’s Club

Sebenarnya umat manusia sudah mengenal ‘penyakit’ korupsi lama sekali. Jauh sebelum masa rasul, perilaku korup manusia dipraktekan oleh para raja-raja. Mereka bekerja untuk urusan ‘perut’ pribadi semata. Tak cuma raja yang ‘gemuk’ orang-orang terdekat dan para ‘abdi’ raja pun ikut-ikutan ‘makan’ uang rakyat. Rasul datang membawa angin perubahan. Merubah kebiasaan jahiliah yang merusak menjadi masyarakat madani yang membangun. Budaya korupsi sebenarnya diberangus oleh Islam semasa Rasul dulu. Karena tidak dibenarkan dalam Islam mengambil harta yang bukan miliknya. Bahkan kita selalu terpukau dengan kisah Umar dan ‘Lampu Milik Negara.’ Ketika itu, Umar bin Khattab adalah khalifah. Kemudian ia kedatangan seorang tamu yang ingin mengobrol untuk urusan keluarga. Lalu sang khalifah mematikan lampu, tentu tamu heran dan bertanya; “Wahai khalifah, mengapa engkau matikan lampu itu?” Umar menjawab, “kita hendak membicarakan urusan keluarga bukan urusan negara. Sedangkan lampu itu dibiayai oleh negara. Tak selayaknya kita menggunakan fasilitas negara.” Seharusnya tauladan yang Umar berikan mampu ‘menampar’ keras para pemimpin yang berlaku korup. “Perilaku korup,” kata Gus Sholah, “tak cuma terjadi pada pucuk pimpinan bahkan para penegak hukum pun kini banyak yang korup. Bahkan kita sempat


dihebohkan oleh fenomena rekening ‘gendut’ para penegak hukum termasuk kasus korupsi yang menyeret hakim agung. “Kasus Djoko Susilo dan Akil Muchtar cuma satu dari sekian banyak kasus korupsi,” imbuh Gus Sholah. Ia yakin, diluar sana masih banyak kasus-kasus korupsi yang melibatkan aparat penegak hukum. Bahkan, Gus Sholah curiga korupsi seperti itu tak terjadi di aparat kepolisian saja, “jaksa dan hakim juga banyak yang seperti itu dan memang sekarang kenyataannya seperti itu.” Bila aparatur sudah seperti ini maka akan sulit bagi kita untuk memberantas korupsi. Karena wibawa ‘penegakan’ hukum akan runtuh. Bila wibawa ini sudah hilang maka orang-orang akan semakin tak mau diatur karena sudah tidak percaya lagi pada institusi penegak hukum yang ada. Bila ingin memberantas korupsi dan membuat negara menjadi sejahtera kembali, Gus Sholah menyarankan reformasi birokrasi para penegak hukum. “Tak cuma lembaganya, tapi juga mentalitas para anggotanya pun perlu dibenahi.” Gus Sholah menambahkan, dalam mencari aparatur penegak hukum kita mesti mencari orang yang tepat. Ia merujuk pada pernyataan rasul yang pernah mengatakan ada tiga jenis hakim; pertama yang ilmunya baik dan ahlaknya juga baik, kedua ilmunya kurang tapi ahlaknya baik, ketiga ilmunya baik tapi tak berahlak. “Saya yakin, para hakim (penegak hukum) di Indonesia masih ada yang dari golongan pertama,” papar Gus Sholah. Tetapi bila sudah ada orang dari golongan ketiga yang memegang peran-peran vital akan sangat mengkhawatirkan. Pasalnya, orang seperti itu akan menggunakan ilmu yang mereka miliki untuk hal-hal yang tidak baik dan pasti merugikan rakyat. Misalkan dalam kasus rekening gendut polri, jelas hal ini sangat ironis bagi kita. Di tengah gencar-gencarnya kampanye anti korupsi yang cangangkan pemerintah. Aparat kita malah asyik dengan ‘celengannya’ masing-masing. Jelas reformasi mental aparat mutlak diperlukan! MI-FRC Tidak Dibaca Saat Khutbah Jum’at Berlangsung | 11


Keajaiban Service Excellence

Malam itu badai kecang di Philadelphia, Amerika Serikat. Sepasang suami istri tua kelelahan mencari penginapan untuk berteduh. Hingga mereka berhenti di hotel terakhir kota itu. Mereka bertanya apakah masih ada kamar kosong untuk menginap, sayang jawabnya tidak ada. Petugas hotel menjelaskan bahwa banyak acara sepekan terakhir, sehingga hampir seluruh hotel di Philadelphia penuh. Melihat sepasang suami-istri yang lelah dan setengah putus asa, petugas hotel itu tergerak dan menwarkan kamarnya. “Saya tidak mungkin membiarkan Anda berdua tidak mendapatkan kamar,” ungkapnya. “Sekarang sudah pukul satu dini hari dan di luar badai, kalian boleh menggunakan kamar saya,” lanjutnya.

12 | Friday Reader’s Club


T

SENGGANG

awaran itu semula di tolak. Akan tetapi petugas hotel itu meyakinkan mereka bahwa malam ini ia bertugas malam sehingga kamarnya tak mungkin dipakai. Selain itu, cuaca buruk dan lelah membuat mereka menerima tawaran petugas hotel. Petugas itu pun dengan sigap melayani mereka dan mengantar ke kamar milikinya. Keesokan harinya, saat pasangan ini membayar uang sewa sang suami berkata kepata petugas hotel itu, “Anda seharusnya menjadi bos di hotel terbaik di Amerika Serikat. Mungkin, suatu hari nanti saya akan mendirikan hotel itu untuk Anda.” Petugas itu membalasnya dengan senyum seraya membantu mengangkat koper. Dua tahun kemudian. Petugas hotel itu mungkin sudah lupa dengan peristiwa di atas, hingga suatu hari ia menerima surat. Sebuah surat yang mengundangnya ke New York, lengkap dengan tiket pulang pergi. Sesampainya di New York, seorang pria tua membawanya ke perempatan jalan Fifth Avenue dan menunjuk sebuah gedung pencakar langit. Pria itu berkata, “itu hotel yang pernah saya janjikan untuk Anda.” Anak muda itu kaget dan berkata, “Anda pasti bercanda.” Pria tua tersenyum sambil menepuk pundak anak muda, “saya tidak sedang bercanda.” Orang tua itu bernama William Waldorf Astor, hotelnya bernama Waldorf-

Astoria. Sedangkan pemuda petugas hotel itu bernama George C. Boldt, dan dia adalah manajer pertama hotel itu. Kisah diatas adalah nyata. Nasib seorang pemuda berubah drastis karena ketulusannya dalam menolong orang lain. Bagi konsultan bisnis asal Amerika, Ron Kaufman pelayanan dengan ketulusan adalan kunci perusahaan sukses. Penulis buku UP! Your Service (2002) menjelaskan terdapat dua siklus utama dalam perusahaan. Dua siklus sederhana ini mampu menjadikan perusahaan Anda maju atau justru hancur. Pertama adalah siklus buruk yang membuat perusahaan Anda hancur; Bermula dari petugas/ karyawan yang tak berkomitmen terhadap pekerjaan. Lalu ia memberikan pelayanan yang buruk hingga pelanggan kecewa. Kemudian berita ini menyebar dari mulut ke mulut, hingga mengakibatkan citra perusahaan jatuh. Makin hari semakin sedikit pelanggan yang datang membeli produk Anda, akibatnya profit perusahaan ‘terjun’ dan berpengaruh pada gaji pegawai. Akhirnya banyak pegawai frustasi, hingga siklus ini terus berputar. Kedua, adalah siklus positif. Ketika seorang pegawai berkomitmen memberikan yang terbaik, termasuk pada pelanggan. Pengalaman baik ini menyebar di teman-teman pelanggan, citra perusahaan

Tidak Dibaca Saat Khutbah Jum’at Berlangsung | 13


terangkat sehingga pelanggan lama makin loyal dan muncul pelanggan baru. Karena perusahaan untung, pendapat pegawai di tambah belum lagi diberi bonus-bonus tambahan. Karyawan lain semakin bersemangat, produktivitas pun meningkat. Hingga akhirnya memberi dampak positif bagi iklim perusahaan. “Orang banyak menilai sepele kerjaan costumer service, padahal merekalah garda terdepan dalam melayani publik,” ungkap

Ron. Ketulusan dan semangat bekerja harus diciptakan dan dipertahankan. Tentu saja hal ini membutuhkan komitmen dari seluruh jajaran perusahaan, mulai dari pucuk pimpinan hingga staf. Ron, mengungkap ketulusan melayani seperti George sangatlah langka. “Hanya pemimpin hebat yang memilikinya,” imbuhnya. Keterampilan seperti ini, dalam istilah Ron disebut sebagai Service Excellence, yakni kesungguhan memberi yang terbaik. MI-FRC

Edisi Depan

Zona Ikhlas Imam Al-Ghazali pernah bertutur, “semua manusia akan hancur kecuali yang berilmu, yang berilmu akan hancur kecuali yang beramal, yang beramal akan hancur kecuali yang ikhlas.” Kekuatan ikhlas sungguh dahsyat, bahkan situasi sesulit apapun menurut manusia akan mudah dengan keikhlasan. Edisi depan, kita akan bahas kekuatan ikhlas, serta keajaibankeajaibannya, termasuk langkah-langkah sederhana mengelola keikhlasan.

Pembaca yang budiman. FRC adalah buletin komunitas rintisan. Dukungan Anda adalah semangat kami untuk terus berkarya. Jadilah yang pertama di halaman Facebook kami! Dukung kami dengan meng-klik tombol LIKE di halaman Facebook kami;

facebook.com/FridayRC 14 | Friday Reader’s Club

e ik L /FridayRC




Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.