Perkembangan kaligrafi arab di indonesia

Page 1

Perkembangan Seni Kaligrafi Arab di Indonesia Oleh: Novia Akromussolihah A. Pendahuluan Seni kaligrafi merupakan satu-satunya karya seni islam yang dihasilkan murni oleh orang islam sendiri, tidak seperti halnya karya seni islam lainnya yang dipengaruhi oleh sosial dan budaya non muslim seperti (musik, lukisan, dan arsitektur). Tidak mengherankan jika selama ini sejarah mencatat bahwa kaligrafi lebih ditinggikan dan dihargai oleh kalangan muslim dibanding karya islam lainnya. Kaligrafi atau khath merupakan salah satu cabang seni islam yang banyak menarik perbincangan. Salah satu hal yang memunculkan daya tarik kuat masyarakat terhadap kaligrafi yaitu karena adanya pengaruh besar kaligrafi terhadap islam. Kaligrafi tidak

hanya berupa ornament penghias bangunan atau sekedar ciri khas

sebuah kesenian, namun telah mejadi bagian identitas islam dan bentuk keagungan islam yang tidak lepas dari ayat-ayat al-quran yang diagungkan pula, juga merupakan sebuah karya seni yang dianggap bernilai dan bermakna dalam setiap goresannya. Pada zaman pertengahan Islam, seni kaligrafi diajarkan di institusi-istitusi pendidikan khusus yang bernama Madrasah Tahsin al-Khutut Al-Arabiyah sebagai subjek kurikulum wajib. Di Madrasah ini para pelajar yang berbakat mendapat pelajaran yang intensif dari para master kaligrafi secara langsung, sehingga dari input yang diperoleh menghasilkan output yang luar biasa yang mampu mengembangkan seni kaligrafi kepada khalayak umum. Sejak itu kaligrafi mulai berkembang pesat dan dituangkan dalam wujud tulisan di berbagai media untuk menyalin mushaf-mushaf AlQur‟an, naskah-naskah transaksi, dokumen, dekorasi dan berbagai macam sarana dan prasarana lainnya. Dalam artikel “International Islamic Calligraphy Competition” dinyatakan bahwa kaligrafi islam sering disebut “seninya seni islam” (the art of islamic art) (Marshall G. Hodgson: 2000). Dari pernyataan tersebut menunjukkan bahwa, kaligrafi merupakan suatu karya seni yang mempunyai nilai dan kedudukan serta pengaruh yang

1|Perkembangan Ka ligrafi Arab di Indonesia


tinggi terhadap kebudayaan islam. Keberadaanya pun terus berkembang, salah satunya di Indonesia yang mayoritas penduduknya menganut agama islam. Beberapa data-data tentang perkembangan seni kaligrafi di Indonesia

akan

disajikan dalam tulisan ini yang memunculkan pandangan yang pro maupun kontra terkait dengan karya seni kaligrafi serta penyajian opini penulis mengenai perkembangan kaligrafi di Indonesia itu sendiri. B. Pembahasan Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, kaligrafi diartikan seni menulis indah dengan pena. Mircea Eliade memahami kaligrafi berasal dari bahasa latin yang secara leksikal terdiri dari dua kata, yaitu Kallos yang berarti indah dan Graphein yang berarti tulisan atau coretan, maka kaligrafi berarti tulisan indah. Dalam bahasa Arab kaligrafi biasa disebut dengan Khath yang berarti garis atau tulisan tangan. Dengan demikian kaligrafi, adalah ilmu yang memperkenalkan bentuk-bentuk tunggal, tata letak, yang tersusun secara sistematis yang menghasilkan suatu nilai dan keindahan sebagai wujud pencitraan rasa, ekspresi dan mengandung pesan yang disampaikan kaligrafer kepada khalayak. Masuknya kaligrafi juga menandai masuknya islam di Indonesia. Perkembangan kaligrafi yang begitu pesat dan mampu diterima penuh oleh kalangan muslim tidak lepas dari dorongan Al-Quran. Di sini Al-Quran mempunyai peran yang penting dalam perkembangannya. Perkembangan tersebut dapat dilihat dari beberapa ayat yang mengisyaratkan pentingnya tulisan. Bukti ini bisa dilihat pada surat Al-„Alaq ayat 1-5 merupakan wahyu pertama yang diturunkan kepada nabi, berisi tentang adanya perintah membaca dan menulis. Bukti lain yang mendorong adanya pengaruh Al-Quran terhadap perkembangan kaligrafi terdapat pada surat Al-Qalam yang berarti (pena). Dibuka dengan huruf

)1( ‫ والقلم وما يسطرون‬.nuuun.

‫ن‬

demi pena dan apa yang mereka tulis (QS. Al-

Qalam/29:1). Mutohharun Jinan mengemukakan, huruf nun dalam tulisan Arab ini mempunyai makna filosofis berarti bentuk yang menyerupai sebuah tempat tinta yang

2|Perkembangan Ka ligrafi Arab di Indonesia


berisi pola-pola dasar yang dituliskan di laul mafudh. Huruf ini juga menyerupai sebuah kapal yang mengangkut kemungkinan-kemungkinan suatu perputaran yang mungkin terjadi maupun tidak di atas lautan. Tinta dan pena adalah satu kesatuan yang tak terpisahkan dalam hal tulis dan keindahan. Dari situ dapat kita pahami bahwasannya sejak diturunkannya Al-Quran tanpa kita sadari juga mengajak kita untuk produktif dalam hal tulis menulis. Oleh sebab itu, Al-Quran mendapat peran penting terhadap pengaruh kaligrafi yang mampu memberikan inspirasi logis, kreatif yang siap kita pakai untuk ciptakan estetika. Karena Al-Quran telah memberikan pesan yang diekspresikan secara estetis. Menurut Sirojudin A.R., seni kaligrafi mengalami perkembangan karena didukung oleh tiga faktor. Pertama, pengaruh ekspansi kekuasaan umat islam ke berbagai wilayah yang turut mendorong urbanisasi, pertemuan antara budaya, dan arabisasi wilayah taklukan. Kedua, peranan raja elite sosial dalam memberikan dukungan

sehingga

turut

menyemangati

seniman

kaligrafi

mengembangkan

kreativitasnya. Ketiga, pengaruh perkembangan ilmu pengetahuan secara umum di kalangan masyarakat muslim. Ke tiga faktor tersebut merupakan pendorong perjalanan kaligrafi sehingga menghasilnya suatu perkembangan yang hingga kini dapat kita rasakan. Perlu diketahui, tersebarnya kaligrafi yang begitu pesat dan luas membuat tersebarnya kaligrafi yang merata hingga keseluruh penjuru dunia. Salah satunya adalah Indonesia yang telah menyusuri periode atau generasi panjang melalui Generasi Perintis, Generasi Pesantren, dan Generasi Penggerak. Perkembangan kaligrafi di Indonesia pada generasi tersebut sangat berbeda dengan perkembangan kaligrafi sebelumnya yang melahirkan corak-corak baru, gaya, atau aliran kaligrafi yang khas. Namun perkembangan tersebut lebih kepada “pertumbuhan pemakaian kaligrafi� sebagai kebutuhan primer yang bersifat fungsional. Seperti halnya penulisan pada kitab, mushaf Al-Quran dan batu nisan dan tentunya masing-masing generasi mepunyai corak dan warna tersendiri. Perkembangan kaligrafi yang memberikan pengaruh yang besar, kelahirannya pun memunculkan generasi yang mengembang biakkan seni kaligrafi, diantaranya:

3|Perkembangan Ka ligrafi Arab di Indonesia


A. Generasi Perintis (abad 13-19 M) Kaligrafi dikenal sejak datangnya islam ke Indonesia. Data-data arkeologis kaligrafi gaya kufi telah berkembang pada abad ke-11, datanya ditemukan pada batu nisan makam Fatimah binti Maimun di Gresik (wafat 495 H/1082 M) dan beberapa makam lainnya dari abad ke-15 (Hasan Muarif Ambary: 1998). Tulisan di batu nisan merupakan salah satu bukti kuno adanya perkembangan penggunaan kaligrafi di Indonesia secara fungsional. Adapun bukti yang hingga kini masih bisa kita nikmati bersama adalah banyak dipakainya tulisan Arab untuk materi pelajaran, undang-undang, naskah, perjanjian resmi, surat, catatan pribadi, kitab-kitab dan mushaf Al-Quran serta relif-relif seperti candi maupun dinding masjid. Selain itu, aksara Arab pada generasi ini mengalami singkronisasi bahasa yang menggabungkan antara bahasa asli atau setempat ke dalam bentuk tulisan aksara Arab. Digunakan sebagai penulisan naskah-naskah berupa surat perjanjian atau deklarasi. Huruf Arab melayu, Arab Jawa, Arab Indonesia dan lainnya diistilahkan dengan sebutan pegon. pegon, hingga kini masih banyak dijumpai terutama di pondok-pondok salaf yang mayoritas pengajaran kitab kuningnya diartikan kedalam tulisan pegon. Pada abad ke 18-20, kaligrafi beralih menjadi kegiatan kreasi seniman Indonesia yang diwujudkan dalam aneka media seperti kayu, kertas, logam, kaca dan media lain. Termasuk juga banyaknya penuliasan mushaf Al-Quran tua dengan bahan kertas pada abad ke-17 seiring bertambahnya kertas impor (Imron Zawawi: 2007). Dalam bukunya Hasan Muarif Ambary yang berjudul Menemukan Peradaban (Jejak Arkeologis dan Historis Islam Indonesia) menjelaskan pada abad ke-17 dan seterusnya kecenderungan muslim untuk menggambar makhluk bernyawa dengan lafal ayat-ayat Al-Quran, kaul ulama atau simbol kepahlawanan Ali ibn Abi Thalib (kaligrafi Macan Ali) dan Fatimah. Karya seperti ini biasanya produk dari keraton Cirebon, Yogyakarta, Surakarta atau Palembang. Sampai tahun 1960-an, lukisan kaligrafi berwajah binatang Buraq atau wayang banyak ditemukan di pelosok Sumatera dan Jawa.

4|Perkembangan Ka ligrafi Arab di Indonesia


Sampai akhir periode ini masih belum diketahui para khattah atau kaligrafer yang dikenal namanya. Sementara itu dari data-data yang diperoleh dapat dketahui tipe-tipe huruf yang digunakan mengacu pada gaya Kufi, Naski, Tsuluts, Muhaqqaq, Raihani, Tauqi’, dan Riqa’. Kufi dan Naskhi banyak digunakan di makam dan naskah kuno. Berbeda dengan agama-agama lain, yang bersifat ikonoklastik yang menerapkan paham ikonoklasme atau paham memandang tabu segala sesuatu baik menggambar dan mempresentasikan makhluk bernyawa yang terdiri dari manusia dan binatang. Ikonoklasme ini dipegang kuat pada awal masa-masa islam yang berlandaskan pada sebuah riwayat Rasulullah SAW melarang menggambar makhluk hidup, kecuali kalau bisa memberinya nyawa pada gambar itu (Komaruddin Hidayat: 2005). Adanya paham ini meminimalisir kemusrikan pada zaman dahulu, sebagaimana sebelum paham ini muncul di awal masa islam masih banyaknya kaum yang menyembah karya seni seperti patung yang disakralkan. Ikonoklasme memang merupakan sambungan langsung paham tauhid atau monoteis. Sikap penuh prasangka terhadap bentuk yang menyerupai makhluk hidup, baik 2 dimensi atau 3 dimensi yang selalu dikaitkan dengan bentuk mitologi. Patung pada masa itu memang mempunyai nilai sakral seperti patung-patung dewa yang dipahat selain bertujuan sebagai estetika namun juga sebagai penyembahan. Dalam pandangan agama monoteis adalah wujud nyata dari politeis atau syirik yang amat ditentang, itu merupakan salah satu alasan mengapa Rasulullah melarang pembuatan sesuatu yang menyerupai makhluk hidup melihat dari kondisi yang ada. Tak heran jika paham tersebut membuat para seniman kaligrafi kurang bebas mengekspresikan dan tidak sekreatif agama-agama lain. Seiring berkembangnya zaman, paham ikonoklasme lambat laun mulai pudar. Selain itu, jika paham ikonoklasme hingga kini masih diterapkan maka seorang kaligrafer akan sangat terbatasi, kekereatifan yang akan mati dimakan zaman serta seni kaligrafi akan musnah yang diiringi dengan berkurangnya penyebaran

agama

islam.

Semenjak

budaya

islam

mencapai

puncak

pertumbuhannya, banyak kaum muslim yang mulai mampu memisahkan aspek

5|Perkembangan Ka ligrafi Arab di Indonesia


mitologis respresentasi benda bernyawa dari aspek artistiknya, bahkan dari aspek kegunaannya. Dampak dari pemisahan tersebut memberi pandangan kepada kaligrafer dan kaum muslim mengenai karya seni seperti patung dan lukisan semata-mata hanya bernilai dekoratif dan ornamentasi belaka. Sehingga mulai lahir kembali para khattah yang kreatif. Gejala ini dapat dilihat pada gaya arsitektur yang disertai oranamen bentuk bunga yang mengelilingi ukiran kaligrafi di dinding-dinding masjid “Syalafiyah Bihaaru Bahriâ€&#x; Asali Fadlaairil Rahmahâ€? yang kerab dikenal masjid Tiban atau masjid Jin yang bertempat di kecamatan Turen, kabupaten Malang, Jawa Timur, Indonesia . Tidak menjadi masalah lagi jika penulisan khath menyerupai makhluk hidup. Melihat kondisi lingkungan maupun budaya yang ada pada masa sekarang. Kaligrafi merupakan bentuk pegekspresian suatu paham ketuhanan yang abstrak melalui wahyu. Maka kaligrafi diekspresikan untuk mencurahkan kekuatan wahyu Al-Quran. Sedangkan ornamentasi merupakan rasa keindahan bebas yang dirasakan sehingga menghasilkan oranamen yang berbeda-beda setiap kaligrafer. Bukan saatnya lagi memiliki batasan pengembangan kreatifitas. Dikarenakan kaligrafi dinilai sebagai bentuk estetika bagi pembuat dan penikmat tanpa adanya unsur mitologis. Ini memiliki dampak yang jauh lebih positif pada perkembangan kaligrafi waktu demi waktu. Suatu perubahan yang mendorong para kaligrafer menjadi lebih inovatif dan kreatif. Karenanya, akan menghasilkan sebuah karya seni yang luar biasa dan memberdayakan budaya menulis serta cinta kaligrafi dari ganerasi kegenerasi tidak lupa juga sebagai media dalam penyiaran wahyu Allah SWT. B. Generasi Pesantren Kaligrafi mengalami pertumbuhan seiring pertumbuhan pesantren yang dirintis oleh para wali. Dalam majalah Promo Karawang dijelaskan ada beberapa Pesantren perintis yang dikenal diantaranya Giri Kedaton, Pesantren Ampel Denta di Gresik, dan Pesantren Syekh Quro di Karawangan. Masa ini merupakan masa pertumbuhan perkembangkangan kaligrafi setelah generasi perintis. Tulisan yang diajarkan mula-mula sangat sederhana dan belum bernilai estetis, namun masih memperhatikan gaya-gaya Kufi, Naskhi, dan Farisi. Kesederhanaan nampak pada anatomi huruf yang kurang harmonis

6|Perkembangan Ka ligrafi Arab di Indonesia


dengan kaidah yang ada. Mengenai penggunaan media juga sangat terbatas pada kertas dan arang atau asap lampu saja. Pelajaran khath pada umumnya tidak resmi diajarkan dan masuk kurikulum kecuali beberapa pesantren seperti Pondok Pesantren Modern Gontor. Serta kurangnya buku-buku yang kurang mendukung pembelajaran kaligrafi. Pelopor angkatan ini adalah K.H. M Abdul Razzaq Muhili dari Tangerang, H. Darami Yunus dariPadang Panjang, H. Salim Bakasir, Prof. H. M. Salim Fachry dari Langkat, dan K.H Rofiâ€&#x;i Karim dari Probolinggo. Kemudian disusul oleh Muhammad Syadzali, K.H. M. Faiz Abdul Razzaq, M. Wasi Abdul Razzaq, dan masih banyak lainnya. Sejak tahun 1970-an hingga 2000-an, pesantren memnculkan para kaligrafer yang ahli dibidang penulisan mushaf, literatur agama, dan dekorasi masjid yang mengintegrasi dari berbagai macam model khoth. Tradisi menghias bangunan masjid dengan kaligrafi merupakan bentuk perkembangan kaligrafi yang sudah masuk pasa masa modern, di mana sebelum abad ke-16 masih jarang sekali ditemui hiasan-hiasan bangunan menggunakan kaligrafi kecuali hanya sekedar huruf Jawi. Generasi ini sebagai penggerak dan membangkitkan seni mushaf yang melibatkan para santri. banyak berbagai mushaf yang dihasilkan dikalangan santri diantaranya Mushaf Sundawi,Mushaf Jakarta,Mushaf Istiqlal termasuk mushaf raksasa yang berada pada museum Taman Mini Indonesia Indah yang tercatat sejarah. C. Genarsi Penggerak Dalam perkembangan selanjutnya, disaat masyarakat mulai sadar akan pentingnya seni kaligrafi, muncullah suatu gerakan untuk lebih menyadarkan para seniman kaligrafi agar berupaya meningkatkan apresiasi dan teknik pengelolahan kaligrafi diberbagai media. kaligrafi tidak hanya dikembangkan sebatas tulisan indah berkaidah, tetapi juga mulai dikembangkan dalam konteks kesenirupaan atau visual art. Sekaligus bertujuan untuk memberdayakan karya seni islam. Para tokoh seni kaligrafi digenerasi ini memanfaatkan keluwesan aksara Arab di mana sosok kaligrafi sangat tegas ditonjolkan dengan dipadukan

7|Perkembangan Ka ligrafi Arab di Indonesia


unsur-unsur lain yang telah dilebur dalam gaya pribadi masing-masing seniman dengan memandang kaligrafi bagian dari ide dan dasar yang religius. Di era kontemporer, kaligrafi mengalami transformasi menjadi beragam model kategori. Ismail Raji Al-Faruqi membagi lima kategori seni kaligrafi yang berkembang sampai abad modern ini, yaitu tradisional figural, ekspresionis, simbolis, dan abstraksionis murni. Tidak dipungkiri bahwa di era kontemporer ini kaligrafi juga mendapat pengaruh dari luar islam terkait dengan perkembangan seni secara menyeluruh. Pengintesgrasian antara seni rupa dan seni kaligrafi mengahasilkan seni lukis kaligrafi yang indah. Seni rupa yang sangat mementingkan latar belakang pewarnaan yang diperoleh dari kepekaan rasa secara bebas sangat mendukung keestetikaan. Semarak kaligrafi semenjak dijadikannya salah satu cabang yang dilombakan dalam Musabaqah Tilawatil Qurâ€&#x;an (MTQ) dari tingkat nasional sampai tingkat daerah diseluruh Indonesia. Cabang yang diberi nama Musabaqah Khat Al-Quran (MKQ) ini selain menarik peminat, juga berhasil membibitkan kader-kader kaligrafer, baik dari tingkat sekolah, pesantren, maupun perguruan tinggi. Dari sejumlah peserta MKQ yang menyebar diberbagai daerah, muncullah para ahli dibidang penulisan Naskah, Hiasan Mushaf, Dekorasi, dan Kaligrafi Kontemporer yang dikompetisikan (Sirojuddin A.R: 2001). Gaya kaligrafi tersebut merupakan gaya kaligrafi Indonesia yang tidak dimiliki oleh negara lain. MKQ berpengaruh luas dan menjadi percontohan lomba-lomba kaligrafi diberbagai instansi dan peringatan hari-hari besar. Kemunculan lomba-lomba kaligrafi pada MTQ Nasional, MTQ Mahasiswa, MTQ PTPN, MTQ KORPRI, MTQ PGRI, MTQ Telkom Group, POSPENAS (Pekan Olahraga dan Seni Pondok Pesantren Nasional), PIONIR (Pekan Ilmiah, Oalahraga, Seni, dan Riset). Dengan adanya perlombaan tersebut memicu minat dari berbagai kalangan dan ikut mendorong produksi karya kaligrafi di galeri-galeri serta menaikkan harga pasar. Gerakan MTQ yang melahirkan banyak kader dan juara kaligrafi berbuntut pada maraknya keikutsertaan para kaligrafer dalam ajang-ajang

8|Perkembangan Ka ligrafi Arab di Indonesia


perlombaan baik tingkat Nasional maupun Internasional. Termasuk peraduan menulis khat ASEAN di Brunei Darussalam yang dua tahun sekali (85%) selalu di menangkan oleh peserta Indonesia (Pusat Daâ€&#x;wah Islamiah: 2005). Selain itu, diantara mereka juga mengikuti perlombaan Internasional Calligraphy Competition oleh IRCICA di Turki empat tahun sekali. Pesantren kaligrafi, selain MTQ perkembangan kaligrafi pada generasi ini tak lepas dari dorongan pesantren kaligrafi yang juga sangat berpengaruh besar terhadap perkembangan kaligrafi di Indonesia. Di mana membentuk suatu sanggar dan memperkuat pengajaran hal-hal yang berbau dengan seni kaligrafi serta merucutkan dua metode pengajaran yaitu, Menulis Khath dari Mudah ke Sulit (Taqlidy) dan Menulis Khath dari Sulit ke Mudah. Metode Taqlidy berawal dari khath Riqah, Diwani ,Diwanjali, Kufi, Farisi, Naskhi, dan Tsuluts ini dianut oleh beberapa instansi diantaranya: 1. Sakal Jombang di bawah naungan pondok pesantren MambaulMaarif (Denanyar) Jombang yang didirikan oleh ustadz Athoilah yang hingga kini masih dipegang beliau. 2. Ahaly Hamidy sebuah sanggar terdiri dari kampus UIN Malang, UIN Surabaya, dan IAIN Jember. 3. PP. Gontor Ponorogo didirikan oleh ustadz Alim hingga kini. Adapun instansi-instansi yang menganut metode pengajaran dari sulit ke mudah (kebalikan dari metode taqlidy) adalah: 1. PSKQ (Pesantren Kaligrafi Al-Quran) bertempat di Kudus yang didirikan oleh ustadz Assiry. 2. ZLK (Zainul LilKhattathin) pesantren ini berada di Bogor yang termasuk pesantren baru pendiriaannya, didirikan oleh ustadz Zainudin Rais. 3. PP. Darul Huda Ponorogo, sanggarnya bernama Ibnu Muqlah, didirikan oleh ustadz Muhtadin dan digantikan oleh ustadz Masyhuri dan ustadz Hafidz. Mengapa di Generasi Penggerak perkembangan kaligrafi begitu nampak dan pesat? Ini dikarenakan pemikiran kaligrafer yang semakin modern dan inisiatif serta adanya pengaruh gaya hiasan Timur Tengah seperti halnya karya golongan mushaf yang terpengaruh dengan hiasan Zukhrufah (gaya kaligrafi Timur Tengah).

9|Perkembangan Ka ligrafi Arab di Indonesia


Sebuah bukti nyata gaya kaligrafi di Indonesia yang berkembang dan sudah banyak menarik perhatian dan minat, semangat kaligrafer Indonesia tak lupa juga kaligrafer Indonesia yang tak kalah hebatnya dengan negara-negara lain. Berikut presatasi kaligrafer Indonesia di event Internasional: 1. Juara 2 Khoth Maghribi IRCICA Turkey oleh Nur Hamidah asal Ngawi pada tahun 2010. 2. Juara 1 Khoth Tsulust Jali Sampena Mahrojan Persuratan dan Kesenian Islam Nusantara Membakut Sabah Malaysia kali ke-6 tahun 2017 oleh Teguh Prasetyo. 3. Juara 2 Khoth Tsulust Jali Sampena Mahrojan Persuratan dan Kesenian Islam Nusantara Membakut Sabah Malaysia kali ke-6 tahun 2017 oleh Huda Purnawadi. 4. Juara 3 Khoth Tsulust Jali Sampena Mahrojan Persuratan dan Kesenian Islam Nusantara Membakut Sabah Malaysia kali ke-6 tahun 2017 oleh Assiry. Dapat dikatakan generasi ini merupakan generasi puncak perkembangan kaligrafi di Indonesia. di mana kaligrafi mendapat peran penting dan mampu bersaing dengan seni lukis lain, seni lukis kaligrafi mampu merenggut hati khalayak Indonesia secara dalam yang dapat dibuktikan seringnya kita jumpai baik seni kaligrafi maupun seni lukis kaligrafi di rumah-rumah dan bangunanbangunan yang ada di Indonesia. C. Penutup Dengan berkembangnya kaligrafi Arab di Indonesia ini maka Indonesia telah

membudayakan

dan

melestarikan

seni

kaligrafi

hingga

kancah

Internasional. Suatu kejayaan dan kesejahteraan islam tampak begitu jelas. Oleh karena itu, kita sebagai mahasiswa yang akan menggantikan kaligrafer-kaligrafer bangsa nantinya sudah saatnya berlatih dan mengasah kemampuan menulis huruf Arab, tidak lupa pula melatih pandangan kita ke depan untuk lebih kreatif sehingga diharapkan nantinya mampu mengembangkan kaligrafi jauh lebih berkembang dari sebelum-sebelumnya dan membawa seni kaligrafi Arab ke kancah International untuk memperkenalkan gaya kaligrafi Indonesia yang tidak ada di negara-negara lain.

10 | P e r k e m b a n g a n K a l i g r a f i A r a b d i I n d o n e s i a


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.