Modul Perencanaan Kerjasama Daerah

Page 1

MODUL PERENCANAAN KERJASAMA DAERAH



MODUL PERENCANAAN KERJASAMA DAERAH


KATA PENGANTAR Salam Sejahtera, Guna mewujudkan pemerataan pembangunan daerah di Indonesia dalam mengentaskan kemiskinan, pengangguran dan kesenjangan sosial, maka NSLIC/ NSELRED sebagai mitra Pemerintah Pusat melalui Kementerian PPN/Bappenas merancang program pembangunan daerah melalui Kerjasama Antar Daerah (KAD) Regional lintas Sektor. Produk KAD ini dimaksudkan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi dan percepatan pengembangan wilayah yang berbasis pada potensi lokal dan pemberdayaan masyarakat, yang pada gilirannya, upaya tersebut akan berujung pada peningkatan kesejahteraan dan taraf hidup masyarakat. Dalam Pembangunan Daerah melalui KAD bersinergi sebagai penunjang ekonomi serta sumberdaya manusia yang memadai, Pemerintah Daerah di wilayah kerjasama telah melibatkan masyarakat setempat dan stakeholder terkait dalam mengembangkan dan mengelola potensi daerah. Dengan demikian, kawasan ini mampu menjadikan kegiatan utama masyarakatnya sebagai sektor penggerak perekonomian lokal dan regional. Seiring dengan berkembangnya ragam konsepsi penyelenggaraan KAD maka pada tahun 2018, proyek NSLIC/NSELRED dibantu konsultan professional di bidangnya melaksanakan program: 1) Penyusunan Modul KAD (Konsep Dasar KAD, Perencanaan KAD dan Kelembagaan KAD); 2) Pelatihan KAD di dua provinsi yaitu Gorontalo dan Sulawesi Tenggara; 3) Pendampingan KAD. Modul Perencanaan KAD ini diharapkan dapat menjadi pedoman sinergitas positif pemerintah dalam melaksanakan dan mengelola, kelembagaan KAD untuk terwujudnya kesejahteraan dan kemakmuran masyarakat di wilayah kerjasama khususnya.


DAFTAR ISI KATA PENGANTAR

vii

DAFTAR ISI

viii

DAFTAR TABEL

vii

DAFTAR GAMBAR

vii

DAFTAR ISTILAH DAN SINGKATAN

ix

LEMBAR KERJA

49

Daftar Pustaka

51

Daftar Tabel

CARA PENGGUNAAN MODUL PELATIHAN

xiii

Tabel 1. Perbedaan Sifat Normatif dan Substantif

36

Tabel 2. Contoh Matriks Skenario

40

Bab 1. Pendahuluan

17

Tabel 3. Perlengkapan Lokakarya SKAD

47

1.1. Latar Belakang

18

Tabel 4.

48

1.2. Tujuan Penyusunan Modul

19

1.3. Kelompok Sasaran

19

1.4. Pendekatan Pelatihan

19

1.5. Metode Pelatihan

19

1.6. Kriteria Fasilitator

19

1.7. Evaluasi Pelatihan

20

1.8. Agenda Pelatihan

20

Bab 2. Pokok Bahasan I : Pengantar Kerjasama Antardaerah

23

Proses Pelaksanaan KAD

24

Kapan SKAD Digunakan?

25

Bab 3. Pokok Bahasan II : SKAD

27

Definisi SKAD

29

Sudut Pandang Antara Perencanaan, Strategi dan Skenario

29

Pendekatan Skenario

30

SKAD Sebagai Instrumen

30

Fungsi SKAD

31

Tahapan SKAD

33

Catatan Penting Pelaksanaan

46

Agenda Lokakarya

47

Contoh Agenda Acara

Daftar Gambar Gambar 1. Proses KAD

24

Gambar 2. Sudut Pandang Perencanaan, Strategi dan Skenario

29

Gambar 3. Tahapan SKAD

32

Gambar 4. Contoh Meta Plan

37

Gambar 5. Skenario

41

Gambar 6. Faktor Kunci Perekat

41


DAFTAR SINGKATAN DAN ISTILAH KAD

: Kerjasama Antar Daerah

Pemda

: Pemerintah Daerah

NSLIC/NSELRED : National Support for Local Investment Climates/National Support for Enhancing Local and Regional Economic Development LEKAD

: Lembaga Pengembangan dan Pemberdayaan Kerjasama Antar Daerah

SKAD

: Skenario Kerjasama Antar Daerah

Aktor

: Pelaku Kerjasama Antar Daerah

Daerah

:

Faktor Perekat

: Isu yang memiliki bobot kepentingan dan kebutuhan kerjasama antar Daerah yang besar, sehingga KAD dapat berjalan efektif

Stakeholder

: Pemangku Kepentingan

Subnasional

: Proses terbentuknya sebuah kewilayahan tertentu yang terdiri dari beberapa Daerah otonom dalam suatu Negara

FP

:

Batasan wilayah administratif yang otonom (Provinsi, Kota dan Kabupaten)

Faktor Penting atau isu yang dianggap menjadi faktor penentu keberhasilan Kerjasama Daerah

GLG : Good Local Governance FL

: Faktor yang Layak untuk dikerjasamakan

FLM

: Faktor yang Layak untuk dikerjasamakan dan sekaligus memiliki bobot masalah pelaksanaan. Faktor inilah yang menjadi pilihan pembahasan skenario KAD

RKPD

: Rencana Kerja Pemerintah Daerah (tahunan)

RTRW

: Rencana Tata Ruang Wilayah

OTDA

: Otonomi Daerah

RM : Regional Management UU

: Undang-undang

PERDA

: Peraturan Daerah

SUBOSUKAWONOSRATEN

: Surakarta, Boyolali, Sukoharjo, Karanganyar, Wonogiri, Sragen dan Klaten

Sapta Mitra Pantura

: Kota dan Kabupaten Pekalongan dan Tegal, Kabupaten Batang, Pemalang dan Brebes

RPJM/P

: Rencana Pembangunan Jangka Menengah/Panjang

a.l.

: Antara Lain


CARA PENGGUNAAN MODUL PELATIHAN Buku ini terutama ditujukan untuk para fasilitator KAD yang bersifat sukarela. Dalam menjalankan tugasnya, fasilitator perlu menghantarkan para aktor kerjasama untuk mencapai kesepakatan bersama yang aplikatif. Sulitnya, kebersamaan ini hanya dapat terwujud bila masing-masing pihak merasa diuntungkan dalam suatu kegiatan kerjasama (win-win position). Kekuatan kebersamaan berawal pada identifikasi kebutuhan untuk melakukan kegiatan yang sinergis. Atas kebutuhan inilah, maka pendekatan Skenario Kerjasama Antar Daerah (SKAD) digunakan, yaitu untuk mengidentifikasikan isu-isu apa saja yang perlu dibahas oleh pihak-pihak yang bekerjasama dan dengan demikian sektor apa saja yang perlu dikerjasamakan. Oleh karena itu, maka SKAD merupakan alat bagi fasilitator untuk mengkomunikasikan kebutuhan dan kepentingan Daerah dalam melakukan kerjasama. Selain untuk para fasilitator, SKAD perlu untuk dipahami oleh pihak-pihak yang terkait langsung pada proses inisiasi dan perencanaan kerjasama Daerah, khususnya pengambil/penentu kebijakan dari eksekutif, legislatif di Pemerintahan Daerah serta stakeholders di wilayah terkait. Berbagai informasi penting terkait prinsip dasar dan mekanisme identifikasi kegiatan yang perlu dikerjasamakan dapat menjadi modal penting untuk mendukung kelancaran upaya KAD. Para pendamping dan konsultan pembangunan wilayah perlu menguasai teknik ini untuk dapat melakukan kegiatan pendampingan KAD secara efektif. Namun sebagai konsultan, hendaknya menahan diri dalam memberikan pendapat/masukan, mengingat fungsi fasilitator SKAD memprioritaskan fungsi komunikasi dan bukan advokasi. SKAD dirancang sesuai dengan prinsip dasar dan kebutuhan dinamika perencanaan pembangunan kontemporer yang kental dengan aspek efisiensi, peningkatan transparansi, partisipatif, komunikatif dan pencapaian yang efektif. Metode ini juga sesuai dengan pemanfaatan pola strategic planning, perencanaan kolektif, aktivasi kesadaran bersama (awareness) dan penguatan jejaring (networking) yang melekat pada pendekatan Regional Management (Pengelolaan Wilayah). Oleh karena itu, SKAD merupakan salah satu instrumen penting dan perlu digunakan dalam aplikasi KAD. Dalam Bab 2. dijelaskan Latar belakang bagaimana KAD yang semakin menjadi perhatian Daerah. Tumbuh kembangnya kesadaran Daerah tentang pentingnya mensinergikan berbagai potensinya agar menjadi kekuatan regional dalam kompetisi global telah turut mendorong inisiasi KAD. Namun praktik pelaksanaan KAD yang masih termasuk hal baru bagi Daerah dan relatif rentan terhadap kontaminasi pola lama yang kontra-produktif. Untuk itu kehadiran berbagai tools perencanaan yang efektif dan sesuai dengan karakteristik KAD sangatlah dibutuhkan. Kebutuhan awal yang menjadi landasan penting dari setiap KAD adalah informasi tentang kegiatan yang akan dikerjasamakan atau menentukan key project. Selanjutnya di Bab ini dijelaskan tentang proses KAD yang lazimnya terjadi dan kapan SKAD dapat dipergunakan. Bab 3. memberi jawaban tentang ‘Apakah itu SKAD? Di sini dibahas perbedaan antara Perencanaan, Rencana Strategis dan Skenario yang diharapkan dapat memperjelas pemahaman dasar skenario, termasuk SKAD sebagai alat perencanaan KAD.


Penjelasan mengenai fungsi utama SKAD dapat diperoleh dalam Bab 3. Penjelasan meliputi manfaat SKAD untuk identifikasi Faktor Perekat dan Sektor yang akan dikerjasamakan, mengumpulkan bahan untuk konsep Strategi Regional (visi, misi, kelembagaan, dan seterusnya), membangun komunikasi antar pihak yang terkait dan meningkatkan kesadaran para aktor terkait pentingnya kerjasama. Dapat ditemui penjelasan lengkap mengenai persiapan apa saja yang perlu dipenuhi dan sekaligus bagaimana tahapan mekanisme SKAD dilakukan. Pada bab ini penjelasan mengenai SKAD diuraikan secara sistematis. Melalui tool box yang disuguhkan memperlihatkan setiap langkah penting dalam pelaksanaan SKAD. Penjelasan mengenai hal-hal apa saja yang perlu diperhatikan dalam pemahaman dan pelaksanaan SKAD dapat ditemui juga pada bab ini. Beberapa batasan kegunaan hendaknya dipahamai secara baik, agar pemanfaatan SKAD dapat berdaya guna sesuai dengan sasaran yang dimaksud. Pada bab ini terdapat pula contoh agenda pelaksanaan lokakarya SKAD yang dapat dilaksanakan dalam tempo 1/2 hari. Kontak alamat disediakan untuk memenuhi kebutuhan informasi lanjutan, terutama bagi yang berminat untuk melakukan pelatihan atau bantuan implementasi SKAD. Di akhir buku ini diberikan pula daftar pustaka dan sumber informasi lainnya yang dapat menjadi rujukan lebih lanjut bagi yang ingin memperdalam teknik skenario.


16

Modul Perencanaan Kerjasama Daerah

1. PENDAHULUAN


18

Modul Perencanaan Kerjasama Daerah

Pendahuluan

19

1.1. Latar Belakang Pelaksanaan Kerjasama Antar Daerah (KAD) mulai marak dilakukan di berbagai wilayah di Indonesia. Salah satu bentuk KAD yang berpotensi besar untuk semakin berkembang adalah regionalisasi dalam konteks subnasional. Regionalisasi yang dimaksud adalah suatu proses terbentuknya aliansi pembangunan antar Daerah yang bertetangga, sehingga membentuk suatu kesatuan wilayah. Kondisi ini memperlihatkan bahwa kesadaran Daerah untuk memanfaatkan KAD sebagai salah satu pendekatan strategis dalam pembangunan semakin meningkat. Banyak Daerah mulai memahami, bahwa KAD justru dapat mendorong percepatan terwujudnya visi-misi Daerahnya, karena pendekatan ini menitikberatkan pada aspek sinergitas, efisiensi dan efektifitas kegiatan pembangunan. Akibat dari pelaksanaan strategi ini adalah a.l. terwujudnya sinkronisasi dan harmonisasi kebijakan dan pelayanan sehingga menekan disparitas pembangunan antar daerah.

1.2 Tujuan Penyusunan Modul Tujuan dari penyusunan panduan secara umum untuk meningkatkan kapasitas regulasi/ kebijakan, perencanaan dan kelembagaan KAD yaitu menekankan pada peningkatan kapasitas melalui penyamaan persepsi konsep KAD dan identifikasi isu-isu strategis KAD pada para pihak, yang terdiri dari unsur pemerintah, perguruan tinggi, masyarakat dan swasta. Adapun secara khusus, tujuan pengembangan panduan ini adalah untuk menyediakan panduan bagi pelatih/fasilitator dalam pelaksanaan pelatihan peningkatan kapasitas KAD.

Pemanfaatan KAD sebagai salah satu strategi pembangunan Daerah sangat tepat untuk menghadapi dinamika dan tantangan pembangunan yang semakin kompleks. Hal ini ditandai dengan disparitas pembangunan antar Daerah yang semakin sulit dikendalikan dan ditekan. Dengan hanya mengandalkan instrumen konvensional, seperti Tata Ruang, Pembangunan Sektoral, Rencana Pembangunan Jangka Menengah dan Panjang (RPJM&P) serta tahunan (RKPD) dan berbagai regulasi/kebijakan lain yang tergolong produk perencanaan struktural ternyata tidak cukup efektif. Produk perencanaan struktural ini dimaklumi tidak mampu mengikuti kecepatan dinamika pembangunan. Untuk itu dibutuhkan instrumen pembangunan inkonvensional guna mendukung instrumen struktural-formal yang telah ada. Pendekatan KAD melalui Regional Management adalah contoh konkrit instrumen pembangunan inovatif inkonvensional seperti yang digambarkan tersebut.

1.4 Pendekatan Pelatihan Relevan dengan sasaran dan pengguna panduan pelatihan ini, pendekatan pembelajaran yang digunakan dalam pelatihan adalah pendekatan pendidikan orang dewasa (androgogi). Dalam pendekatan ini, peserta pelatihan yang merupakan orang-orang dewasa diasumsikan sudah memiliki konsep diri, yaitu kepribadian yang tidak bergantung kepada orang lain, memiliki pengalaman yang banyak dan ini menjadi sumber penting dalam proses belajar, memiliki kesiapan belajar yang diprioritaskan pada tugas-tugas perkembangan dan peran sosialnya, serta memiliki prospektif waktu dalam arti ingin segera menerapkan apa yang sudah dipelajari.

KAD memiliki mekanisme pengambilan keputusan yang unik dan berbeda dari mekanisme yang dikenal dan digunakan pada proses pengambilan keputusan perencanaan formal (struktural). Pada mekanisme formal seluruh produk perencanaan diputuskan melalui mekanisme struktural-hirarkis dan sesuai prosedur baku yang diatur berlandaskan UU dengan regulasi/petunjuk pelaksanaannya. Contohnya, RTRW dibakukan dalam bentuk PERDA. Singkatnya, mekanisme formal tidak akan lepas dari landasan pelaksanaannya, yaitu azas demokrasi. Di lain pihak, pada mekanisme KAD berlaku azas musyawarah (konsensus). Hal ini dapat terjadi, karena pengelolaan KAD bersifat heterarkis (jejaring). Artinya, setiap anggota KAD berada pada posisi yang sejajar dengan hak dan kewajiban yang sama. Mekanisme voting yang biasa dikenal pada azas demokrasi tidak mendapat tempat pada pengelolaan KAD. Kendala utama yang dihadapi pada KAD sukarela pada tahap awal adalah bagaimana menghasilkan sebuah konsensus yang bersifat saling menguntungkan dalam waktu yang relatif singkat? Efektifitas kerjasama tidak akan tercapai, bila masing-masing pihak terkait tidak melihat keuntungan yang diperoleh terhadap suatu upaya kerjasama. Salah satu unsur penting untuk memperoleh efektifitas kerjasama adalah aspek perencanaan yang dimulai dengan identifikasi kegiatan yang akan dikerjasamakan. Kegiatan yang teridentifikasi ini harus menjadi key project yang mencerminkan: (1) Prioritas kebutuhan yang mendesak dari masing-masing Daerah terkait dan (2) Membawa manfaat yang nyata terhadap Daerah terkait.

1.3 Kelompok Sasaran Sasaran dari panduan pelatihan ini adalah unsur pemerintah provinsi dan kabupaten/kota, perguruan tinggi, masyarakat dan swasta.

Dengan pendekatan ini, pelatihan ini sifatnya bukan mengajarkan tetapi lebih membantu mereka dalam menambah atau memperjelas, memperdalam dan mengembangkan pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang dibutuhkan. 1.5 Metode Pelatihan Sejalan dengan pendekatan pembelajaran tersebut, metode pembelajaran yang dikembangkan dalam pelatihan ini adalah pembelajaran partisipatif, yaitu pembelajaran yang mengikutsertakan warga belajar secara aktif dalam seluruh proses pembelajaran. Metode pembelajaran ini akan lebih banyak meminta peserta aktif mempraktikan bagaimana alat analisis yang digunakan bisa diterapkan. Selain itu juga disertakan presentasi dan diskusi interaktif untuk memperdalam pelatihan yang diberikan. 1.6 Kriteria Fasilitator Fasilitator atau pelatih yang dibutuhkan dalam pelatihan ini adalah orang yang:  Menguasai materi dari pokok bahasan  Mampu menjadi pendengar yang baik  Mampu menyampaikan pesan secara efektif  Mampu menerima, mengelola dan menganalisis pesan yang dikemukakan oleh peserta  Terbuka dan toleran terhadap kritik maupun perbedaan pendapat  Mengedepankan kesetaraan, jika dibutuhkan dapat bersikap asertif tanpa harus mendominasi  Mampu memaafkan dan menggunakan berbagai media pembelajaran.


20

Modul Perencanaan Kerjasama Daerah

1.7 Evaluasi Pelatihan Evaluasi program pelatihan, tujuannya adalah; (1) Mengetahui hasil pelaksanaan pelatihan dan pengaruhnya terhadap kinerja serta masalah-masalahnya; (2) Mengetahui opini pemimpin dan bawahan peserta mengenai hasil pelatihan; (3) Mengetahui hubungan pelatihan serta dampaknya bagi organisasi di tempat peserta bekerja (Moekijat, 1990:20). 1.8 Agenda Pelatihan Pelatihan dilaksanakan di dua wilayah yaitu Provinsi Gorontalo dan Provinsi Sulawesi Tenggara. Pelatihan ini melibatkan tiga kabupaten di masing-masing provinsi.

PROSES

Tujuan Setelah pembelajaran ini peserta diharapkan dapat: 1. Mampu memahami Perencanaan KAD 2. Mengetahui dan Memahami SKAD

Waktu 1 Jam Pertemuan (60 menit)

Metode 1. Pemaparan 2. Diskusi 3. Tanya jawab

Alat Bantu 1. Kertas, spidol, laptop, dan infocus 2. Papan Tulis, Lakban Kertas

Pendahuluan

21


2. POKOK BAHASAN I: PENGANTAR KERJASAMA ANTARDAERAH


24

Modul Perencanaan Kerjasama Daerah

2. Pokok Bahasan I: Pengantar Kerjasama Antardaerah

kunci bersama (key project) oleh Daerah terkait. Semakin rinci hasil identifikasi kegiatan bersama dapat ditemukan dan disepakati bersama, maka akan semakin kuat pula peluang keberhasilan fase perencanaan KAD.

Proses Pelaksanaan KAD

Pembahasan KAD di buku ini lebih mengacu pada bentuk kerjasama Daerah secara kewilayahan, khususnya regionalisasi dalam konteks subnasional. Ada banyak versi yang menggambarkan bagaimana sebuah KAD dapat terbentuk. Namun secara umum, berbagai mekanisme dasar KAD akan selalu melekat pada proses pembentukannya. Prinsip dasar itu antara lain; (1) melibatkan aktor lokal, khususnya Pemerintah Daerah terkait; (2) berdasarkan kebutuhan dan mencerminkan kepentingan Daerah terkait yang kuat; (3) pengambilan keputusan secara konsensus; (4) partisipatif dan (5) pemberdayaan kekuatan endogen secara kewilayahan. Berbagai ikutan positif lainnya, seperti mendukung akuntabilitas, transparansi, orientasi pada kegiatan aksional (action oriented), penguatan komunikasi, kerjasama dan koordinasi secara efisien dan profesional menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari prinsip-prinsip dasar pelaksanaan KAD yang efektif, khususnya Regional Management. Secara umum proses KAD dapat digambarkan seperti di bawah ini:

FASE 1: INISIASI a. Sosialisasi b. Diskusi c. Baseline

FASE 2: DUKUNGAN & FASILITASI PIHAK TERKAIT Dari Sektor Publik, Perguruan Tinggi, LSM, Konsultan, dan Pihak yang berkepentingan

25

FASE 3: PELEMBAGAAN

FASE 4: PELAKSANAAN

a. Kesepakatan bersama b. Lembaga & Perangkatnya c. Konsep Pelaksanaan d. Strategi Regional

a. Fokus Kegiatan b. Monitoring c. Evaluasi d. Pengembangan

TOOL BOX 3: KUMPULKAN ISU-ISU YANG DIANGGAP PENTING OLEH DAERAH UNTUK DIKERJASAMAKAN

Gambar 1. Proses KAD

Suatu Kerjasama Antar Daerah biasanya diawali dengan proses inisiasi. Kegiatan inisiasi ini ditandai dengan berbagai kegiatan, seperti sosialisasi dan komunikasi antar Daerah yang berkepentingan. Rangkaian diskusi dan pertemuan dapat menjadi bagian awal yang membuka berbagai perspektif tentang kegiatan kerjasama yang dibutuhkan. Dalam proses inisiasi ini dibahas beberapa aspek penting yang akan dijadikan baseline atau data dan informasi dasar wilayah untuk menggambarkan potensi KAD dan pengembangannya. Dengan kata lain, yang dimaksudkan dengan baseline di sini adalah penggabungan profile Daerah terkait yang dilengkapi dengan rekomendasi kegiatan KAD sebagai bahan pertimbangan kegiatan KAD di wilayah tersebut di masa mendatang. Dalam konteks pelaksanaan SKAD, maka komponen yang terpenting dari baseline adalah kompilasi isu-isu yang menjadi perhatian Daerah. Proses inisiasi dapat dinyatakan berhasil, apabila teridentifikasi dan disepakati kegiatan

Identifikasi key project ini sangat penting artinya, karena merupakan faktor perekat KAD. Bila kegiatan kerjasama tidak fokus, maka KAD terancam mandul. Hal inilah yang sering menjadi salah satu kelemahan klasik inisiasi KAD, dimana kerjasama hanya berhenti pada sektor yang bersifat umum tanpa membahas isu-isu yang sungguh-sungguh layak dan perlu dikerjasamakan. Bersamaan dengan pembahasan key project akan diperoleh visi-misi, milestones kegiatan, aktor dan berbagai komponen strategis lain yang berguna untuk membangun konsep KAD. Untuk itu, dibutuhkan sebuah instrumen seperti Skenario Kerjasama Antar Daerah (SKAD) yang akan digambarkan pemanfaatannya lebih lanjut dalam buku pedoman ini.

Kapan SKAD Digunakan?

Instrumen ini idealnya digunakan pada akhir fase 1 (inisiasi) atau awal fase 2 (persiapan). Melalui SKAD ini akan dihasilkan materi yang cukup valid untuk dijadikan pertimbangan fokus KAD. Kompilasi data dasar Daerah terkait dengan identifikasi awal kebutuhan KAD digunakan sebagai tindak lanjut baseline menuju konsep aplikasi kerjasama. Dalam konteks pengembangan KAD yang sedang berlangsung, maka SKAD dapat digunakan untuk mempertajam fokus kegiatan atau menguji konsep KAD yang sedang ditempuh. Melalui SKAD berbagai perspektif pengembangan dapat dibahas sehingga kegiatan KAD semakin efektif. Pada wilayah KAD yang telah memiliki kesepakatan tentang sektor dan kegiatan yang akan/ telah dikerjasamakan juga perlu melaksanakan SKAD dalam rangka menguji kekuatan ‘key project’ yang disepakati dan sekaligus mengidentifikasi sektor dan kegiatan yang mendukungnya. Hal penting lain adalah mengidentifikasi sektor/kegiatan yang berpotensi menimbulkan konflik dan dengan demikian perlu kewaspadaan dalam menanganinya. Hasil SKAD dapat menjadi bahan perencanaan KAD lebih lanjut, khususnya dalam rangka merancang Strategi Regional. Untuk KAD yang telah lama berjalan, maka SKAD dapat menjadi alat evaluasi dan pengembangan strategis kegiatan. Pemanfaatan SKAD dapat bermuara pada format regionalisasi (terbentuknya suatu kesatuan wilayah yang terdiri dari beberapa Daerah Otonom) maupun tidak. Artinya, SKAD juga dapat digunakan pada bentuk kerjasama antar Daerah yang tidak memiliki keterkaitan geografis. Namun seperti yang telah dikemukakan diawal, bahwa pembahasan KAD di buku ini lebih menggarisbawahi contoh-contoh dalam konteks regionalisasi. Metode SKAD telah dipergunakan di berbagai wilayah yang melakukan KAD, seperti di wilayah SUBOSUKAWONOSRATEN (Surakarta, Boyolali, Sukoharjo, Karanganyar, Wonogiri, Sragen dan Klaten), SAMPAN (Sapta Mitra Pantura yang terdiri dari Kota dan Kabupaten Pekalongan dan Tegal, Kabupaten Batang, Pemalang dan Brebes), KEDU plus Banjarnegara (Kota dan Kabupaten Magelang, Kabupaten Temanggung, Purworejo dan Wonosobo ditambah Banjarnegara) dan PATI (Kabupaten Kudus, Jepara, Pati, Rembang dan Grobogan) di Jawa Tengah, dan masih banyak wilayah serta daerah lainnya.


26

Modul Perencanaan Kerjasama Daerah

3. POKOK BAHASAN II: SKENARIO KERJASAMA ANTAR DAERAH (SKAD)


28

Modul Perencanaan Kerjasama Daerah

3. Pokok Bahasan II: Skenario Kerjasama Antar Daerah (SKAD)

29

Definisi SKAD Tujuan Setelah pembelajaran ini peserta diharapkan dapat: 1. Mampu memahami definisi SKAD 2. Mengetahui dan Memahami sudut pandang antara perencanaan, strategi dan skenario 3. Mengetahui tentang pendekatan skenario 4. Mengetahui tentang SKAD sebagai instrumen 5. Mengetahui tentang fungsi SKAD 6. Mengetahui tentang tahapan SKAD 7. Mengetahui tentang catatan penting dalam pelaksanaan SKAD 8. Mengetahui tentang agenda acara lokakarya SKAD Waktu 1 Jam Pertemuan (60 menit) Metode 1. Pemaparan 2. Diskusi 3. Tanya jawab Alat Bantu 1. Kertas, spidol, laptop, dan infocus 2. Papan Tulis, Lakban Kertas Adapun materi terkait indikator konsep dasar KAD, pelatih menjelaskan antara lain: 1. Sudut pandang antara perencanaan, strategi dan skenario 2. Pendekatan skenario 3. Definisi, fungsi, tahapan, catatan penting pelaksanaan, agenda acara dan SKAD sebagai instrumen

SKAD adalah sebuah metode sekaligus alat untuk mengidentifikasi kebutuhan kegiatan KAD yang layak dan mendesak untuk dilakukan. Sekaligus memberikan gambaran tentang visi bersama yang dilakukan melalui proses partisipatif yang sistematis di antara para aktor dan stakeholder terkait. Gambaran visi bersama ini disertai dengan aspek penting lainnya, seperti misi, fokus kegiatan, aktor, kelembagaan, dan berbagai informasi lain sesuai kebutuhan dalam konteks KAD. Melalui pemanfaatan SKAD, maka penentuan kegiatan kerjasama akan lebih fokus dan memperjelas maksud, tujuan, peran dan fungsi masingmasing aktor yang terlibat dalam KAD. Untuk memperoleh pemahaman tentang SKAD, maka perlu dibahas terlebih dulu beberapa pengertian terkait penggunaan istilah Perencanaan, Strategi dan Skenario. Dalam Perencanaan pembangunan Daerah dikenal beberapa produk, a.l. seperti Rencana Pembangunan Jangka Menengah/Panjang (RPJM/P) dan Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD). Ciri khas pelaksanaan perencanaan pembangunan seperti ini adalah sifatnya yang uni-linier (satu arah), yaitu dari waktu 0 (nol) hingga satu atau lima tahun ke depan. Sesungguhnya sebuah rencana dapat dikatakan realistis untuk dapat diaplikasikan, bila mencakup jangka waktu yang relatif singkat. Bila perencanaan diperuntukan dalam jangka waktu 10 tahun ke atas (bahkan hingga 20 tahun), maka peluang aplikasi pada aspek-aspek yang direncanakan semakin berkurang dari waktu ke waktu. Hal ini sangat logis, karena pembangunan bersifat dinamis dan selalu berubah, sehingga peluang perubahan dan penyesuaian perencanaan dari waktu ke waktu akan semakin besar. Rencana Strategis atau yang sering dikenal dengan Renstra dapat dipahami sebagai konsep yang berisi berbagai strategi untuk mencapai suatu tujuan pembangunan di wilayah tertentu. Karena sifatnya strategis, maka konsep yang dimaksud memberikan arahan-arahan pembangunan tertentu. Dipandang dari aspek jangka waktu, maka arahanarahan strategis dapat secara realistis diaplikasikan dalam kurun waktu sekitar 5 hingga maksimal 10 tahun. Sama halnya dengan produk perencanaan yang bersifat uni-linier, maka semakin lama jangka waktu perencanaan akan semakin besar pula kebutuhan untuk penyesuaiannya dari waktu ke waktu.

Sudut Pandang Antara Perencanaan, Strategi dan Skenario STRATEGI PEMB. REGIONAL

VISI REGIONAL

Perencanaan

Tahun

SKENARIO (Tinjauan Masa Depan) 5

20

Sumber: Christian Schoen dalam ‘foresight workshop’ Solo, 9 Agustus 2007 disempurnakan oleh Benjamin Abdurahman

Gambar 2. Sudut Pandang Perencanaan, Strategi dan Skenario


30

Modul Perencanaan Kerjasama Daerah

Pada awalnya pendekatan Skenario banyak digunakan di kalangan militer untuk memperoleh gambaran tentang situasi dan kondisi di wilayah tertentu dalam jangka waktu panjang. Para perencana pembangunan, khususnya di negara-negara yang termasuk anggota Uni Eropa mulai mengembangkannya pada dua dekade terakhir. Seiring dengan berbagai aliansi pembangunan Daerah yang mulai menjadi pilihan strategis pembangunan, berkembang pula metode skenario sebagai salah satu instrumen penting perencanaan KAD dan bahkan kerjasama antar negara.

Pendekatan Skenario

Pada pendekatan skenario gambaran kondisi dan situasi kerjasama/wilayah biasanya meliputi gambaran masa depan untuk kurun waktu 10 sampai 20 tahun mendatang atau lebih. Artinya, gambaran wilayah KAD dimulai dari 10 atau 20 tahun di depan dan melihat mundur ke tahun 0 (nol) atau saat ini. Misalnya, ditetapkan sebuah visi regional untuk wilayah Jabodetabekpunjur untuk tahun 2030. Maka milestones visioner (situasi pembangunan wilayah) digambarkan sejak 2030-2025-2020-2015-2010 secara mundur (contoh ini misalnya secara periodik 5 tahunan). Melalui gambaran setiap visi pada tahun tertentu dapat digali berbagai informasi terkait kegiatan apa saja yang dibutuhkan (key project) untuk mencapai visi yang diharapkan, siapa aktor yang berperan, bagaimana caranya mencapai visi tersebut, apa dampak terhadap pembangunan intra-regional/nasional dan sebagainya. Pelaksanaan SKAD hanya dilakukan melalui sebuah workshop yang melibatkan aktor kunci dari wilayah kerjasama. Komunikasi yang dibangun dalam kegiatan ini adalah mengedepankan partisipasi aktif dari para peserta. Agar komunikasi berjalan efektif dan terstruktur, maka digunakan METAPLAN sebagai alat strukturisasi bahan diskusi. INFO BOX I

Apakah itu METAPLAN? Metaplan adalah sebuah cara komunikasi yang dikembangkan oleh....

SKAD Sebagai Instrumen SKAD adalah sebuah alat perencanaan KAD yang memiliki beberapa ciri khas, yaitu: 1. Action Oriented; SKAD memang melibatkan aspek penelitian, namun hasil utama yang diperoleh dari metode ini bukan sekedar laporan kajian potensi kegiatan KAD yang dapat dikerjasamakan, melainkan landasan praktis untuk merealisasikan peluang kerjasama secara efektif di masa mendatang. 2. Efisien; Pelaksanaan metode ini relatif sederhana dan tidak membutuhkan biaya tinggi, seperti layaknya kajian penilitian komprehensif lainnya. Persiapan, pelaksanaan dan pelaporan yang terstruktur mengefisienkan pemanfaatan SKAD.

3. Pokok Bahasan II: Skenario Kerjasama Antar Daerah (SKAD)

31

3. Cepat; Dalam waktu relatif singkat (setelah memiliki baseline wilayah atau partisipasi para pelaku yang kompeten), metode ini dapat dilaksanakan dalam sebuah lokakarya 1 hari yang dapat melibatkan 50-60 peserta. 4. Partisipatif; Seluruh komponen dan aktor Daerah yang terwakili dan kompeten akan aktif berpartisipasi dalam menemukenali key project yang dibutuhkan dalam konteks KAD. 5. Meningkatkan Kapasitas; Para peserta dan aktor yang terlibat pada proses identifikasi, sekaligus akan dapat lebih memahami tentang masing-masing posisinya, khususnya terkait peran dan fungsi sesuai porsi keterlibatannya. 6. Membangun Komunikasi; Melalui partisipasi para aktor dalam pelaksanaan SKAD akan terjalin dialog yang komunikatif. Hal ini akan membangun kepercayaan dan kondisi saling memahami terhadap permasalahan Daerah yang dihadapi. Komunikasi yang tepat merupakan modal perolehan kesepakatan melalui konsensus.

Fungsi SKAD

Selain keenam manfaat umum yang telah diuraikan sesuai karakter khas yang melekat pada SKAD, secara khusus metode ini memiliki fungsi sebagai berikut. 1. Identifikasi Faktor Kunci Sukses dan Sektor Isu-isu pembangunan yang menjadi perhatian masing-masing Daerah terkait KAD sangat berpotensi menjadi faktor perekat utama kerjasama. Faktor perekat ini tidak lepas dari aspek kepentingan dan sekaligus kebutuhan. Daerah sebagai prasyarat keberhasilan dalam meraih visi pembangunannya. Dengan demikian menyamakan persepsi pembangunan antar Daerah yang bertetangga dalam konteks kewilayah menjadi mutlak dilakukan. Menemukenali faktor apa saja yang mempengaruhi keberhasilan kerjasama menjadi suatu kebutuhan mendasar KAD. Proses ini berlanjut pada identifikasi sektor dan bukan sekedar mengumpulkan keinginan/ harapan pelaksanaan kegiatan sektoral dari masing-masing Daerah terkait, namun membangun konsensus berdasarkan kebutuhan riil secara kewilayahan yang saling menguntungkan. Dari isu-isu yang menjadi perhatian Daerah terkait tentu keluar berbagai kegiatan spesifik. Dengan demikian KAD memiliki fokus kegiatan yang relatif rinci sebagai landasan kerjasama. 2. Mendefinisikan Strategi (Awal) Regional Hasil SKAD berupa visi, misi, fokus serta milestones kegiatan berikut aspek-aspek penting terkait KAD lainnya akan dimanfaatkan sebagai bahan strategi regional. Sejak awal arah kegiatan dapat terdefinisi dan menjadi materi pengembangan strategis dan landasan program. 3. Membangun Komunikasi Melalui SKAD akan dibangun pola komunikasi partisipatif lintas sektor dan aktor yang dapat menampung berbagai isu penting dan potensial untuk dikerjasamakan. Transparansi dalam identifikasi key project yang layak dan perlu untuk dikerjasamakan akan membangun keyakinan para aktor untuk mencapai sebuah konsensus.


32

Modul Perencanaan Kerjasama Daerah

3. Pokok Bahasan II: Skenario Kerjasama Antar Daerah (SKAD)

4. Membangun Kesadaran dan Kepedulian Bersama Saling memahami masing-masing kepentingan dan kebutuhan Daerah akan memperjelas posisi Daerah melalui dialog yang terbuka dan sistematis. Hal ini akan membangun dan memperkuat faktor kebersamaan para aktor. Melihat berbagai permasalahan Daerah dan berbagai kemungkinan yang dapat terjadi dari berbagai sudut pandang merupakan salah satu komponen komunikasi yang penting dalam SKAD. 5. Pelaksanaan SKAD SKAD memiliki tahapan pelaksanaan yang terstruktur dan membutuhkan persiapan yang baik. Secara singkat mekanisme SKAD dapat dilihat seperti dalam gambar berikut:

Memilih Matrix Skenario

TEMA UTAMA: Misalnya: Peningkatan Pelayanan Publik

Memberi Nama pada Skenario-skenario

Menentukan Batasan

Penggambaran Skenario

Apa Faktor-faktor Kuncinya?

Mempresentasikan Skenario

Faktor-faktor Apa Saja yang Paling Penting dan Bermasalah?

Mempertimbangkan dan Mendiskusikan dampak-dampaknya

Gambar 3. Tahapan SKAD

33

Tahapan SKAD

Langkah apa saja yang harus dilakukan untuk melaksanakan SKAD dapat dipahami seperti penjelasan berikut ini. A. Persiapan Seperti yang telah disampaikan dalam Bab 1. Pendahuluan, bahwa SKAD dilakukan oleh fasilitator melalui sebuah lokakarya. Fungsi utama fasilitator adalah membantu kelancaran proses komunikasi antar aktor dan stakeholder wilayah untuk mengidentifikasikan key project dalam mencapai visi regional berikut aspek lain yang penting untuk dibahas sesuai kebutuhan KAD. Dalam fase persiapan lokakarya pelaksanaan SKAD perlu diperhatikan beberapa prinsip dasar, seperti layaknya persiapan pelaksanaan konsultasi publik yang baik. Identifikasi aktor dan stakeholder yang tepat untuk dilibatkan merupakan pekerjaan yang mutlak dilakukan. Sejak awal perlu ditanamkan pengertian, bahwa aktor Daerah (Pemda sebagai pengambil kebijakan) tidak memiliki informasi yang paripurna. Oleh karena itu, dibutuhkan masukan dan saran dari para stakeholder wilayah agar segala informasi dari segala sudut pandang dapat diserap dan menjadi bahan pertimbangan para penentu kebijakan (pemerintahan Daerah). Beberapa pertanyaan panduan terkait pemilihan aktor dan stakeholder adalah sebagai berikut: (a) Siapa aktor utama yang terlibat?; (b) Siapa yang mendapat manfaat atau kerugian?; (c) Siapa saja pihak yang terkait? (misalnya, Lembaga Provinsi, Nasional, LSM, Perguruan Tinggi, Konsultan). Kewaspadaan perlu dijaga bila terkait aspek keterwakilan dan kompetensi dalam memilih peserta. Hendaknya aspek kompetensi lebih menjadi bagian yang diutamakan dibandingkan dengan aspek keterwakilan dari para stakeholder. Perlu pula memprioritaskan untuk mengundang stakeholder primer dibanding yang sekunder. Yang dimaksud dengan stakeholder primer adalah pihak-pihak yang memiliki relevansi langsung terhadap isu yang sedang dibahas, sedangkan sekunder adalah pihak-pihak yang tidak memiliki relevansi langsung. Contohnya, bila membahas isu pertanahan, maka salah satu stakeholder primer adalah para perusahaan pengembang yang terhimpun dalam asosiasi REI. Namun apabila asosiasi tersebut tidak ditemukan di Daerah, maka dapat diundang asosiasi lain, seperti KADIN yang merupakan wadah dari berbagai asosiasi pengusaha di samping para pelaku utama yang dimaksud (para pengembang yang ada sebagai stakeholder primer). Persiapan materi berupa baseline atau data sektor-sektor yang akan dibahas sebaiknya dibagikan (satu minggu atau setidaknya empat hari sebelum lokakarya) kepada para calon peserta terkait, agar memiliki waktu yang cukup untuk mempelajari dan mempersiapkan diri dengan berbagai masukan berharga dari berbagai perspektif dan pertimbangan. Dengan waktu persiapan yang cukup diharapkan para pihak dapat memberikan konfirmasi dan memperkaya informasi yang ada. Namun, SKAD juga membuka peluang untuk memulai identifikasi tanpa persiapan data-data sektor yang akan dibahas. Artinya, isu-isu yang dianggap penting dapat dikemukakan langsung pada saat lokakarya SKAD dimulai. Oleh karena itu, kapabilitas dan kompetensi para peserta lokakarya menjadi salah satu syarat mutlak untuk memperoleh kualitas pelaksanaan SKAD yang baik.


34

Modul Perencanaan Kerjasama Daerah

Perlengkapan presentasi perlu dipersiapkan sesuai kebutuhan pelaksanaan SKAD, di antaranya menyangkut kelengkapan metaplan, seperti yang dapat dilihat pada Bab 6 tentang Perlengkapan. Sebelum SKAD dilakukan, hendaknya temuan-temuan inisiasi awal berupa isu-isu yang potensial untuk dikerjasamakan terlebih dahulu dikategorikan secara sektoral. Sektor dan isu-isu penting ini ditulis pada potongan kartu ukuran A6 dan ditempelkan pada metaplan secara sistematis. Pada saat lokakarya SKAD temuan awal ini disampaikan untuk kemudian disempurnakan bersama. Pemanfaatan LCD dan laptop tidak mutlak diperlukan, namun dapat mendukung kegiatan ini. Pertemuan dan diskusi dengan para aktor, beberapa stakeholder kunci dan para ahli dapat membantu persiapan materi dan proses SKAD yang berkualitas. Pembentukan kepanitiaan ad hoc yang menyelenggarakan lokakarya SKAD dibutuhkan untuk kelancaran kegiatan. Panitia harus proaktif mencari para peserta yang relevan untuk mengikuti lokakarya sehingga masukan yang akan diperoleh bermanfaat. Panitia perlu merancang agenda komunikasi yang kondusif (membangun saling percaya) agar diperoleh partisipasi aktif dari para peserta. Panitia terbagi menjadi dua bagian yang dapat dilakukan rangkap, yaitu penyelenggara terdiri dari ketua (dapat merangkap sebagai fasilitator), wakil ketua (dapat merangkap sebagai moderator/asisten fasilitator), sekretaris (merangkap notulen), bendahara (merangkap dokumentasi) dan pembantu umum sesuai kebutuhan. Pelaporan dan publikasi dari hasil pelaksanaan SKAD sesuai kesepakatan para aktor utama menjadi salah satu praktik transparansi perencanaan yang tidak terpisahkan. Dokumentasi yang baik akan mencerminkan validitas hasil pelaporan SKAD. Rangkaian persiapan lokakarya SKAD yang baik akan mampu membangun tingkat penerimaan hasil-hasil yang diperoleh oleh para pihak terkait dan dengan demikian meningkatkan kredibilitas. B. Menentukan Tema Utama Yang dimaksud dengan tema utama adalah tema makro yang dapat menjadi payung dari berbagai kegiatan kerjasama akan dibahas, seperti KAD dengan tema Peningkatan Pelayanan Publik, Pembangunan Ekonomi Wilayah dan sebagainya. Tema Utama biasanya diambil dari hasil kesepakatan berdasarkan rekomendasi kajian baseline dan pertimbangan kebijakan strategis lain. Tema utama juga sudah dapat secara eksplisit mengarah pada kerjasama sektoral, seperti Pariwisata, Kehutanan, Pertambangan, Kelautan dan lain sebagainya. Penentuan tema utama perlu disepakati sebelum lokakarya SKAD dilaksanakan. INFO BOX I

Apakah itu METAPLAN? Metaplan adalah sebuah cara komunikasi yang dikembangkan oleh....

3. Pokok Bahasan II: Skenario Kerjasama Antar Daerah (SKAD)

35

Bersama dengan tema utama disusun pula isu-isu terkait kepentingan dan kebutuhan Daerah yang telah dikumpulkan pada proses inisiasi dan terkompilasi dalam baseline wilayah. Isu-isu tersebut telah terkategorisasi dalam berbagai sektor secara sistematis untuk memudahkan pembahasan dalam lokakarya SKAD. Berbagai informasi terkait potensi kerjasama ini perlu dikomunikasikan kepada seluruh peserta untuk disempurnakan pada lokakarya SKAD. Pada pengantar lokakarya SKAD perlu diklarifikasikan kepada seluruh perserta, bahwa kegiatan ini bukanlah suatu proses pengambilan keputusan/ kebijakan. Melainkan sebagai bahan untuk pertimbangan dalam pengambilan keputusan oleh pemerintah Daerah terkait. Penjelasan ini penting dilakukan dalam rangka meyakinkan para peserta untuk secara ‘lepas’ dan tidak ragu untuk memberikan input pemikirannya yang terbaik. Klarifikasi ini juga bertujuan memperjelas posisi peserta sebagai ‘pemberi masukan’ dan bukan sebagai pihak ‘penentu kebijakan’. Hasil SKAD merupakan bahan bagi para pengambil keputusan untuk menentukan kebijakan dalam konteks KAD. C. Menentukan Ruang Lingkup/Batasan Batasan jangka waktu periode pembangunan yang akan dibahas perlu disepakati bersama. Bila ingin melihat perpektif pembangunan untuk 20 tahun ke depan, maka disepakati pula milestones periodik yang akan diangkat (misalnya tiap tahun, dua tahun, lima tahun, dstnya). TOOL BOX 2

Menentukan Ruang Lingkup pada aspek Ruang dan Waktu penetapan kegiatan perlu disepakati sejak awal, sebagai batasan pembahasan. Dalam konteks Waktu, misalnya disepakati untuk memperoleh Visi hingga tahun 2030 dengan milestones secara periodik 5 tahunan; dimulai dari 2010, 2015, 2020, 2025,2030 Lingkup Ruang biasanya dibatasi oleh batas administratif Daerah terkait KAD yang disepakati sebagai wilayah kerjasama. Metaplan adalah sebuah cara komunikasi yang dikembangkan oleh....

Sejak awal juga perlu disepakati batasan ruang/wilayah yang akan dibahas. Batasan ruang wilayah biasanya dibatasi dengan cakupan wilayah kerjasama. Seluruh definisi dan pengertian dasar (terminologi) beberapa istilah yang akan sering digunakan, hendaknya dikomunikasikan dengan baik agar tidak menimbulkan salah persepsi. D. Menentukan Faktor-Faktor Kunci/Penting (FP) Setelah tema utama dan batasan pembahasan telah disepakati, maka perlu menginventarisasi seluruh Faktor-Faktor Kunci, yaitu isu-isu yang ‘dianggap’ penting oleh Daerah terkait untuk mencapai keberhasilan pembangunan Daerah melalui KAD dalam konteks tema utama yang disepakati.


36

Modul Perencanaan Kerjasama Daerah

3. Pokok Bahasan II: Skenario Kerjasama Antar Daerah (SKAD)

37

Sebagian besar faktor normatif yang dikemukakan biasanya merupakan konsekuensi logis dari pelaksanaan KAD yang efektif. Untuk mencapai KAD yang efektif, maka perlu identifikasi isu-isu yang membawa manfaat bila dikerjasamakan dan sekaligus menjadi faktor perekat KAD. Setelah mengarahkan para peserta untuk memberikan masukan yang bersifat faktor atau isu -isu spesifik, maka diarahkan memperdalam pembahasan pada contoh kegiatan yang bersifat sektoral (lihat contoh metaplan).

Isu yang nantinya akan teridentifikasi sekaligus menjadi Faktor Penting yang layak dibahas lebih lanjut. Fasilitator segera membagikan potongan kartu metaplan untuk diisi input oleh para peserta lokakarya SKAD. Kumpulkan input terkait isu-isu yang menjadi perhatian Daerah dalam rangka mencapai sukses pada tema utama. TOOL BOX 3

Seluruh input terkait faktor-faktor kunci ini ditulis dalam potongan karton A6 dan ditempelkan pada metaplan yang telah disiapkan. Formulasi faktor kunci hendaknya diformulasikan secara sederhana, singkat dan jelas. Perlu disampaikan kepada para peserta cara menggunakan score card dalam menyampaikan masukan/gagasan (input). Para peserta hendaknya menyampaikan masukan dengan menuliskannya pada score card yang sebelumnya telah dibagikan. Caranya adalah, setiap masukan (berupa isu) dibatasi hanya menggunakan kalimat pendek (max. 6 kata) dan ditulis dengan huruf cetak agar memudahkan para peserta lain membacanya. Seluruh isu yang terkumpul perlu dikelompokan dalam sektor yang relevan. Misalnya perlu dibangun terminal bus, jembatan, jalan penghubung baru dan sebagainya, maka isu-isu seperti ini masuk dalam kategori sektor infrastruktur. Setelah seluruh isu atau faktor kunci/ penting ini terinventarisisasi dan ditampilkan, maka perlu dikomunikasikan kembali kepada para peserta untuk kemudian disempurnakan. Hasil penyempurnaan dari peserta SKAD ini disebut sebagai Faktor-Faktor Kunci Penting (FP). Inventarisasi FP ini dipaparkan melalui pendekatan Metaplan, seperti contoh berikut:

Sektor B

Isu yang disampaikan sekaligus diharapkan menggambarkan faktor kunci sukses pembangunan kesejahteraan masyarakat. Biasanya akan muncul berbagai faktor atau isu yang disampaikan oleh para peserta SKAD dari yang bersifat normatif sampai yang bersifat kegiatan nyata/substantif seperti contoh berikut: Tabel 1. Perbedaan Sifat Normatif dan Substantif NORMATIF

CONTOH TEMA UTAMA: Peningkatan Pelayanan Publik di Region XX (misalnya terdiri dari Kabupaten A, B, C dan Kota D)

SEKTOR A

SEKTOR B

SEKTOR C

SEKTOR D

ISU

ISU

ISU

ISU

ISU

ISU

ISU

ISU

SUBSTANTIF

Perlu kesadaran masing-masing Daerah

Perlu sinkronisasi Tata Ruang

Perlu kapasitas Daerah yang mendukung

Perlu promosi pariwisata bersama

Perlu menghilangkan ego Daerah... dan seterusnya

Perlu harmonisasi regulasi, dan seterusnya

Tugas utama fasilitator dalam hal ini adalah menyaring antara faktor-faktor yang normatif dan spesifik-substansif. Pergunakan dan arahkan faktor-faktor yang spesifik substantif untuk menjadi fokus pembahasan. Sampaikan kepada peserta untuk tidak perlu terlalu fokus pada faktor-faktor normatif (walaupun tetap perlu untuk dibuatkan sebagai catatan).

Gambar 4 Contoh Metaplan

Pertanyaan yang diajukan: Faktor apa saja yang Menjadi Kebutuhan Paling Utama wilayah ini? Faktor ini bermuara pada identifikasi kegiatan sektoral tertentu!


38

Modul Perencanaan Kerjasama Daerah

Hasil dari langkah ke-tiga ini adalah penyempurnaan data baseline terkait isu-isu yang penting untuk dibahas bersama atau kumpulan Faktor Kunci/Penting bagi Daerah terkait. E. Menentukan Faktor-Faktor Kunci yang Layak (FL) Dari susunan Faktor-Faktor Kunci penting (FP) yang telah terinventarisasi, maka perlu dibahas faktor-faktor kunci mana saja yang dianggap penting dan layak untuk dikerjasamakan. Dengan demikian sasarannya adalah bukan sekedar mengidentifikasikan Faktor-Faktor Kunci yang dianggap penting oleh Daerah, namun juga layak untuk dikerjasamakan dalam konteks kewilayahan.

3. Pokok Bahasan II: Skenario Kerjasama Antar Daerah (SKAD)

39

TOOL BOX 6

Periksa hasil FL yang sekaligus memiliki bobot FM terbanyak, maka akan diperoleh Faktor-Faktor yang di satu sisi Layak (FL) dan di sisi lain juga penuh dengan permasalahan (FM), selanjutnya disebut FLM. Faktor-Faktor hasil perhitungan tahap ini disebut Faktor Perekat KAD, karena sangat dibutuhkan untuk dikerjasamakan berlandaskan kepentingan dan kebutuhan bersama. Untuk membuat quadran skenario dibutuhkan dua FLM sebagai variable yang selanjutnya diletakkan pada sumbu X dan Y.

Prinsip dasar dari identifikasi faktor yang layak adalah menemukenali faktor yang diyakini sangat mempengaruhi keberhasilan KAD. Pembobotan dilakukan melalui formula paretto, yaitu jumlah faktor kunci yang penting atau FP X 20% = jumlah suara atau pilihan dari masing-masing peserta yang dapat digunakan dalam proses memilih. Sesuai dengan contoh di atas, berarti perhitungan dapat digambarkan sebagai berikut:

Dalam proses pemilihan FLM, hasil FP yang ditandai dengan ‘bermasalah’ namun tidak termasuk FL untuk sementara tidak perlu dibahas lebih lanjut. Untuk apa kita membahas isu yang penuh dengan masalah, namun tidak begitu penting dan tidak memiliki bobot perhatian untuk dikerjasamakan? Oleh karena itu, tinggalkan saja temuan ini dalam kaitan kerja sama. Di lain pihak informasi ini sangat penting untuk ditindaklanjuti dalam mekanisme perencanaan struktural, karena temuan ini akan lebih efektif dicarikan solusinya melalui perencanaan formal-birokratis sesuai perundangan dan peraturan yang berlaku.

8 FP X 20% = 2 Pilihan/suara dari masing-masing peserta untuk menentukan Faktor Kunci yang Layak (FL).

Demikian pula untuk FL yang terpilih, namun tidak memiliki bobot permasalahan yang tinggi dapat sementara ditinggalkan sebagai bahan kerja sama. Alasannya adalah untuk apa KAD diselenggarakan, apabila Faktor yang layak tersebut tidak memiliki bobot permasalahan yang tinggi, sehingga kurang mendapat perhatian dari Daerah terkait? Artinya, faktor-faktor yang penting ini dipandang akan dapat berjalan dengan baik (tanpa kendala yang berarti) oleh masing-masing Daerah dan tidak terdapat kebutuhan kerjasama yang mendesak.

Bila pilihan hanya sedikit (seperti contoh di atas hanya 2), maka pilihan dapat ditambahkan sesuai kesepakatan. Namun jumlah pilihan hendaknya tidak melebihi 30% dari jumlah keseluruhan FP yang ditawarkan. Marker untuk menandakan pilihan FL dapat menggunakan spidol warna biru atau marker tempel berwarna biru. Masing-masing peserta membubuhkan sesuai dengan pendapatnya ke beberapa pilihan pada FP yang ditawarkan di Metaplan yang tersedia. Metode penyaringan FP di atas menghasilkan Faktor-Faktor Kunci yang Layak untuk dikerjasamakan (FL).

Konsentrasi pilihan harus tertuju pada FL yang juga sekaligus Bermasalah (FM) atau yang selanjutnya disebut FLM. Hal ini dapat ditemukenali secara optis melalui pengelompokkan marker warna biru dan merah pada FP tertentu. Perlu diperhatikan pula Daerah mana saja yang memiliki FLM yang sama. Hal inilah yang disebut faktor perekat KAD yang dapat menjadi fokus kegiatan bersama ke depan. Dengan berakhirnya langkah ke-enam ini, maka diperoleh Faktor perekat KAD yang dapat menjadi bahan pertimbangan proses skenario lebih lanjut.

F. Menentukan Fl yang Paling Bermasalah (FLM) Setelah FM diidentifikasi, maka kini saatnya melihat FL yang sekaligus terpilih sebagai FM dengan pilihan terbanyak (ditandai dengan marker biru dan merah terbanyak pada satu FP). Dengan demikian dapat teridentifikasi Faktor-Faktor Kunci yang layak dan sekaligus perlu untuk dikerjasamakan (FLM).

G. Memilih Matrix Skenario Bentuk matrix skenario tergantung pada hasil FLM yang diperoleh. Bila teridentifikasi hanya satu FLM, maka dapat digunakan tabel sederhana. Untuk dua atau lebih pilihan FLM digunakan sumbu XY untuk dua atau tiga dimensional melalui sumbu XYZ. Namun untuk memudahkan pembahasan, maka sebaiknya digunakan maksimal sumbu XY (dua dimensional). Contoh Table bila hanya satu pilihan FLM yang teridentifikasi, yaitu misalnya isu Sampah:


Modul Perencanaan Kerjasama Daerah

3. Pokok Bahasan II: Skenario Kerjasama Antar Daerah (SKAD)

Visi 2020: Wilayah KAD sebagai wilayah Bebas Masalah Sampah 2015: Bahan baku sampah sulit ditemui di wilayah XX, Pengelola Sampah Terpadu bekerjasama dengan Provinsi untuk pasokan bahan baku. Visi Regional 2020 milestones 2015 2010

2012: Seluruh Wilayah XX terintegrasi dengan Sampah Terpadu kota X, Sampah Terpadu Contoh Nasional, Pengembangan Sampah Terpadu Meningkatkan Keuntungan 100% dari 2010. 2010: Pengelola Sampah Terpadu Raih ISO, Sampah Terpadu Jadi lokasi Percontohan untuk Daerah lain di wilayah XX, Terbentuk Forum Gerakan Cinta Lestari Peduli Lingkungan.

Sektor

Lingkungan Hidup dan Pekerjaan Umum

Isu

Sampah

Aktor

Pemda: Kota A, Kabupaten B, Kabupaten C di Provinsi W Legislatif: Daerah terkait. Dinas Daerah terkait, LH, dan PU; Provinsi: Bappeda, Dinas PU ; Departemen Nasional: PU Stakeholder: LSM Lokal Advisor: ... Provinsi: fasilitasi dan pendampingan teknis kelembagaan, pendampingan kelembagaan, insentif, bantuan operasional dstnya.

Peran Nasional: Koordinasi instansi terkait tingkat nasional, program insentif khusus, perbaikan kebijakan lingkungan, khususnya UU No. ....PP No. ..., dan seterusnya.

Atau contoh lain, bila teridentifikasi dua isu utama yang dikategorikan per sektor (contoh berikut: sektor Kesehatan dan Pendidikan), maka dibuatkan 4 quadran seperti gambar berikut:

Berkualitas Rendah

BERSIH LESTARI

Kondisi ++

Visi 10 thn mendatang

Kondisi Kesehatan

Tingkat Pemerataan dan Berkualitas Rendah Gambar 5. Skenario

Pada identifikasi Faktor Kunci Perekat (FLM) yang lebih dari dua dapat pula dibuatkan gambaran quadran secara tiga dimensional (sumbu XYZ), namun sebaiknya hal ini dihindari karena akan menjadikan pembahasan semakin kompleks. Untuk identifikasi di atas atau sama dengan empat FLM dapat dibuatkan dua quadran yang terpisah, namun dalam pemberian visi selalu dikaitkan satu sama lainnya. Bila waktu lokakarya terbatas, maka dapat dipilih skenario terbaik, yaitu dengan menggunakan quadran kanan atas seperti gambar di bawah ini. Situasi Optimum

2020

2015

Situasi Optimum

Faktor Kunci Perekat I

TEMA

41

Tingkat Pemerataan dan Berkualitas Tinggi

Tabel 2 Contoh Matriks Skenario

Kondisi Pendidikan

40

2010

2008

Faktor Kunci Perekat 2 Gambar 6. Faktor Kunci Perekat


42

Modul Perencanaan Kerjasama Daerah

TOOL BOX 7

Untuk membuat quadran, maka letakkan Faktor Perekat KAD yang teridentifikasi (FLM) pada masing-masing sumbu XY. Cantumkan periode tahun yang akan diberikan milestone untuk pembahasan lebih lanjut.

H. Menggambarkan dan Memberi Nama Skenario Untuk menggambarkan skenario perlu disepakati visi bersama sesuai jangka waktu yang disepakati. Sebagai contoh, visi puncak KAD misalnya: Wilayah XX Sehat- Cerdas Lestari tahun 2020. Slogan visi puncak ini digunakan untuk memudahkan ingatan dan menggugah imajinasi peserta dalam mengembangkan skenario, khususnya saat memberikan milestones periodiknya. Saat proses pengumpulan input terkait visi 2020, tentu terdapat berbagai masukan yang belum tentu sejalan dan cocok untuk segera dijadikan slogan bersama. Yang terpenting adalah mengumpulkan berbagai kata kunci (normatif) yang dapat menjadi pokok slogan, seperti kata-kata sifat: Lestari, Jaya, Aman, Sentosa, Meraja, Gemilang, dsbnya. Bila tidak mendapat input slogan visi yang cocok dan dapat langsung disepakati, maka perlu diambil beberapa kata kunci yang telah diberikan oleh para peserta. Gabungan kata-kata kunci ini merupakan ‘kompromi sementara’ agar dapat melanjutkan ketahapan yang lebih penting, yaitu menggambarkan milestones.

3. Pokok Bahasan II: Skenario Kerjasama Antar Daerah (SKAD)

43

diskusi kelompok. Pembahasan keempat skenario ini sangat baik untuk memperoleh berbagai skenario yang dapat terjadi (termasuk yang buruk dan terburuk), sehingga para peserta dapat mengidentifikasi hal-hal apa saja yang perlu dihindari dan bagaimana untuk menghindarinya. Namun bila waktu terbatas, maka fokus pembahasan skenario dapat ditujukan pada quadran Kanan atas atau yang terbaik. Skenario inilah yang (secara logika) pada akhirnya akan dipilih. Visi puncak wilayah yang perlu digambarkan adalah membayangkan keadaan atau situasi wilayah pada 10 atau 20 tahun mendatang sesuai dengan quadran yang ditentukan. Kalimat yang dipilih hendaknya singkat, jelas dan mengena. Seperti Contoh wilayah XX di atas atau contoh lainnya, seperti Region X Surga Wisata Laut Asia, Region XY. Setelah menampung seluruh masukan dari para peserta melalui karton A6 yang dibagikan (prinsip: satu kartu untuk satu ide), maka dicarikan konsensus untuk menentukan nama skenario. Bila tidak mudah mencapai kesepakatan, maka moderator dapat mencatat katakata kunci yang penting untuk diakomodasikan sebagai nama skenario. I. Menggambarkan Milestone Nama skenario pada setiap quadran yang sekaligus menggambarkan visi regional untuk 10, 20 atau 30 tahun mendatang akan memudahkan pembuatan milestone secara periodik. Jarak milestone dapat ditentukan pertahun, dua tahun, dan seterusnya hingga lima tahunan. Penggambaran milestone dapat diperoleh dengan membayangkan apa judul tajuk berita (headline) sebuah surat kabar (lokal dan nasional) yang akan dimuat di tahun yang dibayangkan/dimaksud. TOOL BOX 9

TOOL BOX 8

Diskusikan visi puncak yang diharapkan untuk bersama-sama diraih melalui KAD. Sepakati sebuah slogan bersama untuk wilayah KAD. Bila sulit mencapai kesepakatan, maka kumpulkan kata-kata kunci yang ditawarkan dan gabungkan. Letakkan hasil diskusi di setiap quadran yang dimaksud. Slogan ini bersifat sementara untuk membantu memperoleh komponen yang lebih penting yaitu menemukan dan menyepakati milestones kegiatan KAD.

Pada gambaran skenario yang lengkap perlu digambarkan pada masing-masing quadran sesuai dengan bentuk skenario yang diperkirakan akan terjadi. Pada quadran Kanan atas akan merefleksikan skenario terbaik (++), Kiri atas akan merefleksikan skenario -+, Kanan bawah merefleksikan skenario +-, dan Kiri bawah merefleksikan -- atau terburuk. Bila seluruh skenario pada keempat quadran akan dibahas, maka perlu dibagi 4 kelompok kerja. Masing-masing akan membahas skenario sesuai dengan quadran terkait secara mandiri. Setiap quadran memiliki nama/slogan tersendiri yang spesifik sebagai hasil

Milestones merupakan gambaran indikator kegiatan sebagai tolok ukur tahapan dalam mencapai visi puncak yang disepakati. Cara mudah membuat milestone adalah dengan membayangkan beberapa tajuk berita yang akan terbit pada sebuah harian lokal dan nasional di waktu/tahun tertentu. Misalnya, pada tahun 2010 akan ada tajuk berita dengan judul: Wilayah KAD XX mengalami penurunan angka kematian bayi sebesar 50% dari tahun 2008; Sistem Pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak telah terbangun 100% di wilayah XX;

Setelah disepakati batasan tahun visi puncak (misalnya 2020), maka ditentukan milestone secara periodik. Sebagai misal, 5 tahunan. Semakin banyak milestone atau tahun yang akan dibahas sebagai tonggak indikator perubahan berarti semakin banyak indikator yang akan diperoleh untuk mencapai visi puncak. Cara mudah untuk membuat milestone adalah mengilustrasikan sebuah headline (tajuk berita) yang dibayangkan akan terbit di harian umum pada tahun tertentu. Headline surat kabar yang dibayangkan tersebut harus mencerminkan suatu kejadian yang sedang menjadi berita besar. Misalnya, di tahun 2010: Wilayah XX Canangkan Gerakan


44

Modul Perencanaan Kerjasama Daerah

Wilayah Sehat Cerdas Lestari, Sekolah SD-SMA Gratis Untuk Wilayah XX Terlaksana, Penyakit Menular dan Buta Huruf di Wilayah XX Turun 80%, Wilayah XX Bebas LeMaFlu (Lepra, Malaria dan Flu Burung), Sekolah Kejuruan Menjamur di Wilayah XX, dimana 70% Sekolah Kejuruan di XX Menggarap Sektor Pertanian, dstnya. Pada periode tahun selanjutnya perlu digambarkan beberapa milestones dengan indikator yang tentunya menunjukkan situasi wilayah yang lebih baik dari periode sebelumnya. Misalnya 2015: Wilayah XX Menjadi Pusat Percontohan Nasional Wilayah Sehat, Angka Kematian Akibat Penyakit Menular 0%, Wilayah XX Pusat Sekolah Kejuruan Pertanian Nasional, Konsorsium Sekolah Kejuruan Pertanian Wilayah XX Mendapat Penghargaan PBB dstnya. Seperti contoh beberapa milestones di atas, telah menunjukan indikator keberhasilan sesuai tahapan kegiatan untuk menuju visi puncak 2020. Dengan demikian terdapat parameter yang bisa menjadi tolok ukur pencapaian di setiap periode kegiatan. Dalam menggambarkan milestone hendaknya faktor-faktor kunci keberhasilan KAD yang terpilih (FLM) selalu terkait, seperti contoh pada milestone untuk wilayah XX di atas. J. Identifikasi Aktor Dan Aspek Lain Dari hasil gambaran skenario, berupa visi dan milestones perlu didiskusikan mengenai konsekuensi yang akan timbul atau upaya apa saja yang perlu dilakukan agar visi dan milestone tersebut dapat tercapai. Dengan demikian bentuk-bentuk kegiatan akan muncul dan dapat menjadi bahan pertimbangan bersama. Di tahap ini seluruh gagasan tentang bentuk kegiatan yang mendukung keberhasilan visi dikumpulkan untuk kemudian dibahas dan diputuskan dalam strategi regional bersama. Setelah tahapan visi dan milestone yang digambarkan, makan timbul pertanyaan: Siapa yang akan berperan dalam rangka mewujudkan visi dan milestone tersebut? Pada setiap quadran dapat digambarkan siapa saja para pelaku KAD. Dengan demikian, peran dan fungsi masing-masing aktor akan muncul ke permukaan dan didiskusikan untuk memperkaya perolehan input. Identifikasi para aktor terkait merupakan data dan informasi awal yang penting untuk pembahasan kelembagaan. Melalui pendalaman fungsi dan peran dari masing-masing aktor dapat dikaji struktur kelembagaan KAD. Fasilitator perlu menggali beberapa input yang diberikan oleh peserta bila menyangkut fungsi dan peran dari aktor yang diusulkan. TOOL BOX 10

Setelah mendapatkan gambaran visi berikut milestones periodik, maka akan lebih mudah mengidentifikasikan aktor-aktor yang terlibat dalam kegiatan tersebut. Identifikasi para aktor yang terlibat merupakan bahan untuk pembahasan bentuk dan mekanisme pengelolaan kerjasama ke depan. Di samping identifikasi para aktor dapat pula dibahas tentang peran dan fungsi dari pihak-pihak yang perlu dilibatkan, seperti Provinsi dan Pusat.

3. Pokok Bahasan II: Skenario Kerjasama Antar Daerah (SKAD)

45

Pembagian peran dan fungsi para aktor berdasarkan klasifikasi Daerah, Provinsi dan Nasional dapat memudahkan identifikasi. Latar belakang pertimbangan ini adalah antara lain PP 38 Tahun 2007 Tentang Pembagian Urusan Pemerintahan yang perlu menjadi salah satu acuan. Melalui pelaksanaan SKAD dapat pula dibahas beberapa isu lain yang penting untuk kebutuhan pelaksanaan KAD. Sebagai contoh, pemerintah provinsi mengharapkan masukan tentang peran apa yang diharapkan oleh KAD dari provinsi atau pusat? Atau contoh lainnya, seperti apakah manfaat yang akan dihasilkan KAD terhadap provinsi dan bahkan nasional? Berbagai pertanyaan lain juga dapat dilontarkan dan diperoleh melalui mekanisme SKAD. K. Membuat Kesimpulan Di penghujung acara lokakarya dapat secara ringkas di evaluasi dan disampaikan kembali hasil-hasil setiap tahapan SKAD. Rangkaian tahapan, yaitu; (1) menentukan tema pembahasan; (2) menentukan lingkup waktu dan ruang pembahasan; (3) mengumpulkan isu-isu yang penting untuk dibahas; (4) memilih isu-isu yang terpenting dari yang penting melalui mekanisme paretto, lalu; (5) memilih isu-isu yang paling penuh dengan ketidakpastian/bermasalah saat ini dan terlebih di kemudian hari dari isu-isu penting yang dibahas; (6) dan kemudian mengidentifikasikan faktor-faktor yang layak dan mendesak untuk dikerjasamakan atau disingkat FLM; Dari (7) hasil identifikasi FLM, maka disepakati slogan visioner skenario wilayah terbaik yang diformulasikan bersama, sesuai batas waktu visi yang disepakati sesuai quadran yang tersedia. Kemudian dibuatkan; (8) Milestones dari masing-masing periode sesuai kebutuhan; (9) Informasi lanjutan, terkait aktor, kelembagaan, peran provinsi, nasional dan aspek penting lain dapat dibahas sesuai kebutuhan spesifik KAD; (10) Pada akhir tahapan SKAD perlu dirangkum kembali hasil-hasil pembahasan secara singkat.

TOOL BOX 11

Menyimpulkan hasil tiap tahapan SKAD secara singkat. (1) Tema pembahasan yang disepakati: ‌.. (2) Telah disepakati batasan waktu dan ruang pembahasan: .... (3) Telah terkumpul .... isu-isu yang penting (4) Telah teridentifikasi .... isu-isu terpenting (5) Telah teridentifikasi .... isu-isu yang penuh dengan ketidakpastian/bermasalah (6) Telah teridentifikasi ... Faktor Perekat KAD (7) Telah membuat quadran - sementara boleh satu quadran untuk skenario terbaik (8) Formulasi Visi Puncak telah dilakukan bersama: ... (9) Milestones/indikator untuk dan dari masing-masing quadran dan periode telah dibuat bersama (10) Identifikasi Aktor dan Informasi lanjutan, terkait kelembagaan, fungsi serta peran berbagai pihak telah disinggung bersama. (11) Kesimpulan akhir dibacakan dan silahkan disempurnakan bersama untuk didokumentasikan dalam rangka kebutuhan tindak lanjut.


46

Modul Perencanaan Kerjasama Daerah

Di akhir acara para peserta dapat memberikan pesan dan kesan terkait lokakarya SKAD ini. Seluruh input hendaknya terdokumentasi dengan baik, agar evaluasi dan perbaikan dapat dilakukan di masa mendatang. Perlu disampaikan pula kepada para peserta lokakarya SKAD ini, bahwa hasilnya merupakan produk yang perlu ditindaklanjuti dengan komitmen dan kegiatan aksi yang nyata. Tanpa adanya kesadaran dan keseriusan dari para aktor pelaku KAD dan masyarakat yang saling mendukung, maka hasilnya tidak akan sesuai harapan bersama.

Catatan Penting Pelaksanaan Pelaksanaan SKAD hendaknya dilakukan oleh fasilitator yang berpengalaman. Tidak mudah untuk menggali input dari para peserta lokakarya SKAD, apabila kompetensi dan skill komunikasi fasilitator terbatas. Pengetahuan tentang wilayah dan permasalahan yang mendasar perlu dimiliki oleh fasilitator guna menghantarkan diskusi SKAD pada sasaran yang tepat. Peserta yang kompeten dan memenuhi unsur keterwakilan menjadi salah satu komponen inti keberhasilan SKAD. Minimnya input yang inspiratif dan tepat sasaran merupakan indikator rendahnya kualitas hasil kegiatan ini. Hasil-hasil SKAD hendaknya tidak dianggap sebagai ramalan. Sebuah ramalan dipahami sebagai suatu keadaan yang akan terjadi, dimana aspek upaya tidak berperan penting. Sebaliknya, skenario memiliki beberapa bentuk alternatif yang mungkin saja terjadi. Ketergantungan dari berbagai faktor yang berpengaruh mendominasi bentuk dari gambaran situasi dan keadaan yang akan ditemui. Pemanfaatan skenario terbaik hendaknya disertai dengan pembahasan ketiga bentuk skenario lainnya, walaupun pada kesempatan dan komposisi yang berbeda agar memperoleh keseimbangan pandangan. Bentuk SKAD yang ideal adalah dimana keempat skenario dapat digambarkan secara utuh. Mengefisienkan waktu dan pengelolaan menjadi sebuah tantangan tersendiri dalam pelaksanaan lokakarya SKAD. Pemanfaatan SKAD hendaknya dipandang sebagai alat komunikasi partisipatif dalam membangun perencanaan strategis dan bukan sebagai alat informasi atau diseminasi. Hasil pelaksanaan SKAD memerlukan tindak lanjut yang nyata untuk mencapai kegiatan KAD yang efektif dan berkesinambungan. Berikut merupakan daftar perlengkapan beserta keterangan kebutuhannya untuk melakukan lokarya SKAD.

47

3. Pokok Bahasan II: Skenario Kerjasama Antar Daerah (SKAD)

Tabel .3 Perlengkapan Lokakarya SKAD NO

ITEM

FUNGSI

JUMLAH

1

Karton Ukuran A0

Metaplan Tema Utama berikut sektor-sektor

1

2

Karton Ukuran A0

Metaplan input Aktor/pelaku terkait

1

3

Karton Ukuran A0

Metaplan input Manfaat bagi Daerah

1

4

Karton Ukuran A0

Metaplan input Manfaat bagi Provinsi/Nasional

1

5

Karton Ukuran A0

Metaplan input Peran Provinsi/Nasional yang diharapkan

1

6

Karton Ukuran A0

Matrix/Quadran Skenario I (terbaik I)

1

7

Karton Ukuran A0

Matrix/Quadran Skenario II (+ dan -)

1

8

Karton Ukuran A0

Matrix/Quadran Skenario III (- dan +)

1

9

Karton Ukuran A0

Matrix/Quadran Skenario III (- dan +)

10

Karton Ukuran A0

Cacatan Kesimpulan

11

Spidol warna hitam, atau biru

Menulis input dari peserta dan penulisan skenario

50 buah

12

Stabilo biru dan merah kertas

Menandai marker pilihan faktor terpenting (biru) dan bermasalah (merah)

2 buah

13

Isolatip kertas

Menempelkan metaplan dan kartu input

14

Ballpoint/pensil

Menulis kode Daerah pada marker

15

Marker tempel

Distabilo masing-masing warna biru dan merah

1 total A0=10

2 roll 2 buah 500 lembar

Catatan: Karton no. 7 sampai 9 tidak digunakan apabila waktu lokakarya terbatas hanya untuk 1/2 hari. Namun, disarankan agar keempat skenario dari terbaik hingga terburuk dapat dibuat melalui kelompok kerja dan dipresentasikan satu per satu. Diskusi dari masing-masing skenario akan meningkatkan kesiapan dan kesadaran para peserta tentang gambaran masa depan yang dapat terjadi, sehingga wilayah KAD mampu mempersiapkan diri untuk menghindari berbagai kemungkinan buruk dan di lain pihak juga mempersiapkan diri untuk meraih peluang terbaik.

Agenda Lokakarya Pembuatan agenda acara lokakarya SKAD disesuaikan dengan kebutuhan informasi yang akan digali dan didiskusikan. Semakin kompleks informasi yang akan dibahas, maka akan memerlukan waktu yang relatif lebih lama. Berikut ini merupakan contoh agenda pelaksanaan lokakarya SKAD (1/2 hari) dengan fokus 2 (dua) identifikasi FLM dengan 4 skenario secara lengkap.


48

Modul Perencanaan Kerjasama Daerah

3. Pokok Bahasan II: Skenario Kerjasama Antar Daerah (SKAD)

Tabel. 4 Contoh Jadwal Acara WAKTU

LEMBAR KASUS

AGENDA

PIC

07.30 – 08.00

Registrasi Peserta

Panitia

08.00 – 08.10

Pembukaan (misalnya oleh Pemda setempat)

Tuan Rumah

08.10 – 10.20

Sambutan (misalnya Provinsi / Pusat)

Pembicara 1

08.20 – 08.30

Istirahat dan Melakukan formasi workshop

Moderator

08.30 – 08.50

Pengantar Metode SKAD

Fasilitator

08.50 – 09.35

Identifikasi isu-isu KAD dan Penyempurnaan

Fasilitator

09.35 – 10.00

Identfikasi isu-isu penting

Fasilitator

10.30 – 10.35

Pembagian Kelompok Kerja I, II, III dan IV

Fasilitator

10.35 – 10.45

Penentuan Visi Bersama (misalnya 2030)

Pokja terkait

10.45 – 11.45

Milestones (misalnya 2010, 2015, 2020, 2025)

Pokja terkait

11.45 – 12.00

Aktor dan Aspek Penting KAD lainnya

Pokja terkait

12.00 - 12.10

Presentasi Pokja IV (skenario terburuk)

Koordinator Pokja IV

12.10 - 12.20

Presentasi Pokja III (skenario - dan +)

Koordinator Pokja III

12.20 - 12.30

Presentasi Pokja II (skenario + dan -)

Koordinator Pokja II

12.30 - 12.40

Presentasi Pokja I (Skenario Terbaik)

Koordinator Pokja I

12.40 - 12.50

Kesimpulan

Fasilitator

13.00

Penutup

Panitia / Tuan Rumah

Uraian

Pemahaman Dasar

Hari / Tanggal

:

Tempat / Lokasi

:

Tema :

Kawasan A

Kawasan B

Kawasan C

Kawasan D

Kawasan E

49


Modul Perencanaan Kerjasama Daerah

Daftar Pustaka

51

Potensi

Konsep Pengembangan

Isu-isu Strategis

Peserta

Kunci Sukses

50

DAFTAR PUSTAKA Buku Abdurahman, Benjamin. 2005. Pemahaman Dasar Regional Management & Regional Marketing; IAP Schoen, Christian .2007. Presentasi Strategi Regional. GTZ RED program; Solo - Agustus Tim Lekad. 2007. Laporan CBNA untuk GTZ GLG program di Jawa Tengah, Semarang Desember Website www.lekad.org



NSLIC/NSELRED Project: World Trade Center (WTC) 5, 10th floor Jl. Jenderal Sudirman Kav. 29-31 Jakarta 12920, Indonesia Tel: +62 21 5262282, +62 21 526 8668 www.nslic.or.id

NSLIC Project

@NslicNselred


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.