5 minute read

• Ajak Generasi Milenial Banten Berkarya Lewat Pelatihan Budi Daya Madu

Generasi muda adalah masa depan. Ketika kita melihat generasi muda, pada prinsipnya sama dengan melihat masa depan kita. Sebab, di tangan merekalah sesungguhnya masa depan kita. Merekalah yang akan meneruskan cita-cita dan upaya yang telah dilakukan oleh generasi saat ini. Hal itu disadari betul oleh Perhutani Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) Banten. Maka, mereka melakukan langkahlangkah pembinaan dan penyiapan generasi muda khususnya kalangan milenial. Salah satunya dengan menggelar pelatihan budi daya madu.

Kegiatan pelatihan budi daya madu itu digelar insan-insan Perhutani KPH Banten dalam upaya peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM), khususnya generasi muda.

Advertisement

Pelatihan tersebut diadakan pada

Selasa, 7 September 2021, di

Kampung Agrinex, Desa Curugciung,

Kecamatan Cikeusik, Kabupaten

Pandeglang, Banten. Tentu, pelaksanaan pelatihan tersebut diadakan dengan memerhatikan prosedur kesehatan pencegahan penularan Covid-19. Melalui Kepala Seksi Madya

Pembinaan SDH dan Perhutanan

Sosial KPH Banten, Yusdiawan,

Administratur Perhutani KPH

Banten menyampaikan, pelatihan budi daya madu untuk generasi milenial tersebut bertujuan agar generasi muda mendapatkan ilmu pengetahuan khususnya tentang tata cara budi daya madu. Sehingga, selanjutnya diharapkan akan muncul kesadaran untuk turut menjaga hutan.

“Generasi muda dalam masyarakat diharapkan dapat menjaga dan memanfaatkan hasil hutan yang berkelanjutan, sehingga dapat meningkatkan sumber perekonomian khususnya bagi warga masyarakat sekitar hutan,” ujar Yusdiawan.

Di kesempatan itu, Tenaga Pendamping Masyarakat (TPM), Prio Hedy Anjasmoro, menyampaikan, pelatihan ternak dan budi daya madu ini sangat bermanfaat untuk generasi muda milenial. Di samping mendapatkan ilmu pengetahuan, generasi muda milenial itu juga diajari untuk memiliki jiwa wirausaha, agar generasi penerus tersebut dapat bersaing di era milenial ini. Apalagi, budi daya madu saat ini dipandang bermanfaat sangat besar.

“Budi daya komoditas madu di tengah pandemi virus Covid-19 saat ini sangat bermanfaat karena kebutuhannya sangat meningkat. Madu hutan memiliki karakteristik serta manfaat yang sangat banyak bagi kesehatan manusia, dengan begitu nantinya ketahanan pangan masyarakat dapat terjaga dan terpenuhi. Kami berharap, para generasi muda nantinya dapat mencintai dan menjaga hutan agar tetap lestari dan bisa memanfaatkan sumber daya hutan yang berkelanjutan, sehingga dapat membantu meningkatkan perekonomian dan kesejahteraan masyarakat sekitar hutan,” pungkasnya.

Empat Kabupaten/Kota

KPH Banten adalah salah satu unit manajemen di wilayah Jawa Barat dan Banten. Dibentuk berdasarkan SK Direksi Nomor 95/

Kpts/Dir/3/2020 tanggal 31 Maret 2020 tentang Pembagian Kawasan Hutan KPH Banten, KPH tersebut memiliki luas 79.483,45 hektare. Secara administratif, wilayah kerja KPH Banten berada di empat wilayah Pemerintahan Kabupaten dan Kota di Provinsi Banten. Keempatnya adalah Kabupaten Serang (5.581,67 hektare), Kabupaten Pandeglang (34.785,73 hektare), Kota Cilegon (515.000 hektare), Kabupaten Lebak (37.249,50 hektare) dan Kabupaten Tangerang (1.351,55 hektare).

Secara geografis, Perhutani KPH Banten terletak pada 5o53’16,8” - 7o0’54” Lintang Selatan dan 105o37’44,4” - 106o24’54” Bujur Timur. Wilayah KPH Banten di sebelah utara berbatasan dengan Laut Jawa. Di sebelah timur wilayahnya berbatasan dengan KPH Bogor dan KPH Sukabumi. Di sebelah selatan berbatasan dengan Samudera Indonesia. Dan di sebelah barat ia berbatasan dengan Selat Sunda.

Jenis tanah hutan di KPH Banten sebagian besar berbatu (kapur) dan pada umumnya jenis tanah di wilayah hutan terdiri dari 5 jenis tanah, yaitu Litosol, Latosol, Podsolik, Aluvial, dan Regosol. Sebagian besar berupa tanah grumosol kelabu tua dan asosiasi grumosol coklat keabuan serta kelabu kekuningan.

Kawasan hutan KPH Banten terletak di ketinggian 10 – 1.778 mdpl. Beriklim tipe A, B, C, dan D menurut Schmidt & Ferguson. Lingkungan

Foto : Heri Juhaeri/Kompersh KPH Banten

dengan tipe iklim ini sangat cocok untuk ditanami tegakan jenis jati. Temperatur rata-rata 26oC. Curah hujan rata-rata 1.636 mm / tahun.

Dua SKPH

Hutan di wilayah KPH Banten didominasi tanaman jati seluas 40.112 hektare, Mahoni seluas 14.844 hektare, dan sisanya seluas 23.531 hektare adalah tanaman akasia mangium. Pengelolaan hutan KPH Banten terbagi menjadi 2 Sub Kesatuan Pemangkuan Hutan (SKPH), yaitu SKPH Banten Barat dan SKPH Banten Timur. Terbagi ke dalam 8 Bagian Kesatuan Pemangkuan Hutan (BKPH) dan 25 Resort Pemangkuan Hutan (RPH).

Sub KPH Banten Barat terdiri dari BKPH Serang seluas 6.232.33 Hektare, BKPH Pandeglang seluas 10.083,66 Hektare, BKPH Sobang seluas 11.715,20 Hektare, BKPH Cikeusik seluas 14.202,76 Hektare. Jumlah luas SKPH Banten Barat adalah 42.233,95 Hektare. Sub KPH Banten Timur terdiri dari BKPH Rangkasbitung seluas 7.433,12 Hektare, BKPH Gunung Kencana seluas 8,990,04 Hektare, BKPH Malimping seluas 15.092,57 Hektare, BKPH Bayah seluas 5.733,77 Hektare. Jumlah luas SKPH Banten Timur adalah 37.249,50 Hektare.

KPH Banten memiliki beberapa daya tarik wisata unggulan. Antara lain Wisata Alam Gunung Pinang, Pantai Carita, Air Terjun dan Kawah Gunung Pulosari. KPH Banten dipimpin oleh seorang Administratur/KKPH yang dibantu dua orang Wakil Administratur yaitu Wakil Administratur Banten Barat dan Wakil Administratur Banten Timur.

Kunjungan Kerja

pada Kamis, 28 Oktober 2021, Perhutani KPH Banten menerima kunjungan kerja dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) Direktorat Usaha Jasa Lingkungan (UJL) dan Hasil Hutan Bukan Kayu Hutan Produksi (HHBKHP). Kegiatan itu berlangsung di Wisata Alam Cihunjuran, RPH Mandalawangi, BKPH Pandeglang, KPH Banten. Kawasan itu termasuk wilayah Administratif Desa Cikoneng, Kecamatan Mandalawangi, Kabupaten Pandeglang, Banten.

Kunjungan kerja Kementerian LHK itu dalam rangka meninjau lokasi pengembangan jasa lingkungan Wisata Alam Cihunjuran, dengan obyek kolam, sumber mata air, pemandian, dan adanya situs benda cagar budaya peninggalan Kerajaan Salakanagara, Cihunjuran. Kedatangan rombongan Direktorat UJL dan HHBKHP Kementerian LHK tersebut disambut Kepala Seksi Produksi dan Ekowisata KPH Banten, Yudi Komara, beserta jajaran. Serta Asper BKPH Pandeglang beserta jajaran, dan Ketua Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH) Taman Sari, Mu’it, beserta anggota.

Melalui Yudi Komara, Administratur Perhutani KPH Banten menyampaikan terima kasih atas Kunjungan kerja Kementerian LHK itu. “Semoga dengan adanya kunjungan ini, ke depannya obyek wisata Cihunjuran bisa lebih terkenal, baik lokal maupun mancanegara,” ujarnya.

Di kesempatan tersebut, Mu’it menyampaikan terima kasih atas kedatangan jajaran Direktorat UJL dan HHBKHP Kementerian LHK untuk meninjau obyek wisata alam Cihunjuran. “Kami berharap wisata alam ini mendapatkan dukungan dari Pemerintah Pusat maupun Daerah Provinsi Banten, agar lebih berkembang,” katanya.

Sedangkan Kepala Seksi Usaha Jasa Lingkungan Direktorat UJL dan HHBKHP Kementerian LHK, Hariyanto, menyampaikan, pihaknya akan selalu memberikan dukungan dalam pengelolaan obyek wisata kolam mata air pemandian Cihunjuran. Sebab, obyek wisata itu memiliki nilai tinggi sebagai situs benda cagar budaya peninggalan Kerajaan Salakanagara. • DR/Btn/HJ

This article is from: