6 minute read

• Pemuliaan Pohon dan Rekayasa Optimalisasi Lahan untuk Tingkatkan Produktivitas Tanaman Kayu Putih

Oleh: Aris Wibowo*)

Penulis adalah Peneliti Madya PeFI

Advertisement

Perum Perhutani telah lama mengembangkan tanaman kayu putih. Tanaman kayu putih Perhutani memiliki nilai tambah dan nilai ekonomis tinggi. Pengolahannya menghasilkan minyak kayu putih dan produk turunan lain yang punya berbagai manfaat, terutama di bidang farmasi. Untuk menjamin produk minyak kayu putih yang bermutu tinggi dan berkelanjutan, perlu pengelolaan yang terpadu, mulai dari tanamannya sebagai penghasil bahan baku hingga proses produksi di industri Pabrik Minyak Kayu Putih.

Menurut Muhammad Na’iem, jika dikelola secara intensif, usaha mengoptimalkan fungsi hutan agar mampu menjalankan fungsi produksi secara optimal dapat dicapai. Hutan yang produktif akan diperoleh jika tersedia bibit berkualitas baik, dalam jumlah yang cukup dan pada waktu yang tepat. “Bibit bergenetik unggul bisa dicapai melalui program pemuliaan pohon hutan yang merupakan penerapan asas-asas genetika dalam penanganan hutan dengan tujuan memperoleh produksi hasil hutan yang tinggi nilainya” (Soeseno, 1992).

Terlebih dahulu dilakukan seleksi terhadap materi dari perbanyakan vegetatif maupun generatif sebelum dikembangkan. Misalnya, seleksi pohon plus, uji klon atau uji keturunan, diikuti uji perolehan genetik, serta pembuatan plotplot pembuktian keunggulan klon/ famili di berbagai lokasi. Setelah klon/famili yang dibuktikan itu mampu tumbuh stabil, seragam, cepat tumbuh, dan tidak terserang hama penyakit, lalu klon/famili unggul tersebut diperbanyak untuk membangun perhutanan klon atau perhutanan semai. Penggunaan benih unggul tanpa dibarengi praktik silvikultur yang tepat dan benar, hasilnya tidak akan optimal.

Bibit Unggul

Strategi pemuliaan pohon merupakan rangkaian kegiatan yang terpadu yang dirancang untuk mendapatkan perbaikan genetik yang maksimum dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Sehingga, diperoleh benih atau bibit tanaman yang unggul sesuai sifat kerakteristik yang diinginkan. Sifat karakteristik yang dilakukan dalam seleksi pada kayu putih meliputi biomassa (produksi daun), rendemen, kadar cineol, serta ketahanan dari serangan hama dan penyakit. Untuk mendapatkan klon unggul kayu putih, dimulai tahun 2010 melalui beberapa tahapan seleksi, yaitu seleksi pohon induk, seleksi kemampuan perakaran, uji klon, uji perolehan genetik/ kestabilan klon, plot perhutanan klon.

Program pemuliaan kayu putih telah mencapai hasil, yaitu diperoleh 8 klon tanaman kayu putih unggul, dengan pangkas perdana umur tanaman 1,5 - 2 tahun dan kegiatan pangkas lanjutan semula 9 bulan dengan klon unggul mampu dipanen dalam waktu 6 (enam) bulan setelah pangkasan/ panen sebelumnya. Saat pangkas perdana umur 2 tahun dari 5 klon

unggul diperoleh daun kayu putih sebesar 17-8 kg per pohon dan jika pangkas lanjutan pada umur 6 bulan diperoleh daun kayu putih 5,6-2,5 kg per pohon serta saat dipanen umur 9 bulan diperoleh 8-4 kg per pohon.

Capaian rendemen penyulingan MKP (Minyak Kayu Putih) dari daun kayu putih konvensional 0,75% dari volume daun kayu putih yang disuling, sedangkan rendemen pengolahan daun kayu putih berasal dari klon unggul bisa mencapai 1,0% sampai 1,4%. Kadar cineol MKP pada klon unggul antara 62,7% sampai 81,6% lebih tinggi dibandingkan kadar cineol minyak kayu putih yang berasal dari daun kayu putih konvensional sebesar 60%. Namun, jika suatu saat dibutuhkan minyak kayu putih yang mempunyai kadar cineol rendah, Departemen Riset dan Inovasi telah memiliki bank genetiknya berupa tanaman.

Untuk pemenuhan kebutuhan bibit tanaman kayu putih klon unggul melalui perbanyakan stek pucuk dengan menerapkan metoda stek internodia. Perbanyakan stek internodia adalah teknik perbanyakan dengan menggandakan satu cabang muda yang dipotong-potong menjadi beberapa bagian potongan dan setiap potongan berisi satu internodia (2-3 nodus) menjadi tanaman baru. Keunggulan metode perbanyakan internodia pada stek pucuk kayu putih yaitu akan diperoleh bibit dalam jumlah besar dalam waktu singkat. Kemampuan perakaran stek pucuk kayu putih di atas 80%. Namun, kayu putih unggul juga ada yang berasal dari KBK (Kebun Benih Klonal) dengan produksi 12 kg per tahun. KBK ini dibangun berasal dari indukan yang mempunyai rendemen di atas 0,8%.

Rekayasa Optimalisasi Lahan

Rekayasa optimalisasi lahan tanaman kayu putih unggul klon 71 di dalam larikan Jati Plus Perhutani (JPP). Kerangka dasar pemikiran dalam optimalisasi lahan adalah adanya perkembangan pengelolaan Sumber Daya Hutan (SDH) yang sesuai dengan kemajuan ilmu pengetahuan, teknologi, serta perkembangan sosial ekonomi masyarakat. Adapun konsep dasar pemikiran yang dimaksud mencakup fungsi hutan, kelestarian, dan sosial ekonomi masyarakat. Konsep Integrated Forest Management dalam kebijakan Perhutani dijabarkan menjadi 3 aspek yaitu Profit, Planet, dan People.

Profit: Konsep yang ditawarkan dalam penelitian ini yaitu peningkatan produktivitas lahan yang optimal berdasarkan strata tajuk untuk mencapai aspek profit. Bentuk pengelolaan ini memaksimumkan aspek profit (ekonomi) SDH dan dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat desa hutan. Dengan ditemukan klon PHT I dan PHT II dengan produktivitasnya yang tinggi, minimal telah memberikan jaminan ketersediaan kayu jati masa depan. Problem yang dihadapi pada kegiatan penjarangan JPP, sementara apabila kegiatan penjarangan tidak dilakukan, muncul permasalahan baru yaitu pertumbuhan terlambat, pembentukan kayu teras terhambat dan terserang hama.

Perlu ada upaya peningkatan produktivitas JPP dengan tanpa ada penjarangan atau dengan penjarangan ringan yang dilakukan pada umur minimal 10 tahun. Untuk menggantikan produksi kayu penjarangan perlu ada upaya optimalisasi lahan dengan jenis produktif dibawah jati yaitu kayu putih termasuk produk kehutanan yang quick yield, klon unggul kayu putih dapat dipanen umur 1,5 tahun, dan panen daun berikutnya setiap 6 bulan sekali (tergantung kondisi tanah, dan pemeliharaannya).

Planet: Dengan adanya perubahan konsep hutan monokultul dalam arti aspek profit,

Foto : Dok. Aris Wibowo

Dengan adanya beberapa jenis yang ditanam dalam satu petak secara ekologis dapat meningkatkan biodiversitas pada level jenis, sehingga keseimbangan ekosistem dapat terwujud, yang diharapkan akan berdampak perbaikan lingkungan.

TAHUN

2010

2011

2012

2013

2014 POPULASI DASAR

(Hutan Tanaman Jawa dan Luar Jawa)

Diperoleh 86 Klon

Uji Klon

Diperoleh 20 Klon

Uji Kestabilan

Diperoleh 20 Klon

071, 013, 039,069, 040, 041, 025, 038 Seleksi I

Rendemen dan Kadar Cineol

Seleksi II

Rendemen, Kadar Cineol dan Biomassa

Seleksi III

Rendemen, Biomassa dan Adaptasi Lokasi

2015 s/d saat ini

Perbanyakan Massal

menjadi pengelolaan SDH yang dalam kawasan hutan tidak hanya satu jenis sebagai pendapatan, sehingga kedepannya perlu adanya redesain pengelolaan SDH. Dengan adanya beberapa jenis yang ditanam dalam satu petak secara ekologis dapat meningkatkan biodiversitas pada level jenis, sehingga keseimbangan ekosistem dapat terwujud, yang diharapkan akan berdampak perbaikan lingkungan. Bentuk pengelolaan ekosistem hutan ini menekankan fungsi perlindungan sesuai peran hutan sebagai penyangga ekosistem bumi (planet). Oleh kerena itu, fungsi ekonomi sebagai hasil sampingan dari aspek planet.

People: Aspek people merupakan implementasi perhutanan sosial dan Agroforestry yang kolaboratif. Tujuannya adalah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan mewujudkan kelestarian hutan guna menjamin keberlanjutan manfaat ekonomi, ekologi dan sosial antar generasi. Oleh kerena itu perlu adanya pendekatan aspek sosial dalam sistem silvikultutr diantara dengan memberikan ruang yang cukup para pesanggem untuk mengolah lahan dan dapat berperan juga dalam produksi daun kayu putih.

Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini, dalam jangka pendek adalah untuk meningkatkan kesejahteraan Masyarakat Desa Hutan (MDH) dengan produksi hasil tumpangsari. Jangka menengah, untuk mendapatkan produksi minyak kayu putih bagi Perhutani. Jangka panjang, untuk mendapatkan produksi kayu JPP.

Solusi yang ditawarkan, 8x6 m atau 8x4 m diharapkan memberikan hasil yang optimal baik tanaman JPP dan tanaman kayu putih unggul yang ditanam di dalam larikan tanaman JPP, dan tumpangsari seperti Gambar 3. Hasil Penelitian pada umur 1,5 tahun dari hasil uji petik pangkas perdana daun kayu putih unggul diperoleh rata-rata 8 (6±14) kg per pohon, dengan rendemen 1,2%.

Pertumbuhan tanaman jati umur 1,5 tahun keliling 21 cm dan tinggi 7,5 m. Hasil perhitungan finansial khusus tanaman kayu putih didalam larikan JPP sampai tahun ke 5 diperoleh Rp. 83.933.135,- atau Rp. 16.786.627,-/tahun, belum dikurangi biaya umum. Keuntungan dengan rekayasa optimalisasi lahan dalam waktu 1,5 tahun sudah menghasilkan keuntungan dari tanaman kayu putih, sedangkan tanaman murni JPP keuntungan akan didapatkan pada saat mulai penjarangan.

Maka, penggunaan benih unggul dengan didukung praktik silvikultur yang tepat serta mengoptimalkan ruang tumbuh, dapat meningkatkan produktivitas lahan. • DR

This article is from: