7 minute read

Rasamala Pohon yang Selalu Hijau

Rasamala

Pohon yang Selalu Hijau

Advertisement

Tumbuhan yang satu ini kita kenal dengan nama pohon rasamala. Nama ilmiahnya Altingian excelsa noronha. Rasamala adalah salah satu jenis pohon hutan yang banyak tumbuh di daerah Jawa Barat. Orang Sunda biasa menyebut pohon rasamala dengan nama gadog. Hasil utama dari pohon rasamala adalah kayu. Rasamala juga termasuk pohon yang dapat tumbuh tinggi. Kayu yang dihasilkan dari pohon rasamala termasuk kayu yang kuat dan awet, sehingga memiliki nilai ekonomis yang tinggi.

Pohon rasamala ini juga menjadi vegetasi yang mendominasi Taman Nasional Gunung Gede Pangrango (TNGGP).

Sebab, pohon ini menjadi salah satu dari berbagai jenis tanaman yang sengaja ditanam oleh Perum

Perhutani sebagai tanaman yang akan diambil manfaat kayunya.

Tetapi, pohon rasamala juga banyak ditemukan di banyak daerah lain di

Indonesia. Sebaran rasamala di

Indonesia antara lain ada di Jawa

Barat, Bengkulu, dan Bukit Barisan. Di habitat alaminya, rasamala dapat tumbuh hingga mencapai ketinggian 60 meter. Pohon rasamala dapat tumbuh di daerah dengan ketinggian 500 meter hingga 1500 meter di atas permukaan laut, dengan kondisi berbukit dan lembab.

Curah hujan yang diperlukan adalah 100 mm per bulan pada kondisi tanah vulkanik yang subur. Di beberapa tempat, rasamala ternyata dengan sejumlah nama yang berbeda. Di daerah Sunda, orang menyebut rasamala dengan nama gadog. Sedangkan masyarakat Melayu menamakannya raksamala atau ra’samala. Berbeda pula sebutan untuk rasamala di Tapanuli. Di sana, orang menyebutnya tulason. Di beberapa tempat di Indonesia, rasamala juga dikenal dengan sebutan mala, tulasan, dan mandung. Di negara lain, misalnya Myanmar, pohon rasamala disebut nantayok, dan di Thailand disebut dengan beberapa nama yaitu sop, hom, dan satu.

Pohon rasamala pertama kali ditemukan oleh Gubernur Jenderal Hindia Belanda, Willem Arnold Alting, tahun 1724-1800. Sebelum dan selama menjabat sebagai Gubernur Jenderal, Alting adalah seorang peneliti. Selain Alting, sebenarnya pohon rasamala juga diteliti oleh seorang ahli botani yang berasal dari Portugis, bernama Fransisco Noronha yang tengah berkunjung ke Pulau Jawa.

Menurut para peneliti tersebut, pohon ini memiliki sebaran yang sangat luas, berasal dari Pegunungan Himalaya kemudian menyebar ke Myanmar, Semenanjung Malaya, Sumatera, hingga Jawa. Kawasan Asia merupakan tempat sebaran utama pohon ini. Pohon rasamala tersebar mulai dari Tibet Selatan, Assam (India), hingga Asia Tenggara, termasuk Cina Selatan hingga Indomalaya. Di kawasan Indomalaya, terdapat jenis rasamala yang hanya ada di daerah tersebut, yaitu Altingian excelsa yang tersebar dari Himalaya menuju ke wilayah lembab di Myanmar hingga Semenanjung Malaysia, Sumatera, dan Jawa.

Selalu Hijau

Ada ciri khas rasamala. Pohon rasamala merupakan tumbuhan yang selalu hijau. Tingginya mencapai 40 meter hingga 60 meter, dengan cabang bebas 20 meter hingga 35 meter. Diameter batangnya sekitar 80 cm hingga 150 cm. Pada bagian kulit, rasamala memiliki tekstur halus

Foto: Naturewildlife.id

berwarna abu-abu dan kayunya berwarna merah.

Pohon rasamala muda memiliki tajuk yang rapat dan berbentuk seperti segitiga atau piramid. Sesuai dengan pertambahan usia pohon, bentuk tajuk rasamala semakin membulat. Daun-daun rasamala berukuran 6 cm hingga 12 cm dan lebar 2,5 cm hingga 5 cm, berbentuk lonjong dengan letak bergiliran. Tepi daun berbentuk bergerigi halus.

Bunga rasamala merupakan bunga berkelamin satu, sehingga terdapat bunga jantan dan betina di pohon yang sama. Berdasarkan karakternya, bunga yang tidak memiliki kelopak dan mahkota, benang sari yang banyak, dan kepala putih berupa papila, maka secara alami penyerbukannya dibantu oleh angin atau serangga.

Pohon rasamala menghasilkan buah dan benih. Buahnya berwarna coklat dan berbentuk seperti kapsul dengan ukuran kira-kira 1,2 cm – 2,5 cm. Buah tersebut terdiri dari 4 ruang yang setiap ruang berisi 1 – 2 benih yang telah dibuahi dan benih yang tidak dibuahi berjumlah 35 benih.

Jika warnanya telah berubah menjadi hitam, buahnya dapat

dipanen. Jika terlambat dipanen, buah rasamala akan pecah dan benih akan tersebar. Benih tersebut memiliki aroma khas dan berbentuk pipih dengan sayap di sekelilingnya.

Sistem perkecambahan benih rasamala adalah perkecambahan epigeal. Hampir sepanjang tahun pohon rasamala akan berbunga dan berbuah. Namun, pada bulan April dan Mei adalah waktu puncaknya. Di bulan Agustus hingga Oktober merupakan waktu terbaik untuk mengumpulkan benihnya.

Untuk digunakan sebagai bibit, buah rasamala harus diekstrasi dengan penjemuran selama 2 hari atau mengeringkannya pada suhu 38o hingga 42o Celcius selama 20 jam. Kemudian buah akan terbuka dan benih dapat diambil. Ketahanan benih tersebut hanya sekitar 12 minggu jika dikeringkan hingga memiliki kadar air 5% – 8% dan menyimpannya di plastik kedap udara, serta disimpan dalam ruang bersuhu 5o hingga 8o Celcius. Benih yang diambil sebaiknya segera ditabur karena viabilitas benih ramasala cepat menurun. Sebelum ditabur, sebaiknya benih direndam dalam air selama 24 jam lalu ditebar pada media campuran pasir dan tanah.

Perkecambahan akan terjadi pada hari ke-10, dan setelah berumur 1 bulan dapat dipindah ke media tanam yang lebih luas dan diberi pupuk organik. Kita juga dapat memeroleh benih rasamala dengan membelinya pada penyedia benih tanaman. Dalam setiap 1 kg benih yang dibeli, kita akan memeroleh 75.000 hingga 175.000 butir benih.

Habitat dan Manfaat

Hutan hujan tropis merupakan habitat alami pohon rasamala. Pohon ini cocok tumbuh di daerah pegunungan atau bukit lembab semisal Taman Nasional Gede Pangrango. Di habitat hutan, rasamala menjadi pohon yang dimanfaatkan sebagai habitat 32 jenis burung. Selain itu, Owa Jawa juga memilih pohon rasamala untuk melakukan kegiatan dan mengeluarkan suara.

Pohon rasamala sangat baik tumbuh di ketinggian 500 hingga 1500 meter di atas permukaan laut dengan kawasannya yang bersifat kering, basah, atau sedang. Jenis tanah yang baik untuk pertumbuhannya adalah tanah vulkanik yang kaya akan unsur hara dan selalu lembab dengan curah hujan bulanan sekitar 100 mm per bulan.

Ada banyak manfaat rasamala. Kayu rasamala memiliki sifat awet dan kuat meskipun disimpan dan kontak langung dengan tanah. Kayunya cocok digunakan untuk berbagai keperluan bangunan semisal jembatan, tiang, dan bantalan kereta api.

Selain kayunya, rasamala juga dapat dimanfaatkan getahnya. Getahnya memiliki aroma wangi. Getah rasamala sering digunakan untuk campuran pewangi ruangan.

Daun rasamala seringkali dikonsumsi sebagai lalapan. Terutama daun muda yang masih berwarna merah. Daun rasamala juga dapat digunakan untuk obat batuk. Akar rasamala digunakan sebagai hiasan dekorasi karena bentuknya yang memiliki nilai seni, contohnya pada aquascape.

Bagian kulit kayunya berwarna abu-abu. Batang kayu berwarna merah. Kayu rasamala merupakan kayu yang awet meskipun tanpa perlakuan khusus dan bersentuhan dengan tanah. Sehingga, banyak digunakan oleh penghobi aquascape untuk dekorasi. Kayu rasamala yang telah benar-benar kering tidak akan mengeluarkan zat tanin dalam jumlah besar. Kayu ini berlekuklekuk dengan warna kemerahan dan ukurannya ramping.

Foto: foresteract.com

Selain itu, pohon rasamala juga dapat digunakan untuk mendukung program reboisasi karena punya cabang lebar dan teduh. Contohnya adalah program reboisasi yang dilakukan pemerintah daerah Jawa Barat. Pohon ini banyak ditanam sebagai pohon utama dengan jarak tanam yang rapat, karena memiliki kerentanan jika terlalu banyak terkena sinar matahari.

Pohon rasamala menghasilkan kayu dengan tingkat keawetan kelas II dan memiliki berat jenis 0,6 hingga 0,8. Di perdagangan kayu, kayu rasamala cenderung punya harga pasaran yang murah. Di pasaran, harga kayu rasamala sekitar 30.000 hingga ratusan ribu rupiah, tergantung ukuran dan bentuknya.

Di TNGGP, terdapat pohon rasamala yang diperkirakan telah berusia 350 tahun. Pohon tua itu berdiameter sekitar 4 meter. Pohon itu dimanfaatkan untuk menopang “Canopy Trail” yang merupakan salah satu jenis wisata di TNGGP.

Saat ini, populasi pohon rasamala tak berada dalam kondisi kelangkaan atau terancam punah. Ini didukung tiadanya nama pohon rasamala dalam daftar IUCN Redlist maupun CITES. IUCN (International Union for the Conservation of Nature and Natural Resources) adalah organisasi dengan anggota pemerintah dan masyarakat sipil. Lembaga tersebut mengeluarkan IUCN Red List of Threatened Species berupa daftar status kelangkaan suatu spesies.

Sedangkan CITES (Convention on International Trade in Endangered Species of Wild Fauna and Flora) adalah perjanjian internasional yang beranggotakan pemerintahan negara-negara di dunia untuk memastikan perdagangan spesies hewan dan tumbuhan tidak menyebabkan ancaman bagi kelangsungan hidup suatu spesies. Meskipun tidak ada dalam kedua daftar status konservasi tersebut, pemanfaatan bijak terhadap pohon rasamala harus dilakukan agar keberadaannya di alam tetap lestari.

Klasifikasi ilmiah

Kingdom : Plantae

Divisi : Spermatophyta

Kelas : Magnoliopsida

Ordo : Hamamelidales

Famili : Hamamelidaceae

Genus : Altingia

Spesies : Altingia excelsa noronha

Pohon rasamala juga dapat digunakan untuk mendukung program reboisasi karena punya cabang lebar dan teduh. Contohnya adalah program reboisasi yang dilakukan Pemerintah Daerah Jawa Barat. Pohon ini banyak ditanam sebagai pohon utama dengan jarak tanam yang rapat, karena memiliki kerentanan jika terlalu banyak terkena sinar matahari.

Budi Daya

Meski dikatakan sulit, namun budi daya rasamala tetap dapat dilakukan. Budi daya rasamala diawali pengumpulan biji dari buah yang telah matang atau tua. Buah yang telah tua atau matang ditandai jatuhnya buah ke tanah dan memiliki warna hitam. Selanjutnya, biji dapat diambil dari dalam buah dengan cara ekstraksi atau penjemuran selama dua hari atau menggunakan alat pengering selama 20 jam pada suhu 38o hingga 42o Celcius. Setelah kering, secara alami buah rasamala akan pecah dan biji yang akan dijadikan benih dapat diambil. Selanjutnya, lakukan pemilihan kualitas benih berdasarkan beratnya.

Benih yang masih segar lalu direndam selama 24 jam untuk selanjutnya dapat ditabur agar kualitas (viabilitas) benih tidak menurun. Sebab, berdasarkan hasil penelitian dari Balai Penelitian dan Pengembangan Teknologi Perbenihan Bogor menyatakan, viabilitas benih hanya mampu bertahan sekitar 12 minggu pada benih yang benar-benar kering.

Media tabur benih rasamala dapat menggunakan campuran pasir dan tanah dengan komposisi 1:1. Perkecambahan akan muncul pada hari ke-10. Jika kecambah telah mencapai umur 1 bulan, maka dapat dipindah ke dalam polybag yang media tanamnya berisi campuran tanah, pupuk organik, dan pasir. Budi daya rasamala (Altingia excelsa noronha) tersebut dapat dilakukan untuk tujuan pelestarian populasi serta mencukupi permintaan bahan baku industri kayu ini. • DR

This article is from: