4 minute read
• Di Balik Tubuh Besar dan Ekor Panjang Binturung
Di Balik Tubuh Besar dan Ekor Panjang
Binturung
Advertisement
Hewan ini punya nama-nama berbeda tergantung lokasi keberadaannya. Umumnya, ia bernama binturung. Tetapi dalam dialek Melayu dan Bahasa Inggris, ia disebut binturong. Di tempat-tempat lain, sebutannya lain lagi. Tetapi bukan hanya nama yang membuat hewan ini menarik. Hewan sejenis musang yang bertubuh besar ini termasuk omnivora, dengan ciri berbulu hitam lebat, bertampang mirip beruang yang berekor panjang, juga berkumis lebat dan panjang seperti kucing. Dan ada banyak lagi hal unik di balik penampilan binatang bertubuh besar dan berekor panjang ini.
Beberapa nama dimiliki hewan ini. Beberapa dialek Melayu menyebut dia binturong, menturung, atau menturun. Di dalam bahasa
Inggris, ada beberapa penyebutan untuk hewan ini. Ia disebut Binturong, Malay Civet
Cat, Asian Bearcat, Palawan Bearcat, atau secara ringkas Bearcat.
Barangkali hewan ini disebut
“Bearcat” karena omnivora berbulu hitam lebat ini memiliki penampilan mirip beruang yang berekor panjang, tetapi juga punya kumis lebat dan panjang seperti kucing (bear = beruang; cat = kucing).
Tetapi sscara umum, di Indonesia hewan ini disebut binturung. Binturung (Arctictis binturong) adalah sejenis musang bertubuh besar, anggota suku Viverridae. Ciri khas binturung adalah tubuhnya yang besar dan berekor besar panjang.
Secara singkat, binturung dapat dikatakan sebagai musang yang berekor besar panjang dan bertubuh besar. Panjang kepala
Foto: https://animals-are-cool.fandom.com
Foto: https://id.wikipedia.org
dan tubuh binturung antara 60 – 95 cm, ditambah ekornya antara 50 – 90 cm. Berambut panjang dan kasar. Beratnya sekitar 6 – 14 kg, bahkan sampai 20 kg. Itu berat binturung dewasa. Ketika lahir, binturung memiliki berat rata-rata sekitar 142 gram dan matanya masih tertutup.
Binatang ini berwarna hitam seluruhnya atau hitam kecokelatan, dengan taburan uban keputihputihan atau kemerahan pada rambutnya. Di masing-masing ujung telinga binturung terdapat seberkas rambut yang memanjang. Ekornya berambut lebat dan panjang, terutama di bagian mendekati pangkal, sehingga terkesan gemuk. Ekor ini kuat, bahkan dapat digunakan untuk berpegangan pada dahan (prehensile tail), sebagai, “kaki kelima”.
Carnivora Pemakan Buah
Sampai saat ini memang masih sedikit peneliitan yang dilakukan untuk mengetahui sistem kawin dari spesies tersebut. Tetapi sistem kawin dari binturung kemungkinan besar adalah monogami. Binturung tIdak memiliki musim kawin, karena spesies ini kawin sepanjang tahun. Akan tetapi, terdapat peningkatan jumlah kelahiran pada bulan Januari hingga Maret yang dapat disebabkan karena implantasi yang tertunda.
Binturung betina mencapai kematangan seksual pada umur 30 bulan, sementara binturung jantan pada umur 28 bulan. Dan ada satu hal yang unik. Binturung betina memiliki pseudo-penis alias penis palsu. Ini suatu organ khas yang langka ditemui.
Setelah mengandung selama kurang lebih 91 hari, binturung betina melahirkan 2 hingga 6 anak. Binturung yang baru lahir bersembunyi pada bulu induknya selama beberapa hari dan menyapih selama 6 hingga 8 minggu.
Pejantan binturung tak selalu mengasuh anaknya, tetapi kadang mereka melakukannya hingga anakan bisa mandiri. Sementara induk betina binturung akan selalu mengasuh anaknya hingga bisa mandiri. Terkadang si induk betina itu melanjutkan hidup dalam satu kelompok bersama anaknya meskipun telah mandiri.
Sebagaimana umumnya musang, binturung terutama aktif di malam hari. Aktivitasnya di atas pepohonan (arboreal) atau juga turun ke tanah (terestrial). Kadangkadang ada juga yang bangun dan aktif di siang hari.
Meski termasuk bangsa Carnivora yang artinya pemakan daging atau pemangsa, uniknya makanan binturung terutama adalah buahbuahan masak di hutan. Misalnya jenis-jenis ara (Ficus spp.). Hewan ini juga memakan pucuk dan daun-daun tumbuhan, telur, serta hewan-hewan kecil semisal burung dan hewan pengerat.
Mengeluarkan Bau
Diketahui pandai memanjat dan melompat dari dahan ke dahan, namun binturung biasanya bergerak tanpa tergesa-gesa di atas pohon. Ekornya digunakan untuk menjaga
keseimbangan, atau kadang-kadang digunakan pula untuk berpegangan manakala sedang meraih makanannya di ujung rerantingan.
Cakar binturung berkuku tajam dan melengkung. Cakar itu memungkinkan binturung untuk mencengkeram pepagan dengan kuat. Kaki belakangnya dapat diputar ke belakang untuk memegang batang pohon. Sehingga, binturung dapat turun dengan cepat dari atas pohon dengan kepala lebih dulu.
Seperti umumnya musang, binturung mengeluarkan semacam bau. Bau itu berasal dari kelenjar di bawah pangkal ekornya. Binturung jantan mengeluarkan bau yang lebih kuat dibandingkan betina.
Bau yang dikeluarkan oleh spesies binturung salah satunya berasal dari senyawa 2-asetil1-pirolin (2-AP) yang biasanya diproduksi pada temperatur tinggi dari reaksi Maillard dan menyebabkan bau yang dikeluarkan mirip seperti aroma popcorn. Bau binturung tersebut digunakan untuk menandai wilayah kekuasaannya.
Binturung banyak terdapat di Asia. Ia menyebar luas mulai dari dataran tinggi Sikkim hingga ke Tiongkok Selatan, Burma (My anmar), Indochina, Semenanjung Malaya, Sumatera, Jawa, Kalimantan, dan Palawan.
Konservasi
Binturung menyukai hutanhutan primer dan sekunder. Hanya kadang-kadang saja binturung ditemukan di kebun di tepi hutan. Di hutan Kalimantan, binturung terlihat hidup hingga di ketinggian 1500 meter di atas permukaan laut (mdpl).
Berdasarkan Red List IUCN, binturung termasuk ke dalam deretan hewan dengan status vulnerable atau rentan, akibat adanya penurunan jumlah populasi yang diperkirakan lebih dari 30% selama 18 tahun terakhir (tiga generasi). Di Indonesia, spesies tersebut termasuk dalam kelompok satwa yang dilindungi yang diatur dalam UU nomor 7 tahun 1999.
Di desa-desa pinggiran hutan, binturung sering dipelihara sebagai hewan kesayangan (pet). Orang menangkap binturung ketika hewan ini masih kecil dan membiasakannya dengan kehidupan manusia. Dengan pemeliharaan yang baik, binturung dapat mencapai usia 20 tahun dalam tangkaran.
Sejalan dengan berkembangnya perdagangan, binturung juga diperjual belikan di pasar-pasar burung di kota. Selain itu, ada hal yang lebih mengancam kelestarian populasinya di alam. Yaitu, binturung juga diburu untuk diambil kulitnya yang berbulu tebal dan untuk dimanfaatkan bagian-bagian tubuhnya sebagai bahan obat tradisional (jamu).
Ancaman lain datang dari kerusakan lingkungan di hutanhutan di wilayah tropis sebagai akibat pembalakan yang serampangan. Hancurnya hutan mengakibatkan rusaknya habitat binturung, sehingga populasinya di alam terus menurun. Jadi, mari lestarikan hutan. • DR
Klasifikasi ilmiah
Kerajaan : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Mammalia
Ordo : Carnivora
Famili : Viverridae Subfamili : Paradoxurinae
Genus : Arctictis
Spesies : Arctictis binturong
Foto: https://upload.wikimedia.org