aQuarium/Mei 2017
i
PENGURUS & STAFF LPM KOGNISIA 2017-2018 PEMIMPIN UMUM M. Rizal Purnawan WAKIL PEMIMPIN UMUM Eprina Amalina SKRETERIS UMUM Dini Fadila Rosad BENDAHARA UMUM Ria Nisrina PIMPINAN REDAKSI Mirza Muchammad Iqbal REDAKSI BULETIN Kholilatul Quduah Hanna Ika Afriana Sarah Rahma A. Suci Yolianda Utami Canny Sylvia Lina Sholawati REDAKSI MAJALAH Farra Annisa Vivi Melia Ningrum Nanda Alia Fahmi Nafisah Rusmawati Rizky Eka Satya Nazihatin Nuzula REDAKSI ONLINE Khumaid Akhyat Sulkhan Dinda Gusti Rachardani Merlina Rahma Karel Fahrurrozi Fathimah Zahro Nabilah Hasyyati B. DESAIN VISUAL Khafiya Nur Izzati Niken Mangambar Fairuzi Nisrina R. Shifak Aisyah Salma Maulani Fitria Hayati PIMPINAN PENGEMBANGAN ORGANISASI Satryo Kusuma Wibowo HUMAN RESOURCE DEVELOPMENT (HRD) Firdalaily Mahdanisa Nyda Afsari Wulan Astari Yunisa Intan Wibowo M. Miqdad Alawil H. JARINGAN KERJA M. Fariz Mar’ie Muadz Hafidzuddin Dyansita Avithaningrum Muhammad Mukmin PERUSAHAAN Zakiah Yasfi Retty Ulfasari Fauzun Khusnul Khafiana Fadilah Nurul Imani
ii
aQuarium/Mei 2017
SALAM REDAKSI Assalamualaikum Warahmatullah Segala puji bagi Tuhan semesta alam yang telah memberikan kesempatan untuk anggota LPM Kognisia dalam menyelesaikan Aquarium Edisi Mei. Buletin bulan ini merupakan bulletin perdana pada kepengurusan periode 2017/2018. Tentunya tanpa mengurasi rasa hormat kepada pembaca, kami persembahkan bulletin ini dengan sebaik mungkin. Terimakasih kami ucapkan untuk para penulis dan reporter, editor, designer atas kerja kerasnya dalam menerbitkan bulletin ini. Kami juga mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang terlibat dalam pembuatan bulletin ini, seperti narasumber, informan, dsb. Terakhir, kami segenap redaksi Bulerin Aquarium mengucapkan mohon maaf atas tulisan-tulisan yang mungkin tidak berkenan di hati pembaca, karena kami juga manusia biasa. Selamat membaca! Wassalamualaikum warahmatullah
Lembaga Pers Mahasiswa KOGNISIA Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya Universitas Islam Indonesia Sekretariat :Jl. Kaliurang Km 14,4, Sleman, Yogyakarta email : persmakognisia@gmail.com website : kognisia.co
EDITORIAL
Fasilitas merupakan salah satu syarat agar transformasi pendidikan dapat berjalan dengan baik. Berbagai keluhan mengenai pendidikan sebagian besar mengarah pada sistem dan fasilitas. Seperti minimnya fasilitas yang kurang memungkinkan seseorang bisa mengaplikasikan ide-idenya, hingga akhirnya ia lari ke luar negeri dan diapresiasi. Tidak menutup kemungkinan hal semacam itu dapat terjadi di Universitas Islam Indonesia jika tidak segera ditanggulangi. Permasalahan fasilitas di UII juga dialami beberapa fakultas, seperti Fakultas Ilmu Agama Islam (FIAI) yang sampai saat ini belum memiliki gedung. Gedung fakultas dinilai sangat penting untuk melancarkan kegiatan belajar mengajar, tanpa gedung, kegiatan kemahasiswa juga akan dapat terganggu. Oleh karena itu, tahun lalu mahasiswa FIAI melancarkan aksi menuntut pembangunan gedungnya kepada Badan Wakaf UII. Menindaklanjuti hal tersebut, Badan Wakaf kemudian membuat masterplan terkait pembangunan gedung FIAI dan fakultas lainnya, seperti FH, FK, dll. Desas-desus terkait pembangunan gedung ini dikabarkan juga akan melibatkan FPSB, dimana FPSB akan dijadikan satu atap dengan yang berlantaikan tujuh. Namun, hal tersebut masih menjadi pertanyaan, apakah hal itu efektif ataukah justru merugikan FPSB sendiri.
aQuarium/Mei 2017
iii
Mempertanyakan Kelayakan (Wacana) Gedung Baru FPSB Oleh Canny Sylvia, Hanna Ika Afriana, Fadilah Nurul Imani
Desember 2015 lalu, DPM Fakultas Ilmu Agama Islam (FIAI) berkoalisi dengan Fakultas Kedokteran (FK) dan Fakultas Hukum (FH) melakukan aksi di depan Badan Wakaf Universitas Islam Indonesia (UII). Aksi ini bertujuan untuk mempertanyakan kejelasan pembangunan gedung fakultas yang tak kunjung usai. Tapi, karena tidak adanya tindakan yang jelas dari BADAN WAKAF, mereka kemudian melakukan aksi pada tanggal 31 Mei 2016 untuk mempertanyakan janji-janji Badan Wakaf pada Desember lalu. “Latar belakangnya aksi karena setiap audiensi yang diadakan DPM FIAI, selalu mendapatkan janji-janji saja, seperti di PHP lah. Makanya DPM kita mengadakan aksi� ujar Ahmad Muthahar, selaku peserta aksi. Wacana Gedung Baru FPSB Dua tahun lalu, konflik mengenai pembangunan gedung FIAI mencapai puncaknya yang ditandai dengan adanya aksi mahasiswa tersebut. Kini, muncul wacana baru terkait pembangunan gedung FIAI yang juga melibatkan Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya (FPSB). Lokasi gedung 4
aQuarium/Mei 2017
baru FPSB nantinya, berada di atas tanah gedung Prodi Pendidikan Bahasa Inggris (PBI) saat ini yang rencananya akan dibangun 7 lantai. Untuk menelusuri kebenaran dari isu tersebut, Lembaga Pers Mahasiswa Kognisia mencoba mengirimkan surat kepada Dekanat FIAI untuk mendapatkan konfirmasi data yang akurat. Sayangnya,
LAPORAN UTAMA
surat permohonan wawancara ditolak oleh dekanat. Dekan FIAI tidak bersedia memberikan konfirmasi mengenai isu pembangunan tersebut. Kemudian LPM Kognisia kembali mencoba mengirimkan surat untuk wawancara pada Badan Wakaf UII mengenai kolaborasi isu pembangunan tersebut. LPM Kognisia mendapatkan surat balasan dari Badan Wakaf UII Nomor 216/INT-PYBADAN WAKAF/V/2017 tanggal 08 Mei 2017 berisikan bahwa Pengurus Yayasan Badan Wakaf UII belum dapat memenuhi permohonan wawancara yang dimaksud. Konfirmasi atas isu tersebut akhirnya didapatkan dari wawancara bersama Dekan FPSB Arief Fahmi. Beliau membenarkan adanya rencana pembangunan gedung FIAI yang akan digunakan secara bersama atau sharing bersama FPSB. Seperti yang disampaikan saat ditemui di kantornya Selasa (9/5) beliau mengiyakan terkait adanya isu tersebut,
“Ya, memang ada rencana itu. Diprosesnya, kita pahami bersama bahwa FPSB membutuhkan fasilitas tambahan.” Arief menceritakan bahwa FPSB memang membutuhkan tambahan gedung baru untuk menunjang kelas perkuliahan dan ruang dosen untuk prodi Hubungan Internasional dan Pendidikan Bahasa Inggris yang belum memadai. Prodi Ilmu Komunikasi juga seringkali harus terganggu saat melakukan praktik menunggu tidak adanya getaran, karena pada lantai bawah gedung perkuliahan digunakan sebagai laboratorium Teknik Sipil. Menurut penuturan beliau, pada al-
ternatif awal, gedung yang digunakan oleh FPSB saat ini rencananya akan digunakan bersama dengan FIAI, terlepas dari cukup atau tidaknya ruangan untuk perkuliahan, dosen, dan sarana lainnya. Kemudian pada diskusi selanjutnya muncul alternatif lain yaitu FPSB akan tetap menggunakan gedung saat ini, sementara FIAI dan FK akan dibuatkan gedung baru. Pada diskusi terakhir, muncul alternatif baru lagi yaitu akan dibangun gedung baru yang berlokasi di atas tanah gedung Prodi Hubungan Internasional (HI) dan PBI saat ini, dimana akan dibuatkan gedung baru yang lebih luas namun dipakai bersama dengan FIAI. Gambar perencanaan gedung yang akan dibangun pada alternatif terakhir sudah dilihat oleh pihak Dekanat FPSB namun belum disetujui karena dianggap belum memenuhi kebutuhan perkuliahan sehingga diskusi-diskusi perencanaan gedung baru masih akan digelar lagi. “Dari FPSB melihat perlu diskusi (karena masih ada yang belum sesuai). Misalnya tempat perkuliahan untuk S2 Psikologi belum masuk di gambar. Yang kedua, ternyata setelah kita lakukan perhitungan bersama, size ruangan-ruangannya lebih kecil dari yang sekarang. Untuk segi fungsi beberapa belum memenuhi misalnya praktikum di lantai 3, tapi alatnya ada di lantai 2,” terang Arief. Tanggapan serupa juga disampaikan oleh Komisi I DPM FIAI mengenai sharing fasilitas yang akan dilakukan oleh FIAI dan FPSB ketika ditanyakan pada Dr. Ir. Harsoyo, M.Sc selaku Rektor I UII hingga tahun 2016. Perihal penggabungan gedung kuliah FIAI dengan FPSB, beliau menjawab “Pertama, dari jurusan HI, dari setiap tes Computer Based Test (CBT) mereka itu banyak peminatnya, tapi dia aQuarium/Mei 2017
5
hanya membuka satu atau dua kelas, nah mereka kurang dari fasilitas, tempat dan segala macem. Terus yang kedua, kalau di jurusan lain saya gak tau ya yang di FPSB, yang Pak Harsoyo bilang sih cuma HI, sampe itu jadi pertimbangan untuk membuat gedung. Bukan bareng sih, hanya bersampingan, nah tempatnya nanti di PBI, sama Ilmu Komunikasi itu dihancurkan.� Gedung yang ditempati oleh mahasiswa FPSB saat ini sebenarnya masih layak untuk digunakan sebagai tempat aktivitas belajar-mengajar dan lainnya, namun untuk beberapa tahun kedepan sudah tidak layak lagi ketika jumlah mahasiswa bertambah, terutama dari prodi Hubungan Internasional yang semakin tahun
banyak diminati. Penambahan fasilitas gedung untuk fakultas juga untuk membantu mempertahankan akreditasi. Pihak fakultas sedang menggiatkan diskusi perencanaan bersama arsitek gedung untuk memperbaiki kualitas fungsi gedung yang baru agar semakin layak sesuai kebutuhan. “Boleh dimonitor (rencana pembangunan gedung), saya sangat senang bila dimonitor perkembangannya,� tutup Arief.
foto : M. Fariz Mar’ie
6
aQuarium/Mei 2017
LAPORAN KHUSUS
Mapala Unisi:
Mau Dibawa Kemana? Oleh : Firda Laily, Rizky Satya, Suci Yolianda
(Kampus Terpadu, 15/05/17) Empat bulan yang lalu, UII (Universitas Islam Indonesia) digegerkan dengan adanya kasus The Great Camping (TGC) Organisasi Mahasiswa Pecinta Alam (Mapala) Unisi. Muncul berbagai tekanan yang mendesak pihak kampus untuk segera menyelesaikan kasus tersebut. Akhirnya, Rektor mengeluarkan Surat Keputusan (SK) untuk membekukan Mapala Unisi hinga waktu yang tidak ditentukan.Oleh karena itu, Mapala Unisi tidak dapat melakukan kegiatan apapun, namun untuk penggunaan Kantor masih diperbolehkan karena akan digunakan dalam proses evaluasi serta perbaikan sistem organisasi. Terlepas dari kasus kemarin, Mapala Unisi dikenal memiliki track record yang baik, diantaranya pembinaan terhadap 5 Desa di lereng Merapi yakni: Desa Sendangrejo, Desa Deles, Desa Tanggung, Desa Tritis, dan Desa Selo. Selain itu, Mapala Unisi dikenal sangat aktif dalam mengirimkan relawan bencana alam, bahkan mendapatkan juara 3 kala mengikuti ajang International Universities Search and Rescue Games di Turki 2016 silam. Saat ini para Pengurus maupun Panitia kegiatan TGC mulai mengevaluasi kegiatan TGC dan membenahi sistem
internal organisasi. Saat ini, Pembentukan tim telah dilakukan sebagai upaya anggota dalam proses pencairan pembekuan Mapala. Tim ini bertugas untuk melaksanakan Musyawarah Istimewa, melakukan revitalisasi Peraturan Rumah Tangga yang ada pada Peraturan Dasar Keluarga Mahasiswa (PDKM) di bawah pengawasan Rektor dan DPM UII, serta perombakan struktur mengingat saat ini Ketua Mapala masih menjalani sanksi dari Kampus. Ketua pelaksana The Great Camping 2017 Mapala Unisi, Wildan Nuzula memaparkan bahwa belum ada rencana untuk melakukan open recruitment dalam waktu dekat ini. “Kami masih mencoba untuk fokus pada upaya pencairan organisasi supaya bisa berkegiatan lagi� ungkap Wildan saat ditemui di Kampus Cik Ditiro. Abdul Jamil selaku Wakil Rektor III memaparkan bahwa SK pembekuan tersebut akan terus berlaku hingga telah terciptanya sistem yang lebih baik dalam internal organisasi. Mengenai bagaimana definisi sistem yang bagus tersebut, ia menyatakan
“Tentu ada anggaran dasar. Anggaran rumah tangga. Ada SOP dan seaQuarium/Mei 2017
7
foto : Suci Yolianda
bagainya. Karena saya tahu mapala itu tidak seperti itu, sejak saya mahasiswa yang namanya GC tidak seperti itu. Peserta GC itu ratusan tidak hanya puluhan. GC itu buat senang-senang dan diakui oleh senior senior dulu, yang harus diperbaiki sistem itu. Dikembalikan kepada sistemnya yang semula.�
Wakil Rektor III dalam mengawasi kegiatan Mahasiswa. Walau semua kegiatan Mahasiswa terkena imbas Peraturan ini, namun ia menyatakan bahwa intervensi ini dilakukan agar tidak adanya lagi penyimpangan yang terjadi dalam kegiatan Mahasiswa, selain itu ia merasa perlu adanya Evaluasi dalam Student Goverment UII karena ada beberapa kelalaian saat kasus terjadi kemarin. Terakhir, ia berharap Mapala Unisi dapat dikembalikan kepada citra Mapala Unisi yang sesungguhnya, yakni citra yang Kedepannya, Jamil sendiri menilai terbangun dari filosofi Mapala Unisi: Cinta perlu adanya sistem pengawasan dari Rektanah air, cinta alam, dan cinta pada sesama. tor yang kemudian didelegasikan kepada
8
aQuarium/Mei 2017
LAPORAN KHUSUS
Retno: “Anggaran Tujuh Juta Murni untuk Perlombaan� Oleh Yunisa Intan Wibowo, Sarah Rahma A. (Sleman, 16/5/2017) Berjalannya sebuah komunitas atau organisasi tidak ada akan lepas dari fasilitas yang akan digunakan baik berupa kemampuan intelektual ataupun material fisik lainnya. Hal tersebut menjadi daya dukung untuk terwujudnya tujuan dari sebuah komnitas, tak terkecuali komunitas piala yang concern dalam bidang debat dan cerdas cermat. Keberadaan piala yang ada di fakultas Ilmu Sosial Sosial Budaya Universitas Islam Indonesia menjadi tanggungjwab pimpinan tertinggi fakultas untuk turut mendukung keberlangsungan komunitas piala tersebut baik berupa pendanaan ataupun dukungan lainnya.
lomba debat dan cerdas cermat, tetapi belum ada wadah atau organisasi yang menampung mahasiswa-mahasiswa tersebut. Pada awal pendiriannya, PIALA membuka peluang bagi seluruh mahasiwa dari FPSB, baik Psikologi, Komunikasi, Hubungan Internasional maupun Pendidikan Bahasa Inggris. Tetapi karena debat dan cerdas cermat yang diikuti meliputi bidang piskologi, PIALA berfokus pada mahasiswa prodi Psikologi. Meskipun hingga sekarang PIALA tetap membuka peluang bagi seluruh mahasiwa FPSB untuk bergabung dalam PIALA. Selama dua tahun terakhir PIALA telah mereaih banyak prestasi. Pada tahun 2014 berdiri suatu ko- Prestasi yang belum lama ini dicapai adalah munitas di FPSB (Fakultas Psikologi dan juara 1 Sikorius pada bulan November taIlmu Sosial Budaya) yang memilik fungsi hun lalu. Sikorius merupakan lomba debat sebagai wadah bagi mahasiswa yang ter- yang diadakan oleh Universitas Brawijaya. tarik dan memiliki bakat dalam debat dan cerdas cermat. Komunitas tersebut ialah PI- Dekanat memberikan dukungan ALA (People who Intensively and Actively kepada seluruh komunitas-komunitas yang Learning to Achieve). PIALA didirikan oleh ada di FPSB,. Salah satunya yaitu dengan Siti Kholidiyatus Sa’diyya dan kawan-kawa- memberikan subsidi dana kepada komunnya yang merasa belum adanya wadah bagi nitas. Dengan prestasi yang telah diraih mahasiswa FPSB yang tertarik dan berbakat PIALA selama dua tahun eksistesinya, dalam debat maupun cerdas cermat. Meli- Dekanat memberikan subsidi dana sebehat kondisi saat itu telah cukup banyak ma- sar tujuh juta rupiah pada periode tahun hasiswa FPSB yang secara bekala mengikuti ini. Sebagai komunitas yang tidak berada aQuarium/Mei 2017
9
di bawah LEM (Lembaga Eksekutif Mahasiswa) atau HMJ (Himpunan Mahasiswa Jurusan), PIALA mendapatkan subsidi yang cukup besar bahkan lebih besar daripada subsidi bagi HMJ. Oleh karena itu besarnya subsidi yang diberikan oleh Dekanat ternyata menimbulkan adanya kecemburuan sosial pada lembaga lain yang ada di FPSB. Meski dari pihak PIALA sendiri menjelaskan bahwa subsidi yang diberikan oleh Dekanat sepenuhnya digunakan untuk lomba-lomba. “Sebenernya perlu temen-temen di luar sana ketahui bahwa realitanya adalah ketika kita memang ada anggaran tujuh juta dari kampus itu memang bener-bener murni untuk perlombaan” jelas Retno W. Utami selaku ketua PIALA. Piilustrasi : freepicks hak PIALA menjelaskan bahwa dana yang diberikan justru kurang. Karena anggota dari PIALA masih mengeluarkan dana se- dap pengembangan kampus. Akmal Maucara pribadi dalam setiap lomba yang dii- lana Luthfi Ridlo Sanggusti menambahkuti, baik debat maupun cerdas cermat. kan, apabila subsidi dinilai dari keaktifan, maka Komahi juga sering mengadakan Adanya subsidi tersebut ternya- lomba dan mengirimkan delegasinya unta menuai kecemburuan sosial di kalan- tuk mengikuti berbagai perlombaan. Tetapi gan lembaga-lembaga, seperti jelas Akmal Komahi hanya mendapatkan subsidi dana Sanggusti ketua LEM FPSB, “menurut sebesar lima juta. Dengan fakta yang ada, saya pribadi lewat kacamata sosial, pasti pertimbangan-pertimbangan yang telah ada kecemburuan sosial. Contohnya dari dijelaskan seolah tidak berlaku secara merKomahi (Korps Mahasiswa Hubungan In- ata. Terdapat kondisi dalam komunitas di ternasional)”. Kemudian, yang menjadi FPSB mengenai pembagian subsidi dana pertanyaan yaitu mengapa PIALA sebagai yang dianggap tidak adil dan menimbulkomunitas eksternal mendapatkan subsi- kan kecemburuan sosial antar komunitas. di dana yang cukup besar. Arief Fahmie, Lain halnya dengan Akmal, KetDekan FPSB menjelaskan pertimban- gan-pertimbangan dalam memberikan ua Himakom, Ridwan Fawzi justru mesubsidi dana bagi komunitas-komunitas. nilai bahwa subsidi sebesar itu merupakan hal yang wajar, jika memang Dekan FPSB menjelaskan bah- PIALA berkontribusi kepada prestasi wa pertimbangan-pertimbangan dalam kampus. “Asal ya rasional. Kegiatannya memberikan besaran subsidi dana adalah itu jelas dan prokernya jelas. Karena pasti tujuan organisasi dan kontribusinya terha- kan dinilai itu dari ngapain sih komunitasnya, ngasilin apa” jelas Ridwan Fawzi. 10 aQuarium/Mei 2017
LAPORAN KHUSUS
Apa yang Salah dengan Nilaiku? Oleh: kholilatul Quduah, Mu’adz Hafidzuddin (Yogyakarta, 18/5/2017) Survey yang telah dilakukan LPM KOGNISIA kepada 144 mahasiswa Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya (FPSB) mengenai sistem remediasi, 110 menjawab tidak pernah melakukan remediasi sedangkan sisanya 34 menjawab pernah. Dari ke 34 orang yang pernah melakukan remediasi, 23 orang melakukannya sebelum nilai tersebut dikeluarkan oleh sistem. Mahasiswa yang melakukan remediasi sebelum mengetahui hasil nilai sebenarnya mengatakan bahwa mereka gelisah dan kesal apabila nilai terlambat dikeluarkan. “soalnya kita belum tau nilai akhir kita eehh key-in remediasi udah dibuka, kan jadi bingung mau remed apa engga, kalo ga ikut key-in takutnya ternyata nilai saya jelek, tapi kalo ikut key-in dan udah bayar sayang juga.” Ujar FR mahasiswa Psikologi 2015. Dekan FPSB, Arief Fahmi mengatakan untuk sistem nilai sendiri terdapat pembagian tugas masing-masing. Proses penilaiannya sendiri cukup kompleks dan melibatkan semua pihak. Pemberian nilai sendiri tentu dilakukan oleh dosen yang bersangkutan, sedangkan prodi yang menaunginya membuat sistem penyusunan nilai yang akan dikeluarkan. Sebelum ujian, baik tengah semester maupun akhir semester sudah ditentukan kapan soal dibuat, di-
kumpulkan dan nilai yang harus disetorkan pada bagian akademik. Namun, dalam perjalanannya beberapa kendala yang dihadapi dosen pengajar mulai muncul dan menyebabkan mundurnya deadline. “Ya semuanya manusia ya, dosen manusia, panitia manusia, mahasiswa juga manusia. Tidak mungkin semua bisa bekerja dengan sempurna seratus persen termasuk saya sendiri. Meskipun sudah diinformasikan seperti itu (waktu deadline) bisa jadi dosen itu melebihi waktu yang sudah ditentukan.” Ujar Arief Fahmi. Beberapa mahasiswa yang penasaran dengan nilai yang diperolehnya terkadang bingung apakah mereka harus melakukan remediasi atau tidak, sementara
aQuarium/Mei 2017
11
nilainya tak kunjung muncul. Hal tersebut dibuktikan oleh survey yang kami lakukan, dimana 40 orang dari 144 orang merasa gelisah apabila nilai belum muncul sementara pendaftaran remedasi sudah akan ditutup. Arief Fahmi menegaskan satu hal yang perlu diingat oleh mahasiswa, aturan remediasi bukanlah menjadi hak mahasiswa, namun dosen bersangkutan yang membuka kelas untuk remediasi atau tidak. Selain itu kouta mahasiswa yang mengikuti remediasi juga harus sesuai dengan aturan yakni minimal 5 orang. Dalam buku peraturan akademik disebutkan jika ada keterlambatan pengunggahan nilai, maka data
12 aQuarium/Mei 2017
otomatis akan bernilai B untuk mata kuliah tersebut. Ia juga menambahkan jika sistem yang ada masih harus terus direvisi karena masih terdapat kekurangan. Pihak kampus pun akan terus berupaya agar permasalahan ini bisa diatasi tanpa merugikan semua pihak.
aQuarium/Mei 2017
13
CAMERA CAPTURE
Lampion Elok Pembawa Harapan (Penerbangan Lampion Tri Suci Waisak) Foto & teks : M. Rizal Purnawan
14 aQuarium/Mei 2017
CAMERA CAPTURE
F
Oleh M. Rizal Purnawan
otogenik adalah kata yang tepat untuk menggambarkan suasana malam Tri Suci Waisak di candi borobudur rabu (10/5/2017). Ribuan orang memadati pelataran candi peninggalan Wangsa Syailendra itu. 1999 lampion diterbangkan bersama harapan dan doa dari ribuan peserta penerbang lampion. Momen ini merupakan momen yang ditunggu-tunggu, tidak hanya oleh umat buddha di Indonesia tetapi juga oleh para penggiat hobi fotografi baik dalam maupun luar negeri. Sayapun memutuskan untuk tidak melewatkan momen ini begitu saja. Saya ditemani Komunitas lensa ilmu komunikasi (Klik18) Universitas Islam Indonesia menuju acara tersebut. Pukul 19.00 kami pun berangkat menggunakan sepeda motor menuju Candi Borobudur, Magelang jawa tengah. Kami menempuh satu jam perjalanan dari Jogja menuju Borobudur. Saya merasa beruntung kali ini bisa memoret eloknya lampion dibawah sinar rembulan yang bulat sempurna, setelah dua tahun sebelumnya melawatkan momen ini.
aQuarium/Mei 2017
15
peserta memanjatkan doa dan harapan sesaat sebelum lampion diterbangkan
wuuuuuhh...huuuu... riuh peserta bersautan disambut tawa dan tepuk tangan saat melapas lampion yang telah mengembang sempurna menerbangkan doa dan harapan mereka terhadap diri sendiri, keluarga, bangsa dan negara, serta seluruh umat manusia di muka bumi untuk mencapai sang maha pengabul doa.
16 aQuarium/Mei 2017
Ribuan lampion memenuhi langit borobudur, sungguh suatu pemandangan malam yang membuat takjub setiap mata yang memandang aQuarium/Mei 2017
17
OPINI
Sistem Pendidikan yang Mengebiri Kreativitas:
Cerminan Kurikulum Hutan Rimba Oleh : Firdalaily Mahdanisa Zakie
Di sebuah hutan rimba, hiduplah berbagai jenis hewan dengan tipe keahlian masing-masing dalam bertahan hidup. Ada Burung yang pandai terbang, Monyet yang pandai memanjat, Ikan yang pandai berenang, Kelinci yang pandai melompat, dan masih banyak hewan lainnya. Pada suatu hari, datanglah seseorang yang ingin menetapkan sebuah aturan dalam hutan tersebut. Ia ingin mengukur kemampuan Burung, Monyet, Ikan, Kelinci, dan hewan-hewan lainnya untuk mengetahui siapa yang paling hebat di antara mereka semua. Atas dasar keadilan, dibuatlah tes yang sama, yaitu tes melompat. Dilatihlah semua hewan untuk belajar melompat, mereka berlatih dengan sama giatnya satu sama lain. Saat tes melompat dimulai, Burung, Monyet, dan Ikan mencoba untuk melompat dengan lincah. Mereka mencoba untuk mempraktekkan apa yang telah dipelajarinya selama ini. Namun, hasilnya tetap tidak18 aQuarium/Mei 2017
lah sepandai Kelinci yang memang memiliki keahlian melompat. Gerakan hewan lain tidaklah segesit dan selincah Kelinci. Orang tersebut tidak hanya melakukan tes, tetapi juga menetapkan standar minimal perilaku melompat yang baik. Adanya standar minimal perilaku melompat tersebut membuat Burung, Monyet, dan Ikan berusaha lebih keras dan lebih gigih, mereka berlatih setiap siang dan malam, di setiap harinya. Kesibukan mereka dalam berlatih, ternyata memberikan efek samping dalam diri mereka masing-masing. Burung lupa caranya membentangkan sayap untuk terbang, Monyet lupa bagaimana menggunakan cakar-cakarnya untuk memanjat, dan bahkan Ikan lupa caranya mengge-
tidak bisa menguasai subjek pelajaran tertentu, bukan berarti mereka bodoh, bukan? Apakah dengan memberikan seluruh mata pelajaran yang ada di sekolah formal dapat memberikan hal mereka butuhkan? Apakah dengan ‘menggelonggong’ pelajar selama 12 tahun dapat menjadikan mereka pribadi yang berhasil? Aku rasa juga tidak. Seseorang pernah berkata bahwa dalam diri kita terdapat 100% kemampuan bebas. Kita berhak untuk menentukan mau dikemanakan 100% itu nanti. Sistem pendidikan di Indonesia cenderung untuk mempergunakan 100% kemampuan anak untuk dibaginya sama rata. Katakanlah ada lima subjek pelajaran, masing-masing pelajaran akan diberinya 20%, dengan dasar keadilan dan kesetaraan. Tetapi, bukankah hal itulah yang sebenarnya menjadikan pelajar di Indonesia menjadi sangat sumber : freepick biasa-biasa saja? Tidakkah kalian berpikir untuk memberikan 5% saja ke empat subjek, kemudian memberikan 80% ke salah leparkan tubuh untuk berenang seperti se- satu subjek yang memang diminati? Undiakala. Mereka kehilangan keahlian ala- tuk apa mempelajari seluruh bidang? Toh mi dalam diri mereka, tetapi juga tetap nantinya kita juga akan dibutuhkan karetidak bisa melampaui kehebatan Kelinci. na suatu keahlian dalam bidang tertentu, bukannya kebisaannya semua bidang. Apakah cerita di atas familiar? Lalu apa pikiran pertama yang terlintas dalam Hal inilah yang menyebabkan banpikiran? Cerita di atas bukan hanya sekedar yak pelajar yang sudah menginjak kelas 3 fabel, tetapi juga menganalogikan sistem SMA bingung untuk meneruskan ke bidang pendidikan di Indonesia. Lihatlah bagaima- perkuliahan apa, bingung menentukan juna pelajar di Indonesia ini dituntut untuk rusan yang nantinya akan mereka geluti mempelajari hal yang sama, hingga mereka selama bertahun-tahun. Mereka dituntut lupa akan keterampilan, bakat, dan minat untuk memahami semua hal, tetapi mereyang sebenarnya telah ada dalam diri mere- ka melupakan satu hal yang paling krusial, ka. Bisakah kita mengatakan bahwa Burung, yaitu memahami dirinya sendiri. Mereka Monyet, dan Ikan bodoh hanya karena keti- tidak tahu apa yang sebenarnya mereka dakbisaan mereka dalam melompat? Aku inginkan, jurusan apa yang menjadi mirasa tidak. Begitu pula dengan pelajar yang nat mereka. Ditambah dengan tuntutan aQuarium/Mei 2017
19
dari pihak eksternal yang ‘menyetir’ mereka dalam memilih masa depan, sehingga terseoklah mereka dalam rutinitas perkuliahan, dimana ilmu yang mereka cari hanya berupa formalitas belaka. “Jurusan apa saja, yang penting bisa kuliah”, begitu katanya. Peristiwa ‘salah jurusan’ ini yang kemudian berdampak pada orang-orang kurang beruntung, seperti pengangguran yang kebanyakan sarjana di negeri kita. Sarjana formalitas yang tidak mengerti cara untuk mengimplementasikan ilmu yang didapat karena ilmu tersebut pun ia juga tidak dikuasainya dengan sepenuh hati. Jika sedikit beruntung, mereka yang berlatar belakang ekonomi tinggi akan dengan mudah mendapatkan pekerjaan, seperti meneruskan bisnis keluarga, dipekerjakan oleh kolega keluarga, atau menjadi pengusaha dengan modal dari keluarga. Bisa juga orang seperti itu mencalonkan diri sebagai birokrat, seperti menjabat menjadi Walikota, Gubernur, DPR, atau DPRD. Bukankah jabatan tersebut tidak butuh spesialisasi bidang?
nakan subjek yang sama. Seperti halnya hewan-hewan tadi yang bisa saja diuji dengan diminta mencari makanan untuk bertahan hidup, pelajar juga tetap bisa diuji menggunakan tes yang mampu menilai kemampuan setiap individu dengan cara yang sama. Bukan Matematika yang kemudian tidak digunakan oleh jurusan Hukum ataupun IPA yang kemudian tidak dibutuhkan di jurusan Sastra. Tetapi lebih pada subjek yang sekiranya akan memperkuat identitas pelajar di masyarakat dan dapat dijadikan pedoman serta prinsip dalam menuntut ilmu, seperti tes agama, tes Kewarganegaraan/Pancasila, tes Bahasa Indonesia, dan tes Bahasa Inggris. Yah, walaupun tes yang terakhir masih kontroversial, tapi subyektifku berpendapat bahwa Bahasa Inggris juga perlu untuk diujikan.
Bukankah dengan begitu akan menguntungkan semua pihak? Pelajar akan dianggap mampu mendapatkan nilai yang tinggi, berkreasi, dan mengembangkan minat serta bakat mereka. Pun bagi negara juga mendapatkan generasi penerus Seharusnya kurikulum pendidikan bangsa yang mampu dan terkualifikakita bisa memberikan hak bagi pelajar si, tidak hanya sekedar formalitas berupa untuk memilih subjek pelajaran yang be- sertifikasi sarjana, tapi lebih pada kemamnar-benar sesuai dengan apa yang mereka puan apa yang benar-benar mereka kuasai. minati, sehingga mereka akan berkembang sesuai dengan apa yang benar-benar diing- Pembenahan dalam sistem kuriinkan. Tidak pula ada paksaan dari pihak kuslum pendidikan, sama saja seperti memeksternal. Hal tersebut dapat memberikan bangun pondasi rumah bangsa. Pondasi mereka ruang tanpa batas untuk berkrea- yang kuat dapat menopang beban bangunan si dan mengaktualisasi diri, yang dima- yang menjulang, sehingga tidak heran jika na akan berdampak pada bertumbuhn- kita akan dengan mudah mendapatkan juya rasa keberhargaan pada diri sendiri. lukan Negara Maju jika sistem pada pendidikan kita diubah. Untuk apa terus menerus Pemberian hak bebas berkarya memperbaiki rumah yang ambruk, jika ini bukan berarti tidak dapat diberikan pondasinya saja tetap dibiarkan berlubang? standarisasi ilmu. Pada praktek tes akhirnya, mereka tetap bisa diuji menggu20 aQuarium/Mei 2017
RESENSI FILM
Innocent Defendant Oleh: Wulan Astari
sumber : asianwiki.com
Sutradara : Jo Young Gwang Penulis naskah : Choi Soo Jin Pemain : Ji Sung (sebagai Park Jung Woo), Kwon Yuri/Yuri SNSD (Seo Eun Hye), Uhm Ki Joon (Cha Sun Ho/Cha Min Ho), Oh Chang Suk (Kang Min Suk), Uhm Hyun Kyung (Na Yeon Hee), Kim Min Suk (Sung Gyoo), Oh Dae Hwan (Moongchi, asisten Jung Woo), dll. Durasi : 120 menit Jumlah episode : 18 Tahun rilis : 2017
aQuarium/Mei 2017
21
Innocent defendant merupakan film thriller dari korea selatan. Film bergenre drama, hukum film yang belum lama ini keluar mendapat respon yang sangat baik dari penonton film drama korea sendiri hal ini dapat dilihat dari tingginya rating film innocent defendant Dikutip dari Soompi, drama Innocent Defendant mendapat rating 14,5% di Korea berdasarkan Nielsen Korea. Rating ini langsung meninggalkan drama yang tayang bersamaan seperti Hwarang dan Night Light. Hwarang mengantongi rating 11%. Sedangkan Night Light mendapat rating 4.1%. Pokok cerita dari Innocent Defendant adalah Kisah Innocent Defendant juga menarik. Park Jung Woo (Ji Sung) adalah seorang jaksa di Kantor Kejaksaan Distrik Pusat Seoul. Suatu hari, ia terbangun dan mendapati dirinya berada dalam penjara, tanpa mengingat kejadian yang telah menimpanya. Ia pun pada akhirnya perlu berjuang untuk membuktikan dirinya tidak bersalah dan mencoba mengingat kembali hal yang telah terjadi, untuk selamat dari hukuman mati.anda penggemar k-pop tentu saja anda tidak asing dengan yuri SNSD Kali ini Ji Sung beradu akting dengan Yuri SNSD atau dalam film ini (Seo eun hye) ia berperan sebagai pengacaranya (jung woo). Jung Woo memiliki seorang sahabat yang juga jaksa bernama Kang Min Suk (Oh Chang Suk). Merak berdua bahkan telah bersahabat hingga lima belas tahun lamanya dan saling mendukung semenjak di bangku sekolah. Namun sayangnya Kang Min Suk tidak terlalu fokus pada kasus namun ia lebih tertarik untuk membaca pikiran pimpinannya serta mencampuri urusan orang lain. Alur cerita film ini sangat menarik dimana pada film yang bergenre hukum ini menceritakan betapa hukum yang terjadi 22 aQuarium/Mei 2017
pada negera tersebut begitu lemah mudah dibeli dengan uang serta hanya orang yang berkuasa lah yang mampu melakukannya. Pada film ini terdapat seorang pengusaha kaya raya dimana pengusaha ini memiliki kekuasaan dan sangat terkenal dinegara nya sehingga jaksa, hakim, pengadilan, rumah sakit, dan kepolisian dapat dibeli oleh sebuah kekuasaan dimana hukum sudah tidak lagi adil diberlakukan karena kepentingan sebagian orang dan kebenaran pun harus segera diungkap agar apa yang dituduhkan kepada tersangka (Jung woo) bisa dibuktikan namun tidak mudah untuk melawan seorang yang memiliki kekuasaan tertinggi dinegara nya walaupun demikian proses untuk mencapai kebenaran itu memiliki strategi yang baik dalam film ini semua nya telah digambarkan bagaimana prosesnya hingga pada akhirnya kebenaran itu bisa dibuktkan bahwa siapa yang sebenarnya berslah akris dan actor yang berperan dalam film ini cukup memerankan peran mereka dengan baik sehingga setiap adegan yang diperankan disampaikan dengan baik.
TEKA-TEKI SILANG
1
2
3
4
5
6
7 8
9
10 11
12
13
14
16
15
17
20 23
18
21
22
24 25
27
19
26
28
Mendatar 1. Tanggal 2 mei diperingati sebagai hari 4. Jenis hubungan yang melibatkan dua pihak 7. Takdir 8. Aneka suku dalam masyarakat 11. Berada di sudut 12. Bagian paling penting, utama 13. Ukuran berat 15. Makanan dengan bahan campuran buah dan bumbu 16. National aeronautics and space administration 18. Berkata (inggris) 21. Pegunungan besar di eropa yang membentang di Austria dan Slovenia 23. Sudut pengambilan gambar 24. Kalimat pembuka dalam karya sastra 25. Tarian berpasangan asal spanyol 27. Cahaya 28. Aturan, prinsip (inggris)
Menurun 1.Istilah untuk menunda-nunda dalam menyelesaikan suatu hal 2. Panggil 3. Kepanjangan “n� dari kkn 4. Suara, audio 5. Kendaraan 6. Ibukota nusa tenggara barat 8. Tanaman psikotropika 9. Wadah untuk air minum 10. Kota kretek 13. Nama kecil r.a kartini 14. Berita (inggris) 17. Ilmu yang mempelajari kebudayaan manusia dari barang peninggalannya 19. Nama kota di amerika serikat 20. Laut yang termasuk kawasan suatu negara 21. Keadaan negara dengan mayoritas pertanian 22. Pulau 23. Kasih sayang, perhatian 26. Perjanjian untuk saling mendukung militer antar dua kelompok atau lebih
aQuarium/Mei 2017
23
24 aQuarium/Mei 2017