Maret 2014 LAPORAN UTAMA
KOSENTRASI JURNALISTIK DIHAPUSKAN? DITERBITKAN OLEH :
Salam Persma! Selamat datang di semester genap tahun ajaran 2013/2014 civitas akademika FPSB UII! Setelah melewati liburan akhir semester ganjil yang cukup lama, kini Kognisia kembali produktif dengan mengeluarkan buletin bulanan Aquarium. Edisi Aquarium bulan Maret 2014 ini akan membahas banyak isu yang muncul di lingkungan fakultas kita tercinta. Dimulai dari isu tentang penghapusan konsentrasi jurnalistik di prodi Ilmu Komunikasi serta pembukaan konsentrasi baru, perubahan warna jas almamater Universitas Islam Indonesia hingga beberapa foto yang sempat diabadikan oleh tim Kognisia ketika erupsi Kelud menyambangi kampus kita tercinta. Oleh karena itu, mulailah membaca dari sekarang maka kamu akan mengenali duniamu. Selamat menikmati persembahan tulisan dari Kognisia!
Redaksi
@PersKognisia LPM Kognisia FPSB UII
www.PersKognisia.com
Pemimpin Umum: Muhammad Tantawi S., Wakil Pemimpin Umum: Arfia Juliana Saputri, Sekretaris Umum: Rahmah Hayati , Wakil Sekertaris Umum: Atina Hasanah, Bendahara Umum: Asyiah Ummul Muttaqinah, Wakil Bendahara Umum: Vicky Rizki Amalia, Pimpinan Redaksi: Luthfita Awwali Putri, Redaksi Buletin: Ranisa Kautsar T., Animas Arlitaningtyas, Katrim Alifa P., Redaksi Majalah: Abdi Winarni Wahid , Verdiantika Annisa, Redaksi Online: Aziz Abdul H., Aulia Zahra, Silvia Irna, Layout dan Desain Grafis: Reza Dwi Ikhsan, Ayu Shabrina Artcahyo, Rahmah Ramadani, Yulisman Perdana, HRD (Human Resource Development): Nurul Triwigati, Sarah Faulia S., Renanda Pradipta, Fotografi: Sarah Rahmanita , Henni Budiastuti , Tanta Chintya, Event Creative: Wanda Sekar Arum , Jaringan Kerja dan Usaha (Jarkus): Mukhlis Hasibuan , Nindia Putri Utami , Distribusi dan Iklan (DI) : Dessy Ratnasari , Gina Ismata
Pimpinan Redaksi: Elida Yuliani Redaksi Buletin: Astri Wulandari, Destin Diaz Hakim, Dwitha Cahyani, Yolanda Dwi Asmara, Annisa Nurmaulina, Utami Layout dan Desain Grafis: Mualif , Titi Fery , Paramitha, Riwangga Fotografi: Devi Rachma Gayati, Ardian Cahyo Utomo, Normalita
Saya ingin ada UKS nya, semacam ruang kesehatan gitu. Jadi ketika ada kejadian yang tidak terduga, seperti jatuh, tergelincir dengan adanya UKS, biar ada pertolongan pertama. Tanti Wardani (Psikologi 2010) Wi-Fi lemot, sering putus nyambung, sehingga perlu ditingkatkan kapasitas dan kecepatannya.
M Tolong toiletnya di perhatikan, atau nggak dikasih pengharum, tisu, dan sabun cair. Bagi yang merokok, tolong jagalah kebersihan. Jangan membuang putung rokok di kamar mandi. BW (Psikologi 2012)
Bagi Kalian yang ingin menyampaikan suara atau pendapat kalian tentang apa saja terkait dengan fakultas kita , silahkan kirimkan surat ke Kantor LPM Kognisia di Kantor Bersama di FPSB
Semua fasilitas yang ada di FPSB sudah sangat mendukung kok. Bagus, saya sangat merespon positif dengan dibukanya kantin baru FPSB. Posisinya pas jadi siapa saja bisa mengunjunginya. Hanya saja, yang masih kurang itu pada fasilitas pendingin ruangan pada ruang 3.20. Wardah Rovdhotina (Psikologi 2013) Saya mau komentar tentang kamar mandi yang ada di kamar mandinya PBI. Saya sudah beberapi kali menggunakan kamar mandi yang ada disana. Apa kamar mandinya itu tidak pernah dibersihkan. Baunya sangat tidak sedap dan airnya tidak cukup bersih. Dakocan (Psikologi 20xx) Parkiranya kurang luas, masih gersang kurang tanaman, mungkin bisa di pajang poster atau gambar ya n g m e n a m b a h s e m a n gat mahasiswa buat ke kampus biar AQJ (2012)
Oleh: Nurul Triwigati & Desi Ratna Sari tahap penyesuaian dan sosialisasi pemberlakuan kurikulum, “Sampai saat ini kami belum sosialisasikan karena masih dalam tahap konversi yang belum fix, belum berjalan. Kami masih proses tahap konsolidasi ke bagian akademik rektorat dan tidak ingin membuat mahasiswa menjadi panik dan keos.” tegasnya. Bagi mahasiswa semester lama atau yang sedang menempuh skripsi tidak perlu merasa khawatir dengan adanya kurikulum baru tersebut karena mahasiswa semester lama akan tetap berjalan menggunakan kurikulum yang lama namun tentunya dengan pembaharuan dan penyesuaian terhadap kurikulum yang baru. Menurut Iwan langkah ini diambil lebih kepada efisiensi dan perampingan yang pada akhirnya menyatukan konsentrasi yang serumpun dan aktivitas yang tidak jauh berbeda. “Konsentrasi jurnalistik memang dari tahun ke tahun semakin menurun peminatnya. Karakter ilmu jurnalistik ini memang membutuhkan kemampuan menulis yang baik, tidak semua orang suka menulis. Kemudian jurnalistik identik dengan proses yang berat dan menanttang dilapangan seperti reportase, mencari narasumber di lapangan yang cukup sulit dan bukan hal yang mudah serta tidak semua orang suka berada dibalik layar.” tambah Iwan mengakhiri wawancara. 1
tahap penyesuaian dan sosialisasi pemberlakuan kurikulum, “Sampai saat ini kami belum sosialisasikan karena masih dalam tahap konversi yang belum fix, belum berjalan. Kami masih proses tahap konsolidasi ke bagian akademik rektorat dan tidak ingin membuat mahasiswa menjadi panik dan keos.” tegasnya.Bagi mahasiswa semester lama atau yang sedang menempuh skripsi tidak perlu merasa khawatir dengan adanya kurikulum baru tersebut karena mahasiswa semester lama akan tetap berjalan menggunakan kurikulum yang lama namun tentunya dengan pembaharuan dan penyesuaian terhadap kurikulum yang baru. Menurut Iwan langkah ini diambil lebih kepada efisiensi dan perampingan yang pada akhirnya menyatukan konsentrasi yang serumpun dan aktivitas yang tidak jauh berbeda. “Konsentrasi jurnalistik memang dari tahun ke tahun semakin menurun peminatnya. Karakter ilmu jurnalistik ini memang membutuhkan kemampuan menulis yang baik, tidak semua orang suka menulis. Kemudian jurnalistik identik dengan proses yang berat dan menanttang dilapangan seperti reportase, mencari narasumber di lapangan yang cukup sulit dan bukan hal yang mudah serta tidak semua orang suka berada dibalik layar.” tambah Iwan mengakhiri wawancara.
Oleh: Renanda Pradipta
Resensi Buku Oleh: Ayu Shabrina & Vicky Rizky
Penulis : Miyuki Inoue Penerjemah : Tiwuk Ikhtiari Tebal : 183 halaman Novel berjudul “Aku Terlahir 500 gr dan Buta” ini adalah novel yang ditulis berdasarkan kisah nyata Miyuki sendiri. Novel ini menceritakan seorang remaja kelahiran Jepang bernama Miyuki yang memiliki keterbatasan. Miyuki lahir dengan berat badan seberat 500 gr dan tingginya hanya sepanjang bolpoint. Saat Miyuki berada dalam kandungan, dokter menyarankan sang ibu untuk menggugurkan saja kandungannya, karena jika kandungannya hidup maka anak tersebut akan cacat seumur hidup. Namun, sang ibu tetap mempertahankan Miyuki hingga iai lahir. Setelah lahir, Miyuki di letakkan dalam inkubator karena keadaannya yang lemah dan berbeda dari bayi pada umumnya. Walaupun Miyuki berbeda dengan anak normal pada umumnya, Miyuki tumbuh menjadi anak yang sehat dan ceria. Miyuki pun tetap bersekolah seperti anak normal lainnya hingga SMA. Bahkan, Miyuki memenangkan lomba mengarang tingkat nasional Jepang saat dirinya berusia 15 tahun. Miyuki memiliki cita-cita sebagai pekerja sosial dan
9
Oleh: Sarah Rahmanita merawat orang jompo. Miyuki tinggal berdua saja dengan ibunya, ayahnya meninggal saat Miyuki masih berada di kandungan karena kecelakaan. Sejak saat itulah ibunya membuka restoran untuk kehidupan mereka berlangsung. Miyuki sering bertengkar dengan ibunya, namun cepat berdamai kembali. Banyak hal yang membuat mereka bertengkar, seperti Miyuki tidur terlarut malam, terlalu banyak menonton TV, dsb. Ibu Miyuki adalah seorang wanita yang pekerja keras, berwatak keras, namun baik hati dan lembut. Beliau mendidik Miyuki dengan keras karena beliau tidak ingin Miyuki tumbuh menjadi anak yang lembek. Walaupun Miyuki tidak bisa melihat dan lahir prematur, beliau ingin Miyuki tetap dapat hidup “normal” seperti anak lain pada umumnya. Masih banyak cerita lainnya mengenai kehidupan Miyuki didalam novel ini. Novel ini sangat mengharukan dan banyak kisah yang dapat dipetik. Jadi, siapkan tisu yang banyak sebelum membaca!
Kampus Terpadu, 18/03/2014) Ada yang berbeda dengan warna almamater yang dikenakan oleh maahsiswa angkatan 2013. Kini, warna jas almamater Universitas Islam Indonesia sedikit cerah disbanding dengan warna jas almamater angkatan sebelumnya. Warna almamater tahun ini konon menjadi warna standar almamater UII yaitu biru muda. Perubahan warna jas almamater yang semula berwarna biru tua sekarang menjadi biru muda, akhirnya mendorong Kognisia untuk mendapatkan konfirmasi terkait perubahan warna jas almamater. Menurut Raja Mia selaku komisi 2 DPM-F yang sekaligus menjadi delegasi FPSB dalam tim jas almamater, perubahan warna almamater ini dilakukan untuk menyesuaikan warna biru almamater mahasiswa dengan warna almamater rektorat. Tahun ini warna almamater telah ditetapkan sebagai warna standar almamater UII berdasarkan Surat Ketetapan yang dibuat oleh DPM U. “Semenjak UII berdiri sampai sekarang memang belum ditentukan biru seperti apa yang digunakan untuk warna almamater. Masalah pemilihan warna ini memang sudah dibahas dalam rapat hearing antara tim jas almamater dan DPM U, karena ada perbedaan mencolok antara warna almamater mahasiswa dengan warna almamater rektorat.” jelas Mia.
Dari dulu masalah pengelolaan jas almamater ini diserahkan kepada komisi 4 DPM U sebagai asset mahasiswa, tanpa campur tangan dari rektorat. Komisi 4 ini yang kemudian akhirnya membentuk Tim Jas Almamater sehingga tim jas inilah yang kemudian mengelola semua urusan almamater setiap tahunnya. Bersama tim jas almamater dan DPM U akhirnya keluarlah Surat Ketetapan bahwa tahun ini warna biru muda menjadi warna standar almamater UII hingga seterusnya. DPM U membuat tim formatur jas almamater yang bertugas untuk mendistribusikan masalah almamater kepada semua mahasiswa. Anggota dari tim jas almamater ini berasal dari delegasi masing-masing lembaga. Dari tiap-tiap lembaga ini mereka mengutus perwakilan atau delegasi untuk masuk ke tim jas karena di tiap tahunnya anggota dari tim jas itu mengikuti perubahan sesuai masa periode DPM. Untuk sejarah standarisasi dan pengelolaan jas almamater, menurut Mia selama 3 sampai 4 tahun ini adalah DPM U. Yang pasti tahun ini DPM U telah mengeluarkan Surat Ketetapan yang berisi warna tetap almamater, yaitu warna biru muda. “Jadi untuk masalah perubahan warna dan pemilihan warna untuk almamater tahun ini tidak ada campur tangan dari rektorat lagi.” tutup Mia diakhir wawancara dengan Kognisia. 2
OLEH: SARAH FAULIA SARI Berjalan menelusuri setiap sudut kota, memasuki gang-gang kecil yang luput dari penglihatan. Terus kulangkahkan kakiku tanpa ada ragu sedikitpun. Setiap orang yang melihatku selalu bertanya apalah pekerjaanku. Dan akupun selalu menjawab “Aku bekerja untuk semua masyarakat Indonesia.” Disetiap untaian kata yang terucap selalu kuselipkan sedikit senyum dari hatiku. Hari ini aku akan kembali berjalan menelusuri kota. Targetku adalah para pedagang tradisional. Sekitar pukul 10 pagi aku keluar dari rumah menggunakan motor bututku. Aku mengendarai motor hanya sampai di penitipan motor yang berada di dekat jalan raya. Setelah menunggu sekitar 10 menit, bus yang akan membawaku ketempat tujuan pun datang. Di dalam bus aku sengaja memilih untuk tidak duduk. Selain kursi hampir penuh, aku juga bisa lebih leluasa mengamati keadaan sekitar dengan berdiri. Belum setengah jalan ke tujuan, ada seorang anak laki-laki yang naik ke bus untuk mengamen. Kuperhatikan anak itu, usianya sekitar 13 tahun. Badannya kurus dengan pakaian lusuh, membawa sebuah ukulele butut. Setelah a n a k te rs e b u t s e l e s a i m e n ga m e n d a n mengumpulkan uang, ia berdiri disebelahku untuk menanti pemberhentian selanjutnya. Rasa penasaran membuatku mengajak anak itu untuk mengobrol. “Dek udah lama ngamen?” anak itu tampak kaget dan bingung dengan pertanyaanku. “Kakak bicara sama saya?” tanyanya tampak bingung. “Iya kakak bicara sama kamu. Kamu udah lama ngamen dek?” ”Ehm saya sudah lumayan lama mengamen kak.” jawabnya sedikit ragu.
3
“Sejak kapan dek?” tanyaku lagi sambil mulai mengali informasi. “Sekitar 1 tahun yang lalu kak.” Ungkapnya. “Sudah lama juga ya. Kenapa adek ngamen? Emang gak sekolah ya?” lanjutku. Lama anak itu terdiam dari raut wajahnya kelihatan ada sedikit aura sedih dan menyesal dalam dirinya. “Terpaksa kak, orang tua gak ada biaya.” “Trus adek sekarang mau kemana?” tanyaku lagi. “Mau ke kolong jembatan kak.” Jelasnya. “Ngapain disana? Ini kan masih pagi.” “Kumpul sama temen-temen kak.” Seketika aku sangat tertarik dengan perkataan anak itu. Aku menantap dan melihat anak itu dengan seksama, hingga akhinya aku memutuskan untuk tidak pergi ke tujuan awalku dan ikut dengan anak itu. “Kakak boleh ikut?” Dengan sedikit perasaan kaget, ia pun menjawab “Ngapain kak?” “Cuma mau kenalan aja sama temen-temen kamu. Oh iya nama adek siapa?” “Kakak yakin? Nama aku Andi kak.” jawabnya dengan sedikit ragu “Iya kakak yakin.” Akhirnya setelah perbincangan itu aku bisa ikut dengan Andi untuk berkumpul bersama teman-temannya. Aku dan Andi berjalan melewati beberapa gang yang sangat sempit yang hanya bisa dilewati oleh 1 orang untuk sampai ke kolong jembatan tempat mereka berkumpul. Betapa terkejutnya aku setelah sampai ternyata jumlah mereka cukup banyak, hampir 30 anak. Tanpa rasa canggung aku mengajak mereka mengobrol dan bercanda. Dari obrolan itu
kursus tersebut dengan menggunakan uang tabungannya. Selama menjadi siswa ditempat kursus tersebut, Sashi selalu mendapatkan pujian dan menjadi salah satu siswa terbaik. Selama di Amerika Sashi belajar Bahasa Inggris sangat keras dan tekun hingga ketika anak dan keluarganya telah sampai di Amerika pun Sashi masih mengikuti kursus. Keluarganya tidak ada yang mengetahui Sashi mengikuti kursus Bahasa Inggris karena Sashi selalu mencari alasan agar dirinya bisa pergi ketempat kursus tersebut tanpa ada seorangpun yang tahu. F i l m En g l i s h V i n g l i s h i n i mengajarkan kita agar jangan sekali-kali http://3.bp.blogspot.com/ kita memandang sebelah mata tentang diri seeorang. Karena bisa saja orang yang kita pandang rendah justru lebih baik dari apa yang kita pikirkan. Bukan soal itu saja. Menuntut ilmu tidak hanya diperuntukkan untuk anak muda saja akan tetapi ilmu sangat berguna untuk semua umur, dari anak kecil hingga orang dewasa. Jangan pernah malu untuk menuntut ilmu atau menggali lebih dalam lagi untuk ilmu yang belum kita dapat www.santabanta.com sebelumnya.
ibnlive.in.com
www.listal.com www.appszoom.com
8
Sutradara: Gauri Shinde Pemain: Sridevi, Adil Hussain, Mehdi Nabbou, Priya Anand, Neelu Sodhi, Cory Hibbs Tahun Rilis: 5 Oktober 2012 Durasi: 133 Menit
oleh : Gina Ismata A quiet, sweet tempered housewife endures small slights from her well-educated husband and daughter everyday because of her inability to speak and understand English. English Vinglish menceritakan tentang Sashi Godbole, seorang Ibu yang memiliki dua anak (diperankan Sridevi) yang merasa diperlakukan seperti pembantu dirumahnya sendiri. Sashi tidak mau meninggalkan adat istiadatnya sebagai seorang Hindi dimanapun dia berada. Sehingga ia kelihatan kolot (terutama dimata anaknya) ditengahtengah masyarakat modern. Kekolotan yang ditampilkan terutama saat dia menghadiri acara pertemuan antara orang tua siswa dengan guru sekolah anaknya. Anaknya sangat malu karena ibunya tidak mampu berbahasa Inggris, sementara sekolah anak-anaknya tergolong sekolah bertaraf Internasional. Ketertekanan Sashi semakin tinggi ketika suaminya yg bekerja sebagai pria kantoran, terus mengatakan, memperlakukan, serta lebih mengutamakan pekerjaan kantor daripada aktivitas dirumah. Bahkan urusan istrinya dianggap sepele dan menganggap hal itu memanglah pekerjaan seorang ibu rumah
7
tangga. Cerita berlanjut ketika saudara Sashi yang bertempat tinggal di Amerika mengirimkan undangan pernikahan anaknya. Sashi dan keluarga diundang untuk datang ke Amerika, Akan tetapi suaminya memilih datang pada hari H dikarenakan urusan pekerjaan. Karena Sashi tidak memiliki pekerjaan maka dia memutuskan untuk berangkat 1 bulan sebelum hari H. Sesampainya Sashi di Amerika, dia merasa bingung dan tidak tahu harus berbuat apa. Bahkan dia juga kesulitan untuk berkomunikasi di USA dikarenakan faktor Bahasa Inggris nya yang tidak baik. Ketika sedang duduk ditepi jalan perhatian Sashi tertuju pada sebuah iklan belajar Bahasa Inggris dalam waktu 4 minggu yang terpasang di bus. Sesampainya dirumah saudaranya, Sashi langsung menghubungi kantor kursus tersebut dan dia mendaftarkan diri ditempat
aku tahu kebanyakan dari mereka berhenti sekolah dan memutuskan mencari uang dengan cara mengamen karena hambatan ekonomi keluarga. Usia mereka tidak jauh berbeda satu sama lain yaitu sekitar 10-14 tahun. Tidak lama kemudian aku melihat seorang wanita berjalan menuju arah kami. Usianya kira-kira tidak jauh dariku dengan perawakan tinggi, berjilbab dan senyum yang manis. Dia membawa sebuat tas yang lumayan besar sehingga membuatku penasaran dengan isinya. Sesampainya ditempat kami, wanita itu menyapa aku dan anak-anak dengan senyumannya. Dari perbincangan singkat yang kulakukan dengan wanita itu aku bisa mengetahui bahwa namanya adalah Astri. Dia adalah seorang sukarelawan yang mengajar anak-anak jalanan putus sekolah seperti Andi dan teman-temannya. Astri sudah sekitar 6 bulan mengajar anak-anak itu setiap hari Kamis pagi dan Jumat sore. Tidak memerlukan waktu yang lama, Astri pun langsung mengelurkan isi tas besarnya itu yang ternyata adalah sebuat papan tulis. Anak-anak terlihat sangat senang dengan pelajaran sederhana yang diberikan Astri. Akupun dengan sigap mengambil kamera didalam tasku dan segera mengabadikan momen-momen tersebut. Mulai dari wajah anak-anak yang terlihat serius dengan pelajaran sampai dengan tawa canda mereka ketika mendengar cerita lucu yang disampaikan oleh Astri. Tanpa aku sadari mereka tersenyum disudut bibirku yang melihat keadaan dihadapanku. Waktu 3 jam berlalu begitu saja. Tanpa aku sadari, matahari mulai meninggi. Pelajaran yang diberikan Astri kepada anakanak telah selesai. Akupun mengajak mereka untuk berfoto bersama yang akan kujadikan sebagai kenang-kenangan sebelum aku pulang. Aku lalu berpamitan kepada mereka
semua dan berjanji akan kembali lagi minggu depan karena hari sudah cukup siang. Aku berjalan pulang dengan terus teringat kejadian di kolong jembatan tadi. Sesampainya dirumah, dengan sigap kubuka laptopku dan kumasukkan memori kamera yang berisi banyak foto bersama Andi dan teman-temannya. Kuamati satu-persatu foto-foto tersebut. Foto dengan banyak terselip kesedihan dibalik senyum anak-anak itu. Kulanjutkan pekerjaanku. Kutulis semua kata-kata yang ada dibenakku sesuai dengan apa yang telah kudapatkan tadi siang. Setelah semua selesai dan aku rasa semuanya cukup kuletakkan 2 foto terbaik dari anak-anak jalanan itu. Terahir kuklik “send� untuk mengirim hasil pekerjaanku tersebut kepada editor. Sekarang aku bisa tersenyum lega, kurebahkan tubuhku dikasur sambil melihatlihat foto anak-anak itu lagi. Anak-anak jalanan yang memberikan aku motivasi tambahan secara tidak langsung dari senyum tulus mereka. Hanya dari foto-foto itu saja aku bisa merasakan apa yg mereka rasakan. Penderitaan yang selama ini mereka tanggung sendiri. Aku senang bisa menemukan mereka karena memang inilah pekerjaanku, yah seperti yang selalu aku katakan “Aku bekerja untuk semua masyarakat Indonesia.� pekerjaan seorang wartawan yang harus selalu peka terhadap keadaan masyarakat sekitar. Pekerjaan yang sulit dan mengandung resiko tinggi tapi aku sangat mencintainya. Karena dengan menjadi wartawan, aku bisa bersentuhan langsung dengan kalangan paling bawah hingga paling atas.
4
Oleh: Ranisa Kautsar Tristi
Syndrome Down merupakan bentuk kelainan kromosom dalam tubuh manusia. Secara sederhana kromosom normal manusia berjumlah 23 pasang atau 46 buah. Penderita sindroma down memiliki kelebihan kromosom, yaitu pada titik kromosom nomor 21 terdapat tiga (trisomi 21) sehingga total menjadi 47.
World Down Syndrome Day (WDSD) diperingati setiap 21 Maret. Pada bulan ini, organisasi Down Syndrome di seluruh dunia mengadakan berbagai kegiatan untuk meningkatkan kesadaran publik akan Down Syndrome. Dipilihnya tanggal tersebut oleh Down Syndrome International (DSI) sesuai dengan keunikan Down Syndrome dalam triplication (trisomi) dari 21 kromosom. Ide ini awalnya diajukan oleh Stylianos E. Antonarakis, seorang dokter ahli genetika dari University of Geneva Medical School, dan dengan antusias diadopsi oleh ART21.
5
Acara peringatan pertama kali diadakan pada 21 Maret 2006 di Geneva. Pengenalan WDSD juga diluncurkan pada 21 Maret 2006 di Singapura oleh Down Syndrome Association. Organisasi Asosiasi Nasional untuk Sindrom Down yang didirikan oleh Kathryn McGee pada 1960, juga dikenal sebagai organisasi advokasi pertama untuk individu Down Syndrome di Amerika Serikat. Down Syndrome (DS) atau Sindroma Down adalah suatu gangguan akibat adanya kelainan kromosom. Kata Down berasal dari nama orang yang pertama kali mendeskripsikan karakteristik gangguan ini, yaitu Dr. John Langdon Down. Menurut penelitian, Down Syndrome terjadi 1 diantara 700 kelahiran hidup. Di Indonesia sendiri terdapat kurang lebih 300 ribu kasus DS. Anak dengan Down Syndrome mempunyai karakteristik wajah yang khas. Bentuk mata mereka miring dan tidak ada lipatan dikelopaknya. Hidung mereka berukuran kecil dan datar. Ukuran mulut mereka pun seringkali kecil dengan lidah yang tebal dan pangkal mulut yg dangkal. Otot mulut mereka juga lemah, sehingga mereka sering mengalami gangguan bicara.Rambut mereka lemas, tipis dan jarang. Tangan mereka kecil dengan jari-jari pendek. Telunjuk dan ibu jari kaki berjauhan,yang sering disebut dengan sandal foot. Anak dengan Down Syndrome biasanya akan memiliki beberapa masalah, misalnya pada
masalah otot, bicara, motorik dan gangguan kecerdasan. Untuk mengatasi masalah-masalah ini, mereka membutuhkan terapi. Terkadang juga terdapat beberapa gangguan pada jantung, pencernaan, THT dan mata. Untuk perawatan anak dengan Down Syndrome dibutuhkan beberapa faktor pendukung utama seperti faktor keluarga, lingkungan sekitar dan kepedulian serta perhatian orang tua. Di negara-negara maju, sejak awal abad ke-20 kebanyakan orang dengan Down Syndrome ditempatkan pada institusi atau koloni yang dikecualikan dari masyarakat. Namun, sejak awal tahun 1960-an banyak organisasi yang terdiri dari para orang tua, pendidik profesional dan warga masyarakat menginginkan didirikanya sekolah inklusi, dan meminta orangorang dengan bentuk cacat mental atau fisik dapat bergabung dengan
Down syndrome merupakan suatu kelainan genetik yang paling sering terjadi. Sekitar 1 dari 691 bayi yang dilahirkan memiliki down syndrome. Di Amerika serikat sendiri saat ini terdapat > 400.000 orang dengan down syndrome.
masyarakat umum. Hingga saat ini, di banyak negara telah banyak terbuka kesempatan bagi orang-orang dengan Down Syndrome untuk dapat merasakan pendidikan di sistem sekolah normal. Perayaan Hari Down Syndrome Sedunia bertujuan agar para orang tua yang memiliki anak Down Syndrome saling mendukung dan memupuk semangat, sehingga anak-anak berkebutuhan khusus ini dapat berkembang secara optimal sesuai dengan kemampuan yg dimilikinya. Dikutip dari berbagai sumber.
google.com
Sebagian besar orang dengan down syndrome memiliki IQ antara tingkat rendah sampai sedang pada IDDS. Akan tetapi anak dengan down syndrome dapat berpartisipasi secara penuh pada kegiatan di sekolah
Saat ini, banyak orang dengan down syndrome yang hidup dengan keluarga mereka di rumah & berpartisipasi secara aktif pada kegiatan belajar, sosial & rekreasi di lingkungannya.
sumber: http://kutu-terbang.blogspot.com/2012/04/mitos-dan-fakta-mengenai-down-syndrome.html
6