2 minute read
Meningkatkan Keamanan Pangan Ekspor
Keamanan pangan berperan penting dalam mutu produk yang diekspor. Dengan meningkatnya keamanan pangan, produk Indonesia akan semakin berdaya saing dan memiliki nilai jual yang tinggi. Untuk memenuhi kapasitas tersebut, salah satu upaya yang dilakukan adalah dengan mengikuti pertemuan Komite Codex untuk Sistem Inspeksi dan Sertifikasi
Ekspor Import Produk Pangan (Codex Committee on Food Import and Export
Advertisement
Inspection and Certification Systems/ CCFICS) Putaran ke-26 pada1-5 Mei
2023 lalu di Ciawi, Jawa Barat.
“Saat ini, isu ketertelusuran (tracebility) merupakan salah satu titik kritis dalam sistem keamanan pangan nasional. Oleh karena itu, kemampuan suatu negara dalam mendeteksi ketidaksesuaian menjadi tantangan tersendiri. Pemerintah harus dapat bersaing di pasar global seiring dengan pengembangan teknologi dan peningkatan sumber daya manusia,” jelas Direktur Standardisasi dan
Pengendalian Mutu sebagai Delegasi
Indonesia, Matheus Hendro Purnomo.
Standar dan pedoman Codex bersifat sukarela namun kedua hal ini menjadi semakin penting sejak ditetapkan dalam
Perjanjian Sanitary and Phytosanitary
(SPS) dan Technical Barriersto Trade
(TBT) WTO sebagai standar yang diacu untuk keamanan pangan dalam perdagangan internasional.
Pertemuan CCFICS ini merupakan mandate Codex Alimentarius Commission (CAC) dalam menyusun standar dan pedoman pangan internasional dalam perlindungan konsumen serta untuk memastikan praktik adil dalam perdagangan pangan. CCFICS sendiri merupakan salah satu komite di bawah CAC yang bertugas menyusun standar dan pedoman Codex terkait sistem inspeksi dan sertifikasi. Baik untuk produk ekspor,maupun impor. Indonesia melakukan beberapa intervensi terkait penyusunan pedoman proses penyetaraan Sistem Keamanan
Pangan Nasional antarnegara, pedoman penyelenggaran remote audit dan inspeksi, serta pedoman terkait bagaimana otoritas kompeten mendeteksi jenis dari tindakan ilegal terkait pangan (food fraud). Indonesia juga mendukung penyusunan pekerjaan baru (new work) mengenai ketertelusuran. Fri-35
D’Mamam:
Produk Beku Olahan Daging untuk Balita
Berangkat dari kesulitan mencari produk yang tepat untuk dikonsumsi anaknya yang masih balita, Pemilik PT D'Mamam Sehatin
Indonesia, Widati Wulandari merintis usaha pangan beku untuk balita dengan konsep ‘sehat’ dengan nama D’Mamam sejak 2015. “Ada banyak sekali produk beku olahan daging di pasaran. Produkproduk ini menawarkan sesuatu yang praktis dan lezat untuk dikonsumsi.
Namun, masih belum bisa menemukan produk yang tepat untuk dikonsumsi balita,” ujarnya kepada Tim FoodReview Indonesia.
Wulan dan tim menghadirkan produk pangan ‘homemade’ olahan daging yang telah memiliki izin edar BPOM RI serta sertifikasi Halal LPPOM MUI. Semua produk D’Mamam dibuat tanpa MSG, pengawet dan bahan kimia lainnya, dengan persentase kandungan daging ayam yang cukup tinggi pada produknya yakni lebih dari 55%.
Sesuai dengan tujuan awalnya, produk
D’Mamam memang dibuat untuk balita yang sangat membutuhkan asupan protein hewani untuk mengoptimalkan pertumbuhan dan perkembangan.
Produk D’Mamam yang tinggi kandungan protein juga diharapkan bisa membantu pemerintah mendongkrak status gizi balita Indonesia dan menurunkan angka stunting. Hal ini sejalan dengan visi D’Mamam yakni terangkatnya gizi anak Indonesia sejak dini melalui makanan sehat agar menjadi generasi yang siap bersaing di kancah global.
Untuk bahan baku, biasa diperoleh di pasar lokal, terutama daging ayam yang merupakan bahan baku utama. Daging ayam langsung disuplai dari rumah pemotongan ayam terdekat. Dalam satu hari, Wulan membutuhkan 150 kg daging ayam untuk diolah menjadi berbagai varian produk D’Mamam seperti nugget, sosis, dimsum, baso, dan aneka bento. Kapasitas produksi
D’Mamam per bulan telah mencapai 10.000 kemasan (250-300 gr) dan semua produk dipasarkan secara daring ke berbagai marketplace, serta penjualan melalui agen dan distributor yang tersebar hingga Pulau Sulawesi dan Kalimantan. Fri-12