INDONESIA
tantangan indonesia
mencapai industri persusuan tangguh
2025
Post-Biotik Susu Fermentasi:
Potensi dan tantangan dalam Pengembangan Pangan fungsional
KEJU TOMME:
Keju probiotik dengan
Kultur starter lokal
Dairy INTEGRITY
DAIRY INTEGRITY
Selamat Hari Susu Nusantara, 1 Juni 2023. Susu dan produk susu telah menjadi bagian integral dari pola pangan dunia, dan dikenal sebagai bahan pangan dengan kandungan dan komposisi gizi yang sangat baik. Susu diketahui memberikan aneka manfaat bagi kesehatan manusia.
Konsumen secara umum mempunyai persepsi kesehatan yang positif tentang konsumsi susu. Dengan persepsi konsumen yang positif, serta menimbang kecenderungan permintaan ritel yang terus menguat dan pulihnya sektor jasa boga dari tekanan pandemi COVID-19, maka Foreign Agricultural Service (FAS), Kementerian Pertanian Amerika Serikat (USDA) tahun 2022, memperkirakan bahwa total konsumsi susu akan meningkat sekitar 6% pada tahun 2023.
Besarnya popularitas susu ini mendorong kuat berbagai upaya pengembangan dan inovasi dengan menggali manfaat susu yang lebih besar bagi kesehatan. Antara lain, melalui penambahan atau modifikasi komponen tertentu dari susu, misalnya dengan penambahan probiotik, asam lemak tertentu dan sebagainya. Bahkan popularitas ini juga menarik industri untuk mengembangkan berbagai alternatif produk non-susu yang mengacu pada susu, dan bahkan dinamakan dengan menggunakan istilah susu (susu kedelai, susu almond, susu nabati dan lain sebagainya).
Praktik penamaan dan penggunaan istilah susu yang tidak tepat pada produk non-susu ini telah lama dikhawatirkan dan diantisipasi oleh masyarakat industri susu, karena informasi demikian dianggap berpotensi menyesatkan. Karena alasan itu, masyarakat internasional, melalui Codex Committee on Milk and Milk Products, melahirkan General Standard for the Use of Dairy Terms (CXS 206-1999), yang sering disingkat sebagai GSUDT.
GSUDT mendefinisikan susu sebagai sekresi cairan normal dari hewan penghasil susu, yang diperoleh dari satu atau lebih pemerahan, tanpa penambahan atau tanpa pengurangan apapun darinya, dimaksudkan untuk dikonsumsi sebagai susu cair atau untuk diproses lebih lanjut (milk is the normal mammary secretion of milking animals obtained from one or more milkings without either addition to it or extraction from it, intended for consumption as liquid milk or for further processing). Definisi ini mirip dengan definisi susu segar menurut SNI (SNI 01 – 3141 – 2011), tetapi definisi SNI ini berlaku hanya untuk susu sapi saja. Lebih lanjut, GSUDT secara jelas menyatakan bahwa produk pangan yang tidak sesuai dengan definisi tersebut maka tidak selayaknya disebut susu. Hal ini untuk memastikan bahwa konsumen tidak dibingungkan atau bahkan tersesatkan oleh representasi produk yang salah, berpotensi menipu, atau keliru.
Selain mendefinisikan susu, GSUDT juga mendefinisikan produk susu (milk product, yaitu produk yang diperoleh dari pengolahan susu, yang dapat mengandung bahan tambahan pangan, dan bahan lain yang secara fungsional diperlukan untuk mendefinisikan pengolahan), produk susu komposit (composite milk product), produk susu rekonstitusi (reconstituted milk product), produk susu rekombinasi (recombined milk product), dan istilah mengenai susu atau produk susu lainnya. Karena itu, perlu keterangan transparan
yang menjelaskan karakter produk sesuai apa adanya. Ketika produk susu dimodifikasi dengan berbagai teknologi yang berkembang saat ini, maka keterangan atau deskriptor yang sesuai perlu disertakan pada label produk untuk memberikan informasi akurat tentang status dan kondisi produk sehingga dapat mencegah kebingungan konsumen. Keterangan bisa berupa informasi mengenai spesies penghasil susu, modifikasi komposisi, perubahan sifat zat gizi, perpanjangan umur simpan, atau perubahan kondisi fisik.
Perlu ditekankan di sini (khususnya dalam rangka peringatan Hari Keamanan Pangan Dunia, 7 Juni 2023), bahwa GSUDT berupaya untuk menjamin keaslian dan keutuhan susu (dairy integrity), dengan memberikan keterangan yang benar, dengan istilah baku, untuk melindungi konsumen dari pangan tidak layak, tidak asli, tidak utuh, dan/atau tidak sesuai dengan standar keamanan, mutu dan identitasnya. Dengan kata lain, melindungi konsumen dari misrepresentasi pangan. Dengan keterangan yang jelas, benar dan tidak menyesatkan maka konsumen dapat menentukan pilihannya sendiri. Hal tersebut di atas adalah esensi dari pelabelan pangan yang baik, yang sangat diperlukan untuk melindungi konsumen, juga sekaligus memfasilitasi praktik adil perdagangan, dan serta memelihara kepercayaan konsumen pada nilai gizi dan manfaat kesehatan susu.
Hal ini tentu merupakan tantangan tersendiri bagi para inovator pangan, untuk lebih kreatif dengan penamaan produk. Misalnya, bukannya susu beras (rice milk) tetapi diberi nama tajin, bukannya susu kelapa (coconut milk) melainkan santan; atau yang lain. Karena itu, perlu upaya pendefinisian dan pengembangan standar yang lebih jelas dan akurat tentang nama dan penamaan produk dan/atau kategori produk, beserta karakter khasnya, sehingga dapat menjadi penciri dan pembeda nyata yang mudah dipahami oleh konsumen, serta menjamin praktik perdagangan yang lebih adil.
Upaya ini juga sangat penting untuk memberikan jaminan kepada para inovator bahwa produknya tidak akan dianggap menyesatkan konsumen, tidak sesuai standar, atau bahkan melanggar regulasi. Untuk ini, diperlukan juga inovasi dan kreativitas regulator, untuk tetap memberikan jaminan keaslian dan keutuhan (berkaitan dengan keamanan dan mutu) pangan, tetapi sekaligus juga memberikan kerangka inovasi bagi pengembangan produk dan industri pangan, sesuai dengan potensi khas Indonesia.
Selalu ada tantangan, tetapi selalu juga ada jalan penyelesaiannya. Semoga sajian FoodReview Indonesia kali ini dapat memicu dan memacu industri susu dan industri pangan pada umumnya untuk terus berkembang dan berdaya saing.
Purwiyatno Hariyadi https://phariyadi.foodreview.co.id/6 FORUM
8 FOOD INFO
ASOSIASI
Industri Pangan Hadapi
40
daftar isi
VOL. XVIII No. 6 Juni 2023
OVERVIEW
Tantangan Indonesia
28
Mencapai Industri
Persusuan Tangguh 2025
Sistem ketahanan pangan sebagaimana tertuang dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) 20052025, diarahkan untuk menjaga ketahanan dan kemandirian nasional dengan mengembangkan kemampuan produksi dalam negeri.
Tantangan Efisiensi
Bahan Baku, Air, dan Energi
INGRIDIEN
Post-Biotik Susu
Fermentasi: Potensi
42
dan Tantangan dalam
Pengembangan Pangan
Fungsional
Penambahan probiotik pada produk susu termasuk susu fermentasi untuk meningkatkan manfaat kesehatan telah lama dikenal dan diaplikasikan.
Pemimpin Umum: Suseno Hadi Purnomo | Pemimpin Redaksi: Purwiyatno Hariyadi | Wakil Pemimpin Redaksi: Nuri Andarwulan
Redaktur Pelaksana: Himma Ellisa | Pemimpin Perusahaan: Pratomodjati | Wakil Pemimpin Perusahaan: Hindah Muaris
Pembaca Ahli: Desty Gitapratiwi | Staf Redaksi: Fitria Bunga Yunita | Sales, Advertising & Activities: Tissa Eritha
Digital Marketing: Fetty Fatimah | Business Development: Andang Setiadi | Desain & layout: Yanu Indaryanto
IT dan Website: Gugun Hendi Gunawan | Keuangan: Kartini, Padmawati Zainab
Penerbit: PT Media Pangan Indonesia
Alamat PT Media Pangan Indonesia: Jl Binamarga II No. 23, Baranangsiang, Bogor Timur 16143
Telepon: (0251) 8372333, (0251) 8322732 | +62 811 1190 039 | Fax: (0251) 8375754
Website: www.foodreview.co.id | E-mail: redaksi@foodreview.co.id, marketing@foodreview.co.id
ISSN: 1907-1280
Memilih dan memeriksa hewan kurban secara cermat menjadi tahap awal yang penting dilakukan untuk memastikan daging dengan mutu terbaik, layak konsumsi, aman, sehat, utuh, dan halal (ASUH).
Penawaran Kerja Sama Media Partner
Kepada FoodReview Indonesia, Saya bermaksud menawarkan kerja
sama dengan FoodReview Indonesia
sebagai media partner untuk acara kami yang berupa seminar dan kongres di bidang pangan dan gizi. Bagaimana untuk prosedur pengajuannya? Terima kasih.
Fatin
Jakarta
Jawab: Terima kasih atas ketertarikannya untuk bekerja sama dengan kami. Silakan kirim proposal kegiatan tersebut melalui email marketing@ foodreview.co.id.
Paket Koleksi Cetak Majalah FoodReview Indonesia
Dear FoodReview Indonesia, Saya sudah berlangganan majalah FoodReview
Indonesia secara digital di Pustaka Pangan. Namun, saya masih ingin melengkapi edisi cetak dari Majalah FoodReview Indonesia. Mohon info edisi mana saja yang tersedia cetak dan ketersediaannya. Terima kasih.
Puput Bogor
Jawab:
Terima kasih atas ketertarikannya untuk mengoleksi majalah kami. Untuk versi cetak masih bisa didapatkan melalui loka pasar kami seperti Shopee & Tokopedia. Silakan ketik ‘Majalah FoodReview’ pada kolom pencarian. Sedangkan untuk ketersediaan edisi-edisi tertentu silakan menghubungi tim distribusi kami di +62 811 1190 039.
Kepada FoodReview Indonesia
Mohon informasinya, bagaimana cara berkontribusi artikel untuk majalah
FoodReview Indonesia dan apa saja syarat dan ketentuannya. Terima kasih.
Dwi
Surakarta
Jawab:
Kami menerima artikel dalam lingkup ilmu dan teknologi pangan dengan
panjang artikel dibatasi maksimum 4 halaman (12,000 karakter), dengan Cambria 11 spasi 1. Untuk keperluan tata letak dan penyuntingan, kami akan melakukan perubahan tanpa mengubah makna dan isi. Artikel yang ditulis kami harapkan disertai dengan nama penulis, lengkap dengan lembaga/perusahaan/asosiasi tempat penulis beraktivitas. Jika dipandang perlu, artikel bisa juga diberi tambahan daftar referensi -maksimal 5 sumber pustaka. Tulisan yang dimuat akan mendapat imbalan menarik.
KIRIMKAN KOMENTAR atau pertanyaan Anda ke Forum FOODREVIEW INDONESIA Jl Binamarga II No. 23, Baranangsiang, Bogor Timur 16143 atau melalui whatsapp: +62 811-1190-039, email redaksi@foodreview.co.id
Cantumkan nama lengkap, alamat dan nomor telepon Anda. Semua surat yang masuk akan diedit terlebih dulu dengan tanpa mengubah maknanya.
SIGN UP TO RECEIVE YOUR FREE MAGAZINE IN YOUR EMAIL EVERY MONTH
If you have a friend or colleague who would be interested in receiving Foodreview Indonesia, please feel free to share the latest issue, and our special digital subscription offer with them today.
Pameran Food + Beverage Indonesia:
Promosikan Kuliner B2SA
sehingga dapat berkontribusi dalam
kemajuan kuliner (pangan) khususnya pada perkembangan chef di seluruh
Indonesia,” ujar Presiden Indonesian Chef Association (ICA), Chef Susanto dalam pembukaan Chef Expo di JIExpo
Kemayoran, 10 Mei 2023 lalu.
Bersama-sama dengan Badan Pangan
Nasional, Chef Expo akan memiliki
kelas lomba khusus terkait kuliner
yang Beragam, Bergizi, Seimbang, dan Aman (B2SA). “Penting bagi kita untuk mensosialisasikan makan sehat, makan enak. Aneka ragam pangan di Indonesia
apabila disesuaikan dengan kampanye
‘Isi Piringku’ tentu akan menciptakan
dalam
Beragam, Bergizi, Seimbang, dan Aman (B2SA) menjadi gerakan yang masif dilakukan oleh
pemerintah saat ini. Melalui gerakan
ini diharapkan agar masyarakat dapat menerapkannya dalam memilih dan menyusun menu makannya seharihari sehingga dapat memenuhi
kebutuhan gizi, dengan memanfaatkan sumberdaya pangan lokal. Berangkat
dari hal tersebut, Chef Expo yang
berada dalam rangkaian Pameran Food + Beverage Indonesia mencoba untuk
mengintegrasikan konsep tersebut.
“Chef Expo yang ke-4 pada tahun ini merupakan perwujudan misi kuliner
Indonesia melalui beberapa pameran, lokakarya, dan lain sebagainya,
individu-individu yang luar biasa.
Termasuk juga ragam kuliner B2SA ini,” kata Kepala Badan Pangan Nasional, Arief Prasetyo Adi.
Chef Expo berlangsung pada 10-13
Mei 2023 lalu bersama dengan pameran
lainnya seperti Food + Beverage
Indonesia, International Indonesia
Seafood & Meat Expo, dan Indonesia
Cold Chain Expo. “Kami berharap
pameran ini dapat berkontribusi
dalam kemajuan industri pangan di tanah air. Para pelaku bisnis terkait
dapat berinteraksi secara langsung
dan bersama-sama menciptakan bisnis baru,” pungkas General Manager PT Wahana Kemalaniaga Makmur (Wakeni), Sofyanto Widjaja. Fri-35
SUGAR REDUCTION & HEALTHY DIET: CHALLENGE & OPPORTUNITY FOR BEVERAGE INDUSTRY
Gula menjadi salah satu ingridien yang banyak digunakan dalam
industri pangan. Perannya
yang multiguna membuat gula
menjadi ingridien penting yang akan
memengaruhi karakteristik suatu
produk pangan tertentu. Kendati
demikian, pergeseran gaya hidup
konsumen juga memengaruhi eksistensi
gula terutama yang berkaitan dengan
kesehatan. Berdasarkan data Riset
Kesehatan Dasar (Riskedas) tahun
2018, diketahui prevalensi konsumsi
gula di Indonesia adalah 4,8% atau
sebanyak 5 dari 100 orang Indonesia
mengonsumsi gula lebih dari 50 g/hari.
Selain itu, sebanyak 61,27% penduduk
usia lebih dari tiga tahun di Indonesia
mengonsumsi minuman manis lebih
satu kali per hari. Konsumsi gula
berlebih telah jamak diketahui dapat
berdampak buruk pada kesehatan
individu. Beberapa di antaranya adalah
kelebihan berat badan dan obesitas, kerusakan gigi, dan penyakit tidak menular seperti diabetes. Konsumsi yang berlebih ini membuat prevalensi diabetes pada penduduk usia kurang
lebih 15 tahun di Indonesia meningkat.
“Asupan gula terutama dalam bentuk manis dapat meningkatkan asupan kalori secara keseluruhan. Hal ini mengarah ke pola konsumsi yang tidak sehat dan merupakan salah satu faktor risiko terjadiya penyakit tidak menular,” ujar Ketua Tim Standardisasi Klaim dan Informasi Nilai Gizi, Direktorat Standardisasi Pangan Olahan Badan
POM RI, Ati Widya Perana, SP., MP.
dalam In-Depth Seminar FoodReview
Indonesia – Sugar Reduction and Healthy
Diet: Challenge and opportunity for Beverage Industry yang diselenggarakan
oleh FoodReview Indonesia pada
11 Mei 2023 lalu di Bogor. Terkait
dengan pengurangan gula, berbagai
imbauan hingga regulasi telah banyak disampaikan seperti yang diungkapkan oleh WHO di mana direkomendasikan
untuk menurunkan asupan gula bebas
hingga kurang dari 10% dari total asupan energi/hari atau sekitar 50 gram.
Di Indonesia, Kementerian Kesehatan telah mengeluarkan pesan kesehatan yang berisi ‘Konsumsi Gula lebih dari 50 gram, Natrium lebih dari 2000 miligram, atau Lemak total lebih dari 67 gram per orang per hari berisiko hipertensi, stroke, diabetes, dan serangan jantung’.
“Beberapa intervensi yang dapat
dilakukan dalam rangka pengurangan
asupan gula adalah dengan reformulasi pangan yang mengandung gula tinggi, menetapkan standar untuk semua
pangan, pelabelan gizi, pembatasan promosi pangan yang mengandung gula
tinggi, pembatasan pada pemasaran, iklan dan sponsor dari pangan yang mengandung gula tinggi, menggunakan profil gizi untuk menetapkan definisi pangan yang mengandung gula tinggi,
menerapkan pajak untuk minuman manis kemudian dapat diterapkan
untuk semua pangan yang mengandung gula tinggi, dan memberikan edukasi kesehatan secara rutin kepada
masyarakat,” imbuh Ati.
Peran dan strategi pengurangan gula
Kehadiran gula dalam produk pangan dikenal luas memiliki peran baik untuk pemanis, peningkat rasa, pembentuk
warna dan flavor, pengaruh pada tekstur, hingga stabilitas dan membantu dalam proses fermentasi. Secara spesifik, dalam kasus produk minuman, gula
memiliki peran yang besar pada
pembentukan flavor, kelarutan, hingga viskositas. Selanjutnya disusul dengan stabilitas temperatur hingga preservasi pada produk minuman. “Mengurangi
konsentrasi gula dalam produk
minuman tentu akan mengurangi cita rasa dan berimplikasi pada penerimaan konsumen. Strategi pengurangan gula secara bertingkat di beberapa penelitian memiliki dampak yang lebih kecil
pada persepsi sensori dan menjaga
kepuasan konsumen,” kata Guru Besar
Departemen Ilmu dan Teknologi
Pangan, IPB University, Prof. Dr. Nuri
Andarwulan.
Substitusi sangat memungkinkan
dalam pengurangan gula namun
memiliki tantangan lain yang perlu
dihadapi seperti biaya, kualitas, serta kemudahan dalam prosesnya.
Mengindentifikasi pemanis alami
yang memiliki efek menguntungkan
pada mekanisme pengelolaan berat
badan dan metabolisme. Selain itu, penggunaan pemanis campuran juga
dapat diimplementasikan untuk
mengurangi gula pada produk minuman.
Pemanis dapat digunakan secara tunggal atau campuran (sweetener blending).
Campuran pemanis diterapkan
berdasarkan sifat sinergisnya.
“Sinergisme adalah peningkatan
kemanisan dari campuran pemanis
dibandingkan dengan penggunaan
pemanis tunggal pada konsentrasi
yang sama, sedangkan faktor yang
berpengaruh terhadap sifat sinergis
adalah suhu, jenis pemanis, konsentrasi, dan kekentalan produk (minuman),”
tutur Nuri yang sekaligus Peneliti Senior
SEAFAST Center IPB University.
Dalam kesempatan yang sama,
Marketing Manager Asia, Cargill, Caroline Tan mengatakan bahwa 1
dari 2 konsumen Indonesia mulai
mengurangi asupan gula dalam produk pangan yang dipilih untuk memenuhi pola diet menyehatkan yang dijalani.
“Sebanyak 69% mayoritas konsumen
di Asia juga menunjukkan bahwa tidak ada ketakutan atau bisa menerima
produk minuman dengan rendah gula
selama formulasi yang dihasilkan tidak
menghilangkan rasa manis seperti
aslinya,” ujarnya. Namun, perlu juga
digarisbawahi bahwa konsumen
Indonesia juga sangat peduli dengan
penggunaan pemanis buatan. Sebanyak
73% konsumen Indonesia setuju
bahwa klaim ‘tanpa pemanis buatan’ merupakan hal yang penting dan menjadi pertimbangan ketika akan memilih produk pangan. Sejalan dengan hal tersebut, konsumen Indonesia juga
menaikkan kemampuan finansial untuk membeli produk pangan dengan klaim yang berkaitan dengan ingridien buatan.
Technical Manager Cargill Food Ingredients, Marcel Priyandi Segara
mengungkapkan bahwa untuk
menciptakan produk minuman
dengan pengurangan gula maka ada beberapa tantangan teknis yang
perlu diperhatikan. “Tantangan
dalam mereduksi penggunaan gula di
antaranya adalah kehilangan intensitas dan tingkat rasa manis, adanya off-notes aftertaste dari pemanis yang digunakan, profil tekstur dan mouthfeel yang kurang, serta ketidakstabilan flavor yang dilepaskan,” katanya. Kendati demikian, Marcel menjelaskan bahwa ada alternatif yang dapat dilakukan untuk menjawab tantangan-tantangan tersebut, salah satunya adalah dengan penggunaan ingridien yang tepat mulai dari pemanis, bulking agent, hingga texturizers. “Cargill
memiliki beragam portfolio mulai dari ingridien, sumber daya, hingga ekspertis di bidang formulasi untuk membantu produsen pangan menghadapi tantangan dalam pengurangan gula seperti pengaplikasian Cargill’s Toolbox,” pungkasnya.
Kondisi industri
minuman Indonesia
Industri pangan saat ini menjadi pilar ekonomi Indonesia. Kontribusi Produk
Domestik Bruto (PDB) nonmigas sebesar
38%. “Industri pangan juga masih
menjadi tujuan investasi asing yang menarik,” kata Ketua Umum Asosiasi
Industri Minuman Ringan (ASRIM), Triyono Prijosoesilo. Meski demikian, kondisi kinerja industri minuman masih dalam kondisi rentan. “Semua
kategori minuman siap saji (read-todrink, RTD) mengalami penurunan yang sangat signifikan pada tahun 2020
dan pada tahun 2021 masih belum
menunjukkan daya pulih dibanding pada masa sebelum pandemi,” tambah
Triyono. Terkait dengan pengurangan
gula, Data Badan Pusat Staistik (BPS, 2022) menunjukkan bahwa kontribusi kalori utama masih berasal dari
makanan dan minuman yang dimasak di rumah. Kajian SEAMEO REFCON (2015) menunjukkan bahwa minuman
berpemanis berkontribusi hanya sebesar
6,5% dari total asupan kalori. Data ini juga didukung dengan Data Survei
Sosial Ekonomi Nasional (Susenas, 2022) bahwa minuman siap saji bukan
kontributor utama asupan kalori
masyarakat Indonesia.
“Meskipun demikian, industri minuman tidak menutup mata. Industri mendukung pola hidup sehat dengan
melakukan langkah bersama untuk
membangun pola hidup sehat,” ujar
Triyono. Beberapa langkah tersebut
adalah dengan edukasi masyarakat untuk pola hidup dan diet sehat serta paham mengenai apa yang dikonsumsi
seperti mengerti cara membaca front of pack labelling, logo pilihan lebih sehat, takaran saji dan lain sebagainya dan reformulasi produk serta
memperkenalkan portfolio produk rendah/zero gula untuk memenuhi
permintaan konsumen. Fri-35
Mendorong Praktik Produksi Pangan
Berkelanjutan Melalui Ecolabelling
banyak hal yang diperoleh
dalam menerapkan ecolabelling ini, salah satunya adalah
memberikan konsumen
kepercayaan untuk membuat keputusan dan informasi yang lebih baik terutama
terkait dampak lingkungan
dari suatu produk pangan,”
ujar CEO Foundation Earth, Cliona Howie dalam Webinar
Building Sustainable Brands: From Product Development to Marketing Strategies yang diselenggarakan oleh Fi Global Insights pada Selasa 23 Mei 2023 lalu.
Selain itu, penggunaan ecolabelling juga dapat
menciptakan lingkungan
Aspek lingkungan dan keberlanjutan santer
didengungkan oleh banyak pihak. Di industri pangan hal ini juga
menjadi perhatian untuk memenuhi tuntutan konsumen yang semakin
berdaya. Salah satu hal yang dapat
dilakukan untuk menunjang hal tersebut
adalah penggunaan ecolabelling. “Ada
yang kompetitif antara merek produk pangan dan membuat perubahan positif untuk planet ini. Kendati demikian, masih banyak tantangan yang perlu dihadapi dalam pengaplikasian ecolabelling.
“Harmonisasi yang optimal untuk menyusun data rantai pasokan sangat penting kaitannya dengan ecolabelling.
Selain itu, kolaborasi antara pemangku
kepentingan sangat perlu dilakukan
terutama oleh pembuat kebijakan, masyarakat, akademisi, hingga produsen pangan,” pungkas Cliona. Fri-35
• BSN mengadakan Sosialisasi
SNI Award dan Discussion
Forum “SNI Award
Membangun Percaya Diri
Bangsa”, secara daring pada 9
Mei 2023, dan mengundang
pelaku usaha yang tergabung di GAPMMI. Adapun Ketua
Umum GAPMMI yang sekaligus
menjadi Dewan Juri SNI Award
2023, yaitu Adhi S. Lukman
turut diundang hadir untuk
menyampaikan pembicara
kunci. Sebagai informasi, pendaftaran SNI Award 2023
dapat dilakukan melalui
tautan berikut: https://s.id/
DaftarSNIAWARD2023
• Kementerian Perindustrian RI
menyelenggarakan Pameran
Produk Industri Halal di Kemenperin
pada 9 Mei 2023 di Plasa Pameran
Industri, Lobi Gedung Kemenperin, Jakarta, Pemeran dibuka oleh
Menperin langsung dengan dihadiri
oleh perwakilan pemerintah dari
beberapa negara Islam seperti Iran, Mauritania, serta para asosiasi
pemangku kepentingan Kemenperin, termasuk GAPMMI.
• GAPMMI menerima kunjungan
courtesy call dari perwakilan
Kedutaan Besar Denmark dan team
lead expert dari the Danish Energy Agency (DEA) untuk mendiskusikan
topik penerapan energi efisiensi di industri pangan dan potensi kerja
sama dengan GAPMMI pada 9 Mei 2023 di Jakarta. Sekretaris Jenderal
GAPMMI, Indrayana hadir menjadi salah satu panelis di lokakarya ini.
• Satuan Tugas Khusus Pencegahan
Tindak Pidana Korupsi Direktorat
Tindak Pidana Korupsi Bareskrim
POLRI mengadakan kegiatan diskusi grup terfokus (FGD) dengan topik
“Permasalahan dan Tantangan Cukai
dalam Kaitannya dengan Perlindungan
Kesehatan Masyarakat, Optimalisasi
Penerimaan Negara, dan Kepentingan
Bisnis”, pada pada 10 Mei 2023 di Jakarta. Ketua Bidang Kebijakan
Publik dan Hubungan Antar Lembaga
GAPMMI, Rachmat Hidayat turut hadir
sebagi narasumber.
• Ketua GAPMMI Bidang Kebijakan
Publik dan Hubungan Antar Lembaga, Rachmat Hidayat diundang menjadi
narasumber di acara Webinar “Menuju
Wajib Sertifikasi Halal 2024 dan Menghadapi Perubahan Regulasi
Halal Pasca UU Nomor 6 Tahun 2023, Bagaimana Perubahannya? Adapun
rekaman webinar dapat disaksikan
melalui channel youtube IHATEC: https://youtu.be/p08A8z5wcWc
• Indonesian Chinese Entrepreneur Association, Association of Indonesia
China Economic, Social and Cultural Cooperation, Dezhou Municipal
People’s Government, China-AEAN
Business Council & RCEP Industry
Cooperation Committee, menggelar
Acara “China (Dezhou)-Indonesia
Business Matchmaking Conference”
di Jakarta pada 17 Mei 2023. Video
liputan singkat dapat diakses melalui: https://www.metrotvnews.com/play/ N9nC6AzQ-china-indonesia-businessmatching-conference-2023-digelar-dijakarta
• Kamar Dagang dan Industri (Kadin)
Indonesia menyelenggarakan
Acara Indonesia - Poland Trade
and Investment Forum - ASEAN
Perspective, di Jakarta pada 23 Mei
2023. Forum ini untuk memperkuat hubungan kerjasama dengan
menjajaki peluang bisnis di beberapa sektor. Dalam acara ini, Bpk Johan
Muliawan, Ketua GAPMMI Bidang
Kerja sama Internasional, turut
hadir sebagai panelis diskusi untuk
menyampaikan profil singkat industri pangan di Indonesia serta hubungan perdagangan dengan Polandia.
• Cheung Kong Graduate School of Business (CKGSB) menyelenggarakan roadshow di Jakarta pada 23 Mei
2023, untuk mempromosikan ASEAN New Economy Leadership Program, yaitu Belt and Road program yang
ditujukan untuk para pimpinan bisnis dan pemerintahan di negara-negara
ASEAN agar dapat mengetahui bisnis di negara China dan negara-negara
ASEAN. Adhi S. Lukman, Ketua Umum
GAPMMI, turut hadir diundang untuk menyampaikan sambutan di acara ini. Informasi detail mengenai program ini dapat diakses melaui: https://english. ckgsb.edu.cn/program/asean-neweconomy-leadership-program/ Fri-27
GAPMMI Tanggapi Panic Buying Air Mineral
di Malaysia
Air menjadi salah satu kebutuhan esensial yang diperlukan oleh manusia. Di beberapa media
nasional pada minggu ke-4 bulan
Mei 2023 sempat diberitakan bahwa
Malaysia sedang dilanda panic buying
pembelian pasokan air mineral
akibat adanya kekurangan air bersih
di beberapa negara bagian selama
beberapa hari. GAPMMI menanggapi
bahwa kepanikan pembelian air mineral di Malaysia lebih terkait kekeringan dan kesalahan sistem namun hal ini tidak berdampak ke Indonesia. GAPMMI
mencatat ekspor air mineral RI ke
Malaysia berkisaran USD 200 ribu di 2022 dimana angka ini sangat kecil
dibanding ke Singapura dan Timor Leste. Liputan berita dapat diakses melalui: https://youtu.be/nEUxigGq220 Fri-27
Masa Depan Industri Pangan dan Pakan
Ketua Umum GAPMMI, Adhi
Lukman menjadi sebagai salah
satu pembicara dalam acara
Food Security Asia Congress, yang
diadakan di Jakarta, pada 23-24 Mei
2023. Kongres ini menampilkan 2 topik
fokus pembahasan, yaitu “International
Livestock, Poultry, Animal Health & Feed
Meet” dan “Plant Genomics Microbiome & Agritech 4.0”. Acara ini membahas
tantangan, topik, tren, dan teknologi terbaru yang akan membentuk masa
depan industri pangan, serta industri pakan. Fri-27
Memperpanjang Masa Simpan
Produk Pangan dengan Iradiasi
pada manusia atau penyebab makanan menjadi rusak. Iradiasi membuat pangan menjadi tahan lama dan
memiliki kondisi lebih baik,” tutur CS & Marketing Staff Rel-ion, Hesliana Agusti dalam kesempatan wawancara dengan
FoodReview Indonesia, 12 Mei 2023
lalu. Terkait dengan keamanan pangan iradiasi, beberapa studi menunjukkan bahwa pangan yang telah diiradiasi aman untuk dikonsumsi. Pangan iradiasi telah disetujui di 37 negara untuk lebih dari 40 jenis pangan.
Karena kemampuannya dalam menghancurkan sumber penyakit yang disebabkan oleh bakteri, proses ini juga telah banyak digunakan oleh rumah sakit untuk mensterilkan produk pangan pada pasien yang memiliki imunitas rendah.
Untuk dapat menggunakan metode ini, Hesliana menuturkan bahwa terdapat tahap validasi yang perlu dilakukan terlebih dahulu yakni
Memastikan suplai pangan aman, bergizi cukup menjadi hal yang penting untuk dipenuhi oleh suatu negara. Hal seperti ini memerlukan penerapan teknologi yang tepat untuk dapat memenuhi kebutuhan tersebut. Salah satu alternatif teknologi yang dapat digunakan adalah iradiasi.
“Iradiasi dapat membunuh serangga, kapang atau bakteri penyebab sakit
(1) pelanggan menyiapkan sampel produk untuk validasi dosis iradiasi,
(2) Rel-ion melakukan proses radiasi sampel, (3) pelanggan melakukan uji laboratorium dan organoleptik dari sampel, (4) pelanggan menentukan dosis iradiasi yang sesuai, (5) Rel-ion menginformasikan penawaran harga dan menyusun Master File pelanggan.
Fri-35
Pengembangan Industri Sagu
dan Cokelat Artisan
Salah satu hal yang menarik dalam
Pameran Hannover Messe 2023 yang diselenggarakan di Jerman pada April lalu adalah ketertarikan
calon mitra luar negeri pada industri sagu dan cokelat artisan. Transaksi potensial yang dicatatkan menunjukkan
bahwa industri sagu dan cokelat artisan
memiliki potensi yang luar biasa untuk dikembangkan. Beberapa calon mitra potensial yang tertarik untuk kerja sama
berasal dari Jerman, Uzbekistan, dan Belanda. “Melihat ketertarikan dari para calon mitra potensial, maka perlu segera dirumuskan langkah strategis untuk industri sagu dan cokelat artisan,” ujar
Direktur Jenderal Agro Kementerian
Perindustrian, Putu Juli Ardika dalam
Siaran Pers Kemenperin di Jakarta, 26 Mei 2023 lalu.
Sagu merupakan salah satu bahan
pangan sumber daya lokal yang memiliki aplikasi sangat luas baik untuk produk pangan dan nonpangan mulai dari beras analog, mi instan, pemanis, bahan baku bioethanol, biogas, hingga plastik biodegradable. Dari sisi kesehatan, sagu
memiliki karakteristik bebas gluten, rendah indeks glikemik, dan memiliki pati resisten yang tinggi sehingga sangat cocok untuk penderita diabetes.
“Pemanfaatan sagu dapat mendukung ketahanan pangan, mengingat ketersediaan sagu yang melimpah, sehingga dapat disimpan untuk waktu panjang, baik berupa produk pati
maupun tanaman hidup. Sagu juga dapat dikembangkan untuk pasar ekspor melalui produk-produk turunannya,” imbuh Putu. Potensi pengembangan yang sangat luas ini membutuhkan kerja sama semua pemangku kepentingan.
Langkah-langkah yang dapat digunakan untuk mengembangkan industri sagu antara lain penggunaan Dana Alokasi Khusus (DAK) untuk pembangunan infrastruktur, kegiatan promosi, dan menarik investor baru. Direktorat Jenderal Industri Agro telah menyusun rencana aksi pengembangan industri sagu tahun 2023. Fokus rencana aksi dimulai dengan penyusunan pohon industri sagu, pemetaan produksi sagu dan pati sagu, pemetaan potensi kebutuhan sagu, hingga promosi investasi industri pengolahan sagu secara inklusif.
Sementara itu, industri cokelat artisan di Indonesia juga memiliki potensi yang besar. Putu menyampaikan bahwa potensi pengembangan cokelat artisan ini masih terbuka. Pasalnya, industri cokelat artisan didukung oleh keberadaan Indonesia di khatulistiwa, yang merupakan tempat ideal bagi tumbuhnya tanaman kakao. Saat ini, terdapat 16 lokasi biji kakao premium yang mempunyai keunikan cita rasa dan cerita yang berbeda dari masing-masing daerah untuk dibagikan kepada para konsumen. Fri-35
Ciptakan produk susu kekinian dengan
warna-warna berbasis tumbuhan
Makanan Pewarna EXBERRY® membantu merek-merek produk susu menghasilkan nuansa warna yang memikat mata dengan label yang bersih dan jelas, demikian ditulis oleh Nattakan Sornritchingchai, Senior Technical Sales Manager di GNT Singapura
produk hibrida terkini seperti smoothie rasa moci dan es loli lassi.
Nuansa warna yang tepat membantu produk susu tampak berbeda dari yang
lain, menciptakan ekspektasi mengenai kualitas, dan mendorong hasrat konsumen akan pengalaman makanan dan minuman yang baru dan unik untuk diabadikan dan dibagikan di media sosial.
Bahan-bahan pewarna alami juga sangat penting di pasar modern, mengingat para konsumen kini semakin sadar akan kesehatan dan menghendaki produk dengan label yang bersih dan jelas. Penelitian di Indonesia belum lama ini menunjukkan bahwa 63% pembeli menginginkan makanan dan minuman dengan warna-warna baru dan eksperimental – tetapi 73% menganggap penting bahwa produk
Warna adalah kunci untuk
eksekusi sempurna sebuah produk susu baru yang
inovatif. Warna dapat dimanfaatkan
untuk menyoroti cita rasa yang
istimewa, mulai dari es krim lavender
hingga frappe kelapa karamel, atau
untuk menambah daya tarik visual pada
tidak mengandung pewarna buatan.1
Makanan Pewarna EXBERRY® menawarkan solusi yang ideal dengan spektrum luas nuansa warna yang
mencolok untuk hampir semua aplikasi sambil tetap memenuhi tuntutan akan daftar bahan yang bersifat alami.
Konsentrat EXBERRY® dibuat dari buah, sayuran, dan tumbuhan yang dapat dimakan, dan diproses dengan metode fisik seperti mencacah dan merebus. Semuanya bersifat nonGMO dan dibudidayakan oleh petani yang termasuk dalam rantai pasokan
kami yang terintegrasi secara vertikal, sehingga kualitas, ketertelusuran dan ketersediaan sepanjang tahun pun
terjamin.
Delapan dari sepuluh konsumen
di Indonesia mengatakan mereka
tertarik dengan warna yang terbuat
dari konsentrat jus buah, sayuran
atau tumbuhan lain.2 Konsentrat
EXBERRY® memungkinkan merek-
2 FMCG Gurus ‘Clean Label & Naturalness - Indonesia’ (Q2 2021)
merek mengakomodasi permintaan ini melalui deklarasi bahan yang sederhana dan langsung memberikan ketenangan. Sebagai contoh, sebuah
nuansa warna merah dapat dicantumkan sebagai “konsentrat (lobak dan wortel)” menurut regulasi Indonesia.
Dari minuman susu ke yoghurt dan es krim, produk-produk susu merupakan kanvas kosong yang sempurna untuk produk yang memesona lewat warna.
Berlandaskan konsep lugas mewarnai makanan dengan makanan, Makanan
Pewarna EXBERRY® merupakan solusi
berbasis tumbuhan yang membantu
Anda mengikuti tren sekaligus menjaga label Anda tetap bersih dan jelas.
Snack Kaya Protein:
Eggroll Berbahan Udang dan Rumput Laut
seperti udang dan rumput laut dapat memberikan rasa lebih gurih yang khas pada produk.
Usaha keras pun Ida lakukan untuk mendapatkan komposisi bahan baku yang tepat supaya eggroll miliknya memiliki tekstur dan rasa yang lezat.
Sama seperti eggroll yang banyak beredar di pasaran, eggroll Iwakula
juga memiliki cita rasa manis gurih
yang khas, namun bedanya, eggroll
Berawal dari mengikuti program
Inbis Invapro Kementerian
Perikanan Balai Besar Pengujian
Penerapan Produk Kelautan dan
Perikanan (KP BBP3KP) pada 2021, Ida
Zubaedah akhirnya mengembangkan
produk eggroll dengan merek Iwakula.
Uniknya eggroll Iwakula ini berbahan
utama udang dan rumput laut.
Eggroll menjadi camilan yang cukup
populer di masyarakat. Komposisi
kandungan gizi eggroll sebagian besar
terdiri dari karbohidrat, lemak, dan
kalori sehingga diperlukan peningkatan
kandungan gizi produk, salah satunya
protein. Bahan kaya protein yang bisa
dimanfaatkan untuk meningkatkan
gizi produk eggroll di antaranya
adalah udang dan rumput laut. Selain itu, penambahan sumber protein
Iwakula mengandung protein yang lebih tinggi. Untuk memproduksi eggroll sebanyak 300 pack sebulan (per pack 140 gram) Ida mengaku tak kesulitan mendapatkan bahan baku karena sudah memiliki penyuplai tetap. Kendala yang kerap dihadapi adalah alat dan proses pembuatan eggroll yang masih dikerjakan manual.
Ida paham betul bahwa legalitas penting untuk mendapatkan kepercayaan dari konsumen. Meskipun tak mudah, eggroll Iwakula sudah mendapatkan nomor P-IRT serta sertifikat halal dari LPPOM MUI.
Untuk memasarkan produknya Ida menggunakan jalur pemasaran daring dan luring. Pada penjualan daring, Ida mengandalkan media sosial, lokapasar daring juga pesan daring, sedangkan untuk pemasaran luring Ida memasarkan produknya melalui ritel modern serta pameran. Fri-12
AGENDA PANGAN
JULI
Digital Transformation Indonesia Conference & Expo 2023
Jakarta, 12-13 Juli 2023
FOOD & HOTEL INDONESIA
Jakarta International Expo, 25 - 28 Juli 2023
AGUSTUS
Jogja International Food & Hotel Expo 2023
Yogyakarta, 4-6 Agustus 2023
Indonesia Halal Industry & Islamic Finance Expo
Jakarta, 10-13 Agustus 2023
The 3rd Indonesia International Food & Beverages Processing, Packaging, Ingredients and Supply Chain Exhibition 2023
Jakarta, 23-25 Augustus 2023
SEPTEMBER
Bali Interfood Expo
Bali, 7-9 September 2023
Jakarta International Premium Product Fair 2023
Jakarta, 14-17 September 2023
OKTOBER
Celebes International Food & Hotel Expo 2023
Makassar 6-8 Oktober 2023
NOVEMBER
SIAL Interfood
Jakarta, 8-11 November 2023
DESEMBER
Solo Food Beverage and Chef Festival
Solo, 8-10 Desember 2023
tantangan indonesia Mencapai industri Persusuan Tangguh 2025
Oleh Epi Taufik
Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan
Fakultas Peternakan, IPB University
Sistem ketahanan pangan sebagaimana tertuang dalam Rencana Pembangunan
Jangka Panjang Nasional (RPJPN) 2005-2025, diarahkan untuk menjaga ketahanan dan kemandirian nasional dengan mengembangkan
kemampuan produksi dalam negeri. Hal ini perlu didukung oleh kelembagaan ketahanan
pangan yang mampu menjamin pemenuhan
kebutuhan pangan yang cukup di tingkat
rumah tangga, baik dalam jumlah, mutu, keamanan, maupun harga yang terjangkau
dengan didukung oleh sumber-sumber pangan
beragam sesuai dengan keragaman lokal.
Susu adalah salah satu sumber
pangan asal hewani, yang mampu
memenuhi kebutuhan protein
hewani yang cukup. Pengembangan
industri persusuan di Indonesia perlu
didorong karena peranannya yang vital dalam peningkatan kualitas dan daya saing sumberdaya manusia (SDM)
bangsa di era global sekarang ini.
Dalam perjalanannya, susu menjadi
salah satu jenis bahan pangan yang
berperan dalam peningkatan status
gizi masyarakat atau kualitas SDM
bangsa. Susu dan produk olahannya
juga menjadi produk hasil ternak yang
mempunyai nilai ekonomis tinggi
bagi dunia industri pangan dan para kelompok/koperasi/peternak sapi perah rakyat. Peningkatan konsumsi susu dan produk-produk olahannya dipengaruhi secara umum oleh meningkatnya kelas
menengah, meningkatnya kesadaran
masyarakat tentang pengaruh susu terhadap kesehatan dan peningkatan sektor pengolahan pangan.
Pada tahun 2013, Pemerintah
melalui Kemenko Perekonomian telah
mengeluarkan Cetak Biru Persusuan
Nasional 2013-2025 (Gambar 1). Upaya untuk mendorong pengembangan persusuan nasional ditempuh melalui
Kebijakan Persusuan Nasional Tahun
2013-2025 yang diarahkan pada:
1) Peningkatkan produksi susu segar berkualitas, 2) Peningkatan konsumsi susu segar masyarakat, 3) Pengembangan industri pengelolaan susu, dan 4) Pengembangan pasar dan jalur pemasaran.
Cetak Biru Persusuan tersebut pernah direvisi pada tahun 2016, hanya saja patut disayangkan, sampai saat ini, pelaksanaan programprogram yang telah dituliskan dalam
dokumen tersebut oleh masing-masing
Kementerian Negara dan Lembaga (K/L) yang terkait, sebagian besar belum dilaksanakan. Sementara dalam
realitas di masyarakat, konsumsi susu dan produk-produknya terus meningkat tajam tanpa diiringi oleh produk susu segar dalam negeri (SSDN). Hal ini mengakibatkan terus meningkatnya importasi produk susu dari luar negeri yang menguras devisa negara, lebih dari itu ketergantungan industri pengolahan
Gambar 1 Tahap persusuan tangguh 2021-2025 sesuai target Cetak Biru Persusuan Nasional ditandai dengan rasio produksi SSDN: Impor (40:60%) (Kemenperin, 2021).
susu (IPS) pada bahan baku impor semakin meningkat dan pada akhirnya akan mengurangi ketahanan pangan Indonesia.
Kondisi ini diperparah dengan adanya wabah Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) pada akhir bulan April 2022 di Indonesia, membawa dampak cukup signifikan terhadap penurunan produksi
SSDN akibat dari banyaknya sapi betina laktasi yang terinfeksi PMK dan sebagian kecil dari mereka mati atau terpaksa
dipotong darurat. Dengan kondisi ini, target cetak biru persusuan nasional yaitu tercapainya tahap persusuan
Indonesia yang tangguh pada tahun
2025 akan menjadi tantangan tersendiri.
Konsumsi dan produksi susu nasional
Menurut data BPS dan Kemenperin pada tahun 2021, kebutuhan susu nasional adalah sejumlah 4,19 juta ton sedangkan kemampuan produksi SSDN (susu segar dalam negeri) hanya 0,87 juta ton. Dengan kata lain produksi SSDN hanya mampu memenuhi 19% kebutuhan susu nasional, selebihnya harus dipenuhi melalui impor.
Kementerian Perindustrian pada tahun
2022 menyebutkan bahwa kebutuhan susu dalam enam tahun terakhir mengalami peningkatan dengan ratarata 6% per tahun, sedangkan produksi susu segar dalam negeri hanya tumbuh
1% saja (Gambar 2).
Data pada Gambar 2 juga menunjukkan bahwa saat ini ada 84
konsumen terhadap produk olahan susu. Nampak jelas pada Gambar 2 produksi SSDN relatif stagnan, tidak seperti grafik permintaan/kebutuhan yang semakin meningkat. Data pada Tabel 1 menunjukkan peningkatan konsumsi susu per kapita masyarakat Indonesia, walau masih menjadi yang terendah di ASEAN.
Produksi SSDN dan populasi sapi perah
Produksi SSDN di Indonesia sejalan dengan dinamika populasi sapi
Gambar 2. Dinamika perkembangan kebutuhan atau permintaan susu dan produksi susu segar dalam negeri (Kemenperin, 2022).Tabel 1. Dinamika tingkat konsumsi, produksi susu dan populasi sapi perah di Indonesia
naik turunnya populasi sapi perah, sehingga untuk meningkatkan produksi SSDN diperlukan peningkatan populasi sapi perah.
Menteri Pertanian RI dalam rangka
menunjang peningkatan populasi dan produktivitas sapi perah di Indonesia, akhir tahun 2021, melalui Keputusan
Menteri Pertanian Republik Indonesia
Nomor 766/KPTS/PK.020/M/12/2021
tanggal 16 Desember 2021, telah
menyetujui pelepasan rumpun sapi
Jersey sebagai rumpun sapi perah
selain sapi Friesian Holstein (FH) yang
selama ini diakui sebagai satu-satunya
rumpun sapi perah di Indonesia.
Pelepasan sapi Jersey ini dapat dianggap
sebagai tonggak bersejarah dalam
persapiperahan dan persusuan nasional
untuk dijadikan momentum kebangkitan
persapiperahan dan persusuan
Indonesia untuk mendukung Tahap
Persusuan Tangguh 2021-2025 menurut
Cetak Biru Persusuan Nasional 20132025 (Kemenko Perekonomian RI, 2013)
terutama setelah adanya wabah PMK. Data pada Tabel 1 juga menunjukkan adanya peningkatan permintaan/ konsumsi susu setiap tahun di Indonesia. Peningkatan kebutuhan/konsumsi tersebut hanya saja, tidak diiringi oleh meningkatnya produksi SSDN. Hal ini menyebabkan tingginya impor produk susu dari luar negeri yang tentunya bukan dalam bentuk susu segar. Data BPS 2022 menyebutkan bahwa pada tahun 2021 populasi sapi perah di Indonesia hanya sebesar 578.579 ekor. Dari jumlah tersebut, sapi betina dewasa laktasi (yang sedang memproduksi susu) hanya sekitar 252.467 ekor dengan ratarata produksi susu sekitar 12.47 liter saja per ekor per hari. Angka produksi susu harian per ekor tersebut jauh jika dibandingkan dengan petenakan sapi perah rakyat di Jepang yang mampu memproduksi sampai 50 liter per ekor per hari.
Kesenjangan penawaran dan permintaan ini diperparah dengan
adanya serangan PMK pada akhir April
2022. Menurut Gabungan Koperasi Susu
Indonesia (GKSI) per 22 September
2022 tercatat sebanyak 122.742 ekor sapi yang terserang PMK. Dari angka
tersebut, 8.812 ekor sapi dipotong paksa dan 4.353 ekor sapi mati. Tingkat
kematian sapi perah di koperasikoperasi sapi perah berkisar antara 3 – 10%. Kematian sapi perah ini adalah
sebuah kerugian besar yang harus
ditanggung para peternak. Mengingat
rendahnya populasi sapi betina laktasi
bahkan di saat sebelum PMK, kemudian banyak yang terinfeksi PMK, maka importasi sapi perah untuk replacement stock sapi perah yang mati/sakit
menjadi sangat penting (urgent) untuk dilakukan agar populasi sapi perah
Indonesia dapat pulih bahkan menjadi
lebih baik dari sebelum adanya wabah
PMK. Lebih dari itu, akibat kematian sapi betina laktasi dan penurunan
produktivitas sapi perah yang sembuh,
produksi SSDN pada tahun 2022
menurun sebanyak -30% (GKSI, 2022).
Rantai pasok SSDN di Indonesia
Hampir seusia dengan kemerdekaan Indonesia, yang menjadi sumber susu segar dalam negeri utama adalah para peternak sapi perah rakyat dengan skala rata-rata kepemilikan sapi perah 2-5 ekor. Namun merekalah yang menjadi tulang punggung dalam menyediakan gizi penting untuk pertumbuhan SDM bangsa, sampai saat ini sekitar 90% peternak sapi perah masih terkategori peternak rakyat (small holder/small scale farmer).
Namun demikian, dalam praktiknya sistem rantai pasok (supply chain) susu segar di Indonesia (Gambar 3) lebih menguntungkan para “pemain” di tengah dan hilir, daripada peternak yang berada di hulu. Sementara susu segar mengalir dengan lancar dan banyak dari peternak ke tengah dan hilir, uang yang dihasilkan dari penjualan susu mengalir dari pasar/ konsumen menuju peternak, hanya saja peternak tinggal menerima sisasisanya saja, alias seadanya. Walaupun tergolong barang langka, dengan permintaan yang lebih tinggi daripada penyediaan (suplai), harga susu segar di tingkat peternak tidak pernah beranjak signifikan.
Di sisi lain, dalam rantai pasok susu di Indonesia terdapat setidaknya
kewenangan empat Kementerian
teknis yaitu: Kementerian Pertanian, Kementerian Koperasi dan UKM, Kementerian Perindustrian dan
Kementerian Perdagangan. Adanya
kewenangan dari empat Kementerian
ini seringkali mengakibatkan tumpangtindih kebijakan/program yang alihalih mampu menjadi faktor pengungkit (enabling factor) malah menjadi faktor penghambat akibat ketidaksinkronan kebijakan atau program di tingkat
lapangan yang mengakibatkan
kebingungan di kalangan peternak, pengurus koperasi dan pelaku industri.
Seharusnya dengan adanya Cetak Biru
Persusuan Nasional dari Kemenko
Perekonomian dan telah ditetapkannya industri susu sebagai industri strategis nasional, maka empat Kementerian
tersebut harus bersinergi untuk membuat regulasi/peraturan, program/ rencana kerja sekaligus dengan alokasi pendanaannya untuk mencapai target bersama yang telah ditetapkan dalam cetak biru tersebut.
Susu sebagai Bahan Pokok dan Penting (Bapokting)
Penting dan strategisnya peran susu segar dalam negeri (SSDN), maka Balitbang Perdagangan (2011)
merekomendasikan penetapan
harga dasar/harga pokok produksi SSDN melalui koordinasi Kementan, Kemenkeu dan Kemendag. Mekanisme penetapan harga dasar/harga
pokok hanya dimungkinkan melalui
mekanisme Perpres tentang Penetapan
Barang Pokok dan Barang Penting (Bapokting). Susu dengan ditetapkan
sebagai Bapokting, maka pengembangan persusuan nasional diharapkan dapat
memberikan kontribusi besar bagi
Indonesia sehat, cerdas, maju, mandiri, kuat, berdaulat dan bermartabat. Di samping itu dengan ditetapkannya
susu sebagai Bapokting, kesejahteraan
peternak sapi perah rakyat, yang selama ini belum mendapat margin sharing
yang adil dalam rantai pasok dan rantai nilai persusuan di Indonesia, dapat meningkat signifikan.
Penetapan susu sebagai barang
pokok juga dianggap penting mengingat
kebergantungan yang cukup besar
terhadap impor sehingga rentan
terhadap perkembangan situasi ekonomi
dan politik internasional. Di masa pandemi, sebagai contoh setiap negara mengamankan produksinya untuk
pemenuhan kebutuhan domestik. Sangat penting dengan demikian, bagi setiap negara, khususnya Indonesia untuk terus melakukan upaya peningkatan
pemenuhan kebutuhan susu dari
produksi dalam negeri melalui regulasi yang menunjang dan berbagai program dan kegiatan strategis termasuk di dalamnya upaya untuk meningkatkan populasi dan produktivitas sapi perah di Indonesia.
Rekomendasi bagi pemerintah dan pemangku kepentingan
Berikut adalah saran bagi pemerintah dan semua pemangku kepentingan persusuan dan persapiperahan, dalam rangka menyelesaikan tantangan mencapai tahap industri persusuan tangguh 2025, yaitu:
1.
peningkatan populasi sapi perah melalui:
• Efisiensi reproduksi
• Impor bibit sapi indukan atau dara (bunting) > FH dan Jersey (sebagai
alternatif rumpun sapi perah)
• Impor benih (sperma dan embrio) hasil sexing > FH dan Jersey
• Importasi bibit dan benih sapi dapat dilakukan oleh pemerintah
sendiri dan juga dengan melibatkan
pihak swasta dalam berbagai model kerja sama, seperti subsidi impor dari pemerintah atau penggunaan dana CSR, dana bergulir atau skema Public Private Partnership lainnya.
• Peningkatan kapasitas Balai
Inseminasi Buatan (BIB) dan Balai
Embrio Ternak (BET).
• Memberi kemudahan dan fasilitasi pihak swasta yang ingin berinvestasi membuka peternakan sapi perah skala menengah dan besar, dapat diarahkan untuk pengembangan di luar Pulau Jawa.
• Memfasilitasi Koperasi Sapi Perah/ Susu untuk dapat melakukan
pembelian/importasi bibit sapi
bagi anggotanya melalui berbagai
skema finansial yang terjangkau
bagi koperasi juga peternak, dimungkinkan juga melibatkan pihak swasta yang menjadi mitra koperasi.
• Membuka kerja sama pemasukan sapi perah indukan atau dara/ ternak hidup (live animals) dari
negara-negara lain selain dari
negara-negara yang selama ini
menjadi sumber ternak hidup
bagi Indonesia, sehingga peternak atau peternakan swasta memiliki alternatif kualitas genetik juga harga.
2. Melakukan peningkatan kapasitas perbibitan sapi perah melalui:
• Peningkatan kapasitas Balai Besar
Pembibitan Ternak Unggul dan Hijauan Pakan Ternak (BBPTU HPT) Baturraden.
• Merealisasikan pembentukan “satelit-satelit” BBPTU HPT
Baturraden sebagai sentra perbibitan sapi perah di beberapa Koperasi Sapi Perah yang memiliki kapasitas di Jawa, Sumatera dan Sulawesi.
• Membuka peluang peternakan swasta besar untuk berpartisipasi menjadi breeding/rearing center terutama untuk membesarkan pedet betina dari peternak rakyat dengan dukungan dari Pemerintah melalui berbagai skema kerja sama umum dan privat.
3. Segera mengeluarkan regulasi/ peraturan pemerintah terkait
persapiperahan dan persusuan di Indonesia (saat ini belum ada regulasi/peraturan pemerintah yang mengatur khusus bidang persusuan) yang memiliki derajat status hukum untuk mengatur tugas pokok dan fungsi (tupoksi) beberapa Kementerian teknis, mengingat adanya kewenangan empat Kementerian teknis dalam
persusuan (dairy)/rantai pasok susu di Indonesia yaitu: Kementerian Pertanian (ternak dan peternak), Kementerian Koperasi dan UKM (koperasi susu/sapi perah), Kementerian Perindustrian (industri pengolahan susu) dan Kementerian Perdagangan (impor dan ekspor produk susu).
Kementerian teknis selanjutnya
dapat mengeluarkan regulasi/ produk hukum dan kebijakan
pengalokasian anggaran program
terkait sesuai kewenangan dan
tupoksinya. Kementerian Koordinator
Perekonomian dapat menjadi
koordinator untuk memimpin
pengembangan industri persusuan
Indonesia yang tangguh.
4. Segera memasukkan susu (SSDN)
sebagai bahan pokok dan penting
karena telah memenuhi syarat-syarat
sebagaimana yang dicantumkan
dalam Peraturan Presiden
(PERPRES) Nomor 59 Tahun 2020
sebagai Perubahan atas Peraturan
Presiden Nomor 71 Tahun 2015
tentang Penetapan dan Penyimpanan
Barang Kebutuhan Pokok dan
Barang Penting. Pemasukan susu
menjadi bapokting akan mendorong
semangat dan gairah rakyat untuk
beternak sapi perah dan mendorong
peternak sapi perah rakyat untuk
meningkatkan produktivitas dan
kualitas susu.
5. Melakukan peningkatan produksi, produktivitas sapi perah dan kualitas susu segar melalui:
• Peningkatan kapasitas koperasi dalam memberikan pelayanan kesehatan dan penyediaan pakan/ konsentrat berkualitas serta logistik rantai dingin untuk transpor susu segar.
• Kebijakan untuk memfasilitasi penyediaan lahan dan produksi
hijauan dan pakan berkualitas bagi peternak rakyat/anggota koperasi > misal penyewaan lahan PTPN untuk lahan produksi hijauan > sistem informasi hijauan dan pakan sapi perah.
• Membuka peluang dan memfasilitasi (regulasi/kebijakan) pihak swasta (industri pengolahan susu dan/atau peternakan besar) untuk berpartisipasi dalam program peningkatan produksi dan produktivitas sapi perah dari
peternak rakyat melalui berbagai
skema kerja sama/kemitraan umum dan privat.
skema yang dapat melibatkan lintas kementerian/lembaga
seperti Kementan + Kemendesa + Kementerian Pemuda dan Olahraga + Pemerintah Daerah +Perguruan
Tinggi, dan Industri Pengolahan
6.
kebijakan terkait:
• Penyelesaian kredit macet peternak sapi perah rakyat yang terdampak
wabah PMK .
• Mengeluarkan skema kredit baru yang lebih feasible/bankable bagi peternak sapi perah rakyat.
• Penciptaan peternak-peternak sapi
perah baru dari kalangan generasi
muda melalui berbagai program/
Susu/Peternakan Komersial Swasta.
• Implementasi program-program yang termaktub dalam Cetak Biru
Persusuan Indonesia 2013-2025
terutama program susu sekolah (school milk program) yang dapat
dilakukan melalui pemerintah pusat
saja, atau bekerja sama dengan
pemerintah daerah dan/atau pihak
swasta melalui berbagai skema.
Industri Pangan Hadapi Tantangan Efisiensi
Bahan Baku, Air, dan Energi
Pada tahun 2023, harga komoditas secara global tercatat cenderung menurun, tetapi masih lebih
tinggi dibandingkan sebelum pandemi
Covid-19. Akan tetapi salah satu komoditas global, yaitu gula mentah, harganya meningkat dua kali lipat akibat
berkurangnya pasokan dari India dan Brasil. Kenaikan harga gula mentah
dunia menyebabkan harga gula rafinasi
naik dari Rp 8.000-9.000 per kilogram
(per kg) menjadi Rp 11.000-12.000 per kg. Jika hal ini berlangsung dalam
waktu lama, maka dikhawatirkan akan
berdampak pada kenaikan harga produk pangan olahan. Bagi industri pangan
skala kecil, yang tidak memiliki pilihan
lagi terhadap kenaikan harga gula, akan
menaikkan harga atau mengurangi
ukuran produknya, akan tetapi bagi industri besar, biasanya punya strategi
jangka panjang dengan lebih baik
mengurangi margin dan mengurangi profit daripada menaikkan harga di tengah-tengah tahun, karena industri besar mempunyai kebijakan untuk
menaikkan harga produk di akhir tahun atau awal tahun, hal ini dikarenakan perlu waktu untuk negosiasi dengan ritel dan lain sebagainya, tetapi untuk industri kecil yang area penjualan dan kemampuan finansial juga terbatas, jika tidak menaikkan harga tentunya akan sulit.
Kelangkaan pasokan gula mentah dari Brasil saat ini diakibatkan karena
Brasil memproduksi etanol dengan
memanfaatkan tebu sebagai bahan baku utamanya. Pemerintah Brasil
menerapkan pengurangan subsidi BBM
sehingga etanol akan lebih bersaing. Sedangkan di negara produsen gula mentah lainnya sperti Thailand, pemerintah setempat melakukan
pengurangan area tanam di Thailand
sehingga berimbas pada pengurangan
hasil produksi gula mentah. Sementara
produksi gula di Eropa juga terhambat
lantaran masuknya musim panas. Di India juga mengalami pengurangan
produksi tebu lantaran adanya
gelombang panas, musim hujan yang
tidak menentu dan hama yang merusak
tanaman tebu. Saat ini pasokan gula
mentah diharapkan berasal dapat
dipasok dari Australia.
Dalam menghadapi tren kenaikan
harga gula mentah, industri pangan akan
melakukan efisiensi atau penghematan
antara lain dengan melakukan audit
energi dan air, karena cukup besar pemakaiannya, diharapkan dengan
pengurangan/penghematan energi dan air dapat mengurangi biaya produksi di industri pangan. Sedangkan dari
sisi produk, tentunya industri pangan
harus terus berupaya mencari bahan
baku alternatif yang tidak mengurangi kualitas produk pangan, namun tetap
sesuai dengan selera konsumen.
Industri yang banyak melakukan
inovasi terhadap produknya biasanya
pertumbuhannya sangat baik, sedangkan
industri yang tidak melakukan inovasi
cenderung stagnan. Oleh karena itu,
GAPMMI berharap agar industri pangan
menerapkan teknologi industri 4.0
sebagai bentuk Making Indonesia 4.0
karena penerapan teknologi merupakan
salah satu langkah penghematan, dan
melalui teknologi dapat mendukung
pertumbuhan industri tersebut.
Pemerintah sendiri khususnya
Kementerian Perindustrian juga masih
optimis bahwa industri pangan bisa tumbuh sampai dengan 7% di tahun 2023.
Salah satu tantangan global yang dihadapi oleh industri pangan adalah geopolitik dan perubahan iklim. Kedua hal ini perlu diwaspadai agar tidak menimbulkan dampak cukup besar terhadap industri pangan.
Industri besar harus menahan diri untuk tidak menaikkan margin usaha
yang artinya tidak menaikkan harga
jual ke masyarakat, ini memang
strategi kebanyakan industri dengan mempertahankan harga produknya
supaya penjualan tidak turun, namun industri pangan akan melakuan ulasan di akhir tahun 2023, dengan harapan
situasi sudah membaik sehingga tidak
terlalu berpengaruh terhadap harga jual produk pangan di tahun depan, dan GAPMMI juga berharap pemerintah
tidak mengeluarkan aturan-aturan yang semakin membebani industri pangan.
Dengan adanya kolaborasi dan kerja
sama yang baik antara pemerintah
dengan pelaku usaha sehingga akan semakin meningkatkan kontribusi sektor industri pangan terhadap
pertumbuhan ekonomi nasional. Fri-27
Sekretariat GAPMMI
ITS Office Tower Lt. 8 Unit 16, Nifarro Park Jl. Raya Pasar Minggu KM. 18, Jakarta Selatan 12510
Telp/Fax. (021) 29517511; Mobile. 08119322626/27
Hp. 08156720614
Email: gapmmi@cbn.net.id
Website: www.gapmmi.id
Post-Biotik Susu Fermentasi:
Potensi dan Tantangan dalam
Pengembangan Pangan Fungsional
Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan
Fakultas Teknologi Pertanian, IPB University dan SEAFAST Center, IPB University
Penambahan probiotik pada produk susu termasuk susu fermentasi untuk meningkatkan manfaat kesehatan telah lama dikenal dan diaplikasikan.
Probiotik merupakan mikroorganisme
hidup yang jika dikonsumsi dalam jumlah
yang memadai dapat memberikan manfaat
kesehatan bagi konsumen. Produk susu merupakan
pangan yang paling banyak digunakan sebagai
pembawa probiotik. Aplikasi probiotik pada susu mencakup penambahan probiotik kering
beku pada susu bubuk, keju, es krim dan produk susu lainnya, dan penggunaan sebagai kultur
starter untuk fermentasi susu. Dalam aplikasi dan pengembangan produk susu probiotik beberapa
tantangan dihadapi oleh para produsen, karena
probiotik harus berada dalam kondisi hidup selama proses produksi dan penyimpanan produk sampai saat akan dikonsumsi untuk dapat memberikan manfaat kesehatan. Selama proses
pengolahan di industri, banyak faktor yang memengaruhi viabilitas probiotik sehingga terjadi penurunan viabilitas. Matriks pangan seperti pH, kandungan protein, lemak, karbohidrat, aktivitas air, keberadaam antibiotik, proses dan kondisi penyimpanan seperti waktu,
suhu, tingkat inokulasi, pH, oksigen dan material kemasan dapat berkontribusi terhadap penurunan viabilitas probiotik. Ketika produk sampai ke konsumen, jumlah probiotik mungkin sudah tidak memenuhi jumlah yang efektif sesuai dengan hasil uji klinis. Kondisi seperti ini lalu memunculkan pertanyaan
apakah probiotik yang sudah tidak viable masih dapat memberikan manfaat kesehatan? Hal ini selanjutnya memicu pengembangan konsep postbiotik dan
evaluasi terhadap manfaat kesehatan bakteri inaktif dan metabolitnya.
Konsep postbiotik
Penggunaan istilah postbiotik akhirakhir ini meningkat cukup drastis dalam berbagai publikasi. Banyak penelitianpenelitian terbaru yang bertujuan untuk mengevaluasi potensi manfaat kesehatan dari mikroorganisme yang sudah tidak viable (inaktif) atau metabolit yang dihasilkan selama fermentasi, seiring dengan munculnya berbagai istilah seperti non-viable probiotics, heatkilled probiotics, tyndallized probiotics, cell lysates, paraprobiotics, ghostbiotics dan postbiotics. Pada tahun 2021, International Scientific Association of Probiotics and Prebiotics (ISAPP) (Vinderola et al. 2022) mengusulkan
definisi postbiotics (postbiotik) sebagai sediaan mikroorganisme inaktif (inanimate) dan/atau komponennya yang memberikan manfaat kesehatan kepada inangnya (yang mengonsumsinya). Definisi postbiotik tersebut mencakup semua istilah yang muncul sebelumnya. Postbiotik merupakan istilah dalam bahasa Yunani, post artinya setelah, bios artinya hidup. Dalam sediaan postbiotik, senyawa yang dihasilkan oleh mikroorganisme seperti protein atau peptida dan metabolit lainnya yang berkontribusi terhadap kesehatan juga terbawa dalam sediaan postbiotik. Untuk memenuhi persyaratan sebagai postbiotik, sel utuh inaktif atau komponennya dengan atau tanpa metabolitnya harus ada pada produk akhir. Sebagai contoh komponen
sel yang berperan sebagai postbiotik
antara lain lipoteichoic acid (LTA), peptidoglycans, DNA dan komponen membran sel. Banyak publikasi yang mendefinisikan postbiotik sebagai
metabolit atau faktor atau senyawa yang dihasilkan oleh mikroorganisme.
Vitamin, peptida, asam organik
termasuk asam lemak rantai pendek, protein dan polisakarida ekstraseluler
merupakan metabolit yang berperan
sebagai postbiotik. Metabolit yang telah
dipurifikasi tidak dapat dikategorikan sebagai postbiotik. Istilah postbiotik
melengkapi istilah yang sudah dikenal sebelumnya seperti probiotik, prebiotik, dan sinbiotik. Sampai dengan saat ini belum ada negara atau asosiasi yang secara formal mendefinisikan istilah ini atau membuat regulasi mengenai postbiotik.
Fungsi fisiologis postbiotik yang
diteliti antara lain sebagai antiobesogenik, antioksidan, anti-inflamatori, hipokolesterolemik, anti-hiperstensif dan sebagai imunomodulator. Jenis bakteri dan komponen metabolitnya yang menentukan sifat fungsional postbiotik. Pangan postbiotik lebih menguntungkan daripada penambahan atau penggunaan probiotik karena tidak memerlukan sel hidup sehingga dapat mengatasi kondisi proses, penyimpanan, dan umur simpan yang menjadi tantangan pada pangan probiotik. Untuk mengembangkan pangan postbiotik tidak harus
menggunakan bakteri probiotik, namun tetap memerlukan studi efikasinya. Teknologi yang dapat digunakan dalam mengembangkan pangan fermentasi postbiotik secara garis besar disajikan pada Gambar 1.
Potensi susu fermentasi sebagai postbiotik
Manfaat kesehatan produk fermentasi susu untuk pencegahan berbagai
penyakit telah banyak dipelajari, terutama keberadaan bakteri probiotik.
Berbagai manfaat kesehatan seperti
modulasi sistem imun, antikarsinogek, hipokolesterolemik, antioksidan, dan senyawa hipotensif. Yoghurt
merupakan produk susu fermentasi yang paling popular di berbagai
belahan bumi. Dalam Kategori Pangan
BPOM, yoghurt adalah produk susu yang diperoleh dari fermentasi susu
dengan menggunakan bakteri asam
laktat Lactobacillus bulgaricus dan Streptococcus thermophilus, dapat
ditambahkan bakteri lain yang sesuai. Di pasaran, beberapa produk yoghurt atau produk sejenisnya menggunakan atau ditambahkan bakteri probiotik untuk meningkatkan manfaat kesehatannya. Selain yoghurt dan produk alternatif yoghurt yang difermentasi oleh bakteri asam laktat lainnya, akhir-akhir ini kefir yang difermentasi oleh kombinasi bakteri asam laktat dan khamir cukup popular. Tantangan dalam memasarkan produk dan mempertahankan
viabilitas bakteri probiotik pada
yoghurt dan produk sejenisnya tidak
mudah karena keasaman yoghurt
dan produk fermentasi lainnya akan terus meningkat seiring dengan terus diproduksinya asam. Selain itu untuk
mempertahankan viabilitas selama
distribusi dan pemasaran diperlukan
rantai dingin. Untuk mengatasi hal ini, akhir-akhir ini mulai dikembangkan
yoghurt dan produk fermentasi
sejenisnya dalam bentuk pasteurisasi
atau telah mengalami pemanasan untuk
menghentikan fermentasi. Dalam produk
yang telah mengalami pemanasan ini, bakteri probiotik, jika ada
atau ditambahkan, tidak
dapat berperan sebagai
probiotik, namun demikian
sel bakteri dan komponen
sel serta metabolitnya
dapat berperan sebagai
postbiotik. Selain dari
kandungan gizi yang berasal
dari susu, selama proses
fermentasi dihasilkan
komponen bioaktif sebagai
hasil dari metabolisme
mikroorganisme yang
berperan dalam fermentasi, sehingga produk
fermentasi susu merupakan
matriks yang baik untuk
pengembangan pangan
inovatif yang bermanfaat
bagi kesehatan atau sebagai
pangan fungsional. Namun
demikian manfaat kesehatan
tersebut tergantung dari
keberadaan dan konsentrasi
komponen bioaktif yang
terbentuk atau dilepaskan
selama fermentasi serta
jenis mikroorganisme
yang terdapat di dalamnya.
Komponen bioaktif yang
penting pada susu adalah protein, peptida, oligosakarida, vitamin, asam organik termasuk asam lemak.
Peptida bioaktif. Susu mengandung protein seperti casein (α-s1, α-s2, β-casein, κ-casein) dan protein whey (β-lactoglobulin, α-lactoalbumin, lactoferrin, immunoglobulins, glucomacropeptide, enzim dan faktor
pertumbuhan). Bakteri asam laktat memiliki protease dan peptidase yang menghidrolisis protein susu dan menghasilkan peptida spesifik termasuk peptida bioaktif. Peptida bioaktif ini dapat berperan sebagai immunomodulator, antifungal, antimikroba, antioksidan, hipotensif/ inhibitor angiotensin converting enzyme (ACE), antitrombotik, dan antikarsinogenik/modulasi apoptosis (Garcia-Burgos et al. 2020). Peptida pendek seperti Val-Pro-Pro dan IlePro-Pro yang dilepaskan selama
fermentasi susu menghambat aktivitas
ACE, yaitu enzim yang berperan dalam meningkatkan tekanan darah, sehingga dapat berperan sebagai hipotensif.
Peran peptida pada susu fermentasi sebagai antihipertensif merupakan sifat
fungsional yang paling banyak diteliti
baik secara in vitro maupun in vivo, namun demikian produk yang telah
tersedia secara komersial masih terbatas dengan menggunakan Lactobacillus helveticus sebagai kultur starter penghasil peptida antihipertensi pada susu fermentasi.
Polisakarida ekstraseluler. Bakteri asam laktat yang digunakan pada
fermentasi susu dapat menghasilkan sebagai polisakarida ekstraseluler
(exopolysaccharides, EPS) selama fermentasi susu. Secara tradisional EPS berperan dalam mengentalkan
produk fermentasi susu. Senyawa ini mendapat perhatian karena tidak hanya berperan sebagai pengental, namun berperan sebagai prebiotik, dan memiliki efek postbiotik seperti imunomodulator, antioksidan, antitumor, hipokolesterolemik dan mencegah
obesitas serta diabetes tipe-2 (Sorensen et al. 2022). Beberapa spesies dari
genus Lactobacillus, Streptococcus dan Leuconostoc telah diketahui memiliki
kemampuan untuk mensintesis EPS yang memiliki aktivitas postbiotik. EPS yang diisolasi dari kefir telah diketahui
memiliki aktivitas antioksidan. Diduga
EPS memperbaiki status oksidatif inang dengan meregulasi mikrobiota yang secara selektif menghambat pertumbuhan mikroorganisme yang menyebabkan stres oksidatif, dan meningkatkan glutahion peroksidase, superoksida dismutase, katalase pada serum, serta kapasitas antioksidan, namun menurunkan malondialdehid (Sorensen et al. 2022).
Postbiotik pada susu untuk anak. Probiotik dapat digunakan sebagai salah satu strategi untuk mencegah penyakit infeksi saluran pencernaan. Beberapa komponen dalam postbiotik seperti lipoteichoic acid (LTA), peptidoglikan, nukleotida, dan asam lemak rantai pendek terlibat dalam mekanisme imunomodulator. Susu sapi yang difermentasi dengan L. paracasei CBAL74 merupakan salah satu postbiotik yang paling banyak diteliti manfaatnya untuk mencegah infeksi saluran pencernaan pada anak balita (Oglio et al. 2023). Setelah proses fermentasi, produk dipasteurisasi pada suhu 85 °C selama 20 detik, dilanjutkan dengan pengeringan menggunakan spray dryer. Produk akhir tidak mengandung bakteri asam laktat hidup, namun mengandung sel mati dan metabolitnya. Bifidobacterium breve C50 and Streptococcus thermophilus 065 juga sudah digunakan untuk membuat susu fermentasi yang ditambahkan ke dalam susu formula. Setelah fermentasi, mikroorganisme diinaktivasi dengan spray drying (Vinderola et al. 2022).
Peluang dan tantangan industri fermentasi susu
Ketertarikan untuk menjadikan
produk susu fermentasi sebagai
pangan fungsional meningkat terus
beberapa dekade ini. Walaupun pada
awalnya dengan memfokuskan pada
penambahan bakteri probiotik atau
penggunaan bakteri probiotik, saat ini
mulai banyak pengembangan produk
dengan memanfaatkan susu fermentasi
sebagai postbiotik. Manfaat kesehatan
dari metabolit yang dihasilkan bakteri
asam laktat selama fermentasi,
memberikan peluang pada industri
fermentasi susu untuk mengembangkan produk fungsional berbasis susu
fermentasi dengan kultur starter bakteri asam laktat untuk mencegah berbagai
penyakit metabolik dan degeneratif.
Pengembangan produk susu postbiotik
memberikan keuntungan dalam hal
penanganan, distribusi dan pemasaran
karena produk dapat diawetkan dengan
pemanasan atau teknologi lainnya
untuk menginaktivasi mikroorganisme, sehingga produk tidak memerlukan
penanganan khusus. Karena kultur
strater diinaktivasi, maka selama
penyimpanan juga tidak mengubah
karakteristik sensori, misalnya produk tidak bertambah asam selama penyimpanan.
Salah satu manfaat postbiotik yang banyak diteliti adalah sebagai
antihipertensi, namun demikian
komersialisasi produk ini masih sangat
terbatas dan hanya menggunakan
Lactobacillus helveticus. Demikian
juga dengan manfaat EPS pada produk
fermentasi susu yang masih pada
tahap studi in vitro, sehingga masih
perlu dukungan studi intervensi/
klinis untuk mengonfirmasi manfaat
kesehatan. Jenis kultur starter, jenis
susu dan kondisi fermentasi akan memengaruhi jenis peptida yang dihasilkan dan konsentrasinya. Hal yang sama untuk produksi EPS.
Tantangan bagi industri susu fermentasi dalam mengembangkan produk susu fermentasi fungsional yang memberikan manfaat kesehatan tertentu adalah
dimilikinya kultur starter bakteri
asam laktat yang dapat memproduksi komponen bioaktif spesifik dengan konsentrasi yang mencukupi untuk memberikan manfaat kesehatan yang didukung dengan hasil studi in vivo dan klinis. Penelitian-penelitian in vitro dengan memanfaatkan berbagai isolat bakteri asam laktat lokal sebagai penghasil peptida antihipertensif pada berbagai susu fermentasi dan penghasil EPS untuk mencegah diabetes telah mulai dilakukan di Indonesia. Hal ini memberikan peluang bagi industri susu untuk mengembangkan produk susu fermentasi postbiotik.
Referensi:
Oglio F, Cristina Bruno C, Coppola S, De Michele R, Masino A, Carucci L. 2023. Evidence on the Preventive Effects of the Postbiotic Derived from Cow’s Milk Fermentation with Lacticaseibacillus paracasei CBA L74 against Pediatric Gastrointestinal Infections. Microorganisms, 11(1)
García-Burgos M, Moreno-Fernández J, Alférez MJM, Díaz-Castro J, López-Aliaga I. 2020. New perspectives in fermented dairy products and their health relevance. J Functional Foods 72:104059
Sorensen HM, Rochfort KD, Maye S, MacLeod G, Brabazon D, Loscher C, Freeland B. 2022. Exopolysaccharides of Lactic Acid Bacteria: Production, Purification and Health Benefits towards Functional Food. Nutrients 14(14): 2938.
Vinderola G, Sanders ME, Salminen S. 2022. The Concept of Postbiotics. Foods 11:1077.
The 2020-2025 Dietary Guidelines
for Americans (DGA) has once again reinforced dairy’s important contribution to healthy eating. In 2022, Indonesia’s Ministry of Health started to endorse the importance of milk drinking as a habit to create a better quality of health as milk provides a source of calcium, protein, and nutrients.
Demand for milk during the Covid-19 pandemic has increased significantly as it is believed to improve immunity against the virus. The USDA mentioned that milk contains protein, vitamin A, B12, and other minerals that are perceived to improve immunity and beneficial for health.
Innovation in Dairy
From fortified to flavored milk, dairy drink producers continue innovating their products to secure a profitable future by leading with functional benefits and strong eco credentials. We have known Plant-Based Dairy like soy, almond, cashew, pea, and many more. One of the growing innovations in dairy in the Indonesian market is Plant-Based Dairy Drinks such as Oat Milk. Oat Milk, as a plant-based milk drink, is growing because most Indonesians are lactose intolerant. Thus plant-based milk, such as oat milk, provides a solution to dairy milk alternatives.
In Asia Pacific, more than 30% of milk launches are non-dairy milk drinks, and the trend is growing.
Mintel’s trend perspective in the next two years on dairy and non-dairy drinks are
• “Better-for-us” nutrition; where nutrition is key
• New functional horizons; functional ingredients for stress and anxiety relief
• Milk for athleisure; supporting kids outdoor activities
Challenge and Solution in Creation of Dairy & Non-Dairy Drinks
Most market trends in food and beverage discuss the importance of flavors, colors, functional ingredients, and other exotic ingredients. For product developers, one of the main challenges is how to combine all the ingredients together to create a stable, appetizing, and seamless product. A good knowledge of emulsification and stabilizer usage is needed to create the perfect product.
Dairy and non-dairy milk drinks product involve combination of fat, protein, water, and other ingredients that are immiscible. Thus, emulsification and stabilization are needed to create a whole product.
Mono- and diglycerides are emulsifiers, which means they help oil and water to blend. In the creation of dairy and non-dairy milk drinks, they help to emulsify water with milk powder, non-dairy creamer, and other oil-based materials.
Hydrocolloids such as gellan gum, carrageenan, guar gum are commonly used as stabilizers in dairy and nondairy milk drinks to stabilize nonsoluble ingredients such as cocoa powder, plantbased powder such as oat powders, almond powders, cashew, pea powders, fava beans powders, vitamins, and other ingredients that are not easily soluble.
However, the use of emulsifiers and stabilizers are very challenging as there are many other factors that need to be considered when using and dosing the right formulation to create a good product. Fat content, protein content, process, temperature of heat treatment, choice of buffer salts, and
other ingredients used differ from one formulation to another. With so many factors involved in the product’s development, it is better if product developers have some guidance from manufacturers.
Palsgaard is a emulsifiers and stabilizer company that was established in 1917. Born more than 100 years ago, Palsgaard is known to be the “father” of emulsifiers. With more than a century of experience, Palsgaard can help to create a seamless product, especially in dairy and plant-based dairy products.
In your creation of dairy and nondairy beverages, Palsgaard could assist you in creating a seamless product as they have the expertise, capability, and technology to make a well-blended and stable product for you.
Summary
The creation of dairy and non-dairy drinks is endless. The presence of emulsifiers and stabilizers help to create a smooth finish product despite the various combinations of raw materials. Indesso partners with Palsgaard, a specialist in emulsifiers-and-stabilizers, can help you create a perfect product to fulfill your customer’s satisfaction.
With Palsgaard ingredients, all the challenges are easier to solve since we have a range of products and capabilities to help you develop your perfect product.
Source:
https://www.kompas.id/baca/opini/2023/02/21/telur-dansusu-untuk-tengkes-bukan-biskuit
https://www.kompas.id/baca/riset/2021/07/16/pandemicovid-19-dan-konsumsi-susu-di-indonesia
https://dataindonesia.id/sektor-riil/detail/angka-konsumsisusu-penduduk-indonesia-masih-rendah
KEJU TOMME: Keju Probiotik dengan Kultur Starter Lokal
Oleh Endang Sutriswati Rahayu & Alfia Nur Hayati
Pusat Unggulan Iptek – Perguruan Tinggi (PUI-PT) Probiotik
Pusat Studi Pangan dan Gizi Universitas Gadjah Mada
Saat ini, inovasi produk pangan di Indonesia semakin maju dan sangat beragam. Tidak sedikit dari inovasi tersebut melibatkan
penambahan komponen keju di dalamnya, karena banyak
konsumen yang menyukai keju, terutama anak muda yang mudah beradaptasi dan menerima rasa baru.
Inovasi-inovasi tersebut tentunya
semakin memperluas pasar keju di Indonesia. Sebelum inovasi datang, flavor keju ini sudah sering didengar dan hingga kini masih mendapatkan hati di masyarakat.
Keju adalah salah satu produk turunan susu yang kerap dijumpai.
Keju merupakan produk segar atau
hasil pemeraman berbentuk padat atau
semi padat yang diperoleh dengan cara menggumpalkan susu, krim, susu skim, susu skim sebagian, susu rekombinasi, susu rekonstitusi, whey krim atau buttermilk, atau campurannya, dengan rennet atau enzim penggumpal (asal
hewan, tanaman, atau mikroba), atau
asam dengan persyaratan kadar lemak
susu dan kadar air yang tergantung
dari jenisnya dengan atau tanpa
penambahan bahan pangan lain.
Pada proses penggumpalan
tersebut akan diperoleh curd serta
whey di mana curd akan diproses
untuk menjadi keju dengan
tahapan sesuai dengan jenis keju
yang ingin dicapai. Banyaknya
variasi dalam pembuatan keju
selanjutnya membuat keju
memiliki jenis yang beragam
dan diklasifikasikan dalam
bentuk sangat keras, keras, semi-keras, atau lunak/lembut
berdasarkan teksturnya (CODEX Alimentarius Commission, 1978).
Mengenal keju Tomme
Salah satu jenis keju yang ada di Indonesia adalah keju Tomme yang
berasal dari Swiss dan Pegunungan
Alpen-Prancis. Keju ini berbentuk wheel
atau roda dengan ketebalan 5-8 cm dan
bobot keju sekitar 1-2 kg. Karakteristik
dari keju ini bertekstur elastis, struktur padat, aroma earthy, dan rasa asin yang dominan di antara rasa lainnya.
Keju Tomme memiliki warna putih
kekuningan dengan kulit tebal berwarna
cokelat keabuan yang disebabkan oleh
jamur Mucor pada keju. Jamur Mucor
ini juga membantu dalam pembentukan
flavor sehingga keju Tomme memiliki
flavor mushroomy, earthy, dan juga pahit.
Umumnya, keju ini mengalami proses
pemeraman selama 15 hari hingga 3
bulan di mana selanjutnya dihasilkan
tekstur keju semi-keras dengan kadar
air bahan tanpa lemak sekitar 54-69%.
Layaknya jenis keju lain, keju Tomme
ini juga kaya protein yang baik untuk kesehatan.
Beragam manfaat pada keju
Tomme membuat pengembangan dan penelitian terus dilakukan, terutama
pada proses pengolahannya, sehingga
diperoleh produk yang lebih berkualitas.
Pengembangan dan penelitian yang
dilakukan contohnya terjadi pada proses
pengolahan keju Tomme menjadi pangan
fungsional dengan menambahkan
kultur probiotik. Probiotik merupakan
mikroorganisme hidup yang apabila
dikonsumsi dalam jumlah memadai
dan dapat memberikan manfaat
kesehatan bagi yang mengonsumsinya.
Keberadaan probiotik pada keju Tomme
ini tentunya akan menambah
manfaat kesehatan yang
ditawarkan oleh keju
Tomme. PSPG UGM
melalui PUI-PT
Probiotik dan
PT Mazaraat
Lokanatura
Indonesia
telah berhasil
mengembangkan
keju Tomme dengan
penambahan
kultur probiotik
lokal berupa
bakteri Lactobacillus
plantarum Dad-13, yang
berdasarkan taksonomi terbaru
namanya menjadi Lactiplantibacillus
plantarum subsp plantarum Dad-13, dan
selanjutnya ditulis sebagai L. plantarum
Dad-13. Bakteri ini diisolasi dari susu
fermentasi dadih dari Minangkabau,
Sumatera Barat dan sudah masuk ke
dalam daftar positif yang dikeluarkan
oleh BPOM sebagai strain probiotik
yang terdaftar di Indonesia dengan
nama strain Lactiplantibacillus
(Lactobacillus) plantarum Dad-13.
Dalam proses pembuatan keju Tomme, L. plantarum Dad-13 ini bersama dengan
Streptococcus thermophilus Dad-11
yang juga ditambahkan ke dalam susu
sebagai kultur starter. Penambahan
kedua kultur dalam proses pengolahan
ini mampu menurunkan pH susu yang
penting dalam pembentukan curd serta
berperan dalam proses pembentukan
rasa ketika pemeraman.
Proses pembentukan
keju Tomme
1. Pemilihan Susu
Proses ini merupakan proses seleksi susu yang akan digunakan dalam
pembuatan keju Tomme. Susu yang dipilih harus memenuhi persyaratan lemak, protein, pH, dan parameter lain yang ditetapkan.
2. Pemanasan Susu
Susu yang sudah lolos tahap seleksi
akan panaskan dengan suhu 6365oC selama 15 detik terlebih dahulu untuk meningkatkan keamanan
produk dengan membunuh bakteri
patogen yang ada pada susu.
3. Pengasaman
Proses ini dilakukan dengan
penginokulasian kultur L. plantarum
Dad-13 serta S. thermophilus Dad-11
ke dalam susu untuk menurunkan
pH susu sehingga enzim rennet dapat bekerja. Selain itu, kedua bakteri ini juga berperan dalam pembentukan flavor pada keju Tomme pada proses
pemeraman.
4. Koagulasi
Setelah pH turun, enzim rennet
kemudian ditambahkan ke dalam
susu dan terjadi proses koagulasi protein. Keberadaan k-kasein
di permukaan misel kasein
menyebabkan formasi misel kasein
stabil karena k-kasein memiliki
lapisan rambut karbohidrat yang
bersifat hidrofilik dan bermuatan
negatif sehingga terdapat stabilisasi
diantara misel kasein. Ketika
enzim rennet ditambahkan, enzim
akan menghidrolisis k-kasein dan sisi hidrofilik terlepas dari misel.
Terlepasnya sisi hidrofilik akan
menyebabkan sisi interior misel
kalsium yang bersifat hidrofobik
terekspos sehingga terbentuk
agregasi antara misel kalsium
menjadi agregat yang lebih besar.
5. Pemotongan Curd
Curd yang dihasilkan pada proses
koagulasi kemudian dipotong
menjadi ukuran yang lebih kecil
untuk memudahkan sineresis
atau pelepasan whey dari matriks.
Semakin kecil curd maka semakin
besar luas permukaannya dan
semakin mudah whey untuk keluar. Namun, ukuran curd yang terlalu
kecil juga tidak baik karena akan menyebabkan produk akhir terlalu kering.
6. Pemanasan dan Pengadukan
Curd Setelah whey terpisah dari curd, dilakukan proses pemanasan
dengan suhu kurang lebih 38oC dan diikuti dengan pengadukan. Tahapan ini bertujuan untuk meratakan suhu curd, mencegah curd bergabung
kembali, mempercepat sineresis, serta menghasilkan suhu yang
optimal bagi bakteri termofilik untuk tumbuh.
7. Penirisan dan PencetakanCurd
Setelah dipanaskan, curd yang
terbentuk kemudian dimasukkan ke
dalam cetakan yang dilapisi dengan
kain saring. Curd akan diberi tekanan
menggunakan pemberat untuk
mengeluarkan whey yang tersisa.
8. Penggaraman
Penggaraman keju Tomme dilakukan
dengan merendam keju yang sudah
dicetak ke dalam larutan garam.
Penggaraman ini dapat menambah
flavor pada keju Tomme.
9. Pemeraman
Tahap terakhir dalam proses
pembuatan keju adalah pemeraman
selama 15 hari hingga 3 bulan
di mana keju akan mengalami
pematangan. Selama proses ini akan
terjadi proses evaporasi sehingga
kadar air keju menurun, glikolisis, lipolisis, serta proteolisis dimana proses tersebut akan membentuk flavor dan tekstur dari keju.
Keju sebagai agen
pembawa probiotik
Produk susu dan olahannya saat ini masih mendominasi produk probiotik di pasaran. Hal ini karena kandungan dan lingkungan susu umumnya sesuai
untuk pertumbuhan probiotik, terlebih
lagi probiotik yang diisolasi pada susu atau turunannya. Sementara itu, produk
keju juga memiliki keunggulan lain
dalam perannya menjadi agen pembawa (carrier) probiotik dibandingkan
dengan produk fermentasi susu lainnya. Keunggulan tersebut adalah
keju memiliki pH, Aw, dan kondisi
penyimpanan yang sesuai untuk
kelangsungan hidup probiotik sehingga
viabilitas probiotik dapat dipertahankan. Viabilitas probiotik ini sangat penting mengingat manfaat kesehatan baru dapat dirasakan jika probiotik ini hidup di saluran pencernaan (kolon). Oleh karena itu, pada produk akhir yang dikonsumsi, viabilitas probiotik setidaknya mencapai jumlah sebanyak 107-109 CFU/g. Selain itu, keju juga memiliki komponen-komponen yang dapat melindungi probiotik selama melewati saluran pencernaan manusia sehingga membuatnya semakin resisten terhadap bile salt, asam lambung, dan senyawa lainnya yang berpotensi untuk mematikan probiotik.
Meski begitu, penambahan probiotik pada keju ini memiliki tantangan karena terdapat potensi kematian dari probiotik selama proses produksi keju. Hal ini terjadi terutama pada proses pemeraman di mana semakin lama proses pemeraman maka viabilitas probiotik pada suatu keju akan semakin menurun. Penurunan tersebut dapat terjadi terutama karena kadar garam tinggi. Adanya penurunan viabilitas selama pemeraman tersebut mendorong penelitian untuk mengetahui
viabilitas sel pada keju Tomme selama pemeraman. Dari penelitian tersebut diketahui bahwa viabilitas keju Tomme masih memenuhi persyaratan selama
pemeraman tiga bulan dan dilanjutkan dengan penyimpanan selama satu bulan. Oleh karena itu, keju Tomme ini berpotensi menjadi keju probiotik.
Balai Besar Pelatihan Peternakan Batu, Kementerian Pertanian
Memilih dan memeriksa hewan
kurban secara cermat menjadi
tahap awal yang penting
dilakukan untuk memastikan daging
dengan mutu terbaik, layak konsumsi, aman, sehat, utuh, dan halal (ASUH).
Hewan yang boleh dikurbankan
adalah hewan-hewan yang memang
dituntunkan dalam syari’at, yakni
kambing atau domba, sapi atau kerbau, atau unta. Tidak diperkenankan
menggunakan hewan yang selain itu, seperti, ayam atau itik. Hewan kurban harus sudah dewasa atau musinnah.
Musinnah dalam bahasa Arab berasal
dari kata sinnun yang artinya gigi. Maka
ternak diizinkan untuk menjadi hewan
kurban apabila telah dewasa sempurna
dan berganti gigi seri susu menjadi gigi seri permanen, minimal sepasang gigi serinya (poel). Hewan kurban harus
sehat dan kondisi tubuhnya sempurna
tidak boleh cacat, yang menyebabkan
harganya jatuh. Hindari berkurban
menggunakan hewan yang sedang
menderita penyakit, misalkan penyakit mulut dan kuku (PMK) atau penyakit lumpy skin disease (LSD) yang sekarang sedang merebak.
Sebagai langkah preventif, pekurban
dan atau panitia kurban dapat
mempelajari dan berlatih secara mandiri
bagaimana prosedur pemeriksaan
antemortem atau pemeriksaan
kesehatan hewan yang masih hidup
maksimal 24 jam sebelum disembelih
seperti yang biasanya dilakukan oleh
petugas paramedik atau dokter hewan
yang berwenang dan bertugas di rumah potong hewan (RPH). Keberadaan
petugas berwenang yang melaksanakan pemeriksaan antemortem tersebut
mungkin sangat terbatas. Pemerintah melalui dinas peternakan daerah, di saat menjelang Idul Adha, biasanya
menugaskan minimal satu petugas
paramedik atau dokter hewan untuk
satu desa. Kemungkinan di desa
dengan titik lokasi penyembelihan
hewan kurban yang banyak (di masjid, musala, sekolah, perkantoran), satu
petugas berwenang tersebut tidak
akan mampu memeriksa setiap hewan
kurban di semua lokasi. Oleh karenanya, diharapkan pekurban dan atau panitia
kurban bisa melaksanakan pemeriksaan
antemortem hewan kurbannya saat
proses pembelian dan maksimal 24 jam
sebelum penyembelihan hewan kurban.
Undang-Undang Nomor 41 Tahun
2014 tentang Perubahan atas UndangUndang Nomor 18 Tahun 2009 tentang
Peternakan dan Kesehatan Hewan dan Peraturan Pemerintah Nomor 95 Tahun
2012 tentang Kesehatan Masyarakat
Veteriner dan Kesejahteraan Hewan
mengamanatkan kepada pemerintah
untuk bertanggung jawab dalam
melakukan pengawasan kesehatan
masyarakat veteriner (kesmavet). Hal ini bertujuan untuk memberikan jaminan
keamanan dan ketentraman batin
kepada masyarakat dalam mengonsumsi pangan asal hewan, termasuk daging
kurban di dalamnya. Penyembelihan
atau pemotongan hewan merupakan
tahapan yang sangat krusial dan kritis
dalam menentukan status aman, sehat, utuh, dan halal (ASUH) dari daging, jeroan, atau kulit yang dihasilkan oleh
suatu rumah potong hewan (RPH) atau panitia kurban saat Idul Adha. Oleh karenanya, selain pemeriksaan antemortem, juga wajib dilakukan pemeriksaan postmortem (setelah penyembelihan) dan kesehatan daging di RPH oleh petugas yang berwenang yaitu meat inspector atau keurmaster, yang berada di bawah pengawasan dokter hewan.
Pemeriksaan antemortem (sebelum penyembelihan hewan)
Tujuan pemeriksaan antemortem di RPH atau di lokasi penampungan hewan kurban saat Idul Adha adalah
(1) mencegah pemotongan hewan yang secara nyata menunjukkan gejala klinis penyakit hewan menular dan zoonosis atau tanda-tanda yang menyimpang; (2) mendapatkan informasi sebanyak-banyaknya untuk keperluan pemeriksaan postmortem dan penelusuran penyakit di daerah asal ternak; (3) mencegah kontaminasi penyakit dari hewan atau bagian dari hewan yang menderita penyakit kepada petugas, peralatan RPH dan lingkungan;
(4) menentukan status hewan dapat dipotong, ditunda atau tidak boleh
dipotong dan (5) mencegah pemotongan ternak betina besar bertanduk produktif.
Pemeriksaan antemortem dilakukan oleh petugas dokter hewan yang
berwenang yang ditunjuk oleh dinas yang membidangi fungsi kesmavet dan atau petugas paramedik yang ditunjuk di bawah pengawasan dokter hewan berwenang. Pemeriksaan antemortem
dilakukan di tempat atau kandang
penampungan hewan siap potong. Persyaratan kandang penampungan, antara lain: harus bersih, kering, terang dengan intensitas cahaya
minimum 540 lux dan terhindar
dari panas matahari maupun hujan.
Perlengkapan yang dibutuhkan dalam
pemeriksaan antemortem ini adalah
alat pelindung diri (APD) yang terdiri
dari jas laboratorium yang berwarna
putih dan bersih serta sepatu boot, cap atau stempel yang berbentuk huruf “S”
(artinya sehat) dan formulir recording
pemeriksaan (Gambar 1). Peralatan
yang dibutuhkan dalam pemeriksaan
antemortem ini adalah stetoskop dan termometer.
Prosedur pemeriksaan antemortem (sebelum
penyembelihan hewan)
Prosedur pemeriksaan antemortem
dimulai dari pemeriksaan dokumen
ternak, antara lain: surat keterangan
kesehatan hewan (SKKH), surat jalan,
surat izin pengeluaran ternak dan hasil
ikutannya dan sertifikat kesehatan
hewan atau surat pembebasan dari
karantina kalau ternak berasal dari luar
pulau atau luar negeri. Selanjutnya, dilakukan pengecekan kesesuaian
dokumen dengan ternak yang dikirim.
Pemeriksaan antemortem ini
dilakukan pada kelompok ternak di kandang penampungan ternak yang
dilakukan maksimum 24 jam sebelum
hewan disembelih. Jika melebihi waktu
tersebut, maka dilakukan pemeriksaan
antemortem ulang. Pemeriksaan
antemortem pada kelompok ternak
dilakukan dengan mengamati gejala
klinis dan patognomonis dengan cara mengamati dengan cermat dan seksama
terhadap sikap, kondisi dan penampilan atau performa ternak. Hal tersebut
meliputi status gizi, sistem pernapasan dan sistem pencernaan pada hewan saat berdiri dan bergerak yang dilihat dari segala arah. Selain itu juga dilakukan dengan mengamati dengan cermat dan seksama lubang-lubang kumlah, di antaranya: telinga, hidung, mulut dan anus (Tabel 1).
Hewan yang dicurigai menunjukkan
gejala sakit atau sakit langsung
dipisahkan atau ditempatkan pada kandang yang berbeda atau karantina dan/atau diberi tanda yang selanjutnya dilakukan pemeriksaan lebih lanjut pada kandang pemeriksaan intensif. Pemeriksaan lanjutan ini meliputi pemeriksaan status gizi dan keaktifan hewan yang dilakukan dengan melihat penampilan atau performa tubuh serta keaktifan hewan secara keseluruhan.
1. Pemeriksaan kondisi kulit dan keadaan bulu
Pemeriksaan kondisi kulit dilakukan dengan cara menarik kulit kemudian melepaskannya (bisa dilakukan di area pinggang di atas tulang belakang). Hal ini dilakukan untuk mengetahui turgor atau ketegangan kulit dan melihat kondisi kulit secara umum. Selanjutnya, untuk mengetahui kecerahan dan kerontokan bulu dilakukan dengan cara melihat kekusaman dan pengusapan permukaan bulu (bisa dilakukan pengusapan bulu di sepanjang tulang belakang) (Gambar 1). Ternak yang
Keadaan umum Gizi baik (tidak kurus) aktif
Kulit; keadaan bulu
Selaput lendir
Mata; telinga
Turgor baik, bulu bersih, mengkilat
Basah, warna merah muda
Tidak terdapat kelainan
Kelenjar pertahanan Tidak membengkak
sehat memiliki turgor kulit yang baik, bulunya tidak banyak rontok, bersih dan mengilat.
selaput lendir
Tahap selanjutnya dilakukan
pemeriksaan lubang kumlah, yang dilakukan dengan cara mengamati dengan cermat dan saksama lubang hidung, mulut, telinga dan anus.
Pemeriksaan selaput lendir dan konjungtiva dilakukan dengan cara
mengamati dengan cermat dan saksama terhadap warna dan kebasahan atau kelembapan pada konjungtiva, mulut, hidung, preputium dan rektum.
Konjungtiva merupakan lapisan tipis yang berada di mata yang berguna melindungi sklera (area putih dari mata) (Gambar 2).
3. Pemeriksaan mata dan telinga
Selanjutnya, dilakukan pemeriksaan
terhadap kondisi mata dan telinga untuk melihat kebersihan dan adanya kelainan patologis pada mata dan telinga.
4. Pemeriksaan kelenjar pertahanan atau limfoglandula (lgl)
Pemeriksaan kelenjar pertahanan atau limfoglandula dilakukan dengan
mengamati atau inspeksi dan dengan
perabaan atau palpasi terhadap beberapa kelenjar pertahanan penting yang dicurigai, di antaranya: limfoglandula axilaris yang letaknya di daerah ketiak (kaki depan) dan limfoglandula prefemoralis yang
letaknya di daerah paha (kaki belakang).
Kelainan limfoglandula dapat ditemui
dengan adanya pembengkakan dan posisi kelenjar atau limfoglandula yang tidak dapat digerakkan atau terfiksir (sulit digerakkan) (Gambar 3).
5). Kemudian, termometer diangkat dan dilihat angka suhunya yang tertera pada termometer. Suhu normal pada sapi, kambing atau domba berkisar antara 38 hingga 39,5 oC sedangkan frekuensi pulsus normal pada sapi adalah 4060 kali per menit; untuk kambing dan domba adalah 70-80 kali per menit.
Pemeriksaan frekuensi pulsus juga
dapat dilakukan dengan menempelkan stetoskop pada arteri besar seperti arteri karotis di daerah leher.
Pemeriksaan frekuensi pernapasan
dilakukan dengan cara menempelkan stetoskop pada daerah dada atau lapang paru atau dengan melihat gerakan pernapasan perut atau abdominal dan dihitung frekuensi per menitnya. Frekuensi nafas normal pada sapi adalah 12-16 kali per menit; pada kambing dan domba adalah 12-15 kali per menit (Gambar 4).
6.
denyut nadi
Pemeriksaan suhu dilakukan dengan cara memasukkan termometer ke dalam lubang rektum sedangkan ibu jari dan jari telunjuk menekan arteri konsigialis untuk mengetahui frekuensi pulsus atau denyut nadi selama 1 menit (Gambar
7. Keputusan antemortem
Hewan yang normal atau sehat dan hewan dengan kelainan terlokalisir
seperti tumor pada mata atau
pneumonia dapat diizinkan untuk dipotong. Hewan yang lumpuh atau
ambruk karena kecelakaan namun
tidak menunjukkan gejala penyakit
harus segera dipotong. Hewan yang menderita atau menunjukkan gejala
sakit seperti coryza gangraenosa bovum, haemorhagic septicemia, piroplasmosis,
surra, arthritis, hernia, fraktura, abces, epithelimia, actinbacillosis, mastitis, septicermia, cachexia, hydrops, oedema dan brucellosis dapat dipotong dengan
pengawasan dokter hewan (Gambar 6).
Hewan yang menunjukkan gejala sakit yang belum dapat ditentukan gejala
penyakitnya atau harus menunggu
hasil laboratorium dapat dilakukan
penundaan pemotongannya. Hewan
yang menderita atau menunjukkan
gejala penyakit akut seperti antraks, tetanus atau malleus dilarang untuk
dipotong. Selanjutnya, hewan yang boleh
dipotong segera diberikan stempel atau cap “S” di daerah pinggul.
Implikasi mengonsumsi daging dari ternak yang
tidak sehat
Ternak yang tidak sehat berpotensi
besar menyebabkan berbagai penyakit
saat dikonsumsi. Banyak penyakit hewan
yang bisa menular pada manusia, yang
disebut dengan zoonosis. Beberapa di
antaranya:
Anthrax, penyakit ini disebabkan
oleh bakteri Bacillus anthracis yang
menyerang hewan mamalia, paling
rentan hewan ternak seperti sapi, kerbau, kambing dan domba. Anthrax
disebut juga radang limpa karena
hewan yang terinfeksi, organ limpanya akan mengalami radang dan akan
membengkak. Gejala yang khas dari
penyakit anthrax ini pada hewan adalah
keluarnya darah berwarna merah
kehitaman melalui lubang hidung, telinga, mulut, anus dan vagina serta
kotoran ternaknya cair dan sering
bercampur darah. Manusia yang tertular
penyakit anthrax ini dapat menyebabkan
infeksi kulit, infeksi saluran pernapasan, infeksi saluran pencernaan. Lebih
parah lagi, anthrax bisa menyebabkan
kematian pada manusia.
Kudisan atau scabies yang disebabkan oleh parasit pada hewan. Gejala klinis pada hewan biasanya
terdapat keropeng kemerahan pada
lipatan kulit seperti mulut, telinga atau
bagian yang lain dan kulit hewan jadi
bersisik. Manusia yang tertular penyakit ini juga menimbulkan infeksi kulit dan gatal yang luar biasa.
Penyakit cacing hati atau Fasciola
hepatica yang sering ditemui pada saat pemotongan hewan kurban. Penyakit cacing hati disebabkan oleh cacing yang berbentuk pipih yang bersarang
di organ hati. Biasanya hewan ternak
yang terkena cacing hati, hewannya
kurus karena nutrisi yang ternak
makan diserap oleh si cacing. Kalau
kita mengonsumsi hati yang terkena
cacing hati, kita bisa mengalami
gangguan pencernaan. Ciri-ciri hati
yang mengandung cacing hati biasanya
berwarna pucat dan bagian yang
menjadi sarang cacing akan mengeras
karena terjadi pengapuran. Kalau ada
hati yang terlihat seperti ini, sebaiknya tidak dikonsumsi organ hati tersebut.
Selain itu, masih ada pula
Leptospirosis, Salmonellosis, Brucellosis, Toxoplasmosis, Teaniasis,dan Bovine
tuberculloisis. Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) dan Lumpy Skin Disease (LSD)
yang mewabah akhir-akhir ini bukan
termasuk zoonosis atau penyakit hewan
menular pada manusia. Keduanya
disebabkan oleh virus yang mudah
menyebar melalui udara dan benda seperti halnya Covid-19. Manusia tidak akan tertular PMK atau LSD tetapi bisa menjadi vektor penyebar virus tersebut hingga menulari hewan ternak lainnya.
Pastikan hewan kurban telah diperiksa oleh dokter hewan. Hewan yang telah diperiksa oleh dokter hewan berwenang di dinas terkait dilengkapi dengan SKKH atau Surat Keterangan
Kesehatan Hewan. Laporkan jika ada ternak sakit atau mati mendadak ke dinas peternakan setempat atau setelah penyembelihan ditemukan organ dalam (jeroan) dari ternak yang tidak normal.
Referensi:
Johari, S. (2006). Pelatihan TOT (Training of Trainner) Keurmaster Direktorat Kesehatan Masyarakat VeterinerDirjen Peternakan Departemen Pertanian. Lawrie, R. A., & Ledward, D. A. (2014). Lawrie’s meat science. Woodhead Publishing.
Matarneh, S. K., Scheffler, T. L., & Gerrard, D. E. (2023). The conversion of muscle to meat. In Lawrie's meat science (pp. 159-194). Woodhead Publishing.
Ninios, T., Lundén, J., Korkeala, H., & FredrikssonAhomaa, M. (Eds.). (2014). Meat inspection and control in the slaughterhouse. John Wiley & Sons.
Windiana, D. (2018). VPH-5 Competency of Meat Inspectors (keurmaster) and Level of Training Needs Based on the Standard of Working Competency. Hemera Zoa.
MINI DIREKTORI
PT REL-ION STERILIZATION SERVICES
Eliminasi Bakteri Patogen, Sterilisasi, Polimerisasi
021-88363728, 021-8836 3729
021-88321246
yayuk@rel-ion.co.id
www.rel-ion.com
PT INDESSO NIAGATAMA & PT INDESSO CULINAROMA
INTERNASIONAL
Snack Seasonings, Savory Ingredients, Aroma Chemicals, Essential Oils & Food Ingredients
021 386 3974
021 385 0538
contact@indesso.com
www.indesso.com
PT KH ROBERTS INDONESIA
At KH Roberts, we leverage our deep expertise in flavour science and strong understanding of consumers’ needs to craft future flavours that deliver delight to consumers around the world.
021 87900778 / 021 89700723
info.id@kh-roberts.com
www.kh-roberts.com
https://www.linkedin.com/company/kh-roberts/
Shopping Provider
089-9999-7867
info@catalystconsulting.id
www.catalystconsulting.id
Catalyst Consulting consulting.catalyst
Ottera
Oterra is the largest provider of naturally sourced colors worldwide
65-6631 9294
sgcaso@chr-hansen.com
https://oterra.com
Trade Exhibition
Indonesia’s leading comprehensive hospitality, food & beverage international trade exhibition Hospitality, Food & Beverage
+ 62 21 2525 320
+6282113713099
foodhotelindonesia@informa.com
www.foodhotelindonesia.com
@foodhotelindonesia_fhi
Food & Hotel Indonesia
Food & Hotel Indonesia
Food & Hospitality Series_ID
PT. Sarana Karya Utama
Toll Manufacturing (Beverages)
031-3981571
sku@sakatama.com
www.sakatama.com
GNT Group B.V.
EXBERRY® is the leading brand of Coloring Foods for the food and beverage industry. Coloring Foods are made from fruits, vegetables, and edible plants using a physical manufacturing process processed with water.
+65 6659 4180
info-singapore@gnt-group.com
www.exberry.com
BENEO Asia Pacific Pte. Ltd.
Food Ingredients
BENEO offers functional ingredients from natural sources. It helps improve a product’s nutritional and technological characteristics and actively supports customers in the development of more balanced and healthy food products.
+65-6778-8300
contact@beneo.com
www.beneo.com
Want to see Your Company in this section? Send us an email : tissa@foodreview.co.id | andang@foodreview.co.id
Sensory Evaluation
Evaluasi sensori memiliki peran penting dalam pengembangan produk baru di industri pangan. Selama beberapa dekade terakhir, metode analisis
sensori telah dikembangkan untuk menentukan bagaimana rangsangan kita berubah selama proses mencicipi. Metode-metode ini berbeda dalam beberapa parameter
seperti bagaimana atribut dicirikan (intensitas, dominasi atau penerapan), jumlah atribut yang dievaluasi, panel yang diperlukan dan lain sebagainya. Adanya evaluasia
sensori ini juga diaharapkan dapat meningkatkan nilai suatu industri baik secara internal sebagai penjaminan mutu pangan ataupun sebagai dasar pertimbangan dalam pengambilan suatu keputusan terkait pemasaran produk pangan. Selain itu, evaluasi sensori juga menjadi dasar untuk terus meningkatkan pengembangan produk baru yang berpotensi memiliki nilai komersial tinggi. Untuk itu, FoodReview Indonesia edisi mendatang akan menyajikan informasi mengenai evaluasi sensori meliputi apa saja yang perlu diketahui, keuntungan melakukan evaluasi sensori hingga bagaimana evaluasi sensori dapat membantu meningkatkan mutu pangan. Tidak lupa, semoga pembahasan ini juga dapat menjadi inspirasi untuk dapat terus meningkatkan daya saing industri dan produk pangan di Indonesia.
Pemasangan iklan, pengiriman tulisan atau berita seputar teknologi dan industri pangan, silakan hubungi: