FOODREVIEW INDONESIA
Label Pangan:
Jendela Informasi bagi Konsumen
STARCH-BASED NANOKOMPOSIT
SEBAGAI KEMASAN PANGAN
RAMAH LINGKUNGAN
Standardisasi
Kemasan Pintar (Smart Packaging )
Label Pangan:
Jendela Informasi bagi Konsumen
STARCH-BASED NANOKOMPOSIT
SEBAGAI KEMASAN PANGAN
RAMAH LINGKUNGAN
Standardisasi
Kemasan Pintar (Smart Packaging )
“A hen’s egg is, quite simply, a work of art, a masterpiece of design and construction with, it has to be said, brilliant packaging!”
Steve Jobs (1955 -2011)
Kemasan pangan telah menjadi unsur esensial dalam industri pangan modern. Lebih dari sekadar sebagai wadah (tempat penyimpanan), kemasan berperan penting dalam memastikan keamanan dan menjaga mutu produk di seluruh rantai pasok serta menyesuaikan dengan kebutuhan konsumen yang terus berkembang.
Kemasan memberikan perlindungan bagi pangan yang ada di dalamnya. Kemasan melindungi pangan dari kerusakan fisik selama transportasi dan penyimpanan, memastikannya sampai ke konsumen tetap aman dan dalam keadaan utuh. Kemasan pangan juga memberikan perlindungan dari faktor eksternal seperti kelembapan, oksigen, cahaya, dan mikroorganisme, memperpanjang masa simpan dan menjaga kualitas. Dalam banyak kasus, kemasan pangan juga membantu menjaga rentang suhu tertentu, yang penting untuk memastikan produk pangan tidak mudah rusak; misalnya kemasan sebagai wadah yang berfungsi sebagai insulator sehingga mampu mempertahankan suhu aman bagi produknya.
Kemasan pangan, melalui label, juga menyediakan informasi penting tentang produk, seperti informasi mengenai ingridien pangan, kandungan gizi, tanggal kedaluwarsa, dan petunjuk penggunaan. Kemasan dengan desain khusus juga dapat berfungsi sebagai platform visual untuk identitas merek, menciptakan kesan unik dan berkesan bagi konsumen. Jadi, kemasan pangan dapat menjadi media pendidikan bagi konsumen tentang manfaat produk, kiat penggunaan, dan praktik konsumsi yang bertanggung jawab.
Kemasan pangan juga memfasilitasi proses transportasi (pengangkutan) dan penyimpanan untuk mendukung gaya hidup konsumen dengan mobilitas tinggi yang serba cepat. Karena itu, kemasan dapat pula didesain untuk menjadi lebih ramah terhadap pengguna (user friendly), memberikan pengalaman positif untuk konsumen, membuatnya lebih mudah untuk dibuka, ditutup, dan dibuang. Kemasan juga dapat membantu konsumen mengatur ukuran/porsi sajian, memfasilitasi kebiasaan pangan yang lebih menyehatkan.
Belakangan, kemasan mempunyai peranan yang lebih besar lagi bagi industri pangan dalam hal aspek keberlanjutan. Saat dunia bergulat dengan perubahan iklim dan menipisnya sumber daya, peran kemasan pangan untuk berkontribusi pada sistem pangan yang lebih berkelanjutan menjadi semakin signifikan.
Dalam hal keberlanjutan ini, perlu dikembangkan dan dipilih bahan kemasan yang tepat, menimbang dan menyeimbangkan kebutuhan fungsi perlindungan terhadap pangan (terutama keamanan pangan) dengan dampak lingkungan. Seperti telah diuraikan di depan, kemasan pangan memainkan peran esensial memberikan perlindungan terhadap pangan, namun juga menghadirkan tantangan dalam hal keberlanjutan lingkungan. Penggunaan bahan kemasan yang aman pangan, seperti plastik, seringkali berujung pada masalah sampah plastik yang sulit terurai.
Dalam hal perannya sebagai pelindung produk pangan, selain memastikan keamanan pangan, kemasan juga dapat memaksimalkan masa simpan produk, sehingga mengurangi pemborosan pangan secara signifikan. Pemborosan pangan tidak hanya merugikan karena kehilangan produk pangan, tetapi juga berdampak buruk pada lingkungan. Energi, air, dan sumber daya lainnya yang digunakan untuk memproduksi pangan ikut terbuang sia-sia merupakan kerugian besar. Dengan melindungi pangan dari kerusakan dan degradasi, kemasan dapat memastikan bahwa pangan yang diproduksi dapat dikonsumsi, sehingga mengurangi tekanan pada sumber daya alam dan mengurangi jejak karbon industri pangan.
Disadari bahwa bahan kemasan, yang sering kali berasal dari plastik berbasis minyak bumi, telah berkontribusi terhadap masalah lingkungan yang signifikan, termasuk polusi dan limbah. Pendekatan yang sering dipakai industri dalam hal ini adalah dengan menggunakan bahan kemasan yang lebih ramah lingkungan, seperti bahan biodegradable atau atau bahan yang dapat didaur ulang. Namun, perlu diingat bahwa bahan-bahan ini mungkin memiliki keterbatasan dalam hal fungsinya memberikan perlidungan, atau bahkan dalam hal menjamin keamanan pangan. Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian untuk mengembangkan bahan kemasan yang aman, efektif, dan sekaligus ramah lingkungan.
Dengan demikian, untuk mencapai keberlanjutan dalam industri pangan, diperlukan kolaborasi antara berbagai pihak, termasuk produsen, pengembang kemasan, pemerintah, dan konsumen. Sangat penting untuk memastikan bahwa bahanbahan baru ini memenuhi standar kualitas dan keamanan yang ketat. Penelitian harus difokuskan pada pengoptimalan sifat mekanis, ketahanan air, dan ketahanan mikroba dari kemasan yang dapat terurai secara hayati untuk memastikan integritas produk dan keselamatan konsumen.
Lebih jauh lagi, pengembangan teknologi pengemasan aktif, pintar, dan cerdas juga menawarkan peluang yang menarik untuk meningkatkan keamanan pangan, memperpanjang masa simpan, dan sekaligus mengurangi pemborosan pangan. Untuk itu, FoodReview Indonesia kali ini menyajikan beberapa artikel yang membahas perkembangan mutakhir kemasan dan label pangan, termasuk kebetuhan standardisasinya.
Semoga sajian FOODREVIEW Indonesia kali ini dapat memicu kolaborasi, memberikan inspirasi dan kontribusi bagi peningkatan daya saing produk dan industri pangan Indonesia.
Purwiyatno Hariyadi https://phariyadi.foodreview.co.id/
30 Starch-Based Nanokomposit Sebagai Kemasan Pangan Ramah Lingkungan
XIX No. 10
2024
Arti Pelabelan
20
Pangan Olahan bagi Konsumen
Label pada kemasan pangan olahan yang kita temui di warung, toko, pasar, atau platform online, memiliki peran penting. Label ini, yang bisa berupa stiker, cetakan langsung pada kemasan, atau bagian dari kemasan itu sendiri, berfungsi memberikan informasi yang benar dan jelas kepada konsumen.
38 Indonesia
Spice Up The World Ramaikan Trade Expo Indonesia 2024
Pemimpin Umum: Suseno Hadi Purnomo | Pemimpin Redaksi: Purwiyatno Hariyadi | Wakil Pemimpin Redaksi: Nuri Andarwulan
Redaktur Pelaksana: Himma Ellisa | Pemimpin Perusahaan: Pratomodjati | Wakil Pemimpin Perusahaan: Hindah Muaris
Staf Redaksi: Fitria Bunga Yunita | Sales, Advertising & Activities: Tissa Eritha
Digital Marketing: Fetty Fatimah | Business Development: Andang Setiadi | Desain & layout: Yanu Indaryanto
IT dan Website: Gugun Hendi Gunawan | Keuangan: Kartini, Padmawati Zainab
Penerbit: PT Media Pangan Indonesia Alamat PT Media Pangan Indonesia: Jl Binamarga II No. 23, Baranangsiang, Bogor Timur 16143 Telepon: (0251) 8372333, (0251) 8322732 | +62 811 1190 039 | Fax: (0251) 8375754 Website: www.foodreview.co.id | E-mail: redaksi@foodreview.co.id, marketing@foodreview.co.id ISSN: 1907-1280
40 Standardisasi
Kemasan Pintar (Smart Packaging)
Kemasan pangan telah berevolusi menjadi elemen penting dalam strategi pemasaran produk pangan. Desain kemasan yang menarik dan informasi yang jelas pada label secara signifikan memengaruhi keputusan konsumen dalam memilih dan membeli produk pangan.
48 Key Performance Indicators dalam Proses Sales and Operations Planning (S&OP)
Key Performance Indicators (KPI) memainkan peran krusial dalam mengukur kinerja dan keberhasilan implementasi rencana operasional. Berikut addalah beberapa KPI yang penting untuk dibahas dalam proses S&OP.
FoodReview Indonesia
Dear FoodReview Indonesia, Saya sudah berlangganan majalah FoodReview Indonesia secara digital di Pustaka Pangan. Namun, saya masih ingin melengkapi edisi cetak dari Majalah FoodReview Indonesia. Mohon info edisi mana saja yang tersedia cetak dan ketersediannya. Terima kasih.
Hana
Jakarta
Jawab:
Terima kasih atas ketertarikannya untuk mengoleksi majalah kami. Untuk versi cetak masih bisa didapatkan melalui loka pasar kami seperti Shopee & Tokopedia. Silakan ketik ‘Majalah FoodReview’ pada kolom pencarian. Sedangkan untuk ketersediaan edisi-edisi tertentu silakan menghubungi tim distribusi kami di +62 811 1190 039.
FoodReview Indonesia
Kepada FoodReview Indonesia
Mohon info bagaimana cara berlangganan majalah FoodReview Indonesia saat ini dan manfaat apa saja yang dapat saya peroleh? Terima kasih.
Putra
Riau
Jawab: FoodReview Indonesia kini dapat dibaca dengan dua cara yakni gratis melalui pranala issuu atau dengan berlangganan melalui www. pustakapangan.com. Dengan berlangganan Anda akan mendapatkan akses premium untuk dapat membaca, mengunduh, dan menyimpan majalah edisi terdahulu di fitur ‘My Library’ yang ada. Terima kasih.
Kepada FoodReview Indonesia
Mohon informasinya, bagaimana cara berkontribusi artikel untuk majalah FoodReview Indonesia dan apa saja syarat dan ketentuannya. Terima kasih.
Fahmi
Malang
Jawab:
Kami menerima artikel dalam lingkup ilmu dan teknologi pangan dengan panjang artikel dibatasi
maksimum 4 halaman (12,000 karakter), dengan Cambria 12 spasi 1,5. Untuk keperluan tata letak dan penyuntingan, kami akan melakukan pengeditan tanpa mengubah makna dan isi. Artikel yang ditulis kami harapkan disertai dengan nama penulis, lengkap dengan lembaga/perusahaan/asosiasi tempat penulis beraktivitas. Jika dipandang perlu, artikel bisa juga diberi tambahan daftar referensi -maksimal 5 sumber pustaka. Tulisan yang dimuat akan mendapat imbalan menarik.
KIRIMKAN KOMENTAR atau pertanyaan Anda ke Forum FOODREVIEW INDONESIA Jl Binamarga II No. 23, Baranangsiang, Bogor Timur 16143 atau melalui whatsapp: +62 811-1190-039, email redaksi@foodreview.co.id Cantumkan nama lengkap, alamat dan nomor telepon Anda. Semua surat yang masuk akan diedit terlebih dulu dengan tanpa mengubah maknanya.
cetak edisi 2016-2020 masih bisa diperoleh melalui loka pasar kami seperti Shopee (Media Pangan Indonesia) & Tokopedia (Toko Kulinologi). Silakan ketik ‘Majalah FoodReview’ pada kolom pencarian. Sedangkan untuk ketersediaan edisi-edisi tertentu silakan menghubungi 0811 1190 039.
To advertise & be a webinar sponsor, contact us and book your 2024 schedule : Ms. Tissa Eritha - tissa@foodreview.co.id
Mr. Andang Setiadi - andang@foodreview.co.id
To advertise & be a webinar sponsor, contact us and book your 2024 schedule :
Ms. Tissa Eritha - tissa@foodreview.co.id
Mr. Andang Setiadi - andang@foodreview.co.id
Pameran internasional ALLPack
Indonesia dan ALLPrint Indonesia 2024 sukses diselenggarakan pada 9-12 Oktober 2024 di Jakarta International Expo (JIExpo), Kemayoran, Jakarta. Dibuka oleh Direktur Jenderal Industri Agro Kementerian Perindustrian (Kemenperin), Ir. Putu Juli Ardika. MA, ALLPack Indonesia 2024 diselenggarakan bersamaan dengan pameran ALLPlas Indonesia Expo, ALL Food Technology Indonesia Expo , ALLProcess Indonesia Expo, ALL Industrial Expo, IPEX - Indonesia Pharmaceutical Expo, ALL Beverage Technology Indonesia Expo. Pameran ALLPrint Indonesia 2024 diselenggarakan bersamaan dengan pameran World of Paper Tissue, Textile Printing, Print For Pack, Indo Sign & AD, Inter Corrugated, Pro Label Asia. Chief Executive Officer Krista Exhibitions, Daud D Salim dalam sambutannya pada upacara pembukaan menuturkan bahwa Pameran ALLPack
Indonesia dan ALLPrint Indonesia 2024 diselenggarakan sebagai bagian dari upaya strategis untuk mendukung dan memajukan industri pengemasan serta percetakan di Indonesia. “Pada tahun ini, pameran mencatatkan peningkatan signifikan dalam jumlah peserta dibandingkan dengan tahuntahun sebelumnya. Kenaikan ini ditandai dengan penambahan Hall F, yang bertujuan memberikan ruang lebih luas untuk menampung berbagai inovasi serta menciptakan lebih banyak peluang bisnis di ALLPack Indonesia dan ALLPrint Indonesia. Pameran ini tidak hanya berfungsi sebagai ajang untuk menampilkan beragam inovasi produk, tetapi juga sebagai platform kolaborasi yang mendorong pertukaran ide serta business matching yang efektif,” ungkap Daud D Salim.
Pada pameran ALLPack dan ALLPrint Indonesia 2024 tidak hanya menampilkan kegiatan pameran saja namun terdapat kegiatan dan program menarik seperti seminar dan talkshow yang bertujuan untuk memperkaya pengetahuan seputar topik terkait. Dalam kesempatan ini, tim FoodReview Indonesia juga secara khusus meliput beberapa booth yang memiliki inovasi yang dapat menjadi inspirasi untuk industri pangan terkait.
Teknologi sensor bisa diandalkan untuk meningkatkan efektivitas, produktivitas dan keselamatan operasional. Dalam penggunaannya, teknologi sensor dari Vega dapat diintegrasikan dengan perangkat keras dan lunak pada industri sehingga mendukung proses kontrol saat mesin beroperasi. Salah satu alat sensor dari Vega adalah Vegapuls 42. Vegapuls 42 adalah sensor radar kompak yang digunakan untuk mengukur tingkat cairan tanpa kontak. Alat sensor
ini cocok untuk aplikasi sederhana hingga moderat di industri pangan dan farmasi. Managing Director PT Vega Instruments Indonesia, Rio Kusumahadi mengungkap, Vegapuls 42 dirancang khusus untuk jarak pengukuran sedang hingga 15 meter dan suhu hingga maksimal 150°C. Alat ini memastikan proses berjalan lancar, meski level berubah dengan cepat dan memerlukan pemantauan juga. Keunggulan lain dari Vegapuls 42 adalah tampilan status display 360° yang berwarna dan dapat dengan mudah disesuaikan dengan kebutuhan spesifik pengguna. Fitur ini tidak hanya meningkatkan visibilitas tetapi juga memudahkan pemantauan, dan pada akhirnya dapat membantu operator menilai level dengan presisi dan pasti. Fri-12
Indonesia dengan populasinya yang semakin meningkat, menjadi peluang besar untuk pemenuhan kebutuhan akan produk pangan.
Salah satu hal yang diperlukan dalam memenuhi kebutuhan tersebut adalah proses produksi yang efektif dan efisien. Penggunaan mesin menjadi salah satu
jawabannya. “Kami ingin membawa mesin yang dapat berkontribusi pada budaya makan di Indonesia. Untuk itu, pada pameran kali ini kami membawa beberapa mesin seperti mesin pembuat onigiri, mesin pelapis cokelat, mesin pemotong daging, dan masih banyak lainnya,” ujar Manager General Affairs Department Fooma, Takeshi Matsumoto. Mengenai pengoperasian mesin dari Jepang, Matsumoto mengungkapkan bahwa Fooma memiliki layanan purna jual dengan partner company yang berada di Indonesia. Fri-35
teknologi
telah melahirkan berbagai inovasi dalam dunia industri, salah satunya adalah automasi
mesin coding dan marking Teknologi ini mengedepankan efisiensi dan akurasi sebagai kunci keberhasilan. “Mesin coding dan marking memainkan peran yang sangat krusial. Perangkat ini tidak hanya sekadar memberikan informasi produk, namun juga
memastikan kualitas, keamanan, dan kepuasan konsumen,” ucap Head of Marketing Domino Printing Indonesia, Adhimas Faisal. Lebih lanjut, Adhimas menuturkan bahwa dengan automasi dapat meningkatkan produksi serta mengantisipasi kesalahan-kesalahan galat, downtime, hingga human error yang tidak perlu. Tidak hanya itu, seluruh sistem dari Domino dilengkapi dengan teknologi augmented reality sehingga dapat dikontrol oleh pihak berwenang dari jarak jauh. “Ini akan sangat memudahkan pekerjaan karena setiap saat dan kapan pun dapat diawasi secara presisi,” pungkasnya. Fri-35
semakin menjadi perhatian banyak pihak, tak terkecuali di bidang proses pangan. Dalam era perubahan iklim yang semakin nyata, penerapan prinsip keberlanjutan menjadi kunci untuk memastikan kelangsungan hidup generasi mendatang. Krones adalah salah satu industri yang berkomitmen penuh ke arah net zero untuk mesin-mesin yang mereka miliki. Tidak hanya itu, sistem sirkular ekonomi
juga diterapkan pada ekosistem perusahaan untuk mencapai tujuan net zero tersebut. “Kami memang sudah dikenal dengan energy saving yang baik. Tetapi pada pameran kali ini, kami ingin lebih menekankan keseriusan kami dalam mengaplikasikan aspek keberlanjutan pada setiap lini mesin yang kami miliki,” tutur Head of New Machine Sales PT Krones Machinery Indonesia, Eko Wiji Novianto. Fri-35
Bahan pangan alami seperti
biji-bijian, herbal, rempah-rempah, bumbu, kacangkacangan dan daun-daunan rentan terhadap pencemaran mikroba, diantaranya Salmonella yang kerap mengontaminasi bahan pangan alami. Oleh karena itu proses dekontaminasi pun harus dilakukan untuk mengeliminasi kontaminan tersebut. Namun, proses sterilisasi menggunakan pemanasan seperti oven dan steam dapat mengubah warna, aroma, hingga
cita rasa bahan. PT Makmur Pangan Kharisma (MPK) menawarkan teknologi sterilisasi dengan sinar infrared melalui mesin Kreyenborg Jerman yang mampu membunuh mikroba sampai 5-log reduction, tetapi tetap mempertahankan kualitas alami dari bahan. Direktur PT MPK, Asmin Widjaja menjelaskan teknologi sinar infrared ini bekerja menembus ke tengah atau inti bahan, kemudian panas menyebar dari inti ke bagian luar bahan, sehingga tidak mengubah warna, dan aroma alami bahan. Teknologi infrared dari Jerman ini tidak hanya dapat membunuh bakteri, tapi juga jamur, kapang dan jenis patogen lainnya seperti serangga, larva & spora. Fri-12
FOODREVIEW
TOKOPEDIA & shopee
*Juga tersedia buku-buku terbitan PT Media Pangan Indonesia
Peluang pasar konsumsi di Amerika
Serikat(AS) sangatlah besar, sekitar 29% dari pengeluaran konsumen global sebesar USD 21 triliun. Kementerian Perdagangan mengajak pelaku usaha Indonesia memanfaatkan berbagai peluang ini terutama untuk produk pangan.
“Pasar AS skalanya besar. Kami melihat ada peluang potensial untuk ekspor ke negara tersebut,” ujar Kuasa
Usaha Ad Interim Kedutaan Besar
Republik Indonesia Washington DC, Ida Bagus Made Bimantara dalam pembukaan Seminar ‘Strategi dan Peluang Produk Makanan dan Minuman Indonesia Menembus Pasar Amerika Serikat” yang diselenggarakan di dalam Pameran Trade Expo Indonesia (TEI) ke-9 pada 9-12 Oktober 2024 di ICE BSD, Tangerang.
Menurutnya produk pangan Indonesia dikenal memiliki sejumlah keunggulan untuk bersaing di pasar global. Keunggulan tersebut antara lain sebagai produk yang otentik dan berkualitas
tinggi sehingga dapat menjadi daya tarik bagi pasar global, terutama pasar Amerika Serikat.
Sementara itu, Atase Perdagangan
Washington DC Ranitya Kusumadewi mengatakan, pasar
AS punya karakter yang sangat beragam. Ada sejumlah hal yang penting diketahui di pasar AS.
Pertama, ada peningkatan kesadaran terhadap gaya hidup yang sehat. Tren ini menjadi hal utama dalam industri pangan. Kedua, konsumen AS saat ini menitikberatkan pada makananmakanan yang memberi rasa nyaman seperti biskuit dan keju. Selain itu, anak muda beraktivitas menitikberatkan pada komunitasnya sehingga produkproduk makanan yang shareable dan dapat diakses dengan mudah menjadi hal penting. Ketiga, konsumen AS saat ini mayoritas adalah milenial dan generasi Z, maka penjualan produk pangan melalui niaga elektronik menjadi motor utama penjualan mamin di AS.
Konsumen AS juga sangat kritis dan ingin mengetahui setiap aspek terkait produk yang digunakan, misalnya dari aspek keberlanjutan, ramah lingkungan, asal produk, dan kepatuhan terhadap praktik-praktik bisnis yang baik. “Ada standar di AS yang harus dipenuhi, namun dengan pasar AS yang sangat kompetitif, kita harus mencari hal yang unik dari produk kita dan terus berinovasi,” pungkas Ranitya. Fri-35
Setiap tanggal 16 Oktober, diperingati sebagai Hari Pangan Sedunia. Tahun ini, The Food and Agriculture Organization (FAO) mengusung tema ‘Right to Foods, For a Better Life and a Better Future’ atau ‘Hak Pangan untuk Kehidupan dan Masa Depan yang Lebih Baik’. Melalui tema tersebut, Kepala Badan Pangan Nasional, Arief Prasetyo Adi dalam Siaran Pers menyebutkan bahwa tantangan besar yang dihadapi dunia, termasuk Indonesia dalam hal ketahanan pangan adalah perubahan iklim, kekeringan ekstrem, ketergantungan pada satu sumber pangan, serta gangguan rantai pasok global.
“Indonesia sebagai negara dengan kekayaan sumber pangan yang sangat beragam, harus mampu mengurangi ketergantungan pada satu jenis pangan, terutama beras. Kita harus mengoptimalkan potensi pangan lokal seperti jagung, sagu, umbi-umbian,
dan sorgum. Ini adalah saat yang tepat untuk memperkuat ketahanan pangan kita dengan menggencarkan penganekaragaman pangan,” ujarnya.
Terkait dengan ketahanan pangan di Indonesia, Badan Pangan Nasional memiliki beberapa indikator yang menunjukkan perkembangan cukup menggembirakan. Pada tahun 2024, prevalensi stunting nasional mengalami penurunan sebesar 9,3% dari 30,8% menjadi 21,5%.
Lalu hasil Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan/Food Security and Vulnerability Atlas (FSVA) 2024 juga menunjukkan perbaikan di mana jumlah kabupaten/kota rentan rawan pangan menurun dari 74 kabupaten/kota menjadi 62 kabupaten/kota. Sedangkan, berdasarkan Skor Pola Pangan Harapan (PPH), kualitas konsumsi pangan juga mengalami kenaikan sebesar 1,2 poin dari 92,9 menjadi 94,1. Ini menggambarkan semakin tinggi skor PPH, menunjukkan kualitas konsumsi pangan masyarakat mengarah ke semakin beragam dan bergizi seimbang.
Sementara itu, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat inflasi pangan tengah tahun secara nasional menunjukkan penurunan sebesar 6,28% dalam 3 tahun ini, dari sekitar 8 persen pada tengah 2022 menjadi 1,72% pada tengah 2024. Adapun jumlah penduduk miskin juga mengalami penurunan 0,68 juta dari Maret 2023 sampai Maret 2024. Fri-35
Indonesia menghadapi berbagai
masalah gizi di setiap siklus kehidupan. Pada ibu hamil, masalah yang kerap kali dihadapi adalah anemia
dan Kurang Energi Kronis (KEK).
Selanjutnya pada bayi adalah Berat
Badan Lahir Rendah (BBLR) serta panjang lahir pendek (<48cm). Pada balita, potensi masalahnya bertambah kompleks dengan underweight, overweight, stunting, dan wasting.
Tidak sampai di situ, pada remaja, risiko anemia pada anak usia 6-14 tahun dan obesitas pada remaja usia 12-16 tahun
juga terus mengancam. Selain itu, secara umum, pola hidup Masyarakat Indonesia yang tidak sehat seperti merokok, kurang aktivitas fisik, serta kurang makan buah dan sayur juga menjadi faktor risiko terjadinya Penyakit Tidak Menular (PTM).
“Melihat fakta-fakta tersebut, banyak hal sebenarnya yang telah dilakukan untuk memperbaiki masalah yang ada, salah satunya adalah dengan edukasi gizi untuk seluruh siklus kehidupan,”
tutur Direktur Gizi dan Kesehatan Ibu
dan Anak, Direktorat Gizi dan KIA, Kementerian Kesehatan RI, dr. Lovely Daisy, MKM dalam FGD Pangan Aman
dan Bergizi untuk Mendorong Perilaku
Konsumsi yang Sehat Berkelanjutan yang diselenggarakan oleh Akademi dalam Bidang Ilmu Pangan dan Gizi –Akademi Ilmu Pengetahuan Indonesia (AIPG-AIPI) beberapa waktu lalu di Universitas YARSI, Jakarta.
Dalam kesempatan yang sama, Kepala Badan Gizi Nasional, Dadan Hindayana menyampaikan bahwa arah kebijakan dan strategi Badan Gizi Nasional 2025-2029 akan terbagi menjadi beberapa tahapan. Pada tahap 1, akan berfokus pada peningkatan akses terhadap pangan sehat yang meliputi: 1) intervensi program makan bergizi anak sekolah & santri; 2) bantuan gizi balita & ibu hamil. Tahap 2 adalah peningkatan pengetahuan & kesadaran konsumsi pangan sehat yang meliputi: 1) promosi dan pendidikan pangan dan gizi (konseling, penyuluhan); 2) literasi pangan; 3) dilakukan pada kelompok berisiko. Tahap 3 adalah pembiasaan/ pembudayaan perilaku hidup sehat yang meliputi: 1) advokasi dan mobilisasi sumberdaya; 2) mobilisasi sosial; 3) komunikasi perubahan sosial; dan 4) komunikasi perubahan perilaku. “Semua tahapan ini tentunya untuk menciptakan manusia Indonesia berkualitas,” pungkas Dadan. Fri-35
• Ketua Umum GAPMMI, Adhi Lukman, hadir memenuhi undangan U.S. Soybean Export Council (USSEC) pada event Asia Soy Excellence Center Regional Advisory Council meeting with the U.S. SEC Global Advisory, yang diadakan di Saigon- VietNam.
• Kementerian Perindustrian (Kemenperin) kembali berpartisipasi dalam Salon International de l‘Alimentation (SIAL) Paris ke-60 yang berlangsung pada 19-23 Oktober 2024. SIAL Paris merupakan salah satu pameran makanan dan minuman terbesar di Eropa yang dilaksanakan setiap dua tahun sekali. Ada 20 perusahaan yang mempromosikan produk unggulan Indonesia seperti, produk teh, kopi, kakao, rempah/ food ingredients, minuman kesehatan, makanan ringan, biskuit, olahan buah, olahan ikan, serta minuman beralkohol.
• GAPMMI mengadakan Member Gathering dengan tema “Pemanfaatan ePing dan Peran Codex bagi Industri Makanan dan Minuman dan Update Regulasi Teknis dan Kebijakan Publik”. Pada kesempatan ini, GAPMMI mengundang narasumber utama dari Badan Standardisasi Nasional (BSN) Dan terkait update Regulasi dan advokasi dibawakan oleh Pengurus GAPMMI. Member Gathering ini diadakan bersamaan dengan pameran Allpack Indonesia di JI Expo, Kemayoran.
• Wakil Ketua Umum GAPMMI Bidang Kerjasama & Promosi, Andrew Saputro, menjadi narasumber pada event Business Matching for Food and Beverage Industry, oleh BPSDMI Kemenperin. Beliau membawakan topik “Perkembangan Permasalahan Industri Makanan dan Minuman dari Sisi Asosiasi”. Fri-27
Sertifikat halal untuk jasa peritel memberikan persepsi yang beragam di masyarakat. Sebagian memahami bahwa sertifikasi halal jasa retailer oleh LPH bukan berarti seluruh produk yang dijual sudah dipastikan halal. Sebagian lainnya beranggapan bahwa sertifikat halal pada jasa peritel menandakan kehalalan seluruh produk di dalamnya.
Menjawab hal ini, Direktur Utama LPPOM, Muti Arintawati, menekankan bahwa jasa peritel terkait makanan dan minuman termasuk dalam kategori yang wajib bersertifikat halal sesuai PP No. 39 tahun 2021. Sejumlah persyaratan wajib diimplementasikan oleh perusahaan untuk memenuhi kewajiban tersebut. Salah satunya memisahkan fasilitas antara produk yang halal dan haram.
“Sertifikasi halal jasa peritel meliputi proses penanganan arus bahan atau produk yang harus bebas dari najis yang berpotensi mengkontaminansi
bahan/produk halal. Ruang lingkupnya mencakup pergudangan, distribusi (penerimaan barang), penanganan dan penyimpanan, serta pemajangan,” kata Muti dalam Media Gathering bertema
“Jual Produk Non-Halal, Jasa Retailer
Tetap Harus Disertifikasi Halal” yang diselenggarakan oleh LPPOM pada 3 Oktober 2024 di Jakarta.
Produk yang ditangani peritel yang ingin mendapatkan sertifikat halal harus diidentifikasi dan ditangani sesuai standar. Ada tiga kategori produk dalam jasa peritel yang perlu penangan berbeda.
Pertama, produk yang jelas halal (seperti buah dan sayur) atau memiliki sertifikat halal tidak perlu penanganan khusus. Kedua, produk haram seperti daging babi dan minuman keras harus dipastikan secara fasilitas tidak mengontaminasi produk yang sudah halal serta diberikan penanda yang jelas. Ketiga, produk yang belum jelas status kehalalannya namun bebas babi ditangani agar tidak mengkontaminasi produk yang disertifikasi halal.
Selain itu, perusahaan perlu memiliki prosedur tertulis dengan dokumentasi terpelihara, diantaranya terkait penerimaan, penanganan, proses dan penyimpanan, ketertelusuran penanganan produk, penanganan produk yang tidak sesuai kriteria, pelatihan personel, serta audit internal dan kaji ulang manajemen. Fri-35
GAPMMI berperan aktif dalam
event Forum Koordinasi Nasional Pangan Steril Komersial, oleh
Dit. Pengawasan Peredaran Pangan Olahan BPOM. Kegiatan ini pertama kalinya dilakukan oleh BPOM dengan tujuan memberikan referensi informasi terpercaya dan wawasan terkait pengawasan jaminan keamanan pangan yang lebih baik kepada para pelaku
Usaha Mikro Kecil (UMK) di sektor pangan steril komersial. Forum ini dilaksanakan bersamaan dengan mini exhibition yang menampilkan berbagai inovasi dan produk dari industri tersebut. Pada kegiatan yang diadakan di hotel Sheraton Mustika, Yogyakarta tersebut, GAPMMI menyiapkan booth edukasi yang diisi contoh produk pangan steril komersial dari industri besar hingga UMKM. Mini exhibition pada kegiatan ini menjadi sorotan utama. Berbagai pelaku industri dan stakeholder menampilkan
produk pangan
steril komersial, inovasi teknologi, mesin, kemasan. Termasuk programprogram yang mendukung UMK, yaitu program Orang
Tua Angkat (OTA)
BPOM dan program dukungan/sponsor dari pelaku usaha
untuk UMK. Eksibisi ini melibatkan peserta dari UMK, penyedia jasa validasi proses termal, penyedia alat/mesin sterilisasi, serta kementerian/lembaga yang memiliki fungsi pengawasan dan pendampingan.
Forum Koordinasi Nasional Pangan
Steril Komersial memiliki beberapa tujuan strategis. Pertama, menciptakan kesepahaman antara kementerian/ lembaga, pelaku usaha, akademisi, dan vendor mengenai regulasi dan fasilitasi dalam industri pangan steril komersial. Kedua, membentuk komitmen nyata yang mencerminkan kesatuan visi dan tindakan dalam upaya meningkatkan daya saing UMK pangan steril komersial. Ketiga, menginventarisasi dan menyinergikan program pendampingan serta penguatan UMK pangan steril komersial. “Untuk membantu UMK pangan steril komersial dalam memenuhi regulasi yang ditetapkan, BPOM telah melakukan langkah-langkah
strategis fasilitasi, supervisi, bimbingan teknis, dan pendampingan secara intensif. Salah satu bentuk fasilitasi yang dilakukan adalah menyusun desain proses terjadwal generik yang dapat digunakan sebagai acuan UMK pangan steril komersial di seluruh Indonesia dalam melakukan proses sterilisasi,” ungkap Kepala BPOM RI Taruna Ikrar dalam sambutannya saat membukan kegiatan ini. Pendampingan dan pengawasan BPOM yang tepat dapat meningkatkan kapasitas UMK untuk memenuhi persyaratan yang ditetapkan. Komitmen terhadap pemenuhan persyaratan ini dapat meningkatkan daya saing produk UMK pangan steril komersial. Pengelolaan produk UMK pangan steril komersial yang baik, kreatif serta inovatif dapat membantu perekonomian masyarakat dan mendongkrak bisnis kuliner dan oleholeh di daerah tujuan pariwisata.
Dalam acara hari ini, BPOM meluncurkan Pedoman Penggunaan Proses Terjadwal Generik, yang menjadi acuan bagi UMK di seluruh Indonesia dalam proses sterilisasi. Inovasi lainnya yang dilakukan BPOM adalah launching laman One Stop Digital Solution, sebuah platform digital untuk memudahkan akses informasi dan layanan terkait regulasi serta bantuan bagi UMK. Tak hanya itu, pada kesempatan ini juga diluncurkan Buku “BPOM Wujudkan UMK Produk Pangan Olahan Maju, Mandiri, dan Berdaya Saing” juga diluncurkan sebagai panduan bagi pelaku usaha. Acara diakhiri dengan penandatanganan komitmen kolaborasi untuk “Peningkatan Kepatuhan UMK Pangan Steril Komersial Menjamin Keamanan Pangan untuk Produk Indonesia Berdaya Saing.” Ini merupakan langkah nyata menuju kolaborasi yang berkelanjutan. Fri-27
NOVEMBER
SIAL InterFOOD
Jakarta 13 - 16 November 2024
DRINK TECH INDONESIA
Jakarta 20 - 23 November 2024
DESEMBER
MANUFACTURING INDONESIA
Jakarta, 4 - 7 Desember 2024
Oleh Winiati P Rahayu
Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan; SEAFAST Center, IPB University; Perhimpunan Ahli Teknologi Pangan Indonesia
Label pada kemasan pangan olahan yang kita temui di warung, toko, pasar, atau platform online, memiliki peran penting. Label ini, yang bisa berupa stiker, cetakan langsung pada kemasan, atau bagian dari kemasan itu sendiri, berfungsi memberikan informasi yang benar dan jelas kepada konsumen. Informasi tersebut meliputi nama produk, komposisi bahan, tanggal produksi, tanggal kedaluwarsa, serta keterangan lainnya yang dibutuhkan. Konsumen berhak mengetahui sejelasjelasnya kondisi produk pangan yang dikemas sehingga memberikan rasa aman saat membeli dan/atau mengonsumsi pangan olahan.
Seiring perkembangan ilmu dan teknologi, saat ini semakin banyak jenis produk pangan yang dapat dipilih oleh konsumen. Di lain pihak, kesadaran akan nilai gizi, manfaat kesehatan dan adanya efek negatif yang ditimbulkan suatu jenis pangan bila tidak ditangani dengan baik juga semakin dimiliki oleh konsumen.
Ulasan berikut ini akan menjelaskan mengenai perkembangan label pangan olahan dalam kaitannya mengenai kesadaran akan nilai gizi, dan manfaat kesehatan.
Berdasarkan regulasi yang berlaku, label pada pangan olahan dalam kemasan setidaknya informasi mengenai nama produk, daftar bahan yang digunakan; berat bersih atau isi bersih; nama dan alamat pihak yang memproduksi atau mengimpor; halal bagi yang dipersyaratkan; tanggal dan kode produksi; keterangan kedaluwarsa; nomor izin edar; dan asal usul bahan pangan tertentu harus tercantum pada label. Kebiasaan membaca label oleh konsumen umumnya masih rendah seperti ditunjukkan dari studi di Surabaya yaitu hanya 47% responden yang membaca isi label pada kemasan dan di Bekasi hanya 27%. Pada umumnya konsumen akan lebih memperhatikan informasi waktu kedaluwarsa, merek dan label halal dibandingkan dengan informasi lainnya pada label. Hal ini ditunjukkan oleh konsumen siswa SMA di Depok yang sejalan dengan siswa di Sri Lanka yang juga selalu dan sering memerhatikan
Tanggal dan kode produksi Berat bersih/isi bersih
Komposisi/daftar bahan
(n= 216)
Nomor izin edar (registrasi BPOM) Nama dan alamat pabrik Klaim gizi dan kesehatan Informasi nilai gizi
Kebiasaan membaca informasi spesifik pada label (Ikrima et al.2023)
tanggal kedaluwarsa, tanggal produksi, dan merek ketika pertama kali membeli produk snack. Informasi mengenai waktu kedaluwarsa dan logo halal juga ikut menentukan keputusan pembelian produk pangan selain harganya.
kemasan (front of pack)
Pola makan dapat didorong dari informasi yang ada pada label kemasan pangan. Hal tersebut dapat membentuk pola makan yang menyehatkan atau tidak. Pemilihan produk pangan tanpa memerhatikan kualitas dan kandungan gizinya dapat membentuk pola pangan yang kurang menyehatkan. Tentunya penerapan diet yang lebih sehat dapat dilakukan dengan membaca dan memahami informasi nilai gizi pada label produk. Salah satu upaya untuk membantu pemilihan produk yang lebih menyehatkan dapat dilakukan dengan
membaca label informasi nilai gizi (ING). Pencantuman label ING pada produk pangan wajib bagi pelaku usaha yang memproduksi dan/atau mengedarkan pangan olahan. Format ING pada label yang sifatnya sukarela, adalah format panduan asupan gizi harian warna monokrom dan logo dengan tulisan “pilihan lebih sehat”.
Selain rendahnya perilaku membaca label pangan, pemahaman konsumen terhadap ING juga rendah karena hanya sebagian kecil responden yang dapat menginterpretasikan persentase kecukupan gizi harian pada label. Hal ini karena konsumen beranggapan bahwa istilah dalam label gizi terlalu ilmiah dan sulit untuk dipahami. Menyadari hal ini, maka dikembangkan label gizi pada bagian depan kemasan (front of pack) atau label gizi FoP untuk meningkatkan pemahaman terhadap label gizi. Label gizi FoP adalah sistem pelabelan yang menampilkan informasi
gizi yang disederhanakan pada bagian depan label pangan. Label gizi FoP memberikan informasi kandungan gizi yang dapat berupa simbol atau grafik, teks atau kombinasi keduanya. Penggunaan label gizi FoP bertujuan untuk menyediakan informasi yang lebih mudah diidentifikasi oleh konsumen sehingga diharapkan dapat membantu konsumen dalam memilih pangan yang lebih sehat dan mendorong reformulasi produk pangan olahan. Jenis label gizi FoP antara lain adalah label daily intake guide (DIG), label multi traffic light (MTL), dan label health star rating (HSR).
Studi pada remaja di Depok menyatakan bahwa label yang paling mudah dipahami adalah label HSR, diikuti oleh DIG, dan MTL. Label HSR juga paling disukai responden karena dianggap dapat membantu dalam menentukan produk yang lebih sehat dan memiliki daya tarik. Hal ini sejalan dengan presepsi konsumen di Australia
yang menyatakan bahwa label HSR adalah label gizi FoP yang paling disukai karena tampilan yang sederhana, cepat dipahami, dan mudah digunakan dalam memilih produk yang lebih sehat. Jenis pelabelan non FoP yaitu nutrition fact panel/NFP kemudahan pemahamannya sebanding dengan label DIG dan MTL.
untuk membatasi konsumsi gula, garam, dan lemak (GGL)
Kandungan kalori, karbohidrat, lemak dan garam yang tinggi pada produk pangan dapat berkontribusi pada meningkatnya risiko penyakit tidak menular (PTM). Pola konsumsi pangan yang mengandung Gula, Garam, Lemak (GGL) berlebih disertai dengan kurangnya aktivitas fisik merupakan salah satu pemicu banyaknya PTM yang terjadi di usia muda. Pembatasan konsumsi GGL berlebih salah satunya difasilitasi dengan kebijakan
pencantuman informasi kandungan GGL disertai pesan kesehatan pada label pangan olahan. Pesan kesehatan yang dimaksud adalah konsumsi gula lebih dari 50 g, Na lebih dari 2000 mg, atau lemak total lebih dari 67 g per orang dan per hari berisiko terserang PTM seperti hipertensi, stroke, diabetes, dan serangan jantung. Berdasarkan informasi tersebut konsumen dapat membuat pilihan terhadap jenis dan jumlah pangan yang akan dikonsumsi.
Sejalan dengan hal tersebut dikembangkan aturan mengenai
mencantumkan logo “pilihan lebih sehat” dibandingkan produk sejenis bila dikonsumsi dalam jumlah yang wajar dengan syarat produk tersebut harus memenuhi kriteria profil gizi yang ditetapkan untuk setiap jenis pangan olahan. Sebagai contoh, pencantuman logo “pilihan lebih sehat” telah diterapkan oleh 7 produsen mi instan dengan 13 varian mi. Mi instan “pilihan lebih sehat” mempunyai kandungan total GGL masing- masing 13,78; dan 36,56 dan 50,63% lebih rendah dibandingkan mi instan goreng reguler. Kandungan
GGL yang lebih rendah pada produk mi ini diperkuat dengan klaim “tanpa proses penggorengan” dan “tanpa pengawet, penguat rasa dan pewarna sintetik”. Proses pembuatan mi “pilihan lebih sehat” menggunakan metode pengeringan dengan oven yang tidak menggunakan minyak (penggorengan), dan produk ini juga tidak menambahkan pengawet dan penguat rasa seperti Na-benzoat dan MSG, yang membuat kandungan garam Na-nya menjadi lebih rendah dari pada produk reguler.
Ketersediaan berbagai aturan dalam pelabelan pangan dimaksudkan untuk memudahkan produsen memberi informasi yang memadai mengenai produk pangan yang dihasilkan. Dari sisi pandangan pihak konsumen, penerapan aturan pelabelan oleh produsen
memberikan jaminan hak konsumen untuk mendapatkan informasi yang memadai mengenai produk pangan yang akan dibeli/dikonsumsi. Adanya aturan ini juga mendorong pemerintah untuk mengawasi pelaksanaan aturan ini di lapang sehingga penyalahgunaan informasi seperti klaim yang berlebihan dan sebagainya dapat dihindari.
Referensi
Permenkes RI no. 30 tahun 2013 tentang pencantuman informasi kandungan gula, garam dan lemak serta pesan kesehatan untuk pangan olahan dan pangan siap saji.
Ikrima IR, Giriwono PE, Rahayu WP. 2023. Pemahaman dan penerimaan label gizi front of pack produk snack oleh siswa SMA di Depok. Jurnal Mutu Pangan 10(1):4253. https://doi.org/10.29244/jmpi.2023.10.1.42
Wibowo L, Andarwulan N, Indrasti D. 2024. Kajian Implementasi informasi “Pilihan Lebih Sehat” label kemasan mi instan di Indonesia. Jurnal Mutu Pangan 11(1): 63-70. https://doi.org/10.29244/ jmpi.2024.11.1.63
Oleh Supaporn Naknukool, Ph.D.
Asisten Manajer Layanan Teknis
Amano Enzyme Asia Pacific Co, Ltd.
Kebiasaan mengonsumsi teh dan kopi telah menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari masyarakat di berbagai usia. Seiring dengan perkembangan zaman dan inovasi yang terus berlanjut metode penyeduhan pun semakin beragam. Salah satu yang semakin populer adalah metode ekstraksi seperti seperti cold brew (seduh dingin) yang digemari di kalangan pecinta teh dan kopi.
Teh dan kopi cold brew memiliki kandungan kimia yang berbeda dibandingkan dengan teh dan kopi yang diseduh panas. Pada teh, cold brew dapat meningkatkan pelepasan zat epigallocatechin gallate (EGCG);
namun dapat mengurangi kandungan kafein. Hasilnya, teh dengan metode cold brew memiliki rasa yang lebih pahit, tidak terlalu sepet, dan rasa yang lebih lembut dibandingkan dengan teh yang diseduh panas1 . Sementara pada kopi cold brew, umumnya mengandung lebih sedikit kafein dan asam, dan rasa yang lebih lembut dengan manis alami. Rasa yang lebih ringan dan tidak sepet ini membuat kopi cold brew lebih mudah dinikmati dan lebih ramah pada perut. Permintaan konsumen untuk minuman cold brew dalam kemasan botol dan kaleng siap minum mengalami peningkatan, berdasarkan data Statista, sebuah organisasi riset, melaporkan
perkiraan penjualan kopi cold brew akan mencapai hampir $ 1 miliar pada tahun 2025. Melihat potensi pasar yang besar, banyak produsen telah mengembangkan produk dan proses untuk menghasilkan produk siap minum yang berkualitas baik dan dapat memaksimalkan efisiensi produksi. Salah satu inovasi yang menonjol adalah penggunaan enzim dalam proses pembuatan cold brew. Enzim tidak hanya memiliki efek positif pada produktivitas dan pengendalian yang konsisten dalam proses ekstraksi, tetapi juga membawa manfaat yang signifikan bagi produsen dan konsumen dalam hal sensori (rasa) dan kesehatan.
kualitas produk & proses produksi
Dalam metode seduh panas, air panas digunakan untuk mengeluarkan rasa dan kafein dari daun teh dan biji kopi dengan waktu ekstraksi yang singkat. Sementara cold brew membutuhkan waktu 12-24 jam untuk merendam teh atau kopi dalam air dingin atau air bersuhu ruangan. Selain itu, produk cold brew juga harus memiliki stabilitias yang baik. Solusi untuk mengurangi waktu ekstraksi dan memperpanjang stabilitas sangat bermanfaat untuk memproduksi cold brew.
Mannanase BGM “Amano” 10 adalah enzim yang dapat digunakan dalam proses ekstraksi kopi untuk menghasilkan lebih banyak polisakarida yang dapat larut. Polisakarida larut berperan penting untuk mencapai hasil ekstraksi yang diinginkan dan
membantu menstabilkan senyawa selama penyimpanan. Polisakarida larut juga membantu mempertahankan zat-zat yang mudah menguap dan berkontribusi pada rasa dan viskositas spesifik yang diinginkan, sehingga menghasilkan sensasi lembut di mulut. Selain itu, Mannanase BGM “Amano “10 dapat mempercepat laju pergerakan cairan selama proses penyaringan dan meningkatkan hasil ekstraksi kopi. Oleh karena itu, lebih banyak kopi dapat diproduksi dan dibotolkan dari jumlah bahan baku yang sama, dan proses produksinya sendiri membutuhkan waktu yang lebih singkat.
Tannase KTFHR adalah enzim yang dapat digunakan untuk meningkatkan stabilitas teh. Enzim ini telah banyak digunakan untuk menghindari agregasi makromolekul, kafein-polifenol, dan protein-polifenol kompleks, yang disebut krim teh, yang terjadi secara intensif pada proses dan kondisi penyimpanan bersuhu rendah. Kehadiran krim teh mengakibatkan peningkatan warna keruh yang menyebabkan perubahan kualitas produk selama masa simpan. Tannase KTFHR dapat menghidrolisis krim teh menjadi senyawa dengan berat molekul yang lebih rendah, mengurangi kekeruhan dan meningkatkan kelarutan dalam air dingin. Dengan demikian, dapat digunakan untuk menghindari agregasi makromolekul dan pembentukan endapan selama penyimpanan2.
Laccase Y120 dapat digunakan untuk meningkatkan intensitas warna dan rasa ekstrak teh sehingga produk
menjadi lebih menarik secara visual bagi konsumen. Proses oksidasi melibatkan pengubahan katekin tak berwarna menjadi campuran kompleks zat kuning dan oranye menjadi coklat tua dan menghasilkan sejumlah besar senyawa volatil aromatik. Produk oksidasi yang berwarna-warni termasuk theaflavin dan thearubigin. Theaflavin sendiri terdiri dari beberapa produk kondensasi katekin yang terdefinisi dengan baik.
Gluczyme AF6 adalah enzim yang dapat digunakan untuk meningkatkan aroma kopi atau teh.
Gluczyme AF6 bereaksi dengan substrat dan menghidrolisis ikatan glikosidik untuk melepaskan aroma alami dan antioksidannya. Gluczyme AF6 sering digunakan untuk meningkatkan aroma teh dengan menghidrolisis glikosida dan melepaskan berbagai senyawa volatil bebas.3
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, penggunaan enzim khusus sangat direkomendasikan dalam produksi teh dan kopi. Tidak hanya meningkatkan kualitas produk dan
efisiensi produksi, enzim juga berperan penting dalam menciptakan proses produksi yang lebih berkelanjutan dan ramah lingkungan. Dengan demikian, enzim menjadi solusi yang menguntungkan bagi konsumen, produsen, dan lingkungan.
Sebagai distributor resmi dari
Amano Enzyme, Jebsen & Jessen
Ingredients Indonesia siap membantu Anda meningkatkan kualitas produk dan memenuhi permintaan pasar yang terus berkembang. Selain menyediakan enzim berkualitas tinggi, kami juga menawarkan layanan konsultasi teknis untuk membantu Anda mengoptimalkan penggunaan enzim dalam proses produksi. Tim ahli kami siap memberikan solusi yang disesuaikan dengan kebutuhan spesifik bisnis Anda.
Untuk info lebih lanjut hubungi kami:
Jebsen & Jessen Ingredients Indonesia
Graha Inti Fauzi 7th Floor
Jl. Buncit Raya No. 22, Jakarta 12510 ingredients@jjsea.com
IG: @jebsenjessenid, @jjingredients
Li: Jebsen & Jessen Indonesia Group, Jebsen & Jessen Ingredients Indonesia –Food Department
Referensi
1 Lin Sheng-Dun, Yang Joan-Hwa, Hsieh Yun-Jung, Liu EnHui, Mau Jeng-Leun. (2014) Effect of different brewing methods on quality of green tea. J. Food Process. Preserv. 38, 1234–1243
2Murugesh, C.S., Subramanian, R. Applications of enzymes in processing green tea beverages: Impact on antioxidants. In Processing and Impact on Antioxidants in Beverages. 1st Ed., Victor Preedy, 99-108, London, Academic Press, 2014
3www.amano-enzyme.com/custom-enzymes-help-getmore-from-ready-to-drink-coffee-tea-production/
Oleh Eka Ruriani
Program Studi Teknologi Hasil Pertanian
Fakultas Teknlogi Pertanian
Universitas Jember
Berdasarkan hasil penelitian Danaraeksa Research Institute pada tahun 2023, konsumsi kemasan plastik di Indonesia jauh di atas rata-rata dunia, mencapai 31,26%.
Tingginya penggunaan plastik ini menjadi salah satu faktor utama yang berkontribusi pada permasalahan lingkungan.
Di Indonesia, sampah plastik menyumbang 18% dari total sampah, menempati posisi kedua setelah sampah makanan dan minuman yang mencapai 41%. Sebagian besar plastik tersebut berasal dari polimer sintetik pengolahan minyak bumi.
Plastik jenis ini tidak dapat diurai dengan mudah oleh alam dalam waktu yang singkat, sehingga menyebabkan terjadinya pencemaran tanah. Perhatian terhadap ekologi mendorong usaha untuk menemukan material alami dan kompatibel. Isu biodegradable dan keamanan lingkungan menjadi sangat penting. Dalam beberapa tahun terakhir ini pengembangan material biodegradable yang berasal dari bahan terbarukan (renewable resources) cukup meningkat.
Pengembangan bahan pengemas biodegradable dilakukan dengan memanfaatkan biopolimer atau polimer yang berasal dari alam.
Penggunaan bahan matrik ramah lingkungan berupa polimer alami dapat menggantikan matrik yang berasal dari derivat minyak bumi. Hal ini menjadi peluang penggunaan
bahan pertanian seperti selulosa, pati ataupun turunan dari karbohidrat seperti poli lactic acid (PLA), protein, enzim, kitin, karet dan DNA untuk menghasilkan komposit yang dapat didaur ulang. Biopolimer mempunyai potensi komersil untuk digunakan sebagai bioplastic dan edible film, tetapi beberapa sifat-sifat dari bahan ini seperti kerapuhan, permeabilitas yang tinggi serta viscositas melting yang rendah membatasi penggunaan bahan ini secara luas. Oleh karena itu perlu ditingkatkan sifat-sifat tersebut dengan cara memodifikasi polimer dengan inkorporasi partikel nano di dalam matrik polimer tersebut.
Nanokomposit berbahan baku polimer alami (bio-nanokomposit) mempunyai potensi dikembangkan sebagai bahan pengemas makanan karena mempunyai beberapa keunggulan dibandingkan bahan pengemas makanan konvensional. Bio-nanokomposit memiliki sifatsifat mekanik dan barier yang lebih tinggi dibandingkan dengan bahan biopolimer murninya. Bahan ini bersifat biodegradabel dan diproduksi dari dari sumber yang dapat diperbaharui, sehingga bersifat ramah lingkungan. Selain itu, sifat bahan kemasan yang dihasilkan juga lebih baik dibandingkan kemasan konvensiona dalam hal mechanical strength, tensile strenth, dan thermal stability. Karakteristik bionanokomposit menunjukkan peningkatan sifat mekanik, kestabilan thermal dengan penambahan sejumlah kecil bahan pengisi berukuran nano
(<10%). Hasil penelitian Warsiki et al. (2020) menunjukkan bahwa penambahan 4% nanosilika sekam padi pada komposit bioplastik pati kulit singkong berhasil meningkatkan ketebalan 20%-55% dan kuat tarik 6% sampai 100%. Bio-nanokomposit juga mempunyai kelebihan yaitu transparency, density, good flow, surface properties, dan recyclability. Hal terpenting adalah polimer nanokomposit mempunyai surface erosion lebih besar, sehingga proses biodegradasi lebih cepat dan hasil degradasi bersifat non toksik seperti gas CO2 dan H2O (eco-friendly).
nanokomposit
Bio-nanokomposit merupakan gabungan dari sifat dua fasa atau lebih dari polimer alami yang berskala nanometer. Puiggali et al. (2017) menjelaskan bahwa nanokomposit merupakan polimer yang telah diinkorporasi dengan material berukuran nano sebagai filler. Beberapa filler tersebut dapat berupa nano composit clay, nano partikel silika (SiO2), carbon nanotubes, graphene, pati nanokristal, nanofiber berbasis selulosa atau nanowhiskers, atau nanopartikel kitin kitosan. Polimer alami dalam bio-
nanokomposit berperan sebagai matrik dan fase organik/anorganik sebagai bahan pengisi (filler) atau penguat (reinforcement agent). Pada prinsipnya, nanokomposit dapat dikembangkan melalui 3 teknik pembuatan yaitu: solution technique, in-situ polymerisation, dan melt compounding. Polimer yang dipergunakan sebagai matrik adalah biopolimer yang mempunyai sifat biodegradabel, sumber yang dapat diperbaharui, relatif murah harganya serta ketersediaan yang melimpah dialam. Penggunaan biopolimer secara alami mempunyai kelemahan dalam sifat-sifat mekanik
dan barriernya. Beberapa kelemahan sifat polimer alam (biobased) seperti kerapuhan, permeabilitas yang tinggi serta viscositas melting yang rendah. Inkorporasi partikel nano didalam polimer dapat meningkatkan kekuatan bahan, sehingga berpotensi dipergunakan sebagai bahan pengemas disamping sifat yang biodegradable. Pati salah satu polimer alami sangat melimpah ketersediaanya, murah, mudah diproses, dan mempunyai karaktersitik fisikokimia yang dapat dimanfaatkan secara luas. Pati yang dapat diperoleh ubi kayu, sagu, kentang,
jagung, dan umbi-umbian lainnya telah dipergunakan sebagai matriks dalam pembuatan nanokomposit. Akan tetapi, pati alami memiliki beberapa kelemahan sebagai bahan komposit, yaitu kekuatan mekanik dan stabilitas termal rendah, hidrofilik, tidak kompatibel dengan polimer hidrofobik, mudah dipengaruhi factor lingkungan eksternal dan mudah terdegradasi, sehingga perlu dilakukan modifikasi pati untuk memperbaiki karakteristiknya. Pati dapat dimodifikasi menjadi nanopartikel atau dimodifikasi secara fisik (penggilingan, pencampuran dengan polimer lain, ekstrusi,
pemlastis) dan kimia (substitusi, graftkopolimerisasi, ikatan silang, oksidasi, eterifikasi, esterifikasi, dual modifikasi) (Zarski et al., 2021).
Selain itu, pati juga dapat diinkorporasi dengan nanopartikel/ nanokristal berbasis pati atau nano polimer lain untuk mendapatkan sifat yang diinginkan dan menghasilkan nanokomposit yang bersifat green sustainable. Beberapa nanopolimer yang dapat disisipkan antara lain nanoclay (montmorillonites/MMTs), halloysites nanotubes (HNTs), carbon nanotubes (CNTs), nanofibers dan nanowhiskers
dari selulosa/kitin, dan logam atau logam oksida seperti TiO2, NPs, ZnO NPs (Madhumitha et al. 2018). Penambahan nanofiller dan aditif dengan sifat antioksidan dan antimikroba juga dapat meningkatkan atau mempengaruhi biodegradasi nanokomposit berbasis pati, sehingga dapat dipastikan meminimalkan dampak negatif terhadap lingkungan.
Aplikasi starch-based nanokomposit sebagai kemasan pangan
Film nanokomposit berbasis
pati merupakan salah satu pengembangan material yang menggunakan teknologi nano dan bahan polimer untuk memenuhi kebutuhan material pengemasan serta menjadi solusi permasalahan lingkungan. Madhumita et al. (2018) melaporkan bahwa nanokomposit berbasis starch-clay sangat berpotensi sebagai bahan yang bersifat green sustainable. Pada pembuatan film nanocomposit pati/clay bahan penyusun yang digunakan terdiri atas pati sebagai matriks polimer, clay sebagai bahan pengisi, dan bahan pemlastis. Clay berpotensi sebagai pengisi yang merupakan mineral alami yang melimpah bebas racun dan dapat digunakan sebagai salah satu komponen untuk makanan, medis, kosmetik dan kesehatan, sehingga aman untuk dikembangkan sebagai pengemas. Nanoclay secara alami merupakan aluminium silikat yang terdiri dari mineral halus/berbutir dan struktur
alami geometri berupa lembaran. Silikat dapat berupa mineral lempung alam seperti montmorillonite, hektorit, saponite fluorohactorite, laponite atau magatiide. Montmorillonite (MMT) paling prospektif digunakan sebagai nanofiller dalam penyusunan nanocomposites. Penggunaan jenis clay cloisite Na (MMT), cloisite 30B (30B-MMT) dan modified clay (CMMT) berpengaruh terhadap sifat mekanik film yang dihasilkan. Tipe clay 30B-MMT
menghasilkan Modulus Young dan galeri spasi lebih rendah dibandingkan dengan MMT dan CMMT. Nanofiller juga berperan penting dalam meningkatkan kekuatan mekanik, stabilitas termal, sifat barrier, dan berkontribusi terhadap filler loading, ukuran dan bentuk, dan afinitas terhadap bahan matriks.
Pembuatan film nanokomposit pati/ clay dapat dilakukan dengan mengacu pada mekanisme interaksi antara polimer dan clay yang dipengaruhi oleh
polaritas, berat molekul, hidrofilik, grup reaktif polimer dan tipe pelarut seperti air, larutan polar atau nonpolar serta tipe clay sebagai bahan pengisi. Pada prinsipnya terdapat perbedaan tipe polimer clay nanocomposit yaitu in situ polimerisaasi, interkalasi polimer dalam pelarut, polimerisasi emulsi dengan adanya silikat dan dispersi nanoclay dalam polimer. Adanya gugus hidroksil dalam pati mengakibatkan pati bersifat hidrofilik, sehingga
yang dihasilkan sensitif terhadap kelembaban lingkungan. Kekurangan sifat native starch dapat ditingkatkan dengan plastisasi pati. Sifat pati yang diplastisasi dapat diatur dengan merubah temperatur proses, kandungan air, jumlah pemlastis dan jenis clay. Metode preparasi film nanokomposit starch/clay berpengaruh terhadap sifat sifat fisik dari film yang dihasilkan. Nanocomposit starch/clay yang disiapkan dengan kombinasi mekanik dan ultrasonik menghasilkan lapisan clay yang terdispersi paling baik dalam polimer matriks jika dibandingkan dengan hanya mekanik atau ultrasonik saja. Adapun kandungan gliserol memberikan pengaruh terhadap derajat interkalasi/exfoliasi film. Penurunan jumlah gliserol dari 20% menjadi 5% meningkatkan derajat exfoliasi clay, sedangkan penambahan konsentrasi gliserol 10% atau 15% membentuk morfologi interkalasi.
Referensi
Danareksa Research Institute. 2023. Tren produksi dan konsumsi plastic di Indonesia. https://www.danareksa. co.id/storage/2023/other/641444d08d734.pdf
Madhumitha G, Fowsiya J, Mohana Roopan S, Thakur VK. 2018. Recent Advances in Starch–Clay Nanocomposites Int. J. Polym. Anal. Charact. 23: 331–345.
Puiggalí J, Katsarava R. 2017. Chapter 7— Bionanocomposites. In Clay-Polymer Nanocomposites. Jlassi K, Chehimi MM, Thomas S, Eds. Elsevier: Amsterdam: The Netherlands: 239–272.
Warsiki E, Setiawan I, Hoerudin. 2020. Sintesa komposit bioplastik pati kulit singkong- partikel nanosilika dan karakterisasinya. J Kimia dan Kemasan. 42(2): 37-45
Zarski A, Bajer K, Kapu´sniak J. 2021. Review of the most important methods of improving the processing properties of starch toward non-food applications. Polymers. 13: 832
Gabungan Produsen
Makanan Minuman Indonesia
GAPMMI mengajak UMKM yang tergabung dalam program nasional Indonesia Spice Up The World (ISUTW) berpartisipasi dalam Trade Expo Indonesia 2024 untuk mempromosikan produknya kepada seluruh pembeli yang berkunjung. Adapun yang bergabung dalam pavilion ISUTW adalah Selaras Rasakoe (bumbu rempah bubuk), Billiton Spice (lada), Rendang Uni Tutie (aneka olahan rendang & bumbu rendang), AllCo (olahan kelapa), Heavenly Nest (olahan sarang burung wallet). Menteri Perdagangan RI, Zulkifli Hasan, menyempatkan singgah
di Paviliun ISUTW dan menyampaikan apresiasinya kepada seluruh UMKM GAPMMI. Trade Expo Indonesia (TEI) 2024 mampu mencatatkan transaksi mencapai USD 22,73 miliar. Nilai transaksi tersebut terdiri atas transaksi barang dan jasa senilai USD 19,59 miliar serta transaksi investasi senilai USD 3,04 miliar. Nilai tersebut melampaui target transaksi yang ditetapkan, yaitu USD 15 miliar. TEI ke-39 diikuti sebanyak 1.460 pelaku bisnis dengan jumlah pengunjung mencapai 41.488 orang dari 140 negara, dan jumlah buyer mancanegara sebanyak 8.042 buyer. Sementara negara dengan transaksi terbesar selama TEI-ke 39 adalah India dengan catatan transaksi sebesar USD 7,46 miliar dengan persentase 37,91%, Vietnam USD 3,67 miliar (18,64%); Belanda USD 2,76 miliar (14,03%); Filipina USD 2,25 miliar (11,46%); serta Mesir USD 623,40 juta (3,17%).
Adapun produk paling diminati selama TEI tahun ini di antaranya batu bara dengan capaian transaksi senilai USD 7,34 miliar dengan persentase 37,29%; baja USD 2,72 miliar (13,85%); minyak kelapa sawit (CPO) dan turunannya USD 1,76 Miliar (8,94%); logistik sebesar USD 1,66 miliar (8,41%); serta kertas USD 1,05 miliar (5,34%).
Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan mengapresiasi seluruh pihak yang berkontribusi dalam kesuksesan TEI 2024. Apresiasi diberikan di antaranya kepada para pelaku usaha dan eksportir, Duta Besar RI, Konsul Jenderal, Duta
Besar WTO, Atase Perdagangan, Indonesia Trade Promotion Center (ITPC), Kantor Dagang dan Ekonomi Indonesia (KDEI) di Taiwan, buyers yang sudah menjadi mitra dekat selama ini dan juga buyers baru, Pemerintah Daerah, PT Bank Mandiri, Pertamina, Privy, Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS), serta para sponsor. Fri-27
• Australia mensyaratkan kemasan produk pangan harus dalam bahasa
Inggris serta mencantumkan kandungan nutrisi, komposisi, dan alergen. Kemasan tersebut juga harus menyebutkan eksportir, importir, dan negara asal. Hal ini diuraikan
Atase Perdagangan Canberra, Agung
Haris Setiawan dalam seminar yang diadakan bersamaan dengan
Pameran Trade Expo Indonesia, yang mengusung tema “Strategi Penetrasi Kuliner dan Produk F&B Indonesia di Pasar Australia.
• Wakil Ketua Umum GAPMMI, Lena Prawira, didampingi Bapak Agato dan Irwan S. Widjaja menghadiri Round
Table Singapore Business Federation (SBF) Overseas Market Workshop (OMW) Jakarta untuk membicarakan kerjasama antara Anggota GAPMMI dan Pengusaha F&B Singapore. Fri-27
Sekretariat GAPMMI
ITS Office Tower Lt. 8 Unit 16, Nifarro Park
Jl. Raya Pasar Minggu KM. 18, Jakarta Selatan 12510 Telp/Fax. (021) 29517511; Mobile. 08119322626/27
Hp. 08156720614
Email: gapmmi@cbn.net.id Website: www.gapmmi.id
Oleh Nuri Wulansari,
Mutia Ardhaneswari & Widita Kasih Pramita
Badan Standardisasi Nasional
Kemasan pangan telah berevolusi menjadi elemen penting dalam strategi pemasaran produk pangan. Desain kemasan yang menarik dan informasi yang jelas pada label secara signifikan memengaruhi keputusan konsumen dalam memilih dan membeli produk pangan.
Oleh karena itu, industri pangan semakin menyadari pentingnya kemasan dalam analisis pemasaran produk mereka. Selain tampilan yang menarik, kemasan pangan memiliki fungsi utama sebagai pelindung produk pangan dari kontaminasi serta pengaruh lingkungan seperti suhu dan kelembapan. Dengan perlindungan yang optimal dari kemasan pangan, maka keamanan dan mutu produk pangan dapat terjaga hingga ke konsumen.
Perkembangan sosial kultural juga telah mendorong munculnya beragam inovasi produk pangan. Inovasi pada produk pangan ini sering kali diiringi dengan inovasi kemasan pangan yang harus memastikan pangan tetap terjaga mutu dan keamanannya. Perkembangan pesat teknologi membuat inovasi kemasan pangan semakin canggih. Tidak hanya mencakup penggunaan bahan ramah lingkungan untuk mengurangi dampak lingkungan dan mendukung keberlanjutan, inovasi kemasan pangan juga mencakup pengadopsian teknologi pintar untuk meningkatkan fungsionalitas dan interaktivitas dalam bentuk kemasan pintar (smart packaging).
Kemasan pintar merupakan bentuk pendekatan transformatif dalam industri kemasan pangan. Terdapat dua jenis utama kemasan pintar, yaitu kemasan aktif (active packaging) dan kemasan cerdas (intelligent packaging). Kemasan aktif dirancang untuk berinteraksi langsung dengan produk pangan. Dengan kemampuan mendeteksi perubahan lingkungan dan meresponsnya secara aktif dengan cara mengatur kondisi lingkungan internal dari kemasan, kemasan aktif mampu memperpanjang umur simpan produk pangan. Sementara itu, kemasan cerdas dapat berfungsi sebagai “indikator” dari produk pangan, di mana dapat memberikan informasi mengenai kondisi produk pangan yang dikemas, dan memberikan informasi yang penting seperti suhu, kelembapan dan tingkat kesegaran kepada konsumen. Informasi ini sangat berguna untuk memastikan kualitas dan keamanan pangan. Dengan demikian, teknologi kemasan pintar, memiliki potensi besar dalam mengurangi risiko keamanan
pangan dan secara tidak langsung dapat meminimalkan food waste. Sebuah studi yang dilakukan oleh Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas pada tahun 2021 mengungkapkan bahwa Indonesia mengalami food loss and waste (FLW) yang sangat signifikan.
Dalam rentang waktu 2000 hingga 2019, diperkirakan mencapai 23–248 juta ton/tahun atau setara dengan 115–184 kg/kapita/tahun. Total FLW tersebut berasal dari lima tahap rantai pasok pangan, yaitu produksi; pascapanen dan penyimpanan; pemrosesan dan pengemasan; distribusi dan pemasaran; dan konsumsi. Kajian tersebut juga mengidentifikasi penyebab langsung FLW di Indonesia. Beberapa di antaranya adalah keterbatasan teknologi serta kualitas kemasan/wadah yang buruk.
Dalam konteks ini, inovasi kemasan pintar hadir sebagai solusi yang menjanjikan untuk mengurangi jumlah pangan yang terbuang sia-sia karena pembusukan pangan. Namun, untuk memastikan keamanan, keberlanjutan dan efisiensi dari kemasan pintar, perlu adanya regulasi dan standardisasi yang secara spesifik mengatur produk tersebut.
Saat ini, Indonesia telah memiliki regulasi terkait keamanan kemasan pangan yaitu Peraturan Badan Pengawas Obat dan Makanan Nomor 20 Tahun 2019 tentang Kemasan Pangan. Peraturan tersebut mengatur zat kontak pangan yang diizinkan dengan menetapkan batas migrasi zat tersebut dari kemasan pangan ke dalam pangan,
serta mengatur bahan kontak pangan yang dizinkan digunakan sebagai kemasan pangan.
Badan Standardisasi Nasional (BSN) sebagai lembaga pemerintah nonkementerian yang bertugas dan bertanggung jawab di bidang Standardisasi dan Penilaian Kesesuaian, telah menetapkan beberapa Standar Nasional Indonesia (SNI) terkait produk kemasan pangan seperti pada Tabel 1.
Selain SNI produk kemasan pangan, BSN juga telah menetapkan beberapa SNI terkait metode uji migrasi zat kontak pangan serta SNI persyaratan dasar keamanan pangan pada industri kemasan pangan yaitu SNI ISO/TS 22002-4:2013 Program persyaratan dasar keamanan pangan – Bagian 4: Industri kemasan pangan. Walaupun
telah terdapat regulasi dan SNI tekait kemasan pangan, hingga saat ini belum terdapat regulasi serta SNI yang secara spesifik mengatur kemasan pintar.
Standar ISO 6608-1:2024
Pada tingkat global, International Organization for Standardization (ISO) telah menetapkan standar ISO 66081:2024 Active and intelligent packaging – Part 1: General requirements and specifications of active packaging. Standar tersebut menetapkan definisi, persyaratan fungsional, serta kriteria evaluasi untuk kemasan aktif. Standar ISO 6608-1:2024 mendefiniskan kemasan aktif sebagai sistem kemasan yang secara aktif berinteraksi dengan lingkungan internal kemasan untuk memperpanjang umur simpan
Tabel 1 – SNI terkait kemasan pangan
No Nomor SNI Judul SNI
1 SNI 01-6682-2002
2 SNI 06-0182-2004
3 SNI 06-4887-1998
4 SNI 12-4259-2004
5 SNI 8218:2015
6 SNI 9244:2024
7 SNI ISO 23560:2011
Film PVC untuk kemasan makanan
Film PVC untuk kemasan kembang gula
Etilen vinil asetat untuk laminasi kemasan tara pangan
Gelas plastik untuk air minum dalam kemasan
Kertas dan karton untuk kemasan pangan
Karung tenun polipropilena (PP) mudah terurai untuk kemasan bahan pangan curah
Karung tenun polipropilena (PP) untuk kemasan bahan pangan curah
produk pangan atau meningkatkan keamanan atau sifat sensual seraya mempertahankan kualitas produk pangan.
ISO 6608-1:2024 mengklasifikasikan kemasan aktif menjadi tiga kategori utama berdasarkan mekanisme kerjanya yaitu:
- Sorption;
Kemasan yang dirancang untuk menyerap zat/molekul kimia dari produk atau dari lingkungan di dalam kemasan yang mengelilingi produk. Contoh paling umum dari jenis ini adalah moisture absorbers yang menyerap kelembapan sehingga tercapai kondisi mutu yang sesuai dari produk. Kemasan jenis ini bekerja dengan mengurangi aktivitas air dari pangan terkemas dan meningkatkan mutu yang memengaruhi reaksi fisik dan kimia yang diakibatkan oleh air.
- Release;
Kemasan ini melepaskan zat aktif tertentu (seperti pengawet, antioksidan, perisa, dan lain-lain)
ke dalam produk atau ke lingkungan yang mengelilingi produk. Contoh paling umum dari jenis ini adalah antimicrobial compound yang menghambat pertumbuhan mikroba berbahaya yang memengaruhi mutu dan keamanan produk.
- Regulation
Kemasan yang memodifikasi kondisi lingkungan internal kemasan seperti suhu dengan tujuan menjaga kondisi optimal produk selama distribusi dan penyimpanan. Contoh paling umum dari jenis ini adalah heat regulators.
Ketika suatu industri kemasan menyatakan bahwa kemasan pangan merupakan kemasan aktif, ISO 6608-1:2024 mensyaratkan agar industri kemasan tersebut harus melakukan: evaluasi keamanan kimia dan mikrobiologi dari kemasan tersebut; menyediakan hasil uji yang dapat dipercaya untuk membuktikan kemampuan kemasan dalam memperpanjang umur simpan produk; melakukan
evaluasi menyeluruh terhadap aspek toksikologi, ekonomi, dan lingkungan; mengonfirmasi kompatibilitas dengan proses manufaktur yang ada saat ini; mengonfirmasi bahwa kemasan tersebut tidak akan mengubah sifat organoleptis dari produk; serta mengonfirmasi bahwa kemasan tersebut ‘aktif’ sesuai kebutuhan.
Untuk memenuhi kriteria evaluasi keamanan dari kemasan, berdasarkan ISO 6608-1:2024, industri kemasan harus menyediakan bukti bahwa ingridien aktif dari kemasan tersebut memenuhi regulasi, terutama dalam hal bahan kontak pangan, termasuk overall migration limit (OML) dan specific migration limit (SML) serta profil asesmen toksikologi. Semua senyawa atau artikel yang akan
berkontak dengan pangan baik secara langsung maupun tidak langsung harus mempertimbangkan aspek risiko terhadap kesehatan manusia.
Selain aspek keamanan, ISO 66081:2024 juga menetapkan persyaratan pelabelan kemasan aktif yaitu harus mencakup informasi bahan aktif yang terkandung di dalam kemasan dan pengaruh yang diharapkan. Hal ini sangat penting untuk memastikan bahwa konsumen dan semua pihak terkait memahami adanya bahan aktif dalam kemasan yang dapat memengaruhi produk pangan di dalamnya. Standar ini juga memberikan beberapa contoh metode pengujian untuk menilai kesesuaian sifat fisik, mekanis serta termal dari kemasan aktif.
Peluang dan tantangan standardisasi kemasan pintar di Indonesia
Standardisasi kemasan pintar merupakan peluang besar untuk meningkatkan keamanan, mutu dan keberlanjutan industri pangan di Indonesia. Terutama dalam konteks keberagaman pertanian, skala produksi industri dan tantangan perubahan iklim. Dengan teknologi kemasan yang mampu memperpanjang umur simpan, kemasan pintar dapat menjadi solusi bagi pelaku usaha pangan untuk memperluas pasar terutama untuk produk pangan yang mudah rusak serta dapat mengurangi kerugian akibat food waste. Selain itu, pengadopsian standar internasional seperti ISO 6608-1:2024 menjadi SNI dapat membuka peluang bagi industri pangan di tingkat nasional untuk bersaing di pasar global.
Namun demikian, dibalik semua keunggulan tersebut, terdapat beberapa tantangan yang mungkin dihadapi Indonesia dalam standardisasi
dan implementasi kemasan pintar pada industri pangan. Hal tersebut diantaranya tingginya biaya dari produksi kemasan pintar yang secara langsung akan berpengaruh terhadap harga produk pangan yang menggunakan kemasan tersebut. Selain itu, kerangka regulasi dan standar yang belum jelas juga merupakan tantangan tersendiri bagi implementasi kemasan pintar. Dengan kolaborasi antara pemerintah, industri, peneliti dan akademisi, Indonesia dapat memanfaatkan potensi kemasan pintar untuk menciptakan transformasi sistem pangan yang lebih aman dan berkelanjutan. Referensi
Laporan Kajian Food Loss and Waste di Indonesia, dalam rangka mendukung penerapan ekonomi sirkular dan Pembangunan rendah karbon. Kementerian PPN/Bappenas. 2021 ( https://lcdiindonesia.id/wp-content/uploads/2021/06/ReportKajian-FLW-FINAL-4.pdf , diakses tanggal 15 Oktober 2024)
ISO 6608-1:2024, Active and intelligent packaging –Part 1: General requirements and specifications of active packaging
Key Performance Indicators (KPI) memainkan peran krusial dalam mengukur kinerja dan keberhasilan implementasi rencana
operasional. Berikut addalah beberapa KPI yang penting untuk dibahas dalam proses S&OP.
1. Akurasi Peramalan:
KPI ini mencerminkan sejauh mana perkiraan dan penjualan mencocokkan kinerja aktual. Akurasi peramalan yang tinggi penting untuk memastikan produksi dan persediaan dapat disesuaikan dengan tepat.
2. Pencapaian Rencana Produksi: Mengukur sejauh mana organisasi mampu mencapai target produksi yang telah ditetapkan dalam rencana S&OP. Pencapaian rencana produksi yang baik mencerminkan efisiensi dan keteraturan operasional.
3. Pemenuhan Kesediaan:
KPI ini melibatkan tingkat pemenuhan persediaan terhadap
permintaan pelanggan. Melacak persentase pemenuhan membantu memastikan bahwa organisasi dapat memenuhi kebutuhan pelanggan dengan tepat waktu.
4. Turn over Persediaan Mengukur seberapa cepat persediaan diputar. Turn over persediaan yang tinggi menunjukkan manajemen persediaan yang efektif dan mengurangi risiko barang kadaluarsa atau usang.
5. Margin Keuntungan:
Menilai keuntungan bersih yang dihasilkan dari penjualan produk. Memantau margin keuntungan membantu organisasi dalam mengelola keseimbangan antara
pendapatan dan biaya produksi.
6. Kesesuaian Kebutuhan Tenaga Kerja:
Menilai sejauh mana kebutuhan tenaga kerja sesuai dengan rencana operasional. Kesesuaian yang baik membantu mengoptimalkan penggunaan tenaga kerja dan menghindari kelebihan atau kekurangan sumber daya manusia.
7. Efisiensi Produksi:
Memantau efisiensi operasional melibatkan pengukuran produktivitas dan penggunaan sumber daya produksi. Efisiensi produksi yang tinggi mencerminkan operasi yang efektif.
8. Tingkat Kepuasaan Pelanggan: Mengukur tingkat kepuasan
pelanggan terhadap produk atau layanan. Tingkat kepuasan pelanggan yang tinggi menunjukkan bahwa S&OP dapat memenuhi harapan pelanggan.
9. Biaya Persediaan:
Menilai biaya yang terkait dengan penyimpanan persediaan. Pengendalian biaya persediaan penting untuk meningkatkan efisiensi rantai pasokan.
10. Pemantauan Kapasitas dan Penggunaan Mesin:
Mengukur sejauh mana kapasitas produksi dan penggunaan mesin sesuai dengan rencana operasional. Pemantauan ini membantu mencegah kelebihan atau kekurangan kapasitas.
11. Dampak Lingkungan:
Melibatkan KPI yang menilai dampak lingkungan dari operasi produksi. Ini termasuk pengukuran emisi, penggunaan energi, dan praktik berkelanjutan lainnya
12. Realisasi Keuangan:
Melibatkan pemantauan kinerja finansial terkait dengan S&OP, termasu k perbandingan antara anggaran dan realisasi keuangan.
Diskusi mengenai KPI ini dalam proses S&OP membantu tim untuk terus memperbaiki dan mengoptimalkan rencana operasional mereka, memastikan keseimbangan yang tepa tantara efisiensi operasional, pemenuhan pelanggan, dan hasil finansial yang positif.
PT REL-ION STERILIZATION SERVICES
Eliminasi Bakteri Patogen, Sterilisasi, Polimerisasi
021-88363728, 021-8836 3729 021-88321246
yayuk@rel-ion.co.id
www.rel-ion.com
PT. Mitra Kualitas Abadi (Catalyst Consulting) Training, Consulting, Assesment/audit, Mystery Shopping Provider 021-3952 4220
+62 813-8250-7245
info@catalystconsulting.id www.catalystconsulting.id
Catalyst Consulting consulting.catalyst
Catalyst Consulting
PT INDESSO NIAGATAMA & PT INDESSO CULINAROMA INTERNASIONAL
Snack Seasonings, Savory Ingredients, Aroma Chemicals, Essential Oils & Food Ingredients
021 386 3974
021 385 0538
contact@indesso.com www.indesso.com
GNT Group B.V.
EXBERRY® is the leading brand of Coloring Foods for the food and beverage industry. Coloring Foods are made from fruits, vegetables, and edible plants using a physical manufacturing process processed with water.
+65 6659 4180
info-singapore@gnt-group.com www.exberry.com
PT KH ROBERTS INDONESIA
At KH Roberts, we leverage our deep expertise in flavour science and strong understanding of consumers’ needs to craft future flavours that deliver delight to consumers around the world.
021 87900778 / 021 89700723
info.id@kh-roberts.com
www.kh-roberts.com
https://www.linkedin.com/company/kh-roberts/
Trade Exhibition Indonesia’s leading comprehensive hospitality, food & beverage international trade exhibition Hospitality, Food & Beverage
+ 62 21 2525 320
+6282113713099
foodhotelindonesia@informa.com
www.foodhotelindonesia.com
@foodhotelindonesia_fhi
Food & Hotel Indonesia
Food & Hotel Indonesia
Food & Hospitality Series_ID
PT. Sarana Karya Utama Toll Manufacturing (Beverages)
031-3981571
sku@sakatama.com
www.sakatama.com
PT Esco Chemicals Mitrautama Food Ingredients and Additives Company
+62 21 22223455
info@escochemicals.co.id
https://www.escochemicals.co.id/
PT VEGA Instruments Indonesia Manufacture of Radar Level and Pressure Measurement from Germany
+6221 50966410
sales.id@vega.com
www.vega.com
VEGA Level and Pressure
VEGA Grieshaber KG (@VEGA_Level_Pressure)
PT Spraying Systems Indonesia
The world leader in spray technology, we design and manufactures spray nozzles, air control nozzles, tank washers, and accessories.
021-65313942-44 info.indonesia@spray.com www.spray.com
PT Yokogawa Indonesia
Yokogawa Indonesia delivers innovative automation and control solutions for the food and beverage industry, helping optimize operations, improve product quality, and enhance sustainability. Yokogawa improves efficiency and energy management through real-time monitoring and predictive maintenance. Combining global innovation with local expertise to serve Indonesia's evolving food manufacturing sector. Visit Yokogawa Indonesia
(62)-21-29712600
Head of Sales - Food and Beverage Bremin.Sembiring@yokogawa.com
https://www.yokogawa.com/id/ industries/food-beverage/
https://www.linkedin.com/company/ptyokogawa-indonesia/ https://www.facebook.com/ yokogawaindonesia
Want to see Your Company
BENEO Asia Pacific Pte. Ltd.
+65-6778-8300
contact@beneo.com
10 Science Park Road
#03-21 / 22 / 23 / 24 117684 Singapore
Angel Yeast Co. Ltd
86 717 6369 520
yefood@angleyeast.com
https://www.en.angleyeast.com
PT Makmur Pangan Kharisma Food Machinery
+62 2165851599
+62 818210078
asmin@mpk-id.com info@mpk-id.com
PT Kerry Ingredients Indonesia
Kerry is the world’s leading taste and nutrition partner for the food, beverage, and pharmaceutical markets. We innovate with our customers to create great tasting products, with improved nutrition and functionality, while ensuring better impact for the planet.
rizki.adriyan@kerry.com www.kerry.com
Azelis
Breaking new ground in technical laboratories by combining ingredients with ideas and creating opportunities through innovation
+32 3 613 01 20
https://www.azelis.com/en/contact
Jebsen & Jessen Ingredients
A leading solutions provider and distributor of specialty chemicals and life science ingredients covering a wide range of industrial and manufacturing applications. Our expert teams connect world-leading technologies with manufacturers across South East Asia. For over 60 years, we've leveraged our local presence, technical expertise, and diverse portfolios to solve customer challenges, while also driving sustainability and offering forward-thinking industry solutions.
ingredients@jjsea.com
https://www.ingredients.jjsea.com
https://www.linkedin.com/company/ jebsen-jessen-ingredients-indonesiafood-department/
“Shelf life” dan “tanggal kedaluwarsa” memiliki implikasi yang signifikan baik bagi konsumen maupun industri pangan. Bagi konsumen, kedua konsep ini membantu dalam memastikan keamanan dan kualitas produk yang dikonsumsi. Sementara itu, bagi industri, “shelf life” menjadi faktor penentu dalam perencanaan produksi, distribusi, dan pemasaran produk. Pemahaman yang mendalam mengenai “shelf life” dapat membantu mengurangi pemborosan pangan, meningkatkan efisiensi produksi, dan menjaga kepercayaan konsumen. FoodReview Indonesia edisi mendatang akan menyajikan informasi yang berkaitan dengan kedua konsep tersebut untuk membentuk dan mendorong inovasi dalam pengembangan produk pangan sehingga meningkatkan daya saing industri di Indonesia.
Pemasangan iklan, pengiriman tulisan atau berita seputar teknologi dan industri pangan, silakan hubungi:
FOODREVIEW INDONESIA
telepon (0251) 8372333 | +62 811 1190 039
email: redaksi@foodreview.co.id & marketing@foodreview.co.id Cantumkan nama lengkap, alamat, email dan nomor telepon Anda.
SIGN UP TODAY TO RECEIVE YOUR FREE SUBSCRIPTION
If you have a friend or colleague who would be interested in receiving FoodReview Indonesia, please feel free to share the latest issue, and our special digital subscription offer with them today.