2 minute read

Ketua DPRD Punya Gelar Baru

Sambungan dari Hal 12

Sidang terbuka Promosi

Doktor Atang Trisnanto, digelar di Ruang Sidang Sylva, Fakultas

Kehutanan IPB University.

Atang mengaku, penyelesaian pendidikan S3 di IPB ini, bukanlah perjalanan yang mudah.

Dia harus dapat membagi waktu antara penyelesaian disertasi, dengan tugas, dan kewajiban sebagai Ketua DPRD.

“Seringkali harus begadang, berusaha keras untuk belajar, membaca ratusan literatur jurnal, bolak-balik perbaikan, menulis secara sistematis dengan logika berpikir ilmiah, menemukan novelty atau kebaruan. Sedang asyik menulis, tiba-tiba ada keperluan masyarakat yang harus di advokasi.

Sedang konsen rapat, dan turun ke masyarakat, tiba-tiba kepikiran disertasi,” kenang

Atang sambil tersenyum.

Dalam penyusunan disertasinya, Atang dibimibing oleh pa kar ekowisata, Rinekso Soekmadi, pakar arsitektur pekarangan, Prof Dr Ir Hadi Susilo Arifin, dan pakar sistem modelling Prof Dr Ir Bambang Pramudya. Pada sidang promosi terbuka ini, Atang membawakan judul disertasi “Desain Kebijakan Pemanfaatan Pekarangan sebagai Kawasan Agrowisata” Ia menilai, bahwa pekarangan yang dimiliki oleh setiap rumah tangga, sekecil apapun, seharusnya dapat dimanfaatkan untuk pelestarian lingkungan, budaya, dan sekaligus nilai tambah ekonomi keluarga. Penelitian tentang pekarangan selama ini, lebih banyak diarahkan pada fungsi pangan. Untuk itulah, Atang berhasil mempertahankan novelty (kebaruan) disertasinya, melalui konsep kawasan agrowisata berbasis pekarangan.

Dirinya meneliti model pekarangan yang dimanfaatkan, untuk kegiatan agrowisata di Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur.

Menurut dia, banyak temuan di lapangan yang bisa dijadikan acuan bagi Pemerintah Daerah, untuk bisa menjadikan pekarangan setiap rumah tangga bernilai lebih. Baik dari sisi ekologi, sosial, budaya, dan ekonomi.

“Melalui pemanfaatan pekarangan sebagai kawasan agrowisata, diharapkan pelestarian lingkungan di unit terkecil masyarakat dapat berjalan sekaligus menghasilkan nilai tambah ekonomi keluarga,” jelasnya.

Dalam salah satu pembahasannya, Atang menemukan enam faktor pendorong, atau driven factors keberhasilan pemanfaatan pekarangan, sebagai obyek dan daya tarik agrowisata melalui analisis interpretative structural modelling (ISM).

Yaitu melestarikan kearifan budaya lokal, regulasi sektoral, kebijakan pemerintah daerah dalam pengembangan kawasan, pembiayaan bagi pengem- bangan agrowisata, peningkatan pengetahuan serta keterampilan SDM lokal, dan model kelembagaan yang merangsang partisipasi masyarakat.

Atang berharap, disertasinya dapat dimanfaatkan di Kota Bogor, dan Pemerintah Daerah di berbagai wilayah di Indonesia, dalam memaksimalkan fungsi, dan pekarangan yang dimiliki oleh setiap rumah tangga.

Menurut dia, setiap keluarga tentu memiliki pekarangan yang bisa dimamfaatkan untuk dikembangkan.

“Hal yang kecil dan terkadang luput dari pantauan (pekarangan, red), namun bisa kita jadikan sarana pengungkit ekonomi keluarga, sekaligus pencapaian lingkungan yang nyaman melalui pelestarian lingkungan, sosial, budaya, dan kearifan lokal. Semoga dapat diimplementasikan,” pungkas dia.

Atang sendiri, merupakan salah satu di antara sekian alumni yang pendidikan S1, S2, hingga S3 nya dihabiskan di kampus IPB. Atang tercatat sebagai mahasiswa dari Kampus Rakyat, sebutan Kampus IPB, red sejak tahun 1997, ketika krisis moneter terjadi. Ia menyelesaikan pendidikan sarjananya pada Fakultas Kehutanan IPB, dengan nilai yang membanggakan. Atang juga pernah terpilih sebagai mahasiswa berprestasi ke-3, tingkat Fakultas Kehutanan. Selama kuliah S1, ia juga terkenal sebagai seorang aktivis mahasiswa. Atang pernah ditunjuk sebagai Ketua BEM Fakultas Kehutanan, dan terpilih sebagai Presiden Mahasiswa IPB, pada periode berikutnya. Pada tahun 2010, dia melanjutkan studi S2 pada Magister Ilmu Ekonomi IPB. Terakhir, berhasil menyelesaikan studi S3 nya pada program studi Ilmu Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Lingkungan.(ded/c)

This article is from: