2 minute read
Akhir Kisah Sang Katalisator, Pejuang Pembangunan Masjid Agung
BAEDOWI meninggal dunia setelah sempat menjalani perawatan intensif, selama satu pekan di RSUD Kota Bogor.
Anak bungsunya, Na’man Abdul Hakim menuturkan, sang ayah mulai jatuh sakit, karena masalah pada organ jantung, pada Rabu (22/3). Dia kemudian dilarikan ke rumah sakit pada Kamis (23/3) malam.
“Setelah dirawat seminggu, hari Rabu (29/3) sore, beliau masuk ruang ICU. Denyut nadinya sempat hilang, dan baru muncul lagi pukul 1 dini hari. Namun kondisinya kritis. Lalu meninggal dunia pukul 1.28 WIB,” tuturnya. Nu’man mengatakan, sebelum berpulang, sang ayah kerap berpesan kepadanya untuk senantiasa menjaga salat, dan melanjutkan perjuangan dakwahnya. Baedowi konsisten mengawal pembangunan Masjid Agung.
Itu diakui Ketua Dewan Masjid Indonesia (DMI) Kota Bogor, Ade Sarmili. Menurutnya Baedowi sangat intens mengawal proyek revitalisasi tersebut.
“Gerakan beliau untuk melanjutkan pembangunan Masjid Agung, akhirnya terwujud.
Masjid ini pun menjadi kebanggan Kota Bogor, bukan hanya bagi umat muslim saja, tapi juga seluruh lapisan masyarakat,” ujar Ade.
Ade mengatakan, Baedowi memang bersikukuh menjadikan Masjid Agung bukan hanya sebagai tempat ibadah semata. Namun juga menjadi pusat peradaban dan destinasi wisata religi. Sebab Masjid
Agung memiliki lokasi yang strategis. Berada di dekat pasar dan Alun-Alun Kota Bogor.
Selain Ketua DKM Masjid Agung, Ade juga menyebut, Baedowi aktif bergerak di semua lini kehidupan masyarakat. Ia bergerak di wilayah pemberdayaan kemasyarakatan, sebagai Ketua Forum Pondok Pesantren Kota Bogor. Dia juga memberikan inspirasi terbaik, menjadi katalisator pemberdayaan di Ponpes.
“Beliau juga menjadi Wakil Ketua MUI Kota Bogor, dan itu menjadi bentuk pengakuan atas keilmuwannya. Selain forum dan keormasan, almarhum juga pernah bergerak di partai politik dan sempat menjabat menjadi Ketua PPP Kota Bogor. Jadi beliau bergerak di lintas generasi, lintas warna, dan lintas pemahaman. Serta sangat intens silaturahmi dengan tokoh politik, pemerintahan, masyarakat,” terang Ade. Baginya, Baedowi adalah seorang inspirator, yang membuka jalan bagi generasi masa depan. Ade berpesan, agar para penerusnya mentauladani semangat dan peran Baedowi.
Terpisah, Wakil Wali Kota Bogor, Dedie A Rachim mengatakan, Pemerintah Kota Bogor amat merasa kehilangan Baedowi. Di matanya, Baedowi adalah seorang katalisator berbagai tokoh dari beragam kalangan.
“Kami sangat merasa kehilangan. Semoga keluarga yang ditinggalkan diberi ketabahan dan harapannya kita semua yang masih hidup bisa meniru amal perbuatan yang ditorehkan,” ucapnya. (fat/c)
Ia melihat, perilaku kekerasan atau tawuran yang dilakukan pelajar, sudah terjadi selama puluhan tahun. Dan diturunkan terus menerus antar angkatan. Fahmi menyebut, fenomena ini terjadi juga di Kota dan
Fahmi juga menekankan, agar Wali Kota Bogor, Bima Arya untuk terus bersuara, dan menjadikan kasus tersebut sebagai pelajaran. “Lakukan edukasi pada siswa SD dan SMP sejak dini, agar mereka tidak ikut-ikutan, ketika sudah menginjak SMA,” ucap dia. Saat disinggung soal dorongan pengembalian tanggung jawab SMA dan SMK kembali dipegang Pemerintah Daerah, Fahmi berkilah, pihaknya belum melakukan pembahasan terkait hal tersebut. Meski begitu, dia mengakui konsolidasi masalah pelajar SMA atau SMK, memang dapat lebih mudah jika kewenangan dipegang oleh Pemerintah Daerah.
“Memang lebih terkonsolidasi karena lapangan atau aktivitasnya di Kota atau Kabupaten,” tandasnya. (fat/c)