1 minute read
Akankah Persoalan Buruh Selesai?
SETIAP tahun aksi buruh selalu diadakan bukan sekedar memperingati Hari Buruh nya, namun berisi berbagai tuntutan dan keluhan para buruh. Bukan persoalan sepele apa yang dialami para buruh. Karena kehidupan buruh bergantung pada kebija kan dan kondisi yang dibentuk. Maka seharusnya tuntutan buruh diperhatikan dengan lebih serius karena buruh juga bagian dari masyarakat yang wajib diayomi. Dalam sistem kapitalisme,
Fenomena
Gelandangan Tajir
TELAH viral kasus gelandangan yang diamankan oleh Dinas Sosial Kota Bogor yang ternyata tajir. Gelan dangan tersebut membawa uang tunai 1,8 juta rupiah, STNK, dan cek. Besar dugaan bahwa uang dan aset yang dimiliki nya adalah hasil dari mengemis selama ini.
Sungguh miris aktivitas mengemis sudah menjadi mata pencaharian sebagian orang saat ini. Maka jangan kaget jika kedapatan pengemis yang pendapatan hariannya ada yang mencapai 300 ribu rupiah, memiliki AC di rumah pribadinya dan memiliki mobil bermerk.
Masalah pengemis adalah masalah yang tidak bisa diselesaikan dengan mengembalikannya ke keluarganya mereka saja. Tapi masalah ini harus diselesaikan secara komprehensif. Yakni dengan membuka lapangan pekerjaan yang layak bagi mereka demi terpenuhinya kebutuhan pokok hidup keluarganya. Sistem kapitalisme membuat individu malas mencari rezeki yang halal bahkan mencetak generasi yang bermalas-malasan. Bahkan dalam sistem ini penguasa menyerahkan semua pemenuhan kebutuhan kepada individu bukan memenuhi kebutuhan sandang pangan dan papan rakyatnya.
Siti Wilda Malik Bogor buruh dianggap sekedar salah satu instrumen perekonomian. Maka kapitalisme hanya mengambil apa yang ia perlukan dengan mengabaikan kebutuhan dan nasib para buruh itu sendiri. Bagaimana kapitalisme akan memperhatikan kehidupan para buruh yang bahkan masalah THR yang hanya setahun sekalipun masih terjadi ribuan aduan pelanggaran. deviraaulia000@gmail.com
Stres Massal dan Budaya Kekerasan
BERDASARKAN data BPS, pada tahun 2021 terjadi 8.445 kasus penganiayaan berat dan 12.211 kasus penganiayaan ringan. Maraknya kasus penganiayaan menunjukkan adanya rage culture(budaya kekerasan) di tengah masyarakat. Kekerasan dianggap sebagai penyelesaian masalah. Apa pun masalahnya, kekerasan sebagai jurus pamungkasnya. Akhirnya, masyarakat menjadi masyarakat “sumbu pendek” yang mudah tersulut emosi.
Budaya kekerasan ini adalah akibat dari banyaknya tekanan atau stres yang masyarakat hadapi. Akibat berbagai tekanan tersebut, terjadilah depresi massal. Masyarakat mudah emosi, tersulut sedikit bisa senggol bacok. Kehidupan di bawah sistem sekuler kapitalisme adalah kehidupan yang penuh persaingan. Masyarakat harus bersaing keras untuk mendapatkan penghidupan, pekerjaan maupun makanan. Suasana persaingan ini terus terbawa dalam interaksi di mana saja termasuk ketika berinteraksi dengan keluarga, teman dan tetangga. Data riset kesehatan dasar tahun 2018 menunjukkan prevalansi gangguan mental emosional yang ditunjukkan dengan gejala-gejala depresi dan kecemasan untuk usia 15 tahun ke atas, mencapai 6,1 persen dari jumlah penduduk Indonesia(sekitar 11 juta orang).
Miyarti, Gunung Putri