3 minute read
Kurikulum Merdeka Digulirkan Bertahap
BANDUNG–Pelaksanaan Program
Kurikulum Merdeka di wilayah Jawa
Barat akan dilakukan secara bertahap.
Sekretaris Dinas Pendidikan
Provinsi Jawa Barat (Disdik Jabar),
Yesa Sarwedi Hami Seno, mengatakan bahwa munculnya Kurikulum
Merdeka untuk menjawab keberlangsungan kegiatan belajar-mengajar saat pandemi Covid-19.
“Untuk itu, disesuaikan dengan minat dan bakat siswa di antaranya mata pelajaran yang lebih sedikit dan lebih fleksibel,” kata Yesa melansir Warta Kota, Selasa (7/3).
Yesa mengakui jika pada pelaksanannya tidak bisa secara sekaligus.
Meskipun demikian, ada beberapa sekolah yang dilakukan uji coba seperti sekolah bergerak dengan melibatkan beberapa guru.
“Pada akhirnya secara bertahap semua sekolah akan menerapkan kurikulum merdeka,” ujarnya. Kurikulum Merdeka untuk proses pelaksanaannya sudah dimulai. Jadi, pada tahap awal pada sekolah bergerak itu diberikan kesempatan untuk memulai dari level tertentu, yaitu melalui program mandiri mencoba dan Mandiri Berbagi. Tujuannya adalah di samping menerapkan kurikulum mandiri, Disdik Jabar juga mengajak semua sekolah untuk bisa mencoba melaksanakan kurikulum secara bersama-sama.
“Kita berharap karena sudah mencapai tahun ke 3 Kurikulum Merdeka bisa dilaksanakan di seluruh sekolah di Jawa Barat,” tegasnya. Berkenaan dengan Dana Operasional Pendidikan (DOP), ia menyebutkan program tersebut sudah berjalan. Pendanaannya berasal dari Bantuan Operasional Sekolah (BOS) untuk sekolah negeri, sedangkan swasta dari DOP.
“Kami juga akan mengundang pihak lain, yang berkaitan dengan jalur PPDB,” beber dia kepada Radar Bogor. Misalnya jalur afirmasi dengan Dinas Sosial, jalur prestasi, yaitu pe ngurus cabang olahraga dan kesenian, serta jalur zonasi dengan Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil (Disdukcapil). Masukan itu, kata dia, akan coba mereka dengar, dengan tetap menyesuaikan dengan Petunjuk Teknis (Juknis) Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud).
“Kita berharap ada sinergi sehingga tidak terjadi tumpang tindih antara BOS dan bantuan dari Pemerintah Provinsi. Maka, dengan cara saling membagi, kami mencoba anggaran DOP sekarang untuk membayar honor guru non-PNS baik PGTK, ketenagaan, maupun guru. Sementara, untuk BOS disalurkan untuk fix cost dan operasional yang lainnya,” pungkasnya. (ran)
Dari sana, Disdik akan mencatat, merumuskan, dan mendiskusikam kembali masukan yang diberikan. Sehingga melahirkan formula, yang diharapkan dapat memberikan keadilan dan mengakomodir kebutu han masyarakat. Yosep menuturkan, Disdik juga akan mengevaluasi persoalan tidak meratanya keberadaan sekolah, yang menyulitkan masyarakat pada sistem zonasi.
“Memang banyak yang kesulitan dari sisi jarak antara sekolah dengan rumah. Terlebih sekolah negeri banyaknya berada di Bogor Tengah dan Tanah Sareal sementara wilayah lain hanya 1-2 saja. Solusi yang sudah dilakukan dan akan dievaluasi soal sistem 4 zona,” terang dia. Meski sulit untuk memberikan kepuasan pada semua pihak, akibat ketimpangan jumlah pendaftar dengan kuota yang tersedia, Disdik menggaransi akan berupaya maksimal agar masyarakat merasakan keadilan. Yosep menyebut, pihaknya belum mendapatkan informasi mengenai jadwal PPDB, kuota, dan sistem pelaksanaan, karena masih menunggu Juknis dari Kemendikbud. Dia memperkirakan, Juknis tersebut dirilis sekira April-Mei 2023 mendatang.
“Sehingga kami belum mengetahui apakah Juknisnya masih sama atau berbeda dari tahun sebelumnya,” tutupnya. (fat/c)
SUIJI IPB Gelar Edu-Clean
BOGOR–Persoalan sampah telah lama menjadi isu kompleks yang disebabkan oleh kurangnya pengetahuan masyarakat tentang penanganan dan dampaknya. Oleh karena itu, mahasiswa IPB University yang tergabung dalam program Six Universities Initiative Japan Indonesia (SUIJI) 2023 site Rawa Gede menyelenggarakan kegiatan EduClean, (4/3).
Kegiatan Edu-Clean, bertujuan meningkatkan kesadaran masyarakat sekitar tentang pentingnya pengelolaan sampah dan kebersihan lingkungan. Kegiatan tersebut dilaksanakan di Dusun Rawa Gede, Desa Tugu Utara, Kecamatan Cisarua.
“Kegiatan Edu-Clean terdiri atas dua program utama, yaitu trash bin making dan environment education. Tiga belas mahasiswa peserta SUIJI 2023 site Rawa Gede mengawalinya dengan membuat empat tempat sampah khusus botol plastik yang terbuat dari kawat dan ditempatkan pada titik-titik strategis, seperti di sekitar warung dan tempat umum lainnya. Harapannya, masyarakat dapat menggunakannya untuk mengumpulkan sampah botol plastik yang bernilai ekonomis,” ujar Pandu Pamungkas, perwakilan dari mahasiswa peserta SUIJI 2023. Selanjutnya, agenda environment education dilakukan dengan mengajak anak-anak usia PAUD–
SD berkumpul, untuk belajar pengetahuan dasar tentang sampah. Menariknya, sebanyak 33 anak sangat antusias mengikuti kegiatan yang terdiri atas menonton video animasi, senam ringan, dan menggambar poster. Selain program utama, kata dia, terdapat juga dua sub-program dari Edu-Clean, yakni poster advocacy dan operasi semut. Para mahasiswa memasang poster-poster advokasi mengenai sampah, di sudut-sudut Dusun Rawa Gede, untuk menambah wawasan masyarakat tentang sampah. Poster-poster tersebut, memuat pengetahuan tentang jenisjenis sampah dan tips mengurangi sampah.
Sementara itu, lanjut Pandu, operasi semut merupakan kegiatan memungut sampah di lingkungan kampung Rawa Gede yang dilaksanakan setiap sore hari. Selain membersihkan lingkungan dari sampah yang berserakan, agenda tersebut juga bertujuan menambah kesadaran warga akan pentingnya membuang sampah pada tempatnya. Meskipun dilaksanakan dengan singkat, kata Pandu, kegiatan EduClean diharapkan dapat memberi dampak berkelanjutan di Dusun Rawa Gede. Salah satu warga Rawa Gede, Dudi, yang memiliki keprihatinan tentang sampah di lingkungannya, mengungkapkan terima kasih kepada para mahasiswa yang telah menginisiasi program tersebut. (ran)