Brian Cox - We Live by Faith not by Sight

Page 1

Sekolah Dian Harapan

KOINONIA

From the Desk of Brian Cox

Edisi: January 2016


We Live by Faith and not by Sight It’s so good to be back in Indonesia for a while and meet with likeminded people who have a passion for the preeminence of Christ. I have enjoyed being with SDH communities; SLH leaders; Bible study groups; a team of people planning to begin a new church; existing churches that are seeking to be faithful… and so many others. Christians see the world differently to others. This is God’s World – and there is much to celebrate within it! Christ remains preeminent in everything and in every way! However everything is tainted by sin and thus we see angry acts of violence as we’ve witnessed over the past few days in bombings and gun battles. We are distressed by relational breakdowns, sickness and sadness… So we’re called to cry together over the absence of Shalom and to engage our society in redemptive ways – with the wisdom and energy that God provides We have opportunities every day to show people (our students especially) that life is “holistic” – everything makes sense and has meaning as we see all things in relationship to the Triune God. We Christians do not simply see things through “normal” eyes. The apostle Paul says: “We live by faith and not by sight”1. Let’s look at that… Firstly, that small word “we” is immensely important. Paul does not say “you” live by faith or “I” live by faith but “we”. Paul is very clear about the Christian life being a “we” life. Twenty eight times in 2 Corinthians 5 he mentions “we”. The Body of Christ is a community of people that recognizes Jesus Christ as the head. The members of the body are responsible to one another, to encourage, discipline, love and pray. We are designed to hold one another accountable; and to “encourage one another in God”. This is beautifully pictured in the relationship between Jonathan and David. Jonathan, the son of the King, who would therefore normally inherit the kingship, instead knows by faith that David has been anointed to become King. Jonathan refuses to live by “sight” which would lead him to presume, and claim, to be the future King. Instead he actively encourages and supports David as God’s choice. They love one another deeply and at a time of great tension when David is threatened by death, Jonathan goes to him and “encourages him in God” and “strengthens his hand in God” and points out that David is not to have any fear because his faith should be in the truth that the LORD has chosen him.2 He is to live by faith not by sight. We must have a similar view that together we must share constant encouragement with each other to “live by faith.” This life as the community of the Body of Christ is immensely important. Let me challenge you as you read your Bible this week to note that the Scriptures are rarely individualistic. Read the magnificent first chapter of Ephesians where Paul sets out OUR status in 1

2 Corinthians 5:7

2

1 Samuel 23

Edisi: January 2016


Jesus Christ and note the pronouns are plural. So remember WE (together) are to live by faith… If we want to see our schools being “Christ-like communities”; places of Shalom – then we need to see that we ARE a community in Christ – we don’t MAKE ourselves a community in Christ. Let’s live out this truth that we can see through the eyes of faith. …And not by sight… Isn’t it fascinating that Paul has to be blinded, and lose his sight in order to live by faith? Jesus points out that how we use our eyes determines whether we view life correctly or whether we have a “dark” view of life.3 Our eyes have to be refocused by faith; our faith needs to become the thing that determines what and how we see. Many times we see blind people being healed by Jesus; these people will never again simply see in the same way as normally sighted, faithless people. It’s not necessary to be sighted in order to have faith. Helen Keller was blind from birth and yet she was able to see more clearly than most other people because of her Christian faith. She said on one occasion, “The most pathetic person in the world is someone who has sight, but has no vision.” The great hymn writer Fanny Crosby4, became blind when she was six weeks old. Towards the end of her life she wrote, "Blindness cannot keep the sunlight of hope from the trustful soul.” John Newton, writing Amazing Grace joyfully says “I once was blind but now I see.” Faith gave him clear vision. When he was close to death, and ironically almost physically blind, he spoke the truth clearly and simply, “I am a great sinner, and Christ is a great Saviour." We need to connect our sight and our faith and the author of Hebrews tells us how to do that: “Let us keep looking to Jesus. He is the author of faith. He also makes it perfect.”5 Blessings this week, as we live as faithful disciples of Jesus

Brian

3

Luke 11:34 9,000+ hymns incl Blessed Assurance 5 Hebrews 12:2 4

Edisi: January 2016


Kita melihat melalui Iman bukan Penglihatan Saya bersukacita bisa kembali ke Indonesia untuk beberapa waktu dan bertemu dengan orang-orang sepemikiran yang memiliki semangat menjalankan keutamaan Kristus. Saya menikmati waktu saya bersama komunitas SDH; pemimpin-pemimpin SLH; kelompok-kelompok pendalaman Alkitab; sekelompok orang yang sedang merencanakan pembukaan sebuah gereja baru; gereja-gereja yang terus berusaha untuk setia… dan banyak lagi yang lain. Orang-orang Kristen melihat dunia dengan cara yang berbeda. Dunia ini milik Tuhan – dan banyak hal di dalamnya yang bisa kita rayakan! Kristus tetaplah yang utama dalam segala hal dan berbagai macam cara! Kendatipun dalam dunia ini segala sesuatunya ternoda oleh dosa dan oleh karenanya kita melihat tindakan-tindakan kemarahan yang dinyatakan melalui kekerasan seperti yang kita saksikan beberapa waktu lalu dalam kasus pengeboman dan adu senjata. Kita disusahkan oleh hubungan-hubungan yang retak, sakit penyakit dan kesedihan…. Maka kita terpanggil untuk menangis bersama-sama atas ketiadaan shalom dan melibatkan komunitas kita dalam cara-cara yang membawa penebusan – dengan hikmat dan energi yang Tuhan sediakan. Kita mempunyai kesempatan setiap hari untuk menunjukkan kepada orang lain (terutama para siswa kita) bahwa hidup adalah sesuatu yang “holistis” – segala sesuatu mempunyai arti dan maksud ketika kita melihatnya sebagai suatu keterkaitan dengan Allah Tritunggal. Kita sebagai orang-orang Kristen tidak sekedar melihat segala sesuatu melalui mata “normal” kita. Rasul Paulus berkata: “hidup kami ini adalah hidup karena percaya, bukan karena melihat”i. Mari kita perhatikan... Pertama-tama, kata “kami” memiliki arti yang sangat penting. Paulus tidak menggunakan kata “kamu” hidup karena percaya atau “aku” hidup karena percaya, namun “kami”. Paulus dengan sangat jelas mengatakan bahwa hidup keKristenan adalah hidup yang “kami”. Dua puluh delapan kali dalam 2 Korintus 5 Paulus menggunakan kata “kami”. Tubuh Kristus adalah suatu komunitas orang-orang yang mengakui Yesus Kristus sebagai kepala. Para anggota tubuh Kristus bertanggung jawab satu dengan yang lain, untuk saling menguatkan, mendisiplin, mengasihi dan mendoakan. Kita didesain untuk saling bertanggung jawab antara satu dengan yang lain; dan untuk “saling membangun di dalam Tuhan”. konsep ini diilustrasikan dengan indah pada hubungan antara Yonatan dan Daud. Yonatan, anak raja, yang pada umumnya akan mewarisi tahta, menyadari dengan iman percaya bahwa Daud telah diurapi untuk menjadi raja. Yonatan menolak untuk “hidup karena melihat” yang akan membuat dia semerta-merta beranggapan, dan mengklaim, dirinya sebagai raja berikutnya. Sebaliknya secara aktif ia menguatkan dan membangun Daud sebagai orang yang dipilih Tuhan. Mereka sungguh-sungguh mengasihi satu sama lain dan saat di mana Daud ada Edisi: January 2016


dalam tekanan berat, yaitu saat Daud terancam mati, Yonatan menemui Daud dan “membangun Daud di dalam Tuhan” dan “menguatkan tangannya di dalam Tuhan” dan mengatakan bahwa Daud tidak perlu takut sebab iman percayanya harus terletak pada kebenaran, yang mana ALLAH telah memilih dia.ii Ia harus hidup karena iman percaya bukan karena melihat. Kita harus memiliki cara pandang yang sama, yaitu bersama-sama kita harus terus menerus saling menguatkan satu sama lain untuk “hidup karena iman percaya.” Hidup ini sebagai komunitas tubuh Kristus sangatlah penting. Izinkan saya menantang Saudara, yaitu saat Saudara membaca alkitab Saudara sepanjang minggu ini, untuk memperhatikan bahwa ayat-ayat Firman Tuhan di dalamnya sangat jarang yang bersifat individual. Bacalah pasal pertama kitab Efesus yang indah dimana Paulus menyatakan status KITA di dalam Yesus Kristus dan perhatikan bahwa semua kata gantinya adalah jamak. Jadi untuk kita ingat KAMI (bersama-sama) harus hidup karena percaya...bila kami ingin melihat sekolah-sekolah kami menjadi “komunitas yang serupa Kristus”; rumah-rumah shalom – maka kami perlu melihat bahwa kami ADALAH komunitas di dalam Kristus – kami tidak MEMBENTUK sendiri suatu komunitas di dalam Kristus. Mari kita hidupi kebenaran ini sehingga kita bisa melihat dengan mata iman percaya. ...Dan bukan karena melihat... bukankah menarik bahwa Paulus perlu dibutakan, dan kehilangan penglihatannya dahulu untuk bisa hidup karena percaya? Yesus menunjukkan bahwa bagaimana kita memakai mata kita menentukan apakah kita bisa memandang hidup ini dengan banar atau apakah kita memiliki pandangan yang “gelap” terhadap kehidupan.iii Fokus mata kita perlu diatur kembali oleh iman; iman kita perlu menjadi acuan apa dan bagaimana kita melihat. Seringkali kita melihat orang buta disembuhkan oleh Yesus; orang-orang ini tidak akan pernah lagi melihat segala sesuatu dengan cara sama layaknya orang-orang normal dan tanpa iman. Tidak perlu harus bisa melihat dengan mata jasmani agar seseorang bisa punya iman. Helen Keller buta sejak lahir namun ia mampu melihat lebih jelas dibandingkan kebanyakan orang dikarenakan iman Kristianinya. Ia katakana, pada suatu kesempatan, “Orang yang paling menyedihkan di dunia ini adalah orang yang bisa melihat, namun sesungguhnya tidak punya penglihatan.” Pencipta himne besar, Fanny Crosby, menjadi buta ketika ia berusia enam minggu. Menjelang akhir hidupnya ia menulis, “Kebutaan tidak dapat menghalangi sinar matahari pengharapan dari jiwa yang penuh rasa percaya.” John Newton, penulis lagu Amazing Grace, dengan sukacita berkata “I once was blind but now I see.” (aku dulu buta namun sekarang kumelihat). Iman memberikan penglihatan yang jelas kepadanya. Ketika ia sangat dekat dengan kematian, dan secara ironis hampir buta secara jasmani, Ia perkatakan kebenaran dengan jelas dan sederhana, “Aku adalah seorang pendosa besar, dan Kristus adalah seorang Penyelamat besar.” Kita perlu menghubungkan penglihatan dan iman kita, dan penulis kitab Ibrani mengajarkan kita bagaimana melakukannya: “Marilah kita melakukannya dengan mata yang tertuju kepada Yesus, yang memimpin kita dalam iman, dan yang membawa iman kita itu kepada kesempurnaan,” iv Tuhan memberkati kita semua, saat kita hidup sebagai murid-murid setia Yesus. Edisi: January 2016


(Brian)

i

2 Korintus 5:7 1 Samuel 23 iii Lukas 11:34 iv Ibrani 12:2 ii

Edisi: January 2016


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.