K-O-I-N-O-N-I-A K-O-I-N-O-N-I-A
Vol. 5 Issue 14 | 21 Mei 2018
Head Office Newsletter
Inspiration
W
aktu-waktu ini sekolah disibukkan oleh pengolahan nilai tahap akhir anak-anak kita. Sembari melakukan hal tersebut, mari kita menilik kembali apa yang kita pelajari mengenai evaluasi dan penilaian dalam PD, UCE, ataupun kelas ACSI; dengan tujuan agar ketika kita mengolah nilai, kita tetap memaknainya dari perspektif yang menunjukkan tanggung jawab kita sebagai penatalayan Kristiani. Mari kita mulai dengan tujuan evaluasi dan penilaian itu sendiri. Kita memiliki visi misi yang menjadi tujuan kita dan diturunkan ke dalam school profile dan graduate profile yang menjadi panduan kita. Itulah mengapa kita melakukan semua proses penilaian sepanjang tahun dan sekarang mengolahnya. Kita hendak mengetahui seberapa dekat atau jauh anak-anak kita dengan visi misi, school profile dan graduate profile. Di dalam mengetahui seberapa dekat atau jauh anak-anak kita dengan tujuan sekolah, kita belajar ada perbedaan di dalam pencapaian (achievement), pertumbuhan(growth), dan kemajuan (progress). Pencapaian menunjukkan standar yang harus dicapai anak kita. Pertumbuhan diukur dari pencapaian anak sekarang/saat ini dibanding pencapaian anak sebelumnya. Kemajuan menunjukan pencapaian terhadap sebuah tujuan. Kita juga telah belajar mengenai assessment as blessings, grace, justice, dan bahkan assessment as covenant and gift; juga assessment as, of, dan for. Sekarang adalah waktunya mengolah nilai dan merepresentasikan semua hasil pembelajaran anakanak kita ke sebuah angka ataupun huruf-kata2 ke
dalam kotak-kotak di rapot sebagai pelaporan dan bentuk tanggung jawab kita kepada orangtua, pemerintah, dan anak-anak sendiri. Di sinilah kita rapat dan berdiskusi dengan pemimpin, konselor dan sesama guru; dan mencari bukti-bukti untuk mendukung pengolahan nilai kita. Di dalam mengolah nilai, sebagai penatalayan Kristiani, kita dipanggil untuk tidak merata-rata agar kita benar-benar dapat menyampaikan pencapaian, pertumbuhan, dan kemajuan seorang anak. Jika kita memikirkan bagaimana Petrus begitu mencintai Kristus dan Kristus memintanya untuk menggembalakan domba-dombanya; dan bagaimana ia memotong telinga serdadu yang hendak menangkap Yesus dan bagaimana ia menyangkal Kristus tiga kali; dengan bukti-bukti ini bagaimana kita merata-rata pencapaian, pertumbuhan dan kemajuan Petrus yang darinya gereja (tubuh Kristus yang baru di dunia – setelah Tuhan Yesus naik ke surga) dimulai dan bertumbuh ke seluruh penjuru dunia? Bukti yang tampak sekarang yang dapat kita ambil nilainya dari Petrus adalah karena Petrus, gereja dimulai dan tersebar (terlepas apapun kondisi gereja). Bagaimana dengan anak-anak kita yang nampaknya mengikuti pelajaran dengan baik dan di akhir ternyata jatuh? Kita mungkin perlu bertanya, seperti apa proses yang dilalui sehingga nampaknya proses berjalan dengan baik tetapi hasil akhir mengecewakan? Dengan demikian, kita bisa melihat bahwa kita tidak bisa sekedar merata-rata proses pembelajaran anak jika kita ingin menerapkan assessment as blessings, grace, justice, dan bahkan assessment as covenant and gift. Kita dipanggil sebagai penatalayan Kristiani untuk menggunakan
our best judgment based on and influenced by our faith dengan bukti-bukti pekerjaan anak yang ada untuk memberikan laporan pencapaian, pertumbuhan, dan kemajuan anak. Marzano (2010, p. 15-16) quoting Gusky (2009, p. 17) stated that “...different teachers rely on diferent combinations of elements to construct an overal grade because of their different philosophies.� Filosofi kita sebagai pendidik Kristen adalah filosofi yang berdasarkan Alkitab. Dengan iman yang kita percayai, dengan KD-KD yang menjadi standard penilaian sekolah, dan dengan bukti-bukti pekerjaan anak yang ada itulah kita melakukan evaluasi dan penilaian. Biarlah Roh Kudus yang ada dalam kita memimpin kita menjadi penatalayan yang mampu mengolah nilai. Soli deo gloria. Anggit --------------------------------Sumber dan bahan: Materi UCE Assesment dan ACSI Evaluation of Learning Marzano, R.J. (2010). Formative assessment & standards-based grading. IN: Marzano Research Laboratory
sebab di dalam Dialah tersembunyi segala harta hikmat dan pengetahuan. Kolose 2:3
K-O-I-N-O-N-I-A Sharing
Mempersiapkan Pemimpin
K
isah keluarnya bangsa Israel dari Mesir dan menuju tanah perjanjian yang dicatat dalam kitab keluaran, menunjukkan betapa besar penyertaan dan tuntunan Allah. Dalam proses ini Allah menggunakan Musa yang didampingi Harun dan Miriam, dan merekalah yang dikenal sebagai pemimpin Israel pada masa itu. Kisah bagaimana bangsa Israel masuk ke dalam tanah pernjanjian juga menunjukkan bagaimana Allah setia pada janji -Nya dan Ia adalah Allah yang terus menuntun umat -Nya. Dalam proses ini Allah menggunakan Yosua sebagai pemimpin bangsa Israel pada masa itu. Dari kedua contoh kisah tersebut dapat dilihat bahwa hanya Allahlah sang pemimpin sejati, tetapi Allah juga menggunakan orang-orang pilihan-Nya dalam proses tersebut, dan sering kali justru orang pilihan Allahlah yang dikenal sebagai pemimpin. Kedaulatan Allah tidak menghilangkan tanggung jawab manusia untuk mengerjakan kepercayaan yang Tuhan berikan. Sesudah Yosua dipanggil Allah, kitab Hakim-
hakim mencatat bahwa setiap orang dalam bangsa Israel berbuat sesuai dengan kehendaknya, yang merupakan kesimpulan utama dari kitab tersebut (Hak 21:25). Tidak tercatat peralihan kepemimpinan yang baik dari satu pemimpin ke pemimpin lain. Kemunculan para hakim dicatat adalah intervensi langsung dari Allah, memang semua pemimpin adalah pemberian Allah, tetapi seorang pemimpin punya tanggung jawab mempersiapkan pemimpin sesudah mereka. Sebagai contoh dapat dilihat dari kisah Musa dan Yosua. Yosua adalah seorang yang dipersiapkan oleh Musa, ia adalah hamba kepercayaan Musa, ia melihat bagaimana kepemimpinan yang ditunjukkan oleh Musa. Salah satu hal baik yang saya lihat dari pemimpin di Sekolah Palembang Harapan, dalam hal ini Pak Deny, Bu Lisa, dan Bu Esther, bahwa mereka memikirkan dan mempersiapkan para pemimpin sekolah di masa mendatang. Telah banyak anggota sekolah yang menjadi pemimpin
K-O-I-N-O-N-I-A
atau berkesempatan untuk melatih kepemimpinan mereka, baik dilingkungan Sekolah Palembang Harapan, atau di tempat lain, baik di dalam ataupun di luar YPPH. Syukur kepada Allah karena Ia mengirimkan para pemimpin untuk mendidik dan mempersiapkan kami sebagai seorang pemimpin. Dalam kedua proses tersebut, saya melihat ada dua hal utama yang menjadi prinsip penting; kepercayaan dan pendampingan. Berdasarkan pengalaman pribadi saya, ada beberapa tantangan yang saya temui baik dari sudut pandang pemimpin atau yang dipimpin, dan keduanya seolah bertentangan. Dari sudut pandang yang dipimpin, pada umumnya orang akan merasa senang ketika diberikan kepercayaan, mereka merasa mendapat apresiasi dari pemimpin mereka. Sebaliknya ketika pendampingan berlangsung pada umumnya orang akan cenderung menolak, khususnya jika ada halhal yang dilihat bertentangan. Ketika menjadi pemimpin hal di atas berlaku sebaliknya, memberikan kepercayaan pada seseorang ternyata tidak mudah, khususnya jika kita masih melihat ada hal-hal yang masih kita lihat belum sesuai. Percaya kepada Allah yang sudah pasti baik, maha kuasa, benar dan adil saja terkadang begitu susah, apalagi percaya kepada manusia yang lain yang sudah pasti manusia berdosa. Sebaliknya, sebagai seorang pemimpin
adalah suatu hal yang menyenangkan ketika kita bisa mendampingi mereka dan khususnya saat mereka bisa menerima dengan baik. Tetapi pendampingan sendiripun ternyata tidaklah mudah, seringkali kita jatuh dalam judgemental dan bukannya pendampingan, sehingga bukannya semakin baik tetapi malah memburuk. Leadership adalah sarana anugerah bagi kedua pihak, baik yang dipimpin ataupun yang memimpin, inilah sarana anugerah untuk bertumbuh, memang semua adalah karya Allah, bahkan ketika kita “seolah-olah� sedang memimpin. Setiap pemimpin di dunia ini adalah derivative (turunan) dari Allah, seharusnya tidak ada pemimpin yang tidak bertindak tanpa Allah. Saya berharap bahwa setiap warga YPPH mendapatkan anugrah ini, baik sebagai pemimpin, yang dipimpin, atau yang dipersiapkan menjadi pemimpin, karena yang manapun kita itu semua adalah anugrah Allah. Saya berdoa, berharap, dan meyakini bahwa banyak potensi pemimpin dalam setiap sekolah di YPPH. Selamat mendampingi, belajar, bertumbuh, serta berkarya. Salam dari kota Pempek. J
Alfa Citra Sritosa Associate SS Principal