K-O-I-N-O-N-I-A K-O-I-N-O-N-I-A
Vol. 5 Issue 11 | 19 Maret 2018
Head Office Newsletter
Inspiration
Sympathetic Resonance For here’s what I’m going to do: I’m going to take you out of these countries, gather you from all over, and bring you back to your own land. I’ll pour pure water over you and scrub you clean. I’ll give you a new heart, put a new spirit in you. I’ll remove the stone heart from your body and replace it with a heart that’s God-willed, not self-willed. I’ll put my Spirit in you and make it possible for you to do what I tell you and live by my commands. Ezekiel 36:24-27 (MSG)
A
yat-ayat ini begitu lengkap menjelaskan mengenai keselamatan yang di kerjakan Allah bagi kita umatNya. Kita akan menemukan nuansa election, justification, dan sanctification sekaligus hadir Bersama-sama dalam bagian ini. Kalau kita telaah lebih dalam lagi maka kita kan menemukan pribadi Allah yang sangat aktif (silahkan mencoba hitung sendiri frasa dimana Allah mengatakan “Aku akan” atau “akan Kuberikan”). Keselamatan di dalam Yesus Kristus adalah karya pribadi Allah sendiri tanpa ada “campur tangan” manusia. Allah yang memilih, membenarkan dan menguduskan! Sebuah prinsip penting yang harus kita ingat adalah: Justification yang sejati pasti bergerak menuju sanctification. Namun ada dua frasa yang menarik di bagian sanctification, khususnya pada bagian akhir. Di sana ada sepertinya “tindakan” dari manusia yaitu: “menuruti segala ketetapan Allah (to do what I tell you)” dan “berpegang kepada peraturan -peraturan Allah (live by my commands).” Disini kemudian kita bertanya apakah ada peran manusia
dalam proses pengudusan orang percaya? Di dalam teologia reformasi, sanctification menurut John Frame adalah sebuah proses pekerjaan (work) Allah membuat kita menjadi kudus. Frame mengkontraskannya dengan justification yang adalah tindakan (act) Allah yang mendeklarasikan kita benar secara status berdasarkan kebenaran -keadilan (righteousness) yang Kristus miliki (para teolog sering menyebut ini alien righteousness). Righteousness (yang adalah milik Kristus dan di “tempelkan” kepada kita) akan diproses menuju holiness. Justification adalah peran Allah 100%, tidak ada unsur usaha manusia sama sekali didalamnya. Namun bagimana dengan sanctification? Allah terus menerus bekerja dalam proses pengudusan hidup orang beriman. Apakah berarti orang beriman itu pasif? Menurut John Frame, ada beberapa orang beranggapan dalam sanctification kita harus “let go and let God”; dengan kata lain menunggu dengan pasif untuk Allah menguduskan kita. Ide ini tidak Alkitabiah karena paradox dalam
K-O-I-N-O-N-I-A Filipi 2:12-13 menutut tndakan aktif orang percaya yang di gerakkan oleh pekerjaan Roh Kudus dalam dirinya. Frame juga memperingatkan kita supaya tidak terjebak kepada dua ekstrim: (1) “Sanctification by grace alone” yang meminimalkan tanggung jawab kita; (2) “Synergistic Sanctification” yang menekankan nuasa “kerjasama” dan pada akhirnya meminimalkan anugerah (grace) Allah. Mari kita coba memahami sanctification dalam sebuah ilustrasi berikut ini. Di dalam dunia fisika, khususnya dalam hal bunyi dan frekuensi, kita mengenal apa yang disebut dengan sympathetic resonance atau yang juga disebut sympathetic vibration (video mengenai experiment fisika dapat ditonton disini: https://www.youtube.com/watch? v=sxRkOQmzLgo). Gema getaran simpatik dapat diamati dalam setiap fenomena fisika pada benda yang bergetar. Setiap benda dalam seluruh ciptaan memiliki apa yang disebut dengan frekuensi resonansi alami. Sympathetic resonance adalah sebuah fenomena harmonis yang nampak pada sebuah benda yang pasif namun ikut bergetar pada frekuensi eksternal yang memiliki frekuensi resonansi yang sama dengan benda tersebut.
Sympathetic Resonance pada garpu tala
Sanctification dapat kita coba pahami dalam konteks fisika tersebut. Menurut Yehezkiel 36:26, setiap orang yang sudah ditebus dan diselamatkan oleh Allah sudah diberikan hati yang baru. Hati yang baru ini kita bayangkan seperti sebuah benda yang memiliki getaran frekuensi yang baru yang juga harmonis dengan getaran frekuensi dari hati Bapa. Proses pengudusan orang beriman berjalan dengan baik ketika dalam kondisi kita yang pasif menerima resonansi dari Roh Kudus—yang di dalam hati kita terus menyerukan kebenaran, keadilan, dan cinta kasih— dan kemudian membuat sebuah getaran harmonis (karena hati yang baru memiliki frekuensi getaran yang sama) sehingga ada gerakan/ tindakan/”kerja”/”usaha” yang nampak dalam hidup kita. Dalam ilustrasi ini, jelas bahwa resonansi awal itu datang dari luar (eksternal): Roh Kudus. Tetapi dengan segera ada sebuah “response” karena getaran resonansi harmonis muncul dari hati yang baru. Disini, pasif kemudian bergetar menjadi (becoming) aktif. Aktif yang bukan karena keinginan sendiri mau menjadi aktif tetapi karena resonansi harmonis di dalam jiwa. Jiwa yang terus menerus dikasih dan diperbaharui. Kita yang mungkin bisa saja menjadi lemah, malas dan tidak bersemangat untuk hal-hal yang rohani misalnya. Tetapi dalam kondisi kita yang pasif seperti ini, ketika Roh Kudus kemudian membunyikan melodi kasih nan lembut, merdu dan harmonis; maka tidak bisa tidak hati yang pasif tersebut pun akan mulai bergetar dengan lembut dan kemudian akan “mentaati segala ketetapan”, “berpegang kepada segala peraturan” Allah. Di dalam perjanjian baru ketetapan dan segala peraturan Allah bukan lagi dalam bentuk list peraturan-peraturan legalistik, melainkan dirangkumkan dalam dua Hukum Kasih: Mengasihi Allah dan Sesama. Jadi titik fokus dari
sebab di dalam Dialah tersembunyi segala harta hikmat dan pengetahuan. Kolose 2:3
K-O-I-N-O-N-I-A semua peraturan dan ketetapan Allah adalah: kasih. Itulah sebabnya ketika dalam proses sanctification di awal perjalannya sebagai pengikut Kristus, rasul Petrus pernah “jatuh” begitu dalam (menyangkal Yesus!), Kristus kemudian datang kepada Petrus (Yohanes 21) dan bertanya: “Simon... apakah engkau mengasihi Aku?” Resonansi kasih ini menggetarkan hati Petrus yang kemudian mengatakan: “Tuhan, Engkau tahu segala sesuatu, Engkau tahu, bahwa aku mengasihi Engkau” Selamat menyambut Paskah Yesus Kristus! Marilah kita kembali mendengarkan resonansi kasih yang disampaikan dari mimbar gereja kita masing masing. Dan biarlah frekuensi tersebut memberikan sympathetic resonance dalam hati kita masing masing sehingga kita kembali di segarkan untuk panggilan pelayanan kita dalam bidang Pendidikan: “mengembalakan domba-domba kecil” yang dipercayakan kepada kita. René Sompie
Praise & Prayers
Paskah dan Personal Retreat Kiranya minggu persiapan Paskah dapat digunakan untuk merenungkan kasih Allah yang begitu besar bagi umatNya. Kiranya setiap kita bisa berefleksi atas respon kita terhadap kasih Allah dalam hidup kita. Kiranya tiap guru dan staff mempersiapkan diri baik baik untuk mengikuti Personal Retreat tanggal 2 April 2018. Kiranya panitia diberi hikmat dan kekuatan dalam mempersiapkan Personal Retreat ini agar melalui Personal Retreat, tiap guru dan staff bisa semakin mengenal Allah dengan benar.
Selamat Paskah untuk keluarga besar
Sekolah Dian Harapan Salam dari kami semua:
Head Office SDH dan SLH
K-O-I-N-O-N-I-A Sharing
REFORMATION: Act of Wisdom
2017 is an important year for the churches around the globe as they commemorate 500 years of the church reformation after Martin Luther nailed his 95 theses on the door of a church in Wittenberg in 1517. Joining the churches, in this year’s book week event, SDH Holland Village chose to commemorate this church reformation culmination with a mission to remind its community the greatness of God in leading the church fathers to the calling of their ministry. One thing we all believe is, church reformation took place not only because there was a drive to be better, but also because there was a divine intervention in the course of human life. The culmination of church reformation in 1517 is the way that God chose to show his provision to His church by rising the ordinary people to proclaim
God’s truth so His church keeps in the redemptive plan that has been planned from the eternity. Therefore, we chose Reformation: Act of Wisdom as the theme of this year’s book week to guide us as we explore this significant event in the church history. To make this commemoration more intentional, we also chose a book entitled Martin Luther by Paul L. Maier after comparing some books that we thought could help us study the topic. This book is simple yet it presents a well-crafted story to its readers. Not only it is interesting to read, but also it is inspiring to ignite the students and teachers’ curiosity of the journey of one of the church reformers, Martin Luther. It helps the students understand the history of church reformation with a balanced approach.
K-O-I-N-O-N-I-A
truth of the Bible. The last day of book week is the culminating day. The peak event was conducted with a series of worship with performance offerings of songs from each class that bless the audience and the group discussion after reflection. After the series of worship is done, each students continues the activity by completing watching Martin Luther's film in each class. And of course, at the end of this week's series of activities, each class will reflect a sermon that has been heard for a week. Every question in reflection brings the students to reflect on what has been heard about the wisdom that leads to a positive change as well as to recapture the 5 Solas which are the pillars of the Christian faith from the time of reformation to the present. Sustained-Silent Reading (SSR), read aloud, reading buddy and book fair are some of the activities that we still included in this year’s book week. We chose Martin Luther own hymn A Mighty Fortress as a bell to remind the school community the SSR time. And what is not less interesting is the reading buddy activity. This activity is a story-telling activity conducted by middle and senior high school students to kindergarten and elementary students. Each senior department student will be paired with young junior department students to be read stories from each of the Biblical figures set by the committee, in which the characters’ experience might bring about transformation for themselves and the Lord's community. This is very important because through this event, the students see that God can use anyone to bring each of His people back to the Every activity is well done, unique, special and colorful. The book week has ended. However, the positive impact is the memories of experience, lessons learned, the auditory response to the history of Martin Luther, the 5 Solas being taught and much more that can be derived from this activity. We pray that through this book week event the citizens of SDH HV are brought to a transformation as a life cycle full of wisdom from the Lord Jesus Christ. (Heinz P. Wokas)