Sekolah Dian Harapan
KOINONIA From the Desk of PDCE...
Home To Stay When I first came to Grand Rapids to study at Calvin College, I was constantly amazed at the architecture of its buildings. Houses were thoughtfully built both inside and out, giving a homey feeling to visitors invited to share a meal with the owner. I guessed that there must be a correlation with the Dutch Reformed culture the city inherited. So in one dinner meeting, I asked one host who works for a construction company, “Why are the houses in Grand Rapids so comfortable and well-built?” He answered me with a theological discourse: “Why do you think God made human being with his own hand and created them in the perfection of His very image? Because He wants to dwell in them. He made human beings special because they are going to be his home. In the same way, we humans build our houses.” I never heard that in a sermon! Of course, the Reformed tradition acknowledges that scripture speaks about God’s dwelling with his people as part of the covenantal relationship. This is confirmed in the Old Testament prophecy: “My dwelling place will be with them; I will be their God, and they will be my people” (Ezekiel 37:27), and in the future fulfilment: “And I heard a loud voice from the throne saying, “Look! God’s dwelling place is now among the people, and he will dwell with them. They will be his people, and God himself will be with them and be their God” (Revelation 21:3). “Grand Rapids houses” reminded me of another prophecy in Ezekiel 36:27, “…I will put my Spirit in you and move you to follow my decrees and be careful to keep my laws”, along with the New Testament fulfilment in Ephesians 3:17, “…so that Christ may dwell in your hearts through faith.” God’s dwelling is with us and in us. Christ makes a home to stay, with us and in us. These promises bring our restless soul to be at home in Him. God is preparing his dwelling in us with care so that in the fullness of time Christ is welcome. In the time being, the Holy Spirit continues to sanctify us, Christian educators, in making “the home” pure (holy). As Christian educators, what about our classroom? Our school? How well do we prepare our teaching and learning environment? Our hope should be that not just our children, parents, and surrounding community feel welcomed but first and foremost our Lord and savior Jesus Christ is pleased to dwell in our learning community. Come Lord Jesus! Come! “…so that Christ may dwell in your hearts through faith…” (Ephesians 3:17)
God made human beings special because they are going to be His home... (Rene Sompie)
Rumah untuk Ditinggali Ketika saya pertama kali menginjakkan kaki di kota Grand Rapids untuk belajar di Calvin College, saya terus menerus dibuat kagum oleh desain arsitektur dari gedung gedung yang ada. Rumah-rumah sepertinya dibuat dengan pemikiran dan perhitungan yang begitu baik sehingga apa yang tampak di luar dan kondisi di dalam rumah begitu memberikan kesan layak untuk ditinggali. Sepertinya setiap tamu yang datangpun merasa nyaman ketika diundang oleh pemilik rumah. Muncul pemikiran dalam hati saya, pastilah ada korelasi dengan budaya Reformed Belanda (Dutch Reformed) yang diwariskan para pendiri kota Grand Rapids. Saya kemudian pada satu kesempatan memberanikan diri bertanya kepada salah seorang tuan rumah yang mengundang keluarga kami makan malam, yang memang bekerja di bidang jasa konstruksi. “Kenapa rumah-rumah di Grand Rapids begitu nyaman dan dibuat dengan begitu baik kualitasnya?” Secara mengejutkan sang tuan rumah menjawab saya dengan sebuah diskusi teologis, “Mengapa menurut kamu Tuhan menciptakan manusia dengan tangan-Nya sendiri dan membentuk mereka di dalam kesempurnaan gambar dan rupa Allah sendiri? … Karena sebenarnya Allah ingin tinggal (dwelling) dan berdiam di dalam manusia. Dia menciptakan manusia begitu special karena mereka akan menjadi “rumah”-Nya. Demikian halnya juga kita manusia membangun rumah haruslah dengan kualitas dan mutu yang baik karena manusia sendirilah yang akan tinggal di dalamnya. Jawaban yang begitu luar biasa dan yang belum pernah saya dengar pemahaman teologis seperti ini bahkan dari sebuah kotbah sekalipun! Saya langsung teringat bahwa memang tradisi telogia reformed memberi penekanan yang khusus terhadap konsep Allah yang tinggal, berdiam bersama umatnya yang dijanjikan di dalam suatu hubungan ikat-janji (covenantal relationship). Secara Alkitabiah konsep ini terkonfirmasi lewat nubuatan Perjanjian Lama: “Tempat kediaman-Kupun (dwelling place) akan ada pada mereka dan Aku akan menjadi Allah mereka dan mereka akan menjadi umat-Ku” (Yehezkiel 37:27), yang kemudian dalam Perjanjian Baru akan digenapkan di perjanjian baru ketika Kristus datang kembali: “Lalu saya mendengar suara dari takhta itu berseru dengan keras, "Sekarang tempat tinggal (dwelling place) Allah adalah bersama-sama dengan manusia! Ia akan hidup dengan mereka (dwell with them), dan mereka akan menjadi umat-Nya. (Wahyu 21:3 BIS). “Rumah-rumah” di Grand Rapids mengingatkan saya juga akan nubuatan yang lain dalam Yehezkiel 36:27: “…Roh-Ku akan Kuberikan diam di dalam batinmu dan Aku akan membuat kamu hidup menurut segala ketetapan-Ku dan tetap berpegang pada peraturan-peraturanKu dan melakukannya.” yang penggenapan Perjanjian Barunya ada di dalam Efesus 3:17: “…karena kalian percaya kepada Kristus, Kristus tinggal di dalam hatimu, dan hidupmu didasarkan dan dikuasai oleh kasih.” Allah tinggal dengan kita dan berdiam di dalam kita. Kristus membuat sebuah “rumah yang layak dihidupi-Nya” bersama kita dan di dalam kita. Janji-janji Allah ini membawa jiwa kita
yang terus mengembara di dalam ketidak pastian untuk kembali menemukan “rumah” yang di dalamnya Allah tinggal. Tuhan sendirilah yang mempersiapkan tempat kediamannya ini dengan begitu sabar sehingga pada waktunya nanti Kristus akan dapat disambut. Dalam masa-masa hidup kita, Roh Kudus terus memurnikan, menyucikan kita, khususnya sebagai pendidik-pendidik Kristen untuk membuat “rumah” Allah ini murni dan kudus. Sebagai pendidik-pendidik Kristen, bagaimana dengan kondisi kelas kita? Kondisi sekolah kita? Seberapa serius kita mempersiapkan lingkungan belajar-mengajar kita? Harapan kita tentunya bukan hanya murid-murid, orang tua, dan komunitas di sekitar yang akan merasa welcome, disambut dan merasakan suasana rumah yang penuh damai, tetapi yang terutama Tuhan dan juruselamat kita Yesus Kristus akan berkenan untuk hadir dan berdiam di dalam komunitas pembelajaran kita di sekolah. Datanglah Tuhan Yesus! Marilah masuk… “Semoga karena kalian percaya kepada Kristus, Kristus tinggal di dalam hatimu, dan hidupmu didasarkan dan dikuasai oleh kasih.” (Efesus 3:17-BIS)
Tuhan menciptakan manusia spesial karena mereka akan pergi ke rumah-Nya
(Rene Sompie)