www.suarasikap.com
Sajian Literasi di Masa Pandemi
Pe n an g g u n g J awa b : S en j a Yu s t is i a, M .Si Pe m i m p i n U m u m : An i n d yad e vi Aurel l i a Pe m i m p i n R e d a ksi R ie k a Yu s uf Ed ito r : R i e k a Yu s u f, Ay u Fi tm an d a Wan di ra , M. R iz k y Fab ia n , M uh am m ad H a sa n Sya i f u r r i z al A L-An sh o r i R e p o r te r : H est y R o c h m ah d i a nti , H a sn a Fad h il ah , Wa f a’ S h o l ih at u n N i sa , Adi n d a Farah R, Ar i e S ul i s t yan i n g T, Hest y R o c h m ah d iant i , Ar v y Zulf a n Ak h m ad Au l i a , Kun i Q u ro t a Ai n i , D eli m a Pu r n ama sa r i , Ash a Pr i n an d a Ta ma ra Ta n s ia, Am al i a n a Pras i s t i, L i n gga Pra s e t ya, O k t avi a n a Pu s p an i n grum, M a n g g aran i, Tar i sa R a m ad h an i , Bi mo Yog at am a, S h inta Tr i Pa n g e s t u, Vani ssa Zera , Ar n e l ia Ani n dya N ar is war i , Ad eja D a sh e va, Ay u L a ra sati , Yusli n Ap r i l i a, M u ti a ra E li sa b e t h Caro l i n a , S al m a An n isa R a h m ah , N ovel l a Can d ra Was t i k a , Am e l ia M au l idi n a , Sy i va Pram u j i B u di Astu t i , A z u ra Au l i a A z ah ra, G ay uh La ks o n o Wi g u n a , I f t i na n Ad h as ar i , D i va Ar i fi n , M ar ia D ew i S e k a r in g t yas, M a r i z k a Za hra An n i s a, L ati ef Fad h l an L ayo u te r : L a ra s Di k a Yo u l a n da , D i a n Pu s p it a, Di a n a M ay S afe ra I n fo graf i s d a n I l u s t ras i : L a ra s Di k a Yo u l a n da , D i a n Pu s p i t a, D i a n a M ay S afe ra
Salam Redaksi Salam Pers Mahasiswa, Salam Intelektual! Merespons berbagai keadaan pandemi, Buletin Sikap kembali hadir untuk menjadi salah satu literasi mengenai Covid-19. Setelah edisi lalu kami menerbitkan majalah seputar kesiapan mahasiswa pascasemat gelar, izinkan kami membahas berbagai fenomena serta dampak dari adanya virus corona. Dalam prosesnya, buletin ini memiliki perbedaan dari segi pengumpulan data. Hal ini lantaran kondisi pandemi yang membuat kami tidak bisa melakukan liputan secara maksimal seperti biasanya. Meski dengan berbagai keterbatasan, para reporter telah berusaha maksimal melakukan riset dan pengumpulan data sesuai protokol kesehatan demi menghasilkan tulisan-tulisan mengenai Covid-19. Pembahasan yang disajikan tidak hanya persoalan apa itu Covid-19. Dalam buletin ini juga disampaikan berbagai analisa dampak terhadap keadaan ekonomi, budaya, politik, pendidikan, maupun sosial. Kami sangat berharap edisi ini bisa menjadi salah satu referensi literasi dasar bagi para pembaca untuk memahami situasi pandemi. Selain itu, tak lupa kami ingatkan kepada teman-teman agar menjaga kesehatan dan mengikuti protokol yang berlaku untuk memutus rantai penyebaran corona. Akhir kata, selamat membaca dan stay safe and healty!
.
E mail : suarasik ap@gmail.co m Website : w w w.suarasik ap.com
Percet ak an d an Dist r ib usi Novella Chandra Wastik a, Salma Annisa, Wan Audri Ilyasha
1
Daftar Isi 1 SALAM REDAKSI
Kisah Para Pekerja Lapangan
Tim Redaksi, Reporter, Infografis dan Ilustrasi, Layouter, Percetakan dan Distribusi, Email, Website
Uluran Tangan di Masa Pandemi Covid-19
3 PENGETAHUAN TENTANG COVID-19
40 SOLUSI
Eksistensi Covid-19 Sebagai Literatur Baru Dunia Kesehatan
Vaksin dan Herd Immunity jadi Solusi Menanggulangi Covid-19
7 LATAR BELAKANG Virus Corona dari Tiongkok Menjalar Keseluruh Dunia 13 DAMPAK DAN KEBIJAKAN
Pro Kontra Klorokuin dan Avigan dalam Atasi Covid-19 Potensi Pasien Sembuh Corona dapat Terkena Kembali
Menakar Untung dan Rugi di Masa Pandemi Antara PSBB, Karantina, dan Darurat Sipil APD Kurang, Tenaga Medis Tumbang Menilai Kesiapan Rapid Test di DIY Pemotongan Gaji di tengah Pandemi Perkuliahan Daring di Mata Dosen dan Mahasiswa
23 SOSIAL Pengorbanan Tenaga Medis sebagai Garda Terdepan Jangan Tolak Pemakaman Jenazah Pasien Covid-19
Prediksi Sosial-Budaya, Ekonomi, dan Politik Pascapandemi 48 TAJUK Bergerak Dinamis di Era Kenormalan Baru 49 TRIVIA
Eksistensi Covid-19 Sebagai Literatur Baru Dunia Kesehatan
Jika sebutan corona mengacu pada nama sekelompok virus, Covid-19 merujuk pada penyakit menular yang disebabkan oleh jenis virus corona yang baru ditemukan tersebut. Covid-19 secara resmi menjadi nama penyakit disampaikan oleh Kepala organisasi Kesehatan Dunia Ilustrasi literasi virus corona (oleh: Rieka Yusuf )
(WHO) pada 31 Desember 2019. Dikutip dari Agence France Presse pada Februari lalu, Tedros Adhanom
Beberapa bulan belakangan, informasi mengenai
Ghebreyesus menjelaskan penamaan Covid-19
virus corona seolah menjadi pengetahuan yang wajib
merupakan singkatan dari ‘Co’ yang berarti corona,
dimiliki oleh siapa pun. Bukan tanpa alasan, pentingnya
‘Vi’ untuk virus. dan ‘D’ untuk disease atau penyakit.
mengetahui adalah upaya meningkatkan kesadaran individu untuk mencegah penularan Covid-19.
Nama ini dianggap WHO sebagai sebutan ideal tanpa embel-embel identitas yang akan menyebabkan
Sekelompok virus bernama corona ini menyebabkan
stigma tertentu. “Nama ini dipilih untuk menghindari
infeksi saluran nafas pada manusia. Menurut World Health
referensi ke lokasi geografis tertentu, spesies
Organization, virus ini bisa menyebabkan penyakit
hewan, atau sekelompok orang yang sesuai dengan
pada hewan juga manusia. Individu yang terjangkit,
rekomendasi internasional untuk penamaan agar
bisa mengalami nfeksi seperti batuk, flu, hingga taraf
menghindari stigmatisasi,” ujar ketua WHO tersebut.
serius seperti Middle East Respiratory Syndrome (MERS) dan Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS).
Individu yang terjangkit Covid-19 umumnya merasakan gejala seperti demam, batuk kering, rasa lelah berlebihan.
Istilah Covid-19 juga biasa digunakan untuk
Gejala lain yang bisa juga dirasakan pasien sepertu halnya
mengganti
terhadap
rasa nyeri, hidung tersumbat, sakit kepala, konjungtivitis,
virus yang mulai dikenal sebagai wabah di
sakit tenggorokan, diare, kehilangan indera rasa atau
Wuhan, Tiongkok pada akhir tahun 2019 lalu.
penciuman, ruam pada kulit, hingga perubahan
sebutan
masyarakat
3
warna
hari
tangan
dan
kaki.
Dilansir dar i laman resmi WHO, sek itar 80% o r a n g y a n g t e r i n fe k s i b e r h a s i l p u l i h t a n p a perlu perawatan khusus. Sekitar satu dari l i m a o ra n g ya n g te r i n fe k s i , m e n d e r i t a s a k i t parah ser ta kesulitan bernafas. Efek nya ak an
yang tinggal serumah dengan penderita Covid-1 9; orang yang berpergian dalam satu alat angkut; orang yang merawat atau menunggu pasien di ruangan; tamu yang berada dalam satu ruangan dengan penderita Covid-19; ser ta orang yang bekerja bersama dengan penderita Covid-19.
bertambah parah pada orang-orang lanjut
Imbauan yang juga sering disampaikan adalah
usia dan merek a yang memilik i kondisi medis
melakukan pembatasan sosial pada orang lain.
dengan tekanan darah tinggi, gangguan jantung
Hal ini didasari dari penyebaran virus melalui
a t a u p a r u - p a r u , d i a b e t e s , h i n g g a k a n k e r.
p e rc i k a n c a i r a n d i h i d u n g a t a u m u l u t s a a t
Hal ini juga didukung oleh salah satu studi yang dilakukan berdasarkan lebih dari 72 ribu pasien Covid-19 di Cina. Dilansir dari Tempo.co, para peneliti menemukan kebanyakan orang hanya mengalami gejala ringan, tidak sampai meninggal. Angka kematian justru terjadi pada mereka yang s u d a h m e n g a l a m i k o n d i s i k e s e h at a n s e r i u s, seper ti penyak it jantung, diabetes, tek anan d a ra h t i n g gi , h i n g g a k a n k e r. M e s k i e fe k nya bisa lebih parah pada kondisi ter tentu, WHO
orang yang ter infeksi batuk , bersin, bahk an berbicara. “Percikan yang terkontaminasi virus relatif berat, perjalanannya tidak jauh dan jatuh ke tanah dengan cepat. Orang dapat terinfeksi Covid-19 juk a menghirup percik an tersebut,” t u l i s W H O p a d a l a m a n r e s m i h t t p s : / / w w w. who.int/indonesia/news. Di sumber yang sama disebutkan juga bahwa potensi tersebut menjadi alasan mengapa penting bagi individu untuk menjaga jarak minimal satu meter dari orang lain.
tetap menegaskan siapa pun berisiko terinfeksi
Hal ini turut didukung para ilmuwan yang
Cov i d - 1 9 d a n m e n g a l a m i s a k i t y a n g s e r i u s.
menyatakan bahwa hidung menjadi pintu paling
D i l a n s i r d a r i k o m p a s. c o m , m e n u r u t D o k t e r Spesialis Paru RSUD Dr. Moewardi Surakarta, dr. Jatu Aphridasari, virus corona bisa menyerang siapa saja. Namun, jika dilihat dari segi keterjangkauan terdapat enam kelompok orang ya n g te rg o l o n g p a l i n g re nt a n te r t u l a r v i r u s corona, yaitu: petugas kesehatan yang memeriksa, merawat, mengantar dan membersihkan ruangan di tempat perawatan k husus; orang
berpotensi dalam menulark an virus. Dilansir Sciene Daily, Dr. Martijn Nawijn, dari University Medical Center Groningen di Belanda, bagian dari Lung Biological Network HCA mengatakan bahwa ada sel-sel ter tentu di hidung yang dik aitk an dengan Covid-19. “Sementara ada banyak faktor yang berkontribusi pada penularan virus. Sejauh ini, temuan konsisten dengan tingkat infeksi virus yang cepat (melalui hidung),” terang Dr. Najwin.
Penelitian tersebut didasari temuan proteun reseptor ACE2, dan protease TMPRSS2 yang dapat mengaktifkan entri SARSCo V- 2 ( c o ro n av i r u s ) . “ Pro t e i n d a n p ro t e a s e tersebut dapat mengaktifkan SARS-CoV-2 yang kemudian bereaksi dalam sel di organ yang berbeda, termasuk sel pada lapisan d a l a m h i d u n g ,” t u l i s p e n e l i t i D r Wa r a d o n S u n g n a k d a r i We l l c o m e S a n g e r I n s t i t u t e . B a gi p e n d e r i t a Cov i d - 1 9 , p e nya k i t i n i j e l a s
yang ak hirnya menunjuk k an berbagai gejala. Sementara itu, WHO turut mengimbau untuk segera mencari perawatan medis apabila seseorang mengalami kesulitan bernapas h i n g g a n y e r i a t a u t e k a n a n d i d a d a . “J i k a m e m u n g k i n k a n h u b u n g i p e ny e d i a l a y a n a n kesehatan terlebih dahulu, sehingga Anda d a p a t d i a r a h k a n k e f a s i l i t a s y a n g t e p a t .” Tindakan
Preventif
Melawan
Covid-19
bukan hal yang sepele. Organ pernafasan yang
Informasi pencegahan Covid-19 banyak ditemui
terserang terang membuat penderita kesulitan
di berbagai media. Pemerintah maupun pihak
b e re s p i r a s i . M e s k i d e m i k i a n , a d a b e b e r a p a
lainnya ber lomba-lomba member ik an sajian
panduan World Health Organization terhadap
informatif untuk memerangi pandemi ini. Mulai
individu yang memiliki gejala dan dalam situasi
dari imbauan langsung, iklan masyarakat, hingga
apa pertolongan medis dapat diperlukan.
keterlibatan teknologi informasi pun digunakan
Gejala ringan seperti batuk dan demam ringan,
untuk mendukung pencegahan corona.
menurut WHO tidak perlu mencari pertolongan
S e p e r t i s a l a h s a t u p ro d u k k e s e h a t a n y a n g
medis. “ Tetap di rumah, isolasi diri, dan pantau
memiliki iklan dengan mengusung tema
gejala Anda. I kuti panduan nasional tentang
LAWAN. L untuk lakuk an cuci tangan dengan
i s o l a s i m a n d i r i ,” t u l i s W H O p a d a l a m a n nya .
sabun; A untuk aplik asik an hand sanitizer; W
Isolasi mengacu pada kegiatan memisahk an orang yang sakit dengan gejala Covid-19 guna m e n ce g a h p e n u l a ra n . S e d a n g k a n k a ra n t i n a mandiri berk aitan pada pembatasan kegiatan atau memisahk an orang yang tidak sak it tapi berpotensi terinfeksi. Seper ti orang memilik i
u nt u k wa s p a d a b at u k , b e r s i n , d a n g u n a k a n masker; A untuk anjurkan yang sakit ke dokter; serta N untuk no kumpul bersama atau populer dengan tagar #dirumahaja. Pe n g e m a s a n d e n g a n j i n g l e m e m b u a t i k l a n tersebut melek at di ingatan sebagian orang.
riwayat perjalanan jarak jauh atau luar negeri.
Namun secara lengkap juga resmi, pemerintah
Untuk karantina mandiri guna mencegah
Indonesia sudah tanggap membuat laman
penyebaran umumnya dilakukan selama 14 hari.
informasi hal ihwal Covid-19. Informasi tersebut
Waktu tersebut merupakan masa inkubasi virus
dapat diakses melalui website w w w.covid19.
Infografis : Laras Dika Youlanda
g o. i d d a n p u s a t p a n g g i l a n d i 1 1 9 . S e l a i n
Setelah mengunduh aplikasi dan berbagi
l a m a n re s m i d a n c a l l ce n te r, te r s e d i a j u g a
lok asi keberadaan, secara otomatis ak an ada
nomor chat bot di 08113399000 yang dapat
notifik asi yang memberitahu situasi sek itar,
d i h u b u n g i m e l a l u i a p l i k a s i c h a t W h a t s a p p.
seperti keramaian atau berada di zona merah.
Sebagai tambahan bagi individu yang h a r u s b e p e rgi a n s e t i a p h a r i , s e c a ra k h u s u s pemerintah juga membuat aplikasi yang
Zona tersebut merupakan area atau kelurahan yang didata terdapat individu terinfeksi COVID1 9 a t a u Pa s i e n D a l a m Pe n g a w a s a n ( P D P ) .
d a p a t d i u n d u h d i w w w. p e d u l i l i n d u n g i . i d .
D e n g a n m e l a k u k a n u p a y a - u p a y a p re ve n t i f,
Pe d u l i L i n d u n g i m e r u p a k a n a p l i k a s i y a n g
s e s e o r a n g t i d a k h a ny a m e l i n d u n g i d i r i ny a
dikembangkan untuk membantu instansi
sendiri, tetapi juga melindungi dan membantu
pemerintahan dalam melakukan pelacakan
orang lain. Bahk an, tur it membantu bangsa
untuk menghentik an penyebaran COVID -19.
ini bangk it ke keadaannya yang lebih baik . ( R i e k a
Y u s u f ,
H e s t y
R o c h m a h d i a n t i )
“Virus Corona, dari Tiongkok Menjalar ke Seluruh Dunia”
Pemandangan Kota Wuhan yang sepi (Sumber: Detik. com)
7
Ta h u n 2 0 2 0 n y a t a n y a t i d a k s e i n d a h d e n g a n
R gambar laporan laboratorium di media
harapan banyak orang di dunia. Pandemi wabah
umah Sakit bernama Ai Fen mengunggah
co ro n a m e n j a d i k e j u t a n b e s a r d i t a h u n a n g k a kembar ini. corona menjadi pandemi yang pertama kali terjadi pada era teknologi kesehatan modern. Tercatat pandemi terak hir yang melanda dunia yak ni Flu Spanyol pada tahun 1918 menyerang hampir seper tiga populasi dunia saat itu. K ini d u n i a p u n m e n g h a d a p i s i t u a s i b u r u k nya l a gi .
s o s i a l Ti o n g k o k . H a l i t u l a l u d i u n g g a h ulang dan menyebar di kalangan dokter lain. Mereka kemudian ditegur polisi setempat karena menyebarkan desasdesus. Barulah pada akhir Desember, virus itu muncul di media pemerintah Tiongkok dengan berita bahwa pejabat pemerintah
Virus corona berasal dar i Coronaviruses (CoV )
Tiongkok sedang menyelidiki puluhan kasus
yang merupakan keluarga besar virus yang
p n e u m o n i a m i s t e r i u s d i Wu h a n . M e r e k a
menyebabkan infeksi saluran pernapasan.
tidak menguraikan lebih jauh soal virus itu.
Gejala yang ditimbulk an menyerupai flu, mulai dari batuk, demam hingga yang lebih parah seperti Middle East Respiratory Syndrome (MERS-CoV ) dan Severe Acute Respiratory Sy n d ro m e ( S A R S - Co V ) . Co ro n av i r u s j e n i s b a r u yang ditemuk an k ali ini menyebabk an penyak it covid-19. Virus ini dapat menyerang siapa saja mulai dar i bayi, anak-anak , hingga orang dewasa, termasuk ibu hamil dan ibu menyusui. Menurut makalah dalam jurnal medis The
Suasana
mudik
(Sumber:
Imlek
di
Tiongkok
cnnindonesia.com)
Lancet pada 24 Januari 2020, pasien virus
Penyebaran covid-19 di dunia tak lepas
corona per tama yang diketahui di Wuhan mulai
d a r i b u d a y a l o k a l m a s y a r a k a t Ti o n g k o k ,
mengalami gejala pada 1 Desember 2019.
Imlek. Seperti ketika Lebaran di Indonesia,
Pada 16 Desember 2019, dokter di Rumah
tradisi Imlek di Tiongkok diwarnai dengan
Sakit Pusat Wuhan mengirim sampel dari
mudik ke kampung halaman. Pergerakan
pasien lain dengan demam persisten untuk
manusia yang sangat aktif membuat virus
pengujian laboratorium. Hasilnya menunjuk k an
covid-19 ini menyebar dengan cepat. Pada
v i r u s te r s e b u t m i r i p d e n g a n v i r u s S A R S . Lalu
tanggal 20 Januari, kasus virus covid-19
pada 30 Desember Kepala Departemen ER
masih 278 kasus dan terpusat di Wuhan.
W a l a u p u n p e m e r i n t a h k o t a W u h a n t e l a h Selang tiga hari kemudian, 16 Januari, disusul m e l a k u k a n l o c k d ow n p a d a 2 3 J a n u a r i , j a u h Jepang dengan k asus per tamanya. Pejabat di sebelum kebijakan itu dilakukan, jutaan penduduk negara bagian Washington pada 21 Januar i Wu h a n t e l a h m e n i n g g a l k a n k o t a t e r s e b u t . mengkonfirmasi kasus per tama di wilayah AS. Berdasarkan riset Associated Press menggunakan Perancis melapork an kematian per tama pada data lok asi tek nologi buatan Tiongkok, Baidu, 14 Februari dan menjadikan pertanda virus itu menunjukkan bahwa dua minggu sebelum kota masuk ke Eropa. Italia kemudian menjadi pusat Wuhan ditutup, hampir 70 persen penduduk wabah di Eropa setelah virus tersebut pada Wu h a n m e l a k u k a n p e r j a l a n a n a n k e Prov i n s i per tengahan Februari, kemudian pemerintah Hubei. Selain itu, data yang diambil dari teknologi I talia melak uk an lockdown nasional pada 9 serupa Google maps itu menunjuk k an bahwa Maret. Penyebaran virus corona semakin meluas 14 persen lainnya bepergian ke Provinsi Henan, setelah Presiden AS Donald Trump menetapkan Hunan, Anhui, dan Jiangxi. Lalu dua persen s t at u s d a r u rat n a s i o n a l n e g a ra nya p a d a 1 3 melakukan perjalanan ke Provinsi Guangdong, Maret 2020. Hingga saat ini, AS menjadi negara lokasi pembangkit tenaga listrik yang berada di dengan k asus positif covid-19 dan kematian seberang Hong Kong. Selain Hubei, kota-kota p a s i e n t e r t i n g g i d i d u n i a y a n g m e nye r a n g yang menjadi tujuan utama penduduk Wuhan lebih dari 2,5 juta penduduk dan lebih dari 120 untuk bepergian adalah Chongqing, Beijing, dan ribu warganya meninggal dunia. Penyebaran Shanghai. Penelitian tersebut juga menunjukkan virus covid-19 yang sulit dihentik an ini juga 10 destinasi teratas yang disinggahi wisatawan m e n y e b a b k a n I n d i a m e l a k u k a n l o c k d o w n a s a l T i o n g k o k y a n g b e r i s i k o c o r o n a , y a i t u nasional yang ter besar di dunia. Lebih dar i Th a i l a n d, J e p a n g, H o n g k o n g, Ta i w a n , K o re a 1 , 3 m i l i a r o r a n g t e r k u n c i d i d a l a m n e g e r i . Selatan, Amerik a Serik at, Malaysia, Singapura, Vietnam, dan Australia. Hal inilah yang disinyalir
Penyebaran
di
Indonesia
menjadi penyebab mengapa penularan virus c o r o n a i n i s e m a k i n m e n i n g k a t d a n m a s i f. P e n y e b a r a n
d i
D u n i a
D a t a y a n g d i s a j i k a n o l e h A s s o c i a t e d Pre s s te r s e b u t te r b u k t i . Th a i l a n d m e n g k o n f i r m a s i kasus
pertamanya
pada
13
J a n u a r i . P r e s i d e n J o k o W i d o d o d a n M e n k e s Te r a w a n Agustin
(Sumber:
pikiran-rakyat.com)
Indonesia pun tidak luput menjadi salah satu
anak buah kapal (ABK) kapal pesiar Diamond
dari negara terdampak virus covid-19. Pada 3
Princess. Selanjutnya mulai banyak ditemukan
Maret, Presiden Joko Widodo bersama Menteri
imported case yang lain yang berasal dari warga
K e s e h at a n Te rawa n Ag u s t i n m e n g u m u m k a n
negara Indonesia yang pulang dari luar negeri.
kasus pertama pasien positif covid-19 di I ndonesia. Penyebaran virus covid-19 di Indonesia berawal pada 14 Februari 2020. Pasien k asus 1 ber temu dengan teman-temannya di sebuah pesta dansa yang diikuti sekitar 50 orang d a r i b e r b a g a i n e g a ra . I a m e l a k u k a n k o nt a k dengan salah satu warga negara Jepang yang tinggal di Malaysia. Kemudian pada 16 Februari, pasien k asus 1 mengeluhk an batuk , demam, dan lemas. Sejak itu, ia berobat rawat jalan dan ditemani pasien kasus 2 (ibu pasien 1). Tanggal 20 Februari 2020, pasien kasus 2 juga mengalami sak it dan merek a memutusk an untuk dirawat di rumah sakit pada 26 Februari 2020. Setelah itu pada 28 Februari 2020, teman dansa pasien kasus 1 mengabarkan bahwa dirinya telah positif covid-19. Lantas, pasien kasus 1 mengabarkan kepada dokter yang merawatnya tentang hal ini. Dokter kemudian memindahk an pasien k asus 1 dan 2 ke RS Sulianti Saroso, Jakarta. Setelah hasil tes laboratorium keluar, pasien kasus 1 dan 2 diumumkan positif covid-19 pada 2 Maret lalu.
Menurut hasil kajian Centre for Strategic and International Studies (CSIS), terdapat 4 klaster yang teridentifikasi sebagai penyebab meluasnya penyebaran virus covid-19 di Indonesia. Klaster pertama adalah seminar bisnis syariah di Kota Bogor pada 25-28 Februari 2020 yang dihadiri 200 peserta. Dari acara tersebut, diketahui empat peserta seminar yang berasal dari Solo teridentifikasi positif dan dua diantaranya meninggal dunia pada tanggal 10 Maret 2020. Selanjutnya Seminar Keagamaan Gereja Bethel Indonesia yang dilangsungkan di Bandung Barat pada 3-5 Maret 2020. Dari acara tersebut, didapati hasil tes terhadap 637 jemaat GBI, 226 diantaranya dinyatakan positif covid-19. Selain itu persidangan Sinode Tahunan GPIP yang digelar di Kota Bogor pada 26-29 Februari 2020. Acara tersebut dihadiri 600 peserta, 5 diantaranya dinyatakan positif covid-19 termasuk Walikota Bogor Bima Arya yang sempat mengikuti
S e j a k d i u m u m k a n nya k a s u s p e r t a m a , k a s u s
kegiatan tersebut. Lalu kegiatan Musyawarah
pasien positif covid-19 di Indonesia terus
Himpunan Pengusaha Muda Indonesia
m e n g a l a m i l o n j a k a n . Pe n u l a r a n s e l a i n d a r i
(HIPMI) Jawa Barat di Karawang pada 9-10
kejadian klub dansa dari pasien pertama,
Maret 2020. Acara ini dihadiri 400 orang dan
berasal
7 diantaranya dinyatakan positif covid-19.
kasus dari
keenam imported
di
Indonesia
case
yang
merupakan
Selain 4 klaster utama yang terjadi pada awal Maret lalu, terdapat beberapa klaster tambahan: -
K l a s t e r
B a l i
Diketahui 11 warga pernah melakukan interaksi dengan warga negara Jepang di Bali yang
-
K l a s t e r
J a w a
T i m u r
Klaster tersebut diantaranya merupakan klaster p e l at i h a n Te n a g a K e s e h at a n H a j i I n d o n e s i a ( T K H I ) , K l a s t e r Po n p e s Te m b o r o M a g e t a n dan k laster Surabaya XII-PT HM Sampoer na.
teridentifik asi positif covid-19. K asus di Bali
(Hasna
ini bermula dari masuknya WN Jepang sebagai
N i s a , A d i n d a Fa r a h R , A r i e S u l i s t y a n i n g
t u r i s p a d a t a n g g a l 1 5 - 1 9 Fe b r u a r i 2 0 2 0 .
T,
-
Klaster
Ijtima
Gowa
Mesk ipun Gubernur Sulawesi Selatan, Nurdin Abdullah telah membatalkan acara Ijtima Ulama tersebut H-1 sebelum acara guna mencegah penyebaran virus covid-19, nyatanya r ibuan jamaah yang datang dari berbagai 30 provinsi d i I n d o n e s i a d a n 1 3 n e g a ra te t a n g g a te t a p berdatangan ke Pakkato, Gowa. Pada awal April 2020, ditemukan empat pasien positif peserta Ijtima Ulama Gowa yang berasal dari Kalimantan Timur. -
K l a s t e r
I n d o g r o s i r
K a s u s i n i b e r m u l a d a r i d i t e m u k a n ny a s a t u pasien positif covid-19 yang kemudian ditelusur i kontak pasien dengan orang lain. Pasca pasien positif yang merupakan karyawan indogrosir terkonfirmasi, lantas dilakukan rapid test baik pada k ar yawan I ndogrosir lainnya, kerabat kar yawan dan pengunjung Indogrosir.
Fadhilah,
Muhammad
Wafa’
Hasan
S.
Sholihatun
Al-Anshori).
“Menakar Untung dan Rugi di Masa Pandemi”
Buruh yang masih harus datang ke pabrik untuk bekerja (sumber : BBC Indonesia) Pandemi Covid 19 yang terjadi di Indonesia saat ini telah menyebabkan krisis di bidang kesehatan dan juga perekonomian. Hal ini dikarenakan banyak kegiatan ekonomi yang terpaksa berhenti sementara untuk meminimalisir penyebaran virus. Pandemi ini menyerang berbagai sektor penting di Indonesia yang menjadi pemasukan besar negara seperti sektor industri, jasa, hingga pariwisata. Hal tersebut menyebabkan perekonomian di Indonesia melemah dan tidak stabil karena dampak Covid 19 terhadap jalannya Perekonomian Indonesia. Pertama, pada sektor Industri. Sektor ini merupakan salah satu penyumbang terbesar dari Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia di tahun lalu. Kontribusi yang diberikan dari industri ini pada PDB 2019 tercatat 19,62%. Kontribusi tersebut jauh di atas Perdagangan, Pertanian, Konstruksi hingga Pertambangan. Menurut data yang dihimpun dari Badan Pusat Statistik (BPS) selama Februari 2020, nilai impor dari semua golongan barang turun dibanding Januari 2020. Mulai dari impor bahan konsumsi yang menurun 39,91%, lalu impor bahan baku/penolong turun 15,89% hingga barang modal turun 18,03%. Hal tersebut juga membuktikan bahwa impor bahan baku ke dalam negeri tengah lesu.
Penurunan ini muncul dikarenakan adanya pembatasan terhadap segala bentuk aktivitas di luar rumah, termasuk kegiatan produksi, demi mencegah penyebaran COVID-19. Pembatasan ini pun berdampak pada aktivitas ekonomi serta membuat perputaran uang semakin melambat. Tercatat, hanya beberapa industri yang dapat beroperasi dengan menjalankan protokol kesehatan yang ada. Hal ini juga menyebabkan banyaknya pegawai dirumahkan sementara, bahkan di-PHK. Berdasarkan data Kemenaker per 20 April 2020, terdapat 2.084.593 pekerja dari 116.370 perusahaan dirumahkan dan kena PHK akibat terimbas pandemi corona ini. Meski telah memasuki bulan Ramadhan, beberapa pegawai masih belum mendapatkan kejelasan sampai kapan mereka akan dirumahkan. Akibatnya, tunjangan hari raya yang biasanya mereka terima menjelang hari raya Idul Fitri pun ditiadakan. Kedua, pada sektor jasa. Dari sektor jasa, yang paling terdampak dalam pandemi ini adalah sektor konstruksi. Sektor konstruksi dan konsultan konstruksi menjadi salah satu sektor yang terdampak cukup besar karena hampir seluruh pekerjaan atau proyek dari Anggaran Pendapatan Belanja Negara
(APBN) dan Anggaran Pendapatan dan Belanja daerah (APBD) terpangkas habis dialihkan untuk penanggulangan Covid-19. Dikutip dari Warta Ekonomi, Wakil Ketua Umum Bidang Jasa Konstruksi dan Konsultan Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Jatim, M Rizal mengatakan bahwa saat ini adalah masa-masa sulit bagi jasa konstruksi dan konsultan. Mereka hampir tidak mengerjakan satupun proyek sejak awal tahun 2020. Padahal, jasa konstruksi termasuk industri padat karya yang menjadi penggerak industri turunan seperti semen, besi dan bahan bangunan lainnya. “Karena selama ini sebagian besar proyek yang dikerjakan oleh pengusaha adalah proyek pemerintah yang dananya berasal dari APBN dan APBD. Sementara dengan merebaknya pandemic Covid-19 ini, Presiden Joko Widodo telah mengalokasikan dana sebesar Rp 405 triliun untuk penanggulangan pandemi tersebut, dan dana itu sebagian besar diambil dari anggaran pembangunan yang dianggap belum terlalu mendesak,” terang M Rizal di sela acara web seminar dengan tema “Strategi bisnis jasa konsultasi untuk survive saat pandemic Covid-19” di Graha Kadin Jatim Surabaya, Selasa (21/4/2020).
13
Ketiga, sektor Pariwisata. Ini adalah sektor yang dampaknya sangat terasa karena hampir semua kegiatan pariwisata menimbulkan kerumunan massa yang dilarang untuk meminimalisir penularan virus. Daerah yang paling terdampak dari sektor pariwisata ini adalah Bali.
Okupansi villa, menurut Ricky, kini ratarata sebesar 30 %. Tak seperti sebelum corona melanda, yakni 80 % meskipun bukan musim liburan.
bisnisnya pada Januari tahun ini. “Sebelum corona bisa 200 orang sebulan. Itu kami hanya main turis domestik,” kata Bagus saat dihubungi Katadata.co.id
Dilansir oleh Tribun News, Ketua PHRI Bali menyebutkan, 70 persen PDRB Bali bersumber dari pariwisata. Bali sendiri menutup semua tempat wisata dan hiburan demi mencegah penyebaran virus yang mempunyai nama ilmiah severe acute respiratory syndrome coronavirus 2 atau SARS-CoV-2. Keputusan ini berdasarkan Surat Edaran Pemprov Bali per 20 Maret. Obyek-obyek wisata yang ditutup mulai obyek wisata yang dikelola pemerintah, pemerintah daerah, maupun objek wisata yang dikelola oleh swasta, Desa Adat dan masyarakat. Delapan Pemerintah Kabupaten atau Kota di Bali telah lebih dulu menutup destinasi wisatanya mulai 18 Maret. Sebelumnya, larangan beberapa negara kepada penduduknya untuk melakukan perjalanan ke luar negeri juga membuat pariwisata di Bali merosot. Hal tersebut karena mayoritas wisatawan di bali adalah wisatawan mancanegara. Penurunan pun mulai dirasakan sejak Februari. Dilansir CNN, pada 22 Februari Wakil Gubernur Bali, Tjokorda, menyatakan kawasan wisata favorit seperti Nusa Dua dan Kuta telah sepi. Imbasnya, okupansi hotel di Bali turun 60 – 80 %. Padahal, menurut Tjokroda, penurunan okupansi hotel di provinsi yang dipimpinnya pada tahun sebelumnya tak lebih dari 18%. Berdasarkan data BPS Bali, hotel berbintang di seluruh kelas mengalami penyusutan okupansi dari 59,29% pada Januari menjadi 45,98% pada Februari. Penurunan okupansi paling tajam pada hotel bintang satu, yakni dari 62,06% pada Januari menjadi 29,32% pada Februari. Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI), Haryadi Sukamdani menaksir kerugian perhotelan di Bali akibat pandemi corona mencapai Rp 1 triliun. I Gede Ricky Sukarta, Ketua Bali Villa Association, menyatakan okupansi villa juga menurun sejak Februari.
14
Penumpukan penumpang Trans Jakarta di Halte Cawang (sumber : Warta Kota) Tjokorda dan Ricky menyatakan penurunan okupansi hotel dan villa di Bali karena sepinya turis dari Tiongkok. Sebab, selama ini turis Cina menjadi yang paling ramai mengunjungi Bali. Catatan kantor Imigrasi Bali menyebutkan jumlah wisatawan asal Tiongkok menurun drastis pada Februari. Hanya 4.820 wisatawan. Berbeda dengan Januari yang tercatat lebih dari 113 ribu orang. Penurunan ini diakibatkan kebijakan pemerintah pusat melarang perjalanan dari dan ke Tiongkok per 5 Februari. Sementara data BPS Bali mencatat keseluruhan wisatawan asing datang ke Pulau Dewata sebanyak 363.937 orang pada Februari. Jumlah itu menyusut dari Januari yang sebesar 528.883 orang pada Januari, minus 45 %. Jika dibandingkan dengan Februari tahun sebelumnya, kunjungan wisatawan asing ke Bali menurun 20 %. Bandara I Gusti Ngurah Rai yang menjadi pintu masuk satu-satunya jalur udara turis asing langsung ke Bali, berdasarkan data BPS, mengalami penurunan kedatangan dari 526.823 orang pada Januari menjadi 358.254 orang pada Februari. Bagus, pemilik event organizer dan penyedia jasa pemandu wisata bernama Bakta Tour yang berdomisili di Denpasar, mengaku bisnisnya terpukul. Seperti Maritim Travel, usahanya berhenti beroperasi sepenuhnya lantaran tak ada pesanan. Padahal ia baru menjalankan
pada Selasa (7/4) sore. Dampaknya, Bagus harus merumahkan sementara tiga karyawannya dan kehilangan pendapatan lebih kurang Rp 50 juta dalam sebulan. Kini, ia mengaku menganggur sepenuhnya. Saat dihubungi oleh tim Katadata.co.id, ia mengaku sedang menemani anaknya bermain. “Karena saya juga berusaha mematuhi anjuran pemerintah untuk tetap di rumah,” ujarnya. Namun dibalik dampak buruk di berbagai sektor di atas, ada sektor yang paling diuntungkan dari pandemi Covid-19 ini yaitu sektor Kesehatan. Ekonom Senior sekaligus Komisaris Independen Bank BCA Raden Pardede menyebut sektor kesehatan dan farmasi akan diuntungkan selama Covid-19 mewabah. “Sektor yang jadi the winner yaitu sektor kesehatan, farmasi, ada juga sektor yg menjual desinfektan, masker. Dugaan saya sektor ini booming sampai 3 hingga 5 tahun kedepan,” katanya, Rabu (23/4/2020). Raden menuturkan, karena dampak pandemi Covid-19 sangat besar ke sektor kesehatan, akan ada kecenderungan banyak negara akan investasi dalam jumlah yang besar ke sektor ini. Raden juga menilai momentum ini dapat menjadi peluang yang besar bagi Indonesia.
“Ini saatnya mengembangkan industri kesehatan yang besar, tidak hanya untuk kebutuhan domestik tapi juga utk ekspor,” katanya, dilansir dari Bisnis. com. Hal ini tidak mengejutkan. Jika dilihat ketika virus ini pertama kali masuk Indonesia, banyak orang yang memburu alat kesehatan seperti masker dan hand sanitizer yang sempat langka di pasaran dan harganya naik berkali kali lipat dari biasanya. Selanjutnya setelah sektor kesehatan dan farmasi, sektor jasa telekomunikasi pun merasakan hal serupa. Banyak pelajar dari SD hingga Mahasiswa yang dirumahkan dan diganti sistem pembelajarannya dengan sistem dalam jaringan. Menurut data BPS, jumlah pelajar di Indonesia dari SD hingga SMA/ SMK TA 2017/2018 berjumlah kurang lebih 45 juta peserta didik, sedangkan mahasiswa pada tahun 2018 berjumlah 7 juta. Memang tidak semua mengganti pembelajaran dengan metode online, dikarenakan banyak daerah yang belum dapat merasakan jaringan internet, bahkan listrik. Akan tetapi, jika saja separuhnya aktif dalam pembelajaran online, sudah 25 juta lebih orang yang membutuhkan paket data internet tiap bulannya.
industri 4.0.
Kolaborasi Pemerintah Pusat dan Daerah Pandemi COVID-19 mempengaruhi kehidupan masyarakat tidak hanya aspek kesehatan namun berbagai aspek seperti ekonomi. Roda perekonomian menjadi terhambat dan mengalami kemunduran. Pemerintah baik pusat maupun daerah berusaha untuk mengontrol dan mengatasi permasalahan ekonomi dengan mengeluarkan beberapa kebijakan ekonomi yang berlaku saat pandemi virus corona berlangsung. Pertama, kebijakan moneter. Pemerintah bekerjasama dengan Bank Indonesia untuk mempertimbangkan beberapa kebijakan moneter yang akan dikeluarkan. Informasi yang ‘santer’ terdengar yaitu dengan adanya kebijakan penurunan BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) sebesar 25 bps menjadi 4,5%, suku bunga Deposit Facility sebesar 25 bps menjadi 3,75% dan suku bunga Lending Facility sebesar 25 bps menjadi 5,25%. Nah, kebijakan penurunan suku bunga acuan akan mempermudah pergerakan suku bunga pasar. Kebijakan tersebut akan mendukung tujuan yang tertera pada Perpu Nomor 1 Tahun 2020 untuk memberi kelancaran kredit pada
Mitra pelatihan kartu prakerja (sumber: website kartu prakerja) Hal ini juga seharusnya menjadi peluang Pemerintah Pusat untuk mengetahui daerah mana saja yang belum mendapatkan jaringan internet atau bahkan listrik sekalipun. Agar nantinya jika terjadi hal yang mengakibatkan siswa untuk belajar dari rumah, tidak ada kendala lagi pastinya. Apalagi mengingat ambisi pemerintah yang ingin tak tertinggal untuk ikut andil dalam revolusi
masyarakat serta UMKM. Pembayaran kredit juga diberi kelonggaran dari batas waktu yang ditentukan sehingga memudahkan masyarakat dalam pembayaran. Kedua, kebijakan re-alokasi anggaran. Adanya pergeseran dan penyesuaian dalam mengambil tindakan yang berakibat pada pengeluaran dana
APBN. Dana anggaran bersumber dari sisa anggaran lebih (SAL); dana abadi dan akumulasi dana abadi pendidikan; dana yang dikuasai negara dengan kriteria tertentu; dana yang dikelola oleh Badan Layanan Umum; dan dana yang berasal dari pengurangan Penyertaan Modal Negara pada Badan Usaha Milik Negara (BUMN). Anggaran tersebut dianggarkan dalam rangka alokasi dana untuk kegiatan tertentu (refocusing). Total anggaran dialokasikan sebanyak Rp 75 triliun untuk bidang kesehatan; Rp 110 triliun untuk perlindungan sosial; Rp 220,1 triliun untuk bidang industri. Anggaran bidang kesehatan digunakan untuk subsidi BPJS tenaga kerja, insentif, dan santunan kematian tenaga kesehatan, penyediaan Alat Perlindungan Diri (APD), dan lain-lain. Anggaran untuk jaring pengaman sosial digunakan untuk program Kartu Prakerja, Bantuan Langsung Tunai (BLT), Program Keluarga Harapan (PKH), Program Kartu Sembako selama 9 bulan, penggratisan tarif listrik untuk pelanggan 450 VA dan pemotongan tarif listrik sebanyak 50% untuk pelanggan 900 VA, pencadangan kebutuhan pokok dan operasi pasar, penyesuaian anggaran pendidikan, dan lain-lain. Anggaran bidang industri digunakan untuk cadangan perpajakan, stimulus Kredit Usaha Rakyat (KUR), dan Rp 150 triliun untuk pembiayaan program pemulihan ekonomi. Ketiga, kebijakan mengenai pajak. Direktur Jenderal Pajak, Suryo Utomo menetapkan kebijakan yang sudah dirundingkan dengan pemerintah pusat terkait dengan anggaran cadangan perpajakan dan stimulus KUR akan digunakan untuk membantu mengurangi beban dan dampak sosial bagi Wajib Pajak. Kebijakan pajak sesuai dengan Perpu No. 1 Tahun 2020 menetapkan adanya pembebasan tarif Pajak Penghasilan (PPh) kepada Wajib Pajak untuk pekerja sektor industri pengolahan dengan maksimal penghasilan Rp 200 juta/tahun dan Wajib Pajak yang bekerja di perusahaan impor dengan fasilitas Kemudahan Impor Tujuan Ekspor (KITE). Selain itu, terdapat perpanjangan waktu pelaksanaan hak dan pemenuhan kewajiban Wajib Pajak sehingga meringankan beban Wajib Pajak. Pemerintah pusat dan pemerintah daerah mempunyai kebijakan ekonomi tersendiri. Namun, seyogyanya
15
seharusnya sejalan dengan kebijakan pusat agar tidak terjadi kebingungan di tubuh masyarakat.
Covid – 19. Nantinya akan diberikan selama 2 bulan karena Tanggap Darurat DIY sampai 29 Mei 2020.”
Sejalan dengan pemerintah pusat mengenai kebijakan jaminan sosial, Pemda DIY mengadakan program Jaminan Hidup (Jadup) selama status tanggap darurat COVID-19. Jadup akan didistribusikan pada bulan April dan Mei. Ketua Gugus Tugas Percepatan Penangan COVID-19 DIY Bidang Sosial Kemasyarakatan, Drs. Untung Sukaryadi, MM., mengatakan bahwa, “Kita bertanggung jawab memberikan suatu perlindungan dan jaminan sosial. Salah satu tugasnya adalah memastikan masyarakat miskin bisa tetap makan dengan layak. Jaminan hidup ini atau bantuan sosial ini untuk seluruh keluarga miskin yang kehilangan mata pencaharian yang mengandalkan tenaga atau jasa yang macet karena terdampak
Menanggapi kebijakan mengenai realokasi anggaran dari pemerintah pusat, Gubernur DIY, Sri Sultan Hamengku Buwono X mengelola dana dengan hati-hati dan merumuskan teknis terkait distribusi anggaran sehingga berguna untuk menjaga keseimbangan perekonomian dan kesejahteraan masyarakat. Semua terkait pengelolaan anggaran, Sri Sultan meminimalisir kesalahan dalam pengelolaan anggaran. Terkait dengan kebijakan moneter yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia, Pemda DIY bersama Sri Sultan didampingi Wagub DIY serta Sekda DIY mengimbau perbankan untuk melakukan koordinasi dengan OJK dan BI. “Pemerintah daerah juga akan membantu debitur untuk
menyelesaikan dan menjembatani dengan perbankan Yogyakarta sesuai arahan dari Bank Indonesia maupun OJK yang tadi sudah menjadi keputusan bersama,” ujar Sri Sultan. (Humas Pemda DIY, 2020) Apabila kita melihat dari kebijakan Pemda DIY, kebijakan tersebut berjalan searah dengan kebijakan pemerintah pusat. Pemda DIY mengadakan program daerah yang tetap mengacu pada protokol pusat sehingga tidak menimbulkan kebijakan yang berlawanan dengan pusat. Dengan adanya koordinasi yang baik antara pusat dan daerah, kepercayaan dan kepatuhan masyarakat meningkat terhadap kebijakan yang dikeluarkan baik daerah maupun pusat. (Gayuh Laksono Wiguna, Adhasari, Diva Arifin)
Iftinan
“Antara PSBB, Karantina, dan Darurat Sipil” Presiden Joko Widodo (Jokowi) menetapkan kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) pada Selasa (31/3/2020). Sebelumnya, pemerintah telah mempertimbangkan opsi lockdown serta darurat sipil untuk menanggulangi penyebaran Coronavirus disease 2019 (COVID-19) yang kian meluas. Lalu, mengapa keputusan PSBB diambil oleh pemerintah Indonesia? Menurut Pasal 1 Peraturan Menteri Kesehatan (Permenkes) Nomor 9 Tahun 2020, Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) adalah pembatasan kegiatan tertentu penduduk dalam suatu wilayah yang diduga terinfeksi Coronavirus Disease 2019 (COVID-19). Pemerintah menilai kebijakan PSBB dianggap tepat ketimbang karantina wilayah/lockdown. Lebih lanjut, Jokowi juga mengatakan kebijakan PSBB dipilih setelah pemerintah mengkaji langkah 16
Petugas memeriksa penumpang di dalam kendaraan yang melintas di Posko Check Point Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) di Air Tawar, Padang, Sumatera Barat (Sumber: AntaraNews.com) negara lain dalam menghadapi pandemi ini. “Karantina wilayah itu kan sama dengan lockdown. Artinya apa, masyarakat hanya harus dirumah. bus berhenti gak boleh keluar, taksi berhenti, ojek berhenti pesawat berhenti, MRT berhenti KRL semuanya berhenti, hanya di rumah,” ungkap Jokowi dalam program Mata Najwa yang ditayangkan Trans 7 pada Rabu (22/4/2020).
pro kontra di kalangan masyarakat. Saskia (20), Mahasiswi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Yogyakarta mengatakan bahwa dirinya setuju dengan diberlakukannya PSBB. Hal ini lantaran PSBB dirasa mampu memutus rantai penyebaran covid-19. “Pro karena PSBB itu kan pembatasan kegiatan untuk wilayah yang sudah terinfeksi. Yang pasti alasan utamanya untuk memutus rantai covid-19,” ungkapnya.
Akan tetapi, kebijakan ini menimbulkan
Namun, tidak semua setuju dengan
Infografis Kasus Virus Corona di Indonesia pemberlakuan PSBB tersebut. Bowo (56), salah seorang ojek online (ojol) mengaku dirugikan akibat diberlakukannya PSBB. “Ya merasa dirugikan karena PSBB orderan jadi sepi. Apalagi ojol kan pendapatannya gak tetap, kalau gak dapet orderan ya kami gak ada pemasukan.” tutur Bowo. PSBB bukanlah satu-satunya opsi yang dimiliki oleh pemerintah dalam menghadapi covid-19. Melalui juru bicara kepresidenan Fajroel Rachman Jokowi merencanakan darurat sipil sebagai opsi terakhir untuk mengatasi pandemi ini. “Presiden Jokowi menetapkan tahapan baru melawan covid-19 yaitu Pembatasan Sosial Berskala Besar dengan kekarantinaan kesehatan. Hanya jika keadaan sangat memburuk dapat menuju darurat sipil,” ujar Fadrjoel Rachman, juru bicara presiden. Darurat sipil merujuk kepada serangkaian peraturan yang tertuang dalam Peraturan Pemerintah pengganti Undang-Undang atau Perpu Nomor 23 Tahun 1959 tentang Pencabutan UU Nomor 74 Tahun 1957 dan Menetapkan Keadaan Bahaya.
IKebijakan PSBB yang diterapkan oleh Pemerintah, dinilai belum cukup efektif untuk menekan jumlah kasus Covid-19 oleh beberapa kalangan. Total kasus positif corona di Indonesia mencapai angka 15.438 per Mei 2020. Dengan angka kesembuhan sebanyak 3.287 dan angka kematian 1.028. Sementara itu, Pakar Hukum Tata Negara, Refly Harun, menyarankan agar Pemerintah memberlakukan lockdown dengan syarat kebutuhan masyarakat wajib ditanggung Pemerintah. Hal ini dikarenakan menurut Refly, kebijakan PSBB belum bisa menekan jumlah kasus Covid-19 sehingga Pemerintah perlu melakukan langkah lain. “Kalau (menurut) saya segera lockdown, karena saya tidak hitung dampak ekonomi dan politiknya, namun yang saya hitung korban jiwanya. Kalau hitung politik dan ekonomi enggak selesai-selesai, karena PSBB pun tidak tahu berapa lama. Kalau hitung dampak ekonomi sudah terjadi, daripada tanggung sekalian (lockdown), tapi tadi kasih makan,” ucapnya.
Presiden Joko Widodo mengungkapkan bahwa berdasarkan data yang diperoleh di lapangan, hasil pelaksanaan PSBB di setiap daerah berbeda-beda. Hal ini dipengaruhi oleh tingkat kesadaran masyarakat di daerah tersebut. “Kita ingin ada sebuah evaluasi yang detail pada provinsi, kabupaten, dan kota mengenai data tren penambahan atau penurunan kasus positif baru di setiap daerah baik yang menerapkan PSBB maupun tidak,” ujarnya. Presiden Joko Widodo juga meminta Gugus Tugas benar-benar memastikan bahwa kebijakan PSBB dapat berjalan secara efektif, selain itu Presiden menegaskan bahwa pelonggaran PSBB harus didasarkan pada data di lapangan. (Asha Prinanda Tamara Tansia, Amaliana Prasisti)
Dalam rapat terbatas melalui telekonferensi dari Istana Merdeka, Jakarta, pada Selasa, 12 Mei 2020, 17
“APD Kurang, Tenaga Medis Tumbang”
Para tenaga medis yang menggunakan Alat Pelindung Diri (APD) lengkap, membantu proses pengecekan kesehatan puluhan orang TKI asal Sumsel di Wisma Atlet JSC Palembang (Dok. Humas Pemprov Sumsel / Liputan6.com) Bukan lagi menjadi rahasia jika seluruh dunia kewalahan menghadapi pandemi covid-19 ini, begitu juga dengan negara Indonesia. Salah satunya dapat dilihat dari stok Alat Pelindung Diri (APD) di awal masa pandemi yang masih belum memenuhi kebutuhan. Padahal pemerintah mengaku telah terus menyuplai APD hingga ratusan ribu unit, tapi kenyataannya kebutuhan dilapangan jauh lebih banyak. Sebagai perkiraan, untuk pasien berjumlah 10 ribu maka jumlah APD yang dibutuhkan sekitar 1,5 juta. Ikatan Dokter Indonesia (IDI) sendiri memperkiraan paling tidak jumlah APD yang dibutuhkan tenaga medis berjumlah 17 juta. Kebutuhan APD yang begitu besar disebabkan karena APD hanya bisa digunakan sekali dan jumlah orang yang terinfeksi juga semakin bertambah. Apalagi seluruh tenaga medis baik yang merawat pasien positif maupun Pasien Dalam Pengawasan (PDP) bahkan tenaga kebersihan terkait juga harus menggunakan APD. Tenaga medis ini menjadi garda terdepan dalam melawan pandemi dengan resiko taruhan nyawa, maka jika APD tidak mencukupi maka resiko bahayanya juga akan semakin
18
besar. Ketersediaan APD ini padahal merupakan hak prerogatif yang harus diterima oleh tenaga medis. Hal ini sesuai dengan apa yang diatur dalam UU Pasal 57 No 36 2014 Tentang Tenaga Kesehatan. Pasal ini menyatakan bahwa salah satu hak tenaga medis yakni memperoleh perlindungan hukum selama menjalankan tugas sesuai dengan SOP. Pada akhirnya, permasalahan kekurangan APD ini menunjukan dampak yang mengkhawatirkan, yaitu tumbangnya para tenaga medis. Sampai awal Mei, 38 dokter dan 17 perawat telah meninggal dunia akibat ikut terinfeksi covid-19. Hal ini terjadi karena mereka tetap memaksa melaksanakan tugasnya meskipun tidak memakai APD yang sesuai. Selain itu, juga karena distribusi APD belum sampai pada fasilitas kesehatan seperti puskesmas dan klinik yang sering didatangi pasien terjangkit corona. Menghadapi permasalahan kekurangan APD, tenaga medis sendiri sebenarnya telah melakukan upaya
berupa penghematan APD. Upaya ini dilakukan dengan mengalihfungsikan sebagian baju operasi menjadi APD. Bahkan ada yang menggunakan jas hujan plastik untuk menggantikannya, meskipun jelas hal seperti ini tidak memenuhi standar APD yang sesuai. Namun kini kurangnya APD telah ditangani oleh pemerintah. Hal ini dilakukan oleh pemerintah dengan memacu optimalisasi kinerja industri tekstil dan produk tekstil (TPT). Berdasarkan data yang dihimpun Kemenperin dan Kementerian Kesehatan, terjadi surplus produksi sampai Desember 2020 sebesar 1,96 miliar buah untuk masker bedah, kemudian 377,7 juta buah masker kain, sebanyak 13,2 juta buah pakaian bedah (gown/surgical gown), dan 356,6 juta buah untuk pakaian pelindung medis (coverall). Dengan ini, pemerintah bahkan menyatakan siap untuk mengekspor APD ke seluruh dunia. (Delima Purnamasari)
“Menilai Kesiapan Rapid Test di DIY” Petugas medis melakukan rapid test covid-19 pedagang Pasar Beringharjo, DI Yogyakarta, Kamis (4/6/2020). (Sumber: Antara Foto/Hendra Nurdiyansyah/aww) Perkembangan covid-19 yang terjadi di Indonesia banyak menimbulkan pertanyaan. Hal yang disoroti di sini adalah kelambatan pemerintah Indonesia yang dianggap terlambat menangani masalah ini. Keterlambatan ini dianggap membuat banyak korban meninggal. Pemerintah mulai menggencarkan rapid test (tes cepat) massal di berbagai daerah. Rapid test merupakan tes singkat selama 10 sampai 15 menit terhadap pasien. Tes ini dilakukan untuk mengetahui tingkat antibodi saat terinfeksi virus atau lebih dikenal sebagai IgG dan IgM dengan cara mengambil sampel darah. Sifat dari tes ini hanyalah sementara dan tidak dapat langsung memastikan apakah positif atau tidak. Apabila pasien dinyatakan positif, pasien akan dirujuk ke fasilitas kesehatan yang ditunjuk untuk dilakukan pemantauan dan tes lebih lanjut yaitu swab test. Tes cepat sendiri sudah dilakukan oleh berbagai daerah menggunakan fasilitas publik seperti kantor, Gedung olahraga (GOR), pusat perbelanjaan, dan fasilitas kesehatan sendiri seperti rumah sakit dan puskesmas. Tes cepat secara intensif dilakukan pada klaster yang berpotensi penularan covid dan orang orang yang berpotensi seperti tenaga medis, ODP (Orang Dalam Pengawasan, PDP (Pasien Dalam Pengawasan). Pemerintah Kabupaten Sleman menggelar rapid test pertama di pusat perbelanjaan Indogrosir pada 19 April hingga 4 Mei lalu untuk menekan penyebaran covid-19. Pada hari pertama, ditemukan 20 Positif reaktif. Masing-
masing reaktif akan dijemput tenaga medis di tempat tinggal untuk diantar ke fasilitas pusat karantina yang ditunjuk. Sebelumnya, tes cepat yang sama telah diselenggarakan di GOR Pangukan, Tridadi Sleman dengan jumlah pendaftar 500 orang. Pemerintah Kota Yogyakarta sendiri telah melakukan tes cepat acak di berbagai tempat umum di Yogyakarta. Tes cepat ini dimulai pada bulan Juni 2020 menyasar tempat seperti pasar tradisional, mall, kafe, dan masyarakat umum. Dari rapid test acak di pasar tradisional, diketahui tiga pedagang reaktif uji cepat. Ketiga orang tersebut salah satunya merupakan warga Magelang. Sedangkan dari mal, diketahui empat karyawan reaktif. Dua diantaranya warga Kota Yogyakarta dan yang lain warga Sleman. Pemerintah Kabupaten Gunung Kidul pada bulan Juni akan segera melakukan rapid test secara massal karena ditemukan kasus positif yang mana mobilitas sosialnya sangat tinggi dan bertemu banyak orang. Sehingga akan diadakan rapid test massal. Pemerintah DIY bersama Tim Gugus Covid 19 menunjuk shelter asrama haji pada unit Gedung Muzdalifah, Gedung Madinah dan Gedung Makkah jika diperlukan adanya tambahan ruang isolasi. Pemerintah juga menunjuk 7 Rumah sakit rujukan covid-19 di Kota Yogyakarta, 2 rumah sakit di Kulonprogo, 10 rumah sakit di Sleman, 2 rumah sakit di Gunung Kidul dan 4 rumah sakit di Bantul. Dari ke-25 rumah sakit rujukan dilakukan penambahan sebanyak 95 kamar untuk
mengantisipasi bertambahnya pasien reaktif setelah tes cepat di klaster baru Indogrosir. Pemkot Yogyakarta juga mempersiapkan Balai Diklat Kemensos yang mampu menampung hingga 150 pasien. Pemerintah juga menunjuk 18 Puskesmas di seluruh wilayah Yogyakarta, upaya ini dalam rangka mencegah kerumunan massa. Ada tiga skenario dalam tes cepat yang disiapkan oleh gugus tugas penanganan covid-19 Yogyakarta. Pertama, jika tes cepat mendapat hasil positif dan kesehatan dalam kondisi yang baik, pasien melakukan isolasi mandiri. Kedua, jika hasilnya positif dan kondisi kesehatan tidak baik pasien akan dijemput ke Balai Diklat Kemensos DIY untuk melakukan isolasi dan swab tes. Skenario 3, jika tes cepat positif dan mengalami gejala klinis langsung dibawa ke rumah sakit dan swab test. Masyarakat berbondongbondong untuk melakukan tes cepat mandiri. Tes cepat mandiri di DIY (tidak dibiayai pemerintah) meningkat di DIY. Pemerintah telah berusaha gerak cepat dengan gugus tugas penanganan covid-19 dan masyarakat pun ikut berperan penting dalam penanganan virus corona ini. Secara keseluruhan upaya yang dilakukan tidak akan maksimal jika tidak ada ketaatan dalam menjaga jarak. Demi mencegah penularan Covid 19 masyarakat harus menghindari keramaian dan mengurangi interaksi langsung di masyarakat. Dengan begitu maka pandemi ini akan segera berakhir. (Arvy Zulfan Akhmad Aulia, Kuni Qurota Aini) 19
“Pemotongan Gaji di tengah Pandemi” Sampai saat ini, Indonesia masih “berperang” melawan COVID-19. Presiden Joko Widodo mengatakan pandemi COVID-19 tidak hanya berdampak pada masalah kesehatan tetapi juga masalah kemanusiaan yang berdampak pada aspek sosial, budaya, dan ekonomi. Dilansir dari situs liputan6.com, pemerintah pusat menambah anggaran belanja dan pembiayaan APBN 2020 sebesar RP 405,1 Triliun demi melawan pandemi COVID-19. Hal ini merupakan upaya sekaligus bentuk keseriusan pemerintah dalam menangani pandemi corona. Meskipun pemerintah pusat sudah menggelontorkan anggaran tambahan sebesar Rp 405,1 triliun, muncul seruan dari sejumlah kalangan seperti DPR dan Pemprov Jawa Barat untuk melakukan pemotongan gaji demi mempercepat penanggulangan COVID-19. Dalam rapat paripurna pembukaan masa persidangan III Tahun sidang 2019-2020 yang dilakukan oleh Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) pada selasa (30/3), muncul seruan dari sejumlah anggota DPR RI untuk menyisihkan gajinya demi membantu penanggulangan COVID-19. Salah satu seruan disampaikan oleh anggota komisi 1 DPR RI, Nurul Arifin. “Saya berharap kita mempunyai solidaritas nasional sosial untuk menghadapi masalah-masalah sulit ini yang kita tidak bisa prediksi sampai kapan ini akan berakhir,” ujarnya. Menanggapi usulan tersebut, Ketua DPR RI Puan Maharani menuturkan usulan tersebut menunggu persetujuan fraksifraksi di DPR. Berbeda dengan DPR yang masih menunggu persetujuan dari fraksifraksi yang ada, Ridwan Kamil selaku Gubernur Jawa Barat akan memotong gaji Aparatur Sipil Negara (ASN) di lingkungan pemprov jabar selama 4 bulan kedepan. Besaran potongan gaji disesuaikan secara proporsional, adil, dan disesuaikan dengan kemampuan finansial para ASN. Akan tetapi, pemotongan gaji ASN yang dilakukan oleh Gubernur jawa barat menuai pro dan kontra di kalangan ASN. Sebab, tidak semua ASN berada di kalangan menengah ke atas. Banyak juga dari mereka yang berasal dari kalangan menengah kebawah. Apabila ditinjau dari sisi hukum, aksi pemotongan gaji ASN melanggar pasal 3 ayat (5) Peraturan Pemerintah Nomor 35 Tahun 2019 tentang gaji ASN, TNI, polisi, pejabat negara, dan penerima pensiun atau tunjangan. Peraturan tersebut 20
Gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil (Sumber: Detik.com) berbunyi “penghasilan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) tidak dikenakan potongan iuran dan/atau potongan lain berdasarkan ketentuan peraturan perundangundangan.” Hal diatas senada dengan apa yang dikatakan oleh Analisis Kebijakan Publik Universitas Trisakti Trubus Rahadiansyah . “Hal yang ada itu mengarahkan instruksi edaran sedekah seikhlasnya, tapi kalau memotong resmi enggak boleh. Dasarnya apa? Bisa digugat nanti itu,” kata Trubus kepada wartawan CNN Indonesia, selasa (31/3). Retno Lestari widodowati (56), seorang ASN di Kementerian Kesehatan, mengaku bahwa dirinya tidak keberatan jika harus dilakukan pemotongan gaji bagi para ASN. Dirinya juga mengaku bahwa selama tunjangan masih tetap diberikan, pemotongan gaji pokok tidak akan terlalu berdampak kepada para ASN “saya setuju saja kalau diadakan pemotongan gaji terhadap para ASN. Tapi saya kurang setuju jika tunjangan juga dipotong oleh (pemerintah) pusat. Banyak dari ASN lebih bergantung terhadap tunjangan. Oleh karena itu, dampaknya mungkin tidak terlalu besar apabila gaji yang dipotong,” ujar Retno Selain aksi pemotongan gaji yang dilakukan para pejabat, aksi pemotongan gaji juga terjadi di kalangan pekerja. Tepatnya dilakukan oleh perusahaan waralaba ayam goreng Kentucky Fried Chicken (KFC) di pulau jawa. Kesepakatan tentang penyesuaian
beban upah selama COVID-19 dinyatakan oleh Direktur Fast Food J. Dalimin Juwono dalam keterbukaan informasi pada hari Jumat (24/3). Karyawan yang bekerja di toko tidak akan dipotong gajinya namun hanya penundaan sebagian kecil pembayaran, sedangkan karyawan yang dirumahkan akan dipotong gajinya dan penundaan sebagian kecil gaji. Dilansir dari CNBC Indonesia, karyawan yang dipulangkan berjumlah 450 orang. Pemotongan gaji yang dilakukan oleh perusahaan KFC kepada karyawan disesuaikan dengan gaji pokok yang diterima perbulannya. Bagi yang berpenghasilan diatas Upah Minimum Provinsi (UPM) sebesar 50%, lalu untuk karyawan yang berpenghasilan di bawahnya dipotong sebesar 30%. Keputusan pemotongan gaji tersebut mengundang beberapa pro dan kontra dari kalangan pekerja. Pihak KFC mengatakan pemotongan gaji ini demi keberlangsungan perusahaan. Akan tetapi, karyawan merasa keputusan yang diambil tidak melibatkan pekerja sehingga dianggap hanya sepihak. Keputusan yang diambil juga bertentangan dengan Undang-Undang No. 13 Tahun 2003 pasal 35 ayat 3. {M. Rizky Fabian, Lingga Prasetya, Oktaviana Puspaningrum}
“Perkuliahan Daring di Mata Dosen dan Mahasiswa”
Surat Edaran No 14/UN62/SE/PK.03/2020, Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Yogyakarta Berdasarkan surat edaran No 14/UN62/SE/PK.03/2020, Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Yogyakarta memberikan petunjuk teknis perkuliahan daring terkait pencegahan penyebaran COVID-19. Tanggapan berbeda pun datang dari kalangan dosen dan mahasiswa mengenai jalannya perkuliahan daring. Banyak dari mereka yang menganggap bahwa kuliah daring telah berjalan secara efektif. Akan tetapi, tidak sedikit yang
berpendapat bahwa perkuliahan daring berjalan tidak efektif dan cenderung membosankan. Menurut DR. Sigit Haryono, dosen Ilmu Administrasi Bisnis Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Yogyakarta, metode perkuliahan daring yang dilakukan selama situasi darurat pandemi Covid-19 dinilai kurang ideal. Banyaknya dosen yang kurang
memahami IT serta sulitnya mengontrol mahasiswa dalam pelaksaan kuliah menjadi kendala selama perkuliahan daring berlangsung. Berbagai media yang digunakan seperti Zoom, Google Classroom, dan WhatsApp Group membuat beberapa dosen tidak dapat memantau aktivitas mahasiswa secara langsung. Hal ini memungkinkan mereka untuk bersantaisantai atau tidak mengikuti kegiatan perkuliahan sama sekali. 21
Kendala lain dari perkuliahan metode daring adalah media yang digunakan terkadang menyediakan waktu yang terbatas. Penggunaan aplikasi Zoom yang bersifat sementara membuat para dosen memilih Zoom dengan akun tak berbayar. Sistem Zoom akun tak berbayar hanya memperoleh waktu sekitar 40 menit untuk bertatap muka. Setelah 40 menit, mereka keluar dan harus masuk kembali. Hal tersebut mengakibatkan berkurangnya waktu efektif karena harus menunggu mahasiswa dengan jumlah yang tak sedikit untuk mengikuti kegiatan perkuliahan. Media lain seperti Google Classroom dan WhatsApp Group digunakan untuk memberikan serta mengumpulkan tugas untuk melatih pemahaman siswa terhadap materi yang diajarkan. Untuk saat ini, media Google Classroom dan WhatsApp Group lebih sering digunakan untuk mengumumkan tugas UAS yang kebanyakan bersifat take home. Dibalik sisi negatif dari perkuliahan daring, banyak sisi positif yang dapat diambil dari adanya metode tersebut. Manfaat yang didapat antara lain membuat dosen maupun mahasiswa lebih akrab dengan teknologi dan internet. Selain itu, banyak mahasiswa yang menjadi aktif pada kegiatan perkuliahan setelah sebelumnya takut atau malu ketika ingin menanggapi materi pada perkuliahan luring. Keaktifan ini juga datang tanpa memerlukan pancingan dari dosen pengajar. Ketika dimintai pendapat mengenai keefektifan kegiatan perkuliahan, dosen yang akrab dipanggil Pak Sigit ini menilai bahwa kedua metode sama efektifnya. Akan tetapi, para dosen cenderung memilih metode perkuliahan luring. Selain dapat memantau mahasiswa,
22
metode luring juga memungkinkan mereka berinteraksi lebih jauh dan nyaman dalam hal presentasi, bertanya, dan menanggapi. Menurut Delima Purnamasari, salah satu mahasiswa Program Studi Hubungan Masyarakat, mekanisme kuliah daring yang dilakukan oleh tiap dosen berbeda-beda. Namun pada kebanyakan mata kuliah, dosen cenderung hanya mengirimkan materi sementara mahasiswa diminta untuk mempelajarinya secara mandiri. Dosen juga memberikan fasilitas berupa sesi tanya jawab. Akan tetapi, sesi ini terkendala oleh terbatasnya waktu perkuliahan karena adanya hambatan dari media yang digunakan. Selain itu, mahasiswa angkatan tahun 2019 ini juga menuturkan bahwa kuliah online (daring) ini cenderung tidak efektif. Hal ini disebabkan oleh berbagai hal seperti ketidaksiapan kampus maupun pemerintah dalam menjalankan kuliah online (daring), Hambatan pada penggunaan media, proses pengetikan dan pengiriman jawaban yang membutuhkan waktu yang cukup lama, dan materi yang terbatas. Bagi beberapa mahasiswa, mereka lebih menyukai kuliah offline dikarenakan jalannya proses diskusi dan presentasi cenderung lebih lancar dan menarik. Selain itu, candaan dari para dosen juga membuat kuliah offline menjadi tidak membosankan. Dalam melaksanakan kuliah daring, hambatan dan keuntungan yang diperoleh lebih ditekankan pada penggunaan media. Untuk media berupa WhatsApp Group dan Google Classroom, materi dan penjelasan dapat terekap seluruhnya. Mahasiswa
pun dapat mengaksesnya setiap saat. Kegiatan perkuliahan juga dapat dimulai dan dibubarkan sesuai jadwal yang telah ditentukan. Namun, penggunaan media secara terus menerus mengakibatkan kegiatan kuliah menjadi membosankan. Selain itu, kecepatan sinyal juga menjadi penentu kesuksesan jalannya kuliah daring ini. Selain mengeluhkan tentang perkuliahan daring, mahasiswa juga mengeluhkan mengenai pembayaran UKT. UKT yang diterima masing-masing mahasiswa beragam mulai dari golongan 1 hingga golongan 8 berdasarkan penghasilan orang tua. Namun akibat pandemi COVID-19, hampir sebagian besar aspek mengalami hambatan ekonomi. Oleh sebab itu, mahasiswa menginginkan adanya pemotongan pembayaran UKT. “UKT masih tetap ketika masa pandemi ini. Setidaknya diberikan potongan 25%,” ujar David Putera Mahendra, salah satu mahasiswa Program Studi Hubungan Masyarakat. Meskipun terdapat keluhan mengenai UKT, UPN “Veteran”Yogyakarta memberikan suntikan bantuan berupa kuota bagi mahasiswanya untuk menjalani perkuliahan online ini. Besaran kuota beragam tergantung dari provider yang dipakai oleh mahasiswa. Kuota yang didapat juga mencukupi bagi kebutuhan perkuliahan daring. Namun apabila media Zoom yang digunakan, tentu akan memakan cukup banyak kuota. Dengan adanya bantuan suntikan kuota diharapkan dapat mengurangi beban pengeluaran bulanan mahasiswa di masa pandemi ini. (Maria Dewi Sekaringtyas, Marizka Zahra Annisa, Latief Fadhlan)
Pengorbanan Tenaga Medis sebagai Garda Terdepan
P
andemi Covid-19 ini mengakibatkan beberapa sektor di Indonesia terganggu, seperti sektor ekonomi, industri, rumah tangga, UMKM, terlebih kesehatan. Keuangan di Indonesia sedang difokuskan untuk sektor kesehatan dengan cara memaksimalkan dana yang dikeluarkan untuk rumah sakit yang dijadikan sebagai rujukan Covid-19. Selain itu, dana tersebut juga digunakan untuk para tenaga medis dalam penanganan pasien yang terinfeksi virus corona. Sebagai salah satu garda terdepan, para tenaga medis rela berkorban untuk menangani pasien yang terjangkit virus ini. Seperti diketahui, virus corona mudah menyebar dan menular dengan medium berupa droplet yang menyebabkan pasien positif semakin hari semakin bertambah. Tidak sedikit pula pasien yang meninggal setelah terpapar virus ini. Semakin bertambahnya pasien yang positif, maka tenaga medis yang dibutuhkan semakin bertambah pula. Sayangnya, banyak tenaga medis yang akhirnya dinyatakan terpapar Covid-19 diakibatkan adanya beberapa pasien yang tidak jujur. Pasien tersebut enggan mengatakan perihal riwayat perjalanan mereka yang sebenarnya. Apakah mereka sebelumnya berkunjung ke daerah zona merah atau ke daerah rawan pasien Covid-19. Faktor tersebut berimbas besar sehingga membuat tenaga medis terpapar Covid-19. Bahkan, beberapa tenaga medis pun gugur setelah dinyatakan positif Covid-19. Serikat Pekerja Farmasi dan Kesehatan Reformasi (FSP FARKES/R) mencatat terdapat 44 tenaga medis meninggal dunia akibat terinfeksi virus corona dengan rincian 32 dokter dan 12 perawat
Petugas medis mengenakan jas hujan plastik sebagai pengganti APD (Foto: katadata.co.id)
Selain karena ketidakjujuran pasien, APD (Alat Perlindungan Diri) yang terbatas juga mengakibatkan banyaknya tenaga medis menggunakan alternatif lain. Jas hujan plastik pun diubah agar bisa menjadi pengganti APD. Tidak hanya APD, jumlah masker dan hand sanitizer juga semakin menipis
Tanggung jawab dan Amanah dalam Waktu Bersamaan Sama seperti masyarakat lainnya, selain berprofesi sebagai tenaga medis, mereka adalah seorang kepala keluarga, seorang istri, ibu, juga seorang anak dalam keluarganya. Namun, mereka harus mampu menahan rasa rindu kepada keluarga karena tidak dapat bertemu dalam waktu yang cukup lama lantaran harus mengemban tugas. Video call menjadi alternatif untuk mengobati rasa rindu dengan keluarga atau orang terdekatnya.
23
Salah satu cerita datang dari seorang tenaga medis yang bernama Suster Afit. Beliau merupakan suster yang merawat pasien Covid-19 di Rumah Sakit Umum Daerah Pasar Minggu. Para tenaga medis di RSUD Pasar Minggu diharuskan tinggal di tempat khusus yang disediakan sehingga mereka jauh dari keluarga. Afit memiliki seorang bayi yang masih membutuhkan air susu ibu (ASI). Lantaran tak bisa pulang, setiap hari ia mengumpulkan ASI. Suaminya akan datang mengambil ASI tersebut lalu akan dibawa pulang untuk anaknya. Ia pun hanya bisa berkomunikasi dari kejauhan dengan suaminya. Afit juga menitipkan salam untuk anaknya yang bernama Aro.
Suster Afit (bbc.com) “Alhamdulilah pagi ini sudah dapat susu (ASI) untuk anak saya di rumah. Yah, tidak apa namanya juga ibu pekerja. Ibu-ibu karier lainnya di luar sana juga tahu kalau kita ada sedikit gangguan akan berpengaruh terhadap produksi ASI kita,” kata Afit di channel Youtube-nya. Selain itu, untuk mengobati rasa rindunya kepada sang anak, Afit pun selalu membawa baju anaknya. Afit mengabadikan momennya kepada masyarakat sebagai garda terdepan melalui Youtube. Tidak hanya Suster Afit, suster Faiqah merupakan seorang ibu dari dua anak yang menangani pasien Covid-19 di Rumah Sakit Sungai Buloh. Sebagai tenaga medis yang menjadi garda terdepan, ia harus mengenakan APD yang sangat ketat dan panas. Suster Faiqah harus memakai pakaian ini setiap melakukan kontak dengan pasien yang ODP, PDP, atau positif Covid-19, terutama jika akan memasuki bangsal isolasi. Keluar dari bangsal isolasi tersebut, ia harus melepas APD dan segera membuangnya. Setelah itu, ia diharuskan mandi. Faiqah pun merasa frustasi dengan rambut panjangnya karena ia harus mencuci rambutnya saat mandi, sehingga ia memutuskan untuk memotong rambutnya menjadi lebih pendek. Suster Faiqah (Foto: health.grid.id) 24
Tidak hanya Suster Afit, suster Faiqah merupakan seorang ibu dari dua anak yang menangani pasien Covid-19 di Rumah Sakit Sungai Buloh. Sebagai tenaga medis yang menjadi garda terdepan, ia harus mengenakan APD yang sangat ketat dan panas. Suster Faiqah harus memakai pakaian ini setiap melakukan kontak dengan pasien yang ODP, PDP, atau positif Covid-19, terutama jika akan memasuki bangsal isolasi. Keluar dari bangsal isolasi tersebut, ia harus melepas APD dan segera membuangnya. Setelah itu, ia diharuskan mandi. Faiqah pun merasa frustasi dengan rambut panjangnya karena ia harus mencuci rambutnya saat mandi, sehingga ia memutuskan untuk memotong rambutnya menjadi lebih pendek. Sebagai seorang Ibu, ia juga harus memompa ASI untuk anaknya. Namun, ia harus menahan dulu untuk tidak memompa jika tugasnya menjadi tenaga medis belum selesai. Akibatnya, payudaranya terasa perih dikarenakan ASI yang tidak dikeluarkan sudah terlalu lama. Tetap Berusaha Senang dan Ikhlas dalam Menjalankan Kewajiban
Jhon Doe Designer StockInDesign Tenaga medis yang menangis merindukan keluarganya (Foto: detik.com) Tak hanya harus berjauhan dengan keluarga dan menahan diri mengenakan APD terlalu lama, hal lain juga dirasakan oleh para tenaga medis. Di Rumah Sakit Unair Surabaya, sebanyak 50 orang tenaga medis ditolak oleh warga yang berada di lingkungan rumahnya. Saat Virtual Conference penyerahan bantuan 1.800 APD dari Telkomsel pada tanggal 4 Mei lalu, Dr. Nily Sulistyorini, SpF. selalu Humas RS Unair membenarkan bahwa ada 50 nakes yang ditolak di lingkungan rumahnya. Nilly juga mengatakan ada tenaga kesehatan yang disuruh istrinya untuk memilih antara pekerjaan atau rumah tangganya. Bahkan dari 50 tenaga medis tersebut, diantaranya terpaksa tinggal di Rumah Sakit selama satu bulan. Ini terjadi karena mereka tidak
memiliki tempat tinggal lainnya. Meski harus melakukan berbagai macam pengorbanan, para tenaga medis tetap merasa senang dapat membantu menyembuhkan pasien yang terpapar virus corona. Tidak hanya bertugas menjadi perawat atau dokter, mereka juga berusaha menjadi pendengar yang baik untuk mendengarkan keluh kesah pasien. Mereka ikhlas membantu dan menjadi pahlawan untuk melawan pandemik Covid-19 ini.
(Tarisa Ramadhani dan Ayu Fitmanda Wandira)
25
26
Jangan Tolak Pemakaman Jenazah Pasien Covid-19
Warga menolak jenazah pasien corona dengan memblokade jalan (Foto: tirto.id)
P
andemi Covid-19 masih menghantui Indonesia dan dunia. Pemerintah terus melakukan berbagai tindakan untuk menekan penyebaran virus ini di masyarakat. Begitu juga dengan para dokter, perawat, dan petugas mediawwww lainnya yang masih terus melakukan usaha terbaik untuk mengobati dan menyembuhkan pasien yang sudah positif terjangkit. Hingga Senin (11/5) jumlah kasus positif Covid-19 mencapai 14.265 orang, pasien yang meninggal 991, dan pasien sembuh menjadi 2.881 orang. Ironisnya, akhir-akhir ini bayak berita
tentang penolakan pemakaman jenazah pasien Covid-19 ini. Maraknya kasus penolakan oleh warga terhadap pemakaman jenazah menjadi perhatian serius aparat kepolisian. Menyikapi kondisi itu, sejumlah warga yang diduga sebagai provokator diamankan oleh polisi. Mereka dijerat dengan Pasal 212 KUHP dan 214 KUHP serta Pasal 14 ayat 1 UU No 4 Tahun 1984 tentang Penanggulangan Wabah. Beberapa kasus penolakan jenazah pasien Covid-19 terjadi di berbagai daerah. Pertama, kasus penolakan pemakaman jenazah perawat positif virus corona oleh warga di Desa Sewakul, Ungaran Barat, Kabupaten Sema-
Bupati Banyumas Achmad Husein (tengah) turut membongkar makam pasien positif corona yang ditolak warga (Foto: Kompas.com)
rang pada Kamis (9/4). Tiga orang yang diduga sebagai pelaku provokator penolakan pemakaman itu akhirnya diamankan polisi dan ditetapkan sebagai tersangka. 27
Kedua, kasus penolakan pemakaman jenazah yang terjadi di Banyumas, Jawa Tengah pada Selasa (31/3) Warga Desa Tumiyang Kecamatan Pakuncen dan Desa Karangtengah Kecamatan Cilongok, Banyumas, Jawa Tengah telah memblokade sebagian jalan dengan batang pohon. Karyoto, Kepala Desa Karangtengah melalui Kompas. com mengemukakan bahwa hal ini terjadi sebab warga merasa kecewa lantaran tidak diberitahu perihal pemakaman jenazah pasien positif Covid-19 tersebut. “Yang pertama kami dibohongi petugas, dari Selasa siang banyak plat merah berseliweran dan kami sama sekali tidak ada informasi dan pemberitahuan kepada pemdes (pemerintah desa),” ujar Karyoto. Selain tidak diberitahu, warga juga merasa pemakaman ini ditutup-tutupi oleh aparat karena listrik di kawasan tersebut padam bertepatan dengan rombongan mobil untuk pemakaman tiba. Ketiga, kasus penolakan jenazah Covid-19 di Jawa Tengah diketahui bahwa terdapat seorang perawat dari Rumah Sakit Kariadi Semarang meninggal dengan status positif virus corona. Saat hendak dimakamkan di daerah Ungaran, diketahui sekelompok masyarakat menolak pemakaman jenazah perawat tersebut. Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo, memberikan konfirmasi melalui akun Instagram pribadinya. Di salah satu unggahannya, Ganjar mewakili seluruh warga Jawa Tengah memohon maaf kepada semua dokter, perawat, dan petugas medis lainnya terkait peristiwa penolakan tersebut. Lebih lanjut, Ganjar mengimbau seluruh warga Jawa Tengah dan masyarakat Indonesia untuk berhenti melakukan peno-
Alasan Pertama: Pemahaman yang Salah dan Ketakutan Berlebih Dikutip dari Kompas.com, Guru Besar Psikologi Universitas Gadjah Mada, Prof. Koentjoro, menilai penolakan masyarakat karena adanya ketidakpahaman sehingga bertindak berlebihan hingga melebihi batas. "Itu ada dua kemungkinan. Satu, keyakinan yang salah. Jadi mereka itu bahasa Jawanya sok keminter. Mungkin itu disebabkan hubungannya dengan rasa ketakutan yang berlebih, padahal semuanya itu tidak perlu," kata Koentjoro, Senin (13/4). Masyarakat biasanya menganggap jika ada jenazah Covid -19 dimakamkan di sekitar tempat tinggal mereka, maka akan beresiko terjadinya penularan virus. Ketakutan seperti ini mungkin wajar terjadi. Namun, seharusnya warga tetap tidak boleh berlebihan hingga menolak jenazah yang akan dimakamkan.
kan bagi masyarakat. Dapat disimpulkan bahwa penolakan jenazah Covid-19 ini disebabkan rasa takut dan kurangnya informasi yang ada. Pemerintah dapat bekerja sama dengan media agar media tidak memberitakan hal-hal yang menakutkan tentang virus ini. Hal ini dapat membuat terjadinya pengurangan penolakan pemakaman jenazah oleh masyarakat. Mengapa demikian? Berikut alasan jangan menolak jenazah pasien Covid-19.
Alasan Kedua: Kurangnya Informasi Salah satu faktor penolakan warga terhadap jenazah Covid-19 juga karena tidak tersampaikannya informasi secara jelas soal virus corona. Alih-alih menenangkan, informasi yang beredar mengenai Covid-19 justru malah menimbulkan rasa takut yang berlebihan di tengah masyarakat. Ketika terjadi kebingungan dan kepanikan, tidak semua masyarakat mendapatkan informasi yang benar. Informasi seharusnya disampaikan secara jelas dan detail. Penyampaian informasi juga harus tenang dan tidak berlebihan agar virus corona ini tidak menjadi hal yang sangat menakut-
28
Inilah Mengapa Seharusnya Masyarakat Tidak Perlu Takut Perlu diketahui bahwa pengurusan jenazah Covid-19 sudah dilakukan dengan prosedur khusus dan ketat di rumah sakit. Dalam hal ini, jenazah dibungkus dalam kantong jenazah yang sangat rapat, lalu dimasukkan ke dalam peti yang tertutup rapat. Selanjutnya, dilakukan penyemprotan disinfektan pada peti yang memuat jenazah tersebut untuk memastikan kondisi lebih steril. Selesai melewati prosedur tersebut, jenazah akan langsung dibawa menuju tempat pemakaman untuk dikebumikan. Petugas pemakaman yang bertanggung jawab mengubur jenazah, sebelumnya sudah dilatih secara khusus untuk melakukan prosedur pemakaman jenazah Covid-19 dengan benar dan aman. Selain itu, petugas juga menggunakan Alat Pelindung Diri (APD) yang lengkap saat melakukan proses pemakaman. Proses pemakaman dilakukan secara cepat dengan jumlah pelayat yang sangat dibatasi agar kondisi tetap aman.
Waspada boleh, takut jangan (Foto: Dian Puspita)
Hal penting yang harus diketahui seluruh masyarakat bahwa virus corona tidak bisa mencemari tanah atau sumber air di sekitarnya. Dengan begitu, virus tersebut tidak akan menyebar di sekitar lingkungan area pemakaman. Bukan tanpa alasan, virus ini tidak akan bertahan lama di luar tubuh manusia. Bahkan, virus tersebut akan segera mati begitu jenazah telah dimakamkan. (Bimo Yogatama, Dian Puspita, Manggarani, dan Shinta Tri Pangestu)
29
30
Kisah Para Pekerja Lapangan Keluh Kesah Ojek Online Saat Covid-19
Pengemudi ojek online menggunakan masker (katadata.co.id)
S
ejak virus corona menyebar di Indonesia, beberapa pekerja dirumahkan demi keamanan bersama. Namun, tak sedikit pekerja lapangan yang masih tetap memilih bekerja untuk memenuhi kebutuhan sehari-harinya. Salah satunya dilakukan oleh Muhammad Raka Ibrahim. Mahasiswa yang juga bekerja menjadi ojol (ojek online) ini mengaku masih harus bekerja menjadi driver ojol (ojek online) meski sedang pandemi seperti ini. “Sebenarnya saya juga takut dengan virus corona ini. Ya tapi mau bagaimana lagi, saya juga harus cari order-an untuk menambah pemasukan saya, soalnya kan bapak dan ibu juga dirumahkan karena virus ini. Jadi saya harus bantu-bantu sedikit,” ujarnya. Raka, begitu sapaan akrabnya, mengungkapkan bahwa beberapa pekan terakhir order-an yang didapat oleh para pekerja ojol memang sangat berkurang dibanding hari-hari biasanya. Bahkan tak jarang, Raka harus bekerja 24 jam untuk memenuhi targetnya. Lebih lanjut, Raka bercerita meskipun ada Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 18 Tahun 2020 tentang Pengendalian Transportasi dalam Rangka Pencegahan Penyebaran Covid-19, orang-orang saat ini lebih memilih untuk tetap tinggal di rumah daripada pergi keluar rumah. Oleh karena itu, para driver ojol kebanyakan hanya bergantung pada pe-
nyediaan jasa seperti antar makanan dan pengiriman barang. “Iya, sekarang sepi banget order-an, tadi aja keluar rumah dari jam 07.00 pagi sampai sore saja baru dapat 2 orderan, susah sekali makanya, ” keluhnya. Bukan hanya itu, mahasiswa berusia 20 tahun ini juga mengatakan beberapa kali merasa kesulitan dalam mengantar pesanan sejak diberlakukannya lockdown pada beberapa daerah di Yogyakarta. “Susahnya itu saat ada orderan go-food atau go-send ke kampung-kampung. Banyak yang sudah lockdown dan tidak bisa masuk, jadi itu bisa mengurangi performa saya dalam penilaian karena saya tidak bisa mengantar tepat sampai tujuan,” tuturnya.
Kisah Mistis Relawan PMI Pengubur Jenazah dari Sleman Selain kisah ojek online, relawan kemanusiaan juga menjadi salah satu kisah yang cukup menarik untuk diulas. Di kondisi yang saat ini sedang genting dengan pandemi Covid-19, maka mulai banyak relawan kemanusiaan yang turun tangan, salah satunya ialah relawan Palang Merah Indonesia (PMI) pengubur jenazah Covid-19 yang memiliki kisah cukup menarik bersama rekan-rekan seperjuangannya selama pandemi ini. Septiadi Pitianta atau lebih akrab disapa Adi (33) ialah salah satu relawan PMI Kabupaten Sleman yang telah mengabdikan diri menjadi relawan sejak 2006. Saat ini, Adi bertugas menjadi relawan pengubur jenazah korban Covid-19 bersama 29 rekan lainnya. Adi pernah bercerita bahwa jenazah yang ia kuburkan 31
bersama rekan-rekannya belum tentu terpapar virus corona. Selama menjadi bagian dari Satgas Covid-19 PMI Sleman, ia dan rekan-rekannya telah 12 kali memakamkan jenazah diduga terpapar Covid-19. Relawan PMI Kabupaten Sleman ini pernah mengungkapkan jika di PMI ada nama khusus untuk tim yang bertugas memakamkan jenazah. Tim itu dinamakan Tim Pendak Bengi Sobo Makam (tim tiap malam mengunjungi makam) atau bisa disingkat TPBSM. Hal ini lantaran dari 12 jenazah yang sudah mereka makamkan, 11 diantaranya dilakukan di malam hari. “Biasa memakamkan jenazah pukul 02.00 WIB. Terkadang selesai dari pukul 03.40 WIB hingga pukul 06.00 WIB,” imbuhnya. Selama menjadi petugas pemakaman jenazah, Adi bersama rekan-rekannya juga sering mengalami hal mistis di luar nalar manusia. Salah satu kejadian yang pernah dialami ialah saat mengantarkan jenazah ia sempat diajak berkomunikasi oleh jenazah tersebut. Awal mula cerita itu ialah ketika ia dan rekannya memakamkan jenazah di TPU wilayah Kalasan pada bulan April 2020. Biasanya, timnya mengantarkan dengan dua mobil ambulans. Mobil ambulans pertama untuk personil dan mobil ambulans kedua untuk jenazah. “Namun saat mengantarkan jenazah itu, kami menggunakan dua mobil ambulans untuk jenazah. Nah, tiga orang yang berada di salah satu mobil itu merasa sedih. Ternyata ada makhluk yang mencoba berinteraksi dan berterima kasih kepada mereka karena sudah merawat hingga dimakamkan di tempat terakhir,” begitu ungkapnya. Ternyata bukan hanya Adi
Relawan PMI ikut membantu penguburan jenazah pasien selama pandemi corona (Foto: detik.com)
yang mengalami kejadian itu, rekan-rekannya yang berada dalam ambulans yang sama juga mengalami kejadian tersebut. Selain mendengar ucapan terima kasih, mereka juga melihat sosok yang mirip dengan jenazah itu. “Jelas sedikit kaget karena ditampakkan wajah jenazah. Tapi proses pemakaman di TPU Kalasan tetap berjalan lancar, meski beberapa relawan masih terkejut,” imbuhnya. Adi juga mengungkapkan ada kebiasaan yang harus dilakukan sebelum proses pemakaman. Mereka harus memberi tahu perangkat desa atau tetua setempat jika akan ada pemulasaran jenazah dengan protokol Covid-19. Selain itu, ada kebiasaan lain yang wajib juga dilakukan yaitu mengucapkan salam sebelum memasuki lingkungan pemakaman dan berdoa setelah pemakaman selesai. Mereka mencoba menghormati yang ada di makam tersebut. “Sebelumnya dalam sehari kami bisa memakamkan 2-3 kali jenazah dalam satu hari. Na-
mun saat ini, di PMI sudah ada sekitar 30 orang yang siaga. Jadi kinerja kami lebih baik karena sudah tertata,”
Rama Sahu, Petugas Medis yang Tetap Bekerja Meski Idap Penyakit Kanker Tak hanya di Indonesia, saat masa pandemi ini berbagai negara terdampak juga membutuhkan banyak tenaga kesehatan untuk berjuang menghadapi situasi yang ada. Mulai dari tenaga ahli hingga relawan kemanusiaan tentu akan sangat berperan besar. Walau begitu, tidak semua orang mau dan tergerak untuk berperan meskipun hanya sebagai relawan kesehatan. Banyak penyebab yang menjadi alasannya, salah satunya kesehatan pribadi. Kondisi seperti ini merupakan hal yang wajar. Namun, cerita berbeda 32
datang dari salah satu wanita asal India ini. Rama Sahu, wanita berumur 46 tahun asal Negara Bagian Orissa, India, merupakan salah satu petugas kesehatan dalam menghadapi pandemi Covid-19. Setiap pagi, ia harus meninggalkan rumahnya untuk menunaikan kewajibannya. Ia berulang kali mengunjungi sekitar 201 rumah setiap harinya dengan suhu udara mencapai 40 derajat Celcius. Rama setiap hari melakukan kegiatannya tersebut untuk membantu melakukan survei, membagikan sembako, dan mengedukasi masyarakat umum tentang virus corona. Walau berulang kali bertemu dengan orang yang sama, namun tak seorang pun menyadari keadaan Rama Sahu. Ia mengidap Kanker Uterus sejak tahun 2014. Keadaannya kini demikian buruk hingga ia harus mengenakan popok untuk menjalankan tugasnya. “Kami dibutuhkan dalam masa seperti ini,” ujar Rama Sahu yang dilansir dari BBC India. Maka dari itu, ia terus bekerja sekalipun sedang menghadapi kanker yang menyakitkan itu. Rama Sahu merupakan istri dari Ramesh dan mempunyai dua anak lakilaki, namun keduanya telah meninggal dunia. Anak pertamanya meninggal ketika
Ilustrasi Sahu pergi dari pintu ke pintu untuk mendidik warga soal virus corona (Foto: bbc.com)
berumur empat tahun, dan yang satunya lagi saat enam bulan. “Dunia kami runtuh,” kenang Sahu. Kedua anak itu sakit, tapi mereka tak tahu sakit apa. Rama dan Ramesh ingin sekali memiliki seorang anak lagi, namun impiannya tersebut tidak bisa terwujud setelah mendengar kabar kanker milik Rama. Ramesh pun berkata bahwa mereka ingin pindah ke kota Mumbai untuk perawatan Sahu dan memulai kemoterapi. Sempat dikatakan bahwa Rama akan segera sembuh, namun justru kankernya terus saja kembali. Meskipun demikian, Rama tidak pernah mengeluh dan menyerah. Ia tetap semangat untuk terus bekerja meningkatkan kesehatan masyarakat. “Ketika saya bekerja, saya bisa lupa dengan masalah saya. Pikiran saya selalu sibuk bekerja”, katanya. Ramesh sebagai suaminya hanya bisa mendukung segala keinginan istrinya. “Di rumah ia sering menangis, tapi kalau
bekerja ia lupa sakitnya,” ungkap Ramesh. “Ia tinggal di rumah hanya jika sakitnya tak tertahankan.” ”Dan penyelesaiannya biasanya paham, lalu meminta istriku untuk pulang dan beristirahat,” imbuh Ramesh lagi. Rama Sahu tidak pernah menyerah dengan keadaannya sekarang. Ia mempunyai keyakinan bahwa jika ia tidak melaksanakan tugasnya, keadaan dapat menjadi kacau. “Sekalipun ia sakit, ia tidak mundur. Kami sangat bersyukur ada orang seperti dia,” puji Laxman Gowda, kepala desa tempat tinggal Rama Sahu. (Bimo Yogatama, Shinta Tri Pangestu, dan Vanissa Zera)
33
34 34
Uluran Tangan di Masa Pandemi Covid-19
P
andemi COVID-19 ini menyebabkan beberapa pihak menjadi kehilangan mata pencaharian sehingga membuat keadaan keuangan mereka pun menjadi kritis. Kondisi pada saat inilah yang menyebabkan pihakpihak tersebut susah untuk makan dan membeli kebutuhan pokok sehari-hari. UMKM pun juga terganggu karena tidak diperbolehkan untuk berjualan pada saat pandemi ini. Kondisi seperti inilah yang membuat masyarakat yang berkecukupan tergerak melakukan aksi solidaritas. Aksi ini dilakukan bertujuan untuk membantu masyarakat yang kekurangan, khususnya saat pandemi terjadi. Selain komunitas sosial, beberapa jejeran artis pun ikut menyumbang sejumlah uang yang digunakan untuk membantu ojek online, UMKM, bahkan tenaga medis. Tidak hanya artis, influencer, selebgram, dan youtuber juga turut melakukan penggalangan dana.
Berhasil Kumpulkan Donasi 2 Miliar dalam Sehari Rachel Vennya merupakan salah satu influencer yang melakukan aksi solidaritas berupa penggalangan dana melalui Web Kitabisa.com. Ia berhasil mengumpulkan donasi sebanyak Rp 9 miliar sejak pertengahan Maret 2020 lalu. Rachel juga turut memberikan sumbangan secara pribadi berupa 1000 pcs Hazmat Suit untuk Rumah Sakit Rujukan Covid-19 di Indonesia.
“Melihat kurangnya APD akhirnya aku contact @faniakhamada (team Kitabisa) untuk mencari hazmat suit, Qadarullah ada 1000 pcs hazmat suit ready stock dibantu dengan kak Gio (Team Kawal Covid-19) akhirnya aku pribadi memutuskan untuk menyumbang. Jhon Doe 1000 pcs hazmat suit tersebut menyebar ke 82 Rumah Sakit Rujukan Covid-19Designer di Indonesia sudah fix tingStockInDesign gal dikirim,” tulis Rachel dalam salah satu unggahannya. Rachel berhasil mengumpulkan Rp 2 miliar lebih hanya dalam sehari. Rachel pun merasa sangat terharu karena banyaknya orang baik yang ingin membantu penggalangan dana ini. Setelah 3 hari berlangsungnya penggalangan dana, sudah terkumpul sebanyak Rp 5 miliar. Namun dibalik kesuksesan tersebut, Rachel mengaku mengalami perasaan tertekan karena ia merasa dirinya lama-kelamaan menjadi pusat mencari bantuan. Hal tersebut dicurhatkan Rachel di YouTube Luna Maya ‘Rahasia Rachel Vennya Dibalik Donasi 8 Miliar’ pada Minggu (19/04/2020). “Sekarang yang saya lakukan di rumah adalah koordinasi terus. Jujur saja hari ini tuh benar-benar pressure banget ya, karena kan di satu sisi senang banget bisa dapat uang Rp 2 miliar sehari,” ungkap Rachel Vennya.
review
Laman penggalangan dana (Foto: TribunStyle.com)
Unggahan Rachel mengenai penggalangan dana (Foto: Instagram @rachelvennya)
35
Masyarakat pun banyak yang menganggapnya luar biasa karena mampu mengumpulkan donasi dalam jumlah yang besar, namun hal tersebut justru menjadi tekanan baginya. “Orang yang melihatnya menganggap keren banget. Saya pas awal juga 'ih keren banget gue'. Tapi lama kelamaan itu jadi seperti sebuah harapan bahwa orang-orang akan dibantu sama saya,” tuturnya. Ia menambahkan, orang-orang mulai merasa bahwa ia tidak punya keterbatasan untuk membantu orang lain sehingga mereka semua meminta bantuannya. Natum vere numenis Dirinya juga menyalurkan dana Rp 2 miliar ke simus, od qui(PMI) beryang Ma- langsung diteriPalang Merah Indonesia syarakat pun banyak ma oleh mantan Wakil Presiden Jusuf Kalla sebagai ketua. Namun, beberapa waktu lalu Rachel menolak penghargaan dari MURI (Museum Rekor Indonesia) karena ia merasa bahwa saat ini seharusnya perhatian ditujukan untuk orang-orang yang butuh bantuan. Rachel pun berterima kasih kepada 135.107 orang yang telah ikut berdonasi. "Saya tidak pernah mendaftarkan diri ke MURI, tetapi niat baik MURI sangat saya hargai. Terima kasih buat 135107 #OrangBaik yang sudah berdonasi," tulis Rachel.
1
Arief Muhammad: Ini Merupakan Bukti Kerja Sama Masyarakat Indonesia
galangan dana yang akan disalurkan untuk masyarakat yang membutuhkan, khususnya ojek online dan UMKM. Dana yang telah terkumpul tersebut akan digunakan untuk membeli sembako dan kemudian akan dibagikan kepada mereka. Sebesar Rp 2,6 miliar dana sudah terkumpul. Arief pun turut membagikan APD untuk tenaga medis sebanyak 1.000 Hazmat Suit untuk 20 Rumah Sakit Rujukan Covid-19, 1.300 paket makanan, 50 bilik disinfektan, 10 alat cuci tangan, dan 1.000 paket sembako. Sebelumnya, pada 18 Maret lalu, Arief Muhammad melakukan galang dana melalui Kitabisa.com. Tak sampai 24 jam, dana yang terkumpul mencapai Rp 1 miliar. Hal itu Arief umumkan melalui akun Instagram miliknya, @ariefmuhammad. “Enggak sampai 24 jam sudah terkumpul 1 miliar lebih. Orang baik mah masih banyak ya,” tulisnya. Hingga Kamis (19/3), dilihat dari laman resmi Kitabisa.com, donasi yang dikumpulkan akun Arief & Tipang telah mencapai nominal Rp 1.316.724.582 dari target Rp 1,5 miliar. “Ini sekaligus bukti kalau uang kecil dikumpulkan bareng-bareng jadinya bisa banyak dan bermanfaat juga,” tulisnya. Dengan terkumpulnya dana secara kurang dari 24 jam ini, pemilik nama lengkap Muhammad Arief Yakoeb menyebut ini merupakan bukti kerja sama masyarakat Indonesia.
Gerakan Solidaritas Pangan Jogja (SPJ)
Donasi yang digalang Arief Muhammad (Foto: Kitabisa.com)
Tidak hanya Rachel Vennya, seorang influencer yaitu Arief Muhammad pun ikut mengadakan peng-
Sekitar dua bulan lalu ketika kasus corona mulai merebak di Indonesia, pada pertengahan Maret Pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta (Pemda) DIY mengumumkan warganya positif terinfeksi virus corona atau Covid 19. Kekhawatiran dan ketakutan mulai dirasakan masyarakat Jogja. Perekonomian di Yogyakarta yang diandalkan yaitu sektor pariwisata menjadi terhambat. Jumlah wisatawan yang datang ke Jogja menurun drastis. Destinasi ditutup sehingga tidak ada pengunjung. Hal tersebut tentu sangat berdampak pada para pekerja informal yang ditopang oleh sektor andalan jogja tersebut. Selain itu, bagi mereka kalangan bawah, para pekerja informal yang men36
gandalkan penghasilan harian seperti tukang becak, sopir ojek online, pemulung, pedagang pasar semakin sulit mendapat pemasukan. Ini terjadi setelah orang-orang makin membatasi diri ke luar rumah demi menghindari virus corona. Saat banyak masyarakat yang kesulitan memenuhi kebutuhan dasarnya, lahirlah gerakan solidaritas yang digagas oleh Ita Fatia Nadia. “Saya bersama kedua putri saya berinisiatif untuk memberikan bantuan kepada mereka yang tak berdaya atau tidak mampu di tengah pandemi Covid-19 ini,” ujar Mantan Direktur Kalyanamitra tersebut. Pada 17 Maret lalu, dapur umum swadaya yang dibuat Ita menghasilkan 50 bungkus nasi. Setelah berjalan beberapa hari, Ita dan kedua anaknya kewalahan. Kemudian ia mengontak jaringan pekerja sosial lainnya yang ia kenal di Jogja, salah satunya adalah SMI
(Sosial Movement Institute). Bersama SMI yang mayoritas adalah aktivis mahasiswa, gerakan itu semakin lebar. Donasi mulai berdatangan, para pembuat nasi angkringan yang dagangannya tak laku kemudian dibeli untuk dibagikan. Solidaritas semakin luas, sejumlah organisasi kemudian ikut bergabung seperti LBH (Lembaga Bantuan Hukum) Yogyakarta, AJI (Aliansi Jurnalis Independen) Yogyakarta, Walhi (Wahana Lingkungan Hidup) Yogyakarta, dan sejumlah organisasi serta lembaga lainnya. Aksi sosial beberapa organisasi itu lantas dinamai Gerakan Solidaritas Pangan Jogja (SPJ). Cara kerja para relawan dan komunitas yang terlibat dalam solidaritas ini diminta tetap mematuhi protokol pencegahan penyebaran Covid-19. Setiap dapur umum, tak lebih dari tiga orang yang memasak. Mereka diharuskan bergantian untuk menghindari kerumunan. Pun
demikian dengan para relawan yang menjadi kurir pemasok bahan baku makanan atau distributor nasi bungkus. Mereka semua diminta untuk mematuhi protokol, mengenakan masker, sarung tangan, dan juga membawa cairan sanitasi tangan. Terhitung dari 27 Maret - 28 April 2020, Solidaritas Pangan Jogja sudah mendistribusikan 22.506 porsi nasi bungkus kepada orang-orang yang membutuhkan. Namun aksi solidaritas ini tak selalu berjalan lancar, pada 18 April lalu diadakan rapat koordinasi yang dihadiri sembilan relawan. Rapat koordinasi pembagian masker dan pangan di Kantor Walhi Jogja dibubarkan paksa oleh aparat.
SPJ (Solidaritas Pangan Jogja) membagikan nasi bungkus (Foto: Instagram @solidaritas.yogyakarta)
“Sebelum pembubaran pertemuan di Walhi, sejumlah orang tak dikenal mendatangi dua posko dapur umum. Pada 17 dan 18 April 2020, ada orang tak dikenal mendatangi dapur umum di Ngadiwinatan. Sehari sebelumnya, 17 April 2020, dapur umum di Balirejo kedatangan tamu tak dikenal juga. Mereka menanyakan sumber dana dapur umum dan ada kaitanya dengan anarko tidak,” ungkap salah satu relawan. Pendirian dapur umum adalah inisiatif warga untuk membantu sesama warga rentan yang kehilangan mata pencaharian akibat pandemi Covid-19. Tidak ada hubungannya dengan 37
anarko. “Kecurigaan seperti ini malah bisa menghambat inisiatif-inisiatif masyarakat yang ingin membantu. Aksi aparat ini juga terbilang bertolak belakang dengan instruksi Presiden Jokowi yang mengimbau untuk saling membantu sesama warga di masa pandemi,” lanjutnya. Saat ini Solidaritas Pangan Jogja (SPJ) masih berjalan dengan lancar dengan beberapa dapur umum yaitu di Dapur Ngadiwinatan, Dapur Wonocatur, Dapur Keparakan Kidul, Dapur Piyungan, Dapur Sayegan, Dapur Gamping, Dapur Prawirotaman, Dapur Condong Catur, Dapur Balirejo, Dapur Sembungan, Dapur Caturtunggal, Dapur kota gede, dan Dapur bong suwung. Dapur umum juga masih menerima donasi-donasi dari berbagai pihak yang ingin membantu. Kegiatan dari Solidaritas Pangan Jogja bisa dilihat dari media sosialnya di Instagram yaitu @solidaritas.yogyakarta. Di akun tersebut, kita dapat melihat kegiatan distribusinya setiap hari serta donasi-donasi yang masuk.
Aksi Pita Hitam Perawat
gorbankan dirinya untuk berkontak langsung dengan pasien memang risiko tertular lebih besar, tetapi jasa dari perawat tidak sebanding dengan adanya penolakan pemakaman ini. Ketua Bidang Sistem Informasi dan Komunikasi Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia ( DPP PPNI), Rohman Azzam, membenarkan aksi solidaritas itu. “Pita hitam adalah sikap solidaritas yang menunjukkan duka mendalam atas wafatnya sejawat kami, perawat RSUP dr. Kariadi Semarang khususnya, yang diperlakukan secara berlebihan oleh oknum masyarakat dengan menolak pemakamannya di lokasi pemakaman umum,” jelasnya. Dengan adanya aksi solidaritas tersebut, kita dapat mengapresiasi para orang baik yang sudah menyumbangkan sebagian rezekinya untuk orang yang membutuhkan. Selain itu, menumbuhkan kepedulian terhadap para tenaga medis dan para pejuang lainnya juga perlu dilakukan. Sebagai warga negara yang baik, jika tidak bisa membantu dalam bentuk materi, maka kita dapat membantu dengan stay at home sehingga jumlah kasus pasien positif tidak terus bertambah dan pandemi ini segera usai. (Manggarani, Tarisa Ramadhani, dan Ayu Fitmanda Wandira)
Ilustrasi Aksi Pita Hitam oleh perawat (Foto: Kompas.com)
Tidak hanya aksi solidaritas yang berupa materi, para perawat di Jawa Tengah mengenakan pita hitam di lengan kanan mereka sebagai aksi solidaritas lantaran adanya penolakan pemakaman perawat di Semarang. Aksi ini pun diunggah di sejumlah media sosial. Para perawat mengungkapkan rasa kepedihan. Sebagai tenaga medis yang menjadi garda terdepan pada saat pandemi ini, seharusnya penolakan pemakaman tidak terjadi. Perawat yang sudah men38
facum
Natum vere numenis simus, od qui beribussiti plautem
39
Vaksin dan Herd Immunity jadi Solusi Menanggulangi Covid-19
Ilustrasi vaksin (Sumber: kompas.com)
Selama pandemi berlangsung, setidaknya ada dua wacana yang diklaim bisa menjadi solusi. Keduanya adalah pembuatan vaksin dan herd immunity. Permasalahan muncul, faktor waktu dan kondisi suatu negara pun berpengaruh. Pertanyaan yang kemudian muncul adalah, apakah keduanya sisi terang penanganan Covid-19?
Sejak kasus pertama dan kedua Covid-19 diumumkan Presiden Joko Widodo pada awal Maret lalu, Indonesia menyatakan keadaan darurat Covid-19. Kebijakan demi kebijakan digelontorkan, mulai dari imbauan penggunaan masker, rapid test massal, dan adanya Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB). Selain itu, dilansir dari Tirto. id, pada pertengahan April, Pemerintah Pusat memberikan tugas khusus kepada Lembaga Eijkman langsung untuk memproduksi vaksin di bawah satu konsorsium
berbagai instansi. Ini adalah tugas sulit. Dunia berkejaran dengan waktu demi menciptakan vaksin yang dapat membunuh virus yang sudah menjangkiti lebih dari 2,5 juta orang (data global per 22 April).
Semua pihak menunggu dan bertanya: apakah misi ini sukses?
Tak hanya Indonesia yang optimis mencoba membuat Vaksin Covid-19, tiga perusahaan farmasi terbesar 40
Amerika Serikat, Inovio, Moderna, dan Pfizer kini telah memulai uji klinis, yaitu tahap pertama dalam pengembangan vaksin. Sementara itu, para peneliti di Oxford University yang didukung oleh Pemerintah Inggris mengatakan mereka bertekad untuk memproduksi vaksin pada musim gugur nanti. Namun, pejabat senior WHO (World Health Organization), Dale Fisher menyebut vaksin untuk Covid-19 tidak akan siap hingga akhir tahun depan. Hal ini menunjukkan Lembaga Bio Molekuler Eijkman turut berlomba dengan perusahaan farmasi bermodal besar demi membuat vaksin Covid-19. Rata-rata pernyataan dari pihak-pihak tersebut ditambah WHO, menyatakan kemungkinan vaksin tersebut siap diedarkan dan didistribusikan pada akhir tahun 2021. Pengembangan dan distribusi massal vaksin secara luas dipandang sebagai cara yang paling mungkin untuk mengendalikan Covid-19. Dilansir kembali dari Tirto. id, baru-baru ini Eijkman mengabarkan akan mengembangkan metode pengelolaan plasma darah yang diambil dari pasien Covid-19. Nama plasma tersebut adalah convalescent, yang diambil antara 2 hingga 4 pekan setelah pasien sembuh. Plasma ini, mengandung antibodi untuk bisa menetralisir virus dan diharapkan bisa membantu pasien-pasien dalam kondisi berat. Di sisi lain, Eijkman harus melayani gelombang besar tes spesimen PCR dari pasien-pasien terduga COVID-19. Mereka minim laboratorium standar bio safety
level 3 karena mayoritas dipakai untuk tes spesimen. Meski demikian, Eijkman masih percaya diri menargetkan vaksin corona bisa diproduksi pada tahun 2021. Selain adanya jangka waktu yang cukup lama untuk mendapatkan vaksin, permasalahan lain datang dari prediksi Penggagas Kongres Diaspora Indonesia, Dino Patti Djalal, yang mengatakan negara-negara berkembang diprediksi kesulitan mendapatkan vaksin untuk Covid-19. Hal ini merujuk kepada produksi vaksin Covid-19 yang masih dalam proses. Sementara itu, seluruh negara membutuhkan vaksin tersebut. “Hak yang dikhawatirkan adalah vaksin itu baru satu tahun mungkin nanti baru bisa difinalkan, lalu diproduksi, dan didistribusikan. Semua negara akan rebutan, dan mungkin yang akan terkena dampak yang paling sulit mendapatkan adalah negara-negara berkembang,” kata Dino dalam konferensi pers secara daring dengan Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19, Senin (11/5/2020) dilansir Kompas.com.
Herd Immunity sebagai Pilihan
Ilustrasi herd immunity (Sumber: Merdeka.com)
Tak hanya vaksin, berbagai solusi berdasar keilmuan hingga keterlibatan budaya masyarakat turut beredar di berbagai sumber in-
formasi. Bahkan, tak sedikit muncul berbagai informasi yang simpang siur mengenai bagaimana kita bisa menghentikan penyebaran dari virus corona ini. Mulai dari meminum air rebusan bawang putih, berjemur pada jam tertentu, sampai terdengar istilah herd immu-
nity.
Istilah herd immunity menjelaskan sebuah situasi tingginya angka di suatu wilayah (misalnya kota, provinsi, atau negara) yang imun (kebal) terhadap suatu penyakit berkat vaksinasi maupun kekebalan tanpa penanggulangan. Biasanya kekebalan ini disebabkan oleh seseorang yang terpapar virus dan mendorong terciptanya antibodi untuk melindungi tubuh dari virus tersebut. Herd Immunity akan tercapai ketika mayoritas penduduk dari suatu daerah sudah kebal terhadap suatu penyakit dan akan menghentikan penyebarannya. Herd immunity terdengar menjanjikan sebagai solusi dari wabah ini, karena ini adalah salah satu situasi yang memperlambat bahkan menghentikan penyebaran penyakit berbahaya pada suatu populasi. Dapatkah kita berharap pada herd immunity sebagai solusi dari pandemi ini? Permasalahan pada herd immunity dan Covid-19 adalah angka imunitas yang 41
masih sangat jauh untuk mencapai herd immunity. Para ahli memperkirakan suatu wilayah harus memiliki tingkat imunitas sebesar 60% sampai 90% untuk menghentikan penyebaran suatu penyakit. Mayoritas negara terdampak Covid-19 belum mencapai angka 1%, termasuk Indonesia yang merupakan negara dengan penyebaran virus yang sangat cepat. Namun, herd immunity masih menjadi pertanyaan apakah mampu
menangkal penyebaran covid-19 apa tidak. Pasalnya, herd immunity bisa dianggap sebagai mitos dan rencana pembunuhan massal. Pendapat ini dikemukakan oleh ahli penyakit menular Australia, Professor Raina Macintyre. “Wacana herd immunity hanyalah tindakan defensif atau bertahan dan sama halnya dengan pembunuhan massal,” ujarnya pada Suara.com. Selain itu, WHO juga tidak meyakini bahwa pasien yang sembuh mempunyai kekebalan tubuh yang cukup. Dilansir dari suara.com, pejabat WHO, Mike
Ryan berpendapat bahwa hanya sepersekian persen dari populasi yang memproduksi antibodi. Namun, bukti-bukti yang ada saat ini tidak mendukung bahwa sebagian besar memiliki antibodi. Sehingga, saat ini herd immunity bukan solusi yang ideal bagi pemerintah. “Salah satu cara agar herd immunity ini berhasil yaitu dengan menciptakan vaksin. Apabila vaksin telah ditemukan dan diuji secara klinis maka gagasan herd immunity bisa diterapkan,” ujar Ryan. (Arnelia Anindya Nariswari, Adeja Dasheva, Ayu Larasati)
Pro Kontra Klorokuin dan Avigan dalam Atasi Covid-19
Ilustrasi Klorokuin (sumber: Riau Pos)
P
emerintah telah mengupayakan beberapa kebijakan demi menghentikan rantai penyebaran virus yang dinyatakan sebagai pandemi
bagi seluruh dunia. Salah satu upaya yang dilakukan adalah penerapan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB). Hal ini masih terus diupayakan sebab
belum ditemukan obat atau vaksin untuk menyembuhkan pasien yang dinyatakan positif. Presiden Jokowi telah 42
mengumumkan bahwa akan membeli jutaan obat klorokuin dan avigan. Pemerintah mengatakan bahwa obat tersebut mampu membantu penyembuhan pasien positif corona. Bahkan, obat-obat ini telah digunakan beberapa negara sebagai salah satu upaya dalam mengatasi pandemi. Beberapa negara seperti Cina, Jepang, dan Korea Selatan sempat menggunakan obat Avigan sebagai upaya untuk mengatasi Covid-19. Bagaimana keefektifan obat ini berdasarkan pengalaman dari negara tersebut? Berdasarkan ulasan dari Nikkei Asian Review, Avigan adalah merek dagang dari favipiravir yang dikembangkan pada tahun 2014 oleh perusahaan Jepang Fujifilm Holdings. Obat ini telah digunakan oleh Cina dan Jepang pada Februari 2020 lalu. Cina menyatakan bahwa obat avigan cukup efektif untuk melawan Covid-19. Dikutip dari detiknews.com, uji klinis pada obat ini pertama kali dilakukan di Wuhan dan Shenen terhadap 200 pasien terinfeksi virus corona. Hasil mengatakan bahwa pasien mampu sembuh dalam kurun waktu sekitar empat hari, sedang pasien yang tidak menggunakan avigan perlu waktu sekitar sebelas hari untuk dinyatakan sembuh. Berbeda dengan Cina, Korea Selatan tidak bisa percaya begitu saja pada efektivitas dari obat avigan. Menurut Kementrian Keamanan Pangan dan Obat-obatan Korea Selatan, belum ada data klinis yang cukup untuk membuktikan kemanjuran dan khasiat dari obat tersebut. Selain itu, efek samping dari avigan ini dapat menyebabkan cacat dan kematian pada janin.
Sedangkan Chloroquine merupakan obat yang umumnya digunakan untuk mengobati penyakit malaria. Obat ini digunakan untuk membunuh parasit malaria yang hidup di sel darah merah. Chloroquine juga digunakan untuk mengobati infeksi yang disebabkan oleh parasit tipe amoeba dan beberapa penyakit autoimun lainnya seperti lupus. Efek samping dari obat klorokuin ini sangat berbahaya apabila pemakaiannya tanpa resep dari dokter. Dilansir dari www.axios.com, pasangan suami istri berusia 60 tahun asal Amerika Serikat dilaporkan telah mengkonsumsi klorokuin. Konsumsi tersebut menyebabkan sang suami meninggal dunia, sedangkan istrinya dirawat intensif. Banyak spekulasi tentang pembelian kedua obat ini. Sejumlah pakar mengatakan bahwa tidak adanya bukti ilmiah yang cukup bahwa kedua obat tersebut dapat digunakan sebagai pengobatan Covid-19. Menurut Ketua Satgas Covid-19 Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI), Prof Zubairi Djoerban, bahwa belum ada bukti yang cukup kuat obat Avigan dan Chloroquine akan menjadi pilihan untuk kasus Covid-19. Masyarakat diimbau tidak langsung berbondong-bondong membeli kedua obat ini. Setelah adanya pernyataan resmi dari Presiden Jokowi, bukan berarti masyarakat diperbolehkan menggunakan obat tersebut tanpa anjuran dokter. Pemerintah juga mengatakan bahwa obat ini merupakan obat untuk penyembuhan bukan untuk pencegahan, “Saya sampaikan bahwa klorokuin ini adalah bukan obat first line, tetapi obat second line. Karena memang obat Covid-19 ini belum ada dan juga belum ada antivirusnya,” ujar Jokowi dikutip dari Kompas.com (23/3). (Yuslin Aprilia, Mutiara Elisabeth Carolina, Salma Annisa Rahmah)
43
Potensi Pasien Sembuh Corona dapat Terkena Kembali
Ilustrasi pasien virus corona dalam masa penyembuhan penyakit Covid-19.(Shutterstock)
Media internasional sempat dihebohkan dengan berita seorang pria di Jepang kembali positif corona setelah dinyatakan sembuh. Hal yang sama juga terjadi di Cina. Tim medis mengungkap 14% pasien virus corona yang telah pulih di Cina kembali terinfeksi dan dinyatakan positif Covid-19 untuk kedua kalinya. Dilansir dari Kompas.com, ahli virologi Spanyol bernama Luis Enjuanes menjelaskan, di antara beberapa kemungkinan virus corona memang membuat orang mengembangkan kekebalan
tubuh. “Akan tetapi, respons kekebalan itu tampaknya tidak terlalu kuat. Maka ketika respons kekebalan melonggar, virus yang masih ada di beberapa saluran tubuh muncul kembali,” jelasnya. Pendapat lain diungkapkan oleh Dokter spesialis anak dr. Arifianto dalam talk show online bertajuk Covid-19 pada Anak: Apa yang Harus Diketahui Orang Tua? yang diselenggarakan oleh Inisiatif Zakat. “Fenomena ini bisa terjadi kemungkinan karena SARS-CoV-2 yang memiliki banyak strain,” ujarnya.
Melansir dari Republika.com, Arifianto menjelaskan dengan contoh apabila seseorang terinfeksi SARS-CoV-2 dengan strain “A” kemudian sembuh, dia akan memiliki antibodi sehingga tidak akan kembali sakit akibat virus tersebut. Namun, orang itu masih memiliki kemungkinan untuk sakit akibat infeksi SARS-CoV-2 dari strain “B”, karena strain berbeda maka dia tidak punya kekebalan pada strain baru (B). Kemungkinan berikutnya adalah antibodi yang 44
terbentuk setelah seseorang terinfeksi SARS-CoV-2 ini hanya memberi kekebalan dalam jangka pendek. Hal ini membuat seseorang yang sudah sembuh bisa terinfeksi kembali oleh virus yang sama setelah perlindungan dari antibodi tersebut tak lagi ada. Sejauh ini pihak otoritas kesehatan belum dapat memastikan apa yang sesungguhnya terjadi pada fenomena tersebut. Pakar kesehatan mengungkapkan hasil salah tes juga bisa menjadi penyebab adanya fenomena ini. “Ada interpretasi yang berbeda-beda serta banyak variabel. Pemerintah perlu bersiaga untuk merespons setiap variabel tersebut,” ungkap Jeong Eun-kyeong profesor kedokteran paru-paru di Rumah Sakit Sacred Heart Universitas Hallym. Penyebaran Covid-19 yang sangat cepat dan masih baru membuat peneliti terus mempelajari lagi tentang Covid 19 karena belum cukup studi yang menjelaskan tentang reaksi sistem imun terhadap virus tersebut. (Novella Candra Wastika)
Petugas medis membawa pasien saat simulasi ke Ruang Isolasi Khusus Kemuning Rumah Sakit Hasan Sadikin (RSHS), Jalan Pasteur, Kota Bandung, Jumat (6/3/2020). Kegiatan tersebut guna melatih keterampilan juga kesiapsiagaan petugas serta peralatan medis dalam menangani pasien virus Covid-19. Sumber : Ayobandung.com/ Kavin Faza
Prediksi Sosial-Budaya, Ekonomi, dan Politik Pascapandemi
P
andemi Covid-19 saat ini membawa dampak yang begitu masif meliputi berbagai aspek kehidupan. Mulai dari aspek sosial, politik, ekonomi, juga budaya. Perubahan sosial, budaya, dan ekonomi ini terjadi dalam jangkauan luas yang mencakup seluruh
dunia. Akibatnya, hampir semua negara tidak bisa menghindar dari dampak yang disebabkan pandemi tersebut. Dari segi sosial, Covid-19 menumbuhkan semangat kebersamaan dalam upaya menghadapi virus corona. Banyaknya peng-
galangan dana dari berbagai organisasi atau perseorangan menunjukan betapa besarnya rasa kemanusiaan yang ada di antara semua orang. Sifat Covid-19 yang sangat mudah menyebar membuat semua orang harus menerapkan protokol Kesehat45
an, seperti menggunakan masker, rajin mencuci tangan, hidup bersih, dan jaga jarak. Tanpa sadar, hal-hal tadi dapat membuat individu merasakan hubungan yang renggang dan penuh kecurigaan. Kemudian dari bidang politik, adanya pandemi ini merupakan sebuah tantangan bagi pemimpin-pemimpin negara yang tumbang akibat dampak pandemik. Seperti bagaimana ia bisa mengatur jajaran pemerintahan dalam melindungi dan melayani warga negaranya. Pemerintah juga harus bisa menjaga kepercayaan dan legitimasi dari rakyat. Sementara itu, di lihat dari aspek budaya, pertemuan dan perkumpulan yang lazimnya dilakukan secara tatap muka langsung, kini berkumpul bersama bisa dengan memanfaatkan potensi dan sarana digital yang ada melalui telepon, video call, dan video conference. Bahkan, kegiatan seni yang cenderung mengumpulkan banyak orang, kini bisa menggunakan platform berbasis digital.
Terakhir adalah bidang ekonomi, sisi yang sangat dikhawatirkan semua masyarakat dunia, terlebih pemerintahannya. Di bidang ekonomi akan terjadi perubahan yang sangat besar, kecenderungan bergeser ke arah digitalisasi di sebagian besar instrumen ekonomi. Kegiatan yang bersifat fisik mau tidak mau bergeser ke arah digital yang banyak menggunakan jasa internet. Unsur-unsur swasta menjadi lemah, sementara negara dipaksa untuk memerankan diri sebagai central power dalam melayani rakyat. Jika berlanjut pandemi ini maka kemungkinan paling buruk adalah ekonomi kapitalis akan lenyap dan tak ada perusahaan multi nasional, juga transnasional. Dalam sebuah catatan Geografer David Harvey pada tulisanya yang berjudul A Companion to Marx’s capital mengatakan: “modal bukanlah benda, melainkan proses yang ada dalam gerak. Ketika sirkulasi terhenti, nilai lenyap dan keseluruhan sistem menjadi runtuh. Tak ada kapitalisme tanpa gerak.”
Dunia Anak Saat dan Setelah Covid-19
Dua siswa sekolah dasar tengah melakukan cuci tangan (foto: UNICEF)
Pada mulanya Andrew Pollard, professor infeksi dan imunitas Universitas Oxford memperkirakan bahwa anak-anak tidak rentan terinfeksi Covid-19. Namun, saat ini para ahli (IDI dan WHO) sepakat bahwa asumsi tadi terbukti keliru.
Mereka mengatakan bahwa Covid-19 mungkin menginfeksi orang dari semua usia. Bila ditilik di Indonesia, pemerintah telah menerapkan kebijakan PSBB di berbagai wilayah yang membawa pengaruh besar bagi kehidupan 46
anak-anak. Pemerintah negara lain pun telah memberlakukan kebijakan serupa berupa pembatasan sosial dan lokalisasi segala jenis kebutuhan dan kegiatan. Hal ini menempatkan anak-anak pada krisis yang fundamental. Krisis tersebut diantaranya krisis gizi, krisis kesehatan, dan krisis pendidikan. Ketiga krisis ini merupakan kebutuhan krusial dalam dunia anak-anak. Menurut survey yang dilakukan, di Indonesia terdapat 115 juta keluarga yang terancam menjadi level menengah kebawah dari segi penghasilan. Berkurangnya penghasilan individu ini akan berdampak pada kemampuannya untuk menyediakan makanan yang bergizi bagi anak-anak. Kekurangan asupan gizi akan mempengaruhi proses tumbuh dan kembang seorang anak. Apabila ia tidak mendapatkan asupan yang cukup maka ia akan tumbuh menjadi generasi stunting, padahal di Indonesia sendiri belakangan sedang menekan angka stunting degan berbagai cara, tetapi karena adanya kondisi yang seperti ini maka upaya pemerintah terebut besar kemungkinan tidak mencapai hasil yang diinginkan. Selain tumbuh menjadi generasi stunting, kekuragan asupan gizi pada anak-anak juga berdampak pada kecerdasan yang ia miliki. Akibat kedua dari penerapan PSBB, adalah terputusnya anak-anak dari pelayanan kesehatan yang optimal. Bahkan, di perbatasan Suriah dan Yordania karena adanya penutupan akses wilayah, mereka benar-benar terputus dari akses Kesehatan. Sehingga ada banyak anak-anak di luar sana yang mungkin sedang sakit tetapi tidak memperoleh pelayanan maksimal. Entah karena rumah sakit yang terbatas, ataupun ketakutan orang tua apabila sampai tertular virus yang mungkin menyebar di rumah sakit. Contoh lainnya di bidang kesehatan juga berimbas pada jaminan kesehatan ibu hamil, ibu menyusui, dan anak-anak di bawah umur. Bahkan di negara-negara berkembang seperti Indonesia diramalkan akan terjadi peningkatan jumlah kematian anak di bawah umur. Akibat perhatian medis yang difokuskan pada penanganan masalah pandemi, setidaknya ada 23 negara yang menunda atau memberhentikan aksi kampanye imunisasi bagi warganya. Tidak kalah penting, anak-anak saat ini juga
mengalami krisis pendidikan. Akibat segala hal yang dilakukan dari rumah membatasi anak-anak untuk dapat menempuh pendidikan secara normal di sekolah. Ada beberapa negara yang menerapkan sistem sekolah daring, tetapi kebijakan ini bukan solusi bagi semua pihak, karena tidak semua tempat dan keluarga memiliki akes untuk internet. Kondisi seperti ini dikawatirkan akan menciptakan kesejangan yang semakin lebar antara si kaya dan si miskin pada masa yang akan datang akibat perbedaan pendidikan yang dijalani saat usia kanak-kanak. Ada banyak sekali kemungkinan buruk yang dapat terjadi. Oleh karenanya sangat diperlukan adanya rekonstruksi fundamental bagi kehidupan anak-anak. Rekonstruksi tersebut adalah suatu proses pembangunan yang komperehensif dan mendasar mencakup kesehatan, pendidikan, keamaan, gizi hingga jaminan psikologis mereka. Rekonstruksi fundamental ini tentunya memerlukan waktu yang tidak sedikit. Bahkan selama dekade terakhir pihak UNICEF dan organisasi peduli anak sedunia telah melakukan berbagai upaya untuk mewujudkan kehidupan anak-anak yang lebih baik belum sepenuhnya terwujud meskipun sudah banyak peningkatan. Perlu sekali kesadaran dan dukungan dari semua pihak baik keluaga, sekolah, pemerintah, hingga lingkungan sosial untuk turut serta menciptakan dunia yang baik bagi anak-anak. Dengan adanya situasi seperti ini barangkali kita memerlukan waktu yang lebih lama lagi untuk menjamin suatu generasi yang digadang-gadang oleh bangsanya. (Amelia Maulidina, Syiva Pramuji Budi Astuti, Azura Aulia Azahra)
47
“Bergerak Dinamis di Era Kenormalan Baru” Dengan sekejap, dunia dan segala rencana manusia menjadi hancur berantakan. Rilisnya film, gelaran konser, hingga pernikahan harus diberhentikan sebab menghadirkan banyak massa yang berpotensi menyebabkan resiko penularan tertinggi. Usaha-usaha kecil hingga yang besar, tutup untuk sementara waktu. Kerugian dimanamana, saham anjlok, tempat ibadah dan sarana pendidikan juga ditutup.Tak terkecuali pada wadah kami belajar, UPN “Veteran” Yogyakarta. Dalam buletin ini, redaksi Sikap Pers berusaha melakukan adaptasi terhadap apa yang sedang terjadi. Kita boleh sedih atau menyesali, tapi Tidak ada yang menyangka pada tahun dengan
rasanya itu bukan solusi. Cepat atau lambat, kita
angka kembar yang cantik, 2020 justru membawa
harus bergerak sebab tidak mungkin terdiam diten-
banyak kabar tidak gembira. Siapa yang sangka,
gah kelumpuhan. Dalam buletin ini, hadir karya
tahun ini kita harus menahan rasa rindu sebab
dari reporter kami yang berusaha untuk tetap
orang tersayang dilarang bertamu. Sedih tak
bekerja meski dari dalam rumah. Aktivitas untuk
dapat dibendung, sebab kita pun tidak diper-
keluar rumah harus berhenti, tapi manusia dicip-
bolehkan berkunjung. Penerapan “jaga jarak
takan dengan pikiran yang luas dan tidak boleh
sosial”, “karantina mandiri”, dan “kenormalan
terhenti.Dalam buletin ini juga, harapannya kita
baru” menjadi kebiasaan yang harus dibiasakan.
bisa tahu cara mensyukuri, bahwa kita hidup di era
Sejak akhir tahun 2019, sebuah virus yang terlalu sering kita dengar namanya tersebut, muncul dan menyebar di Cina. Tidak butuh waktu setahun, virus tersebut ditetapkan oleh WHO sebagai pandemi dunia. Tandanya, virus tersebut juga mengancam tanah air. Tidak main-main, pada Juli 2020 ini, sekitar 75.000 orang di Indonesia telah terjangkit virus ini.
yang sudah maju. Sudah mampu untuk menghadapi kenormalan baru. Meskipun terdiam di satu tempat, atau jarak terpaut cukup jauh, pencarian informasi bisa terus berjalan.Otak yang diciptakan Tuhan, tidak akan mati sebab terus bekerja, berpikir, dan berkomunikasi. Pandemi ini tidak bisa terus-menerus dijadikan alasan untuk bersusah diri.
48
Dari dalam rumah, kita bisa berpikir mungkin bumi ingin udaranya bersih kembali. Mungkin keluarga ingin waktu yang lebih berarti. Mungkin kita diminta untuk lebih sadar teknologi. Tidak ada waktu untuk menunggu virus pergi, selamat datang kenormalan baru di muka bumi. (Anindyadevi Aurelia)
Apa harapan kamu terkait pandemi covid-19 ?