ISU STRATEGIS
ANCAMAN ABRASI TERHADAP PENGEMBANGAN SEKTOR PARIWISATA PANTAI SEBAGAI SEKTOR UNGGULAN DI KABUPATEN JEPARA -- oleh Syarofina Az Zahra 46393
BAB VI
I S U S T R AT E G I S
LATAR BELAKANG Kabupaten Jepara merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Jawa Tengah. Kabupaten Jepara terletak di pesisir pantai utara dan memiliki karakteristik wilayah geografi yang cukup lengkap membentang dari area pegunungan hingga area pesisir pantai.. Hal ini membuat Kabupaten Jepara memiliki potensi pariwisata yang menjadi salah satu sektor unggulan daerah yang dapat dikembangkan. Menurut data Dinas Pariwisata dan Kebudayaan 2019 tercatat terdapat 40 Objek Daya Tarik Wisata (ODTW) yang ada di Kabupaten Jepara yang terbagi kedalam wisata alam, buatan, sejarah, religi dan kerajinan dengan jumlah objek wisata paling banyak yaitu pada wisata alam. Objek wisata unggulan yang ada di Kabupaten Jepara yaitu Kepulauan Karimunjawa, Pantai Kartini, Pantai Bandengan, Pantai Pungkruk, Benteng Portugis dan Museum Kartini. Kabupaten Jepara memliki garis pantai sepanjang +- 82 km yang sangat potensial untuk pengembangan pariwisata alam pesisir. Berdasarkan data dari Ranperda RZWP3K Jawa Tengah 2017 – 2037, Kabupaten Jepara ditetapkan sebagai KPUW-WP3K yaitu sebagai sub zona wisata alam pantai atau pesisir dan pulau-pulau kecil. Jumlah wisatawan yang mengunjungi Kabupaten Jepara juga meningkat setiap tahunnya dalam 5 tahun ini dari 2014 sebanyak 1.506.506 pengunjung dan 2018 sebanyak 2.601.528 pengunjung. Trend positif ini menunjukkan bahwa potensi pariwisata terutama wisata alam pesisir dan pantai di Kabupaten Jepara merupakan sektor unggulan yang sangat potensial untuk dikembangkan. Namun potensi wisata alam pesisir pantai di Kabupaten Jepara memiliki ancaman yaitu ancaman bencana abrasi pantai. Abrasi pantai adalah pengikisan atau pengurangan daratan (pantai) akibat aktivitas gelombang laut, arus laut dan pasang surut. Abrasi yang mengikis kawasan daratan pesisir pantai di Kabupaten Jepara sebesar sekitar 30 meter - 50 meter. Hal ini menyebabkan wilayah daratan pesisir tenggelam karena erosi 2
STUDIO ANALISIS WIL AYAH
pantai tersebut. Abrasi dapat menurunkan kualitas lingkungan dan kualitas dari sektor pariwiswata alam pantai sehingga dapat menghambat pengembangan potensi sektor pariwisata alam di Kabupaten Jepara. Kajian isu strategis ini dilakukan untuk mengetahui dampak dan rekomendasi penanganan ancaman abrasi terhadap potensi pariwisata alam pantai dan pesisir sebagai sektor pariwisata unggulan di Kabupaten Jepara.
LANDASAN HUKUM RPJMD Kabupaten Jepara 2017 – 2022 RTRW Kabupaten Jepara 2011 – 2031 Rancangan Peraturan Daerah RZWP3K Jawa Tengah 2017 – 2037 Rencana Kerja Pemerintah Daerah Kabupaten Jepara Tahun 2020 Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Jepara 2011 – 2031
BAB VI
I S U S T R AT E G I S
KERANGKA BERPIKIR Dalam melakukan kajian isu strategis ini, penulis menggunakan kerangka berpikir yang diskemakan sebagai berikut :
Gambar Skema Kerangka Berpikir Isu Strategis Sumber : Analisis Penulis, 2019
REVIEW DOKUMEN Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Jepara 2011 - 2031 Degradasi Lingkungan dan kerusakan tanah merupakan salah satu isu pembangunan berkelanjutan strategis yang ada di Kabupaten Jepara. Salah satu penyebab degradasi lingkungan dan kerusakan tanah yang terjadi di Kabupaten Jepara yaitu abrasi. Abrasi terjadi mulai dari pantai di bagian selatan Jepara meliputi Desa Kedung Malang, Suradadi, Kalianyar dan terutama di Desa Tanggultlare serta Desa Bula Baru yang terletak di Kecamatan Kedung. Abrasi yang mengikis kawasan daratan pesisir pantai di Kabupaten Jepara menyebabkan tiap tahun, sekitar 30 meter - 50 meter, wilayah daratan pesisir tenggelam karena erosi pantai tersebut. Bahkan abrasi di Kecamatan Kedung membuat wilayah Kabupaten Jepara kehilangan 938 hektare lahan. Pantai dengan potensi abrasi masih terjadi di sepanjang pantai Kecamatan Jepara, Mlonggo, Kembang, Bangsri, Keling dan kepulauan Karimunjawa, termasuk Pulau Panjang. RPJMD Jepara Tahun 2017-2022 Dalam RPJMD Jepara Tahun 2017 – 2022 , salah satu permasalahan strategis dalam pengembangan wilayah di Kabupaten Jepara yaitu permasalahan lingkungan mencakup abrasi dan rob. RTRW Kabupaten Jepara 2011 - 2031 Dalam RTRW Kabupaten Jepara 2011 – 2031 menetapkan daerah rawan abrasi di Kabupaten Jepara yaitu : e. Kecamatan Keling a. Kecamatan Jepara f. Kecamatan Kembang b. Kecamatan Tahunan g. Kecamatan Mlonggo ; dan c. Kecamatan Kedung h. Kecamatan Karimunjawa d. Kecamatan Donorojo DESEMBER 2019 3
BAB VI
I S U S T R AT E G I S
METODOLOGI PENELITIAN HASIL TEMUAN, ANALISIS Dalam melakukan kajian isu strategis ini, DAN PEMBAHASAN penulis menggunakan beberapa metode dalam memahami dan mendalami permasalahan diantaranya yaitu : Analisis Proyeksi Analisis Proyeksi dilakukan untuk melihat dampak yang terjadi dari abrasi terhadap pengurangan luas kawasan pesisir yang dapat berpengaruh pada kemunduran garis pantai dan penurunan kualitas pantai. Pohon Masalah Dalam memahami permasalahan dalam kajian isu strategis ini digunakan pohon masalah untuk melihat akar masalah, masalah utama dan dampak yang terjadi dari permasalahan tersebut. Overlay Peta Overlay peta dilakukan untuk melihat dampak yang terjadi akibat abrasi dengan objek-objek wisata pantai yang ada di Kabupaten Jepara. Overlay ini juga dilakukan untuk menganalisis tingkat kerawanan abrasi dari tiap-tiap objek wisata. Analisis SWOT Analisi SWOT dilakukan untuk melihat keterkaitan yang dimiliki oleh sektor pariwisata pantai dan bencana abrasi yang terjadi di Kabupaten Jepara. Analisis ini dilakukan untuk mengetahui kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman yang ada pada sektor pariwisata dan bencana abrasi. Dilakukan juga analisis strategi SWOT dengan menghubungkan antar faktor internal dan faktor eksternal yaitu SO, ST, WO dan WT. Strategi ini yang kemudian dapat dijadikan rekomendasi penananganan dan program dalam menangani isu strategis ini.
HASIL TEMUAN
a. Sektor Pariwisata Alam Pantai di Kabupaten Jepara Kabupaten Jepara dengan karakteristik wilayah yang unik membentang mulai dari pegunungan hingga pesisir pantai. Menurut data dari Dinas Pariwisata dan Budaya, Kabupaten Jepara memiliki 40 Objek Daya Tarik Wisata (ODTW) yang terbagi ke dalam wisata alam, budaya, sejarah, dan buatan. Sektor pariwisata di Kabupaten Jepara mengalami perkembangan dengan tren positif yang dapat dilihat dari kenaikan pengunjung . Selama 5 tahun belakangan ini, kenaikan jumlah wisatawan di Kabupaten Jepara sebanyak 72,67% dalam 5 tahun terakhir dari tahun 2014 – 2018 dengan jumlah sebagai berikut :
Tabel Jumlah Wisatawan Kabupaten Jepara Tahun 2014 - 2018 (Orang) Sumber : Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Jepara, 2019
Grafik Pertumbuhan Jumlah Wisatawan Kabupaten Jepara Tahun 2014 – 2018 Sumber : Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Jepara, 2019
4
STUDIO ANALISIS WIL AYAH
BAB VI
I S U S T R AT E G I S
Tren positif dari sektor pariwisata Kabupaten Jepara ini menunjukkan bahwa sektor pariwisata dapat menjadi lokomotif baru perekonomian di Jepara. Sektor Pariwisata dapat memberikan dampak berganda atau multiplier effect dari pariwisata terhadap ekonomi. Pariwisata memberikan pengaruh tidak hanya terhadap sektor ekonomi yang langsung terait dengan pariwisata, namun juga dengan idustri lain yang tidak langsung terkait. (Adetiya,dll , 2017). Objek wisata di Kabupaten Jepara didominasi oleh wisata alam yaitu sebanyak 21 objek wisata dan 14 diantaranya merupakan wisata alam pantai dan bahari atau sebesar 66,67% dari total objek wisata yang dimiliki Kabupaten Jepara. Objek wisata tersebut diantaranya : Objek Daya Tarik Wisata Pantai Kartini Pantai Tirtosamudro / Bandengan Pantai Beringin Pantai Bondo Pantai Empu Rancak Pantai Teluk Awur Pantai Pungkruk Pulau Panjang Pulau Mandalika Karimunjawa Tanjung Gelam Pantai Batu Topeng Pulau Menjangan Kecil Pulau Menjangan Besar
Lokasi Kelurahan Bulu, Kecamatan Jepara Desa Bandengan, Kecamatan Jepara Kecamatan Keling, Kabupaten Jepara Desa Bondo, Kecamatan Bangsri Desa Karang Gondang, Kecamatan Mlonggo Desa Teluk Awur, Kecamatan Tahunan Desa Mororejo, Kecamatan Mlonggo Kecamatan Jepara Pulau Mandalika Kepulauan Karimunjawa Kepulauan Karimunjawa Kepulauan Karimunjawa Kepulauan Karimunjawa Kepulauan Karimunjawa
Tabel Objek Daya Tarik Wisata di Kabupaten Jepara Sumber : Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Jepara, 2019
Peta Persebaran Sarana Pariwisata Pantai Sumber : Bappeda Kabupaten Jepara, 2019
Objek daya tarik wisata pantai dan bahari juga menarik sekitar 40% dari total wisatawan di Kabupaten Jepara dan mengalami peningkatan pengunjung sebesar 59,32% dalam 5 tahun terakhir. Berikut adalah data jumlah pengunjung objek wisata pantai dan bahari Kabupaten Jepara tahun 2014 – 2018 :
Tabel Jumlah Wisatawan Objek Wisata Pantai dan Bahari di Kabupaten Jepara Tahun 2014 - 2018 Sumber : Dinas Pariwisata Kabupaten Jepara, 2019 DESEMBER 2019
5
BAB VI
I S U S T R AT E G I S
Sektor pariwisata pantai dan bahari juga memberikan kontribusi pemdapatan asli daerah (PAD) Kabupaten Jepara salah satunya melalui retribusi dari objek-objek wisata. Berdasarkan informasi terkait retribusi di objek-objek wisata pantai di Kabupaten Jepara dari Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Jepara, didapatkan perhitungan sebagai berikut :
Total Retribusi dari Objek Wisata Pantai dan Bahari Kabupaten Jepara Tahun 2014 - 2018 Sumber : Analisis Penulis, 2019
Dalam perhitungan kasar, total retribusi yang didapatkan dari sektor pariwisata pantai di Kabupaten Jepara pada tahun 2018 sebesar Rp 6.917.185.000,00. Potensi pariwisata alam pantai dan bahari yang dimiliki Kabupaten Jepara diikuti dengan tren pengembangan pariwisata yang positif membuat sektor pariwisata khususnya pada wisata alam pantai dan bahari dapat berkembang menjadi salah satu sektor unggulan yang dapat dikembangkan di Kabupaten Jepara. b. Bencana Abrasi di Kabupaten Jepara Abrasi merupakan salah satu masalah yang mengancam kawasan pesisir dan dapat mengancam kemunduran garis pantai, menurunkan kualitas lingkungan dan mengancam aktivitas dan penggunaan lahan di sekitarnya. (Triatmodjo, 1999). Abrasi pantai adalah pengikisan atau pengurangan daratan (pantai) akibat faktor alam yaitu aktivitas gelombang laut, arus laut dan pasang surut maupun faktor dari kegiatan manusia. 1. Kondisi Eksisting Abrasi Pantai di Kabupaten Jepara Abrasi Pantai di Kabupaten Jepara sudah menjadi salah satu isu lingkungan dalam jangka waktu yang lama. Permasalahan abrasi sudah terjadi sejak tahun 1970. Abrasi yang terjadi mengikis kawasan daratan pesisir pantai di Kabupaten Jepara sebesar 30 – 50 meter setuap tahunnya. Kabupaten Jepara kehilangan 938 Ha lahan akibat abrasi parah di Kecamatan Kedung. Berdasarkan data dari Jurnal Seminar Nasional Geografi 2017, Luas wilayah di beberapa kecamatan di Kabupaten Jepara dalam 20 tahun terakhir terus menurun. Kecamatan tersebut diantaranya Kecamatan Kedung, Tahunan, Jepara dan Mlonggo.
6
STUDIO ANALISIS WIL AYAH
BAB VI
Grafik Penurunan Luas Kecamatan Kedung, Tahunan, Jepara dan Mlonggo Tahun 1997 - 2017 Sumber : Seminar Nasional Geografi, 2017
I S U S T R AT E G I S
Laju Perubahan Luas Kecamatan Kedung, Tahunan, Jepara dan Mlonggo Tahun 1997 - 2017 Sumber : Seminar Nasional Geografi, 2017
Berdasarkan data diatas, dapat dilihat semua kecamatan mengalami penurunan luas kecamatan dalam 20 tahun terakhir meskipun tidak signifikan. Penurunan paling besar yaitu pada Kecamatan Kedung. 2. Faktor Penyebab Abrasi di Kabupaten Jepara Abrasi dapat terjadi disebabkan oleh beberapa faktor baik karena faktor alam maupun faktor manusia. Berdasarkan hasil riset literatur ditemukan faktor-faktor penyebab terjadinya abrasi di Kabupaten Jepara yaitu : Faktor Alam a. Perubahan Iklim Perubahan iklim global (global climate change) dapat menyebabkan kerusakan ekosistem pesisir. Perubahan iklim disesbabkan meningkatkan produksi CO2 dan gas rumah kaca. Total emisi yang dihasilkan mencapai 14 juta ton CO2e. Dampak dari pemanasan global adalah mencairnya es sehingga meningkatkan elevasi muka air laut dan seminetasi meningkat di wilayah pesisir dan lautan. Dalam kurun waktu 2002 – 2014, elevasi muka laut yang terjadi di perairan pantai Kabupaten Jepara mengalami kenaikan sebesar 35 cm. Diperkirakan sampai 2030 terus terjadi Peningkatan muka air laut antara 7 –10 cm dan peningkatan cuaca ekstrem di perairan laut berpotensi meningkatkan intrusi air laut dan abrasi. b. Aktivitas Pasang Surut Gelombang Laut. Aktivitas pasang surut gelombang laut merupakan kejadian alami yang akan terus terjadi. Pada musim Barat, angin bertiup lebih kencang dengan kisaran terbanyak 0,3 - 1,5 m/ det dengan persentase 85,71% pada bulan Februari, sehingga mengakibatkan ketinggian gelombang pada bulan ini mencapai kisaran nilai tertinggi antara 0,2 - 0,9 m (Pariyono, 2006). Aktifitas gelombang ini menyebabkan terangkutnya sedimen/batuan dari pantai ke arah laut. Sedimen yang terangkut akan tervawa ke arah laut dalam. Kondisi ini menyebabkan pantai mengalami defisit material/sedimen sehingga pantai mengalami abrasi secara kontinyu ( Rachmat,dkk , 2009 ).
DESEMBER 2019
7
BAB VI
I S U S T R AT E G I S
Faktor Kegiatan Manusia a. Penambangan Pasir Sebagai kawasan pesisir, Kabupaten Jepara kaya akan pasir besi dan berpotensi dilakukan kegiatan penambangan pasir besi. Penambangan pasir besi dilakukan di Desa Bandungharjo, Desa Bayumanis, dan Desa Ujungwatu. Penambangan pasir ini memberikan dampak positif kepada masyarakat dengan memberikan lapangan pekerjaan. Namun penambangan pasir besi yang ada di Kabupaten Jepara juga memberikan dampak negatif salah satunya yaitu dampak lingkungan karena aktifitas penambangan yang tidak bertanggung jawab secara lingkungan. Dampak yang terjadi yaitu kerusakan area pantai , jalan di sekitar pesisir dan vegetasi. Aktivitas penambangan pasir ini juga menggangu kegiatan nelayan dan pertanian di kawasan pesisir serta mempercepat terjadinya abrasi. b. Kerusakan Hutan Mangrove Penanaman Hutan Mangrove merupakan salah satu solusi penahan abrasi. Namun penanaman hutan mangrove yang tidak tepat dan disalah fungsikan justru menghilangkan fungsi hutan tersebut sebagai penahan abrasi. Hutan mangrove kerap kali ditebang dan dijadikan kayu bakar dan dikonversi menjadi tambak ikan maupun tambak garam. Pada tahun 2018, Hutan Mangrove di Kabupaten Jepara mengalami kerusakan sebesar 15.98 Ha atau sebesar 10% dari total luas 157 Ha. Kerusakan hutan mangrove justru meningkatkan abrasi terjadinya abrasi.
Gambar Aktivitas Penambangan Pasir Besi di Jepara Sumber : kartininews..blogspot.com , 2019
Peta Lokasi Penambangan Pasir Besi Sumber : Bappeda Kabupaten Jepara , 2019
Peta Lokasi Hutan Mangrove Sumber : Bappeda Kabupaten Jepara , 2019
8
STUDIO ANALISIS WIL AYAH
BAB VI
I S U S T R AT E G I S
ANALISIS
a. Pohon Masalah Dalam mengidentifikasi isu ini dilakukan dengan analisis pohon masalah untuk mengetahui penyebab dan dampak dari isu abrasi terhadap sektor pariwisata pantai.
Effect
Causes
Skema Pohon Masalah Isu Strategis Sumber : Analisis Penulis , 2019
b. Proyeksi Pengurangan Luas Analisis Proyeksi ini dilakukan untuk melihat dampak pengurangan luas lahan pada kawasan pesisir dan kemunduran garis pantai yang akan terjadi dalam 20 tahun mendatang. Analisis Proyeksi ini dilakukan dengan pengkalian antara laju penguarangan luas kecamatan pesisir dalam 20 tahun kedepan. Proyeksi Pengurangan Luas = Laju Pengurangan Luas X Banyaknya Tahun Dalam perhitungan proyeksi ini dilakukan sampel pada dua kecamatan pesisir yaitu Kecamatan Jepara dan Kecamatan Mlonggo. Beberapa objek wisata pantai dan bahari yang ada di Kabupaten Jepara juga banyak berada di dua kecamatan tersebut. Kecamatan Jepara memiliki laju pengurangan luas sebesar 1,51 Ha dan Kecamatan Mlonggo memiliki laju pengurangan luas sebesar 1,21 Ha. Maka dengan perhtiungan proyeksi didapatkan : Berdasarkan hasil perhitungan proyeksi, didapatkan dalam 20 tahun kedepan terjadi pengurangan luas sekitar 25 – 30 ha. DESEMBER 2019
9
BAB VI
I S U S T R AT E G I S
c. Overlay Tingkat Rawan Bencana Abrasi dan Objek Wisata Pantai di Kabupaten Jepara Analisis overlay digunakan untuk melihat tingkat rawan bencana abrasi dari objek-objek wisata pantai dan bahari yang ada di Kabupaten Jepara. Berdasarkan hasil analisis overlay didapatkan hasil sebagai berikut :
Peta Overlay Rawan Bencana dan Objek Wisata Pantai dan Bahari Sumber : Analisis Penulis , 2019
Tabel Hasil Overlay Sumber : Analisis Penulis , 2019
Berdasarkan data yang ada hampir seluruh objek wisata pantai di Kabupaten Jepara terletak pada area rawan bencana abrasi. Hal ini tentunya harus menjadi perhatian dalam pengelolaan dan manajemen pariwisata dalam penanganan abrasi. d. Analisis SWOT Analisis SWOT digunakan untuk melihat faktor internal dan eksternal yang mempengaruhi isu abrasi terhadap sektor pariwisata. Hasil analisis SWOT kemudian dapat digunakan untuk mengetahui strategi yang tepat untuk penananganan isu strategis ini.
10
STUDIO ANALISIS WIL AYAH
BAB VI
I S U S T R AT E G I S
d. Analisis Strategi SWOT Analisis strategi SWOT ini dilakukan untuk mengetahui strategi alternatif yang dikombinasikan yaitu SO, WO, ST dan WT. Strategi ini dilakukan untuk melihat strategi yang tepat untuk diterapkan dengan keterkaitan antar faktor internal dan eksternal. Berdasarkan hasil analisis penulis, ditemukan berbagai strategi yaitu :
PEMBAHASAN
2018
1984
Berdasarkan hasil temuan dan analisis didapatkan : a. Dampak Abrasi terhadap Sektor Pariwisata Pantai Kabupaten Jepara Permasalahan abrasi di Kabupaten Jepara merupakan isu permasalahan lingkungan yang akan terus menerus terjadidan tentunya dapat berdampak buruk untuk Kabupaten Jepara. Dampak dari abrasi yang mengancam sektor pariwisata pantai di Kabupaten Jepara diantaranya yaitu : 1. Kemunduran Garis Pantai dan Degradasi Kawasan Pantai dan Pesisir. Abrasi merupakan proses pengikisan daratan dengan membawa sedimen pantai ke laut dalam. Tentunya hal ini akam membuat kemunduran garis pantai dan membuat luas pantai dapat terus berkurang. Dalam sektor pariwisata pantai tentunya hal ini merupakan ancaman utama karena terus berkurangnya luasan pantai dan dapat menurnkan kualitas biota laut yang ada. Berdasarkan hasil perhitungan proyeksi pengurangan luas pesisir, pada Kecamatan Jepara dan Kecamatan Mlonngo akan mengalami pengurangan luas pantai sekitar 25-30 Ha. 6 Objek wisata pantai dan bahari dari 14 objek wisata pantai yang ada berada pada kawasan pesisir di Kecamatan Jepara dan Mlonggo. Tentunya abrasi ini dapat mengancam perkembangan pariwisata alam pantai di Kabupaten Jepara. Selain itu pengurangan luas paling parah terjadi pada Kecamatan Kedung seluas 11 Ha/Tahun. Walaupun di Kecamatan Kedung tidak memiliki banyak objek wisata pantai dan bahari namun abrasi ini dapat membahayakan kegiatan masyarakat pesisir seperti tambak garam, pertanian, merusak jalan dan rumah warga yang akan berdampak pada penurunan kesejahteraan masyarakat pesisir di Kabupaten Jepara.
Gambar Perbandingan Foto Citra Satelit Kecamatan Kedung 1984 - 2018 Sumber : earthengine. google.com
DESEMBER 2019
11
BAB VI
I S U S T R AT E G I S
2. Kerusakan Area Pesisir dan Penurunan Kualitas Pantai. Bencana abrasi dan gelombang yang kuat juga berdampak pada kerusakan area sekitar pantai terutama bangunan dan jalan di dekat pantai. Kerusakan ini tentunya mengancam keberlangsungan sektor pariwisata baik dari penurunan kualitas pantai baik dari lingkungan, fisik maupun sarana yang ada seperti robohnya pendopo maupun area terbangun lainnya, terganggunya akses menuju sektor pariwisata akibat rusaknya jalan, dan ancaman keaamanan bagi para pengunjung pariwisata
Gambar Kerusakan Sarana dan Prasarana Akibat terjangan gelombang tinggi dan abrasi Sumber : kartininees.com dan murianews.com, 2019
Berdasarkan hasil analisis overlay didapatkan hampir seluruh objek wisata pantai dan bahari berada pada area rawan bencana abrasi tinggi. Hal ini juga menandakan hampir seluruh objek wisata rawan mengalami kerusakan fisik seperti sarana dan prasarana yang ada akibat gelombang dan dampak abrasi. b. Penanganan Abrasi bagi Sektor Pariwisata Pantai di Kabupaten Jepara Abrasi memang sudah sepatutnya ditangani dengan serius terutama bagi wilayah yang memanfaatkan potensi SDA Alam pesisirnya. Meskipun sektor pariwisata unggulan yaitu pantai di Kabupaten Jepara dilanda ancaman bencana abrasi, bukan berarti objek wisata harus ditutup atau dinyatakan tidak aman untuk berkegiatan. Terdapat beberapa penananganan yang diperlukan dalam pengembangan dan manajemen objek wisata pantai dalam menangani ancaman abrasi dan strategi-strategi yang dapat diterapkan dalam mengoptimalkan pengembangan potensi pariwisata pantai dan bahari : 1. Pemanfaatan Hutan Mangrove sebagai Penahan Abrasi dan Wisata Edukatif. Hutan Mangrove atau bakau berguna untuk melindungi daerah pesisir dari gelombang laut dan erosi. Dalam penanaman hutan mangrove juga perlu diperhatikan jenis, lokasi penanaman dan ketebalan penanaman hutan mangrove tersebut karena akan mempengaruhi penahanan abrasi. Penanaman hutan mangrove dengan umur tumbuhan yang masih kecil membutuhkan bangunan penghalang ombak dikarenakan tanaman mangrove yang masih kecil belum kuat untuk menahan gelombang yang kuat dan akan mengalami kerusakan. Hutan mangrove yang sudah ada juga perlu dijaga dan dirawat agar berfungsi sebagai penahan abrasi dengan optimal salah satunya menjaga dari penebangan dan pembuatan tambak karena Setiap 1 km2 tambak intensif dapat merusak 1.44 km2 ekosistem hutan bakau (Thampanya dkk, 2006). Selain sebagai penahan abrasi, Hutan mangrove juga dapat dimanfaatkan sebagai wisata sumber : medaniasa.com alam dan edukatif di Kabupaten Jepara. 12
STUDIO ANALISIS WIL AYAH
BAB VI
I S U S T R AT E G I S
2. Membangun alat pemecah ombak atau tanggul penahan ombak sebagai salah satu upaya peningkatan penanaganan abrasi. Salah satu penyebab abrasi yaitu akibat gelombang yang kuat. Bangunan pemecah gelombang ini dibangun sejajar dengan pantai dan berfungsi memecah gelombang yang datang sehingga gelombang yang menghantam pantai sudah pecak dan energi gelombang cukup kecil. Bangunan atau tanggul penahan ombak bisa dibangun pada area-area pantai yang memiliki tingkat gelombang yang cukup tinggi di Kabupaten Jepara seperti di Kecamatan Kedung, Semat, Pantai Teluk Awur, Bandengan, dll. Tanggul ini bisa dibangun menggunakan tumpukan batu maupun kantong pasir. Pembangunan tanggul pemecah ombak ini juga dapat meminimalisir kerusakan sarana prasarana yang ada di sekitar pantai yang disebabkan oleh gelombang laut yang kuat yang mengikis area pantai.
sumber : www.lrb.usace.army.mil
sumber : mandarnews.com
3. Peningkatan AMDAL untuk kegiatan penambangan pasir besi di kawasan pesisir. Penambangan pasir besi tentunya memberikan dampak positif kepada masyarakat sebagai salah satu pembuka lapangan pekerjaan untuk masyarakat pesisir namun penambangan pasir besi yang tidak bertanggung jawab justru menimbulkan dampak negatif ke lingkungan berupa degradasi lingkungan hidup yang justru membahayakan kesejahteraan masyarakat. Dengan peningkatan AMDAL dan pengawasan untuk penambangan pasir besi ini diharapkan dapat menjaga kelestarian lingkungan pesisir dan tidak mempercepat terjadinya abrasi pantai. 4. Peningkatan Edukasi dan partisipasi masyarakat dalam menjaga kelestarian lingkungan kawasan pesisir. Dalam menjaga kelestarian lingkungan kawasan pesisir tentunya dibutuhkan partisipasi dan kerja sama antar seluruh stake holder baik pemerintah dan masyarakat. Peningkatan kepedulian masyarakat terhadap lingkungan pesisir juga penting mengingat salah satu sumber daya unggulan di Kabupaten Jepara yaitu kawasan pesisir yang jika dioptimalkan dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
DESEMBER 2019
13
BAB VI
I S U S T R AT E G I S
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI KESIMPULAN Pariwisata menjadi salah satu sektor yang berpotensi untuk dikembangkan di Kabupaten Jepara, salah satunya yaitu wisata alam pantai dan bahari. Letak Kabupaten Jepara yang berada di pesisir pantai utara membuat jepara memiliki SDA Alam pantai dan bahari yang indah dan dapat dikembangkan menjadi sektor pariwisata unggulan. Hal ini diikuti dengan tren positif dari perkembangan pariwisata dalam 5 tahun terakhir dengan peningkatan jumlah pengunjung setiap tahunnya dan sektor pariwisata dapat meningkatkan kontribusi dalam PAD dan PDRB di Kabupaten Jepara. Namun pengembangan potensi pariwisata ini memiliki ancaman yaitu abrasi. Abrasi merupakan pengikisan area pesisir yang terjadi secara alami. Faktor yang menyebabkan abrasi diantaranya kenaikan elevasi muka laut akibat perubahan iklim, hutan mangrove yang dialih fungsi dan aktivitas penambangan pasir yang tidak memperhatikan dampak lingkungan. Dampak abrasi terhadap sektor pariwisata pantai yaitu kemunduruan garis pantai , degradasi luas kawasan pantai dan pesisir, penurunan kualitas pantai dan kerusakan sarana prasarana pendukung pariwisata. Untuk mengatasi ancaman abrasi terhadap sektor pariwisata pantai, diperlukan penananganan berupa penanaman hutan mangrove sebagai penahan abrasi dan pembangunan tanggul pemecah ombak untuk mengurangi efek gelombang yang kuat yang mendegradasi pantai. Diperlukan juga peningkatan kepedulian masyarakat akan menjaga lingkungan kawasan pesisir dan edukasi masyarakat dalam penggunaan hutan mangrove agar memberikan fungsi yg lebih optimal dan dapat mensejahterkaan masyarakat.
REKOMENDASI Untuk mengembangkan potensi sektor pariwisata khususnya pariwisata alam pantai dan bahari, diperlukan manajemen pengelolaan pariwisata yang baik khususnya pada manajemen lingkungan dan penanganan terhadap ancaman abrasi. Perumusan rekomendasi disajikan dalam skema berikut :
14
STUDIO ANALISIS WIL AYAH
BAB VI
I S U S T R AT E G I S
DAFTAR PUSTAKA Akbar, A dkk . 2017 . Erosi Pantai, Ekosistem Hutan Bakau dan Adaptasi Masyarakat Terhadap Bencana Kerusakan Pantai di Negara Tropis . Jurnal Ilmu Lingkungan. Diakses di https://ejournal.undip.ac.id › article › download › PDF Damayanti, K . 2013 . Dampak Abrasi Pantai Terhadap Lingkungan Sosial (Studi Kasus di Desa Bedono, Sayung Demak) diakses di http://eprints.undip.ac.id/40689/1/055Kurnia_Damaywanti.pdf Rachmat, B , Dkk . 2009 . Identifikasi Abrasi Pantai Perairan teluk Lasolo Kendari Sulawesi Tenggara. Diakses di https://media.neliti.com/media/publications/230294-identifikasiabrasi-pantai-perairan-telu-d954e2b2.pdf Ranperda RZWP3K Jawa Tengah 2017 – 2037 Rencana Kerja Pemerintah Daerah Kabupaten Jepara Tahun 2020 Rif’an, A dkk . 2018 . Manajemen Pariwisata Pada Daya Tarik Wisata Yang Berada Pada Zona Rawan Bencana ( Kasus Banjir Rob dan Abrasi di Pantai Sayung, Demak ) . Seminar Nasional & Call For Paper . diakses di http://eprint.stieww.ac.id/707/1/112-119%20 Achmad%20Andi%20Rif’an%2C%20Agatia%20Wenan%20Tyawati%20%26%20 Novi%20Irawati.pdf RPJMD Kabupaten Jepara 2017 – 2022 RTRW Kabupaten Jepara 2011 – 2031 Sidqi, M dkk . 2015 . Bentuk – Bentuk Adaptasi Lingkungan Terhadap Abrasi di Kawasan Pantai Sigandu Batang . Jurnal Teknik PWK Vol 4 2015 diakses di https://media.neliti. com/media/publications/214132-bentuk-bentuk-adaptasi-lingkungan-terhad.pdf Suroto,Dkk. 2018 . Dampak Penambangan Pasir Besi di Desa Bandungharjo, Banyumanis dan Ujungwatu Kabupaten Jepara Menurut UU No. 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup. Diakses di http://repository.unissula.ac.id/12061
DESEMBER 2019
15