Kabupaten Jepara
Studio Rencana Wilayah
2020
2
Kabupaten Jepara
2020
KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan “Laporan Studio Rencana Wilayah Kabupaten Jepara�. Laporan ini disusun untuk memenuhi tugas besar mata kuliah Studio Rencana Wilayah, Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota, Universitas Gadjah Mada Periode 2019/2020. Untuk itu, kami berterima kasih kepada berbagai pihak yang telah memberikan dukungan, baik secara moral maupun materiil, dalam penyusunan laporan ini, terutama kepada: 1. Ibu Ratna Eka Suminar, ST., M.Sc., selaku dosen pembimbing Studio Rencana Wilayah Kabupaten Jepara; 2. Segenap dosen pembimbing dalam Mata Kuliah Studio Analisis Wilayah, yaitu Bapak Rendy Bayu Aditya, S.T., MUP. , Bapak Doddy Aditya Iskandar, S.T., MCP, Ph.D., Bapak Retno Widodo Dwi Pramono, S.T., M.Sc., Ph.D., Ibu Ratna Eka Suminar, ST., M.Sc., Ibu Beti Guswantari Mulyono Putri, S.Si., M.Eng., dan Ibu Atrida Hadianti, S.T., M.Sc., Ph.D. 3. Instansi-instansi pemerintah Kabupaten Jepara yang telah membantu dalam pengumpulan data sekunder sebagai bahan pertimbangan dalam menganalisis Kabupaten Jepara. 4. Orang tua dan teman-teman Teknik Perencanaan Wilayah dan Kota angkatan 2017 yang senantiasa mendoakan, mendukung, dan menyemangati dalam menjalani mata kuliah Studio Rencana Wilayah. Kami menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, kami mengharapkan berbagai kritik dan saran yang membangun sebagai bahan pembelajaran dan evaluasi untuk meningkatkan kapasitas kami, baik secara akademik maupun profesi. Semoga laporan ini dapat memberi manfaat bagi kita bersama.
Salam, Studio Rencana Wilayah Kabupaten Jepara
Studio Rencana Wilayah
3
Kabupaten Jepara
Studio Rencana Wilayah
2020
4
Kabupaten Jepara
2020
LATAR BELAKANG Menurut Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007, wilayah adalah ruang yang merupakan kesatuan geografis beserta segenap unsur terkait yang batas dan sistemnya ditentukan berdasarkan aspek administratif dan/atau aspek fungsional. Sistem yang terdapat disuatu wilayah terdiri atas struktur ruang dan pola ruang yang saling berkaitan satu sama lain dan memiliki jangkauan pelayanan pada tingkat regional bahkan nasional. Sebagai suatu ruang, sebuah wilayah sudah seharusnya mampu mendukung segala aktivitas kehidupan yang terdapat didalamnya, terutama aktivitas manusia. Namun, dikarenakan setiap wilayah memiliki potensi dan masalah yang berbeda-beda maka diperlukan sebuah perencanaan yang tidak hanya terstruktur tetapi juga dinamis, yakni memenuhi kebutuhan masa kini dan masa mendatang serta memperhatikan berbagai aspek (komprehensif) seperti sosial, ekonomi, lingkungan, dan sebagainya. Adanya perencanaan tersebut juga diharapkan mampu memberikan keterpaduan dalam pengembangan sebuah wilayah. Untuk memperoleh sebuah perencanaan yang sesuai konteks dan tepat sasaran maka diperlukan beberapa tahap, yaitu tahap pertama berupa kilas balik hasil analisis wilayah terkait potensi masalah dan tujuan yang disasar. Tahap kedua, melakukan perumusan konsep perencanaan dan tujuan penataan ruang wilayah yang kemudian didetilkan dalam beberapa sub bab. Tahap ketiga adalah program prioritas dalam perencanaan wilayah. Hal inilah yang kemudian dilakukan juga terhadap studi kasus studio rencana wilayah, yakni Kabupaten Jepara. Kabupaten Jepara merupakan salah satu kabupaten yang terdapat di Provinsi Jawa Tengah, yang secara administratif terdiri atas 16 kecamatan dengan jumlah penduduk pada tahun 2018 mencapai 1.240.600 jiwa. Selain terkenal sebagai The Wolrd Carving Centre karena kualitas ukiran kayu yang sudah terkenal baik skala nasional maupun global, kabupaten ini memiliki berbagai potensi lain yang dapat dikembangkan. Namun, dilain sisi Kabupaten Jepara tentunya memiliki berbagai masalah yang perlu diantisipasi dan diatasi baik di tingkat mikro hingga tingkat makro. Untuk dapat mengembangkan potensi dan mengatasi berbagai permasalahan di Kabupaten Jepara maka perencanaan yang dilakukan juga harus memperhatikan dengan baik karakter dari kabupaten tersebut agar sesuai dengan kebutuhan Kabupaten Jepara saat ini dan dimasa mendatang. Adanya ketidaksesuaian kondisi eksisting di Kabupaten Jepara dengan kondisi ideal mengakibatkan perlu adanya sebuah evaluasi dan rekomendasi. Seperti halnya dokumen perencanaan yang terdiri atas tujuan, peran, dan fungsi begitu pula dengan Laporan Studio Rencana Wilayah Kabupaten Jepara ini. Laporan ini merupakan sebuah bentuk evaluasi dan rekomendasi yang diperoleh melalui berbagai analisis dan rencana seperti review literatur (dokumen perencanaan dan hukum yang terkait), perumusan konsep perencanaan dan tujuan penataan ruang, arahan pemanfaatan ruang dan program prioritas.
Studio Rencana Wilayah
6
Kabupaten Jepara
2020
LANDASAN HUKUM Dalam melakukan analisis dan menyusun laporan ini, penulis mengacu kepada beberapa landasan hukum terkait, diantaranya : •
Undang Undang No 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang
•
Peraturan Daerah Kabupaten Jepara Nomor 2 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Jepara Tahun 2011 – 2031
•
Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah No 6 Tahun 2020 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Jawa Tengah Tahun 2009 – 2029
•
Peraturan Daerah Kabupaten Jepara No 2 Tahun 2018 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Jepara Tahun 2017 – 2022
•
Peraturan Daerah Kabupaten Jepara No 2 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Kabupaten Jepara Tahun 2005 – 2025
•
Peraturan Menteri Negara Perumahan Rakyat No 11/PERMEN/M/2008
TUJUAN PENULISAN 1. Menyusun rencana pembangunan dan penataan ruang Kabupaten Jepara 2019-2039 2. Menyusun rencana program prioritas pembangunan Kabupaten Jepara 2019-2039 3. Memberi masukan perencanaan pembangunan kepada pemerintah Kabupaten Jepara
SASARAN PENULISAN Sasaran dari penulisan laporan studio rencana wilayah Kabupaten Jepara adalah Wilayah Kabupaten Jepara secara keseluruhan yang meliputi perencanaan kondisi fisik dasar, kependudukan dan sosial budaya, perekonomian, serta sarana dan prasarana. Pada tahap selanjutnya yaitu menentukan program prioritas pembangunan Kabupaten Jepara.
RUANG LINGKUP Ruang Lingkup Spasial Ruang lingkup spasial yang di rencanakan dalam studio rencana wilayah ini meliputi seluruh wilayah Kabupaten Jepara seluas 1.004,132 km2 yang dimemiliki batas administrasi sebagai berikut:
•
Batas Utara
: Laut Jawa
•
Batas Timur
: Kabupaten Kudus dan Kabupaten Pati
•
Batas Selatan
: Kabupaten Demak
•
Batas Barat
: Laut Jawa
Studio Rencana Wilayah
7
Kabupaten Jepara
2020
Ruang Lingkup Temporal Perencanaan dilakukan selama 4 (empat) bulan sejak Februari hingga Mei 2020. Data yang digunakan sebagai bahan rencana adalah data selama 5 (lima) tahun terakhir yang didapatkan dari sumber primer maupun sekunder. Ruang Lingkup Substansial Hal yang menjadi pokok perencanaan meliputi konsep perencanaan, tujuan penataan ruang, struktur ruang, pola ruang, arahan pemanfaatan ruang dan program prioritas.
SISTEMATIKA PENULISAN Bab I Pendahuluan Bagian pembuka laporan terdiri dari latar belakang, tujuan dan sasaran penulisan, landasan hukum, ruang lingkup, metodelogi dan sistematika penulisan. Bab II Profil Wilayah Berisi tentang gambaran umum kondisi eksisting Kabupaten Jepara terdiri dari fisik dasar berupa kondisi geografis, jenis tanah, curah hujan, kelerengan, dan rawan bencana, sosial kependudukan, perekonomian, ketersediaan sarana dan prasarana. Bab III Rencana Tata Ruang Wilayah Mencakup konsep, visi, misi, tujuan, kebijakan dan strategi penataan ruang wilayah kabupaten, rencana struktur ruang, rencana pola ruang, sistem jaringan wilayah, penetapan kawasan strategis, arahan pemanfaatan ruang. Bab IV Indikasi Program Memuat target pembangunan 5 tahunan dan program-program utama pembangunan wilayah. Bab V Program Prioritas Mencakup program-program prioritas pembangunan wilayah yang direncanakan.
Studio Rencana Wilayah
8
Kabupaten Jepara
2020
FISIK DASAR Fisik dasar Kabupaten Jepara dianalisis berdasarkan kondisi geologis, kelerengan, curah hujan, rawan bencana, kesesuaian lahan dan daya tampung serta daya dukung lingkungan. Kabupaten Jepara memiliki dominasi tanah datar, jenis tanah andosol, curah hujan beragam karena kondisi geografis pegunungan hingga pesisir. Kabupaten Jepara tidak tergolong rawan bencana. Lahan kawasan budidaya di Kabupaten Jepara seluas 40.296 hektar, kawasan penyangga 40.296 hektar dan sisanya merupakan kawasan lindung. Untuk daya dukung dan daya tampung dihitung melalui daya dukung permukiman dan sumber daya air. Kabupaten Jepara masih dapat menampung kebutuhan lahan permukiman untuk 20 tahun ke depan dan masih tersedia surplus lahan yang tidak sensitif dan sesuai untuk permukiman seluas 11,82 Ha. Sedangkan untuk kebutuhan air, Kabupaten Jepara masih dapat memenuhi kebutuhan air seluruh kabupaten dan masih memiliki surplus air sebanyak 1.220.417.697.281 m3.
Gambar 2.1 Peta Adminstrasi, Kelerengan dan Kesesuaian Lahan Kabupaten Jepara
Sumber : Bappeda Kabupaten Jepara, 2019
SOSIAL DAN KEPENDUDUKAN Jumlah penduduk Kabupaten Jepara pada tahun 2018 sebanyak 1.240.600 jiwa, dengan sebaran penduduk terbanyak berada di Kecamatan Tahunan yaitu 111.837 jiwa dan terendah berada di Kecamatan Karimunjawa sebanyak 9649 jiwa. IPM Kabupaten Jepara selalu meningkat dalam 7 tahun terakhir (2010-2017). Angka partisipasi angkatan kerja Kabupaten Jepara saat inilebih rendah dibandingkan dengan nasional. Penduduk Kabupaten Jepara pada Tahun 2018 dilihat dari sektor pekerjaannya di dominasi oleh Industri Pengolahan (45,51%), Perdagangan Besar an Eceran ; Reparasi dan Perawatan Mobil (13,86%), kemudian Pertanian , Kehutanan, dan Perikanan (13,01%). Hal inilah yang kemudian saling berhubungan dengan Pendapatan Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Jepara yang masih didominasi oleh
Studio Rencana Wilayah
10
Kabupaten Jepara
2020
ketiga sektor tersebut. Penilaian kondisi sosial demogafis Kabupaten Jepara secara komprehensif dilakukan dengan membuat skoring terhadap kriteria-kriteria sosial demografis. Hasilnya kecamatan dengan tingkat kerentanan dan perlu untuk diprioritaskan, yaitu Kecamatan Jepara, Kecamatan Batealit, Kecamatan Kedung, Kecamatan Pecangaan, dan Kecamatan Welahan. Gambar 2.2 Grafik Proyeksi Penduduk Kabupaten Jepara 2,000,000 1,500,000
1,240,600
1,334,636
1,435,828
1,544,724
1,661,912
1,000,000 500,000 0 2015
2020
2025
2030
2035
2040
Sumber : Analisis Penulis, 2019 Gambar 2.3 Peta Tingkat Kerentanan Sosio-Demografi Kabupaten Jepara
Sumber : Analisis Penulis, 2019
Studio Rencana Wilayah
11
Kabupaten Jepara
2020
EKONOMI Dalam PDRB sektor penyumbang terbesar yaitu 1) Sektor industri pengolahan 2) Sektor perdagangan, dan 3) Sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan. Kecamatan kontribusi PDRB terbesar yaitu Kecamatan Tahunan. Kinerja ekonomi Kabupaten Jepara dianalisis LQ, Shift-ShareTipologi Klassen, dan Indeks Williamson. Berdasarkan analisis SLQ dan DLQ, sektor yang menjadi unggulan di Kabupaten Jepara. Hasil analisis shift-share, didapatkan informasi bahwa sebagian besar sektor ekonomi di Kabupaten jepara memiliki pergeseran pertumbuhan ekonomi yang progresif. Hanya beberapa sektor yang mengalami pergeseran ekonomi mundur. Beberapa sektor lapangan usaha termasuk kedalam sektor maju pesat karena memiliki laju pertumbuhan rata-rata dan kontribusi rata-rata sektor yang lebih tinggi dari Provinsi Jawa Tengah. Sedangkan nilai ketimpangan kabupaten Jepara dilihat nail indeks williamson adalah sebesar 0,64 yang berarti ketimpangan ekonomi wilayah Kabupaten Jepara tergolong tinggi. Dalam proyeksi ekonomi tahun 2038 diprediksi posisi sektor Pertanian, Kehutanan dan Perikanan sebagai penyumbang terbesar ketiga dalam PDRB digantikan oleh sektor Informasi dan Komunikasi karena sektor Informasi dan Komunikasi memiliki laju pertumbuhan PDRB yang cepat. Gambar 2.4 Struktur Ekonomi Kabupaten Jepara Tahun 2014 - 2018 Struktur Ekonomi Kabupaten Jepara
100% 80% 60% 40%
20% 0% 1
2 3 4 R,S,T,U. Jasa lainnya Q. Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial P. Jasa Pendidikan O. Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib M,N. Jasa Perusahaan L. Real Estate K. Jasa Keuangan dan Asuransi J. Informasi dan Komunikasi I. Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum H. Transportasi dan Pergudangan G. Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor
5
Sumber : PDRB Kabupaten Jepara, 2018
Studio Rencana Wilayah
12
Kabupaten Jepara
2020
SARANA DAN PRASARANA Analisis terkait sarana dan prasarana di Kabupaten Jepara dilakukan berdasarkan kemampuan pelayanan baik kualitas maupun kuantitas serta kemudahan masyarakat untuk mengakses sarana dan prasarana tersebut. Berikut adalah hasil analisis tersebut : A. Sarana Kabupaten Jepara sudah memiliki sarana seperti peribadatan, pariwisata, Ruang Terbuka Hijau (RTH), Transportasi, Kesehatan, Pendidikan, dan Perniagaan. Secara keseluruhan sarana di Kabupaten Jepara sudah cukup baik meskipun perlu adanya penambahan sarana dikarenakan terjadinya pemusatan dan persebaran yang belum merata. Selain itu, dari segi aksesbilitas masih terdapat pula sarana yang aksesbilitasnya rendah seperti peribadatan dan RTH. B. Prasarana
Gambar 2.5 Peta Aksesibilitas Kabupaten Jepara
Prasarana di Kabupaten Jepara seperti air bersih dan jaringan listrik sudah mampu memenuhi
kebutuhan
masyarakat. Jaringan listrik di Kabupaten
Jepara
sudah
melayani seluruh wilayah di kabupeten
tersebut.
Sedangkan, ketersediaan air bersih juga sudah mampu memenuhi kebutuhan seluruh masyarakat Kabupaten Jepara terutama apabila potensi air bersih dari air tanah dan air permukaan
dimanfaatkan.
Namun, dari kualitas sanitasi di Kabupaten
Jepara
masih
terdapat beberapa kecamatan masih memiliki akses yang tidak layak terhadap sanitasi, seperti
Kecamatan
Kecamatan
Bangsri,
Mayong,
dan
Kecamatan Pecangaan.
Studio Rencana Wilayah
Sumber : Analisis Penulis, 2019
13
Kabupaten Jepara
2020
STRUKTUR RUANG Dalam mengidentifikasi struktur ruang eksisting Kabupaten Jepara dilakukan beberapa analisis diantaranya yaitu analisis skalogram, analisis marshall dan analisis kernel density. Hasil overlay peta dari ketiga analisis tersebut didapatkan bahwa Kecamatan Jepara memiliki hierarki perkotaan tertinggi disusul Kecamatan Tahunan. Selain itu, tingkatan hierarki dari simpul-simpul perkotaan di Kabupaten Jepara cenderung mengikuti arah jalan kolektor yang menghubungkan Kabupaten Kudus–Jepara– Pati. Dari hasil analisis agregasi permukiman perkotaan, analisis agregasi fasilitas, analisis jaringan jalan, dapat disimpulkan bahwa Kecamatan Jepara ditetapkan sebagai Pusat Kegiatan Lokal (PKL) yang berfungsi untuk melayani kegiatan berskala kabupaten atau beberapa kecamatan; kemudian Kecamatan Tahunan, Kecamatan Keling, Kecamatan Bangsri, dan Kecamatan Pecangaan ditetapkan sebagai Pusat Pelayanan Kawasan (PPK) yang berfungsi untuk melayani kegiatan berskala kecamatan atau beberapa kelurahan; lalu Kecamatan Kedung, Kecamatan Mlonggo, Kecamatan, Kembang, Kecamatan Kalinyamatan, Kecamatan Welahan, Kecamatan Mayong, Kecamatan Nalumsari, Kecamatan Batealit, Kecamatan Pakis Aji, Kecamatan Donorojo, dan Kecamatan Karimunjawa ditetapkan sebagai Pusat Pelayanan Lingkungan (PPL) yang berfungsi untuk melayani kegiatan berskala antar desa. Konstelasi ini jika dibandingkan dengan RTRW Kabupaten Jepara, maka hanya Kecamatan Jepara dan Kecamatan Tahunan yang posisinya sudah sesuai dengan arahan RTRW yaitu sebagai PKL dan PPK. Struktur ruang Kabupaten Jepara juga dievaluasi dari segi aksesibilitas, mobilitas, konektivitas, dan koneksi antar simpul yang hasilnya menunjukkan bahwa hubungan secara evaluasi struktur ruang Kabupaten Jepara sudah termasuk kategori baik, koneksi antar simpul perkotaan tergolong kompleks, yang berarti satu simpul dapat terhubung ke beberapa simpul lainnya.
POLA RUANG Dalam mengidentifikasi pola ruang eksisting Kabupaten Jepara dilakukan proses identifikasi dari tutupan lahan menjadi kriteria-kriteria pola ruang. Melalui identifikasi pola ruang ini ditemukan bahwa peruntukan pola ruang didominasi oleh kebun dengan persentase luas lahan sebesar 26%, lalu diikuti dengan sawah irigasi sebanyak 22%, dan permukiman perkotaan sebanyak 10%. Selain mengidentifikasi pola ruang, dilakukan juga analisis tingkat sensitivitas lahan dengan teknik weighted overlay dengan berbagai kriteria yang ditentukan. Analisis sensitivitas lahan dilakukan untuk mengetahui tingkat sensitivitas lahan di Kabupaten Jepara. Semakin sensitif semakin tidak sesuai untuk dilakukan pengembangan pembangunan. Setelah identifikasi pola ruang dan menganalisis tingkat sensitivitas lahan dilakukan tahap Evaluasi pola ruang. Evaluasi ini dilakukan dengan mempertimbangkan hasil identifikasi kesesuaian lahan berdasarkan sensitivitas ekologis untuk kemudian dibandingkan dengan pola ruang saat ini. Evaluasi dilakukan dengan melakukan intersect pola ruang dengan
Studio Rencana Wilayah
14
Kabupaten Jepara
2020
tingkat sensitivitas lahan pada Sistem Informasi Geografis (SIG). Hasil evaluasi pola ruang menunjukkan bahwa luasan lahan yang pemanfaatannya sesuai, memiliki total lahan sebesar 84922,16 Ha. Selain evaluasi pola ruang, dilakukan proyeksi kebutuhan lahan permukiman pada 20 tahun mendatang untuk mengetahui supply dan demand kebutuhan lahan permukiman di Kabupaten Jepara. Evaluasi tersebut dilakukan dengan menggunakan tiga skenario kebutuhan lahan permukiman, sebagai berikut: a.
Skenario 1: Rasio Luas Lahan Permukiman dengan Jumlah Penduduk (Bussiness as Usual)
b.
Skenario 2: Standar Kebutuhan Lahan Permukiman (Compact Housing)
c.
Skenario 3: Nilai Median Standar Skenario Satu dan Dua (Nilai Median)
Berdasarkan hasil evaluasi lahan permukiman melalui tiga skenario, menunjukkan bahwa kebutuhan lahan permukiman di Kabupaten Jepara untuk 20 tahun kedepan, tepatnya sampai tahun 2038, secara umum masih dapat terpenuhi. Namun, pada skenario satu, yaitu skenario business as usual, didapatkan bahwa terdapat tiga kecamatan yang tidak mampu memenuhi kebutuhan lahan permukiman pada tahun 2038. Ketiga kecamatan tersebut adalah Kecamatan Kalinyamatan, Welahan, dan Tahunan
Gambar 2.5 Peta Struktur Ruang dan Pola Ruang Kabupaten Jepara
Sumber : Analisis Penulis, 2019
Studio Rencana Wilayah
15
Kabupaten Jepara
2020
POHON MASALAH Gambar 2.6 Pohon Masalah Kabupaten Jepara
Sumber : Analisis Penulis, 2020
POHON TUJUAN Gambar 2.7 Pohon Tujuan Kabupaten Jepara
Sumber : Analisis Penulis, 2020
Studio Rencana Wilayah
16
Kabupaten Jepara
2020
KONSEP PENGEMBANGAN WILAYAH Perumusan konsep pengembangan wilayah di Kabupaten Jepara dilakukan dengan tahapan sebagai berikut: 1. Membandingkan analisis SWOT Kabupaten Jepara dengan analisis SWOT pada laporan analsisi Studio Jepara 2 Tahap membandingkan SWOT dilakukan untuk mengintegrasikan SWOT pada rencana dengan RPJP pada kondisi eksisting yang telah di analisis oleh studio. 2. Menyusun SWOT baru Penyusunan SWOT wilayah yang baru dilakukan berdasarkan hasil perbandingan SWOT yang telah dialkukan pada tahap 1. poin SWOT yang terdapat pada kedua dokumen akan langsung masuk pada tabel SWOT baru, sedangkan poin SWOT yang hanya terdapat pada salah satu dokumen akan didiskusikan untuk dimasukkan ke dalam tabel SWOT baru berdasarkan urgnesi penanganannya. 3. Menyusun konsep pengembangan wilayah berdasarkan SWOT baru. PERBANDINGAN SWOT DOKUMEN ANALISIS DENGAN RPJP Tabel 3.1 Perbandingan SWOT dokumen analisis dengan RPJP Kabupaten Jepara SWOT STRENGTH
HASIL ANALISIS STUDIO 1. Kabupaten Jepara memiliki berbagai macam destinasi pariwisata, salah satunya Karimunjawa yang telah ditetapkan sebagai Kawasan Strategis Pariwisata Nasional (KSPN). 2. Kabupaten Jepara memiliki sektor industri pengolahan dan sektor perdagangan yang memiliki kontribusi terbesar terhadap perekonomian wilayah sekaligus menjadi sektor pendukung pariwisata di Kabupaten Jepara. 3. Kabupaten Jepara memiliki beragam topografi, mulai dari pesisir hingga dataran tinggi. 4. Beragam sumber daya alam dapat dibudidayakan di Kabupaten Jepara, mulai dari sumber daya pesisir, pertanian,
Studio Rencana Wilayah
REVIEW RPJP 1) Keunggulan kompetitif dan komparatif di bidang industri. 2) Potensi sektor pertanian. 3) Kekayaan bahan tambang dan galian. 4) Potensi obyek wisata. 5) Sumber daya manusia yang religius dan beretos kerja tinggi. 6) Kehidupan sosial dan politik lokal yang kondusif. 7) Tingginya peran serta masyarakat dalam pembangunan. 8) Dukungan Pemerintah Daerah terhadap lembaga kemasyarakatan. 9) Besarnya potensi sumber pendapatan daerah
18
Kabupaten Jepara
SWOT
HASIL ANALISIS STUDIO
2020
REVIEW RPJP
hingga perkebunan. 5. Latar belakang sosial budaya Kabupaten Jepara yang identik dengan sejarah, kerajinan ukir, dan kesenian, mampu menjadi daya tarik tersendiri bagi Kabupaten Jepara. WEAKNESS
OPPORTUNIT Y
1. Kualitas SDM yang tergolong rendah apabila ditinjau dari tingkat kesehatan, pendidikan, dan ketimpangan gender. 2. Kinerja pelayanan kabupaten tergolong rendah karena penyediaan infrastruktur yang belum sepenuhnya merata melihat fokus pembangunan masih teriorientasi di area perkotaan. 3. Prasarana sanitasi yang tersedia belum optimal dan berdampak pada penurunan kualitas lingkungan hidup akibat masih ditemukannya pengelolaan sampah yang buruk dan IPAL industri pengolahan yang tidak memenuhi standar. 4. Belum adanya upaya mitigasi bencana yang efektif dan efisien untuk menangani potensi bencana yang mengancam Kabupaten Jepara.
1. Adanya pembangunan Bandara Dewadaru meningkatkan akses pariwisata Karimunjawa. 2. Kabupaten Jepara yang dikenal dengan kerajinan mebel ukir, dijuluki sebagai “Kota Ukir� di
Studio Rencana Wilayah
1) Terbatasnya sumber daya alam (bahan baku) dan teknologi produksi pendukung industri. 2) Rendahnya investasi bidang agro industri. 3) Pengelolaan sumber daya alam yang tidak ramah lingkungan. 4) Belum optimalnya pembangunan sarana prasarana pengembangan pariwisata daerah. 5) Belum meratanya persebaran sarana prasarana dan pelayanan kesehatan dan pendidikan. 6) Terbatasnya sumber daya manusia yang berkualitas dan masih banyaknya jumlah penyandang masalah sosial. 7) Masih terdapatnya kecenderungan perbedaan yang mengarah pada terciptanya konflik sosial. 8) Belum optimalnya pemberdayaan kelembagaan yang ada di masyarakat. 9) Belum optimalnya kemampuan keuangan daerah. 1) Terbukanya pasar tujuan ekspor non konvensional. 2) Tingginya permintaan produk agro industri di pasar internasional. 3) Tersedianya teknologi pengelolaan sumber daya alam yang ramah lingkungan.
19
Kabupaten Jepara
SWOT
HASIL ANALISIS STUDIO Indonesia. 3. Kabupaten Jepara merupakan wilayah yang diminati oleh banyak investor untuk menanamkan modalnya, terutama pada sektor pariwisata dan industri pengolahan.
THREAT
1. Daya saing Kabupaten Jepara masih tergolong rendah apabila dibandingkan dengan Kota/Kabupaten lain di Jawa Tengah. 2. Kabupaten Jepara memiliki potensi bencana abrasi, tanah longsor, angin puting beliung, dan kekeringan yang berkepanjangan. 3. Tidak adanya regenerasi industri ukiran kayu sehingga mampu mengancam identitas Kabupaten Jepara sebagai “Kota Ukir�. 4. Maraknya aktivitas penduduk Kabupaten Jepara yang berdampak pada pencemaran lingkungan dan tidak ditangani secara tegas oleh pihak berwajib, seperti penambangan pasir besi secara terus-menerus. 5. Perkembangan industri berskala besar secara masif, di sisi lain mengancam keberadaan sektor primer serta kualitas lingkungan hidup di Kabupaten Jepara.
Studio Rencana Wilayah
2020
REVIEW RPJP 4) Besarnya daya tarik wisata perikanan dan kelautan (bahari). 5) Tersedianya dukungan regulasi peningkatan kualitas pelayanan publik. 6) Terbukanya peluang penyaluran aspirasi politik (demokratisasi). 7) Potensi pengembangan kerjasama pembangunan antar wilayah/daerah yang melibatkan berbagai komponen daerah. 1) Adanya batasan Ecolabelling dalam perdagangan bebas. 2) Tuntutan stabilitas keamanan dan politik yang semakin tinggi. 3) Penerapan dan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi yang masih terbatas. 4) Kompetisi regional dalam pengembangan potensi wisata bahari. 5) Tingginya tuntutan perbaikan kualitas pelayanan dasar masyarakat. 6) Penyelengaraan pemerintahan yang bersih dan bebas dari korupsi, kolusi dan nepotisme. 7) Belum mendukungnya kebijakan/regulasi pengembangan kerjasama antar daerah.
20
Kabupaten Jepara
2020
PENYUSUNAN ULANG SWOT STRENGTH
WEAKNESS
1. Kabupaten Jepara memiliki berbagai macam destinasi pariwisata, salah satunya Karimunjawa yang telah ditetapkan sebagai Kawasan Strategis Pariwisata Nasional (KSPN). 2. Kabupaten Jepara memiliki sektor industri pengolahan dan sektor perdagangan yang memiliki kontribusi terbesar terhadap perekonomian wilayah sekaligus menjadi sektor pendukung pariwisata di Kabupaten Jepara. 3. Beragam sumber daya alam dapat dibudidayakan di Kabupaten Jepara, mulai dari sumber daya pesisir, pertanian, hingga perkebunan.
1. Kualitas SDM yang tergolong rendah apabila ditinjau dari tingkat kesehatan, pendidikan, dan ketimpangan gender. 2. Kinerja pelayanan kabupaten tergolong rendah karena penyediaan infrastruktur yang belum sepenuhnya merata melihat fokus pembangunan masih teriorientasi di area perkotaan. 3. Prasarana sanitasi yang tersedia belum optimal dan berdampak pada penurunan kualitas lingkungan hidup akibat masih ditemukannya pengelolaan sampah yang buruk dan IPAL industri pengolahan yang tidak memenuhi standar.
OPPORTUNITY
THREAT
1. Kabupaten Jepara merupakan wilayah yang diminati oleh banyak investor untuk menanamkan modalnya, terutama pada sektor pariwisata dan industri pengolahan.
1. Daya saing Kabupaten Jepara masih tergolong rendah apabila dibandingkan dengan Kota/Kabupaten lain di Jawa Tengah. 2. Daya saing Kabupaten Jepara masih tergolong rendah apabila dibandingkan dengan Kota/Kabupaten lain di Jawa Tengah. 3. Kabupaten Jepara memiliki potensi bencana abrasi, tanah longsor, angin puting beliung, dan kekeringan yang berkepanjangan. 4. Tidak adanya regenerasi industri ukiran kayu sehingga mampu mengancam identitas Kabupaten Jepara sebagai “Kota Ukir�. 5. Maraknya aktivitas penduduk Kabupaten Jepara yang berdampak pada pencemaran lingkungan dan tidak ditangani secara tegas oleh pihak berwajib, seperti penambangan pasir besi secara terus-menerus. 6. Perkembangan industri berskala besar secara masif, di sisi lain mengancam keberadaan sektor primer serta kualitas lingkungan hidup di Kabupaten Jepara.
Sumber : Analisis Penulis, 2020
Studio Rencana Wilayah
21
Kabupaten Jepara
2020
Selain kajian SWOT, dilakukan pengkajian potensi dan masalah dari sektor unggulan Kabupaten Jepara yaitu sektor industri dan pariwisata. Tabel 3.2 SWOT Kabupaten Jepara POTENSI •
INDUSTRI
• • • •
Adanya industri garmen dan kayu skala besar Adanya industri kreatif skala kecil – menengah Penyerapan tenaga kerja dari sektor industri Besarnya potensi investasi dan ekspor Sektor industri pengolahan menjadi penyumbang terbesar pdrb tertinggi
MASALAH • • • • • • • •
PARWIWISATA
• • •
Adanya potensi pariwisata bahari, dataran tinggi dan budaya Karimunjawa sebagai pariwisata strategis nasional Berkembangnya desa wisata di dataran tinggi yang mengoptimalkan potensi loka
•
• • •
Ancaman limbah akibat kegiatan industri Menurunnya regenerasi industri kreatif Kurangnya bahan baku Keterbatasan informasi dan teknologi Belum optimalnya pengembangan OVOP Kualitas SDM belum memadai Ancaman bencana abrasi dan longsor pada pariwisata alam Aksesibilitas dan fasilitas pendukung yang belum memadai Kurangnya paritisipasi masyarakat dalam pengembangan sektor pariwisata Permasalahan sampah dan limbah Penjenamaan tempat yang belum optimal Keterbatasan informasi dan teknologi
Sumber : Analisis Penulis, 2020 TUJUAN PENGEMBANGAN Dari potensi dan masalah yang dirumuskan diatas,, ditemukan tujuan pengembangan Kabupaten Jepara sebagai berikut : 1. Menyelaraskan pengembangan industri pengolahan dan kreatif skala kecil dengan skala besar yang dapat meningkatkan kualitas SDM dan menyejahterakan masyarakat 2. Mengembangkan industri pengolahan ramah lingkungan 3. Penyediaan fasilitas pendukung, aksesbilitas dan informasi pariwisata memanfaatkan pengembangan teknologi informasi 4. Pengembangan pariwisata berbasis lokal dan lingkungan dan tangguh bencana Tujuan ini selanjutnya menjadi bahan pertimbangan dalam pemilihan konsep pengembangan yang sesuai untuk diterapkan dalam perencanaan Kabupaten Jepara.
Studio Rencana Wilayah
22
Kabupaten Jepara
2020
ALTERNATIF KONSEP PENGEMBANGAN
1. Smart Industry – Tourism Konsep smart industry berasal dari revolusi industry 4.0 yang menyatakan produksi industry yang didukung cyber physical system (CPS) dan Internet of Things (IoT). Pada dasarnya smart industry berupa smart factory atau smart manufacturing dan terdapat faktor manusia didalamnya. Dalam smart industy dibutuhkan manusia yang memiliki pengetahuan, keahlian, etos kerja serta pengalaman kerja yang tidak dapat tergantikan oleh robot. Sektor industri yang disiapkan untuk implementasi smart industri ialah industri makanan minuman, otomotif, elektronik, kimia dan industry tekstil. Pekerjaan yang bersifat physical works dan terdapat keahlian seni tidak dapat tergantikan oleh otomatisasi sistem Selain segi produksi, promosi dan pemasaran juga harus didukung pemanfaatan teknologi. Kemenperin Indonesia merilis program e-smart IKM yaitu sistem basis data IKM nasional yang tersaji dalam bentuk profil industri, sentra, dan produk yang diintegrasikan dengan marketplace yang telah ada dengan tujuan untuk semakin meningkatkan akses pasar IKM melalui internet marketing Kabupaten Jepara memiliki industry pengolahan berupa tekstil, kayu, kimia dan kulit dimana dapat menerapkan konsep smart factory. Untuk industry kecil yang mengandalkan keahlian manusia seperti ukir tetap memerlukan teknologi pintar contoh pengelolaan limbah. Secara mendasar, konsep smart tourism memiliki tiga karakeristik yaitu (1) mempresentasikan penggabungan industri pariwisata dengan teknologi informasi dan komunikasi (2) bersifat sosial dengan adanya interaksi sosial antara para wisatawan dan penduduk lokal, dan (3) adanya keterhubungan antara berbagai macam stakeholder terkait pengembangan industri pariwisata (Park, Lee, Yoo, & Nam, 2016). Sedangkan menurut Koo, Yoo, Lee, and Zanker (2016),smart tourism terdiri dari empat komponen inti, yaitu: teknologi, aplikasi, man-machine interaction (IoT), dan system and management. Konsep smart tourism memiliki 13 elemen-elemen penting yang perlu diperhatikan dalam penerapannya. Elemen-elemen tersebut dijelaskan oleh Wang, Robert, Zhen, & Zhang (2016) antara lain tourist attraction homepage, smart vehicle-scheduling, personalitinerary design, free wifi, smart cards, intelligent-guide system, crowd handling, mobile payment, tourist-flow monitoring, online information access, travel safety protection, etourism recommendation system, dan real time traffic broadcast
Studio Rencana Wilayah
23
Kabupaten Jepara
2020
2. Eco Industry – Tourism Ekologi industri merupakan suatu pendekatan manajemen lingkungan dimana suatu sistem tidak dilihat secara terpisah dengan sistem sekelilingnya, sistem ini mengelola aliran energi atau material dengan efisiensi yang tinggi dan minim polusi. Prinsip ekologi industri : 1. Mencari integrasI sistem kerja manusia kedalam sistem alam 2. Minimasi energi dan material yang digunakan 3. Minimasi dampak ekologi dari aktivitas manusia yg dapat diterima sistem alam Eco Industrial Park • Green Construction - Minimalisasi penggunaan sumber daya - Memilih material tahan lama - Menggunakan renewable/recycle resources - Protect natural - Menciptakan lingkungan sehat dan non-toxic - Integrasi desain infratruktur dan bangunan dengan lingkungan manusia dan alam • Sustainable Design • Green Design untuk Infrastruktur • Sustainable Community Ekowisata adalah kegiatan wisata alam di daerah yang bertanggungjawab dengan memperhatikan unsur pendidikan, pemahaman, dan dukungan terhadap usaha-usaha konservasi sumberdaya alam, serta peningkatan pendapatan masyarakat lokal (Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 33 Tahun 2009 ). Jenis-jenis ekowisata di daerah antara lain: a. ekowisata bahari; b. ekowisata hutan; c. ekowisata pegunungan; dan/atau d. ekowisata karst Kabupaten Jepara sendiri memiliki objek-objek wisata di ekosistem bahari, hutan dan pegunungan. Prinsip pengembangan ekowisata : a. kesesuaian antara jenis dan karakteristik ekowisata; b. konservasi c. Ekonomis d. Edukasi e. kepuasan dan pengalaman kepada pengunjung; f. partisipasi masyarakat g. menampung kearifan local
Studio Rencana Wilayah
24
Kabupaten Jepara
2020
3. Community Based Industry - Tourism Community Based Industry ialah konsep kegiatan industrI yang berbasis pada pemberdayaan masyarakat dan sumberdaya lokal, dalam hal ini menekankan pada industry kecil dan menengah seperti konsep home industry. Sedangkan industri skala besar kaitannya ialah dengan program CSR dan penyerapan tenaga kerja lokal. Kegiatan yang dilakukan dalam home industry pada umumnya masih menggunakan cara-cara konvensional. Dengan kata lain, sistem produksi, pengelolaan organisasi atau manajemen, serta sistem pemasaran, yang diterapkannya masih sederhana dan dilakukan secara kekeluargaan. Sedangkan kegiatan tersebut terpusat di rumah tangga Industri berbasis masyarakat lokal ini dapat melahirkan industry kreatif dimana dibutuhkan penggabungan antara kreatifitas, keahlian, dan bakat individu sebagai modal untuk tenaga kerjanya. Kegiatan industry di Kabupaten Jepara terutama industry kecil menengah seperti industri ukiran, furniture, patung dan tenun merupakan industry berbasis masyarakat dan kreatifitas. Community based tourism (CBT) atau pariwisata berbasis masyarakat, adalah dengan melibatkan masyarakat lokal dalam perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan programprogram pariwisata. Salah satu contoh penerapan konsep CBT adalah desa wisata. Desa Wisata adalah suatu bentuk integrasi antara atraksi, akomodasi dan fasilitas pendukung yang disajikan dalam suatu struktur kehidupan masyarakat yang menyatu dengan tata cara dan tradisi yang berlaku. Kabupaten Jepara sendiri memiliki beberapa desa wisata. Contoh desa wisata yang terkenal yaitu Desa Wisata Tempur, Desa Wisata Troso dan Desa Wisata Mulyoharjo. Desa Tempur memiliki komoditas unggulan berupa kopi dan menawarkan panorama pegunungan.Desa Troso merupakan desa tempat sentra industry tenun torso. Desa Mulyoharjo merupakan sentra industri seni patung dan pahat dari kayu PEMILIHAN ALTERNATIF KONSEP PENGEMBANGAN Pemilihan konsep pengembangan wilayah dilakukan dengan metode Analytical Hierarchy Process (AHP) dengan kriteria-kriteria : a. Peningkatan Kinerja Pelayanan Infrastruktur b. Peningkatan Kualitas Lingkungan Hidup c. Pemanfaatan Sumber Daya Lokal d. Peningkatan terhadap Ketangguhan Bencana e. Pemanfaatan Teknologi Informasi
Studio Rencana Wilayah
25
Kabupaten Jepara
2020
Gambar 3.1 Pemilihan Konsep Pengembangan Wilayah Menggunakan Metode AHP
Sumber : Analisis Penulis, 2020 Berdasarkan pemilihan konsep pengembangan wilayah menggunakan metode AHP didapatkan alternatif konsep terpilih dengann skor tertinggi yaitu Eco Industry – Tourism.
KONSEP PENATAAN RUANG Pemilihan konsep penataan ruang dilakukan sebagai pedoman dalam perencanaan spasial Kabupaten Jepara. Konsep ini kemudian menjadi landasan dalam perumusan rencana struktur dan pola ruang. Bedasarkan latar belakang dan hasil analisis tersebut, terdapat 3 alternatif konsep penataan ruang Kabupaten Jepara, yaitu :
1. Integrated Multi Nuclei Konsep penataan ruang Integrated Multi Nuclei merupakan bentuk struktur ruang kota dengan dua inti atau pusat kegiatan. Komponen penting dalam struktur ruang kota ini meliputi : pusat kota, Kawasan kegiatan ekonomi, Kawasan ekonomi, dan pusat lainnya. Biasanya daerah pusat kota atau CBD dalam struktur ruang kota berfungsi sebagai “growth points�. Pusat-pusat pertumbuhan ini kemudian mempengaruhi penggunaan lahan di sekitarnya. Konsep integrated multi nuclei memiliki kriteria sebagai berikut : a. Memiliki satu inti atau pusat perkembangan wilayah biasa disebut CBD. b. Munculnya inti atau pusat kegiatan baru sebagai kutub pertumbuhan dapat berupa fasilitas transportasi, sarana pendidikan, pariwisata, industri, komersial, dll. c. Kepadatan pada sub-pusat bisa lebih tinggi untuk meningkatkan proximity dari fasilitas pelayanan dan mengatur distribusi konsentrasi permukiman meminimasir pembentukan permukiman sprawl d. Penyedian jaringan transportasi terintegrasi antar pusat-pusat pertumbuhan untuk efisiensi transportasi umum. e. Memiliki tata guna lahan yang kompleks
2. Linear Sentris Konsep penataan ruang linear sentris memandang struktur internal wilayah dengan pendekatan morfologi. Pendekatan morfologi memfokuskan perhatian pada bentuk-
Studio Rencana Wilayah
26
Kabupaten Jepara
2020
bentuk fisikal kawasan perkotaan yang tercermin dari jenis penggunaan lahan, sistem jaringan jalan, dan blok-blok bangunan, townscape, urban sprawl, dan pola jaringan jalan sebagai indikator morfologi kota. Dengan demikian, perkembangan transportasi mempunyai pengaruh besar terhadap morfologi kota. Kriteria pada konsep linear sentris yaitu : 1) Pola jalan sebagai indikator morfologi kota. Pada alternatif konsep linear sentris Kabupaten Jepara, sistem pola jalan tidak teratur yang bercabang dari jalan utamanya 2) Penggunaan lahan sebagai deferensiator struktur ruang regional Pusat perkotaan yang lebih kecil tumbuh di kanan-kiri pusat perkotaan utamanya, pertumbuhan perkotaan hanya terbatas di sepanjang jalan utama maka pola umumnya linier, dipinggir jalan biasanya ditempati bangunan komersial dan dibelakangnya ditempati permukiman penduduk;
3. Sectoral Konsep penataan ruang sectoral memandang struktur internal wilayah dengan pendekatan ekologikal. Menurut Homer Hoyt yang mengadakan riset pada atahun 1930an, proses pertumbuhan kota lebih bedasarkan sektor-sektor. Sumber-sumber perkembangan wilayah seperti faktor kondisi geografis, rute transportasi, dan kekerabatan sosial. Pengelompokan tata guna lahan menjulur seperti irisan kue tart. Perkembangan wilayah berpola sektoral umumnya berawal dari pusat kota/pusat bisnis (CBD) yang kemudian menyebar ke arah luar sehingga berbentuk seperti irisan kue tart. Perkembangan satu sektor dapat lebih cepat daripada sektor yang lain. Begitu pula jarak tiap sektor dengan pusat kota juga berlainan. Perkembangan tiap sektor dipengaruhi juga oleh topografi dan jenis aktifitas penduduk. Kriteria pada konsep sectoral yaitu : 1) Daerah-daerah dengan harga jual atau sewa tanah tinggi biasanya terletak di luar kota 2) Daerah-daerah dengan harga jual atau sewa tanah rendah merupakan jalur-jalur yang memanjang dari pusat ke perbatasan kota 3) Zona pusat sebagai daerah pusat kegiatan PEMILIHAN ALTERNATIF KONSEP PENATAAN RUANG Pemilihan konsep penataan ruang dilakukan dengan metode Analytical Hierarchy Process (AHP) dengan kriteria-kriteria :
1. Integrasi dari segi transportasi dan guna lahan. 2. Pengoptimalan skala pelayanan simpul perkotaan. 3. Peningkatan kualitas lingkungan hidup. 4. Distribusi konsentrasi penduduk dan aktivitas ekonomi.
Studio Rencana Wilayah
27
Kabupaten Jepara
2020
Gambar 3.2 Pemilihan Konsep Penataan Ruang Menggunakan Metode AHP
Sumber : Analisis Penulis, 2020
VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN DAN ARAH KEBIJAKAN VISI “Mewujudkan Kabupaten Jepara yang Berdaya Saing dan Sejahtera Bertumpu Pada Pengembangan Sektor Industri Pengolahan dan Pariwisata” MISI, TUJUAN, SASARAN DAN ARAH KEBIJAKAN Misi, tujuan, sasaran dan arah kebijakan dituangkan dalam tabel 3.3 sebagai berikut :
Studio Rencana Wilayah
28
Kabupaten Jepara
2020
Tabel 3.3 Misi, Tujuan, Sasaran Indikator, Strategi dan Arah Kebijakan Kabupaten Jepara MISI Meningkatkan Kualitas SDM yang berilmu, sehat dan keadilan gender
TUJUAN Meningkatkan kualitas kesehatan
SASARAN 1. Menurunnya angka gizi buruk 2. Menurunnya penyakit menular
Menurunnya angka kematian
INDIKATOR
STRATEGI
ARAH KEBIJAKAN
1. Angka gizi buruk 2. Angka pengidap disabilitas 3. Angka Pengidap HIV, dan penyakit menular lainnya
1. Menurunkan angka gizi buruk 2. Menurunnya angka pengidap penyakit menular
1. Peningkatan kesadaran masyarakat dalam Pola Hidup Bersih Sehat (PHBS) 2. Peningkatan cakupan pelayanan Jaminan Kesehatan 3. Pembinaan Ibu Hamil 4. Peningkatan kualitas dan kuantitas sarana dan prasarana kesehatan secara bertahap untuk memenuhi standar 5. Peningkatan kuantitas dan kualitas tenaga kesehatan
1.
1. Peningkatan penyuluhan dan pembinaan Kesehatan Lanjut Usia
Angka mortalitas
2.
Meningkatnya angka harapan hidup
Studio Rencana Wilayah
Angka harapan hidup
Menurunkan angka kematian Menurunnya kasus penyakit menular
Meningkatkan Angka Harapan Hidup
1. Peningkatan kesadaran masyarakat
29
Kabupaten Jepara
MISI
TUJUAN
SASARAN
INDIKATOR
STRATEGI
ARAH KEBIJAKAN
2. 3. 4.
5.
Meningkatnya akses ke fasilitas kesehatan
Penyetaraan gender
Studio Rencana Wilayah
Meratanya kesetaraan gender
1. Keterjangkauan akses fasilitas kesehatan 2. Kepuasan masyarakat
1. Indeks Pemberdayaan
Meningkatkan akses ke fasilitas kesehatan
Menyetarakan gender
2020
dalam Pola Hidup Bersih Sehat (PHBS) Peningkatan cakupa n pelayanan Jaminan Kesehatan Peningkatan kualitas dan kuantitas sarana dan prasarana kesehatan secara bertahap untuk memenuhi standar Peningkatan kuantitas dan kualitas tenaga kesehatan
1. Peningkatan cakupan pelayanan Jaminan Kesehatan 2. Peningkatan kualitas dan kuantitas tenaga kesehatan 3. Peningkatan kualitas dan kuantitas sarana dan prasarana kesehatan 1. Pemberdayaan dan
30
Kabupaten Jepara
MISI
TUJUAN
SASARAN
INDIKATOR
STRATEGI
Gender (IDG) 2. Persentase sumbangan pendapatan perempuan dalam keluarga 3. Angka partisipasi politik perempuan dalam pemerintahan
Meningkatkan kualitas pendidikan
Meningkatnya jenjang pendidikan terakhir masyarakat
Meningkatnya akses
Studio Rencana Wilayah
2020
ARAH KEBIJAKAN peningkatan partisipasi wanita dalam pembangunan 2. Penyediaan kelompok pembinaan wanita disertai pemberian pelatihan dan pengembangan keterampilan 3. Perlindungan hukum dan pengawasan pelaksanaan penegakan hukum terkait kekerasan terhadap perempuan dan anak
1. Angka jenjang pendidikan terakhir 2. Rata-rata lama sekolah
Meningkatkan jenjang pendidikan terakhir masyarakat
1. Peningkatan kompetensi dan kualifikasi sumberdaya pendidik dan tenaga kependidikan secara bertahap 2. Perluasan cakupan pemberian beasiswa
Keterjangkauan akses
Meningkatkan akses
1. Peningkatan kualitas
31
Kabupaten Jepara
MISI
Meningkatkan kinerja pelayanan kabupaten yang menunjang pengembanga n wilayah berbasis potensi lokal.
TUJUAN
Mengoptimalkan skala pelayanan simpul perkotaan
Studio Rencana Wilayah
SASARAN
INDIKATOR
STRATEGI
fasilitas pendidikan
fasilitas pendidikan
fasilitas pendidikan
Meningkatnya ketersediaan fasilitas di setiap simpul perkotaan
Jumlah fasilitas di setiap simpul perkotaan
Meningkatkan ketersediaan fasilitas di setiap simpul perkotaan
2020
ARAH KEBIJAKAN dan kuantitas sarana dan prasarana pendidikan secara bertahap untuk memenuhi Standar Nasional Pendidikan 1. Pengembangan dan peningkatan fungsi kota 2. Revitalisasi fungsi pusat kegiatan sesuai hirarki 3. Peningkatan jaringan distribusi perdagangan dan jasa 4. Pengembangan jaringan dan konektivitas antar dan inter wilayah 5. Pengembangan transportasi 6. Melakukan kerjasama pemerintah dan badan usaha 7. Peningkatan jumlah Ruang Terbuka Hijau (RTH)
32
Kabupaten Jepara
MISI
TUJUAN
SASARAN
INDIKATOR
STRATEGI
2020
ARAH KEBIJAKAN 8. Peningkatan kualitas UMKM di Kabupaten Jepara
Penyediaan sarana dan prasarana pendukung pariwisata
Tersedianya sarana dan prasarana pendukung pariwisata
1. Jumlah sarana prasarana pendukung pariwisata 2. Pendapatan di sektor pariwisata 3. Jumlah wisatawan domestik maupun mancanegara
Menyediakan sarana dan prasarana pendukung pariwisata
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Studio Rencana Wilayah
Pengembangan destinasi wisata unggulan yang berkelanjutan Peningkatan sarana dan prasarana kepariwisataan Pengembangan jejaring informasi kepariwisataan Pembangunan dan pemeliharaan jalan dan jembatan Pembentukan Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Peningkatan event atau acara berskala nasional maupun internasional yang mampu mempromosikan pariwisata Kabupaten
33
Kabupaten Jepara
MISI
TUJUAN
SASARAN
INDIKATOR
STRATEGI
2020
ARAH KEBIJAKAN Jepara
Meningkatkan kualitas lingkungan hidup didukung dengan upaya preventif terhadap perusakan lingkungan
Membangun prasarana sanitasi yang layak
Tersedianya sistem pengelolaan sampah yang baik
Tersedianya sistem pengelolaan air limbah yang memadai dan berkualitas
Studio Rencana Wilayah
1. Jumlah bank sampah 2. Adanya sistem 3R 3. Jumlah TPA dan/atau TPST 4. Volume Timbulan Sampah 5. Persentase Penanganan 6. Partisipasi masyarakat dalam pengelolaan sampah 7. Sistem pengelolaan sampah TPA di Kabupaten Jepara Jumlah IPAL untuk domestik
Menyediakan sistem pengelolaan sampah yang baik dan terpadu
1. Penyediaan TPA dan/atau TPST di Kabupaten Jepara terutama Kecamatan Karimunjawa 2. Peningkatan partisipasi masyarakat dalam pengelolaan sampah 3. Pemanfaatan sampah menjadi barang bernilai ekonomi melalui sistem 3R
Menyediakan sistem pengelolaan limbah setempat hingga skala komunitas
1. Pembangunan instalasi pengolahan limbah baik setempat hingga komunitas 2. Pengawasan dan pemantauan terhadap pengelolaan limbah
34
Kabupaten Jepara
MISI
TUJUAN
Meningkatkan upaya mitigasi bencana wilayah
Studio Rencana Wilayah
SASARAN
INDIKATOR
STRATEGI
2020
ARAH KEBIJAKAN
Tersedianya sistem pengelolaan limbah untuk industri
Jumlah IPAL untuk industri
Menyediakan sistem pengelolaan limbah untuk industri
1. Penyediaan IPAL khusus industri pengolahan 2. Penyediaan kebijakan sistem pengelolaan untuk industri
Terwujudnya upaya mitigasi bencana abrasi wilayah
Angka rekap kejadian bencana abrasi
Mewujudkan upaya mitigasi bencana abrasi wilayah
1. Peningkatan infrastruktur penanganan abrasi di wilayah pesisir 2. Peningkatan peran masyarakat dalam mitigasi bencana
Terwujudnya upaya mitigasi bencana kekeringan wilayah
Angka rekap kejadian bencana kekeringan
Mewujudkan upaya mitigasi bencana kekeringan wilayah
1. Penyediaan sumber daya air cadangan 2. Peningkatan peran masyarakat dalam mitigasi bencana
Terwujudnya upaya mitigasi bencana longsor wilayah
Angka rekap kejadian bencana longsor
Mewujudkan upaya mitigasi bencana longsor wilayah
1. Pembentukan kelompok masyarakat tangguh bencana 2. Perlindungan daerah rawan bencana longsor
35
Kabupaten Jepara
MISI
TUJUAN Mengurangi degradasi lingkungan akibat kegiatan masyarakat
Studio Rencana Wilayah
SASARAN
INDIKATOR
STRATEGI
2020
ARAH KEBIJAKAN
Berkurangnya pencemaran lingkungan akibat kegiatan industri
Kualitas air sungai Indeks kualitas udara (AQI)
Mengurangi pencemaran lingkungan akibat kegiatan industri
1. Peningkatan perlindungan dan konservasi sumber daya alam. 2. Penegakan hukum terkait AMDAL dan IMB perusahaan industri
Berkurangnya pencemaran lingkungan akibat kegiatan pariwisata
Angka kerusakan terumbu karang
Mengurangi pencemaran lingkungan akibat kegiatan pariwisata
1. Peningkatan partisipasi masyarakat dalam pelestarian lingkungan hidup 2. Penyediaan fasilitas berupa tempat sampah di titik-titik pariwisata 3. Konservasi terumbu karang secara berkala 4. Penanaman terumbu karang untuk rehabilitasi
Berkurangnya kerusakan lingkungan akibat eksploitasi SDA yang tidak
Angka kerusakan SDA
Mengurangi kerusakan lingkungan akibat eksploitasi SDA yang tidak
1. Peningkatan pengendalian pencemaran dan perusakan lingkungan
36
Kabupaten Jepara
MISI
TUJUAN
SASARAN
INDIKATOR
bertanggung jawab
STRATEGI
2020
ARAH KEBIJAKAN
bertanggungjawab 2.
3.
4.
5.
6.
hidup. Peningkatan perlindungan dan konservasi sumber daya alam. Peningkatan kuantitas dan kualitas ruang terbuka hijau publik Peningkatan partisipasi masyarakat dalam pelestarian lingkungan hidup Peningkatan ketegasan penegakkan hukum pada kegiatan penangkapan ikan illegal Peningkatan ketegasan penegakkan hukum pada kegiatan penambangan pasir illegal
Sumber : Analisis Penulis, 2020
Studio Rencana Wilayah
37
Kabupaten Jepara
2020
TUJUAN, KEBIJAKAN DAN STRATEGI PENATAAN RUANG TUJUAN PENATAAN RUANG “Mewujudkan Kabupaten Jepara yang Memiliki Pusat-Pusat Pertumbuhan Terintegrasi, Bertumpu Pada Sektor Industri Pengolahan dan Pariwisata Berbasis Potensi Lokal yang Ramah Lingkungan dan Tangguh bencana� KEBIJAKAN DAN STRATEGI PENATAAN RUANG Tabel 3.4 Kebijakan dan Strategi Penataan Ruang Kabupaten Jepara KEBIJAKAN PENATAAN RUANG
STRATEGI PENATAAN RUANG
Pengembangan & pengoptimalan skala pelayanan simpul perkotaan yang merata dan berhierarki
1. Meningkatkan ketersediaan fasilitas di tiap-tiap simpul perkotaan sesuai tingkat pelayanan pusat kegiatan 2. Meningkatkan aksesibilitas baik pada simpul perkotaan maupun antar simpulsimpul perkotaan 3. Meningkatkan keterkaitan kegiatan ekonomi di wilayah perkotaan dan pedesaan 4. Mengoptimalkan fungsi pusat kegiatan dan menetapkan wilayah pelayanan 5. Mengembangkan jaringan energi dan telekomunikasi
Pemanfaatan fungsi kawasan lindung dan peningkatan kelestarian lingkungan hidup yang adaptif terhadap resiko bencana
1. Meningkatkan nilai ekonomi kawasan lindung tanpa mengabaikan dan mengendalikan fungsi kawasan lindung 2. Mengatur dan mengendalikan kegiatan di kawasan lindung 3. Mengendalikan kawasan perlindungan setempat secara optimal 4. Memprioritaskan fungsi pengendalian dan konservasi pada kawasan resapan air sebagai cadangan sumber daya air untuk keperluan kegiatan budidaya 5. Meningkatkan ketersediaan ruang terbuka hijau (RTH) baik publik maupun privat sesuai standar minimal yang ditentukan 6. Mengendalikan pemanfaatan ruang pada kawasan rawan bencana berbasis pada pencegahan dan mitigasi bencana 7. Merehabilitasi dan melestarikan kawasan - kawasan yang terindikasi lahan kritis dan kawasan lindung yang
Studio Rencana Wilayah
38
Kabupaten Jepara
KEBIJAKAN PENATAAN RUANG
2020
STRATEGI PENATAAN RUANG telah dieksploitasi 8. Mengelola sumber daya alam tak terbarukan untuk menjamin pemanfaatannya secara efisien 9. Melibatkan peran serta masyarakat suaka alam dalam pengelolaan kawasan lindung
Pengembangan & optimalisasi orientasi pembangunan perekonomian daerah yang bertumpu pada sektor industri pengolahan dan pariwisata berbasis pada potensi lokal, lingkungan dan kreativitas
Studio Rencana Wilayah
1. Menyediakan fasilitas penunjang kegiatan pariwisata dan industri 2. Mengembangkan kawasan peruntukan pariwisata pada destinasi wisata unggul dengan penyediaan fasilitas pelayanan pada wisata alam, budaya, dan minat khusus 3. Mengembangkan sentra industri kreatif yang berwawasan lingkungan dengan mengoptimalkan potensi lokal 4. Mengembangkan kawasan industri ramah lingkungan (Green Industry) 5. Mengoptimalkan hutan rakyat untuk memenuhi kebutuhan industri terhadap hasil hutan 6. Mengembangkan kawasan peruntukan industri pada kawasan perdesaan berdasarkan spesialisasi komoditas dan sumberdaya lokal, dan mengembangkan kawasan industri menengah; 7. Meningkatkan akses dari kawasan industri ke pelabuhan dan pasar 8. Optimalisasi desa-desa wisata yang memiliki objek wisata alam, wisata budaya, dan wisata minat khusus secara terpadu 9. Mempertahankan dan mengembangkan kawasan cagar budaya untuk mendukung kegiatan pariwisata 10. Mengembangkan kawasan perkotaan dengan potensi pariwisata sebagai PKLp 11. Mengembangkan kegiatan pariwisata dan perlindungan alam di kawasan pesisir 12. Pengembangan sistem keruangan wisata melalui pembentukan kawasan
39
Kabupaten Jepara
KEBIJAKAN PENATAAN RUANG
2020
STRATEGI PENATAAN RUANG wisata yang memiliki tema-tema khusus 13. Mengembangkan dan mengoptimalkan kawasan pesisir dan pulau-pulau kecil melalui pemanfaatan kawasan pesisir dan pulau-pulau kecil untuk perikanan budidaya perairan/laut, kepariwisataan, usaha penangkapan ikan, dan industri perikanan, serta kegiatan budi daya lainnya secara terpadu dan lestari pada zona pengembangan serta menjaga keberadaan zona konservasi.
Peningkatan kualitas dan pelayanan sarana dan prasarana Kabupaten yang handal dan memadai
Studio Rencana Wilayah
1. Meningkatkan aksesibilitas dan keterjangkauan pelayanan dasar yaitu fasilitas pendidikan dan kesehatan. 2. Mengembangkan dan meningkatkan pelayanan sistem pengelolaan sampah secara terpadu 3. Mengembangkan dan mengelola sistem transportasi kabupaten yang terintegrasi dengan simpul-simpul transportasi regional dan nasional dengan pengembangan jaringan jalan dan pembangunan sarana transportasi 4. Mengembangkan sistem transportasi kawasan perdesaan – perkotaan 5. Meningkatkan kualitas prasarana dan sarana permukiman 6. Mengembangkan dan meningkatkan pelayanan sistem pengelolaan limbah domestik dan nondomestik 7. Mensyaratkan bagi industri besar dan menengah untuk mengelola limbah yang dihasilkan secara swadaya 8. Mengembangkan sistem transportasi laut dengan meningkatkan kualitas prasarana pelabuhan dan aksesibilitas untuk mewujudkan transportasi laut yang terintegrasi 9. Mengembangkan sistem jaringan telekomunikasi dan informatika secara terpadu dan menjangkau seluruh wilayah dalam mendukung pengembangan Jepara Smart City
40
Kabupaten Jepara
2020
KEBIJAKAN PENATAAN RUANG
STRATEGI PENATAAN RUANG
Pengembangan manajemen risiko bencana berbasis masyarakat pada kawasan rawan bencana
1. Menyusun, menetapkan, dan menginformasikan kawasan rawan bencana 2. Peningkatan perlindungan dan konservasi sumber daya alam. 3. Menetapkan dan mengarahkan usaha penanggulangan bencana yang mencangkup pencegahan bencana, penanganan darurat, rehabilitasi, dan rekonstruksi secara adil dan merata 4. Mengembangkan sistem peringatan dini termasuk pengembangan jalur evakuasi bencana, ruang evakuasi bencana, hunian sementara, maupun hunian tetap pada kawasan rawan bencana.
Pengembangan kawasan budidaya untuk mendukung perkembangan kabupaten sesuai dengan dayang dukung daya tampung
1. Mengendalikan alih fungsi lahan kawasan budidaya secara bertanggung jawab 2. Meningkatkan produktivitas, diversifikasi tanaman, dan pengolahan hasil hutan dan pertanian dengan tetap memperhatikan fungsi perlindungan kawasan 3. Mengendalikan kawasan terbangun dan kegiatan budidaya yang tidak bertanggung jawab 4. Menetapkan, mempertahankan dan mengendalikan kawasan lahan pertanian berkelanjutan (LP2B) dan meningkatkan produktivitas lahan pertanian produktif 5. Memberikan insentif terhadap masyarakat lokal yang mengelola pertanian lahan basah secara berkelanjutan 6. Mengembangkan komoditi unggulan pertanian, kehutanan, perikanan, peternakan sesuai dengan potensi kawasan 7. Mengendalikan kegiatan pertambangan yang ramah lingkungan dengan pemanfaatan potensi lokal 8. Mengembangkan kawasan untuk perikanan tangkap dan budidaya
Studio Rencana Wilayah
41
Kabupaten Jepara
KEBIJAKAN PENATAAN RUANG
2020
STRATEGI PENATAAN RUANG disertasi pengolahan hasil ikan
Penetapan dan pengembangan kawasan strategis untuk mendukung perkembangan kabupaten
1. Mengembangkan kawasan strategis untuk kepentingan pertumbuhan ekonomi 2. Mengembangkan kawasan strategis untuk kepentingan pendayagunaan sumber daya alam 3. Mengembangkan kawasan strategis untuk kepentingan sosial budaya 4. Memantapkan dan mengembangkan kawasan strategis untuk kepentingan fungsi dan daya dukung lingkungan
Sumber : Analisis Penulis, 2020
RENCANA STRUKTUR RUANG EVALUASI STRUKTUR RUANG EKSISTING Berdasarkan hasil evaluasi struktur ruang eksisting didapatkan hasil berikut : a. Aksesibilitas ; Fasilitas teraglomerasi di kawasan perkotaan jepara yang mencakup kecamatan Jepara dan Kecamatan Tahunan dan perlunya pemerataan fasilitas pelayanan dasar pada simpul-simpul perkotaan guna peingkatan aksesibilitas pada layanan permukiman
b. Interaksi antar simpul ; simpul perkotaan Tahunan - Jepara, Welahan - Kalinyamatan dan Batealit - Tahunan memiliki interaksi yang tinggi dan simpul perkotaan Bangsri - Keling, Pakis - Bangsri dan Batealit - Pakisaji memiliki interaksi yang rendah
c. Konektivitas ; Indeks Beta : konektivitas antar simpul di Kabupaten Jepara tergolong kompleks dan terhubung dengan baik , Indeks Alpha : 0,32 berarti konseksi antar simpul perkotaan masih kurang optimal , dan Indeks gamma : 0.57 berarti koneksi antar simpul perkotaan sudah cukup optimal ttp masih perlu diperbaiki kualitasnya . Kesimpulannya yaitu konektivitas antar simpul perkotaan di Kabupaten Jepara sudah cukup optimal namun tetap perlu ditingkatkan
d. Mobilitas ; terdapat beberapa jaringan antar simpul yang perlu ditingkatkan efisiensinya yaitu : Kedung - Tahunan , Mayong - Kalinyamatan, Welahan - Kalinyamatan dan Batealit - Pakisaji ALTERNATIF STRUKTUR RUANG Dari tinjauan 4 aspek tersebut kemudian diolah dan didiskusikan disesuaikan dengan tujuan penataan ruang Kabupaten Jepara yaitu “Mewujudkan Kabupaten Jepara yang memiliki pusat-pusat pertumbuhan Terintegrasi bertumpu pada sektor industri pengolahan dan pariwisata berbasis potensi lokal, ramah lingkungan dan tangguh bencana” yang dipadukan dengan konsep penataan ruang “Integrated Multi Nuclei”.
Studio Rencana Wilayah
42
Kabupaten Jepara
2020
Dari hasil tersebut dirumuskan 3 alternatif konsep dalam rencana struktur ruang Kabupaten Jepara yaitu
â—? One Cluster One Pole â—? Market and Infrastructure Based Industry - Tourism â—? Growth Pole to North Area Alternatif 1 : One Cluster One Pole
Gambar 3.3 Peta alternatif 1 struktur ruang Sumber : Analiisis Studio Rencana Kabupaten Jepara Gambaran Umum Alternatif pertama yaitu dengan konsep One Cluster One Pole. Konsep tersebut menggunakan suatu pendekatan pembangunan daerah yang bertujuan untuk memajukan ekonomi khususnya terkait potensi industri kecil dan menengah yang berbasis lokal melalui pertimbangan potensi dan komoditas unggulan yang dimiliki oleh masing-masing kecamatan yang ada di Kabupaten Jepara. Dalam penerapannya, konsep OCOP memerlukan keterlibaran 5 aktor dengan prinsip pentahelix. Prinsip pentahelix mendorong pemerintah sebagai pemangku kebijakan, pihak swasta, akademisi, masyarakat, dan media untuk bersinergi dan mengembangkan berbagai inovasi dalam rangka memajukan kecamatan setempat. Keterlibatan kelima aktor tersebut dengan berfokus pada pemberdayaan masyarakat dapat mendukung keberlanjutan konsep OCOP. Selain itu, konsep OCOP dapat mengatasi permasalahan seperti sulitnya regenerasi industri lokal akibat generasi muda
Studio Rencana Wilayah
43
Kabupaten Jepara
2020
yang lebih memilih bekerja di sektor lain. Sasaran dan target dari konsep OCOP agar masing-masing kecamatan dapat memiliki dan memgembangkan produk baik barang maupun jasa yang dapat bersaing di pasar regional, nasional, maupun global dengan tetap menekankan nilai tambah lokal dan mendorong semangat menciptakan kemandirian masyarakat. Dalam jangka panjang, konsep OCOP diharapkan mampu mengatasi permasalahan kesenjangan sosial dan ekonomi yang terjadi antara kecamatan dan agar kecamatan- kecamatan tertentu tidak lagi bergantung pada pelayanan pusat ibu kota kabupaten. Alternatif 2 : Export Based Industry-Tourism Alternatif konsep export based industry-tourism merupakan konsep rencana struktur ruang dimana pengembangan pusat-pusat pertumbuhan yang didukung oleh basis kegiatan industri dan pariwisata dikembangkan berdekatan dengan pasar. Pasar sebagai pusat kegiatan ekonomi dan memicu perkembangan wilayah sekitarnya karena memiliki jaringan transportasi, aliran barang serta terminal. Pasar dan kegiatan industri dapat dikembangkan menjadi skala regional sehingga antara industri dan pasar dapat memiliki skala pelayanan yang besar. Hal ini juga mempengaruhi peningkatan pelayanan pariwisata dan
perkembangan
wilayah
sekitarnya
seperti
tumbuhnya
permukiman
diikuti
pengembangan sarana prasarana pendukung. Dengan pengembangan pusat pertumbuhan dan kegiatan industri pariwisata yang berorientasi pasar, maka akan meningkatkan aksesibilitas wilayah karena ketersediaan pelayanan mulai dari pelayanan ekonomi, jaringan transportasi hingga rekreasi. Latar Belakang penentuan faktor-faktor Pertumbuhan Dalam menentukan pusat-pusat pertumbuhan dipengaruhi beberapa faktor seperti
a. Sebaran permukiman ; sebagai inti dari pelayanan pusat pertumbuhan dapat melayani permukiman yang banyak agar skala pelayanannya optimal, tidak hanya pada jangkauan pelayanan b. Sebaran pasar : sebagai titik pertumbuhan, kegiatan ekonomi sosial serta lalu lintas orang dan barang yang memicu pertumbuhan wilayah sekitarnya baik permukiman dan sarana prasarana pendukung
c. Sebaran terminal : sebagai titik simpul dapat memicu perkembangan wilayah sekitarnya d. Sebaran industri dan sentra industri yang dapat menarik tenaga kerja sehingga dapat memicu perpindahan penduduk.
e. Sebaran pariwisata : sebagai daya tarik dari suatu wilayah dan juga memicu perkembangan wilayah sekitar. Alternatif 3 : New Growthpole pada Jepara bagian utara Alternatif ketiga dirumuskan dengan konsep Growth Pole (Kutub Pertumbuhan) ke
Studio Rencana Wilayah
44
Kabupaten Jepara
2020
arah utara dimana pertumbuhan atau pembangunan tidak difokuskan di seluruh wilayah Kabupaten Jepara, melainkan hanya di sekitar kutub yang berlokasi di bagian utara Kabupaten Jepara. Alternatif ini menekankan pada upaya pemerataan pembangunan dengan menumbuhkan pusat kegiatan ekonomi pada bagian utara Kabupaten Jepara yang tergolong masih minim dalam penyediaan fasilitas pelayanan. Dalam hal ini keberadaan sektor industri dan pariwisata memiliki peranan awal dalam membangun sebuah pusat pertumbuhan karena kedua sektor tersebut mampu menstimulus perkembangan kegiatan ekonomi lebih lanjut ke daerah sekitarnya. Selain itu, tingkat aksesibilitas juga menjadi daya tarik (pole of attraction) dalam membangun pusat pertumbuhan. Pada Kabupaten Jepara, penerapan konsep Growth Pole diharapkan dapat mampu memberikan trickle down effect bagi kawasan perdesaan dengan memunculkan pusat kegiatan ekonomi baru untuk mendukung pusat pertumbuhan yang ada. Penetapan pusat kegiatan ekonomi baru didasarkan pada aglomerasi spasial dari kegiatan yang saling berkaitan dan mendorong suatu pertumbuhan di daerah sekitar, salah satu contohnya adalah lokasi industri yang berdekatan dengan pasar. Gambar 3.4 Peta alternatif 2 struktur ruang (Kiri) dan Peta alternatif 3 struktur ruang
(Kanan) Sumber : Analisis Penulis, 2020 PEMILIHAN STRUKTUR RUANG Dari tiga alternatif struktur ruang yang diusulkan, kemudian dipilih satu struktur
Studio Rencana Wilayah
45
Kabupaten Jepara
2020
ruang yang akan diterapkandi Kabupaten Jepara. Pemilihan struktur ruang dilakukan dengan metode Analytical Hierarcy Proccess (AHP). Dalam pemilihan dengan metode AHP digunakan kriteria sebagai berikut:
1. Pengoptimalan skala pelayanan simpul perkotaan 2. aksesibilitas permukiman terhadap simpul perkotaan 3. Konektivitas antar simpul perkotaan 4. distribusi dan konsentrasi penduduk dan aktivitas ekonomi Tiga alternatif struktur ruang kemudian di analisis menggunakan metode AHP dengan kriteria tersebut di atas, sehingga menghasilkan nilai akhir sebagai berikut : Kriteria a
Kriteria b
Kriteria c
Kriteria d
TOTAL
Konsep 1
0,102939
0,098037
0,054465
0,220583
0,476023
Konsep 2
0,220583
0,02135
0,025417
0,048038
0,315388
Konsep 3
0,048038
0,045751
0,011861
0,102939
0,208589
Dengan metode AHP didapatkan bahwa konsep 1 memperoleh nilai akhir total terbesar, sehingga alternatif yang terpilih menjadi struktur ruang Kabupaten Jepara adalah Struktur dengan konsep One Cluster One Product (OCOP). PENTAHAPAN STRUKTUR RUANG Perencanaan struktur ruang Kabupaten Jepara dibagi ke dalam 4 periode yaitu periode 2020-2024, 2025-2029, 2030-2034, dan 2035-2039. Rencana pada masing-masing tahap adalah sebagai berikut: 1. Tahap I (Tahun 2020 – 2024)
2. Tahap II (Tahun 2025 – 2030)
Gambar 3.5 Peta Rencana Struktur Ruang Tahap I
Gambar 3.6 Peta Rencana Struktur Ruang Tahap II
Sumber : Analisis Penulis, 2020
Studio Rencana Wilayah
Sumber : Analisis Penulis, 2020
46
Kabupaten Jepara
3. Tahap III (2030 – 2034)
2020
4. Tahap IV (2035 – 2040)
Gambar 3.7 Peta Rencana Struktur Ruang Tahap III Gambar 3.8 Peta Rencana Struktur Ruang Tahap IV
Sumber : Analisis Penulis, 2020
Sumber : Analisis Penulis, 2020
Gambar 3.9 Peta Rencana Pusat Kegiatan Struktur Ruang Sumber : Analisis Penulis, 2020
Studio Rencana Wilayah
47
Kabupaten Jepara
2020
RENCANA JARINGAN PRASARANA
1. Jaringan Komunikasi Ditinjau
dari
telekomunikasi dikatakan
kondisi di
cukup
saat
Kabupaten optimal
ini,
prasarana
Jepara apabila
dapat dilihat
berdasarkan persebaran menara Base Transceiver Station (BTS). Pada tahun 2019, hampir seluruh wilayah, kecuali Kecamatan Karimunjawa, telah terdistribusi dan terjangkau menara BTS. Oleh karena itu, perencanaan prasarana telekomunikasi yang dilakukan pada periode I pelaksanaan program akan dilakukan sebagai berikut:
a. Optimalisasi kinerja prasarana telekomunikasi yang tersebar di seluruh kecamatan. b. Pembangunan menara BTS di kawasan yang belum terjangkau (blank spot), yaitu Kecamatan Karimunjawa, dengan jarak cakupan sejauh 10 km, sehingga mampu menjangkau satu kecamatan tersebut. c. Pembangunan menara BTS di Kecamatan Karimunjawa disertai dengan pengembangan jaringan kabel telepon di kecamatan tersebut. 2. Jaringan Sumber Daya Air Kabupaten Jepara saat ini memiliki dua sarana embung yang terletak di Kecamatan Kedung dan Pecangaan. Kedua embung tersebut memiliki sumber dari mata air dan berfungsi untuk mengatasi masalah kekeringan pada musim kemarau terutama yang berdampak pada kegiatan pertanian. Namun, perencanaan sarana embung masih diperlukan di Desa Bucu, Kecamatan Kembang, yang tidak terlayani oleh kedua embung tersebut. Hal tersebut dikarenakan pada tahun 2019, terjadi kekeringan hebat di Desa Bucu, Kecamatan Kembang, sehingga desa tersebut kekurangan cadangan air. Oleh karena itu, perencanaan sarana embung yang dilakukan pada periode III pelaksanaan program akan dilakukan sebagai berikut:
Studio Rencana Wilayah
48
Kabupaten Jepara
1
2020
Pembangunan sarana embung kecil pada Desa Bucu, Kecamatan Kembang, dengan volume tampungan 3000 m3 dan luas permukaan 50 x 30 m, sehingga mampu menampung cadangan air minimal untuk satu desa saat terjadi kekeringan.
2
Merehabilitasi sarana embung pada Kecamatan Kedung dan Pecangaan.
3
Kedua upaya pembangunan dan rehabilitasi tersebut diikuti dengan operasi dan pemeliharaan sarana embung. Sistem drainase pada Kabupaten Jepara ini menggunakan sistem drainase terbuka dan
tertutup. Drainase di Kabupaten Jepara dibuat mengikuti pola jaringan jalan. Persentase panjang jalan kabupaten yang memiliki drainase dengan kondisi baik pada tahun 2018 yaitu sebesar 5,82% pada tahun 2018, ini berarti masih terdapat 94,18 % jalan kabupaten yang belum memiliki saluran drainase yang memadai sehingga rawan menimbulkan banjir dan genangan pada saat musim penghujan yang mengakibatkan kerusakan. Oleh karena itu, perencanaan prasarana jaringan drainase bertujuan agar jalan Kabupaten Jepara memiliki saluran drainase yang memadai yang. Perencanaan tersebut dilakukan mulai pada periode II hingga IV pelaksanaan program akan dilakukan sebagai berikut: a. Pengembangan sistem drainase ecodrain. Sistem drainase Ecodrain adalah konsep pengelolaan saluran drainase secara terpadu berwawasan lingkungan. Selain itu, dilakukan juga perencanaan sistem drainase lingkungan dan sodetan di bagian kawasan industri. b. Optimalisasi pengelolaan drainase , termasuk rehabilitasi saluran drainase dan pemeliharaan bangunan-bangunan sistem drainase.
3. Jaringan Transportasi Ditinjau dari kondisi saat ini, sarana transportasi di Kabupaten Jepara dapat dikatakan cukup optimal. Namun dalam upaya mendukung Kabupaten Jepara pada tahun 2039 dimana Kabupaten Jepara akan dikembangakan menjadi Kabupaten dengan keunggulan industri dan pariwisatanya, maka perlu ditambahkan sarana transportasi baru. Pada tahap I pembangunan Kabupaten Jepara yang dilakukan pada tahun 20202024, dibangun terminal tipe A di Kecamatan Tahunan untuk mengakomodasi kegiatan di Kabupaten Jepara.
Studio Rencana Wilayah
49
Kabupaten Jepara
2020
4. Jaringan Listrik Seluruh Wilayah Kabupaten Jepara saat ini sudah dapat mengakses listrik. Namun, saat ini Kabupaten Jepara memiliki Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) yang dapat memproduksi listrik dalam jumlah yang masif. Oleh karena itu, pada rencana jaringan listrik Kabupaten Jepara dibangun GITET untuk mengakomodasi listrik yang diproduksi oleh PLTU sebelum didistribusikan kepada konsumen.
5. Jaringan Persampahan Perencanaan sarana persampahan berupa pembangunan TPA baru dengan sistem sanitary landfill di sebelah utara, yakni Kecamatan Donorojo dan TPST di Kecamatan Karimunjawa. Rencana sarana persampahan dilakukan dengan pertimbangan sebagai berikut : 1.
Prediksi
dihasilkan
timbulan oleh
sampah
setiap
yang
kecamatan
di
Kabupaten Jepara 2.
SNI
3242
Tahun
2008
tentang
Pengelolaan Sampah di Permukiman dan SNI 3.
Pola Ruang Permukiman
Selain itu, untuk TPA yang sudah ada saat ini (eksisting) akan dilakukan pemeliharaan dan perubahan sistem yang sebelumnya open dumping menjadi sanitary landfill dengan tujuan untuk mengurangi pencemaran udara yang dihasilkan dari sistem tersebut.
Studio Rencana Wilayah
50
Kabupaten Jepara
2020
RENCANA POLA RUANG Menurut Undang-Undang No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, Pola Ruang adalah distribusi peruntukan ruang dalam suatu wilayah yang meliputi peruntukan ruang untuk fungsi lindung yang merupakan kawasan wilayah yang ditetapkan dengan fungsi utama melindungi kelestarian lingkungan hidup dan fungsi budidaya dengan fungsi utama untuk dibudidayakan atas dasar kondisi dan potensi sumber daya alam, sumber daya manusia dan sumber daya buatan. Hasil Identifikasi pola ruang eksisting di Kabupaten Jepara ditemukan bahwa peruntukan pola ruang didominasi oleh kebun dengan persentase luas lahan sebesar 26%, lalu diikuti dengan sawah irigasi sebanyak 22%, dan permukiman perkotaan sebanyak 10%. Saat ini memang penggunaan lahan di Kabupaten Jepara memang masih didominasi untuk kegiatan budidaya pertanian, namun melihat perkembangan kota dan laju PDRB menunjukkan bahwa industri pengolahan dan pariwisata menjadi sektor terkuat dalam pengembangan Jepara. Maka dari itu dalam jangka panjang pertumbuhan penduduk tentunya terus meningkat dan membutuhkan lahan untuk beraktivitas. Jika perubahan lahan ini tidak diiniasi dengan rencana yang baik maka Kabupaten Jepara dapat menjadi sprawl . Untuk itu dilakukan perencanaan pola ruang untuk mada mendatan diarahkan dalam rangka memanfaatkan sumber daya alam secara produktif, harmonis dan berkelanjutan. Dalam perencanaan pola ruang Kabupaten Jepara dilakukan melalui beberapa tahapan analisis diantaranya , yaitu : 1. Penetapan Kawasan Lindung Kawasan lindung merupakan kawasan peruntukan yang sudah ditetapkan dengan fungsi utama melindungi kelestarian lingkungan hidup dan fungsi budidaya. Untuk itu kawasan lindung sejatinya tidak bida dikonversi untuk peruntukan fungsi lain karena sudah ditetapkan oleh surat keputusan baik lokasi maupun luasan. Maka dari itu pada rencana pola ruang yang ditetapkan, kawasan lindung dikunci sebagai kawasan yang restricted terhadap perubahan peruntukan lahan. 2. Penetapan Kawasan Budidaya Konservasi Kawasan budidaya konservasi merupakan kawasan budidaya yang memiliki status konservasi dimana peruntukan lahannya tidak bisa berkurang atau dikonversi. Kawasan budidaya konservasi di Kabupaten Jepara diantaranya yaitu Hutan Produksi, LP2B Pertambangan, PLTU, TPA, Industri, Bandara, dan Embung, Kawasan ini kemudian dikunci sebagai kawasan yang tidak bisa dirubah peruntukan lahannya. 3. Overlay Hasil Perhitungan Neraca Sumber Daya Alam Neraca Sumber Daya Alam di Kabupaten Jepara terdiri dari 4 kategori yaitu pertanian, perkebunan, peternakan dan perikanan. Masing-masing kategori memiliki kesesuaian lahan masing-masing yang sudah dianalisi berdasarkan kriteria-kriteria terkait. Hasil ini kemudian menjadi bahan pertimbangan untuk menetapkan rencana pola ruang untuk kawasan budidaya. 4. Metode The Highest and Best Uses
Studio Rencana Wilayah
51
Kabupaten Jepara
2020
Setiap hasil perhitungan NSDA didapatkan produktiviitas pemanfaatan suatu lahan terhadap suatu kategori. Hal ini untuk menentukan lahan mana yang paling produktif dan dapat memberikan kontribusi moneter dalam jangka panjang lebih banyak untuk Kabupaten Jepara. Metode THBU digunakan untuk metode keputusan pemilihan suatu lahan akan dimanfaatkan untuk kegiatan tertentu berdasarkan tingkat produktivitas tertinggi. 5. Penyesuaian dengan rencana Sruktur Ruang dan Kawasan Strategis Dalam menetapkan rencana pola ruang tentunya perlu mensinergikan dengan rencana struktur ruang dan kawasan strategis Kabupaten Jepara. Penyesuaian ini dilakukan untuk meninjau area-area khusus yang sudah ditetapkan di Struktur Ruang dan Kawasan Strategis agar dapat berjalan sesuai dengan fungsinya. Berdasarkan tahapan penetapan perencanaan pola ruang diatas maka dilakukan dalam perancanaan rencana pola ruang di Kabupaten Jepara dibagi dalam dua fungsi yaitu kawasan lindung dan budidaya dan dihasilkan rencana pola ruang Kabupaten Jepara dengan luas per kawasan Sebagai berikut : Gambar 3.9 Peta Pola Ruang Eksisting (Kiri) dan Peta Rencana Pola Ruang (Kanan)
Sumber : Analisis Penulis, 2020
Studio Rencana Wilayah
52
Kabupaten Jepara
2020
Tabel 3.5 Luas Rencana Pola Ruang Rencana Pola Ruang
Luas (Ha)
Kawasan Lindung Kawasan Hutan Lindung
2.753,5
Kawasan Cagar Alam
1.415,6
Kawasan Taman Nasional
1.666,48
Kawasan Konservasi Mangrove
157,62
Kawasan Budidaya Kawasan Hutan Produksi Kawasan Hutan Produksi
6.910,88
Kawasan Hutan Produksi Terbatas
3.568,12
Kawan Pertanian Kawasan Pertanian
28.230.78
Kawasan Perkebunan
14.700,76
Kawasan Peternakan
3.409,75
Kawasan Perikanan Kawasan Perikanan Budidaya Tambak
2.675
Kawasan Perikanan Budidaya Air
6.839,2
Kawasan Pertambangan
22
Kawasan Industri
1.415
Kawasan Pariwisata
8.891,32
Kawasan Permukiman Kawasan Permukiman Perkotaan
17.427,5
Kawasan Permukiman Perdesaan
12.520,82
Kawasan Peruntukan Lainnya Kawasan Embung
1,79
Kawasan PLTU
277,59
Kawasan TPA
40,1
Kawasan Bandara
11,76
Luas Kabupaten Jepara
102.222
Sumber : Analisis Penulis, 2020
Studio Rencana Wilayah
53
Kabupaten Jepara
2020
RENCANA KAWASAN STRATEGIS Metode Pemilihan Menurut UU Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, kawasan strategis kabupaten adalah wilayah yang penataan ruangnya diprioritaskan karena mempunyai pengaruh sangat penting dalam lingkup kabupaten/kotaterhadap ekonomi, sosial, budaya, dan/atau lingkungan. Kawasan strategis dibagi ke dalam beberapa sudut kepentingan, yaitu:
1. Kawasan strategis dari sudut kepentingan pertumbuhan ekonomi 2. Kawasan strategis dari sudut kepentingan pertahanan dan keamanan 3. Kawasan strategis dari sudut kepentingan sosial dan budaya 4. Kawasan strategis dari sudut kepentingan pendayagunaan sumber daya alam dan/atau teknologi tinggi 5. Kawasan strategis dari sudut kepentingan fungsi dan daya dukung lingkungan hidup Kawasan strategis di Kabupaten Jepara ditetapkan sesuai dengan mandat RTRW Nasional, RTRW Provinsi Jawa Tengah, serta berdasarkan analisis terhadap potensi yang ada di Kabupaten Jepara. Penetapan Kawasan Strategis di Kabupaten Jepara adalah sebagai berikut:
1.
Mandat RTRW Nasional Berdasarkan mandat dari RTRW Nasional tahun 2008-2029, Kabupaten Karimunjawa memiliki kawasan yang ditetapkan sebagai Kawasan Strategis Pariwisata Nasional (KSPN) yaitu Taman Nasional Karimunjawa.
2.
Mandat RTRW Provinsi Jawat Tengah Berdasarkan mandat dari RTRW Provinsi Jawa Tengah tahun 2008-2029, wilayah perkotaan Jepara yang masuk kedalam Wanarakuti merupakan kawasan strategis dari sudut kepentingan pertumbuhan ekonomi.
3.
Analisis Potensi Kabupaten Jepara Dalam menetapkan rencana kawasan strategis kabupaten, dilakukan analisis seluruh wilayah Kabupaten Jepara dengan kriteria-kriteria kawasan strategis menurut masingmasing sudut kepentingan terhadap. Dari analsisi tersebut, dihasilkan penetapan kawasan strategis sebagai berikut:
a. Kawasan strategis dari sudut kepentingan pertumbuhan ekonomi Kawasan strategis dari sudut kepentingan pertumbuhan ekonomi memiliki kriteria sebagai berikut:
1)
memiliki potensi ekonomi cepat tumbuh
2)
memiliki sektor unggulan yang dapat menggerakkan pertumbuhan ekonomi kabupaten
3)
memiliki potensi ekspor
4)
memiliki pusat kegiatan yang mempunyai pengaruh terhadap sektor dan pengembangan wilayah
5)
didukung jaringan prasarana dan fasilitas penunjang kegiatan ekonomi
6)
ditetapkan untuk mempercepat pertumbuhan kawasan tertingal
Studio Rencana Wilayah
54
Kabupaten Jepara
7)
2020
ditetapkan untuk mempertahankan tingkat produksi sumber energi dalam rangka mewujudkan ketahanan energi
8)
memiliki pusat kegiatan pengelolaan, pengolahan, dan distribusi sumber nergi dalam rangka mewujudkan ketahanan pangan
9)
memiliki kegiatan ekonomi yang memanfaatkan teknologi tingkat tinggi
10) memiliki fungsi untuk mempertahankan tingkat produksipangan dalam rangka mewujudkan ketahanan pangan. 11) kawasan yang dapat mempercepat pertumbuhan kawasan tertinggal di dalam wilayah kabupaten 12) memiliki pusat pengemangan produk unggulan, 13) memiliki pusat kegiatan perdagangan jasa 14) Berdasarkan kriteria tersebut, Kabupaten Jepara memiliki kawasan yang potensial menjadi kawasan strategis dari sudut kepentingan pertumbuhan ekonomi yaitu pada kawasan industri Mayong, kawasan pesisir Jepara dengan potensi perikanan, dan kawasan agrowisata Tempur. b. Kawasan strategis dari sudut kepentingan sosial budaya Kawasan strategis dari sudut kepentingan sosial budaya memiliki keriteria sebagai berikut:
1) merupakan tempat pelestarian dan pengembangan adat istiadat atau cagar budaya baik yang terletak di daratandan/atau di perairan 2) memiliki pusat kegiatan warisan budaya yang bersifat kebendaan berupa benda, bangunan, struktur dan situs cagar budaya 3) merupakan prioritas peningkatan kualitas sosial budaya 4) merupakan aset yang harus dilindungi dan dilestarikan 5) merupakan tempat perlindungan peninggalan budaya 6) memberikan perlindungan terhadap keanekaragaman budaya. Berdasarkan kriteria tersebut, Kabupaten Jepara memiliki kawasan yang potensial menjadi kawasan strategis dari sudut kepentingan sosial budaya yaitu pada Kecamatan Jepara. Kecamatan Jepara dengan potensinya sebagai ikon Bumi Kartini memenuhi seluruh kriteria tersebut.
c. Kawasan strategis dari sudut kepentingan pendayagunaan sumber daya alam dan/atau teknologi tinggi Kawasan strategis dari sudut kepentingan pendayagunaan sumber daya alam memiliki kriteria sebagai berikut:
1) diperuntukkan bagi kepentingan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi berdasarkan lokasi dan posisi geografis sumber daya alam strategis, pengembangan teknologi kedirgantaraan, serta tenaga atom dan nuklir 2) meiliki sumber daya alam strategis 3) memiliki fungsi sebagai pusat pengendalian tenaga atom dan nuklir Studio Rencana Wilayah
55
Kabupaten Jepara
2020
4) memiliki fungsi sebagai pusat pemanfaatan dan pengembangan teknologi kedirgantaraan 5) memiliki fungsi sebagai lokasi dan posisi geografis penggunaan teknologi tinggi strategis lainnya. Berdasarkan kriteria tersebut, Kabupaten Jepara memiliki kawasan yang potensial menjadi kawasan strategis dari sudut kepentingan teknologi tinggi di Kawasan PLTU Tanjung Jati. Kawasan ini memenuhi kriteria sebagai lokasi penggunaan teknologi tinggi strategis yang menghasilkan listrik untuk pemeunah kebutuhan listrik wilayah disekitarnya.
d. Kawasan strategis dari sudut kepemtingan fungsi dan daya dukung lingkungan hidup. Kawasan strategis dari sudut kepentingan fungsi dan daya dukung lingkungan hidup memiliki kriteria sebagai berikut:
1) merupakan tempat perlindungan keanekaragamanhayati 2) merupakan kawsan lindung yang ditetapkan bagi perlindungan ekosistem, flora, dan/atau fauna yang hampir punah atau diperkirakan akan punah yang harus dilindungi dan/atu dilestarikan. 3) memberikan perlindungan keseimbangan nerasa airyang setiap tahun berpeluang menimbulkan kerugian 4) memberikan perlindungan terhadap keseimbangan iklim makro 5) menuntut prioritas tinggi peningkatan kualitas lingkungan hidup 6) memiliki pusat kegitana pada kawasan rawan bencana dan mempunyai risiko bencana alam 7) sangat menentukan dalam perubahan rona alam dan mempunyai dampak luas terhadap kelangsungan kehidupan. Berdasarkan kriteria tersebut, Kabupaten Jepara berpotensi memiliki kawasan yang potensial menjadi kawasan strategis dari sudut kepentingan fungsi dan daya dukung lingkungan hidup di kawasan karimunjawa. Namun, kawasan Karimunjawa sudah ditetapkan menjadi kawasan strategis dari sudut kepentingan ini berdasarkan mandat dari RTRW Provinsi Jawa Tengah sehingga tidak ditetapkan kembali menjadi kawasan strategis kabupaten. Dari hasil analisis terhadap 4 kriteria tersebut, didapatkan 5 kawasan yang potensial menjadi kawasan strategis kabupaten Jepara yaitu kawasan industri Mayong, kawasan agrowisata tempur, kawasan pesisir Jepara dengan potensi perikanan, kawasan wisata budaya Jepara, dan kawasan PLTU Tanjung Jati B. Dalam penentuan kawasan yang akan menjadi kawasan strategis kabupaten, kelima kawasan potensial tersebut kemudian dinilai menggunakan performance matrix untuk mendapatkan kawasan yang paling prioritas untuk dijadikan kawasan strategis kabupaten.
Studio Rencana Wilayah
56
Kabupaten Jepara
2020
Tabel 3.6 Performance matrix pemilihan kawsan strategis Kabupaten Jepara Kawasan Kawasan Kawasan Kawasan Kawasan Kawasan Potensial wisata PLTU industri agrowisata pesisir Kriteria budaya Tanjung Mayong Tempur Jepara Jepara Jati B Mendukung tujuan penataan
ruang
+++
+++
++
++
+
+++
++
+
+
+
++
+++
++
0
+
+
++
+
0
+
+++
+
++
+
+++
12
11
8
4
7
wilayah Kabupaten Ketersediaan aksesibilitas
dan
infrastruktur Pemanfaatan sumber daya lokal dalam pengembangan kabupaten Mendorong pemerataan pembangunan Kesesuaian
fungsi
kawasan TOTAL SCORE
Sumber : Analisis Penulis, 2020 Keterangan: +++ : sangat berpengaruh ++ : berpengaruh + : agak berpengaruh 0 : tidak berpengaruh : merugikan Score akhir dikelompokkan menjadi tiga kelas yaitu: 0-5 : kurang prioritas 6-10 : prioritas 11-15 : sangat prioritas Kawasan potensial yang akan dipilih menjadi kawasan strategis kabupaten adalah kawasan yang masuk ke dalam kategori priorotas, sehingga kawasan strategis Kabupaten Jepara adalah:
1.
Kawasan Industri Mayong
2.
Kawasan Agrowisata Tempur
3.
Kawasan Pesisir Jepara
4.
Kawasan PLTU Tanjung Jati B
Studio Rencana Wilayah
57
Kabupaten Jepara
2020
DESKRIPSI KAWASAN STRATEGIS
1. Kawasan Strategis Industri Hijau Dan Sentra Industri Kreatif MayongPecangaan Kawasan Strategis Industri Hijau Dan Sentra Industri Kreatif Mayong-Pecangaan merupakan rencana kawasan strategis berdasarkan sudut kepentingan pertumbuhan ekonomi yaitu kawasan industri hijau dan kawasan sentra industri pengolahan kreatif. Kawasan strategis industri hijau terletak di Kecamatan Mayong. Sedangkan kawasan strategis sentra industri pengolahan kreatif terletak di Kecamatan Pecangaan dan Kecamatan Nalumsari.
a. Kawasan Industri Hijau 1) Latar Belakang Kawasan Strategis Green Indusrty Mayong termasuk dalam kawasan strategis dari sudut kepentingan pertumbuhan ekonomi. Penetapan kawasan ini didasarkan pada rencana pengembangan dan penataan ruang Kabupaten Jepara yang bertumpu pada sektor industri pengolahan. Berdasarkan data penanaman investasi modal, Kecamatan Mayong menjadi kecamatan yang paling banyak menerima investasi modal asing terbanyak sejumlah USD 26.501.600 dalam sektor industri manufaktur skala besar seperti PT. BOO YOUNG INDONESIA, PT HAN YOUNG INDONESIA, PT THRIVING XUE INDONESIA , dan perusahaan lainnya. Dilihat dari kesesuaian pola ruang kondisi saat ini, Kecamatan Mayong memang sesuai untuk dikembangkan sebagai kawasan industri melihat fungsi kawasan saat ini yang memang ditetapkan sebagai kawasan industri dan masih adanya ketersediaan lahan. Selain itu Kecamatan Mayong dilewati jalan kolektor yang menghubungkan Kabupaten Jepara dan Kabupaten Kudus sehingga dari segi infrastruktur kawasan ini sudah siap berkembang. Pengembangan kawasan industri tidak hanya dilakukan pada Kecamatan Mayong. Selain itu, penetapan kawasan strategis ini juga berlandaskan pada permasalahan pengelolaan limbah industri yang mencemari lingkungan dan memberikan kerugian pada masyarakat. Hadirnya kawasan industri tentunya dapat meningkatkan perekonomian suatu daerah dengan menambahnya investasi yang masuk ke daerah tersebut dan juga sebagai penyedia lapangan kerja namun juga perlu diseimbangkan dengan pelestarian lingkungan hidup agar kegiatan ini dapat memberikan manfaat yang berkelanjutan. 2) Konsep Pengembangan Pada kawasan strategis ini diterapkan konsep pengembangan Green Industry. Konsep ini ditetapkan untuk mengatasi permasalahan pencemaran lingkungan akibat kegiatan industri yang ada di Kabupaten Jepara. Kebijakan industri hijau di Indonesia dituangkan dalam dalam Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2014 tentang Perindustrian. Yang mana industri Hijau merupakan industri yang dalam proses produksinya mengutamakan upaya
Studio Rencana Wilayah
58
Kabupaten Jepara
2020
efisiensi dan efektivitas penggunaan sumber daya secara berkelanjutan sehingga mampu menyelaraskan pembangunan industri dengan kelestarian fungsi lingkungan hidup serta dapat memberikan manfaat bagi masyarakat. Prinsip industri hijau selaras prinsip produksi bersih (cleaner production), dimana dalam beberapa prinsip pokok dan strategi yang dilakukan sebagai berikut: 1. Meminimalkan penggunaan bahan baku, air, energi dan pemakaian bahan baku tidak ramah lingkungan (beracun dan berbahaya), serta meminalisasi terbentuknya limbah , mengurangi timbulnya pencemaran dan kerusakan lingkungan serta risikonya tehadap manusia. 2. Perubahan dalam pola produksi dan konsumsi sehingga harus memahami secara baik analisis daur hidup produk. 3. Perubahan dalam pola pikir, sikap dan tingkah laku dari semua pihak terkait baik pemerintah, masyarakat maupun kalangan dunia usaha dalam kebijakan implementasi industri hijau. 4. Mengaplikasikan teknologi ramah lingkungan, sistem manajemen yang meliputi prosedur standar operasi sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan.
5. Pelaksanaan program industri hijau harus didasarkan pada kesadaran (awareness) sehingga diperlukan pengaturan sendiri (self regulation) yang tidak bergantung pada peraturan atau ketentuan pemerintah b. Kawasan Sentra Industri Pengolahan Kerajinan Kreatif Pecangaan – Kalinyamatan 1) Latar Belakang Kawasan Strategis Industri Pengolahan Kreatif Pecangaan-Kalinyamatan merupakan salah satu kawasan yang diarahkan menjadi kawasan strategis di Kabupaten Jepara menurut sudut kepentingan ekonomi. Arahan kawasan strategis ini dilatarbelakangi oleh konsep pengembangan Kabupaten Jepara yang berbasis pada pengembangan potensi kegiatan industri dan pariwisata. Kabupaten Jepara telah dikenal memiliki potensi industri pengolahan kreatif yang sangat besar seperti industri pengolahan kayu furniture, ukiran, patung, tenun dan produk terkait. Berdasarkan data investasi dan kegiatan ekspor Kabupaten Jepara (2015) sektor industri pengolahan kayu menjadi sektor yang memiliki nilai investasi dan nilai ekspor tertinggi. Pengembangan potensi industri menjadi salah satu konsep perencanaan di studio rencana wilayah Kabupaten Jepara. Kecamatan Pecangaan dan Kecamatan Kalinyamatan memiliki potensi industri pengolahan kreatif yang besar karena memiliki sentra industri pengolahan berupa Home Industry atau industri kecil menengah yang besar di Kabuaten Jepara. Kecamatan Kalinyamatan tepatnya di Desa Sendang menjadi sentra industri konveksi di Kabupaten Jepara sejak tahun 1970-an. Sentra industri konveksi dan monel di Kalinyamatan berjumlah 478 sentra industri, diantaranya memproduksi kaos olahraga, celana, kerudung dan perhiasan monel. Selain konveksi di Kalinyamatan ini juga terdapat industri pengolahan kayu dan rokok. Sedangkan Kecamatan Pecangaan dikenal sebagai sentra industri Tenun dengan produk khasnya tenun ikat troso. Selain sentra tenun di Desa Troso, pecangaan juga
Studio Rencana Wilayah
59
Kabupaten Jepara
2020
memiliki industri-industri mebel, konveksi, mebel dan ukiran sebagai pendukung potensi industri. Lokasi kedua kecamatan ini bersebalahan menjadikan kawasan sentra industri yang besar dan memiliki potensi yang kuat. Oleh karena itu kawasan sentra industri kreatif di Kecamatan Pecangaan dan Kalinyamatan ini dapat dijadikan sebagai kawasan strategis Kabupaten Jepara.
2) Konsep Pengembangan Kawasan sentra industri pengolahan kerajinan kreatif Pecangaan – Kalinyamatan akan diarahkan untuk kawasan strategis sudut kepentingan ekonomi berupa pengoptimalan potensi industri kecil menengah sebagai sentra industri yang dapat mendukung perekonomian Kabupaten Jepara melalui aktivitas ekspornya. Kawasan strategis ini didukung oleh arahan penetapan pusat pusat pertumbuhan Kabupaten Jepara dan lokasi kawasan yang berdekatan dengan jalan utama Kabupaten Jepara. Selain sentra industri yang bebasis lokal rumahan, pengembangan industri besar di kawasan strategis ini juga turut dilakukan. Maka dari itu konsep pengembangan kawasan strategis ini yaitu pengoptimalan potensi kegiatan industri pengolahan kreatif yang berbasis sumber daya lokal dan mendukung potensi pariwisata dalam meningkatkan perekonomian Kabupaten Jepara dengan tetap memperhatikan kualitas lingkungan hidup.
3) Delineasi Delineasi kawasan strategis pada Kecamatan Pecangaan dan Kalinyamatan menggunakan batas administrasi desa dan memperhatikan overlay dari potensi unggulan berupa sentra industri, sebaran industri besar, kedekatan dengan jalan kolektor dan sebaran permukiman dikarenakan basis kegiatan industri berupa industri rumah atau industri kecil dan menengah. Kawasan strategis industri pengolahan kerajinan kreatif Pecangaan – Kalinyamatan ini ditetapkan seluas 1969 hektar yang tersebar di 6 desa/kelurahan yaitu Tabel 3.7 Kawasan Strategis industri pengolahan kerajinan kreatif Pecangaan – Kalinyamatan Desa/Kelurahan Kecamatan Troso
Pecangaan
Pecangaan Kulon
Pecangaan
Pulodarat
Pecangaan
Gemulung
Pecangaan
Pendosawalan
Kalinyamatan
Sendang
Kalinyamatan Sumber. Analisis Penulis, 2020
4) Rumusan Arah Kebijakan Berdasarkan konsep pengembangan, rumusan kebijakan Kawasan strategis industri pengolahan kerajinan kreatif Pecangaan – Kalinyamatan ialah sebagai berikut :
1. Pengoptimalan potensi sentra industri kreatif berupa industri pengolahan kayu di Kecamatan Pecangaan dan Kalinyamatan dengan bertumbu pada sumber daya lokal
Studio Rencana Wilayah
60
Kabupaten Jepara
2020
yaitu pengembangan industri kecil dan menengah yang bertujuan mendukung perekonomian Kabupaten Jepara. 2. Pengembangan industri skala besar dilakukan berdasarkan arahan rencana pengembangan industri dan rencana kawasan peruntukan industri Kabupaten Jepara. 3. Pengembangan
kegiatan
industri
pengolahan
kreatif
berfungsi
sebagai
pengoptimalan keunggulan Kabupaten Jepara dalam hal kegiatan industri sekaligus mengoptimalkan potensi pariwisata Kabupaten Jepara. 4. Pengoptimalan potensi industri sekaligus pariwisata ini didukung dengan pembangunan infrastruktur wilayah berupa sarana dan prasarana. 5. Pengembangan kegiatan industri tidak terfokus pada satu klaster pengolahan melainkan dapat dikembangkan menjadi beberapa klaster kegiatan ekonomi seperti klaster pengolahan kayu mentah, pengolahan kain mentah, industri tenun hingga pasar yang dapat menarik kegiatan pariwisata. 6. Pengembangan kegiatan industri menggunakan konsep ramah lingkungan seperti dengan memperhatikan pengelolaan limbah yang optimal. Kegiatan industri berbasis rumah dapat memiliki instalasi pengolahan air limbah komunal sedangkan untuk kegiatan industri besar harus mengadakan instalasi pengolahan air limbah untuk setiap pabriknya.
Gambar 3.10 Peta Kawasan Strategis Industri Hijau dan Sentra Industri Kreatif Pecangaan - Mayong Sumber : Analisis Penulis, 2020
Studio Rencana Wilayah
61
Kabupaten Jepara
2020
2. Kawasan Strategis Agrowisata Tempur a. Latar Belakang Desa Tempur merupakan desa yang berada di Kecamatn Keling, Kabupaten Jepara. Desa Tempur berada di Kabupaten Jepara bagian utara yang dan dikelilingi oleh empat gunung yang berada di sisi timur, selatan, utara, dan barat. Letaknya yang berada di sekeliling pegunungan meyebabkan Desa Tempur juga disebut sebagai Desa Tersembunyi. Kondisi geografis tersebut juga memberikan keuntungan bagi Desa Tempur di sektor pariwisata. Saat ini, Desa Tempur memiliki kurang lebih 12 destinasi wisata, yaitu: Candi Angin, Candi Bubrah, Sumur Batu, Kaldera Gunung Muria, Kolam Nawangwulan, Kolam Pemancingan Tempur, Taman Hias, Bumi Perkemahan, Wisata Kebon Kopi, dan Waroeng Kopi Tempur yang seluruhnya berada di Dukuh Duplak, Kali Ombo di Dukuh Miren, dan Kali Gelis di Dukuh Karang Rejo. Hampir keseluruhan destinasi wisata yang dimiliki oleh Desa Tempur merupakan wisata yang mengandalkan sumber daya alam sebagai daya tariknya. Kondisi guna lahan saat ini yang masih didominasioleh lahan hutan, perkebunan, dan sawah menjadi potensi yang dimiliki Desa Tempur untuk memberikan wisata yang berbeda dari wisata pada umumnya yang ditawarkan oleh kawasan perkotaan. Oleh karena itu, Desa Tempur direncanakan menjadi salah satu kawasan strategis dengan konsep agrowisata dengan memadukan pariwisata dan keunggulan bentang alam sawah dan pekebuman di Desa Tempur. b. Konsep Pengembangan Desa Tempur direncanakan untuk dikembangkan menjadi kawasan strategis dengan konsep agrowisata. Konsep agrowisata adalah konsep pariwisata yang memadukan anatra pariwisata dengan pertanian dan/atau kebunan sehingga dapat menarik masyarakat untuk beraktivitas
di
lingkungan
sawah
dan/atau
perkebunan
tersebut.
Konsep
ini
mengedepankan pemanfaatan potensi lokal baik potensi sumber daya alam maupun potensi sumber daya manusia yang dimiliki Desa Tempur. Daerah dataran tinggi Desa Tempur akan direncakaan sebagai wisata dengan atraksi wisata berupa pemandangan bentang alam, sedangkan dataran rendah direncanakan sebagai destinasi wisata dengan atarksi wisata berupa pengalaman pembelajaran perkebunan maupun bercocok tanam secara tradisional. Hasil perkebunan unggulan Desa Tempur yang berupa kopi dan salak dapat dikembangkan menjadi produk buah tangan khas bagi wisatawan di Desa Tempur. C. Arah Kebijakan Berdasarkan konsep pengembangan, maka arah kebijakan yang dibuat adalah sebagai berikut: 1. Pengembangan kawasan agrowisata yang mengoptimalkan pemanfaatan sumber daya alam dan sumber daya lokal Desa Tempur 2. Pengembangan wisata tetap memperhatikan dan tidak mengabaikan arahan pola ruang yang ditetapkan RTRW Kabupaten Jepara 3. Pengembangan wisata memperhatikan keseimbangan lingkunganhidup di Desa Tempur 4. Intensifikasi perkebunan kopi dan salak sebagai komoditas perkebunan unggulan Desa Tempur
Studio Rencana Wilayah
62
Kabupaten Jepara
2020
5. Perbaikan kualitas infrastruktur terutama infrastruktur jalan untuk meningkatkan aksesibilitas 6. Penyediaan arana dan prasaran pariwisata yang memadai 7. Menjalin kerjasama dengan pihak swasta dan investor dalam pengembangan pariwisata. d. Delineasi Kawasan Strategis Agrowisata Tempur meliputi seluruh wilayah administrasi Desa Tempur yang terdiri dari tujuh dukuh yaitu. Kawasan strategis agrowisata Desa Tempur berbatasan dengan Desa Kuning dan Desa Damarwulan di utara, Kabupaten Kudus di Selatan, Desa Sumanding dan Desa Dudakawu di Barat, dan Kabupaten Pati di Timur.
Gambar 3.11 Peta Delineasi Kawasan Strategis Agrowisata Tempur Sumber: Analisis Penulis, 2020 3. Kawasan Pesisir dengan Potensi Pemanfaatan Perikanan Laut dan Non Laut Latar Belakang Kawasan Strategis Pesisir dengan Potensi Pemanfaatan Perikanan Laut dan Non Laut ditetapkan di wilayah pesisir Kecamatan Mlonggo dan Jepara, menurut sudut pandang kepentingan ekonomi. Arahan kawasan strategis ini dilatarbelakangi oleh potensi yang dimiliki Kabupaten Jepara berdasarkan letak geografis kelautan, dimana Kabupaten Jepara merupakan salah satu kabupaten pesisir di Provinsi Jawa Tengah yang memiliki garis pantai sepanjang 82,73 km dengan luas lautan sebesar 1845,6 km2. Berkaitan dengan hal tersebut, Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Jepara menyatakan bahwa pada Studio Rencana Wilayah
63
Kabupaten Jepara
2020
tahun 2017, jumlah produksi wilayah pesisir Kabupaten Jepara tergolong cukup tinggi, yaitu sejumlah 8541 ton untuk perikanan tangkap laut, 3128,04 untuk perikanan budidaya tambak, 1482,20 untuk perikanan tangkap di perairan umum, dan 15657 ton untuk rumput laut. Pemilihan lokasi arahan kawasan strategis pada pesisir Kecamatan Mlonggo dan Jepara, didasarkan pada kecamatan dengan jumlah dan nilai produksi perikanan tertinggi tiap tahunnya. Pada tahun 2017, kedua kecamatan tersebut memiliki kontribusi terbesar terhadap produksi perikanan Kabupaten Jepara, dengan jumlah masing-masing 8170 ton untuk perikanan tangkap laut dan 44 ton untuk perikanan budidaya tambak di Kecamatan Jepara serta 236,7 ton untuk perikanan tangkap laut dan 467,83 ton untuk perikanan budidaya tambak di Kecamatan Mlonggo, dengan jenis ikan yang beragam, seperti tongkol, kembung, udang, kerapu, dsb. Selain itu, pertimbangan lainnya juga didasarkan pada arahan kawasan peruntukan perikanan pada RTRW Kabupaten Jepara, lokasi dengan kesesuaian lahan yang tinggi, jumlah nelayan dan pengusaha ikan, serta keberadaan Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Ujungbatu dan TPI Demaan di Kecamatan Jepara serta TPI Mlonggo di Kecamatan Mlonggo. Potensi lain yang mendukung pemilihan arahan kawasan strategis, yaitu keberadaan potensi pariwisata pesisir, salah satunya Pantai Bandengan. Besarnya potensi arahan kawasan strategis ini diharapkan mampu menjadi motor penggerak pembangunan wilayah di Kabupaten Jepara dengan mengoptimalkan kegiatan sektor lapangan usaha budidaya perikanan laut dan non laut, sektor pariwisata pesisir dan bahari, serta kegiatan perdagangan dan ekspor melalui pengembangan pelabuhan niaga. Oleh karena itu, Kawasan Pesisir Kecamatan Mlonggo dan Jepara dengan Potensi Pemanfaatan Perikanan Laut dan Non Laut ini dapat dijadikan sebagai kawasan strategis Kabupaten Jepara. a. Konsep Pengembangan Kawasan Pesisir Kecamatan Mlonggo dan Jepara dengan Potensi Pemanfaatan Perikanan Laut dan Non Laut diarahkan untuk menjadi kawasan strategis dari sudut pandang
kepentingan
ekonomi.
Pengembangan
kawasan
dilakukan
dengan
mengoptimalkan kegiatan sektor lapangan usaha budidaya perikanan laut dan non laut, sektor pariwisata pesisir dan bahari, serta kegiatan perdagangan dan ekspor melalui pengembangan pelabuhan niaga. Seluruh upaya pengembangan kawasan tersebut berbasis sumber daya lokal, berwawasan lingkungan, dan mengedepankan produktivitas pada komoditas unggul. Desa-desa yang masuk ke dalam arahan kawasan strategis dapat ditetapkan sebagai desa pesisir, dimana di dalamnya terdapat daerah perlindungan dan pemanfaatan laut yang aktivitas masyarakatnya mengacu pada konsep pengelolaan sumber daya wilayah pesisir terpadu dan aturan pemanfaatan sumber daya wilayah pesisir.
Studio Rencana Wilayah
64
Kabupaten Jepara
2020
b. Rumusan Arah Kebijakan Berdasarkan konsep pengembangan, maka rumusan arah kebijakan Kawasan Pesisir Kecamatan Mlonggo dan Jepara dengan Potensi Pemanfaatan Perikanan Laut dan Non Laut, diantaranya sebagai berikut: 1.
Peningkatan tata kelola pemanfaatan lahan tambak berbasis daya dukung ekosistem dan komoditas unggulan perikanan.
2.
Pengembangan sektor perikanan dilakukan dengan dasar arahan rencana kawasan peruntukan perikanan pada RTRW Kabupaten Jepara.
3.
Pengembangan komoditas unggulan melalui peningkatan kuantitas, kualitas, dan kontinuitas produksi perikanan yang didukung penggunaan teknologi budidaya yang modern dan ramah lingkungan.
4.
Pengoptimalan fasilitas yang mendukung produktivitas sektor perikanan berupa aksesibilitas terhadap pasar dan pelabuhan perikanan, sarana dan prasarana produksi dan/atau pemasaran, keberadaan lembaga usaha, dan fasilitas penyuluhan dan pelatihan.
5.
Pengembangan sentra perikanan yang terkonsentrasi di suatu lokasi dengan didukung pemberdayaan dan pembinaan pelaku usaha perikanan dalam pengadaan usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) berbasis perikanan.
6.
Pengembangan
kegiatan
perikanan
yang
berwawasan
lingkungan
disertai
pengendalian pada wilayah overfishing. 7.
Pengembangan kegiatan industri berskala rumah tangga yang mampu menyediakan input produksi perikanan yang efisien (induk, benih, obat, pakan, dan peralatan perikanan).
8.
Pengembangan desa pesisir tangguh untuk mendukung upaya adaptasi sektor perikanan terhadap keretanan produksi akibat dampak perubahan iklim.
c. Delineasi Delineasi Kawasan Pesisir Kecamatan Mlonggo dan Jepara dengan Potensi Pemanfaatan Perikanan Laut dan Non Laut ditetapkan berdasarkan batas administrasi desa yang berada di daerah pesisir Kecamatan Mlonggo dan Jepara, dengan mempertimbangkan jumlah produksi dan nelayan di dalamnya. Pada Kecamatan Mlonggo ditetapkan pada Desa Sekuro, Jambu, Sinanggul, dan Mororejo. Sedangkan pada Kecamatan Jepara ditetapkan pada Desa Kedungcino dan Bandengan. Selain itu, delineasi ini juga mempertimbangkan kesesuaian lahan, aksesibilitas ke TPI dan pelabuhan niaga perikanan, serta berjarak 300 meter dari bibir pantai sesuai dengan UU No. 1 Tahun 2014 tentang perubahan atas UU No. 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil.
Studio Rencana Wilayah
65
Kabupaten Jepara
2020
Gambar 3.12 Peta Kawasan Pesisir dengan Potensi Pemanfaatan Perikanan Laut dan Non Laut Sumber: Analisis Penulis, 2020 4. Kawasan Strategis untuk Pendayagunaan Sumber Daya Alam dan/atau Teknologi a. Latar Belakang PLTU Tanjung Jati B merupakan salah satu proyek yang bertujuan untuk membantu kritis listrik di Pulau Jawa dan Bali yang terdiri atas 4 unit pembangkit dengan kapasitas total 4 x 610 MW. Adanya PLTU tersebut berdampak pada perubahan social dan ekonomi penduduk di sekitar lokasi PLTU terutama Desa Tubanan. Keadaan masyarakat yang tinggal di sekitar PLTU tentu mengalami perubahan, selain itu masyarakat desa yang dulunya mengandalkan pendapatan dari bertani, setelah adanya PLTU setelah adanya PLTU meningkatkan pendapatan di luar bidang pertanian. Masyarakat memanfaatkannya untuk berwira usaha seperti mendirikan rumah makan, menyewakan rumah atau tempat kost untuk karyawan PLTU dan atau menjadi pekerja PLTU itu sendiri (Ulia, 2017). Selain itu adanya PLTU Tanjung Jati B juga berdampak pada perkembangan kawasan disekitarnya terutama dari segi sarana dan prasarana. Kawasan PLTU Tanjung Jati B dipilih sebagai kawasan strategis karena memenuhi beberapa kriteria. Salah satunya adalah PLTU Tanjung Jati B diperuntukkan bagi kepentingan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi berdasarkan lokasi dan posisi geografis sumber daya alam strategis, pengembangan teknologi pengembangan teknologi kedirgantaraan, serta tenaga atom dan nuklir.
Studio Rencana Wilayah
66
Kabupaten Jepara
2020
b. Konsep Pengembangan Dalam mengembangkan Kawasan Strategis PLTU Tanjung Jati B, konsep pengembangan yang digunakan adalah Eco-Development. Menurut Manan (2010), konsep EcoDevelopment merupakan strategi jaringan perencanaan dan pengelolaan terhadap keberlanjutan proses proses ekologi, lanskap dan ruang-ruang terbuka hijau yang akan melindungi nilai-nilai dan fungsi ekosistem alam serta meningkatkan manfaat bagi kehidupan manusia yang mana berdampak pada keberlanjutan sistem lingkungan hidup, aspek sosial dan aspek ekonomi. Konsep ini juga sejalan dengan konsep terpilih untuk c. Delineasi Kawasan strategis PLTU Tanjung Jati B memiliki luas total sebesar 16,48 Ha. Luas ini diperoleh berdasarkan hasil proses Geoprocessing yaitu Buffer dengan jangkauan sebesar 5 kilometer. Jarak tersebut merupakan asumsi, dimana kawasan yang termasuk didalam jangkauan tersebut dianggap akan lebih merasakan dampak dari adanya keberadaan PLTU Tanjung Jati B. Selain itu, penentuan kawasan strategis ini juga mempertimbangkan rencana struktur ruang yang telah dibuat sebelumnya. Didalam kawasan strategis ini nantinya terdapat 2 PPL dan berada dekat dengan PKLP yang terletak di Kecamatan Bangsri. Berdasarkan hasil pertimbangan tersebut maka diperoleh 3 kecamatan yakni Mlonggo, Bangsri, dan Kembang. Luas total Kawasan Strategis PLTU Tanjung Jati B adalah 16,48 Ha.
Gambar 3.13 Peta Kawasan Strategis PLTU Tanjung Jati B Sumber: Analisis Penulis, 2020
Studio Rencana Wilayah
67
Kabupaten Jepara
2020
Rumus Arah Kebijakan, Strategi dan Program
Studio Rencana Wilayah
68
Kabupaten Jepara
2020
5. Karimunjawa sebagai Kawasan Strategis Nasional dan Provinsi a. Latar Belakang Kecamatan Karimunjawa merupakan wilayah kepulauan di utara Pulau Jawa terdiri atas 27 pulau dengan pasir dan terumbu bawah laut yang masih terjaga. Karimunjawa secara administratif masuk ke dalam bagian dari daerah Kabupaten Jepara dengan jarak lebih dari 45 mil laut dari Ibukota Kabupaten Jepara dan kurang lebih 60 mil dari Kota Semarang, Ibukota Jawa Tengah. Berdasarkan RPJMD Kab. Jepara, Kec. Karimunjawa memiliki potensi khusus yakni Taman Nasional Laut yang terdiri dari 1 kecamatan dan 4 desa dari 27 pulau tersebut. Dari keseluruhan pulau – pulau tersebut hanya 5 pulau berpenghuni, mengingat fungsi kawasan ini merupakan Taman Nasional Berdasarkan Peraturan Pemerinta (PP) No. 50 Tahun 2011 Tentang Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan Nasional Tahun 2010 – 2050, terdapat 4 destinasi wisata di
Studio Rencana Wilayah
69
Kabupaten Jepara
2020
Jawa Tengah yang ditetapkan sebagai Destinasi Parwisata Nasional, yaitu Semarang – Karimunjawa, Borobudur, Nusakambangan dan sekitarnya, dan Solo – Sangiran. Selain itu, dalam lampiran PP No. 50 Tahun 2011, kawasan Karimunjawa dan sekitarnya masuk ke dalam Kawasan Strategis Parwisata Nasional (KSPN) bersama dengan 88 kawasan lainnya serta obyek wisata Taman Nasional Karimunjawa merupakan 1 dari 9 Taman Laut Nasional di Indonesia b. Konsep Pengembangan
a. Sudut Kepentigan Nasional Kawasan strategis nasional yang berada di Kabupaten Jepara berupa Taman Nasional Laut Karimunjawa masuk ke dalam sudut kepentingan fungsi dan daya dukung lingkungan sebagai kawasan pelestarian alam yang mempunyai ekosistem asli baik itu lautan maupun daratan yang dikelola oleh sistem Zonasi dan dimanfaatkan untuk kepentingan penelitian, ilmu pengetahuan, dan sebagainya. Sementara itu, fungsinya berperan sebagai sistem pengawasan dan pemanfaatan secara lestari keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa berserta ekosistem di dalamnya Atas dasar itu, pengembangan Karimunjawa berdasarkan mengarah pada konsep EcoTourism dengan melihat potensi kekayaan alam dan partisipasi aktif masyarakat untuk ikut terlibat. Pada awalnya, kawasan Karimunjawa memiliki fungsi sebagai Cagar Alam, namun berubah dengan melihat tingginya tingkat kepentingan berbagai sektor guna menunjang aktivitas budaya, penelitian, dan ekonomi sehingga terjadi perubahan fungsi menjadi Taman Nasional.
b. Sudut Kepentingan Provinsi Berdasarkan RTRW Jawa Tengah 2009 – 2029, pengembangan Kawasan Karimunjawa masuk ke dalam pengembangan kawasan strategis dari sudut kepentingan fungsi dan daya lingkungan hidup. Pengembangan Karimunjawa oleh Provinsi Jawa Tengah dilaksanakan melalui wilayah pengembangan Wanarakuti yang diarahkan untuk “pembangunan wilayah yang lestari berbasisi industri dan pariwisata yang didukung sektor agrominapolitan dengan berlandaskan prinsip pembangunan berkelanjutan” dengan pengembangan bandara Dewandaru Karimujawa dan peningkatan aksesbilitas kawasan Borobudur ke Karimunjawa. Walaupun diarahkan ke pariwisata, melihat dari sudut kepentingan menjaga kelestarian ekosistem kepulauan Karimunjawa sehingga Pemerintah Provinsi tidak menetapkan konsep mass tourism tetapi mengarah pada Wisata Kepeminatan Khusus. Hal itu sejalan dengan Prioritas Provinsi dengan mengembangkan pariwisata karimunjawa dengan melihat ekosistem yang masih alami dan tingkat keanakeragaman hayati yang miliki sehingga harus dipertahankan sebagai aset nasional maupun daerah
c. Sudut Kepentingan Kabupaten Berbeda dengan Nasional dan Provinsi, kawasan Karimunjawa di Kabupaten Jepara masuk ke dalam kawasan strategis untuk kepentingan pertumbuhan ekonomi dengan penetapan guna mempercepat pertumbuhan kawasan tertinggal dan memiliki potensi ekonomi cepat tumbuh yang di dukung jaringan prasarana laut berfokus pada pariwisata. Hal tersebut di dukung dengan penetapan pusat kegiatan di Karimunjawa sebagai pusat kegiatan yang untuk di kemudian hari ditetapkan sebagai PKL (PKLp)
Studio Rencana Wilayah
70
Kabupaten Jepara
2020
c. Deliniasi Kepulauan ini memiliki luas daratan + 1.500 hektare dan perairan +110.000 hektare. Selain itu, menurut amanat RPJMD Kab. Jepara mengklasifikasikan kawasan Karimunjawa sebagai kawasan yang memiliki potensi khusus. Dari Provinsi sendiri menetapkan Karimunjawa sebagai destinasi Wisata Kepeminatan Khusus dengan konsepnya bahwa wisata yang dimaksudkan ialah aktivitas wisata ekslufsif yang dikonsep untuk orang – orang khusus sebagai contoh seperti snorkeling, diving, dan sebagainya. Penetapan wisata minat khusus sendiri akibat daya tampung tidak seperti tempat wsata sejenis seperti Bali yang memiliki konsep mass tourism dengan tujuan untuk mencegah terjadinya kerusakan lingkungan.
Gambar 3.14 Peta Delineasi Kawsan Strategis Karimunjawa Sumber : Analisis Penulis, 2020
Studio Rencana Wilayah
71
Kabupaten Jepara
2020
KETENTUAN UMUM PERATURAN ZONASI (KUPZ) Ketentuan Umum Peraturan Zonasi (KUPZ) adalah ketentuan ruang yang dilengkapi dengan ketentuan persyaratan pemanfaatan ruang untuk setiap klasifikasi peruntukan/fungsi ruang dan kawasan sekitar jaringan prasarana yang ditetapkan dalam rencana tata ruang wilayah kabupaten. KUPZ adalah penjabaran secara umum ketentuan-ketentuan yang emngatur tentang persyaratan pemanfaatan ruang dan ketentuan pengendaliannya yang mencakup seluruh wilayah administratif. KUPZ yang ditetapkan dalam Kabupaten Jepara berisikan kegiatan pemanfaatan ruang yang diperbolehkan, diperbolehkan terbatas, diperbolehkan dengan syarat, dan tidak diperbolehkan pada setiap kawasan peruntukan yang mencakup ruang darat, laut, udara dan dalam bum Klasifikasi
Deskripsi Pemanfaatan diperbolehkan/diizinkan
I
Penggunaan ruang sesuai dengan peruntukan ruang yang direncanakan. Tidak akan ada peninjauan atau pembahasan atau tindakan lain dari pemerintah terhadap pemanfaatan tersebut. Pemanfaatan diperbolehkan secara terbatas Pemanfaatan diperbolehkan terbatas mengandung arti bahwa dalam pemanfaatannya mengandung batasan-batasan yang ditentukan diantaranya, yaitu :
T
a. Pembatasan pengoperasian baik waktu atau jangka waktu pemanfaatan lahan b. Pembatasan integritas ruang dan pemanfaatan ruang mencakup KDB, KLB, KDH, KTB , sempadan, ketinggian bangunan c. Pembatasan jumlah pemanfaatan yang diusulkan Pemanfaatan diperbolehkan bersyarat Pemanfaatan
diperbolehkan
bersyarat
yang
dimaksud
yaitu
dalam
pemanfaatannya perlu memenuhi syarat-syarat yang sudah ditetapkan baik syarat umum dan syarat spesifik. Contoh untuk persyaratan dalam B
pemanfaatan ruang diantaranya, yaitu :
a. Penyusunan dokumen AMDAL b. Penyusunan
upaya
pengelolaan
lingkungan
dan
upaya
pemantauan lingkungan c. Penyusunan Analisis Dampak Lalu Lintas (ANDALIN), dan contoh lainnya. Pemanfaatan yang tidak diperbolehkan/dilarang X
Pemanfaatan yang tidak diperbolehkan/dilarang yaitu pada peruntukan lahan yang tidak sesuai dengan yang direncanakan dan dampat menimbulkan dampak yang cukup besar bagi lingkungan di sekitarnya.
Studio Rencana Wilayah
72
Kabupaten Jepara
2020
Tabel 3.8 Ketentuan Umum Peraturan Zonasi Pola Ruang
No
Jenis Kegiatan atau zona
PERUMAHAN Rumah Tunggal Kluster Rumah Kompleks Perumahan Zona Perumahan Kepadatan Rendah Zona Perumahan Kepadatan Sedang Zona Perumahan Kepadatan Tinggi
Kawasan Lindung 1
2
3
Kawasan Budidaya 4
5
6
7
8
9 Industri Rumah Tangga
10
11
Kawasan Industri
PLTU
12
13
14
15
16
17
18
19
20
Pariwisata
Perikanan Air Payau
Perikana Air Tawar
Perkebunan
Permukiman Perdesaan
Permukiman Perkotaan
Pertanian
Peternakan
TPA
Cagar Alam
Hutan Lindung
Mangrove
Taman Nasional
Bandara
Embung
Hutan Produksi
Hutan Produksi Terbatas
X
X
B
T
X
X
X
X
I
X
X
I
B
B
T
I
I
B
B
X
X
X
X
X
X
X
X
X
I
X
X
I
X
X
X
I
I
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
I
X
X
B
X
X
X
I
I
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
T
X
X
B
X
X
X
I
I
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
B
X
X
X
X
X
X
I
I
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
B
X
X
X
X
X
X
T
I
X
X
X
B
B
B
X
B
B
X
X
X
B
B
I
X
B
T
I
I
B
B
B
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
B
I
X
X
X
I
I
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
T
X
X
X
I
I
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
T
X
X
X
I
I
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
B
I
B
X
X
X
X
B
B
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
I
B
X
X
X
X
B
B
X
X
X
PERKANTORAN Bangunan Kantor Tunggal Kelompok Bangunan Kantor Kompleks Perkantoran Zona Perkantoran INDUSTRI Bangunan Pabrik Tunggal Klompok Bangunan Pabrik
Studio Rencana Wilayah
73
Kabupaten Jepara
2020
Pola Ruang
No
Kawasan Lindung
Jenis Kegiatan atau zona
1
2
3
Kawasan Budidaya 4
5
6
7
8
9 Industri Rumah Tangga
10
11
Kawasan Industri
PLTU
12
13
14
15
16
17
18
19
20
Pariwisata
Perikanan Air Payau
Perikana Air Tawar
Perkebunan
Permukiman Perdesaan
Permukiman Perkotaan
Pertanian
Peternakan
TPA
Cagar Alam
Hutan Lindung
Mangrove
Taman Nasional
Bandara
Embung
Hutan Produksi
Hutan Produksi Terbatas
X
X
X
X
X
X
X
X
B
I
X
X
X
X
X
B
B
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
I
X
X
I
I
I
B
I
I
B
B
B
X
X
X
X
X
X
X
X
I
X
X
I
T
T
T
B
B
T
T
X
T
X
T
T
X
T
B
B
X
X
X
I
T
T
T
I
I
T
T
X
X
X
X
X
X
X
T
T
X
X
X
I
B
B
X
I
I
B
B
X
T
T
T
X
X
X
X
X
X
X
X
I
X
X
X
I
I
X
X
X
Rest Area
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
I
X
X
X
I
I
X
X
X
Museum
X
X
T
X
X
X
X
X
B
X
X
I
X
X
X
I
I
X
X
X
X
X
T
X
B
X
X
X
B
X
X
T
X
T
T
I
I
T
T
X
X
X
X
X
X
X
X
X
B
X
X
T
X
X
X
I
I
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
B
X
X
X
I
I
X
X
X
X
X
T
X
X
X
X
X
X
I
X
X
X
X
X
I
I
X
X
X
Sawah
X
X
X
X
X
I
X
X
X
X
X
B
X
T
X
I
I
I
T
X
Holtikultura
X
X
X
X
X
I
X
X
X
X
X
B
X
X
I
I
I
I
T
X
Kolam Ikan
X
X
B
X
X
I
X
X
X
X
X
B
I
I
X
I
I
I
I
X
Peternakan Besar
X
X
X
X
X
B
X
X
X
X
X
B
X
X
B
I
I
X
I
X
Zona Industri Menengah dan Besar Industri Rumah Tangga Sentra Industri Rumah Tangga PARIWISATA Obyek Wisata Alam Aminity wisata kuliner Alam Akomodasi Bernuansa Alam
PERDAGANGAN Bangunan Toko Tunggal Bangunan Rumah Toko Tunggal Kompleks Pertokoan Zona Perdagangan BENTANG ALAM
Studio Rencana Wilayah
74
Kabupaten Jepara
2020
Pola Ruang
No
Jenis Kegiatan atau zona
Kawasan Lindung 1
2
3
Kawasan Budidaya 4
5
6
7
8
9 Industri Rumah Tangga
10
11
Kawasan Industri
PLTU
12
13
14
15
16
17
18
19
20
Pariwisata
Perikanan Air Payau
Perikana Air Tawar
Perkebunan
Permukiman Perdesaan
Permukiman Perkotaan
Pertanian
Peternakan
TPA
Cagar Alam
Hutan Lindung
Mangrove
Taman Nasional
Bandara
Embung
Hutan Produksi
Hutan Produksi Terbatas
Sekolah
X
X
X
X
X
X
X
X
B
X
X
T
X
X
X
I
I
X
X
X
Universitas/ Politeknik/ Akademi
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
I
I
X
X
X
Klinik
X
X
X
X
X
X
X
X
B
X
X
T
X
X
X
I
I
X
X
X
Rumah Sakit
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
I
I
X
X
X
Apotek
X
X
X
X
X
X
X
X
B
X
X
T
X
X
X
I
I
X
X
X
Tempat Ibadah
T
T
T
X
X
X
X
X
I
B
I
I
X
X
X
I
I
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
B
X
I
X
X
X
I
I
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
I
B
X
I
X
X
X
I
I
X
X
I
X
X
X
X
X
X
X
X
I
B
B
I
X
X
X
I
I
X
X
I
X
X
X
X
X
X
X
X
X
B
X
I
X
X
X
I
I
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
I
B
X
I
X
X
X
I
I
X
X
I
X
X
X
X
X
X
X
X
I
B
I
I
X
X
X
I
I
X
X
I
X
X
T
X
X
X
X
X
X
X
X
I
I
I
I
I
I
I
I
X
I
I
I
I
I
I
B
B
I
X
X
I
I
I
I
I
I
I
I
I
Terminal
X
X
X
X
X
X
X
X
I
X
X
I
X
X
X
I
I
X
X
X
Halte
X
X
X
X
X
X
X
X
I
I
I
I
X
X
X
I
I
X
X
X
B
B
B
B
B
B
B
B
B
B
B
B
B
B
I
I
B
B
B
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
I
I
X
X
X
FASUM/FASOS
JARINGAN TRANSPORTASI Jalan Arteri Primer Jalan Kolektor Primer Jalan Lokal Primer Jalan Arteri Sekunder Jalan Kolektor Sekunder Jalan Lokal Sekunder Jalan Usaha Tani Jalan Evakuasi
JARINGAN TELEKOMUNIKASI Menara BTS
B
JARINGAN ENERGI & KELISTRIKAN Pipa Minyak
X
Studio Rencana Wilayah
75
Kabupaten Jepara
2020
Pola Ruang
No
Kawasan Lindung
Jenis Kegiatan atau zona
1
2
3
Kawasan Budidaya 4
5
6
7
8
9 Industri Rumah Tangga
10
11
Kawasan Industri
PLTU
12
13
14
15
16
17
18
19
20
Pariwisata
Perikanan Air Payau
Perikana Air Tawar
Perkebunan
Permukiman Perdesaan
Permukiman Perkotaan
Pertanian
Peternakan
TPA
Cagar Alam
Hutan Lindung
Mangrove
Taman Nasional
Bandara
Embung
Hutan Produksi
Hutan Produksi Terbatas
I
I
I
I
X
I
I
I
I
I
I
I
I
I
I
I
I
I
I
I
Embung
B
B
B
B
X
I
I
I
X
X
X
X
B
B
B
I
I
B
B
X
Irigasi
X
X
T
B
X
I
I
I
X
X
X
X
T
T
I
I
I
I
T
X
TPS
X
X
X
X
X
X
X
X
I
I
I
I
X
X
X
I
I
X
X
I
IPAL
X
X
X
X
X
I
X
X
I
I
I
B
X
X
X
I
I
X
X
T
Drainase
X
X
X
X
X
I
B
B
I
I
I
I
X
B
B
I
I
B
B
T
Jaringan Listrik JARINGAN PERAIRAN
PRASARANA LAINNYA
Sumber : Analisis Penulis, 2020
Studio Rencana Wilayah
76
Kabupaten Jepara
2020
A. INSENTIF Insentif diberikan dalam upaya meningkatkan kemauan masyarakat untuk mewujudkan tertib tata ruang. Insentif diberikan dalam beberapa bentuk antara lain: 1 Insentif fiskal, berupa keringanan pajak dan pengurangan retribusi 2 Insentif non-fiskal, berupa:pemberian kompensasi, subsidi siang, kemudahan perizinan, imbalan, sewa ruang, urun saham, penyediaan prasarana dan sarana, prnghargaan, serta publikasi/promosi. B. DISINSENTIF Disinsentif diberikan bagi kegiatan yang perkembangannya harus dikendalikan, yaitu kegiatan-kegiatan yang berada pada kawasan lindung serta kawasan rawan bencana. Disinsentif dalam beberapa bentuk antara lain: 1 Disinsentif Fiskal Disinsentif fiskal yang diberikan berupa penggunaan pajak yang tinggi bagi kegatan maupun bangunan yang berada pada kawasan lindung maupun kawasan rawan bencana. 2 Disinsentif Non-fiskal Disinsentif non-fiskal yang diberikan antara lain berupa kewajiban memberi kompensasi, persyaratan khusus dalam perizinan, kewajiban pemberian imbalan, dan pembatasan penyediaan prasarana dan sarana C. ARAHAN SANKSI Arahan sanksi diberikan dalam rangka memberikan efek jera bagi pelanggar ketentuan umumperaturan zonasi. Sanksi yang diberikan antara lain: 1 peringatan tertulis 2 penghentian sementara kegiatan 3 penghentian sementara pelayanan umum 4 penutupan lokasi 5 pencabutan izin 6 pembongkaran bangunan 7 pemulihan fungsi ruang 8 denda administratif
Studio Rencana Wilayah
77
Kabupaten Jepara
2020
ARAHAN PEMANFAATAN RUANG Rencana pemanfaatan ruang sebagai arahan, dalam UU 26/2007 didefinisikan sebagai upaya untuk mewujudkan struktur ruang dan pola ruang sesuai dengan rencana tata ruang melalui penyusunan dan pelaksanaan program beserta pembiayaannya. Arahan pemanfaatan ruang wilayah Kabupaten Jepara merupakan perwujudan dari rencana tata ruang yang dijabarkan dalam indikasi program utama penataan atau pengembangan wilayah dalam jangka 5 tahunan sampai akhir tahun perencanaan, yaitu: 20 tahun. Pertimbangan arahan pemanfaatan ruang didasarkan oleh perwujudan struktur ruang (perwujudan pusat kegiatan dan sistem prasarana), perwujudan pola ruang (kawasan lindung dan kawasan budidaya), serta perwujudan kawasan strategis kabupaten. Arahan pemanfaatan ruang wilayah memiliki fungsi sebagai berikut:
a. Sebagai acuan bagi pemerintah dan masyarakat dalam pemrograman penataan/pengembangan wilayah kabupaten Sleman; b. Sebagai arahan untuk sektor dalam program; c. Sebagai dasar estimasi kebutuhan pembiayaan dalam jangka waktu 5 (lima) tahunan; d. Sebagai dasar estimasi penyusunan program tahunan untuk setiap jangka 5 (lima) tahun; dan e. Sebagai acuan bagi masyarakat untuk melakukan investasi Sedangkan program, sesuai dengan UU SPPN no 25/2004 adalah instrumen kebijakan yang merupakan bagian dari langkah-langkah strategi yang berisi satu atau lebih kegiatan yang dilaksanakan oleh instansi pemerintah/Lembaga untuk mencapai sasaran dan tujuan serta memperoleh alokasi anggaran, atau kegiatan masyarakat yang dikoordinasikan oleh instansi pemerintahIndikasi program utama yang akan dijabarkan memuat penjabaran mengenai program utama, lokasi, besaran, sumber pendanaan, instansi pelaksana, dan waktu pelaksanaan rencana program. Waktu pelaksanaan program terbagi ke dalam 4 tahapan, yaitu: Tahap I (Tahun 2020-2024), Tahap II (Tahun 2025-2029), Tahap III (Tahun 2030-2034), Tahap IV (Tahun 2035-2040). Dalam setiap tahapan pelaksanaan pemanfaatan ruang wilayah dilaksanakan penyelenggaraan penataan ruang secara berkesinambungan yang meliputi : aspek sosialisasi RTRW, aspek perencanaan rinci, aspek pemanfaatan ruang, aspek pengawasan dan pengendalian, dan aspek evaluasi dan peninjauan kembali. Berikut adalah matrik indikasi program utama tercantum dalam Lampiran berikut :
Studio Rencana Wilayah
79
Kabupaten Jepara
No.
Program Utama
Lokasi
Besara n
Sumber Pendanaan
2020
Waktu Pelaksanaan
Instansi Pelaksana
I 1
2
3
II 4
5
6
7
8
III 9
10
11
12
13
IV 14
15
16
17
18
A. Perwujudan Struktur Ruang 1. Program Perwujudan Pengembangan Pusat-Pusat Kegiatan 1.1 Program Pengembangan PKL
a.
Revitalisasi dan Pengembangan Kawasan Perkotaan Jepara - Tahunan
Kecamatan Jepara dan Kecamatan Tahunan
APBD, Investasi Swasta , dan Kerjasama Pendanaan
Bappeda, Dinas PUPR dan DPMPTSP
b.
Pengembangan Kawasan Pusat Pemerintahan
Kecamatan Jepara
APBD
Pemerintah Kabupaten
c.
Pengembangan Pusat Perdagangan dan Jasa Regional
Kecamatan Jepara dan Kecamatan Tahunan
d.
Pengembangan Permukiman Kepadatan Sedang
Kecamatan Jepara dan Kecamatan Tahunan
e.
Pengembangan Pusat Industri Pengolahan Kayu
Kecamatan Jepara dan Kecamatan Tahunan
APBD, Investasi Swasta , dan Kerjasama Pendanaan
f.
Pengembangan Pusat Pelatihan untuk Industri Pengolahan Kayu
Kecamatan Jepara dan Kecamatan Tahunan
APBD, Investasi Swasta , dan Kerjasama Pendanaan
g.
Pengembangan Pusat Riset dan Teknologi untuk Industri Pengolahan Kayu
Kecamatan Jepara dan Kecamatan Tahunan
APBD, Investasi Swasta , dan
APBD, Investasi Swasta , dan Kerjasama Pendanaan APBD, Investasi Swasta , dan Kerjasama Pendanaan
Studio Rencana Wilayah
Bappeda, Dinas Koperasi UKM Tenaga Kerja dan Transmigrasi Dinas PUPR dan Dinas Perumahan Rakyat dan Kawasan Permukiman Dinas Koperasi UKM Tenaga Kerja dan Transmigrasi, DPMPTSP, Dinas PUPR , Dinas Perindustrian dan Perdagangan
Dinas Koperasi UKM Tenaga Kerja dan Transmigrasi, Dinas Komunikasi dan Informasi, Dinas PUPR, Bappeda
80
19
20
Kabupaten Jepara
No.
Program Utama
Lokasi
Besara n
Sumber Pendanaan
2020
Waktu Pelaksanaan
Instansi Pelaksana
I 1
2
3
II 4
5
6
7
8
III 9
10
11
12
13
IV 14
15
16
17
18
Kerjasama Pendanaan
h.
Revitalisasi dan Penyediaan Ruang Terbuka Hijau Publik
Kecamatan Jepara dan Kecamatan Tahunan
i.
Revitalisasi dan Pengembangan Fasilitas Penunjang Pariwisata
Kecamatan Jepara dan Kecamatan Tahunan
j.
Pengembangan Kawasan Pariwisata Unggul
Kecamatan Jepara dan Kecamatan Tahunan
k.
Revitalisasi dan Preservasi Cagar Budaya
Kecamatan Jepara
APBD
l.
Pengembangan Sarana Pendidikan
Kecamatan Jepara dan Kecamatan Tahunan
APBD
m.
Pengembangan Sarana Kesehatan
Kecamatan Jepara dan Kecamatan Tahunan
APBD
APBD APBD, Investasi Swasta , dan Kerjasama Pendanaan APBD, Investasi Swasta , dan Kerjasama Pendanaan
Dinas Lingkungan Hidup, Dinas PUPR Dinas PUPR, Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Dinas PUPR, Dinas Pariwisata dan Kebudayaan, DPMPTSP Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga, Dinas PUPR, Bappeda Dinas Kesehatan, Dinas PUPR dan Bappeda
1.2 Program Pengembangan PKLP
a.
Revitalisasi dan Pengembangan Kawasan Perkotaan
Kecamatan Pecangaan dan Kecamatan Bangsri
b.
Pengembangan Kawasan Permukiman
Kecamatan Pecangaan dan Kecamatan Bangsri
APBD, Investasi Swasta , dan Kerjasama Pendanaan APBD, Investasi Swasta , dan Kerjasama Pendanaan
Studio Rencana Wilayah
Bappeda, Dinas PUPR dan DPMPTSP Dinas PUPR dan Dinas Perumahan Rakyat dan Kawasan Permukiman
81
19
20
Kabupaten Jepara
No.
Program Utama
Lokasi
Besara n
Sumber Pendanaan
Waktu Pelaksanaan
Instansi Pelaksana
I 1
c.
Pengembangan Pusat Perdagangan dan Jasa Regional
Kecamatan Pecangaan dan Kecamatan Bangsri
APBD, Investasi Swasta , dan Kerjasama Pendanaan
d.
Revitalisasi dan Penyediaan Ruang Terbuka Hijau Publik
Kecamatan Pecangaan dan Kecamatan Bangsri
APBD
e.
Pengembangan Sentra Industri Pengolahan Kreatif
Kecamatan Pecangaan
APBD, Investasi Swasta , dan Kerjasama Pendanaan
f.
Pengembangan Pusat Pelatihan Industri Pengolahan Kreatif
Kecamataa n Pecangaan
APBD, Investasi Swasta , dan Kerjasama Pendanaan
g.
Pengembangan Pusat Riset dan Teknologi untuk Industri Pengolahan Kayu
Kecamataa n Pecangaan
h.
Revitalisasi dan Pengembangan Fasilitas Penunjang Pariwisata
Kecamataa n Pecangaan
APBD, Investasi Swasta , dan Kerjasama Pendanaan APBD, Investasi Swasta , dan Kerjasama Pendanaan
Studio Rencana Wilayah
Bappeda, Dinas Koperasi UKM Tenaga Kerja dan Transmigrasi Dinas Lingkungan Hidup
2020
2
3
II 4
5
6
7
8
III 9
10
11
12
13
IV 14
15
16
17
18
Dinas Koperasi UKM Tenaga Kerja dan Transmigrasi, DPMPTSP, Dinas PUPR , Dinas Perindustrian dan Perdagangan Dinas Koperasi UKM Tenaga Kerja dan Transmigrasi, DPMPTSP, Dinas PUPR , Dinas Perindustrian dan Perdagangan Dinas Komunikasi dan Informasi, Dinas PUPR, Bappeda Dinas PUPR, Dinas Pariwisata dan Kebudayaan
82
19
20
Kabupaten Jepara
No.
Program Utama
Lokasi
Besara n
Sumber Pendanaan
Waktu Pelaksanaan
Instansi Pelaksana
I 1
Kecamatan Bansgri
APBD, Investasi Swasta , dan Kerjasama Pendanaan
Kecamataa n Bangsri
APBD, Investasi Swasta , dan Kerjasama Pendanaan
k.
Pengembangan Pusat Riset dan Teknologi untuk Industri Makanan
Kecamataa n Bangsri
APBD, Investasi Swasta , dan Kerjasama Pendanaan
l.
Pengembangan Sarana Pendidikan
Kecamatan Pecangaan dan Kecamatan Bangsri
APBD
m.
Pengembangan Sarana Kesehatan
Kecamatan Pecangaan dan Kecamatan Bangsri
APBD
i.
Pengembangan Sentra Industri Pengolahan Makanan
j.
Pengembangan Pusat Pelatihan Industri Pengolahan Makanan
2020
2
3
II 4
5
6
7
8
III 9
10
11
12
13
IV 14
15
16
17
18
Dinas Koperasi UKM Tenaga Kerja dan Transmigrasi, DPMPTSP, Dinas PUPR , Dinas Perindustrian dan Perdagangan Dinas Koperasi UKM Tenaga Kerja dan Transmigrasi, DPMPTSP, Dinas PUPR , Dinas Perindustrian dan Perdagangan Dinas Komunikasi dan Informasi, Dinas PUPR, Bappeda Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga, Dinas PUPR, Bappeda Dinas Kesehatan, Dinas PUPR dan Bappeda
1.3 Program Pengembangan PPK
a.
Revitalisasi dan Pengembangan Kawasan Ibukota Kecamatan
Kecamatan Keling, Kecamatan Mlonggo, Kecamatan Kedung, dan Kecamatan Welahan
APBD, Dana Kelurahan, dan Kerjasama Pendanaan
Studio Rencana Wilayah
Bappeda dan Dinas PUPR
83
19
20
Kabupaten Jepara
No.
Program Utama
Lokasi
Besara n
Sumber Pendanaan
Waktu Pelaksanaan
Instansi Pelaksana
I 1
b.
Pengembangan Sarana Pendidikan
c.
Pengembangan Sarana Kesehatan
d.
Pengembangan Sarana Persampahan TPS
e.
Pengembangan Pusat Perdagangan dan Jasa
f.
Pengembangan Kawasan Permukiman
g.
Pengembangan Industri Pengolahan Kayu Berskala Kecil dan Menengah
Kecamatan Keling, Kecamatan Mlonggo, Kecamatan Kedung, dan Kecamatan Welahan Kecamatan Keling, Kecamatan Mlonggo, Kecamatan Kedung, dan Kecamatan Welahan Kecamatan Keling, Kecamatan Mlonggo, Kecamatan Kedung, dan Kecamatan Welahan Kecamatan Keling, Kecamatan Mlonggo, Kecamatan Kedung, dan Kecamatan Welahan Kecamatan Keling, Kecamatan Mlonggo, Kecamatan Kedung, dan Kecamatan Welahan Kecamatan Kedung dan Kecamatan Mlonggo
APBD
Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga, Dinas PUPR, Bappeda
APBD
Dinas Kesehatan, Dinas PUPR dan Bappeda
APBD
APBD, Dana Kelurahan, dan Kerjasama Pendanaan
2
3
II 4
5
6
7
8
III 9
10
11
12
13
IV 14
15
16
17
18
Dinas PUPR, Dinas Perumahan Rakyat dan Kawasan Permukiman, dan Dinas Lingkungan Hidup Dinas PUPR, Dinas Koperasi, UKM, Tenaga Kerja dan Transmigrasi, Dinas Perindustrian dan Perdagangan
APBD, Dana Kelurahan, dan Kerjasama Pendanaan
Dinas PUPR dan Dinas Perumahan Rakyat dan Kawasan Permukiman
APBD dan Dana Kelurahan
Dinas PUPR, Dinas Koperasi, UKM, Tenaga Kerja dan Transmigrasi,
Studio Rencana Wilayah
2020
84
19
20
Kabupaten Jepara
No.
Program Utama
Lokasi
Besara n
Sumber Pendanaan
Waktu Pelaksanaan
Instansi Pelaksana
I 1
h.
Pengembangan Industri Pengolahan Kreatif Kecil dan Menengah
Kecamatan Welahan
APBD dan Dana Kelurahan
i.
Pengembangan Industri Pengolahan Makanan Kecil dan Menengah
Kecamatan Keling
APBD dan Dana Kelurahan
j.
Revitalisasi dan Pengembangan Fasilitas Penunjang Pariwisata
Kecamatan Keling dan Kecamatan Welahan
APBD, Dana Kelurahan, dan Kerjasama Pendanaan
2020
2
3
II 4
5
6
7
8
III 9
10
11
12
13
IV 14
15
16
17
18
Dinas Perindustrian dan Perdagangan Dinas PUPR, Dinas Koperasi, UKM, Tenaga Kerja dan Transmigrasi, Dinas Perindustrian dan Perdagangan Dinas PUPR, Dinas Koperasi, UKM, Tenaga Kerja dan Transmigrasi, Dinas Perindustrian dan Perdagangan Dinas PUPR, Dinas Pariwisata dan Kebudayaan
1.4 Program Pengembangan PPL
a.
Revitalisasi dan Pengembangan Pasar Desa/Lokal
Kecamatan Donorejo, Kecamatan Kembang, Kecamatan Keling, Kecamatan Bangsri, Kecamatan Pakisaji, Kecamatan Batealit, Kecamatan Nalumsari, dan Kecamatan Kedung
b.
Pengembangan Industri Pengolahan Kayu
Kecamatan Pakisaji dan
APBD dan Dana Desa
Dinas PUPR, Dinas Koperasi, UKM, Tenaga Kerja dan Transmigrasi, Dinas Perindustrian dan Perdagangan
APBD dan Dana Desa
Dinas PUPR, Dinas Koperasi, UKM, Tenaga Kerja dan
Studio Rencana Wilayah
85
19
20
Kabupaten Jepara
No.
Program Utama
Lokasi
Besara n
Sumber Pendanaan
Waktu Pelaksanaan
Instansi Pelaksana
I 1
Berskala Rumah Tangga
Kecamatan Kedung
c.
Pengembangan Industri Pengolahan Kreatif Berskala Rumah Tangga
Kecamatan Batealit dan Kecamatan Nalumsari
APBD dan Dana Desa
d.
Pengembangan Industri Pengolahan Makanan Berskala Rumah Tangga
Kecamatan Donorejo, Kecamatan Kembang, Kecamatan Keling, dan Kecamatan Bangsri
APBD dan Dana Desa
e.
Pengembangan Permukiman Perdesaan
f.
Revitalisasi dan Pengembangan Fasilitas Penunjang Pariwisata
Kecamatan Donorejo, Kecamatan Kembang, Kecamatan Keling, Kecamatan Bangsri, Kecamatan Pakisaji, Kecamatan Batealit, Kecamatan Nalumsari, dan Kecamatan Kedung Kecamatan Donorejo, Kecamatan Keling, Kecamatan Kembang, dan Kecamatan Pakisaji
2
3
II 4
5
6
7
8
III 9
10
11
12
13
IV 14
15
16
17
18
Transmigrasi, Dinas Perindustrian dan Perdagangan Dinas PUPR, Dinas Koperasi, UKM, Tenaga Kerja dan Transmigrasi, Dinas Perindustrian dan Perdagangan Dinas PUPR, Dinas Koperasi, UKM, Tenaga Kerja dan Transmigrasi, Dinas Perindustrian dan Perdagangan
APBD dan Dana Desa
Dinas PUPR dan Dinas Perumahan Rakyat dan Kawasan Permukiman
APBD dan Dana Desa
Dinas PUPR, Dinas Pariwisata dan Kebudayaan
Studio Rencana Wilayah
2020
86
19
20
Kabupaten Jepara
No.
Program Utama
Lokasi
Besara n
Sumber Pendanaan
Waktu Pelaksanaan
Instansi Pelaksana
I 1
g.
Penyusunan KTP2D
Kecamatan Donorejo, Kecamatan Kembang, Kecamatan Keling, Kecamatan Bangsri, Kecamatan Pakisaji, Kecamatan Batealit, Kecamatan Nalumsari, dan Kecamatan Kedung
APBD dan Dana Desa
2020
2
3
II 4
5
6
7
8
III 9
10
11
12
13
IV 14
15
16
17
18
Bappeda, Dinas PUPR
2. Program Perwujudan Sistem Jaringan Prasarana Wilayah 2.1 Program Perwujudan Sistem Jaringan Transportasi 2.1.1 Program Perwujudan Sistem Jaringan Transportasi Darat 2.1.1.1 Program Perwujudan Sistem Lalu Lintas dan Angkutan Jalan (LLAJ)
a.
Penyusunan Rencana Induk Sistem Lalu Lintas dan Angkutan Jalan (LLAJ)
Seluruh Kecamatan
1 Unit
b.
Pembangunan dan pengembangan Terminal Tipe A
Kecamatan Tahunan
1 Unit
c.
Pemeliharaan dan Peningkatan Kualitas Terminal A
Kecamatan Tahunan
1 Unit
Pengembangan dan Peningkatan Kualitas Terminal C
Kecamatan Pecangaan Kecamatan Welahan Kecamatan Jepara Kecamatan Bangsri
d.
1 Unit
APBD, Investasi Swasta dan atau Kerjasama Pendanaan APBD, Investasi Swasta dan atau Kerjasama Pendanaan APBD, Investasi Swasta dan atau Kerjasama Pendanaan APBD, Investasi Swasta dan atau Kerjasama Pendanaan
Studio Rencana Wilayah
Dinas PUPR dan Dinas Perhubungan
Dinas PUPR dan Dinas Perhubungan
Dinas PUPR dan Dinas Perhubungan
Dinas PUPR dan Dinas Perhubungan
87
19
20
Kabupaten Jepara
No.
Program Utama
Lokasi
Besara n
Sumber Pendanaan
2020
Waktu Pelaksanaan
Instansi Pelaksana
I 1
2
3
II 4
5
6
7
8
III 9
10
11
12
13
IV 14
15
16
17
18
Kecamatan Keling
e.
Pengembangan dan Peningkatan Kualitas Angkutan Perkotaan dan Angkutan Desa
Seluruh Kecamatan
1 Unit
f.
Pembangunan dan Pengembangan Terminal Angkutan Barang
Kecamatan Jepara Kecamatan Pecangaan
1 Unit
g.
Monitoring dan Evaluasi serta Pelaporan
Seluruh Kecamatan
APBD, Investasi Swasta dan atau Kerjasama Pendanaan APBD, Investasi Swasta dan atau Kerjasama Pendanaan
Dinas PUPR dan Dinas Perhubungan
Dinas PUPR dan Dinas Perhubungan
2.1.1.2 Program Perwujudan Sistem dan Prasarana Jalan
a.
Pengembangan Jalan Kolektor Jepara-Kudus
b.
Pengembangan Jalan Kolektor Jepara-Demak
c.
Pengembangan Jalan Kolektor Jepara-Pati
Kecamatan Jepara Kecamatan Tahunan Kecamatan Pecangaan Kecamatan Kalinyamat an Kecamatan Mayong Kecamatan Nalumsari Kecamatan Jepara Kecamatan Tahunan Kecamatan Pecangaan Kecamatan Kalinyamat an Kecamatan Welahan Kecamatan Jepara Kecamatan Mlonggo Kecamatan Bangsri Kecamatan
APBD
BAPPEDA, Dinas PUPR dan Dinas Perhubungan
APBD
BAPPEDA, Dinas PUPR dan Dinas Perhubungan
APBD
BAPPEDA, Dinas PUPR dan Dinas Perhubungan
Studio Rencana Wilayah
88
19
20
Kabupaten Jepara
No.
Program Utama
Lokasi
Besara n
Sumber Pendanaan
2020
Waktu Pelaksanaan
Instansi Pelaksana
I 1
2
3
II 4
5
6
7
8
III 9
10
11
12
13
IV 14
15
16
17
18
Kembang Kecamatan Keling
d.
Peningkatan Jalan Lokal Jepara-Pati
e.
Peningkatan Jalan Lokal JeparaKudus
Kecamatan Keling (Desa Damarwul an dan Desa Tempur) Kecamatan Donorojo (Desa Clering) Kecamatan Welahan (Desa Kedungsari mulyo) Kecamatan Nalumsari (Desa Kedungsari , Daren, Blimbingre jo, Dorang Bategede) Kecamatan Keling (Desa Tempur) Kecamatan Mayong
APBD
BAPPEDA, Dinas PUPR dan Dinas Perhubungan
APBD
BAPPEDA, Dinas PUPR dan Dinas Perhubungan
Studio Rencana Wilayah
89
19
20
Kabupaten Jepara
No.
Program Utama
Lokasi
Besara n
Sumber Pendanaan
Waktu Pelaksanaan
Instansi Pelaksana
I 1
f.
Peningkatan Jalan Lokal JeparaDemak
Kecamatan Kedung (Desa Tedunan, Sowan Kedungma lang) Kecamatan Pecangaan (Desa Gerdu, Kaliombo) Kecamatan Welahan (Desa Guwosobo kerto, Ujungpand an, Gedangan) Kecamatan Nalumsari (Desa Dorang) Kecamatan Mayong
g.
Pengembangan kualitas jalan kolektor dan jalan lokal yang menghubungkan perkotaan dengan pusat kegiatan PKL, PKLp, PPK, dan PPL serta kawasan fungsional seperti pusat perdagangan, perkantoran, objek objek pariwisata dan sentra industri
Seluruh Kecamatan
h.
Pengembangan jalan alternatif di Kawasan Perkotaan
Seluruh Kecamatan kecuali Kecamatan Karimunja wa
APBD
BAPPEDA, Dinas PUPR dan Dinas Perhubungan
APBD
BAPPEDA, Dinas PUPR dan Dinas Perhubungan
APBD
BAPPEDA, Dinas PUPR dan Dinas Perhubungan
Studio Rencana Wilayah
2020
2
3
II 4
5
6
7
8
III 9
10
11
12
13
IV 14
15
16
17
18
90
19
20
Kabupaten Jepara
No.
Program Utama
Lokasi
Besara n
Sumber Pendanaan
Waktu Pelaksanaan
Instansi Pelaksana
I 1
i.
Peningkatan dan Pemeliharaan jaringan jalan Kolektor
Seluruh Kecamatan
APBD
j.
Peningkatan dan Pemeliharaan jaringan jalan Lokal
Seluruh Kecamatan
APBD
k.
l.
l.
Peningkatan dan Pemeliharaan jaringan jalan Lingkungan prioritas penghubung desa Pembangunan jalan penghubung Kecamatan Nalumsari dan Kecamatan Keling Monitoring, Evaluasi dan Pelaporan
Seluruh Kecamatan
Kecamatan Nalumsari Kecamatan Keling
Seluruh Kecamatan
2020
2
3
II 4
5
6
7
8
III 9
10
11
12
13
IV 14
15
16
17
18
BAPPEDA, Dinas PUPR dan Dinas Perhubungan BAPPEDA, Dinas PUPR dan Dinas Perhubungan
APBD
BAPPEDA, Dinas PUPR dan Dinas Perhubungan
APBD
BAPPEDA, Dinas PUPR dan Dinas Perhubungan
APBD
BAPPEDA, Dinas PUPR dan Dinas Perhubungan
APBD
Dinas Perhubungan
2.1.2 Program Perwujudan Manajemen Lalu Lintas a.
b.
Penyusunan kajian integrasi transportasi massal Monitoring dan Evaluasi
Seluruh Kecamatan
1 unit
Dinas Perhubungan
2.1.3Program Perwujudan Sistem Transportasi Laut 2.1.3.1 Program Peningkatan Kapasitas Pelabuhan Penyeberangan Karitini a.
b.
b.
Pembangunan perluasan pelabuhan Kartini Pembangunan perluasan pelabuhan pengumpan Karimunjawa Penambahan armada penyeberangan
Kecamatan Jepara
1 unit
APBD
Dinas Perhubungan dan PUPR
Kecamatan Karimunja wa
1 unit
APBD
Dinas Perhubungan dan PUPR
Kecamatan Jepara
1 unit
APBD
Dinas Perhubungan dan PUPR
Studio Rencana Wilayah
91
19
20
Kabupaten Jepara
No.
Program Utama
Besara n
Lokasi
Sumber Pendanaan
2020
Waktu Pelaksanaan
Instansi Pelaksana
I 1
2
3
II 4
5
6
7
8
III 9
10
11
12
13
IV 14
15
16
17
18
menuju Karimunjawa 2.1.3.2 Program Peningkatan Pelabuhan Niaga
a.
2.1.4
a.
Revitalisasi bangunan TPI pada Pelabuhan Ujung Batu Program Perwujudan Sistem Transportasi Udara Pengembangan Bandar Udara Dewandaru sebagai bandar udara pengumpan
Kecamatan Jepara
1 unit
Kecamatan Karimunja wa (Desa Kemujan)
APBD
Dinas PUPR
APBD, Investasi Swasta dan atau Kerjasama Pendanaan
Bappeda, Dinas PUPR dan Dinas Perhubungan
2.2 Program Perwujudan Sistem Jaringan Energi 2.2.1 Program Peningkatan Kapasitas Tiang Listrik pada Kawasan Industri dan Kawasan Peruntukan Industri
a.
b.
c.
Inventarisasi kebutuhan lahan dan dokumen perencanaan pengadaan tanah untuk peningkatan kapasitas tiang listrik pada kawasan industri dan kawasan peruntukan industri Pembebasan tanah peningkatan kapasitas tiang listrik pada kawasan industri dan kawasan peruntukan industri Pembangunan tiang listrik pada kawasan industri dan kawasan peruntukan industri
Kecamatan Pecangan dan Kalinyamat an
APBD, Investasi Swasta , dan Kerjasama Pendanaan
Dinas PUPR, PLN
Kecamatan Pecangan dan Kalinyamat an
APBD, Investasi Swasta , dan Kerjasama Pendanaan
Dinar PUPR, PLN
Kecamatan Pecangan dan Kalinyamat an
APBD, Investasi Swasta , dan Kerjasama Pendanaan
Dinar PUPR, PLN
Studio Rencana Wilayah
92
19
20
Kabupaten Jepara
No.
Program Utama
Lokasi
Besara n
Sumber Pendanaan
Waktu Pelaksanaan
Instansi Pelaksana
I 1
d.
e.
Pemeliaharaan dan peningkatan kualitas peningkatan kapasitas tiang listrik pada kawasan industri dan kawasan peruntukan industri
Monitoring, pemantauan, dan evaluasi
Kecamatan Pecangan dan Kalinyamat an
APBD, Investasi Swasta , dan Kerjasama Pendanaan
Dinar PUPR, PLN
Kecamatan Pecangan dan Kalinyamat an
APBD, Investasi Swasta , dan Kerjasama Pendanaan
Dinar PUPR, PLN
2020
2
3
II 4
5
6
7
8
III 9
10
11
12
13
IV 14
15
16
17
18
2.2.2 Pengembangan dan Pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Uap
a.
Inventarisasi kebutuhan lahan dan dokumen perencanaan pengadaan tanah untuk pembangunan pembangkit listrik tenaga uap
Kecamatan Kembang, Mlonggo dan Bangsri
b.
Pembebasan tanah pembangkit listrik tenaga uap
Kecamatan Kembang, Mlonggo dan Bangsri
c.
Pembangunan pembangkit listrik tenaga uap
Kecamatan Kembang, Mlonggo dan Bangsri
d.
Pemeliaharaan dan peningkatan kualitas pembangkit listrik tenaga uap
Kecamatan Kembang, Mlonggo dan Bangsri
Monitoring, pemantauan, dan evaluasi
Kecamatan Kembang, Mlonggo dan Bangsri
e.
APBD, Investasi Swasta , dan Kerjasama Pendanaan APBD, Investasi Swasta , dan Kerjasama Pendanaan APBD, Investasi Swasta , dan Kerjasama Pendanaan APBD, Investasi Swasta , dan Kerjasama Pendanaan APBD, Investasi Swasta , dan
Studio Rencana Wilayah
Dinar PUPR, PLN
Dinar PUPR, PLN
Dinar PUPR, PLN
Dinar PUPR, PLN
Dinar PUPR, PLN
93
19
20
Kabupaten Jepara
No.
Program Utama
Lokasi
Besara n
Sumber Pendanaan
2020
Waktu Pelaksanaan
Instansi Pelaksana
I 1
2
3
II 4
5
6
7
8
III 9
10
11
12
13
IV 14
15
16
17
18
Kerjasama Pendanaan 2.2.3 Pengembangan Jaringan Transmisi Tenaga Listrik
a.
b.
c.
d.
e.
Inventarisasi kebutuhan lahan dan dokumen perencanaan pengadaan tanah untuk pembangunan Gardu Induk Tegangan Ekstra Tinggi (GITET) di kawasan Tanjung Jati Pembebasan tanah untuk Gardu Induk Tegangan Ekstra Tinggi (GITET) di kawasan Tanjung Jati Pembangunan Gardu Induk Tegangan Ekstra Tinggi (GITET) di kawasan Tanjung Jati Pemeliaharaan dan peningkatan kualitas Gardu Induk Tegangan Ekstra Tinggi (GITET) di kawasan Tanjung Jati
Monitoring, pemantauan, dan evaluasi
Kecamatan Kembang
APBD, Investasi Swasta , dan Kerjasama Pendanaan
Dinar PUPR, PLN
Kecamatan Kembang
APBD, Investasi Swasta , dan Kerjasama Pendanaan
Dinar PUPR, PLN
Kecamatan Kembang
APBD, Investasi Swasta , dan Kerjasama Pendanaan
Dinar PUPR, PLN
Kecamatan Kembang
APBD, Investasi Swasta , dan Kerjasama Pendanaan
Dinar PUPR, PLN
Kecamatan Kembang
APBD, Investasi Swasta , dan Kerjasama Pendanaan
Dinar PUPR, PLN
APBD, Investasi Swasta , dan
Dinar PUPR, Dinas Komunikasi dan Telekomunikasi
2.3 Program Perwujudan Sistem Jaringan Telekomunikasi
a.
Optimalisasi jaringan telekomunikasi yang tersebar di
Kabupaten Jepara
Studio Rencana Wilayah
94
19
20
Kabupaten Jepara
No.
Program Utama
Lokasi
Besara n
Sumber Pendanaan
Waktu Pelaksanaan
Instansi Pelaksana
I 1
b.
c.
d.
seluruh kecamatan.
Kerjasama Pendanaan
Penyediaan infrastruktur guna pemerataan jaringan (blank spot) melalui pembangunan menara Base Transceiver Station (BTS) secara bersamasama,
APBD, Investasi Swasta , dan Kerjasama Pendanaan
Pengembangan jaringan kabel telepon pada kawasan belum terlayani.
Monitoring, pemantauan, dan evaluasi
Kabupaten Jepara
Kabupaten Jepara
Kabupaten Jepara
APBD, Investasi Swasta , dan Kerjasama Pendanaan APBD, Investasi Swasta , dan Kerjasama Pendanaan
2020
2
3
II 4
5
6
7
8
III 9
10
11
12
13
IV 14
15
16
17
18
Dinar PUPR, Dinas Komunikasi dan Telekomunikasi
Dinar PUPR, Dinas Komunikasi dan Telekomunikasi Dinar PUPR, Dinas Komunikasi dan Telekomunikasi
2.4 Program Perwujudan Sistem Jaringan Sumber Daya Air 2.4.1 Konservasi Sumber Daya Air a.
b.
c.
d
Inventarisasi kondisi sumber daya air yang ada Restorasi sungai, dan sumber daya air lainnya Pengamanan sempadan sungai, dan sumber daya air lainnya Monitoring, evaluasi, dan pelaporan
Kabupaten Jepara Kabupaten Jepara
APBD
APBD
Dinas Lingkungan Hidup Dinas Lingkungan Hidup Dinas Lingkungan Hidup
Kabupaten Jepara APBD Kabupaten Jepara
APBD
Dinas Lingkungan Hidup
2.4.1 Pengembangan dan Pengelolaan Sumber Daya Air Permukaan
Kabupaten Jepara a
Master plan sumber daya air
APBN, APBD, Investasi Swasta, Kerjasama Pendanaan
Studio Rencana Wilayah
Dinas Bina Marga dan Sumber Daya Air (Disbima & SDA), Dinas PUPR, Dinas
95
19
20
Kabupaten Jepara
No.
Program Utama
Lokasi
Besara n
Sumber Pendanaan
2020
Waktu Pelaksanaan
Instansi Pelaksana
I 1
2
3
II 4
5
6
7
8
III 9
10
11
12
13
IV 14
15
16
17
18
Lingkungan Hidup
Kabupaten Jepara
b
Penentuan zona pemanfaatan sumber daya air
c
Pembebasan lahan untuk pembangunan tampungan air
d
Pembangunan/m erehabilitasi bangunan tampungan air
e
Operasi dan pemeliharaan bangunan tampungan air
Monitoring, evaluasi, dan pelaporan
APBD, Kerjasama Pendanaan
Kabupaten Jepara
Kabupaten Jepara
APBN, APBD, Investasi Swasta, Kerjasama Pendanaan APBD, Investasi Swasta , dan Kerjasama Pendanaan
Kabupaten Jepara
APBD
Kabupaten Jepara
f
APBD
Dinas Bina Marga dan Sumber Daya Air (Disbima & SDA), Dinas PUPR, Dinas Lingkungan Hidup Dinas Bina Marga dan Sumber Daya Air (Disbima & SDA), Dinas PUPR, Dinas Lingkungan Hidup Dinas Bina Marga dan Sumber Daya Air (Disbima & SDA), Dinas PUPR, Dinas Lingkungan Hidup Dinas Bina Marga dan Sumber Daya Air (Disbima & SDA), Dinas PUPR, Dinas Lingkungan Hidup Dinas Bina Marga dan Sumber Daya Air (Disbima & SDA), Dinas PUPR, Dinas Lingkungan Hidup
2.5 Program Perwujudan Sistem Jaringan Sistem Air Minum 2.5.1 Pengembangan Kapasitas Pelayanan Perkotaan, Ibu Kota Kecamatan dan sekitarnya a.
Inventarisasi kondisi jaringan perpipaan dan
Kabupaten Jepara
APBN dan APBD
Studio Rencana Wilayah
Disperkim, Dinas PUPR, PDAM
96
19
20
Kabupaten Jepara
No.
Program Utama
Lokasi
Besara n
Sumber Pendanaan
Waktu Pelaksanaan
Instansi Pelaksana
I 1
b.
c
d
e
bukan jaringan perpipaan Pembebasan lahan untuk pembangunan jaringan baru Pembangunan distirbusi penyediaan air baku Rehabilitasi sarana dan prasarana air minum Monitoring, evaluasi, dan pelaporan
Kabupaten Jepara
APBN dan APBD
Disperkim, Dinas PUPR, PDAM
Kabupaten Jepara
APBN dan APBD
Disperkim, Dinas PUPR, PDAM
Kabupaten Jepara
APBN dan APBD
Kabupaten Jepara
APBN dan APBD
Disperkim, Dinas PUPR, PDAM Disperkim, Dinas PUPR, PDAM
2020
2
3
II 4
5
6
7
8
III 9
10
11
12
13
IV 14
15
16
17
18
2.6 Program Perwujudan Sistem Jaringan Irigasi 2.6.1 Optimalisasi Pemanfaatan Air Irigasi
a.
Inventarisasi kondisi jaringan irigasi
b.
Membangun/mer ehabilitasi jaringan irigasi tersier meliputi saluran pembawa (conveyance) dan saluran pembuang (drainage)
c.
Pemantauan dan evaluasi
Seluruh Kecamatan kecuali Karimunja wa
Seluruh Kecamatan kecuali Karimunja wa Seluruh Kecamatan kecuali Karimunja wa
APBD dan Kerjasama Pendanaan
APBD dan Kerjasama Pendanaan APBD dan Kerjasama Pendanaan
Dinas Pertanian Kab. Jepara, Dinas PUPR, dan Pemerintah Desa Dinas Pertanian Kab. Jepara, Dinas PUPR, dan Pemerintah Desa Dinas Pertanian Kab. Jepara, Dinas PUPR, dan Pemerintah Desa
2.7 Program Perwujudan Sistem Jaringan Sistem Pengelolaan Air Limbah 2.7.1 Pembangunan dan Pengelolaan Instalasi Pengelelolaan Air Limbah (IPAL) a.
b.
Inventarisasi Kondisi Instalasi Pengelolaan Air Limbah (IPAL) Penyusunan Rencana Induk
Kabupaten Jepara
APBD
Kabupaten Jepara
APBD
Studio Rencana Wilayah
Dinas Lingkungan Hidup dan Dinas PUPR Dinas Lingkungan
97
19
20
Kabupaten Jepara
No.
Program Utama
Lokasi
Besara n
Sumber Pendanaan
Waktu Pelaksanaan
Instansi Pelaksana
I 1
Sistem Pengelolaan Air Limbah (RISPAL) c.
d.
e
Pembebasan tanah untuk IPAL Pembangunan dan Pemeliharaan IPAL Monitoring dan Evaluasi IPAL
2020
2
3
II 4
5
6
7
8
III 9
10
11
12
13
IV 14
15
16
17
18
Hidup dan Dinas PUPR
Kabupaten Jepara
APBD
Kabupaten Jepara
APBD
Kabupaten Jepara
APBD
Dinas Lingkungan Hidup dan Dinas PUPR Dinas Lingkungan Hidup dan Dinas PUPR Dinas Lingkungan Hidup dan Dinas PUPR
2.7.2 Pembangunan dan Pengelolaan Instalasi Pengelelolaan Air Limbah (IPAL) Industri Besar
a
b
c
d
e
Inventarisasi Kondisi Instalasi Pengelolaan Air Limbah (IPAL) Industri Besar Penyusunan Rencana Induk Sistem Pengelolaan Air Limbah (RISPAL) Industri Besar Pembebasan tanah untuk IPAL Industri Besar Pembangunan dan Pemeliharaan IPAL Industri Besar Monitoring dan Evaluasi IPAL Industri Besar
Kabupaten Jepara
APBD dan Kerjasama Pendanaan
Dinas Lingkungan Hidup dan Dinas PUPR
Kabupaten Jepara
APBD dan Kerjasama Pendanaan
Dinas Lingkungan Hidup dan Dinas PUPR
Kabupaten Jepara
APBD dan Kerjasama Pendanaan
Dinas Lingkungan Hidup dan Dinas PUPR
Kabupaten Jepara
APBD dan Kerjasama Pendanaan
Dinas Lingkungan Hidup dan Dinas PUPR
Kabupaten Jepara
APBD dan Kerjasama Pendanaan
Dinas Lingkungan Hidup dan Dinas PUPR
2.7.3 Pembangunan dan Pengelolaan Instalasi Pengelelolaan Air Limbah (IPAL) Sentra Industri
a
Inventarisasi Kondisi Instalasi Pengelolaan Air Limbah (IPAL) Sentra Industri
Kabupaten Jepara terutama Kecamatan Pecangaan
APBD dan Kerjasama Pendanaan
Studio Rencana Wilayah
Dinas Lingkungan Hidup dan Dinas PUPR
98
19
20
Kabupaten Jepara
No.
Program Utama
Lokasi
Besara n
Sumber Pendanaan
Waktu Pelaksanaan
Instansi Pelaksana
I 1
b
c
d
e
Penyusunan Rencana Induk Sistem Pengelolaan Air Limbah (RISPAL) Sentra Industri
Pembebasan tanah untuk IPAL Sentra Industri Pembangunan dan Pemeliharaan IPAL Sentra Industri Monitoring dan Evaluasi IPAL Sentra Industri
Kabupaten Jepara terutama Kecamatan Pecangaan Kabupaten Jepara terutama Kecamatan Pecangaan Kabupaten Jepara terutama Kecamatan Pecangaan Kabupaten Jepara terutama Kecamatan Pecangaan
APBD dan Kerjasama Pendanaan
Dinas Lingkungan Hidup dan Dinas PUPR
APBD dan Kerjasama Pendanaan
Dinas Lingkungan Hidup dan Dinas PUPR
APBD dan Kerjasama Pendanaan
Dinas Lingkungan Hidup dan Dinas PUPR
APBD dan Kerjasama Pendanaan
Dinas Lingkungan Hidup dan Dinas PUPR
2020
2
3
II 4
5
6
7
8
III 9
10
11
12
13
IV 14
15
16
17
18
2.7.4 Pembangunan dan Pengelolaan Instalasi Pengelelolaan Limbah B3 a.
b.
c.
d.
e.
Inventarisasi Kondisi Instalasi Pengelolaan Limbah B3 Penyusunan Masterplan Pengelolaan Limbah B3 Pembebasan tanah untuk Instalasi Pengelolaan Limbah B3 Pembangunan dan Pemeliharaan Instalasi Pengelolaan Limbah B3 Monitoring dan Evaluasi Pengelolaan Limbah B3
Dinas Lingkungan Hidup dan Dinas PUPR Dinas Lingkungan Hidup dan Dinas PUPR
Kabupaten Jepara
APBD dan Kerjasama Pendanaan
Kabupaten Jepara
APBD dan Kerjasama Pendanaan
Kabupaten Jepara
APBD dan Kerjasama Pendanaan
Dinas Lingkungan Hidup dan Dinas PUPR
Kabupaten Jepara
APBD dan Kerjasama Pendanaan
Dinas Lingkungan Hidup dan Dinas PUPR
Kabupaten Jepara
APBD dan Kerjasama Pendanaan
Dinas Lingkungan Hidup dan Dinas PUPR
2.8 Program Perwujudan Sistem Jaringan Persampahan 2.8.1 Pembangunan dan Pengelolaan Fasilitas Reduksi Sampah
Studio Rencana Wilayah
99
19
20
Kabupaten Jepara
No.
Program Utama
Lokasi
Besara n
Sumber Pendanaan
Waktu Pelaksanaan
Instansi Pelaksana
I 1
a.
b.
c.
d.
e.
Inventarisasi Kondisi TPST 3R Karimunjawa Pembuatan Masterplan TPST 3R Karimunjawa Pembebasan tanah untuk TPST 3R Karimunjawa Pembangunan dan Pemeliharaan TPST 3R Karimunjawa Monitoring dan Evaluasi Pengelolaan TPST 3R Karimunjawa
f.
Inventarisasi Kondisi TPA Kabupaten Jepara
g.
Pembuatan Masterplan TPA
h.
Pembebasan tanah untuk TPA
i.
Pembangunan dan Pemeliharaan TPA
j.
Monitoring dan Evaluasi Pengelolaan TPA
k.
Penataan TPA Eksisting (Bandengan, Gemulung, dan Krasak)
l.
Monitoring dan Evaluasi Pengelolaan TPA Eksisting
Kecamatan Karimunja wa Kecamatan Karimunja wa Kecamatan Karimunja wa
APBN dan APBD APBN dan APBD APBN dan APBD APBN dan APBD
Dinas Lingkungan Hidup
Kecamatan Karimunja wa
APBN dan APBD
Dinas Lingkungan Hidup
APBN dan APBD
Dinas Lingkungan Hidup
APBN dan APBD
Dinas Lingkungan Hidup
APBN dan APBD
Dinas Lingkungan Hidup
APBN dan APBD
Dinas Lingkungan Hidup
APBN dan APBD
Dinas Lingkungan Hidup
APBD
Dinas Lingkungan Hidup
APBD
Dinas Lingkungan Hidup
Kabupaten Jepara
2
3
II 4
5
6
7
8
III 9
10
11
12
13
IV 14
15
16
17
18
Dinas Lingkungan Hidup Dinas Lingkungan Hidup Dinas Lingkungan Hidup
Kecamatan Karimunja wa
Bagian Utara Kabupaten Jepara Bagian Utara Kabupaten Jepara Bagian Utara Kabupaten Jepara Bagian Utara Kabupaten Jepara Bagian Utara Kabupaten Jepara Kecamatan Jepara, Kecamatan Bangsri, dan Kecamatan Pecangaan
2020
2.8.2 Pembangunan dan Pengelolaan Bank Sampah
Studio Rencana Wilayah
100
19
20
Kabupaten Jepara
No.
Program Utama
Lokasi
Besara n
Sumber Pendanaan
Waktu Pelaksanaan
Instansi Pelaksana
I 1
a.
b.
c.
Pembangunan dan Pemeliharaan Bank Sampah Pengadaan Fasilitas Penunjang Pengelolaan Bank Sampah Monitoring dan Evaluasi Pengelolaan Bank Sampah
Kabupaten Jepara
APBD dan Kerjasama Pendanaan
Dinas Lingkungan Hidup
Kabupaten Jepara
APBD dan Kerjasama Pendanaan
Dinas Lingkungan Hidup
Kabupaten Jepara
APBD dan Kerjasama Pendanaan
Dinas Lingkungan Hidup
2020
2
3
II 4
5
6
7
8
III 9
10
11
12
13
IV 14
15
16
17
18
2.9 Program Perwujudan Sistem Jaringan Drainase 2.9.1 Pengembangan Sistem Drainase berbasis EcoDrain
a.
Penyusunan master plan drainase
b.
Mengembangkan sistem drainase lingkungan dan sodetan di bagian kawasan industri
c.
Pembangunan saluran drainase perkotaan dan pedesaan
Kabupaten Jepara
Monitoring, evaluasi, dan pelaporan
Kabupaten Jepara
d
Kabupaten Jepara
Seluruh Kecamatan kecuali Karimunja wa
APBN, APBD, Investasi Swasta, Kerjasama Pendanaan
APBD, Kerjasama Pendanaan
APBN, APBD (APBA)
APBD (APBK)
Dinas Bina Marga dan Sumber Daya Air (Disbima & SDA), Dinas PUPR Dinas Bina Marga dan Sumber Daya Air (Disbima & SDA), Dinas PUPR Dinas Bina Marga dan Sumber Daya Air (Disbima & SDA), Dinas PUPR Dinas Bina Marga dan Sumber Daya Air (Disbima & SDA), Dinas PUPR
2.9.2 Optimalisasi Pengelolaan Drainase
a
Inventarisasi kondisi saluran drainase
Kabupaten Jepara
b
Rehabilitasi saluran drainase
Kabupaten Jepara
APBD
APBN, APBD
Studio Rencana Wilayah
Dinas Bina Marga dan Sumber Daya Air (Disbima & SDA), Dinas PUPR Dinas Bina Marga dan Sumber Daya
101
19
20
Kabupaten Jepara
No.
Program Utama
Lokasi
Besara n
Sumber Pendanaan
Waktu Pelaksanaan
Instansi Pelaksana
I 1
c.
Mengamankan sempadan sungai
APBD (APBK)
Air (Disbima & SDA), Dinas PUPR Dinas Bina Marga dan Sumber Daya Air (Disbima & SDA), Dinas PUPR Dinas Bina Marga dan Sumber Daya Air (Disbima & SDA), Dinas PUPR Dinas Bina Marga dan Sumber Daya Air (Disbima & SDA), Dinas PUPR
Sumber Pendanaan
Instansi Pelaksana
Kabupaten Jepara APBD
d
Pemeliharaan bangunan bangunan sistem drainase
Kabupaten Jepara APBD
e
No.
Monitoring, evaluasi, dan pelaporan
Kabupaten Jepara
Program Utama
Lokasi
Besaran
2020
2
3
II 4
5
6
7
III
8
9
10
11
12
13
IV 14
15
16
17
18
I 2
3
II 4
5
6
7
8
III 9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
1. Perwujudan Kawasan Lindung 1.1. Kawasan Cagar Alam
b.
Seluruh Kawasan Cagar Alam di Kabupaten Jepara
APBN, APBD
Bappeda, Dinas PUPR, Dinas Lingkungan Hidup
APBN, APBD
Bappeda, Dinas PUPR, Dinas Lingkungan Hidup
Studio Rencana Wilayah
19
20
IV
B. Perwujudan Pola Ruang
a.
20
Waktu Pelaksanaan
1
Pemantapan fungsi atau pengembangan pengelolaan cagar alam Pengelolaan pemanfaatan ruang untuk penjagaan habitat dan keanekaragaman hayati
19
102
Kabupaten Jepara
No.
Program Utama
Lokasi
Besaran
Sumber Pendanaan
Waktu Pelaksanaan
Instansi Pelaksana
I 1
c.
d.
Pengelolaan pemanfaatan ruang untuk penelitian dan pendidikan Pembatasan dan pelarangan kegiatan, pendirian bangunan, dan sarana prasarana di kawasan maupun sekitar kawasan yang tidak sesuai dengan fungsi cagar alam
APBN, APBD
Bappeda, Dinas PUPR, Dinas Lingkungan Hidup
APBN, APBD
Bappeda, Dinas PUPR, Dinas Lingkungan Hidup
2020
2
3
II 4
5
6
7
8
III 9
10
11
12
13
IV 14
15
16
17
18
1.2. Kawasan Hutan dan Hutan Lindung
a.
Analisis dan pemetaan bagian hutan yang rusak
b.
Penyelenggaraan reboisasi dan penghijauan hutan
c.
Penyelenggaraan rehabilitasi hutan dan lahan
d.
Penerapan sistem insentif disinsentif untuk membatasi pemanfaatan lahan hutan
APBN, APBD
Seluruh Kawasan Hutan dan Hutan Lindung di Kabupaten Jepara
APBN, APBD
APBN, APBD
APBN, APBD
Studio Rencana Wilayah
Bappeda, Dinas PUPR, Dinas Kehutanan dan Perkebunan, Dinas Lingkungan Hidup Bappeda, Dinas PUPR, Dinas Kehutanan dan Perkebunan, Dinas Lingkungan Hidup Bappeda, Dinas PUPR, Dinas Kehutanan dan Perkebunan, Dinas Lingkungan Hidup Bappeda, Dinas PUPR, Dinas Kehutanan dan Perkebunan, Dinas Lingkungan Hidup
103
19
20
Kabupaten Jepara
No.
Program Utama
Lokasi
Besaran
Sumber Pendanaan
Waktu Pelaksanaan
Instansi Pelaksana
I 1
e.
Pemetaan kawasan rawan kebakaran hutan
APBN, APBD
f.
Penyusunan standar dan prosedur pengendalian kebakaran hutan
APBN, APBD
g.
Identifikasi dan pengelolaan hutan yang telah tertutup dengan kawasan budidaya
APBN, APBD
2020
2
3
II 4
5
6
7
8
III 9
10
11
12
13
IV 14
15
16
17
18
Bappeda, Dinas PUPR, Dinas Kehutanan dan Perkebunan, Dinas Lingkungan Hidup Bappeda, Dinas PUPR, Dinas Kehutanan dan Perkebunan, Dinas Lingkungan Hidup Bappeda, Dinas PUPR, Dinas Kehutanan dan Perkebunan, Dinas Lingkungan Hidup
1.3. Kawasan Mangrove
a.
Pembangunan prasarana pengaman pantai berhutan mangrove
APBN, APBD
b.
Pembangunan tanggul pemecah ombak
APBN, APBD
c.
Pengembangan mangrove dan tanaman pantai lainnya
d.
Pembatasan pemanfaatan kayu mangrove
APBN, APBD
e.
Pengintegrasian pelestarian kawasan
APBN, APBD
Seluruh Kawasan Mangrove di Kabupaten Jepara
APBN, APBD
Studio Rencana Wilayah
Bappeda, Dinas PUPR, Dinas Lingkungan Hidup Bappeda, Dinas PUPR, Dinas Lingkungan Hidup Bappeda, Dinas Kehutanan dan Perkebunan, Dinas PUPR, Dinas Lingkungan Hidup Bappeda, Dinas Kehutanan dan Perkebunan, Dinas PUPR, Dinas Lingkungan Hidup Bappeda, Dinas PUPR, Dinas
104
19
20
Kabupaten Jepara
No.
Program Utama
Lokasi
Besaran
Sumber Pendanaan
Waktu Pelaksanaan
Instansi Pelaksana
I 1
mangrove dengan pengelolaan pesisir laut Pembatasan dan pelarangan kegiatan yang dapat mengubah, f. mengurangi luas, dan/atau mencemari ekosistem mangrove 1.4. Kawasan Taman Nasional Pemantapan fungsi atau pengembangan a. pengelolaan taman nasional dan taman nasional laut Pengelolaan pemanfaatan ruang untuk penelitian, b. pendidikan, dan wisata alam tanpa mengubah bentang alam Seluruh Identifikasi dan Kawasan pengelolaan Taman taman nasional Nasional di c. dan taman Kabupaten nasional laut yang Jepara telah tertutup kegiatan budidaya Pengintegrasian pelestarian taman nasional laut d. dengan pengelolaan pesisir laut
e.
Penyelenggaraan rehabilitasi taman nasional dan taman nasional laut
2020
2
3
II 4
5
6
7
8
III 9
10
11
12
13
IV 14
15
16
17
18
Lingkungan Hidup
APBN, APBD
Bappeda, Dinas PUPR, Dinas Lingkungan Hidup
APBN, APBD, Investasi Swasta, Kerjasama Pendanaan
Bappeda, Dinas PUPR, Dinas Lingkungan Hidup
APBN, APBD, Investasi Swasta, Kerjasama Pendanaan
Bappeda, Dinas PUPR, Dinas Lingkungan Hidup
APBN, APBD, Investasi Swasta, Kerjasama Pendanaan
Bappeda, Dinas PUPR, Dinas Lingkungan Hidup
APBN, APBD, Investasi Swasta, Kerjasama Pendanaan APBN, APBD, Investasi Swasta, Kerjasama Pendanaan
Bappeda, Dinas PUPR, Dinas Lingkungan Hidup
Bappeda, Dinas PUPR, Dinas Lingkungan Hidup
2. Perwujudan Kawasan Budidaya 2.1 Kawasan Hutan Produksi
Studio Rencana Wilayah
105
19
20
Kabupaten Jepara
No.
Program Utama
Sumber Pendanaan
Instansi Pelaksana
Kabupaten Jepara
APBD, Investasi Swasta dan atau Kerjasama Pendanaan APBD, Investasi Swasta dan atau Kerjasama Pendanaan APBD, Investasi Swasta dan atau Kerjasama Pendanaan APBD, Investasi Swasta dan atau Kerjasama Pendanaan APBD, Investasi Swasta dan atau Kerjasama Pendanaan APBD, Investasi Swasta dan atau Kerjasama Pendanaan APBD, Investasi Swasta dan atau Kerjasama Pendanaan
Bappeda, Dinas Kehutanan dan Perkebunan, Dinas Lingkungan Hidup Bappeda, Dinas Kehutanan dan Perkebunan, Dinas Lingkungan Hidup Bappeda, Dinas Kehutanan dan Perkebunan, Dinas Lingkungan Hidup Bappeda, Dinas Kehutanan dan Perkebunan, Dinas Lingkungan Hidup Bappeda, Dinas Kehutanan dan Perkebunan, Dinas Lingkungan Hidup Bappeda, Dinas Kehutanan dan Perkebunan, Dinas Lingkungan Hidup Bappeda, Dinas Kehutanan dan Perkebunan, Dinas Lingkungan Hidup
Kecamatan Bangsri, Mlonggo, dan Kembang
APBD, Investasi Swasta dan atau Kerjasama Pendanaan
Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian Kabupaten Jepara
Lokasi
Besaran
Waktu Pelaksanaan I 1
a.
b.
c.
d.
e.
f.
Penyusunan rencana kehutanan tingkat kabupaten (RTKT) Pengembangan Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi (KPHP) Pemanfaatan sumber daya hutan pengelolaan database kehutanan berbasis IT
Penataan dan perlindungan hak usaha guna lahan hutan produksi
Pengembangan forest based cluster industry
Peningkatan sumbangan produksi hasil hutan kayu
Rehabilitasi dan pemulihan cadangan kawasan hutan produksi 2.2 Kawasan Pertanian Pengembangan kawasan pertanian yang mendukung a. kawasan strategis kabupaten PLTU Tanjung Jati B g.
Studio Rencana Wilayah
2020
2
3
II 4
5
6
7
8
III 9
10
11
12
13
IV 14
15
16
17
18
106
19
20
Kabupaten Jepara
No.
Program Utama
Lokasi
Besaran
Sumber Pendanaan
Waktu Pelaksanaan
Instansi Pelaksana
I 1
b.
c.
Program peningkatan daya dukung, optimalisasi pemanfaatan, dan pengendalian pemanfaatan lahan pertanian Program peningkatan penerapan teknologi pertanian serta pengadaan sarana-prasarana teknologi pertanian tepat guna
Kabupaten Jepara
APBD, Investasi Swasta dan atau Kerjasama Pendanaan
Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian Kabupaten Jepara
Kabupaten Jepara
APBD, Investasi Swasta dan atau Kerjasama Pendanaan
Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian Kabupaten Jepara
APBD, Investasi Swasta dan atau Kerjasama Pendanaan APBD, Investasi Swasta dan atau Kerjasama Pendanaan
Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian Kabupaten Jepara Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian Kabupaten Jepara
d.
Peningkatan produksi pertanian
Kabupaten Jepara
e.
Peningkatan nilai produk pertanian dan pemasarannya
Kabupaten Jepara
2020
2
3
II 4
5
6
7
8
III 9
10
11
12
13
IV 14
15
16
17
18
2.3 Kawasan Perikanan 2.3.1 Kawasan Perikanan Budidaya Tambak Kecamatan Kedung, Penataan lahan Mlonggo, a. tambak Bangsri dan Donorojo Pembangunan Kecamatan Infrastruktur Kedung, pendukung Mlonggo, b. kegiatan Bangsri perikanan dan budidaya tambak Donorojo Pembangunan pusat pelatihan Kabupaten c. dan penelitian Jepara untuk perikanan budidaya tambak
APBD, Investasi Swasta dan atau Kerjasama Pendanaan APBD, Investasi Swasta dan atau Kerjasama Pendanaan APBD, Investasi Swasta dan atau
Studio Rencana Wilayah
Bappeda, Dinas Perikanan
Bappeda, Dinas PUPR
Bappeda, Dinas PUPR, Dinas Perikanan
107
19
20
Kabupaten Jepara
No.
Program Utama
Lokasi
Besaran
Sumber Pendanaan
2020
Waktu Pelaksanaan
Instansi Pelaksana
I 1
2
3
II 4
5
6
7
8
III 9
10
11
12
13
IV 14
15
16
17
18
Kerjasama Pendanaan Kecamatan Kedung, Mlonggo, d. Bangsri dan Donorojo Kecamatan Pengembangan Kedung, kawasan komersial Mlonggo, e. di sekitar area Bangsri perikanan dan budidaya tambak Donorojo Pengembangan Kecamatan kawasan Kedung, permukiman di Mlonggo, f. sekitar Bangsri area perikanan dan budidaya tambak Donorojo 2.3.2 Kawasan Perikanan Budidaya Air Tawar Pengelolaan lingkungan perikanan budidaya tambak
a.
Persiapan lahan peruntukan perikanan budidaya air tawar
b.
Pembangunan Infrastruktur pendukung kegiatan perikanan budidaya tambak
c.
Pembangunan pusat pelatihan dan penelitian untuk perikanan budidaya tambak
d.
Pengembangan sarana dan prasarana perbenihan dan budidaya kolam air tawar
Kabupaten Jepara
APBD, Investasi Swasta dan atau Kerjasama Pendanaan APBD, Investasi Swasta dan atau Kerjasama Pendanaan APBD, Investasi Swasta dan atau Kerjasama Pendanaan APBD, Investasi Swasta dan atau Kerjasama Pendanaan APBD, Investasi Swasta dan atau Kerjasama Pendanaan APBD, Investasi Swasta dan atau Kerjasama Pendanaan APBD, Investasi Swasta dan atau Kerjasama Pendanaan
Studio Rencana Wilayah
Bappeda, Dinas PUPR
Bappeda, Dinas PUPR
Bappeda, Dinas PUPR
Bappeda, Dinas Perikanan
Bappeda, Dinas PUPR
Bappeda, Dinas PUPR, Dinas Perikanan
Bappeda, Dinas PUPR, Dinas Perikanan
108
19
20
Kabupaten Jepara
No.
Program Utama
Lokasi
Besaran
Sumber Pendanaan
Waktu Pelaksanaan
Instansi Pelaksana
I 1
e.
Pengelolaan lingkungan perikanan budidaya air tawar
e.
Pengembangan kawasan komersial di sekitar area perikanan budidaya tambak
APBD, Investasi Swasta dan atau Kerjasama Pendanaan APBD, Investasi Swasta dan atau Kerjasama Pendanaan APBD, Investasi Swasta dan atau Kerjasama Pendanaan
Pengembangan kawasan permukiman di f. sekitar area perikanan budidaya tambak 2.4 Kawasan Permukiman
2020
2
3
II 4
5
6
7
8
III 9
10
11
12
13
IV 14
15
16
17
18
Bappeda, Dinas PUPR
Bappeda, Dinas PUPR
Bappeda, Dinas PUPR
2.4.1 Program lingkungan sehat perumahan
a.
Penyediaan sarana air bersih dan sanitasi dasar pada permukiman khusus
APBD, Investasi Swasta, Kerjasama Pendanaan
b.
Penyediaan sarana persampahan
APBD, Investasi Swasta, Kerjasama Pendanaan
Kabupaten Jepara c.
Peremajaan perumahan di kawasan kumuh
APBD, Investasi Swasta, Kerjasama Pendanaan
d.
Perbaikan dan peningkatan material dasar bangunan
APBD, Investasi Swasta, Kerjasama Pendanaan
Bappeda, Dinas PUPR, Dinas Perumahan Rakyat dan Kawasan Permukiman Bappeda, Dinas PUPR, Dinas Perumahan Rakyat dan Kawasan Permukiman Bappeda, Dinas PUPR, Dinas Perumahan Rakyat dan Kawasan Permukiman Bappeda, Dinas PUPR, Dinas Perumahan Rakyat dan Kawasan Permukiman
2.4.2 Peningkatan sarana dan prasarana permukiman a.
Penyediaan RTH minimal 30% pada kawasan
Kabupaten Jepara
APBD, Investasi Swasta,
Studio Rencana Wilayah
Bappeda, Dinas PUPR, Dinas Perumahan Rakyat dan
109
19
20
Kabupaten Jepara
No.
Program Utama
Lokasi
Besaran
Sumber Pendanaan
Waktu Pelaksanaan
Instansi Pelaksana
I 1
permukiman perkotaan
Kerjasama Pendanaan
Penyediaan dan peningkatan kualitas sistem air bersih pada permukiman padat penduduk
APBD, Investasi Swasta, Kerjasama Pendanaan
2020
2
3
II 4
5
6
7
8
III 9
10
11
12
13
IV 14
15
16
17
18
Kawasan Permukiman
Bappeda, Dinas PUPR, Dinas Perumahan b. Rakyat dan Kawasan Permukiman Bappeda, Dinas APBD, Penyediaan IPAL PUPR, Dinas Investasi komunal pada Perumahan c. Swasta, permukiman Rakyat dan Kerjasama padat penduduk Kawasan Pendanaan Permukiman Bappeda, Dinas APBD, Penyediaan dan PUPR, Dinas Investasi peningkatan TPS Perumahan d. Swasta, dan sistem Rakyat dan Kerjasama persampahan Kawasan Pendanaan Permukiman 2.4.3 Pengendalian pembangunan permukiman pada kawasan rawan bencana Pengendalian Bappeda, Dinas APBD, pemanfaatan PUPR, Dinas Investasi lahan pada Perumahan a. Swasta, permukiman di Rakyat dan Kerjasama kawasan rawan Kawasan Pendanaan bencana Permukiman Kabupaten Jepara Bappeda, Dinas Pengembangan APBD, PUPR, Dinas mitigasi struktural Investasi Perumahan b. pada permukiman Swasta, Rakyat dan di kawasan rawan Kerjasama Kawasan bencana Pendanaan Permukiman 2.4.4 Pelestarian lingkungan wilayah permukiman Bappeda, Dinas APBD, PUPR, Dinas Pembatasan Investasi Perumahan a. perkembangan Swasta, Rakyat dan lahan terbangun Kerjasama Kawasan Pendanaan Permukiman Kabupaten Jepara Bappeda, Dinas APBD, PUPR, Dinas Pembatasan Investasi Perumahan b. kegiatan kawasan Swasta, Rakyat dan permukiman Kerjasama Kawasan Pendanaan Permukiman 2.5 Kawasan Industri
Studio Rencana Wilayah
110
19
20
Kabupaten Jepara
No.
Program Utama
Lokasi
Besaran
Sumber Pendanaan
Waktu Pelaksanaan
Instansi Pelaksana
I 1
Pembuatan masterplan a. kawasan Industri hijau Pembuatan masterplan kawasan sentra b. industri Pembangunan kompleks bangunan pabrik c. industri Pengembangan zona industri kreatif skala kecil d. dan menengah 2.6 Kawasan Pariwisata
Kecamatan Mayong
Kecamatan Pecangaan
f
g
Monitoring dan Evaluasi
b
c
d
e
Bappeda
APBD
Bappeda Bappeda, Dinas PUPR, dan Kawasan Permukiman
Kecamatan Mayong
Kecamatan Pecangaan
2.6.1 Program Pengembangan Kawasan Destinasi Wisata Penetapan kawasan destinasi Kabupaten a. wisata Jepara
Pembentukan kelompok sadar wisata (Pokdarwis) di setiap kawasan destinasi wisata Koordinasi dengan sektor pendukung pariwisata Koordinasi pembangunan kemitraan pariwisata Program penguatan branding(citra) kawasan destinasi wisata Program pemasaran kawasan destinasi wisata
APBD
APBD Kabupaten
2
3
II 4
5
6
7
8
III 9
10
11
12
13
IV 14
15
16
17
18
Bappeda, Dinas Pariwisata dan Kebudayaan
Kabupaten Jepara
APBD Kabupaten
Kabupaten Jepara
APBD Kabupaten
Kabupaten Jepara
APBD Kabupaten
Bappeda, Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Bappeda, Dinas Pariwisata dan Kebudayaan, Dinas Sosial Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Bappeda, Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Dinas Pariwisata dan Kebudayaan, Dinas PUPR
Kabupaten Jepara
APBD Kabupaten
Bappeda, Dinas Pariwisata dan Kebudayaan
Kabupaten Jepara
APBD Kabupaten
Kabupaten Jepara
APBD Kabupaten
APBD Kabupaten
2020
Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Bappeda, Dinas Pariwisata dan Kebudayaan
2.6.2 Program Sarana dan Prasarana Pendukung Kegiatan Pariwisata
Studio Rencana Wilayah
111
19
20
Kabupaten Jepara
No.
Program Utama
Lokasi
Besaran
Sumber Pendanaan
Waktu Pelaksanaan
Instansi Pelaksana
I 1
b
Pengendalian pemanfaatan lahan untuk kawasan disekitar kegiatan pariwisata Pengembangan kawasan akomodasi di kawasan sekitar kegiatan pariwisata
c
Pengembangan kawasan komersil di kawasan sekitar kegiatan pariwisata
d
Pengembangan kawasan sentra industri IKM di kawasan sekitar kegiatan pariwisata
Kabupaten Jepara
e
Penyediaan jalur evakuasi bencana
Kabupaten Jepara
f
Pembangunan Tourism Information Centre atau Pusat
a
Kabupaten Jepara
APBD Kabupaten
Kabupaten Jepara
APBD Kabupaten, Swasta, Kerjasama Pendanaan
Kabupaten Jepara
APBD Kabupaten, Swasta, Kerjasama Pendanaan
APBD Kabupaten, Swasta, Kerjasama Pendanaan
Kecamatan Jepara
APBD Kabupaten APBD Kabupaten, Swasta, Kerjasama Pendanaan
Studio Rencana Wilayah
2020
2
3
II 4
5
6
7
8
III 9
10
11
12
13
IV 14
15
16
17
18
Bappeda, Dinas Pariwisata dan Kebudayaan, Dinas PUPR
Bappeda, Dinas Pariwisata dan Kebudayaan, Dinas PUPR Bappeda, Dinas Pariwisata dan Kebudayaan, Dinas PUPR, Dinas Perindustrian dan Perdagangan, Dinas Koperasi, Usaha Kecil Menengah, Tenaga Kerja dan Transmigrasi Dinas Pariwisata dan Kebudayaan, Dinas Perindustrian dan Perdagangan, Dinas Koperasi,Usaha Kecil Menengah, Tenaga Kerja dan Transmigrasi Dinas Pariwisata dan Kebudayaan, Dinas PUPR, BPBD Bappeda, Dinas Pariwisata dan Kebudayaan, Dinas PUPR
112
19
20
Kabupaten Jepara
No.
Program Utama
Lokasi
Besaran
Sumber Pendanaan
2020
Waktu Pelaksanaan
Instansi Pelaksana
I 1
2
3
II 4
5
6
7
8
III 9
10
11
12
13
IV 14
15
16
17
18
Informasi Pariwisata
g
Monitoring dan Evaluasi
Kabupaten Jepara
2.6.3 Program Peningkatan Aksesbilitas Peningkatan kuantitas dan kualitas jaringan jalan menuju kawasan destinasi Kabupaten a wisata Jepara Penyediaan transportasi umum pendukung kegiatan Kabupaten b pariwisata Jepara Pembangunan signageatau penanda sebagai pengarah menuju kawasan destinasi Kabupaten c wisata Jepara
Monitoring dan d Evaluasi 2.7 Kawasan Pertambangan Inventarisasi Kondisi Sumber a. Daya Mineral
b
c d
e
Penetapan Regulasi Kawasan Pertambangan Reklamasi dan Rehabilitasi kawasan bekas tambang Pengendalian Pemanfaatan Sumber Daya Mineral Pengawasan dan pengendalian kegiatan tambang ilegal
APBD Kabupaten
APBD Kabupaten, Swasta, dan Kerjasama Pendanaan APBD Kabupaten, Swasta, dan Kerjasama Pendanaan APBD Kabupaten, Swasta, dan Kerjasama Pendanaan
Kabupaten Jepara
APBD Kabupaten
Kabupaten Jepara
APBD Kabupaten
Kabupaten Jepara
APBD Kabupaten
Kabupaten Jepara
APBD Kabupaten
Kabupaten Jepara
APBD Kabupaten
Kabupaten Jepara
APBD Kabupaten
Studio Rencana Wilayah
Bappeda, Dinas Pariwisata dan Kebudayaan
Dinas Pariwisata dan Kebudayaan, Dinas PUPR Dinas Pariwisata dan Kebudayaan, Dinas PUPR
Dinas Pariwisata dan Kebudayaan, Dinas PUPR Dinas Pariwisata dan Kebudayaan, Dinas PUPR
Bappeda, Dinas PUPR, Dinas Lingkungan Hidup Bappeda, Dinas PUPR, Dinas Lingkungan Hidup Bappeda, Dinas PUPR, Dinas Lingkungan Hidup Dinas Lingkungan Hidup, Dinas PUPR, Pol PP, Kepolisian
113
19
20
Kabupaten Jepara
No.
Program Utama
Lokasi
Besaran
Sumber Pendanaan
Waktu Pelaksanaan
Instansi Pelaksana
I 1
f
Sosialisasi Pertambangan Ramah Lingkungan
g
Monitoring dan Evaluasi
Kabupaten Jepara
APBD Kabupaten
Kabupaten Jepara
APBD Kabupaten
2020
2
II
3
4
5
6
7
III
8
9
10
11
12
13
IV 14
15
16
15
16
17
17
18
19
20
Dinas Lingkungan Hidup, Dinas PUPR Bappeda, Dinas Lingkungan Hidup, Dinas PUPR
Waktu Pelaksanaan No.
Program Utama
Lokasi
Besaran
Sumber Pendanaan
Instansi Pelaksana
I 1
2
3
II 4
5
6
7
8
III 9
10
11
12
13
IV 14
18
19
C. Perwujudan Kawasan Strategis 1. Kawasan Strategis Sudut Kepentingan Pertumbuhan Ekonomi 1.1 Kawasan Strategis Industri Hijau dan Sentra Industri Kreatif Pecangaan - Mayong Penyusunan kebijakan terkait kawasan strategis Kecamatan sentra industri Pecangaan 1 a. APBD Bappeda pengolahan Kecamatan dokumen kerajinan kreatif Kalinyamatan pecangaankalinyamatan Kecamatan Pecangaan Penyusunan ( Desa Troso, rencana induk Pecangaan APBD, pembangunan Kulon Investasi kawasan strategis Pulodarat, 1 Swasta Bappeda, b. sentra industri Gemulung ) dokumen dan atau Dinas PUPR pengolahan Kecamatan Kerjasama kerajinan kreatif Kalinyamatan Pendanaan pecangaan( Desa kalinyamatan Pedosawalan, Sendang, ) Peningkatan jaringan jalan APBD, sekitar Kecamatan Investasi Bappeda, kawasan strategis Pecangaan Swasta Dinas c. sentra industri Kecamatan dan atau Perhubunga pengolahan kreatif Kalinyamatan Kerjasama n Pecangaan Pendanaan Kalinyamatan
Studio Rencana Wilayah
114
20
Kabupaten Jepara
2020
Waktu Pelaksanaan No.
Program Utama
Lokasi
Besaran
Sumber Pendanaan
Instansi Pelaksana
I 1
d.
Pengembangan pelayanan angkutan desa-kota khusus rute kawasan strategis sentra industri pengolahan kreatif Pecangaan Kalinyamatan
e.
Pembangunan IPAL komunal untuk kawasan sentra industri
f.
g.
Pembangunan sarana pendukung kegiatan kawasan strategis sentra industri pengolahan kreatif Pecangaan Kalinyamatan Pengembangan sarana dan prasarana pendukung kegiatan pariwisata di kawasan strategis sentra industri pengolahan kreatif Pecangaan Kalinyamatan
Kecamatan Pecangaan Kecamatan Kalinyamatan
Kecamatan Pecangaan ( Desa Troso, Pecangaan Kulon Pulodarat, Gemulung ) Kecamatan Kalinyamatan ( Desa Pedosawalan, Sendang, )
h.
Pengembangan kawasan permukiman sekitar kawasan sentra industri pengolahan kreatif Pecangaan Kalinyamatan
Kecamatan Pecangaan Kecamatan Kalinyamatan
i.
Pengembangan kegiatan jasa dan komersial di sekitar kawasan strategis
Kecamatan Pecangaan Kecamatan Kalinyamatan
Studio Rencana Wilayah
APBD, Investasi Swasta dan atau Kerjasama Pendanaan
Bappeda, Dinas Perhubunga n
APBD, Investasi Swasta dan atau Kerjasama Pendanaan
Bappeda, Dinas Lingkungan Hidup
APBD, Investasi Swasta dan atau Kerjasama Pendanaan
Bappeda, Dinas PUPR
APBD, Investasi Swasta dan atau Kerjasama Pendanaan
Bappeda, Dinas PUPR Dinas Pariwisata dan Kebudayaan
APBD, Investasi Swasta, Biaya mandiri masyarakat dan atau Kerjasama Pendanaan APBD, Investasi Swasta dan atau Kerjasama Pendanaan
2
3
II 4
5
6
7
8
III 9
10
11
12
13
IV 14
15
16
17
18
19
Bappeda, Dinas Perumahan Rakyat dan Permukiman , Dinas PUPR
Bappeda, Dinas PUPR
115
20
Kabupaten Jepara
2020
Waktu Pelaksanaan No.
Program Utama
Lokasi
Besaran
Sumber Pendanaan
Instansi Pelaksana
I 1
k.
a.
c.
d.
Peningkatan dan perluasan jaringan pasar, kegiatan sentra industri pengolahan kreatif PecangaanKalinyamatan Penyusunan masterplan dan rencana induk pembangunan kawasan green industry Pembangunan IPLT khusus kawasan green industry Penyediaan sarana prasarana pendukung kawasan green industry
APBD, Investasi Swasta dan atau Kerjasama Pendanaan
Kabupaten Jepara
APBD, Investasi Swasta
1 unit
APBD, Investasi Swasta APBD, Investasi Swasta, Kerjasama Pendanaan APBD, Investasi Swasta, Kerjasama Pendanaan
e.
Pembangunan pusat daur ulang kawasan green industry
f.
Pengembangan jaringan jalan di sekitar Kawasan green industry
g.
Pengembangan kawasan perdagangan dan jasa di sekitar kawasan green industry
APBD, Investasi Swasta, Kerjasama Pendanaan
h.
Pengembangan kawasan permukiman industri
APBD, Investasi Swasta
i.
Penyediaan pusat pelatihan, riset dan teknologi
APBD, Investasi Swasta,
Desa Pelang, Sengonbugel, Pelemkerep, Singorojo, Jebol
Studio Rencana Wilayah
APBD, Investasi Swasta
2
3
II 4
5
6
7
8
III 9
10
11
12
13
IV 14
15
16
17
18
19
Bappeda, Dinas Koperasi UKM Tenaga Kerja dan Transmigrasi Bappeda dan Dinas Perindustria n dan Perdaganga n, Bappeda, Dinas PUPR
Bappeda, Dinas PUPR
Bappeda, Dinas PUPR
Bappeda, Dinas PUPR Bappeda, Dinas PUPR, Dinas Perindustria n dan Perdaganga n, Diskopukmn akertrans Bappeda, Dinas PUPR, Dinas Permukiman dan Perumahan Rakyat Bappeda, Dinas PUPR
116
20
Kabupaten Jepara
2020
Waktu Pelaksanaan No.
Program Utama
Lokasi
Besaran
Sumber Pendanaan
Instansi Pelaksana
I 1
j. 1.2 a.
b.
c.
d.
untuk green industry Monitoring dan Evaluasi Kawasan agrowisata di Desa Tempur Penyusunan Desa Tempur, masterplan Kecamatan Kawasan Keling Agrowisata tempur Pembangunan Desa Tempur, homestay Kecamatan sederhana Keling wisatawan Pengadaan akses Desa Tempur, internet Desa Kecamatan Wisata Tempur Keling
Kerjasama Pendanaan
Pembangunan kawasan taman hutan raya
Desa Tempur, Kecamatan Keling
BAPPEDA, DPUPR
APBD, investasi swasta
BAPPEDA, DPUPR
APBD, investasi swasta
BAPPEDA, DPUPR
APBD, investasi swasta
BAPPEDA, DPUPR, Dinas Kehutanan
Perbaikan jalan Dukuh Miren, APBD, lokal menuju Dukuh investasi destinasi wisata Duplak swasta 1.3 Kawasan pesisir dengan potensi pemanfaatan perikanan laut dan non laut Penyusunan masterplan APBD, a. perikanan budidaya Investasi tangkap dan non Swasta tangkap
b.
Pengendalian pemanfaatan lahan di sempadan pantai
c.
Pembangunan dan pengembangan permukiman nelayan di kawasan pesisir
Studio Rencana Wilayah
3
II 4
5
6
7
8
III 9
10
11
12
13
IV 14
15
16
17
18
19
" APBD, investasi swasta
e.
Kecamatan Mlonggo (Desa Sekuro, Jambu, Sinanggul, dan Mororejo) dan Kecamatan Jepara (Desa Kedungcino dan Bandengan)
2
APBD
APBD, Investasi Swasta
BAPPEDA, DPUPR " Bappeda, Dinas Perikanan Bappeda, Dinas PUPR, Dinas Perumahan Rakyat dan Kawasan Permukiman , Dinas Lingkungan Hidup Bappeda, Dinas PUPR, Dinas Perumahan Rakyat dan Kawasan Permukiman , Dinas Lingkungan Hidup
117
20
Kabupaten Jepara
2020
Waktu Pelaksanaan No.
Program Utama
Lokasi
Besaran
Sumber Pendanaan
Instansi Pelaksana
I 1
d.
Pengembangan industri berskala rumah tangga yang mampu menyediakan input produksi perikanan (induk, benih, obat, pakan, dan peralatan perikanan)
APBD, Investasi Swasta, Kerjasama Pendanaan
e.
Pengembangan kapasitas skala usaha nelayan dan pengolah hasil perikanan
APBD, Investasi Swasta, Kerjasama Pendanaan
f.
Pengembangan desa pesisir tangguh
APBD, Investasi Swasta, Kerjasama Pendanaan
g.
h.
Penyediaan sarana prasarana pendukung kawasan pesisir dengan potensi pemanfaatan perikanan laut dan non laut Peningkatan pelayanan pelabuhan niaga dalam mendukung kegiatan perdagangan dan ekspor hasil produksi perikanan
Studio Rencana Wilayah
2
3
II 4
5
6
7
8
III 9
10
11
12
13
IV 14
15
16
17
18
19
Bappeda, Dinas PUPR, Dinas Perindustria n dan Perdaganga n, Dinas Perikanan Bappeda, Dinas PUPR, Dinas Perindustria n dan Perdaganga n, Dinas Perikanan, Dinas Koperasi UKM Tenaga Kerja dan Transmigrasi Bappeda, Dinas PUPR, Dinas Perumahan Rakyat dan Kawasan Permukiman , Dinas Lingkungan Hidup
APBD, Investasi Swasta, Kerjasama Pendanaan
Bappeda, Dinas PUPR
APBD, Investasi Swasta, Kerjasama Pendanaan
Bappeda, Dinas PUPR
118
20
Kabupaten Jepara
2020
Waktu Pelaksanaan No.
Program Utama
Lokasi
Besaran
Sumber Pendanaan
Instansi Pelaksana
I 1
2
3
II 4
5
6
7
8
III 9
10
11
12
13
IV 14
15
16
17
18
19
Bappeda, Dinas Revitalisasi alat Perikanan, j. tangkap yang Dinas produktif dan Lingkungan ramah lingkungan Hidup 2. Kawasan Strategis Sudut Kepentingan Pendayagunaan Sumber Daya Alam dan/atau Teknologi 2.1 Kawasan PLTU Tanjung Jati B Kecamatan Penyusunan Bangsri, masterplan Bappeda, a. Mlonggo, APBD Kawasan Strategis Dinas PUPR dan PLTU Tanjung Jati B Kembang Kecamatan Peningkatan Dinas PUPR Bangsri, kuantitas dan dan Dinas b. Mlonggo, APBD kualitas fasilitas Perhubunga dan jalan n Kembang Kecamatan Peningkatan Bangsri, kuantitas dan c. Mlonggo, APBD Disperkim, kualitas jaringan air dan Dinas PUPR, bersih Kembang PDAM Kecamatan Peningkatan Bangsri, Dinas kuantitas dan d. Mlonggo, APBD Lingkungan kualitas jaringan dan Hidup persampahan Kembang Kecamatan Peningkatan Bangsri, kuantitas dan e. Mlonggo, APBD kualitas jaringan dan Disperkim, sanitasi Kembang Dinas PUPR Kecamatan Peningkatan Dinas Bangsri, kuantitas dan Ketahanan f. Mlonggo, APBD kualitas jaringan Pangan dan dan irigasi Pertanian Kembang Kecamatan Peningkatan Bangsri, kuantitas dan Dinas PUPR g. Mlonggo, APBD kualitas jaringan dan PLN dan listrik Kembang Kecamatan Peningkatan Dinas Bangsri, kuantitas dan Lingkungan h. Mlonggo, APBD kualitas jaringan air Hidup dan dan limbah Dinas PUPR Kembang Penyediaan jalur Kecamatan i APBD BPBD evakuasi bencana Bangsri, APBD, Investasi Swasta, Kerjasama Pendanaan
Studio Rencana Wilayah
119
20
Kabupaten Jepara
2020
Waktu Pelaksanaan No.
Program Utama
Lokasi
Besaran
Sumber Pendanaan
Instansi Pelaksana
I 1
j.
Pembangunan perumahan layak huni
k
Penyediaan Ruang Terbuka Hijau (RTH)
l.
Pengembangan Kawasan Pertanian dan Perkebunan
Mlonggo, dan Kembang Kecamatan Bangsri, Mlonggo, dan Kembang Kecamatan Bangsri, Mlonggo, dan Kembang Kecamatan Bangsri, Mlonggo, dan Kembang
APBD
Disperkim, Dinas PUPR
APBD
Dinas Lingkungan Hidup, Dinas PUPR
APBD
Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian
m.
Pembentukan Pusat Koperasi untuk Pertanian dan Perkebunan
Kecamatan Bangsri, Mlonggo, dan Kembang
APBD
Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian, Dinas Koperasi, Usaha Kecil Menengah, Tenaga Kerja dan Transmigrasi
n
Pengembangan Kawasan Hutan Produksi
Kecamatan Bangsri, Mlonggo, dan Kembang
APBD
Dinas Kehutanan
o
Pengembangan Kawasan Perdagangan
Kecamatan Bangsri, Mlonggo, dan Kembang
APBD
p
Pengembangan Kawasan Sentra Industri Kecil dan Menengah (IKM) dengan konsep
Kecamatan Bangsri, Mlonggo, dan Kembang
APBD
Studio Rencana Wilayah
2
3
II 4
5
6
7
8
III 9
10
11
12
13
IV 14
15
16
17
18
19
Dinas Perindustria n dan Perdaganga n, Dinas Koperasi, Usaha Kecil Menengah, Tenaga Kerja dan Transmigrasi Dinas Perindustria n dan Perdaganga n, Dinas
120
20
Kabupaten Jepara
2020
Waktu Pelaksanaan No.
Program Utama
Lokasi
Besaran
Sumber Pendanaan
Instansi Pelaksana
I 1
"One Village One Product"
q
Pembangunan Pusat Sentra IKM
Kecamatan Bangsri, Mlonggo, dan Kembang
APBD, Swasta
r
Pembangunan Pusat Pelatihan, Riset, dan Teknologi untuk pemberdayaan masyarakat
Kecamatan Bangsri, Mlonggo, dan Kembang
APBD, Swasta
s
Pengembangan dan pengolahan pariwisata yang selaras dengan keberadaan PLTU Tanjung Jati B (Wisata Edukasi dan Teknologi)
Kecamatan Bangsri, Mlonggo, dan Kembang
Pembentukan Kelompok Sadar Wisata(Pokdarwis)
Kecamatan Bangsri, Mlonggo, dan Kembang
t
2
3
II 4
5
6
7
8
III 9
10
11
12
13
IV 14
15
16
17
18
19
Koperasi, Usaha Kecil Menengah, Tenaga Kerja dan Transmigrasi Dinas Perindustria n dan Perdaganga n, Dinas Koperasi, Usaha Kecil Menengah, Tenaga Kerja dan Transmigrasi Bappeda, Dinas Koperasi, Usaha Kecil Menengah, Tenaga Kerja dan Transmigrasi , Dinas Komunikasi dan Informatika
APBD
Dinas Pariwisata, Dinas Sosial Pemberdaya an Masyarakat dan Desa
APBD
Dinas Pariwisata, Dinas Sosial Pemberdaya an Masyarakat dan Desa
Kecamatan Bangsri, u Mlonggo, APBD Bappeda dan Kembang 3. Kawasan Strategis Sudut Kepentingan Fungsi dan Daya Dukung Lingkungan Monitoring dan Evaluasi
Studio Rencana Wilayah
121
20
Kabupaten Jepara
2020
Waktu Pelaksanaan No.
Program Utama
Lokasi
Besaran
Sumber Pendanaan
Instansi Pelaksana
I 1
2
3
II 4
5
6
7
8
III 9
10
11
12
13
IV 14
15
16
17
18
19
3.1 Kawasan Taman Nasional Karimunjawa (Nasional)
a.
Inventarisasi kondisi sumber daya alam
b.
Penyusunan masterplan taman nasional Karimunjawa berdasarkan Pengembangan Rencana Induk Pembangunan Destinasi Pariwisata Nasional dan Pengembangan Rencana Detail Pembangunan Kawasan Strategis Pariwisata Nasional
c.
Penyusunan kebijakan dan regulasi terkait wisata kepeminatan khusus
d.
Pengembangan pariwisata karimunjawa berbasis sumber daya alam berdasarkan Ecotourism
Kecamatan Karimunjawa
APBN, APBD, Investasi Swasta dan atau Kerjasama Pendanaan
Kementrian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Pemda Prov. & Pemda Kab.
Kecamatan Karimunjawa
APBN, APBD, Investasi Swasta dan atau Kerjasama Pendanaan
Kementrian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Pemda Prov. & Pemda Kab.
Kecamatan Karimunjawa
APBN, APBD, Investasi Swasta dan atau Kerjasama Pendanaan
Kecamatan Karimunjawa
APBN, APBD, Investasi Swasta dan atau Kerjasama Pendanaan
Studio Rencana Wilayah
Kementrian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Pemda Prov. & Pemda Kab. Kementerian Perhubunga n, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, Kementrian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Pemda Prov. & Pemda Kab.
122
20
Kabupaten Jepara
2020
Waktu Pelaksanaan No.
Program Utama
Lokasi
Besaran
Sumber Pendanaan
Instansi Pelaksana
I 1
e.
Peningkatan ketersediaan moda transportasi meliputi angkutan jalan, angkutan laut, dan angkutan udara sebagai sarana pergerakan wisatawan
f.
Peningkatan reliabilitas waktu dan jadual pelayanan moda transportasi meliputi meliputi angkutan jalan, angkutan laut, dan angkutan udara untuk mendukung pola perjalanan wisatawan
g.
Pengembangan dan/atau peningkatan ketersediaan prasarana simpul pergerakan moda transportasi (pusat distribusi dan pintu gerbang transportasi angkutan jalan, angkutan laut, dan angkutan udara)
Kecamatan Karimunjawa
APBN, APBD, Investasi Swasta dan atau Kerjasama Pendanaan
Kecamatan Karimunjawa
APBN, APBD, Investasi Swasta dan atau Kerjasama Pendanaan
Kecamatan Karimunjawa
APBN, APBD, Investasi Swasta dan atau Kerjasama Pendanaan
Studio Rencana Wilayah
2
3
II 4
5
6
7
8
III 9
10
11
12
13
IV 14
15
16
17
18
19
Kementerian Perhubunga n, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, Kementrian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Pemda Prov. & Pemda Kab. Kementerian Perhubunga n, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, Kementrian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Pemda Prov. & Pemda Kab. Kementerian Perhubunga n, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, Kementrian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Pemda Prov. & Pemda Kab.
123
20
Kabupaten Jepara
2020
Waktu Pelaksanaan No.
Program Utama
Lokasi
Besaran
Sumber Pendanaan
Instansi Pelaksana
I 1
h.
Pengembangan dan/atau peningkatan ketersediaan prasarana jejaring pergerakan moda transportasi (angkutan jalan, angkutan laut, dan angkutan udara)
Kecamatan Karimunjawa
Studio Rencana Wilayah
APBN, APBD, Investasi Swasta dan atau Kerjasama Pendanaan
2
3
II 4
5
6
7
8
III 9
10
11
12
13
IV 14
15
16
17
18
19
Kementerian Perhubunga n, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, Kementrian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Pemda Prov. & Pemda Kab.
124
20
Kabupaten Jepara
2020
1. Latar Belakang Bedasarkan analisis menggunakan metode pohon masalah, permasalahan inti yang dihadapi Kabupaten Jepara adalah pembangunan Kabupaten Jepara yang belum optimal. Permasalahan tersebut salah satu nya berangkat dari faktor kinerja pelayanan kabupaten yang cenderung rendah. Oleh karena itu, dirumuskan tujuan penataan ruang berupa “Mewujudkan Kabupaten Jepara yang Terintegrasi, Berdaya Saing dan Sejahtera Bertumpu Pada Sektor Industri Pengolahan dan Pariwisata Berbasis Potensi Lokal, Kreativitas, Ramah Lingkungan Serta Tangguh Bencana�
dengan salah satu kebijakan penataan ruangnya adalah
pengembangan dan pengoptimalan skala pelayanan simpul perkotaan yang merata dan berhierarki. Salah satu jenis simpul perkotaan PKL atau Pusat Kegiatan Lokal. PKL atau Pusat Kegiatan Lokal kawasan perkotaan yang berfungsi untuk melayani kegiatan skala kabupaten atau beberapa kecamatan. PKL berperan sebagai pusat pemerintahan kabupaten, pelayanan sosial dan ekonomi, permukiman perkotaan, perdagangan, industri, perikanan, pendidikan tinggi, perhubungan, pariwisata dan pertanian. PKL yang direncanakan di Kabupaten Jepara sendiri berlokasi di kawasan perkotaan yang meliputi Kecamatan Jepara dan Kecamatan Tahunan. Sebagai PKL, kawasan perkotaan Kecamatan Jepara-Tahunan difasilitasi saranaprasarana pelayanan dasar yang paling lengkap di Kabupaten Jepara. Namun, ketersediaan berbagai fasilitas ini masih belum mampu melayani kegiatan skala kabupaten atau beberapa kecamatan dengan optimal. Kinerja pelayanan yang belum optimal meliputi derajat dan upaya pelayanan kesehatan yang belum optimal, kualitas infrastruktur yang belum sepenuhnya memadai, pengembangan sarana-prasarana penunjang industri dan pariwisata yang belum cukup memadai, dan lain-lain. Kondisi demikian ditandai dengan adanya output dan outcome yang belum mencapai seperti yang diharapkan. Ditinjau dari segi outcome, bedasarkan data Badan Pusat Statistik tahun 2018 Kabupaten Jepara, perkembangan IPM Kabupaten Jepara pada tahun 2018 lebih tinggi dibandingkan dengan capaian IPM Jawa Tengah (71,12). Namun, hanya menduduki peringkat ke-15 bila dibandingkan dengan 35 Kabupaten/Kota lainnya se-Provinsi Jawa Tengah dan masih rendah dibandingkan dengan IPM Nasional. Di samping itu, masih tingginya persentase Balita pendek (stunting) sebesar 27,01%; menurunnya AMH menjadi 95,52% yang disebabkan oleh terhentinya intervensi kegiatan terkait Pemberantasan Buta Aksara di tahun 2017 yang selama ini didanai dari APBN. Terlebih lagi, jika dintijau dari segi output, terdapat permasalahan mengenai kualitas dan keterjangkauan sarana prasarana pelayanan yang belum optimal, di antaranya: rasio tenaga kerja kesehatan dan pendidikan yang masih kurang (rasio tenaga perawat per satuan penduduk sebesar 1:1.010, rasio dokter umum 1:4.187), jumlah ruang kelas yang dalam kondisi baik masih rendah (73,28% pada tahun 2016), keterjangkauan SMP dan Puskesmas yang masih kurang sehingga butuh penambahan pembangunan, presentase ruang terbuka hijau publik yang masih jauh dari standar (7,35%), dan lain-lain. Di sisi lain, terdapat urgensi yang menyatakan hal yang senada. Terdapat mandat berupa kawasan strategis menurut sudut pandang kepentingan pertumbuhan ekonomi yang dinyatakan dalam RTRW Provinsi Jawa Tengah tahun 2008 – 2029. Kawasan strategis tersebut
Studio Rencana Wilayah
127
Kabupaten Jepara
2020
terletak di kawasan perkotaan Kabupaten Jepara yang merupakan bagian dari Wanarakuti. Wanarakuti adalah kawasan perkotaan Juwana-Jepara-Kudus-Pati (Wanarakuti) yang berpusat di Kudus, dengan fungsi pengembangan sebagai Pusat Pelayanan Lokal,Provinsi dan Nasional. Penetapan kawasan strategis provinsi berupa kasawan perkotaan Wanarakuti ini adalah untuk mengurangi ketimpangan ekonomi wilayah di poros pengembangan utaraselatan Provinsi Jawa Tengah serta sebagai upaya untuk menciptakan pemerataan pembanguan, pengembangan potensi, dan meningkatkan daya saing wilayah. Hal ini dapat dicapai melalui peningkatan konektivitas, dan pengembangan sektor industri, pariwisata, dan agrominapolitan. Pada konteks Wanarakuti, Kabupate Jepara berperan dalam pengembangan sektor pariwisata dan industri, khususnya industru ukir kayu dan meubel. Dengan latar belakang dan pertimbangan yang sudah dijabarkan sebelumnya, maka dirumuskan indikasi program struktur ruang, pengembangan PKL Kabupaten Jepara. Indikasi Program pengembangan PKL Kabupaten Jepara kemudian terpilih menjadi program prioritas karena dianggap memenuhi kriteria pemilihan program prioritas yang sudah dijelaskan sebelumnya. 2. Rasionalitas Program Program ini dipilih berangkat dari masalah belum optimalnya kinerja pelayanan kabupaten yang dalam hal ini berupa PKL (Pusat Kegiatan Lokal) belum optimal sehingga tujuan dari adanya pengembangan PKL Kabupaten Jepara adalah optimalisasi kinerja pelayanan kawasan perkotaan PKL Kabupaten Jepara. Selain itu, program ini juga selaras dengan mandat Provinsi Jawa Tengah yang tertera pada RTRW Provinsi Jawa Tengah 20092029, yaitu: penetapan kawasan strategis perkotaan Jepara menurut sudut pandang kepentingan pertumbuhan ekonomi yang merupakan bagian dari Wanarakuti serta RTRW Kabupaten Jepara 2011-2031. Oleh karena itu, dengan mendukung tujuan penataan ruang berupa “Mewujudkan Kabupaten Jepara yang Terintegrasi, Berdaya Saing dan Sejahtera Bertumpu Pada Sektor Industri Pengolahan dan Pariwisata Berbasis Potensi Lokal, Kreativitas, Ramah Lingkungan Serta Tangguh Bencana� dan konsep pengembangan yang menitikberatan pada sektor industri dan pariwisata yang telah dirumuskan, program ini diharapkan mampu menyelesaikan masalah lintas sektor, lintas spasial, dan lintas waktu.
Studio Rencana Wilayah
128
Kabupaten Jepara
2020
Sumber: Analisis Penulis
3. Landasan Hukum Penyusunan program pengembangan kawasan perkotaan PKL Kabupaten Jepara didasari oleh beberapa landasan hukum sebagai acuan kebijakan dan panduan pelaksanaan program. Berikut merupakan landasan hukum yang digunakan:
1.1 Undang-Undang No. 26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang 1.2 Pedoman Penentuan Standar Pelayanan Minimal Bidang Penataan Ruang, Perumahan dan Permukiman dan Pekerjaan Umum (Keputusan Menteri Permukiman dan Prasarana Wilayah No. 534/KPTS/M/2001) 1.3 Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor: 14/PRT/M/2010 Tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang 1.4 SNI 03-1733-2004 Tata cara perencanaan lingkungan perumahan di perkotaan 1.5 RTRW Kabupaten Jepara 2011-2031 1.6 RPJMD Kabupaten Jepara 2017-2022 1.7 RKPD Kabupaten Jepara tahun 2020
Studio Rencana Wilayah
129
Kabupaten Jepara
2020
4. Kerangka Berpikir
Sumber: Analisis Penulis 5. Metode Perencanaan Dalam penyusunan rencana program pengembangan PKL Jepara digunakan metode perencanaan sebagai berikut:
1) Metode analisis wilayah merupakan pelaksanaan analisis dari data-data yang telah didapatkan, baik data primer maupun sekunder yang kemudian dilakukan pengolahan data untuk dapat mendapatkan kesimpulan-kesimpulan dan gambaran terkait kondisi wilayah. Kesimpulan-kesimpulan tersebut kemudian menjadi data dan informasi untuk mengidentifikasi potensi dan masalah yang ada di Kabupaten Jepara. Dari adanya analisis wilayah ini juga dapat
Studio Rencana Wilayah
130
Kabupaten Jepara
2020
menunjukkan bahwa adanya keterkaitan antara kondisi fisik, ekonomi, dan sosial yang saling berkaitan dan dapat diotimalkan dalam pengentasan permasalahan dan optimalisasi potensi wilayah. 2) Studi Literatur Perencanaan program pengembangan PKL Jepara Kabupaten Jepara dilakukan dengan meninjau dokumen-dokumen perencanaan baik di tingkat pusat maupun daerah. Beberapa dokumen yang digunakan diantaranya adalah RPJP, RPJMD, RTRW, Undang-Undang, dan kebijakan lainnya terkait. Peninjauan dokumen ber tujuan untuk mengetahui kebijakan, atutran, pembagian wewenang dan tugas, kaidah pelaksanaan, aturan pengendalian, dan arahan pemanfataatn program yang akan dikembangkan. 3) Kerangka
Kerja
Logis/Logical
Framework
Penyusunan
Kerangka
Kerja
Logis/Logical Framework merupakan ringkasan program yang menunjukkan tingkatan tujuan-tujuan program serta hubungan sebab akibat pada setiap tingkatan indikator dan sasaran kinerja. 4) Analisis untung-rugi dengan menggunakan metode Cost Benefit Analysis (CBA). Analisis CBA digunakan untuk mengukur untung-rugi dari pembiayaan sebuah program dan juga mengetahui kelayakan yang ditinjau dari segi ekonomi. 6. Tujuan Perencanaan
1) Meningkatnya kualitas SDM Kabupaten Jepara dengan peningkatan kualitas dan ketersediaan yang memadai dari sisi supply pada sektor pendidikan dan kesehatan 2) Meningkatkan aksesibilitas dan konektivitas PKL Jepara sebagai pusat pemerintahan dan pertumbuhan ekonomi wilayah 3) Meningkatkan lapangan kerja dan kualitas tenaga kerja guna peningkatan produktivitas tenaga kerja untuk mencapai percepatan pembangunan wilayah 4) Mengembangkan potensi sektor unggulan Kabupaten Jepara, yaitu: industri dan pariwisata yang berbasis pemberdayaan sumber daya lokal 7. Konsep Rencana Konsep perencanaan program pengembangan kawasan perkotaan PKL Kabupaten Jepara dapat dijelaskan melalui tinjauan teoristis dan preseden. Tinjauan teoritis merupakan tinjauan teori-teori, konsep, metode, dan literatur lainnya terkait dengan pengembangan kawasan perkotaan PKL Kabupaten Jepara. Sedangkan, preseden merupakan program percontohan yang sudah terlaksana dan dapat diketahui faktor-faktor keberhasilannya, selain itu melalui preseden juga dapat diketahui tahapan pelaksanaan yang aplikatif sesuai dengan kondisi wilayah percontohan.
5.1 Tinjauan Teoritis
Studio Rencana Wilayah
131
Kabupaten Jepara
2020
5.1.1 Kebijakan Terkait 5.1.1.1 Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun 2017 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 Dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 2008 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional, Pusat Kegiatan Lokal yang selanjutnya disebut PKL adalah kawasan perkotaan yang berfungsi untuk melayani kegiatan skala kabupaten atau kota atau beberapa kecamatan. Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun 2017 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008, Pusat Kegiatan Lokal (PKL) ditetapkan dengan kriteria: a. Kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai pusat kegiatan industri dan jasa yang melayani skala kabupaten atau beberapa kecamatan b. Kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai simpul transportasi yang melayani skala kabupaten atau beberapa kecamatan Kawasan perkotaan yang berada di pesisir yang berfungsi atau berpotensi mendukung ekonomi kelautan lokal 5.1.1.2 Keputusan Menteri Permukiman dan Prasarana Wilayah No. 534/KPTS/M/2001 Bedasarkan Kepmen Prawil tersebut, terdapat pedoman dalam penentuan standar pelayanan minimal kawasan perkotaan, pedoman penentuan standar pelayanan di bidang tata ruang diselenggarakan
untuk
mendukung
penyediaan
jaminan
peruntukan ruang dan merupakan kewenangan yang wajib dilaksanakan oleh setiap daerah kabupaten/kota. Penetapan standar pelayanan minimal dilakukan oleh pemerintah dengan memperhatikan kondisi dan kemampuan daerah kabupaten atau kota terkait. 5.1.1.3 Keputusan Menteri Permukiman dan Prasarana Wilayah No. 534/KPTS/M/2001 Standar tersebut memuat uraian detail prinsip perencanaan lingkungan perumahan di perkotaan, yang disusun sebagai revisi dari SNI 03-1733-1989 tentang Tata Cara perencanaan lingkungan perumahan di perkotaan. Standar ini berupa dokumen nasional yang berfungsi sebagai panduan dan kerangka acuan untuk perencanaan, perancangan, penaksiran biaya dan kebutuhan Studio Rencana Wilayah
132
Kabupaten Jepara
ruang,
serta
pelaksanaan
pembangunan
perumahan
2020
dan
permukiman.
5.1.2 Konsep dan Teori Terkait 5.1.2.1 Struktur Ruang Kota Integrated Polisentris Integrated polisentris adalah konsep pengembangan kota atau wilayah yang menitikberatkan integrasi antar pusat kegiatan yang didukung oleh efisiensi transportasi akibat adanya pengaruh guna lahan. Konsep ini menunjukkan bahwa konsentrasi penduduk dan aktivitas ekonomi tidak lagi hanya terfokus pada satu pusat melainkan tersebar dalam beberapa pusat pelayanan. Dengan kata lain, penggunaan lahan menjadi lebih terarah serta cross commuting mobilisasi menuntut ketersediaan transportasi publik yang memadai. Model kota ini merujuk ke arah struktur yang kompak dengan skala ruang yang kecil, yang perlu menjaga dan melestarikan ruang-ruang terbuka hijau dan publik agar tidak beralih fungsi karena tuntutan penggunaan lahan yang tinggi. 5.1.2.2 Kota Kompak Bentuk kota yang kompak adalah kota yang mampu mereduksi jarak tempuh perjalanan sehingga dapat menurunkan tingkat mobilisasi penduduk di kota tersebut. Dengan demikian, kota kompak
perlu
ditunjang
oleh
sistem
transportasi
yang
berkelanjutan yaitu dengan pemanfaatan transportasi publik. Transportasi berkelanjutan merupakan suatu konsep yang tidak hanya menambah supply (penambahan jaringan jalan maupun kapasitas jalan dengan jumlah moda transportasi tertentu) tetapi mengurangi permintaan akan jaringan jalan dan jumlah moda transportasi (Kiprah, Vol 58/XIV, Sept-Okt 2013). Mobilitas berkelanjutan (sustainable mobility) menyatukan segala macam upaya untuk mencapai keseimbangan biaya dan keuntungan sektor transportasi. Oleh karena itu, penggunaan energi menjadi lebih efisien dan terminimalisir. Terdapat 6 faktor penting sebagai atribut kota kompak (Roychansyah,2005), yaitu: pemadatan populasi, pengkonsentrasian kegiatan, intensifikasi transportasi publik, ukuran optimal kota, kesejahteraan sosial-ekonomi dan proses menuju kota kompak. Keenam atribut tersebut merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Jika ada salah satu Studio Rencana Wilayah
133
Kabupaten Jepara
2020
komponen tidak memenuhi syarat maka suatu kota belum bisa dikatakan sebagai kota kompak. 5.2 Preseden 5.2.1 The Compact City in Hong Kong Hong Kong memiliki jumlah penduduk lebih dari hampir 7 juta penduduk dan total luas tanah yang dapat dikembangkan tidak lebih dari 500km2. Terdapat 50% dari 7 juta penduduk yang melakukan pekerjaan sehari-hari nya di pusat kota Hong Kong. Dengan kata lain, kepadatan Hong Kong mencapai 46.000 orang/km2 di area terpadat dan sekitar 6250 orang/km2 rata-rata kepadatan dari seleseruhan area. Sedangkan sisa penduduknya tinggal di kota-kota baru. Oleh karena itu, solusi yang dapat dilakukan untuk mengatasi kota dengan populasi yang besar adalah memadatkan pembangunan kota tersebut. Salah satu konsep yang dimanfaatkan untuk mewujudkan kota kompak adalah TOD (Transit Oriented Development). Sebagian besar TOD dibangun di bawah bangunan atau ruang bawah tanah dengan bangunan yang memiliki tingkat kepadatan tinggi atau high destiny desain arsitektur. Di samping itu, keterbatasan lahan memaksa Hong Kong untuk mengembangkan kota-kotanya dengan pengembangan vertikal yang pada akhirnya bermunculan banyak gedung pencakar langit. Gedung-gedung tersebut mayoritas memiliki fungsi lebih dari satu (mix used). 5.2.2 Kota Bekasi Kota Bekasi telah mengalami gejala kekompakan hal ini dapat dilihat dari aspek kepadatan dimana Kota Bekasi merupakan kota terpadat keempat di Indonesia (BPS Kota Bekasi, 2014). Aspek fungsi campuran dapat dilihat dari ketersediaan fasilitas dan utilitas kota Bekasi yang telah mandiri (Analisis UrbanIndo, 2011). Serta aspek intensifikasi, Kota Bekasi merupakan wilayah BODETABEK dengan pertumbuhan paling cepat di antara wilayah lainnya, kenaikan harga lahan dengan didorongnya pertumbuhan penduduk yang pesat (Analisis UrbanIndo, 2011). Dari gejala kekompakan yang dialami Kota Bekasi tersebut mendorong pembangunan berkonsep permukiman kompak di Kota Bekasi namun pembangunan tersebut masih bersifat sporadis dan belum mempunyai penerapan secara komprehensif untuk keseluruhan pembangunan kota kompak di Kota Bekasi. Dari uraian tersebut diperlukan pengukuran kekompakan Kota Bekasi yang disesuaikan dengan karakteristik wilayah Kota Bekasi untuk mengetahui strategi apa yang sesuai untuk penerapan Studio Rencana Wilayah
134
Kabupaten Jepara
2020
kota kompak. Diharapkan faktor faktor tersebut menjadi pola urban compactness yang dapat dijadikan acuan bagi pembangunan Kota Bekasi khususnya pemerintah Kota Bekasi dalam menyusun strategi pembangunan Kota Kompak di Kota Bekasi yang sampai saat ini belum ada strategi yang komprehensif terkait pembangunan kota kompak. 8. Rencana Detail Program dan Visualisasi Program
Peta Pengembangan PKL Jepara Sumber: Analisis Penulis, 2020
Studio Rencana Wilayah
135
Kabupaten Jepara
2020
Peta Pengembangan PKL Jepara Sumber: Analisis Penulis Pada program prioritas Pengembangan PKL Jepara terdapat beberapa kegiatan pembangunan yang terbagi ke dalam lima periode dengan total jangka waktu 20 tahun. Pada periode pertama, dilakukan pembangunan 1 unit SMP untuk memenuhi ketersediaan sarana pendidikan SMP karena rasio ketersediaan sarana dan penduduk usia sekolah yang masih rendah. Dengan begitu APM Kabupaten Jepara diharapkan dapat meningkat. Pembangunan
Studio Rencana Wilayah
136
Kabupaten Jepara
2020
SMP dilakukan di Desa Mulyoharjo disebabkan desa ini belum terjangkau dari SMP eksisting bedasarkab keterjangkauan SMP (SNI 03-1733-2004). Selanjutnya dilakukan pengembangan kawasan Jepara Baru yang terletak di Desa Pengkol dengan pertimbangan tingkat kepadatan penduduk, aksesibilitas, dan potensi pengembangan desa tersebut. Dalam hal ini diharapkan adanya kontribusi pihak developer. Selain itu, dibangun Taman Kota yang juga di Desa Mulyoharjo. Selain untuk mendukung pengembangan kawasan Jepara baru, juga untuk meningkatkan ketersediaan RTH publik di Kabupaten Jepara yang masih rendah. Kemudian pada periode selanjutnya, dilakukan inisiasi pembanguna jalan JeparaDemak dalam rangka mendukung kawasan strategis Wanarakuti dan meningkatkan aksesibilitas Kabupaten Jepara khususnya PKL Jepara. Selain itu, pada periode ini juga dilakukan pembangunan terminal A untuk memfasilitasi penumpang untuk angkutan antar kota antar propinsi (AKAP), dan angkutan lintas batas antar negara, angkutan antar kota dalam propinasi (AKDP), angkutan kota (AK) serta angkutan pedesaan (ADES). Hal ini juga tertera pada RTRW Kabupaten Jepara 2011-2031. Dalam rangka pengembangan PKL yang berkelanjutan, para periode selanjutnya juga dilakukan pengembangan sistem transportasi publik memanfaatan moda BRT sehingga diperlukan juga pembangunan halte sebagai lokasi feeder transportasi publik. Pembangunan halte sebanyak 2 unit dengan mempertimbangkan trayek transportasi publik eksisting dan potensi demand transportasi publik bedasarkan analisis spasial serta sosial-ekonomi penduduk. Kemudian dari segi pariwisata, dilakukan pembangunan sarana penunjang pariwisata seprti penambahan ATM, hotel berbintang dan pusat oleh-oleh guna memfasilitasi wisatawan dan meningkatkan pengeluaran wisatawan terhadap pariwisata Kabupaten Jepara. Di sisi lain, terdapat banyak kegiatan lain seperti peningkatan kualitas jalan, peningkatan kualitas ruang kelas, dan berbagai kegiatan non fisik lainnya seperti penyusunan kebijakan dan branding terkait penguatan peran dan fungsi PKL Jepara. Setelah itu, adanya pemeliharaan pada operasional diharapkan dapat mengurangi resiko dan memastikan kegiatan berjalan sebagaimana mestinya sehingga program atau kegiatan dapat meningkatkan nilai program baik secara finansial maupun ekonomi. Dengan demikian, pelayanan terhadap masyarakat diharapkan akan meningkat yang kemudian menyebabkan terjadinya peningkatan kualitas hidup. 9. Project Cycle
I.
Inisiasi
a. Identifikasi kebutuhan program
Pelaksanaan sounding program dan audiensi dengan pihak terkait Perencanaan pembiayaan program dan sumber dana : APBD dan Investasi Swasta
Studio Rencana Wilayah
137
2020
Kabupaten Jepara
Perencanaan pada instansi pelaksana : Bappeda, Dinas Pariwisata dan Kebudayaan, Dinas PUPR, Diskopukmnakertrans dan instansi terkait b. Analisis kelayakan Melakukan Cost Benefit Analysis dengan suku bunga 11% dan 15% (terlampir) program c. Perencanaan pengeluaran
Asumsi pengeluaran sebesar Rp 266.589.519.196
II. Perencanaan Tujuan program yaitu meningkatnya kualitas SDM Kabupaten Jepara dengan peningkatan kualitas dan ketersediaan yang memadai dari sisi supply pada sektor pendidikan dan kesehatan, meningkatkan aksesibilitas dan konektivitas PKL a. Tujuan Program
Jepara sebagai pusat pemerintahan dan pertumbuhan ekonomi wilayah, meningkatkan lapangan kerja dan kualitas tenaga kerja guna peningkatan produktivitas tenaga kerja untuk mencapai percepatan pembangunan wilayah, serta mengembangkan potensi sektor unggulan Kabupaten Jepara, yaitu: industri dan pariwisata yang berbasis pemberdayaan sumber daya lokal Penyiapan rencana program secara detail melalui kegiatan Inventarisasi kebutuhan lahan dan penyusunan dokumen perencanaan pengadaan tanah.
b. Uraian Perencanaan
Program direncanakan dengan jangka waktu pelaksanaan selama 20 tahun yang terbagi ke dalam 5 periode (terlampir). Dengan periode I hingga periode III yang didominasi oleh kegiatan pembangunan fisik maupun non fisik dan periode IV dan periode V yang lebih didominasi oleh operasional dan pemeliharaan. 1. Menetapkan sasaran target program dan kegiatan
2. Menetapkan ruang lingkup dan batasan kegiatan Lokus berada pada Kecamatan Jepara-Tahunan yang lebih berfokus kepada kawasan perkotaan yang berperan seabagai PKL Kabupaten Jepara.
c. Tahapan Perencanaan
3. Menentukan peran dan pihak yang terlibat 4. Menentukan desain konstruksi yang berupa penyerahan proyek dari pemberi proyek kepada pihak yang diberi tugas 5. Evaluasi Rencana untuk mengurangi resiko
Studio Rencana Wilayah
138
Kabupaten Jepara
2020
III. Pelaksanaan 1. Meningkatkan cakupan layanan dan aksesibilitas sarana pendidikan 2. Meningkatkan derajat dan upaya pelayanan kesehatan 3. Pengembangan Kawasan Jepara Baru 4. Meningkatkan kuantitas dan kualitas RTH a. Rencana Pelaksanaan Program
5. Meningkatkan konektivitas dan kualitas infrastruktur antar pusat kegiatan 6. Meningkatkan kualitas tata kelola pemerintahan 7. Meningkatkan cakupan layanan pusat perdagangan dan jasa regional 8. Meningkatkan sarana prasarana penunjang kawasan industri pengolahan 9. Meningkatkan sarana prasarana penunjang pariwisata 10. Meningkatkan investasi dalam penanaman modal
b. Tahapan pelaksanaan
1. Pembuatan sistem pelaksanaan proyek
2. Penetapan standar kualitas proyek 3. Evaluasi Pelaksanaan
IV. Pemantauan dan Evaluasi Pemantauan pelaksanaan program dan evaluasi hasil pelaksanaan yang dilakukan secara berkala selama proses pengembangan PKL Jepara dilaksanakan untuk mengetahui efisisensi penggunaan waktu dan biaya serta mengetahui apakah program berjalan sesuai rencana dengan mengukur ketercapaian sasaran indikator, serta untuk terhindar dari resiko-resiko yang mungkin terjadi.
V. Penyelesaian Apabila rencana, pelaksanaan, hasil, serta dampak program telah mencapai indikator pemantauan yang telah dibuat, maka program dinyatakan berhasil dan dapat dilaksanakan kembali. Apabila banyak indikator yang belum, maka perlu diadakan perbaikan program agar pelaksanaan program sejenis di waktu yang akan datang menjadi lebih baik. Pada tahap ini dokumentasi beserta dokumen diserahkan kepada stakeholder paling penting. Selanjutnya, tim proyek dibubarkan. Tahap ini juga memperlihatkan post implementation review untuk mengetahu tingkat keberhasilan proyek. Sumber: Analisis Penulis, 2020
Studio Rencana Wilayah
139
Kabupaten Jepara
2020
Dalam menentukan kelayakan suatu proyek, diperlukan perhitungan CBA (Cost-Benefit Analysis). CBA adalah teknik untuk melakukan analisis hubungan antara biaya dan manfaat (keuntungan) dari suatu proyek. Metode CBA yang digunakan pada Program Pengembangan PKL Jepara adalah Economic CBA. Economic CBA digunakan untuk analisis investasi publik yang tidak semua biaya dan manfaat tercermin dalam nilai (moneter) pasar sehingga terdapat manfaat yang dapat dihitung (tangible) maupun manfaat sulit dihitung (intangible). Secara umum, tangible benefit didapatkan bedasarkan potensi pendapatan dari kemampuan membayar (Availability to Pay) masyarakat dalam bentuk tariff dan sebagainya, kemampuan fiskal pemerintah, serta potensi pendapatan lainnya meliputi investasi swasta dan lain-lain. Misalnya, pembangunan kawasan Jepara Baru yang dapat meningkatkan daya tarik pihak swasta yang bergerak dalam bidang properti, tariff yang dibayarkan penumpang pengguna transportasi publik BRT, perbaikan infrastruktur dan peningkatan aksesibilitas berupa pembangunan jaringan transportasi yang dapat meningkatkan daya tarik investor, pembangunan berbagai sarana penunjang kawasan industri pengolahan yang dapat meningkatkan produksi industri pengolahan sehingga meningkatkan pendapatan di bidang industri pengolahan serta dapat juga meningkatkan investasi dan penanaman modal, serta pembangunan berbagai sarana prasarana penunjang pariwisata yang dapat meningkatkan pendapatan dari wisatawan, dan sebagainya. Sedangkan intangible benefit didapatkan dari kalkulasi potensi pendapatan non finansial (secara ekonomi). Misalnya, pembangunan SMP yang dapat meningkatkan keterjangkauan cakupan layanan pendidikan yang berdampak pada peningkatkan kualitas pendidikan. Peningkatan kualitas pendidikan ini dapat mempengaruhi produktivitas tenaga kerja sehingga berdampak pada peningkatan pendapatan masyarakat. Selain itu, pembangunan puskesmas untuk menjangkau wilayah yang belum terjangkau pelayanan kesehatan dapat mencegah terjadinya penyakit serta meningkatkan kualitas kesehatan masyarakat. Manfaat tidak langsung dari peningkatan kualitas kesehatan masyarakat ini adalah mencegah biaya penyembuhan akibat penyakit yang dapat dikalkulasikan. Pebangunan RTH dapat meningkatkan kualitas udara sehingga manfaat tidak langsung nya berupa mencegah biaya yang dapat dikalkulasikan akibat penyakit saluran pernafasan. Manfaat tidak langsung dari pemeliharaan dan revitalisasi pasar sehat serta inspeksi sanitasi di tempat fasilitas umum adalah biaya akibat dari adanya penyebaran penyakit menular. Penjelasan manfaat tersebut secara lebih rinci bedasarkan output program dan berbagai asumsi adalah sebagai berikut:
1) Peningkatan cakupan layanan dan aksesibilitas sarana pendidikan Peningkatan cakupan layanan dan aksesibilitas sarana pendidikan memberi manfaat intangible berupa peningkatan kualitas pendidikan yang berdampak pada peningkatan produktivitas dan peningkatan pendapatan sebesar Rp 500.000/jiwa 2) Peningkatan derajat dan upaya pelayanan kesehatan
Studio Rencana Wilayah
140
Kabupaten Jepara
2020
Peningkatan derajat dan upaya pelayanan kesehatan memberi manfaat intangible berupa peningkatan kualitas kesehatan yang secara tidak langsung diasumsikan senilai Rp. 450.000/jiwa. 3) Pengembangan Kawasan Jepara Baru Pengembangan kawasan Jepara Baru memberi investasi dari pihak swasta yang diasumsikan senilai Rp. 10.070.005.000, pembelian properti sebesar Rp 400.000.000/unit. 4) Peningkatan kuantitas dan kualitas RTH Peningkatan kuantitas dan kualitas RTH memberi manfaat intangible peningkatan kualitas udara yang berdampak pada peningkatan kualitas kesehatan dengan asumsi senilai dengan biaya pengobatan penyakit saluran pernapasan senilai Rp 450.000/jiwa. 5) Peningkatan konektivitas dan kualitas infrastruktur antar pusat kegiatan Peningkatan konektivitas dan kualitas infrastruktur antar pusat kegiatan memberi manfaat tangible yang diasumsikan senilai dengan biaya akibat kemacetan Rp 120.000/kendaraan/jam. 6) Peningkatan kualitas tata kelola pemerintahan Peningkatan kualitas tata kelola pemerintahan memberi manfaat tangible yang diasumsikan senilai dengan biaya akibat penyalahgunaan wewenang pegawai pemerintahan Rp 350.000/pegawai/tahun. 7) Peningkatan cakupan layanan pusat perdagangan dan jasa regional Peningkatan cakupan layanan pusat perdagangan dan jasa regional memberi
manfaat
peningkatan
tangible
pendapatan
yang
diasumsikan
pedagang
senilai
dengan
sebesar
Rp.
300.000/pedangang/bulan. 8) Peningkatan sarana prasarana penunjang kawasan industri pengolahan Peningkatan sarana prasarana penunjang kawasan industri pengolahan memberi
manfaat
tangible
yang
diasumsikan
senilai
dengan
peningkatan produktivitas pekerja industri pengolahan sebesar Rp 270.000/pekerja/bulan dan asumsi harga beli dan harga sewa industri mengacu pada harga kawasan industri di Kabupaten Jepara dengan harga beli Rp 2.700.000/m2 dan harga sewa Rp 600.000/m2/tahun. Dengan luas lahan bangunan adalah 50% dari lahan total, dimana 70% diantaranya dijual, dan 30% disewakan. 9) Peningkatan sarana prasarana penunjang pariwisata Peningkatan sarana prasarana penunjang pariwisata memberi manfaat tangible berupa peningkatan pengeluaran wisatawan yang diasumsikan senilai Rp 630.000/wisatawan. Studio Rencana Wilayah
141
Kabupaten Jepara
2020
10) Peningkatan investasi dalam penanaman modal Peningkatan investasi dalam penanaman modal memberi manfaat tangible yang diasumsikan senilai Rp. 30.080.005.000 Selain yang disebutkan di atas, masih banyak lagi manfaat diperoleh dari program ini. Seluruh manfaat langsung dan manfaat tidak langsung tersebut dikalkulasi secara moneter sebesar Rp 1.058.491.520.000 yang disebut sebagai revenue. Revenue ini kemudian diperoleh secara bertahap yang dimulai pada periode operasional atau tahun ke-13. Di sisi lain, komponen biaya dihitung per-kegiatan dengan besar biaya operasional dan pemeliaharaan diasumsikan sebesar 0,1% total biaya. Biaya per-kegiatan tersebut kemudian dialokasikan dalam bentuk pertahun yang disesuaikan dengen periode pelaksanaan kegiatan. Selanjutnya, analisis CBA tersebut dilakukan bedasarkan perhitungan nilai NPV (Net Present Value), BCR (Benefit-Cost Ratio), ROI (Return on Investment), dan PBP (Payback Period) dengan menggunakan discount rate sebesar 11% dan 15% (suku bunga di atas rata-raat Bank Indonesiaa) sebagai berikut:
1) Net Present Value (NPV) Net Present Value (NPV) merupakan selisih antara pengeluaran dan pemasukan yang telah di diskonto dengan discount rate 11% dan 15%. Suatu proyek dikatakan layak apabila nilai NPV> 0 dan suatu proyek dikatakan tidak layak apabila NPV < 0 . Bedasarkan analisis perhitungan, nilai NPV hingga pada discount rate 15% pada proyek ini mencapai Rp. 4.508.684.656 sehingga dapat dikatakan program Pengembangan PKL Jepara adalah layak.
2) Benefit Cost Ratio (BCR) Benefit Cost Ratio (BCR) didasarkan pada perbandingan antara manfaat dan biaya. Suatu proyek dikatakan layak apabila nilai BCR>1 dan suatu proyek dikatakan tidak layak apabila BCR < 1 . Bedasarkan analisis perhitungan, nilai BCR hingga pada discount rate 15% pada proyek ini adalah 1,04 sehingga dapat dikatakan program Pengembangan PKL Jepara adalah layak.
3) Return on Investment (ROI) Return on Investment (ROI) merupakan prosentase manfaat suatu proyek dibandingkan dengan biaya yang dikeluarkannya. Suatu proyek dikatakan layak apabila nilai ROI >0 dan suatu proyek dikatakan tidak layak apabila ROI < 0 . Bedasarkan analisis perhitungan, nilai ROI hingga pada discount rate 15% pada proyek ini adalah 0,04 sehingga dapat dikatakan program Pengembangan PKL Jepara adalah layak.
Studio Rencana Wilayah
142
Kabupaten Jepara
2020
10. Lampiran 10.1 Logical Framework Tabel Logical Framework Objective
No
Project Summary
Indicators
Means of Verification
Pengembangan PKL Kawasan Perkotaan Goal
1
Jepara guna Peningkatan Kinerja Layanan
PDRB per kapita
Kawasan Perkotaan PKL Kabupaten Jepara
meningkat
Meningkatkan pelayanan prasarana dan sarana dasar kawasan perkotaan
IPM meningkat
Verifikasi data Badan Pusat Statistik
Important Assumptions Indikator diasumsikan berhasil
Verifikasi data BAPPEDA, Badan
Indikator diasumsikan
Pusat Statistik
berhasil
Angka TPT 2 Purpose
Mengembangkan peran kawasan perkotaan
menurun,
Verifikasi data BAPPEDA, Badan
Indikator diasumsikan
sebagai pusat kegiatan kabupaten
Pengeluaran per
Pusat Statistik
berhasil
kapita meningkat Kontribusi PDRB 3
Mengembangan potensi lokal industri dan
sektor industri dan
pariwisata
pariwisata
Verifikasi data Badan Pusat Statistik
Indikator diasumsikan berhasil
meningkat
1.1
Meningkatkan cakupan layanan dan aksesibilitas sarana pendidikan
Outputs 1.2
layanan sarana
Verifikasi data Badan Pusat Statistik
pendidikan meluas
Meningkatkan derajat dan upaya pelayanan
Angka gizi buruk,
kesehatan
AKI, AKB menurun
Studio Rencana Wilayah
Adanya kesadaran
Cakupan jangkauan
masyarakat akan pentingnya menempuh pendidikan Adanya kesadaran
Verifikasi data Badan Pusat Statistik
masyarakat untuk berperilaku hidup sehat
143
Kabupaten Jepara
Objective
No
Project Summary
Indicators
Means of Verification
Indeks 1.3
Pengembangan Kawasan Jepara Baru
ketetanggaan
Analisis GIS
permukiman Presentase Meningkatkan kuantitas dan kualitas RTH 1.4
Verifikasi data Badan Pusat Statistik
publik meningkat Meningkatkan konektivitas dan kualitas
1.5
ketersediaan RTH
infrastruktur antar pusat kegiatan
2020
Important Assumptions Tidak terjadi pertumbuhan permukiman sprawl Tidak ada penyalahgunaan RTH
Indeks Konektivitas (alfa, betha,
Analisis data Badan Pusat Statistik
-
gamma) Nilai survey
2.1
2.2
Meningkatkan kualitas tata kelola
kepuasan kinerja
Verifikasi data Inspektorat, Bagian
pemerintahan
pemerintah
Organisasi Sekretariat Daerah
meningkat
Kabupaten Jepara
Meningkatkan cakupan layanan pusat
Jumlah PAD
perdagangan dan jasa regional
meningkat
Verifikasi data Badan Pusat Statistik
-
Kegiatan ekonomi masyarakat setempat aktif
Jumlah hasil 3.1
Meningkatkan sarana prasarana penunjang
produksi industri
kawasan industri pengolahan
pengolahan
Verifikasi data Dinas Perindag
Produktivitas tenaga kerja meningkat
meningkat Cakupan jangkauan 3.2
Meningkatkan sarana prasarana penunjang pariwisata
fasilitas penungjang
Analisis GIS
pariwisata
Kualitas sarana penunjang pariwisata terjaga
meningkat 3.3 Activites
1.1.1
Meningkatkan investasi dalam penanaman
Presentase
modal
investasi meningkat
Pembangunan SMP
Studio Rencana Wilayah
Verifikasi data DPMTSP
Tidak terjadi force majeure
Jumlah SMP
Verifikasi data BAPPEDA, Badan
Terdapat dana yang
bertambah
Pusat Statistik, Dinas Pendidikan
mencukupi
144
Kabupaten Jepara
Objective
No
Project Summary
Indicators Presentase ruang
1.1.2
Peningkatan kualitas ruang kelas
kelas kondisi baik meningkat
1.1.3
1.2.1
Peningkatan kualitas jumlah tenaga kependidikan Pembangunan Puskesmas
Rasio tenaga pendidikan dan murid meningkat
Means of Verification Verifikasi data BAPPEDA, Badan Pusat Statistik, Dinas Pendidikan
2020
Important Assumptions Mendapatkan kontraktor dan konsultan yang sesuai
Verifikasi data BAPPEDA, Badan Pusat Statistik, Dinas Pendidikan
-
Jumlah puskesmas
Verifikasi data BAPPEDA, Badan
Terdapat dana yang
bertambah
Pusat Statistik, Dinas Kesehatan
mencukupi
Rasio tenaga Peningkatan ketersediaan tenaga kesehatan 1.2.2
kesehatan dan
Verifikasi data BAPPEDA, Badan
penduduk
Pusat Statistik, Dinas Kesehatan
meningkat
Adanya SDM yang mumpuni
Presentase TFU Inspeksi sanitasi tempat fasilitas umum 1.2.3
yang memenuhi
Verifikasi data BAPPEDA, Badan
syarat kesehatan
Pusat Statistik, Dinas Kesehatan
meningkat Presentase Penataan permukiman kepadatan sedang
1.3.1 1.4.1 1,4,2 1.5.1
permukiman tertata meningkat
Pembangunan Taman Kota Revitalisasi RTH eksisting Pembangunan jalan Jepara-Demak
1.5.2
Studio Rencana Wilayah
Verifikasi data BAPPEDA, Badan Pusat Statistik, Disperkim
Terdapat dana yang mencukupi
Terbangunnya
Verifikasi data BAPPEDA, Badan
Tidak ada penyalahgunaan
taman kota
Pusat Statistik, DLH
taman kota
Presentase kualitas
Verifikasi data BAPPEDA, Badan
Pemeliharaan secara
RTH meningkat
Pusat Statistik, DLH
berkala dilakukan
Terbangunnya jalan
Verifikasi data BAPPEDA, Badan
Jepara-Demak
Pusat Statistik, DPUPR
Presentase kondisi Perbaikan kualitas jalan
-
jalan baik meningkat
Verifikasi data BAPPEDA, Badan Pusat Statistik, DPUPR
Adanya kerjasama regional Mendapatkan kontraktor dan konsultan yang sesuai
145
Kabupaten Jepara
Objective
No 1.5.3 1.5.4
Project Summary
Indicators
Means of Verification
Terbangunnya
Verifikasi data BAPPEDA, Badan
trotoar
Pusat Statistik, DPUPR
Penyusunan regulasi insentif dan disinsentif
Terbangunnya
Verifikasi data BAPPEDA, Badan
kendaraan priibadi
terminal A
Pusat Statistik, DPUPR
Pembangunan trotar
2020
Important Assumptions dengan spesifikasi minimal Bank Dunia
Masyarakat menunggu Penyusunan protokol rencana sistem
Terbangunnya
Verifikasi data BAPPEDA, Badan
transportasi publik di
transportasi publik BRT
halte/feeder
Pusat Statistik, DPUPR, Dishub
halte/feeder yang sudah
1.5.5
1.5.6 1.5.7 1.5.8 1.5.9 1.5.1 0
transportasi publik
ditentukan
Penyusunan regulasi kendaraan umum
Verifikasi data BAPPEDA, Badan
online
Pusat Statistik, DPUPR, Dishub
Pembangunan Terminal A
Bertambahnya BRT Adanya regulasi
Verifikasi data BAPPEDA, Badan
terkait
Pusat Statistik, DPUPR, Dishub
Pembangunan halte/feeder transportasi
Adanya regulasi
publik
terkait
Pembelian moda transportasi publik BRT
Adanya regulasi
Verifikasi data Dishub
terkait
Masyarakat berpindah menggunakan kendaraan umum -
Operasional dan maintainance sarana prasarana dasar kawasan perkotaan
-
Verifikasi data BAPPEDA
-
Terbentuknya
2.1.1
Membentuk badan yang mengatur dan
badan yang
mensinkronkan rencana daerah di wilayah
mengatur rencana
Wanarakuti
daerah Wanarakuti
Verifikasi data BAPPEDA
Persentase
2.1.2
Peningkatan kapasitas dan kompetensi ASN
Peningkatan SDM
khususnya dalam bidang pengelolaan
ASN melalui
keuangan daerah, dan kualitas pelayanan
Pendidikan dan
publik
Pelatihan
Studio Rencana Wilayah
Verifikasi data BAPPEDA
146
Kabupaten Jepara
Objective
No
Project Summary
Indicators
Means of Verification
2020
Important Assumptions
Terbentuknya sistem dan 2.1.3
Pengembangan sistem dan prosedur
prosedur
pengawasan
pengawasan
Verifikasi data BAPPEDA
Penyusunan branding Kabupaten Jepara 2.1.4 2.2.1
yang berasal dari asosiasi berbagai
Tagline branding
stakegolder
Kabupaten Jepara
Verifikasi data BAPPEDA
wilayah
Presentase pasar
Verifikasi data BAPPEDA,
Perilaku masyarakat yang
sehat meningkat
Disperindag
mendukung
Pemeliharaan dan revitalisasi pasar sehat
Branding sesuai identitas
Terbentuknya kerjasama 2.2.2
Peningkatan kerjasama perdagangan
perdagangan
Verifikasi data BAPPEDA,
Tingginya minat peserta
internasional
internasional
Disperindag
pembinaan
Luas kawasan pedagang kaki lima 2.2.3
Penataan kawasan pedagang kaki lima
yang tertata
Verifikasi data BAPPEDA,
meningkat
Disperindag
Operasional dan maintainance sarana 2.2.4
prasarana nondasar kawasan perkotaan
-
Verifikasi data BAPPEDA, -
Disperindag
-
Terbangunnya pusat pelatihan untuk pengrajin 3.1.1
Pembangunan pusat pelatihan untuk
industri
Verifikasi data BAPPEDA,
pengrajin industri pengolahan kayu
pengolahan kayu
Disperindag
Terbangunnya pusat riset dan 3.1.2
Pembangunan pusat riset dan teknologi
teknologi industri
Verifikasi data BAPPEDA,
untuk industri pengolahan kayu
pengolahan kayu
Disperindag
Studio Rencana Wilayah
Tingginya minat peserta pembinaan
147
Kabupaten Jepara
Objective
No
Project Summary
Indicators
Means of Verification
2020
Important Assumptions
Jumlah UMKM
3.1.3
Penyelenggaraan pameran UMKM
yang ikut serta
Verifikasi data BAPPEDA, Dinas
dalam Pameran
Koperasi, UKM, Tenaga Kerja dan
Tingginya minat peserta
UMKM meningkat
Transmigrasi
pelatihan
Pemeliharaan kawasan cagar budaya: 3.1.4
Makam dan Masjid Mantingan, Museum
Jumlah wisatawan
Kartini, Benteng VOC, dan Museum Kartini
meningkat
Verifikasi data Badan Pusat Statistik, Dinas Pariwisata
Pengunjung objek wisata menjaga kebersihan setempat Tingginya minat peserta
3.2.1
Penambahan ATM
Bertambahnya ATM
Verifikasi data BAPPEDA
Bertambahnya 3.2.2
Penambahan hotel berbintang
hotel berbintang
pembinaan Tingginya minat
Verifikasi data BAPPEDA
pengunjung pameran
Bertambahnya 3.2.3
Penambahan pusat oleh-oleh
pusat oleh-oleh
Verifikasi data BAPPEDA
modal yang terbaru yang dapat mendorong
Jumlah investor
Verifikasi data DPMTSP
percepatan investasi
meningkat
-
Penyusunan peraturan tentang penanaman 3.3.1
-
Operasional dan maintainance sarana 3.3.2
prasarana penunjang industri-pariwisata
-
Verifikasi data BAPPEDA
-
Sumber: Analisis Penulis, 2020
Studio Rencana Wilayah
148
Kabupaten Jepara
2020
10.2 Pentahapan dan Pembiayaan Tabel Pentahapan dan Pembiayaan Studio Jepara 2 Sub Program
No.
Besaran/
Kegiatan
Sasaran
Nominal
Waktu
Lokasi
Penbiayaan
Pelaksanaan 1
2
3
4
(Rp)
Sumber
Instansi
Penbiayaan
Terkait
5
Pengembangan Kawasan Perkotaan PKL Kabupaten Jepara 1.1.1
Pembangunan SMP
1 unit
Meningkatka
Mulyoharjo
2.500.000.000
APBD Jepara
Peningkatan 1.1.2
kualitas ruang
aksesibilitas
kelas
5 sekolah negeri
sarana
Dinas Pendidikan
SMPN 3 Jepara, SMPN 4 Jepara,
200.000.000
SMPN 5 Jepara,
APBD Jepara
BAPPEDA, Dinas Pendidikan
SMPN 6 Jepara
pendidikan
Peningkatan 1.1.3
kualitas jumlah
90
Kabupaten
tenaga
fasilitator
Jepara
190.000.000
APBD Jepara
kependidikan Meningkatka n derajat dan
BAPPEDA,
SMPN 2 Jepara,
n cakupan layanan dan
Desa
1.2.1
Pengembangan
upaya
Studio Rencana Wilayah
Puskesmas
1 unit
Desa Panggang
100.000.000
APBD Jepara
BAPPEDA, Dinas Pendidikan BAPPEDA, Dinas Kesehatan
149
Kabupaten Jepara
2020
Studio Jepara 2 Sub Program
No.
Kegiatan
Besaran/ Sasaran
Lokasi
Penbiayaan
Pelaksanaan 1
pelayanan
Nominal
Waktu
2
3
4
(Rp)
Sumber
Instansi
Penbiayaan
Terkait
5
Desa
kesehatan
Panggang,
Peningkatan 1.2.2
ketersediaan
1 : 3000
tenaga kesehatan
Bapangan, Kauman,
250.000.000
APBD Jepara
Bandengan,
BAPPEDA, Dinas Kesehatan
Pengkol 90% TFU yang Inspeksi sanitasi 1.2.3
tempat fasilitas umum
terdiri dari hotel,
PKL Jepara
145.000.000
APBD Jepara
restauran
BAPPEDA, Dinas Kesehatan
, dan sekolah Pengembang an Permukiman
Pengembangan 1.3.1
Kawasan Jepara
kepadatan
Baru
10.000 Ha
Desa Pengkol
9.070.005.000
Developer
BAPPEDA, Disperkim
sedang Meningkatka n kuantitas
1.4.1
Pembangunan
Studio Rencana Wilayah
Taman Kota
1 unit
Desa Mulyoharjo
167.000.000
APBD
BAPPEDA,
Jepara
DLH
150
Kabupaten Jepara
2020
Studio Jepara 2 Sub Program
No.
Kegiatan
Besaran/ Sasaran
Lokasi
RTH
1,4,2
Revitalisasi RTH eksisting
290 Ha
PKL Jepara
Pembangunan 1.5.1
jalan Jepara-
PKL Jepara
Demak 1.5.2 Meningkatka
1.5.3
n konektivitas dan kualitas
1.5.4
Perbaikan kualitas
69760
Kabupaten
jalan
Ha'
Jepara
Perbaikan dan penataan trotoar Pembangunan
1 unit
Desa Krapyak
regulasi insentif
1
Kabupaten
dan disinsentif
dokumen
Jepara
regulasi
1
Kabupaten
kendaraan umum
dokumen
Jepara
Terminal A
infrastruktur
3
4
Instansi
Penbiayaan
Terkait
APBD
BAPPEDA,
Jepara
DLH
79.230.000.00
APBD
BAPPEDA,
0
Jepara
DPUPR
APBD
BAPPEDA,
Jepara
DPUPR
APBD
BAPPEDA,
Jepara
DPUPR
56.230.000.00
APBD
BAPPEDA,
0
Jepara
DPUPR
(Rp) 5 974.000.000
2.320.000.000 37.500.000
Penyusunan
antar pusat kegiatan
PKL Jepara
2
Sumber
Penbiayaan
Pelaksanaan 1
dan kualitas
Nominal
Waktu
1.5.5
223.000.000
APBD Jepara
kendaraan priibadi Penyusunan 1.5.6
online
Studio Rencana Wilayah
247.000.000
APBD Jepara
BAPPEDA, DPUPR, Dishub BAPPEDA, DPUPR, Dishub
151
Kabupaten Jepara
2020
Studio Jepara 2 Sub Program
No.
Kegiatan
Besaran/ Sasaran
Nominal
Waktu
Lokasi
Penbiayaan
Pelaksanaan 1
2
3
4
(Rp)
Sumber
Instansi
Penbiayaan
Terkait
5
Penyusunan protokol rencana 1.5.7
sistem transportasi publik
1
Kabupaten
dokumen
Jepara
2 unit
PKL Jepara
523.000.000
Kabupaten
60.000.000.00
APBD
Jepara
0
Jepara
PKL Jepara
212.656.505
250.000.000
APBD Jepara
BAPPEDA, DPUPR, Dishub
BRT Pembangunan 1.5.8
halte/feeder transportasi publik Pembelian moda
1.5.9
transportasi publik
150 unit
BRT
APBD Jepara
Dishub
Dishub
Operasional dan maintainance 1.5.10
sarana prasarana dasar kawasan
APBD Jepara
BAPPEDA
perkotaan Membentuk
Meningkatka n kualitas tata kelola pemerintahan
2.1.1
badan yang
1
mengatur dan
badan/ti
mensinkronkan
m
Kabupaten Jepara
223.000.000
APBD Jepara
BAPPEDA
rencana daerah di
Studio Rencana Wilayah
152
Kabupaten Jepara
2020
Studio Jepara 2 Sub Program
No.
Kegiatan
Besaran/ Sasaran
Nominal
Waktu
Lokasi
Penbiayaan
Pelaksanaan 1
2
3
4
(Rp)
Sumber
Instansi
Penbiayaan
Terkait
5
wilayah Wanarakuti Penyelenggaraan dan pengiriman diklat kader 2.1.2
dan
43 PNS
kepemimpinan
Kabupaten Jepara
1.588.791.000
APBD Jepara
BAPPEDA
tersebar se Kabupaten Jepara Pengembangan sistem dan
2.1.3
prosedur
-
Kabupaten Jepara
217.000.000
APBD Jepara
BAPPEDA
pengawasan Penyusunan branding 2.1.4
Kabupaten Jepara yang berasal dari
-
Kabupaten Jepara
238.000.000
APBD Jepara
BAPPEDA
asosiasi berbagai stakegolder
Studio Rencana Wilayah
153
Kabupaten Jepara
2020
Studio Jepara 2 Sub Program
No.
Kegiatan
Besaran/ Sasaran
Nominal
Waktu
Lokasi
Penbiayaan
Pelaksanaan 1
2
3
4
(Rp)
Sumber
Instansi
Penbiayaan
Terkait
5
10 pasar 2.2.1
Pemeliharaan dan
banguna
revitalisasi pasar
n non
sehat
permane
PKL Jepara
127.000.000
APBD Jepara
BAPPEDA, Disperinda g
n Peningkatan
Meningkatka n cakupan
2.2.2
layanan pusat
regional
perdagangan
-
Kabupaten Jepara
277.000.000
APBD Jepara
internasional
perdagangan dan jasa
kerjasama
Penataan kawasan 2.2.3
pedagang kaki
100%
PKL Jepara
513.000.000
lima
APBD Jepara
BAPPEDA, Disperinda g BAPPEDA, Disperinda g
Operasional dan maintainance 2.2.4
sarana prasarana
PKL Jepara
3.183.791
nondasar kawasan
APBD Jepara
BAPPEDA, Disperinda g
perkotaan Meningkatka n sarana prasarana
Pembangunan 3.1.1
pusat pelatihan untuk pengrajin
Studio Rencana Wilayah
1 unit
Desa Mulyoharjo
3.450.000.000
APBD Jepara
BAPPEDA, Disperinda g
154
Kabupaten Jepara
2020
Studio Jepara 2 Sub Program
No.
Kegiatan
Besaran/ Sasaran
Lokasi
industri
kawasan
pengolahan kayu
industri
Pembangunan
pengolahan
pusat riset dan 3.1.2
teknologi untuk
1 unit
industri
Desa Mulyoharjo
Penbiayaan
Pelaksanaan 1
penunjang
Nominal
Waktu
2
3
4
(Rp)
Sumber
Instansi
Penbiayaan
Terkait
5
5.123.000.000
APBD Jepara
BAPPEDA, Disperinda g
pengolahan kayu BAPPEDA, Dinas
3.1.3
Penyelenggaraan pameran UMKM
Koperasi,
4 kali festival/
PKL Jepara
67.900.000
tahun
APBD
UKM,
Jepara
Tenaga Kerja dan Transmigra si
Meningkatka
Makam dan
n sarana prasarana
3.1.4
Pemeliharaan
Masjid
kawasan cagar
Mantingan,
budaya
Museum
penunjang pariwisata
Studio Rencana Wilayah
Kartini, Benteng
Badan 432.000.000
APBD Jepara
Pusat Statistik, Dinas Pariwisata
155
Kabupaten Jepara
2020
Studio Jepara 2 Sub Program
No.
Kegiatan
Besaran/ Sasaran
Nominal
Waktu
Lokasi
Penbiayaan
Pelaksanaan 1
2
3
4
(Rp)
Sumber
Instansi
Penbiayaan
Terkait
5
VOC, dan Museum Kartini Desa 3.2.1
Penambahan ATM
3 unit
Bandengan, Ujungbatu,
300.000.000
APBD Jepara
BAPPEDA
Saripan 3.2.2
3.2.3
Penambahan hotel berbintang Penambahan pusat oleh-oleh
Desa 2 unit
Bandengan, Kuwasen
35.498.000.00 0
1 unit
Desa Pengkol
5.378.000.000
-
PKL Jepara
234.000.000
-
PKL Jepara
50.482.900
Swasta APBD Jepara
BAPPEDA
BAPPEDA
Penyusunan peraturan tentang penanaman
Meningkatka n investasi
modal yang
3.3.1
dalam
terbaru yang
APBD Jepara
DPMTSP
dapat mendorong
penanaman
percepatan
modal
investasi 3.3.2
Operasional dan maintainance
Studio Rencana Wilayah
APBD Jepara
BAPPEDA
156
Kabupaten Jepara
2020
Studio Jepara 2 Sub Program
No.
Kegiatan
Besaran/
Lokasi
Sasaran
Nominal
Waktu
Penbiayaan
Pelaksanaan 1
2
3
4
(Rp)
Sumber
Instansi
Penbiayaan
Terkait
5
sarana prasarana penunjang industri-pariwisata TOTAL
266.589.519.196
Sumber: Analisis Penulis,2020
Studio Rencana Wilayah
157
Kabupaten Jepara
2020
10.3 Cost-Benefit Analysis Tabel Cost-Benefit Analysis Tahun
EXP (Rp)
REV (Rp)
1
18.367.126.250
2 3
0,11
0,15
EXP (Rp)
REV (Rp)
EXP (Rp)
REV (Rp)
0
16.546.960.586
0
15.971.414.130
0
17.867.126.250
0
14.501.360.482
0
13.510.114.367
0
17.717.126.250
0
12.954.610.015
0
11.649.298.101
0
4
17.517.126.250
0
11.539.073.639
0
10.015.473.787
0
5
21.591.447.750
0
12.813.473.342
0
10.734.765.503
0
6
20.791.447.750
0
11.115.957.009
0
8.988.716.621
0
7
20.491.447.750
0
9.869.878.160
0
7.703.494.211
0
8
20.291.447.750
0
8.804.996.827
0
6.633.310.263
0
9
17.168.830.799
0
6.711.721.256
0
4.880.453.255
0
10
16.268.830.799
0
5.729.629.695
0
4.021.406.160
0
11
16.018.830.799
0
5.082.507.726
0
3.443.139.116
0
12
15.618.830.799
0
4.464.499.459
0
2.919.271.154
0
13
11.308.500.000
132.311.440.000
2.912.099.958
34.072.081.967
1.837.947.398
21.504.307.989
14
10.358.500.000
132.311.440.000
2.403.118.393
30.695.569.339
1.463.952.904
18.699.398.251
15
10.108.500.000
132.311.440.000
2.112.720.438
27.653.666.072
1.242.278.904
16.260.346.306
16
9.658.500.000
132.311.440.000
1.818.620.254
24.913.212.677
1.032.153.379
14.139.431.570
17
1.361.475.000
132.311.440.000
230.950.566
22.444.335.745
126.516.272
12.295.157.887
18
1.361.475.000
132.311.440.000
208.063.573
20.220.122.293
110.014.149
10.691.441.641
19
1.361.475.000
132.311.440.000
187.444.661
18.216.326.390
95.664.478
9.296.905.775
20
1.361.475.000
132.311.440.000
168.869.064
16.411.104.856
83.186.502
8.084.265.891
TOTAL
266.589.519.196
1.058.491.520.000
130.176.555.103
194.626.419.339
106.462.570.653
110.971.255.310
NPV
791.902.000.804
64.449.864.236
4.508.684.656
BCR
3,97
1,50
1,04
ROI
2,97
0,50
0,04
Sumber: Analisis Penulis,2020
Studio Rencana Wilayah
158
Kabupaten Jepara
2020
A. Latar Belakang Kabupaten Jepara merupakan salah satu kabupaten pesisir di Provinsi Jawa Tengah, yang memiliki garis pantai sepanjang 82,73 km dengan luas lautan sebesar 1845,6 km2. Letak geografis kelautan yang strategis, menjadikan Kabupaten Jepara memiliki sumber daya perikanan yang melimpah. Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Jepara menyatakan bahwa pada tahun 2017, jumlah produksi wilayah pesisir Kabupaten Jepara tergolong cukup tinggi, yaitu sejumlah 8541 ton untuk perikanan tangkap laut, 3128,04 untuk perikanan budidaya tambak, dan 1482,20 untuk perikanan tangkap di perairan umum, dengan jenis ikan yang beragam. Produktivitas sektor perikanan tersebut juga didukung oleh ketersediaan tenaga kerja nelayan yang berjumlah 8341 jiwa, dimana lapangan usaha pertanian, kehutanan, dan perikanan setiap tahunnya menduduki peringkat ketiga jumlah tenaga kerja terbesar di Kabupaten Jepara, dengan dilengkapi armada penangkapan sebanyak 3190 unit kapal dan keberadaan fasilitas pendukung berupa TPI aktif sebanyak 10 unit. Kontribusi sektor perikanan terhadap pembangunan Kabupaten Jepara pun mengalami perkembangan yang cukup signifikan dari tahun ke tahun. Saat ini, pemanfaatan sumber daya perikanan di Kabupaten Jepara berperan untuk memenuhi kebutuhan pangan masyarakat, meningkatkan kesejahteraan masyarakat pesisir, serta meningkatkan pendapatan ekonomi Kabupaten Jepara. Pemanfaatan tersebut dapat dibuktikan dengan PDRB ADHK Kabupaten Jepara pada tahun 2018, dimana lapangan usaha pertanian, kehutanan, dan perikanan menduduki peringkat ketiga penyumbang pendapatan terbesar setelah sektor industri pengolahan dan sektor perdagangan, yaitu sebesar 14% dari total PDRB, dan memiliki tren laju pertumbuhan PDRB yang positif. Hal tersebut menjadikan sektor perikanan Kabupaten Jepara dianggap strategis jika ditinjau dari sudut pandang ekonomi. Berkaitan dengan
pemenuhan
kebutuhan
pangan
masyarakat,
kelompok
makanan
ikan/udang/cumi/kerang menempati peringkat keempat terbesar pada pengeluaran per kapita per bulan menurut makanan yang dikonsumsi masyarakat pada tahun 2017 dengan presentase sebesar 4,35%. Di samping peran yang diberikan kepada masyarakat lokal, pengembangan kawasan pesisir dengan potensi pemanfaatan perikanan laut dan non laut juga mampu memberikan multiplier effect pada sektor pariwisata bahari dan sektor industri perikanan yang menyediakan input produksi perikanan sampai mengelola hasil produksi perikanan itu sendiri. Oleh karena itu, dengan berlatarbelakang potensi sumber daya perikanan yang dimiliki Kabupaten Jepara, pengembangan kawasan pesisir dengan potensi pemanfaatan perikanan laut dan non laut menjadi salah satu program yang diprioritaskan dalam rangka meningkatkan nilai strategis Kabupaten Jepara, khususnya dalam sudut pandang perekonomian, dengan memanfaatkan sumber daya lokal untuk mewujudkan kawasan strategis pesisir dengan potensi pemanfaatan perikanan laut dan non laut.
Studio Rencana Wilayah
160
Kabupaten Jepara
2020
Nilai PDRB ADHK Lapangan Usaha dengan Kontribusi Terbesar 7000000
6000000 5000000 4000000 3000000 2000000 1000000 0 2014
2015
2016
2017
2018
Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan Industri Pengolahan
Perdagangan Besar dan Eceran
Grafik 1. Nilai PDRB ADHK Lapangan Usaha dengan Kontribusi Terbesar Tahun 2014-2018
Sumber: BPS Kabupaten Jepara, 2014-2018 B. Rasionalitas Program Program pengembangan kawasan pesisir dengan potensi pemanfaatan perikanan laut dan non laut dipilih berdasarkan penetapan rencana kawasan strategis menurut sudut pandang ekonomi. Pada tahun 2018, lapangan usaha pertanian, kehutanan, dan perikanan menduduki peringkat nomor tiga penyumbang pendapatan terbesar setelah sektor industri pengolahan dan sektor perdagangan, yaitu sebesar 14% dari total PDRB, dan memiliki tren laju pertumbuhan PDRB yang positif. Oleh karena itu, pengembangan program ini ditujukan untuk mendukung sektor perikanan sehingga kontribusinya sebagai sektor yang mampu menggerakan pertumbuhan ekonomi Kabupaten Jepara dapat terus stabil dan meningkat. Dengan potensi sumber daya perikanan yang beragam dan melimpah, di sisi lain juga terdapat permasalahan yang dihadapi oleh sektor perikanan Kabupaten Jepara, yaitu minimnya pengetahuan masyarakat akan pengelolaan produksi perikanan yang efektif dan ramah lingkungan. Berdasarkan permasalahan tersebut, program ini kemudian bertujuan untuk mengoptimalkan pengelolaan produksi perikanan dengan berbasis sumber daya lokal, berwawasan lingkungan, dan mengutamakan produktivitas pada komoditas unggul. Dimana hal tersebut harus diiringi dengan penyediaan bantuan teknis, modal, dan sarana serta prasarana penunjang dari pemerintah. Dengan begitu, program pengembangan kawasan pesisir dengan potensi pemanfaatan perikanan laut dan non laut akan mendukung pencapaian rencana visi Kabupaten Jepara, yaitu â&#x20AC;&#x153;Mewujudkan Kabupaten Jepara yang Berdaya Saing dan Sejahteraâ&#x20AC;?. Selain itu, adanya multiplier effect yang diberikan pada sektor pariwisata bahari dan sektor industri perikanan yang menyediakan input produksi perikanan sampai mengelola hasil produksi perikanan itu sendiri, juga mendukung rencana tujuan penataan ruang Kabupaten Jepara, yaitu â&#x20AC;&#x153;Mewujudkan Kabupaten Jepara yang Terintegrasi, Berdaya Saing dan Sejahtera Bertumpu pada Sektor Industri Pengolahan dan Pariwisata Berbasis Potensi Lokal, Kreativitas, Ramah Lingkungan serta Tangguh Bencanaâ&#x20AC;?.
Studio Rencana Wilayah
161
Kabupaten Jepara
2020
Diagram 1. Kerangka Rasionalitas Program
Sumber: Analisis Penulis, 2020
C. Landasan Hukum 1. UU Nomor 1 Tahun 2014 tentang Perubahan Atas UU Nomor 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil 2. UU Nomor 45 Tahun 2009 tentang Perubahan Atas UU Nomor 31 Tahun 2004 tentang Perikanan 3. Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2007 tentang Konservasi Sumber Daya Perikanan 4. Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia Nomor 6/KEPMENKP/2018 tentang Rencana Induk Pelabuhan Perikanan Nasional 5. Peraturan Provinsi Provinsi Jawa Tengah Nomor 13 Tahun 2018 tentang Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil Provinsi Jawa Tengah Tahun 2018-2038 6. Peraturan Daerah Kabupaten Jepara Nomor 2 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Jepara tahun 2011-2031 D. Tujuan Perencanaan 1. Mewujudkan kawasan pesisir dengan potensi pemanfaatan perikanan laut dan non laut yang berkelanjutan dan berwawasan lingkungan. 2. Mengoptimalkan pemanfaatan dan tata kelola lahan areal budidaya perikanan. 3. Meningkatkan kapasitas dan partisipasi masyarakat pesisir dalam pengelolaan hasil budidaya perikanan. 4. Meningkatkan pendapatan ekonomi wilayah dan kesejahteraan masyarakat lokal melalui hasil budidaya perikanan.
Studio Rencana Wilayah
162
Kabupaten Jepara
2020
5. Mewujudkan industri kecil dan menengah yang mampu menyediakan input produksi, mengolah dan memanfaatkan hasil budidaya perikanan untuk menambah nilai guna (value added). E. Metode Perencanaan Dalam penyusunan rencana program prioritas, metode perencanaan yang digunakan adalah sebagai berikut:
1. Analisis Wilayah Metode analisis wilayah merupakan pelaksanaan analisis dari data-data yang telah didapatkan, baik data primer maupun sekunder, untuk kemudian ditarik kesimpulan dan gambaran terkait kondisi wilayah. Kesimpulan dan gambaran tersebut kemudian dapat diidentifikasi menjadi potensi dan masalah yang berkaitan dengan kawasan pesisir Kabupaten Jepara.
2. Studi Literatur Studi literatur dilakukan dengan meninjau dokumen-dokumen perencanaan, baik di tingkat pusat maupun daerah, yang berkaitan dengan pengembangan program pengembangan kawasan pesisir dengan potensi pemanfaatan perikanan laut dan non laut.
3. Kerangka Kerja Logis (Logical Framework) Penyusunan Kerangka Kerja Logis (Logical Framework) merupakan ringkasan proyek yang menunjukkan tingkatan tujuan-tujuan proyek serta hubungan sebab akibat pada setiap tingkatan indikator dan sasaran kinerja.
4. Analisis Untung-Rugi Analisis untung-rugi dilakukan dengan menggunakan metode Cost Benefit Analysis (CBA). Metode CBA digunakan untuk mengukur untung-rugi dari pembiayaan sebuah progra dan mengetahui kelayakan yang ditinjau dari segi ekonomi.
Studio Rencana Wilayah
163
Kabupaten Jepara
2020
F. Kerangka Berpikir
Diagram 2. Kerangka Berpikir
Sumber: Analisis Penulis, 2020
G. Konsep Perencanaan Pengembangan Desa Pesisir Tangguh (PDPT) Pengembangan Desa Pesisir Tangguh (PDPT) merupakan konsep industrialisasi kelautan dan perikanan melalui bantuan pengembangan manusia, potensi lokal, infrastruktur, lingkungan, dan gerakan siaga bencana di kawasan pesisir untuk meningkatkan kualitas lingkungan dan kesejahteraan ekonomi dalam mewujudkan desa yang tangguh. Penerapan konsep ini dirasa sesuai dengan program prioritas pengembangan kawasan pesisir dengan potensi pemanfaatan laut dan non laut di Kabupaten Jepara karena lokasi penerapan program memenuhi beberapa kriteria lokasi kegiatan desa pesisir yang ditetapkan oleh Kementrian Kelautan dan Perikanan (2011), yaitu mempunyai potensi ekonomi lokal unggulan, masyarakat pesisir miskin namun potensial aktif dan memiliki motivasi untuk memperbaiki kehidupannya, terjadi degradasi lingkungan pesisir, serta rawan bencana dan perubahan iklim. Adapun tujuan dari konsep PDPT, yaitu: 1. Meningkatkan pelayanan sarana dan prasarana sosial ekonomi pesisir 2. Meningkatkan kualitas lingkungan hidup 3. Meningkatkan kapasitas kelembagaan masyarakat dan pemerintah daerah dalam proses keputusan secara partisipatif 4. Meningkatkan kesiapsiagaan terhadap bencana dan perubahan iklim
Studio Rencana Wilayah
164
Kabupaten Jepara
2020
Dalam penerapan konsep PDPT, terdapat lima fokus pengembangan yang dilakukan pada aspek-aspek lokal di kawasan pesisir, yaitu Bina Manusia, Bina Usaha, Bina Sumberdaya, Bina Lingkungan dan Infrastruktur, serta Bina Siaga Bencana dan Perubahan Iklim, yang dijabarkan sebagai berikut:
Diagram 3. Fokus Pengembangan PDPT
Sumber: Kementrian Kelautan dan Perikanan, 2011
1. Bina Manusia Bina Manusia merupakan fokus pengembangan yang berorientasi pada peningkatan kualitas SDM di kawasan pesisir untuk meningkatkan taraf hidup melalui: -
Inventarisasi pada â&#x20AC;&#x153;human capitalâ&#x20AC;? yang ditekankan pada bidang pendidikan dan kesehatan
-
Peningkatan kapasitas organisasi dan kelompok, baik formal maupun informal
-
Perluasan dan peningkatan kerja sama kemitraan untuk efisiensi
-
Perbaikan budaya kerja, gotong royong, tanggung jawab, disiplin, dan hemat
2. Bina Usaha Bina Usaha merupakan fokus pengembangan yang berorientasi pada pengembangan unit usaha lokal di kawasan pesisir untuk meningkatkan pendapatan ekonomi melalui: -
Peningkatan
keterampilan
usaha,
perluasan
mata
pencaharian
alternatif,
pengelolaan bisnis skala kecil, dan penguasaan teknologi -
Peningkatan dan perbaikan akses terhadap sumber daya, teknologi, modal, pasar, dan informasi pembangunan
-
Pembangunan kemitraan dengan pelaku usaha
-
Pemberlakuan sistem insentif administrasi serta pendanaan formal dan informal
3. Bina Sumber Daya
Studio Rencana Wilayah
165
Kabupaten Jepara
2020
Bina Sumber Daya merupakan fokus pengembangan yang berorientasi pada penguatan kearifan lokal di kawasan pesisir dengan mengedepankan aspek ekologi, sosial, dan ekonomi melalui: -
Penguatan kearifan lokal dalam pengelolaan sumber daya
-
Penerapan Management Control System (MCS) dengan prinsip partisipasi masyarakat lokal
-
Penerapan teknologi ramah lingkungan
-
Pelaksanaan rehabilitasi habitat dan konservasi serta upaya memperkaya sumber daya lokal
4. Bina Lingkungan dan Infrastruktur Bina Lingkungan dan Infrastuktur merupakan fokus pengembangan yang berorientasi pada peningkatan pelayanan lingkungan dan infrastruktur di kawasan pesisir melalui: -
Peningkatan peran masyarakat dalam mengelola dan menata lingkungan
-
Pembangunan infrastruktur (jalan, listrik, air bersih, sanitasi)
-
Peningkatan perencanaan dan pembangunan secara spasial di kawasan pesisir
-
Pelaksanaan rehabilitasi vegetasi pantai dan pengendalian pencemaran
5. Bina Siaga Bencana dan Perubahan Iklim Bina Siaga Bencana dan Perubahan Iklim merupakan fokus pengembangan yang berorientasi pada pengadaan strategi mitigasi bencana yang partisipatif di kawasan pesisir melalui: -
Pengadaan usaha pengurangan resiko bencana, perencanaan tanggap darurat, dan rehabilitasi pada tingkat masyarakat
-
Penyusunan rencana aksi desa pengurangan resiko bencana melalui penyuluhan masyarakat, pelatihan tanggap darurat secara berkala, peningkatan akses data dan informasi bencana, serta aktivas lain terkait penanggulangan bencana
-
Pembangunan sarana dan prasarana penanggulangan bencana
Preseden Pengembangan Desa Pesisir Tangguh (PDPT): Implementasi PDPT dalam Upaya Pembangunan Wilayah Pesisir di Desa Tambakrejo, Kecamatan Sumbermanjing Wetan, Kabupaten Malang, Jawa Timur Desa Tambakrejo merupakan salah satu desa pesisir dengan 12 pantai yang dikembangkan untuk sektor perikanan dan pariwisata bahari. Di sisi lain, Desa Tambakrejo merupakan desa yang rentan terhadap bencana abrasi, banjir, dan tsunami berskala sedang. Implementasi PDPT dilaksanakan pada tahun 2013-2015 dengan berfokus pada lima binaan yang telah dijelaskan sebelumnya. Adapun keberhasilan pelaksanaan PDPT di Desa Tambakrejo dapat dijabarkan sebagai berikut: 1. Pembentukan struktur internal Pelaksanaan PDPT dimulai dengan pembentukan lembaga baru di Desa Tambakrejo yang bernama Kelompok Masyarakat Pesisir (KMP). Setiap desa memiliki lima KMP
Studio Rencana Wilayah
166
Kabupaten Jepara
2020
dimana satu KMP membawahi satu fokus binaan PDPT. Selain itu, keberadaan KMP juga didukung oleh tim pendamping dan tim pemberdayaan desa. 2. Peningkatan partisipasi masyarakat KMP didampingi oleh tenaga pendamping, secara berkala mengajak masyarakat pesisir untuk berdiskusi dalam bentuk FGD (Focus Discussion Group) dan PRA (Participatory
Rural Approach) untuk menentukan prioritas pembangunan desa dengan berdasarkan pada kajian potensi dan masalah yang dirasakan masyarakat pesisir. 3. Pembangunan Pembangunan di Desa Tambakrejo guna mendukung sektor perikanan dan pariwisata bahari yang berhasil dilakukan antara lain pembangunan TPA, MCK, beberapa jembatan mangrove dan jembatan evakuasi, pos pantau, jaringan air, serta perbaikan ekosistem pantai dan sentra industri perikanan. 4. Pemanfaatan sumber daya lokal Pemanfaatan SDA di Desa Tambakrejo dikelompokkan menjadi dua, yaitu daratan dan lautan, sehingga pengembangan desa untuk optimalisasi pemanfaatan SDA dilakukan di dua wilayah tersebut. Sedangkan peningkatan kualitas SDM secara berkala dilakukan melalui berbagai pelatihan dan penyuluhan yang diselenggarakan oleh tim pemberdayaan desa dengan melibatkan mitra untuk mendukung upaya peningkatan nilai guna sektor perikanan dan pariwisata bahari.
Gambar 1. Perbaikan ekosistem pantai di Desa Tambakrejo (kiri) Gambar 2. Pelatihan pembuatan produk UKM di Desa Tambakrejo (kanan)
Sumber: Anggraini, Yuanita (2015)
H. Visualisasi Rencana Lokasi penerapan program pengembangan kawasan pesisir dengan potensi pemanfaatan perikanan laut dan non laut ditetapkan berdasarkan delineasi rencana kawasan strategis pesisir dengan potensi pemanfaatan perikanan laut dan non laut. Tepatnya pada Desa Sekuro, Jambu, Sinanggul dan Mororejo di Kecamatan Mlonggo serta Desa Kedungcino dan Bandengan di Kecamatan Jepara. Pemilihan lokasi tersebut dilakukan dengan mempertimbangkan arahan kawasan peruntukan perikanan pada RTRW Kabupaten Jepara, besarnya potensi sumber daya perikanan yang dimiliki, kesesuaian lahan budidaya perikanan, aksesibilitas ke TPI dan pelabuhan niaga, serta berjarak 300 meter dari bibir pantai sesuai dengan UU No. 1 Tahun 2014 tentang perubahan atas UU No. 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil. Selain itu, faktor lain yang mendukung
Studio Rencana Wilayah
167
Kabupaten Jepara
2020
pemilihan lokasi, yaitu keberadaan destinasi pariwisata bahari, salah satunya Pantai Bandengan.
Gambar 3. Peta Visualisasi Rencana Program Pengembangan Kawasan Pesisir dengan Potensi Pemanfaatan Perikanan Laut dan Non Laut
Sumber: Analisis Penulis, 2020
Studio Rencana Wilayah
168
Kabupaten Jepara
2020
I. Project Cycle
Diagram 4. Project Cycle
Sumber: Analisis Penulis, 2020
I. Initiating Process a. Identifikasi kebutuhan proyek
b. Analisis kelayakan proyek c. Penetapan keputusan terkait membuat atau membeli unsur dalam proyek d. Perencanaan pengeluaran II. Planning Process a. Menentukan tujuan, ruang lingkup, dan batasan proyek
Studio Rencana Wilayah
Pelaksanaan sounding proyek dan audiensi dengan pihak terkait Perencanaan pembiayaan dan pengeluaran proyek Perencanaan pada instansi pelaksana: BAPPEDA, Dinas Perikanan, Dinas PUPR, Dinas Perindustrian dan Perdagangan, Dinas Koperasi, UKM, Tenaga Kerja dan Transmigrasi, Dinas Perumahan Rakyat dan Kawasan Permukiman, Dinas Lingkungan Hidup, Dinas Sosial Pemberdayaan Masyarakat dan Desa, dan Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian Perencanaan sumber dana: APBN, APBD, KPBU, dan Dana Desa Melakukan Cost Benefit Analysis (CBA) Penetapan keputusan dalam rangka membuat perencanaan kawasan strategis pesisir dengan pemanfaatan potensi perikanan laut dan non laut Asumsi dana sebesar Rp41.700.000.000,00
Tujuan proyek: Mewujudkan pemanfaatan potensi perikanan laut dan non laut yang berbasis daya dukung ekologis dan ekonomis kawasan pesisir Ruang lingkup proyek: Pengembangan fisik dan non fisik pada rencana kawasan strategis pesisir dengan pemanfaatan potensi perikanan laut dan non laut
169
Kabupaten Jepara
b. Mengidentifikasi pihak yang terlibat beserta tugasnya
2020
Batasan proyek: Desa Sekuro, Jambu, Sinanggul dan Mororejo di Kecamatan Mlonggo serta Desa Kedungcino dan Bandengan di Kecamatan Jepara BAPPEDA, Dinas Perikanan, Dinas PUPR, Dinas Perindustrian dan Perdagangan, Dinas Koperasi, UKM, Tenaga Kerja dan Transmigrasi, Dinas Perumahan Rakyat dan Kawasan Permukiman, Dinas Lingkungan Hidup, Dinas Sosial Pemberdayaan Masyarakat dan Desa dan Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian
c. Menentukan cara berkomunikasi, penyampaian informasi, metode penyampaian informasi, frekuensi, dan isi dari informasi yang disampaikan d. Perencanaan manajemen resiko III. Executing Process a. Melaksanakan rencana proyek dan mencapai target proyek
1. Terwujudnya kawasan pesisir dengan potensi pemanfaatan perikanan laut dan non laut yang berkelanjutan dan berwawasan lingkungan 2. Optimalnya pemanfaatan dan tata kelola lahan areal budidaya perikanan 3. Meningkatnya kapasitas dan partisipasi masyarakat pesisir dalam pengelolaan hasil budidaya perikanan 4. Meningkatnya
pendapatan
ekonomi
wilayah
dan
kesejahteraan masyarakat lokal melalui hasil budidaya perikanan 5. Terwujudnya industri kecil dan menengah yang mampu menyediakan input produksi, mengolah dan memanfaatkan hasil budidaya perikanan untuk menambah nilai guna (value
added) b. Pembuatan sistem pelaksanaan proyek
c. Penetapan standar kualitas proyek
Studio Rencana Wilayah
Sistem pelaksanaan dilakukan dalam empat periode pembangunan (tahap I-IV) dimana masing-masing periode memiliki jangka waktu 5 tahun. Hal tersebut sesuai dengan pelaksanaan indikasi program kawasan strategis pesisir dengan pemanfaatan potensi perikanan laut dan non laut yang telah ditetapkan. Standar kualitas proyek mengacu pada ketercapaian setiap tingkatan indikator dan sasaran kinerja di Logical Framework
170
Kabupaten Jepara
2020
IV. Pemantauan dan Pengendalian Pemantauan dan pengendalian proyek dilakukan secara berkala selama proses pengembangan kawasan strategis pesisir dengan pemanfaatan potensi perikanan laut dan non laut untuk mengetahui efisiensi penggunaan waktu dan biaya serta kualitas pelaksanaan proyek. V. Penyelesaian dan Evaluasi Penyelesaian proyek dilakukan dengan memberikan hasil dari proyek, menyerahkan dokumentasi proyek untuk bisnis, mengakhiri kontrak terhadap supplier (pemasok), dan mengkomunikasikan penutupan proyek pada seluruh pemangku kepentingan yang terlibat. Sedangkan evaluasi proyek dilakukan untuk mengukur kesesuaian rencana dengan hasil akhir agar dapat dilakukan perbaikan pada pelaksanaan proyek selanjutnya. Tabel 1. Rincian Project Cycle
Sumber: Analisis Penulis, 2020
Studio Rencana Wilayah
171
Kabupaten Jepara
2020
LAMPIRAN A. Kerangka Kerja Logis (Logical Framework)
Narrative Summary
Terwujudnya pemanfaatan potensi perikanan laut dan non laut yang berbasis daya dukung ekologis dan ekonomis kawasan pesisir
Goals
Purposes
1
Meningkatnya intensitas aktivitas budidaya perikanan dalam rangka optimalisasi pemanfaatan potensi kawasan pesisir
Studio Rencana Wilayah
Objectivity Indicators
Source Verifications
Assumptions
Terwujudnya kawasan pesisir dengan potensi pemanfaatan perikanan laut dan non laut
BAPPEDA, Dinas Perikanan, Dinas PUPR, Dinas Perindustrian dan Perdagangan, Dinas Koperasi, UKM, Tenaga Kerja dan Transmigrasi, Dinas Perumahan Rakyat dan Kawasan Permukiman, Dinas Lingkungan Hidup, Dinas Sosial Pemberdayaan Masyarakat dan Desa dan Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian
Indikator diasumsikan berhasil
BAPPEDA, Dinas PUPR, Dinas Perikanan dan Dinas Koperasi, UKM, Tenaga Kerja dan Transmigrasi
Aktivitas budidaya perikanan dilindungi oleh kebijakan pemerintah dengan ketentuan pelaksaan sesuai standar yang berlaku
a) Bertambahnya luas areal budidaya perikanan b) Meningkatnya jumlah masyarakat pesisir yang bekerja di sektor perikanan c) Adanya optimalisasi jaringan pendukung kegiatan sektor perikanan
172
Kabupaten Jepara
Narrative Summary
2
3
4
5
Meningkatnya produktivitas sektor perikanan
Objectivity Indicators a) Meningkatnya hasil produksi sektor perikanan, baik dalam satuan kg maupun ton
2020
Source Verifications
Assumptions
BAPPEDA, Dinas Perikanan dan Dinas Perindustrian dan Perdagangan
Peningkatan hasil produksi tercatat dalam sistem informasi yang tersedia oleh instansi terkait
BAPPEDA, Dinas Perikanan, Dinas Perindustrian dan Perdagangan, Dinas Koperasi, UKM, Tenaga Kerja dan Transmigrasi dan Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian
Peningkatan konsumsi hasil budidaya perikanan menstimulasi pertumbuhan IKM bidang perikanan
Meningkatnya tingkat konsumsi masyarakat terhadap pangan yang bersumber dari hasil budidaya perikanan
a) Meningkatnya jumlah konsumsi hasil budidaya perikanan b) Meningkatnya jumlah penjualan komoditas perikanan
Meningkatkan mutu hasil produksi budidaya perikanan
a) Meningkatnya mutu hasil yang dinyatakan dalam BPOM dengan berpedoman pada SNI mutu dan keamanan pangan
BAPPEDA, Dinas Perikanan dan Dinas Perindustrian dan Perdagangan
Hasil produksi dapat diuji secara klinis melalui lembaga terkait
Terciptanya kawasan pesisir yang berorientasi pada kelestarian lingkungan
a) Menurunnya jumlah bangunan yang melanggar ketentuan pemanfaatan lahan di sempadan pantai b) Terpeliharanya kawasan lindung pesisir c) Menurunnya indeks pencemaran air laut
BAPPEDA, Dinas PUPR, Dinas Perumahan Rakyat dan Kawasan Permukiman dan Dinas Lingkungan Hidup
Segala kegiatan budidaya perikanan tidak merusak lingkungan dan tetap memperhatikan fungsi lindung
Studio Rencana Wilayah
173
Kabupaten Jepara
Narrative Summary
Objectivity Indicators
Source Verifications
1,1
Terbangunnya tambak perikanan baru untuk mengoptimalkan kegiatan budidaya perikanan
a) Luas kawasan tambak yang telah ditetapkan (Ha)
BAPPEDA dan Dinas PUPR
1,2
Termanfaatkannya lahan pada kawasan pesisir sebagai lokasi kegiatan budidaya perikanan
a) Ditetapkannya kawasan pesisir untuk budidaya perikanan dalam RTRW maupun RDTR
BAPPEDA dan Dinas PUPR
1,3
Terbentuknya komunitas nelayan dan/atau masyarakat pesisir yang berupaya dalam pengembangan kegiatan budidaya perikanan
a) Adanya komunitas nelayan dan/atau masyarakat pesisir yang menggiatkan pelatihan dan penyuluhan terkait kegiatan budidaya perikanan
BAPPEDA dan Dinas Sosial Pemberdayaan Masyarakat dan Desa
1,4
Terbentuknya kelembagaan yang berwenang dalam pemeliharaan, pemantauan dan pengembangan kegiatan budidaya perikanan
a) Adanya lembaga resmi yang melakukan pemeliharaan, pemantauan dan pengembangan secara berkala
BAPPEDA
1,5
Terbangunnya jaringan pendukung kegiatan sektor perikanan sesuai dengan kebutuhan
a) Pembangunan dalam rangka optimalisasi jaringan pendukung kegiatan sektor perikanan sesuai dengan kebutuhan
Outputs
Studio Rencana Wilayah
2020
Assumptions
Meningkatnya intensitas aktivitas budidaya perikanan diharapkan mampu meningkatkan pendapatan masyarakat lokal dari hasil budidaya perikanan dengan adanya peningkatan profesi di bidang perikanan
BAPPEDA dan Dinas PUPR
174
Kabupaten Jepara
Narrative Summary
Objectivity Indicators
Source Verifications
2020
Assumptions
a) Adanya sentra perikanan yang terkonsentrasi di suatu titik yang potensial
BAPPEDA, Dinas Perikanan, Dinas PUPR, Dinas Perindustrian dan Perdagangan dan Dinas Koperasi, UKM, Tenaga Kerja dan Transmigrasi
2,2
Terbentuknya IKM yang mampu menyediakan input produksi, mengolah dan memanfaatkan hasil budidaya perikanan
a) Adanya IKM dan UMKM yang mendukung kegiatan budidaya perikanan
BAPPEDA, Dinas Perikanan, Dinas PUPR, Dinas Perindustrian dan Perdagangan dan Dinas Koperasi, UKM, Tenaga Kerja dan Transmigrasi
2,3
Terbangunnya bangunan pengumpul hasil produksi budidaya perikanan
a) Adanya bangunan pengumpul hasil produksi budidaya perikanan
BAPPEDA, Dinas PUPR dan Dinas Perindustrian dan Perdagangan
3,1
Terbangunnya sarana perdagangan dengan komoditas utama berupa hasil budidaya perikanan
a) Terfasilitasinya masyarakat dengan TPI/pasar yang mengakomodasi kegiatan perdagangan hasil budidaya perikanan
BAPPEDA, Dinas PUPR dan Dinas Perindustrian dan Perdagangan
Sarana perdagangan mampu menstimulasi produktivitas budidaya perikanan
a) Adanya penelitian terkait mutu hasil produksi budidaya perikanan secara berkala
BAPPEDA, Dinas PUPR, Dinas Perikanan dan Dinas Perindustrian dan Perdagangan
Balai penelitian diharapkan mampu mengontrol mutu dari bahan mentah hingga siap konsumsi
2,1
4,1
Terbangunnya sentra perikanan yang terkonsentrasi di suatu titik yang potensial
Terbangunnya balai penelitian untuk mengontrol mutu hasil produksi budidaya perikanan
Studio Rencana Wilayah
Perekonomian kawasan pesisir yang berbasis kegiatan budidaya perikanan
175
Kabupaten Jepara
Narrative Summary
Source Verifications
a) Adanya arahan pengendalian kawasan pesisir dalam RTRW
BAPPEDA dan Dinas PUPR
5,2
Tersedianya vegetasi pelindung yang berfungsi dalam mendukung pelestarian lingkungan pesisir
a) Jumlah vegetasi pelindung yang ditanam sesuai dengan kebutuhan lahan
BAPPEDA, Dinas PUPR, Dinas Perumahan Rakyat dan Kawasan Permukiman dan Dinas Lingkungan Hidup
5,3
Tersedianya alat tangkap yang produktif dan ramah lingkungan
a) Jumlah alat tangkap yang produktif dan ramah lingkungan sesuai dengan kebutuhan nelayan
BAPPEDA, Dinas Perikanan dan Dinas Lingkungan Hidup
Pembangunan tambak untuk budidaya perikanan
a) Terlaksananya pembangunan tambak untuk budidaya perikanan
BAPPEDA, Dinas Perikanan dan Dinas PUPR
1,1,2 Pemasangan kincir kolam tambak
a) Telaksananya pemasangan kincir kolam tambak
BAPPEDA, Dinas Perikanan dan Dinas PUPR
1,1,3 Pembelanjaan benih ikan
a) Terlaksananya kegiatan belanja benih ikan
BAPPEDA dan Dinas Perikanan
a) Terbudidaya ikan secara berkelanjutan
BAPPEDA dan Dinas Perikanan
5,1
1,1,1
Activities 1,1,4
Tersedianya kawasan lindung pesisir
Objectivity Indicators
Pembudidayaan ikan secara berkelanjutan
Penetapan kebijakan pemanfaatan 1,2,1 lahan pesisir yang memuat penentuan luas tambak maksimal
Studio Rencana Wilayah
a) Terwujudnya kebijakan pemanfaatan lahan pesisir
BAPPEDA, Dinas Perikanan dan Dinas PUPR
2020
Assumptions
Kawasan lindung tetap terjaga dan lingkungan pesisir tetap lestari seiring dengan pembangunan tambak dan sarana prasarana pendukung budidaya perikanan
Meningkatnya intensitas aktivitas budidaya perikanan diharapkan mampu meningkatkan pendapatan masyarakat lokal dari hasil budidaya perikanan dengan adanya peningkatan profesi di bidang perikanan
176
Kabupaten Jepara
Narrative Summary
Objectivity Indicators
Source Verifications
Sosialisasi rencana peruntukan lahan budidaya tambak dengan 1,2,2 masyarakat sekitar dan pemilik lahan
a) Terlaksananya sosialisasi rencana peruntukan lahan budidaya tambak
BAPPEDA, Dinas Perikanan dan Dinas PUPR
Pemetaan secara detail lahan budidaya tambak yang akan 1,2,3 ditetapkan dalam rencana peruntukan ruang
a) Terpetakannya lahan budidaya tambak secara detail
BAPPEDA, Dinas Perikanan dan Dinas PUPR
1,2,4 Transaksi pembebasan lahan
a) Terlaksananya transaksi pembebasan lahan dengan kesepakatan seluruh pihak yang terlibat
BAPPEDA dan Dinas PUPR
1,2,5 Sertifikasi lahan
a) Terlaksananya sertifikasi lahan
BAPPEDA dan Dinas PUPR
Pembentukan komunitas nelayan dan/atau masyarakat pesisir untuk 1,3,1 mendukung pengembangan kegiatan budidaya perikanan
a) Terbentuknya komunitas nelayan dan/atau masyarakat pengembangan kegiatan budidaya perikanan
BAPPEDA, Dinas Perikanan dan Dinas Sosial Pemberdayaan Masyarakat dan Desa
Pembentukan organisasi dan lembaga yang berwenang dalam 1,4,1 pemeliharaan, pemantauan dan pengembangan kegiatan budidaya perikanan
a) Terbentuknya organisasi dan lembaga di bidang perikanan dan pemanfaatan lahan pesisir
Studio Rencana Wilayah
2020
Assumptions
BAPPEDA dan Dinas Perikanan
177
Kabupaten Jepara
Narrative Summary
Objectivity Indicators
Source Verifications
1,5,1
Pembangunan sistem jaringan air kolam tambak
a) Terlaksananya pembangunan sistem jaringan air kolam tambak
BAPPEDA dan Dinas PUPR
1,5,2
Pembangunan sistem jaringan air limbah kawasan pesisir
a) Terlaksananya pembangunan sistem jaringan air limbah kawasan pesisir
BAPPEDA dan Dinas PUPR
1,5,3
Pembangunan sistem drainase kawasan pesisir
a) Terlaksananya pembangunan sistem drainase kawasan pesisir
BAPPEDA dan Dinas PUPR
1,5,4
Pembangunan sistem kelistrikan lahan budidaya tambak
a) Terlaksananya pembangunan sistem kelistrikan lahan budidaya tambak
BAPPEDA dan Dinas PUPR
1,5,5
Pengembangan jaringan jalan kawasan pesisir
a) Terlaksananya pengembangan jaringan jalan kawasan pesisir
BAPPEDA dan Dinas PUPR
1,5,6
Pengembangan pelabuhan niaga kawasan pesisir
a) Terlaksananya pengembangan pelabuhan niaga kawasan pesisir
BAPPEDA dan Dinas PUPR
a) Terlaksananya penyuluhan tentang penetapan lokasi sentra perikanan dan jenis kegiatan di dalamnya
BAPPEDA, Dinas Perikanan dan Dinas PUPR
a) Terlaksananya pembangunan sentra perikanan
BAPPEDA, Dinas Perikanan, Dinas PUPR, Dinas Perindustrian dan Perdagangan dan Dinas Koperasi, UKM, Tenaga Kerja dan Transmigrasi
Penyuluhan tentang penetapan 2,1,1 lokasi sentra perikanan dan jenis kegiatan di dalamnya
2,1,2
Pembangunan sentra perikanan di suatu titik yang potensial
Studio Rencana Wilayah
2020
Assumptions
178
Kabupaten Jepara
Narrative Summary
Objectivity Indicators
Source Verifications BAPPEDA, Dinas Perikanan, Dinas PUPR, Dinas Perindustrian dan Perdagangan dan Dinas Koperasi, UKM, Tenaga Kerja dan Transmigrasi
Pembentukan IKM yang mampu menyediakan input produksi, 2,2,1 mengolah dan memanfaatkan hasil budidaya perikanan
a) Terbentuknya IKM dan UMKM yang mendukung kegiatan budidaya perikanan
Pengadaan pelatihan SDM dalam penggunaan teknologi modern untuk menyediakan input 2,2,2 produksi, mengolah dan memanfaatkan hasil budidaya perikanan
a) Terlaksananya pelatihan SDM dalam penggunaan teknologi modern untuk menyediakan input produksi, mengolah dan memanfaatkan hasil budidaya perikanan
BAPPEDA, Dinas Perikanan dan Dinas Sosial Pemberdayaan Masyarakat dan Desa
Pengembangan kegiatan 2,2,3 pemasaran hasil budidaya perikanan
a) Terlaksananya pengembangan kegiatan pemasaran, termasuk kerja sama kemitraan pemasaran
BAPPEDA, Dinas Perikanan dan Dinas Perindustrian dan Perdagangan
Pembangunan bangunan 2,3,1 pengumpul hasil produksi budidaya perikanan
a) Terlaksananya pembangunan bangunan pengumpul hasil produksi budidaya perikanan
BAPPEDA, Dinas Perikanan, Dinas PUPR dan Dinas Perindustrian dan Perdagangan
a) Terlaksananya pembangunan TPI dan/atau pasar
BAPPEDA, Dinas Perikanan, Dinas PUPR dan Dinas Perindustrian dan Perdagangan
Pembangunan TPI dan/atau pasar 3,1,1 dengan komoditas utama berupa hasil budidaya perikanan
Studio Rencana Wilayah
2020
Assumptions
Perekonomian kawasan pesisir yang berbasis kegiatan budidaya perikanan
Perikanan sebagai komoditas yang perlu perhatian khusus karena mampu
179
Kabupaten Jepara
Narrative Summary
Objectivity Indicators
2020
Source Verifications
Assumptions meningkatkan nilai PDRB wilayah
4,1,1
Pembangunan balai penelitian budidaya perikanan
a) Terlaksananya pembangunan balai penelitian budidaya perikanan
BAPPEDA, Dinas PUPR, Dinas Perikanan dan Dinas Perindustrian dan Perdagangan
5,1,1
Penentuan dan delineasi kawasan lindung pesisir
a) Ditetapkannya delineasi kawasan lindung pesisir
BAPPEDA dan Dinas PUPR
Pembuatan kebijakan, upaya 5,1,2 pengendalian, pemantauan dan evaluasi kegiatan kawasan pesisir
a) Terlaksananya proses pembuatan kebijakan, upaya pengendalian, pemantauan dan evaluasi kegiatan kawasan pesisir
BAPPEDA
Penyelenggaraan gerakan penanaman vegetasi pelindung 5,2,1 pesisir beserta pemeliharaannya secara berkala
a) Terselenggaranya gerakan penanaman vegetasi pelindung pesisir beserta pemeliharaannya secara berkala
BAPPEDA, Dinas PUPR, Dinas Perumahan Rakyat dan Kawasan Permukiman dan Dinas Lingkungan Hidup
Revitalisasi alat tangkap yang 5,3,1 produktif dan ramah lingkungan
a) Terlaksananya revitalisasi alat tangkap yang produktif dan ramah lingkungan
BAPPEDA, Dinas Perikanan dan Dinas Lingkungan Hidup
Kawasan lindung tetap terjaga dan lingkungan pesisir tetap lestari seiring dengan pembangunan tambak dan sarana prasarana pendukung budidaya perikanan
Tabel 2. Kerangka Kerja Logis Program
Sumber: Analisis Penulis, 2020
Studio Rencana Wilayah
180
Kabupaten Jepara
2020
B. Pentahapan dan Pembiayaan Tahap-Tahap Kegiatan Sub-Program
Kegiatan
Satuan
Lokasi
Periode 1 1
2
3
4
Periode 2 5
6
7
8
9
Total
Periode 3 10
11
12
13
Periode 4 14
15
16
17
18
Biaya 19
20
Sumber Dana
(Juta Rp)
Tahap Perencanaan
Pemanfaatan lahan pada kawasan pesisir sebagai lokasi kegiatan budidaya perikanan
Penetapan kebijakan pemanfaatan lahan pesisir yang memuat penentuan luas tambak maksimal
15 Ha
Sosialisasi rencana peruntukan lahan budidaya tambak dengan masyarakat sekitar dan pemilik lahan
5 kali
Rp200
APBD
Rp100
APBD
Rp200
APBD
Transaksi pembebasan lahan
Rp10.000
APBD
Sertifikasi lahan
Rp200
APBD
Rp2000
APBD
Rp1000
APBD
Rp200
APBD
Pemetaan secara detail lahan budidaya tambak yang akan ditetapkan dalam rencana peruntukan ruang
Kecamatan Mlonggo (Desa Sekuro, Jambu, Sinanggul, dan Mororejo) dan Kecamatan Jepara (Desa Kedungcino dan Bandengan)
Tahap Pembangunan Pembangunan tambak perikanan baru untuk mengoptimalkan kegiatan budidaya perikanan
Pembangunan tambak untuk budidaya perikanan
15 Ha
Pemasangan kincir kolam tambak
240 kincir
Pembelanjaan benih ikan
1 juta benih
Studio Rencana Wilayah
Kecamatan Mlonggo (Desa Sekuro, Jambu, Sinanggul, dan Mororejo) dan Kecamatan Jepara (Desa
181
Kabupaten Jepara
Pembudidayaan ikan secara berkelanjutan
secara berkala
Pembentukan komunitas nelayan dan/atau masyarakat pesisir yang berupaya dalam pengembangan kegiatan budidaya perikanan
Pembentukan komunitas nelayan dan/atau masyarakat pesisir
Pembentukan kelembagaan yang berwenang dalam pemeliharaan, pemantauan dan pengembangan kegiatan budidaya perikanan
Pembangunan jaringan pendukung kegiatan sektor perikanan sesuai dengan kebutuhan
Kedungcino dan Bandengan)
2020
Rp400
APBD
satu komunit as/desa
Rp100
APBD
Pembentukan organisasi dan lembaga kepengurusan kawasan pesisir
satu organisa si/desa
Rp100
APBD
Pembangunan sistem jaringan air kolam tambak
10 km
Rp400
APBD
Pembangunan sistem jaringan air limbah kawasan pesisir
2 Ha
Rp200
APBD
Pembangunan sistem drainase kawasan pesisir
10 km
Rp200
APBD
Pembangunan sistem kelistrikan lahan budidaya tambak
seluruh kawasan
Rp400
APBD
Studio Rencana Wilayah
182
Kabupaten Jepara
Pembangunan sentra perikanan yang terkonsentrasi di suatu titik yang potensial
Pembentukan IKM yang mampu menyediakan input produksi, mengolah dan memanfaatkan hasil budidaya perikanan
Pengembangan jaringan jalan kawasan pesisir
seluruh jalan
Rp1000
APBD
Pengembangan pelabuhan niaga kawasan pesisir
seluruh pelabuh an niaga
Rp4000
APBD
Penyuluhan tentang penetapan lokasi sentra perikanan dan jenis kegiatan di dalamnya
5 kali
Rp100
APBD
Rp6000
APBD, KPBU, dan Dana Desa
Rp200
APBD dan Dana Desa
Rp600
APBD
Rp300
APBD dan KPBU
Rp700
APBD
Pembangunan sentra perikanan
5 Ha
Pembentukan IKM yang mampu menyediakan input produksi, mengolah dan memanfaatkan hasil budidaya perikanan
40 unit
Pengadaan pelatihan SDM dalam penggunaan teknologi modern untuk menyediakan input produksi, mengolah dan memanfaatkan hasil budidaya perikanan
10 kali
Pengembangan kegiatan pemasaran hasil budidaya perikanan Pembangunan bangunan pengumpul hasil produksi
2020
Pembangunan bangunan pengumpul
Studio Rencana Wilayah
4 banguna n@5 Ha
Kecamatan Mlonggo (Desa Sekuro, Jambu, Sinanggul, dan Mororejo)
Kecamatan Mlonggo (Desa Sekuro, Jambu, Sinanggul, dan Mororejo) dan Kecamatan Jepara (Desa Kedungcino dan Bandengan)
183
Kabupaten Jepara
2020
budidaya perikanan
Pembangunan sarana perdagangan dengan komoditas utama berupa hasil budidaya perikanan
Pembangunan balai penelitian untuk mengontrol mutu hasil produksi budidaya perikanan
Pembangunan TPI dan/atau pasar dengan komoditas utama berupa hasil budidaya perikanan
Pembangunan balai penelitian budidaya perikanan
1 TPI dan 2 pasar
Kecamatan Mlonggo (Desa Sekuro, Jambu, Sinanggul, dan Mororejo) dan Kecamatan Jepara (Desa Kedungcino dan Bandengan)
Rp10.000
APBD
1 balai
Kecamatan Mlonggo (Desa Sekuro, Jambu, Sinanggul, dan Mororejo)
Rp2000
APBN dan APBD
Rp200
APBD
Rp200
APBD
Tahap Pemeliharaan, Pengendalian, Pemantauan dan Evaluasi
Penyediaan kawasan lindung pesisir
Penentuan dan delineasi kawasan lindung pesisir
Pembuatan kebijakan, upaya pengendalian, pemantauan dan evaluasi kegiatan kawasan pesisir
Studio Rencana Wilayah
300 m dari bibir pantai
Kecamatan Mlonggo (Desa Sekuro, Jambu, Sinanggul, dan Mororejo) dan Kecamatan Jepara (Desa Kedungcino
184
Kabupaten Jepara
2020
Penyediaan vegetasi pelindung yang berfungsi dalam mendukung pelestarian lingkungan pesisir
dan Bandengan)
Penyelenggaraan gerakan penanaman vegetasi pelindung pesisir beserta pemeliharaannya secara berkala
5 kali
Rp500
APBD
Penyediaan alat tangkap yang produktif dan ramah lingkungan
Revitalisasi alat tangkap yang produktif dan ramah lingkungan
1000 alat
Rp200
APBD dan KPBU
TOTAL BIAYA
Rp41.700
Tabel 3. Pentahapan dan Pembiayaan Program
Sumber: Analisis Penulis, 2020
C. Cashflow
Dalam cashflow, biaya pengeluaran terbagi menjadi dua, yaitu pengeluaran langsung dan tidak langsung. Pengeluaran langsung
merupakan pengeluaran untuk pembiayaan kegiatan yang ditanggung oleh APBN, APBD, KPBU, dan dana desa, yang telah ditetapkan sebelumnya, sedangkan pengeluaran tidak langsung dalam program ini merupakan pembiayaan yang digunakan untuk pengalihfungsian guna lahan tak terbangun. Begitu pun biaya pemasukan juga terbagi menjadi dua, yaitu pemasukan langsung dan tidak langsung. Pemasukan langsung merupakan keuntungan yang diperoleh dari berbagai kegiatan yang sifatnya langsung memberikan keuntungan kepada pelakunya (materiil), sedangkan pemasukan tidak langsung merupakan keuntungan yang diperoleh dari kegiatan-kegiatan yang keuntungannya bersifat moral/tidak materiil, namun akhirnya dapat diberi nilai dalam satuan rupiah. Berbagai asumsi yang digunakan untuk menentukan besaran biaya pengeluaran dan pemasukan dirinci pada tabel di bawah ini.
Studio Rencana Wilayah
185
Kabupaten Jepara
Pengeluaran Langsung (Juta Rp) Sub Program
Pengeluaran Tidak Langsung (Juta Rp) Rincian
Jumlah
TOTAL EXP
Pemasukan Langsung (Juta Rp) Rincian
Jumlah
2020
Pemasukan Tidak Langsung (Juta Rp) Rincian
Jumlah
TOTAL REV
Rincian
Jumlah
Penetapan kebijakan pemanfaatan lahan pesisir yang memuat penentuan luas tambak maksimal
200
200
0
Sosialisasi rencana peruntukan lahan budidaya tambak dengan masyarakat sekitar dan pemilik lahan
100
100
0
Pemetaan secara detail lahan budidaya tambak yang akan ditetapkan dalam rencana peruntukan ruang
200
200
0
Transaksi pembebasan lahan
10000
10000
0
Sertifikasi lahan
200
200
0
Pembangunan tambak untuk budidaya perikanan
2000
2100
0
Pemasangan kincir kolam tambak
1000
1000
Meningkatnya produktivitas perikanan (400 per tahun)
800
800
Pembelanjaan benih ikan
200
200
Meningkatnya produktivitas perikanan (100 per tahun)
200
200
Pembudidayaan ikan secara berkelanjutan
400
400
Tahap Perencanaan
Pemanfaatan lahan pada kawasan pesisir sebagai lokasi kegiatan budidaya perikanan
Tahap Pembangunan
Pembangunan tambak perikanan baru untuk mengoptimalkan kegiatan budidaya perikanan
Studio Rencana Wilayah
Pengalihfungsian guna lahan tak terbangun (50 per tahun)
100
0
186
Kabupaten Jepara
Pengeluaran Langsung (Juta Rp) Sub Program
Pengeluaran Tidak Langsung (Juta Rp)
Rincian
Jumlah
Rincian
Pembentukan komunitas nelayan dan/atau masyarakat pesisir yang berupaya dalam pengembangan kegiatan budidaya perikanan
Pembentukan komunitas nelayan dan/atau masyarakat pesisir
100
Pembentukan kelembagaan yang berwenang dalam pemeliharaan, pemantauan dan pengembangan kegiatan budidaya perikanan
Pembentukan organisasi dan lembaga kepengurusan kawasan pesisir
100
Pembangunan sistem jaringan air kolam tambak
400
Pengalihfungsian guna lahan tak terbangun (50 per tahun)
Pembangunan sistem jaringan air limbah kawasan pesisir
200
Pembangunan sistem drainase kawasan pesisir Pembangunan sistem kelistrikan lahan budidaya tambak
Jumlah
TOTAL EXP
Pemasukan Langsung (Juta Rp) Rincian
Jumlah
2020
Pemasukan Tidak Langsung (Juta Rp)
TOTAL REV
Rincian
Jumlah
100
Meningkatnya produktivitas perikanan (150 per tahun)
1950
1950
100
Pengintegrasian mitra dan kelembagaan (50 per tahun)
100
100
100
500
Pengintegrasian mitra kelembagaan (50 per tahun)
100
100
Pengalihfungsian guna lahan tak terbangun (50 per tahun)
100
300
Meningkatnya produktivitas perikanan (150 per tahun)
300
300
200
Pengalihfungsian guna lahan tak terbangun (50 per tahun)
100
300
0
400
Pengalihfungsian guna lahan tak terbangun (50 per tahun)
100
500
0
Tahap Perencanaan
Pembangunan jaringan pendukung kegiatan sektor perikanan sesuai dengan kebutuhan
Studio Rencana Wilayah
187
Kabupaten Jepara
Pengeluaran Langsung (Juta Rp) Sub Program
Pengeluaran Tidak Langsung (Juta Rp)
TOTAL EXP
Rincian
Jumlah
Rincian
Jumlah
Pengembangan jaringan jalan kawasan pesisir
1000
Pengalihfungsian guna lahan tak terbangun (50 per tahun)
100
1100
Pengembangan pelabuhan niaga kawasan pesisir
4000
Pengalihfungsian guna lahan tak terbangun (50 per tahun)
100
4100
Penyuluhan tentang penetapan lokasi sentra perikanan dan jenis kegiatan di dalamnya
100
Pengalihfungsian guna lahan tak terbangun (50 per tahun)
100
200
Pemasukan Langsung (Juta Rp) Rincian
Jumlah
2020
Pemasukan Tidak Langsung (Juta Rp) Rincian
Jumlah
TOTAL REV
Tahap Perencanaan
Pembangunan sentra perikanan yang terkonsentrasi di suatu titik yang potensial
Pembentukan IKM yang mampu menyediakan input produksi, mengolah dan memanfaatkan hasil budidaya perikanan
Pembangunan sentra perikanan
6000
Pengalihfungsian guna lahan tak terbangun (50 per tahun)
Meningkatnya aksesibilitas dan mobilitas (200 per tahun) Meningkatnya value added produk perikanan
400
400
400
400
(200 per tahun)
150
6150
Penjualan hasil produksi perikanan pada sentra perikanan (penjualan tahun awal 1500, dengan asumsi setiap 3 tahun naik 3%)
12315
12315
Penjualan hasil produksi dan pengolahan IKM (penjualan tahun awal 1200, dengan asumsi setiap 3 tahun naik 3%)
13749
13749
Pembentukan IKM yang mampu menyediakan input produksi, mengolah dan memanfaatkan hasil budidaya perikanan
200
200
Pengadaan pelatihan SDM dalam penggunaan teknologi modern untuk menyediakan input produksi, mengolah dan memanfaatkan hasil budidaya perikanan
600
600
Studio Rencana Wilayah
0
Meningkatnya kualitas dan produktivitas SDM (150 per tahun)
300
188
300
Kabupaten Jepara
Pengeluaran Langsung (Juta Rp) Sub Program
Rincian
Jumlah
Pengeluaran Tidak Langsung (Juta Rp) Rincian
Jumlah
TOTAL EXP
Pemasukan Langsung (Juta Rp) Rincian
Jumlah
Penjualan hasil produksi melalui kegiatan pemasaran (penjualan tahun awal 900, dengan asumsi setiap 3 tahun naik 3%)
10314
2020
Pemasukan Tidak Langsung (Juta Rp) Rincian
Jumlah
TOTAL REV
Tahap Perencanaan
Pengembangan kegiatan pemasaran hasil budidaya perikanan
300
Pembangunan bangunan pengumpul hasil produksi budidaya perikanan
Pembangunan bangunan pengumpul
700
Pengalihfungsian guna lahan tak terbangun (50 per tahun)
Pembangunan sarana perdagangan dengan komoditas utama berupa hasil budidaya perikanan
Pembangunan TPI dan/atau pasar dengan komoditas utama berupa hasil budidaya perikanan
10000
Pengalihfungsian guna lahan tak terbangun (50 per tahun)
100
10100
Pembangunan balai penelitian untuk mengontrol mutu hasil produksi budidaya perikanan
Pembangunan balai penelitian budidaya perikanan
2000
Pengalihfungsian guna lahan tak terbangun (50 per tahun)
100
2100
0
300
100
10314
Meningkatnya aksesibilitas dan mobilitas (100 per tahun)
800
Penjualan hasil produksi perikanan pada TPI dan pasar (penjualan tahun awal 1500, dengan asumsi setiap 3 tahun naik 3%)
200
13905
200
13905
Tahap Pemeliharaan, Pengendalian, Pemantauan dan Evaluasi
Penyediaan kawasan lindung pesisir
Penentuan dan delineasi kawasan lindung pesisir
200
200
0
Pembuatan kebijakan, upaya pengendalian, pemantauan dan evaluasi kegiatan kawasan pesisir
200
200
0
Studio Rencana Wilayah
189
Kabupaten Jepara
Pengeluaran Langsung (Juta Rp) Sub Program
Pengeluaran Tidak Langsung (Juta Rp) Rincian
Jumlah
TOTAL EXP
Rincian
Jumlah
Penyediaan vegetasi pelindung yang berfungsi dalam mendukung pelestarian lingkungan pesisir
Penyelenggaraan gerakan penanaman vegetasi pelindung pesisir beserta pemeliharaannya secara berkala
500
500
Penyediaan alat tangkap yang produktif dan ramah lingkungan
Revitalisasi alat tangkap yang produktif dan ramah lingkungan
200
200
Pemasukan Langsung (Juta Rp) Rincian
Jumlah
2020
Pemasukan Tidak Langsung (Juta Rp) Rincian
Jumlah
TOTAL REV
Tahap Perencanaan
TOTAL
41700
1250
42950
0
Meningkatnya produktivitas perikanan (100 per tahun)
50283
200
200
4950
55233
Tabel 4. Rincian Expenditure dan Revenue (Cashflow)
Sumber: Analisis Penulis, 2020
Studio Rencana Wilayah
190
Kabupaten Jepara
2020
D. Cost Benefit Analysis (CBA)
Tabel 5. Perhitungan Cost Benefit Analysis
Sumber: Analisis Penulis, 2020
Perhitungan Cost Benefit Analysis (CBA) program prioritas pengembangan kawasan pesisir dengan potensi pemanfaatan perikanan laut dan non laut didasarkan pada pentahapan dan pembiayaan program yang telah dirinci pada cashflow. Perhitungan ini menggunakan discount rate 11% dan 15% sebagai instrumen analisis kelayakan program (feasibility). Berdasarkan hasil perhitungan, didapatkan nilai NPV sebesar Rp458.015.530.000,00 dengan discount rate 11% dan NPV sebesar Rp853.176.060.000,00 dengan discount rate 15% dimana nilai tersebut positif (+), yang berarti proyek berpotensi menghasilkan profit. Kemudian nilai BCR yang didapatkan sebesar 5,39 dengan discount rate 11% dan 6,87 dengan
discount rate 15% dimana nilai tersebut bernilai >1. Selain itu, perhitungan ROI yang didapatkan sebesar 0,62 dengan discount rate 11% dan 0,85 dengan discount rate 15% dimana nilai tersebut >0, yang berarti proyek investasi tersebut dapat diterima. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa program prioritas pengembangan kawasan pesisir dengan potensi pemanfaatan perikanan laut dan non laut layak untuk dilaksanakan (feasible).
Studio Rencana Wilayah
191
Kabupaten Jepara
2020
Referensi
Anggraini, Yuanita. (2015). Implementasi Program Pengembangan Desa Pesisir Tangguh (PDPT) dalam Upaya Pembangunan Wilayah Pesisir (Studi di Desa Tambakrejo, Kecamatan Sumbermanjing Wetan, Kabupaten Malang). Jurnal Administrasi Publik, 3, 1862-1867. Diakses dari https://media.neliti.com/media/publications/82740-IDimplementasi-program-pengembangan-desa-p.pdf
Kementrian Kelautan dan Perikanan. (2011). Pengembangan Desa Pesisir Tangguh (PDPT). Diakses dari https://drive.google.com/drive/u/1/folders/0B36xtTUfufleZGxWdW9yTU1zWU0
Studio Rencana Wilayah
192
Kabupaten Jepara
2020
1. Latar Belakang Roda perekonomian terus mengalami perubahan secara masif di era disruptif dimana pertumbuhan ekonomi yang awalnya berbasis Sumber Daya Alam (SDA) beralih menjadi Sumber Daya Manusia, dari masa pertanian beralih ke masa industri dan informasi. Hal tersebut menjadikan Pengembangan industri merupakan komponen penting yang berpengaruh pembangunan ekonomi dan kemajuan pada suatu kabupaten/kota. Dalam pengembangannya sekarang terdapat aspek – aspek yang mempegaruhi peningkatan kemajuan industri tersebut diantara pengelolaan sumber daya alam yang baik dan kualitas sumber daya manusia yang mumpuni Jenis industri yang kini menjadi perhatian pengembangannya dalam upaya pengembangan ekonomi lokal ialah industri kecil dan industri rumah tangga. Keberadaan indutri kecil dan industri rumah tangga menjadi komponen penting bagi daerah – daerah pendesaan yang umumnya termasuk sektor informal yang tidak memerlukan pesyaratan khusus sehingga lebih mampu menyerap Sumber Daya Manusia (SDM) sebab secara tidak langsung membuka lapangan kerja kepada masyrakat sekitarnya. Namun dalam pengembangannya, industri – industri ini harus bersaing dengan industri baik itu berskala besar maupun besar terkait pada kepemilikan teknologi yang canggih dan modal yang besar yang secara tidak langsung memaksa agar adanya tindakan yang harus dilakukan oleh industri kecil maupun rumahan tersebut. Subyek sekaligus obyek yang berperan sebagai kunci dalam proses pembangunan ialah manusia dengan kemampuan olah pikirnya yang menghasilkan informasi, kreativitas, keterampilan, serta bakat individu yang lebih populer disebut dengan sebutan Industri Kreatif Berdasarkan pembagian Industri kreatif menurut Departemen Perindustrian, Industri di Kab. Jepara masuk ke dalam kategori Kerajinan dimana merupakan kegiatan kreatif
yang berkaitan dengan kreasi dan distribusi produk kerajinan antara lain barang kerajinan yang terbuat dari: batu berharga, aksesoris, pandai emas, perak, kayu, kaca, porselin, kain, marmer, kapur, dan besi. Selain itu, Dalam perkembangan industri di Kabupaten Jepara sendiri mengalami perubahan positif dilihat dari Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Konstan. Dapat dilihat dari PDRB ADHK Kab. Jepara 2014 – 2018, pada tahun 2018, sektor industri pengolahan menyumbang sebesar 35% dari total PDRB Kabupaten Jepara. Kemudian disusul oleh sektor perdagangan sebesar 17% dan diikuti dengan sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan sebesar 14% dari total PDRB Kabupaten Jepara. Atas dasar itulah mengapa diperlukan adanya pengembangan sentra industri kreatif yang berasakan kreativitas dalam mengelolah sumber daya alam dan pemanfaatan infrastruktur yang dimiliki
2. Rasionalitas Program Program Pengembangan Sentra Industri Kreatif berbasis Industri Kreatif ditentukan sebagai program prioritas di Kabupaten Jepara guna mendukung visi pembangunan yang telah dibuat, yaitu “Menuju Kabupaten Jepara yang terintegrasi dan berdaya saing” yang selanjutnya dijabarkan lebih lanjut pada misi ke 2 (dua) yakni “Meningkatkan kinerja pelayanan kabupaten yang menunjang pengembangan wilayah berbasis potensi lokal”. Hal yang
Studio Rencana Wilayah
194
Kabupaten Jepara
2020
difokuskan disini upaya pengembangan industri yang mampu menciptakan produk kreatif dengan keanekaragaman yang tinggi dan persaingan tinggi antara industri kecil dan rumahan dengan industri skala menengah ke atas berasaskan kreativitas serta mendukung kegiatan pelayanan kabupaten Berdasarkan data investasi dan kegiatan ekspor Kabupaten Jepara (2015) sektor industri pengolahan kayu menjadi sektor yang memiliki nilai investasi dan nilai ekspor tertinggi menunjukkan bahwa sektor industri diminati oleh banyak investor untuk menanamkan modalnya sehingga menjadi peluang tersendiri untuk dimanfaatkan melalui potensi lokal yang berada di pendesaan dengan tujuan peningkatan daya saing, standardisasi industri dan teknologi industri serta penumbuhan wirausaha. Program ini juga mendukung tujuan penataan ruang, yakni “Mewujudkan Kabupaten Jepara yang Terintegrasi, Berdaya Saing dan Sejahtera Bertumpu Pada Sektor Industri Pengolahan dan Pariwisata Berbasis Potensi Lokal, Kreativitas, Ramah Lingkungan Serta Tangguh Bencana” dengan melihat dukungan dari arahan penetapan pusat – pusat pertumbuhan Kabupaten Jepara guna meningkatkan kinerja pelayanan kabupaten dan lokasi pengembangan di potong oleh jalan utama
3. Landasan Hukum a. UU No. 24 Tahun 2019 tentang Ekonomi Kreatif b. UU No. 3 Tahun 2014 tentang Perindustrian c. Peraturan Presiden No. 142 Tahun 2018 tentang Rencana Induk PengembangaEkonomi Kreatif Nasional Tahun 2008 – 2025 d. Peraturan Presiden No. 28 Tahun 2008 tentang Kebijakan Nasional Industri e. Peraturan Pemerintah Nomor 14 Tahun 2015 tentang Rencana Induk Pembangunan Industri Nasional Tahun 2015 – 2035 f. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 142 Tahun 2015 tentang Kawasan Industri g. Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 132 / M—IND/ PER/ 10/2009 tentang Peta Panduan (Road Map) Pengembangan Klaster Industri Kerajinan dan Barang Sent h. Peraturan Menteri Perindustrian No. 35 Tahun 2010 tentang Pedoman Teknis Kawasan Industri
Studio Rencana Wilayah
195
Kabupaten Jepara
2020
4. Kerangka Pikir
Gambar 1. Kerangka Pikir
4.1 Tujuan Perencaan a. Mendukung perwujudan tujuan penataan ruang Kabupaten Jepara yaitu â&#x20AC;&#x153;Mewujudkan Kabupaten Jepara yang Terintegrasi Bertumpu Pada Sektor Industri Pengolahan dan
Studio Rencana Wilayah
196
Kabupaten Jepara
2020
Pariwisata berbasis Potensi Lokal, Ramah Lingkungan, Serta Tangguh Bencanaâ&#x20AC;&#x153;. Program
pengembangan
infrastruktur
sistem
pengelolaan
limbah
berfungsi
mewujudkan kegiatan yang berwawasan lingkungan b. Meningkatkan pemanfaatan Sumber Daya Manusia (SDM) industri di Kabupaten Jepara terkait kreativitas dalam pengelolaan barang c. Meningkatkan produktivitas masyarakat industri dan peningkatan nilai tambah produk dalam persaingan kompetitif dengan industri skala yang lebih besar
4.2 Metode Perencanaan a. Metode Teknik Analisis dan Perencanaan Wilayah
Metode menganalisis data â&#x20AC;&#x201C; data pada wilayah amatan terkait dengan kondisi industri eksisitng yang digunakan sebagai acuan dasar dalam pengembangan studi kasus baik itu potensi dan masalah b. Kajian Literatur dan Kepustakaan Literatur merupakan suatu metode yang digunakan untuk mengumpulkan data baik dengan cara mengumpulkan, mengidentifikasi, dan mengelolah data yang dimiliki. Dalam hal ini, penulis menggunakan literatur di internet seperti dokumen kebijakan, tugas akhir, dan sebagainya. Sementara itu, kepustakaan merupakan metode dalam melakukan pengumpulan data yang diperoleh dari buku â&#x20AC;&#x201C; buku kepustakaan c. Kerangka Kerja Logis atau Logical Framework (Logframe) Logical Framework merupakan metode yang digunakan untuk melihat keberhasilan ataupun ketidaktercapaian suatu program dari result atau hasil; impact (jangka panjang), outcomes (menengah) dan outputs (produk); activities (kegiatan) dan input (keuangan, manusia, sumber daya material) dengan tujuan untuk meningkatkan proses implementasi, pengawasan & monitoring proyek serta evaluasi lanjutan dengan menyediakan tujuan yang didefinisikan secara jelas dan menentukan indikator-indikator sebagai alat ukur keberhasilan d. Cost Benefit Analysis Cost Benefit Analysis adalah suatu teknik untuk menganalisis biaya dan manfaat yang melibatkan estimasi dan mengevaluasi dari manfaat yang terkait dengan alternatif tindakan yang akan dilakukan (Schniedrjans, 2004). Metode ini bertujuan megetahui apakah suatu proyek merupakan suatu investasi yang baik, dasar untuk membandingkan suatu proyek, mengetahui besaran keuntungan atau kerugian serta kelayakan suatu proyek, dan mengetahui seberapa baik atau seberapa buruk tindakan yang akan direncanakan akan berubah.
5. Konsep Rencana 5.1 Tinjauan Teoritis a. Konsep Ekonomi Kreatif Ekonomi kreatif merupakan konsep pembangunan ekonomi berkelanjutan berbasisi kreativitas dengan memanfaatkan sumber daya tidak terbatas berupa ide, gagasan, bakat atau talenta yang berpengaruh pada nilai ekonomi dari suatu produk. Hal tersebut berdampak pada
Studio Rencana Wilayah
197
Kabupaten Jepara
2020
nilai tambah produk tidak lagi mengandalkan harga maupun kualitas saja, tetapi harus bersaing dengan pemanfaatan kreativitas dan inovasi. Ekonomi kreatif merupakan ekonomi generasi ke 4 setelah ekonomi informasi, ekonomi industri, dan ekonomi pertanian yang tercipta akibat adanya tuntuan untuk menciptakan sautu pola kerja, pola produksi dan pola distribusi yang lebih murah dan efisien. Mengutip dari Cetak Biru Ekonomi Kreatif 2025 terdaoat 3 hal pokok yang menjadi pondasi dalam pengembangan ekonomi kreatif, yaitu sebagai berikut
•
Kreativitas (Creativity) merupakan suatu kemampuan untuk menghasilan sesuatu yang unik, inovatif dan dapat diterima umum. Dapat juga ide baru yang efisien guna menyelesaikan masalah dengan cara yang berbeda (thingking out of box).
•
Inovasi (Inovation) merupakan transformasi ide dengan dasar kreativitas yang telah ada untuk menciptakan produk dengan nilai tambah dan bermanfaat.
•
Penemuan (Invention) merupakan kemampuan menciptakan sesuatu yang belum pernah ada maupun yang ada namun diperharui sehingga memiliki fungsi yang unik. Contohnya aplikasi berbasis android atau iOS Selain dari hal pokok, Ekonomi Kreatif Indonesia 2025 memiliki 5 pilar yang dijabarkan
sebagai berikut
•
Sumber daya merupakan input yang dibutuhkan dalam proses penciptaan nilai tambah sebagai landasan dari industri kreatif dalam pelaksanaannya
•
Industri merupakan bagian kegiatan masyarakat terkait produksi, distribusi, pertukaran serta konsumsi produk atau jasa. Pilar ini memahami bahwa produk yang dihasilkan dari kreativitas memiliki potensi kapital untuk di komersialkan
•
Teknologi merupakan entitas baik material seperti mesin atau alat bantu dan non material seperti kumpulan teknik atau metode yang menjadi enabler untuk mewujudkan kreativitas individu dalam karya nyata
•
Institusi merupakan tatanan sosial dimana termasuk di dalamnya adalah kebiasaan, norma, adat, aturan, serta hukum yang memiliki peranan memproteksi pembangunan Hak Kekayaan Intelektual dengan nilai – nilai kearifan budaya lokal ketimuran
•
Lembaga keuangan yang berperan meyalurkan pendanaan kepada pelaku industri yang membutuhkan guna menjembatani kebutuhan keruangan bagi pelaku dalam proses pengembangan industri kreatif Berdasarkan pada peningkatan perkembangan industri kreatif di Indonesia, pemerintah
Indonesia dalam hal ini adalah Departemen perdagangan RI, saat ini sudah berhasil memetakan 14 sub-sektor industri kreatif, antara lain adalah : periklanan, arsitektur, pasar seni dan barang antic, kerajinan, desain, fashion, video film dan fotografi, permainan interaktif, music, seni pertunjukan, penerbutan dan percetakan, layanan computer dan piranti lunak, televisi dan radio, serta riset dan pengembangan.
b. Aglomerasi
Studio Rencana Wilayah
198
Kabupaten Jepara
2020
Aglomerasi industri merupakan pemusatan atau pengelompokan industri di dalam suatu wilayah yang memberikan keuntungan yakni keuntungan akibat aglomerasi berupa keuntungan bagi semua industri pada lokasi yang sama. Keuntungan aglomerasi ini memberikan penghematan pada biaya transportasi dan rumah tangga yang mendapatkan kesempatan untuk memperoleh pendapatan yang lebih tinggi dan pilihan yang lebih luas bagi pekerjaan Salah satu teori aglomerasi yang sesuai dengan pengembangan sentra industri kreatif ialah teori eksternalitas dinamis dimana kedekatan geografis akan memudahkan adanya transfer ide/gagasan antar industri dalam suatu sentra. Transfer pengetahuan dalam konsentrasi industri dalam satu kawasan selanjutnya akan menciptakan kompetisi lokal guna mempercepat adopsi inovasi. Menurut Marshall-Arrow-Romer bahwa adanya lokal monopoli sendiri akan menghambat aliran ide â&#x20AC;&#x201C; ide yang didapatkan dari industri lain sehingga inovasi menjadi kaku dan monoton. Dampak yang ditimbulkan ialah sebagai berikut
â&#x20AC;˘
Ketersediaan sumber daya, input, dan infrastruktur sesuai dengan kebutuhan lokal
â&#x20AC;˘
Ketersediaan ide dan informasi yang maksimal
5.2 Preseden Pemerintah Sidoarjo mengoptimalkan potensi Industri Kecil dan Menengah (IKM) untuk meningkatkan daya saing produk yang dihasilkan dengan restrukturisasi mesin dan peralatan, pembinaan dan pendekatan One Village One Product (OVOP) dan pengembangan IKM melalui pendekatan kluster. Salah satu sentra yang cukup terkenal dan baik pengelolaannya hingga dapat memasok ke industri besar ialah Sentra industri logam di Ngingas Sentra logam Ngingas menjadi salah satu pemasok komponen bagi perusahaan â&#x20AC;&#x201C; perusahaan manufaktur besar di Indonesia seperti mesin pertanian, peralatan rumah tangga, komponene listrik dan telekomunikasi serta suku cadang kendaraan bermotor. Di sentra ini terdapat sekitar 300 unit usaha rumahan yang telah ada sejak 1930 dan selanjutnya 1978, terbentuk Koerasi Waru Buana Putra sehingga menunjukkan bahwa telah terjalin jaringan kerjasama yang baik antara pengrajin satu dengan yang lainnya Dalam upaya penguatan daya saing, Pemda Sidoarjo menggandeng Yayaasan Sharma Bhakti Astra (YDBA) untuk melakukan program pelatihan dan pendampingan produksi berbasis produk logam. Selain itu, Kemenperin juga memberikan bimbingan tekniks serta fasilitasi Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI) yang ditujukan bagi para SDM IKM. Dengan membantu meningkatkan kemampuan skill yang dimiliki sehingga standar kualitas produk meningkat. Hal selanjutnya dilakukan ialah restrukturisasi mesin dan peralatan yang akan digunakan dengan mengganti dari manual menjadi menggunakan mesin bermotor sehingga produksi lebih cepat dan efisien. Dampak yang ditimbulkan ialah sebagian besar masyarakat di sekitarnya berkembang menjadi industri rumahan/keluarnya yang pada awalnya merupakan kegiatan rumah tangga
Studio Rencana Wilayah
199
Kabupaten Jepara
2020
Gambar 2. Kegiatan industri rumahan logam Ngingas Sumber : image.kontan.co.id
6. Rencana Detail dan Visualisasi Program Kawasan sentra industri kreatif yang dimaksudkan merupakan kawasan strategis industri pengolahan kerajinan kreatif Pecangaan â&#x20AC;&#x201C; Kalinyamatan yang di arahkan berdasarkan sudut kepentingan ekonomi. Kecamatan Kalinyamatan dan Kecamatan Pecangaan memiliki potensi industri pengolahan kreatif dengan skala industri di dominasi industri kecil hingga rumahan yang tersebar di 2 (dua) kecamatan tersebut. Selain jumlah industri yang dimilki, pengembangan kawasan ini mendukung pengoptimalam potensi kegiatan industri dengan melihat skala pelayanannya ialah kawasan perkotaan yang nantinya akan dikembangkan sebagai pusat pelayanan untuk beberapa kecamatan di sekitarnya atau lebih dikenal dengan PKLp (Pusat Kegiatan Lokal Promosi). Kawasan sentra industri kreatif ini memiliki luas sekitar 1969 Ha yang mencakup 6 desa/kelurahan dengan tabel dibawah sebagai berikut Desa/Kelurahan
Kecamatan
Troso
Pecangaan
Pecangaan Kulon
Pecangaan
Pulodarat
Pecangaan
Gemulung
Pecangaan
Pendosawalan
Kalinyamatan
Sendang
Kalinyamatan
Tabel 2. Daftar desa pengembangan sentra industri kreatif Sumber : Analisis Studio Jepara, 2020
Studio Rencana Wilayah
200
Kabupaten Jepara
2020
Gambar 3. Peta Kawasan Sentra Industri Kreatif Sumber : Analisis penulis, 2020
7. Project Cycle 1. Inisiasi Pelaksanaan sounding proyek dan audiensi dengan pihak terkait Identifikasi
Perencanaan pembiayan rencana program dan
Kebutuhan
sumber dana : APBD, APBDes, dan Investasi Swasta
Program
Perencanaan pada instansi pelaksana : Bappeda, Dinas Perindusrian dan Perdagangan, Dinas PUPR, dan dinas terkait lainnya
Analisis Kelayakan Program
Perhitungan kelayakan menggunakan Cost-Benefit Analysis (terlampir)
Perencanaan
Berdasarkan perhitungan CBA, asumsi anggaran
Pengeluaran
pengeluaran sebesar
2. Perencanaan Meningkatkan kreativitas dan nilai tambah produk Tujuan Program
yang dihasilkan dari Sumber Daya Manusia (SDM) industri berbasis perekenomian lokal melalui pengadaan sentra industri yang berprinsip ekonomi
Studio Rencana Wilayah
201
Kabupaten Jepara
2020
kreatif dengan tujuan agar dapat bersaing dengan industri - industri dengan skala yang lebih besar Rencana program ini dilaksanakan selama 15 tahun Uraian Perencanaan
pembangunan yang terbagi dalam waktu 5 tahunan dengan asumsi untuk tahun selanjutnya hanya berisikan oleh pemeliharaan dan operasional saja (terlampir)
3. Pelaksanaan Terbentuknya kawasan sentra industri yang berdaya saing, terjadinya peningkatan perekonomian melalui pengembangan kawasan sentra industri kreatif, Target Program
meningkatkan Sumber Daya Manusia yang berkualitas dengan pemanfaatan kreativitas dan inovasi, Meningkatkan nilai tambah produk yang di pasarkan, Menarik minat investor untuk penanaman modal Pelaksanaan program dilakukan melalui pembuatan
Rencana pelaksanaan program
sistem pelaksanaan program selama jangka waktu 15 tahun dan penetapan standar kualitas program sebagai dasar perencanaan maupun dasar pertimbangan saat proses evaluasi
4. Pemantauan dan Evaluasi Pemantauan dan pengendalian program dilakukan tiap tahunnya secara berkala selama proses pembangunan sentra industri tersebut. Evaluasi dilakukan guna memastikan program sudah berjalan sesuai dengan penetapan yang telah dibuat sebelumnya dengan tujuan meminimalisir kesalalahan - kesalahan yang terjadi 5. Penyelesaian Tahap penyelesaian selesai ketika telah mencapai indikator - indikator yang telah ditetapkan sebelumnya. Selanjutnya, hanya akan dilakukan pemeliharaan dan opersional pada industri - industri serta mesin/peralatannya telah diadakan. Adapun, indikator yang belum tercapai seperti nilai tambah produk belum dapat bersaing, maka perlu dilakukan evaluasi pada tenaga kerjanya Tabel 3. Rincian Project Cycle Sumber : Analisis Penulis, 2020
Studio Rencana Wilayah
202
Kabupaten Jepara
2020
LAMPIRAN Logical Framework (LogFrame) Elemen
Narrative
Logframe
Indicators
Means of
Important
Summary
Verification (Alat
Assumptions
(Statements)
Verifikasi / Sumber & Metode Pengecekan Indikator)
Meningkatnya
•
nilai tambah dan daya saing • industri pada Goal
kesejahteraan masyarakat pendesaan
•
Pertumbuhan •
Data dari Badan
Pertumbuhan
ekonomi
Pusat Statistik
industri berjalan
Perluasan
•
Dinas
dengan baik
lapangan
Perindustrian dan sesuai
kerja
Tenaga Kerja
Penjualan
•
produk lokal
Bappeda Kab. Jepara
perkembangan tahun – tahun sebelumnya
meningkat Peningkatan
•
kesejahteraan masyarakat
Outcome
Pendapatan
•
per Kapita •
Tingkat
•
Data dari Badan
Penduduk
Pusat Statistik
memiliki
Dinas
kreativitas dalam
kesejahteraan
Perindustrian dan mengembangkan
masyarakat
Tenaga Kerja •
Bappeda Kab. Jepara
industri kecil dan
industri rumahan kreatif meciptakan terjadinya rantai produksi
Terbangunnya
Jumlah Produksi
Sentra Industri
dan distribusi
Kreatif
barang
•
Meningkatnya nilai tambah
ekonomi berjalan
kepada pelaku
minat investasi kreatif,
investasi yang pemerintah
Meningkatnya pada industry
Kegiatan
diberikan
bertambah,
Output
Data survey
usaha •
Dinas Perindustrian dan
dengan baik, Pertumbuhan kawasan sentra industry kreatif berjalan dengan baik
Tenaga Kerja
Handcraft kerajinan, Peningkatan
Studio Rencana Wilayah
203
Kabupaten Jepara
2020
produktivitas masyarakat Membangun
Tersedianya
kepastian
dokumen
implementasi
legalitas lahan,
kebijakan-
dokumen DED
kebijakan
pengembangan
pemerintah
sentra industri
yang
kreatif, dokumen
mendukung
AMDAL/UKL/UPL,
pengembangan
surat pernyataan
sentra industri
ketersedian
kreatif
seminimal 10
resapan
industri kecil dan
anggaran
Laporan kinerja
Transparansi dan
pemerintahan
integritas aparat
daerah: b. Data pada daftar pengadaan barang dan jasa
Respon positif
dan rencana
industri non
sentra selama 5 tahun ke depan Inventarisasi
Terdapat data
industri
sebaran pada
perumahan
kawasan
yang tersebar
pengembangan
Pematangan
Tersedianya
lahan
lahan untuk
yang terlibat sudah dapat dipastikan baik, Pengembangan berjalan sesuai yang diharapkan
c. Data pada
rumahan di lokasi â&#x20AC;˘ pengembangan, pengembangan
Activities
â&#x20AC;˘
dari pelaku pemerintah baik swasta maupun masyarakat mengenai pemberlakuan kebijakan
pengembangan minimal 5000 m2 Pembangunan
Terlaksananya
gedung
pembangunan
produksi atau
gedung produksi
revitalisasi
atau revitalisasi
mesin/peralatan mesin/peralatan produksi
produksi
Pendirian UPT
Terlaksananya pendirian UPT
Pengembangan
Terlaksananya
ruang kantor
pembangunan
pengelola dan
ruang kantor
administrasi
pengelola dan administrasi
Studio Rencana Wilayah
204
Kabupaten Jepara
Pembangunan
Terselenggaranya
gudang bahan
pembangunan
baku/penolong
gudang bahan
2020
baku/penolong Pengembangan
Terbangun
Instalasi
jaringan Instalasi
Pengolah Air
Pengolahan Air
Limbah
Limbah yang khusus melayani kawasan sentra
Pengembangan
Terbangun
Instalasi
jaringan Instalasi
Pengolahan Air
Pengolahan Air
Bersih
Bersih yang melayani kawasan sentra
Pembentukan
Terdapat
komunitas
komunitas
masyarakat
masyarakat ikut
industri
serta
perumahan
berpartisipasi dalam pengembangan sentra industri kreatif
Pembuatan
Memiliki papan
papan nama
nama sebagai
Sentra Industri
identitas
Kreatif Penyediaan
Terselenggaranya
bantuan modal
pemberian modal kepada desa â&#x20AC;&#x201C; desa sentra industri kreatif selain dari dana desa
Pelatihan dan
Terselenggaranya
pembinaan
pelatihan dan
pada desa â&#x20AC;&#x201C;
pembinaan pada
desa yang
desa â&#x20AC;&#x201C; desa
masuk ke dalam
Studio Rencana Wilayah
205
Kabupaten Jepara
kawasan
sentra industri
strategis sentra
kreatif
2020
industri khusus Tabel 4. Rincian Logical Framework Sumber : Analisis Penulis, 2020
Pembiayaan dan Pentahapan Kegiatan
Taget/Sasaran
Tahap I 1
2
3
Tahap III 4
5
6
7
8
Tahap III 9
10
11
12
13
14
15
Anggaran
Sumber
(Rupiah)
Dana
Tahap Persiapan • Dokumen legalitas lahan, • Dokumen DED pengembangan sentra industri kreatif Penyusunan kebijakan
APBD,
• Dokumen
4.000.000.000
AMDAL/UKL/UPL
Investasi Swasta
• Surat pernyataan ketersedian seminimal 10 industri kecil dan rumahan di lokasi pengembangan Inventarisasi jumlah industri rumahan Peembuatan master plan
APBD,
minimal 10 unit usaha
800.000.000
per desa
Investasi Swasta APBD,
1 dokumen
2.500.000.000
Investasi Swasta
Tahap Pembangunan Penyediaan sarana dan prasarana bagi Sentra Industri kreatif
Pendosawalan (285 Ha), Troso (612 ha), Pecangan Pematangan
Kulon ( 218 Ha),
lahan
Pulodarat (260 Ha), Gemulung (217 Ha), dan
1.476.750.000
APBD,
(1 Ha = Rp.
Investasi
750.000)
Swasta
Sendang (377 Ha)
Studio Rencana Wilayah
206
Kabupaten Jepara
2020
Pembangunan gedung
APBD, 1 unit
3.000.000.000
produksi Pendirian Gedung UPT
Swasta APBD, 1 unit
650.000.000
pengelola dan
APBD, 1 unit
3.200.000.000
Investasi Swasta
administrasi Pendirian gudang bahan
Investasi Swasta
Pendirian kantor
Investasi
APBD, 1 unit
600.000.000
baku
Investasi Swasta
pembuatan Instalansi Pengolah Air Limbah (IPAL)
1 unit khusus melayani 5 desa sentra
APBD, 800.000.000
Investasi Swasta
komunal Pembuatan pagar keliling
APBD, Disesuaikan
300.000.000
sentra
Swasta
Pembuatan papan nama
APBD, 5 unit
7.500.000
sentra
ruang pamer
APBD, 1 unit
600.000.000
barang Pos keamanan
Investasi Swasta
sentra Pos pencacatan
Investasi Swasta
Pendirian pusat promosi dan
Investasi
5 unit
75.000.000
APBD
5 unit
100.000.000
APBD
250.000.000
APBD
50.000.000
APBD
250.000.000
APBD
Pemberdayaan lokal
Penyusunan materi sosialisasi
Pemda menggandeng 1 lembaga seperti Yayasan
Sosialisasi kepada
Sharma Bhakti Astra (YDBA)
masyarakat pelatihan pembuatan produk
Studio Rencana Wilayah
207
Kabupaten Jepara
2020
maupun pemanfaatan teknologi Pembentukan komunitas masyarakat industri
5.000.000
APBDesa
5.000.000
APBDesa
32.000.000
APBDesa
500.000.000
APBD
4 trayek distribusi khusus
800.000.000
APBD
1 laporan/tahun
1.500.000.000
APBD
Tiap tahun
3.000.000.000
APBD
5 komunitas
perumahan Pembentukan organisasi dan kepengurusan Diskusi
6 bulan sekali (2x dalam
komunitas
setahun) Tahap Pengembangan
Perluasan jaringan pasar
lokasi tanah maksimal 5
dan kegiatan
km dari sentra
sentra pengembangan angkutan pelayanan desa - kota melalui rute khusus sentra industri Pemantauan dan evaluasi Pemeliharaan dan Operasional Pabrik
Tabel 5. Rincian Pentapan dan Pembiayaan Sumber : Analisis Penulis, 2020
Cost Benefit Analysis (CBA) Pentahapan (5 tahunan)
Expenditure
Revenue
Asumsi
Tahap 1
16.427.750.000
4.000.000.000
Dari investor Barang mulai
Tahap 2
5.658.500.000
41.414.027.343
diproduksi (atas dasar nilai ekspor Kab. Jepara) Produk mulai
Tahap 3
2416000000
82.828.054.687
terkenal dan nilai tambah meningkat
Studio Rencana Wilayah
208
Kabupaten Jepara
2020
Tahap 4 diasumsikan hanya mengeluarkan biaya operasional dan nilai tambah produk kian meningkat 0,11
REV
0,15
Tahun
EXP
1
8.388.375.000
0
7.557.094.595
0
7.294.239.130
0
2
888.375.000
0
721.025.079
0
671.739.130
0
3
2.950.000.000
0
2.157.014.575
0
1.939.672.886
0
4
2.950.000.000
0
1.943.256.374
0
1.686.672.074
0
5
1.350.000.000
0
801.159.293
0
671.188.593
0
6
975.000.000
8.282.805.469
521.274.815
4.428.326.041
421.519.406
3.580.885.376
7
985.000.000
8.282.805.469
474.433.535
3.989.482.920
370.297.984
3.113.813.370
8
786.500.000
8.282.805.469
341.283.189
3.594.128.757
257.108.245
2.707.663.800
9
854.000.000
8.282.805.469
333.849.755
3.237.953.835
242.760.100
2.354.490.261
10
804000000
8.282.805.469
283.156.321
2.917.075.527
198.736.504
2.047.382.836
11
920666667
16.565.610.935
292.112.171
5.255.991.939
197.891.060
3.560.665.800
12
670666667
16.565.610.935
191.703.912
4.735.127.873
125.352.395
3.096.231.131
13
670666667
16.565.610.935
172.706.227
4.265.880.967
109.002.083
2.692.374.896
14
404000000
16.565.610.935
93.725.909
3.843.136.006
57.096.778
2.341.195.562
15
400.000.000
16.565.610.935
83.601.739
3.462.284.690
49.157.794
2.035.822.228
16
400.000.000
20.000.000.000
75.316.882
3.765.844.084
42.745.908
2.137.295.395
17
400.000.000
23.000.000.000
67.853.047
3.901.550.177
37.170.355
2.137.295.395
18
400.000.000
26.000.000.000
61.128.871
3.973.376.600
32.322.048
2.100.933.091
19
400.000.000
31.000.000.000
55.071.055
4.268.006.743
28.106.128
2.178.224.944
20
400.000.000
37.000.000.000
49.613.563
4.589.254.562
24.440.112
2.260.710.321
EXP
REV
EXP
REV
TOTAL 25.997.250.001 269.524.887.487 16.276.380.906 65.142.862.627 14.457.218.714 42.463.002.589 NPV
243.527.637.486
48.866.481.721
28.005.783.876
BCR
10,37
4,00
2,94
ROI
9,37
3,00
1,94
Tabel 6. Rincian Cost-Benefit Analysis Sumber : Analisis Penulis, 2020
Studio Rencana Wilayah
209
Kabupaten Jepara
2020
A. Latar Belakang Kabupaten Jepara merupakan salah satu Kabupaten yang berada di wilayah Pantai Utara Pulau Jawa. Lokasi Kabupaten Jepara tersebut memberikan keuntungan secara geografis bagi Kabupaten Jepara karena memberikan potensi wisata bahari bagi Kabupaten Jepara. Dari 21 destinasi wisata yang dimiliki Kabupaten Jepara, 14 diantaranya adalah potensi pariwisata pantai. Selain dari lokasinya, Kabupaten Jepara juga memiliki keuntungan geografis dari bentuk fisiknya. Dari segi fisik, Kabupaten Jepara memiliki satu wilayah administratif kecamatan yaitu Kecamatan Karimunjawa yang lokasinya terpisah dari Pulau Jawa. Kecamatan Karimunjawa merupakan wilayah adminitratif Kabupaten Jepara yang tergolong ke dalam kategori pulau-pulau kecil dengan total 27 pulau kecil. Gugusan 27 pulau tersebut kemudian ditetapkan sebagai Kawasan Strategis Pariwisata Nasional berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 50 Tahun 2011 tentang Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan Nasional tahun 2010-2025. Kawasan Strategis Pariwisata Nasional (KSPN) adalah kawasan yang memiliki fungsi utama pariwisata atau memiliki potensi untuk pengembangan pariwisata nasional yang mempunyai pengaruh penting dalam satu atau lebih aspek, seperti pertumbuhan ekonomi, sosial dan budaya, pemberdayaan sumber daya alam, daya dukung lingkungan hidup, serta pertahanan dan keamanan. Dengan ditetapkannya Karimunjawa sebagai kawasan strategis nasional pada Kabupaten Jepara, maka pembangunan Karimunjawa akan mendapat prioritas lebih dari nasional serta pertumbuhan ekonomi di Karimunjawa cenderung akan lebih cepat dibandingkan kawasan pariwisata yang tidak menjadi prioritas nasional. KSPN yang dimiliki Kabupaten Jepara ini juga menjadi potensi yang besar bagi pemasukan PDRB Kabupaten Jepara dari setor pariwisata. Kondisi Kepariwisataan Karimunjawa Karimunjawa sebagai KSPN memiliki daya tarik yang tinggi bagi wisatawan Kabupaten Jepara. Meskipun jumlah wisatawan yang datang ke Karimunjawa tidak sebanyak jumlah wisatawan pada wisata bahari lain di Kabupaten Jepara, namun peningkatan jumlah wisatawan Karimunjawa paling tinggi jika dibandingkan dengan objek wisata lainnya. Jumlah wisatawan Karimunjawa pada tahun 2018 meningkat sebesar 72,8% dibandingkan jumlah wisatawan pada tahun 2014. Angka tersebut merupakan peraihan yang baik jika dibandingkan dengan objek wisata lain yang justru mengalami penurunan jumlah wisatawan sejak tahun 2014 lalu
Studio Rencana Wilayah
211
Kabupaten Jepara
2020
Jumlah Pengunjung objek wisata Pantai dan Bahari Kabupaen Jepara
Objek Wisata
2014
2015
Pantai Kartini
232.935 232.951
253.923 195.418 194.609
Pantai Bandengan
285.227 305.902
315.726 272.431 280.004
Karimunjawa
79.750
92.115
118.301 122.876 137.835
Pulau Panjang
71.513
43.650
36.835
36.857
38.011
Pantai Blebak
34.385
25.941
28.369
53.921
Pantai Teluk Awur
30.585
34.006
62.742
139.305
Pantai Empu Rancak
23.797
35.629
48.481
Pantai Pailus
15.284
18.763
23.926
Pantai Bringin
17.419
12.066
13.742
22.253
85.445
117.349
1.476
1.444
2.926
Pantai Ombak Mati/Bondo Pulau Mandalika
2016
2017
Pantai Pungkruk
2018
16.434
Pariwisata menyumbang Pendapatan Asli Daerah (PAD) kabupaten salah satunya dari retribusi yang terdapat pada setiap objek wisata. Dari segi ekonominya, pada tahun 2018 Karimunjawa menyumbang 49% dari total PAD Kabupaten Jepara yang diberikan oleh sektor wisata pantai dan bahari. Biaya retribusinya yang tinggi (lima kali lipat daripada objek wisata pantai dan bahari lain) menjadi pemicu tingginya sumbangan Karimunjawa terhadap PAD Kabupaten Jepara. Tabel pendapatan retribusi objek wisata pantai dan Bahari Kabupaten Jepara HMT (retribusi)
2014
2015
2016
2017
2018
Pantai Kartini Pantai Bandengan
Rp5.000,00
Rp1.164.675.000,00
Rp1.164.755.000,00
Rp1.269.615.000,00
Rp977.090.000,00
Rp973.045.000,00
Rp1.426.135.000,00
Rp1.529.510.000,00
Rp1.578.630.000,00
Rp1.362.155.000,00
Rp1.400.020.000,00
Karimunjawa
Rp25.000,00
Rp1.993.750.000,00
Rp2.302.875.000,00
Rp2.957.525.000,00
Rp3.071.900.000,00
Rp3.445.875.000,00
Pulau Panjang
Rp7.000,00
Rp500.591.000,00
Rp305.550.000,00
Rp257.845.000,00
Rp257.999.000,00
Rp266.077.000,00
Pantai Blebak Pantai Teluk Awur Pantai Empu Rancak
Rp2.000,00
Rp68.770.000,00
Rp51.882.000,00
Rp56.738.000,00
Rp107.842.000,00
Rp61.170.000,00
Rp68.012.000,00
Rp125.484.000,00
Rp278.610.000,00
Rp47.594.000,00
Rp71.258.000,00
Rp96.962.000,00
Pantai Pailus
Rp2.000,00
Rp30.568.000,00
Rp37.526.000,00
Rp47.852.000,00
Rp2.000,00
Rp34.838.000,00
Rp24.132.000,00
Rp27.484.000,00
Rp44.506.000,00
Rp170.890.000,00
Rp234.698.000,00
Rp2.952.000,00
Rp2.888.000,00
Rp5.852.000,00
Objek Wisata
Pantai Bringin Pantai Ombak Mati/Bondo Pulau Mandalika Pantai Pungkruk TOTAL
Rp5.000,00
Rp2.000,00 Rp2.000,00
Rp2.000,00 Rp2.000,00
Rp32.868.000,00
Rp2.000,00 Rp5.085.151.000,00
Studio Rencana Wilayah
Rp5.432.630.000,00
Rp6.343.967.000,00
Rp6.158.060.000,00
Rp6.917.185.000,00
212
Kabupaten Jepara
2020
Kondisi Lingkungan, Fisik, dan Sosial Karimunjawa Karimunjawa sebagai kawasan kepulauan termasuk kedalam kategori kawasan pesisir dan â&#x20AC;&#x201C;pulau pulau kecil (PPPK) yang ada di Indonesia. Pulau kecil diartikan sebagai pulau yang memiliki kurang dari atau sama dengan 2000 m2. Kawasan pesisir dan pulaupulau kecil memiliki ciri khas berupa berlimpahnya sumber daya laut dan pesisir. Keberlimpahan sumber daya laut dan pesisir inilah yang menjadi aset dalam perkembangan kawasan PPPK baik dengan cara memperjual-belikan sumber daya maupun dengan menjadikan sumber daya tersebut sebagai daya tarik bagi wisata di kawasan PPPK. Pada KSPN Karimunjawa, keberlimpahan yang dimilikinya adalah ikan laut dan terumbu karang. Menurut penelitian oleh Yusuf (2018), potensi ikan di perairan Karimunjawa sebesar 653,1 ton/tahun dengan densitas 22,85 ekor/m2. Berlimpahnya ikan di perairan Karimunjawa tersebut menjadi sumber penghidupan bagi nelayan di Karimunjawa dan sekitarnya. Sedangkan ekosistem terumbu karang menjadi daya tarik bagi atraksi wisata Karimunjawa baik berupa snorkelling maupun diving. Ekosistem terumbu karang yang merupakan habitat bagi ikan dan biota laut lainnya juga menjadi kunci kelestarian bagi kehidupan laut di perairan Karimunjawa. Namun, saat ini kondisi terumbu karang di Karimunjawa mengalami penurunan kualitas dan kuantitas. Menurut Biondi,dkk (2014) dalam Qodriyatun (2018) persentase tutupan terumbu karang hidup pada lokasi wisata snorkelling di TNKJ sebesar 33% - 52,5% masuk dalam kategori buruk-baik. Kerusakan disebabkan oleh aktivitas wisata maupun akibat kurangnya pemeliharaan terumbu karang. Penetapan Karimunjawa sebagai KSPN mempunyai risiko berupa meningkatnya aktivitas manusia di kepulauan Karimunjawa. Peningkatan aktivitas manusia berimplikasi pada meningkatkanya pula kemampuan daya dukung yang harus dimiliki oleh lingkungan, salah satuya adalah kemampuan daya dukung sumber daya air. Karimunjawa merupakan kepulauan yang tidak memiliki Cekungan Air Tanah (CAT), sehingga sumber air yang dapat dimanfaatkan hanya berupa sumber air permukaan dan sebagain dari akuifer bebas tanpa adanya akuifer tertekan. Sedangkan kawasan pulau-pulau kecil yang memiliki luasan yang sempit menyebabkan lintasan air permukaan pendek dan cepat menuju muara yaitu laut. memence, Ketersediaan air tawar pada pulau-pulau kecil hanya berasal dari air hujan dan air meteorik. Menurut Hadi. S, dkk (2007) terbatasnya pemanfaatan sumber daya air tawar pada kawasan pulau-pulau kecil juga diakibatkan adanya penyusupan air laut, lintasan air permukaan yang pendek, serta sensitif terhadap gejala perubahan iklim berupa pemanasan global, pasang-surut air laut, perubahan daerah imbuhan dan transissi periodik akibat perubahan musim. Bertambahnya aktivitas manusia menuntut sarana prasarana lingkungan yang memadai untuk mendukung aktivitas tersebut. Hingga saat ini, Karimunjawa belum memiliki TPA/TPST sebagai tempat pengelolaan sampah yang diproduksi oleh aktivitas di Karimunjawa. Aktivitas pariwisata juga menuntut adanya emenities yang baik untuk melayani kebutuhan wisatawan. Diantara amenities yang diperlukanadalah listrik dan
Studio Rencana Wilayah
213
Kabupaten Jepara
sinyal komunikasi.
2020
Belum seluruh Pulau Karimunjawa dapat mengakses listrik 24
jam/hari dikarenakan pelayana PLN yang belum menyeluruh dan penyediaan listrik mengandalkan PLTD dari pemerintah daerah. Akses sinyal komunikasi pun hanya untuk beberapa provider tertentu dan hanya di Pulau Karimunjawa. B.
Rasionalitas Program pengembangan KSPN Karimunjawa dengan konsep ecotourism merupakan program yang dilaksanakan sebagai upaya perwujudan arahan tata ruang Kabupaten Jepara. Program pengembangan KSPN Karimunjawa termasuk di dalam program perwujudan kawasan strategis yang tercantum di dalam tabel indikasi program Kkabupaten Jepara. Program pengembangan KSPN Karimunjawa menerapkan konsep ecotourism yang selaras dengan tujuan penataan ruang Kabupaten Jepara yaitu â&#x20AC;&#x153;Mewujudkan Kabupaten Jepara yang Terintegrasi, Berdaya Saing dan Sejahtera Bertumpu Pada Sektor Industri Pengolahan dan Pariwisata Berbasis Potensi Lokal, Kreativitas, Ramah Lingkungan Serta Tangguh Bencanaâ&#x20AC;?. Konsep ecotourism di KSPN Karimunjawa menerapkan pemanfaatan potensi lokal, ramah lingkungan, serta meningkatkan kesejahteraan masyarakat di Karimunjawa. Pengembangan KSPN Karimunjawa dengan konsep eotourism juga mendukung kebijakan penataan ruang Kabupaten Jepara yaitu: 1. Pengembangan & pengoptimalan skala pelayanan simpul perkotaan yang merata dan berhierarki 2. Pemanfaatan fungsi kawasan lindung dan peningkatan kelestarian lingkungan hidup yang adaptif terhadap resiko bencana 3. Pengembangan & optimalisasi orientasi pembangunan perekonomian daerah yang bertumpu pada sektor industri pengolahan dan pariwisata berbasis pada potensi lokal, lingkungan dan kreativitas 4. Peningkatan kualitas dan pelayanan sarana dan prasarana kabupaten yang andal dan memadai 5. Pengembangan manajemen resiko bencana berbasis masyarakat pada kawasan rawan bencana 6. Pengembangan kawasan budidaya untuk mendukung perkembangan kabupaten sesuai dengan dayang dukung daya tampung 7. Penetapan dan pengembangan kawasan strategis untuk mendukung perkembangan kabupaten
Studio Rencana Wilayah
214
Kabupaten Jepara
2020
VISI: Menuju Kabupaten Jepara yang terintegrasi dan berdaya saing
TUJUAN: â&#x20AC;&#x153;Mewujudkan Kabupaten Jepara yang Terintegrasi, Berdaya Saing dan Sejahtera Bertumpu Pada Sektor Industri Pengolahan dan Pariwisata Berbasis Potensi Lokal, Kreativitas, Ramah Lingkungan Serta Tangguh Bencanaâ&#x20AC;?
MISI: MISI 2: Meningkatkan kinerja pelayanan kabupaten yang menunjang pengembangan wilayah berbasis potensi lokal. MISI 3: Meningkatkan kualitas lingkungan hidup didukung dengan upaya preventif terhadap perusakan lingkungan
KEBIJAKAN PENATAAN RUANG: 1. Pengembangan & optimalisasi orientasi pembangunan perekonomian daerah yang bertumpu pada sektor industri pengolahan dan pariwisata berbasis pada potensi lokal, lingkungan dan kreativitas 2. Peningkatan kualitas dan pelayanan sarana dan prasarana Kabupaten yang andal dan memadai
Kawasan Strategis Pariwisata Karimunjawa
Indikasi program perwujudan kawasan strategis Karimunjawa
Program prioritas pengembangan Karimunjawa dengan konsep ecotourism Bagan Keterkaitan Antara Program Prioritas Dengan Visi dan Tujuan Wilayah
Studio Rencana Wilayah
215
Kabupaten Jepara
2020
C. Landasan Hukum 1
Peraturan Pemerintah Nomor 50 Tahun 2011 tentang Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan Nasional tahun 2010-2025
2
Peraturan Daerah Kabupaten Jepara No 2 Tahun 2011 tentang RTRW Kabupaten Jepara tahun 2011-2031
3
RTRW Provinsi Jawa Tengah
4
Peraturan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Nomor: KM.67/UM.001/MKP/2004 tentang Pedoman Umum Pengembangan Pariwisata di Pulau-Pulau Kecil
5
UU No. 1 Tahun 2014 tentang Perubahan Atas UndangUndang Nomor 27 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil
6
Rencana Induk dan Rencana Detail KSPN Karimunjawa dan Sekitarnya
7
Rencana Induk Pengembangan Kepariwisataan Provinsi Jawa Tengah Tahun 2012 â&#x20AC;&#x201C; 2027 (Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 10 Tahun 2012)
8
Rencana Pengelolaan Jangka Panjang Taman Nasional Karimunjawa Tahun 2018 â&#x20AC;&#x201C; 2027.
D. Metode Perencanaan 1
Analisis Wilayah Analisis dilakukan untuk mendapatkan data dan informasi mengenai kondisi eksisting dari wilayah perencanaan yaitu Karimunjawa. Analisis yang lakukan meliputi analisis potensi dan masalah terkait kondisi fisik, llingkungan, dan sosial yang ada di Karimunjawa.
2
Studi Literatur Studi literatur dilakukan terhadap regulasi-regulasi penataan ruang terkait Karimunjawa baik di tingkat kabupaten, provinsi, maupun nasional. Selain itu, studi literatur juga dilakukan terhadap penelitian maupun perencanaan Karimunjawa terdahulu. Dalam merencanakan konsep pariwisata di Kairmunjawa juga dilakukan studi mendalam terhadap literatur-literatur yang mengangkut teori perencanaan pariwisata ecotourism.
3
Kerangka Kerja Logis Rencana pengembangan dijabarkan kedalam tabel kerangka kerja logis yang memuat goal, purposes, results, activities dari rencana program. Setiap elemen di dalam kerangka kerja logis merupakan pendetailan dari cabang-cabang yang terdapat pada analisis pohon tujuan.
4
Project Cycle Keseluruhan rencana project sejak dalam fase awal,tengah, hingga akhir digambarkan dengan siklus proyek (project cycle) untuk menyatukan pemahaman antara perencana, dan pelaksana proyek.
Studio Rencana Wilayah
216
Kabupaten Jepara
2020
E. Kerangka Pikir Kabupaten Jepara memiliki Karimunjawa yang ditetapkan sebagai KSPN
Pelayanan sarpras persampahan, listrik, dan komunikasi di Karimunjawa belum memadai
KSPN menuntut penyediaan sarana dan prasarana pariwisata yang memadai
Karimunjawa tidak memiliki CAT yang menyebabkan keterbatasan sumber daya air
KSPN menarik semakin banyak wisatawan sehingga meningkatkan intensitas penggunaan sumber daya alam
Karimunjawa merupakan kawasan perlindungan lingkungan hidup menurut Kawasan Strategis Provinsi
Diperlukan pengembangan KSPN Karimunjawa dengan konsep yang ramah lingkungan yaitu ecotourism Kerangka pikir masalah KSPN Karimunjawa
Studio Rencana Wilayah
217
Kabupaten Jepara
2020
Pohon Masalah
Keterbatasan Daya Dukung Fisik, Lingkungan, dan Sosial Karimunjawa terhadap keberlanjutan Karimunjawa sebagai KSPN
Sampah tidak terkelola dengan baik
Jumlah ketersediaan sumber daya air tawar terbatas
Karimunjawa tidak memiliki Cekungan Air Tanah (CAT)
Berkurangnya daerah resapan air
Jumlah wisatawan terus meningkat
Tidak tersedia TPA
Belum seluruh wilayah KSPN teraliri listrik 24 jam
Studio Rencana Wilayah
Listrik PLN belum melayani keseluruhan wilayah Karimunjawa
Penyediaan listrik hanya menggunakan PLTD daerah
Belum ada pengelolaan sampah secara 3R
Ekosistem terumbu karang sebagai daya tarik wisata terus mengalami kerusakan
Aktivitas pariwisata yang tidak sesuai aturan
Pemeliharaan terumbu karang kurang optimal
Akses sinyal komunikasi hanya terbatas pada provider tertentu dan hanya tersedia di Pulau Karimunjawa
Penyediaan BTS belum merata di seluruh wilayah KSPN
218
Kabupaten Jepara
2020
Pohon Tujuan Pengembangan KSPN Jepara dengan Konsep Ecotourism untuk meningkatkan daya dukung fisik, lingkungan, dan sosial
Kualitas pengelolaan sampah meningkat
Ketersediaan sumber daya air meningkat
Mengadakan pengolahan air laut dengan sistem RO menggunakan photovoltaic
Menambah RTH dan embung
Menambah atraksi wisata untuk wisata minat khusus
Mengadakan TPA/TPST
Menyediakan akses listrik 24 jam
Studio Rencana Wilayah
Mengupayakan akses listrik oleh PLN
Pengadaan photovoltaic sebagai sumber energi listrik altenatif
Mengadakan program bank sampah Karimunjawa
Kerusakan terumbu karang berkurang
Mengatur kegiatan pariwisata
Mengadakan Marine R&D Centre sebagai upaya peningkatan kualitas pemeliharaan terumbu karang
Menyediakan akses sinyal komunikasi di seluruh wilayah KSPN Karimunjawa
Penyediaan BTS yang melayani seluruh wilayah KSPN
219
Kabupaten Jepara
2020
F. Rencana Detail Program 1 Konsep Rencana Ecotourismpertaman kali didefinisikan oleh The Ecotourism Society (1990) suatu bentuk perjalanan wisata ke area alami yang dilakukan dengan tujuan mengkonservasi lingkungan dan melestarikan kehidupan dan kesejahteraan penduduk setempat. Menurut Ceballos-Luscurain (1996) adalah perjalanan wisata wisatawan ke daerah terpencil dengan tujuan menikmati dan mempelajari alam dan budaya yang menyertainya dimana kegiatan wisatanya tetap bertanggungjawab terhadap lingkungan dengan cara mempromosikan koservasi, mengurangi dampak negatif terhadap lingkungan dan meningkatkan kondisi sosial-ekonomi masyarakat lokal. Ecotourism atau ekowisata memiliki beberapa aspek kunci yaitu: a. Jumlah pengunjung terbatas atau diatur supaya sesuai dengan daya dukung lingkungan dan sosial-budaya masyarakat (vs mass tourism) ƒ b. Pola wisata ramah lingkungan (nilai konservasi) ƒ c. Pola wisata ramah budaya dan adat setempat (nilai edukasi dan wisata) ƒ d. Membantu secara langsung perekonomian masyarakat lokal (nilai ekonomi) ƒ e. Modal awal yang diperlukan untuk infrastruktur tidak besar (nilai partisipasi masyarakat dan ekonomi). Sejak 1970an, organisasi konservasi mulai melihat ekowisata sebagai alternatif ekonomi yang berbasis konservasi karena tidak merusak alam ataupun tidak “ekstraktif” dengan berdampak negatif terhadap lingkungan seperti penebangan dan pertambangan. Ekowisata juga dianggap sejenis usaha yang berkelanjutan secara ekonomi dan lingkungan bagi masyarakat yang tinggal di dalam dan di sekitar kawasan konservasi. Jenis wisata yang digemari oleh pelaku ecotour adalah jenis wisata alami. Kawasan konservasi sebagai obyek daya tarik wisata dapat berupa Taman Nasional, Taman Hutan Raya, Cagar Alam, Suaka Margasatwa, Taman Wisata dan Taman Buru. Tetapi kawasan hutan yang lain seperti hutan lindung dan hutan produksi bila memiliki obyek alam sebagai daya tarik ekowisata dapat dipergunakan pula untuk pengembangan ekowisata. Area alami suatu ekosistem sungai, danau, rawa, gambut, di daerah hulu atau muara sungai dapat pula dipergunakan untuk ekowisata. Pendekatan yang harus dilaksanakan adalah tetap menjaga area tersebut tetap lestari sebagai areal alam. Program pengembangan KSPN Karimunjawa direncanakan dengan fokus pada 3 (tiga) aspek utama yaitu aspek lingkungan, fisik, dan sosial. Rencana Pengembangan Lingkungan Permasalahan utama pada kondisi lingkungan Karimunjawa adalah keterbatasan sumber daya air dan kerusakan terumbu karang yang berfungsi sebgai daya tarik wisata serta penjaga kelestarian ekosistem laut. Terumbu karang di Karimunjawa mengalami banyak kerusakan baik karena edampak Studio Rencana Wilayah
220
Kabupaten Jepara
2020
aktivitas wisatawan maupun karena rendahnya kualitas pemeliharaan terumbu karang. Hal ini umum terjadi mengingat tingkat kesalahan pemeliharaan terumbu karang di Indonesia berkisar pada angka 10% dan menduduki peringkat tertinggi di antara negara-negara dengan kekayaan terumbu karang lainnya di dunia. Oleh karena itu, sebagai upaya pelestarian terumbu karang, diadakan Marine R&D Centre untuk mewadahi riset-riset yang dilakukan terkait ekosistem laut terutama di Karimunjawa. Pada Marine R&D Centre ini juga diadakan stasiun pengamatan penelitian terumbu karnag sebagai salah satu tambahan objek wisata minat khusus. Program ini dilaksanakan dengan harapan dapat meningkatkan efektifitas penetapan KSPN Karimunjawa sebagai destinasi wisata minat khusus. Sebagai kepulauan yang termasuk ke dalam kategori pulau-pulau kecil, Karimunjawa memiliki lintasan air permukaan yang pendek sehingga periode aliran air dari hulu ke hilir akan cepat pula. Kondisi geohidrologi Karimunjawa yang tidak memiliki Cekungan Air Tanah (CAT) juga menyebabkan ketersediaan air tawar semakin terbatas. Namun, Karimunjawa sebagai wilayah kepulauan memiliki sumber daya air laut yang melimpah meskipun secara alamiah air laut tidak dapat langsung digunakan untuk keperluan konsumsi. Oleh karena itu, diadakan pengolahan air laut dengan sistem Reverse Osmosis (RO) dengan menggunakan tenaga surya sebagai pembangkit listriknya (photovoltaic). Penambahan embung di Karimunjawa juga akan menambah kapasitas air permukaan yang dimiliki oleh Karimunjawa sehingga ketersediaan air tawar pun akan meningkat. Rencana Pengembangan Fisik Sebagai kawasan wisata, pemenuhan sarana prasarana penunjang pariwisata merupakan hal yang vital. Kekurangan pelayanan sarpras di Kairmunjawa terutama pada Ppulau berpenduduk selain Karimunjawa yaitu Pulau Kemujan, Pulau Genting, Pulau Parang dan Pulau Nyamuk. Akses sinyal komunikasi saat ini hanya lancar untuk Pulau Karimunjawa, sehingga pada setiap pulau berpenghuni lainnya direncanakan pembangunan BTS untuk memberikan akses bagi penduduk dan wisatawan di pulau tersebut. Sedangkan akses listrik di pulau-pulau berpenduduk di KSPN Karimunjawa saat ini belum 24 jam terlayani oleh PLN. penyediaan listrik saat ini sebagian disediakan oleh PLN dan oleh PLTD dari pemerintah daerah. PLTD menggunakan diesel sebagai bahan bakar utama dalam produksi listrik. Diesel merupakan sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui sehingga tidak bisa terus-menerus digunakan karena akan menimbulkan kerusakan. Di sisi lain, Karimunjawa merupakan wilayah pesisir dan pulaupulau kecil yang secara umum selalu terpapar oleh sinar matahari. Oleh karena itu, dalam upaya mengadakan akses listrik 24 jam bagi KSPN Karimunjawa diadakan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS). Studio Rencana Wilayah
221
Kabupaten Jepara
2020
Rencana Pengembangan Sosial Aspek penting dalam konsep ecotourism adalah adanya dampak positif bagi kondisi sosial ekonomi penduduk lokal. Oleh karena itu, pemberdayaan penduduk lokal perlu dilaksanakan pada KSPN Karimunjawa ini. Pemberdayaan penduduk lokal berupa adanya komunitas tourguide, koperasi masyarakat, kelompok sadar wisata, kelompok tangguh bencana, dan kelompok pengelola bank sampah sebagai katalisator dalam mewujudkan pertumbuhan ekonomi dan konservasi lingkungan di KSPN Karimunjawa. 2 Preseden Community based ecotourism di Heart of Borneo, Kalimantan, Indonesia Sekilas ekowisata berbasis masyarakat di Heart of Borneo Pemerintah Daerah di pedalaman Kalimantan (Kalimantan Barat, Kalimatan Tengah, Kalimantan Timur) telah melihat potensi ekowisata sebagai aset Sumber:gpriority.co.id
pembangunan kabupaten dan mulai
mengembangkan ekowisata serta menjadikannya sebagai sumber pendapatan daerah. Hal ini terutama terjadi di Kabupaten Malinau dan Kabupaten Kapuas Hulu yang telah mendeklarasikan dirinya sebagai â&#x20AC;&#x153;Kabupaten Konservasiâ&#x20AC;? dan berkomitmen untuk menjadikan konservasi sebagai dasar pembangunan yang mampu mensejahterakan masyarakat dan ramah lingkungan. Heart of Borneo terletak di perbatasan kawasan kerjasama BIMP-EAGA yang menjangkau negara Indonesia, Malaysia dan Brunei. Di dalam lingkup Indonesia, kawasan ini terbentang di daerah pedalaman pegunungan yang umumnya didiami oleh masyarakat Dayak, dengan tutupan hutan tropis yang masih luas dan mosaik lanskap lahan pertanian buatan manusia, telah menjadikan Heart of Borneo sebagai perbatasan baru untuk pengembangan ekowisata. Bersama-sama dengan NGO, Taman Nasional Betung Kerihun dan Taman Nasional Kayan Mentarang telah dibangun kapasitas untuk mengelola usaha ekowisata berbasis masyarakat dalam rangka membangun alternatif ekonomi yang berkelanjutan dan membantu masyarakat melindungi hutan mereka. Kawasan proyek percontohan ekowisata ini memiliki potensi yang besar yaitu keindahan lanskap, alam yang menarik, peninggalan bersejarah dan keramahan masyarakat lokalnya. Jaringan kerja strategis antara masyarakat dan berbagai inisiatif ekowisata di sepanjang perbatasan dengan Malaysia (Sarawak dan Sabah) telah terbentuk di kawasan Heart of Borneo. Atraksi utama yang ditawarkan adalah petualangan rimba dan trekking, petualangan sungai; Studio Rencana Wilayah
222
Kabupaten Jepara
2020
budaya Dayak (tarian, pahat, kerajinan); peninggalan arkeologi (batu dan gua pemakaman); stasiun penelitian hutan tropis; pengamatan hidupan liar (rusa, lembu liar, babi hutan); cocok untuk trekking selama 5-7 hari/malam ke daerah lain. Dalam pengelolaan wisatanya, akomodasi penginapan di heart of Borneo disediakan dalam bentuk rumah tinggal di semua desa dan kamar inap (sederhana) di pusat-pusat kecamatan (Long Pujungan dan Long Alango). Pengelola wisata ini pun dilakukan oleh pengelola lokal yaitu panitia ekowisata di tingkat desa 3 Visualisasi Program
4 Project Cycle Melalui project cycle akandijelaskan tahapan atau langkah-langkah yang diambil dalam menjalankan sebuah proyek dari awal hinga akhir. Project cycle terbagi menjadi beberapa tahap yaitu tahap inisiasi, perencanaan, pelaksanaan, pemantauan dan pengendalian,serta fase penyelesaian. Project cycle dalam program ini dijelaskan lebih detail melalui tabel berikut:: Tabel project cycle Pengembangan KSPN Karimunjawa TAHAP I : INISIASI
KETERANGAN
Identifikasi kebutuhan
Identifikasi kebutuhan program dilakukan
program
menggunakan pohon masalah sehingga program-
Studio Rencana Wilayah
223
Kabupaten Jepara
2020
program yang direncanakan tepat sasaran mengatasi masalah yang dialami KSPN Karimunjawa. Analisis kelayakan
Melakukan Cost Benefit Analysis dengan suku bunga
program
11%. Perhitungan cost benerfit analysis dapat dilihat pada lampiran.
Perencanaan
Asumsi dana sebesar : 63.524.000.000 rupiah
pengeluaran TAHAP II : PERENCANAAN Menentukan tujuan ruang lingkup dan batasan program
KETERANGAN Tujuan diadakannya program pengembangan KSPN Karimunjawa dengan konsep ecotourism adalah untuk meningkatkan daya dukung fisik, sosial, dan lingkungan dari KSPN Karimunjawa. BAPPEDA, Dinas Lingkungan Hidup, Dinas PUPR,
Mengidentifikasi pihak
Data Dinas Koperasi, UMKM, Dinas Pariwisata,
yang terlibat beserta
swasta, dan masyarakat. Tujuan, pihak yang terlibat,
tugasnya
ruang lingkup, hingga frekuensi dapat dilihat pada lampiran tabel indikasi program.
TAHAP III : PELAKSANAAN
KETERANGAN Dilaksanakan oleh pihak yang telah diberikan
Melaksanakan rencana
mandat. Pelaksanaan harus memperhatikan detail
program dan mencapai
rencana dan melalui komunikasi terus-menerus
target program
antara perencana, konsultan, dan pelaksana teknis pembangunan.
Pembuatan sistem
Sistem pelaksanaan dilakukan dalam empat periode
pelaksanaan program
pembangunan (satu periode = 5 tahun)
TAHAP IV : PEMANTAUAN DAN
KETERANGAN
PENGENDALIAN Pemantauan pelaksanaan proyek dan evaluasi hasil pelaksanaan yang dilakukan secara berkala selama pelaksanaan program optimalisasi pengelolaan sampah dengan tujuan untuk mengetahui efektivitas dan efisiensi penggunaan waktu dan biaya serta mengetahui kualitas pelaksanaan proyek. TAHAP IV : PENYELESAIAN DAN
KETERANGAN
EVALUASI Evaluasi program dilakukan dengan mengacu indikator yang telah dibuat pada tahap perencanaan
Studio Rencana Wilayah
224
Kabupaten Jepara
2020
Apabila program terlaksana dengan sukses dan bermanfaat maka ada kemungkinan program dapat dilaksanakan kembali Pemantauan dan evaluasi rencana dapat menggunakan instrumen evauasi berupa logical framework yang dapat dilihat pada lampiran.
Studio Rencana Wilayah
225
Kabupaten Jepara
2020
LAMPIRAN I. Logical Framework Element Goal
Purposes
Narrative Summary (Statements)
Indicators
Mengembangkan KSPN Karimunjawa
Aspek-aspek konsep ecotourism
Laporan akhir pelaksanaan Balai Taman
dengan konsep ecotourism
terimplementasikan di KSPN Karimunjawa
Nasional Karimunjawa (BTNKJ)
Kondisi lingkngan, fisik, dan sosial dapat
Laporan akhir daya dukung dan daya
mendukung kegiatan pariwisata di KSPN
tampung lingkungan hidup, DLH
Karimunjawa
Kabupaten Jepara
Kebutuhan air di KSPN Karimunjawa
Indeks Kualitas Lingkungan Hidup, DLH
terpenuhi
Kabupaten Jepara
Tidak ada sampah yang mencemari
Indeks Kualitas Lingkungan Hidup, DLH
lingkungan di KSPN Karimunjawa
Kabupaten Jepara
Persentase terumbu karang yang rusak
Laporan Akhir Balai Taman Nasional
menurun setiap tahun
Karimunjawa
Meningkatkan daya dukung lingkungan, fisik, dan sosial di KSPN Karimunjawa 1. Jumlah sumber daya air meningkat 2. Terdapat pengelolaan sampah yang baik
Results
3. Kerusakan terumbu karang berkurang 4. Tersedia akses listrik 24 jam 5. Tersedia akses sinyal komunikasi di seluruh wilayah KSPN Karimunjawa 1.1 Mengadakan pengolahan air laut dengan sistem RO menggunakan energi photovoltaic
Seluruh penduduk maupun wisatawan dapat mengakses listrik dalam waktu 24 jam/hari
Mean of Verification
Assumption
Laporan kerja DPUPR Kabupaten Jepara
Seluruh penduduk maupun wisatawan dapat mengakses sinyal komunikasi di seluruh
Laporan kerja DPUPR Kabupaten Jepara
wilayah KSPN Karimunjawa Tersedia alat pengolahan air laut RO di Karimunjawa
Laporan kinerja pemerintahan daerah: verifikasi data pada daftar pengadaan barang dan jasa.
Kualitas air laut tidak tercemar berat sehingga bisa digunakan sebagai air minum setelah oproses RO
Indeks Kualitas Lingkungan Hidup, DLH 1.2 Menambah RTH
Luas RTH di Karimunjawa bertambah
Kabupaten Jepara. Dokumen struktur ruang RTRW, Bappeda Kab Jepara
Activities 1.3 Membangun embung
Jumlah embung di Karimunjawa bertambah
Indeks Kualitas Lingkungan Hidup, DLH
Embung dapat menampung air
Kabupaten Jepara. Dokumen struktur
sebagai cadangan air di Kabupaten
ruang RTRW, Bappeda Kab Jepara
Jepara
1.3 Menyediakan atraksi wisata sebagai
Jumlah atraksi untuk pariwisata minat
Laporan Akhir Balai Taman Nasional
wisata minat khusus
khusus di Karimunjawa bertambah
Karimunjawa
Studio Rencana Wilayah
Penyediaan atraksi wisata dengan tema minat khusus dapat membantu mewujudkan KSPN
226
Kabupaten Jepara
Element
Narrative Summary (Statements)
Indicators
Mean of Verification
2020
Assumption Karimunjawa sebagai kawasan wisata minat khusus sehingga jumlah wisatawan berkurang namun waktu kunjungan bertambah.
Indeks Kualitas Lingkungan Hidup, DLH 2.1 Mengadakan TPST
Terdapat TPST di Karimunjawa
Kabupaten Jepara. Dokumen struktur ruang RTRW, Bappeda Kab Jepara, Laporan kerja KemenPUPR Laporan kinerja pemerintahan daerah:
2.3 Mengadakan program bank sampah
Terdapat program bank sampah di
Kcarimunjawa
Karimunjawa
Verifikasi data pada daftar pengadaan barang dan jasa. Indeks kualitas lingkungan hidup, DLH Kabupaten Jepara
Masyarakat Karimunjawa memiliki kesadaran dan kemauan untuk melaksanakan dan mengelola program bank sampah Pembanguna Marine R&D Centre
3.2 Mengadakan Marine R&D Centre sebagai upaya peningkatan kualitas
dapat meningkatkan pengetahuan Terdapat Marine R&D Centre di Karimunjawa
Laporan DPUPR Kabupaten Jepara
pemeliharaan terumbu karang
tentang pemeliharaan terumbu karang sehingga kualitas terumbu karang Karimunjawa membaik.
4.1 Mengadakan akses listrik oleh PLN
Jumlah KK yang terlayani listrik oleh PLN meningkat
4.2 Pengadaan photovoltaic sebagai sumber
Tersediat alat photovoltaic untuk
energi listrik altenatif ramah lingkungan
pembangkit listrik Karimunjawa
5.1 Menyediaan BTS yang melayani seluruh
Terdapat BTS yang dapat melayani seluruh
wilayah KSPN Karimunjawa
KSPN Karimunjawa
Studio Rencana Wilayah
Jangkauan listrik oleh PLN dapat Laporan DPUPR Kabupaten Jepara
menjangkau seluruh KSPN Karimunjawa
Laporan kinerja pemerintahan daerah:
Tidak terjadi perubahan iklim
Verifikasi data pada daftar pengadaan
ekstrem sehingga Karimunjawa
barang dan jasa
terus terpapar cahaya matahari
Laporan kinerja pemerintahan daerah: Verifikasi data pada daftar pengadaan barang dan jasa
227
Kabupaten Jepara
2020
II. TABEL INDIKASI PROGRAM
Pelaksanaan Satuan Lokasi
Kegiatan
Periode 1
Periode 2
Periode 3
Periode 4
Biaya
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 Mengadakan pengolahan air laut dengan sistem RO menggunakan energi
1 unit
photovoltaic
Pulau Kairmunjawa
Distribusi air tawar RO menuju konsumen
Pulau
Menambah RTH
Karimunjawa,
Membangun embung
Pulau
Rp75 Rp109
Sumber Pendanaan
APBD dan investasi swasta
Rp275
APBD
Rp300
APBD
Rp10
APBD
Rp750
APBD dan
Kemujan, Pulau Pemasangan pipa distribusi sumber daya
Genting,
air dari embung
Pulau Parang, dan Pulau Nyamuk.
Menyediakan atraksi wisata sebagai wisata minat khusus berupa stasiun
1 unit
penelitian terumbu karang
Pulau Kemujan
Rp3.465
Pembukaan lahan TPST Pembangunan TPST Penyediaan kendaraan pengangkut sampah Sosialisasi dan pembentukan organisasi pengelola bank sampah
1 unit
Pulau Karimunjawa
6 unit 5 kali
Pulau Karimunjawa, Pulau
Pembangunan gedung Bank Sampah
investasi swasta
1 unit
Kemujan,
Rp1.500 Rp500 Rp50
APBD dan APBN
Rp100
Pulau
Studio Rencana Wilayah
228
Kabupaten Jepara
2020
Genting, Pulau Parang, dan Pulau Nyamuk. Pembangunan Marine R&D Centre sebagai upaya peningkatan kualitas
1 unit
pemeliharaan terumbu karang
Kemujan Pulau
Pengadaan listrik PLN Pengadaan listrik dengan photovoltaic
Pulau
Karimunjawa, 1 unit
Pulau
Rp50.000
APBD dan
Rp6.684
APBN
Rp2.000
APBD dan
Rp1.200
APBD dan
Rp2.000
APBN
investasi swasta
investasi swasta
Kemujan, Pulau Genting,
Pemasangan kabel distribusi listrik
Pulau Parang,
investasi swasta
dan Pulau Nyamuk. Pulau Kemujan, Menyediaan BTS yang melayani seluruh wilayah KSPN Karimunjawa
Pulau 4 unit
Genting, Pulau Parang, dan Pulau Nyamuk.
TOTAL
Rp63.524,8
Studio Rencana Wilayah
229
Kabupaten Jepara
2020
III. Cost Benefit Analysis Kegiatan-kegiatan yang terdapat pada rencana pengembangan KSPN Karimunjawa dibagi menjadi empat sub program yaitu sub program pengelolaan sampah,pengadaan air bersih, stasiun pengamatan, pengadaan listrik, dan pengadaan fasilitas pendukung lain. Asumsi pembiayaan dan pemasukan pada setiap sub program adalah sebagai berikut: Sub Program Pengelolaan sampah (TPST+Bank Sampah) Pengolahan air minum (RO dan Embung)
Biaya Pengadaan
Pemasukan per tahun
Rp
5.606.000.000,00
Rp
428.040.000,00
Rp
484.000.000,00
Rp
24.172.964.500,00
Asumsi Tarif sampah tiap KK sebesar 15.000 rupiah/bulan Tarif langganan air minum mengikuti harga pasar PDAM (27.850 rupiah/10m3) Tarif masuk stasiun 15.000 rupiah per
Stasiun pengamatan
Rp
750.000.000,00
Rp
2.067.525.000,00
pengunjung dengan jumlah pengunjung dianggap tetap sama dengan jumlah pengunjung Karimunjawa pada tahun 2018
Pengadaan listrik (photovoltaic dan PLN)
Tarif langganan listrik mengikuti harga pasar Rp
6.684.891.147,50
Rp
13.369.775.895,00
PDAM (1465/kWh). Penyediaan listrik 50% PLN 50% swadaya melalui PLTS Pemasukan berasal dari retribusi wisata
Fasilitas lain (RTH dan R&D)
Rp
50.000.000.000,00
Rp
3.432.125.000,00
Karimunjawa sebesar 25.000 rupiah dengan jumlah wisatawan dianggap tetap sama dengan jumlah wisatawan tahun 2018
Studio Rencana Wilayah
230
Kabupaten Jepara
2020
Untuk menguji kelayakan program, dilakukan analisis cost benefit analysis sebagai berikut:: Tabel cost benefit analysis pada suku bunga 11% TAHUN
EXPENDITURE REVENUE
2020
Rp
10.447
Rp
2021
Rp
8.460
2022
Rp
2023
Suku Bunga 11% E
R
40.974,87
9411,7
36914,3
Rp
40.974,87
6865,9
33256,1
7.477
Rp
40.974,87
5467,1
29960,5
Rp
7.727
Rp
40.974,87
5090,0
26991,4
2024
Rp
6.977
Rp
40.974,87
4140,5
24316,6
2025
Rp
7.199
Rp
65.147,00
7198,5
65147,0
2026
Rp
10.269
Rp
65.147,00
10269,0
65147,0
2027
Rp
7.170
Rp
65.147,00
7169,5
65147,0
2028
Rp
32.389
Rp
82.652,00
32389,0
82652,0
2029
Rp
35.089
Rp
82.652,00
35089,0
82652,0
JUMLAH
Rp
133.203
Rp
270.021
30975,3
151438,9
NPV
136818,827
120463,61
BCR
2,0
4,89 Sumber: Analisis Penulis (2020)
Sutu proyek dikatakan layaka untuk dilaksanakan apabila pembiayaannya feasible. Apabila nilai NPV positif dan nilai BCR >1 maka suatu royek baru dapat dinyatakan feasible. Berdasarkan hasil Cost benefit analysis di atas, program pengembangan KSPN Karimunjawa memiliki nilai NPV positif dan nilai BCR>1 sehinga program layak untuk dilaksanakan.
Studio Rencana Wilayah
231
Kabupaten Jepara
2020
LATAR BELAKANG Pertumbuhan penduduk di Kabupaten Jepara turut menyebabkan peningkatan pemakaian air bersih yang berujung pada sisa buangan berupa air limbah. Kegiatan domestik masyarakat hingga kegiatan industri yang menghasilkan air limbah memerlukan sistem pengelolaan air limbah untuk melindungi kualitas lingkungan hidup di Kabupaten Jepara. Buangan air limbah yang semakin meningkat dapat menimbulkan permasalahan degradasi lingkungan salah satunya pencemaran lingkungan akibat air limbah baik limbah domestik maupun limbah non domestik. Pembuangan air limbah yang tidak melalui proses pengolahan mengakibatkan pencemaran lingkungan seperti pencemaran pada sumber air baku baik air permukaan maupun air tanah. Pencemaran oleh air limbah ini juga menyebabkan penurunan kualitas air pada sumber air baku yang dapat berdampak pada kesehatan masyarakat hingga sektor perekonomian seperti pertanian, perkebunan dan perikanan. Dari sini dapat dilihat bahwa dampak dari buangan air limbah yang tidak memenuhi baku mutunya dapat menyebabkan berbagai permasalahan. Berdasarkan kajian isu strategis pada Studio Analisis Wilayah, pengelolaan limbah domestik Kabupaten Jepara masih menggunakan system on site dengan dominansi septic tank individual, sebagian lain dengan membuang limbah ke SPAL terbuka maupun tertutup (Rahmi,2019). Kabupaten Jepara belum memiliki regulasi yang kuat terkait pengolahan air limbah di industri (KLHS Kabupaten Jepara, 2018). Belum adanya infrastruktur yang memadai serta regulasi yang kuat dalam mengatur pengolahan limbah dinilai sebagai memicu ketidakoptimalan pengolahan air limbah. Berdasarkan Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) Kabupaten Jepara, dilakukan pengujian kualitas air sungai dengan delapan sampel air sungai. Hasilnya enam dari delapan sungai terindikasi tercemar. Salah satunya sungai pecangaan yang tercemar limbah industri pewarna pakaian dari sentra industri tenun didekatnya. Pencemaran terhadap badan air ini selain mematikan biota perairan, mencemari air tanah, juga dapat berdampak pada kegiatan yang bersifat primer karena bergantung pada pemakaian air seperti kegiatan pertanian, peternakan, perikanan hingga dampak ke sektor kesehatan seperti menimbulkan penyakit akibat air kotor (Rahmi,2019). Pengembangan potensi Kabupaten Jepara di sektor kegiatan industri dan pariwisata perlu dibarengi pengembangan infrastruktur lingkungan hidup untuk mewujudkan pembangunan yang berkelanjutan. Salah satunya pengembangan infrastruktur sistem pengelolaan air limbah. Hal ini juga menjadi urgensi pengembangan karena buangan yang memberikan dampak merusak lingkungan hidup terkhusus badan air di Kabupaten Jepara. Berdasarkan kajian isu strategis pada studio analisis sebelumnya, terdapat pemaparan kasuskasus pencemaran akibat limbah industri, baik industri kecil menengah hingga besar. Maka dari itu diperlukan pengembangan sistem pengelolaan air limbah baik untuk domestik atau permukiman maupun non domestik yang pada pembahasan ini dikhususkan pada kegiatan industri. Secara teknis, pengembangan sistem pengelolaan air limbah berupa sistem penyaluran dan sistem pengolahan. Pengembangan yang akan dilakukan yaitu memfokuskan pada sistem pengelolaan off site Studio Rencana Wilayah
233
Kabupaten Jepara
2020
LANDASAN HUKUM
1. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup 2. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang 3. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air; 4. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 16/PRT/M/2008 tentang Kebijakan dan Strategi Nasional Pengembangan Sistem Pengelolaan Air Limbah Permukiman; 5. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 1/PRT/M/2014 tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang. 6. Peraturan Daerah Kabupaten Jepara Nomor 2 Tahun 2018 Tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Jepara Tahun 2017 â&#x20AC;&#x201C; 2022 7. Peraturan Daerah Kabupaten Jepara Nomor 2 Tahun 2011 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Jepara Tahun 2011-2031 RASIONALITAS PROGRAM Program pengembangan sistem pengelolaan air limbah dipilih berdasarkan analisis permasalahan wilayah, termasuk dalam tujuan penataan ruang dan mendukung perwujudan visi pembangunan Kabupaten Jepara.
1) Permasalahan Wilayah. Berdasarkan analisis wilayah dan kajian isu strategis dalam dokumen perencanaan dan pembangunan Kabupaten Jepara, terdapat permasalahan degradasi lingkungan berupa pencemaran sumber daya air di Kabupaten Jepara dan pengelolaan air limbah yang belum optimal menjadi salah satu penyebabnya.
Studio Rencana Wilayah
234
Kabupaten Jepara
2020
Gambar 1. Diagram Pohon Masalah Sumber. Studio Analisis Wilayah, 2019
2) Perumusan Tujuan Penataan Ruang
Gambar 2. Keterkaitan Program Prioritas dengan Tujuan Penataan Ruang Sumber. Studio Analisis Wilayah dan Analisis Penulis, 2020
Pengembangan pengelolaan air limbah ini sesuai kebijakan penataan ruang yang menuntut pengembangan kegiatan berbasis lingkungan termasuk kegiatan sektor industri dan pariwisata harus memiliki pengelolaan air limbah berkualitas agar tidak menimbulkan pencemaran lingkungan. Selain itu
Studio Rencana Wilayah
235
Kabupaten Jepara
2020
kebijakan â&#x20AC;&#x153;Peningkatan kualitas sarana dan prasarana yang andal dan memadaiâ&#x20AC;? juga menuntut peningkatan pelayanan sistem pengelolaan air limbah sebagai prasarana sanitasi lingkungan. 3) Perumusan Visi. Misi dan Tujuan Pembangunan
Gambar 3. Keterkaitan Visi, Misi, Tujuan Pembangunan dengan Program Prioritas Sumber. Studio Analisis Wilayah dan Analisis Penulis, 2020
Pengembangan sistem pengelolaan air limbah ini ditujukan untuk meningkatkan kualitas lingkungan hidup yang berkaitan dengan peningkatan daya dukung daya tampung lingkungan yang diperlukan wilayah untuk terus menopang pemenuhan kegiatan masyarakatnya. Program pengembangan sistem pengelolaan air limbah ini dilakukan berdasarkan a) aspek lingkungan, b) aspek kesehatan, c) aspek kesejahteraan sosial, karena penurunan lingkungan hidup sebagai pendukung kegiatan dapat mengganggu kegiatan pemenuhan kebutuhan masyarakat, dan d) aspek berkelanjutan. Oleh karena itu program prioritas pengembangan sistem pengelolaan air limbah mendukung visi utama untuk mewujudkan Kabupaten Jepara yang berdaya saing dan sejahtera melalui peningkatan daya dukung dan daya tampung lingkungan hidupnya.
Studio Rencana Wilayah
236
Kabupaten Jepara
2020
KERANGKA BERPIKIR
Gambar 4. Diagram Pohon Tujuan Sumber. Studio Analisis Wilayah, 2019
Gambar 5. Kerangka Berpikir Sumber. Analisis Penulis, 2020
Gambar 5. Dampak program dalam perwujudan sasaran dan tujuan Sumber. Analisis Penulis, 2020 Studio Rencana Wilayah
237
Kabupaten Jepara
2020
Kerangka berpikir berangkat dari analisis permasalahan Kabupaten Jepara yang diteruskan pada perumusan tujuan. Melalui pengembangan sistem pengelolaan air limbah yang memadai dan berkualitas dapat mendukung kualitas lingkungan hidup. Berdasarkan analisis isu strategis studio wilayah, Rahmi (2019) menjelaskan bahwa kualitas lingkungan hidup berpengaruh pada aktivitas domestic dan kegiatan ekonomi primer seperti pertanian, peternakan dan perikanan yang menggunakan air sebagai pendukung kegiatannya. Lingkungan hidup yang berkualitas berhubungan dengan peningkatan daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup. Oleh karena itu dalam sasaran diatas, pengembangan sistem pengelolaan limbah dapat mendukung kegiatan domestik, industri hingga pariwisata. Potensi pariwisata Kabupaten Jepara yang menitik beratkan pada pariwisata bahari tentu berkaitan dengan kualitas sumber daya air. Sehingga pengelolaan air limbah dapat menjaga kualitas sumber daya air tetap baik untuk mendukung pariwisata. TUJUAN PERENCANAAN 1. Mendukung perwujudan tujuan penataan ruang Kabupaten Jepara â&#x20AC;&#x153; Mewujudkan Kabupaten Jepara yang Terintegrasi Bertumpu Pada Sektor Industri Pengolahan dan Pariwisata berbasis Potensi Lokal, Ramah Lingkungan, Serta Tangguh Bencanaâ&#x20AC;&#x153;. Program
pengembangan
infrastruktur
sistem
pengelolaan
limbah
berfungsi
mewujudkan kegiatan yang berwawasan lingkungan
2. Mewujudkan lingkungan hidup Kabupaten Jepara yang berkualitas untuk mendukung kegiatan pemenuhan kebutuhan masyarakat termasuk kegiatan industri dan pariwisata yang menjadi potensi utama dalam pengembangan wilayah. 3. Mengembangkan dan meningkatkan kualitas pelayanan sarana prasarana lingkungan Kabupaten Jepara. 4. Meningkatkan jumlah penduduk yang terlayani sistem pengelolaan limbah 5. Mewujudkan kegiatan industri yang berwawasan lingkungan baik industri kecil, menengah hingga besar di Kabupaten Jepara melalui kewajiban pengadaan sistem pengelolaan air limbah 6. Mewujudkan sistem pengelolaan air limbah yang memadai, berkualitas dan mampu menjangkau seluruh Kabupaten Jepara METODE PERENCANAAN
1. Metode Teknik Analisis dan Perencanaan Wilayah Metode menganalisis data-data wilayah terkait pengelolaan limbah untuk memperoleh informasi kondisi saat ini dan gap permasalahan serta potensi perencanaan yang dapat dilakukan. Visualisasi dari hasil analisis dapat berupa diagram, tabel, grafik maupun pemetaan dengan menggunakan Sistem Informasi Geografis. Perencanaan yang dilakukan dapat berupa menyusun Studio Rencana Wilayah
238
Kabupaten Jepara
2020
tujuan sasaran program dan kegiatan pengembangan serta analisis spasial pemilihan lokasi untuk sistem pengelolaan air limbah. 2. Kajian Literatur Metode kajian literatur terkait berfungsi untuk melihat teori mengenai sistem pengelolaan air limbah dan referensi konsep perencanaan hingga preseden yang dapat menjadi contoh rujukan. Selain itu melalui kajian literatur juga dapat ditemukan rekomendasi kebijakan, program dan kegiatan yang dapat diadopsi dalam program pengembangan di Kabupaten Jepara. 3. Kerangka Kerja Logis atau Logical Framework Kerangka kerja logis merupakan metode untuk melihat ringkasan suatu proyek, sistematika dan keterkaitan sebab akibat suatu proyek mulai dari tujuan hingga kegiatan yang harus dilakukan sesuai dengan indikator sasaran dan asumsiasumsi dalam perencanaan. Kerangka kerja logis ini dijadikan alur pikir perencanaan. 4. Analisis Biaya Manfaat atau Cost Benefit Analysis Merupakan pendekatan sistematis untuk mengukur manfaat dan biaya dari suatu program pembangunan sehingga dapat dinilai kelayakan dari program tersebut. CBA merupakan metode yang dapat digunakan dalam pengambilan keputusan maupun instrumen evaluasi suatu perencanaan. KONSEP PERENCANAAN Konsep perencanaan pada program pengembangan sistem pengelolaan air limbah yaitu mengembangkan sistem pengelolaan air limbah baik sistem setempat maupun peningkatan sistem terpusat berupa jaringan dan instalasi pengolahannya dengan prioritas daerah perkotaan dan tetap mengembangkan di daerah pedesaan sehingga sistem pengelolaan air limbah secara regional Kabupaten Jepara dapat tercapai. Cakupan pengembangan dari program pengembangan sistem infrastruktur pengelolaan air limbah dapat dibagi menjadi
1. Pengembangan Sistem Pengelolaan Air Limbah Domestik Setempat dan Terpusat di permukiman perkotaan dan pedesaan 2. Pembangunan Instalasi Pengolahan Air Limbah komunal di setiap kecamatan dan IPAL Industri di kawasan sentra industri pengolahan kreatif Kecamatan Pecangaan dan Kalinyamatan. IPAL industri besar diwajibkan pengadaannya kepada pelaku industri. 3. Penambahan
kapasitas
IPLT
di
Desa
Bandengan
Kecamatan
Jepara,
pembangunan IPLT di Kecamatan Bangsri, Kecamatan Pecangaan dan Kecamatan Karimunjawa.
Studio Rencana Wilayah
239
Kabupaten Jepara
2020
Arahan pengembangan program pengembangan sistem infrastruktur pengelolaan air limbah dapat dibagi menjadi
1. Mengoptimalkan sistem setempat (on-site) yang sudah berjalan 2. Mengembangkan sistem off-site pada kawasan tertentu 3. Mengembangkan sistem off-site skala kota 4. Mengembangkan sistem off-site dengan teknologi maju
Program ini termasuk pada indikasi program struktur ruang Kabupaten Jepara dan dilaksanakan pada pentahapan periode 2 hingga periode 4 yaitu dari 2025 hingga 2039 yang mencakup pengelolaan limbah domestik, industri hingga limbah B3. Untuk ipal industri skala besar, pengadaan ipal dibebankan kepada pemilik pabrik atau pelaku industri tersebut. Ipal komunal untuk kawasan sentra industri dibangun dengan kerjasama pemerintah dengan masyarakat pengusaha industri kecil hingga menengah.
Gambar 6. Konsep Pengelolaan Air Limbah Sumber. Kementerian PUPR
Studio Rencana Wilayah
240
Kabupaten Jepara
2020
Gambar 7. Sistem Pengelolaan Air Limbah Terpusat Sumber. Kementerian PUPR
Contoh Visualisasi Pengembangan Sistem Pengelolaan Air Limbah Pengembangan sistem pengelolaan air limbah divisualisasikan kedalam bentuk peta menggunakan sistem informasi geografis. Berikut beberapa contoh visualisasi dalam skala yang berbeda-beda.
Gambar 8. Peta Rencana Sistem Pengelolaan Air Limbah Sumber. Lampiran RTRW Provinsi DKI Jakarta dan pambdg.go,id
Ipal Industri Berdasarkan UU RI No.32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup , setiap industri maupun badan usaha ber-tanggung jawab terhadap pengelolaan limbah yang dihasilkan dari kegiatannya. Pengelolaan limbah industri dilakukan dengan membangun IPAL industri yang terdiri dari pengolahan fisik, kimia dan biologi.
Studio Rencana Wilayah
241
Kabupaten Jepara
2020
Gambar 9. IPAL Komunal Industri Sumber. MediaSuaraNasional.com
RENCANA DETAIL PROGRAM Program pengembangan sistem pengelolaan air limbah di Kabupaten Jepara terdiri dari pembuatan Rencana Induk Sistem Pengelolaan Air Limbah (RISPAL), pembuatan Peraturan Daerah tentang pengelolaan air limbah, pengembangan sistem pengelolaan air limbah, pembangunan instalasi pengolahan air limbah komunal dan industri dan pembangunan instalasi pengolahan limbah tinja (IPLT). Pengembangan sistem pengelolaan air limbah domestik menekankan pada pengelolaan limbah sistem terpusat karena kondisi di Kabupaten Jepara yang saat ini baru menggunakan sistem setempat. IPAL komunal industri dibangun pemerintah bersama dengan pelaku industri kecil menengah di kawasan sentra industri sedangkan IPAL industri besar menjadi kewajiban pelaku industri skala besar. Arahan pengembangan sistem pengelolaan air limbah ialah sebagai berikut
1.
Pengembangan sistem pengelolaan air limbah terpusat di enam kecamatan diantaranya Kecamatan Jepara, Tahunan, Pecangaan, Kalinyamatan, Mayong, dan Kecamatan Welahan. Pengembangan ini dengan pertimbangan kepadatan penduduk dan permukiman kategori tinggi hingga sedang. Kawasan perkotaan Kecamatan Jepara dan Tahunan menjadi prioritas pengembangan.
2.
Pengembangan sistem pengelolaan air limbah komunal di lima kecamatan diantaranya Kecamatan Kedung, Nalumsari, Mlonggo, Bangsri, dan Kecamatan Kembang. Pengembangan komunal ini merupakan transisi dari sistem setempat menuju sistem terpusat. Pertimbangan pengembangan dengan kepadatan penduduk dan permukiman yang rendah hingga sedang.
3.
Pengembangan sistem pengelolaan air limbah setempat di lima kecamatan diantaranya di Kecamatan Pakisaji, Batealit, Keling, Donorojo dan Kecamatan Karimunjawa karena kecamatan ini memiliki kepadatan penduduk dan permukiman yang rendah. Untuk pulau-pulau kecil menggunakan sistem setempat berupa tangka septic yang sesuai dengan standar kelayakan.
Pengembangan dan pembangunan Instalasi Pengolahan Limbah Tinja (IPLT) dilakukan dengan
Studio Rencana Wilayah
242
Kabupaten Jepara
2020
1. Pengembangan atau peningkatan kapasitas IPLT Bandengan di Kabupaten Jepara 2. Pembangunan IPLT baru di TPA yang sudah ada yaitu di Kecamatan Pecangaan dan Mlonggo maupun di TPA yang direncanakan di Kecamatan Donorojo. Pembangunan IPAL Komunal dilakukan di setiap kecamatan di Kabupaten Jepara dengan pembagian sebagai berikut
1. IPAL komunal skala kota di Kecamatan Jepara, Tahunan, Pecangaan, Kalinyamatan, Mayong, dan Kecamatan Welahan. 2. IPAL komunal skala permukiman di Kecamatan Kedung, Nalumsari, Mlonggo, Bangsri, Kembang, Pakisaji, Batealit, Keling, Donorojo dan
Kecamatan
Karimunjawa 3. IPAL komunal industri dibangun di Kawasan Strategis Industri Hijau dan Sentra Industri
Kreatif Pecangaan yaitu di Kecamatan Mayong, Pecangaan dan
Kalinyamatan. Pentahapan program dilakukan pada periode 2 hingga 4 pembangunan dengan periode awal khusus untuk pengembangan pengelolaan limbah domestik, dilanjutkan pengembangan pengelolaan limbah industri. Pemilihan lokasi pengembangan secara garis besar didasarkan pada kriteria
1. Tingkat kepadatan penduduk 2. Tingkat kepadatan permukiman perkotaan 3. Kemiringan lahan 4. Tidak berada pada area rawan bencana (banjir dan tanah longsor) 5. Jarak ke permukiman ( tidak dekat dengan permukiman )
Studio Rencana Wilayah
243
Kabupaten Jepara
2020
Gambar 10. Peta Rencana Sistem Pengelolaan Air Limbah Sumber. Analisis Penulis, 2020 Studio Rencana Wilayah
244
Kabupaten Jepara
2020
SIKLUS PROYEK
Gambar 11. Diagram Siklus Proyek Sumber. Analisis Penulis, 2020
1. Fase Inisiasi Program pengembangan sistem pengelolaan air limbah merupakan program pendukung perwujudan jaringan prasarana pada rencana struktur ruang Kabupaten Jepara. Fase ini terdiri dari beberapa kegiatan yaitu 1) Identifikasi Kebutuhan Proyek -
Survey dan analisis kondisi sistem pengelolaan air limbah saat ini dan permasalahan yang ada.
-
Mengidentifikasi kebutuhan pengembangan, pihak-pihak terlibat dan kemampuan pembiayaan dalam program pengembangan
2) Analisis kelayakan proyek Menghitung kelayakan proyek dengan metode Cost Benefit Analysis 3) Penetapan keputusan terkait membuat atau membeli unsur dalam proyek -
Melakukan kegiatan kerjasama dalam program pengembangan dengan masyarakat hingga badan usaha.
4) Perencanaan Pengeluaran Membuat rencana pembiayaan program dan skema pembiayaannya baik dana dari APBN, APBD provinsi dan kabupaten hingga kerjasama pemerintah dan badan usaha (KPBU) Studio Rencana Wilayah
245
Kabupaten Jepara
2020
2. Fase Perencanaan Melakukan perencanaan program dengan rinci mulai dari tujuan program hingga kegiatan yang dilakukan dilengkapi dengan pentahapan atau waktu pelaksanaan dan pelaksana atau penanggungjawabnya. Pada fase ini menghasilkan Rencana Induk Sistem Pengelolaan Air Limbah (RISPAL) dan peraturan daerah tentang sistem pengelolaan air limbah. Langkah yang dilakukan pada fase ini ialah
1) Menentukan tujuan, ruang lingkup, dan batasan proyek Tujuan program ini yaitu mewujudkan sistem pengelolaan limbah yang memadai dan berkualitas dalam mendukung sanitasi layak dan peningkatan kualitas lingkungan Kabupaten Jepara. Ruang lingkup pengembangan sistem pengelolaan limbah baik domestik maupun non domestik di Kabupaten Jepara. Batasan proyek ini yaitu pengembangan pengelolaan limbah non domestik pada kegiatan industri 2) Mengidentifikasi pihak yang terlibat dan tugasnya Pihak-pihak yang terlibat diantaranya a) Pemerintah meliputi Bappeda, Dinas Lingkungan Hidup, Dinas PUPR dan Dinas Kesehatan b) Badan usaha dan pelaku industri kecil hingga skala besar c) Masyarakat 3) Menentukan cara berkomunikasi, metode, frekuensi, dan isi dari informasi yang disampaikan Pemerintah kabupaten melakukan advokasi dan kerjasama terkait pembiayaan dan pembangunan dengan pemerintah pusat dan daerah hingga badan usaha. Selain itu pemkab juga melakukan sosialisasi kepada masyarakat tentang sanitasi berbasis masyarakat dan pola hidup bersih dan sehat. 4) Perencanaan manajemen resiko Kegiatan ini dapat dimasukkan dalam rencana induk, kajian kerjasama pendanaan hingga melalui penetapan kebijakan dan peraturan. 3. Fase Pelaksanaan Fase
ini
ialah
melakukan
pelaksanaan
program
berupa
pengadaan,
pembangunan, pengembangan termasuk sosialisasi dan pembentukan kelembagaan. Secara umum, langkah pada fase pelaksanaan yaitu 1) Melaksanakan rencana proyek dan mencapai target proyek 2) Pembuatan sistem pelaksanaan proyek 3) Penetapan standar kualitas proyek Langkah langkah ini termuat dalam kerangka kerja logis, pentahapan dan pembiayaan program yang menjadi sistem pelaksanaan dan strategi implementasi proyek. Didalamnya terdapat rencana rinci dan indikator yang melingkupi standar kualitas serta target dari proyek.
Studio Rencana Wilayah
246
Kabupaten Jepara
2020
4. Fase Pemantauan dan Pengendalian Pemantauan dan pengendalian dilakukan secara berkala pada setiap tahapan program mulai dari perencanaan hingga pelaksanaan. Pengendalian bertujuan untuk mengatur pelaksanaan program sesuai dengan rencana yang telah dibuat. 5. Fase Penyelesaian dan Evaluasi Fase ini meliputi kegiatan pelaporan akhir dari kegiatan proyek dan hasil-hasil yang dicapai. Selanjutnya hasil pencapaian akan dievaluasi untuk melihat keberhasilan , dampak, hingga respon kebijakan untuk keberlanjutan dari proyek ini. COST BENEFIT ANALYSIS Metode cost benefit analysis merupakan metode perbandingan antara manfaat dan biaya dari suatu program untuk melihat kelayakan ekonomi dari program pengembangan sistem pengelolaan air limbah ini apakah program ini layak dilanjutkan atau tidak melalui perhitungan IRR, NPV dan BCR. Biaya dari program pengembangan ini merupakan biaya yang tercantum pada tabel pembiayaan (terlampir). Sedangkan manfaat merupakan manfaat yang dirasakan setelah pembangunan sistem pengelolaan air limbah berupa manfaat langsung maupun manfaat tidak langsung. Beberapa manfaat langsung dari program ini yaitu
1.
Pemasukan (revenue) dari iuran dan retribusi pengelolaan limbah baik dari rumah tangga maupun industri/niaga
2.
Pemanfaatan lumpur olahan menjadi pupuk tanaman
3.
Pemanfaatan biogas dari rekator pengolahan limbah untuk bahan bakar rumah tangga
4.
Pengurangan BOD air limbah untuk memenuhi baku mutu air limbah
5.
Ipal komunal mengurangi biaya pengurasan tangki septic
Sedangkan manfaat tidak langsung pengelolaan air limbah berupa
1.
Peningkatan kualitas lingkungan terutama kualitas air bersih
2.
Peningkatan produktivitas kegiatan pertanian, perikanan dan peternakan karena kualitas air dan tanah yang terjaga. Selain itu air daur ulang limbah juga dapat digunakan pada kegiatan sektor primer tersebut.
3.
Penurunan angka kejadian penyakit yang disebabkan air kotor
4.
Penyerapan tenaga kerja dalam program pengelolaan limbah ( IPLT, konstruksi, pengurasan dan pengangkutan dan lain lain)
5.
Peningkatan rasa sosial keamanan dan kenyamanan masyarakat
Studio Rencana Wilayah
247
Kabupaten Jepara
2020
Perhitungan Manfaat
1. Pemasukan dari iuran/retribusi masyarakat. Iuran yang dihitung ialah dari komponen rumah tangga, industri/niaga saja tidak termasuk hotel, pasar dan fasilitas umum sosial lainnya. Berdasarkan data studi Ehra, pada 2020 masyarakat perkotaan Jepara ditargetkan sebanyak 84% menggunakan tangka septik dan pedesaan sebanyak 80%. Area perkotaan didefinisikan sesuai rencana struktur ruang meliputi Kecamatan Jepara, Tahunan, Pecangaan dan Bangsri. Berdasarkan studio analisis wilayah, jumlah penduduk total Kabupaten Jepara tahun 2018 ialah 1.240.600 jiwa. Jika diasumsikan iuran limbah sebanyak Rp.5.000 per bulan atau setara dengan 60.000 per tahun untuk setiap rumah tangga dan asumsi 1 KK terdiri dari 4 orang Maka biaya yang dapat dihemat ialah Perkotaan : 84% x (403.496 jiwa : 4 ) = 84.735 KK Total Iuran = Rp. 5.084.100.000 per tahun
Pedesaan : 80% x (837.104 : 4) = 167.420 KK Total Iuran = 10.045.200.000 Maka dari itu total iuran pengelolaan limbah dari masyarakat yang didapat Kabupaten Jepara setiap tahunnya sebanyak Rp. 15.129.300.000 2. Penghematan Biaya Pengurasan Tangki Septik Manfaat selanjutnya ialah penghematan pengurasan tangki septik karena menggunakan sistem terpusat. Jika rumah tangga menggunakan ipal komunal dan ditargetkan sebanyak 70% rumah tangga Kabupaten Jepara menggunakan sistem terpusat maka dapat menghemat biaya dengan perhitungan â&#x20AC;˘
Biaya pengurasan tiap dua tahun Rp.200.000. Jumlah KK = 310.150 KK Maka jumlah KK yang tidak melakukan pengurasan yaitu 70% dari 310.150 yaitu sebanyak 217.105 KK Biaya = Rp.200.000 x 217.105 KK = Rp 43.421.000.000 setiap dua tahun atau dapat menghemat sebanyak Rp 21.710.500.000 setiap tahunnya.
3. Peningkatan produktivitas kegiatan pertanian dan perikanan Peningkatan kualitas air bersih memiliki dampak kepada peningkatan produktivitas kegiatan yang menggunakan air sebagai pendukung utamanya seperti kegiatan pertanian, perikanan dan peternakan. Berdasarkan penelitian pusat pengembangan sumber daya air kementerian PUPR, Sutriati dan Ginting (2012) menjelaskan bahwa potensi kapasitas air limbah domestik Pulau Jawa dapat memasok 32,4% defisit air di jawa. Selain itu Sutriati dan Ginting juga menemukan bahwa minat masyarakat disekitar IPAL Bojongsoang untuk menggunakan air daur Studio Rencana Wilayah
248
Kabupaten Jepara
2020
ulang limbah domestik untuk keperluan irigasi pertanian tinggi. Penggunaan air daur ulang juga dapat dipergunakan dalam mendukung kebutuhan air kegiatan perikanan. Jika diasumsikan penggunaan air daur ulang limbah domestik dapat berpengaruh 10% dalam produktivitas padi, dihitung valuasi moneternya menggunakan hasil neraca sumber daya alam pertanian dan perikanan yaitu â&#x20AC;˘
Berdasarkan data BPS, total produksi padi Kabupaten Jepara (2015) ialah sebanyak 253.313.000 kg. Jika pengaruh penggunaan air daur ulang limbah meningkatkan 5% dari produksi artinya manfaat yang diberikan ialah 5% x 253.313.000 kg = 12.665.650 kg Jika divaluasikan, dengan asumsi harga jual gabah Rp. 5.000 per kg maka manfaat yang didapat sebesar Rp. 5.000/kg x 12.665.650 kg = Rp. 63.328.250.000
Namun membutuhkan waktu yang cukup untuk jasa ekosistem air dapat kembali membaik setelah adanya program prioritas ini, maka nilai manfaat ini tidak dimasukkan dalam cost benefit analysis.
4. Penurunan angka penyakit akibat penggunaan air kotor Contoh kasus akibat air kotor yang muncul di Kabupaten Jepara berdasarkan analisis wilayah (2019) yaitu kasus diare. Handayani (2012) menjelaskan bahwa biaya rata-rata yang dikeluarkan pasien diare pada Kabupaten Boyolali yaitu Rp. 610.445,9
untuk
pasien
diare non
spesifik
dan
pasien
diare spesifik
sebanyakRp.732. 507, 6. Jika diambil biaya median sebanyak Rp. 671.476 dan jumlah kasus diare Kabupaten Jepara (2018) sebanyak 14.100 orang, maka program ini dapat menghemat biaya Rp. 671.476 x 14.100 = Rp. 9.467.811.600 per tahunnya. 5. Pemanfaatan pupuk organik dari daur ulang limbah Nugroho dan Rifai (2012) menjelaskan perhitungan manfaat daur ulang limbah untuk penggunaan pupuk organik. â&#x20AC;&#x153; Pada proyek percontohan IPAL semarang dengan kapasitas 326.000 jiwa setiap hari menghasilkan 65 m3/hari lumpur maka jika IPAL UASB dan DHS kapasitas pengolahan 15.000 jiwa setiap hari dapat menghasilkan 3 m3/hari lumpur. Jika berat jenis lumpur 1,03 kg/ltr atau 1030 kg/m3 maka produksi lumpur 3090 kg/ hari. Sehingga jumlah lumpur yang dihasilakan selama satu tahun yaitu 1.127.850 Studio Rencana Wilayah
249
Kabupaten Jepara
2020
kg/tahun. Berdasarkan hasil survai harga pupuk humus/organik dipasaran Rp.10.000,00 per kemasan seberat 25 kg. Maka nilai manfaat dari
pengolahan
lumpur
menjadi
pupuk
adalah
sebesar
Rp.451.140.000,00 setiap tahun. “ Jika IPLT maupun IPAL di Kabupaten Jepara direncanakan dapat memproduksi 3 m3 lumpur per hari maka produksi setahun yaitu 1.127.850 kg/tahun. Terdapat studi mengenai harga pupuk olahan IPAL sebesar Rp. 910 per kg (Ginting,dkk 2014), jika harga pupuk ditetapkan Rp. 2000 per kg maka nilai manfaat pengolahan lumpur menjadi pupuk sama dengan kasus IPAL UASB dan DHS Bogor yaitu sebesar Rp. 2.255.700.000setiap tahun. 6. Pemanfaatan biogas sebagai bahan bakar rumah tangga Nugroho dan Rifai (2012) menjelaskan perhitungan manfaat biogas reaktor IPAL untuk menjadi bahan bakar rumah tangga “ IPAL dengan debit 2000 m3/hari dapat menghasilkan biogas 1655 m3/ hari. Berdasarkan survai lapangan harga biogas setengah dari harga bahan bakar gas (BBG). Jika keperluan dan harga BBG Rp. 4.250,00/m3/hari maka untuk biogas Rp. 2.125,00/m3/hari jadi nilai manfaat dari biogas selama satu tahun adalah 1655 x 365 x Rp.2.125,00 = 1.283.659.375,00 “ Jika kapasitas IPLT di Kabupaten Jepara yaitu debit 1000 m3/ hari dan IPAL dengan debit 200 m3/ hari dan harga bahan bakar gas tahun 2020 ialah Rp 4.511 - Rp 6.266 per m3 ( median = Rp. 5.400) dari perhtiungan diatas maka pemanfaatan biogasnya ialah
•
IPLT kapasitas 1000 m3/ hari menghasilkan biogas 828 m3/ hari. Nilai manfaat biogas 828 x 365 x Rp.5.400 = Rp. 1.631.988.000
Jika Kabupaten Jepara memiliki 5 IPLT maka total manfaat yang didapat yaitu 5 x Rp. 1.631.988.000= Rp. 8.159.940.000 setiap tahunnya •
IPAL kapasitas 200 m3/ hari menghasilkan biogas 165 m3/ hari Nilai manfaat biogas 165 x 365 x Rp. 5.400 = Rp. 325.215.000 Jika setap kecamatan memiliki 2 IPAL yang menghasilkan biogas untuk menggantikan bahan bakar gas maka total IPAL yang menghasilkan biogas yaitu 2x16 = 32 IPAL Total manfaat biogas yang didapat = 32 x Rp. 325.215.000 = Rp. 10.406.880.000
Studio Rencana Wilayah
250
Kabupaten Jepara
2020
Maka jika nilai-nilai pemanfaatan pengelolaan air limbah divaluasikan dapat dirincikan sebagai berikut 1) Pemasukan iuran air limbah sebesar Rp. 15.129.300.000 per tahun 2) Penghematan biaya pengurasan tangki septik sebesar Rp 21.710.500.000 per tahun 3) Peningkatan produktivitas pertanian sebesar Rp. Rp. 63.328.250.000 per tahun 4) Penghematan biaya berobat diare Rp. 9.467.811.600 per tahun 5) Pemanfaatan pupuk organik sebesar Rp. 2.255.700.000 per tahun 6) Pemanfaatan biogas untuk bahan bakar sebesar Rp. 18.566.820.000 per tahun Dalam cost benefit analisis (terlampir) akan menggunakan revenue atau pemasukan berupa retribusi/iuran air limbah, penjualan pupuk dan biogas. Hasil Perhitungan Cost Benefit Analysis Berdasarkan perhitungan cost benefit analysis menggunakan suku bunga 11% dan 15% yang dapat dilihat pada tabel (terlampir), program prioritas pengembangan Sistem Pengelolaan Air Limbah di Kabupaten Jepara dinilai layak dan diterima (feasible) dan termasuk kategori good project karena memenuhi
a. BCR > 1 yaitu lebih dari 2 b. NPV bernilai positif yaitu Rp 58.485.071.425 (suku bunga 15%) c. ROI >0 yaitu lebih dari 1
Studio Rencana Wilayah
251
Kabupaten Jepara
2020
LAMPIRAN KERANGKA KERJA LOGIS Narrative Summary GOALS
Mewujudkan lingkungan
•
hidup Kabupaten Jepara
Objective Verification
Means of
Indicators
Verification
Akses pelayanan pengelolaan air limbah
Lingkungan hidup
baik perkotaan maupun pedesaan
dikhususkan pada
berkualitas melalui
•
Perda pengelolaan air limbah
sumber daya air
peningkatan pelayanan air
•
Struktur kelembagaan pengelolaan air
Prioritas
limbah
pengembangan
Kajian kualitas lingkungan hidup
SPAL skala
limbah melalui penyediaan sarana
•
prasarana yang memadai
perkotaan
dan berkualitas serta
Data sekunder dari
didukung dengan regulasi
Bappeda, Dinas
dan kelembagaan yang
Pekerjaan Umum dan
baik OUTCOMES
Assumption
1.
Terwujudnya sistem
•
pengelolaan air limbah domestik dan non
baik domestik
domestik
maupun non
•
domestik yang memadai dan Adanya dukungan
Peraturan dan struktur kelembagaan pengelolaan air limbah
•
berkualitas 2.
Jumlah dan cakupan pelayanan
pengelolaan limbah
Terwujudnya sanitasi berbasis masyarakat dan PHBS
•
Komitmen dengan badan usaha dalam
peraturan, komitmen,
pengembangan pengelolaan air limbah
kelembagaan dan
melalui kerjasama pendanaan atau CSR
Penataan Ruang, Dinas Lingkungan Hidup, Dinas Kesehatan Kabupaten Jepara. Melakukan sensus, observasi dan wawancara, kajian lingkungan hidup, dan studi penelitian
kemudian pengembangan hingga skala regional Pengelolaan limbah non domestik untuk kegiatan industri. Pengelolaan limbah industri skala besar dibebankan kepada pemilik industri Cakupan pengelolaan limbah
keterkaitan dengan
di perkotaan
visi misi
maupun pedesaan
pembangunan 3.
Adanya kontribusi masyarakat dan badan usaha dalam pengelolaan limbah
OUTPUTS
Adanya Rencana Induk
Data sekunder dari
Pengelolaan Air Limbah
Dokumen RI-SPAL Kabupaten Jepara baik
Bappeda, Dinas
Kabupaten Jepara tahun
jangka pendek, menengah dan jangka panjang
Pekerjaan Umum dan
2020
Penataan Ruang, Dinas Lingkungan
Adanya peraturan dan panduan teknis sistem
Dokumen peraturan dan regulasi terkait SPAL
pengelolaan air limbah
Kabupaten Jepara
pedesaan Kabupaten Jepara baik skala kawasan, kota dan regional yang
pengelolaan air limbah di
memenuhi standar kualitas
perkotaan maupun
•
Cakupan pelayanan pengelolaan air limbah
pedesaan yang berkualitas
di pedesaan dan perkotaan Kabupaten
Kabupaten Jepara
Jepara •
Kondisi fisik jaringan dan instalasi pengolahan air limbah
Studio Rencana Wilayah
kemudian pengembangan pelaksanaan Regulasi SPAL dan
Jepara.
SPAL khusus kegiatan industri
Jumlah dan besaran SPAL di perkotaan dan
Terwujudnya sistem
perkotaan
Hidup, Kabupaten
tahun 2020 •
RISPAL skala
Penekanan pada Data sekunder dari Bappeda, Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang,
pengelolaan air limbah rumah tangga dan kegiatan industri
Dinas Lingkungan Hidup, Kabupaten Jepara.
252
Kabupaten Jepara
• Terwujudnya akses sanitasi layak bagi seluruh rumah tangga di Kabupaten Jepara
Terwujudnya sistem
OUTPUTS
•
2020
Besaran jaringan dan instalasi pengolahan
Sensus, survey
sistem on-site
air limbah rumah tangga baik on-site, off
lapangan, observasi
harus
site, sistem individual dan komunal yang
dan wawancara
menggunakan
memenuhi standar
tangki septik yang
Persentase rumah tangga dengan akses
layak
sanitasi layak •
Persentase rumah kategori layak huni
•
Besaran jaringan dan instalasi pengolahan
IPAL komunal pada
pengelolaan air limbah
air limbah komunal untuk kawasan sentra
kawasan sentra
untuk industri kecil dan
industri kecil dan menengah.
industri
menengah yang
•
berkualitas Terwujudnya sistem pengelolaan air limbah untuk industri besar
Kondisi fisik jaringan maupun instalasi pengolahan
• •
Besaran instalasi pengolahan air limbah
IPAL Industri
pada semua industri besar
menjadi tanggung
Kondisi fisik jaringan maupun instalasi pengolahan
•
Jumlah dan besaran komponen unit pelayanan SPAL (sambungan dan lubang inspeksi)
• Tersedianya teknologi
pelengkap SPAL (Pipa Induk, perpipaan,
sistem pengelolaan air limbah domestik dan non
Jumlah dan besaran komponen unit drainase dan bangunan pengumpul)
•
Jumlah dan besaran komponen unit
domestik yang memenuhi
pengolahan (bangunan pengolahan,
standa
infrastruktur pendukung dan zona penyangga) •
Data sekunder dari Bappeda, Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang, Dinas Lingkungan Hidup, Kabupaten Jepara. Survey lapangan,
jawab pelaku industri Sistem pengelolaan air limbah non domestik kegiatan industri merupakan skala kawasan industri
observasi, wawancara dan kajian studi penelitian
Jumlah dan besaran komponen unit pembuangan akhir (sarana pembuangan dan penampungan)
Terwujudnya sanitasi
•
berbasis masyarakat •
•
Tidak ada kegiatan Buang Air Besar
Data sekunder
sembarangan (BABs)
survey lapangan,
Masyarakat
Kesadaran pengelolaan limbah rumah
observasi, wawancara
mendapatkan
tangga dengan menggunakan tangki septik
dan kajian studi
sosialisasi
layak dan rutin pengurasan
penelitian.
pengetahuan dan
Kesadaran untuk melakukan Pola Hidup
Wawancara
pelatihan sanitasi
Bersih dan Sehat
masyarakat tentang
layak
PHBS Kontribusi badan usaha dalam pengadaan
Data sekunder dari
ataupun pengelolaan SPAL
Bappeda, Dinas
Pengembangan
Komitmen tanggung jawab pengadaaan
Pekerjaan Umum dan
SPAL dari badan
pemerintah
SPAL bagi pelaku kegiatan usaha baik skala
Penataan Ruang,
usaha dengan CSR
dan badan usaha
kecil hingga besar
Dinas Lingkungan
maupun kerjasama
Hidup, Kabupaten
pendanaan
• Adanya koordinasi antara
•
Jepara. ACTIVITIES
Penyusunan Rencana
Dokumen Rencana Induk Sistem Pengelolaan
Data sekunder,
RISPAL memenuhi
Induk Sistem
Air Limbah baik RI-SPAL Perkotaan dan
Survey primer dan
standar muatan
Pengelolaan Air Limbah
Regional
Studi Penelitian
Penyusunan peraturan
Dokumen Peraturan Daerah tentang Sistem
Data sekunder
Materi teknis cepat
daerah terkait sistem
Pengelolaan Air Limbah
Bappeda Kab Jepara
disetujui menjadi
Melakukan advokasi dan
Adanya komitmen atau perjanjian
Data sekunder
CSR atau kerjasama
kerjasama dengan badan
kerja sama antara pemerintah dengan badan
Bappeda Kab Jepara
pendanaan
usaha
usaha dalam pengelolaan air limbah
pengelolaan air limbah
Perda
Studio Rencana Wilayah
253
Kabupaten Jepara
2020
Pembentukan Kelompok
Jumlah kelompok swadaya
Data Sekunder dan
KSM ada di setiap
Swadaya Masyarakat
masyarakat terkait sanitasi dan pengelolaan air
survey lapangan
kecamatan
untuk pengelolaan air
limbah
serta wawancara
limbah dan sanitasi
kelompok swadaya masyarakat
Membentuk lembaga
UPTD Pengelolaan air limbah
Data Sekunder Dinas
UPTD dibawah
pengelola air limbah baik
Lingkungan Hidup
Dinas Lingkungan
domestik maupun non
Kabupaten Jepara
Hidup
IPLT Perkotaan dengan prioritas
Data Sekunder dan
IPLT di Kecamata
kawasan perkotaan Kabupaten Jepara di
survey lapangan
Karimunjawa
domestik khususnya industri Pembangunan IPLT skala
•
ibukota kecamatan
ACTIVITIES
Kecamatan Jepara, Tahunan, Pecangaan
sedangkan pulau-
dan Kecamatan Bangsri serta Kecamatan
pulau kecil
Karimunjawa
dibangun SPALD
•
Jumlah KK yang terlayani IPLT Kota
•
Jaringan dan instalasi pengolahan
Data Sekunder dan
Masyarakat
Setempat berbasis
air limbah domestik beserta sarana
survey lapangan
memiliki kesadaran
masyarakat dengan sub-
prasarana pendukungnya
akan sanitasi layak
Jumlah kecamatan yang memiliki SPALD
sehingga mau
Setempat
berswadaya dalam
Membangun SPALD-
sistem pengelolaan
•
setempat, pengangkutan, dan pengolahan lumpur
pengadaan tangki
tinja. Membangun SPALD-
septik layak •
Terpusat berbasis masyarakat ataupun kelembagaan dengan sub
Jaringan dan instalasi pengolahan
Data Sekunder dan
Kawasan perkotaan
air limbah domestik sistem terpusat beserta
survey lapangan
menggunakan
sarana prasarana pendukungnya •
sistem pelayanan,
SPALD-T
Jumlah kecamatan yang memiliki SPALD Terpusat
pengumpulan, dan pengolahan terpusat. Pembangunan Jamban
•
Jumlah jamban keluarga tiap kecamatan
Data Sekunder,
Pemerintah
Keluarga, MCK, Tangki
•
Besaran bantuan stimulan jamban keluarga
survey lapangan,
memiliki
Septik komunal, IPAL Komunal dan biogas
tiap kecamatan
observasi dan
alokasi dana
•
Jumlah MCK tiap kecamatan
wawancara tentang
bantuan stimulan
•
Jumlah Tangki Septik dan atau IPAL
penerimaan bantuan
pengadaan jamban
Komunal dan biogas tiap kecamatan
stimulan
keluarga dan MCK
Pembangunan IPAL
•
Jumlah IPAL Komunal tiap Kecamatan
Data Sekunder dan
Pelaku industri
Komunal dan kawasan di
•
Jumlah IPAL Komunal di kawasan sentra
survey lapangan dan
wajib memiliki IPAL
industri kecil menengah
wawancara pelaku
Komunal dan tetap
Jumlah pabrik industri kecil menengah
usaha
diberi dukungan
Permukiman dan kawasan sentra industri kecil dan
•
menengah
yang memiliki IPAL
pemerintah
Pemantauan Kualitas
•
Indeks kualitas air
Data Sekunder,
Sampel sungai
lingkungan
•
Kajian pencemaran air
Observasi IPLT, uji
yang
•
Indeks kualitas udara
laboratorium
diambil mewakili kualitas air sungai keseluruhan
Koordinasi dan
Jumlah kawasan industri,
Data Sekunder,
Seluruh pelaku
pemantauan pengadaan
kompleks pabrik dan pabrik tunggal yang
Observasi lapangan,
industri skala besar
SPAL kawasan industri
telah memiliki IPAL industri
Wawancara, Uji
diwajibkan
Uji kualitas lingkungan sekitar kegiatan
laboratorium dan
mengadakan IPAL
industri
Studi penelitian
Industri dan
untuk industri skala besar
•
• •
Pelaksanaan program CSR industri terkait
kegiatan produksi
pengelolaan limbah
Studio Rencana Wilayah
254
Kabupaten Jepara
2020
berwawasan lingkungan Pembangunan SPALD
Jaringan dan instalasi pengolahan
Data Sekunder dan
Pulau-pulau kecil
setempat diKarimunjawa
air limbah domestik beserta sarana
survey lapangan
disekitar
dengan sub sistem
prasarana pendukungnya
Karimunjawa juga
•
Jumlah KK yang terlayani SPALD Setempat
dibangun tangki
•
Jumlah kegiatan pemeliharaan infrastruktur
Data Sekunder,
Operasi
SPAL
Observasi lapangan,
danpemeliharaan
•
Kondisi fisik SPAL
Studi penelitian
dilakukan berkala
•
Jumlah IPAL untuk limbah B3 di Kabupaten
IPAL limbah B3
pelayanan,pengumpulan,
•
dan pengolahan terpusat. Operasi dan pemeliharaan
septik layak
IPAL ACTIVITIES
Komunal, IPLT,jaringan perpipaan hingga kendaraan pengangkut Pembangunan dan pemeliharaan IPAL untuk
Jepara
industri besar
Limbah B3 di Perkotaan
•
Kondisi fisik IPAL limbah B3
menjadi tanggung
Kabupaten Jepara
•
Kajian lingkungan hidup Kabupaten Jepara
jawab pelaku industri
Pemantauan dan
Kualitas kondisi fisik jaringan perpipaandan
Data Sekunder,
Pemantauan
perbaikan kondisi fisik
instalasi pengolahan termasuk kendaraan
Observasi lapangan,
kondisi fisik
komponen sistem
pengangkut lumpur
Studi penelitian
secara berkala
pengelolaan air limbah
•
•
Kebocoran pipa distribusi air limbah
•
Kapasitas bangunan pengolahan air limbah
•
Baku mutu buangan air limbah
Peningkatan kapasitas
•
Persentase kapasitas IPLT
Data Sekunder,
Kapasitas IPLT Kota
IPLT Kota
•
Volume air limbah masuk IPLT
Observasi IPLT, uji
sama tiap kawasan
•
Volume buangan air limbah dan baku mutu
laboratorium
perkotaan
Persentase rumah tangga yang memiliki
Data Sekunder
Sebagian besar
air limbah efluen Pendampingan
•
masyarakat untuk
akses sanitasi layak
Obervasi dan survey
masyarakat telah
meakukanPola Hidup
•
Jumlah kasus penyakit akibat air kotor
masyarakat dengan
mendapatkan
Bersih dan Sehat (PHBS)
•
Buang Air Besar sembarangan (BABs)
wawancara atau
sosialisasi dan
kuesioner tentang
pelatihan sanitasi
PHBS
layak dan PHBS
Tabel 1. Kerangka Kerja Logis Sumber. Analisis Penulis, 2020
Studio Rencana Wilayah
255
Kabupaten Jepara
2020
PENTAHAPAN Pentahapan program pengembangan sistem pengelolaan air limbah menyesuaikan dengan rencana tahapan indikasi program struktur ruang Kabupaten Jepara yaitu program perwujudan sistem pengelolaan air limbah. Kegiatan
Periode 2 2025
2026
2027
Periode 3 2028
2029
2030
2031
2032
Periode 3 2033
2034
2035
2036
2037
2038
2039
Penyusunan Rencana Induk Sistem Pengelolaan Air Limbah Penyusunan peraturan daerah terkait sistem pengelolaan air limbah Melakukan advokasi dan kerjasama dengan badan usaha Pembentukan Kelompok Swadaya Masyarakat untuk pengelolaan air limbah dan sanitasi Membentuk lembaga pengelola air limbah baik domestik maupun non domestik khususnya industri Pembangunan IPLT skala ibukota kecamatan Membangun SPALD-Setempat berbasis masyarakat dengan sub-sistem pengelolaan setempat, pengangkutan, dan pengolahan lumpur tinja. Membangun SPALD-Terpusat berbasis masyarakat ataupun kelembagaan dengan sub sistem pelayanan, pengumpulan, dan pengolahan terpusat. Pembangunan Jamban Keluarga, MCK, Tangki Septik komunal, dan biogas
Studio Rencana Wilayah
256
Kabupaten Jepara
Periode 2
Kegiatan
2025
2026
2027
Periode 3 2028
2029
2030
2031
2032
2020
Periode 3 2033
2034
2035
2036
2037
2038
2039
Pembangunan IPAL Komunal dan kawasan di Permukiman dan kawasan sentra industri kecil dan menengah Pemantauan Kualitas lingkungan Koordinasi dan pemantauan pengadaan SPAL kawasan industri untuk industri skala besar Pembangunan SPALD setempat di Karimunjawa dengan sub sistem pelayanan,pengumpulan, dan pengolahan terpusat. Operasi dan pemeliharaan IPAL Komunal, IPLT,jaringan perpipaan hingga kendaraan pengangkut Pembangunan dan pemeliharaan IPAL untuk Limbah B3 di Perkotaan Kabupaten Jepara Peningkatan kapasitas IPLT Kota Pendampingan masyarakat untuk meakukan Pola Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) Monitoring dan Evaluasi
Tabel 2. Pentahapan Program Pengembangan Sistem Pengelolaan Air Limbah Sumber. Studio Rencana wilayah dan Analisis Penulis, 2020
Studio Rencana Wilayah
257
Kabupaten Jepara
2020
PEMBIAYAAN Pembiayaan program pengembangan sistem pengelolaan air limbah di Kabupaten Jepara menggunakan beberapa sumber pembiayaan diantaranya APBN, APBD Provinsi, APBD Kabupaten, Kerjasama pemerintah dengan badan usaha (KPBU) serta swadaya masyarakat. Estimasi biaya menyesuaikan Rencana Strategis dari Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Jepara dan kajian literatur Rencana Induk SPAL dari beberapa kota dan kabupaten. Pemerintah pusat membiayai pembangunan IPLT melalui APBN. Biaya swadaya masyarakat berupa pengadaan tangki septik rumah tangga dan jamban keluarga. Kerjasama pemerintah dengan badan usaha berupa melibatkan badan usaha dalam pembiayaan program. Pembiayaan program ini melibatkan badan usaha dengan pembagian investasi pembiayaan sebagai berikut
1. Pengadaan truck penganggkutan dan operasi pemeliharaan dengan estimasi biaya Rp.500.000.000 2. Biaya pengurasan tangki septik sebesar Rp.200.000 per satu kali pengurasan 3. Pembangunan IPAL Industri besar 4. Pembangunan IPAL dikawasan sentra industri IKM sebesar Rp.2.000.000.000 5. Pemeliharaan dari fasilitas teknis IPAL IPLT perpipaan hingga kendaraan pengangkut 6. Program CSR seperti mengadakan penampingan pembinaan dan sosialisasi kelompok swadaya masyarakat (KSM), pembangunan MCK hingga membantu kajian lingkungan 7. Badan usaha yang memiliki potensi limbah merusak lingkungan juga membayar pajak lingkungan (environtmental tax) kepada pemerintah Skema recovery cost dari kerjasama pemerintah dan badan usaha dilakukan dengan penarikan biaya pengurasan tangka septik maupun dengan iuran limbah (skema tarif) Kegiatan
Besaran
Penyusunan Rencana Induk Sistem
3
Pengelolaan Air Limbah
dokumen
Penyusunan peraturan daerah terkait sistem pengelolaan air limbah
2
Biaya (Rp)
Sumber Biaya
600.000.000
APBD
200.000.000
APBD
dokumen Studio Rencana Wilayah
258
Kabupaten Jepara
Kegiatan
Besaran
Biaya (Rp)
2020
Sumber Biaya
Melakukan advokasi dan kerjasama dengan badan usaha
N/A
200.000.000
APBD dan KPBU
Pembentukan Kelompok Swadaya Masyarakat untuk pengelolaan
16 KSM
320.000.000
APBD
1 kali
500.000.000
APBD
Pembangunan IPLT skala ibukota kecamatan
4 IPLT
16.000.000.000
APBN dan APBD serta KPBU
Membangun SPALD-Setempat berbasis masyarakat dengan sub-
10
20.000.000.000
APBD, KPBU dan swadaya
sistem pengelolaan setempat, pengangkutan, dan pengolahan.
Kecamatan
Membangun SPALD-Terpusat berbasis masyarakat ataupun
6
kelembagaan dengan sub sistem pelayanan, pengumpulan, dan
Kecamatan
air limbah dan sanitasi (termasuk penyiapan SDM) Membentuk lembaga pengelola air limbah baik domestik maupun non domestik khususnya industri (termasuk penyiapan SDM)
masyarakat (tangka septik) 50.000.000.000
APBN dan APBD serta KPBU
4.000.000.000
APBD dan swadaya
pengolahan terpusat. Pembangunan Jamban Keluarga, MCK, Tangki Septik
Setiap
komunal,biogas
Kecamatan
Pembangunan IPAL Komunal dan kawasan di Permukiman dan
10 unit per
kawasan sentra industri kecil dan menengah
Kecamatan
Pemantauan Kualitas lingkungan Koordinasi dan pemantauan pengadaan SPAL kawasan industri
masyarakat 32.000.000.000
APBD, Badan Usaha
8 kali
1.600.000.000
APBD
N/A
Gaji Pegawai
APBD
Pembangunan SPALD setempat di Karimunjawa dengan sub sistem
1
5.000.000.000
APBD, KPBU dan swadaya
pelayanan,pengumpulan, dan pengolahan terpusat.
Kecamatan
Operasi dan pemeliharaan IPAL Komunal, IPLT, jaringan perpipaan
Setiap
hingga kendaraan pengangkut
Kecamatan
Pembangunan dan pemeliharaan IPAL untuk Limbah B3 di
3
Perkotaan Kabupaten Jepara
Kecamatan
Peningkatan kapasitas IPLT Kota
5 IPLT
untuk industri skala besar
Studio Rencana Wilayah
masyarakat (tangka septik) 10.000.000.000
APBD, KPBU
1.500.000.000
APBD, KPBU
5.000.000.000
APBN dan APBD serta KPBU 259
Kabupaten Jepara
Kegiatan
Besaran
Pendampingan masyarakat untuk meakukan Pola Hidup Bersih dan
Setiap
Sehat (PHBS)
Kecamatan
Monitoring dan Evaluasi
15 kali
Biaya (Rp)
2020
Sumber Biaya
500.000.000
APBD dan Swadaya Masyarakat
3.000.000.000
APBD
TOTAL
150.420.000.000 Tabel 3. Pembiayaan Program Pengembangan Sistem Pengelolaan Air Limbah Sumber. Analisis Penulis, 2020
COST BENEFIT ANALISIS TAHUN
EXP (Rp.)
REV (Rp.)
Keterangan (Revenue)
0,11
0,15
EXP (Rp.)
REV (Rp.)
EXP (Rp.)
REV (Rp.)
1
1.000.000.000
15.129.300.000
Retribusi
900.900.901
13.630.000.000
869.565.217
13.155.913.043
2
400.000.000
15.129.300.000
Retribusi
324.648.973
12.279.279.279
302.457.467
11.439.924.386
3
920.000.000
15.129.300.000
Retribusi
672.696.071
11.062.413.765
604.914.934
9.947.760.335
4
8.075.000.000
15.129.300.000
Retribusi
5.319.252.616
9.966.138.527
4.616.907.458
8.650.226.379
5
8.900.000.000
15.129.300.000
Retribusi
5.281.716.820
8.978.503.178
4.424.872.944
7.521.935.981
6
13.700.000.000
15.129.300.000
Retribusi
7.324.579.454
8.088.741.601
5.922.888.064
6.540.813.897
7
16.525.000.000
15.129.300.000
Retribusi
7.959.405.240
7.287.154.596
6.212.359.585
5.687.664.258
8
15.200.000.000
15.129.300.000
Retribusi
6.595.682.744
6.565.004.140
4.968.906.962
4.945.795.007
9
22.150.000.000
15.129.300.001
Retribusi
8.658.983.687
5.914.418.145
6.296.412.427
4.300.691.311
10
18.075.000.000
15.129.300.002
Retribusi
6.365.734.454
5.328.304.635
4.467.863.563
3.739.731.575
11
19.650.000.000
35.951.820.000
Retribusi ,Pupuk,
6.234.617.124
11.406.912.602
4.223.634.326
7.727.600.053
3.773.098.872
10.276.497.839
2.467.174.382
6.719.652.220
1.422.766.262
9.258.106.161
897.966.961
5.843.175.844
Biogas 12
13.200.000.000
35.951.820.000
Retribusi,Pupuk, Biogas
13
5.525.000.000
35.951.820.000
Retribusi,Pupuk, Biogas
Studio Rencana Wilayah
260
Kabupaten Jepara
TAHUN 14
EXP (Rp.) 4.700.000.000
REV (Rp.) 35.951.820.000
Keterangan (Revenue) Retribusi,Pupuk,
0,11
2020
0,15
EXP (Rp.)
REV (Rp.)
EXP (Rp.)
REV (Rp.)
1.090.375.676
8.340.636.181
664.244.693
5.081.022.473
501.610.432
7.514.086.650
294.946.764
4.418.280.411
62.426.069.326
135.896.197.301
47.235.115.748
105.720.187.173
Biogas 15
2.400.000.000
35.951.820.000
Retribusi,Pupuk, Biogas
TOTAL
150.420.000.000
NPV
180.632.100.003
73.470.127.975
58.485.071.425
BCR
2,20
2,18
2,24
ROI
1,20
1,18
1,24
Studio Rencana Wilayah
331.052.100.003
261
Kabupaten Jepara
2020
DAFTAR PUSTAKA Ginting T., Ismail A., & Nuva (2014). Estimasi Harga Pupuk Olahan Sludge Instalasi Pengolahan Air Limbah Berdasarkan Pendekatan Harga Produksi dan Willingness to Pay (Studi Kasus: IPAL RSUP H Adam Malik Medan). Institut Pertanian Bogor. Diakses dari https://repository.ipb.ac.id/ Handayani, Septin (2012) Analisis Biaya Dan Gambaran Pengobatan Pada Pasien Diare Rawat Inap Di Rsud Banyudono Boyolali Tahun 2010. Skripsi thesis, Universitas Muhammadiyah Surakarta. Joy Irman. (2011). Sistem Pengelolaan Air Limbah. Diakses dari https://www.slideshare.net/ Nugroho, R., & Rifai, A. (2012). Kajian Kelayakan Ekonomi Rencana Pembangunan Instalasi Pengolahan Air Limbah (Ipal) Domestik Komunal Sistem Uasb-dhs Di Kota Bogor. Jurnal Teknologi Lingkungan, 13(3), 269-276. Putri, Rahmi Namira (2019). Isu Strategis Pengelolaan Air Limbah Kabupaten Jepara. Universitas Gadjah Mada, Studio Analisis Wilayah Sutriati, A., & Ginting, N. T. (2019). Potensi Air Limbah Domestik Sebagai Pasokan Air Irigasi pada Daerah Padat Penduduk dan Krisis Air. Jurnal Irigasi, 7(2), 87-98. Pemerintah Kota Kediri (2014). Rencana Induk Pengelolaan Air Limbah Kota Kediri. Pemerintah Kabupaten Jepara (2015). Rencana Induk Pengelolaan Air Limbah Di Kota Jepara Studio Analisis Wilayah Kabupaten Jepara 2019)
Studio Rencana Wilayah
262
2020
Kabupaten Jepara
1. Latar Belakang Kabupaten Jepara merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Jawa Tengah. Kabupaten Jepara terletak di pesisir pantai utara dan memiliki karakteristik wilayah geografi yang cukup lengkap membentang dari area pegunungan hingga area pesisir pantai, hal ini membuat Kabupaten Jepara memiliki potensi pariwisata yang menjadi salah satu sektor unggulan daerah yang dapat dikembangkan. Menurut data Dinas Pariwisata dan Kebudayaan 2019 tercatat terdapat 40 Objek Daya Tarik Wisata (ODTW) yang ada di Kabupaten Jepara yang terbagi kedalam wisata alam, buatan, sejarah, religi dan kerajinan dengan jumlah objek wisata paling banyak yaitu pada wisata alam. Objek wisata alam yang ada di Kabupaten Jepara yang tercatat di Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Jepara sejumlah 21 objek wisata alam yang mencakup wisata pantai, wisata bahari, wisata pegunungan yang termasuk wisata air terjun dan goa. Berdasarkan data jumlah pengunjung wisata tahun 2018 dari Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Jepara, objek wisata alam menyumbang sebesar 56,28% dari total wisatawan di Kabupaten Jepara. Jumlah wisatawan yang mengunjungi Kabupaten Jepara juga terus meningkat dengan laju sebesar 72,67% dalam 5 tahun terakhir dari tahun 2014-2018. Gambar 1. Jumlah Wisatawan Tahun 2014-2018
Jumlah Wisatawan 3000000 2500000 2000000 1500000 1000000 500000 0 Jumlah Wisatawan
2014 1506596
2015 1657988
2016 1754555
2017 2190231
2018 2601528
Sumber : Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Jepara, 2019 Berdasarkan Peraturan Daerah No. 2 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Rauang Wilayah Kabupaten Jepara Tahun 2011-2031 pasal 31 huruf , kawasan peruntukan pariwisata alam yang direncanakan sejumlah 25 objek wisata. Terdapat penambahan kawasan wisata alam berupa wana wisata desa dan kluster buah. Kekayaan bentang alam yang dimiliki Kabupaten Jepara diikuti tren positif pertumbuhan wisatawan 5 tahun terakhir menjadikan Kabupaten Jepara sangat berpotensi dalam pengembangan sektor pariwisata khususnya objek daya tarik wisata alam. Pengembangan pariwisata memberikan pengaruh tidak hanya terhadap Studio Rencana Wilayah
264
Kabupaten Jepara
2020
sektor ekonomi yang langsung terkait dengan pariwisata, namun juga dengan industri lain yang tidak langsung terkait (Adetiya,dll , 2017). Pengembangan sektor pariwisata juga berpengaruh secara komprehensif bagi pembangunan Kabupaten Jepara diantaranya pengoptimalan potensi sumber daya lokal mencakup sumber daya alam dan manusia, meningkatkan perekonomian lokal dan regional dengan masuknya investasi karena daya tarik daerah dan meningkatkan daya saing wilayah. Pengembangan Objek Daya Tarik Wisata Alam ini juga mendukung tujuan, kebijakan dan strategi dari perencanaan yang sudah dilakukan dan RTRW Kabupaten Jepara yang sudah ditetapkan yaitu fokus pengembangan daerah dengan pengoptimalan sumber daya lokal yang berfokus pada sektor industri dan pariwisata. 2. Rasionalitas Program Program ini dipilih berdasarkan permasalahan belum optimalnya pengembangan objek wisata di Kabupaten Jepara terutama pada penyediaan fasilitas, sarana dan prasarana pendukung kegiatan pariwisata. Selain itu Program ini dapat memberdayakan potensi lokal yang dimiliki Kabupaten Jepara yaitu kekayaan alam untuk pemanfaatan kegiatan pariwisata dan juga menindak lanjuti perkembangan positif pariwisata di Kabupaten Jepara yang terus meningkat setiap tahunnya. Program Pengembangan Objek Daya Tarik Wisata Alam juga mendukung tujuan penataan ruang yaitu “Mewujudkan Kabupaten Jepara yang Terintegrasi Bertumpu Pada Sektor Industri Pengolahan dan Pariwisata berbasis Potensi Lokal, Ramah Lingkungan, Serta Tangguh Bencana” dan juga mendukung terwujudnya visi Kabupaten Jepara yaitu “Mewujudkan Kabupaten Jepara yang Berdaya Saing dan Sejahtera bertumpu pada pengembangan Sektor Industri Pengolahan dan Pariwisata”. Gambar 2. Keterkaitan program dengan tujuan penataan ruang Kabupaten Jepara
Sumber : Analisis Penulis, 2020
Studio Rencana Wilayah
265
Kabupaten Jepara
2020
Gambar 3. Keterkaitan dengan visi pembangunan Sumber : Analisis Penulis, 2020 3. Tujuan Perencanaan a. Mendukung terwujudnya tujuan penataan ruang Kabupaten Jepara yaitu â&#x20AC;&#x153;Mewujudkan Kabupaten Jepara yang Terintegrasi Bertumpu Pada Sektor Industri
Pengolahan
dan
Pariwisata
berbasis
Potensi
Lokal,
Ramah
Lingkungan, Serta Tangguh Bencanaâ&#x20AC;?. b. Mengembangan objek daya tarik wisata alam sebagai pengoptimalan potensi lokal, peningkatan ekonomi lokal dan kesejahteraan masyarakat dan peningkatan daya saing pariwisata Kabupaten Jepara. c. Meningkatkan kualitas dan ketersediaan sarana dan prasarana pendukung kegiatan pariwisata alam di Kabupaten Jepara. 4. Landasan Hukum a. Undang-Undang No., 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang b. Undang-Undang No. 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan c. Peraturan Daerah Kabupaten Jepara No. 2 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Kabupaten Jepara Tahun 2005-2025 d. Peraturan Daerah Kabupaten Jepara No. 2 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Jepara Tahun 2011-2031 e. Peraturan Daerah No. 2 Tahun 2018 tentang RPJMD Kabupaten Jepara Tahun 2017-2022 5. Metode Perencanaan Dalam penyusunan rencana program pengembangan objek daya tarik wisata alam Kabupaten Jepara digunakan beberapa metode sebagai berikut : Studio Rencana Wilayah
266
Kabupaten Jepara
2020
a. Analisis Wilayah Metode analisis wilayah digunakan untuk menganalisis pengolahan data-data dan gambaran terkait kondisi wilayah terutama untuk mengetahui potensi dan masalah yang ada di Kabupaten Jepara yang berkaitan dengan pariwisata. b. Studi Literatur Metode Studi literatur digunakan untuk mencari referensi konsep perencanaan dan visualisasi program berdasarkan preseden yang tepat. Selain itu peninjauan dokumen-dokumen perencanaan dan dokumen yang berkaitan mengenai pengembangan pariwisata juga dilakukan untuk mengetahui kebijakan, aturan, pembagian wewenang dan tugas,k aturan pengendalian dan arahan pemanfaatan program yang akan dilakukan. c. Kerangka Kerja Logis (Logical Framework) Metode kerangka kerja logis atau logical framework merupakan ringkasan proyek yang menunjukkan tingkatan tujuan-tujuan proyek serta hubungan sebab akibat pada setiap indikator dan sasaran kinerja. d. Cost Benefit Analysis Metode Cost Benefit Analysis (CBA) merupakan metode analisis untuk menghitung kelayakan program yang akan dijalankan baik secara ekonomi, sosial dan lingkungan. Analsisi CBA juga dilakukan untuk mengukur untungrugi dari pembiayaan program yang akan dijalankan. 6. Kerangka Berpikir Gambar 4. Pohon Masalah Program
Sumber : Analisis Penulis,2020
Studio Rencana Wilayah
267
Kabupaten Jepara
2020
Gambar 5. Pohon Tujuan Program Sumber : Analisis Penulis, 2020 Gambar 6. Kerangka berpikir program prioritas
Sumber : Analisis Penulis, 2020 7. Konsep Rencana Dalam program pengembangan objek daya tarik wisata alam Kabupaten Jepara, proses perencanaannya dilakukan menggunakan beberapa konsep yang relevan dengan pengembangan wisata dan tujuan penataan ruang Kabupaten Jepara, yaitu : a. Ekowisata (eco-tourism)
Studio Rencana Wilayah
268
Kabupaten Jepara
2020
Ekowisata adalah suatu bentuk wisata yang bertanggung jawab terhadap kelestarian area yang masih alami (natural), memberi manfaat secara ekonomi dan mempertahankan keutuhan budaya bagi masyarakat setempat (Fandeli, 2000). Dalam peengembangan ekowisata terdapat duaa aspek yang perlu diperhatikan yaitu aspek destinasi dan market dan diusahakan dalam pengembangannya lebih menekankan pada menjaga kelestarian dan keberadaannya. Ekowisata bukan suatu upaya mengekspolitasi alam, namun menggunakan jasa alam dan masyarakat untuk memenuhi kebutuhan pengetahuan, fisik dan psikologis wisatawan. The Ecotourism Society (Eplerwood, 1999) menyebutkan terdapat delapan prinsip dalam pengembangan ekowisata, yaitu : 1. Mencegah dan menanggulangi dampak dari aktivitas wisatawan terhadap alam dan budaya setempat. 2. Pendidikan konservasi lingkungan. Mendidik wisatawan dan masyarakat setempat akan pentingnya konservasi. 3. Pendapatan langsung untuk kawasan. Pendapatan atau penghasilan dari kegiatan
wisata
dapat
dipergunkana
langsung
untuk
membina,
melestarikan dan meningkatkan kualitas kawasan wisata. 4. Paritispasi masyarakat dalam perencanaan dan pengelolaan pariwisata. 5. Penghasilan masyarakat. Keuntungan nyata terhadap ekonomi masyarakat dari kegiatan wisata mendorong semangat masyarakat menjaga kelestarian alam. 6. Menjaga keharmonisan dengan alam. Pengembangan fasilitas dan utilitas harus tetap menjaga keharmonisan alam. 7. Daya dukung lingkungan. 8. Peluang penghasilan pada porsi besar terhadap negara. Menurut Choy (1997) dalam Kurnianto (2008) ekowisata diberi batasan sebagai bentuk dan kegiatan wisata yang bertumpu pada lingkungan dan bermanfaat secara ekologi, sosial dan ekonomi bagi masyarakat lokal serta bagi kelestarian sumber daya alam dan pemanfaatan yang berkelanjutan. Terdapat lima aspek utama dalam perkembangan ekowisata, yaitu : 1. Adanya keaslian lingkungan alam dan budaya 2. Keberadaan dan daya dukung masyrakat 3. Pendidikan dan pengalaman 4. Keberlanjutan 5. Kemampuan manajemen dalam pengelolaan ekowisata Berdasarkan tinjauan aspek-aspek utama dalam pengembangan ekowisata, bisa disimpulkan bahwa terdahap lima prinsip utama dalam pengembangan pariwisata menggunakan konsep ekowisata (Priono, 2012) , yaitu :
Studio Rencana Wilayah
269
Kabupaten Jepara
2020
1. Prinsip Konservasi : memelihara, melindungi, tanggung jawab dan komitmen terhadap pelestarian alam dan budaya setempat 2. Prinsip
Partisipasi
Masyarakat
:
Pengembangan
didasarkan
atas
musyawarah dan persetujuan masyarakat dan menghormati nilai-nilai sosial dan budaya setempat. 3. Prinsip Ekonomi : memberikan manfaat ekonomi secara langsung kepada masyarakat setempat dan menjadi penggerak pembangunan ekonomi di wilayahnya. 4. Prinsip Edukasi : menebarkan edukasi dan penyadaran mengenai pentingnya konservasi dan pelesatian lingkungan baik kepada masyarakat setempat maupun wisatawan. 5. Prinsip Wisata : kepuasan pengalaman pengunjung dengan menciptakan rasa aman, nyaman, menyenangkan dan memberikan pengalaman menarik bagi pengunjung. Gambar 7. Prinsip Pengembangan Ekowisata
Sumber : Priono, 2012 b. Pengembangan Objek Daya Tarik Wisata Mengacu pada UU No.9 tahun 1990 tentang Kepariwisataan, wisata adalah kegiatan perjalanan atau sebagian dari kegiatan tersebut yang dilakukan secara sukarela serta bersifat sementara untuk menikmati objek dan daya tarik wisata, termasuk pengusahaan objek dan daya tarik wisata serta usaha-usaha di bidang terkait. Pengembangan kawasan wisata merupakan alternatif yang mampu mendorong potensi ekonomi maupun upaya pelestarian suatu daerah. Pengembangan kawasan wisata dilakukan dengan menata kembali berbagai potensi dan kekayaan alam dan hayati secara terpadu (Kurnianto, 2008). Keunikan industri pariwisata juga dapat Studio Rencana Wilayah
270
Kabupaten Jepara
2020
memberikan dampak ganda khususnya pada perekonomian suatu daerah. Dampak ganda ekonomi dari kegiatan wisata dapat dilihat dari sejauh mana pengeluaran wisatawan akan menstimulasi pengeluaran lebih lanjut pada industri lainnya yang pada akhirnya dapat meningkatkan aktivitas ekonomi di tingkat lokal (Ikhsan, 2017). Dalam pengembangan pariwisata, terdapat beberapa komponen yang perlu dilengkapi agar menciptakan objek daya tarik wisata yang berhasil. Menurut Kuswara (2007) dalam Kurnianto (2008) komponen pengembangan pariwisata tergambar dalam diagram berikut : Gambar 8. Komponen pengembangan pariwisata
Sumber : Kurnianto, 2008 Selain komponen pengembangan pariwisata yang dijelaskan Kurnianto (2008), potensi destinasi wisata juga dapat dipengaruhi adanya empat komponen atau lebih dikenal dengan istilah 4A , yaitu (Pitana ,2009 dalam Noviyanti, et al., 2018) : 1. Atraksi ; yaitu semua yang dapat dinikmati oleh wisatawan di tempat wisata. 2. Aksesibilitas ; sarana yang memberikan kemudahan untuk menjangkau objek wisata. 3. Amenitas ; ketersediaan fasilitas pendukung di tempat tujuan wisata yang melengkapi kegiatan wisata seperti penginapan, restoran, hiburan, tempat oleh-oleh, dll.
Studio Rencana Wilayah
271
Kabupaten Jepara
2020
4. Aktivitas ; kegiatan yang bisa dilakukan oleh wisatawan selama berada di objek wisata yang dapat memberikan rasa menyenangkan dan memberikan pengalaman baru di tempat wisata. Berdasarkan komponen yang sudah dijelaskan maka bisa disimpulkan untuk komponen pengembangan objek daya tarik wisata mencakup : 1. Atraksi dan kegiatan wisata 2. Aksesibilitas ( Infrastruktur dan Transportasi) 3. Amenitas ( Akomodasi ) 4. Kelembagaan Gambar 9. Komponen pengembangan objek daya tarik wisata
Sumber : Analisis Penulis, 2020 8. Rencana Detail dan Visualisasi Program Program pengembangan objek daya tarik wisata alam akan dilaksanakan pada seluruh objek wisata alam yang tercatat pada Dinas Pariwisata dan Kebudayaan dan yang ditetapkan dalam RTRW Kabupaten Jepara 2011-2031. Objek daya tarik wisata alam tersebut diantaranya , yaitu :
Studio Rencana Wilayah
272
Kabupaten Jepara
2020
Tabel 1. Objek daya tarik wisata alam Kabupaten Jepara Status
Objek Wisata
Objek Wisata
Pantai Kartini
Goa Tritip
Pantai Bandengan
Telaga Sejuta Akar
Air Terjun Songgolangit Pulau Karimunjawa
eksisting
Status
eksisting
Goa Manik Pecatu Desa Wisata Plajan
Pulau Panjang
Desa Wisata Tempur
Pulau Mandalika
Desa Wisata Kunir
Pantai Teluk Awur
Pantai Banyuwoto
Pantai Pungkruk
Air Terjun Suroloyo
Pantai Empu Rancak
Pantai Suweru
Pantai Pailus
rencana
Desa Wisata Tanjung
Pantai Bringin
Desa Wisata Sumanding
Pantai Bondo
Desa Wisata Damarwulan
Pantai Blebak
Bumi Perkemahan Pakisaji
Sumber : Dinas Pariwisata dan Kebudayaan, 2018 Berdasarkan kajian pustaka yang telah dilakukan terkait pengembangan objek daya tarik wisata dan konsep ekowisata, rencana rinci program pengembangan objek daya tarik wisata alam Kabupaten Jepara dapat dirumuskan sebagai berikut : Tabel 2. Sintesis Rencana Detial Program Pengembangan Objek Wisata Daya Tarik Kabupaten Jepara dengan Konsep Ekowisata Komponen
Program Pengembangan
Besaran
Lokasi
Peremajaan dan pemeliharaan
Seluruh ODTW
kawasan daya tarik wisata
alam
Penyediaan alternatif kegiatan wisata air (banana boat, Atraksi dan
pemancingan,dll)
Kegiatan
Penyediaan alternatif kegiatan
Wisata
wisata pantai (camp ground, voli
ODTW alam Disesuaikan
pantai dan bahari
pantai, candle light dinner, dll) Penyediaan alternatif kegiatan pengolahan hasil tani di desa wisata (workshop kopi temput,dll) yang
Studio Rencana Wilayah
ODTW Desa Wisata alam
273
Kabupaten Jepara
Komponen
Program Pengembangan
Besaran
2020
Lokasi
disesuaikan dengan potensi desa wisata masing-masing Pengadaan event rutin yang disesuaikan dengan budaya dan kebiasaan warga setempat
1 minggu /
Seluruh ODTW
bulan sekali
Alam
Penyediaan alternatif kegiatan edukasi konservasi (tanam mangrove, tanam padi, berkebun,dll)
Disesuaikan
Seluruh ODTW alam
Penyediaan area hijau Pembangunan pusat pelatihan kepariwisataan
1 unit
Pembangunan pusat informasi dan pemasaran pada objek dan daya
25 unit
tarik wisata
Disesuaikan
oleh, restoran, tempat penginapan)
25 unit
sementara yang ramah lingkungan Amenitas (Akomodasi)
Seluruh ODTW alam
yang termasuk area perkotaan atau PPK
Penyediaan toilet umum, mushola dan tempat peristirahatan
Jepara
ODTW alam
Pembangunan kawasan komersial pada kawasan wisata (pusat oleh-
Kabupaten
Seluruh ODTW alam
Penyediaan lahan parkir yang memadai yang sesuai dengan kemampuan ruang tanpa merusak
disesuaikan
Seluruh ODTW alam
area wisata alam Penyediaan tempat pengolahan sampah terpadu
Disesuaikan
Seluruh ODTW alam
Penyediaan akomodasi yang dapat menyatu dengan alam dan kondisi masyarakat sekitar atau menyesuaikan kondisi alami tanpa pembangunan yang masif
Disesuaikan
Seluruh ODTW alam
Penyediaan akomodasi dengan pemanfaatan sumber produk lokal dan SDM lokal
Studio Rencana Wilayah
274
Kabupaten Jepara
Komponen
Program Pengembangan
Besaran
2020
Lokasi
Pembangunan dan peningkatan kualitas jaringan jalan menuju kawasan objek wisata alam Penyediaan alternatif transportasi umum menuju kawasan daya tarik Aksesibilitas (Infastruktur dan Transportasi)
Seluruh ODTW
wisata berbasis ramah lingkugan Pengadaan Bus City Tour
alam disesuaikan
Pemasangan papan penunjuk/baliho promosi wisata pada jalan menuju kawasan wisata Pembangunan infrastruktur
ODTW alam
penanganan bencana (Tanggul
pada area
pengaman pantai, Tanggul Penahan
rawan bencana
Longsor, Jalur Evakuasi,dll ) Pembentukan Pokdarwis di Kawasan Daya Tarik Wisata Pembinaan dan fasilitas desa wisata
Disesuaikan 6 desa wisata
Seluruh ODTW alam ODTW Desa Wisata alam
Pelaksanaan participatory planning dalam tahap perencanaan pengembangan kawasan daya tarik wisata
Disesuaikan
Pemberdayaan masyarakat Kelembagaan
Seluruh ODTW alam
setempat sebagai tour guide dengan pelatihan Pelatihan pemberdayaan masyarakat dalam memanfaatkan
Seluruh ODTW
potensi lokal untuk menambah
alam namun
value
fokus pada
Pelatihan dan peningkatan edukasi
Disesuaikan
masyarakat setempat dan pekerja
desa wisata alam
lokal dalam upaya konservasi alam Kegiatan monitoring dan evaluasi
Seluruh ODTW alam
Sumber : Analisis Penulis, 2020
Studio Rencana Wilayah
275
Kabupaten Jepara
2020
Preseden Pengembangan Objek Daya Tarik Wisata Alam dengan Konsep Ekowisata a. Attraksi dan kegiatan wisata Solar Boat Race – Avigliana Lakes Nature Park Setiap tahunnya, Avigliana Lakes Nature Park mengadakan “Solar Boat Race” event untuk mendemonstrasikan implementasi pendekatan keberlanjutan pada wisata danau dan meningkatkan kesadaran publik akan pentingnya energi alternatif terbarukan khususnya untuk mendukung kegiatan pariwisata. Gambar 10.. Solar Boat Race
Sumber : https://tecnico.ulisboa.pt/ Trail Dolomiti – Parco Naturale Dolomiti di Sesto and Parco Naturale FanesSennes-Braies Trail Dolomiti merupakan rute trail sepeda untuk pada pesepeda dan pelari untuk mendukung prinsip pembangunan berkelanjutan pada transportasi dan mengurangi kemacetan dan poulis. Trail Dolomiti ini mengincar spesial target yaitu pesepeda dan pelari dan mendorong kerja sama antar sektor privat dan publik. Gambar 11.. Trail Dolomiti
Sumber : https://www.visitdolomitipaganella.it/ b. Akomodasi Chanaz’s Green Marina Project bertujuan untuk menciptakan danau buatan dengan 8 cottages yang mengelilingi the saviere canal yang mengikuti aturan lingkungan yang ketat. Cottage yang dibangun mengikuti arsitektur lokal dengan pemanfaatan energi solar dan impelementasi penghematan air dan energi.
Studio Rencana Wilayah
276
Kabupaten Jepara
2020
Konstruksi dan operasional dilakukan oleh masyarakat lokal. Kegiatan yang dapat dilakukan diarea ini juga bebas polusi seperti bersepeda, bermain kayak, roller skating dan memancing. Gambar 12. Chanazâ&#x20AC;&#x2122;s Green Marina Project
Sumber : http://www.alpine-space.org/ c. Aksesibilitas Transportasi merupakan sumber terbesar yang berkontribusi dalam emisi gas, namun transportasi tetap dibutuhkan terutama untuk kegiatan wisata. Salah satu cara berwisata ramah lingkungan yaitu dengan penggunaan transportasi umum massal seperti bus. Hop on hop off bus Hop on hop off bus merupakan city tour bus yang diterapkan di beberapa kota dunia seperti paris, london, dan new york. Bus ini melayani wisatawan untuk berkeliling kota mengunjungi tempat-tempat wisata. Dengan menggunakan bus ini dapat mengurangi produksi karbon oleh kendaraan pribadi (mobil) karena bus ini dapat menampung lebih dari 50 orang dengan begitu secara tidak langsung mengurangi emisi gas yang diproduksi dari 50 mobil yang terpakai. Gambar 13. Hop on Hop off Bus
Sumber : https://www.mylittleadventure.com/ d. Kelembagaan Dalam mengembangkan pariwisata dengan konsep ekowisata, prinsip partisipasi masyarakat menjadi komponen penting. Salah satu penerapannya yaitu dengan membuat POKDARWIS (Kelompok Sadar Wisata). Pokdarwis merupakan Studio Rencana Wilayah
277
Kabupaten Jepara
2020
kelompok masyarakat yang bergerak dalam melakukan pengembangan daerahnya dengan pemanfaatan pariwisata. Contoh penerapan Pokdarwis yaitu di Desa Oro-oro Ombo dimana desa ini membentuk kelompok sosial sebagai wujud rasionalitas dari tindakan sosial masyarakat guna meningkatkan kesejahteraan masyarakat setempat. Pokdarwis ini bertujuan untuk mempromosikan kota batu sebagai kota wisata. Pokdarwis Desa Oro-oro Ombo menjadi kelembagaan baru yang berperdan dalam menentukan peraturan-praturan terkait kegiatan pariiwsata sekitar seperti pengarturan kepegawaian, pengelolaan lingkungan sekitar, pengelolaan lahan parkir dan ojek. Peran Pokdarwis Oro-oro Ombo yaitu sebagai perintis desa wisata oro oro ombo membina dan mengarahkan masyarakat menjadi tuan rumah yang baik, mengenalkan sapta pesona, sebagai fasilitator usaha-usaha masyarakat dan bersama pemerintah membuat link kepada lembaga-kembaga terkait. Penysunan pengembangan potensi wisata Oro oro Ombo dan sekitarnya memerlukan berbagai program yang berkelanjutan. Penyusunan program dilakukan dengan kerja sama pemerintah setempat dan paritispasi aktif masyarakat dalam membuat program-program dan kegiatan wisata di desa ini. Visualisasi Rencana Program
Gambar 14. Peta Visualisasi Rencana Program Pengembangan Objek Daya Tarik Wisata Alam Kabupaten Jepara Sumber : Analisis Penulis, 2020 Studio Rencana Wilayah
278
Kabupaten Jepara
2020
9. Project Life Cycle Gambar 15. Skema Project Life Cycle Program Prioritas
Sumber : Analisis Penulis, 2020 Tabel 3. Project Life Cycle Program Pengembangan Objek Daya Tarik Wisata Alam I. Inisiasi Survei dan pendataan kualitas dan kuantitabjek daya tarik wisata alam termasuk kebutuhan pengembangan setiap kawasan pariwisata d. Identifikasi kebutuhan proyek
Perencanaan pembiayaan proyek dan sumber dana : APBD, Investasi Swasta dan Dana Kerja Sama Perencanaan pada instansi pelaksana : Bappeda, Dinas Pariwisata dan Kebudayaan, Dinas PUPR, Diskopukmnakertrans dan instansi terkait
e. Analisis kelayakan Perhitungan kelayakan menggunakan metode Cost-Benefit Analysis (terlampir). proyek f.
Perencanaan
Perancangan anggaran proyek yang akan dimasukan dalam
pengeluaran
APBD yaitu sebesar Rp 256,750,000,000
Studio Rencana Wilayah
279
Kabupaten Jepara
2020
II. Perencanaan Tujuan proyek yaitu mewujudkan pengembangan objek daya tarik wisata alam di kawasan pariwisata guna pengoptimalan pemanfaatan potensi sumber daya lokal untuk meningkatkan perekonomian lokal, kesejahteraan masyarakat dan daya saing Kabupaten Jepara.
d. Tujuan, Ruang Lingkup dan
Ruang lingkup proyek pada program pengembangan daya
Batasan Proyek
tarik wisata alam berupa pengembangan fisik dan non fisik Batasan proyek yaitu pengembangan objek daya tarik wisata pada wisata alam di Kabupaten Jepara, pengembangan non fisik mencakup pada pengembangan secara general (tidak termasuk urusan kesekretariat pokdarwis, dll) Bappeda Disparbud
b. Stakeholder Terkait dan perannya
Bertanggung jawab pada penyusunan dokumen dan kajian perencanaan spasial Bertanggung jawab seluruh program pengembangan Bertanggung jawab pada
DPUPR
pembangunan jaringan infrastruktur dan sarana
Diskopukmnakertrans Swasta
Bertanggung jawab pada kegiatan UMKM dan ketenaga kerjaan Berperan dalam investasi dan pengembangan kegiatan pariwisata
c. Komunikasi, Metode, Frekuensi dan Isi Informasi d. Perencanaan Manajemen Resiko
III. Pelaksanaan c. Terwujudnya kawasan pariwisata yang terintegrasi dan berdaya saing dengan pemanfaatan potensi lokal
a. Rencana dan Target Proyek
d. Terwujudnya pengembangan objek daya tarik wisata baik dalam pengembangan fisik dan non fisik
Studio Rencana Wilayah
280
Kabupaten Jepara
2020
e. Terwujudnya peningkatan perekonomian sektor pariwisata dari pendapatan daerah, penyerapan tenaga kerja sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat f.
Terwujudnya kelembagaan pengelola pariwisata berbasis masyarakat yang mandiri
Sistem pelaksanaan proyek dilakukan dalam dua periode pembangunan yaitu tahap I dan tahap II sesuai dengan indikasi b. Sistem
program pembangunan Kabupaten Jepara yang ditetapkan.
pelaksanaan
Pelaksanaan proyek fokus pada pembangunan fisik dan
proyek
peningkatan kualitas yang selanjutnya diikuti pengembangan non fisik seperti pembinaan pokdarwis. (Rincian tahap pelaksanaan program terlampir).
c. Standar kualitas proyek
Standar kualitas proyek diukur dari tercapainya tujuan dan program-program yang dirumuskan pada tabel logical framework
VI. Pemantauan dan Pengendalian 10. Pemantauan dan pengendalian proyek dilaksanakan dalam tiga tahapan yaitu tahapan perencanaan, pelaksanaan dan hasil proyek. Setiap tahapan pelaksanaan proyek dilakukan laporan perkembangan proyek untuk memastikan proyek berjalan sesuai rencana dan mengurangi kesalahan-kesalahan atau penyimpangan yang dilakukan dalam proyek yang sedang berjalan. V. Penyelesaian dan Evaluasi 11. Tahap penyelesaian dan evaluasi dilakukan ketika seluruh program dan kegiatan sudah selesai terlaksanakan. Tahap penyelesaian juga dilakukan pelaporan terbuka terhadap stakeholder terkait dan masyarakat sebagai bukti kinerja dan keberhasilak proyek. Kegiatan evaluasi juga perlu dilakukan untuk meninjau segala proses proyek , baik dan buurknya sebagai catatan untuk proyek selanjutnya.
Studio Rencana Wilayah
281
Kabupaten Jepara
2020
LAMPIRAN
1. Kerangka Kerja Logis Tabel 4. Kerangka Kerja Logis Narrative Summary Mewujudkan pengembangan objek daya tarik wisata alam di kawasan pariwisata guna pengoptimalan pemanfaatan Goals
potensi sumber daya lokal untuk meningkatkan perekonomian lokal, kesejahteraan masyarakat dan daya saing Kabupaten Jepara.
Indikator Sasaran Jumlah destinasi wisata unggulan meningkat, jumlah
Data sekunder daru dinas
pendapatan daerah sub sektor
pariiwsata dan
pariwisata meningkat , Penataan
kebudayaan, Bappeda,
dan pengembangan kawasan
DPMPTSP
pariwisata meningkat Jumlah pendapatan daerah sub sektor pariwisata meningkat
Outcome
Meningkatkan perekonomian lokal
Kontribusi sektor pariwisata
dalam sektor pariwisata
terhadap PAD meningkat
pariwisata
meningkat
dalam pengembangan objek daya tarik wisata
Studio Rencana Wilayah
Jumlah kelompok sadar wisata meningkat
masyarakat siap dan responsif terhadap pengembangan pariwisata
tarik wisata stabil dan
kebudayaan, Bappeda
pertumbuhan tiap tahunnya
PMPTSP
dan prasarana untuk pariwisata
dengan maksimal, kondisi
pariwisata dan
pariwisata meningkat
prasarana pendukung kegiatan
Investasi dapat digunkaan
Pengelolaan objek daya
Data sekunder dari
Jumlah pembangunan sarana
Asumsi
Data sekunder daru inas
Jumlah investasi masuk di sektor
Meningkatkan penyediaan sarana dan
Meningkatkan partisipasi masyarakat
Sumber Verifikasi
stabil dengan jumlah yang sama
Data sekunder dari Dinas pariwisata dan kebudayaan, Dinas PUPR, Bappeda Data sekunder dari dinas pariwisata dan kebudayaan
Masyarakat responsif dan mau andil dalam pokdarwis
282
Kabupaten Jepara
Narrative Summary
Indikator Sasaran
Meningkatkan daya saing pariwisata
Jumlah destinasi wisata
Kabupaten Jepara
unggulan meningkat
Penataan dan Pengembangan kawasan
Jumlah objek wisata yang ditata
objek daya tarik wisata
dan dikembangkan meningkat
Sumber Verifikasi
2020
Asumsi
Data sekunder dari Dinas pariwisata dan keudayaan, Bappeda Data sekunder dari Dinas pariwisata dan kebudayaan, Bappeda
Inventarisasi data tiap tahun berjalan Pengelolaan objek daya
Peningkatan pemasukan
tarik wisata stabil dan
retribusi dan pajak di sub sektor
pertumbuhan tiap tahunnya
pariwisata Meningkatkan pendapatan daerah dalam
Rata-rata lama menginap
sub sektor pariwisata
wisatawan Tingkat pengeluaran wisatawan
Data sekunder dari Dinas pariwisata dan
sama,
kebudayaan dan Rekapan data perusahaan jasa terkait
perhari meningkat Output
stabil dengan jumlah yang
Inventarisasi data tiap tahun berjalan dan up to date
Persentase tingkat hunian hotel dan akomodasi meningkat Meningkatkan dan mengakomodasi
Jumlah pertokoan di kawasan
UMKM di kawasan pariwisata
pariwisata meningkat
Meningkatkan lapangan kerja dalam sektor pariwisata
Studio Rencana Wilayah
Jumlah penduduk yang bekerja di lapangan usaha sektor pariwisata meningkat
Data sekunder dari Dinas PUPR, Diskopukmnakertrans Data sekunder dari Diskopukmnakertrans, Bappeda, Dinas Pariwisata dan Kebudayaan
Pertokoan mencakup toko souvenir, rumah makan, dll. Lapangan usaha sektor pariwisata mencakup pekerja dalam mengelola objek wisata, restoran, hotel dan perdagangan
283
Kabupaten Jepara
Narrative Summary
Indikator Sasaran Pembangunan dan perbaikan jaringan jalan menuju objek
Meningkatkan kemudahan aksesibilitas menuju objek wisata
wisata meningkat Alternatif moda transportasi menuju daya tarik wisata menigkat
Meningkatkan penyediaan fasilitas pemasaran dan pusat informasi
Sumber Verifikasi
2020
Asumsi
Data sekunder dari Dinas PUPR, Bappeda Data sekunder dari Dinas PUPR, Dinas pariwisata
Penyediaan transportasi
dan kebudayaan, Bappeda,
umum yang terintegrasi
Dinas Perhubungan
Jumlah pusat informasi dan pemasaran objek wisata meningkat Pelaksanaan participatory
Meningkatkan penataan daya tarik
Jumlah kelompok sadar wisata
planning oleh pemerintah,
wisata berbasis masyarakat
meningkat
pengembang dan
Meningkatkan kunjungan wisatawan
Jumlah kunjungan wisatawan
pariwisata dan
domestik dan mancanegara
kebudayaan , Peninjauan
meningkat
langsung promosi wisata
Data sekunder dari Dinas
Meningkatkan pemasaran objek wisata
Persentase objek wisata yang dipromosikan meningkat
masyarakat
via internet maupun
Pemanfaatan teknoogi dan
langsung
informasi dalam promosi wisata Peningkatakn kualitas
Meningkatkan kualitas objek daya tarik
Jumlah destinasi wisata unggul
wisata
meningkat
mencakup fasad, kebersihan, kelengkapan fasilitas, keunikan dan inovasi dalam ODTW
Studio Rencana Wilayah
284
Kabupaten Jepara
Narrative Summary Pembangunan dan peningkatkan kualitas jaringan jalan menuju kawasan objek wisata
Indikator Sasaran menuju kawasan pariwisata
Data sekunder dari Dinas
Jumlah perbaikan jalan menuju
PUPR
kawasan pariwisata meningkat Jumlah pusat pelatihan
kepariwisataan
kepariwisataan yang terbangun Jumlah pusat informasi dan
pemasaran pada objek daya tarik wisata
Asumsi
Jumlah jaringan jalan terbangun
Pembangunan pusat pelatihan
Pembangunan pusat informasi dan
Sumber Verifikasi
2020
pemasaran di objek wisata terbangun
Masyarakat responsif dan memiliki keinginan tinggi Data sekunder dari Dinas
untuk mengikuti pelatihan
PUPR, Dinas Pariwisata dan Kebudayaan, Diskominfo
Tersusunnya sistem informasi kepariwisataan
Kegiatan
Data sekunder dari Dinas Persentase objek daya tarik Peremajaan dan pemeliharaan kawasan
wisata yang dilakukan
daya tarik wisata
peremajaan dan pemeliharaan meningkat
pariwisata dan
Peremajaan dan
kebudayaan , peninjauan
pemeliharaan menackup
langsung lokasi objek
beautifikasi objek wisata
wisata dan wawancara
untuk meningkatkan daya
pihak pengelola objek
tarik
wisata
Pembangunan kawasan komersial pada kawasan wisata
Studio Rencana Wilayah
Jumlah kawasan komersial di
Data sekunder dari
kawasan pariwisata terbangun
Diskopkumnakertrans,
Jumlah resoran meningkat
Dinas PUPR dan rekap
Jumlah hotel meningkat
terkait
data dari perusahaan jasa
Inventarisasi data berjalan setiap tahunnya
285
Kabupaten Jepara
Narrative Summary
Indikator Sasaran
Sumber Verifikasi
2020
Asumsi
Data sekunder dari Dinas Jumlah desa wisata meningkat
pariwisata dan kebudayaan
memiliki keinginan tinggi
Pembinaan dan fasilitas desa wisata
Penyusunan DED objek daya tarik wisata
Masyarakat responsif dan dalam membangun
Kegiatan pelatihan dan
Wawancara dengan
pembinsaan desa wisata
masyarakat setempat non-
terlaksana
pemerintah
Jumlah Dokumen DED objek daya tarik wisata yang tersusun
desanya
Data sekunder dari Dinas pariwisata dan kebudayaan, Dinas PUPR Data sekunder dari Dinas
Pembentukan Pokdarwis di kawasan daya tarik wisata berbasis tangguh bencana
Jumlah pokdarwis terbentuk meningkat
pariwisata dan
Pembentukan dilanjutkan
kebudayaan dan observasi
dengan pembinaan agar
langsung disertai
terus berjalan dengan baik
wawancara Pelaksanaan kerjasama pengembangan daya tarik wisata
Penanganan kawasan rawan bencana
Studio Rencana Wilayah
Perjanjian kerja sama
Dara sekunder dari Dinas
pengembangan pariwisata
pariwisata dan
meningkat
kebudayaan, DPMPTSP
Jumlah pengaman pantai
Data sekunder dari Dinas
terbangun meningkat
pariwisata dan
Jumlah kawasan mangrove
kebudayaan, Dinas PUPR,
Prioritas pada area rawan
meningkat
Dinas Lingkungan Hidup,
bencana abrasi
Jumlah pengaman longsor
Bappeda dan observasi
terbangun
langsung ke lapangan
286
Kabupaten Jepara
Narrative Summary
Indikator Sasaran
Sumber Verifikasi
2020
Asumsi Setiap instansi melakukan
Monitoring dan Evaluasi
Kegiatan monitoring dan
Laporan kegiatan dari
evaluasi terlaksana
instansi terkait
proses monitoring dan evaluasi pada kegiatan yang dilakukan dalam program ini
Sumber : Analisis Penulis, 2020
2. Pentahapan dan Pembiayaan Tabel 5. Pentahapan dan Pembiayaan Kegiatan Program Pengembangan Objek Daya Tarik Wisata Kabupaten Jepara Kegiatan
Detail Kegiatan
Tahap I ( 20202025)
Besaran 1
Peremajaan dan pemeliharaan kawasan daya tarik wisata
Pengembangan Atraksi dan Kegiatan Wisata
Penyediaan alternatif kegiatan wisata air (banana boat, pemancingan,dll) Penyediaan alternatif kegiatan wisata pantai (camp ground, voli pantai, candle light dinner, dll) Penyediaan alternatif kegiatan pengolahan hasil tani di desa wisata (workshop kopi temput,dll) yang disesuaikan dengan potensi desa wisata masing-masing
Studio Rencana Wilayah
-
2
3
4
Tahap II (20262030) 5
6
7
8
9
10
Anggaran (Rupiah) 2,000,000,000
Sumber Dana APBD, Retribusi Objek Wisata
700,000,000
700,000,000 > 2 alternatif kegiatan/odtw
2,000,000,000
APDB, Investasi Swasta, Kerja Sama Pendanaan, Retribusi Objek Wisata
287
Kabupaten Jepara
Kegiatan
Detail Kegiatan
Tahap I ( 20202025)
Besaran 1
Pengembangan Penyediaan Amenitas (Akomodasi)
2
3
4
Tahap II (20262030) 5
6
7
8
9
10
Anggaran (Rupiah)
Pengadaan event rutin yang disesuaikan dengan budaya dan kebiasaan warga setempat
1 minggu/ bulan sekali
500,000,000
Penyediaan alternatif kegiatan edukasi konservasi (tanam mangrove, tanam padi, berkebun,dll)
> 2 alternatif kegiatan/odtw
700,000,000
Penyediaan area hijau
Disesuaikan
200,000,0000
Pembangunan pusat pelatihan kepariwisataan
1 unit
50,000,000,000
Pembangunan pusat informasi dan pemasaran pada objek dan daya tarik wisata
25 unit
8,000,000,000
Pembangunan kawasan komersial pada kawasan wisata (pusat oleh-oleh, restoran, tempat penginapan)
Disesuaikan
15,000,000,000
Penyediaan toilet umum, mushola dan tempat
25 unit
5,000,0000,000
Studio Rencana Wilayah
2020
Sumber Dana APBD, Retribusi Objek Wisata APDB, Investasi Swasta, Kerja Sama Pendanaan, Retribusi Objek Wisata APBD, CSR APBD, investasi swasta, Kerja sama pendanaan APBD, Retribusi objek wisata, investasi swasta APBD, investasi swasta, kerja sama pendanaan APBD, investasi swasta,
288
Kabupaten Jepara
Kegiatan
Detail Kegiatan
Tahap I ( 20202025)
Besaran 1
Pengembangan Aksesibilitas (Infastruktur dan Transportasi)
peristirahatan sementara yang ramah lingkungan Penyediaan lahan parkir yang memadai yang sesuai dengan kemampuan ruang tanpa merusak area wisata alam Penyediaan tempat pengolahan sampah terpadu Penyediaan akomodasi yang dapat menyatu dengan alam dan kondisi masyarakat sekitar atau menyesuaikan kondisi alami tanpa pembangunan yang masif Pembangunan dan peningkatan kualitas jaringan jalan menuju kawasan objek wisata alam Penyediaan alternatif transportasi umum menuju kawasan daya tarik wisata berbasis ramah lingkugan
2
3
4
Tahap II (20262030) 5
6
7
8
9
10
Anggaran (Rupiah)
Sumber Dana retribusi objek wisata
Disesuaikan
25 unit
800,000,000
APBD, retribusi objek wisata
2,500,000,000
APBD
Disesuaikan
2,000,000,000
APBD, Investasi Swasta
Disesuaikan
100,000,000,000
APBD, Kerja sama Pendaanaan
2 AKDP dan 10 angkutan desa
2,500,000,000
APBD , Investasi Swasta
Pengadaan bus city tour
1 unit
1,000,000,000
APBD
Pemasangan papan penunjuk/baliho promosi wisata pada jalan menuju kawasan wisata
Disesuaikan
Studio Rencana Wilayah
2020
200,000,000
APBD, retribusi objek wisata
289
Kabupaten Jepara
Kegiatan
Detail Kegiatan
Tahap I ( 20202025)
Besaran 1
Pengembangan Kelembagaan
Pembangunan infrastruktur penanganan bencana (Tanggul pengaman pantai, Tanggul Penahan Longsor, Jalur Evakuasi,dll ) Pembentukan Pokdarwis di Kawasan Daya Tarik Wisata Pembinaan dan fasilitas desa wisata Pelaksanaan participatory planning dalam tahap perencanaan pengembangan kawasan daya tarik wisata Pemberdayaan masyarakat setempat sebagai tour guide dengan pelatihan Pelatihan pemberdayaan masyarakat dalam memanfaatkan potensi lokal untuk menambah value Kegiatan monitoring dan evaluasi
2
3
4
Tahap II (20262030) 5
6
7
8
9
10
Anggaran (Rupiah)
Sumber Dana
APDB, kerja sama pendanaan
disesuaikan
15,000,000,000
Disesuaikan
100,000,000
APBD
Disesuaikan
500,000,000
APBD
Disesuaikan
200,000,000
APBD
Disesuaikan
100,000,000
APBD
Disesuaikan
200,000,000
APBD
Sekali setahun
50,000,000
APBD
Total
2020
256,750,000,000
Sumber : Analisis Penulis, 2020
Studio Rencana Wilayah
290
Kabupaten Jepara
2020
3. Cost â&#x20AC;&#x201C; Benefit Analysis Komponen Capital Expenditure Operational Expenditure Revenue Effective Occupancy Cashflow Discount Factor Discounted Cashflow Accumulated Cashflow
Payback Period IRR NPV BCR
Remarks (Juta Rupiah)
Waktu Periode 1
2
3
4
5
206,700 35,320 31,280 38,385 47,700 30,650 5,050 2,525 2,778 3,030 3,283 3,535 65,000 32,500 35,750 39,000 42,250 45,500 100% 50% 55% 60% 65% 70% -5,345 1,693 -2,415 -8,733 11,315 0.578 0.334 0.193 0.112 0.065 -3,091 566 -467 -977 732 -5,345 -3,653 -6,068 -3,485 14,800 FALSE FALSE FALSE FALSE FALSE 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 5 73% 3468 0.859 1.050 0.942 0.829 1.331
6
7
20,865 2,000 3,788 4,040 48,750 52,000 75% 80% 24,098 45,960 0.037 0.022 901 994
8
9
10
500 4,545 58,500 90% 53,455 0.013 669
4,949 63,700 98% 58,751 0.007 425
5,000 64,350 99% 59,351 0.004 248
20,613 66,573 120,028 178,779 238,129 TRUE 0 0
TRUE 0 0
TRUE 0 0
TRUE 0 0
TRUE 0 0
1.977
8.609
11.596
12.871
12.871
Berdasarkan hasil analisis Cost benefit Analysis , didapatkan IRR sebesar 73% , Payback period selama 5 tahun dan NPV sebesar Rp 3,468,000,000 yang mengindikasikan bahwa program ini layak untuk dilaksanakan.
Studio Rencana Wilayah
291
Kabupaten Jepara
2020
DAFTAR PUSTAKA
Alplakes, t.thn. Ecotourism Good Practices Guide Book, s.l.: s.n. Fandeli, C., 2000. Pengusahaan Ekowisata , Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada. Ikhsan, M., 2017. Multiplier Effect Industri Pariwisata Candi Muara Takus Terhadap Perekonmian Masyarakat di Kecamatan XII Koto Kampar Kabupaten Kampar. JOM Fekon, 4(1), pp. 689-700. Kurnianto, I. R., 2008. Pengembangan Ekowisata di Kawasan Waduk Cacaban Kabupaten Tegal , Semarang: Universitas Diponegoro. Noviyanti, U. D. E., Aly, M. N. & Fiatiano, E., 2018. Potensi Pengembangan Kampung Wisata Lawas Maspati Destinasi Wisata Baru Surabaya. Jurnal Sains Terapan Pariwisata, 3(2), pp. 218-231. Priono, Y., 2012. Pengembangan Kawasan Ekowisata Bukit Tangkiling Berbasis Masyarakat. Jurnal Perspektif Arsitektur, 7(1), pp. 51-67.
Internet : http://pokdarwis.com/index.html diakses pada 5 Mei 2020 pukul 15.00 WIB
Studio Rencana Wilayah
292
Kabupaten Jepara
Studio Rencana Wilayah
2020
293
Kabupaten Jepara
2020
1. LATAR BELAKANG Menurut Undang-Undang No. 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah, sampah merupakan sisa kegiatan sehari-hari manusia dan/atau dari proses alam yang berbentuk padat. Sampah berasal dari setiap aktivitas manusia yang terbuang sehingga berpotensi terjadi penambahan volume sampah (Rouf, 2014). Hal ini dikarenakan peningkatan volume sampah tidak hanya berbanding lurus dengan laju pertumbuhan penduduk tetapi juga pada peningkatan pola konsumsi masyarakat. Indonesia sebagai salah satu negara dengan jumlah penduduk terbesar ke-4 di dunia (265.015,03 jiwa) memiliki timbulan sampah mencapai 65 juta ton/tahun. Sampah yang tidak dikelola dengan optimal akan menimbulkan timbulan sampah dan memberikan dampak buruk seperti degradasi kualitas lingkungan dan terganggunya kesehatan masyarakat. Padahal sesuai dengan hakikatnya setiap orang berhak untuk hidup sejahtera lahir dan batin. Oleh karena itu, upaya pengelolaan sampah sudah seharusnya tidak hanya menjadi tanggungjawab penuh pemerintah tetapi perlu dilakukan bersama-sama dengan pihak masyarakat dan swasta agar pengelolaan sampah dapat optimal dan sehingga dapat memenuhi kebutuhan saat ini sekaligus untuk generasi yang akan datang. Saat ini tidak hampir di seluruh kota di Indonesia, baik kota besar maupun kota kecil belum memiliki sistem penanganan yang belum baik. Umumnya kota di Indonesia memiliki manajemen sampah yang sama, yaitu dengan metode â&#x20AC;&#x153;kumpul-angkut-buangâ&#x20AC;?. Sebuah metode manajemen persampahan klasik yang akhirnya berubah menjadi praktik pembuangan sampah secara sembarangan, tanpa mengikuti ketentuan teknis di lokasi yang sudah ditentukan (proses open dumping). Kabupaten Jepara merupakan salah satu kabupaten yang terletak di Provinsi Jawa Tengah dengan luas wilayah mencapai 1.004,132 km2 dan terdiri atas 16 kecamatan. Pada tahun 2018, kabupaten ini memiliki jumlah penduduk sebanyak 1.240.600 jiwa sedangkan untuk kepadatan penduduknya sebesar 1.235 jiwa/km2 . Angka ini diprediksi akan terus meningkat setiap tahunnya sehingga kondisi tersebut akan mempengaruhi peningkatan kebutuhan berbagai sektor, seperti penyediaan infrastruktur perkotaan termasuk infrastruktur persampahan. Permasalahan eksisting dari sistem penanganan sampah di Kabupaten Jepara adalah masih terbatasnya kinerja pelayanan, karena keterbatasan sarana pengumpul dan pengangkut sampah yang berkinerja andal, lokasi TPA sampah eksisting yang masih dioperasikan dengan proses pembuangan terbuka (open dumping), serta manajemen persampahan yang belum memadai. Bahkan, diperkirakan TPA Bandengan akan mengalami kelebihan pada kurun waktu 10 tahun mendatang. Oleh karena itu, diperlukan sebuah perencanaan yang berkelanjutan guna meningkatkan efektifitas dan efisiensi penanganan sampah di Kabupaten Jepara.
2. RASIONALITAS PROGRAM Program ini dipilih berdasarkan masalah belum optimalnya pengelolaan sampah di Kabupaten Jepara, seperti daya tampung TPA yang diprediksi akan overload, Kecamatan Karimunjawa yang belum memiliki tempat pengelolaan sampah, dan masih Studio Rencana Wilayah
294
Kabupaten Jepara
2020
rendahnya peran masyarakat. Oleh karena itu, adanya program ini diharapkan mampu mengatasi berbagai permasalahan tersebut sekaligus memberdayakan masyarakat dalam memanfaatkan sampah menjadi barang yang bernilai jual sehingga memberikan kebermanfaatan dari segi ekonomi. Program optimalisasi pengelolaan sampah ini juga dalam rangka mendukung tujuan rencana pembangunan Kabupaten Jepara, yakni â&#x20AC;&#x153;Mewujudkan Kabupaten Jepara yang Terintegrasi, Berdaya Saing, dan
Sejahtera Bertumpu Pada Sektor Industri Pengolahan Pada Pariwisata Berbasis Potensi Lokal, Kreativitas, Ramah Lingkungan serta Tanguh Bencanaâ&#x20AC;? Gambar 1. Diagram masalah pengelolaan sampah di Kabupaten Jepara Sumber : Analisis Penulis, 2020
Gambar 2. Diagram tujuan program optimalisasi sistem pengelolaan sampah di Kabupaten Jepara Sumber : Analisis Penulis, 2020
Gambar 3. Diagram pemberdayaan potensi program optimalisasi sistem pengelolaan sampah di Kabupaten Jepara Sumber : Analisis Penulis, 2020 Studio Rencana Wilayah
295
Kabupaten Jepara
2020
Gambar 4. Diagram kesesuaian program dengan isu strategis Sumber : Analisis Penulis, 2020
3. TUJUAN PROGRAM Tujuan program ini antara lain : a. Meningkatkan peran masyarakat dalam pengelolaan sampah b. Mengurangi volume timbulan sampah, pencemaran lingkungan, dan polusi udara akibat dari sistem open dumping sehingga berdampak pada peningkatan kualitas lingkungan c. Mendorong pengembangan dan pemerataan infrastruktur wilayah sehingga setiap kecamatan di Kabupaten Jepara dapat terlayani d. Mendukung peran dan fungsi program lain, seperti industri besar, sentra industri (UMKM), dan pariwisata 4. LANDASAN HUKUM Dalam melakukan pengelolaan sampah di Kabupaten Jepara ada beberapa landasan hukum yang digunakan yaitu sebagai berikut: a. Undang-Undang No. 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah b. Peraturan Pemerintah No. 81 Tahun 2012 tentang Pengelolaan Sampah Rumah Tangga dan Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga c. Peraturan
Menteri
Pekerjaan
Umum
No.
03/PRT/M/2013
tentang
Penyelenggaraan Prasarana dan Sarana Persampahan dalam Penanganan Sampah Rumah Tangga dan Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga d. Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 33 Tahun 2010 Tentang Pedoman Pengelolaan Sampah e. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No. 13 tahun 2012 tentang Pedoman Pelaksanaan Reduce, Reuse, Recycle melalui Bank Sampah f. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah No. 6 Tahun 2010 tentang Rencana Tata Ruang dan Wilayah (RTRW) Provinsi Jawa Tengah Tahun 2009-2029 g. Peraturan Daerah Kabupaten Jepara No. 2 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang dan Wilayah (RTRW) Kabupaten Jepara Tahun 2011-2031 h. Peraturan Daerah Kabupaten Jepara No. 2 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Kabupaten Jepara Tahun 20052025
Studio Rencana Wilayah
296
Kabupaten Jepara
i.
2020
Peraturan Daerah Kabupaten Jepara No.2 Tahun 2018 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Jepara Tahun 2017-2022
j.
Peraturan Bupati Jepara No. 32 Tahun 2019 tentang Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Kabupaten Jepara Tahun 2020
k. Peraturan Bupati Jepara No. 46 Tahun 2018 tentang Kebijakan dan Strategi Kabupaten Jepara dalam Pengelolaan Sampah Rumah Tangga dan Sampah Sejenis Rumah Tangga Sedangkan, untuk standar teknis digunakan beberapa dokumen sebagai berikut:
a. SNI 19-7029-2004 tentang Spesifikasi Komposter Rumah Tangga Individual Dan Komunal b. SNI 3242-2008 tentang Pengelolaan Sampah di Permukiman c. SNI 19-2454-2002 tentang Tata Cara Teknik Operasional Pengelolaan Sampah Perkotaan d. SNI 19-3983-1995 tentang Spesifikasi Timbulan Sampah untuk Kota Kecil dan Sedang di Indonesia e. SNI 19-3964-1994 tentang Metode Pengambilan dan Pengukuran Contoh Timbulan dan Komposisi Sampah Perkotaan f. SNI 03-3241-1994 tentang Tata Cara Pemilihan Lokasi TPA
5. METODOLOGI 5.1
METODE PENGUMPULAN DATA 5.1.1 Metode Observasi Metode ini digunakan untuk memperoleh data primer berdasarkan hasil dari mengamati dan mencermati secara langsung (observasi lapangan) maupun wawancara. Hasil dari observasi lapangan tersebut akan menghasilkan informasi terkait kondisi fisik, potensi, dan masalah. Selain itu, untuk memberikan gambaran umum sekaligus mendukung informasi yang telah diperoleh maka dilakukan kegiatan dokumentasi. 5.1.2 Metode Literasi Data sekunder merupakan data yang diperoleh dengan mengkaji ulang data yang telah ada sebelumnya. Menurut Sugiyono (2014:141) dalam Herviani (2016), data sekunder adalah sumber data yang diperoleh dengan cara membaca, mempelajari, dan memahami melalui media lain yang bersumber dari literatur, buku-buku,serta dokumen.
Studio Rencana Wilayah
297
Kabupaten Jepara
5.2
2020
METODE PERENCANAAN 5.2.1 Metode Analisis Spasial Menurut Handayani, dkk. (2005), analisis spasial merupakan analisa yang menggunakan Sistem Informasi Geografi dengan menambahkan dimensi ruang (space) atau geografi. Metode ini nantinya akan meng-overlay dua peta yang kemudian dihasilkan peta baru hasil analisis. Peta ini nantinya akan menjadi sebuah data yang dapat dianalisis untuk memperoleh sebuah informasi baru yang mendukung proses analisis. 5.2.2 Metode Kerangka Kerja Logis (Logical Framework) Metode ini digunakan untuk memperjelas dan merincikan sistematika dari kegiatan hingga ke tujuan akhir dengan menerapkan asumsi dan indicator tertentu sehingga target yang ingin dicapai dapat diketahui dengan jelas. 5.2.3 Metode Cost Benefit Analysis (CBA) Merupakan metode yang digunakan untuk mengukur kelayakan program yang akan dilaksanakan dengan membandingkan biaya dan manfaat yang relevan baik secara ekonomi, lingkungan, maupun sosial yang dikonversi kedalam bentuk moneter (nilai rupiah)
6. KERANGKA BERPIKIR
Gambar 5. Kerangka Berpikir Sumber : Analisis Penulis, 2020 Studio Rencana Wilayah
298
Kabupaten Jepara
2020
7. KONSEP PERENCANAAN 7.1 KAJIAN TEORITIS Sampah merupakan sisa kegiatan sehari-hari manusia dan/atau dari proses alam yang berbentuk padat (Undang-Undang No. 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah). Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa adanya peningkatan volume sampah di suatu daerah sangat dipengaruhi oleh jumlah dan pola konsumsi penduduknya. Namun, seringkali keberadaan sampah menimbulkan berbagai permasalahan yang apabila tidak diselesaikan dapat menghambat keberlangsungan suatu daerah. Menurut, Mulasari (2016), permasalahan sampah meliputi 3 bagian, yakni hilir, proses dan hulu. Pada bagian hilir, permasalahan disebabkan oleh kurangnya kesadaran masyarakat dalam mengelolah sampah. Masyarakat masih banyak yang membuang sampah sembarangan, tidak memilah sampah atau mengolahnya dengan cara dibakar. Untuk bagian proses, permasalahan ditimbulkan akibat adanya keterbatasan sumber daya yang dimiliki oleh masyarakat maupun pemerintah. Salah satu solusi yang dapat digunakan untuk mengatasi permasalahan pada tahap proses adalah peningkatan kualitas dan kuantitas sarana dan prasarana termasuk didalamnya infrastruktur (Mulasari, dkk. 2016). Sedangkan, pada bagian hulu, permasalahan disebabkan oleh sistem pengolahan sampah di TPA yang belum optimal. Sehingga, untuk mengatasi hal tersebut diperlukan pengelolaan sampah yang komprehensif dan ramah lingkungan agar tidak menimbulkan permasalahan baik secara sosial maupun lingkungan, seperti penolakan terhadap pembangunan TPA/TPS dan pencemaran lingkungan Secara umum, tahapan dalam pengelolaan sampah terdiri atas pengumpulan, pengangkutan, pengolahan dan pemusnahan. Pada tahap pengumpulan, tanggungjawab berada pada individu atau kelompok yang dalam kegiatannya menghasilkan sampah. Biasanya mereka diharuskan untuk mengumpulkan sampah secara mandiri terlebih dahulu dan kemudian mengumpulkannya secara kolektif melalui TPS. Selanjutnya, untuk tahap pengangkutan yang bertanggungjawab adalah pemeintah dengan didukung oleh partisipasi masyarakat terutama dalam hal pendanaan. Sedangkan, untuk tahap pengolahan dan pemusnahan tergantung pada sistem yang digunakan oleh suatu TPA. Menurut Sulistiyorini (2015), terdapat beberapa sistem pengolahan dan pemusnahan diantaranya adalah ditanam (landfill), dibakar (inceneration), dijadikan pupuk (composting), penghancuran (pulverization), makan ternak (hogfeeding), dan pemanfaatan ulang (recycling). Namun, saat ini terdapat 3 jenis sistem pengolahan sampah yang paling sering digunakan di Indonesia yakni, sistem sampah terbuka (open dumping), sistem lahan urug saniter (sanitary landfill), dan sistem lahan urug terkendali (controlled landfill). Meskipun, menurut Manurung dan Santoso (2019) diperlukan adanya pergantian sistem TPA dari open dumping menjadi sanitary landfill karena sistem open dumping memiliki dampak Studio Rencana Wilayah
299
Kabupaten Jepara
2020
negatif terhadap keberlanjutan lingkungan sehingga tidak layak lagi untuk digunakan. Sedangkan, sistem sanitary landfill dirasa lebih ramah lingkungan karena prosesnya sampah dibuang pada lokasi yang cekung kemudian ditimbun sehingga dapat mengurangi bau dan pencemaran. Selain itu, sistem tersebut dapat menghasilkan gas metana yang dapat dimanfaatkan dan diolah sebagai sumber energi terbarukan. Akan tetapi, keberhasilan pengelolaan sampah tidak sekedar bergantung pada sistem yang digunakan. Sistem pengolahan sampah yang baik di TPA perlu didukung oleh partisipasi masyarakat sebagai komponen penting yang bertanggungjawab ketika sampah berada di hilir (sumber) sehingga nantinya diharapkan sampah yang masuk ke dalam TPA sudah tergolong sebagai residu. Saat ini masyarakat masih banyak yang belum menyadari bahwa sampah yang selama ini dibuang begitu saja memiliki nilai ekonomi apabila diolah dan dimanfaatkan dengan baik. Salah satu cara untuk meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pengolahan sampah adalah dengan mengadakan kegiatan sosialisasi dan pelatihan serta pemantauan (Rizal, 2011). 7.2
KAJIAN PRESEDEN 7.2.1 Sistem Pengelolaan Sampah di Kota Surabaya Kota Surabaya merupakan salah satu kota di Indonesia yang berhasil dalam melakukan pengolahan sampah dengan baik bahkan menjadi role model bagi negara-negara di Asia Pasifik. Konsep yang digunakan kota ini dalam melakukan pengelolaan sampah adalah menyelesaikan sampah mulai dari sumbernya. Hal ini dikarenakan biaya paling besar yang dibutuhkan dalam pengelolaan sampah justru terdapat pada tahap pengangkutan. Berikut adalah beberapa program yang dilakukan Kota Surabaya dalam pengelolaan sampah : 1. Pengolahan sampah secara mandiri oleh masyarakat dengan sistem 3R (Recycle, Reuse, dan Reduce). 2. Program Eco School, yakni program edukasi sejak dini untuk anakanak sekolah tentang pengolahan sampah dengan sistem 3R 3. Program Green and Clean,yakni program daur ulang dan pengurangan penggunaan plastic 4. Menetapkan kebijakan berupa peraturan daerah terkait Tindakan Membuang Sampah Sembarangan 5. Program peningkatan bank sampah dan rumah kompos 6. Program pembangunan TPST yang bertujuan agar jarak pengiriman sampah menjadi lebih dekat dan mengurangi volume timbulan sampah yang masuk ke TPA
Studio Rencana Wilayah
300
Kabupaten Jepara
2020
Namun, kunci sukses dari pengelolaan sampah di Kota Surabaya terdapat pada partisipasi masyarakat yang turut serta dalam melakukan pengolahan sampah sejak dari hilir.
Gambar 1. Rumah Kompos Keputran, Surabaya Sumber : mongabay.co.id
7.2.2 Sistem Pengelolaan Sampah di Korea Selatan Korea Selatan merupakan salah satu negara dengan sistem pengelolaan sampah terbaik di dunia. Negara yang dikenal dengan julukan â&#x20AC;&#x2DC;negeri ginsengâ&#x20AC;&#x2122; ini melakukan penguatan pada sisi pemilahan yang dimulai
dari sampah rumah tangga melalui program â&#x20AC;&#x153;Pay as You Trashâ&#x20AC;?. Program ini mengharuskan masyarakat Korea Selatan untuk memisahkan sampah makanan dari bungkusnya yang kemudian dimasukkan kedalam sebuah alat pengolahan sampah. Untuk dapat mengakses alat tersebut, masyarakat Korea Selatan harus membayar retribusi sesuai dengan berat sampahnya. Korea Selatan juga memperkuat dari segi regulasi, imbalan, dan sanksi sosial guna mendorong masyarakatnya untuk rajin dalam melakukan pengolahan sampah. Gambar 2. Tempat sampah khusus sampah daur ulang Sumber : www.korvia.com
Studio Rencana Wilayah
301
Kabupaten Jepara
2020
Pada tahun 2003, Korea Selatan mengeluarkan program yang bernama Extended Producer Responbility (EPR), yakni program yang mewajibkan perusahaan dan importir untuk mendaur ulang sebagian dari produk mereka. Hasilnya adalah pada tahun 2008, negara ini berhasil mendaur ulang produk plastik sebanyak 69.213 ton dengan nilai ekonomi sebesar US$69 juta. Bahkan pada tahun 2003-2006, program ini telah berhasil menciptakan 3.200 lapangan kerja baru. Selain itu, pada Januari 2019, Korea Selatan juga mengeluarkan peraturan penggunaan plastik yang hanya diperbolehkan untuk membungkus ikan dan daging guna mengurangi pencemaran lingkungan akibat sampah plastik. 8. RENCANA DETAIL PROGRAM 8.1
KERANGKA KERJA LOGIS (LOGIAL FRAMEWORK)
ELEMEN LOGFRAME
NARRATIVES SUMMARY
Goals/Objectives (Tujuan)
Mewujudkan pengelolaan sampah yang optimal di Kabupaten Jepara berbasis masyarakat dan lingkungan hidup
OBJECTIVITY INDICATORS 1. Persentase volume sampah yang tertangani 2. Sistem pengelolaan sampah ramah lingkungan
MEAN OF VERIFICATION
IMPORTANT ASSUMPTIONS
Data statistik BAPPEDA dan Dinas Lingkungan Hidup 1.
1.
Meningkatnya cakupan pelayanan sistem pengelolaan persampahan
1. Jumlah kecamatan yang terlayani oleh TPA/TPST 2. Jumlah TPS di setiap kecamatan
Purpose (Outcomes)
2.
Results (Output)
1.1
Meningkatnya peran masyarakat dalam pengelolaan sampah
1. Persentase metode pengelolaan sampah oleh masyarakat di Kabupaten Jepara 2. Persentase perilaku mayarakat dalam memilah sampah
Sarana dan prasarana persampahan dapat menampung timbulan sampah di
1. Volume timbulan sampah yang dihasilkan dan ditampung(Ton/tahun) 2. TPA Eksisting tidak mengalami overload (kelebihan muatan)
Studio Rencana Wilayah
Data statistik BAPPEDA dan Dinas Lingkungan Hidup
1. Data statistik BAPPEDA dan Dinas Lingkungan Hidup 2. Survei Primer, yaitu wawancara atau kuisinoer
Data statistik BAPPEDA dan Dinas Lingkungan Hidup
2.
1.
2.
Tercapai apabila semua/sebagian besar ouput berhasil dilaksanakan Meningkatnya cakupan pelayanan sistem pengelolaan sampah Tercapai apabila semua/sebagian besar ouput berhasil dilaksanakan Masyarkat konsisten dalam pengelolaan sampah
Sarana dan prasarana persampahan dapat menampung timbulan sampah seluruh kegiatan yang ada di Kabupaten Jepara
302
Kabupaten Jepara
2020
Kabupaten Jepara
1.2
Terbangunnya TPA baru di sebelah utara Kabupaten Jepara
Tersedia TPA baru sebanyak 1 unit di sebelah utara Kabupaten Jepara
1. Data BAPPEDA dan Dinas Lingkungan Hidup 2. Data Dinas PUPR
1.
2.
3.
1.3
Terbangunnya TPST di Kecamatan Karimunjawa
Tersedia TPST baru di Kecamatan Karimunjawa
1. Data BAPPEDA dan Dinas Lingkungan Hidup 2. Data Dinas PUPR
4.
5.
1.4
2.1
2.2
Peningkatan pelayanan individu untuk sistem pengelolaan persampahan di Kabupaten Jepara
Penambahan Bank Sampah baru di Kabupaten Jepara Masyarakat terlatih dalam melakukan pengelolaan sampah
Studio Rencana Wilayah
1.
2.
Adanya sistem pelayanan individu untuk sistem pengelolaan persampahan Persentase masyarakat yang terlayani oleh pelayanan individu
1. Data Dinas Lingkungan Hidup 2. Survei Primer, yaitu wawancara atau kuisioner
Tersedia Bank Sampah baru di Kabupaten Jepara
Data BAPPEDA dan Dinas Lingkungan Hidup
1. Persentase masyarakat yang memilah sampah 2. Persentase metode masyarakat dalam mengolah sampah
1. Data Dinas Lingkungan Hidup 2. Survei Primer, yaitu
Tidak terdapat penolakan besar-besaran dari masyarakat sekitar Lahan yang digunakan tidak mengalami sengketa Pemerintah dan masyarakat berperan aktif dan bekerjasama dengan baik Sarana dan prasarana yang dibangun sesuai dengan kebijakan penyediaan sarana dan prasarana minimal Pembangunan terselesaikan sesuai dengan waktu yang telah ditentukan
1. Setiap tahunnya masyarakat yang menggunakan sistem pelayanan individu semakin meningkat 2. Pelayanan dapat mencakup tidak hanya di perkotaan tetapi juga perdesaan 1. Tidak terdapat penolakan besar-besaran dari masyarakat sekitar 2. Lahan yang digunakan tidak mengalami sengketa
303
Kabupaten Jepara
wawancara atau kuisioner
2.3
1.1.1
Masyarakat memiliki produk yang berasal dari pemanfaatan sampah
Terdapat produk yang berbahan baku sampah
Inventarisasi TPA eksisting (Jumlah : 3 TPA)
Data kondisi TPA secara eksisting dapat diketahui (Jumlah : 3 TPA, yakni TPA Gemulung, TPA Bandengan, dan TPA Krasak) Tersedia lahan untuk perluasan TPA Eksisting dengan pembagian sebagai berikut :
1.1.2
Pembebasan Lahan
TPA Bandengan = 0,27 Ha TPA Krasak = 1,49 Ha TPA Gemulung = 1,58 Ha TOTAL = 3,34 Ha Terlaksananya perluasan TPA dengan pembagian sebagai berikut :
Activities
1.1.3
Perluasan TPA Eksisting
TPA Bandengan = 0,27 Ha TPA Krasak = 1,49 Ha TPA Gemulung = 1,58 Ha
1. Data Dinas Lingkungan Hidup 2. Data Dinas Koperasi, UMKM, Transmigrasi dan Tenaga Kerja
2020
3. Pemerintah dan masyarakat berperan aktif dan bekerjasama dengan baik 4. Sarana dan prasarana yang dibangun sesuai dengan kebijakan penyediaan sarana dan prasarana minimal 5. Penambahan Bank Sampah terselesaikan sesuai dengan waktu yang telah ditentukan
1. Data BAPPEDA dan Dinas Lingkungan Hidup 2. Data Dinas PUPR 3. Survei Lapangan 1. Data BAPPEDA dan Dinas Lingkungan Hidup 2. Data Dinas PUPR 3. Data Dinas ATR/BPN
1. Tidak terdapat penolakan besarbesaran dari masyarakat sekitar 2. Lahan yang digunakan tidak mengalami sengketa
1. Data BAPPEDA dan Dinas Lingkungan Hidup 2. Data Dinas PUPR
Tinggi Timbulan sampah = 5 meter
Seluruh TPA Eksisting yang menggunakan sistem Open Dumping menjadi Sanitary Landfill
TOTAL = 3,34 Ha
1.1.4
Perubahan sistem pengelolaan sampah TPA Eksisting
Terdapat perubahan sistem TPA Eksisting dari Open Dumping menjadi Sanitary Landfill
Dinas Lingkungan Hidup
1.2.1
Analisis kesesuaian lahan baik daya dukung
Terdapat data kesesuaian lahan baik daya dukung dan daya tampung
1. Data BAPPEDA dan Dinas Lingkungan Hidup
Studio Rencana Wilayah
304
Kabupaten Jepara
dan daya tampung
2. Data Dinas PUPR
1.
Masyarakat yang mengetahui program pembangunan TPA
2.
Dilakukan di 8 desa di Kecamatan Donorojo (1 desa = â&#x2030;Ľ 50 peserta)
1.2.2
Sosialisasi kepada masyarakat
1.2.3
Penyusunan AMDAL
Terbentuknya dokumen AMDAL
1.2.4
Pembuatan Masterplan TPA baru dan wilayah pelayanan
Terbentuknya Masterplan TPA baru dan wilayah pelayanan
1.2.5
Pembebasan lahan
Tersedianya lahan untuk pembangunan TPA sebesar 1,65 Ha. Berlokasi di Desa Banyumanis, Kecamatan Donorojo 1.
1.2.6
Pembangunan TPA baru beserta fasiltias penungjang
2.
3.
Terbangunnya TPA baru sebanyak 1 unit di Desa Banyumanis, Kecamatan Donorojo Sistem yang digunakan adalah Sanitary Landfill Jumlah TPA di Kabupaten Jepara bertambah
Dinas Lingkungan Hidup
Dinas Lingkungan Hidup 1. Data BAPPEDA 2. Data Dinas Lingkungan Hidup 3. Data Dinas PUPR 1. Data BAPPEDA dan Dinas Lingkungan Hidup 2. Data Dinas PUPR 3. Data Dinas ATR/BPN
1. Data BAPPEDA dan Dinas Lingkungan Hidup 2. Data Dinas PUPR
1.
1.2.7
Pemeliharaan TPA baru
Terpeliharanya TPA baru 2.
1.3.1
Analisis kesesuaian lahan baik daya dukung dan daya tampung
Studio Rencana Wilayah
2020
1. Terdapat data kesesuaian lahan baik daya dukung dan daya tampung
Data BAPPEDA dan Dinas Lingkungan Hidup Data Dinas PUPR
1. Tidak terdapat penolakan besarbesaran dari masyarakat sekitar 2. Masyarakat memahami urgensi dari pelaksanaan program 3. Masyarakat sekitar mengikuti pelaksanaan sosialisasi
Tidak ada sengketa atau konflik dengan masyarakat sekitar
1. Pembangunan TPA baru sesuai dengan teknis yang telah ditentukan 2. Terselesaikan sesuai dengan waktu yang ditentukan 1. Fasilitas penunjang dapat berfungsi dengan baik 2. TPA dapat melayani sesuai wilayah pelayanannya
Data BAPPEDA dan Dinas Lingkungan Hidup
305
Kabupaten Jepara
2.
1.
Masyarakat yang mengetahui program pembangunan TPST
2.
Dilakukan di 5 desa di Kecamatan Karimunjawa (1 desa = â&#x2030;Ľ 50 peserta)
1.3.2
Sosialisasi kepada masyarakat
1.3.3
Penyusunan AMDAL
Terbentuknya dokumen AMDAL
1.3.4
Pembuatan Masterplan TPST Karimunjawa
Terbentuknya Masterplan TPST Karimunjawa
1.
1.3.5
Pembebasan lahan 2.
Tersedianya lahan untuk pembangunan TPST Karimunjawa dengan luas 0,72 Ha Berlokasi di Desa Kemujan, Kecamatan Karimunjawa
1.3.6
1.3.7
Pembangunan TPST Karimunjawa
Terbangunnya TPST sebanyak 1 unit di Desa Kemujan, Kecamatan Karimunjawa
Pengadaan Fasilitas Penunjang Pengelolaan TPST
Terdapat fasiltias penunjang pengelolaan TPST, seperti alat pengangkut sampah
Dinas Lingkungan Hidup 1. Data BAPPEDA 2. Data Dinas Lingkungan Hidup 3. Data Dinas PUPR 1. Data BAPPEDA dan Dinas Lingkungan Hidup 2. Data Dinas PUPR 3. Data Dinas ATR/BPN
2.
Pemeliharaan TPST Karimunjawa
Terpeliharanya TPST Karimunjawa 2.
Studio Rencana Wilayah
Data BAPPEDA dan Dinas Lingkungan Hidup Data Dinas PUPR
1. Tidak terdapat penolakan besarbesaran dari masyarakat sekitar 2. Masyarakat memahami urgensi dari pelaksanaan program 3. Masyarakat sekitar mengikuti pelaksanaan sosialisasi
Tidak ada sengketa atau konflik dengan masyarakat sekitar
1. Pembangunan TPA baru sesuai dengan teknis yang telah ditentukan 2. Terselesaikan sesuai dengan waktu yang ditentukan
Dinas Lingkungan Hidup
1.
1.3.8
Data Dinas PUPR
Dinas Lingkungan Hidup
1.
2020
Data BAPPEDA dan Dinas Lingkungan Hidup Data Dinas PUPR
1. Fasilitas penunjang dapat berfungsi dengan baik 2. TPA dapat melayani sesuai wilayah pelayanannya
306
Kabupaten Jepara
1.4.1
1.4.2
1.
Pemetaan kawasan permukiman dan volume timbulan sampah
Teridentifikasi kawasan permukiman dan volume timbulan sampahnya
Pembentukan sistem dan alur kerja pelayanan individu
Terbentuknya sistem dan alur pelayanan individu
2.
Sosialisasi kepada masyarakat
Masyarakat yang mengetahui program pelayanan individu
1.4.4
Pembentukan kerjasama dengan instansi lokal (Kecamatan atau kelurahan)
Terbentuknya Kerjasama dengan instansi lokal (Kecamatan atau Kelurahan)
2.1.1
Inventarisasi Bank Sampah Eksisting
Studio Rencana Wilayah
1.
Terlaksananya inventarisasi Bank Sampah Eksisting
Data BAPPEDA dan Dinas Lingkungan Hidup Data Dinas PUPR
Dinas Lingkungan Hidup
1. 1.4.3
2020
2.
Dinas Lingkungan Hidup Survei Primer berupa wawancara
1. Tidak terdapat penolakan besarbesaran dari masyarakat sekitar 2. Masyarakat memahami urgensi dari pelaksanaan program 3. Masyarakat sekitar mengikuti pelaksanaan sosialisasi
Dinas Lingkungan Hidup
Dinas Lingkungan Hidup
1. Tidak terdapat penolakan besar-besaran dari masyarakat sekitar 2. Masyarakat memahami urgensi dari pelaksanaan program 3. Masyarakat sekitar mengikuti pelaksanaan sosialisasi 4. Sarana dan prasarana yang dibangun sesuai dengan kebijakan penyediaan sarana dan prasarana minimal
307
Kabupaten Jepara
2020
5. Pembangunan terselesaikan sesuai dengan waktu yang telah ditentukan
2.1.2
Sosialisasi kepada masyarakat
2.1.3
Pembentukan Komunitas Bank Sampah
2.1.4
Pengadaan Bank Sampah
2.1.5
Pengadaan Fasilitas Penunjang Pengelolaan Bank Sampah
1. Masyarakat yang mengetahui program pelayanan individu 1. Terbentuknya Komunitas Bank Sampah sebanyak 80 Komunitas 2. Dilakukan di seluruh kecamatan Terlaksananya pengadaan Bank Sampah sebanyak 80 unit Terdapat fasiltias penunjang pengelolaan bank sampah berupa : 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
160 unit Gerobak Sampah 80 unit tong sampah 80 timbangan 160 seragam 160 unit sepatu boots 80 unit mesin komposter 8000 karung
1. Dinas Lingkungan Hidup 2. Survei Primer berupa wawancara
Dinas Lingkungan Hidup
Dinas Lingkungan Hidup
Dinas Lingkungan Hidup
2.1.6
Pemeliharaan Bank Sampah
Terpeliharanya seluruh Bank Sampah
Data BAPPEDA dan Dinas Lingkungan Hidup Data Dinas PUPR
2.2.1
Penyusunan materi sosialisasi
Terbentuknya materi sosialisasi
Dinas Lingkungan Hidup
1.
2.2.2
Sosialisasi kepada masyarakat 2.
2.2.3
Pembentukan Kampung Organik Bebas Sampah
Studio Rencana Wilayah
Terlaksananya sosialisasi kepada masyarakat secara rutin (Minimal sebulan 2 kali) Dilaksanakan di seluruh Kecamatan
Terbentuknya Kampung Organik Bebas Sampah (10 desa)
Dinas Lingkungan Hidup
Dinas Lingkungan Hidup
1. Masyarakat memahami urgensi dari pelaksanaan program 2. Masyarakat sekitar mengikuti pelaksanaan sosialisasi 3. Masyarakat memahami materi yang disampaikan
308
Kabupaten Jepara
1.
2.2.4
Pemantauan dan Evaluasi
Terlaksananya pemantauan dan evaluasi di seluruh kecamatan
2.
1.
2.3.1
Terlaksananya pelatihan pembuatan produk yang memanfaatkan sampah Dilaksanakan diseluruh kecamatan
Pelatihan pembuatan produk
2.
1.
2.3.1
2.
Pemasaran produk
Produk terjual dipasaran
1.
2.3.3
8.2
Pemantauan dan Evaluasi
Terlaksananya pemantauan dan evaluasi di seluruh kecamatan
2.
Dinas Lingkungan Hidup Survei primer : Wawancara dan survei lapangan Data Dinas Lingkungan Hidup Data Dinas Koperasi, UMKM, Transmigrasi dan Tenaga Kerja Data Dinas Lingkungan Hidup Data Dinas Koperasi, UMKM, Transmigrasi dan Tenaga Kerja Dinas Lingkungan Hidup Survei primer : Wawancara dan survei lapangan
2020
1. Masyarakat melakukan praktik secara langsung terkait materi yang telah disampaikan 2. Masyarakat melakukan praktik secara langsung terkait materi yang telah disampaikan 3. Produk dapat dipasarkan dengan baik dan memberikan dampak secara ekonomi kepada masyarakat
PROJECT CYCLE
Gambar 3. Diagram Project Cycle Sumber : Analisis Penulis, 2020
Studio Rencana Wilayah
309
Kabupaten Jepara
TAHAP I : INISIASI
Identifikasi kebutuhan program
Analisis kelayakan program Penetapan keputusan terkait membuat atau membeli unsur dalam program Perencanaan pengeluaran TAHAP II : PERENCANAAN Menentukan tujuan ruang lingkup dan batasan program
Mengidentifikasi pihak yang terlibat beserta tugasnya
2020
KETERANGAN Pelaksanaan sounding program dan audiensi dengan pihak terkait Perencanaan pembiayaan dan pengeluaran program Perencanaan pada instansi pelaksana : BAPPEDA, Dinas Lingkungan Hidup, Dinas PUPR, Data Dinas Koperasi, UMKM, Transmigrasi dan Tenaga Kerja, Dinas ATR/BPN Perencanaan sumber dana : APBD dan APBN Melakukan Cost Benefit Analysis dengan suku bunga 11% dan 15% Penetapan keputusan dalam rangka membuat perencanaan sistem pengelolaan sampah Asumsi Dana sebesar : Rp 46.707.000.000,KETERANGAN Tujuan program : Mengoptimalkan pengelolaan sampah yang ramah lingkungan dan melibatkan peran aktif masyarakat Ruang linkup dan batasan program : Kabupaten Jepara BAPPEDA, Dinas Lingkungan Hidup, Dinas PUPR, Data Dinas Koperasi, UMKM, Transmigrasi dan Tenaga Kerja, Dinas ATR/BPN
Menentukan cara berkomunikasi, penyampaian informasi, metode penyampaian informasi, frekuensi, dan isi dari informasi yang disampaikan Perencanaan Manajemen Resiko TAHAP III : PELAKSANAAN KETERANGAN Melaksanakan rencana program dan mencapai target program Pembuatan sistem pelaksanaan Sistem pelaksanaan dilakukan dalam empat program periode pembangunan (satu periode = 5 tahun) Penetapan standar kualitas proyek TAHAP IV : PEMANTAUAN KETERANGAN DAN PENGENDALIAN Pemantauan pelaksanaan proyek dan evaluasi hasil pelaksanaan yang dilakukan secara berkala selama pelaksanaan program optimalisasi pengelolaan sampah dengan tujuan untuk mengetahui efektivitas dan efisiensi penggunaan waktu dan biaya serta mengetahui kualitas pelaksanaan proyek.
Studio Rencana Wilayah
310
Kabupaten Jepara
2020
TAHAP IV : PENYELESAIAN KETERANGAN DAN EVALUASI Evaluasi program dilakukan dengan mengacu indikator yang telah dibuat pada tahap perencanaan Apabila program terlaksana dengan sukses dan bermanfaat maka ada kemungkinan program dapat dilaksanakan kembali Tabel 1. Project Cycle Sumber : Analisis Penulis, 2020
8.3
VISUALISASI PROGRAM
Gambar 4. Analisis Spasial untuk Guna Lahan TPA/TPST Sumber : Analisis Penulis, 2020
Studio Rencana Wilayah
311
Kabupaten Jepara
2020
Gambar 4. Peta Kesesuaian Lahan untuk TPA dan TPST Sumber : Analisis Penulis, 2020
Gambar 5. Peta Rencana TPA dan TPST Sumber : Analisis Penulis, 2020
Gambar 6. Peta Persebaran TPS Sumber : Analisis Penulis, 2020
Gambar 7. Peta Rencana Bank Sampah Sumber : Analisis Penulis, 2020
Studio Rencana Wilayah
312
Kabupaten Jepara
8.4
Terbangunnya TPA baru di sebelah utara Kabupaten Jepara
Sarana dan prasarana persampahan dapat menampung timbulan sampah di Kabupaten Jepara
SubProgram
PENTAHAPAN DAN PEMBIAYAAN Periode
No.
1.1.1
1.1.2
1.1.3
1.1.4
1.2.1
1.2.2
2020
Kegiatan
Inventarisasi TPA eksisting (Jumlah : 3 TPA)
Pembebasan Lahan
Perluasan TPA Eksisting
Perubahan sistem pengelolaan sampah TPA Eksisting
Analisis kesesuaian lahan baik daya dukung dan daya tampung Sosialisasi kepada masyarakat
Lokasi/Sasaran TPA Bandengan (Kecamatan Jepara), TPA Krasak (Kecamatan Bangsri), dan TPA Gemulung (Kecamatan Pecangaan) TPA Bandengan (Kecamatan Jepara), TPA Krasak (Kecamatan Bangsri), dan TPA Gemulung (Kecamatan Pecangaan) TPA Bandengan (Kecamatan Jepara), TPA Krasak (Kecamatan Bangsri), dan TPA Gemulung (Kecamatan Pecangaan) TPA Bandengan (Kecamatan Jepara), TPA Krasak (Kecamatan Bangsri), dan TPA Gemulung (Kecamatan Pecangaan)
Besaran
1 dokumen
TPA Bandengan = 0,27 Ha TPA Krasak = 1,49 Ha TPA Gemulung = 1,58 Ha
1 2 3 4
Nominal Pembiayaan (Rupiah)
75.000.000
Sumber Biaya
APBD Kabupaten Jepara
Instansi yang terkait
BAPPEDA, Dinas Lingkungan Hidup, Dinas PUPR
BAPPEDA, Dinas Lingkungan Hidup, Dinas PUPR, Dinas ATR/BPN
16.032.000.000
APBD Kabupaten Jepara
5.010.000.000
APBD Kabupaten Jepara, Investasi Swasta, dan Kerjasama Pendanaan
3.000.000.000
APBD Kabupaten Jepara
Dinas Lingkungan Hidup
BAPPEDA, Dinas Lingkungan Hidup, Dinas PUPR
TOTAL = 3,34 Ha TPA Bandengan = 0,27 Ha TPA Krasak = 1,49 Ha TPA Gemulung = 1,58 Ha TOTAL = 3,34 Ha
3 Paket
BAPPEDA, Dinas Lingkungan Hidup, Dinas PUPR
Kabupaten Jepara
1 dokumen
50.000.000
APBD Kabupaten Jepara
Kecamatan Donorojo
8 desa (1 desa = â&#x2030;Ľ 50 peserta)
100.000.000
APBD Kabupaten Jepara
Dinas Lingkungan Hidup
1 dokumen
30.000.000
APBD Kabupaten Jepara
Dinas Lingkungan Hidup
1.2.3
Penyusunan AMDAL
Desa Banyumanis, Kecamatan Donorojo
1.2.4
Pembuatan Masterplan TPA baru dan wilayah pelayanan
Desa Banyumanis, Kecamatan Donorojo
1 dokumen
45.000.000
APBD Kabupaten Jepara
1.2.5
Pembebasan lahan
Desa Banyumanis, Kecamatan Donorojo
Luas Lahan = 1,65 Ha
7.920.000.000
APBD Kabupaten Jepara
Studio Rencana Wilayah
313
BAPPEDA, Dinas Lingkungan Hidup, Dinas PUPR BAPPEDA, Dinas Lingkungan Hidup, Dinas
Kabupaten Jepara
2020
PUPR, Dinas ATR/BPN
1.2.6
1.2.7
1.3.1
Desa Banyumanis, Kecamatan Donorojo
Pemeliharaan TPA baru
Desa Banyumanis, Kecamatan Donorojo
Analisis kesesuaian lahan baik daya dukung dan daya tampung Sosialisasi kepada masyarakat
1 paket
1 Paket
3.300.000.000
APBD Kabupaten Jepara, Investasi Swasta, dan Kerjasama Pendanaan
BAPPEDA, Dinas Lingkungan Hidup, Dinas PUPR
1.000.000.000
APBD Kabupaten Jepara
BAPPEDA, Dinas Lingkungan Hidup, Dinas PUPR
APBD Kabupaten Jepara
BAPPEDA, Dinas Lingkungan Hidup, Dinas PUPR
Kecamatan Karimunjawa
1 dokumen
50.000.000
Kecamatan Karimunjawa
5 desa (1 desa = â&#x2030;Ľ50 orang)
75.000.000
APBD Kabupaten Jepara APBD Kabupaten Jepara
Dinas Lingkungan Hidup Dinas Lingkungan Hidup BAPPEDA, Dinas Lingkungan Hidup, Dinas PUPR BAPPEDA, Dinas Lingkungan Hidup, Dinas PUPR, Dinas ATR/BPN
1.3.3
Penyusunan AMDAL
Desa Kemujan, Kecamatan Karimunjawa
1 dokumen
30.000.000
1.3.4
Pembuatan Masterplan TPST Karimunjawa
Desa Kemujan, Kecamatan Karimunjawa
1 dokumen
45.000.000
APBD Kabupaten Jepara
1.3.5
Pembebasan lahan
Desa Kemujan, Kecamatan Karimunjawa
Luas Lahan = 0,72 Ha
3.456.000.000
APBD Kabupaten Jepara
BAPPEDA, Dinas Lingkungan Hidup, Dinas PUPR
1.3.6
Pembangunan TPST Karimunjawa
Desa Kemujan, Kecamatan Karimunjawa
1 Unit
1.500.000.000
APBD Kabupaten Jepara, Investasi Swasta, dan Kerjasama Pendanaan
1.3.7
Pengadaan Fasilitas Penunjang Pengelolaan TPST
Desa Kemujan, Kecamatan Karimunjawa
1 Paket
500.000.000
APBD Kabupaten Jepara
Dinas Lingkungan Hidup
1.3.8
Pemeliharaan TPST Karimunjawa
300.000.000
APBD Kabupaten Jepara
BAPPEDA, Dinas Lingkungan Hidup, Dinas PUPR BAPPEDA, Dinas Lingkungan Hidup, Dinas PUPR Dinas Lingkungan Hidup
Peningkatan pelayanan individu untuk sistem pengelolaan persampahan di Kabupaten Jepara
Pemeliharaan TPST Karimunjawa
1.3.2
Pembangunan TPA baru beserta fasilitas penunjang
1.4.1
1.4.2
Pemetaan kawasan permukiman dan volume timbulan sampah Pembentukan sistem dan alur kerja
Desa Kemujan, Kecamatan Karimunjawa
1 Unit
Kabupaten Jepara
1 dokumen
50.000.000
APBD Kabupaten Jepara
Kabupaten Jepara
1 dokumen
100.000.000
APBD Kabupaten Jepara
Studio Rencana Wilayah
314
Kabupaten Jepara
2020
Penambahan Bank Sampah baru di Kabupaten Jepara
pelayanan individu 1.4.3
Sosialisasi kepada masyarakat
Seluruh ibukota kecamatan di Kabupaten Jepara
1.4.4
Pembentukan kerjasama dengan instansi lokal (Kecamatan atau kelurahan)
Kabupaten Jepara
2.1.1
Inventarisasi Bank Sampah Eksisting
2.1.2
Sosialisasi kepada masyarakat
2.1.3
Pembentukan Komunitas Bank Sampah
2.1.4
Pengadaan Bank Sampah
Seluruh ibukota kecamatan di Kabupaten Jepara Seluruh ibukota kecamatan di Kabupaten Jepara Seluruh ibukota kecamatan di Kabupaten Jepara Seluruh ibukota kecamatan di Kabupaten Jepara
2.
2.1.5
Seluruh ibukota kecamatan di Kabupaten Jepara
3. 4. 5.
6.
7.
2.2.1
APBD Kabupaten Jepara
Dinas Lingkungan Hidup
-
100.000.000
APBD Kabupaten Jepara
Dinas Lingkungan Hidup
1 dokumen
100.000.000
APBD Kabupaten Jepara
Dinas Lingkungan Hidup
16 kecamatan
200.000.000
APBD Kabupaten Jepara
Dinas Lingkungan Hidup
80 komunitas
80.000.000
APBD Kabupaten Jepara
Dinas Lingkungan Hidup
800.000.000
APBD Kabupaten Jepara, Investasi swasta, dan Kerjasama pendanaan
Dinas Lingkungan Hidup
1.232.000.000
APBD Kabupaten Jepara, Investasi Swasta, dan Kerjasama Pendanaan
Dinas Lingkungan Hidup
BAPPEDA, Dinas Lingkungan Hidup, Dinas PUPR Dinas Lingkungan Hidup
160 unit Gerobak Sampah (1.800.000/uni t) 80 unit tong sampah (1.000.000/uni t) 80 timbangan (100.000/unit) 160 seragam (100.000/unit) 160 unit sepatu boots (100.000/unit) 80 unit mesin komposter (10.000.000/u nit) 8000 karung (3.000/unit)
Pemeliharaan Bank Sampah
Seluruh ibukota kecamatan di Kabupaten Jepara
80 unit
500.000.000
APBD Kabupaten Jepara
Penyusunan materi sosialisasi
Seluruh ibukota kecamatan di Kabupaten Jepara
1 dokumen
10.000.000
APBD Kabupaten Jepara
Masyar akat terlatih dalam melaku kan pengel olaan sampah
2.1.6
200.000.000
80 unit (1 kecamatan 5 bank sampah)
1.
Pengadaan Fasilitas Penunjang Pengelolaan Bank Sampah
16 kecamatan
Studio Rencana Wilayah
315
Masyarakat memiliki produk yang berasal dari pemanfaatan sampah
Kabupaten Jepara
2.2.2
Sosialisasi kepada masyarakat
2.2.3
Pembentukan Kampung Organik Bebas Sampah
2.2.4
Pemantauan dan Evaluasi
Seluruh ibukota kecamatan di Kabupaten Jepara Banyumanis (Kec. Donorojo), Srobyong (Kec. Mlonggo), Guyangan (Kec. Bangsri), Bulungan (Kec.Pakisaji), Bugel (Kec. Kedung), Geneng (Kec. Batealit), Karanganyar (Kec. Welahan), Guwosobokerto (Kec. Welahan), Pancur (Kec. Mayong), dan Keling (Kec. Keling) Seluruh ibukota kecamatan di Kabupaten Jepara
2.3.1
Pelatihan pembuatan produk
Seluruh ibukota kecamatan di Kabupaten Jepara
2.3.2
Pemasaran produk
Didalam dan diluar Kabupaten Jepara
2.3.3
Pemantauan dan Evaluasi
Seluruh ibukota kecamatan di Kabupaten Jepara
2020
16 kecamatan
250.000.000
APBD Kabupaten Jepara
Dinas Lingkungan Hidup
10 Desa
200.000.000
APBD Kabupaten Jepara
Dinas Lingkungan Hidup
16 kecamatan dan 10 desa (Kampung Organik Bebas Sampah)
75.000.000
APBD Kabupaten Jepara
Dinas Lingkungan Hidup
16 kecamatan
200.000.000
APBD Kabupaten Jepara
-
200.000.000
APBD Kabupaten Jepara
16 kecamatan
50.000.000
APBD Kabupaten Jepara
Tabel 2. Kerangka Kerja Logis (Logical Framework) Sumber : Analisis Penulis, 2020
Studio Rencana Wilayah
316
Dinas Lingkungan Hidup, Dinas Koperasi, UMKM, Transmigrasi dan Tenaga Kerja Dinas Lingkungan Hidup. Dinas Koperasi, UMKM, Transmigrasi dan Tenaga Kerja Dinas Lingkungan Hidup
Kabupaten Jepara
8.4
2020
Cost Benefit Analysis BIAYA
NO.
TAHUN
KEGIATAN
1. 2. 3. 4. 5.
2020 2021 2022 2023 2024
-
6.
2025
2.2.1
7.
2026
1.4.1
8.
2027
1.4.2
PEMASUKAN
BIAYA
PEMASUKAN
BIAYA
PEMASUKAN
-
-
-
-
-
-
10.000.000
930.450.000
9,0
838,2
8,7
809,1
50.000.000
1.860.900.000
40,6
1510,3
37,8
1407,1
100.000.000
1.860.900.000
73,1
1360,7
65,8
1223,6
367.000.000
2.791.350.000
241,8
1838,7
209,8
1596,0
16.432.000.000
3.721.800.000
9751,6
2208,7
8169,6
1850,4
5.210.000.000
4.652.250.000
2785,5
2487,3
2252,4
2011,3
3.456.000.000
5.582.700.000
1664,6
2689,0
1299,2
2098,7
1.700.000.000
6.513.150.000
737,7
2826,2
555,7
2129,2
3.500.000.000
6.513.150.000
1368,2
2546,2
994,9
1851,4
Discount Rate = 11%
Discount Rate = 15%
(Dalam Juta Rupiah)
1.1.1 9.
2028
2.2.2 2.2.3 1.1.2
10.
2029
1.4.3 2.3.1 1.1.3
1.3.1 11.
2030 1.3.2 1.3.3 1.3.4
12.
2031
13.
2032
1.3.5 1.3.6 2.3.1
1.3.7 14.
2033 1.1.4
Penyusunan materi sosialisasi Pemetaan kawasan permukiman dan volume timbulan sampah Pembentukan sistem dan alur kerja pelayanan individu Inventarisasi TPA eksisting (Jumlah : 3 TPA) Sosialisasi kepada masyarakat Pembentukan Kampung Organik Bebas Sampah Pembebasan Lahan Sosialisasi kepada masyarakat Pelatihan pembuatan produk Perluasan TPA Eksisting Analisis kesesuaian lahan baik daya dukung dan daya tampung Sosialisasi kepada masyarakat Penyusunan AMDAL Pembuatan Masterplan TPST Karimunjawa Pembebasan lahan Pembangunan TPST Karimunjawa Pemasaran produk Pengadaan Fasilitas Penunjang Pengelolaan TPST Perubahan sistem pengelolaan
Studio Rencana Wilayah
317
Kabupaten Jepara
1.3.8 15.
2034 1.4.4
1.2.1
1.2.2 16.
2035
1.2.3
1.2.4
2.1.1 2.1.2 1.2.5 17.
2036 2.1.2 1.2.6
18.
2037 2.1.3 1.2.7
19.
2038 2.1.4
2.1.5 20.
2039
2.2.4 2.3.3
sampah TPA Eksisting Pemeliharaan TPST Karimunjawa Pembentukan kerjasama dengan instansi lokal (Kecamatan atau kelurahan) Analisis kesesuaian lahan baik daya dukung dan daya tampung Sosialisasi kepada masyarakat Penyusunan AMDAL Pembuatan Masterplan TPA baru dan wilayah pelayanan Inventarisasi Bank Sampah Eksisting Sosialisasi kepada masyarakat Pembebasan lahan Pembentukan Komunitas Bank Sampah Pembangunan TPA baru Pengadaan Bank Sampah Pemeliharaan TPA baru Pengadaan Fasilitas Penunjang Pengelolaan Bank Sampah Pemeliharaan Bank Sampah Pemantauan dan Evaluasi Pemantauan dan Evaluasi
TOTAL NPV BCR
2020
400.000.000
7.443.600.000
140,9
2621,5
98,9
1839,9
525.000.000
8.374.050.000
166,6
2656,9
112,8
1799,9
8.000.000.000
9.304.500.000
2286,7
2659,6
1495,3
1739,1
4.100.000.000
11.165.400.000
1055,8
2875,2
666,4
1814,7
2.232.000.000
12.095.850.000
517,8
2806,2
315,4
1709,5
625.000.000
13.026.300.000
130,6
2722,6
76,8
1600,9
46.707.000.000
95.836.350.000
20970,5
34647,4
16359,6
25480,8
78877,4 5,7
13676,91 1,65
9121,17 1,56
Dalam melakukan Cost Benefit Analysis, discount rate yang digunakan adalah 11% dengan tujuan mengantisipasi adanya inflasi. Sedangkan, 15% digunakan untuk menguji bahwa program tetap akan feasible apabila terjadi kenaikan discount rate. Dari perhitungan diatas maka diperoleh hasil sebagai berikut :
Studio Rencana Wilayah
318
Kabupaten Jepara
2020
a. Discount Rate = 11% Nilai NPV sebesar Rp 13.676.908.400 (NPV > 0) dan BCR sebesar 1,65 (BCR > 1) b. Discount Rate = 15% Nilai NPV sebesar Rp 9.121.165.354 (NPV > 0) dan BCR sebesar 1,56 (BCR > 1) Berdasarkan hasil yang diperoleh baik menggunakan discount rate sebesar 11 % maupun 15% maka program optimalisasi sistem pengelolaan persampahan di Kabupaten Jepara layak untuk diimplementasikan atau dilaksanakan. Selain itu, dikarenakan nilai IRR pada program ini lebih besar dari discount rate 11% (IRR > discount rate) maka dapat disimpulkan bahwa program ini tergolong sebagai good project.
Studio Rencana Wilayah
319
Kabupaten Jepara
2020
DAFTAR PUSTAKA Audina, M. (2018). Prediksi dan Analisis Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Sampah di Kota Padang. Jurnal Buana. 2(2):423-436.
Handayani, D., dkk. (2005). Pemanfaatan Analisis Spasial untuk Pengolahan Data Spasial Sistem Informasi Geografi. Jurnal Teknologi Informasi. 10(2):108-116. Herviani, V., & Febriansyah, A. (2016). Tinjauan Atas Proses Penyusunan Laporan Keuangan pada Young Enterpreneur Academy Indonesia Bandung. Jurnal Riset Akuntansi. 8(2):19-27. Manurung, D. W., & Santoso, B. E. (2019). Penentuan Lokasi Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) Sampah yang Ramah Lingkungan di Kabupaten Bekasi. Jurnal Teknik ITS. 8(2):123-130. Mizwar, A. (2012). Penentuan Lokasi Tempat Pengolahan Akhir (TPA) Sampah Kota Banjarbaru Menggunakan Sistem Informasi Geografis (SIG). Jurnal Enviro Scienteae. 8(1):16-22. Mulasari, A., Husodo, A. H., & Muadjir, N. (2016). Analisis Situasi Permasalahan Sampah Kota Yogyakarta dan Kebijakan Penanggulangannya. Jurnal Kesehatan Masyarakat. 11(2):96106. Rizal M. (2011). Analisis Pengelolaan Persampahan Perkotaan (Studi Kasus pada Kelurahan Boya, Kecamatan Banawa, Kabupaten Donggala). Jurnal Sipil Mesin Arsitektur Elektro (SMARTek) 9(2): 155-172
Rouf, A., Setyowati, D. L., & Parman, S. (2014). Analisis Kesesuaian Lokasi Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Sampah di Wilayah Penilaian Adipura Kabupaten Jepara. Jurnal Geografi. 3(2):1-8. Sulistiyorini, N. R.,dkk. (2015). Partisipasi Masyarakat dalam Pengelolaan Sampah di Lingkungan Margaluyu, Keluruhan Cicurug. Jurnal Share Social Work. 5(1):71-80. https://www.mongabay.co.id/2014/02/27/surabaya-kota-percontohan-pengolahan-sampahterbaik-indonesia/ https://regional.kompas.com/read/2019/08/01/09234631/begini-strategi-risma-untukmemangkas-biaya-pengelolaan-sampah-di-surabaya?page=2 https://hijauku.com/2011/09/07/belajar-mengelola-sampah-dari-korea/ https://kumparan.com/kumparanfood/cara-unik-korea-selatan-kurangi-sampahmakanan/full https://katadata.co.id/berita/2019/12/03/ragam-kisah-sukses-sistem-pengolahan-sampah-diberbagai-negara
Studio Rencana Wilayah
320