ERUPSI Vol 15: Juli 2017

Page 1

ERUPSI Volume 15 | Juli 2017

KONSERVASI X KESEHATAN

©Zahrah Afifah

Perubahan Iklim dan penyakit: apa hubungannya? Marsya Sibarani & Irhamna Putri

ERUPSI Vol 13 15 | www.tamboramuda.org

1


KONTEN KONTEN |

1

GORESAN |

2

TAMU TAMBORA | 15 Q&A | 16 EVENT | 24 SCHOLARSHIP | 26 MERCHANT | 27

Odorrana hosi©Ganjar Cahyadi 1

ERUPSI Vol 15 | www.tamboramuda.org


GORESAN Perubahan Iklim dan Penyakit: apa hubungannya? Marsya Sibarani1 dan Irhamna Putri2 1 2

Mahasiswa S2 Biologi Konservasi, University of Queensland

Mahasiswa S2 Jurusan Global Wildlife Health and Conservation, University of Bristol, UK

Suhu bumi yang memanas,

peningkatan permukaan air laut, kepunahan spesies, dan perubahan musim tani merupakan beberapa dampak ­perubahan iklim yang seringkali disoroti. Namun, ternyata perubahan iklim juga bisa berdampak terhadap persebaran penyakit manusia dan hewan, khususnya satwa liar. Kok bisa, sih?

1.

Jumlah individu yang terserang penyakit dalam jangka waktu tertentu (umumnya dalam jangka waktu 1 tahun) dalam satu populasi 2. Jumlah kasus penyakit dalam periode waktu tertentu dalam suatu populasi 3. Agen biologis yang menyebabkan penyakit, bias dalam bentuk bakteri, virus, fungi, protozoa, cacing, atau prion

Dampak terhadap penyakit ­manusia Perubahan iklim memengaruhi insidensi1 dan prevalensi2 penyakit pada manusia secara tidak langsung, yaitu melalui kontaminasi dan perubahan dinamika transmisi penyakit (Patz et al., 2000). Jalur kontaminasi biasanya berkaitan dengan penyakit yang ditularkan lewat air (water-borne disease). Perubahan iklim dapat meningkatkan frekuensi cuaca ekstrem, seperti curah hujan yang terlalu tinggi, badai, dan banjir, yang dapat mengubah aliran air dan membawa patogen3 dari tempat lain sehingga terjadi kontaminasi sumber air. Wabah penyakit beberapa kali dilaporkan terjadi setelah curah hujan tinggi dan banjir. Salah satu kasus yang terkenal adalah pada tahun 2000 di Walkerton, Kanada, sekitar 2.300 orang terjangkit penyakit dan 7 orang mening-

ERUPSI Vol 15 | www.tamboramuda.org

2


gal akibat kontaminasi air minum oleh bakteri Escherichia coli dan Campylobacter jejuni. Hujan deras pada tanggal 12 Mei 2000 diduga merupakan salah satu faktor pada kejadian tersebut (Hrudey et al., 2003). Wabah penyakit leptospirosis juga seringkali terjadi setelah hujan deras dan banjir di banyak negara, termasuk Filipina, Indonesia, India, bahkan negara berkembang seperti Italia (Lau et al., 2010). Kenaikan suhu juga diketahui berkaitan dengan meledaknya populasi plankton, termasuk alga beracun, yang dapat mengakibatkan masalah kesehatan pada manusia (Hunter, 2003).

Perubahan iklim menyebabkan dataran tinggi menghangat sehingga semakin rentan terhadap malaria.

Dampak perubahan iklim yang sering dipelajari adalah pengaruh terhadap penyebaran penyakit menular yang ditransmisikan oleh agen perantara atau vektor4 (vector-borne disease). Dalam skema ini, perubahan iklim menyebabkan perubahan distribusi habitat yang disukai patogen dan vektor penyakit. Sebagai contoh, malaria, penyakit yang menurut WHO paling sensitif terhadap perubahan iklim (WHO, 2003), biasanya tidak terjadi di dataran tinggi karena Plasmodium (patogen penyebab malaria) dan Anopheles (nyamuk vektor malaria) tidak bisa bertahan di suhu yang rendah. Namun, perubahan iklim menyebabkan dataran tinggi menghangat sehingga semakin rentan terhadap malaria (Patz and Olson, 2006). Penyakit lain yang ditularkan melalui vektor, seperti demam berdarah dan yellow fever oleh nyamuk (Reiter, 2001) serta Lyme disease oleh caplak (Ogden et al., 2014), juga dapat dipengaruhi oleh perubahan iklim melalui mekanisme yang serupa.

Dampak terhadap penyakit satwa liar Sama seperti pada manusia, perubahan iklim mampu meningkatkan insidensi penyakit satwa liar, terkhusus pada penyakit menular yang melibatkan vektor melalui perubahan distribusi, siklus hidup, dan status fisiologis dari hospes5, patogen, dan vektor penyakit. Dalam hal ini, satwa liar dapat berperan sebagai pembawa dan/atau hospes definitive6 patogen. Sebagai contoh, burung migran membawa caplak yang merupakan vektor Lyme disease, penyakit yang bersifat zoonosis7, atau dalam kasus burung endemik8 Hawaii yang populasinya kian menurun akibat merebaknya malaria unggas yang disebabkan oleh parasit Plasmodium relictum yang disebarkan oleh nyamuk Anopheles (Van Riper et al., 1986; Caminade et al., 2013). Lebih detil, efek perubahan iklim terhadap penyakit satwa liar dapat dijelaskan melalui proses berikut:

3

ERUPSI Vol 15 | www.tamboramuda.org

4.

5. 6.

7. 8.

Makhluk hidup (serangga pada umumnya) yang berperan sebagai agen penular patoogen dari satu penderita ke penderita lain Makhluk hidup sebagai sasaran patogen Makhluk hidup sebagai tempat tumbuh dan berkembangnya parasit secara seksual (manusia menjadi hospes definitive cacing pita) Penyakit menular dari hewan ke manusia dan sebaliknya Penyakit menular yang umumnya terus-menerus ditemukan di suatu daerah tertentu


1.

9. Hewan yang temperature tubuhnya bergantung pada suhu lingkungan sekitar

Perubahan ekologi

Perubahan iklim berdampak pada perubahan yang bersifat ekologis seperti perubahan distribusi geografis dari vektor, hospes, maupun patogen. Secara geografis, perubahan iklim menyebabkan perluasan atau perubahan area distribusi penyakit. Sebagai contoh, seperti yang dijelaskan sebelumnya, kasus malaria (pada manusia dan primata nonmanusia) lebih rendah di dataran tinggi. Namun, peningkatan suhu lingkungan dapat mengubah perkembangan patogen dalam tubuh vektor yang bersifat ektotermik9 sehingga insidensi malaria di dataran tinggi akan meningkat (Lafferty, 2009; Pascual dan Bouma, 2009). Contoh lain adalah perluasan area distribusi penyakit viral bluetongue ke selatan Eropa pada ruminansia liar yang disebarkan oleh vektor nyamuk Culicoides (Gallana et al., 2013).

Ketika Hutan Jati Meranggas ŠHana Widyana ERUPSI Vol 15 | www.tamboramuda.org

4


2.

Perubahan fisiologik

Secara fisiologis, perubahan iklim menyebabkan perubahan tingkat survival10 patogen, imunitas vektor dan hospes, virulensi11 patogen, tingkat reproduksi vektor, serta frekuensi gigitan vektor terhadap hospes. Sebagai contoh adalah penyakit infeksi fungal oleh Batrachochytridium dendrobatidis (chytridiomycosis) yang menyebabkan kematian sporadik12 amfibi di seluruh penjuru dunia dengan tingkat mortalitas 100%. Penyakit ini menjadi salah satu penyebab kepunahan beberapa spesies amfibi sejak tahun 1990 (OIE, 2017). Contoh lain adalah penyakit avian influenza virus (AIV) pada aves yang disebabkan oleh virus RNA dari family Orthomyxoviridae yang terus bermutasi (Gallana et al., 2013). Secara fisiologis, perubahan iklim merubah survival time AIV yang ditransmisikan melalui air yang terkontaminasi feses hewan terinfeksi. Peningkatan suhu lingkungan menurunkan survival time AIV sehingga mengurangi persebaran penyakit AIV pada burung, tetapi perubahan iklim yang juga berdampak pada perubahan salinitas air secara tidak langsung memengaruhi persistensi virus di lingkungan (Brown et al., 2007).

Apa yang harus dilakukan? Masih banyak studi yang perlu dilakukan untuk memahami hubungan antara perubahan iklim dengan epidemiologi13 penyakit yang mencakup interaksi hospes-patogen-vektor dengan berbagai aspek ekologi. Penelitian masih perlu banyak dilakukan melalui pendekatan biomedis, yakni melalui studi molekuler dan patologi14, dengan fokus terhadap mekanisme ekologis perubahan iklim yang memengaruhi interaksi hospes-patogen-vektor. Bukti bahwa perubahan iklim berdampak pada persebaran penyakit sebenarnya masih kontroversial. Oleh karena itu, bidang ini masih sangat berpotensi untuk dipelajari. Di Indonesia, hanya ada sedikit literatur dan informasi mengenai penyakit menular pada satwa liar sehingga observasi dan laporan penyakit menular pada satwa liar masih sangat dibutuhkan. Studi mengenai relasi antara penyakit menular satwa liar dengan perubahan iklim serta variabel lain yang memengaruhi perubahan iklim perlu diadakan. Selain itu, penelitian mengenai ekstrapolasi penyebaran penyakit di bawah skenario perubahan iklim juga penting dilakukan agar kita dapat menyusun rencana strategis untuk mencegah atau mengurangi risiko penyakit.

5

ERUPSI Vol 15 | www.tamboramuda.org

10. Kondisi bertahan hidup, survival time = waktu yang dihabiskan oleh suatu individu/ agen biologis untuk bertahan di suatu lingkungan tertentu 11. Kemampuan suatu pathogen untuk menyebabkan penyakit 12. Penyakit yang berlangsung singkat, dengan interval waktu tidak beraturan dan berlangsung di beberapa tempat yang berbeda dan tidak saling berhubungan satu sama lain 13. Cabang ilmu kedokteran yang mempelajari tentang insidensi, distribusi, pencegahan, dan kontrol penyakit atau faktor lain terkait kesehatan dalam suatu populasi 14. Cabang ilmu kedokteran yang mempelajari tentang penyakit, termasuk asal muasal penyebab penyakit yang mencakup perubahan struktur, fungsi, dan reaksi biokimiawi yang terjadi pada suatu jaringan terpapar penyakit.


Referensi: 1.

2.

3.

4. 5. 6.

7.

8. 9.

10.

11.

12. 13.

14.

Caminade, C. Kovats, S., Rocklov J., Tompkins M.A., Morse, P.A., ColonGonzalez, J.F., Stendlund, H., Martens, P., Lloyd, S, 2013. Impact of climate change on global malaria distribution. PNAS 111, 3286–3291. Gallana M., Ryser-Degiorgis, M., Wahlu, T., Segner, H., 2013. Climate change and infectious diseases of wildlife: Altered interactions between pathogens, vectors and hosts. Current Zoology 59, 427–437. Hrudey, S.E., Payment, P., Huck, P.M., Gillham, R.W., Hrudey, E.J., 2003. A fatal waterborne disease epidemic in Walkerton, Ontario: comparison with other waterborne outbreaks in the developed world. Water Sci. Technol. 47, 7–14. Hunter, P.R., 2003. Climate change and waterborne and vector-borne disease. J. Appl. Microbiol. 94, 37–46. Lafferty, K.D., 2009. The ecology of climate change and infectious diseases. Ecology 90, 888–900. Lau, C.L., Smythe, L.D., Craig, S.B., Weinstein, P., 2010. Climate change, flooding, urbanisation and leptospirosis: fuelling the fire? Trans. R. Soc. Trop. Med. Hyg. 104, 631–638. Ogden, N.H., Radojevic, M., Wu, X., Duvvuri, V.R., Leighton, P.A., Wu, J., 2014. Estimated Effects of Projected Climate Change on the Basic Reproductive Number of the Lyme Disease Vector Ixodes scapularis. Environ. Health Perspect. 122, 631–638. Pascual M., Bouma M.J., 2009. Do rising temperatures matter? Ecology 90, 906-912. Patz, J.A., Campbell-Lendrum, D., Holloway, T., Foley, J.A., 2005. Impact of regional climate change on human health. Nature 438, 310–317. Patz, J.A., McGeehin, M.A., Bernard, S.M., Ebi, K.L., Epstein, P.R., Grambsch, A., Gubler, D.J., Reither, P., Romieu, I., Rose, J.B., others, 2000. The potential health impacts of climate variability and change for the United States: executive summary of the report of the health sector of the US National Assessment. Environ. Health Perspect. 108, 367–376. Patz, J.A., Olson, S.H., 2006. Malaria risk and temperature: influences from global climate change and local land use practices. Proc. Natl. Acad. Sci. 103, 5635–5636. Reiter, P., 2001. Climate change and mosquito-borne disease. Environ. Health Perspect. 109, 141–161. Van Riper, C., III; Van Riper, S.G.; Goff, M.L.; and Laird, M., 1986. The epizootiology and ecological significance of malaria in Hawaiian land birds. Ecological Monographs 56, 327–344. World Health Organization, 2003. Climate change and human health: risks and responses: summary.

Dendrocopos moluccensis©Ganjar Cahyadi ERUPSI Vol 15 | www.tamboramuda.org

6


GORESAN Indonesia Rawan “Spesies Kaget” Sabhrina Gita Aninta1 1

Mahasiswi Master Evolusi, Ekologi, dan Sistematik Ludwig Maximilians Universität Müchen, Jerman

Spesies, seperti halnya pasar, juga bisa kaget. Tahu ‘kan, pasar kaget? Pasar yang tiba-tiba ada di suatu tempat-tempat dan waktu-waktu strategis ketika orang yang punya daya beli paling banyak ada di suatu tempat? Kalau di Bandung, Gasibu yang ada setiap Minggu itu termasuk salah satu contoh pasar kaget, atau pasar yang ada di depan Masjid Salman ITB setiap Jumatan. Pada bulan puasa, umumnya banyak sekali pasar kaget yang ada di banyak daerah di Indonesia. Mungkin dekat rumahmu ada satu. Seperti halnya pasar kaget, “spesies kaget” adalah spesies yang mendadak melimpah di suatu area. Kesamaan antara kedua hal ini adalah: (1) mereka sama-sama tiba-tiba ada dalam jumlah banyak di suatu area karena peluang mendapatkan sumber daya/keuntungan dari area tersebut, dan (2) mereka tidak benar-benar berasal dari tempat mereka tiba-tiba melimpah. Spesies “kaget” ini lebih dikenal di dunia konservasi sebagai spesies asing invasif atau lebih singkatnya, spesies invasif.

7

ERUPSI Vol 15 | www.tamboramuda.org


Gambar 1. Kehadiran spesies invasif kadang memang membuat kaget

Pada Hari Biodiversitas Sedunia tanggal 22 Mei silam, Tambora membagikan infografik tentang jumlah spesies yang ada di Indonesia termasuk ancaman-ancaman terhadap mereka. Salah satu dari ancaman itu adalah “invasi spesies asing”. Redaksi Tambora sedikit tergelitik membaca salah satu komentar pembaca di media sosial yang bertanya, “Invasi itu maksudnya dari planet lain?” Lepas dari pembaca tersebut mungkin bercanda atau terpengaruh penggunaan gambar yang menjurus, tidak banyak penduduk Indonesia yang tahu tentang invasi spesies asing di tanahair. Penjelasan yang diberikan KBBI tentang kata “invasi” itu sendiri mengindikasikan serangan yang sengaja oleh suatu kelompok atau proses masuk berbondong-bondong. Ini tentu tidak mudah dicerna karena kita tidak melihat spesies-spesies tersebut masuk dengan berbondong-bondong seperti rombongan keluarga pemburu takjil di pasar kaget. Modus operandi spesies asing selalu bermula dari segelintir individu yang kemudian melonjak jumlahnya setelah waktu tertentu. Terbiasa tumbuh bersama spesies yang semula sedikit ini, tidak akan banyak yang sadar kalau spesies ini tiba-tiba banyak sampai menggusur spesies lain, seperti rasa yang pelan-pelan muncul kepada gebetan.

Sedikit tentang Spesies Invasif Tidak semua spesies asing yang masuk ke dalam suatu wilayah dapat dikatakan sebagai spesies invasif. Spesies asing dapat didefinisikan sebagai spesies yang belum pernah ada dalam wilayah yang diacu. Spesies invasif adalah spesies asing yang sangat berhasil dalam menemukan

ERUPSI Vol 15 | www.tamboramuda.org

8


strategi mencocokkan diri dengan wilayah baru sehingga jumlahnya meningkat sangat pesat, mengambil alih sumber daya sangat banyak sampai menghambat pertumbuhan populasi spesies lain yang merupakan spesies asli di wilayah tersebut. Secara ilmiah, ada beberapa tahapan yang diperlukan suatu spesies asing agar bisa menjadi invasif, mulai dari masuknya bibit spesies asing sampai dengan ketika spesies asing menjadi dominan. Berbagai istilah diberikan kepada spesies asing yang sedang berada dalam tahapan invasi yang berbeda untuk mengacu kepada proses yang sedang dilalui spesies. Invasi spesies asing telah menjadi masalah di Indonesia sejak lama. Spesies invasif telah menjadi perhatian Indonesia sejak Konvensi Keanekaragaman Hayati yang dikaji dalam KTT di Rio di Janeiro tahun 1992 diratifikasi dalam UU nomor 5 tahun 1994. Namun, mengelola spesies invasif sangat sulit. Dalam Hari Biodiversitas Dunia tahun 2009, semakin banyak spesies invasif yang menjadi masalah di Indonesia, dan sampai beberapa tahun belakangan terus menjadi agenda pemerintah dalam pengelolaan sumber daya alam. Beberapa spesies invasif yang terkenal di Indonesia adalah eceng gondok (Eichhornia crassipes) yang tengah mengeringkan Rawa Pening hingga kini, hama keong emas (Pomaceae canaliculata) yang menjadi masalah sehari-hari para petani, dan pohon akasia (Acacia nilotica) yang sedang memadati savana Taman Nasional Baluran. Spesies invasif begitu merepotkan karena dapat menggunakan sumber daya di habitatnya lebih efisien dari spesies lain. Umumnya hal ini terjadi karena spesies invasif berasal dari luar daerah tersebut sehingga tidak memiliki musuh alami yang dapat menekan pertumbuhan populasinya. Kelakuan eceng gondok dalam mengonsumsi air dan oksigen dengan sangat efisien sehingga menghasilkan eceng gondok baru dengan kapasitas konsumsi yang sama cukup fatal bagi ikan-ikan di Rawa Pening. Kondisi ini dapat berujung ke matinya banyak spesies ikan di rawa tersebut dan penurunan jumlah spesies. Jika keragaman spesies menurun, bukan tidak mungkin fungsi ekosistem juga terganggu. Masalah yang sama dihadapi pula dengan keong emas, akasia, dan kini ikan kepala buaya (Lepisus peus) di Sungai Cikapundung dan berbagai penjuru perairan air tawar Indonesia, yang memangsa ikan-ikan air tawar setempat dan tambahan spesies asing di Baluran yang mengancam pertumbuhan spesies tumbuhan endemik. 9

ERUPSI Vol 15 | www.tamboramuda.org


Gambar 2. Ikan kepala buaya atau ikan aligator yang ditemukan di Aceh pada pertengahan Mei 2016 silam ©Waspada.co.id (14/5/2016)

Indonesia sebagai “Titik Panas” Spesies ­Invasif Dalam sebuah studi yang keluar baru-baru ini di jurnal ilmiah Nature, wilayah kepulauan diketahui rawan kedatangan spesies invasif lebih banyak dari wilayah terestrial lain, terutama di area pantai. Hal ini kemungkinan karena kebanyakan negara yang bertempat di kepulauan tropis memiliki volume impor barang yang tinggi sehingga rentan kedatangan spesies asing. Wayne Dawson dari Durham University, UK, dan para koleganya menganalisis 609 wilayah dunia untuk mengetahui distribusi spesies invasif dari kelompok mamalia, burung, semut, laba-laba, ikan, tumbuhan, amfibi, dan reptil di seluruh dunia. Sebagai hasil, Indonesia sebagai bagian dari Australasia bersama dengan Florida didapati memiliki ragam spesies invasif tertinggi untuk semua kelompok organisme yang dipelajari. Dengan kata lain, Indonesia merupakan salah satu hotspot atau “titik panas” keanekaragaman spesies imvasif. Kita juga perli melihat Indonesia sebagai negara kepulauan yang sempat jadi pusat perdagangan dunia sejak abad ke-14 sehingga berpotensi menjadi tempat singgah spesies asing yang kemudian dapat menjadi invasif.

ERUPSI Vol 15 | www.tamboramuda.org

10


Gambar 3. Monyet ekor panjang muncul di jalan alternatif Entrop-Jaya Asri, Jayapura menggegerkan warga setempat karena kehadirannya tidak lazim di Bumi Papua ©Istimewa (27/12/2016)

Perlu diketahui juga bahwa masalah spesies invasif di Indonesia tidak hanya karena spesies dari luar daerah administratif Indonesia. Persebaran tak semestinya spesies di dalam wilayah Indonesia sendiri juga dapat menjadi masalah walau tidak kasusnya tidak sesering spesies invasif dari luar Indonesia. Sebagai contoh, Papua memiliki masalah dengan monyet ekor panjang (Macaca fascicularis) yang datang dari Indonesia bagian barat. Teman-teman yang berdomisili di Jawa, Sumatera, dan Bali tempat monyet-monyet ini cukup melimpah tentu tahu betapa hebohnya perjuangan mempertahankan harta benda dari monyet-monyet ini ketika kita bertatap muka dengan mereka. Saat ini monyet ekor panjang masih tergolong “langka” di Papua, namun mengingat efisiensi hewan untuk menyesuaikan diri dan berkembang biak, bukan tidak mungkin mereka akan menjadi masalah bagi biota Papua pada masa mendatang.

Apa yang bisa kita lakukan? Jangan kaget Dalam konvensi yang telah diratifikasi, pencegahan penyebaran dapat dilakukan dengan karantina dan penanggulangan biasa dilakukan dengan pemusnahan langsung atau introduksi musuh alami. Hal ini telah dilakukan dengan eceng gondok, akasia, dan beberapa spesies invasif perairan. Kita dapat membantu upaya ini dengan tidak sembarangan membawa tumbuhan atau hewan dari luar daerah kita seberapa pun nenek, ibu, bapak, adik, gebetan atau tetangga memohon ketika mereka tahu kita sedang berada di area eksotis. Selain introduksi dari perdagangan, hobi memelihara hewan hias eksotik dari luar juga menjadi salah satu sumber spesies invasif ini. Tidak jarang ada kabar ikan lepas ke

11

ERUPSI Vol 15 | www.tamboramuda.org

Gambar 4. Satu unit Dredger pembersih eceng gondok sedang dioperasikan di kawasan Rawapening, Desa Asinan, Bawen, Rabu (11/1/2017). ©Tribun Jateng/Daniel Ari Purnomo.


selokan atau sungai setempat ketika akuarium dikuras, atau dalam kasus ikan kepala buaya, ada yang membudidayakan hewan tersebut langsung di perairan setempat. Jangan lupa pula ikut mengontrol kelakuan spesies kaget yang baru ada di Bumi selama 300.000 tahun terakhir tapi sudah banyak mengubah susunan spesies ekosistem: manusia. Manusia juga merupakan spesies kaget yang mendadak melimpah di Bumi dan menggusur keberadaan spesies lain dengan pertumbuhan dan perilakunya. Namun, kita bisa membedakan status kita dari spesies kaget lain dengan menjadi spesies kaget yang bertanggung jawab.

ERUPSI Vol 15 | www.tamboramuda.org

12


Gambar 5. Pemusnahan pohon-pohon akasia di Taman Nasional Baluran ©Copenhagen Zoo-Baluran National Park, dimuat di Mongabay dalam tulisan oleh Erik Meijaard (13/02/2017).

13

ERUPSI Vol 15 | www.tamboramuda.org


Look around thoroughly, the prey is close enough to see! ©Siti ERUPSI Vol 15 | www.tamboramuda.org

14


TAMU TAMBORA "Plastic Epoch"

Medium: Photoshop (digital painting)

Alam Sehat Lestari:

Melindungi hutan dengan stetoskop

Dr. Hotlin Ompusunggu

Di sekitar Taman Nasional Gunung Palung, masyarakat tinggal jauh dari rumah sakit. Jika ada anggota keluarga yang jatuh sakit, uang yang tidak sedikit dibutuhkan untuk pergi ke rumah sakit di kota dan membayar pelayanan kesehatan. Mayoritas masyarakat di sekitar Gunung Palung bermata pencaharian sebagai petani yang pendapatannya tidak seberapa jika dibandingkan dengan harga pelayanan kesehatan yang harus dibayar. Untungnya, sekarang mereka tidak perlu pusing lagi memikirkan biaya kesehatan berkat kehadiran Alam Sehat Lestari (ASRI), sebuah lembaga non-profit yang memiliki visi “healthy planet with healthy people�. Yang sangat menarik dari ASRI adalah mereka memadukan pelayanan kesehatan dan pelestarian lingkungan. Bagaimana caranya? 15

ERUPSI Vol 15 | www.tamboramuda.org

Šwhitleyaward.org


Q&A Dalam edisi ini, Tambora mewawancara Dr. Hotlin Ompusunggu, seorang dokter gigi dan co-founder ASRI yang juga merupakan peraih Whitley Gold Award 2016. Yuk, simak wawancara berikut untuk mengetahui program ASRI yang tentunya menginspirasi. Bagaimana awal mula Bu Hotlin terlibat dengan ASRI?

Saya selalu tertarik dengan pengembangan masyarakat desa tertinggal. Setelah selesai studi kedokteran gigi, saya bertugas dalam rangka PTT di daerah pedalaman Riau selama 4 tahun. Selesai itu, saya mengelola program kesehatan dan pemberdayaan masyarakat dengan LSM lokal di Palembang untuk membantu masyarakat yang tinggal di daerah sungai Musi. Saya juga berkesempatan membantu masyarakat yang tertimpa Tsunami di Sigli, Aceh, pada awal tahun 2005. Setelah itu, saya ke Inggris untuk belajar isu-isu sosial dan pengembangan masyarakat. Sepulang dari Inggris, saya juga berkesempatan mengunjungi beberapa potensi wilayah di Sumatra untuk terlibat dalam konsep-konsep baru yang saya pelajari dipadu dengan pengalaman saya sebelumnya. Tahun 2007, saya dihubungi oleh kenalan yang berprofesi dokter keluarga dari Amerika. Beliau merupakan teman saya juga, dokter yang saya kenal di Jakarta, tapi berasal dari Kalimantan. Dia membagikan tentang ide memulai kegiatan kesehatan untuk masyarakat di Sukadana, Kalimantan Barat. Saya selalu tertarik dengan ide pengembangan masyarakat di desa dan saya pelajari bahwa masyarakat di desa Sukadana merupakan salah satu masyarakat tertinggal di Indonesia dari segi ekonomi, indeks pengembangan manusia, dan kondisi kesehatan. Awalnya, itu yang mendorong saya tertarik untuk datang dan memulai kegiatan ASRI ini. Dalam proses waktu, saya banyak belajar tentang pengembangan pembangunan masyarakat yang lebih menyeluruh yang memerlukan integrasi dengan pelestarian hutan. ERUPSI Vol 15 | www.tamboramuda.org

16


Apa saja yang menjadi masalah kesehatan dan lingkungan di Gunung Palung dan bagaimana ASRI menjadi solusi bagi masalah tersebut?

Pada tahun 2007, kami melakukan survei rumah tangga untuk lebih memahami kondisi masyarakat dari segi kesehatan dan lingkungan. Tepatnya, 10 tahun yang lalu, jika penduduk ada yang sakit, mereka sangat membutuhkan banyak uang untuk melakukan pengobatan. Meskipun terkadang mendapatkan bantuan dari pemerintah dengan pengobatan yang gratis, tapi perjalanan yang jauh ke fasilitas kesehatan membutuhkan biaya banyak untuk sewa mobil dan keperluan keluarga pendamping yang harus tinggal di kota. Kondisi ini membuat masyarakat sering terlilit hutang dan menjerat mereka dalam rantai kemiskinan. Salah satu cara yang tersedia untuk mendapatkan uang dengan cepat adalah dengan menebang pohon. Salah satu penduduk bercerita bahwa untuk membayar operasi Caesar ibunya mereka harus tebang 65 pohon durian yang usianya sudah puluhan tahun. Kami melakukan survei secara random pada penduduk dan didapati 33% terlibat illegal logging serta 30% dari populasi terlilit utang. Kondisi yang membuat mereka terlilit utang adalah untuk membayar kedaruratan medis. Masyarakat sadar akan pentingnya melindungi hutan, pohon yang menyediakan sumber air bagi kehidupan, untuk menanam

Šhealthinharmony.org 17

ERUPSI Vol 15 | www.tamboramuda.org


padi dan keperluan rumah tangga, tapi jika dihadapkan pada kondisi yang tidak punya pilihan lain, mereka harus berkompromi dengan masa depan mereka untuk keperluan mendesak hari ini. Dengan konteks ini, tahun 2007 kami memulai dengan lebih dari 400 jam pertemuan untuk mendengar masyarakat karena kami percaya bahwa masyarakat yang paling memahami kondisi yang ada di sekitar mereka dan mereka lebih mengerti jalan keluar yang harus diambil. Ya, mereka tidak punya semua sumber untuk mencapai solusi; oleh karena itu, ASRI hadir untuk bergandengan tangan dengan masyarakat. Dalam banyak pertemuan yang kami lakukan dengan beberapa lapisan masyarakat, kami bertannya, �Jika ada masyarakat dunia yang ingin membantu masyarakat yang ada di sekitar Taman Nasional Gunung Palung (TNGP) sebagai wujud terima kasih mereka, apa yang masyarakat perlukan untuk dapat menjaga hutan?� Masyarakat menjawab, “Kami memerlukan pelayanan kesehatan yang berkualitas dan terjangkau; pelayanan ambulans yang siap sedia 24 jam untuk menjangkau desa yang sangat jauh dengan medan jalan yang sangat sulit; pelatihan pertanian organik karena ladang berpindah tidak sesuai lagi untuk pertumbuhan masyarakat yang semakin banyak, harga pupuk yang semakin mahal, dan juga sering tidak tersedia.� Dengan aspirasi ini, kami mendesain sistem insentif kesehatan di mana desa-desa yang bekerja sama dengan ASRI dan terlibat aktif dalam perlindungan hutan akan mendapat diskon berobat sampai dengan 70%. Di samping diskon berobat, kami juga memberikan pendampingan pelatihan untuk perbaikan mata pencaharian yang lebih ramah lingkungan yang disertai dengan sistem monitoring yang bekerja sama dengan perwakilan tiap dusun yang berbatasan langsung dengan TNGP. Metode ini memberikan banyak dampak yang sangat bermakna untuk masyarakat dan perlindungan hutan di TNGP, seperti: ERUPSI Vol 15 | www.tamboramuda.org

18


• Terjadi penurunan laju illegal logging pada 18 dusun • Terjadi penurunan angka kepala rumah tangga yang terlibat illegal logging dari 1.350 menjadi 450 • Dukungan Sahabat Hutan dari 34 dusun yang langsung berbatasan dengan TNGP dan 40 Sahabat Hutan yang dekat TNGP untuk memonitor kondisi hutan dan merangkul masyarakat untuk terlibat dalam perlindungan ekosistem hutan yang sehat • 591 petani terlatih untuk pertanian yang berkelanjutan sebagai alternatif terhadap illegal logging • Lebih dari 70.000 kunjungan pasien dengan lebih dari 26.000 pasien sudah dilayani di Klinik ASRI dan juga klinik keliling • Lebih dari 1.000 penduduk terlibat dalam kegiatan peningkatan kesadaran akan pentingnya perlindungan hutan • Lebih dari 120.000 pohon asli hutan untuk restorasi hutan ditanam dan dirawat. Bagaimana respon masyarakat saat ASRI pertama kali dibentuk? Apakah ada penolakan?

Pertama kali kami datang ke Sukadana, kami melakukan banyak pertemuan untuk mendengar masyarakat. Pola ini mendapat respons yang sangat baik dari masyarakat. Kami percaya bahwa masyarakat memiliki pemahaman yang lebih baik tentang kondisi yang ada sehubungan dengan masalah kesehatan dan kerusakan lingkungan, dan kami memperkenalkan ide untuk mengatasi masalah ini serta bagaimana kita bersama bisa bergandengan tangan untuk memperbaiki taraf kesehatan masyarakat dan juga menjaga kelestarian hutan. Dalam kegiatan yang ditujukan kepada masyarakat, kami memerlukan waktu yang lama untuk mendapatkan kepercayaan masyarakat tersebut. Satu petani, Pak Maknur, mengatakan, “Setelah 3 tahun ikut pelatihan organik dan dengan pendampingan ASRI, saya mencoba dan melihat hasilnya baru saya percaya.” Pak Maknur tahun 2016 terpilih sebagai petani teladan mewakili Kalimantan Barat dan diundang untuk menghadiri upacara bendera kenegaraan 17 Agustus ke Istana Presiden. Orang-orang dengan profesi apa saja yang saat ini menjalankan program ASRI?

Profesi yang ada adalah sesuai dengan kebutuhan. Saat ini, ASRI mengadakan berbagai aktivitas dalam bentuk yang terintegrasi antara pelayanan kesehatan dan kegiatan konservasi. Program kesehatan dilakukan dengan sarana klinik yang diharapakan dalam waktu dekat akan beroperasi sebagai rumah sakit. Orang-orang yang terlibat dalam klinik adalah dokter, perawat, paramedis, tenaga penunjang 19

ERUPSI Vol 15 | www.tamboramuda.org


Šhealthinharmony.org ERUPSI Vol 15 | www.tamboramuda.org

20


medik, dan petugas domestik. ASRI sedang menyekolahkan beberapa dokter spesialis penyakit dalam, bedah, kebidanan, dan anastesi. Kami berharap secepatnya ASRI dapat menambah cakupan pelayanan kepada masyarakat. Pelayanan kesehatan ini juga ditunjang oleh kader kesehatan desa yang bertugas menjadi perpanjangan tangan untuk masyarakat khususnya untuk pendampingan perawatan dalam jangka waktu yang relatif lama untuk beberapa kasus penyakit tertentu seperti penderita tuberkulosis dan kusta. Untuk kegiatan konservasi, dibantu oleh staf yang khusus di bidang biologi, kehutanan, pertanian, GIS, dan pendidik untuk mendukung kegiatan rehabilitasi hutan, monitoring kondisi hutan, pemberdayaan masyarakat, dan kegiatan mata pencaharian yang ramah lingkungan. Di samping itu, kami juga dibantu oleh beberapa tenaga dengan keahlian di bidang administrasi, perizinan, media, dan komunikasi. Apa saja perubahan pada kualitas kesehatan masyarakat dan kepedulian terhadap lingkungan antara sebelum dan sesudah program ASRI berjalan?

Dari data baseline survey yang dilakukan setelah ASRI berjalan 5 tahun (2007—2012), ada banyak perbaikan dalam beberapa indeks kesehatan, perilaku, dan konservasi. Dalam segi kesehatan, contoh perubahannya adalah penurunan signifikan jumlah penderita penyakit umum, peningkatan jumlah imunisasi anak, penurunan mortalitas anak, dan penurunan jumlah perokok. Selain itu, terdapat lebih banyak ibu yang datang ke bidan untuk melakukan persalinan. Perubahan dalam konteks konservasi sebagai contohnya adalah penurunan drastis jumlah illegal logger sebesar 68—70% dan penurunan ketergantungan terhadap illegal logging sebagai sumber penghasilan. Setelah berjalan 5 tahun, terdapat lebih banyak masyarakat yang beranggapan positif tentang keberadaan hutan dan ingin menjaga hutan untuk anak mereka. Sejauh apa dukungan pemerintah dengan proyek ASRI?

ASRI dalam visi misinya tidak dapat terwujud tanpa dukungan dan peran serta pemerintah. Di samping dukungan secara administratif, kami juga melakukan beberapa kegiatan bersama, salah satunya adalah pelatihan untuk meningkatkan kualitas pelayanan. Dengan Dinas Kesehatan, misalnya, beberapa kali kami menghadirkan narasumber untuk melatih bidan-bidan desa dalam rangka menurunkan angka kematian ibu dan anak. Demikian juga Dinas Kesehatan sering mengundang tim klinik ASRI jika ada pelatihan yang difasilitasi oleh Dinas Kesehatan provinsi maupun nasional.

21

ERUPSI Vol 15 | www.tamboramuda.org


©healthinharmony.org Apakah sudah banyak program kesehatan yang memadukan aspek lingkungan di tempat lain di Indonesia?

“ASRI merupakan inisiator pertama yang memadukan program kesehatan dengan aspek lingkungan, tidak hanya di Indonesia, tapi juga di dunia” Harapan ASRI adalah untuk menularkan ide ini ke tempat-tempat lain di Indonesia. ASRI, bersama organisasi pendukung di AS Health in Harmony (HIH), sedang dalam tahap penjajakan dan diskusi kolaboratif dengan beberapa organisasi konservasi di Indonesia dan tingkat dunia. Apa saja suka dan duka bekerja di ASRI?

Jika ditanya mengenai suka dan duka…. seperti dua mata koin yang tidak bisa dipisah satu dengan yang lain—salah satunya tidak bisa berdiri sendiri. Seperti paket. Saya tidak melihat pekerjaan di ASRI sebagai suka dan duka, tapi tantangan untuk mencapai tujuan. Tantangan harus dilalui karena itu adalah proses belajar. Tantangan terbesar adalah perlombaan dengan waktu. Waktu berjalan terus, tidak bisa kembali. Kita perlu banyak tindakan nyata yang tepat untuk mencapai tujuan dan bagaimana kita bisa bersinergi dengan semua stakeholder seperti satu tim dan terbuka dengan ide yang inovatif.

ERUPSI Vol 15 | www.tamboramuda.org

22


Bagaimana perasaan Bu Hotlin saat dinobatkan sebagai peraih Whitley Gold Award 2016?

Mendapat penghargaan Whitley membuat saya sabagai co-founder ASRI merasa sangat bangga akan semua yang dicapai berkat kerja keras semua tim ASRI, organisasi pendukung HIH, masyarakat, dan semua pemangku kepentingan. Saya bangga dengan penghargaan ini karena saya memiliki kesempatan yang lebih luas untuk memberi tahu kepada dunia pesan-pesan penting untuk kehidupan manusia dan planet bumi yang lebih sehat; bahwa mendengar masyarakat merupakan kunci keberhasilan program konservasi ASRI dan saya percaya itu juga berlaku di mana saja. Apa harapan Bu Hotlin untuk ASRI di masa depan?

Saya berharap ASRI bisa terus maju dan menjadi tempat pembelajaran untuk konservasi dan model ASRI dapat diterapkan di tempat-tempat lain di Indonesia di mana ada keragaman hayati yang perlu dijaga dan masyarakat yang memiliki ketergantungan. Pesan untuk konservasionis muda Indonesia‌.

Saya baru menghadiri festival yang diadakan oleh National Geographic di kantor pusat NatGeo di Washington DC dengan tema “Anything is possible�. Saya berharap pemuda menjadi pemimpin yang memiliki visi yang jelas dan mewujudkan visi itu dalam wujud kerja nyata. Dengan teknologi komunikasi yang semakin baik, kita bisa mengakses sumber daya yang kita butuhkan. Jangan takut untuk bertindak dan pastinya kita tidak bisa kerja sendiri. Kita harus berbuat lebih dari kotak yang ada di sekitar kita. Perluas lah horizon!

Nah, keren banget kan ASRI! Kalau kamu ingin tahu lebih banyak tentang ASRI, kamu bisa mengunjungi website resminya di www.alamsehatlestari.org. Seperti yang Bu Hotlin katakan, yuk, kita mewujudkan visi kita dan bekerja secara nyata untuk Indonesia yang lebih baik! 23

ERUPSI Vol 15 | www.tamboramuda.org

Šhealthinharmony.org


R EVENT

Pelatihan Perangkat Lunak Statistik R Untuk Penelitian Ekologi

Makassar 2—4 Agustus 2017; Yogyakarta 9 – 11 Agustus 2017

Halo, teman-teman!

Bulan Agustus ini, Tambora akan mengadakan lokakarya mengenai penggunaan perangkat lunak statistik R untuk penelitian ekologi. Penggunaan R semakin meningkat karena fleksibilitasnya dalam melakukan operasi statistik, terutama dalam pengembangan package yang spesifik untuk kasus ekologi tertentu, misalnya perhitungan indeks diversitas, regresi, analisis komponen utama (PCA), pemodelan okupansi, dan sebagainya. Untuk dapat mengoperasikan package-package yang canggih, tentu kita perlu mengetahui dasar-dasar cara menggunakan R. Yuk, Kunjungi situs resminya!

Pendaftaran

Untuk mendaftar, silakan ke tautan berikut: bit. ly/RforEcology (kuota terbatas!) Link

http://www.tamboramuda. org/2017/07/pelatihanperangkat-lunak-statistik-r. html Partner

Tambora mengucapkan terima kasih kepada Dr. Siti Halimah Larekeng, SP, MP (Universitas Hasanuddin) dan Mas Daniek (Center for Orangutan Protection) atas kerja sama dalam perencanaan acara

Untuk meningkatkan penggunaan R dalam bidang ekologi di Indonesia, Tambora akan mengadakan pelatihan di dua kota, Makassar dan Yogyakarta. Pelatihan ini terbuka untuk kamu-kamu yang terlibat dalam bidang konservasi: mahasiswa, pendidik, praktisi, dan sebagainya! Siapa pelatihnya?

Pelatih dalam lokakarya ini adalah Aaron Gove, seorang ahli statistik dan ekologi dari Australia yang berafiliasi dengan Curtin University dan Astron Environmental Service. Kamu bisa melihat profil Google Scholar-nya di sini atau LinkedIn di sini. (Oleh karena itu, sebaiknya kamu minimal mampu berbahasa Inggris pasif untuk bisa mengikuti pelatihan ini dengan efektif.) Boleh konsultasi data!

Pelatihan ini akan diadakan selama tiga hari. Hari pertama dan kedua akan diisi dengan dasar-dasar penggunaan R, sedangkan hari ketiga kita akan mendiskusikan data penelitianmu. Jadi... silakan bawa data skripsi/tesis/disertasi/kerjaan kamu!

ERUPSI Vol 15 | www.tamboramuda.org

24


Ikutan iComse 2017 di Malang yuk! Jadwal acara : 29 – 30 Agustus 2017

Universitas Negeri Malang* mempersembahkan: International Conference on Mathematics, Science, and Education (ICoMSE 2017) :

“Innovation of Mathematics, Science, and Education Research fro Sustainable Development” Konferensi ini bertujuan untuk memberikan platform kepada para peneliti, ahli, praktisi, pemerintah, LSM, lembaga penelitian dan industri untuk berbagi kemajuan mutakhir di bidang matematika, ilmu pengetahuan alam, dan pendidikan. Ayo ikuti jadwal dibawah ini jika tertarik mengahdiri konferensi iComse 2017 jangan sampai ketinggalan!

*UNM, Indonesian Mathematical Society, Indonesian Chemical Society, Indonesian Physical Society, Indonesian Biology Consortium, Association of Computer Science Higher Education, Indonesian Science Educator Association, Indonesian Biology Education Association. Informasi lebih lanjut dapat dilihat langsung pada link dibawah ini Link : http://www.tamboramuda.org/2017/07/ikutan-icomse-2017-di-malang-yuk.html http://icomse.fmipa.um.ac.id/

25

ERUPSI Vol 15 | www.tamboramuda.org


SCHOLARSHIP Beasiswa USAID Prestasi Segera ditutup! Batas akhir pendaftaran : 31 Juli 2017

USAID Prestasi merupakan Program to Extend Scholarships and Training to Achieve Sustainable Impacts (PRESTASI) adalah Beasiswa untuk kamu yang ingin melanjutkan studi master di US. Ingin lihat syarat pendaftaran dan info lengkap lainnya? Yuk, ikuti link dibawah ini! Link : http://www.tamboramuda.org/2017/07/beasiswa-usaidprestasi-segera-ditutup.html http://www.prestasi-iief.org/index.php/english

Anthreptes malacensisŠGanjar Cahyadi ERUPSI Vol 15 | www.tamboramuda.org

26


MERCHANT

Hai kawula muda! Tambora baru saja menyelesaikan open PO kaos Trenggiling! Dana yang terkumpul dari penjualan baju akan di donasikan untuk kemaslahatan dunia konservasi, khususnya Tambora. Terima kasih kepada kawula muda yang sudah turut menyemarakan semangat konservasi dengan memiliki kaos Tambora!

Nantikan seri kaos Tambora berikutnya ya! Jangan sampai ketinggalan!

27

ERUPSI Vol 15 | www.tamboramuda.org


MEET ERUPSI TEAM: Ridha

Azhar

Arieh

Nuy

Zahrah

Blennidae ©Akbar Reza ERUPSI Vol 15 | www.tamboramuda.org

28


Mari bergabung dalam jaringan Tambora, kunjungi

www.tamboramuda.org

Tambora Muda @tamboramuda

29

ERUPSI Vol 15 | www.tamboramuda.org


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.