ERUPSI Vol 18 - Juli 2018

Page 1

ERUPSI VOLUME

MARINE LIFE

18

Penemuan Spesies Baru, Oleh-oleh Ekspedisi Laut Dalam Indonesia Oleh Reza Septian Muslim & Lania Yuchanitz Fatma


KONTEN GORESAN 1 Penemuan Spesies Baru, Oleh-oleh Ekspedisi Laut Dalam Indonesia

1

Nasib Nautilus pompilius dan Perdagangannya Di Indonesia

5

Bijak Dalam Memanfaatkan Sumber Daya Alam Sebagai Pelaku Wisata Bahari

9

Refleksi Diri di Era Anthropocene

17

Yuk Kurangi Konsumsi Sampah Plastik Kita

21

Mengarungi Laut Melalui Layar Kaca

26

PROGRAM TAMBORA Tentang BiodiverSkripsi

29 30


SELAMAT DATANG

Telah dua tahun Tambora hadir di­ tengah-tengah para konservasionis muda Indonesia. Telah 18 kali newsletter ­ ERUPSI terbit untuk menyebarluaskan ­ informasi dan kabar seputar konservasi bagi semua kalangan. Pada Volume 18 ini, kembali Ta­ mbora membawakan infor­ masi terbaru seputar Marine Life. Jumlah sampah plastik yang sudah sangat be­ sar sehingga mengancam biota dan eko­ sistem laut, serta marak­nya perdagangan organisme laut, membuat T ­ ambora kali ini me­ngangkat tema ­Marine Life. Den­ gan desain dan konten tematik segar nan terbarukan, semoga ERUPSI tetap bisa memberikan inspirasi bagi kawan-kawan pembaca. Selamat menikmati! - Tim ERUPSI


GORESAN Penemuan Spesies Baru, Oleh-oleh Ekspedisi Laut Dalam Indonesia Laut selatan Jawa dikenal memiliki po­ tensi keanekaragaman biota laut yang ­tinggi. Letak perairan selatan pulau Jawa yang secara geografis dipengaruhi secara langsung oleh Samudra Hindia, mulai dari variasi pergerakan angin, pergera­ kan massa air, dan suhu perairan, mem­ buat biota laut yang hidup di perairan ini melakukan banyak adaptasi untuk menunjang kesintasan populasi ma­singmasing jenisnya. Potensi keanekaragaman biota laut di laut selatan Jawa dicoba diungkap oleh para peneliti senior Pusat Penelitian Oseanografi Lembaga Ilmu Pengeta­ ­ huan Indonesia (P2O LIPI) dalam sebuah ­ekspedisi bertajuk The South Java Deep Sea Biodiversity Expedition (SJADES)2018 yang dilakukan selama dua pekan dan dimulai pada tanggal 23 Maret 2018. Ekspedisi ini diharapkan dapat menguak keanekarag­ aman jenis biota laut dalam serta potensi sumber daya alam laut yang dapat digu­ nakan untuk menunjang pengembangan riset di bidang ilmu kelautan. Selain itu, ekspedisi perairan dalam yang masih ja­ rang sekali dilakukan, membuat kegiatan ini berperan besar dalam memperbaha­ rui data keanekaragaman biota laut di ­Indonesia.

1

TAMBORA www.tamboramuda.org

REZA SEPTIAN MUSLIM Kontributor Mongabay Indonesia reza.septianm@gmail.com

LANIA YUCHANITZ FATMA Asisten Laboratorium Sistematika Universitas Diponegoro laniayf@gmail.com

Ekspedisi dilakukan di kedalaman ­200 – 2.000 meter di 63 stasiun riset yang ter­ bentang dari Selat Sunda hingga Cilacap, Jawa Tengah. Kegiatan ekspedisi dibagi menjadi dua kegiatan besar. Kegiatan per­ tama adalah kegiatan di atas kapal yang meliputi pengambilan sampel dengan peralatan seperti pukat hela dasar ber­ papan (beam trawl) dan epibenthic sledge; penanganan sampel; serta kompilasi data. Selanjutnya adalah kegiatan pasca


ekspedisi meliputi penanganan lanjutan sampel, penyusunan laporan sementara dan lokakarya atau workshop. Para peneliti berhasil mendata spesiesspesies unik yang ditemukan di kedalaman antara 200-2000 meter di bawah permu­ kaan laut. Temuan tersebut di a ­ ntaranya bintang laut bunga daisy (Xyloplax), teri­ pang laut berenang (Pelagothuria), iso­ poda raksasa (Bathynomus sp.), lobster gergaji (Thaumastochelidae), cumi ber­ mata juling (­Histieuthidae), gurita dumbo (Opisthoteuthidae), dan berbagai spesies unik lain. Namun, spesies yang paling menarik perhatian adalah isopoda atau kutu raksasa dari ­famili Cirolanidae yang berukuran jumbo, 30 sentimeter! Isopoda yang ditemukan di kedalaman 800 meter tersebut dinilai memiliki perbedaan dari segi morfologi dan berpotensi menjadi spesies baru. Yeay! Selain isopoda raksasa, spesies lain yang juga menarik dan berpeluang besar men­ jadi spesies baru adalah kelomang laut

dalam yang ditemukan di kedalaman 200 meter. Kelomang atau hermit crab terse­ but memiliki ciri menonjol dari spesies lain­ nya, yaitu tinggal di karang soliter yang biasanya berasosiasi dengan ca­ cing Sipunculidae. Kelomang yang pada ­umumnya, tinggal di cangkang moluska, dan hidup di perairan yang mudah ter­ papar sinar matahari berasosiasi dengan Cacing Sipunculidae yang memiliki ben­ tuk badan yang simetris bilateral dan ti­ dak bersegmen. Terdapat 144- 320 spesies dalam famili cacing tersebut. Adapun biota laut lainnya yang cenderung su­ lit didapatkan yaitu Crustacea (kepiting dan udang), Mollusca (kerang), Porifera (spons laut), Cnidaria (ubur-ubur), Poly­ chaeta ­(c­acing), Echinodermata (bintang laut dan bulu babi), dan berbagai jenis ikan. Siapa sangka, bahwa di laut dalam ter­ dapat banyak sampah yang selama ini sudah menjadi isu di permukaan, baik di tingkat nasional maupun ­ global. Ke­ beradaan sampah tersebut sangat

Kutu Raksasa Sjades

TAMBORA www.tamboramuda.org

2


mengkhawatirkan. Kasus di Samudra Pasifik sendiri tergambar pada The Great ­P­acific Garbage Patch, merupakan ham­ paran sampah, terutama plastik yang terakumulasi dan terbentang di perai­ ran antara Hawaii dan California, de­ngan luas yang tidak tanggung-tanggung, hampir 1.6 juta kilometer persegi. Selain itu, Ocean Conservancy juga melaporkan, sekitar 95 persen sampah justru teren­ dam di bawah permukaan. Hal ini terli­ hat melalui sampah-sampah plastik yang ikut terangkut bersama jaring (trawl) yang ditujukan untuk mengambil sampel biota

laut dalam pada kedalaman 1156 meter di laut selatan Pelabuhan Ratu. Isu sampah di lautan atau dikenal de­ngan marine debris sangat berbahaya bagi kehidupan ­biota laut. Mikroplastik yang terkandung dalam gundukan sampah di lautan dapat termakan oleh biota laut yang dapat berujung kepada gangguan proses me­ ­ tabolisme dalam tubuh ­organisme terse­ but. Dampak jangka panjang dapat beru­ jung kepada penurunan populasi spesies, mutasi genetik pada spesies, hingga kepunahan yang dapat berdampak pada ketidaksetimbangan ekosistem laut.

***

Kelomang Eksentrik Sjades 3

TAMBORA www.tamboramuda.org


Cumi bermata juling (­Histieuthidae) Sjades

TAMBORA www.tamboramuda.org

4


Nasib Nautilus pompilius dan Perdagangannya di Indonesia Berjalan-jalanlah ke toko cendera mata di Ancol, Pangandaran atau Legian, maka sering terlihat cangkang spiral, putih berloreng merah tua, terpajang di pinggir etalase atau terasah men­ jadi kalung. Cangkang tersebut adalah cangkang ­ nautilus, hewan purba kera­ bat gurita dan cumi-cumi. Pada kondisi ­hidup, s­ eekor ­nautilus memiliki tentakel berjumlah sekitar 90 helai, sistem pro­ pulsi jet, dan mata yang berfungsi seru­ pa kamera lubang jarum. Nautilus hidup di kedalaman l­ebih dari 100m di perai­ ran Indo-Pasifik dan berenang seperti kapal selam organik, ia mampu mengatur daya apungnya d ­ engan mengatur rasio cairan dan gas dalam cangkangnya yang bersekat. Terdapat enam spesies dari genus Nautilus, tetapi yang diketahui tersebar di I­ n ­ donesia adalah N. ­pompilius. Cangkangnya disenangi para seniman ­ dan ilmuwan sejak zaman Renaissance di Eropa, hingga kini diperjual-belikan se­ bagai h ­ iasan. Kini, ­nautilus dapat men­ jadi terancam punah akibat perdagangan tersebut. Bob Halstead meyakinkan pembaca da­ lam bukunya “Coral Sea Reef Guide” bah­ wa cangkang N. ­pompilius dapat dibeli dari pedesaan tanpa mengancam popu­ lasinya di alam, karena penduduk setem­ pat hanya mengumpulkan cangkang yang terdampar. Oleh karena itu, saya tidak terlalu ribut ketika dulu keluarga mem­ beli cangkang nautilus sebagai dekor rumah. Namun, saya naif karena tidak mempertimbangkan sejumlah konteks: 1) bahwa pernyataan Halstead mungkin

5

TAMBORA www.tamboramuda.org

ANARGHA SETIADI Research Associate, Research Center for Climate Change, University of Indonesia (RCCC UI) teuthomagna@gmail.com

hanya berlaku di beberapa ma­ syarakat tradisional yang tinggal di kepulauan dekat Papua Nugini (Coral Sea), dan 2) bahwa nautilus mudah dijerat. Memang betul bahwa cangkang nautilus hasil ke­ matian alami terkadang dapat ditemu­ kan di garis pantai (saya menemukan beberapa di Kepulauan Buton), namun ­ cangkang-cangkang tersebut jarang be­ bas cacat. Pedagang akan memilih cang­ kang sempurna hasil jeratan, mengingat pembeli mencari cangkang nautilus un­ tuk kesempurnaan geometrinya. Tidak heran, kebanyakan nautilus ditang­ kap secara sengaja untuk menjalan­ kan perdagangan produk hias yang me­ luas. Dengan sebuah bubu (tali yang cukup panjang untuk mencapai habitatnya di perairan dalam), kesabaran, dan daging ayam, seseorang bisa menangkap ­nautilus di kawasan di mana dia berada. Di Filipi­ na, populasi nautilus setempat jatuh 80% dari tahun 1980 hingga 2010. Namun, status sebenarnya di Indonesia masih ti­ dak diketahui. Investigasi oleh Nijman ­­­­et al. tahun 2013-2015 di p ­ asar-pasar Pulau Jawa dan Bali memperlihatkan keadaan perdagangan nautilus (beserta molus­ ka langka lainnya) yang besar di Indo­ nesia melibatkan jaringan perdagangan yang mencapai Amerika Serikat, Cina,


dan ­ Saudi Arabia. Sebagian besar perdagangan tersebut memang beroperasi terbuka, bervolume besar, dan tidak ada pengendalian atau penda­ taan khusus terkecuali sedi­ kit kasus penyitaan. ­Nautilus dilindungi di Indonesia sejak tahun 1987 melalui sebuah Surat Keputusan ­Menteri Ke­ hutanan, dan juga tertera di lampiran Peraturan Pemer­ intah Republik Indonesia no. 7 tahun 1999, tetapi mungkin informasi tersebut tidak diso­ sialisasikan dengan baik.

Kebanyakan nautilus hidup di luar jangkauan selam dan hingga saat ini data demografi serta hasil tangkapan belum memadai untuk kriteria Red List

Galur nautiloid muncul se­ belum hewan bertulang be­ lakang pertama menapaki daratan. Nautiloid adalah ga­ lur yang berhasil melalui lima peristiwa kepunahan masal dalam sejarah bumi. Kerabat nautilus yang juga bercangkang, amonit, punah bersamaan dinosaurus non-­ burung. Diduga, runtuhnya rantai makanan lautan di akhir Zaman Kapur memusnahkan amonit yang bergantung pada plankton sebagai pakan dan ranah larvanya. Namun, nautilus bertahan ber­ kat sejumlah sifat: larva nautilus tidak memakan plankton, telurnya yang ber­ bentuk seperti dim sum berjumlah sedi­ kit dan dilekatkan di dasar perairan da­ lam, nautilus memakan bangkai dengan ­senang hati, hidup di perairan dalam, dan baru matang seksual setelah berumur 15 tahun lebih. Ironisnya, sifat-sifat yang menyintaskan moyangnya selama ini te­ lah menjadi senjata makan tuan. Akibat perbaruan generasi yang sangat lambat, laju pertumbuhan populasi nautilus ti­ dak dapat menyaingi laju kematian aki­ bat perburuan oleh manusia. Rasio je­ nis kelamin yang bias, dengan jantan ­lebih banyak daripada betina, tidak turut memperbaiki keadaan. Hasilnya, nautilus sudah hilang di berbagai tempat.

Para ahli kian khawa­ tir akan tanda-tanda berlebihnya eksploita­ si n ­autilus, yang dapat ­berujung pada kepunahan. Oleh karena itu pada tahun 2016, CITES ­akhirnya me­ masukkan keenam spesies nautilus dalam kategori Appendiks II. Appendiks II mendaftarkan flora dan fauna yang dapat menja­ di terancam punah apa­ bila perdagangan terkait tidak segera dikendalikan dan dipantau dengan ketat. Masuknya nautilus dalam Appendiks II berarti per­ dagangan akan terus ber­ jalan, dengan pemantauan internasional yang lebih tinggi. Diharapkan perdagangan tersebut menghasilkan kesejahteraan yang lebih berkelanjutan. Dengan demikian nega­ ra-negara konsumen mulai dapat mem­ berikan tekanan supaya produk ilegal ti­ dak mudah beredar. Namun, bagaimana dengan status IUCN? rupanya usaha pengkajian genus ­Nautilus ditinggalkan di tahun 2002 akibat de­ fisiensi data. Kebanyakan nautilus hidup di luar jangkauan selam dan hingga saat ini data demografi serta hasil tangkapan belum memadai untuk kriteria Red List. Penelitian baru yang menggunakan sistem video berumpan jarak jauh atau BRUVS (baited remote underwater video system) terlihat menghasilkan data kelimpahan yang lebih baik tanpa mengganggu ha­ bitatnya secara berlebih. Metode tersebut baru dicoba oleh Barord et al. di perairan Filipina, Pasifik, dan Australia. Sebaiknya metode tersebut dicoba di perairan luas Indonesia, dengan harapan dapat me­ lengkapi kebutuhan data hewan ini. Pada akhirnya, kesintasan nautilus di sisi peradaban manusia bergantung pada

TAMBORA www.tamboramuda.org

6


penegakan hukum dan kesadaran pembe­ li. Pemerintah perlu meningkatkan pen­ getahuan dan kepedulian aparat hukum serta masyarakat akan biota yang dilind­ unginya. Sulit menyalahkan pembe­ li ataupun nelayan mengenai perburuan yang berlangsung karena sebagian besar masyarakat tidak tahu hukum dan situasi yang berkaitan dengan nautilus. Nelayan penangkap nautilus perlu diberikan mata pencaharian alternatif yang sepadan atau lebih baik agar mau melepas sumber nafkahnya. Karena dalam jangka waktu yang panjang, sulit melihat nautilus se­ bagai sumber daya yang berkelanjutan. Saya pun turut bersalah dengan mem­

perbolehkan partisipasi dalam perdagan­ gan nautilus, mungkin spesimen tersebut lebih baik diserahkan kepada pihak yang relevan. Solusi lainnya, seperti kawasan lindung laut yang optimal dalam mele­ starikan nautilus, mungkin perlu diper­ timbangkan. Walaupun belum diketahui secara pasti, dapat diasumsikan bahwa populasi nautilus di Indonesia juga su­ dah menurun seperti halnya di Filipina. Mengusahakan langkah konservasi yang lebih baik bagi nautilus merupakan hal bijak untuk melindungi salah satu wari­ san sejarah kehidupan Bumi yang masih dimiliki Indonesia.

*** Referensi: Barord, G., F. Dooley, A. Dunstan, A. Ilano, K. Keister, H. Neumeister, T. Preuss, S. Schoepfer, and P. Ward. 2014. Comparative Population Assessments of Nautilus sp. in the Philippines, Australia, Fiji, and American Samoa Using Baited Remote Underwater Video Systems. PLoS ONE 9:e100799. Chambered Nautilus Receives Muchneeded International Protection. 2018. https://www.biologicaldiversity. org/news/press_releases/2016/ chambered-nautilus-10-03-2016. html. De Angelis, P. 2012. Assessing the impact of international trade on chambered

Telur Nautilus Monterey Bay Aquarium

7

TAMBORA www.tamboramuda.org

nautilus. Geobios 45:5-11. Nijman, V., D. Spaan, and K. Nekaris. 2015. Large-Scale Trade in Legally Protected Marine Mollusc Shells from Java and Bali, Indonesia. PLOS ONE 10:e0140593.


Nautilus pompilius Greg J. Barord

TAMBORA www.tamboramuda.org

8


Bijak Dalam Memanfaatkan Sumber Daya Alam Sebagai Pelaku Wisata Bahari Kita semua tahu bahwa Indonesia me­ rupakan negara kepulauan yang sebagian luasnya ialah lautan. Terdapat lebih dari 17.000 pulau yang berpenghuni maupun tak berpenghuni. Menjadi salah satu ne­ gara yang memiliki panjang pantai ter­ panjang di dunia, Indonesia menjadi salah satu destinasi wisata bahari bagi wisatawan lokal maupun mancanegara. Berbagai sumber daya pesisir yang bisa kita nikmati cukup banyak, mulai dari pantai pasir putih, mangrove, terum­ bu karang, ikan karang, dan biota-biota laut lainnya. Semua tercatat sebagai daya ­tarik wisata lokal maupun mancanegara. Kamu pasti kenal dengan Wakatobi, hingga Raja Ampat… Sebagai negara megabiodiversitas, In­ donesia memiliki sejumlah kawasan konservasi, yang selain fungsinya un­ tuk melestarikan sumbar daya juga un­ tuk dimanfaatkan secara berkelanjutan. Mulai dari lokasi yang dikelola di bawah Kementerian Lingkungan Hidup dan Ke­ hutanan (KLHK) maupun Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP). Indonesia memiliki 51 taman nasional (TN), 7 di an­ taranya merupakan taman nasional laut, ditambah dengan 14 taman wisata alam laut (TWAL) yang ada di Indonesia atas inisiasi KLHK. Taman Nasional Wakato­ bi dan Raja Ampat merupakan salah dua nya. Selain itu, KKP juga menginisia­

9

TAMBORA www.tamboramuda.org

AZHAR MUTTAQIN Junior Project Coordinator Taman Nasional Karimunjawa dan Taman Nasional Taka Bonerate, Wildlife Conservation Society Indonesia Program (WCS IP) azharmuttaqin21@gmail.com

si beberapa kawasan konservasi, di an­ taranya 1 taman nasional perairan (TNP) dan 6 taman wisata perairan (TWP) yang semuanya tersebar di seluruh wilayah In­ donesia (Dit KKJI, 2013). TNP Laut Sawu dan TWP Gili Matra, Lombok sebagai contohnya. Keberadaan kawasan konservasi terse­ but membuat masyarakat mulai melirik pariwisata untuk dimanfaatkan sebagai pemasukan ekonomi yang cukup meng­ giurkan, terutama dari perspektif pelaku wisata. Lalu, siapa yang dimaksud dengan pelaku wisata? Pelaku wisata atau pelaku pariwisata yaitu semua pihak yang ikut serta atau berperan dalam kegiatan wisa­ ta. Menurut Damanik dan Weber (2006), meliputi wisatawan, industri pariwisata/ penyedia jasa, pendukung jasa wisata, pemerintah, masyarakat lokal, dan lem­ baga swadaya masyarakat. Jadi pastinya kamu juga termasuk pelaku wisata, baik secara langsung ataupun tidak langsung. Adapun cerita sedih di balik kemajuan pariwisata Indonesia yang sepatut­ nya sudah diketahui oleh khalayak. Selain menjadi salah satu sumber pemasukan, dampak yang diakibatkan oleh pariwisata makin merusak nilai kawasan itu sendiri.


Ternate 2017 Azhar Muttaqin

Perpaduan Pulau Tidore dan Maitara yang sangat eksotis dilengkapi dengan Danau Tolire di Pulau Ternate, Maluku Utara

TAMBORA www.tamboramuda.org

10


Gili Matra, Lombok 2016 Azhar Muttaqin Keindahan terumbu karang yang dilengkapi dengan kehadiran penyu hijau (Chelonia mydas)

11

TAMBORA www.tamboramuda.org


Sebagai pelaku wisata di negara kepulauan yang kaya akan sumber daya alam, pelestarian terhadap ekosistem penunjang pariwisata patut untuk dilakukan

Mulai dari sampah yang tak terkelola dengan baik sam­ pai rusaknya te­ rumbu ka­ rang. Berdasarkan penelitian Wildlife Conservation Society Indonesia ­Program (WCS-IP), pada tahun 2016, terdapat penurunan persentase tut­ upan terumbu karang di Ta­ man Nasional Karimunjawa yang dapat disebabkan oleh beberapa faktor. Salah sa­ tunya adalah dampak wisata yang tidak ramah lingku­ ngan. Ancaman lain sebagai dampak dari wisata yang ti­ dak ramah lingkungan yaitu penumpukan sampah. Se­ bagai taman nasional laut dengan demografi kepulau­ an, sampah yang tertumpuk di banyak area akan menjadi masalah jika tidak dikelola dengan baik dan menyebabkan polusi.

Sebagai pelaku wisata di negara kepulau­ an yang kaya akan sumber daya alam, pe­ lestarian ekosistem penunjang pariwisata patut untuk dilakukan. Banyak cara yang bisa diupayakan untuk dapat mengu­ rangi dampak wisata yang tidak ramah lingkungan. Eksistensi dari ekosistem laut yang sehat berikut dengan kegiatan pawisata yang berjalan di lokasi tersebut dapat berimbas positif terhadap pemasu­ kan ekonomi, baik bagi individu maupun negara. Terdapat beberapa tips yang bisa kamu sebagai pelaku wisata bisa laku­ kan agar wisata yang dilakukan ramah lingkungan dan tidak merusak kondisi alam. 1. Mengurangi penggunaan plastik Sampah telah menjadi masalah ­ global, terutama sampah plastik karena sifatnya yang tidak mudah terurai, butuh ratu­ san bahkan ribuan tahun untuk mengurai sampah tersebut. Penelitian yang dilaku­

kan ilmuwan dari Indonesia, Amerika Serikat, Australia, Thailand, Myanmar, Kanada terhadap 159 terumbu ka­ rang dari tahun 2011-2014 di Asia Pasifik menyebut­ kan plastik paling banyak ditemukan di Indonesia. Se­ jumlah 26 bagian per 100 m2 terumbu di Indonesia tertu­ tup oleh plastik. Kalau kamu cinta laut Indonesia, yuk kita beralih ke gaya hidup ramah lingkungan dengan cara:

• Menggunakan botol mi­ num/tumbler untuk isi ulang air minum jika kamu beper­ gian. Untuk para agen tur, mengurangi penggunaan air mineral gelas untuk trip wisata, bisa diganti meng­ gunakan air yang dikemas dalam ukuran yang lebih besar se­ perti galon.

• Menggunakan sedotan stainless steel, dibandingkan sedotan plastik. Sudah banyak sekali anak muda zaman se­ karang yang beralih ke produk se­ dotan nonplastik loh. • Membawa tote bag/goodie bag untuk membawa keperluan wisata. Sekecil apapun sampah plastik yang kita ciptakan akan berakumulatif jika setiap orang melakukannya sehingga mencip­ takan sampah yang besar. Oleh karena itu dimulai dari diri sendiri untuk mengu­ rangi penggunaan plastik dalam berwisa­ ta ataupun aktivitas sehari-hari. 2. Tidak membuang sampah disembarang tempat Penulis yakin pasti teman-teman Tam­ bora sudah tertib dalam membuang sampah. Tetapi untuk yang belum, masih ada kesempatan untuk bertaubat. Kamu

TAMBORA www.tamboramuda.org

12


tahu gak sih, sampah yang dibuang sem­ barang akan menimbulkan dampak yang buruk terhadap kondisi lingkungan. Con­ tohnya pada terumbu karang, jika banyak terumbu karang yang tertutupi sampah, bisa menyebabkan kematian pada ka­ rang tersebut, selain itu sampah-sampah plastik yang berukuran kecil bisa ter­ makan oleh biota-biota laut dan menye­ babkan kematian. Sebagai pelaku wisata yang baik, harus selalu mengingatkan untuk membuang sampah pada tempatnya. Khusus pen­ gelola jasa wisata juga harus memikir­ kan bagaimana penanganan sampah yang dihasilkan dari wisatawan, mu­ lai dari penyediaan tempat sampah di kapal, maupun spot-spot wisata. Untuk area wisata yang letaknya di pulau kecil, ­usahakan sampah yang dihasilkan diba­ wa kembali ke daratan utama agar tidak menumpuk di pulau tersebut. Pemerintah ataupun pihak terkait, harus juga mem­ fasilitasi TPA atau TPS di setiap daerahn­ ya masing-masing serta melakukan pe­

Karimunjawa 2018 Azhar Muttaqin Salah satu aktivitas wisata snorkling yang dilakukan di Taman Nasional Karimunjawa

13

TAMBORA www.tamboramuda.org

mungutan sampah di spot-spot atau area yang telah ditentukan akan sampah tidak menumpuk di area tersebut. 3. Menghormati aturan dan adat yang berlaku di daerah setempat Hal yang penting dan terkadang dianggap sepele oleh wisatawan adalah berkegiatan dengan menyesuaikan aturan dan adat yang berlaku didaerah wisata. Pe­ rilaku seperti ini harus sudah mulai tertanam di diri masing-masing pelaku wisata jika akan mengunjungi lokasi wisata dan ha­ rus bisa menyesuaikan aturan dan adat yang berlaku. Selain itu juga untuk para pengelola ataupun pemandu wisata juga harus saling mengingatkan kepada wisa­ tawan terkait hal ini. Contohnya, seperti cara berpakaian harus sopan, kemudian larangang melaut di hari-hari tertentu ataupun aturan adat lainnya. Jangan sampai adat istiadat dilokasi wisata bisa hilang ataupun punah karena wisata yang tidak terkontrol karena adat dan istiadat merupakan aset negara Indonesia loh.


4. Selalu mengikuti aturan dan arahan dari pemandu wisata Seringkali tempat yang kita kunjungi merupakan lokasi baru dan kita sebagai pelaku wisata, minim pengetahuan akan lokasi tersebut. Pemandu wisata berperan penting dalam kegiatan pariwisata, ter­ utama dalam membantu para wisatawan untuk dapat mengetahui detail lokasi wisata yang akan dikunjungi. Oleh karena itu, patut bagi kita untuk dapat mematuhi semua arahan dan aturan yang diberi­ kan oleh pemandu wisata harus dipatuhi. Contohnya, penggunaan jaket pengaman ketikan akan melakukan perjalan wisata di laut, itu merupakan salah satu kewa­ jiban dan menjadi standar operasional prosedur yang harus dilakukan di kapal wisata. Percayakan trip wisata kita ke­ pada pemandu wisata yang profesional, agar perjalanan kita juga bisa aman dan menyenangkan. Jikalau kamu adalah se­ orang pemandu wisata, kamu juga harus mengikuti aturan-aturan yang berlaku secara nasional ataupun internasio­ nal.

Kemampuan dalam memandu wisata se­ bisa mungkin dapat kamu kuasai dengan baik, terutama untuk kegiatan wisata khusus, seperti wisata selam. 5. Kenali kemampuan diri sendiri Demi keselamatan kita dalam berwisa­ ta, kita harus mengenali atau mengeta­ hui seberapa jauh kemampuan kita untuk berwisata, contohnya seperti snorkeling. Terdengar sepele, tetapi jika kita tidak bisa berenang, patut bagi kita untuk ha­ rus selalu dalam pendampingan pemandu wisata. Memaksakan kehendak diri sendiri dapat berdampak fatal bagi keselamatan kita dan juga keselamatan ekosistem. Jika belum terlalu mahir snorkling, disa­ rankan untuk tidak berenang di area yang terlalu dekat dengan karang karena bisa berdampak mematahkan karang ataupun merusaknya. Jika kamu adalah pemandu wisata, selain mengetahui kemampuan diri sendiri juga harus bisa mengeta­ hui kemampuan wisatawan karena akan berpengaruh terhadap penentuan lokasi

Karimunjawa 2018 Azhar Muttaqin Salah satu aturan kapal wisata bagi para wisatawan yang melakukan perjalanan laut diwajibkan menggunakan life jacket

TAMBORA www.tamboramuda.org

14


wisata yang akan dikunjungi, seperti spot snorkling khusus pemula atau ahli, serta kebutuhan tim pemandu kamu yang se­ padan dengan jumlah wisatawan. Wisata aman, wisatawan nyaman. 6. Tidak menggunakan jangkar kapal di area terumbu karang Penurunan jangkar sepatutnya tidak di area dengan terumbu karang. Hal terse­ but dapat merusak karang hidup dan ber­ dampak pada kerusakan di banyak tem­ pat. Untuk mencegahnya, pelaku wisata dapat mengikat tali di karang yang sudah mati, dengan catatan dilakukan sendi­ ri oleh awak kapal. Cara lain yang dapat dilakukan yaitu dengan menyediakan

penambat kapal di spot-spot lokasi wisata snorkeling atau diving. Kebijakan tersebut bisa dilakukan oleh pemerintah ataupun pihak terkait. Pihak terkait disi­ ni bisa pengelola jasa wisata ataupun pa­ guyuban-paguyuban wisata setempat. Beberapa tips tersebut hanyalah sepotong upaya yang bisa dilakukan untuk menjaga lingkungan wisata bahari. Masih banyak cara dan upaya yang bisa kita lakukan da­ lam berwisata bahari ramah lingkungan. Yuk, mari peduli terhadap sumber daya alam yang kita miliki sebagai aset bangsa dan negara. Wisatawan mancanegara saja sudah memulainya, bagaimana dengan kamu?

***

Referensi: Damanik, J. Weber, H. 2006. Perencanaan Ekowisata dari Teori ke Aplikasi. Yogyakarta: PUSPAR UGM dan Andi. Direktorat Konservasi Kawasan dan Jenis Ikan (Dit. KKJI). 2013. Informasi Kawasan Konservasi Perairan di Indonesia. Direktorat Jenderal Kelautan, Pesisir, dan Pulau-pulau Kecil, Kementerian Kelautan dan Perikanan, Jakarta, 30 hal. Pardede, S., S.A.R. Tarigan, Setiawan, F, Muttaqin, E., Muttaqin, A., dan Muhidin. 2016. Laporan Teknis:

15

TAMBORA www.tamboramuda.org

Monitoring Ekosistem Terumbu Karang Taman Nasional Karimunjawa 2016. Wildlife Conservation Society. Bogor. Indonesia. http://www.bbc.com/indonesia/ majalah-42833138 [28 Januari 2108]


Karimunjawa 2018 Jamaludin Salah satu cara untuk kapal wisata agar tidak menggunakan jangkar adalah dengan ­ enyediakan Mooring buoy atau penambat kapal m

TAMBORA www.tamboramuda.org

16


Refleksi Diri di Era Anthropochene Di tengah malam buta, di tengah pedesaan Marin, California, suatu pe­ ­ san dari sahabat lama masuk ke pon­ sel saya. Mita namanya, senior sema­ sa ­kuliah dulu, mengirim pesan tentang kebersediaan saya untuk menulis suatu artikel untuk majalah ERUPSI. Awalnya saya ragu untuk mengiyakan karena tutur penyampaian pesan dalam hal menulis saya masih jauh dari sempurna. Namun, beliau memberikan umpan sempurna, “ artikel yang ditulis boleh tentang pe­ ngalamaan di Hawai’i kok atau di Komo­ do juga boleh”. Diam sejenak, merenung untuk menjawab iya atau tidak. “Topik utamanya tentang marine kok”. Adanya kata marine di tengah teks percakapan itu langsung melonjakan semangat saya. Tak jeda lama saya balas pesan tersebit de­ ngan, “oke”. Percakapan via media sosial di atas ter­ jadi ketika saya mengikuti program dari pemerintah Amerika bernama YSEA­ LI Environment Program, Spring 2018. Program tersebut dikhususkan untuk ­ pemuda-pemudi se-ASEAN dengan rent­ ang umur 18—25 tahun yang memili­ ki pengalaman atau memiliki ketertari­ kan di bidang lingkungan. Selama saya mengikuti program ini, pengetahuan saya mengenai alam dan satwa liar di­ rombak habis-habisan atau dengan kata lain unlearn everything. Pengalaman unlearn tersebut dimulai dengan sebuah cerita berkut : Suatu saat, mentor saya, sebut saja Ace, mengunjungi sebuah pulau terpencil di kawasan Hawai’i. Pulau tersebut hanya bisa dikunjungi dengan menggunakan pesawat kecil yang memiliki kapasitas maksimum penumpang hanya 6 orang (termasuk pilot

17

TAMBORA www.tamboramuda.org

LUCIA KUSOLO HERWENING MantaWatch luciakusolo@gmail.com

dan co-pilot). Saat itu, selain Ace, penum­ pang lainnya adalah seorang anak kecil bernama Andi dan ayahnya Brad, dan seorang wisatawan bernama Kai. Saat pesawat mulai terbang stabil di angkasa, Andi merengek ke ayahnya agar dapat duduk di kursi co-pilot. Saat itu Brad merasa permintaan anak­nya sungguhlah merepotkan dan mengganggu penumpang lainnya. Namun, tiba-tiba, pilot pesawat itu berkata “Kemarilah nak, kau boleh duduk di tempat co-pilot untuk beberapa menit, mengingat pula kau anak kandungku. Bagaimana aku dapat menolak permintaanmu?”. Mendengar izin langsung dari pilot, Andi sangat senang dan dengan segera bertukar posisi dengan co-pilot. Saat Andi sudah duduk di posisi co-pilot, sang pilot bertanya “Bagaimana perasaanmu? Menajubkan bukan mengendarai pesawat?Lihatlah pemandangan spektakuler itu!”. Lalu Andi berkata, “INI SUNGGUH LUAR BIASA”. Pertanyaan terkait cerita di atas yaitu: “Siapakah si pilot tersebut?” (harap di­ jawab sebelum melanjutkan membaca tulisan di bawah). Saat cerita di atas dibacakan dan per­ tanyaan diajukan, banyak peserta YSEALI yang tampak berpikir keras dan berdi­ skusi dengan sesama peserta. Mayoritas peserta menjawab bahwa si pilot adalah ayah angkat atau ayah tiri dari Andy. Na­ mun, jawabannya sang pilot adalah ibu dari Andy. Ya, pilot pesawat itu adalah


seorang ibu, seorang per­ empuan. ­ Mayoritas peser­ ta YSEALI terkesiap dan terangguk-angguk men­ dengar jawaban tersebut.

Bertindak proaktif dalam mencari dan menjalani solusi inovatif terkait masalah lingkungan dan sosial

Cerita tersebut ingin menunjukan bahwa sering­ kali kita lupa akan opsi-opsi lain yang tersedia dan ha­ nya terpaku pada stereotipe yang ada. Begitu pula da­ lam memandang alam, alam adalah sesuatu yang jauh dari hiruk-pikuk kehidupan manusia. Alam yang ma­ sih murni adalah tempat diimana tanpa sentuhan manusia. Namun, apabila alam adalah sesuatu yang jauh dari sentuhan manusia, disebut apakah tempat kita hid­ up saat ini? Apabila Anda hidup di perko­ tan, apakah perkotaan bukan bagian dari alam? Kalau bukan, disebut apakah tem­ pat itu?

Pertanyaan refleksi selanjutnya adalah apakah masih ada tempat di bumi ini yang masih murni? Tempat yang belum pernah dijamaah oleh aktivitas manusia? Nyatanya, segala aktivitas manusia t­ elah memengaruhi segala elemen di bumi ini. Bahkan di tengah-tengah Samude­ ra ­ Pasifik, 5000 km jauhnya dari pusat populasi manusia, Pulau Henderson yang hanya dikunjungi beberapa peneliti da­ lam 5-10 tahun sekali, kawasan pesisir­ nya telah diselimuti oleh sampah. Konsep alam liar nan murni tanpa pengaruh ak­ tivitas manusia sudah tak tepat lagi da­ lam era Anthropocene. Era dimana segala aktvitas manusia memengaruhi segala aspek di bumi. Kita tak dapat mengubah masa lalu, be­ gitu juga dengan akibat yang kini kita ra­ sakan dari aktivitas di masa lalu. Namun, sebagai manusia yang hidup di era An­ thropocene, kita masih memiliki kesem­ patan untuk mengubah masa depan lebih

baik dari sekarang. Cara­nya? Bertindak proaktif da­ lam mencari dan menjalani solusi inovatif terkait ma­ salah lingkungan dan sosial.

Salah satu ide proaktif da­ lam dunia konservasi laut dan perikanan adalah me­ lacak aktivitas penangkapan ikan ilegal dengan Google. Seperti dilansir portal beri­ ta online Bloomberg, Ment­ eri Kelautan dan Perikanan Indonesia, Susi Pudjiastuti, bekerjasama dengan ­Google melacak aktivitas penangkapan ikan ilegal di perairan Indonesia. Adanya teknologi tersebut, pemantauan illegal ­fishing yang awalnya sulit dilakukan karena luasnya medan operasi dapat diatasi. Penggunaan Instagram pun dapat me­ mantau adanya aktivitas illegal fishing. Se­ buah tim yang mengikuti ­Fishhackathon, kompetisi pencari solusi inovatif terhadap masalah di bidang konservasi laut berha­ sil mengembangkan potensi instagram sebagai pelacak aktivitas penangkapan ikan ilegal. Caranya yaitu pengguna ins­ tagram mengirim gambar kegiatan illegal fishing di akun pengguna dan memberi­ kan hashtag #illegalfishing, lalu data itu akan diolah dan dilaporkan ke pemerin­ tah setempat. Walaupun ide tersebut ma­ sih sebuah prototype, ide tersebut tetap menunjukan bahwa teknologi sederhana dapat dimanfaat dengan maksimal dalam menghadapi permasalahan kompleks. Solusi inovatif yang sederhana apabila dilaksanakan secara konsisten, repeti­ tif, dan evaluatif dapat menjadi senjata ampuh dalam menanggulangi masalah lingkungan yang ada. Jadi, apakah Anda bersedia proaktif da­ lam menjalani peran di era Anthropocene ini?

*** TAMBORA www.tamboramuda.org

18


Dokumentasi

Kiri atas | Kanan | Kiri bawah Delegasi Indonesia untuk YSEALI Environment, Spring 2018 (Washington DC, USA) | Bersama Lance, mentor YSEALI, sedang memberi arahan kepada peserta Mini-Hackathon East West Centre 1.0 (Honolulu, Hawai) | Memberikan edukasi mengenai Ikan Pari Manta ke turis dan pemandu selam

19

TAMBORA www.tamboramuda.org


Referensi: http://www.anthropocenemagazine.org/ about-us/ https://newatlas.com/highest-densityplastic-waste-island/49550/ https://www.nature.com/scitable/ knowledge/library/effects-of-risingatmospheric-concentrations-ofcarbon-13254108 https://www.youtube.com/

watch?v=XvM3y1fpv3E https://www.bloomberg.com/news/ articles/2018-04-19/google-satellitetracking-is-indonesia-s-weapon-infishing-war http://www.pewtrusts.org/en/researchand-analysis/issue-briefs/2017/04/ tracking-fishing-vessels-aroundthe-globe

Honolulu, Hawai 2018 Bersama dengan peserta YSEALI ­Environment, Spring 2018 TAMBORA www.tamboramuda.org

20


Yuk Kurangi Konsumsi Sampah Plastik Kita Tahukah kamu kalau lebih dari 70% dari sampah yang ada di laut adalah plas­ tik? (Gambar 2). Sampah plastik ini san­ gat beragam dari segi ukuran, mulai dari yang sangat kecil seperti plastik fiber dari botol plastik atau fragmen-frag­ men plastik kecil, hingga yang berukuran cukup besar seperti botol plastik, kan­ tung plastik hingga jaring nelayan. Dan tahukah kamu kalau 80% sampah yang di laut itu land-based? artinya sumber­ nya berasal dari darat dan berakhir di laut. Jambeck dkk2 melakukan penelitian terkait input sampah plastik ke laut dari 192 negara-negara pesisir pada tahun 2010 dan diperkirakan rata-rata 8 juta ton sampah plastik masuk ke laut pada tahun tersebut. Jumlah tersebut setara de­ngan bobot 1.3 juta gajah afrika. Coba deh bayangkan gajah afrika sebanyak itu berjejer berenang di laut dan setiap ta­ hunnya bertambah? Dan sayangnya In­ donesia meyumbang 1,2 juta ton, nomor dua setelah China2. Terus kenapa kalau ba­nyak sampah di laut? Masalahnya, laut itu rumah bagi banyak hewan laut lho! Like the analogy and penyampaiannya! Apabila hewan laut terikat atau terkait oleh sampah plastik, hewan tersebut dapat terikat hingga mati. Sebagai con­ toh, penyu yang terjerat pada sampah plastik atau jaring nelayan sehingga tidak dapat mengambil udara untuk bernapas. Selain itu, hewan yang terjerat sampah plastik akan kesulitan mencari makan dan menghindari predator, atau kelela­ han sehingga menyebabkan kelaparan dan tenggelam3. Selain terjerat, hewan yang menelan sampah plastik juga dapat

21

TAMBORA www.tamboramuda.org

AKBAR REZA Pengajar di Fakultas Biologi Universitas Gadjah Mada (UGM) akbareza@mail.ugm.ac.id

mengalami efek yang mematikan. Hal ini umumnya disebabkan oleh saluran pencernaan yang tertutup atau terluka akibat sampah plastik yang tertelan. Hal ini dapat menyebabkan kematian karena hewan menjadi tidak fit karena kurang nutrisi dan mengalami infeksi saluran pencernaannya. Contohnya, Stephanis dkk4 yang menemukan 7.8 kg sampah plastik dan diduga menyebabkan kema­ tian seekor paus sperma karena merobek saluran pencernaannya. Yang lebih menyeramkan lagi, peneli­ tian-penelitian terbaru banyak mene­ mukan sampah plastik berukuran mikro (mikroplastik) di saluran pencernaan ikan yang manusia konsumsi. Seperti pada penelitian Rochman dkk5 yang me­ nemukan 28% ikan konsumsi yang di uji dari sampel yang diambil dari Makassar mengandung mikroplastik. Terlebih, pe­ nelitian oleh Mason dkk di UK, Prancis, Spanyol, China dan US secara mengejut­ kan menemukan mikroplastik hampir di seluruh garam laut yang diuji6. Padahal garam adalah salah satu bumbu dapur yang selalu kita pakai sehari-hari. Efek­ nya memang masih belum diketahui pas­ ti, tapi Teuten dkk7 menemukan bahwa plastik memiliki kemampuan menyerap polutan yang sangat baik. Rochman dkk8 menyebutkan plastik mampu menyerap


Gambar 1 Akbar Reza Sampah yang mengambang di permukaan laut

Gambar 2 Tekman et al 20171 Komposisi sampah di laut

TAMBORA www.tamboramuda.org

22


Gambar 3 University of Bergen Paus terdampar dengan pencernaan penuh sampah plastik

polutan di sekelilingnya dan dapat bersi­ fat 1 juta kali lebih toksik dari lingkungan sekitarnya. Bagaimana jika pada akhir­nya plastik yang sudah terkontaminasi itu ti­ dak sengaja kita konsumsi? Mengerikan bukan? Terus apa sih yang bisa kita laku­ kan sebagai individu?

semua usaha bermula dari 0% bukan? Sejauh ini, ada beberapa tips yang saya lakukan hampir 2 tahun belakangan dan mungkin bisa kamu lakukan untuk me­ ngurangi konsumsi plastikmu

Saya sendiri sedang mengusahakan hi­ dup yang less-plastic. Memang sulit untuk benar-benar lepas dari plastik 100% tapi

Biasakan untuk menolak (Refuse) dahu­ lu, sebelum kita masuk ke tahap reduce, reuse dan recycle (3R) yang ternama itu.

23

TAMBORA www.tamboramuda.org

1. Utamakan Refuse


Dari mulai menolak kantung plastik ketika di minimarket, atau menolak menggunakan sedotan saat minum es kopi susu. Hal ini tentu akan mengurangi jumlah sampah plastik yang sebenarnya ti­ dak kita butuhkan lho! 2. Bawa botol minum sendiri / tumbler

Tahukah kamu kalau pakaian yang kita gunakan adalah salah satu sumber sampah plastik mikro (mikroplastik) yang ada di laut?

Saya cukup senang karena budaya membawa botol mi­ num sendiri sudah semakin lumrah, apalagi buat gene­ rasi milenial dan generasi Z. Meskipun di Indonesia be­ lum banyak tap water yang bisa langsung diminum di pinggiran jalan seperti di luar negeri, tapi nyatanya kita sudah se­ makin terbiasa membawa botol minum sendiri. Hail dispenser! 3. Bawa tas belanja

Ini nih yang sering kita teledor, masalah­ nya sekarang hampir semua hal dibungkus pakai plastik. Dari mulai beli buah yang sebenarnya kulitnya secara alami sangat efektif memperlambat laju pembusukan, eh jaman sekarang buah di supermarket seringkali dijual dalam kondisi dikupas lalu ditata rapih menggunakan Styro­ foam dan dibungkus plastik. Atau sekedar membeli gorengan pinggir jalan, seper­ tinya sudah jarang yang menggunakan kantung kertas dan umumnya langsung pakai plastik. Selain itu syukurnya seka­ rang nampaknya sudah menjadi sesuatu yang lazim jika di minimarket kita tidak menggunakan plastik dan membawa tas belanja sendiri. Tas belanja adalah salah satu teman terbaikmu! Bawa dia kema­ na-mana ya. 4. Sedotan dan Alat makan plastik “Jangan pakai sedotan ya bang! Biar

langsung gua tenggak aja” Sembari senyum, abang­ nya langsung mengiyakan. ­Alhamdulillah sekarang su­ dah tidak canggung lagi un­ tuk menolak memakai se­ dotan dan memilih nenggak atau bawa sedotan stain­ less-steel yang saya pesan di toko online, juga alat makan non-plastik. 5. Hati-hati pilih sabun cuci muka

Apa sih yang biasanya mem­ buat kamu memilih produk sabun muka tertentu? Buat saya, selain kecocokan har­ ga dan kulit, harus juga co­ cok secara komposisi. Masih banyak beberapa sabun muka dari merk ternama yang menggunakan microbead, yaitu bahan extrafoliat untuk “meng­ gosok” muka kita agar lebih bersih nan kinclong . Sayangnya, microbead ini sin­ tetis dari bahan polyethylene atau plastik lainnya. Jadi pada dasarnya, microbead ini ya mikroplastik. Artinya, setiap kamu cuci muka, kamu nyampah . Kamu bisa cek merk2 yang masih mengandung mi­ crobead, atau kalau kamu ingin ikut ge­ rakannya dapat diakses di http://www. beatthemicrobead.org/ 6. Pilih bahan alami untuk bajumu Tahukah kamu kalau pakaian yang kita gunakan adalah salah satu sum­ ber sampah plastik mikro (mikroplastik) yang ada di laut? Bahan pakaian kita yang sintetis seperti seperti Acrylic, nylon dan polyester adalah sumber mikropalstik juga lho! Penelitian dari Thompson dkk9 menemukan bahwa setiap kita mencu­ ci pakaian kita, hingga 700.000 mikro­ plastik fiber dapat dilepaskan ke saluran pembuangan dan berakhir di laut. Jadi, jika memungkinkan, selalu pilih bahan alami seperti dari katun, linen atau wool .

TAMBORA www.tamboramuda.org

24


Jika ditanya, apakah kebiasaan kita atau sifatnya individu ini dapat menyelesaikan permasalahan sampah plastik di sekitar kita, jawabannya tentu tidak. Masih ban­ yak pekerjaan rumah yang sifatnya siste­ mik seperti system packaging makanan atau sistem daur ulang sampah plastik. Tapi dengan semakin banyak orang yang sadar untuk hidup yang less-plastic, maka jumlah sampah plastik yang diproduk­ si akan semakin sedikit. Bayangkan jika 7,6 milyar manusia mampu hidup me­

ngurangi konsumsi sampah plastiknya, maka jumlah plastik yang diproduksi dan berpotensi mencemari laut tentu akan sangat berkurang. Terlebih, jika sema­ kin banyak orang memiliki mindset yang sama, maka suatu saat dapat menjadi political will yang mampu merubah kebija­ kan. Terakhir, karena kebaikan itu menu­ lar, yuk tularkan kebiasaan baik kamu dengan teman-teman sekitarmu! Let’s break free from plastic!

*** Referensi [1] Tekman et al. 2017. Litterbase: online portal for marine litter [2] Jambeck et al. 2015. Plastic waste inputs from land into the ocean. Science [3] Bergmann et al. 2015. Marine anthropogenic litter. Springer [4] De Stephanis, Renaud, et al. 2013. As main meal for sperm whales: Plastic debris. Marine pollution bulletin [5] Rochman et al. 2015. Anthropogenic debris in seafood: Plastic debris and fibers from textiles in fish and bivalves sold for human consumption. Scientific reports [6] Karami et al. 2017. The presence of microplastics in commercial salts from different Countries. Scientific reports [7] Yang et al. 2015. Microplastic pollution in table salts from China. Environmental science & technology [8] Teuten et al. 2007. Potential for plastics to transport hydrophobic contaminants. Environmental science & technology [9] Wardrop et al. 2016. Chemical pollutants sorbed to ingested microbeads from personal care products accumulate in fish. Environmental science & technology

25

TAMBORA www.tamboramuda.org

[10] Kristiyanto. 2017. Regulating plastic-bags in Indonesia: challenges and opportunities. International symposium on marine plastic debris pollution [11] Napper and Thompson. 2016. Release of synthetic microplastic fibres from domestic washing machines: effects of fabric type and washing conditions. Marine pollution bulletin


Mengarungi Laut Melalui Layar Kaca Film dokumenter mungkin bukan genre pilihan beberapa orang, karena mere­ ka belum pernah menonton film doku­ menter tentang kehidupan laut. Keinda­ han dunia di bawah laut yang sangat dinamis memang paling ideal divisu­ alisasikan melalui rangkaian foto atau rekaman gambar. Visualisasi laut yang indah dilengkapi dengan narasi serta alunan lagu latar yang syahdu membuat kita semakin terbawa dengan situasi yang digambarkan. Kalau teman-teman mau ikutan menjelajahi dunia laut melalui la­ yar kaca, silahkan coba menonton filmfilm rekomendasi berikut ini: Seri Dokumenter Blue Planet (2001)

PRAMITA INDRARINI Asisten Peneliti, Pusat Riset Perubahan Iklim Universitas Indonesia mita.indrarini@gmail.com

Serial ini merupakan salah satu rangkaian film dokumenter tentang alam yang di­ narasikan oleh sang narator legendaris, David Attenborough. Blue Planet terdiri dari delapan seri film dengan fokus tema yang berbeda-beda berdasarkan jenis ekosistem laut, mulai dari laut dalam, laut lepas, laut di wilayah kutub, terum­ bu karang, daerah pesisir dan sebagain­ ya. Masing-masing film berdurasi selama 50 menit. Setelah menonton habis serial ini, teman-teman seperti mendapat ke­ las kilat tentang ekologi dan biodiversi­ tas laut. Meskipun serial ini diproduksi tahun 2001, konflik yang dihadapi masih serupa dengan yang kita alami saat ini. Terdapat kemajuan dari cara kita dalam menangani konflik manusia dengan laut, tetapi di luar semua itu ada juga konflik baru yang muncul. Untuk menunjukkan kemajuan dalam pemahaman kita men­ genai laut serta perkembangan teknologi videografi yang semakin canggih, pada tahun 2017 serial ini diperbaharui den­ gan diproduksinya serial film Blue Planet II. Jadi kalau teman-teman sudah selesai serial yang pertama, jangan lupa menon­ ton yang keduanya juga ya. Blackfish (2013) dan The Cove (2009) Sebenarnya Blackfish bukan sepenuhn­

TAMBORA www.tamboramuda.org

26


kontroversial, kedua film ini patut diton­ ton karena pembawaan ceritanya yang sangat menggugah penonton dan men­ gungkap kasus-kasus yang tidak pernah kita sadari sebelumnya. Mission Blue (2014)

ya film dokumenter tentang laut, me­ lainkan mengenai ‘gadungannya laut’ yaitu Sea World serta kontroversi yang menyeli­muti atraksi Orca atau paus pem­ bunuh yang menjadi ikon destinasi wisa­ ta tersebut. Sementara The Cove bercerita me­ ngenai kontroversi perburuan lum­ ba-lumba dan paus yang terjadi di Jepang. Kedua film ini berusaha mengungkap kebenaran me­ ngenai kasus-kasus yang melibatkan dua mamalia laut yang pal­ ing po­puler. Menonton Blackfish dan The Cove terkadang membuat penonton men­ jadi tegang de­ngan adanya adegan-ade­ gan yang menunjukan kru film me­ ngambil footage secara tersembunyi dan ­mengungkap apa yang sebenarnya terja­ di. Saya pribadi sangat dibuat penasaran oleh kedua film ini, sampai-sampai saya melakukan investigasi sendiri lewat ban­ tuan Google untuk mempelajari apapun yang tersedia di internet mengenai ka­ sus-kasus tersebut. Walaupun topiknya

27

TAMBORA www.tamboramuda.org

Jika teman-teman pernah dengar nama peneliti laut tersohor, Dr. Sylvia Earle, berarti teman-teman harus nonton film yang satu ini. Mission Blue bercerita ten­ tang kehidupan Sylvia mulai dari awal mula ia bertekad mengabdikan hidupnya untuk upaya konservasi laut, sampai se­ karang ia berjuang dalam sebuah misi demi laut yang ia beri judul Mission Blue. Misi ini dilakukan untuk menciptakan Hope Spots, layaknya Hot Spots, yaitu wilayah terestrial yang patut dikonser­ vasi karena nilai biodiveritasnya yang tinggi, Hope Spots memiliki fungsi serupa untuk wilayah kelautan. Perjalanan hi­ dup Sylvia dalam karirnya di bidang ke­ lautan tidaklah mudah, terutama pada saat ia baru meniti karir, tidak banyak perempuan yang bekerja di bidang yang


ia geluti. Namun, hal itu tidak mengha­ langi dirinya untuk terus maju. Di setiap wawancara dengan Sylvia, ia menunjuk­ kan kegigihan untuk fokus berjuang demi konservasi laut. Film ini begitu meng­ inspirasi untuk tetap teguh dalam upaya kita menjaga alam. Chasing Coral (2017)

Chasing Coral bercerita mengenai ­upaya dokumentasi kejadian coral bleaching yang menimpa terumbu karang secara massal. Coral bleaching adalah geja­ la pemutihan karang akibat terputusnya simbiosis karang dengan alga yang hidup di dalam karang, karena dampak peruba­

han kondisi lingkungan. Keindahan eko­ sistem terumbu karang yang ditunjukkan membuat penonton ingin ikut berenang dan melihat pemanda­ ngan yang tidak ada duanya dengan mata kepala sendiri. Namun seiring waktu berlalu, peman­ dangan setelah terjadinya coral bleaching digambarkan dengan begitu mengkha­ watirkan sehingga kita terbawa rasa haru akibat perubahan ekosistem yang begitu drastis. Tim produksi Chasing Coral pun tidak berhenti sampai sekedar mem­ buat film saja. Mereka terus mengada­ kan upaya penyebarluasan pengetahuan tentang coral bleaching beserta upaya pencegahannya. Melalui sosial media dan situs resmi Chasing Coral, tim pro­ duksi menganjurkan penonton untuk mengajak teman-teman menonton film ini, salah satunya dengan mengadakan kegiatan nonton bersama. Tersedianya film Chasing Coral di situs streaming film Netflix memudahkan teman-teman jika ingin mengadakan acara nonton bersa­ ma. Panduan kegiatan serta diskusi lan­ jutan setelah nonton pun disediakan di situs resmi Chasing Coral. Upaya ini tera­ sa begitu tepat untuk generasi milenial. Selain itu upaya ini sangat mengusung nuansa yang berkelanjutan, karena sia­ papun diharapkan dapat melakukan aksi konkrit untuk menjaga ekosistem terum­ bu karang. Chasing Coral mengajak kita untuk ikut berjuang demi upaya pence­ gahan dan mitigasi coral bleaching, terle­ pas dari apapun latar belakang kita. Agar teman-teman mendapat inspirasi untuk melakukan upaya dalam isu coral bleaching, teman-teman wajib nonton film ini.

***

TAMBORA www.tamboramuda.org

28


PROGRAM TAMBORA

Biodiverskripsi adalah proyek Tambora Muda ­Indonesia yang bertujuan mengumpulkan dan memopulerkan data keanekaragaman hayati dari skripsi, tesis, atau disertasi mahasiswa I­ndonesia.

Apa itu BiodiverSkripsi

29

Biodiverskripsi berangkat dari kesadaran bahwa data-data skripsi, tesis, disertasi mahasiswa-mahasiswi Indonesia, khususnya di bidang keanekaragaman hayati tidak mudah ditemukan dalam system yang mudah diakses seperti kebanyakan pangkalan data keanekaragaman hayati internasional lainnya saat ini, padahal laporan penelitian akhir termasuk sumber data yang sangat tinggi di Asia Tenggara, melebihi publikasi di jurnal ilmiah nasional maupun internasional (Corlett, 2011).

TAMBORA www.tamboramuda.org


Tentang BiodiverSkripsi Topik skripsi, tesis, atau disertasi yang akan ditranskripsi berkisar di keanekaragaman hayati Indonesia, baik inventarisasi, pemantauan, dampak kehadiran spesies, distribusi spesies, dan sebagainya. Data yang akan dikumpulkan merupakan data kemunculan spesies (occurrence) dan pencuplikan (sampling event) sesuai standar kualitas data GBIF mengikuti kerangka standar Darwin Core Archive Tambora telah mengadakan Lokakarya Teknis Implementasi Biodiverskripsi dengan lima calon universitas potensial mitra Biodiverskripsi yang akan menyediakan naskah laporan skripsi, tesis, dan disertasi yang relevan dengan tujuan Biodiverskripsi untuk ditranskripsi para relawan. Universitas yang telah memberikan respon positif dan turut serta dalam lokakarya tersebut adalah USU, UI, IPB, UGM, dan UNIPA. Tambora hendak bekerja sama dengan Indonesian Biodiversity Information Facility (InaBIF), pangkalan data keanekaragaman hayati nasional yang dikelola LIPI sebagai konsekuensi ratifikasi Protokol Nagoya tahun 2010. Target data kemunculan spesies adalah minimal 19000 data kehadiran spesies berdasarkan catatan skripsi/tesis/disertasi mahasiswa Indonesia yang dihasilkan universitas dari tahun 2000-2017 terpublikasi di portal GBIF, Biodiverskripsi, dan InaBIF dengan rincian sebagai berikut: Tumbuhan Tinggi Indonesia (Embryophyta), minimal 5000 data, Vertebrata Indonesia, minimal 3000 data, Biota Terumbu Karang Indonesia (semua yang ada di ekosistem terumbu karang, semisal Echinodermata, Hemichordata, Cnidaria, Ctenophora, Mollusca, Porifera, etc., minimal 1000 data, Invertebrata Air Tawar Indonesia (semua invertebrata yang ada di ekosistem perairan darat, semisal Phytoplankton, Zooplankton, freshwater Arthropods, Ecdysozoa, Lophotrochozoa, etc, minimal 5000 data, Arthropoda Indonesia, minimal 5000 data Biodiverskripsi didanai oleh Biodiversity Information Fund for Asia (BIFA) dari Pemerintah Jepang yang dikelola oleh Global Biodiversity Information Facility (GBIF) Ingin berkontribusi? Silakan hubungi diulas@tamboramuda.org dengan subjek “Kontribusi Biodiverskripsi�; kami akan butuh banyak bantuan dari seluruh konservasionis muda Indonesia!

Info lebih lanjut, kunjungi

www.tamboramuda.org

atau kontak

tambora.muda@gmail.com

TAMBORA www.tamboramuda.org

30


31

TAMBORA www.tamboramuda.org


Tim ERUPSI Achmad Ridha Junaid

Nuruliawati

Azhar Muttaqin Putri Diana

Arieh Mountara

Zahrah Afifah

TAMBORA www.tamboramuda.org

32


WWW.TAMBORAMUDA.ORG


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.